EVALUASI PROGRAM KAMPUNG SIAGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN JAYAPURA 2014
EVALUATION ON ALERT (SIAGA) VILLAGE PROGRAM IN WORKING AREA OF PUBLIC HEALTH CENTRE (PHC) OF JAYAPURA REGENCY IN 2014
Matilda sorontou1, Masni2,H.M. Alimin Maidin3
1
Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura papua , Staf Pengajar Bagian Biostatistik/KKB FKM Universitas Hasanuddin 3 , Staf Pengajar Bagian Manajemen Rumah Sakit Universitas Hasanuddin 2
Alamat Korespondensi: Matilda Sorontou Jl. Amai RT 00I RW 00I Kampung Waiya Distrik Depapre 085344144183
[email protected]
ABSTRAK Pelaksanaan kampung siaga belum memberikan hasil yang maksimal karena dalam implementasinya belum melibatkan forum masyarakat. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pelaksanaan program kampung siaga berdasarkan masukan (input), proses, dan luaran (output) di wilayah kerja Puskesmas Depapre Kabupaten Jayapura. Penelitian ini bersifat deskriptif. Informan penelitian adalah Kepala Seksi Promkes Dinas Kesehatan, Kepala Puskesmas Depapre, pengelola program puskesmas, Bidan Poskesdes, kader kesehatan, kepala kampung, forum masyarakat kampung, dan masyarakat yang terlibat dalam program pengembangan program kampung siaga. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kampung siaga berdasarkan masukan (input) sudah memiliki sumber daya manusia yaitu bidan, kader kesehatan, sumber daya masyarakat, tenaga forum masyarakat kampung. Ketersediaan dana program kampung siaga belum ada. Pelaksanaan program kampung siaga berdasarkan proses pada umumnya belum berjalan secara efektif sesuai program kampung siaga. Program yang berjalan hanya pada poskeskam dan kader kesehatan yang aktif dan upaya kesehatan yang bersumber masyarakat/posyandu cukup aktif, sedangkan frekuensi forum masyarakat kampung tidak aktif. Sistem surveilans berbasis masyarakat telah dilaksanakan, sistem kegawatdaruratan dan bencana terlaksana, tetapi tidak tercatat dengan balk, dan kegiatan pendataan dan kunjungan rumah baru sebagian kecil terlaksana. Pembinaan keluarga sadar gizi dan rumah tangga berperilaku hidup bersih sehat belum terlaksana. Pelaksanaan program kampung siaga berdasarkan luaran (output) semuanya terlaksana mencapai target sasaran.
Kata kunci: input, proses, output
ABSTRACT Implementation of alert village program has been running since 2009, but it does not reveal maximum result because the society forum is not involved. The research aimed at evaluating the implementation of the alert village program in terms of the input, process, output in the working area of Depapre PHC of Jayapura Regency. This was a qualitative design research. Informants consisted of the Head of Promkes Section of Health Department, Head of Depapre PHC, management PHC program, midwives of village health post, health cadres, village head and village community forum involved in the development program of the alert village program.The research result indicates that the implementation of the alert village based on the input has been available the human resources such as the midwives, health cadres, community resource based health effort, village community forum force, whereas the fund for the alert village program has not been available. The implementation of the alert village program based on the process, generally has not worked effectively in accordance with the alert village program because only the village health post and health cadres are active, the community / integrated service post based health effort is active, whereas the village community forum is not active, the community based surveillance system is carried out, the emergency and disaster system is implemented but it is not properly recorded, the data collection activity and home visit are conducted in small part, the establishment of the nutrition conscious family and the Clean Healthy Life behaving households have not been implemented. The implementation of the alert village program based on the output has not achieved the target at all. Keywods; input, process, output
2
PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehata bagi setiap orang, agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Kemenkes RI, 2010). Desa siaga merupakan strategi baru pembangunan kesehatan. Desa siaga lahir sebagai respon pemerintah tehadap masalah kesehatan di Indonesia yang tak kunjung selesai. Tingginya angka kematian ibu dan bayi, munculnya kembali berbagai penyakit lama seperti tuberkulosis paru, merebaknya berbagai penyakit baru yang bersifat pandemik seperti SARS, HIV-AIDS, belum hilangnya penyakit endemis seperti diare, demam berdarah merupakan masalahutama kesehatan di Indonesia (Supryanto, 2014). UntukmenurunkanAKI (228 per 100.000 kelahiran hidup) dan AKB (35 per 1000 kelahiran hidup), Pemerintah Indonesia tahun 2006 telah mengembangkan konsep Desa Siaga yang menggunakan pendekatan pengenalan dan pemecahan masalah kesehatan dari, oleh dan untuk masyarakat sendiri. Peranan petugas kesehatan sebagai stimulator melalui promosi kesehatan dilakukan dengan memberikan pelatihan penerapan Desa Siaga (Kemenkes RI, 2013). Kriteria desa siaga dimana disebutkan bahwa sebuah desa telah menjadi Desa Siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), forum desa atau kelurahan, KPM atau kader kesehatan, kemudahan akses pelayanan kesehatan dasar, posyandu dan UKBM lainnya aktif, dukungan dana untuk kegiatan kesehatan didesa atau kelurahan (pemerintah desa dan kelurahan masyarakat dunia usaha), peran serta masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, peraturan kepala desa atau peraturan Bupati/Wali kota serta adanya pembinaan PHBS rumah tangga (Depkes RI, 2006). Pembangunan desa siaga mencakup upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa, menyiapsiagaan masyarakat menghadapi masalahmasalah kesehatan, memandirikan masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih sehat (Kemenkes, 2011). 3
Pembangunan di Indonesia terus dilakukan melalui berbagai prgogram, namun keberhasilannya belum sepadan dengan investasi. Hal ini antara lain karena kurang memperhatikan partisipasi masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Banyak sekali bukti yang menunjukkan bahwa partisipasi berhasil diterapkan dalam berbagai jenis kegiatan bila masyarakat dilibatkan dalam pengambilan keputusan teknis, operasional dan strategis (Adisasmita, 2006). Dari hasil laporan yang masuk ke dinas kesehatan provinsi papua pencapaian indikator program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat tahun 2011 jumlah desa siaga aktif 24,03 %, tahun 2012 meningkat mencapai 25,17 %, sedangkan tahun 2013 meningkat menjadi 28,50 % disamping itu terlihat ada peningkatan cakupan desa siaga tetapi belum terlihat berapa persen dari desa siaga yang posyandunya dengan kriterianya posyandu pratama, madya, purnama dan mandiri (Dinkes Prov.Papua, 2013). Pemerintah Kabupaten Jayapura terus berupaya melaksanakan urusan wajib pemerintah daerah sebagaimana diamanatkan undang-undang RI Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah yang salah satunya adalah pembangunan bidang kesehatan. Pada tahun 2009 Pemerintah Kabupaten Jayapura melalui Dinas Kesehatan membentuk desa siaga dengan menggunakan nama lokal yaitu program “Kampung Siaga” yang bertuuan terwujudnya masyarakat desa yang peduli, tanggap, mampu, mengenal, mencegah serta mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi secara mandiri (Dinkes Kabupaten Jayapura, 2013a). Dengan adanya program ini seharusnya dapat menurunkan angka kejadian penyakit di Kabupaten Jayapura namun yang terjadi masalah kesehatan belum juga berkurang hal ini terbukti dengan masih tingginya masalah kesehatan yang ada di Kabupaten Kabupaten Jayapura. Angka kematian ibu di Kabupaten Jayapura pada tahun 2011 sebanyak 123/100.000 kelahiran hidup dan tahun 2012 meningkat menjadi 165/100.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di Kabupaten Jayapura pada tahun 2011 sebanyak 3,9/1000 kelahiran hidup menurun menjadi 3,,83/1000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Jumlah kematian bayi untuk
kabupaten
Jayapura menurun
mencapai
0,96 %, pada
tahun
2013 (Dinkes
Kabupaten Jayapura, 2013b). Pada tahun 2013, jumlah kampung Siaga di Kabupaten Jayapura sebanyak 43 desa (30,2%) dari 142 desa. Puskesmas Depapre mempunyai jumlah penduduk sebanyak 4098 jiwa, jumlah laki-laki sebanyak 2139 dan perempuan berjumlah 1959 jiwa (Puskesmas Depapre, 2014). Menurut informasi pengelola puskesmas dan kepala puskesmas yang didapatkan 4
hanya dua kampung yaitu kampung kendate dan kampung tablanusu yang aktif, sedangkan ke enam (6) kampung lainnya tidak aktif. Berdasarkan laporan tersebut terlampir maka, tujuan peneliti ingin meneliti dan mengevaluasi indikator input, proses dan output dari pengembangan pelaksanaan program kampung siaga di wilayah kerja Puskesmas Depapre Kabupaten Jayapura.
