EVALUASI KESESUAIAN LAHAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI BUDIDAYA TAMBAK UDANG PT. INDONUSA YUDHA PERWITA
Aninda Wisaksanti Rudiastuti
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “EVALUASI KESESUAIAN LAHAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI BUDIDAYA TAMBAK UDANG PT. INDONUSA YUDHA PERWITA” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir dari tesis ini.
Bogor, Agustus 2011
Aninda Wisaksanti Rudiastuti
C552080091
RINGKASAN
ANINDA W. RUDIASTUTI. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Pengembangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita. Dibimbing oleh JONSON L. GAOL dan EDDY SUPRIYONO. Pemilihan lokasi adalah kepentingan mendasar untuk menunjang keberhasilan budidaya. Evaluasi kesesuaian lahan tambak PT. IYP yang masih aktif berproduksi, didasarkan pada ketiadaan informasi kesesuaian lahan, dan banyaknya tambak di Pantura Jawa yang telah gagal serta menyebabkan kerusakan lingkungan. Pengembangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang dilakukan untuk mendukung modernisasi pengelolaan data budidaya tambak PT. IYP. Dalam manajemen budidaya, data teknis berperan penting, sehingga diperlukan proses penanganan yang ringkas dan cepat untuk mendukung proses evaluasi sebagai langkah sehat yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Evaluasi dipermudah oleh sistem informasi yang berperan sebagai media penyimpan, pengaman dan pengolah data budidaya tambak menjadi informasi, sehingga mampu mendukung proses pengambilan keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan tambak PT. IYP, mengembangkan sistem informasi pengelolaan budidaya tambak, dan menganalisis hubungan kesesuaian lokasi usaha dan keberhasilan operasional budidaya tambak Evaluasi kesesuaian lahan tambak PT. IYP dilakukan dengan pembobotan dan pengharkatan pada multikriteria biofisik dan peraturan mengenai kawasan sempadan pantai. Perancangan sistem informasi diawali dengan analisis terhadap kebutuhan, kemudian dilakukan implementasi dari hasil rancangan sistem informasi dengan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0. Data budidaya dituangkan dalam database dengan model data relasional, dan dikelola dengan menggunakan MySQL. Sistem informasi yang dibangun memiliki aktivitas input data, pemrosesan, dan menghasilkan output berupa informasi dalam bentuk grafik dan tabel. Proses input dan output diawali dengan pemilihan kolam sebagai identitas spasial data budidaya. Pemrosesan data yang dilakukan dalam sistem informasi ini adalah operasi matematis atau kalkulasi, akumulasi data deret waktu, dan perbandingan data antar kolam. Hasil evaluasi kesesuaian lahan menggambarkan bahwa secara biofisik, lahan tambak PT. IYP terletak dalam kelas “sangat sesuai” dan “cukup sesuai”. Luasan lahan tambak yang berada dalam kelas “sangat sesuai” adlah seluas 11,71 ha (51,26 %) dan kelas “cukup sesuai 11,13 ha (48,74%). Berdasarkan peraturan perlindungan kawasan pesisir yang tertuang dalam Keppres 32/ 1990, lahan tambak PT. IYP kategori kelas “cukup sesuai” berada pada kawasan sempadan pantai. Batas utara lahan tambak PT. IYP berada pada garis pantai dan tidak memiliki jalur hijau selebar 200 m. Kurang tepatnya lokasi menyebabkan tambak terkena dampak abrasi secara terus menerus. Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP dibangun untuk mendukung manajemen yang sehat, terutama pengelolaan data budidaya secara otomatis yang dibutuhkan sebagai tool untuk memudahkan proses evaluasi keberhasilan budidaya . Fungsi utama sistem informasi yang dikembangkan adalah memasukkan data (input), mengolah data, serta menghasilkan output. Proses input data dibagi menjadi input formasi data dan input data budidaya. Input formasi data bertujuan untuk mendefinisikan jenis dan kelompok data yang memiliki kemungkinan untuk diperbaharui dan penggunaannya berulang. Input
data budidaya dikelompokkan menjadi data kualitas air, data plankton, data pakan, data sampling, data panen. Pemrosesan data dalam sistem informasi mencakup akumulasi data deret waktu, perbandingan antar kolam, dan operasi matematis atau penghitungan dengan formula. Proses akumulasi data deret waktu bertujuan untuk memantau fluktuasi data budidaya khususnya kualitas air (pH, salinitas, DO), perbandingan data antar kolam atau secara spasial dilakukan untuk mengevaluasi kondisi budidaya beberapa kolam produksi (perbandingan padat tebar, hasil panen atau pertumbuhan bobot udang). Operasi matematis atau penggunaan formula digunakan untuk menghasilkan informasi mengenai padat tebar, survival rate (SR), feeding convertion ratio (FCR), hasil sampling, total pakan harian, akumulasi jumlah pakan, pertumbuhan bobot udang harian (ADG), dan nilai produksi/ ha dalam waktu singkat. Kemampuan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP dalam efisiensi pengolahan data menjadikannya sebagai tool yang efektif dalam proses evaluasi dan pengambilan keputusan. Perbedaan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP dengan metode pengelolaan data secara manual terletak pada beberapa hal yang sekaligus menjadi keunggulan yakni penyimpanan data yang ringkas dalam satu database, sistem informasi dapat bersifat statis dan dinamis, kemudahan dan efisiensi waktu dalam proses updating, manipulasi, penelusuran, serta pengolahan data budidaya menjadi output yang mudah diinterpretasi oleh user, fleksibilitas penggunaan data, kemudahan transmisi data, dan tersedianya fungsi pengamanan data. Variasi nilai produksi tambak PT. IYP yang dapat ditampilkan secara cepat pada sistim informasi menunjukkan bahwa produksi kolam tambak PT. IYP pada Blok 1 dan 4 lebih rendah dari kolam pada Blok 2 dan 3. Berdasarkan evaluasi kesesuaian lahan, tambak pada Blok 2 dan 3 berada pada kelas “sangat sesuai” sedangkan Blok 1 dan 4 berada pada kelas “cukup sesuai”. Kesesuaian wilayah usaha tambak berpengaruh terhadap hasil produksi yang dicapai. Pemanfaatan informasi kesesuaian lahan tambak serta pengelolaan data budidaya melalui sebuah sistem informasi yang sekaligus berperan sebagai decision making tools, diharapkan dapat memperbaiki kinerja tambak dan meningkatkan hasil produksi usaha tambak.
ABSTRACT ANINDA WISAKSANTI RUDIASTUTI. Land Suitability Evaluation and Shrimp Culture Information System Development of PT. Indonusa Yudha Perwita. Supervised by JONSON LUMBAN GAOL AND EDDY SUPRIYONO. Utilization of GIS excess in land suitability analysis and Shrimp Culture Information System development of PT Indonusa Yudha Perwita (PT. IYP) are based on the absence of land suitability information and the lack of computerized data management. The study is designed to evaluate land suitability of PT. IYP’s ponds, to develop information system for aquaculture data management, and to analyze relation of land suitability of ponds and aquaculture operational success. The analysis of land suitability is performed by using multicriteria biophysical, and constraint factors like legislation to protect mangroves as buffer zone along coastline. Information system is built through requirement analysis stages, system design, and system development. The result of land suitability analysis is that 11.13 ha ponds area of PT. IYP located in moderately suitable class, and the rest 11.71 ha is very suitable. Due to government regulation in Keppres no. 32/ 1990, the moderately suitable area is designated as coastal greenbelt of mangrove. Shrimp Culture Information System of PT. IYP is able to provide efficiency, especially in time and data storage. Its capability in data processing, including, spatial comparison, temporal variation, and algebra application (FCR, SR, ADG, etc.), provides efficiency in evaluating shrimp culture activities. Lower yield from ponds locating on moderately suitable area than that from ponds in very suitable land is revealed as relation land suitability of PT. IYP to its production value. Keywords: GIS, Land Suitability, Shrimp Culture Information System
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang- undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 3 Juni 1985 dari ayah Ir. Thomas Aquinas Gatot R., MM dan ibu Ir. Astuti Nurtjahyati. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan sarjana ditempuh di program studi Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, dan lulus pada tahun 2008. Penulis bekerja sebagai staf laboratorium Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, sejak tahun 2008.
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI BUDIDAYA TAMBAK UDANG PT. INDONUSA YUDHA PERWITA
Aninda Wisaksanti Rudiastuti
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Mayor Teknologi Kelautan
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
: Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Pengembangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita
Nama
: Aninda Wisaksanti Rudiastuti
NRP
: C552080091
Mayor
: Teknologi Kelautan (TEK)
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Jonson L.Gaol, M.Si Ketua
Dr. Ir. Eddy Supriyono, M.Sc Anggota
Diketahui,
Ketua Mayor
Dr. Ir. Djisman Manurung, M.Sc
Tanggal Ujian: 25 Agustus 2011
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr
Tanggal Lulus:
Penguji Luar Komisi : Dr. Ir. Vincentius P. Siregar, DEA
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah berjudul “Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Pengembangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita” berhasil diselesaikan. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Mayor Teknologi Kelautan, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Bapak Dr. Ir. Jonson L. Gaol, M.Si selaku ketua komisi pembimbing atas segala ilmu, bimbingan, arahan, tuntunan, saran dan motivasi selama masa perkuliahan, penelitian, penyusunan hingga penulisan tesis. 2. Bapak Dr. Ir. Eddy Supriyono, M.Sc selaku anggota komisi pembimbing atas setiap ilmu khususnya di bidang budidaya, bimbingan, saran, arahan dan motivasi selama penelitian, penyusunan dan penulisan tesis. 3. Bapak Dr. Ir. Vincentius P. Siregar, DEA selaku dosen dan penguji luar komisi atas ajaran, saran serta masukkan dalam penulisan tesis. 4. Bapak Dr. Ir. Djisman M. Manurung, M.Sc selaku koordinator mayor Teknologi Kelautan yang telah memberikan masukkan dalam penulisan tesis 5. Bapak Prof. Dr. Enang Harris atas informasi dan saran mengenai lokasi penelitian 6. Bapak Dilip Sathyanathan, pengelola tambak PT. Indonusa Yudha Perwita, yang bersedia memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian, dan memberikan pengetahuan serta data mengenai budidaya tambak yang sangat penting dalam menunjang penulisan tesis.
7. Bapak Anung, selaku pengelola administrasi tambak PT. Indonusa Yudha Perwita. 8. Bapak Chris Ferdian Z. atas segala bantuan, bimbingan dan masukkan dalam menyelesaikan rancangan sistem informasi budidaya tambak. 9. Orang tua tercinta Th. Aq. Gatot R dan Astuti Nurtjahyati, serta adik- adik penulis Cecilia Dinda dan Severianus Sony, atas segala doa, cinta dan kasih sayang, perhatian, motivasi, kebersamaan serta dukungan atas segala hal dalam kehidupan. 10. Teman- teman yang telah memberikan banyak dukungan, bantuan, dan saran dalam proses penelitian dan penulisan tesis ini, khususnya Anggi Afif Muzaki, Daniel Siahaan, Indra Verdian Karif, I. Rizki, Abie Ariyo, Yohan S.,Fina Mariany, dan Mbak Mufida. Motivator dan pemberi semangat, Franky Hamonangan Sitinjak. 11. Rekan mayor Teknologi Kelautan angkatan 2008, Pak Paharuddin, Pak Vito Yuwono, Pak Yuliyanto, Pak Jusron Ali R., Pak Aguinaldo Hendrik Suikeno, Pak Juni W., Zulham, atas motivasi dan dukungannya. 12. Keluarga besar Sekolah Pasca Sarjana Mayor Teknologi Kelautan 2008 atas pengalaman, kebersamaan, dan persahabatan selama masa studi. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu di bidang kelautan dan perikanan.
Bogor, Agustus 2011
Aninda Wisaksanti Rudiastuti
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ...................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ............................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xix I.
PENDAHULUAN ........................................................................ 1 1.1 Latar belakang ...................................................................... 1 1.2 Perumusan masalah ............................................................. 2 1.3 Tujuan penelitian................................................................... 3 1.4 Manfaat penelitian ................................................................. 4
II.
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 5 2.1 Budidaya tambak .................................................................. 5 2.2 Sistem budidaya tambak udang intensif ................................ 5 2.3 Udang vannamei ................................................................... 6 2.3.1 Klasifikasi udang vannamei ......................................... 7 2.4 Pengembangan lokasi budidaya tambak di pesisir ............... 8 2.5 Kesesuaian lokasi usaha tambak .......................................... 9 2.5.1 Sumber air dan kualitasnya .......................................... 10 2.5.2 Karakteristik tanah ....................................................... 11 2.5.3 Topografi ...................................................................... 12 2.5.4 Curah hujan ................................................................. 13 2.5.5 Pasang surut ................................................................ 13 2.6 Data ..................................................................................... 14 2.7 Informasi .............................................................................. 14
xiii
2.8 Database ............................................................................. 15 2.8.1 Database relasional..................................................... 15 2.9 Sistem informasi .................................................................. 16 2.10 Sistem Informasi Geografis ................................................. 17 2.10.1 Komponen SIG ........................................................ 18 2.10.2 Format data SIG ...................................................... 19 2.11 SIG dalam akuakultur .......................................................... 20 III. METODOLOGI ........................................................................... 23 3. 1 Waktu dan lokasi penelitian .................................................. 23 3.2 Alat dan data penelitian ........................................................ 23 3.3 Metode pengumpulan data................................................... 23 3.4 Metode penelitian ................................................................. 29 3.4.1 Data spasial ................................................................ 29 3.4.2 Data kualitas air pesisir ............................................... 29 3.4.3 Data kualitas sumber air budidaya .............................. 29 3.4.4 Data budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita ... 30 3.5 Metode pengolahan dan analisis data ...................................
30
3.5.1 Evaluasi kesesuaian lahan tambak PT. Indonusa Yudha Perwita.............................................................. 31 3.5.2 Pengembangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP...............................................
33
3.5.2.1 Pembentukan database...................................
33
3.5.2.2 Perancangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP...................................
34
3.5.2.3 Evaluasi Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP.................................... 40 3.5.3 Pemanfaatan sistem informasi dalam pengkajian kesesuaian lahan dengan keberhasilan operasional budidaya tambak PT.Indonusa Yudha Perwita ........... 40
xiv
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 43 4.1 Deskripsi umum wilayah pesisir Indramayu.......................... 43 4.2 Tambak udang PT. Indonusa Yudha Perwita ....................... 43 4.2.1 Sejarah singkat tambak PT. Indonusa Yudha Perwita ........................................................................ 44 4.2.2 Kegiatan budidaya udang vannamei di PT. Indonusa Yudha Perwita ............................................................. 44 4.2.3 Tahapan kegiatan budidaya udang vannamei ............. 46 4.3 Karakteristik biofisik pesisir Kecamatan Patrol, Indramayu .. 53 4.4 Kesesuaian lahan budidaya tambak di kecamatan Patrol .... 55 4.5 Evaluasi kesesuaian lahan tambak PT. Indonusa Yudha Perwita................................................ 58 4.6 Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP ............ 64 4.6.1 Aktivitas Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP ....................................................................... 66 4.6.2 Evaluasi Sistem Budidaya Tambak Udang PT. IYP ....................................................................... 78 4.7 Pemanfaatan sistem informasi dalam pengkajian kesesuaian lahan dengan keberhasilan operasional tambak PT. Indonusa Yudha Perwita................................................ 81 V. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................ .. 83 5.1 Simpulan ............................................................................ .. 83 5.2 Saran ................................................................................ .. 84 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 85 LAMPIRAN ....................................................................................... 90
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
1.
Kualitas air tambak udang ........................................................
11
2.
Hubungan antara tekstur tanah dengan kelayakannya sebagai lahan tambak ..............................................................
12
3.
Alat penelitian ..........................................................................
26
4.
Data penelitian .........................................................................
26
5.
Matriks kesesuaian lahan budidaya tambak .............................
32
6. Pemrosesan data budidaya dalam Sistem Informasi Pengelolaan Budidaya Tambak PT. IYP (a) dan (b)...................
38
7.
Jadwal kegiatan harian dalam kegiatan budidaya ....................
51
8.
Luas kelas kesesuaian lahan tambak PT. IYP .........................
58
9.
Faktor penyusun kesesuaian lahan tambak PT. IYP ................
58
10. Perbedaan pengelolaan data secara manual dan dengan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT.IYP .................
79
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.
Diagram alir perumusan masalah ............................................
4
2.
Udang vannamei (L.vannamei) ................................................
8
3.
Data, proses dan informasi ......................................................
14
4.
Kunci primer dan kunci asing dalam hubungan antar relasi .....
16
5.
Komponen sistem informasi dalam aktivitas sistem informasi ..
17
6.
Skema proses perencanaan dengan SIG ................................
18
7.
Komponen Sistem Informasi Geografis ....................................
19
8.
Tipe data Sistem Informasi Geografis ......................................
20
9.
Lokasi penelitian ......................................................................
24
10. Peta tata letak tambak PT. Indonusa Yudha Perwita ...............
25
11. Skema integrasi seluruh kriteria dan faktor pembatas dalam penentuan kesesuaian lahan budidaya tambak .......................
33
12. Format tabel data budidaya dalam database tambak PT. IYP ....................................................................................
35
13. Diagram ER Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP ....................................................................................
36
14. Aktivitas sistem informasi pengelolaan budidaya tambak PT. IYP ....................................................................................
39
15. Diagram alir penelitian .............................................................
41
16. Kolam dalam masa pembuangan air dan pengeringan (a), Saluran pembuangan di tengah kolam (b)..................................
48
17. Proses pemasangan kincir..........................................................
49
18. Vitamin udang dalam masa pembesaran di tambak PT. IYP (a) Wheat Gluten, TOP S, Pro 2; (b) BioVit Aquatic...................
51
19. Kesesuaian lahan tambak Kecamatan Patrol, Indramayu ........
57
20. Kesesuaian lokasi tambak PT. Indonusa Yudha Perwita berdasarkan faktor biofisik .......................................................
59
xvii
21. Kesesuaian lokasi tambak PT. Indonusa Yudha Perwita berdasarkan faktor biofisik dan peraturan perlindungan kawasan pesisir .......................................................................
61
22. Kondisi bagian depan tambak yang terkikis abrasi.....................
63
23. Sistem Informasi Pengelolaan Budidaya Tambak PT. IYP .......
65
24. Alur proses input dan output Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP..............................................................
66
25. Layar menu input formasi data dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita............
68
26. Menu input lima jenis data budidaya dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita............
70
27. Evaluasi proses budidaya periode Maret- Juli 2009 menggunakan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP ...........................................................
73
28. Evaluasi data kualitas air budidaya periode Maret- Juli 2009 berdasarkan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP .........................................................................
75
29. Grafik fluktuasi hasil produksi dari kolam tambak PT. Indonusa Yudha Perwita .........................................................................
77
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
Stasiun pengambilan data kualitas air pesisir Kabupaten Indramayu................................................................................
91
Stasiun pengambilan data kualitas sumber air budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita .......................................
92
Metode pengukuran dan foto alat pengambilan data kualitas air ...............................................................................
93
4.
Peta awal tambak PT. Indonusa Yudha Perwita ......................
99
5.
Kualitas sumber air tawar dan air laut budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita ...................................................
99
6.
Peta garis pantai dan buffer jarak dari pantai ..........................
100
7.
Tabel data dan peta sebaran salinitas pesisir ..........................
101
8.
Peta aliran sungai di Kecamatan Patrol ...................................
103
9.
Data curah hujan .....................................................................
104
10. Peta penggunaan lahan (Landuse) Kecamatan Patrol ..............
105
11. Peta kualitas tanah Kecamatan Patrol .....................................
105
12. Peta aksesibilitas dan buffer jalan ............................................
107
13. Grafik ramalan pasang surut air laut di stasiun Cirebon ...........
107
14. Peta kesesuaian lahan Kecamatan Patrol dengan faktor pembatas .................................................................................
108
15. Panduan penggunaan Sistem Informasi BudidayaTambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita ........................................
109
16. Tabel output Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita ..................................................
133
17. Tabel hasil produksi kolam tambak PT. Indonusa Yudha Perwita ....................................................................................
135
2.
3.
xix
1
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Usaha budidaya udang di Indonesia diawali dengan budidaya udang windu (Penaeus monodon) dan udang putih (Penaeus merguiensis). Introduksi udang vannamei dilakukan pertama kali pada tahun 2001. Introduksi udang vannamei dilakukan dengan maksud membangkitkan kembali usaha pertambakan udang karena budidaya udang windu masih banyak menemui kendala. Udang vannamei dipilih sebagai komoditi budidaya salah satunya adalah karena sifat Spesific Patogen Free (SPF). Hasil produksi budidaya udang vannamei menurut data statistik perikanan tahun 2009 dalam Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2009) mencapai 170.969 ton dan merupakan jenis udang dengan tingkat produksi tertinggi dibandingkan dengan jenis udang lainnya. Usaha budidaya tambak tersebar hampir diseluruh daerah pesisir dengan tingkat pemanfaatan yang berbeda. Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2005), tingkat pemanfaatan lahan di Jawa Barat untuk budidaya air payau mencapai taraf 91,11%. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2009) hingga tahun 2009 tingkat pemanfaatan lahan untuk tambak di Indonesia mencapai 606.680 ha atau 57,91% dari seluruh lahan budidaya. Budidaya
tambak
memiliki
komponen
keruangan
serta
karakteristik biofisik dan sosial ekonomi dari setiap lokasi.
perbedaan
Banyak usaha
budidaya tambak intensif belum memanfaatkan kelebihan sistem informasi geografis dalam melakukan pemilihan lokasi dan pengelolaan budidaya, dimana hal tersebut penting dilakukan untuk menghindari kegagalan usaha. Kebutuhan informasi spasial bagi pengambil keputusan untuk mengevaluasi karakteristik biofisik dan sosial ekonomi sebagai bagian dari perencanaan pengelolaan budidaya, dilayani dengan baik oleh Sistem Informasi Geografis (Kapetsky dan
2
Travaglia 1995). Kelebihan SIG sebagai sistem informasi berbasis keruangan pun dapat digunakan sebagai dasar dalam membangun sistem informasi pengelolaan budidaya. Sistem informasi pengelolaan budidaya tambak udang dapat
memudahkan
proses
manajemen
dan
evaluasi
budidaya
untuk
pengambilan keputusan. 1.2
Perumusan masalah Keberadaan usaha budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita (PT.IYP)
di pesisir kecamatan Patrol, menimbulkan pertanyaan mengenai kesesuaian lahan dan proses pengelolaan data kegiatan budidaya dalam usaha tambak yang masih berproduksi. Hal tersebut didasarkan pada kondisi tambak di Pantai Utara Jawa yang sebagian besar telah mengalami kegagalan dan menyebabkan kerusakan lingkungan, khususnya di pesisir Indramayu yang terkena abrasi (Bapeda Indramayu 2007). Evaluasi kesesuaian lahan terhadap tambak yang masih berproduksi berkaitan dengan pernyataan Pillay dan Kutty (2005) yakni untuk keberhasilan usaha budidaya, maka pemilihan lokasi menjadi suatu kepentingan yang mendasar. Evaluasi dilakukan untuk mengkaji pengaruh kesesuaian lokasi terhadap keberhasilan produksi yang telah dicapai. Proses evaluasi dilakukan dengan memanfaatkan kelebihan Sistem Informasi Geografis (SIG).
