ETIKA, MORAL, DAN BUNUH DIRI LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF EKOLOGI (Solusi Berbasis Environmental Insight Quotient)
Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta 1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Prabang Setyono
ETIKA, MORAL, DAN BUNUH DIRI LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF EKOLOGI (Solusi Berbasis Environmental Insight Quotient)
Diterbitkan atas Kerja Sama UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press) dan Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) Universitas Sebelas Maret Surakarta
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Prabang Setyono Etika, Moral, dan Bunuh Diri Lingkungan dalam Perspektif Ekologi (Solusi Berbasis Environmental Insight Quotient) . Cetakan 1. Surakarta UNS Press dan LPP UNS. 2011 viii + 214 hal; 24,5 cm ETIKA, MORAL, DAN BUNUH DIRI LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF EKOLOGI (SOLUSI BERBASIS ENVIRONMENTAL INSIGHT QUOTIENT) Hak Cipta© Prabang Setyono 2011
Penulis Dr. Prabang Setyono,S.Si.,M.Si. Editor Prof.Dr. Shalihudin Djalal Tanjung,M.Sc. Kundharu Saddhono, S.S., M.Hum. Ilustrasi Sampul UNS Press Penerbit UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press) dan Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia 57126 Telp. 0271-646994 Psw. 341 Website : www.unspress.uns.ac.id Email:
[email protected] Cetakan 1, Mei 2011 Hak Cipta Dilindungi Undang-undang All Right Reserved ISBN: 978-979-498-609-7 Buku ini dipilih sebagai buku bermutu oleh Program Buku Teks - Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas Sebelas Maret melalui proses seleksi penilaian yang kompetitif dan selektif
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .......................................................................
v
DAFTAR ISI
.......................................................................
vi
IDENTIFIKASI KERAWANAN LINGKUNGAN SEBAGAI BASIS MANAJEMEN BENCANA DI JAWATENGAH .........
1
A. Konsep Lingkungan ............................................... B. Inventarisasi Permasalahan Lingkungan ................ C. Degradasi Lingkungan ...........................................
1 2 3
UBAH PERILAKU DAN CEGAH PENCEMARAN LINGKUNGAN .............................................................
7
A. Tinjauan dari segi Etika ......................................... 1. Kasus pelanggaran etika lingkungan ...............
12 15
a. Pencemaran Air .......................................... b. Kerusakan Hutan......................................... 2. Mengubah Perilaku terhadap Lingkungan........
15 22 26
B. Peranan etika Lingkungan ..................................... 1. Etika Ekologi Dangkal......................................
29 30
2. Etika Ekologi Dalam ........................................ 3. Perilaku Kodrati Manusia ................................
31 38
4. Konsep Deep Ekologi Dalam Pembangunan .... C. Deep Ecology dan Kebijakan Pembangunan Indonesia sebagai Salah Satu Implementasi dari Etika Lingkungan ................................................... 1. Restorasi Perilaku............................................
39
BAB I
BAB II
BAB III
40 43
2. Penerapan Prinsip Etika Lingkungan dalam Kehidupan ......................................................
44
ETIKA, MORAL, KODE ETIK DAN ADAT ISTIADAT .......... A. Etika (Ethics) .........................................................
47 47
1. Pengertian Etika..............................................
47
vi
BAB IV
2. Tiga Teori Etika ................................................ 3. Keterkaitan Etika dengan Etiket, Moral, Moralitas dan Agama .....................................
51
4. Etika dan Moral ............................................... 5. Etika dan Moralitas ........................................
61 61
6. Etika dan Agama ............................................. 7. Contoh Etika ...................................................
62 62
B. Moral ................................................................... 1. Pengertian Moral............................................ 2. Ekspresi Moral ................................................
65 65 78
3. Contoh Moral ................................................. C. Kode Etik ..............................................................
79 80
1. Pengertian Kode Etik....................................... 2. Contoh Kode Etik ............................................
80 82
D. Adat Istiadat ......................................................... 1. Pengertian Adat Istiadat ..................................
97 97
2. Contoh Penerapan Adat Istiadat ......................
99
KICK THE HABIT: TOWARDS A LOW CARBON ECONOMY ..................................................................
101
A. Perubahan Iklim.................................................... 1. Kontribusi Beberapa Negara terhadap Efek Gas Penyebab Pemanasan Global ...................
BAB V
60
107 110
2. Dampak Pemanasan Global terhadap Indonesia .......................................................
111
3. Upaya Mengurangi Ancaman Pemanasan Global ............................................................
115
B. Letak Inisiasi Etika Lingkungan .............................. 1. Wujud Inisiasi Kepedulian ............................... 2. Letak Inisiasi Etika Lingkungan.........................
117 117 126
PERBANDINGA DEEP EKOLOGY DAN SHELLOW ECOLOGY ....................................................................
131
A. Seep Ecology ........................................................
132
vii
B. Shallow Ecology .................................................... C. Sikap Deep Ecology dan Shallow Ecology Terhadap Beberapa Isu Lingkungan ......................
BAB VI
BAB VII
BAB VIII
140 143
D. Perubahan Deep Ecology da Shallow Ecology Dalam Memandang Lingkungan ...........................
145
PENCEMARAN LINGKUNGAN ...................................... A. Sumber Pencemaran Lingkungan ..........................
149 150
B. Proses Pencemaran Lingkungan ............................ C. Mitigasi Pencemaran Lingkungan.......................... D. Bahan Kimia Berbahaya ........................................
150 151 152
BUNUH DIRI LINGKUNGAN .........................................
179
A. Pengertian Bunuh Diri Lingkungan ........................ B. Rendahnya Kesadaran Ekologis .............................
179 180
C. Bunuh Diri Dimulai dari Pencemaran Lingkungan .. D. Hilangnya Kepekaan Terhadap Tanda-Tanda Alam
181 190
E.
Kebijakan Lingkungan Hidup .................................
194
LEVEL KESELAMATAN LINGKUNGAN ...........................
197
A. Perspektif Antroposentris ..................................... 1. Level Keselamatan Biologi 1 ............................
197 197
2. Level Keselamatan Biologi 2 ............................ 3. Level Keselamatan Biologi 3 ............................
198 198
4. Level Keselamatan Biologi 4 ............................ 5. Sifat Utama.....................................................
199 201
B. Mitigasi Perubahan Iklim ...................................... 1. Prinsip Pembangunan Nasional Dalam Antisipasi Perubahan Iklim....................................
201
2. Mitigasi dimulai di Rumah...............................
202
3. Mitigasi dilakukan di Jalan .............................. 4. Mitigasi dilakukan di Sekolahan ......................
203 204
5. Mitigasi dilakukan di Masyarakat ....................
204
viii
201
BAB IX
MENGUJI PEMIMPIN NEGARA BERWAWASAN LINGKUNGAN MALALUI ENVIRONMENTAL INSIGHT QUOTIENT (EIQ)..........................................................
DAFTAR PUSTAKA
.......................................................................
ix
205 210
Kata Pengantar
Assalamualaikum Wr, Wb.
Syukur alhamdulillah akhirnya buku ini selesai juga. Buku ini saya dedikasikan untuk generasi muda calon ilmuwan tercinta di Indonesia, dan kepada civitas akademika UNS yang telah memberikan support kepada saya untuk menyelesaikan buku ini. Kepada Makhabah Jamilatun dan Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Lingkungan yang juga telah banyak berperan dalam penulisan buku ini saya ucapkan terimakasih yang sebesarnya. Saya harap buku ini dapat membantu pembaca yang berminat terhadap permasalahan lingkungan untuk memahami secara konkrit. Selanjutnya menambah minat pembaca terhadap kajian lingkungan hidup khususnya di indonesia. Ucapan terimakasih kami haturkan kepada program Hibah Kompetisi A2 Dikti jurusan Biologi FMIPA UNS yang telah membantu dalam penerbitan buku ini.
Penulis,
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
BAB I IDENTIFIKASI KERAWANAN LINGKUNGAN SEBAGAI BASIS MANAJEMEN BENCANA STUDI KASUS DI JAWA TENGAH A. Konsep Lingkungan Lingkungan berdasarkan ruang lingkupnya dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu 1) lingkungan rumah tangga sebagai lingkungan mikro (micro environment); 2) lingkungan kerja (meso environment); dan 3) lingkungan makro (macro/ambient environment). Permasalahan lingkungan mikro yang dominan menyebabkan kerawanan lingkungan adalah penyediaan air minum dan pembuangan sampah domestik, sedangkan pada lingkungan kerja adalah pemborosan energi dan pada lingkungan makronya adalah kerusakan dan kemerosotan kualitas ekosistem. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem yang sangat strategis sebagai perisai dunia adalah hutan. Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologi, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfera Bumi yang paling penting. Sebagai ilistrasi bahwa Laju kerusakan hutan 2% atau 1,87 Juta Ha per tahun / 51 km hutan rusak per hari / 300 kali lapangan sepakbola per jam. Hutan di daerah pegunungan Tawangmangu Jawa Tengah merupakan barometer penentuan tingkat kerawanan lingkungan. Komponen lingkungan dari
1
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
Norbert Dee (Battelde Columbus) dibagi dalam 4 kelompok dasar yaitu ekologi, pencemaran lingkungan, estetika dan kepentingan manusia. Aspek kepentingan manusia itulah yang menjadi dasar terjadinya bencana di Jawa Tengah berupa Tanah Longsor di Tawangmangu dan banjir di DAS Bengawan Solo, meskipun faktor iklim juga berperan sebagai Triger Sekunder (pemicu) setelah faktor human eror tersebut. B. Inventarisasi Permasalahan Lingkunngan Inventarisasi permasalahan lingkungan dalam ekosistem Pulau Jawa umumnya dan Jawa Tengah pada khususnya serta kriteria kerawanannya (menurut Fuad Amsyari) meliputi suhu udara tinggi (4), penyediaan air bersih yang kurang (6), pencemaran udara (5), pencemaran air (7), sampah padat (2,5), perumahan penduduk (2,5) dan lahan kritis (1). Berdasarkan tingkat kelanggengan masalahnya suhu udara tinggi (7), penyediaan air bersih yang kurang (2,5), pencemaran udara (4), pencemaran air (2,5), sampah padat (1), perumahan penduduk (5) dan lahan kritis (6). Lahan kritis (Tawangmangu dan sekitarnya) dan suhu udara tinggi (Global Warming) penyebab banjir berpotensi menjadi masalah lingkungan yang langgeng sehingga bencana yang timbul akibat lahan kritis dan banjir akan selalu menjadi ancaman dalam perjalanan pembangunan wilayah Jateng, sehingga manajemen bencana yang baku harus dirumuskan secara komprehensif dan integral dan menjadi nafas program perencanaan pembangunan daerah JawaTengah. Analisis pembobotan dan prioritas masalah lingkungan diatas dapat dirumuskan nilai kerawanan suatu wilayah (i) = C1 x NU1 + C2 x NU2 + .......+ Ck x Nuk; dimana: C=pembobotan tiap masalah lingkungan dalam wilayah i; NU=nilai urut tiap masalah lingkungan dalam wilayah i; k=jumlah wilayah yang dinilai. Berdasarkan 6 variabel yang dijadikan kriteria kerawanan diatas maka nilai kerawanan wilayah propinsi Jawa Timur=107; Jawa Barat=92; JAWA TENGAH=88; DKI=80 dan DIY=38. Angka tersebut meskipun bersifat dinamik seiring perjalanan waktu namun secara rerata dapat dijadikan patokan sementara. Propinsi Jawa Tengah dengan potensi ekosistem yang unik dan kompleks harus diimbangi dengan pengembangan sistem manajemen bencana yang mapan dan adaptif terhadap dinamika bencana yang terjadi khususnya bencana lahan kritis (tanah longsor) dan banjir. Kasus bencana tanah longsor di Tawangmangu yang merupakan tipe longsoran Slump dengan material yang bergerak adalah soil (tanah)
2
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
merupakan ciri khas akumulasi kerawanan lingkungan daerah tebing, sehingga ambang Carrying Capacitynya pada daya tahan agregat tanah oleh vegetasi yang mempunyai sistem perakaran extended distribute adalah pohon menahun. Namun yang terjadi di wilayah Tawangmangu adalah vegetasi herba atau semak yang merupakan tanaman musiman sehingga system perakarannya tidak mendukung terhadap daya tahan agregat tanah yang masiv. C. Degradasi Lingkungan Hal yang perlu kita renungkan bersama adalah banyak kasus degradasi lingkungan yang disebabkan oleh Environmental Attitude kita. Jika Kran air bocor 1 tetes/detik=900 liter/bulan=11.000 liter/tahun air akan terhamburkan tanpa pemanfaatan yang jelas. Penggunaan 1 ton kertas akan menghabiskan 20.000 m3 air, padahal kita dengan mudahnya menggunakan tisue dan kertas yang berlebihan setiap hari, disisi lain banyak daerah yang kekurangan air. Proses penyediaan daging sapi 150 gram akan membutuhkan 3290 liter air sehingga menambah panjang deretan pemakaian air yang pada gilirannya eksploitasi air semakin mendekati titik kulminasi menuju kejenuhan Carrying Capacity. Dalam perspektif ekosistem waduk, penulis dapat data bahwa tingkat erosi waduk Gajah Mungkur Wonogiri saat ini 230 ton/Ha/Th, padahal diatas 100 ton/Ha/Th sangat kritis. Hal ini ditambah oleh proses Sedimentasi Waduk 2,25 jt ton/Th setara dengan 637.500 Truk (52 % berasal dari kontribusi SUB DAS Keduwang). Tingkat kerusakan hutan 3,8jt/th=7,2 Ha/menit dari total 130jt Ha (72%) dalam kondisi rusak, sehingga sampai detik ini kita mendengar banyak sekali kasus banjir di wilayah kita. Data riset menunjukkan bahwa 8 Kg CO2 dapat terserap daun per Hektar per JAM ~ Setara dengan CO2 yang dihembuskan 200 Orang dalam waktu yang sama. 14.000 liter O2 dapat dihasilkan dari 16 Pohon yang berdiameter Tajuk 10 meter. 1 Ha Ruang Terbuka Hijau penuh pohon akan hasilkan 0,6 Ton Oksigen untuk 1500 org/hari. Tiap batang mampu menyerap 6 Kg CO2/th. Tiap Ha Hutan akan menyerap 2,5 Ton CO2. Tiap kenaikan 1 °C suhu akan menaikkan 15 cm muka laut. Kendaraan Penglaju tiap 7 km hasilkan CO2 8,9 ton/th (Gas CO yang bahaya dapat diserap tanaman Sansievera). Hal inilah yang patut kita renungkan bersama kondisi Quo Vadis antara Das Sein dan Das Solen (yang seharusnya dan yang senyatanya) tentang kondisi hutan dan dampaknya bagi kita.
3
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
Dalam hitungan Ekonomi Lingkungan terhadap manajemen hutan adalah sebagai berikut: Proses Respirasi 1 hari butuh Oksigen 5 m3 dan 5 m3 jika dikonversi ekuivalen dengan 10 m3 kanopi, Jika 0,1 m3 Oksigen Harganya 300rb (dolar 9000) Maka 1 m3 seharga dgn Rp. 3.000.000 maka jika 5 m3 tiap hari bernafas seharga Rp. 15.000.000,-. Kita pasti akan terkesima melihat besaran nominal yang tertulis tapi itulah senyatanya secara teoritis nilai manfaat hutan tersebut. Proses degradasi hutan inilah sebagai pemicu utama adanya bencana tanah longsor, kekeringan dalam arti luas akan menimbulkan Global Warming dan Climate Change yang dampaknya amat sangat luas. Asumsi dalam hitungan Carbon Trade (perdagangan karbon) bahwa 1 ton biomass (rantai karbon) dihargai 10 US Dolar, sehingga dapat kita bayangkan berapa juta ton karbon yang ada di Indonesia yang merupakan negara agraris sehingga jika konsisten maka berapa trilyun yang dapat diinvestasikan dalam perdagangan karbon tersebut. Pada 1 ton sampah HP (Handphone) bekas akan hasilkan 150 gram emas, 100 gram tembaga dan 50 gram perak, jika pada penambangan secara konvensional di lahan hanya akan menghasilkan 5 gram emas/ton dengan asumsi harga emas 200.000/gram maka dapat dihitung nilai ekonomi sampah HP bekas tersebut. Di Indonesia terdapat kurang lebih 20.000 industri manufaktur tapi hanya 800 yang diolah limbahnya atau 64,4 juta ton limbah hanya 5 % yang diolah dengan baik. Perlu diketahui bahwa setiap orang menghasilkan sampah 2 kg/hari dan 1 ton sampah akan menghasilkan 50 Kg gas methan. Gas methan inilah yang merupakan potensi Gas Bio sebagai sumber energi alternatif pengganti bahan-bakar minyak ke depan. Sampah ban bekas di semua lini daerah di perairan laut Indonesia dahulu sampai sekarang masih dijadikan sebagai rumpon (rumah ikan) padahal hasil penelitian ban bekas akan menyisakan senyawa Dioksin (2,3,7,8 toxic strong TCDD) yang sangat beracun bagi ekosistem perairan. Sampah rumah tangga 4,2 liter larutannya (leachate) akan hasilkan 420,01 liter biogas, jika 2,4 liter ampas tahu akan hasilkan 381,82 liter biogas, sedangkan sampah faeces sapi 15,3 liter akan hasilkan 124,9 liter biogas. Dari hal-hal inilah degradasi lingkungan terjadi secara pelan tapi pasti akan mengakumulasi menjadikan dinamika bumi menjadi berubah yang pada akhirnya akan memicu terjadinnya bencana alam. Kesulitan dilapangan dalam manajemen bencana di tingkat daerah karena pemahaman tindakan pencegahan dengan memperbaiki kualitas lingkungan dianggap pihak PEMDA setempat sebagai COST bukan
4
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
sebagai INVESTASI sehingga dana yang dialokasikan hanya sangat minim karena dianggap tidak dapat menyumbangkan PAD secara signifikan. Padahal jika kita sadar PAD sebesar berapapun namun jika terjadi bencana maka akan terkuras banyak sebagai konsekuensi insentif dana penanggulangan bencana jadi hukum Causalitas (sebab akibat) akan berlaku disini. Faktor penyebab kedua adalah adanya asumsi bahwa BAPEDALDA sebagai polisi konservasi dan audit lingkungan di daerah kebanyakan hanya sebagai kantor untuk parkirnya staf/pejabat yang tidak dapat job atau berkasus sehingga penajaman visi, komitmen, dan empatinya terhadap kualitas lingkungan sangat minim. Hal ini dapat dilihat bahwa banyak pejabat/staf BAPEDALDA yang tidak berlatar belakang Ilmu Lingkungan, sehingga dapat kita pertanyakan bagaimana dapat membuat kebijakan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
5
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
6
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
BAB II UBAH PERILAKU DAN CEGAH PENCEMARAN LINGKUNGAN Adapun Teori Lingkungan adalah: Antroposentrisme Merupakan teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat alam semesta. Etika ini sangat instrumentalistik dalam pengertian pola hubungan manusia dan alam dilihat dalam relasi instrumental. Alam dinilai sebagai alat bagi kepentingan manusia. Karena berciri instrumentalistik dan egoistic teori ini dianggap sebagai etika lingkungan yang dangkal dan sempit Ekologi dangkal dapat digolongkan dalam penganut antroposentrisme (Buntaran, 1966) dan menekankan hal-hal sebagai berikut : 1. Gambaran manusia yang terpisah dari alam 2. Mangutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak menekankan tanggung jawab manusia 3. Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya 4. Kebijakan dan manajemen sumber daya alam untuk kepentingan manusia 5. Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk khususnya di negara-negara miskin 6. Menerima secara positif pertumbuhan ekonomi 7. Norma utama adalah untung dan rugi
7
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi 8. Mengutamakan rencana jangka pendek 9. Menyesuaikan diri dengan sistem politik dan ekonomi yang berlaku
Biosentrisme Teori ini menganggap setiap kehidupan dan makhluk hidup mempunyai nilai dan berharga setiap kehidupan dan makhluk hidup di alam semesta. Semua makhluk hidup bernilai pada dirinya sendiri sehingga pantas mendapat pertimbangan dan kepedulian moral, alam diperlukan secara moral.
Ekosentrisme Teori ini hampir sama dengan teori biosentrisme tetapi diperluas untuk mencakup komunitas ekologis seluruhnya. Teori ini menggunakan konsep deep ecology. Prinsip moral yang dikembangkan yaitu menyangkut kepentingan seluruh komunitas ekologi. Di dalam etika lingkungan terdapat prinsip-prinsip yang digunakan. Adapun prinsip-prinsip Etika Lingkungan bertumpu pada dua teori biosentrisme dan ekosentrisme dimana komunitas moral tidak hanya dibatasi pada komunitas social melainkan mencakup komunitas ekologi seluruhnya. Hakekat manusia bukan hanya makhluk sosial melainkan juga makhluk ekologis. Menurut Sony Keraf (2002:133), prinsip etika lingkungan adalah : 1. Sikap hormat terhadap alam Dalam hal ini manusia diharapkan mengakui bahwa alam semesta perlu dihormati lepas apakah dia mengikuti konsep antroposentrisme, biosentrisme maupun ekosentrisme. 2. Prinsip tanggung jawab Tanggung jawab disini tidak hanya tanggung jawab individual tetapi juga kolektif, dimana tanggung jawab moral menuntut manusia untuk mengambil prakarsa, usaha, kebijakan, dan tindakan bersama secara nyata untuk menjaga alam semesta dan segala isinya. 3. Solidaritas kosmis Manusia mempunyai kedudukan sederajat dan setara dengan alam dan makhluk hidup di alam. Kesadaran ini membangkitkan dalam diri
8
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi manusia perasaan solider dan sepenanggungan dengan alam dan sesama makhluk hidup lain. 4. Kasih sayang dan kepedulian terhadap alam Sebagai sesama anggota komunitas ekologis yang setara manusia digugah untuk mencintai, menyayangi dan peduli pada alam dan isinya tanpa diskriminasi dan dominasi. Kasih sayang dan kepedulian ini juga muncul dari kenyataan bahwa sebagai sesama anggota komunitas ekologis semua makhluk hidup mempunyai hak untuk dilindungi, dipelihara, dirawat dan tidak stabil. 5. Tidak merugikan Manusia mempunyai kewajiban moral dan tanggung jawab terhadap alam. Paling tidak manusia tidak mau merugikan alam. Oleh karena itu manusia diupayakan tidak melakukan tindakan yang merugikan atau mengancam eksistensi makhluk hidup lain di alam semesta ini sebagaimana manusia tidak dibenarkan juga secara moral untuk bertindak merugikan sesama manusia. 6. Hidup sederhana dan selaras dengan alam Prinsip ini menekankan nilai kualitas cara hidup yang baik dan bukan hanya kekayaan. Sarana standar material yang ditekankan dalam kehidupan bukan rakus dan tamak mengumpulkan sebanyakbanyaknya harta. Yang lebih penting adalah mutu kehidupan yang lebih baik. 7. Keadilan Dalam hal ini akses yang sama bagi semua kelompok dan anggota masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan sumber daya alam, kelestarian alam dan ikut juga menikmati pemanfaatan sumber daya alam atau alam semesta seluruhnya. 8. Demokrasi Terkait erat dengan hakekat alam. Isi alam selalu beraneka ragam. Keanekaragaman adalah hakekat alam, hakekat kehidupan itu sendiri. Oleh sebab itu setiap kecenderungan reduksionistis dan anti keanekaragaman serta anti pluralitas bertentangan dengan alam dan anti kehidupan. Demokrasi memberi tempat seluas bagi perbedaan keanekaragaman maupun yang lain. Oleh karena itu orng yang peduli dengan lingkungan adalah orang yang demokratis. Orang yang demokratis sangat mungkin seorang pemerhati lingkungan.
9
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi 9. Integritas moral Terutama dimaksudkan untuk pejabat publik. Pejabat dituntut untuk mempunyai sikap dan perilaku moral yang terhormat serta memegang teguh prinsip moral yang mengutamakan kepentingan publik. Dituntut bersih dan disegani karena mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan dan masyarakat. Kesalahan dari peradaban kita selama ini terletak pada pandangan yang keliru seolah manusia bukan bagian dari alam atau lingkungan. Akibatnya, orang tidak sadar ketika dia melakukan kerusakan terhadap alam atau lingkungan, sesungguhnya dia juga sedang menghancurkan dirinya sendiri serta orang-orang lain. Maka hadirnya Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juni 2008 diharapkan bisa menghentikan mentalitas dan perilaku kita yang terus menerus suka merusak dan mengeksploitasi alam. Memang sejak dicanangkan pertama kali pada 5 Juni 1972, Hari Lingkungan Hidup Sedunia punya tujuan menggugah kesadaran umat manusia akan tanggung jawabnya terhadap alam atau lingkungan hidup. Hari Lingkungan Hidup pertama dicetuskan bertepatan dengan Konferensi Internasional Lingkungan Hidup yang digelar pertama kali pada 5 - 16 Juni 1972 di Stockholm, Swedia. Berdasarkan resolusi PBB No. 2994 (XXVII) tertanggal 15 Desember 1972, ditetapkan tiap 5 Juni mulai 1972 sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Pada tahun yang sama dibentuk UNEP (United Nations Environment Program) yang bertanggung jawab terhadap peringatan World Environment Day (WED) setiap tahunnya di berbagai negara. Maksud dari adanya peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia adalah untuk meningkatkan kesadaran bagi siapa saja dalam menjaga lingkungan dan meningkatkan perhatian pemerintah diberbagai negara dalam mengatasi masalah lingkungan. Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2008 telah ditetapkan temanya oleh Badan Lingkungan Hidup Sedunia atau United Nations Environmental Programme (UNEP): “CO2 Kick The Habit, Toward a Low Carbon Economy”, yang kemudian temanya disesuaikan dengan kondisi di Indonesia menjadi “Ubah Perilaku dan Cegah Pencemaran Lingkungan”. Tema ini dipilih untuk terus menerus mengingatkan kita bahwa Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan masih terjadi di berbagai wilayah yang menyebabkan bencana lingkungan. Rusaknya Hutan
10
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi dan Lahan telah menyebabkan dampak yang meluas, seperti perubahan iklim dan krisis pangan. Keterkaitan keduanya sangat erat, banjir dan longsor terbukti telah merusak lahan pertanian yang mengakibatkan hasil panen dan stok pangan Nasional turun. Kondisi ini menyebabkan tingginya harga pangan sehingga menimbulkan gejolak sosial yang patut dikwatirkan. Berbagai konflik kepentingan, seperti pembukaan hutan itu untuk memperluas tanah pertanian, perumahan, pariwisata, perkebunan, pertambangan juga memberi kontribusi besar kerusakan lingkungan. Pemanfaatan ruang seringkali tidak sesuai dengan kemampuan lahan sehingga melebihi daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Gara-gara perilaku sebagian besar bangsa ini, nyaris segala sesuatu terkait lingkungan hidup atau alam negeri ini dipenuhi dengan destruksi atau kerusakan. Hutan dibabat atau dialih fungsikan. Kayunya dijadikan komoditas. Air baik air sungai, air laut maupun air bawah tanah dicemari limbah. Udara terpolusi atau terpapar asap kendaraan bermotor atau lahan terbakar. Keanekaragaman hati baik di hutan, darat maupun laut kian berkurang populasinya. Jalan-jalan rusak menjadi kuburan massal. Menurut laporan “STATUS Lingkungan Hidup Indonesia” yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup 2007, level kerusakan ekologi kita memang sudah sangat gawat atau sudah parah sekali. Akibat masalah lingkungan yang tidak terjaga, telah kita rasakan hari ini, udara menjadi lebih panas, cuaca yang sulit diprediksi berakibat buruk pada pertanian (gagal panen), dimasa yang akan datang tidak menutup kemungkinan pulau-pulau akan tenggelam, negara-negara pantai, wilayahnya akan menyusut, kekurangan air bersih dan masih banyak lagi ketidaknyamanan yang dirasakan manusia. Tapi yang lebih bebal, jika berbagi bencana alam tidak pernah mengajarkan apapun, bahkan tidak menyadarkan kita untuk membuat perubahan ke depan. Ini jelas kian membuktikan agaknya kesadaran ekologis bangsa ini memang benar-benar begitu rendah. Maka tanpa disadari atau mungkin sedikit sekali disadari, kita semua akhirnya melakukan ecological suicide atau bunuh diri lingkungan. Bunuh diri lingkungan berlangsung setiap kali kita melakukan eksploitasi atau destruksi terhadap alam atau lingkungan sehingga berujung pada bencana yang membawa banyak korban, baik
11
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi manusia atau punahnya flora fauna serta merosotnya kualitas lingkungan hidup. Upaya penyelamatan lingkungan sudah mendesak dilakukan. untuk itu perlu adanya perubahan perilaku yang ramah lingkungan. Upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim perlu dilakukan secara konsisten. Dengan demikian, keseimbangan kepentingan lingkungan, sosial dan ekonomi dapat tercapai. Hal ini merupakan komitmen dunia yang disepakati pada konferensi PBB tentang Perubahan Iklim di Bali bulan Desember 2007 lalu yang disebut Bali roadmap. Untuk itu, Hari Lingkungan Hidup 2008 dijadikan sebagai momentum awal perubahan perilaku yang ramah lingkungan, seperti pola hemat energi, hemat air, dan penggunaan sumber daya alam secara arif. A. Tinjauan Dari Segi Etika Lingkungan Krisis lingkungan terjadi di mana-mana. Degradasi kualitas Sumber Daya Alam semakin mengerikan. Celakanya, manusia modern yang sekuler tidak mampu menahan laju degradasi lingkungan ini. Hukum lingkungan tidak berdaya dalam mencegah dan menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan, disebabkan karena cara pandang yang salah terhadap alam dengan mengeksploitasi alam demi keuntungan sendiri. Perhatian terhadap etika lingkungan semakin mendapat perhatian yang serius. Cara pandang dan cara berpikir modern telah mengubah alam, atau bumi, menjadi serangkaian perabot mesin yang bagianbagiannya dapat terpisah satu sama lain. Kelebihan penduduk dan teknologi industri telah menjadi peyebab terjadinya degradasi hebat pada lingkungan alam yang sepenuhnya menjadi gantungan hidup kita. Sebagai akibatnya, kesehatan dan kesejahteraan hidup kita menjadi terancam. Kota-kota besar menjadi tertutup oleh selimut asap kabut yang berwarna kehitam-hitaman dan terasa menyesakkan. Polusi udara telah sangat mengganggu kita. Di samping itu, kesehatan kita juga terancam oleh air yang kita minum dan makanan yang kita makan, yang keduanya tercemar oleh berbagai macam bahan kimia beracun. Akibatnya, racun kimia telah menjadi bagian yang semakin penting dalam kehidupan kita yang makmur ini. Telah jelas, bahwa teknologi kita sangat mengganggu, dan bahkan merusak sistem ekologi yang menjadi gantungan eksistensi kita.
12
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Tidak bisa disangkal bahwa berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi sekarang ini, baik pada lingkup global maupun pada lingkup nasional, sebagian besar bersumber pada perilaku manusia. Tragedi reaktor nuklir Chernobyl di bekas negara Uni Sovyet misalnya--reaksi fisika nuklir di dalam reaktor yang tidak terkendali--menyebarkan dampak radiasi tidak hanya pada lingkungan sekitar, akan tetapi melewati batas negara hampir seluruh negara Eropa. Dunia mengenalnya sebagai "Tragedy of Common". Contoh lain adalah kasus kebakaran hutan di Kalimantan, kasus pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh PT. Indorayon Utama di Sumatra Utara dan PT. Freeport Indonesia di Irian Jaya, yang sesungguhnya disebabkan oleh perilaku perusahaan yang tidak bertanggung jawab dan tidak peduli terhadap lingkungan. Juga, kasus illegal logging, impor limbah secara ilegal dari luar negeri, dan kasus perdagangan satwa liar. Kasus-kasus seperti ini tidak hanya menyangkut orang perorang, tetapi juga birokrasi pemerintah. Demikian pula, kasus sampah di DKI Jakarta, beberapa tahun lalu, terkait dengan persoalan perilaku moral manusia, khususnya korupsi dalam tubuh birokrasi pemerintah. Peranti teknologi saat ini memungkinkan manusia melakukan pembukaan lahan berskala luas. Dampaknya adalah pencemaran udara akibat pembakaran lahan tidak hanya terbatas pada masyarakat sekitar akan tetapi jauh meluas hingga ke negara tetangga, Singapura dan Malaysia. Pencemaran lingkungan memang tidak mengenal satu batas wilayah negara. Semua permasalahan lingkungan sebagian besar bersumber pada perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli dan hanya mementingkan diri sendiri. Tragedi reaktor nuklir Chernobyl mungkin saja bisa dicegah bila birokrasi pemerintahan negara bekas komunis itu bisa berjalan efektif dan tidak korup. Kasus kebakaran hutan di Kalimantan bisa dicegah bilamana keserakahan para pengusaha HPH atau para pemilik modal yang ingin mendapatkan keuntungan besar bisa dihentikan. Krisis lingkungan terjadi di mana-mana. Degradasi kualitas sumberdaya alam semakin mengerikan. Celakanya, manusia modern yang sekuler tidak mampu menahan laju degradasi lingkungan ini. Hukum lingkungan tidak berdaya dalam mencegah dan menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan, disebabkan karena cara pandang yang salah terhadap alam. Etika antroposentrisme menurut Keraf (2002) cenderung mangantarkan perilaku manusia yang ekspolitatif terhadap alam.
13
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Tidak bisa disangkal bahwa berbagai kasus hidup yang terjadi sekarang ini, baik pada lingkup global maupun lingkup nasional, sebagian besar bersumber pada perilaku manusia. Pokok permasalahan dalam etika lingkungan terletak pada : 1. Sistem pengelolaan yang tidak ramah lingkungan 2. Kurang menghargai terhadap alam lingkungan beserta isinya, baik biotik maupun abiotik 3. Mengeksploitasi serta berusaha memiliki secara maksimal atau berlimpah. 4. Tidak berusaha untuk memulihkan kembali kerusakan yang ditimbulkan akibat pengeksploitasian SDA 5. Kurang memikirkan terhadap dampak negative yang ditimbulkan akibat pengeksploitasian SDA Pada dasarnya pembangunan yang dilakukan harus merupakan pembangunan membumi yang selalu selaras dengan keseimbangan alam. Pembangunan membumi dapat dikatakan identik dengan pembangunan yang berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Permasalahan lingkungan yang terjadi dewasa ini di dunia tidak lepas dari peranan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Di satu sisi, hal ini membantu umat manusia memperbaiki kualitas hidup, tapi di sisi lain, penggunaan teknologi mempunyai implikasi kerusakan lingkungan dan degradasi sumber daya alam (SDA). Sulitnya berbagai pihak menganggap dampak lingkungan yang terjadi akibat penggunaan teknologi dapat diatasi dengan mudah melalui rekayasa teknologi pula. Sehingga muncul pendapat, bukan pada tempatnya bahwa dalih dampak terhadap lingkungan membuat segala sesuatu yang akan dilakukan demi memperbaiki kualitas hidup manusia harus dibatasi atau dihalangi. Pendapat ini menempatkan permasalahan lingkungan sebagai masalah teknis semata. Perhatian terhadap etika lingkungan semakin mendapat perhatian yang serius. Cara pandang dan cara berpikir modern telah mengubah alam, atau bumi, menjadi serangkaian perabot mesin yang bagianbagiannya dapat terpisah satu sama lain. Kelebihan penduduk dan teknologi industri telah menjadi penyebab terjadinya degradasi hebat pada lingkungan alam yang sepenuhnya menjadi gantungan hidup kita. Sebagai akibatnya, kesehatan dan kesejahteraan hidup kita menjadi terancam. Kota-kota besar menjadi tertutup oleh selimut asap kabut
14
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi yang berwarna kehitam-hitaman dan terasa menyesakkan. Polusi udara telah sangat mengganggu kita. Di samping itu, kesehatan kita juga terancam oleh air yang kita minum dan makanan yang kita makan, yang keduanya tercemar oleh berbagai macam bahan kimia beracun. Akibatnya, racun kimia telah menjadi bagian yang semakin penting dalam kehidupan kita yang makmur ini. Telah jelas, bahwa teknologi kita sangat mengganggu, dan bahkan merusak sistem ekologi yang menjadi gantungan eksistensi kita. Tidak bisa disangkal bahwa berbagai kasus hidup yang terjadi sekarang ini, baik pada lingkup global maupun lingkup nasional, sebagian besar bersumber pada perilaku manusia. Pokok permasalahan dalam etika lingkungan, terletak pada : 1. Sistem pengelolaan yang tidak ramah dan kurang peduli pada lingkungan. 2. Kurang menghargai terhadap alam lingkungan beserta isinya, baik biotik ataupun abiotik. 3. Mengeksploitasi serta berusaha memiliki secara maksimal atau berlimpah. 4. Tidak berusaha untuk memulihkan kembali kerusakan yang ditimbulkan, akibat pengeksploitasian sumber daya alam. 5. Kurang memikirkan terhadap dampak negatif yang ditimbulkan akibat pengeksploiasian sumber daya alam. 1. Kasus Pelanggaran Etika Lingkungan Pelanggaran etika lingkungan akan berakibat pada kerusakan lingkungan itu sendiri. Banyaknya kasus pelanggaran etika lingkungan yang terjadi di Indonesia, misalnya penebangan hutan secara liar, pembukaan lahan dengan membakar hutan, pencemaran air dan sebagainya. Oleh karena itu, sangatlah pas pada tema hari lingkungan hidup tahun 2008 ini mengusung tema ”Ubah Perilaku dan Cegah Pencemaran Lingkungan”. Beberapa penjabaran dari kasus-kasus kerusakan lingkungan di Indonesia adalah sebagai berikut: a. Pencemaran Air Kasus Pencemaran Teluk Buyat Teluk Buyat, terletak di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, adalah lokasi pembuangan limbah tailing (lumpur sisa penghancuran
15
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi batu tambang) milik PT. Newmont Minahasa Raya (NMR). Sejak tahun 1996, perusahaan asal Denver, AS, tersebut membuang sebanyak 2.000 ton limbah tailing ke dasar perairan Teluk Buyat setiap harinya. Sejumlah ikan ditemui memiliki benjolan semacam tumor dan mengandung cairan kental berwarna hitam dan lendir berwarna kuning keemasan. Fenomena serupa ditemukan pula pada sejumlah penduduk Buyat, dimana mereka memiliki benjol-benjol di leher, payudara, betis, pergelangan, pantat dan kepala. Sejumlah laporan penelitian telah dikeluarkan oleh berbagai pihak sejak 1999 hingga 2004. Penelitian-penelitian ini dilakukan sebagai respon atas pengaduan masyarakat nelayan setempat yang menyaksikan sejumlah ikan mati mendadak, menghilangnya nener dan beberapa jenis ikan, serta keluhan kesehatan pada masyarakat. Dari laporan-laporan penelitian tersebut, ditemukan kesamaan pola penyebaran logam-logam berat seperti Arsen (As), Antimon (Sb), Merkuri (Hg) dan Mangan (Mn), dimana konsentrasi tertinggi logam berbahaya tersebut ditemukan di sekitar lokasi pembuangan tailing Newmont. Hal ini mengindikasikan bahwa pembuangan tailing Newmont di Teluk Buyat merupakan sumber pencemaran sejumlah logam berbahaya. Namun demikian, sejumlah Menteri, diantaranya Menteri Lingkungan Hidup Nabiel Makarim, mengeluarkan pernyataan bahwa Teluk Buyat tidak tercemar. Menteri Kesehatan Achmad Sujudi bahkan mengatakan seolah-olah penyakit yang diderita oleh masyarakat Teluk Buyat adalah penyakit kulit dan akibat kekurangan gizi. Perdebatan yang selama ini muncul terkait dengan dugaan penyakit Minamata seperti yang pernah terjadi di Jepang lebih dari tiga dekade yang lalu. Padahal penyakit Minamata itu adalah penyakit akibat kontaminasi merkuri, sedangkan di Teluk Buyat yang terjadi adalah kontaminasi sejumlah logam berat: arsen, merkuri, antimon, mangan, dan senyawa sianida. Jadi, yang harus diverifikasi atau diuji adalah keterkaitan antara keluhan-keluhan masyarakat atau penyakit mereka dengan gejala penyakit yang diakibatkan oleh sejumlah logam berat tersebut. Menururt Raja Siregar (WALHI) kontaminasi Arsen pada tubuh menimbulkan gejala-gejala seperti dada panas, rasa mual, mudah
16
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi lelah dan lupa, kolaps, dan kanker kulit. Yang tidak pernah dilihat adalah dampak dari logam-logam lain, seperti antimon, mangan, dan juga sianida. Sianida dan mangan bisa menyebabkan gangguan kulit, terutama mangan, seperti di pertambangan di Kalimantan. Dari berbagai laporan penelitian, termasuk yang dilakukan WALHI, sejumlah konsentrasi logam berat (arsen, merkuri, antimon, mangan) dan senyawa sianida pada sedimen di Teluk Buyat sudah tinggi. Jika dibandingkan pada konsentrasi logam berat sebelum pembuangan tailing (data dari studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan / AMDAL tahun 1994), konsentrasi arsen di daerah dekat mulut pipa tailing di Teluk Buyat meningkat hingga 5-70 kali lipat (data WALHI dan KLH 2004). Konsentrasi merkuri meningkat 10 kali lipat di sekitar pipa pembuangan tailing. Jika dibandingkan dengan Teluk Totok (lokasi penambangan rakyat), konsentrasi arsen dan antimon jauh lebih tinggi di sekitar pembuangan tailing PT NMR (data Walhi dan KLH 2004). Untuk merkuri, konsentrasi di Teluk Buyat dan Teluk Totok hampir sama. Namun, pada data penelitian KLH 2004, konsentrasi merkuri di lokasi pembuangan tailing Newmont lebih besar dibandingkan dengan di Teluk Totok. Kasus Pencemaran Sungai Ciliwung Ciliwung bersumber antara lain dari sebuah mata air yang mengalir di perkebunan teh Ciliwung, Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Di tengah perkebunan teh, hulu Ciliwung itu membentuk air terjun kecil setinggi kurang lebih 6 meter. Airnya jernih dan dingin, turun memerciki pakis dan tanaman lain yang tumbuh rapat di sekitar air terjun, kemudian terus turun membentuk sungai kecil yang mengalir membelah perkebunan teh. Pada daerah hulu, air masih terlihat jernih dan belum terlihat sampah mengotori aliran air. Berbeda dengan keadaan hulu, keadaan hilir sungai Ciliwung sangat memprihatinkan dengan beban pencemaran air yang begitu besar. Apabila botol-botol berisi sampel air sungai Ciliwung yang diambil dari hulu hingga hilir dijajarkan diatas meja, akan terlihat makin ke hilir makin keruh. Itu baru secara kasat mata. Hasil uji laboratorium mempertegas bahwa air Sungai Ciliwung, dari hulunya di Kabupaten Bogor sampai hilirnya di Jakarta Utara, telah tercemar berat.
17
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Pemantauan sejumlah sungai di Indonesia pada tahun 2004 oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup menunjukkan bahwa kualitas air sungai sangat dipengaruhi oleh limbah domestik, limbah industri, limbah pertanian, dan limbah peternakan. Dari seluruh sungai yang dipantau, Sungai Ciliwung adalah yang terparah pencemarannya. Hilir yang tercemar berat hanya ditemukan di Sungai Ciliwung. Bahkan, sejak di hulu sudah tercemari fecal coli dan total coliform yang sangat jauh melebihi baku mutu yang ditetapkan. Bakteri tersebut berpengaruh sangat besar terhadap status mutu air sungai. Bila parameter itu dapat dikendalikan, status mutu air sungai dapat meningkat menjadi lebih baik. Berdasar parameter biologi (fecal coli dan total coliform), DO (dissolfed oxygen), BOD (biochemical oxygen demand), dan COD (chemical oxygen demand), tidak ada segmen Sungai Ciliwung yang mutu airnya memenuhi kriteria kelas I, yang layak digunakan sebagai air baku untuk air minum. Sungai Ciliwung dibagi dalam lima segmen menurut wilayah administratif yang dilintasi, yakni segmen 1 (Kabupaten Bogor), segmen 2 (Kota Bogor), segmen 3 (Kabupaten Bogor), segmen 4 (Kota Depok), dan segmen 5 (DKI Jakarta). Pada segmen 1 pada titik pemantauan Cisarua (Kabupaten Bogor), air Sungai Ciliwung masuk kriteria kelas II. Artinya, kualitas airnya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, perikanan, peternakan, dan pertamanan. Segmen 2 dan 4, Ciawi (Kota Bogor) dan Cimanggis (Kota Depok), kondisi kualitas airnya kelas IV, hanya layak untuk mengairi pertamanan. Segmen 3 di Cibinong (Kabupaten Bogor) berkualitas kelas III, bisa untuk perikanan, peternakan, dan pertamanan. Sedangkan segmen 5 di wilayah DKI Jakarta, tidak termasuk dalam kelas manapun. Artinya, tidak layak dimanfaatkan untuk kegiatan apapun. Tentu saja bisa menggunakan teknologi tertentu untuk meningkatkan kualitas air sungai tersebut, akan tetapi membutuhkan biaya yang sangat besar. Pada dasarnya, persoalan umum yang dihadapi di sepanjang aliran Sungai Ciliwung adalah pencemaran limbah domestik (sampah yang dibuang sembarangan di sungai dan limbah rumah tangga lainnya), limbah industri, limbah peternakan, erosi, dan kurangnya resapan air.
18
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Kasus Pencemaran Sungai Cilamaya (Kabupaten Subang, Jawa Barat) Sungai Cilamaya yang bermuara di Desa Rawameneng, Kecamatan Bianakan, Kabupaten Subang secara administrasi alirannya melalui 3 (tiga) Kabupaten, yaitu : Kabupaten Purwakarta (Hulu Sungai). Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Subang. Sungai tersebut digunakan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan, seperti : MCK, mengairi tanaman, dan tambak. Tambak-tambak masyarakat di sekitar muara Sungai Cilamaya menggunakan air sungai tersebut sebagai sumber air tawar. Menurut Ketua KUD Mina Karya Baru Kab. Subang, pencemaran sungai sudah berlangsung cukup lama, sekitar tahun 1980-an. Karena sumber airnya yang telah tercemar maka ikan dan udang yang dipelihara di dalam tambak terhambat pertumbuhanya, mengalami stres, dan kemudian mati. Hilir Sungai Cilamaya yang berada di Desa Rawameneng, Kecamatan Blanakan, airnya berwarna kehitaman dan mengeluarkan bau yang menyengat. Kondisi pantauan visual ini mengindikasikan bahwa sungai cilamaya telah tercemar. Kasus Pencemaran Teluk Jakarta Pencemaran di perairan Teluk Jakarta tergolong memiliki kualitas pencemarannya sangat tinggi karena termasuk kategori limbah bahan beracun berbahaya (B3), dan korban yang disebabkannya sudah begitu banyak dan sering terjadi. Mulai dari matinya ratusan ribu ikan, udang, rajungan, biota laut dan banyak lagi penghuni ekosistem pantai dan laut, sampai dengan ribuan nelayan yang semakin miskin hidupnya karena hilangnya mata pencaharian mereka dan juga masalah kesehatan yang diderita nelayan dan warga Jakarta konsumen makanan laut. Hasil investigasi WALHI Jakarta atas peristiwa kematian massal ikan di perairan Teluk Jakarta pada bulan Mei 2004 menyatakan bahwa pabrik-pabrik industri yang berada didekat kawasan pantai Ancol dimiliki oleh 5 perusahaan, yaitu PT. Asahimas Flat Glass (industri Kaca), PT. Wirantono Baru (Codl Storage/gudang pendingin), PT. Charoen Pokphan Indonesia (industri makanan ternak), PT. Pasifik Paint (industri cat), PT. Nippon Paint (industri cat). Perusahaan-perusahaan ini dicurigai sebagai industri yang menggunakan dan membuang mercuri dan amoniak. Dan dari hasil
19
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi proses kegiatan industri tersebut limbahnya langsung dibuang ke laut. Berbagai penelitian sudah dengan tegas menyatakan bahwa industrilah yang paling bertanggung jawab terhadap pencemaran Teluk Jakarta. Salah satu penelitian mutakhir adalah yang dipublikasikan M. Rudi Wahyono, Direktur Indo Repro Indonesia pada bulan Juli 2004 di Jakarta, yang menyatakan sumber-sumber pencemar utama di Teluk Jakarta adalah: Pertama, Unsur logam berat Fe (besi), Se (Selenium), Co (kobalt) yang berasal dari industri pencelupan kain, cat, alat elektronik, logam/alloy, kendaraan bermotor, pestisida. Logam berat ini merupakan micronutrient sebagai katalisator bagi pertumbuhan phytoplankton (alga bloom), menyebabkan eutropikasi, deplesi oksigen, membunuh biota air, menjadi musabab beberapa penyakit ikan. Kedua, unsur sedimen (TSS) dari limbah industri yang meningkatkan kekeruhan sehingga mengurangi sinar matahari yang dibutuhkan untuk fotosintesis, menaikkan COD dan BOD. Ketiga, POP (Persistent Organic Pollutan) yang berasal dari limbah petrokimia dan industri kimia, yang dapat menyebabkan kanker, cacat lahir, dan menimbulkan penyakit kronis apabila mengkontaminasi badan air dan biota laut. berdampak munculnya kasus kesehatan seperti kanker, cacat lahir, penyakit kronis pada manusia bila bahan organik tersebut mengkontaminasi badan air dan biota laut yang menjadi bahan pangan. Begitu pula dengan yang disampaikan Dra. Asti Rozanah, Biolog pemerhati masalah kesehatan dan lingkungan yang menyatakan bahwa pencemaran logam berat di kawasan Teluk Jakarta saat ini memang sudah dalam tahap memprihatinkan. Terlihat dari tingginya angka pencemaran, khususnya merkuri dan pestisida, yang mencapai rata-rata 9 ppb PCB dan 13 ppb DDT. Keduanya sudah melebihi ambang batas yang diperbolehkan, yaitu maksimum 0,5 ppb. Logam berat lain yang kandungannya tinggi dan dinyatakan jauh melebihi batas aman, yang ditemukan dalam pencemaan Teluk Jakarta ini, antara lain seng (Zn), tembaga (Cu), kadmium (Cd), fosfat, dan timbal (Pb). Pencemaran ini diakibatkan pembuangan limbah industri kertas, minyak goreng, dan industri pengolahan logam di kawasan Pantai Marunda. Pencemaran udara oleh timbal juga berpengaruh ke laut. Melalui sebuah proses kimiawi alami pada akhirnya timbal tersebut akan masuk ke laut. Akibatnya, beban yang ditanggung oleh Teluk Jakarta semakin berat. Ratusan satwa laut dari berbagai jenis ikan, udang, belut laut, dan kepiting yang
20
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi ditemukan mati di Teluk Jakarta sangat mungkin disebabkan oleh keracunan logam berat dan limbah kimia lain. Logam berat yang terakumulasi dalam tubuh manusia dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tubuh, menimbulkan cacat fisik, menurunkan kecerdasan, melemahkan sistem saraf, dan berpengaruh ke tulang. Kadmium yang mengendap di dalam tubuh dapat mengecoh tubuh dan dianggap kalsium oleh tubuh sehingga diserap oleh tulang. Air limbah dari industri kimia termasuk kategori limbah bahan beracun berbahaya (B3) yang dapat mencemari air dan udara, yang dapat menyebabkan keracunan akut yang menimbulkan penyakit bahkan kematian, maupun keracunan kronis akibat masuknya zat-zat toksis ke dalam tubuh dalam dosis kecil tetapi terus menerus dan berakumulasi dalam tubuh. Sektor sandang dan industri kulit menimbulkan limbah yang mengandung sisa-sisa zat warna, BOD tinggi, kadar minyak tinggi dan beracun karena mengandung limbah B3 yang tinggi. Kasus Pencemaran Sungai Citarum (Bandung, Jawa Barat) Menurut Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat, pencemaran Sungai Citarum paling banyak berasal dari limbah domestik rumah tangga dari rumah yang ada di sekitar Sungai Citarum. Masyarakat yang tinggal di sekitar Sungai Citarum ini membuang limbah rumah tangga langsung ke sungai. Keadaan tersebut membuat kondisi Sungai Citarum semakin tercemari. Selain itu, tidak semua rumah tangga di sepanjang Sungai Citarum yang memiliki septictank untuk menampung limbah domestik tersebut. Supaya rumah tangga yang ada di sekitar sungai tak langsung membuang limbah domestik, idealnya dibuat septictank komunal. Di sepanjang Sungai Citarum sendiri baru ada satu septictank komunal yang berada di kawasan Bale Endah Kabupaten Bandung padahal harus dibutuhkan banyak septictank komunal supaya masyarakat yang tinggal di sekitar Sungai Citarum tak lagi membuang limbah domestik ke sungai tersebut diaman idealnya semua rumah yang ada harus mempunyai septictank. Selain dicemari limbah domestik, Sungai Citarum juga dicemari limbah industri. Menurut Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat, sekitar 800 pabrik yang ada di sepanjang Sungai Citarum, yang memiliki Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL) kurang dari 50 persen saja. Itu pun tidak semua pabrik
21
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi mengoperasikan IPAL yang dimiliki karena alasan biaya untuk pengolahan limbah cukup besar. Kasus Pencemaran Sungai Cisadane (Jakarta) Peningkatan pencemaran Sungai Cisadane selain akibat dari buangan rumah tangga juga oleh limbah cair industri sebanyak 60483 m3/hari dari 63 industri. Kadar logam berat Hg, Pb, Cd (0,007 ppm, 0,1 ppm, 0,33 ppm) telah melewati kadar yang ditentukan dalam Baku Mutu sumber air Golongan B juga logam berat Cu, Pb dan Hg dalam lumpur Sungai Cisadane telah melewati kadar logam berat dalam lumpur Sungai Chao Phraya. Angka pencemaran logam berat Cu, Cd, Cr, Pb dan Hg dari tahun ke tahun meningkat di sungai yang berada di Jakarta dan sekitarnya. Hal ini mungkiri ada hubungannya dengan banyaknya industri yang tidak mempunyai pengolahan limbah. Penentuan tingkat pencemaran dari suatu industri membutuhkan Baku Mutu Air Limbah, dan kebanyakan air limbah industri tidak memenuhi baku mutu air limbah. Untuk memenuhi Baku Mutu Air Limbah diperlukan pengolahan yang tidak sedikit memakan biaya, sehingga industri kecil sulit untuk melaksanakannya. Untuk itu dapat diatasi dengan melaksanakan relokasi industri sehingga air buangannya dapat diolah secara bersama-sama. b. Kerusakan Hutan Analisis terhadap arang dari tanah Kalimantan menunjukkan bahwa hutan telah terbakar secara berkala dimulai, setidaknya sejak 17.500 tahun yang lalu. Kebakaran besar kemungkinan terjadi secara alamiah selama periode iklim yang lebih kering dari iklim saat itu. Namun, manusia juga telah membakar hutan lebih dari 10 ribu tahun yang lalu untuk mempermudah perburuan dan membuka lahan pertanian. Catatan tertulis satu abad yang lalu dan sejarah lisan dari masyarakat yang tinggal di hutan membenarkan bahwa kebakaran hutan bukanlah hal yang baru bagi hutan Indonesia (Schweithelm, J. dan D. Glover, 1999). Menurut Danny (2001), penyebab utama terjadinya kebakaran hutan di Kalimantan Timur adalah karena aktivitas manusia dan hanya sebagian kecil yang disebabkan oleh kejadian alam. Proses kebakaran alami menurut Soeriaatmadja (1997), bisa terjadi karena sambaran petir, benturan longsuran batu, singkapan batu bara, dan tumpukan srasahan. Namun menurut Saharjo dan Husaeni (1998),
22
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi kebakaran karena proses alam tersebut sangat kecil dan untuk kasus Kalimatan kurang dari 1 %. Kebakaran hutan besar terpicu pula oleh munculnya fenomena iklim El-Nino seperti kebakaran yang terjadi pada tahun 1987, 1991, 1994 dan 1997 (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup dan UNDP, 1998). Perkembangan kebakaran tersebut juga memperlihatkan terjadinya perluasan penyebaran lokasi kebakaran yang tidak hanya di Kalimantan Timur, tetapi hampir di seluruh propinsi, serta tidak hanya terjadi di kawasan hutan tetapi juga di lahan non hutan. Penyebab kebakaran hutan sampai saat ini masih menjadi topik perdebatan, apakah karena alami atau karena kegiatan manusia. Namun berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama kebakaran hutan adalah faktor manusia yang berawal dari kegiatan atau permasalahan sebagai berikut: 1) Sistem perladangan tradisional dari penduduk setempat yang berpindah-pindah. 2) Pembukaan hutan oleh para pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) untuk insdustri kayu maupun perkebunan kelapa sawit. 3) Penyebab struktural, yaitu kombinasi antara kemiskinan, kebijakan pembangunan dan tata pemerintahan, sehingga menimbulkan konflik antar hukum adat dan hukum positif negara. Perladangan berpindah merupakan upaya pertanian tradisional di kawasan hutan dimana pembukaan lahannya selalu dilakukan dengan cara pembakaran karena cepat, murah dan praktis. Namun pembukaan lahan untuk perladangan tersebut umumnya sangat terbatas dan terkendali karena telah mengikuti aturan turun temurun (Dove, 1988). Kebakaran liar mungkin terjadi karena kegiatan perladangan hanya sebagai kamuflasa dari penebang liar yang memanfaatkan jalan HPH dan berada di kawasan HPH. Pembukaan hutan oleh pemegang HPH dan perusahaan perkebunan untuk pengembangan tanaman industri dan perkebunan umumnya mencakup areal yang cukup luas. Metoda pembukaan lahan dengan cara tebang habis dan pembakaran merupakan alternatif pembukaan lahan yang paling murah, mudah dan cepat. Namun metoda ini sering berakibat kebakaran tidak hanya terbatas pada areal yang disiapkan untuk pengembangan tanaman industri
23
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi atau perkebunan, tetapi meluas ke hutan lindung, hutan produksi dan lahan lainnya. Sedangkan penyebab struktural, umumnya berawal dari suatu konflik antara para pemilik modal industri perkayuan maupun pertambangan, dengan penduduk asli yang merasa kepemilikan tradisional (adat) mereka atas lahan, hutan dan tanah dikuasai oleh para investor yang diberi pengesahan melalui hukum positif negara. Akibatnya kekesalan masyarakat dilampiaskan dengan melakukan pembakaran demi mempertahankan lahan yang telah mereka miliki secara turun temurun. Disini kemiskinan dan ketidak adilan menjadi pemicu kebakaran hutan dan masyarakat tidak akan mau berpartisipasi untuk memadamkannya. Kebakaran hutan akhir-akhir ini menjadi perhatian internasional sebagai isu lingkungan dan ekonomi khususnya setelah terjadi kebakaran besar di berbagai belahan dunia tahun 1997/98 yang menghanguskan lahan seluas 25 juta hektar. Kebakaran tahun 1997/98 mengakibatkan degradasi hutan dan deforestasi menelan biaya ekonomi sekitar US $ 1,6-2,7 milyar dan biaya akibat pencemaran kabut sekitar US $ 674-799 juta. Kerugian yang diderita akibat kebakaran hutan tersebut kemungkinan jauh lebih besar lagi karena perkiraan dampak ekonomi bagi kegiatan bisnis di Indonesia tidak tersedia. Valuasi biaya yang terkait dengan emisi karbon kemungkinan mencapai US $ 2,8 milyar (Tacconi, 2003). Hasil perhitungan ulang kerugian ekonomi yang dihimpun Tacconi (2003), menunjukkan bahwa kebakaran hutan Indonesia telah menelan kerugian antara US $ 2,84 milayar sampai US $ 4,86 milyar yang meliputi kerugian yang dinilai dengan uang dan kerugian yang tidak dinilai dengan uang. Kerugian tersebut mencakup kerusakan yang terkait dengan kebakaran seperti kayu, kematian pohon, HTI, kebun, bangunan, biaya pengendalian dan sebagainya serta biaya yang terkait dengan kabut asap seperti kesehatan, pariwisata dan transportasi. Kebakaran hutan yang cukup besar seperti yang terjadi pada tahun 1997/98 menimbulkan dampak yang sangat luas disamping kerugian material kayu, non kayu dan hewan. Dampak negatif yang sampai menjadi isu global adalah asap dari hasil pembakaran yang telah melintasi batas negara. Sisa pembakaran selain menimbulkan kabut juga mencemari udara dan meningkatkan gas rumah kaca.