BAHAN DAN METODE Lokasi dan jenis penelitian Penelitian dilakukan di wialayah kerja puskesmas depapre meliputi beberapa kampung yaitu kampung kendate, kampung tablanusu, kampung waiya, kampung tablasupa, kampung yepase, kampung wambena, kampung dormena, dan kampung yewena di wilayah distrik depapre kabupaten jayapura Jenis penelitian yang digunakan desian kualitatif. Informan penelitian Informan penelitian ini adalah bidan poskeskam, kader kesehatan, forum kampung, toko masyarakat, kepala puskesmas, pengelola puskesmas dan kepala seksi promkes. Sumber Data Data primer diperoleh dari wawancara mendalam dengan semua pengelola program pengembangan kampung siaga, pengelola puskesmas dan kepala seksi promosi kesehatan kabupaten jayapura. Data sekunder diambil, Dinas kesehatan Kabupaten Jayapura, puskesmas depapre, poskeskam dan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat. Metode Pengumpulan Data Wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan informasi yang mendalam berkenaan dengan program pengembangan desa siaga dari informan-informan kunci dengan menggunaka pedoman wawacara (terlampir). Alat bantu yang digunakan recorder (alat bantu suara), alat tulis menulis untuk membuat catatan lapangan dan kamera sebagai alat dokumentasi informan. Tehnik Analisa dan Penyajian Data Data hasil wawancara (data emik) disalin bentuk narasi (transkip) yang selanjutnya diklsifikasikan menurut topik atau tujuan penelitian dan dibuat dalam bentuk matriks. data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan “content analisis” yakni menganalisis isi dari hasil wawancara untuk menjawab tujuan. Informasi yang telah dikumpulkan dari data disajikan dalam bentuk tabel matriks, disertai pembahasan. Uji Keabsahan Data Triangulasi pada penelitian dilakukan dengan membandingkaninformasi yang 5
diperoleh dar informan pengelola program kampung siaga di kampung, puskesmas depapre dan kepala seksi promkes dinaskesehatankabupaten jayapura.
HASIL Tabel 1 menunjukan bahwa informan yang terlibat dalam penelitian ini adalah 11penanggungjawab pengembangan program kampung siaga sebagai informan kunci, 7 bidan poskeskam, 8 kader kesehatan, 8 forum masyarakat kampung. Jumlah informan seluruhnya adalah 34 orang. Berdasarkan pendidikan, terdiri dari: tidak sekolah 1 orang, 5 orang tamat SD, 7 orang tamat SMP, 11 orang tamat SMA, 1 orang tamat SPMA, 1 orang tamat SMEA, D I kebidanan 3 orang, D III kebidanan 4 orang, D III gizi 1 orang, S1 kesmas 1 orang dan S1 kedokteran 1 orang. Berdasarkan umur informan tertinggi 70 tahun dan terendah 29 tahun, jenis kelamin laki-laki 15 orang, perempuan 19 orang, pekerjaan petani 7 orang, nelayan 4 orang, swasta 2 orang, ibu rumah tangga 11 orang, PTT 2 orang dan 9 orang PNS. Frekuensi Pertemuan Forum Masyarakat Kampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan forum masyarakat kampung adalah penduduk kampung setempat, dengan frekuensi pertemuan kampung seperti kutipan berikut: “....Belum pernah melaksanakan pertemuan kampung....” (LB.46 Thn) “....Tidak pernah melaksanakan pertemuan forum kampung....” (RT.53 Thn) “....Evaluasi atau pertemuan forum tingkat Distrik baru sekali dilaksanakan....” (MD.37 Thn)
