MATERI KULIAH
EVALUASI PROSES HASIL BELAJAR BIOLOGI
Oleh : Mashudi Alamsyah, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS TEKNIK, MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI JAKARTA 0
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penilaian hasil belajar merupakan aktivitas yang sangat penting dalam proses pendidikan. Semua proses di lembaga pendidikan formal pada akhirnya akan bermuara pada hasil belajar yang diwujudkan secara kuantitatif berupa nilai. Hasil belajar siswa tidak selalu mudah untuk dinilai. Sebagaimana diketahui, tujuan pembelajaran meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah pengetahuan (kognitif) dan sikap (afektif) relatif sulit untuk diamati, meski pun dapat diukur. Oleh karena itu, dalam proses penilaian hasil belajar langkah yang pertama harus dimulai dari perumusan tujuan pembelajaran yang memungkinkan untuk diamati dan diukur (observable and measurable). Berangkat dari tujuan pembelajaran yang dirumuskan, maka disusunlah instrumen untuk mengamati dan mengukur hasil pembelajaran. Dengan menggunakan instrumen, diperoleh data yang mencerminkan ketercapaian tujuan pembelajaran pada seorang peserta didik. Data ini selanjutnya harus diolah dan dimaknai sehingga menjadi informasi yang bermakna. Selain itu berdasarkan data tersebut penilai dapat membuat keputusan me-ngenai posisi atau status seorang peserta didik, misalnya naik atau tidak naik kelas, lulus atau tidak dan sebagainya. Seluruh proses penilaian hasil belajar tentu harus dilakukan dengan cermat, mulai dari penyusunan instrumen, pelaksanaan tes, pengolahan, sampai pada penetapan hasil akhir. Pada setiap tahapan diperlukan keterampilan khusus yang perlu dipelajari. Materi/bahan ajar ini bermaksud membekali mahasiswa untuk dapat menjadi guru yang profesional dalam melaksanakan penilaian hasil belajar. B. KOMPETENSI YANG HENDAK DICAPAI Setelah menyelesaikan materi atau perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan dapat membimbing teman atau calon guru dalam menentukan aspek-aspek penting yang harus dinilai oleh guru dalam pembelajaran, untuk meningkatkan mutu soal yang telah ditulis, guru harus dapat melakukan analisis butir soal. C. TUJUAN Setelah menggunakan Bahan Ajar/Modul ini mahasiswa diharapkan dapat: 1. Memahami pengertian, fungsi, tujuan dan prinsip penilaian hasil belajar. 2. Memahami ranah penilaian hasil pelajar 3. Menjelaskan jenis-jenis penilaian, standar penilaian dan cara penskoran. 4. Membimbing calon guru dalam menyusun dan menerapkan alat-alat penilaian. 5. Dapat membantu calon guru dalam evaluasi atas tes yang digunakan, 6. Secara materi calon guru dapat memperbaiki tes di kelas.
1
BAB II PENILAIAN KELAS A. MATERI 1. Pengertian Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Misalnya untuk dapat mengatakan baik, sedang, kurang, diperlukan adanya ukuran yang jelas bagaimana yang baik, yang sedang, dan yang kurang. Ukuran itulah yang dinamakan kriteria. Penilaian adalah proses menentukan nilai suatu objek tertentu berdasarkan kriteria tertentu. Proses pemberian nilai tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi yang diakhiri dengan judgment. Interpretasi dan judgment merupakan tema penilaian yang mengimplikasikan adanya suatu perbandingan antara kriteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu. Atas dasar itu maka dalam kegiatan penilaian selalu ada objek/program yang dinilai, ada kriteria, dan ada interpretasi/judgment. Penilaian kelas adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa (kompetensi) menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian. Penilaian proses pebelajaran adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. 2. Fungsi Penilaian Hasil Belajar Tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku pada diri siswa. Oleh sebab itu dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laku siswa telah terjadi melalui proses belajarnya. Dengan mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, dapat diambil tindakan perbaikan proses pembelajaran dan perbaikan siswa yang bersangkutan. Misalnya dengan melakukan perubahan dalam strategi mengajar, memberikan bimbingan dan bantuan belajar kepada siswa. Dengan perkataan lain, hasil penilaian tidak hanya bermanfaat untuk mengetahui tercapai tidaknya perubahan tingkah laku siswa, tetapi juga sebagai umpan balik bagi upaya memperbaiki proses pembelajaran. Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan proses pebelajaran dalam mengupayakan perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil belajar yang dicapai siswa merupakan
2
akibat dari proses pembelajaran yang ditempuhnya (pengalaman belajarnya). Sejalan dengan pengertian diatas maka penilaian berfungsi sebagai berikut: a. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran. Dengan fungsi ini maka penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan tujuan pembelajaran sebagai penjabaran dari kompetensi mata pelajaran. b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan pembelajaran, kegiatan atau pengalaman belajar siswa, strategi pembelajaran yang digunakan guru, media pembelajaran, dll. c. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya. 3. Tujuan Penilaian Hasil Belajar Sejalan dengan fungsi penilaian di atas maka tujuan dari penilaian kelas adalah untuk : a. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya. Dengan pendeskripsian kecakapan tersebut dapat diketahui pula posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan siswa lainnya. b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran disekolah, dalam aspek intelektual, sosial, emosional, moral, dan keterampilan yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan. Keberhasilan pendidikan dan pembelajaran penting artinya mengingat peranannya sebagai upaya memanusiakan atau membudayakan manusia, dalam hal ini para siswa agar menjadi manusia yang berkualitas. c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pembelajaran serta strategi pelaksanaannya. Kegagalan para siswa dalam hasil belajar yang dicapainya hendakmya tidak dipandang sebagai kekurangan pada diri siswa semata-mata, tetapi juga bisa disebabkan oleh program pembelajaran yang diberikan kepadanya atau oleh kesalahan strategi dalam melaksanakan program tersebut. Misalnya kekurangtepatan dalam memilih dan menggunakan metode mengajar dan alat bantu pembelajaran. d. Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihakpihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat, dan para orang tua siswa. Dalam mempertanggungjawabkan hasil-hasil yang telah dicapainya, sekolah memberikan laporan berbagai kekuatan dan kelemahan pelaksanaan sistem pendidikan serta kendala yang dihadapinya. Laporan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan, misalnya dinas pendidikan setempat melalui petugas yang menanganinya. Sedangkan pertanggungjawaban kepada masyarakat
3
dan orang tua disampaikan melalui laporan kemajuan belajar siswa (raport) pada setiap akhir program, semester. 4. Prinsip Penilaian Hasil Belajar Selain tujuan dan fungsi penilaian, guru juga harus memahami prinisp-prinsip penilaian. Prinsip penilaian yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut : a. Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses pembelajaran. Artinya setiap guru melaksanakan proses pembelajaran ia harus melaksanakan kegiatan penilaian. Penilaian yang dimaksud adalah penilaian formatif. Tidak ada proses pembelajaran tanpa penilaian. Dengan demikian maka kemajuan belajar siswa dapat diketahui dan guru dapat selalu memperbaiki kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakannya. b. Penilaian kelas hendaknya dirancang dengan jelas kemampuan apa yang harus dinilai, materi atau isi bahan ajar yang diujikan, alat penilaian yang akan digunakan, dan interpretasi hasil penilaian. Sebagai patokan atau rambu-rambu dalam merancang penilaian hasil belajar adalah kurikulum yang berlaku terutama tujuan dan kompetensi mata pelajaran, ruang lingkup isi atau bahan ajar serta pedoman pelaksanaannya. c. Penilaian harus dilaksanakan secara komprehensif, artinya kemampuan yang diukurnya meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotiris. Dalam aspek kognitif mencakup: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi secara proporsional. d. Alat penilaian harus valid dan reliabel. Valid artinya mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Reliabel artinya hasil yang diperoleh dari penilaian adalah konsisten atau ajeg (ketetapan). e. Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tidak lanjutnya. Data hasil penilaian sangat bermanfaat bagi guru sebagai bahan untuk menyempurnakan program pembelajaran, memperbaiki kelemahan-kelemahan pembelajaran, dan kegiatan bimbingan belajar pada siswa yang memerlukannya. f. Penilaian hasil belajar harus obyektif dan adil sehingga bisa mengambarkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Prinsip-prinsip penilaian di atas dapat digunakan guru dalam merencanakan dan melaksanakan penilaian. 5. Jenis Penilaian Dilihat dari fungsinya penilaian dibedakan menjadi lima jenis yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik, penilaian selektif, dan penilaian penempatan. a. Penilaian Formatif Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan guru pada saat berlangsungnya proses pembelajaran untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajarmengajar itu sendiri. Dengan demikian, penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar-mengajar untuk memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaannya. 4