Sistem Informasi Geografis telah banyak digunakan dalam proses
pemilihan lokasi budidaya tambak (Salam dan Ross 2000; Nath et al. 2000; Salam et al. 2003). Fungsi SIG adalah sebagai uji dasar dalam mempelajari lingkungan dan memungkinkan manajer menguji konsekuensi dari berbagai langkah sebelum terjadi kesalahan pengambilan keputusan (Kapetsky dan Travaglia 1995). Pengetahuan yang kurang memadai tentang area potensial sering menjadi hambatan pembangunan akuakultur yang rasional dan berjangka waktu panjang (Aguilar-Manjarrez dan Ross 1993).
3
Manajemen budidaya mencakup semua aspek teknis, seperti penggunaan air dan kualitasnya, komoditi budidaya, proses produksi, hingga identifikasi dan pemecahan masalah produksi. Penanganan data budidaya secara konvensional menyebabkan proses evaluasi data membutuhkan waktu lama. Hal tersebut tentunya cukup menghambat, mengingat evaluasi bukanlah hal utama yang sangat diperlukan, namun merupakan suatu langkah sehat yang sangat membantu dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas (Meade 1989). Proses evaluasi terhadap kegiatan budidaya akan dipermudah dengan adanya suatu sistem informasi. Sistem informasi berperan sebagai pengaman data dari setiap kolam tambak, dan sebagai alat pemroses data budidaya menjadi suatu informasi yang mendukung proses pengambilan keputusan. Penggunaan SIG untuk mengevaluasi kembali suatu lokasi budidaya tambak, sekaligus sebagai acuan dalam pengelolaan data budidaya belum banyak dilakukan, sehingga perlu dicoba untuk diterapkan pada tambak yang masih berproduksi. Selama menjalankan proses produksi, PT. IYP belum memiliki informasi mengenai kesesuaian lahan untuk lokasi tambaknya, selain itu, metode pengelolaan data budidaya pun masih dilakukan secara manual. Perumusan masalah dituangkan dalam diagram alir pada Gambar 1. 1.3 Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: -
Mengevaluasi kesesuaian lokasi budidaya tambak udang PT. IYP
-
Mengembangkan sistem pengelolaan data budidaya tambak PT. IYP
-
Menggunakan sistem informasi dalam pengkajian kesesuaian lahan dan keberhasilan operasional budidaya tambak PT. IYP
4
1.4 Manfaat penelitian Manfaat yang dapat diperoleh adalah : -
Informasi kesesuaian lokasi budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita
-
Sistem informasi pengelolaan budidaya tambak yang dihasilkan dapat digunakan sebagai tool dalam manajemen, evaluasi, serta early warning system usaha budidaya tambak.
Tambak PT. IYP Manajemen data budidaya dilakukan secara konvensional Hasil evaluasi kesesuaian lahan?
Tidak sesuai
Kendala dalam proses evaluasi kegiatan budidaya
Pengelolaan data budidaya dalam bentuk sistem informasi
Sesuai
Hubungan kesesuaian lokasi terhadap hasil produksi sebagai ukuran keberhasilan operasional
Output dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan operasional tambak
Gambar 1. Diagram alir perumusan masalah
5
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budidaya tambak Budidaya tambak merupakan kegiatan pemeliharaan untuk memperbanyak (reproduksi), menumbuhkan serta meningkatkan mutu biota akuatik di dalam suatu kolam, dan agar dapat diperoleh suatu hasil yang optimal maka perlu disiapkan suatu kondisi tertentu yang sesuai bagi komoditas yang akan dipelihara (Effendi 2009). Dahuri et al. (1997) menyatakan bahwa agar budidaya perairan dapat berkelanjutan dan optimal, maka pemilihan lokasi harus dilakukan secara benar dan menurut pada kaidah- kaidah ekologis dan ekonomi. 2.2 Sistem budidaya tambak udang intensif Sistem budidaya udang yang diterapkan di Indonesia ada beberapa tingkatan yaitu tradisional, semi intensif dan sistem intensif. Perbedaan yang menonjol dari ketiga tingkatan tersebut adalah pada segi pengaturan lingkungan hidup, jenis pakan, padat tebar, modal dan luas lahan, serta pengendalian hasil. Budidaya sistem intensif umumnya dikembangkan pada daerah non-pasang surut, tambak dapat diairi, dikeringkan dan dipersiapkan secara lengkap sebelum masa penebaran benih, dan sistem tambak ini banyak dikembangkan pada lokasi yang jauh dari laut, dimana daerahnya bersalinitas rendah. Sistem ini umum dikembangkan pada daerah Asia dan di Eropa yang sedang mencoba untuk meningkatkan produktivitas. Sistem intensif mempunyai petakan yang lebih kecil antara 0,2 - 0,5 ha, menggunakan kincir, penggantian air dilakukan 3 - 4 hari sekali, dan untuk memudahkan, pengelolaan air dan pengawasan ditangani tenaga ahli dan didukung teknik yang canggih mulai awal penanaman, pemeliharaan sampai pasca panen. Padat tebar benur udang vannamei secara intensif dapat lebih tinggi dari padat tebar udang windu, yakni >70 ekor/ m2 (Midlen dan Redding 2000; Jory dan Cabrera 2003; Amri dan Kanna 2008)
6
Usaha peningkatan produksi udang vannamei dapat dilakukan melalui pemberian pakan yang tepat baik secara kualitas maupun secara kuantitas, yang merupakan syarat untuk mendukung pertumbuhan udang (Tahe 2008). Pakan buatan berkualitas tinggi dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisional dari spesies yang dibudidayakan, dimana pemberian pakan secara menyeluruh ada dibawah pengawasan manusia. Budidaya udang intensif dilakukan dengan teknik yang canggih dan memerlukan input biaya yang besar, sebagai imbangan dari input tinggi, maka dapat dicapai volume produksi yang sangat tinggi pula (Chamberlain 1991; Effendi 1998; Midlen dan Redding 2000; Jory dan Cabrera 2003; Amri dan Kanna 2008). 2.3 Udang vannamei Udang vannamei termasuk pada famili Penaidae yaitu udang laut. Udang vannamei berasal dari Perairan Amerika Tengah. Negara di Amerika Tengah dan Selatan seperti Ekuador, Venezuela, Panama, Brasil, dan Meksiko sudah lama membudidayakan jenis udang yang juga dikenal dengan nama pacific white shrimp. Vannamei banyak diminati, karena memiliki banyak keunggulan antara lain, relatif tahan penyakit, pertumbuhan cepat (masa pemeliharaan 100 - 110 hari), padat tebar tinggi, sintasan pemeliharaan tinggi dan Feed Convertion Ratio rendah (Hendrajat et al. 2007). Tingkat kelulushidupan vannamei dapat mencapai 80 - 100% (Duraippah et al. 2000), dan menurut Boyd dan Clay (2002), tingkat kelulushidupannya mencapai 91%. Berat udang ini dapat bertambah lebih 2
dari 3 gram tiap minggu dalam kultur dengan densitas tinggi (100 udang/m ). Ukuran tubuh maksimum mencapai 23 cm. Berat udang dewasa dapat mencapai 20 gram dan diatas berat tersebut, L.vannamei tumbuh dengan lambat yaitu
7
sekitar 1 gram/ minggu. Udang betina tumbuh lebih cepat daripada udang jantan (Wyban et al. 1995). Udang vannamei termasuk hewan omnivora yang mampu memanfaatkan pakan alami yang terdapat dalam tambak seperti plankton dan detritus yang ada pada kolom air sehingga dapat mengurangi input pakan berupa pelet. Kandungan protein pada pakan untuk udang vannamei relatif lebih rendah dibandingkan udang windu. Menurut Briggs et al. (2004), udang vannamei membutuhkan pakan dengan kadar protein 20-35%. Budidaya udang vannamei sangat dipengaruhi oleh faktor internal atau eksternal lingkungan tambak. Kualitas benih, persiapan tambak, manajemen kualitas air, manajemen pakan, maupun cuaca sangat menentukan keberhasilan budidaya udang. Manipulasi manajemen budidaya sangat diperlukan untuk meningkatkan produksi udang putih, salah satunya adalah dengan manipulasi kepadatan tebar (Wardiyanto 2008).
2.3.1 Klasifikasi Udang Vannamei Klasifikasi udang vannamei (Gambar 2) menurut Boone (1931) adalah : Kingdom: Animalia Phylum: Arthropoda Subphylum: Crustacea Class: Malacostraca Order: Decapoda Suborder: Dendrobranchiata Family: Penaeidae Genus: Litopenaeus Species: L. vannamei
8
Gambar 2. Udang vannamei (L.vannamei)
2.4 Pengembangan lokasi budidaya tambak di pesisir Upaya pembukaan lahan budidaya tambak beserta pengembangannya seharusnya memperhatikan peraturan seperti tertuang dalam UU no. 5/1990 Bab I Pasal 5 yaitu : a. perlindungan sistem penyangga kehidupan b. pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya c. pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Pertimbangan bagi lahan pesisir untuk usaha pertambakan ditentukan oleh kualitas dan karakteristik tanah kolam, kualitas dan kuantitas sumber air (asin dan tawar), kemudahan pengisian dan pembuangan air khususnya dengan memanfaatkan pasang surut, topografi, kondisi klimatologi daerah pesisir dan hulu (Pillay dan Kutty 2005). Wilayah Pantai Utara Jawa adalah contoh pesisir yang telah mengalami tingkat pemanfaatan lahan untuk budidaya air payau sebesar lebih dari 90%, namun kerusakan ekosistem mangrove yang parah telah menyebabkan kegagalan dalam pengembangannya. Kegagalan budidaya udang cukup tinggi karena kegiatan tersebut tidak mempertimbangkan daya dukung tambak dan hanya berorientasi pada peningkatan produksi. Pola budidaya tambak udang
9
yang berorientasi pada optimalisasi produksi menjadi salah satu penyebab tingginya tingkat kegagalan akibat terjangkit virus dan penyakit atau kualitas udangnya terus menurun (Nurdjana 2005).
2.5 Kesesuaian lokasi usaha tambak Kesesuaian lahan (land suitability) merupakan kecocokan (adaptability) suatu lahan untuk tujuan penggunaan tertentu, melalui penentuan nilai (kelas) lahan serta pola tata guna tanah yang dihubungkan dengan potensi wilayahnya, sehingga dapat diusahakan penggunaan lahan yang lebih terarah berikut usaha pemeliharaan kelestariannya (Hardjowigeno 2001). Kapetsky dan Travaglia (1995) menekankan bahwa investor yang tertarik dalam bidang pengembangan budidaya juga membutuhkan informasi spasial khususnya pada saat pemilihan lokasi dari beberapa alternatif pilihan lokasi yang memiliki perbedaan karakteristik biofisik dan sosial ekonomi. Penilaian kesesuaian lahan merupakan suatu penilaian secara sistematik dari lahan dan menggolongkannya ke dalam kategori berdasarkan persamaan sifat atau kualitas lahan yang mempengaruhi kesesuaian lahan bagi suatu usaha tertentu (Bakosurtanal 1996). Menurut Rossiter (1996), evaluasi kesesuaian lahan sangat penting dilakukan karena lahan memiliki sifat fisik, sosial, ekonomi dan geografi yang bervariasi atau dengan kata lain lahan diciptakan tidak sama. Adanya variasi sifat tersebut dapat mempengaruhi penggunaan lahan yang sesuai, diantaranya untuk budidaya tambak. Lokasi budidaya tambak di pesisir harus memperhatikan keberadaan dan kelestarian mangrove, karena kawasan mangrove memiliki peranan yang sangat penting, maka diperlukan pengelolaan yang pada dasarnya memberikan legitimasi agar dapat tetap lestari. Penetapan jalur hijau mangrove sebagai pelindung daerah pesisir dituangkan dalam Surat Keputusan Bersama Menteri
10
Pertanian dan Menteri Kehutanan Nomor KB.550/264/Kpts/4/1984 dan Nomor 082/Kpts-II/1984, yang menyebutkan bahwa lebar sabuk hijau mangrove adalah 200 m. Surat Keputusan tersebut kemudian dijabarkan melalui Surat Edaran Nomor 507/IV-BPHH/1990 tentang penentuan lebar sabuk hijau hutan mangrove, yaitu sebesar 200 meter di sepanjang pantai dan 50 m disepanjang tepi sungai. Keputusan tersebut diperkuat dengan Keputusan Presiden No.32 tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung, yakni lebar jalur hijau (m) adalah 130 x rata- rata tunggang air pasang purnama (tidal range). Beberapa komponen penting yang harus diperhatikan guna mewujudkan keberhasilan usaha tambak yaitu pasokan air, topografi, tipe tanah, vegetasi, elevasi, serta pengaruh aliran sungai dan banjir (Rabanal et al. 1976, diacu dalam Abdurrahman 2004). Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan kesesuaian lokasi tambak, antara lain: 2.5.1 Sumber air dan kualitasnya Salah satu faktor yang menunjang kelangsungan usaha tambak udang adalah sumber air laut.
Laut adalah sumber utama pemasok air bagi
pertambakan air payau. Pasokan air tawar untuk tambak dapat diperoleh dari aliran sungai, saluran irigasi untuk sawah, dan sumur air tanah (Poernomo 1992). Tambak dibangun dipinggir pantai untuk kemudahan pengairan, yakni pengisian dengan air laut atau air payau (Kordi dan Tancung 2007). Tambak udang biasanya dikembangkan di kawasan intertidal, pada area terlindung dekat sungai, muara sungai, dan area mangrove. Selain sebagai sumber pasokan air, kedekatan tambak dengan pantai bertujuan untuk mencapai kesempurnaan pengeluaran air limbah. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap proses pengeringan dasar tambak yang lebih baik, dengan catatan bahwa lokasi disepanjang pantai tidak berlumpur karena proses siltasi (Pillay dan Kutty 2005).
11
Diluar kuantitas pasokan air yang cukup, kualitas air perlu diperhatikan dalam usaha tambak. Persyaratan mutu air tambak untuk budidaya udang ditampilkan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Kualitas air tambak udang Nilai No
Parameter
Satuan
Ditoleransi
Optimum
A. Fisika 1
Temperatur (****)
°C
23 – 33
26 – 30
2
Salinitas (**)
‰
10,0 – 35,0
15,0 – 20,0
mg/l
3
4,0 – 8,0
B. Kimia 3
Oksigen terlarut (DO) (*)
4
pH (****)
6,0 – 9,0
7,5 – 8,5
5
BOD (**)
mg/l
< 45
< 10
6
NH3 (amonia) (***)
Ppm
0,1
0
7
Nitrit (NO2) (**)
Ppm
< 0,5
0
8
Alkalinitas (***)
mg/l
20
80 – 120
9
Organofosfat (***)
Ppm
< 0,10
0
Sumber: (*)Boyd (1991); (**)Wyban dan Sweeny (1991); (***)Effendi (2003); (****)Amri dan Kanna (2008)
2.5.2 Karakteristik tanah Tanah yang baik untuk pertambakan adalah liat berpasir atau liat berlumpur. Tanah tambak umumnya terbentuk dari hasil endapan (alluvial), sehingga kesuburannya sangat ditentukan oleh jenis dan kualitas material yang diendapkannya (Afrianto dan Liviawaty 1991). Kualitas tanah tambak berperan penting dalam usaha budidaya tambak, bukan hanya karena pengaruhnya terhadap produktivitas maupun kualitas air yang berada diatasnya, namun juga karena faktor kesesuaiannya untuk konstruksi pematang dan selokan disekitar tambak (Pillay dan Kutty 2005). Kemampuan tambak dalam menahan volume air didalamnya dipengaruhi oleh karakteristik tanah. Tekstur dan porositas adalah dua properti fisik yang paling penting, dimana tekstur bergantung pada proporsi konstituen tanah partikel pasir, lempung dan liat. Tanah dengan tekstur liat (clay), lempung
12
berlumpur (silty clay), lempung berliat (clay loam), lempung liat berlumpur (silty clay loam) dan liat berpasir (sandy clay) lebih sesuai untuk konstruksi tambak. Hal ini dikarenakan tekstur tersebut memiliki luas permukaan yang lebih besar dan dengan demikian dapat menyerap lebih banyak nutrien dan menahan kemudian melepaskan kembali untuk pembentukan bahan organik dalam tambak (Pillay dan Kutty, 2005). Karakteristik tekstur tanah ditunjukkan dalam Tabel 2. Pada tambak udang intensif diperlukan dasar tambak yang kompak dan keras agar kualitas dasar tambak dapat dipertahankan selama periode pemeliharaan.
Tabel 2. Hubungan antara tekstur tanah dengan kelayakannya sebagai lahan tambak Tekstur tanah Permeabilitas Kepadatan Kelayakan Liat (Clay) Kedap air Cukup Sangat baik Liat berpasir (Sandy Kedap air Baik Baik clay) Lempung (Loam) Semi kedap air Sedang Sedang Silty Semi kedap air Jelek - baik Jelek Peaty Kedap air Jelek Buruk Sumber: Afrianto dan Liviawaty (1991)
2.5.3 Topografi Usaha budidaya tambak sebaiknya memilih lokasi yang datar dan tidak lebih tinggi dari pasang tertinggi atau lebih rendah dari surut terendah. Hal tersebut berkaitan dengan kemudahan dalam penggalian dan perataan tanah, pergantian air tambak dan pengeringan serta menghindari kesulitan dalam pengelolaan air (Poernomo
1992).
Pada
tanah
bergelombang
dimungkinkan
terjadinya
penggalian tanah yang banyak dan menyebabkan lapisan tanah yang subur terbuang. Tanah yang datar umumnya memiliki tingkat kelerengan sekitar 0 – 3% (Jamulya dan Sunarto 1996).
13
2.5.4 Curah hujan Daerah yang ideal untuk dijadikan lahan tambak adalah daerah dengan curah hujan 2000 mm/ tahun dengan bulan kering 2 -3 bulan. Apabila curah hujan melebihi 2000 mm/ tahun dan tidak terdapat bulan kering atau hujan sepanjang tahun, maka akan menimbulkan masalah besar. Kondisi seperti ini sangat penting untuk diperhatikan, agar tambak dapat berproduksi lebih baik dan stabil, untuk memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan mineralisasi bahan organik, dan menghilangkan bahan toksik seperti H2S, serta untuk menumbuhkan pakan alami dalam tambak, maka perlu dilakukan pengeringan dasar tambak secara rutin menjelang penebaran benur, yang mana semua hal tersebut memerlukan bulan kering (Soeseno 1988) 2.5.5 Pasang surut Dua hal yang berkenaan dengan pasang surut adalah proses pemasukkan dan pembuangan air dalam proses produksi tambak. Pola pasang surut air akan mempengaruhi tipe dan manajemen tambak serta biaya operasinya. Agar kelancaran pengelolaan terjamin baik perlu diperhatikan agar tambak terletak pada lokasi dimana pasang- surutnya menguntungkan (Poernomo 1992). Kisaran fluktuasi pasang surut air laut yang dianggap memenuhi persyaratan untuk tambak adalah 1,7 – 2 meter. Jika suatu daerah memiliki fluktuasi pasang surut lebih dari dua meter, maka daerah tersebut membutuhkan pematang ekstra kuat untuk menahan air pasang. Daerah dengan tunggang pasut lebih rendah dari 1,7 meter menyebabkan kurangnya suplai air untuk memenuhi kebutuhan tambak, namun masih dapat dijadikan sebagai tambak, dengan memanfaatkan pompa untuk membantu mengalirkan air dari dan ke dalam tambak (Martosudarmo dan Ranoemihardjo 1992). Gedrey et al. (1984), diacu dalam Pillay dan Kutty (2005) mengestimasi bahwa konstruksi dan pengoperasian
14
usaha tambak dengan sistem pompa akan lebih ekonomis daripada tambak yang bergantung pada pasang surut. 2.6 Data Data merupakan sekumpulan fakta mentah yang mewakili kejadian yang berlangsung dalam organisasi atau lingkungan fisik sebelum ditata dan diatur ke dalam bentuk yang dapat dipahami dan digunakan orang (Laudon dan Laudon 1998). Data dapat diolah lebih lanjut untuk menjadi sesuatu yang lebih bermakna, dan selanjutnya disimpan dalam database. 2.7 Informasi Informasi memiliki pengertian berbeda dengan data. Informasi merupakan hasil olahan data sehingga lebih bermakna. Hoffer et al. (2005) menyatakan bahwa informasi adalah data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakannya. Informasi dapat sangat berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau di masa mendatang (Davis 1999).
Pemrosesan data menjadi
sebuah informasi (Gambar 3) dapat melalui beberapa tahap seperti peringkasan, pererataan, penyajian dalam bentuk grafik, atau pemrosesan lainnya, dengan tujuan memudahkan interpretasi bagi pengguna (Kadir 2009).
