EMISI CO2 DARI HUTAN TANAMAN INDUSTRI AKASIA PADA LAHAN GAMBUT PROVINSI RIAU
ATFRITEDY LIMIN
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Emisi CO2 dari Hutan Tanaman Industri Akasia pada Lahan Gambut Provinsi Riau adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan pada perguruan tinggi manapun atau lembaga akademik lain untuk tujuan memperoleh gelar akademik tertentu. Bahan rujukan berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2010
Atfritedy Limin NIM G24104022
ABSTRACT
ATFRITEDY LIMIN. CO2 Emissions from Acacia Industrial Plantation Forest Peatlands in Riau Province. Under direction of Dr. Ir. Tania June, M.Sc. This study aims to determine the amount of CO2 emissions from soil (Root Cut and Control Plot) and relations with subsidence, rainfall, soil temperature, soil moisture and wáter table on peatlands Forest Plantation Industry in Langgam, Riau. CO2 emissions from soil was measured using closed chamber method. CO2 sample capture done before closed the chamber (0 minute) and after 6 minutes closed. Measurements result of CO2 emission cumulative from soil in September 2008 to July 2009 was 2563.16 mgCm-2h-1 for the Root Cut plot and 2629.41 mgCm-2h-1 for the Control plot. Based on the results of regression and correlation analysis, factors such as rainfall, subsidence, soil temperature, soil moisture and water table have an influence on the production of CO2. Correlation and regression value between CO2 cumulative and subsidence cumulative with the type of multy positions was (R2=0.86 ; p=0.00) for the Root Cut plot and (R2=0.84 ; p=0.00) for the Control plot, with a negative correlation value of each (-0.92 ; -0.91). Multy positions measurement between CO2 emissions from soil was corerelated with rainfall at (R2=0.50 ; p=0.015) for the Root Cut plot and (R2=0.59 ; p=0.004) for the Control plot, with a negative corelation value of each (-0.71 ; 0.79). The relationship of CO2 emissions rate from the soil with soil temperature by multy positions type was (R2=0.51 ; p=0.010) for the Root Cut plot and (R2=0.35 ; p=0.026) for the Control plot, with a negative corelation value of each (0.73 ; 0.66). The relationship of CO2 emissions rate from the soil with soil moisture by multy positions type was (R2=0.45 ; p=0.023) for the Root Cut plot and (R2=0.39 ; p=0.039) for the Control plot, with a negative corelation value of each (-0.67 ; -0.63). The relationship of CO2 emissions rate from the soil with wáter table by multy positions type was (R2=0.36 ; p=0.050) for the Root Cut plot and (R2=0.43 ; p=0.028) for the Control plot, with a negative correlation value of each (-0.60 ; -0.66). Keywords : CO2, Root Cut, Control, multy positions
RINGKASAN
ATFRITEDY LIMIN. Emisi CO2 dari Hutan Tanaman Industri Akasia pada Lahan Gambut Provinsi Riau. Dibimbing oleh Dr. Ir. Tania June, M.Sc. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran emisi CO2 dari tanah (plot Root Cut dan plot Control) dan hubungannya dengan laju penurunan permukaan tanah (subsidence), curah hujan, suhu tanah, kelembaban tanah dan kedalaman air tanah (wáter table) pada lahan gambut Hutan Tanaman Industri Akasia Langgam, Riau. Pengukuran emisi CO2 dari tanah dilakukan dengan menggunakan metode closed chamber method. Pengambilan gas CO2 dilakukan sebelum ruang pengambilan gas (chamber) ditutup (0 menit) dan setelah ditutup 6 menit. Hasil pengukuran diperoleh kumulatif CO2 dari tanah pada September 2008 hingga Juli 2009 sebesar 2563.16 mgCm-2h-1 untuk plot Root Cut dan 2629.41 mgCm-2h-1 untuk plot Control. Berdasarkan hasil analisis regresi dan korelasi, faktor-faktor yang diukur seperti curah hujan, subsidence, suhu tanah, kelembaban tanah dan water table mempunyai pengaruh terhadap produksi CO2. Nilai korelasi dan regresi kumulatif CO2 tanah dengan kumulatif subsidence pengukuran tipe multy positions dihasilkan (R2=0.86 ; p=0.00) untuk plot Root Cut dan (R2=0.84 ; p=0.00) untuk plot Control, dengan nilai korelasi negatif masing-masing (-0.92 ; -0.91). Pengukuran multy positions antara emisi CO2 dari tanah dengan curah hujan berkorelasi pada (R2=0.50 ; p=0.015) untuk plot Root Cut dan (R2=0.59 ; p=0.004) untuk plot Control, dengan nilai korelasi negatif masing-masing (-0.71 ; -0.79). Hubungan laju emisi CO2 dari tanah dengan suhu tanah pengukuran tipe multy positions dihasilkan (R2=0.51 ; p=0.010) untuk plot Root Cut dan (R2=0.35 ; p=0.026) untuk plot Control, dengan nilai korelasi positif masing-masing (0.73 ; 0.66). Hubungan laju emisi CO2 dari tanah dengan kelembaban tanah pengukuran tipe multy positions dihasilkan (R2=0.45 ; p=0.023) untuk plot Root Cut dan (R2=0.39 ; p=0.039) untuk plot Control, dengan nilai korelasi positif masing-masing (-0.67 ; -0.63). Hubungan laju emisi CO2 dari tanah dengan water table pengukuran tipe multy positions dihasilkan (R2=0.36 ; p=0.050) untuk plot Root Cut dan (R2=0.43 ; p=0.028) untuk plot Control, dengan nilai korelasi negatif masing-masing (-0.60 ; -0.66).
Kata kunci : CO2, Root Cut, Control, multy positions
EMISI CO2 DARI HUTAN TANAMAN INDUSTRI AKASIA PADA LAHAN GAMBUT PROVINSI RIAU
ATFRITEDY LIMIN
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Nama NRP
: Emisi CO2 dari Hutan Tanaman Industri Akasia pada Lahan Gambut Provinsi Riau : Atfritedy Limin : G24104022
Menyetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Tania June, M.Sc NIP. 19630628 198893 2 2001
Mengetahui, Ketua Departemen Geofisika dan Meteorologi
Dr. Ir. Rini Hidayati, MS. NIP. 19600305 198703 2 002
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karuniaNya sehingga penulisan tugas akhir (Skripsi) yang berjudul “Emisi CO2 dari Hutan Tanaman Industri Akasia pada Lahan Gambut Provinsi Riau” dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan di program studi Meteorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi. Peningkatan emisi CO2 dari lahan gambut merupakan salah satu faktor bagi penulis untuk melakukan penelitian ini. Oleh karena itu, penulis ingin memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan melalui skripsi ini. Penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan akan emisi CO2 dari lahan gambut, khususnya di Langgam, Riau. Dalam penulisan dan penyusunan laporan hasil penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, dan pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada : 1. Ibu Dr.Ir. Tania June, M.Sc selaku dosen pembimbing penelitian yang telah berkenan memberi pengarahan, bimbingan, bantuan serta saran-saran yang sangat besar perannya sampai selesainya penulisan skripsi ini. 2. Papah, Mamah, Rio, Zevy dan Ully yang tiada hentinya memberikan dorongan semangat, motivasi, kesabaran, kasih sayangnya yang tiada pernah berakhir serta yang selalu mendoakan keberhasilan penulis. 3. Seluruh staf dan karyawan Tata Usaha Departemen Geofisika dan Meteorologi atas segala bantuan dalam proses perizinan selama masa studi dan selesainya skripsi ini. 4. Prof. Hatano Ryusuke, Yo Toma, Yamada Hiroyuki dan tim peneliti dari Universitas Hokkaido. Terima kasih atas bimbingan dan bantuannya 5. Dr. John Bathgates dari RAPP beserta staf. Terima kasih atas izin tempat penelitian dan bantuannya selama penelitian berlangsung 6. Teman-teman GFM ’41 : Ade A, Ade I, Fithriya, Farah, Wenny, Ekos, Alm. Canggih, Ire, Ining, Sisi, Ferdy Fredy, Melly, Cornel, Yunus, Tia, Yasmin, Dayat, Ujang, Zein, Dhita, Bladus, Rini, Rudin, Diva, Titi, Siska, Randy, Danu, Alam, Oki, Fahdil dan semua GFM ’40,42 tanpa terkecuali atas semangat, keceriaan dan kebersamaan persahabatannya. Penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas semua kebaikan dan dukungan yang telah diberikan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan semua pihak yang memerlukannya.
Bogor, Januari 2010
Atfritedy Limin NIM G24104022
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Palangka Raya pada tanggal 25 Agustus 1986 dan merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan formal dimulai pada Sekolah Dasar Negeri Don Bosco (1992-1998), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Katolik Santo Paulus (1998-2001) dan Sekolah Menengah Umum Negeri 5 Palangka Raya (2001-2004). Penulis masuk IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dengan mengambil program studi Meteorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Selama menempuh studi di IPB, penulis pernah ikut aktif dalam kepanitiaan kegiatan olah raga tenis meja IPB, BIRUNYA LANGITKU Departemen Geofisika dan Meteorologi dan panitia METRIK PESTA SAINS IPB Tingkat Nasional yang diselenggarakan BEM Fakultas MIPA. Penulis pernah melakukan kegiatan praktek lapang dengan judul “Pemanfaatan dan Fungsi Tower Meteorologi di Hutan Gambut Kalampangan zona eks. PLG blok C Kalimantan Tengah” dimana pada saat itu dibimbing oleh lembaga penelitian Centre for International Cooperation in Management of Tropical Peatland (CIMTROP) di Kalimantan Tengah. Setelah itu peneliti ikut aktif di lembaga CIMTROP sebagai asisten peneliti dibagian klimatologi dan gas CO2. Selain itu penulis ikut bergabung di dalam tim dari Hokkaido University Project untuk penelitian emisi gas rumah kaca pada lahan gambut di Kalimantan Tengah dan Riau mulai dari September 2008 hingga sekarang di mana penulis mengambil data setiap bulannya di Kalimantan Tengah dan Riau.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ......................................................................................................................................... vi DAFTAR TABEL .................................................................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................................. viii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................................... ix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. ........................................................................................................................... 1.2. Tujuan .........................................................................................................................................
1 1
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut ............................................................................................................................ 2.2. Siklus Karbon dan Aliran Karbon pada Gambut ........................................................................ 2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Emisi CO2 dari Permukaan Tanah ...................................... 2.3.1. Curah Hujan ............................................................................................................ 2.3.2. Suhu Tanah ............................................................................................................. 2.3.3. Kelembaban Tanah.................................................................................................. 2.3.4. Tinggi Muka Air Tanah (Water Table) ................................................................... 2.4. CO2 Analyzer ..............................................................................................................................
1 2 2 2 2 3 3 4
III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................................................... 3.2. Alat dan Bahan .......................................................................................................................... 3.3. Metode Penelitian....... ................................................................................................................ 3.3.1. Pengambilan Data ................................................................................................... 3.3.2. Pembuatan Plot........................................................................................................ 3.3.3. Pengukuran CO2 dari Tanah .................................................................................... 3.3.4. Pengukuran Curah Hujan ........................................................................................ 3.3.5. Pengukuran Suhu Tanah.......................................................................................... 3.3.6. Pengukuran Kelembaban Tanah .............................................................................. 3.3.7. Pengukuran Tinggi Muka Air Tanah (Water Table) ............................................... 3.3.8. Pengukuran Penurunan Permukaan Tanah (Subsidence) ........................................