b. Penilaian Sumatif Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yakni akhir caturwulan, akhir semester, dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh kompetensi siswa dan kompetensi mata pelajaran dikuasai oleh para siswa. Penilaian ini berorientasi kepada produk, bukan kepada proses. c. Penilaian Diagnostik Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahankelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial (remedial teaching), menemukan kasus-kasus, dll. Soal-soalnya disusun sedemikian rupa agar dapat ditemukan jenis kesulitan belajar yang dihadapi oleh para siswa. d. Penilaian Selektif Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya tes atau ujian saringan masuk ke sekolah tertentu. e. Penilaian Penempatan Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu. Dengan perkataan lain, penilaian ini berorientasi kepada kesiapan siswa untuk menghadapi program baru dan kecocokan program belajar dengan kemampuan siswa. Dari segi alatnya, penilaian dapat dibedakan menjadi (a) tes dan (b) bukan tes (nontes). Tes bisa terdiri atas tes lisan (menuntut jawaban secara lisan), tes tulisan (menuntut jawaban secara tulisan), dan tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Soal-soal tes ada yang disusun dalam bentuk (a) objektif, ada juga yang disusun dalam bentuk (b) esai atau uraian. Sedangkan bukan tes sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala penilaian, sosiometri, studi kasus, dll. Tes hasil belajar ada yang sudah dibakukan (standardized test), ada pula yang dibuat guru, yakni tes yang tidak baku. Pada umumnya penilaian hasil belajar di sekolah menggunakan tes buatan guru untuk semua bidang studi/mata pelajaran. Tes baku, sekalipun lebih baik dari pada tes buatan guru, masih sangat langka sebab membuat tes baku memerlukan beberapa kali percobaan dan analisis dari segi reliabilitas dan validitasnya. Tes sebagai alat penilaian hasil belajar ada yang mengutamakan kecepatan (speed tests) dan ada pula yang mengutamakan kekuatan (power test). Tes objektif pada umumnya termasuk speed tes sebab jumlah pertanyaan cukup banyak waktunya relatif terbatas, sedangkan tes esai termasuk power test sebab jumlah pertanyaan sedikit waktunya relatif lama. Dilihat dari objek yang dinilai atau penyajian tes ada yang bersifat individual dan ada tes yang bersifat kelompok. 6. Standar Penilaian Selain jenis-jenis penilaian perlu juga dijelaskan mengenai standar penilaian yakni cara yang digunakan dalam menentukan derajat keberhasilan hasil penilaian sehingga 5
dapat diketahui kedudukan siswa, apakah ia telah menguasai tujuan pembelajaran ataukah belum. Standar penilaian hasil belajar pada umumnya dibedakan kedalam dua standar, yakni standar penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP). a. Penilaian Acuan Norma (PAN) Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang menggunakan acuan pada rata-rata kelompok. Dengan demikian dapat diketahui posisi kemampuan siswa dalam kelompoknya. Untuk itu norma atau kriteria yang digunakan dalam menentukan derajat prestasi seorang siswa selalu dibandingkan dengan nilai rata-rata kelasnya. Atas dasar itu akan diperoleh tiga kategori prestasi siswa, yakni prestai siswa di atas rata-rata kelas, berkisar pada rata-rata kelas, dan prestasi siswa yang berada di bawah rata-rata kelas. Dengan kata lain, prestasi yang dicapai seseorang posisinya sangat bergantung pada prestasi kelompoknya. Keuntungan standar ini adalah dapat diketahui prestasi kelompok atau kelas sekaligus dapat diketahui keberhasilan pembelajaran bagi semua siswa. Kelemahannya adalah kurang meningkatkan kualitas hasil belajar. Jika nilai rata-rata kelompok atau kelasnya rendah, misalnya skor 40 dari seratus, maka siswa yang memperoleh nilai 45 (di atas rata-rata) sudah dikatakan baik, atau dinyatakan lulus, sebab berada di atas rata-rata kelas, padahal skor 45 dari maksimum skor 100 termasuk rendah. Kelemahan yang lain ialah kurang praktis sebab harus dihitung dahulu nilai rata-rata kelas, apalagi jika jumlah siswa cukup banyak. Sistem ini kurang menggambarkan tercapainya tujuan pembelajaran sehingga tidak dapat dijadikan ukuran dalam menilai keberhasilan mutu pendidikan. Demikian juga kriteria keberhasilan tidak tetap dan tidak pasti, bergantung pada rata-rata kelas, makanya standar penilaian ini disebut stándar relatif. Dalam konteks yang lebih luas penggunaan standar penilaian ini tidak dapat digunakan untuk menarik generalisasi prestasi siswa sebab rata-rata kelompok untuk kelas yang satu berbeda dengan kelas yang lain, sekolah yang satu akan berbeda dengan sekolah yang lain. Standar penilaian acuan norma tepat jika digunakan untuk penilaian formatif. b. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah penilaian yang menggunakan acuan pada tujuan pembelajaran atau kompetensi yang harus dikuasai siswa. Derajat keberhasilan siswa dibandingkan dengan tujuan atau kompetensi yang seharusnya dicapai atau dikuasai siswa bukan dibandingkan dengan prestasi kelompoknya. Dalam penilaian ini ditetapkan kriteria minimal harus dicapai atau dikuasai siswa. Kriteria minimal yang biasa digunakan adalah 80% dari tujuan atau kompetensi yang seharusnya dikuasai siswa. Makin tinggi kriterianya makin baik mutu pendidikan yang dihasilkan. Standar penilaian acuan patokan berbasis pada konsep belajar tuntas atau mastery learning. Artinya setiap siswa harus mencapai ketuntasan belajar yang diindikasikan oleh penguasaan materi ajar minimal mencapai kriteria yang telah ditetapkan. Jika siswa belum mencapai kriteria tersebut siswa belum dinyatakan berhasil dan harus menempuh ujian kembali. Karena itu penilaian acuan patokan sering disebut stándar mutlak. Dalam sistem ini guru tidak perlu menghitung nilai rata-rata kelas sebab prestasi siswa tidak dibandingkan dengan prestasi kelompoknya. Melalui sistem penilaian acuan patokan sudah dapat dipastikan prestasi belajar siswa 6
secara bertahap akan lebih baik sebab setiap siswa harus mencapai kriteria minimal yang telah ditentukan. Namun sistem ini menuntut guru bekerja lebih keras sebab setiap guru harus menyediakan remedial bagi siswa yang belum memenuhi stándar yang telah ditentukan. Sistem penilaian ini tepat digunakan baik untuk penilaian formatif maupun penilaian sumatif. 7. Cara Penskoran Terkait dengan sistem penilaian perlu juga diketahui tentang cara memberikan skor/nilai atau sistem pembijian yakni cara pemberian angka dalam menilai hasil belajar siswa. Dalam sistem pembijian atau cara memberikan nilai dapat digunakan beberapa cara. Cara pertama menggunakan sistem huruf, yakni A, B, C, D, dan E (gagal). Biasanya ukuran yang digunakan adalah A paling tinggi, paling baik, atau sempurna; B baik; C sedang atau cukup; dan D kurang; dan E gagal. Cara kedua ialah dengan sistem angka yang menggunakan beberapa skala. Pada skala empat, angka 4 setara dengan A, angka 3 setara dengan B, angka 2 setara dengan C, dan angka 1 setara dengan D. Ada juga skala sepuluh, yakni menggunakan rentangan angka dari 1-10. Selain itu ada juga yang menggunakan rentangan 1-100. Berdasarkan kenyataan yang terjadi selama ini di SD dan SMP, skala yang dipakai adalah skala sepuluh (1-10) dan skala 100 (1-100). . 8. Ranah Penilaian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni: (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan citacita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori belajar, yakni: (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) startegi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Aspek pertama, kedua dan ketiga termasuk kognitif tingkat rendah, sedangkan aspek keempat, kelima dan keenam termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni: (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketetapan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai bahan pengajaran. 7
9. Ranah Kognitif a. Tipe Hasil Belajar Pengetahuan Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan faktual disamping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, namanama tokoh, nama-nama kota dll. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep lainnya. Ada beberapa cara untuk dapat mengingat dan menyimpannya dalam ingatan seperti teknik memo, jembatan keledai, mengurutkan kejadian, membuat singkatan yang bermakna. Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah yang paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hafalan menjadi prasarat bagi pemahaman. Hal ini berlaku bagi semua bidang ilmu, baik matematika, pengetahuan alam, ilmu sosial, maupun bahasa. Misal-nya hafal suatu rumus akan menyebabkan paham bagaimana menggunakan rumus tersebut; hafal kata-kata akan memudahkan membuat kalimat. b. Tipe Hasil Belajar Pemahaman Tipe hasil balajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya menjelaskan susunan kelimat dengan bahasa sendiri, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan. Namun, tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan sebab, untuk dapat memahami, perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal. Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori. Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, pemahaman mengartikan Bhineka Tunggal Ika, mengartikan merah putih, menerapkan prinsip-prinsip listrik dalam memasang saklar dll yang sejenis. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok, menghubungkan pengetahuan tentang konjungsi kata kerja, subjek, dan possesive sehingga tahu menyusun kalimat. Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi dari suatu kejadian, dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya. Meskipun pemahaman dapat dipilahkan menjadi tiga tingkatan di atas, perlu disadari bahwa menarik garis yang tegas antara ketiganya tidaklah mudah. Penyusun tes dapat membedakan soal yang susunannya termasuk sub-kategori tersebut, tetapi tidak perlu berlarut-larut mempersalahkan ketiga perbedaan itu. Sejauh dengan mudah dapat dibedakan antara pemahaman terjemahan, pemanfsiran, dan ekstrapolasi, bedakanlah untuk kepentingan penyususunan soal tes hasil belajar. 8