PROSES
Data
-
Peringkasan Penyajian grafik Pengolahan Transformasi
Informasi
Gambar 3. Data, proses, dan informasi
15
2.8 Database Database adalah kumpulan terorganisir dari data yang secara nalar saling berkaitan (Hoffer et al. 2005). Menurut Prahasta (2009) database atau basis data adalah kumpulan data non-redundant yang saling terkait satu sama lainnya, dalam usaha membentuk bangunan informasi yang penting (enterprise) dan dapat digunakan bersama oleh sistem aplikasi yang berbeda. Penerapan database dalam suatu sistem informasi dinamakan database sistem, yaitu sebuah sistem informasi yang mengintegrasikan kumpulan data yang saling berhubungan, dan membuatnya tersedia untuk beberapa aplikasi (Kadir 2008). Komponen- komponen utama dalam sebuah sistem database adalah perangkat keras (hardware), sistem operasi, database, sistem pengelola database (DBMS), pemakai (user), dan aplikasi (perangkat lunak) lainnya (optional) (Fathansyah 2002). Database dikelola dengan perangkat lunak yang memungkinkan pengguna memakai, memelihara dan mengakses sumberdaya data secara efisien yakni DBMS atau Database Management System. Kelebihan penggunaan DBMS adalah mengurangi duplikasi data dan untuk keamanan data (Mulyanto 2009). Kecenderungan peningkatan penggunaan DBMS adalah dalam pengelolaan data SIG dan data non-spasial. Hampir semua Sistem Informasi Geografis yang bersifat komersil turut menyertakan beberapa bentuk dari DBMS (Aronoff 1991). 2.8.1 Database Relasional Database relasional adalah jenis database yang menggunakan model data relasional, dan merupakan jenis database yang sering digunakan saat ini. Model database relasional terdiri dari data yang direpresentasikan dalam bentuk tabel yang terdiri dari sejumlah baris dan kolom, yang ternormalisasi dengan field kunci sebagai penguhubung relasional antar tabelnya. Model data relasional memiliki
16
beberapa kelebihan, antara lain cenderung mudah diakses, fleksibel, mudah dikembangkan strukturnya, serta operasi penambahan atau pengurangan yang diberlakukan tidak menyebabkan anomali atau perubahan hubungan antar tabel (Prahasta 2009). Kadir (2009) mengungkapkan bahwa setiap tabel dalam database model relasional dapat berhubungan yang dibentuk melalui mekanisme kunci primer (primary key) dan kunci asing (foreign key).
Kunci primer berperan sebagai
identitas yang unik dari setiap record, sedangkan kunci asing adalah kolom yang berperan sebagai penghubung dengan kunci primer di tabel lain (Mulyanto 2009). Ilustrasi hubungan antar tabel dalam model database relasional ditunjukkan dalam Gambar 4.
Kunci primer
Nomer_Mahasiswa Nama 55 Ridwan 56 Sari 57 Ida 58 Slamet
Tanggal_Lahir 20/03/1991 3/1/1992 22/7/1991 19/9/1991
Kunci primer
Kunci tamu
Kunci primer
Kelamin Pria Wanita Wanita Pria
Kunci tamu Nomer_Mahasiswa Kode_MK 53 DB001 54 P1001 55 DB001 55 DB001 Kode_MK DB001 DB002 P1001 P1002
Nilai A B B A
Nama_MK SKS Pengenalan Database Pemrograman Database Dasar Multimedia Pemrograman Multimedia
3 3 2 3
Gambar 4. Kunci primer dan kunci asing dalam hubungan antar relasi 2.9 Sistem Informasi Sistem
informasi
didefinisikan
sebagai
sistem
yang
mengumpulkan,
memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk tujuan yang spesifik (Turban et al. 1999). Komponen dalam sistem informasi adalah
17
manusia, perangkat keras, perangkat lunak, data, dan jaringan. Sistem Informasi memiliki beberapa aktivitas yaitu input, proses, output, penyimpanan, dan pengendalian. Input merupakan proses memasukkan data. Pemrosesan dalam sistem
informasi
adalah
melakukan
pengolahan
data
dengan
operasi
matematika. Aktivitas output memberikan hasil dalam bentuk laporan, gambar, grafik, berkas, audio maupun video.
Mekanisme penyimpanan dalam sistem
informasi adalah aktivitas menyimpan data dan informasi secara teratur untuk digunakan kemudian (O‟Brien 2005). Komponen sistem informasi dalam aktivitas sistem informasi dituangkan dalam Gambar 5.
Sumber: O‟Brien (2005) Gambar 5. Komponen sistem informasi dalam aktivitas sistem informasi
Tujuan sistem informasi menurut Budihar (1995) adalah menyediakan dan mensistematisasikan informasi yang merefleksikan seluruh kegiatan yang diperlukan untuk mengendalikan operasi organisasi. Kegiatan dalam sistem informasi
adalah
mengambil,
mengolah,
menyimpan,dan
menyampaikan
informasi yang diperlukan untuk mengoperasikan seluruh aktifitas di dalam organisasi. Dalam perancangan sistem informasi, dunia nyata ditransformasikan
18
dengan menggunakan sejumlah perangkat konseptual yakni model ER (Entity Relationship) sehingga menjadi suatu diagram relasi antar entitas (Prahasta 2009).
2.10 Sistem Informasi Geografis (SIG) Sistem Informasi Geografi adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi bereferensi geografis (Aronoff 1991).
Definisi SIG menurut Burrough (1986), serta Kapetsky dan Travaglia
(1995) adalah integrasi dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang didesain untuk mencapai efisiensi guna memperoleh, menyimpan, memanipulasi, mengambil kembali, menganalisis, menampilkan dan melaporkan semua bentuk informasi bereferensi geografis untuk memenuhi suatu tujuan tertentu. SIG merupakan sistem yang mampu mendukung (proses) pengambilan keputusan (terkait aspek) spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi lokasi dengan karakteristik- karakteristik fenomena yang ditemukan di lokasi tersebut (Gistut 1994, diacu dalam Prahasta 2009). Perencanaan dengan SIG berkaitan dengan kondisi dunia nyata di awal dan akhir proses, hal ini diilustrasikan pada Gambar 6.
Real World
Data Sources
Data Management
Users
Analysis
Sumber: Modifikasi Aronoff (1991) Gambar 6. Skema proses perencanaan dengan SIG
19
2.10.1 Komponen SIG SIG memiliki empat rangkaian kemampuan dasar untuk menangani data bereferensi geografis yaitu input data, manajemen data, manipulasi dan analisis data, dan output (Prahasta 2009). Definisi input data adalah mengkonversi data dari format awal menjadi format yang dapat diterima dan digunakan dalam SIG. Manajemen data mencakup fungsi - fungsi yang diperlukan untuk menyimpan dan mengambil kembali data dari basis data. Manipulasi dan analisis data menentukan informasi yang dapat diperoleh melalui SIG. Output merupakan keluaran yang dihasilkan atau fungsi pelaporan dari SIG yang lebih baik dalam mutu, ketelitian dan kemudahan penggunaan. Output yang dihasilkan dapat berbentuk peta, tabel, nilai atau teks dalam format hardcopy atau softcopy (Aronoff 1991). Menurut Gistut (1994), diacu dalam Prahasta (2001), Sistem Informasi Geografis memiliki beberapa komponen seperti perangkat keras, perangkat lunak,data dan informasi geografi, pengguna serta manajemen (Gambar 7).
DATA MANIPULATION & ANALYSIS
DATA OUTPUT
DATA INPUT
DATA MANAGEMENT Sumber: Gistut (1994), diacu dalam Prahasta (2001) Gambar 7. Komponen Sistem Informasi Geografis
20
2.10.2 Format data SIG Pada dasarnya terdapat dua jenis sistem SIG yakni sistem vektor dan raster. Kedua sistem ini membedakan bagaimana data spasial direpresentasikan dan disimpan yaitu data raster atau data vector (Nath et al. 2000). Dalam sistem vektor dan raster, digunakan „sistem koordinat geografis‟ untuk menampilkan ulang suatu bentuk ruang (Aronoff 1991). Pembedaan jenis data SIG dituangkan dalam Gambar 8.
Data Vektor
GIS Data Spasial
Data SIG
Data Raster Data Non Spasial/ Data Atribut
Gambar 8. Tipe data Sistem Informasi Geografis
Nath et al. (2000) memaparkan bahwa data spasial dengan format vektor didefinisikan dan direpresentasikan sebagai “titik”, “garis”, dan “poligon”. Lokasi pompa di tambak direpresentasikan sebagai titik, sungai atau jalan sebagai garis, sedangkan poligon umum digunakan untuk menggambarkan area seperti ladang. Pada data raster, ruang direpresentasikan oleh grid yang seragam, dimana setiap sel memiliki deskriptor unik berdasarkan sistem koordinat (Gambar 8).
2.11 SIG dalam akuakultur Meaden dan Kapetsky (1991) menjelaskan tentang penggunaan SIG dibidang perikanan antara lain: 1) Perencanaan zonasi sumberdaya air; 2)
21
Pemetaan zonasi spesies biota air; 3) Pengaruh lingkungan terhadap produksi ikan secara intensif; 4) Identifikasi daerah dimana inovasi kegiatan perikanan kemungkinan menyebar. SIG dapat digunakan untuk memprediksi atribut dari suatu lokasi khusus dan/ atau untuk menempatkan semua lokasi dengan atribut tertentu. Penggunaan SIG sebagai teknik untuk analisis sumberdaya dan pemilihan lokasi berperan penting dalam pengembangan budidaya (AguilarManjarrez dan Ross 1993). SIG telah banyak diterapkan untuk sektor budidaya skala regional atau nasional (Kapetsky et al. 1988; Meaden dan Kapetsky 1991; Nath et al. 2000). Sejumlah penelitian telah mengeksploitasi kapasitas pemodelan dari SIG, yaitu pembangunan model lokasi budidaya ikan di Red River Delta, Vietnam (Tran dan Demaine 1996), pembangunan model lokasi budidaya udang di Meksiko (Aguilar-Manjarrez 1996), manajemen akuakultur di pesisir Thailand (Jarayabhand 1997), dan lokasi potensi budidaya udang dan ikan di Bangladesh (Salam dan Ross 2000). Manajemen sumberdaya perairan suatu area yang belum terintegrasi dengan ekonomi pedesaan, dapat dibangun untuk memenuhi peningkatan permintaan terhadap protein ikan di suatu area. Dalam hal tersebut, pembentukan berdasarkan suatu pengambilan keputusan terstruktur dan skema perencanaan dapat dilayani dengan baik oleh SIG (Salam et al. 2003).
23
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Oktober 2010. Lokasi penelitian berada di tambak udang vannamei milik PT. Indonusa Yudha Perwita (PT. IYP), Desa Patrol Lor, Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat. Peta kecamatan Patrol ditunjukkan dalam Gambar 9, dengan peta tata letak tambak PT. IYP ditunjukkan pada Gambar 10.
3.2 Alat dan data penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian, beserta spesifikasi, sumber dan fungsinya dijabarkan dalam Tabel 3. Seluruh data penelitian dicantumkan dalam Tabel 4. 3.3 Metode pengumpulan data Data penelitian terbagi atas data primer dan data sekunder. Data primer diukur pada saat survey lapangan, mencakup data kualitas sumber air budidaya, kualitas air pesisir, posisi geografis serta dokumentasi kegiatan budidaya, kondisi tambak dan pesisir. Data sekunder berupa data spasial yang digunakan dalam penyusunan kesesuaian lahan tambak, dan data budidaya tambak milik PT. IYP. Pengelompokkan data secara terperinci dituangkan dalam Tabel 4.
24
Gambar 9. Lokasi penelitian
25
Gambar 10. Peta tata letak tambak PT. Indonusa Yudha Perwita
26
Tabel 3. Alat penelitian Alat
Spesifikasi
Fungsi
Perangkat keras (hardware)
Komputer dan kelengkapannya
Media input, pengolahan data dan pencetak output
Perangkat lunak (software)
ErMapper 6.4, Arc GIS 9.3, Ms.Visual Basic 6.0, Navicat, MySQL,Ms.Office
Pembuatan peta dasar, basis data, sistem informasi berbasis spasial,dan laporan
GPS
Garmin 12XL
Pengambilan data posisi geografis
Refraktometer
Atago
Pengukuran nilai salinitas
pH meter
Tupech
Pengukur pH perairan
DO meter/ Metode titrasi winkler
Metode titrasi winkler membutuhkan Botol Winkler,pipet, erlenmeyer,suntikan (pengganti buret), gelas ukur, MnSO4H2O, NaOH + KI, H2SO4 pekat, Na2S2O3 dan amilum
Pengukuran kadar oksigen terlarut
Termometer
Pengukur suhu perairan
Test kit
Aqua BASE
Pengukur alkalinitas
Test kit
Aqua NITE
Pengukur konsentrasi nitrat
Test kit
Aqua AM
Pengukur konsentrasi amoniak
Aerator
Botol BOD
Aerasi sampel air untuk pengukuran BOD5 Botol gelap (berbungkus polybag)
Penyimpan sampel air untuk pengukuran BOD5
Botol sampel, es batu dan coolbox
Penyimpan sampel air serta alat dan bahan untuk titrasi winkler
Kapal
Transportasi pengambilan data suhu dan salinitas pesisir
27
Tabel 4. Data penelitian Metode perolehan
Kelompok
Jenis
Sumber
Fungsi
Periode
Suhu Salinitas DO Data kualitas sumber air budidaya
pH Alkalinitas Amoniak
Dokumentasi
Data primer (survey lapangan)
Data fisik tambak
Data kualitas air pesisir
Data sekunder
BOD5 Organo phospat Kegiatan budidaya Peralatan budidaya Produk budidaya Koordinat kolam tambak Koordinat batas tambak Koordinat bangunan dalam tambak Koordinat saluran inlet, outlet dan anco Contoh ukuran kolam tambak Salinitas pesisir Citra Landsat 7 ETM+ Path/Row: 121/064 Data GeoEye Peta administrasi
Data spasial
Peta kelerengan (topografi) Peta Satuan lahan (Tekstur dan jenis tanah
Sumber air laut dan air tawar yang digunakan dalam kegiatan budidaya
Tambak PT. IYP, Patrol, Indramayu
Tambak PT. IYP, Patrol, Indramayu
Penyusun Sistem Informasi Budidaya Tambak PT. Indonusa Yudha Perwita
Maret 2010
Juni 2010
Maret 2010
Penyusun layout tambak PT.Indo nusa Yudha Perwita
Maret dan Juni 2010
Maret 2010 Pesisir kecamatan Patrol, Indramayu
Oktober 2010
BTIC
10 Oktober 2006
Google Earth BAPEDA Indramayu Pusat Penelitian Tanah dan Agro Klimat Pusat Penelitian Tanah dan Agro Klimat
Evaluasi kesesuaian lahan untuk lokasi tambak PT. Indonusa Yudha Perwita
2010 2006
1990
1990
28
Peta Rupa Bumi Indonesia Kabupaten Indramayu Data curah hujan
Data pasang surut
Data fisik tambak
Data kualitas air (fisikakimia) Data operasional budidaya
Data panen
Denah awal tambak Nama kolam dan blok tambak Ukuran kolam tambak pH, Salinitas Dissolved Oxygen (DO) Suhu Alkalinitas Bahan organik total (TOM) Amoniak
Data kualitas air (biologi)
Plankton Bakteri (jumlah total bakteri dan bakteri vibrio)
Data pakan
Jumlah dan jenis pakan
Data awal produksi Data akhir produksi
Padat tebar Sumber benur nilai produksi Final ABW
Bakosurtanal
Tahun 2005
BMKG
20062010
Survey lapangan (Siahaan 2010) dan Dishidros TNI AL
2010
Laboratorium budidaya PT. Indonusa Yudha Perwita
Gudang pakan PT. IYP
Kantor PT. IYP
Penyusun Sistem Informasi Budidaya Tambak PT. Indonusa Yudha Perwita
Sesuai catatan data manual PT. Indo nusa Yudha Perwita
29
3.4 Metode penelitian 3.4.1 Data spasial Citra Landsat 7 ETM+ terkoreksi radiometrik dan geometrik, diklasifikasi, kemudian digunakan dalam survey lapangan. Penggabungan hasil analisis citra dengan survey lapangan digunakan untuk memperbaharui dan mengkoreksi seluruh peta kriteria penyusun kesesuaian lahan untuk tambak. Hasil survey lapangan berupa posisi geografis digunakan dalam proses registrasi data Google Earth guna pembuatan ulang layout tata letak tambak.
3.4.2. Data kualitas air pesisir Pengambilan data kualitas air dikawasan pesisir kecamatan Patrol, mencakup salinitas dan suhu. Data salinitas pesisir digunakan untuk memperoleh sebaran salinitas kecamatan Patrol, sebagai salah satu kriteria dalam penentuan kesesuaian lahan tambak. Sebaran stasiun pengambilan data kualitas air pesisir dilampirkan dalam Lampiran 1.
3.4.3 Data kualitas sumber air budidaya Pengambilan data kualitas sumber air budidaya tambak PT. IYP dilakukan pada sumber air tawar (pompa air tanah) dan sumber air laut.
Pengukuran
terhadap nilai pH, suhu, salinitas, DO, amoniak, nitrit dan alkalinitas dilakukan secara in-situ, sedangkan pengukuran nilai organofosfat dan BOD5 masingmasing dilakukan di Laboratorium Residu dan Bahan Kimia, Departemen Pertanian dan Laboratorium Proling IPB. Stasiun pengambilan data kualitas sumber air budidaya dicantumkan pada Lampiran 2, sedangkan gambar alat dan metode yang digunakan dalam pengukuran nilai kualitas air pesisir dan sumber air budidaya dilampirkan dalam Lampiran 3.
30
3.4.4 Data budidaya tambak PT. IYP Catatan data budidaya tambak PT. IYP mencakup data kualitas air, data pakan, data plankton, data sampling dan data panen. Keseluruhan data budidaya dari laboratorium dan kantor PT. IYP, digunakan untuk membangun database Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP. 3.5 Metode pengolahan dan analisis data 3.5.1 Evaluasi kesesuaian lahan tambak PT. Indonusa Yudha Perwita Penentuan kesesuaian lahan untuk lokasi tambak PT. IYP menggunakan kriteria biofisik sebagai faktor pendukung kemudian dievaluasi dengan faktor pembatas yakni regulasi pemerintah mengenai kawasan sempadan pantai dan sungai. Kriteria kesesuaian lahan budidaya tambak mengacu pada matriks dalam Tabel 5, sedangkan kelas kesesuaian dibagi menjadi 4 (FAO 1976), yakni: Kelas S1 Sangat Sesuai Kawasan ini didefinisikan sebagai kawasan tanpa faktor pembatas yang serius untuk suatu penggunaan lahan tambak secara lestari, atau hanya memiliki pembatas yang kurang berarti dan atau tidak berpengaruh nyata dalam keberlangsungan usaha tambak. Kelas S2 Cukup Sesuai Kawasan ini tergolong memiliki faktor pembatas yang agak serius sebagai lokasi usaha tambak yang lestari. Pembatas tersebut dapat mengurangi produktivitas lahan atau keuntungan yang diperoleh. Dibutuhkan suatu strategi masukan yang lebih untuk mengusahakan lahan kelas ini agar menjadi lebih produktif. Kelas S3 Sesuai Bersyarat Kawasan ini memiliki pembatas serius , namun masih mungkin untuk diatasi. Hal ini berarti kawasan ini dapat ditingkatkan menjadi sesuai untuk lahan tambak,
31
apabila dilakukan dengan introduksi teknologi yang lebih modern dalam menjalankan usaha tambak. Kelas N Tidak Sesuai Kawasan ini memiliki penghambat serius yang menjadikannya tidak mungkin untuk dijadikan kawasan usaha tambak. Penentuan nilai kesesuaian lahan tambak dilakukan dengan metode pembobotan dan pengharkatan (skor). Pemberian bobot dilakukan terhadap setiap parameter atau kriteria penyusun kesesuaian lahan, sedangkan skor diberikan pada masing- masing variabel dari kriteria tersebut. Sistem pemberian skor mengacu pada Kapetsky dan Nath (1997) yakni pemberian skor 4 untuk kriteria yang sangat sesuai (S1), skor 3 untuk kriteria cukup sesuai (S2), skor 2 untuk kriteria sesuai marjinal atau sesuai bersyarat (S3), dan skor 1 untuk kriteria yang tidak sesuai permanen (N). Nilai kesesuaian lahan diperoleh melalui penjumlahan dari hasil perkalian bobot dan skor seluruh kriteria penyusun kesesuaian lahan. Secara matematis, nilai kesesuaian lahan dituliskan dalam rumus: N= Keterangan : N = Nilai total kesesuaian lahan Wi = Bobot (weight) Si = Nilai (skor) Klasifikasi nilai total kesesuaian lahan yang diperoleh menggunakan metode pengkelasan natural breaks atau jenks. Pengkelasan nilai ini dilakukan dalam pemrosesan dengan perangkat lunak ArcGIS. Teknik integrasi seluruh kriteria dan faktor pembatas dalam penentuan kesesuaian lahan untuk budidaya tambak diilustrasikan dalam Gambar 11.
