ESTIMASI PERUBAHAN KARBON TERSIMPAN DI ATAS TANAH DI ARBORETUM UNIVERSITAS LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh KRISTIAN GOMOS BANJARNAHOR
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
ABSTRAK
ESTIMASI PERUBAHAN KARBON TERSIMPAN DI ATAS TANAH DI ARBORETUM UNIVERSITAS LAMPUNG Oleh Kristian Gomos Banjarnahor
Karbondioksida (CO2) merupakan salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan peningkatan suhu di bumi apabila jumlahnya meningkat. Melalui proses fotosintesis, CO2 di udara diserap oleh tumbuhan kemudian diubah menjadi karbohidrat dan ditimbun dalam tubuh tumbuhan (sekuestrasi). Arboretum merupakan tempat koleksi berbagai pohon serta berperan dalam menyerap dan menyimpan karbon. Tujuan penelitian ini adalah mengestimasi perubahan karbon tersimpan di atas tanah di Arboretum Universitas Lampung pada tahun 20102016. Metode yang digunakan adalah stock difference yaitu menghitung perubahan simpanan karbon (carbon stock change) atau selisih antara simpanan karbon tahun 2010 dan tahun 2016. Data yang dikumpulkan meliputi luas arboretum, nekromassa, tumbuhan bawah jenis tumbuhan, diameter, tinggi pohon. Estimasi biomassa pohon menggunakaan rumus allometrik pohon umum dengan pengambilan sampel secara non destruktif. Biomassa pada nekromassa diperoleh melalui dua metode, nekromassa berdiri menggunakan rumus allometrik umum dikali tingkat keutuhan pohon sedangkan nekromassa tumbang/rebah menggunakan rumus volume dengan pengambilan sampel secara destruktif.
Kristian Gomos Banjarnahor Biomassa tumbuhan bawah, serasah dan ranting diambil dengan menggunakan plot kuadran berukuran 0,5 m × 0,5 m dengan destruktif kemudian sub sampel dioven hingga kering tanur. Banyaknya simpanan karbon adalah 46% dari total biomassa. Hasil karbon simpanan di atas tanah Arboretum Unila pada tahun 2016 sebanyak 226,75 ton/ha dan mengalami peningkatan sebesar 59,72% atau 84,78 ton/ha dari tahun 2010 yaitu sebanyak 141,97 ton/ha. Peningkatan simpanan karbon disebabkan karena pertambahan jumlah pohon sebanyak 804 individu pohon yang berasal dari kegiatan penanaman dan regenerasi alami tegakan di Arboretum Unila. Kata kunci : arboretum, biomassa, karbon, nekromassa, Universitas Lampung.
Kristian Gomos Banjarnahor
ABSTRACT
THE ESTIMATION CHANGE OF CARBON STORED ABOVE THE GROUND IN ARBORETUM UNIVERSITY OF LAMPUNG By Kristian Gomos Banjarnahor
Carbondioxide (CO2) is a greenhouse gas that could increase earth temperature. Through the photosynthesis process, plants absorb CO2 then convert it into carbohydrates, then sequester it in the body of plants. Arboretum is an area collection of various trees and have a role in absorbing and storing carbon. The purpose of the study is to estimate the changes in the carbon stored at Arboretum Lampung University in 2010-2016. The methods used were stock difference by counting on carbon changes or difference between carbon stored in 2010 and 2016. The data such as the extent at arboretums, necromass, undergrowth, plants species, diameter and height, were collected during the research. While the stand biomass estimation masured by trees general allometric equations with nondestructive sampling. Biomass necromasses were collected using two methods, stand necromass using tree general allometric equation multiplied by decomposed ratio, while fallen/down necromass measured by volume formula with destructive sampling. Undergrowth, litter and twigs were taken by quadrant plot 0.5 m × 0.5 m destructively, then sub sample drained by oven until reached dry constant. The results showed that the carbons stored in Arboretum Unila were about 46 % out of
Kristian Gomos Banjarnahor total biomass. Carbon stored in 2016 were about 226,75 ton/ha, so there was an increase about 59,72% or 84,78 ton/ha compared to 2010’s data recorded 141,97 ton/ha. Those happened due to growing number of tree namely 804 individuals as a result of planting activity or even natural regeneration.
Keywords : arboretum, biomass, carbon, necromass, University of Lampung.
ESTIMASI PERUBAHAN KARBON TERSIMPAN DI ATAS TANAH DI ARBORETUM UNIVERSITAS LAMPUNG
Oleh KRISTIAN GOMOS BANJARNAHOR
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN Pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
Judul Skripsi
: ESTIMASI PERUBAHAN KARBON TERSIMPAN DI ATAS TANAH DI ARBORETUM UNIVERSITAS LAMPUNG
Nama Mahasiswa
: Kristian Gomos Banjarnahor
Nomor Pokok Mahasiswa
: 1214151033
Jurusan
: Kehutanan
Fakultas
: Pertanian
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si.
Dr. Arief Darmawan, S.Hut., M.Sc.
NIP 195908111986031001
NIP 19790701200811009
2. Ketua Jurusan Kehutanan
Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si. NIP 197705032002122002
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua
: Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si.
…………
Sekretaris
: Dr. Arief Darmawan, S.Hut., M.Sc.
…………
Penguji Bukan Pembimbing
: Dr. Ir. Christine Wulandari, M.P.
…………
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. NIP 196110201986031002
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 14 Februari 2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Dolok Sanggul, pada tanggal 6 Juni 1994. Anak ketujuh dari sepuluh bersaudara, pasangan Togar Banjarnahor dan Delli Munte. Penulis menamatkan pendidikan SDN 173395 Dolok Sanggul pada tahun 2006, SMPN 1 Dolok Sanggul pada tahun 2009 dan SMAN 1 Dolok Sanggul pada tahun 2012. Penulis tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur tulis pada tahun 2012. Penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan. Organisasi yang pernah diikuti yaitu Himasylva (Himpunan Mahasiswa Kehutanan) dan pernah sebagai anggota pengurus bidang pengembangan kewirausahaan periode 2014/2015. Penulis juga pernah terpilih sebagai Duta Mahasiswa Fakultas Pertanian perwakilan mahasiswa Jurusan Kehutanan pada tahun 2014.
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten dosen pada mata kuliah Repong Damar, Ilmu Tanah Hutan dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Selain itu, penulis juga pernah diberikan kepercayaan sebagai pemandu lapangan pada kegiatan International Summer Course Tropical Forest Lampung University pada bulan september 2014 dan sebagai Enumerator penelitian keanekaragaman hayati Gunung Madu Plantations (GMP) pada bulan september 2014.
Pada januari 2015 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik selama ± 40 hari di Desa Bima Sakti, Kecamatan Negeri Besar, Kabupaten Way Kanan. Pada juli 2015 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) selama ± 1 bulan di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Ngadisono, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kebumen, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kedu Selatan Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah.
Karya ini kupersembahkan untuk orang-orang yang aku sayang berharga dalam hidupku Ayahku T. Banjarnahor, Ibuku D Br. Munte, Kakak, abangku dan adikku serta keluarga besar yang selalu mendoakanku, memotivasiku dan memberikan segala bentuk dukungan.
SANWACANA
Syalom…. Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Arboretum Universitas Lampung dengan judul “Estimasi Perubahan Karbon tersimpan di Atas Tanah di Arboretum Universitas Lampung”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Dr. Ir Agus Setiawan, M.Si., selaku pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya dan bersedia memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.
2.
Bapak Dr. Arief Darmawan, S.Hut., M.Sc., selaku pembimbing kedua atas kesediaannya memberikan bimbingan, saran-saran perbaikan dan kritik hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
3.
Bapak Dr. Ir. Christine Wulandari, M.P., selaku penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran perbaikan dalam penyusunan skripsi ini.
4.
Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
iii 5.
Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
6.
Bapak Dr. Hj. Bainah Sari Dewi, S.Hut. M.P., selaku dosen pembimbing akademik.
7.
Bapak Prof. Dr. Tukirin Partomiharjo (peneliti botani dan ekologi LIPI) beserta staf “Herbarium Bogoriense” Bidang Botani Pusat penelitian Biologi Lipi Bogor yang telah membantu proses identifikasi tumbuhan dalam penelitian ini.
8.
Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Tuhan YME membalas segala kebaikan mereka semua yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan namun semoga dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.
Syalom….
Bandar Lampung, 23 Maret 2017
Kristian Gomos Banjarnahor
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ..................................................................................... DAFTAR GAMBAR................................................................................. I.
Halaman vi viii
PENDAHULUAN .............................................................................. A. Latar Belakang .............................................................................. B. Rumusan Masalah......................................................................... C. Tujuan Penelitian .......................................................................... D. Manfaat Penelitian ........................................................................ E. Batasan Penelitian......................................................................... F. Kerangka Pemikiran......................................................................
1 1 3 4 4 5 5
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... A. Karhon Hutan dan Adaptasi Iklim Global .................................... B. Arboretum dan Fungsinya............................................................. C. Biomassa dan Karbon Tersimpan ................................................. 1. Definisi Biomassa .................................................................. 2. Pengukuran Biomassa dan Karbon Tersimpan ...................... 3. Karbon Tersimpan di Berbagai Penggunaan Lahan .............. 4. Siklus Karbon D. Pemetaan dan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG ) .........
7 7 9 13 13 14 16
III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... A. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ B. Bahan dan Alat Penelitian............................................................. C. Data yang Dikumpulkan ............................................................... 1. Data Primer ............................................................................ 2. Data Sekunder........................................................................ D. Metode Pengumpulan Data........................................................... 1. Data Primer ............................................................................ 2. Data Sekunder........................................................................ E. Analisis Data................................................................................. 1. Biomassa Pohon..................................................................... 2. Biomassa Tumbuhan Bawah dan Serasah ............................. 3. Biomassa Nekromassa ........................................................... 4. Jumlah Karbon Tersimpan..................................................... F. Estimasi Perubahan Karbon Tersimpan........................................
