EVALUASI KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT OLEH PD. BPR NTB LOMBOK TIMUR CABANG AIKMEL TAHUN 2012
Danang Prio Utomo
A. PENDAHULUAN Perbankan merupakan suatu lembaga keuangan yang ada di Indonesia yang memiliki peranan penting bagi kelangsungan perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi harus diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat serta mengatasi ketimpangan ekonomi dengan kesenjangan sosial. Pertumbuhan ekonomi guna meningkatkan pendapatan masyarakat, perlu diberikan perhatian bagi usaha-usaha untuk membina dan melindungi usaha kecil dan tradisional serta golongan ekonomi lemah. Keuangan mikro di Indonesia telah ada sejak akhir abad ke-19 dengan berdirinya Bank Kredit Rakyat dan Lumbung Desa. Kedua lembaga ini dibentuk untuk membantu petani, pegawai, dan buruh melepaskan diri dari lintah darat. Pada tahun 1905 Bank Kredit Rakyat ditingkatkan menjadi Bank Desa yang cakupan pelayanannya diperluas meliputi kegiatan usaha di luar bidang pertanian. Keadaan ini berubah setelah keluarnya Undang-undang (UU) No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang menetapkan bahwa hanya ada dua jenis bank di Indonesia, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Lembaga keuangan yang tidak memenuhi syarat sebagai BPR kemudian dikenal sebagai lembaga keuangan nonformal atau bank gelap. 1
Peranan BPR dalam perekonomian Indonesia dapat dilihat dari skala usahanya. Bila melihat skala usaha, harus dikatakan bahwa BPR kurang efisien dibanding bank-bank umum. Penyebabnya adalah kecilnya skala usaha dan kualitas SDM. Tetapi BPR memiliki kekuatan dalam hal likuiditas dibanding bank umum. Keunggulan BPR yang lainnya yaitu BPR tetap menjalankan fungsi intermediasinya secara seimbang, sekalipun perekonomia Indonesia dalam kondisi krisis. BPR dilihat dari segi permodalan juga lebih baik dari pada bank umum (Manurung dan Rahardja, 2004: 216-217). Perkreditan bukanlah masalah yang asing, baik dalam kehidupan kota maupun dalam pedesaan. Kredit merupakan salah satu pembiayaan sebagian besar dari kegiatan ekonomi. Perkreditan merupakan kegiatan yang penting bagi perbankan, karena kredit juga merupakan salah satu sumber dana yang penting untuk setiap jenis usaha. Sebelumnya dimulainya kegiatan pemberian kredit diperlukan suatu analisis yang baik dan seksama terhadap semua aspek perkreditan yang dapat menunjang proses pemberian kredit, guna mencegah timbulnya suatu risiko kredit. Beberapa perbankan nasional guna meningkatkan kinerja yang baik dengan melakukan perencanan yang baik dalam menentukan strategi penyaluran kredit. Strategi yang dilakukan mereka yaitu dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik, selain itu dengan melakukan analisis kredit yang komprehensif dan pengawasan kredit yang melekat serta sikap kehati-hatian. Perusahaan Daerah (PD) BPR
Aikmel dalam pemberian kredit tetap
berdasarkan pada prinsip kehati-hatian (prudential banking) untuk menghindari
2
risiko kredit bermasalah dan kredit macet. Bank juga langsung melakukan penanganan atas permohonan kredit yang diterima dengan melakukan survei ke tempat usaha dan survei jaminan setelah dilakukan wawancara pendahuluan. Pelayanan yang cepat namun tepat sasaran akan memberikan rasa nyaman bagi para calon nasabah kredit. Untuk produk kredit yang diberikan oleh PD BPR Aikmel mempunyai jangka waktu yang bervariasi, yaitu kredit angsuran maksimal sampai dengan 2 tahun sedangkan kredit tetap maksimal sampai 6 bulan. Kredit yang diberikan tergantung pada permohonan dari debitur. Penyaluran kredit merupakan faktor yang sangat menjadi perhatian bagi PD BPR Aikmel maka perlu ditumbuh kembangkan dengan memberikan kredit kepada sektor-sektor usaha yang produktif untuk skala Usaha Kecil Menengah (UKM) serta selalu menjaga hubungan yang harmonis antara nasabah dengan Bank dalam rangka menghindari terjadinya kredit macet. Bank lebih cenderung memberikan pinjaman jangka pendek kepada debiturnya, karena pinjaman tersebut mempunyai batas pelunasan yang relatif cepat dan dana yang diberikan juga minim. Bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan misalnya debitur ingkar janji terhadap kewajibannya maka risiko yang ditanggung oleh pihak bank relatif kecil. Keuntungan yang lainnya yaitu dapat memberikan kesempatan kepada debitur yang lain untuk penyaluran kredit. PD
BPR
Aikmel
menawarkan
pinjaman
berupa
pinjaman
konsumen/personal dan pinjaman usaha kecil menengah. Debitur yang meminjam kredit kebanyakan merupakan nasabah lama dari bank, sehingga dalam pemberian kredit akan lebih memudahkan pihak bank dalam mengevaluasi kinerja debitur
3
