JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 9 No. 2, Oktober 2009 : 85 - 91
EVALUASI ATAS HARGA POKOK PRODUK SAMPINGAN DALAM KAITANNYA DENGAN PERHITUNGAN LABA PERUSAHAAN Study Kasus Pada CV. Morinda House Bogor Oleh : * Hendra Setiawan dan Victor Lisias * Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor
ABSTRAK The goal of this research is to find out production process and integrated cost, productions cost of secondary product, and cost price influence of secondary product towards company’s profit. The research yield shows that CV Morinda House divided production cost into two categories, namely direct costand inderect cost. Based on main function of the company, CV Morinda House arranged production cost into three categories, namely basic material cost, direct man-power cost, and factory overhead cost. Besides that, secondary product at CV Morinda House was processed more until becoming capsule product. The company did not allocate integrated cost, but focused to how to treat selling yield of its secondary product. Key words: production process; Secondary product; company’s profit
PENDAHULUAN Pada umumnya, Perusahaan melakukan kegiatan operasional berupa proses produksi untuk menciptakan produk-produk yang akan dijual. Pada perusahaan manufaktur proses produksinya terdapat dua sistem akuntansi, yaitu sistem persediaan periodic (fisik) dan sistem persediaan perpetual. Penggunaan salah satu sistem ini perlu disesuaikan dengan kegiatan operasional perusahaan dalam mencapai laba. Cara lainnya perusahaan dapat meminimalkan biaya produksi atau berupaya memaksimalkan bahan baku sehingga tidak terbuang begitu saja. Bahan baku yang dapat menghasilkan beberapa produk dapat dikatakan sebagai biaya gabungan (joint cost), yaitu suatu biaya yang terjadi ketika produksi menghasilkan satu atau beberapa produk tanpa dapat dihindari. Setiap produk memiliki harga
pokok, sebagai dasar harga jual produk tersebut nantinya. Harga pokok produk disusun berdasarkan biaya yang telah terjadi, baik pengeluaran-pengeluaran langsung maupun tidak langsung yang berhubungan dengan perolehan, penyiapan, dan penempatan untuk menghasilkan suatu produk yang siap dijual. Perusahaan mempunyai produk-produk yang akan dijual. Bermacam produk ini dikenal sebagai produk gabungan (joint product). Penjualan produk-produk inilah yang dimaksimalkan untuk pencapaian tujuan perusahaan. Dalam produk gabungan dapat berupa produk utama (main product) dan produk sampingan (by product). Produk utama merupakan sumber utama dalam penjualan perusahaan. Perbedaan produk utama dengan produk sampingan terletak pada total nilai jualnya, produk sampingan adalah produk
SETIAWAN dan LISIAS, Evaluasi atas Harga Pokok Produk Sampingan
dengan total nilai yang relatif lebih kecil dan dihasilkan secara bersamaan dengan suatu produk lain yang total nilainya lebih besar. Sedangkan produk dengan nilai yang lebih besar ini disebut produk utama. Dalam kenyataannya seringkali produkproduk yang nilai jualnya relative kecil ini atau biasa disebut produk sampingan tidak memerlukan pemrosesan lebih lanjutan, tetapi dalam beberapa pertimbangan tidak tertutup kemungkinan produk sampingan memerlukan pemrosesan lanjutan agar laku dalam pasaran. Pemrosesan lebih lanjut inilah yang ditambahkan sebagai biaya untuk menambah nilai produk sampingan ini. Teorinya terdapat beberapa metode kalkulasi perhitungan dalam menetapkan biaya produk sampingan dalam memperoleh laba suatu industri. Diantaranya, dengan metode pengakuan pendapatan kotor, metode pengakuan pendapatan bersih, metode biaya pengganti, dan metode nilai pasar. Perbedaan kalkulasi ini yang membuat produk sampingan memiliki ciri khas tersendiri dalam industri, baik dalam proses maupun penjualannya untuk memperoleh laba yang maksimal
c.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dalam format studi kasus. Studi kasus yaitu penelitian tentang subjek penelitian yang berkenaan tentang status fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Nazir, 1999, 57). Metode ini memberikan gambaran secara mendetail dari produk sampingan dalam kaitannya dengan perhitungan laba rugi. Tehnik Tehnik yang dilakukan penulis adalah statistik komparatif yaitu suatu penelitian yang bersifat ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat, dengan menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya maupun munculnya suatu fenomena tertentu (Nazir, 1999, 58).
