Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Agustus 2008
EVALUASI EFISIENSI SUPPLY CHAIN DENGAN MODEL DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (STUDI KASUS DI PT PARAMITHATAMA ASRIRAYA) Warsito dan Suparno Program Magister Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Email:
[email protected]
ABSTRAK Manajemen Supply Chain adalah salah satu pilihan strategi bagi sebuah perusahaan agar dapat berkompetisi saat ini. Tapi mengelola rantai supply chain tidak semudah mengelola aktivitas dalam satu perusahaan sebagai single channel. Evaluasi efisiensi supply chain sulit dilakukan bila pertimbangan aliran produk dan informasi dilihat dalam lingkup supply chain keseluruhan. Kebanyakan metode/ model pengukuran yang berkembang saat ini hanya mengukur efifiensi supplier sebagai single channel dan tidak bisa mengakomodasi kepentingan ataupun informasi supply chain secara menyeluruh. Data Envelopment analysis (DEA) adalah teknik yang bisa digunakan untuk mengukur efisiensi, tapi DEA konvensional (Charnes, Cooper dan Rodes) tidak bisa digunakan untuk menghitung efisiensi supply chain karena multiple input ataupun multiple output antar channelnya saling berhubungan, ada keterkaitan antara input/output supplier dengan input/output manufacturer. Pada penelitian ini dilakukan identifikasi pengembangan dan penggunaan model DEA agar bisa membagi secara bertingkat efisiensi dari unit produksi atau aliran produk pada supply chain, yang bisa mengakomodasi kepentingan antar channel yang bersifat ko-operatif. Dari data yang ada, di lakukan perhitungan dengan software LINDO sehingga bisa diketahui tingkat efisiensi supply chain, dimana tingkat efisiensinya relatif lebih sulit dicapai bila dibandingkan single channel. Dari hasil analisa akan diketahui DMU (Decision Making Unit) yang efisien dan yang inefisien. Kemudian perusahaan bisa mengetahui penyebab terjadinya inefisien pada suatu perencanaan untuk kemudian melakukan evaluasi dan perbaikan pada pencapaian dimensi dalam sistem manufaktur yang terintegrasi agar dapat membangun strategi baru dalam usaha untuk mencapai efisiensi supply chain. Kata kunci: Data Envelopment Analysis (DEA), Efisiensi, Supply Chain, Ko-operatif, Decision Making Unit (DMU). PENDAHULUAN Supply Chain Management adalah modifikasi praktek tradisional dari manajemen logistik yang bersifat adversal ke arah koordinasi dan kemitraan antar pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan aliran informasi dan produk tersebut. Gambar 1.1 memberikan ilustrasi sebuah supply chain yang sederhana. Sebuah Supply Chain akan memiliki komponen-komponen yang biasanya disebut channel. Misalnya ada supplier, manafaktur, distribution center, wholesaler dan retailer. Semua channel tersebut bekerja memenuhi kebutuhan konsumen akhir. Mengelola rantai supply chain tidak semudah mengelola aktifitas-aktifitas dalam suatu perusahaan. Kompleksitas permasalahan meningkat dengan cepat begitu pertimbangan-pertimbangan aliran produk dan informasi dilihat dalam lingkup keseluruhan supply chain dari ujung hulu ke ujung hilir. Banyak sekali jebakan-jebakan yang bisa mengakibatkan kegagalan pengelolaan sebuah supply chain. Beberapa jebakan yang ada pada pengelolaan supply chain antara lain:
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Agustus 2008
