23
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS JAKARTA UTARA PERIODE TAHUN 2016 Rahayu Wijayanti, Okpri Meila, Annisa Septiyani Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat dengan indikator Prescribing pada Puskesmas di Jakarta Utara periode tahun 2016 berdasarkan pada pedoman WHO. Menurut World Health Organization (WHO) 50% penggunaan obat tidak tepat dalam peresepan, penyiapan, dan penjualannya dan 50% lainnya adalah penggunaan yang tidak tepat oleh pasien. Pada penelitian tahun 1993, peresepan di Indonesia masih dikategorikan tidak rasional. Karena banyaknya polifarmasi (3,3 obat per pasien), penggunaan antibiotik (43%), serta penggunaan injeksi (10-18%). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode retrospektif potong lintang pada Puskesmas Kecamatan di Jakarta Utara. Hasil penelitian dibandingkan dengan target kerasionalan dari Kemenkes RI, saran dari WHO tahun 1993 dan penelitian di RSUD Pasar Rebo tahun 2015. Total data sampel yang didapat sebanyak 7500 resep. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah obat tiap pasien (3,17), persentase peresepan obat generik (97,97%), persentase peresepan antibiotik (4.76%), persentase peresepan injeksi (0%) dan persentase peresepan DOEN (83,17%). Data menunjukkan bahwa penggunaan obat pada Puskesmas Kecamatan di Jakarta Utara belum rasional kecuali untuk peresepan injeksi dan antibiotik. Sedangkan untuk peresepan obat generik dan obat DOEN hampir mendekati rasional. Kata Kunci: penggunaan obat rasional, indikator peresepan, Puskesmas kecamatan ABSTRACT This study aims to evaluate the use of drugs by prescribing indicators on subdistrict public health center in North Jakarta period in 2016 based on WHO guidelines. According to the World Health Organization (WHO) 50% of drug use is not appropriate in the prescribing, preparation, and sales and also 50% is the inappropriate use by patients. In the 1993 study, the prescription in Indonesia is still irrational. It can be se of polypharmacy (3.3 medications per patient), the use of antibiotics (43%), and the use of injection (10-18%). The method used in this study is a retrospective cross-sectional method on the subdistrict public health center in North Jakarta. The results of the study compared with the target rationalization of Ministry of Health RI, advice from the WHO in 1993 and research in Pasar Rebo Hospital in 2015. Total amount of samples were 7500 recipe. Results of this study showed that the average number of drugs per patient (3.17), the percentage of generic prescriptions (97.97%), the percentage of antibiotic prescribing (4.76%), the percentage of prescriptions injection (0%) and the percentage of prescriptions NEML (83, 17%). Data show that the use of drugs in health centers in North Jakarta subdistrict public health center has not rational except for prescribing injections and antibiotics. As for prescribing generic drugs and rational drug nearing NEML. Keyword: rational drug use, prescribing indicator, subdistrict public health center
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
(Vol. 2, No. 1, Mar 2017 – Agus 2017) Issn Online: 2502-8413
24
PENDAHULUAN Salah satu faktor penting dalam pelayanan kesehatan adalah obat. Akan tetapi menurut World Health Organization (WHO), 50% penggunaan obat tidak tepat dalam peresepan, penyiapan, dan penjualannya. 50% lainnya adalah penggunaan yang tidak tepat oleh pasien (World Health Organization, 2002). Pengobatan yang rasional yaitu pasien mendapatkan obat yang tepat sesuai indikasi, sesuai dosis masing- masing individu, untuk jangka waktu yang sesuai dan dengan biaya yang terendah untuk pasien (World Health Organization, 1985). Penggunaan obat yang tidak rasional dapat merugikan kesehatan bila tidak memenuhi persyaratan atau penggunaannya tidak tepat atau disalahgunakan (WHO Action Programme on Essential Drugs and Vaccines, International Network for the Rational Use of Drugs, 2000). Oleh karena itu, penggunaan obat perlu mendapat perhatian yang memadai agar tercapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Keterbatasan persediaan obat- obatan serta tidak tepatnya dosis dapat mengakibatkan tingkat kematian dan kesakitan yang serius, terutama infeksi yang terjadi pada anak-anak dan penyakit kronis seperti darah tinggi, diabetes, epilepsi dan gangguan mental. Pengobatan yang tidak tepat dan pengobatan yang berlebih dapat menjadi sumber limbah dan beban bagi masyarakat kurang mampu karena harus membayar biaya obat yang tinggi serta reaksi obat yang timbul dari pemakaian obat yang berlebih dapat merugikan masyarakat (World Health Organization, 2002). Hasil penelitian menunjukkan ketidaktepatan peresepan terjadi di banyak negara terutama negara-negara berkembang seperti di Indonesia (Hogerzeil, et al., 1993). Pada tahun 1993, peresepan di Indonesia masih dikategorikan tidak rasional. Hal tersebut dilihat dari banyaknya polifarmasi (3,3 obat per pasien). Penggunaan antibiotik yang berlebihan (43%), serta injeksi yang tidak tepat dan berlebihan (10-80%) (Hogerzeil, et al., 1993). Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai penggunaan obat yang rasional ditinjau dari indikator prescribing pada fasilitas kesehatan publik sekunder dan tertier. Dengan demikian, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Evaluasi Penggunaan Obat Dengan Indikator Prescribing pada Puskesmas Jakarta Utara Periode tahun 2016”. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian observasional, data diambil secara retrospektif periode Januari– Desember 2016 dengan rancangan penelitian Cross Sectional. Data dibandingkan dengan Indikator peresepan menurut WHO (1993).