METODOLOGI PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Desain Penelitian Merupakan seluruh proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu penelitian dan desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan jenis dan tujuan penelitian (Supranto, 1991, 35) yang terdiri dari: a. Jenis Penulis dalam melakukan penelitian menggunakan jenis penelitian deskriptif eksploratif, yaitu studi penjajakan jika peneliti memiliki keterbatasan informasi masalah tersebut, memang karena sebelumnya yang meneliti masalah tersebut relative belum banyak dilakukan oleh peneliti yang lain (Nurindriantoro, 1999, 87). Jenis penelitian ini bertujuan menggali informasi mengenai produk sampingan perusahaan dalam kaitannya dengan perhitungan laba rugi. b. Metode
Pengaruh Harga Pokok Produk Sampingan Dalam Kaitannya Dengan Perhitungan Laba Pada CV. Morinda House
86
1.
Penjualan Bersih Produk Sampingan Penjualan bersih produk sampingan merupakan hasil penjualan produk sampingan yang dikurangi dengan biaya produksi produk sampingan setelah dipisah, biaya pemasaran, dan biaya administrasi atas produk produk sampingan. Dalam penjualan produk sampingannya, CV. Morinda House telah menjual sebanyak 600 botol produk kapsul dengan harga jual per botol adalah Rp 25,000.00 sehingga penjualan produk sampingan adalah sebesar Rp 15,000,000.00. Biaya produksi setelah dipisah adalah Rp 5,232,000.00. Serta menikmati Biaya pemasaran sebesar Rp 333,000.00 selama penjualan produk sampingan dan menikmati Biaya administrasi sebesar Rp 1,167,000.00 selama penjualan produk sampingan.
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 9 No. 2, Oktober 2009
Jadi penjualan bersih dari produk sampingan pada CV. Morinda House adalah sebesar Rp8,268,000.00. Hasil penjualan produk sampingan setelah dikurangi biaya untuk memasarkan produk sampingan dan juga dikurangi dengan biaya pemrosesan lanjutan pada produk tersebut. Dalam menghitung laba dapat dengan cara-cara sebagai berikut : a) Hasil Penjualan sebagai pendapatan lainlain (diluar usaha) b) Hasil Penjualan sebagai penambah penghasilan penjualan dari produk utama
c)
Hasil Penjualan sebagai pengurangan dari harga pokok produk produk utama d) Hasil Penjualan sebagai pengurangan dari total biaya produksi produk utama Dalam melakukan perhitungan laba nya, CV. Morinda House memperlakukan penjualan produk sampingan sebagai penambah penghasilan penjualan produk utama. Karena produk kapsul pada CV. Morinda House dihasilkan dari proses operasional perusahaan. Jurnal-jurnal yang terjadi dalam perusahaan dengan ada produk sampingan adalah sebagai berikut :
Biaya produksi pada produk sampingan Barang dalam proses – produk kapsul Bahan baku Upah langsung Overhead pabrik
Rp 5,232,000.00 Rp 732,000.00 Rp 3,600,000.00 Rp 900,000.00
Harga Pokok Produk Sampingan Persediaan produk kapsul Barang dalam proses – produk kapsul
Rp 5,232,000.00 Rp 5,232,000.00
Penghasilan bersih dari produk sampingan Kas Persediaan produk kapsul Biaya Pemasaran Biaya Administrasi Penghasilan
Rp 15,000,000.00 Rp 5,232,000.00 Rp 333,000.00 Rp 1,167,000.00 Rp 8,268,000.00
2. Perhitungan Rugi Laba Dengan Adanya Produk Sampingan Titik berat pembahasan pada produk sampingan adalah bagaimana memperlakukan pendapatan penjualan produk sampingan tersebut. Perhitungan pada produk sampingan memerlukan pengetahuan yang mendasar dalam proses produksi atau operasionalnya. Oleh karena itu, penerapan kalkulasi biaya
