EMOSI POSITIF SEBAGAI MEDIATOR PENGARUH KETERLIBATAN FASHION DAN ATMOSFER TOKO TERHADAP PEMBELIAN TIDAK TERENCANA (Survei Pada Pembeli di Boutique Mayang Collection Kota Malang) 123
Any Urwatul Wusko1, Suharyono2, Zainul Arifin3 Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang e-mail:
[email protected] ABSTRAK
Tujuan pada penelitian ini ada 5 yaitu: 1) menganalisis dan menjelaskan pengaruh keterlibatan fashion terhadap emosi positif yang dirasakan Pembeli 2) menganalisis dan menjelaskan pengaruh atmosfer tokoterhadap emosi positif yang dirasakan Pembeli 3) menganalisis dan menjelaskan pengaruh emosi positif terhadap perilaku pembelian tidak terencana 4) menganalisis dan menjelaskan pengaruh keterlibatan fashion terhadap pembelian tidak terencana 5) menganalisis dan menjelaskan pengaruh atmosfer toko terhadap pembelian tidak terencana. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian eksplanatory. Metode pengambilan data dengan teknik survai. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah pembeli di Boutique Mayang Collectiondengan jumlah sampel 100 dan teknik pengambilan sampelnya adalah accidental sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah Analisis Jalur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) keterlibatan fashion berpengaruh positif dan signifikan terhadap emosi positif, 2) atmosfer toko berpengaruh positif dan signifikan terhadap emosi positif, 3) emosi positif berpengaruh positif dan signifikan pembelian tidak terencana, 4) keterlibatan fashion berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian tidak terencana, 5) atmosfer toko berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pembelian tidak terencana. Kata Kunci : Keterlibatan Fashion, Atmosfer Toko, Emosi Positif, dan Pembelian Tidak Terencana. Abstract The purpose of this research there are 5 objectives: 1) analyze and explain the influence of fashion involvement on perceived Buyer Positive Emotions 2) analyze and explain the effect of store atmosphere on the perceived Buyer Positive Emotions 3) analyze and explain the influence of Positive Emotions on impulse buying 4) analyze and explain the influence fashion involevement to impulse buying, 5) analyze and explain the effect of store atmosphere on impulse buying. This type of research used in this study is the type of explanatory research. Methods of survey data collection techniques. Population and sample in this study was a buyer at Mayang Boutique Collection with a sample size of 100 and the sample collection technique is accidental sampling. Data analysis method used is Path Analysis. The results of this study indicate that the 1) fashioninvolvement positive and significant effect on Positive Emotions, 2) store atmosphere positive and significant effect on Positive Emotions 3) positive emotions positively and significantly impulse buying 4) Fashion involvement positive and significant effect on impulse buying 5) store atmosphere positive but not significant effect on impulse buying. Keywords: Fashion Involvement, Store Atmosphere, Positive Emotion, and Impulse Buying
PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Bisnis ritel mengalami perkembangan cukup pesat di Indonesia. Hal ini ditandai dengan semakin banyak bermunculan bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel modern maupun bisnis ritel modern sendiri yang baru lahir. Perubahan dan perkembangan kondisi pasar pun menuntut ritel untuk mengubah paradigma lama dari pengelolaan ritel tradisional menuju pengelolaan ritel modern. Pengelolaan ritel modern tentunya membutuhkan dukungan infrastruktur yang memadai, terutama kebutuhan terhadap tersedianya teknologi tinggi khususnya dalam bidang informasi dan komunikasi (Utami, 2010). Pada saat ini terdapat beraneka jenis ritel modern di Indonesia yang meliputi Pasar Modern, Pasar Swalayan, Department Store, Boutique, Factory Outlet, Specialllity Store, Trade Center, dan Mall/Supermall/Plaza. Salah satu bentuk ritel modern yang sedang berkembang adalah Boutique (butik). Butik adalah toko pakaian eksklusif yang menjual pakaian modern, yang sesuai dengan mode mutakhir, dengan segala kelengkapannya (terutama untuk wanita). Semakin maraknya bisnis ritel khususnya bisnis boutique pada saat ini menuntut pihak manajemen untuk berlomba mencari produk atau jasa yang diharapkan konsumen. Oleh karena itu pihak manajemen harus mengetahui seluk beluk perilaku konsumen. Salah satu perilaku konsumen di dalam toko ritel yang menarik dan sangat perlu untuk dikaji adalah perilaku pembelian tidak terencana. Pembelian tidak terencana adalah bagian dari sebuah kondisi yang dinamakan impulse buying. Fenomena seperti ini banyak dialami oleh sebagian besar orang ketika berbelanja melebihi apa yang telah direncanakan semula (Purjono, 2007). Perilaku pembelian tidak terencana dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor, salah satunya adalah adanya faktor Keterlibatan Fashion. Keterlibatan fashionperlu distimulusi oleh hadirnya produk-produk fashion baik dari segi warna ataupun model.Konsumen akan merasa tergoda dengan hadirnya produk yang belum dimilikinya, sehingga dalam waktu yang relatif cepat mampu mempengaruhi keputusan akan pembelian produk tersebut.
Keterlibatan Fashion pada dasarnya berhubungan dengan pakaian modis. Keterlibatan konsumen adalah tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan dan atau minat yang ditimbulkan oleh sebuah rangsangan. Dengan semakin meningkatnya keterlibatan, konsumen memiliki motivasi yang lebih besar untuk memperhatikan, memahami dan mengelaborasi informasi tentang pembelian (Mowen and Minor, 2002). Perilaku pembelian yang dilakukan oleh konsumen adalah konsep yang penting bersamaan dengan keterlibatan produk, seperti mereka yang terlibat dengan produk yang spesifik. Untuk produk pakaian, pembelian tidak terencana mengacu pada kesadaran seseorang atau persepsi fashionability dikaitkan dengan desain yang inovatif. Pembelian tidak terencana yang berorientasi fashion terjadi ketika konsumen melihat mode baru produk dan membelinya karena termotivasi oleh saran untuk membeli produk baru (Park et al., 2006). Di samping faktor Keterlibatan Fashion suasana toko juga memiliki pengaruh yang andil dalam pembuatan keputusan tersebutcalon pembeli akan merasa nyaman, senang, dan semangat untuk memilih dan berbelanja di Boutique tersebut. Atmosfir toko (store atmosphere) adalah salah satu sarana komunikasi yang dapat memberikan kesan positif dan menguntungkan. Penciptaan suasana(atmosphere) yang menyenangkan, menarik, serta bisa membuat nyaman didalam toko merupakan salah satu cara agar bisa menarik konsumen untuk melakukan tindakan pembelian, karena pada kenyataan yang terjadi sekarang ini motif seseorang untuk berbelanja tidak hanya untuk membeli barang saja, tetapi juga kegiatan untuk rekreasi, hiburan atau hanya untuk pelepas stres, sehingga ketika seorang konsumen datang ke toko tersebut akan secara langsung memberikan penilaian atas apa yang dilihat dan dirasakannya. Kondisi atau suasana (atmosphere) dalam Boutique yang menyenangkan akanmempengaruhi perilaku konsumen dalam mengunjungi sebuah Boutique, hal ini nanti juga akan mempengaruhi pula konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli atau semakin memperbesar peluang konsumen untuk melakukan pembelian secara tidak terencana. Suasana atau atmosfer toko merupakan salah satu dari berbagai unsur dalam retail marketing mix. Toko yang tertata rapi dan menarik akan lebih mengundang pembeli
