EKSISTENSI AHLUL BAIT DALAM KJTAB TAFSIR JAMI' AL-BAYAN FI TAFSIRAL-QUR.'AN I
Oleh: DEDI PERMANA IRAWAJ\{ NIM : 1963412682
Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN SyarifHidayatullah Jakarta 1422 H/2001 M
EKSISTENSI AHLUL BAIT DALAM KITAB TAFSIR JAMI' AL-BAYAN FI TAFSIR AL-QUR' AN KARY A IMAM IBN JARIR A TH-THABARI (STUDI KRITIS SURAT AL-AHZAB AYAT 33)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Ushuluddin
Oleh
Dedi Permana Irawan NIM: 1963412682
Di Bawah Bimbingan Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. H. Ahsin Muhammad
Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN SyarifHidayatullah Jakarta
1422 H/2001 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul "EKSISTENSI AHLUL BAIT DALAM KITAB TAFSIR JAMI' AL-BAYAN FI TAFSIR AL-QUR'AN KARYA IMM>il IBN JARIR ATT-TTHABARI (STUDI KRITIS SURAT AL-AHZAB AYAT 33)" ini telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuludin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 Juni 2001. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 ( S 1) pada Jurusan Tafsir I-Jadis.
Jakai1a, 14 Juni 200 I
Sidang Munaqasyah
Ketua jf~ang. kap anggota,
(!)\ ./
.----Drs. 1 uri M.A NIP. 150240089 Anggota
amdani Anwar M.A. 0216997
Dr. H. Ahsin Muhammad, M.A. NIP. 150277990
Drs. H. Zain J
Arifin M.A
KATA PENGANTAR
*;ll ~;ll liil ~ Puji dan syukur penulis panjatkan kehadhirat Allah swt. yang telah memberikan tm{/iq, hidayah, dan 'inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi ini sebagai tugas akhir akademis di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam tidak lupa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad saw. dan keluarganya yang telah memberikan inspirasi untuk menyusun skripsi ini. Skripsi ini penulis susun sebagai ungkapan rasa cinta dan rindu yang begitu dalam clan tulus kepada Nabi Muhammad saw. dan keluarganya (ahlul bait). Semoga skripsi ini dapat
menjadi kontribusi
berharga bagi kaum muslimin dalam
mengungkap eksistensi ahlul bait Nabi Muhammad saw. dan menjadi syqfa 'at -bagi penulis dan para pencinta ahlul bait di mana saja berada- di hari akhir nanti. Penulis menyadari bahwa pembuatan skripsi ini tidak akan dapat selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menghaturkan banyak terima kasih kepada: I. Bapak Dr. H. Hamdani Anwar, MA. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Bapak Drs. Zahruddin AR., M.MSI selaku ketua jurusan Tafsir Hadis, Bapak Bustamin, M.B.A selaku sekretaris jurusan Tafsir Hadis, dan Bapak Drs. Saifuddin Amsir selaku Dosen pembimbing Akademik Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Ahsin Muhammad selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Drs. H. Zainal Arifin, MA. selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu memberikan bimbingan, saran, dan motivasi kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 3. Pimpinan dan segenap civitas akademika Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah Jaka1ta yang telah banyak membantu kelancaran administrasi dan birokrasi. 4. Pimpinan dan para staf Perpustakaan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Umum Islam Iman Jama' yang telah menyediakan referensireferensi yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini. 5. Yayasan Beasiswa Jakarta yang telah membe1ikan besiswa kepada penulis dalam membantu menyelesaikan program studi Strata l (S 1). 6. Teman-teman seperjuangan di kelas THIA dan TH/B angkatan '96. 7. lbunda Nurnaningsih dan ayahanda Sutarmadji tercinta yang sangat besar jasanya dalam mendidik dan memberikan kasih sayang kepada penulis dari kecil hingga kini, adik-adikku tersayang (Sulistiawati, Alif Nasrullah, dan Adrianita Fauziah), dan saudara-saudara yang tergabung dalam keluarga besar H. Sainin dan H. Mukhtar atas perhatiannya selama ini. 8. Teman-teman seperjuangan yang tergabung dalam Forum Ukhuwah Remaja Ma.~jid
Jami' Assakinah (FURMA) dan semua pihak yang tidak penulis sebutkan
namanya satu-persatu yang telah memberikan spirit kepada penulis untuk terns maju berjuang. II
Semoga segala bantuan dari semua pihak akan mienjadi amal baik dan mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah swt. Amin Ya Rabbal 'alamin. Jakarta., Rabi'ul Awai 1422 H Mei 2001 M
PENDAI-TIJLUAN ....................................................................... . A. Latar Belakang Masalah ........................................... .
I
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................ .
7
C. Metodologi Penelitian dan Tekhnik Penulisan.... .. . .. . .. .. . .
8
D. Sistematika Penyusunan........................................................... 9
BAB IL
IMAM ATH-THABARI DAN KITAB TAFSIRNYA .............. .
IO
A. Biografi Imam Ath-Thabari ..................................................... IO I . Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Abad Kedua dan Ketiga Hijriah.................................................................... I 0 2. Asal-Usu! dan Intelektualitas Imam Ath-Thabari..............
4. Penafsiran Para Ulama Terhadap Surat al·Ahzab Ayat 33 ...................................................................................... 62 B. Keutamaan dan Kekhususan Ahlul Bait Nabi Muhammad SAW............................................................................... . C. Apakah Ahlul Bait Masih Ada?.............................................
BAB IV.
65
66
PANDANGAN IMAM ATH-THABARI TERHADAP AHLUL BAIT NABI MUHAMMAD SAW DALAM KIT AB T AFSIRNYA ............................................................................... 73 A. Tafsir Surat al-Ahzab Ayat 33... .. ... . .. . .. . .. ... . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. ... . .. .. . 73 I. Makna Lafaz ....................................................................... 73 2. Penafsiran Imam Ath-Thabari Terhadap Ayat 33 Surat alAhzab ................................................................................... 74
v
B. Makna Ahlul Bait dan Dalil-dalilnya.......................................... 74
A. Latar Belakang Masalah Agama Islam, sebagai agama yang dianut oleh ratusan juta kaum muslimin di seluruh dunia, merupakan way of live yang menjamin keselarnatan dan kebahagiaan pemeluknya di dunia dan akhirat. Ia mempunyai satu sendi utama yang esensial yang berfungsi memberi petunjuk ke jalan yang sebaik-baiknya, itulah al-Qur 'an. AI-Qur' an memberikan petunjuk kepada manusia dalmn persoalan-persolan yang menyangkut aqidah, syari'ah, dan akhlaq melalui bimbingan Rasulullah saw. yang telah ditugaskan oleh Allah swt. untuk memberikan keterangan yang jelas dan lengkap mengenai dasar-dasar prinsipil itu. Sebagaimana firman A.llah swt.:
.( t t Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur 'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. (Qs. An-Nahl/16:44). Penjelasan atau bayan dari Rasulullah saw. begitu signifikan, karena ayat-ayat al-Qur' an yang diturunkan oleh Allah swt. masih bersifat global, umum, dan mutlaq.
I
2
Salah satu ha! yang memerlukan bayan dan banyak menyita perhatian para ulama adalah persoalan "ahlul bait" yang termaktub dalam al-Qur'an surat al-Ahzab (33) ayat 33. Firman Allah swt: )
,~
'..'LO: '_ t-
.~.1_'.
• _);.'f!-"'L' ('"""'~
-
~\
.J - ...
(Jo\ - ' ~ .I\ ~y
'_ t'\'~ (__IA:ll\ 2li I '' ' Ll\ r - . - ·-~J:l .
Sesungguhnya Allah bermak.111d hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (Qs. al-Ahzab/33:33). Terkait dengan ayat 33 surat al-Ahzab di atas, Allah swt. telah menurunkan firman-Nya:
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu ket:jakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Qs. aJ'-Maidah/5:67). Muncul sebuah pertanyaan yang krusial sehubungan dengan ayat di atas, yaitu apa isi perintah yang sedemikian pentingnya itu sehingga ia disamakan dengan seluruh misi risalah-Nya sepanjang hayat?
3
Ali Akbar Shadeqi dalam kitabnya "Payam Ghadir" menjelaskan bahwa surat al-Maidah ayat 67 tersebut di atas turun pada tanggal 18 Zulhijjah 10 H usai ibadah
hqji wada' di padang pasir Ju hfah di daerah Ghadir Khum .1 Di tempai inilah Nabi Muhammad saw. menyampaikan khutbahnya yang terakhir yang berisikan pesan-pesan (wasiat) yang harus harus dipegang teguh oleh kaum muslimin di saat-saat terakhir kehidupan beliau. Berikut ini penulis cantumkan inti wasiat dari khutbah beliau di Ghadir Khum yang dalam kalangan ahli hadis dikenal dengan istilah "hadits tsaqalain" (dua bekal yang be rat). Diriwayatkan dalam "al-Musnad" imam Ahmad bin Hanbal dari sahabat Abu Sa'id al-Khudri:
1
Dr. Ali Akbar Shadcqi, Pesan Terakhir Rasu/ul/ah saw; Terjenwh Lengkap Khutbah Nabi Saw. di Ghadir Khum (18 Dzulhijjah JO HJ, Terj. Husen Shahab, (Jakarta: Lembaga Duta Ilmu, 1998), h. 13.
4
Te/ah menceritakan kepada kami Abu an-nasr, telah menceritakan kepada kami Muhammad ya/mi lbn Talhah dari al-A 'masy dari 'Atiah al- 'Au/a dari Abi Sa 'id alKhudri dari Nabi Sallallahu 'alaihi wa sallam beliau berkata: Bahwasanya aku merasa hampir dipanggil dan aku akan memenuhi panggilan itu. Sesungguhnya aku telah meninggalkan kepada kalian dua bekal, kitabullah 'azza wa jatla dan keturunanku. Kitabullah adalah tali yang terentang dari langil sampai ke bumi, dan keturunanku adalah ahlul bait/cu. Bahwasanya Allah Yang Maha Lembut lagi Maha Mengetahui telah memberitahu kepadaku bahwa kedua-duanya itu tidak akan terpisah hingga kembali kepadaku di haudh (sorga). Perhatikanlah dua hat itu dalam kalian meneruskan kepemimpinanku.
Untuk pusaka yang pertama yaitu al-Qur 'an, ha! itu telah jelas dan akan selalu menjadi keyakinan setiap muslim sampai hari kiamat. Namun lain halnya dengan pusaka yang kedua, yaitu ahlul bait keturunan Rasulullah saw., yang di dalamnya banyak terjadi permasalahan di tengah-tengah umat Islam dari semenjak zaman Rasulullah saw. hingga zaman modern sekarang ini. Untuk mengetahui lebih jauh bentuk-bentuk permasalahan di sekitar ahlul bait Rasulullah saw., maka berikut ini penulis mencoba untuk memaparkannya: 1. Banyak di kalangan masyarakat muslim sendiri, -tak terkecuali masyarakat
muslim Indonesia-, yang kurang mengetahui, memahami, dan memperhatikan eksistensi, keistimewaan, dan keagungan kedudukan ahlul bait Rasulullah saw. di sisi Allah swt.
2
Ahmad bin Hanbal, a/-Musnad, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994),jilid 3, h. 17.
5
2. Di antara umat manusia dari zaman Rasulullah saw. sampai saat ini, banyak bertebaran para musuh ahlul bait Rasulullah saw. baik dari kalangan umat Islam sendiri maupun golongan di luar Islam. Sejarah telah mencatat dengan tinta darah, bagaimana gugumya imam 'Ali bin Abi Thalib as. karena tikaman pedang 'Abdurrahman bin Muljam seorang tokoh Khawarij, meninggalnya imam Hasan bin 'Ali as. karena di racun oleh pihak dinasti Bani Umayyah, dan
terakhir
yang
merupakan
peristiwa
paling
mengenaskan,
yaitu
pembantaian terhadap imam Husain bin 'Ali as. bese1ta keluarga dan para pengikutnya di padang Karbala. Bersyukur Allah swt. telah menyelamatkan anak imam Husain bin 'Ali as. yang masih kecil ketika itu dari pembantaian pasukan Bani Umayyah, yaitu imam 'Ali Zainal 'Abidin bin Husain yang meneruskan generasi keturunan Rasulullah saw. sampai sekarang. 3. Adanya pihak-pihak yang berpendapat bahwa peristiwa Ghadir Khum hanyalah khayalan para pengikut ahlul bait yang ghulat (cinta berlebihan), riwayat fiktif yang tidak ada fakta sejarahnya. Selain itu mereka juga men-
dha 'if-kan hadits tsaqalain (dua bekal yang berat; al-Qur 'an dan ahlul bait). 4. Para ulama dari semenjak dahulu hingga sekarang banyak yang berbeda pendapat mengenai penafsiran kata "ahlul bait", seperti: a. Mereka adalah hanya para istri Nabi Muhammad saw. b. Mereka adalah hanya orang-orang yang masuk ke dalam selimut
(Ashabul Kisa ') yaitu Rasulullah saw., imam 'Ali bin Abi Thalib as., Fathimah as., imam Hasan bin 'Ali as, dan imam Husain bin 'Ali as.
