UJI EFEK TERATOGEN EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP FETUS MENCIT PUTIH
SKRIPSI SARJANA FARMASI Oleh
EMILDA No.BP : 07131075
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2012
I.
PENDAHULUAN
Pengobatan dengan menggunakan sediaan herbal terus meningkat karena sediaan herbal tersebut dianggap sebagian masyarakat lebih aman dari obat modern. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya industri farmasi yang memproduksi sediaan herbal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Heinrich et al., 2010). Walaupun demikian, bukan berarti pengobatan tradisional tidak memiliki efek samping yang merugikan, terutama bila penggunaannya tidak tepat, seperti Aristolochia yang dijual sebagai obat tradisional dan digunakan sebagai pelangsing ternyata menyebabkan kerusakan ginjal pada pasien. Berdasarkan informasi FDA
April
2001
yang
memperingatkan
konsumen
untuk
menghentikan penggunaan sediaan herbal yang mengandung asam aristolosid. (Departemen peringatan pelayanan kesehatan kalifornia, 2001). Oleh sebab itu, setiap HMP (herbal medicine product) yang digunakan harus dibuktikan keamanan khasiatnya ( Gulian et al., 2002 ; Barners, 2002). Sirsak (Annona muricata L.) dalam bahasa inggris disebut soursop yang banyak ditemukan di Amerika Tengah, Selatan, dan
Utara. Secara tradisonal daun sirsak digunakan untuk mengobati sakit kepala, susah tidur, gangguan hati, diabetes, hipertensi, anti inflamasi, antispasmodik serta anti disentri (Viera et.al. 2010). Sirsak mengandung alkaloid, asetogenin yang memiliki sifat sitotoksik yang digunakan untuk pengobatan sel tumor dan aktivitas
molussisidal.
Ekstrak
daun
sirsak
memiliki
sifat
antioksidan dan molussisidal (Kossouch, 2007). Senyawa annonaceous acetogenins yang dikandung Annona muricata adalah prekursor penyebab terjadinya gangguan pada susunan syaraf. Pada tahun 2002, alkaloida yang dikandung sirsak dapat meyebabkan penyakit parkinson (Melot, 2009). Saat ini, sirsak banyak digunkan untuk pengobatan kanker. Senyawa yang bersifat anti kanker
dapat memicu timbulnya efek teratogenik.
Karena senyawa anti kanker tersebut umumnya bekerja pada sel-sel yang sedang aktif dan jaringan yang sedang berproliferasi termasuk pada proses embriogenensis (Ramelan, 1994). Oleh sebab itu, penggunakan ekstrak etanol daun sirsak yang luas di masyarakat memerlukan pengujian terhadap keamanan khasiat tanaman tersebut.
Toksisitas reproduksi merupakan salah satu uji toksisitas yang harus dilakukan untuk sediaan herbal dan bahan kimia yang akan dikonsumsi oleh manusia. Uji toksisitas reproduksi yang sering digunakan adalah uji teratogenitas. Teratologi adalah studi tentang penyebab, mekanisme dan manifestasi embrionik yang cacat (abnormal). Zat kimia yang bersifat teratogen secara nyata dapat mempengaruhi perkembangan janin dan menimbulkan efek yang berubah-ubah mulai letalitas sampai kelainan bentuk (malformasi) dan keterlambatan pertumbuhan. Prinsip teratologi adalah pemberian senyawa uji pada hewan percobaan pada masa kehamilan dan melihat pengaruhnya terhadap perkembangan fetus sehingga diketahui kemampuan atau potensi toksisitas senyawa terhadap sel janin yang sedang berkembang (Lu, 1995 : Harbinson, 2001). Penelitian uji teratogen ini menggunakan metoda in vivo yaitu menggunakan hewan percobaan mencit putih betina. Penelitian ini menggunakan metoda maserasi sebagai metoda ekstraksi yang lebih sederhana dengan pelarut etanol 96% yang digunakan untuk menarik zat aktif berkhasiat dari daun sirsak. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati efek teratogen ekstrak
etanol daun sirsak pada mencit putih betina. Pengamatan yang dilakukan, yaitu kemungkinan terjadinya kelainan tulang rangka dan kelainan fungsi organ yang bersifat permanen akibat penggunaan ekstrak etanol daun sirsak pada masa organogenesis fetus.