dibandingkan toko yang ditata biasa saja. Melalui elemen-elemen yang ada di dalam store atmosphere, retailing dapat menciptakan stimuli-stimuli yang akan memicu atau menggerakkan pelanggan untuk membeli lebih banyak barang diluar yang mereka rencanakan. Store atmosphere yang dirancang dengan baik dan sesuai dengan target pasar yang ditetapkan akan dapat menciptakan emosi-emosi yang kondusif untuk berbelanja. Menurut utami (2010) dimensi dari store atmosphere meliputi komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik dan aroma. Sedangkan menurut Simamora (2001) atmosfir toko (store atmosphere) terdiri dari 4 elemen yaitu: Sight appeal, sound appeal, scent appeal, touch appeal. Berman and Evans (2010) menyebutkan Atmosfir Toko meliputi bagian fisik toko, bagian umum dalam toko, tata letak toko dan pajangan dalam toko, sedangkan Utami (2010) menyebutkan suasana toko bisa terbentuk dari komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik, dan aroma. Selain adanya Keterlibatan Fashion dan Atmosfer Toko faktor lain yang mempengaruhi adanya pembelian tidak terencana adalah faktor emosi. Emosi adalah sebuah efek dari suasana hati yang merupakan faktor penting dalam keputusan pembelian konsumen. Faktor perasaan atau emosi merupakan konstruk yang bersifat temporer karena berkaitan dengan situasi atau objek tertentu. Perasaan seperti jatuh cinta, kesempurnaan, gembira, ingin memiliki, bersemangat, terpesona, dan antusias dapat disinyalir memiliki korelasi positif yang signifikan dengan kecenderungan melakukan pembelian tidak terencana. Mempertimbangkan pemikiran di atas, maka perlu adanya penelitian selanjutnya mengenai pengaruh Keterlibatan Fashiondan Atmosfer Toko terhadap pembelian tidak terencana pada konsumen Boutique Mayang Collection. Alasan pemilihan tempat penelitian di Boutique Mayang Collection karena Boutique tersebut merupakan salah satu butik di Kota Malang yang memiliki beberapa cabang baik di Kota dan Kabupaten Malang maupun Kota dan Kabupaten Pasuruan. Boutique Mayang Collection selalu memperhatikan masalah fashion, terlihat dari indikator design, warna baju dan banyaknya pilihan yang ada dalam Boutique Mayang Collection. Penelitian ini akan mengkaji bagaimana pengaruhKeterlibatan Fashiondan Atmosfer TokoterhadapEmosi Positif, kemudian dari
Emosi positif diteliti pengaruhnya terhadap Pembelian Tidak Terencana.
Tujuan Penelitian 1. Menganalisis dan menjelaskan pengaruh Keterlibatan Fashion terhadap Emosi Positif yang dirasakan pembeli. 2. Menganalisis dan menjelaskan pengaruh Atmosfer Toko terhadap Emosi Positif yang dirasakan pembeli. 3. Menganalisis dan menjelaskan pengaruh Emosi Positif terhadap Pembelian Tidak Terenacana. 4. Menganalisis dan menjelaskan pengaruh Keterlibatan Fashion terhadap Pembelian Tidak Terencana. 5. Menganalisis dan menjelaskan pengaruh Atmosfer Toko terhadap Pembelian Tidak Terencana. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Ritel Istilah ritel berasal dari bahasa Prancis (Rittelier) yang berarti memotong atau memecah sesuatu. Usaha ritel atau usaha eceran menurut Utami (2010) didefinisikan sebagai semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan penggunaan bisnis. Selanjutnya Levy and Weitz (2002) menyebutkan “ Retailing is the set of business activities that adds value to the product and services sold to consumers for their personal or family use” (retailing adalah serangkaian kegiatan usaha yang memberikan nilai tambah bagi barang dan jasa yang dijual kepada konsumen untuk penggunaan pribadi atau keluarga mereka. Keterlibatan Fashion Mowen and Minor (2002) menyebutkan keterlibatan fashion adalah tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan dan atau minat yang ditimbulkan oleh sebuah rangsangan. Dengan semakin meningkatnya keterlibatan, konsumen memiliki motivasi yang lebih besar untuk memperhatikan, memahami dan mengelaborasi informasi tentang pembelian.
Keterlibatan (involvement) mengacu pada persepsi konsumen tentang pentingnya atau relevansi personal suatu objek, kejadian, atau aktivitas. Konsumen yang melihat bahwa produk yang memiliki konsekuensi relevan secara pribadi dikatakan terlibat dengan produk dan memiliki hubungan dengan produk tersebut. Konsekuensi dengan suatu produk atau merek memiliki aspek kognitif maupun pengaruh. Secara kognitif, termasuk dalam keterlibatan adalah pengetahuan arti akhir tentang konsekuensi penting yang disebabkan olehpenggunaan produk. Juga termasuk dalam keterlibatan adalah pengaruh seperti evaluasi produk. Jika keterlibatan suatu produk tinggi, seseorang akan mengalami tanggapan pengaruh yang lebih kuat seperti emosi dan perasaan yang kuat. Keterlibatan adalah motivasi yang menggerakkan proses kognitif dan perilaku konsumen pada saat mereka membuat keputusan. Beberapa periset menggunakan terminologi keterlibatan yang dirasa (felt involvement) untuk menekankan bahwa keterlibatan adalah status psikososial yang dialami oleh konsumen hanya pada waktu dan kesempatan tertentu. Konsumen tidak terus menerus mengalami perasaan terlibat, akan tetapi konsumen merasa terlibat dengan produk tersebut hanya pada kesempatan tertentu ketika pengetahuan arti-akhir tentang relevansi pribadi suatu produk diaktifkan. Atmosfer Toko Simamora (2001) mendefinisikan atmosfer toko sebagai keseluruhan efek emosional yang diciptakan oleh atribut fisik toko. Selanjutnya Berman and Evans (2010) menyebutkan “Atmosphere (atmospherics) refers to the store’s physical characteristics that project an image and draw customers”. Atmosfir toko menurut Lamb, Hair, and McDaniel (2001) yaitu kesan keseluruhan yang disampaikan oleh tata letak fisik toko, dekorasi, dan lingkungan sekitarnya. Sedangkan Utami (2010) menyebutkan penciptaan suasana berarti rancangan lingkungan toko melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik dan wangiwangian untuk merancang respon emosional dan perseptual pelanggan dan untuk mempengaruhi pelanggan dalam membeli barang
a.
Komunikasi Visual Komunikasi visual yang terdiri dari grafik, papan tanda, efek panggung, baik di toko dan jendela akan membantu meningkatkan penjualan dengan memberikan informasi
tentang produk dan, menyarankan pembeli barang
b. Pencahayaan Sistem pencahayaan yang bagus membantu menciptakan ketertarikan pada toko. Pada saat yang sama, pencahayaan harus memberikan pembawaan warna yang tepat untuk barang. Pemusatan barang sebaiknya dilakukan dengan memberikan cahaya khusus untuk bagian atau barang tertentu. Penggunaan pencahayaan ini bisa menarik perhatian pelanggan.
c.
d.
e.
