EKSTRAKSI DAN FRAKSINASI KOMPONEN BIOAKTIF ANTIMIKROBA DALAM BIJI DAN DAUN LADA Lenny SutedJa dan Herllna Agustlna Puslitbang Kimia Terapan - LlPI Jalan Cisitu-Sangkuriang, Bandung 40135
INTISARI Dalam rangka penelusuran komponen antimikroba dalam biji dan daun lada telah dilakukan ekstraksl berturut-turut dengan n-heksana, metanol, kloroform dan air. Uji aktivitas antimikroba dengan metoda difusi agar terhadap Staphylococcus aureus ATCC 6536, Escherichia coli 25922 d4n Candida albicans ATCC 10231, menunjukkan bahwa ekstrak-ekstrak daun lada tidak aktif terhadap mikroba tersebut. Semua ekstrak biji lada tidak aktif terhadap E.coli, disamping itu ekstrak n-heksana juga tidak menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap S.aureus dan CAibicans. Sedangkan ekstrak-ekstrak metanol; kloroform dan air menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap Siaureus dan C.albicans, dimana ekstrak kloroform menunjukkan aktivitas yang lebih besar dibandlngkan ekstrak-ekstrak lainnya. Fraksinasl ekstrak kloroform dengan kromatograJi kolom pada silika gel dan eluen n-heksana :. etilasetat dengan elusi gradien, menghasllkan fraksi LJV yang menunjukkan aktivitas terhadap Saureus dan Calblcans yang lebih besar dibandingkan fraksi-fraksi lainnya. Analisis komponen-komponen yang terdapat dalam fraksi LJV dengan kromatograJi gas-spektrometrl massa teramati adanya senyawa-senyawa yang diduga adalah piperonal; asam palmitat, asam stearat, asam oleat, p-sitosterol dan 2(3H)-furanon, 3,4-bis (1,3-benzodioksol-5-ilmetil) dihidro.
ABSTRACT In the framework of antimicrobial activity investigation, seeds and leaves of black pepper were fractionated with n-hexane, methanol; chloroform and water consecutively, to isolate the active fractions. The antimicrobial activity was determined by agar plate diffusion method against Staphylococcus aureus ATCC 6536, Escherichia coliATCC 25922 and Candida albicans ATCC 10231. Antimicrobial activity against the microbes was not found in the pepper leaf extracts as well as in the n-hexane extract of the seeds. Methanol, chloroform and water extracts of pepper seeds showed antimicrobial activity against S.aureus and Calblcans, however they did not show any activity against E.coli. The chloroform extract, which was the most active, was further eluted and fractionated by column chromatography on silica gel; eluted gradually with n-hexanetethylacetate. Antimicrobial activity determination of the fractions obtained from the column chromatography, indicated that fraction L/V showed the highest activity. Gas chromatography-mass spectrometry analysis of L/V illustrated the possibility of the presence of several compounds, such as piperonal; palmitic acid, stearic acid, oleic acid, psitosterol and 2(3H)-furanone, 3,4-bis (l,3-benzodioxol-5ylmetyl) dihydro.
40
PENDAHULUAN Tanaman lada (Piper nigrum L.) termasuk .famili Piperaceae, banyak ditanam di India; Arab, Ceylon dan Indonesia. Di Indonesia, bingga kini penanaman masib berpusat di Jambi, Lampung, Bulok Belantung dan pulau Bangka, Sumatera Selatan (1). Dari tanaman lada ini, biji lada banyak sekali penggunaannya, yaitu selain sebagai bahan penyedap atau peningkat rasa makanan, juga ban yak dimanfaatkan dalam obat-obatan modern maupun tradisional. Telah diketahui penggunaan biji lada, antara lain dalam pengobatan gangguan saluran pencernaan, stimulan pengeluaran keringat dan peluruh air seni. Disamping itu minyak lada merupakan salab satu minyak atsiri yang merupakan komoditi ekspor nonmigas (1,2). Penelitian pendahuluan bioaktivitas minyak lada, hasil destilasi uap biji lada enteng hitam, telah dilakukan, Minyak lada maupun fraksi-fraksi hasil pemisahan dengan kromatografi kolom menunjukkan aktivitas terbadap Staphylococcus dureus dan Bacillus cereus (3,4). Sehubungan dengan penggunaan biji lada dibidang pengobatan, maka potensinya sebagai antimikroba perlu diketabui. Untuk ini dilakukan penelitian aktivitas antimikroba ekstrak-ekstrak biji lada terhadap beberapa jenis mikroba, yaitu Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Candida albicans. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti komponen bioaktif antimikroba dalam lada. Dari tanaman lada, selain biji maka daun lada juga diteliti aktivitas antimikrobanya, mengingat daun lada be1um banyak diketabui kegunaannya dan merupakan limbah perkebunan lada.