24
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Asap tebal dari kebakaran hutan berdampak negatif karena dapat mengganggu kesehatan masyarakat terutama gangguan saluran pernapasan. Selain itu asap tebal juga mengganggu transportasi khususnya tranportasi udara disamping transportasi darat, sungai, danau, dan laut. Pada saat kebakaran hutan yang cukup besar banyak kasus penerbangan terpaksa ditunda atau dibatalkan. Sementara pada transportasi darat, sungai, danau dan laut terjadi beberapa kasus tabrakan atau kecelakaan yang menyebabkan hilangnya nyawa dan harta benda. Kerugian karena terganggunya kesehatan masyarakat, penundaan atau pembatalan penerbangan, dan kecelakaan transportasi di darat, dan di air memang tidak bisa diperhitungkan secara tepat, tetapi dapat dipastikan cukup besar membebani masyarakat dan pelaku bisnis. Dampak kebakaran hutan Indonesia berupa asap tersebut telah melintasi batas negara terutama Singapura, Brunai Darussalam, Malaysia dan Thailand. Dampak lainnya adalah kerusakan hutan setelah terjadi kebakaran dan hilangnya margasatwa. Hutan yang terbakar berat akan sulit dipulihkan, karena struktur tanahnya mengalami kerusakan. Hilangnya tumbuh-tumbuhan menyebabkan lahan terbuka, sehingga mudah tererosi, dan tidak dapat lagi menahan banjir. Karena itu setelah hutan terbakar, sering muncul bencana banjir pada musim hujan di berbagai daerah yang hutannya terbakar. Kerugian akibat banjir tersebut juga sulit diperhitungkan. Analisis dampak kebakaran hutan masih dalam tahap pengembangan awal, pengetahuan tentang ekosistem yang rumit belum berkembang dengan baik dan informasi berupa ambang kritis perubahan ekologis berkaitan dengan kebakaran sangat terbatas, sehingga dampak kebakaran hutan sulit diperhitungkan secara tepat. Meskipun demikian, berdasarkan perhitungan kasar yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa kebakaran hutan menimbulkan dampak yang cukup besar bagi masyarakat sekitarnya, bahkan dampak tersebut sampai ke negara tetangga. KKN (Korupsi Kolusi Nepotisme) di Hutan Kita Melihat ulah para elite yang duduk di eksekutif, legislatif atau yudikatif, sebenarnya tak beda jauh dengan ulah para pelaku pembalakan liar atau para cukong kayu yang terus berpesta pora mengeruk kekayaan alam negri ini demi kantong sendiri. Tak peduli
25
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi bencana lingkungan menanti. Tak peduli hal itu merupakan kejahatan ekologi. Apalagi para pelaku pembalakan liar atau cukong kayu suka mengandalkan beking aparat keamanan kita yang lebih suka mengamankan jalur pembalakan atau penyelendupan kayu dari pada mengamankan lingkungan atau alam kita. Malah berbagai cara ditempuh, agar kejahatan ekologi dalam hal penyelundupan kayu misalnya bisa dikemas dengan legal dan tidak melanggar prosedur perizinan. Menurut Environmental Investigation Agency, para petinggi militer Indonesia justru sering membantu mengurus dokumen palsu, mengamankan pelaksanaan illegal logging di lapangan, lalu mengontak para pengusaha Malaysia, kalangan perbankan di Singapura, Hongkong dan India. Jadi tepat seperti dituliskan J Smith dalam buku “Illegal Logging, Collusive Corruption, and Fragmented” (2003), ada nuansa kental KKN di hutan kita. Menurut buku tersebut, korupsi persekongkolan dalam praktik pembalakan liar di hutan menjadi wajah umum dalam 10 tahun terakhir Pasca Reformasi 1998. Maka kalau kita mengacu pada buku ini, segala regulasi terkait hutan kita semua bisa disiasati sehingga perusahaan kayu, pelaku pembalakan atau cukong kayu selalu bisa lolos dari jerat hukum. Semua pelanggaran dan kejahatan ekologi terkait tuduhan pembalakan liar atau penyelendupan kayu selalu akan bisa dipatahkan baik di dalam atau di luar pangadilan. Tidak heran jika akibat perilaku penuh KKN seperti itu, bangsa ini tidak pernah terluput dari bencana. Beraneka bencana tidak pernah absen setiap hari. Lihat gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, longsor, puting beliung, air laut pasang, kekeringan selalu mengancam kita. Bencana-bencana itu menunjukan telah terganggunya keseimbangan ekosistem. Sayang kesadaran kita selalu terlambat. Baru ada penyesalan, setelah bencana terjadi. 2. Mengubah Perilaku Terhadap Lingkungan Relasi manusia dan lingkungan bersifat eksistensial. Manusia hanya ada dalam lingkungan (Umwelt) dan manusialah yang membuatnya menjadi lingkungan hidup yang manusiawi (Lebenswelt). Hubungan yang eksistensial itu diungkapkan dengan istilah yang disebut oleh filsuf Heidegger sebagai 'Sorge' (pemeliharaan). Menurut Heidegger pemeliharaan merupakan hakikat seluruh eksistensi manusia sehingga ia menyatukan segala unsur kehidupan. Pemeliharaan merupakan dasar perhubungan manusia dengan lingkungan. Manusia menghadapi
26
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi lingkungan dengan sikap memelihara agar lingkungan menjadi pendukung hidupnya. Pemeliharaan membuat lingkungan menjadi keadaan yang menyenangkan. Pikiran dasar ini sengaja dikemukakan di ruang ini dengan satu maksud utama, yakni membuka kembali cakrawala kesadaran kita tentang tempat sentral lingkungan bagi manusia. Kemarau panjang, gizi buruk, busung lapar, karena itu, harus dapat kita maknai juga sebagai terganggunya, rusaknya, memburuknya relasi kita dengan lingkungan. Jika lingkungan adalah bagian dari diri kita, bagian dari tarikan nafas kita, bagian dari jantung hidup kita, maka perlakuan kita terhadap lingkungan seharusnya mencerminkan perlakuan yang etis. Perlakuan ini, misalnya, menjaga lingkungan yang telah ada, pemeliharanya atau juga merawatnya. Tanggal 5 Juni setiap tahun kita peringati sebagai Hari Lingkungan Hidup. Tahun ini Hari Lingkungan Hidup mengambil tema: Ubah Perilaku dan Cegah Pencemaran Lingkungan. Tema ini bernada imperatif. Perilaku harus diubah untuk mencegah pencemaran lingkungan. Tema ini tepat ketika kita menyaksikan semakin hari semakin kita manusia memperlihatkan keserakahan kita pada alam. Hutan dirusak, dibakar, bakau ditebang, sungai dan kali digerus, tebing dibelah, karang laut dibom. Inilah sebagian dari aksi nyata yang memperlihatkan kebrutalan kita terhadap lingkungan. Dampak kebrutalan itu sudah kita rasakan dan terima saat ini. Tepatlah tema tahun ini. Kita harus ubah perilaku, cegah kebiasaan mencemari lingkungan kita. Tidak perlu membayangkan yang jauh-jauh. Hal kecil-kecil yang kita lakukan dalam rangka merusak lingkungan adalah sikap, perilaku yang tidak patut, dan karena itu harus segera disingkirkan. Sikap yang harus dikedepankan dan ditunjukkan adalah ramah, sensitif terhadap lingkungan di sekitar kita. Kita di daerah ini barangkali belum terlalu merasakan dampak kerusakan lingkungan secara permanen. Tetapi apa yang terjadi di Manggarai, yakni berkurangnya sumber mata air, cuaca yang semakin panas tak lain adalah dampak yang sudah mulai terasakan. Pertambangan marmer di Luar Jawa sudah lama diprotes warga karena merusak lingkungan. Di Lembata, rencana pemerintah setempat mengekplorasi emas juga ditentang habis-habisan. Yang menentang mengusung alasan lingkungan. Perlu diingat, pertambangan di mana pun ekstraktif sifatnya. Bukan maksud kita di sini untuk membangun sikap dan pendapat menolak pertambangan. Terkait dengan urusan pertambangan, sikap yang perlu dibangun adalah win-win solution (samasama enak). Artinya alam tidak rusak, barang tambang juga bisa diambil
27
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi untuk kebutuhan manusia. Dari tahun ke tahun, Hari Lingkungan Hidup kita peringati. Pastilah ada acara seremonial dalam beragam skala. Ada yang menggelar seminar, yang lain memberi penghargaan peduli lingkungan. Ada kepala daerah yang memimpin para PNS memungut sampah, yang lain tenang-tenang saja. Semuanya baik adanya. Tetapi yang paling perlu dan penting adalah bagaimana kita mesti semakin menumbuhkan kesadaran dalam diri sikap peduli terhadap lingkungan. Tak perlu menjadi penerima kalpataru. Tak perlu mengikuti apel di Istana Negara bersama presiden. Yang perlu adalah mengasah kesadaran, mempertajam kepedulian terhadap isu-isu lingkungan di sekitar tempat tinggal kita. Mudah-mudahan Ubah Perilaku dan Cegah Pencemaran Lingkungan tidak semata tema hampa yang cuma menghiasi halaman-halaman surat kabar. Dia mesti masuk dalam ruang batin setiap kita. Jika tidak, kita memang hanya bisa bicara banyak. Indonesia kaya akan budaya kearifan terhadap lingkungan hidup. Namun sayangnya, kearifan lokal (local wisdom) yang ada dalam masyarakat Indonesia tersebut terancam tereliminasi. Menurutnya, norma dan etika terhadap lingkungan hidup yang diwariskan dari nenek moyang itu terancam oleh gaya hidup materalis-hedonis yang konsumtif dan mengejar kesenangan semata. Fenomena ini sangat terlihat di perkotaan, dengan adanya para profesional yang berorientasi bisnis dan kurang peduli lingkungan. Pada jaman tanpa batas ini, kebudayaan asing akan semakin gencar memporak-porandakan budaya lokal Indonesia. Pada dasarnya, budaya asli Indonesia terbukti memiliki falsafah yang pro lingkungan hidup, seperti di Jawa terkenal dengan falsafah Hamemayu Hayunig Bawana, Tri Hita Karana di Bali dan Alam Terkembang Jadi Guru di Tanah Minang. Kemudian ada juga berbagai kearifan tradisi, seperti Sasi di Maluku, Awig-Awig di Nusa Tenggara, Bersih Desa di Jawa, Nyabuk Gunung di Sunda yang menambah kekayaan budaya Indonesia yang pro lingkungan hidup. Sebenarnya dalam komunitas perkotaan yang modern pun kini tumbuh berbagai kearifan lingkungan, seperti halnya pengelolaan sampah di Banjar Sari Jakarta, Sukunan Yogyakarta, Karah Surabaya, Kassi-Kassi Makasar, dan lain-lain. Agama-agama yang dipeluk oleh masyarakat Indonesia, mulai dari Islam, Hindu, Kristen, Budha dan Konghuchu, juga terbukti mengajarkan pemeluknya untuk senantiasa menjaga dan memelihara alam sekitarnya. Bahkan menurutnya, sekarang ini beberapa organisasi keagamaan di
28
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Indonesia telah membentuk institusi yang bergerak dalam pengelolaan lingkungan hidup. Semua kearifan lingkungan yang dimiliki tersebut, apabila kita rajut dan berdayakan akan sangat bermakna dalam upaya penyelamatan bumi. Sebagai kekuatan sosial, kearifan lingkungan tersebut akan menjadi kebutuhan utama dalam pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia. Namun dalam penyelenggaraannya perlu ditunjang oleh kearifan-kearifan institusi dan konstitusi yang membumi dan selaras dengan sosial budaya masyarakat. Namun menurutnya, institusi yang dibentuk seyogyanya dapat mewakili idealisme dan praktik kearifan di masyarakat. Konstitusi yang dibentuk pun hendaknya dapat mengakomodir falsafah, norma dan etika yang berlaku di masyarakat.
B. Peranan Etika Lingkungan Isu-isu kerusakan lingkungan menghadirkan persoalan etika yang rumit. Karena meskipun pada dasarnya alam sendiri sudah diakui sungguh memiliki nilai dan berharga, tetapi kenyataannya terus terjadi pencemaran dan perusakan. Keadaan ini memunculkan banyak pertanyaan. Apakah manusia sudah melupakan hal-hal ini atau manusia sudah kehilangan rasa cinta pada alam? Bagaimanakah sesungguhnya manusia memahami alam dan bagaimana cara menggunakannya? Perhatian kita pada isu lingkungan ini juga memunculkan pertanyaan tentang bagaimana keterkaitan dan relasi kita dengan generasi yang akan datang. Kita juga diajak berpikir kedepan. Bagaimana situasi alam atau lingkungan di masa yang akan datang? Kita akan menyadari bahwa relasi kita dengan generasi akan datang, yang memang tidak bisa timbal balik. Karenanya ada teori etika lingkungan yang secara khusus memberi bobot pertimbangan pada kepentingan generasi mendatang dalam membahas isu lingkungan ini. Para penganut utilitirianisme, secara khusus, memandang generasi yang akan datang dipengaruhi oleh apa yang kita lakukan sekarang. Apapun yang kita lakukan pada alam akan mempengaruhi mereka. Pernyataan ini turut memunculkan beberapa pandangan tentang etika lingkungan dengan kekhususannya dalam pendekatannya terhadap alam dan lingkungan. Etika Lingkungan disebut juga Etika Ekologi. Etika Ekologi selanjutnya dibedakan menjadi dua yaitu etika ekologi dalam dan etika ekologi dangkal. Selain itu etika lingkungan juga dibedakan lagi sebagai etika pelestarian dan etika pemeliharaan. Etika pelestarian adalah etika yang menekankan pada mengusahakan pelestarian alam untuk kepentingan manusia, sedangkan
29
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi etika pemeliharaan dimaksudkan untuk mendukung usaha pemeliharaan lingkungan untuk kepentingan semua mahluk. Yang dimaksud Etika ekologi dalam adalah pendekatan terhadap lingkungan yang melihat pentingnya memahami lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan yang saling menopang, sehingga semua unsur mempunyai arti dan makna yang sama. Etika Ekologi ini memiliki prinsip yaitu bahwa semua bentuk kehidupan memiliki nilai bawaan dan karena itu memiliki hak untuk menuntut penghargaan karena harga diri, hak untuk hidup dan hak untuk berkembang. Premisnya adalah bahwa lingkungan moral harus melampaui spesies manusia dengan memasukkan komunitas yang lebih luas. Komunitas yang lebih luas disini maksudnya adalah komunitas yang menyertakan binatang dan tumbuhan serta alam. Sedangkan Etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap lingkungan yang menekankan bahwa lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan manusia, yang bersifat antroposentris. Etika ekologi dangkal ini biasanya diterapkan pada filsafat rasionalisme dan humanisme serta ilmu pengetahuan mekanistik yang kemudian diikuti dan dianut oleh banyak ahli lingkungan. Kebanyakan para ahli lingkungan ini memiliki pandangan bahwa alam bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. 1. Etika Ekologi Dangkal Etika ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu etika antroposentris yang menekankan segi estetika dari alam dan etika antroposentris yang mengutamakan kepentingan generasi penerus. Etika ekologi dangkal yang berkaitan dengan kepentingan estetika didukung oleh dua tokohnya yaitu Eugene Hargrove dan Mark Sagoff. Menurut mereka etika lingkungan harus dicari pada aneka kepentingan manusia, secara khusus kepentingan estetika. Sedangkan etika antroposentris yang mementingkan kesejahteraan generasi penerus mendasarkan pada perlindungan atau konservasi alam yang ditujukan untuk generasi penerus manusia. Etika yang antroposentris ini memahami bahwa alam merupakan sumber hidup manusia. Etika ini menekankan hal-hal berikut ini : a. Manusia terpisah dari alam. b. Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak menekankan tanggung jawab manusia.
30
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi c. Mengutamakan keprihatinannya.
perasaan
manusia
sebagai
pusat
d. Kebijakan dan manajemen sunber daya alam untuk kepentingan manusia. e. Norma utama adalah untung rugi. f.
Mengutamakan rencana jangka pendek.
g. Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk khususnya dinegara miskin. h. Menerima secara positif pertumbuhan ekonomi. 2. Etika Ekologi Dalam Bagi etika ekologi dalam, alam memiliki fungsi sebagai penopang kehidupan. Untuk itu lingkungan patut dihargai dan diperlakukan dengan cara yang baik. Etika ini juga disebut etika lingkungan ekstensionisme dan etika lingkungan preservasi. Etika ini menekankan pemeliharaan alam bukan hanya demi manusia tetapi juga demi alam itu sendiri. Karena alam disadari sebagai penopang kehidupan manusia dan seluruh ciptaan. Untuk itu manusia dipanggil untuk memelihara alam demi kepentingan bersama. Etika lingkungan ini dibagi lagi menjadi beberapa macam menurut fokus perhatiannya, yaitu neo-utilitarisme, zoosentrisme, biosentrisme dan ekosentrisme. Etika lingkungan neo-utilitarisme merupakan pengembangan etika utilitarisme, Jeremy Bentham yang menekankan kebaikan untuk semua. Dalam konteks etika lingkungan maka kebaikan yang dimaksudkan, ditujukan untuk seluruh mahluk. Tokoh yang mempelopori etika ini adalah Peter Singer. Dia beranggapan bahwa menyakiti binatang dapat dianggap sebagai perbuatan tidak bermoral. Etika lingkungan Zoosentrisme adalah etika yang menekankan perjuangan hak-hak binatang, karenanya etika ini juga disebut etika pembebasan binatang. Tokoh bidang etika ini adalah Charles Brich. Menurut etika ini, binatang mempunyai hak untuk menikmati kesenangan karena mereka dapat merasa senang dan harus dicegah dari penderitaan. Sehingga bagi para penganut etika ini, rasa senang dan penderitaan binatang dijadikan salah satu standar moral. Menurut The Society for the Prevention of Cruelty to Animals, perasaan senang dan menderita mewajibkan manusia secara moral memperlakukan binatang dengan penuh belas kasih.
31
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Etika lingkungan Biosentrisme adalah etika lingkungan yang lebih menekankan kehidupan sebagai standar moral. Salah satu tokoh penganutnya adalah Kenneth Goodpaster. Menurut Kenneth rasa senang atau menderita bukanlah tujuan pada dirinya sendiri. Bukan senang atau menderita, akhirnya, melainkan kemampuan untuk hidup atau kepentingan untuk hidup. Kepentingan untuk hidup yang harus dijadikan standar moral. Sehingga bukan hanya manusia dan binatang saja yang harus dihargai secara moral tetapi juga tumbuhan. Menurut Paul Taylor, karenanya tumbuhan dan binatang secara moral dapat dirugikan dan atau diuntungkan dalam proses perjuangan untuk hidup mereka sendiri, seperti bertumbuh dan bereproduksi. Etika Lingkungan Ekosentrisme adalah sebutan untuk etika yang menekankan keterkaitan seluruh organisme dan anorganisme dalam ekosistem. Setiap individu dalam ekosistem diyakini terkait satu dengan yang lain secara mutual. Planet bumi menurut pandangan etika ini adalah semacam pabrik integral, suatu keseluruhan organisme yang saling membutuhkan, saling menopang dan saling memerlukan. Sehingga proses hidup-mati harus terjadi dan menjadi bagian dalam tata kehidupan ekosistem. Kematian dan kehidupan haruslah diterima secara seimbang. Hukum alam memungkinkan mahluk saling memangsa diantara semua spesies. Ini menjadi alasan mengapa manusia boleh memakan unsur-unsur yang ada di alam, seperti binatang maupun tumbuhan. Menurut salah satu tokohnya, John B. Cobb, etika ini mengusahakan keseimbangan antara kepentingan individu dengan kepentingan keseluruhan dalam ekosistem. Secara umum etika ekologi dalam ini menekankan hal-hal berikut : a. Manusia adalah bagian dari alam. b. Menekankan hak hidup mahluk lain, walaupun dapat dimanfaatkan oleh manusia, tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang. c. Prihatin akan perasaan semua mahluk dan sedih kalau alam diperlakukan sewenang-wenang. d. Kebijakan manajemen lingkungan bagi semua mahluk. e. Alam harus dilestarikan dan tidak dikuasai. f.
Pentingnya melindungi keanekaragaman hayati.
g. Menghargai dan memelihara tata alam. h. Mengutamakan tujuan jangka panjang sesuai ekosistem.
32
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi i.
Mengkritik sistem ekonomi dan politik dan menyodorkan sistem alternatif yaitu sistem mengambil sambil memelihara.
Demikian etika lingkungan dapat digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu etika lingkungan dalam dan etika lingkungan dangkal. Keduanya memiliki beberapa perbedaan–perbedaan seperti diatas. Tetapi bukan berarti munculnya etika lingkungan ini memberi jawab langsung atas pertanyaan mengapa terjadi kerusakan lingkungan. Namun paling tidak dengan adanya gambaran etika lingkungan ini dapat sedikit menguraikan norma-norma mana yang dipakai oleh manusia dalam melakukan pendekatan terhadap alam ini. Dengan demikian etika lingkungan berusaha memberi sumbangan dengan beberapa norma yang ditawarkan untuk mengungkap dan mencegah terjadinya kerusakan lingkungan. Di Indonesia sendiri sebenarnya etika lingkungan bukanlah merupakan hal yang baru, karena sudah dibicarakan dalam konteks tembang, legenda ataupun mitos. Contoh, suku yang masih mempertahankan kearifan tradisional ini adalah masyarakat Dayak, Asmat, Baduy, Nias, Kampung Naga ataupun Tengger. Dalam mencermati hal tersebut, seharusnya etika lingkungan yang penuh warna kearifan dan kebenaran tradisional ini dapat dikembangkan untuk penyelamatan lingkungan yang lebih luas di negara kita. Jika dikaitkan dengan praktik bisnis, maka bisnis yang etis adalah bisnis yang dapat memberi manfaat maksimal pada lingkungan, bukan sebaliknya, menggerogoti keserasian lingkungan. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menata kelestarian lingkungan, dituduh sebagai penyebab terjadinya krisis yang berkepanjangan. Krisis lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini, berakar dari kesalahan perilaku manusia yang berasal dari cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam. Masalah lingkungan semakin terasa jauh terpinggirkan, bahkan sering hanya merupakan embelembel atau tempelan belaka dalam program pembangunan, kesadaran masyarakat terhadap masalah lingkungan menurun. Padahal, berbagai bencana akibat pengelolaan lingkungan yang tidak benar telah berulang kali terjadi, dan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Menciptakan kesadaran masyarakat yang berwawasan lingkungan merupakan fondasi untuk menjaga agar lingkungan terhindar dari berbagai macam pengrusakan dan pencemaran. Karena
33
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi pada dasarnya kerusakan lingkungan dikarenakan oleh tangantangan manusia itu sendiri. Etika lingkungan, dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih tindakan yang baik dalam menghadapi dan menyikapi segala sesuatu sekaitan dengan lingkungan sebagai kesatuan pendukung kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan umat manusia serta mahluk hidup lainnya. Etika lingkungan yang baik dapat menjadikan perilaku kita semakin arif dan bijaksana terhadap lingkungan, sebaliknya etika yang salah akan menciptakan malapetaka bagi kehidupan manusia, karena merusak etika lingkungan hidup adalah pertimbangan filosofis dan biologis mengenai hubungan manusia dengan tempat tinggalnya serta dengan semua mahluk non manusia. Dengan etika lingkungan hidup, manusia dipaksa untuk mereview segala aktivitasnya yang berhubungan dengan lingkungan hidup mana yang benar, mana yang salah. Kepedulian lingkungan yang dangkal menunjukkan perhatian kepada kepentingan yang sering diabaikan dalam ekonomi tradisional. Pandangan ini menganggap alam bernilai hanya sejauh ia bermanfaat bagi kepentingan manusia, bukan karena bernilai pada dirinya sendiri. Kepedulian lingkungan yang dalam, mempertimbangkan kepentingan generasi yang akan datang. Di Indonesia sebenarnya etika lingkungan bukanlah merupakan hal yang baru, karena sudah dibicarakan dalam konteks tembang, legenda ataupun mitos. Contoh, suku yang masih mempertahankan kearifan tradisional ini adalah masyarakat Dayak, Asmat, Badui, Nias, Kampung Naga ataupun Tengger. Dalam mencermati hal tersebut, seharusnya etika lingkungan yang penuh warna kearifan dan kebenaran tradisional ini dapat dikembangkan untuk penyelamatan lingkungan yang lebih luas di negara kita. Jika dikaitkan dengan praktik bisnis, maka bisnis yang etis adalah bisnis yang dapat memberi manfaat maksimal pada lingkungan, bukan sebaliknya, menggerogoti keserasian lingkungan. Sebagaimana pengertian etimologis dari etika yaitu ”adat istiadat” atau ”kebiasaan”, maka lebih jauh bisa dijelaskan bahwa etika berkaitan dengan tata cara hidup yang baik, baik pada diri seseorang ataupun masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini
34
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi dibakukan dalam bentuk kaidah, aturan, atau norma. Kaidah, norma atau aturan ini sesungguhnya ingin mengungkapkan, menjaga dan melestarikan nilai tertentu yang dianggap baik dan penting oleh masyarakat. Secara lebih luas, etika dapat dipahami sebagai pedoman bagaimana manusia harus hidup, dan bertindak sebagai orang yang baik. Kaidah dan norma inilah yang membuat masyarakat primitif yang masih ada di daerah pelosok dan terpencil di Indonesia ini, seperti suku Baduy di Banten, suku-suku di Irian Jaya dapat tetap menjaga kelestarian hutan dan lingkungan hidup di sekitar mereka. Jauh berbeda dengan masyarakat modern yang kaidah, norma dan aturannya dianggap lebih dari masyarakat primitif, yang justru menimbulkan permasalahan bagi kehidupan mereka sendiri. Keraf (2002) mengatakan bahwa krisis lingkungan global bersumber pada kesalahan fundamental-filosofis dalam pemahaman atau cara pandang mengenai dirinya, alam, dan tempat manusia dalam keseluruhan ekosistem. Kesalahan cara pandang ini bersumber dari etika antroposentrisme yang memandang manusia sebagai alam semesta. Manusia, dalam pandangan etika yang bermula dari Aristoteles hingga filsuf-filsuf Barat modern, dianggap berada di luar dan terpisah dengan alam. Alam sekadar alat pemuas manusia. Cara pandang seperti ini melahirkan sikap dan perilaku kapitalistik yang eksploitatif tanpa kepedulian sama sekali terhadap alam. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menata kelestarian lingkungan, dituduh sebagai penyebab terjadinya krisis yang berkepanjangan. Krisis lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini, berakar dari kesalahan perilaku manusia yang berasal dari cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam. Masalah lingkungan semakin terasa jauh terpinggirkan, bahkan sering hanya merupakan embelembel atau tempelan belaka dalam program pembangunan, kesadaran masyarakat terhadap masalah lingkungan menurun. Padahal, berbagai bencana akibat pengelolaan lingkungan yang tidak benar telah berulang kali terjadi, dan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Menciptakan kesadaran masyarakat yang berwawasan lingkungan merupakan fondasi untuk menjaga agar lingkungan terhindar dari berbagai macam pengrusakan dan pencemaran. Karena pada dasarnya kerusakan lingkungan dikarenakan oleh tangan-tangan manusia itu sendiri.
35
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Etika lingkungan, dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih tindakan yang baik dalam menghadapi dan menyikapi segala sesuatu sekaitan dengan lingkungan sebagai kesatuan pendukung kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan umat manusia serta mahluk hidup lainnya. Etika lingkungan yang baik dapat menjadikan perilaku kita semakin arif dan bijaksana terhadap lingkungan, sebaliknya etika yang salah akan menciptakan malapetaka bagi kehidupan manusia, karena merusak etika lingkungan hidup adalah pertimbangan filosofis dan biologis mengenai hubungan manusia dengan tempat tinggalnya serta dengan semua mahluk non manusia. Dengan etika lingkungan hidup, manusia dipaksa untuk me-review segala aktivitasnya yang berhubungan dengan lingkungan hidup -- mana yang benar, mana yang salah. Kepedulian lingkungan yang dangkal menunjukkan perhatian kepada kepentingan yang sering diabaikan dalam ekonomi tradisional. Pandangan ini menganggap alam bernilai hanya sejauh ia bermanfaat bagi kepentingan manusia, bukan karena bernilai pada dirinya sendiri. Kepedulian lingkungan yang dalam, mempertimbangkan kepentingan generasi yang akan datang. Berkaitan dengan hal tersebut, seorang filsuf Norwegia Arne Naess, yang juga seorang ahli ekologi, mengungkapkan bahwa krisis lingkungan dewasa ini hanya bisa diatasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam yang fundamental dan radikal (Sony Keraf, 2002). Dibutuhkan pola hidup baru yang tidak hanya menyangkut orang per orang, tetapi masyarakat secara keseluruhan. Perubahan yang radikal dan fundamental di dalam mengubah cara pandang masyarakat dunia terhadap persoalan lingkungan memang sangat dibutuhkan, mengingat persoalan lingkungan sudah begitu mengkhawatirkan. Perubahan yang radikal dan fundamental bisa melalui perubahan sistem pendidikan nasional dan penegakan hukum tanpa diskriminasi. Dengan demikian, fokus perhatian etika lingkungan terletak pada bagaimana perilaku manusia yang seharusnya terhadap lingkungan hidup. Ada beberapa prinsip untuk menegakkan etika lingkungan ini, antara lain:
36
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi 1) Pertama, sikap hormat terhadap alam merupakan suatu prinsip dasar bagi manusia sebagai bagian dari alam semesta secara keseluruhan. Setiap anggota komunitas sosial mempunyai kewajiban untuk menghargai kehidupan bersama (kohesivitas sosial), demikian pula setiap anggota komunitas ekologis harus menghargai dan menghormati setiap kehidupan dan spesies dalam komunitas ekologis. 2) Kedua, prinsip tanggung jawab yang dimiliki manusia terhadap alam semesta maupun terhadap keberadaan dan kelestarian setiap bagian dan benda di alam semesta ini. Tanggung jawab itu tidak hanya individual melainkan kolektif berupa prakarsa, usaha, kebijakan dan tindakan bersama secara nyata untuk menjaga alam semesta dengan segala isinya. 3) Ketiga, prinsip demokrasi. Keanekaragaman dan pluralitas adalah hakikat alam, hakikat kehidupan itu sendiri. Setiap kecenderungan reduksionistis, antikeanekaragaman dan antipluralitas berarti bertentangan dengan alam dan antikehidupan. 4) Keempat, prinsip keadilan yang berbicara tentang akses yang sama bagi semua kelompok dan anggota masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian alam dan dalam ikut menikmati pemanfaatan sumber daya alam. Pemanfaatan yang diskriminatif dan kapitalis seperti saat ini berarti penghinaan buat pasal 33 UUD 1945. Pada akhirnya, etika lingkungan hidup harus dipahami sebagai refleksi kritis terhadap norma, prinsip, dan nilai moral yang selama ini dikenal dalam komunitas manusia. Termasuk, apa yang harus diputuskan manusia dalam membuat pilihan moral dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang berdampak pada lingkungan hidup. Pendekatan penyelesaiannya pun tidak dapat parsial tetapi harus komprehensif, seperti perubahan yang mendasar terhadap sistem pendidikan nasional yang saat ini jauh dari akar kebutuhan objektif masyarakat. Jelas di sini bahwa masalah lingkungan bukanlah masalah teknis semata.
37
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi 3. Perilaku Kodrati Manusia Menurut pandangan filosof Thomas Hobbes mengatakan bahwa manusia hakekat dasarnya adalah makhluk yang kompetitif, yang senantiasa bersaing. Dalam bukunya, Leviathan, Hobbes menegaskan, manusia itu menurut pembawaan kodratinya bersifat kejam. Dan alam bukanlah merupakan suatu taman firdaus atau lingkungan hidup utopis dan romantis bagi siapa saja yang ingin menikmatinya. Alam hanya dapat dinikmati lewat perjuangan penuh persaingan untuk merebutnya. Maka, seperti dikatakan Hobbes dalam bukunya De Dive, dalam persaingan itu, siapa yang menang, dialah yang dapat bertahan dan dapat menjadi penguasa semesta. Bahkan, lebih jauh, menurut Darwin, seluruh alam semesta ini hakikat dasarnya memang saling bersaing. Dalam teori mengenai "seleksi alam", Darwin (1809-1882) memandang dunia sebagai arena perjuangan yang sungguh kejam. Seluruh anasir alam semesta ada dalam keadaan perang, organisme yang satu berhadapan dengan organisme yang lain. Semangat perjuangan dan pertikaian mewarnai perjalanan semesta. Makhluk hidup yang menang akan bertahan. Makhluk yang dilindungi alam akan menjadi nenek moyang makhluk hidup yang terus berevolusi. Dari perspektif inilah alam lalu dilihat oleh manusia sebagai obyek yang perlu dikuasai -dengan bahasa santun yang dikemas-alam dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kemaslahatan hidup bersama dan demi kesejahteraan umat manusia. Alam pun lalu tidak dihormati secara keseluruhan melainkan sebatas berguna untuk kepentingan manusia. Dengan adanya naluri bersaing, bercampur dengan watak serakah yang terbungkus dalam naluri kemanusiaan manusia, yang kemudian dibayangi oleh pandangan tentang alam yang dapat ditaklukkan, maka alam lalu bukan hanya dikuasai, melainkan cenderung dieksploitasi tanpa batas demi mendapatkan keuntungan diri. Atau, dalam ungkapan Garret Hardin, seorang ekolog modern, bahwa manusia adalah makhluk hidup yang suka bersaing, bahwa kapitalisme adalah ungkapan yang paling wajar dari kegiatan ekonomis, bahwa lingkungan hidup adalah arena tempat manusia berjuang mengejar untung dengan jalan menguasai potensi-potensi yang terkandung di dalamnya. Maka, apa yang kita lihat, alam pun mengalami kerusakaan yang sangat parah yang harus segera dipulihkan.
38
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi 4. Konsep Deep Ecology Dalam Pembangunan Deep ecology adalah sebuah filosofi lingkungan yang diperkenalkan oleh filsuf Norwegia, Arne Naess. Teori ini merubah pandangan manusia dari antroposentris yang berpusat pada dirinya menjadi ekosentris, dimana manusia merupakan bagian dari lingkungan. Istilah deep ecology sendiri digunakan untuk menjelaskan kepedulian manusia terhadap lingkungannya. Kepedulian yang ditujukan dengan membuat pertanyaan-pertanyaan yang sangat mendalam dan mendasar, ketika dia akan melakukan suatu tindakan. Fritjof Capra dalam bukunya Jaring-Jaring Kehidupan menyatakan bahwa deep ecology tidak memisahkan manusia atau apapun dari lingkungan alamiah. Benar-benar melihat dunia bukan sebagai kumpulan objek-objek yang terpisah tetapi sebagi suatu jaringan fenomena yang saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain secara fundamental. Deep ecology mengakui nilai intristik semua mahluk hidup dan memandang manusia tak lebih dari satu untaian dalam jaring kehidupan. Pada akhirnya, menurut Capra, kesadaran ekologis yang mendalam adalah kesadaran spiritual atau religius, karena ketika konsep tentang jiwa manusia dimengerti sebagai pola kesadaran dimana individu merasakan suatu rasa memiliki, dari rasa keberhubungan, kepada kosmos sebagai suatu keseluruhan, maka jelaslah bahwa kesadaran ekologis bersifat spiritual dalam esensinya yang terdalam. Oleh karena itu pandangan baru realitas yang didasarkan pada kesadaran ekologis yang mendalam konsisten dengan apa yang disebut filsafat abadi yang berasal dari tradisi-tradisi spiritual. Syaiful Bari dalam artikelnya Urgensi Etika Ekosentrisme mengatakan, ada dua hal yang sama sekali baru dalam Deep Ecology. Pertama, manusia dan kepentingannya bukan ukuran bagi segala sesuatu yang lain. Deep Ecology memusatkan perhatian kepada seluruh spesies, termasuk spesies bukan manusia. Ia juga tidak memusatkan pada kepentingan jangka pendek, tetapi jangka panjang. Maka dari itu, prinsip moral yang dikembangkan Deep Ecology menyangkut seluruh kepentingan komunitas ekologis. Kedua, Deep Ecology dirancang sebagai etika praktis. Artinya, prinsip-prinsip moral etika lingkungan harus diterjemahkan dalam aksi nyata dan konkret. Etika baru ini menyangkut suatu gerakan yang jauh lebih dalam dan komprehensif dari sekadar sesuatu yang amat instrumental dan ekspansionis. Deep Ecology merupakan gerakan nyata yang didasarkan pada perubahan paradigma secara revolusioner, yaitu perubahan cara pandang, nilai dan perilaku atau gaya hidup.
39
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Dari berbagai penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa deep ecology timbul karena meningkatnya kesadaran manusia terhadap kaitan dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Kesadaran tersebut timbul karena manusia mulai menyadari akibat dari berbagai kerusakan yang dilakukan oleh dirinya terhadap lingkungan sekitarnya. Kesadaran yang sama kemudian mendorong berkembangnya konsep pembangunan berkelanjutan. Pada konsep ini manusia harus memperhatikan daya dukung alam dalam memenuhi kebutuhannya.
C. Deep Ecology Dan Kebijakan Pembangunan Indonesia Sebagai Salah Satu Implementasi Dari Etika Lingkungan Menurut Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) tahun 2004-2009 dinyatakan arah kebijakan yang akan ditempuh meliputi perbaikan manajemen dan system pengelolaan sumber daya alam, optimalisasi manfaat ekonomi dari sumber daya alam termasuk jasa lingkungannya, pengembangan peraturan perundangan lingkungan, penegakan hukum, rehabilitasi dan pemulihan cadangan sumber daya alam, dan pengendalian pencemaran lingkungan hidup dengan memperhatikan kesetaraan gender. Melalui kebijakan ini diharapkan sumber daya alam tetap dapat mendukung perekonomian nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa mengorbankan daya dukung dan fungsi lingkungan agar kelak dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Tetapi pada kenyataannya, pembangunan yang dilakukan masih lebih memperhatikan aspek ekonomi, yang oleh karenanya terjadi eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam di Indonesia. Hutan Indonesia yang merupakan asset internasional habis dijarah oleh pelaku-pelaku illegal logging, sementara bahan energi mineral digali habis-habisan sehingga meninggalkan lubang-lubang besar di bumi Indonesia. Peruntukan lahan yang tidak sesuai menyebabkan berbagai ekosistem berubah dan keanekaragaman hayati terancam punah. Pencemaran lingkungan terutama pencemaran air dimana industri membuang limbah tanpa pengolahan di sepanjang badan sungai, dan lainnya. Apabila dikaitkan dengan deep ecology, kondisi di Indonesia baru mencapai kesadaran, tetapi kesadaran ini belum mewujud pada tindakan. Sehingga sebagian ahli mengatakan bahwa konsep yang
40
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi digunakan di Indonesia adalah shallow deep ecology. Hal ini bisa dipahami karena merubah pola pikir dan cara pandang suatu masyarakat bukanlah suatu proses yang mudah dan cepat. Masykuri dalam aritkelnya ETIKA LINGKUNGAN: Solusi Menghadapi Mentalitas Frontier menyatakan bahwa akar dari banyak permasalahan lingkungan adalah bersumber dari adanya mentalitas “Frontier“ yang cukup mengakar dalam peradaban manusia, bahkan masih tetap terasakan sampai sekarang ini. Mentalitas Frontier (Frontier Mentality) adalah mentalitas dasar atau etika yang ditandai oleh tiga konsep ajaran dasar, (Chiras, 1985, hal. 435) yaitu : 1. Bahwa dunia sebagai penyedia sumber daya yang tak terbatas untuk digunakan oleh manusia, dan tidak perlu berbagi dengan segala bentuk kehidupan lain yang memerlukannya. Dengan kata lain “segala sesuatunya senantiasa tetap tersedia terus dan itu semua untuk kita manusia”. Sebagian dari konsep ini, juga terdapat anggapan bahwa bumi ini memiliki kapasitas yang tidak terbatas untuk menerima dan mengolah pencemaran. 2. Bahwa manusia itu terpisah dari alam dan bukan merupakan bagian dari alam itu sendiri. 3. Bahwa alam dilihat sebagai sesuatu yang harus ditundukkan. Teknologi adalah alat ampuh bagi manusia untuk menundukkan alam, dan juga merupakan jawaban bagi banyak permasalahan konflik antara masyarakat manusia dengan alam. Mentalitas frontier ini telah menguasai jalan pikiran dan perilaku manusia cukup lama, bahkan tetap mendominasi pola pikir atau paradigma masyarakat modern dewasa ini bukan hanya dalam melihat problema lingkungan, tetapi juga dalam upaya memecahkan masalah lingkungan. Mentalitas frontier ini sangat kuat mempengaruhi pola pikir, pengambilan keputusan, tujuan dan harapan individu maupun masyarakat, bahkan sebagai dasar pembenaran setiap tindakan kita. Secara lebih rinci mentalitas Frontier ini menegaskan pemahamannya bahwa : a. Bumi adalah bank sumber daya yang tak terbatas. b. Bila persediaan sumber daya habis, kita pindah ke tempat lain. c. Hidup akan semakin baik bila kita terus dapat menambahkan kesejahteraan material kita.
41
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi d. Harga yang harus dibayar untuk setiap usaha adalah penggunaan materi, energi dan tenaga kerja. Ekonomi pada dasarnya adalah ketiga hal tersebut. e. Alam adalah untuk ditundukkan. f.
Hukum dan teknologi baru akan memecahkan masalah lingkungan yang kita hadapi.
g. Kita lebih tinggi dari pada alam, kita terpisah dari alam dan superior terhadap alam. h. Limbah adalah sesuatu yang harus diterima dari setiap usaha manusia. Menurut Menurut Masykuri etika yang harus digunakan masyarakat modern saat ini adalah Etika Keberlanjutan (sustainable ethics) yang dikemukakan oleh Chiras (1985: 435) yang memiliki anggapan dasar bahwa : a. Bumi merupakan sumber persediaan yang memiliki batas. b. Mendaur-ulang dan menggunakan sumber daya yang dapat diganti akan mencegah terjadinya kehabisan persediaan sumber daya. c. Nilai hidup tidak di ukur dari besarnya uang kita di bank. d. Harga setiap usaha, bukan hanya penggunaan energi, tenaga kerja dan materi tetapi harga eksternal, seperti : kerusakan lingkungan dan kemerosotan derajat kesehatan manusia harus juga diperhitungkan. e. Kita harus memahami dan bekerja sama dengan alam. f.
Usaha-usaha individu dalam mengatasi masalah yang sangat menekan harus dibarengi dengan hukum yang kuat serta teknologi yang tepat.
g. Kita adalah bagian dari alam, kita dikuasai oleh hukum alam, oleh karena itu harus menghormati komponen hukum-hukum tersebut. Kita tidak lebih hebat dari alam. h. Limbah adalah tidak dapat ditoleran, sehingga setiap limbah harus punya nilai guna.
42
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi 1. Restorasi Perilaku Restorasi dalam arti ini adalah usaha untuk memulihkan kembali keseimbangan ekosistem yang telah rusak oleh tindakan manusia. Alam boleh dimanfaatkan, tetapi harus dengan bijaksana. Atau, yang oleh Giffor Pichot, seorang penganjur etika perlindungan alam atau lingkungan (conservation ethic) dikatakan segala sumber daya alam hendaknya dimanfaatkan dengan bijaksana guna menciptakan kesejahteraan optimal bagi sebanyak mungkin orang dan dalam kurun waktu yang selama mungkin pula. Maka, ia menganjurkan agar pengelolaan lingkungan serta sumber daya alam harus ditangani oleh negara demi kemakmuran bersama warga negara. Dan negara pun harus memahami dan menjiwai benar etika lingkungan. Sehingga, alam pun tidak dirusak oleh negara yang tentu saja memiliki kekuasaan, wewenang dan otoritas yang tinggi. Dalam hal ini, tatkala hendak memanfaatkan sumber daya alam, bukan hanya mengejar keuntungan semata, melainkan juga harus bertanggung jawab memelihara dasar dari sumber-sumber daya alamiah yang dapat diperbarui, serta semaksimal mungkin mengembalikannya seperti sedia kala, misalnya dengan cara reboisasi. Inilah sebagai suatu bentuk hormat terhadap alam. Atau, yang dalam suatu aliran etika lingkungan yang disebut etika ekosentris, manusia harus memiliki kepekaan religius. Jadi, etika lingkungan atau etika ekologi yang perlu dibangun dan dikembangkan adalah suatu etika yang berakar kuat dalam kosmos dengan memiliki tujuan yang komprehensif. Adalah suatu etika yang melandaskan pikiran dan tingkah laku yang bukan hanya memanfaatkan alam demi keuntungan diri semata, melainkan harus bertanggung jawab untuk mengembalikan daya-dayanya dan berusaha memelihara keseimbangan alam dan melestarikan keutuhan, kebersatuan, keberlangsungan dan keserasian ekosistem. Sebab, sebagaimana juga manusia yang ingin tetap eksis di bumi ini kini dan akan datang secara regeneratif, demikian juga dengan alam. Alam dan manusia merupakan dua belahan jiwa dari suatu sistem organisme kosmik yang sama yang tidak dapat dipisahkan. Manusia akan hancur, jika alam hancur, atau sebaliknya. Inilah yang harus dipahami, dan lebih jauh, kiranya dapat mendorong lahirnya kebijakan etika alam, atau etika lingkungan yang baik. Sesuatu yang sangat dibutuhkan bila manusia ingin tetap eksis, tidak terus-menerus dilanda bencana ekologi, dan selamat hingga melewati tapal batas masa depan yang tidak bertepi.
43
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi 2. Penerapan Prinsip Etika Lingkungan dalam Kehidupan Prinsip-prinsip etika lingkungan mencakup komunitas ekologi seluruhnya. Hakekatnya manusia bukan hanya makhluk sosial melainkan juga makhluk ekologis. Penerapan prinsip Etika Lingkungan harus dimulai sejak dari dini agar setiap individu sadar akan pentingnya menjaga lingkungan demi kesejahteraan mereka sendiri. Adapun prinsipprinsip Etika Lingkungan menurut Sony Keraf (2002:144) adalah : a. Sikap hormat terhadap alam Dalam hal ini manusia diharapkan mengakui bahwa alam semesta perlu dihormati lepas apakah dia mengikuti konsep antroposentrisme, biosentrisme maupun eksosentrisme. b. Prinsip tanggung jawab Tanggung jawab disini tidak hanya tanggung jawab individual tetapi juga kolektif, dimana tanggung jawab moral menuntut manusia untuk mengambil prakarsa, usaha, kebijakan dan tindakan bersama secara nyata untuk menjaga alam semesta dan segala isinya. c. Solidaritas kosmis Manusia mempunyai kedudukan sederajat dan setara dengan alam dan makhluk hidup di alam. Kesadaran ini membangkitkan dalam diri manusia perasaan solider dan sepenanggungan dengan alam dan sesama makhluk hidup lain. d. Kasih sayang dan kepedulian terhadap alam Sebagai sesama anggota komunitas ekologis yang setara manusia digugah untuk mencintai, menyayangi dan peduli pada alam dan isinya tanpa diskriminasi dan dominasi. Kasih sayang dan kepedulian ini juga muncul dari kenyataan bahwa sebagai sesama anggota komunitas ekologis semua makhluk hidup mempunyai hak untuk dilindungi, dipelihara, dirawat dan tidak disakiti. e. Tidak merugikan Manusia mempunyai kewajiban moral dan tanggung jawab terhadap alam. Paling tidak manusia tidak mau merugikan alam. Oleh karena itu manusia diupayakan tidak melakukan tindakan yang merugikan atau mengancam eksistensi makhluk hidup lain
44
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi di alam semesta ini sebagaimana manusia tidak dibenarkan juga secara moral untuk bertindak yang merugikan sesama manusia. f.
Hidup sederhana dan selaras dengan alam Prinsip ini menekankan nilai kualitas cara hidup yang baik dan bukan hanya kekayaan. Sarana standar material yang ditekankan dalam kehidupan bukan rakus dan tamak mengumpulkan sebanyak-banyaknya harta. Yang lebih penting adalah mutu kehidupan yang lebih baik.
g. Keadilan Dalam hal ini akses yang sama bagi semua kelompok dan anggota masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan ikut juga menikmati pemanfaaatan sumber daya alam atau alam semesta seluruhnya. h. Demokrasi Terkait erat dengan hakekat alam. Isi alam selalu beraneka ragam. Keanekaragaman adalah hakekat alam, hakekat kehidupan itu sendiri. Oleh sebab itu setiap kecenderungan reduksionistis dan anti keanekaragaman serta anti pluralitas bertentangan dengan alam dan anti kehidupan. Demokrasi memberi tempat seluas bagi perbedaan keanekaragaman maupun yang lain. Oleh karena itu orang yang peduli dengan lingkungan adalah orang yang demokratis. Orang yang demokratis sangat mungkin seorang pemerhati lingkungan. i.
Integritas moral Integritas moral terutama dimaksudkan untuk pejabat publik. Pejabat dituntut untuk mempunyai sikap dan perilaku moral yang terhormat serta memegang teguh prinsip moral yang mengutamakan kepentingan publik. Dituntut bersih dan disegani karena mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan dan masyarakat.
Aksi nyata pemerintah dan masyarakat dalam menjaga lingkungan adalah hal yang sangat penting, mengingat bumi yang kita tempati telah menjadi renta sebelum waktunya akibat ulah manusia. Penebangan liar menyebabkan hutan gundul, longsor dan banjir, sampah yang tidak bisa di daur ulang, eksploitasi terhadap isi perut bumi yang berlebihan, pencemaran udara yang mengakibatkan global warming serta pencemaran lainnya, semuanya itu adalah
45
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi sumbangan manusia bagi kehancuran bumi dan manusia itu sendiri. Kesadaran ekologis harus mulai ditumbuhkan. Kita perlu menyadari sebagai manusia, kita bukan lebih tinggi dari alam atau lingkungan. Kita adalah bagian dari alam dan lingkungan. Segala bentuk destruksi atau eksploitasi terhadap alam sebenarnya hanya akan berujung pada kehancuran manusia juga. Jadi mari kita melakukan perubahan perilaku yang signifikan ke depan guna lebih menghargai dan melestarikan alam atau lingkungan. Oleh karena itu, dengan memegang prinsip dan kesadaran akan etika lingkungan ”Deep Ecology” maka kita ikut berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup dan dapat mewujudkan keberhasilan tema yang diusung pada hari lingkungan hidup tahun 2008 yaitu ”Ubah Perilaku dan Cegah Pencemaran Lingkungan” serta bisa mengubah total paradigma kita yang keliru selama ini dalam berinteraksi dengan lingkungan atau alam sekitar kita.