Pernyataan semua bidan kampung dan kader kesehatan mengatakan bahwaforum masyarakat kampung belum pernah melaksanakan pertemuan forum kampung. Pos kesehatan Kampung (poskeskam) Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada poskeskam di setiap kampung dan buka setiap hari kerjaseperti kutipan wawancara berikut. “....Kalau kami tra pernah buka poskeskam karena puskesmas dekat dengan poskeskam....” (SS.47 Thn) “....Kalau kami punya poskeskam/polindes setiap hari buka, karena bidan ada, ada kader yang membantu....” (RT.53 Thn) “....Saya sehari-hari ada di kapung, pelayanan biasa, buka setiap hari kerja....” (JJ.37 Thn)
6
Pernyataan sebagian besar kader kesehatan mengatakan bahwa poskeskam sertiap hari buka untuk malayani masyarakat, tetapi ada kader kesehatan yang mengatakan tidak buka karena poskeskam dekat puskesmas.
Kegiatan Usaha Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Hali penelitian menunjukkan bahwaKegiatan
posyandu rutin
yaitu
pelayanan
imunisasi, kegiatan pendidikan anak usia dini (PAUD) setiap hari kerja. Seperti kutipan wawancara berikut. “....Posyandu rutin tiap bulan, ada pelayanan imunisasi, ada pendidikan anak usia dini (PAUD), serta pengajar yang lengkap....” (DA. 48 Thn) “....Posyandu rutin setiap bulansekali, ada penimbangan, ada pelayanan imunisasi, ada PAUD...” (RT. 53 Thn)
Pernyataansebagian bidan mengatakan bahwa posyandu rutin setiap bulan dengan pelayanan imunisasi ada PAUD dan pengajarnya Kegiatan Sistem Gawatdarurat dan Bencana Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kegiatan kegawatdarurat dankejadian luar biasa rutin dilaksanakan oleh bidan kampung, gawat kami rujuk ke puskesmas.Seperti kutipan wawancara berikut. “....Kalau ada pasien-pasien gawat, selalu dibantu oleh bidan. misalnya pasien itu tra tertolong di poskeskam biasanya dirujuk ke puskesmas....” (JJ.37 Thn) “....Untuk poskeskam kampung waiya dekat puskesmas, pelayanan gawat darurat langsung ditangani oleh perawat atau dokter puskesmas....” (DA.48 Thn) “.... Pasien gawat dapat ditolong di poskeskam, tetapi yang berat kami rujuk ke puskesmas”. (RT.53 Thn) “....Untuk pasien-pasien gawatdarurat atau wabah itu kami laporkan langsung ke puskesmas....” (BA. 57 Thn)
Pernyataan sebagian
besar
bidan
poskeskam
mengatakan
bahwa pasien
gawatdarurat yang tidak dapat tertolong di poskeskam dapat dirujuk ke puskesmas. Semua kader kesehatan mengatakan pasien ditolong di puskesmas apabila ada pasien berat dirujuk kepuskesmas. Kegiatan Sistem Surveilans Berbasis Masyarakat 7
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kegiatan
sistem
surveilans
berbasis
masyarakat tetap dilaksanakan di poskeskam seperti malaria, ispa, luka-luka. Sepert kutipan wawancara berikut. “....Kalau ada orang sakit, masyarakat disini biasanya datang ke rumah saya minta tolong antar ke bidan atau puskesmas....” (RT.53 Thn) “....Pelayanan kesehatan dasar rutin, kegiatan surveilans berbasis masyarakat ada....”