1. Pengukuran kinerja yang tidak terdefinisikan dengan baik, setiap channel menggunakan ukuran sendiri-sendiri, dan tidak ada perhatian untuk membuat joint metrics yang mengukur kinerja rantai secara keseluruhan. 2. Customer service tidak didefinisikan dengan jelas, dan tidak ada pengukuran terhadap keterlambatan respon dalam pelayanan. 3. Supply chain tidak lengkap, fokusnya sering hanya pada operasi internal saja, tidak bisa membedakan antara pelayanan terhadap immediate customers dengan end customers. Permasalahan Kebanyakan metode/model pengukuran yang berkembang saat ini hanya mengukur efifiensi supplier sebagai single channel dan tidak bisa mengakomodasi kepentingan ataupun informasi supply chain secara menyeluruh. Data Envelopment analysis (DEA) adalah teknik yang bisa digunakan untuk mengukur efisiensi, tapi DEA konvensional (Charnes, Cooper dan Rodes) tidak bisa digunakan untuk menghitung efisiensi supply chain karena multiple input ataupun multiple output antar channelnya saling berhubungan, ada keterkaitan antara input/output supplier dengan input/output manufacturer. Pada penelitian ini dilakukan identifikasi pengembangan dan penggunaan model DEA agar bisa membagi secara bertingkat efisiensi dari unit produksi atau aliran produk pada supply chain, yang bisa mengakomodasi kepentingan antar channel yang bersifat ko-operatif. Juga akan diamati hubungan antara efisiensi relatif supplier (single channel) dengan efisiensi supply chain. Kemudian hasil tersebut digunakan untuk menganalisa Decision Making Unit (DMU) yang efisien dan unefisien, untuk dilakukan evaluasi dan perbaikan output maupun inputnya. METODE PENELITIAN Data Envelopment analysis adalah model analisa produktivitas multifaktor untuk mengukur efisiensi dari sekelompok homogenous Decision Making Unit (DMU). Secara umum efisiensi merupakan rasio dari jumlah bobot m output dari jumlah n input. Nilai efisiensi dinyatakan baik jika nilai yang diperoleh merupakan interval (0-1) semakin mendekati nilai 1 maka dinyatakan telah efisien. Untuk evaluasi dari efisiensi dari beberapa DMU (misal : untuk chanel supply chain) memerlukan beberapa definisi khusus maupun umum dari bobot suatu pabrik, setelah menemukan permasalahan bagaimana data bisa diperoleh. Pada penelitian ini akan dilakukan langkah-langkah pengukuran sebagai berikut: Pengukuran Efisiensi Relatif Supplier (single channel) Perusahaan yang di teliti adalah sebuah perusahaan manufaktur cetak offset (offset printing & packaging), yaitu PT Paramithatama Asriraya (PAR Indonesia) yang terletak di jalan Jenggala no. 8 Sidoarjo. Apabila di inventarisir bahan baku utama pada offset printing antara lain: paper, printing ink (tinta), adhesive, film patron dan single face/ flute. Dengan melakukan brainstorming dengan manajemen perusahaan maka dapat diketahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan supplier baik untuk Paper, printing Ink, Adhesive ataupun Single face, yaitu: 1. Cost Atribut ini menunjukkan harga dari material/ komponen yang dibeli dari supplier per satuan. Indikator performansi harga ini ditunjukkan dengan semakin murah harga material/ komponen maka semakin tinggi performansi dari supplier tersebut.
ISBN : 978-979-99735-6-6 A-26-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Agustus 2008
2. Kualitas (Quality) Atribut ini berhubungan dengan kualitas material/ komponen yang diproduksi oleh supplier, apakah sudah memenuhi standar kualitas yang di tetapkan oleh peruhaan yang merupakan buyer. 3. Delivery performance Atribut ini untuk mengukur tingkat ketepatan waktu pengiriman oleh supplier. 4. Fulfill Order Atribut ini menunjukkan tingkat pemenuhan order dari buyer yang secara tidak langsung akan menunjukkan tingkat ketersediaan dari supplier. Studi & Observasi Pendahuluan
Identifikasi Masalah
Studi Kepustakaan
Perumusan Masalah & Penetapan Tujuan
A Analisa Faktor DEA
Observasi Lanjutan Penghitungan Efisiensi Supply Chain & Penentuan DMU Efisien - Inefisien Pemilihan DMU Identifikasi Faktor-faktor yang Berpengaruh
Efisien?
