Pengaruh Penyuluhan Menggunakan Metode Ceramah Dengan Media Audio Visual Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Narkoba Di SMA Negeri 1 Gomo Kecamatan Gomo Kabupaten Nias Selatan Tahun 2013 *Amila
**Ekuivalen Lase Abstrak
Penyuluhan merupakan metode yang sering digunakan didalam pendidikan kesehatan. Pemilihan metode yang tepat dalam proses penyampaian materi penyuluhan sangat membantu pencapaian usaha mengubah tingkah laku sasaran. Penyuluhan pada umumnya yaitu menggunakan metode ceramah, apabila penceramah dapat menguasai sasaran ceramah maka pelaksanaan metode ceramah akan berhasil. Media audio visual mempunyai kelebihan antara lain bisa memberikan gambaran yang lebih nyata serta meningkatkan retensi memori karena lebih menarik dan mudah diingat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan menggunakan metode ceramah dengan media audio visual terhadap pengetahuan remaja tentang narkoba di SMA Negeri 1 Gomo Kecamatan Gomo Kabupaten Nias Selatan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan pre and post test control group design, dengan populasi 664 orang dan sampel sebanyak 94 orang berpartisipasi dalam penelitian ini. Instrumen penelitian ini berupa kuisioner yang mencakup pengetahuan remaja tentang narkoba. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan uji statistik Uji T-Test dengan derajat kemaknaan α = 0,05. Hasil yang diperoleh untuk kelompok intervensi rata-rata post test sebesar 3,00 sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 1,79. Perbedaan rata-rata antara post test kedua kelompok yaitu 1,213 dengan nilai p value = 0,000. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kontrol. Ini menunjukkan bahwa penyuluhan menggunakan metode ceramah dengan media audio visual sangat berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan remaja tentang narkoba. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah menjadikan hasil penelitian ini sebagai data tambahan bagi penelitian berikutnya yang terkait dengan penyalahgunaan narkoba. Kata Kunci : Penyuluhan, Pengetahuan, Narkoba, Audio Visual
LATAR BELAKANG MASALAH Masalah penyalahgunaan narkoba merupakan masalah yang sering menjadi sorotan dewasa ini, khususnya dikalangan remaja, berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia diperkirakan 150.000 remaja di Indonesia terlibat penyalahgunaan narkoba. Angka kejadian tersebut belum menunjukkan yang sebenarnya karena lebih banyak yang dilakukan secara tersembunyi.Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penyalahgunaan narkoba yang terlihat lebih sedikit daripada yang tidak terlihat.Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebutkan bahwa selama tahun 2003 terjadi 2.214 kasus narkoba di Indonesia (Nasution, 2004). Di Provinsi Sumatera Utara tahun 2007-2011 jumlah kasus narkoba yang ditemukan adalah sekitar 13.165 kasus, angka kasus penyalahgunaan narkoba ini meningkat setiap tahunnya (Direktorat Tindak Pidana Narkoba, 2009).Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi terbesar ketiga pengguna narkoba di Indonesia setelah DKI Jakarta dan DI Yogyakarta. Jumlah total penyalahgunaan narkoba di Sumatera Utara pada Januari – Juli 2009 mencapai 1.055 orang dan sebagian besar
pelakunya adalah remaja dengan usia berkisar antara 15 tahun keatas (Depkes RI, 2007). Remaja memiliki karakteristik yang rentan terkena narkoba, hal ini disebabkan karena remaja mudah dipengaruhi oleh teman, rasa ingin tahu yang tinggi, ikut-ikutan teman, solidaritas kelompok dan menghilangkan rasa bosan. Pengaruh teman kelompok pada masa remaja sangat besar pengaruhnya terhadap penyalahgunaan narkoba oleh para remaja.Remaja yang berteman dengan para pemakai narkoba umumnya mudah terpengaruh dan terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Hal tersebut disebabkan pada masa transisi yang labil remaja selalu ingin mencoba sesuatu walaupun mereka belum mengetahui manfaat dan akibat yang ditimbulkannya. Penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat aditif lainnya merupakan wujud dari bentuk kenakalan remaja (Kartono, 2007). Salah satu faktor yang menjadikan angka penyalahgunaan narkoba terus meningkat ialah kurangnya pengetahuan.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang.Hal ini sesuai dengan beberapa teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak bahan atau materi