tersebut. Debitur yang diangkat disini memiliki jenis usaha yang berbeda-beda, diantaranya adalah pedagang, petani, PNS (Pegawai Negeri Sipil), kontraktor. Debitur disini mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda dalam peminjaman kredit, diantaranya yaitu untuk tambahan modal dan untuk konsumtif sendiri. Lembaga perkreditan baik formal maupun non formal keberadaanya saat ini sangat membantu para industri kecil dalam memenuhi kekurangan modal untuk usahanya. Pada umumnya suatu usaha memanfaatkan dana yang tidak kecil jumlahnya dan manfaat dari usaha tersebut baru akan diterima pada masa yang akan datang. Waktu yang akan datang penuh dengan ketidakpastian, sehingga diperlukan suatu penilaian dalam suatu usaha, dimana seorang nasabah apakah mampu dalam mengembalikan suatu pinjaman yang telah dipinjam untuk menjalankan usahanya. . Pihak bank dalam mengambil keputusan untuk memberikan kredit, terlebih dahulu harus diperoleh data bahwa, kredit yang diberikan mampu dikembalikan oleh debitur sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Upaya yang dilakukan oleh bank untuk memperoleh data tersebut antara lain dengan cara melakukan analisis terhadap debitur. Analisis ini sangat perlu dilakukan karena hal ini merupakan sebagai suatu bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan pemberian kredit. Pemberian kredit yang tidak memperhatikan kebijaksanaan dan prosedur yang ada akan mengundang timbulnya penyimpangan-penyimpangan yang lain, semakin jauh pemberian kredit dari pedoman yang telah disusun maka akan semakin besar persentase kredit macet. Salah satu hal yang paling penting dalam
4
pemberian kredit yaitu dengan melakukan deteksi dini (evaluasi kembali) atas kredit yang diduga akan bermasalah, sehingga kredit tersebut dapat diselamatkan dan terhindar dari kemacetan. Mengevaluasi kelayakan pemberian kredit yang disalurkan oleh bank untuk para nasabah yang membutuhkan tambahan modal dalam rangka memajukan usahanya. Hal ini didasarkan pada perencanaan kredit yang baik akan menghasilkan kinerja perusahaan yang baik pula. Faktor ini sangatlah penting bagi pihak bank karena hal ini akan menunjukkan bahwa kelayakan pemberian kredit oleh pihak bank yang diberikan kepada debiturnya dalam rangka untuk memajukan usahannya.
1.2 Target Luaran Penelitian pada sector perbankan merupakan suatu wadah untuk mengetahui berbagai hal terkini yang terjadi dalam dunia bisnis. Era persaingan yang semakin tajam mengarahkan semua pihak yang terlibat didalamnya dapat mengambil keuntungan sesuai dengan kepentingan masing-masing. Penting untuk mengetahui hal tersebut sehingga peneliti tidak terjebak pada hasil pemikiran semata, namun lebih jauh dari itu dapat membawa peneliti pada ranah yang sebenarnya. Publikasi hasil penelitian ini pada jurnal-jurnal ilmiah yang terakreditasi nasional maupun pada jurnal ilmiah kampus secara internal. B. PERUMUSAN MASALAH Analisis terhadap debitur pada saat pemberian kredit sangat perlu dilakukan karena hal ini merupakan sebagai suatu bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan pemberian kredit,maka rumusan masalah yang dibuat
5
dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah kelayakan pemberian kredit yang dilakukan oleh pihak PD BPR Aikmel kepada debiturnya? C. TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Keputusan Penyaluran Kredit Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan mengeluarkannya kembali dalam berbagai alternative investasi. Sehubungan dengan fungsi pengumpulan dana ini, bank sering pula disebut lembaga kepercayaan, transaksi usaha bank senantiasa berkaitan dengan uang. Definisi bank yang dapat diberlakukan di Negara kita adalah sesuai dengan aturan yang ada yaitu tercantum dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan dan merupakan perubahan atas undang-undang Nomor 7 Tahun 1992. Pengertian bank memberi tekanan bahwa bank dalam mengajukan usahanya terutama menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank, kegiatan bank juga harus pula diarahkan pada peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Sektor perbankan memiliki posisi strategis sebagai lembaga intermediasi dan penunjang sistem pembayaran. Peran perbankan perlu ditingkatkan sesuai dengan fungsinya dalam menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat dengan lebih memperhatikan pembiayaan kegiatan sektor perekonomian nasional dengan prioritas pada koperasi, pengusaha kecil dan menengah, serta akan memperkuat struktur perekonomian nasional. Bank atau perbankan adalah salah satu lembaga keuangan di Indonesia. Lembaga keuangan lainnya adalah lembaga keuangan bukan bank (LKBB).