Pengelompokan Input dan Output Identifikasi Model
Tidak
Ya
Perbaikan
Spesifikasi Model
Gambar 1. Bagan Input Kerangka Metodologi Penelitian Pengelompokan dan Output Berdasarkan Sifat
Analisa & Interpretasi
Pembentukan Model DEA Kesimpulan & Saran Pengumpulan Data Pengolahan Data Penghitungan Efisiensi Relatif Supplier & Peer Groups
A
Gambar 1. Bagan Kerangka Metodologi Penelitian
Dengan pola pikir bahwa supplier merupakan subsistem perusahaan yang bertujuan memenuhi kebutuhan material, maka tidak dipentingkan bagaimana supplier mengolah inputnya selama dapat dihasilkan output yang dibutuhkan, sehingga DEA yang berorientasi output merupakan alat yang efektif untuk digunakan dalam menilai performansi supplier. Perhitungan efisiensi relatif menggunakan model DEA CCR (Charness, Cooper & Rodes), dengan mengikuti formula berikut ini untuk kelompok supplier.
ISBN : 978-979-99735-6-6 A-26-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Agustus 2008
∑u ∑u
y jc
∑v x
i ic
s
Subject to 1.
j
j =1 s
Maksimalkan hk =
i =1
j
y jk
≤1
j =1 m
untuk semua DMU k = 1, 2, ....
∑v x
i ik
2. uj ≥ 0 3. vi ≥ 0 Keterangan
i =1
j = 1, 2, 3, …, m i = 1, 2, 3,…, s yjk : Output ke j untuk DMU ke k xik : Input ke i untuk DMU ke k uj : Bobot untuk output ke j vi : Bobot untuk input ke i Supplier-suplier bahan utama tersebut diklasifikasikan sebagai Decision making Unit (DMU) oleh PT. Paramitahatama Asriraya. Pada paper ini akan diamati hanya 2 supplier bahan utama, yaitu supplier kertas (250 gsm) dan tinta. Untuk penghitungan efisiensi relatif dengan DEA pada supplier kertas, yang kategorikan input adalah harga (price), sedang outputnya antara lain Quality , delivery performance, dan fulfill order. Tabel 1. Rekapitulasi Data Supplier Kertas Duplex 250 gsm No
Supplier
Price (Rp/lembar) 2.620,85
Quality (%) 0,99
Delivery Performance(%) 1
Fulfill Order
1
PT. Suparma Tbk
0,135
2
PT. Pakerin
2.620
0,98
0,90
0,175
3
PT. Pura Kertas
2.600
0,93
0,88
0,160
4
PT.Surya Pamenang
2.610
0,96
0,85
0,070
5
PT. Jaya Kertas
2.605
0,93
0,70
0,167
6
PT. Pindo Dely
2.645
0,98
0,75
0,167
7
PT. Tjiwi Kimia
2.650
0,97
0,71
0,273
Untuk penghitungan efisiensi relatif dengan DEA (supplier printing ink/ tinta) sama dengan kertas, yang dikategorikan input adalah harga (price), sedang outputnya antara lain Quality , delivery performance, dan fulfill order. Mengacu pada model DEA CCR, hasil running lindo (efisien atau unefisien) untuk DMU base material paper dan tinta bisa dilihat pada tabel 1 dan 2. Tabel 2. Rekapitulasi Data Supplier Printing Ink (Tinta)
1
DIC
Price (Rp/kg) 72.000
2
Cemani Toka
72.500
0,82
0,75
0,231
3
Siegwerk
73.000
0,81
0,75
0,196
4
Sakata Ink
73.250
0,75
0,78
0,184
5
Toyo Ink
72.500
0,85
0,72
0,221
6
Meta Sarana
69.500
0,82
0,68
0,195
7
Duta Perinta
69.000
0,80
0,65
0,187
8
Toyo Indo
71.650
0,87
0,68
0,192
No
Supplier
Quality (%) 0,95
Delivery Performance (%) 0,91
ISBN : 978-979-99735-6-6 A-26-4
Fulfill Order 0,385
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Agustus 2008
Peer Groups Peer groups dari DMUs yang tidak efisien didefinisikan sebagai kumpulan DMUs yang akan mencapai total skor 1 bila menggunakan resources dengan bobot yang sama. DEA mengidentifikasi peer groups untuk DMUs yang tidak efisien dengan tujuan meningkatkan produktivitasnya. Beberapa studi yang menggunakan pendekatan DEA, memanfaatkan indikator peer groups untuk menentukan obyek benchmarking operasionalisasi program efisiensi. Semakin besar bobot peer, semakin besar priotitas preferensi memilih peer tersebut sebagai obyek benchmarking karena memiliki karakteristik operasional yang hampir sama. Jadi unit-unit yang tidak efisien akan memilih salah satu unit yang efisien sebagai preferensi benchmarking untuk mencapai nilai efisien. Dari hasil ini akan diamati, pengaruh/korelasi unit yang paling banyak dijadikan preferensi pada efisiensi relatif supplier terhadap efisiensi supply chain. Hasil peer groups dari DMU kertas dan tinta terlihat pada table 5 dan 6. Efisiensi Supply Chain Setelah di ketahui performansi masing-masing supplier berdasar material yang di supply ke perusahaan (manufacturer) maka selanjutnya akan di cari nilai efisiensi hubungan supply chain antara supplier dengan manufakturer yang bersifat ko-operatif.