c. Tipe Hasil Belajar Aplikasi Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, rumus, hukum, prinsip, generalisasi dan pedoman atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Aplikasi yang berulangkali dilakukan pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila terjadi proses pemecahan masalah.. Situasi bersifat lokal dan mungkin pula subjektif sehingga tidak mustahil bahwa sesuatu itu baru bagi banyak orang, tetapi sesuatu yang sudah dikenal bagi beberapa orang tertentu. Mengetengahkan problem baru hendaknya lebih didasarkan atas realitas yang ada di masyarakat atau realitas yang ada di dalam kehidupan siswa sehari-hari. d. Tipe Hasil Belajar Analisis Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagianbagian sehingga jelas hierarkinya dan susunannya. Analisis merupakan suatu kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe hasil belajar sebelumnya. Dengan kemampuan analisis diharapkan siswa mempunyai pemahaman yang komprehensif tentang sesuatu dan dapat memilah atau memecahnya menjadi bagianbagian yang terpadu baik dalam hal prosesnya, cara bekerjanya, maupun dalam hal sistematikanya. Bila kecakapan analisis telah dikuasai siswa maka siswa akan dapat mengaplikasikan-nya pada situasi baru secara kreatif. e. Tipe Hasil Belajar Sintesis Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian kedalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berpikir berdasar pengetahuan hafalan, berpikir pemahaman, berpikir aplikasi, dan berpikir analisis dapat dipandang sebagai berpikir konvergen yang satu tingkat lebih rendah daipada berpikir devergen. Dalam berpikir konvergen, pemecahan masalah atau jawabannya akan mudah diketahui berdasarkan yang sudah dikenalnya. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen. Dalam berpikir divergen pemecahan masalah atau jawabannya belum dapat dipastikan. Mensintesiskan unit-unit tersebar tidak sama dengan mengumpulkannya kedalam satu kelompok besar. Kalau analisis memecah integritas menjadi bagian-bagian, sebaliknya sintesis adalah menyatukan unsur-unsur menjadi suatu integritas yang mempunyai arti. Berpikir sintesis merupakan sarana untuk dapat mengembangkan berpikir kreatif. Seseorang yang kreatif sering menemukan atau menciptakan sesuatu. Kreatifitas juga berope-rasi dengan cara berpikir divergen. Dengan kemampuan sintesis, siswa di-mungkinkan untuk menemukan hubungan kausal, urutan tertentu, astraksi dari suatu fenomena dll. f. Tipe Hasil Belajar Evaluasi Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi, dll. Oleh karena itu maka dalam evaluasi perlu adanya suatu kriteria atau stándar tertentu. Dalam tes esai, stándar atau kriteria tersebut muncul dalam bentuk frase ”menurut pendapat saudara” atau “menurut teori tertentu”. Frase yang pertama sukar diuji mutunya, setidak-tidaknya sukar 9
diperbandingkan sebab variasi kriterianya sangat luas. Frase yang kedua lebih jelas standarnya. Untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam evaluasi, maka soal-soal yang dibuat harus menyebutkan kriterianya secara eksplisit. Mengembangkan kemampuan evaluasi penting bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kemampuan evaluasi memerlukan kemampuan dalam pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis. Artinya tipe hasil belajar evaluasi mensaratkan dikuasainya tipe hasil belajar sebelumnya. 10. Ranah Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Dalam menilai hasil belajar siswa para guru lebih banyak mengukur siswa dalam penguasaan aspek kognitif. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Sekalipun bahan pengajaran berisi ranah kognitif, ranah efektif harus menjadi bagian integral dari bahan tsb dan harus tampak dalam proses belajar dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar ranah efektif terdiri atas lima kate-gori sebagai berikut: a. Reciving/attending, yakni kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, untuk menerima stimulus, keinginan untuk melakukan kontrol dan seleksi terhadap rangsangan dari luar. b. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang ter-hadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketetapan reaksi, kedalaman perasaan, kepuasan merespon, tanggung jawab dalam membe-rikan respon terhadap stimulus dari luar yang datang pada dirinya. c. Valuing berkenaan dengan nilai atau kepercayaan terhadap gejala atau sti-mulus yang diterimanya. Dalam hal ini termasuk kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut. d. Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. e. Internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. 11. Ranah Psikomotoris Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni: a. Gerak refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar). b. Keterampilan pada gerakan dasar. 10
c. Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain. d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan. e. Gerak-gerak skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada kete-rampilan yang kompleks. f. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpreatif. Hasil belajar yang dikemukakan di atas sebenarnya tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya. 12. Alat Penilaian Uraian di bawah ini menjelaskan secara khusus alat penilaian, yakni tes, baik tes uraian (esai) maupun tes objektif. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan) atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar ranah kognitif dalam hal penguasaan bahan ajar sesuai dengan kurikulumnya. Sungguhpun demikian dalam batas tertentu tes dapat pula digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah afektif dan psikomotoris. Ada dua jenis tes yang akan dibahas yakni tes uraian atau tes esai dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas dan uraian berstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yaitu bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda dengan berbagai variasinya, menjodohkan dan bentuk isian pendek atau melengkapi. a. Tes Uraian Tes uraian, yang dalam literatur disebut juga essay examination, merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam hal mengekspresikan gagasan melalui bahasa tulisan. Disinilah kakuatan atau kelebihan tes esai dari alat penilaian lainnya. Sungguhpun demikian, sejak tahun 1960-an bentuk tes ini banyak ditinggalkan orang karena munculnya bentuk tes objektif. Bahkan sampai saat ini tes objektif sangat populer dan digunakan oleh hampir semua guru mulai tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Ada semacam kecenderungan di kalangan para pendidik dan guru untuk menggunakan tes uraian sebagai alat penilaian hasil belajar disebabkan oleh beberapa hal antara lain ialah (a) adanya gejala menurunnya hasil belajar yang salah satu diantaranya berkenaan dengan penggunaan tes objektif, (b) lemahnya para siswa dalam menyatakan gagasan sebagai akibat penggunaan tes objektif yang berlebihan, (c) kurangnya daya analisis siswa karena terbiasa dengan tes objektif yang memungkinkan mereka main tebak 11
jawaban manakala menghadapi kesulitan dalam menjawabnya. Kondisi seperti ini menyebabkan adanya keinginan untuk menggunakan kembali tes uraian. Harus diakui bahwa tes uraian dalam banyak hal mempunyai kelebihan daripada tes objektif terutama dalam hal meningkatkan kemampuan menalar para siswa. Hal ini disebabkan karena melalui tes uraian dapat mengungkapkan aspek kognitif tingkat tinggi seperti analisissintesis-evaluasi, baik secara lisan maupun tulisan. Siswa juga dibiasakan sengan kemampuan memecahkan masalah (problem solving), mencoba merumuskan hipotesis, menyusun dan mengekspresikan gagasannya dan menarik kesimpualan dari pemecahan masalah. Agar diperoleh soal-soal bentuk uraian yang dikatakan memadai sebagai alat penilaian hasil belajar, hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Dari Segi Isi yang Diukur Segi yang akan diukur hendaknya ditentukan secara jelas abilitasnya, misalnya pemahaman konsep, aplikasi suatu konsep, analisis suatu permasalahan, dan aspek kognitif lainnya dengan kejelasan apa yang akan diungkapkan maka soal atau pertanyaan yang dibuat hendaknya mengungkapkan kemampuan siswa dalam abilitas tersebut. Setelah abilitas yang hendak diukur cukup jelas tetapkan materi yang ditanyakan. Dalam memilih materi sesuai dengan kurikulum atau silabusnya, pilihlah materi yang esensial yakni materi yang menjadi inti persoalan dan menjadi dasar untuk penguasaan materi lainnya. Dengan perkataan lain, bila konsep esensial dikuasai, maka secara keseluruhan siswa akan mengetahui aspek-aspek yang berkenaan dengan konsep tersebut. Aturlah penyajian pertanyaan secara berurutan mulai dari yang mudah menuju kepada yang lebih sulit, atau dari yang sederhana menuju kepada yang lebih kompleks. 2) Dari Segi Bahasa Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah diketahui maknayang terkandung dalam rumusan pertanyaan. Bahasanya sederhana, singkat tetapi jelas apa yang ditanyakan. Hindari bahasa yang berbelit-belit, membingungkan atau mengecoh siswa. 3) Dari Segi Teknis Penyajian Soal Hendaknya jangan mengulang-ulang pertanyaan terhadap materi yang sama sekalipun untuk abilitas yang berbeda sehingga soal atau pertanyaan yang diajukan lebih komprehensif daripada segi lingkup materinya. Perhatikan waktu yang tersedia untuk mengerjakan soal tersebut sehingga soal tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit. Bobot penilaian untuk setiap soal hendaknya di bedakan menurut tingkat kesulitan soal. Soal-soal yang sulit diberi bobot yang lebih besar, Tingkat kesulitan soal bisa dilihat dari sifat materinya, abilitas yang akan diukurnya. Abilitas analisis lebih sulit daripada aplikasi dan pemahaman, sintesis lebih sulit daripada analisis. Sedangkan dari aspek materi, konsep lebih sulit daripada fakta. 4) Dari Segi Jawaban Setiap pertanyaan yang hendak diajukan sebaiknya telah ditentukan jawaban yang diharapkan, minimal pokok-pokoknya. Tentukan pula besarnya skor maksimal untuk setiap soal yang dijawab benar dan skor minimal bila jawaban dianggap salah atau kurang 12
memadai. Jangan sekali-kali mengajukan pertanyaan yang jawabannya belum pasti atau guru sendiri tidak tahu jawabannya, atau mengharapkan kebenaran jawaban tersebut diperoleh dari sis-wa. Skoring bisa digunakan dalam berbagai bentuk, misalnya sakala 1-4 atau 1-10, bahkan bisa juga skala 1-100. Namun, yang paling umun digunakan adalah 1-10. Dengan demikian, guru tidak memberi angka nol terhadap jawaban yang salah. Gunakan sistem bobot dalam memberikan nilai terhadap jawaban untuk setiap nomor. Bobot nilai bisa menggunakan skala 1-10 misalnya untuk soal kategori mudah diberi bobot dua, soal kategori cukup diberi bobot tiga, dan soal kategori sulit diberi bobot lima sehinggan jumlah bobot itu 10. Contoh : diberikan 5 soal uraian. Nomor 1 soal kategori mudah, nomor 2,3 dan 4 soal kategori sedang dan 5 soal kategori sulit. Misalkan hasil pemeriksaan jawaban siswa diperoleh data sebagai berikut : Ali memperoleh skor sebagai berikut : Nomor soal 1 2 3 4 5
Nilai yang diperoleh 4 3 3 4 2 Σ 16
Bobot Nilai
Total Nilai
2 3 3 3 5
8 9 9 12 10 Σ 48
Nilai rata-rata sebelum diberi bobot adalah 16/5 = 3,2. Nilai rata-rata setelah diberi bobot adalah 48/16 = 3,0. Rendahnya nilai Ali setelah dibobot karena jawaban Ali terhadap soal nomor 5 yang termasuk soal sulit adalah rendah. Ali hanya menjawab benar pada soal yang termasuk mudah. b.
