EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIASMA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA PADA TAHUN 2014 Sunarti, Fakultas Farmasi Universetas Setia Budi Surakarta Septi Putri Utami, Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta Email :
[email protected] ABSTRAK Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas, dan rasa berat di dada. Penyebab asma yaitu kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Pengobatan asma ada dua cara yaitu farmakologis (terapi dengan obat) dan non farmakologis (sanitasi lingkungan). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis penggunaan obat antiasma pada pasien asma rawat inap di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2014. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif obsevasional dengan pengumpulan data sekunder penggunaan obat antiasma dengan mengamati laporan penggunaan obat antiasma setiap bulan di Bagian Rekam Medik dan Instalasi farmasi RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2014. Data yang diperoleh dianalisis uji parametrik (one way ANOVA). Hasil analisis data menunjukkan obat antiasma yang sering digunakan pada pasien asma: (1) Metil prednisolon 4 mg (382 tablet), (2) Salbutamol 2 mg (268 tablet), (3) Aminophyline 200 mg (210 tablet), (4) Salbutamol 4 mg (117 tablet), (5)Deksametason 0,5 mg (102 tablet) dan (6) Metilprednisolon 8 mg (87 tablet). Persentase penggunaan obat Aminophyline 200 mg mengalami penurunan tiap triwulan nya. Sedangkan obat lainnya seperti Deksametason 0,5 mg, Metilprednisolon 4 mg dan 8 mg, Salbutamol 2 mg dan 4 mg mengalami peningkatan dan penurunan presentase di tiap masing-masing triwulannya.Persentase penggunaan obat antiasma tiap triwulan tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Kata kunci: Obat antiasma, Penggunaan Obat, Pasien Asma
ABSTRACT ANALYSIS OF ANTIASTHMA DRUGS IN Dr. MOEWARDI HOSPITAL At 2014. Asthma is a disorder such as inflammatory (inflammation) that causes chronic airway hyperactivity of bronchi to various stimuli which is characterized by recurrent episodic symptoms of wheezing, coughing, shortness of breath, and tightness in the chest. The causes of asthma are a combination of genetic and environmental factors. Treatment of asthma there are two ways pharmacological (drug therapy) and non-pharmacological (sanitation). The purpose of this study was to analyze the use of drugs antiasthma in asthma patients hospitalized in the Hospital Dr. Moewardi Surakarta in 2014. This study uses secondary data collection methods antiasthma drug use by examining reports of drug use antiasma every month in the Medical Records Section and Installation pharmacy Hospital Dr. Moewardi Surakarta in 2014. Data were analyzed with parametric tests (one-way ANOVA). The result showed antiasthma drugs 1 that are often used in patients with asthma: (1) Methylprednisolone 4 mg (382 tablet), (2) Salbutamol 2 mg (268 tablet), (3) Aminophyline 200 mg (210 tablet), (4) salbutamol 4 mg (117 tablet), (5) Dexamethasone 0.5 mg (102 tablet) and (6) methylprednisolone 8 mg (87 tablet). The percentage of drug use Aminophyline 200 mg decreased its quarterly. While other drugs such as dexamethasone 0.5 mg, Methylprednisolone 4 mg and 8 mg, Salbutamol 2 mg and 4 mg experienced an increase and a decrease in the percentage of each respective quarterly. Percentage use of antiasthma drugs each quarter no significant difference. Keywords: Antiasthma drugs, The used of drugs, Asthma Patient
pemilihan obat yang sesuai.
PENDAHULUAN Asma merupakan
inflamasi kronis saluran napas yang ditandai dengan mengi episodik, batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran
napas
yang
dapat
dikarakteristikkan dengan adanya respons yang berlebihan dari trakea dan bronki terhadap
berbagai
bermanifestasi
rangsangan
dengan
dan
penyebaran
penyempitan saluran napas yang beratnya dapat berubah secara spontan atau sebagai
merupakan
penyakit
kronik yang banyak diderita oleh anakanak dan dewasa baik di negara maju maupun di negara berkembang. Sekitar 300 juta manusia di dunia menderita asma dan diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai 400 juta pada tahun 2025.