BAHAN DAN METODA Bahan Biji lada enteng hitam dan daun lada diperoleb dan Tanjung-karang, Lampung. Baban kimia yang dipergunakan adalah pelarut teknis yang didestilasi ulang. Silika gel, 230-400 mesh dari E. Merck.
JKTI, VOL. 4 - No.2, Desember, 1994
Metoda Pengujian akiivitas antimikroba
Ekstraksi biji dan daun lada Biji lada yang telah. dihaluskan, diekstraksi berturutturut dengan n-heksana, metanol, kloroform dan air seperti yang terlihat pada Bagan 1. Ekstraksi daun lada dilakukan dengan cara yang serupa seperti terlihat pada Bagan 2. Biji lada enteng hitam
I .1--
dihaluskan dengan gilingan
biji lada bubuk 525 gram
.--
....•
I
--,
I
filtrat
dikocok dengan n-heksana (3 x 1,6 liter)
residu
Pengujian aktivitas antimikroba dilakukan di Perum Biofarma, dengan cara metoda difusi agar menggunakan tabung stainless steel berdiameter dalam 9 mm. Mikroba yang dipergunakan adalah Staphylococcus aureus ATCC 6536, Escherichia coli ATCC 25922 dan Candida albicans ATCC 10231. Aktivitas antimikroba ditunjukkan oleh adanya daerah bening disekeliling tabung -yang berisi contoh, yang disebut zona hambatan. Diameternya diukur dalam mm. Contoh dilarutkan dalam pelarut etanol atau 0heksana. Kedua pelarut tersebut sebagai blanko juga ditentukan aktlvitas mikrobanya .
KromatograJi kolom ekstrak-ekstrak
biji lada
diuapkan vakum
I
ekstrak heksan (EHB; 22,2 g)
filtrat
residu
I
diuapkan vakum
ekstrak metanol (EMB, 50 g) dikocokdengan 300 ml CHCl3 : H:zO(1:1), pelarut diuapkan
ekstrak kloroform (EKB,42g)
ekstrak air (EAB,4g)
lapisan antara (LAB,2g)
Bagan 1. Ekstraksi biji lada enteng hitam.
Daun lada kering dipotong kecil-kecill75
,---,-----------lresidu
I
gram
dikocok dengan metanol (3 x 2 liter)
Analisis kromatografi gas - spekirometri massa (GC-MS)
filtrat
diuapkan vakum, kemudian dikocok dengan n-heksana (3 x 2 liter), pelarut diuapkan vakum
ekstrak metanol (EMD; 12,5 gram)
Fraksinasi lebih lanjut dari ekstrak-ekstrak biji lada, antara laiff ekstrak kloroform, dilakukan dengan cara elusi pada kromatografi kolom. Sebanyak 300 gram silika gel dalam pelarut n-heksana, dimasukkan ke dalam corong Buchner.Pelarut diisap vakum bingga kering dan diperoleh adsorben silika dengan diameter 13 em dan tinggi 5 em. Ekstrak kloroform (26 gram) yang telah dicampur homogen dengan silika gel, ditaburkan merata diatas adsorben. Elusi dilakukan berturut-turut dengan campuran n-heksanatetilasetat yang Makin lama Makin bertambah polaritasnya (elusi gradien). Campuran n-heksana: etilasetat yang digunakan berturut-turut dalam perbandingan 9:1; 8:2; 7:3; 6:4; 5:5; 4:6; 3:7; 2:8; 1:9; 0:10. Terakhir elusi dilakukan dengan metanoI. Masing-masing eluen yang dituangkan sebanyak 150 ml, diisap vakum hingga kering sebelum dielusi dengan eluen berikutnya, Masing-masing fraksi dianalisa dengan kromatografi lapis tipis (KLl), dan fraksi-fraksi dengan pola kromatogram KLT yang sarna dikumpulkan menjadi satu.