21 21 22 22 22 23 23 23 26 26 26 27 27 28 28
18
v Halaman IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN............................. 30 A. Letak dan Luas Unila .................................................................... 30 B. Tipe Iklim dan Topografi Wilayah Unila ..................................... 31 C. Sejarah Singkat Arboretum Unila................................................. 31 D. Kondisi Arboretum Unila ............................................................. 32 V. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... A. Perubahan Luas dan Struktur Tegakan Arboretum Unila............. B. Komposisi dan Struktur Penyusun Arboretum Unila ................... C. Karbon Tersimpan di Atas Tanah ................................................. 1. Karbon Tersimpan pada Pohon.............................................. 2. Karbon Tersimpan pada Nekromassa .................................... 3. Karbon tersimpan pada Tumbuhan Bawah, Serasah dan Ranting Kayu .................................................................. D. Karbon Tersimpan di Arboretum Unila........................................ 1. Arboretum Fakultas Pertanian ............................................... 2. Arboretum UPT Bahasa......................................................... 3. Arboretum UPT Komputer .................................................... 4. Arboretum UPT Perpustakaan ...............................................
34 34 36 43 46 47
VI. SIMPULAN DAN SARAN................................................................ A. Simpulan ....................................................................................... B. Saran .............................................................................................
59 59 59
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
61
LAMPIRAN............................................................................................... Tabel 12 – 25 .............................................................................................. Gambar 25-32.............................................................................................. Hasil Identifikasi/Determinasi Tumbuhan oleh LIPI..................................
66 66 153 157
48 50 50 52 54 57
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Luas Arboretum Unila pada tahun 2010 ............................................ 11 2.
Karbon tersimpan di atas tanah di Arboretum Unila tahun 2010 ......
11
3.
Parameter-parameter pengambilan biomassa dan nekromassa di atas permukaan tanah dan metode pengukurannya........................
15
Rumus-rumus allometrik untuk menduga biomasa beberapa jenis tanaman ..............................................................................................
27
5.
Perubahan luas Arboretum Unila tahun 2010 – 2016 ........................
34
6.
Perubahan LBDs tegakan Arboretum Unila tahun 2010 – 2016 .......
39
7.
Klasifikasi dan Jenis Pohon penyerap CO2 terbanyak.......................
41
8.
Jumlah karbon tersimpan pada tiap Arboreum Unila ........................
44
9.
Karbon tersimpan pada pohon di tiap lokasi Arboretum Unila tahun 2016....................................................................................................
46
10. Karbon tersimpan pada nekromassa di tiap Arboretum Unila tahun 2016....................................................................................................
48
11. Karbon tersimpan pada tumbuhan bawah, serasah dan ranting kayu di tiap Arboretum Unila tahun 2016 ..................................................
49
12. Jenis penyusun vegetasi Arboretum Unila.........................................
66
13. Jenis tumbuhan bawah di Arboretum Unila.......................................
72
14. Perhitungan biomassa dan karbon tersimpan pada pohon di Arboretum Fakultas Pertanian ...........................................................
74
15. Perhitungan biomassa dan karbon tersimpan pada pohon di Arboretum UPT Bahasa .....................................................................
96
4.
vii Tabel Halaman 16. Perhitungan biomassa dan karbon tersimpan pada pohon di Arboretum UPT Komputer ................................................................ 111 17. Perhitungan biomassa dan karbon terimpan pada pohon di Arboretum UPT Perpustakaan ...........................................................
137
18. Perhitungan biomassa nekromassa tumbang/rebah di Arboretum Fakultas Pertanian ..............................................................................
144
19. Perhitungan biomassa nekromassa berdiri/tegak di Arboretum Fakultas Pertanian ..............................................................................
145
20. Perhitungan biomassa nekromassa tumbang/rebah di Arboretum di UPT Bahasa .......................................................................................
146
21. Perhitungan biomassa nekromassa berdiri/tegak di Arboretum UPT Bahasa ................................................................................................
147
22. Perhitungan biomassa nekromassa tumbang/rebah di Arboretum UPT Komputer ..................................................................................
148
23. Perhitungan biomassa nekromassa berdiri/tegak di Arboretum UPT Komputer ..........................................................................................
149
24. Perhitungan biomassa nekromassa tumbang/rebah di Arboretum UPT Perpustakaan ......................................................................................
149
25. Perhitungan biomassa tumbuhan bawah, seresah dan ranting di Arboretum Unila ................................................................................
151
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1. Diagram alir pada penelitian estimasi perubahan karbon tersimpan Arboretum Unila 2016 ......................................................................... 6 2.
Siklus karbon .......................................................................................
18
3.
Peta lokasi penelitian ...........................................................................
21
4.
Pengukuran pohon setinggi dada DBH=1,3 m ....................................
24
5.
Bentuk plot kuadran untuk pengambilan tumbuhan bawah dan seresah yang terbuat dari bambu atau kayu ......................................................
25
(a) Pohon hidup dengan tingkat keutuhan faktor koreksi 1, (b) Pohon mati tanpa daun dengan tingkat keutuhan faktor koreksi 0,9, (c) Pohon mati tanpa daun dan ranting dengan tingkat keutuhan faktor koreksi 0,8 dan (d) Pohon mati tanpa daun, cabang dan ranting dengan tingkat keutuhan faktor koreksi 0,7.............................
26
(a) Pemanfaatan Arboretum UPT Bahasa untuk parkir motor, (b) Pelebaran bahu jalan menuju kantin mahasiswa di Arboretum UPT Komputer, dan (c) Pemanfaatan Arboretum UPT komputer untuk pembangunan gedung mesin diesel gensed ...............................
35
Penambaan luas Arboretum UPT Komputer ditandai dengan penanaman bibit pohon yang masih kecil ............................................
36
Perbandingan jumlah jenis tumbuhan di Arboretum Unila .................
36
10. Perubahan jumlah individu dan spesies tumbuhan di Arboretum Unila tahun 2007, 2010 dan 2016 ........................................................
37
11. (a) Validasi dengan analisis korelasi tinggi dan diameter, (b) Analisis korelasi volume dan LBDs...............................................
40
12. Persentase simpanan karbon pada tiap objek penelitian ......................
43
13. Kondisi tegakan Arboretum Fakultas Pertanian ..................................
50
6.
7.
8.
9.
ix Gambar Halaman 14. Citra satelit Arboretum Fakultas Pertanian Unila tahun 2016 ............. 51 15. Peta persebaran pohon di Arboretum Fakultas Pertanian Unila ..........
52
16. (a) Kondisi tegakan Sengon laut (Paraserianthes falcataria ), (b) Pohon Beringin (Ficus benjamina) di Arboretum UPT Bahasa Unila ..........
53
17. Citra satelit Arboretum UPT Bahasa Unila tahun 2016.......................
53
18. Peta persebaran pohon di Arboretum UPT Bahasa Unila....................
54
19. Kondisi tegakan Arboretum UPT Komputer Unila .............................
55
20. Citra satelit Arboretum UPT Komputer Unila tahun 2016 ..................
55
21. Peta persebaran pohon di Arboretum UPT Komputer Unila ...............
56
22. Kondisi tegakan Arboretum UPT Perpustakaan Unila ........................
57
23. Citra satelit Arboretum UPT Perpustakaan Unila tahun 2016.............
58
24. Peta persebaran pohon di Arboretum UPT Perpustakaan Unila ..........
58
25. Pengukuran diameter pohon ................................................................
153
26. Pengukuran diameter nekromassa rebah..............................................
153
27. Penganbilan tumbuhan bawah, seresah dan ranting pada plot 0,5 m × 0,5 m dan plot 0,5 m × 0,5 m ..........................................
154
28. Merekam titik koordinat pohon dengan menggunakan GPS ...............
154
29. Pengukuran tinggi pohon menggunakan hagameter ............................
155
30. Hasil pengumpulan tumbuhan bawah, seresah dan ranting dari tiap arboretum Unila ...................................................................................
155
31. Penimbangan sampel tumbuhan bawah, seresah dan ranting yang sudah dioven hingga kering konstan....................................................
156
32. Sampel nekromassa yang sudah dihitung volume dan berat kering konstan .................................................................................................
156
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan iklim akibat pemanasan global semakin menjadi perhatian yang serius bagi kelangsungan hidup manusia di bumi saat ini. Menurut Departemen Kehutanan (2007), penyebab dari pemanasan global adalah efek gas rumah kaca yaitu energi yang diterima dari sinar matahari diserap sebagai radiasi gelombang pendek dan dikembalikan ke angkasa sebagai radiasi inframerah gelombang panjang. Gas-gas rumah kaca menyerap radiasi inframerah, dan terperangkap di atmosfer dalam bentuk energi panas. Peristiwa ini dikenal dengan efek rumah kaca (ERK), dimana panas yang masuk akan terperangkap di dalamnya dan tidak dapat menembus ke luar, sehingga dapat membuat kondisi bumi menjadi lebih panas.
Banyak anomali alam telah terjadi sehingga akan semakin menegaskan pentingnya mengatasi permasalahan ini. Menurut Soemarwoto, 1994 Gas Rumah Kaca (GRK) salah satunya karbondioksida (CO2) yang berada di atmosfer dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara). Emisi CO2 yang dihasilkan dari penebangan dan pembakaran kayu lebih sedikit dibandingkan emisi CO2 yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil.
2 Tanaman hijau daun menyerap CO2 selama fotosintesis dan memakainya sebagai bahan untuk membuat karbohidrat. Fotosintesis merupakan salah satu mekanisme penting pengambilan CO2 dari atmosfer sehingga sangat berperan dalam mitigasi penyerapan karbon di udara seperti berbagai tanaman yang terdapat di dalam kawasan hutan. Kebutuhan data akan sumberdaya hutan (SDH) terus berkembang salah satunya jasa lingkungan RTH untuk kepentingan peningkatan pengelolaan dan pelaporan emisi karbon hutan. Menurut Idris (2013), pendataan simpanan karbon hutan dilakukan secara periodik (time series data) dalam rangka penyediaan salah satu indikator untuk menilai kualitas sumberdaya hutan.