46
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
BAB III ETIKA, MORAL, KODE ETIK, DAN ADAT-ISTIADAT A. Etika (Ethics) 1. Pengertian Etika Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Menurut Ahmad Amin, “etika adalah ilmu pengetahuan yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dicapai oleh manusia dalam perbuatan mereka, dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat oleh manusia." Menurut Soegarda Poerbakawatja, “etika adalah filsafat nilai, pengetahuan tentang nilai-nilai, ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya, terutama mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang merupakan pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya bentuk perbuatan”. Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai "the discipline which can act as the performance index or reference for our control system". Dengan demikian, etika akan memberikan semacam batasan maupun standard yang akan mengatur pergaulan manusia didalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada; dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik Dengan demikian etika adalah refleksi dari
47
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi apa yang disebut dengan "self control", karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri. Etika berkaitan dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh manusia, beserta pembenarannya serta hukum-hukum yang mengatur tingkah laku manusia (Gering Supriadi, 1998:24). Nilai dan NilaiPrinsip dan Moral Prinsip
ETIKA
Moral
Kaidah Benar / salah AturanPerilaku norma
Kriteria penilaian moral tentang apa yang harus dilakukan
Benar/salah Baik/buruk Tepat/tidak
Perilaku
manus Prinsip-prinsip etika: Etika kemanfaatan umum (utilitarianism ethics) Setiap langkah/tindakan yang menghasilkan kemanfaatan terbesar bagi kepentingan umum haruslah dipilih dan dijadikan motivasi utama. Etika kewajiban (duty ethics) a. Setiap sistem harus mengakomodasikan hal-hal yang wajib untuk diindahkan tanpa harus mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin bisa timbul, berupa nilai moral umum yang harus
48
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi ditaati seperti jangan berbohong, jangan mencuri, harus jujur, dan sebagainya. b. Semua nilai moral ini jelas akan selalu benar dan wajib untuk dilaksanakan, sekalipun akhirnya tidak akan menghasilkan keuntungan bagi diri sendiri. Etika kebenaran (right ethics) Suatu pandangan yang tetap menganggap salah terhadap segala macam tindakan yang melanggar nilai-nilai dasar moralitas. Sebagai contoh tindakan plagiat ataupun pembajakan hak cipta/karya orang lain, apapun alasannya akan tetap dianggap salah karena melanggar nilai dan etika akademis Etika keunggulan/kebaikan (virtue ethics) Suatu cara pandang untuk membedakan tindakan yang baik dan salah dengan melihat dari karakteristik (perilaku) dasar orang yang melakukannya. Suatu tindakan yang baik/benar umumnya akan keluar dari orang yang memiliki karakter yang baik pula. Penekanan di sini diletakkan pada moral perilaku individu, bukannya pada kebenaran tindakan yang dilakukannya Etika sadar lingkungan (environmental ethics) a. Suatu etika yang berkembang di pertengahan abad 20 ini yang mengajak masyarakat untuk berpikir dan bertindak dengan konsep masyarakat modern yang sensitif dengan kondisi lingkungannya. b. Pengertian etika lingkungan di sini tidak lagi dibatasi ruang lingkup penerapannya merujuk pada nilai-nilai moral untuk kemanusiaan saja, tetapi diperluas dengan melibatkan "natural resources" lain yang juga perlu dilindungi, dijaga dan dirawat seperti flora, fauna maupun obyek tidak bernyawa (in-animate) sekalipun. Etika disebut juga filsafat moral merupakan cabang filsafat yang berbicara tentang tindakan manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan oleh bermacam-macam norma, diantaranya norma hukum, norma moral, norma agama dan norma sopan santun. Norma hukum berasal dari hukum dan perundang-undangan,
49
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi norma agama berasal dari agama, norma moral berasal dari suara hati dan norma sopan santun berasal dari kehidupan sehari-hari. Aliran etika dalam kehidupan manusia meliputi: A. Aliran Deontologis Sesuatu yang sudah dinyatakan dilarang maka apapun alasannya hal itu tetap tidak boleh dilakukan. B. Aliran Teleologis Sesuatu yang mestinya dilarang tetapi suatu saat boleh dilakukan asal dengan tujuan demi kebaikan. Secara teoritis, etika mempunyai pengertian sebagai berikut : 1.
Pertama, secara etimologis, etika berasal dari kata Yunani ethos (jamaknya : ta etha), yang berarti “adat-istiadat” atau “kebiasaan”. Dalam ari ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, baik pada diri seseorang atau masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain.
2.
Kedua, etika dipahami dalam pengertian yang berbeda dengan moralitas sehingga mempunyai pengertian yang jauh lebih luas. Dalam pengertian ini, etika dimengerti sebagai refleksi kritis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak dalam situasi konkret, situasi khusus tertentu. Etika adalah filsafat moral, atau ilmu yang membahas dan mengkaji secara kritis persoalan benar dan salah secara moral, tentang bagaimana harus bertindak dalam situasi konkret.
Etika merupakan bagian filsafat, sebagai ilmu etika mencari kebenaran dan sebagai filsafat etika mencari keterangan yang sedalamdalamnya. Etika berkaitan dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh manusia beserta pembenarannya serta hukum-hukum yang mengatur tingkah laku manusia (Gering supriadi, 1998:24).
50
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
Gambar 1. Klasifikasi etika
2. Tiga Teori Etika Karena etika berkaitan dengan refleksi kritis, untuk menjawab pertanyaan, bagaimana kita harus bertindak dalam situasi konkret tertentu, ada tiga jawaban berbeda. Jawaban pertama dikenal sebagai teori deontologi, jawaban kedua dikenal sebagai teori teleologi, dan jawaban ketiga dikenal sebagai etika keutamaan. Ketiga teori ini juga berguna untuk menjawab pertanyaan, bagaimana menilai suatu tindakan yang baik secara moral. a. Etika Deontologi Istilah ”deontologi” berasal dari kata Yunani deon, yang berarti kewajiban, dan logos berarti ilmu atau teori. Terhadap pertanyaan bagaimana bertindak dalam situasi konkret tertentu, deontologi menjawab: lakukan apa yang menjadi kewajibanmu sebagaimana terungkap dalam norma dan nilai-nilai moral yang ada. Sejalan dengan itu, menurut etika deontologi, suatu tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak
51
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi dengan kewajiban. Dengan kata lain, suatu tindakan dianggap baik karena tindakan itu memang baik pada dirinya sendiri, sehingga merupakan kewajiban yang harus kita lakukan. Sebaliknya, suatu tindakan dinilai buruk secara moral karena tindakan itu memang buruk secara moral sehingga tidak menjadi kewajiban untuk kita lakukan. Dengan demikian, etika deontologi sama sekali tidak mempersoalkan akibat dari tindakan tersebut: baik atau buruk. Akibat dari suatu tindakan tidak pernah diperhitungkan untuk menentukan kualitas moral suatu tindakan. Hal ini akan membuka peluang bagi subyektivitas dan rasionalisasi yang menyebabkan kita ingkar akan kewajiban-kewajiban moral. Immanuel Kant (1734-1804) menolak akibat suatu tindakan sebagai dasar untuk menilai tindakan tersebut karena akibat tadi tidak menjamin universalitas dan konsistensi kita dalam bertindak dan menilai suatu tindakan. Dalam perspektif itu, membuang limbah ke sungai, misalnya, akan dinilai buruk secara moral bukan karena tidak sesuai dengan kewajiban moral untuk hormat kepada alam (respect for nature). Atas dasar itu, etika deontologi snagat menekankan motivasi, kemauan baik dan watak yang kuat untuk bertindak sesuai dengan kewajiban. Bahkan menurut Kant, kemauan baik harus dinilai baik pada dirinya sendiri terlepas dari apapun juga. Maka, dalam menilai tindakan kita, kemauan baik harus dinilai paling pertama dan menjadi kondisi dari segalanya. Menurut Kant, kemauan baik adalah syarat mutlak untuk bertindak secara moral. Kemauan baik menjadi kondisi yang mau tidak mau harus dipenuhi agar manusia dapat bertindak secara baik, sekaligus membenarkan tindakannya itu. Maksudnya, bisa saja akibat dari suatu tindakan memang baik, tetapi kalau tindakan itu tidak dilakukan berdasarkan kemauan baik untuk menaati hukum moral yang merupakan kewajiban seseorang, tindakan itu tidak bisa dinilai baik. Akibat baik tadi bisa saja hanya merupakan sebuah kebetulan. Atas dasar itu, menurut Kant, tindakan yang baik adalah tindakan yang tidak saja sesuai dengan kewajiban tetapi karena dijalankan berdasarkan dan demi kewajiban. Ia menolak segala tindakan yang baik, walaupun tindakan itu mendatangkan konsekuensi yang baik. Demikian pula, semua tindakan yang
52
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi dilaksanakan sesuai dengan kewajiban, tetapi tidak didasarkan pada kemauan baik untuk menghormati perintah universal, melainkan, misalnya, karena terpaksa, akan dianggap sebagai tindakan yang tidak baik. Dalam kaitan dengan ini, hal yang juga prinsip dan penting bagi Kant, yaitu melakukan suatu tindakan moral haruslah dengan kemauan keras atau otonomi bebas. Secara singkat, ada tiga hal yang harus dipenuhi: (1) supaya suatu tindakan mempunyai nilai moral, tindakan itu harus dilaksanakan berdasarkan kewajiban. (2) nilai moral suatu tindakan bukan bergantung dari tercapainya tujuan tindakan itu melainkan pada kemauan baik yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan tersebut-kalaupun tujuannya tidak tercapai, tindakan itu sudah dinilai baik. (3) konsekuensi dari kedua hal tersebut, kewajiban untuk mematuhi hukum moral universal adalah hal yang niscaya bagi suatu tindakan moral. Bagi Kant, hukum moral telah tertanam dalam hati setiap orang dan karena itu bersifat universal. Hukum moral itu dianggap sebagai perintah tak bersyarat (imperatif kategoris), yang berarti hukum moral itu berlaku bagi semua orang pada segala situasi dan tempat. Ia mengikat siapa saja dari dalam dirinya sendiri karea hukum moral itu telah tertanam dalam hati setiap orang. b. Etika Teleologi Istilah ”teleologi” berasal dari kata Yunani telos, yang berarti tujuan, dan logos berarti ilmu atau teori. Berbeda dengan etika deontologi, etika teleologi menjawab pertanyaan bagaimana bertindak dalam situasi konkret tertentu dengan melihat tujuan atau akibat dari suatu tindakan. Dnegan kata lain, etika teleologi menilai baik-buruk suatu tindakan berdasarkan tujuan atau akibat dari suatu tindakan tersebut. Suatu tindakan dinilai baik kalau bertujuan baik dan mendatangkan akibat baik. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa etika teleologi lebih bersifat situasional dan subyektif. Kita bisa bertindak berbeda dalam situasi lain tergantung dari penilaian kita tentang akibat yang jelasjelas bertentangan dengan norma dan nilai moral bisa dibenarkan oleh etika teleologi hanya karena tindakan itu membawa akibat yang baik. Persoalannya, tujuan yang baik itu untuk siapa, untuk pribadi, untuk pihak pengambil keputusan dan yang melaksanakan
53
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi keputusan atau bagi banyak orang? Apakah tindakan tertentu dinilai baik hanya karena berakibat baik untuk saya, atau baik karena berakibat baik bagi banya orang? Berdasarkan jawaban atas pertanyaan ini, etika teleologi bisa digolongkan menjadi dua yaitu egoisme etis dan utilitarianisme. Egoisme etis menilai suatu tindakan sebagai baik karena berakibat baik bagi dirinya sendiri. Kendati bersifat egoistis, tindakan ini diniali baik secara moral karena setiap orang dibenarkan untuk mengejar kebahagiaan dirinya. Oleh karena itu, setiap tindakan yang mendatangkan kebahagiaan diri sendiri akan dinilai baik secara moral. Sebaliknya, buruk kalau kita membiarkan diri kita menderita dan dirugikan. Utilitarianisme menilai baik buruknya suatu tindakan berdasarkan akibatnya bagi banyak orang. Etika utilitarianisme ini pertama kali dikembangkan oleh Jeremy Bentham (1748-1832). Secara singkat, prinsip yang dianut etika utilitarianisme adalah bertindaklah sedemikian rupa agar tindakanmu itu mendatangkan manfaat sebesar mungkin bagi sebanyak mungkin orang (the greatest good for the greatest number). Tidak usah bersusah payah mencari norma dan nilai moral yang menjadi kewajiban kita. Yang perlu kita lakukan hanya menimbang-nimbang akibat dari suatu tindakan untuk melihat apakah dari suatu tindakan untuk melihat apakah bermanfaat atau merugikan. Etika utilitarianisme mempunyai tiga keunggulan yaitu (1) kriterianya rasional, (2) etika utilitarianisme menghargai kebebasan setiap individu dalam menentukan sikap moral, dalam mengambil keputusan dan tindakan, (3) utilitarianisem lebih mengutamakan kepentingan banyak orang darpada kepentingan sendiri atau segelintir orang. Ketiga unggulan ini menyebabkan etika utilitarianisme banyak dipakai-secara sadar ataupun tidak-dalam berbagai kebijakan dan tindakan publik. Idealnya, suatu kebijakan publik membawa manfaat atau menguntungkan bagi semua orang dan pihak terkait. Dalam banyak kasus, ini tidak mungkin karena semua orang mempunyai kepentingan yang berbeda. Secara moral, suatu kebijakan akan dinilai benar secara moral, kalau memenuhi tiga kriteria tersebut. Ketika kita tidak bisa memuaskan semua orang, kebijakan tersebut dinilai baik secara moral, paling tidak sebagian terbesar orang atau pihak terkait diuntungkan dengan kebijakan tersebut.
54
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Hanya saja, etika utilitarianisme pun tidak luput dari kelemahan. Walaupun sepanjang sejarahnya merupakan sebuah teori etika yang sangat populer dan banyak digunakan, utilitarianisme tidak lupa dari berbagai kritik yaitu (1) utilitarianisme membenarkan ketidakadilan. Maksudnya, dengan membenarkan suatu kebijakan atau tindakan hanya karena membawa manfaat bagi sebagian besar orang, utilitarianisme telah membenarkan kebijakan atau tindakan tersebut merugikan kepentingan sebagian kecil orang yang tidak mendapatkan manfaatdari kebijakan atau tindakan tadi. Kendati ada segelintir orang yang haknya dirugikan, kebijakan tersebut dianggap benar hanya karena membawa manfaat bagi lebih banyak orang. Jelas ini tidak adil. (2) manfaat merupakan sebuah konsep yang begitu luas, sehingga dalam kenyataan praktis menimbulkan kesulitan. (3) sering kali beberapa variabel sulit dikuantifikasi sehingga tidak mudah untuk menentukan manakah manfaat terbesar dibandingkan dengan yang lainnya. (4) manfaat yang dimaksudkan oleh etika utilitarianisme sering dilihat dalam jangka pendek. Padahal, dalam menilai akibat suatu tindakan kita harus melihatnya dalam jangka panjang. (5) V tidak menganggap serius nilai suatu tindakan, atau lebih tepat lagisebuah norma atau kewajiban melainkan hanya memperhatikan akibatnya. (6) seandainya ketiga kriteria tersebut saling bertentangan, ada kesulitan dalam menentukan prioritas di antara ketiganya. Para filsuf penganut etika utilitarianisme menyadari kelemahan-kelemahan etika ini. Oleh karena itu, salah satu jalan keluar yang disodorkan dengan membedakan dua tingkatan etika utilitarianisme yaitu (1) utilitarianisme aturan dan (2) utilitarianisme tindakan. c. Etika Keutamaan Berbeda dengan kedua teori etika di atas, etika keutamaan (virtue ethics) tidak mempersoalkan akibat suatu tindakan. Juga, tidak mendasarkan penilaian moral pada kewajiban terhadap hukum moral universal. Etika keutamaan lebih mengutamakan pengembangan karakter moral pada diri setiap orang. Dalam kaitan dengan itu, sebagaimana dikatakan Aristoteles, nilai moral ditemukan dan muncul dari pengalaman hidup dalam masyarakat, dari teladan dan contoh hidup yang diperlihatkan oleh tokoh-tokoh besar dalam suatu masyarakat dalam menghadapi dan menyikapi persoalan-persoalan hidup ini. Di sana kita menemukan
55
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi nilai moral tertentu, dan belajar mengembangkan dan menghayati nilai tersebut. Jadi, nilai moral bukan muncul dalam bentuk adanya aturan berupa larangan dan perintah, melainkan dalam bentuk teladan moral yang nyata dipraktekkan oleh tokoh-tokoh tertentu dalam masyarakat. Dari teladan hidup orang-orang itu kita mengenal dan belajar nilai dan keutamaan moral seperti kesetiaan, saling percaya, kejujuran, ketulusasn, kesediaan berkorban bagi orang lain, kasih sayang, kemurahan hati, dan sebagainya. Dengan demikian, etika keutamaan sangat menekankan pentingnya sejarah dan cerita-termasuk cerita dongeng dan wayang. Dari sejarah-khususnya sejarah kehebatan moral para tokoh besardan dari cerita dongeng ataupun sastra kita belajar tentang nilai dan keutamaan, serta berusaha menghayati dan mempraktekannya seperti tokoh dalam sejarah, dalam cerita atau dalam kehidupan masyarakat. Tokoh dengan teladannya menjadi model untuk kita tiru. Jadi, dalam menjawab pertanyaan bagaimana kita harus bertindak secara moral dalam situasi konkret yang dilematis, etika keutamaan menjawab: teladanilah sikap dan perilaku moral tokohtokoh yang kita kenal, baik dalam masyarakat, sejarah atau dalam cerita yang kita ketahui, ketika mereka menghadapi masalah serupa. Lakukan seperti yang dilakukan para tokoh moral itu. Itulah tindakan benar secara moral. Menurut teori etika keutamaan, orang bermoral tidak pertamatama ditentukan oleh kenyataan bahwa dia melakukan suatu tindakan bermoral. Pribadi moral terutama ditentukan oleh kenyataan seluruh hidupnya, yaitu bagaimana dia hidup baik sebagai manusia sepanjang hidupnya. Jadi, bukan tindakan satu per satu yang menentukan kualitas moralnya. Akan tetapi, apakah dalam semua situasi yang dihadapi ia mempunyai posisi, kecenderungan, sikap dan perilaku moral yang terpuji serta sikap dan perilakunya tidak pernah berubah. Maka, yang dicari adalah keutamaan, excellence, kepribadian moral yang menonjol. Ia dikenal sebagai orang yang teruji secara moral dan karena itu terpuji/terhormat. Dia tahan terhadap setiap godaan untuk menyimpang dari sikap dasarnya. Dia adalah orang yang berprinsip, yang mempunyai integritas moral yang tinggi sebagaimana dipelajari tokoh-tokoh besar dalam hidupnya atau dari sejarah dan cerita-cerita yang diketahuinya.
56
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Pribadi yang bermoral adala orang yang berhasil mengembangkan suatu disposisi, sikap, dan kecenderungan moral melalui kebiasaan yang baik sehingga perilaku dan perbuatannya selalu bermoral. Ia bukan orang yang sekadar melakukan sesuatu yang adil (doing something that is just), melainkan orang yang adil sepanjang hidupnya (being a just person). Ia bukan sekadar orang yang melakukan tindakan yang baik, meliankan orang yang baik. Keunggulan teori ini bahwa moralitas dalam suatu masyarakat dibangun, pertama, melalui cerita. Melalui cerita dan sejarah disampaikan pesan-pesan, niali-nilai, dan keutamaan-keutamaan moral agar ditiru dan dihayati oleh anggota masyarakat. Orang juga belajar moralitas melalui keteladanan nyata dari tokoh, pemimpin atau orang yang dihormati dalam masyarakat tersebut. Ada contoh nyata yang bisa ditiru dan dari sana menjalar perilaku moral tersebut kepada banyak orang. Keutamaan moral tidak diajarkan melalui indoktrinasi, perintah dan larangan, tetapi teladan dan contoh nyata, khususnya dalam menetukan sikap di dalam situasi yang dilematis. Etika keutamaan sangat menghargai kebebasan dan rasionalitas manusia, karena pesan moral hanya disampaikan melalui cerita dan teladan hidup para tokoh lalu membiarkan setiap orang untuk menangkap sendiri pesan moral itu. Juga, setiap orang dibiarkan menggunakan akal budinya untuk menafsirkan pesan moral itu. Artinya, terbuka kemungkinan setiap orang mengambil pesan moral yang khas bagi dirinya, dan melalui kehidupan itu kehidupan moral menjadi sangat kaya oleh berbagai penafsiran. Sesungguhnya agama, dengan Kitab-kitab suci dan tokohtokohnya berupa para nabi, melakukan hal yang sama. Melalui cerita dalam Kitab Suci, baik tentang perumpamaan tertentu, kasus tertentu atau tentang perbuatan nabi tertentu, umat diajarkan tentang nilai dan keutamaan moral tertentu dan diharapkan untuk meneladani dan menghayati nilai dan keutamaan moral itu dalam hidunya. Demikian pula, sepanjang sejarah agama tersebut, muncul orang kudus, martir, dan orang saleh yang melalui teladannya mengajarkan keutamaan, nilai moral, dan hal baik yang harus dilakukan. Sayangnya, etika keutamaan pada setiap agama ini luntur atau bahkan hilang ditelan kecenderungan dogmatisme dan indoktrinasi yang begitu kuat pada agama-agama itu.
57
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Akan tetapi, kelemahan etika keutamaan ini bahwa dalam masyarakat pluralistik, akan muncul berbagai keutamaan moral yang berbeda-beda sesuai dengan sumber budaya dan agama, atau cerita dan sejarah yang diajarkan. Kedua, dalam masyarakat modern dimana cerita-apalagi cerita dongeng-tidak diberi tempat, moralitas bisa kehilangan relevansinya. Ketiga, dalam masyarakat dimana sulit ditemukan adanya tokoh publik yang bisa menjadi teladan moral, moralitas akan mudah hilang dari masyarakt tersebut. Ini terutama terjadi dalam masyarakat materialistis seperti sekarang ini. Contoh dan teladan yang kita temukan sehari-hari adalah contoh dan teladan bagaimana menjadi kaya, termasuk melaui cara yang tidak halal, seperti korupsi, bisnis yang curang, dan sebagainya. Hal yang menarik dari etika keutamaan ini adalah kita perlu membangun watak, karakter dan kepribadian moral. Dalam kaitan dengan itu, peran pemimpin dan tokoh publik sangat penting untuk memberi teladan yang baik dalam hal kehidupan moral. d. Contoh Konkrit Penerapan Etika Didalam kehidupan sehari-hari banyak kita lihat perilaku manusia yang melanggar etika maupun yang masih memegang ajaran etika dalam melakukan aktifitas kehidupannya. Dibawah ini contoh penerapan konkrit etika di dalam lingkungannya : 1) Etika di jalanan Berjalan dengan sikap wajar dan tawadlu, tidak berlagak sombong di saat berjalan atau mengangkat kepala karena sombong atau mengalihkan wajah dari orang lain karena takabbur. Allah SWT berfirman yang artinya: a) QS. Luqman: 18 : "Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri". Memelihara pandangan mata, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya: b) QS. An-Nur: 30-31 : "Katakanlah kepada orang laki-laki beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
58
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Yang Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya...." Tidak mengganggu, yaitu tidak membuang kotoran, sisa makanan di jalan-jalan manusia, dan tidak buang air besar atau kecil di situ atau di tempat yang dijadikan tempat mereka bernaung. c)
Muttafaq'alaih :
Menyingkirkan gangguan dari jalan. Ini merupakan sedekah yang karenanya seseorang bisa masuk surga. Dari Abu Hurairah Radhiallaahu 'anhu diriwayatkan bahwasanya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ketika ada seseorang sedang berjalan di suatu jalan, ia menemukan dahan berduri di jalan tersebut, lalu orang itu menyingkirkannya. Maka Allah bersyukur kepadanya dan mengampuni dosanya..." Di dalam suatu riwayat disebutkan: maka Allah memasukkannya ke surga". Menjawab salam orang yang dikenal ataupun yang tidak dikenal. Ini hukumnya wajib, karena Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:"Ada lima perkara wajib bagi seorang muslim terhadap saudaranya- diantaranya: menjawab salam". Menunjukkan orang yang tersesat (salah jalan), memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan dan menegur orang yang berbuat keliru serta membela orang yang teraniaya. Di dalam hadits disebutkan: "Setiap persendian manusia mempunyai kewajiban sedekah...dan disebutkan diantaranya: berbuat adil di antara manusia adalah sedekah, menolong dan membawanya di atas kendaraannya adalah sedekah atau mengangkatkan barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah dan menunjukkan jalan adalah sedekah...." d) HR. Abu Daud, dan dinilai shahih oleh Al-Albani Perempuan hendaknya berjalan di pinggir jalan. Pada suatu ketika Nabi pernah melihat campur baurnya laki-laki dengan wanita di jalanan, maka ia bersabda kepada wanita:
59
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi "Meminggirlah kalian, kalain tidak layak memenuhi jalan, hendaklah kalian menelusuri pinggir jalan. Tidak ngebut bila mengendarai mobil khususnya di jalanjalan yang ramai dengan pejalan kaki, melapangkan jalan untuk orang lain dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk lewat. Semua itu tergolong di dalam tolongmenolong di dalam kebajikan. (Sumber: Kitab "Etika Kehidupan Muslim Sehari-hari" By : AlQismu Al-Ilmi-Dar Al-Wathan). 3. Keterkaitan Etika dengan Etiket, Moral, Moralitas dan Agama a. Etika dan Etiket Etika (ethics) berarti moral sedangkan etiket (etiquette) berarti sopan santun. Persamaan antara etika dengan etiket yaitu: 1) Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah tersebut dipakai hanya mengenai manusia, tidak mengenai binatang karena binatang tidak mengenal etika maupun etiket. 2)
Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara normatif artinya memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yag harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Adapun perbedaannya adalah : a) Etiket menyangkut cara melakukan suatu perbuatan. Etiket menunjukkan cara yang tepat artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam sebuah kalangan tertentu. Etika tidak terbatas pada cara melakukan suatu perbuatan, justru etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah sebuah perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan. b) Etiket hanya berlaku untuk pergaulan. Etika selalu berlaku walaupun tidak ada orang lain. c) Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam sebuah kebudayaan, dapat saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Etika lebih absolut. Perintah seperti
60
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi “jangan berbohong”, “jangan mencuri” merupakan prinsip etika yang tidak dapat ditawar-tawar d) Etiket hanya memadang manusia dari segi lahiriah saja sedangkan etika memandang manusia dari segi dalam. Penipu dapat saja bertutur kata dengan lembut, berarti memegang etiket, namun itu dilakukan untuk menipu, berarti mempunyai etika tidak baik. Orang munafik biasanya selalu mempunyai etiket yang baik namun etikanya selalu tidak baik karena apa yang ada di dalam berbeda dengan apa yang dikeluarkan. 4. Etika dan Moral Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat pada sekelompok manusia. Ajaran moral mengajarkan bagaimana orang harus hidup. Ajaran moral merupakan rumusan sistematik terhadap anggapan tentang apa yang bernilai serta kewajiban manusia. Etika merupakan ilmu tentang norma, nilai dan ajaran moral. Etika merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai 5 ciri khas yaitu bersifat rasional, kritis, mendasar, sistematik dan normatif (tidak sekadar melaporkan pandangan moral melainkan menyelidiki bagaimana pandangan moral yang sebenarnya). Pluralisme moral diperlukan karena: a. Pandangan moral yang berbeda-beda karena adanya perbedaan suku, daerah budaya dan agama yang hidup berdampingan b. Modernisasi membawa perubahan besar dalam struktur dan nilai kebutuhan masyarakat yang akibatnya menantang pandangan moral tradisional c. Berbagai ideologi menawarkan diri sebagai penuntun kehidupan, masing-masing dengan ajarannya sendiri tentang bagaimana manusia harus hidup. 5. Etika dan Moralitas Etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang mereflesikan ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai lima ciri khas yaitu : rasional, kritis, mendasar, sistematik dan normatif.
61
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi a. Rasional berarti mendasarkan diri pada rasio atau nalar, pada argumentasi yang bersedia untuk dipersoalkan tanpa perkecualian. b. Kritis berarti filsafat ingin mengerti sebuah masalah sampai ke akar-akarnya, tidak puas dengan pengertian dangkal. c. Sistematis artinya membahas langkah demi langkah. d. Normatif menyelidiki bagaimana pandangan moral yang seharusnya. 6. Etika dan Agama Etika tidak dapat menggantikan agama. Agama merupakan hal yang tepat untuk memberikan orientasi moral. Pemeluk agama menemukan orientasi dasar kehidupan dalam agamanya. Akan tetapi agama itu memerlukan ketrampilan etika agar dapat memberikan orientasi, bukan sekadar indoktrinasi. Hal ini disebabkan empat alasan sebagai berikut: a. Orang agama mengharapkan agar ajaran agamanya rasional. Ia tidak puas mendengar bahwa Tuhan memerintahkan sesuatu, tetapi ia juga ingin mengerti mengapa Tuhan memerintahkannya. Etika dapat membantu menggali rasionalitas agama. b. Seringkali ajaran moral yang termuat dalam wahyu mengizinkan interpretasi yang saling berbeda dan bahkan bertentangan. c. Karena perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan masyarakat maka agama menghadapi masalah moral yang secara langsung tidak disinggung-singgung dalam wahyu. Misalnya bayi tabung, reproduksi manusia dengan gen yang sama. d. Adanya perbedaan antara etika dan ajaran moral. Etika mendasarkan diri pada argumentasi rasional semata-mata sedangkan agama pada wahyunya sendiri. Oleh karena itu ajaran agama hanya terbuka pada mereka yang mengakuinya sedangkan etika terbuka bagi setiap orang dari semua agama dan pandangan dunia. 7. Contoh Etika Contoh konkret etika, misalnya, dalam etika lingkungan, ”tidak membuang sampah sembarangan” merupakan suatu bentuk etika terhadap lingkungan. Atau dengan kata lain, seseorang dikatakan tidak mempunyai etika terhadap lingkungan apabila ia dengan sengaja
62
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi mencemari, misalnya sungai, dengan membuang sampah (limbah rumah tangga) ke badan sungai. Contoh lain, misal etika sosial, ”orang merokok di sembarang tempat (tempat fasilitas umum yang dilarang)”, dia dapat dikatakan tidak mempunyai etika karena orang lain merasa terganggu, tetapi kasus ini merupakan penilaian secara subyektif sebab mungkin ada juga orang yang tidak terganggu. Contoh-contoh lain etika, misalkan penerapan etika dengan dasar etika agama adalah sebagai berikut: a. Etika Berbeda Pendapat 1) Ikhlas dan mencari yang haq serta melepaskan diri dari nafsu di saat berbeda pendapat. Juga menghindari sikap show (ingin tampil) dan membela diri dan nafsu. 2) Mengembalikan perkara yang diperselisihkan kepada Kitab Al-Qur'an dan Sunnah. Karena Allah Subhaanahu wa Ta'ala telah berfirman yang artinya: 3) "Dan jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah (Kitab) dan Rasul". (An-Nisa: 59). 4) Berbaik sangka kepada orang yang berbeda pendapat denganmu dan tidak menuduh buruk niatnya, mencela dan menganggapnya cacat. 5) Sebisa mungkin berusaha untuk tidak memperuncing perselisihan, yaitu dengan cara menafsirkan pendapat yang keluar dari lawan atau yang dinisbatkan kepadanya dengan tafsiran yang baik. 6) Berusaha sebisa mungkin untuk tidak mudah menyalahkan orang lain, kecuali sesudah penelitian yang dalam dan difikirkan secara matang. 7) Berlapang dada di dalam menerima kritikan yang ditujukan kepada anda atau catatan-catatang yang dialamatkan kepada anda. 8) Sedapat mungkin menghindari permasalahan-permasalahan khilafiyah dan fitnah.
63
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi 9) Berpegang teguh dengan etika berdialog dan menghindari perdebatan, bantah-membantah dan kasar menghadapi lawan. (Sumber: Kitab "Etika Kehidupan Muslim Sehari-hari" By : AlQismu Al-Ilmi-Dar Al-Wathan) b. Etika di Jalanan 1) Berjalan dengan sikap wajar dan tawadlu, tidak berlagak sombong di saat berjalan atau mengangkat kepala karena sombong atau mengalihkan wajah dari orang lain karena takabbur. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya: "Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri". (Luqman: 18) 2) Memelihara pandangan mata, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya: "Katakanlah kepada orang laki-laki beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Yang Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya...." (An-Nur: 30-31). 3) Tidak mengganggu, yaitu tidak membuang kotoran, sisa makanan di jalan-jalan manusia, dan tidak buang air besar atau kecil di situ atau di tempat yang dijadikan tempat mereka bernaung. 4) Menyingkirkan gangguan dari jalan. Ini merupakan sedekah yang karenanya seseorang bisa masuk surga. Dari Abu Hurairah Radhiallaahu 'anhu diriwayatkan bahwasanya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ketika ada seseorang sedang berjalan di suatu jalan, ia menemukan dahan berduri di jalan tersebut, lalu orang itu menyingkirkannya. Maka Allah bersyukur kepadanya dan mengampuni dosanya..." Di dalam suatu riwayat disebutkan: maka Allah memasukkannya ke surga". (Muttafaq'alaih).
64
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi 5) Menjawab salam orang yang dikenal ataupun yang tidak dikenal. Ini hukumnya wajib, karena Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:"Ada lima perkara wajib bagi seorang muslim terhadap saudaranya- diantaranya: menjawab salam". (Muttafaq alaih). 6) Beramar ma`ruf dan nahi munkar. Ini juga wajib dilakukan oleh setiap muslim, masing-masing sesuai kemampuannya. 7) Menunjukkan orang yang tersesat (salah jalan), memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan dan menegur orang yang berbuat keliru serta membela orang yang teraniaya. Di dalam hadits disebutkan: "Setiap persendian manusia mempunyai kewajiban sedekah...dan disebutkan diantaranya: berbuat adil di antara manusia adalah sedekah, menolong dan membawanya di atas kendaraannya adalah sedekah atau mengangkatkan barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah dan menunjukkan jalan adalah sedekah...." (Muttafaq alaih). 8) Perempuan hendaknya berjalan di pinggir jalan. Pada suatu ketika Nabi pernah melihat campur baurnya laki-laki dengan wanita di jalanan, maka ia bersabda kepada wanita: "Meminggirlah kalian, kalain tidak layak memenuhi jalan, hendaklah kalian menelusuri pinggir jalan. (HR. Abu Daud, dan dinilai shahih oleh Al-Albani). 9) Tidak ngebut bila mengendarai mobil khususnya di jalanjalan yang ramai dengan pejalan kaki, melapangkan jalan untuk orang lain dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk lewat. Semua itu tergolong di dalam tolongmenolong di dalam kebajikan. (Sumber: Kitab "Etika Kehidupan Muslim Sehari-hari" By : AlQismu Al-Ilmi-Dar Al-Wathan)
B. MORAL 1. Pengertian Moral Secara kebahasaan perkataan moral berasal dari ungkapan bahasa latin mores yang merupakan bentuk jamak dari perkataan mos yang berarti adat kebiasaan.
65
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan batasbatas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan perangkai dinyatakan benar, salah, baik, buruk, layak atau tidak layak, patut maupun tidak patut. Moral dalam istilah dipahami juga sebagai : (1) prinsip hidup yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk. (2) kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah. (3) ajaran atau gambaran tentang tingkah laku yang baik. Moral ialah tingkah laku yang telah ditentukan oleh etika. Tingkah laku yang telah ditentukan oleh etika sama ada baik atau buruk dinamakan moral. Moral terbagi menjadi dua yaitu : a. Baik; segala tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai baik b. Buruk; tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai buruk. Moral juga diartikan sebagai ajaran baik dan buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya (Purwadarminto, 1956 : 957). Dalam moral didiatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, dan suatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang baik dan perbuatan yang salah. Dengan demikian moral merupakan kendali dalam bertingkah laku. Kata Moral berasal dari kata latin “mos” yang berarti kebiasaan. Kata mos jika akan dijadikan kata keterangan atau kata sifat lalu mendapat perubahan dan belakangannnya, sehingga membiasakan menjadi “morris” kepada kebiasaan moral dan lain-lain dan moral adalah kata nama sifat dari kebiasaan moral dan lain-lain, dan moral adalah kata nama sifat dari kebiasaan itu, yang semula berbunyi moralis. Kata sifat tidak akan berdiri sendiri dalam kehidupan seharihari selalu dihubungkan dengan barang lain. Begitu pula kata moralis dalam dunia ilmu lalu dihubungkan dengan scientia dan berbunyi scientis moralis, atau philosophia moralis. Karena biasanya orag-orang telah mengetahui bahwa pemakaian selalu berhubungan deangan katakata yang mempunyai arti ilmu. Maka untuk mudahnya disingkat jadi moral.
66
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Perkata diartikan dengan ajaran kesusilaan, tabiat atau kelakuan. Dengan demikian moral dapat diartikan ajaran kesusilaan. Moralitas berarti hal mengenai kesusilaan. a. Moralitas Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat di antara sekelompok manusia. Adapun nilai moral adalah kebaikan manusia sebagai manusia. Norma moral adalah tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia. Ada perbedaan antara kebaikan moral dan kebaikan pada umumnya. Kebaikan moral merupakan kebaikan manusia sebagai manusia sedangkan kebaikan pada umumnya merupakan kebaikan manusia dilihat dari satu segi saja, misalnya sebagai suami atau isteri. Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas adalah sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau sopan santun. Moralitas dapat berasal dari sumber tradisi atau adat, agama atau sebuah ideologi atau gabungan dari beberapa sumber. Pengertian moral terkait dengan kualitas tindakan manusia, yaitu baik dan buruk. Satu hal yang khas adalah moralitas hanya dimiliki manusia. Hewan apalagi tumbuhan tidak memiliki kesadaran tentang baik dan buruk, yang harus dilakukan atau tidak pantas dilakukan. Kata “harus” sendiri bisa mencakup dua pengertian: keharusan alamiah dan keharusan moral. Keharusan alamiah terjadi secara otomatis karena hukum alam. Keharusan moral didasarkan pada suatu hukum lain: hukum moral. Di dalam filsafat, ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas dikenal dengan nama etika. Dikenal adanya tiga arti kata “etika” dalam filsafat, yaitu: 1) Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini bias dirumuskan sebagai “sistem nilai”, yang bisa berfungsi dalam hidup manusia perorangan atau sosial. 2) Kumpulan asas atau nilai moral, atau dikenal sebagai “kode etik”.Ilmu tentang yang baik atau yang buruk . Disini sama artinya dengan filsafat moral.
67
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi 3) Konsep aksiologi filsafat nilai yang mempunyai pemaknaan pola pemapanan nilai sosial yang disepakati komunitas sebagai “nilai baku sosial”. b. Hukum Moral Kant Dalam filsafat, cukup banyak filsuf yang menaruh perhatian pada etika sebagai ilmu yang membahas moralitas. Masalah etika bahkan sudah dibicarakan semenjak zaman Yunani Kuno antara lain oleh Plato (427-348 S.M.). Salah satu filsuf etika yang begitu berpengaruh bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan selanjutnya adalah Immanuel Kant (1724-1804). Filsuf Jerman ini menghasilkan tiga buku yang membahas tentang etika, yaitu Grundlegung zur Metaphysik der Sitten (The Foundations of the Metaphysics of Morals/Pendasaran Metafisika Kesusilaan)-1785, Kritik der praktischen Vernunft (Critique of Practical Reason/Kritik Akal Budi Praktis)-1788, dan Die Metaphysik der Sitten (Metaphysics of Morals/Metafisika Kesusilaan)-1797. Buku yang sering dijadikan rujukan untuk etika Kant adalah buku yang pertama, karena di sanalah dasar argumennya berada. Untuk mengerti etika Kant, harus diperhatikan dua hal lebih dulu. Pertama, Kant membedakan dengan tajam antara bentuk dengan materi atau isi tiap tindakan manusia. Kedua, manusia yang bertindak menurut bentuk tindakan berarti ia bertindak menurut pertimbangan atau patokan tertentu Hal pertama bersangkutan dengan tindakan yang dilakukan itu wajib atau tidak. Apabila ada seseorang yang melakukan suatu tindakan, ia pasti memiliki tujuan atau akibat yang hendak dicapai. Itulah yang disebut Kant dengan materi atau isi. Namun Kant berpendapat kehendak baik ditentukan oleh bentuknya. Kant menyatakan, tiap tindakan manusia didorong oleh kehendak. Maka, tindakan baik juga didorong oleh kehendak baik. Kehendak itu baru baik apabila mau memenuhi kewajibannya. Itulah yang dimaksud dengan bentuk oleh Kant, yaitu tindakan yang didorong oleh kehendak baik, yaitu kehendak untuk taat pada kewajiban. Sementara hal kedua berkaitan dengan masalah penilaian tindakan. Untuk menilai tindakan seseorang, harus diperhatikan patokan apa yang dipakainya. Kant menggunakan istilah maxime untuk ini, artinya “prinsip yang berlaku secara subyektif, yang
68
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi patokannya ada pada pandangan yang subyektif, yang menjadikan seseorang menganggapnya sebagai pedoman untuk bertindak. Maxime mendorong manusia melakukan tindakan berdasarkan pertimbangan subyektif. Karena manusia adalah makhluk yang tidak sempurna, maka bisa jadi tindakannya itu akan menjadi sewenangwenang. Maka, Kant menyatakan perlunya prinsip kedua yang atasnya tindakan manusia seharusnya didasarkan. Prinsip ini adalah prinsip atau kaidah obyektif, yang memberi patokan bagaimana manusia harus bertindak. Prinsip ini bersumber dari budi atau rasio, dimana kehendak yang dilakukan benar-benar obyektif. Kant berpendapat tindakan yang benar-benar obyektif berasal dari budi atau rasio. Maxime dapat bersifat moral apabila ia mengandung kehendak untuk menghormati hukum moral. Kant membedakan antara akal (verstand) dengan budi atau rasio (vernunft). Akal bekerja mengatur data-data indrawi secara spontan, yaitu dengan mengemukakan putusan. Sedangkan yang disebut budi atau rasio adalah daya pencipta pengertian-pengertian murni yang tidak diberikan oleh pengalaman.[8] Dengan kata lain, akal akan menghasilkan pengetahuan secara aposteriori atau berdasarkan pengalaman. Sementara budi atau rasio bekerja secara apriori. Apa yang dikemukakan budi atau rasio adalah hal yang semu secara transendental, artinya ide-ide itu tidak memberi gagasan tentang kenyataan-kenyataan yang ada. Ia tidak berada sebagai benda dalam dirinya sendiri (das Ding an sich), namun hanya bersifat metafisis. Karena budi atau rasio bersifat semu secara transendental, maka ia tidak memiliki tujuan yang hendak dicapai dalam tindakan yang didorongnya. Karena itulah Kant memandang kehendak seperti ini sebagai obyektif. Dari kehendak yang obyektif ini akan muncul dua macam perintah atau imperatif yang mendorong tindakan moral, yaitu imperatif hipotetis dan imperatif kategoris. Imperatif hipotetis ialah perintah bersyarat yang mengemukakan suatu perbuatan sebagai alat untuk mencapai sesuatu. Imperatif kategoris ialah perintah yang tidak goyah dan tidak ada hubungannya dengan tujuan yang harus dicapai. Bila imperatif hipotetis memiliki tujuan di luar dirinya, pada imperatif kategoris tujuan itu terletak dalam dirinya sendiri. Artinya, bila pada imperatif hipotetis berlaku pernyataan: “kalau kamu bertindak a, maka akan mencapai tujuan b”, pada imperatif kategoris
69
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi tidak. Imperatif hipotetis memiliki kelemahan karena tujuan dapat bersifat subyektif. Karenanya, Kant menganjurkan dipakainya imperatif kategoris. Di sini kehendak dan hukum adalah satu.[9] Inilah yang disebut Kant sebagai “budi praktis yang murni” (reine praktische Vernunft), dimana tidak diperlukan syarat apapun untuk melaksanakannya. Pendeknya, dalam imperatif kategoris tercakup rumusan Kant tentang tindakan yang bisa dinilai baik secara moral. Menurutnya, tindakan seseorang adalah baik secara moral bukan lantaran tindakan itu dilakukan demi mencapai tujuan tertentu, apalagi lantaran itu dilakukan berdasarkan kecenderungan spontan atau selera pribadi. Namun lantaran perbuatan itu dilakukan demi untuk kewajiban semata-mata c. Pelaksanaan Hukum Moral Kant di Indonesia Satu hal terpenting yang patut digarisbawahi dari etika Kant adalah konsep “kehendak baik adalah kehendak yang didorong oleh kewajibannya.” Ini berarti, manusia terdorong melakukan perbuatan atau tindakan baik karena kepatuhannya pada kewajiban. Kewajiban dipandang oleh Kant sebagai dasar tindakan moral dan dikenal sebagai hukum moral Kant. Melakukan kewajiban karena mau memenuhi kewajiban itulah kehendak yang baik tanpa pembatasan. Itulah yang oleh Kant disebut moralitas. Dalam menilai perbuatan manusia, hampir tidak mungkin diberikan penilaian moral yang mutlak terhadap orang lain. Bahkan Kant sendiri berkata, “Hanya Allah mampu melihat bahwa tekad batin kita adalah moral dan murni.”.Ukurannya adalah diri sendiri, yang berarti tiap orang harus benar-benar memperhatikan hati nuraninya. Telah kita ketahui, bahwasanya Kant menekankan perlunya imperatif kategoris sebagai pendorong tindakan moral tersebut. Tuntutan imperatif kategoris yang bersifat umum dan mutlak ini baru terjamin apabila pendasaran tindakan kita diletakkan di atas sebuah prinsip atau hukum formal. Kant menyatakan, maxime yang terdapat dalam diri seseorang saat bertindak berdasarkan imperatif kategoris harus sesuai dengan hukum umum (allgemeines Gesetz). Hukum umum ini berlaku secara universal sebagai patokan bagi tindakan moral manusia. Sifat dapat diuniversalisasikan ini menjadi syarat wajib bagi tindakan yang akan
70
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi dilakukan. Bila suatu tindakan manusia secara universal atau hukum umum dipandang baik secara moral, maka tindakan itu bisa dilakukan. Demikian pula sebaliknya. Disinilah perlunya sebuah norma hukum ditegakkan. Norma hukum sebenarnya memiliki perbedaan dengan norma moral. Norma hukum adalah norma yang dituntut dengan tegas oleh masyarakat karena dianggap perlu demi keselamatan dan kesejahteraan umum. Sementara norma moral adalah tolok ukur yang dipakai masyarakat untuk mengukur kebaikan seseorang. Di negara kita, sering dikatakan kita adalah bangsa yang bermoral. Namun nyatanya, dekadensi moral juga dipertontonkan dengan telanjang. Karena sulitnya moral dinilai dari luar, maka diperlukan suatu landasan agar manusia bisa bertindak baik. Dengan mengingat pendapat Kant bahwa tindakan hanya baik bila didorong oleh kehendak baik yaitu kehendak untuk memenuhi kewajiban semata-mata, maka kewajiban itu perlu dirumuskan dengan tegas dalam hukum formal. Memang, sebenarnya ada perbedaan signifikan antara hukum dan moral, yaitu: 1) Hukum lebih dikondifikasi daripada moralitas. Ini berarti dituliskan secara kurang lebih sistematis disusun dalam kitab undang-undang. Karena itu norma yuridis memiliki kepastian lebih besar dan bersifat obyektif. Sebaliknya norma moral lebih bersifat subyektif dan akibatnya banyak diganggu oleh diskusi-diskusi yang mencari kejelasan tentang yang harus dianggap etis atau tidak etis. 2) Hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja, sedangkan moral menyangkut juga sikap batin seseorang. Itulah perbedaan antara legalitas dan moralitas yang sangat ditekankan Immanuel Kant. Orang hanya dengan lahiriah memenuhi norma-norma moral disebut berlaku secara legalistis. Sebab legalisme adalah sikap memenuhi normanorma etis secara lahiriah saja tanpa melibatkan diri dari dalam. 3) Sanksi yang berkaitan dengan hokum berlainan dengan sanksi yang berkaitan dengan moralitas. Hukum untuk sebagian terbesar dapat dipaksakan. Tapi norma-norma etis tidak dapat dipaksakan, karena tidak akan efektif. Per-
71
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi buatan-perbuatan etis harus berasal dari dalam. Satu-satunya sanksi dibidang moralitas adalah hati nurani yang tidak tenang. 4) Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak Negara. Moralitas didasarkan pada normanorma moral yang melebihi para individu dan masyarakat. Hukum harus diakui oleh Negara supaya berlaku sebagai hukum. Masyarakat harus mematuhi norma moral tanpa bisa diubah. Meskipun terdapat perbedaan, namun moral jelas membutuhkan hukum. Moral akan menjadi sesuatu yang semu dan abstrak belaka bila tidak diejawantahkan dalam hukum. Maka, dalam menerapkan hukum moral dari Kant, perlu juga dilegalisasikan dalam hukum formal. Sisi inilah yang sebaiknya diterapkan di Indonesia. Seperti kita ketahui bersama, hukum yang dipakai saat ini di Indonesia adalah hukum buatan zaman kolonial yang sudah ratusan tahun umurnya. Banyak sekali pasal-pasal yang terpatok pada imperatif hipotetis. Bahkan lebih jauh lagi banyak sekali aturan-aturan yang tidak sesuai dengan moralitas. Misalnya saja masih adanya aturan hatzaai artikelen atau pasal penyebar kebencian di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) kita. Di dalam pasal tersebut diatur tentang adanya larangan bagi rakyat menyebarkan kebencian kepada penguasa. Pasal ini bertentangan dengan moralitas karena ia mengebiri hak rakyat untuk menyuarakan hati nuraninya dan semata melindungi kepentingan penguasa. Bahkan di Belanda sendiri pasal ini sudah dihapus lebih dari seabad lalu. Dekadensi moral yang terjadi di negeri ini terjadi karena tidak tegaknya hukum formal kita. Hukum formal di sini tidak semata berupa KUHP, tapi juga undang-undang dan peraturanperaturan berkekuatan hukum lainnya. Hukum moral dari Kant mensyaratkan adanya dorongan untuk melaksanakan kewajiban agar sebuah tindakan bisa disebut baik. Sekarang, bagaimana orang bisa melaksanakan kewajiban kalau kewajibannya tidak diatur jelas dalam hukum? Dan sebaliknya, bagaimana orang tidak akan terdorong melanggar hukum moral kalau sanksinya tidak tegas? Hukum moral kerapkali dianggap cuma omong kosong, karena ia tak punya kekuatan sanksi lahiriah. Sanksi bagi
72
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi pelanggar hukum moral sebatas tidak tenangnya hati nurani. Namun bagaimana itu bisa terlihat dari luar Maka, agar hukum moral Kant bisa tegak di Indonesia, tidak cukup dengan penataran apalagi himbauan belaka. Sudah terbukti, orang Indonesia cenderung mengabaikan himbauan yang tidak disertai sanksi tegas. Sudah saatnya hukum formal kita ditegakkan di atas hukum moral, karena jelas hukum formal bisa meningkatkan dampak sosial dari moralitas. Hukum negara kita harus ditegakkan, kalau perlu disusun ulang disesuaikan dengan kebutuhan kontemporer dan terutama dengan moralitas. Tanpa moralitas, hukum akan kosong. Dan yang patut diingat adalah prinsip utama: moral menilai hukum, bukan sebaliknya. Moral dapat diukur secara subyektif dan obyektif. Kata hati atau hati nurani memberikan ukuran yang subyektif, adapun norma memberikan ukuran yang obyektif. (Hardiwardoyo,1990). Apabila hati nurani ingin membisikan sesuatu yang benar, maka norma akan membantu mencari kebaikan moral. Kemoralan merupakan sesuatu yang berkait dengan peraturan-peraturan masyarakat yang diwujudkan di luar kawalan individu. Dorothy Emmet(1979) mengatakan bahawa manusia bergantung kepada tatasusila, adat, kebiasaan masyarakat dan agama untuk membantu menilai tingkahlaku seseorang. Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas adalah sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau sopan santun. Moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa yang benar dan salah berdasarkan standar moral. Moralitas dapat berasal dari sumber tradisi atau adat, agama atau sebuah ideologi atau gabungan dari beberapa sumber. Standar moral ialah standar yang berkaitan dengan persoalan yang dianggap mempunyai konsekuensi serius, didasarkan pada penalaran yang baik bukan otoritas kekuasaan, melebihi kepentingan sendiri, tidak memihak dan pelanggarannya diasosiasikan dengan perasaan bersalah, malu, menyesal, dan lain-lain. Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat di antara sekelompok manusia. Adapun
73
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi nilai moral adalah kebaikan manusia sebagai manusia. Norma moral adalah tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia. Ada perbedaan antara kebaikan moral dan kebaikan pada umumnya. Kebaikan moral merupakan kebaikan manusia sebagai manusia sedangkan kebaikan pada umumnya merupakan kebaikan manusia dilihat dari satu segi saja, misalnya sebagai suami atau isteri. Perkembangan sikap moral terbagi menjadi 4 (empat) yang dapat digambarkan seperti di bawah ini :
Gambar 2. Perkembangan sikap moral Anomi terjadi pada masa anak-anak yang belum mengenal moral dan tidak peduli pada yang lain. Heteronomi merupakan sikap moral individu yang tergantung pada figur otoriter seperti orang tua atau guru. Sosionomi merupakan sikap moral individu yang bergantung pada kelompok referensinya. Otonomi merupakan sikap moral yang tertinggi dimana individu mengambil keputusan moral sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Tahapan perkembangan moral dari Kolhlberg dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional. Mengikuti persyaratan yang dikemukakan Piaget untuk suatu Teori Perkembangan Kognitif, adalah sangat jarang terjadi kemunduran dalam tahapan-tahapan ini.
74
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Walaupun demikian, tidak ada suatu fungsi yang berada dalam tahapan tertinggi sepanjang waktu. Juga tidak dimungkinkan untuk melompati suatu tahapan; setiap tahap memiliki perspektif yang baru dan diperlukan, dan lebih komprehensif, beragam, dan terintegrasi dibanding tahap sebelumnya. Tingkat 1 (Pra-Konvensional) 1. Orientasi kepatuhan dan hukuman 2. Orientasi minat pribadi ( Apa untungnya buat saya?) Tingkat 2 (Konvensional) 3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas ( Sikap anak baik) 4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial ( Moralitas hukum dan aturan) Tingkat 3 (Pasca-Konvensional) 5. Orientasi kontrak sosial 6. Prinsip etika universal Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anak-anak, walaupun orang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap ini. Seseorang yang berada dalam tingkat pra-konvensional menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensinya langsung. Tingkat prakonvensional terdiri dari dua tahapan awal dalam perkembangan moral, dan murni melihat diri dalam bentuk egosentris. Dalam tahap pertama, individu-individu memfokuskan diri pada konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai contoh, suatu tindakan dianggap salah secara moral bila orang yang melakukannya dihukum. Semakin keras hukuman diberikan dianggap semakin salah tindakan itu.Sebagai tambahan, ia tidak tahu bahwa sudut pandang orang lain berbeda dari sudut pandang dirinya. Tahapan ini bisa dilihat sebagai sejenis otoriterisme.
75
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Tahap dua menempati posisi apa untungnya buat saya, perilaku yang benar didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri, seperti “kamu garuk punggungku, dan akan kugaruk juga punggungmu.” Dalam tahap dua perhatian kepada oranglain tidak didasari oleh loyalitas atau faktor yang berifat intrinsik. Kekurangan perspektif tentang masyarakat dalam tingkat prakonvensional, berbeda dengan kontrak sosial (tahap lima), sebab semua tindakan dilakukan untuk melayani kebutuhan diri sendiri saja. Bagi mereka dari tahap dua, perpektif dunia dilihat sebagai sesuatu yang bersifat relatif secara moral. Tingkat konvensional umumnya ada pada seorang remaja atau orang dewasa. Orang di tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya dengan pandangan dan harapan masyarakat. Tingkat konvensional terdiri dari tahap ketiga dan keempat dalam perkembangan moral. Dalam tahap tiga, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial. Individu mau menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-orang lain karena hal tersebut merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Mereka mencoba menjadi seorang anak baik untuk memenuhi harapan tersebut, karena telah mengetahui ada gunanya melakukan hal tersebut. Penalaran tahap tiga menilai moralitas dari suatu tindakan dengan mengevaluasi konsekuensinya dalam bentuk hubungan interpersonal, yang mulai menyertakan hal seperti rasa hormat, rasa terimakasih, dan golden rule. Keinginan untuk mematuhi aturan dan otoritas ada hanya untuk membantu peran sosial yang stereotip ini. Maksud dari suatu tindakan memainkan peran yang lebih signifikan dalam penalaran di tahap ini; ‘mereka bermaksud baik ‘ Dalam tahap empat, adalah penting untuk mematuhi hukum, keputusan, dan konvensi sosial karena berguna dalam memelihara fungsi dari masyarakat. Penalaran moral dalam tahap empat lebih dari sekedar kebutuhan akan penerimaan individual seperti dalam tahap tiga; kebutuhan masyarakat harus melebihi kebutuhan pribadi. Idealisme utama sering menentukan apa yang benar dan apa yang salah, seperti dalam kasus
76
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi fundamentalisme. Bila seseorang bisa melanggar hukum, mungkin orang lain juga akan begitu - sehingga ada kewajiban atau tugas untuk mematuhi hukum dan aturan. Bila seseorang melanggar hukum, maka secara ia salah secara moral, sehingga celaan menjadi faktor yang signifikan dalam tahap ini karena memisahkan yang buruk dari yang baik. Tingkatan pasca konvensional, juga dikenal sebagai tingkat berprinsip, terdiri dari tahap lima dan enam dari perkembangan moral. Kenyataan bahwa individu-individu adalah entitas yang terpisah dari masyarakat kini menjadi semakin jelas. Perspektif seseorang harus dilihat sebelum perspektif masyarakat. Akibat ‘hakekat diri mendahului orang lain’ ini membuat tingkatan pasca-konvensional sering tertukar dengan perilaku prakonvensional. Dalam tahap lima, individu-individu dipandang sebagai memiliki pendapat-pendapat dan nilai-nilai yang berbeda, dan adalah penting bahwa mereka dihormati dan dihargai tanpa memihak. Permasalahan yang tidak dianggap sebagai relatif seperti kehidupan dan pilihan jangan sampai ditahan atau dihambat. Kenyataannya, tidak ada pilihan yang pasti benar atau absolut - ‘memang anda siapa membuat keputusan kalau yang lain tidak’? Sejalan dengan itu, hukum dilihat sebagai kontrak sosial dan bukannya keputusan kaku. Aturan-aturan yang tidak mengakibatkan kesejahteraan sosial harus diubah bila perlu demi terpenuhinya kebaikan terbanyak untuk sebanyak-banyaknya orang. Hal tersebut diperoleh melalui keputusan mayoritas, dan kompromi. Dalam hal ini, pemerintahan yang demokratis tampak berlandaskan pada penalaran tahap lima. Dalam tahap enam, penalaran moral berdasar pada penalaran abstrak menggunakan prinsip etika universal. Hukum hanya valid bila berdasar pada keadilan, dan komitmen terhadap keadilan juga menyertakan keharusan untuk tidak mematuhi hukum yang tidak adil. Hak tidak perlu sebagai kontrak sosial dan tidak penting untuk tindakan moral deontis. Keputusan dihasilkan secara kategoris dalam cara yang absolut dan bukannya secara hipotetis secara kondisional. Hal ini bisa dilakukan dengan membayangkan apa yang akan dilakukan seseorang saat menjadi orang lain, yang juga memikirkan apa yang dilakukan bila berpikiran sama. Tindakan yang diambil adalah hasil
77
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi konsensus. Dengan cara ini, tindakan tidak pernah menjadi cara tapi selalu menjadi hasil; seseorang bertindak karena hal itu benar, dan bukan karena ada maksud pribadi, sesuai harapan, legal, atau sudah disetujui sebelumnya. Walau Kohlberg yakin bahwa tahapan ini ada, ia merasa kesulitan untuk menemukan seseorang yang menggunakannya secara konsisten. Tampaknya orang sukar, kalaupun ada, yang bisa mencapai tahap enam dari model Kohlberg ini.