32
Tabel 5. Matriks kesesuaian lahan budidaya tambak Kelas Kesesuaian Lahan Tambak No
1
Kriteria
Landuse
Bobot
20
S1
Skor
S2
Skor
S3
Skor
N
Skor
Sawah,
4
Kebun, hutan
3
Hutan lindung,
2
Pemukiman
1
tambak,
rawa
tegalan,
area
dan industri
pertambangan
pabrik
belukar, hutan pantai 2
Jenis Tanah
15
Aluvial pantai
4
Histosol,
3
Andosol
Regosol
2
Regosol
1
gleihumus
3
Jarak dari pantai (m)
15
200 – 300
4
300 - 4000
3
<200
2
> 4000
1
4
Jarak dari sungai (m)
10
50 – 500
4
500 - 1000
3
<50; 1000 - 3000
2
>3000
1
5
Aksesibilitas (m)
10
< 1000
4
1000 - 2000
3
2000 – 3000
2
>3000
1
6
Tekstur tanah
10
Clay
4
Sandy clay
3
Loam
2
Silty
1
7
Kelerengan lahan (%)
10
0–3
4
3,0 - 6
3
6,0- 9
2
>9,0
1
8
Curah hujan (mm/th)
5
1000 – 2000
4
2000 - 36000
3
<1000
2
>3600
1
9
Salinitas
5
12,0 – 20
4
20,0 - 30
3
5,0 - 12; 30 - 45
2
<5; > 45
1
Sumber : Modifikasi Poernomo (1992)
33
Landuse
Jarak dari pantai Jarak dari sungai
Jenis tanah
Curah hujan
Pendugaan awal kesesuaian lahan untuk tambak secara biofisik
Hasil akhir kesesuaian lahan tambak PT. IYP
Tekstur tanah Salinitas Kelerengan lahan
Faktor pembatas : Keppres 32/1990 dan Surat Edaran Departemen Kehutanan No. 507/ IV-BPPH/ 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung yakni lebar jalur hijau 200 m di sempadan pantai dan 50 m di sempadan sungai.
Aksesibilitas
Gambar 11. Skema integrasi seluruh kriteria dan faktor pembatas dalam penentuan kesesuaian lahan budidaya tambak
3.5.2 Pengembangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP 3.5.2.1 Pembentukan database Database tambak PT. IYP (db_tambak) dirancang mengikuti model data relasional. Dalam pengelolaan database tambak digunakan perangkat lunak DBMS MySQL. Dalam pembentukan database untuk sistem informasi, data budidaya tambak PT. IYP dikelompokkan menjadi data fisik tambak, data operasional budidaya, dan data panen. Data fisik tambak berupa identitas kolam disimpan dalam tabel kolam (tbl_kolam) dan tabel blok (tbl_blok). Data budidaya yang mencakup data operasional dan panen, didefinisikan dalam beberapa tabel sesuai dengan format catatan manual data budidaya milik PT. IYP, yakni: a. data kualitas air (tbl_data_harian), b. data pakan (tbl_pakan_harian),
34
c. data plankton (tbl_plankton_harian), d. data sampling (tbl_sampling), e. data jenis plankton (tbl_jenis_plankton), f.
data jenis pakan (tbl_jenis_pakan),
g. data status anco (tbl_jenis_anco), h. data waktu pemberian pakan (tbl_waktu), i.
data panen (tbl_panen),
Data non budidaya turut disertakan dalam database, yakni data pengguna sistem informasi
(tbl_user),
dan
data
penyusun
indeks
kesesuaian
wilayah
(tbl_curah_hujan dan tbl_ikw). Dalam database tambak PT.IYP, setiap tabel memiliki kunci primer. Kunci primer dalam setiap tabel pada database tambak PT. IYP adalah nomor data, hal ini dikarenakan nomor input data tidak mengalami pengulangan. Ilustrasi database tambak PT. IYP dituangkan dalam Gambar 12.
3.5.2.2 Perancangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP Metode
perancangan
Sistem
Informasi
Budidaya
Tambak
PT.IYP
mengadopsi metodologi klasik yang umum digunakan dalam mengembangkan sistem informasi atau System Development Life Cycle (SDLC). Metodologi ini mencakup kegiatan analisis kebutuhan, perancangan sistem, pembuatan sistem dan implementasi rancangan sistem informasi dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0. Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP dibangun berdasarkan kebutuhan terhadap modernisasi pengelolaan, efisiensi, dan kemudahan penyimpanan data budidaya, otomatisasi penanganan data budidaya, efisiensi waktu pengolahan data budidaya menjadi informasi untuk mengevaluasi kondisi budidaya, serta kebutuhan akan pengamanan data budidaya. Sistem informasi
35
dirancang secara sederhana, disesuaikan dengan ketersediaan infrastruktur dan sumber daya manusia dalam PT. IYP, sehingga sistem informasi mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi penanganan data oleh pekerja.
Format Tabel Pakan
Format Tabel Kolam
Format Tabel Sampling
Gambar 12. Format tabel data budidaya dalam database tambak PT. IYP
36
Dalam perancangan sistem informasi, data budidaya tambak udang PT. IYP ditransformasikan menggunakan perangkat konseptual untuk menunjukkan hubungan antar individu data budidaya yakni Diagram ER (Entity Relationship) seperti ditunjukkan dalam Gambar 13. Entitas dalam diagram ER mencakup seluruh individu data budidaya tambak PT. IYP yang terkelompokkan dalam beberapa tabel (entity set), sedangkan relasi menunjukkan hubungan antar tabel data budidaya. Dalam perancangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP, tingkat relasi yang terdapat dalam tabel adalah satu ke banyak (one to many), yakni satu kolam dapat memiliki banyak data budidaya (data pakan, data kualitas air, data plankton, dan lainnya).
Gambar 13. Diagram ER Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT.IYP
Sesuai dengan aktivitas sistem informasi pada umumnya, dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP terdapat aktivitas input, pemrosesan data, dan menghasilkan output. Mekanisme input dan output data menggunakan
37
peta tata letak tambak yang terhubungkan dengan tabel data kolam (tbl_kolam) dan data blok (tbl_blok) dalam database tambak. Penggunaan peta tata letak tambak adalah sebagai gambaran posisi setiap kolam sebagai sumber dan kunci pengelompokkan data budidaya. Input data dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP disesuaikan dengan penggolongan data dalam database. Terdapat dua jenis proses input yakni input formasi data dan input data. Input formasi data bertujuan untuk memudahkan proses input data, dimana data yang dimasukkan dalam formasi data adalah data yang penggunaannya berulang. Data yang dimasukkan dalam formasi data antara lain kolam, waktu pakan, jenis pakan, dan spesies plankton. Input data dikelompokkan menjadi lima menu input yakni input data fisik yang terbagi dalam data identitas kolam blok, input data operasional yang terbagi atas data kualitas air, data pakan, data sampling, data plankton, dan data panen. Langkah pemrosesan data dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP terbagi menjadi tiga jenis, yakni: a. Operasi matematis atau kalkulasi (dengan formula) b. Akumulasi data deret waktu (variasi temporal) c. Perbandingan data antar kolam (variasi spasial) Seluruh aktivitas dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP yang menyangkut input keseluruhan data, pemrosesan hingga output yang dihasilkan secara terperinci dirangkumkan dalam Tabel 6.
38
Tabel 6. Pemrosesan data budidaya dalam Sistem Informasi Pengelolaan Budidaya Tambak PT. IYP (a) dan (b) (a) Pemrosesan data berdasarkan deret waktu dan spasial Proses
Output
Akumulasi data deret waktu atau perbandingan secara spasial
Tabel kumpulan informasi, grafik time series, dan grafik perbandingan spasial
Input
Keterangan
Data kualitas air (pH, salinitas, DO, suhu, TOM, Alkalinitas, dan lainnya) Data jumlah plankton Data hasil panen Data sampling (pertumbuhan udang) Data akumulasi jumlah pakan Data hasil evaluasi (FCR, SR, ABW, ADG, padat tebar, dan lainnya)
(b)
Pemrosesan data dengan operasi matematis (formula)
Input
Proses
Hasil (Output)
Data jumlah benur dan luas kolam (Data panen)
Jumlah benur/ luas area
Padat tebar (ekor /m²)
Data jumlah benur dan jumlah udang (Data panen)
(Jumlah udang saat panen/ Jumlah benur yang ditebar)* 100%
Survival rate (%SR)
Data jumlah akumulatif pakan dan hasil panen
Jumlah pakan (kg)/ Jumlah panen (kg)
Feeding conversion ratio (FCR)
Data pertumbuhan bobot udang (Data sampling)
Σ(hasil sampling ke -i)/n
Rataan bobot udang hasil sampling (gr)
Data pakan
Σ (bobot pakan 1(jam ke- i) + bobot pakan 2(jam ke- i))
Total pakan harian (kg) Akumulasi jumlah pakan (kg)
Data size udang (Data panen)
1000 gr/ (size udang)
Rataan bobot udang ABW (gr)
Data ABW (Data panen)
ABW/ DOC (jumlah hari pembesaran)
Data panen dan luas kolam
(Hasil panen/luas kolam) * 10000
Rata- rata pertumbuhan bobot udang harian ADG (gr/hari) Nilai produksi/ ha (kg/ha)
Keterangan
i = 1,2,3,...dst; n= banyaknya pengulangan sampling i = pukul 08.00; 12.00; 16.00; 20.00; 24.00 z = hari pembesaran udang (1,2,3,...,m)
39
Mekanisme output pada Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP didasarkan pada kolam sebagai alamat data. Hal ini untuk mempermudah pengelola tambak melakukan kontrol dan evaluasi baik secara temporal maupun spasial. Output sistem informasi dituangkan dalam dua bentuk, yakni: a. Tabel Informasi dalam bentuk tabel mencakup kumpulan seluruh data budidaya yang telah diinput dan yang telah diproses dengan algoritma. Tabel hasil sistem informasi dapat dicetak atau disimpan dalam bentuk *.txt. b. Grafik Output grafik bertujuan untuk memudahkan interpretasi data, sehingga dapat mempersingkat waktu pengambilan keputusan. Terdapat dua tipe grafik yakni grafik satu kolam untuk menunjukkan variasi temporal, serta grafik antar kolam untuk menampilkan variasi data secara spasial (antar kolam). Ilustrasi aktivitas dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP ditampilkan dalam Gambar 14.
Gambar 14. Aktivitas Sistem Budidaya Tambak Udang PT. IYP
40
3.5.2.3 Evaluasi Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP Evaluasi sistem informasi dilakukan dengan cara membandingkan sistem informasi yang dihasilkan dengan sistem perekaman data secara manual yang selama ini berlangsung di PT. Indonusa Yudha Perwita. Dari hasil evaluasi dapat diperoleh kelebihan dan kekurangan dari sistem informasi ini yang digunakan untuk pengembangan selanjutnya. 3.5.3 Pemanfaatan sistem informasi dalam pengkajian kesesuaian lahan dengan keberhasilan operasional budidaya tambak PT. IYP Puncak dari kegiatan budidaya adalah panen, dan hal tersebut dijadikan sebagai suatu gambaran keberhasilan pengelolaan dalam masa pembesaran. Pengkajian hubungan keberhasilan operasional dengan kesesuaian lokasi dilakukan dengan melihat output Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang (SIBTU) PT.IYP berupa data panen atau nilai produksi dari setiap kolam tambak pada waktu yang berbeda. Nilai produksi dari setiap kolam yang berada pada lahan dengan status kesesuaian berbeda dapat memberikan gambaran hubungan kesesuaian lokasi usaha terhadap hasil yang diperoleh. Secara keseluruhan, sistematika dari penelitian ini digambarkan dalam diagram alir pada Gambar 15.
41
Aksesibilitas
PT. INDONUSA YUDHA PERWITA
Curah hujan
Kualitas tanah
Salinitas
Jarak sumber air
Landuse Data Spasial
Data Budidaya
Peta tata letak tambak
Data Budidaya : Data fisik Data operasional Data panen
Pembobotan dan pemberian skor terhadap kriteria penyusun kesesuaian lahan tambak
Faktor pembatas dalam kesesuaian lahan Aplikasi sistem informasi berbasis spasial “SIBTU PT. INDONUSA YUDHA PERWITA”
Hasil akhir Kelas Kesesuaian Lahan Budidaya Tambak
Evaluasi kesesuaian lahan posisi tambak PT. Indonusa Yudha Perwita
Penggunaan SIBTU PT. IYP dalam evaluasi data budidaya dan keberhasilan operasional
Output data panen dari Sistem Informasi
Hubungan kesesuaian lokasi dan keberhasilan operasional tambak
Gambar 15. Diagram alir penelitian
43
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi umum wilayah pesisir Indramayu Kabupaten Indramayu yang terletak di pantai utara pulau Jawa, pada pada posisi geografis 107°55’00” – 108°7’30” BT dan 6°15’00” - 6°22’30” LS dengan garis pantai sepanjang 114,1 km. Kabupaten Indramayu memiliki luas wilayah 204.011 ha, terbagi kedalam 31 kecamatan, 310 desa dan 8 kelurahan. Kabupaten Indramayu berbatasan dengan Laut Jawa, kabupaten Majalengka, Sumedang, Cirebon, dan Subang. Pesisir utara Pulau Jawa khususnya kabupaten Indramayu sangat rentan dengan permasalahan abrasi yang mengancam keberlangsungan tambak di pesisir. Menurut Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu (2007) dari 25,8 km panjang pantai dipesisir kecamatan Sukra hingga Kandanghaur, sekitar 5,114 km diantaranya telah terkena abrasi yang cukup signifikan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Hadikusumah (2009) di Eretan, Indramayu mengenai karakteristik gelombang yang menjadi pemicu mundurnya garis pantai 1,5 m/tahun. 4.2 Tambak udang PT. Indonusa Yudha Perwita Usaha budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita berlokasi di Desa Patrol Lor, Kecamatan Patrol, Kabupaten DATI II Indramayu, Jawa Barat. Lokasi lahan tambak termasuk di wilayah pesisir Pantura. Tambak PT. Indonusa Yudha Perwita sebelumnya memiliki luasan lebih dari 25 ha, namun saat ini luas lahan berkurang menjadi 22 ha, akibat terkikis abrasi. Lokasi kegiatan budidaya berada di pantai yang langsung berbatasan dengan laut tanpa adanya jalur sempadan pantai, kelerengan lahan relatif datar dengan kemiringan 0-3%, dan memanfaatkan hak guna usaha atas
lahan yang diperuntukkan sebagai
kawasan budidaya atau pertanian lahan kering. Tambak PT. IYP tergolong
44
sebagai tambak yang masih produktif, sejak saat didirikan pada tahun 1985 oleh pemilik pertama hingga saat ini. Kondisi yang berbeda jika dibandingkan dengan usaha sejenis di daerah yang sama yang mengalami kegagalan usaha.
4.2.1 Sejarah singkat tambak PT. Indonusa Yudha Perwita PT. Indonusa Yudha Perwita (PT. IYP) dibeli oleh Sri Prakash dengan kondisi tambak hanya memiliki kolam blok A,B,C pada tahun 1990 (Lampiran 4), kemudian berkembang dengan pembuatan kolam blok D, E, dan F (Gambar 10). Pada awalnya komoditi yang dibudidayakan adalah udang windu, kemudian di tahun 2002 terjadi penggantian komoditi menjadi udang vannamei.
Usaha
tambak di Desa Patrol Lor, Kecamatan Patrol telah berdiri dan beroperasi sejak tahun 1985, namun pengelolaan bukan dilakukan oleh PT. IYP. Terdapat 36 kolam tambak yang masih digunakan sebagai media pembesaran dalam PT. IYP hingga tahun 2010, awalnya terdapat 49 tambak, akan tetapi karena adanya pengaruh abrasi, maka kolam pada blok A (A1-A7) dan blok B (B1-B5) terkikis dan tidak dapat digunakan. Blok B mengalami pengurangan luas karena abrasi, sehingga berubah fungsi menjadi kolam penampungan air laut. Kolam C1 pun tidak digunakan sejak tahun 2008 karena dalam riwayat penggunaannya selalu menghasilkan produksi yang rendah, hal ini diduga karena kolam tersebut terkena rembesan buangan limbah domestik dari mess karyawan dan perusahaan, mengingat letak kolam sangat berdekatan dengan saluran pembuangan dari mess.
4.2.2 Kegiatan budidaya udang Vannamei di PT. Indonusa Yudha Perwita Budidaya udang vannamei marak dilakukan sejak pemerintah memberikan izin resmi masuknya spesies ini ke Indonesia pada tahun 2002. Keunggulannya dalam waktu budidaya yang lebih singkat dan pengelompokan udang vannamei
45
sebagai jenis SPF membuat PT. Indonusa Yudha Perwita beralih dan mengganti komoditi budidaya dari udang windu menjadi udang vannamei. Dalam proses budidaya udang vannamei dibutuhkan media pembesaran yakni air dengan kadar salinitas tertentu yang optimal untuk pertumbuhan udang vannamei. Kemudahan akses sumber air sangat penting, dan hal ini dipengaruhi oleh posisi tambak. a. Sumber air tawar Sumber air tawar yang digunakan PT Indonusa Yudha Perwita adalah air tanah. Pemakaian dua sumur bor dilakukan sejak tahun 1992. Sumur bor pertama digunakan untuk kebutuhan domestik perusahaan, dan yang kedua untuk pengisian kolam budidaya. Sumur bor untuk kebutuhan domestik memiliki salinitas 0-1‰, sedangkan untuk kebutuhan kolam tambak memiliki salinitas >3‰.
Air
pompa
yang
digunakan
untuk
tambak
tidak
dikhawatirkan
menyebabkan intrusi yang parah atau penurunan muka tanah karena menurut pemilik tambak, air tawar digunakan hanya saat musim kemarau untuk menjaga kadar salinitas air tambak (menghindari peningkatan salinitas drastis akibat presipitasi yang tinggi). b. Sumber air laut Air laut diambil dengan pompa yang disambungkan dengan pipa sepanjang 150 meter ke arah kolam penampungan pertama. Pemeliharaan terhadap air laut yang baru dipompakan kedalam kolam penampungan dilakukan pada kolam B1 – B5 dilakukan dengan penyaringan bertahap dan penyebaran ikan bandeng sebagai biofilter. Kualitas air tawar dan air laut yang digunakan dalam proses budidaya ditampilkan dalam Lampiran 5.
46
4.2.3 Tahapan kegiatan budidaya udang vannamei Kegiatan budidaya udang vannamei dalam tambak PT. Indonusa Yudha Perwita dilakukan dalam beberapa tahapan yang dimulai dari persiapan, proses pembesaran hingga panen. Penjelasan tahap demi tahap yang dilakukan dalam kegiatan budidaya antara lain: 1. Persiapan Lahan Lama waktu yang dibutuhkan setelah masa panen menuju persiapan kolam sebelum proses tebar benih adalah 3 bulan, dengan 1,5 bulan pertama digunakan untuk pengeringan kolam. Persiapan lahan adalah waktu yang dibutuhkan dalam tahapan ini yaitu 1 sampai dengan 2 bulan dengan rincian sebagai berikut : a. Pengangkatan lumpur dasar dan pengeringan dasar tambak Setelah
melewati
masa
pembudidayaan,
kondisi
tambak
mengalami
perubahan yaitu dengan adanya lumpur yang mengendap di dasar kolam. Endapan lumpur tersebut berasal dari lumpur yang terbawa air masuk dan yang berasal dari sisa pakan yang tidak termakan oleh udang. Untuk menanggulangi hal tersebut, perlu dilakukan pembuangan air, pengeringan, dan pengerukan lumpur untuk mempertahankan kedalaman air selama masa pemeliharaan berikutnya sesuai dengan yang disyaratkan (Gambar 16). Selanjutnya dilakukan perataan pada pelataran tengah kolam agar permukaannya melandai ke arah pintu air. Pengerukan dasar tambak bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah agar kemampuan tanah untuk menghasilkan ganggang biru yang membentuk klekap dapat senantiasa dipertahankan. Kondisi tanah yang aerob sangat membantu dalam proses mineralisasi yang dibutuhkan oleh klekap. Selain itu, proses pengeringan dan pengangkatan lumpur berfungsi untuk menghalau gas beracun seperti metana, amonia, dan H2S dari tanah, sekaligus memberantas benih- benih ikan liar dan hama lainnya.
47
b. Pemberian kapur I Setelah melewati masa pengeringan, tahap selanjutnya yaitu proses pemberian kapur yang berfungsi antara lain sebagai penyedia kapur dalam proses pergantian kulit, pemberantasan hama dan penyakit, mempercepat proses penguraian bahan organik serta untuk mempertahankan kondisi pH tanah tambak. Dosis pemberian kapur adalah 500 kg/ha. Teknik pengapuran dilakukan dengan penyebaran kapur secara merata menggunakan alat sehingga kapur dan tanah dasar dapat teraduk dan kapur dapat masuk sedalam 10 cm. Setelah pemberian kapur, lahan dibiarkan selama 1 minggu. c. Cangkul balik tanah dan Pengapuran II Setelah diberi kapur dan dibiarkan selama seminggu, tahap selanjutnya adalah mencangkul balik tanah yaitu proses pembalikan tanah dasar untuk memperoleh unsur hara baru yang berasal dari lapisan tanah yang lebih dalam, sehingga
diperoleh
pembudidayaan.
kualitas
tanah
dasar
tambak
yang
baik
untuk
Setelah proses cangkul balik tanah, kemudian dilakukan
pengapuran kembali sebanyak 200kg/ ha. d. Perataan Tanah Tahap akhir dalam persiapan lahan adalah proses perataan tanah yaitu proses perataan permukaan pelataran tambak khususnya pada bagian tengah, untuk memudahkan lumpur terkumpul ditengah kolam yang terhubung dengan saluran pembuangan kolam.
48
. (a) (b) Gambar 16. Kolam dalam masa pembuangan air dan pengeringan (a), Saluran pembuangan di tengah kolam (b)
2. Pengisian Kolam Kegiatan pengisian air kolam meliputi kegiatan pengambilan air yang berasal dari laut dengan menggunakan pompa submersible masuk kedalam kolam penampungan/
resevoir,
yang
terdiri
dari
dua
kolam.
Setelah
kolam
penampungan/ reservoir terisi, kemudian air laut tersebut sebagian ada yang dipompakan ke dalam saluran primer, tetapi ada juga yang langsung dipompakan kedalam kolam yang telah siap. Kolam diisi oleh air laut setinggi 50 cm, diukur pH dan nilai salinitasnya. Nilai salinitas dan pH disesuaikan dengan standar air dari pembenihan (hatchery). Selanjutnya, dipasang kincir sebanyak 4 buah per kolam, dan selanjutnya kincir tersebut di uji coba (Gambar 17). Keseluruhan kegiatan tersebut memakan waktu 25 hari.