Menurut PP No.63 Tahun 2002 tentang hutan kota, arboretum termasuk ke dalam kawasan hutan kota yang berada di wilayah kota atau kawasan perkotaan dapat diperhitungkan sebagai kawasan yang berfungsi sebagai hutan kota. Salah satu RTH di Kota Bandar Lampung adalah Arboretum Universitas Lampung (Unila) yang diresmikan pada tahun 1999 oleh pimpinan Unila. Berdasarkan Perda Kota Bandar Lampung (2011) tentang rencana tata ruang wilayah tahun 2011-2030 bahwa kota Bandar Lampung memiliki kebijakan strategis dalam pola penggunaan lahan dan ruang, yaitu kebijakan pencadangan RTH minimum Koefisien Daerah Hijau (KDH) 30 (tiga puluh) persen. Hal ini sejalan dengan dengan Perda Kota Bandar Lampung bahwa Arboretum Unila sangat berperan dalam menjaga kondisi lingkungan khususnya adaptasi dan mitigasi iklim.
Komponen penyusun ruang terbuka hijau menurut Fandeli (2004) adalah arboretum, jalan dan daerah tangkapan air. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 10/Menhut-11/2007 tentang perbenihan tanaman hutan,
3 arboretum adalah koleksi dari pohon-pohon atau beberapa spesies terpilih yang dibangun pada lokasi untuk penelitian. Selain itu, arboretum juga berperan sebagai pembentuk iklim mikro yang menyebabkan suasanya sejuk dan nyaman sehingga memberikan dampak positif terhadap keberlangsungan aktifitas manusia di sekelilingnya.
Unila memiliki luas total ± 65 ha dan sebesar 41% dari total luas Unila adalah RTH (Anto, 2009). Berdasarkan Fitri dkk,. 2014, Unila menduduki peringkat ke10 universitas terhijau di Indonesia dan urutan ke 215 di dunia pada tahun 2014 dan mengalami penurunan peringkat pada tahun 2015 di urutan ke-13 di indonesia dan 246 di dunia (Fitri dkk, 2015). Prestasi ini menujukkan bahwa RTH Unila sangat berpotensi dalam penyerapan GRK di atmosfir.
Sobirin (2010), telah meneliti bahwa jumlah karbon yang terdapat di atas tanah arboretum Unila pada tahun 2010 sebanyak 141,97 ton/ha. Informasi ini digunakan sebagai awal estimasi simpanan karbon di Arboretum Unila, selanjutnya akan dilakukan penelitian lanjutan untuk menganalisis perubahan simpanan karbon dan melihat besarnya peran arboretum dalam menyimpan karbon.
B. Rumusan Masalah
Hutan mempunyai struktur penyusun hutan yang berbeda-beda sehingga jumlah karbon yang disimpan juga akan berbeda-beda. Arboretum Unila mampu menyimpan karbon sebanyak 141,97 Ton/ha pada tahun 2010 (Sobirin, 2010). Besar perubahan dan kemampuan Arboretum Unila dalam mempertahankan
4 jumlah karbonnya maka perlu dilakukan perhitungan jumlah karbon pada tahun 2016, sehingga hasilnya dapat dibandingkan dengan hasil pengkuran simpanan karbon pada tahun 2010.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini sebagai berikut. 1.
Mengestimasi karbon tersimpan di atas tanah di Arboretum Unila tahun 2016.
2.
Mengestimasi perubahan jumlah simpanan karbon di atas tanah di Arboretum Unila dari tahun 2010 - 2016.
3.
Menganalisis faktor- faktor yang menyebabkan perubahan jumlah karbon di Arboretum Unila pada tahun 2016.
D. Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dari kajian ini diharapkan dapat menjadi update data simpanan karbon di Arboretum Unila pada tahun 2010 sampai 2016 untuk kepentingan pelaporan tingkat emisi. Pelaporan ini diperlukan baik untuk mengatur kinerja penurunan emisi nasional maupun pelaporan kepada lembaga internasional misalnya kepada United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) salah satunya dengan peran RTH. Informasi perubahan simpanan karbon di Arboretum Unila menjadi bahan masukan bagi pengelola Arboretum Unila serta pembanding simpanan karbon pada areal berhutan lainnya untuk membuat strategi pembangunan RTH salah satunya sebagai penyerap GRK.
5 E. Batasan Penelitian
Penelitian ini membatasi kajian pada perubahan jumlah karbon tersimpan di Arboretum Unila dengan orientasi CO2 sebagai salah satu penyumbang gas rumah kaca yang diserap oleh tumbuhan dan disimpan dalam bentuk biomassa. Simpanan karbon yang diukur adalah karbon di atas permukaan tanah (above ground carbon). Biomassa diambil dengan menggunakan metode tidak merusak (non-destructive) dengan menggunakan persamaan allometrik untuk tegakan pohon dan metode merusak (destructive) untuk tumbuhan bawah, serasah dan semak belukar kemudian dimasukkan kedalam konversi karbon.
F. Kerangka Pemikiran
Estimasi karbon tersimpan diketahui dengan menghitung besarnya biomasa tanaman. Biomasa tanaman dapat diketahui dengan dua cara, yaitu metode destruktive pada tumbuhan bawah dan metode non-destruktive pada pohon. Kemudian jumlah biomasa dapat diketahui dengan menggunakan persamaan allometrik umum pada pohon beranting, estimasi nilai biomassa tumbuhan bawah dapat diketahui dengan menentukan berat keringnya dan nekromassa dibagi atas dua, nekromasa bercabang bercabang menggunakan persamaan allometrik seperti pohon hidup kemudian dikali dengan faktor tingkat keutuhan pohon mati. Menurut Hairiah dan Rahayu (2007), nekromassa yang tidak bercabang diperoleh dengan cara menghitung volume silindernya dan dikonversi dengan berat kering sampel yang diperoleh. Jumlah karbon tersimpan dalam bahan organik adalah 46% dari berat kering biomassa atau nekromasa (ton/ha).
6 Karbon Tersimpan di Atas Tanah
Tumbuhan bawah, serasah, semak belukar dan Semai
Nekromassa tidak bercabang
Data berat basah dan kering
Pancang, Tiang dan Pohon
Nekromassa
Volume × ρ
Nekromassa bercabang
Tingkat Keutuhan pohon Mati
Persamaan allometrik
Analisis Vegetasi
Biomassa (Ton/ha)
Data Karbon tersimpan Tahun 2010 Sobirin, 2010 141,97 ton/ha
Karbon tersimpan Tahun 2016 (…… ton/ha) A
Biomassa × Faktor konversi karbon
Data Perubahan Karbon tersimpan Tahun 2016 B
Keterangan : A : Karbon yang dihitung pada tahun 2016. B : Perubahan karbon pada tahun 2010 – 2016. Gambar 1. Diagram alir pada penelitian estimasi perubahan karbon tersimpan Arboretum Unila 2016
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Karbon Hutan dan Adaptasi Iklim Global
Karbon merupakan salah satu unsur alam yang memiliki lambang C dengan nilai atom sebesar 12. Karbon adalah unsur utama pembentuk bahan organik termasuk makhluk hidup. Karbon banyak tersimpan di bumi (darat dan laut) dari pada di atmosfer karena hampir setengah dari organisme hidup merupakan karbon (Manuri dkk, 2011).
Suhendang (2002), memperkirakan bahwa hutan Indonesia yang luasnya sekitar 120,4 juta hektar mampu menyerap karbon dan menyimpan karbon sekitar 15,05 milyar ton karbon. Hutan alam memiliki tingkat keragaman spesies pohon yang tinggi, selain itu di dalamnya terdapat berbagai spesies tumbuhan bawah serta serasah dengan jumlah yang banyak sehingga menjadikannya sangat efektif dalam menyerap serta menyimpan karbon.
Hutan merupakan penyerap dan penyimpan karbon yang baik, terutama pada hutan alam yang merupakan penyimpan karbon tertinggi bila dibandingkan dengan sistem penggunaan lahan lainnya seperti pertanian, perkebunan dan lainlain. Apabila terjadi perusakan dan perambahan pada suatu hutan, maka karbon yang tersimpan oleh hutan tersebut akan berkurang atau bahkan hilang terlepas ke udara dan akan berkontribusi terhadap pemanasan global dan perubahan iklim.
8 Berbagai upaya dapat dilakukan dalam mengantisipasi permasalahan tersebut salah satunya adalah dengan mitigasi terhadap karbon yang tersimpan di bumi maupun yang tersimpan di atmosfer. Mitigasi adalah tindakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan untuk meningkatkan penyimpanan karbon dalam rangka mengatasi perubahan iklim (CIFOR, 2009). Bentuk mitigasi yang ada di dunia seperti. 1.
Protokol Kyoto, Jepang pada tahun 1997 dengan mekanisme pembangunan bersih atau Clean Development Mechanism (CDM), dimana negara-negara industri dan negara penghasil polutan diberi kesempatan untuk melakukan kompensasi dengan cara membayar negara-negara berkembang untuk mencadangkan hutan tropis yang mereka miliki sehingga terjadi penyerapan dan penyimpanan sejumlah besar karbon.
2.
Kesepakatan global bertajuk United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang melibatkan negara-negara di dunia. Perkembangan isu tentang perubahan iklim dibahas setiap tahunnya dalam pertemuan yang dinamakan Conference of the Parties (COP). Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation (REDD) merupakan suatu mekanisme internasional yang dimaksudkan untuk memberikan insentif yang bersifat positif berupa aliran dana bagi negara pemilik hutan (negera berkembang) yang mampu menjaga kelestarian hutan dan berhasil mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (Marispatin, 2007).
3.
REDD berkembang menjadi mekanisme penurunan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, peran konservasi, pengelolaan hutan secara berkelanjutan,
9 dan peningkatan cadangan karbon hutan, yang umum disebut REDD+ (Kementerian Kehutanan, 2010).