2. Ekspresi Moral Dalam bidang kehidupan manusia, altruisme dan self-sucrifice secara umum diartikan sebagai ekspresi tertinggi dari moralitas. Altruisme dan self-sucrifice adalah tindakan yang jelas mencerminkan bagaimana suatu aksi tidak hanya dimaksudkan demi kebaikan pribadi. Hal tersebut jelas menjadi representasi dari kriteria diri sebagai agen moral. Jika kita menggunakan kacamata yang lebih luas, ekspresi tertinggi moralitas bisa jadi bukan hanya sekedar monopoli bidang kehidupan manusia. Artinya, dengan menggunakan kriteria yang sama yaitu altruisme dan self-sucrifice sebagai ekspresi tertinggi dari moralitas, makhluk non-human pun sebenarnya juga dapat melakukannya. Di atas telah disebutkan bahwa semut, lebah, serta tumbuhan dapat merepresentasikan tindakan altruis dan self-sucrifice. Oleh karena itu, rasanya tidaklah terlalu berlebihan jika kita menyebut mereka sebagai makhluk yang juga memiliki ekspresi moral. Sampai sejauh ini, rasanya tidak ada alasan yang cukup kuat untuk mengecualikan makhluk non-human sebagai makhluk yang tidak pantas disebut sebagi agen moral. Jika memang benar demikian sebenarnya tidak juga ada alasan yang berarti untuk melakukan eksploitasi terhadap mereka. Hanya saja, perlu di sadari bahwa seringkali yang menjadi masalah bukan karena manusia tidak tahu bagimana cara menghargai makhluk non-human dan memandangnya sebagai makhluk yang tidak memiliki nilai intrinsik pada dirinya, tetapi karena sebagain manusia terlalu sering menggunakan ukuran kemanusiaannya untuk dikenakan terhadap makhluk hidup di luar dirinya. Standar yang mereka berlakukan kadangkala tidak tepat sehingga merugikan peran dan keberadaan makhluk non-human. Jika kita ingin mencari pendekatan yang lebih baik, standarisasi tersebut tentunya perlu juga berorientasi terhadap kelebihan dan kekurangan makhluk non-human itu sendiri. Dengan demikian, tidak perlulah terjadi pembedaan yang berat sebelah antara
78
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi manusia dan makhluk non-human dalam penentuannya sebagai agen moral dalam komunitas kehidupan di bumi 3. Contoh Moral Contoh konkret moral, misalkan, orang kriminal dalam kasus pembunuhan, dia dapat dikatakan tidak bermoral. Anak yang nakal dapat disebut juga anak yang tidak bermoral dimana kenakalan ini diasumsikan bahwa dia telah melanggar norma ataupun aturan-aturan yang berkembang dan berlaku di masyarakat, misalkan suka berkata kotor, mencuri, mabuk-mabukan dan lain sebagainya. Merusak lingkungan juga dapat dikatakan sebagai tindakan orang yang tidak punya moral. Independensi Indonesia sedang disinggung oleh negeri tetangga. Kasus Ambalat dengan Malaysia sedang marak diperbincangkan. Kita pernah kehilangan Timor Timur, memisahkan diri dari NKRI menjadi Timor Leste, kita kehilangan Sipadan dan Ligitan karena dicaplok negeri tetangga, kasus Aceh pun belum selesai. Konflik etnis seperti tak pernah selesai, metoda otonomi daerah (atau konsep federasi) yang bertujuan mengimplementasikan Bhinneka Tunggal Ika sepertinya dijadikan alat untuk memisah-misahkan diri sebagai arogansi suku atau daerah, saling ketergantungan bergeser menjadi sikap kesombongan terhadap kelebihan sumber daya masing-masing. Negeri yang dikenal dengan seribu lautan namun minim dalam sarana dan prasaran maritim, baik untuk pengolahan kekayaan alam maupun sistem transportasinya. Negeri dengan potensi kekayaan alam yang sangat tinggi tapi berutang banyak. Kita pernah punya konsep strategi Repelita Orde Baru –yang menurut saya yang bodoh– yang bagus, kita melihat hasilnya selama 25 tahun terakhir kemajuan terlihat nyata, namun sayang konsep yang bagus dikotori oleh moral korupsi yang tinggi. Kini penguasa pencetus Repelita tersebut hancur, namun sayang sejuta sayang konsep yang bagus tersebut tidak ditindaklanjuti, seolah-olah yang bagus menjadi jelek hanya karena keluar dari pikiran pemimpin atau penguasa yang telah dicap jelek. Negeri ini diguncang dari dalam oleh pemimpin-pemimpinnya, dirongrong oleh negeri tetangga karena dianggap tidak becus memberdayakan wilayah potensial, tak lupa dipukul keras oleh alam akhir tahun lalu.
79
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi C. Kode Etik (Code Of Conduct) 1. Pengertian Kode Etik Kode etik merupakan aturan-aturan susila, atau sikap akhlak yang ditetapkan bersama dan ditaati bersama oleh para anggota, yang tergabung dalam suatu kumpulan atau organisasi (organisasi profesi). Oleh karena itu, kode etik merupakan suatu bentuk persetujuan bersama, yang timbul secara murni dari diri pribada para anggota. Kode etik merupakan serangkaian ketentuan dan peraturan yang disepakati bersama guna mengatur tingkah laku para anggota organisasi. Kode etik lebih meningkatkan pembinaan anggota sehingga mampu memberikan sumbangan yaang berguna dalam pengabdiannya di masyarakat. Kode etik merupakan prinsip yang keluar dari hati nurani setiap profesi, sehingga pada tiap tindakannya, seorang yang merasa berprofesi tentulah membutuhkan patokan moral dalam profesinya Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Kode Etik merupakan aturan-aturan susila, atau sikap akhlak yang ditetapkan bersama dan ditaati bersama oleh para anggota, yang tergabung dalam suatu kumpulan atau organisasi (organisasi profesi). Oleh karena itu, kode etik merupakan suatu bentuk persetujuan bersama, yang timbul secara murni dari diri pribada para anggota. Kode etik merupakan serangkaian ketentuan dan peraturan yang disepakati bersama guna mengatur tingkah laku para anggota organisasi. Kode etik lebih meningkatkan pembinaan anggota sehingga mampu memberikan sumbangan yagn berguna dalam pengabdiannya di masyarakat. Salah satu contoh kode etik yang sering anda dengan misalnya dll. Sehingga dari uraian diatas bisa disebutkan bahwa kode itu itu sendiri bisa dikatakan suatusistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari
80
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Tujuan kode etik agar professional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak professional. Ketaatan tenaga profesional terhadap kode etik merupakan ketaatan naluriah yang telah bersatu dengan pikiran, jiwa dan perilaku tenaga profesional. Jadi ketaatan itu terbentuk dari masing-masing orang bukan karena paksaan. Dengan demikian tenaga profesional merasa bila dia melanggar kode etiknya sendiri maka profesinya akan rusak dan yang rugi adalah dia sendiri. Kode etik bukan merupakan kode yang kaku karena akibat perkembangan zaman maka kode etik mungkin menjadi usang atau sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Misalnya kode etik tentang euthanasia (mati atas kehendak sendiri), dahulu belum tercantum dalam kode etik kedokteran kini sudah dicantumkan. Kode etik disusun oleh organisasi profesi sehingga masing-masing profesi memiliki kode etik tersendiri. Misalnya kode etik dokter, guru, pustakawan, pengacara, Pelanggaran kde etik tidak diadili oleh pengadilan karena melanggar kode etik tidak selalu berarti melanggar hukum. Sebagai contoh untuk Ikatan Dokter Indonesia terdapat Kode Etik Kedokteran. Bila seorang dokter dianggap melanggar kode etik tersebut, maka dia akan diperiksa oleh Majelis Kode Etik Kedokteran Indonesia, bukannya oleh pengadilan Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional. Ketaatan tenaga profesional terhadap kode etik merupakan ketaatan naluriah yang telah bersatu dengan pikiran, jiwa dan perilaku tenaga profesional. Jadi ketaatan itu terbentuk dari masing-masing orang bukan karena paksaan. Dengan demikian tenaga profesional merasa bila dia melanggar kode etiknya sendiri maka profesinya akan rusak dan yang rugi adalah dia sendiri. Kode etik bukan merupakan kode yang kaku karena akibat perkembangan zaman maka kode etik mungkin menjadi usang atau sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Misalnya kode etik tentang euthanasia (mati atas kehendak sendiri), dahulu belum tercantum dalam kode etik kedokteran kini sudah dicantumkan. Kode etik disusun oleh organisasi profesi sehingga masing-masing profesi memiliki kode etik tersendiri. 2. Contoh Kode Etik
81
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Contoh kode etik seperti kode etika profesi (misal: kode etik jurnalis, kode etik dokter, kode etik guru, kode etik engineer, kode etik hacker, kode etik LSM ”Lembaga Sawadaya Masyarakat” dan sebagainya). a. Penerapan Kode Etik Kedokteran Suatu bentuk pelanggaran kode etik, bukan merupakan suatu bentuk pelanggaran yang bisa dijerat dengan adanya undangundang ataupun dengan peraturan pemerintah yang terkait, karena suatu pelanggaran kode etik belum tentu suatu pelanggaran hukum. Didalam kode etik kedokteran suatu pelanggaran kode etik tidak langsung diajukan didalam persidangan umum. Di Indonesia dokterdokter sudah membentuk Ikatan Dokter Indonesia, sehingga apabila terdapat pelanggaran kode etik kedokteran, akan diperiksa oleh majelis Kode Etik Kedokteran. Contoh dari penerapan kode etik kedokteran di Indonesia adalah : 1) Tidak diperbolehkan melakukan tindakan authanesia (suntik mati) walaupun dalam kondisi apapun 2) Tidak diperbolehkan melakukan aborsi, kecuali dengan alasan untuk menyelamatkan jiwa pasien. 3) Seorang dokter harus menjalankan tugas sesuai dengan sumpah pelantikan kedokteran,dll Kode etik profesi adalah sejumlah norma dan etika yang membatasi dan menjaga kehormatan seseorang terkait dengan profesinya. Keiser dalam (Suhrawardi Lubis, 1994: 6-7), etika profesi adalah sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan profesional terhadap masyarakat dengan ketertiban penuh dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat. Sedang Magnis Suseno (1991: 70) membedakan profesi sebagai profesi pada umumnya dan profesi luhur. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian khusus. Pengertian profesi tersebut adalah pengertian profesi pada umumnya, sebab disamping itu terdapat pula yang disebut sebagai profesi luhur, yaitu profesi yang pada hakikatnya merupakan suatu pelayanan pada manusia atau masyarakat.
82
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai "the discipline which can act as the performance index or reference for our control system". Dengan demikian, etika akan memberkan semacam batasan maupun standard yang akan mengatur pergaulan manusia didalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada; dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan "self control", karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri. Selanjutnya, karena kelompok profesional merupakan kelompok yang berkeahlian dan berkemahiran -- yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dan berstandar tinggi -- yang dalam menerapkan semua keahlian dan kemahirannya yang tinggi itu hanya dapat dikontrol dan dinilai dari dalam oleh rekan sejawat, sesama profesi sendiri. Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat "built-in mechanism" berupa kode etik profesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan disisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalahgunaan keahlian (Wignjosoebroto, 1999). Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya. Tanpa etika profesi, apa yang semula dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa (okupasi) yang sedikitpun tidak diwarnai dengan nilai-nilai idealisme dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidak-adanya lagi respek maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite profesional ini. Belum ada kata sepakat mengenai pengertian profesi karena tidak ada standar pekerjaan/tugas yang bagaimanakah
83
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi yang bisa dikatakan sebagai profesi. Ada yang mengatakan bahwa profesi adalah “jabatan seseorang walau profesi tersebut tidak bersifat komersial”. Secara tradisional ada 4 profesi yang sudah dikenal yaitu kedokteran, hukum, pendidikan, dan kependetaan. Ciri khas profesi. Menurut Artikel dalam International Encyclopedia of Education, ada 10 ciri khas suatu profesi, yaitu: a) Suatu bidang pekerjaan yang terorganisir dari jenis intelektual yang terus berkembang dan diperluas b) Suatu teknik intelektual c) Penerapan praktis dari teknik intelektual pada urusan praktis d) Suatu periode panjang untuk pelatihan dan sertifikasi e) Beberapa standar dan pernyataan tentang etika yang dapat diselenggarakan f)
Kemampuan untuk kepemimpinan pada profesi sendiri
g) Asosiasi dari anggota profesi yang menjadi suatu kelompok yang erat dengan kualitas komunikasi yang tinggi antar anggotanya h) Pengakuan sebagai profesi i)
Perhatian yang profesional terhadap penggunaan yang bertanggung jawab dari pekerjaan profesi
j)
Hubungan yang erat dengan profesi lain
Tujuan kode etik profesi. Prinsip-prinsip umum yang dirumuskan dalam suatu profesi akan berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan perbedaan adat, kebiasaan, kebudayaan, dan peranan tenaga ahli profesi yang didefinisikan dalam suatu negara tidak sama. Adapun yang menjadi tujuan pokok dari rumusan etika yang dituangkan dalam kode etik (Code of conduct) profesi adalah: a) Standar-standar etika menjelaskan dan menetapkan tanggung jawab terhadap klien, institusi, dan masyarakat pada umumnya
84
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi b) Standar-standar etika membantu tenaga ahli profesi dalam menentukan apa yang harus mereka perbuat kalau mereka menghadapi dilema-dilema etika dalam pekerjaan c) Standar-standar etika membiarkan profesi menjaga reputasi atau nama dan fungsi-fungsi profesi dalam masyarakat melawan kelakuan-kelakuan yang jahat dari anggota-anggota tertentu d) Standar-standar etika mencerminkan / membayangkan pengharapan moral-moral dari komunitas, dengan demikian standar-standar etika menjamin bahwa para anggota profesi akan menaati kitab UU etika (kode etik) profesi dalam pelayanannya e) Standar-standar etika merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas atau kejujuran dari tenaga ahli profesi f)
Perlu diketahui bahwa kode etik profesi adalah tidak sama dengan hukum (atau undang-undang). Seorang ahli profesi yang melanggar kode etik profesi akan menerima sangsi atau denda dari induk organisasi profesinya.
Fungsi etika profesi antara lain: a) Sebagai sarana kontrol sosial; b) Mencegah pengawasan atau campur tangan pihak luar; c) Untuk membangun patokan kehendak yang lebih tinggi. b. Kode Etik Jurnalistik Pada prinsipnya jurnalistik merupakan cara kerja media massa dalam mengelola dan menyajikan informasi kepada khalayak, yang tujuannya adalah untuk menciptakan komunikasi yang efektif, dalam arti menyebarluaskan informasi yang diperlukan. Jurnalistik sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu diurna dan dalam bahasa Inggris journal yang berarti catatan harian. Adinegoro mengatakan bahwa jurnalistik adalah kepandaian, kecerdasan, keterampilan dalam menyampaikan, mengelola dan menyebarluaskan berita, karangan, artikel, kepada khalayak seluas-luasnya dan secepat-cepatnya. Sedang dalam kamus Jurnalistik (1988: 9) dijelaskan bahwa
85
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi jurnalistik adalah suatu kegiatan untuk menyiapkan, mengedit dan menulis untuk surat kabar atau majalah atau yang berkala lainnya. Suatu kegiatan jurnalistik dapat dikatakan berkualitas apabila memiliki suatu karakter, kemampuan teknis, bobot dan kualitas ide yang dibawakan serta dari segi manajemen yang profesional. Sesuatu hal yang sangat penting di dalam dunia jurnalistik adalah menyangkut masalah pemberitaan. Olehnya suatu media atau penerbitan dapat dikatakan baik jika berita atau informasi serta halhal yang disajikannya juga baik. Guna menunjang hal tersebut, terdapat beberapa faktor yang selayaknya diperhatikan dengan baik, antara lain fakta, opini serta desas-desus. Fakta adalah sesuatu yang benar-benar terjadi. Jika seseorang membuat suatu pernyataan, maka yang menjadi faktanya adalah orang yang menyampaikan pernyataan tersebut, sampai kemudian pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan jelas, sehingga apabila diangkat sebagai suatu berita, kebenaran serta sumbernya terjamin dan dapat dipercaya. Adapun opini adalah suatu analisa atau pendapat dan terkadang pula berupa ulasan-ulasan seorang wartawan yang kerap muncul di setiap media dalam bentuk suatu tajuk rencana, kolom/rubrik ataupun sorotan dan lain-lain, yang disertai dengan nama penulisnya. Para pembaca umumnya membutuhkan adanya suatu pendapat/opini yang disajikan secara jelas guna membantu mereka dalam menilai suatu berita serta membentuk opini tersendiri.Sedang desas-desus adalah pernyataan yang dibuat oleh sumber berita atau wartawan, tetapi tanpa didasari oleh otoritas yang cukup memadai, dan sering terjadi muncul pemberitaan yang tidak disebutkan sumbernya secara jelas. Penerapan kode etik jurnalistik yang merupakan gambaran serta arah, apa dan bagaimana seharusnya profesi ini dalam bentuk idealnya oleh sebagian pers atau media massa belum direalisasikan sebagaimana yang diharapkan, yang menimbulkan kesan bahwa dunia jurnalistik (juga profesi lain) terkadang memandang kode etik sebagai pajangan-pajangan yang kaku. Namun terlepas dari ketimpangan dari apa yang seharusnya bagi dunia jurnalistik tersebut, tampaknya hal ini berpulang pada persepsi dan obyektifitas masyarakat/publik untuk menilai kualitas, bobot, popularitas maupun keberpihakan dari suatu media massa. Kebebasan pers yang banyak didengungkan, sebenarnya tidak hanya dibatasi oleh kode etik jurnalistik, tetapi terdapat aturan lain yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan apa yang seharusnya. Untuk itulah
86
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi masih diperlukan langkah-langkah konkrit dalam rangka mewujudkan peran dan fungsi pers, paling tidak menutup kemungkinan untuk dikurangi dari penyimpangan tersebut. Sehubungan dengan pengertian kode etik di atas, menurut UU. No. 40 Tahun 1999 Bab 1 Pasal 1 Poin 14, bahwa “Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan”, sedang wartawan dalam point 4 dinyatakan sebagai “orang yang secara teratur melakukan kegiatan jurnalistik”. Karenanya suatu kebebasan termasuk kebebasan pers sendiri tentunya mempunyai batasan, dimana batasan yang paling utama dan tak pernah salah adalah apa yang keluar dari hati nuraninya. Dalam hal ini, kebebasan pers bukan bukan saja dibatasi oleh Kode Etik Jurnalistiknya akan tetapi tetap ada batasan lain, misalnya ketentuan menurut undang-undang. Pada prinsipnya menurut Undang-undang No. 40 Tahun 1999 menganggap bahwa kegiatan jurnalistik/kewartawanan merupakan kegiatan/usaha yang sah yang berhubungan dengan pengumpulan, pengadaan dan penyiaran dalam bentuk fakta, pendapat atau ulasan, gambar-gambar dan sebagainya, untuk perusahaan pers, radio, televisi dan film. Guna mewujudkan hal tersebut dan kaitannya dengan kinerja dari pers, keberadaan insan-insan pers yang profesional tentu sangat dibutuhkan, sebab walau bagaimanapun semua tidak terlepas dari insan-insan pers itu sendiri. Olehnya, seorang wartawan yang baik dan profesional sedapat mungkin memiliki syarat-syarat, yaitu : bersemangat dan agresif, prakarsa, berkepribadian, mempunyai rasa ingin tahu, jujur, bertanggung jawab, akurat dan tepat, pendidikan yang baik, hidung berita dan mempunyai kemampuan menulis dan berbicara yang baik. Pada bab pembukaan kode etik jurnalistik dinyatakan bahwasannya kebebasan pers adalah perwujudan kemerdekaan menyatakan pendapat sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 UUD 1945, yang sekaligus pula merupakan salah satu ciri negara hukum, termasuk Indonesia. Namun kemerdekaan/kebebasan tersebut adalah kebebasan yang bertanggung jawab, yang semestinya sejalan dengan kesejahteraan sosial yang dijiwai oleh landasan moral. Karena itu PWI menetapkan Kode Etik Jurnalistik yang salah satu landasannya adalah untuk melestarikan kemerdekaan/kebebasan
87
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi pers yang bertanggung jawab, disamping merupakan landasan etika para jurnalis. Di antara muatan Kode Etik Jurnalistik adalah: 1) Kepribadian Wartawan Indonesia Wartawan Indonesia adalah warga negara yang memiliki kepribadian, yaitu : bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila, taat pada UUD 1945, bersifat kesatria, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan berjuang untuk emansipasi bangsa dalam segala lapangan, sehingga dengan demikian turut bekerja ke arah keselamatan masyarakat Indonesia sebagai anggota masyarakat bangsa-bangsa. 2) Pertanggungjawaban Bahwa seorang wartawan Indonesia dengan penuh rasa tanggung jawab dan bijaksana mempertimbangkan perlu/patut atau tidaknya suatu berita, tulisan, gambar, karikatur dan sebagainya disiarkan. Kaitannya dengan hal di atas, dalam kenyataan yang ada masih terdapat banyak media cetak yang memuat berita atau gambar yang secara jelas bertentangan dengan kehidupan sosial yang religius. Namun walau demikian tampaknya gejala ini oleh sebagian kalangan dianggap sebagai suatu kewajaran dalam rangka mengikuti perkembangan zaman, sehingga batasanbatasan etika dan norma yang harusnya dikedepankan, menjadi kabur bahkan tidak lagi menjadi suatu pelanggaran kode etik, maupun norma/aturan hukum yang ada. Sebagaimana dalam Pasal 5 ayat (1) UU. No. 40/1999 disebutkan bahwa “Pers nasional berkewajiban memberikan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah”. Serta ditambahkan lagi dalam Pasal 13 yang memuat larangan tentang iklan, yaitu iklan yang memuat unsur: Mengganggu kerukunan hidup antar umat beragama, minuman keras, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya dan penggunaan wujud rokok atau penggunaan rokok. Pertanggungjawaban dalam hal ini dapat pula terkait dengan keberpihakan seorang wartawan terhadap seseorang atau suatu golongan tertentu. Namun lagi-lagi dalam kenyataannya menunjukkan bahwa keberpihakan tersebut tampaknya telah menjadi trend dan seolah tidak dipermasalahkan lagi.
88
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi 3) Cara Pemberitaan dan Menyatakan Pendapat Seorang wartawan hendaknya menempuh jalan dan cara yang jujur untuk memperoleh bahan-bahan berita dan tulisan, dengan meneliti kebenaran dan akurasinya sebelum menyiarkannya serta harus memperhatikan kredibiltas sumbernya. Di dalam menyusun suatu berita hendaknya dibedakan antara kejadian (fakta) dan pendapat (opini) sehingga tidak mencampurbaurkan antara keduanya, termasuk kedalamnya adalah obyektifitas dan sportifitas berdasarkan kebebasan yang bertanggung jawab, serta menghindari cara-cara pemberitaan yang dapat menyinggung pribadi seseorang, sensasional, immoral dan melanggar kesusilaan. Penyiaran suatu berita yang berisi tuduhan yang tidak berdasar, desas-desus, hasutan yang dapat membahayakan keselamatan bangsa dan negara, fitnahan, pemutarbalikan suatu kejadian adalah merupakan pelanggaran berat terhadap profesi jurnalistik. Menanggapi besarnya kesalahan yang dapat ditimbulkan dari proses/cara pemberitaan serta menyatakan pendapat di atas, maka dalam kode etik jurnalistik diatur juga mengenai hak jawab dan hak koreksi, dalam artian bahwa pemberitaan/ penulisan yang tidak benar harus ditulis dan diralat kembali atas keinsafan wartawan yang bersangkutan, dan pihak yang merasa dirugikan wajib diberi kesempatan untuk menjawab dan memperbaiki pemberitaan dimaksud. 4) Sumber Berita Seorang wartawan diharuskan menyebut dengan jujur sumber pemberitaan dalam pengutipannya, sebab perbuatan mengutip berita gambar atau tulisan tanpa menyebutkan sumbenya merupakan suatu pelanggaran kode etik. Sedang dalam hal berita tanpa penyebutan sumbernya maka pertanggung jawaban terletak pada wartawan dan atau penerbit yang bersangkutan. 5) Kekuatan Kode Etik Kode etik dibuat atas prinsip bahwa pertanggung jawaban tentang penataannya berada terutama pada hati nurani setiap wartawan Indonesia. Dan bahwa tidak ada satupun pasal dalam kode etik (jurnalistik) yang memberi wewenang kepada
89
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi golongan manapun di luar PWI untuk mengambil tindakan terhadap seorang wartawan Indonesia atau terhadap penerbitan pers. Karenanya saksi atas pelanggaran kode etik adalah hak yang merupakan hak organisatoris dari PWI melalui organorgannya. Menyimak dari kandungan kode etik jurnalistik di atas tampak bahwa nilai-nilai moral, etika maupun kesusilaan mendapat tempat yang sangat urgen, namun walau demikian tak dapat dipungkiri bahwa kenyataan yang bebicara di lapangan masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Namun terlepas dari apakah kenyataan-kenyataan yang ada tersebut melanggar kode etik yang ada atau norma/aturan hukum atau bahkan melanggar kedua-duanya, semua ini tetap terpulang pada pribadi insan pers bersangkutan, dan juga kepada masyarakat, sebab masyarakat sendirilah yang dapat menilai penerbitan/media yang hanya mencari popularitas dan penerbitan/media yang memang ditujukan untuk melayani masyarakat, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dengan tetap menjunjung tinggi kode etiknya. c. Kode Etik LSM ”Lembaga Swadaya Masyarakat” Mukadimah Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan menyatakan pendapat adalah hak asasi manusia yang sangat fundamental dan universal serta dijamin oleh Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. Oleh karena itu adanya perserikatan dan perkumpulan sesama warga negara seperti halnya Lembaga Swadaya Masyarakat merupakan hal yang esensial bagi keberadaan dan kesejahteraan umat manusia. Bahwa keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat adalah perwujudan dari tanggungjawab kemanusiaan berupa kebebasan, inisiatif, kesetaraan, pluralisme, solidaritas, keadilan; dan oleh karena itu harus selalu diperjuangkan. Bahwa keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat mendorong keterlibatan masyarakat dan menyediakan mekanisme yang vital dalam menggalang solidaritas, serta mempercepat inisiatif warga masyarakat dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi bersama.
90
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Bahwa Lembaga Swadaya Masyarakat mempunyai peran dalam mengembangkan potensi kemandirian dan meningkatkan kepedulian untuk mengatasi persoalan-persoalan kemasyarakatan. Bahwa Lembaga Swadaya Masyarakat menyadari bahwa peran untuk memperjuangkan partisipasi masyarakat dalam segala proses perubahan membutuhkan pendekatan dan pentahapan yang sistematis dan berkelanjutan. Bahwa peran Lembaga Swadaya Masyarakat tersebut perlu dilakukan dengan cara-cara yang baik dan benar, serta penuh kesadaran dan tanggungjawab. Karena itu, kami yang berhimpun dalam dan mewakili berbagai organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat, dengan ini mengikatkan diri dalam suatu Kode Etik Lembaga Swadaya Masyarakat yang telah dirumuskan dan disepakati bersama sebagai suatu perwujudan tanggungjawab kepada Tuhan, diri sendiri dan mitra-mitra kami. 1) Prinsip-prinsip Keberadaan dan Operasional Integritas a) Lembaga Swadaya Masyarakat adalah organisasi nonpemerintah yang independen dan b) Mandiri, dan karena itu bukan merupakan bagian atau berafiliasi dengan lembaga-lembaga negara dan pemerintahan. c) Lembaga Swadaya Masyarakat adalah organisasi nonpartisan dan karena itu tidak merupakan bagian atau berafiliasi dengan partai-partai politik dan tidak akan menjalankan politik praktis dalam arti mengejar kekuasaan. d) Lembaga Swadaya Masyarakat adalah lembaga nonsektarian dan membebaskan dirinya dari prasangkaprasangka atas dasar segala perbedaan, termasuk agama, suku, ras, golongan dan gender. e) Lembaga Swadaya Masyarakat didirikan dengan visi dan misi yang jelas memihak masyarakat marjinal, dan tidak untuk semata-mata mencari proyek. f)
Lembaga Swadaya Masyarakat didirikan dengan orientasi tidak mencari keuntungan untuk dibagi-bagikan
91
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi kepada pendiri dan pengurusnya, melainkan untuk mengabdi kepada sesama umat manusia dan kemanusiaan. g) Lembaga Swadaya Masyarakat berpegang pada prinsipprinsip pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara berkelanjutan. h) Lembaga Swadaya Masyarakat dalam mewujudkan visi dan misinya tidak melakukan praktekpraktek korupsi, kolusi dan nepotisme.
Transparansi a) Semua informasi yang berhubungan dengan misi, keanggotaan, kegiatan dan pendanaan dari Lembaga Swadaya Masyarakat pada dasarnya bersifat publik, karena itu Lembaga Swadaya Masyarakat harus melaporkan kegiatan dan keuangannya untuk diketahui masyarakat sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. b) Lembaga Swadaya Masyarakat terbuka terhadap setiap pendapat dan gagasan-gagasan baru yang mengedepankan kepentingan masyarakat marjinal, dan akan bekerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Independensi a) Lembaga Swadaya Masyarakat otonom dan bebas dari pengaruh dan kepentingankepentingan pemerintah, partai politik, lembaga penyandang dana, dan sektor bisnis yang dapat menghilangkan independensi, kemandirian dan kemampuan LSM dalam bertindak bagi kepentingan umum. b) Jabatan sebagai pengambil keputusan dalam Lembaga Swadaya Masyarakat tidak dirangkap dengan jabatan lain sebagai pengambil keputusan dan/atau kepentingan sejenis dalam jajaran pemerintahan, perusahaan swasta, partai politik, ataupun organisasi lain yang berafiliasi dengan partai politik.
92
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Anti Kekerasan Lembaga Swadaya Masyarakat dalam membela, mengemukakan pendapat, dan dalam setiap upaya apapun untuk mencapai tujuannya tidak menggunakan cara-cara kekerasan. Kesetaraan Gender a) Lembaga Swadaya Masyarakat selalu menerapkan asas persamaan hak antara perempuan dan laki-laki dalam mengambil keputusan dan merumuskan kebijakan organisasi serta memperoleh kesempatan. b) Lembaga Swadaya Masyarakat selalu menerapkan prinsip-prinsip kesetaraan dan keadilan gender dalam setiap program dan kegiatan yang dilaksanakannya. Keuangan a) Lembaga Swadaya Masyarakat membuat sistem keuangannya untuk menjamin bahwa setiap dana yang diperoleh dipergunakan sesuai dengan peruntukan dan tujuannya, dan menjamin akuntabilitas terhadap semua pihak. b) Lembaga Swadaya Masyarakat melaksanakan pembukuan dan pelaporan keuangannya sesuai dengan standar-standar akuntansi yang berlaku umum untuk sektor nirlaba. 2) Tanggung Jawab dan Kewajiban Kepada Pihak Lain Lembaga Swadaya Masyarakat di dalam berhubungan dengan pihak luar didasarkan pada kesadaran akan tanggungjawab dan kewajiban yang tinggi sebagai berikut: Dalam berhubungan dengan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan Masyarakat Luas. a) Lembaga Swadaya Masyarakat menghormati integritas, meningkatkan kemandirian dan independensi setiap kelompok swadaya masyarakat (KSM). b) Lembaga Swadaya Masyarakat menghormati budaya, tradisi dan dinamika yang berkembang di dalam masyarakat serta mendorong tumbuhnya prakarsa masyarakat lokal.
93
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi c) Lembaga Swadaya Masyarakat memfasilitasi kepemimpinan yang partisipatif dan demokratis di dalam masyarakat. d) Lembaga Swadaya Masyarakat membantu memfasilitasi pengembangan dan pengelolaan sumberdaya, peningkatan program dan kapasitas organisasi, serta penguatan jaringan dan kerjasama antara KSM dengan masyarakat.
Dalam berhubungan dengan Pemerintah, Sektor Swasta, dan Lembaga Penyandang Dana a) Lembaga Swadaya Masyarakat membuka diri untuk berhubungan dan bekerjasama dengan pemerintah, sektor swasta, lembaga penyandang dana, dan lembaga internasional lainnya dalam rangka memperjuangkan visi dan misinya. b) Lembaga Swadaya Masyarakat dalam berhubungan dan bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain tersebut menganut prinsip-prinsip kesetaraan, keterbukaan, kemitraan, saling menghormati, dan profesionalisme. Dalam berhubungan dengan sesama LSM a) Lembaga Swadaya Masyarakat menyadari adanya keanekaragaman LSM dan karena itu mengakui keberadaan sesama LSM yang mempunyai komitmen, kepedulian, program dan kegiatan pelayanan yang jelas kepada masyarakat. b) Lembaga Swadaya Masyarakat mengembangkan solidaritas dan kerjasama atas dasar pemikiran bahwa dalam memberdayakan masyarakat sesama LSM adalah mitra. c) Lembaga Swadaya Masyarakat bekerjasama dalam mengembangkan standar profesionalisme yang didasarkan pada dedikasi dan kejujuran dalam melayani masyarakat. d) Lembaga Swadaya Masyarakat akan selalu bekerjasama dengan sesama LSM dalam menegakkan demokrasi,
94
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi melindungi hak asasi manusia, melestarikan lingkungan hidup dan sumberdaya alam. Dalam Hubungan dengan Pengembangan Staf dan Personalia LSM a) Lembaga Swadaya Masyarakat merupakan wahana bagi pengembangan diri baik secara individual maupun kolektif. b) Lembaga Swadaya Masyarakat mengembangkan manajemen yang partisipatif dan demokratis. c) Lembaga Swadaya Masyarakat menumbuhkembangkan transparansi dan akuntabilitas pengurus dan badan pelaksana terhadap staf dan karyawannya. d) Lembaga Swadaya Masyarakat menjamin akses terhadap informasi untuk peng-ambilan keputusan dalam semua tingkat manajemen. e) Lembaga Swadaya Masyarakat mengembangkan asas pemberian kompensasi yang adil dan senantiasa berupaya meningkatkan kesejahteraan dan hak-hak staf dan karyawannya. 3) Pengawasan dan Pelanggaran Pelanggaran dan Sanksi a) Lembaga Swadaya Masyarakat yang mengikatkan diri pada Kode Etik ini dan telah terbukti melakukan pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam Kode Etik ini mendapatkan sanksi. b) Mekanisme dan bentuk sanksi yang diberikan terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat yang melanggar ketentuan dalam Kode Etik ini ditentukan kemudian oleh sebuah Dewan Etik Lembaga Swadaya Masyarakat yang ditunjuk dan diberi wewenang untuk itu. Asas-Asas Pengawasan a) Pengertian Kode Etik LSM harus ditafsirkan baik dalam kerangka isi maupun dalam kaitan semangat dan jiwanya.
95
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi b) Pelaksanaan Kode Etik LSM dilakukan oleh setiap komponen LSM, baik sebagai perorangan maupun sebagai organisasi. c) Penegakan Kode Etik LSM dilakukan oleh setiap komponen yaitu para aktivis dan lembaga. d) Pengawasan Kode Etik LSM dilakukan oleh Dewan Etik sebagaimana disebutkan di atas. Pelaksanaan Pengawasan a) Untuk melaksanakan dan menegakkan Kode Etik dibentuk suatu Asosiasi Lembaga Swadaya Masyarakat. b) Asosiasi Lembaga Swadaya Masyarakat wajib menegur anggotanya yang terbukti melanggar Kode Etik Lembaga Swadaya Masyarakat. c) Dalam melakukan pengawasan Asosiasi Lembaga Swadaya Masyarakat membentuk Dewan Etik Lembaga Swadaya Masyarakat untuk menyelesaikan setiap pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh anggotanya. d) Dewan Etik dapat memberi rekomendasi tertentu kepada Asosiasi LSM terkait mengenai pelaksanaan, penegakan dan pengawasan Kode Etik LSM. e) Dewan Etik Lembaga Swadaya Masyarakat bertugas untuk menentukan bentuk atau bobot sanksi yang akan dijatuhkan oleh Asosiasi Lembaga Swadaya Masyarakat terhadap anggotanya yang terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik. 4) Penutup Setelah mendiskusikan secara seksama dan menyepakati isi Kode Etik Lembaga Swadaya Masyarakat ini, kami yang bertanda-tangan di bawah ini secara sukarela dan dengan penuh kesadaran akan melaksanakan Kode Etik di masing-masing organisasi kami serta mensosialisasikannya kepada sesama warga Lembaga Swadaya Masyarakat, karena sesungguhnya Kode Etik ini bersifat terbuka untuk diterima dan diterapkan oleh komunitas Lembaga Swadaya Masyarakat. Kode Etik Lembaga Swadaya Masyarakat ini disepakati dan disahkan pertama kali pada pertemuan Lembaga Swadaya
96
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Masyarakat, dan selanjutnya akan dilakukan evaluasi dalam pelaksanaannya serta penyempurnaan terhadapnya secara periodik jika dianggap perlu atau diusulkan oleh setengah ditambah satu Lembaga Swadaya Masyarakat anggota.
D. Adat-Istiadat 1. Pengertian Adat-Istiadat Yang dimaksud dengan Adat Istiadat adalah aneka kelaziman dalam suatu negara yang mengikuti pasang naik dan pasang surut situasi masyarakat. Kelaziman ini pada umumnya menyangkut pengejawantahan unjuk rasa seni budaya masyarakat, seperti acara-acara keramaian anak negeri, seperti pertunjukan randai, saluang, rabab, taritarian dan aneka kesenian yang dihubungkan dengan upacara perhelatan perkawinan, untuk menghormati kedatangan tamu agung dan yang lainnya. Adat istiadat semacam ini sangat tergantung pada situasi sosial ekonomi masyarakat. Dalam ilmu kebudayaan dan kemasyarakatan konsep kebudayaan sangat banyak sekali. Inventarisasi yang dilakukan oleh C. Kluckhohn dan A. L Kroeber ahli atropologi pada tahun 1952 telah ditemukan lebih kurang 179 defenisi. Tetapi yang sifatnya dan banyak dipakai para ahli adalah pendapat C. Kluckhohn yang memberikan batasan kebudayaan sebagai berikut: “kebudayaan adalah keseluruhan dari gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia yang berupa satu sistem dalam rangka kehidupan masyarakat yang dibiasakan oleh manusia dengan belajar” Kata kebudayaan dalam istilah inggris adalah culture yang berasal dari bahasa latin cecolere yang berarti mengolah, mengerjakan, terutama mengolah tanah atau pertanian. Dari pengertian ini kemudian berkembang menjadi œculture. Istilah œculture sebagai istilah teknis dalam penulisan oleh ahli antropologi inggris yang bernama Edwar B. Tylor mengatakan bahwa œculture berarti œcomplex whole of ideas and thinks produced by men in their historical experlence. Sesudah itu pengertian kultur berkembang terus dikalangan antroplogi dunia. Sebagai istilah umum œculture mempunyai arti, kesopanan, kebudayaan, pemeliharaan atau perkembangan dan pembiakan. Bahasa Indonesia sendiri mempunyai istilah budaya yang hampir sama dengan culture, dengan arti kata, kata kebudayaan yang diper-
97
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi gunakan dalam bahasa Indonesia bukanlah merupakan terjemahan dari kata œculture. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta œbuddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata budhi. Budhi berarti œbudi atau œakal. Dengan demikian kata buddhayah (budaya) yang mendapatkan awalan ke- dan akhiran “an, mempunyai arti œhal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Berdasarkan dari asal usul kata ini maka kebudayaan berarti hal-hal yang merupakan hasil dari akal manusia dan budinya. Hasil dari akal dan budi manusia itu berupa tiga wujud, yaitu wujud ideal, wujud kelakuan, dan wujud kebendaan. Wujud ideal membentuk kompleks gagasan konsep dan fikiran manusia. Wujud kelakuan membentuk komplek aktifitas yang berpola. Sedangkan wujud kebendaan menghasilkan benda-benda kebudayaan. Wujud yang pertama disebut sistem kebudayaan. Wujud kedua dinamakan sistem sosial sedangkan ketiga disebut kebudayaan fisik. Bertitik tolak dari konsep kebudayaan Koen Cakraningrat membicarakan kedudukan adat dalam konsepsi kebudayaan. Menurut tafsirannya adat merupakan perwujudan ideal dari kebudayaan. Ia menyebut adat selengkapnya sebagai adat tata kelakuan. Adat dibaginya atas empat tingkat, yaitu tingkat nilai budaya, tingkat norma-norma, tingkat hukum dan tingkat aturan khusus. Adat yang berada pada tingkat nilai budaya bersifat sangat abstrak, ia merupakan ide-ide yang mengkonsesikan hal-hal yang paling berniali dalam kehidupan suatu masyarakat. Seperti nilai gotong royong dalam masyarakat Indonesia. Adat pada tingkat norma-norma merupakan nilai-nilai budaya yang telah terkait kepada peran-peran tertentu (roles), peran sebagai pemimpin, peran sebagai mamak, peran sebagai guru membawakan sejumlah norma yang menjadi pedoman bagi kelakuannya dalam hal memainkan peranannya dalam berbagai kedudukan tersebut. Selanjutnya adat pada tingkat aturan-aturan yang mengatur kegiatan khusus yang jelas terbatas ruang lingkupnya pada sopan santun. Akhirnya adat pada tingkat hukum terdiri dari hukum tertulis dan hukum adat yang tidak tertulis. Dari uraian-uraian di atas ada beberapa hal yang dapat disimpulkan, bahwa kebudayaan merupakaan hasil dari budi daya atau akal manusia, baik yang berwujud moril maupun materil. Disamping itu adat sendiri dimaksudkan dalam konsep kebudayaan dengan kata lain adat berada dalam kebudayaan atau bahagian dari kebudayaan.
98
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi 2. Contoh Penerapan Adat-Istiadat Contoh konkret adat istiadat. Sebagai perbandingan dapat kita lihatkan perbedaan budaya antar bangsa. Orang Barat/ Indonesia umumnya menganut paham "LADY FIRST", wanita yang utama, tapi orang Jepang menganut paham Kesatria, OTOKO NO ICHIBAN, prialah yang nomor satu. Oleh karena itu, pada saat naik mobil, misalnya, pria Jepang yang naik terlebih dahulu. Masyarakat Bali ketika itu mempunyai istilah-istilah sendiri untuk menyebutkan adat istiadat yaitu Dresta (Catur Dresta), Sima, Lokacara dan sebagainya. Dresta berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya tingkah laku nyata dari masyarakat, yang dapat disaksikan dalam hubungan dengan pelaksanaan tata cara upacara agama Hindu. Dalam masyarakat Melayu di Riau, adat-istiadat yang merupakan pola sopan-santun dalam pergaulan, sikap dan tingkah-laku yang baik telah diajarkan sejak dari kecil hingga dewasa. Sikap itu diajarkan secara lisan dan dikembangkan melalui tulisan-tulisan. Raja Ali Haji, pujangga besar Riau telah banyak meninggalkan ajaran-ajaran seperti Gurindam Dua Belas, Samaratul Muhimmah, dan manuskrip-manuskrip lainnya. Sopan-santun dalam pergaulan sesama masyarakat menyangkut beberapa hal, yaitu tingkah-laku, tutur-bahasa, kesopanan berpakaian, serta sikap menghadapi orang tua/orang sebaya, orang yang lebih muda, para pembesar, dan sebagainya. Tingkah-laku yang terpuji adalah yang bersifat sederhana. Pola hidup sederhana yang dicanangkan oleh pemerintah Republik Indonesia sejalan dengan sifat ideal orang Melayu. Sebagaimana penggalan dalam kitab Adat Raja-raja Melayu. Kesederhanaan memang sudah menjadi sifat dasar orang Melayu sehingga terkadang karena “salah bawa” menjadi sangat berlebihan. Kesederhanaan ini membawa sifat ramah dan toleransi yang tinggi dalam pergaulan. Kesederhanaan ini digambarkan pula dalam pepatah “Mandi di hilir-hilir, berkata di bawah-bawah, “Ibarat padi, kian berisi kian runduk”. Gotong-royong dan seia sekata sangat dianjurkan. Banyak pepatah dan ungkapan yang menjadi falsafah hidup orang Melayu bertahan sampai sekarang, seperti misalnya: ”Berat sama dipikul, Ringan sama dijinjing”, ”Hati Gajah sama di lapah, Hati tungan sama di cecah” dan masih banyak lagi ungkapan lainnya. Adat Istiadat Bali Di dalam adat istiadat Bali, sangat kental sekali dengan peraturanperaturan adat dan peraturan-peraturan agamanya. Misalnya, apabila
99
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi anak lahir umur 3 bulan, dia harus mengunjungi pura-pura keluarga yang dianggap sebagai pelindung keluarga, hal ini bertujuan untuk memperkenalkan diri si bayi kepada leluhur dari bayi tersebut yang sudah meninggal.
100
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
BAB IV KICK THE HABIT: TOWARDS A LOW CARBON ECONOMY Tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2008 yang ditetapkan oleh Badan Lingkungan Hidup Dunia, United Nations Environment Program (UNEP) adalah “CO2, Kick the Habit! Toward a Low Carbon Economy” dimana perubahan iklim menjadi isu yang tepat pada era ini. Dengan tema ini diharapkan baik negara, dunia usaha maupun masyarakat untuk menitikberatkan pada upaya penurunan emisi karbon dan perubahan perilaku seperti peningkatan efisiensi energi, sumber energi alternatif, konservasi. Perubahan iklim merupakan tantangan paling serius yang dihadapi dunia di abad 21. Kita sekarang menghadapi perubahan iklim akibat pemanasan global (global warming). Hal ini menimbulkan berbagai masalah, antara lain tenggelamnya pulau-pulau kecil serta krisis air bersih akibat naiknya permukaan air laut sebagai dampak dari mencairnya es di Greenland dan Antartika (kutub Selatan), punahnya berbagai jenis ikan dan rusaknya terumbu karang akibat gangguan ekosistem laut, hujan deras akibat penguapan air laut yang tinggi, sehingga terjadi banjir, longsor, serta perubahan musim tanam. Belum lagi ancaman badai tropis, tsunami, kekeringan, meningkatnya potensi kebakaran hutan, dan lain-lain. Bahkan penyakit parasitik seperti malaria dan demam berdarah dengue yang disebabkan oleh nyamuk meningkat. Hal ini diakibatkan perubahan suhu yang ekstrem yang menyebabkan nyamuk lebih sering bertelur. Daerah jelajah nyamuk meluas karena daerah yang semula dingin kini menjadi lebih panas, di mana nyamuk ini berkembang biak pada daerah tropis. Pemanasan global adalah meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Penyebab utamanya adalah pembakaran bahan
101
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi bakar fosil seperti batu bara , minyak bumi, dan gas alam, yang melepas Gas Rumah Kaca (GRK) ke udara, yang menyebabkan Efek Rumah Kaca, yaitu proses dimana atmosfer memanaskan sebuah planet. Hal ini terjadi akibat peningkatan jumlah gas ini melebihi kemampuan tumbuhan dan laut untuk mengabsorpsinya. Seperti kita ketahui, tumbuhan memerlukan CO2 dalam aktivitas fotosintesanya. Penyebab utama dari global warming itu sendiri adalah meningkatnya jumlah emisi karbon akibat penggunaan energi fosil, terutama di sektor industri. Negara industri seperti Amerika Serikat, China, Australia, Jepang dan Rusia menjadi aktor utama sebagai penyebabnya. Hal ini disebabkan oleh pola konsumtif dan gaya hidup masyarakat negaranegara maju tersebut. Karbondioksida adalah penyebab paling dominan terhadap adanya perubahan iklim saat ini dan konsentrasinya di atmosfer telah naik dari masa pra-industri yaitu 278 ppm (parts-permillion) menjadi 379 ppm pada tahun 2005. Sumber-sumber emisi karbondioksida secara global dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara): 1. 36% dari industri energi (pembangkit listrik/kilang minyak, dll) Pembangkit listrik ini membuang energi 2 kali lipat dari energi yang dihasilkan. Semisal, energi yang digunakan 100 unit, sementara energi yang dihasilkan 35 unit. Maka, energi yang terbuang adalah 65 unit! Setiap 1000 megawatt yang dihasilkan dari pembangkit listrik bertenaga batubara akan mengemisikan 5,6 juta ton karbondioksida per tahun! 2. 27% dari sektor transportasi
Kendaraan yang mengonsumsi bahan bakar sebanyak 7,8 liter per 100 km dan menempuh jarak 16 ribu km, maka setiap tahunnya akan mengemisikan 3 ton karbondioksida ke udara. 3. 21% dari sektor industri 4. 15% dari sektor rumah tangga & jasa 5. 1% dari sektor lain -lain. Siklus karbon di dalam biosfer meliputi dua bagian siklus penting, di darat dan di laut. Keduanya dihubungkan oleh atmosfer yang berfungsi sebagai fase antara. Siklus karbon global melibatkan transfer karbon dari
102
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi berbagai reservoir (Tabel 1). Jika dibandingkan dengan sumber karbon yang tidak reaktif, biosfer mengandung karbon yang lebih sedikit, namun demikian siklus yang terjadi sangat dinamik di alam (Vlek, 1997). Tabel 1. Karbon di dalam berbagai reservoir dari siklus global Lokasi Udara Darat
Laut
Sedimen
CO2-atmosfer Biomass Bahan organik tanah Produksi bersih/tahun Pelepasan dari fosil Biomass C-organik terlarut C-anorganik (HCO3) Produksi bersih/tahun C-anorganik (HCO3) Batu bara dan minyak
Satuan C (ton x 1010) 70 59 85 6.3 0.5 0.3 100 3.500 45 2.000.000 1.000
Dari hasil inventarisasi gas-gas rumah kaca di Indonesia dengan menggunakan metoda IPCC 1996, diketahui bahwa pada tahun 1994 emisi total CO2 adalah 748,607 Gg (Giga gram), CH4 sebanyak 6,409 Gg, N2O sekitar 61 Gg, NOX sebanyak 928 Gg dan CO sebanyak 11,966 Gg. Adapun penyerapan CO2 oleh hutan kurang lebih sebanyak 364,726 Gg, dengan demikian untuk tahun 1994 tingkat emisi CO2 di Indonesia sudah lebih tinggi dari tingkat penyerapannya. Indonesia sudah menjadi net emitter, sekitar 383,881 Gg pada tahun 1994. Hasil perhitungan sebelumnya, pada tahun 1990, Indonesia masih sebagai net sink atau tingkat penyerapan lebih tinggi dari tingkat emisi. Berapapun kecilnya Indonesia sudah memberikan kontribusi bagi meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca secara global di atmosfer (Widjaja, 2002). Banyak pihak yang beranggapan bahwa melakukan mitigasi secara permanen melalui penghematan pemanfaatan bahan bakar fosil, teknologi bersih, dan penggunaan energi terbarukan, lebih penting daripada melalui carbon sink. Hal ini dikarenakan hutan hanya menyimpan karbon untuk waktu yang terbatas (stock). Ketika terjadi penebangan hutan, kebakaran atau perubahan tata guna lahan, karbon tersebut akan dilepaskan kembali ke atmosfer. Carbon sink adalah istilah yang kerap digunakan di bidang perubahan iklim. Istilah ini berkaitan dengan fungsi hutan sebagai penyerap (sink) dan penyimpan (reservoir) karbon. Emisi karbon ini
103
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi umumnya dihasilkan dari kegiatan pembakaran bahan bakar fosil pada sektor industri, transportasi dan rumah tangga. Dampak negatif perubahan iklim semakin nyata dan terbukti juga telah menerpa di Indonesia. Dampak-dampak tersebut memiliki tantangan terhadap pembangunan dalam aspek lingkungan sosial dan ekonomi secara berkelanjutan, serta terhadap pencapaian tujuan pembangunan Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut, kita perlu segera mengintegrasikan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim ke dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Kita perlu mempersiapkan masyarakat agar lebih siap, tahan dan kuat terhadap ancaman yang diakibatkan oleh perubahan iklim. Perubahan iklim mengancam usaha penaggulangan kemiskinan di Indonesia dan pencapaian Target Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals – MDGs). Perubahan pola curah hujan akan mengurangi ketersediaan air untuk irigasi dan sumber air bersih. Kemarau panjang dan banjir akan menyebabkan gagal panen yang sangat berpengaruh terhadap sumber penghidupan petani. Perubahan iklim akan paling mempengaruhi orang miskin dan kelompok rentan lainnya yang bekerja pada bidang-bidang pertanian, wilayah pesisir, sekitar hutan, serta hutan, serta wilayah perkotaan. Kenyataan dramatis ini telah sekian lama terlupakan karena tertutup oleh debat mengenai kontribusi Indonesia terhadap pemanasan global, melalui penggundulan hutan, kebakaran hutan, degradasi lahan gambut serta berkurangnya rosot karbon. Namun semua ini hanya merupakan satu sisi dari perubahan iklim karena pada dasarnya Indonesia juga merupakan korban dari perubahan iklim, terutama orang miskin. Banyak perhatian telah dicurahkan pada upaya mitigasi perubahan iklim – mengurangi emisi gas rumah kaca yang merupakan kewajiban negara maju. Melihat realitas sekarang ini, manusia telah kehilangan nilai-nilai etika lingkungan (enviromentalis), yakni etika lingkungan yang seharusnya menjadi seperangkat aturan untuk mengatur hubungan manusia dengan alam. Etika yang memandang alam sebagai kesatuan utuh yang saling melengkapi. Tapi, alam justru tambah disakiti oleh manusia sendiri yang tak bermoral. Tak salah kirannya, jika alam mengamuk dan memorak-porandakan segala harta dan menghilangkan nyawa manusia.
