EPISTEMOLOGI TAFSI>R AL-KABI>R Karya Muqa>til bin Sulaima>n
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh: BAROKATUN NISA NIM. 12531146
JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015
EPISTEMOLOGI TAFSI>R AL-KABI>R Karya Muqa>til bin Sulaima>n
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh: BAROKATUN NISA NIM. 12531146
JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015 i
MOTTO
اْل ْن ِس لَ ُه ْم قُلُوبٌ ََل يَ ْفقَه َ ُون ِب َها َولَ ُه ْم َولَقَ ْد ذَ َرأْنَا ِل َج َهنَّ َم َكثِ ً يرا ِم َن ْال ِج ِن َو ْ ِ ون ِب َها َولَ ُه ْم آذَ ٌ س َمع َ أ َ ْعي ٌُن ََل يُ ْب ِص ُر َ ان ََل يَ ْ ُون ِب َها أُولَ ِئكَ ك َْاْل َ ْنعَ ِام بَ ْل ُه ْم ض ُّل أُولَئِكَ ُه ُم ْالغَافِلُ َ أَ َ ون )(QS Al-A‘ra>f (7): 179
إن الصناعة طويلة والعمرقصير Disiplin ilmu ini sangat luas, sedang usia terbatas
v
PERSEMBAHAN
Karya Sederhana ini Penulis Persembahkan Kepada: Kedua Orang Tua Tercinta, Abah Samlawi, S. Pd.I dan Mama Khusnul Farichatun (Terimakasih untuk semua limpahan kasih dan sayang yang tiada batas hingga saat ini. Uh}ibbukum fillah)
Saudari-saudariku, Yayu Nur Hikmatul Izzah, Adek Tri Nur Khofifah dan Adek Syifa Nur Fajriyah (Terimakasih untuk selalu hadir dan menemani perjuangan saudari kalian ini. Aku sayang kaliaan..)
Almamater dan Keluarga Besar UIN Sunan Kalijaga
Guru, Sahabat Pelangi 2012, teman-teman di ponpes An-Najwah, CSS MoRa, teman-teman KKN 86, Fathib Jogja, IAT 2012, UIN SUKA dan semua sudut kota Jogja yang penuh kenangan. Istimewa!
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi adalah kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor 0543b/U/1987. I. Konsonan Tunggal Huruf Arab Nama ا alif
Huruf Latin
Nama
Tidak dilambangkan
Tidak dilambangkan
ب
ba‘
b
be
ت
ta'
t
te
ث
s\a
s\
es (dengan titik di atas)
ج
jim
j
je
ح
h}a‘
h{
ha (dengan titik di bawah)
خ
kha'
kh
ka dan ha
د
dal
d
de
ذ
z\al
z\
zet (dengan titik di atas)
ر
ra‘
r
er
ز
zai
z
zet
س
sin
s
es
ش
syin
sy
es dan ye
ص
s}ad
s}
es (dengan titik di bawah)
ض
d{ad
d{
de (dengan titik di bawah)
ط
t}a'>
t}
te (dengan titik di bawah)
ظ
z}a'
z}
zet (dengan titik di bawah)
ع
‘ain
‘
koma terbalik ( di atas)
غ
gain
g
ge
vii
ف
fa‘
f
ef
ق
qaf
q
qi
ك
kaf
k
ka
ل
lam
l
el
م
mim
m
em
ن
Nun
n
en
و
Wawu
w
we
هـ
ha’
h
h
ء
hamzah
’
apostrof
ي
ya'
y
Ye
II. Konsonan Rangkap Tunggal karena Syaddah ditulis Rangkap متعددة
ditulis
muta’addidah
عدة
ditulis
‘iddah
III. Ta’ Marbutah diakhir kata a. Bila dimatikan tulis h حكمة
ditulis
H}ikmah
جزية
ditulis
Jizyah
(ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya) b. Bila diikuti kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis h. كرامة االولياء
Kara>mah al-auliya>’
ditulis
c. Bila Ta' marbu>t}ah hidup dengan harakat, fath}ah, kasrah, atau d}ammah ditulis t. viii
زكاة الفطرة
Zaka>t al-fit}rah
ditulis
IV. Vokal Pendek َ
fath}ah
ditulis
a
َ
Kasrah
ditulis
i
َ
d{amah
ditulis
u
V. Vokal Panjang 1
FATHAH +
ALIF
جاهلية 2
FATHAH +
YA’MATI
تنسى 3
FATHAH +
YA’MATI
كرمي 4
DAMMAH +
WA>WU MATI
فروض
ditulis
a>
ditulis
Ja>hiliyah
ditulis
a>
ditulis
Tansa>
ditulis
i>
ditulis
Kari>m
ditulis
u>
ditulis
Furu>d{
ditulis
Ai
ditulis
bainakum
ditulis
Au
ditulis
qaul
VI. Vokal Rangkap 1
FATHAH +
YA’ MATI
بينكم 2
FATHAH +
WA>WU MATI
قول
VII. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof أأنتم
ditulis
a antum
اعدت
ditulis
u’iddat
لئن شكرمت
ditulis
la’in syakartum
ix
VIII. Kata sandang alif lam yang diikuti huruf Qomariyyah maupun Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan "al" القرآن
ditulis
al-Qur’a>n
القياس
ditulis
al-Qiya>s
السماء
ditulis
al-Sama>'
الشمس
ditulis
al-Syams
IX. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut bunyi atau pengucapannya ذوى الفروض
ditulis
Z|awī al-Furu>d{
اهل السنة
ditulis
Ahl al-Sunnah
x
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil Alamin. Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang memberi nikmat yang tak terhingga, nikmat islam dan iman, nikmat sehat dan banyak nikmat lain yang tentunya mustahil untuk disebutkan satu persatu. Berkat rahmat dan pertolongan-Nya pula penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat serta salam senantiasa penulis haturkan pada Rasulullah Muhammad SAW dan para keluarga dan sahabatnya yang secara ikhlas membimbing makhluk jahiliyah hingga sampai pada zaman terang benderang ini. Semoga mereka memperoleh tempat terindah di sisi Allah Azza wa Jalla. Amiin. Terselesaikannya Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan banyak pihak baik secara langsung maupun tidak ikut andil mempengaruhi semangat dan mood penulis dalam menulis karya ini. Oleh karenanya penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Abah Samlawi, S.Pd.I dan Mama Khusnul Farichatun yang dengan kasih sayangnya selalu memberikan motivasi, kepercayaan dan juga membimbing Penulis dalam melewati rintangan dalam kehidupan dunia ini. Terimakasih untuk doa dan restunya agar Penulis menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. 2. Saudari-saudariku, Yayu Ikmah, Opi dan Syifa. Tak lupa pula Dewi dan Ilman serta segenap keluarga besar di Laren-Bumiayu yang telah banyak memberikan motivasi dan dukungan dalam kehidupan Penulis.
xi
3. Kementrian Agama RI, khususnya Direktorat Jenderal Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren yang telah menanggung seluruh biaya hidup dan studi selama penulis menempuh kuliah di UIN Sunan Kalijaga. 4. Prof. Dr. H. Machasin, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 5. Dr. Alim Roswantoro, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 6. Dr. H. Abdul Mustaqim, M. Ag dan Afdawaiza, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir serta Sekretaris Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. 7. Dr. Phil. Sahiron Syamsudiin, M. Ag, selaku Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk mendengarkan keluh kesah Penulis selama masa perkuliahan. 8. Drs. H. M Yusuf, M. Si, selaku Pembimbing Skripsi yang bersedia dengan penuh
kesabaran
dan
ketelitian
membaca,
membimbing,
mengoreksi,
mengarahkan dan memperbaiki banyak kesalahan dalam penulisan skripsi ini. 9. Abdul Jalil, M. A dan Siti Jubaedah, M. A yang menginspirasi penulis dalam mengangkat tema ini, serta seluruh jajaran Dosen Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir juga para Dosen Jurusan Ilmu Hadis yang telah mencurahkan banyak ilmu yang sebelumnya tidak terlintas dalam benak penulis dan sangat bermanfaat bagi penulis. 10. Abah K. H. Masruri Abd Mughni (Alm.) yang telah banyak memberikan bimbingan, wejangan, dan banyak hikmah sehingga penulis dapat memandang dunia dengan perspektif yang baik. Terimakasih untuk curahan ilmu, kesabaran
xii
dan kasih sayang yang kau limpahkan. Semoga Allah menempatkan tempat terindah di sisi-Nya. Amin. 11. Abah Sholahuddin Masruri, Abah Mukhlas Hasyim, M. A, Akhi Fikri as-Syakiri serta segenap jajaran asatidz Pon-Pes Al- Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes. 12. Dr. Nurun Najwah dan Prof. Dr. Suryadi selaku orang tua pengasuh bagi Penulis selama menempuh studi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Jazakumullah
khairal jaza>. 13. Teman-teman seperjuangan, khususnya anggota PELANGI 2012, Arini, Mbak Tasrif, Mbk Ibriza, Janda Jules, Tonggo Ibah, Ncii, Jeng Rona, Za’imuddin, Ndil Selvia, Bu rempong Ani, Istikiwir, Fithriatun. Juga semua teman-teman Ponpes LSQ Pace, Dhuha, Afif, Kam, Fafa, Keysi, Aunil, Iyud, Iftah, Rahmad, Fatih, Alfian, Idris, Ipul, Ridha, Sony, Ichal, Imam, Itsbat, Danang dan Wildan. Terimakasih untuk semua hiburan, dukungan, gojlokan, dan senyum kalian, semoga persahabatan kita tidak hanya berhenti di Kota Jogja ini. Mohon maaf untuk semua ke-cuek-an dan kesalahan baik yang disengaja ataupun tidak, maaf jika dalam keseharian banyak kesalahpahaman dan membuat kalian kesal. Aku sayang kalian, guys. 14. Teman-teman KKN 86 khususnya kelompok 6, bos Tanjung, Iddatun, Sylmatun, Gandus(r), Dian, Endatun, Hani, Laely, Nani. Terimakasih untuk pengalaman dan suka cita yang kita bagi bersama di Dusun Iroyudan Bantul. Love ya!. 15. Teman-teman di Ponpes An-Najwah, Fathib Jogja, Forsima, CSS MoRa Nasional, Fath Kingdom, juga semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-
xiii
persatu yang telah membantu Penulis. Semoga Allah mengganti kebaikan kalian dengan pahala yang berlipat ganda. Akhirnya, dengan harapan penuh kepada-Nya, semoga skripsi ini menjadi manfaat bagi penulis dan menjadi shodaqah ilmu yang bermanfaat bagi para pembaca. Hanya kepadaNyalah penulis berharap, memohon ampun dan pertolongan. Yogyakarta, 17 Desember 2015 Penulis
Barokatun Nisa
xiv
ABSTRAK Epistemologi merupakan sebuah disiplin keilmuan filsafat yang mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai teori ilmu pengetahuan yang dalam penelitian ini berupa kajian tafsir, yakni bagaimana sebuah tafsir dipahami dan diuji kebenarannya berdasarkan norma-norma epistemologi. Kitab Tafsi>r Al-Kabi>r karya Muqa>til bin Sulaima>n merupakan sebuah kitab yang diklaim sebagai kitab pertama yang lengkap 30 juz dan sampai di tangan kita sekarang. Sebagai prestasi tambahan, penulis kitab ini dinilai sangat pemberani karena menabrak paradigma mayoritas saat itu, yakni pemahaman komprehensif terhadap teks Al-Qur’an. Dikarenakan paradigma penulis inilah maka tidak jarang ditemukan banyaknya kisah-kisah isra>iliyya>t dan penjelasan mengenai al-mubhama>t dalam Al-Qur’an. Di samping itu, beliau juga disebut sebagai mufassir pertama yang mengenalkan metode stilistik-linguistik dalam kajian penafsiran Al-Qur’an. Berdasarkan latar belakang inilah peneliti merumuskan problem akademik penelitian ini ke dalam tiga klasifikasi permasalahan, yaitu: 1) Apa sumber-sumber yang digunakan Muqa>til bin Sulaima>n dalam tafsirnya? 2) Bagaimana metode Muqa>til dalam penulisan kitab tafsirnya?, dan 3) Bagaimana validitas kitab Tafsi>r Al-Kabi>r karya Muqa>til bin Sulaima>n? Skripsi ini merupakan sebuah bentuk penelitian kepustakaan yang menggunakan metode deskriptif-analitik dan pendekatan historis-filosofis. Metode dan pendekatan ini berguna dalam mengupas epistemologi tafsir karya Muqa>til bin Sulaima>n yakni kitab Tafsi>r Al-Kabi>r. Dalam penulisan kitab ini diketahui bahwa Muqa>til menggunakan metode tafsi>r tah}li>li yakni dengan menjelaskan setiap ayat secara terperinci dimulai dari Al-Fa>tih}ah> hingga QS Al-Na>s disertai dengan penjelasan mengenai aspek nasikh-mansu>kh, asba>b al-nuzu>l dan almubhama>tnya. Beberapa sumber yang beliau rujuk dalam penafsirannya meliputi AlQur’an, sunnah, qaul s}ah}abi>, qaul ta>bi’i>n, qira>’a>t s}ah}abi seperti qira>’a>t Ibn Mas’u>d dan Ubay bin Ka’ab, isra>iliyya>t dan rasio. Adapun validitas kebenaran kitab ini penulis buktikan dengan teori koherensi yang merupakan satu dari tiga teori pokok dalam membuktikan kebenaran sebuah ilmu pengetahuan. Teori ini diambil karena peneliti anggap paling sesuai dengan epistemologi bayani yang melingkupi kitab ini. Muqa>til bin Sulaima>n peneliti anggap konsisten dalam menjaga metodologi yang beliau rumuskan sendiri dilihat dari konsistensi beliau dalam memberikan informasi asba>b nuzu>l, melihat konteks kalimat dan penjelasan terhadap hal-hal eksplisit dalam Al-Qur’an. Sebagai kitab tafsir yang diklaim tertua, kitab ini mempunyai implikasi terhadap perkembangan kajian tafsir setelahnya. Beberapa mufassir yang mengambil informasi dari beliau di antaranya Al-Zamakhsyari>, Al-S|a’labi> dan AlSamarqandi>. Adapun hal yang banyak dijadikan rujukan oleh mufassir setelahnya ini adalah hal-hal terkait informasi historisitas, baik penjelasan mengenai aspek asba>b al-nuzu>l, al-mubhama>t maupun israiliyya>t, dan perubahan makna dalam AlQur’an. xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i SURAT PERNYATAAN ................................................................................................ ii NOTA DINAS ................................................................................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ iv HALAMAN MOTTO ...................................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................................... vi PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ......................................................... vii KATA PENGANTAR ..................................................................................................... xi ABSTRAK ...................................................................................................................... xv DAFTAR ISI .................................................................................................................. xvi BAB I.