4 4 4 4 4 5 5 6 6 6 6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Fluks CO2 dari Tanah ............................................................................................................... 4.2. Laju Penurunan Permukaan Tanah (Subsidence) ..................................................................... 4.3. Suhu Tanah............................................................................................................................... 4.4. Kelembaban Tanah .................................................................................................................. 4.5. Kedalaman Air Tanah (Water Table) dan Curah Hujan ........................................................... 4.6. Kebutuhan Iklim Akasia ........................................................................................................... 4.7. Curah Hujan dan Kumulatif Subsidence .................................................................................. 4.8. Emisi Kumulatif Fluks CO2 Kumulatif Subsidence ................................................................. 4.9. Emisi CO2 dan Curah Hujan .................................................................................................... 4.10. Emisi CO2 dan Suhu Tanah ...................................................................................................... 4.11. Emisi CO2 dan Kelembaban Tanah .......................................................................................... 4.12. Emisi CO2 dan Kedalaman Air Tanah..................................................................................... 4.13. Perbandingan Emisi CO2 ..........................................................................................................
7 8 8 9 10 11 11 12 13 15 16 18 19
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ................................................................................................................................ 20 5.2. Saran ........ .................................................................................................................................. 20 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL Nomor Judul Halaman 1. Rata-rata dan standar deviasi mgCm-2h-1 pada plot Root Cut dan plot Control .............................. 7 2. Rata-rata dan standar deviasi penurunan permukaan tanah tiap plot .............................................. 8 3. Rata-rata dan standar deviasi suhu tanah pada plot Root Cut dan plot Control .............................. 9 4. Rata-rata dan standar deviasi kelembaban tanah pada plot Root Cut dan plot Control ................... 10 5. Analisis Regresi emisi kumulatif CO2 tanah terhadap kumulatif subsidence pada plot Root Cut dan plot Control ............................................................................................................................... 13 6. Analisis Regresi emisi CO2 tanah terhadap curah hujan pada plot Root Cut dan plot Control ....... 14 7. Analisis Regresi emisi CO2 tanah terhadap suhu tanah pada plot Root Cut dan plot Control......... 16 8. Analisis Regresi emisi CO2 tanah terhadap kelembaban tanah pada plot Root Cut dan plot Control ............................................................................................................................................ 17 9. Analisis Regresi emisi CO2 tanah terhadap water table pada plot Root Cut dan plot Control ........ 19
vii
DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman 1. Proses respirasi CO2 dari tanah ....................................................................................................... 2 2. Ilustrasi CO2 dari drainase gambut ................................................................................................. 3 3. Lokasi penelitian di Langgam ......................................................................................................... 4 4. Sketsa plot Control dan plot Root Cut ............................................................................................ 5 5. Ruang sample gas yang digunakan pada closed chamber method .................................................. 5 6. Rain gauge....................................................................................................................................... 5 7. Pengukuran suhu tanah ................................................................................................................... 6 8. Pengukuran kelembaban tanah ........................................................................................................ 6 9. Pengukuran water table ................................................................................................................... 6 10. Pengukuran subsidence ................................................................................................................... 6 11. Profil fluks CO2 plot Root Cut pada September 2008 hingga Juli 2009 ......................................... 7 12. Profil fluks CO2 plot Control pada September 2008 hingga Juli 2009............................................ 7 13. Penururan permukaan tanah tiap plot pada September 2008 hingga Juli 2009 ............................... 8 14. Profil suhu tanah kedalaman 10 cm plot Root Cut pada September 2008 hingga Juli 2009 ........... 9 15. Profil suhu tanah kedalaman 10 cm plot Control pada September 2008 hingga Juli 2009.............. 9 16. Profil kelembaban tanah (%) Root Cut pada September 2008 hingga Juli 2009 ............................ 10 17. Profil kelembaban tanah (%) Control pada September 2008 hingga Juli 2009 ............................... 10 18. Pola curah hujan dan profil tinggi muka air tanah pada September 2008 hingga Juli 2009............ 11 19. Hubungan curah hujan terhadap kumulatif subsidence dari September 2008 hingga Juli 2009 ..... 12 20. Hubungan emisi kumulatif CO2 tanah terhadap kumulatif subsidence pada plot Root Cut dari September 2008 hingga Juli 2009 ................................................................................................... 12 21. Hubungan emisi kumulatif CO2 tanah terhadap kumulatif subsidence pada plot Control dari September 2008 hingga Juli 2009 ................................................................................................... 13 22. Hubungan emisi kumulatif CO2 tanah terhadap kumulatif subsidence pada plot Root Cut dan plot Control dari September 2008 hingga Juli 2009 pengukuran multy position ............................. 13 23. Hubungan emisi CO2 tanah dengan curah hujan pada plot Root Cut dari September 2008 hingga Juli 2009 .............................................................................................................................. 14 24. Hubungan emisi CO2 tanah dengan curah hujan pada plot Control September 2008 hingga Juli 2009 ................................................................................................................................................. 14 25. Hubungan emisi CO2 tanah terhadap curah hujan pada plot Root Cut dan plot Control dari September 2008 hingga Juli 2009 pengukuran multy position ........................................................ 15 26. Hubungan emisi CO2 tanah dengan suhu tanah pada plot Root Cut dari September 2008 hingga Juli 2009 .............................................................................................................................. 15 27. Hubungan emisi CO2 tanah dengan suhu tanah pada plot Control dari September 2008 hingga Juli 2009 .......................................................................................................................................... 16 28. Hubungan emisi CO2 tanah terhadap suhu tanah pada plot Root Cut dan plot Control dari September 2008 hingga Juli 2009 pengukuran multy position ........................................................ 16 29. Hubungan emisi CO2 tanah dengan kelembaban tanah pada plot Root Cut dari September 2008 hingga Juli 2009 ..................................................................................................................... 17 30. Hubungan emisi CO2 tanah dengan kelembaban tanah pada plot Control dari September 2008 hingga Juli 2009 .............................................................................................................................. 17 31. Hubungan emisi CO2 tanah terhadap kelembaban tanah pada plot Root Cut dan plot Control dari September 2008 hingga Juli 2009 pengukuran multy position ................................................. 18 32. Hubungan emisi CO2 tanah terhadap water table pada plot Root Cut dari September 2008 hingga Juli 2009 .............................................................................................................................. 18 33. Hubungan emisi CO2 tanah terhadap water table pada plot Control dari September 2008 hingga Juli 2009 .............................................................................................................................. 19 34. Hubungan emisi CO2 tanah terhadap water table pada plot Root Cut dan plot Control dari September 2008 hingga Juli 2009 pengukuran multy position ........................................................ 19
viii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul Halaman 1. Fluks CO2 tanah pada Root Cut dari September 2008 hingga Juli 2009 ........................................ 22 2. Fluks CO2 tanah pada Control dari September 2008 hingga Juli 2009 .......................................... 22 3. Kumulatif fluks CO2 pada Root Cut dari September 2008 hingga Juli 2009 .................................. 22 4. Kumulatif fluks CO2 pada Control dari September 2008 hingga Juli 2009 .................................... 23 5. Kumulatif subsidence dari September 2008 hingga Juli 2009 ........................................................ 23 6. Suhu tanah pada Root Cut dari September 2008 hingga Juli 2009 ................................................. 23 7. Suhu tanah pada Control dari September 2008 hingga Juli 2009.................................................... 24 8. Kelembaban tanah pada Root Cut dari September 2008 hingga Juli 2009 ..................................... 24 9. Kelembaban tanah pada Control dari September 2008 hingga Juli 2009 ........................................ 24 10. Penurunan muka air tanah dari September 2008 hingga Juli 2009 ................................................. 25 11. Curah hujan dari September 2008 hingga Juli 2009 ...................................................................... 25 12. Peralatan yang digunakan selama pengukuran dan analisis ............................................................ 26 13. Dokumentasi selama pengamatan ................................................................................................... 27 14. Peta lokasi penelitian citra satelit ................................................................................................. 28
ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karbondioksida (CO2) merupakan gas rumah kaca yang saat ini sedang menjadi pusat perhatian dunia karena pengaruhnya terhadap pemanasan bumi. Pengurangan emisi karbon merupakan salah satu program yang sedang ramai dibicarakan oleh banyak negara. Banyak upaya yang dilakukan untuk mengurangi tarjadinya peningkatan emisi karbon. Di bidang pertanian dan kehutanan, salah satu upayanya yaitu menjaga dan melestarikan lahan gambut. Gambut merupakan salah satu ekosistem terpenting di dunia. Gambut juga merupakan tempat penimbunan karbon selama ratusan tahun. Terjadinya peningkatan karbon yang lepas ke atmosfir dikarenakan adanya perubahan lahan. Perubahan lahan tersebut antara lain disebabkan oleh deforestasi dan degradasi (Melling et al, 2008). Di Indonesia, Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi yang mempunyai masalah deforestasi tertinggi selama beberapa tahun terakhir. Riau secara signifikan berperan penting dalam menyumbangkan emisi gas rumah kaca di Indonesia. Emisi gas rumah kaca yang dikeluarkan Riau kebanyakan disumbangkan melalui kebakaran hutan dan lahan gambut. Perubahan penutupan lahan di Provinsi Riau terjadi sangat drastis, tahun 1982 hutan yang menutupi provinsi Riau berkisar 78% dari keseluruhan, pada 2007 menjadi hanya berkisar 27%, di mana sebagian besar dimanfaatkan oleh industri pengolah kayu. Tahun 1982 hingga 2007, 28.7% (1,113,090 Ha) dari hutan dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit dan 24.4% (948,588 Ha) dikonversi menjadi perkebunan akasia (WWF, 2008). Akasia dapat tumbuh pada lahan gambut di Provinsi Riau meskipun bukan habitat aslinya. Perluasan perkebunan akasia di lahan gambut diperkirakan dapat meningkatkan emisi CO2. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran emisi CO2 dari tanah pada lahan gambut yang dimanfaatkan sebagai perkebunan akasia atau Hutan Tanaman Industri (HTI) akasia 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengukur dan menentukan emisi CO2 dari tanah pada plot Root Cut dan plot
2.
