No. Urut :
837-0600 P
LAPORAN TUGAS AKHIR ( TL-410) PENELITIAN
EVALUASI DAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH PADAT INDUSTRI ( STtTDI KASUS : KABUPATEN DT.II BANDUNG )
Disusun oleh :
OLIVIA.KA 153 95 012
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN DUNG INSTITUT TE KNOLOGI BAN 2000
ABSTRAK Limbah padat industri yang terdapat di Kabupaten DT. II Bandung berasal dari proses produksi, bekas kemasan ( proses produksi dan bahan kimia), basil pengolahan emisi udara, dan basil pengolahan limbah cair. Pada umumnya limbah padat dari proses produksi, langsung dyual ke penadah, sedangkan untuk bekas kemasan dikembalikan ke supplier, sehingga besarnya timbulan limbah padat industri dari kedua sumber ini sulit ditentukan. Untuk limbah padat basil pengolahan emisi udara berupa abu, karena jumlahnya yang sedikit, oleh pihak industri langsung ditanam (dikubur) di lokasi industri atau dibuang ke luar lokasi industri. Sedangkan lumpur hasil pengolahan limbah cair ditumpuk di lokasi industri a/au dibuang, sesuai dengan ketersediaan lahan dan biaya dart industri tersebut. Penghitungan limbah padat, khususnya lumpur, dilakukan berdasarkan basil pengamatan kondisi eksisting, dengan menggunakan faktor beban limbah padat industri, dan juga secara teoritis. Dari basil perhitungan tersebut, masingmasing lalu dibandingkan. Untuk beberapa industri yang tidak memiliki faktor beban, maka penghitungannya didasarkan atas pengamatan kondisi eksisting. Dari basil pengamatan pada kondisi eksisting terhadap jumlah lumpur yang dihasilkan oleh IPAL, yang mengolah limbahnya dengan proses fisika-kimia, secara keseluruhan menghasilkan jumlah sebanyak 1.5 - 3 kali lebih besar dibandingkan dengan hasil perhitungan dengan menggunakan faktor beban limbah padat industri. Sedangkan pada industri yang mengolah limbah cair dengan proses biologi, basil pengamatan kondisi eksisting menghasilkan jumlah 10 - 15 kali lebih kecil dibandingkan dengan hasil perhitungan. Namun jika perhitungan dengan menggunakan faktor beban tersebut diterapkan langsung untuk sejumlah industri sejenis di suatu daerah, maka basil yang didapatkan akan lebih akurat untuk dibandingkan dengan hasil pengamatan. Jika dilakukan perbandingan hasil perhitungan secara teoritis terhadap kondisi eksisting, maka perbedaan kuantitas lumpur yang besar dari kedua basil tadi, didapatkan pada industri yang mengolah limbahnya secara fisika-kimia.
Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya perbedaan ini, ialah karena penghitungan awal suspended solid, yang diambil dari tabel kerja penghitungan beban limbah dan pencemaran air, dimana belum dilakukan koreksi terhadap eftsiensi penyisihan suspended solidnya. Dari hasil penelitian terhadap sistem pengelolaan limbah padat industri di Kabupaten DT. II Bandung, dapat dilihat masih banyak kelemahan yang terjadi pada masing-masing sistem. Mulai dari pewadahan, dimana masih ada industri yang menumpuk lumpur dari IPAL tanpa diberi wadah; lalu pada sistem pengumpulan, dimana sebagian industri mengumpulkannya di tempat terbuka dan juga kesehatan petugas yang tidak diperhatikan; sistem pengangkutan, dimana tidak adanya pengaturan rule pengangkutan di suatu wilayah industri; sistem pengolahan, dimana masih banyak industri yang tidak mengolah limbah padatnya dengan baik, misalnya adanya asap yang berbahaya yang keluar dari insinerator dan juga belum adanya pengolahan terhadap lumpur dari IPAL untuk menjadi materi yang dapat digunakan lagi dan berguna; dan terakhir sistem pembuangan, dimana hanya dilakukan oleh sebagian kecil industri dan belum adanya kerja sama yang baik dengan Dinas Kebersihan. Dengan adanya penelitian terhadap sistem pengelolaan limbah padat industri di Kabupaten DT. II Bandung, dimasa mendatang diharapkan terjadi beberapa perbaikan pada sistem pengelolaannya, seperti dilakukannya uji toksisitas (seperti TCLP) untuk menghindari terjadinya pencemaran terhadap tanah maupun air tanah pada saat lumpur ditumpuk di permukoan tanah, sistem pewadahan yang tertutup dan dibuat dari bahan kedap air, dilakukannya pemisahan limbah padat dari masingmasing sumber, disediakannya
masker dan sarung tangan untuk melindungi
kondisi kesehatan petugas dan juga dilakukannya usaha pengolahan seperti daur ulang (terutama pada industri pakaian jadi ), pengomposan, pembuatan bahan bangunan sejenis batako (khusus untuk limbah padat berupa lumpur dari IPAL), dan juga perlunya dipasang alat kontrol pencemaran udara pada cerobong asapnya untuk menghindari asap yang berbahaya dari tungku pembakar.