Warna Penggunaan warna yang kreatif bisa meningkatkan kesan ritel dan membantu menciptakan suasana hati. Warna adalah alat yang sangat kuat dalam visualisasi barang dagangan. Warna juga menciptakan daya tarik dan sangat dapat melahirkan penjualan. Musik Banyak keputusan untuk membeli berdasarkan emosi dan bau memiliki dampak yang besar pada emosi kita. Penelitian menunjukkan bahwa wangiwangian memiliki dampak positif pada pembelian dan kepuasan pelanggan. Aroma/Bau Aroma, bau, atau wangi-wangian merupakan salah satu dari elemen atmosfer toko yang secara sngaja dihadirkan dalam lingkungan restoran sebagai salah satu daya tarik bagi pengunjung.Toko-toko yang menggunakan wangi-wangian bisa meningkatkan pengalaman berbelanja subyektif pelanggan dengan membuat mereka merasa menghabiskan sedikit waktu untuk melihat barang atau menunggu tenaga penjualan atau antrean kasir.
Emosi Positif Hawkins, Roger and Kenneth (2000) mendefinisikan emosi sebagaiperasaan yang kuat, dan relatif tidak terkendali yang mempengaruhi perilaku kita. Pada umumnya emosi dipicu oleh lingkungan. Kemarahan, kegembiraan, dan kesedihan merupakan respon terhadap serangkaian peristiwa eksternal. Namun, reaksi emosional dapat diawali dengan proses internal. Emosi yang disertai dengan perubahan karakteristik adalah (1) pelebaran pupil mata, (2) berkeringat, (3) bernafas lebih cepat, (4) detak jantung dan tekanan darah
meningkat, dan (5) kadar gula tinggi. Emosi juga melibatkan perasaan subjektif. Bahkan, perasaan subjektif merupakan komponen perasaan seseorang yang pada umumnya mengacu saat seseorang berpikir dari emosi mereka. Solomon (2007) menyebutkan bahwa suasana hati seseorang pada saat pembelian memiliki dampak besar pada apa yang dia beli atau bagaimana ia menilai pembeliannya. Seseorang dapat menikmati atau tidak menikmati situasi, dan mereka bisa merasakan distimulisasi atau tidak. Suasana hati dapat dipengaruhi oleh desain toko, cuaca, atau faktor spesifik lainnya bagi konsumen. Pembelian Tidak Terencana Pembelian tidak terencana didefinisikan sebagai tindakan pembelian yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari suatu pertimbangan atau niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko (Mowen and Minor, 2002). Selanjutnya, Lourdon and Bitta (1993) mendefinisikan pembelian impulsif adalah pembelian yang tidak direncanakan secara khusus. Pembelian impulsif seringkali diasosiasikan dengan pembelian yang dilakukan dengan tiba-tiba dan tidak direncanakan, dilakukan di tempat kejadian dan disertai timbulnya dorongan yang besar serta perasaan senang dan bersemangat. Stern dalam mengemukakan empat tipe dari pembelian impulsif. Keempat tipe pembelian impulsif tersebut adalah a) Impuls murrni (pure impulse) adalah pembelian sesuatu karena alasan menarik, biasanya ketika suatu pembelian terjadi karena loyalitas terhadap merek atau perilaku pembelian yang telah biasa dilakukan. b) Impuls saran (suggestion impulse) adalah pembelian impulsif tipe ini pembeli menemui produk untuk pertama kali dan terdapat keinginan untuk mencobanya. c) Impul pengingat (reminded impulse) adalah pembelian tipe ini terjadi ketika pembeli melihat suatu produk dan teringat bahwa produk tersebut perlu di beli. d) Impuls terencana (planned impulse) adalah pembelian impulsif tipe ini biasanya di stimulasi oleh pengumuman penjualan kupon, potongan kupon, atau penawaran menggiurkan lainnya.
Keterlibat an fashion Fashion Atmosfer Toko
H4 H1 H2
H3 Emosi Positif
Pembelian tidak terencana
H5
Gambar 1 Model Hipotesis Penelitian Hipotesis Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1 :
Keterlibatan Fashion berpengaruh signifikan terhadap Emosi Positif H2: Atmosfer Toko berpengaruh signifikan terhadap Emosi Positif H3: Emosi Positif berpengaruh signifikan terhadap Pembelian tidak terencana H4: Keterlibatan Fashion berpengaruh signifikan terhadap Pembelian tidak terencana. H5 : Atmosfer Tokoberpengaruh signifikan terhadapPembelian tidak terencana METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory research) dan pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Metode penelitian survai adalah adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan antar variabel sosiologis. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Boutique Mayang CollectionKota Malang. Dalam penelitian ini populasinya adalah semua pembeli di Boutique Mayang Collection Kota Malang yang melakukan pembelian tidak terencana dan yang jumlah populasi tidak diketahui jumlahnya, maka pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Machin and Champbell (1987) dan diperoleh n (minimal) = 100, jadi sampelnya adalah 100 orang pembeli yang melakukan pembelian tidak terencana di Boutique Mayang Collection dan berjenis kelamin perempuan. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
accidental sampling. Adapun dalam pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti melalui kuesioner dengan mendatangi semua outlet Boutitique Mayang Collection di Kota Malang. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan instrumen. Instrumen yang dimaksud di sini adalah kuesioner. Instrumen yang dipakai dalam mengumpulkan sata harus memenuhi dua syarat yaitu Validitas dan Reliabilitas. Oleh karena itu perlu dilakukan uji awal kuesioner yang dalam penelitian ini dilakukan pada 30 orang Pembeli di Boutique Mayang Collection yang memenuhi kriteria sebagai responden. Dan hasilnya semua valid dan reliabel. Sehingga instrumen dapat digunakan dalam penelitian ini. Metode Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis statistik inferensial dengan menggunakananalisis jalur. Variabel dan Skala Pengukurannya Keterlibatan Fashion Keterlibatan fashion mengacu pada tingkat ketertarikan pribadi pembeli di Boutique Mayang Collectionyang diwujudkan dalam tingkat keterlibatan terkait dengan pengenaan pakaian dan perlengkapannya. Variabel Keterlibatan Fashion terdiri atas empat indikator yaitu: memiliki satu atau lebih produk fashion dengan mode terkini, berpakaian rapi dalam setiap aktivitas, tertarik berbelanja produk fashion di Boutique Mayang Collection dari pada Departement Store, dan berpakaian untuk fashion. Memiliki satu atau lebih produk fashion dengan mode terkini mengacu pada tingkat kepemilikan konsumen dengan model dan warna terbaru. Dalam hal ini model dan warna yang menjadi item nya. Berpakaian rapi dalam setiap aktivitas mengacu pada kebiasaan konsumen dalam pengunaan pakaian dan penampilan rapi. Tertarik berbelanja produk fashion di Boutique Mayang Collection dari pada di Departement Store mengacu pada ketertarikan konsumen berbelanja produk fashion di boutique. Berpakaian untuk fashion mengacu pada sejauh mana konsumen mengikuti arus mode pakaian yang sedang up to date.