PENDAHULUAN A. Latar belakang ............................................................................................ 1 B. Rumusan masalah ....................................................................................... 4 C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan ............................................................... 5 D. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 6 E. Kerangka Teori ........................................................................................ 10 F. Metode Penelitian .................................................................................... 13 G. Sistematika Pembahasan ......................................................................... 15
BAB II.
KONSTRUKSI EPISTEMOLOGI TAFSIR A. Terminologi Epistemologi Tafsir 1. Pengertian Epistemologi ...................................................................... 18
xvi
2. Pengertian Tafsir .................................................................................. 25 B. Pergeseran Epistemologi dari Era Nabi Hingga Muqa>til bin Sulaima>n 1. Periode Nabi dan Sahabat .................................................................... 31 2. Periode tabi’in ...................................................................................... 35 3. Periode Kodifikasi ............................................................................... 38 4. Posisi Muqa>til bin Sulaima>n ............................................................... 41 BAB III.
MUQA>TIL BIN SULAIMA>N DAN TAFSIRNYA A. Biografi Muqa>til bin Sulaima>n 1. Riwayat Hidup ..................................................................................... 43 2. Karir Intelektual ................................................................................... 46 3. Karya-karya ......................................................................................... 48 B. Tafsi>r Muqa>til bin Sulaima>n
1. Latar Belakang Penulisan .................................................................... 49 2. Sistematika Kitab Tafsi>r Muqa>til bin Sulaima>n ................................. 50 BAB IV. TELAAH EPISTEMOLOGIS TAFSIR MUQA>TIL BIN SULAIMA>N A. Sumber Penafsiran .................................................................................... 58 B. Metode Penafsiran ..................................................................................... 64 C. Validitas Penafsiran .................................................................................. 79 D. Implikasi Penafsiran Muqa>til bin Sulaima>n terhadap Karya-karya Tafsir Berikutnya ...................................................................................... 92
xvii
BAB V.
PENUTUP A. Simpulan .................................................................................................. 100 B. Kata Penutup .......................................................................................... 102 C. Saran ....................................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN CURRICULUM VITAE
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Muqa>til bin Sulaima>n1 adalah seorang Mufassir era klasik2 yang pemberani. Di tengah-tengah paradigma masyarakat yang menganggap bahwa tafsir terhadap Al-Qur’an hanya dapat diberikan pada teks-teks yang memang membutuhkan penjelasan, Muqa>til beranggapan bahwa semua ayat dalam AlQur’an sejatinya sudah dapat dipahami dan sudah jelas maksudnya. Hanya saja dalam memahami teks Al-Qur’an terdapat empat tingkat pemahaman terhadap teks yakni, Pertama, ayat yang hanya diketahui oleh Allah SWT. Kedua, ayat yang dapat diketahui oleh orang yang pandai (al-‘Ulama>’). Ketiga, ayat yang diketahui oleh orang yang mempelajari tata bahasa arab dan Keempat, ayat yang dapat dipahami bahkan oleh orang yang tidak memahami bahasa arab.3 Merupakan tugas mufassir untuk menerangkannya sesuai dengan kondisi dan latar belakang yang tepat, walaupun itu membutuhkan bantuan dari kisah-kisah
1
Untuk selanjutnya disebut Muqa>til.
2
Meminjam istilah Abdul Mustaqim yang membagi periodesasi tafsir kedalam tiga kelompok: tafsir klasik, pertengahan dan modern-kontemporer. Menurutnya, pada masa awal, penafsiran Al-Qur’an selalu dihubungkan dengan hal-hal mitis, pada periode pertengahan cenderung untuk menjustifikasi ideologi mufassir dan pada periode selanjutnya penafsiran AlQur’an sudah bersifat ilmiah. Lihat Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an (Yogyakarta: Adab Press, 2014), hlm. 39. 3
Abdulla>h Mahmu>d Syaha>tah, Tafsi>r Muqa>til bin Sulaima>n Juz V (Beirut: Muassasah al-Ta>rikh al-Arabi, 2002), hlm. 6.
1
2
isra>il> iyya>t, sehingga common believers dapat memahami maksud ayat sebagaimana yang dikehendaki oleh Mutakallim.4 Disebutkan dalam Muqaddimahnya, bahwa teks dalam Al-Qur’an mempunyai jenis dan maksud yang berbeda, seperti: ‘a>m dan kha>s (bagi muslim dan musyrik), ‘a>m untuk semua manusia, mutasya>biha>t, muhkama>t, mufassar,
mubha>m, mud}ma>r, ta>m, s}ilah, na>sikh, mansu>kh, taqdi>m, ta’khi>r, wuju>h wa naz|a’> ir, jawab bagi surat lain, perumpamaan yang dibuat untuk orang kafir dan berhala, perumpamaan untuk dunia, pembangkitan, akhirat, cerita umat terdahulu, cerita tentang surga dan neraka, kha>s} untuk umat musyrik tertentu, kewajibankewajiban, hukum-hukum, hal yang ada dalam hati orang muslim dan musyrik,
khus}umah musyrik Arab dan tafsir.5 Sebagai tafsir yang diklaim sebagai kitab tafsir pertama yang lengkap 30 juz dan sampai di tangan kita sekarang, adanya pembedaan jenis-jenis teks merupakan sebuah inspirasi yang cukup berani. Oleh karenanya beliau disebut sebagai mufassir pertama yang mengenalkan kajian stilistik-linguistik dalam Al-Qur’an. Dalam hal ini John Wansbough dan Gordon Nickel mengatakan, sebagaimana yang dikutip oleh Mun’im Sirry, karya Muqa>til merupakan sebuah contoh bentuk penafsiran haggadic di mana beliau mencoba untuk menjadikan ayat-ayat Al-Qur’an yang terpotong-potong menjadi satu
Mun’im Sirry, “Muqa>til b. Sulayma>n and Antropomorphism”, Studia Islamica, nouvelle e#dition/new series, No. 3, 2012, hlm. 58-60. Lihat juga Kees Versteegh, “Tafsir Qur’an Paling Awal: Tafsi>r Muqa>til” dalam jurnal INIS Jilid IV edisi Dwibahasa, (Jakarta: INIS, 1990). Dalam jurnal ini berisi makalah-makalah yang disampaikan dalam rangka kunjungan Menteri Agama RI, H. Munawwir Sjadzali, M.A. ke Negeri Belanda (31 Oktober-7 November 1988), hlm. 206. 4
5
Abdullah Mahmud Syahatah, Tafsi>r Muqa>til bin Sulaima>n Juz V (Beirut: Muassasah al-Ta>ri>kh al-Araby, 2002), hlm. 27.
3
kesatuan untuk memberikan kesan kesinambungan (continuity) dan penjelasan menyeluruh (wholeness) terhadap varietas teks.6 Muqa>til hidup pada abad di mana penjelasan terhadap Al-Qur’an sangat diperlukan. Ketika itu kekuasaan Islam menyebar ke berbagai daerah sehingga banyak di kalangan umat yang tidak faham dengan tata bahasa Al-Qur’an. Mungkin hal ini pulalah yang melatarbelakangi beliau menggunakan metode narasi dalam tafsirnya. Muqa>til lahir dan besar di kota Balkh, Khura>sa>n dan Bas}rah di mana kota-kota tersebut merupakan kota pusat bertemunya berbagai agama besar. Oleh karena itu tidak heran jika beliau mempunyai pengetahuan yang luas mengenai israiliyat dan rasionalitas. Kondisi ini pula lah yang mempengaruhi hasil penafsiran beliau utamanya terhadap ayat-ayat antropomorfisme7. Banyak para mufassir yang mengkritik beliau dan menolak hasil penafsiran beliau dengan argumentasi bahwa penafsiran beliau berseberangan dengan akidah umat Islam. Meski demikian, Muqa>til tidak menafsrikan semua ayat-ayat antropomorfisme dengan makna literal. Beberapa penafsiran beliau mengindikasikan bahwa beliau juga menafsirkan ayat-ayat tersebut dengan makna majazi dan makna ta’wil seperti dalam QS. Al-Fath} kata al-yad beliau tafsirkan sebagai “kekuasaan” atau 6 7
Mun’im Sirry, “Muqa>til b. Sulayma>n and Antropomorphism”, hlm. 60.
Antropomorfisme dalam KBBI diartikan sebagai pengenaan ciri-ciri manusia pada binatang, tumbuh-tumbuhan atau benda mati. Dari penjelsan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa antropomorfisme yang dimaksud di sini adalah pengenaan atau penyamaan pada Allah terhadap bentuk-bentuk atau perilaku manusiawi. Kata antropomorfisme mengacu pada persepsi bahwa tuhan memiliki bentuk dan sikap yang sama dengan manusia. Lihat Antropomorfisme, KBBIMobile 1.1.3, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Lihat juga, www.sarapanpagi.org, dictionary.reference.com, www.britannica.com. Diakses pada 28 Nov 2015 pukul 10:50.