6
Definisi lembaga keuangan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 792 tahun 1990, yaitu semua badan yang memiliki kegiatan di bidang keuangan berupa penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama untuk membiayai investasi perusahaan. Berdasarkan undang-undang RI No.7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan undang-undang RI No.10 tahun 1998 tentang perbankan, maka bank dapat dibedakan menjadi: a. Bank Umum Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kredit artinya kepercayaan, maksudnya yaitu kepercayaan dari kreditur bahwa debiturnya akan mengembalikan pinjaman beserta bunganya sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak. Pengertian kredit menurut undang-undang perbankan No. 10 tahun 1998 pada dasarnya merupakan pemberian pinjaman oleh bank kepada nasabahnya untuk pembiayaan kegiatan usahanya dalam jumlah tertentu dalam jangka waktu yang disepakati bersama antara bank sebagai kreditor dan nasabah sebagai debitur, dengan ketentuan-ketentuan yang disepakati bersama
7
yang dituangkan dalam suatu perjanjian kredit yang berisi antara lain kesediaan debitur untuk membayar kembali kreditnya, termasuk beban bunganya. Tujuan utama pemberian suatu kredit bagi bank antara lain (Siamat, 1995 : 97): a. Kredit komersil merupakan kredit yang diberikan untuk memperlancar kegiatan usaha nasabah dibidang perdagangan. b. Kredit konsumtif merupakan kredit yang diberikan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif. c. Kredit produktif merupakan kredit yang diberikan oleh bank dalam rangka membiayai kebutuhan modal kerja debitur sehingga dapat memperlancar produksi. Fungsi dari suatu kredit bagi masyarakat yaitu (Kasmir, 2002: 106-108): a. Menjadi
motivator
peningkatan
kegiatan
perdagangan
dan
perekonomian. b. Memperluas lapangan kerja bagi masyarakat. c. Memperlancar arus barang dan arus uang. d. Meningkatkan produktivitas yang ada. e. Meningkatkan kegairahan berusaha mesyarakat. f. Memperbesar modal kerja perusahaan. Adapun unsur-unsur kredit yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut (Kasmir, 2004: 103-105): a. Kepercayaan
8
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan pemberian kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa yang akan datang. b. Kesepakatan Kesepakatan merupakan suatu kesepakatan yang dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing-masing. c. Jangka waktu Jangka waktu merupakan masa pengembalian kredit yang telah disepakati. d. Risiko Risiko merupakan suatu kemungkinan tidak tertagihnya pinjaman atau macetnya pengembalian kredit. e. Balas jasa Balas jasa merupakan suatu keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa, yang kita kenal dengan nama bunga. Secara teoritis terdapat bermacam-macam kredit, tetapi dalam pembahasan ini kita batasi pada kredit yang umumnya disalurkan kepada usaha kecil menengah: a. Jenis kredit berdasarkan tujuan penggunaannya 1) Kredit investasi
9
Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun usaha baru. 2) Kredit modal kerja Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. 3) Kredit konsumtif Kredit konsumtif merupakan kredit yang dipergunakan untuk kebutuhan sendiri bersama keluarga. b. Jenis kredit berdasarkan jangka waktu 1) Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu selamalamanya 1 tahun (kurang dari 1 tahun). 2) Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang berjangka waktu antara 1 sampai 3 tahun. 3) Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari 3 tahun. c. Jenis kredit berdasarkan cara pemakaiannya 1) Kredit rekening koran bebas, yaitu nasabah diperbolehkan untuk melakukan penarikan uang sekaligus asal tidak melebihi jumlah maksimum yang disetujui. 2) Kredit rekening terbatas, yaitu nasabah tidak diperbolehkan untuk melakukan penarikan uang sekaligus, tetapi secara teratur disesuaikan dengan kebutuhan.
10
3) Installment credit, yaitu penarikan tidak diijinkan sekaligus, akan tetapi untuk penarikannya diatur sesuai dengan schedule tertentu.
3.2 Faktor-Faktor Penentu Dalam Pemberian Kredit Pinjaman usaha kecil lebih kompleks karena bank seringkali diminta mengambil resiko kredit. Dalam pemberian kredit membutuhkan suatu analisis terhadap usaha yang dilakukan debitur untuk menentukan suatu keputusan dalam pemberian kredit. Salah satu cara menilai kegiatan usaha debitur adalah dengan menggunakan prinsip-prinsip kredit pada aspek-aspek usaha debitur. Adapun prinsip-prinsip yang digunakan adalah berupa analisis 6C dan 7P. Adapun 6C menurut Gup and Kolari (2005; 263) tersebut adalah: a. Character, sifat dan watak dari nasabah (kejujuran, tanggungjawab, integritas dan konsisten). Sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, tercermi dari latar belakang debitur baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi. b. Capacity, kemampuan seseorang untuk menjalankan bisnis. Debitur perlu dianalisis apakah dia mampu memimpin dengan baik dan benar usahanya. Jika dia mampu memimpin usahanya, maka dia juga akan mampu untuk mengembalikan pinjamam sesuai dengan perjanjian dan perusahaannya tetap berjalan.