Control di lahan gambut Hutan Tanaman Industri (HTI) Akasia Langgam, Riau Membuat korelasi antara parameterparameter yang diukur dengan besarnya emisi CO2 dari tanah gambut. Parameter tersebut antara lain penurunan permukaan tanah (subsidence), curah hujan, suhu tanah, kelembaban tanah dan kedalaman air tanah (water table) BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lahan Gambut Lahan gambut adalah hasil dekomposisi sisa atau bagian tanaman baik tumbuhan air (paku, lumut dan ganggang) atau rumput maupun tanaman keras (tumbuhan tingkat tinggi) (Sitorus, 2003). Lahan gambut terbentuk dimana tanamantanaman yang tergenang oleh air terurai secara lambat. Gambut yang terbentuk terdiri dari berbagai bahan organik tanaman yang membusuk dan terdekomposisi pada berbagai tingkatan. Ciri khas dari suatu lahan gambut adalah kandungan bahan organiknya yang tinggi (lebih dari 65%). Gambut yang terbentuk dapat mencapai kedalaman lebih dari 15 meter (PFFSEA, 2003). Lahan gambut merupakan penyimpan karbon yang sangat penting. Lahan gambut hanya menutupi 3% dari luas bumi namun mengandung sekitar 75% dari semua CO2 di atmosfir (Wetlands, 2007). Lahan gambut mempunyai sifat seperti spon yang berarti mampu menyimpan air tawar dalam jumlah besar, sehingga mencegah banjir pada musim hujan dan menyediakan air pada musim kemarau. Hal ini menjadi penting ketika perubahan iklim menghilangkan glasier, curah hujan berubah dan kekeringan yang tak terduga. Lahan-lahan gambut yang digenangi air tidak terbakar secara alami, kecuali pada tahun-tahun yang luar biasa keringnya. Gambut memiliki daya hantar hidrolik (penyaluran air) secara horizontal yang cepat sehingga memacu percepatan pencucian unsur-unsur hara ke saluran drainase. Hal ini menyebabkan gambut miskin unsur hara. Walaupun tanahnya miskin hara dan sangat sulit digunakan untuk usaha pertanian skala besar, namun semakin banyak kawasankawasan gambut yang dimanfaatkan untuk perkebunan dan perindustrian. Di kawasan
1
dimana lahan gambut ingin dimanfaatkan dibangun kanal-kanal yang bertujuan untuk mengeringkan gambut tersebut sehingga lahan dapat disiapkan untuk usaha-usaha pertanian. Cara ini sangat bermasalah karena mengakibatkan turunnya permukaan air tanah dan menghilangkan air di permukaan tanah. Irigasi atau pengairan di lahan-lahan pertanian sekitarnya juga dapat menyebabkan turunnya permukaan air tanah. Setelah kering, maka gambut akan kehilangan sifat-sifat alaminya yang seperti spon sehingga gambut tidak dapat mengatur keluar masuknya air. Lahan-lahan gambut yang kering secara tidak alami sangat mudah menjadi kering. Kebakaran, baik yang disengaja maupun tidak, akan diikuti dengan kerusakaan dan kerugian yang proporsional terhadap kegiatan manusia dan tingkat gangguan yang terjadi.` Drainase dan kebakaran digabungkan dengan perubahan iklim mengkonversi lebih banyak gambut menjadi sumber karbon dibandingkan sebagai penyimpan (Holden, 2005) 2.2 Siklus Karbon dan Aliran Karbon pada Gambut Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer dan atmosfir bumi. Siklus karbon mempunyai empat reservoir karbon utama yang dihubungkan oleh jalur pertukaran. Reservoir-reservoir tersebut adalah atmosfir, biosfer terrestrial (karbon tanah), lautan (karbon anorganik terlarut) dan sedimen (bahan bakar fosil). Bagian terbesar karbon yang berada di atmosfir bumi adalah karbondioksida (CO2). Meskipun jumlah gas ini merupakan bagian yang sangat kecil dari seluruh gas yang ada di atmosfir (hanya sekitar 0.04% dalam basis molar, meskipun sedang mengalami kenaikan), namun CO2 memiliki peran penting dalam menyokong kehidupan (Wikipedia, 2008). CO2 diambil dari atmosfir melalui fotosintesis. Tumbuhan melakukan fotosintesis untuk mengubah CO2 menjadi karbohidrat dan melepaskan oksigen ke atmosfir. CO2 dilepaskan kembali ke atmosfir melalui respirasi tumbuhan dan hewan, dan dalam kondisi oxic (melibatkan oksigen) oleh mikroorganisme dalam dekomposisi aerobik bahan organik. Dekomposisi anaerobik pada gambut membutuhkan mikroorganisme untuk menghancurkan atau melapukan serasahserasah yang berasal dari tanaman menjadi
metana (CH4). Sebagian CH4 terlepas ke atmosfir, tetapi ada yang dimanfaatkan oleh bakteri methanogenesis dimana bakteri tersebut mengkonsumsi CH4 sebagai sumber kehidupan dan kemudian baru dilepaskan setelah dioksidasi menjadi CO2 (Jauhiainen et al., 2005).
Gambar 1. Proses respirasi CO2 dari tanah 2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Emisi CO2 dari Permukaan Tanah Faktor-faktor yang berpengaruh dalam peningkatan produksi CO2 dan CH4 pada gambut yaitu kadar air tanah, suhu tanah, pH dan populasi bakteri methanogenesis (Jauhiainen et al., 2005). Selain itu, dikethaui bahwa kedalaman air tanah, curah hujan dan kelembaban tanah ternyata mempengaruhi emisi CO2 yang dihasilkan di lahan gambut. 2.3.1 Curah Hujan Curah hujan yaitu jumlah air yang turun pada daerah dalam waktu tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Raingauge .Curah hujan diukur dalam harian, bulanan dan tahunan. Curah hujan yang jatuh di wilayah Indonesia umumnya dipengaruhi oleh bentuk medan atau topografi, arah lereng medan, arah angin yang sejajar dengan garis pantai dan jarak perjalanan angin di atas medan datar. Hujan merupakan peristiwa sampainya air dalam bentuk cair maupun padat yang dicurahkan dari atmosfer ke permukaan bumi. 2.3.2 Suhu Tanah Suhu tanah merupakan sifat tanah yang sangat penting. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi secara langsung oleh suhu tanah. Suhu tanah berperan dalam mempengaruhi kelembaban tanah, aerasi, struktur, aktivitas mikrobial dan enzimatik, dekomposisi serasah atau sisa tanaman dan ketersediaan hara-hara tanaman. Laju reaksi kimia meningkat dua kali lipat untuk setiap
2
kenaikan 10º kenaikan temperatur (Hanafiah KA, 2004). Temperatur tanah ditentukan oleh interaksi sejumlah faktor, dengan dua sumber panas, yaitu radiasi sinar matahari dan langit (dominan), serta konduksi dari interior tanah (sangat sedikit). Faktor-faktor eksternal (lingkungan) yang berperan menyebabkan terjadinya perubahan temperatur tanah yaitu radiasi solar, radiasi dari langit, konduksi panas dari atmosfir, kondensasi, evaporasi, curah hujan, insulasi, serta vegetasi melalui pengaruhnya terhadap transpirasi, refleksi radiasi dan energi yang digunakan untuk fotosintesis. Faktor-faktor internal (tanah) yang menyebabkan terjadinya perubahan temperatur tanah yaitu kapasias thermal, konduktivitas dan difusivitas thermal, aktivitas biologis yang menghasilkan panas, radiasi dari tanah ke atmosfir, struktur, tekstur dan kelembaban tanah, serta garam-garam terlarut (Hanafiah KA, 2004). 2.3.3 Kelembaban Tanah Kelembaban mempengaruhi dominasi jenis mikrobia yang aktif dalam proses dekomposisi bahan organik. Bahan umum dominasi bakteri berbanding terbalik dengan fungi. Pada kelembaban tinggi perkembangan dan aktivitas bakteri maksimum, menurun pada kondisi kering (tekanan -3 bar) dan sangat tertekan pada kadar air titik layu permanen (tekanan -15 bar) (Hanafiah KA, 2004).
Keadaan Awal (1): • Tinggi muka air mendekati permukaan • Akumulasi gambut dari tanaman selama ratusan tahun
Kelanjutan (3): • Dekomposisi gambut kering : emisi CO2 • Resiko kebakaran sangat tinggi pada gambut kering : emisi CO2 • Gambut mengalami penyusutan
Gambut memiliki kemampuan menahan air sangat baik. Akan tetapi apabila kandungan airnya menurun secara berlebihan akan mengakibatkan kondisi kering tak balik. Gambut yang telah mengalami kondisi demikian sudah sulit menyerap air kembali, bobotnya sangat ringan sehingga mudah hanyut terbawa air hujan, strukturnya lepas-lepas seperti pasir, mudah terbakar dan sulit ditanam kembali (Wetlands, 2008). 2.3.4 Kedalaman Air Tanah (Water Table) Air merupakan komponen penting dalam tanah yang dapat menguntungkan dan kadangkala merugikan. Secara garis besar peran air tanah yang menguntungkan yaitu sebagai pelarut dan pembawa ion-ion hara, sarana transportasi dan pendistribusi nutrisi, komponen pemicu pelapuk bahan induk, pelarut dan pemicu reaksi kimiawi, penopang aktivitas mikrobia, pembawa oksigen terlarut ke dalam tanah, serta stabilisator temperatur tanah. Peran air tanah yang merugikan antara lain sebagai pemicu rusaknya tanah seperti erosi, pemicu perubahan horizon, serta pemicu kemiskinan tanah (Hanafiah KA, 2004). Kedalaman air tanah pada lahan gambut berpengaruh dalam peningkatan emisi CO2. Hal ini dikarenakan apabila gambut menjadi kering maka kemungkinan terjadinya peningkatan emisi CO2 semakin besar. Untuk lebih mudahnya akan dijelaskan pada Gambar 2 :
Penurunan air tanah (2) : • Permukaan air menurun • Permukaan gambut mengalami pengeringan dan emisi CO2 dimulai
Keadaan Akhir (4): • Banyak karbon gambut di atas batas drainase terlepas ke atmosfir
Gambar 2. Ilustrasi emisi CO2 dari drainase gambut (sumber : Hooijer, 2006)
3
2.4 CO2 Analyzer CO2 analyzer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besarnya nilai CO2. CO2 analyzer terdiri dari dua bagian yaiu tester dan analyzer. Analyzer merupakan bagian yang dihubungkan langsung dengan plastik sampel (teddler bag) di mana di dalam analyzer terdapat mesin analisis beserta saringan. Tester merupakan alat yang dihubungkan dengan analyzer sehingga tester dapat menunjukkan nilai CO2 yang diperoleh. Satuan yang digunakan yaitu mV.
permukaan tanah, kelembaban tanah.
suhu
tanah
serta
BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2008 hingga Juli 2009. Pengambilan data bertempat di Hutan Tanaman Industri (HTI) akasia RAPP Langgam, Riau. Kemudian penelitian dilanjutkan di Laboratorium Agrometeorologi Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB. 3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu CO2 analyzer, chamber, digital thermometer, theta probe, plastik sampel penangkap gas CO2 (teddler bag), pipa untuk pengukuran kedalaman air tanah, meteran, alat tulis beserta seperangkat komputer untuk pengolahan data. Bahan-bahan yang digunakan adalah lahan gambut beserta gas CO2. 3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Pengambilan Data Pengambilan data dilaksanankan setiap bulan selama dua hari. Terdapat enam plot, dimana tiap plot mempunyai dua macam jenis plot yaitu plot Root Cut dan Plot Control. Plot pertama berjarak 100 meter dari pinggir kanal, dilanjutkan plot dua hingga enam dimana setiap plot berjarak kurang lebih 100 meter. Pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran emisi CO2 dari tanah, kedalaman air tanah, penurunan
Gambar 3. Lokasi penelitian di Langgam 3.3.2 Pembuatan Plot Tiap plot mempunyai dua tipe tempat pengambilan CO2, yaitu plot Root Cut dan plot Control. Pengukuran CO2 dengan respirasi akar diukur pada plot Control sedangkan pengukuran CO2 tanpa respirasi akar diukur pada plot Root Cut, dengan tujuan untuk mengukur fluks CO2 dari dekomposisi gambut sehingga dapat diprediksi emisi akar. Plot Control merupakan tempat pengambilan sampel CO2 dengan panjang 1 meter dan lebar 1 meter. Di pasang tiga tempat dudukan ruang gas sampel yang terbuat dari stainless steel, dudukan chamber ini dipasang permanen sehingga tempat pengambilan CO2 tidak berubah-ubah. Pembuatan Plot Root Cut hampir sama dengan pembuatan plot Control, yang membedakan antara plot Root Cut dan plot Control yaitu akar di sekeliing Plot Root Cut dipotong kemudian dipasang water permeable sheet di dalam tanah untuk melindungi Plot Root Cut tersebut.
4
Control
Root Cut
Gambar 4. Sketsa Plot Control dan Plot Root Cut 3.3.3 Pengukuran CO2 dari Tanah Pengukuran CO2 dilakukan dengan menggunakan closed chamber method. Ruang sampel gas atau chamber terbuat dari bahan stainless steel, dimana mempunyai diameter 20 cm dan tinggi 25 cm. Pengambilan sampel gas pertama dlakukan sebelum ruang gas ditutup (0 menit). Pengambilan sampel gas kedua dilakukan 6 menit setelah ruang gas ditutup. Sampel gas dimasukkan ke dalam plastik sampel (teddler bag). Kemudian sampel gas yang telah dikumpulkan akan dianalisis menggunakan CO2 analyzer.