Tes Objektif Soal-soal bentuk objektif banyak digunakan guru dalam menilai hasil belajar. Hal ini disebabkkan tes obyektif bisa mencakup bahan pelajaran yang lebih banyak dan mudahnya memeriksa jawaban siswa.. Soal-soal tes objektif dikenal ada beberapa bentuk, yakni jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan pilihan berganda. Kecuali bentuk jawaban singkat dan bentuk benar salah, soal-soal bentuk objektif telah tersedia kemungkinan jawabannya dan siswa tinggal memilih salah satu kemungkinan yang paling tepat. 1) Bentuk Soal Jawaban Singkat Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat atau simbol dan jawbannya hanya dapat dinilai benar atau salah. Ada dua bentuk soal jawaban singkat, yaitu bentuk pertanyaan langsung dan bentuk pertanyaan tidak lengkap. Contoh : - Berpakah luas daerah segitiga yang panjang alasnya 8 cm dan tingginya 6 cm? - Luas daerah segitiga yang panjang alasnya 8 cm dan tingginya 6 cm adalah ... 13
Bentuk soal jawaban singkat cocok untuk mengukur pengetahuan yang berhubungan dengan istilah, fakta, prinsip, metode, prosedur dan penafsiran data sederhana. Kaidah penulisan soal bentuk jawaban singkat antara lain (a) jangan mengambil pernyataan langsung dari buku, (b) pernyataan hanya megandung satu jawaban yang dapat diterima, dan (c) jawaban harus singkat dan jangan sampai lebih panjang dari pertanyaannya. 2) Bentuk Soal Benar-Salah Bentuk soal benar salah adalah bentuk soal-soalnya berupa pernyataan. Sebagian dari pernyataan itu merupakan pernyataan yang benar dan sebagian lagi pernyataan yang salah. Pada umumnya bentuk soal benar-salah dapat dipakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi dan prinsip. Contoh : 1) B – S Danau Toba di Sumatera Utara dari segi pembentukannya merupakan danau tektonik. 2) B – S Perpindahan penduduk dari desa ke kota disebut transmigrasi. Kaidah penulisan bentuk benar salah adalah sebagai berikut: 1) Hindari pernyataan yang mengadung kata kadang-kadang, selalu sering kali dan yang sejenisnya. 2) Hindari pengambilan kalimat langsung dari buku pelajaran. 3) Hindari pernyataan negatif. 4) Usahakan agar kalimat untuk setiap soal tidak terlalu panjang. 5) Hindari pernyataan yang masih diperdebatkan kebenarannya. 3) Bentuk Soal Menjodohkan Bentuk soal menjodohkan terdiri atas sub kelompok pernyataan yang pararel. Kedua kelompok pernyataan ini berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal dan kelompok sebelah kanan berisi jawabannya. Jumlah jawaban dibuat lebih banyak dari jumlah soal. Contoh: Kelompok A Kelompok B 1. kekurangan Vitamin C a. penyakit rabun ayam 2. kekurangan vitamin B kompleks b. seriawan 3. kekurangan vitamin B1 c. penyakit gondok 4. kekurangan vitamin A d. penyakit rakhitis 5. kekurangan vitamin D e. penyakit beri-beri f. pertumbuhan badan lambat Kaidah menulis soal bentuk menjodohkan adalah sebagai berikut: 1) Materi yang ditanyakan berasal dari hal yang sama atau homogen. 2) Pertanyaan dan jawaban mudah dupahami. 3) Jumlah jawaban minimal satu lebih banyak dari jumlah pertanyaan. 4) Susunlah soal dan jawaban pada halaman yang sama. 5) Terdapat hubungan logis antara soal dengan jawaban 14
4) Bentuk Soal Pilihan Berganda Soal pilihan ganda adalah bentuk soal yang terdiri atas pertanyaan disertai sejumlah kemungkinan jawabannya yang harus dipilih salah satu yang paling benar atau paling tepat. Oleh sebab itu soal pilihan berganda terdiri atas beberapa aspek yakni: stemp, option, kunci dan distractor/pengecoh. - stemp; yakni pertanyaan yang berisi permasalahan yang akan ditanyakan. - option; yakni sejumlah alternatif jawaban yang harus dipilih - kunci; yakni jawaban yang paling benar atau paling tepat - distractor; yakni jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban (jawaban pe-ngecoh) Contoh soal bentuk pilihan berganda adalah sebagai berikut: Mahkamah Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa berkedudukan di kota ........ a. Jenewa b. Denhaag (a adalah kunci) c. London (a-b-c-d adalah option) d. New York (b-c-d adalah pengecoh) Kaidah penulisan soal bentuk pilihan berganda adalah sebagai berikut: 1) Pokok soal atau stemp harus dirumuskan secara jelas sehingga mudah dipahami maknanya oleh siswa. 2) Hindari pernyataan negatif pada pokok soal atau stemp. 3) Usahakan option atau kemungkinan jawaban bersifat homogeen atau sejenis. 4) Di antara option harus ada satu jawaban yang benar atau tepat. 5) Pengecoh harus berfungsi bukan asal ada. 6) Hindari adanya semacam petunjuk terhadap jawaban yang benar. 7) Apabila option berbentuk angka susunlah mulai dari angka terkecil. Setiap bentuk soal obyektif tes selalu diawali dengan petunjuk pengerjaan soal dan petunjuk tersebut harus jelas agar siswa tidak salah menjawabnya. Bentuk soal jawaban singkat petunjuknya adalah; isilah dengan kata yang tepat. Bentuk soal benar salah petunjuknya adalah; pilih dengan cara memberi silang huruf B jika pernyataan itu benar dan huruf S bila pernyataan itu salah. Bentuk menjodohkan petunjuknya adalah; pasangkan huruf yang ada pada sebelah kiri dengan huruf yang ada pada sebelah kanan yang menurut kamus paling benar. Bentuk pilihan berganda petunjuknya adalah; pilih salah satu huruf yang menurut kamu paling tepat sebagai jawabannya. Dalam kaitannya dengan penyusunan alat penilaian ada beberapa langkah yang harus ditempuh, yakni: 1. Menelaah kurikulum dan buku pelajaran agar dapat ditentukan lingkup pertanyaan, terutama materi pelajaran, baik luasnya maupun kedalamanya. 2. Merumuskan tujuan dan indikator keberhasilan belajar agar mudah dalam menentukan materi yang akan diujikan. 3. Membuat kisi-kisi atau blueprint alat penilaian. Dalam kisi-kisi harus tampak abilitas atau kemampuan yang akan diukur, lingkup materi/bahan yang akan diujikan, tingkat kesulitan soal, jenis alat penilaian yang digunakan, jumlah 15
soal/pertanyaan,dan perkiraan waktu yang diperlukan untuk mengerjakan soal/pertanyaan tersebut. 4. Menulis soal-soal/pertanyaan berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Dalam penulisan soal, perhatikan aturan penulisan soal sebagai alat penilaian hasil belajar. 5. Membuat kunci jawaban soal agar pemeriksa mempunyai pemahaman dan kriteria yang sama atas jawaban yang diberikan siswa. Sungguhpun demikian tes hasil belajar tidak mungkin dapat mengungkapkan semua materi yang ada dalam kurikulum, sekalipun hanya untuk satu semester. Oleh sebab itu, harus diambil sebagian dari materi dalam bentuk sampel tes. Sampel tes harus dapat mencerminkan materi yang terkandung dalam kurikulum. Cara yang ditempuh dalam menetapkan sampel tes adalah memilih konsep-konsep materi yang esensial. Misalnya menetapkan sejumlah konsep yang terdapat pada setiap pokok bahasan. Setiap konsep yang dipilih kemudian dikembangkan beberapa pertanyaan tes. Di sinilah pentingnya peranan kisi-kisi penyusunan alat penilaian. B. RANGKUMAN Penilaian adalah proses menentukan nilai suatu objek tertentu berdasarkan kriteria tertentu. Proses pemberian nilai tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi yang diakhiri dengan judgment. Interpretasi dan judgment merupakan tema penilaian yang mengimplikasikan adanya suatu perbandingan antara kriteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu. Atas dasar itu maka dalam kegiatan penilaian selalu ada objek/program yang dinilai, ada kriteria, dan ada interpretasi/judgment. Manfaat penilaian Untuk memberikan umpan balik, mendiagnosis, bagi guru dan siswa agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi,
informasi kepada orang tua (komite sekolah) dan bagi pengambil
keputusan (Diknas Daerah) Fungsi penilaian menggambarkan sejauhmana siswa telah menguasai suatu kompetensi, Mengevaluasi hasil belajar, Menemukan kesulitan belajar, Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran, Sebagai kontrol bagi guru dan sekolah. Tujuan penilaian kelas untuk mendiskripsikan kecakapan belajar siswa, mengetahui keberhasilan kegiatan proses belajar mengajar, menentukan tindak lanjut hasil penilaian dan memberikan tanggungjawab berkepentingan.
16
kepada pihak-pihak yang
Prinsip penilaian, menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi, dilakukan secara menyeluruh, bertahap dan terus menerus untuk memperoleh gambaran pencapaian kompetensi siswa dalam kurun waktu tertentu, penilaian harus adil, memperbaiki proses pembelajaran bagi guru. Agar penilaian objektif, guru harus berupaya secara optimal untuk (1) memanfaatkan berbagai bukti hasil kerja siswa dan tingkah laku dari sejumlah penilaian, (2) membuat keputusan yang adil tentang penguasaan kompetensi siswa dengan mempertimbangkan hasil kerja (karya). Ciri Penilaian Kelas adalah belajar tuntas (mastery learning), Otentik dengan menggunakan berbagai cara dan criteria dan bersifat holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap),
Berkesinambungan,
Berdasarkan acuan kriteria/patokan. Artinya prestasi/kemampuan siswa tidak dibandingkan dengan prestasi kelompok, tetapi dengan kemampuan yang dimiliki sebelumnya dan patokan yang ditetapkan. Prinsipnya semua siswa memiliki kemampuan yang sama dan bisa belajar apa saja hanya waktu yang diperlukan untuk mencapai kemampuan tertentu berbeda. Standar ketuntasan harus ditentukan terlebih dahulu. Hasil penilaian lulus dan tidak lulus. C. EVALUASI 1. Penilaian berbasis kelas dalam pembelajaran akan tercermin efektivitas dan efisiensinya apabila dilakukan .... ..............proses pembelajaran A. Sebelum dan selama B. Selama dan sesudah C. Sebelum dan sesudah D. Sesudah dan terserah guru E. Terserah guru dan kesanggupan siswa 2. Asumsi acuan penilaian kriteria antara lain .... A. Pengakuan perbedaan kemampuan orang B. Standar kompetensi harus ditentukan terlebih dahulu C. Hasil penilaian dibandingkan dengan kelompoknya D. Parameter butir mencakup tingkat kesulitan dan daya beda E. Tes harus bisa membedakan orang dengan menggunakan distribusi normal
17
3.
