Evaluasi Sifat Tanah Vertisol Sub Grup Ustic Epiaquerts dengan Pemberian Pasir, Sabut Kelapa, dan Sabut Batang Pisang1 Arlan Latif2; Nurdin, SP, Msi3; Wawan Pembengo, SP, Msi3 ABSTRACT The aimed of this research to: (1) determining the effect of soil physics properties of Ustic Epiaquert with sand (S), coconut coir (CC) and banana coir (BC) applications., (2) determining the effect of soil chemistry properties of Ustic Epiaquert with sand (S), coconut coir (CC) and banana coir (BC) applications. This research was carried out to green house of MIPA faculty of Gorontalo State University on 3 month and soil anlysis was done to PT. PG Tolongohula Gorontalo laboratories. The research using factorial design with pattern of 3 x 3 x 3. The S factor consist of three treatment level which were 0% S, 25% S and 50% S. Meanwhile, the CC and BC consist of three treatment level, where each level were 0 ton ha-1, 10 ton ha-1 and 20 ton ha-1. The result of this research showed that the S, CC and BC application has significant effect to soil physic properties and soil chemistry properties in Ustic Epiaquert. The S application was the best treatment to improving of the water content and soil textures. Meanwhile, the CC application was the best treatment to rising of the pH H2O, and BC to rising of the Corganic, total N, P2O5 and K2O comparing of other treatments. Keywords: Sand, coir, coconut, banana, vertisol, physic, chemistry, soil PENDAHULUAN Latar Belakang Sifat tanah merupakan salah satu penentu penyediaan air dan udara bagi tanaman dan kemungkinan meningkatkan ketersediaan hara tanah. Untuk penegenalan sifat tanah dapat dilakukan melelui pengenalan langsung di lapangan dan dapat dilakukan dengan pengambilan contoh tanah untuk analisa lebih lanjut di laboratorim. Sifat tanah perlu hasil analisis di laboratorim untuk interpretasi sifat tanah dalam rangka penilaian produktivitas atau kesuburan tanah. Secara kimiawi, Vertisol tergolong kaya hara karena cadangan sumber hara yang tinggi (Deckers et al. 2001). Namun, sifat fisiknya menjadi faktor pembatas pertumbuhan dan hasil tanaman antara lain: bertekstur liat berat, sifat mengembang dan mengkerut, kecepatan infiltrasi air yang rendah, serta drainase yang lambat (Mukanda and Mapiki 2001). Akibatnya, pertumbuhan dan hasil tanaman terhambat sehingga diperlukan perbaikan sifat-sifat tersebut, salah satunya dengan pemberian amelioran tanah. Laporan Ravina dan Magier (1984); Narka dan Wiyanti (1999) menunjukkan bahwa pemberian pasir berpengaruh positif sangat nyata terhadap penurunan nilai cole, dan indeks plastisitas, permeabilitas tanah menjadi besar, dan kadar air tersedia menjadi 1 2 3
Jurnal penelitian pada Program Studi Agoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo, Juli 2013 Mahasiswa Program Studi Agoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Komisi Pembimbing/Staf dosen Program Studi Agoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
1
rendah. Namun, budidaya padi sawah tadah hujan membutuhkan permeabilitas sedang dengan kadar air tersedia cukup, sehingga dibutuhkan amelioran tanah lain untuk memperbaiki kedua sifat tersebut, diantaranya sabut kelapa dan sabut batang pisang. Sabut kelapa telah digunakan sebagai bahan penyimpan air pada lahan pertanian (Subiyanto et al. 2003). Sementara sabut batang pisang relatif masih kurang digunakan. Padahal daya serap batang pisang tinggi bila dikeringkan karena mempunyai pori-pori yang saling berhubungan (Indrawati 2009). Pemberian ketiga bahan amelioran tersebut diduga mampu memperbaiki sifat fisik tanah Vertisol, sehingga produktifitasnya dapat ditingkatkan. Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil judul tentang : evaluasi sifat tanah vertisol sub grup ustic epiaquerts dengan pemberian pasir, sabut kelapa, dan sabut batang pisang. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian terdiri dari : a. Bagaimana pengaruh pemberian amelioran pasir, sabut batang pisang dan subut kelapa terhadap sifat fisik tanah vertisol sub grup Ustic Epiaquert. b. Bagaimana pengaruh pemberian amelioran pasir, sabut batang pisang dan subut kelapa terhadap sifat kimia tanah vertisol sub grup Ustic Epiaquert. c. Perlakuan amelioran pasir, sabut batang pisang dan subut kelapa manakah yang memberikan pengaruh terbaik terhadap sifat fisik dan kimia tanah vertisol sub grup Ustic Epiaquert. Tujuan Peneliatian Penelitian ini bertujuan untuk : a. Mengetahui pengaruh sifat fisik tanah vertisol sub grup Ustic Epiaquert akibat pemberian amelioran pasir, sabut batang pisang dan sabut kelapa. b. Mengetahui pengaruh sifat kimia tanah vertisol sub grup Ustic Epiaquert akibat pemberian amelioran pasir, sabut batang pisang dan subut kelapa c. Mengetahui perlakuan amelioran pasir, sabut batang pisang dan subut kelapa yang memberikan pengaruh terbaik terhadap sifat fisik dan kimia tanah vertisol sub grup Ustic Epiaquert. Hipotesis Penelitian ini dilaksanakan dengan mengajukan hipotesis sebagai berikut : a. Diduga pemberian amelioran pasir, sabut kelapa, dan sabut batang pisang berpengaruh nyata terhadap sifat fisik tanah vertisol sub grup Ustic Epiaquert. b. Diduga pemberian amelioran pasir, sabut kelapa, dan sabut batang pisang berpengaruh nyata terhadap sifat kimia tanah vertisol sub grup Ustic Epiaquert. c. Terdapat perlakuan amelioran pasir, sabut batang pisang dan subut kelapa yang memberikan pengaruh terbaik terhadap sifat fisik dan kimia tanah vertisol sub grup Ustic Epiaquert.
2
Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut : a. Sebagai informasi bagi pemerintah daerah (instansi terkait), mahasiswa dan para petani dalam pengelolaan tanah vertisol. b. Sebagai referensi ilmiah untuk pendidikkan khususnya Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo sebagai sektor pembangunan dibidang pertanian daerah Gorontalo METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo. Waktu pelaksanaan penelitian ini selama 4 bulan, mulai september 2012 sampai desember 2012. Alat dan Bahan Alat yang akan digunakan pada penelitian ini terdiri dari: Cangkul, sekop, ring sampel, munssel, jangka sorong, ember, gembor, selang meteran, timbangan digital, kamera digital, gunting, cater, laptop, alat tulis yang digunakan adalah pensil, pulpen, spidol, kertas HVS, buku tulis, dan kertas label. Adapun bahan penelitian berupa contoh tanah yang berasal dari tanah Vertisol dengan sub grup Ustic Epiaquert yang berkembang dari bahan lakustrin. Selain itu, air, pasir sungai, sabut kelapa, sabut batang pisang. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial dengan pola 33. Terdapat 3 faktor dimana masing-masing faktor terdiri dari 3 perlakuan bahan amelioran yang diulang sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh 81 pot (Tabel 1) Tabel 1. Perlakuan setiap Bahan Amelioran pada Tanah Vertisol Faktor Bahan Amelioran Tanah/Taraf/Simbol Sub Grup Sabut Kelapa (ton Sabut Batang Pisang Tanah Pasir Sungai (%) ha-1) (ton ha-1) Ustic 0 (S0) 0 (C0) 0 (B0) Epiaquert 25 (S1) 10 (C1) 10 (B1) 50 (S2) 20 (C2) 20 (B2) HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisik dan Kimia Tanah Awal Sifat fisik tanah di lokasi penelitian dengan jenis tanah Vertisol menunjukkan tekstur lempung liat berdebu. Fraksi tanah yang dominan adalah debu, fraksi liat cukup tinggi dengan fraksi pasir yang rendah (Tabel 2). Sementara itu, sifat kimia tanah, baik kadar C-organik, N-total, P tersedia, dan K dapat ditukar tergolong sangat rendah dengan pH tanah relatif netral. Berdasarkan kriteria status sifat-sifat kimia tanah, maka status kesuburan tanah setempat tergolong rendah (Puslittan, 1983).