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
(Vol. 2, No. 1, Mar 2017 – Agus 2017) Issn Online: 2502-8413
25
Bahan Semua resep pasien rawat jalan pada puskesmas kecamatan di Jakarta Utara selama periode penelitian yang memiliki kelengkapan resep. Alat Indikator peresepan WHO (1993), terdiri dari rata-rata jumlah obat tiap pasien, persentase peresepan generik, persentase peresepan antibiotik, persentase peresepan injeksi, dan persentase peresepan dari DOEN (Daftar Obat Essensial Nasional) yang ada. Metode Langkah identifikasi dimulai dengan menghitung resep yang diperoleh berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Mengelompokkan data berdasarkan tujuan artikel yaitu rata-rata obat tiap pasien, obat generik, obat injeksi, obat antibiotik dan obat berdasarkan DOEN. Data yang diperoleh kemudian dihitung untuk mengtahui berapa banyak obat tersebut ditulis dalam resep selama 1 tahun dan hasil yang idperoleh dianalisis secara deskriptif HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian didapatkan total resep rawat jalan sebanyak 7500, semua resep telah ditelaah berdasarkan inklusi. 7500 resep diambil dengan cara total sampling di 3 puskesmas kecamatan yaitu puskesmas kecamatan cilincing, koja, dan penjaringan. Masing- masing puskesmas didapat 2500 resep per tahun. Penggunaan obat rasional berdasarkan indikator WHO (1993) dapat dilihat pada table dibawah ini. Tabel menunjukkan indikator peresepan rasional yang terdiri dari rata-rata jumlah obat tiap pasien, persentase peresepan obat generik, persentase peresepan antibiotik, persentase peresepan injkesi, dan persentase peresepan obat dari DOEN yang ada. Hasil penelitian yang di dapat di bandingkan dengan target Kemenkes RI dan saran WHO. Rata-rata jumlah obat tiap pasien Rata-rata jumlah obat tiap pasien tertinggi pada bulan januari (3,3) dan terendah di bulan oktober (3,0 sehingga didapatakan hasil rata-rata untuk satu tahun 2016 (3,17). Data tersebut menunjukkan bahwa pada puskesmas kecamatan di Jakarta Utara meresepkan dengan jumlah rata-rata lebih dari 3 obat untuk tiap pasien, jika dibandingkan dengan target Kemenkes RI (2,6) maka rata-rata jumlah obat tiap pasien pada puskesmas kecamatan di Jakarta Utara masih belum rasional tetapi jika dibandingkan dengan penelitian WHO tahun 1993 di indonesia (3,3) hasil yang didapat sudah lebih baik.
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
(Vol. 2, No. 1, Mar 2017 – Agus 2017) Issn Online: 2502-8413
26
Gambar 1. Grafik Rata- rata jumlah obat tiap pasien pada Puskesmas Jakarta Utara
Persentase peresepan obat generik Persentase peresepan obat generik tertinggi terdapat pada bulan Mei dan Agustus (98,53%) dan terendah terdapat pada bulan Desember (97,29%) sehingga persentase yang didapat untuk tahun 2016 adalah (97,97%). Jika dibandingkan dengan target Kemenkes RI (100%) persentase persepan obat generik belum rasional tetapi berdasarkan penelitian WHO 1993 di Indonesia (59%) sudah memenuhi kriteria rasional.
Gambar 2. Grafik persentase peresepan obat generik Persentase peresepan antibiotik Persentase peresepan antibiotik tertinggi terdapat pada bulan Februari (5,73) dan terendah pada bulan Desember (2,90). Hasil persentase tahun 2016 adalah 5%. Kemenkes RI tidak memiliki target untuk peresepan antibiotik tetapi dikhususkan untuk penyakit ISPA non Pneumonia dan Diare non Spesifik. Peneliti tidak dapat membandingkan dengan target kemenkes RI dikarenakan tidak semua resep tercantum diagnosa. Sehingga dibandingkan dengan penelitian WHO 1993 di indonesia (43%), dan didapatkan hasil yang rasional karena kurang dari 43%.