FluksCO 2 = mgCm −2 h −1 = ρ×
V ∆C 273 × × ×α A ∆t 273 + t
Keterangan : : kerapatan gas CO2 ρ (1.9770*106 mg CO2/m3)
V : H (tinggi ruang contoh gas (m)) A ∆C : perubahan konsentrasi gas (m3 ∆t
t
m-3h-1) : suhu rata-rata
α
:
12 44
3.3.4 Pengukuran Curah Hujan Pengukuran curah hujan menggunakan alat yang disebut Raingauge. Raingauge dapat mengukur data curah hujan harian. Satuan yang digunakan yaitu mm.
Gambar 5. Ruang sampel gas yang digunakan pada closed chamber method (sumber : Hatano R dan Toma Y, 2007) Setelah pencatatan data dari CO2 analyzer, kemudian dilakukan perhitungan fluks CO2. Perhitungan fluks CO2 menggunakan program Microsoft excel yang telah disediakan, yaitu CO2 fluks calculation. Berikut rumus gas CO2 (mV) yang dikonversi menjadi fluks gas CO2 (mgCm-2h-1).
Gambar 6. Rain Gauge
5
3.3.5 Pengukuran Suhu Tanah Pengukuran suhu tanah dilakukan selama pengukuran gas CO2, suhu tanah yang diukur yaitu pada kedalaman 10 cm. pengukuran suhu tanah menggunakan thermocouple k-probe (automatic temperature soil). Pengukuran suhu tanah dilakukan sebanyak tiga kali ulangan mengelilingi chamber.
pipa, ujung pipa yang dimasukan ditutup. Pipa dipasang permanen sehingga tempat pengukuran tidak berubah-ubah. Pengukuran dilakukan setiap bulan. Pengambilan data kedalaman air tanah dilakukan di setiap plot dengan cara memasukkan selang ke dalam pipa hingga ujung selang menyentuh permukaan air. Kemudian berikan tanda pada selang yang sejajar dengan permukaan pipa. Keluarkan selang dari pipa. Ukur menggunakan meteran dari ujung selang hingga tanda yang sudah diberikan. Hasil yang diperoleh kemudian dikurangkan dengan rata-rata nilai penurunan permukaan tanah.
Gambar 7. Pengukuran suhu tanah 3.3.6 Pengukuran Kelembaban Tanah Pada setiap plot dilakukan pengukuran kelembaban tanah. Pengukuran ini juga dilakukan selama pengukuran CO2, kelembaban tanah yang diukur yaitu pada kedalaman 10 cm. Alat yang digunakan untuk mengukur kelembaban tanah yaitu theta probe. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali ulangan mengelilingi chamber.
Gambar 9. Pengukuran water table 3.3.8 Pengukuran Penurunan Permukaan Tanah (Subsidence) Penurunan permukaan tanah dilakukan pada semua plot. Pengukuran penurunan permukaan tanah diukur menggunakan meteran. Pengukuran dilakukan pada pipa water table. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali ulangan mengelilingi pipa.
Gambar 8. Pengukuran kelembaban tanah 3.3.7 Pengukuran Kedalaman air tanah (Water Table) Pengukuran kedalaman air tanah menggunakan selang dan meteran. Pada titik pengambilan data dimasukkan pipa berdiameter 3.5 cm dengan kedalaman 4 meter. Pada sisi pipa dibuat lubang kecil untuk jalur masuknya air, kecilnya lubang membuat tanah tidak dapat masuk ke dalam
Gambar 10. Pengukuran subsidence
6
pada plot Root Cut berkisar antara 162.24 hingga 339.01 mgCm-2h-1 sedangkan untuk plot Control berkisar antara 196.55 hingga 287.28 mgCm-2h-1. Terdapat nilai rata-rata fluks CO2 pada plot Root Cut lebih tinggi dibandingkan plot Control (plot 2, 3, dan 4). Ini disebabkan karena adanya perbedaan spasial saat pengambilan data atau kesalahan dalam pembuatan plot Root Cut.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Fluks CO2 dari Tanah Gambar 11 dan 12 menunjukkan fluks CO2 pada plot Root Cut dan plot Control. Pada Tabel 1 menampilkan ratarata fluks CO2 tiap plot pada plot Root Cut dan plot Control. Nilai rata-rata fluks CO2
FLUKS CO2 (mgCm-2h-1)
PLOT ROOT CUT 500.00 450.00 400.00 350.00 300.00 250.00 200.00 150.00 100.00 50.00 0.00
Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot 5 Plot 6
S-08 O-08 N-08 D-08
J-09
F-09
M-09
A-09 M-09
J-09
J-09
BULAN
Gambar 11. Profil fluks CO2 plot Root Cut pada September 2008 hingga Juli 2009
PLOT CONTROL
FLUKS CO2 (mgCm-2h-1)
600.00 Plot 1
500.00
Plot 2
400.00
Plot 3
300.00
Plot 4
200.00
Plot 5 Plot 6
100.00 0.00 S-08 O-08
N-08
D-08
J-09
F-09 M-09 A-09 M-09
J-09
J-09
BULAN
Gambar 12. Profil fluks CO2 plot Control pada September 2008 hingga Juli 2009 Tabel 1. Rata-rata dan standar deviasi fluks mgCm-2h-1 pada plot Root Cut dan plot Control. RATA-RATA ± STANDAR DEVIASI FLUKS CO2 (mgCm-2h-1) PLOT PLOT ROOT CUT PLOT CONTROL 1 227.80 ± 59.33 277.35 ± 92.46 2 229.39 ± 69.55 196.55 ± 89.12 3 339.01 ± 82.44 276.15 ± 153.35 4 255.96 ± 81.10 199.89 ± 96.20 5 183.68 ± 102.18 287.28 ± 89.18 6 162.24 ± 86.47 197.00 ± 81.80
7
4.2 Laju Penurunan Permukaan Tanah (Subsidence) Laju penurunan enurunan permukaa permukaan tanah terjadi pada semua plot. Nilai penurunan permukaan tanah yang diperoleh berbeda
setiap bulannya.. Peningkatan nilai penurunan permukaan tanah mulai terjadi dari Oktober 2008 hingga Juli J 2009. Kisaran rata-rata penurunan unan permukaan tanah antara 0.40 hingga 0.67 cm/bulan.
Gambar 13.. Penururan permukaan tanah tiap plot pada September 2008 hingga Juli Ju 2009 Tabel 2. Rata-rata rata dan standar deviasi penurunan permukaan tanah tiap plot. RATA-RATA PLOT (CM/BULAN) 1 0.60 2 0.54 3 0.40 4 0.57 5 0.43 6 0.67 RATA RATA-RATA ± STÁNDAR 0.53 ± 0.10 DEVIASI
4.3 Suhu Tanah Suhu tanah yang diukur pada pengamatan merupakan suhu tanah pada kedalaman 10 cm. Fluktuasi suhu tanah untuk plot Root Cut dan plot Control mempunyai pola yang sama. Suhu tanah meningkat secara perlahan mulai dari
Februari 2009 hingga Juli 2009. Nilai ratarata suhu tanah terendah diperoleh pada bulan Januari sebesar 25.52˚C 25.52 untuk plot Root Cut dan 25.63˚C untuk plot Control. Nilai rata-rata rata suhu tanah tertinggi diperoleh pada bulan Juli sebesar 28.75˚C 28.75 untuk plot Root Cut dan 28.79˚C untuk plot Control.
8
PLOT ROOT CUT 30.00 SUHU TANAH (˚C)
29.00 Plot 1
28.00
Plot 2
27.00
Plot 3
26.00
Plot 4
25.00
Plot 5
24.00
Plot 6
23.00 22.00 S-08 O-08
N-08
D-08
J-09
F-09
M-09
A-09 M-09
J-09
J-09
BULAN
Gambar 14. Profil suhu tanah kedalaman 10 cm plot Root Cut pada September 2008 hingga Juli 2009
PLOT CONTROL 30.00 SUHU TANAH (˚C)
29.00 Plot 1
28.00
Plot 2
27.00
Plot 3
26.00
Plot 4
25.00
Plot 5
24.00
Plot 6
23.00 22.00 S-08 O-08
N-08
D-08
J-09
F-09 M-09
A-09 M-09
J-09
J-09
BULAN
Gambar 15. Profil suhu tanah kedalaman 10 cm plot Control pada September 2008 hingga Juli 2009 Tabel 3. Rata-rata dan standar deviasi suhu tanah pada plot Root Cut dan plot Control. RATA-RATA ± STANDAR DEVIASI SUHU TANAH PLOT PLOT ROOT CUT PLOT CONTROL 1 26.76 ± 0.97 26.89 ± 0.87 2 26.92 ± 1.01 26.93 ± 1.03 3 26.59 ± 1.17 26.80 ± 1.12 4 27.67 ± 1.17 27.54 ± 1.10 5 26.61 ± 1.20 26.64 ± 1.09 6 26.51 ± 1.23 26.41 ± 1.02 4.4 Kelembaban Tanah Gambar 16 dan 17 disajikan profil kelembaban tanah untuk plot Root Cut dan plot Control. Nilai rata-rata kelembaban tanah tertinggi terjadi pada bulan September 2008 sebesar 51.86% untuk plot Root Cut
dan 52.28% untuk plot Control, sedangkan nilai rata-rata kelembaban tanah terendah terjadi pada bulan Juli 2009 dengan nilai sebesar 26.51% untuk plot Root Cut dan 34.10% untuk plot Control.
9
KELEMBABAN TANAH (%)
PLOT ROOT CUT 90.00 80.00 70.00
Plot 1
60.00
Plot 2
50.00
Plot 3
40.00
Plot 4
30.00
Plot 5
20.00
Plot 6
10.00 0.00 S-08 O-08
N-08
D-08
J-09
F-09
M-09
A-09 M-09
J-09
J-09
BULAN
Gambar 16. Profil kelembaban tanah (%) plot Root Cut pada September 2008 hingga Juli 2009
KELEMBABAN TANAH (%)
PLOT CONTROL 70.00 60.00
Plot 1
50.00
Plot 2
40.00
Plot 3
30.00
Plot 4
20.00
Plot 5 Plot 6
10.00 0.00 S-08 O-08
N-08
D-08
J-09
F-09
M-09
A-09 M-09
J-09
J-09
BULAN
Gambar 17. Profil kelembaban tanah (%) plot Control pada September 2008 hingga Juli 2009 Tabel 4. Rata-rata dan standar deviasi kelembaban tanah pada plot Root Cut dan plot Control. RATA-RATA ± STANDAR DEVIASI KELEMBABAN TANAH PLOT PLOT ROOT CUT PLOT CONTROL 1 42.49 ± 7.07 36.45 ± 4.90 2 48.81 ± 9.63 50.64 ± 7.52 3 33.92 ± 7.39 34.98 ± 7.69 4 32.22 ± 4.28 48.10 ± 6.13 5 33.02 ± 8.95 41.60 ± 6.66 6 46.06 ± 13.30 45.40 ± 9.09
4.5 Kedalaman Air Tanah (Water Table) dan Curah Hujan Pada Gambar 18 dapat dilihat curah hujan dan water table dari bulan September 2008 hingga Juli 2009. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan September 2008 sebesar
359 mm. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli 2009 sebesar 56.2 mm. Musim penghujan terjadi pada bulan September yang kemudian curah hujan untuk bulan
10
berikutnya semakin menurun. Bulan Mei, Juni dan Juli 2009 mempunyai curah hujan yang sangat rendah sehingga pada saat itu banyak terjadi kebakaran lahan dan hutan gambut. Tiap plot mempunyai fluktuasi pola water table yang hampir sama. Pada bulan
September yang merupakan puncak tertinggi curah hujan terjadi, maka diperoleh nilai water table yang sangatt rendah pada setiap plot. Bulan Juli water table yang diperoleh sangat tinggi dikarenakan pada saat itu curah hujan yang terjadi sangat rendah.
