PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN RETURN ON EQUITY (ROE) TERHADAP KOEFISIEN RESPON LABA
(Sensus pada Perusahaan Pertambangan Batu-Bara yang terdaftar di BEI) ELIS MASPUPAH Jln.Singaparna no. 20
[email protected]
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Jalan Siliwangi No. 24 Tasikmalaya
ABSTRACT
EFFECT OF SIZE AND RETURN ON ITS RESPONSE COEFFICIENT EQUITY TERHADAP PROFIT
by: ELIS MASPUPAH 123403036
Under the Guidance: Dr. Jajang Badruzaman, SE., M.Si., Ak., CA Rani Rahman, SE., M.Ak
The purpose of this study is to determine: 1. analyze the effect of firm size and Return On Equity on earnings response coefficients in Coal Mining company. 2. The effect of firm size and Return On Equity either partially or simultaneously on earnings response coefficients in Coal Mining company. The research method used by the writer is descriptive analysis method with census approach. Descriptive analysis method is a method of research that tells or describes a situation that occurs in the present.
Based on the survey results revealed that: Influence of company size and Return On Equity either partially or simultaneously on earnings response coefficients in Coal Mining Companies Listed on the Stock Exchange of 0.47%. Results of hypothesis testing Ftable value by 3.63, the value of F of 1.27 and 0.05 significant value, then Fhitung
Oleh: ELIS MASPUPAH 123403036
Di Bawah Bimbingan: Dr. Jajang Badruzaman, SE., M.Si., Ak., CA Rani Rahman, SE., M.Ak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. menganalisis pengaruh ukuran perusahaan dan Return On Equity terhadap koefisien respon laba di perusahaan Pertambangan Batu Bara. 2. pengaruh ukuran perusahaan dan Return On Equity baik secara parsial maupun simultan terhadap koefisien respon laba di perusahaan Pertambangan Batu Bara. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan sensus. Metode deskriptif analisis yaitu metode penelitian yang menuturkan atau menggambarkan situasi yang terjadi pada masa sekarang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: Pengaruh ukuran perusahaan dan Return On Equity baik secara parsial maupun simultan terhadap koefisien respon laba di perusahaan Pertambangan Batu Bara yang Terdaftar di BEI sebesar 0,47%. Hasil pengujian hipotesis nilai Ftabel sebesar 3,63 maka nilai Fhitung sebesar 1,27 dan nilai signifikannya 0,05, maka Fhitung < Ftabel (3.96 < 3,63) maka Ha 0, artinya terdapat pengaruh signifikan ukuran perusahaan dan Return On Equity (ROE) terhadap koefisien respon laba pada Perusahaan Pertambangan Batu-Bara yang Terdaftar di BEI baik secara parsial maupun simultan.
Kata Kunci: Ukuran Perusahaan, Return On Equity, Koefisien Respon Laba PENDAHULUAN : Laporan keuangan disusun sebagai upaya untuk memberikan informasi keuangan bagi pihak yang berkepentingan guna pengambilan keputusan ekonomi. Salah satu indikator yang masih digunakan sampai sekarang adalah laba yang diperoleh. Laba perusahaan akan dapat mempengaruhi keputusan investor dalam sell-buy decision saham yang diterbitkan perusahaan. Investor dituntut untuk mempertimbangkan faktor yang lain sehingga dapat memperkirakan return yang akan diperoleh kelak. Salah satu analisis yang dapat
dilakukan
adalah
dengan
menggunakan
Earnings
Response
Coefficient
(ERC)/Koefisien Respon Laba yang dapat mengukur kandungan informasi dalam laba. koefisien respon laba menunjukkan reaksi pasar terhadap informasi laba yang dilaporkan perusahaan yang dapat diamati dari pergerakan harga saham disekitar tanggal publikasi laporan keuangan. Nilai ERC akan lebih tinggi jika laba perusahaan lebih persisten di masa depan dan mempunyai kualitas laba yang baik. Investor akan mengestimasi laba sekarang untuk memprediksi laba dan return saham dimasa datang, maka future return ini akan lebih beresiko jika reaksi investor terhadap unexpected earnings perusahaan semakin rendah. Reaksi pasar juga dipengaruhi oleh kualitas laba yang dilaporkan. Kualitas laba ini tidak berkaitan dengan tinggi/rendahnya laba yang dilaporkan perusahaan, melainkan meliputi understatement dan overstatement dari laba bersih, stabilitas komponen dalam laporan laba rugi, realisasi risiko aset, pemeliharaan atas modal, dan kemampuan laba menjadi prediktor dimasa datang. Menurut Subramanyam (2010:26) bahwa: Laba (earning) atau laba bersih (net income) mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Labamencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode yang bersangkutan. Laba merupakan perkiraan atas kenaikan atau penurunan ekuitas sebelum distribusi kepada dan kontribusi dari pemegang ekuitas.
Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba. Ukuran perusahaan dapat menentukan baik tidaknya kinerja sebuah perusahaan dalam mengelola kekayaannya untuk menghasilkan laba. Menurut Sudarsono (2005:81) “ukuran perusahaan merupakan jumlah total hutang dan ekuitas perusahaan yang akan berjumlah sama dengan total asset”. Brigham dan Houston (2007:64) menyatakan: Size atau ukuran perusahaan sebagai rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun, ukuran perusahaan merupakan karakteristik suatu perusahaan dalam hubungannya dengan struktur perusahaan. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur menggunakan total asset. Total asset dipakai sebagai ukuran perusahaan karena selama ini masih terdapat compounding effect yang timbul kerena perusahaan yang besar selalu diidentikan dengan nilai aktiva yang besar pula Salno dan Baridwan (2000:52) dalam Margaretta (2010:35), bahwa: Semakin besar jumlah asset yang dimiliki maka perusahaan tersebut akan digolongkan pada ukuran perusahaan yang besar dan diindikasikan mempunyai pertumbuhan laba yang tinggi, sebaliknya jika suatu perusahaan memiliki jumlah asset yang kecil maka akan digolongkan pada ukuran perusahaan kecil dan diindikasikan mempunyai pertumbuhan laba yang rendah. Return On Equity diperoleh dari Net Income after tax dibagi equity. Hasil pembagian ini pada umumnya dinyatakan dalam persen. Semakin tinggi rasio ini menandakan kinerja perusahaan semakin baik atau efisien, nilai equity perusahaan akan meningkat dengan peningkatan rasio ini. Return On Equity (ROE) yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih. Dengan demikian, ukuran perusahaan dan Return on equity digunakan peneliti dalam mengukur profitabilitas dari perspektif pemeganng saham biasa.
TUJUAN PENELITIAN 1. Mengetahui
ukuran perusahaan,Return On Equity dan Koefisien Respon laba di
perusahaan Pertambangan Batu Bara.
2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh ukuran perusahaan dan Return On Equity baik secara parsial maupun simultan terhadap koefisien respon laba di perusahaan Pertambangan Batu Bara.
METODE PENELITIAN Sugiyono (2012: 63) menyatakan bahwa “Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, serta teknik analisis statistik yang akan digunakan”.
Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
X1
ρYx1 Y ρYx2 ρY
X2
ρYε
Gambar 3.1
Pengaruh Ukuran Perusahaan, ROE dan Koefisien Repon Laba
Keterangan :
X1
= Ukuran perusahaan
X2
= Return On Equity (ROE)
Y
= Koefisien respon laba
= Faktor lain yang tidak diteliti
ρYx1
= Koefisian jalur variabel X1terhadap variabel Y
ρYx2
=
ρY
= Peningkatan Koefisien Respon Laba
ρYε
= Koefisian jalur variabel ε terhadap variabel Y
Koefisian jalur variabel X2 terhadap variabel Y
Untuk menganalisis data yang telah diperoleh dalam penelitian ini,peneliti menggunakan beberapa metode yaitu: 1.
Analisis regresi berganda, dengan bentuk persamaan adalah: Y = a + b1x1 + b2x2
Y X X XY a n X X n XY X Y b n X X 2
2
2
2
2
Keterangan : Y = Koefisien respon laba a = Nilai Y pada titik 0 (nilai konstanta) b1 = Koefisien regresi variabel Ukuran perusahaan b2 = Koefisien regresi variabel Return On Equity (ROE) X1 = Ukuran perusahaan X2 = Return On Equity (ROE)
2.
Uji Asumsi Klasik Penelitian ini menggunakan analisis pengujian regresi linier berganda sehingga perlu dilaksanakan uji asumsi klasik. Menurut Duwi Priyatno (2013:49), uji asumsi klasik regresi merupakan uji prasyarat jika menggunakan analisis regresi linier. Jika asumsi tersebut dilanggar, misal model regresi tidak normal, terjadi multikolinearitas, terjadi heteroskedastisitas atau terjadi autokorelasi maka hasil analisis regresi dan pengujian seperti uji t dan F menjadi tidak valid atau bisa. Regresi berganda dapat dilakukan setelah model dari penelitian memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik. Syarat-syarat tersebut adalah data harus terdistribusi secara normal, tidak mengandung multikoliniearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik terdiri dari: a.