6
c. Mereka adalah para Ashabul Kisa' dan para istri Rasulullah saw. d. Mereka adalah orang-orang yang diharamkan menerima shadaqah, yaitu Bani Hasyim dan Bani al-Muthalib. e. Mereka adalah para pengikut Nabi Muhammad saw. hingga hari kiamat.
f.
Mereka adalah umat Nabi Muhammad saw. yang bertaqwa.
Demikianlah masalah-masalah yang ada di sekitar ahlul bait keturunan Rasulullah saw., yang semuanya itu timbul diakibatkan oleh kemungkinan kurang membaca kitab-kitab tafsir, hadis, dan sejarah, pendidikan yang tidak netral dan jujur, takut kehilangan kehormatan dan kedudukan, silau oleh gemerlapnya dunia, atau pada dasarnya memang musuh-musuh ahlul bait keturunan Rasulullah saw. Padahal sesungguhnya Rasulullah saw. memilih ahlul baitnya sebagai pusaka yang kedua setelah al-Qur' an adalah bukan karena mereka keluarganya, akan tetapi semata-mata adalah kehendak dan petunjuk dari Allah swt. sebagai orang-orang yang telah dibersihkan oleh-Nya dari segala dosa dengan sebersih-bersihnya. Dilatarbelakangi oleh hal-hal di atas, maka penulis bermaksud untuk menyusun sebuah skripsi dengan judul:
"EKSISTENSI AHLUL BAIT DALAM KITAB TAFSIR JAMI' AL-BAYAN FI TAFSIR AL-QUR'AN KARYA IMAM IBN JARIR ATH-THABARI (STUD/ KR/TIS SURAT AL-AHZABAYAT 33)". Adapun alasan penulis memilih imam ath-Thabari dan kitab tafsirnya sebagai obyek kajian dari permasalahan ahlul bait adalah:
7
1. Imam ath-Thabari adalah seorang yang 'alim, syaikh al-mufassirin (guru para
ahli tafsir), ahli hadis, ahli fiqh, ahli tarikh Islam (sejarah Islam), ahli qira'ah, ahli tata bahasa, dan berbagai disiplin ilmu yang lain. Orang-orang Eropa sendiri menyebutnya sebagai "Bapak Sejarah Islam". 3 Beliau adalah seorang yang amat termasyhur keilmuannya sehingga tiada bandingan di zamannya. Modal intelektualitas yang dimilikinya itu kiranya dapat memberikan kontribusi yang berharga untuk menguak eksistensi ahlul bait dalam kitab tafsimya yang sangat terkenal. 2. Kit ab tafsimya dianggap sebagai kit ab induk dari berbagai kit ab tafsir yang ada dan terkenal dan menjadi rujukan awal bagi para mufassir aliran tafsir bil ma 'tsur. Hal itu dikarenakan beliau amat teliti dan selektif dalam menulis sanad, cenderung terhadap tafsir bi! ma 'tsur, dan menjauhi tafsir bir ra 'yi dalam kitab tafsimya.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dikarenakan begitu luasnya pembahasan mengenai ahlul bait ini, maka penulis membatasi pembahasan di sekitar pengertian ahlul bait dan ayat-ayat alQur'an serta hadis-hadis nabi saw. yang berhubungan dengannya.
3
Ahmad asy-Syirbashi, Sejarah Tafsir Qur'an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), terj. Pustaka Firdans, Cet. Ke-4, h. 8 I.
8
Sedangkan dalam perumusan masalah, maka yang ingin penulis sampaikan adalah: Bagaimana penafsiran imam ath-Thabari mengenai ahlul bait dalam kitab tafsirnya dan bagaimana beliau mensikapi keberadaan mereka?
C. Metodologi Penelitian dan Teknik Penulisan Untuk mengumpulkan data-data sebagai bahan yang yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu dengan cara mengumpulkan, membaca, menyeleksi, dan mengkaji buku-buku , majalah-majalah, jurnal, dan sumber-sumber lain yang mendukung, dengan rujukan utama kitab tafsir "Jami' al-Bayan Fi Tqfsir al-Qur 'an". Adapun metode yang penulis terapkan adalah metode deskript!f analitis, yaitu menggambarkan eksistensi ahlul bait dalam bentuk tulisan dan setelah itu menganalisanya. Untuk teknik penulisan dan pengetikan skripsi, penulis menggunakan buku
"Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi terbitan JAIN Jakarta Press tahun 2000" dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Penulisan al-Qur' an tidak menggunakan catatan kaki, dan sebagai sumber penulis menggunakan "Al-Qur 'an dan Teljemahnya" yang diterbitkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia, tahun 1990. 2. Penulisan terjemah dari ayat al-Qur' an diketik satu spasi walau kurang dari lima baris, sedangkan untuk hadis dikutip dari kitab hadis yang dijelaskan rujukannya dalam catatan kaki.
9
3. Semua kutipan disesuaikan EYD, kecuali nama pengarang ditulis dengan ejaan aslinya.
D. Sistimatika Penyusunan Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi masalah yang akan dibahas menjadi lima bab. Pada tiap-tiap bab terdiri dari sub-sub bab sebagai penjelasan yang mempunyai korelasi dengan bab-bab itu. Sistimatika penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan. Membicarakan Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Metodologi Penelitian dan Teknik Penulisan, serta Sistimatika Penyusunan. 2. Bab II Imam Ath-Thabari dan Kitab Tafsirnya. Di dalamnya berisi Biografi Imam Ath-Thabari, dan Tafsir Ath-Thabari; Sejarah, Metode, dan Penilaian Para Ulama Terhadapnya. 3. Bab III Ahlul Bait Dalam Sorotan. Di dalamnya berisi Tafsir Surat al-Ahzab Ayat 33, Keutamaan dan Kekhususan Ahlul Bait Nabi SAW., dan Apakah Ahlul Bait Masih Ada? 4. Bab IV Pandangan Imam Ath-Thabari Terhadap Ahlul Bait SAW. Dalam
Kitab Tqf5irnya. Di dalamnya berisi Tafsir Surat al-Ahzab Ayat 33, dan Makna Ahlul Bait dan Dalil-dalilnya. 5. Bab V Penutup. Berisi Kesimpulan dan Saran-saran.
BABU IMAM ATH-THABARI DAN KITAB TAFSIRNYA
A. Biografi Imam ath-Thabari 1. Perkembangan limn Pengetahuan Pada Abad Kedua dan Ketiga Hijriah
Setelah Nabi Muhammad saw. wafat, wilayah Islam menjadi lebih luas dan besar, bahkan melebihi kebesaran kerajaan Romawi dan Persia. Hal itu di karenakan para pengganti Nabi Muhammad saw. (Para Khalifah) bersikap dinamis dalam mengembangkan Islam dari segala dimensi, termasuk perluasan wilayah. Di antara yang berjasa dalam ha! ini adalah Khulqfa' ar-Rasyidin (11-41 H/632-661 M), dinasti
Bani Umayyah (41-132 H/661-750 M), dan dinasti Bani 'Abbas (132-656 H/7501258 M). Di samping itu mereka juga berpartisipasi dalam mengembangkan tradisi intelektual, seperti tafsir, hadis, fiqh, sejarah, teologi, filsafat, dan sebagainya. 1 Jangka waktu sekitar dua ratus tahun setelah abad pertama Hijriah adalah masa yang di dalamnya banyak sekali diletakkan dasar-dasar perumusan baku ajaran Islam seperti yang kita kenal sekarang ini. Selain munculnya ilmu kalam2 yang
1
Ibrahim Hasan, Tarikh Islam, (Mcsir: Maktabah an-Nadlah, 1979), h. 332-402.
'Dari scgi ctimologis, pcrkataan ilmu Kalam terdiri atas dua pcrkataan: ilmu = pengetahuan, kalam = perkataan, percakapan. Kcduanya bcrasal dari bahasa Arab. Kemudian ilmu Kalam ini digunakan sebagai nama lain dari ilmu yang mcmbahas atau membicarakan aqidah-aqidah dalam Islam (Teologi).
10
11
banyak di suarakan oleh kaum Mu 'tazilah3 serta filsafat sebagai akibat dari adanya gelombang masuk Hellenisme, masa itu juga mencatat adanya proses konsolidasi paham kebanyakan umat, yaitu aliran tradisional A.1)1 'ariah yang disebut juga aliran Sunni (850-945 M)4. Konsolidasi aliran Sunni diwamai oleh kemunculan disiplin-
disiplin keilmuan di kalangan penganutnya. Di bidang teologi, aliran Sunni terkonsolidasi dengan kemunculan tokoh al-Asy 'ml sebagai peletak dasar ajaranajaran teologi tradisional al-A.l)l 'ariah6 • Selain itu, studi atas naskah al-Qur'an juga mengalami banyak kemajuan pada awal abad kesepuluh Masehi karena adanya pengakuan resmi atas tujuh bacaan (qira 'ah sab 'ah) sebagai satu-satunya yang sah yang dipelopori oleh Ibnu Mujahid (wafat 935 M). Pada saat yang sama, tafsir juga sudab merupakan suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri1 setelah sebelumnya merupakan bagian dari kitab-kitab hadis, contohnya seperti tafSir dari sahabat Yazid bin Harun as-Salmi (wafat 117 H), tafsir Syu'bah bin al-Hajjaj (wafat 160 H), tafsir Waki' bin al-Jarrah (wafat 197 H), tafsir Sufyan bin 'Uyainah (wafat 198 H), tafsir Ruh bin 'Ubadah al-Bashri (wafat 205 H), tafsir 'Abdur Razaq bin Hannnam (wafat 3
Tokoh utama aliran Mu'tazilah ialah Washil ibn 'Atha' yang wafat tahun 131 H di Bashrah (lrak), sebclumnya bcliau mernpakau murid dari Hasan al-Bashri. 4
Nurcholis Madjid, Khazanah Jntelektual Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 26.
5
Beliau bemama lengkap Abu al-Hasan Ali ibn Isma'il al-Asy'ari, lahir di Bashrah (lrak) tahun 260 H = 873 M, wafat tahun 324 H = 935 M. Beliau adalah keturnnan sahabat Abu Musa alAsy'ari ra. Sebelunmya beliau mernpakan murid dari Abu 'Ali Muhammad ibn 'Abd al-Wahab alJubba'i al-Mu'tazilli seorang tokohMu 'tazilah abad ketiga. 6
Meskipun sampai saat itu (abad kedua dan ketiga Hijrial1) ilmu kalam (teologi) terntama mernpakan kesibukan kaum Mu 'tazilah, namun lama kelamaan fihak golongan Sunni pun menyertainya karena keperluan mereka kepada pemikiran sistematis dan rasional tentang pokok-pokok faham keagamaan mcreka. Bahkan desakan itu tidak saja mcndorong mereka berpartisipasi dengan golongan lain dalam ilmu kalam, tetapi juga dalam pemikiran kontemplatif filsafat.