Meskipun
dengan
penelitian
yang
dilakukan oleh Chusnul Kusuma Dewi (2009)
“Analisis
penggunaan
obat
antiasma untuk pasien rawat inap di RSUD Karanganyar tahun 2008” dengan hasil obat antiasma yang sering digunakan yaitu: (1) Salbutamol 2 mg (1355 tablet); (2) Aminophyline injeksi (458 ampul); (3) Aminophyline 419 (tablet); (4) Theobron (164 kapsul) dan Ventolin nebules (70 ampul).
Sehingga
peneliti
akan
melanjutkan dan melengkapi di tempat
hasil dari terapi (Munaf, 2008). Asma
Berdasarkan
penyakit
pengobatan
yang berbeda mengenai apa saja obat antiasma yang sering digunakan dalam sediaan tablet, berapa presentasi pada tiap triwulannya,
dan
apakah
terdapat
perbedaan yang signifikan pada tiap triwulan. Dimana data tersebut diperoleh di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2014.
efektif, angka morbiditas dan mortalitas asma masih tetap tinggi. Satu dari 250
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian
orang yang meninggal adalah penderita
merupakan
asma. Di negara maju meskipun sarana
penelitian
pengobatan mudah didapat, asma masih
Pengambilan data penelitian dilakukan
sering tidak terdiagnosis dan tidak diobati
dengan mengumpulkan data sekunder
secara tepat (PDPI, 2011).
penggunaan obat antiasma dengan cara
Ilmu kedokteran dan kefarmasian
diskriptif
ini
mengamati
laporan
operasional
penggunaan
.
obat
saat ini telah berkembang diseluruh dunia
setiap bulan yang dimulai dari bulan
dan berbagai macam jenis obat antiasma
Januari- Desember tahun 2014 di bagian
pun telah banyak digunakan, meskipun
Rekam Medik dan Instalasi Farmasi
penderita asma tidak bisa disembuhkan
RSUD
tetapi setidaknya penderita asma dapat
Pengambilan data di lakukan pada bulan
2
mencegah dan mengontrol serangan asma
Dr.
Moewardi
Surakarta.
Maret tahun 2015.
dengan pengobatan secara farmakologis
Populasi untuk penelitian ini
dan non farmakologis. Hal-hal yang
adalah obat antiasma dalam bentuk tablet
berhubungan erat adalah diagnosa yang
digunakan pada pasien rawat inap di
tepat, penilaian berat atau ringannya asma,
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Sampel
edukasi
pada
menghindari
penderita, faktor
serta
dapat
yang digunakan dalam penelitian ini
penyebab
dan
adalah obat antiasma dalam bentuk tablet
3 digunakan pada pasien rawat inap di
tahun
RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun
2014,
diperoleh
data
sebagai
berikut:
2014. HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian yang telah
Tabel 1. Jumlah pasien asma di RSUD Dr. Moewardi selama tahun 2014
dilakukan terdapat perbedaan jumlah obat Bulan
Jumlah Pasien
antiasma yang digunakan. Setiap bulan
Januari
16
obat antiasma berbeda. Rata-rata jumlah
Februari
18
Maret
17
April Mei
8 9
tahun 2014 adalah sebanyak 13 pasien.
Juni
13
Juli
11
Jumlah pasien mengalami peningkatan dan
Agustus September
7 9
Oktober
11
November Desember
15 13
pasien yang menjalani pengobatan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta selama
penurunan setiap bulannya. Berdasarkan data pasien asma rawat inap yang menjalani pengobatan di
146
Total
13
Rata-rata
RSUD Dr. Moewardi Surakarta selama
Tabel 2. Penggunaan Obat antiasma Bulan N o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
Aminophyline 200 mg
Nama Obat
16
26
45
9
30
16
20
18
0
0
20
10
2
Deksametason 0,5 mg
9
31
0
3
0
41
0
0
0
18
0
0
3
Metilprednisolon 4 mg
31
40
37
6
21
20
28
25
48
38
68
20
4
Metilprednisolon 8 mg
0
37
8
0
0
0
0
0
0
0
13
29
5
Salbutamol 2 mg
3
26
22
6
28
65
28
26
15
9
36
8
6
Salbutamol 4 mg
19
21
19
3
11
1
8
0
5
10
0
20
Dapat dilihat pada tabel 2 data
metil ksantin yang mempunyai efek
hasil penelitian terhadap penggunaan
bronkodilator dengan jalan melemaskan
obat antiasama dalam sediaan tablet yang
otot polos bronkus; (4) Salbutamol 4 mg
sering digunakan pada pasien asma rawat
(117 tablet); (5) Deksametason 0,5 mg
inap
(102
tahun
2014
yaitu:
(1)
tablet)
yang
merupakan
Metilprednisolon 4 mg (382 tablet) yang
antiinflamasi; (6) Metilprednisolon 8 mg
termasuk
(87 tablet).