Atmosfer Toko Atmosfer Toko mengacu pada kenyamanan penciptaan suasana di Boutique Mayang Collection melalui visual, penataan cahaya, musik dan aroma yang dirasakan konsumen . Atmosfer Toko terdiri dari limaindikator yaitu komunikasi visual, pencahayaan, warna interior, musik dan aroma. Komunikasi visual mengacu pada tingkat kenyamanan konsumen yang dirasakan melalui tata letak dan tanda- tanda yang menjadi itemnya.Pencahayaan mengacu pada tingkat kenyamanan konsumen yang dirasakan melalui suasana pencahayaan yang berada di Boutique Mayang Collection. Warna mengacu pada tingkat kenyamanan yang dirasakan konsumen malalui warna interior Boutique Mayang Collection. Selanjutnya indikator musik mengacu pada tingkat kenyamana yang dirasakan konsumen melalui jenis dan volume music yang berada di Boutique Mayang Collection. Selanjutnya indikator kelima dari Atmosfer Toko adalah Aroma. Aroma mengacu pada tingkat kenyamanan yang dirasakan oleh konsumen melalui aroma ruangan di Boutique Mayang Collection. Emosi Positif Emosi positif merupakan respon emosi yang dirasakan oleh konsumen dengan indikator perasaan nyaman, perasaan senang, dan perasaan semangat. Perasaan nyaman mengacu pada respon emosioanal pribadi konsumen berupa perasaan nyaman yang dihasilkan atas stimulus Atmosfer Toko. Perasaan senang mengacu pada respon emosional pribadi berupa perasaan senang yang berkaitan dengan situasi tersebut. Perasaan semangat mengacu pada respon emosional pribadi berupa perasaan semangat untuk berbelanja di Boutique Mayang Collection yang dihasilkan atas stimulus Atmosfer Toko. Pembelian Tidak Terencana Pembelian Tidak Terencana merupakan pembelian yang dilakukan oleh pembeli Boutique Mayang Collection yang dilakukan dalam waktu yang relatif cepat, dan adanya keinginan untuk memiliki secara cepat. Pembelian Tidak terencana terdiri dari empat indikator yaitu adanya pembelian karena ada penawaran menarik, pembelian produk fashion yang lebih banyak dari jumlah yang direncanakan, pembelian dikarenakan produk tersebut belu dimiliki, dan pembelian produk
fashion yang tidak sesuai dengan yang direncanakan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Dari 100 responden, sebanyak 24 orang responden (24, 0%) yang berusia 21 sampai 25 tahun, usia 26 sampai 30 tahun sebanyak 21 orang responden (21, 0%), usia 31 sampai 35 tahun sebanyak 27 orang responden (27, 0%), usia 36 sampai 40 tahun sebanyak 19 orang responden (19,0%), usia 41 sampai 45 tahun sebanyak 5 orang responden (5,0%), usia 46 sampai 50 sebanyak 3 orang responden (3,0%) dan usia 51 sampai 55 sebanyak 1 orang responden (1,0%). Dari segi pendidikan sebanyak 4 orang responden (4,0%) yang memiliki tingkat pendidikan SD, 19 orang responden (19,0%) yang memiliki tingkat pendidikan SMP, sebanyak 24 orang responden (24,0%) memiliki tingkat pendidikan SMA. Sebanyak 23 orang responden ( 23,0%) yang memiliki tingkat pendidikan Diploma, 28 orang responden (28,0%) yang memiliki tingkat pendidikan S-1, sebanyak 2 orang responden (2,0%) yang memiliki tingkat pendidikan S2 dan tidak ada responden yang memiliki tingkat pendidikan S3. Sehingga dapat diketahui bahwa tingkat responden yang paling banyak adalah S1 sebanyak 28 orang responden. Dari 100 orang responden diketahui bahwa responden yang bekerja sebagai PNS sebanyak 24 orang (24,0%), responden yang bekerja sebagai Wiraswasta sebanyak 23 orang (23,0%), dan responden yang bekerja lain-lain sebanyak 25 orang (25,0%). Pekerjaan lain yang di sini adalah jawaban yang dipilih responden karena pekerjaan mereka di luar pilihan yang tersedia. Dari segi jumlah kunjungan diketahui bahwa responden yang frekuensi kunjungannya 1-3 kali perbulan adalah 79 orang (79,0%),dan responden dengan kedatangan 4-6 kali perbulan sebanyak 21 orang (21,0). Selanjutnya dari segi pengeluaran setiap kali belanja diketahui bahwa responden mengeluarkan uang setiap satu kali pembelanjaan sebesar Rp 20.000- Rp 150.000 sebanyak 43 orang atau 43,0%, responden sebesar Rp 160.000- Rp 290.000 sebanyak 29 orang (29,0%), responden dengan pengeluaran setiap kali belanja sebesar Rp 300.000 - Rp 430.000 sebanyak 14 orang (14,0%), responden dengan pengeluaran setiap kali belanja sebesar Rp 440.000- Rp 570.000 sebanyak 9 orang
(9,0%), responden dengan pengeluaran setiap kali belanja sebesar Rp 580.000 – Rp 610.000 sebanyak 4 orang (4,0%), dan responden dengan pengeluaran setiap kali belanja sebesar Rp 620.000 – Rp 750.000. Analisi Data Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan kuesioner yang disebarkan sebanyak 100 orang responden. Analisis Statistik Inferensial Analisis statistik inferensial dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis jalur (path). Di dalam analisis jalur terdapat beberapa langkah yaitu menyusun model kausal, pemeriksaan terhadap asumsi yang melandasi, perhitungan koefisien path, pemeriksaan validitas model dan yang terakhir melakukan interpretasi hasil penelitian. 1. Menyusun Model Kausal Langkah pertama di dalam analisis path adalah merancang model berdasarkan konsep dan teori. Berdasarkan model hubungan antar variabel dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan, sehingga membentuk sistem persamaan sebagai berikut ini: Y1 = PY1 X1 + P Y1X2 + ε1 Y2 = P Y2X1 +P Y2X2 + ε2 2. Pemeriksaan Terhadap Asumsi Yang Melandasi Langkah kedua dari analisis jalur adalah pemeriksaan terhadap asumsi yang melandasi. Asumsi yang melandasi analisis jalur adalah hubungan antara variabel yang linear dengan melalui uji linearitas, adanya rekursivitas pada model penelitian dan Uji normalitas. a. Uji Normalitas Tabel 1.1 Hasil Uji Asumsi Normalitas Persamaan Regresi
Sig-Z
Kesimpulan
Pertama
0,136
Normalitas terpenuhi
Kedua
0,764
Normalitas terpenuhi
b. Uji Linearitas Tabel 1.2 Hasil Uji Asumsi Linearitas Variabel Eksogen Keterlibatan fashion
Variabel Endogen Emosi Positif
P-Value 0,000
Kesimpulan Linearitas Terpenuhi
Atmosfer Toko Emosi Positif Keterlibatan Fashion Atmofer Toko
3.
Emosi Positif Pembelian Tidak Terencana Pembelian Tidak Terencana Pembelian Tidak Terencana
0,000 0,000
Linearitas Terpenuhi Linearitas Terpenuhi
0,000
Linearitas Terpenuhi
0,000
Linearitas Terpenuhi
Model Rekursif
Pada analisis path, hanya model rekursif yang dapat dipertimbangkan, yaitu hanya sistem aliran kausal ke satu arah. Sedangkan pada model yang mengandung kausal resiprokal tidak dapat dilakukan analisis path. Pada hasil perhitungan menunjukkan aliran kausal ke satu arah, sehingga dapat dikatakan bahwa model tersebut berbentuk rekursif sehingga telah memenuhi asumsi analisis path. 4.