(SY.38 Thn)
Pernyataansebagian kader kesehatan mengatakan bahwa ada orang sakit yang datang minta tolong untuk diantarkan ke bidan atau ke puskesmas. Ada pula yang mengatakan bahwa, pasiennya langsung diantar ke puskesmas karena tidak ada bidan kampung.rutin dilaksanakan oleh bidan kampung seperti malaria, batuk pilek, lika-luka, diare dibuatkan gula garam semantara dilaporkan ke bidan kampung untuk menangani, yang gawat kami rujuk ke puskesmas. Semua bidan kampung mengatakan pelayana surveilans berbasis masyarakat tetap dilaksanakan.Sementara informan kunci mengatakan program kampung siaga suadah tidak aktif. Kegiatan Kunjungan Rumah Tangga untuk Kadarzi dan PHBS Kegiatan kunjungan rumah tangga untuk kadarzi dan PHBS meliputi Data rumah tangga sehat, membina rumah tangga berPHBS dan keluarga sadar gizi. Berdasarkan hasil wawancara langsung diperoleh informasi bahwa untuk pendataan rumah tangga sehat sudah dilaksanakan, membina rumah tangga ber PHBS dan Kadarzi belum dilaksanakan secar rutin. seperti kutipan wawancara berikut. “....Saya baru melaksanakan kegiatan pendataan rumah tangga sehat (RTS), kemudian rumah tangga berPHBS baru terlaksana, dan Kadarzi sama sekali belum terlaksanakan....” (MD.37 Thn)
Pernyataan menurut informasi pengelola puskesmas pendataan rumah tangga sehat, serta pembinaan rumah tangga berPHBS sudah terlaksanakan. Tetapi Kadarzi (keluarga sadar gizi) belum terlaksanakan. menurut dokter puskesmas program kampung siaga tidak pernah di bina karena programnya sudah tidak berjalan. Ketersediaan Dana Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap kampung tidak ada dana untuk program kampung siaga seperti kutipan berikut. “....Kami tidak tahu dengan dana kampung siaga...” (LB 46 Thn) “...Kami belum pernah tahu kalau kampung siaga itu ada dana....” (RT. 53 Thn)
8
....”Program kampung siaga sudah tidak aktif....” (dr DS. 29 Thn)
Pernyayaan: semua bidan kampung mengatakan bahwa tidak tahu dengan dana kampung siaga, sedangkan semua kader kesehatan mengatakan belum pernah tahu kalau dana kampung siaga itu ada. Menururt informan kunci mengatakan bahwa kan program kampung siaga sudah tidak aktif.
PEMBAHASAN Input adalah untuk mengukur seberapa besar masukan yang telah diberkan dalam rangka pengembangan desa siaga yang meliputi ada/tidaknya forum masyarakat kampung, ada/tidakanya poskesdes, ada/tidakanya upaya kesehatan bersumber masyarakat da/tidaknya tenaga kesehatan minimal satu bidan serta ketersediaan dana desa siaga aktif. Indikator proses untuk
mengukur
Frekuensi
form
masyarakat
kampung,
berfungsinya
poskeskam,
berfungsinya upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat, pelaksanaan kegiatan sistem kegawatdaruratan dan bencana, kegiatan sistem surveilans berbasis masyarakat serta kegiatan kunjungan rumah tangga untuk keluarga berPHBS dan Keluarga sadar gizi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap kampung siaga telah memilikiforum masyarakat kampung tetapi belum memiliki surat keputusan dari kepala kampung, sehingga belum melaksanakan atau menyusun struktur organisasi badan forum masyarakat kampung serta membagi tugas dan tanggungjawab secara merata.Menurut petunjuk tehnis Kemenkes nomor: 1529/MENKES/SK/X/2010 tentang pedoman umum pengembangan desa siaga aktif dan forum masyarkat kampung memiliki surat keputusan secara sah/absah mempuyai struktur dan pembagian tugas kerja (Kemenkes RI, 2010a). Poskesehatan kampung adalah merupakan salah satu bentuk UKBM untuk melengkapi keberadaan desa siaga yang dibangun oleh pemerintah, baik bangunan baru maupun hasil pengembangan UKBM sebelumnya. Hasil penelitian disetiap kampung siaga aktif telah memiliki pos kesehatan kampung