EVALUASI PEMBERIAN DOSIS KOAGULAN ALUMINIUM SULFAT CAIR DAN BUBUK PADA SISTEM DOSING KOAGULAN DI INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM PT. KRAKATAU TIRTA INDUSTRI
SKRIPSI
AMANDA DESVIANI PULUNGAN F44080050
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
1
EVALUATION OF LIQUID AND POWDER ALUMINIUM COAGULANT DOSING ON WATER TREATMENT PLANT COAGULANT DOSING SYSTEM AT PT. KRAKATAU TIRTA INDUSTRI
Amanda Desviani Pulungan, Satyanto K. Saptomo and M. Budi Saputra Department of Civil and Environmental Engineering, Faculty of Agricultural Technology Bogor Agricultural University, IPB Dramaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java Indonesia email :
[email protected] ABSTRACT
Surface water before being used for particular purposes must be processed first in order to be viable consumed. One of the worth attempts is by building a water treatment such as the installation of Water Treatment Plant that been practiced by PT. Krakatau Tirta Industri, Cilegon. One of the processes is coagulation using aluminium sulfate powder and liquid as the coagulant. This research purpose is to find the optimum dose of aluminium sulfate (liquid) at PT. KTI by comparing the quality and the production cost. The methods including several stages such as preparation phase, data collection, data processing and analysis and presentation of results. The optimum dose for powder using is 60 ppm and for liquid is 100 ppm. The production cost of aluminium sulfate (liquid) using wet alumina is Rp 6.491.838,36 and the cost of goods is Rp 1.131,17/ kg and for dry alumina the production cost is Rp 8.829.278,36 and the cost of goods is Rp 1.538,46/ kg the cost are cheaper than the aluminium sulfate powder cost of goods Rp 1.760/ kg. As resulted from the sensitivity test, the most sensitive variable from the cost of goods is sulfate acid for wet alumina and dry alumina for aluminium sulfate that using dry alumina as the raw material. Key words: Coagulation, Aluminium sulfate, Production cost, Optimum, Sensitivity
2
Amanda Desviani Pulungan. F44080050. Evaluasi Pemberian Dosis Koagulan Aluminium Sulfat Cair dan Bubuk Pada Sistem Dosing Koagulan di Instalasi Pengolahan Air Minum PT. Krakatau Tirta Industri. Di bawah bimbingan Dr. Satyanto K. Saptomo,S.TP, M.Si dan M. Budi Saputra, S.T, M.Eng. 2012 RINGKASAN
Air permukaan sebelum dimanfaatkan untuk tujuan – tujuan tertentu harus diolah terlebih dahulu agar layak dikonsumsi. Salah satu upaya yang dapat dilakuan adalah dengan melakukan pengolahan air seperti dengan membangun instalasi pengolahan air seperti yang dilakukan oleh PT. Krakatau Tirta Industri, Cilegon. Koagulan atau Flokulan pembantu biasa dibubuhkan ke dalam air yang dikoagulasi yang bertujuan untuk memperbaiki pembentukan flok dan untuk mencapai sifat spesifik flok yang diinginkan. Koagulan adalah zat kimia yang menyebabkan destabilisasi muatan negatif partikel di dalam suspensi. Tujuan dari penelitian ialah untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan aluminium sulfat cair sebagai koagulan yang digunakan oleh PT. KTI dari segi biaya produksi dan dari kualitas air yang diperoleh. Serta dapat ditentukan dosis dan waktu penggunaan aluminium sulfat cair yang tepat pada proses koagulasi. Karena penggunaan aluminium sulfat cair sebagai koagulan masih merupakan upaya yang baru dilakukan PT. KTI sembilan bulan belakangan ini maka masih diperlukan evaluasi dari penggunaannya. aluminium sulfat cair itu sendiri terbuat dari campuran alumina (alumina basah atau alumina kering) dan asam sulfat. Metode penelitian yang dilakukan meliputi beberapa tahap, yakni melakukan probabilitas dosis aluminium sulfat bubuk dengan kualitas air , hubungan diantara dosis alum sulfat bubuk dengan parameter kualitas air, hubungan antara dosis aluminium sulfat dengan kekeruhan dan warna, perhitungan biaya produksi dan harga pokok produksi aluminium sulfat cair perhitungan biaya produksi dan harga pokok produksi aluminium sulfat cair berdasarkan nilai di lapangan, perhitungan biaya aluminium sulfat bubuk dan cair per air dan perhitungan sensitivitas. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh dosis optimum untuk penggunaan aluminium sulfat bubuk sebagai koagulan sebesar 60 ppm dan untuk aluminium sulfat cair sebesar 100 ppm. Berdasarkan kualitas air yang diperoleh penggunaan aluminium sulfat bubuk sebagai koagulan sudah memenuhi kriteria kualitas air yang ditetapkan oleh PT. Krakatau Tirta Industri. Biaya produksi aluminium sulfat cair (alumina basah) per produksi adalah Rp 6.491.838,36 dan harga pokok produksinya Rp1.131,17/ kg sedangkan untuk alumina kering biaya produksinya Rp 8.829.278,36 dan harga pokok produksinya Rp 1.538,46 / kg. Harga ini jauh lebih murah dibandingkan harga pokok produksi aluminium sulfat bubuk yakni Rp 1.760/kg. Dan berdasarkan uji sensitivitas harga pokok produksi aluminium sulfat cair, variabel yang paling mempengaruhi ketika digunakan bahan baku alumina basah adalah asam sulfat sedangkan untuk alumina kering adalah harga alumina kering itu sendiri.
3
EVALUASI PEMBERIAN DOSIS KOAGULAN ALUMINIUM SULFAT CAIR DAN BUBUK PADA SISTEM DOSING KOAGULAN DI INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM PT. KRAKATAU TIRTA INDUSTRI
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar SARJANA TEKNIK di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh AMANDA DESVIANI PULUNGAN F44080050
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
4
Judul Skripsi
: Evalusi Pemberian Dosis Koagulan Aluminium Sulfat Cair dan Bubuk Pada Sistem Dosing Koagulan di Instalasi Pengolahan Air Minum PT. Krakatau Tirta Industri
Nama
: Amanda Desviani Pulungan
NIM
: F44080050
Menyetujui, Pembimbing I,
Pembimbing II,
(Dr. Satyanto K. Saptomo,S.TP, M.Si) NIP. 19730411 200501 1 002
(M. Budi Saputra, S.T, M.Eng) NIP. 00197
Mengetahui : Ketua Departemen,
(Prof. Dr. Ir. Asep Sapei, M.S) NIP. 19561025 198003 1 003
Tanggal Lulus :
5
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Evalusi Pemberian Dosis Koagulan Aluminium Sulfat Cair dan Bubuk Pada Sistem Dosing Koagulan di Instalasi Pengolahan Air Minum PT. Krakatau Tirta Industri adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2012 Yang membuat pernyataan
Amanda Desviani Pulungan F44080050
6
© Hak cipta milik Amanda Desviani Pulungan, tahun 2012 Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya
7
RIWAYAT PENULIS Penulis bernama lengkap Amanda Desviani Pulungan, dilahirkan di Jakarta, 25 Desember 1990 dari ayah Ir. H. Baginda M.A Pulungan, MM dan ibu Dra. Hj Novida H. Lubis sebagai anak kedua dari dua bersaudara. Pada tahun 2002 penulis menamatkan pendidikan dasar di SD Taman Asuhan Pematang Siantar, kemudian tahun 2005 lulus dari SMP An – Nizam Medan. Penulis menamatkan SMA pada tahun 2008 dari SMA Negri 1 Medan dan pada tahun yang sama pula penulis diterima di IPB melalui jalur BUD (Beasiswa Utusan Daerah) dengan Program Studi Teknik Sipil dan Lingkungan. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam berbagai kegiatan seperti menjadi pengurus selama dua periode di Himpunan Profesi Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan (HIMATESIL) sebagai bendahara dan menjadi pengurus di IAAS ( International Association of Student in Agriculture and Related Sciences) divisi Science and Technology. Selain itu penulis juga masuk dalam kepanitian World Congress (WOCO) yang dilakukan oleh IAAS komite Bogor pada tahun 2010 dan mengikuti Konfrensi Nasional Mahasiswa Teknik Sipil “DEDIKASI” di Universitas Hassanudin, Makassar, Sulawesi Selatan. Penulis juga pernah menjadi Asisten Praktik untuk mata kuliah Teknik Lingkungan Biofisik pada tahun 2011. Penulis melakukan kegiatan Praktik Lapangan di PT. PerkebunanNusantara 4 Medan dengan topik “Pemanfaatan Tandan Kosong dan Cangkang Sebagai Bahan Bakar Alternatif”.
8
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan rasa puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Penelitian dengan judul “Evaluasi Pemberian Dosis Koagulan Alum Cair dan Bubuk Pada Sistem Dosing Koagulan di Instalasi Pengolahan Air Minum PT. Krakatau Tirta Industri” sejak bulan April hingga Juni 2012. Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada : 1. Kedua orangtua Penulis Ir. H. Baginda M.A Pulungan ,MM dan Dra. Hj. Novida H. Lubis serta saudara laki – laki penulis M. Haekal Izmanda Pulungan,S.T. yang tidak pernah lelah mendoakan dan memberikan dorongan moril selama Penulis melakukan studi di Departemen Teknik sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor 2. Dr. Satyanto Krido Saptomo, STP, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang banyak memberikan ilmu, pengarahan, nasehat dan bimbingannya selama ini. 3. M. Budi Saputra, S.T, M.Eng selaku pembibing di PT. Krakatau Tirta Industri selama penulis melakukan penelitian yang banyak memberikan arahan, nasehat dan bimbingan. 4. Allen Kurniawan, S.T, M.T selaku dosen penguji yang sudah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini 5. Seluruh mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan angkatan 45 terutama Indri dan Pangesti yang selalu memberi semangat selama Penulis melakukan penelitian. Terima kasih atas kebersamaan dan kerjasamanya selama menuntut ilmu di IPB selama kurang lebih 3 tahun. Semoga tali persaudaraan tetap terjalin 6. Rekan – rekan sebimbingan Yanuar Chandra, Andri Budi Wicaksono dan Enhar Hakim 7. Seluruh pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu Akhirnya Penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Teknik Sipil dan Lingkungan.
Bogor, Juli 2012
Amanda Desviani Pulungan
iii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... iii DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... iv DAFTAR TABEL .............................................................................................................................. v DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................................... vii I.
II.
III.
IV.
V.
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1 1.1
Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2
Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................................... 2 2.1
Proses Koagulasi dan Koagulan .............................................................................. 2
2.2
Aluminium Sulfat .................................................................................................... 3
2.3
Jar Test .................................................................................................................... 5
2.4
Karakteristik Air Bersih ........................................................................................... 5
2.5
Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas ................................................................ 7
2.6
Crystal Ball .............................................................................................................. 9
METODOLOGI .................................................................................................................. 19 3.1
Lokasi dan Waktu .................................................................................................. 19
3.2
Alat dan Bahan ...................................................................................................... 19
3.3
Prosedur Penelitian ................................................................................................ 19
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................................... 26 4.1
Deskripsi Perusahaan ............................................................................................ 26
4.2
Dosis Aluminium Sulfat dengan Kualitas Air ....................................................... 27
4.3
Perhitungan Biaya dan Harga Pokok Produksi Aluminium Sulfat Cair ................ 40
4.4
Sensitivitas Biaya .................................................................................................. 43
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................................... 47 5.1
Kesimpulan ............................................................................................................ 47
5.2
Saran ...................................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 48 LAMPIRAN ..................................................................................................................................... 49
iv
DAFTAR TABEL Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
1. Koagulan yang umum digunakan pada pengolahan air ........................................................... 2 2. Distribusi pada Crystal Ball ...................................................................................................11 3. Sensitivitas koagulan aluminium sulfat bubuk .......................................................................39 4. Sensitivitas koagulan aluminium sulfat cair ...........................................................................39 5. Perhitungan biaya produksi aluminium sulfat menggunakan alumina basah .........................40 6. Perhitungan biaya produksi aluminium sulfat menggunakan alumina kering ........................40 7. Harga pokok produksi aluminium sulfat cair .........................................................................41 8. Konsumsi aluminium sulfat cair ............................................................................................42 9. Biaya produksi per m3 air ......................................................................................................43
v
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Grafik tornado ....................................................................................................................17 Gambar 2. Grafik non monotonic .........................................................................................................18 Gambar 3. Distribusi normal .................................................................................................................20 Gambar 4. Kurva distribusi normal crystal ball ....................................................................................21 Gambar 5. Fit Distribution yang dipilih ................................................................................................21 Gambar 6. Pemilihan Probability ..........................................................................................................22 Gambar 7. Nilai Percentiles yang diperoleh .........................................................................................22 Gambar 8. Metode penelitian untuk menentukan nilai dosis koagulan optimal ...................................25 Gambar 9. Diagram alir proses pengolahan air .....................................................................................26 Gambar 10. Turbiditas vs pH sebelum jar test tahun 2008 dosis 55 ppm .............................................29 Gambar 11. Turbiditas vs pH sesudah jar test tahun 2008 dosis 55 ppm..............................................29 Gambar 12. Turbiditas vs warna sebelum jar test tahun 2008 dosis 55 ppm ........................................30 Gambar 13. Turbiditas vs warna sesudah jar test tahun 2008 dosis 55 ppm .......................................30 Gambar 14. Turbiditas vs pH sebelum jar test tahun 2009 dosis 60 ppm .............................................31 Gambar 15. Turbiditas vs pH sesudah jar test tahun 2009 dosis 60 ppm..............................................31 Gambar 16. Turbiditas vs Warna sebelum jar test tahun 2009 dosis 60 ppm .......................................32 Gambar 17. Turbiditas vs pH sebelum jar test tahun 2010 dosis 55 ppm .............................................32 Gambar 18. Turbiditas vs pH sesudah jar test tahun 2010 dosis 55 ppm..............................................33 Gambar 19. Turbiditas vs warna sebelum jar test tahun 2010 dosis 55 ppm ........................................33 Gambar 20. Turbiditas vs pH sebelum jar test dosis100 ppm...............................................................34 Gambar 21. Turbiditas vs pH sesudah jar test dosis100 ppm ..............................................................35 Gambar 22. Turbiditas vs warna sebelum jar test dosis100 ppm ..........................................................35 Gambar 23. Grafik probabilitas 90% dosis aluminium sulfat bubuk vs warna .....................................37 Gambar 24. Grafik probabilitas 90% dosis aluminium sulfat bubuk vs turbiditas ................................38 Gambar 25. Grafik probabilitas 90% dosis aluminium sulfat bubuk vs zat organik .............................38 Gambar 26. Grafik harga pokok produksi aluminium sulfat cair ..........................................................41 Gambar 27. Diagram sensitivitas harga pokok produksi alumina basah ...............................................43 Gambar 28. Tornado Chart HPP alumina basah ...................................................................................44 Gambar 29. Tornado Chart HPP alumina kering ..................................................................................45 Gambar 30. Diagram sensitivitas harga pokok produksi alumina kering ..............................................45
vi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Tabel biaya produksi ........................................................................................................50 Lampiran 2. Data jar test tahun 2008 alumunium sulfat bubuk dosis 55 ppm ....................................53 Lampiran 3. Data jar test tahun 2009 alumunium sulfat bubuk dosis 60 ppm .....................................54 Lampiran 4. Data jar test tahun 2010 alumunium sulfat bubuk dosis 55 ppm .....................................57 Lampiran 5. Grafik trend penggunaan koagulan alumunium sulfat tahun 2011 dengan parameter turbiditas................................................................................................................................................59 Lampiran 6. Grafik trend penggunaan koagulan alumunium sulfat tahun 2011 dengan parameter warna .....................................................................................................................................................60 Lampiran 7. Grafik trend penggunaan koagulan alumunium sulfat tahun 2012 dengan parameter turbiditas................................................................................................................................................61 Lampiran 8. Grafik trend penggunaan koagulan alumunium sulfat tahun 2012 dengan parameter warna .....................................................................................................................................................62 Lampiran 9. Tabel delta parameter air tahun 2011 ...............................................................................63 Lampiran 10. Data probabilitas 90% ....................................................................................................76
vii
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan yang esensial bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Air dibutuhkan tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan pokok sehari – hari tetapi juga untuk kepentingan pertanian, perikanan, industri, lingkungan, transportasi dan kebutuhan pokok lainnya. Seiring dengan kemajuan industri dan pertumbuhan penduduk yang kian meningkat keberadaan air sebagai sumber daya alam yang penting pun mulai diperhatikan. Pencemaran yang kian meningkat sebagai dampak dari keberadaan industri dan kepadatan penduduk tersebut mulai mempengaruhi kualitas air untuk dikonsumsi tersebut. Berbagai usaha telah banyak dilakukan agar kehadiran pencemaran terhadap air dapat dihindari atau setidaknya diminimalkan. Masalah pencemaran serta efisiensi penggunaan sumber daya air merupakan masalah pokok. Hal ini mengingat keadaan perairan – alami di banyak negara yang cenderung menurun, baik kualitas maupun kuantitas. Air permukaan sebelum dimanfaatkan untuk tujuan – tujuan tertentu harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan ini dapat berupa proses untuk menurunkan parameter kekeruhan, warna, dan kandungan bakteri lainnya. Salah satu upaya yang dapat dilakuan adalah dengan melakukan pengolahan air seperti dengan membangun instalasi pengolahan air minum yang mana air yang diproduksi telah layak dikonsumsi untuk kemudian didistribusikan kepada masyarakat. Salah satu perusahaan yang telah menerapkan upaya dengan pembangunan instalasi tersebut adalah PT. Krakatau Tirta Industri di Cilegon. PT. Krakatau Tirta Industri merupakan perusahaan pengolahan dan distribusi yang juga merupakan anak perusahaan dari PT. Krakatau Steel. Pada salah satu proses pengolahan yang dilakukan yakni koagulasi digunakan koagulan berupa aluminium sulfat. Saat ini aluminium sulfat yang digunakan berupa cairan yang telah menggantikan aluminium sulfat cair jenis bubuk (powder). Keputusan pihak PT. KTI untuk menjadikan aluminium sulfat cair sebagai koagulan pada proses koagulasi adalah selain untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya juga untuk efisiensi biaya produksi karena PT. KTI memproduksi sendiri alumunium sulfat cair dengan menggunakan bahan baku berupa alumina (bersifat optional antara penggunaan dengan alumina kering atau alumina basah) , asam sulfat dan air. Namun masih perlu dilakukan evaluasi terkait penggunaan aluminium sulfat cair ini sebagai koagulan terutama dari efesiensi biaya dan kualitas air yang diperoleh.
1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ialah untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan aluminium sulfat cair sebagai koagulan yang digunakan oleh PT. KTI dari segi biaya produksi dan dari kualitas air yang diperoleh. Serta dapat ditentukan dosis dan waktu penggunaan aluminium sulfat cair yang tepat pada proses koagulasi.