Gambar 18. Pola ola curah hujan dan pprofil kedalaman air tanah pada September 2008 hingga Juli 2009 4.6 Kebutuhan Iklim Akasia Akasia (Acacia Acacia crassicarpa crassicarpa) merupakan vegetasi yang tumbuh di lokasi penelitian ini. Acacia crassicarpa umumnya tumbuh di daerah tropik dan subtropik. Akasia dapat tumbuh dengan ketinggian tempat berkisar antara 00-450 m dpl dan dengan curah hujan tahunan berkisar an antara 500 mm (di Australia) hingga 3500 mm (di Papua New Guinea dan Irian). Akasia dapat tumbuh pada rata-rata rata suhu udara minimum berkisar antara 15-22˚C ˚C dan suhu udara maksimum berkisar antara 31 31-34˚C. Acacia crassicarpa dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah. Panjang akar akasia dapat mencapai 60 cm, sehingga pengaturan water table pada Hutan Tanaman Industri ndustri akasia disarankan tidak kurang dari 60 cm dari permukaan tanah. Tetapi pada pengukuran ditemukan nilai water table melebihi 60 cm dari
permukaan tanah pada bulan Juni dan Juli 2009 dimana pada saat itu merupakan musim kemarau dengan curah hujan yang sangat kecil . Hal ini dapat menggangu pertumbuhan dan an perkembangan tanaman akasia. Hujan dan Kumulatif 4.7 Curah Subsidence Gambar 19 menunjukkan hubungan antara curah hujan dan kumulatif Subsidence.. Hasil regresi antara kedua faktor tersebut diperoleh nilai (R2=0.91 ; p=0.00). Hal ini menunjukkan bahwa curah hujan berpengaruh terhadap terjadinya penurunan permukaan tanah (subsidence). ( Selain itu, adanya kanal-kanal kanal kecil pada lahan juga diperkirakan sebagai penyebabkan terjadinya penurunan permukaan tanah.
11
2500.00
Curah Hujan (mm)
y = -354.1x + 161.7 R² = 0.915
2000.00 1500.00 1000.00 500.00 0.00
-6.00
-5.00 5.00
-4.00
-3.00 -2.00 -1.00 Kumulatif Subsidence (cm)
0.00
1.00
Gambar 19. Hubungan curah hujan terhadap kumulatif subsidence dari ari September 2008 hingga Juli 2009 4.8 Emisi Kumulatif Fluks CO2 dan Kumulatif Subsidence Pada Gambar 20 dan 21 menyajikan regresi antara emisi kumulatif CO2 tanah dengan kumulatif subsidence pada plot Root Cut dan plot Control. Hasil analisis disajikan pada Tabel 5 dimana ternyata kumulatif subsidence mempunyai yai hubungan yang sangat kuat terhadap kumulatif fluks CO2 pada tiap plot. Berdasarkan hasil analisis korelasi dan regresi, hubungan kumulatif emisi CO2 dari tanah dengan kumulatif
subsidence pengukuran tipe multy positions (Gambar 22)) dihasilkan (R ( 2=0.86 ; p=0.00) untuk plot Root Cut dan (R2=0.84 ; p=0.00) untuk plot Control, ontrol, dengan nilai korelasi negatif masing-masing masing (-0.92 ( ; -0.91). Kumulatif subsidence berbanding terbalik terhadap kumulatif CO2. Korelasi negatif menunjukkan bahwa penurunan kumulatif subsidence akan mempengaruhi peningkatan produksi CO2.
Gambar 20. Hubungan emisi kumulatif CO2 tanah terhadap kumulatif subsidence pada plot Root Cut dari September 2008 hingga Juli 2009
12
Gambar 21.. Hubungan emisi kumulatif CO2 tanah terhadap kumulatif subsidence pada plot Control dari September 2008 hingga Juli 2009 Tabel 5.. Analisis Regresi emisi kumulatif CO2 tanah terhadap kumulatif subsidence pada plot Root Cut dan plot Control PLOT PLOT ROOT CUT PLOT CONTROL 1 376.41x + 56.945 ; R2 = 0.9474 y = -457.29x 457.29x + 30.477 ; R2 = 0.9421 y = -376.41x 2 y = -423.31x + 130.22 ; R2 = 0.8129 y = -381.94x + 336.34 ; R2 = 0.7239 2 3 y = -963.21x + 529.54 ; R = 0.8238 y = -825.52x + 773.9 ; R2 = 0.7415 2 4 y = -428.92x + 412.75 ; R = 0.7038 y = -325.07x + 392.04 ; R2 = 0.6298 2 y = -388.87x + 89.466 ; R = 0.6876 y = -690.03x + 221.28 ; R2 = 0.7871 5 2 y = -277.55x + 213.46 ; R = 0.8549 y = -320.78x + 86.891 ; R2 = 0.9020 6
Gambar 22.. Hubungan emisi kumulatif CO2 tanah terhadap kumulatif subsidence pada plot Root Cut dan plot Control dari September 2008 hingga Juli 2009 pengukuran multy position 4.9 Emisi CO2 dan Curah Hujan Menurut Batjes dan Bridges (1992) dalam Susantie (2008), 2008), distribusi periode curah hujan dan suhu dalam setahun menentukan kondisi-kondisi kondisi kelembaban
tanah dan suhu tanah yang pada akhirnya mempengaruhi fluks CO2. Analisis regresi antara emisi CO2 dan curah hujan dapat dilihat pada Tabel 6. Pengukuran multy
13
position (Gambar 25) antara emisi CO2 dari tanah dengan curah hujan berkorelasi pada R2=0.50 ( p=0.015) untuk plot Root Cut dan R2=0.59 (p=0.004) untuk plot Control, dengan nilai korelasi negatif masing-masing (-0.71 ; -0.79). Analisis menunjukkan
hubungan yang diperoleh yaitu hubungan negatif dimana seiring meningkatnya curah hujan maka laju emisi CO2 akan semakin menurun.. Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil yang diperoleh Takakai et. al (2007).
FLUKS CO2 (mgCm-2h-1)
PLOT ROOT CUT 500.00 450.00 400.00 350.00 300.00 250.00 200.00 150.00 100.00 50.00 0.00
Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot 5 Plot 6 0
50
100
150
200
250
300
350
400
CURAH HUJAN (mm)
Gambar 23. Hubungan emisi CO2 tanah dengan curah hujan pada plot Root Cut dari September 2008 hingga Juli 2009
PLOT CONTROL FLUKS CO2 (mgCm-2h-1)
600.00 500.00
Plot 1
400.00
Plot 2 Plot 3
300.00
Plot 4
200.00
Plot 5
100.00
Plot 6
0.00 0
50
100
150
200
250
300
350
400
CURAH HUJAN (mm)
Gambar 24. Hubungan emisi CO2 tanah dengan curah hujan pada plot Control dari September 2008 hingga Juli 2009 Tabel 6. Analisis Regresi emisi CO2 tanah terhadap curah hujan pada plot Root Cut dan plot Control PLOT PLOT ROOT CUT PLOT CONTROL y = -0.481x + 366.08 ; R2 = 0.2359 1 Y = -0.3449x + 291.44 ; R2 = 0.3062 2 y = -0.2674x + 278.72 ; R2 = 0.1339 y = -0.4627x + 281.91 ; R2 = 0.2442 2 3 y = -0.5121x + 442.7 ; R = 0.3006 y = -0.8811x + 438.68 ; R2 = 0.2991 2 4 y = -0.4091x + 331.43 ; R = 0.2305 y = -0.4709x + 286.76 ; R2 = 0.2171 2 y = -0.2166x + 223.65 ; R = 0.0407 y = -0.0956x + 304.91 ; R2 = 0.0104 5 2 y = -0.3783x + 232.04 ; R = 0.1734 y = -0.2739x + 247.53 ; R2 = 0.1016 6
14
450.00
FLUKS CO2 (mgCm-2h-1)
400.00 y = -0.4553x + 325.19
350.00
R2 = 0.4982
300.00
ROOT CUT
250.00
CONTROL
200.00
Linear (ROOT CUT) Linear (CONTROL)
150.00 y = -0.6662x + 375.73
100.00
R2 = 0.5939
50.00 0.00 0
100
200
300
400
CURAH HUJAN (mm)
Gambar 25. Hubungan emisi CO2 tanah terhadap curah hujan pada plot Root Cut dan plot Control dari September 2008 hingga Juli 2009 pengukuran multy position
4.10 Emisi CO2 dan Suhu Tanah Produksi CO2 di dalam tanah hampir seluruhnya dipengaruhi oleh respirasi akar dan dekomposisi mikrobia dari bahan organik. Seperti semua reaksi kimia dan biokimia, proses tersebut juga bergantung kepada suhu tanah (Davidson dan Janssens, 2006). Hasil analisis regresi menunjukkan suhu tanah berkorelasi positif terhadap emisi CO2 pada tiap plot baik plot Root Cut maupun plot Control (Tabel 7). Berdasarkan hasil analisis korelasi dan regresi, hubungan
laju emisi CO2 dari tanah dengan suhu tanah pengukuran tipe multy positions (Gambar 28) dihasilkan (R2=0.51 ; p=0.010) untuk plot Root Cut dan (R2=0.35 ; p=0.026) untuk plot Control, dengan nilai korelasi positif masing-masing (0.73 ; 0.66). Semakin tinggi suhu tanah maka emisi CO2 yang dihasilkan juga semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Boone et.al (1998) dan Schindlbacher et al ( 2009).
FLUKS CO2 (mgCm-2h-1)
PLOT ROOT CUT 500.00 450.00 400.00 350.00 300.00 250.00 200.00 150.00 100.00 50.00 0.00 24.00
Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot 5 Plot 6
25.00
26.00
27.00
28.00
29.00
30.00
SUHU TANAH (˚C)
Gambar 26. Hubungan emisi CO2 tanah dengan suhu tanah pada plot Root Cut dari September 2008 hingga Juli 2009
15
PLOT CONTROL FLUKS CO2 (mgCm-2h-1)
600.00 500.00
Plot 1
400.00
Plot 2 Plot 3
300.00
Plot 4
200.00
Plot 5
100.00
Plot 6
0.00 24.00
25.00
26.00
27.00
28.00
29.00
30.00
SUHU TANAH (˚C)
Gambar 27. Hubungan emisi CO2 tanah dengan suhu tanah pada plot Control dari September 2008 hingga Juli 2009 Tabel 7. Analisis Regresi emisi CO2 tanah terhadap suhu tanah pada plot Root Cut dan plot Control PLOT PLOT ROOT CUT PLOT CONTROL y = 3.4328e0.1612x ; R2 = 0.1433 1 y = 8.5015e0.1216x ; R2 = 0.1711 2 y = 1.9811e0.1746x ; R2 = 0.2449 y = 0.0421e0.3089x ; R2 = 0.2903 0.0998x 2 y = 23.225e ; R = 0.2313 y = 0.3464e0.2413x ; R2 = 0.1148 3 0.1679x 2 ; R = 0.4416 y = 2.3555e y = 0.0124e0.3478x ; R2 = 0.6015 4 0.3157x 2 y = 0.0349e ; R = 0.3509 y = 13.977e0.1114x ; R2 = 0.1085 5 0.173x 2 ; R = 0.1431 y = 1.4483e y = 0.1784e0.2624x ; R2 = 0.4104 6
450.00 y = 0.8589e 0.2075x
FLUKS CO2 (mgCm-2h-1)
400.00
R2 = 0.3497
350.00 300.00
ROOT CUT
250.00
y = 3.94e
0.1511x
R2 = 0.5106
200.00
CONTROL Expon. (ROOT CUT) Expon. (CONTROL)
150.00 100.00 50.00 0.00 25.00
26.00
27.00
28.00
29.00
SUHU TANAH (˚C)
Gambar 28. Hubungan emisi CO2 tanah terhadap suhu tanah pada plot Root Cut dan plot Control dari September 2008 hingga Juli 2009 pengukuran multy position 4.11 Emisi CO2 dan Kelembaban Tanah Meningkatnya kelembaban tanah menyebabkan proses terjadinya fluks karbondioksida terhambat karena kondisi yang lembab menyebabkan bakteri aerob yang merombak bahan organik menjadi tidak aktif karena oksigen yang diperlukan
kurang (Runting, 2006 dalam Susantie, 2008). Berdasarkan hasil analisis korelasi dan regresi, hubungan laju emisi CO2 dari tanah dengan kelembaban tanah pengukuran tipe multy positions (Gambar 31) dihasilkan (R2=0.45 ; p=0.023) untuk plot Root Cut dan
16
(R2=0.39 ; p=0.039) untuk plot Control, dengan nilai korelasi positif masing-masing (-0.67 ; -0.63). Korelasi negatif yang
diperoleh menunjukkan bahwa dengan meningkatnya kelembaban tanah maka diikuti penurunan laju emisi CO2 dari tanah.