3
Tabel 2. Sifat-Sifat Tanah Vertisol (Epiaquerts Ustic)di Lokasi Penelitian No 1
2
Sifat-Sifat Tanah Fisik Tanah : Tekstur: Pasir Liat Debu Kadar Air Tersedia Kimia Tanah - C-Organik (%) - N total (%) - P2O5 tersedia (ppm) - K2O dapat ditukar (me/100 g) - pH:H2O
Nilai 16 34 50 8.66 0.86 0.09 5.47 0.19 6.89
Sebelum Penelitian Kriteria*
Lempung Liat Berdebu
Sangat Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah Netral
Sumber: TOR Tipe A Survey Kapabilitas Tanah (Puslittan, 1983) Berdasarkan sifat fisik dan kimia tanah tersebut, maka diperlukan perbaikan pada tanah tersebut dengan cara pemberian amelioran tanah. Beberapa amelioran yang diberikan pada tanah ini meliputi: pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang. Adapun pemberian bahan amelioran berhubungan dengan perbaikan sifat-sifat tanah, diantaranya tahana (status) hara sehingga tanaman dapat tumbuh optimal (Noor et al. 2005). Sifat Fisik Tanah Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang berpengaruh nyata terhadap kadar air tanah, fraksi pasir, debu dan fraksi liat dalam tanah (Tabel 3). Kadar air tertinggi ditunjukkan oleh pemberian pasir sebesar 0% atau kontrol dan berbeda nyata dengan dengan perlakuan lainnya. Peningkatan kadar air pada perlakuan kontrol sebesar 40,38% dibanding pemberian pasir sebesar 25%, sementara dengan pemberian pasir sebanyak 50% peningkatan kadar airnya sebesar 84,81%. Hal ini diduga disebabkan oleh kadar liat yang cukup tinggi, sehingga kemampuan tanah memegang air (soil retension) pada perlakuan kontrol masih tinggi pula. Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Narka dan Wiyanti (1999) di daerah Bali yang menyimpulkan bahwa pemberian pasir 50% ke dalam tanah memperbaiki kadar air tersedia yang terbaik.
4
Tabel 3. Rataan sifat fisik tanah dengan pemberian pasir, sabut kelapa dan sabut batang pisang Pasir
Pelakuan
Kadar Air (%)
Pasir (%)
Debu (%)
Liat (%)
4.38a 3.12b 2.37c
16.00c 53.20b 64.26a
41.38a 21.30b 18.22c
42.63a 25.49b 17.52c
3.93a 2.96b 2.98b
43.56b 45.74a 44.16b
27.48a 26.39a 27.03a
28.95a 27.88a 28.81a
3.69a 3.24b 2.93b tn 0.39 21.91
44.78a 44.13b 44.54a tn 1.53 6.34
27.84a 26.56a 26.50a tn 1.59 10.86
27.38b 29.30a 28.97a tn 1.27 8.21
0% 25% 50%
Sabut Kelapa 0 ton ha-1 10 ton ha-1 20 ton ha-1 Sabut Batang Pisang 0 ton ha-1 10 ton ha-1 20 ton ha-1 Interaksi BNT0.05 KK (%)
Persen (%)
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5% BNT=beda nyata terkecil; KK=koefisien keragaman.
4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
4.38
3.93 3.12
3.69 2.96 2.98
2.37
P0 3.24
P1 2.93
P2 C0 C1 C2 B0 B1
Kadar Air
B2
Gambar 1. Keragaan kadar air dengan pemberian amelioran pasir, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Ustic Epiaquerts. Tampaknya, keragaan kadar air dengan pemberian pasir mempunyai pola yang relatif sama kedua bahan amelioran lainnya. Peningkatan pemberian pasir 0%, 25% , dan 50% masing-masing sebesar 40.38%, 31.65%, dan 84.81% lebih besar dari pada pemberian sabut kelapa dan sabut batang pisang. Hal dikarenakan air banyak terinfiltrasi kedalam tanah dibandingkan dengan dengan penggunaan sabut kelapa dan batang pisang yang dapat menyerap air.
5
P1
53.2
60
Persen (%)
P0
64.26
70
43.56
50
45.74
44.16
44.78 44.13 44.54
C0
40 30 20
P2 C1 C2
16
B0
10
B1
0
B2
Pasir
Gambar 2. Keragaan kadar fraksi pasir dengan pemberian amelioran pasir, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Ustic Epiaquerts.