1
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Koagulasi dan Koagulan 2.1.1 Koagulasi Koagulasi adalah proses yang bersifat kimia yang bertujuan untuk menghilangkan kekeruhan dan material atau zat yang dapat meghasilkan warna pada air yang kebanyakan merupakan partikel – partikel koloidal ( berukuran 1- 200 milimikron) seperti alga, bakteri, zat organik anorganik dan partikel lempung (Lin, 2007). Proses koagulasi perlu dilakukan apabila kekeruhan air melebihi 30 – 50 Ntu. Dari bangunan intake, air akan dipompa ke bak koagulasi ini. Pada proses koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena pada dasarnya air sungai atau air-air kotor biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel koloid yang terkandung di dalamnya. Destabilisasi partikel koloid ini bisa dengan penambahan bahan kimia berupa tawas, ataupun dilakukan secara fisik dengan rapid mixing (pengadukan cepat), hidrolis (terjunan atau hydrolic jump), maupun secara mekanis (menggunakan batang pengaduk). Biasanya pada instalasi pengolahan air dilakukan dengan cara hidrolis berupa hydrolic jump. Lamanya proses adalah 30 – 90 detik. 2.1.2 Koagulan Koagulan atau Flokulan pembantu biasa dibubuhkan ke dalam air yang dikoagulasi yang bertujuan untuk memperbaiki pembentukan flok dan untuk mencapai sifat spesifik flok yang diinginkan. Koagulan adalah zat kimia yang menyebabkan destabilisasi muatan negatif partikel di dalam suspensi. Zat ini merupakan donor muatan positif yang digunakan untuk mendestabilisasi muatan negatif partikel. Dalam pengolahan air sering dipakai garam Aluminium, Al ( III) atau garam besi (II) dan besi (III) Koagulan yang umum digunakan pada pengolahan air adalah seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini :
Nama
Tabel 1. Koagulan yang Umum Digunakan Pada Pengolahan Air Reaksi Dengan Formula Bentuk Air
Aluminium sulfat,
Al2(SO4)3.xH2O
Ph Optimum
Bongkah, bubuk
Asam
6,0 – 7,8
Bubuk
Basa
6,0 – 7,8
Aln(OH)mCl3n-m
Cairan, bubuk
Asam
6,0 – 7,8
Ferri sulfat
Fe2(SO4)3.9H2O
Kristal halus
Asam
4–9
Ferri klorida
FeCl3.6H2O
Bongkah, cairan
Asam
4–9
Ferro sulfat
FeSO4.7H2O
Kristal halus
Asam
> 8,5
Alum sulfat, Alum, Salum
x = 14,16,18 NaAlO2 atau
Sodium aluminat Na2Al2O4 Polyaluminium Chloride, PAC
(Sumber : Sugiarto. 2006 )
2
2.2 Aluminium Sulfat 2.2.1 Kegunaan Aluminium Sulfat Tawas atau aluminium sulfat merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh di pasaran serta mudah penyimpanannya.Aluminium sulfat digunakan secara luas dalam industri kimia, aluminium sulfat banyak digunakan sebagai koagulan dalam proses pengolahan air bersih, pengolahan air limbah dan juga digunakan dalam pembuatan kertas untuk meningkatkan ketahanan dan penyerapan tinta. Aluminium sulfat jarang ditemukan dalam bentuk garam anhydrous biasanya aluminium sulfat membentuk garam hyrous dengan kandungan H2O yang berbeda – beda dan yang paling umum dalam bentuk heksadecahydrate. Aluminium sulfat dapat juga digunakan sebagai mordan saat dying dan pencetakan tekstil. Ketika dilarutkan dalam air yang mengandung alkali aluminium sulfat akan membentuk aluminium hidroksida yang berbentuk gelatin.dalam proses dying dan pencetakan kain, zat gelatin tersebut akan membantu celupan bertahan pada serabut pakaian karena pigmennya menjadi tidak larut. Kadang aluminium sulfat digunakan untuk menurunkan pH lahan perkebunan. Jumlah pemakaian tawas tergantung kepada turbiditas (kekeruhan) air baku. Semakin tinggi turbiditas air baku maka semakin besar jumlah tawas yang dibutuhkan. Pemakain tawas juga tidak terlepas dari sifat-sifat kimia yang dikandung oleh air baku tersebut. Alumunium dan garam – garam besi adalah bahan kimia yang efektif bekerja pada kondisi air yang mengandung alkalin. Reaksi yang terjadi sebagai berikut : 2 Al+3
→
Al2(SO4)3
+
3(SO4)-2
Air mengalami H2 O
H+
→
+ OH-
Sehingga 2 Al+3
6OH-→2Al(OH)3
+
Selain itu akan dihasilkan asam : 3(SO4)-2
+
6H+
→
3H2SO4
Dengan demikian makin banyak dosis tawas yang ditambahkan maka pH akan semakin turun, karena dihasilkan asam sulfat sehingga perlu dicari dosis tawas yang efektif antara pH 5,8-7,4. Apabila alkalinitas alami dari air tidak seimbang dengan dosis tawas perlu ditambahkan alkalinitas,biasanya ditambahkan larutan kapur (Ca(OH)2) atau soda abu (Na2CO3). Reaksi yang terjadi : Al2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2
→ 2Al(OH3) + 3CaSO4 + 6CO2
Al2(SO4)3 + 3Na2CO3 + 3H2O → Al2(SO4)3 + 3Ca(OH)2
2Al(OH3) + 3Na2SO4+3CO2
→ 2Al(OH3)+ 3CaSO4
Partikel pengotor air biasanya berbentuk koloid yang melayang didalam air dan mempunyai 2 lapisan muatan listrik di permukaannya, positif dan negatif. Walaupun secara alami ada yang disebut gaya tarik menarik antar partikel (Van der Walls force) namun karena adanya lapisan negatif dipermukaan koloid tersebut, terjadi gaya tolak menolak (repulsion force) yang
3
menyebabkan koloid tidak pernah bergabung. Kondisi tersebut stabil sepanjang tidak ada campur tangan dari luar.
Beberapa sifat dari tawas / aluminium sulfat 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Bentuk bongkahan atau bubuk berwarna putih Kelarutan dalam air ± 700 gr / lt Konsentrasi larutan yang umum 50 – 100 gr / lt (5 – 10 %) Tidak mudah terbakar Larut dalam air, bereaksi asam kuat dan bersifat korosif Larutannya berbahaya bagi paru – paru , mata dan kulit Bila debunya terhisap menimbulkan rasa nyeri pada alat pernafasan Bila larutan tersebut kena mata akan menimbulkan rasa pedih
2.22 Pembuatan Koagulan Aluminium Sulfat a. Bahan Baku yang Digunakan
b.
1.
Alumina Alumina diproduksi dari proses pemurnian bauksit, untuk menghasilkan alumina bauksit digiling dan dicampur dengan kapur dan kaustik soda. Campuran tersebut kemudian dipompa ke dalam tanki tekanan tingi dan dipanaskan. Aluminium oksida akan larut dalam kaustik soda dan dikeluarkan secara cepat dari larutan, kemudian dicuci dan dipanaskan untuk menghilangkan air yang tersisa. Hasil dari proses ini yaitu powder berwarna putih yang disebut alumina. Alumina dipasaran rata – rata mempunyai konsentrasi sekitar 99, 0 – 99,7%
2.
Asam Sulfat Asam sulfat diproduksi dari belerang menggunakan proses kontak, dimana belerang direaksikan dengan oksigen untuk membentuk sulfur dioksida. Sulfur dioksida kemudian direaksikan lagi dengan oksigen untuk membentuk sulfur trioksida. Hasil reaksi ini kemudian direkasikan lagi dengan air untuk membentuk asam sulfat. Asam sulfat dipasaran terdiri dari 2 macam yaitu dengan asam sulfat teknis dengan konsentrasi 96 – 98% dan asam sulfat absolut dengan konsentrasi lebih dari 99%
Proses Produksi Aluminium Sulfat dari Alumina Untuk memproduksi aluminium sulfat bahan baku yang terdiri dari aluminium hidroksida, asam sulfat dan air dimasukkan kedalam tanki reaktor. didalam reaktor tersebut bahan – bahan tersebut diaduk selama waktu tertentu dan akan menghasilkan uap air yang dibuang melalui cerobong. Tangki reaktor harus dibuat dari bahan yang tahan asam dan panas pembentukan karena reaksi ini bersifat eksosentris. Operasi biasanya dilakukan secara batch. Reaksi yang terjadi yaitu : 2Al(OH)3 + 3H2SO4 + 8H2O → Al2(SO4)3. 14 H2O Reaksi pembuatan aluminium sulfat ini membutuhkan waktu sekitar 6 menit dan bersifat eksotermis sehingga setelah bahan – bahan dicampur didalam reaktor maka temperatur reaksi akan naik menjadi 115 - 118° C. Selama reaksi berlangsung akan terjadi penguapan air akibat terjadinya kenaikan suhu sehingga pada tangki reaktor perlu
4
dipasang corong untuk membuang uap yang terbentuk. Langkah selanjutnya setelah alumunium terbentuk, jika diinginkan aluminium yang diinginkan berbentuk liquid maka produk yang keluar dari tangki dilairkan kedalam tangki yang diisi dengan air agar menjadi dingin. Aluminium cair tersebut kemudian disaring dan dialirkan ke tangki penyimpanan. Jika diinginkan dalam bentuk solid maka larutan dialirkan kedalam pan dan didinginkan menggunakan kipas. Pan kemudian disimpan didalam rak, sesudah itu alumunium yang sudah berbentuk padat diambil dan dimasukkan kea lat penggiling, setelah hancur aluminium dialirkan kedalam hoper untuk dimasukkan ke karung (packaging).
2.3 Jar Test Jar test merupakan metode standar yang dilakukan untuk menguji proses koagulasi (Kemmer,2002). Data yang didapat dengan melakukan jar test antara lain dosis optimum penambahan koagulan, lama pengendapan serta volume endapan yang terbentuk. Jar test sebaiknya dilakukan setiap beberapa hari, bulan atau tahun bahkan musim terutama pada saat dimana terjadi perubahan keadaan air secara kimia. Jar test terdiri dari enam buah batang pengaduk yang masing – masing mengaduk satu buah gelas dengan kapasitas satu liter. Satu buah gelas berfungsi sebagai kontrol dan kondisi operasi dapat bervariasi diantara lima gelas yang tersisa. Penggunaan sebuah pengukuran rpm di bagian atas petangkat jar test ini berperan sebagai pengontrol keseragaman kecepatan pencampuran pada keenam gelas tersebut. Hasil dari uji ini menjadi acuan dalam pemberian dosis koagulan pada proses koagulasi.
2.4 Karakteristik Air Bersih Karakteristik air bersih dapat dilihat dari dua aspek yakni secara fisik dan kimia. Karakter fisik dalah karakter air secara fisik . Sedangkan karakteristik kimia merupakan karakteristik air dilihat dari kandungan zat kimia yang terkandung didalamnya. 2.4.1 Karakteristik Fisik Air A. Kekeruhan Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan industri. B. Suhu Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Tinggi rendahnya suhu air berkaitan dengan besarnya intensitas cahaya matahari yang masuk ke perairan, karena intensitas cahaya yang masuk menentukan derajat panas. Semakin banyak sinar matahari yang masuk maka suhu semakin tinggi, sedangkan bertambahnya kedalaman akan mengakibatkan suhu menurun (Welch, 1980 dalam Kristianiarso, 2009). Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi. C. Warna Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan. Satuan untuk parameter warna yang biasa digunakan adalah PtCo (Platinum Cobalt Scale)
5
D. Solid (Zat padat) Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga dapat meyebabkan turunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar matahari kedalam air. E. Bau dan rasa Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta oleh adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu 2.3.2 Karakteristik Kimia Air A. pH Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksid dalam bentuk molekuler, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH. Pengaturan pH dapat dilakukan dengan penambahan asam atau basa (Teng, 2000). Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar antara 6,5 – 7,5. Air dapat bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH air. Air yang memiliki pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam sedangkan air yang memiliki pH diatas normal bersifat basa (Wardhana, 2004). Pada umumnya bakteri tumbuh dengan baik pada pH netral dan alkalis sedangkan jamur lebih menyukai pH rendah (kondisi asam). Oleh karena itu proses dekomposisi bahan organik berlangsung lebih cepat pada kondisi netral atau alkalis (Effendi, 2003). B. DO (Dissolved Oxygent) DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbs atmosfer/udara. Kadar oksigen terlarut di perairan alami bervariasi bergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfer (Effendi, 2003). Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air semakin baik. Satuan DO biasanya dinyatakan dalam persentase saturasi. C. BOD (Bological Oxygent Demand) BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorgasnisme untuk menguraikan bahan-bahan organik (zat pencerna) yang terdapat di dalam air buangan secara biologi. BOD dan COD digunakan untuk memonitoring kapasitas self purification badan air penerima. D. COD( Chemical Oxygent Demand) COD adalah banyaknya oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi bahanbahan organik secara kimia, baik yang dapat didegradasi secara biologis, maupun yang sukar didegradasi secara bilogis menjadi CO2 dan H2O. Jika pada perairan terdapat bahan organik yang resisten terhadap degradasi biologis, misalnya selulosa, tannin, lignin, fenol dan sebagaiinya maka lebih cocok dilakukan pengukuran nilai COD dibandingkan dengan nilai BOD. Pengukuran COD didasrkan pada kenyataan bahwa hampir semua bahan organic dapat dioksidasi menjadi CO2 dan dan H2O dengan bantuan oksidator kuat (kalium dikromat) dalam suasana asam. E. Kesadahan Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektifitas pemakaian sabun, namun
6
sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam pemakaian untuk industri adanya kesadahan dalam air tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam air. F. Senyawa-senyawa kimia yang beracun Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah sudah merupakan racun terhadap manusia sehingga perlu pembatasan yang agak ketat (± 0,05 mg/l). Kehadiran besi (Fe) dalam air bersih akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau ligam, menimbulkan warna koloid merah (karat) akibat oksidasi oleh oksigen terlarut yang dapat menjadi racun bagi manusia.
2.5 Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas 2.5.1 Biaya Produksi dan Overhead Perhitungan biaya berdasarkan fungsi dan aktivitas membebankan biaya pada objek biaya seperti produk, pelanggan, pemasok, bahan baku dan jalur pemasaran. Ketika biaya dibebankan kepada objek biaya, biaya per unit dihitung dengan membagi jumlah biaya yang dibebankan dengan jumlah unit dari objek biaya tertentu. Biaya per unit adalah jumlah biaya yang berkaitan dengan unit yang diproduksi dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi. Biaya produk sering didefinisikan sebagai biaya produksi yaitu jumlah dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead produksi (Hansen dan Mowen,2009) Biaya produk dapat juga berguna untuk membuat beberapa keputusan tertentu sebagai contoh biaya produk dapat menjadi input penting dalam penetapan harga penawaran dan juga dapat digunakan untuk mengilustrasikan perbedaan antara pendekatan pembebanan biaya berdasarkan fungsi dan aktivitas. Perhitungan biaya produksi berdasarkan fungsi membebankan biaya dari bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung pada produk dengan menggunakan penelusuran langsung. Di lain pihak, biaya overhead dibebankan dengan menggunakan biaya penelusuran penggerak dan alokasi. Secara spesifik perhitungan membebankan biaya overhead pada produk. Penggerak aktivitas tingkat unit adalah faktor – faktor yang menyebabkan perubahan dalam biaya seiring dengan perubahan jumlah unit yang diproduksi. Penggunaan penggerak berdasarkan unit semata – mata untuk membebankan biaya overhead pada produksi memiliki asumsi bahwa overhead yang digunakan produk berkorelasi tingi jumlah unit yang diproduksi. Untuk biaya overhead dimana asumsi ini berlaku, pembebanan berdasarkan unit sesuai dengan penelusuran penggerak. Untuk biaya – biaya overhead yang tidak sesuai dengan asumsi, pembeabana biaya merupakan suatu proses alokasi. Tarif perkiraan overhead berdasarkan fungsi membutuhkan spesifikasi dari penggerak tingkat unit, yaitu suatu perkiraan dari kapasitas yang diukur penggerak dan dan perkiraan dari overhead yang diharapkan.
2.5.2 Harga Pokok Produksi Harga pokok dikenal dengan nama singkatnya “HPP” adalah salah satu komponen dari laporan laba rugi, yang menjadi perhatian manajemen perusahaan dalam mengendalikan operasional perusahaan. Bila berbicara mengenai HPP, terdapat tiga macam harga pokok yaitu harga pokok persediaan, harga pokok produksi dan harga pokok penjualan. Ketiganya adalah komponen yang yang saling terkait namun bila mendengar perkataan HPP, maka harus konsen mana yang dimaksudkan. Permasalahan itu timbul karena perbedaan kebutuhan masing-masing tingkat manajemen. Manajer bagian pembelian (Purchase Manager) lebih fokus pada harga
7
pokok persediaan, manajer produksi (production manager) atau manajer operasional (operation manager) lebih fokus pada harga pokok produksi. Manajemen tingkat puncak tentunya akan lebih cenderung fokus pada harga pokok penjualan. Komponen yang paling besar dalam operasional perusahaan pada perusahaan dagang maupun perusahaan industri adalah persediaan. Karena harga pokok persediaan adalah bagian dari persediaan yang telah digunakan, Jadi perhatian lebih besar ditujukan pada harga pokok persediaan cukup beralasan. Namun hal itu tidak cukup bagi manajer operasional karena komponen biaya produksi baik biaya tenaga kerja langsung maupun biaya overhead pabrik juga merupakan komponen penting yang berada dalam ruang lingkup tugasnya. Karena itu manajer produksi atau manajer operasional pada perusahaan industri akan fokus pada harga pokok produksi yaitu Harga pokok persediaan ditambah biaya produksi. Perusahaan Jasa tidak memiliki kedua komponen tersebut sehingga pada perusahaan jasa jelas hanya harga pokok yang terdiri dari biaya biaya operasional. Walaupun harga pokok adalah bagian dari laporan laba rugi namun laporan harga pokok juga dilaporkan secara terpisah. Bentuk laporan harga pokok disesuaikan dengan kebutuhan manajemen dan metode akuntansi yang dipilih. Metode pepertual inventory adalah metode yang banyak digunakan pada system akuntansi computer namun masih banyak akuntan yang sangat familiar dengan metode fisikal inventori. Metode fisikal inventori semakin ditinggalkan karena sistem akuntansi komputer dengan metode perpetual dapat memberikan informasi setiap saat tanpa harus menunggu perhitungan fisik persediaan bahkan dapat menampilkan hasil perhitungan harga pokok untuk suatu produk yang akan diproduksi. Dengan demikian diperoleh laporan harga pokok dalam bentuk rencana dan laporan harga pokok realisasi. Laporan harga pokok adalah sebuah kertas kerja berupa perhitungan secara sistematis. Pada sistem akuntansi Manual biasanya hanya ditampilkan secara periodik namun sistem akuntansi komputer dengan menerapkan metode perpetual inventory dapat menghasilkan informasi secara visual kapan saja. Hal ini dapat dilakukan karena metode perpetual melakukan perhitungan berdasarkan transakasi yang telah di catat ke sistem komputer sedangkan metode Phisik melakukan perhitungan berdasarkan selisih antara persediaan awal ditambah mutasi dan dikurangi dengan sisa. Untuk mendapatkan sisa tentunya melalui perhitungan phisik. Metode phisik biasanya hanya menampilkan harga pokok produksi secara keseluruhan pada satu periode tertentu sedangkan metode perpetual menghasilkan laporan harga pokok produksi secara spesifik misalnya untuk satu produk tertentu. Untuk memahami komponen dari harga pokok, berikut adalah hubungan dari komponen – komponen yang saling berhubungan : a. Harga Pokok Penjualan = Harga Pokok Produksi + Biaya Penjualan b. Harga Pokok Produksi = Harga Pokok Persediaan + Biaya Produksi c. Harga Pokok Persediaan = Bagian Persediaan Bahan Baku yang digunakan dalam proses produksi d. Persediaan = Pembelian bahan baku + biaya pembelian e. Biaya penjualan = Biaya yang diperlukan untuk menjual produk Selanjutnya komponen – komponen dapat disusun secara hirarki menjadi : Harga Pokok Penjualan a.
Harga Pokok Persediaan
8
b. c.
d.