104
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Lester R Brown dalam salah satu tulisannya menyarankan 'Revolusi Lingkungan Hidup'. Yang berarti manusia harus membangun dengan cepat masa depan lingkungan hidup yang dapat menopang kehidupan, tergantung pada penyusunan kembali ekonomi global, pergeseran besar dalam tingkah laku reproduktif manusia dan perubahan dramatik dalam nilai dan gaya hidup. Paradigma manusia terhadap lingkungannya inilah yang perlu diubah agar sikap dan perilaku manusia lebih sedikit arif dan bijaksana dalam memaknai alam. Karena itu, manusia harus mengembangkan konsepsi tentang alam yang mengagungkan dan menghormati alam, juga menganggap alam sebagai sesuatu yang sakral dan hidup. Dengan demikian, akan melahirkan sikap yang menghormati dan peduli terhadap lingkungan. Atas dasar itu, kesadaran terhadap pentingnya lingkungan hidup ini harus terus tertanam dalam diri manusia. Etika lingkungan hidup menuntut agar etika dan moralitas tersebut diberlakukan juga bagi komunitas biotis atau komunitas ekologis. Etika lingkungan harus juga dipahami sebagai refleksi kritis atas norma-norma dan prinsip atau nilai moral yang selama ini dikenal dalam komunitas manusia untuk diterapkan secara lebih luas dalam komunitas biotis dan komunitas ekologis. Di samping itu, dalam perspektif etika lingkungan ini manusia harus memperlakukan alam tidak semata-mata dalam kaitannya dengan kepentingan dan kebaikan manusia. Etika ini berpijak untuk mengembangkan nilai moralitas manusia dalam menyikapi bencana banjir dan tanah longsor. Persoalannya secara filosofis adalah bagaimana kita bersikap terhadap alam ini, apa yang sebaiknya kita lakukan dan kita tinggalkan, apa yang seharusnya dan apa yang tidak harus kita lakukan terhadap tumbuhan, hewan, tanah, hutan, air dan seterusnya. Oleh karena itu, manusia harus menumbuhkan kesadaran terhadap lingkungan dengan memegang beberapa prinsip. Pertama, manusia harus bersikap hormat terhadap alam. Kedua, manusia harus mempunyai prinsip bertanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap lingkungan merupakan tanggung jawab manusia juga (Robin Attfield, 1999). Ketiga, manusia harus memiliki solidaritas kosmis. Keempat, manusia harus mengimplementasikan prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam. Kelima, harus memiliki prinsip no harm (tidak merugikan alam). Keenam, prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam. Ketujuh, prinsip keadilan. Dalam arti adil tentang perilaku manusia terhadap alam. Kedelapan, prinsip demokrasi. Kesembilan, prinsip integritas moral.
105
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Dengan demikian, kita harus menyadari bahwa keberadaan alam semesta sama dengan posisi manusia yang juga membutuhkan perawatan dan pemeliharaan serta kepedulian terhadap dimensi ekologis yang harus diperlakukan dengan baik. Sehingga dengan adanya bencana banjir dan tanah longsor melalui etika lingkungan ini kita tergugah untuk kembali memperbaiki dan merekonstruksi kondisi alam yang semakin hari demi hari mengalami kehancuran. Opsi solusi mengenai permasalahan lingkungan khususnya dapat perspektif hukum dan sosial adalah sebagai berikut: 1. Dengan mengambil beberapa contoh kegiatan yang sekalipun masih sangat langka menurut hemat penulis berhasil dilakukan di beberapa daerah tentang pengelolaan lingkungan berbasis masyarakat (community based environmental management) seperti di taman nasional Bunaken (Sulawesi Utara) (Puslitbang BPN dan FHUnibraw., 2005), Wonosobo dengan Community forestry (Anu Lounella, 2006) Wonosari dengan Wana Gama mengusung konsep social forestry (1994) menunjukkan bahwa sesungguhnya ada nilai esensial bahwa rakyat memiliki konsep kearifan yang bersifat/ bercorak lokal (Indigenous knowledge) yang potensial ditumbuhkembangkan menjadi pengarusutamaan (mainstreaming) dalam masalah lingkungan (Anonimous.,2000 Ringkasan Konferensi Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam dan UNDP Country Programme for Indonesia, Desember 2005: 1-6, 37-40); Kearifan lokal yang merupakan mozaik kekayaan budaya Indonesia sayangnya hingga sekarang belum dikaji, dikembangkan apalagi diakui dan dilindungi eksistensinya. 2. Pemerintah bersama masyarakat menginisiasi suatu forum kecil di beberapa daerah yang berdasarkan hasil studi bersifat komprehensif mengalami permasalahan lingkungan dengan para pemangku kepentingan dengan skema/pola apa yang sesungguhnya dimaui oleh rakyat khususnya yang menjadi korban. Perspektif tanggung jawab dalam undang-undang No.23 Tahun 1997 Pasal 41-48 menunjukkan berperspektif pelaku. Tak pelak dalam upaya penegakan hukum baik yang dilakukan oleh kepolisian/ PPNS pada Pasal 40 maupun oleh pengadilan mengindikasikan keberpihakan pada pelaku yang notabene mapan dalam ekonomi serta akses. Tak harus inisiasi bersifat antisipatif melainkan sesungguhnya yang pas adalah preskriptif. Sungguh celaka, berdasarkan pengalaman, dunia akademis pendidikan tinggi yang awalnya sangat diandalkan untuk
106
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi memberikan "pencerahan" melalui kajian-kajian ilmiahnya yang "obyektif" karena tradisi budaya "mentalitas mengabdinya" terjerembab ke dalam jurang keberpihakan kepada pelaku/ dunia usaha dengan lantang dan seolah perasaan tidak berdosa menyatakan rakyat tidak berhak menuntut karena peristiwa kerusakan lingkungan merupakan faktor alamiah. 3. Penuangan isu good corporate social responsibility harus dituangkan hitam di atas putih dalam kerangka ijin investasinya dengan sanksi siap untuk dicabut dan berarti harus siap dituntut pertanggungjawabannya secara hukum. Agar terjadi transparansi, maka setiap pemberian ijin investasi sekaligus satu paket kontrak sosial didesiminasikan kepada seluruh pemangku kepentingan dan komisi pengawas investasi daerah. Tentunya sejalan dengan ide tersebut, dalam upaya menggairahkan iklim investasi di daerah harus dibarengi dengan transparansi perijinan mulai prosedur, biaya, fasilitas, jaminan keamanan dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Usaha sistem pelayanan perijinan model satu atap seperti Sidoarjo, DKI baik diangkat dalam spektrum yang lebih luas bertaut dengan masalah lingkungan bagaimana menjadikan isu lingkungan yang berkelanjutan tidak sekadar gagasan di level birokrasi pemerintahan, dikalangan partai politikpun merupakan keniscayaan sebagai kebutuhan dasar bersama. Indonesia yang menurut hasil kajian lembaga internasional luas hutannya mencapai 120 juta hektar (10% luas total hutan tropis dunia) kerusakan sumber daya hutannya tercepat di dunia (terjadi perbedaan data FAO 2,8 juta hektar per tahun, Walhi 2,7 juta hektar sedangkan Departemen Kehutanan 1,18 juta hektar) tinggal menunggu waktu mengalami kehancuran yang salah satu faktornya diakibatkan oleh kerusakan lingkungan. Komitmen dan langkah nyata harus dilakukan menyusul diberlakukannya Peraturan Presiden No.7 Tahun 2005 tentang rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 20042009. Penggalangan partisipasi bukan lagi kata kunci melainkan penyadaran keterlibatan semua pemangku kepentingan menjadi keniscayaan.
A. Perubahan Iklim Perubahan iklim bukanlah hal baru. Iklim global sudah selalu berubah-ubah. Jutaan tahun yang lalu, sebagian wilayah dunia yang kini lebih hangat, dahulunya merupakan wilayah yang tertutupi oleh es, dan
107
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi beberapa abad terakhir ini, suhu rata-rata telah naik turun secara musiman, sebagai akibat fluktuasi radiasi matahari, misalnya, atau akibat letusan gunung berapi secara berkala. Namun, yang baru adalah perubahan iklim yang ada saat ini dan yang akan datang dapat disebabkan bukan hanya peristiwa alam melainkan lebih karena berbagai aktivitas manusia. Kemajuan pesat pembangunan ekonomi kita memberikan dampak yang serius terhadap iklim dunia, antara lain lewat pembakaran secara besar-besaran batu bara, minyak, dan kayu, misalnya, serta pembabatan hutan. Kerusakannya terutama terjadi melalui produksi ‘gas rumah kaca’, dinamakan demikian karena gas-gas itu memilki efek yang sama dengan atap sebuah rumah kaca. Gas-gas itu memungkinkan sinar matahari menembus atmosfer bumi sehingga menghangatkan bumi, tetapi gasgas ini mencegah pemantulan kembali sebagian udara panas ke ruang angkasa. Akibatnya, bumi dan atmosfer perlahan-lahan memanas. Ada enam jenis Gas Rumah Kaca, yaitu Karbondioksida ( CO2 ), Metana ( CH4 ), Nitrous oksida ( N2O ), Hydroperfluorokarbon ( HFCs ), Perfluorokarbon ( CFCs ), Sulfur Heksaflorida ( SF6). Prosesnya adalah sebagai berikut. Energi yang masuk ke bumi mengalami serangkaian proses dimana 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer, 25% diserap awan, 45% diadsorpsi permukaan bumi, 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi. Energi yang diadsorpsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar infra merah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan, gas CO2 dan gas gas lain, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal Efek Rumah Kaca alami diperlukan untuk mengurangi perbedaan suhu antara siang dan malam. Namun dengan meningkatnya Gas Rumah Kaca terutama CO2, akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer sehingga suhu permukaan bumi meningkat. Gas rumah kaca utama yang terus meningkat adalah karbondioksida. Gas ini adalah salah satu gas yang secara alamiah keluar ketika kita menghembuskan napas, juga dihasilkan dari pembakaran batu bara, atau kayu, atau dari penggunaan kendaraan berbahan bakar bensin dan solar. Sebagian dari karbondioksida ini dapat diserap kembali, antara lain melalui proses ‘fotosintesis’ yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan tanaman atau pohon. Namun, kini kebanyakan Negara memproduksi karbon dioksida secara jauh lebih cepat ketimbang kecepatan penyerapannya oleh tanaman atau pohon, sehingga konsentrasinya di atmosfer meningkat secara bertahap.
108
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Ada beberapa gas rumah kaca yang lain, salah satunya adalah metan yang dapat dihasilkan dari lahan rawa dan sawah serta dari tumpukan sampah dan kotoran ternak. Gas-gas rumah kaca lainnya, meski jumlahnya sedikit, antara lain adalah nitrogen oksida dan sulfur heksaflorida yang umumnya digunakan pada lemari pendingin. Negara-negara di seluruh dunia tanpa henti membuang gas-gas ini dalam jumlah besar ke atmosfer. Negara-negara maju mengeluarkan emisi lebih banyak per kapita, terutama karena mereka memiliki lebih banyak kendaraan atau secara umum membakar lebih banyak bahan bakar fosil, tetapi begitu Negara-negara berkembang mulai membangun, mereka juga lalu menyusul alam sumbangan emisi gas-gas ini. Lepas dari siapapun yang memproduksi gas itu, seluruh warga dunia terkena efeknya. Bumi dan atmosfer kita hanya ada satu, emisi tiap negara memperparah krisis dunia kita. Masalahnya menjadi lebih parah karena kita sudah banyak kehilangan pohon yang dapat menyerap karbondioksida. Brazil, Indonesia, dan banyak Negara lain sudah menggunduli jutaan hektar hutan dan merusak lahan rawa. Tindakan ini tidak saja menghasilkan karbondioksida dengan terbakarnya pohon dan vegetasi lain atau dengan mengeringnya gambut di daerah rawa, tetapi juga mengurangi jumlah pohon dan tanaman yang menggunakan karbondioksida dalam fotosintesis yang dapat berfungsi sebagai ‘rosotan’ (sinks) karbon, suatu proses yang disebut sebagai penyerapan (sequestration). Kehancuran hutan Indonesia berlangsung makin cepat saja, yaitu dari 600.000 hektar per tahun pada tahun 1980an menjadi sekitar 1,6 juta hektar per tahun di penghujung tahun 1990an. Akibatnya, tutupan hutan menurun secara tajam, dari 129 juta hektar pada tahun 1990 menjadi 82 juta hektar di tahun 2000, dan diproyeksikan menjadi 68 juta hektar di tahun 2008, sehingga kini setiap tahun Indonesia semakin mengalami penurunan daya serap karbondioksida. Dengan meningkatnya emisi dan berkurangnya penyerapan, tingkat gas rumah kaca di atmosfer kini menjadi lebih tinggi dari pada yang pernah terjadi di dalam catatan sejarah. Badan dunia yang bertugas memonitor isu Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) telah memperkirakan bahwa antara tahun 1750 dan 2005 konsentrasi karbondioksida di atmosfer meningkat 280 ppm (parts per million) menjadi 379 ppm per tahun dan sejak saat itu terus meningkat dengan kecepatan 1,9 ppm per tahun. Akibatnya, pada tahun 2100 nanti suhu global dapat naik antara 1,8 hingga 2,9 derajat (IPCC, 2007).
109
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi 1. Kontribusi Beberapa Negara terhadap Efek Gas Penyebab Pemanasan Global Tabel 2. Konsumsi bahan bakar fosil pada tahun 1990 Negara Amerika Serikat Kanada Amerika Latin Eropa Barat Uni Sovyet Eropa Timur Timur Tengah Afrika China Jepang India Asia (diluar Jepang & India) Australia/Selandia Baru Dunia
Konsumsi Bahan Bakar Fosil (ekivalen dengan jutaan ton minyak) 1746 159 357 1155 1246 311 239 202 646 365 170 337 98 7031
Proporsi (%) 24,8 2,3 5,1 16,4 17,7 4,4 3,4 2,9 9,2 5,2 2,4 4,8 1,4 100,0
Sumber : British Petroleum Statistical Review of World Energy, 1991 Konsumsi energi yang berbeda di masing-masing negara di dunia menyebabkan kontribusi yang berbeda-beda terhadap pemanasan bumi. Sebagai gambaran kontribusi dari 20 negara terbesar dalam pemanasan bumi disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Kontribusi 20 negara terbesar dalam pemanasan global Negara Amerika Serikat Uni Sovyet Brazilia China India Jepang Jerman Barat Inggris Indonesia Perancis Italia Kanada Meksiko Myanmar Polandia Spanyol Kolombia Muangthai Australia Jerman Timur Negara lain
Peringkat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Sumber : World Resources, (1990)
110
Kontribusi (%) 18,9 12,8 11,2 7,1 4,2 4,1 3,0 2,9 2,6 2,3 2,3 2,2 1,4 1,4 1,4 1,4 1,3 1,3 1,2 1,1 28,2
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi 2. Dampak Pemanasan Global terhadap Indonesia Kenaikan suhu itu mungkin tidak terlihat terlalu tinggi, tetapi di negara maju tertentu seperti Indonseia, kenaikan itu dapat memberikan dampak yang parah dan terutama pada penduduk yang paing miskin. Seperti apa persisnya yang terjadi sulit diperkirakan. Iklim global merupakan suatu sistem yang rumit dari pemanasan global akan berinteraksi dengan berbagai pengaruh lainnya, tetapi tampaknya di Indonesia perubahan ini akan makin memperparah berbagai masalah iklim yang sudah ada. Kita sudah begitu rentan terhadap begitu banyak ancaman yang berkaitan dengan iklim seperti banjir, kemarau panjang, angin kencang, longsor dan kebakaran hutan. Kini semua itu dapat bertambah sering dan bertambah parah. Salah satu pengaruh utama iklim di Indonesia adalah ‘El NiňoSouthern Oscillation’ yang setiap beberapa tahun memicu berbagai peristiwa cuaca ekstrem kita. El Niňo berkaitan dengan berbagai perubahan arus laut di Samudera Pasifik yang menyebabkan air laut menjadi luar biasa hangat. Kejadian sebaliknya, arus menjadi amat dingin, yang disebut La Niňa. Yang terkait dengan peristiwa ini adalah ‘Osilasi Selatan (Southern Oscillation) yaitu perubahan tekanan atmosfer di belahan dunia sebelah selatan. Perpaduan seluruh fenomena inilah yang dinamakan El Niňo-Southern Oscillation atau ENSO. Pada saat terjadi El Niňo, kita biasanya lebih sering mengalami kemarau. Ketika terjadi La Niňa kita lebih sering dilanda banjir. Dalam kurun waktu 1844-2006, dari 43 kemarau panjang, sebanyak 37 kali berkaitan dengan El Niňo. ENSO ini adalah juga salah satu faktor uatama kekerapan kebakaran besar hutan dan terbentunya kabut asap di atmosfer yang menyesakkan napas. Bahaya lain yang berkaitan dengan iklim di Indonesia adalah lokasi dan pergerakan siklon tropis di wilayah selatan timur Samudera India (Januari sampai April) dan sebelah timur Samudera Pasifik (Mei sampai Desember). Di beberapa wilayah Indonesia hal ini dapat menyebabkan angin kencang dan curah hujan tinggi yang dapat berlangsung hingga berjam-jam atau berhari-hari. Angin kencang juga sering terjadi selama peralihan angin munson (angin musim hujan) dari arah timur laut ke barat daya. Selama tahun-tahun terakhir ini, berbagai peristiwa iklim ekstrem ini menjadi lebih sering dan dampak yang ditimbulkannya menjadi lebih parah. (Diagram 2.1). Dalam kurun waktu 1844 dan 1960, kemarau
111
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi panjang terjadi rata-rata setiap empat tahun, tetapi antara tahun 1960 dan 2006 meningkat menjadi setiap tiga tahun (Government of Indonesia dalam UNDP, 2007). Banjir juga makin sering melanda. Dalam kurun waktu 2001-2004, telah dilaporkan sekitar 530 kali banjir yang melanda hampir di seluruh provinsi (Diagram 2.2). Tingkat kerusakannya juga meningkat. Kejadian El Niňo 1997-1998 adalah yang paling parah selama 50 tahun; tahun 1998 memang merupakan tahun terpanas dalam abad dua puluh ini. Diagram 1. Jumlah kejadian bencana, 1993-2002
Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum dalam UNDP 2007
Diagram 2. Jumlah kejadian banjir 2001-2004
Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum dalam UNDP 2007
112
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Makin seringnya kejadian El Niňo ini bertepatan dengan berlangsungnya pemanasan global. Data dari National Oceanic and Atmosphere Administration (NOAA) menunjukkan bahwa sepuluh kejadian El Niňo paling parah terjadi setelah tahun 1970an, ketika pemanasan global berlangsung makin cepat. Apakah berbagai perubahan yang kita alami sekarang ini akibat El Niňo ataukah sebagai efek rumah kaca, atau paduan keduanya, yang jelas Indonesia sudah mengalami perubahan iklim dan bahwa konsekuensinya dapat dirasakan oleh generasi sekarang dan mendatang. Beberapa hal yang dapat kita perkirakan: a. Perubahan musim dan curah hujan Dalam beberapa tahun ini para petani di desa-desa pulau Jawa sudah membicarakan mengenai musim yang tidak normal. Kearifan kuno petani padi mengenai urut-urutan musim tanam, pranata mangsa di Jawa, Palontara di Sulawesi Selatan, dan banyak kearifan lainnya sudah dikacaukan oleh perubahan iklim. Di sebagian besar wilayah Sumatera selama kurun waktu 1960-1990 dan 1991-2003, awal musim hujan kini menjadi terlambat 10 hingga 20 hari dan awal kemarau menjadi terlambat 10 hingga 60 hari. Berbagai pergeseran serupa juga sudah dirasakan di pulau Jawa. Pola-pola ini berpeluang untuk berlanjut. Di masa akan datang, sebagian wilayah Indonesia, terutama wilayah yang terletak di sebelah selatan katulistiwa, dapat mengalami musim kemarau lebih panjang dan musim hujan yang lebih pendek tetapi dengan curah yang lebih tinggi dengan tipe perubahan dalam pola seperti yang digambarkan pada diagram 2.3. Di samping itu, iklim juga kemungkinan akan menjadi berubah-ubah, dengan makin seringnya curah hujan yang tidak menentu. Suhu yang lebih tinggi juga dapat mengeringkan tanah, mengurangi sumber air tanah, mendegradasi lahan, dan dalam beberapa kasus dapat mengakibatkan penggurunan.
113
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Diagram 3. Kecenderungan pola curah hujan yang akan datang di Jawa dan Bali
Sumber : Berdasarkan Naylor dkk,2007
b. Kejadian cuaca yang lebih ekstrem Diperkirakan kita akan mengalami badai pesisir yang lebih sering dan lebih dahsyat, serta kemarau panjang dan curah hujan tinggi yang dapat memicu longsor. c. Kenaikan muka air laut Sebagai akibat dari muainya air laut dan melelehnya gletser dan lapisan es di kutub, pemanasan global dapat menyebabkan naiknya muka air laut antara 9 hingga 100 cm. Kenaikan ini mempercepat erosi di wilayah pesisir, memicu instrusi air laut ke tanah, merusak lahan rawa di pesisr, dan menenggelamkan pulau-pulau kecil. d. Kenaikan suhu air laut Air laut yang lebih hangat dapat mencegah perkembangbiakan plankton dan mengurangi ketersediaan makanan ikan. Beberapa spesies ikan kemungkinan akan bermigrasi ke wilayah lain yang menawarkan kondisi suhu dan makanan yang lebih baik. Suhu lebih tinggi juga dapat merusak atau ‘memutihkan’ terumbu karang. e. Kenaikan suhu udara Kenaikan suhu udara ini akan mengubah pola-pola vegetasi, dan juga penyebaran serangga seperti nyamuk yang akan mampu
114
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi bertahan di wilayah-wilayah yang sebelumnya terlalu dingin untuk perkembangbiakan mereka. 3. Upaya Mengurangi Ancaman Pemanasan Global Untuk menghilangkan ancaman pemanasan global secara menyeluruh, konsentrasi gas-gas rumah kaca harus dikurangi sampai tingkat masa pra industri. Ini merupakan tujuan yang saat ini tidak mungkin tercapai. Perkiraan jumlah pengurangan emisi yang diperlukan untuk menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca disajikan padaTabel 4. Tabel 4. Pengurangan emisi untuk menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca pada tingkat sekarang. Gas Rumah Kaca Karbondioksida Metana 1 Nitrat oksida CFC-11
% Potongan Emisi Yang Diperlukan 60 5 – 20 70 – 80 70 – 75
Sumber : IPCC, 1990 Dari Tabel 4 terlihat bahwa penghematan tersebut harus dilakukan secara drastis. Emisi karbondioksida, misalnya, harus turun sampai 60 persen, yang berarti bahwa penggunaan bahan bakar fosil untuk transportasi, industri dan listrik pada tingkat global harus dikurangi sampai tingkat setengah. Untuk mencapai ini maka harus dilakukan perubahan secara radikal. Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah:
Eleminasi produksi CFC dan mungkin menggunakan bahan-bahan pengganti yang tidak mempunyai efek rumah kaca;
Menghentikan penggundulan hutan diikuti dengan reboisasi intensif;
Reduksi emisi karbondioksida dari bahan bakar fosil sampai 30 persen dari kadar saat ini; dan reduksi dalam peningkatan konsentrasi tahunan metana dan nitrat oksida sampai 25 persen dari nilai saat ini.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, antara lain : a. Konservasi energi Efisiensi penggunaan energi saat ini di seluruh dunia lebih rendah dibanding dengan yang harusnya terjadi. Potensi terbesar untuk penghematan ada pada dunia industri, dimana sebagian besar energi dikonsumsi. Penghematan energi perlu juga dilakukan pada
115
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi sektor lainnya, seperti transportasi, rumah tangga (baik dalam penggunaan bahan bakar maupun listrik) dan yang tidak kalah pentingnya bahwa sejumlah besar bahan bakar dapat dihemat melalui perancangan bangunan yang dapat mengurangi penyerapan panas sehingga mengurangi kebutuhan akan pendingin. Para arsitek dan perancang Dunia Ketiga dapat beralih pada cara merancang dengan menggunakan sistem pendingin alam. Konsumsi energi pada sektor transportasi dapat ditekan dengan cara menggunakan mobil yang efisien dalam penggunaan bahan bakar, membuat peraturan perpajakan dan peraturan import untuk mencegah masuknya mobil yang boros bahan bakar, sedangkan penghematan energi di sektor industri dapat dilakukan dengan menambal kebocoran uap dan mencegah pemborosan. b. Eliminasi CFC Eliminasi CFC diperlukan karena gas-gas tersebut dapat menyumbangkan 20 persen dari efek rumah kaca pada tahun 2030 (Jhamtani, 1993). Oleh karena itu harus segera diambil tindakan guna menghapuskan penggunaan CFC secara menyeluruh. c. Menukar bahan bakar Emisi gas rumah kaca dari penggunaan bahan bakar fosil yang berbeda cukup bervariasi. Untuk produksi jumlah panas atau listrik yang sama, gas alam menghasilkan CO2 40 persen lebih rendah dibanding batubara dan sekitar 25 persen lebih rendah daripada minyak sehingga dengan menukar sumber bahan bakar dapat menghemat emisi CO2. d. Mengurangi emisi metana dan nitrat oksida Upaya mengurangi emisi metana dapat dilakukan melalui praktek-praktek irigasi dengan masa kering yang panjang, penggunaan varietas padi yang menghasilkan residu lebih sedikit serta masa tumbuh yang pendek. Dalam bidang peternakan, metana yang dihasilkan dapat ditekan melalui praktek pemberian pakan yang lebih baik, selain itu juga dapat dilakukan dengan memuliakan induk ternak secara selektif yang menghasilkan metana yang rendah.
116
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi e. Pilihan penggunaan bahan bakar biomassa atau kompor masak Kompor kayu atau kayu arang yang dirancang dengan baik mungkin mempunyai efisiensi 15 – 20 persen, sedangkan kompor minyak tanah atau gas cair kemungkinan dua atau tiga kali lebih efisien. f.
Teknologi energi yang dapat diperbaharui
Upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dapat dilakukan dengan mengembangkan suatu teknologi yang dapat menekan emisi penyebab efek rumah kaca, seperti : pembangkit listrik tenaga air, pemanas air tenaga matahari, sistem fotovoltaik dalam menghasilkan listrik, penggunaan tenaga angin untuk dikonversi menjadi energi listrik maupun penangkapan metana dari tempat sampah di kota-kota besar. g. Reboisasi Untuk menyerap 10% emisi CO2 yang ada diatmosfer saat ini dapat dilakukan denan menanam tanaman pada areal seluas Zambia atau Turki, sedangkan untuk menyerap semua emisi Tahunan diperlukan menanam seluas Australia. Pengurangan emisi gas rumah kaca dengan cara reboisasi dapat terwujud apabila ada suatu komitmen dari setiap negara untuk meningkatkan pohon dengan tujuan untuk memperlambat penimbunan gas-gas rumah kaca.
B. Letak Inisiasi Etika Lingkungan 1. Wujud Inisiasi Kepedulian Isu pemanasan global ini bukanlah isu baru bagi dunia, dimana gagasan dan program menurunkan emisi karbon secara internasional telah dilakukan sejak tahun 1979 dalam bentuk perjanjian internasional, yaitu United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCC )/Konvensi Kerangka Kerja PBB Tentang Perubahan Iklim atau lazim disebut Konvensi Perubahan Iklim. Konvensi ini disahkan di Rio de Janeiro pada 14 Mei 1992 sebagai salah satu komitmen dalam KTT Bumi, dan mulai berlaku 21 Maret 1994. Pemerintah Indonesia mengesahkannya melalui UU no 6 tahun 1994. Melalui konvensi ini Negara Annex 1 (negara-negara industri termasuk Rusia dan Negara Eropa Timur lain yang ekonominya berada dalam transisi menuju ekonomi bebas) diminta untuk melakukan upaya mitigasi (pengurangan) terhadap emisi GRK melalui pengembangan program nasional serta inventarisasi GRK.
117
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Desember 1997, dari hasil COP 3 (Conference of Parties)/ Konferensi Negara Pihak ke 3, di Kyoto, Jepang, Protokol Kyoto disahkan sebagai dasar bagi Negara Annex 1 untuk mengurangi emisi GRK minimal 5,2% dari tingkat emisi tahun 1990 menjelang komitmen periode pertama tahun 2008-2012. Target penurunan emisi ini disebut Quantified Emission Limitation and Reduction Objectives ( QELROs) dan diatur pada Annex B Protokol Kyoto. Indonesia sudah meratifikasi Protokol Kyoto tanggal 28 Juli 2004 melalui UU no 17/2004. Sampai sekarang, Amerika Serikat yang menjadi Negara penghasil terbesar GRK (25% dari keseluruhan GRK) dan Australia menolak meratifikasi protokol ini. Amerika menolak dengan alasan bahwa pengurangan penggunaan bahan bakar fosil dan menggantinya dengan gas akan memberi dampak negatif bagi perekonomiannya. Protokol Kyoto mulai berlaku efektif pada tahun 2005 setelah Rusia meratifikasinya tahun 2004. Ada tiga mekanisme pemenuhan komitmen Negara Annex 1 untuk menurunkan target emisinya, yaitu melalui Joint Implementation (JI)/Implementasi Bersama, Emission Trading (ET) /Perdagangan Emisi atau sering disebut sebagai Perdagangan Karbon dan Clean Development Program (CDM)/ Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB). a. Joint Implementation (JI) / Implementasi Bersama JI mengatur pengalihan unit pengurangan emisi yang diperoleh dari satu kegiatan di negara maju ke negara maju lain yang biaya penurunan emisinya lebih rendah dan banyak diterapkan di negaranegara Eropa Timur serta negara ex Uni Sovyet. JI akan menghasilkan Emission Reduction Unit (ERU)/ Unit Penurunan Emisi. b. Emission Karbon
Tradding
(ET)/Perdagangan
Emisi/Perdagangan
ET yang lazim disebut Perdagangan karbon pada prinsipnya adalah proses jual beli emisi CO2. Negara Annex II (negara berkembang termasuk Indonesia) yang tidak berkewajiban menurunkan emisi CO2 dapat berusaha menurunkan emisi tersebut. Jumlah penurunannya dijual kepada negara Annex 1 sebagai upaya agar mampu mencapai target QELROs nya. GRK (Gas Rumah Kaca) utama adalah CO2 oleh sebab itu GRK lain dihitung dalam ekivalensi terhadap CO2, misalnya potensi pemanasan global gas metan (CH4) ekivalen dengan 25 molekul CO2.
118
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Perdagangan karbon dilahirkan melalui perjalanan yang amat panjang. Melalui perdagangan karbon, negara-negara industri— sebagai penyumbang terbesar emisi gas karbon dioksida, biang kerok pemanasan global—bisa membayar suatu negara berkembang yang mampu mengupayakan pengurangan emisi karbon. Perdagangan karbon adalah mekanisme berbasis pasar untuk membantu membatasi peningkatan CO2 di atmosfer. Pasar perdagangan karbon sedang mengalami perkembangan yang membuat pembeli dan penjual kredit karbon sejajar dalam peraturan perdangangan yang sudah distandardisasi. Pemilik industri yang menghasilkan CO2 ke atmosfer memiliki ketertarikan atau diwajibkan oleh hukum untuk menyeimbangkan emisi yang mereka keluarkan melalui mekanisme sekuestrasi karbon. Fasilitas pembangkit tenaga bisa termasuk ke dalam industri ini. Pemilik yang mengelola hutan atau lahan pertanian bisa menjual kredit karbon berdasarkan akumulasi karbon yang terkandung dalam pepohonan di hutan mereka. Atau bisa juga pengelola industri yang mengurangi emisi karbon mereka menjual emisi mereka yang telah dikurangi kepada emitor lain. Adalah laporan para ilmuwan pada 1990 tentang Perubahan Iklim yang telah memukul lonceng tanda bahaya bagi kehidupan umat manusia, dan mendesak agar dibentuk suatu kesepakatan global untuk mengatasi perubahan iklim. Dua tahun kemudian, disepakatilah konvensi PBB tentang perubahan iklim (United Nations Frameworks Convention on Climate Change atau UNFCCC) yang tujuan pokoknya menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) pada tingkat yang aman dan tidak mengganggu iklim global. Alhasil, karbon kini menjadi komoditas bisnis dadakan; FIFA, federasi sepak bola dunia, membeli beberapa kredit karbon sehubungan pelaksanaan Piala Dunia 2006 lalu. Kelompok musik kenamaan The Rolling Stones dan beberapa band lain membelinya sebagai kompensasi emisi GRK yang mereka buang dalam tur-tur mereka. Sementara Paramount, studio film Hollywood, juga membeli kredit karbon atas setiap emisi yang mereka keluarkan selama proses pembuatan film kontroversial tentang pemanasan global, An Inconvenient Truth (2006). Bank Dunia tercatat sebagai pembeli kredit karbon paling royal: nilai transaksi pada 2005 diestimasi mencapai 10 miliar dolar. Bagi beberapa ”pemain”, jual-beli karbon memang perkara citra. Sampai
119
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi saat ini, kebanyakan pembeli karbon adalah firma yang relatif beremisi rendah, seperti bank-bank, yang berharap bisa menggaet klien yang memiliki visi lingkungan. Namun bagi pemain lain, bisnis karbon adalah business as usual yang menggiurkan. Hitung-hitungan bisnisnya relatif sederhana. Setiap upaya penurunan emisi yang setara dengan satu ton karbon (tCO2e) akan diganjar satu CER (certified emission reduction). Sertifikat yang mirip surat berharga ini dikeluarkan oleh Badan Eksekutif CDM di bawah UNFCCC. Negara industri yang sudah meratifikasi Protokol Kyoto (disebut dengan kelompok Annex-1), atau lembaga nonpemerintah manapun yang merasa berkepentingan, bisa membeli CER ini dari proyek-proyek CDM di negara berkembang (non-Annex-1) yang tidak diwajibkan untuk mengurangi emisi. Layaknya komoditas dagang, harga CER bisa bervariasi, tergantung kesepakatan pihak-pihak yang bertransaksi. Tapi, secara rerata, harga satu CER berkisar 5-15 dolar AS. Jadi, jika suatu proyek CDM berhasil memproyeksikan pengurangan emisi sebesar 1 juta ton CO2e dalam setahun, pendapatan kasar yang diperoleh proyek tersebut satu tahunnya sekitar 10 juta dolar AS (jika diambil harga tengah 10 juta dolar) dari penjualan CER. Perlu diketahui, istilah ”reduksi emisi karbon” tidak serta-merta berarti pengurangan kadar karbon yang sudah ada saat ini di udara, tetapi merupakan upaya menekan bertambahnya emisi GRK akibat penggunaan bahan bakar fosil. Jadi, angka-angka tersebut pada dasarnya adalah jumlah karbon yang diemisikan jika tanpa proyek CDM. Di satu sisi, solusi ini terkesan menyederhanakan masalah dan kental dengan unsur ketidakadilan: negara industri bebas mengotori atmosfer selama mampu membeli CER sebagai kompensasinya. Tapi di sisi lain, bisnis karbon membuka berbagai peluang: membangkitkan perekonomian negara dunia ketiga sekaligus menciptakan kondisi lingkungan yang relatif lebih baik. ”Ide besarnya adalah memberikan nilai moneter pada usaha perbaikan lingkungan. Selama ini, konservasi lingkungan dianggap sebagai cost, liabilitas. Tapi dengan adanya CDM, pengelolaan lingkungan juga berarti aset berharga. Berdasarkan Kajian Strategis Nasional sektor Kehutanan dan Energi (KSNKE) yang dilakukan pada tahun 2001-2002, Indonesia
120
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi memiliki potensi pengurangan emisi GRK sekitar 23-24 juta ton CO2e per tahun. Jika dikonversi ke nilai CER, potensinya menjadi 230 juta dolar AS dalam setahun (sekitar 2,3 triliun rupiah). Bukan jumlah yang kecil. Khusus sektor kehutanan (nonenergi), catatan KSNKE menyebut ada sekitar 15 juta hektare lahan di seluruh daerah di Indonesia yang bisa diajukan untuk proyek CDM. Mengetahui fakta ini, akhir-akhir ini banyak pemerintah daerah yang mempromosikan hutan di daerahnya untuk dijadikan proyek CDM. Padahal, masalahnya ternyata tidak sesederhana itu. Adanya Protokol Kyoto yang menyebutkan bahwa semua negara harus membayar kerugian atas dikeluarkannya emisi karbon dari kegiatan masyarakat di dalam suatu negara tersebut, mengakibatkan timbulnya suatu perdagangan emisi karbon didunia. Hal ini memang sangat ironis, karena seperti memperjualbelikan hutan kita di bursa Internasional. Gagasan dari dunia Internasioanl adalah bagaimana Indonesia mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dari usaha menjaga hutan. Sebagai paru-paru bumi, hutan memegang peran penting dalam mengikat karbon, yang menjadi biang keladi pemanasan bumi dan melelehnya kutub. Paru-paru bumi itu adalah hutan tropis kekayaan alam Indonesia bersama 11 negara lain. Bila hutan luas Indonesia itu terbakar atau habis ditebang, semua negara di dunia akan menderita. Sebaliknya, saat Indonesia berhasil mengerem penebangan hutan dan meminimalkan kebakaran hutan, seluruh dunia, termasuk negara-negara maju, akan mengail untung. Pelepasan emisi karbon pun dapat dicegah. Dengan dasar pikiran ini, Indonesia mengajukan proposal reduce emissions from deforestation and degradation (REDD). Ini semacam permintaan insentif kepada negara maju atas usaha Indonesia mengurangi emisi karbon dari deforestasi dan degradasi. Mengapa negara maju? Industri merekalah yang menjadi penyebab terbesar terbuangnya emisi, di samping seperlimanya oleh deforestasi. Ada 40 negara maju yang wajib menurunkan emisi karbon akibat mega-industri mereka. Sambil jalan, mereka boleh membeli kredit karbon—hak untuk melepas karbon (atau menebar polusi)—dari pemilik aset yang bisa menyimpan atau menyerap karbon. Inilah yang disebut sebagai perdagangan karbon.
121
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Konferensi Perubahan Iklim di Bali akan mengetuk palu apakah negara-negara maju menyetujui penerapannya secara permanen. Kalau disetujui, lima tahun lagi pemerintah Indonesia bisa mendapat dana hingga US$ 2 miliar atau sekitar Rp 18 triliun per tahun dari skema baru ini. Mekanismenya, ya, lewat perdagangan karbon tadi, atau dana multilateral. Dari mana munculnya angka Rp 18 triliun? Tim penyusun hitungan matematis ini bernama Indonesian Forest Climate Alliance (IFCA). Di dalamnya ada Departemen Kehutanan, pusat penelitian kehutanan, lembaga swadaya masyarakat, dan kalangan swasta. Tim yang dibiayai donor internasional ini telah menyusun berbagai kajian dasar, antara lain penentuan baseline laju deforestasi, strategi penurunan emisi, metode pemantauan dan verifikasi, transaksi pendanaan karbon, dan mekanisme distribusi pembayaran. Laju deforestasi yang selama ini terjadi dan menjadi patokan adalah 1,8 juta hektare per tahun. Padahal, untuk setiap hektare, hutan sanggup menyimpan karbon 200-300 ton. Dan setiap ton karbon dinilai US$ 3-20. Jadi potensi uang yang bisa didapat dari deforestasi itu (jika kita memakai angka US$ 5 per ton dan mengalikan semua angka) mencapai sekitar Rp 18 triliun. Ahli klimatologi Prof Daniel Murdiyarso, peneliti IFCA, termasuk yang setuju pendanaan karbon dilakukan melalui mekanisme pasar karbon internasional. Alasannya, ia menilai prosesnya bisa lebih transparan karena diverifikasi melalui lembaga independen. Pemerintah, kata dia, akan menentukan baseline secara nasional. ”Bila kita berhasil menekan angka deforestasi, selisihnya yang akan dikompensasi,” katanya. Namun cara penghitungan model begini dikritik para aktivis lingkungan. Dalam laporan yang diterbitkan Organisasi Komunitas Sipil Jaringan Tata Kelola Kehutanan dan Perubahan Iklim, metode REDD yang disusun pemerintah dianggap tak memperhitungkan kapasitas hutan untuk menyimpan karbon (carbon storage) dan menyerap karbon (carbon sequestration) yang tak dapat dipisah-pisah. Angka yang mereka pergunakan adalah 200 ton karbon per hektare hutan per tahun untuk kondisi aktual karbon yang tersimpan dan 19 ton karbon per hektare hutan per tahun untuk karbon terserap. Misalnya, bila di Indonesia masih ada hutan tropis seluas 80 juta hektare (memakai angka asumsi hutan tersisa pada 2005) perhitungannya sebagai berikut: volume karbon tersimpan (80 juta
122
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi hektare x 200 ton per hektare per tahun) adalah 16 miliar ton per tahun. Sedangkan volume karbon terserap (80 juta hektare x 19 ton per hektare per tahun) adalah 1,52 miliar ton per tahun. Total jumlah karbon seluruhnya 17,52 miliar ton per tahun (dengan US$ 5 per ton) atau senilai US$ 88 miliar, yang bila dirupiahkan mencapai Rp 790 triliun per tahun. Bandingkan dengan jumlah minim yang dihasilkan bila menghitung dari baseline dengan metode REDD. Dengan patokan 1,8 juta hektare per tahun, setelah sekian tahun, laju deforestasi yang masih terjadi adalah 0,8 hektare per tahun. Maka basis kompensasinya adalah 1 juta hektare. Perhitungannya menjadi 1 juta hektare x 200 ton hektare per tahun = 200 juta ton per tahun atau senilai Rp 9 triliun. ”REDD hanya memberikan kompensasi terhadap pelepasan karbon tercegah, tapi tidak menghargai hutan secara keseluruhan,” mereka menulis. Bukan cuma itu yang mengundang kecemasan mereka. Secara garis besar, para aktivis lingkungan melihat berdagang karbon sama saja dengan memberi negara maju hak untuk menebar polusi. Padahal mestinya mereka berkonsentrasi menurunkan emisi karbon dengan transfer teknologi. Banyak yang tak nyaman dengan mekanisme pasar di balik upaya penurunan emisi. Istilahnya masyarakat tak rela karbon ”digoreng” layaknya saham di bursa. Apalagi bila mengingat harganya bisa naik atau jatuh sesuai dengan hukum pasar permintaan dan kebutuhan. Tak jelas pula siapa yang menjual dan siapa yang membeli. Dan jangan lupa, di balik hutan tersimpan berbagai kepentingan lain, seperti hajat hidup masyarakat sekitar hutan dan nasib tanah adat. Jadi perdagangan karbon di dunia secara etika lingkungan belum merupakan solusi terbaik dalam mengatasi masalah lingkungan itu sendiri, karena dibalik maksud baik dari Deklarasi Protokol Kyoto secara tidak langsung memberikan kebebasan bagi Negara-negara maju yang sanggup dan mampu membayar untuk terus dan terus merusak lapisan ozon dan lingkungan dengan menebar emisi karbon tanpa adanya rasa menjaga dan ikut melindunginya karena mereka beranggapan “sudah membayar” atas polusi yang mereka ciptakan.
123
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi c. Clean Development Program (CDM)/Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB) CDM dirancang untuk memberikan aturan terhadap kegiatan proyek yang dapat menghasilkan pengurangan emisi yang disertifikasi (Certified Emission Reduction/CER). Hal ini merupakan satu satunya mekanisme yang mengikutsertakan negara berkembang. Melalui proyek CDM, Negara Annex 1 mendapatkan keuntungan dengan melakukan penurunan emisi dengan harga relatif lebih murah dari pada bila mengembangkan proyek tersebut di negara mereka. Negara berkembang sebagai tuan rumah CDM mendapatkan keuntungan berupa bantuan keuangan, transfer teknologi dalam pengembangan teknologi bersih dan efisien serta pemanfaatan energi terbarukan (renewable energy). Setelah suatu proyek terbukti dapat menurunkan emisi GRK, negara Annex 1 tersebut mendapatkan kredit point yang disebut CER yang dihitung sebagai emisi yang berhasil diturunkan oleh negara Annex 1. Setelah meratifikasi Protokol Kyoto melalui Undang-undang Nomor 17 tahun 2004, Indonesia membuka peluang ikut serta dalam arus perdagangan karbon. Sebagai fasilitator dan koordinator CDM di tingkat nasional, pemerintah membentuk Komisi Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih (Komnas MPB) di bawah koordinasi Kementerian Lingkungan Hidup pada Juli 2005. Di setiap negara, komisi semacam juga ada dengan sebutan DNA (designated national authority). Berdasarkan Kajian Strategis Nasional sektor Kehutanan dan Energi (KSNKE) yang dilakukan pada tahun 2001-2002, Indonesia memiliki potensi pengurangan emisi GRK sekitar 23-24 juta ton CO2 per tahun. Jika dikonversi ke nilai CER, potensinya menjadi 230 juta dolar AS dalam setahun (sekitar 2,3 triliun rupiah). Bukan jumlah yang kecil. Khusus sektor kehutanan (nonenergi), catatan KSNKE menyebut ada sekitar 15 juta hektare lahan di seluruh daerah di Indonesia yang bisa diajukan untuk proyek CDM. Mengetahui fakta ini, akhir-akhir ini banyak pemerintah daerah yang mempromosikan hutan di daerahnya untuk dijadikan proyek CDM. Padahal, masalahnya ternyata tidak sesederhana itu. Terkait dengan Kongres IPU Assembly ke 116. Terkait dengan kongres IPU Assembly ke 116 di Bali 29 April-4 Mei 2007, ada
124
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi beberapa isu yang menjadi kepentingan negara berkembang termasuk Indonesia terkait UNFCC dan Kyoto Protokol, antara lain : proses pembahasan pengurangan emisi melalui penanggulangan deforestasi (penebangan hutan) penyediaan sumber dana untuk Negara berkembang melalui mekanisme Global Environment Facilities (GEF), mekanisme dana khusus untuk perubahan iklim (Special Climate Change Fund), dana adaptasi (Adaptation Fund) pelaksanaan proyek-proyek CDM. Selain itu tanggal 3-14 Desember 2007 mendatang Indonesia menjadi tuan rumah Sidang COP 13 (Conference of Parties) / MOP 3 (Meeting of Parties) UNFCC/Kyoto Protocol, dimana diharapkan akan terbentuk roadmap bagi masa depan pelaksanaan Protokol Kyoto pasca tahun 2012 (tahap kedua). COP/MOP merupakan lembaga tertinggi pengambil keputusan protokol CDM / MPB (Mekanisme Pembangunan Bersih) Mekanisme ini pada dasarnya merupakan perdagangan karbon, dimana sebagai bukti bahwa proyek tersebut telah menurunkan emisi gas rumah kaca, akan diterbitkan Sertifikat Pengurangan Emisi (Certified Emission Reductions-CERs) oleh Badan Eksekutif MPB (CDM Executive Board) yang kemudian dapat dijual oleh negara berkembang ke negara maju. Berdasarkan perhitungan, potensi CDM di Indonesia tahun 2008-2012 adalah 125-300 juta ton CO2 dengan harga per tonnya $ 1.50 - $ 5.50. Untuk pelaksanaan proyek CDM /MPB, Indonesia telah membentuk Designated National Authority (DNA) atau Otoritas Nasional yaitu Komisi Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih (Komnas MPB atau KNMPB) melalui Kepmen LH no 206 / 2005 sebagai otoritas pemberi persetujuan nasional bagi proyek-proyek CDM. Sejak pembentukannya, KNMPB telah memberikan persetujuan nasional kepada 6 proyek CDM, dua di antaranya dalam tahap registrasi di tingkat internasional oleh Executive Board dan 8 aplikasi proyek dalam tahap evaluasi. Adapun proyek di Bali yang masuk menjadi proyek DCM adalah Indonesia Integrated Solid Waste Management dengan pengoperasian mesin GALFAD (Gasification, Landfill gas and Anaerobic Digestion) di TPA Suwung dan Bali Biomass Power Project. Sampai tahun 2007, Indonesia telah menandatangani MOU dengan empat negara annex 1 yaitu Denmark, Kanada, Belanda dan Austria Sektor yang bisa berpartisipasi dalam CDM/ MPB adalah : Energi (pembakaran bahan bakar), misal proyek bis umum di perkotaan, proyek penerangan di pedesaan, pengembangan biofuel dengan pohon jarak dll. Proses industri (produk mineral, kimia, logam, dll) Penggunaan bahan pengencer / solvent dan produk lain, (penanaman padi, pengelolaan
125
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi kotoran hewan dll) Sampah (termasuk TPA) Tata guna lahan (aforestasi, reforestasi hutan dll) Dalam pengembangan energi terbarukan, termasuk Bahan Bakar Nabati (BBN), pemerintah akan memberikan insentif bagi investor yang akan menanamkan modal di usaha biodiesel seperti keringanan pajak dan bea masuk barang modal. Penasihat PM Inggris untuk Perubahan Iklim Nicholas Stern mengatakan bahwa Indonesia perlu melakukan langkah segera untuk menekan laju deforestasi, mengingat dari 18% emisi CO2 akibat deforestasi, Indonesia menyumbang 6% nya. Secara global Indonesia berada di peringkat ke 3 negara penyumbang emisi karbon di bawah Amerika Serikat dan Cina. Proyek CDM dapat membantu Indonesia dalam menekan laju deforestasi. 2. Letak Inisiasi Etika Lingkungan Fakta-fakta ilmiah di berbagai jurnal ilmiah di dalam dan luar negeri, misalnya, telah banyak memberikan pemahaman kepada kita tentang akibat perubahan iklim dan pemanasan global yang sedang terjadi. Hal ini tentu saja seharusnya menyadarkan kita akan pentingnya memelihara keseimbangan lingkungan. Pencerminan kesadaran untuk menuju Deep Ecology (Ekologi Dalam) dan meninggalkan Shallow Ecology (Ekologi Dangkal) sudah mulai tertanam dengan salah satu bentuk wujud kepedulian terhadap eksistensi lingkungan melalui Perdagangan Karbon. Dengan adanya wujud kepedulian terhadap perubahan iklim “pemanasan global” melalui bentuk inisiasi seperti terbentuknya UNFCCC, Protokol Kyoto, dan lainnya untuk menambah jumlah rosot karbon atau mengurangi emisi Gas Rumah Kaca yang banyak diakibatkan oleh meningkatnya emisi gas karbondioksida. Hal tersebut menunjukkan suatu inisiasi Etika Lingkungan dimana orang sudah mulai menyadari suatu sikap yang menghargai keberadaan lingkungan sebagai penunjang ekosistem dan penunjang kesejahteraan mereka sendiri. Salah satu bentuk wujud inisiasi yang sekarang sedang berkembang adalah Perdagangan Karbon (Emission Trade/Carbon Trade), dimana perdagangan karbon adalah menjual kemampuan pohon, terutama pohon berkayu untuk menyerap karbon demi mengurangi emisi karbon di atmosfer. Perdagangan Karbon merupakan mekanisme baru yang berkembang saat ini, dimana para negara maju membayar kompensasi akibat emisi karbon yang dihasilkan oleh negaranya kepada negara berkembang, agar dapat mengelola dan menjaga kelestarian hutannya dengan tujuan utama sebagai penyerap karbon yang ada di atmosfer
126
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi agar mengurangi emisi karbon di udara sekaligus mengurangi dampak dari Global Warming. Beberapa aktor Hollywood bahkan berinisiatif untuk mengurangi dampak dari Global Warming, diantaranya Brad Pitt yang membayar pada perusahaan pemasaran karbon sebesar 10.000 dollar AS untuk memelihara hutan atas namanya di Kerajaan Bhutan, Asia, begitu juga dengan aktor Jake Gyllenhaal yang membayar jumlah yang sama untuk hak atas karbon dengan penanaman pohon di Mozambik, Afrika. Negara-negara penghasil emisi karbon harus menurunkan tingkat emisinya dengan menerapkan teknologi tinggi dan juga menyalurkan dana kepada negara-negara yang memiliki potensi sumberdaya alam untuk mampu menyerap emisi karbon secara alami misalnya melalui vegetasi (hutan). Indonesia dengan luas hutan tersebar ketiga di dunia, bisa berperan penting untuk mengurangi emisi dunia melalui carbon sink. Hal ini bisa terjadi jika hutan yang ada dijaga kelestariannya dan melakukan penanaman (afforestasi) pada kawasan bukan hutan (degraded land). Serta melakukan perbaikan kawasan hutan yang rusak (degraded forest) dengan cara penghutanan kembali (reforestasi). Tidak dapat dipungkiri bahwasanya selain menghasilkan kayu sebagai bahan baku industri perkayuan, hutan tanaman juga memiliki manfaat lainnya seperti fungsi hutan alam pada daerah aliran sungai untuk tata air, mengurangi terjadinya erosi, dan secara relatif meningkatkan keanekaragaman hayati dibandingkan dengan tipe penutup lahan sebelumnya seperti semak, belukar dan alang-alang, atau tanah terbuka. Dan sekarang manfaat yang semula tidak terukur (intangible) dalam menghasilkan udara bersih mulai mendapatkan tempat dengan munculnya isu pemanasan global, dimana hutan sangat diharapkan untuk secara konkrit berperan didalam mengurangi pemanasan global., dengan menjual kemampuan menyerap karbon hutan tersebut dan memperoleh kompensasi dari para negara maju. Sehingga kita dapat memanfaatkan hutan tanpa harus merusaknya tetapi justru dengan melestarikannya dengan tidak menebang hutan dan ‘menjaga” hutan agar dapat menjalankan perannya sebagai penyerap karbon di atmosfer dimana biomas pohon dan vegetasi di hutan berisi cadangan karbon yang sangat besar yang dapat memberikan keseimbangan siklus karbon bagi keperluan seluruh mahluk hidup di muka bumi. Bagi negara-negara berkembang yang memiliki hutan, seperti Indonesia, CDM berpotensi sebagai sumber pendanaan bagi perbaikan dan penjagaan kualitas hutan. Di sini, kemampuan hutan dalam menyerap CO2 sebagai salah satu gas rumah kaca menjadi fokus penting.
127
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Pohon-pohon menyimpan karbon dioksida yang digunakan untuk mengubah energi cahaya menjadi energi kimia. Menurut PBB, deforestasi merupakan sumber emisi karbon terbesar ketiga setelah pemakaian bahan bakar fosil dan operasi industri. Mengurangi emisi dengan menyelamatkan hutan merupakan sebuah prioritas. Dalam konsep REDD (Reduction Emission from Deforestrasi and Degradation), untuk kegiatan penanaman dalam penurunan emiss termasuk kegiatan penanaman tanaman perkebunan (tanaman tahunan) di lahan kritis ( bukan mengkonversi lahan hutan menjadi perkebunan) akan diberikan insentif dengan pertimbangan antara lain: tidak membuka lahan dengan cara membakar, pemakaian pupuk yang tidak merusak lingkungan, meningkatkan ekonomi masyarakat sehingga tidak merusak lingkungan serta variabel lainnya yang akan menambah dalam penetuan nilai insentif. Perdagangan Emisi Gas Rumah Kaca Peningkatan rosot karbon mempunyai potensi untuk dijadikan proyek perdagangan karbon dalam rangka Pembangunan Bersih. Implementasi dari rosot karbon dalam perdagangan emisi gas rumah kaca ini dapat dilakukan melalui : a. Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis Rehabilitasi hutan dan lahan kritis harus dilakukan karena jika hutan rusak dan lahan menjadi kritis maka kandungan karbon menurun. Fenomena ini dapat dijadikan potensi untuk dilakukan perdagangan karbon. Sebuah contoh sederhana dari perdagangan karbon, misalnya hutan hujan tropik di Asia mengandung 135 – 250 ton C/ha. Perkiraan harga karbon antara US$ 1 - 30/ton C (Soemarwoto, 2001). b. Pencagaran Rosot Karbon : Taman Nasional, Cagar Alam dan Hutan Lindung Dengan perhitungan seperti contoh di atas, maka pencagaran rosot karbon dalam bentuk taman nasional, cagar alam dan hutan lindung dapat juga mempunyai nilai jual. Protokol Kyoto menyajikan peluang untuk mengubah taman nasional, cagar alam dan hutan lindung dari pos biaya dalam anggaran pendapatan dan biaya menjadi pos pendapatan. c. Reduksi Emisi berSertifikat (RES) Melalui usaha Reduksi Emisi berSertifikat (RES) ini akan menghasilkan valuta asing sehingga diharapkan dapat menjadi sumber
128
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi yang sangat potensial untuk mendapatkan keuntungan bagi yang menciptakannya. d. Melaksanakan Protokol Kyoto Protokol Kyoto mewajibkan negara industri maju untuk mengurangi gas rumah kaca minimal 5,5% dari tingkat emisis tahun 1990 selama tahun 2008 sampai 2012, melalui Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) dilakukan dengan cara negara maju menanamkan modalnya di negara berkembang dalam proyek yang dapat menghasilkan pengurangan emisi gas rumah kaca. Dengan melaksanakan mekanisme di atas, berarti prinsp etika lingkungan telah diterapkan dalam segi kehidupan dimana prinsip etika lingkungan ini termasuk dalam konsep Deep Ecology. Adapun prinsipprinsip Etika Lingkungan menurut Sony Keraf (2002:144) adalah : a. Sikap hormat terhadap alam Dalam hal ini manusia diharapkan mengakui bahwa alam semesta perlu dihormati lepas apakah dia mengikuti konsep antroposentrisme, biosentrisme maupun eksosentrisme. b. Prinsip tanggung jawab Tanggung jawab disini tidak hanya tanggung jawab individual tetapi juga kolektif, dimana tanggung jawab moral menuntut manusia untuk mengambil prakarsa, usaha, kebijakan dan tindakan bersama secara nyata untuk menjaga alam semesta dan segala isinya. c. Solidaritas kosmis Manusia mempunyai kedudukan sederajat dan setara dengan alam dan makhluk hidup di alam. Kesadaran ini membangkitkan dalam diri manusia perasaan solider dan sepenanggungan dengan alam dan sesama makhluk hidup lain. d. Kasih sayang dan kepedulian terhadap alam Sebagai sesama anggota komunitas ekologis yang setara manusia digugah untuk mencintai, menyayangi dan peduli pada alam dan isinya tanpa diskriminasi dan dominasi. Kasih sayang dan kepedulian ini juga muncul dari kenyataan bahwa sebagai sesama anggota komunitas ekologis semua makhluk hidup mempunyai hak untuk dilindungi, dipelihara, dirawat dan tidak disakiti.