ekstrak heksan (EHD; 4,8 gram)
dikocok dengan 300 ml CHCl3 : H20 (1:1) pelarut diuapkan vakum
Analisis dengan kromatografi gas - spektrometri Massa dilakukan pada alat HP 5890 U- 5972 A GC-MSD di Hewlett-Packard Singapore, dengan parameter-parameter / sebagai berikut: Kromatografi gas: kolom HP5-MS (30 meter x 0,2 mm); gas pembawa: Helium dengan kecepatan 1 ml/menit; suhu injektor 250°C; suhu oven 80°C (2 menit) -> 5° Imenit -> 280°C. Spektrometer Massa: suhu "interface".280°C; scan mode 50-550 amu; solvent delay : 5 menit
Derivatisasi ekstrak kloroform (EKD; 5,2 gram)
ekstrak air (BAD; 7,1 gram)
Lapisan antara (lAD; 0,1 gram)
Bagan 2. Ekstraksi daun lads.
JKTI, VOL 4 - No.2, Desember,
1994
Sebelum dianalisa dengan GC-MS, contoh diderivitasi dengan prosedur sebagai berikut: Sebanyak 8 mikroliter contoh yang telah dilarutkan dalam asetonitril, diuapkan, kemudian ditambahkan 500 mikroliter N-O bistrimetilsilil
41
trifluoroasetamida (BSTFA, Supelco). Larutan dipanaskan pada 60°C selama 30 menit, kemudian siap untuk dianalisa dengan GC-MS.
Tabell.
Diameter zona hambatan (mm) aktivitas antimikroba ekstrakekstrak biji lada
Ekstrak biji lada
S.aureus ATCC6536
HASIL DAN DISKUSI Ekstraksi
biji dan daun lada
Ekstraksi biji dan daun lada dengan pelarut n-heksana, kloroform, metanol dilakukan dengan maksud memisahkan senyawa-senyawa yang berbeda polaritasnya. Untuk selanjutnya dapat diseleksi ekstrak mana yang mempunyai sifat antimikroba. Hasil ekstraksi menunjukkan bahwa baik biji maupun daun lada lebih banyak mengandung ekstrak polar dari pada ekstrak nonpolar.
1-20
42
ATCC 25922
C.albicans ATCC 10231
0
0
0
0
Ekstrak metanol (EMB) 5
0
0
10
11,5
0
0
20
12,5
0
11,5
5
0
0
0
10
12,0
0
0
20
15,0
0
11,5
10
0
0
0
20
14,5
0
12,0
Ekstrak kloroform (EKB)
Ekstrak air (EAB)
Ekstrak-ekstrak daun lada dalam kadar 2-20 mg/ml tidak menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap S.aureus, E.coli maupun C.albicans. Biji lada Hasil uji antimikroba ekstrak-ekstrak biji lada menunjukkan bahwa semua ekstrak biji lada (kadar 2-20 mg/ml) tidak menunjukkan aktivitas terhadap E.coli. Disamping itu ekstrak n-heksana (ERB) juga tidak menunjukkan aktivitas terhadap S.aureus dan C.albicans. Akan tetapi ekstrak-ekstrak metanol (EM B), kloroform (EKB) dan air (EAB) biji lada menunjukkan aktivitas terhadap S.aureus dan C.albicans. Seperti terlihat pada Gambar 1, zona hambatan terhadap S.aureus ditunjukkan oleh EMB dan EKB pada kadar 10 dan 20 mg/ml, sedangkan ekstrak EAB terlihat aktivitasnya pada kadar 20 mg/ml saja. Dari ketiga ekstrak tersebut terlihat bahwa ekstrak EKB menunjukkan aktivitas yang lebih besar dibandingkan ekstrak lainnya. Pad a kadar 20 mg/ml diameter zona hambatan terhadap S.aureus ditunjukkan oleh EKB sebesar 15,0 mm; EMB:12,5 mm dan EAB :14,5 mm, sedangkan 10 mg/ml EAB tidak menunjukkan aktivitas dan 10 mg/ml EMB menunjukkan diameter hambatan (11,5 mm) yang lebih kecil dari pada diameter hambatan EKB (12,0 mm) (Tabell). Ekstrak EMB, EKB dan EAB menunjukkan aktivitas yang hampir sama terhadap C.albicans. Seperti terlihat pada Gambar 2, 20 mg/ml EMB, EKB dan EAB menunjukkan zona hambatan dengan diameter sebesar 11,5; 11,5 dan 12,0 mm. Zona hambatan tak terlihat pada kadar 5 dan 10 mg/ml. Aktivitas ketiga ekstrak tersebut terhadap C.albicans lebih kecil dari pada terbadap S.aureus (TabeJ 1). Berdasarkan basil yang diperoleb tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa ekstrak EKB merupakan ekstrak yang lebih aktif terhadap S.aureus dibandingkan ekstrak lainuya.