Penilaian berbasis kelas dalam pembelajaran akan tercermin efektivitas dan efisiensinya apabila dilakukan .... proses A. Selama dan sesudah B. sebelum dan selama C. sebelum dan sesudah D. sesudah dan terserah guru E. terserah guru dan kesanggupan siswa
4. Prinsip keterbukaan dalam pelaksanaan evaluasi adalah…. A. Bahan yang diujikan harus meliputi keseluruhan materi B. Siswa mengetahui apa dan bagaimana penilaiannya C. Guru mampu dan mau memberi nilai apa adanya D. Menginventarisasikan indicator yang akan dinilai E. Mengetahui kondisional dan kemampuan siswa 5. Tujuan penilaian proses dalam pembelajaran di kelas, adalah untuk … A. mengetahui keberhasilan dan kekurangan siswa B. mengetahui ketepatan alat penilaian yang digunakan C. mengembangkan keputusan yang bertanggung jawab D. memotivasi belajar siswa atau semangat belajar siswa E. memberikan gambaran pencapaian program pengajaran secara menyeluruh 6. Prinsip penilaian kelas adalah …………………. A. Menyeluruh, Berkelanjutan, B. Kebermaknaan, Kesesuaian, Obyektif C. Berorientasi pada tujuan, Terpercaya, Edukatif D. Menyeluruh, Berkelanjutan, Edukatif, Obyektif, valid E. Menyeluruh, Berkelanjutan, Kebermaknaan, Kesesuaian, Obyektif, Berorientasi pada tujuan, Terpercaya, Edukatif, Obyekti, valid 7. Demensi pengamatan perilaku dan indikator perilaku menjadi tolok ukur untuk menentukan penilaian aspek .................. A. Tingkah laku B. Perilaku C. Sikap D. Afektif E. Kognitif 8. Untuk mengukur kelemahan dan kelebihan siswa dalam memperbaiki penguasaan atau kemampuan dalam suatu program pendidikan sebaiknya menggunakan penilaian…. 18
A. Motivasi B. Remedial C. Penempatan D. Umpan balik E. Diagnosis/diagnostik 9. Menilai ketrampilan motorik yang paling tepat adalah dengan cara……………….. A. menugaskan kepada siswa untuk mengerjakan tugas B. mempraktekkan secara langsung C. paper and pencil test D. work sample E. tes simulasi 10. Sekolah harus menetapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) permata pelajaran dengan mempertimbangkan ................. A. Tingkat kompleksitas B. SDM, alat dan pendukung pembelajaran C. in take, kompleksitas, sumber daya dukung. D. Tingkat kemampuan rata-rata peserta didik E. Tingkat kompleksitas, in take, , sumber daya dukung
19
BAB III TEKNIK PENILAIAN A. MATERI PENILAIAN Teknik pengumpulan penilaian/informasi pada prinsipnya adalah merupakan cara penilaian kemajuan belajar peserta didik berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai. Penilaian kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian kompetensi yang memuat satu ranah atau lebih. Berdasarkan indikator-indikator ini dapat ditentukan cara penilaian yang sesuai, apakah dengan tes tertulis, observasi, tes praktek, dan penugasan perseorangan atau kelompok. Untuk itu, ada tujuh teknik yang dapat digunakan, yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. 1. Kriteria Kinerja/Unjuk Kerja (Performance) Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium, praktek sholat, praktek olah raga, presentasi, diskusi, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/ deklamasi dll. Cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut a. Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi. b. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut. c. Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. d. Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat diamati. e. Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati Teknik Penilaian Unjuk Kerja Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai kemampuan berbicara peserta didik, misalnya dilakukan pengamatan atau observasi berbicara yang
20
beragam, seperti: diskusi dalam kelompok kecil, berpidato, bercerita, dan melakukan wawancara. Dengan demikian, gambaran kemampuan peserta didik akan lebih utuh. Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen berikut: a. Daftar Cek (Check-list) Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (baik-tidak baik). Dengan menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan mengamati subjek dalam jumlah besar. Contoh Check List Format Penilaian Presentasi Nama siswa: ………………………. No.
Kelas: ………………………………….
Aspek Yang Dinilai
1.
Pengorganisasian (sistematika penyampaian)
2.
Materi (kedalaman pengetahuan)
3.
Akurasi (informasi didukung fakta/sumbersumber lain)
4.
Relevansi (sesuai dengan indikator/kompetensi yg ingin dicapai)
5.
Bahasa (menggunakan bahasa yg baik dan benar serta komunikatif)
6.
Penampilan ( antusias, percaya diri, tegas)
Tidak baik
Baik
Skor yang dicapai Skor maksimum
6
Keterangan : Baik mendapat skor 1 Tidak baik mendapat skor 0 b. Skala Penilaian (Rating Scale) Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari 21
tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1 = tidak kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten dan 4 = sangat kompeten. Untuk memperkecil faktor subjektivitas, perlu dilakukan penilaian oleh lebih dari satu orang, agar hasil penilaian lebih akurat. Contoh Rating Scale
Format Penilaian Presentasi
Nama siswa: ________
Kelas: _____ NILAI
No.
ASPEK YANG DINILAI
1.
Pengorganisasian (sistematika penyampaian)
2.
Materi (kedalaman pengetahuan)
3.
Akurasi (informasi didukung fakta/sumbersumber lain)
4.
Relevansi (sesuai dengan indikator/kompetensi yg ingin dicapai)
5.
Bahasa (menggunakan bahasa yg baik dan benar serta komunikatif)
6.
Penampilan ( antusias, percaya diri, tegas)
1
2
3
Skor yang dicapai Skor maksimum
24
Keterangan penilaian: 1 = tidak kompeten 2 = cukup kompeten 3 = kompeten 4 = sangat kompeten kriteria penilaian dapat dilakukan sebagai berikut 1). Jika seorang siswa memperoleh skor 26-28 dapat ditetapkan sangat kompeten 2). Jika seorang siswa memperoleh skor 21-25 dapat ditetapkan kompeten 3). Jika seorang siswa memperoleh skor 16-20 dapat ditetapkan cukup kompeten 4). Jika seorang siswa memperoleh skor 0-15 dapat ditetapkan tidak kompeten
22
4
2. Penilaian Sikap Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap. Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut.
Sikap terhadap materi pelajaran. siswa perlu memiliki sikap positif terhadap
materi pelajaran. Dengan sikap`positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
Sikap terhadap guru/pengajar. siswa perlu memiliki sikap positif terhadap guru.
Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, siswa yang memiliki sikap negatif terhadap guru/pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
Sikap terhadap proses pembelajaran. siswa juga perlu memiliki sikap positif
terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses
pembelajaran
yang
menarik,
nyaman
dan
menyenangkan
dapat
menumbuhkan motivasi belajar siswa, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi
pelajaran. Misalnya kasus atau masalah lingkungan hidup, berkaitan dengan materi Geografi. siswa juga perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap kasus lingkungan tertentu (kegiatan pelestarian/kasus perusakan lingkungan hidup). Misalnya, siswa memiliki sikap positif terhadap program perlindungan satwa liar. Dalam kasus yang lain, peserta didik memiliki sikap negatif terhadap kegiatan ekspor kayu glondongan ke luar negeri. 23
Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan
dengan mata pelajaran. Teknik Penilaian Sikap Teknik-teknik tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut. a. Observasi perilaku Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang biasa minum kopi dapat dipahami sebagai kecenderungannya yang senang kepada kopi. Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi terhadap siswa yang dibinanya. Hasil pengamatan dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan. Observasi
perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku
catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan siswa selama di sekolah. Berikut contoh format buku catatan harian. Contoh halaman sampul Buku Catatan Harian: BUKU CATATAN HARIAN TENTANG PESERTA DIDIK Nama sekolah
:
Mata Pelajaran Kelas Tahun Pelajaran Nama Guru
: ___________________ : ___________________ : ___________________ : ___________________ Jakarta,
20....
Contoh isi Buku Catatan Harian :
No.
Hari/ Tanggal
Nama siswa
Kejadian
Kolom kejadian diisi dengan kejadian positif maupun negatif. Catatan dalam lembaran buku tersebut, selain bermanfaat untuk merekam dan menilai perilaku siswa sangat bermanfaat pula untuk menilai sikap siswa serta dapat menjadi bahan dalam penilaian perkembangan siswa secara keseluruhan. Selain itu, dalam observasi perilaku dapat juga digunakan daftar cek yang memuat perilakuperilaku tertentu yang diharapkan muncul dari siswa pada umumnya atau dalam keadaan tertentu. Berikut contoh format Penilaian Sikap.
24
Format Penilaian Sikap (selama proses pembelajaran) Perilaku No.
Skor
Nilai
Keterangan
Nama Menden garkan berita 5 4
Mengerj akan tugas 5 5
Membaca kan hasil pekerjaan 5 4
Menghargai teman
1. Ady 5 20 100 2. Bardi 4 17 85 3. Dst. 1) Kolom perilaku diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut.
S. baik Baik
1 = sangat kurang 2 = kurang 3 = cukup 4 = baik 5 = amat baik 2) Keterangan diisi dengan kriteria berikut
Nilai Ady: 20/20 x 100 = 100 (sangat baik)
1. Nilai = 10 – 29 Sangat Kurang Nilai bardi: 17/20 x 100 = 85 ( baik)
2. Nilai = 30 – 49 Kurang 3. Nilai = 50 – 69 Cukup 4. Nilai = 70 – 89 Baik 5. Nilai = 90 – 100 Sangat Baik b. Pertanyaan langsung
Kita juga dapat menanyakan secara langsung atau wawancara tentang sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan siswa tentang kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah mengenai "Peningkatan Ketertiban". Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi jawaban dapat dipahami sikap siswa itu terhadap objek sikap. Dalam penilaian sikap siswa di sekolah, guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan membina siswa. c. Laporan pribadi Melalui penggunaan teknik ini di sekolah, siswa diminta membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya, siswa diminta menulis pandangannya tentang "Kerusuhan Antar pelajar" yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan yang
25
dibuat oleh siswa tersebut dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap yang dimilikinya. Untuk menilai perubahan perilaku atau sikap siswa secara keseluruhan, khususnya kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, estetika, dan jasmani, semua catatan dapat dirangkum dengan menggunakan Lembar Pengamatan berikut. Contoh Lembar Pengamatan (Kelompok Mata Pelajaran: IPA) Perilaku/sikap yang diamati
:
........................................
