ESTETIKA ABAD KE-20 SUSANNE K. LANGER
Oleh : Ritter Willy Putra
12120210157
Christina Abigail
12120210195
Daniz Puspita
12120210208
Fifiani Lugito
12120210231
Harryanto
12120210370
Fakultas Seni dan Desain, Jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Multimedia Nusantara 2013
Estetika Abad Ke-20 : Sussane K. Langer
Biografi Singkat Susanne K. Langer Sussane Knauth Langer merupakan seorang filsuf wanita kelahiran Amerika Serikat. Ia lahir pada 1895. Susanne Langer merupakan salah satu wanita pertama yang mendalami ilmu filsafat sebagai karir akademisnya. Pemikiran Susanne Langer dipengaruhi oleh pemikiran Ernst Cassirer and Alfred North Whitehead. Susanne semakin terkenal melalui bukunya pada tahun 1942, Philosophy in a new key. Di buku tersebut Susanne membahas mengenai teori simbolnya dan menyatakan bahwa simbolisme adalah ‘new key’ untuk memahami bagaimana pikiran manusia berubah menjadi kebutuhan untuk mengekspresikan diri.
Dasar Pemikiran Susanne K. Langer Susanne Langer tidak melihat seni dari manfaat atau fungsinya melainkan dari apa yang terkandung dan dimiliki oleh seni itu sendiri. Sebelumnya, Susanne melihat bahwa ada sangat banyak teori mengenai seni dan adanya kencenderungan untuk menjadi paradoks. Yakni ketika ada sisi yang menyatakan teori A, kemudian adapula yang menentang di sisi B dan adanya anggapan bahwa ketika A benar maka B salah. Sedangkan parakdoks ialah pertanda adanya kesalahan konsepsi. Bahkan semakin rumit ketika dilihat dari dua sudut berbeda, yakni pencipta dan penikmat. Dari sisi seniman seni dipandang sebagai Ekspresi namun dari segi pengamat dianggap sebagai Impresi. Seniman: "Apa yg menggerakan seniman utk mencipta?" Pengamat: "Apa arti karma tersebut bagi kita?" Pendapat dari sudut pengamat memang lebih byk tetapi sudut pandang dr seniman lebih mendominasi. Sama seperti teori ilmu pengetahuan yg berasal dari laboratorium. Teori seni juga berasal dari studio- studio sang seniman dan bukan dari Galeri seni.
Tetapi apabila tujuan seni ialah ekspresi diri, maka hanya seniman sendiri yg bisa menilai karyanya, jika tujuannya utk menimbulkan emosi pengamat, maka seniman hrs berorientasi pada perasaan pengamat sama seperti iklan. Tentu keduanya tidak benar, karena dalam setiap karya mengandung keduanya, walaupun ada karya yang condong ke salah satunya. Teori- teori seni berperilaku seperti ini, selalu ada kutub negative dan positifnya. Dari sini Susanne Langer melihatnya sebagai sebuah paradoks dan itu merupakan suatu gejala adanya kesalahan konsepsi. Mencoba meluruskan konsepsi dan menghindari paradoks, Disini para ahli mengurangi dua aspek subjek diatas, dan menganggap aspek emosional karya seni sebagai sesuatu yg melekat pada karya itu sendiri. Keberadaannya seobjektif bentuk, fisik, warna, dll. Seorang ahli bernama Otto Baensch mengulas perasaan sebagai sesuatu yang objektif, dalam artikelnya yang dikuti oleh Susanne Langer ia berpendapat bahwa ,”Seni ialah kegiatan mental dimana membawa isi dunia kepada pengenalan yg jelas dan objektif, dan seni mebawa isi dunia emosi. Seni bukan utk kesenangan pengamat ttp utk memperkenalkannya pada sesuatu yg belum ia ketahui sebelumnya. Seperti ilmu pengetahuan, seni bertujuan untuk dipahami.” Pada masa modern Estetika seringkali dilihat sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari keindahan. Jika demikian maka pembahasan Estetika akan lebih luas, tidak hanya pada karya seni. Dapat pula keindahan alam. Misal saat melihat pemandangan alam, suasana (perasaan objektif) bersatu scara objektif bersama pemandangan itu. Kita tidak menganggapnya sebagai makhluk yang punya perasaan. Pemandangan alam tidak mengekspresikan suasana tapi memilikinya. Suasana itu adalah impresi kita terhadap pemanganan alam dan dapat kita pisahkan menjadi elemen lain karena kita telah melalui proses abstraksi. Tidak ada subjek yang mengekspresikannya, objektif ada disana. Setelah memahami adanya perasaan objektif ini, yang tidak berasal dari pengalaman (inderawi) dan tidak diekspresikan oleh seorang subjek namun terkandung dalam karya seni, timbul pertanyaan akan statusnya. Disinilah Susanne Langer mengutarakan teorinya, bahwa hal tersebutlah yang dinamakan Simbol.