Perhitungan Koefisien Jalur Perhitungan koefisien jalur diolah menggunakan software SPSS versi 17.0. Analisis jalur digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel eksogen dan endogen. Berikut hasil perhitungan koefisien jalur pada penelitian ini Tabel 1.3 Ringkasan Hasil koefisien Jalur Variabel Eksogen
Variabel Endogen
Koefisien Beta
P- Value
Kesimpulan
Keterlibatan Fashion
Emosi Positif
0,224
0,003
Signifikan
Atmosfer Toko
Emosi Positif
0,335
0,001
Signifikan
Variabel Eksogen
Variabel Endogen
Koefisien Beta
P Value
Kesimpulan
Keterlibatan Fashion
Pembelian Tidak Terencana
0,384
0,000
Signifikan
Atmosfer Toko
Pembelian Tidak Terencana
0,148
0,133
Tidak Signifikan
0,230
0,026
Signifikan
Emosi Positif
Pembelian Tidak Terencana
Dalam hal ini, interpretasi terhadap R2m sama dengan interpretasi koefisien determinasi (r2) pada analisis regresi. sebesar 0.263, koefisien determinasi (r2) persamaan kedua sebesar 0.365. Berdasarkan kedua persamaan dari koefisien determinasi, maka dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: P2e1 =√1-0.237=√0.763=0.873 P2e2 =√1-0.377=√0.623=0,789 R2m= 1-P2e1 P2e2....P2ep =1-(0.873)2(0.789)2 =1-(0.7621)(0.6225) =1-0.4744 =0.5256 =52,56 Nilai R2m sebesar 0,5256 artinya keberagaman data yang dapat dijelaskan oleh model tersebut adalah sebesar 52,56% atau dengan kata lain informasi yang terkandung dalam data 52,56% dapat dijelaskan oleh model tersebut. Sedangkan selebihnya 52,56% dijelaskan oleh variabel lain yang belum terdapat dalam model dan error. b.
Theory Trimming Berdasarkan theory trimming, maka jalurjalur yang nonsignifikan dibuang, sehingga diperoleh model yang didukung oleh data empirik. Berikut hasil ringkasan hasil Trimming. Tabel 1.4 Hasil Ringkasan hasil Trimming Pengaruh Variabel
X1 terhadap Y1 X1 terhadap Y2 X2 terhadap Y1 X2 terhadap Y2 Y1 terhadap Y2
Koef Jalur Sebelum Trimming Koef Beta P Value 0,224 0,384 0,335 0,148 0,230
0,003 0,000 0,001 0,133 0,026
Koef Jalur Sesudah Trimming Koef Beta P Value 0,224 0,001 0,439 0,000 0,335 0,001 0,274 0,002
6.
5.
Pemeriksaan Validitas Model langkah keempat di dalam analisis jalur adalah pemeriksaan validitas model. Terdapat dua indikator validitas model di dalam analisis jalur, yaitu koefisien determinasi total dan theory trimming. Kedua indikator tersebut, dijelaskan sebagai berikut: a.
Koefisien Determinasi Total Total keragaman data yang dijelaskan oleh model diukur dengan : R2m= 1-P2e1 P2e2...P2ep
Pengaruh Langsung dan tidak langsung dalam Analisis Jalur Berikut hasil perhitungan besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung disajikan dalam Tabel 1.5 di bawah ini Tabel 1.5 Pengaruh Langsung dan tidak langsung Pengaruh Variabel
Pengaruh Langsung
Pengaruh Tidak Langsung melalui Y1
X1 terhadap Y1
0,224 (signifikan)
-
X1 terhadap Y2
0,384 ( signifikan)
(0.224) x (0.230) = 0,0515 (signifikan)
X2 terhadap Y1
0,335 (signifikan)
-
dapat
7.
X2 terhadap Y2
0,148 (tidak signifikan)
(0,148) x (0,230) = 0,034 (signifikan)
Y1 terhadap Y2
0,230 (signifikan)
-
Pengujian Hipotesis
H1: Keterlibatan Fashion berpengaruh signifikan terhadap Emosi Positif Berdasarkan perhitungan koefisien jalurantara Keterlibatan Fashion denganEmosi Positif sebesar 0,224 dan nilai Sig sebesar 0,003 (Sig ≤ 0,05). Ho ditolak karena lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan Keterlibatan Fashion berpengaruh signifikan terhadap Emosi Positif dapat diterima. Karena koefisien jalur bernilai positif, jadi dapat disimpulkan bahwa semakin positif nilai Keterlibatan Fashion konsumen maka akan berdampak pada semakin positifnya Emosi Positif konsumen tersebut. H2: Atmosfer Toko berpengaruh signifikan terhadap Emosi Positif Berdasarkan perhitungan koefisien jalur antara Atmosfer TokodenganEmosi Positif sebesar 0,335 dan nilai Sig sebesar 0,001 (Sig ≤ 0,05). Ho ditolak karena lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua yang menyatakan Atmosfer Toko berpengaruh signifikan terhadap Emosi Positif dapat diterima. Karena koefisien jalur bernilai positif, jadi dapat disimpulkan bahwa semakin positif nilai Atmosfer Toko yang maka akan berdampak pada semakin positifnya Emosi Positif konsumen tersebut. H3: Emosi Positif berpengaruh signifikan terhadap Pembelian Tidak Terencana Berdasarkan perhitungan koefisien jalur antara Emosi Positifdengan Pembelian Tidak Terencana sebesar 0,230 dan nilai Sig sebesar 0,026 (Sig ≤ 0,05). H o ditolak karena lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan Emosi Positif berpengaruh signifikan terhadap Pembelian Tidak Terencana dapat diterima. Dapat disimpulkan bahwa semakin positif nilai Emosi Positif yang dirasakan konsumen maka akan berdampak pada semakin positifnya Pembelian Tidak Terencana konsumen tersebut. H4: Keterlibatan Fashion berpengaruh signifikan terhadap Pembelian Tidak Terencana
Berdasarkan perhitungan koefisien jalur antara Keterlibatan Fashion dengan Pembelian Tidak Terencana sebesar 0,384 dan nilai Sig sebesar 0,000 (Sig ≤ 0,05). Ho ditolak karena lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis keempat yang menyatakan Keterlibatan Fashion berpengaruh signifikan terhadap Pembelian Tidak Terencana dapat diterima. Karena koefisien jalur bernilai positif, jadi dapat disimpulkan bahwa semakin positif nilai Keterlibatan Fashion konsumen maka akan berdampak pada semakin positifnya Pembelian Tidak Terencana Konsumen tersebut. H5: Atmosfer Toko berpengaruh signifikan terhadap Pembelian Tidak Terencana Berdasarkan perhitungan koefisien jalur antara Atmosfer Toko dengan Pembelian Tidak Terencana sebesar 0,143 dan nilai Sig sebesar 0,133 (Sig Probabilitas > 0,05). H0 diterima karena lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis kelima yang menyatakan Atmosfer Toko berpengaruh signifikan terhadap Pembelian Tidak na tidak dapat diterima. Karena koefisien path bernilai positif, jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara Atmosfer Toko dengan Pembelian Tidak Terencana. Atmosfer Toko kurang berdampak terhadap Pembelian Tidak Terencana. PEMBAHASAN Pengaruh Keterlibatan Fashion terhadap Emosi Positif Hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa Keterlibatan Fashion berpengaruh signifikan terhadap Emosi Positif dapat diterima. Hal ini dibuktikan melalui hasil uji regresi dimana nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,003 lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05 yang menunjukkan hasil yang signifikan. Artinya, Keterlibatan Fashion mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Emosi Positif. Data pada statistik deskriptif juga menunjukkan bahwa skor mean Keterlibatan Fashion sebesar 4,44 yang termasuk kategori sangat tinggi dan variabel Emosi Positif sebesar 4,33 yang termasuk kategori sangat tinggi. Data ini mendukung bahwa Keterlibatan Fashion konsumen yang kuat secara positif akan menghasilkan Emosi Positif yang tinggi. Sebaliknya, Keterlibatan Fashion yang kuat secara negatif yang akan berdampak pada Emosi Positif yang rendah.