49
(a)
(b)
(c) Gambar 17. Proses pemasangan kincir (a,b,c)
3. Desinfektan Kegiatan desinfektan adalah kegiatan untuk mencegah timbulnya penyakit setelah pengisian air kolam. Sebelum dilakukan pemberian kaporit, terlebih dahulu dilakukan pengaktifan kincir air, untuk memudahkan pencampuran kaporit didalam air kolam dan lebih merata. Pemberian kaporit dengan dosis 35 ppm/ha dilakukan dalam kurun waktu 10 hari. Penggunaan desinfektan lainnya ditambahkan sesuai kebutuhan untuk mengendalikan hama udang yaitu sejenis Saponin. Saponin yang digunakan adalah saponin yang telah direndam dan dibiarkan selama 1 hari. Selanjutnya dilakukan pemupukan, air kolam diberi TSP. TSP diberikan sehari setelah masa pemberian kaporit dan saponin selama 10 hari. Dosis TSP yang diberikan adalah 3 – 5 kg per kolam, disesuaikan dengan ukuran kolam.
50
4. Fermentasi dan kontrol kualitas air kolam Proses yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan plankton dengan bantuan fermentasi bahan- bahan seperti bekatul, tepung ikan dan tepung kedelai yang telah direndam selama tiga hari dalam wadah drum berisi air. Campuran bahan- bahan tersebut kemudian ditaburkan kedalam kolam dengan ditambahkan bakteri pengurai jenis fermentasi.
lactobacillus sp. untuk mendukung
Setelah kegiatan tersebut kemudian dilakukan kontrol beberapa
parameter penting yang diperlukan dalam budidaya udang yaitu pH air, salinitas air, transparansi dan plankton. Setelah seluruh kondisi tersebut sesuai kemudian tahap selanjutnya yaitu siap masuk benur (tebar). 5. Penebaran benur Proses penebaran dilakukan dengan menggunakan benih udang (benur larva) PL 10 dengan padat penebaran rata- rata per kolam >70 ekor/ meter. Sebelum dilakukan penebaran, terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi temperatur dan salinitas. Pada proses penebaran awal digunakan salinitas 25 - 30‰, hal ini dilakukan agar proses aklimatisasi (adaptasi terhadap suhu dan salinitas) dengan kondisi benur dari hatchery tidak susah. Hal ini bertujuan untuk menekan tingkat mortalitas benur. 6. Pembesaran Periode pembesaran diawali saat benur masuk ke dalam kolam tambak, pemberian pakan merupakan hal yang utama selama periode pembesaran, selain itu pemberian vitamin pun penting dilakukan. Pada saat benur berumur 7 hari – 3 bulan, diberikan vitamin tambahan yakni Wheat Gluten, vitamin C, vitamin TOP S, Pro2, dan Biovit (Gambar 18). Penggunaan probiotik sangat membantu merubah bahan organik dan amonia yang ada dalam air tambak. Probiotik lebih lanjut berguna dalam manajemen plankton yang ada. Probiotik yang digunakan adalah Super PS. Pemberian
51
Super PS dilakukan pada awal budidaya sampai umur 2 bulan. Aplikasi pemberian probiotik dilakukan sesuai kebutuhan tambak.
Waktu yang
dibutuhkan dalam pembesaran udang adalah 3.5 sampai 4 bulan.
Jadwal
kegiatan dalam masa pembesaran tertuang dalam Tabel 7.
(a) (b) Gambar 18. Vitamin udang dalam masa pembesaran di tambak PT. IYP (a) Wheat Gluten, TOP S, Pro 2; (b) BioVit Aquatic
Tabel 7. Jadwal kegiatan harian dalam kegiatan budidaya No 1
Waktu 7:30
Kegiatan Pemberian Pakan I
Keterangan
Sampel air kolam diletakkan dalam botol gelap;proses analisis dilakukan di laboratorium (pH, salinitas, Pengambilan sampel air kolam nitrit, nitrat, amoniak, kandungan bakteri); pengukuran DO dilakukan dengan DO meter langsung dikolam)
2
8:00
3 4 5 6 7 8 9
9:30 11:30 13:30 15:30 17:30 19:30 21:30
Kontrol anco Pemberian Pakan II Kontrol anco Pemberian Pakan III Kontrol anco Pemberian pakan IV Kontrol anco
10
1:00
Pemberian pakan V
Dilakukan dini hari untuk tindakan pengamanan kolam di malam hari
52
Kontrol anco adalah proses pemeriksaan pakan yang diletakkan pada anco, hal ini bertujuan untuk mengkontrol nafsu makan udang. Banyaknya pakan yang diberikan dalam anco adalah 3% dari jumlah total pakan yang diberikan pada satu kolam. Proses kontrol anco dilakukan dengan cara diangkat setelah satu atau dua jam pemberian pakan. Dalam prakteknya, apabila pada waktu control anco ditemukan bahwa pakan di seluruh anco dalam satu kolam habis, maka untuk jadwal pakan berikutnya pakan ditambahkan 1 kg. Sebaliknya, jika ada yang tersisa dalam salah satu atau kedua buah anco, maka dilakukan pengurangan jumlah pakan pada jadwal pemberian pakan berikutnya. Jumlah pakan yang diberikan bergantung pada umur dan kondisi udang. Jumlah pakan untuk malam hari lebih rendah, hal ini disesuaikan dengan sifat udang vannamei yang aktif makan di siang hari, sehingga pemberian pakan dimalam hari lebih dititikberatkan pada faktor keamanan. Pada usaha budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita, terdapat tiga jenis pakan yang diperoleh dari PT Gold Coin Indonesia: a) Supreme 960 untuk benur umur 0 – 12 hari b) Supreme 960+ Supreme 961 untuk umur > 12 hari c) Supreme 961+ Supreme 962 untuk > dua minggu d) Setelah 35 hari menggunakan pellet Supreme 933P Dalam proses pembesaran, pemeliharaan air dilakukan tidak hanya dengan menilai kualitas air, akan tetapi pembuangan dan penggantian air pun dilakukan. Umumnya penambahan air tawar dilakukan pada saat benur berumur 15 – 45 hari. Setelah berumur lebih dari 45 hari hingga masa panen, air yang ditambahkan adalah air asin. Proses pembuangan air dan penambahan air biasanya dilakukan pada pagi hari dengan melihat kedalaman air dan kondisi warna air. 7. Panen
53
Kegiatan panen dilakukan dalam dua metode yakni panen total dan panen parsial. Panen total dilakukan saat size udang sudah layak panen. Panen parsial bertujuan meminimalisir efek dari kandungan oksigen terlarut yang rendah dan mengganggu pertumbuhan udang. Kondisi kekurangan oksigen diseluruh kolam akibat kondisi kolam yang padat. Panen parsial dilakukan dengan melihat data oksigen terlarut harian dan size udang, pada saat kadar oksigen terlarut tercatat sangat rendah dan size udang sudah cukup memenuhi permintaan pasar, maka keputusan panen parsial diambil. 8. Pasca Panen Proses penanganan udang sebelum sampai kekonsumen adalah sortir sesuai ukuran, pencucian beberapa kali dengan air bersih atau air es, kemudian packing dalam keranjang yang telah dilapisi serpihan es batu. Penanganan udang hasil panen harus dilakukan dengan cepat karena kualitas udang cepat menurun setelah dipanen. Keterlambatan penanganan udang mengakibatkan udang tidak dapat diterima dipasaran sebagai komoditas ekspor. 4.3 Karakteristik biofisik pesisir kecamatan Patrol, Indramayu Kecamatan Patrol berbatasan langsung dengan Laut Jawa pada bagian utara. Garis pantai Kecamatan Patrol serta klasifikasi area berdasarkan jarak dari pantai dituangkan dalam Lampiran 6. Berdasarkan hasil survei lapangan pada bulan Oktober 2010, sebaran salinitas di pesisir Patrol berkisar antara 23 – 27 permill, dan salinitas bernilai rendah pada daerah dekat muara sungai yakni 9 permill. Tabulasi data salinitas, serta peta sebaran nilai salinitas pesisir dicantumkan dalam Lampiran 7. Daerah Patrol dialiri beberapa aliran sungai sebagai sumber air tawar yang digunakan dalam beberapa kegiatan masyarakat. Aliran sungai yang melewati daerah Patrol serta klasifikasi jarak daerah Patrol dari aliran sungai ditampilkan dalam Lampiran 8.
54
Variasi curah hujan pada periode 2006 – 2010 adalah 1010,0 – 1836,0 mm/ tahun, dengan nilai curah hujan rata- rata 1364,8 mm/ tahun. Jumlah hari hujan yang tercatat dalam periode 2006 – 2010 berkisar 61 – 92 hari. Data curah hujan dilampirkan dalam Lampiran 9. Penggunaan lahan di wilayah Patrol masih didominasi oleh sawah, pemukiman serta tambak (Lampiran 10). Jenis tanah pada lokasi penelitian berjenis aluvial sehingga cocok untuk usaha pertanian dan budidaya karena kandungan endapan mineralnya, sedangkan tekstur tanah berkisar pada clay, silty clay dan clay loam, yang mendukung kegiatan pertambakan. Pesisir utara kabupaten Indramayu khususnya daerah Patrol memiliki kelerengan yang cenderung datar yakni 0 - 3% (Tim Survei Tanah Pusat Penelitian Tanah dan Agro Klimat 1990). Kondisi kualitas tanah dan kelerengan lahan di kecamatan Patrol digambarkan dalam Lampiran 11. Wilayah Patrol memiliki aksesibilitas yang baik, terutama dengan adanya jalur Pantura. Keberadaan jalur Pantura serta jalan pendukung lainnya akan memudahkan suatu usaha tambak dalam menjangkau pasar, konsumen atau penyedia kebutuhan operasional budidaya. Aksesibilitas di kecamatan Patrol dicantumkan dalam Lampiran 12. Tipe pasang surut pada lokasi penelitian adalah pasang surut campuran condong harian ganda, hal ini diketahui berdasarkan data Dishidros AL untuk stasiun pasang surut di Cirebon pada bulan Nopember 2010 dengan nilai tunggang pasang surut sebesar 0,846 m (Lampiran 13). Hasil survei lapang oleh Siahaan (2010) pun mengungkapkan hal yang senada, dimana nilai tunggang pasut yang diperoleh adalah 0,75 m. Mengacu pada Afrianto dan Liviawaty (1991), tunggang pasang surut pada daerah Patrol kurang dari 1 meter, sehingga untuk menjadikan daerah tersebut sebagai lahan tambak, maka pengisian dan pengeringan tambak harus dilakukan dengan memanfaatkan pompa.
55
4.4 Kesesuaian lahan budidaya tambak di kecamatan Patrol Berdasarkan seluruh faktor biofisik yang dimiliki oleh daerah Patrol, maka diperoleh hasil kesesuaian lahan tambak untuk daerah Kecamatan Patrol seperti ditampilkan dalam Gambar 19. Variasi hasil akhir kesesuaian lahan untuk kecamatan Patrol ditentukan oleh keragaman dari setiap kriteria seperti terlampir dalam Lampiran 6 – 12. Dari keseluruhan kriteria yang digunakan dalam penentuan kesesuaian lahan, terdapat beberapa kriteria yang menjadi penentu, dan beberapa kriteria yang tidak berpengaruh dalam variasi kesesuaian lahan. Kriteria biofisik yang tidak memberikan pengaruh nyata dalam variasi hasil kesesuaian lahan secara spasial adalah data yang bersifat homogen yakni curah hujan, kelerengan, dan tekstur tanah. Data curah hujan yang digunakan dalam metode pembobotan bersifat homogen karena terdiri atas nilai rata- rata curah hujan untuk kecamatan Patrol yakni 1364,8 mm/tahun. Demikian halnya dengan kelerengan dan tekstur tanah, kelerengan seluruh daerah Patrol adalah datar yakni 0 – 3%, sedangkan tekstur tanah keseluruhan daerah penelitian adalah clay. Kehomogenan data curah hujan, kelerengan dan tekstur tanah, tidak menyebabkan perubahan dalam variasi nilai akhir kesesuaian, sehingga dapat dilewatkan dalam proses pembobotan untuk penentuan kesesuaian lahan tambak di daerah Patrol. Parameter yang menjadi faktor pembeda pada hasil kesesuaian lahan tambak di kecamatan Patrol adalah landuse, jenis tanah, jarak dari pantai, jarak dari sungai, aksesibilitas, dan salinitas. Landuse menjadi faktor utama dalam perbedaan hasil kesesuaian karena memiliki bobot yang terbesar diantara parameter lainnya. Pada daerah yang tidak sesuai atau sesuai bersyarat dalam Gambar 19, adalah daerah dengan peruntukkan lahan sebagai pemukiman atau lokasi industri, sedangkan daerah yang sangat sesuai atau cukup sesuai memiliki landuse berupa lahan persawahan, ladang atau lahan tambak. Parameter jenis
56
tanah dan jarak dari pantai memiliki pengaruh yang lebih rendah dalam perbedaan hasil akhir kesesuaian lahan karena bobot yang lebih rendah dari parameter landuse. Daerah dengan jenis tanah alluvial dan berjarak 300 – 4000 m menjadi daerah yang sangat sesuai hingga cukup sesuai, sedangkan diluar kriteria tersebut merupakan daerah yang kurang sesuai atau tidak sesuai sebagao lahan tambak. Variasi hasil kesesuaian lahan untuk budidaya tambak turut dipengaruhi oleh parameter jarak dari sungai, aksesibilitas, dan salinitas. Daerah dengan aksesibilitas < 1000 m dan berjarak 50 – 1000 m dari sungai, menjadi daerah yang sangat sesuai atau cukup sesuai sebagai lahan tambak. Sebaran salinitas turut mempengaruhi hasil kesesuaian lahan, karena adanya variasi nilai salinitas di pesisir kecamatan Patrol, khususnya daerah muara sungai yang cenderung memiliki kisaran salinitas rendah. Dalam penentuan kesesuaian lahan untuk budidaya tambak, selain menggunakan parameter biofisik, perlu disertakan hasil kesesuaian berdasarkan analisis temporal terhadap kualitas air dan iklim yang berperan penting dalam keberlangsungan budidaya tambak. Mengacu pada Lampiran 5 dan 7, diketahui bahwa musim hujan mempengaruhi salinitas di pesisir terutama di daerah muara sungai, yang cenderung lebih rendah akibat limpasan air tawar dari sungai. Pada kecamatan Patrol, umumnya curah hujan meningkat pada bulan Oktober hingga bulan Mei. Waktu tersebut perlu diperhatikan oleh pengusaha tambak, karena akan berpengaruh pada proses pengeringan tanah dan fluktuasi nilai salinitas air tambak sebagai media budidaya.
57
Gambar 19. Kesesuaian lahan tambak Kecamatan Patrol, Indramayu
58
4.5 Evaluasi kesesuaian lahan tambak PT. Indonusa Yudha Perwita Berdasarkan hasil overlay layout tata letak tambak PT. Indonusa Yudha Perwita (PT. IYP) (Gambar 10) terhadap hasil kesesuaian lahan untuk tambak di kecamatan Patrol (Gambar 19), diperoleh informasi kesesuaian lahan untuk tambak PT. IYP secara biofisik, seperti dicantumkan dalam Gambar 20. Melalui Gambar 20, diketahui bahwa lokasi tambak PT. IYP terletak dalam kelas sangat sesuai dan cukup sesuai. Tambak PT. IYP dengan luasan 22,8541 ha terbagi dalam dua kelas dengan luas masing- masing kelas kesesuaian tercantum dalam dalam Tabel 8. Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa luasan lahan tambak yang berada dalam kelas sangat sesuai yakni 11,7154 ha (51,2620%), lebih besar dari kelas cukup sesuai yang memiliki luasan 11,1386 ha (48,7380%).
Tabel 8. Luas kelas kesesuaian lahan tambak PT. IYP Kelas Luasan (ha) Persentase (%) Sangat sesuai 11,7154 51,2620 Cukup sesuai 11,1386 48,7380 Total 22,8541 100 Hal yang menyebabkan perbedaan kelas kesesuaian lahan untuk tambak PT. IYP dapat diketahui melalui perbedaan faktor dari setiap kriteria penyusun kesesuaian lahan tambak. Setiap faktor kriteria yang menyusun kelas sangat sesuai dan cukup sesuai untuk lokasi tambak PT. IYP tertuang dalam Tabel 9.
Tabel 9. Faktor penyusun kesesuaian lahan tambak PT. IYP No Kriteria Kelas Sangat Sesuai Kelas Sesuai 1 Landuse Sawah Sawah 2 Jenis Tanah Aluvial kelabu tua Aluvial kelabu tua 3 Jarak dari pantai > 200 m 200 m 4 Jarak dari sungai 3000 m 3000 m 5 Aksesibilitas 1000 m 1000 m 6 Tekstur tanah Clay Clay 7 Kelerengan 0 - 2% 0 - 2% 8 Curah hujan 1364,8 mm 1364,8 mm 9 Salinitas 20- 30 ‰ 20- 30 ‰
59
Gambar 20. Kesesuaian lokasi tambak PT. Indonusa Yudha Perwita berdasarkan faktor biofisik
60
Tabel 9 memberikan informasi bahwa sembilan kriteria yang digunakan mendukung penyusunan kesesuaian lahan untuk tambak PT. IYP sehingga diperoleh kelas sangat sesuai dan cukup sesuai. Dari kesembilan kriteria yang digunakan delapan kriteria diantaranya bersifat homogen, sehingga terdapat satu kriteria yang menjadi penentu variasi kelas kesesuaian yang dimiliki oleh lahan tambak PT. IYP, yakni kriteria jarak dari pantai. Kelas sangat sesuai berada pada lahan yang berjarak > 200 m dari garis pantai, sedangkan kelas cukup sesuai dimiliki oleh lahan tambak PT. IYP yang berjarak 200 m dari garis pantai. Penerapan faktor pembatas berupa kawasan sempadan pantai dan sungai untuk perlindungan kawasan pesisir terhadap hasil analisis kesesuaian lahan secara biofisik memberikan hasil seperti terlampirkan dalam Lampiran 14. Pemberlakuan peraturan pemerintah dalam Keppres 32/ 1990, diikuti oleh Surat Edaran Departemen Kehutanan No. 507/ IV-BPPH/ 1990 tentang lebar jalur hijau 200 m di sepanjang pantai dan 50 m di sempadan sungai, menjadikan seluruh area sempadan pantai dan sungai dilarang untuk kegiatan pertambakkan karena berbenturan dengan kepentingan konservasi lingkungan pesisir. Penerapan faktor pembatas terhadap hasil kesesuaian lahan tambak secara biofisik di kecamatan Patrol (Gambar 19) mengungkapkan hasil bahwa sebagian lahan tambak PT. IYP seharusnya tidak digunakan sebagai lahan tambak (Gambar 21). Lahan PT. IYP dengan kelas cukup sesuai secara biofisik, berjarak < 200 m dari garis pantai dan langsung terhubung dengan laut terbuka yakni Laut Jawa, dimana seharusnya lahan tersebut digunakan sebagai jalur hijau mangrove atau kawasan sempadan pantai. Hal tersebut untuk menghindari dampak buruk yang lebih jauh akibat abrasi. Ketiadaan jalur hijau mangrove atau kawasan sempadan pantai sejak awal kegiatan budidaya tambak PT. IYP berlangsung menjadikan kurang tepatnya
61
Gambar 21. Kesesuaian lokasi tambak PT. Indonusa Yudha Perwita berdasarkan faktor biofisik dan peraturan perlindungan pesisir
62
lokasi tambak PT. IYP. Hal ini ditandai oleh pengurangan lahan tambak PT. IYP karena selalu terkena dampak abrasi. Abrasi di kawasan ini telah berakibat pada hilangnya seluruh Kolam A dan terkikisnya Kolam B1, B2, B3, B4, dan B5 (Lampiran 4), sehingga tidak dapat digunakan dalam proses budidaya. Pengurangan luas lahan tambak PT. IYP karena abrasi membuat perusahaan harus
mengeluarkan
biaya
operasional
ekstra
untuk
menanggulangi
permasalahan pesisir tersebut dengan membuat tanggul atau turap penahan abrasi (Gambar 22). Petambak menyatakan bahwa tindakan untuk menanggulangi abrasi telah banyak dilakukan dengan membuat penahan dari bambu, beton dan batu. Penggunaan mangrove belum dilakukan, karena dibutuhkan biaya besar dan waktu lama. Pemilik tambak turut mengungkapkan bahwa meskipun lahan tambak PT. IYP memiliki ketinggian 3 meter dari permukaan laut dan tidak terkena pengaruh banjir, namun pengaruh abrasi sangat tinggi, sehingga sebelum dilakukan penanaman mangrove, tetap perlu dilakukan pembuatan turap atau bronjong atau concrete penahan, agar tanaman
mangrove tidak
tergerus oleh gelombang. Mangrove memiliki efek nyata dalam menstabilkan tanah untuk menahan abrasi, berperan dalam meredam energi gelombang, dan menyaring runoff dari sungai sebelum memasuki perairan pesisir, mampu menghasilkan bahan pelapukan sebagai sumber makanan plankton (Boyd, 2002). Dengan demikian, relokasi lahan tambak PT. IYP yang cukup sesuai ke dalam area yang tergolong dalam kelas sangat sesuai, serta konversi lahan yang cukup sesuai selebar 200 m menjadi kawasan mangrove, diungkapkan sebagai suatu langkah yang perlu diambil oleh pihak pengelola. Hal ini bertujuan agar tambak PT. IYP
dapat
63
beroperasi tanpa adanya pembatas serius seperti ancaman abrasi, sehingga penggunaan lahan sebagai kawasan tambak secara lestari dapat tercapai.