1. Biaya bahan baku yang dipakai 2. Biaya pembelian Biaya Tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik 1. Biaya bahan pembantu/penolong 2. Biaya tenaga kerja tidak langsung 3. Biaya listrik dan penerangan pabrik 4. Biaya penyusutan gedung pabrik 5. Biaya penyusutan mesin 6. Biaya proses produksi lainnya Biaya Penjualan 1. Biaya pengepakan 2. Ongkos angkut penjualan (Biaya Delivery) 3. Biaya Penjualan lainnya
2.6 Crystal Ball Crystal Ball adalah program untuk simulasi data yang menyediakan dua pilihan metode sampling, yaitu Monte Carlo dan latin Hypercube. Seperti halnya User friendly program pada umumnya, Crystal Ball pada dasarnya mudah dioperasikan dan dipahami. Beberapa hal yang sebaiknyadikethaui erlebih dahulu sebelum menggunakan Crystal Ball seperti Central Limit Theorem dan beberapa pilihan tes seperti Kolmograv – Sminov, Darling and Chi – Square dan juga karakteristik ditribusi yang menjadi knowledge base program ini hendaknya diketahui agar memudahkan untuk beradaptasi saat penggunaan atau membaca hasil analisa. Penggunaan Crystal Ball dapat diawali dengan pemahaman terhadap tiga macam karakteristik sel yang digunakan, yaitu : 1. Assumption Cell atau sel – sel asumsi 2. Forecast Cell atau sel – sel peramalan 3. Decision Cell atau sel – sel keputusan Assumption Cell adalah nilai atau variabel yang tidak diketahui pasti masalah yang akan diselesaikan. Sel ini harus berupa nilai numerik dan bukan formula atau teks dan didefinisikan sebagai sebuah distribusi probabilitas. Distribusi probabilitas yang terdapat pada Crystal Ball yaitu distribusi Normal, Uniform, Geometric, Webull, Beta, Hyper Geometric, Gamma, Logistic, Pareto, Extreme, Value, Negative, Binominal dan Costum. Decision Cell berisi nilai numerik atau angka bukan formula atau teks atau menjelaskan variable yang memiliki interval nilai tertentu dimana dapat dikontrol oleh pengguna untuk memperoleh nilai optimal. Sedangkan Forecast Cell merupakan Cell Formula dari Assumption Cell. 2.6.1 Distribusi Probabilitas Distribusi probabilitas adalah sebuah model matematis yang dipergunakan untuk mendeskripsikan sifat – sifat sebuah populasi (bentuk, pusat dan penyebaran). Probabilitas dinyatakan dalam pecahan (¼, ½, ¾) atau persen (25%, 50%, 75%) dan besarnya antara 0 dan 1. Tidak pernah ada probabilitas negatif ataupun lebih besar dar 1. Probabilitas sama dengan 0 berarti sesuatu tidak pernah terjadi dan probabilitas sama dengan 1 berarti sesuatu akan selalu atau pasti terjadi (Mulyono,2006) . Distribusi probabilitas normal banyak digunakan pada kehidupan sehari – hari yang digambarkan sebagai fenomenal random seperti test score dan berat. Rumusan untuk ditribusi normal yaitu :
9
F(x) =
/2
Dengan rata – rata μ dan varians
(1)
dan harus memenuhi syarat -∞ < x < ∞
Ciri – ciri utama distribusi adalah : 1. 2. 3. 4.
Kurvanya mempunyau puncak tunggal Kurvanya berbentuk seperti lonceng Rata – rata terletak di tengah distribusi dan distribusinya di sekitar garis tegak lurus yang ditari melalui rata – rata Kedua ekor kurva memanjang tak terbatas dan tak pernah memotong sumbu horizontal
Untuk mencari probabilitas suatu interval dari variabel random kontinyu, dapat dipermudah dengan bantuan distribusi normal standar yang memiliki rata – rata (mean)= 0 dan standar deviasi S= 1. Variabel random dalam distribusi normal standar dengan symbol Z. Rumus untuk memperoleh variabel normal standar Z adalah : Z= Jika
(2) X = nilai variabel random μ= rata – rata variabel random σ = deviasi standar variabel random
Maka :
(3)
Variabel normal standar Z dapat diartikan sebagai berapa kali deviasi standar suatu nilai variabel random menyimpang dari rata – ratanya. Lebih dari 99% area banyak yang berada dibawah distribusi terlampir dalam range μ- 3σ ≤ x ≤ μ + 3σ yang dikenal dengan 6sigma limits (Taha, 1997). Memilih satu distribusi untuk satu asumsi adalah salah satu dari tahap yang dilakukan dalam membuat satu model Crystal Ball. Crystal Ball memiliki 22 distribusi yang terdiri dari kontinyu dan diskret yang dapat digunakan untuk menggambarkan satu asumsi, dimasukkan sebagai distribusi pilihan yang dapat digunakan untuk kombinasi range (data) kontinyu dan diskrit. a. Distribusi kontinyu mengansumsikan semua nilai dalam range (rentang) termasuk juga range yang tanpa batasan (tidak terhingga). Distribusi ini memiliki lengkungan yang halus dan berbentuk kurva padat (solid). b. Distribusi probabilitas diskrit menggambarkan suatu perbedaan terbatas pada umumnya adalah bilangan bulat. Distribusi ini menyerupai kolom ketinggian yang berbeda satu dengan yang lainnya.
10
Distribusi
Tabel 2. Distribusi pada Crystal Ball Kondisi Aplikasi a.
b. c.
a.
b.
a.
b.
c.
Contoh
Nilai rata – rata kemungkinan besar paling sering muncul Simetrikal dengan nilai tengah Nilai “kemungkinan besar” lebih dekat dengan nilai tengah dibandingkan nilai terjauh
Fenomena Natural
Tinggi manusia, Tingkat Reproduksi, Inflasi
Nilai maksimum dan minimum ditetapkan Pada rentangan terdapat sebuah nilai “kemungkinan besar” , segitiga terbentuk dari nilai maksimum dan minimum
Ketika diketahui nilai maksimum, minium dan “kemungkinan besar” sangat berguna pada penggunaan data yang terbatas
Perkiraan penjualan, Jumlah mobil yang terjual dalam seminggu, Jumlah persediaan, Harga pemasaran
Nilai atas dan bawah tidak terbatas Distribusi positif berbentuk miring dengan sebagian besar nilai berada di dekat batas bawah Logaritma natural dari distribusi adalah distribusi normal
Situasi dimana nilai positif berbentuk miring
Harga Real Estate , Harga Stok, Skala pembayaran, Ukuran reservoir minyak
11
a. b. c.
d.
a.
b.
c.
a.
b.
a.
b.
Nilai minimum ditentukan Nilai maksimum ditentukan Semua nilai dalam rentang yang sama mungkin terjadi Seragam diskrit merupakan nilai ekuivalen diskrit dari distribusi seragam
Jika diketahui rentang dan semua nilai yang mungkin adalah kemungkinan yang sama
Penaksiran harga Real Estate, Kebocoran pada pipa
Untuk masing – masing percobaan, hanya dua hasil yang mungkin terjadi, biasanya berhasil atau gagal Probabilitas sama untuk setiap percobaan Distribusi Yes No ekuivalen terhadap distribusi binomial dengan satu kali percobaan
Menggambarkan nilai dari waktu yang mungkin terjadi pada percobaan dengan nilai yang tetap, juga digunakan pada logika Boolean ( benar / salah atau hidup / mati)
Nilai dari sisi 10 kali pelemparaan sebuah koin, kemungkinan terjadinya kegagalan atau keberhasilan.
Rentang antara nilai maksimum dan minimum berada diantara 0 dan nilai positif Bentuknya dapat dispesifikasi dengan dua nilai positif, yaitu alfa dan beta
Menampilkan variabilitas terhadap sebuah rentang yang tetap, menjelaskan data empiris
Menampilkan reabilitas dari perangkat suatu perusahaan
Nilai minimum dan maksimum ditentukan Pada rentangan terdapat sebuah nilai “kemungkinan besar” , segitiga
Ketika diketahui nilai maksimum dan minimum, nilai “kemungkinan besar” , sangat berguna pada data yang terbatas
Hampir sama dengan segitiga, terutama pada manajemen proyek
12
terbentuk dari nilai maksimum dan minimum, formula BetaPERT merupakan kurva yang diperhalus pada bagian dasar segitiga a.
b.
a.
b. c.
a.
b.
Distribusi menggambarkan waktu diantara kejadian Distribusi tidak dipengaruhi kejadian sebelumnya
Menggambarkan kejadian yang terjadi secara acak
Rentang waktu panggilan telepon, waktu kedatangan konsumen
Kejadian yang mungkin dari suatu pengukuran yang tidak terbatas Kejadian yang berdiri sendiri Nilai rata – rata dari kejadian adalah konstan dari setiap unit
Diterapkan pada kuantitas fisikal, seperti waktu diantara kejadian dimana proses kejadian tidak sepenuhnya acak
Permintaan dari suatu barang yang terjual pada waktu pemesanan, proses metereologi
Fleksibilitas distribusi ini dapat mengasumsi sifat dari distribusi lainnya Ketika bentuk dari parameter sama dengan 1, ini identik dengan distribusi Eksponensial , ketika sama dengan maka identik dengan Rayleigh
Kuantitas fisik atau uji kegagalan
Kegagalan pada sebuah studi reabilitas, menghilangkan kekuatan bahan pada sebuah uji kontrol
13
Kondisi dan parameter kompleks.
Menjelaskan nilai terbesar ( Maksimum ektrim) atau nilai terkecil dari sebuah respon pada suatu waktu ataupun penghilangan kekuatan material
Kondisi dan parameter kompleks
a.
b.
c.
Nilai titik tengah merupakan nilai “kemungkinan besar” Secara simetrikal merupakan nilai rata – rata Menyerupai distribusi normal ketika derajat kebebasan sama dengan atau lebih besar dari 30
Kondisi dan parameter kompleks Lihat Fishman, G. Springer Series in Operations Research. NY: Springer- Verlag, 1996
a.
b.
c.
Nilai dari kemungkinan suatu kejadian adalah tidak terbatas Kejadian yang yang tidak berhubungan dengan kejadian lainnya Nilai rata – rata
Nilai banjir terbesar atau terkecil, curah hujan, dan gempa bumi
Menjelaskan pertumbuhan
Pertumbuhan populasi yang sebagai fungsi waktu, suatu reaksi kimia
Data ekonomi
Nilai pertukaran
Menganalisis distribusi lainnya yang berhubungan dengan fenomena empris
Menyelidiki distribusi yang berhubungan dengan kota, ukuran populasi, besarnya perusahaan, dan fluktuasi harga
Menjelaskan nilai dari waktu kejadian yang terjadi pada interval yang diberikan ( biasanya waktu)
Jumlah panggilan telepon setiap waktu, jumlah kerusakan pada material
14
kejadian dari satu unit ke unit lainnya adalah sama a. b.
c.
a.
b.
a.
b.
Jumlah satuan ditetapkan Sampel ukuran ( jumlah percobaan ) merupakan sebuah porsi dari populasi Probabilitas dari keberhasilan berubah setelah setiap percobaan dilakukan
Menjelaskan jumlah waktu dari suatu peristiwa terjadi dalam suatu percobaan dengan jumlah yang ditetapkan, namun percobaan tergantung dari hasil percobaan sebelumnya
Kemungkinan suatu bagian yang dipilih menjadi rusak dari suatu kotak
Jumlah dari percobaan tidak ditetapkan Percobaan berlanjut hingga ke- r kali sukses ( percobaan tidak pernah kurang dari r) Probabilitas kesuksesan dari satu percobaan ke percobaan lain adalah sama
Model distribusi jumlah percobaan atau kegagalan hingga ke – r hingga kesuksesan terjadi
Jumlah dari penawaran sebelum mengakiri 10 pesanan
Jumlah dari percobaan tidak tetap Percobaan berlanjut hingga keberhasilan yang pertama Probabilitas keberhasilan dari satu percobaan ke percobaan lain adalah sama
Menjelaskan jumlah dari percobaan hingga keberhasilan pertama terjadi
Jumlah pemutaran roulette, jumlah sumur yang digali sebelum menemukan minyak
15
a.
b.
c.
Distribusi yang sangat fleksibel , digunakan untuk menampilkan sebuah situasi yang tidak dapat dijelaskan oleh distribusi lain Dapat berbentuk diskrit atau kontinu Digunakan untuk memasukkan seluruh nilai data dari sebuah rentang sel (Sumber : User Manual for Crystal Ball. 2008)
2.6.2 Uji Goddes of Fit Satu cara yang cepat untuk memeriksa apakah suatu himpunan data mentah tertentu sesuai dengan distribusi teoritis tertentu adalah dengan membandingkan secara grafik distribusi empiris kumulatif dengan fungsi kepadatan kumulatif yang bersesuain dari distribusi teoritis yang bersangkutan. Jika kedua fungsi tersebut tidak memperlihatkan deviasi yang berlebihan, terdapat kemungkinan yang cukup besar bahwa distribusi teoritis itu sesuai dengan data mentah tersebut. Gagasan untuk membandingkan distribusi empiris dan distribusi teoritis adalah dasar untuk uji Kolmogrov – Smirnov. Uji ini yang hanya dapat diterapkan untuk variabel acak kontinyu, memanfaatkan sebuah statik untuk menerima atau menolak distribusi yang dihipotesis dengan tingkat signifikan tertentu (Taha, 1997) Uji statistik lainnya yang berlaku untuk variable acak diskrit maupun kontinyu adalah uji chi- kuadrat atau Chi- square. Uji ini didasari oleh perbandingan fungsi kepadatan probabilitas daripada fungsi kepadatan kumulatif seperti dalam uji Kolmogrov Sminorv. Langkah perama dalam prosedur chi- kuadrat adalah mengembangkan sebuah histogram frekuensi. Dengan menggambarkan histrogram frakuensi secara visual dapat diputuskan fungsi kepadatan teoritis mana yang paling sesuai dengan data dalam bentuk histogram tersebut. Uji ini didasari oleh pengukuran “jumlah” deviasi antara fungsi kepadatan empiris dan teoritis. Untuk mencapai tugas ini, anggap [ - 1, ] mewakili batas – batas interval I sebagaimana didefinisikan dalam distribusi empiris dan asumsikan bahwa f(t) adalah fungsi kepadatan teoritis yang dihipotesiskan. Dengan diketahui sampel dan mentah ukuran n, maka frekuensi teoritis yang berkaitan dengan interval I dihitung sebagai i= 1,2,…..,m
Ni =
(4)
Dimana m adalah jumlah sel yang dipergunakan dalam mengembangkan fungsi kepadatan empiris. Dengan diketahui ni, sebuah ukuran deviasi antara frekuensi empiris dan yang diamati dihitung sebagai berikut : =
(5)
16
Dimana cenderung chi- kuadrat secara asimtut m → ∞. Angka derajat dari chikuadrat adalah m-k-1, dimana k adalah jumlah parameter yang diestimasi dari data mentah untuk dipergunakan dalam mendefinisikan distribusi teoritis yang bersangkutan. Misalnya, untuk menggunakan distribusi eksponensial sebagai distribusi teoritis yang dihipotesiskan untuk histogram empiris, nilai mean dari variable acak ekponensial dari data mentah perlu diestimasi. Ini berarti bahwa k= 1 dalam kasus distribusi eksponensial (Taha,1997) Dengan menganggap m-k-1, 1-α sebagai nilai chi kuadrat untuk derajat kebebasan m – k-1 dan tingkat signifikasi α hipotesis nol yang menyatakan bahwa data mentah yang diamati ditarik dari distribusi teoritis f(t) diterima jika m-k-1, 1-α jika tidak hipotesis tersebut ditolak. 2.6.3 Tornado Chart Tornado chart adalah salah satu alat bantu yang disediakan oleh Crystal Ball yang dapat berguna untuk mengukur dampak dari model variabel pada suatu waktu yang bersamaan pada target forecast. Hasilnya ditampilkan dengan Tornado Chart dan Spider Chart. Metode ini berbeda dengan metode berbasis korelasi yang terdapat di Crystal Ball, alat ini menguji setiap asumsi, variabel keputusan, preseden atau sel secara independen. Ketika menganalisi satu variabel, alat ini mem “beku” kan variabel lainnya sebesar nilai basis mereka. Ini mengukur pengaruh dari setiap variabel di forecast cell ketika memindahkan efek dari variabel lain. Metode ini juga dikenal dengan “one-at-a-time-pertubation” atau “parametric analysis” . Tornado Chart berguna untuk : a. b.
Mengukur nilai sensitivitas dari suatu variable yang ditetapkan pada saat penggunaan Crystal Ball Dengan cepet menyaring variabel pada model yang telah dibangun untuk menentukan kandidat terbaik yang kemudian ditetapkan sebagai asumsi atau decision variables.
Gambar 1. Grafik tornado (User Manual for Crystal Ball. 2008)
Tornado chart menguji jarak dari setiap variabel pada persentil yang dispesifikasi dan kemudian menghitung nilai forecast (ramalan) dari setiap poin. Tornado chart mengilustrasikan perubahan antara nilai maksimum dan minimum dari nilai forecast (ramalan) setiap variabel. Variabel yang menyebabkan perubahan nilai terbesar akan muncul pada bagian paling atas dan variabel yang menyebabkan perubahan paling kecil akan muncul dibagian paling bawah. Variabel
17
yang terdapat dibagian atas memiliki efek terbesar terdahadap forecast (peramalan) dan variable dibagian bawah memiliki efek yang paling kecil atau sedikit di forecast (peramalan). Batang – batang yang terdapat disebelah variabel mewakili selang perubahan nilai forecast terhadap variabel yang diujikan. Yang berada disebelah batang tersebut adalah nilai dari variabel – variabel yang menghasilkan perubahan terbesar pada nilai forecast. Warna dari batang mengindikasikan arah dari hubungan antara variabel – variabel dengan forecast (ramalan). Untuk variabel yang memiliki efek positif atau peningkatan nilai terhadap forecast (peramalan) ditunjukkan dengan warna biru akan menuju arah kanan dan yang menghasilkan penurunan nilai akan kearah kiri dan diindikasikan dengan warna merah. Pada saat hubungan antara variabel dengan forecast (peramalan) tidak terjadi peningkatan atau penurunan yang signifikan hal ini disebut dengan non- monotomic. Dengan kata lain apabila nilai minimum atau maksimum dari rentang forecast tidak terjadi di titik akhir ekstrim pada rentangan uji terhadap variabel, maka variabel memiliki hubungan “non- monotonic’ dengan forecast (peramalan).
Gambar 2. Grafik non monotonic (User Manual For Crystal Ball. 2008)
18
III.
METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan pada bulan Maret – Juni 2012 di PT. Krakatau Tirta Industri, Cilegon, Banten.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Microsoft Excel dan Crystal Ball
3.2.2 Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian adalah berupa data sekunder terdiri dari : a. Data Harian Hasil Jar Test yang dilakukan oleh Laboratorium Kualitas Air PT. Krakatau Tirta Industri dari tahun 2001 hingga 2012 b. Data laporan penggunaan aluminium sulfat cair di lapangan c. Data produksi aluminium sulfat cair d. Data untuk perhitungan biaya produksi dan harga pokok produksi aluminium sulfat cair
3.3 Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan aluminium sulfat cair sebagai koagulan pada proses koagulasi di PT. Krakatau Tirta Industri. Beberapa tahapan yang dilakukan pada penelitian ini: 3.3.1 Menentukan Dosis Optimum Aluminium Sulfat Bubuk dan Cair Dengan menggunakan grafik di Microsoft Excel dilakukan perbandingan antara turbiditas dengan pH dan turbiditas dengan warna sesuai dengan nilai yang diperoleh dari pencatatan hasil jar test. Grafik dibuat dengan membandingkan nilai sebelum dan sesudah dilakukan jar test atau pembubuhan koagulan. Data hasil jar test yang digunakan dari tahun 2008 – 2010 untuk alumunium sulfat bubuk sedangkan untuk alumunium sulfat cair adalah data sembilan bulan masa operasi pabrik aluminium sulfat cair (Juli 2011 – April 2012). Dari grafik yang diperoleh dilakukan perhitungan efisiensi dan alkalinitas dosis optimumnya. Langkah yang sama dilakukan untuk menentukan dosis optimum aluminium sulfat cair.