11
c. Capital, kondisi keuangan dari nasabah (pendapatan bersihnya). Modal yang besar maka menunjukkan besarnya kemampuan debitur untuk melunasi kewajiban-kewajibannya. d. Colleteral, kekayaan yang dijanjikan untuk keamanan dalam transaksi kredit/anggunan. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jika terjadi kredit macet, maka agunan inilah yang digunakan untuk membayar kredit tersebut. e. Condition, faktor luar (kondisi ekonomi) yang mengontrol perusahaan. Menilai kredit hendakya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang ia (peminjam) jalankan. f. Compliance, kepatuhan terhadap hukum dan undang-undang yang berlaku itu sangatlah penting. Hal ini menyangkut atas kepatuhan kreditur dan debitur dengan perjanjian yang telah disepakati bersama. Penilaian dengan menggunakan analisis 7P adalah sebagai berikut menurut Kasmir (2004; 106) : a. Personality, menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Sifat, kepribadian calon debitur dipergunakan sebagai dasar pertimbangan pemberian kredit. b. Party, mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakter.
12
c. Purpose, untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. d. Prospect, untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. e. Payment, merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. f. Profitability, untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. g. Protection, tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindunngan. Perlindungan dapat berupa barang atau orang atau jaminan asuransi.
3.3 Analisis Kelayakan Kredit Disamping menggunakan 6C, dalam penilaian suatu kredit guna menilai layak atau tidak untuk diberikan kredit dapat dilakukan juga dengan menggunakan beberapa aspek, yaitu (Siamat, 2004 :107-110): a. Aspek yuridis/hukum Aspek ini menyangkut masalah legalitas badan usaha serta ijin-ijin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit. b. Aspek pemasaran
13
Aspek ini menyangkut kemampuan daya beli masyarakat, keadaan kompetisi, kualitas produksi. c. Aspek keuangan Aspek ini menyangkut sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usahanya dan bagaimana penggunaan dana tersebut. d. Aspek teknis/operasi Aspek ini menyangkut kelancaran produksi, kapasitas produksi, mesinmesin dan peralatan, ketersediaan dan kontinuitas bahan baku, lokasi, lay out ruangan. e. Aspek manajemen Aspek ini menyangkut struktur organisasi, sumber daya manusia yang dimiliki serta latar belakang pengalaman sumber daya manusianya. f. Aspek sosial ekonomi Aspek ini menganalisis dampaknya terhadap perekonomian dan masyarakat. Kredit yang diberikan oleh bank merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dirpersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan, menurut Taswan (1997; 173). Pemberian kredit harus berdasarkan atas kebijaksanaan kredit yang berlaku. Kebijaksanaan perkreditan meliputi penetapan standar kredit dan analisis kredit. Kebijaksanaan perkreditan bank harus diprogram dengan baik dan benar.
14
Program perkreditan harus didasarkan pada asas yuridis, ekonomis dan kehatihatian. Nilai kredit merupakan dasar kinerja keuangan yang lalu pada perusahaan peminjam yang sama untuk sebuah nilai. Kewajiban pembayaran yang lalu, beban hutang yang relatif dengan pendapatan, dan jabatan merupakan contoh faktor yang berhubungan dengan kredit konsumen dan pinjaman hipotik perusahaan. Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menilai suatu kelayakan kredit, yaitu menurut Gup and Kolari (2005; 218) : a. Kredit konsumen, menggunakan model variabel dimana pembayaran historis (bobotnya 35%); berapa banyak hutang (bobotnya 30%); panjang kredit historis (bobotnya 15%); kredit baru (bobotnya 10%); tipe kredit yang dipakai (bobotnya 10%). Nilai kredit yang tinggi merupakan tanda resiko kredit yang rendah. b. Bisnis kecil, menggunakan model nilai kredit untuk pinjaman hingga $250,000, walaupun banyak bank yang masih menggunakan pinjaman hingga $100,000. Pinjaman dengan resiko tinggi berarti biaya bunga yang ditanggung juga tinggi. Model ini sangat efisien, karena dengan model ini akan taat pada peraturan dibanding kebijakan ketika membuat pinjaman. Kunci sukses dari bisnis kredit adalah analisis kredit yang sistematis. Bila analisis kurang cermat maka membuat kredit tersebut menjadi kredit yang berbahaya, bisa menimbulkan resiko kredit. Analisis kredit selalu mengutamakan
15
jaminan, dimana jaminan dan karakter dari debitur dianggap sebagai determinan utama resiko kredit. Tujuan dari adanya analisis kredit adalah untuk menentukan kesanggupan dan kesungguhan seorang peminjam untuk membayar kembali pinjaman sesuai dengan persyaratan yang terdapat dalam perjanjian pinjaman. Analisis dan evaluasi kredit sekurang-kurangnya meliputi informasi sebagai berikut (Kuncoro, 2002 : 251-252): a. Identitas pemohon Identitas tersebut mencakup nama pemohon, dimisili, bentuk usaha, jenis usaha, susunan pengurus, legalitas usaha. b. Tujuan permohonan kredit Tujuan tersebut mencakup jumlah kredit, obyek yang dibiayai, jangka waktu kredit, kebutuhan kredit. c. Riwayat hubungan bisnis dengan bank Hal tersebut mencakup saat mulai, bidang hubungan bisnis, nilai transaksi bisnis, kualitas hubungan bisnis, jumlah total nilai hubungan bisnis. d. Analisis 6C kredit Analisis ini mencakup analisis watak, analisis kemampuan, analisis modal, analisis kondisi/prospek usaha, analisis agunan kredit. D. METODE PENELITIAN 4.1 Pendekatan Penelitian