FLUKS CO2 (mgCm-2h-1)
PLOT ROOT CUT 500.00 450.00 400.00 350.00 300.00 250.00 200.00 150.00 100.00 50.00 0.00 0.00
Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot 5 Plot 6
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
KELEMBABAN TANAH (%)
Gambar 29. Hubungan emisi CO2 tanah dengan kelembaban tanah pada plot Root Cut dari September 2008 hingga Juli 2009
PLOT CONTROL FLUKS CO2 (mgCm-2h-1)
600.00 500.00 400.00 Plot 1
300.00
Plot 2 200.00
Plot 3
100.00
Plot 4 Plot 5
0.00 0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
Plot 6
KELEMBABAN TANAH (%)
Gambar 30. Hubungan emisi CO2 tanah dengan kelembaban tanah pada plot Control dari September 2008 hingga Juli 2009 Tabel 8. Analisis Regresi emisi CO2 tanah terhadap kelembaban tanah pada plot Root Cut dan plot Control PLOT PLOT ROOT CUT PLOT CONTROL 1 y = -5.7302x + 486.19 ; R2 = 0.0888 Y = -4.1636x + 404.72 ; R2 = 0.2462 2 y = -3.0376x + 377.64 ; R2 = 0.1768 y = -10.481x + 727.27 ; R2 = 0.7831 2 3 y = -6.094x + 545.74 ; R = 0.2986 y = -9.3939x + 604.71 ; R2 = 0.2219 2 y = -8.1522x + 518.59 ; R = 0.1852 y = -9.8108x + 671.82 ; R2 = 0.3912 4 2 y = -2.9681x + 281.68 ; R = 0.0676 y = -5.3302x + 509.03 ; R2 = 0.1585 5 2 y = -3.3209x + 315.2 ; R = 0.2609 y = -3.5267x + 357.11 ; R2 = 0.1537 6
17
FLUKS CO2 (mgCm-2h-1)
450.00 400.00
y = -9.8081x + 659.42
350.00
R2 = 0.3945
300.00
ROOT CUT
250.00
CONTROL
200.00
Linear (ROOT CUT)
150.00
Linear (CONTROL)
100.00
y = -5.3588x + 444.25
50.00
R2 = 0.4547
0.00 0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
KELEMBABAN TANAH (%)
Gambar 31.. Hubungan emisi CO2 tanah terhadap kelembaban tanah pada plot Root Cut dan plot Control dari September 2008 hingga Juli 2009 pengukuran multy position Air Tanah 4.12 Emisi CO2 dan Kedalaman A Menurut Moore dan Knowles ((1989) dalam Orahami (2008), posisi air tanah yang berkaitan dengan zona anaerobik dan aerobik sangat mempengaruhi emisi CO2 dari lahan gambut, sehingga fluks CO2 dari permukaan tanah akan lebih tinggi pada saat kedalaman air tanah lebih dalam (jauh dari permukaan tanah). Berdasarkan hasil analisis korelasi dan regresi, hubungan laju emisi CO2 dari tanah dengan water table pengukuran tipe multy positions (Gambar 34) dihasilkan (R2=0.36 ; p=0.050 p=0.050) untuk plot Root Cut dan (R2=0.43 ; p=0.028 p=0.028) untuk plot Control, dengan nilai korelasi negatif
masing-masing (-0.60 ; -0.66). Korelasi yang diperoleh oleh merupakan korelasi negatif dimana seiring meningkatnya menurunnya water table maka diikuti peningkatan laju emisi CO2 dari tanah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Furukawa et al (2005). Hasil regresi yang diperoleh menunjukan bahwa setiap terjadinyanya kenaikan water table sebesar 1 cm maka akan terjadi di peningkatan produksi CO2 sebesar 151.08 mgCm-2h-1 untuk plot Root Cut dan 113.80 mgCm-2h-1 untuk plot Control.
Gambar 32. Hubungan emisi CO2 tanah terhadap water table pada plot Root Cut dari September 2008 hingga Juli 2009
18
Gambar 33.. Hubungan emisi CO2 tanah terhadap water table pada plot Control dari September 2008 hingga Juli 2009 Tabel 9.. Analisis Regresi emisi CO2 tanah terhadap water table pada plot Root Cut dan plot Control PLOT ROOT CUT CONTROL 1 1.323x + 156.36 ; R2 = 0.2307 y = -0.9163x + 221.41 ; R2 = 0.067 y = -1.323x 2 y = -0.1206x 0.1206x + 213.42 ; R2 = 0.0011 y = -1.1575x + 120.88 ; R2 = 0.0565 2 3 y = -1.5351x 1.5351x + 263.97 ; R = 0.0648 y = -7.0218x - 30.871 ; R2 = 0.3904 2 4 y = -0.9467x 0.9467x + 200.71 ; R = 0.0783 y = -1.166x + 132.86 ; R2 = 0.0825 2 y = -0.0883x 0.0883x + 164.02 ; R = 0.0003 y = -0.3731x + 260.45 ; R2 = 0.0056 5 2 y = -0.8296x 0.8296x + 99.265 ; R = 0.0786 y = -0.3803x + 199.97 ; R2 = 0.0174 6
Gambar 34.. Hubungan emisi CO2 tanah terhadap water table pada plot Root Cut dan plot Control dari September 2008 hingga Juli 2009 pengukuran multy position 4.12 Perbandingan Emisi CO2 Pada penelitian ini diperoleh emisi CO2 dengan nilai pada plot Root Cut berkisar antara 162.24 hingga 339.01 mgCm-2h-1 dengan laju emisi CO2 rata-rata
sebesar 233.01 mgCm-2h-1 sedangkan untuk plot Control berkisar antara 196.55 hingga 287.28 mgCm-2h-1 dengan laju emisi CO2 rata-rata sebesar 239.04 mgCm-2h-1. Hasil
19
penelitian Irawan (2008) diperoleh CO2 sebesar 299.15 mgCO2m-2h-1 atau 81.62 mgCm-2h-1 dari permukaan tanah mineral Babahaleka. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian ini maka emisi pada tanah Babahaleka sangat kecil dibandingkan dengan kisaran laju emisi CO2 rata-rata pada plot Root Cut dan Plot Control. Penelitian Melling et. al. (2004) diperoleh emisi CO2 dengan nilai antara 46 hingga 335 mgCm-2h-1 dengan laju emisi CO2 rata-rata sebesar 189.11 mgCm-2h-1 pada lahan gambut yang difungsikan sebagai perkebunan kelapa sawit, pada ekosistem sago diperoleh nilai emisi CO2 antara 62.5 hingga 244.6 mgCm-2h-1 dengan nilai laju emisi CO2 rata-rata sebesar 137.54 mgCm2 -1 h dan pada ekosistem hutan diperoleh nilai emisi CO2 antara 100 hingga 532.9 mgCm2 -1 h dengan nilai laju emisi CO2 rata-rata sebesar 249.67 mgCm-2h-1. Hasil penelitian kali ini mempunyai laju nilai rata-rata yang lebih besar dibandingkan pada ekosistem kelapa sawit dan sago (Melling, 2004), sedangkan nilai emisi CO2 pada penelitian ini lebih kecil dibandingkan pada nilai emisi CO2 pada ekosistem hutan baik itu pada plot Root Cut maupun Control. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kumulatif CO2 yang dikeluarkan dari tanah pada September 2008 hingga Juli 2009 sebesar 2563.16 mgCm-2h-1 untuk plot Root Cut dan 2629.41 mgCm-2h-1 untuk plot Control. Faktor-faktor yang diukur seperti suhu tanah, curah hujan, subsidence, water table, serta kelembaban tanah mempunyai pengaruh terhadap produksi CO2. Suhu tanah berkorelasi positif terhadap produksi CO2, sedangkan curah hujan, water table, subsidence dan kelembaban tanah berkorelasi negatif terhadap produksi CO2. 5.2 Saran Untuk penelitian lebih lanjut disarankan agar jumlah plot pengambilan data diperbanyak serta intenistas pengambilan data selama sebulan ditingkatkan. Selain itu, sebaiknya perlu dilakukan pengamatan terhadap faktorfaktor lain yang mempengaruhi produksi CO2 seperti bahan organik dan populasi mikroba dalam tanah. Pengukuran terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman akasia juga perlu dilakukan. Pengukuran daya serap CO2 yang diperlukan akasia selama masa pengamatan, sehingga dapat
diketahui berapa jumlah nyata CO2 yang keluar ke atmosfer dari lahan gambut.
DAFTAR PUSTAKA Boone R. D., Nadelhoffer K. J., Canary J. D. dan Kaye J. P. 1998. Roots Exert a Strong Influence on the Temperature Sensitivity of Soil Respiration. Davidson dan Jansen. 2006. Temperature Sensitivity of Soils Carbon Decomposition and Feedbacks to Climate Change. Nature Publishing Group, vol 440, 9 Maret 2006.
Furukawa Y., Inubushi K., Ali M., Itang A. M. danTsuruta H. 2005. Effect of Changing Groundwater Levels caused by Land-use Changes on Greenhouse Gas Fluxes from Tropical Peatland Hanafiah Kemas A. 2004. Dasar-Dasar Ilmu tanah. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hatano R. dan Toma Y. 2007. Effect of Crop Residu C:N Ratio on N2O Emissions from GrayLowland Soil in Mikasa Hokkaido Japan, Soils Science and Plant Nutrition (2007) 53, 198-205 Holden, J. 2005. Peatland Hydrology and Carbon Release:Why Small-scale Process Matters. University of Leeds, UK. Hooijer A., Silvius M., Wosten H. dan Page. 2006. Assessment of CO2 Emission from Drained Peatlands in SE Asia. Delft Hydraulics. Irawan, A. 2009. Hubungan Iklim Mikro dan Bahan Organik Tanah dengan Emisi CO2 dari Permukaan Tanah. Skripsi. Departemen Geofisika dan Meteorologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Jauhiainen, J. , Limin, S. dan Vasander, H. 2005. Safeguard the Tropical Peat Carbon. CIMTROP
20
Melling L., Takakai F., Toma Y., Morishita., Darung U., Goh K. J. dan Hatano R. 2008. Effect of Drainage and Landuse on Soil CO2 Flux in Deep Tropical Peat Swamps of Borneo. International Symposium and Workshop on Tropical Peatland. 2008. Kuching.