Persen (%)
Terdapat perbedaan antara pola kadar air dan pola kadar fraksi pasir. Tampaknya, pemberian pasir berpengaruh signifikan terhadap kadar fraksi pasir dalam tanah, sementara untuk kadar fraksi pasir dengan pemberian sabut kelapa dan sabut batang pisang polanya relatif sama. Hal ini diduga karena pemberian pasir turut meningkatkan kadar fraksi pasir dalam tanah. 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
41.38
P0 P1 27.4826.3927.03 21.3
18.22
27.8426.56 26.5
P2 C0 C1 C2 B0 B1 B2
Debu
Gambar 3. Keragaan kadar fraksi debu dengan pemberian amelioran pasir, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Ustic Epiaquerts. Keragaan kadar fraksi debu tanpaknya sama dengan keragaan kadar air mempunyai pola yang relatif sama kedua bahan amelioran, dimana pemberian pasir 0%, 25%, dan 50% menunjukkan peningkatan masing sebesar 94.27%, 16,90%, dan 127.11% lebih besar dari pada pemberian sabut batang pisang dan pasir. Hal ini diduga karena pasir dapat memperbaiki kadar fraksi debu dalam tanah.
6
Persen (%)
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
42.63
P0
25.49
28.9527.8828.81
27.38
29.3 28.97
P1 P2 C0
17.52
C1 C2 B0 B1 B2
Liat
Gambar 4. Keragaan kadar fraksi liat dengan pemberian amelioran pasir, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Ustic Epiaquerts. Terdapat kesamaan antara kadar air, fraksi debu, dan liat yang mempunyai pola relatif yang sama kedua amelioran, dimana peningkatan pemberian pasir 0%, 25%, dan 50% masing-masing sebesar 67.24%, 45.49%, dan 143.32% lebih besar dari pada pemberian sabut batang pisang dan sabut kelapa. Hal ini diduga karena pemberian pasir dapat memperbaiki kadar fraksi liat dalam tanah. Sifat Kimia Tanah Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pasir, sabut kelapa dan sabut batang pisang berpengaruh nyata terhadap pH H2O, C-Organik, N total, P2O5, dan K2O (Tabel 3). pH H2O tertinggi ditunjukkan oleh pemberian pasir 0% dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Peningkatan pH H 2O pada perlakuan kontrol sebesar 67.88% dibandingkan dengan pemberian pasir 25%, sementara pemberian pasir 50% sebesar 67.66. Sabuk kelapa tertinggi ditunjukkan oleh pemberiaan 20 ton ha-1 dan berbeda nyata pada perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena sabut kelapa mengandung pH yang tinggi. Sifat kimia sabut kelapa, yaitu: pH rata-rata agak masam (6,33, nilai C/N rasio sangat tinggi (98,42), nilai KTK sangat tinggi (84,28 me 100 g -1), dan unsur-unsur hara makro (C, N, P, K, Ca dan Mg) dalam kelas yang sangat tinggi dan cukup bervariasi. Selain itu, sabut kelapa saat ini digunakan untuk penyisihan logam berat (Mn 2+) pada sumur (Silalahi et al. 2007). Pemberian sabut batang pisang tertinggi pada perlakuan kontrol dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Peningkatan pH H 2O pada perlakuan kontrol sebesar 72.14% dibandingkan dengan pemberian 10 ton ha -1. Sementara pemberian 20 ton ha-1 sebesar 72.60%. Hal ini diduga sabut batang pisang memiliki pH yang rendah. Menurut Hakim et al. (1986) faktor yang mempengaruhi pH antara lain : Kejenuhan basa, sifat misel (koloid), macam kation yang terjerap.