yang didapat atau pengetahuan yang diperoleh untuk mencapai perubahan perilaku.Sebaliknya jika seseorang mempunyai pendidikan rendah maka tidak banyak materi atau pengetahuan secara formal yang didapati sehingga cenderung menjadikan perubahan perilaku kearah yang “sesuka hati”.Tingkat pendidikan turut menentukan sesorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh.Pada umumnya semakin tinggi pendidikan maka tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang juga cenderung baik (Notoatmodjo, 2008). Penelitian yang dilakukan Indrayanti (2001) tentang beberapa karakteristik yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan dan sikap tentang narkoba pada siswa SMU 10 Semarang, menunjukkan dari 65 responden ditemukan bahwa sebagian besar responden berpengatahuan dengan kategori baik yaitu (90,8%).Penelitian Silasa (2012) tentang pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang narkoba di SMA Negeri 1 Baraka Kabupaten Enrekang, dari 53 responden menunjukkan bahwa ada pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang narkoba di SMA Negeri 1 Baraka, dengan nilai P = 0,00 (< 0,05). Salah satu upaya dalam meningkatkan derajat pengetahuan remaja tentang narkoba adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan.Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan dibidang kesehatan.Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu sehingga memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik khususnya mengenai narkoba yang akhirnya berdampak terhadap perilaku.Salah satu bentuk pendidikan kesehatan yaitu penyuluhan (Notoatmodjo, 2003). Penyuluhan kesehatan adalah gabungan dari berbagai kesempatan kegiatan yang berdasarkan prinsipprinsip belajar untuk mencapai keadaan dimana individu, keluarga, ataupun masyarakat ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya, dan melaksanakan apa yang bisa mereka kerjakan baik secara individu maupun secara kelompok, serta mencari pertolongan bila perlu (I.B. Mantra, 1993).Penyuluhan kesehatan memerlukan adanya upaya kesehatan.Upaya kesehatan merupakan suatu kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.Upaya mewujudkan kesehatan ini dilakukan oleh individu, kelompok masyarakat, lembaga pemerintahan, ataupun swadaya masyarakat (LSM).Upaya kesehatan itu sendiri memiliki aspek penting yaitu, aspek preventif (pencegahan penyakit), aspek kuratif (pengobatan penyakit), serta aspek rehabilitatif (pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit atau cacat) Notoatmodjo (2007).
Penyuluhan merupakan metode yang sering digunakan didalam pendidikan kesehatan. Pemilihan metode yang tepat dalam proses penyampaian materi penyuluhan sangat membantu pencapaian usaha mengubah tingkah laku sasaran (Notoatmodjo, 2007). Penyuluhan pada umumnya yaitu menggunakan metode ceramah, apabila penceramah dapat menguasai sasaran ceramah maka pelaksanaan metode ceramah akan berhasil (Arsyad, 2003). Metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam usaha menularkan pengetahuan secara lisan. Cara ceramah dapat dikatakan juga sebagai tehnik kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi, atau uraian tentang suatu pokok permasalahan secara lisan (Roestyah, 2001). Menurut Khomsan (2000) dalam Nurafitrianthie (2008), agar materi penyuluhan dapat diterima semaksimal mungkin sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, diperlukan suatu alat bantu mengajar. Alat bantu yang dapat digunakan antara lain, alat bantu lihat (visual), alat bantu dengar (audio), dan alat bantu dengar dan lihat atau audio visual aids (AVA) (Notoadmojo, 2003), sedangkan media tulis yang dapat digunakan adalah berupa poster, leaflet, booklet, flipchart (lembar balik) (Herawati, 2008). Keberhasilan penyuluhan kesehatan tergantung kepadakomponen pembelajaran. Media penyuluhan kesehatan merupakan salah satukomponen dari proses pembelajaran yang akan mendukung komponenkomponenyang lain. Media diartikan sebagai segala bentuk atau saluran yangdigunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi (Sadiman, dkk. 2009).Media penyuluhan sebenarnya tidak hanya berfungsi sebagai pelengkap yaitumembantu pemberi informasi untuk pengingat, namun media mempunyaifungsi atensi yaitu memiliki kekuatan untuk