12
211 H), tafsir Adam bin Abi Ilyas (wafat 220 H), tafsir 'Abdullah bin Humaid (wafat 249 H), dan sebagainya. 7 Kemudian pada abad ketiga Hijriah mulailah tafsir itu dibukukan tersendiri -terpisah dari kitab-kitab hadis- tetapi metode penulisannya masih memakai sanad, contohnya tafsir Ibnu Majah (wafat 273 H), dan tafsir athThabari (wafat 310 H), tafsir Abu Bakar al-Mundzir an-Naisaburi (wafat 318 H), tafsir lbn Abi Halim (wafat 327 H), tafsir Abu Syeikh bin Hibban (369 H), tafsir Hakim (wafat 405 H), dan tafsir Abu Bakar bin Mardawaih (wafat 410 H). 8 Namun setelah munculnya beberapa partai politik Islam, maka mula.ilah mereka berusaha menafsirkan ayat-ayat al-Qur' an untuk memperkuat partainya dengan tanpa menyebutkan sanad-sanad dan riwayatnya. Hal itu terjadi di akhir daulah Bani
Umayyah dan awal daulah Bani 'Abbasiyyah. 9 Pada waktu yang sama perkembangan ilmu agama juga tampak pada bidang hadis, fiqh, dan tasawwuf. Pada bidang hadis telah berhasil dibukukan enam kitab hadis yang dikenal dengan al-Kutub as-Sittah, yaitu Shahih Bukhari (wafat 256 H/870 M), Shahih Muslim (wafat 261 H/815 M), Sunan at-1/rmidzi (wafat 279 H/892 M) , Sunan Ibn Majah (wafat 273 H/886 M), Sunan Abu Dawud (wafat 275 H/888
7
Dra. Hj. Siti Amanah, Pengantar I/mu a/-Qur 'an dan Tq(.,ir, (Semarang: CV asy-Syifa', 1993), Cet. Ke-I, h. 299. 8
Ibid
9
Abdul Jalal, Sejarah Perkembangan Ta/sir, (Bandung: IAIN Sunan Gunung Jati Press, 1991), h. 3.
13
M), dan Sunan an-Nasa'i (wafat 303 H/916 M)rn Dalam bidang hukum telah melahirkan empat aliran madzhab, yaitu madzhab Hanajiah ol•eh imam Abu Hanifah (wafat 150 H), madzhab Malikiah oleh imam Malik bin Arras (wafat 179 H), madzhab Syqfi 'iah oleh imam Syafi'i (wafat 204 H), dan madzhab Hanbaliah oleh imam Ahmad ibn Hanbal (wafat 241 H). Sementara bidang tasawwuftelah mencapai bentuknya yang sempurna sebagaimana dijelaskan oleh Abu al-A'la Afifi "bahwa pada abad ketiga dan keempat merupakan zaman keemasan tasmvwuj". 11
2. Asai Usul dan Intelektualitas Imam ath-Thabari Imam ath-Thabari yang nama lengkapnya Abu Ja'far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir 12 bin Ghalib ath-Thabari dilahirkan di Amul, ibukota Tabaristan, Iran, pada tahun 224 H atau tahun 225 H (sekitar 839 M atau 840 M). 13 Ketidak pastian tahun kelahirannya disebabkan oleh sistim penanggalan tradisional pada saat itu, yaitu dengan kejadian-kejadian besar dan bukan dengan angka. 14 Perhatiannya terhadap ilmu pengetahuan tumbuh bersamaan dengan pertumbuhan umurnya. Ia '"Muhammad 'A.iiaj al-Khatib, Us/tu/ al-Hadis wa Mushtha/ahu, (Beirut Dar al-Fikr, 1989), h. 309. 11
Abu al-Wafa al-Ghunaimi at-Taftazani, Sufi Dari Zaman ke Zaman, (Bandung: Pustaka,
l 985), h. 92. 12
Versi lain berasal dari lbnu an-Nazim, Ibnu Khallikan, dan Safadi menyebutkau bahwa kakek kedua ath-Thabari bukan Katsir bin Ghalib tetapi Khalid bin Ghalib. Lihat Muhammad Bakr Ismail, Jbnu Jarir ath-Thabari wa Manha} uh Fi at-Tafsir, (Kaira: Dar al-Manar, I 991), h. 9. 13
Prof, Dr. Hamn Nasution (Ed.), Ensiklopedi Islam, "ath-Thabari" (PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), Cet. Ke-3, h. 21. 14
sudah hafal al-Qur' an ketika berusia tujuh tahun, mengimami shalat ketika berusia delapan tahun, dan menulis hadis ketika berusia sembilan tahun.
15
Sebagaimana diutarakan di atas, ath-Thabari hidup pada masa Islam berada dalam puncak kemajuan dan kesuksesan bidang pemikiran. Ildim seperti itulah yang memungkinkannya menggali ilmu sedalam-dalamnya. Namun ha! itu tidak mudah dilakukan karena letak pusat ilmu yang dipadati para ulama jauh dari tempat tinggalnya. Untuk itu, setelah menimba ilmu di kota asalnya ia melakukan perjalanan ilmiah dengan dukungan penuh ayahnya, Jarir. Kota yang pertama kali ditujunya adalah Ray dan daerah sekitarnya. Di sana 1a mempelajari hadis dari Muhammad bin Humaid ar-Razi dan al-Musanna bin Ibrahim al-lbili. Di daerah 1m pun, 1a berkesempatan belajar sejarah kepada Muhammad bin Ahmad bin Hammad ad-Daulabi. Selanjutnya ia menuJu Bagdad untuk belajar kepada imam Ahmad bin Hanbal, tetapi ketika sampai di sana imam Ahmad bin Hanbal sudah wafat pada tahun 241 H. Di sana ia sempat belajar kepada murid-murid imam Ahmad bin Hanbal. Pengaruh pemikiran teologi imam Ahmad ibn Hanbal dan murid-muridnya yang menganut paham Sunni rupanya mendominasi pemikiran imam ath-Thabari yang sangat tidak setuju dengan pola pemikiran rasional Mu 'tazilah. 16 Di Kufah beliau belajar qira 'ah kepada Sulaiman at-Tulhi dan hadis
kepada Ibrahim Abi Kuraib Muhammad bin al-A'la al-Hamdani, Hannad ibn as-Sairi, 15
Mustafa as-Sawi, }vfanahij at-Tafsir, (Isakandariyah: Mansya'ah al-Ma'arif, t.t.), h. 302; ath-Thabari, "Muqaddimah", Tarikh a/-Umam wa al-Mulk, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), Jilid I, h. II. 16
h. 50.
Yaqul al-Hamawi, "ath-Thabari", AJu jam al-Udaba ',(Beirut: Dar al-Fikr, 1980), Jilid 18,
15
dan Isma'il ibn Musa. Setelah lama tinggal di Basrah dan Kufah, ia kembali ke Bagdad dan belajar qira 'ah kepada Ahmad ibn Yusuf at-Taglibi. Dalam bidang fiqh, khususnya mazhab Syafi 'iyyah, imam ath-Thabari belajar kepada al-Hasan ibn asSabbah al-Za'farani dan Abi Salid al-Astakhari.
17
Pada tahun 253 H, ath-Thabari sampai di Mesir. Namun sebelumnya beliau singgah di Beirut untuk belajar dan memperdalam qira 'ah kepada al-' Abbas ibn alWalid al-Bairuni. Di Mesir ia menyempatkan diri mempelajari mazhab Malik:i di samping mempelajari mazhab Syafi'i dari murid-murid imam asy-Syafi'i sendiri, di antaranya ar-Rabi ibn Sulaiman al-Muradi, Muhammad ibn 'Abdullah ibn al-Halim, dan Isma'il bin Ibrahim. Di sini ia juga bertemu dengan Yunus ibn 'Abd al-A'la alSadafi clan belajar qira'ah Hamzah dan Waras kepadanya. 18 Dan di Mesir pula ia bertemu dengan sejarawan kenamaan Ibn Ishaq. Dan atas jasanya imam ath-Thabari mampu menyusun karya sejarahnya yang terbesar yaitu Tarikh al-Umam Wa al-Mulk. Selama di Mesir semua ilmuan datang menemuinya sambil menguji kemampuannya sehingga imam ath-Thabari menjadi sangat terkenal di kalangan para intelektual pada masa itu. 19 Berkat
kecerdasan
dan
ketinggian
ilmunya,
imam ath-Thabari
dapat
menguasai dan menghafal ratusan ribu hadis. Hadis-hadis itu ada yang berkaitan dengan tafsir, fiqh, tauhid, sejarah, dan sebagainya. Dengan demikian imam ath17
Muhammad Bakr Ismail, op.cit., h. 25
18
lbid., h. 18.
19
Mahmud asy-Syarif. at-Tabari wa Manhajuh Fi at-Tafair, (Jeddah: Dar al-Ukaz, 1984), h.
48.
16
Thabari adalah seorang ilmuan yang menguasai multi disiplin ilmu. Pada awalnya ia menganut mazhab Syafi'i, tetapi setelah meneliti lebih jauh terhadap mazhab Syafi'i, ia membentuk mazhab sendiri yang oleh pengikutnya dinamakan mazhab fiqh
Jaririah yang diambil dari nama ayahnya. 20 Hal itu terjadi sepuluh tahun setelah ia kembali dari Mesir. Akan tetapi mazhabnya kemudian kehilangan pamor dan akhirnya dilupakan orang karena dianggap bertentangan dengan mazhab Syafi'i dan mazhab al-Hanbali21 . Beliau memilih Bagdad sebagai tempat pengabdiannya di bidang intelektual, dan wafat di tempat yang sama pada tahun 310 H/924 M dalam usia 85 tahun dan keadaan masih membujangn Keluasan ilmu yang dimiliki imam ath-Thabari diakui oleh para ulama. Berikut komentar mereka: a. az-Zahabi: "ath-Thabari adalah seorang terpercaya, shadiq, hafiz, bapak
tafsir, imam dalam bidang fiqh, banyak mengetahui sejarah dan peristiwaperistiwa yang te1jadi pada umat manusia, mengetahui qira 'ah, bahasa, dan sebagainya ". 23
20
Abdul Hamid Yunus (ed.), "ath-Thabari", Dairatu/ Ma 'arif al-Islamiyah, t.t., Juz 13, h. 68.
1
Prof. Dr. Harun Nasution, (ed.), "al-Thabari", Ensiklopedi Islam Di Indonesia, (Jakarta: Depag RI, 1993), h. 1233. '
22
Drs. Rosihan Anwar, M.ag, op.cit., h. 58.
23 Abi al-Falah Abd al-Hafi bin al-Imad al-Hanbali, Syazarat az-Zahabi Fl Akhbar Aian Zahab, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), Jilid 3, h. 332.
17
b. Ibnu al-Ammal dari Ibnu Khuzaimah: "Di dunia ini lidak ada orang yang
melebihi kepandaian !Yfulwmmad ibn Jarir ... 24 c. Jalaluddin as-Suyuthi: "ath-Thabari adalah pemimpin nn!fassirin secara
mutlaq, seorang seorang ulama multidisipliner yang tidak dimiliki oleh para 11/ama semasanya. Ia hafal al-Qur 'an, mengetahui makna-maknanya, faham hukum al-Qur 'an, mengetahui sunnah dengan berbagai a;,7Jeknya, mengetahui sejarah sahabat, tabi 'in, dan pe1:jalanan umat manusia lainnya ". 25
3. Karya-karya Imam ath-Thabari Mengenai karya-karya imam ath-Thabari, tidak semuanya sampai ke tangan kita sekarang dan tidak banyak diperoleh infonnasi yang pasti berapa banyak buku yang pernah ditulisnya. Berikut ini karya-karyanya yang sampai ke tangan kita sekarang:
a. Tafsir: Kitab Jami· al-Bayan Fi Tqfsir al-Qur 'an. Narna ini berdasarkan cetakan yang berlaln1 sekarang. Imam ath-Thabari sendiri menamainya Jami' al-Bayan 'an Ta 'wil Ayy al-Qur 'an. 26 b. Qira'ah:
1 "
Ibid
"Jalaluddin as-Suyutlli, Tabaqat al-Mujassirin, (Bcirnt: Dar al-Kutub al-llnliyah, 1982), h. 82. -'6'Atl1-Thabari_. op.cil.. h. 16.
18
Kitab al-Qira 'at Wa at-Tlmzil al-Qur 'an.
c. Hadis: Kitab Tahzib al-Asar wa Tafsil as-Sabit 'an Ras11lil!ah min al-Akhbar.
Kitab ini belum selesai di tulisnya dan tidak seorang pun yang mampu merampungkannya. d. Fiqh: 1) Kitab Jkhtilaj Ulum al-Amsar Fi Ahkam Syara 'i al-h·lam. 2) Ki tab Latif a/-qaul Fi Ahkam Syara 'i al-Islam.
Kitab ini memaparkan mazhabnya sendili. 3) Kitab al-Khafif Fi Ahkam :,yara 'i al-Islam.