kortikosteroid
oral
(anti
inflamasi); (2) Salbutamol 2 mg (268
Hasil penelitian menunjukan
tablet) yang termasuk golongan p 2
penggunaan obat antiasma yang paling
agonis aksi pendek (short acting) obat ini
banyak
bekerja dengan cepat namun aksinya
metilprednislon 4 mg. Metilprednisolon
tidak bertahan lama; (3) Aminophyline
merupakan antiinflamasi yang digunakan
200 mg (210 tablet) termasuk turunan
pada
digunakakan
penderita
asma,
yaitu
kebanyakan
4 penderita
asma
mengalami
penyakit
efek
bronkodilator
dengan
inflamasi kronik saluran pernafasan.
melemaskan otot polos bronkus.
Sebelum terjadinya infeksi pada asma
Pemakaian
jalan
deksametason
biasanya terjadi serangan asma. Maka
termasuk lebih sedikit dibandingkan
untuk pencegahannya, serangan asma
dengan
tersebut harus diobati segera dengan obat
deksametason
pelega nafas atau antiinflamasi. Sehingga
antiinflamasi secara keseluruhan sama
pemakainnya dalam jumlah banyak ini
seperti metilprednisolon hanya saja dosis
karena
nya yang berbeda.
dapat
serangan
mencegah
timbulnya
dengan
mengatasi
asma
obat-obat
antiasma juga
Data
lainnya,
merupakan
penggunaan
obat
peradangan disaluran pernafasan agar
antiasma pada pasien asma rawat inap
tidak semakin memburuk.
tahun 2014 menggunakan tablet generik
Pemakaian salbutamol berada kedua
setelah
sebagai pilihannnya, hal ini dikarenakan
metilprednisolon
pasien tersebut merupakan pasien BPJS.
merupakan salah satu bronkodilator yang
Dimana pemerintah sudah menetapkan
paling aman dan paling efektif meskipun
kebijakan mengenai penggunaan obat
penggunaannya
sedikit
generik terhadap pasien BPJS tersebut.
dibandingkan dengan metilprednisolon 4
Obat generik memiliki khasiat yang tidak
mg. Salbutamol selain berdaya sebagai
kalah dengan obat bermerek maupun
bronkodilatasi
efek
obat paten. Faktanya dari sisi zat
menstabilisasi sel mast sehingga sangat
aktifnya, baik obat generik maupun obat
efektif
paten
untuk
lebih
juga
memiliki
mencegah
maupun
meniadakan serangan asma. Aminophyilne
kandungannya
sama
saja
sedangkan yang berbeda hanya model merupakan
kemasannya saja atau nama pabriknya.
turunan metil ksantin yang mempunyai
Tabel .3 jumlah pengunaan obat antiasma setiap triwulan No
Triwulan
Nama Obat I
%
II
%
III
%
IV
%
1
Aminophyline 200 mg
87 41.43
55
26.19
38
18.1
30
14.28
2
Deksametason 0,5 mg
40 39.22
44
43.14
0
0
18
17.64
3
Metilprednisolon 4 mg
108 28.28
47
101 26.44
126
32.98
4
Metilprednisolon 8 mg
45 51.72
0
0
0
42
48.28
5 6
Salbutamol 2 mg Salbutamol 4mg
51 19.03 59 50.42
95 15
69 25.74 13 11.11
53 30
19.78 25.64
Penggunaan obat Aminophyline 200
mg
mengalami
penurunan
12.3 0 35.45 12.82
Metilprednisolon 4 mg dan 8 mg,
tiap
Salbutamol 2 mg dan 4 mg mengalami
triwulan nya dari 41.43% pada triwulan I,
peningkatan dan penurunan presentase di
26.19% pada triwulan II, 18.1% pada
tiap
triwulan III dan menurun hingga 14.28%
Ketidakstabilan
pada triwulan IV. Sedangkan obat lainnya
antiasma ini dipengaruhi oleh jumlah
seperti
pasien,
Deksametason
0,5
mg,
masing-masing
triwulannya.
penggunaan
perubahan
dosis
obat-obat
obat
atau
5 perubahan terapi pada pasien asma.