B. Arboretum dan Fungsinya
Arboretum merupakan salah satu bentuk hutan kota dan bagian dari ruang terbuka hijau Unila. Arboretum berasal dari kata arbor yang berarti pohon dan retum yang berari tempat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) arboretum dapat diartikan sebagai tempat berbagai pohon ditanam dan dikembangbiakkan untuk tujuan penelitian atau pendidikan (Riskawati, 2010). Sedangkan menurut Permenhut P.10/Menhut-11/2007 tentang perbenihan tanaman hutan, bahwa arboretum merupakan koleksi dari pohon-pohon atau beberapa spesies terpilih yang dibangun pada lokasi untuk penelitian.
Hutan kota berfungsi untuk memperbaiki iklim mikro, nilai estetika, meresapkan air, menciptakan keserasian lingkungan fisik kota dan menjaga keseimbangan ekosistem perkotaaan. Hutan kota yang ada dapat berbentuk antara lain berupa jalur hijau (dapat berupa pohon peneduh jalan, jalur hijau di bawah kawat listrik tegangan tinggi, jalur hijau di tepi rel kereta api, jalur hijau di tepi sungai di dalam maupun di luar kota), tanaman kota yaitu tanaman yang ditata sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya rekayasa manusia untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah seperti kebun dan halaman, kebun raya, hutan raya, kebun binatang, hutan lindung, kuburan dan taman pemakaman pahlawan (Dahlan, 1992).
10 Arboretum Unila memiliki total luas lahan sekitar 12 ha yang letaknya tersebar di kawasan Unila. Arboretum memiliki penutupan tajuk yang cukup rapat dan rindang, sehingga dapat menciptakan suasana yang sejuk dan asri. Didalam Arboretum Unila terdapat beberapa tanaman langka dari berbagai daerah, seperti matoa (Pometia pinnata), kayu hitam (Diospyros macrophylla). Sampai saat ini telah terkumpul kurang lebih 100 jenis pohon (Syam dkk, 2007).
Bersadarkan inventarisasi Syam dkk, (2007) Arboretum Unila terbagi atas 4 lokasi, yaitu: Arboretum Fakultas Pertanian yang memiliki kurang lebih 65 jenis pohon dan didomonasi oleh pohon mahoni daun besar (Swietenia macrophylla). Arboretum UPT Bahasa yang memiliki kurang lebih 32 jenis pohon yang didominasi oleh tanaman mahoni daun besar (Swietenia macriphylla) dan sengon laut (Paraserianthes falcataria) serta terdapat pohon beringin (Ficus benjamina) yang merupakan salah satu pohon terbesar di Unila. Arboretum UPT Komputer Unila memiliki kurang lebih 18 jenis pohon yang didominasi oleh pohon kelapa (Cocos nucifera) dan Arboreum UPT Perpustakaan yang memiliki kurang lebih 9 jenis pohon dan didomonasi oleh pohon sengon buto (Enterolobium cyclocarpum).
Banyak manfaat dan nilai yang bisa didapat dari keberadaan Arboretum Unila mengingat letaknya berada didaerah pemukiman padat serta fungsi dan manfaatnya bagi masyarakat terutama bagi mahasiswa Unila. Permintaan akan jasa-jasa lingkungan dari suatu ekosistem pada saat ini semakin meningkat guna menunjang kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat (Sobirin, 2010).
11 Hasil pengukuran Sobirin (2010) bahwa luas Arboretum Unila pada tahun 2010 seluas 30,835 m2 atau 3,83 ha. Secara rinci, luas tiap arboretum di Unila dapat dilihat pada Tabel 1. Karbon yang terdapat di Arboretum Universitas Lampung pada tahun 2010 sebanyak 101,65 ton/ha. Data hasil pengukuran simpanan karbon ini merupakan data pembanding simpanan karbon di Unila pada tahun 2016 atau dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Luas Arboretum Unila pada tahun 2010 No. 1 2 3 4
Lokasi Arboretum Fakultas Pertanian Arboretum UPTBahasa Arboretum UPT Komputer Arboretum UPTPerpustakaan Jumlah
Luas m² 9.844 9.775 8.087 3.129 30.835
Tabel 2. Karbon tersimpan di atas tanah di Arboretum Unila tahun 2010 No. 1. 2. 3. 4.
Lokasi Arboretum Fakultas Pertanian Arboretum UPT Bahasa Arboretum UPT Komputer Arboretum UPT Perpustakaan Total
Karbon (ton/ha) Pohon T Bawah Serasah Nekromassa 27,86 0,09 0,45 41,91 0,08 0,74 14,56 0,10 0,25 6,37 0,04 0,10 90,70 0,31 1,54 9,09
Menurut hasil penelitian Sobirin (2010), jumlah pohon yang terdapat di Arboretum Unila sebanyak 541 individu pohon yang terdiri dari 61 spesies. Fase Pohon sebanyak 442 individu pohon dari 53 spesies, fase tiang sebanyak 71 individu pohon dari 26 spesies dan fase sapihan sebanyak 28 individu dari 7 spesies. Penanaman perdana Arboretum Unila dilakukan pada tahun 1996 sekaligus peresmian Arboretum Unila sebagai kebun percobaan dan umur pohon yang paling tua adalah 20 tahun. Tumbuhan bawah banyak didominasi oleh rerumputan. Sedangkan nekromasa yang ditemukan seperti wareng (Gmelina
12 arborea), mahoni (Swietenia mahagoni), mangium (Acacia mangium), sonokeling (Dalbergia latifolia), sengon laut (Paraserianthes falcataria) dan kupu-kupu (Bauhinia purpurea).
Menurut Irwan (2005), arboretum merupakan bagian RTH yang sengaja dibangun secara merata diseluruh wilayah kota untuk memenuhi fungsi dasar yang secara umum dibedakan menjadi. 1.
Fungsi bioekologis (fisik) adalah fungsi yang memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota), pengatur iklim mikro agar sistem siskulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar, sebagai peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, penyerap (pengolah) polutan media udara, air dan tanah serta penahan angin.
2.
Fungsi sosial, ekonomi dan budaya yang mampu manggambarkan ekspresi budaya lokal, merupakan media komunikasi warga kota, tempat rekreasi, tempat penelitian dan pendidikan.
3.
Ekosistem perkotaan yang merupakan produsen oksigen, tanaman berbunga, berbuah dan berdaun indah, serta bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, kehutanan dan lain-lain.
4.
Fungsi estetis, meningkatkan kenyamanan dan memperindah lingkungan kota baik dari skala mikro seperti halaman rumah, lingkungan pemukiman, maupum makro. Lansekap kota secara keseluruhan mampu menstimuli kreativitas dan produktivitas warga kota juga bisa berekreasi secara aktif maupun pasif, seperti bermain, berolahraga ataupun kegiatan sosial lain yang sekaligus menghasilkan keseimbangan kehidupan fisik dan psikis. Tercipta
13 suasana serasi dan seimbang antara berbagai bangunan gedung, infrastruktur jalan dengan pepohonan hutan kota, taman kota, taman kota pertanian dan perhutanan, taman gedung, jalur hijau jalan, bantaran rel kereta api, serta jalur biru bantaran kali.
C. Biomassa dan Karbon Tersimpan
1. Definisi Biomassa Hairiah dan Rahayu (2007), mendefinisikan biomassa sebagai bagian dari vegetasi yang masih hidup yaitu tajuk pohon, tumbuhan bawah, gulma dan tanaman semusim. Menurut Brown (1997), biomassa adalah jumlah total bahan hidup di atas permukaan tanah pada pohon yang dinyatakan dalam berat kering tanur ton per unit area.
Biomassa disusun terutama oleh senyawa karbohidrat yang terdiri dari unsur karbondioksida, hidrogen, dan oksigen. Biomassa tegakan dipengaruhi oleh umur tegakan hutan, komposisi dan struktur tegakan (Lugo dan Snedaker, 1974). Kuantitas biomassa dalam hutan merupakan selisih anatara produksi melalui fotosintesis dan konsumsi. Perubahan kuantitas biomassa ini dapat terjadi karena suksesi alami dan oleh aktifitas manusia seperti silvikultur, pemanenan dan degradasi. Tempat penyimpanan karbon disebut dengan kantong karbon aktif (active carbon pool). Hutan, tanah, laut dan atmosfer semuanya menyimpan karbon yang berpindah secara dinamis diantara tempat-tempat penyimpanan tersebut sepanjang waktu (Sutaryo, 2009).
14 Karbon atau zat arang adalah salah satu unsur yang terdapat dalam bentuk padat maupun cairan di dalam perut bumi, di dalam batang pohon, atau dalam bentuk gas di udara (atmosfer). Hairiah dan Rahayu (2007) menjelaskan bahwa, karbon yang terdapat di atas permukaan tanah terdiri atas biomassa pohon, biomassa tumbuhan bawah (semak belukar, tumbuhan menjalar, rumput-rumputan atau gulma), nekromassa (batang pohon mati) dan serasah (bagian tanaman yang telah gugur dan ranting yang terletak di permukaan tanah). Sedangkan karbon di dalam tanah meliputi biomassa akar serta bahan organik tanah (sisa tanaman, hewan dan manusia yang telah menyatu dengan tanah akibat pelapukan).
Fotosintesis adalah proses pada tanaman hijau dengan bantuan klorofil dan cahaya, mengubah karbondioksida dan air menjadi karbohidrat dan molekul oksigen (Kamen, 1963). Karbon memiliki peran penting dalam proses fotosintesis. Proses ini menyerap CO2 dan menghasilkan C6H12O6 berikut O2 yang sangat bermanfaat sebagai kebutuhan dasar makhluk hidup (CIFOR, 2008). Melalui proses fotosintesis, CO2 di udara diserap oleh tanaman dan diubah menjadi karbohidrat, kemudian disebarkan ke seluruh tubuh tanaman dan akhirnya ditimbun dalam tubuh tanaman berupa daun, batang, ranting, bunga dan buah. Proses penimbunan C dalam tubuh tanaman hidup dinamakan proses sekuestrasi (C-sequestration).