4
“menahan nikmat nafkah” seperti dalam QS. Al-Ma>idah. Jika melihat keterangan ini, maka susah untuk membuktikan bahwa Muqa>til memang seorang antropomorfisme walaupun bukan hal yang mudah pula untuk menyatakan bahwa beliau non-antropomorfisme. Kajian episetmologi merupakan sebuah disiplin keilmuan yang berusaha untuk
menjawab
pertanyaan-pertanyaan
mendasar
mengenai
teori
ilmu
pengetahuan, dalam hal ini adalah pengetahuan mengenai tafsir Al-Qur’an. Tafsir karya Muqa>til bin Sulaima>n disebut sebagai tafsir tertua yang memuat semua penafsiran ayat Al-Qur’an 30 juz dan masih utuh hingga sekarang sekaligus dengan berbagai uniquenessnya peneliti anggap sebagai alasan yang logis untuk mengangkat tema penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk meneliti tafsir ini berdasarkan norma-norma epistemik agar didapat kesimpulan mengenai sumber, metodologi penafsiran dan validitas atas tafsir beliau ini. Kajian ini dianggap penting karena maju tidaknya sebuah ilmu pengetahuan sangat bergantung pada bangunan keilmuan epistem yang kuat. Selain sebagai sumbangsih keilmuan, kajian ini juga diharapkan mampu membuka wawasan kesejarahan mengenai perkembangan tafsir Al-Qur’an.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan ulasan latar belakang di atas dan agar pembahasan tidak melebar ke berbagai bentuk masalah, peneliti membatasi penelitian ini menjadi beberapa rumusan masalah berikut:
5
1. Apa sumber-sumber penafsiran yang dijadikan rujukan oleh Muqa>til bin Sulaima>n dalam kitab tafsirnya? 2. Bagaimana metode penafsiran Muqa>til bin Sulaima>n dalam tafsirnya? 3. Bagaimana validitas penafsiran Muqa>til bin Sulaima>n dalam tafsirnya secara epistemologis?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dengan demikian, penelitian mengenai epistemologi Tafsi>r Al-
Kabi>r karya Muqa>til bin Sulaima>n ini akan memiliki tujuan sebagai berikut: a. Mengetahui sumber-sumber penafsiran Muqa>til bin Sulaima>n dalam kitab tafsirnya. b. Mengetahui metode Muqa>til bin Sulaima>n dalam kitab tafsirnya. c. Mengetahui validitas tafsir dalam kacamata Muqa>til bin Sulaima>n dalam tafsirnya. 2. Kegunaan Penelitian Adapun dituliskannya penelitian ini adalah agar memiliki kegunaan dan manfaat sebagaimana berikut ini: a. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan pada jurusan Ilmu Al-
6
Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. b. Bagi pihak-pihak terkait secara umum, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber referensi, baik primer maupun sekunder, untuk menyelesaikan berbagai persoalan akademik yang berkaitan dengan kajian tafsir, utamanya kitab Tafsi>r Al-
Kabi>r karya Muqa>til bin Sulaima>n. c. Menambah informasi mengenai historisitas Al-Qur’an terutama terkait aspek epistemologis dan metodologis.
D. Telaah Pustaka Dalam
melakukan
telaah
pustaka
terhadap
penelitian-penelitian
sebelumnya ini, peneliti membaginya kedalam dua kategori, yaitu penelitian yang terkait dengan objek formal dan objek material penelitian ini. Adapun objek formal penelitian ini adalah Epistemologi Tafsir. Di antara penelitian-penelitian yang membahas mengenai terma kajian ini adalah: Skripsi dengan judul “Epistemologi Tafsir Ibn ‘A>syu>r dalam kitab Al-
Tah{ri>r Wa Al-Tanwi>r”8 yang ditulis oleh Abdul Halim. Dalam skripsinya ini, Abdul Halim mengulas mengenai epistemologi tafsir karya Ibn A>syu>r yang ditulis pada awal perkembangan tafsir kontemporer. Adapun fokus kajian yang ia Abdul Halim, “Epistemologi Tafsir Bin Asyur dalam kitab al-Tah{ri>r Wa al-Tanwi>r”, Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011 8
7
paparkan adalah bahwa di periode awal perkembangan tafsir kontemporer, para mufassir masih banyak menggunakan dalil-dalil hadis, qaul s}ahabi dan isra>i>liyya>t sebagai sumber rujukan penafsirannya. Dengan kata lain, tafsir masa itu tidak secara totalitas menggunakan interpretasi mufassir pribadi sebagai sumber penafsirannya melainkan juga tetap berpijak pada dalil-dalil naqli tersebut. Buku seri disertasi yang ditulis oleh Abdul Mustaqim dengan judul Epistemologi Tafsir Kontemporer (Studi Komparatif antara Fazlur Rahman dan Muhammad Syahrur).9 penelitian ini memfokuskan kajian pada pentingnya pemahaman mengenai pergeseran epistemologi tafsir dengan menelaah kembali kesejarahan perkembangan paradigma penafsiran Rahman dan Syahrur. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini diharapkan mampu untuk menjawab problematika umat muslim indonesia yang semakin kompleks. Pemahaman tersebut didapat dengan merubah pandangan nalar ideologis kedalam nalar kritis dengan didasarkan pada hal-hal substantif, kemu’jizan Al-Qur’an dan merefer kembali pada kitab-kitab klasik. “Translation of The Meaning of The Noble Qur’an karya Muhammad Taqi>-Ud-Di>n al-Hila>li> dan Muhammad Mukhsin Kha>n (Kajian Epistemologi Tafsir)”,10 skripsi yang ditulis oleh Eed Hudaebillah ini membahas mengenai tafsir berbahasa inggris yang sarat dengan bias ideologi kaum salafi. Di sini peneliti menguak bahwa dalam prakteknya, M. Taqi>-Ud-Di>n dan Mukhsin Kha>n 9
Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer, Seri Disertasi, Ed. Fuad Mustafid (Yogyakarta: LkiS, 2012) Eed Hudaebillah, “Translation of The Meaning of The Qur’an Karya Muhammad Taqi>-Ud-Di>n al-H{ila>li> dan Muhammad Mukhsin Kha>n”, Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013. 10
8
menggunakan sumber-sumber keagamaan untuk mendominasi interpretasi ideologi mereka. Kitab ini menggunakan metode ijmali> untuk menerangkan maksud tiap ayatnya. Adapun jika dilihat dari teori kebenaran ilmu pengetahuan, peneliti mendapati bahwa dalam kitab ini hanya terdapat dua teori dari tiga teori kebenaran yakni, koherensi dan korespondensi. Teori koherensi membuktikan bahwa mufassir konsisten dalam menuliskan runtutan muna>sabah baik antar ayat maupun antar surat sebelum dan setelah menafsirkan. Teori korespondensi menyebutkan bahwa penafsiran kedua mufassir dalam kitab ini sesuai dengan fakta ilmiah atau realitas modern yang mapan. Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis11 yang ditulis oleh A. Susanto. Buku ini adalah buku pengantar filsafat yang secara gamblang membahas mengenai definisi filsafat ilmu beserta ketiga cabang keilmuan. Baik ontologis, epistemologis maupun aksiologis dibahas secara eksplisit. Termasuk didalamnya juga dikaji mengenai batasan-batasan kebenaran ilmu pengetahuan. Adapun kajian mengenai Tafsi>r Al-Kabi>r karya Muqa>til bin Sulaima>n sebagai objek material dalam penelitian ini sudah dikaji dalam berbagai artikel seperti artikel yang ditulis oleh Kees Versteegh “Tafsir Qur’an Paling Awal: Tafsi>r Muqa>til”12. Di dalamnya membahas mengenai urgensi penelitian kitab tafsir ini. Hal ini dikarenakan pada saat itu Tafsir Muqa>til dianggap sebagai kitab 11
A. Susanto, Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis (Jakarta: Bumi Aksara, 2011). Kees Verstegh, “Tafsir Qur’an Paling Awal: Tafsi>r Muqa>til”, dalam jurnal INIS Jilid IV edisi Dwibahasa (Jakarta: INIS, 1990). 12
9
tafsir yang terlalu banyak mengambil keterangan dari Ahl Kita>b yang tidak dapat dibuktikan kesahihannya. Artikel dengan judul A Comparison of The References to Muqa>til B. Sulaima>n (150-767) In The Exegesis of Al-Tha’labi> (427/1036) With Muqa>til’s Own Exegesis13 ditulis oleh Mehmet Akif Koc mengenai eksistensi Tafsi>r
Muqa>til sejak beliau wafat (150 H) yang kemudian baru dikomentari dan dirujuk oleh al-Tha’labi> pada kisaran tahun 427 H. Di sana sedikit banyaknya disebutkan mengenai pemikiran beliau terhadap tajsi>m dan tasybih juga tentang pendapat beliau mengenai orang-orang fa>siq. Pemikiran beliau ini kemudian dikritisi oleh al-Tha’labi> untuk memberikan pandangan baru bagi masyarakat terhadap pemikiran para innovators of islamic theology. Skripsi dengan judul “Penafsiran Ayat-Ayat Tentang Qadar dalam Kitab Tafsir Muqa>til bin Sulaima>n”14 karya Laila Muthmainnah. Dalam skripsi ini diterangkan mengenai pandangan Muqa>til terhadap ayat-ayat qadar, dimana pada zamannya beliau merupakan salah satu mufassir yang menolak faham muktazilah yang dianut mayoritas masyarakat Irak. Peneliti berkesimpulan bahwa ayat-ayat qadar dalam pandangan Muqa>til ialah perbutan manusia itu berdasarkan kehendak Tuhan dengan disertai adanya daya upaya atau ikhtiar manusia pada perbuatannya tersebut.
Mehmet Akif Koc, “A Comparison Of The References To Muqa>til B. Sulaima>n (150-767) In the Exegesis of Al-Tha’labi> (427/1036) With Muqa>til’s Own Exegesis”, Jurnal Of Semitic Studies LIII/1 Spring 2008. 13
14
Laila Muthmainnah, “Penafsiran Ayat-Ayat Qadar Dalam Kitab Tafsir Muqa>til Bin
Sulaiman”, Skripsi UIN Sunan KalijagaYogyakarta, 2015.
10
Skripsi dengan judul “al-Nasikh wa al-Mansukh dalam Tafsir Klasik (Telaah al-Tafsi>r al-Kabi>r Karya Muqa>til bin Sulaima>n)”15 oleh Dede Fadillah. Skripsi ini menerangkan mengenai urgensi pemikiran Muqa>til dalam kajian
na>sikh dan mansu>kh karena berhubungan dengan eksistensi satu hukum dalam Islam. di akhir pembahasan, peneliti berkesimpulan bahwa Muqa>til mempunyai definisi dan cara yang sama dalam menggambarkan ayat-ayat na>sikh dalam AlQur’an. Dari beberapa kajian kepustakaan yang didapat, peneliti belum menemukan adanya penelitian yang secara spesifik dan detail membahas mengenai epistemologi Tafsi>r Al-Kabi>r karya Muqa>til bin Sulaima>n. Oleh karenanya, penelitian ini sangat penting untuk dilakukan secara lebih serius dan intensif.
E. Kerangka Teori Epistemologi adalah salah satu kajian filsafat yang secara khusus mempertanyakan mengenai ruang lingkup dan batasan-batasan pengetahuan (asal mula, susunan, metode dan sah tidaknya ilmu pengetahuan).16 Istilah epistemologi sendiri berasal dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) atau epistemai yang berarti meletakkan, mendudukan atau menempatkan dan logos (perkataan, pikiran, Dede Fadillah, “al-Nasikh Wa al-Mansukh Dalam Tafsir Klasik (Telaah Al Tafsir Al Kabir Karya Muqatil Bin Sulaiman)”, Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011. 15
16
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Epistemologi dan Logika (Bandung: Penerbit Remadja Karya, 1986), hlm. 1. Lihat juga Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, terj. Soejono Soemargono (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004), hlm. 74.