Uji Normalitas Pengujian normalitas memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Untuk menguji normalitas data, penelitian ini menggunakan analisis grafik dan analisis statistik. Pengujian normalitas melalui analisis grafik adalah dengan cara menganalisis grafik normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Data dapat dikatakan normal jika data atau titik-titk terbesar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti garis diagonal.
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histrogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan:
Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histrogramnya menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Jika data menyebar lebih jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histrogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2006).
Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Jika hasil KolmogorovSmirnov menunjukkan nilai signifikansi di atas 0,05 maka data residual terdistribusi dengan normal. Sedangkan jika hasil Kolmogrov-Smirnov menunjukkan nilai signifikansi di bawah 0,05 maka data residual terdistribusi tidak normal (Ghozali, 2006). Sedangkan analisis grafik (normal P-P plot) merupakan cara sederhana yang dapat mendukung analisis statistik. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Bentuk data yang terdistribusi secara normal akan mengikuti pola distribusi normal dimana grafiknya mengikuti garis diagonal. Jika data telah terdistribusi secara normal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b.
Uji Multikolinieritas Multikolinearitas adalah keadaan dimana terjadi hubungan linear yang sempurna atau mendekati sempurna antarvariabel independen dalam model regresi. Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2006). Uji multikolinieritas ini digunakan karena pada analisis regresi terdapat asumsi yang mengisyaratkan bahwa variabel bebas (independen) harus terbebas dari gejala multikolinieritas atau tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Cara untuk mengetahui apakah terjadi multikolinieritas atau tidak yaitu dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregresi terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai Tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance <0,10 atau sama dengan nilai VIF>10 (Ghozali, 2006). c.
Uji Autokolerasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).Masalah autokorelasi baru timbul jika ada korelasi secara linear antara kesalahan pengganggu periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 atau periode t sebelumnya (Danang Sunyoto, 2013). Metode yang sering digunakan untuk uji autokorelasi yaitu dengan uji DurbinWatson (DW-test). Menurut Duwi Priyatno (2013:59), kriteria pengambilan keputusan uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Kriteria Uji Durbin-Watson
Kriteria Nilai du > dw > 4 – du dw
4 – dl du< dw < du atau 4–du< dw < 4 – dl
d.
Keputusan Maka H0 diterima, artinya tidak terjadi masalah autokorelasi Maka H0 ditolak, artinya terjadi masalah autokorelasi Tidak ada kepastian atau kesimpulan yang pasti (Duwi Priyatno, 2013)
Uji Heteroskedastisitas Pengujian ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain atau untuk melihat penyebaran data. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terdapat heteroskedastisitas. Uji ini dapat dilakukan dengan melihat gambar plot antara nilai prediksi variabel independen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Apabila dalam grafik tersebut tidak terdapat pola tertentu yang teratur dan data tersebar secara acak di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka diidentifikasikan tidak terdapat heteroskedastisitas (Ghozali,2006).
3.
Analisis Koefisien Korelasi Koefesien korelasi dengan rumus korelasi product moment dengan rumus :
r=
n X iYi X i Yi
n X
Keterangan :
2 i
X i n Yi 2 Yi 2
2
............ (Sugiyono, 2013:241)
r = Koefisien Korelasi n = Jumlah Ukuran (Data Tahun 2007-2013) Untuk menghitung interprestasi dari korelasi secara sederhana terdapat angka indeks korelasi "r" product moment (rxy). Pada umumnya dipergunakan pedoman atau perencanaan sebagai berikut : 0,00 – 0,20 : Korelasi sangat lemah atau sangat rendah 0,21 – 0,40 : Korelasi yang lemah atau rendah 0,41 – 0,70 : Korelasi yang sedang 0,71 – 0,90 : Korelasi yang tinggi 0,91 – 1,00 : Korelasi yang sangat kuat
4.