2. Pengukuran Biomassa dan Karbon Tersimpan Menurut Brown (1997), besarnya karbon tersimpan mencapai 50% dari nilai biomassanya. Ditegaskan juga oleh Sutaryo (2009), yang menyatakan bahwa dari keseluruhan karbon hutan, sekitar 50% diantaranya tersimpan dalam vegetasi
15 hutan. Sedangkan menurut Hairiah dan Rahayu (2007) koefisien karbon tersimpan pada biomassa tumbuhan adalah 46 %. Pernyataan di atas menunjukkan pentingnya mengetahui nilai biomassa dalam menentukan besaran pendugaan cadangan karbon pada suatu kawasan hutan.
Pengukuran besarnya biomassa tersimpan di atas permukaan tanah dapat menggunakan persamaan allometrik ataupun dengan cara destruktif. Persamaan allometrik didefinisikan sebagai suatu studi dari suatu hubungan antara pertumbuhan dan ukuran salah satu bagian organisme dengan pertumbuhan atau ukuran dari keseluruhan organisme. Dalam studi biomassa hutan/pohon persamaan allometrik digunakan untuk mengetahui hubungan antara ukuran pohon (diameter atau tinggi) dengan berat kering pohon secara keseluruhan (Sutaryo, 2009).
Keunggulan menggunakan persamaan allometrik diantaranya dapat mempersingkat waktu pengambilan data di lapangan, tidak membutuhkan banyak sumber daya manusia (SDM), mengurangi biaya dan mengurangi kerusakan pohon (Tresnawan dan Rosalina, 2002). Menurut Hairiah dan Rahayu (2007) parameter dan metode pengukuran biomassa dan nekromassa yang biasa digunakan, dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Parameter-parameter pengambilan biomassa dan nekromassa di atas permukaan tanah dan metode pengukurannya Parameter Tumbuhan bawah Serasah kasar dan halus Pohon-pohon hidup Pohon mati, masih berdiri Pohon mati, sudah roboh Tunggak pohon
Metode Destruktif Destruktif Non-destruktif, persamaan allometrik Non-destruktif, persamaan allometrik Non-destruktif, rumus silinder Non-destruktif, rumus silinder
16 3. Karbon Tersimpan di Berbagai Tipe Penggunaan Lahan Dalam ekologi hutan, penggunaan lahan memiliki peran penting sebagai sebuah indikator tempat tumbuh dan penutup lantai hutan (Soerianegara dan Indrawan 2008). Arsyad (2000) menjelaskan bahwa, lahan merupakan lingkungan fisik yang mempunyai faktor-faktor penunjang seperti iklim, relief, tanah, air, vegetasi serta benda lain yang memiliki pengaruh terhadap penggunaan lahan. Pengunaan lahan adalah kegiatan memanfaatkan lahan baik secara alami maupun buatan manusia pada sebidang tanah. Perubahan pengunaan lahan dari vegetasi menjadi nonvegetasi dapat merubah albedo dan jumlah sinar matahari yang dapat diserap oleh permukaan tanaman, selain itu juga menjadi salah satu penyebab perubahan iklim secara global (Hairiah dkk, 2001).
Karbon tersimpan di setiap penggunaan lahan selalu berbeda, bahkan untuk satu tutupan lahan sekalipun. Keadaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti struktur vegetasi, pengelolaan yang berbeda dan rezim iklim (Purwanti, 2008). Soerianegara dan Indrawan (2008), menjelaskan bahwa faktor iklim seperti curah hujan, suhu, kelembaban dan defisit tekanan uap air (vapor pressure deficit) memiliki pengaruh besar terhadap pertumbuhan pohon. Secara langsung akan berpengaruh terhadap besar kecilnya stok karbon tersimpan di suatu hutan.
Menurut Mudiarso (1995), diacu dalam Lusiana, Noordwijk, dan Rahayu, (2005), bahwa hutan-hutan di Indonesia diperkirakan memiliki stok karbon tersimpan antara 161 ton/ha sampai 300 ton/ha. Penelitian Bernatzky (1978) diketahui bahwa 1 hektar areal yang ditanami pohon, semak dan rumput yang memiliki luas daun kurang dari 5 hektar dapat menyerap 900 kg CO2 dari udara dan melepaskan
17 600 kg O2 dalam waktu 2 jam. Kenaikan CO2 juga memiliki pengaruh positif terhadap penggunaan air oleh tanaman (Wolfe, 2007).
Studi dan penelitian pendugaan karbon sebagai objeknya telah banyak dilakukan di berbagai daerah. Karbon tersimpan pada setiap kawasan studi tidak selalu sama. Kondisi ini disebabkan karena setiap penggunaan dan fungsi kawasan seperti. 1. Basuki, Adi dan Sukresno (2004), meneliti kandungan karbon tersimpan tegakan pinus (Pinus merkusii Jungh and de Vriese) dan damar (Agathis loranthifolia Salisb) di RPH Somagede BKPH Karanganyar KPH Kedu Selatan, masing-masing sebesar 126,8 ton/ha dan 21,6 ton/ha. 2. Bakri (2009), dalam penelitiannya menemukan cadangan karbon di Hutan Taman Wisata Alam Taman Eden Toba Samosir sebanyak 95,82 ton/ha. 3. Hilmi (2003), meneliti kadar karbon tersimpan pada tegakan hutan mangrove di Indragiri Hilir, Riau, untuk jenis bakau minyak (Rhizophora apiculata) memiliki kandungan karbon tegakan berkisar antara 47,01 ton/ha sampai 119.37 ton/ha. Jenis bakau hitam (Rhizophora mucronata) memiliki kandungan karbon tegakan berkisar antara 3,26 ton/ha sampai 3,98 ton/ha. Jenis Bruguiera sp. memiliki kandungan karbon tegakan berkisar antara 1,47 ton /ha sampai 8.75 ton/ha.
4. Siklus Karbon Siklus karbon adalah ungkapan yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana karbon di lingkungan mengalir di antara makhluk hidup, materi anorganik dan atmosfer. Lintasan karbon berikut yang seperti siklus melalui
18 udara, bumi, tanaman, hewan dan bahan bakar fosil secara harfiah mendefinisikan kehidupan seperti yang kita kenal (Sridianti, 2014). Dasarnya siklus karbon adalah proses dua langkah yang melibatkan respirasi dan fotosintesis.
Secara ringkas, daur karbon merupakan salah satu siklus biogeokimia dimana terjadi pertukaran/perpindahan karbon antara bidang-bidang biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer (Chimmey, 2012). Sesuai dengan pengertianya, ada empat tempat keberadaan untuk karbon, yaitu biosfer (di dalam makhluk hidup), geosfer (di dalam bumi), hidrosfer ( di air), dan atmosfer ( di udara). Siklus karbon terjadi di daratan dan perairan, tidak ada perbedaan yang signifikan karena tempat yang berbeda tersebut.
Gambar 2. Siklus Carbon
D. Pemetaan dan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG)
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu teknologi baru yang saat ini menjadi alat bantu (tools) yang esensial dalam menyimpan, memanipulasi,
19 menganalisis dan menampilkan kembali kondisi-kondisi alam dengan bantuan data atribut dan data spasial (Prahasta, 2014). Pengertian dari sistem informasi geografis adalah sistem yang menangani masalah informasi yang bereferensi geografis dalam berbagai cara dan bentuk, secara umum (Prahasta, 2009). Pemanfaatan (SIG) secara terpadu dalam sistem pengolahan citra digital adalah untuk memperbaiki hasil klasifikasi (Budiyanto, 2005). SIG dinilai sebagai hasil penggabungan dua sistem, yaitu sistem komputer untuk bidang Kartografi (CAC) dan sistem komputer untuk bidang perancangan (CAD) dengan teknologi basis data (database). SIG mempunyai keunggulan karena penyimpanan dan presentasi data dipisahkan sehingga data dapat dipresentasikan dalam berbagai cara dan bentuk.
Prahasta (2009) menjelaskan bahwa, kemampuan SIG dapat dikenali dari fungsifungsi analisis yang dapat dilakukannya. Terdapat dua jenis fungsi analisis, yaitu. 1.
Fungsi analisis atribut terdiri dari operasi dasar sistem pengelolaan basis data (DBMS) dan perluasannya. Operasi basis data mencakup pembuatan basis data baru (create database), penghapusan basis data (drop database), pembuatan tabel basis data (create table), penghapusan tabel basis data (drop table), mengisi dan menyisipkan data (record) ke dalam tabel (insert), membaca dan mencari data (field atau record) dari tabel basis data (seek, find, search dan retrieve), mengubah dan mengedit data yang terdapat di dalam tabel basis data (update dan edit), penghapusan data dari tabel basis data (delete, zap, pack), pembuatan indeks untuk setiap tabel basis data. Operasi perluasan data yaitu membaca dan menulis basis data dalam sistem basis data yang lain (export and import), komunikasi sistem basis data yang
20 lain (misalkan dengan menggunakan driver ODBC), menggunakan bahasa basis data standart SQL (structured query language) dan mengoperasikan fungsi analisis lain yang sudah rutin digunakan di dalam sistem basis data. 2.
Fungsi analisis spasial terdiri dari klasifikasi (reclassify), overlay, buffering, analisis tiga dimensi (3D), proses digitalisasi gambar.
Sistem Informasi geografis (SIG) juga dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem, yaitu input data, output data, manajemen data, manipulasi data serta analisis data. Subsistem dapat melakukan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan. Subsistem di atas diperjelas berdasarkan uraian jenis masukan, proses, dan jenis keluaran yang ada di dalamnya.