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
(Vol. 2, No. 1, Mar 2017 – Agus 2017) Issn Online: 2502-8413
27
Persentase Peresepan Antibiotik 5.05
5.73 4.52
4.86
4.61
5.35
5.18
4.61
4.35
4.79
4.52 2.90
Gambar 3. Grafik Persentase Peresepan Antibiotik Pada Puskesmas Kecamatan Di Jakarta Utara Persentase peresepan DOEN Persentase peresepan DOEN tertinggi terdapat terendah pada bulan April (81,34%). Hasil persentase 84%. Jika dibandingkan dengan target Kemenkes RI penelitian pertama WHO 1993 di Indonesia tidak peresepan DOEN.
pada bulan Juli (89,05%) dan untuk satu tahun 2016 adalah (100%) belum rasional, tetapi melakukan penelitian tentang
Persentase Peresepan DOEN 89.05
84.53
83.89 82.64
83.47
84.53 83.05
83.25 83.51
82.62 82.54
81.34
Gambar 4. Grafik Persentase Peresepan obat DOEN Pada Puskesmas Kecamatan di Jakarta Utara KESIMPULAN DAN SARAN Penilaian indikator peresepan pada puskesmas kecamatan di Jakarta Utara ratarata jumlah obat tiap pasien adalah 3,17. Berdasarkan target Kemenkes RI (2,6) dan saran dari WHO (1,5) rata-rata jumlah obat belum rasional. Penilaian indikator peresepan pada Puskesmas kecamatan di Jakarta Utara persentase peresepan obat generik adalah 97,97%. Berdasarkan target Kemenkes RI (100%) persentase peresepan obat generik belum rasional tetapi berdasarkan saran dari WHO (94%) sudah rasional.
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
(Vol. 2, No. 1, Mar 2017 – Agus 2017) Issn Online: 2502-8413
28
Penilaian indikator peresepan pada Puskesmas Kecamatan di Jakarta Utara persentase peresepan antibiotik adalah 4,76%. Berdasarkan saran dari WHO (22,7%) persentase peresepan antibiotik sudah rasional. Penilaian indikator peresepan pada Puskesmas Kecamatan di Jakarta Utara persentase peresepan injeksi adalah 0%. Berdasarkan saran WHO (17,2%) persentase peresepan injeksi sudah rasional. Penilaian indikator peresepan untuk Puskesmas Kecamatan di Jakarta Utara persentase peresepan obat DOEN adalah 83,17%. Berdasarkan target Kemenkes RI (100%) persentase peresepan obat DOEN belum rasional. Berdasarkan kesimpulan tersebut diperlukan penelitian tentang faktor penyebab masalah polifarmasi, dan peresepan obat DOEN yang terjadi di Puskesmas Kecamatan Jakarta Utara dan diperlukan penelitian kerasionalan penggunaan obat di Puskesmas Kecamatan se-DKI Jakarta agar didapatkan data yang komprehensif tentang penggunaan obat di seluruh puskesmas. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2015. Rencana Program 2015-2019. Jakarta: Kemenkes Kesehatan RI.
Aksi
Hogerzeil, H.V., Bimo, Ross-Degnan, D., Laing, R.O., Ofori-Adjei, D., Santoso, B., et.al.1993 Desembe 4.Field Test for Rational Drugs Use in Twelve Developing Countries.The Lancet, pp. 1408- 1410. Permatasari, Kartika Citra Dewi. 2011. Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat ditinjau Dari Indikator Peresepan Menurut WHO di Seluruh Puskesmas Kecamatan Kota Depok. Skripsi. Depok: Program Studi Farmasi FMIPA-UI. Syaripuddin, M., Susyanty, Andi Leny., Sari, Ida Diana. 2015. 5 Karakteristik Resep Sakit Umum Daerah Pasar Rebo. Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Jakarta WHO Action Programme on Essentia Drugs and Vaccines, international Network for the Rational Use of Drugs. 2000. Problem of Irrational Drug Use. Geneva: World Health Organization. World Health Organization. 1993. How to Investigate Drug Use in Health Facilities. Geneva: World Health Organization. World Health Organization. 1985. The Rational Use of Drugs. WHO Health Assembly Resolution WHA39.27. Geneva: Worlh Health Organization. World Health Organization. 2002. Promoting rational use of medicines : Core Components. Dalam W. H. Organization, WHO Policy Perspectives on Medicines. Geneva: World Health Organization.
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
(Vol. 2, No. 1, Mar 2017 – Agus 2017) Issn Online: 2502-8413