7
Tabel 3. Rataan parameter sifat kimia tanah dengan pemberian pasir, sabut kelapa dan sabut batang pisang pH H2O
C-Organik (%)
N total (%)
P2O5 (ppm)
K 2O (ppm)
0% 25% 50%
12.91a 7.69b 7.70b
1.16a 1.01b 0.69c
0.17a 0.14b 0.11c
83.27a 83.00a 84.22a
119.47b 131.67ab 146.67a
0 ton ha-1 10 ton ha-1 20 ton ha-1 Sabut Batang Pisang 0 ton ha-1 10 ton ha-1 20 ton ha-1 Interaksi BNT0.05 KK (%)
7.55b 7.51b 13.24a
0.87b 0.96ab 1.02a
0.14a 0.13a 0.15a
76.39b 78.11b 96.00a
131.24a 136.00a 130.56a
13.10a 7.61b 7.59b tn 3.98 77.71
0.89b 0.91b 1.05a tn 0.09 17.6
0.14a 0.14a 0.15a tn 0.01 13.9
54.83c 75.33b 120.33a tn 7.88 13.38
78.35c 121.67b 197.78a tn 23.66 32.83
Pelakuan Pasir
Sabut Kelapa
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5% BNT=beda nyata terkecil; KK=koefisien keragaman.
14
13.24
12.91
P0
13.1
P1
Persen (%)
12 10 8
P2 7.69 7.7
7.55 7.51
S0 S1
6
S2
4
B0
2 0
7.61 7.59
B1 pH H2O
B2
Gambar 5. Keragaan pH H2O dengan pemberian amelioran pasir, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Ustic Epiaquerts. Tampaknya, keragaan pH H2O dengan pemberian sabut kelapa mempunyai pola yang relatif sama kedua bahan amelioran lainnya. Peningkatan pemberian sabut kelapa 0 ton ha-1, 10 ton ha-1, dan 20 ton ha-1 masing-masing 10.34%, 6,25%, dan 75.36% lebih besar dibandingkan dengan pemberian sabut kelapa dan pasir. Hal ini diduga karena sabut kelapa dapat mengikat air lebih banyak sehingga dapat meningkatkan pH H 2O.
8
1.16
1.2
1.01 0.87
Persen (%)
1
0.96
1.02
1.05 0.89 0.91
P1 P2
0.69
0.8
P0
C0
0.6
C1
0.4
C2
0.2
B0 B1
0
C-Organik
B2
Gambar 6. Keragaan kadar C Organik dengan pemberian amelioran pasir, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Ustic Epiaquerts. Terdapat perbedaan pola antara pH H2O dan pola C Organik. Tanpaknya pemberian sabut batang pisang berpengaruh baik terhadap kadar C Organik dalam tanah. pemberian sabut batang pisang mempunyai pola relatif sama kedua bahan amelioran. Peningkatan pemberian sabut batang pisang 0 ton ha-1, 10 ton ha-1, dan 20 ton ha-1 masing-masing 72.14%, 0.26%, dan 72.60% lebih besar dari pada pemberian sabut kelapa dan pasir. Hal ini diduga karena sabut batang pisang mengandung kadar C lebih besar dibandingkan sabut kelapa dan pasir. B
Persen (%)
0.2 0.15
P0 0.17 0.14
0.14 0.11
0.13
0.15
0.15
P1 P2 C0
0.1
C1 C2
0.05 0
0.14 0.14
B0 B1 N Total
B2
Gambar 7. Keragaan kadar N Total dengan pemberian amelioran pasir, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Ustic Epiaquerts. Keragaan kadar N Total mempunyai pola relatif sama kedua bahan amelioran. Tampaknya sabut batang pisang berpengaruh baik terdahadap N Total. Pemberian sabut batang pisang 0 ton ha-1, 10 ton ha-1, dan 20 ton ha-1 menunjukkan peningkatan masingmasing sebesar 37.39%, 59.74, dan 7.14% lebih besar dibandingkan dengan pemberian sabut kelapa dan pasir. Hal ini diduga sabut batang pisang mengadung kadar N lebih besar dibandingkan sabut kelapa. 9
Part per Million (ppm)
140
120.33
120 100 80
83.2783.0084.22
96.00 76.3978.11
C0 C1 C2
40
B0
20 0
P1 P2
75.33 54.83
60
P0
B1 B2
P 2O 5
Gambar 8. Keragaan kadar P2O5 dengan pemberian amelioran pasir, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Ustic Epiaquerts. Sabut batang pisang menunjukkan pola yang relatif sama kedua bahan amelioran. Peningkatan pemberian sabut batang pisang 0 ton ha -1, 10 ton ha-1, dan 20 ton ha-1 masing-masing sebesar 55.29 ppm. 62. 55 ppm, dan 119.46 ppm. Pemberian sabut batang pisang berpengaruh baik terhadap kadar P2O5 lebih besar dibandingkan pemberian sabut kelapa dan pasir. Hal ini diduga sabut batang pisang mengadung kadar P lebih besar dibandingkan sabut kelapa. 197.78