yang telah dilengkapi denagan sarana penunjang antara lain bangunan, dilengkapi dengan semua ruag kerja, ruang bersalin, obat-obatan, alatalat medis, listrik, kamar mandi dan thoilet.Menurut petunjuk tehnik desa siaga aktif atau kelurahan siaga aktif diselenggarakan melalui berbagai UKBM, serta kegiatan kader dan masyarakat. Pelayanan ini selanjutnya didukung oleh sarana-sarana kesehatan yang ada seperti puskesmas pembantu (pustu), puskesmas, dan rumah sakit.Tehnis pelaksanaan pelayanan mengacu kepada petunjuk-petunjuk tehnis dari kementerian kesehatan dengan
9
pengawasan dan bimbingan dari puskesmas, dengan ketersedian bidan desa minimal satu orang di bantu oleh tenaga kader kesehatan (Kemenkes RI, 2011). UKBM yang dibutuhkan masyarakat adalah polides, PAUD, serta usaha-usaha yang bersumber
dari
masyarakat
setempat.Menurut
petunjuk
tehnis
panduan
kampung
siagapemberdayaan masyarakat terus diupayakan melalui pengembangan UKBM yang ada di desa. Kegiatan difokuskan kapada upaya surveilans berbasis masyarakat, kedarurata kesehatan dan penaggulangan bencana serta penyehatan lingkungan. Surveilans berbasis masyarakat adalah pengamatan dan pencatatan penyakit yang diselenggarakan oleh masyarakat atau kader dibantu oleh tenaga kesehatandengan berpedoman kepada petunjuk teknis dari kementerian kesehatan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan berupa: pengamatan dan pementauan penyakit serta keadaan kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan, dan perilaku yang menimbulkan masalah kesehatan masyarakat, pelaporan cepat (kurang dari 24 jam) kepada petugas kesehatan untuk respon cepa, pencegahan dan penggulangan sederhana penyakit dan masalah kesehatan,serta pelaporan kematian(Kemenkes RI, 2010b). Kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat dalam mencegah dan mengatasi bencana dan kedaruratan kesehatan. kegiatan-kegiatannya berupa: bimbingan dan pencarian tempat aman untuk mengungsi, promosi kesehatan dan bimbingan mengatasi masalah kesehatan akibat bencana dan menegah faktor-faktor penyebab masalah, bantuan penemuan/fasilitas pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar (air bersh, jambang, pembuangan sampah/limbah, dan lainlain) di tempat pengungsian, pelayanan kesehatan bagi pengungsi (Kusuma, 2013). Ketersediaan Dana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa disetiap kampung belum menyiapkan dana khusus program kampung siaga, menurut informan menyatakan bahwa dana yang diberikan kepada bidan atau kader kampung masih kurang minimal lima juta rupaih, untuk pembelian obat-obatan dan insentif bidan serta kader kesehatan untu setahun.Menurut petunujuk tehnis keputusan menteri nomor 1529/MENKES/SK/X/2010tentang pedoman umum desa siaga aktif yang didukung pelaksanaannya pengembangan desa/kelurahan siaga aktif melalui dukungan dana APBD dan ADD secara proposrsional (Kemenkes RI, 2010c). Faktor Pendukung, hasil penelitian menunjukkan berdasarkan informasi informan menyatakan bahwa kesiapan sumber daya manusia dan kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura ada dan kinerjanya baik, semua kampung menyiapkan dana apabila puskesmas kembali mensosialisasi tentang prorgam kampung siaga.Untuk tingkat kampung tenaga kader kesehatan aktif kecuali forum masyarakat kampung ada ditempat/kampung. Faktor Penghambat,hasil penelitian menunjukkan berdasarkan informasi informan mengatakan 10