Wetlands International. 2007. Hilangnya Lahan Gambut Memacu Perubahan Iklim. Wikipedia. 2008. Siklus Karbon. http://in.wikipedia.org/wiki/sikluskarbon. [ 8 April 2008]. WWF,
Meilling L., Hatano R. dan Goh K.J. 2004. Soil CO2 flux from three ecosystems in tropical peatland of Sarawak, Malaysia. Tellus (2005), 57B, 1-11. Orahami
M., 2008. Studi Emsisi Karbondioksida (CO2) dan Faktorfaktor yang Mempengaruhinya pada Lahan Gambut Pedalaman Kalampangan. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Universitas Palangka Raya.
Project
FireFight South East Asia (PFFSEA), 2002. Membakar Lahan Gambut sama artinya dengan Membuat Polusi Asap. Burning Issues.
2008. Deforestation, Forest Degradation, Biodiversity Loss and CO2 Emission in Riau, Sumatra, Indonesia.
Schindlbacher A., Boltenstern S. Z. dan Jandl R. 2009. Carbon Losses due to Soil Warming: Do Autotrophic and Heterotrophic Soil Respiration Respond Equally?. Global Change Biology, 15, 901-913, 2009. Sitorus, B. 2003. Alternatif Kebijakan bagi Pemecahan Masalah Tanah Gambut. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian USU. Sumatra Utara. Susantie. 2008. Fluks Gas Karbondioksida pada Tipe Penggunaan Lahan sebagai Hutan, Lahan Bekas Hutan dan Lahan Bekas Semak. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Universitas Palangka Raya. Takakai F. 2007. Contribution of Organic Matter Decomposition and Root Respiration to CO2 Emssions from Cultivated Tropical Peatland in Central Kalimantan, Indonesia. Eight Conference of the East and Southeast Asian Federation of Soil Science (ESAFS 8), October 22-25, 2007. Tsukuba, Japan.
21
RATARATA 183.53 164.98 205.62 199.80 194.81 226.86 263.68 244.75 226.46 284.87 367.78 2563.16
Tabel lampiran 2. Fluks CO2 tanah pada Control dari September 2008 hingga Juli 2009 PLOT FLUKS CO2 CONTROL Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot 5 Plot 6
RATARATA
Bulan
Tabel lampiran 1. Fluks CO2 tanah pada Root Cut dari September 2008 hingga Juli 2009 PLOT FLUKS CO2 ROOT CUT Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot 5 Plot 6 121.80 258.88 218.36 219.93 181.13 101.10 S-08 154.02 147.39 313.89 169.91 161.62 43.08 O-08 280.87 186.43 337.38 218.13 70.11 140.83 N-08 212.47 258.46 281.05 281.05 65.13 100.67 D-08 227.41 97.32 365.46 164.32 58.64 255.73 J-09 304.33 275.20 288.06 227.80 128.28 137.51 F-09 205.06 200.53 451.18 244.39 330.46 150.43 M-09 198.60 270.09 313.36 276.38 249.61 160.50 A-09 228.28 197.07 257.26 397.58 167.67 110.93 M-09 260.51 311.54 430.95 208.57 264.00 233.63 J-09 312.49 320.33 472.17 407.50 343.88 350.30 J-09 227.80 229.39 339.01 255.96 183.68 162.24 RATA-RATA
Bulan
S-08 O-08 N-08 D-08 J-09 F-09 M-09 A-09 M-09 J-09 J-09 RATA-RATA
144.14 306.09 143.44 195.53 316.26 322.10 396.70 268.85 231.59 288.84 437.34 277.35
101.87 43.03 144.83 157.09 144.27 165.52 233.86 307.69 291.68 278.41 293.84 196.55
34.26 86.37 197.49 181.70 286.94 373.11 504.91 244.17 289.37 316.46 522.82 276.15
134.86 120.08 141.67 103.42 81.20 260.38 188.08 243.88 334.38 214.50 376.34 199.89
200.07 132.15 338.05 154.78 315.46 333.60 318.90 381.92 299.74 277.42 408.04 287.28
120.57 223.38 286.01 149.55 97.61 199.08 102.93 189.34 192.43 236.32 369.75 197.00
Bulan
Tabel lampiran 3. Kumulatif fluks CO2 pada Root Cut dari September 2008 hingga Juli 2009 PLOT KUMULATIF CO2 ROOT CUT Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot 5 Plot 6 121.80 258.88 218.36 219.93 181.13 101.10 S-08 275.82 406.27 532.25 389.84 342.75 144.17 O-08 556.69 592.70 869.62 607.97 412.86 285.00 N-08 769.16 851.16 1150.67 889.01 477.99 385.68 D-08 996.57 948.48 1516.13 1053.33 536.63 641.40 J-09 1300.90 1223.68 1804.20 1281.13 664.92 778.91 F-09 1505.96 1424.21 2255.38 1525.52 995.38 929.34 M-09 1704.56 1694.30 2568.74 1801.90 1244.98 1089.84 A-09 1932.85 1891.37 2826.00 2199.47 1412.65 1200.77 M-09 2193.36 2202.91 3256.95 2408.05 1676.65 1434.40 J-09 2505.85 2523.24 3729.13 2815.55 2020.53 1784.69 J-09
122.63 151.85 208.58 157.01 206.96 275.63 290.90 272.64 273.20 268.66 401.35 2629.41
RATARATA 183.53 348.52 554.14 753.94 948.76 1175.62 1439.30 1684.05 1910.52 2195.39 2563.16
22
Tabel lampiran 4. Kumulatif fluks CO2 pada Control dari September 2008 hingga Juli 2009 PLOT KUMULATIF CO2 CONTROL Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot 5 Plot 6 S-08 O-08 N-08 D-08 J-09 F-09 M-09 A-09 M-09 J-09 J-09
144.14 450.22 593.67 789.20 1105.46 1427.56 1824.26 2093.11 2324.70 2613.54 3050.88
200.07 332.22 670.27 825.05 1140.51 1474.11 1793.01 2174.93 2474.66 2752.09 3160.13
120.57 343.95 629.96 779.51 877.12 1076.20 1179.13 1368.47 1560.90 1797.22 2166.97
Tabel lampiran 5. Kumulatif subsidence dari September 2008 hingga Juli 2009 PLOT KUMULATIF Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot 5 SUBSIDENCE 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 S-08 -0.67 -1.23 -1.40 -2.67 -0.83 O-08 -1.00 -2.23 -2.00 -3.50 -1.33 N-08 -1.83 -3.23 -2.33 -4.33 -2.83 D-08 -3.00 -3.23 -2.67 -4.33 -2.83 J-09 -3.50 -4.07 -2.83 -4.67 -2.83 F-09 -4.67 -4.23 -2.83 -4.67 -3.33 M-09 -4.83 -4.23 -3.00 -4.83 -3.33 A-09 -4.83 -4.23 -3.17 -5.67 -3.33 M-09 -4.83 -4.40 -3.33 -5.67 -3.33 J-09 -6.00 -5.40 -4.00 -5.67 -4.33 J-09 -0.60 -0.54 -0.40 -0.57 -0.43 RATA-RATA
Plot 6 0.00 -1.57 -2.33 -3.17 -3.33 -4.33 -4.67 -4.67 -4.67 -4.67 -6.67 -0.67
Tabel lampiran 6. Suhu tanah pada Root Cut dari September 2008 hingga Juli 2009 PLOT SUHU TANAH ROOT CUT Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot 5 26.69 26.24 25.88 28.80 26.44 S-08 26.09 26.78 26.41 26.84 25.77 O-08 26.33 26.67 26.53 27.10 26.37 N-08 26.09 26.07 25.33 26.76 25.67 D-08 25.68 25.67 25.12 26.29 25.27 J-09 26.52 26.06 25.20 26.61 25.53 F-09 26.14 26.52 26.97 26.57 25.56 M-09 26.64 27.02 26.70 28.47 27.42 A-09 27.11 28.00 27.93 29.41 27.84 M-09 28.17 28.27 27.83 28.44 28.31 J-09 28.90 28.80 28.59 29.12 28.52 J-09
Plot 6 26.24 26.00 25.79 25.56 25.09 25.34 25.74 27.19 27.90 28.16 28.56
Bulan
34.26 120.63 318.12 499.82 786.76 1159.87 1664.79 1908.96 2198.33 2514.78 3037.60
134.86 254.94 396.61 500.03 581.23 841.60 1029.68 1273.56 1607.94 1822.44 2198.78
Bulan
Bulan
101.87 144.90 289.73 446.82 591.09 756.61 990.46 1298.15 1589.84 1868.25 2162.09
RATARATA 122.63 274.48 483.06 640.07 847.03 1122.66 1413.55 1686.20 1959.39 2228.05 2629.41
RATARATA 0.00 -1.39 -2.07 -2.96 -3.23 -3.70 -4.07 -4.15 -4.32 -4.37 -5.34
RATARATA 26.72 26.31 26.46 25.91 25.52 25.88 26.25 27.24 28.03 28.20 28.75
23
Tabel lampiran 7. Suhu tanah pada Control dari September 2008 hingga Juli 2009 PLOT SUHU TANAH CONTROL Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot 5
Tabel lampiran 8. Kelembaban tanah pada Root Cut dari September 2008 hingga Juli 2009 KELEMBABAN PLOT TANAH ROOT Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot 5 Plot 6 CUT 44.70 63.18 33.80 36.55 51.00 81.90 S-08 44.23 54.96 29.44 30.08 34.38 44.32 O-08 41.68 55.33 34.07 33.32 35.93 44.90 N-08 40.93 44.72 36.83 25.82 30.58 47.34 D-08 47.79 50.00 37.27 32.31 31.31 42.94 J-09 44.38 50.98 43.69 36.24 38.50 43.33 F-09 43.52 48.09 32.52 39.07 37.29 48.46 M-09 54.02 58.34 46.87 35.41 37.87 49.57 A-09 46.08 45.77 32.56 27.32 25.69 39.22 M-09 30.47 33.32 24.39 29.98 22.53 35.51 J-09 29.61 32.18 21.72 28.28 18.09 29.17 J-09
RATARATA 51.86 39.57 40.87 37.70 40.27 42.85 41.49 47.01 36.11 29.37 26.51
Tabel lampiran 9. Kelembaban tanah pada Control dari September 2008 hingga Juli 2009 KELEMBABAN PLOT TANAH CONTROL Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot 5 Plot 6
RATARATA
27.85 26.90 27.10 26.62 26.18 26.69 26.78 27.71 29.17 28.34 29.56
26.28 26.27 26.08 25.80 25.27 25.83 25.91 27.20 27.66 28.29 28.50
Bulan
Bulan
Bulan
26.60 26.45 26.52 26.04 25.63 25.99 26.50 27.00 27.93 28.10 28.79
26.68 26.22 26.37 26.48 26.18 26.54 26.62 26.36 27.30 28.10 28.89
26.12 26.67 27.07 25.55 25.35 25.34 27.21 26.84 28.16 28.06 28.43
RATARATA
26.45 25.92 26.02 25.68 25.10 25.40 25.78 26.91 27.23 27.56 28.44
S-08 O-08 N-08 D-08 J-09 F-09 M-09 A-09 M-09 J-09 J-09
26.20 26.75 26.47 26.08 25.72 26.10 26.68 27.00 28.07 28.23 28.91
Plot 6
S-08 O-08 N-08 D-08 J-09 F-09 M-09 A-09 M-09 J-09 J-09
40.47 37.75 33.98 36.55 32.68 40.04 37.28 46.51 35.79 30.87 28.98
60.58 60.12 54.47 50.27 50.00 61.08 48.60 42.39 45.03 44.28 40.19
45.03 36.67 37.03 41.20 32.48 37.02 38.90 43.00 20.71 27.32 25.38
56.76 53.43 53.17 47.23 51.67 46.80 52.48 35.41 45.18 44.17 42.84
57.13 44.73 45.05 37.47 35.33 41.11 47.59 37.87 36.79 39.92 34.63
53.72 45.98 39.77 35.93 33.93 51.11 55.68 59.01 48.67 43.03 32.57
52.28 46.45 43.91 41.44 39.35 46.19 46.76 44.03 38.70 38.27 34.10
24
Bulan
Tabel lampiran 10. Penurunan muka air tanah dari September 2008 hingga Juli 2009 PLOT WATER TABLE Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot 5 -16.33 -27.40 -22.67 -10.33 -7.00 S-08 -39.97 -53.67 -33.27 -26.67 -46.37 O-08 -30.83 -36.67 -30.67 -27.83 -21.67 N-08 -71.50 -71.67 -48.33 -59.00 -40.17 D-08 -62.83 -65.50 -49.00 -56.00 -50.33 J-09 -65.33 -75.33 -58.83 -69.67 -62.50 F-09 -52.17 -56.17 -44.83 -46.17 -40.17 M-09 -20.00 -36.17 -22.67 -20.50 -25.17 A-09 -67.00 -74.17 -46.50 -60.67 -56.67 M-09 -50.00 -73.00 -45.33 -46.67 -62.67 J-09 -94.33 -101.00 -64.17 -88.17 -79.17 J-09 Tabel lampiran 11. Curah hujan dari September 2008 hingga Juli 2009 BULAN S-08 O-08 N-08 D-08 J-09 F-09 M-09 CURAH 359 218.6 304.7 248.4 198.8 150.8 210.8 HUJAN
Plot 6 -16.67 -41.30 -32.33 -67.50 -67.33 -85.50 -58.83 -33.33 -69.33 -60.33 -99.00
A-09
M-09
J-09
J-09
245.4
115.9
118.4
56.2
25
Gambar lampiran 12. Peralatan yang digunakan selama pengukuran dan analisis
CO2 analyzer
K-probe
Soda lime
Theta Probe
26
Gambar lampiran 13. Dokumentasi selama pengamatan
Persiapan pengambilan sample CO2
Persiapan pengambilan sample CO2 (6 menit)
Pengambilan sample CO2 (0 menit)
Pengukuran Suhu Tanah
27
Gambar lampiran 14. Peta lokasi penelitian citra satelit
28
Lampiran 11. Hasil analisis korelasi antara kumulatif emisi CO2 dari tanah dengan kumulatif subsidence menggunakan minitab
————— 8/1/2009 1:31:53 PM ———————————————————— Welcome to Minitab, press F1 for help.