Gambar 2. Supplier-Manufakturer Supply chain ( Liang .dkk, 2006)
Penghitungan ini lebih mengedepankan evaluasi supply chain berdasarkan pada produk yang dihasilkan manufakturer. Untuk pemodelan efisiensi supply chain, menggunakan model yang sudah dikembangkan Liang, L. Dkk (2006) yaitu pengembangan dari model dasar DEA CCR untuk hubungan supply chain yang bersifat co-operatif. 1 T c A YA 0 + µ TB YB0 = VP 2 Max ω TA X Aj − c TA YAj
j = 1, 2,...., n
ω TB X Bj
+k
j = 1, 2,...., n
ω TA X A 0 ω TB X B0
=1
(
)
≥0
s.t.
× c TA YAj
−
µ TB YBj
≥0
+ k × c TA YA 0 = 1 dengan ω TA , ω BT , cTA , µ BT , k ≥ 0
Keterangan: XAj : Input ke j untuk seller/ supplier pada DMU ke k YAj : Output ke j untuk seller/ supplier pada DMU ke k XBj : Input ke j untuk buyer/ manufacturer pada DMU ke k YBj : Output ke j untuk buyer/manufacturer pada DMU ke k T T ω A , ω B , cTA , µ BT : bobot untuk input seller, input buyer, output seller, output buyer. Pada aplikasi perhitungan efisiensi supply chain, efisiensi harus ditinjau pada aplikasi produk yang sudah dihasilkan manufakturer.
ISBN : 978-979-99735-6-6 A-26-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Agustus 2008 Tabel 3. Rekapitulasi Input-Output Supply Chain Untuk Base Material Kertas (Paper) Input No
Harga produk/ pcs (Buyer)
DMU1
80
DMU2
1.755
DMU3 DMU4
6.450 5.670
DMU5
5.735
DMU6
6.050
DMU7
1.250
(inner rokok 12 btg, PT. Gandum) (MDS Salonpas, Hisamitsu) (Sinar Baja Elektrik) (DAIA, PT. Wing Surya) (MDS Hexos, PT. Konimex) (Maspion Elektrik, PT. Maspion) (Dos Termorex, PT. Bernofarm)
Output
0,99
Delivery performance (seller) 1
0,95
Delivery performance (buyer) 0.85
0,98
0,90
0,90
1
165.000
0,93
0,88
0,97
0.85
75.000
0,96
0,85
0,97
0.95
125.000
0,93
0,70
0,92
0.90
130.000
0,98
0,75
0,90
0.87
108.000
0,97
0,71
0,92
0.82
105.000
Kualitas (seller)
Kualitas (buyer)
Jumlah produk (buyer) 2.000.000
Tabel 4. Rekapitulasi Input-Output Supply Chain Untuk Base Material Tinta Input No
Harga produk/ pcs (Buyer)
DMU1 DMU2
6.450 (Sinar Baja Elektrik) 5.670 (DAIA,
DMU3
5.735 (MDS Hexos,
DMU4
6.050 (Maspion Elektrik,
Output
Kualitas (seller)
Delivery performance (seller)
Kualitas (buyer)
Delivery performance (buyer)
Jumlah produk (buyer)
0,95
0,91
0,97
0.85
75.000
0,82
0,75
0,97
0.95
125.000
0,81
0,75
0,92
0.90
130.000
0,75
0,78
0,90
0.87
108.000
0,85
0,72
0,92
0.82
105.000
0,82
0,68
0,91
0,86
400.000
0,80
0,65
0,95
0,95
1.500.000
0,87
0,68
0,97
0,90
110.000
PT. Wing Surya)
PT. Konimex)
PT. Maspion)
DMU5
1.250 (Dos Termorex, PT. Bernofarm)
DMU6
750
DMU7
105
DMU8
4.250 (pehamoxil forte,
(Outer rokok, PT. Gandum) (cc Antimo, PT. Phapros)
PT. Phapros)