2014 tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
KESIMPULAN
Berdasarkan dilakukan
penelitian dapat
telah
SARAN Saran yang ingin disampaikan setelah
kesimpula
melihat hasil penelitian, perlu dilakukan
yang
diambil
penelitian mengenai:
sebagai berikut: 1.
Obat antiasma yang sering digunakan
1. Perbandingan
selama
tahun
2014
adalah
(1)
Standar
Pelayanan Medik (SPM) yang ada di
pada pasien asma rawat inap di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
dengan
Rumah Sakit. 2.
Efektifitas pemberian obat terhadap pasien
asma.
Penyebab
meningkatnya jumlah pasien asma Metilprednisolon
4
mg,
(2)
Salbutamol 2 mg, (3) Aminophyline
DAFTAR PUSTAKA Agustiana A. 2009.
kualitas sumber daya manusia
200 mg, (4) Salbutamol 4 mg, (5)
pada
Deksametason 0,5 mg dan (6)
Rumah
Daerah Metilprednisolon 8 mg. 2.
Persentase
Sakit
Dr.
Surakarta.
penggunaan
Pengembangan
Moewardi
(KTI)
Manajemen
obat
Umum
DIII
Administrasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Aminophyline 200 mg mengalami
Politik UNS Surakarta. penurunan tiap triwulan nya dari 41.43% pada triwulan I, 26.19% pada
triwulan
II,
18.1%
[DEPKES RI] Departemen Kesehatan Republik
pada
Sedangkan
pada obat
triwulan lainnya
1989.
Informatorium Obat Generik. Direktorat
triwulan III dan menurun hingga 14.28%
Indonesia.
Jenderal
Pengawasan,
IV.
Obat
dan
Makanan. Jakarta. seperti [DEPKES RI] Departemen Kesehatan Deksametason
0,5
mg,
Republik
Metilprednisolon 4 mg dan 8 mg,
Pedoman
Salbutamol
Penyakit
2
mg
dan
4
mg
Indonesia.
2009.
Pengendalian Asma.
Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak mengalami penurunan
peningkatan presentase
di
dan
Menular. Jakarta: Hlm 13-15.
tiap Anonim.
masing-masing triwulannya. 3.
Penggunaan obat antiasma di RSUD Dr. Moewardi tiap triwulan mulai
2010. Moewardi
RSUD
Surakarta
Dr. Tahun
2010. Bagian Perencanaan dan Informasi RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
dari bulan Januari-Desember tahun
Profil
6 Ikawati
Z.
2011.
Penyakit
Pernafasan
dan
Terapinya.
Anindya,
Sistem
Tatalaksana editor.
Yogyakarta: Bursa Ilmu. Hlm 105-148. Munaf S. 2008. Bronkodilator dan Obatobat Asma. Di dalam: Rahardjo R,
copy
editor.
Kumpulan
Kuliah Farmakologi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC. Hlm 570-571. [PDPI]
Perhimpunan
Dokter
Indonesia.
2006.
Pedoman
diagnosis
Paru Asma dan
Penatalaksanaan di Indonesia. Cetakan
II.
Jakarta:
Balai
Penerbit FKUI. [PPDS]
Program Spesialis.
Pendidikan Badan
Dokter
Koordinasi
Pendidikan Fakultas Kedokteran UNS/RSUD Dr. Moewardi 2012. Rengganis
I.
2008.
Diagnosis
dan
Tatalaksanaan Asma Bronkial. Majalah Kedokteran Indonesia 58:444-449. Sundaru H. 2001. Asma Bronkial. Di dalam: Suyono S et al, editor. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hlm 24-25. Tan HT dan Rahardja K. 1978. Obat-obat Penting.
Edisi
ke-4.
Jakarta
7