Gambar 22. Kondisi bagian depan tambak yang terkikis abrasi 4.6 Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP Setiap tambak memiliki data kualitas air, kondisi komoditi budidaya, serta identitas spasial yang berbeda, dengan demikian perlu dilakukan penanganan data budidaya tambak secara khusus untuk masing- masing kolam produksi. Meade (1989) mengungkapkan manajemen yang sehat dalam budidaya melibatkan tiga hal penting, yaitu (1) pengelolaan pasokan air untuk mengurangi paparan penyakti dan stres, (2) pengelolaan prosedur untuk meminimalisasi stres akibat aktivitas budidaya, dan (3) pengelolaan terhadap pegawai untuk memastikan bahwa tahapan budidaya berjalan dengan efisien. Pengelolaan terhadap prosedur dan pelaku budidaya akan membutuhkan suatu kegiatan pelatihan, sedangkan pengelolaan terhadap air sebagai media dalam budidaya membutuhkan tool untuk menyimpan data dan memiliki fungsi untuk evaluasi. Dalam kegiatan budidaya PT. Indonusa Yudha Perwita, proses pencatatan data dilakukan secara konvensional dalam buku. Hal tersebut mengakibatkan banyak data hilang dan tidak terdokumentasi dengan baik sejak awal budidaya vannamei dilakukan, sehingga sukar dilakukan penelusuran riwayat kondisi
64
budidaya atau evaluasi terhadap suatu masalah yang terjadi dalam proses budidaya. Untuk menjawab permasalahan akan kebutuhan perusahaan terhadap suatu tools yang membantu proses penyimpanan dan pengolahan data menjadi informasi secara cepat juga tepat, serta kebutuhan akan sistem pendukung pengambilan keputusan, dibangun aplikasi Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita (Gambar 23). Sistem informasi ini berfungsi sebagai unit perekaman dan pengelolaan data menjadi informasi budidaya tambak PT. IYP, selain itu, turut disertakan mengenai dokumentasi proses budidaya dan informasi kesesuaian lokasi tambak PT. IYP. Panduan operasi sistem informasi secara lengkap dicantumkan dalam Lampiran 15.
65
Halaman utama
Gambar 23. Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP 4.6.1 Aktivitas Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP berisi seluruh informasi yang menyangkut kegiatan budidaya serta kesesuaian lokasi tambak PT. IYP. Dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP, terdapat aliran informasi dan transformasi data yang bergerak dari proses input data hingga output. Hal tersebut berkaitan dengan fungsi utama sistem informasi ini adalah
66
memasukkan data (input), menyimpan data dalam database, memproses data, serta mengeluarkan atau menampilkan output yang dihasilkan. Alur proses input dan output dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP secara teknik grafik digambarkan dalam flowchart pada Gambar 24
Gambar 24. Alur proses input dan output Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP
67
a. Input Proses input data dalam sistem informasi dibagi menjadi dua bagian yakni input formasi data dan input data budidaya. Input formasi data bertujuan untuk mendefinisikan jenis dan kelompok data yang memiliki kemungkinan untuk diubah atau diperbaharui. Input formasi data yang pertama dilakukan adalah input data blok. Input data blok dilakukan paling awal dikarenakan seluruh kolam tambak tergabung dalam empat blok yang berbeda. Selanjutnya adalah input data kolam, hal ini didasarkan pada kolam sebagai pendefinisi spasial dan sumber lokasi dari berbagai data operasional budidaya yang diukur. Tanpa ada rekaman mengenai data kolam, maka tidak dapat dilakukan pencatatan data operasional budidaya.
Hal
ini
sekaligus mendefinisikan kolam sebagai
penghubung antar kelompok data budidaya. Data yang juga disertakan dalam proses input formasi data adalah data jenis plankton. Hal ini diperlukan untuk memudahkan user dalam mengisi atau memperbaharui data plankton, mengingat jenis plankton yang ditemukan sangat bervariasi dan tidak menutup kemungkinan terdapat penambahan jenis plankton yang ditemukan dalam air tambak. Pendefinisian Formasi Data dilanjutkan terhadap informasi yang berkaitan dengan data pakan, yakni jenis pakan, waktu pemberian pakan, dan definisi status anco. Jenis pakan yang digunakan akan berubah sesuai umur udang, sehingga perlu pilihan jenis pakan yang digunakan untuk memudahkan proses input data pakan harian. Waktu pemberian pakan dan status anco merupakan hal yang sudah pasti diketahui kondisi dan definisinya sehingga turut direkam terlebih dahulu dalam Formasi Data. Layar menu input formasi data Blok, Kolam, Jenis Plankton, Jenis Pakan, Waktu Pakan dan Status Anco dalam Sistem Informasi Pengelolaan Budidaya Tambak PT. Indonusa Yudha Perwita dituangkan dalam Gambar 25.
68
Formasi data KOLAM
Formasi data BLOK
Formasi data STATUS ANCO Formasi data PLANKTON
Gambar 25. Layar menu input formasi data dalam Sistem Informasi Pengelolaan Budidaya Tambak PT. Indonusa Yudha Perwita
69
Proses input data budidaya diawali dengan memilih kolam sebagai sumber data dan alamat pengumpulan data dalam sistem informasi. Format isian data didasarkan pada hasil yang diperoleh, yakni teks atau bilangan. Proses input data dikelompokkan menjadi lima yakni: - data panen - data kualitas air - data plankton - data pakan - data sampling Input data kualitas air mencakup beberapa parameter fisika, kimia, dan konsentrasi bakteri vibrio. Proses input data plankton lebih mudah karena user tidak perlu menuliskan secara manual setiap nama plankton yang ditemukan, melainkan memilih dari daftar nama plankton yang telah direkam terlebih dahulu dalam
Formasi Data. Proses pengisian data pakan mencakup waktu
pengambilan data, jenis pakan, bobot pakan hingga data mengenai anco. Pencatatan data sampling disesuaikan dengan pola sampling yang dilakukan sebanyak dua kali dalam satu kali sampling. Perubahan bobot diperoleh dari hasil rataan dua kali sampling yang dilakukan. Data yang diisikan dalam menu Data Panen mencakup data luas area, tanggal tebar, jumlah benih yang ditebar, tanggal panen, hari pembesaran, jumlah panen. Layar menu input lima jenis data budidaya dalam Sistem Informasi Pengelolaan Budidaya Tambak PT. Indonusa Yudha Perwita dituangkan dalam Gambar 26.
70
Input data KUALITAS AIR Input data PAKAN Input data PANEN
Input data PLANKTON
Input data SAMPLING
Gambar 26. Menu input lima jenis data budidaya dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita
71
b. Pemrosesan data Pemrosesan data dalam sistem informasi ini adalah mengakumulasi data deret waktu (temporal), melakukan perbandingan data antar kolam (spasial), atau menerapkan operasi matematika (formula) untuk menghasilkan informasi baru. Proses akumulasi berdasarkan deret waktu terutama dilakukan terhadap data kualitas air (pH, salinitas, DO), sedangkan perbandingan spasial dilakukan untuk mengevaluasi perbedaan kondisi budidaya antara beberapa kolam produksi (perbandingan padat tebar, hasil panen atau pertumbuhan bobot udang). Pemrosesan dengan operasi matematis atau kalkulasi menggunakan formula dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP digunakan untuk menghasilkan informasi mengenai padat tebar (densitas), sintasan atau survival rate (SR), feeding convertion ratio (FCR) atau rasio pakan, rataan bobot udang (hasil sampling), total pakan harian, akumulasi jumlah pakan dalam satu periode pembesaran, pertumbuhan bobot udang harian (ADG), dan nilai produksi/ ha. Pemrosesan data berlangsung cepat, sebagai bentuk efisiensi waktu untuk memperoleh informasi kondisi budidaya. Sebagai contoh, pada saat input data panen
dilakukan
maka
kolom
ukuran
udang
(Harvest
size),
tingkat
kelulushidupan (SR), rasio konversi pakan (FCR), pertumbuhan rata-rata harian (ADG), Total pakan kumulatif, dan nilai produksi (kg/ha) akan terisi secara otomatis sebagai hasil pemrosesan data menggunakan formula atau operasi matematika. c. Output Dalam menghasilkan output, Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP memberikan pilihan dalam bentuk grafik atau tabel. Hasil dalam bentuk tabel disimpan dalam bentuk file report (*.txt) dan hasil cetak (print), sedangkan output grafik disimpan dalam format gambar (*.jpeg). Contoh output tabel sistem
72
informasi dari data budidaya pada masa produksi Maret- Juli 2009 disajikan dalam Lampiran 16. Penggunaan jenis grafik sebagai bentuk output disesuaikan dengan data, yakni grafik 1 kolam dan grafik antar kolam, dalam bentuk garis atau batang. Grafik 1 kolam digunakan untuk membandingkan beberapa parameter kualitas air dari 1 kolam pada suatu masa produksi, sedangkan grafik antar kolam digunakan untuk membandingkan 1 parameter dari beberapa kolam dalam suatu masa produksi. Output grafik dapat digunakan untuk menggambarkan variasi seluruh data budidaya. Output grafik dari sistem informasi untuk budidaya periode Maret- Juli 2009 ditampilkan dalam Gambar 27 dan 28. Data pembesaran periode Maret- Juli 2009 merupakan kumpulan data dari kolam produksi yang tergabung dalam Blok 2 yang terdiri dari kolam E1, E2, F1, F2 dan F3. Dalam Gambar 27 ditampilkan kemampuan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita untuk menghasilkan informasi hasil evaluasi spasial dalam bentuk grafik batang. Hasil evaluasi proses budidaya periode Maret- Juli 2009 ditampilkan dalam bentuk perbandingan data luas kolam, jumlah tebar, padat tebar, pertumbuhan bobot udang, hasil panen, Final ABW, FCR, dan SR dari masing- masing kolam produksi.
73
Gambar 27. Evaluasi proses budidaya periode Maret- Juli 2009 menggunakan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP
74
Hasil evaluasi Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP dalam Gambar 27 menunjukkan bahwa pada masa produksi Maret- Juli 2009, proses budidaya yang paling baik dimiliki oleh kolam produksi F2. Dengan luas kolam 4000 m2 yang tidak jauh berbeda jika diperbandingkan dengan kolam F1 dan F3, kolam F2 memiliki padat tebar lebih tinggi yakni 86 ekor/m2, menghasilkan hasil panen lebih tinggi yakni 7680 kg, tingkat kelulushidupan (SR) hingga 100% dan nilai FCR terendah diantara kolam lainnya yakni 1,64. Jumlah pakan yang dihabiskan selama masa pembesaran dalam kolam F2 mempengaruhi nilai FCR, bobot udang saat panen (ABW) serta pertumbuhan bobot udang yang lebih kecil dibandingkan dengan udang pada kolam lainnya. Berdasarkan grafik pun dapat diketahui bahwa proses budidaya pada kolam E1 kurang optimal. Hal tersebut dilihat dari kondisi kolam E1 sebagai kolam terluas, jumlah benur tebar terbanyak, dan menghabiskan pakan terbanyak, namun menghasilkan produksi terendah, SR yang rendah serta FCR yang kurang baik (> 1,8). Gambar 28 menunjukkan hasil aktivitas Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP dalam monitoring data kualitas air kolam produksi periode Maret Juli 2009 serta pengolahan menjadi gambaran variasi temporal. Variasi temporal data kualitas air yang ditampilkan mencakup nilai pH pagi dan sore, salinitas, serta kandungan oksigen terlarut (DO). Berdasarkan Gambar 28 diketahui bahwa terdapat tren nilai pH yang diukur pada sore hari lebih tinggi dibandingkan pH air kolam di pagi hari. Data salinitas berada pada kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies vannamei yakni 10 – 30 permill. Kisaran oksigen terlarut keseluruhan kolam produksi ada pada kisaran 3,5 – 5,5 mg/l. Tren kondisi oksigen terlarut dalam masa budidaya cenderung menurun saat mendekati masa panen.
75
Gambar 28. Evaluasi data kualitas air budidaya periode Maret- Juli 2009 berdasarkan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP
76
Output tabel Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP memberikan kemudahan dalam hubungan dengan program lain dalam pengolahan data. Hasil keluaran sistem informasi disimpan dalam format *.txt, dan dapat diolah kembali dengan program lain sesuai keinginan user. Salah satu bentuk penggunaannya adalah pengolahan menjadi grafik yang kemudian disandingkan dengan nilai batas atau kriteria sebagai bagian dari evaluasi. Penggunaan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP dalam membantu mengevaluasi keberhasilan operasional budidaya ditunjukkan dalam Gambar 29. Keberhasilan operasional tambak dapat diketahui dengan membandingkan nilai produksi yang diperoleh terhadap literatur batas nilai produksi berdasarkan teknologi budidaya yang digunakan. Nilai produksi merupakan bagian dari data budidaya yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP. Tabel nilai produksi tambak PT. IYP dilampirkan dalam Lampiran 17, dan dituangkan kedalam grafik variasi nilai produksi pada Gambar 29. Berdasarkan Gambar 29, nilai produktivitas terendah ditemukan pada kolam C5 (Blok 4) dalam periode Desember 2004 – April 2005 yakni 7.511,1111 kg/ha, sedangkan nilai produktivitas tertinggi yaitu 22.743,4783 kg/ha diperoleh dari kolam E9 (Blok 3) pada masa produksi Nopember 2006 – Maret 2007. Tambak udang vannamei dengan teknologi intensif memiliki batas nilai produktivitas yang lebih tinggi dari tambak berteknologi semi intensif atau tradisional. Kriteria nilai produksi untuk tambak udang berteknbologi intensif diungkapkan oleh Boyd dan Clay (2002), yakni diatas 13.600 kg/ha. Hal tersebut disesuaikan dengan spesies vanamei yang mempunyai beberapa keunggulan seperti tingkat kelulushidupan tinggi, kualitas benur, padat tebar tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan konversi pakan rendah. Gambar 29 turut memberikan gambaran mengenai pencapaian produktivitas tambak PT. Indonusa Yudha Perwita terhadap batas nilai produksi menurut Boyd dan Clay (2002).
77
Gambar 29. Grafik fluktuasi hasil produksi dari kolam tambak PT. Indonusa Yudha Perwita
78
Dengan menyandingkan nilai batas produktivitas berdasarkan literatur Boyd dan Clay (2002), dapat diketahui bahwa produktivitas kolam yang memenuhi kriteria adalah kolam dalam Blok 2 dan Blok 3, sedangkan kolam dalam Blok 1 dan Blok 4 dianggap kurang berhasil karena kisaran nilai produksinya berada dibawah batas nilai produksi. 4.6.2 Evaluasi Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP dapat memenuhi kebutuhan perusahaan dalam proses penyimpanan, pembaharuan, pengamanan dan penggunaan kembali data budidaya dalam pengolahan menjadi informasi untuk kegiatan evaluasi proses budidaya. Secara teknis, sistem informasi dibangun secara sederhana sesuai dengan sumberdaya dan sarana yang ada dalam PT. IYP, sehingga mempermudah proses instalasi dan pengoperasian oleh pegawai tambak. Beberapa fungsi yang mampu dilakukan oleh Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita mempermudah pengelola tambak dalam memantau kondisi tambak, riwayat pembesaran udang, dan menentukan langkah yang diperlukan untuk kegiatan budidaya. Sistem informasi ini bermanfaat untuk mengubah sistem lama dalam pengelolaan data budidaya, yakni pengubahan metode penanganan data dalam catatan manual dalam buku menjadi penanganan data secara digital, berbasis komputer dan terpusat dalam satu database. Dengan mengacu pada Prahasta (2009) mengenai kriteria umum sistem informasi, yang mencakup debit atau jumlah data dan informasi yang mengalir dalam satuan waktu, waktu respon yang singkat, dan pemenuhan fungsi yang didefinisikan sebagai kebutuhan, maka dapat diuraikan perbedaan penggunaan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang dibandingkan dengan pengelolaan data secara manual yang dituangkan dalam Tabel 10.
79
Tabel 10. Perbedaan pengelolaan data secara manual dan dengan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP Pengelolaan data budidaya Manual
Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang
Data disimpan dalam buku atau media lain yang harus dibaca oleh pekerja tambak
Data disimpan dalam database yang dapat dibaca oleh komputer
Bersifat statis, satu media penyimpanan (buku) tidak dapat digunakan pada banyak lokasi tambak
Bersifat statis dan dinamis, satu sistem informasi dapat digunakan dalam satu perusahaan tambak, namun juga dapat dimodifikasi untuk digunakan di tambak lain
Penelusuran data dilakukan secara manual oleh manusia (pekerja tambak); kecepatan penelusuran relatif rendah (orde menit hingga jam) dan belum tentu menghasilkan informasi untuk evaluasi
Penelusuran data dilakukan oleh komputer sehingga lebih mudah dan cepat untuk ditelusuri (dalam satuan waktu detik hingga menit) dan mampu menghasilkan olahan data menjadi informasi untuk evaluasi kegiatan budidaya
Semakin besar atau banyak data yang tersimpan maka akan semakin sulit dalam memperoleh gambaran yang lengkap dan cepat mengenai kondisi budidaya
Sekumpulan data dalam jumlah besar tersimpan dalam satu lokasi saja sehingga analisis atau evaluasi dari berbagai himpunan data budidaya akan lebih mudah dilakukan
Waktu pengolahan data sangat ditentukan oleh petugas terkait (manusia) dalam menghitung, menyusun tabel dan laporan
Kecepatan pengolahan data sangat tinggi, bergantung pada spesifikasi komputer yang digunakan (dalam waktu hitungan detik), dan sudah menjadi prioritas
Transmisi data dan informasi memerlukan fasilitas transportasi fisik dari media yang digunakan
Transmisi data dapat dilakukan dengan melalui sarana telekomunikasi (kabel, microwave)
Tidak memiliki fungsi pengamanan data
Terdapat syarat akses ke dalam sistem informasi (username dan password) sebagai fungsi pengamanan data budidaya
Kapasitas penyimpanan data bergantung pada buku sebagai lokasi penyimpanan data
Kapasitas penyimpanan data sangat besar (bergantung pada sistem operasi komputer yang digunakan; lebih dari 4GB
Pengolahan data menjadi informasi dalam bentuk tabel, grafik, atau perbandingan antar kolam tidak fleksibel Tidak memiliki fungsi keluaran, sehingga menyulitkan interpretasi data; proses updating, manipulasi, dan analisis data secara langsung tidak mungkin dilakukan
Terdapat fleksibilitas penggunaan data untuk pengolahan menjadi suatu informasi (tabel, grafik, perbandingan) yang diperlukan dalam pengambilan keputusan Kemudahan proses updating, manipulasi data, dan interpretasi dari output yang dihasilkan secara langsung (dalam waktu yang hampir berdekatan)
Perbedaan antara metode manual dengan penggunaan sistem informasi dalam pengelolaan data budidaya memunculkan beberapa kelebihan dari Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP, yakni :
80
a. Kemudahan penggunaan oleh pekerja (pegawai) tambak karena langkah pengoperasian yang sederhana. b. Dilengkapi dengan fungsi hak akses dan keamanan, yakni diberlakukan pembatasan user melalui penggunaan username dan password pada saat ingin mengakses sistem informasi (Login). c. Mampu menampilkan data dan informasi operasional budidaya yang nantinya akan dapat digunakan sebagai pijakan untuk analisis dan evaluasi keberhasilan operasional budidaya; mampu menampilkan FCR, SR, kisaran nilai produksi, dan lain sebagainya. d. Sistem informasi ini dapat menghasilkan beragam informasi keluaran (output) sesuai dengan pilihan user. Pilihan bentuk output yakni dalam bentuk nilai pada tabel (file report), dan grafik. e. Bentuk output tabel (*.txt) memungkinkan untuk terhubung dengan program lain dalam pengolahan data budidaya lebih lanjut. f.
Grafik hasil sistem informasi memberi kemudahan dalam interpretasi data, penilaian kondisi budidaya terhadap nilai batas, sebagai tools dalam mengevaluasi proses budidaya, serta membantu proses pengambilan keputusan (decision making tools).
g. Efisiensi waktu, tenaga, dan lokasi penyimpanan data. Sistem informasi dapat menyatukan lokasi penyimpanan seluruh data budidaya PT. IYP yang selama ini tersimpan terpisah. Sistem informasi memudahkan pekerja dalam memproses data serta menghasilkan informasi untuk keperluan evaluasi proses budidaya dalam waktu singkat h. Rekaman data pada sistem informasi merupakan titik awal dalam melihat tren data budidaya dalam tambak PT. IYP.
81
i.
Data deret waktu atau tren data budidaya dari sistem informasi dapat dimanfaatkan sebagai early warning system apabila terjadi permasalahan dalam proses budidaya yang sedang berlangsung.
j.
Sistem informasi ini dapat dibuat menjadi dinamis sehingga dapat diaplikasikan pada perusahaan tambak lainnya
Kelebihan dan manfaat yang ada menjadikan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP layak untuk digunakan, terutama sebagai tahap awal modernisasi manajemen data budidaya tambak. Dalam penggunaan lebih lanjut, sistem informasi ini masih memerlukan penyempurnaan dan perbaikan terhadap kekurangan yang ada, antara lain pengaturan skala nilai grafik dan input nilai optimal setiap parameter sebagai bahan pembanding kisaran nilai data, otomatisasi penilaian data budidaya terhadap batas kritis, peningkatan sistem pengamanan melalui modifikasi akses data, atau mekanisme multi output dari berbagai jenis data budidaya dalam satu grafik. Sistem informasi ini pun dapat dimodifikasi sehingga dapat digunakan dalam pengelolaan usaha tambak lainnya. Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP merupakan sistem informasi yang melakukan pengelolaan data secara spasial yakni dibedakan berdasarkan kolam produksi sebagai pendefinisi spasial secara manual. Hal ini memungkinkan pengembangan sistem informasi menjadi suatu sistem informasi pengelolaan budidaya berbasis sistem informasi geografis. 4.7 Pemanfaatan sistem informasi dalam pengkajian kesesuaian lahan dengan keberhasilan operasional tambak PT. IYP Penentuan kesesuaian lahan budidaya tambak penting dilakukan untuk mencegah kegagalan budidaya karena kesalahan pemilihan lokasi. Kekeliruan pemilihan lokasi akan menyebabkan membengkaknya kebutuhan modal, tingginya
biaya
operasi,
rendahnya
produksi
dan
munculnya
masalah
lingkungan. Pengalaman membuktikan bahwa lokasi pertambakan, teknologi
82
yang diterapkan dan pola sebaran tambak di suatu kawasan pantai akan berdampak luas terhadap mutu lingkungan, stabilitas produksi tambak dan keuntungan ekonomi usaha pertambakan (Poernomo, 1992; BPPT, 1995). Dalam pembahasan sebelumnya telah diketahui bahwa tambak PT. IYP berada pada kelas kesesuaian lahan yang sangat sesuai dan cukup sesuai, seperti terlihat dalam Gambar 20.