menarik perhatian. Media yangmenarik akan memberikan keyakinan, sehingga perubahan kognitif afeksi danpsikomotor dapat dipercepat (Setiawati & Dermawan, 2008). Pengelompokan media berdasarkan perkembangan teknologi dibagi menjadi media cetak, audio visual dan komputer.Audio visual merupakan salah satu media yang menyajikan informasi atau pesan secara audio dan visual (Setiawati dan Dermawan, 2008).Audio visual memberikan kontribusi yang sangat besar dalam perubahan perilaku masyarakat, terutama dalam aspek informasi dan persuasi. Media audio visual memiliki dua elemen yang masing-masing mempunyai kekuatan yang akan bersinergi menjadi kekuatan yang besar. Media ini memberikan stimulus pada pendengaran dan penglihatan, sehingga hasil yang diperolah lebih maksimal. Hasil tersebut dapat tercapai karena pancaindera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke otak adalah mata (kurang lebih 75%
sampai 87%), sedangkan 13% sampai 25% pengetahuan diperoleh atau disalurkan melalui indera yang lain (Maulana, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan Saputra (2011) tentang pengaruh pendidikan kesehatan melalui metode ceramah menggunakan media audio visual terhadap pengetahuan siswa tentang narkoba di SMA Negeri 4 Tanggerang Selatan, menunjukkan bahwa ada perbedaan pengetahuan yang bermakna antara sebelum dan sesudah intervensi pendidikan kesehatan tentang narkoba pada kelompok siswa yang mendapatkan intervensi pendidikan kesehatan tentang narkoba melalui metode ceramah dengan media audio visualdi SMA Negeri 4 Tanggerang Selatan, dengan nilai p value = 0,000 (< 0,05). Media audio visual mempunyai kelebihan antara lain bisa memberikan gambaran yang lebih nyata serta meningkatkan retensi memori karena lebih menarik dan mudah diingat. Kehadiran dan perkembangan media audio visual ini tidak bisa dihindari mengingat kelebihan dan daya tariknya yang luar biasa pada media ini, seperti contohnya televisi yang mempunyai peran besar dalam mempengaruhi masyarakat.Kelebihan-kelebihan media audio visual tersebut diharapkan mampu menumbuhkan ketertarikan dan minat dalam mengikuti penyuluhan sehingga tujuan dalam penyuluhan dapat tercapai (Sadiman, dkk. 2009). Menurut Bandura dan Walter (dalam Notoatmodjo, 2007), pengetahuan atau tingkah laku model yang terdapat dalam media audio visualakan merangsang peserta untuk meniru atau menghambat tingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkah laku yang ada di media. Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa metode ceramah dan media audio visual dapat meningkatkan mutu proses belajar atau pengetahuan dalam kegiatan penyuluhan. Dalam hal ini, metode ceramah dengan media audio visual diharapkan mampu memberikan hasil yang efektif dalam penyampaian informasi tentang narkoba. Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 1 Gomo Kecamatan Gomo Kabupaten Nias Selatan beberapa waktu lalu, diperoleh data keadaan siswa SMA Negeri 1 Gomo tahun ajaran 2012/2013, yaitu siswa/i disekolah tersebut berjumlah 664 orang. Ketika melakukan survei awal disekolah tersebut peneliti mendapatkan informasibahwa pihak sekolah tersebut pernah melakukan razia secara insidentil selama beberapa kali walaupun hasilnya belum pernah ditemukan siswa yang menggunakan narkoba.Bahkan, menurut keterangan dari beberapa guru disekolah tersebut, pihak sekolah juga pernah mendapatkan penyuluhan terkait narkoba dari pihak BNN bersama Polres Nias Selatan. Penyelenggaraan kegiatan ini dilakukan mengingat sekolah tersebut merupakan sekolah yang banyak peminatnya khususnya didaerah tersebut,
sehingga hal-hal yang dirasa dapat merusak nama sekolah itu harus dihapuskan. Hal ini bertentangan dengan pengakuan beberapa siswa, yaitu melalui wawancara tertutup yang dilakukan kepada 7 orang siswa SMA Negeri 1 tersebut, didapatkan informasi bahwa mereka mengaku menggunakan narkoba dengan teman-teman lainnya pada saat mereka berkumpul disuatu tempat diluar sekolah. Berdasarkan latar belakang tersebut,penulis bermaksud mengadakan penelitian untuk mengetahui apakah ada pengaruh penyuluhan tentang narkoba terhadap pengetahuan remaja dalam hal ini (siswa/i) SMA dan sejauh mana tingkat pengetahuan mereka tentang narkoba, khususnya di SMA Negeri 1 Gomo Kecamatan Gomo Kabupaten Nias