Mempakan ringkasan kitab di atas . ./) Kitab lvfukhtasar lvfanasik al-Hajj. 5) Ki tab A4.ukhtasar al-Fara 'id 6) Kitab Fi ar-radd 'ala ibn
~4bdu
al-Hulan 'ala A1a!ik.
7) Ki tab Basil al-qaul Fi Ahkam Syara 'i al-Lslam.
8) Ki tab Adab al-Qudah. e.
Uslmluddin: 1) Ki tab al-Basyariah Fi Alfa 'alim ad-Din. 2) Ki tab Risa/ah al-J'iifusammah bi Sari/1 as-Sunnah. 3) Kitab al-Mujaz Fi al-l!.shul.
4) Kitab A dab a11-N1!f11s al-Jayyidah wa al-Akhlaq an-Najisah. f.
Sejarah:
19
1) Kitab Tarikh al-Umam wa al-Mu/k. Kitab ini dipandang puncak prestasi ilmiah imam ath-Thabari dalam menulis sejarah, dan selesai ditulis tabun 302 H. 2) Kitab Zail al-Muzayya!.
Kitab yang selesai ditulis ath-Thabari pada tahun 300 H dan berisi seratus halaman ini selesai ditulis oleh ath-Thabari pada tahun 300 H yang berisikan sejarah sahabat, tabi'in dan pengiln1t-pengikut mereka sampai ath-Thabari. Di dalamnya pun disebutkan sejarah para sahabat yang terbunuh dan semasa Rasulullah. 3) Kitab Fada 'ii 'Ali bin Abi T71alib.
Bagian awal kitab ini membeberkan berita-be1ita yang shahih di sekitar peristiwa Ghadir Khum. Setelah itu diikuti keutamaankeutamaan imam 'Ali ibn Abi Thalib .
../) Kitab Fada 'ii Abu Bakr wa 'Umar. 5) KitabFada'ilal-'Abbas. 21
B. Tafsir
ath-Thabari:
Sejarah,
Metode,
Penilaian
Para
Ulama
Terhadapnya.
1. Sejarah kitab tafsir ath-Thabari.
Nama lengkap kitab tafsir ath-Thabari adalah "Jami' al-Bayan Fi
Tqf.~ir
al-
Qur 'an'', nama tersebut dapat ditemui pada naskah-naskah yang telah diterbitkan. 27
Drs. Rosihan Anwar. M.ag .. op.cit., h. 62-63.
20
Sementara dalam kitab tarikh karangannya sendiri nama yang tertera adalah "Jami'
al-Bayan 'an AY.v al-Qur 'an". 28 Kitab tafsir ini disusun oleh imam ath-Thabari sebelum menulis kitab tarikhnya pada penghujung abad ketiga. Menurnt pendapat Abu Bakr al-Kami!, "ath-
Thabari telah membacakan tafsirnya kepada para muridnya pada tahun 270 H", sementara itu Abu Bakr ibn Balwaih mengatakan bahwa "ath-Thabari telah
membacakan tafsimya dari tahun 283 H sampai dengan tahun 290 H". 29 Tafsir buah karya imam ath-Thabari dianggap kitab induk dari beberapa kitab tafsir yang ada dan terkenal. Hal ini karena para mufassir telah menjadikannya sebagai rnjukan awal terntama bagi yang beraliran tafsir bi! ma 'tsur, sekalipun tidak sedikit para tokoh tafsir bir ra 'yi yang menjadikan tafsir ath-Thabari sebagai rnjukan. Hal itu dikarenakan tafsir ath-Thabari terdapat istimbat di dalamnya, juga karena pembahasan tafsirnya cendernng bebas dan mendalam. 30 Kitab tafsir ath-Thabari terdiri dari tiga puluh jilid, masing-masing bernkuran tebal. Konon aslinya lebih dari 30.000 lembar, Ibnu as-Subuki menyatakan bahwa
"bentuknya yang sekarang adalah ringkasan dari kitabnya yang asli". 31 Pada mulanya kitab tafsir ini pernah hilang, namun kemudian Allah menakdirkannya
Dr. M. Husen az-Zahabi, at-Taj,ir wa al-Mufassirun, (Mesir: Dar al-Maktabah al-Haditsah, 1976), Jilid 1, h. 207. "Prof. Dr. Harun Nasution, Joe.cit.; Drs. Rosihan Anwar, M.ag., op.cit., h. 65.
21
muncul kembali ketika didapatkan satu naskah manusk1ip tersimpan dalam penguasaan seorang amir yang telah mengundurkan diri, Amir Mahmud bin 'Abd arRasyid, salah seorang penguasa Nejd. Tidak lama kemudian kitab tafsir tersebut diterbitkan dan beredar luas sampai di tangan kita, menjadi sebuah ensiklopedi yang
" . ln., ma 'tsur. 32 k aya tentang ta1str
2. Metode Tafsir ath-Thabari.
Methode penafsiran yang digunakan oleh seorang mufassir dengan mufassir lainnya dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an mengalami perbedaan. Adapun metode yang digunakan oleh imam ath-Thabari dalam menafsirkan ayat-ayat alQur'an adalah:
a. Kecenderungan terhadap tqfsir bi/ ma 'tsur. ath-Thabari bila hendak menafsirkan suatu ayat al-Qur' an beliau berkata:
"Pendapat mengenai takwil (tafsir) .firman Allah ini adalah begini dan begitu ". Kemudian beliau menafsirkan ayat tersebut dengan mendasarkan pada pendapat para sahabat dan tabi'in yang diriwayatkan dengan sanad yang lengkap, yakni tqfsir bi/
ma 'tsur berasal dari mereka33 • ath-Thabari banyak meriwayatkan hadis dari para ulama Tubristan. Mayoritas ulama menilai tafsir ath-Thabari sebagai tafsir bi/
32
Manna' Khalil al-Qattan, Studi Jlmu-ilmu Qur'an, terj. Drs. Mudzakir AS., (Bogar: Pustaka Litera AntarNusa, 1996), Cet. Ke-3, h. 502. 33
Jbid
22
ma 'tsur, dengan pengertian bahwa corak tafsir ini adalah yang titik tolak serta garis besar uraiannya berdasarkan riwayat-riwayat. b. Menjauhi penaj5iran bir ra 'yi.
Maksud penafsiran bir ra 'yi di sini menurut ath-Thabari ialah: "Membawa
penqfsiran kepada pendapat seseorang menurut kepentingan hawa
naj~u.
politik,
partai, primordial, dan golongan serta lainnya yang jauh dari maksud al-Qur 'an alKarim". 34 c. Ketelitian dan selekt!fitas dalam menu/is sanad. Imam ath-Thabari seorang yang terpercaya serta teliti dalam menyebutkan
sanad dan mencantumkan nama perawi, karena beliau banyak bergaul dengan para ulama disamping juga ahli hadis. Terkadang ia mengkritik sanad, maka ia men-ta 'di/kan beberapa perawi dan men-tqjrih-kan perawi lain yang memiliki cacat dan menolak riwayat yang tidak dijamin keshahihannya. 35 Apabila beliau menerima suatu riwayat bersama orang lain dengan jalan mendengarnya sendiri, beliau menyatakan kalimat (\if_,;. ), sedang bila beliau sendiri yang mendengarnya digambarkan dengan kalimat (.#.,;,. ), apabila beliau lupa nama seseorang, maka beliau menyatakan ha! tersebut sambil mengemukakan riwayat yang dimaksudnya. d. Penqfsiran melalui pendekatan bahasa.
34
Ahmad Muhammad al-Hufi, ath-Thabari, (Kaira: al-Majlis al-A'la Lisyuni al-Islamiyah, 1970), h. 109. 35
Manna' Khalil al-Qattan, op.cit., h. 503.
lmam ath-Thabari telah culrnp piawai dalam memaharni ayat-ayat al-Qur' an lewat bahasa dan berbagai macam gayanya, sehingga diperlu kan kesungguhan dan ketelitian ekstra untuk memahami kandungannya. Dalam hal ini Mahmud Syakir berkomentar:
"Banyaknya pasal-pasal dalam tlfl~·ir ath-Thabari menyulitkan saya untuk memahami kitct!J ini. Untuk memahami maknanya saya harus membaca dua sampai tiga kali. Hal ifu tetjadi sebab metode penulisan saya berbeda dengan me/ode yang digzmakan ath-Thabari. Akan tetapi, tanda baca dalam kitab i/11 sedikit me110!011g mempe1jelas seliap ungkapan-ungkapam(va ". 36 e. Menggunakan data-data yang ada pada .\)!lzir-.\)!ll 'ir kuno. Salah satu metode penafsiran ath-Thabari ialah menggunakan syair-syair Arab kuno sebagai penuJ1iang dalam memahami makna ayat-ayat al-Qur'an. Ibnu 'Abbas sendiri dalam memahami ayat-ayat al-Qur'an didukung pula oleh syair. Terkadang ketika ditanya tentang makna al-Qur' an beliau berkata:
"A..faksudnya begini,
bukankah kalian telah mendengar bahwa syair berkata demikian ". Beliau juga berkata: "Bila dalam Qur 'an terdapat ses11at11 yang sulit dimengerti ma/manya,
carilah keterangannya dari sya 'ir-sya 'ir kuno, karena .1ya 'ir-;,ya 'ir itu adalah sastra Arab kuno ". 37 /
Pencantuman beberapa perbedaan bacaa11 (qira 'ah). ath-Thabari mempunyai pengetahuan luas tentang qira 'ah Qur' an. Ia menulis
sebuah kitab mengenai qira 'ah yang terdiri dari 18 jilid, di dalamnya tercakup semua
Abd al~Mun'in an~Na1nr, 'J/111 at-Tqfsir: Kaif1\!a.~:va 'a a11' Tatau'u·ara Ila .Ashrina al-Iiadits. (Beirut: Dar al-Kitab al-Libanoni, 1985), h. l Hl. 36
37
Ahmad asy-SyirbashL op.cir., h. 72.
24
macam qira 'ah yang ada dan disajikan secara selektif serta kritis. 38 Dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an, ath-Thabari sering kali mencantumkan beberapa perbedaan qira 'ah dan memilih mana yang menurutnya dianggap paling benar.
g. Mendebat pendapat para ahli.fiqh dan pendiskusian masa/ah kalam Karena ath-Thabaii seorang ahli fiqh, maka tak segan beliau mendebat pendapat beberapa ahli fiqh dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan fiqh, misalnya mengenai persoalan apakah daging kuda, bagal, dan keledai boleh dimakan (an-Nahl: 8). Dan dalam masalah kalam ia umpamanya menentang aliran Qadariyah dan mu 'tazilah. 39
h. Menggunakan kata "ta 'wit" dalam pengertian "tafsir" sebagaimana umumnya para mufassir lain menggunakannya. i.
Menggunakan metode tahlili dalam mena.fsirkan ayat berdasarkan susunan mushqfi.
J.
Menggunakan orientasi (ittijah) gabungan yaitu menggabungkan antara orientasi pena.fsiran bi! ma 'tsur dan bir ra 'yi. Dengan 01ientasinya ini, ath-Thabari mencoba melakukan terobosan baru atas
tradisi penafsiran yang berlaku sebelumnya. Ia mengecam orang-orang yang hanya berpegang pada pemikiran bebas dan atau hanya mengandalkan pengertianpengertian bahasa dalam menafsirkan al-Qur'an, tetapi ia pun menolak penafsiran al-
38
1bid
39
Prof. Dr. Hamn Nasution, (ed.), op.cir., h. 1234; Drs. Rosihan Anwar, M.ag., op.cit., h. 67.