E.coli
Ekstrak heksan (EHB)
Aktivitas antimikroba Daun lada
Khamir
Bakteri
(mglml)
o = tak terlihat zona hambatan bening
z -c ~ ~~
!i a:
w I-
8
W
~
s 0
0
2
25 KADAR (mglml)
Gambar
l. Aktivitas antirnikroba ekstrak biji lada terhadap S.aureus (e;3) EHB: ekstrak heksan biji lada (b:::l) EMB: ekstrak metanol biji lada (~) EKB: ekstrak kloroform biji lada (~) EAB: ekstrak air biji lada Diameter zona hambatan sama dengan nol bila tidak digambarkan.
JKTI, VOL. 4 - No.2, Desember,
1994
20
Tabel
16
EkstrakEKB (mglml)
z ~ ~
I ~ S 0
12
8
4
Bakteri S.aureus ATCC 653'8
antimikroba
fraksi-
Khamir C.albicans ATCC 10231
0 0 10,S l1,S 14,0 0 10 0 10 0 9,5
0 0 9,S l1,S 16,0 0 0 0 0 0 0
0: tak terlihat zona hambatan bening
~~--------------------------,
0 2 KA~R
Gambar
Diameter zona hambatan (mm) aktivitas fraksi ekstrak kloroform (EKB)
~; 1-20 L3; 2 S 10 20 LS; 10 20 LS; 10 20 L10 10 20
~~ •.... ~ a:: w
2.
(mg/ml)
2. Aktivitas antimikroba ekstrak biji lada terhadap C.albicans
(rJ) EHB: ekstrak heksanbiji lada (Q) EMB: ekstrak metanol biji lada (~) EKE: ekstrak kloroform biji lada (~ ) EAB: ekstrak air biji lada Diameter zona hambatan sama dengan nol bila tidak digambarkan.
Diameter zona hambatan EMB, EKB dan EAB terhadap S.aureus (Tabel 1) dapat dikatakan tidak berbeda jauh dengan senyawa antimikroba TCC (triklorokarbonilida) dan Irgasan DP 300 (trikloro hidroksi difenileter) seperti yang dilaporkan Morris et al (5), meskipun kadar ekstrak-ekstrak lada lebih kecil. Sifat antimikroba ekstrak-ekstrak lada dapat dikatakan berbeda dibandingkan dengan kedua senyawa tersebut, jika ditinjau dari aktivitas terhadap E.coli dan C.albicans. Hal ini mungkin disebabkan ekstrakekstrak lada masih berupa campuran dan struktur komponen-komponennya berbeda dengan senyawa-senyawa TCC dan Irgasan DP 300. Fraksinasi lebih lanjut dari ekstrak kloroform (EKB) dilakukan untuk mengetahui komponen atau campuran komponen mana yang berperan aktif sebagai antimikroba. Kromatogram KLT EKB pada pelat silika gel dengan eluen n-heksana:etilasetat 8:2, menunjukkan bahwa EKB masih terdiri atas beberapa komponen (Gambar 7a). Hasil fraksinasi EKB dengan kromatografi kolom adalah seperti terlihat pada Bagan 3. Dari uji aktivitas antimikroba fraksi-fraksi hasil kromatografi terlihat bahwa aktivitas fraksi L, lebih besar dibandingkan dengan fraksi-fraksi lainnya (Gamhar 3). Juga aktivitas terhadap C.albicans hanya ditunjukkan oleh fraksi L3 saja (Gambar 4). Fraksi L2 tidak menunjukkan aktivitas baik terhadap Siaureus maupun C.albicans (TabeI2).