129
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi e. Tidak merugikan Manusia mempunyai kewajiban moral dan tanggung jawab terhadap alam. Paling tidak manusia tidak mau merugikan alam. Oleh karena itu manusia diupayakan tidak melakukan tindakan yang merugikan atau mengancam eksistensi makhluk hidup lain di alam semesta ini sebagaimana manusia tidak dibenarkan juga secara moral untuk bertindak yang merugikan sesama manusia. f.
Hidup sederhana dan selaras dengan alam
Prinsip ini menekankan nilai kualitas cara hidup yang baik dan bukan hanya kekayaan. Sarana standar material yang ditekankan dalam kehidupan bukan rakus dan tamak mengumpulkan sebanyakbanyaknya harta. Yang lebih penting adalah mutu kehidupan yang lebih baik. g. Keadilan Dalam hal ini akses yang sama bagi semua kelompok dan anggota masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan ikut juga menikmati pemanfaaatan sumber daya alam atau alam semesta seluruhnya. h. Demokrasi Terkait erat dengan hakekat alam. Isi alam selalu beraneka ragam. Keanekaragaman adalah hakekat alam, hakekat kehidupan itu sendiri. Oleh sebab itu setiap kecenderungan reduksionistis dan anti keanekaragaman serta anti pluralitas bertentangan dengan alam dan anti kehidupan. Demokrasi memberi tempat seluas bagi perbedaan keanekaragaman maupun yang lain. Oleh karena itu orang yang peduli dengan lingkungan adalah orang yang demokratis. Orang yang demokratis sangat mungkin seorang pemerhati lingkungan. i.
Integritas moral
Integritas moral terutama dimaksudkan untuk pejabat publik. Pejabat dituntut untuk mempunyai sikap dan perilaku moral yang terhormat serta memegang teguh prinsip moral yang mengutamakan kepentingan publik. Dituntut bersih dan disegani karena mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan dan masyarakat.
130
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
BAB V PERBANDINGAN DEEP ECOLOGY DAN SHALLOW ECOLOGY Ekologi yang berasal dari kata bahasa Yunani "oikos" (rumah, tempat kediaman) dan "logos" (ilmu) berarti suatu studi tentang relasi timbal-balik antara manusia dan lingkungannya. Ekologi menekankan keterkaitan antara organisme dengan lingkungannya atau hubungan pembangunan dengan lingkungan hidup. Inilah isu sentral dalam gerakan kesadaran akan lingkungan hidup. Karena itu kesadaran ekologis menuntut koreksi korelasi manusia dan alam. Suatu korelasi dialektis dari dua unsur yang saling menunjang. Yang menjadi kajian dalam ekologi berpusat pada manusia dan alam yang dipandang sebagai suatu sistem (ekosistem). Karena manusia dan alam merupakan suatu ekosistem, maka kondisi yang mutlak diperlukan untuk tetap mempertahankan kesatuan tersebut adalah, adanya hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan hidupnya. Manakala keseimbangan dan keharmonisan manusia dengan lingkungannya terganggu, maka akan terganggu pula kesejahteraan manusia. Persoalan lingkungan hidup seperti yang ditunjukkan dengan adanya bencana gempa, banjir, longsor, dan kebakaran hutan, sebenarnya muncul ketika hubungan manusia dengan alam sekitarnya mengalami ketidakserasian. Persoalan berikutnya adalah, bagaimana keserasian hubungan tersebut dapat dielaborasi. Di sinilah faktor manusia memegang peranan yang sangat penting. Meskipun dalam ekosistem antara manusia dan lingkungan alam sekitarnya dipandang sebagai suatu kesatuan, namun semua bagian makhluk yang lain amat terganggu pada persepsi dan perlakuan manusia.
131
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Ilmu pengetahuan, teknologi, dan industrialisasi yang berkembang demikian cepatnya, menjadi bukti dari kekuatan manusia yang mampu menaklukkan alam sekitarnya. Tetapi, di balik kemajuan tersebut, manusia sekarang tampaknya mulai merasakan realitas lain. Kemajuan di bidang iptek dan industrialisasi itu, ternyata mencuatkan persoalan baru yang mengancam eksistensi manusia itu sendiri, persoalan krisis ekologis. Tetapi yang paling mendasar dan langsung menyentuh sisi eksistensi manusia adalah, kaburnya tempat manusia dalam apa yang telah diciptakannya itu. Keadaan inilah yang sering disebut dengan fenomena alienasi, yakni keterasingan manusia dari dirinya. Ini dapat dipandang sebagai paradoks modernitas, jika mengingat kembali tujuan semula iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) dikembangkan. Ironisnya, dalam perkembangan lebih lanjut, manusia justru menjadi bagian dari hasil kreasinya, dan bahkan menjadi budak ciptaannya. Krisis ekologi global yang kita alami dewasa ini adalah persoalan moral, krisis moral secara global. Manusia dapat mengarahkan teknologi ke arah mana saja, baik atau buruk, benar atau salah. Di sinilah letak peran etika, yang dapat mengarahkan perilaku manusia, baik atau buruk, benar atau salah. Perhatian terhadap lingkungan hidup semakin besar, dan seringkali diwujudkan dalam organisasi-organisasi masyarakat. Di mana perhatian utama mereka lebih kepada pentingnya etika ekologi baru. Secara teoritis, terdapat tiga model teori etika lingkungan, yaitu yang dikenal sebagai Shallow Environmental Ethics, Intermediate Environmental Ethics, dan Deep Environmental Ethics. Ketiga teori ini juga dikenal sebagai antroposentrisme, biosentrisme, dan ekosentrisme.(Sony Keraf: 2002).
A. Deep Ecology Salah satu versi teori etika ekosentrisme ini adalah teori etika lingkungan yang sekarang ini dikenal sebagai Deep Ecology. Sebagai istilah, Deep Ecology pertama kali diperkenalkan oleh Arne Naess, seorang filsuf Norwegia, pada 1973 pada momen Konferensi ”Masa Depan Dunia Ketiga” yang berlangsung di Bukares. Naess kemudian dikenal sebagai salah seorang tokoh utama gerakan Deep Ecology hingga sekarang. Dalam artikelnya yang berjudul ”The Shallow and The Deep, Long-range Ecological Movement : A Summary”, Naess membedakan
132
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi antara shallow ecological movement dan deep ecological movement, di mana prinsip moral yang dikembangkan adalah menyangkut seluruh komunitas ekologis. Deep ecology berperan dalam penentuan nilai moral lingkungan hidup. Secara intensional, manusia terarah kepada yang lain. Manusia sebagai subyek berhadapan dengan realitas subyek yang lain. Keterarahan kepada yang lain (lingkungan) ini membuat manusia menemukan kesadaran baru di dalam dirinya. Subyek yang lain membantu manusia untuk menyadari keberadaannya sebagai yang serba terbatas dan berkekurangan, yang serba tergantung juga pada yang lain. Deep ecology membangun sikap kesadaran yang luar biasa pada manusia dan menuntut dia untuk selalu rendah hati dan terbuka terhadap keberadaan yang lain (alam semesta). Dalam perspektif inilah, manusia menerima alam sebagai subyek moral dan "moral agent". Artinya, lingkungan hidup bisa menyadarkan sikap dan moralitas manusia. Relasi positif dengan alam menolong manusia mengembangkan hidup dan menghayati nilai moral. Deep Ecology menuntut suatu etika baru yang tidak berpusat pada manusia, tetapi berpusat pada makhluk hidup seluruhnya dalam kaitan dengan upaya mengatasi persoalan lingkungan hidup. Etika baru ini tidak mengubah sama sekali hubungan antara manusia dengan manusia. Yang baru adalah, pertama, manusia dan kepentingannya bukan lagi ukuran bagi segala sesuatu yang lain. Manusia bukan lagi pusat dari dunia moral. Deep Ecology justru memusatkan perhatian kepada semua species, termasuk spesies bukan manusia. Singkatnya, kepada biosphere seluruhnya. Demikian pula, Deep Ecology tidak hanya memusatkan perhatian pada kepentingan jangka pendek, tetapi jangka panjang. Maka, prinsip moral yang dikembangkan Deep Ecology menyangkut kepentingan seluruh komunitas ekologis. Kedua, bahwa etika ini dirancang sebagai sebuah etika praktis, sebagai sebuah gerakan. Artinya, prinsip-prinsip moral etika lingkungan harus diterjemahkan dalam aksi nyata dan konkret. Etika ini menyangkut suatu gerakan yang jauh lebih dalam dan komprehensif dari sekadar sesuatu yang instrumental dan ekspansionis sebagaimana ditemukan pada antroposentrisme dan biosentrisme. Dengan demikian, Deep Ecology lebih tepat disebut sebagai sebuah gerakan diantara orang-orang yang sama, mendukung suatu gaya hidup yang selaras dengan alam, dan sama-sama memperjuangkan isu lingkungan dan politik. Suatu gerakan yang menuntut dan didasarkan pada perubahan paradigma secara
133
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi mendasar dan revolusioner, yaitu perubahan cara pandang, nilai, dan perilaku atau gaya hidup. Akar gerakan Deep Ecology telah ditemukan pada teori ekosentrisme pada umumnya dan kritik sosial dari Henry David Thoureau, John Muir, D.H. Lawrence, Robinson Jeffers, dan Aldo Huxley. Pengaruh Taoisme, Fransiskus Asisi, Zen Budhisme, dan Barukh Spinoza juga sangat kuat dalam teori-teori dan gerakan Deep Ecology (George Session:1995) Bagaimanapun keseluruhan organisme kehidupan di alam ini layak dan harus dijaga. Krisis alam yang terasa begitu mengkhawatirkan akan membawa dampak pada setiap dimensi kehidupan ini. Ekosentrisme tidak menempatkan seluruh unsur di alam ini dalam kedudukan yang hierarkis, melainkan sebuah satu kesatuan organis yang saling bergantung satu sama lain. Sebuah jaring-jaring kehidupan yang harmonis. Kesadaran akan deep ecology membuat manusia melihat alam bukan sebagai resource for exploitation tetapi sebagai partner of life. Kesadaran ini mengembang pada pola kesalingtergantungan antara semua unsur yang membentuk kehidupan manusia seperti kebudayaan, etika, etnis dan generasi baru. Sikap ini melahirkan usaha melestarikan alam tanpa sikap otoriter dan eksploitatif, bijaksana dalam merencanakan dan menata lingkungan hidup untuk jangka panjang dan bukan hanya untuk konsumsi di sini dan sekarang. Pengembangan kesadaran sikap deep ecology menghapus predikat manusia sebagai master of nature (tuan atas alam) dan menggantikannya dengan predikat partner of nature (rekan dari alam). Pemahaman akan suatu predikat partner of nature dalam diri manusia ketika berhadapan dengan alam, menghasilkan suatu masyarakat ekologis yang berkelanjutan. Karena itu relasi etis dengan lingkungan harus berbasiskan kesadaran deep ecology sebagai satu bentuk solidaritas dengan lingkungan hidup. Adapun prinsip-prinsip dasar dalam Deep Ecology menurut adalah sebagai berikut : 1. All life has value in itself, independent of its usefulness to humans. 2. Richness and diversity contribute to life’s well-being and have value in themselves. 3. Humans have no right to reduce this richness and diversity except to satisfy vital needs in a responsible way. 4. The impact of humans in the world is excessive and rapidly getting worse. Human lifestyles and population are key elements of this impact.
134
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi 5. The diversity of life, including cultures, can flourish only with reduced human impact. 6. Basic ideological, political, economic and technological structures must therefore change. 7. Those who accept the forgoing points have an obligation to participate in implementing the necessary changes and to do so peacefully and democratically. Prinsip-prinsip etika lingkungan bertumpu pada dua pokok teori biosentrisme dan ekosntrisme dimana komunitas moral tidak hanya dibatasi pada komunitas sosial melainkan mencakup komunitas ekologi seluruhnya. Dalam hal ini, Deep Ecology juga menganut teori etika ekosentrisme. Hakekat manusia bukan hanya makhluk sosial melainkan juga makhluk ekologis. Menurut Sony Keraf (2002:144), prinsip etika lingkungan adalah : a. Sikap hormat terhadap alam Dalam hal ini manusia diharapkan mengakui bahwa alam semesta perlu dihormati lepas apakah dia mengikuti konsep antroposentrisme, biosentrisme maupun eksosentrisme. b. Prinsip tanggung jawab Tanggung jawab disini tidak hanya tanggung jawab individual tetapi juga kolektif, dimana tanggung jawab moral menuntut manusia untuk mengambil prakarsa, usaha, kebijakan dan tindakan bersama secara nyata untuk menjaga alam semesta dan segala isinya. c. Solidaritas kosmis Manusia mempunyai kedudukan sederajat dan setara dengan alam dan makhluk hidup di alam. Kesadaran ini membangkitkan dalam diri manusia perasaan solider dan sepenanggungan dengan alam dan sesama makhluk hidup lain. d. Kasih sayang dan kepedulian terhadap alam Sebagai sesama anggota komunitas ekologis yang setara manusia digugah untuk mencintai, menyayangi dan peduli pada alam dan isinya tanpa diskriminasi dan dominasi. Kasih sayang dan kepedulian ini juga muncul dari kenyataan bahwa sebagai sesama anggota komunitas ekologis semua makhluk hidup mempunyai hak untuk dilindungi, dipelihara, dirawat dan tidak disakiti.
135
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi e. Tidak merugikan Manusia mempunyai kewajiban moral dan tanggung jawab terhadap alam. Paling tidak manusia tidak mau merugikan alam. Oleh karena itu manusia diupayakan tidak melakukan tindakan yang merugikan atau mengancam eksistensi makhluk hidup lain di alam semesta ini sebagaimana manusia tidak dibenarkan juga secara moral untuk bertindak yang merugikan sesama manusia. f.
Hidup sederhana dan selaras dengan alam
Prinsip ini menekankan nilai kualitas cara hidup yang baik dan bukan hanya kekayaan. Sarana standar material yang ditekankan dalam kehidupan bukan rakus dan tamak mengumpulkan sebanyakbanyaknya harta. Yang lebih penting adalah mutu kehidupan yang lebih baik. g. Keadilan Dalam hal ini akses yang sama bagi semua kelompok dan anggota masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan ikut juga menikmati pemanfaaatan sumber daya alam atau alam semesta seluruhnya. h. Demokrasi Terkait erat dengan hakekat alam. Isi alam selalu beraneka ragam. Keanekaragaman adalah hakekat alam, hakekat kehidupan itu sendiri. Oleh sebab itu setiap kecenderungan reduksionistis dan anti keanekaragaman serta anti pluralitas bertentangan dengan alam dan anti kehidupan. Demokrasi memberi tempat seluas bagi perbedaan keanekaragaman maupun yang lain. Oleh karena itu orang yang peduli dengan lingkungan adalah orang yang demokratis. Orang yang demokratis sangat mungkin seorang pemerhati lingkungan. i.
Integritas moral
Integritas moral terutama dimaksudkan untuk pejabat publik. Pejabat dituntut untuk mempunyai sikap dan perilaku moral yang terhormat serta memegang teguh prinsip moral yang mengutamakan kepentingan publik. Dituntu bersih dan disegani karena mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan dan masyarakat.
136
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Prinsip-prinsip Gerakan Lingkungan Deep Ecology. Ada beberapa prinsip yang dianut oleh Deep Ecology, antara lain: 1. Prinsip biospheric egalitarianism-in principle Adalah pengakuan bahwa semua organisme dan makhluk hidup adalah anggota yang sama statusnya dari suatu keseluruhan yang terkait sehingga mempunyai martabat yang sama. Pengakuan ini menunjukkan adanya sikap hormat terhadap semua cara dan bentuk kehidupan di alam semesta. Prinsip ini mengacu pada pengakuan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini harus dihargai karena mempunyai nilai pada dirinya sendiri. Manusia hanya salah satu bentuk kehidupan yang pada prinsipnya sama kedudukannya dalam tatanan ekologis dengan semua bentuk kehidupan lain. 2. Prinsip non-antroposentrisme Yaitu manusia merupakan bagian dari alam, bukan di atas atau terpisah dari alam. Deep Ecology memandang manusia hanya salah satu spesies di tengah begitu banyak spesies lain. Semua spesies ini mempunyai nilai yang sama. Deep Ecology lalu menggantikan perspektif yang lebih sempit yang berpusat pada manusia dengan perspektif bioregional atau global yang lebih luas. Dominasi manusia lalu digantikan dengan sikap ketergantungan manusia terhadap lingkungan atau ekosistem. 3. Prinsip realisasi diri (self-realization) Naess beranggapan bahwa manusia merealisasikan dirinya dengan mengembangkan potensi diri. Hanya melalui itu bisa mempertahankan hidupnya. Berbeda dengan Aristoteles dan seluruh tradisi filsafat Barat yang hingga sekarang memahami manusia hanya sebatas sebagai makhluk sosial (social animal), Naess dan Deep Ecology justru memahami manusia sebagai makhluk ekologis (ecological animal). Bagi Ness dan Deep Ecology, realisasi diri manusia itu berlangsung dalam komunitas ekologis. Artinya, manusia berkembang menjadi manusia yang penuh dan utuh justru dalam relasi dengan semua kenyataan kehidupan dengan alam. Manusia tidak hanya berkembang menjadi manusia dalam relasi dengan sesama manusia, seperti pada Aristoteles.
137
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi 4. Pengakuan dan penghargaan terhadap keanekaragaman dan kompleksitas ekologis dalam suatu hubungan simbiosis. Hubungan simbiosis berarti hidup bersama secara saling menguntungkan. Setiap bentuk kehidupan termasuk dan menjadi bagian dari komunitas ekologis seluruhnya, dimana keberadaan yang satu menunjang keberadaan yang lain. Keanekaragaman dalam alam harus dipertahankan karena akan mempertahankan kelangsungan ekosistem itu sendiri. 5. Perlunya perubahan dalam politik menuju ecopolitics Deep Ecology melihat kecenderungan politik dewasa ini yang tidak bernuansa lingkungan sebagai konsekuensi logis dari diprioritaskan ekonomi dan sosial, cara produksi dan konsumsi yang berlebihan. Maka, untuk menyelamatkan lingkungan diperlukan perubahan politik yang mendasar untuk melahirkan ecoplitics. Kesadaran akan deep ecology membuat manusia melihat alam bukan sebagai resource for exploitation tetapi sebagai partner of life. Kesadaran ini mengembang pada pola kesalingtergantungan antara semua unsur yang membentuk kehidupan manusia seperti kebudayaan, etika, etnis dan generasi baru. Sikap ini melahirkan usaha melestarikan alam tanpa sikap otoriter dan eksploitatif, bijaksana dalam merencanakan dan menata lingkungan hidup untuk jangka panjang dan bukan hanya untuk konsumsi di sini dan sekarang. Pengembangan kesadaran sikap deep ecology menghapus predikat manusia sebagai master of nature (tuan atas alam) dan menggantikannya dengan predikat partner of nature (rekan dari alam). Pemahaman akan suatu predikat partner of nature dalam diri manusia ketika berhadapan dengan alam, meng-hasilkan suatu masyarakat ekologis yang berkelanjutan. Karena itu relasi etis dengan lingkungan harus berbasiskan kesadaran deep ecology sebagai satu bentuk solidaritas dengan lingkungan hidup. Kesadaran deep ecology, yang melahirkan kesadaran baru akan peranan alam sebagai subyek mengindikasikan pengakuan akan hak hidup bagi makhluk yang lain. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi manusia untuk menghancurkan yang lain. Merusak alam berarti merusak unsur-unsur yang membentuk kesadaranku sebagai manusia. Itu berarti pula merusak elemen dalam diri yaitu perilaku hidup dan kehidupan itu sendiri. Alam dan manusia bukan berada di antara garis demarkasi, pembatas yang memisahkan keduanya tetapi keduanya "sejajar" dalam arti saling membangun kesadaran hidup untuk selalu bersolider dengan
138
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi lingkungan hidup, bersolider dengan generasi mendatang, untuk menghargai yang lain sebagai ciptaan Tuhan. Apabila dikaitkan dengan deep ecology, kondisi di Indonesia baru mencapai kesadaran, tetapi kesadaran ini belum mewujud pada tindakan. Sehingga sebagian ahli mengatakan bahwa konsep yang digunakan di Indonesia adalah shallow deep ecology. Hal ini bisa dipahami karena merubah pola pikir dan cara pandang suatu masyarakat bukanlah suatu proses yang mudah dan cepat. Mentalitas Frontier (Frontier Mentality) adalah mentalitas dasar atau etika yang ditandai oleh tiga konsep ajaran dasar, (Chiras, 1985, hal. 435) yaitu : 1. Bahwa dunia sebagai penyedia sumber daya yang tak terbatas untuk digunakan oleh manusia, dan tidak perlu berbagi dengan segala bentuk kehidupan lain yang memerlukannya. Dengan kata lain “segala sesuatunya senantiasa tetap tersedia terus dan itu semua untuk kita manusia”. Sebagian dari konsep ini, juga terdapat anggapan bahwa bumi ini memiliki kapasitas yang tidak terbatas untuk menerima dan mengolah pencemaran. 2. Bahwa manusia itu terpisah dari alam dan bukan merupakan bagian dari alam itu sendiri. 3. Bahwa alam dilihat sebagai sesuatu yang harus ditundukkan. Teknologi adalah alat ampuh bagi manusia untuk menundukkan alam, dan juga merupakan jawaban bagi banyak permasalahan konflik antara masyarakat manusia dengan alam. Mentalitas frontier ini telah menguasai jalan pikiran dan perilaku manusia cukup lama, bahkan tetap mendominasi pola pikir atau paradigma masyarakat modern dewasa ini bukan hanya dalam melihat problema lingkungan, tetapi juga dalam upaya memecahkan masalah lingkungan. Mentalitas frontier ini sangat kuat mempengaruhi pola pikir, pengambilan keputusan, tujuan dan harapan individu maupun masyarakat, bahkan sebagai dasar pembenaran setiap tindakan kita. Secara lebih rinci mentalitas Frontier ini menegaskan pemahamannya bahwa: a. Bumi adalah bank sumber daya yang tak terbatas. b. Bila persediaan sumber daya habis, kita pindah ke tempat lain. c. Hidup akan semakin baik bila kita terus dapat menambahkan kesejahteraan material kita.
139
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi d. Harga yang harus dibayar untuk setiap usaha adalah penggunaan materi, energi dan tenaga kerja. Ekonomi pada dasarnya adalah ketiga hal tersebut. e. Alam adalah untuk ditundukkan. f.
Hukum dan teknologi baru akan memecahkan masalah lingkungan yang kita hadapi.
g. Kita lebih tinggi dari pada alam, kita terpisah dari alam dan superior terhadap alam. h. Limbah adalah sesuatu yang harus diterima dari setiap usaha manusia. Etika yang harus digunakan masyarakat modern saat ini adalah Etika Keberlanjutan (sustainable ethics) yang dikemukakan oleh Chiras (1985: 435) yang memiliki anggapan dasar bahwa : 1. Bumi merupakan sumber persediaan yang memiliki batas. 2. Mendaur-ulang dan menggunakan sumber daya yang dapat diganti akan mencegah terjadinya kehabisan persediaan sumber daya. 3. Nilai hidup tidak di ukur dari besarnya uang kita di bank. 4. Harga setiap usaha, bukan hanya penggunaan energi, tenaga kerja dan materi tetapi harga eksternal, seperti: kerusakan lingkungan dan kemerosotan derajat kesehatan manusia harus juga diperhitungkan. 5. Kita harus memahami dan bekerja sama dengan alam. 6. Usaha-usaha individu dalam mengatasi masalah yang sangat menekan harus dibarengi dengan hukum yang kuat serta teknologi yang tepat. 7. Kita adalah bagian dari alam, kita dikuasai oleh hukum alam, oleh karena itu harus menghormati komponen hukum-hukum tersebut. Kita tidak lebih hebat dari alam. 8. Limbah adalah tidak dapat ditoleran, sehingga setiap limbah harus punya nilai guna.
B. Shallow Ecology Pada Shallow Ecology didasarkan pada teori etika lingkungan yaitu Antroposentrisme. Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia
140
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi dan kepentingannya dianggap yang paling menetukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung atau tidak langsung. Nilai terteinggi adalah manusia dan kepentingannya. Hanya manusia yang mempunyai nilai dan mendapat perhatian. Segala sesuatu yang lain di alam semesta ini hanya akan mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang dan demi kepentingan manusia. Alam hanya alat bagi pencapaian tujuan manusia. Alam tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri. Alam dan lingkungan sesungguhnya merupakan bagian esensi dari ciptaan yang tetap hidup. Tetapi sejarah dan fakta telah membuktikan bahwa pendekatan antroposentris ketika manusia berhadapan dengan alam dan lingkungan hidup, telah melahirkan satu perilaku moral lingkungan, yang didasarkan hanya pada kepentingan manusia. Manusia menjadi pusat dari segala penilaian moral. Perihal baik atau tidak baik, benar atau salah selalu berhubungan dengan manusia. Moral antroposentris mengandung konsekuensi bahwa kebutuhan manusialah yang menjadi titik totak penilaian dan perilaku moralis terhadap alam dan lingkungan. Dengan demikian lahirlah distansi (jarak) antara manusia dan alam. Distansi ini memungkinkan berkembangnya sikap eksploitatif terhadap alam dan lingkungannya. Subyek yang mengeksploitasi alam mengamini tidak adanya hubungan dengan obyek yang mau ia eksploitasikan. Alam sama sekali tidak berkorelasi dengan manusia. Dalam perspektif moral antroposentris, manusia tidak saja menempatkan alam sebagai obyek tetapi juga meninggalkan "luka" bagi para generasi sesudahnya. Ia menebarkan sikap individualistis dan utilitarian yang tidak seimbang. Antroposentrisme juga dilihat sebagai sebuah teori filsafat yang mengatakan bahwa nilai dan prinsip moral hanya berlaku bagi manusia, dan bahwa kebutuhan dan kepnetingan manusia mempunyai nilai paling tinggi dan paling penting. Bagi teori antroposentrisme, etika hanya berlaku bagi manusia. Maka, segala tuntutan mengenai perlunya kewajiban dan tanggung jawab moral manusia terhadap lingkungan hidup dianggap sebagai tuntutan yang berlebihan, tidak relevan dan tidak pada tempatnya. Kalaupun tuntutan seperti itu masuk akal, itu hanya dalam pengertian tidak langsung, yaitu sebagai pemenuhan kewajiban dan tanggung jawab moral manusia terhadap sesama. Maksudnya, kewajiban dan tangg ung jawab moral manusia terhadap lingkungankalaupun itu ada-itu semata-mata demi memenuhi kepentingan sesama manusia. Kewajiban dan tanggung jawab terhadap alam hanya merupakan perwujudan kewajiban dan tanggung jawab moral terhadap sesama
141
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi manusia. Bukan merpakan perwujudan dan tanggung jawab moral manusia terhadap alam itu sendiri. Selain bersifat antroposentris, etika ini sangat instrumentalistik, dalam pengertian pola hubungan manusia dan alam dilihat hanya dalam relasi instrumental. Alam dinilai sebagai alat kepentingan manusia. Kalaupun manusia mempunyai sikap peduli terhadap alam, itu sematamata demi menjamin kebutuhan hidup manusia, bukan karena pertimbangan bahwa alam mempunyai nilai pada diri sendiri sehingga pantas untuk dilindungi. Sebaliknya, kalau alam itu sendiri tidak berguna bagi kepentingan manusia, alam akan diabaikan begitu saja. Dalam arti itu, yang berlebihan, antroposentrisme juga disebut etika teleologis karena mendasarkan pertimbangan moral pada akibat tindakan tersebut bagi kepentingan manusia. Suatu kebijakan dan tindakan yang baik dalam kaitan lingkungan hidup akan dinilai baik kalau mempunyai dampak yang menguntungkan bagi kepentingan manusia. Teori semacam ini bersifat egoistis, karena hanya mengutamakan kepentingan manusia. Kepentingan makhluk hidup lain, dan juga alam semesta selutuhnya, tidak menjadi pertimbangan moral manusia. Kalaupun mendapat pertimbangan moral, sekali lagi, pertimbangan itu bersifat egoistis: demi kepentingan manusia. Karena berciri instrumentalistik dan egoistis, teori ini dianggap sebagai sebuah etika lingkungan yang dangkal dan sempit (shallow environmental ethics atau shallow ecology). Sejauh ini, teori tersebut dituduh sebagai salah satu penyebab, bahkan penyebab utama, dari krisis lingkungan yang terjadi sekarang. Krisis lingkungan dianggap terjadi karena perilaku manusia yang dipengaruhi oleh cara pandang antroposentris. Cara pandang antroposentris ini menyebabkan manusia mengeksploitasi dan menguras alam semesta demi memenuhi kepentingan dan kebutuhan hidupnya, tanpa cukup memberi perhatian pada kelestarian alam. Pola perilaku yang eksploitatif, destruktif dan tidak peduli terhadap alam tersebut beranggap berakar pada cara pandang yang hanya mementingkan kepentingan manusia. Cara pandang ini melahirkan sikap dan perilaku rakus dan tamak yang menyebabkan manusia mengambil semua kebutuhannya dari alam tanpa memperhatikan kelestariannya, karena alam dipandang hanya ada demi kepentingan manusia. Apa saja boleh dilakukan manusia terhadap alam, sejauh tidak mempunyai dampak yang merugikan kepentingan manusia. Kepentingan manusia yang dimaksud disini lebih bersifat jangka pendek. Itulah akar dari berbagai krisis lingkungan.
142
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi C. Sikap Deep Ecology dan Shallow Ecology Terhadap Beberapa Isu Lingkungan Sebagai sebuah gerakan yang tidak hanya berhenti pada teori, Deep Ecology menerjemahkan cara pandang dan platform gerakan dalam sikap nyata terhadap beberapa isu lingkungan hidup. Sikap ini tampak jelas berbeda dari Shallow Ecology. Sebagai contoh, dapat dilihat pada beberapa isu berikut ini : Pertama, dalam menghadapi isu pencemaran, Shallow Ecology akan mencari teknologi untuk membersihkan limbah air dan udara yang semakin memperluas lingkup pencemaran tadi. Bersamaan dengan itu, dibuat undang-undang untuk membatasi pencemaran hanya sampai batas yang bisa diperbolehkan. Industri-industri yang tidak ramah lingkungan dipindahkan ke negara-negara sedang berkembang. Sebaliknya, Deep Ecology justru mengevaluasi pencemaran tadi dari sudut pandang biosferik. Maka, Deep Ecology tidak memusatkan perhatian hanya pada dampak pencemaran bagi kesehatan manusia, tetapi pada kehidupan secara keseluruhan, termasuk kondisi-kondisi kehidupan dari setiap spesies dan sistem. Jadi, pendekatannya bukan antroposentris melainkan biosentris atau lebih luas ekosentris. Dalam hal ini, prioritas utama Deep Ecology adalah mengatasi sebab utama yang paling dalam dari pencemaran, dan bukan sekadar dampak superfisial dan jangka pendek. Kedua, dalam kaitan dengan isu sumber daya alam, Shallow Ecology lebih menekankan pentingnya sumber daya alam bagi manusia. Ada keyakinan yang cukup kuat bahwa sumber daya alam tidak akan habis, karena semakin langka sumber daya alam, nilai pasarnya yang semakin tinggi justru akan mempertahankannya. Demikian pula, akan ditemukan penggantinya berkat kemajuan teknologi.Sebaliknya, Perhatian utama Deep Ecology adalah sumber daya alam dan habitat bagi semua bentuk kehidupan. Isi alam semesta tidak dilihat sekadar sebagai sumber daya. Hal ini melahirkan suatu sikap kritis terhadap cara produksi dan konsumsi. Singaktnya, alam semesta dan seluruh isinya dilihat dalam perspektif yang lebih luas. Alam dan kehidupan mempunyai nilai lebih luas dari sekadar nilai ekonomis. Ketiga, dalam kaitan dengan isu jumlah penduduk, Shallow Ecology melihat ancaman ledakan penduduk hanya sebagai masalah negara berkembang. Isu mengenai ”jumlah penduduk optimum” bagi manusia dibicarakan lepas dari persoalan mengenai ”jumlah populasi” optimum bagi bentuk-bentuk kehidupan lain. Mengurangi jumlah penduduk di
143
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi dunia secara besar-besaran tidak dilihat sebagai suatu tujuan jangka panjang yang perlu dicapai. Sebaliknya, Deep Ecology mengakui bahwa tekanan luar biasa terhadap kehidupan di bumi ini disebakan oleh ledakan penduduk manusia. Keempat, dalam kaitannya dengan keragaman budaya dan teknologi tepat guna, Shallow Ecology. menganggap industrialisasi sebagaimana berkembang di negara-negara maju sebagai model yang harus ditiru negara-negara sedang berkembang. Oleh karena itu, alih teknologi dari negara-negara industri maju ke negara-negara sedang berkembang terjadi secara besar-besaran dan semakin luas, tanpa mempersoalkan ketepatgunaannya, terutama dari segi lingkungan. Sebaliknay, Deep Ecology justru berusaha melindungi keragaman budaya dari invasi masyarakat industri maju. Ini dilakukan karena keragaman budaya dilihat sebagai analog dan berkaitan dengan keragaman budaya dilihat sebagai analog dan berkatan dengan keragaman dan kekayaan bentukbentuk kehidupan. Kelima, sehubungan dengan tanah dan laut, Shallow Ecology memandang bentangan alam, ekosistem, sungai laut dan keseluruhan entitas lainnya secara parsial lepas satu dari yang lain. Semua dilihat terutama sebagai milik individu, kelompok atau negara. Konservasi dan pemanfaatan tanah dan laut dikembangkan dalam kerangka analisis keuntungan dan kerugian. Namun, kerugian sosial dan kerugian ekologis yang berlingkup global dan jangka panjang dari pengelolaan sumber daya alam ini justru tidak pernah diperhitungkan. Pengelolaan kehidupan liar terutama dilihat demi kehidupan generasi manusia yang akan datang. Sebaliknya, Deep Ecology beranggapan bahwa bumi ini bukan milik manusia. Manusia hanya mendiami tanah ini, dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya yang vital. Seandainya kebutuhan mereka yang sepele berbenturan dengan kebutuhan vital dari makhluk bukan manusia, manusia harus mengalah. Bersamaan dengan itu, Deep Ecology kehancuran lingkungan tidak bisa diselamtkan dengan teknologi belaka. Keenam, pendidikan dan penelitian ilmiah. Bagi Shallow Ecology degradasi lingkungan dan berkurangnya sumber daya alam membutuhkan semakin banyak tenaga ”ahli” yang bisa memberi nasehat tentnag bagaimana melanjutkan pertumbuhan ekonomi sambil menjaga kelestarian lingkungan. Yang dibutuhkan adalah semakin banyak teknologi yang ”manipulatif” untuk mengelola bumi ini, ketika pertumbuhan ekonomi global membuat degradasi lingkungan semakin tidak terhindarkan dan semakin parah. Pengembangan ilmu pengetahuan
144
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi diharapkan terus lebih memprioritaskan ”ilmu-ilmu keras” (fisika dan kimia). Sedangkan, sebaliknya bagi Deep Ecology seandainya saja kebijakan yang ditempuh adalah yang ramah lingkungan, pendidikan akan lebih diarahkan pada peningkatan kepekaan terhadap lingkungan, kesadaran untuk menggunakan barang-barang yang tidak konsumtif, dan pengembangan modal sosial untuk bersama-sama menata kehidupan, termasuk kehidupan ekonomi, yang ramah lingkungan. Prioritas dialihkan dari ”ilmu-ilmu keras” ke ”ilmu-ilmu lunak”, khususnya pengetahuan budaya, filsafat dan etika. Bersamaan dengan itu, keraifan tradisional digali kembali untuk memperkaya wawasan masyarakat modern. D. Perbedaan Deep ecology dan Shallow Ecology dalam Memandang Lingkungan 1. Ekologi Dangkal (Shallow Ecology) bersifat superfisial, dangkal dan parsial karena hanya terbatas pada isu-isu polusi, kelangkaan sumberdaya, dan penyehatan lingkungan tanpa mengubah cara pandang manusia karena masih menganut pandangan dunia yang bercorak antroposentrisme dan mekanistik. Sedangkan Ekologi Dalam (Deep Ecology) bermaksud merombak cara-pandang manusia modern yang mekanistik-reduksionis terhadap alam dan ekosistem. Gerakan ini tidak lagi berwatak antroposentris, namun berkarakter ekosentris yang memandang manusia sebagai bagian integral tak terpisahkan dari alam kosmos; bahwa segenap pengada di alam raya ini memiliki nilai intrinsik yang hendaknya dihargai oleh manusia. 2. Jika gerakan Ekologi Dangkal hanya mempunyai satu prinsip dan tujuan, maka gerakan Ekologi Dalam memiliki tujuh prinsip. Prinsip gerakan Ekologi Dangkal adalah “menentang polusi dan pengurasan sumber daya” dengan tujuan sentral: kesehatan dan kesejahteraan rakyat di negara-negara maju. Sedangkan tujuh prinsip gerakan Ekologi Dalam adalah: (1) Relasi intrinsik antar spesies-spesies dalam jaringan biosfer; (2) Egalitarianisme biosferis; (3) Keanekaragaman dan simbiosis; (4) Sikap anti-kelas; (5) Penentangan terhadap polusi dan pengurasan sumber daya; (6) Kompleksitas, bukan komplikasi; dan (7) Otonomi lokal dan desentralisasi. 3. Dari segi kerangka dasar, ”ekologi dangkal” banyak dibentuk oleh pemikiran-pemikiran modern yang positivistik dan antroposentrik, yang berimplikasi pada penguasaan manusia atas alam. Sedangkan ”ekologi dalam”, karena basisnya filsafat dan agama, maka kesatuan ekologis menjadi pandangan yang paling utama dengan menempat-
145
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi kan hak asasi manusia dan alam. Manusia diakui hak asasinya atas alam, karena potensi dan kedudukannya sebagai pengelola alam – sebagai khalifah fi al-ardl dalam doktrin spiritualisme Islam. Alam pun diakui hak asasinya, karena berlakunya hukum keseimbangan dalam alam semesta. 4. Dari segi model hubungan antara manusia dan lingkungan alam sekitarnya, jika ”ekologi dangkal” lebih memusatkan pada manusia (antroposentrik), sehingga memunculkan hubungan yang sepihak, yang dapat dilihat pada eksploitasi yang sebesar-besarnya untuk kepentingan manusia. Maka, dalam ”ekologi dalam”, model hubungan yang diciptakan adalah keseimbangan. Dalam konteks keseimbangan ini, eksploitasi terhadap alam tetap dilakukan, namun harus berdasar pada prinsip keseimbangan ekologi. 5. Dari aspek tujuan jangka panjangnya, Jika ”ekologi dangkal” lebih berorientasi pada produksi untuk mengejar pertumbuhan ekonomi, maka ”ekologi dalam” lebih diorientasikan pada terpeliharanya moralitas manusia yang tetap menjaga keseimbangan alam. Perbedaan Ekologi Dalam dan Ekologi Dangkal menurut Buntaran (1996) disajikan pada tabel berikut : Ekologi Dangkal (Shallow Ecology) Antroposentrisme Gambaran manusia yang terpisah dari alam Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak menekankan tanggung jawab manusia Mengutamakan perasaan sebagai pusat keprihatinannya
manusia
Kebijakan dan manjemen sumber daya alam untuk kepentingan manusia Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk khususnya di negara-negara miskin Menerima secara positif pertumbuhan ekonomi Norma utama adalah untung-rugi Mengutamakan rencana jangka pendek Menyesuaikan diri dengan sistem politik dan ekonomi yang berlaku
146
Ekologi Dalam (Deep Ecology) Ekosentrisme Manusia adalah bagian dari alam Menekankan hak hidup makhluk lain, walaupun dapat dimanfaatkan oleh manusia, dan tidak boleh diperlakukan semena-mena Prihatin akan perasaan semua makhluk, dan sedih kalau alam diperlakukan sewenang-wenang Kebijakan dan manjemen lingkungan bagi semua makhluk Alam harus dilestarikan dan tidak dikuasai
Pentingnya melindungi keanekaragaman hayati dan budaya Menghargai dan memelihara tata alam Mengutamakan tujuan jangka panjang sesuai dengan ekosistem Mengkritik sistem ekonomi dan politik, dan menyediakan sistem alternatif, yaitu sistem mengambil sambil memelihara (ecopolitics)
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Dari penjabaran diatas , maka dapat disimpulkan bahwa konsep aliran Deep Ecology berpandangan ekosentris yang sangat memegang prinsip etika lingkungan jika dibandingkan dengan Shallow Ecology yang berpandangan antroposentris. Tetapi sebenarnya, pendekatan antroposentrisme itu sendiri juga tidak salah, karena dengan menempatkan manusia pada posisi lebih terhormat ia dituntut untuk mempunyai tanggung jawab khusus terhadap seluruh isi alam semesta ini. Itu berarti, yang salah adalah penerapan antroposentrisme secara keliru dengan hanya melihat superioritas posisi manusia seakan dengan itu ia boleh berkuasa menggunakan alam semesta ini dan segala isisnya secara sewenang-wenang. Sementara itu, dilupakan bahwa posisi yang tertinggi justru pada dirinya mengandung tanggung jawab untuk melindungi dan menjaga semua yang lebih rendah posisinya. Dengan penerapan yang keliru ini, maka konsep aliran ekosentrislah memang yang paling mementingkan segi lingkungan dan benar-benar memegang prinsip etika lingkungan.
147
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
148
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
BAB VI PENCEMARAN LINGKUNGAN Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan, dan/atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lngkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya (UU RI No. 32 Thn 2009 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup). Prinsipnya yaitu ‘masuk’ dan ‘menurunkan fungsi’. Dengan semakin meningkatnya ‘pembangunan’ lewat perkembangan sektor industri dan transportasi, baik industri minyak dan gas bumi, pertanian, industri kimia, industri logam dasar, pertambangan, industri jasa dan jenis aktivitas manusia lainnya, maka semakin meningkat pula tingkat pencemaran pada lingkungan perairan, udara dan tanah. Untuk mencegah dan memonitor terjadinya pencemaran lingkungan oleh berbagai aktifitas tersebut maka perlu dilakukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan seperti dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Memang telah banyak badan-badan lokal, nasional bahkan internasional yang bergerak dalam pemantauan lingkungan seperti EPA di Amerika, BAPEDAL di Indonesia, dan lain-lain. Namun, upaya ini akan sia-sia jika masyarakat tidak dilibatkan, dengan memantau kerusakan lingkungan secara dini. Terutama mengenal dan memahami bagaimana sebenarnya pencemaran itu terjadi sehingga diharapkan jika masyarakat telah paham maka akan timbul kesadaran sehingga pemantauan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pencemaran sedini mungkin diantisipasi dan masyarakat langsung berperan aktif terhadap kebersihan lingkungan sekitarnya, dengan kata lain EARLY WARNING SYSTEM berjalan dengan baik. Dunia telah tercemar dengan berbagai cara dan hampir seluruh aktivitas kegiatan kita berdampak pada lingkungan. Pencemaran terjadi justru pada komponen yang Cuma-Cuma sebagai sumberdaya alam yang ada di bumi kita yaitu Udara, Air dan Tanah.
149
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa kesehatan lingkungan menyangkut 17 faktor dan yang paling penting adalah pencemaran lingkungan. Masyarakat menjadi terbiasa dengan hidup yang tak bersih. Di Jakarta misalnya, dari 300 ton sampah yang mengaliri 13 sungainya, 67 persen adalah sampah keluarga. Artinya, masyarakat cenderung tidak peduli dan seenaknya saja membuang sampah-sampah ke sungai yang mengakibatkan pencemaran. Demikian pula yang mulai terjadi di Manado dan beberapa kota di Sulawesi Utara. Air yang telah menghitam dan berbau akibat berbagai sampah dan limbah tersebut padahal masih dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk keperluan rumah tangga seperti mencuci, mandi, air minum, dan lain sebagainya. Belum lagi limbah-limbah yang bertambah seiring dengan kemajuan industri.
A. Sumber Pencemaran Lingkungan Pencemar datang dari berbagai sumber dan memasuki udara, air dan tanah dengan berbagai cara. Pencemar udara terutama datang dari kendaraan bermotor, industi, dan pembakaran sampah. Pencemar udara dapat pula berasal dari aktivitas gunung berapi. Pencemaran sungai dan air tanah terutama dari kegiatan domestik, industri, dan pertanian. Limbah cair domestik akan meningkatkan BOD, COD, dan zat organik. Limbah cair industri disamping meningkatkan BOD, COD, zat organik, juga berbagai pencemar beracun. Limbah cair dari kegiatan pertanian terutama berupa nitrat dan fosfat akan menyebabkan EUTROFIKASI, namun jika berbentuk Pestisida akan bersifat toksik bagi komunitas sungai, danau bahkan lautan selama bahan beracun tersebut masih efektif bersifat toksik. Pencemaran udara berasal dari kegiatan industri, emisi kendaraan bermotor dan mobil serta akibat proses alam seperti bencana alam gunung merapi dan kebakaran hutan.
B. Proses Pencemaran Lingkungan Proses pencemaran dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu bahan pencemar tersebut langsung berdampak meracuni sehingga mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan atau mengganggu keseimbangan ekologis baik air, udara maupun tanah. Proses tidak langsung, yaitu beberapa zat kimia bereaksi di udara, air maupun tanah, sehingga menyebabkan pencemaran.
150
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Pencemar ada yang langsung terasa dampaknya, misalnya berupa gangguan kesehatan langsung (penyakit akut), atau akan dirasakan setelah jangka waktu tertentu (penyakit kronis). Sebenarnya alam memiliki kemampuan sendiri untuk mengatasi pencemaran (self recovery), namun alam memiliki keterbatasan. Setelah batas itu terlampaui (daya kelentingan), maka pencemar akan berada di alam secara tetap atau terakumulasi dan kemudian berdampak pada manusia, material, hewan, tumbuhan dan ekosistem
C. Mitigasi Pencemaran Lingkungan Penyelesaian masalah pencemaran terdiri dari langkah pencegahan dan pengendalian. Langkah pencegahan pada prinsipnya mengurangi pencemar dari sumbernya untuk mencegah dampak lingkungan yang lebih berat (mitigasi). Di lingkungan yang terdekat, misalnya dengan mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan dan menggunakannya kembali (reuse) dan daur ulang (recycle). Di bidang industri misalnya dengan mengurangi jumlah air yang dipakai, mengurangi jumlah limbah, dan mengurangi keberadaan zat kimia PBT (Persistent, Bioaccumulative, and Toxic), dan berangsur-angsur menggantinya dengan Green Chemistry. Istilah Green chemistry merupakan segala produk dan proses kimia yang mengurangi atau menghilangkan zat berbahaya. Tindakan pencegahan dapat pula dilakukan dengan mengganti alatalat rumah tangga, atau bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan yang lebih ramah lingkungan. Pencegahan dapat pula dilakukan dengan kegiatan konservasi, penggunaan energi alternative (ramah lingkungan dengan Biofuel), penggunaan alat transportasi alternative (Mass Rapid Transit, Light Rail Transit, Bus Priority atau Water Ways Transport), dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Langkah pengendalian sangat penting untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat. Pengendalian dapat berupa pembuatan standar baku mutu lingkungan, monitoring lingkungan dan penggunaan teknologi untuk mengatasi masalah lingkungan. Untuk permasalahan global seperti perubahan iklim, penipisan lapisan ozon, dan pemanasan global diperlukan kerjasama semua pihak antara satu negara dengan negara lain. Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang
151
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya. Pada saat ini, pencemaran terhadap lingkungan berlangsung dimana-mana dengan laju yang sangat cepat. Sekarang ini beban pencemaran dalam lingkungan sudah semakin berat dengan masuknya limbah industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat.
D. Bahan Kimia Berbahaya Semua zat kimia harus dianggap berbahaya, walaupun sebenarnya bahaya tersebut umumnya berasal dari penggunaan yang salah. Secara umum, zat kimia tidak boleh terkena pada tubuh, karena itu disarankan untuk memakai sarung tangan ketika bekerja dengan bahan kimia. Untuk memipet larutan, harus digunakan pipet filler, tidak boleh dengan mulut. Ketika membawa bahan kimia cair harus berhati-hati, gunakan keranjang untuk menghindari bahaya pecahnya wadah bahan tersebut. Selain itu, setiap orang yang bekerja dengan bahan-bahan berbahaya dimana efeknya mungkin kumulatif, harus diperiksakan ke dokter secara teratur. 1. Kategori bahan kimia berbahaya Bahan kimia dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Beracun (Poison) Semua bahan kimia bersifat racun, mempunyai akibat yang berbeda-beda, bergantung pada derajat toksisitas dan dosis ketika terkena pada tubuh. Ada bahan yang relatif tidak toksis, yaitu yang jarang menyebabkan kecelakaan dalam penggunaan sehari-hari, ada yang toksisitasnya ringan, yaitu bahan yang dengan konsentrasi maksimum akan berbahaya meski waktu penggunaannya singkat Tetapi ada pula yang sangat toksik, yaitu bahan yang tidak boleh terhirup walaupun sebentar. Yang termasuk bahan kimia beracun antara lain asam-kuat, basa/alkali, senyawa sianida, gas karbonmonoksida dan pelarutpelarut organik. Tabel 1 menunjukkan toksisitas relatif dari berbagai pelarut. Sianida merupakan salah satu bahan kimia toksis yang sangat beracun, dimana sejumlah kecil (50 – 150 mg) dari zat di atas dapat
152
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi menyebabkan kematian. Yang tercakup dalam senyawa sianida adalah hidrogen sianida, sianogen bromida, sianogen khlorida, Lactonitrile dan sianida yang larut dalam air. Keracunan bisa disebabkan dari terhirupnya gas HCN yang timbul sebagai hasil reaksi sianida dengan asam dan dengan air. Sianida jangan diekspose dengan asam-asam. b. Karsinogenik Bahan karsinogenik (contoh formalin) dapat mengakibatkan tumor/kanker pada seseorang. Risiko untuk timbulnya tumor secara umum tergantung pada lama dan kerapnya pemakaian bahan tersebut serta konsentrasi yang digunakan. Mengingat bahaya bahan tersebut, maka sebaiknya disediakan sesuai dengan kebutuhan, JANGAN MENIMBUN!!! Semua orang yang menggunakan bahan karsinogenik harus faham risiko dan tahu cara untuk menghindarkan risiko tersebut. Alat pelindung (baju, sarung tangan, dll) harus digunakan untuk menghindari kontak dengan kulit, mulut atau paru. Semua wadah bahan karsinogenik harus diberi label “Karsinogenik” yang jelas. Wadah/alat yang telah kosong setelah selesai dipakai, harus dicuci dengan air dingin. Percobaan harus dirancang sedemikian rupa hingga akan dihasilkan sampah bersifat karsinogen yang paling minimum. Penyimpanan bahan karsinogenik harus aman betul, baik terhadap risiko terpapar apalagi bila bahan tersebut dapat menguap, harus disimpan dalam dua wadah berlapis (wadah pertama dimasukkan dalam wadah kedua). Semua wadah harus berlabel jelas dan disimpan dalam lemari yang aman dan mempunyai ventilasi. c. Flammable Bahan bahan yang mudah terbakar antara lain pelarut organik seperti alkohol, eter, khloroform, benzen, petroleum dsb. Bahan yang mudah terbakar sebagian besar berbentuk cairan. Cairan yang mudah terbakar tidak boleh dituang dekat api dan tidak boleh dipanaskan diatas api, kecuali untuk tujuan test spesifik. Botol-botol yang berisi cairan yang mudah terbakar harus ditempatkan dalam wadah yang kapasitasnya lebih besar dari botol tersebut sehingga jika botol pecah isinya tertampung dengan aman.
153
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Memanaskan cairan yang mudah terbakar harus memakai peralatan listrik, seperti hot plates, water baths, heating mantles, dan lain-lain yang telah dijamin tahan api. Jangan tempatkan botol yang berisi cairan mudah terbakar dan mudah menguap (seperti gasoline) pada sinar matahari langsung. Bahaya kebakaran dapat berakibat lebih hebat, contohnya dietil- dan isopropil- eter bila terkena udara dan sinar matahari dapat membentuk peroksida yang tidak stabil sehingga dapat meledak pada keadaan kering. Eter harus disimpan dalam botol berwarna coklat dan terhindar dari pengaruh cahaya. Karbon disulfida merupakan cairan yang mudah terbakar. Hasil pembakaran tersebut adalah belerang dioksida yang beracun. Cairan lain yang gasnya sangat mudah terbakar adalah : metanol (metil alkohol), etanol, petroleum (ligroin, kerosen, paraffin), aseton, toluen, xilen, pelarut nafta, ‘white spirit’ dan esterester yang dipanaskan. Hidrogen peroksida juga merupakan cairan yang secara spontan terdekomposisi menghasilkan oksigen yang mudah terbakar. Ini terjadi, bila konsentrasi H2O2 diatas 65% w/w dan kontak dengan bahan organik seperti kayu, kotoran, kain dan lain-lain. Ketika menggunakan larutan hydrogen peroksida dengan konsentrasi > 30% w/w harus memakai sarung tangan PVC dan kacamata pelindung. Air bersih harus tersedia untuk mengencerkan peroksida apabila terjadi masalah. Lithium, Natrium dan Kalium adalah logam yang berbahaya karena memiliki sifat reaksi eksothermis dengan resiko mudah terbakar. Jika menggunakan bahan ini, semua bahan yang mudah terbakar haruslah dijauhkan dari sumber api. Adanya gumpalan yang terbentuk dalam larutan, haruslah dipecahkan dengan hati-hati. Eksperimen yang menggunakan bahan tersebut harus dilakukan didalam ruang asam (fume cupboard). Sebaiknya disediakan pemadam kebakaran yang berbentuk bubuk kering (dry powder). Lithium dapat menyala secara spontan bila dalam keadaan kering, oleh karena itu harus dijaga dengan cara menyimpannya dalam paraffin, light petroleum (titik didih 60-80oC) atau minyak nabati.