Simbol secara umum Memahami symbol dan menciptakannya ialah salah satu keunggulan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup lainnya. Penggunaan symbol- symbol ini sudah ada sejak zaman sejarah, seiring perkembangan pemikiran sejarah. Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa symbol adalah lukisan, perkataan, lencana dan sebagainya yang menyatakan sesuatu hal atau mengandung maksud tertentu. Secara etimologi, symbol berasal dari bahasa Yunani Symbolos yang berarti tanda, atau ciri yang memberitahukan sesuatu kepada seseorang. Namun Sussane Langer melihat Simbol dan tanda sebagai dua hal yang berbeda. Tiga macam tanda: 1. Tanda alamiah, seperti asap ialah tanda adanya api, hubungannya sederhana, saling berpasangan dan menunjuk. 2. Tanda buatan, tanda hasil persetujuan bersama (konvensi), seperti bunyi peluit kereta menandakan kereta akan berangkat. 3. Tanda pengganti, tanda ini sudah mendekati symbol karena digunakan untuk merepresentasikan sesuatu secara terpisah.
Sedangkan defenisi symbol menurut Susanne ialah setiap sarana dimana kita bisa membuat abstraksi. Abstraksi sendiri ialah pelepasan bentuk dari isinya, yaitu pelepasan bentuk yang sama dari isi yang berbeda sehingga terbentuk konsep. Sederhananya, bila melihat tanda, kita langsung mengacu pada objek yang berkaitan. (Subjek > Objek > Tanda). Sedangkan saat melihat symbol, kita sudah tidak terikat pada objek yang berkaitan melainkan pada suatu konsep tertentu. (Subjek > Objek > Simbol > Konsep).
Teori Simbol Susanne K. Langer
Pengertian Simbol yang dimaksud Susanne bukanlah symbol- symbol dalam seni seperti Ikonographik. Jadi bukan symbol yang berdasarkan konvensi atau menjadi referensi, tetapi yang memberikan pendalaman dan bahkan mengarahkan konvensi. Dalam defenisi menurut Susanne, Simbol ialah setiap sarana dimana kita bisa membuat abstraksi. Abstraksi sendiri ialah pelepasan bentuk dari isinya, yaitu pelepasan bentuk yang sama dari isi yang berbeda sehingga terbentuk konsep. Berdasarkan teori yang ada tentang symbol, symbol dibagi menjadi dua: 1. Simbol diskursif, ialah bentuk yang digunakan secara literal dimana unit- unitnya bermakna berdasarkan konvensi (aturan yg disepakati bersama). Selain itu setiap unit memiliki maknanya sendiri sendiri seperti kata di dalam serangkaian kalimat. 2. Simbol Presentasional, tidak terdiri dari unit- unit yang memiliki arti tetap untuk digabung berdasarkan aturan tertentu dan juga tidak dapat diuraikan. Maknanya ada dalam bentuk totalnya. Contohnya ialah sebuah lukisan yang hanya dapat ditangkap melalui arti secara keseluruhan.
Secara khusus Susanne Langer memang membuat teori dasar mengenai symbol untuk teori symbol presentasional, dari sana ia mendefenisikan seni sebagai “kreasi bentuk- bentuk simbolis perasaan manusia”. Defenisi seni ini mengimplikasikan beberapa hal: 1. Seni merupakan kreasi. Kreasi berarti pengadaan sesuatu yang tadinya tidak ada. 2. Rumusan bentuk simbolis. Bentuk simbolis tidak mengacu pada pengalaman sendiri secara langsung melainkan pengalaman yang sudah disimbolkan. 3. Bentuk simbolis yang dilemparkan seniman dalam kreasi seninya tidak berasal dari pikiran melainkan dari perasaannya. Yakni formasi dari pengalaman emosionalnya.
Pemikiran Sussane K. Langer tentang Seni Teori Sussane Langer tentang simbol mendasari teori Sussane Langer tentang seni. Bagi Susanne Langer, seni merupakan simbolisasi perasaan manusia. Bagaimana karya seni bisa disebut simbol?