produk sampingan akan berguna bagi manajemen dalam merencanakan laba yang maksimum dari perusahaan. Pada CV. Morinda House, selisih efek laba dari penjualan produk sampingan tanpa proses lanjutan dan produk sampingan melalui proses lanjutan dapat ditunjukkan sebagai berikut :
Tabel 1. Selisih Laba Keterangan
Dijual Setelah Titik Pisah Tanpa Proses
Pendapatan
Rp360,000.00
Biaya-Biaya Efek Laba
Dijual Setelah Titik Pisah Dengan Proses Rp15,000,000.00 Rp 6,732,000.00
Rp360,000.00
Rp 8,268,000.00 87
SETIAWAN dan LISIAS, Evaluasi atas Harga Pokok Produk Sampingan
-
Setelah dihitung antara selisih laba pada produk sampingan, maka diperoleh tambahan laba dari produk sampingan tanpa proses lanjuatan sebesar Rp 360,000.00. Sedangkan tambahan laba dari produk sampingan melalui proses lanjutan sebesar Rp 8,178,000.00. A. Pendapatan 1. Tanpa Proses Lanjutan Pendapatan Rp 270,000.00 ini merupakan berasal dari penjualan sebanyak 1800 kg dengan nilai pasar sisa pemeraman sebesar Rp. 200 / kg. Perusahaan menjual langsung sisa hasil pemeraman tersebut di perusahaan sehingga tidak ada biaya yang dikenakan dalam memperoleh laba sejumlah Rp 360,000.00 2. Dengan Proses Lanjutan Pendapatan Rp 15,000,000.00 ini merupakan berasal penjualan sebanyak 600 botol produk kapsul dengan harga jual sebesar Rp25,000.00 / botol. CV. Morinda House mengkalkulasi biayabiaya, seperti biaya produksi, biaya pemasaran, dan biaya administrasi dengan total biaya sebesar Rp6,732,000.00. Total biaya adalah sebagai pengurang dari pendapatan sehingga diperoleh laba dari penjualan produk sampingan sejumlah Rp8,268,000.00. B. Persentase Pendapatan dan Laba Pendapatan Produk Utama yaitu minuman sari mengkudu adalah sebesar Rp180,000,000.00. perhitungan ini diperoleh dari penjualan sebanyak 4500 botol dengan ukuran per botol adalah 1 liter. Harga jual per botol adalah Rp40,000.00. 1. Tanpa Proses Lanjutan - Pendapatan yang berasal dari penjualan produk sampingan tanpa proses lanjutan adalah sebesar Rp360,000.00. sedangkan pendapatan dari penjualan produk utama adalah sejumlah Rp180,000,000.00. Jadi Persentase pendapatan dari produk sampingan tanpa proses lanjutan terhadap perusahaan adalah sebesar 0.2 % 88
2.
Laba yang berasal dari penjualan produk sampingan tanpa proses lanjutan adalah sebesar Rp360,000.00 karena tidak ada biaya yang dikalkulasikan pada perusahaan sedangkan laba dari kegiatan operasional perusahaan adalah sejumlah Rp79,561,000.00. Jadi Persentase laba dari produk sampingan tanpa proses lanjutan terhadap perusahaan adalah sebesar 0.45 % Dengan Proses Lanjutan - Pendapatan yang berasal dari penjualan produk sampingan dengan proses lanjutan adalah sebesar Rp 15,000,000.00. sedangkan pendapatan dari penjualan produk utama adalah Rp180,000,000.00. Jadi Persentase pendapatan dari produk sampingan dengan proses lanjutan terhadap perusahaan adalah sebesar 8.33 %. - Laba yang berasal dari penjualan produk sampingan dengan proses lanjutan adalah sebesar Rp8,268,000.00. Laba ini merukan hasil dari pendapatan produk sampingan dikurangi dengan biayabiaya produk sampingan. Sedangkan laba operasional perusahaan ialah Rp87,469,000.00. Jadi Persentase laba dari produk sampingan dengan proses lanjutan terhadap perusahaan adalah sebesar 9.45 %.