Teknologi GPS (Global Positioning System) menyampaikan informasi penting yang dibutuhkan dan merupakan salah satu bentuk data spasial dalam pengolahan data SIG. Data atau informasi yang dihasilkan dari GPS biasanya berbentuk data vektor. Budiyanto (2005) menyebutkan bahwa, teknologi GPS memberikan terobosan yang sangat penting dalam menyediakan data untuk SIG karena keakuratan data yang diberikan oleh data GPS sangat tinggi.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Bulan Mei - Juni 2016 yang terletak di empat Arboretum Unila terdiri dari Arboretum Fakultas Pertanian, Arboretum UPT Bahasa, Arboretum UPT Perpustakaan dan Arboretum UPT Komputer. Lokasi penelitian dapat disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian
22 B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan objek penelitian ini adalah pohon, tumbuhan bawah, nekromassa dan seresah yang terdapat di arboretum Unila. Alat yang digunakan dalam kajian ini secara umum dibagi menjadi dua yaitu. Alat yang digunakan pada pengukuran dan pengambilan data di lapang, yaitu alat tulis, kalkulator, Global Positioning System (GPS), golok, kamera digital, kompas, meteran, pita ukur, tali rafia, oven, trash bag, label pohon, tally sheet, timbangan, peta tata batas kawasan Unila, peta rupa bumi Indonesia dan citra landsat. Alat yang digunakan pada pengolahan dan analisis data yaitu seperangkat komputer, software ArcGis 10,3, software microsoft word, software microsoft excel. C. Data yang Dikumpulkan
1.
Data Primer
Data primer adalah data yang didapat saat observasi lapangan. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini sebagai berikut. a.
Luas wilayah Arboretum.
b.
Jenis pohon.
c.
Diameter pohon.
d.
Tinggi pohon.
e.
Koordinat Pohon.
f.
Berat basah tumbuhan bawah nekromassa dan serasah.
g.
Berat basah subcontoh tumbuhan bawah, nekromassa dan serasah.
h.
Berat kering subcontoh tumbuhan bawah, nekromassa dan serasah.
23
2.
Data Sekunder
Data sekunder merupakan data ataupun study literature yang diperoleh dari penelitian Maulana Sobirin tentang karbon tersimpan diatas tanah di Arboretum Unila pada tahun 2010. Penelitian tersebut merupakan sebagai acuan data dasar penentuan perubahan karbon tersimpan diatas tanah pada tahun 2016.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer Pengumpulan data primer ini dilakukan saat melakukan penelitian langsung di lapangan meliputi: a.
Komposisi jenis vegetasi
Pengumpulan data dilakukan dengan metode sensus yaitu mendata semua jenis pohon yang ada di Arboretum Unila. Data yang dikumpulkan meliputi semua jenis fase pohon, fase tiang dan fase pancang yang ada di Arboretum Unila beserta diameter dan tinggi pohon. b.
Pendugaan biomassa pohon
Pendugaan biomassa pohon dapat diketahui dengan melakukan pengukuran biomassa pohon dengan cara non-destructive (tidak merusak bagian tanaman) yaitu dengan mendata semua jenis pohon yang ada di Arboretum Unila beserta diameter dan tinggi pohon. Mengukur tinggi dan diameter batang pohon setinggi dbh 1,3 m selanjutnya hasil pengukuran dimasukkan kedalam persamaan allometrik jenis pohon dan tumbuhan lainnya (Sutaryo, 2009). Apabila
24 persamaan allomerik pohon yang diukur tidak tersedia maka digunakan persamaan allometrik umum.
Gambar 4. Pengukuran pohon setinggi dada DBH=1,3 m
c.
Pendugaan biomassa tumbuhan bawah dan serasah
Pendugaan biomassa tumbuhan bawah dan serasah dapat diketahui dengan melakukan pengukuran biomassa tumbuhan bawah dan serasah menggunakan metode destructive (merusak bagian tanaman) yaitu mengambil contoh tumbuhan bawah dan serasah di lokasi penelitian (Hairiah dan Rahayu, 2007). Pendugaan biomassa tumbuhan bawah dan serasah dilakukan dengan metode purposive sampling (Arikunto, 2006). Penentuan jumlah plot yaitu menempatkan 12 plot kuadran yang tersebar pada masing masing arboretum. Tiap arboretum terdapat 3 petak contoh dengan plot kuadran berukuran 0,5 m × 0,5 m dan 0,5 m × 0,5 m. Kemudian mengambil semua serasah dan memotong tumbuhan bawah yang masuk kedalam petak contoh kedalam tres bag.
25 0,5 m 0,5 m 0,5 m
0,5 m
Gambar 5. Bentuk plot kuadran untuk pengambilan tumbuhan bawah dan seresah yang terbuat dari bambu atau kayu
d.
Pendugaan biomassa nekromassa
Pengukuran biomassa nekromassa dapat diketahui dengan mendata semua jenis nekromassa yang ada di arboretum Unila. Menurut Hairiah dan Rahayu (2007), hal-hal yang harus dilakukan dalam pendugaan biomassa nekromassa yaitu pengukuran diameter, panjang (tinggi) pohon mati dan mengambil contoh kayu berukuran 10 cm × 10 cm × 10 cm kemudian ditimbang berat basah contoh kayu selanjutnya dilakukan pengovenan dengan suhu 80 °C selama 48 jam (berat konstan). Menurut BSN (2011) nekromassa pohon yang sudah mati dan masih berdiri dapat dihitung biomassanya dengan menentukan diameter dbh kemudian dikonversi menggunakan persamaan allometrik dan dikalikan faktor koreksi dari tingkat keutuhan pohonnya, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 5.
26
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 6. (a) Pohon hidup dengan tingkat keutuhan faktor koreksi 1, (b) Pohon mati tanpa daun dengan tingkat keutuhan faktor koreksi 0,9, (c) Pohon mati tanpa daun dan ranting dengan tingkat keutuhan faktor koreksi 0,8 dan (d) Pohon mati tanpa daun, cabang dan ranting dengan tingkat keutuhan faktor koreksi 0,7.
2.
Data Sekunder
Data sekunder merupakan data ataupun study literature yang diperoleh dari penelitian – penelitian yang sudah ada di Unila, seperti peta Arboretum Unila dan skripsi mahasiswa Jurusan Kehutanan Unila serta penelitian- penelitian mengenai karbon tersimpan serta perubahan karbon di atas tanah yang didapatkan melalui pustaka. Data-data pengelolaan arboretum, sketsa Unila dan letak Arboretum Unila. E. Analisis Data
1.
Biomassa pohon
Data yang diperoleh kemudian ditabulasikan dan diolah menggunakan persamaan allometrik umum yang telah ada dan berbeda dengan jenis tumbuhan lainnya. Rumus allometrik pohon umum yang digunakan adalah rumus allometrik oleh (Ketterings dkk, 2001) yaitu:
27 ,
B= ,
Keterangan : B = Biomassa (Ton/Pohon), D = Diameter setinggi dada (cm), ρ = Kerapatan kayu (gr/cm ).
Tabel 4. Rumus-rumus allometrik untuk menduga biomasa beberapa jenis tanaman Jenis Tanaman Kelapa Sawit Palem Bambu Keterangan: (AGB)est D H ρ 2.
Rumus Allometrik (AGB)est = 0.0976 H + 0.0706 (AGB)est = 4.5 + 7.7 x H (AGB)est = 0.131 D2.28
Sumber ICRAF, 2009 Frangi dan Lugo, 1985 Priyadarsini, 2000
= Biomasa pohon atas tanah (kg/pohon), = Diameter dbh (cm), = Tinggi pohon (m), = Berat jenis kayu, (g/cm3).
Biomassa tumbuhan bawah dan serasah
Data yang diperoleh diolah dengan cara menghitung total berat kering tumbuhan bawah dan serasah per kuadran. Berdasarkan Hairiah dan Rahayu (2007) rumus yang akan digunakan untuk menduga nilai biomassa tumbuhan bawah sebagai berikut: ( )
Total BK (g) = Keterangan : BK = Berat kering total 3.
( )
BKc
x Total BB (g)
= Berat kering contoh
Biomassa nekromassa
Data pengukuran nekkromassa yang diperoleh diolah dengan menggunakan rumus allometrik. Untuk nekromassa bercabang digunakan persamaan allometrik seperti pohon hidup dan dikali dengan tingkat keutuhan nekromassanya. Pengukuran
28 biomassa nekromassa pohon mati yang masih berdiri menggunakan rumus kombinasi Ketterings dkk, (2001) dan BSN (2011) sebagai berikut : ,
B= ,
× (Tingkat keutuhan pohon)
Menurut Hariah dan Rahayu, 2007 nekromassa yang tidak bercabang diolah dengan cara menghitung volume silindernya sebagai berikut: BK (Kg/nekromassa) = πρHD²/40 Keterangan: B = Biomassa (Ton/Pohon) H = Tinggi pohon (cm) 4.
D = Diameter setinggi dada (cm) ρ = Kerapatan kayu (gr/cm )
Jumlah karbon tersimpan
Setelah biomassa pohon, serasah, tumbuhan bawah dan nekromassa diperoleh, maka data pengukuran diolah mengunakan persamaan tiap onjek penelitian masing-masing. Selanjutnya untuk mengetahui estimasi karbon yang tersimpan pada penelitian, biomassa dikali dengan faktor konversi karbon. Menurut Hariah dan Rahayu (2007) konsentrasi faktor karbon dalam bahan organik secara umum adalah sebesar 46 % dari biomassanya dapat dirumuskan sebagai berikut : BK (biomassa) x 0,46 (
/
)
F. Estimasi perubahan karbon tersimpan Pendugaan perubahan cadangan karbon dilakukan dengan membandingkan data hasil pengukuran karbon di atas tanah (above ground carbon stock) dengan jumlah karbon di lokasi penelitian pada interval waktu yang berbeda. Selanjutnya, nilai karbon dari Arboretum pada waktu yang berbeda akan digunakan sebagai data pembanding simpanan karbon. Data jumlah karbon pada tahun 2010 sebayak 101,65 ton/ha (Sobirin, 2010) dan data jumlah karbon yang di
29 peroleh pada tahun 2016 digunakan dalam estimasi perubahan simpanan karbon. Hasil yang diharapkan adalah estimasi simpanan karbon Arboretum pada waktu yang berbeda, sehingga dapat diketahui perubahan karbon tersimpan berdasarkan perubahan struktur dan komposisi penyusun Arboretum.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak dan Luas Unila
Wilayah Unila memiliki luas 65 Ha dengan batas-batas sebagai berikut. 1. Sebelah utara dengan Kelurahan Kampung Baru. 2. Sebelah selatan dengan Kelurahan Gunung Terang. 3. Sebelah barat dengan Kelurahan Way Kandis dan Raja Basa. 4. Sebelah timur dengan Kelurahan Labuhan Ratu.