11
ilmu). Secara harfiah episteme-logos adalah “upaya untuk menempatkan sesuatu dalam kedudukan yang semestinya”. Kajian epistemologi ini juga bermaksud untuk mengkaji pengandaianpengandaian dan syarat-syarat logis yang mendasari lahirnya pengetahuan serta membuktikannya secara rasional terhadap klaim kebenaran dan objektivitasnya.17 Sebagai kajian kritis dan analitis tentang dasar-dasar teoretis ilmu pengetahuan, epistemologi juga dikenal sebagai teori pengetahuan (theory of knowledge).18 Berdasarkan cara kerja atau metode dan pendekatan yang diambil terhadap gejala pengetahuan, epistemologi dapat dibedakan menjadi tiga: pertama, epistemologi metafisis, yaitu epistemologi yang mendekati gejala pengetahuan dengan bertitik tolak pada gejala-gejala metafisis. Epistemologi ini berangkat dari suatu faham tertentu mengenai realitas kemudian membahas bagaimana manusia mengetahui kenyataan tersebut. Kedua, epistemologi skeptis. Cara kerja epistemologi ini adalah dengan meragukan sesuatu yang ada untuk dapat menyakininya sebagai sesuatu yang mutlak. Ketiga, epistemologi kritis. Epistemologi ini tidak memprioritaskan metafisika atau epistemologi tertentu melainkan berangkat dari asumsi prosedur dan pemikiran akal sehat atau hasil kajian ilmiah untuk kemudian dianalisis secara kritis.19
17
J. Sudarminta, Epistemologi Dasar: Pengantar Filsafat Pengetahuan (Yogyakarta: Kanisius, 2002) hlm. 18. 18
J. Sudarminta, Epistemologi Dasar: Pengantar ..., hlm. 18
19
J. Sudarminta, Epistemologi Dasa: Pengantar ..., hln. 21-22.
12
Adapun kebenaran pengetahuan secara epistemologis ini dapat diukur dengan menyandarkan dirinya pada teori kebenaran ilmu pengetahuan koherensi, korespondensi dan pragmatisme.20 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan salah satu dari ketiganya yaitu teori koherensi. Koherensi adalah teori kebenaran yang menilai kebenaran suatu proposisi (pernyataan, pendapat, kejadian atau informasi) ketika terdapat adanya konsistensi yang ditangkap subjek yang satu dengan yang lain mengenai suatu realita adalah sama. Dalam buku Filsafat Ilmu karya A. Susanto disebutkan teori ini menyatakan bahwa suatu pernyataan dianggap benar kalau pernyataan tersebut koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Dengan kata lain, suatu pernyataan dianggap benar jika pernyataan tersebut saling berhubungan secara benar dengan pernyataan sebelumnya. Contohnya, pernyataan bahwa semua makhluk hidup pasti mati. Ahmad adalah makhluk hidup, maka pernyataan bahwa Ahmad pasti mati adalah pernyataan yang benar. Sebab kedua pernyataan tersebut koheren antara yang satu dengan yang lain.21
20
Teori kebenaran ini mempunyai tujuh aspek kriteria, diantaranya: koherensi, korespondensi, pragmatik, positivistik, esensialisme, konstruktivisme dan religiusisme. Namun menurut epistemologi awal hanya tiga teori yang paling sering digunakan yaitu koherensi, korespondensi dan pragmatisme. Peneliti hanya mengambil satu dari tiga kriteria yang paling banyak digunakan sekjaligus untuk mempersempit penelitian. Dua teori lainnya yaitu korespondensi dan pragmatisme. Korespondensi adalah teori yang digunakan untuk mengetahui kesesuaian antara kebenaran proposisi dan objek yang dikenainya (realitas). Teori ini menyatakan bahwa pengetahuan dianggap benar apabila apa yang diungkapkan sesuai dengan fakta. Pragmatisme adalah teori yang tidak secara langsung berkaitan dengan realita objektif pengetahuan melainkan lebih berusaha untuk menguji kebenaran pengetahuan melalui konsekuensi-konsekuensi dari praktek pengetahuan tersebut. Artinya, ide-ide tersebut tidak dapat dikatakan benar atau salah jika belum diuji. Lihat Mohammad Adib, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 121-123, Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 148-160. 21
A. Susanto, Filsafat Ilmu Suatu ..., hlm. 86-87
13
Dalam penelitian ini peneliti akan berusaha untuk mengupas Tafsi>r Al-
Kabi>r karya Muqa>til bin Sulaima>n secara epistemologis dengan menggunakan tolak ukur kebenaran di atas.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menyangkut pengertian, konsep, nilai serta ciri-ciri yang melekat pada objek penelitian tanpa melakukan perhitungan matematis dalam melakukan justifikasi epistemologis.22 Maka jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research),23 yaitu penelitian yang bersumber pada data-data tertulis serta bahan-bahan kepustakaan yang terkait dengan objek material penelitian ini yang dalam hal ini adalah kitab tafsir karya Muqa>til bin Sulaima>n. 2. Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data Sehubungan dengan jenis penelitian ini, peneliti menggunakan teknik dokumentasi dalam mengumpulkan data. Dengan teknik ini peneliti akan mengupas mengenai kesejarahan Muqa>til bin Sulaima>n sekaligus untuk menemukan validitas tafsirnya. 22
Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat (Yogyakarta: Paradigma, 2005), hlm. 7. 23
Penelitian kepustakaan (Library Research) merupakan penelitian yang cara kerjanya dengan menggunakan data dan informasi dari berbagai macam materi dan literatur, baik buku, majalah, surat kabar, naskah ataupun dokumen. Lihat: Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial (Bandung: Mandar Maju), hlm. 33.
14
Sumber Data yang peneliti gunakan dibagi menjadi dua sumber besar, pertama, sumber yang secara langsung berkaitan dengan tema penelitian (primer) dan kedua, sumber yang tidak secara langsung berhubungan (sekunder). Adapun sumber primer yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah kitab Tafsi>r Muqa>til bin Sulaima>n yang ditahqiq oleh ‘Abdulla>h Mahmu>d Syaha>tah. Adapun sumber data sekunder yang peneliti gunakan adalah datadata berupa buku, jurnal, artikel yang berkaitan dengan tema yang peneliti kaji, diantaranya Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an dari Periode Klasik, Pertengahan Hingga Kontemporer, Epistemologi Tafsir Kontemporer, Filsafat Ilmu, Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemologi Islam, “Muqa>til b. Sulayma>n and Antropomorphism”, “A Comparison of The references to Muqa>til b. Sulayma>n (150/767) in The Exegesis of AlTha’labi (427/1036) With Muqa>til Own Exegesis” dan lain sebagainya. 3. Metode dan Pendekatan Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode deskriptifanalitis yaitu peneliti mula-mula akan mendeskripsikan biografi tokoh, khususnya hal-hal yang berkaitan dengan kondisi sosio-kultural daerah pengarang, latar belakang pemikiran dan pemikiran tokoh, yang dalam hal ini adalah penafsiran beliau. Kemudian peneliti akan mulai mengerucut pada analisis epistemologis terhadap kitab Tafsi>r Al-Kabi>r karya Muqa>til bin Sulaima>n untuk mencari tahu sumber, metode dan validitas penafsiran tokoh agar mendapat kesimpulan yang kritis.
15
Adapun langkah-langkah metodis penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama, Peneliti menetapkan tokoh yang akan dikaji, yaitu tokoh Muqa>til bin Sulaima>n dengan objek formal kajian Epistemologi Tafsi>r Al-
Kabi>r karya Muqa>til bin Sulaima>n. Kedua, Mendeskripsikan latar belakang kehidupan, latar belakang keilmuan dan karya-karya tokoh. Kemudian mendeskripsikan sistematika, metode dan karakteristik yang digunakan tokoh dalam kitabnya. Ketiga, analisis kritis terhadap penafsiran tokoh untuk mengetahui sumber, metode dan validitas penafsiran tokoh. Penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan historis-filosofis. Pendekatan historis berguna untuk mencari titik kesejarahan hidup Muqa>til sekaligus setting sosio-historis yang melingkupi lahirnya kitab tafsir ini. Pendekatan filosofis berguna dalam menganalisis kajian epistemologis kitab tafsir ini. Pendekatan ini dirasa perlu karena filsafat akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersifat umum, menyeluruh dan mendasar.
G. Sistematika Pembahasan Penelitian ini akan terdiri dari lima bab. Bab pertama akan berisi pendahuluan. Pada pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah yang berisi sebab-sebab ketertarikan peneliti terhadap penelitian terkait. Kemudian peneliti merumuskan pembahasan masalah, tujuan dan manfaat, telaah
16
pustaka, metodologi dan pendekat penelitian yang akan digunakan dan terakhir sistematika pembahasan. Bab kedua, akan membahas mengenai konstruksi epistemologi tafsir AlQur’an yang mencakup definisi terma epistemologi dan tafsir. Kemudian disusul dengan pembahasan mengenai periode pertumbuhan dan perkembangan tafsir sejak zaman nabi hingga sekarang. Pembahasan ini peneliti anggap penting karena akan berhubungan erat dengan isi kajian di bab selanjutnya. Bab ketiga akan membahas mengenai Muqa>til bin Sulaima>n dan Tafsirnya. Yaitu dengan mengeksplorasi latar belakang keilmuan, setting sosial dan karya-karyanya. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan sekilas mengenai kitab Tafsi>r Muqa>til bin Sulaima>n yaitu terkait sejarah penelitian, metode dan sistematika yang beliau gunakan dalam tafsirnya. Pembahasan ini sangat penting diuraikan untuk mengetahui sosok Muqa>til bin Sulaima>n, pola pikir serta latar belakang penafsirannya dan penting pula untuk mengetahui tafsirnya. Bab keempat akan membahas mengenai Epistemologi Tafsi>r Muqa>til bin
Sulaima>n terkait sumber, metode dan validitas. Bab ini merupakan inti pembahsan dalam penelitian ini sekaligus contribution of knowledge yang peneliti berikan dalam studi keilmuan tafsir. Selain tiga hal di atas, peneliti juga akan menguraikan mengenai implikasi penafsiran Muqatil bagi mufassir setelahnya. Hal ini dianggap penting untuk mengetahui kontribusi penafsiran Muqa>til dalam perkembangan penafsiran Al-Qur’an. Bab kelima merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan analisis peneliti terkait epistemologi tafsir karya Muqa>til bin Sulaima>n ini. Kesimpulan ini
17
merupakan jawaban daripada tiga masalah pokok yang peneliti kaji. Dilanjutkan dengan kata penutup dan pembahasan mengenai mengenai saran-saran yang membangun untuk peneliti selanjutnya.
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Dari pemaparan di atas peneliti sampai pada kesimpulan yang merupakan jawaban atas tiga rumusan masalah yang peneliti ajukan berkaitan dengan kajian epsitemologi tafsir, yakni mengenai sumber-sumber penafsiran, metode penafsiran dan validitas atas penafsiran itu sendiri. Pertama,sumber-sumber yang digunakan Muqa>til bin Sulaima>n dalam
Tafsi>r Al-Kabi>r di antaranya adalah Al-Qur’an, Sunnah, qira>’a>t. Adapun qira>’a>t yang banyak beliau jadikan rujukan yaitu qira>’a>t Ibn Mas‘ud dan qira>’a>t Ubay bin Ka’ab. Sumber lain yang beliau ambil misalnya Qaul a-S}ah}abi>, Qaul al-Ta>bi’i>n,
Isr>ai>liyya>t dan Ra’yu. Sayangnya dalam merujuk pada suatu riwayat Muqa>til jarang memberikan rangkaian sanad yang jelas sehingga sumber periwayatan dari beliau ini kurang dapat dipercayai dan malah menjadi alasan bagi mufassir lain untuk meragukan hasil penafsiran beliau. Hal ini juga mempengaruhi pemahaman pembaca dalam membedakan hasil penafsiran beliau yang berangkat dari interpretasi beliau atau berasal dari suatu periwayatan tertentu yang ditulis tanpa adanya rangkaian sanad. Sekiranya ini merupakan sebuah kritik universal bagi penulis kitab ini. Kedua, metode penafsiran yang beliau gunakan dalam kitab tafsirnya adalah metode al-tafsi>r al-tah}li>li yakni menafsirkan Al-Qur’an secara terperinci
100
101
menurut tartib mus}h}afi dimulai dari QS. Al-Fa>tih}ah dan berakhir di QS. Al-Na>s, dengan kecenderungan tafsi>r bi al-ma’s|u>r. Dalam tafsirnya Muqa>til sangat memperhatikan aspek stilistik dan linguistik dalam Al-Qur’an. Dikatakan demikian karena dalam praktiknya beliau membahas semua jenis teks dalam AlQur’an. Hal ini berkaiatn dengan maksud dan tujuan beliau yang hendak memperjelas makna teks dalam Al-Qur’an. Bahkan beliau banyak menerangkan mengenai aspek historisitas ayat dengan merujuk baik pada riwayat, israiliyat maupun penjelasan terhadap al-mubhama>t dalam Al-Qur’an. Ketiga,
adapun
mengenai
validitas
penafsiran
beliau
peneliti
mengkritisinya menggunakan teori kebenaran koherensi. Teori ini dipandang paling sesuai dengan aspek epistemologi bayani yang melingkupi penafsiran beliau. Menurut teori ini, pengetahuan dianggap benar jika ada kesesuaian (coherence) dengan pernyataan sebelumnya yang terbukti benar sesuai dengan preposisi yang melingkupinya. Dari penelitian terhadap validitas penafsiran beliau ini peneliti berkesimpulan bahwa Muqa>til menganut kebenaran koherensi dalam tafsirnya. Dikatakan benar secara koherensi karena ada kesesuain antara pernyataan beliau dalam muqaddimahnya bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat berbagai teks yang berbeda seperti ‘a>m dan kha>s, muh}ka>m dan mutasya>bih, mufassar, mubham dan id}ma>r. dalam tafsirnya peneliti menemukan bahwa Muqa>til selalu memberikan keterangan mengenai beberapa aspek di atas. Namun jika melihat penafsiran beliau terhadap ayat-ayat tajsi>m peneliti berkesimpulan bahwa beliau tidak bisa dikatakan benar secara koherensi karena beliau terkesan
102
tidak konsisten dan ragu-ragu dalam memaknai ayat-ayat tajsi>m secara literal.