Nilai efisiensi diperoleh dengan menggunakan persamaan : η=
1. 2.
x 100%
(6)
dan nilai alkalinitas diperoleh dengan menggunakan persamaan (7) : Diketahui bahwa 6 buah mol HCO3- digunakan untuk masing – masing mol aluminium yang ditambahkan Nilai mol / L aluminium yang digunakan :
19
3. 4.
mol/ L HCO3- yang digunakan 6 (Nilai mol / L aluminium) Konversi ke Mg/ L = (mol/ L HCO3- ) (BM HCO3-) = (mol/ L HCO3- ) (61 gr/ mol)
3.3.2 Melakukan Probabilitas Dosis Aluminium Sulfat Bubuk dengan Kualitas Air Nilai akhir dari probabilitas yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk grafik yang akan menampilkan gambaran dari nilai probabilitas dosis, parameter air yang terdiri dari warna, kekeruhan dan kandungan zat organik. Dari data jar test yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan Crystal Ball sehingga diperoleh nilai probabilitasnya. Nilai probabilitas yang dicari pada penelitian kali ini adalah probabilitas 90%. 1.
Langkah awal yang dilakukan adalah dengan meyusun data dosis aluminium sulfat bubuk yang diberikan, warna, kekeruhan atau turbiditas dan kandungan zat organik dari rentang tahun 2001 hingga 2011. Data untuk masing – masing variabel (dosis, warna, kekeruhan dan kandungan zat organik) disusun per bulan dari tahun 2001 hingga 2011. Pengolahan dilakukan satu persatu seperti diwalai dengan dosis untuk bulan januari 2001 – 2011 dilanjutkan dengan dosis untuk bulan februari tahun 2001 hingga 2011 begitu seterusnya dilanjutkan juga untuk parameter lainnya dengan cara yang sama. Lalu dengan menggunakan Crystal Ball dilakukan “Define Assumption” dengan menggunakan distribusi normal
Gambar 3. Distribusi Normal
20
Gambar 4. Kurva Distribusi Normal Crystal Ball 2.
“Distribution of Fit” yang dipilih adalah “Normal” dan “Chi Square” untuk Goddes of Fit nya dan dan masukkan “Range” dengan data yang telah disusun, misal dosis bulan Januari dari tahun 2001 hingga 2011 yang diatur secara horizontal.
Gambar 5. Fit Distribution yang dipilih
21
Gambar 6. Pemilihan Probability 3.
Dari nilai percentiles tersebut tersaji nilai percentiles dari 0% hingga 100% dari data tersebut
Gambar 7. Nilai Percentiles yang diperoleh 4.
Dari nilai – nilai percentile yang diperoleh tersebut kemudian dapat diperoleh grafik probabilitas untuk masing – masing variabel yang diuji.
3.3.3 Sensitivitas Alumunium Sulfat dengan Kekeruhan dan Warna Dengan menggunakan grafik Microsoft Excel data berupa dosis aluminium sulfat baik aluminium sulfat bubuk dan cair dibandingkan dengan parameter kualitas air yakni warna dan kekeruhan sehingga dapat terlihat sensitivitas dari peningkatan atau penurunan dosis terhadap warna dan kualitas air.
22
3.3.4 Perhitungan Biaya Produksi dan Harga Pokok Produksi Alumunium Sulfat Cair Perhitungan biaya produksi dilakukan dengan menjumlahkan seluruh variabel yang terdiri dari : a. b. c. d. e.
Bahan baku ( Alumina Basah/ Alumina Kering, Asam Sulfat) Biaya listrik Biaya penyusutan Biaya tenaga kerja Biaya perawatan
Untuk penjumlahan harga satuan dikalikan dengan jumlah total masing – masing variabel. Untuk perhitungan penyusutan digunakan Metode garis lurus :
d=
(6)
Dimana : d = depresiasi / penyusutan P = harga perolehan F = nilai residu / nilai sisa n = umur ekonomis 3.3.5 Perhitungan Biaya Produksi dan Harga Pokok Produksi Alumunium Sulfat Cair Berdasarkan Nilai di Lapangan Variabel yang digunakan sama dengan variabel yang digunakan pada perhitungan biaya produksi dan harga pokok produksi alumunium sulfat cair, namun ada sedikit tambahan dengan mengalikan jumlah hari produksi setiap bulannya yang dilakukan oleh pihak pabrik. a. b. c. d. e.
Bahan baku ( Alumina Basah/ Alumina Kering, Asam Sulfat) Biaya listrik Biaya penyusutan Biaya tenaga kerja Biaya perawatan
Untuk penjumlahan harga satuan dikalikan dengan jumlah total masing – masing variabel. Untuk perhitungan penyusutan digunakan Metode Garis Lurus :
d=
(7)
Dimana : d = depresiasi / penyusutan P = harga perolehan F = nilai residu / nilai sisa n = umur ekonomis
23
3.3.6 Perhitungan Biaya Alumunium Sulfat Powder dan Cair per Perhitungan biaya alumunium sulfat powder dan cair per a. b. c. d. e. f. g.
h.
air
air memerlukan data :
Harga Pokok Produksi untuk semua aluminium sulfat yang diperoleh dari perhitungan 3.3.4 Rasio pemakaian yang diperoleh dari perbandingan nilai dosis yang diberikan antara di lapangan dan di laboratorium ( jar test) Nilai PPM Nilai produksi air Nilai pemakaian alumunium yang diperoleh dari perkalian nilai PPM dengan produksi air Nilai perbandingan pemakaian alumunium sulfat cair dengan aluminium sulfat powder Biaya produksi baik dengan alumina basah, alumina kering dan alumunium powder yang diperoleh dari perkalian harga pokok produksi dengan jumlah pemakaian alumunium Biaya air diperoleh dengan membagikan nilai dari biaya produksi dengan jumlah produksi air
Perhitungan ini disajikan dalam bentuk tabel dan menggunakan bantuan Microsoft Excel.
3.3.7 Perhitungan Sensitivitas Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan bantuan Crystal Ball. Data yang diperlukan adalah data untuk mengitung biaya produksi yakni : a. b. c. d. e.
Harga satuan bahan baku dan jumlah bahan baku yang diperlukan Biaya penyusutan Biaya tenaga kerja Biaya listrik Biaya perawatan
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan Crystal Ball yang disajikan dalam Tornado Chart. Data variabel biaya produksi merupakan median (nilai tengah) selanjutnya dilakukan asumsi untuk menentukan nilai minimum dan maksimum untuk masing – masing variabel tersebut. Untuk nilai tengah asumsi yang digunakan pada saat Define Asumption adalah triangular. Untuk nilai maksimum dan minimum yang digunakan adalah nilai yang diasumsikan sebelumnya. Nilai yang dijadikan Forecast adalah nilai dari harga pokok produksi yang diperoleh.
24
Prosedur penelitian dalam bentuk diagram alir dsajikan pada Gambar 9 berikut ini : Tahap I Analisa kebutuhan dan harga koagulan optimal
Pengumpulan Data
Melakukan analisa terhadap kebutuhan dan dosis koagulan cair serta parameter kualitas air yang ingin dicapai
Tahap II Variabel proses koagulasi
Menentukan variable proses koagulasi
Mengukur prioritas variabel proses koagulasi
Tahap III Menentukan pola
Menentukan kriteria berhasil pemilihan kombinasi dosis koagulan
Menghitung kriteria berhasil pemilihan kombinasi koagulan secara kualitas dan harga
Membangun fungsi tujuan optimum dosis koagulan Pilihan alternatif dosis koagulan yang akan digunakan
Membangun prioritas variabel operasi untuk menentukan pola operasi
Menghitung total besaran kesuksesan dari setiap alternatif operasi
Menentukan Nilai Optimal
Gambar 8. Metode penelitian untuk menentukan nilai dosis koagulan optimal
25
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Perusahaan 4.1.1 Profil Perusahaan PT Krakatau Tirta Industri yang didirikan pada tanggal 28 Februari 1996, merupakan anak perusahaan yang sahamnya 99,99% dimiliki oleh PT Krakatau Steel (Persero) dan 0,01% dimiliki oleh PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (PT KIEC). Perusahaan ini sebelumnya merupakan unit penunjang kegiatan operasional PT Krakatau Steel (Persero) dalam bidang penyediaan air bersih yang mulai beroperasi sejak 1978. Sebagian besar air bersih yang dihasilkan digunakan untuk kebutuhan industri dan sebagian lain untuk kebutuhan masyarakat kota Cilegon. Air baku yang diolah diambil dari sungai Cidanau yang bersumber dari danau alam Rawa Dano. Air kemudian dialirkan menggunakan pipa diameter 1,4 m sepanjang ± 28km untuk diolah menjadi air bersih di unit pengolahan air, yang terdiri dari beberapa tahapan proses yaitu koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, yang diikuti dengan netralisasi dan desinfeksi. Kapasistas yang terpasang di unit pengolahan air saat ini adalah sebesar 2.000 liter /det, dan digunakan 60% untuk utilisasinya. 4.1.2 Instalasi Pengolahan Air Minum PT. Krakatau Tirta Industri Proses pengolahan air yang dilakukan oleh PT. KTI terlihat pada Gambar 10 yang menampilkan proses dari sumber air baku hingga air dapat didistribusikan ke konsumen. Proses pengolahan air terdiri dari beberapa tahap yakni koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, netralisasi dan desinfeksi.
Shock Chlorine Raw Water Intake Cidanau
Surge Tank
Pump Station I Sand Trap By Pass & Sump Pump Vaccum Tank
Lime Hydrate Chlorine
Reservoir
Pump Station II 27.2 km
Shock Chlorine Alum Sulphate Distribution Chamber
Green Leaf Filter
Accelator Clarifier
Sludge Blow of Sump
Pump Station IV
Wash Water Outlet Sump
Water Tower
Pump Station III
Krenceng Reservoir
Distribution Structure
Consumer
Sludge Field
Bak Penampung Backwash
Gambar 9. Diagram alir proses pengolahan air PT. Krakatau Tirta Industri (Sumber PT. KTI) Air baku dari sungai Cidanau di Pump Station I (PS I) sepanjang 27,2 km dipompa ke Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAL) Krenceng, dialirkan ke Distribution Structure (bak
26
pembagi) yang berfungsi untuk mengalirkan air yang datang dari Cidanau maupun Waduk (Pump Station II) ke instalasi pengolahan air dan jika debitnya melebihi kebutuhan pengolahan maka sebagian akan dialirkan ke waduk. Dari bak pembagi air baku masuk ke Distribution Chamber, pada bak ini ditambahkan larutan koagulan alumunium sulfat. Setelah diberi koagulan air masuk ke Accelator (3 unit) dan terjadi proses koagulasi,flokulasi serta sedimentasi dan menghasilkan lumpur slurry yang ditampung di sludge field sebanyak 3 unit dengan kapasitas tampung 12.000 m3/unit, dengan cara diuapkan secara alami maka akan didapatkan lumpur padat. Kemudian lumpur padat secara berkala diambil dan dikumpulkan ditempat penampungan akhir/ limbah padat yang berada di sekitar Waduk Krenceng. Air dari Accelator mengalir secara gravitasi masuk ke Green Leaf Filter (5 unit filter, tiap unit filter memiliki 4 sel filter sehingga total filter sebanyak 20 sel filter) terjadi proses aerasi, disini air proses mengalami kontak langsung dengan udara luar guna mengurangi bau, warna dan kation yang terlarut (Fe, Al, Mn) dalam air proses. Pada proses filtrasi di Green Leaf Filter digunakan media filter pasir yang berfungsi untuk menyaring sisa partikel yang tidak mengendap pada proses sedimentasi, setelah pasir jenuh oleh partikel, maka filter harus dicuci dengan sistem cuci balik (backwash). Air backwash sebanyak 600 m3/sel mengalir melewati kanal ditampung dalam bak penampungan air backwash yang berfungsi untuk menampung air backwash yang akan diproses kembali masuk dalam Distribution Chamber. Air setelah mengalami proses filtrasi secara fisik sudah jernih namun perlu ditambahkan larutan kapur untuk proses netralisasi dan penambahan gas klorin untuk membunuh kuman dan bakteri yang berbahaya bagi kesehatan sepert bakteri E. Coli. Air bersih ditampung dalam bak penampungan air bersih (reservoir) dan sebelum air bersih didistribusikan ke konsumen, air dianalisa secara rutin di laboratorium PT. Krakatau Tirta Industri sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.416/MENKES/PER/IX/1990 mengenai syarat – syarat dan pengawasan kualitas air.
4.2 Dosis Aluminium Sulfat dengan Kualitas Air 4.2.1 Mekanisme Koagulasi di dalam Air Koloid adalah sekelompok atom atau molekul berukuran sangat kecil yang tidak dapat diendapkan secara gravitasi namun tetap terlarut dalam air. Karena terlarut, koloid bersifat stabil. Stabilitas ini disebabkan oleh terjadinya tolak - menolak diantara partikel koloid (Sincero, 2003). Secara umum koagulasi merupakan proses kimia dimana ion- ion yang muatannya berlawanan dengan muatan koloid dimasukkan ke dalam air, sehingga meniadakan kestabilan koloid. Dalam suatu suspensi koloid mengendap (bersifat stabil) dan terpelihara dalam keadaan terdispensi karena memiliki gaya elektrostatis yang diperoleh dari ionisasi bagian permukaan serta adsorpsi ion – ion dari larutan sekitar. Bila koagulan ditambahkan kedalam air, reaksi yang terjadi antara lain: a. Pengurangan zeta potensial (potensial elektrostatis) sehingga suatu titik dimana gaya van der walls dan agitasi yang diberikan menyebabkan partikel yang tidak stabil bergabung serta membentuk flok b. Agresi partikel melalui rangkaian inter partikulat diantara berbagai kelompok reaktif pada koloid c. Penangkapan partikel kolid negatif oleh flok – flok hidroksida yang mengendap Pada penggunaan alumunium sulfat sebagai koagulan, air baku harus memilki alkanitas yang memadai agar dapat bereaksi dengan alumunium sulfat menghasilkan flok hidriksida. Reaksi kimia sederhana pada pembentukan flok adalah sebagai berikut:
27
Al2(SO4)3. 14 H2o + 3 Ca (HCO3)2 2 Al (OH)3 + 3 CaSO4 + 14 H2O + 6 CO2 Pemilihan koagulan sangat penting agar tercapainya proses koagulasi yang baik. Jenis koagulan yang biasanya digunakan adalah koagulan garam logam dan koagulan polimer kationik. Contoh dari koagulan logam diantaranya adalah a. Aluminium sulfat (Al2(SO4)3. 14 H2O), nilai 14 bervariasi dari 13 – 18 b. Feri klorida (FeCl3) c. Fero klorida (FeCl2) d. Feri sulfat ( Fe2 (SO4)3) Koagulan garam logam yang biasa digunakan adalah tawas atau aluminium sulfat dan koagulan polimer atau sintesis contohnya adalah a. Poli Aluminium Klorida (PAC) b. Sitosan c. Currie flock Koagulan yang digunakan oleh PT. KTI adalah aluminium sulfat bubuk dengan konsentrasi 8% dan aluminium sulfat cair dengan konsentrasi 17% yang merupakan koagulan baru yang digunakan sejak Juli 2011. Pembubuhan dosis koagulan pada proses koagulasi mengacu pada hasil dari jar test yang dilakukan di laboratorium kualitas air PT. KTI setiap harinya dengan batas toleransi peningkatan dosis di bak koagulasi sebesar 5 – 10 ppm. Prosedur jar test yang dilakukan oleh PT. KTI sama seperti prosedur jar test yang biasa dilakukan. Terdapat enam buah batang pengaduk yang masing – masing mengaduk satu buah gelas dengan kapasitas satu liter. Satu buah gelas berfungsi sebagai kontrol dan kondisi operasi dapat bervariasi diantara lima gelas yang tersisa. Pengadukan dilakukan dengan kecepatan 65 rpm. Pengujian dilakukan setiap harinya, sejak tahun 2007 jar test dalam satu hari dilakukan sebanyak 3 shift yang awalnya hanya dilakuakn 1 shift per hari. Pencatatan hasil jar test berupa beberapa parameter seperti pH, turbiditas, konduktivitas dan warna serta dosis koagulan yang diberikan. 4.2.2 Penentuan Dosis Aluminium Sulfat Bubuk Penentuan dosis optimum koagulan untuk aluminium sulfat bubuk dapat dilakukan dengan membandingkan nilai parameter air (pH, warna dan turbiditas) sebelum dan sesudah dilakukan jar test. Dengan menggunakan data tahun 2008, 2009 dan 2010 diperoleh beberapa grafik yang menampilkan penurunan nilai parameter air untuk masing – masing dosis yang diberikan. Dilakukan pengelompokan berdasarkan dosis yang diberikan agar dapat terlihat grafik air sebelum dan sesudah dilakukan jar test. Dosis optimum terlihat dari grafik setelah dilakukan jar test yang menghasilkan nilai turbiditas terendah dengan pH mendekati 7. Dosis dapat dikatakan optimum apabila dilakukan perbandingan terhadap parameter warna adalah apabila dosis aluminium sulfat bubuk yang diberikan dapat menurunkan nilai warna air hingga mencapai nilai 20 PtCo (standar nilai warna air bersih PT. KTI). a. Tahun 2008 Pemberian dosis koagulan aluminium sulfat bubuk yang terjadi selama tahun 2008 berkisar antara 40 – 115 ppm. Hasil parameter air terbaik yang diperoleh pada tahun 2008 adalah pada saat pemberian dosis koagulan aluminium sulfat bubuk sebesar 55 ppm. Penurunan nilai turbiditas sangat signifikan hingga mencapai nilai minimum sebesar 4 NTU. Nilai tertinggi turbiditas air sebelum diberikan koagulan mencapai 225 NTU. Sedangkan untuk pH setelah dilakukan jar test terjadi penurunan namun penurunan nilai tersebut masih mendekati angka 7 dan scenderung berada diatas nilai 6, pH air bersih
28
terbaik yang diperoleh adalah 6,96 dengan nilai pH tertinggi sebelum jar test sebesar 8,31. Grafik penurunan terlihat pada Gambar 10 dan Gambar 11.
Gambar 10. Turbiditas vs pH sebelum jar test tahun 2008 dosis 55 ppm
Gambar 11. Turbiditas vs pH sesudah jar test tahun 2008 dosis 55 ppm Nilai warna air tertinggi sebelum dilakukan jar test mencapai 1167 PtCo dengan nilai terendah 94 PtCo. Dengan dosis 55 ppm yang diberikan selama tahun 2008 nilai standar warna sebesar 20 PtCo selalu tercapai. Perbandingan antara turbiditas dan warna sebelum dilakukan jar test ditampilkan pada Gambar 12.
29
Gambar 12. Turbiditas vs warna sebelum jar test tahun 2008 dosis 55 ppm Nilai warna setelah diberikan koagulan selalu mencapai nilai 20 PtCo. Gambar 13 menampilkan grafik ketika nilai 20 PtCo tercapai. Perbandingan dilakukan dengan turbiditas. Walau terjadi keragaman dalam pemberian dosis koagulan namun nilai akir yang diperoleh selalu sama yaitu 20 PtCo sehingga grafik untuk menggambarkan penurunan warna selalu sama bentuknya seperti Gambar 13 yakni berupa garis lurus dengan nilai dari sumbu- y nya yang tetap yakni 20 PtCo.
Gambar 13. Turbiditas vs warna sesudah jar test tahun 2008 dosis 55 ppm b.
Tahun 2009 Rentang nilai dosis koagulan aluminium sulfat bubuk yang diberikan selama tahun 2009 adalah 22 – 105 ppm. Hasil dari parameter terbaik yang diperoleh pada tahun 2009 adalah ketika dosis koagulan yang diberikan sebesar 60 ppm. Nilai turbiditas tertinggi sebelum dilakukan pemberian koagulan mencapai 278 NTU dan nilai pH tertingginya sebesar 7,7 seperti terlihat pada Gambar 15. Penurunan nilai turbiditas setelah dilakukan jar test mencapai nilai 4 NTU dengan pH tertinggi 6,79. Nilai pH yang diperoleh secara garis besar cenderung mendekati 7.