Arboretum yang terletak di Unila secara administratif terletak di Kelurahan Gedong Meneng, Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung terletak pada 5o 22’ LU serta 105o 13’ BT dengan ketinggian lahan 60 – 96 meter dari permukaan laut.
Surat keputusan Rektor Unila No. 462/126/RT/1999 tanggal 2 Agustus 1999, bahwa luas keseluruhan Unila adalah 65 ha, dengan perincian sebagai berikut. 1. Fakultas Ekonomi seluas 5.880 m2. 2. Fakultas Hukum seluas 4.500 m2. 3. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik seluas 4.320 m2. 4. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan seluas 13.182 m2. 5. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 9.000 m2. 6. Fakultas Pertanian seluas 13.818 m2. 7. Fakultas Teknik seluas 15.199 m2.
31 8. UPT Perpustakaan dan Percetakan seluas 5.000 m2. 9. UPT fasilitas Olahraga seluas 5.000 m2. 10. Biro Administrasi Umum dan Keuangan, Biro Administrasi Kemahasiswaan Perencanaan dan Sistem Informasi, dan Rektorat seluas 13.552 m2. 11. Luas halaman parkir, ruas jalan, luas lingkungan gedung yang tidak ditanami, kolam renang, lapangan soft ball, lapangan bola, lapangan tenis, lapangan basket, dan lapangan valley ball seluas 29.549 m2. 12. Luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) seluas 12 Ha. 13. Luas yang saat ini akan dikembangkan (15 Ha) untuk kepentingan pembangunan gedung Fakultas Kedokteran.
B. Tipe Iklim dan Topografi Wilayah Unila
Observasi data hujan selama 20 tahun, kecamatan kedaton memilki curah hujan 2414 mm/tahun dan bulan kering rata-rata atau Md = 1,5 bulan basah atau Mw = 9,1 sehingga menurut iklim schimitt dan Ferguson, kawasan Unila termasuk tipe iklim B atau menurut iklim klasifikasi koppen bertipe sama dan termasuk areal yang datar dengan ketinggian 100 mdpl. Lingkungan Kampus Unila memilki suhu rata-rata 26,5 ⁰C, kelembaban relatif 83,6%, curah hujan 1500 – 2500 mm/tahun dan kecepatan angin 6,5 km/jam. Areal Unila memiliki topografi yang relatif datar, dengan kelerengan 0-5% (Anto, 2009).
C. Sejarah Singkat Arboretum Unila
Arboretum Unila yang merupakan ruang terbuka hijau yang menjadi kebanggaan almamater Unila yang terkenal dengan sebutan kampus hijau diresmikan pada
32 tahun 1996 dan memiliki luas RTH sekitar 12 ha yang letaknya tersebar didalam kawasan Unila. Pada tahun 1999, arboretum tidak lagi dikelola Subbag Rumah Tangga melainkan oleh UPT Kebun Percobaan dan tanggung jawab kepada wakil Rektor 1 Bidang Akademik.
Arboretum di Unila diinisiasikan oleh Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Haryanto, M.S. yang pada saat itu menjabat menjadi Ketua Program Studi Manajemen Hutan Fakultas Pertanian Unila. Penanaman perdana dilakukan pada tahun 1996, sekaligus diresmikan keberadaan Arboretum Unila yang dilakukan oleh pimpinan Unila dan mengundang pihak Pemerintah Daerah Provinsi Lampung. Penanaman pertama dilakukan oleh Rektor Unila kemudian diikuti oleh pejabat-pejabat lainnya. Rektor Unila pada saat itu dijabat oleh Alhusniduki Hamim, S.E., M. Sc. Dengan pergantian Rektor Unila kepada Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, M.Sc, pada tahun 1998 yang berlatar belakang pertanian, maka perkembangan arboretum semakin diperhatikan. Arboretum yang pertama ditanam, berlokasi di areal Fakultas Pertanian, kemudian di depan Balai Bahasa, disamping Perpustakaan dan di depan gedung Pusat Komputer Unila.
D. Kondisi Arboretum Unila
Arboretum Unila terbagi menjadi 4 lokasi, yaitu: Arboretum kompleks Fakultas Pertanian Unila, Arboretum Laboratorium Bahasa Unila, Arboretum kompleks Perpustakaan Unila dan Arboretum kompleks UPT Komputer Unila. Arboretum Unila telah mengoleksi tanaman-tanaman langka dari berbagai daerah, seperti matoa, kayu hitam, dll. Sampai saat ini, pohon koleksi yang terkumpul di dalam arboretum sendiri adalah berjumlah lebih kurang 76 jenis sedangkan secara umum
33 yang tesebar diseluruh wilayah Unila adalah lebih dari 100 jenis pohon (Syam dkk, 2007).
Tahun 2008 pohon di dalam kawasan Unila sangat heterogen mulai dari pohon asli Indonesia (local plant) seperti pohon cempaka (Michelia champaca) sampai vegetasi yang berasal dari luar negeri (exotic plant), seperti pohon bugur lilin (Lagerstroemia speciosa) dari Birma. Pohon yang mendominasi di Arboretum Unila antara lain : mahoni (Swietenia macriphylla), sengon laut (Paraserianthes falcataria), dan tanaman kelapa (Cocos nucifera L). Selain itu terdapat jenis pohon lainnya seperti jati (Tectona grandis), merbau darat (Intsia palembanica), dan pohon pohon yang mempunyai multi guna (Multi Purpose Trees Species) seperti petai, durian, dan lainya (Sobirin, 2010).
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1.
Karbon tersimpan di atas tanah di Arboretum Unila pada tahun 2016 sebesar 226,75 ton/ha. Secara keseluruhan biomassa adalah 1.428,31 ton dan karbon tersimpan sebesar 657,02 ton.
2.
Terjadi peningkatan jumlah simpanan karbon di atas tanah di Arboretum Unila dari tahun 2010 - 2016 sebesar 84,78 ton/ha dengan persentase 59,72 % dari total karbon pada tahun 2010 atau rata rata mampu menyerap 14,78 ton/ha/tahun.
3.
Perubahan karbon tersimpan di Arboretum Unila dipengaruhi oleh faktor kerapatan pohon, jenis pohon, diameter, biomassa nekromassa, tumbuhan bawah dan seresah.
B. Saran
1. Perlu dilakukan inventarisasi pohon di Arboretum Unila secara periodik untuk mengetahui banyaknya pohon yang masih utuh dan yang hilang/mati maupun sengaja ditebang sehingga data dinamika pohon setiap tahunnya dapat diketahui.
60 2. Diharapkan pengelola Arboretum lebih melakukan perlindungan jenis pohon yang jumlahnya sudah semakin sedikit agar meminimalisir degradasi jumlah jenis pohon yang sudah ada sebelumnya. 3. Perlu dibuat peraturan manajemen pemanfaatan kawasan Unila dan penggunaan bangunan vertikal untuk mencegah konversi arboretum dan ruang terbuka hijau lainnya. 4. Penanaman pohon baru di Arboretum Unila perlu memperhatikan karakteristik dan tekstur pohon serta kondisi lingkungan lokasi penanaman agar meminimalisir hilangnya koleksi tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Anto, A. D. 2009. Peta Sebaran Jenis Pohon Pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) Unila Berbaris Jaringan Internet. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 98 p. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Buku. Rineka Cipta. Jakarta. 370 p. Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Buku. IPB Press. Bandung. 496 p. Azham, Z. 2015. Estimasi cadangan karbon pada tutupan lahan hutan sekunder, semak dan bekular di Kota Samarinda. Jurnal Agrifor. 14 (2): 325—338. Badiunasar, A. 2013. Pendugaan Cadangan Karbon Berbagai Jenis Pohon di Arboretum Balai Penelitian Tegnologi Agroforestry, Ciamis. Inverstasi Pohon. http://www.pohoninvestasi.com/2016/05/pendugaan-cadangankarbon-berbagai.html. Diakses pada tanggal 14 September 2016. Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2011. Pengukuran dan Penghitungan Cadangan Karbon– Pengukuran Lapangan untuk Penaksiran Cadangan Karbon Hutan (Ground Based Forest Carbon Accounting). Buku. BSN. Jakarta. 16 p. Bakri. 2009. Analisis vegetasi dan pendugaan cadangan karbon tersimpan pada pohon di hutan taman wisata alam Taman Eden Desa Sionggang Utara Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan. 67 p. Basuki, T. M., Adi, N. R dan Sukresno. 2004. Informasi Teknis Stok Karbon Organik Dalam Tegakan Pinus merkusii, Agathis loranthifolia dan Tanah. Prosiding Ekspose BP2TPDAS-IBB. Kebumen. 03 Agustus 2004. 84—94. Bernatzky, A. 1978. Tree Ecology and Preservation. Buku. Elsevier Scie Co. Amsterdam. 357 p. Brown S. 1997. Estimating biomass and biomass change of tropical forest. A Primer. Journal Forestry Paper. 134 (2):10—13. Budiyanto, E. 2005. Sistem Informasi Menggunakan ArcView Gis. Buku. CV Andi Offset. Yogyakarta. 137 p.