25
Qur' an yang tidak disertai pertimbangan kritis. Sikapnya itu dapat dilihat ketika ia menafsirkan al-Qur'an. Dalam menafsirkan al-Qur'an, pertama-tama ia menuturkan makna-makna
kata
dalam
tenninologi
bahasa
Arab,
menjelaskan
struktur
linguistiknya, dan melengkapinya dengan penguat-penguat (syawahid), baik berupa syair maupun prosa. Kemudian ia menuturkan riwayat-riwayat yang berkaitan dengan penafsiran ayat, baik riwayat yang shahih atau yang tidak shahih. Ia terkadang mengkritiknya tetapi terkadang pula membiarkannya. Setelah itu ia menjelaskan penafsirannya sendiri tanpa mengikatnya, kecuali bila penafairan itu sudah pasti benar.
k. Memasukkan riwayat-riwayat Jsra 'iliyyat dalam kitab tafsirnya, namun disusu! pembahasan dan kritikan. Dalam usaha memberikan keterangan selengkapnya tentang makna ayat, ia menerima riwayat-riwayat dari orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah memeluk agama Islam seperti Ka'ab al-Akhbar, Wahhab ibn Munabbih, 'Abdullah ibn Salam, dan Ibn Juraiz, namun riwayat-riwayat itu ia susul dengan pembahasan dan kritikan serta memilih mana yang lebih kuat dan lebih dikenal oleh masyarakat Arab. 40
3. Penilaian Para Ulama Terhadap Kitab Tafsir ath-Thabari
Berdasarkan keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki tafsir ath-Thabari di atas, maka kitab tafsirnya mempunyai nilai dan kedudukan yang 1.inggi dan istimewa.
40
Drs. Rosihan Anwar, M.ag., lac.cit.
26
as-Sayuthi, berkenaan dengan penilaian terhadap kitab tafsir ath-Thabari mengatakan: "Kitab taf5ir ath-Thabari adalah sebuah kitab ta/sir yang besar dan
luas, di dalamnya ada beberapa pendapat dan pertimbangan mana yang paling kuat, serta memhahas i 'rah dan memherikan istinhat. Karena itulah taf5ir beliau melebihi tqfsir-tqfsir ka1ya pendahulunya ". 41 Abu Hamid al-Asfarayini Syaikh asy-Syafi'i mengatakan: "Seandainya ada
orang pergi ke negeri Cina hanya untuk mendapatkan kitah tqf5ir ath-Thahari, pasti dia
tidak
akan
merasakan
hahwa
usahanya
itu
sehagai
sesuatu yang
memheratkan ". 42 Sementara imam an-Nawawi mengatakan: "Umat telah sepakat bahwa he/um
pernah disusun sehuah ta/sir pun yang sama dengan tqfsir ath-Thahari". 43 Adapun ahli tafsir kita yaitu Muhammad Quraish Shihab menilai bahwa
"kitah ta/sir ath-Thahari enggan merinci atau menginformasikan melalui rilvayatriwayat hal-hal yang tidak pen ting apalagi jika dasarnya tidakjelas ". 44
11 • as-Sayuthi,
a/-ltqan Fi 'U/um al-Qur'an, (Beirut: Dar al-Fikr, 1991), Jilid 2, h. 190.
12 ·
syeikh Muhammad Abd al-Azhim az-Zarqani, lvlanahil al- 'lr,fan Fi 'U/um al-Qur 'an, (Beirut: Dar al-Fikr, 1990), Jilid 2, h. 29. 43
Dr. M. Rusen adz-Dzahabi, op.cit., h. 208; Manna' Khalil al-Qattan, toe.cit.; as-Sayuthi,
41
Quraish Shihab, "Ibn Jarir ath-Thabari", Ulumul Qur'an, (Vol. I, 1989), h. 44.
foe.cit.
BABUI AHLUL BAIT DALAM SOROTAN
A. Tafsir Surat al-Ahzab Ayat 33.
. ( 11 :ylj.:..;JI) Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalicm hai ahlul bait! Dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya. (Qs. al-Ahzab/33: 33).
I. Malma Lafaz
a. (tr.>-)1) Di dalam kamus bahasa disebutkan maknanya adalah dosa, kotoran, perbuatan keji, perbuatan haram, perbuatan tabu, kekurangan-kekurangan. 1 Sementara para ulama tafsir di dalam menjelaskan maknanya terbagi menjadi beberapa perkataan sebagai berikut:
'Atabik Ali dan Ahmad Znhdi Muhdlar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum, 1996), Cet. ke-1, h. 632; Ahmad Warsan Munawwir, Kamus al-lvlunawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 475-476; Hasanain Muhammad Makbluf. Kamus al-Qur 'an, Te~j. Drs. Hery Noer Aly, (Bandung: Gema Risalab Press, 1996). Cet. ke-2, h. 233.
27
l) Muhammad al-Jauzi al-Quraisyi al-Baghdadi mengutip pendapat Mujahid, Qotadah, as-Sadi, dan Muqatil mendefinisikannya dengan perbuatan syirik, kejelekan, dan dosa. 2 2) Ahmad Mushthafa al-Maraghi menafsirkannya dengan kejahatan, keburukan, dan kekejian3 . 3) Fakhruddin ar-Razi menafsirkannya dengan "dosa" (yyOll ). 4 4) Abu Hayyan menafsirkannya dengan "dosa" (~'11 ). 5 5) al-Khazin menafsirkannya dengan dosa yang dilarangkan Allah kepada para istri Nabi saw., dan mengutip pendapat Ibnu 'Abbas yang menafsirkan dengan pekerjaan setan dan segala yang tidak diridhai Allah, dan dikatakan oleh suatu pendapat maknanya adalah keragu-raguan (~I) dan kejelekan (oy.ll )6. 6) al-Alusi menafsirkannya dengan sesuatu yang kotor. Dan di dalam kitab tafsirnya beliau mengutip pendapat para ulama tafsir, di antBranya as-Sadi yang menafsirkannya dengan dosa ( ri'"'/.I ), az-Zajjaj menafsirkannya dengan perbuatan fasik (~I ), Ibnu Zaid menafsirkannya dengan setan (u~I ), al-Hasan menafsirkannya dengan syirik (.;!~I
),
dan dikatakan oleh pendapat-pendapat lain
'Muhammad al-Jauzi al-Quraisyi al-Baghdadi, Zaad al-Masir Fl 'Jim at-Tafsir, (Beirut: Dar al-Fikr, 1987), Jilid 6, h. 198. 3
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-lvfaraghi, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), Jilid 8, h. 7.
4
al-Fakhr ar-Razi, lvfqfatih a/-Ghaib, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), Jilid 13, h. 21.
5
Abu Hayyan, al-Bahr al-Muhith, (Beirut: Dar al-Jil, 1995), Jilid 4, h. 521.
6
al-Khazin, lubab at-Ta 'wil Pl Ma 'ani at-Tanzi/, (Dar al-Fikr, 1979), Jilid 3, h. 259.
29
maknanya adalah bakhil dan thoma' ( J3.+\1 _, c-J.11 ), hawa nafsu dan perbuatan bid' ah ( t .l.)11 _, , 1~I ) dan perbuatan-perbuatan yang mengakibatkan dosa, azab (siksa), najis (kotoran-kotoran), dan kekurangan-kekurangar.?. 7) Imam Jalalain menafsirkannya dengan dosa ( f.>"'j.1). 8 Dari beberapa pendapat para ulama di atas, penulis menyimpulkan bahwa makna dari "ar-rijs" adalah dosa, kejelekan atau keburukan, perbuatan syirik, perbuatan setan, perbuatan fasik, keragu-raguan, bakhil, thama' (serakah), perbuatan bid' ah, hawa nafsu, azab ( siksa), kotoran, dan kekurangan-kekurangan.
b. (~IJAI)
1) Secara Bahasa Secara bahasa sebutan "ahlul bait" terdiri dari dua kata, yaitu "ah!" dan
"bait".
Kata "ah!" mempunyai akar kata yaitu kata "ah!" itu sendiri yang baru bisa
dipahami pengertiannya setelah dirangkaikan dengan kata lain sehingga membentuk suatu kata majemuk. Kata "ah!" yang dirangkaikan dengan nama tempat tertentu berarti penghuni atau penduduk yang bermukim di tempat-tempat tertentu, seperti
al-Alusi, Ruh al-Afa 'ani, (Beirut Dar al-Fikr, 1994), Juz 21, h. 18.
8
Imam Jalaluddin as-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli, Tqfsir Ja/a/ain, (Surabaya: Piramid, t.t. ), Juz 2, h. 109. 'Frof. Dr. H. Salman Harun (ed..), "Ahl", Ensiklopedi al-Qur'an, (Jakarta: Yayasan Bimantara, 1997), h. 6.
30
Kata "ah!" yang berarti penghuni atau penduduk rnmah, keluarga, famili, adalah masdar dari kata kerja JAl,i-JAI yang artinya kawin atau nikah, sehingga lafaz ~lj.1 ~)I JA,1 artinya seorang laki-laki menikahi seorang perempuan sehingga
menjadikan perempuan itu sebagai anggota keluarganya. Kata "aha/a" akan bernbah makna bila di-idhqfat-kan dengan kata lain, seperti "ah! ar-rajul" ialah istri dari seorang laki-laki, "ah! al-madzhab" ialah orang yang menganut madzhab itu, "ah! al-
amri" ialah penguasanya, dan "ah! al-bait" adalah penduduk atau penghuni suatu rnmah. 10 Berkata imam az-Zabidi:
Yang disebut "ah! al-mazhab" ialah "orang yang mengikuti dan mempercayai suatu madzhab. Ahli seorang laki-laki adalah istrinya, termasuk anak-anaknya. Berdasarkan pengertian inilah ayat al-Qur 'an ~4 j6 3 yang dimaksud adalah istrinya. Ahli bagi Nabi saw. adalah istri beliau, anak-anak beliau, dan menantu beliau yaitu 'Ali ra. dan istri-istrinya. Dan juga termasuk semua keturunan yang ada hubungan darah dengan mereka. 11
Menurnt ar-Raghib al-Asfahani dalam "al-Mufradat" sebagaimana dikutip oleh Ihsan Ilahi Zhahir:
Yang disebut ahli dari seorang laki-laki ialah anak keturunan yang ada hubungan nasab (darah) dengannya. Dan disebut ahli agama ialah orang yang menganut akan agama itu. Sedang disebut ahli suatu perusahaan ialah orang yang turut beke1ja dalam perusahaan itu. Ahli suatu rumah ialah orang yang tinggal dalam rumah itu. Dan ahli suatu negeri ialah orang-orang yang
10
Prof. Dr. Mahmud Yunus, KamusArah-lndonesia, (Jakarta: PTHidakarya Agung, 1989), h. 52; al-Munjid, (Beirut: Dar al-Masyriq, 1986), h. 20. 11
az-Zabidi al-Hanafi, Tajul 'Urus Min Jawahir al-Qamus, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), h. 36.
31
menjadi penduduk di negeri i/11. Maka yang disebut ahlu/ bait Nabi smv adalah semua orang yang ada hubungan keluarga dengan beliau secara umum. 12 Berkata Ibnu al-Manzur al-Afriqi:
Ahli madzhab ialah orang yang menganut madzhab. Ahlul amri ialah orang yang memegang kekuasaan di suatu daerah. Ahli seorang laki-laki ialah manusia yang masuk kelompok laki-laki itu. Ahli bait nabi smv. ialah istri be/iau, anakanak beliau, menantu beliau yaitu Ali as. Kata setengah pendapat, ahlul bait ialah peremvuan-perempuan nabi saw. Dan ah!i tiap nabi ialah umat 13 . pengikutnya. ·
Dalam bahasa Arab kata "Ahl" sama dengan kata "Aar. Hal ini menurut lbnu al-Manzur al-Afriqi "karena kebiasaan huruf 'Ha' diganti dengan 'Han1Zah' sehingga jadi 'A 'ali' (JH ). Karena Ali! dan Hamzah berdekatan, maka Hamzah diganti 'Alif', sehingga bnnyi 'A ' pada kata 'Aali' dipanjangkan. Seperti bunyi shalawat Nabi saw": 14
Sehubungan dengan hal di atas, ar-Raghib al-Asfahani mengatakan bahwa "lafaz 'Aal' berasal dari kata
~4hl',
dipakai khusus untuk orang yang rapat, baik
kerabat atau pun pengganti-pengganti yang meneruskan tugas, seperti 'Aali Ibrahim',
'Aali Imran '. Dikatakan 'Aa/i 'Muhammad ialah semua kerabat beliau". 15
12Prof. Dr. lhsan llahi Zhahir. •~vi 'ah Berbohong Alas Nama Ahlul Bail. Te1:j. Bey Arifin dan Mu'ammal Hamidy. (Surabaya: PT Bina llrnu. 1988), Cet. ke-2, h. 3 dan 5. 13
Jbn al-Manzur al-Afriqi, Lisan al-Arab, (Beirut: Dar al-Sadr, 199+), Juz kc-II. h. 29.