30
Gambar 14. Turbiditas vs pH sebelum jar test tahun 2009 dosis 60 ppm Nilai pH yang diperoleh cukup baik karena cenderung berada diatas 6 dengan nilai pH terendah yang diperoleh sebesar 5,9. Gambar 14 menampilkan perbandingan kualitas air setelah dilakukan jar test dengan membandingkan pH dan turbiditas.
Gambar 15. Turbiditas vs pH sesudah jar test tahun 2009 dosis 60 ppm
Nilai tertinggi parameter warna sebelum diberikan koagulan mencapai 1480 PtCo dan nilai terendah 87 PtCo seperti yang terlihat pada Gambar 16. Nilai 20 PtCo berhasil dicapai dengan pemberian dosis koagulan alumunium sulfat bubuk sebesar 60 ppm.
31
Gambar 16. Turbiditas vs Warna sebelum jar test tahun 2009 dosis 60 ppm
c.
Tahun 2010 Rentang nilai dosis koagulan aluminium sulfat bubuk yang diberikan selama tahun 2010 adalah 45- 85 ppm. Hasil dari parameter air terbaik yang diperoleh pada tahun 2010 adalah ketika dosis koagulan yang diberikan sebesar 55 ppm. Nilai turbiditas tertinggi sebelum dilakukan pemberian koagulan mencapai 284NTU dan nilai pH tertingginya sebesar 7,39 seperti terlihat pada Gambar 17. Penurunan nilai turbiditas terendah setelah dilakukan jar test mencapai nilai 1,75 NTU dengan pH tertinggi 6,43. Nilai pH yang diperoleh secara garis besar cenderung mendekati 6,5.
Gambar 17. Turbiditas vs pH sebelum jar test tahun 2010 dosis 55 ppm
32
Gambar 18. Turbiditas vs pH sesudah jar test tahun 2010 dosis 55 ppm Nilai tertinggi parameter warna sebelum diberikan koagulan mencapai 1530 PtCo dan nilai terendah sebesar 112 PtCo seperti yang terlihat pada Gambar 19. Dengan pemberian dosis koagulan aluminium sulfat bubuk sebesar 55 ppm nilai 20 PtCo selalu berhasil dicapai.
Gambar 19. Turbiditas vs warna sebelum jar test tahun 2010 dosis 55 ppm Dari Gambar 12 dan 19 yang menampilkan perbadingan antara nilai turbiditas dengan warna terlihat semakin meningkatnya nilai turbiditas maka nilai warna juga meningkat, menandakan bahwa nilai turbiditas dan niai warna saling mempengaruhi. Hal ini mungkin saja terjadi karena nilai warna di suatu perairan dipengaruhi oleh nilai turbiditas dan kandungan zat organik yang terdapat didalamnya. Hasil perbandingan parameter air dari tahun 2008, 2009 dan 2010 terlihat parameter air terbaik yang diperoleh ketika koagulan aluminium sulfat bubuk yang diberikan sebesar 55 dan 60 ppm. Tahun 2008 dengan dosis sebesar 55 ppm dapat diperoleh nilai turbiditas yang baik (cukup rendah) sebesar 4 NTU dengan pH yang cenderung mendekati 7, pada tahun 2009 dengan dosis sebesar 60 ppm dapat diperoleh nilai turbiditas yang cukup rendah yakni 4 NTU dan pH cenderung berada di atas nilai 6 dan mendekati angka 7. Untuk tahun 2010 dengan dosis 55 ppm dapat diperoleh turbiditas dengan nilai terendah sebesar 1,75 dan pH yang cenderung berada di atas 5,5 dan mendekati angka 6,5. Untuk parameter warna kedua dosis baik 55 maupun 60 ppm tetap mampu mencapai angka 20 PtCo.
33
Dapat ditarik kesimpulan bahwa dosis yang optimum diberikan adalah sebesar 60 ppm, karena selain nilai pH yang diperoleh lebih cenderung mendekati angka 7 juga nilai turbiditas yang diperoleh cukup rendah, sebesar 4 NTU. Pemberian dosis 55 ppm cukup memberikan penurunan yang signifikan terhadap parameter turbiditas, namun bila melihat pH yang diperoleh cukup rendah dibandingkan dengan pemberian dosis 60 ppm, maka dosis optimum koagulan aluminium sulfat bubuk yang tepat adalah sebesar 60 ppm. Dengan mengacu pada data hasil jar test pada tahun 2009 dengan dosis koagulan aluminium sulfat bubuk yang diberikan sebesar 60 ppm maka dapat diperoleh nilai efisiensi pH dan turbiditas dari pemberian dosis 60 ppm tersebut dengan menggunakan persamaan (6). Untuk pH diperoleh efisiensi sebesar 11,82% dan efisiensi turbiditas sebesar 99,32%. Dengan diperolehnya nilai efisiensi untuk turbiditas yang hampir mendekati 100% ini dapat disimpulkan bahwa dosis 60 ppm pemberian koagulan aluminium sulfat bubuk sangat efisien untuk penurunan nilai turbiditas air.
4.2.3 Penentuan Dosis Aluminium Sulfat Cair Langkah – langkah yang dilakukan untuk menentukan dosis yang optimum pada penggunaan koagulan aluminium sulfat cair sama dengan langkah – langkah yang dilakukan untuk menentukan dosis optimum aluminium sulfat bubuk. Data hasil jar test yang digunakan adalah data sejak alumunium sulfat cair mulai digunakan sebagai koagulan yakni sejak bulan Juli tahun 2011 hingga April 2012. Dilihat dari konsentrasi aluminium sulfat cair sebesar 17% maka dosis yang diberikan pada proses koagulasi dua kali lebih besar dibandingkan dosis yang diberikan untuk penggunaan aluminium sulfat bubuk (konsentrasi 8%). Aluminium sulfat cair belum sepenuhnya digunakan sebagai koagulan pada proses koagulasi.
Gambar 20. Turbiditas vs pH sebelum jar test dosis100 ppm
34
Gambar 21. Turbiditas vs pH sesudah jar test dosis100 ppm Dari data hasil jar test yang diperoleh nilai dosis yang diberikan sebesar 100, 110, 115 dan 120 ppm. Dari keempat dosis tersebut, dosis 100 ppm yang memberikan nilai hasil yang cukup baik dengan nilai turbiditas yang yang rendah yakni 5,07 NTU dan nilai pH yang mendekati 6,5 seperti terlihat pada Gambar 22. Untuk parameter warna sebelum diberi koagulan aluminium sulfat cair parameter nilai tertinggi mencapai 472 PtCo. Setelah diberi koagulan sebesar 100 ppm, nilai standar 20 PtCo selalu tercapai. Pada pemberian koagulan aluminium sulfat cair dengan dosis 110, 115 dan 120 nilai 20 PtCo tetap tercapai. Maka dapat disimpulkan baik dengan menggunakan aluminium sulfat bubuk dan cair, nilai standar untuk parameter air sebesar 20 PtCo selalu tercapai. Untuk efisiensi dengan menggunakan persamaan (6) diperoleh nilai efisiensi turbiditas sebesar 85,8% dan untuk pH sebesar 19,8%.
Gambar 22. Turbiditas vs warna sebelum jar test dosis100 ppm Pada Gambar 22 yang merupakan perbandingan antara turbiditas dan pH sesudah jar test, terlihat seiring meningkatnya nilai turbiditas maka nilai pH menurun. Hal ini dapat disebabkan oleh mekanisme Al2SO4 didalam air. Aluminium sulfat atau tawas dengan rumus kimia Al2S04 .11H2O atau 14 H2O atau 18 H2O umumnya yang digunakan adalah 18H2O. Semakin banyak ikatan molekul hidrat maka semakin banyak ion lawan yang nantinya akan ditangkap akan tetapi umumnya tidak stabil. Pada pH lebih besar dari 7 terbentuk Al (OH)2+, Al (OH)2 4+, Al2 (OH)2 4+. Pada pH >7 terbentuk Al (OH)-4. Flok-flok Al (OH)3 mengendap berwarna putih.
35
Gugus utama dalam proses koagulasi adalah senyawa aluminat yang optimum pada pH netral. Apabila pH tinggi atau boleh dikatakan kekurangan dosis maka air akan nampak seperti air baku karena gugus aluminat tidak terbentuk secara sempurna. Akan tetapi apabila pH rendah atau kelebihan dosis maka air akan tampak keputih – putihan karena terlalu banyak konsentrasi alum yang cenderung berwarna putih. Dalam cartesian terbentuk hubungan parabola terbuka, sehingga memerlukan dosis yang tepat dalam proses penjernihan air. Reaksi aluminium dalam larutan dapat dituliskan.: Al2S04 + 6 H2O Al ( OH )3 + 6 H+ + SO42Reaksi ini menyebabkan pembebasan ion H+ dengan kadar yang tinggi ditambah oleh adanya ion aluminium. Ion Aluminium bersifat amfoter sehingga bergantung pada suasana lingkungan yang mempengaruhinya. Karena suasananya asam maka alumunium akan juga bersifat asam sehingga pH larutan menjadi turun. Warna dan kekeruhan pada air dapat berkurang apabila suasana dalam air bersifat asam. Karena telah terjadi penurunan pH diakibatkan dari reaksi alumunium sulfat dengan air yang terjadi maka suasana air menjadi lebih asam dari sebelumnya, dan penurunan warna pun dapat terjadi. 4.2.4 Hubungan Dosis Koagulan dengan Kadar Alkalinitas di dalam Air Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa menurunkan pH larutan. Alkalinitas terdiri dari ion – ion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO3-) dan hidroksida (OH-) yang merupakan penyangga (buffer) terhadap pengaruh keasaman. Apabila aluminium sulfat (Al2(SO4)3 .14 H2O) ditambahkan kedalam air yang mengandung alkalinitas, reaksi yang akan terjadi adalah sebagai berikut : Al2(SO4)3 .14 H2O + 6 HCO3 ↔ 2 Al (OH3) . 3H2O(s) + 6CO2 + 8 H2O + 3SO42Masing – masing mol aluminium yang ditambahkan menggunakan enam buah mol alkalinitas dan menghasilkan enam molekul karbon dioksida. Reaksi ini menyebabkan pergeseran kesetimbangan karbon dan menurunkan pH. Dosis optimum untuk penggunaan aluminium sulfat bubuk adalah sebesar 60 ppm, diperoleh nilai alkalinitas sebesar 37,2 mg / L. Dengan menggunakan persamaan (7) langkah – langkah perhitungannya sebagai berikut : 1.
Diketahui bahwa 6 buah mol HCO3 digunakan untuk masing – masing mol alum yang ditambahkan
2.
Nilai mol / L alum yang digunakan : =
= 1,01 x 10-4 mol/ L
3.
mol/ L HCO3- yang digunakan 6(1,01 x 10-4 mol/ L) = 6,06 x 10-4 mol/ L
4.
ke Mg/ L = (6,06 x 10-4 mol/ L) (BM HCO3-) = (6,06 x 10-4 mol/ L) (61 gr/ mol) = 37,2 mg / L HCO3-
36
Perhitungan alkalinitas juga dilakukan dengan langkah yang sama seperti pada perhitungan alkalinitas untuk penggunaan aluminium sulfat bubuk. Dosis optimum aluminium sulfat cair adalah sebesar 100 ppm maka perhitungan alkalinitasnya : 1. 2.
Diketahui bahwa 6 buah mol HCO3- digunakan untuk masing – masing mol aluminium yang ditambahkan Nilai mol / L aluminium yang digunakan : =
3. 4.
= 1,68 x 10-4 mol/ L
mol/ L HCO3- yang digunakan 6 (1,68 x 10-4 mol/ L) = 1,01 x 10-3 mol/ L Konversi ke Mg/ L = (1,01 x 10-3 mol/ L) (BM HCO3-) = (1,01 x 10-3 mol/ L) (61 gr/ mol) = 61,6 mg / L HCO3
Dari perhitungan diperoleh baik pada penggunaan aluminium sulfat cair dan aluminum sulfat bubuk nilai alkalinitas yang diperoleh lebih besar dari 20 ppm hal ini menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif stabil terhadap perubahan asam atau basa sehingga kapasitas buffer basa lebih stabil. 4.2.5 Probabilitas 90% Dosis Aluminium Sulfat Bubuk dengan Kualitas Air Kualitas air yang dibandingkan dengan dosis aluminium bubuk yakni warna (PtCo), turbiditas (NTU) dan zat organik (Mg/l) dari tahun 2001 – 2011. Grafik probabilitas menggambarkan trend baik dari penggunaan dosis aluminium sulfat bubuk yang diberikan dan parameter air yang dituju. Dengan menggunakan Forecast yang terdapat pada Crystal Ball maka dapat terlihat gambaran besarnya kemungkinan suatu nilai muncul pada suatu waktu tertentu. Probabilitas 90% ini menampilkan trend munculnya nilai tersebut (besarnya dosis, nilai zat organik, nilai turbiditas dan warna) selama rentang waktu 10 tahun.
Gambar 23. Grafik probabilitas 90% dosis aluminium sulfat bubuk vs warna Terlihat bahwa grafik warna pada Gambar 23 yang cenderung stabil berada dikisaran nilai dua puluh yang merupakan standar nilai warna PT. KTI. Walaupun terjadi peningkatan ataupun penurunan dosis aluminium sulfat yang diberikan namun standar nilai warna yang dituju tetap dapat diperoleh. Nilai 20 ini selalu diperoleh dengan pemberian dosis berapapun di rentang waktu sepuluh tahun tersebut. Dapat dikatakan bahwa aluminium sulfat bubuk sensitif terhadap
37
parameter warna, sehingga apabila nilai parameter warna pada air baku tinggi, aluminium sulfat bubuk adalah koagulan yang tepat digunakan pada proses koagulasi.
Gambar 24. Grafik probabilitas 90% dosis aluminium sulfat bubuk vs turbiditas Gambar 24 menampilkan grafik probabilitas 90% pemberian dosis dan nilai parameter turbiditas. Pemberian dosis koagulan aluminium sulfat bubuk mengalami fluktuasi menyebabkan kestabilan nilai turbiditas yang diperoleh. Dapat dikatakan aluminium sulfat bubuk sensitif terhadap parameter turbiditas, maka apabila nilai turbiditas air baku tinggi koagulan aluminium sulfat bubuk tepat untuk digunakan.
Gambar 25. Grafik probabilitas 90% dosis aluminium sulfat bubuk vs zat organik Gambaran probabilitas pemberiaan dosis dan parameter kandungan zat organik ditampilkan pada Gambar 25. Baik dosis maupun kandungan zat organik mengalami fluktuasi setiap bulannya selama sepuluh tahun. Pada beberapa keadaan seperti pada bulan Mei, Juni dan November peningkatan dosis yang diberikan tidak menurunkan kandungan zat organik yang diperoleh. Pemberian dosis aluminium sulfat bubuk yang fluktuatif ini sangat bergantung pada keadaan dari kualitas air baku yang akan diolah. Pada bulan November terlihat peningkatan yang signifikan dari nilai peberian dosis. Hal ini disebabkan pada bulan November disetiap tahunnya merupakan bulan dengan curah hujan yang cukup tinggi sehingga mempengaruhi kualitas dari air baku. Dari Gambar 23 dan Gambar 24 terlihat bahwa nilai dari parameter warna dan turbiditas
38
tetap stabil dan sesuai dengan standar nilai air bersih PT. KTI meskipun pada bulan November parameter kualitas air baku dan dosis koagulan yang diberikan meningkat. Hal lain terlihat pada Gambar 25 yang menampilkan peningkatan nilai dosis koagulan juga diiringi peningkatan nilai kandungan zat organik. Maka dapat dikatakan bahwa aluminium sulfat bubuk sensitif terhadap parameter warna dan turbiditas sehingga apabila kedua parameter tersebut pada air baku yang akan diolah tinggi, dengan menggunakan aluminium sulfat bubuk nilai standar nilai air bersih untuk keduanya dapat dicapai. 4.2.6 Sensitivitas Koagulan Dengan Parameter Air Penggunaan aluminium sulfat cair yang dosisnya dua kali lipat dari dosis aluminium sulfat bubuk yang diberikan. Hal ini diperoleh dari perbedaan konsentrasi aluminium sulfat tersebut, dimana aluminium sulfat cair dengan konsentrasi 8% dan alumunium sulfat bubuk dengan konsentrasi 17%. Berdasarkan bahan baku yang digunakan sejak masa beroperasinya, alumina kering hanya digunakan pada bulan desember tahun 2011. Parameter yang dibandingkan dengan dosis adalah warna dan turbiditas. Besarnya pengaruh masing – masing koagulan terhadap parameter dapat dilihat pada tabel sensitivitas berikut :
Keterangan
Tabel 3.Sensitivitas koagulan aluminium sulfat bubuk Sensitivitas Minimal Maksimum Mean Standar Deviasi
Warna 2011
-1,50
25,7
1070
319,87
100,3
Warna 2012
-33,68
19,6
1724
844,32
319,07
Turbiditas 2011
-0,6
-1,21
441,98
37,167
30,85
Turbiditas 2012
-8,32
18,68
276,86
140,51
66,96
Keterangan
Tabel 4.Sensitivitas koagulan aluminium sulfat cair Sensitivitas Minimal Maksimum Mean
Standar Deviasi
Warna 2011
-1,21
25.7
672
353,35
114,21
Warna 2012
11,59
185
2275
1067,28
390,32
Turbiditas 2011
0,096
11,06
186,60
36,21
30,99
Turbiditas 2012
2,34
20,70
376,91
171,04
71,345
Nilai sensitivitas diperoleh dengan membagi nilai delta parameter dengan dosis yang diberikan. Nilai delta itu sendiri adalah selisih antara nilai parameter air baku dan nilai parameter
39
setelah diberikan koagulan. Dari tabel terlihat bahwa sensitivitas baik untuk warna dan turbiditas pada penggunaan aluminium sulfat bubuk bernilai negatif, hal ini menandakan bahwa walaupun kualitas air meningkat (dimana nilai penurunan parameter air baku dan air hasil jar test mengalami penurun yang cukup besar) apabila jumlah dosis ditambahkan, namun nilainya tidak sebesar saat pemberian dosis yang lebih rendah. Dapat dikatakan bahwa dengan dosis yang lebih rendah diperoleh nilai delta (selisih penurunan nilai kualitas) yang lebih besar. Dan untuk sensitivitas yang bernilai postif hal ini menandakan bahwa dengan semakin tingginya dosis yang diberikan maka semakin besar nilai delta (selisih penurunan nilai kualitas air) yang diperoleh.
4.3 Perhitungan Biaya dan Harga Pokok Produksi Aluminium Sulfat Cair Tabel 5.Perhitungan biaya produksi aluminium sulfat menggunakan alumina basah Uraian Satuan Jumlah Harga (Rp) Biaya (Rp) Alumina Basah
Kg
1421
1.760
2.500.960
Asam Sulfat
Kg
2024
1.430
2.894.320
Biaya Listrik
Kwh/batch
150
1.000
300.000
Biaya Penyusutan Biaya Tenaga kerja
Rp
Biaya Perawatan
Rp
Total
Rp
Rp
605.700,12 2
3.725.747
124.191,57
2.000.000
66.666,67 6.491.838,36
Tabel 5.Perhitungan biaya produksi aluminium sulfat menggunakan alumina kering Uraian Satuan Jumlah Harga (Rp) Biaya (Rp) Alumina Kering
Kg
1512
3.200
4.838.400
Asam Sulfat
Kg
2024
1.430
2.894.320
Biaya Listrik
Kwh/batch
150
1.000
300.000
Biaya Penyusutan
Rp
Biaya Tenaga kerja
Rp
Biaya Perawatan
Rp
Total
Rp
605.700,12 2
3.725.747
124.191,57
2.000.000
66.666,67 8.829.278,36
Dari Tabel 4 dan Tabel 5 diperoleh biaya produksi untuk aluminium sulfat cair dengan menggunakan alumina basah sebesar Rp 6.491.838,36 per produksi dan Rp 8.829.278,36 per produksi dengan menggunakan alumina kering. Dengan jumlah produksi sebesar 5.739 kg per
40
produksi maka diperoleh nilai untuk harga pokok produksi sebesar Rp 1.131,17/ kg untuk aluminium sulfat dengan alumina basah dan Rp 1.538,46 / kg untuk aluminium sulfat cair dengan alumina kering. Dari perhitungan ini terlihat bahwa harga aluminium sulfat cair sebagai koagulan baik dengan menggunakan alumina kering atau basah lebih murah dibandingkan dengan harga aluminium sulfat bubuk yang harganya Rp 1.760 / kg. Namun perlu dilakukan perhitungan berdasarkan keadaan yang sebenarnya dilapangan, maka perhitungan harga pokok produksi ini baik dengan alumina kering dan alumina basah harus disesuaikan dengan hari produksi pabrik aluminium cair dalam memproduksi aluminium sulfat cair setiap bulannya agar lebih terlihat nilai sebenarnya dari harga pokok aluminium sulfat cair tersebut.