154
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Tertiary butyl lithium mudah terbakar secara spontan dan harus ditangani dengan menggunakan nitrogen. Reaksinya eksothermis dan berisiko tinggi untuk terbakar, oleh karena itu singkirkan semua larutan yang mudah terbakar kecuali yang hendak digunakan dan siapkan pemadam kebakaran berupa bubuk kering (dry powder). Pereaksi 2-methyl-2-propanol yang digunakan pada senyawa organolitium, harus tetap berada dalam bentuk cairan, jangan sampai menjadi padat. d. Radioaktif Radioaktif merupakan bahan kimia yang dengan sendirinya dapat menghasilkan radiasi yang berbahaya terhadap tubuh. Dalam jumlah kecil bahan radioaktif sudah sangat berbahaya, oleh karena itu bila bekerja menggunakan bahan radioaktif harus betul-betul yakin bahwa bahan tersebut tidak masuk ke tubuh lewat kulit, hidung atau mulut. Kenakan sarung tangan karet, dan sebelum meninggalkan laboratorium tangan harus dicuci bersih dan kemudian dimonitor. Bahan radioaktif harus ditangani sedemikian rupa sehingga tidak ada bahaya kontaminasi di laboratorium. Laboratorium yang menggunakan bahan radioaktif, harus dilengkapi dengan monitor portable untuk mendeteksi sifat radioaktif dan dengan portable dose-rate meter untuk mengukur dosis yang diterima oleh individu. Bahan radioaktif tidak boleh dibuang langsung ke bak pencuci atau saluran air tanpa izin khusus. e. Explosive Beberapa bahan kimia dapat menyebabkan timbulnya ledakan ketika bereaksi dengan bahan lainnya. Sebagai contoh asam perklorat dapat bereaksi dengan bahan organik atau inorganik yang mudah teroksidasi sehingga menghasilkan ledakan. Larutan mengandung alkohol, gliserol atau bahan-bahan lain yang membentuk ester, tidak boleh dipanaskan dengan asam perklorat atau campuran perklorat, sebab ester dari asam perklorat merupakan bahan peledak. Asam perklorat tidak boleh dibiarkan kontak dengan rak atau meja kayu dan wadahnya harus terbuat dari gelas atau porselin. Pada semua pekerjaan yang melibatkan asam perklorat harus digunakan sarung tangan karet, kacamata pelindung dan safety screen.
155
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi f.
Korosif (Corrosive)
Asam-asam kuat seperti asam sulfat pekat, asam khlorida pekat, dll umumnya bersifat korosif. Bahan kimia lain yang bersifat korosif seperti hidrogen fluoride (HF) dapat merusak material lain seperti kaca,beton,logam dan bahan organik. Ketika bekerja dengan HF harus digunakan perlengkapan keselamatan kerja yang sesuai seperti kacamata pengaman, pelindung muka, jas lab dan sarung tangan. Bersihkan tangan (meskipun telah memakai gloves) secara reguler walaupun hanya menggunakan HF yang konsentrasi rendah. g. Lain-lain Selain bahan-bahan kimia diatas, adapula bahan kimia yang menyebabkan iritasi baik pada kulit, mata maupun paru-paru. Diantaranya adalah asap/uap dari asam-asam seperti asam klorida, asam fluorida dan asam nitrat. Selain itu belerang klorida, brom, difenilkhloro dan sianoarsin (dipakai untuk gas perang), dan zat-zat yang berada dalam bentuk gas seperti gas khlor, belerang dioksida, fosgen dan nitrogen peroksida. 2. Bahan kimia dapat kena / masuk ke dalam tubuh melalui a. Pernafasan Bahan kimia berbentuk gas pada temperatur ruang dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan. Contoh: belerang dioksida, nitrogen oksida, karbon monoksida dan sejenisnya yang dapat menyebabkan luka pada paru-paru dan merusak butir-butir darah merah. Gas belerang dioksida dan hidrogen klorida yang dihasilkan dari berbagai reaksi bahan kimia dengan air seperti titanium khlorida, aluminium khlorida, thionil khlorida, asam khloro sulfonat, sulfonil khlorida, fosfor khlorida menyebabkan luka pada paru-paru. Uap fosgen, nickel, karbonil dan uap nitrous mengganggu paruparu yang awalnya mengakibatkan batuk dan sakit ringan. Setelah batuk dan sakit berlalu biasanya beberapa jam kemudian orang tersebut bisa roboh (collapse). Fosgen dihasilkan oleh reaksi chlorinated hydrocarbons dengan permukaan panas. Bahan kimia berwujud padat juga dapat masuk ke dalam pernafasan seperti asap logam timah, khromium, cadmium fosfor, selenium, mercuri, beryllium, senyawa vanadium dan lain-lain.
156
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Keracunan bisa terjadi secara tidak langsung dari menghirup debu dan asap yang dihasilkan dalam proses pekerjaan seperti : penggilingan, penyaringan dan penembakan. Debu silica, siliceous dan asbestos dapat merusak paru-paru. Bekerja dengan bahanbahan diatas harus dilakukan dalam lemari asam, atau jika tidak tersedia lemari asam, digunakan masker pelindung. Bahan-bahan yang terbuat dari PVC, tidak habis terbakar, namun pada temperatur tinggi dapat terbentuk hidrogen khlorida yang sangat mengganggu pernafasan. Asap putih yang dihasilkan dari interaksi alkil aluminium dengan udara lembab, berbahaya terhadap paru-paru dan jika menggunakan senyawa ini, lemari asam yang dipakai harus benarbenar kering. Alkil aluminium dalam jumlah sedikit dapat dibuang dengan mengencerkannya terlebih dahulu dengan toluena diikuti oleh penambahan isopropanol. b. Kulit Umumnya bahan kimia berbentuk padat dan cairan (larutan) dapat terpapar pada kulit. Keracunan mungkin terjadi jika membiarkan zat - zat kimia tetap tinggal di kulit, tanpa segera dibersihkan. Zat kimia yang merusak kulit antara lain turunan nitro dan amino dari benzen dan toluena seperti anilin, mononitrobenzen, dinitrokhlorobenzen, fenil diamin dan metanol. Selain itu senyawa anorganik seperti asam, basa, oksida dan garam garam timah, arsen, tembaga, selenium dan mercuri juga dapat merusak kulit. Setelah bekerja dengan zat-zat kimia diatas, tangan harus segera dicuci dengan sabun dan air. Bahan kimia berwujud gas juga dapat merusak kulit, misalnya gas HF yang bersifat asam menyebabkan kerusakan jaringan. Ini disebabkan oleh ion fluorida yang diabsorpsi melalui kulit bermigrasi dan merusak jaringan di bawahnya, bahkan menyusup ke tulang. Kerusakan oleh HF ini menyebabkan rasa sakit dalam jangka waktu yang lama dan luka bakar yang lambat sembuh. Ion Fluorida adalah racun akut dan kronis, meskipun dalam konsentrasi 1% dalam larutan, oleh karena itu harus ditangani secara sangat hati-hati, apalagi bila konsentrasinya tinggi. 5% HF (2,5M) setara penanganannya dengan 10M H2SO4. Lebih dari 10% HF (5M) dapat menyebabkan luka bakar latent bila kontak dengan kulit dalam beberapa detik dimana rasa sakit mungkin timbul setelah
157
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi beberapa jam. Pabrik kimia biasanya memproduksi HF dalam larutan dengan konsentrasi 48% (28M) atau 73% (44M). Konsentrasi yang demikian tinggi lebih berbahaya daripada asam pekat yang lain. Penyimpanan HF seharusnya dalam wadah plastik polietilen (atau yang setara) yang bertutup sekrup (dapat diputar) dan ditempatkan dalam ruang dingin yang berventilasi baik, sedangkan gas HF hanya digunakan dan disimpan dalam ruang yang telah dipersiapkan secara khusus. Asam dan basa juga merupakan bahan kimia yang merusak kulit. 1) Asam kuat Asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat, asam klorida, asam asetat glacial sangat merusak kulit. Mencampur asam sulfat pekat dengan air akan menghasilkan panas yang tinggi dan berbahaya untuk kulit. Jangan menuang air ke dalam asam sulfat pekat dalam wadah, karena akan memercik dan wadah gelas akan pecah akibat panas tinggi yang dihasilkan. Gunakan sarung tangan dan kaca mata pelindung ketika bekerja dengan asam sulfat. Asam Nitrat pekat dan berasap menyebabkan luka bakar pada kulit yang lama sembuh dan mungkin meninggalkan parut. Asap/uapnya beracun. Untuk menyeka percikan asam nitrat, dianjurkan memakai larutan sodium hipokhlorit 2%. Asam Fluorida dapat menyebabkan luka bakar serius yang mungkin tidak terasa sakit pada mulanya. Jika terkena larutan ini, cuci segera dengan air yang banyak, lalu diseka dengan larutan natrium bikarbonat dan bawa ke dokter untuk diobati. 2) Basa / Alkali Bahan yang termasuk basa kuat, antara lain adalah caustic soda=Natrium hidroksida (soda api), Kalium hidroksida, kalsium hidroksida, natrium peroksida dll. Reaksi basa dengan air akan menghasilkan panas yang tinggi. Untuk mengencerkan basa kuat, harus dilakukan sedikit demi sedikit ke dalam air dengan pengadukan sampai semua terlarut. Jangan tambahkan air panas ke dalam basa kuat untuk mengencerkannya, karena panas yang dikeluarkan dapat menyebabkan cairan menyembur (muncrat) keluar dari tabung
158
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi reaksi. Oleh karena itu, jika bekerja dengan basa kuat, gunakan sarung tangan dan kacamata pelindung . Ammonia termasuk basa lemah tetapi cukup berbahaya. Membuka wadah larutan ammonia pekat harus sangat hati-hati karena ammonia adalah gas yang terlarut dalam air. Larutan ini harus disimpan di ditempat sejuk untuk meminimumkan tekanan yang dapat menghasilkan semburan cairan yang keras ketika tutup wadah dibuka. Bahan kimia anorganik lainnya adalah: Titanium tetrakhlorida harus ditangani dengan sangat hatihati. Mengencerkan zat ini dengan air harus betul-betul dikontrol dengan menggunakan es, dan dilakukan dalam lemari asam. Jika memercik pada kulit, cuci segera dengan air yang banyak. Brom dapat menyebabkan luka bakar hebat pada kulit dan sangat iritasi pada mata, hidung dan paru-paru. Luka bakar pada kulit harus dicuci dengan sejumlah air yang banyak dan dibersihkan dengan larutan ammonia atau natrium thiosulfat encer. Fosfor kuning terbakar secara spontan di udara dan harus ditangani dengan air dingin. Bagian kulit yang terkena bahan ini harus diobati dengan larutan sodium bikarbonat 5% dan diikuti oleh larutan tembaga sulfat 5%. Logam natrium akan menyala, atau bahkan meledak, jika dibiarkan kontak dengan air. Residunya harus dilarutkan dulu dalam metanol kemudian diencerkan dengan sejumlah besar air, baru dibuang ke saluran pembuangan air. Jika natrium kontak dengan kulit, tanggalkan semua perhiasan logam yang dipakai, lalu siram kulit dengan air yang banyak. Jangan menyimpan natrium dekat dengan fosfor kuning, karena kekeliruan dapat menyebabkan akibat yang serius. Alkil Aluminium adalah senyawa yang sangat reaktif yang bereaksi hebat dengan air, alkohol, asam-asam, dan lain-lain. Bahan ini menyebabkan luka bakar hebat pada kulit, yang sangat perih dan sukar sembuh. Jika bekerja dengan bahan ini harus memakai pakaian pelindung termasuk : safety helmet atau visor (helm dengan kaca depan), sarung tangan, dan jas lab. Luka bakar kulit harus segera dibersihkan dengan hidrokarbon jenuh
159
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi (medicinal liquid paraffin) dan segera ke dokter untuk mendapatkan pengobatan yang sesuai. Bahan kimia yang secara kumulatif berbahaya Bahan-bahan kimia yang relatif tidak berbahaya jika digunakan sekali-sekali dalam waktu singkat, bisa menjadi berbahaya jika digunakan secara terus menerus karena terjadi penimbunan dari bahan tersebut. Bahan kimia anorganik seperti timah, arsen dan merkuri termasuk dalam kategori ini, selain itu bahan organik seperti karbon tetrakhlorida, benzen, tetrachloretana, turunan nitro dan amino benzen, berbahaya jika dihirup secara kontinu. Logam merkuri sangat beracun dan dapat menguap sehingga dapat terdeteksi diudara. Udara yang mengandung akumulasi merkuri sangat berbahaya bagi makhluk hidup. c. Pencegahan Bahaya Bahan Kimia Sebelum bekerja dengan bahan kimia, perlu difahami MSDS untuk setiap bahan yang akan digunakan. Informasi MSDS dapat diperoleh secara mudah dan gratis melalui internet. Ketika bekerja dengan bahan kimia harus difahami cara yang aman sehingga tidak membahayakan bagi pengguna lab lainnya maupun diri sendiri. Untuk beberapa bahan kimia yang sangat berbahaya, harus disediakan bahan antidote-nya. Selain itu juga harus difahami cara penggunaan alat pelindung diri/alat keselamatan kerja. Setelah bekerja, sisa bahan kimia dan limbah percobaan harus ditangani dengan seksama, jangan tinggalkan limbah bahan kimia di tempat kerja tanpa penanganan yang sesuai, karena ini sangat membahayakan pengguna lab. lainnya. d. Penanganan Bahaya Bahan Kimia Karbon monoksida tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa namun sangat berbahaya. Eksperimen menggunakan karbon monoksida tidak boleh dilakukan seorang diri dan dalam laboratorium tertutup. Hidrogen sianida juga tidak berasa, walaupun kehadirannya dapat dideteksi dengan baunya yang khas mirip bau almond, sangat
160
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi disarankan tidak menghirup gas ini karena dapat menyebabkan kematian. Hidrogen sulfida lebih berbahaya dari anggapan orang, namun bau yang ditimbulkan menyebabkan orang sudah menjauh dengan sendirinya. Uap, asap dan gas yang diklasifikasikan beracun, tidak boleh dibiarkan bebas dalam udara di laboratorium. Pekerjaan yang melibatkan zat-zat tsb harus dikerjakan dalam ruang asam dan pastikan tidak ada orang yang berada dekat ruang asam tersebut. Jika bekerja dengan gas yang sangat beracun yang tidak berbau dan digunakan dalam periode yang panjang, harus digunakan gas respirator, yang dilengkapi dengan absorption canister yang cocok untuk gas tersebut. Perlu difahami bahwa, canister respirators, hanya efektif pada konsentrasi 1% atau kurang dari 1%. Tanda peringatan berbahaya harus ditempatkan dekat peralatan dimana gas beracun sedang digunakan. Jika gas-gas tersebut tiba-tiba dibebaskan di udara laboratorium akibat pecahnya atau meledaknya container, semua yang berada di sekitar laboratorium diingatkan untuk segera meninggalkan laboratorium sampai semua aman kembali. Jika tubuh terkena/kontak dengan zat karsinogenik, harus segera dicuci dengan air dingin (cold water) yang mengalir selama lima menit. Penanganan jika terjadi kecelakaan penggunaan HF : Singkirkan semua pakaian yang terkontaminasi dengan HF dan siram anggota tubuh yang terkena HF dengan air yang banyak selama 1 menit atau lebih. Panggil petugas P3K dan gunakan gel Kalsium glukonat 2% dengan cara diusapkan ke kulit yang terkena HF dan dimassage selama 15 menit agar diabsorpsi kulit, selanjutnya dibawa ke dokter. Percikan HF ke mata akan menimbulkan rasa sakit dan berbahaya, oleh karena itu harus segera dibersihkan dengan air mengalir selama 15 menit. Penanganan jika terjadi kecelakaan karena sianida: Segera hubungi petugas P3K yang menguasai pengobatan keracunan sianida. Panggil ambulance, jelaskan bahwa korban diduga keracunan sianida dan segera dibawa ke dokter.
161
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Bila terjadi penyebaran uap/gas HCN, gunakan alarm kebakaran sebagai sarana mengosongkan gedung dan segera panggil petugas pemadam kebakaran untuk membantu evakuasi gedung. Pertolongan dari keracunan bahan kimia yang spesifik, dirangkum pada Tabel 2. e. Yang Harus Diperhatikan ketika Bekerja dengan Bahan Kimia Berbahaya 1)
Penyimpanan Bahan berbahaya
Penyimpanan bahan kimia berbahaya harus mengikuti azas tidak saling berinteraksi. Bahan kimia yang saling berinteraksi terangkum pada Tabel 3. Untuk bahan-bahan kimia yang bersifat asam dan basa seharusnya ditempatkan pada ruang/kamar yang memiliki saluran untuk mengeluarkan gas-gas yang mungkin timbul. Demikian juga untuk bahan-bahan yang mudah menguap harus disimpan dalam ruangan yang memiliki kipas angin (fan), agar udara/uap yang ada dapat dipompa keluar. Botol-botol bahan kimia yang berwama coklat/gelap berarti larutan/bahan yang ada didalamnya tidak boleh kena sinar matahari, seharusnya botol tersebut ditempatkan pada lemari khusus yang terlindung dari radiasi matahari. 2) Label kemasan Semua bejana seperti botol, labu takar, tabung reaksi dan wadah lainnya harus diberi label yang jelas. Biasakanlah menulis tanggal, nama orang yang membuat, konsentrasi, nama dan bahaya dari zat-zat kimia yang ada dalam bejana. Jika tidak jelas, ujilah isi bejana yang belum diketahui secara pasti. Bila bahan tersebut merupakan limbah harus dibuang dengan cara yang sesuai untuk jenis limbah tersebut. 3)
Mencampur zat-zat kimia
Jangan mencampur zat kimia tanpa mengetahui sifat reaksinya, karena dapat menimbulkan resiko yang membahayakan.
162
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Tabel 1. Toksisitas relatif dari berbagai pelarut Derajat toksisitas Relatif tidak toksik
Toksisitas ringan:
Toksisitas berat
Pelarut Etil asetat Etil alkohol Etil khlorida Etil ether Heptana Heksana Mineral spirit Pentana Petroleum benzin Petroleum ether Amil asetat Amil alkohol Butil alkohol Cumene Sikloheptana Etilen oksida Hydrogenated cyclic naphthas Nitroetana Tetrahidronaphtalene Toluen Xylen Perkhloro ethilene Benzen Karbon disulfida Tetrakhlorometana (Karbon tetra khlorida) Dimetil sulfat Formaldehida Metil alkohol Nitrobenzen Pentakhloroetana Fenol Tetrakhloroetana
163
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Tabel 2. Pertolongan Dari Keracunan Bahan Kimia Racun Asam Asam asetat Asam klorida Asam nitrat Asam perklorat Asam fosfat Asam sulfat
Cuci mulut dengan air sebanyak mungkin atau kumur dengan larutan natrium bikarbonat 5%. Berikan suspensi magnesium, susu atau air sebanyak mungkin untuk diminum.
Asam oksalat
Berikan segera suspensi kapur atau magnesia dalam air atau larutan kalsium laktat.
Asam sianida ‘prussic acid’
Bila terhirup, berikan amil nitrit yang dihirup selama 15-30 detik. Ulangi setiap 2-3 menit. Bila tertelan, berikan antidote secepatnya selama orang tsb masih sadar. Antidot untuk sianida dan ‘prussic acid’ berikut harus tersedia.
Asam fluorida
164
Pertolongan
Besi(II) sulfat(FeSO4 7H2O) sebanyak 158 g. dan 3 g. asam sitrat dilarutkan dalam 1 liter aquadest. Bila warna larutan ini menjadi coklat, maka tidak dapat digunakan. Sebanyak 60 g. Natrium karbonat anhidrat dilarutkan dalam 1 liter aquadest. Campurkan masing-masing 50 ml larutan A dan B, segera minum larutan ini. Bila diperlukan beri pernafasan buatan. Berikan air kapur dengan konsentrasi rendah kemudian air hangat. Ulangi 3 sampai 4 kali. Bila diperlukan beri stimulansia dan pernafasan buatan. Kalau kulit terbakar karena asam ini, bilas dengan air secukupnya.
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Basa/Alkali Ammonium hidroksida Kalium hidroksida Natrium hidroksida Natrium peroksida
Berikan asam asetat encer atau jus buah kemudian air susu.
Senyawa antimon
Berikan ‘tannic acid’ atau teh pekat kemudian ‘mustard’ dan air secukupnya berkali-kali hingga muntah.
Senyawa arsen
Berikan mustard dan air agar muntah kemudian garam Epsom. Ulangi berkalikali dan berikan putih telur dan atau susu diikuti dengan pemberian stimulansia.
Senyawa barium
Berikan garam Epsom dan bahan yang membuat orang tsb muntah.
Brom
Jika terminum, kumur-kumur dengan larutan Natrium bikarbonat 3% dan larutan Magnesia. Kemudian berikan air susu dan larutan 10 g Magnesia dalam 150 ml air. Jika terhirup, harus istirahat total, boleh diberikan oksigen tetapi tidak diperlukan pernafasan buatan. Kalau kulit terbakar, bilas dengan air dan siram dengan larutan ammonia encer atau larutan natrium tiosulfat.
Karbon disulfida
Beri pernafasan buatan dan oksigen juga boleh diberi kopi.
Karbon tetraklorida
Beri mustard dan air agar muntah, kemudian garam Epsom dan stimulansia. Jangan diberi minyak atau lemak. Bila perlu berikan pernafasan buatan.
165
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
166
Karbonmonoksida Asetilen Gas arang
Pindahkan penderita ke udara segar, hangatkan tubuhnya dan beri pernafasan buatan. Bila pernafasan terganggu, beri oksigen. Jangan diberi stimulansia.
Khlor
Pindahkan penderita ke udara segar, hangatkan tubuhnya dan istirahat total. Beri oksigen bila diperlukan. Bila tertelan, kumur dengan natrium karbonat 3% dan larutan magnesia, kemudian beri air susu dan larutan magnesia 10g dalam air 150ml.
Khloroform Ether
Beri pernafasan buatan dan oksigen bila diperlukan.
Hidrogen peroksida
Berikan mustard dan air agar muntah dilanjutkan dengan garam Epsom. Ulangi dan berikan stimulansia.
Hidrogen sulfida Hidrogen selenida
Berikan pernafasan buatan dan oksigen bila diperlukan.
Senyawa timbal
Berikan mustard dan air agar muntah dilanjutkan dengan garam Epsom. Ulangi dan berikan putih telur atau susu sebagai stimulansia.
Senyawa merkuri
Berikan mustard dan air agar muntah. Ulangi berkali-kali dan berikan susu sebagai stimulansia.
Uap nitrous
Berikan istirahat total, bila perlu berikan oksigen.
Gas fosgen
Berikan istirahat total, bila perlu berikan oksigen. Jangan beri pernafasan buatan.
Kalium permanganat
Berikan mustard dua kali lalu arang, putih telur dan stimulansia.
Senyawa selenium dan vanadium
Bila uap dan debunya terhirup, harus beristirahat total dan jaga badan agar tetap hangat. Bila tertelan, kumur
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi dengan air dan beri bahan yang merangsang muntah. Senyawa perak
Beri sebanyak mungkin air garam, dan mustard dalam air sebanyak dua kali diikuti dengan bahan perangsang muntah, kemudian putih telur dan air susu.
Tabel 3. Daftar bahan kimia yang saling berinteraksi Bahan kimia yang terdapat pada kolom kiri dan kanan dapat saling bereaksi pada kondisi yang tak terkontrol sehingga pada penyimpanan bahan-bahan tersebut tidak boleh diletakkan berdekatan. Asam asetat Asam kromat, asam nitrat senyawa yang mengandung gugus hidroksi, etilen glikol, asam perklorat peroksida dan permanganate. Aseton
Asam nitrat dan asam sulfat pekat
Asetilen
Khlor, brom, tembaga, perak, fluor dan merkuri.
Logam alkali dan alkali tanah (natrium, kalium, litium, magnesium) serta serbuk aluminium.
Karbon dioksida, karbon tetraklorida dan hidrokarbon yang mengandung khlor. (Jangan gunakan air, busa untuk memadamkan api yang disebabkan bahan-bahan tsb) harus disediakan pasir kering. Merkuri, khlor, kalsium hipoklorit, iodium, brom dan hidrogen fluorida.
Ammonia (anhidrous)
Ammonium nitrat
Asam, logam, serbuk logam, cairan yang mudah terbakar, klorat, nitrit, belerang.
Anilin
Asam nitrat, hydrogen peroksida.
Brom
Ammonia, acetilen, butadiena, butana dan gas petroleum, natrium karbida, turpentine, benzene, dan serbuk logam
Kalsium oksida
air
167
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Karbon aktif. khlorat
Kalsium hipoklorit Garam ammonium, asam-asam, serbuk logam, belerang dan bahan organik yang mudah terbakar.
Asam kromik dan kromium trioksida.
Asam asetat, naftalen, camphor, gliserol, turpentine, alkohol, dan cairan yang mudah terbakar.
Khlor
Ammonia, acetilen, butadiena, butane, hidrogen, natrium karbida, turpentine, benzen, dan serbuk logam. Ammonia, metana, fosfin, dan hidrogen sulfida. Acetilen, hidrogen peroksida.
Khlor dioksida
Tembaga Fluor Hidrasin
Pisahkan tersendiri. Hidrogen peroksida, asam nitrat dan oksidator lainnya.
Hidrokarbon (benzen, butana, propana, gasoline, turpentine, etc) Asam fluoride
Fluor, khlor, brom, peroksida. Asam nitrat, alkali. Ammonia,
Hidrogen peroksida
Tembaga, khrom, besi, aniline dan nitrometana. Asam nitrat berasap dan gas oksidator. Asetilen, ammonia.
Hidrogen sulfida Iodium Merkuri Asam nitrat (pekat) Nitroparaffin Asam oksalat Oksigen
asam
kromik,
Asam asetat, aseton, alkohol, anilin, asam kromik, asam sianida, hydrogen sulfide. Basa anorganik Perak, merkuri. Minyak, grease, hidrogen, mudah terbakar cairan, bahan padat, atau gas.
Asam perkhlorat Peroksida, organik
168
Asetat anhidrida, bismut dan campuran alloynya, alkohol, kertas, kayu, grease, minyak. Asam, (organic atau mineral), hindari terpecah-pecah simpan ditempat
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
Fosfor (putih) Kaliumkhlorat Kalium perkhlorat Kalium permanganat Perak Natrium Natrium nitrat Natrium peroksida
Asam sulfat
dingin. Udara, oksigen. Asam (lihat juga khlorat) Asam (lihat juga asam perkhlorat). Gliserol, etilen glikol, benzaldehide, asam sulfat. Asetilen, asam oksalat, asam tartarat fulminic acid *, senyawa ammonium . Lihat : alkali metal (diatas). Ammonium nitrat dan garam ammonium lainnya. Bahan-bahan yang dapat dioksidasi seperti etanol, metanol, asam asetat glacial, asam asetat anhidrida, benzaldehide, karbon disulfida, gliserol, etilen glikol, etil asetat, metil asetat. Khlorat, perkhlorat, permanganat.
* Dihasilkan dari campuran asam nitrat-etanol.
DAFTAR PESTISIDA Nama Pestisida
Golongan
Trithion 4E, Kelthene MF Dimanin Avitrol Bacticin, Agrimicin, Agrept Cupravit OB 21, Belate, Dithane M-45 Basta 200 AS, basfapon 85 SP, Esteron 45P Thiodan, Sevin, sevidan 70WP, Tamaron Fenthion Morestan, Brestan 60 Furadan, Basamid G, Temic10 G, Nemaur Sqouxin Diphacin 110, Klerat RMB, racumin, Ratak Agrolene 26 WP, Chlordane 960 EC, Sevidol
Akarisida Algisida Avisida bakterisida Fungisida Herbisida Insektisida Larvisida Moluksisida Nematisida Piscisida Rodentisida Termisida
169
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
DAFTAR BAHAN KIMIA YANG TERMASUK PESTISIDA Nama Contoh
Golongan
Metileugenol, Feromon Ornitrol, Afolate Folex, Asam Arsenik Asam arsenikl Triklorofenol, sodium Bisulfat Gribelin, Ethrel tumbuh Kamfer, Minyak Sereh Amonium tio sianat, Metil bromida tanah PCP Teppol
Atraktan Kemosterilan Defoliant desikan Desinfektan Pengatur
Triton, Surfinol Phosphon Antonik, ethrel
170
Repelan Mensterilkan Pengawet kayu stiker(perekat) Surfaktan Inhibitor Stimulan tanah
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi DAFTAR BEBERAPA PESTISIDA DAN UNSUR YANG DIKANDUNGNYA Golongan
Nama
Unsur
Desikan, Defoliant Fumigan Sulfuril Fungisida Larutan Ferbam Maneb Fenil merkuri arsenat Zineb Herbisida
Natrium Klorat Metil bromida Fluorida Kadmium klorida Bordeaux
Na Br F Cd Cu Fe Mn Hg Zn As B Cl Pb Mg N Sn S C H O P
Insektisida
Asam kokadilin Natrium borat Klordan Timbal arsenat
Magnesium fluosilikat Mitisida
Matomil sineksatin Tetradifon
Organik Organofosfat Organofosfat
Pencemaran lingkungan dapat dikategorikan menjadi :
Pencemaran air
Pencemaran udara
Pencemaran tanah
171
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
NO.
1. 2. 3. 4.
Derajat Pencemaran Tidak Ringan Sedang Berat
Indeks Diversitas > 2,0 2,0 – 1,6 1,5 – 1,0 < 1,0
Kadar DO (ppm) > 6,5 4,5 –6,5 2,0 –4,4 < 2,0
Kadar BOD (ppm) <3 3,0 – 4,9 5,0 – 15 > 15
Kadar TSS (ppm) < 20 20 – 49 50 – 100 > 100
DERAJAT PENCEMARAN (PERAIRAN) BERDASARKAN (Lee, 1978).
TABEL TINGKATAN TOKSIK BERDASARKAN NILAI LC-50 Nilai lc-50 Status Lc-50 < 1 ppm Luar Biasa Toksik Lc-50 1 – 50 ppm Sangat toksik Lc-50 50 – 500 ppm Cukup toksik Lc-50 500 – 5000 ppm Sedikit toksik Lc-50 5000 – 15000 ppm Tidak toksik Lc-50 > 15000 ppm Relatif kurang berbahaya
DATA AMBANG BATAS SENYAWA PARAMETER LINGKUNGAN SENYAWA AMBANG BATAS PO4 0,1 ppm NO3 10 ppm NO2 1 ppm NH3 0,5 ppm SO4 400 ppm
172
Kadar NH3 (ppm) < 0,5 0,5 – 0,9 1,0 – 3,0 >3
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi STATUS PERAIRAN BERDASARKAN KEMELIMPAHAN FITOPLANKTON (Lander, 1976) NO
KEMELIMPAHAN FITOPLANKTON
STATUS PERAIRAN
. 1.
0 – 2000 Individu/Liter
OLIGOTROPIK
2.
2000 – 15.000 Individu/Liter
MESOTROPIK
3.
> 15.000 Individu/Liter
EUTROPIK
*
Ciri khas sungai yang belum tercemar masih ditemukannya ikan Cethul (Aphloceilus pantax)
*
PASANGAN LOGAM yang mempunyai FATE yang mirip Zn ≈ Cu / Mn ≈ Fe
*
Pada Limbah yang mempunyai ciri kadar COD nya < 10.000 ppm maka cara pengolahannya secara AEROB
*
Karang laut merupakan hasil simbiosis antara hewan dan tumbuhan, menguji banyaknya kerusakan karang maka yang dijadikan indikator adalah banyaknya karang batu (Stony Coralnya) bukan karang lunaknya.
*
Limbah bahan pewarna AZO pada umumnya merupakan ikatan kimia - N = N -, secara kimiawi dapat diputus dengan proses reduktif oleh senyawa reduktan NADPH/NADH
A. Polusi Udara Polusi udara adalah istilah yang luas digunakan untuk segala pengotoran partikel, kimia, dan biologi yang memodifikasi karakteristik alam dari atmosfer Bumi. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Polusi udara diklasifikasikan sebagai Primer dan Sekunder. Polusi udara primer adalah bahan polusi yang dilepas langsung ke udara dari sebuah sumber, Karbon monoksida adalah sebuah contoh dari polusi udara primer karena ia merupakan hasil dari pembakaran. Polusi udara sekunder dibentuk di atmosfer melalui reaksi kimia yang melibatkan polusi udara primer. Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah sebuah contoh dari polusi udara sekunder. Atmosfer merupakan sebuah sistem yang kompleks, dinamik, dan rapuh. Belakangan ini pertumbuhan keprihatinan akan efek dari emisi
173
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi polusi udara dalam konteks global dan hubungannya dengan pemanasan global, perubahan iklim dan deplesi ozon di stratosfer semakin meningkat.
B. Efek Rumah Kaca Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan sebuah proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet. Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca, tapi artikel ini hanya membahas pengaruh di Bumi. Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia (lihat juga pemanasan global). Yang belakang diterima oleh semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat. Penyebab Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya. Energi yang masuk ke bumi mengalami : 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer 25% diserap awan 45% diadsorpsi permukaan bumi 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi Energi yang diadsoprsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar infra merah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda. Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah sulfur dioksida (SO2), nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida
174
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana (CH4) dan khloro fluoro karbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.
Gas CO2
CH4
Kontribusi 45-50%
Sumber emisi global
%
Batu bara
29
Minyak Bumi
29
Gas alam
11
Penggundulan hutan
20
lainnya
10
10-20%
Sumber : Kantor Menteri Negara KLH, 1990
Dampak pemanasan global Menurut perkiraan efek rumah kaca telah meningkatkan suhu bumi rata-rata 1o - 5o Celcius. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5 - 4,5 o Celcius sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mngakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat. Akibat Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrim di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut
175
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar.
C. Protokol Kyoto Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi/ pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global. Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata cuaca global antara 0,02°C dan 0,28°C pada tahun 2050. (sumber: Nature, Oktober 2003) Nama resmi persetujuan ini adalah Kyoto Protocol to the United Nations Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto mengenai Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim). [1] Ia dinegosiasikan di Kyoto pada Desember 1997, dibuka untuk penanda tanganan pada 16 Maret 1998 dan ditutup pada 15 Maret 1999. Persetujuan ini mulai berlaku pada 16 Februari 2005 setelah ratifikasi resmi yang dilakukan Rusia pada 18 November 2004. a. Detil Protokol Menurut rilis pers dari Program Lingkungan PBB: "Protokol Kyoto adalah sebuah persetujuan sah di mana negara-negara perindustrian akan mengurangi emisi gas rumah kaca mereka secara kolektif sebesar 5,2% dibandingkan dengan tahun 1990 (namun yang perlu diperhatikan adalah, jika dibandingkan dengan perkiraan jumlah emisi pada tahun 2010 tanpa Protokol, target ini berarti pengurangan sebesar 29%). Tujuannya adalah untuk mengurangi rat-rata emisi dari enam gas rumah kaca - karbon dioksida, metan, nitrous oxide, sulfur heksafluorida, HFC, dan PFC yang dihitung sebagai rata-rata selama masa lima tahun antara 2008-12. Target nasional berkisar dari pengurangan 8% untuk Uni Eropa, 7% untuk AS, 6% untuk Jepang, 0% untuk Rusia, dan penambahan yang diizinkan sebesar 8% untuk Australia dan 10% untuk Islandia."
176
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Protokol Kyoto adalah protokol kepada Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC, yang diadopsi pada Pertemuan Bumi di Rio de Janeiro pada 1992). Semua pihak dalam UNFCCC dapat menanda tangani atau meratifikasi Protokol Kyoto, sementara pihak luar tidak diperbolehkan. Protokol Kyoto diadopsi pada sesi ketiga Konferensi Pihak Konvensi UNFCCC pada 1997 di Kyoto, Jepang. Sebagian besar ketetapan Protokol Kyoto berlaku terhadap negaranegara maju yang disenaraikan dalam Annex I dalam UNFCCC.
b. Status persetujuan Pada saat pemberlakuan persetujuan pada Februari 2005, ia telah diratifikasi oleh 141 negara, yang mewakili 61% dari seluruh emisi. Negara-negara tidak perlu menanda tangani persetujuan tersebut agar dapat meratifikasinya: penanda tanganan hanyalah aksi simbolis saja. Daftar terbaru para pihak yang telah meratifikasinya ada di sini. Menurut syarat-syarat persetujuan protokol, ia mulai berlaku "pada hari ke-90 setelah tanggal saat di mana tidak kurang dari 55 Pihak Konvensi, termasuk Pihak-pihak dalam Annex I yang bertanggung jawab kepada setidaknya 55 persen dari seluruh emisi karbon dioksida pada 1990 dari Pihak-pihak dalam Annex I, telah memberikan alat ratifikasi mereka, penerimaan, persetujuan atau pemasukan." Dari kedua syarat tersebut, bagian "55 pihak" dicapai pada 23 Mei 2002 ketika Islandia meratifikasi. Ratifikasi oleh Rusia pada 18 November 2004 memenuhi syarat "55 persen" dan menyebabkan pesetujuan itu mulai berlaku pada 16 Februari 2005. c. Status terkini para pemerintah Hingga Februari 2005, 141 negara telah meratifikasi protokol tersebut, termasuk Kanada, Tiongkok, India, Jepang, Selandia Baru, Rusia dan 25 negara anggota Uni Eropa, serta Rumania dan Bulgaria. Ada enam negara yang telah menanda tangani namun belum meratifikasi protokol itu. Tiga di antaranya adalah negara-negara Annex I:
Australia (tidak berminat untuk meratifikasi)
Monako
177
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
Amerika Serikat -- AS, pengeluar terbesar gas rumah kaca, tidak berminat untuk meratifikasi.
Sisanya adalah: Kroasia, Kazakhstan, dan Zambia. AS, Australia, Italia, Tiongkok, India dan negara-negara berkembang telah bersatu untuk melawan strategi terhadap adanya kemungkinan Protokol Kyoto II atau persetujuan lainnya yang bersifat mengekang. Sejarah sistemik pergerakan internasional dalam Mitigasi Perubahan Iklim sebagai berikut:
178
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
179
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
BAB VII BUNUH DIRI LINGKUNGAN A. Pengertian Bunuh Diri Lingkungan Bunuh diri lingkungan adalah suatu proses kegiatan manusia dalam berbagai dimensi yang berlangsung setiap saat dengan melakukan eksploitasi atau destruksi terhadap alam atau lingkungan sehingga berujung pada bencana yang membawa banyak korban, baik manusia atau punahnya flora fauna serta merosotnya kualitas lingkungan hidup. Pulau Jawa berada dalam kondisi kritis. Perubahan iklim mengancam pulau berpenduduk terpadat di Indonesia ini. Kekhawatiran akan kerusakan Pulau Jawa terungkap dalam Civil Society Organization Forum di Nusa Dua, Bali. Kritisnya kondisi lingkungan di Pulau Jawa terlihat melalui berbagai bencana alam yang kerap melanda wilayah tersebut. Hal ini salah satunya dipicu oleh kebijakan pemerintah yang melakukan konsep pembangunan tidak berwawasan lingkungan dan berorientasi pada kapital dengan PAD yang tinggi sehingga menerapkan kebijakan ekploitatif yang mendorong daerah tersebut menuju "bunuh diri" lingkungan. Laju pertumbuhan industri dan ketidakseriusan menggarap transportasi massal menjadi salah satu penyebab terjadinya "bunuh diri" tersebut. "Kita harus membuat batasan-batasan apakah warga Pulau Jawa selamat akibat kerusakan alam ini? Batasan itu yang nantinya akan menjadi acuan bagi kita untuk menyimpulkan bahwa Jawa collapse. Proses penghentian laju kerusakan itu sudah harus dilakukan moratorium (penghentian sementara) produksi kendaraan bermotor. Moratorium produksi kendaraan bermotor harus dibarengi dengan kebijakan pemerintah pusat guna menekan polusi karbon yang dibuang ke udara. Berkaitan dengan Adaptation Fund atau dana kompensasi atas pencemaran udara yang ditawarkan negara "Annex I" (negara-negara
179
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
industri) kepada negara-negara yang sedang berkembang untuk melakukan adaptasi dampak perubahan iklim, maka dana tersebut tidak akan mampu menjawab masalah perubahan iklim, namun seharusnya mengurangi limbah karbon secara langsung tanpa perlu Adaptation.
B. Rendahnya Kesadaran Ekologis “Kesalahan dari peradaban kita selama ini terletak pada pandangan yang keliru seolah manusia bukan bagian dari alam atau lingkungan. Akibatnya, orang tidak sadar ketika dia melakukan kerusakan terhadap alam atau lingkungan, sesungguhnya dia juga sedang menghancurkan dirinya sendiri serta orang-orang lain” (Freya Matthew) Di tengah gegap gempitanya Peringatan Seabad Kebangkitan Nasional, sesungguhnya terjadi kebangkrutan ekologi yang mencemaskan. Maka hadirnya Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juni 2008 diharapkan bisa menghentikan mentalitas dan perilaku kita yang terus menerus suka merusak dan mengeksploitasi alam. Memang sejak dicanangkan pertama kali pada 5 Juni 1972, Hari Lingkungan Hidup Sedunia punya tujuan menggugah kesadaran umat manusia akan tanggungjawabnya terhadap alam atau lingkungan hidup. Hari Lingkungan Hidup pertama dicetuskan bertepatan dengan konferensi internasional lingkungan hidup yang digelar pertama kali pada 5 - 16 Juni 1972 di Stockholm, Swedia. Berdasarkan resolusi PBB No. 2994 (XXVII) tertanggal 15 Desember 1972, ditetapkan tiap 5 Juni mulai 1973 sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Untuk tema 2008 yang ditetapkan oleh United Nations Environment Programme (UNEP) adalah “Kick The Habit, Toward a Low Carbon Economy”.Tema ini disesuaikan dengan kondisi negri kita sehingga temanya menjadi “Ubah Perilaku dan Cegah Pencemaran Lingkungan”. Gara-gara perilaku sebagian besar bangsa ini, nyaris segala sesuatu terkait lingkungan hidup atau alam negeri ini dipenuhi dengan destruksi atau kerusakan. Hutan dibabat atau dialihfungsikan. Kayunya dijadikan komoditas. Air baik air sungai, air laut maupun air bawah tanah dicemari limbah. Udara terpolusi atau terpapar asap kendaraan bermotor atau lahan terbakar. Keanekaragaman hayati baik di hutan, darat maupun laut kian berkurang populasinya. Jalan-jalan rusak menjadi kuburan
180
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
massal. Menurut laporan “STATUS Lingkungan Hidup Indonesia” yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup 2007, level kerusakan ekologi kita memang sudah sangat gawat atau sudah parah sekali.
C. Bunuh Diri Dimulai dari Pencemaran Lingkungan 1. Pencemaran Udara Aktifitas transportasi, gas-gas buangan dari kendaran, asap-asap pabrik, aktifitas rumah tangga dikeluarkan langsung ke atmosfir berkontribusi pada pemanasan global lewat efek rumah kaca dan terjadinya hujan asam yang secara langsung mencemari udara yang kita hirup. Bagi kota-kota besar di Indonesia, udara yang kotor dan pengap merupakan pemandangan sehari-hari. Cerobong pabrik dan cerobong knalpot kendaraan tanpa henti membuang asapnya ke udara. Menurut World Bank, 70 persen sumber pencemar berasal dari emisi gas buang kendaraan bermotor. Dengan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang tinggi menyebabkan pencemaran udara di Indonesia menjadi sangat serius. Saat ini terdapat lebih dari 20 juta unit kendaraan bermotor di Indonesia. Dari jumlah tersebut, sekitar 4 juta unit diantaranya berseliweran di jalanan Jakarta. Sehingga tidak mengherankan Kota Jakarta termasuk kota dengan urutan ketiga berpolusi udara di dunia. Beberapa kajian badan dunia menyebutkan bahwa penyumbang zat-zat pencemar terbesar adalah kendaraan pribadi. Zat-zat pencemar tersebut diantaranya karbon monoksida (CO) sebesar 58 persen, nitrogen oksida (NOx) 54 persen, hidrokarbon 88,8 persen, dan timbel (Pb) 90 persen. Zat pencemar lain adalah sulfur oksida (SOx) yang banyak disumbangkan oleh kendaraan bus, truk, dan kendaraan berbahan bakar solar lainnya, sekitar 35 persen. Gaya hidup masyarakat perkotaan dan perilaku ugalugalan dalam berkendaraan ikut mempengaruhi tingginya tingkat pencemaran udara. Kebiasaan menggunakan satu mobil untuk tiap anggota keluarga. Hal itu menyebabkan pemborosan pemakaian BBM, dan akhirnya berdampak pada pencemaran udara. Kondisi demikian diperparah tidak seimbangnya antara pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor dengan pertambahan jalan raya. Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di kota-kota besar Indonesia berkisar antara 8-12 persen per tahun, sedang pertambahan jalan raya hanya 3-5 persen saja. Keadaan ini mengakibatkan kemacetan di jalan-jalan yang akhirnya polusi udara juga meningkat, apalagi emisi gas buang kendaraan
181
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
bermotor pada saat macet berbeda 12 kalinya dibanding saat kendaraan berjalan normal atau lancar. Hasil studi menunjukkan bahwa jika terjadi kemacetan 1 jam (akumulasi di traffic light/macet total) maka terjadi kerugian Rp.2000,- per kendaraan. Idealnya luas jalan 20 % dari wilayah kota sehingga kemacetan dapat dicegah. Berbagai zat pencemar yang beterbangan di udara tersebut akan sangat merugikan dan berdampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Akibat ini secara nyata sudah dirasakan oleh masyarakat, sebagai contoh, efek toksik pada timbale (Pb) dapat mengganggu fungsi ginjal, saluran pencernakan, dan sistem saraf. Kandungan timbel juga menurunkan tingkat kecerdasan atau IQ terutama pada anak-anak (tiap peningkatan akumulasi Pb 10 dµ/dL akan menurunkan IQ 2,5 poin), menurunkan fertilitas dan kualitas spermatozoa. Gangguan kesehatan akibat zat-zat pencemar seperti gangguan pada syaraf dan ketidaknyamanan kini menghantui masyarakat kita, apalagi WHO memperkirakan 800.000 kematian pertahun di dunia diakibatkan polusi udara. Data ilmiah menunjukkan bahwa 1 gram Debu mengandung 5 juta mikrobia. Mitigasi kondisi pencemaran udara salah satunya dengan diadakannya Ruang terbuka hijau 30 % dari wilayah kota sesuai UU no.26 Tahun 2007. Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Brigham Young dan Universitas New York seperti dimuat pada jurnal The American Medical Association, dengan melibatkan data kesehatan 500.000 penduduk urban sejak tahun 1982-1998, mengungkapkan bahwa mereka yang terpapar polusi udara jangka panjang-terutama jelaga yang dikeluarkan oleh industri dan knalpot kendaraan-meningkatkan risiko terkena kanker paru. Paparan polusi udara ini sama bahayanya dengan hidup bersama seorang perokok dan terkena asapnya setiap hari. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa kanker paru merupakan penyebab kematian tertinggi. Hampir 90% pengidap kanker paru tidak bisa diselamatkan, karena jika sudah akut, dengan mudah kanker akan menyebar ke jaringan tubuh sekelilingnya seperti hati, tulang belakang, dan otak melalui pembuluh darah. Kanker paru telah membunuh lebih dari sejuta orang setiap tahunnya, dan saat ini menjadi pembunuh utama dunia. Dampak pencemaran udara mengakibakan pula peningkatan suhu bumi, karena asap-asap dari pabrik-pabrik dan sarana transportasi bertambah di atmosfir bumi sehingga membentuk lebih banyak awan terutama gas CO2. Awan polusi ini akan mengurangi penetrasi matahari ke bumi sekaligus memproteksi ‘panas’ yang akan direfleksikan bumi keluar, sehingga atmosfir menahan panas di bumi. Efek inilah yang dinamakan efek rumah kaca sehingga terjadi pemanasan global. Beberapa bahan
182
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
kimia yang digunakan manusia juga mengakibatkan menipisnya lapisan ozon yang melindungi bumi dari cahaya matahari yang berlebihan. Bumi tidak terlindung dan tersaring pada lapisan ini, sehingga matahari secara langsung diterima dan mengancam manusia khususnya sinar Ultra Violet B yang bersifat Karsinogenik. Pencemaran udara juga memiliki kaitan dengan kualitas tanah sehingga menimbulkan pencemaran terhadap tanah. 2. Pencemaran Tanah Pencemaran tanah saling terkait dengan pencemaran udara. Sampah-sampah yang tak bisa terurai ditimbun langsung ditanah menyebabkan rusaknya tanah bagi terutama bagi kegiatan pertanian. Belum lagi pencemaran udara yang mengkontaminasi udara dan dibawa air hujan ke tanah. Sehingga tanah menyerap bahan-bahan pencemar tersebut. Jika tumbuh-tumbuhan menyerap bahan pencemar tersebut maka akan terjadi akumulasi pada tubuh tanaman dan seterusnya dikonsumsi manusia. Kebanyakan sampah buangan rumah tangga juga sering ditimbun pada tanah, seperti yang terjadi di seluruh kota di Indonesia di TPA (tempat pembuangan akhir) sampah. Padahal tanah tidak bisa merubah segala bahan pencemar tersebut secara alami karena kemampuan tanah terbatas. Tanah yang manusia butuhkan untuk tanaman bagi kebutuhan makanan adalah sangatlah vital. Kegiatan pertanian dewasa ini juga umumnya menggunakan bahan-bahan kimia untuk merangsang dan mempercepat pertumbuhan tanaman. Di sisi lain suatu saat pertanian secara intensif akan berakhir karena tanah tidak berdaya lagi mendukung tanaman tumbuh. Seperti pestisida dapat memproteksi tanaman dari hama dan penyakit. Di pabrik-pabrik, kantor, hotel, restoran, juga di rumah, manusia memproduksi berton-ton sampah. Selama bertahun-tahun hak ini menjadi masalah yang masih belum terpecahkan. Sampah dapat dibakar, tetapi dapat mengakibatkan pencemaran udara. Juga dapat dibuang di sungai atau di laut, namun dapat mengakibatkan pencemaran air dan laut. Namun, sampah harus diletakkan di suatu tempat. Kebanyakan sampah tanpa dipilah langsung ditimbun dalam tanah (landfill). Tanah digali kemudian sampah diletakkan, ketika suatu tempat telah penuh ditimbun kembali dan lokasi ini tentunya tidak bisa dijadikan lahan pertanian. Di dalam tanah terjadi proses dimana terjadi pembusukan kotoran yang memproduksi gas beracun methane yang bisa terlepas ke permukaan tanah. Bahan-bahan kimia lainnya dalam sampah tersebut larut dalam lapisan air tanah dan lewat jalur air (drainase) bawah tanah akan tersebar ke tempat lain. Aliran air dalam
183
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
tanah yang telah terkontaminasi ini akan terbawa dan mencemari sumber-sumber mata air, sungai dan laut sehingga air tidak bisa diminum. Hal inilah yang secara tidak langsung menjadi sumber bagi pencemaran di sungai dan laut. Pada tanah tumbuhan yang hidup tak bisa dimakan, demikian pula halnya pada organisme di sungai dan di laut, begitu seterusnya. Di daratan Negara Amerika Serikat terdapat banyak sekali daerah landfill. Hal ini telah menyebabkan kerugian bagi manusia dimana daerah tersebut sering terjadi kebakaran akibat reaksi kimia bawah tanah. Beberapa daerah timbunan ini juga telah meracuni sumber air menimbulkan keracunan dan sumber penyakit. Banyak kasus yang terungkap kemudian, ternyata daerah-daerah landfill merupakan sumber penyebab terjadinya kerugian kesehatan bagi manusia. 3. Pencemaran Air Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar dialam semesta ini tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar. Sifat-sifat kimia-fisika air yang umum diuji dan dapat digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran air adalah: Nilai pH, Keasaman dan Alkalinitas. Nilai pH yang normal adalah sekitar 6 -8. Air yang masih segar dari pegunungan biasanya mempunyai pH yang lebih tinggi. Keasaman adalah kemampuan untuk menetralkan basa. Keasaman dapat dibedakan menjadi keasaman bebas dan keasaman total. Keasaman bebas dapat banyak menurunkan pH. Keasaman total terdiri dari keasaman bebas ditambah keasaman yang disebabkan oleh asam lemah. Alkalinitas berkaitan dengan kesadahan air, yang merupakan salah satu sifat air. Adanya benda-benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya secara normal disebut dengan pencemaran air. Pencemaran terhadap sumbersumber mata air lebih disebabkan oleh penimbunan sampah pada tanah (landfill) dan merembes dalam air tanah kemudian masuk pada daerah resapan air ke sumber. Air yang kita pakai kemudian menjadi tidak layak diminum karena telah tercemar. Di Amerika serikat, antara tahun 1971 sampai 1985 tercatat 100.000 kasus penyakit yang ditansmisikan lewat air. Secara langsung pencemaran air terjadi karena pembuangan sampah-sampah yang di buang ke dekat sumber-sumber mata air atau ke sungai baik dari pabrikpabrik, tempat-tempat penambangan dan rumah penduduk. Aktifitas
184
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
pabrik-pabrik terutama penambangan memiliki efek samping yang sangat berbahaya bagi lingkungan, di mana penggunaan logam berat yang selalu mengikutkan air sebagai pelarut. Hal ini sangat berbahaya jika menggunakan media umum seperti sungai dan seterusnya mengalir ke laut dan masuk dalam sistem rantai makanan. Pada lingkungan laut, bahan pencemar umumnya berasal dari limbah rumah tangga, limbah pabrik kertas, buangan termis, limbah pabrik bahan makanan dan limbah industri organik lain atau sisa-sisa pengolahan bahan organik. Jika bahan-bahan ini terkontaminasi ke perairan, maka akan terakumulasi dalam tubuh organisme (biomagnifikasi) kemudian akan terbawa ke dalam sistem rantai makanan. Pada lingkungan laut, bahan pencemar umumnya berasal dari limbah rumah tangga, limbah pabrik kertas, buangan termis, limbah pabrik bahan makanan dan limbah industri organik lain atau sisa-sisa pengolahan bahan organik. Jika bahan-bahan ini terkontaminasi ke perairan, maka akan terakumulasi dalam tubuh organisme (biomagnifikasi) kemudian akan terbawa ke dalam sistem rantai makanan. Banyak kejadian seperti kecelakaan laut yang kita dengar secara langsung mematikan kehidupan di laut seperti tumpahnya bahan bakar dari kapal-kapal tanker ataupun kegiatan transportasi laut lainnya. Minyak bumi yang tumpah pada suatu daerah di laut berakibat lama bagi kehidupan di laut dan memerlukan waktu yang panjang agar dapat pulih. Manusia saat ini memperlakukan lautan sebagai tempat terbesar untuk membuang sampah secara langsung maupun melalui sungai dan aliran-aliran air seperti kasus pembuangan Lumpur panas LAPINDO di Sidoarjo. Pencemaran ini termasuk limbah manusia dan buangan domestik, buangan dari sisa-sisa industri, pertambangan dan pabrik-pabrik yang mengandung unsur logam berbahaya dan beracun, minyak dari tempattempat pencucian, garasi dan pelabuhan, demikian pula dari daerah pertanian yang menggunakan bahan kimia lewat hujan, dan masih banyak lagi. Setiap harinya materi tersebut masuk ke lingkungan laut termasuk yang paling banyak yaitu plastik-plastik seperti tas dan kantong plastik. Sebagian kecil sampah bisa diurai di laut tetapi dalam kuantitas yang terbatas. Plastik tidak dapat terurai, demikian pula logam berat dan substansi lainnya seperti pestisida dan bahan-bahan kimia yang semakin banyak macamnya. Limbah-limbah dari berbagai macam sumber tersebut tentunya akan membuat kehidupan di laut berbahaya untuk dikonsumsi dan digunakan baik untuk makanan maupun untuk tempat rekreasi/pariwisata.