Selatan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experiment dengan pendekatan post test-only non equivalent control group, dengan jumlah sampel 47 kontrol dan 47 intervensi yang ditetapkan dengan purposive sampling. Kriteria inklusi yakni kelas X dan XI dan belum pernah mendapat penyuluhan. Proses pengumpulan data dilaksanakan di SMA Negeri 1 Gomo Kecamatan Gomo Kabupaten Nias Selatan. Pelaksanaan penyuluhan dilakukan dengan frekuensi waktu 30 menit. Pelaksanaan tes mulai dari pembagian kuisioner sampai pengisian dilakukan selama 30 menit. Total waktu yang digunakan dalam pelaksanaan ini adalah 60 menit. HASIL PENELITIAN Hasil analisis univariat mendapatkan data untuk kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pada kedua kelompok sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu masing-masing sebanyak 26 orang (55,3%). Usia paling rendah pada kelompok intervensi adalah 16 tahun dan paling tinggi 18 tahun dengan rata-rata usia responden adalah 16,43 tahun. Sedangkan pada kelompok kontrol usia paling rendah adalah 15 tahun dan paling tinggi 18 tahun dengan rata-rata usia responden adalah 16,40 tahun. Pada kedua kelompok sebagian besar respondennya adalah kelas X yaitu pada kelompok intervensi 28 orang (59,6%) dan pada kelompok kontrol 27 orang (57,4%).
Tabel 1. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Narkoba Pada Post Test Antara Kelompok Intervensi dan Kontrol di SMA Negeri 1 GomoKecamatan Gomo Kabupaten Nias Selatan Tahun 2013 Kelompok
N
Mean
SD
SE
Intervensi
4 7 4 7
3,00
0,000
0,000
1,79
0,414
0,060
Kontrol
T
Mean Diff 95%
P value
20,098
1,213
0,000
Berdasarkan hasil analisis tabel 1 didapatkan nilai rata-rata tingkat pengetahuan untuk kelompok intervensi 3,00 dan standar deviasi 0,000. Sedangkan pada kelompok kontrol nilai rata-ratanya 1,79 dan standar deviasi 0,414. Hasil analisis lebih lanjut menyimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna ratarata tingkat pengetahuan antara kelompok intervensi dengan kontrol (p = 0,000). PEMBAHASAN 1. Rata-rata Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Narkoba Pada Kelompok Intervensi Hasil uji statistik independent-test menunjukkan bahwa ada peningkatan tingkat pengetahuan yang terlihat jelaspada post test kelompok intervensi yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 3,00.Peningkatan pengetahuan yang terjadi dapat dipengaruhi olehfaktorusia dan pendidikan. Usia responden pada kelompok intervensi yaitu paling rendah 16 tahun dan paling tinggi 18 tahun. Menurut Notoatmodjo (2003), semakin bertambah usia akan semakin berkembangpula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuanyang diperolehnya semakin membaik. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. Pendidikan juga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Pada kelompok intervensi, tingkat pendidikan responden dalam hal ini adalah kelas responden yaitu kelas X 28 orang (59,6%) dan kelas XI 19 orang (40,4%). Menurut Notoatmodjo (2003), makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orangtersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggimaka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyakinformasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan (Notoadmodjo, 2003). Selanjutnya, selain kedua faktor tersebut diatas pengalaman dan mass media/informasi juga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.Pada kelompok intervensi, respondennya tidak ada pengalaman pernah mendapat penyuluhan. Menurut Notoatmodjo (2003), pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Mass media/informasi juga mempengaruhi pengetahuan.Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek, sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi menghasilkan tersedianya bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat (Notoatmodjo, 2003). 2. Rata-rata Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Narkoba Pada Kelompok Kontrol Pada kelompok kontrol, setelah dilakukan uji independent-test ditemukan bahwa ada peningkatan tingkat pengetahuan responden pada post test yaitu dengan nilai rata-rata 1,79.Sama halnya dengan kelompok intervensi, tingkat pengetahuan pada kelompok kontrol juga dapat dipengaruhi oleh faktor usia, pendidikan, pengalaman dan mass media/informasi. Usiaresponden pada kelompok kontrol yaitu paling rendah 15 tahun dan paling tinggi 18 tahun. Sama halnya dengan kelompok intervensi, pada kelompok kontrol usia responden berada pada golongan usia remaja pertengahan. Pada usia ini remaja sangat rentan oleh pengaruh teman, rasa ingin tahu yang tinggi, solidaritas kelompok dan menghilangkan rasa bosan (Kartono, 2007). Pendidikan responden dalam hal ini kelas responden pada kelompok kontrol yaitu kelas X 27 orang (57,4%) dan kelas XI 20 orang (42,6%).Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan, dimana diharapkan seseorang yang berpendidikan baik akan memiliki pengetahuan yang luas pula. Namun, seseorang yang berpendidikan rendah juga tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.Pengetahuan bukan hanya diperoleh dari pendidikan formal, melainkan dapat juga diperoleh secara non formal (Notoadmodjo, 2003). 3. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Narkoba Pada Post Test Antara Kelompok Intervensi dan Kontrol Hasil uji statistik independent-test yang dilakukan ditemukan bahwa ada perbedaan tingkat pengetahuan remaja tentang narkoba antara kelompok intervensi dan kontrol. Perbedaan rata-rata antara kedua kelompok yaitu 1,213 dengan nilai p value = 0,000 (p < 0,05). Rata-rata peningkatan pengetahuan pada kelompok intervensi adalah 3,00, sedangkan pada kelompok kontrol rata-ratanya 1,79. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, berarti ada perbedaan
yang signifikan antara kelompok intervensi dan kontrol setelah diberi perlakuan. Peningkatan pengetahuan tampak terlihat jelas pada kelompok intervensi.Hal ini terjadi karena pada kelompok intervensi responden langsung menerima materi dari fasilitator melalui metode ceramah dengan media audio visual secara lengkap dan jelas.Responden dapat memberikan feedback seperti bertanya ataupun berpendapat secara lebih detail kepada fasilitator, baik itu tentang dampak penyalahgunaan narkoba, jenisjenisnya dan lain sebagainya. Media audio visual yang tersedia seperti OHP, documentary video tentang penyalahgunaan narkoba yang ditujukan kepada responden akan membuat responden semakin mudah mengerti terhadap materi yang disampaikan dan ini akan berpengaruh pada tingkat pengetahuan responden itu sendiri. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa penggunaan jenis media yang tepat akan memudahkan untuk mencapai tujuan pendidikan kesehatan yang dilakukan. Media pendidikan mempunyai beberapa manfaat antara lain menimbulkan minat bagi sasaran, dapat menghindari dari kejenuhan dan kebosanan, membantu mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman, memudahkan penyampaian informasi, dan memudahkan penerimaan informasi bagi sasaran didik (Taufik, 2007). Pada kelompok kontrol tidak ada pemecahan masalah sehingga materi pendidikan kesehatan terkesan tidak tersampaikan secara efisien dan membuat pemahaman responden terhadap materi terbatas.Pada kelompok kontrol, subjek penelitian hanya membaca dan memahami isi leaflet yang diberikan. Responden tidak mendapat pemecahan masalah dari materi yang tidak dipahami dan ini membuat materi tidak tersampaikan secara detail kepada responden. Pada kelompok kontrol ini juga pemahaman yang dimiliki responden tidak bisa dipastikan karena tidak ada feedback terhadap sesuatu yang tidak dimengerti. Asumsi peneliti mengenai perbedaan tingkat pengetahuan ini yaitu peningkatan pengetahuan remaja tentang narkoba lebih tampak pada kelompok intervensi, dapat disebabkan karena responden benar-benar menerima dengan lengkap materi yang disampaikan oleh fasilitator dan ditambah dengan tersedianya media yang digunakan menunjang penyampaian materi secara detail.Jika dibandingkan dengan kelompok kontrol yang hanya mendapatkan informasi melalui leaflet, kelompok intervensi juga lebih mampu memahami dan mendapatkan informasi dengan jelas karena adanya feedback antara responden dan fasilitator. Hasil penelitian Saputra (2011) tentang pengaruh pendidikan kesehatan melalui metode ceramah menggunakan media audio visual terhadap pengetahuan siswa tentang narkoba di SMA Negeri 4 Tanggerang Selatan, menunjukkan bahwa ada perbedaan pengetahuan yang bermakna antara sebelum dan sesudah