HASIL DAN DISKUSI Dengan model yang dikembangkan Liang, maka dengan input dan output Supply Chain (tabel 6) juga dengan proses yang sama seperti pada perhitungan efisiensi supplier akan didapatkan nilai efisiensi supply chain. Hasil nilai efisiensi supply chain akan dibandingkan dengan efisiensi relatif supplier yang sudah dianalisa dengan peer groups untuk mengetahui korelasi keduanya. Hasil dari running software LINDO pada Decision Making Unit (DMU) base material kertas efisiensi relatif supplier bisa dicapai efisien oleh 3 DMU, yaitu DMU 1(PT. Suparma) , DMU6 (PT. Pindo dely) , dan DMU7 (PT. Tjiwi Kimia) sementara pada pengukuran efisiensi supply chain juga ada 3 DMU yang efisien yaitu DMU1(PT. Suparma), DMU3 (PT. Pura kertas), dan DMU4 (PT. Surya pamenang). Pada tabel 5 terlihat bahwa jumlah DMU yang efisien antara single channel (supplier) dan supply chain sama yaitu 3, tapi unit DMU yang efisien tidak sama. Artinya DMU yang efisien pada efisiensi relatif supplier tidak serta merta efisien pada supply chain. Bahkan DMU efisiensi supplier yang menjadi preferensi peer groups-pun belum bisa dipastikan efisien pada supply chain.
ISBN : 978-979-99735-6-6 A-26-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Agustus 2008 Tabel 5. Efisiensi Relatif Supplier Paper Vs Efisiensi Supply Chain No
DMU
Peer Groups (Supplier)
Efisiensi Relatif Supplier ( Efisien )
Efisiensi Supply Chain
1
DMU1
1
2
DMU2
0,999 ( Tidak Efisien )
1
6
0,995 ( Tidak Efisien )
3
DMU3
0,951 ( Tidak Efisien )
6
1
1
( Efisien )
4
DMU4
0,973 ( Tidak Efisien )
1
1
( Efisien )
5
DMU5
0,950 ( Tidak Efisien )
1
6
DMU6
1
( Efisien )
6
0,990 ( Tidak Efisien )
7
DMU7
1
( Efisien )
7
0,984 ( Tidak Efisien )
1
1
6
( Efisien )
0,973 ( Tidak Efisien )
Demikian juga pada Decision Making Unit (DMU) base material tinta, efisiensi relatif supplier bisa dicapai efisien oleh 3 DMU, yaitu DMU 1 (PT. DIC), DMU2 (PT. Cemani Toka), dan DMU3 (PT. Siegwerk Indonesia), sementara pada pengukuran efisiensi supply chain hanya 1 DMU yang efisien yaitu DMU1 (PT. DIC). Terlihat pada tabel 6 bahwa jumlah DMU yang efisien pada pengkuran single channel lebih banyak di bandingkan dengan efisiensi supply chain, ini berarti tingkat efisiensi supply chain lebih sulit dicapai, karena ada keterkaitan antara input/ output seller (supplier) dengan input/ output buyer (manufacturer). Dimana ada beberapa output supplier yang pada pengukuran efisiensi supply chain berperan menjadi input manufacturer yaitu kualitas (quality) dan delivery performance, demikian juga sebaliknya output dari manufacturer yang menjadi input untuk supplier yaitu cost (harga produk/ satuan). Pada DMUs base material tinta terlihat bahwa efisiensi supply chain lebih sulit di capai. Kalau diamati output dari supplier mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi supply chain. Perhitungan yang sama juga dilakukan untuk DMU material adhesive, film dan single face dan hasilnya hampir sama dengan kertas dan tinta, yaitu bahwa efisiensi supply chain lebih sulit di capai bila dibandingkan efisiensi supplier sebagai single channel. Tabel 6. Efisiensi Relatif Supplier Tinta Vs Efisiensi Supply Chain No 1