Koefisien Jalur sebesar 0,224 mengindikasikan bahwa pengaruh Keterlibatan Fashion terhadap Emosi Positif adalah positif. Artinya, semakin baik Keterlibatan Fashion konsumen maka akan berdampak semakin tinggi Emosi Positif yang timbul pada konsumen tersebut. Berdasarkan jawaban responden dari kuesioner yang terkumpul maka skor mean tertinggi pada itemtertarik berbelanja produkfashion di Boutique Mayang Collection karena produknya selalu up to date dengan skor mean sebesar 4,58 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi.Skor tinggi selanjutnya terdapat pada item berpakaian dengan mengikuti mode dengan skor mean 4,57 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Amiri et al., (2012) dengan judul “Evaluation of Effective Fashionism Involvement Factors Effect on Pembelian tidak terencana of Customers and Condition of Interrelation between These Factors”, hasil hasil penelitian dari Victor, et al., (2013) dengan judul” The Influence Of The Availability Of Money and Time, Fashion Involvement, Hedonic Consumption Tendency and Positive Emotion Towards Impulse Buying Behavior In Ambon City (Studi On Purchasing Product Fashion Apparel)”, kedua hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Keterlibatan Fashion berpengaruh signifikan terhadap Emosi Positif. Hal iniberarti bahwa, semakin tinggi Keterlibatan Fashion yang dialami oleh konsumen, maka emosi positif juga akan meningkat, karena konsumensangat antusias dan puas denganmodel fashion yang bervariasipuas dan dengan kualitasproduk fashionyang dijual atau ditawarkan. Hasil ini mendukung temuan dari studi Amiri et al., (2012) yang mengatakan bahwa pada konsumen umumdengan tingkat Keterlibatan Fashion yang tinggi akan meningkatkan Emosi Positif mereka. Pengaruh Atmosfer Toko Terhadap Emosi Positif Hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa Atmosfer Toko berpengaruh signifikan terhadap Emosi Positif dapat diterima. Hal ini dibuktikan melalui hasil uji regresi dimana nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,001 lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05 yang menunjukkan hasil yang signifikan. Artinya, Atmosfer Tokomempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap Emosi Positif. Data pada statistik deskriptif juga menunjukkan bahwa skor mean Atmosfer Toko sebesar 4,16 yang termasuk kategori sangat tinggi dan variabel Emosi Positif sebesar 4,33 yang termasuk kategori sangat tinggi. Data ini mendukung bahwa Atmosfer Toko yang kuat secara positif akan menghasilkan Emosi Positif yang tinggi. Sebaliknya, Atmosfer Toko yang kuat secara negatif yang akan berdampak pada Emosi Positif yang rendah. Koefisien Jalur sebesar 0,335 mengindikasikan bahwa pengaruh Atmosfer Toko terhadap Emosi Positif adalah positif. Artinya, semakin baik Atmosfer Toko maka akan berdampak semakin tinggi Emosi Positif yang timbul pada konsumen tersebut.Berdasarkan jawaban responden dari kuesioner yang terkumpul maka skor mean yang tertinggi pada item warna interior toko membuat nyaman dalam berbelanja dengan skor mean sebesar 4,39 yang termasuk dalam kategori sangat tingi Item selanjutnya yang mendapat skor mean tinggi adalah item volume musik dalam Boutique sangat tepat. Dengan skor mean 4,27 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi pula. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Xu (2007) dengan judul “Impact of Store Environment on Adult Generation Y Consumer’s Impulse Buying”menujukkan bahwasanya pencahayaan, kebisingan, musik dan aroma berpengaruh signifikan terhadap emosi, hasil ini juga mendukung penelitian Anggoro (2011) dengan judul “Pengaruh Store Atmosphere terhadap Impulse Buying melalui Emotional Response di Matahari Departement Store Tunjungan PlazaS urabaya yang menunjukkan bahwasanya Atmosfer Toko berpengaruh terhadap Emosi. Selanjutnya penelitian ini juga mendukung kajian teoritis Berman and Evans (2010) yang menyebutkan bahwa pencahayaan yang sesuai dengan ruangan akan menambah nilai lebih bagi persepsi konsumen, dimana mereka akan kung produk yang dipajang ataupun merasa nyaman dan betah untuk berdiam diri dalam jangka waktu yang relatiflama di dalam Toko. Hasil penelitian ini juga mendukung kajian teoritis yang dikemukakan Solomon (2007) yang menyebutkan bau/ aroma dapat membangkitkan emosi atau membuat perasaan menenangkan. Bau/aroma bisa membangkitkan kenangan atau menghilangkan stres. Hal yang
sama diungkapkan Levy and Weitz (2002) bahwa aroma tertentu dapat menempatkan pelanggan dalam suasana hati yang lebih baik lagi atai berlama-lama di toko. Toko yang wangi akan membuat konsumen untuk datang lagi berbelanja dan menganggap bahwa barang yang dijual di toko tersebut kualitasnya lebih baik dari pada toko yang tidak diberi wewangian (Mowen and Minor, 2002). Pengaruh Emosi Positif Terhadap Pembelian Tidak Terencana Hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan bahwa Emosi Positif berpengaruh signifikan terhadap Pembelian Tidak Terencana dapat diterima. Hal ini dibuktikan melalui hasil uji regresi dimana nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,026 lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05 yang menunjukkan hasil yang signifikan. Artinya, Emosi Positifmempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pembelian Tidak Terencana. Data pada statistik deskriptif juga menunjukkan bahwa skor mean Emosi Positif sebesar 4,33 yang termasuk kategori sangat tinggi dan variabel Pembelian Tidak Terencana sebesar 4,07 yang termasuk kategori sangat tinggi. Data ini mendukung bahwa Emosi Positif konsumen yang kuat secara positif akan menghasilkan Pembelian Tidak Terencana yang tinggi. Sebaliknya, Emosi Positif yang kuat secara negatif yang akan berdampak pada Pembelian Tidak Terencana yang rendah. Koefisien Jalur sebesar 0,230 mengindikasikan bahwa pengaruh Emosi Positif terhadap Pembelian Tidak Terencana adalah positif. Artinya, semakin baik Emosi positif konsumen maka akan berdampak semakin tinggi Pembelian Tidak Terencana yang timbul pada konsumen tersebut. Berdasarkan jawaban responden dari kuesioner yang terkumpul maka skor mean tertinggi pada varibel Emosi Positif terdapat pada item perasaan penuh semangat saat berbelanja di Boutique Mayang Collection dengan skor mean sebesar 4,38 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Skor tinggi selanjutnya terdapat pada item perasaan senang saat berbelanja di Boutique Mayang Collection dengan skor mean 4,32 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Park et al., (2006), Xu (2007), Herabadi et al., (2009), Rachmawati (2009), Anggoro (2011), Amiri et al. (2012), Victor et al.., (2013) yang menyebutkan bahwasanya
terdapat pengaruh signifikan dari variabel Emosi terhadap pembelian Tidak Terencana. Hasil penelitian ini juga mendukung kajian teoritis Peter and Olson (2000) yang meyebutkan bahwa kesenangan dan gairah