Dengan menyandingkan hasil kesesuaian
lahan berdasarkan faktor biofisik dan faktor pembatas, seperti dalam Gambar 21, dengan hasil variasi nilai produksi tambak PT. IYP pada blok tambak yang dihasilkan oleh sistem informasi (Gambar 29), diperoleh konsistensi antara kesesuaian lahan dengan nilai produksi sebagai ukuran keberhasilan operasional tambak. Dengan waktu pembesaran yang sama yakni 4 bulan, Kolam Blok 1 dan 4 yang berada pada lahan cukup sesuai secara biofisik, memiliki nilai produksi yang lebih rendah daripada kolam tambak Blok 2 dan 3 yang berada pada lahan dengan kelas sangat sesuai. Berdasarkan hasil tersebut, diduga produksi tambak PT. Indonusa Yudha Perwita akan lebih optimal apabila seluruh kolam produksi berada pada kelas sangat sesuai, dan tidak berada di jalur hijau atau kawasan sempadan pantai. Informasi mengenai kesesuaian lokasi tambak dan adanya efisiensi dalam manajemen data sangat penting dalam menunjang keberlangsungan suatu usaha budidaya. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, terlihat bahwa kesesuaian wilayah usaha tambak berpengaruh terhadap hasil produksi yang dicapai. Pemanfaatan hasil kesesuaian lahan tambak dan pengelolaan data melalui sebuah sistem informasi pengelolaan budidaya tambak yang sekaligus berperan sebagai decision making tools, diharapkan dapat memperbaiki kinerja tambak dan meningkatkan hasil produksi.
85
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman. 2004. Kajian Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung Lingkungan Perairan untuk Pengembangan Tambak Udang Semi Intensif di Wilayah Pesisir Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau. Thesis. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Afrianto E dan E Liviawaty. 1991. Teknik Pembuatan Tambak Udang. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Aguilar-Manjarrez J and LG Ross. 1993. Aquaculture development and GIS. Construction of a GIS for Tabasco State Mexico, and the establisment of technical and social decision models for aquaculture development. Proceedings of the Mapping Awareness and GIS in Europe 7 (4): 49-52. Aguilar-Manjarrez J and LG Ross. 1995. Geographical information system (GIS) environmental models for aquaculture development in Sinaloa State, Mexico. Aquaculture International 3: 103-115. Amri K dan I Kanna. 2008. Budidaya Udang Vaname Secara Intensif, Semi Intensif, dan Tradisional. Jakarta: PT. Gramedia. Aronoff S. 1991. Geographic Information Systems: a management perspective. Ottawa: WDL Publications. Asbar. 2007. Optimalisasi Pemanfaatan Kawasan Pesisir untuk Pengembangan Budidaya Tambak Berkelanjutan di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Bappeda Indramayu. 2007. Laporan Akhir Pemetaan dan Studi Abrasi – Deposisi Pesisir Kabupaten Indramayu. Indramayu: CV.Marga Bhuana. Boyd CE. 1991. Water quality management and aeration in shrimp farming. Fisheries and Allied Aquacultures Dept., Auburn University. Auburn. Boyd CE. 2002. Mangroves and Coastal Aquaculture. In: RR Stickney and JP McVey (Ed.), Responsible Marine Aquaculture. USA: CABI Publishing. pp. 145-157. Boyd CE dan Clay JW. 2002. Evaluation of Belize Aquaculture Ltd: A superintensive shrimp aquaculture system. Report prepared under the World Bank, NACA, WWF and FAO Consortium Program on Shrimp Farming and the Environment. Consortium, NACA, Bangkok. Boone. 1931. Litopenaeus vannamei. http://www.itis.gov (11 Januari 2010) BPPT. 1995. Pengembangan Prototipe Wilayah Pesisir dan Marin: Laporan Akhir Pelaksanaan Proyek MREP Jawa Timur dan Lombok Tahun 1994/ 1995. Tidak diterbitkan. Jakarta.
86
Briggs M, Smith SF, Subasinghe R, and Phillips M. 2004. Introduction and Movement of Penaeus vannamei and Penaeus stylirostris in Asia and The Pacific. RAP Publication. Burrough PA. 1986. Principles of Geographic Information Systems. Second edition. New York: Oxford University Press. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu. 2007. Data Abrasi Pantai di Kabupaten Indramayu Tahun 2006. Indramayu. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2009. Statistik Budidaya 2009. http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id/. (20 Juni 2011) Dahuri R, J Rais, SP Ginting, dan MJ Sitepu. 2008. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu. Cetakan keempat. Jakarta: PT. Pradya Paramita. Davis G. 1999. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2005. Revitalisasi Perikanan Budidaya 2006 - 2009. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan. Dinas Perikanan dan Kelautan. 2007. Data Abrasi Pantai di Kabupaten Indramayu Tahun 2006. Indramayu: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu. Duraippah, Israngkura A, and Sae Hae S. 2000. Sustainable Shrimp Farming: Estimation of Survival Function. CREED Publicion, working paper: 31. Effendi I.1998. Faktor- Faktor Eksternal yang Mengancam Produktivitas Tambak. PKSPL-IPB. Bogor. Tidak diterbitkan.
Kelestarian
------------.2009. Pengantar Akuakultur. Cetakan kedua. Jakarta: Penebar Swadaya. Effendi
H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Fathansyah. 2002. Basis Data (Cetakan Keempat). Bandung: Penerbit Informatika. [FAO] Food and Agriculuture Organization. 1976. A framework for land evaluation. In: FAO Soil Bulletin 32. Rome: FAO. Hadikusumah. 2009. Karakteristik Gelombang dan Arus di Eretan, Indramayu. Makara Sains 13 (2): 163 – 172. Hardjowigeno S, Soekardi M, Djaenuddin D, Suharta N, dan Jordens ER. 1996. Land Suitability for Brackishwater Fishpond. Center for Soil and Agroclimate Research. Bogor.
87
Hardjowigeno S. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Tanah. Bogor: Gajah Mada Press. Hendrajat EA, M Mangampa, H Suryanto. 2007. Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Pola Tradisional Plus di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Media Akuakultur 2 (2): 67-70. Hoffer J, A Prescott, MB McFadden, Fred R. 2005. Modern Database Management. New Jersey: Pearson Education, Inc. Jamulya dan Sunarto. 1996. Kemampuan Lahan. Makalah dalam Pelatihan Evaluasi Sumberdaya Lahan. Angkatan IV. Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Jory D and T Cabrera. 2003. Marine Shrimp. In: JS Lucas and PC Southgate (ed.), Aquaculture Farming Aquatic Animals and Plants. Pages: 382- 419. Australia: Fishing New Books. Kadir A. 2008. Tuntunan Praktis Belajar Database Menggunakan MySQL. Yogyakarta: Andi Offset. ---------. 2009. Dasar Perancangan dan Implementasi Database Relasional. Yogyakarta: Andi Offset. Kapetsky JM, Travaglia C. 1995. Geographical information systems and remote sensing: an overview of their present and potential applications in aquaculture. In: Nambiar KPP and Singh T. (ed.), AquaTech 94: Aquaculture Towards the 21st Century. Kuala Lumpur: INFOFISH. Kapetsky JM and SS Nath. 1997. A strategic assessment of the potential for freshwater fish farming in Latin America. Rome: FAO. Kordi MGH dan AB Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Jakarta: Rineka Cipta. Laudon KC and JP Laudon. 1998. Management Information System New Approaches to Organization and Technology. New Jersey: Prentice Hall. Martosudarmo B dan Ranomihardjo BS. 1992. Rekayasa Tambak. Jakarta: Penebar Swadaya. Meade JW. 1989. Aquaculture Management. New York: Chapman and Hall. Inc. Meaden GJ and JM Kapetsky. 1991. Geographical information systems and remote sensing in inland fisheries and aquaculture. In: FAO Fisheries Technical Paper 318. Midlen A and TA Redding. 2000. Environmental Management for Aquaculture. Netherlands: Kluwer Academic Publishers. Mulyanto A. 2009. Sistem Informasi Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
88
Nurdjana ML. 2005. Iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan akuakultur di Indonesia. Direktur Jendral Perikanan Budidaya. Konferensi Nasional Akuakultur 2005, Makasar. Nath SS, Bolte JP, Lindsay GR, Jose Aguilar-Manjarrez. 2000. Applications of geographical information systems (GIS) for spatial decision support in aquaculture. Aquacultural Engineering 23: 233–278. O’Brien JA. 2005. Introduction to Information System. 12th edition. The McGrawHill Companies. Inc. Pillay, TVR and MN Kutty. 2005. Aquaculture Principles and Practices, Second edition. UK: Blackwell Publishing. Poernomo A.1992. Pemilihan Lokasi Tambak Udang Berwawasan Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Prahasta E. 2001. Konsep- Konsep Dasar Sistem Informasi Geografi. Bandung: Penerbit Informatika. Prahasta E. 2009. Konsep- Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis (Perspektif Geodesi dan Geomatika). Bandung: Penerbit Informatika. Rossiter DG 1996 A theoretical framework for land evaluation (with discussion). Geoderma 72: 165-202. Salam MA and LG Ross. 2000. Optimizing sites selection for development of shrimp (Penaeus monodon) and mud crab (Scylla serrata) culture in Southwestern Bangladesh. Proceeding of the GIS in Canada. Salam MA, LG Ross, and CMM Beveridge. 2003. A comparison of development opportunities for crab and shrimp aquaculture in southwestern Bangladesh, using GIS modelling. Aquaculture 220: 477-494. Siahaan D. 2010. Data survey lapang pengukuran pasang surut di Eretan, Indramayu bulan Oktober 2010. Jawa Barat. Soeseno S. 1988. Budidaya Ikan dan Udang dalam Tambak. Jakarta: PT. Gramedia. Tahe S. 2008. Pengaruh starvasi ransum pakan terhadap pertumbuhan, sintasan, dan produksi udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) dalam wadah terkontrol. J.Ris. Akuakultur 3 (3): 401-412. Tim Survei Tanah Pusat Penelitian Tanah dan Agro Klimat. 1990. Laporan Akhir Penelitian Kesesuaian Lahan untuk Intensifikasi Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Tran, N.T. and Demaine, H. (1996) Potentials for different models for freshwater aquaculture development in the Red River Delta (Vietnam) using GIS analysis. Naga 19: 29-32.
89
Wardiyanto S. 2008. Evaluasi Budidaya Udang Putih (Litopenaeus vannamei) dengan Meningkatkan Kepadatan Tebar di Tambak Intensif. Dalam: Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lampung. pp: 237-242. Wyban JA dan Sweeney JN. 1991. Intensive shrimp production technology. Hawaii: High Health Aquaculture. Wyban JA, Walsh WA, Godin, DM, 1995. Temperature effects on growth, feeding rate and feed conversion of the Pacific white shrimp (Penaeus vannamei). Aquaculture 138: 267–279.
90
LAMPIRAN
91
Lampiran 1. Stasiun pengambilan data kualitas air pesisir Kabupaten Indramayu
92
Lampiran 2. Stasiun pengambilan data kualitas sumber air budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita
93
Lampiran 3. Metode pengukuran dan foto alat pengambilan data kualitas air a.
Suhu Suhu perairan diukur dengan menggunakan termometer, yakni dengan
mencelupkan termometer kedalam air selama 5 menit, kemudian diangkat dan dilakukan pembacaan terhadap nilai terukur.
Termometer
b.
Salinitas Salinitas diukur dengan cara meneteskan contoh air keatas prisma
refraktometer yang telah dibersihkan terlebih dahulu dengan aquadest dan dikeringkan dengan tisu. Cover prisma refraktometer ditutup secara perlahan, agar tidak menimbulkan gelembung udara. Pembacaan nilai salinitas dilakukan dengan melihat batas yang ditunjukkan pada lensa okuler refraktometer.
Refraktometer
94
c.
pH pH diukur dengan pH-meter digital. pH-meter dicelupkan dan digerakkan
memutar secara perlahan di dalam wadah berisi contoh air. Pengukuran dilakukan selama beberapa saat hingga layar pH-meter menunjukkan nilai pH secara pasti.
pH-meter digital
d.
Alkalinitas Alkalinitas diukur dengan AQUA AM Test Kit. Prosedur pengukuran nilai
alkalinitas perairan dengan test kit adalah: -
Bilas gelas ukur dengan air contoh yang akan diukur
-
Isi gelas ukur dengan air contoh sebanyak 5 ml
-
Beri 1 tetes REAGENT-2, kemudian aduk. Jika air berubah warna menjadi merah muda (pink).
-
Tambahkan tetes demi tetes REAGENT-1 sembari dilakukan pengadukan hingga warna air berubah dari merah muda menjadi bening kembali. Catat jumlah tetes REAGENT-1 yang telah diberikan.
-
Beri 1 tetes REAGENT-3, kemudian aduk hingga air berubah warna menjadi biru.
95
-
Tambahkan tetes demi tetes REAGENT-3 sembari dilakukan pengadukan hingga warna air berubah dari biru menjadi jingga. Catat jumlah tetes REAGENT-3 yang telah diberikan.
-
Baca nilai Total Alkalinitas (TA) dan Bikarbonat (CO32-) dari tabel yang ada dalam paket tes kit berdasarkan jumlah tetes masing- masing REAGENT yang digunakan.
AQUA BASE Alkalinity Test Kit
e.
Amoniak Prosedur pengukuran kandungan amoniak dengan test kit adalah:
-
Bilas gelas ukur dengan air contoh yang akan diukur
-
Isi gelas ukur dengan air contoh sebanyak 5 ml
-
Beri 2 tetes AMMONIA-1, kemudian aduk
-
Beri 2 tetes AMMONIA-1, kemudian aduk
-
Beri 2 tetes AMMONIA-1, kemudian aduk
-
Beri 2 tetes AMMONIA-1, kemudian aduk
-
Setelah didiamkan selama 20 menit, bandingkan warna pada air contoh (warna air dilihat dari sisi atas gelas ukur) dengan tabel kisaran warna.
96
AQUA AM Ammonia Test Kit
f.
Nitrit Prosedur pengukuran nitrit dalam perairan dengan test kit adalah:
-
Bilas gelas ukur dengan air contoh yang akan diukur
-
Isi gelas ukur dengan air contoh sebanyak 5 ml
-
Beri 2 tetes NITRATE-1, kemudian aduk
-
Beri 2 tetes NITRATE -1, kemudian aduk
-
Setelah didiamkan selama 7 menit, bandingkan warna pada air contoh (warna air dilihat dari sisi atas gelas ukur) dengan tabel kisaran warna.
AQUA NITE Nitrate Test Kit
97
g.
Oksigen terlarut (DO) Pengukuran kandungan oksigen terlarut (DO) dapat dilakukan dengan DO-
meter dan metode titrasi Winkler. Prosedur pengukuran DO dengan DO-meter adalah: -
Atur nilai salinitas pada DO-meter, disesuaikan dengan salinitas air contoh
-
Celupkan DO-meter kedalam air contoh, diamkan beberapa saat, kemudian baca nilai DO terukur pada layar DO-meter.
DO-meter Prosedur pengukuran DO dengan metode titrasi Winkler adalah: -
Bilas botol BOD dengan air contoh, kemudian isi penuh botol BOD dengan air contoh dengan menghindari proses bubbling
-
Fiksasi oksigen terlarut dengan menambahkan 20 tetes mangan sulfat (MnSO4H2O) dan dilanjutkan dengan pemberian 20 tetes NaOH + KI, kemudian kocok botol
-
Diamkan larutan selama beberapa saat hingga terbentuk Supernatan dan natan
-
Ambil 10 ml cairan supernatan dari botol BOD, tanpa gangguan terhadap cairan natan
-
Tambahkan 20 – 40 tetes H2SO4 pekat, hingga larutan berubah menjadi jingga
98
-
Masukkan kembali 10 ml cairan supernatan
-
Kocok larutan hingga homogen, kemudian ambil 25 ml larutan
-
Lakukan titrasi larutan dengan Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) hingga larutan berubah warna dari jingga menjadi kuning muda
-
Tambahkan 2 tetes amilum hingga larutan berwarna biru
-
Titrasi kembali dengan Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) hingga larutan berwarna bening
-
Catat volume Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) yang digunakan dalam titrasi
-
Hitung DO, dengan rumus : DO (mg/l) = Keterangan : vol. Reagen (ml) = vol. NaOH+KI + vol. MnSO4H2O
Alat ukur DO metode titrasi winkler
99
Lampiran 4. Peta awal tambak PT. Indonusa Yudha Perwita
Lampiran 5. Kualitas sumber air tawar dan air laut budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita No
Stasiun
Posisi
Waktu
Suhu
Salinitas
Lat 1
1
6.28609
2
2
6.28805
107.99974
pH
DO insitu (mg/l)
BOD5
Lon
(hh.mm)
(°C)
(‰)
108.0037
10:30
29
15:00
34.9
Organophospat
nitrit
alkalinitas
amoniak
25
8.5
7.23
(mg/l)
ppm
ppm
ppm
ppm
53.47
< 0,01 ppm (hampir tidak terdeteksi dari sampel air laut)
0.2
120
0
3
8.9
6.86
33.47
0
160
0
keterangan
sumber air laut; kondisi laut pesisir tenang diambil dari saluran inlet air tawar yang mengalir
100
Lampiran 6. Peta garis pantai dan buffer jarak dari pantai
101
Lampiran 7. Tabel data dan peta sebaran salinitas pesisir Stasiun
Posisi
Waktu
Suhu (°C)
Salinitas (‰)
Lintang
Bujur
1
-6.31432
108.076
8:53
29
30
2
6.315029
108.0596
9:15
29
5
3
6.314789
108.05899
9:18
29.5
7
4
6.314064
108.0583
9:20
30
5
6.311519
108.05134
9:25
6
6.310236
108.04588
7
6.308097
8
Keterangan
Stasiun
Posisi
Waktu
Suhu (°C)
Salinitas (‰)
Keterangan
Lintang
Bujur
14
-6.27501
107.98265
10:53
31
26
Perairan di wilayah PLTU
Aliran air sungai mengarah ke laut cukup deras Mengarah ke muara sungai
15
-6.26447
107.97428
11:02
31
24
Pelabuhan non umum
16
-6.25725
107.95508
11:15
31
25
Pesisir ± 50 - 100 meter dari pantai
15
Mengarah ke muara sungai
17
-6.25262
107.94033
11:30
31
30
200 meter dr muara sungai
30.5
25
Pesisir ± 50 - 100 meter dari pantai
18
-6.290329
108.03846
11:45
31
26
Pesisir ± 50 - 100 meter dari pantai
9:31
30.5
25
Pesisir ± 50 - 100 meter dari pantai
19
-6.297303
108.05422
12:02
31
26
Pesisir ± 50 - 100 meter dari pantai
108.03992
9:38
31
25
Pesisir ± 50 - 100 meter dari pantai
20
-6.300865
108.07636
12:15
31
27
Pesisir ± 50 - 100 meter dari pantai
6.305036
108.03396
9:45
31
23
Pesisir ± 50 - 100 meter dari pantai
21
-6.305476
108.09087
12:45
31.5
26
Pesisir ± 50 - 100 meter dari pantai
9
6.302206
108.02797
9:55
30.5
28
Stasiun memiliki kondisi air keruh akibat aktifitas kapal muatan/ bondeng
22
-6.31843
108.08867
13:15
31
11
Ujung barrier
10
-6.29742
108.02036
10:06
30.5
25
Pesisir ± 50 - 100 meter dari pantai
23
-6.3209
108.09128
13:19
31.5
25
Pesisir ± 50 - 100 meter dari pantai
11
6.294216
108.01514
10:12
30
9
Posisi stasiun dekat dengan muara sungai
24
-6.321145
108.09128
13:20
30.5
10
Memasuki muara sungai
12
6.285263
108.00332
10:25
30
24
25
-6.32339
108.08698
13:24
31
5
Sungai
13
-6.28244
107.9966
10:35
31
27
Pipa sumber air laut PT Indonusa Yudha Perwita Pesisir ± 50 - 100 meter dari pantai
26
-6.325145
108.083
13:40
31
3
Sungai
sumber : survei lapang 7 Oktober 2010,
102
Lampiran 7. (Lanjutan)
103
Lampiran 8. Peta aliran sungai di Kecamatan Patrol
104
Lampiran 9. Data curah hujan BULAN
2006
2007
2008
2009
2010
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
JAN
590.0
22
160.0
7
147.0
14
461
16
260
20
PEB
172.0
8
630.0
16
454.0
27
317
15
123
10
MAR
174.0
12
269.0
10
135.0
11
55
6
150
9
APR
69.0
7
153.0
13
93.0
10
101
7
115
7
MEI
138.0
9
63.0
6
56.0
2
101
8
185
11
JUN
16.0
1
103.0
4
22.0
2
64
2
69
7
JUL
43.0
2
3.0
1
-
-
1
1
99
5
AGS
0.0
0
-
-
2.0
1
-
-
9
2
SEPT
0.0
0
-
-
5.0
1
-
-
OKT
30.0
2
149.0
6
37.0
4
10
1
NOP
50.0
5
-
-
235.0
6
63
5
DES
110.0
5
306.0
12
227.0
14
*)
*)
JML
1392.0
73.0
1836.0
75.0
1413.0
92.0
1173.0
61.0
1010.0
71.0
RATA2
116.0
204.0
128.5
RATA2 CURAH HUJAN 5 TAHUNAN :
1364.8
Keterangan CH
Curah Hujan (mm)
HH
Hari Hujan
*)
Data Curah Hujan Tidak Ada
130.3
126.3
105
Lampiran 10. Peta penggunaan lahan (Landuse) Kecamatan Patrol
Lampiran 11. Peta kualitas tanah Kecamatan Patrol a. Jenis tanah
106
Lampiran 11. (Lanjutan) b. Tekstur tanah
c. Kelerengan
107
Lampiran 12. Peta aksesibilitas dan buffer jalan
Lampiran 13. Grafik ramalan pasang surut air laut di stasiun Cirebon
108
Lampiran 14. Peta kesesuaian lahan Kecamatan Patrol dengan faktor pembatas
109
Lampiran 15. Panduan penggunaan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita Menu dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita berkaitan dengan informasi yang menyangkut kegiatan budidaya serta kesesuaian
lokasi
tambak.