Nama peserta didik : ... No
Deskripsi perilaku awal
kelas...
semester...
Deskripsi perubahan Pertemuan ...Hari/Tgl...
Pencapaian ST
T R SR
1 2 Keterangan:
Kolom pencapaian diisi dengan tanda centang sesuai perkembangan perilaku
ST = perubahan sangat tinggi T = perubahan tinggi R = perubahan rendah SR = perubahan sangat rendah
Informasi tentang deskripsi perilaku diperoleh dari:
1). pertanyaan langsung 2). laporan pribadi 3). buku catatan harian 3. Penilaian Proyek (Projects Assessment) Proyek adalah tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data. Dalam pelaksanaannya, proyek bersumber pada data primer/sekunder, evaluasi hasil, dan kerjasama dengan pihak lain. Proyek merupakan suatu sarana yang penting untuk menilai kemampuan umum dalam semua bidang. Proyek juga akan memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan siswa pada pembelajaran tertentu, kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan, dan kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan informasi. Dalam perencanaan penilaian proyek terdapat tiga hal yang perlu dipertimbangkan: 26
1) Kemampuan Pengelolaan, jika siswa diberikan kebebasan yang luas, mereka akan mendapatkan kesulitan dalam memilih topik yang tepat. Mereka mungkin memilih topik yang terlalu luas sehingga sedikit informasi yang dapat ditemukan. Mereka mungkin juga kurang tepat untuk memperkirakan waktu pengumpulan data dan penulisan laporan. 2) Relevansi, guru harus mempertimbangkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman pada pembelajaran agar proyek dijadikan sebagai sumber bukti. 3) Keaslian, guru perlu mempertimbangkan seberapa besar petunjuk atau dukungan yang telah diberikan pada siswa. Teknik Penilaian Proyek Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian. Contoh kegiatan peserta didik dalam penilaian proyek “Penelitian sederhana tentang perkembangan harga sembako”. Contoh Penilaian Proyek Mata Pelajaran : IPS Nama Proyek
: Perkembangan Harga Sembako
Alokasi Waktu : Satu Semester Nama Siswa : ....................... No 1.
2.
3.
Kelas : .........
Aspek * Perencanaan: a. Persiapan b. Rumusan Judul Pelaksanaan a. Sistematika Penulisan b. Keakuratan Sumber Data/Informasi c. Kuantitas Sumber Data d. Analisis Data e. Penarikan Kesimpulan Laporan Proyek a. Performans b. Presentasi / Penguasaan 27
Skor (1 – 5)**
*
Total Skor Aspek yang dinilai disesuaikan dengan proyek dan kondisi siswa/sekolah
** Skor diberikan kepada peserta didik tergantung dari ketepatan dan kelengkapan jawaban yang diberikan. Semakin lengkap dan tepat jawaban, semakin tinggi perolehan skor. 4. Penilaian Produk Penilaian hasil kerja siswa merupakan penilaian terhadap keterampilan siswa dalam membuat suatu produk benda tertentu dan kualitas produk tersebut. Terdapat dua tahapan penilaian yaitu: Pertama, penilaian tentang pemilihan dan cara penggunaan alat serta prosedur kerja siswa. Kedua, penilaian tentang kualitas teknis maupun estetik hasil karya/kerja siswa. Hasil kerja dapat berupa produk kerja siswa seperti
patung, maket/model,
kerajinan, gambar/lukisan, naskah: pidato, presntasi, cerita, drama. Kartu ucapan, surat, resep masakan. Bahan-bahan bisa saja terbuat dari kain, kertas, metal, kayu, plastik, keramik, dan hasil karya seni seperti lukisan, gambar, dan patung. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu: a) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk. b) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik. c) Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan. Teknik Penilaian Produk Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik. a) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan. b) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal.
28
Contoh Penilaian Produk Mata Pelajaran
: IPS
Nama Proyek
: Menyusun Laporan Perkembangan Harga Sembako
Alokasi Waktu
: 2 kali Pertemuan
Nama Siswa : .................................................. No 1. 2.
Kelas : .........
Aspek *
Skor (1 – 5)**
Perencanaan Bahan Proses Pembuatan a. Persiapan b. Teknik Pelaporan c. ........................... 3. Hasil Produk a. hasil berupa laporan b. Inovasi Total Skor * Aspek yang dinilai disesuaikan dengan jenis produk yang dibuat ** Skor diberikan kepada peserta didik tergantung dari ketepatan dan kelengkapan jawaban yang diberikan. Semakin lengkap dan tepat jawaban, semakin tinggi perolehan skor. Catatan : untuk Aspek bisa dibuat sendiri
5. Penilaian Diri (self assessment) Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana siswa diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. a. Penilaian kompetensi kognitif di kelas,
misalnya: siswa diminta untuk menilai
penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu. Penilaian diri peserta didik didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan. b.
Penilaian kompetensi afektif, misalnya, siswa dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu. Selanjutnya, siswa diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
29
c. Berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotorik, siswa dapat diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian diri di kelas antara lain: 1) dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri; 2) peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya; 3) dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.
Teknik Penilaian Diri Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Oleh karena itu, penilaian diri oleh siswa di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut. a) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai. b) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan. c) Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda cek, atau skala penilaian. d) Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri. e) Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif. f) Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak. Contoh Penilaian Diri 1 Mata Pelajaran : IPS Aspek : Kognitif Alokasi Waktu : 1 Semester Nama Siswa : ...................................... No
S. Kompetensi / K. Dasar
1.
Memahami pengelolaan koperasi sekolah Mendeskripsikan cara pengembangan koperasi sekolah Menghitung pembagian SHU 30
Kelas : ......................... Tanggapan Keterangan 1 0 1 = Paham 0 = Tidak Paham
Mendeskripsikan peran dan jiwa sukarela dan kekeluargaan
2. Dst Catatan: Guru menyarankan kepada siswa untuk menyatakan secara jujur sesuai kemampuan yang dimilikinya, karena tidak berpengaruh terhadap nilai akhir. Hanya bertujuan untuk perbaikan proses pembelajaran. Perlu dicatat bahwa tidak ada satu pun alat penilaian yang dapat mengumpulkan informasi hasil dan kemajuan belajar peserta didik secara lengkap. Penilaian tunggal tidak cukup untuk memberikan gambaran/informasi tentang kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan sikap seseorang. Lagi pula, interpretasi hasil tes tidak mutlak dan abadi karena anak terus berkembang sesuai dengan pengalaman belajar yang dialaminya. Contoh Format Penilaian Diri 2 Petunjuk: Tuliskan secara jujur perilaku yang pernah Anda langgar dalam kehidupan sehari–hari. Nama : ………..................... Klas :…… No 1
2
Bulan ……S/d........20...
Jenis Jenis Frekue- Norma yang Perbuatan Pelanggansi Dilanggar ran Tidak Terlambat 3 Tata Tertib mengikuti hadir sekolah upacara hari senin dst
Sanksi Pelanggaran
Tempat
Di panggil guru piket dan diberi pengarahan
Sekolah ………… ………… …………
Penilaian diri di tingkat kelas (PDK) atau Classroom Self Assessment (CSA) adalah penilaian yang dilakukan sendiri oleh guru atau siswa yang bersangkutan untuk kepentingan pengelolaan kegiatan belajar mengajar (KBM) di tingkat kelas. 6. Portofolio (portfolio ) Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya siswa dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh siswa, hasil tes (bukan nilai) atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran.
31
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan siswa sendiri. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan siswa sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan siswa dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar siswa melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur, laporan penelitian, sinopsis, dsb. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio di sekolah, antara lain: a. Karya siswa adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri. Guru melakukan penelitian atas hasil karya peserta didik yang dijadikan bahan penilaian portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya yang dibuat oleh siswa itu sendiri. b. Saling percaya antara guru dan siswa Dalam proses penilaian guru dan siswa harus memiliki rasa saling percaya, saling memerlukan dan saling membantu sehingga terjadi proses pendidikan berlangsung dengan baik. c. Kerahasiaan bersama antara guru dan siswa Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan siswa perlu dijaga dengan baik dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan sehingga memberi dampak negatif proses pendidikan d. Milik bersama (joint ownership) antara siswa dan guru Guru dan siswa perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio sehingga siswaakan merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan akhirnya akan berupaya terus meningkatkan kemampuannya. e. Kepuasan Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang memberikan dorongan siswa untuk lebih meningkatkan diri. f.
Kesesuaian Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan kompetensi yang tercantum dalam kurikulum.
32
g. Penilaian proses dan hasil Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru tentang kinerja dan karya siswa. h. Penilaian dan pembelajaran Penilaian portofolio merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai diagnostik yang sangat berarti bagi guru untuk melihat kelebihan dan kekurangan siswa.
Teknik Penilaian Portofolio Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Jelaskan kepada siswa bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja siswa yang digunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh siswa sendiri. Dengan melihat portofolionya siswa dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya. Proses ini tidak akan terjadi secara spontan, tetapi membutuhkan waktu bagi siswa untuk belajar meyakini hasil penilaian mereka sendiri. b. Tentukan bersama siswa sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat. Portofolio antara siswa yang satu dan yang lain bisa sama bisa berbeda. Misalnya, untuk kemampuan menulis siswa mengumpulkan karangan-karangannya. Sedangkan untuk kemampuan menggambar, siswa mengumpulkan gambar buatannya sendirinya. c. Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap siswa dalam satu map atau folder di rumah masing-masing atau loker masing-masing di sekolah. d. Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan siswa sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu. e. Sebaiknya tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para siswa sebelum mereka membuat karyanya . Diskusikan cara penilaian kualitas karya para siswa. Contoh, Kriteria penilaian kemampuan menulis karangan yaitu: penggunaan tata bahasa, pemilihan kosa-kata, kelengkapan gagasan, dan sistematika penulisan. Dengan demikian, siswa mengetahui harapan (standar) guru dan berusaha mencapai standar tersebut. f.
Minta siswa menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat membimbing siswa, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas portofolio. 33
g. Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka siswa diberi kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara siswa dan guru perlu dibuat “kontrak” atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru. h. Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu, undang orang tua siswa dan diberi penjelasan tentang maksud serta tujuan portofolio, sehingga orangtua dapat membantu dan memotivasi anaknya. Contoh: Penilaian Portofolio
No
1.