16
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu “suatu metode dalam meneliti sekelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari pada penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual atau akurat mengenai fakta-fakta atau fenomena-fenomena yang akan diselidiki. (Moh. Nasir, 1985 : 63). Penggunaan metode ini berdasarkan pada sifat masalah dan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kelayakan pemberian kredit yang diberikan oleh PD BPR Aikmel. Dalam hal ini bagaimana membuat deskripsi, gambaran secara sistematis dengan jalan mengumpulkan data, menyusun, menjelaskan, menganalisa dan menarik kesimpulan dari masalah tersebut. 4.2 Instrumen Pengumpulan Data a. Survey Survey merupakan metode yang mengerjakan evaluasi serta perbandinganperbandingan terhadap hal-hal yang telah dikerjakan dalam menangani situasi atau masalah yang serupa dan hasilnya dapat digunakan dalam pembuatan rencana dan pengambilan keputusan dimasa mendatang. Metode survei ada dua macam, yaitu: 1) Wawancara adalah penelitian yang dilakukan secara langsung dengan proses tanya jawab yang berkaitan dengan topik yang dibahas oleh penulis kepada pihak debitur dan masyarakat sekitarnya.
17
2) Kuesioner adalah penelitian yang dilakukan secara langsung dengan proses memberikan pertanyaan serta jawaban secara tertulis kepada debitur yang berkaitan dengan topik yang dibahas oleh penulis. b. Dokumentasi Adalah cara untuk memperoleh data dengan jalan mencetak secara langsung dari buku pedoman yang dimiliki oleh PD BPR LKP Aikmel serta mengumpulkan data dengan cara mempelajari dan mencari referensi atau literatur dari buku. 4.3 Analisis Data Teknik yang digunakan untuk menganalisis kelayakan pemberian kredit kepada debitur, yaitu dengan menggunakan alat analisis berbasis 6C. Tolok ukur yang dipakai dalam kelayakan pemberian kredit terhadap debitur yaitu: 1) Character: a) Usia berkisar antara 30-55 tahun. b) Tanggungan dalam keluarga maksimal 5 orang. c) Sifat pribadinya baik yaitu jujur, bertanggung jawab, bisa dipercaya. d) Tempat tinggal merupakan milik sendiri. e) Mempunyai pekerjaan yang jelas/tetap. f) Hubungan dengan relasi bisnis harus baik. 2) Capacity: a) Pendidikan yang ditempuh minimal SMU sederajat. b) Kemampuan menjalankan usahanya lancar. c) Konsumen yang datang rata-rata tiap bulannya 100-299 orang.
18
d) Jumlah tenaga kerja antara 4-9 orang. 3) Capital: a) Modal yang dimiliki merupakan modal sendiri dan modal pinjaman. b) Usahanya menghasilkan laba. 4) Colleteral: a) Status kepemilikan harta yaitu atas nama sendiri. b) Jaminan harus melebihi pinjaman. c) Kondisi jaminan harus baik. 5) Condition: a) Tidak memiliki banyak pesaing di sekitar lingkungan usahanya. b) Lokasi usahanya berada di tempat yang strategis. 6) Compliance: a) Tidak pernah melakukan pelanggaran baik hukum maupun undangundang. b) Harus patuh terhadap hukum yang berlaku. E. HASIL PENELITIAN 1. Sejarah Singkat Berdirinya PD BPR Aikmel PD BPR Aikmel adalah suatu lembaga keuangan yang ada di pedesaan yang berdiri tahun 1989 yang didirikan oleh pemerintah daerah Tk I NTB yang berada di tingkat kecamatan atau masing-masing 9 kecamatan/LKP.pada mulanya merupakan proyek pemerintah daerah TK I.dalam rangka meningkatkan kemiskinan dipedesaan yang pada mulanya dinamakan lumbung kredit pedesaan(LKP).Beberapa tahun kemudian dilihat prospeknya sangat bagus maka
19
oleh pemerintah daerah merencanakan merubah statusnya menjadi PD BPR Aikmel sekitar pertengahan tahun 1998 di perkuat dengan keputusan gubernur kepala daerah TK I NTB No 44 tahun 1989 tentang pembentukan lumbung kredit pedesaan dikelurahan atau desa dalam wilayah kabupaten daerah TK II seNTB. Kemudian sesudah berubah statusnya menjadi PD BPR-LKP di perkuat lagi
dengan
mentri
keuangan
republic
Indonesia
No
KEP-144/KM-
17/1998.tentang pemberian ijin usaha sebagai PD BPR NTB Cabang Aikmel 2. Struktur Organisasi PD BPR Aikmel dipimpin oleh Siti Muznah,SE dibantu oleh beberapa kasi dan sesksi-seksi. Struktur lengkap Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Aikmel dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
20
SITI MUZNAH,SE PIMPINAN
NURUL AEN,SE SEKSI KREDIT
SAHRUDIN,SE SEKSI AKUN.& UMUM
SAHRUDIN,SE SEKSI DANA& KAS
SEKSI KREDIT
SOFYAN H, SP
SEKSI DANA & KAS
DHANI S, SE
MUH. LIFI
Gambar 1. Struktur PD BPR NTB Cabang Aikmel
21
DHANI S, SE
Tugas dan wewenang masing-masing bagian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pimpinan Cabang a)
Menyusun Perencanaan, melakukan koordinasi dan pengawasan seluruh kegiatan operasional pada masing-masing kantor cabang berdasarkan pedoman standar yang ditetapkan oleh Direksi.