15
Prof. Dr. lhsau llahi Zhahir, Joe.cit.
32
Sedangkan Jawwad Mughniyah seorang Syi 'ah modern mengatakan bahwa
"ahlul bail menurut bahasa ialah penduduk (pengisi) rumah. "Aal ar-rajuli" ialah istrinya. Dan tidak dipakai lafaz 'Aal' kecuali terhadap ahli laki-laki itu yang punya kedudukan". 16 Dari keterangan-keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa secara harfiah (lughah) "ahlul bait" adalah penduduk, penghuni, atau anggota keluarga sebuah rumah tangga. Adapun ahlul bait bagi seseorang adalah istri, anak, menantu, cucu, kerabat, dan semua keturunan yang punya hubungan darah dengan mereka.
2) Secora L~tilah Adapun secara istilah atau khusus, kata "ahluf bait" yang terdapat dalam surat al-Ahzab ayat 33 yang dirnaksud adalah ahlul bait (anggota keluarga) Nabi Muhammad saw. 17 Dan hat ini tidak ada pertentangan antara madzhab Ahl as-Sunnah
wa al-Jama 'ah (Sunni) dan mazdhab Syi 'ah. Akan tetapi dalam menentukan siapakah orang-orang yang termasuk dalam kelompok ahlul bait Nabi saw., mereka para ularna dari mazdhab Sunni dan S)1i 'ah mempunyai pendapat yang tidak sama (ikhtilaj).
16
lbid.
'' Sebab kata ··ah!ul bail" terdapat pula dalam surat al-Hud ayat 73 yang mengisahkan ten tang kedatangan para Malaikat kepada keluarga Nabi Ibrahim as dan memberi khabar gembira akan kehamilan istrinya (Sarah) yang sudah berusia lanjut dan mustahil akan hamil. Dalam dialog itu para Malaikat menggunakan kata "ahlul bail·· kcpada istri Nabi Ibrahim as ketika menjawab kctcrkt
33
Untuk mengetahui lebih jauh penafsiran-penafsiran para ulama mengenai kata
"ah/11/ bait", maka penulis membaginya menjadi tujuh pendapat sebagai berikut:
a) Ahlul Aba' a/au Ahlul Kisa .rn
Pendapat pertama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ahlul bait Rasulullah saw. adalah ahlul aba · atau ah!ul kisa ', yaitu terdiri dari Rasulullah saw. sendiri, 'Ali bin Abi Thalib, Fathimah, al-Hasan, dan al-Husain rndhiyallahu 'anhum. Para ularna dari kelornpok ini juga berpegang dengan hadis-hadis Nabi saw. yang diriwayatkan oleh para sahabat beliau. Diantara riwayat-riwayat hadis itu adalah
hadis al-kisa · yang berasal dari istri Rasulullah saw. Ummu Salamah 19 seperti yang tercantum dalam "al-11111snad' Al1mad bin Hanbal :
18
Yaitu orang~orang yang 111asuk ke da1a1n kisa' (kain).
19fv1cnun1t para ula1ua balnva hatlis kisa' rhvayat dari Unnnu Sala1nah adalah lcbih tcrkcnal dibandingkan dengan pcri\vayat~pcrhvayat lain karena kejadiannya di n1mah beliau.
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah telah menceritakan kepadaku Ayahku telah menceritakan kepada kami 'Abdullah ibn Numair dia berkata telah menceritakan kepada kami 'Abd al-Malk yakni Jbn Abu Sulaiman dari 'Atha' ibn Abu Rabbah dia berkata telah menceritakan kepadaku seseorang yang mendengar dari Ummu Salamah yang menyebutkan bahwasanya Nabi saw. di nimahnya lalu datang Fathimah membawa periuk yang di dalamnya terdapat khuzairah 21 maka dia masuk dengan periuknya menemui beliau. Lalu berkata Rasulullah kepadanya: Panggillah suamimu dan kedua anakmu. Berkata Ummu Sa!amah: Kemudian datang 'Ali, a/Husain, dan al-Hasan dan masuk menemui beliau. Lalu mereka duduk dan makan khuzairah tadi dan beliau di tempat pembaringannya beralaskan kain khaibar. Berka/a Ummu Salamah: Ketika aku sedang shalat di kamar, Allah 'azza wa jalla menurunkan ayat ini: Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kaliah hai ahlul bait dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya. Kemudian beliau mengambil kain dan menyelubungi mereka dengan kain itu kemudian beliau mengeluarkan tangannya dan merljulurkannya.ke langit sambi\l berkata: Ya Allah mereka adalah ahlu baitku maka hi!angkanlah dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya, Ya Allah mereka adalah ahlu baitku maka hilangkanlah
20
Ahmad ibn Hanbal, al-kfusnad, (Beirut: Dar al-Fikr, l.t.), Jilid 6, h. 292.
21
Sejenis makanan yang terbuat dari tepung yang berisi daging.
35
dosa dari mereka dan bersihka11lah mereka sebersih-bersihnya. Berkata Ummu Salamah: A1aka ak11 memasukkan kepalaku ke dalam rumah dan aim mengatakan: Dan aim bersama kalian ya Rasulullah? Beliau berkata: },/1gka11 menuju kebaikan, engkau menu.Ju kebaikan. (HR. Ahmad). Hadis riwayat 'Aisyah ra. seperti tercantum dalam
dalam "al-Jami' ash-
Shahih" imam Muslim bab "Fadha'i/ Ahlul bait".
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Muhammad bin Abdullah bin Numair (Laji:Jdz bagi Abu Bakr) keduanya berkafa: Te/ah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr dari Zakaria dari Mush 'ab bin Syaibah dari Shq/iyyah binti Syaibah dia berkala, berkata A 'isyah: Pada .111atu pagi Rasulullah keluar dan bersamanya mantel bulu berwarna hitam, kemudian datang al-Hasan bin 'Ali maka Rasulullah memasukkarmya, kemudian datang al-Husain dan langsung masuk bersamanya, kemudian datang Fathimah, maka Rasulullah memasukkannya, kemudian datang 'Ali, maim Rasulullah memasukkannya, kemudian beliau berkata: Sesungf,'11hnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian hai ah!ul bait! Dan membersihkan kalia11 sebersih-bersihnya. (HR. lvfuslim).
°'Imam Muslim, al-Jami' ash-.S!whilz, (Beirnt: Dar al-Fikr. LL), Jihd ke-4, Juz ke-7. h. 130.
36
Dari kedua riwayat hadis di atas dapat diketahui bahwa ahlul bait Rasulullah yang dimaksud dalam surat al-Ahzab ayat 33
tiada lain adalah Rasulullah saw.
sendiri clan mereka yang masuk dalam kisa' (kain) yaitu 'Ali bin Abi Thalib as., Fathimah as., al-Hasan as., dan al-Husain as. Selain itu dalam hadis Jain yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Sa'id alkhudri ra. Rasulullah saw. lebih menegaskan lagi bahwa ayat 33 surat al-Ahzab adalah diturunkan untuk lima orang, yaitu beliau sendiri, 'Ali bin Abi Thalib as., alHasan as., al-Husain as., dan Fathimah as. 23 Penegasan seperti itu dapat kita temukan juga dalam berbagai kitah, antara lain "al-Mustadrak 'ala ash-Shahihain" al-Hakim24, "Mushannqf ibn syaibah" 25 ,
Mu 'minin 'Afayah "37 , dan lain-lain. Kedudukan khusus para anggota ahlul bait ini diperkukuh lagi oleh kesaksian Anas ibn Malik yang menerangkan bahwa selama enam bulan Rasulullah saw. selalu menghampiri rumah Fathimah tiap kali beliau saw. hendak menunaikan shalat fajar.
31
al-Khatib al-Baghdad, Tarikh al-Baghdad, (Beirut: Dar al-Fikr, t t.), Jilid 10, h. 278.
32
al-Bukhari, Tarikh al-Kabir, (Beimt: Dar al-Kutub al-' Alamiyah, 1995), Jilid 2, h. I IO
33
Ibn Katsir ad-Damsyiqi, al-Bidayah wa an-Nihayah, (Beimt: Maktabah al-Ma'arif, 1994), Jilid ke-4, Juz 8, h. 35. "Muhammad ibn Abd al-Barr al-Qurthubi, al-lsli 'ab, (Beimt: Dar al-Kutub al-' Alamiyah, 1995), Cet. Ke-I, Juz 3, h. 204. 35
Ibn al-Atsir Abi al-Hasan Ali ibn Muhammad al-Jazari, Usd al-Ghabah, (Beimt: Dar alFikr. t.t.). Jilid I, h. 490 dan 498, Jilid 4, Juz 3, h. 607. 36
Alunad ibn Hanbal, Fadha'il ash-Shabah, (Makkah: Dar al-'Ihn Li ath-Thaba'ah wa anNashr, 1983), Cet. Ke-I, Juz 2, h. 587-588. 37
'Abdullah Abu as-Su 'ud Badr, Tafsir Ummu al-Mu 'min in 'Aisyah, (Riyadh: Dar 'Alim alKutub, 1996), Cet. Ke-5, h. 229. 38
Ahmad ibn Hanbal. op.cit., Jilid 3, h. 285.
38
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah telah menceritakan kepadaku Ayahku telah menceritakan kepada kami 'Affan telah menceritakan kepada kami Hammad telah mengabarkan kepada kami 'Ali ib11 Zaid dari Anas ibn lvfalik, Sesungguhnya Rasulul!ah saw. se/ama enam bu/an se!alu menghampiri pintu rumah Fathimah bila hendak keluar shalalfajar dan be!iau saw. selafu mengucapkan: "Sha/at wahai ahlul bait, sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian hai ahlul bait dan membersihkankan kalian sebersih-bersilmya ". Keterangan di atas terdapat juga dalam kitab "sunan at--Tirmidzi" dalam kitab at-Tafsir bab surat al-Ahzab 39 dan dalam "Mushannaf Ibn Abi Syaibah" kitab al-
Fadha 'ii bab Fadha 'ii ma Dzukira Fi Fadhl Fathimah 40 . Selain itu keterangan di atas lebih diperkuat lagi oleh kesaksian
lbn 'Abbas
ra. yang mengatakan bahwa
Rasulullah saw. melakukan hal itu selama sembilan bulan41 . Tidak diragukan lagi bahwa ucapan Rasulullah saw. itu ditujukan kepada 'Ali bin Abi Thalib, Siti Fathimah az-Zahra, dan kepada dua orang wcu beliau saw. yaitu al-Hasan dan al-Husein-radhiyallahu 'anhum. Pendapat ini juga dipegang kuat oleh para ulama mazhab ;yi 'ah, seperti imam ath-Thabrasi dalam kitab tafsimya "Majma' al-Bayan Fi Tal5ir al-Qur 'an "42 dan Muhammad Husain Thabathaba'i dalam kitab tafsirnya "a!-Mizan" 43 .
·' 9 at~Tir1nidzi, op.cit., h. 142. "
0
Jbn Abi Syaibah, op.cit .. h. 527.
11 ' Jalaluddin
as-Suyuthi. ad-Durr al-Mantsur. (Beirut: Dar al-Fikr. 1990), Juz ke-22. h. 7; K.H. Abdullah bin Nub. Keutamaan Keluarga Rasulullah smv, (Semarang: CV. Toha Putra. 1989), Cet. ke- L h. 2. 12 ' ath-Thabrasi,
Majma· al-Bayan Fi Tq~'ir al-Qur 'an, (Beirut: Dar al-Fikr. 1994 ), Juz ke-8. h.
138. 13 ' Muharnrnad
311.