Koefisien Determinasi Koefisien determinasi dan koefisien non determinasi yaitu alat yang digunakan untuk mengukur dan mengetahui persentase pengaruh ukuran perusahaan dan Return On Equity terhadap koefisien respon laba, rumus koefisien determinasi adalah: Kd
= r2 x 100%
Keterangan : Kd = Koefisien Determinasi r = Koefisien Korelasi Selanjutnya untuk mencari pengaruh faktor lain yang mempengaruhi variabel Y maka digunakan rumus koefisien nondeterminasi : knd = 1 - (r)2 x 100% Keterangan :
5.
knd
= Koefisien nondeterminasi
r
= Koefisien korelasi
Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis akan dimulai dengan penetapan hipotesis operasional, penetapan tingkat signifikan, uji signifikan, kaidah keputusan dan penarikan kesimpulan. a. Penetapan hipotesis operasional Ho : = 0
Tidak terdapat pengaruh ukuran perusahaan dan Return On Equity secara parsial maupun simultan terhadap koefisien respon laba
Ha : 0
Terdapat pengaruh ukuran perusahaan dan Return On Equity secara parsial maupun simultan terhadap koefisien respon laba.
b. Penetapan tingkat signifikan Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 95% ( = 0,05) yang merupakan tingkat signifikansi yang sering digunakan dalam ilmu sosial yang menunjukkan kedua variabel mempunyai korelasi cukup nyata. dimana metode pengujian yang digunakan adalah pengujian satu arah. c. Uji signifikan 1) Secara simultan menggunakan uji F 2) Secara parsial menggunakan uji t
d. Kaidah keputusan Secara parsial Tolak Ho jika t < -t ½ atau t > t ½ Terima Ho jika –t ½ t t ½ Secara simultan Tolak Ho jika F hitung > F tabel Terima Ho jika F hitung F tabel 6.
Penarikan Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian seperti tahapan di atas maka akan dilakukan analisis secara kuantitatif. Dari hasil analisis tersebut akan ditarik kesimpulan apakah hipotesis yang ditetapkan dapat diterima atau ditolak.
PEMBAHASAN Pengaruh Ukuran Perusahaan, Return On Equity dan Earning Response Coefficient (ERC) di Perusahaan Pertambangan Batu Bara yang terdaftar di BEI Hasil pengolahan data menjelaskan secara deskriptif variabel-variabel dalam penelitian ini. Variabel koefisien respon laba yang terjadi pada perusahaan pertambangan batu bara yang menjadi sampel penelitian rata-ratanya adalah -7.0127 dengan standar deviasi 2.7139. Koefisien respon laba tertinggi sebesar 2.8499 dan terendah sebesar -24.3691. Variabel ukuran perusahaan (TA) memiliki rata-rata 1.2909 x 102 dengan standar deviasi 1.85527. Ukuran perusahaan tertinggi sebesar Rp. 69.63407 (dalam milyar) dan terendah sebesar Rp. -6.8172 (dalam milyar). Dan yang terakhir variabel profitabilitas yang di ukur menggunakan ROE memiliki rata-rata 1.5500 dengan standar deviasi 14.85135. ROE dengan nilai maksimum sebesar 1.674 dan nilai minimum sebesar -2.946. Walaupun nilai Earning
Response Coefficient (ERC) ada yang bernilai negatif, namun sebagian perusahaan dalam pasar telah bereaksi kuat terhadap informasi laba dan harga saham. Pengaruh Ukuran Perusahaan secara parsial terhadap Earning Response Coefficient (ERC) pada Perusahaan Pertambangan Batu-Bara yang Terdaftar di BEI Untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan secara parsial terhadap ERC penulis menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda, data diolah dengan SPSS (Statistical Product and Service Solutions) Versi 16. Berdasarkan hasil uji Statistik dengan menggunakan SPSS (lampiran) diperoleh bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 2.17 yang berarti bahwa terdapat hubungan antara Ukuran Perusahaan dengan ERC. Dengan menggunakan rumus koefisien determinasi (kd) dimana kd dapat dicari dengan rumus berikut : kd = (r)2 x 100% = (0.217)2 x 100 % = 0,47%
Nilai koefisien determinasi diatas menunjukan bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap ERC sebesar 0,47% sedangkan untuk sisanya sebesar 99.53%. ERC dipengaruhi oleh faktor lain seperti firm size dan faktor lain di luar model regresi ini. Dengan kata lain nilai r sebesar 0,217 artinya Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh positif, sehingga bila Ukuran Perusahaan mengalami kenaikan sebesar 1% . Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menunjukkan bahwa firm size atau ukuran perusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi ERC (Scott: 2000 dalam Mulyani: 2007). Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Mulyani, et.al (2006) menyimpulkan adanya hubungan positif antara firm size dan Earning Response Coefficient (ERC