bahwa di setiap kampung mempunyai hambatan yang sama adalah terdiri dari tidak ada transportasi, dana,belum ada kerja sama yang baik antara kepala kampung dengan bidan kampung serta kader kesehatan. Frekuensi pertemuan forum masyarakat kampung belum terlaksana. Hambatan dari informan kunci mangatakan bahwabelum adakerja sama antara lintas sektor, pengelola puskesmas belum dilatih serta pembinaan kampung siaga belum terlaksanakan, belum ada ketersedianya dana program kampung siaga, pemahaman dari kepal seksi promosi kesehatan kabupaten masih kurang, kurangnya pemahamaan kepala puskesmas tentang program kampung siaga aktif. Kegiatan kungan rumah tangga sehat untuk kadarzi dan PHBS meliputi data rumah tangga, membina rumah tangga dan keluarga sadar gizi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendataan rumah sehat sebagian kecil baru terlaksana, membina rumah tangga berPHBS masih rendah cakupannya karena baru terlaksanakan, sedangkan keluarga sadar gizi belum sama sekali dilaksanakan. Menurut petunjuk teknis pedoman desa siaga menunjukkan bahwa masyarakat di desa/kelurahan siaga aktif wajib melaksanakan perilaku hidup bersih dn sehat (PHBS). PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperang aktifdalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2010d). Salah satu indikator bagi keberhasilan pengembangan desa/kelurahan siaga aktif adalah PHBS yang dipraktikkan di tatannan rumah tangga. akan tetapai untuk mencapai hal tersebut, PHBS harus di praktikkan tatanan manapun pada saat seseoranag sedang berada. PHBS yang harus dipraktikkan oleh masyarakat di desa/kelurahan siaga aktif meliputi perilaku sebagai indikator PHBS, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,memberi ASI eksklusif kepada bayi, menimbang berat badan balita, menggunakan air bersih, mencuci tangan denga air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik nyamuk, mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari, melakukan aktifitas fisik setiap hari serta tidak merokok dalam rumah (Kemenkes RI, 2010e).
11
KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menyimpulkantentang indikator input meliputi SDM
antara lain
tersedianya bidan kampung, kader kesehatan, forum masyarakat kampung, adanya poskeskam dan kurangnya alokasi dana kampung siaga. Indikator proses menunjukkan bahwa kegiatan yang dilaksanakan antara lain posyandu/UKBM rutin seiap bulan, poskeskam buka setiap hari kerja, pencatatan dan pelaporan sistem surveilans berbasis masyarakat, pelayanan kegawatdaruratan dan bencana, sedangkan kurang terlaksana adalah frekuensi pertemuan forum masyarakat kampung, kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan rumah tangga berPHBS. Indikator output meliputi pencapaian program kesehatan ibu dan anak belum maksimal, pencapaian iminisasi belum maksimal, pencapaian kunjungan rumah untuk keluarga sadr gizi belum terlaksana,dan rumah tangga berperilaku hidup bersih sehat rendah karena kegiatannya baru terlaksanakan. Pelayanan surveilans berbasis masyarakat aktif ditangani bidan kampung. Faktor pendukung ketersediaan tenaga cukup, ketersediaan dana kampung dan ketersediaan dana Bantuan Operasional Kesehatan di tahun 2015. Faktor penghambat belum ada ketersediaan dana, belum ada transportasi, belum ada pelatihan pengelola puskesmas serta kerja sama lintas sektor yang baik dan kurang pelaksanaan pembinaan kampung siaga aktif.Pertemuan lintas sektor, pertemuan puskesmas dengan tingkat kampung, pertemuan kampung dengan forum masyarakat atau stacholder, evaluasi kampung siaga secara berkala,pembuatan kotak saran untuk poskeskam.
12
DAFTAR PUSTAKA Adisasmita. (2006). Pengembangan dan Analisis Kebijakakn Desa siaga. Bengkulu Depkes RI. (2006). Pedoman Pengembangan Desa Siaga.djaygoblog.blogspot.com/2010/10. Konsep Pendamping Desa-siaga.html Dinkes Provinsi Papua. (2013). Propil Laporan kampung siaga. www.@gmail. prov. co,id Dinkes Kabupaten Jayapura. (2013a). Propil laporan Kampung Siaga.