Husain Thathaba'i, al-Mizan. (Beirut: Dar al-Fikr. 1973). Jilid ke-16, h. 310-
39
b) Para istri Nabi saw. Pendapat lain mengatakan bahwa kata "ahlul bait" dalam ayat 33 surat alAhzab tersebut dengan para istri Rasulullah saw. Para ulama tafsir dari kelompok ini berpegang pada makna semua ayat dalam surat al-Ahzab yang berkenaan dengan para istri Rasulullah saw., yaitu mulai dari ayat 28 hingga akhir ayat 34. Mereka mengatakan bahwa "semua ayat tersebut berkaitan dengan para istri Rasulullah
saw., jadi bagaimana mungkin di tengah-tengahnya terselip persoalan lain? "44 . Firman Allah swt:
41 " Muhammad
278.
bin ·Ali asy-Syaukani. Fath al-Qadir. (Beirnt: Dar al-FikL t.t.). Jilid Kc-4, It
Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu: Jika ka11111 sekalian mengingini kehid11pan d1111ia dan perhiasannya. malca marilah supaya kuberikan kepadamu 111111 'ah 45 dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik (28). Dan jika kamu sekalian menghendaki (keredhaan) Allah dan Ras11l-Nya serta ( kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar (29). Hai istri-istri Nabi, siapa-siapa di antaramu yang menge1jaka11 perbuatan keji yang nyata, niscaya akan dilipat gandakan siksaan kepada mereka dua kali lipat. Dan adafah yang demikian itu mudah bagi Allah (30). Dan barangsiapa di antara kamu sekalian (istri-istri Nabi) telap taat kepada Allah dan Rasul-Nya da11 mengerjakan amal yang saleh, niscaya Kami memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rizqi yang mulia (31). Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertaqwa. Adaka janganlah kamu tundzdc46 dalam berbicara sehingga berkeinginanlah or;ng yang ada penyakit dalam hatinya, 47 dan ucapkanlah perkataan yang baik (32). Dan hendaklah kamu tetap di rwnahnn/8 dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahu/11 49 dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesunguhnya 15 '
Yaitu suatu pc1nberian yang diberikan kepada pere1npuan yang telah diceraikan inenurut kesanggupan sua1ni. ·"'Yang dimaksucl dengan ··tunduk" di sini ialah berbicara dengan sikap yang menimbulkan keberanian orang bcrtindak yang tidak baik terhadap n1ereka. 17 · '{
ang dilnaksud dcngan '"dala1n ha11 increka ada penyakif' ialah orang yang Ine1nptu1yai niat berbuat serong dengan \Vanita, scpcrti inelakukan zina. 18 ' Maksudnya istri-istri Rasul agar tetap di rtunah, dan keluar ru1nc.h bila ad.a keperluan y;.u1g
dibcnarkan olch syara'. Perintah ini juga 1ncliputi selunth 1uu ·1ninat. 19 '
Yaitujahiliyah kekafiran yang terdapat sebehun za1nan Nabi Muha1111nad sa\v.
Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya (33). Dan ingatlah apa yang dibacakan dirumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (.5unnah Nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lem but lagi Maha mengetahui (34).
Selain itu juga, adanya riwayat Ibn Abi Hatim dari 'Ilaimah dari Ibn 'Abbas yang menyatakan bahwa ahlul bait adalah khusus istri-istri Nabi saw., seperti yang tercantum dalam kitab "Tqfsir Qur 'an al-Azhim" Ibn Katsir. 50
Te/ah berkata kepada kami Ali bin Harb al-Mushili, telah berkata kepada kami Zaid bin al-Habab, telah berkata kepada kami Husain bin Waqid dari Zaid an-Nahwi dari 'Ikrimah dari Jbn al-Abbas radhiyallahu 'anhuma. (Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian hai ahlul bait dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya). Beliau berkata: Ayat ini turun khusus liepada istri-istri Nabi
saw. Ibn Jarir ath-Thabari meriwayatkan dari Ikrimah51 bahwa beliau menyeru di pasar dan menyatakan bahwa ayat tersebut di atas turun khusus kepada istri-istri Nabi
50
51
Ibn Katsir. Ta/sir al-Qur 'an al-Azhim, (Beirnt: Dar al-Fikr, t.t.), Jilid ke-3, h. 584.
/bid. Lihatjuga Muhammad ibn Ali asy-Syaukani, op.cit., h. 279.
42
saw, bahkan beliau menantang "muhahalah '' 52 demi mempe11ahankan pendapatnya. Akan tetapi pemyataan mereka disanggah oleh para ulama tafsir yang mengm1ikan ahlul bait dengan ahlul aha' atau ahlul kisa' Mereka mengatakan: ''Ka/au yang dimaksud ah/11/ bait itu para istri Nabi
saw, tentu dalam ayat tersebut Allah tidak menggunakan dhamir (kata ga11!i) 'kum' (rS)
(kalian lelaki),
melainkcm menggunakan dhamir
'kunna' (US) (kalian
perempuan) ". 53 Para ahli tafsir yang mengartikan ahlul bait dengan para istri N&bi saw. menjawab: "Digunakannya dhamir 'kum' (rS) karena menut/juk kepada kata 'ahlu '( J.>,1.) Sebab menurut tata bahasa Arab, kata 'ah/' adalah mudzakkar (memmjukkan
lelaki), bukan mu 'annats (menunjukkan perempuan), karenanya Allah swt menyebut para ahlul bait dengan dhamir 'kum' bukan 'kun '". 54
c) Ahlul aha' a/au ahlul /dsa dan para istri Nabi saw. Pendapat yang lain mengatakan bahwa yang di maksud "ah/ul bait,. dalam surat al-Ahzab ayat 33 adalah dua pihak sekaligus, yakni ahlul aba' atau ahlul kisa' (Rasulullah saw, Ali bin Abi Thalib ra, Fathimah ra, al-Hasan ra dan al-Husein ra.) 52
A1ubahalah sccara bahasa diatnbil dari kata baha/a y;:mg artinya 111elaknat. Scdangkan n1enun1t istilah 111uba/Jalah adalah dua pihak yang saling n1elaknat dan bcrdoa kepada Allah untuk 1nen1binasakan yang paling bersalah di antara kednanya
"Muhammad bin 'Ali asy-Syaukani, loc.ci1. Lihat juga Yusuf ibn Jsma 'ii 1111-Nabhani, asy'abbad Li Ali Muhammad saw., (Kaira: Mushthafa al-Babi al-Halbi, 1973), Cet. Kc-2, h.
·~varafal-Mu
15.
'''Ibid.
43
dan para istri Nabi saw. Ini adalah pendapat adh-Dhahak dan para ulama tafsir pada umumnya (jumhur al-11111fassirin)
55
.
Mereka mengatakan bahwa "pengertian ahlul
bait yang mencakup kedua be/ah pihak itu lebih sesuai dengan semua dalil yang
ada ,.56. Sehubungan dengan ha! di atas, Ibnu Athiyyah dalam kitab tafsimya mengatakan: "Me1111rut pendapat saya para istri Rasulullah smv. tidak berada di luar pengertian ahlul bait. Sebab kata ahlul bait mesti berarti semua anggota, yaitu para istri Rasulullah smv., putri beliau, anak-anak lelaki putri beliau dan suami putri beliau ". 57 An-Nasfi mengatakan: "Bahwa firman Allah yang menggunakan dhamir 'kum' mengandung petunjuk bahwa dalam pengertian ahlul bait termasuk para istri Rasulullah saw. Sebab dhamir 'kum' berlaku bagi lelaki dan perempuan bersamasan1a". 58
Demikian juga pendapat Zamakhsari, al-Baidhawi, dan Abu as-Sa'ud. Imam al-Baghawi dalam kitabnya "Ma 'alim at-Tanzi!" sependapat dengan Zamakhsari,
55
Abu al-Hasan al-Mawardi, Taj,ir a/-Mmmrdi, (Beirut: Dar al-Ku.tub al-'Ilmiyah, t.t.), Jilid
4. h. 401. 5
6vusufibn lsma'il an-Nabhani, op.cit., h. 16.
57
lbn · A!hiyah al-Andalusi, al-Mu/Jarrar al-Wajiz Fi Tajvir al-Kitab al- 'Aziz, (Beirut: Dar alKutub al-'Alamiyah, 1993), Juz 4, Ce!. Ke-5, h. 384. 53
lbn al-Barakat Abdullah au-Nasfi, Madarik at-Tanzi! wa flaqa 'iq at-Ta 'wil, (Beirut: Dar alFikr. t.t.). Jilid 3, h. 302.
44
bahkan ia mengetengahkan sebuah riwayat hadis yang olehnya disebut berasal dari Ummu Salamah ra. pada waktu terjadinya hadis al-Kisa':
Te/ah mengabarkan kepada kami Abu Sa 'id Ahmad bin Muhammad al-Hamidi, telah mengabarkan kepada kami Abu Abdullah al-Hafizh, telah mengabarkan kepada kami Abu al- 'Abbas Muhammad bin Ya 'qub, telah mengabarkan kepada kami al-Hasan bin al-Makram, telah mengabarkan kepada kami 'Utsman bin 'Umar, telah mengabarkan kepada kami 'Abd ar-Rahman bin 'Abdullah bin Dinar dari Syarik bin Abi Ghamar dart 'Atha' bin Basar dari Ummu Salamah: Di rumahku turun (ayat 33 surat al-Ahzab). Berkata Ummu Salamah: Rasulullah menyampaikannya kepada Fathimah, Ali, al-Hasan dan al-Husain dan berkata: Mereka ahlul baitku. Berkata Ummu Salamah: Aku berkata kepada Rasulullah: Ya Rasulullah! Bukankah aku termasuk ahlul bait? Berkata Rasulullah: Ya benar, Insya Allah! Al-Fakhr ar-Razi mengenai persoalan di atas mengatakan:
59
al-Baghawi, Nia 'a/im at-Tanzi/ Fl at-Tafsir wa at-Ta 'wit, (Beirut: Dar al-Fikr, 1985), Jilid 4,
h. 465.
45
"Bahwa Allah swt menggunakan dhamir 'kum' agar tercakup semua anggota keluarga Ras11!11llah saw, baik yang lelaki maupun yang perempuan ''. Ia menambahkan: "Di kalangan para ahli taj~ir memang te1jadi perbedaan pendapat mengenai ma/ma ahlul bait. Karena itu lebih baik dikatakan balnva mereka itu terdiri dari para istri beliau saw, putri beliau bersama 1>11an1inya, dan dua orang cucu beliau, al-Hasan dan al-Husein. Ali bin Abi Thalib termasuk dalam pengertian ahlul bait karena ia menjadi suami putri Rasulullah saw dan selalu bersama beliau ". 60
Dalam kitab tafsir "ad-Durr al-Mantsur" dapat kita temukan uraian imam Jalal ad-Din as-Suyuthi mengenai soal pengertian ahlul bait. Ia mengetengahkan tiga buah riwayat hadis yang semuanya menerangkan bahwa para istri Rasulullah termasuk dalam pengertian ahlul bait. Di samping itu imam as-Suyuthi juga mengetengahkan dua puluh buah riwayat hadis yang bersumber dari berbagai sumber, dan semuanya menerangkan bahwa Rasulullah saw, putri beliau (Siti Fathimah ra), menantu beliau (imam Ali bin Abi Thalib ra), dan dua orang putranya (al-Hasan dan al-Husein radhiyallahu 'anhuma), semuanya termasuk dalam pengertian ahlul bait. Di antara dua puluh riwayat hadis itu terdapat beberapa riwayat yang dikemukakan oleh Ibnu Jarir, Ibnu al-Mundzir, Ibnu Abi Hatim, Thabrani, dan Tbnu Mardawih, yang kesemuanya berasal dari Ummu Salamah ra, termasuk hadis al-Kisa '. 61 Al-Wahidi dalam kitabnya, "Asbab an-Nuzul" mengetengahkan dua buah riwayat hadis yang berlainan. Akan tetapi dalam uraiannya ia menyebut sebuah hadis yang dikatakannya berasal dari 'Athiyyah dan Abu Sa' id, yaitu yang menerangkan
6
°Fakh ar-Razi, op.cit., h. 210.
61
Jalaluddin as-Suyuthi, op.cit., h. 6-10.