2.1 Perhitungan Rugi Laba Dengan Adanya Produk Sampingan Tanpa Proses Pada CV. Morinda House, produk sampingan tanpa proses lanjutan menjadikan nilai jual produk sampingan relatif kecil. Maka hasil penjualan bersih produk sampingan diperlakukan sebagai penambah penjualan produk utama karena sisa hasil pemeraman tersebut dihasilkan dari operasi perusahaan. Tambahan laba dari produk sampingan tanpa proses lanjutan adalah sebesar Rp360,000.00 dapat digambarkan sebagai berikut :
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 9 No. 2, Oktober 2009
CV. Morinda House Laporan Rugi – Laba Bulan : Maret 2008 Penjualan : Produk Utama-Produk Minuman Sari Mengkudu Produk Sampingan-Sisa Hasil Pemeraman Jumlah Penjualan Harga Pokok Penjualan Laba Kotor Atas Penjualan Biaya Komersial : Biaya Pemasaran Biaya Administrasi Jumlah Biaya Komersial Laba Bersih 2.2 Perhitungan Rugi Laba Dengan Adanya Produk Sampingan Melalui Proses Lanjutan Pada CV. Morinda House, produk sampingan memerlukan proses lebih lanjut, maka penjualan bersih dapat diperlakukan sebagai penambah penghasilan penjualan
Rp180,000,000.00 Rp360,000.00 Rp180,360,000.00 Rp 82,799,000.00 Rp 97,561,000.00 Rp3,996,000.00 Rp14,004,000.00 Rp 18,000,000.00 Rp 79,561,000.00 produk utama. Ini dikarenakan bahan baku produk kapsul yaitu sisa hasil pemeraman dihasilkan dari operasi perusahaan. Tambahan laba dari produk sampingan melalui proses lanjutan adalah sebesar Rp8,268,000.00 dapat digambarkan sebagai berikut :
CV. Morinda House Laporan Rugi – Laba Bulan : Maret 2008 Penjualan Produk Utama-Produk Minuman Sari Mengkudu Produk Sampingan-Produk Kapsul Jumlah Penjualan Harga Pokok Penjualan Produk Utama-Produk Minuman Sari Mengkudu Produk Sampingan-Produk Kapsul Jumlah Harga Pokok Penjualan Laba Kotor Atas Penjualan Biaya Komersial Biaya Pemasaran Biaya Administrasi Jumlah Biaya Komersial Laba Bersih Dari antara kedua perhitungan rugi-laba tersebut dapat terlihat laba bersih yang dihasilkan. Pada perhitungan rugi-laba dengan adanya produk sampingan tanpa proses lanjutan menghasilkan laba bersih sebesar Rp79,561,000.00. Sedangkan pada perhitungan
Rp180,000,000.00 Rp15,000,000.00 Rp195,000,000.00 Rp82,799,000.00 Rp5,232,000.00 Rp88,031,000.00 Rp106,969,000.00 Rp4,329,000.00 Rp15,171,000.00 Rp19,500,000.00 Rp87,469,000.00
rugi-laba dengan adanya produk sampingan melalui proses lanjutan menghasilkan laba bersih sebanyak Rp87,469,000.00. Maka akan lebih menguntungkan bila produk sampingan diolah lagi melalui proses lanjutan karena laba yang dihasilkan lebih maksimum. Manajemen 89
SETIAWAN dan LISIAS, Evaluasi atas Harga Pokok Produk Sampingan
pada CV. Morinda House telah mengambil keputusan yang tepat dengan mengolah lebih lanjut produk sampingannya karena laba yang dinikmati perusahaan lebih maksimum.
KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh penulis di CV. Morinda House, serta berdasarkan hasil dari pembahasan. Maka penulis mencoba menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. CV. Morinda House merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolah buah-buahan dan termasuk dalam perusahaan keluarga berskala kecil dengan menggunakan mengkudu sebagai bahan baku. 2. CV. Morinda House membagi biaya menjadi 2 kelompok yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). 3. Dari segi jenis usahanya, CV. Morinda House menggunakan pendekatan metode harga pokok proses. Sedangkan dalam perhitungan biayanya perusahaan ini menggunakan metode full costing. 4. Berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan, CV. Morinda House menggelompokkan biaya produksi ke dalam 3 golongan, yaitu biaya bahan baku (raw materials), biaya tenaga kerja langsung (direct labour), dan biaya overhead pabrik (factory overhead). 5. CV. Morinnda House dalam menghitung biaya produksinya seperti, biaya bahan baku dan upah langsung masih berdasarkan secara input. 6. Proses produksi yang terjadi adalah pengolahan air mas yang berasal dari bahan baku mengkudu. Pada proses ini memunculkan air mas sebagai bahan baku produk minuman sari mengkudu (produk utama) dan sisa hasil pemeraman sebagai bahan baku produk kapsul (produk sampingan). 7. Produk sampingan pada CV. Morinda House tidak memperoleh alokasi biaya gabungan, Namun lebih menitikberatkan pada bagaimana memperlakukan hasil penjualan produk sampingan dan pada biaya-biaya pemrosesan lebih lanjut setelah melalui titik pemisahan. 90
8.
Metode dalam menetapkan biaya produk sampingan pada CV. Morinda House adalah Metode Pengakuan Pendapatan Bersih, karena produk sampingannya diolah lebih lanjut setelah melalui titik pisah. 9. Perlakuan hasil penjualan produk sampingan pada CV. Morinda House adalah sebagai penambah penghasilan penjualan produk utama perusahaan. 10. Produk sampingan pada CV. Morinda House diolah lebih lanjut dan ini memberikan lebih banyak keuntungan dibandingkan tanpa diproses lebih lanjut. Tambahan laba produk sampingan melalui proses lebih lanjut sebesar Rp8,268,000.00. Sedangkan tambahan laba produk sampingan tanpa proses lanjutan adalah sebesar Rp360,000.00. 11. Dari hasil perhitungan rugi-laba nya dapat diketahui bahwa laba bersih pada CV. Morinda House adalah sebesar Rp87,469,000.00. karena menajemen perusahaan telah mengolah produk sampingan lebih lanjut menjadi produk kapsul.
DAFTAR PUSATAKA Armanto Witjaksono. 2006. Akuntansi Biaya, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta. Carter Usry. 2002. Cost Accounting, Salemba Empat, Jakarta. Craven, Hills, dan Woodruff. 2002. Marketing Management. Richard D.Irwin Inc. U S A. Don, R. Hansen. dan Maryanne M. Mowen. 2004. Akuntansi Manajemen, Salemba Empat, Jakarta. Hansen. 2004. Akuntansi Manajerial, Salemba Empat, Jakarta. Horngren, Kester, dan Datar. 2005. Akuntansi Biaya, Jilid 1, Diterjemahkan oleh Desi Andrariani, Gramedia, Jakarta. Milton F. Usry. dan Hammer. 2002. Akuntansi Biaya, Penerbit Erlangga, Jakarta. Munawir. 2002. Analisa Laporan Keuangan, edisi 4, Libery, Yogyakarta.
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 9 No. 2, Oktober 2009
Rahmat Rukmana. 2002. Mengkudu - Budi Daya dan Prospek Agribisnis. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Soemarso. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar, Buku II. Salemba Empat, Jakarta.
91