Bulan
Tabel 6. Harga Pokok Produksi Aluminium Sulfat Cair Jumlah Hari Produksi Harga Pokok Produksi (Hari )
(Rp/kg)
Juli 2011
6
2209,94
Agustus 2011
8
1440.25
Sepetember 2011
15
1211,97
Oktober 2011
10
1282,33
November 2011
8
1152,77
Desember 2011
9
1034,39
Januari 2012
10
1075,44
Februari 2011
17
994,04
April 2011
21
1026,71
Gambar 26. Grafik harga pokok produksi aluminium sulfat cair Dari Gambar 26 terlihat penurunan harga pokok produksi aluminium sulfat cair seiring dengan meningkatnya hari produksi aluminium sulfat cair itu sendiri. Namun terlihat pada bulan April 2012 terjadi peningkatan harga dibandingkan bulan Februari 2012 meskipun jumlah hari produksinya meningkat, hal ini disebabkan oleh pengaruh yang cukup besar dari jumlah aluminium sulfat cair yang digunakan. Jumlah konsum aluminium cair disini digunakan sebagai faktor pembagi dari biaya produksi setiap bulannya sehingga dapat diperoleh harga pokok produksinya.
41
Tabel 7. Tabel Konsumsi Aluminium Sulfat Cair Bulan Konsumsi Aluminium Cair (Kg) Juli 2011
26.276
Agustsu 2011
48.227
Sepetember 2011
90.205
Oktober 2011
63.049
November 2011
60.254
Desember 2011
98.145
Januari 2012
69.882
Februari 2012
121.440
April 2012
139.764
Apabila jumlah hari produksi meningkat maka biaya produksi pun akan meningkat namun hal lain yang mempengaruhi nilai akhir dari harga pokok produksi itu sendiri adalah jumlah aluminium cair yang digunakan. Terlihat bahwa apabila hari produksi setiap bulannya lebih dari 17 hari maka dapat menyebabkan kenaikan harga pokok produksi aluminium sulfat sebab biaya produksinya akan jauh meningkat dan harga pokok tersebut dapat turun lebih murah apabila konsum aluminium yang digunakan juga sangat besar. Sebab nilai dari konsum aluminium yang berfungsi sebagai pembagi. Jumlah hari produksi apabila dilihat dari harga pokok produksi yang diperoleh setiap bulannya yang tepat adalah apabila diatas 10 hari sehingga harga yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan harga yang diperoleh dari perhitungan harga pokok produksi senilai Rp 1.100,31 / kg. Penggunaan alumina basah ataupun alumina kering sebagai bahan baku belum dapat dianalisis lebih lanjut karena penggunaan alumina kering sebagai bahan baku hanya di bulan Desember tahun 2011 saja selama sembilan bulan pabrik aluminium sulfat beroperasi. Dan pada bulan tersebut harga pokok produksi yang diperoleh lebih rendah dari perhitungan harga pokok produksi sebelumnya. Harga pokok produksi alum sulfat cair pada bulan Maret tidak dapat diperoleh disebabkan keadaan dilapangan dimana pada bulan tersebut tidak dilakukan produksi aluminium sulfat sehingga selama sebulan penuh koagulan yang digunakan adalah aluminium sulfat bubuk. Agar biaya produksi dapat semakin spesifik maka perlu dilakukan perhitungan biaya produksi aluminium sulfat cair untuk per m3 air produksi. Dengan menggunakan asumsi produksi air sebesar 100.000 m3 maka diperoleh perhitungan sebagai berikut
42
Keterangan
Harga Pokok Produksi
Tabel 8. Biaya Produksi Per m3 Air Satuan Alumina Basah Alumina Kering
Rp/ kg
Aluminium Sulfat Bubuk
1.131,17
1538,46
1.760
Koefisien
2,125
2,125
1
Rasio Pemakaian
1,008
1,016
1
PPM Pemakaian
ppm
107.10
107.95
50
Produksi Air
m3
100.000
100.000
100.000
Pemakaian Aluminium
Ton
10,710
10,795
5
Perbandingan Dengan Alum Bubuk
Ton
5,04
5,3
5
Biaya Produksi
Rp
5.559.526
7.923.500
8.800.000
Biaya produksi per m3
Rp
55
79
88
.
4.4 Sensitivitas Biaya 4.4.1 Sensitivitas Harga Pokok Produksi Alumina Basah
Gambar 27. Diagram sensitivitas harga pokok produksi alumina basah
43
Gambar 28. Tornado Chart HPP alumina basah
Dengan menggunakan Crystal Ball dilakukan uji untuk mengetahui sensitivitas dari harga pokok produksi aluminium sulfat cair baik dengan menggunakan alumina basah dan alumina kering.dengan memasukkan variabel asumsi pada distribusi Triangular dan Normal. Pada Gambar 28 terlihat Tornado Chart yang menunjukkan besarnya nilai dari variabel yang mempengaruhi perubahan nilai harga pokok produksi alum sulfat cair dengan bahan baku alumina basah. Variabel yang memiliki nilai sensitivitas tertinggi adalah asam sulfat sebesar 51%, alumina basah sebesar 15,5 %, tenaga kerja 10%, listrik 1,5 % , perawatan 0,7%, jumlah produksi -2,9 dan penyusutan -6,6% seperti yang terlihat pada Gambar 27. Perubahan harga pokok produksi aluminium sulfat cair dengan bahan baku alumina basah sangat dipengaruhi atau paling sensitiv terhadap harga asam sulfat. Kenaikan HPP asam sulfat dengan alumina basah paling maksimum yang dapat diterima adalah hingga menjadi Rp 1.200 /kg. Apabila harga asam sulfat meningkat menjadi Rp 3.093.857 atau sebesar 23,7% maka HPP asam sulfat dengan menggunakan alumina basah menjadi Rp 1.200. begitu juga dengan variabel alumina basah apabila terjadi kenaikan harga menjadi Rp 2.5593.562 atau sebesar 3,7% maka HPP asam sulfat dengan alumina basah menjadi Rp 1.200/ kg begitu juga terhadap variabel lainnya. Kenaikan HPP pada saat itu ditentukan oleh perubahan dari satu variabel produksi saja, bukan dari keseluruhan variabel secara bersamaan. Biaya penyusutan dan biaya tenaga kerja jika dilihat pada Tornado Chart berada pada bagian bawah (urutan keenam dan ketujuh) grafik hal ini cukup menjelaskan bahwa pengaruh dari perubahan harga yang mungkin terjadi pada varibael – variabel tersebut tidak memberikan dampak yang begitu signifikan terhadap perubahan HPP dan nilai dari ketiga variabel tersebut cenderung tetap (biaya tetap) atau biasa disebut dengan keadaan non- monotomik. Biaya perawatan berada pada urutan keempat cukup memberikan dampak terhadap HPP karena biaya perawatan mempengaruhi dari biaya overhead pabrik, dan biaya perawatan dapat berubah- ubah setiap waktunya tergantung pada keadaan pabrik apabila pabrik mengalami
44
kerusakan alat atau sebagainya. Biaya listrik berada pada urutan ketiga hal ini dapat dilihat dari pengaruh kemungkina perubahan harga satuan listrik sehingga dapat menyebabkan perubahan pula pada biaya listrik yang harus dikelurakan. Pada saat pelaksanaan penggunaan alumina basah sebagai bahan baku dalam memproduksi aluminium sulfat variabel yang perlu mendapat perhatian khusus adalah asam sulfat dan harga dari alumina basah itu sendiri. Karena kedua variabel ini yang menunjukkan nilai sensitivitas yang cukup tinggi. 4.4.2 Sensitivitas Harga Pokok Produksi Alumina Kering Dengan cara yang sama dilakukan juga uji sensitivitas HPP aluminium sulfat basah dengan menggunakan bahan baku berupa alumina kering.
Gambar 29. Tornado Chart HPP alumina kering
Gambar 30. Diagram sensitivitas harga pokok produksi alumina kering Dari gambar 30 terlihat bahwa urutan variabel yang diperoleh hampir sama dengan tornado chart yang diperoleh untuk uji HPP alumina basah. Perbedaan yang terlihat berada pada
45
urutan variabel pertama yaitu alumina kering dan asam sulfat berada di urutan kedua. Alumina kering dengan nilai sensitivitas sebesar 35,7 %, asam Sulfat 33,7 %, Perawatan 16,4 %, Listrik 1,3%, biaya penyusutan 0 %, biaya tenaga kerja -0,4%, dan jumlah produksi sebesar -8,3%. Apabila harga alumina kering meningkat menjadi Rp 5.047.568 atau sebesar 4,3% dan juga harga asam sulfat meningkat menjadi Rp 3.093.857 atau sebesar 23,7 % maka dapat menyebabkan peningkatan HPP asam sulfat dengan alumina kering menjadi Rp 1.650 dari HPP awal sebesar Rp 1.538,46 / kg atau sebesar 7,23% . Sama dengan HPP asam sulfat dengan alumina basah biaya penyusutan dan biaya tenaga kerja jika dilihat pada Tornado Chart berada pada bagian bawah (urutan keenam dan ketujuh) grafik hal ini cukup menjelaskan bahwa pengaruh dari perubahan harga yang mungkin terjadi pada varibael – variabel tersebut tidak memberikan dampak yang begitu signifikan terhadap perubahan HPP dan nilai dari ketiga variabel tersebut cenderung tetap (biaya tetap) atau biasa disebut dengan keadaan nonmonotomik. Biaya perawatan berada pada urutan keempat cukup memberikan dampak terhadap HPP karena biaya perawatan mempengaruhi dari biaya overhead pabrik, dan biaya perawatan dapat berubah- ubah setiap waktunya tergantung pada keadaan pabrik apabila pabrik mengalami kerusakan alat atau sebagainya. Biaya listrik berada pada urutan ketiga hal ini dapat dilihat dari pengaruh kemungkina perubahan harga satuan listrik sehingga dapat menyebabkan perubahan pula pada biaya listrik yang harus dikelurkan. Jumlah dari produksi aluminium sulfat itu sendiri juga member pengaruh terhadap HPP aluminium sulfat cair baik alum sulfat cair dengan alumina basah ataupun alumina kering. Hal itu dapat dilihat dari semakin meningkatnya jumlah produksi akan semakin menurunkan nilai HPP aluminium sulfat. Dari kedua uji yang telah dilakukan pada saat memproduksi alum sulfat baik dengan bahan baku alumina basah ataupun kering hal yang harus diperhatikan adalah harga dari asam sulfat, dari kedua tornado chart yang diperoleh asam sulfat menempati urutan teratas, sehingga selain dari harga alumina itu sediri harga asam sulfat memberikan pengaruh yang besar terhadap perubahan HPP yang mungkin terjadi. Dapat dikatakan bahwa harga dari bahan baku sangat mempengaruhi dari harga pokok produksi yang diperoleh. Dalam industri pembelian bahan baku turut menunjang keberhasilan produksi. Berdasarkan itu, dapat dijelaskan bahwa perusahaan tidak akan berhasil memproduksi barang berkualitas baik apabila bahan baku yang digunakannya berkualitas buruk, meskipun dalam proses produksi telah didukung oleh mesin yang berteknologi modern serta metode dan sumber daya manusia yang baik (Djatmiko, 2012). Secara kualitas, berdasarkan uji kualitas parameter air yang telah dilakukan, bahan baku yang digunakan dalam memproduksi aluminium sulfat cair sudah cukup memadai, karena kualitas air yang diolah sudah memenuhi kriteria perusahaan. Dan secara harga selama 9 bulan sejak beroperasinya pabrik aluminium sulfat bubuk biaya produksi untuk aluminium sulfat bubuk lebih rendah dibandingkan dengan biaya produksi aluminium sulfat cair.
46
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 1.
2. 3.
4.
5.
Penggunaan aluminium sulfat bubuk sebagai koagulan paling mempengaruhi penurunan nilai parameter zat organik. Dalam keadaan tertentu pengaruh pemberian kadr dosis aluminium sulfat bubuk tidak mempengaruhi penurunan nilai parameter air yang diolah. Sehingga secara kualitas air yang diperoleh pemilihan aluminum sulfat bubuk sebagai koagulan sudah tepat dan sesuai dengan kriteria kualitas air PT. Krakatau Tirta Industri. Dosis optimum untuk penggunaan aluminium sulfat bubuk adalah sebesar 60 ppm dan untuk aluminium sulfat cair sebesar 100 ppm. Harga Pokok Produksi (HPP) aluminium sulfat cair baik dengan alumina basah ataupun dengan alumina kering terbukti lebih murah dibandingkan aluminium sulfat bubuk. Selama sembilan bulan masa operasi pabrik aluminium sulfat cair terlihat bahwa semakin meningkatnya jumlah hari produksi aluminium sulfat cair semakin menurunkan harga pokok produksinya. Berdasarkan uji sensitivitas, variabel yang paling mempengaruhi kenaikan HPP aluminium sulfat dengan bahan baku alumina basah adalah asam sulfat dan untuk alumina kering adalah harga alumina kering itu sendiri. Selama sembilan bulan masa penggunaan aluminium sulfat cair sebagai koagulan, baik secara kualitasdan biaya produksi layak untuk dilanjutkan penggunaannya.
5.2 Saran Peningkatan hari produksi aluminium sulfat cair sebaiknya dimaksimalkan sehingga harga pokok produksi aluminium sulfat cair dapat lebih stabil dan tetap lebih murah dibandingkan aluminium sulfat bubuk. Penggunaan aluminium sulfat bubuk sebaiknya tidak dihentikan sama sekali, aluminium sulfat bubuk tetap digunakan sebagai koagulan pada keadaan tertentu, terutama pada keadaan dimana air baku yang akan diolah memiliki nilai warna yang tinggi.