185
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
Dewasa ini beberapa negara telah mengelola limbah sebelum dibuang kesungai dan danau. Tidak hanya limbah, bahkan air minum memerlukan perlakuan yang sama jika bersumber dari sungai dan danau. Di Singapura, air buangan diolah kembali sebelum dibuang. Bahkan di Jepang, penduduknya diharuskan membayar limbah air buangan untuk dikelola kembali, dan inilah harga bagi keberlanjutan ekologi. Memang pencemaran yang terjadi semakin banyak jenisnya sekarang ini dan telah menjadi masalah terbesar umat manusia. Apa jadinya jika sungai dipenuhi sampah rumah tangga dan industri? Selain sungai tak bisa lagi jadi sumber air minum, sampah akan mencemari laut dan merusak potensi sumber daya alam sekaligus sumber pangan manusia. Di darat, persediaan air bersih yang semakin menurun memperburuk persoalan ketersediaan kebutuhan air. Seperti ketersediaan air bersih di Indonesia, dari yang diperkirakan telah berkurang sebesar 1535 persen per kapita per tahun. Dipastikan bangsa Indonesia akan mengalami krisis air pada masa mendatang. Sekarang saja hal tersebut sudah dirasakan, di mana setiap kemarau masyarakat mengalami kekurangan air. Sebaliknya bila datang musim hujan di beberapa daerah juga kesulitan mendapatkan air bersih karena kebanjiran berhari-hari. 4. Dampak Pencemaran Lingkungan Pengaruh langsung terhadap kesehatan disebabkan: a. Manusia membutuhkan sumber energi yang diambil dari lingkungannya yakni makanan. Makanan yang harus tersedia sangat besar untuk kebutuhan manusia di dunia disamping masalah distribusi. b. Adanya elemen yang langsung membahayakan kesehatan secara fisik seperti beruang, harimau, ular dan lain-lain. c. Adanya elemen mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit (patogen). Mikroba ini digolongkan kedalam berbagai jenis seperti virus, ricketssia, bakteri, protozoa, fungi dan metazoa. d. Adanya vektor yakni serangga penyebar penyebab penyakit dan reservoir agent penyakit. Vektor penyakit yang memegang peranan penting dalam penyebaran penyakit nyamuk, lalat, kutu, pinyal dan tungau. Pengaruh lingkungan terhadap kesehatan ada dua cara positif dan negatif. Pengaruh positif, karena didapat elemen yang menguntungkan hidup manusia seperti bahan makanan, sumber daya hayati yang
186
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraannya seperti bahan baku untuk papan, pangan, sandang, industi, mikroba dan serangga yang berguna dan lain-lainnya. Adapula elemen yang merugikan seperti mikroba patogen, hewan dan tanaman beracun, hewan berbahaya secara fisik, vektor penyakit dan reservoir penyebab dan penyebar penyakit. Secara tidak langsung pengaruhnya disebabkan elemen-elemen didalam biosfir banyak dimanfaatkan manusia untuk meningkatkan kesejahteraanya. Semakin sejahtera manusia, diharapkan semakin naik pula derajat kesehatannya. Dalam hal ini, lingkungandigunakan sebagai sumber bahan mentah untuk berbagai kegiatan industri kayu, industri meubel, rotan, obat-obatan, papan, pangan, fermentasi dan lain-lainnya. Paling sedikit ada 390.000 kasus gangguan kefaalan yang terinduksi oleh dampak negatif lingkungan industri dan100.000 kematian karena sebab okupasional dilaporkan setiap tahun. Indonesia saat ini mengalami transisi dapat terlihat dari perombakan struktur ekonomi menuju ekonomi industri, pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi yang meningkatkan jumlahnya, maka berubahlah beberapa indikator kesehatan seperti penurunan angka kematian ibu, meningkatnya angka harapan hidup (63 tahun) dan status gizi. Jumlah penduduk terus bertambah, cara bercocok tanam tradisional tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Dengan kemampuan daya pikir manusia, maka manusia mulai menemukan mesin-mesin yang dapat bekerja lebih cepat dan efisien si dari tenaga manusia. Peristiwa ini mulai dikenal dengan penemuan mesin uap oleh James Waat. Fase industri ini menimbulkan dampak yang sangat menyolok selain kemakmuran yang diperoleh juga exploitasi tenaga kerja, kecelakaan kerja, pencemaran lenigkungan, penyakit, wabah. Pencemaran udara yang disebabkan industri dapat menimbulkan asphyxia dimana darah kekurangan oksigen dan tidak mampu melepas CO2 disebabkan gas beracun besar konsentrasinya dedalam atmosfir seperti CO2, H2S, CO, NH3, dan CH4. Kekurangan ini bersifat akurat dan keracunan bersifat sistemik penyebab adalah timah hitam, Cadmium,Flour dan insektisida . Dengan demikian eratlah hubungan antara kesehatan dengan sumber daya sosial ekonomi. WHO menyatakan “Kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental dan sosial serta bukan hanya merupakan bebas dari penyakit”. Dalam Undang Undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan. Dalam Bab 1, Pasal 2 dinyatakan bahwa “Kesehatan adalah meliputi kesehatan badan (somatik), rohani (jiwa) dan sosial dan bukan hanya deadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan”. Definisi ini memberi arti yang sangat luas pada kata
187
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
kesehatan. Masyarakat adalah terdiri dari individu-individu manusia yang merupakan makhluk biologis dan makhluk sosial didalam suatu lingkungan hidup (biosfir). Sehingga untuk memahami masyarakat perlu mempelajari kehidupan biologis bentuk interaksi sosial dan lingkungan hidup. Dengan demikian permasalahan kesehatan masyarakat merupakan hal yang kompleks dan usaha pemecahan masalah kesehatan masyarakat merupakan upaya menghilangkan penyebab-penyebab secara rasional, sistematis dan berkelanjutan. Sebagian besar penyakit yang didapat berhubungan dengan kekurangan gizi terutama terdapat pada anak-anak. Industrialisasi pada saat ini akan menimbulkan masalah yang baru, kalau tidak dengan segera ditanggulangi saat ini dengan cepat. Lingkungan industri merupakan salah satu contoh lingkungan kerja. Walaupun seorang karyawan hanya menggunakan sepertiga dari waktu hariannya untuk melakukan pekerjaan di lingkungan industri, tetapi pemaparan dirinya di lingkungan itu memungkinkan timbulnya gangguan kesehatan dengan resiko trauma fisik gangguan kesehatan morbiditas, disabilitas dan mortalitas. Dari studi yang pernah dilakukan di Amerika Serikat oleh The National Institute of Occupational Safety and Health pada tahun 1997 terungkap bahwa satu dari empat karyawan yang bekerja di lingkungan industri tersedia pada bahan beracun dan kanker. Lebih dari 20.000.000 karyawan yang bekerja di lingkungan industri setiap harinya menggarap bahan-bahan yang diketahui mempunyai resiko untuk menimbulkan kanker, penyakit paru, hipertensi dan gangguan metabolisme lain. 5. Kolusi di Hutan Kita Mudah-mudahan tema Hari Lingkungan Hidup tahun ini sungguh menggugah nurani kita di tengah hiruk pikuk perpolitikan nasional yang lebih diwarnai rebutan kekuasaan dan semangat mengumpulkan kekayaan bagi diri sendiri. Melihat ulah para elite yang duduk di eksekutif, legislatif atau yudikatif, sebenarnya tak beda jauh dengan ulah para pelaku pembalakan liar atau para cukong kayu yang terus berpesta pora mengeruk kekayaan alam negri ini demi kantong sendiri.Tak peduli bencana lingkungan menanti. Tak peduli hal itu merupakan kejahatan ekologi. Apalagi para pelaku pembalakan liar atau cukong kayu suka mengandalkan beking aparat keamanan kita yang lebih suka mengamankan jalur pembalakan atau penyelendupan kayu daripada mengamankan lingkungan atau alam kita. Malah berbagai cara ditempuh, agar kejahatan ekologi dalam hal penyelundupan kayu misalnya bisa dikemas
188
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
dengan legal dan tidak melanggar prosedur perizinan. Menurut Environmental Investigation Agency, para petinggi militer Indonesia justru sering membantu mengurus dokumen palsu, mengamankan pelaksanaan illegal logging di lapangan, lalu mengontak para pengusaha Malaysia, kalangan perbankan di Singapura, Hongkong dan India. Jadi tepat seperti diilukiskan J Smith dalam buku “Illegal Logging, Collusive Corruption, and Fragmented” ( 2003), ada nuansa kental KKN di hutan kita. Menurut buku tersebut, korupsi persekongkolan dalam praktik pembalakan liar di hutan menjadi wajah umum dalam 10 tahun terakhir Pasca Reformasi 1998. Maka kalau kita mengacu pada buku ini, segala regulasi terkait hutan kita semua bisa disiasati sehingga perusahaan kayu, pelaku pembalakan atau cukong kayu selalu bisa lolos dari jerat hukum. Semua pelanggaran dan kejahatan ekologi terkait tuduhan pembalakan liar atau penyelendupan kayu selalu akan bisa dipatahkan baik di dalam atau di luar pangadilan. Tidak heran jika akibat perilaku penuh KKN seperti itu, bangsa ini tidak pernah terluput dari bencana. Beraneka bencana tidak pernah absen setiap hari. Lihat gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi,banjir, longsor, puting beliung, air laut pasang, kekeringan selalu mengancam kita. Bencana-bencana itu menunjukkan telah terganggunya keseimbangan ekosistem. Sayang kesadaran kita selalu terlambat. Baru ada penyesalan, setelah bencana terjadi. Tapi yang lebih bebal, jika berbagi bencana alam tidak pernah mengajarkan apapun, bahkan tidak menyadarkan kita untuk membuat perubahan ke depan. Ini jelas kian membuktikan agaknya kesadaran ekologis bangsa ini memang benar-benar begitu rendah. Maka tanpa disadari atau mungkin sedikit sekali disadari, kita semua akhirnya melakukan ecological suicide atau bunuh diri lingkungan. Bunuh diri lingkungan berlangsung setiap kali kita melakukan eksploitasi atau destruksi terhadap alam atau lingkungan sehingga berujung pada bencana yang membawa banyak korban, baik manusia atau punahnya flora fauna serta merosotnya kualitas lingkungan hidup. Karena itu para penjahat ekologi seperti pelaku pembalakan atau cukong kayu yang tidak memikirkan dampak dari perbuatan mereka sebenarnya telah melakukan kebiadaban yang tidak bermoral. Betapa sungguh biadab dan tidak bermoral, karena banyak orang, termasuk
189
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
generasi mendatang yang tidak tahu apapun harus ikut dikorbankan setiap kali terjadi bencana alam akibat pembabatan hutan. Coba kalau hutan kita rusak dan punah segala flora dan fauna di dalamnya, bukankah generasi mendatang hanya akan mendengar kisahnya belaka? Oleh sebab itu, mudah-mudahan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juni kali ini sungguh bisa mengubah total paradigma kita yang keliru selama ini dalam berinteraksi dengan lingkungan atau alam sekitar kita. Kesadaran ekologis harus mulai ditumbuhkan. Kita perlu menyadari sebagai manusia, kita bukan lebih tinggi dari alam atau lingkungan. Kita adalah bagian dari alam dan lingkungan. Segala bentuk destruksi atau eksploitasi terhadap alam sebenarnya hanya akan berujung pada kehancuran manusia juga, seperti diungkapkan Freya Matthew di awal tulisan ini. Jadi mari kita melakukan perubahan perilaku yang signifikan ke depan guna lebih menghargai dan melestarikan alam atau lingkungan. Peringkat Negara Hijau Dunia berdasarkan pemeringkatan Indeks Kinerja Lingkungan Universitas Yale, Amerika Serikat terhadap 149 negara menempatkan Indonesia pada posisi 102.
D. Hilangnya Kepekaan Terhadap Tanda-Tanda Alam Kalau kita memiliki kepekaan membaca tanda-tanda di bumi kita seperti diungkapkan Jay B McDainel, kita pasti bisa membaca kesedihan planet kita ini. Betapa tidak sedih, karena eksploitasi dan destruksi yang dilakukan manusia sudah sangat keterlaluan. Mari kita coba mengasah kepekaan akan jeritan dari hutan-hutan kita yang terus dibabat dan diselundupkan kayunya atau dialihfungsikan menjadi pelabuhan atau perkebunan sawit. Mari kita cium bau anyir, yang merupakan air mata dari sungai atau kali yang tercemar, seperti Kali Surabaya. Mari kita rasakan “gerah” dan panasnya musim kemarau atau anomali cuaca yang membuat para petani susah memulai musim tanam. Mari kita rasakan dahaga flora dan fauna karena sumber air dan kehidupan mereka dirusak. Mari kita cermati berbagai limbah pabrik atau lumpur Lapindo yang menenggelamkan peradaban manusia Porong. Yang memprihatinkan, saat bola bumi menderita akibat kekerasan yang harus dia tanggung, banyak manusia tak peduli. Padahal manusia sering kali tersentuh nuraninya akibat kekerasan yang dilakukan manusia yang satu terhadap sesamanya.
190
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
Menurut Arne Naess (1937-2004) filosof Norwegia, pendaki gunung dan mantan suami penyanyi Diana Ross, sesungguhnya kekerasan manusia terhadap sesamanya sebenarnya cerminan dari kegemaran manusia yang abai dan doyan melakukan kekerasan terhadap alam, entah lewat eksploitasi atau destruksi yang bisa dikategorikan sebagai kejahatan ekologi. Entah sependapat atau tidak, yang jelas apa yang diungkapkan oleh Naess, pelopor The Deep Ecology Movement, rasanya cocok dengan kondisi negeri ini. Mendiang Pramoedya Ananta Toer pernah bertutur, sejarah Nusantara mulai dari Ken Arok hingga Soeharto adalah sejarah penuh darah dan kekerasan. Anehnya hal ini tidak hanya menimpa manusia, tetapi juga menjadikan alam sebagai korban. Kasus illegal logging di Indonesia salah satunya dapat ditanggulangi dengan konsep RIL (reduced impact logging) pilih tebang untuk menanggulangi illegal loging tersebut. Korban lingkungan selanjutnya adalah kualitas lingkungan yang menurun drastis karena fenomena pencemaran lingkungan sehingga dimunculkanlah konsep PES (pay environmental services) pajak lingkungan sebagai kompensasi untuk konservasi lingkungan. Penerapan PES tersebut harus didahului salah satunya oleh implementasi konsep TER (teritorial environmental risk) resiko lingkungan darat dari dampak pembangunan. Garet Hardin (1968) pernah menulis tentang “Tragedy of The Commons” (kegagalan memelihara milik bersama), yang diperkuat oleh Joseph Stiglitz (2006) yang pada initinya jika ada sumber daya bersama yang dapat digunakan secara gratis seperti halnya sumberdaya Air, Udara dan Tanah maka para pengguna biasanya gagal berpikir apakah tindakannya membahayakan yang lain atau merugikan generasi berikutnya dan kehilangan rasa untuk melestarikan untuk generasi mendatang. Studi kasus menunjukkan bahwa pemadaman listrik di Jakarta selama 1 jam ternyata dapat menghemat 50 Mwat energi listrik. Hal inilah yang akan menggugah rasa keprihatinan kita tentang pemborosan energi yang telah kita lakukan selama ini, sehingga selama ini kita mungkin telah kehilangan rasa dan kepekaan terhadap krisis energi dan lingkungan.
191
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
Dalam Konferensi di kota-kota besar di Korsel menghasilkan beberapa kebijakan yang telah diterapkan dalam menentukan eksistensi kelestarian lingkungan sebagai bentuk kepekaan terhadap lingkungan, diantaranya adalah : 1. Menentukan pendekatan sistematis, berkelanjutan dan pendanaan khusus terhadap climate change. 2. Hindari, perkecil bahkan tunda dampak climate change dengan kurangi gas rumah kaca. 3. Pemerintah kota wajib lindungi warganya dari dampak perubahan iklim. 4. Galakkan gaya hidup hijau. Kota Surakarta secara geomorfologi terletak di daerah cekungan sehingga potensi terjadi Thermal inversion sangat besar sehingga polutan udara menumpuk di ketinggian rendah/terjebak di kota tersebut. Jika pintu waduk Gajah mungkur Wonogiri dibuka dengan debit 3 m3/detik saja maka kota surakarta akan banjir. Apakah masyarakat kota surakarta sendiri peka terhadap kondisi tersebut?. Kasus tentang sumber Air aqua yang mengambil sumber mata air di Jawa yang selanjutnya di bawa ke Irian Jaya, kalimantan, sulawesi, sumatera, dll, hal ini terjadi karena aspek bisnis semata yang berlaku dimana ada permintaan maka suplai akan terjadi berapapun kuantitasnya. Perlu diingat bahwa penduduk di jawa sekitar 60% nya sementara stok air sekitar 4 % nya saja dengan luas pulaunya hanya 7% saja. Hari air dunia 22 maret bertema: TRANSBOUNDARY WATER: SHARED WATERSHARED OPPORTUNITIES = pengaturan alokasi air agar bisa dinikmati orang lain, (1 ml per 1 kcal, kebutuhan 2500 kcal butuh 2500 ml/10 gelas) jika terjadi dehidrasi maka air didarah yang akan diserap sehingga darah menjadi kental yang menyebabkan kerja ginjal berat pada akhirnya terjadi abnormal. Kebutuhan air manusia 90 liter/hari apakah ada jaminan selalu tersedia?. Indonesia masih boros dalam penggunaan air sementara Singapura boros dalam penggunaan kertas dimana 180 kg/orang/th dan Indonesia baru 25 kg/orang/th. Dikantor penggunaan kertas 0,5kg/karyawan/hari yang berarti produksi kertas 1 ton maka akan membutuhkan/menebang 10 batang pohon. Penebangan hutan 1,1jt Ha/th sementara reboisasi hanya mampu 500 Ha/th. Padahal kita sadar betul sumber air di jawa semakin kritis, pertanyaannya apakah tingkat kepekaan kita terhadap krisis air ke depan sudah terkikis?. Sawah dijawa akan hilang 113.000 Ha, jika air laut naik 0,5m akibat dampak
192
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
global warming. Tiap naik 1 cm muka laut garis pantai mundur 1 meter. Dampak terjadinya erosi 200ton/th maka akan terjadi kehilangan tanah 20cm. PBB telah dapat perkirakan tahun 2006 lautan pasifik kandung sampah plastik (marine debris) 46000 lembar/mil sehingga dasar laut pasifik tertutup sampah plastik yang luasnya 2X daratan Amerika, sehingga Ilmuwan kelautan Charles More meramalkan akan terjadi "great pacific garbage patch". Tahun 2011 sudah dapat diprediksikan jika kondisi tersebut akan bertambah parah mengingat proses mitigasinya secara teknologi belum dimungkinkan untuk menguranginya. Kasus inilah yang akan membawa kita pada suatu asumsi apakah kasus sampah anorganik yang mencemari di pantai seputar pulau Bali setiap bulan Oktober-April tiap tahunnya akibat proses upwelling maupun downwelling dimungkinkan berasal dari laut pasifik? Hal inilah yang perlu dibuktikan melalui kajian Forensik Sampah sehingga asal usul sampah anorganik tersebut dapat diketahui secara pasti. Sampah per orang secara rata-rata diperkirakan 0,5kg/kapita/hari. Studi kasus menemukan jika limbah B3 residu pembersihan kapal (Copper Slag) dari Korea 3800/ton sempat berhasil diekspor ke Batam sebagai pasir besi. Bagaimana kepekaan kita terhadap kondisi lingkungan apakah sudah hilang? Indonesia rangking 19 dari 20 emiter karbon terbesar dunia. Saat ini kita sudah emisikan 19 jt ton/hari CO2 dan kita ketahui bahwa sekitar 90% akan tetap tinggal di Atmosfer bumi selama 20.000 tahun. Gas CO2 inilah yang merupakan gas rumah kaca yang menyebabkan efek rumah kaca sebagai konsekuensi logisnya akan terjadi pemanasan global sampai terjadinya perubahan iklim. Panas matahari terpapar secara terrestrial akan memberikan dampak Green House Effect 225 watt/m2. Jakarta jika tidak diantisipasi segera akan mengalami fenomena pulau panas (urbang heat island) maka bencana lingkungan perkotaan akan terjadi. Biochar/arang hayati sebagai pupuk lebih efektif dari pada pupuk organik sebab melalui pembusukan akan keluarkan gas CH4 dimana derajat emisinya 21 X lebih besar dari CO2nya Biochar. Kepekaan kita akan muncul manakala dampak sudah secara signifikan mengganggu aktifitas dan kesehatan kita, hal inilah yang dikatakan terlambat sebab melalui kajian sains saja sebenarnya sudah dapat dikaji. Aspek agen hayati yang merupakan jenis introduce spesies invasif akasia (Acacia nilotica) Taman Nasional Baluran sangat dominan 200Ha/th. Lamtoro (Leucaena leucocephala), eceng gondok (Eichornnia
193
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
crassipes), di Tanaman Nasional Gunung Pangrango. Aster (Eupatorium sordidum) dari Meksiko, kutu pepaya (mealybug / Paracocs marginatus) dari Meksiko, kura2 dari Brasil, keong mas (Pomacea cannaliculata) dari Brasil, ikan aligator/buaya (Lepisus peus) dari Amerika latin, monyet ekor panjang, ikan sapu2 (Pterygoplichthys pardalis) dari Amerika selatan, bawal hitam (Colossoma macropomum), ikan oscar (Astronotus ocelatus) dan arapaima (Arapaima gigas), piranha (Pygocentrus nattereri), serangga penyerbuk (Liriomyza sativae, L.huidebrensis, L.trofolii). Dampak dari adanya introduce tersebut akan mengubah pola rantai makanan dan sifat dominansi dan predominansi dari suatu populasi, mengingat jenis introduce tersebut tidak membawa predator alaminya sehingga dapat dominan dan progresif. Dampak terhadap lingkungan akan membuat jenis agen hayati endemik akan punah dan tersisih yang pada akhirnya stabilitas ekosistem akan terganggu. Apakah hal ini kita sadari bersama sebagai bentuk kepekaan kita?.
E. Kebijakan Lingkungan Hidup Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 dan telah direvisi menjadi UU no.32 tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menegaskan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Di sisi lain, para pakar lingkungan menegaskan bahwa perubahan iklim global yang melanda bumi kita, juga disebabkan oleh ulah tangan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa manusia telah mengambil peran sentral dalam keberlanjutan lingkungan hidup di bumi. Oleh karena itu, menurut Witoelar, dalam ranah kebijakan, Kementerian Lingkungan Hidup terus berupaya menyelenggarakan program-program sebagai instrumen kebijakan yang bertujuan mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan, memperbaiki lingkungan yang sudah tercemar atau rusak, sekaligus merubah perilaku masyarakat untuk peduli lingkungan hidup. Beberapa program tersebut, di antaranya Adipura, Proper, menuju Indonesia Hijau, Penegakan Hukum, dan lain sebagainya. Dalam rangka mensinergikan kebudayaan dan lingkungan hidup, perlu kiranya diselenggarakan program yang bertujuan membangun budaya lingkungan dengan pendekatan agama, adat istiadat, maupun
194
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
kearifan-kearifan yang ada di masyarakat. Usaha ini diyakininya dapat merubah perilaku, seperti cara berpikir, bertindak masyarakat untuk pro lingkungan hidup. Kondisi kerusakan dan pencemaran lingkungan yang mengarah pada proses Bunih Diri lingkungan, akan diperlukan suatu konsep pentahapan dalam mitigasi dan antisipasinya dengan adanya konsep Level Keselamatan Lingkungan. Level keselamatan lingkungan inilah dijadikan standar dalam mengelola lingkungan agar tidak bersifat masif dalam proses degradasi lingkungan dan berdampak buruk terhadap manusia. Hal ini diperkuat dengan adanya pola mitigasi perubahan iklim yang terukur dan rasional.
195
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
196
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
BAB VIII LEVEL KESELAMATAN LINGKUNGAN
A. Perspektif Antroposentris Level keselamatan biologi atau (biosafety level) adalah level atau tingkatan keselamatan yang diperlukan untuk penanganan agen biologi. Centers for Disease Control and Prevention atau "Pusat Pencegahan dan Penanganan Penyakit" yang berpusat di Amerika Serikat menspesifikasikan empat level penanganan keselamatan biologi. Contoh laboratorium dengan level keselamatan biologi adalah USAMRIID (U.S. Army Medical Research Institute for Infectious Diseases.)
1. Level 1 Level keselamatan biologi 1 diperuntukkan bagi agen-agen yang diketahui tidak menyebabkan penyakit pada manusia dewasa yang sehat
197
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi dan bahaya potensial yang minimal bagi pekerja laboratorium dan lingkungan. Laboratorium tidak memerlukan lokasi terpisah dari lokasi umum dalam suatu bangunan. Contoh agen biologi kategori level keselamatan biologi 1 antara lain: bacillus subtilis, hepatitis, E. Coli dan virus cacar air. 2. Level 2 Level keselamatan biologi 2 memiliki kesamaan dengan level keselamatan biologi 1. Perbedaannya terletak pada beberapa hal berikut: a. Pekerja laboratorium memiliki pelatihan khusus dalam penanganan agen-agen patogenik dan berada dibawah arahan ilmuwan yang berkompeten. b. Akses ke laboratorium dibatasi ketika pekerjaan tengah dilakukan. c. Penanganan khusus bagi barang-barang tajam. d. Prosedur khusus bagi pekerjaan dengan gas atau tumpahan mengandung agen berinfeksi dilakukan di dalam wadah khusus. Contoh agen biologi kategori level keselamatan biologi 2 antara lain: Hepatitis B, Hepatitis C, Flu, virus West Nyle dan Salmonella. 3. Level 3 Level keselamatan biologi 3 ditujukan bagi fasilitas klinis, diagnostik, riset atau produksi yang berhubungan dengan agen-agen eksotik yang dapat mengakibatkan potensi terkena penyakit berbahaya. Pekerja laboratorium memiliki pelatihan khusus dalam penanganan agen-agen patogenik berbahaya dan diawasi oleh ilmuwan-ilmuwan berkompetensi yang berpengalaman dalam bekerja dengan agen-agen tersebut. Contoh agen biologi kategori level keselamatan biologi 3 antara lain: Anthrax, HIV, SARS, Tubercolosis, virus cacar, thypus dan avian influenza. Semua prosedur menyangkut penanganan material berbahaya dilakukan dalam wadah tertutup oleh pekerja yang memakai peralatan dan baju pelindung khusus. Laboratorium memiliki fasilitas dan didisain khusus untuk hal tersebut antara lain pintu akses ganda.director.
198
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi 4. Level 4 Level keselamatan biologi 4 dibutuhkan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan agen-agen eksotik yang ekstrim berbahaya, dimana memiliki resiko tinggi penyebaran melalui udara. Staf laboratorium memiliki pelatihan khusus dalam menangani agen-agen berbahaya tersebut. Fasilitas laboratorium terisolasi dari tempat-tempat umum. Semua pekerjaan dalam fasilitas ini dilakukan dalam tempat tertutup khusus. Pekerjanya memakai pakaian pelindung khusus lengkap dengan tabung oksigen yang tersendiri. Contoh agen biologi kategori level keselamatan biologi 4 antara lain: Ebola, virus Hanta dan virus Lassa. Beberapa laboratorium yang berkategori level keselamatan biologi 4 antara lain: Australia "The Australian Animal Health Laboratory" di Geelong merupakan satu-satunya laboratorium di Australia yang memiliki level keselamatan biologi 4. Kanada Kanada memiliki satu fasilitas level 4 yang berlokasi di National Microbiology Laboratory di Winnipeg. Perancis Perancis memiliki sebuah fasilitas laboratorium level 4 di Lyon. Jerman Jerman memiliki dua fasilitas level 4 di Philipps University, Marburg dan Bernhard Nocht Institute, Hamburg. Swedia "Swedish Institute for Infectious Disease Control" [1] memiliki satu fasilitas level 4 di Solna. Amerika Serikat Amerika Serikat memiliki sejumlah fasilitas level 4:
USAMRIID di Fort Dietrich, MD
CDC di Atlanta, GA
NNMC di Bethesda, MD
199
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
Southwest Foundation for Biomedical Research di San Antonio, TX
UTMB's National Biocontainment Laboratory di Galveston, TX
NIAID's Rocky Mountain Laboratories di Hamilton, MT
Cyanida adalah senyawa kimia yang mengandung kelompok cyano C N, dengan atom karbon terikat-tiga ke atom nitrogen. Kelompok CN dapat ditemukan dalam banyak senyawa. Beberapa adalah gas, dan lainnya adalah padat atau cair. Beberapa seperti-garam, beberapa kovalen. Beberapa molekular, beberapa ionik, dan banyak juga polimerik. Cyanida yang dapat melepas ion cyanida CN− sangat beracun. Racun Arsenik membunuh dengan merusak parah sistem pencernaan, yang menyebabkan shock dan kematian. Roger Smith, Profesor Emeritus farmakologi dan toksikologi, Sekolah Medis Dartmouth, menyatakan kontaminasi arsenik alami dalam air merupakan masalah di sumur yang terdapat di Banglades dan New Hampshire. Peracunan sumur di Banglades merupakan masalah yang rumit; jutaan orang mengambil air minum dari sumur yang dibor melalui lapisan batu yang mengandung arsenik. Peracunan kronik, level rendah seperti di Banglades menyebabkan korbannya menderita kanker. Ada teori yang mengatakan bahwa Napoleon Bonaparte menderita peracunan arsenik, dan sampel dari rambutnya menunjukkan level tinggi elemen tersebut. Tetapi, tidak berarti peracunan yang dilakukan oleh musuh Napoleon; tembaga arsenat banyak digunakan sebagai pigmen dalam kertas tembok, pelepasan mikrobiologi arsenik ke lingkungan sekitar dapat terjadi. Dengan ketiadaan kertas tembok yang asli dan jelas, dan juga banyak tempat yang dilalui olehnya menyebabkan kasus ini tidak dapat terpecahkan dengan pasti. Arsenik banyak digunakan dalam bidang medis sejak berabad-abad, dan digunakan dengan luas dalam perawatan sifilis sebelum ditemukannya penisilin; lalu diganti dengan pengobatan lain seperti obat sulfa dan kemudian antibiotik. Arsenik merupakan bahan dalam banyak tonik, dan dalam era Viktoria, beberapa wanita memakan campuran cuka, kapur dan arsenik untuk memutihkan kulit mereka. Beberapa abad lalu, arsenik digunakan sebagai racun dalam pembunuhan ketika ditaruh dalam makanan. Batangan perak dapat digunakan untuk mengetes keberadaan arsenik; bila batangan tersebut berubah menjadi hitam ketika dimasukkan ke dalam makanan, berarti makanan tersebut mengandung arsenik.
200
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi Kasus terakhir peracunan arsenik adalah Clare Booth Luce, Duta Besar Amerika di Italia pada saat Perang dunia II; dia menderita fisikal dan psikologikal sampai peracunan arsenik ditemukan, dan sumbernya adalah cat tua langit-langit kamarnya. Dia tidak mati oleh peracunan ini. Kasus di Indonesia adalah peracunan aktivis HAM Indonesia Munir, SH pada 7 September 2004. Natrium atau Sodium adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Na dan nomor atom 11. Natrium adalah logam reaktif yang lunak, keperakan, dan seperti lilin, yang termasuk ke logam alkali yang banyak terdapat dalam senyawa alam (terutama halite). Dia sangat reaktif, apinya berwarna kuning, beroksidasi dalam udara, dan bereaksi kuat dengan air, sehingga harus disimpan dalam minyak. 5. Sifat utama Seperti logam alkali lainnya, natrium adalah unsur reaktif yang lunak, ringan, dan putih keperakan, yang tak pernah berwujud sebagai unsur murni di alam. Natrium mengapung di air, menguraikannya menjadi gas hidrogen dan ion hidroksida. Jika digerus menjadi bubuk, natrium akan meledak dalam air secara spontan. Namun, biasanya ia tidak meledak di udara bersuhu di bawah 388 K.
B. Mitigasi Perubahan Iklim •
Strategi tiga jalur (triple track strategy), yakni pro-poor, pro-job, dan pro-growth yang berbasiskan pada prinsip pro-environment.
•
Agenda Mitigasi: Program pembangunan harus secara tegas mengacu juga pada sasaran-sasaran reduksi emisi gas rumah kaca dan intensitas energi dari pertumbuhan ekonomi.
•
Agenda Adaptasi: Mengembangkan pola pembangunan yang tahan terhadap dampak perubahan iklim dan gangguan anomali cuaca yang terjadi saat ini dan antisipasi dampaknya ke depan.
1. Prinsip Pembangunan Nasional Dalam Antisipasi Perubahan Iklim a. Penyelarasan semua instrumen kebijakan dan hukum; b. Integrasi dan penyelarasan penggunaan penggunaan sumber-sumber-daya publik;
ruang
beserta
c. Penyesuaian pola konsumsi dan produksi berkelanjutan; d. Integrasi setiap sasaran mitigasi dan adaptasi dengan aspekaspek sosial budaya;
201
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi e. Program Menuju Indonesia Hijau (MIH); f.
Gerakan Rehabilitasi Lahan Nasional (GERHAN);
g. Konservasi air; h. Master Plan pengendalian kebakaran hutan dan pemberantasan kemiskinan; i.
Pengelolaan banjir;
j.
Rekonstruksi irigasi;
k. Proyek CDM; l.
Kebijakan Energi Mix Nasional;
m. Kebijakan konservasi energi; n. Kebijakan bebas pajak bagi impor peralatan teknologi bersih; o. Monitoring pencemaran udara; p. Program Desa Energi Mandiri; q. Draft Strategi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim; r.
Penyusunan draft Pedoman Konservasi Air;
s. Penghijauan daerah pesisir pantai; t.
Pemasangan Alat pemecah ombak (APO);
u. Rencana pendirian Sekolah Lapang Iklim (SLI) di 25 propinsi (150 kabupaten/kota); v. Pengelolaan terumbu karang; w. Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air; Pelaksanaan Aksi Nasional perlu mendapat dukungan berupa investasi, teknologi transfer dan positif insentif yang dilakukan secara bilateral maupun multilateral. Bantuan tersebut adalah untuk peningkatan kapasitas, REDD, Teknologi Transfer, Pendanaan Adaptasi (Adaptation Fund), serta dalam pelaksanaan CDM. 2. Mitigasi dimulai di Rumah: a. Tanamlah pohon sebanyak-banyaknya di rumah. Sebab sebuah pohon mampu menghisap C02 sepanjang hidupnya. Gunakanlah pagar tanaman hidup
202
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi b. Matikan lampu /AC/TV dan alat-alat elektronik setiap kali selesai menggunakan. Bila Anda lakukan setiap hari, anda menghemat ribuan kg C02 setiap tahun. c. Gantilah 5 lampu yang paling sering Anda gunakan dengan lampu yang hemat energi. Selain hemat tagihan listrik, Anda telah mencegah meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca. d. Hemat-hematlah menggunakan air. Karena pompa air / pompa air panasmembutuhkan energi listrik yang tinggi. Jangan biarkan kran air mengucur saat Anda menggosok gigi, dan jangan terlalu mudah mengguyur air di toilet. e. Biasakan service AC Anda secara rutin, gunakan alat-alat elektronik hemat energi dan yang telah berlabel NON CFC. f.
Tidak membiarkan pintu kulkas terbuka terlalu lama, sehingga kita tidak membuang energi percuma dengan pemakaian listrik yang tidak perlu.
g. Bila Anda bisa, daur ulanglah kertas koran dan kaleng-kaleng bekas dengan terlebih dahulu memisahkan antara sampah organik dan anorganik. Selanjutnya sampah organik dapat dijadikan kompos. h. Belilah barang-barang daur ulang. Dengan cara ini Anda telah ikut membantu mengurangi polusi dari pabrik-pabrik. i.
Biasakanlah untuk tidak membakar sampah di pekarangan rumah
3. Mitigasi dilakukan di Jalan: a. Banyak faktor yang mempengaruhi efisiensi BBM pada kendaraan Anda. Untuk meningkatkan efisiensi BBM dan mengurangi emisi GRK, jangan membuat mesin terus menyala saat kendaraan parkir. b. Untuk jarak dekat, usahakan tidak menggunakan kendaraan bermotor. Sebaiknya berjalan kaki atau naik sepeda. Jika tetap menggunakan kendaraan bermotor usahakan memenuhi kendaraan sesuai kapasitas penumpang c. Service kendaraan Anda secara teratur untuk mencegah kebocoran, gunakan oli yang telah direkomendasikan. Pembakaran yang tidak sempurna dapat menghasilkan emisi dan meningkatkan konsentrasi Gas Rumah Kaca.
203
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi d. Periksa tekanan ban Anda secara teratur. Tekanan udara yang kurang pada ban akan memberi beban pada mesin Anda. Tekanan yang akurat dapat mengurangi pemborosan energi. e. Istirahatkan kendaraan Anda 2 hari seminggu, Anda telah membantu mengurangi ribuan kg emisi per tahun. f.
Untuk kendaraan dengan BBM Anda dapat mencampur dengan ethanol 80% untuk mengurangi gas emisi GRK.
4. Mitigasi dilakukan di Sekolahan: a. Hidupkan Sains melalui permainan/games yang dapat membantu murid-murid dan para orang tua dan para guru memahami mengenai perubahan iklim dan apa yang harus dilakukan untuk mengurangi laju emisi GRK. b. Untuk para pelajar dan mahasiswa dapat membuat riset mengenai hubungan antara kegiatan mereka setiap hari di sekolah/kampus dengan emisi GRK dan perubahan iklim. c. Guru-guru sebaiknya aktif memberikan penyuluhan kepada murid-murid mengenai perubahan iklim dan ekosistem, melalui alat-alat bantu yang tersedia. d. Untuk kegiatan yang berhubungan dengan kertas, biasakan menggunakan dua sisi kertas. e. Melibatkan pelajar & mahasiswa untuk menanam pohon, mendaur ulang kertas-kertas bekas, koran bekas, kaleng-kaleng minuman, dan lain-lain. 5. Mitigasi dilakukan di Masyarakat: a. Belilah produk-produk lokal untuk mengurangi transportasi b. Budayakan gemar menanam pada warga c. Penebangan pohon harus diikuti dengan penanaman kembali bibit pohon yang sama dalam jumlah yang lebih banyak d. Membudayakan warga agar membawa tas belanja sendiri (sebaiknya dari kain/bahan daur ulang) untuk menghindari penggunaan pemakaian plastik e. Biasakanlah menggunakan saputangan/lap sehingga mengurangi pemakaian kayu f.
Jangan membuka lahan dengan membakar
g. Upayakan mendaur ulang limbah
204
daripada
tisu
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
BAB IX MENGUJI PEMIMPIN NEGARA BERWAWASAN LINGKUNGAN MALALUI ENVIRONMENTAL INSIGHT QUOTIENT (EIQ)
Paradigma (mindset) lama manusia terhadap lingkungan berupa Inward looking yang bersifat on order, structur, hyrarchy, centralization and control akan berubah menjadi paradigma baru yang berupa flexibility, networking, teamwork, delayering, developing people, federation, empowering and enabling. Orang yang berakal (Ulil Albab QS. 3: 190-191) adalah orang yang berdzikir, berfikir, dan aktif berikhtiar. Berdzikir dengan iman, berpikir dengan rasio, dan berikhtiar dengan keindahan rasa, sehingga akal terdiri dari tiga bagian penting yaitu Iman, Rasio, dan Rasa. Iman melahirkan SI (Spiritual Intelligence) yaitu kecerdasan spiritual, sedang Rasio melahirkan IQ (Intelligence Quotient) yaitu ukuran kecerdasan intelektual dan rasa melahirkan EI (Emotional Intelligence) yaitu kecerdasan emosi. Modal seperti itulah yang seharusnya terintegrasi dalam kepribadian pemimpin. Aspek tersebut dapat berfungsi sebagai Power to, Power with dan Power within menuju manusia yang berkepribadian kuat. Rasio (IQ) sebagai saran kita untuk mengindera semua yang ada di alam semesta ini, misalnya kita melihat gunung, sungai, jalan, dan sebagainya. Rasio ini cenderung berkolaborasi dengan otak kiri yang cara kerjanya antara lain: konvergen, digital, abstrak, proporsional, analitik, linier, rasional dan objektif (Short Term Memory). Hasil penelitian menunjukkan bahwa IQ hanya mampu memberi sumbangan terhadap keberhasilan manusia maksimal 20% selebihnya atas andil Emosi dan Spiritual.
205
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
Rasa (EI) akan melahirkan empati yaitu kemampuan seseorang untuk dapat merasakan apa yang ada dan terjadi pada lingkungan sekitarnya (tenggang rasa/tepo seliro). Rasa ini cenderung menggunakan otak kanan, yang cara kerjanya antara lain:Divergen, analogi, primer, konkret, sintetik, holistik, relasional, subyektif (Long Term Memory). Iman (SI) merupakan potensi fitrah yang selalu melekat pada diri manusia, yaitu potensi Illahiah (Ketuhanan).Siapapun manusia secara hakiki menginginkan: kekuatan dari luar dirinya dengan berdoa, ingin masuk surga, hidup dalam kedamaian,keikhlasan,keadilan, kasih sayang dan mendapatkan keridhoan dari sang pencipta (Alloh). Potensi fitrah ini sudah tertanam dalam jiwa manusia sejakkita dialam ruh seperti dalam (QS. 30:30). Fitrah artinya suci/alami/bawaan (inheren) maka fitrah Alloh sesuatu yang pasti ada pada Alloh yaitu sifat dan Asma Alloh. Kefitrahan sifatdan AsmaNya itulah yang ditanamkan/diturunkan oleh Alloh pada jiwa yang bersemayam di dalam hati manusia yang berupa HATI NURANI. Jika Alloh maha Pemelihara maka kita bisa berlaku sebagai pemelihara karena jiwa pemelihara sudah Alloh tanamkan di dalam hati kita, kalau Alloh maha adil maka kita juga bisa berlaku adil terhadap alam artinya kita bisa menjalankan 99 nama Alloh (Asmaul Husna) itu. Tugas manusia adalah mengejawantahkan turunan sifat dari nama Alloh, sehingga kalau kita bisa menolong orang lain jangan sombong karena kita baru menjalankan satu turunan sifat/nama Alloh yang Maha Penolong, mungkin sifat/nama Alloh yang lain belum kita laksanakan padahal kita adalah khalifah/wakil Alloh di Bumi yang harus menjalankan dari yang kita wakili (Alloh). Semua amal/aktifitas manusia tergantung pada jiwa karena dalam jiwa manusia ada potensi fujur/jelek dan taqwa/baik seperti dalam (QS. 91:8-10). IQ dikembangkan untuk memahami dan menganalisis permasalahan lingkungan sehingga menjadi KERJA CERDAS (work smart) bukan work hard sehingga melahirkan insan Profesional (aman hukum). EI dikembangkan untuk berinteraksi dan merasakan sehingga melahirkan KERJA MAWAS (aman citra atau Peduli). SI dikembangkan untuk merenung dan mamaknai setiap aktifitas kehidupan kita sehingga melahirkan KERJA IKHLAS (aman syar'i atau Bersih). gkungan maka dimunculkannya konsep EIQ (Environmental Insight Quotient) yang mempunyai makna Kecerdasan Tilikan/wawasan mendalam tentang Lingkungan, sehingga untuk mewujudkan manusia yang amanah dalam pengelolaan lingkungan maka penajaman EIQ perlu diimplementasikan terhadap setiap diri manusia khususnya stakeholder
206
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
pemegang kebijakan terhadap lingkungan. Konsep ini merupakan Reengineering dan Reinventing kaidah dasar kepemimpinan yang berwawasan lingkungan. Konsep EIQ ini akan melahirkan KERJA AMANAH (aman ekologi atau kehidupan berwawasan lingkungan). Pemimpin yang integral dengan lingkungan akan melahirkan kepemimpinan yang seharusnya berwawasan lingkungan yang legitimate, otoritatif, visible dengan visi kepemimpinan yang berwawasan lingkungan yang terukur. Program pemerintah yang dicanangkan berdasarkan konsep berwawasan lingkungan seharusnya mensinergikan antara konsep IQ+EQ+SI+EIQ=Insan Berwawasan Lingkungan. Langkah pertama untuk mengimplementasikan konsep ini adalah perlunya para calon pimpinan/ birokrat dalam skala lokal dan nasional diuji atau dilakukan Fit and Proper Test tentang EIQ. Jika aspek IQ, SI dan EQ mungkin instrumennya sudah sering dilakukan dan sudah berjalan, namun untuk EIQ perlu rekontruksi instrumen uji yang harus dikaji secara mendalam oleh para ahli Lingkungan dan Psikologi Terapan. Nilai kuantitatif dalam merumuskan EIQ adalah akumulasi dari aspek (PERSEPSI+INFORMASI+INTUISI+ASPIRASI thd prinsip Lingkungan) = skala EIQ. Hasil dari pegukuran EIQ tersebut dalam menentukan aspek kepemimpinan yang berwawasan lingkungan akan mempunyai output/ luaran yang spekulatif, relatif dan korelatif. Jika nilai yang tersurat dalam tes EIQ itu dijadikan dasar dalam menentukan pemimpin yang berwawasan lingkungan akan mempunyai nilai yang signifikan dengan validitas dan reliabilitas terhadap instrumen ujinya. Kepemimpinan berwawasan lingkungan merupakan sebuah potensi, proses dan prestasi. Setiap generasi pemimpin pasti mempunyai potensi namun jika proses menuju peningkatan nilai EIQnya optimum maka akan mendapatkan prestasi berupa karakter kepemimpinan yang berwawasan lingkungan. Konsep kepemimpinan berwawasan lingkungan ini tercermin dalam filosofi orang jepang yang berupa Seiri (sisihkan), Seiton (susun),Seiso (bersih), seiketsu (tertib) dan sitsuke (latih diri). Prinsip dari berperikehidupannya adalah selalu melakukan survival di lingkungan dengan konsisten melaksanakan ketidakbolehan yaitu Tidak boleh MEMBUNUH makhluk hidup kecuali membunuh waktu (efisiensi energi), Tidak boleh MENGAMBIL komponen lingkungan kecuali mengambil fotonya (melakukan konservasi) dan Tidak boleh MENINGGALKAN sampah kecuali meninggalkan jejak (tidak melakukan pencemaran). Paradigma pemimpin yang tidak berwawasan lingkungan akan mempunyai prinsip DO WHAT CAN BE DONE (mengelola sumberdaya apapun dengan prinsip
207
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
eksploitasi), namun jika berwawasan lingkungan akan berprinsip DO WHAT SHOULD CAN BE DONE (mengelola sumberdaya dan memanfaatkannya yang seharusnya dimanfaatkan saja secara proporsional). Demikian halnya seperti prinsip TAKE WHAT YOU WANT (mengambil sumberdaya sesuai keinginan yang umumnya hanya berorientasi ekonomi semata) yang merupakan prinsip pemimpin dengan nilai EIQ rendah, namun jika berwawasan lingkungan maka akan mempunyai prinsip TAKE WHAT YOU NEED (mengambil Sumber Daya yang diperlukan saja). Kategorisasi kepemimpina berwawasan lingkungan berdasarkan konsep pewayangan sebagai implementasi instrumen uji EIQ meliputi: 1. Kepemimpinan Nakulo-Sadewo (Harmonisasi); instrumen uji EIQ berupa keefektifan dan nilai partisipatif terhadap pengelolaan lingkungan 2. Kepemimpinan Kresno-Anoman; instrumen uji EIQ berupa kemampuan mengelola lingkungan dengan berpikir lokal namun bertindak global 3. Kepemiminan Bimo-Kumbokarno; instrumen uji EIQ berupa kemampuan mengelola sumberdaya dengan jiwa nasionalismenya, kuat, kepatuhan terhadap hukum dan jujur serta tidak naif 4. Kepemimpinan Yudhistira-Puntodewo; Instrumen uji EIQ berupa kedermawanan dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya agar dapat memberikan kontribusi yang nyata terhadap lingkungan secara global. Kepemimpinan berwawasan lingkungan secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam perannya secara INTERPERSONAL (figurehead, leader dan liasion) terhadap program-program lingkungan, INFORMASIONAL (monitor, diseminator dan spokesman) terhadap arus dinamika informasi lingkungan lokal, regional dan global, serta DECISION MAKER (entepreneur, disturbance, handler, resource allocator dan negotiator) dalam mengeluarkan program-program dan peraturan yang berwawasan lingkungan. Mempunyai ketiga sifat kepemimpinan seperti itu memang sangat ideal sehingga perlu dijadikan acuan dalam membuat instrumen ujinya.
208
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
MODEL KEPEMIMPINAN BERWAWASAN LINGKUNGAN EIQ (Environmental Insight Quotient)
Paradigma Baru
Pemimpin Berwawasan Lingkungan
SI (Spiritual Intelligence)
EI (Emotional Intelligence)
IQ (Intelectual Quotient)
209
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
Daftar pustaka Anonimous.,2000 Ringkasan Konferensi Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam dan UNDP Country Programme for Indonesia, Desember 2005: 1-6, 37-40 Anu Lounella.,2006., Dinamika Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat Belajar Dari Kasus Wonosobo, makalah tidak dipublikasikan, Konggres Pluralisme Hukum ke 25, Universitas Indonesia, Depok British Petroleum Statistical Review of World Energy. 1991. Chiras, D.D. 1985. Environmental Science, A Framework for Decision Making. The Benyamin Cumming Publ. Inc. California. Danny, Q. (2001). ICT clusters in development: theory and evidence. European Investment Bank papers, 6 (1). pp. 86-100. ISSN 02577755 Fuad Amsyari,1986. Masalah Pencemaran Lingkungan, Ghalia Indonesia Jakarta, 1986 Fleagle, RG and Businger, JA: An introduction to atmospheric physics, 2nd edition, 1980 Gering Supriyadi, Drs. MM., Etika Birokrasi, LAN – RI, 1998 George Session:1995 Deep Ecology for the Twenty-First Century, Paperback Giacomelli, Gene A. and William J. Roberts1, Greenhouse Covering Systems, Rutgers University Government of Indonesia dalam UNDP, 2007 Hardiwardoyo,1990. Perkawinan menurut Islam dan Katolik: implikasinya dalam kawin campur. Yogyakarta : Kanisius Henderson-Sellers, A and McGuffie, K: A climate modelling primer (quote: Greenhouse effect: the effect of the atmosphere in rereadiating longwave radiation back to the surface of the Earth. It has nothing to do with glasshouses, which trap warm air at the surface).
208
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
Idso, S.B.: Carbon Dioxide: friend or foe, 1982 (quote: ...the phraseology is somewhat in appropriate, since CO2 does not warm the planet in a manner analogous to the way in which a greenhouse keeps its interior warm). Immanuel Kant, 1734–1804 The man, his work and thought IPCC. 1990. Polymakes Summary of the Scientific Assesement of Climate Change. Laporan Kelompok Kerja II. Kenya, Nairobi. Jhamtani, H. 1993. Pemanasan Global. Yayasan Obor Indonesia, Kophalindo, Panos. Jakarta. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup dan UNDP, 1998. Ringkasan Eksklusif Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia, Jakarta. Keraf, A. Sony. 2002. Etika Lingkungan. Penerbit Buku Kompas. Jakarta Kiehl, J.T., and Trenberth, K. (1997). Earth's annual mean global energy budget, Bulletin of the American Meteorological Society 78 (2), 197–208. Lee, T.D. 1978. Handbook of variables of environmental impact assesment. Arbor: an arbor science publisher inc. Ludwig, A.J. and Reynolds, F.J. 1988. Statistical ecology. New York. Wiley Interscience.Piexoto, JP and Oort, AH: Physics of Climate, American Institute of Physics, 1992 (quote: ...the name water vapor-greenhouse effect is actually a misnomer since heating in the usual greenhouse is due to the reduction of convection) Magnis-Suseno, Franz. 2001. Etika Jawa: Sebuah Analisa Falsafi Tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Martin, 1993. "Is poverty increasing in the developing world?," Policy Research Working Paper Series 1146, The World Bank.Mariati, 1998, Bahan Kimia Berbahaya, Penataran Pengelolaan Laboratorium Fakultas kedokteran USU, Medan. Mariati, 1997, Bahan Kimia Beracun dan berbahaya. Penataran Tenaga Laboran Dalam lingkungan Fakultas Pertanian USU oleh USU training Center, Medan Miller,Morris.E,Australasian Journal of Philosophy, 1471-6828, Volume 2, Issue 4, 1924, Pages 244 – 257
209
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
Robin Attfield, 1999. The Ethics of the Global Environment, Edinburgh: Edinburgh University Press, 1999, in the World Ethics Series edited by Nigel Dower, ISBN: 07486-0895-8; also West Lafayette, IN: Purdue University Press, 1999, ISBN: 1-55753-189-7. pp. viii + 232. Schweithelm, J. dan D. Glover, 1999. Penyebab dan Dampak Kebakaran. Dalam Mahalnya Harga Sebuah Bencana: Kerugian Lingkungan Akibat Kebakaran dan Asap di Indonesia. Editor: D. Glover & T. Jessup Smith , J. 2003. Illegal Logging, Collusive Corruption, and Fragmented Soemarwoto, O. 2001. Atur Diri Sendiri Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Soeriaatmadja, R.E (1997) Ilmu Lingkungan. Penerbit ITB: Bandung Suhrawardi K. Lubis 1994. Etika Profesi Hukum Sinar Grafika 41-C381.4 Tacconi, T., 2003. Kebakaran Hutan di Indonesia, Penyebab, biaya dan implikasi kebijakan. Center for International Forestry Research (CIFOR), Bogor, Indonesia. 22 hal. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2001 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Vlek, P.L.G., R.F. Kühne, and M. Denich. 1997. Nutrient resources for crop procution in the tropics. Phil. Trans. R. Soc. Lond., B 352: 975-985. Wardhana, Wisnu Arya. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi. Yogyakarta Wood, R.W. (1909). Note on the Theory of the Greenhouse, Philosophical Magazine 17, p319 Widjaja. 2002. ”Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Pancasila Pada Peguruan Tinggi”.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Wignjosoebroto,Soetandyo.DISKRIMINASI: APA ITU, DAN APA YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK MENCEGAHNYA.Jakarta:Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).4 p http://www.ilkom.unsri.ac.id/ http://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_karbon" http://korantempo.com/korantempo/2007/02/07/Opini/krn,20070207, 60.id.html
210
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
http://anggara.org/2006/06/14/dimensi-moral-p http: //groups.yahoo.com/group/ppindia http://timpakul.hijaubiru.org/iklim-12.htmlrofesi-advokat-dan-pekerjabantuan-hukum/ http://wahdisblog.blogspot.com/2007/12/pemanasan-global-dandampak-yang.html http://gusdwi.blogspot.com/2008/05/tema-hari-lingkungan-hidup-2008ubah.html http://www.menlh.go.id/popup.php?cat=17&id=3069 http://bleem.multiply.com/journal/item/39 http://etika-filsafat-komunikasi.blogspot.com/2007/09/engantar-danpengertian-etika.html http://www.beritabumi.or.id/?g=beritadtl&newsID=B0031&ikey=1 http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global http://202.158.49.150/edisi-cetak/edisi-harian/ekonomiglobal/1id60271.html http://bahanamahasiswa.org/index.php?Itemid=2&id=296&option=com _content&task=view http://www.dpd.go.id/myblog/news.php?uid=66&id=120 http://www.rsi.sg/indonesian/medianusantara/view/20071216141500/ 1/.html http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Opini&id=1476 56 http://www.antara.co.id/arc/2007/12/3/2007-tahun-pecahnya-rekorperubahan-iklim-kata-wwf/ http://www.goblue.or.id/sambutan-menteri-lh-dalam-peringatan-harilingkungan-hidup-sedunia-5-juni-2008/ http://www.sinarharapan.co.id/berita/0806/05/opi01.html http://timpakul.hijaubiru.org/seriuskah-dunia-mengatasi-perubahaniklim.html http://www.duniaesai.com/lingkungan/lingkungan15.html http://www.koraninternet.com/web/cetak.php?id=4496
211
Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi
http://ayobangkitindonesiaku.wordpress.com/2008/06/01/harilingkungan-hidup-sedunia-world-environment-day-2008/ http://langitbiru89.multiply.com/journal/item/15/PEMANASAN_GLOBA L_TUGAS_MAKALAH_METEOROLOGI-KLIMATOLOGI http://portalhi.web.id/oleh-oleh-dari-bali-skema-redd-dan-climatejustice/ http://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_karbon http://www.cifor.cgiar.org/publications/Html/AR98/Bahasa/Carbon.htmlhttp://www.wikimu.com/News/Display News.aspx?id=5219 http://niasonline.net/2008/02/08/perdagangan-karbon-bisamembantu-indonesia-melindungi-hutan/ http://www.nussp.com/profildetil.asp?mid=4&catid=2& http://www.sinarharapan.co.id/berita/0502/02/opi02.html http://www.sinarharapan.co.id/berita/0605/05/opi01.html http://www.unisosdem.org/kliping_detail.php?aid=6138&coid=1&caid= 56 http://en.wikipedia.org/wiki/Deep_ecology http://gropesh.multiply.com/journal/item/6 http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah" http://jurnalnasional.com/?med=tambahan&sec=Nusantara&rbrk=&id= 41043&detail=Jurnal%20Republik http://krisnaster.blogspot.com/2005/09/ekonomi-dalamlingkungan.html http://nomersatu.com/revolusi-paradigma-atas-lingkungan/ http://suaramerdeka.com/harian/0503/03/slo15.htm www.nu.or.id/etika
212