mempengaruhi status konsumen dalam kegembiraan berbelanja di toko, semangat berbelanja di toko dan kecenderungan untuk kembali berbelanja di toko tersebut. Pengaruh Keterlibatan Fashion terhadap Pembelian Tidak Terencana Hipotesis keempat (H4) yang menyatakan bahwa Keterlibatan Fashionberpengaruh signifikan terhadap Pembelian Tidak Terencana dapat diterima. Hal ini dibuktikan melalui hasil uji regresi dimana nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05 yang menunjukkan hasil yang signifikan. Artinya, Keterlibatan Fashion mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pembelian Tidak Terencana. Data pada statistik deskriptif juga menunjukkan bahwa skor mean Keterlibatan Fashion sebesar 4,44 yang termasuk kategori sangat tinggi dan variabel Pembelian Tidak Terencana sebesar 4,07 yang termasuk kategori sangat tinggi. Data ini mendukung bahwa Keterlibatan Fashion konsumen yang kuat secara positif akan menghasilkan Pembelian Tidak Terencana yang tinggi. Sebaliknya, Keterlibatan Fashion yang kuat secara negatif yang akan berdampak pada pembelian Tidak Terencana yang rendah. Koefisien Jalur sebesar 0,384 mengindikasikan bahwa pengaruh Keterlibatan Fashion terhadap Pembelian Tidak Terencana adalah positif. Artinya, semakin baik Keterlibatan Fashion konsumen maka akan berdampak semakin tinggi Pembelian Tidak Terencana pada konsumen tersebut. Berdasarkan jawaban responden dari kuesioner yang terkumpul maka skor mean tertinggi pada item tertarik berbelanja produk fashion di Boutique Mayang Collection karena produknya selalu up to date dengan skor mean sebesar 4,58 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Skor tinggi selanjutnya terdapat pada item berpakaian dengan mengikuti mode dengan skor mean 4,57 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Park et al.,(2006) dengan judul A Stuctural model of Fashion Oriented Impulse
Buying Behavior, hasil menunjukkan bahwa Keterlibatan Fashion berpngaruh signifikan terhadap Pembelian Tidak Terencana, hasil penelitian ini juga didukung penelitian Amiri et al.,(2012) dengan judul“Evaluation of Effective Fashionism Involvement Factors Effect on Pembelian tidak terencana of Customers and Condition of Interrelation between These Factors”, hasil penelitianJaparianto (2012) dengan judul pengaruh life style dan Fashion Involvement terhadap Impulse Buying masyarakat high income di Surabaya, hasil penelitian dari Ivan (2012) dengan judul Pengaruh Shopping Lifestyle, Fashion Involvement, Pre-Decision Stage, Post Desicion Stage, dan Instore Environment terhadap Impulse Buying di Stroberi Surabaya”, dan hasil penelitian dari Victor, et al., (2013) dengan judul” The Influence Of The Availability Of Money and Time, Fashion Involvement, Hedonic Consumption Tendency and Positive Emotion Towards Impulse Buying Behavior In Ambon City (Studi On Purchasing Product Fashion Apparel)”, dan keempat hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Keterlibatan Fashion berpengaruh signifikan terhadap Pembelian Tidak Terencana. Hasil ini berbeda dari penelitianTirmizzi et al. (2009) dengan judul “An Empirical Study Of Consumer Impulse BuyingBehavior In Local Markets” yang menjelasakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara Keterlibatan Fashion dengan Pembelian Tidak Terencana. Pengaruh Atmosfer Toko terhadap Pembelian Tidak Terencana Hipotesis kelima (H5) yang menyatakan bahwa Atmosfer Toko berpengaruh signifikan terhadap Pembelian Tidak Terencana tidak dapat diterima. Hal ini dibuktikan melalui hasil uji regresi dimana nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,133 lebih besar dari nilai signifikansi 0,05 yang menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Artinya, Atmosfer Toko tidakmempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pembelian Tidak Terencana. Data pada statistik deskriptif juga menunjukkan bahwa skor mean item Papan tanda di Boutique memudahkan untuk berbelanja sebesar 3,93 yang termasuk kategori tinggi dan merupakan skor mean terendah dibanding item lainnya, dan diduga berkonstribusi terhadap pengaruh tidak signifikan ini.
Koefisien Jalur sebesar 0,143 mengindikasikan bahwa pengaruh Atmosfer Toko terhadap Emosi Positif adalah positif. Artinya, semakin baik Atmosfer Toko maka akan berdampak semakin tinggi Emosi Positif yang timbul pada konsumen tersebut. Berdasarkan jawaban responden dari kuesioner yang terkumpul maka skor mean yang tertinggi pada item warna interior toko membuat nyaman dalam berbelanja dengan skor mean sebesar 4,39 yang termasuk dalam kategori sangat tingi Item selanjutnya yang mendapat skor mean tinggi adalah item volume musik dalam Boutique sangat tepat. Dengan skor mean 4, 27 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi pula. Meskipun termasuk kategori sangat tinggi, hasil uji regresi menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara Atmosfer Toko dengan Pembelian Tidak Terencana. Artinya, konsumen tidak melihat bahwa Pembelian Tidak Terencana dipengaruhi oleh Atmosfer Toko. Atmosfer Toko dipersepsikan oleh responden sebagai faktor yang belum mempengaruhi sebuah Pembelian Tidak Terencana. Berdasarkan hasil penelitian Atmosfer Toko tidak berpengaruh signifikan terhadap Pembelian Tidak Terencana tetapi mempunyai pengaruh yang positif yang ditunjukkan dengan nilai positif, artinya diperlukan variabel mediasi yakni Emosi Positif untuk diuji pengaruhnya terhadap Pembelian Tidak Terencana seperti pada penelitian-penelitian sebelumnya antara lain Xu (2007), Anggoro (2011) yang menunjukkan bahwa variabel Emosi signifikan positif memediasi pengaruh Atmosfer Toko terhadap Pembelian Tidak Terencana. Implikasi Teoritis Penelitian inni mengembangkan dan menjelaskan pola hubungan Keterlibatan Fashion dan Atmosfer Toko terhadap Emosi Positif dan Pembelian Tidak Terencana, dimana hasil penelitian ini diharapkan member sumbangan teoritis di bidang ilmu pemasaran, lebih khusus dalam kajian perilaku konsumen. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi bagi pihak manajemen Boutique Mayang Collection akan pentingnya meningkatkan tingkat keterlibatan fashion dan atmosfer toko guna meningkatkan emosi postif yang dirasakan konsumen. Hasil penelitian juga
diharapkan menjadi masukan untuk perbaikan dalam Boutiqoe Mayang Collection dalam meningkatkan indikator-indikator seperti komunikasi visual, pencahayaan, warna, volume musik dan aroma. Keterbatasan Penelitian Beberapa keterbatasan penelitian yang dapat ditarik dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Penelitian ini terbatas pada OutletBoutique Mayang Collection yang berada di Kota Malang, sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan pada perusahaan Boutique Mayang Collection di tempat lain. 2. Pada saat pengisian kuesioner, beberapa responden tidak dapat membaca kuesioner dengan jelas, sehingga peneliti harus membantu responden, kemungkinan terjadi perbedaan dalam menginterpretasi kuesioner yang disediakan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. 2. 3. 4.
5.