62 Center for International Forestry Research (CIFOR). 2003. Warta Kebijakan : Perdagangan Karbon. Buku. CIFOR. Bogor. 6 p. . 2009. REDD: Apakah Itu? Pedoman CIFOR Tentang Hutan, Perubahan Iklim dan REDD. Buku. CIFOR. Bogor. 20 p. Chairul., Muchktar, E., Mansyurdin., Tesri, M dan Indra, G. 2016. Struktur kerapatan vegetasi dan estimasi kandungan karbon pada beberapa kondisi hutan di pulau Siberut Sumatera Barat. Jurnal Metaforsa. 3 (1): 15—22. Cintya, 2015. Arboretum ITB : Hutan Koleksi dan Konservasi Kampus IPB Jatinangor (ITB News). https://www.itb.ac.id/news/read/4937/home/ arboretum-itb-hutan-koleksi-dan-konservasi-kampus-itb-jatinangorJumat. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2015, 03:30:36. 2 p. Chimmey. 2012. Siklus Karbon. http://chimmey70.wordpress.com/2012/10/06/siklus-karbon. Diakses pada tanggal 12 April 2015. Dahlan, E. N. 1992. Pembangunan hutan kota di Indonesia. Jurnal Media Konservasi. 4 (1): 35—37. __________. 2008. Jumlah emisi gas CO2 dan pemilihan jenis tanaman berdaya rosot sangat tinggi : studi kasus di kota Bogor. Jurnal Media Konservasi. 13 (02): 85—89. Dahlan, J. I. N. S dan Istomo. 2005. Estimasi Karbon Tegakan Acacia mangium Willd. Menggunakan Citra Landsat ETM+ dan SPOT-5: (Studi kasus di BKPH Parung Panjang KPH Bogor). Prosiding ”Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa” Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya, 14 – 15 September 2005. 108—117. Departemen Kehutanan R.I. 2007. Kesatuan Pengelolaan Hutan dan Perubahan Iklim Global. http:// Dephut.go.id. Diakses pada tanggal 24 April 2015. . 2007. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.10/Menhut-II/2007 tentang Perbenihan Tanaman Hutan. Buku. Departemen Kehutanan. Jakarta. 27 p. Fandeli, C. 2004. Perhutanan Kota. Buku. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 203 p. Fitri, R. S., Suwarta, N., Ilyas, T., Junaidi., Hartono, B dan Widanarko, B. 2014. UI GreenMetric World University Ranking- Universitas Indonesia. http://greenmetric.ui.ac.id/overall-ranking-2014/. Diakses pada tanggal 3 April 2016.
63 ___________________________________________________________. 2015. UI GreenMetric World University Ranking- Universitas Indonesia. http://greenmetric.ui.ac.id/overall-ranking-2015/. Diakses pada tanggal 3 April 2016. Frangi, J. L. and Lugo, A. E. 1985. Ecosystem dynamics of a subtropical floodplain forest. Journal Ecological Monographs. 55 (3): 351—369. Hairiah, K dan Rahayu, S. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Buku. World Agroforestry Centre. ICRAF, SEA Regional Office, University of Brawijaya. Bogor. 77 p. Hairiah, K., Sitompul, S. M., Noordwijk, M. V dan Cherly, A. P. 2001. Carbon Stock of Tropical Landuse System as Part of Global C Balance: Effect of forest conversion and options for clean development activities. Buku. International Centre for Research in Agroforestry Southeast Asian Regional Research Programme. Bogor. 59 p. Handoko, P. 2007. Pendugaan Simpanan Karbon di Atas Permukaan Lahan pada Tegakan Akasia (Acacia mangium Willd) di BKPH Parung Panjang KPH xlviii Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 61 p. Hardjana, A. K. 2015. Kapasitas stok biomassa tegakan dipterokarpa dan nondipterokarpa berdasarkan kondisi tutupan vegetasi hutan di KHDTK Labanan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Prosiding Seminar Nasional masyarakat Biodiversitas Indonesia. 10 Juni 2015. 590—696. Hilmi, E. 2003. Model Penduga Kandungan Karbon Pada Pohon Kelompok Jenis Rhizophora sp. dan Bruguiera sp. dalam Tegakan Hutan Mangrove (Studi Kasus di Indragiri Hilir Riau). Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 191 p. ICRAF-WCA World Agroforestry Centre. 2009. Agroforestry and landscapes Annual Report 2009. Laporan. Yaounde. Cameroon. 31 p. Idris, M. H., Latifah, S dan Aji, I. M. L. 2013. Studi vegetasi dan cadangan karbon di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Senaru, Bayan Lombok Utara. Jurnal Ilmu Kehutanan. 5 (1): 25—36. Irwan, Z. D. 2005. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Buku. Bumi Aksara. Jakarta. 179 p. Kamen, M. D. 1963. Primary Processes in Fhotosynthesis. Buku. Academic Press. New York. 196 p. Kementerian Kehutanan. 2010. Strategi REDD- Indonesia: Fase Readiness 2009-2012 dan Progres Implementasinya. Buku. Kementerian Kehutanan. Jakarta. 19 p.
64 Ketterings, Q. M., Coe, R., Noordwijk, M. V., Ambagau, Y dan Cheryl, A. Palm. 2001. Reducing uncertainty in the use of allometric biomass equations for predicting above-ground tree biomass in mixed secondary forests. Journal Forest Ecology and Management. 146: 199—209. Lusiana, B., Noordwijk, M. V. dan Rahayu, S. 2005. Carbon Stocks in Nunukan, East Kalimantan: a Spatial Monitoring and Modelling AHlmroach. Report from the carbon monitoring team of the Forest Resources Management for Carbon Sequestration (FORMACS) project. Laporan. World Agroforestry Centre - ICRAF, SEA Regional Office. Bogor. 98 p. Manuri, S., Putra, C. A. S dan Saputra, A. D. 2011. Teknik Pendugaan Karbon Hutan. Palembang. Buku. Merang REED Project-German International Cooperation (MRHLM-GIZ). Palembang. 91 p. Masripatin, N. 2007. Apa itu REDD?. Buku. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan. Bogor. 24 p. Masripatin, N., Ginoga, K., Pari, G., Dharmawan, W. S., Siregar, C. A., Wibowo, A., Puspasari, D., Utomo, S.A., Sakuntaladewi, N., Lugina, M., Indartik, Wulandari, W., Darmawan, S., Heryansah, I., Heriyanto, N. M., Siringoringo, H. H., Damayanti, R., Anggraeni, D., Krisnawati, H., Maryani, R., Apriyanto, D dan Subekti, B. 2010. Cadangan Karbon pada berbagai Tipe Hutan dan Jenis Tanaman di Indonesia. Buku. Kementerian Kehutanan : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Bogor. 48 p. Murdiyarso, D., 1999, Strategi Nasional Antisipasi Dampak Perubahan Iklim. http://perpustakaanmenlh.or.id. Diakses pada tanggal 26 April 2015. Nursanti dan Swari, E. I. 2013. Potensi keanekaragaman hayati, iklim mikro dan serapankarbon pada ruang terbuka hijau Kampus Mendalo Universitas jambi. Jurnal Hidrolitan. 2 (2): 101—112. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung. 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2011-2030. Sekretariat Daerah Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung. 65 p. Prahasta, E. 2009. Sistem Informasi Geografis : Tutorial Arcview. Buku. CV Informatika Bandung. Bandung. 456 p. _________. 2014. Konsep-Konsep Dasar: Sistem Informasi Geografi. Buku. CV Informatika Bandung. Bandung. 760 p. Pratama, P., Sribudiani, E dan Sulaeman, R. 2016. Pendugaan kandungan karbon di atas permukaan tanah pada kawasan arboretum Universitas Riau. Jurnal Jom Faperta. 3 (1): 1—5.
65 Priyadarsini R. 1999. Estimasi Modal C (C-stock) Masukan Bahan Organik, dan Hubungannya dengan Populasi Cacing Tanah pada Sistem Wanatani. Tesis. Universitas Brawijaya. Malang. 76 p. Purwanti, K. D. 2008. Pendugaan Karbon Tersimpan pada Berbagai Tipe Penutupan Lahan dengan Permodelan Spasial Data Pengukuran Lapang dan Inderaja (Studi Kasus Kawasan Puncak dan Cianjur, Jawa Barat). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 73 p. Riskawati, T. 2010. Arboretum yang Bukan Sekedar Arboretum. http://www.kompasiana.com/tristia/arboretum-yang-bukan-sekedararboretum_54ffbdcea33311b45e51016e. Diakses pada tanggal 20 Mei 2015. Sobirin, M. 2010. Pendugaan Tersimpan di Atas Tanah di Arboretum Universitas Lampung. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 96 p. Soemarwoto, O. 1994. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Buku. Djambatan. Jakarta. 281 p. Soerianegara, I dan Indrawan, A. 2008. Ekologi Hutan Indonesia. Buku. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 197 p. Sridianti. 2014. Dua Tahapan Penting Siklus Karbon. http://sridianti.com/ tahapan-siklus-karbon.html. Diakses pada tanggal 12 April 2015. Sudjana. 2001. Metode Statistika. Buku. Tarsito. Bandung. 508 p. Sutaryo, D. 2009. Penghitungan Biomasssa. Sebuah Pengantar Untuk Studi Karbon dan Perdagangan Karbon. Buku. Wetlands International Indonesia Programme. Bogor. 48 p. Swardi, A. B., Mukhtar, E dan Syamsuardi. 2013. Komposisi jenis dan cadangan karbon di hutan tropis dataran rendah, Ulu Gadut, Sumatera Barat. Jurnal Berita Biologi. 12 (2): 169—176. Syam, T., Kushendarto., A. Bintoro dan Indriyanto. 2007. Keanekaragaman Pohon di Kampus Hijau Unila. Buku. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 36 P. Syaufina, L dan Ikhsan, M. 2013. Estimasi simpanan karbon di atas permukaan lahan reklamasi pasca tambang PT. ANTAM UPBE Pongkar, Provinsi Jawa barat. Jurnal Silvikultur Tropika. 4 (2): 100—107. Tresnawan, H dan Rosalina U. 2002. Pendugaan biomassa di atas tanah di ekosistem hutan primer dan hutan bekas tebangan (Studi Kasus Hutan Dusun Aro, Jambi). Jurnal Manajemen Hutan Tropika. 8(1): 15—29. Wolfe, D. W. 2007. Potential Impact of Climate Change on Agriculture and Food. http://http://gcrio.org.htm. Diakses pada tanggal 15 Mei 2015.