=
JKTI, VOL. 4 - No.2, Desember, 1994
z ~ ~ ~
«
::I:~
12
g~ N~
8
a:: w IW
~
4
I
( ~),
LS (~),
LS (
rs:!) dan L10
( !j8)
terhadapS.aureus. Dia-
meter zona hambatan sama dengan nol bila tidak digambarkan.
z ~ ~ ~ ~
16
12
~!
0::
w I-
w ~ « is
1\
~
~
8
1\ 1\ 1\ 1\
~
4
1\
~ 1\
0
2
10
5
20
25
KADAR (1llJ/ml) Gambar 4. Aktivitas antimikroba fraksi-fraksi EKE: Lz ( ~ ), L3 ( ~),
LS
(r:a),
Ls (~)
dan
LlO (B8)
terhadap C.albicans Dia-
meter zona hambatan sama dengan nol bila tidak digambarkan. 43
Uji kemurnian fraksi L3 dengan KLT menunjukkan bahwa fraksi ini masih belum murni (Gambar 7b). Fraksinasi lebih lanjut dengan kromatografi kolom (Bagan 3) menghasilkan enam fraksi, dimana aktivitas antimikroba terhadap S.aureus dan C.albicans ditunjukkan oleh fraksi LIV. Fraksi Lm dan Lv hanya menunjukkan aktivitas terhadap S. aureus saja (Gambar S & 6; Tabel 3). Ditinjau dari aktivitas terhadap berbagai mikroba fraksi LIV menunjukkan aktivitas yang lebih besar dari fraksi Lv.
Diameterzona hambatan(mm) aktivitasantimikrobafraksifraksiL3.
Tabel 3.
Fraksi (mglml)
Bakteri Scaureus
16
i
12
~~
N~ tt W
8
~
«
4
i5
0
Khamir
ATCC6538
Cialbicans
2
5
ATCC10231
20
10
25
KADAR (mglmI)
Lm 10
0
0
Gambar 6. Aktivitas antimikroba fraksi-fraksi Lj: Lm ( E2 ),
20
10,0
0
LIV ( ~ ) dan Lv ( ~ ) terhadap C.albicans Diameter zona hambatan sama dengan nol bila tidak digambarkan.
LIV 5
0
0
10
10,0
10,0
20
11,0
12,0
5
0
0
10
10,0
0
20
1i,0
0
Penelusuran senyawa antimikroba dalam biji lada difokuskan pada fraksi yang relatif lebih aktif dibandingkan fraksi-fraksi lainnya, sehingga analisis lebih lanjut dilakukan terhadap fraksi LIV untuk mengetahui komponenkomponen yang terdapat didalamnya.
Lv
EKSTRAKKLOROFORMBIJILADA(EKB) 26 gram
0: takterlihatzonahambatanbening kromatografi
20T-----------~----------------,
kolom,
silika gel 230-400 mesh, t:5 em, d:13 em elusi gradien dgn, n·heksana:etilasetat
~ ~ ~
16
12
komposisi (%)
~~ tt W
0,04
0,77
1,12
8
2,91
32,04
26,22
9,58
1,53
21,25
kolom,
silika gel 230·400 mesh, t:4 em, d: 6,5 em
W
zs
2,78
kromatografi
I-
::E -c
1,77
elusi gradien dgn. n-heksana:
4
0
5
2S KADAR (rngImt)
etilasetat
komposisi (%)
2,37
10,39
20,92
30,17
23,15
12, 99
Gambar S. Aktivitas antimikroba fraksi-fraksi ~: Lm ( E2 ), LIV(&.'3) dan Lv (~) terhadap S.aureus Diameter zona hambatan sama dengan nol bila tidak digambarkan.
44
Bagan 3. Fraksinasi ekstrak kloroform biji lada (EKB) dengan kromatografi kolom.
JKTI, VOL. 4 - No.2, Desember, 1994
----------------------------------o o
65
0
~ E
8)
o
55
o 50
o
o
F::
45
o o
o o
o
o
o
A
"p
o
40
o
35
o
o· f;;
'"'"~
«
~
~
J)
o
a5.
25
Q)
~
c
B
20
•••
III.
:8
15
Gambar 7. Kromatogram KLT ekstrak k1oroform (A), fraksi ~ (B) dan fraksi L,v (C) pada silika gel 60 G; Eluen: nheksana:etilasetat= 8:2.