Keterlibatan Fashionberpengaruh signifikan terhadap Emosi Positif. Atmosfer Tokoberpengaruh signifikan terhadap Emosi Positif . Emosi Positif berpengaruh signifikan terhadap Pembelian Tidak Terencana. Keterlibatan Fashion berpengaruh signifikan terhadap Pembelian Tidak Terencana Atmosfer Toko berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Pembelian Tidak Terencana.
Saran Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi praktis, bagi perusahaan maupun akademisi penelitian, berupa saransaran konkrit yang mungkin untuk direalisasikan, antara lain: Saran untuk penelitian selanjutnya 1.
2.
Penelitian mendatang diharapkan mampumemperluas cakupan penelitian dengan membandingkan perilaku belanja khususnya dalam Pembelian Tidak Terencana dalam usia tua dan usia muda. Untuk peneliti selanjutnya, agar dapat memperluas cakupan penelitian terkait
Keterlibatan fashion dan Atmosfer Toko misalnya pada Perusahaan Boutique MayangCollection di seluruh Out Let pada setiap Kabupaten/Kota. Saran untuk Boutique Mayang Collection Boutique Mayang Collectionharus mampu meningkatkan tingkat Keterlibatan Fashion konsumen dengan selalu menawarkan produk fashion yang up to date baik dari segi design, warna dan modelnya. Selanjutnya pihak Boutique Mayang Collection juga harus mempertahankan atau bahkan meningkatkan Atmosfer Toko yang terkait warna, musikdan aroma yang telah dengan tujuan meningkatkan Emosi Positif Konsumen, dan apabila Emosi Positif konsumen meningkat maka perilaku pembelian Tidak Terencanapun akan meningkat. DAFTAR PUSTAKA Amiri, F. J.,Shirpour, J. Mand Alizadela, T. 2012.”Evaluation Of Effective Fashionism Involvement Factors Effects on Impulse Buying of Customer and Condition Of Interrelation between These Factors”.Journal Of Basic and Applied Scientific Research. Vol.2 No 9, pp. 9413-9419 Anggoro, Sandra Puspasari. 2011. Analisis Pengaruh Store Atmosphere terhadap Impulse Buying melalui Emotional Response di Matahari Departement Store Tunjunngan Plaza Surabaya. Diaksesjournal.wima.ac.id/index.php/JU MMA/article/view/210 tanggal 20 desember 2013 Assael, Henry. 1992. Consumer Behavior and Marketing Action 4th Edition. United States of America: PWS-Kent Publising Company Berman, Barry and Joel R. Evans.2010. Retail Management: A Strategic Approach. Eleventh Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Engel, J., Roger D Blackwell, and Paul W. Miniard, 1993.Consumer Behaviour. N Press, Chicago, IL.
Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen Pedoman Penelitian Untuk Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi ilmu Manajemen.Edisi 1. Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hawkins, DelI., Roger J. Best, and Kenneth A. Coney. 2000. Consumer Behavior: Building Marketing Strategy. New York: McGraw-Hill. Herabadi, A. G., Verplanken, BandKnippenberg. V. Ad. 2009. “Consumption Experience of Impulse buying in Indonesia: Emotional arousal and hedonistic considerations”. Asian Journal Of Social Psyhology, Vol 12 pp 20-31 Ivan,
VC. 2012. Pengaruh Shopping Lifestyle, Fashion Involvement, PreDecision Stage, Post-Decision Stage, dan Instore Environment terhadap Impulse Buying di Stroberi Store. Diakses 10 Nopember 2013 melalui journal.wima.ac.id/index.php/KAMMA/a rticle/view/334/307
Japarianto, Edwin dan Sugiyono Suharto.2012. Pengaruh Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement terhadap Impulse Buying Behavior Masyarakat High Income Surabaya, Jurnal Manajemen Pemasaran , Vol.6 No.1 April 2011, pp 32-41 Lamb, W. Charles, Joseph F. Hair, and Carl McDaniel.2001.Pemasaran.Diterjemahka n oleh: David Octarevia. Buku 2. Edisi Pertama. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Levy, Michael and Barton A. Weitz. 2002. Retailing Management. Fourth Edition. New York: The McGraw-Hill Companies Loudon, D.L & Bitta, A. J.1993. Consumer Behaviour Concept and Application (4th ed). Singapore McGraww Hill. Machin, David and Michael Chambell.1987. Statistical Table For The Design of Clinical Trial. Oxford London. Blakcwell Scientific Publication.
Mehrabian, Albert and James A. Russel, 1974.“ The Basic Emotional Impact of Environments.” Perceptual and Motor Skills, 1974 Vol.38 pp.283 – 301 Mowen, John C and Michael Minor.2002.Perilaku Konsumen. Alih Bahasa: Dwi Kartini Yahya. Jilid 2. Jakarta:Penerbit Erlangga. Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Cetakan Ketujuh. Jakarta: Ghalia Indonesia. O’Cass, A. 2004. “Fashion Clothing Consumption: Antecedents and Consequences of Fashion Clothing Involvement”. European Journal of Marketing,Vol. 38 No. 7, pp. 869-882. Park, E. J., Eun, Y. K, and and Forney, J. C. 2006. “A Structural Model of Fashion Oriented Impulse Buying Behavior. Journal of Marketing and Management,Vol.10 No.4, pp.443-446 Peter,
J Paul and Jerry C. Olson. 2000.Consumer Behaviour: Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran.Alih Bahasa: Damos Sihombing. Jilid 2.Edisi 4. Jakarta: Penerbit Erlanga.
Purjono, 2007, “Berharap dari Impulse Buying.” Marketing, Agustus 2007 h.7 Rahmawati, V.2009. Hubungan antara Hedonic Shopping Value, Positive Emotion, dan Perilaku Impulse Buying pada Konsumen Retail. Majalah Ekonomi, Tahun XIX, No. 2 Agustus 2009 Rook, Dennis W., 1987. “The Buying Impulse.” The Journal of Consumer Research, Vol.14, No.2(September 1987), pp.189-199
Simamora, Bilson. 2001.Memenangkan Pasar Dengan Pemasaran Efektif dan Profitable.Jakarta:Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. (Ed). 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Solomon, Michael R. 2007. Consumer Behaviour. Buying, having, and Being. Sevent Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Sopiah dan Syihabuddin. 2008. Manajemen Bisnis Ritel. Yogyakarta: Penerbit Andi. Sugiyono.2006. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta. ________.2011.Statistika PenelitianBandung: CV Alfabeta.
Untuk
Sunyoto, Danang.2012. Model Analisis Jalur untuk Riset Ekonomi. Bandung:Yrama Widya. Tirmizi, M. A., Rehman, K. U and Saif, M. I. 2009. “An Empirical Study of Consumer Impulse Buying Behaviour in Local Markets.” European Journal of Scientific Research. ISSN 1450216X Vol. 28, No. 4 (2009), pp. 522532 Utami, Christina Whidya. 2010.Manajemen Ritel: Strategi dan Implementasi Ritel Modern. Salemba Empat. Jakarta Victor, R. P., Rofiaty and Idrus, M. S.2013. “The Influence of The Availability of Money and Time, Fashion Involvement, Hedonic Consumption Tendency and Positive Emotions toward Impulse Buying Behavior in Ambon City (Study on Purchasing Product Fashion Apparel.” International Journal of Business Behavioral Sciences. ISSN 2226-5651 Vol. 3 No.8 Agustus 2013 Xu,
Yingjiao. 2007.” Impact of Store Environment on Adult Generation Y Consumers Impulse Buying”. Journal of Shopping Center Research (2007) Vol. 14 No 1, pp.39-56