47
DAFTAR PUSTAKA Djatmiko, M. Budi. 2012. Studi Kelayakan Bisnis. Bandung : Thabi’ Press Effendi, Heffni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius Feasibility Study Pabrik Aluminium Sulfat Cair PT. Krakatau Tirta Industri Hansen, Don R.; Mowen Maryen M. 2009. Akutansi Manajerial. Jakarta : Salemba Empat Kemmer, Frank. N.2002. The Nalco Water Handbook 3rd edition. New York : McGrawHill Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.907/Menkes/ SK/ VII/ 2002 Kristianarso, Alloysius Adimas. 2009. Kondisi Kualitas Perairan di Sungai Cihideung [Skripsi]. Bogor: Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK, IPB Press Laporan Harian Hasil Jar Test Laboratorium Kualitas Air PT. Krakatau Tirta Industri tahun 2001 2012 Laporan Harian Penggunaan Bahan Baku Produksi Aluminium Sulfat Cair Lin, Sun Dar. 2007. Water and Wastewater Calculations Manual, Graw – Hills Companies, Inc
edition. New York : The Mac
Mulyono, Sri. 2006. Statistika Untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi Ke - 3. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI Sincero, A. P and Sincero, G. 2003. Physical- Chemical Treatment of Water and Wastewater. London. IWA Publishing Sugiarto. 2006. Dasar – Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta ; UI Press Vaux, Henry ; Schweitzer Glenn E. 2005. Water Conservation, Reuse and Recycling. Washington. National Academy of Sciene. Taha, Hamdy A.1997. Operations Research : An Introduction ( 6th edition). New Delhi. Prentice Hall, Inc Teng, S.T . 2000. Gambaran Umum Penanganan Limbah. Jakarta : Nusantara Water Center User Manual for Crystal Ball. 2008 Wardhana, W. A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan Edisi Revisi. Jogjakrta: CV. Andi Offset
48
LAMPIRAN
49
Lampiran 1. Tabel biaya produksi Bahan Baku Per Produksi Uraian
Alumina Basah
Satuan Jumlah
Harga (Rp)
Alumina Kering
Biaya (Rp)
Jumlah
Harga (Rp)
Biaya (Rp)
Asam sulfat
lt
2024
1430
2894320
2024
1430
2888600
Alumina
kg
1421
1705
2422805
1512
1760
2661120
Total Biaya Listrik Pabrik Per Produksi
3445
3135
5317125
3532
3190
5549720
Uraian Batch
Satuan kwh
Jumlah
Harga (Rp)
150
1000
300000 300,000.00
Total Biaya Penyusutan Penyusutan
Biaya (Rp)
Uraian
Tanki storage asam sulfat 10 m3
Harga (Rp)
22000000
Jumlah
2
Mesin Tanki storage alum 10 m3
22000000
2
Reaktor alum
385000000
1
Harga awal (Rp)
44000000
Harga akhir (Rp) Nilai ekonomis (tahun) Penyusutan (Rp)
8800000
Harga awal (Rp)
44000000
Harga akhir (Rp) Nilai ekonomis (tahun) Penyusutan (Rp)
8800000
Harga awal (Rp)
385000000
10 3520000
10 3520000
50
Pengaduk dan motor untuk reaktor
Pengaduk dan motor mixing produk
Pompa transfer
Otomasi
Piping & aksesoris
55000000
33000000
55000000
220000000
55000000
1
2
1
1
1
Harga akhir (Rp) Nilai ekonomis (tahun) Penyusutan (Rp)
77000000
Harga awal (Rp)
55000000
Harga akhir (Rp) Nilai ekonomis (tahun) Penyusutan (Rp)
11000000
Harga awal (Rp)
66000000
Harga akhir (Rp) Nilai ekonomis (tahun) Penyusutan (Rp)
13200000
Harga awal (Rp)
55000000
Harga akhir (Rp) Nilai ekonomis (tahun) Penyusutan (Rp)
11000000
Harga awal (Rp)
220000000
Harga akhir (Rp) Nilai ekonomis (tahun) Penyusutan (Rp)
44000000
Harga awal (Rp)
55000000
Harga akhir (Rp) Nilai ekonomis (tahun) Penyusutan (Rp)
11000000
10 30800000
10 4400000
10 5280000
10 4400000
10 17600000
10 4400000
51
Subtotal
73920000
110000000
Pabrik
Subtotal
1
Harga awal (Rp)
110000000
Harga akhir (Rp) Nilai ekonomis (tahun) Penyusutan (Rp)
55000000 30 1833333.333 1833333.333
Total
75753333.33
Biaya Tenaga Kerja Uraian
Satuan
Jumlah
Harga (Rp)
Biaya (Rp)
Helper alum sulfat
orang
1
1725530
1725530
Pembantu gudang
orang
1
2000217
2000217 3725747
Total Biaya Perawatan Uraian
Satuan
Perawatan
bulan
Total
jumlah
Harga (Rp) 1000000
Biaya (Rp) 1000000 1000000
52
Lampiran 2. Data jar test tahun 2008 alumunium sulfat bubuk dosis 55 ppm Parameter Air Baku
Dosis
Parameter Jar test
pH
Turbidity
Warna
Conduc
ppm
pH
Turbidity
Warna
7.89
19
100
124
55
6.12
4
20
8.37
19
94
133
55
6.43
4
20
8.15
22
114
130
55
6.46
4
20
8.31
22
100
129
55
6.71
4
20
8.21
23
112
132
55
5.85
4
20
8.26
37
202
128
55
6.25
4
20
7.89
39
202
125
55
6.09
5
20
7.95
39
196
122
55
6.1
5
20
8.11
40
219
98
55
6.2
5
20
7.49
41
318
145
55
6.06
5
20
7.96
41
198
195
55
6
5
20
7.78
41
211
195
55
6.17
5
20
7.82
41
177
196
55
6.44
5
20
7.68
42
231
189
55
6.47
5
20
7.58
44
229
202
55
6.91
5
20
7.39
44
287
200
55
6.96
5
20
7.66
45
243
200
55
6.65
5
20
7.47
45
284
200
55
6.69
5
20
7.35
72
418
208
55
6.38
5
20
7.37
81
433
212
55
6.43
5
20
7.05
83
437
217
55
6.71
5
20
7.05
85
506
217
55
6.82
5
20
7.37
107
549
212
55
6.8
5
20
7.33
108
564
188
55
6.78
5
20
6.91
124
662
200
55
6.76
5
20
7.12
131
676
200
55
6.39
5
20
7.07
131
656
195
55
6.05
5
20
6.98
132
734
217
55
5.85
5
20
6.96
140
854
198
55
6.27
5
20
7.05
142
724
98
55
6.14
6
20
7.04
155
924
99
55
6.43
6
20
7.02
158
810
165
55
6.75
6
20
7.11
184
986
158
55
5.54
6
20
7.03
190
990
98
55
6.24
7
20
7.03
190
990
96
55
5.63
7
20
7.22
225
1167
118
55
6.75
7
20
7.09
225
1088
120
55
5.63
7
20
53
Lampiran 3. Data jar test tahun 2009 alumunium sulfat bubuk dosis 60 ppm Parameter Air Baku
Dosis
Parameter Jar test
pH
Turbidity
Warna
Conduc
ppm
pH
Turbidity
Warna
7.51
21
96
90
60
6.40
4.00
20
7.48
21
87
110
60
6.46
4.00
20
7.67
35
214
104
60
6.33
4.00
20
7.61
44
189
147
60
6.47
4.00
20
7.30
44
241
125
60
6.48
4.00
20
7.52
44
202
121
60
6.59
4.00
20
7.18
47
242
123
60
6.15
4.00
20
6.92
51
304
131
60
6.21
5
20
7.45
53
284
135
60
6.36
5.00
20
7.60
54
296
138
60
6.25
5.00
20
7.47
55
316
145
60
6.18
5.00
20
7.46
55
309
126
60
6.43
5.00
20
7.51
55
293
140
60
6.39
5.00
20
7.07
55
262
123
60
6.25
5.00
20
7.48
56
304
132
60
6.37
5.00
20
7.61
56
202
155
60
6.33
5.00
20
7.44
56
311
157
60
6.33
5.00
20
7.69
57
282
157
60
6.48
5.00
20
7.55
57
306
150
60
6.50
5.00
20
7.57
58
408
172
60
6.50
5.00
20
7.38
58
306
142
60
6.40
5.00
20
7.51
58
302
165
60
6.54
5.00
20
7.47
59
334
180
60
6.60
5.00
20
7.47
59
316
172
60
6.52
5.00
20
7.57
59
173
148
60
6.56
5.00
20
7.55
60
283
140
60
6.56
5.00
20
7.45
60
315
161
60
6.08
5.00
20
7.56
60
327
168
60
6.36
5.00
20
7.57
60
308
170
60
5.90
6
20
7.54
60
320
164
60
6.36
6.00
20
7.48
61
326
141
60
6.11
6.00
20
7.49
61
327
151
60
6.09
6.00
20
7.51
62
259
190
60
6.21
6.00
20
7.56
62
404
185
60
6.22
6.00
20
7.23
64
318
182
60
6.33
6.00
20
7.29
64
331
188
60
6.15
6.00
20
7.52
65
329
199
60
6.14
6.00
20
54
7.25
66
412
190
60
6.38
6.00
20
7.56
66
312
190
60
6.36
6.00
20
7.55
66
324
148
60
6.31
6.00
20
7.50
67
311
201
60
6.42
6.00
20
7.56
68
387
195
60
6.39
6.00
20
7.48
68
421
187
60
6.49
6.00
20
7.45
69
328
201
60
6.51
6.00
20
7.50
69
394
190
60
6.52
6.00
20
7.19
70
294
191
60
6.43
6.00
20
7.48
75
374
186
60
6.60
6.00
20
7.70
79
439
190
60
6.51
6.00
20
7.52
81
441
194
60
6.49
6.00
20
6.95
81
445
190
60
6.55
6.00
20
7.01
82
404
190
60
6.56
6.00
20
7.27
83
438
189
60
6.54
6.00
20
7.11
83
403
192
60
6.58
6.00
20
7.57
87
368
198
60
6.57
6.00
20
7.52
88
334
200
60
6.50
6.00
20
7.36
88
327
201
60
6.29
6.00
20
7.27
88
466
205
60
6.42
6.00
20
7.38
91
492
202
60
6.69
6.00
20
7.58
91
412
225
60
6.08
6.00
20
7.37
92
497
211
60
6.21
6.00
20
7.43
92
476
215
60
6.35
6.00
20
7.12
92
441
219
60
6.40
6.00
20
7.36
96
492
222
60
6.38
6.00
20
7.34
100
748
200
60
6.41
7.00
20
7.31
101
525
221
60
6.50
7.00
20
7.50
102
560
222
60
6.57
7.00
20
7.32
105
532
252
60
6.47
7.00
20
7.32
105
471
225
60
6.49
7.00
20
6.89
106
998
220
60
6.44
7.00
20
7.36
106
728
238
60
6.55
7.00
20
7.41
108
539
208
60
6.60
7.00
20
7.50
112
632
210
60
6.58
7.00
20
7.31
116
618
205
60
6.57
7.00
20
7.46
117
630
208
60
6.60
7.00
20
7.09
119
646
225
60
6.58
7.00
20
7.33
120
624
231
60
6.59
7.00
20
7.24
122
710
195
60
6.60
7.00
20
7.16
124
738
198
60
6.60
7.00
20
55
7.22
126
648
170
60
6.52
7.00
20
7.31
128
626
148
60
6.56
7.00
20
7.40
130
686
160
60
6.35
7.00
20
7.18
133
792
157
60
6.18
7.00
20
7.40
133
768
142
60
6.08
7.00
20
7.31
143
656
161
60
6.79
7.00
20
7.39
143
686
157
60
6.06
7.00
20
7.39
158
812
158
60
6.20
7.00
20
7.32
159
945
154
60
6.01
7
20
7.33
169
836
187
60
6.43
8.00
20
7.00
176
912
202
60
6.57
8.00
20
7.00
180
958
178
60
6.60
8.00
20
7.38
209
952
150
60
6.18
8.00
20
7.25
219
1170
132
60
6.40
9.00
20
7.25
269
1332
149
60
6.25
10
20
7.49
278
1480
129
60
6.53
10.00
20
56
Lampiran 4. Data jar test tahun 2010 alumunium sulfat bubuk dosis 55 ppm Parameter Air Baku
Dosis
Parameter Jar test
pH
Turbidity
Warna
Conduc
ppm
pH
Turbidity
Warna
6.93
21
112
140
55
5.97
1.75
20
7.37
29
166
142
55
6.05
1.97
20
7.27
31
157
132
55
5.85
1.98
20
6.99
34.8
253
138
55
6.14
2.06
20
6.98
35.1
261
137
55
6.01
2.09
20
7.02
35.1
292
134
55
5.79
2.11
20
7.12
36
194
138
55
6.13
2.17
20
7.32
37
188
138
55
6.06
2.19
20
6.85
39.7
296
133
55
5.92
2.19
20
6.85
39.8
284
136
55
6.07
2.21
20
7.03
42
264
134
55
5.77
2.26
20
6.93
43.3
312
136
55
5.85
2.36
20
7.27
44
214
112
55
6.10
2.40
20
7.05
49
282
110
55
5.97
2.42
20
6.84
49.7
436
120
55
6.00
2.57
20
6.85
54.8
375
140
55
5.72
2.57
20
7.34
56
305
131
55
5.92
2.67
20
7.03
57
290
140
55
6.10
2.80
20
7.29
57
305
85
55
5.90
2.94
20
7.09
57
326
141
55
5.88
3.11
20
7.03
58
311
142
55
6.00
3.11
20
6.94
59.4
387
132
55
5.64
3.27
20
6.82
62.7
498
135
55
6.00
3.62
20
7.13
64
328
85
55
6.10
4
20
6.25
64.4
456
115
55
5.92
4
20
7.23
65
489
130
55
6.10
4.00
20
7.07
66
345
132
55
6.12
5
20
6.99
66
352
127
55
6.17
5
20
6.69
68.3
538
124
55
6.26
5
20
7.09
72
304
128
55
6.09
5
20
6.93
74
388
135
55
6.31
5.00
20
6.97
74
384
132
55
6.37
5.00
20
6.89
74.2
495
132
55
6.19
5.00
20
6.71
75.4
528
135
55
5.63
5.00
20
6.79
76
394
132
55
6.08
5.00
20
6.74
77.1
513
135
55
6.29
5.00
20
57
6.97
78.3
524
130
55
6.15
5.00
20
6.95
82
406
126
55
6.15
5.00
20
7.19
82.8
540
130
55
6.18
5.00
20
6.97
85
430
112
55
6.10
6
20
6.85
85
417
112
55
6.14
6
20
7.20
85
451
112
55
6.14
6
20
7.35
85
441
115
55
6.18
6
20
6.95
86
441
114
55
6.08
6
20
7.39
88
463
105
55
6.43
6.00
20
7.21
92
544
105
55
6.01
6.00
20
7.19
92.7
634
112
55
6.17
6.00
20
6.91
93
489
115
55
6.14
6.00
20
7.23
93.1
602
121
55
6.04
6.00
20
7.29
96.7
612
118
55
6.25
6.00
20
7.34
107
574
114
55
6.08
6.00
20
6.86
110
741
120
55
6.19
6.00
20
7.39
118
680
100
55
6.08
7
20
7.12
127
672
102
55
6.07
7
20
7.28
134
957
95
55
6.21
7.00
20
6.83
150
840
91
55
6.13
7.00
20
6.70
152
1011
99
55
6.16
7.00
20
7.18
159
780
110
55
6.15
8
20
6.89
284
1530
97
55
6.05
8
20
58
Lampiran 5. Grafik trend penggunaan koagulan alumunium sulfat tahun 2011 dengan parameter turbiditas
59
Lampiran 6. Grafik trend penggunaan koagulan alumunium sulfat tahun 2011 dengan parameter warna
60
Lampiran 7. Grafik trend penggunaan koagulan alumunium sulfat tahun 2012 dengan parameter turbiditas
61
Lampiran 8. Grafik trend penggunaan koagulan alumunium sulfat tahun 2012 dengan parameter warna
62
Lampiran 9. Tabel delta parameter air tahun 2011 Dosis
Air Baku
Jar Test
Delta
ppm
Turbidity
Warna
Turbidity
Warna
Warna
Turbiditas
50
76.3
542
6.85
20
522
69.45
50
82.0
610
6.10
20
590
75.90
50
79.7
604
5.62
20
584
74.08
50
58.4
429
4.51
20
409
53.89
50
55.0
401
6.85
20
381
48.15
50
58.5
452
6.50
20
432
52.00
50
56.4
439
5.96
20
419
50.44
50
50.6
411
5.66
20
391
44.94
50
43.0
338
6.70
20
318
36.30
50
42.5
342
4.71
20
322
37.79
50
52.4
417
5.94
20
397
46.46
50
42.9
340
6.70
20
320
36.20
50
55.7
466
5.92
20
446
49.78
50
49.1
397
5.89
20
377
43.21
50
43.1
354
6.27
20
334
36.83
50
52.7
476
6.36
20
456
46.34
50
47.5
371
7.02
20
351
40.48
50
59.7
496
6.49
20
476
53.21
50
45.8
373
6.00
20
353
39.80
50
36.7
328
6.28
20
308
30.42
50
40.3
351
6.17
20
331
34.13
50
60.2
400
5.75
20
380
54.45
50
59.7
398
5.34
20
378
54.36
50
58.6
392
5.97
20
372
52.63
50
55.1
492
6.08
20
472
49.02
50
44.9
338
5.70
20
318
39.20
50
52.7
401
6.82
20
381
45.88
50
41.0
319
6.50
20
299
34.50
50
38.7
297
6.00
20
277
32.70
50
43.9
392
5.91
20
372
37.99
50
37.4
289
6.00
20
269
31.40
50
39.7
308
6.30
20
288
33.40
50
41.9
364
6.41
20
344
35.49
50
37.4
293
4.91
20
273
32.49
50
36.5
273
5.70
20
253
30.80
50
38.2
284
4.93
20
264
33.27
50
38.2
284
4.93
20
264
33.27
50
40.8
322
5.35
20
302
35.45
63
50
39.7
297
5.20
20
277
34.50
50
44.3
364
6.02
20
344
38.28
50
42.5
349
3.57
20
329
38.93
50
40.0
394
5.70
20
374
34.30
50
44.9
415
5.12
20
395
39.78
50
51.8
396
5.82
20
376
45.98
50
62.1
421
4.89
20
401
57.21
50
47.2
378
6.00
20
358
41.20
50
49.7
412
5.51
20
392
44.19
50
48.2
409
5.69
20
389
42.51
50
44.9
365
6.50
20
345
38.40
50
46.2
372
4.97
20
352
41.23
50
45.7
364
5.21
20
344
40.49
50
48.1
387
6.00
20
367
42.10
50
98.1
612
5.98
20
592
92.12
50
59.6
532
5.87
20
512
53.73
50
63.3
505
6.50
20
485
56.80
50
52.1
402
6.50
20
382
45.60
50
59.3
512
5.66
20
492
53.64
52.00
43.9
358
6.40
20
338
37.50
52.00
50.6
396
6.75
20
376
43.85
52.00
48.7
412
6.21
20
392
42.49
53.00
69.1
531
3.37
20
511
65.73
53.00
57.6
499
4.92
20
479
52.68
53.00
48.8
371
7.00
20
351
41.80
53.00
49.2
398
3.75
20
378
45.45
53.00
44.7
361
4.05
20
341
40.65
53.00
44.2
377
7.50
20
357
36.70
53.00
47.9
414
4.28
20
394
43.62
53.00
43.6
357
4.97
20
337
38.63
53.00
46.2
411
5.22
20
391
40.98
53.00
52.7
498
5.14
20
478
47.56
53.00
47.8
392
5.14
20
372
42.66
53.00
51.9
482
4.81
20
462
47.09
53.00
52.7
498
5.16
20
478
47.54
53.00
39.1
330
4.22
20
310
34.88
53.00
39.8
337
4.97
20
317
34.83
50
34.8
292
6.10
20
272
28.70
50
39.7
412
5.72
20
392
33.98
50
38.1
392
5.26
20
372
32.84
50
30.6
254
5.20
20
234
25.40
55
38.7
406
4.16
20
386
34.54
55
40.9
405
4.96
20
385
35.94
64
50
35.2
287
4.10
20
267
31.10
55
32.8
276
4.00
20
256
28.80
55
39.7
312
4.21
20
292
35.49
50
30.7
275
5.00
20
255
25.70
52.5
31.1
265
3.02
20
245
28.08
52.5
35.8
364
4.76
20
344
31.04
50
33.7
352
5.24
20
332
28.46
50
36.7
382
5.81
20
362
30.89
50
32.1
274
3.54
20
254
28.56
50
34.9
325
4.73
20
305
30.17
50
42.9
476
5.18
20
456
37.72
50
33.1
254
5.2
20
234
27.90
50
40.8
335
3.92
20
315
36.88
50
38.4
304
3.61
20
284
34.79
50
36.1
288
5.75
20
268
30.35
50
39.5
316
5.44
20
296
34.06
50
35.1
285
5.27
20
265
29.83
50
41.2
372
4.91
20
352
36.29
50
447.0
398
5.02
20
378
441.98
50
36.4
297
3.24
20
277
33.16
50
37.2
301
5.26
20
281
31.94
50
43.5
348
4.80
20
328
38.70
50
35.3
283
4.20
20
263
31.10
50
50.1
365
4.91
20
345
45.19
50
41.8
328
4.00
20
308
37.80
50
34.0
277
4.40
20
257
29.60
50
35.2
305
4.97
20
285
30.23
50
42.6
326
5.10
20
306
37.50
55
31.3
252
4.00
20
232
27.30
55
37.8
330
5.83
20
310
31.97
55
45.1
347
4.00
20
327
41.10
55
34.6
280
4.10
20
260
30.50
55