Perusahaan yang berada pada pertumbuhan penjualan yang tinggi membutuhkan dukungan modal yang semakin besar, demikian juga sebaliknya, pada perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah kebutuhan terhadap modal juga semakin kecil. Akan tetapi, jika dana dari sumber intern sudah tidak mencukupi, maka tidak ada pilihan lain bagi perusahaan untuk menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan, baik utang maupun dengan mengeluarkan saham baru. Pengaruh Return On Equity (ROE) secara parsial terhadap Earning Response Coefficient (ERC) Pada Perusahaan Batu Bara yang terdaftar di BEI Berdasarkan hasil analisis statistik dalam penelitian ini ditemukan bahwa hipotesis diterima dan dapat disimpulkan bahwa profitabilitas yang diukur dengan return on equity berpengaruh signifikan positif terhadap koefisien respon laba. Hal ini diperoleh nilai pengaruh profitabilitas terhadap koefisien respon laba yaitu nilai thitung X2 berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai thitung sebesar 453 , jika dibandingkan dengan nilai ttabel dengan df = 19-2 = 17 diperoleh nilai ttabel sebesar 1.740 maka nilai thitung sebesar 453 dan nilai signifikannya 0,05, maka thitung < ttabel (453 < 1.740) maka Ha 0, artinya terdapat pengaruh signifikan Return On Equity (ROE) terhadap koefisien respon laba pada Perusahaan Pertambangan Batu-Bara yang Terdaftar di BEI. Return on Equity (ROE) digunakan untuk mengukur profitabilitas dari perspektif pemegang saham biasa. Imbalan bagi para pemegang saham biasa adalah laba bersih perusahaan. Laba bersih ini yang nantinya akan diterima oleh investor sebagai return dari investasi yang dilakukan. Dari laba ini juga para pemegang saham (pemilik) menganalisis bagaimana prospek perusahaan kedepannya. Pada dasarnya return on equity memperlihatkan kemampuan perusahaan dalam mengelola equity atau modal sendiri yang digunakan untuk menghasilkan laba (Sartono, 2010: 67). Semakin meningkatnya nilai return on equity memperlihatkan terjadinya efektifitas perusahaan dalam mengelola dana yang berasal dari pemilik (owners), sehingga perusahaan
mampu menghasilkan laba. Semakin meningkatnya profitabilitas yang diukur dengan return on equity maka semakin meningkat pula laba yang dihasilkan perusahaan, semakin meningkat laba yang dihasilkan perusahaan maka akan semakin meningkat pula koefisien respon laba perusahaan. Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Equity secara simultan terhadap Earning Response Coefficient (ERC) yang terdaftar di BEI Besarnya pengaruh Ukuran perusahaan dan Return On Equity terhadap Koefisien respon laba pada Perusahaan Pertambangan Batu-Bara yang Terdaftar di BEI sebesar 0,47%. Hal ini berarti bahwa Koefisien respon laba dipengaruhi oleh Ukuran perusahaan dan Return On Equity sebesar 0,47% dan sisanya sebesar 100% - 0,16% = 99,53% dipengaruhi oleh faktor lain.Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran perusahaan adalah total asset, rata-rata penjualan, dan total penjualan (Hendy, M. Fakhrudin, 2008: 167). Hasil pengujian hipotesis secara simultan dengan melihat nilai Fhitung, berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai Fhitung sebesar 3.96, jika dibandingkan dengan nilai Ftabel dengan Df = 19-2-1 = 16 diperoleh nilai Ftabel sebesar maka nilai Fhitung sebesar 3.96 dan nilai signifikannya 0,05, maka Fhitung < Ftabel (3.96 < 3,63) maka Ha 0, artinya terdapat pengaruh signifikan ukuran perusahaan dan Return On Equity (ROE) terhadap koefisien respon laba pada Perusahaan Pertambangan Batu-Bara yang Terdaftar di BEI baik secara parsial maupun simultan. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menunjukkan bahwa firm size atau ukuran perusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi ERC (Scott: 2000 dalam Mulyani: 2007). Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Mulyani, et.al (2006) menyimpulkan adanya hubungan positif antara firm size dan Earning Response Coefficient (ERC). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Tiolemba dan Ekawati (2008) yang menyimpulkan adanya hubungan negatif antara firm sizedan Earning ResponseCoefficient
(ERC). Dapat disimpulkan bahwa baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil dapat mempengaruhi koefisien respon laba, hal ini konsisten dengan hasil penelitian yang juga menyatakan bahwa ukuran perusahaan dan Return On Equity (ROE) yang dilihat dari total asset berpengaruh terhadap koefisien respon laba. Dengan total asset yang besar telah menunjukkan bahwa perusahaan tersebut sudah mencapai tingkat kedewasaan dan prospek yang baik untuk jangka panjang, sehingga mampu menghasilkan laba setiap tahunnya. Pada pengujian lanjutan ini perusahaan dengan total asset kecil dan Return On Equity (ROE) yang tinggi memiliki pengaruh signifikan terhadap koefisien respon laba. PENUTUPAN Hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Equity (ROE) terhadap Koefisien Respon Laba (ERC) pada perusahaan Pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat ditarik simpulan sebagai berikut : 1. Ukuran perusahaan (firm size) dan Return on equity (ROE) dan Koefisien Respon Laba (ERC) pada perusahaan Pertambangan batu-bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). a.