b) Mengadakan kerja sama dengan pihak lain dalam upaya pengembangan kegiatan operasional masing-masing kantor cabang. c)
Memberikan laporan secara berkala kepada Direksi tentang perkembangan dan hambatan/ kendala yang dihadapi oleh masingmasing kantor cabang sebagai bahan evaluasi bagi direksi dalam pengambilan keputusan dan tindakan.
d) Menngurus kekayaan masing-masing kantor cabang PD BPR Aikmel. e)
Mewakili kantor cabang PD BPR Aikmel didalam dan diluar pengadilan sesuai dengan persetujuan dan kuasa dari direksi.
f)
Menandatangani semua transaksi kegiatan harian masing-masing kantor
cabang
dengan
mendebet
atau
mengkredit
sesuai
kewenangannya. 2. Seksi Kredit a) Melayani calon debitur yang mengajukan permohonan kredit dengan memeriksa dan mejelaskan berkas permohonan dan identitas calon debitur.
22
b) Mengumpulkan data sebagai bahan evaluasi sesui prinsip 6C yaitu Charakter,capacity,colleteral,capital,condition,compliance. c) Membuat laporan analisis kredit berisi uraian dan kesimpulan serta usulan secara seksama kepada pimpinan cabang guna mengambil keputusan, mengabulkan dengan syarat,atau menolak permohonan kredit yang diacukan oleh calon debitur. d) Mengikuti
pelatihan-pelatihan
berkaitan
dengan
pelayanan
nasabah, urusan kredit dan lain sebagainhya yang relevan dengan bidang tugasnya. e) Memberikan rekomondasi kepada pimpinan cabang menngenai langkah-langkah yang akan dilakukan bila debitur ternyata mengalami kesulitan membayar sebelum dan setelah dilakukan restrukturisasi. 3. Seksi Akuntansi dan Umum a) Menyusun sistem rekening atau nomor perkiraan yang akan digunakan dalam transaksi, khususnya pada laporan keuangan neraca dan laba rugi meliputi: nama cabang, kode perkiraan, sub kode perkiraan,dan nama perkiraan. b) Melakukan pencatatan kode transaksi dengan membuat kode perkiraan transaksi. c) Melakukan pencetakan laporan keuangan untuk internal bank d) Melakukan tugas rekonsiliasi antar kantor aktiva dan antar kantor pasiva secara rutin dilengkapi dengan laporan secara akurat.
23
e) Membantu pihak-pihak yang berkepentingan untuk menilai dan menginterprestasikan
kondisi
bank,
khususnya
akuntan
publik,kantor pelayanan pajak dan pemeriksa dari bank indonesia. f)
Melakukan koreksi jurnal bila terjadi kesalahan pencatatan dengan sepengetahuan atasan/ pimpinan.
g) Mengajukan biaya kepada pimpinan cabang guna memenuhi kebutuhan anggaran pembelian atau pengadaan sarana dan prasarana yang bersifat umum. 4. Seksi Dana dan Kas a) Melakukan koordinasi, pengawasan dan pengarahan terhadap kegiatan dan pelaksanaan tugas bawahannya b) Melakukan pengembangan dana baik tabungan maupun deposito c) Mengadakan administrasi penerimaan dan pengeluaran dana d) Meneliti dan menandatangani vocher laporan mutasi dana yang diterima e) Meminta kelengkapan slip/ bukti pengeluaran kas dan otorisasi dari atasannya sesuai kewenangan yang telah ditetapkan. 3. Gambaran Umum Debitur PD BPR Aikmel Debitur dari PD BPR Aikmel sendiri kebanyakan dari Kecamatan Aikmel. Ada juga debitur yang berasal dari luar Kecamatan, yaitu dari kecamatan labuan lombok, wanasaba .Debitur dalam pengajuan kreditnya kebanyakan untuk tambahan modal, sedangkan untuk konsumsi sendiri lebih
sedikit.Debitur
yang
mengajukan
24
kredit
pada
PD
BPR
Aikmelmenggeluti usaha yang berbeda-beda, misalnya pedagang, petani, Pegawai Negeri Sipil (PNS), kontraktor. 4.