Walla>hu A‘lam.
B. Kata Penutup Segala puji penulis haturkan kepada Allah SWT yang dengan nikmat dan rahmatnya peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sekaligus sebagai bentuk sumbangsih keilmuan dan pengabdian peneliti terhadap kemajuan keilmuan khususnya yang berkaitan dengan kajian tafsir Al-Qur’an. Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kesalahan dan bidang kajian yang masih abstrak. Oleh karena itu peneliti mengharap kritik dan saran dari semua pihak untuk refleksi dan dukungan moril bagi kejauan penelitian selanjutnya, baik bagi semua akademika secara umum maupun bagi kemajuan peneliti secara khusus. Akhirnya, tak lupa pula peneliti mengucapkan banyak terima kasih bagi semua pihak yang turut andil dalam suksesi penelitian ini. Jaza>kumullah khairal
jaza>’.
C. Saran Setelah selesainya penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kajian yang komprehensif dan sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan peneliti baik secara kemampuan, waktu maupun
103
referensi yang dapat peneliti akses. Selain itu juga masih banyak aspek yang perlu dikaji terkait sosio-historis penulis kitab dan implikasinya terhadap keilmuan beliau yang sangat luas dilihat dari berbagai karya beliau. Oleh karenanya peneliti juga menyarankan untuk melakukan kajian lebih lanjut mengenai aspek tersebut sekaligus untuk menjawab keterkaitan beliau dengan daerah Kufah. Disebutkan bahwa beliaulah yang pertama kali menggunakan istilah s}ilah yang notabenenya sangat dekat dengan kajian ulama Kufah. Hal ini karena menurut hemat penulis sangat berkaitan dengan perkembangan keilmuan tata bahasa (nahwu dan s}orof) dalam kajian kebahasaan Arab secara khusus. Selain kajian mengenai aspek sosio-linguistik di atas, peneliti juga menyarankan adanya kajian lebih lanjut mengenai tuduhan antropomorfisme terhadap beliau. Kajian ini peneliti anggap masih sangat buram karena di satu sisi Muqa>til tidak secara menyeluruh memaknai ayat-ayat tajsi>m dengan makna literal. Sekiranya penelitian ini dapat dilakukan maka akan ada perubahan judgment terhadap keilmuan beliau yang sarat dengan informasi historis ini. Beberapa hal yang mungkin patut digali dalam membahas tokoh Muqa>til bin Sulaima>n adalah analisis terhadap beberapa sumber maupun kecondongan beliau dalam mengambil beberapa metode yang menjadi ciri khas tafsir beliau seperti kecenderungan terhadap qira’at Ibn Mas’ud dan Ubay bin Ka’ab. Adapun permintaan tulus dari peneliti untuk pegawai akademik UIN Sunan Kalijaga adalah disediakannya referensi-referensi yang ditulis atau berkaitan dengan kajian terhadap Muqa>til bin Sulaima>n. Karena dalam penulisan
104
penelitian ini peneliti masih sangat sulit mendapatkan informasi terkait kajian terhadap Muqa>til bin Sulaima>n. Demikianlah penelitian mengenai Epistemologi Tafsi>r Al-Kabi>r karya Muqa>til bin Sulaima>n bin Basyi>r al-Balkhi> ini. Sebagaimana peneliti ungapkan di atas bahwa penelitian ini masih sangat tidak sempurna, oleh karenanya peneliti menerima dengan lapang dada berbagai macam kritik dan saran yang konstruktif untuk evaluasi dan refleksi bagi peneliti. Semoga penelitian ini dapat memperkaya wacana keilmuan dan menjadi salah satu sarana dalam mensyi’arkan Al-Qur’an.
Wallahu A‘lam bi al-S}awwa>b.
DATFAR PUSTAKA
Adib, Mohammad. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010. Abror, Indal. “Al-Ja>mi’ li Ahka>m Al-Qur’an Karya Al-Qurt}u>bi>” dalam Muhammad Yusuf, dkk (ed.). Studi Kitab Tafsir Menyuarakan Teks yang Bisu. Yogyakarta: Teras. 2004. ‘Aridl, ‘Ali Hasan Al-. Sejarah dan Metodologi Tafsir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1994. ‘Askari, Abu hila>l al-H}asan bin ‘Abdullah Al-. al-Furu>q al-Lugawiyyah. Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah. 2010. Amanah, Siti. Pengantar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir. Semarang: CV. As-Syifa. 1994. Antonio, Muhammad Syafi’i dan Tim TAZKIA. Ensiklopedi Peradaban Islam. Jakarta: Tazkia Publishing. 2012. Baedhowi. Humanisme Islam, Kajian Terhadap Pemikiran Filosofis Mohammad Arkoun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2008. Baidan, Nashruddin. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2011. Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2011. Bakker, Anton dan Achmad harris Zubair. Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. 1990. Bukha>ri>. S}ahih Bukha>ri. CD Mawsu’ah al-H}adi>s| al-Syari>f. Global Islamic Software. 1991-1997. Departemen Agama. Mushaf ‘Aisyah. Bandung: Penerbit Al-Qur’an Hilal. 2010. Dirdjosisworo, Soedjono. Pengantar Epistemoloi dan Logika. Bandung: Penerbit Remadja Karya. 1986. Djalal HA, Abdul. Urgensi Tafsir Maudhu’i Pada Masa Kini. Jakarta: Kalam Mulia. 1990. Fadillah, Dede. “al-Nasikh Wa al-Mansukh Dalam Tafsir Klasik (Telaah Al Tafsir Al Kabir Karya Muqatil Bin Sulaiman)”, Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011.
100
101
Farmawi, Abd Hayy Al-. Metode Tafsir Mawdhu’i, Terj. Suryan A. Jamrah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 1994. Halim, Abdul. “Epistemologi Tafsir Bin Asyur dalam kitab al-Tah{ri>r Wa alTanwi>r”, Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011 Hudaebillah, Eed. “Translation of The Meaning of The Qur’an Karya Muhammad Taqi>-Ud-Di>n al-H{ila>li> dan Muhammad Mukhsin Kha>n”. Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2013. Jabiri, Muhammad Abid Al-. Bunyah al-‘Aql al-Arabi>. Beirut: al-Markaz alS|aqafi> al-‘Arabi>. 1991. Jubaedah, Siti. “Qira’at dalam Tafsi>r Muqa>til bin Sulaima>n”. Tesis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2015. Junaidi, Ahmad Arif. Pembaharuan Metodologi Tafsir Al-Qur’an, Studi Atas Tafsir Kontekstual Fazlur Rahman. Semarang: Gunung Jati. 2000. Kaelan. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Yogyakarta: Paradigma. 2005. Kartini. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju. T.th. Kattsoff, Louis O. Pengantar Filsafat. terj. Soejono Soemargono. Yogyakarta: Tiara Wacana. 2004. KBBIMobile 1.1.3. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Koc, Mehmet Akif. “A Comparison of The References to Muqa>til b. Sulayma>n (150/767) In The Exegesis of Al-Tha’labi (427/1036) With Muqa>til’s Own Exegesis”. Jurnal of The Semitic Studies LII/I Spring. 2008. Makiah, Zulpa. “Epistemologi Bayani, Burhani dan Irfani dalam memperoleh Pengetahuan tentang Mashlahah”. IAIN Antasari Banjarmasin. T.th. Mizi, Yusuf Al-. Tah}z|ib al-Kamal fi Asma>’ al-Rija>l. Beirut: Muassasah alRisalah. 1994. Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia. Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-Buku Ilmiah Keagaam Pondok Pesantren AlMunawwir Krapyak. 1984. Musbikin, Imam. Mutiara Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2014. Mustaqim, Abdul. Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an. Yogyakarta: Adab Press. 2014.
102
_______. Epistemologi Tafsir Kontemporer, Seri Disertasi, Ed. Fuad Mustafid. Yogyakarta: LkiS. 2012. Muthmainnah, Laila. “Penafsiran Ayat-Ayat Qadar Dalam Kitab Tafsir Muqa>til Bin Sulaiman”. Skripsi UIN Sunan KalijagaYogyakarta. 2015. Nawawi, Rifa’at Syauqi. Pengantar Ilmu Tafsir. Jakarta: Bulan Bintang. 1988. Qat}t}an, Manna> Khalil Al-. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Mudzakir AS, Terj. Jakarta: Halim Jaya. 2011 Qomar, Mujamil. Epistemologi Pendidikan Islam. Jakarta: Erlangga. T.th. Rumy, Fahd bin Abd Rahman Al-. Buh}ut} fi Ushul al-Tafsir Wa Manahijuhu. Riyadh: al-Taubah. T.th. Rusyd, Abu> al-Wah}id Muhammad bin Ah}mad bin Muhammad Ibn. Bida>yat alMujtahid Analisa Fiqih Para Mujtahid, terj. Imam Ghazali Sa’id dan Achmad Zaidun. Jakarta: Pustaka Amani. 2007. S|a’labi>, Ah}mad bin Muhammad bin Ibra>him Al-. Al-Kasyf wa Al-Baya>n ‘An Tafsi>r Al-Qur’an. Beirut: Da>r Ih}ya>’ Al-Tura>s| Al-‘Arabi>. 2002 Samarqandi>, Abu al-Lais Al-|. Bah}r al-‘Ulu>m Juz II, T.t. Sholeh, A. Khodari (ed). “M. Abied al-Jabiri: Model Epistemologi hukum Islam”, dalam “Pemikiran Islam Kontemporer”. Yogyakarta: Jendela. 2003. Sirry, Mun’im. “Muqa>til b. Sulaima>n and Antropomorphism”. Studia Islamica, nouvelle e#dition/new series. 2012. Sudarminta, J. Epistemologi Dasar, Pengantar Filsafat pengetahuan. Yogyakarta: Kanisius. 2002. Sulaima>n, Muqa>til bin. Al-Wuju>h wa Al-Naz|a>ir fi Al-Qur’an Al-‘Az}im > . Dubai: Markaz Jam’ah al-Ma>jid li Al-S|aqa>fah wa Al-turas. 2006. _______. Tafsi>r Muqa>til bin Sulaima>n. Beirut: Muassasah al-Ta>rikh al-‘Arabi. 2002. Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 1987. Suryadilaga, M. Alfatih. Metodologi Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Teras. 2005. Susanto, A. Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara. 2011.