Part per million (ppm)
200.00 150.00
146.67 131.67 131.24136.00130.56 119.47
121.67
P2 C0 C1 C2
50.00 0.00
P1
78.35
100.00
P0
B0 B1 K2O
B2
Gambar 9. Keragaan kadar K2O dengan pemberian amelioran pasir, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Ustic Epiaquerts. Terdapat kesamaan antara kadar C Organik, N Total, P2O5, dan K2O yang mempunyai pola relatif sama kedua bahan amelioran. Peningkatan pemberian sabut batang pisang 0 ton ha-1, 10 ton ha-1, dan 20 ton ha-1 masing-masing sebesar 66.64 ppm, 62.55 ppm, dan 152.43 ppm lebih besar dari pada pemberian sabut kelapa dan pasir. Hal ini diduga sabut batang pisang mengadung kadar K lebih besar dibandingkan sabut kelapa. 10
Kesimpulan
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Pemberian amelioran pasir, sabut kelapa, dan sabut batang pisang berpengaruh nyata terhadap kadar air, dan tekstur tanah. Pasir merupakan perlakuan terbaik dibandingkan pemberian sabut kelapa dan sabut batang pisang hal ini disebabkan karena pemberian pasir dapat memperbaiki infiltrasi air dan agregat tanah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. 2. Pemberian amelioran pasir, sabut kelapa, dan sabut batang pisang berpengaruh nyata terhadap sifat kimia tanah vertisol (Epiaquerts Ustic). Sabut kelapa memberikan pengaruh terbaik terhadap pH H 2O adalah pemberian sabut kelapa sebesar 20 ton ha-1. sementara pemberian sabut batang pisang memberikan pengaruh terbaik terhadap C Organik, N Total, P 2O5 dan K2O adalah pemberian sabut batang pisang sebesar 20 ton ha-1. Saran Berdasarkan hasil penelitian bahwa pemberian amelioran pasir, sabut kelapa, dan sabut batang pisang berpengaruh nyata terhadap sifat fisik dan kimia tanah Vertisol (Epiaquerts Ustic). Pada penelitian masih terdapat kekurangan terhadap sifat fisik dan kimia tanah, untuk itu masih dapat dilakukan penelitian lebih lanjuk untuk mengetahui beberapa sifat fisik dan kimia tanah yang belum sempat dilakukan sebelumnya. DAFTAR PUSTAKA Deckers J, O Spaargaren, and F Nachtergaele. 2001. Vertisols: Genesis properties and soilscape management for sustainable development. p. 3-20. In Syers JK, FWT Penning De Vries, and P Nyamudeza (Eds): The Sustainable Management of Vertisols. IBSRAM Proceeding No. 20. Hakim, N., A.M Lubis. 1986. Dasar-dasar ilmu tanah. Universitas Lampung, Lampung Indrawati E. 2009. Koefisien penyerapan bunyi bahan akustik dari pelepah pisang dengan kerapatan yang berbeda [Skripsi]. Malang: Jurusan Fisika Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maliki. Mukanda N and A Mapiki. 2001. Vertisols Management in Zambia. p. 129-127. In Syers JK, FWT Penning De Vries, and P Nyamudeza (Eds): The Sustainable Management of Vertisols . IBSRAM Proceedings No. 20. Narka IW dan Wiyanti. 1999. Pengaruh pemberian pasir dan bahan organik terhadap sifat fisik tanah Vertisol. J. Agritrop 18(1):11-15. Silalahi D. Mawar, Christiana Siallagan, Elizabeth Monica. 2007 Penyisihan Mn2+ Dalam Air Sumur dengan Memanfaatkan Sabut Kelapa Jurnal Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti, Vol 4, No 2 (2007) Subiyanto B, R Saragih dan E Husin. 2003. Pemanfaatan serbuk sabut kelapa sebagai bahan penyerap air dan oli berupa panel papan partikel. J. Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis 1(1):26-34. Pusat Penelitan Tanah. 1983. Terms fo Reverence Survei Kapabilitas Tanah. Proyek P3MT Badan Litbang Pertanian, Bogor. 1983 11