intervensi pendidikan kesehatan tentang narkoba pada kelompok siswa yang mendapatkan intervensi pendidikan kesehatan tentang narkoba melalui metode ceramah dengan media audio visual di SMA Negeri 4 Tanggerang Selatan, dengan nilai p value = 0,000 (p < 0,05). Pada kedua kelompok yaitu kelompok yang dilakukan intervensi dan kelompok yang tidak dilakukan intervensi tingkat pengetahuan meningkat, tetapi lebih tinggi peningkatan pada kelompok yang diberi intervensi karena pada kelompok intervensi semua responden dapat dengan leluasa menanyakan apa yang tidak mengerti, serta membahas materi pendidikan kesehatan tentang narkoba sampai memperoleh kesimpulan yang benar. Peningkatan nilai pengetahuan pada remaja tentang narkoba pada kelompok intervensi dan kontrol sama-sama terjadi, tetapi peningkatan pengetahuan lebih tampak jelas pada kelompok intervensi. Jadi, kedua kelompok ini sama-sama mendapatkan informasi tentang narkoba, hanya saja cara penyampaian informasinya atau materinya berbeda. Kedua cara penyampaian informasi ini sama baik untuk pendidikan kesehatan tentang narkoba, hanya saja penyampaian informasi pada kelompok intervensi yaitu menggunakan metode ceramah dengan media audio visual lebih efektif dibandingkan dengan kelompok kontrol yang hanya diberikan leaflet, karena penyampaian informasi pada kelompok ini menjadikan responden terlibat aktif dan dengan feedback yang ada diharapkan dapat merubah perilaku dalam menjauhi tindakan penyalahgunaan narkoba. KESIMPULAN Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Rata-rata tingkat pengetahuan remaja tentang narkoba pada kelompok intervensi post test adalah 3,00. 2. Rata-rata tingkat pengetahuan remaja tentang narkoba pada kelompok kontrol post test adalah 1,79. 3. Ada perbedaan rata-rata tingkat pengetahuan remaja tentang narkoba antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada post test di SMA Negeri 1 Gomo Kecamatan Gomo Kabupaten Nias Selatan Tahun 2013 yaitu 1,213 dengan p value = 0,000 (p < 0,05). DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta Arsyad, Azhar. (2003). Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta Badan Narkotika Nasional RI. (2008). Jenis-jenis Narkoba dan Aspek Kesehatan Penyalahgunaan narkoba. Departemen Sosial RI. Jakarta
Departemen Kesehatan RI. (2007). Kebijakan dan Rencana Strategi Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA). Departemen Kesehatan RI. Jakarta Hastono, S.P. (2010). Statistika Kesehatan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Hawari, D. (2002). Penyalahgunaan dan Ketergantungan Napza. FK-UI. Jakarta Herawati, P. (2008). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Diklat Manajemen Perkantoran Kelas X Apk di SMK Ardjuna 01 Malang. Skripsi : Universitas Negeri Malang Kartono. (2007). Psikologi Remaja (Psikologi Perkembangan). Mandar Maju. Bandung Martono. (2006). Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba. Nuha Medika. Yogyakarta Maulana, H. (2009). Promosi Kesehatan. EGC. Jakarta Nasution, Z. (2004). Menyelamatkan Keluarga Indonesia Dari Bahaya Narkoba. Citapustaka Media. Bandung Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta . (2008). Promosi kesehatan dan imu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta . (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta. Jakarta Nurafitrianthie, R. (2008). Perbedaan pengaruh intervensi penyuluhan antara media kartu jodoh dengan media lembar balik terhadap peningkatan pengetahuan gizi dan faktor yang berhubungan pada ibu balita di kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Skripsi : FKIK UIN Jakarta Partodiharjo, 2008. Bahaya Ketergantungan Napza. Bumi Aksara. Jakarta Roestyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta Sadiman, dkk. (2009). Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Raja Grafindo Persada. Jakarta Saputra, N. (2011). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Metode Ceramah dengan Media Audio Visual Terhadap Pengetahuan Siswa Tentang Narkoba di SMA Negeri 4 Tanggerang Selatan. Skripsi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Setiawati, A., Dermawan (2008). Media Pembelajaran Pendidikan Kesehatan. Gala Ilmu Semesta. Yogyakarta Silasa. (2012). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Narkoba Di SMA Negeri 1 Baraka
Kabupaten Enrekang. Skripsi : STIKes Nani Hasanuddin Makassar Taufik, M. (2007). Prinsip-prinsip Promosi Kesehatan Dalam Bidang Keperawatan. CV. Infomedia. Jakarta