103
Suyu>t}i, Jala>luddin Al-. al-Itqa>n Fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n. Mesir: al-Hai’ah alMis}riyyah al-‘A>mmah Li al-Kita>b. 1974. Syahatah, Abdulla>h Mahmu>d, Tafsi>r Muqa>til bin Sulaima>n Juz V. Beirut: Muassasah al-Ta>rikh al-Arabi. 2002. Syirbashi, Ahmad Al-. Sejarah Tafsir Qur’an. Pustaka Firdaus. 1994. Tim Forum Karya Ilmiah RADEN. Al-Qur’an Kita: Studi Ilmu, Sejarah dan Tafsir Kalamullah. Kediri: Lirboyo Press. 2011. Versteegh, Kees. “Tafsir Qur’an Paling Awal: Tafsi>r Muqa>til” dalam jurnal INIS Jilid IV edisi Dwibahasa. Jakarta: INIS. 1990. Z|ahabi, Muhammad Husain Al-. Ilmu Tafsir. Kairo: Darul Ma’arif. 1119 _______. al-Tafsi>r Wa al-Mufassiru>n. Kairo: Maktabah Wahbah. 2000. Zamakhsyari, Abu al-Qa>sim Mah}mu>d bin Ah}mad Al-. Al-Kasysya>f ‘an H}aqa>iq Gawa>mid} al-Tanzi>l. Beirut: Da>r al-Kita>b al-‘Arabi>. T.th. dictionary.reference.com/browse/antropomorphism lajnah.kemenag.go.id/artikel/134-mengenal-jumlah-hitungan-ayat-dalam-alqur’an www.britannica.com/topic/antropomorphism www.sarapanpagi.org/Allah-antropomorfisme-vt23.html
104
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran Ayat-ayat QS Fatih}a>h (1): 4, 7
1.
ِين ()4 َما ِل ِك يَ ْو ِم الد ِ ص َرا َ علَ ْي ِه ْم َ علَ ْي ِه ْم َو ََل الضَّالِينَ ()7 ط الَّذِينَ أ َ ْنعَ ْم َ غي ِْر ْال َم ْغ ُ ضو ِ ب َ ت َ ِ QS Al-Baqarah (2): 5, 13, 17, 18, 49, 58, 67, 87, 114, 234, 282
2.
علَى ُهدًى ِم ْن َربِ ِه ْم َوأُولَئِ َك ُه ُم ْال ُم ْف ِل ُحونَ ()5 أُولَئِ َك َ سفَ َها ُء سفَ َها ُء أ َ ََل ِإنَّ ُه ْم ُه ُم ال ُّ اس قَالُوا أَنُؤْ ِم ُن َك َما آ َمنَ ال ُّ َو ِإذَا قِي َل لَ ُه ْم ِآمنُوا َك َما آ َمنَ النَّ ُ َولَ ِك ْن ََل يَ ْعلَ ُمونَ ()31 ضا َء ْ ور ِه ْم َوت ََر َك ُه ْم ِفي َب َّ َمثَلُ ُه ْم َك َمث َ ِل الَّذِي ا ْست َْوقَدَ ن ً َارا فَلَ َّما أ َ َ ت َما َح ْولَهُ ذَه َ اَّللُ ِبنُ ِ ُ ظلُ َما ٍ ْص ُرونَ ()37 ت ََل يُب ِ ي فَ ُه ْم ََل يَ ْر ِجعُونَ ()31 ص ٌّم بُ ْك ٌم ُ ُ ع ْم ٌ سا َء ُك ْم سو ُمونَ ُك ْم ُ ع ْونَ يَ ُ سو َء ْالعَذَا ِ َو ِإ ْذ نَ َّج ْينَا ُك ْم ِم ْن آ ِل ِف ْر َ ب يُذَ ِب ُحونَ أ َ ْبنَا َء ُك ْم َويَ ْستَحْ يُونَ ِن َ ع ِظي ٌم ()44 َو ِفي ذَ ِل ُك ْم بَ ََل ٌء ِم ْن َر ِب ُك ْم َ س َّجدًا َوقُولُوا ِح َّ طة ٌ َو ِإ ْذ قُ ْلنَا ا ْد ُخلُوا َه ِذ ِه ْالقَ ْريَةَ فَ ُكلُوا ِم ْن َها َحي ُ ْث ِشئْت ُ ْم َر َ اب ُ غدًا َوا ْد ُخلُوا ْالبَ َ نَ ْغ ِف ْر لَ ُك ْم َخ َ سن َِزيد ُ ْال ُمحْ ِسنِينَ ()51 طايَا ُك ْم َو َ عوذ ُ بِ َّ ِ اَّلل َّلل يَأ ْ ُم ُر ُك ْم أ َ ْن ت َ ْذبَ ُحوا بَقَ َرة ً قَالُوا أَتَت َّ ِخذُنَا ُه ُز ًوا قَا َل أ َ ُ َو ِإ ْذ قَا َل ُمو َ سى ِلقَ ْو ِم ِه ِإ َّن ا َّ َ أ َ ْن أ َ ُكونَ ِمنَ ْال َجا ِهلِينَ ()77
105
سى ابْنَ َم ْريَ َم ْالبَ ِينَا ِ الر ُ َاب َوقَفَّ ْينَا ِم ْن بَ ْع ِد ِه ِب ُّ ت َوأَيَّ ْدنَاهُ سى ْال ِكت َ س ِل َوآت َ ْينَا ِعي َ َولَقَ ْد آت َ ْينَا ُمو َ س ُك ُم ا ْست َ ْكبَ ْرت ُ ْم فَفَ ِريقًا َكذَّ ْبت ُ ْم َوفَ ِريقًا سو ٌل ِب َما ََل ت َ ْه َوى أ َ ْنفُ ُ وح ْالقُد ُِس أَفَ ُكلَّ َما َجا َء ُك ْم َر ُ ِب ُر ِ ت َ ْقتُلُونَ ()17 َو َم ْن أ َ ْ اجدَ َّ ِ سعَى فِي َخ َرا ِب َها أُولَئِ َك َما َكانَ لَ ُه ْم س ِ اَّلل أ َ ْن يُ ْذ َك َر فِي َها ا ْس ُمهُ َو َ ظلَ ُم ِم َّم ْن َمنَ َع َم َ ع ِظي ٌم ()334 عذَابٌ َ ي َولَ ُه ْم فِي ْاْل ِخ َر ِة َ أ َ ْن يَ ْد ُخلُوهَا ِإ ََّل خَائِفِينَ لَ ُه ْم فِي الدُّ ْنيَا ِخ ْز ٌ ع ْش ًرا فَإِذَا بَلَ ْغنَ َوالَّذِينَ يُت ََوفَّ ْونَ ِم ْن ُك ْم َويَذَ ُرونَ أ َ ْز َوا ًجا يَت ََربَّصْنَ ِبأ َ ْنفُ ِس ِه َّن أ َ ْربَعَةَ أ َ ْش ُه ٍر َو َ ير ()414 وف َو َّ علَ ْي ُك ْم ِفي َما فَعَ ْلنَ ِفي أ َ ْنفُ ِس ِه َّن ِب ْال َم ْع ُر ِ اَّللُ ِب َما ت َ ْع َملُونَ َخ ِب ٌ أ َ َجلَ ُه َّن فَ ََل ُجنَا َح َ س ًّمى فَا ْكتُبُوهُ َو ْليَ ْكتُبْ بَ ْينَ ُك ْم َكاتِبٌ ِب ْالعَ ْد ِل يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا إِذَا تَدَايَ ْنت ُ ْم بِدَي ٍْن ِإلَى أ َ َج ٍل ُم َ اَّلل َربَّهُ َو ََل علَّ َمهُ َّ اَّللُ فَ ْليَ ْكتُبْ َو ْلي ُْم ِل ِل الَّذِي َ ب َك َما َ ب َكاتِبٌ أ َ ْن يَ ْكت ُ َ َو ََل يَأ ْ َ علَ ْي ِه ْال َح ُّق َو ْليَت َّ ِ ق َّ َ ض ِعيفًا أ َ ْو ََل يَ ْست َِطي ُع أ َ ْن ي ُِم َّل ُه َو َس ِم ْنهُ َ يَ ْبخ ْ س ِفي ًها أ َ ْو َ ش ْيئًا فَإ ِ ْن َكانَ الَّذِي َ علَ ْي ِه ْال َح ُّق َ َان فَ ْلي ُْم ِل ْل َو ِليُّهُ بِ ْالعَ ْد ِل َوا ْست َ ْش ِهد ُوا َ ش ِهيدَي ِْن ِم ْن ِر َجا ِل ُك ْم فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ُكونَا َر ُجلَي ِْن فَ َر ُج ٌل َو ْام َرأَت ِ ب ال ُّ ض ْونَ ِمنَ ال ُّ ش َهدَا ُء ِم َّم ْن ت َْر َ َض َّل ِإحْ دَا ُه َما فَتُذَ ِك َر ِإحْ دَا ُه َما ْاْل ُ ْخ َرى َو ََل يَأ ْ َ ش َهدَ ِاء أ َ ْن ت ِ س ُ ط ِع ْندَ َّ ِ اَّلل َوأ َ ْق َو ُم إِذَا َما د ُ ُ يرا أ َ ْو َكبِ ً ص ِغ ً يرا ِإلَى أ َ َج ِل ِه ذَ ِل ُك ْم أ َ ْق َ عوا َو ََل ت َ ْسأ َ ُموا أ َ ْن ت َ ْكتُبُوهُ َ ِلل َّ علَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح اض َرة ً تُد ُ ْس َ ارة ً َح ِ ش َهادَةِ َوأ َ ْدنَى أ َ ََّل ت َْرت َابُوا إِ ََّل أ َ ْن ت َ ُكونَ تِ َج َ ِيرونَ َها بَ ْينَ ُك ْم فَلَي َ س ٌ وق بِ ُك ْم ار َكاتِبٌ َو ََل َ ش ِهيد ٌ َوإِ ْن ت َ ْفعَلُوا فَإِنَّهُ فُ ُ ض َّ أ َ ََّل ت َ ْكتُبُوهَا َوأ َ ْش ِهد ُوا إِذَا تَبَايَ ْعت ُ ْم َو ََل يُ َ ع ِلي ٌم ()414 اَّللُ بِ ُك ِل َ اَّللُ َو َّ اَّلل َويُعَ ِل ُم ُك ُم َّ ش ْيءٍ َ َواتَّقُوا َّ َ QS Ali Imra>n (3): 200
3.
صابِ ُروا َو َرابِ ُ اَّلل لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُحونَ ()422 يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ا ْ صبِ ُروا َو َ طوا َواتَّقُوا َّ َ QS Al-Nisa>’ (4): 3, 79
4.
106
َو ِإ ْن ِخ ْفت ُ ْم أ َ ََّل ت ُ ْق ِس ُ طوا فِي ْاليَت َا َمى فَا ْن ِك ُحوا َما َ اء َمثْنَى َوث ُ ََل َ ع س ِ ث َو ُربَا َ ط َ اب لَ ُك ْم ِمنَ النِ َ احدَة ً أ َ ْو َما َملَ َك ْ ت أ َ ْي َمانُ ُك ْم ذَ ِل َك أ َ ْدنَى أ َ ََّل تَعُولُوا ()1 فَإ ِ ْن ِخ ْفت ُ ْم أ َ ََّل ت َ ْع ِدلُوا فَ َو ِ س ً سنَ ٍة فَ ِمنَ َّ ِ وَل س ْلن َ اس َر ُ َاك ِللنَّ ِ س ِيئ َ ٍة فَ ِم ْن نَ ْف ِس َك َوأ َ ْر َ صا َب َك ِم ْن َ صابَ َك ِم ْن َح َ اَّلل َو َما أ َ َ َما أ َ َ َو َكفَى ِب َّ ِ ش ِهيدًا ()74 اَّلل َ QS Al-Maidah (5): 45
5.