Analisis fraksi
L/V
Analisis
KLT fraksi Lw adalah seperti terlihat pad a Gambar 7c, masih terdiri dari beberapa komponen. Meskipun demikian terlihat banyaknya komponen lebih sedikit dari pada komponen-komponen dalam ~ dan EKB. Analisis dengan GC-MS menunjukkan kromatogram seperti yang terlihat pada Gambar 8. Fraksi Lw masih terdiri dari paling sedikit delapan komponen utama, seperti yang ditunjukkan oleh puncak-puncak dalam kromatogram, pada waktu retensi antara 6,73 sampai 22,56 menit Dari analisis spektrometri massa, melalui data pustaka spektra massa (spectral library search) dapat disimpulkan kemungkinan adanya 6 senyawa, seperti tercantum pada Tabel 4. Derivatisasi dengan BSTFA menyebabkan senyawa-senyawa dengan gugus fungsi -COOH dan -OH teramati dalam spektrometri massa sebagai derivat trimetiIsiIil estemya, seperti yang tertera pada Tabel 4.
Tabel4. Waktu Retensi (menit)
Hasil analisis spektrometri
masa fraksiLrv.
Senyawa yang diperkirakan
Rumus Molekul
6,73
piperonal
CsH603
150
10,71
asam palmitat(CH3)3Si asam oleat (CH~3Si
C19H40°zSi
328
C21H42°zSi
354
11,60
asam stearat (CH3)3Si
C21H44°zSi
356
17,58
2(3H)-Furanon,
~oH1s06
354
11,50
Berat Molekul
B-sitosterol(CHySi
JKTI, VOL 4 - No.2, Desember, 1994
t:!
.... S A III'
.lLJJ
0 5
H
3~~. N
~
!:1.
FS t'!l'
N
U wi 10
,j
~ 20
15
25
30
WAI
Gambar 8. Kromatogram fraksi tw. Senyawa yang diperkirakan terdapat dalam fraksi LIV berdasarkan data pustaka spekstra massa: A: piperonal B: tak teridentifikasi C; tak teridentifikasi D: asam palmitat E: asam oleat
F: asam stearat G: tak teridentifikasi H : 2(3H)-furanon, 3,4-bis (1,3benzodioksol-5-ilmetil)dihidro I: B-sitosterol
Fragmentasi yang terlihat pada spektra massa (6, 7), untuk piperonal adalah fragmen-fragmen dengan mJz 149 (M+ - H); m/z 121 (M+ - CHO); mJz 91 (M+-CHO CHzO). Pada spektra massa trimetilsiIiIester dad asamasam oleat, palmitat dan stearat terlihat fragmen-fragmen dengan mJz 73, (CH3)3Si+; m/z 117, -COOSi(CH3)3+; mJz 132, CH2=C(OH)OSi(CH3)3. Pada spektra massa 2(3H)furanon, 3,4-bis(1,3-benzodioksol-5-ilmetil) dihidro terlihat fragmen dengan m/z 135, CSH-P2 (Gambar 9)dan
OOCHi < ° :::-.... ,
I
..
1,3 benzodioxole
3,4-bis(l,3-benzodioksol-5-ilmetil) dihidro 22,56
I
$::-
10
5
:::s
486
Gambar 9. Fragmen-fragmen spektra masa. 45
m/z 105, CSH702-CH20.