[email protected] Dinkes Kabupaten Jayapura. (2013b). Propil Laporan Kampung Siaga. www.@ Dinkes.kabjyr.co.id Kemenkes RI. (2010). Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga aktif. Jakarta. Kemenkes RI. (2011). Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga aktif. Jakarta. Kemenkes RI. (2010a). djygoblok.blogspot.com. Panduan Desa siaga.Jakarta Kemenkes RI. (2010b). djygoblok.blogspot.com. Panduan Desa siaga. Jakarta Kemenkes RI. (2010c). djygoblok.blogspot.com. Panduan Desa siaga.Jakarta Kemenkes RI. (2010d). djygoblok.blogspot.com. Panduan Desa siaga. Jakarta Kemenkes RI. (2010e). djygoblok.blogspot.com. Panduan Desa siaga. Jakarta Kemenkes RI. (2013). Profil Kesehatan Indonesia 2012, Jakarta Kusuma RM. (2013). Analisis Kebijakan Desa Siaga Di Kabupaten Sleman Yogyakarta. eJournal Manajemen Pelayanan Kesehatan vol. 2. Puskesmas Depapre. (2014). Laporan Program Tahunan Supryanto. (2014). blogspot.com/2011/09 Pembentukan-dan-evaluasi-desa-siaga-html. Bemgkulu.
13
14
Tabel 1 Karakteristik Informan SDM Puskesmas Depapre Bulan Juli-Agustus 2014 No Nama Usia JK Alamat Pekerjaan Pddk Jabatan Instansi 1 LB 46 PKampung Kendate PNS D III Kebidanan PJ Poskeskam 2 SY 38 PKampung Tablanusu PNS D I Kebidanan PJ Poskeskam 3 DA 48 PKampung Waiya PNS D III Kebidanan PJ Poskeskam 4 JJ 35 PKampung Tablasupa PNS D I Kebidanan PJ Poskeskam 5 FB 45 PKampung Yepase PNS D I Kebidanan PJ Poskeskam 6 AN 50 P Kampung wambena PNS D III Kebidanan PJ Poskeskam 7 AW 54 PKampung Kendate IRT SD Ketua Kader 8 AS 47 PKampung Tablanusu IRT SMA Ketua Kader 9 SS 47 PKampung Waiya IRT SMA Ketua kader 10 RT 53 PKampung Tablasupa IRT SD Ketua Kader 11 MI 55 PKampung Yepase IRT SD Ketua Kader 12 AY 44 PKampung Wambena IRT SD Ketua Kader 13 VK 44 LKampung Kendate Nelayan SMP Ketua Forum 14 ES 54 PKampung Tablanusu IRT SD Ketua Forum 15 SD 52 LKampung Waiya PNS SPMA Ketua Forum 16 MA 52 LKampung Tablasupa Nelayan SMP Ketua Forum 17 EW 47 PKampung Yepase IRT SMEA Ketua Forum 18 YY 50 L Kampung Wambena Tani SMA Ketua Forum 19 IW 43 LKampung Kendate NelayanSMA Kepala Kampung 20 LS 52 LKampung Tablanusu Nelayan SMA Kepala Kampung 21 FD 70 LKampung Waiya Nelayan _ Kepala Kampung 22 SK 52 PKampung Tablasupa IRT SMA Kepala Kampung 23 HY 50 LKampung Yepase Tani SMP Kepala Kampung 24 HY 59 LKampung Wambena Tani SMA Kepala kampung 25 MD 37 PPuskesmas PNS D III Gizi Pengelola 26 DS 29 LPuskesmas PTT S1 Ked Ka Puskesmas 27 HS 45 LDinas Kesehatan PNS S1 Kesmas Ka Sic Promkes 28 IA 52 LKampung Dormena Wirausaha SMA Kepala Kampung 29 KO 47 LKampung Dormena Tani SMAKepala Kampung 30 FS 48 LKampung Dormena wirausaha SMA Forum Kampung 31 BA 59 LKampung Yewena Tani SMA Forum Kampung 32 CN 26 PKampung Dormena/ PTT D III Kebidanan PJ Poskeskam Yewena 33 BA 57 P Kampung Dormena IRT SMP Ketua Kader 34 NI 56 PKampung Yewena IRT SD Ketua Kader Sumber : Data Primer Puskesmas Depapre
15