الس َّن ف َو ْاْلُذُنَ ِب ْاْل ُذ ُ ِن َو ِ ف ِب ْاْل َ ْن ِ َو َكت َ ْبنَا َ علَ ْي ِه ْم ِفي َها أ َ َّن النَّ ْف َ س ِبالنَّ ْف ِس َو ْالعَيْنَ ِب ْالعَي ِْن َو ْاْل َ ْن َ ارة ٌ لَهُ َو َم ْن لَ ْم يَحْ ُك ْم ِب َما أ َ ْنزَ َل َّ ِب ِ ص ٌ اص فَ َم ْن ت َ َ الس ِن َو ْال ُج ُرو َح ِق َ صدَّقَ ِب ِه فَ ُه َو َكفَّ َ اَّللُ فَأُولَ ِئ َك ُه ُم َّ الظا ِل ُمونَ ()45 QS Al-An‘a>m (6): 82,
6.
سوا ِإي َمانَ ُه ْم ِب ُ ظ ْل ٍم أُولَ ِئ َك لَ ُه ُم ْاْل َ ْم ُن َو ُه ْم ُم ْهتَد ُونَ ()14 لَّذِينَ آ َمنُوا َولَ ْم يَ ْل ِب ُ QS Al-A‘ra>f (7): 56, 127, 145, 163, 172
7.
عوهُ خ َْوفًا َو َ ت َّ ِ اَّلل قَ ِريبٌ ِمنَ ط َمعًا ِإ َّن َرحْ َم َ ص ََل ِح َها َوا ْد ُ ض بَ ْعدَ إِ ْ َو ََل ت ُ ْف ِسد ُوا فِي ْاْل َ ْر ِ ْال ُمحْ ِسنِينَ ()57 ض َويَذَ َر َك َوآ ِل َهت ََك قَا َل سى َوقَ ْو َمهُ ِليُ ْف ِسد ُوا فِي ْاْل َ ْر ِ َوقَا َل ْال َم ََل ُ ِم ْن قَ ْو ِم فِ ْر َ ع ْونَ أَتَذَ ُر ُمو َ سا َء ُه ْم َوإِنَّا فَ ْوقَ ُه ْم قَا ِه ُرونَ ()347 سنُقَتِ ُل أ َ ْبنَا َء ُه ْم َونَ ْستَحْ يِي نِ َ َ ْ ش ْيءٍ َم ْو ِع َ ص ً ش ْيءٍ فَ ُخ ْذهَا بِقُ َّوةٍ َوأْ ُم ْر قَ ْو َم َك يَل ِل ُك ِل َ اح ِم ْن ُك ِل َ ظةً َوت َ ْف ِ َو َكت َ ْبنَا لَهُ ِفي ْاْلَل َو ِ ار ْالفَا ِسقِينَ ()345 س ِن َها َ يَأ ْ ُخذُوا بِأَحْ َ سأ ُ ِري ُك ْم دَ َ ع ِن ْالقَ ْريَ ِة الَّتِي َكان ْ ت ِإ ْذ ت َأْتِي ِه ْم ِحيت َانُ ُه ْم يَ ْو َم س ْب ِ اض َرة َ ْالبَحْ ِر ِإ ْذ يَ ْعد ُونَ فِي ال َّ َت َح ِ َوا ْسأ َ ْل ُه ْم َ س ْبتِ ِه ْم ُ سقُونَ ()371 ش َّر ً عا َويَ ْو َم ََل يَ ْسبِتُونَ ََل ت َأْتِي ِه ْم َكذَ ِل َك نَ ْبلُو ُه ْم بِ َما َكانُوا يَ ْف ُ َ
107
ت أ ُ َّمةٌ ِم ْن ُه ْم ِل َم ت َ ِع ُ َو ِإ ْذ قَالَ ْ شدِيدًا قَالُوا َم ْعذ َِرة ً ِإلَى عذَابًا َ ظونَ قَ ْو ًما َّ اَّللُ ُم ْه ِل ُك ُه ْم أ َ ْو ُمعَ ِذبُ ُه ْم َ وء ع ِن ال ُّ س ِ َر ِب ُك ْم َولَعَلَّ ُه ْم يَتَّقُونَ ( )461فَلَ َّما نَ ُ سوا َما ذ ُ ِك ُروا ِب ِه أ َ ْن َج ْينَا الَّذِينَ يَ ْن َه ْونَ َ َوأ َ َخ ْذنَا الَّذِينَ َ ع ْنهُ يس ِب َما َكانُوا يَ ْف ُ ب بَئِ ٍ ظلَ ُموا ِبعَذَا ٍ ع ْن َما نُ ُهوا َ عت َْوا َ سقُونَ ( )461فَلَ َّما َ علَ ْي ِه ْم إِلَى يَ ْو ِم ْال ِقيَا َم ِة َم ْن قُ ْلنَا لَ ُه ْم ُكونُوا قِ َردَة ً خَا ِسئِينَ (َ )466وإِ ْذ تَأَذَّنَ َرب َُّك لَيَ ْبعَث َ َّن َ ور َر ِحي ٌم (َ )461وقَ َّ ط ْعنَا ُه ْم فِي سو ُم ُه ْم ُ يَ ُ ب َو ِإنَّهُ لَغَفُ ٌ س ِري ُع ْال ِعقَا ِ سو َء ْالعَذَا ِ ب ِإ َّن َرب ََّك لَ َ ت لَعَلَّ ُه ْم س ِيئ َا ِ سنَا ِ ت َوال َّ ض أ ُ َم ًما ِم ْن ُه ُم ال َّ ْاْل َ ْر ِ صا ِل ُحونَ َو ِم ْن ُه ْم د ُونَ ذَ ِل َك َوبَلَ ْونَا ُه ْم ِب ْال َح َ ض َهذَا ْاْل َ ْدنَى ف ِم ْن بَ ْع ِد ِه ْم خ َْل ٌ َاب يَأ ْ ُخذُونَ َ ف َو ِرثُوا ْال ِكت َ ع َر َ يَ ْر ِجعُونَ ( )461فَ َخلَ َ علَ ْي ِه ْم ِميث َ ُ ب أ َ ْن ََل ع َر ٌ اق ْال ِكت َا ِ ض ِمثْلُهُ يَأ ْ ُخذُوهُ أ َلَ ْم يُؤْ َخ ْذ َ سيُ ْغفَ ُر لَنَا َو ِإ ْن يَأ ْ ِت ِه ْم َ َويَقُولُونَ َ علَى َّ ِ َّار ْاْل ِخ َرة ُ َخي ٌْر ِللَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَ ََل ت َ ْع ِقلُونَ اَّلل ِإ ََّل ْال َح َّق َودَ َر ُ سوا َما فِي ِه َوالد ُ يَقُولُوا َ ص ِل ِحينَ ()411 ضي ُع أَجْ َر ْال ُم ْ ب َوأَقَا ُموا ال َّ (َ )461والَّذِينَ يُ َم ِس ُكونَ بِ ْال ِكت َا ِ ص ََلة َ إِنَّا ََل نُ ِ َوإِ ْذ أ َ َخذَ َرب َُّك ِم ْن بَنِي آدَ َم ِم ْن ُ علَى أ َ ْنفُ ِس ِه ْم أَلَ ْستُ بِ َر ِب ُك ْم قَالُوا ور ِه ْم ذ ُ ِريَّت َ ُه ْم َوأ َ ْش َهدَ ُه ْم َ ظ ُه ِ ع ْن َهذَا َ غافِلِينَ ()374 بَلَى َ ش ِه ْدنَا أ َ ْن تَقُولُوا يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة إِنَّا ُكنَّا َ QS Al-Taubah (9): 76
8.
ض ِل ِه بَ ِخلُوا بِ ِه َوت ََولَّ ْوا َو ُه ْم ُم ْع ِرضُونَ ()77 فَلَ َّما آت َا ُه ْم ِم ْن فَ ْ QS Hu>d (11): 116
9.
ض ِإ ََّل قَ ِل ً يَل ِم َّم ْن سا ِد فِي ْاْل َ ْر ِ ون ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم أُولُو بَ ِقيَّ ٍة يَ ْن َه ْونَ َ ع ِن ْالفَ َ فَلَ ْو ََل َكانَ ِمنَ ْالقُ ُر ِ أ َ ْن َج ْينَا ِم ْن ُه ْم َواتَّبَ َع الَّذِينَ َ ظلَ ُموا َما أُتْ ِرفُوا ِفي ِه َو َكانُوا ُمجْ ِر ِمينَ ()337 10. QS Yusuf (12): 30, 70
شغَفَ َها ُحبًّا ِإنَّا لَن ََراهَا فِي ع ْن نَ ْف ِس ِه قَ ْد َ يز ت ُ َرا ِود ُ فَت َاهَا َ َوقَا َل نِس َْوة ٌ ِفي ْال َمدِينَ ِة ْام َرأَتُ ْالعَ ِز ِ ين ()12 َ ض ََل ٍل ُمبِ ٍ
108
ير ِإنَّ ُك ْم از ِه ْم َج َع َل ِ السقَايَةَ فِي َرحْ ِل أ َ ِخي ِه ث ُ َّم أَذَّنَ ُم َؤذ ٌِن أَيَّت ُ َها ْال ِع ُ فَلَ َّما َج َّهزَ ُه ْم ِب َج َه ِ ارقُونَ ()72 لَ َ س ِ 11. QS Al-H}ijr (15): 26
ون ()47 اْل ْن َ ص ْل َ سانَ ِم ْن َ صا ٍل ِم ْن َح َمإٍ َم ْسنُ ٍ َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا ْ ِ 12. QS Al-Nah}l (16): 44, 64
ت َو ُّ اس َما نُ ِز َل ِإلَ ْي ِه ْم َولَعَلَّ ُه ْم يَتَفَ َّك ُرونَ ()44 الزب ُِر َوأ َ ْنزَ ْلنَا ِإلَي َْك ِ ِب ْالبَ ِينَا ِ الذ ْك َر ِلتُبَ ِينَ ِللنَّ ِ َاب ِإ ََّل ِلتُبَ ِينَ لَ ُه ُم الَّذِي ْ اختَلَفُوا ِفي ِه َو ُهدًى َو َرحْ َمةً ِلقَ ْو ٍم يُؤْ ِمنُونَ علَي َْك ْال ِكت َ َو َما أ َ ْنزَ ْلنَا َ ()74 13. QS Al-Isra>’ (17): 29
س ْ ورا ()44 َو ََل تَجْ عَ ْل يَدَ َك َم ْغلُولَةً ِإلَى ُ ط َها ُك َّل ْالبَس ِ ْط فَت َ ْقعُدَ َملُو ًما َمحْ ُ عنُ ِق َك َو ََل ت َ ْب ُ س ً 14. QS Al-Kahfi (18): 13, 60, 77, 82
ق إِنَّ ُه ْم فِتْيَةٌ آ َمنُوا بِ َربِ ِه ْم َو ِز ْدنَا ُه ْم ُهدًى ()31 نَحْ ُن نَقُ ُّ ص َ علَي َْك نَبَأ َ ُه ْم بِ ْال َح ِ ي ُحقُبًا ()72 سى ِلفَت َاهُ ََل أَب َْر ُح َحتَّى أ َ ْبلُ َغ َمجْ َم َع ْالبَحْ َري ِْن أ َ ْو أ َ ْم ِ َوإِ ْذ قَا َل ُمو َ ض َ فَا ْن َ ارا ي ُِريد ُ ضيِفُو ُه َما فَ َو َجدَا فِي َها ِجدَ ً طلَقَا َحتَّى ِإذَا أَتَيَا أ َ ْه َل قَ ْريَ ٍة ا ْست َْطعَ َما أ َ ْهلَ َها فَأَبَ ْوا أ َ ْن يُ َ علَ ْي ِه أَجْ ًرا ()77 ت ََلت َّ َخ ْذ َ ض فَأَقَا َمهُ قَا َل لَ ْو ِشئْ َ أ َ ْن يَ ْنقَ َّ ت َ صا ِل ًحا َوأ َ َّما ْال ِجدَ ُ ار فَ َكانَ ِلغُ ََل َمي ِْن يَتِي َمي ِْن فِي ْال َمدِينَ ِة َو َكانَ تَحْ تَهُ َك ْن ٌز لَ ُه َما َو َكانَ أَبُو ُه َما َ فَأ َ َرادَ َرب َُّك أ َ ْن يَ ْبلُغَا أ َ ُ ع ْن أ َ ْم ِري شدَّ ُه َما َويَ ْست َْخ ِر َجا َك ْنزَ ُه َما َرحْ َمةً ِم ْن َربِ َك َو َما فَعَ ْلتُهُ َ صب ًْرا ()14 ذَ ِل َك ت َأ ْ ِوي ُل َما لَ ْم تَس ِ ْط ْع َ علَ ْي ِه َ 15. QS Al-Anbiya>’ (21): 22