Ukuran Perusahaan Pertambangan Batu Bara pada 19 perusahaan yang dihitung besar kecilnya asset perusahaan. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap perusahaan dengan total asset yang berbeda, hal ini berdasarkan keberhasilan membukukan penjualan setiap perusahaan.Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan pada perusahaan sub sektor Pertambangan Batu Bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015 menunjukkan bahwa nilai firm size Indeks tertinggi adalah Bara Jaya International Tbk. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai firm size Indeks terendah adalah Perdana Karya Perkasa Tbk.
b.
Return On Equity (ROE) dari 19 Perusahaan Pertambangan Batu Bara pada tahun 2015 perusahaan yang dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap perusahaan dengan Return On Equity (ROE) yang berbeda, hal ini berdasarkan kemampuan perusahaan dalam mengelola equity atau modal sendiri yang digunakan untuk menghasilkan laba membukukan penjualan setiap perusahaan. menunjukkan bahwa nilai ROE Indeks tertinggi adalah Mitrabara adiperdana Tbk. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai ROE Indeks terendah adalah Samindo Resources Tbk d.h Myoh Technology Tbk .
c.
Koefisien Respon Laba (ERC) pada perusahan sub sektor Pertambangan Batu Bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015, Kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba yang tercermin dari tingginya ERC, menunjukkan laba yang dilaporkan berkualitas. Tinggi rendahnya ERC sangat ditentukan kekuatan responsif yang tercermin dari informasi (good/bad news) yang terkandung dalam laba. Nilai ERC tertinggi adalah Atlas Resources Tbk, (ARII). Sedangkan perusahaan dengan nilai ERC terendah yaitu Adaro Energy Tbk, (ADRO) .
2. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, adapun pengaruh Ukuran perusahaan (firm size), return on equity (ROE) dan Koefisien Respon Laba (ERC), diantaranya: a.
Secara parsial Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Koefisien Respon Laba pada Perusahaan pertambangan batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
b.
Secara parsial Return On Equity (ROE) berpengaruh signifikan terhadap Koefisien Respon Laba pada Perusahaan pertambangan batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
c.
Secara simultan Ukuran dan Return On Equity (ROE) berpengaruh signifikan terhadap Koefisien Respon Laba pada Perusahaan pertambangan batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini menunjukan bahwa kedua variabel tersebut memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap Koefisien Respon Laba.
SARAN Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas, penulis mencoba memberikan saran-saran yang diharapkan dapat member manfaat yang berguna bagi penelitian selanjutnya di masa yang akandatang. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang sifatnya pengembangan dan perbaikan dari penelitian ini, sehingga dapat menambah wawasan mengenaitopik yang diteliti.Dapat diketahui dari hasil penelitian dikarena akan adanya keterbatasan jumlah perusahaan pertambangan batu-bara di Bursa Efek Indonesia, maka peneliti selanjutnya dapat mengambil lebih banyak sampel dari sektor lain yang lebih banyak perusahaannya. Selain itu, variabel lain yang belum diteliti berpengaruh cukupbesar. Oleh karena itu sebaiknya peneliti menambah variable lain yang mempengaruhi Koefisien respon laba Total Asset Turnover (TATO), Net Profit Margin (NPM) seperti yang dikemukakan olehHendy, M. Fakhrudin, (2008: 167).