Pada spektra massa sitosterol tri-
metilsilil eter terlihat fragmen-fragmen m/e 396, (M+(CH3)3SiOH); m/e 357, (M+ -(CH3)3Si); m/z 255, (M+rantai samping - (CH3)3Si0H). Jadi dalam fraksi LIV teramati adanya senyawa-senyawa yang diduga adalah as am palmitat, asam oleat, asam stearat, piperanol, 13sitosterol dan 2(3H)-furanon, 3,4-bis(1,3-benzodioksol-5ilmetil) dihidro. Struktur senyawa-senyawa tersebut terlihat pada Gambar 10. Gambar 10. Struktur senyawa-senyawa terdapat dalam fraksi ~. .tnyawa
yang diperkirakan
Itruktur H
pipernOli
o~>
uampalmillt uamsttarat asam oleat
2 (-3H ) - furanon, 3,4 - bis (l,>-btnzodiokJol· S-ilmctil) dihidro
&-litostcrol
Dari senyawa-senyawa tersebut, diketahui bahwa piperonal adalah suatu pediculicide (8), semacam insektisida terhadap Pediculus vestimenti, serangga yang menularkan penyakit demam tifoid (9). Diduga inti 1,3benzodioksol (Gambar 9) yang terdapat dalam piperonal ada kaitannya dengan sifat insektisida. Seperti diketahui, senyawa piperin, chavisin (terdapat dalam lada hitam), piperonil butoksida, sesamolin, sesamex, sesamin mempunyai inti 1,3-benzodioksol, dan senyawa-senyawa ini bersifat insektisida (8). Berdasarkan hal ini, diduga 2(3H)furanon, 3,4-bis (1,3-benzodioksol-5-ilmetil)dihidro bersifat sebagai insektisida dan mungkin juga sebagai antimikroba, karena juga mengandung inti 1,3-benzodioksol sama halnya dengan piperonal. 13-Sitosterol- merupakan senyawa yang umum terdapat dalam tumbuh-tumbuhan, demikian juga dengan asam-asam lemak. Akan tetapi dalam dosis berlebih asam lemak dapat bersifat toksis. Mhaskar et al. (10) melaporkan bahwa aktivitas antibakteri (terhadap S.aureus) bertambah dengan perubahan ikatan jenuh keikatan tak jenuh dalam asam lemak, yaitu dari ikatan jenuh, ikatan olefinik dan ikatan asetilenik dalam derivat stearat, oleat dan 9-octadecinoik dari N-acylleucin.
46
KESIMPULAN Dari hasil-hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa: 1. Daun lada tidak menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap S.aureus ATCC 6536, E.coli ATCC 25922 dan C.albicans ATCC 10231. 2. Biji lada menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap S.aureus ATCC 6536 dan C.albicans ATCC 10231, akan tetapi tidak aktif terhadap E.coli ATCC 25922. Dari biji lada ini,ekstrak-ekstrak metanoI, kloroform dan air merupakan ekstrak yang aktif kecuali ekstrak nheksana. Ekstrak kloroform merupakan ekstrak yang lebih aktif dibandingkan ekstrak-ekstrak lainnya. Fraksinasi lebih lanjut fraksi kloroform ini menghasilkan fraksi LIV yang menunjukkan aktivitas relatif lebih besar dari fraksi-fraksi lainnya. Dari analisis komponen-komponen dalam fraksi LIV dengan kromatografi gas-spektrometri massa teramati kemungkinan adanya senyawa-senyawa piperonal, asam palmitat, asam stearat, asam oleat, 13-sitosterol dan 2(3H)-furanon, 3,4-bis (1,3-benzodioksol-5-ilmetil) dihidro.
PUSTAKA 1. Rismunandar. Lada Budidaya Penebar Swadaya, 1978.
dan
Tata
niaganya.
2. R. Harris. Tanaman Minyak Atsiri. Penebar Swadaya, 1987. 3. L.Sutedja dan H.Agustma. Uji efek antibakteri minyak lada (Piper nigrum L.) terhadap bakteri patogen. Teknologi Indonesia, XIV, No.1, 21-30 (1991) 4. H.Agustina, L.Sutedja dan Elan Sutarlan. Uji aktivitas antibakteri komponen biji lada (Piper nigrum L.). Proceedings Seminar Nasional kimia dan Pembangunan, Bandung, 1993, hal. 619-631. 5. J.AMorris, AKbettry and E.W.Seitz. Antimicrobial Activity of Aroma Chemicals and Essential Oils. J. Am. Oil. Chem. Soc., 56: 595-603 (1979). 6. D.H. Williams and 1. Fleming. Spectroscopic Methods in Organic Chemistry, 3rd ed., McGraw-Hill Book Company (UK) Limited, 1980. 7. R.M. Silverstein, G.C. Bassler and T.C. Morrill, Spectrometric Identification of Organic Compounds, 4th ed., John Wiley & Sons, Inc., Canada, 1981. 8. The Merck Index, 11th ed., 1989, Merck & Co, Inc., USA 9. W. Burrows. Textbook of Microbiology. Saunders Co., London, 1959.
7th ed., W.B.
10. S.Y.Mhaskar, G. Lakshminarayana and L. Saisree. Nacyl-L-Leucmes of Biologically Active Uncommon Fatty Acids: Synthesis and Antibacterial Activity. J. Am. Oil. Chem. Soc. 70 (1), 23-27 (1993).
JKTI, VOL 4 - No.2, Desember, 1994