س ْب َحانَ َّ ِ صفُونَ ()44 لَ ْو َكانَ فِي ِه َما آ ِل َهةٌ ِإ ََّل َّ سدَت َا فَ ُ اَّلل َر ِ ع َّما يَ ِ ب ْالعَ ْر ِش َ اَّللُ لَفَ َ 16. QS Al-H}ajj (22): 67
109
ع ِإلَى َر ِب َك ِإنَّ َك لَعَلَى ُهدًى عنَّ َك فِي ْاْل َ ْم ِر َوا ْد ُ َاز ُ ِل ُك ِل أ ُ َّم ٍة َجعَ ْلنَا َم ْن َ س ًكا ُه ْم نَا ِس ُكوهُ فَ ََل يُن ِ ُم ْست َ ِق ٍيم ()77 17. Al-Furqa>n (25): 23
ورا ()41 ع َم ٍل فَ َجعَ ْلنَاهُ َهبَا ًء َم ْنث ُ ً ع ِملُوا ِم ْن َ َوقَد ِْمنَا ِإلَى َما َ 18. QS Al-Syu’ara>’ (26): 111
قَالُوا أَنُؤْ ِم ُن لَ َك َواتَّبَعَ َك ْاْل َ ْرذَلُونَ ()333 19. QS Al-Naml (27): 34, 38, 40
قَالَ ْ سد ُوهَا َو َجعَلُوا أ َ ِع َّزة َ أ َ ْه ِل َها أَذِلَّةً َو َكذَ ِل َك يَ ْفعَلُونَ ()14 ت ِإ َّن ْال ُملُ َ وك ِإذَا دَ َخلُوا قَ ْريَةً أ َ ْف َ قَا َل يَا أَيُّ َها ْال َم ََل ُ أَيُّ ُك ْم يَأ ْ ِتي ِني ِبعَ ْر ِش َها قَ ْب َل أ َ ْن يَأْتُو ِني ُم ْس ِل ِمينَ ()11 يك ِب ِه قَ ْب َل أ َ ْن يَ ْرتَدَّ إِلَي َْك َ ط ْرفُ َك فَلَ َّما َرآهُ ُم ْست َ ِق ًّرا ب أَنَا آتِ َ قَا َل الَّذِي ِع ْندَهُ ِع ْل ٌم ِمنَ ْال ِكت َا ِ ش َك َر فَإِنَّ َما يَ ْش ُك ُر ِلنَ ْف ِس ِه َو َم ْن ض ِل َربِي ِليَ ْبلُ َونِي أَأ َ ْش ُك ُر أ َ ْم أ َ ْكفُ ُر َو َم ْن َ ِع ْندَهُ قَا َل َهذَا ِم ْن فَ ْ َكفَ َر فَإ ِ َّن َربِي َ ي َك ِري ٌم ()42 غنِ ٌّ 20. QS Luqma>n (31): 13
الش ْر َك لَ ُ ان َِل ْبنِ ِه َو ُه َو يَ ِع ُ َوإِ ْذ قَا َل لُ ْق َم ُ ي ََل ت ُ ْش ِر ْك بِ َّ ِ ع ِظي ٌم ()31 اَّلل إِ َّن ِ ظ ْل ٌم َ ظهُ يَا بُنَ َّ 21. QS Al-S}affa>t (37): 23, 53
ُون َّ ِ اط ْال َج ِح ِيم ()41 ص َر ِ اَّلل فَا ْهد ُو ُه ْم إِلَى ِ ِم ْن د ِ أَإِذَا ِمتْنَا َو ُكنَّا ت ُ َرابًا َو ِع َ ظا ًما أَإِنَّا لَ َمدِينُونَ ()51 22. QS S}ad (38): 75
ت ِمنَ ْالعَالِينَ ()75 ت أ َ ْم ُك ْن َ ي أ َ ْست َ ْكبَ ْر َ قَا َل يَا إِ ْب ِل ُ يس َما َمنَعَ َك أ َ ْن ت َ ْس ُجدَ ِل َما َخلَ ْقتُ بِيَدَ َّ 23. QS Al-Fath} (48): 10
110
ث فَإِنَّ َما يَ ْن ُك ُ اَّلل فَ ْوقَ أ َ ْيدِي ِه ْم فَ َم ْن نَ َك َ اَّلل يَد ُ َّ ِ علَى نَ ْف ِس ِه ث َ ِإ َّن الَّذِينَ يُبَا ِيعُون ََك ِإنَّ َما يُبَا ِيعُونَ َّ َ ع ِظي ًما ()32 عا َهدَ َ َو َم ْن أ َ ْوفَى ِب َما َ سيُؤْ تِي ِه أَجْ ًرا َ اَّلل فَ َ علَ ْيهُ َّ َ 24. QS Al-Ma’u>n (107): 7
َويَ ْمنَعُونَ ْال َماعُونَ ()7
111
Lampiran Penafsiran Muqa>til terhadap Ayat-ayat Tajsi>m 1. Penafsiran terhadap kata al-yad dalam QS. S}ad: 75
يس ما َمنَعَ َك أ َ ْن ت َ ْس ُجدَ» « »1ما لك أَل تسجد في علم هللا -عز وجل« -قا َل يَا ِإ ْب ِل ُ ت ِمنَ ْالعالِينَ -11 -يعني من ت يعنى تكبرت أ َ ْم ُك ْن َ ي أ َ ْست َ ْكبَ ْر َ ِلما َخلَ ْقتُ ِب َيدَ َّ المتعظمين Dalam QS. A>li Imra>n: 64
ت ْاليَ ُهود ُ يعني ابْن صوريا وفنحاص اليهوديين وعازر بن أ َ ِبي عازر يَد ُ َّ ِ اَّلل َوقا َل ِ اَّلل يده عنا فَل يبسطها علينا بخير وليس بجواد وذلك أن َم ْغلُولَةٌ يعني ممسكة أمسك َّ ع َّز َو َجل -بسط « »4عليهم ِفي الرزق فَلَ َّما عصوا واستحلوا ما حرم عليهم َّ اَّللَ - ع َّز َو َجل:- اَّلل محبوسة عن البسط يَقُو ُل َّ ع ْن ُهم الرزق ،فقالوا ِع ْند ذَ ِل َك يد َّ اَّللَ - أمسك َ سو َ ُ غلَّ ْ تان ت أ َ ْيدِي ِه ْم يعني أمسكت أيديهم عن الخير َولُ ِعنُوا ِبما قالُوا بَ ْل يَداهُ َم ْب ُ ط ِ ْف يَشا ُء إن شاء وسع فِي الرزق وإن شاء قترُ ،ه ْم خلقه وعبيده ِفي بالخير يُ ْن ِف ُق َكي َ قبضته ،ثُم قالَ :ولَيَ ِزيدَ َّن َكثِيرا ً ِم ْن ُه ْم يعني اليهود من بني النضير َما أ ُ ْن ِز َل إِلَي َْك ِم ْن سلَّ َمُ - ط ْغيانا ً َو ُك ْفرا ً صلَّى َّ اَّللُ َ علَ ْي ِه َو َ َربِ َك يعني أمر الرجم والدماء ونعت دمحمَ - ع َّز بالقرآن يعني جحودا به «َ »2وأ َ ْلقَيْنا بَ ْينَ ُه ُم يعني اليهود والنصارى ،شر ألقاهَ - داوة َ َو ْالبَ ْغضا َء يعني يبغض بعضهم بعضا ويشتم بعضا إِلى يَ ْو ِم َو َجل -بينهم ْالعَ َ ب صرانُّي َوَل النَّ ْ ْال ِقيا َم ِة فَل يحب اليهودي النَّ ْ صرانُّي اليهودي ُكلَّما أ َ ْوقَد ُوا نارا ً ِل ْل َح ْر ِ أَ ْ سلَّ َم -فِي أمر صلَّى َّ طفَأَهَا َّ اَّللُ َ اَّللُ يعني كلما أجمعوا أمرهم َ علَ ْي ِه َو َ علَى مكر بدمحمَ - ع َّز َو َجل -وأطفأ نار مكرهم فَل يظفرون بشيء أبدا َويَ ْسعَ ْونَ فِي الحرب فرقه َّ اَّللَ -
112
اَّللُ َل ي ُِحبُّ ْال ُم ْف ِسدِينَ -61 -يعنى ض فَسادا ً يعني يعملون فيها بالمعاصي َو َّ ْاْل َ ْر ِ العاملين Dalam QS. Al-Isra>’: 29
عنُ ِق َك يقول وَل تمسك يدك من البخل عن فقال -سبحانهَ :وَل تَجْ عَ ْل يَدَ َك َم ْغلُولَةً ِإلى ُ س ْ ْط فَل تبقي عندك فإن سئلت لم طها يعني في العطية ُك َّل ْالبَس ِ النفقة فى حق َوَل ت َ ْب ُ تجد ما تعطيهم كقوله :يَد ُ َّ ِ سورا ً-21 - اَّلل َم ْغلُولَةٌ « »4فَت َ ْقعُدَ َملُوما ً يلومك الناس َمحْ ُ يعني منقطعا بك Dalam QS. Al-Fath}: 10
اَّللِ بالوفاء لهم بما وعدهم من الخير فَ ْوقَ أ َ ْيدِي ِه ْم حين قالوا اَّلل يَد ُ َّ ِإنَّما يُبا ِيعُونَ َّ َ النبي -ملسو هيلع هللا ىلص -إنا نبايعك على أَل نفر ونقاتل فاعرف لنا ذلك ،فَ َم ْن نَ َك َ ث البيعة فَإِنَّما سيُؤْ تِي ِه في اْلخرة أَجْ را ً يَ ْن ُك ُ على نَ ْف ِس ِه َو َم ْن أ َ ْوفى بِما عا َهدَ َ ث َ اَّلل من البيعة فَ َ علَ ْيهُ َّ َ يعني جزاء َع ِظيما ً -41 -يعني في الجنة نصيبا وافرا Dalam QS. Ya>si>n: 71
ع ِملَ ْ ت أ َ ْيدِينا من فعلنا أ َ ْنعاما ً اْلبل والبقر والغنم فَ ُه ْم لَها أ َ َولَ ْم يَ َر ْوا أَنَّا َخلَ ْقنا لَ ُه ْم ِم َّما َ ما ِل ُكونَ -14 -
110
CURRICULUM VITAE
Nama
: Barokatun Nisa
NIM
: 12531146
Jurusan / Prodi
: Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Fakultas
: Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Tempat/ Tgl. lahir
: Brebes, 27 Januari 1995
E-Mail
:
[email protected]
CP
: 085742541209
Facebook
: Okah (Barokatun Nisa)
Motto
: Proses!
Orang Tua
: Samlawi, S.Pd.I (Abah) Khusnul Farichatun (Ibu)
Alamat Asal
:Dusun Watukumpul desa Laren RT/RW 001/005 Bumiayu Brebes Jawa Tengah 52273.
Alamat di Jogja
: Ma’had putri An-Najwah B-1 No. 11, RT.05, RW. 30, Jobohan, Bokoharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta 55572.
Pendidikan
: TK Al-Ishlah Laren
: 1999-2000
MI Al-Ishlah Laren
: 2000-2005
SMP Al-Hikmah
: 2005-2008
MAK Al-Hikmah 2
: 2008-2012
Pengalaman Organisasi
: OSIS Divisi Pendidikan 2006-2007 OSIM Al-Hikmah 02 Putri Pendidikan dan Bahasa 2010-2011
Divisi
Redaktur SARUNG 2012-2014 KOMINFO Kalijaga
CSS MoRA 2014-2015
UIN
Sunan