2. 3.
Mata Pelajaran Alokasi Waktu Nama Siswa Kelas Standar Kompetensi/ Kompetensi Dasar 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan Kabupaten/Ko ta provinsi/ Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi di daerahnya ...................... ...................... ...................... Dan seterusnya
: IPS : 1 (Satu) Semester : .................................................. : .................................................. Kriteria Periode
Keaslian Kesesuaian
Waktu Kualitas / Pembu Kerapihan atan
Keterangan
30/7 10/8
dst.
1/9 30/9 dst. ...
Catatan: Setiap karya siswa sesuai Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar yang masuk dalam daftar portofolio dikumpulkan dalam satu file (tempat) untuk setiap siswa sebagai bukti pekerjaannya. Skor untuk setiap kriteria menggunakan skala penilaian 0,00 - 0,10 atau 0 - 100. Semakin baik hasil penugasan/karya siswa, semakin tinggi skor yang 34
diberikan. Kolom keterangan diisi dengan catatan guru tentang kelemahan dan kekuatan/kelebihan bukti belajar (evidence) yang dinilai. Penilaian Portofolio : No 1.
2.
3.
Aspek *
Skor (1 – 5)**
Perencanaan: a. Persiapan b. Rumusan Judul Pelaksanaan a. Sistematika Penulisan b. Keakuratan Sumber Data/Informasi c. Kuantitas Sumber Data d. Analisis Data e. Penarikan Kesimpulan Laporan Proyek a. Performans b. Presentasi / Penguasaan Total Skor Komentar: ......................................................................................................................... .................................................................................................................................... .......
Sebuah rancangan penilaian yang baik, akan mampu memberikan arahan kepada guru bagaimana proses belajar mengajar yang efektif harus dilakukan. Catatan: Setiap karya siswa sesuai Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar yang masuk dalam daftar portofolio dikumpulkan dalam satu file (tempat) untuk setiap siswa sebagai bukti pekerjaannya. Skor untuk setiap kriteria menggunakan skala penilaian 0 - 10 atau 0 100. Semakin baik hasil yang terlihat dari tulisan siswa, semakin tinggi skor yang diberikan. Kolom keterangan diisi dengan catatan guru tentang kelemahan dan kekuatan tulisan yang dinilai. B. ANALISIS BUTIR SOAL Kegiatan menganalisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan mutu soal yang telah ditulis. Kegiatan ini merupakan proses pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan informasi dari jawaban siswa untuk membuat keputusan tentang setiap penilaian (Nitko, 1996: 308). Tujuan penelaahan adalah untuk mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh 35
soal yang bermutu sebelum soal digunakan. Di samping itu, tujuan analisis butir soal juga untuk membantu meningkatkan tes melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif, serta untuk mengetahui informasi diagnostik pada siswa apakah mereka sudah/belum memahami materi yang telah diajarkan (Aiken, 1994: 63). Soal yang bermutu adalah soal yang dapat memberikan informasi setepat -tepatnya sesuai dengan tujuannya di antaranya dapat menentukan peserta didik mana yang sudah atau belum menguasai materi yang diajarkan guru. a. Manfaat Analisa Butir Soal Tujuan utama analisis butir soal dalam sebuah tes yang dibuat guru adalah untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam tes atau dalam pembelajaran (Anastasi dan Urbina, 1997:184). Berdasarkan tujuan ini, maka kegiatan analisis butir soal memiliki banyak manfaat, di antaranya adalah: (1) dapat membantu para pengguna tes dalam evaluasi atas tes yang digunakan, (2) sangat relevan bagi penyusunan tes informal dan lokal seperti tes yang disiapkan guru untuk siswa di kelas, (3) mendukung penulisan butir soal yang efektif, (4) secara materi dapat memperbaiki tes di kelas, (5) meningkatkan validitas soal dan reliabilitas (Anastasi and Urbina, 1997:172). Di samping itu, manfaat lainnya adalah: (1) menentukan apakah suatu fungsi butir soal sesuai dengan yang diharapkan, (2) memberi masukan kepada siswa tentang kemampuan dan sebagai dasar untuk bahan diskusi di kelas, (3) memberi masukan kepada guru tentang kesulitan siswa, (4) memberi masukan pada aspek tertentu untuk pengembangan kurikulum, (5) merevisi materi yang dinilai atau diukur, (6) meningkatkan keterampilan penulisan soal (Nitko, 1996: 308-309).
Adapun proses analisisnya sudah banyak dilaksanakan para guru di sekolah seperti beberapa contoh di bawah ini. a. Langkah pertama yang dilakukan adalah menabulasi jawaban yang telah dibuat pada setiap butir soal yang meliputi berapa peserta didik yang: (1) menjawab benar pada setiap soal, (2) menjawab salah (option pengecoh), (3) tidak menjawab soal. Berdasarkan tabulasi ini, dapat diketahui tingkat kesukaran setiap butir soal, daya pembeda soal, alternatif jawaban yang dipilih peserta didik. b. Misalnya analisis untuk 32 siswa, maka langkah (1) urutkan skor siswa dari yang tertinggi sampai yang terendah. (2) Pilih 10 lembar jawaban pada kelompok atas dan 10 lembar jawaban pada kelompok bawah. (3) Ambil kelompok tengah (12 lembar jawaban) dan tidak disertakan dalam analisis. (4) Untuk masing-masing soal, susun jumlah siswa kelompok atas dan bawah pada setiap pilihan jawaban. (5) Hitung tingkat kesukaran pada setiap butir soal. (6) Hitung daya 36
pembeda soal. (7) Analisis efektivitas pengecoh pada setiap soal (Linn dan Gronlund, 1995: 318-319). Aspek yang perlu diperhatikan dalam analisis butir soal secara klasik adalah setiap butir soal ditelaah, dari segi: tingkat kesukaran butir, daya pembeda butir, dan penyebaran pilihan jawaban (untuk soal bentuk obyektif) atau frekuensi jawaban pada setiap pilihan jawaban. b. Tingkat Kesukaran (TK) Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 - 1,00 (Aiken (1994: 66). Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Suatu soal memiliki TK= 0,00 artinya bahwa tidak ada siswa yang menjawab benar dan bila memiliki TK= 1,00 artinya bahwa siswa menjawab benar. Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Pada prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh peserta didik pada butir soal yang bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal itu. Rumus ini dipergunakan untuk soal obyektif. Rumusnya adalah seperti berikut ini (Nitko, 1996: 310).
Tingkat Kesukaran(TK )
Jumah siswa yang menjawabbenar butir soal Jumlahsiswa yang mengikutites
Fungsi tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes. Misalnya untuk keperluan ujian semester digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran tinggi/sukar, dan untuk keperluan diagnostik biasanya digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah/mudah. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal bentuk uraian digunakan rumus berikut ini. Mean
Jumah skor.siswa peserta tes pada suatu soal Jumlah peserta didik yang mengikuti tes
Tingkat Kesuli tan
Mean Skor maksimumyang ditetapkan
37
c. Daya Pembeda (DP) Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara warga belajar/siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan warga belajar/siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan. Manfaat daya pembeda butir soal adalah seperti berikut ini. 1)
Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya. Berdasarkan indeks daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui apakah butir soal itu baik, direvisi, atau ditolak.
2)
Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat mendeteksi/ membedakan kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah memahami atau belum memahami materi yang diajarkan guru. Apabila suatu butir soal tidak dapat membedakan kedua kemampuan siswa itu, maka butir soal itu dapat dicurigai "kemungkinannya" seperti berikut ini.
Kunci jawaban butir soal itu tidak tepat.
Butir soal itu memiliki 2 atau lebih kunci jawaban yang benar
Kompetensi yang diukur tidak jelas
Pengecoh tidak berfungsi
Materi yang ditanyakan terlalu sulit, schingga banyak siswa yang menebak
Sebagian besar siswa yang memahami materi yang ditanyakan berpikir ada yang salah informasi dalam butir soalnya
Indeks daya pembeda setiap butir soal biasanya juga dinyatakan dalam bentuk proporsi. Semakin tinggi indeks daya pembeda soal berarti semakin mampu soal yang bersangkutan membedakan warga belajar/siswa yang telah memahami materi dengan warga belajar/peserta didik yang belum memahami materi. Indeks daya pembeda berkisar antara -1,00 sampai dengan +1,00. Semakin tinggi daya pembeda suatu soal, maka semakin kuat/baik soal itu. Jika daya pembeda negatif (<0) berarti lebih banyak kelompok bawah (warga belajar/peserta didik yang tidak memahami materi) menjawab benar soal dibanding dengan kelompok atas (warga belajar/peserta didik yang memahami materi yang diajarkan guru). Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan ganda adalah dengan menggunakan rumus berikut ini. DP
BA BB 1 N 2
atau 38
DP
2(BA BB ) N
DP = daya pembeda soal, BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas, BB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah, N=jumlah siswa yang mengerjakan tes. Contoh 1 Soal Uraian Tabel Analisa Item untuk perhitungan Validasi Item (ulangan Harian) Mata Pelajaran Satuan pendidikn SK/KD Banyak Soal Kls/Smt Banyak Peserta Program
:...................... : ..................... :...................... : .................... :...................... : ..................... : .....................
Misal; jumlah siswa 30, jumlah kelas di bagi 3 siswa yang mempunyai nilai 85 keatas (klpk atas), 71 – 84 (klpk sedang), dan 50-70 (klpk bawah) NO
Nama Siswa PRIMA ANI INTAN CITRA SINTA ERFAN YOAN GILANG GALIH ANGGITA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 N = 10
1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1
BUTIR SOAL 2 3 4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
y 5 3 3 3 5 4 5 3 4 4 39 ∑y
5 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1
X 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 6 ∑X
X² 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 6 ∑X²
y² 25 9 9 9 25 16 25 9 16 16 159 ∑y²
Xy 5 3 0 0 5 0 5 0 4 4 26 ∑Xy
KET X= Skor Item No 5 Y= Skor Total P= Siswa yg menjawab Benar Q= Siswa yg menjawab Salah
Item untuk No 5 P = 6/10 = 0,6 Q = 4/10 = 0,4 Dari hasil diatas dapat dimasukkan dalam rumus product Moment/ Korelasi Product Moment r xy =
N XY X )( Y
N X
2
X
2
N Y
2
Y
2
10 26 234 603615901521
26 2469
26 20 0,491 40,69 1656
39
KOOFISIEN VALIDASI item no 5 adalah 0,491 Misalnya Ani hanya mempunyai skor 3. jika dibandingkan dengan Intan walaupun skornya sama tapi pada item tidak sama . validasi item tersebut kurang menyakinkan bagi Intan. Contoh 2 Analisa Butir Soal Uraian Mata Pelajaran Satuan pendidikn SK/KD Banyak Soal Kls/Smt Banyak Peserta Program
:...................... : ............ :...................... : ............ :...................... : ............ : .....................