Fungsi
utama
sistem
informasi
ini
adalah
memasukkan data (input), menyimpan data dalam database, dan mengeluarkan atau menampilkan data (output) yang berkaitan dengan proses budidaya udang vannamei. Dalam Sistem Informasi Pengelolaan Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita terdapat beberapa menu, yakni: a. File Menu File memiliki submenu Logout dan Exit untuk berhenti dan keluar dari sistem informasi
b. Administrasi Menu Administrasi berhubungan dengan manajemen pengguna sistem informasi. Dalam menu ini terdapat submenu Ubah Password untuk mengubah password yang dimiliki oleh seorang pengguna sistem informasi, dan submenu Tambah User, yang dapat digunakan untuk mengatur username dan password seorang pekerja yang dipercaya sebagai pengguna sistem informasi.
110
Mekanisme penggantian password dalam submenu Ubah Password adalah: Ketik nama dalam kolom Username Ketik password lama Ketik password baru dan konfirmasi ulang password baru, kemudian tekan tombol “Ganti Password” Mekanisme pengubahan identitas pengguna sistem informasi dalam submenu “Tambah User” adalah:
Penambahan jumlah user sistem informasi dilakukan dengan:
Pilih tombol “Tambah” pada window “Tambah User” isi kolom Nama isi kolom Username isi kolom Password isi kolom Ulangi Password isi kolom No. Telp/ HP pilih jenis pengguna: User atau Administrator tekan tombol “Simpan”
Pengurangan jumlah user sistem informasi dilakukan dengan:
Pilih data user dalam tabel pada window “Tambah User” tekan tombol “Hapus”
111
Jawab pertanyaan kepastian penghapusan data dengan menekan tombol “OK” tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.
Pengubahan identitas user dilakukan dengan:
Tekan tombol “Update” pada window “Tambah User” pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data lakukan pengubahan pada data yang aktif dalam kolom pengisian c. Menu Data Tambak Menu yang berhubungan langsung dengan kegiatan tambak adalah Data Tambak yang berisi sub menu input dengan opsi Data Kualitas Air, Data Plankton, dan Data Pakan, dan sub menu output dengan opsi tabel dan grafik.
d. Menu Peta Disediakan untuk melihat Denah Tambak secara mendetail.
e. Menu Kegiatan Budidaya Kegiatan Budidaya yang berisi rincian kegiatan dalam masa penyiapan lahan tambak, pembesaran hingga masa panen dalam bentuk slide show, dan narasi mengenai objek budidaya.
112
f. Menu Formasi Data Formasi Data yang berfungsi untuk menentukan pengelompokkan jenis data yang berkaitan dengan kegiatan budidaya.
g. Shortcut IKW Tambak Selain menu yang berkaitan dengan kegiatan budidaya, terdapat shortcut yang mengandung Informasi Kesesuaian Wilayah Tambak secara geografis (IKW Tambak). Shortcut IKW Tambak memberikan informasi tentang kondisi kualitas tanah, kualitas air, cuaca dan iklim, rona lingkungan, kemudahan akses lokasi secara spasial, hingga informasi kesesuaian wilayah tambak yang dituangkan dalam bentuk peta dan narasinya.
113
Prosedur Penggunaan Sistem Informasi Prosedur penggunaan Sistem Informasi Pengelolaan Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita terbagi menjadi enam bagian, yakni: a. Akses sistem informasi Pengamanan data budidaya dalam sistem informasi dilakukan dengan membatasi pengguna yang dapat mengakses sistem informasi. Pengguna yang bertanggung jawab akan penambahan, pembaharuan, dan pemakaian data budidaya dari sistem informasi diberikan satu username dan password untuk masuk (login).
b. Input data formatur Input data formatur diperlukan untuk mempermudah pengisian data budidaya yang membutuhkan pilihan nilai secara otomatis, serta jenis pilihan nilainya selalu sama dan berulang penggunaannya. Data formatur terdiri atas data blok,
114
data kolam, data jenis pakan, data jenis plankton, data status anco, dan data waktu pemberian pakan. Setelah berhasil mengakses sistem informasi, maka pengguna akan melihat tampilan awal sistem informasi yang dilengkapi dengan menu utama, seperti gambar berikut:
Input data formatur dilakukan dengan memilh menu FORMASI DATA:
Menu FORMASI DATA memiliki beberapa submenu yang terbagi menjadi: Penambahan Blok Submenu Penambahan Blok digunakan apabila terdapat perubahan blok tambak PT. Indonusa Yudha Perwita. Perubahan mencakup proses penambahan atau pengurangan jumlah blok, serta perubahan nama blok.
115
Penambahan jumlah blok dilakukan dengan:
Pilih tombol “Tambah” pada window “Blok” isi kolom Id Blok isi kolom Nama Blok tekan tombol “Simpan”
Pengurangan jumlah blok dilakukan dengan:
Pilih data blok dalam tabel pada window “Blok” tekan tombol “Hapus” Jawab pertanyaan kepastian penghapusan data dengan menekan tombol “OK” tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.
Pengubahan identitas blok dilakukan dengan:
Tekan tombol “Update” pada window “Blok” pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data lakukan pengubahan pada data yang aktif dalam kolom pengisian (Id Blok dan Nama Blok).
116
Penambahan Kolam Submenu Penambahan Kolam digunakan apabila terdapat perubahan jumlah kolam pada tambak PT. Indonusa Yudha Perwita. Perubahan mencakup proses penambahan atau pengurangan jumlah kolam, serta perubahan identitas kolam.
Penambahan jumlah blok dilakukan dengan:
Pilih tombol “Tambah” pada window “Input Kolam” isi kolom Id Blok (tempat dimana kolam tergabung) isi kolom Id Kolam isi kolom Nama Kolam isi kolom Koordinat (posisi geografis masing- masing kolam) tekan tombol “Browse” untuk input foto kolam tekan tombol “Simpan”
Pengurangan jumlah kolam dilakukan dengan:
Pilih data kolam dalam tabel pada window “Input Kolam” tekan tombol “Hapus” Jawab pertanyaan kepastian penghapusan data dengan menekan tombol “OK” tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.
Pengubahan identitas kolam dilakukan dengan:
Tekan tombol “Update” dalam window “Input Kolam” pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data lakukan pengubahan data yang aktif pada kolom pengisian data kolam (Id Blok, Id Kolam, Nama Kolam, dan lainnya).
117
Penambahan Plankton Submenu Penambahan Plankton digunakan apabila terdapat perubahan data jenis plankton yang ditemukan dalam air budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita. Perubahan mencakup proses penambahan atau pengurangan, serta perubahan jenis plankton.
Penambahan jenis plankton dilakukan dengan:
Pilih tombol “Tambah” pada window “Input Plankton” isi kolom Id Plankton isi kolom Nama Plankton tekan tombol “Simpan”
Pengurangan data plankton dilakukan dengan:
Pilih data kolam dalam tabel pada window “Input Plankton” tekan tombol “Hapus” Jawab pertanyaan kepastian penghapusan data dengan menekan tombol “OK” tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.
Pengubahan identitas plankton dilakukan dengan:
Tekan tombol “Update” dalam window “Input Plankton”
118
pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data lakukan pengubahan data yang aktif pada kolom pengisian data Plankton (Id Plankton, Nama Plankton, dan lainnya).
Penambahan Pakan Submenu Penambahan Pakan digunakan apabila terdapat perubahan data jenis pakan yang digunakan dalam proses pembesaran udang vannamei di tambak PT. Indonusa Yudha Perwita. Perubahan mencakup proses penambahan atau pengurangan, serta perubahan jenis pakan.
Penambahan jenis plankton dilakukan dengan:
Pilih tombol “Tambah” pada window “Input Pakan” isi kolom Id Pakan isi kolom Nama Pakan tekan tombol “Simpan”
Pengurangan data pakan dilakukan dengan:
Pilih data kolam dalam tabel pada window “Input Pakan” tekan tombol “Hapus” Jawab pertanyaan kepastian penghapusan data dengan menekan tombol “OK” tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.
119
Pengubahan jenis pakan dilakukan dengan:
Tekan tombol “Update” dalam window “Input Pakan” pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data lakukan pengubahan data yang aktif pada kolom pengisian data Pakan (Id Pakan, Nama Pakan).
Definisi Status Anco Submenu Definisi Status Anco digunakan untuk menetapkan status anco yang dijumpai dari setiap kolam tambak dengan selang waktu 1,5 – 2,5 jam setelah proses pemberian pakan. Perubahan mencakup proses penambahan atau pengurangan, serta perubahan definisi dari status anco.
Penambahan status anco dilakukan dengan:
Pilih tombol “Tambah” pada window “Jenis Anco” isi kolom Status Anco isi kolom Keterangan, yang mendefinisikan dari status anco pada kolom Status Anco (contoh: Status Anco : A definisi: pakan habis) tekan tombol “Simpan”
Pengurangan data Status Anco dilakukan dengan:
Pilih data status anco dalam tabel pada window “Jenis Anco”
120
tekan tombol “Hapus” Jawab pertanyaan kepastian penghapusan data dengan menekan tombol “OK” tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.
Pengubahan data status anco dilakukan dengan:
Tekan tombol “Update” dalam window “Jenis Anco” pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data lakukan pengubahan data yang aktif pada kolom pengisian data status anco (Status Anco, Keterangan).
Penambahan Pakan Submenu Penambahan Pakan digunakan apabila terdapat perubahan data jenis pakan yang digunakan dalam proses pembesaran udang vannamei di tambak PT. Indonusa Yudha Perwita. Perubahan mencakup proses penambahan atau pengurangan, serta perubahan jenis pakan.
Penambahan Waktu Pakan dilakukan dengan:
Pilih tombol “Tambah” pada window “Waktu Pakan” isi kolom Waktu tekan tombol “Simpan”
121
Pengurangan data waktu pakan dilakukan dengan:
Pilih data kolam dalam tabel pada window “Waktu Pakan” tekan tombol “Hapus” Jawab pertanyaan kepastian penghapusan data dengan menekan tombol “OK” tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.
Pengubahan waktu pakan dilakukan dengan:
Tekan tombol “Update” dalam window “Waktu Pakan” pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data lakukan pengubahan data waktu pakan yang aktif pada kolom pengisian
122
c. Input data budidaya Input data budidaya diawali dengan menekan tombol “DATA” pada halaman awal sistem informasi.
Pilih kolam sumber data yang akan dicatat dengan menekan nama kolam dalam denah.
Setelah memilih nama kolam, pilih jenis data yang akan diisikan dalam window “Input Data” :
123
Data Kualitas Air Budidaya Tambak
Penambahan Data Kualitas Air Budidaya Tambak dilakukan dengan:
Pilih tombol “Tambah” pada window “Data Harian”
isi seluruh kolom data kualitas air yang telah diukur tekan tombol “Simpan”
Pengurangan Data Kualitas Air Budidaya Tambak dilakukan dengan:
Pilih data kolam dalam tabel pada window “Data Harian” tekan tombol “Hapus” Jawab pertanyaan kepastian penghapusan data dengan menekan tombol “OK”
124
tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.
Pengubahan Data Kualitas Air Budidaya Tambak dilakukan dengan:
Tekan tombol “Update” dalam window “Data Harian” pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data lakukan pengubahan data waktu pakan yang aktif pada kolom pengisian.
Data Plankton
Penambahan Data Plankton dilakukan dengan:
Pilih tombol “Tambah” pada window “Data Harian”
isi seluruh kolom data kualitas air yang telah diukur tekan tombol “Simpan”
Pengurangan Data Plankton dilakukan dengan:
Pilih data kolam dalam tabel pada window “Data Harian” tekan tombol “Hapus” Jawab pertanyaan kepastian penghapusan data dengan menekan tombol “OK” tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.
Pengubahan Data Plankton dilakukan dengan:
Tekan tombol “Update” dalam window “Data Harian”
125
pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data lakukan pengubahan data waktu pakan yang aktif pada kolom pengisian
Data Pakan
Penambahan Data Pakan dilakukan dengan:
Pilih tombol “Tambah” pada window “Input Pakan”
isi seluruh kolom data kualitas air yang telah diukur tekan tombol “Simpan”
Pengurangan Data Pakan dilakukan dengan:
Pilih data kolam dalam tabel pada window “Input Pakan” tekan tombol “Hapus” Jawab pertanyaan kepastian penghapusan data dengan menekan tombol “OK” tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.
Pengubahan Data Pakan dilakukan dengan:
Tekan tombol “Update” dalam window “Input Pakan” pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data lakukan pengubahan data waktu pakan yang aktif pada kolom pengisian
126
Data Sampling
Penambahan Data Sampling dilakukan dengan:
Pilih tombol “Tambah” pada window “Sampling”
isi seluruh kolom data kualitas air yang telah diukur tekan tombol “Simpan”
Pengurangan Data Pakan dilakukan dengan:
Pilih data kolam dalam tabel pada window “Sampling” tekan tombol “Hapus” Jawab pertanyaan kepastian penghapusan data dengan menekan tombol “OK” tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.
Pengubahan Data Pakan dilakukan dengan:
Tekan tombol “Update” dalam window “Sampling” pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data lakukan pengubahan data waktu pakan yang aktif pada kolom pengisian
127
Data Panen
Penambahan Data Panen dilakukan dengan:
Pilih tombol “Tambah” pada window “Data Panen”
isi seluruh kolom data kualitas air yang telah diukur tekan tombol “Simpan”
Pengurangan Data Panen dilakukan dengan:
Pilih data kolam dalam tabel pada window “Data Panen” tekan tombol “Hapus” Jawab pertanyaan kepastian penghapusan data dengan menekan tombol “OK” tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.
Pengubahan Data Panen dilakukan dengan:
Tekan tombol “Update” dalam window “Data Panen” pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data lakukan pengubahan data waktu pakan yang aktif pada kolom pengisian
128
d. Output data budidaya Pembuatan output data budidaya dilakukan dengan menekan shortcut “Output”. Dua tipe output yang dapat dihasilkan sistem informasi adalah dalam bentuk grafik dan tabel.
Output Tabel Langkah- langkah dalam menghasilkan output data kualitas air dan data pakan dalam bentuk Tabel adalah: Tekan menu “Output” Tekan tombol “Report Tabel” pada window “Pilih Output” Checklist nama kolam sebagai sumber data yang akan diolah menjadi output Tentukan batas data yang akan dihasilkan berdasarkan Tanggal atau Umur
129
Setelah muncul window “Report”, tekan tombol “Report”
Akan window “Report Data Kualitas Air”, “Report Data Pakan” dan “Report Data Plankton”
Output tabel dapat langsung di cetak dengan menekan ikon “Print” atau disimpan dalam bentuk lain dengan menekan ikon “Export” Output dalam bentuk tabel untuk Data Panen, dapat dieksekusi dengan memilih menu “Panen” pada halaman utama sistem informasi, kemudian menekan tombol “Report Tabel” dalam window “Data Panen”.
130
Output Grafik Langkah- langkah berikut adalah cara dalam menghasilkan output data kualitas air dalam bentuk Grafik: Tekan menu “Output” Tekan tombol “Report Grafik” pada window “Pilih Output”
Tentukan jenis output grafik : Grafik 1 Kolam atau Grafik antar kolam
Pilih kolam sumber data dengan menekan kolom “Kolam”
131
Pilih parameter yang ingin dihasilkan dalam grafik Grafik 1 Kolam memiliki ketentuan pemilihan: 1 kolam dan banyak parameter Grafik Antar Kolam memiliki ketentuan pemilihan: 1 parameter dan 6 kolam Tentukan tanggal data yang akan ditampilkan Pilih model grafik (grafik batang atau grafik garis, 2 dimensi atau 3 dimensi) Tampilkan hasil dengan menekan tombol “Tampilkan Grafik” dalam window “Grafik Kualitas Air”
Output dalam bentuk grafik untuk Data Panen, Data Sampling dan Data Plankton dapat dieksekusi dengan menekan “Report Grafik” dalam masingmasing menu input data.
132
133
Lampiran 16. Tabel output Sistem Informasi Pengelolaan Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita
134
Lampiran 16. (Lanjutan)
135
Lampiran 17. Tabel hasil produksi kolam tambak PT. Indonusa Yudha Perwita Waktu Produksi
Blok
Kolam
Nilai Produksi (kg/Ha)
Nilai Produksi (ton/Ha)
Maret - Juli 2005
1
C1
13272.2222
13.2722
Maret - Juli 2005
1
C2
10823.0453
10.8230
Maret - Juli 2005
1
C3
11665.0000
11.6650
Maret - Juli 2005
1
C4
13420.6349
13.4206
Maret - Juli 2005
1
D1
10087.8514
10.0879
Maret - Juli 2005
1
D2
12196.9697
12.1970
Maret - Juli 2005
1
D3
11774.5536
11.7746
Maret - Juli 2005
1
D4
12388.3929
12.3884
Mei - Oktober 2007
1
C2
20235.9396
20.2359
Mei - Oktober 2007
1
C3
17120.0000
17.1200
Mei - Oktober 2007
1
C4
17226.1905
17.2262
Mei - Oktober 2007
1
D1
18009.5382
18.0095
Mei - Oktober 2007
1
D2
20700.7576
20.7008
Mei - Oktober 2007
1
D3
18009.6726
18.0097
Mei - Oktober 2007
1
D4
18761.1607
18.7612
Juli - Nopember 2008
2
E1
17139.2157
17.1392
Juli - Nopember 2008
2
E2
22137.0370
22.1370
Juli - Nopember 2008
2
E3
19951.8519
19.9519
Juli - Nopember 2008
2
E4
20311.1111
20.3111
Juli - Nopember 2008
2
F1
17100.0000
17.1000
Juli - Nopember 2008
2
F2
18372.5000
18.3725
Juli - Nopember 2008
2
F3
17248.6486
17.2486
Juli - Nopember 2008
2
F4
19500.0000
19.5000
Juli - Nopember 2008
2
F5
15468.6275
15.4686
Juli - Nopember 2008
2
F6
16749.0196
16.7490
Maret - Juli 2009
2
E1
17478.4314
17.4784
Maret - Juli 2009
2
E2
18900.0000
18.9000
Maret - Juli 2009
2
F1
18740.0000
18.7400
Maret - Juli 2009
2
F2
19200.0000
19.2000
Maret - Juli 2009
2
F3
18355.5556
18.3556
Nopember 2004 - Maret 2005
3
E5
15978.8360
15.9788
Nopember 2004 - Maret 2005
3
E6
13472.6444
13.4726
Nopember 2004 - Maret 2005
3
E7
14399.6960
14.3997
Nopember 2004 - Maret 2005
3
E8
14422.8778
14.4229
Nopember 2004 - Maret 2005
3
E9
15539.1304
15.5391
Nopember 2004 - Maret 2005
3
F7
14263.3745
14.2634
136
Lampiran 17. (Lanjutan) Waktu Produksi
Blok
Kolam
Nilai Produksi (kg/Ha)
Nilai Produksi (ton/Ha)
Nopember 2004 - Maret 2005
3
F8
14888.7164
14.8887
Nopember 2004 - Maret 2005
3
F9
13581.7805
13.5818
Nopember 2004 - Maret 2005
3
F10
13373.4015
13.3734
Nopember 2004 - Maret 2005
3
F11
15503.8363
15.5038
Nopember 2004 - Maret 2005
3
F12
16046.1538
16.0462
Nopember 2006 - Maret 2007
3
E5
16807.1429
16.8071
Nopember 2006 - Maret 2007
3
E6
17747.5000
17.7475
Nopember 2006 - Maret 2007
3
E7
18652.5000
18.6525
Nopember 2006 - Maret 2007
3
E8
17310.0000
17.3100
Nopember 2006 - Maret 2007
3
E9
22743.4783
22.7435
Nopember 2006 - Maret 2007
3
F7
16340.0000
16.3400
Nopember 2006 - Maret 2007
3
F8
18207.5000
18.2075
Nopember 2006 - Maret 2007
3
F9
18047.5000
18.0475
Nopember 2006 - Maret 2007
3
F10
19945.0000
19.9450
Nopember 2006 - Maret 2007
3
F11
17917.5000
17.9175
Nopember 2006 - Maret 2007
3
F12
21473.0769
21.4731
April - Agustus 2008
3
E5
13880.9524
13.8810
April - Agustus 2008
3
E6
12367.5000
12.3675
April - Agustus 2008
3
E7
13135.0000
13.1350
April - Agustus 2008
3
E8
15357.5000
15.3575
April - Agustus 2008
3
E9
16139.1304
16.1391
April - Agustus 2008
3
F7
16440.0000
16.4400
April - Agustus 2008
3
F8
16415.0000
16.4150
April - Agustus 2008
3
F9
17005.0000
17.0050
April - Agustus 2008
3
F10
14425.0000
14.4250
April - Agustus 2008
3
F11
16765.0000
16.7650
April - Agustus 2008
3
F12
18311.5385
18.3115
Desember 2004 - April 2005
4
B6
9134.7518
9.1348
Desember 2004 - April 2005
4
B7
10819.3077
10.8193
Desember 2004 - April 2005
4
C5
7511.1111
7.5111
Desember 2004 - April 2005
4
C6
12024.1546
12.0242
Desember 2004 - April 2005
4
C7
8014.1844
8.0142
Desember 2004 - April 2005
4
D5
8319.4444
8.3194
Desember 2004 - April 2005
4
D6
8364.0000
8.3640
Desember 2004 - April 2005
4
D7
10610.0000
10.6100