DMU DMU1
Efisiensi Relatif Supplier 1 ( Efisien )
Peer Groups (Supplier) 1
Efisiensi Supply Chain 1 ( Efisien )
2
DMU2
1
( Efisien )
2
0,939 ( Tidak Efisien )
3
DMU3
1
( Efisien )
3
0,900 ( Tidak Efisien )
4
DMU4
0,843 ( Tidak Efisien )
1
0,904 ( Tidak Efisien )
5
DMU5
0,867 ( Efisien )
2
0,944 (Tidak Efisien)
6
DMU6
0,782 ( Tidak Efisien )
1
2
0,947 (Tidak Efisien)
7
DMU7
0,763 ( Tidak Efisien )
1
2
0,939 ( Tidak Efisien )
KESIMPULAN 1. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalan penilaian efisiensi supply chain dengan model DEA (Data Envelopment Analysis) adalah semua input ataupun output yang ada pada proses produksi baik pada channel supplier maupun manufakturer, karena ada hubungan dan kepentingan yang saling mempengaruhi.
ISBN : 978-979-99735-6-6 A-26-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Agustus 2008
2. Nilai efisiensi pada penilaian supplier tidak menjamin efisiensi pada supply chain, sehingga penilaian tidak bisa dilakukan secara sepihak tapi harus secara keseluruhan dengan melihat hubungan input-output masing-masing channel. 3. Nilai efisiensi supply chain lebih sulit dicapai bila dibandingkan dengan penilaian single channel (supplier) 4. Untuk perbaikan efisiensi baik dengan target peningkatan output ataupun pengurangan input tidak bisa diputuskan secara sepihak, tapi harus ada kesepakatan nilai-nilai/ bobot yang hendak dicapai antar channel DAFTAR PUSTAKA Chen.Y, Liang L, Yang. F, (2006) A DEA Game Model Approach to Supply Chain Efficiency, Ann Operation Research Journal-Springer Science-Business Media Boussofine. A, Dyson. R. , Thanassaulis. E (1991) Applied Data Envelopment Analysis, European Journal of Operation Research 52. Biehl. Markus, Cook. W, Jonston DA (2006) The Efficiency of Joint Decision Making in Buyer –Supplier Relationship, Ann Operation Research Journal-Springer Science-Business Media. Charnes. A, Cooper. W, Rhodes. E (1994) Evaluating Program and Managerial Effeciency : An Application of Data Envelopment Analysis to Program Follow Trough, Management Science Journal, Vol 27, no. 6. Pujawan, I. N, (1999) Supply Chain Management, Guna Widya, Surabaya. Liang. L, Yang. F, Coo. WD, Zhu. J, (2006) DEA Models for Supply Chain Efficiency Evaluation, Ann Operation Research Journal-Springer Science-Business Media. Sumanth, J. D (1985) Productivity Engineering and Management, Mc. Graw-Hill Book. Wong Y. H. B, Beasly J. E (1990) Restricting Weight Flexibility in Data Envelopment Analysis, Operation Research Journal Vol. 41, no. 9 Yeni, P (2005), Penerapan Data Envelopment Analysis Dalam Pemilihan Supplier dan Perbaikan Performansi Supplier : Studi Kasus CV Sinar, Tesis, ITS- Surabaya.
ISBN : 978-979-99735-6-6 A-26-8