Correlations: RC 1, SUB 1 Pearson correlation of RC 1 and SUB 1 = 0.973 P-Value = 0.000
Correlations: RC 2, SUB 2 Pearson correlation of RC 2 and SUB 2 = 0.902 P-Value = 0.000
Correlations: RC 3, SUB 3 Pearson correlation of RC 3 and SUB 3 = 0.908 P-Value = 0.000
Correlations: RC 4, SUB 4 Pearson correlation of RC 4 and SUB 4 = 0.839 P-Value = 0.001
Correlations: RC 5, SUB 5 Pearson correlation of RC 5 and SUB 5 = 0.829 P-Value = 0.002
Correlations: RC 6, SUB 6 Pearson correlation of RC 6 and SUB 6 = 0.925 P-Value = 0.000
Correlations: C 1, SUB 1 Pearson correlation of C 1 and SUB 1 = 0.971 P-Value = 0.000
Correlations: C 2, SUB 2 Pearson correlation of C 2 and SUB 2 = 0.851 P-Value = 0.001
Correlations: C 3, SUB 3 Pearson correlation of C 3 and SUB 3 = 0.861
P-Value = 0.001
Correlations: C 4, SUB 4 Pearson correlation of C 4 and SUB 4 = 0.794 P-Value = 0.004
Correlations: C 5, SUB 5 Pearson correlation of C 5 and SUB 5 = 0.887 P-Value = 0.000
Correlations: C 6, SUB 6 Pearson correlation of C 6 and SUB 6 = 0.950 P-Value = 0.000
Correlations: RC, CUM SUB Pearson correlation of RC and CUM SUB = 0.925 P-Value = 0.000
Correlations: C, CUM SUB Pearson correlation of C and CUM SUB = 0.914 P-Value = 0.000
Lampiran 12. Hasil analisis korelasi antara emisi CO2 dari tanah dengan suhu tanah menggunakan minitab
————— 8/2/2009 5:20:34 PM ———————————————————— Welcome to Minitab, press F1 for help.
Correlations: RC1, ST_RC1 Pearson correlation of RC1 and ST_RC1 = 0.472 P-Value = 0.143
Correlations: RC2, ST_RC2 Pearson correlation of RC2 and ST_RC2 = 0.519 P-Value = 0.102
Correlations: RC3, ST_RC3 Pearson correlation of RC3 and ST_RC3 = 0.524 P-Value = 0.098
Correlations: RC4, ST_RC4
Pearson correlation of RC4 and ST_RC4 = 0.678 P-Value = 0.022
Correlations: RC5, ST_RC5 Pearson correlation of RC5 and ST_RC5 = 0.576 P-Value = 0.064
Correlations: RC6, ST_RC6 Pearson correlation of RC6 and ST_RC6 = 0.459 P-Value = 0.155
Correlations: C1, ST_C1 Pearson correlation of C1 and ST_C1 = 0.435 P-Value = 0.181
Correlations: C2, ST_C2 Pearson correlation of C2 and ST_C2 = 0.706 P-Value = 0.015
Correlations: C3, ST_C3 Pearson correlation of C3 and ST_C3 = 0.402 P-Value = 0.220
Correlations: C4, ST_C4 Pearson correlation of C4 and ST_C4 = 0.812 P-Value = 0.002
Correlations: C5, ST_C5 Pearson correlation of C5 and ST_C5 = 0.356 P-Value = 0.282
Correlations: C6, ST_C6 Pearson correlation of C6 and ST_C6 = 0.670 P-Value = 0.024
Correlations: FLUKS CO2 RC, ST RC Pearson correlation of FLUKS CO2 RC and ST RC = 0.735 P-Value = 0.010
Correlations: FLUKS CO2 C, ST C Pearson correlation of FLUKS CO2 C and ST C = 0.663 P-Value = 0.026
Lampiran 13. Hasil analisis korelasi antara emisi CO2 dari tanah dengan kelembaban tanah menggunakan minitab
Correlations: RC1, KT_RC1 Pearson correlation of RC1 and KT_RC1 = -0.496 P-Value = 0.121
Correlations: RC2, KT_RC2 Pearson correlation of RC2 and KT_RC2 = -0.420 P-Value = 0.198
Correlations: RC3, KT_RC 3 Pearson correlation of RC3 and KT_RC 3 = -0.546 P-Value = 0.082
Correlations: RC4, KT_RC4 Pearson correlation of RC4 and KT_RC4 = -0.430 P-Value = 0.186
Correlations: RC5, KT_RC5 Pearson correlation of RC5 and KT_RC5 = -0.260 P-Value = 0.440
Correlations: RC6, KT_RC6 Pearson correlation of RC6 and KT_RC6 = -0.511 P-Value = 0.108
Correlations: C1, KT_C1 Pearson correlation of C1 and KT_C1 = -0.298 P-Value = 0.373
Correlations: C2, KT_C2 Pearson correlation of C2 and KT_C2 = -0.885 P-Value = 0.000
Correlations: C3, KT_C3 Pearson correlation of C3 and KT_C3 = -0.471 P-Value = 0.144
Correlations: C4, KT_C4 Pearson correlation of C4 and KT_C4 = -0.625 P-Value = 0.040
Correlations: C5, KT_C5 Pearson correlation of C5 and KT_C5 = -0.398 P-Value = 0.225
Correlations: C6, KT_C6 Pearson correlation of C6 and KT_C6 = -0.392 P-Value = 0.233
Correlations: FLUKS CO2 RC, KT RC Pearson correlation of FLUKS CO2 RC and KT RC = -0.674 P-Value = 0.023
Correlations: FLUKS CO2 C, KT C Pearson correlation of FLUKS CO2 C and KT C = -0.628 P-Value = 0.039
Lampiran 14. Hasil analisis korelasi antara emisi CO2 dari tanah dengan penurunan muka air tanah menggunakan minitab
Correlations: RC1, WT1 Pearson correlation of RC1 and WT1 = 0.622 P-Value = 0.041
Correlations: RC2, WT2 Pearson correlation of RC2 and WT2 = 0.290 P-Value = 0.388
Correlations: RC3, WT3 Pearson correlation of RC3 and WT3 = 0.466 P-Value = 0.148
Correlations: RC4, WT4
Pearson correlation of RC4 and WT4 = 0.544 P-Value = 0.084
Correlations: RC5, WT5 Pearson correlation of RC5 and WT5 = 0.297 P-Value = 0.376
Correlations: RC6, WT6 Pearson correlation of RC6 and WT6 = 0.567 P-Value = 0.069
Correlations: C1, WT1 Pearson correlation of C1 and WT1 = 0.584 P-Value = 0.059
Correlations: C2, WT2 Pearson correlation of C2 and WT2 = 0.397 P-Value = 0.226
Correlations: C3, WT3 Pearson correlation of C3 and WT3 = 0.731 P-Value = 0.011
Correlations: C4, WT4 Pearson correlation of C4 and WT4 = 0.544 P-Value = 0.084
Correlations: C5, WT5 Pearson correlation of C5 and WT5 = 0.299 P-Value = 0.371
Correlations: C6, WT6 Pearson correlation of C6 and WT6 = 0.317 P-Value = 0.343
Correlations: FLUKS CO2 RC, WT Pearson correlation of FLUKS CO2 RC and WT = 0.603 P-Value = 0.050
Correlations: FLUKS CO2 C, WT Pearson correlation of FLUKS CO2 C and WT = 0.658 P-Value = 0.028
Lampiran 15. Hasil analisis korelasi antara emisi CO2 dari tanah dengan curah hujan menggunakan minitab
Correlations: RC1, curah hujan Pearson correlation of RC1 and curah hujan = -0.642 P-Value = 0.033
Correlations: RC2, curah hujan Pearson correlation of RC2 and curah hujan = -0.286 P-Value = 0.394
Correlations: RC3, curah hujan Pearson correlation of RC3 and curah hujan = -0.548 P-Value = 0.081
Correlations: RC4, curah hujan Pearson correlation of RC4 and curah hujan = -0.526 P-Value = 0.097
Correlations: RC5, curah hujan Pearson correlation of RC5 and curah hujan = -0.435 P-Value = 0.181
Correlations: RC6, curah hujan Pearson correlation of RC6 and curah hujan = -0.587 P-Value = 0.057
Correlations: C1, curah hujan Pearson correlation of C1 and curah hujan = -0.722 P-Value = 0.012
Correlations: C2, curah hujan Pearson correlation of C2 and curah hujan = -0.596 P-Value = 0.053
Correlations: C3, curah hujan
Pearson correlation of C3 and curah hujan = -0.727 P-Value = 0.011
Correlations: C4, curah hujan Pearson correlation of C4 and curah hujan = -0.724 P-Value = 0.012
Correlations: C5, curah hujan Pearson correlation of C5 and curah hujan = -0.421 P-Value = 0.197
Correlations: C6, curah hujan Pearson correlation of C6 and curah hujan = -0.466 P-Value = 0.148
Correlations: FLUKS CO2 RC, curah hujan Pearson correlation of FLUKS CO2 RC and curah hujan = -0.706 P-Value = 0.015
Correlations: FLUKS CO2 C, curah hujan Pearson correlation of FLUKS CO2 C and curah hujan = -0.791 P-Value = 0.004