Susanne Langer menolak teori Plato yang mengatakan seni adalah tiruan (mimesis) dari alam. Baginya, karya seni merupakan suatu bentuk ciptaan yang berbeda dari realitas kehidupan sehari-hari, namun mirip (semblance). Perbedaan yang mengandung kemiripan berasal dari kreativitas seniman. Kreativitas merupakan imaji seniman dari hal-hal yang tidak imajiner (material). Maka, karya seni berbeda dengan realitas, karena melibatkan imajinasi seniman. Sekalipun pada karya yang tidak mengandung unsur peniruan terdapat imaji murni. Proses simbolisasi dari imajinasi seniman inilah terjadi proses abstraksi (ada proses pemisahan diri dari keberadaannya yang aktual dan memiliki konteks berbeda), sehingga karya seni disebut sebagai simbol.
Semua bentuk dalam seni merupakan bentuk yang diabstraksikan untuk membuatnya lebih tampak secara keseluruhan, dan dilepaskan dari penggunaan sehari-hari, untuk diletakkan sebagai penggunaan baru sebagai simbol yang bersifat ekspresif bagi perasaan manusia. Dalam karya yang mengandung makna simbolik perasaan yang dieskpresikan dalam seni bukanlah perasaan yang asli, melainkan gagasan terhadap perasaan asli tersebut. Oleh karena itu disebut simbolik.
Seni adalah virtual dan ilusi Ciri khas karya seni bagi Susanne Langer adalah adanya virtualitas, dimana karya seni hanya digunakan untuk penglihatan. Susanne Langer menjelaskannya dengan contoh pengunaan cermin : kita dapat melihat diri kita maupun ruang yang kita tempati di cermin, namun tidak dapat menyentuhnya. Hal demikian disebut virtualitas, atau ilusi. Karya seni adalah imaji karena kita tangkap melalui imajinasi. Karya seni adalah obyek virtual karena hadir untuk indera penglihatan. Karya seni adalah ilusi, karena meskipun indera penglihatan menangkap bentuknya, tetapi tidak menyentuh wujudnya.
Seni sebagai Living Form Bentuk virtual karya seni merupakan bentuk yang hidup (living form). Disebut bentuk yang hidup karena mengekspresikan kehidupan, pertumbuhan, gerak, dan sebagainya. Seni sebagai bentuk yang hidup dapat ditemukan dalam segala jenis kesenian. Contohnya desain dekoratif yang menunjukkan perasaan hidup menjadi bentuk dan warna yang terlihat.
Menurut Susanne, seni juga seperti ilmu pengetahuan. Seni membawa isi dunia emosi, namun tidak hanya memberikan kesenangan bagi pengamatnya. Melainkan menanamkan pemahaman (konsepsi keindahan) bagi pengamat.
Seni sebagai simbol presentasional Seni disebut sebagai simbol presentasional karena mengacu pada pengertian simbol presentasional yakni hanya dapat ditangkap melalui arti keseluruhan, tidak dapat dibagi menjadi unit-unit tertentu. Contohnya sebuah lukisan, mengandung makna jika dilihat secara keseluruhan, tidak dipecah menjadi unit-unit atau elemen kecil. Yang dapat membedakan karya seni dengan karya lainnya yaitu adanya ambivalensi, yaitu bentuk yang sama mempunyai arti yang berbeda.
Proses penciptaan seni melalui Ilusi Primer dan Abstraksi Dasar Menurut Sussane Langer, karya seni (‘ilusi sekunder’) lahir dari yang disebutnya sebagai ‘ilusi primer’. Ilusi primer adalah imaji utama yang terdapat dalam karya seni dan akan menentukan virtualitas dari suatu karya seni. Ilusi primer yang berbeda menghasilkan jenis karya seni yang berbeda : a. Ruang virtual : Seni lukis, seni pahat, arsitektur b. Waktu virual : Seni musik c. Daya virtual : Seni tari dan balet d. Memori virtual : Seni sastra Abstraksi dasar adalah segala sesuatu yang diabstraksikan dan menjadi bahan utama dalam suatu karya seni.
Analisa karya seni berdasarkan pemikiran Susanne K. Langer
asdf
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Matius. 2011. Estetika : Pengantar Filsafat Seni. Tangerang : Sanggar Luxor
Ekosiwi, Embun Kenyowati. 1989. Pemikiran Susanne K. Langer tentang Seni Sebagai Simbol Presentasional. Skripsi Sarjana Sastra. Fakultas Sastra, Jurusan Filsafat, Universitas Indonesia
http://en.wikipedia.org/wiki/Susanne_Langer