Misal; jumlah siswa 30, jumlah kelas di bagi 3 siswa yang mempunyai nilai 85 keatas (klpk atas), 71 – 84 (klpk sedang), dan 50-70 (klpk bawah) Kelompok Atas NO
NO SOAL SKOR 1 PRIMA 2 ANI 3 INTAN 4 CITRA 5 SINTA 6 ERFAN 7 YOAN 8 GILANG 9 GALIH 10 AGGITA JUMLAH NILAI ATAS NILAI MAKSIMUM
1 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 150 15
2 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 10 145 15
1 15 15 10 10 15 15 15 10 15 15 10 130 10
2 15 10 10 10 10 15 5 15 10 10 10 105 5
3 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 200 20
4 25 25 25 25 25 20 25 25 20 20 25 235 25
5 25 25 25 25 25 25 20 20 20 20 15 220 25
JUMLAH 100 100 100 100 100 95 95 95 90 90 85 950 100
Kelompok Bawah NO
NO SOAL SKOR 1 YUDHA 2 ANA 3 TOMI 4 ANUNG 5 TEGUH 6 ERWIN 7 ANIK 8 GRADIAN 9 MICHEL 10 ANTONIUS JUMLAH NILAI BAWAH NILAI MINIMUM
40
3 20 15 10 10 10 10 20 10 10 10 10 115 10
4 25 20 20 15 15 5 20 15 10 10 15 145 5
5 25 10 20 20 15 15 0 10 10 10 5 115 0
JUMLAH 100 70 70 65 65 60 60 60 55 55 50 610 15
ANALISIS TINGKAT KESUKARAN DAN DAYA PEMBEDA SOAL URAIAN DAN TES PRAKTIK U L U+L U-L TK DP KET
NO SOAL 1
150
130
280
20
0,50
0,133
2
145
105
250
40
0,483
0,257
3
200
115
315
85
1
0,425
4
235
145
380
90
0,47
0,72
5
220
110
330
110
0,44
0,44
TK= Sedang DP= Soal ditolak, diganti TK= Sedang DP= Soal diperbaiki TK= Mudah DP= Soal baik, dipakai TK= Sedang DP= Soal Baik, dipakai TK= Sedang DP= Soal baik, dipakai
RUMUS MENGHITUNG TINGKAT KESUKARAN (TK) TK = RATA-RATA : SKOR MAKS RATA-RATA = JUMLAH SKOR MAKS : JUMLAH SISWA 1. 2. 3. 4. 5.
TK1 = 150/20 = 7,5 : 15 = 0,50 TK2 = 145/20 = 7,25: 15 = 0,483 TK3 = 200/20 = 20 : 20 = 1 TK4 = 235/20 = 11,75 : 25 = 0,47 TK5 = 220/20 =11 : 25 = 0,44
RUMUS MENGHITUNG DAYA PEMBEDA (DP) DP = (RATA-RATA KELOMPK ATAS–KELOMP BAWAH) : SKOR MAKS
DP1 = [(150:10) – (130:10) ]:15 = (15-13):15 = 0,133 DP2 = [ (145:10) – (105:10) ]:15 = (14,5-10,5):15= 0,257 DP3 = [ (200:10) – (115:10) ]:20 = (20-11,5):20= 0,425 DP4 = [ (325:10) – (145:10) ]:25 = (32,5-14,5):25= 0,72 DP5 = [ (220:10) – (110:10) ]:25 = (22-11):25= 0,44 KRITERIA Tingkat Kesukaran (TK): 0,00 – 0,30 = sukar atau TK < 0,25 Sukar 0,31 - 0,70 = sedang atau 0,25 < TK < 0,75 Sedang 0,71 – 1,00 = mudah atau TK > 0,75 Mudah KRITERIA DAYA PEMBEDA (DP): 0,40 – 1,00 = soal baik atau DP > 0,40 di Pakai 0,30 – 0,39 = terima & perbaiki atau 0,20 < DP < 0,40 di Revisi 0,20 – 0,29 = soal diperbaiki 0,19 – 0,00 = soal ditolak atau DP < 0,20 Harus Diganti 41
Contoh 3 Analisa Butir Soal PG Mata Pelajaran Satuan pendidikn SK/KD Banyak Soal Kls/Smt Banyak Peserta Program
:...................... : ............ :...................... : ............ :...................... : ............ : .....................
ANALISIS SOAL PG Soal Kelp A
B
C
D
E
OMIT
KEY
TK
DP
1
KA KB
0 1
10 7
0 1
0 1
0 0
0 0
B
0,85
0,30
2
KA KB
0 2
5 3
5 3
0 1
0 1
0 0
B
0,40
0,20
3
KA KB
0 0
1 2
9 3
0 3
0 2
0 0
D
0,15
-0,30
50
KA KB
1 1
2 2
3 3
3 2
1 2
0 0
D
0,25
0,10
keterangan tabel : A,B,C,D,E = Option jawaban soal Artinya siswa klp atas yang menjawab A = 0 dan klpk bawah 0 yang menjawab A ada 1 siswa 1 begitu juga untuk option C,D,dan E untuk soal no 1, kunci jawaban soal no1 adalah B TK1=(KA+KB): N = (10+7) : 20 = 0,85 (soal mudah) TK2= = (5+3) : 20 = 0,40 (soal sedang) TK3= = (0+3) : 20 = 0,15 (soal sukar) TK50 = = (3+2) : 20 = 0,25 (soal sukar)
DP1 = (KA-KB):½N= (10-7) : ½ x 20= 0,30 (soal diterima & diperbaiki) DP2 = (5-3) : 10 = 0,20 (soal diperbaiki) DP3 = (0-3) : 10 = -0,30 (soal ditolak) DP50 = (3-2) :10 = 0,10 (soal ditolak) dst Keterangan: KA = klp atas/pandai KB = klp bawah/kurang N = jumlah siswa dari klop atas dan klp bawah Kriteria DP 0,40- 1,00 = Soal Baik 0,30-0,39 = Terima & Perbaiki 0.20-0,29 = Soal Diperbaiki 0,00-0,19 = Soal Ditolak
42
Kriteria TK 0,00- 0,30 = Sukar 0,31- 0,70 = Sedang 0,71- 1,00 = Mudah
C. RANGKUMAN Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkahlangkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai cara, seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portfolio), dan penilaian diri. Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal diadakan dalam suasana yang menyenangkan, sehingga memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Hasil belajar seorang peserta didik tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan peserta didik lainnya, tetapi dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya. Dengan demikian peserta didik tidak merasa dihakimi oleh guru tetapi dibantu untuk mencapai apa yang diharapkan. Beragam teknik dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik, baik yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik pengumpulan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai. Penilaian kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian kompetensi yang memuat satu ranah atau lebih. Berdasarkan indikator-indikator ini dapat ditentukan cara penilaian yang sesuai, apakah dengan tes tertulis, observasi, tes praktek, dan penugasan perseorangan atau kelompok. Untuk itu, ada tujuh teknik yang dapat digunakan, yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. kegiatan analisis butir soal dapat membantu para pengguna tes dalam evaluasi atas tes yang digunakan, sangat relevan bagi penyusunan tes informal dan lokal seperti tes yang disiapkan guru untuk siswa di kelas, mendukung penulisan butir soal yang efektif, secara materi dapat memperbaiki tes di kelas, dan meningkatkan validitas soal dan reliabilitas Di samping itu, manfaat lainnya adalah: menentukan apakah suatu fungsi butir soal sesuai dengan yang diharapkan, memberi masukan kepada siswa tentang kemampuan dan sebagai dasar untuk bahan diskusi di kelas, memberi masukan kepada guru tentang kesulitan siswa, memberi masukan pada aspek tertentu untuk
43
pengembangan kurikulum, merevisi materi yang dinilai atau diukur, dan meningkatkan keterampilan penulisan soal.
D. EVALUASI 1. Sebutkan macam-macam teknik penilaian kelas yang dilakukan oleh guru? 2. Mengapa penilaian kelas perlu dilakukan oleh guru? 3. Apa sebab penilaian unjuk kerja dianggap lebih otentik dari pada tes tertulis? 4. Mengapa sikap dalam proses pembelajaran untuk berbagai mata pelajaran perlu dinilai? 5. Apa yang dimaksud dengan penilaian proyek dan bagaimana teknik penilaiannya? 6. Sebutkan tahap-tahap penilaian produk dan bagaimana teknik penilaiannya? 7. Sebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan Penilaian Portofolio di sekolah ? 8. Mengapa untuk meningkakan mutu soal yang sudah ditulis perlu dianalisis? 9. Sebutkan manfaat analisis butir soal? 10. Sebutkan manfaat tingkat kesukaran dan daya pembeda? DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Pedoman Umum Pengembangan Penilaian. Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas. Yamin, Martinis, 2007. Pengembangan Kompetensi Pembelajaran KTSP. Jakarta: Penerbit Sulthan Taha Press. Nana Sudjana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nana Sudjana, R. Ibrahim. 2008. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Ban-dung: Sinar Baru. Zamroni, 2007. Pedoman Khusus Pengembangan Penilaian Ranah Kogntif,. Jakarta: Dit PMU. Zamroni, 2007. Pedoman Khusus Pengembangan Penilaian Ranah Afektif,. Jakarta: Dit PMU. Zamroni, 2007. Pedoman Khusus Pengembangan Penilaian Ranah psikomotis, Jakarta; Dit PMU.
44