47.9
374
3.42
20
354
44.48
55
37.5
297
4.00
20
277
33.50
55
42.9
334
7.10
20
314
35.80
55
46.0
345
5.31
20
325
40.69
55
33.2
273
5.76
20
253
27.44
55
44.1
339
4.85
20
319
39.25
55
49.8
375
4.22
20
355
45.58
55
33.3
282
3.20
20
262
30.10
55
44.2
325
4.44
20
305
39.76
55
45.7
351
4.27
20
331
41.43
55
39.2
309
4.24
20
289
34.96
65
55
43.8
336
5.20
20
316
38.60
55
44.9
341
5.02
20
321
39.88
55
52.7
398
5.12
20
378
47.58
55
47.4
356
4.69
20
336
42.71
55
52.3
381
5.00
20
361
47.30
55
46.4
352
5.14
20
332
41.26
55
51.9
387
5.44
20
367
46.46
55
44.4
336
4.70
20
316
39.70
55
38.7
297
3.61
20
277
35.09
55
49.8
387
4.82
20
367
44.98
55
43.6
338
3.80
20
318
39.80
55
33.7
275
4.13
20
255
29.57
55
49.8
428
4.26
20
408
45.54
50
43.9
335
3.04
20
315
40.86
55
31.4
266
4.70
20
246
26.70
55
44.1
327
5.94
20
307
38.16
55
43.5
329
7.20
20
309
36.30
55
31.4
255
4.00
20
235
27.40
55
42.6
314
6.21
20
294
36.39
56.7
4.6
397
5.82
20
377
-1.21
56.7
32.5
242
4.80
20
222
27.70
56.7
40.5
327
6.70
20
307
33.80
57.5
41.9
357
6.21
20
337
35.69
57.5
32.1
271
5.21
20
251
26.89
57.5
41.0
305
4.00
20
285
37.00
57.5
42.1
314
4.83
20
294
37.27
57.5
46.9
376
4.72
20
356
42.18
57.5
28.9
244
5.25
20
224
23.65
57.5
30.1
252
5.93
20
232
24.17
57.5
42.7
356
5.34
20
336
37.36
57.5
30.0
247
5.50
20
227
24.50
57.5
31.9
263
4.83
20
243
27.07
57.5
38.8
312
5.77
20
292
33.03
57.5
42.8
367
4.00
20
347
38.80
57.5
44.1
357
4.00
20
337
40.10
57.5
43.6
348
5.64
20
328
37.96
57.5
45.7
396
4.45
20
376
41.25
57.5
32.3
265
5.20
20
245
27.10
57.5
34.1
272
5.82
20
252
28.28
57.5
37.4
306
5.82
20
286
31.58
57.5
50.2
372
3.83
20
352
46.37
57.5
32.5
271
3.80
20
251
28.70
57.5
49.3
298
5.87
20
278
43.43
66
54.59
44.1
335
4.24
20
315
39.86
54.59
36.6
290
6.28
20
270
30.32
54.59
31.2
262
6.31
20
242
24.89
54.59
38.4
302
5.26
20
282
33.14
54.59
47.6
342
5.67
20
322
41.93
55.00
36.1
282
5.30
20
262
30.80
55.00
38.4
316
5.04
20
296
33.36
55.00
32.7
270
3.80
20
250
28.90
55.00
37.3
289
6.00
20
269
31.30
55.00
41.1
318
5.42
20
298
35.68
55.00
34.6
276
5.39
20
256
29.21
55.00
41.5
318
6.00
20
298
35.50
55.00
42.2
322
5.64
20
302
36.56
55.00
45.6
367
5.18
20
347
40.42
55.00
42.8
326
6.02
20
306
36.78
55.00
33.6
286
5.94
20
266
27.66
55.00
47.3
366
5.24
20
346
42.06
55.00
37.2
285
6
20
265
31.20
55
37.2
285
6.00
20
265
31.20
50
32.2
261
4.62
20
241
27.58
50
37.8
367
5.24
20
347
32.56
55
17.3
201
6.00
20
181
11.30
55
22.6
217
6.01
20
197
16.59
55
291
255
6.48
20
235
284.52
55
25.7
243
6.86
20
223
18.84
55
18.4
180
5.80
20
160
12.60
55
20.1
193
5.91
20
173
14.19
55
31.9
253
5.20
20
233
26.70
55
24.3
219
4.00
20
199
20.30
55
33.2
261
5.97
20
241
27.23
55
36.7
274
6.00
20
254
30.70
55
29.7
252
5.80
20
232
23.90
55
35.9
281
5.91
20
261
29.99
55
37.4
306
5.66
20
286
31.74
55
30.5
246
6.70
20
226
23.80
55
35.7
281
5.80
20
261
29.90
55
37.4
296
6.01
20
276
31.39
55
31.7
302
5.34
20
282
26.36
55
37.7
296
7.00
20
276
30.70
57.50
38.4
289
4.83
20
269
33.57
57.50
33.1
284
6.84
20
264
26.26
57.50
39.7
326
6.92
20
306
32.78
57.50
37.8
291
6.01
20
271
31.79
67
57.50
31.7
254
5.84
20
234
25.86
57.50
38.2
302
5.72
20
282
32.48
57.50
37.7
289
5.70
20
269
32.00
57.50
30.8
257
5.71
20
237
25.09
57.50
36.9
312
5.91
20
292
30.99
57.50
38.3
235
6.10
20
215
32.20
57.50
29.7
238
6.04
20
218
23.66
57.50
39.2
304
5.88
20
284
33.32
57.50
38.5
295
6.00
20
275
32.50
57.50
37.8
293
6.41
20
273
31.39
57.50
39.7
308
6.28
20
288
33.42
57.50
38.8
294
7.40
20
274
31.40
57.50
42.8
302
6.20
20
282
36.60
57.50
45.6
372
6.49
20
352
39.11
57.50
37.1
287
2.81
20
267
34.29
57.50
37.9
294
7.10
20
274
30.80
57.50
38.9
299
6.20
20
279
32.70
57.50
39.7
312
6.69
20
292
33.01
57.50
38.6
299
6.29
20
279
32.31
57.50
42
328
6.80
20
308
35.20
54.70
41.9
332
6.80
20
312
35.10
54.70
40.8
303
6.00
20
283
34.80
54.70
43.9
310
6.10
20
290
37.80
54.70
42.4
309
6.01
20
289
36.39
55.00
44.7
326
5.84
20
306
38.86
55.00
43.3
320
5.60
20
300
37.70
55.00
42.9
315
5.82
20
295
37.08
55.00
42.7
346
5.76
20
326
36.94
55.00
39.7
312
6.24
20
292
33.46
56.67
44.6
321
4.20
20
301
40.40
56.67
41.7
318
7.04
20
298
34.66
56.67
40.8
312
7.11
20
292
33.69
57.50
40
293
5.80
20
273
34.20
57.50
44.1
322
5.83
20
302
38.27
57.50
42.7
345
5.97
20
325
36.73
57.50
51.7
341
4.07
20
321
47.63
57.50
51.5
378
4.82
20
358
46.68
57.50
49.7
366
5.02
20
346
44.68
57.50
45.8
313
7.20
20
293
38.60
57.50
46.7
342
7.00
20
322
39.70
57.50
41.6
296
6.10
20
276
35.50
57.50
40.2
300
6.00
20
280
34.20
57.50
34.9
261
6.01
20
241
28.89
68
55.00
42.9
304
6.49
20
284
36.41
55.00
29.5
225
4.30
20
205
25.20
55.00
38.3
278
4.80
20
258
33.50
55.00
41.7
304
5.39
20
284
36.31
55.00
39.2
289
5.39
20
269
33.81
55.00
69
481
5.20
20
461
63.80
55.00
43.2
319
5.79
20
299
37.41
55.00
32.7
238
5.18
20
218
27.52
55.00
45.4
324
4.00
20
304
41.40
55.00
39
286
3.97
20
266
35.03
55.00
33.8
231
5.38
20
211
28.42
55.00
41.7
364
4.92
20
344
36.78
55.00
39.2
351
5.04
20
331
34.16
55.00
37.1
312
4.39
20
292
32.71
55.00
39.2
322
4.87
20
302
34.33
55.00
43.1
322
4.00
20
302
39.10
55.00
23
171
6.01
20
151
16.99
55.00
41.6
342
5.24
20
322
36.36
55.00
35.4
261
4.00
20
241
31.40
55.00
25.2
200
4.70
20
180
20.50
55.00
38.4
302
5.28
20
282
33.12
162.35
33
241
5.14
20
221
27.86
162.35
23.9
194
1.98
20
174
21.92
162.35
32.7
237
3.61
20
217
29.09
57.50
38.4
287
5.59
20
267
32.81
57.50
25.2
204
4.82
20
184
20.38
57.50
33.2
241
4.27
20
221
28.93
57.50
31.9
245
3.20
20
225
28.70
57.50
23.6
215
4.00
20
195
19.60
57.50
30.2
224
4.82
20
204
25.38
57.50
34.5
266
4.74
20
246
29.76
57.50
34.6
285
4.84
20
265
29.76
57.50
23
191
4.00
20
171
19.00
57.50
31.7
244
4.36
20
224
27.34
57.50
30.7
231
4.00
20
211
26.70
57.50
73.7
489
2.72
20
469
70.98
57.50
30.9
235
5.17
20
215
25.73
57.50
37.4
328
5.03
20
308
32.37
57.50
32.9
336
5.29
20
316
27.61
57.50
34.3
259
5.63
20
239
28.67
57.50
36.7
305
5.44
20
285
31.26
57.50
35.2
298
6.01
20
278
29.19
57.50
31.9
215
4.20
20
195
27.70
69
57.50
30.9
311
5.94
20
291
24.96
57.50
35.6
324
5.72
20
304
29.88
57.50
33.2
248
3.70
20
228
29.50
57.50
21.5
263
4.10
20
243
17.40
57.50
32.9
314
5.02
20
294
27.88
55.00
31.4
240
3.90
20
220
27.50
55.00
33.5
254
4.37
20
234
29.13
55.00
35.9
302
4.92
20
282
30.98
55
36.1
277
5.47
20
257
30.63
55
26.2
215
4.20
20
195
22.00
55
28.9
215
5.02
20
195
23.88
55
35.5
260
4.10
20
240
31.40
55
27.8
218
4.25
20
198
23.55
55
36.4
260
5.22
20
240
31.18
55
38.2
294
4.98
20
274
33.22
55
33.5
250
4.60
20
230
28.90
55
31.6
241
4.30
20
221
27.30
55
32.7
226
5.04
20
206
27.66
55
33.7
306
4.87
20
286
28.83
55
28.2
220
5.00
20
200
23.20
55
29.5
230
4.11
20
210
25.39
55
33.6
304
5.02
20
284
28.58
55
27.1
202
4.70
20
182
22.40
55
29.1
263
4.83
20
243
24.27
55
39.4
318
5.42
20
298
33.98
55
33.2
284
5.73
20
264
27.47
55
28.8
223
3.51
20
203
25.29
55
31.7
299
5.17
20
279
26.53
55
29.9
269
4.96
20
249
24.94
55
26.8
219
4.00
20
199
22.80
55
28.9
224
5.14
20
204
23.76
55
32.9
274
5.48
20
254
27.42
55
32.6
255
3.80
20
235
28.80
55
43
308
3.94
20
288
39.06
55
39.7
298
4.07
20
278
35.63
55
45.6
318
3.98
20
298
41.62
55
60.9
435
3.70
20
415
57.20
50
17.4
183
3.80
20
163
13.60
55
14
161
3.80
20
141
10.20
55
31.9
259
3.30
20
239
28.60
55
33.1
260
4.03
20
240
29.07
55
36.4
312
5.06
20
292
31.34
55
34.7
308
4.92
20
288
29.78
70
55
29.5
280
4.00
20
260
25.50
55
31.7
292
4.74
20
272
26.96
60
24
214
3.60
20
194
20.40
60
23.3
203
4.00
20
183
19.30
55
31.9
298
5.46
20
278
26.44
55
22.4
206
3.86
20
186
18.54
55
24.3
211
4.00
20
191
20.30
55
35
266
4.04
20
246
30.96
55
33.7
302
5.42
20
282
28.28
55
35.7
304
5.42
20
284
30.28
55
36.8
276
5.11
20
256
31.69
55
37.12
220
5.24
20
200
31.88
55
38.4
242
5.32
20
222
33.08
55
55.4
418
3.50
20
398
51.90
60
97
678
3.45
20
658
93.55
55
85.6
492
4.76
20
472
80.84
60
101
604
3.95
20
584
97.05
55
58.7
457
2.93
20
437
55.77
60
94.3
512
5.01
20
492
89.29
60
42.4
496
5.01
20
476
37.39
65
40
341
4.10
20
321
35.90
70
42.4
353
6.07
20
333
36.33
70
42
374
5.00
20
354
37.00
70
35.1
296
5.20
20
276
29.90
70
36.4
312
5.15
20
292
31.25
65
34.7
298
4.97
20
278
29.73
70
32.5
300
4.9
20
280
27.60
70
101
7.14
5
20
-12.86
96.00
106.67
83.6
626
5.42
20
606
78.18
106.67
107
692
4.70
20
672
102.30
106.67
71.7
507
5.20
20
487
66.50
131.67
89.3
512
5.74
20
492
83.56
131.67
97.4
568
5.28
20
548
92.12
131.67
77.4
518
5.79
20
498
71.61
140.00
53.6
475
5.72
20
455
47.88
140.00
43.8
373
5.02
20
353
38.78
140.00
59.7
404
5.79
20
384
53.91
148.33
31.5
312
4.83
20
292
26.67
148.33
64.7
385
3.10
20
365
61.60
148.33
27.3
305
7.22
20
285
20.08
165.00
25.6
288
4.70
20
268
20.90
165.00
25.2
281
6.11
20
261
19.09
165.00
49.3
426
6.08
20
406
43.22
71
190.00
20.6
304
5.60
20
284
15.00
190.00
23
296
5.64
20
276
17.36
190.00
32.7
344
5.78
20
324
26.92
195.00
192
277
5.40
20
257
186.60
195.00
23.6
330
4.10
20
310
19.50
195.00
29.7
410
4.97
20
390
24.73
140.00
25.9
390
3.92
20
370
21.98
140.00
42.6
408
5.00
20
388
37.60
140.00
20.5
376
5.02
20
356
15.48
100.00
19.3
394
5.50
20
374
13.80
100.00
22.7
412
5.65
20
392
17.05
100.00
21.2
404
5.65
20
384
15.55
100.00
35.7
472
5.07
20
452
30.63
110.00
30.9
435
5.76
20
415
25.14
110.00
21
332
5.20
20
312
15.80
115.00
18.6
328
5.71
20
308
12.89
115.00
27.9
312
2.97
20
292
24.93
120.00
22
343
6.92
20
323
15.08
115.00
23.2
339
6.84
20
319
16.36
120.00
38.6
45.7
6.26
20
25.7
32.34
120.00
42.9
536
6.78
20
516
36.12
120.00
39.3
486
6.81
20
466
32.49
120.00
17.9
186
6.84
20
166
11.06
120.00
21.9
308
6.24
20
288
15.66
120.00
20.1
281
5.47
20
261
14.63
120.00
18.3
269
5.74
20
249
12.56
120.00
27.4
302
5.38
20
282
22.02
115.00
37.4
417
4.03
20
397
33.37
115.00
19.9
400
3.13
20
380
16.77
115.00
35.4
413
4.22
20
393
31.18
70.00
89.2
603
4.00
20
583
85.20
70.00
49
407
5.40
20
387
43.60
70.00
38.7
346
4.36
20
326
34.34
70.00
34.7
345
5.74
20
325
28.96
75.00
31
303
3.13
20
283
27.87
75.00
28.4
310
5.96
20
290
22.44
80.00
33.9
365
5.26
20
345
28.64
70.00
12.8
186
4.00
20
166
8.80
70.00
12.8
176
4.00
20
156
8.80
75.00
13.4
192
5.84
20
172
7.56
75.00
19.7
204
5.62
20
184
14.08
80.00
14.5
196
5.00
20
176
9.50
80.00
18.6
248
4.27
20
228
14.33
72
80.00
26.4
312
5.04
20
292
21.36
80.00
24.2
256
4.70
20
236
19.50
80.00
20.8
239
4.66
20
219
16.14
70.00
20
230
5.22
20
210
14.78
80.00
95.2
746
5.46
20
726
89.74
80.00
53.5
445
5.62
20
425
47.88
85.00
54.5
447
4.83
20
427
49.67
85.00
67.8
512
5.24
20
492
62.56
85.00
47.6
418
4.20
20
398
43.40
85.00
66.2
554
6.54
20
534
59.66
85.00
44.9
415
4.52
20
395
40.38
85.00
41
388
3.90
20
368
37.10
85.00
43.4
401
3.53
20
381
39.87
85.00
37.1
351
6.31
20
331
30.79
85.00
73.1
531
4.00
20
511
69.10
85.00
43.8
363
3.18
20
343
40.62
100.00
96.2
772
7.16
20
752
89.04
95.00
83.6
519
5.40
20
499
78.20
95.00
36.8
297
5.20
20
277
31.60
90.00
32.4
286
5.61
20
266
26.79
90.00
36.4
312
5.74
20
292
30.66
85.00
23.6
243
4.80
20
223
18.80
85.00
30.6
267
5.86
20
247
24.74
80.00
29.3
283
5.65
20
263
23.65
80.00
18.6
232
4.40
20
212
14.20
80.00
20.7
245
4.92
20
225
15.78
80.00
17.7
204
4.31
20
184
13.39
80.00
52.9
471
5.34
20
451
47.56
80.00
15.3
192
5.20
20
172
10.10
80.00
14.4
175
5.39
20
155
9.01
80.00
31.8
295
5.68
20
275
26.12
80.00
18.7
239
5.75
20
219
12.95
85
29.3
281
5.89
20
261
23.41
85
31.2
329
6.21
20
309
24.99
90
33.7
318
5.99
20
298
27.71
70
10.4
147
3.24
20
127
7.16
80
25.1
286
7.42
20
266
17.68
90
37.4
312
5.26
20
292
32.14
85
31.8
311
4.90
20
291
26.90
85
32.6
324
5.61
20
304
26.99
85
31.4
341
5.11
20
321
26.29
85
32.5
330
5.00
20
310
27.50
85
30.6
317
5.64
20
297
24.96
73
85
29.1
327
5.19
20
307
23.91
85
31
354
6.71
20
334
24.29
80
24.5
290
3.86
20
270
20.64
85
25.5
327
4.83
20
307
20.67
85
39.9
336
5.92
20
316
33.98
85
30
265
4.80
20
245
25.20
90
34.9
334
5.04
20
314
29.86
90
36.7
372
5.12
20
352
31.58
90
19.4
249
5.50
20
229
13.90
90
36.2
349
5.48
20
329
30.72
90
26.8
344
5.87
20
324
20.93
85
32.2
341
5.71
20
321
26.49
90
27.5
339
5.10
20
319
22.40
90
28.9
353
5.64
20
333
23.26
85
31.9
367
5.24
20
347
26.66
90
262
325
4.20
20
305
257.80
90
27.6
331
4.84
20
311
22.76
85
26
337
5.42
20
317
20.58
90
31.3
357
5.35
20
337
25.95
85
27.1
322
5.51
20
302
21.59
85
16.6
250
5.64
20
230
10.96
75
21.9
226
4.77
20
206
17.13
75
10.2
135
4.21
20
115
5.99
80
14.3
213
5.19
20
193
9.11
90
32.7
341
6.40
20
321
26.30
97.17
23.3
304
3.80
20
284
19.50
97.17
17.3
225
5.17
20
205
12.13
97.17
17.6
243
4.98
20
223
12.62
160.00
16.1
204
4.00
20
184
12.10
160.00
15.1
198
5.87
20
178
9.23
160.00
20.6
231
5.77
20
211
14.83
170.00
23.4
237
5.14
20
217
18.26
170.00
14.5
214
4.80
20
194
9.70
170.00
25
229
4.61
20
209
20.39
178.33
29.3
262
4.76
20
242
24.54
178.33
20.3
229
4.00
20
209
16.30
178.33
19.6
226
5.41
20
206
14.19
180.00
56.7
435
4.69
20
415
52.01
180.00
50.6
381
4.50
20
361
46.10
180.00
46.7
335
4.00
20
315
42.70
185.00
35.8
298
4.41
20
278
31.39
185.00
39.2
316
4.60
20
296
34.60
185.00
47.6
360
4.50
20
340
43.10
74
185.00
84
556
5.61
20
536
78.39
185.00
109
856
4.39
20
836
104.61
185.00
64.2
441
4.10
20
421
60.10
80
59.9
435
4.62
20
415
55.28
85
43.5
339
4.16
20
319
39.34
75
46.7
346
5.45
20
326
41.25
70
46.4
341
4.67
20
321
41.73
70
47
374
5.17
20
354
41.83
70
44.9
353
4.83
20
333
40.07
65
33.7
279
4.00
20
259
29.70
55
17.2
192
5.42
20
172
11.78
55
14.5
159
5.63
20
139
8.87
60
12.2
132
4.70
20
112
7.50
60
11.6
145
4.22
20
125
7.38
60
9.63
109
4.26
20
89
5.37
60
13.9
174
4.32
20
154
9.58
60
8.25
108
4.70
20
88
3.55
60
10.9
126
5.22
20
106
5.68
60
13.6
142
4.98
20
122
8.62
60
9.99
107
4.40
20
87
5.59
60
10.1
122
4.50
20
102
5.60
60
12.3
147
5.01
20
127
7.29
60
8.11
86
5.00
20
66
3.11
60
11.2
127
4.91
20
107
6.29
60
9.04
108
4.96
20
88
4.08
60
12.3
129
4.80
20
109
7.50
70
26
257
4.00
20
237
22.00
70
24.6
226
4.11
20
206
20.49
70
25.7
282
5.12
20
262
20.58
70
30.6
316
6.00
20
296
24.60
70
45.9
408
6.61
20
388
39.29
70
49.3
374
3.06
20
354
46.24
70
51.8
396
4.73
20
376
47.07
70
36.4
373
5.27
20
353
31.13
70
40.4
381
5.31
20
361
35.09
70
39.6
395
5.12
20
375
34.48
70
47
419
4.7
20
399
42.30
75
49.2
422
4.62
20
402
44.58
75
175
1090
4.92
20
1070
170.08
75
Lampiran 10. Data probabilitas 90%
Bulan
Organik
Turbiditas
Warna
Dosis
Januari
43.2
9.28
21.54
92.02
Februari
43.41
8.77
21.26
69.21
Maret
35.79
7.23
21.16
67.71
April
35.03
6.62
21.32
70.73
Mei
38.65
6.57
21.75
76.13
Juni
39.73
7.04
21.68
79.7
Juli
34.42
6.8
21.58
76.64
Agustus
29.57
6.35
21.27
69.92
September
35.44
6.3
22.02
83.88
Oktober
35.32
6.52
21.44
85.31
November
46.03
8.42
22
107.43
Desember
44.33
17.63
21.26
93.75
76