Jasa Pelayanan PD BPR Aikmel jasa pelayanan yang disediakan bagi para nasabahnya, yaitu sebagai berikut: a. Kredit Guna membiayai bisnis yang produktif atau peningkatan kesejahteraan keluarga melalui usaha kecil, PD BPR Aikmel menawarkan beberapa jenis kredit, antara lain: 1) Kredit installment/kredit angsuran Kredit yang diberikan kepada debitur yang sudah memiliki usaha yang pasti dan berpenghasilan tiap bulannya.Biasanya diberikan
kepada
pegawai
negeri,
pedagang,
karyawan
swasta.Bunga yang dibebankan tiap bulannya yaitu sebesar 2%. Perhitungan pokok dan perhitungan bunganya sebagai berikut: Perhitungan pokok:
Plafond JangkaWaktu
Perhitungan bunga: plafond x rate (suku bunga) 2) Kredit tetap Kredit yang diberikan kepada debitur yang berpenghasilan tidak setiap bulan.Biasanya diberikan kepada petani.Bunga dibebankan tiap bulannya sebesar 3%.Kredit ini hanya membayar bunganya saja tiap bulan.Jika pinjaman telah jatuh tempo maka debitur harus segera membayar bunganya beserta pokoknya. 25
3) Deposito berjangka Menawarkan beberapa pilihan sesuai dengan jangka waktu dengan suku bunga yang bersaing. Pinjaman untuk 1 bulan dan 3 bulan bunga sebesar 10% per tahun, sedangkan untuk 6 bulan dan 1 tahun sebesar 11% per tahun. b. Tabungan a. Pundi Perkasa Tabungan kotak yang biasanya petugas bank langsung datang sendiri kepada nasabahnya untuk mengambil tabungannya. 2) Deposito Tabungan dengan bunga yang menarik yaitu sebesar 5% per bulan. 5. Prosedur Pemberian Kredit PD BPR Aikmel memiliki prosedur dalam pemberian kredit yang harus dipenuhi oleh para debitur. Proses tersebut meliputi: 1. Permohonan kredit Debitur
datang
ke
bagian
kredit
untuk
mengajukan
permohonan kredit dengan menyertakan data-data sebagai berikut: a. Formulir permohonan kredit yang sudah diisi b. Proposal pengajuan kredit c. Foto copy jaminan: Jika jaminan BPKB 1) Foto copy KTP suami dan istri (3 lembar)
26
2) Foto copy kartu susunan keluarga (3 lembar) 3) Foto copy STNK (3 lembar) 4) Foto copy BPKB (3 lembar) 5) Foto copy buku KIR (untuk roda 4 jenis angkutan) 6) Kendaraan jaminan dan data asli harus dibawa Jika jaminan sertifikat tanah 1) Foto copy KTP suami dan istri (3 lembar) 2) Foto copy kartu susunan keluarga (3 lembar) 3) Foto copy sertifikat tanah (2 lembar) 4) Bukti pembayaran pajak tanah dan bangunan (SPPT) 5) Sertifikat aslinya harus dibawa 2. Analisis kredit Setelah debitur memenuhi syarat-syarat kredit yang lengkap, maka petugas kredit akan melakukan wawancara yang meliputi: a. Jenis kredit yang diajukan b. Tujuan penggunaan kredit c. Sejarah atau latar belakang usaha d. Jaminan yang diberikan e. Rencana pengembalian yang akan datang f. Hubungan dengan bank Pihak bank harus mengadakan kunjungan atau survey ke debitur untuk mendapatkan data atau informasi yang lebih detail dan terinci serta mencari tambahan informasi yang berkaitan dengan permohonan kredit. Data-data tersebut
27
meliputi 6C yaitu character, capacity, capital, collateral, condition dan compliance dari debitur. Kemudian data tersebut dianalisa untuk mengetahui serta menentukan kesanggupan dan kesungguhan debitur dalam membayar kembali pinjaman sesuai dengan persyaratan yang terdapat dalam perjanjian kredit. Petugas kredit akan menganalisa permohonan kredit tersebut berdasarkan analisis berbasis 6C, serta aspek-aspek lainnya dalam penilaian kredit. Hal tersebut didasarkan pada tujuan analisis kredit yaitu menyelidiki dengan baik secara kuantitatif dan kualitatif calon nasabah dan menentukan besar dan jenis kredit, kemauan dan kemampuan nasabah untuk mengembalikan pinjaman tepat waktu. 6. Keputusan kredit Setelah proses analisis tersebut sudah dilaksanakan, maka petugas kredit dapat memutuskan, apakah kredit tersebut disetujui, ditolak, dikurangi, ditambah atapun diperpanjang. 7. Administrasi kredit Permohonan kredit dapat dicairkan jika, didalam permohonan atau perpanjangan kredit secara tertulis telah memenuhi keabsahan dan persyaratan hukum yang dapat melindungi kepentingan bank, baik yang memuat besarnya kredit, jangka waktu kredit, suku bunga kredit, dan tata cara dan syarat pencairan, tata cara pembayaran kembali. Kredit dapat dicairkan jika permohonan atau perpanjangan kredit telah ditanda tangani, pengikatan jaminan telah dilakukan, debitur telah melunasi biaya-
28
biaya dan seluruh aspek yuridis telah memberikan perlindungan yang memadai, bagi bank. 8. Pemantauan kredit Setelah permohonan kredit disetujui, maka untuk meminimalisir terjadinya kredit bermasalah, maka pihak bank sebaiknya melakukan pemantauan kredit. Pemantauan bukan hanya berusaha untuk mengukur dan mengawasi saja, akan tetapi seharusnya juga mengarah kepada analisa dan langkah tindak lanjut yang tepat untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah. 9. Penanganan kredit bermasalah Kredit bermasalah dapat disebabkan oleh keadaaan internal BPR kemungkinan mengalami salah analisa dan karena kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh pihak bank Tindak lanjut yang harus dilakukan yaitu mengunjungi kembali tempat usaha yang dijalankan oleh debitur, memberikan surat peringatan kepada debitur, penyitaan barang jaminan, penjualan barang-barang jaminan untuk melunasi hutangnya, atau penjadwalan ulang dengan mengadakan perubahan syarat kredit yaitu menyangkut jadwal pembayaran beserta perubahan besarnya angsuran kredit. Kredit bermasalah tidaklah selalu dapat diselamatkan baik secara damai atau secara hukum.Dalam penyelamatan kredit bermasalah, maka bank memilih kredit-kredit usaha yang lebih mudah diselamatkan terlebih dahulu.Bagi yang masih dapat diselamatkan dan diselesaikan, maka segera dilakukan langkah perbaikannya.
29
Analisis Data Kredit adalah percaya, dimana kreditur percaya kepada debitur maka sebelum kredit diberikan terlebih dahulu dilakukan analisis kredit.Analisis kredit mencakup latar belakang nasabah atau perusahaan, prospek usahanya, jaminan yang diberikan serta faktor-faktor yang lainnya.Tujuan dilakukan analisis ini yaitu agar kreditur yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar aman. Pemberian
kredit
tanpa
dianalisis
terlebih
dahulu
akan
sangat
membahayakan debitur, karena akan memunculkan timbulnya kredit macet. Penilaian kelayakan kredit dengan menggunakan alat analisis berbasis 6C digunakan dalam mengetahui Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition dan Compliance seorang debitur.Alat analisis ini dilakukan guna menentukan layak atau tidak kredit diberikan kepada debitur. Pengajuan permohonan kredit kepada PD BPR Aikmel, debitur harus memberikan keterangan yang sebenarnya yang menyangkut 6C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition dan Compliance) dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan debitur dalam mengembalikan pinjaman/kewajibannya. Hasil dari analisis berbasis 6C tersebut dapat dijadikan sebagai dasar pihak bank dalam memberikan keputusan kredit.Agar pihak bank dalam keputusan memberikan kredit pada debitur mempunyai keyakinan atas kemampuan debitur, maka pihak bank mengadakan survey langsung ke lapangan untuk mengetahui benar atau tidaknya informasi yang telah diberikan oleh debitur.
30
Kredit
perorangan
berupa
kredit
dengan
pembayaran
mencicil.
Penghasilan tetap debitur merupakan sumber utama dana pembayaran cicilan. Dalam mengevaluasi kemampuan membayar kembali kredit, para analis kredit harus meneliti apakah jumlah penghasilan tetap cukup besar untuk menutup pengeluaran tetap bulanan mereka serta pelunasan pinjaman.Kredit perorangan bermasalah atau macet dapat terjadi karena berbagai hal, salah satunya yaitu tidak mematuhi standar persyaratan kredit yang ditetapkan oleh bank. F. KESIMPULAN Hasil dari analisa data dan pembahasan hasil analisa data pada penelitian ini menyatakan bahwa semua debitur layak untuk diberikan kredit oleh PD BPR Aikmel. Debitur yang mendapatkan kredit mengalami peningkatan dalam usahanya. Jika usaha tersebut mengalami peningkatan berarti debitur tersebut benar-benar layak untuk mendapatkan kredit, selain itu pihak bank juga tidak salah dalam memberikan kredit. Jika terjadi sebaliknya maka akan menimbulkan suatu kredit bermasalah, yang dapat merugikan pihak bank, untuk meminimalisir hal tersebut maka pihak bank harus teliti dan lebih hati-hati dalam memberikan kredit.
31
DAFTAR PUSTAKA
Anis,C. Imam,G. 2000. Teori Akuntansi. Semarang : Penerbit Dosen Fakultas Ekonomi UNDIP. Depkop pengusaha kecil dan menengah.1998. Petunjuk Standar Khusus Akuntansi. Jakarta : Dirjen Binkopkot. Ikatan Akuntansi indonesia . 2002 . Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Penerbit Salemba Empat (PT. Salemba Empatria). Muhammad, A. 2002. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Jakarta : Penerbit Salemba Empat. Sofyan, SH. 2003. Teori Akuntansi Jakarta : Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Sudjana. 1992. Metode Statistika. Bandung. Suharsimi, A. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta. Yulianto , Sarno. 1994. Dasar-dasar akuntansi. Surakarta : Widya Duta.
32