46
bahwa rnakna ahlu! bait dalam ayat 33 surat al-Ahzab adaiah lima orang, yaitu Rasulullah saw, imam Ali bin Abi Thalib ra, Siti Fathimah az-Zahra ra, al-Hasan dan al-Husein Radhiyallahu 'anhuma. Lebih jauh al-Wahidi meng•ornukakan pernyataan 'Atha bin Abi Rabbah yang mengatakan: "Hadis terse but disampaikan kepadaku
o!eh orang yang mendengar /a11gs11ng dari Ummu Salamah ". Setelah itu ia menyebut dua buah hadis lainnya lagi yang menerangkan bahwa "ayat 33 surat al-Ahzab
terlz!iU kepada para ibu suci istri-istri Rasulullah saw". Berdasarkan riwayat-riwayat hadis yang dihimpunnya itu imam al-Wahidi akhirnya menyimpulkan dalam kitabnya, bahwa ahlu! bait yang terdapat dalam ayat 33 surat al-Ahzab mencakup dua pihak, yaitu lima orang seperti tersebut di atas, dan para ibu sud ist1i-istri Rasulullah saw. 62 An-Naisabmi dalam tafsirnya, seperti yang dikutip Yusuf ibn Isma'il anNabhani menyatakan pendapat yang sama dengan pendapat al-Wahidi. Semua riwayat hadis yang berkenaan dengan persoalan itu dikemukakan olehnya, tennasuk
hadis al-Kisa' dari Ummu Salamah. Selanjutnya ia meng•"tengahkan pendapat Muqatil yang menegaskan sebagai berikut: "Para istri Rasulullah saw. termasuk
dalam pengertian ayat 33 surat al-Ahzab, sebab jika dhamir lelaki disatukan dengan dhamir perempuan, maim dhamir le/aki itu mengalahkan dhamir pere111p11a11. Karena
62
Abi al-Hasan Ali bin Ahmad al-Wahidi an-Naisaburi, Asbab an-Nuzul, (Bcirnt: Dar al-Fikr, l991). h. 239-240.
47
itu Allah swt dalam firman-Nya 111engg11nakan dhamir 'kum ', bukan dhamir 'kunna' ". 63 Menurut al-Maqrizi bahwa "lahirnya ayal itu berlak11 umum bagi semua
anggota ahlul bait yang terdiri dari para islri Rasulu!lah saw dan orang-orang selain mereka".
Setelah menjelaskan kedudukan dhamir
"kum" sebagaimana yang
dikatakan oleh an-Naisaburi, lebih lanjut ia berkata bahwa "ayat tersebut menetapkan
para istri Rasulullah saw. termasuk dalam pengertian ahlul bait'·' dengan mengetengahkan hadis kisa' riwayat Ummu Salamah dan s.elain itu juga sesuai dengan urutan dan rangkaian kalimat selengkapnya ayat 33 surat al-Ahzab. 64 lbnu Hajar dalam kitabnya "ash-Shawa 'iq al-i'viuhriqah" mengatakan bahwa
''yang dimaksud dengan kata "bait" (rumah atau kelumga) dalam ayat itu adalah rumah kediaman Ras11!11llah saw dan para pe11ghuni11ya, karena itu ayat tersebut mencakup para istri Rasulu llah saw ''. 65 Sedangkan Menurut Abdullah Yusuf Ali,
"Bahwa beralihnya anak kalimat ke dalam jenis maskulin sedang sebelumnya ayat-ayat dan kata gm1ti itu dalam jenis .feminim dalam h11b1111ga1111ya dengan istri menegaskan bahwa anak kalimat tersebut lebih bers[fat 11m11111, termasuk (selain para istri Nabi saw) se/uruh keluwga, yakni siti Fathimah putri Nabi saw., Ali bin Abi Thalib menantu Nabi saw., dan anak-
63
Yusufbin Ismail an-Nablrnni, op.cit., h. 21.
61 '
/bid.. h. 22.
48
anak mereka Hasan da11 H11sai11, cucu Nabi tercima. Jenis maskulin i11i dipakai secara umum dan membicaraka11 keduanya, laki dan peremp11a11". 66 Sehubungan dengan
pendapat
di
atas
pula,
al-muhaddits
al-' allamah
Muhammad Nashimddin al-Albani hafizhahullah dalam kitabnya "Silsilah al-Hadits
as-Shahihah" mengatakan: "Ah/11/ bait Nabi saw pada asalnya adalah istri-istri beliau saw. Termasuk pula di dalanmya ash-Shiddiqiyah 'Aisyah bi11ti Abu BaAT ashShiddiq ra. sebagaimana yangjelas dinashkan dalam .firman Allah ta 'ala surat al-Ahzab ayat 33. Bukti kalau ahlul bait di sini istri-istri Nabi saw adalah ayat sebehm1 dan sesudahnya. Sedangkan anggapan Syi 'ah bahwa ahlul bait dalam ayat ini adalah 'Ali, Fathimah, Hasan, dan Husain sqja tanpa istri-istri Nabi saw, maim ha! itu adalah bagian dari tahr(f (penyelewengan ma/ma) mereka terhadap ayat-ayat Allah yang mereka lakukan untuk menolong. membantu, dan membela hawa nqfl'll dm1 kebid'ahan mereka. Adapun hadits kisa' dan yang semakna dengan itu kemungkinan terbesar yang dimahud adalah pemmjukkan perluasan ayat 61akni ayat i11i 1111111111 mencakup istri-istri Nabi saw berikut 'Ali, Fathimah, Hasan, dan Husain. 67 Demikian pula apa yang telah dikatakan oleh al-Baihaqi dalam kitabnya "as-
Sunan al-Ku bra". Bahkan beliau menempatkannya dalam bab tersendiri yang memasukkan istri-istri Nabi saw. termasuk ahlul baitnya. Dan sehubungan dengan adanya dhamir "kum ", hal itu menumt beliau karena dikehendaki untuk memasukkan selain mereka (istri-istri Nabi saw.) bersama mereka.
68
al-Qur' an sendiri telah memasukkan istri dalam pengertian ahlul bait. Hal itu telah ditunjukkan oleh firman Allah swt. dalam surat Hud ayat 73. Sebagaimana 66
Te~j.
Abdullah Yusuf Ali, Qur'an Terjernahan dan Tqfo·irn.ya. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994).
Ali AudalL Cet. kc L h. !083. 67
Muhammad Nashimddin al-Albani Hafizhahullah, Silsilah a/-f!adi1s ash-Shahihah, (Beirnt: Dar al-Fikr. 1996), Jilid ke-4. h. 359-360. 68
al-Baihaqi, op.cit.. h. 150.
49
diketahui bahwa kata ah/11! bait se!ain terdapat dalam surat al-Ahzab ayat 33 juga terdapat dalam surat tersebut. Fim1an Allah swt.:
Para ma/aika1 i/11 herkata: Apakah kamu merasa heran te11ta11g ke1etapan Allah? (it11 ada/ah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlul bait! Ses1111gg11hnya Allah Maha Terpuji /agi Maha Pemurah. (Qs. Hud!J J: 73).
Menurut tafsiran para ulama, bahwa kata ahlul bait dalam ayat di atas yang dimaksud tiada lain adalah istri Nabi Ibrahim as. Selain itu adanya sebuah keterangan dalam kitab hadis "Shahih al-Bukhari" "kitab at-Tafsir al-Qur' an bab surat al-Ahzab" yang menyatakan bahwa Rasulullah saw. memberi salam kepada 'Aisyah istrinya dengan ucapan "Assalamu 'a/aikum Ahia/ Bait ·warahmalullah "69• d) Bani Ha.syim (Orang-orang yang diharamkan menerima shadaqah).
Pendapat lain mengenai ahlul bait Nabi Muhammad saw. adalah sebagaimana yang dikatakan oleh ats-Tsa'labi yaitu orang-orang Bani Hasyim. Pengertian itu didasarkan pada takwil bahwa yang dimaksud "bait" (keluarga) ialah "bait an-nasb" (rumah keturunan) yaitu para orangtua silsilah Rasulullah sa:w. Dengan demikian
'"'Imam al-Bukhari. Shahih al-Bukhari,. (Bcimt: Dar al-Fikr, l 99-1). Ji lid kc-3, Juz kc-6, h. 3.
50
'Abbas bin 'Abdul Muthalib dan para paman Rasulullah saw. lainnya beserta semua anak-anak mereka adalah anggota ahlu! bait. 70 Senada dengan pendapat di atas adalah apa yang diterangkan oleh lbnu Qayyim
al-Jauziyah
dalam
kitabnya
"Jala 'ul Ajham"
dan
Ibn
Taimiyyah
sebagaimana yang dikutip oleh H.M.H. al-Hamid al-Husaini clan Hamid Abu Bakar al-Muhdlar , bahwa salah satu penafsiran ahlul bait Rasulullah saw. adalah "mereka
yang a/eh Rasulullah saw. di haramkan menerima shadaqah, dan mereka ada!ah anak
c11c11
keturunan Bani Hasyim ". Dalam hadis yang dir:iwayatkan oleh Zaic! bin
Arqam tercantum keterangan tentang mereka yaitu,
keluarga 'Ali bin Abi Thalib,
keluarga 'Aqil bin Abi Thalib, keluarga Ja'far bin Abi Thalib, dan keluarga 'Abbas bin Abdul Muthalib". 71 Berkata imam Muslim dalarn "al-Jami' ash-Shahih "-nya
"'y usuf bin lsma 'il an-Nabhani. loc.cil: Lihat juga Abu · Abdillah al-Qurthubi. al-Jami alAhkam al-Qur'an, (Beirut: Dar al-Fikr. 1987). Juz kc-14. h. 182-183. 71
H.M.H. al-Hamid al-Husaini, Pembahasan 7imlas Periha/ Khilafiyah, (Bandung: Yayasan al-Hamidy, 1997), Cet. Kc-2, h. 429. Hamid Abu Bakar al-Muhdlar, Pandangan I/mu Taim(vyah dan Jbn Qaxvim Terhadap Ahli Bail Nabi saw, Tc1j. Samsuri, (Bandar Lampung: al-Iman. 1987), h. 32.
Te/ah menceritakan kepadaku Zuhair ibn Harb dan Suja 'a ibn Makhlad semuanya dari lbn 'Ulayyah Zuhair berkata: Te/ah menceritakan kepada kami Jsma'il ibn Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Abu Ha;yan, telah menceritakan kepadaku Yazid ibn Hayyan dia berkata: Aku, Hushain ibn Sabrah, dan 'Umar ibn Muslim mengunjungi Zaid ibn Arqam. Ketika kami duduk bersamaro'a, Hushain berkata kepadanya: Ya Zaid engkau telah bertemu dan telah melihat Rasulullah saw lama sekali, mendengar perkataannya, be1perang bersamanya, dan shalat di belakangnya, sungguh engkau telah bertemu lama sekali wahai Zaic!, ceritakanlah kepada kami segala apa yang telah engkau dengar dari Rasulullah saw. Dia berkata: Wahai anak saudaraku, Demi Allah, sungguh telah tua umurku, telah beri'alu masaku, dan aku telah lupa sebagian yang aku ingat dari Rasulullah saw., adapun apa yang akan aim ceritakan ini kepada kalian maka terimalah dan apabila tidak janganlah kalian menuntutnya. Kemudian dia berkata: Pada suatu hari Rasulullah saw naik mimbar di telaga air Khum antara Makkah dan Madinah, setelah beliau memuji Allah kemudian berkata: Wahai manusia, sesungguhnya aku manusia biasa dan aku merasa hampir dipanggil oleh Tuhanku dan aku akan memenuhi panggilan itu. Aku tinggalkan kepada kalian dua bekal yang cukup berat, yang pertama kitabullah yang didalamnya petunjuk dan cahaya maka ambillah dan berpeganglah dengan kitabullah, dan ahlu baitku, ak11 ingatkan kepada kalian ah/11 bait/(ll, ak11 ingatkan kepada kalian ahlu baitku. Berkata kemudian Hushain: Siapakah ahlu baitnya wahai Zaid, bukankah istri-istrinya termasuk ahlu baitnya? lstri-istri memang termasuk ahlul baitnya, namun ahlu baitnya adalah mereka yang diharamkan shadaqah. Berkata Hushain: Siapakah merekit? Dia berkata: Mereka adalah keluarga 'Ali, keluarga 'Aqil, keluarga Ja 'jar, dan kel11arga 'Abbas. Bertar.ya Hushain: Apakah mereka semua diharamkan shadaqah? Dia berkata: Ya. (HR. Muslim). Namun pendapat ini dibantah oleh al-Hamid al-Husaini. Menurutnya "orang-
orang Bani Hasyim bukan termasuk ahlul bait Rasulullah saw. -yang dimaksud oleh
72
Imam Muslim, op.cit., h. 122.
53
surat al-Ahzab ayat 33- Mereka hanya dapat dimasukkan ke dalam pengertian kata 'aal' dengan tekanan pada arti kata 'kerabat '". 73
e) Pengikut (umat) Nabi Muhammad saw. Pendapat lain mengatakan bahwa ahlul bait adalah pengikut beliau sampai hari kiamat. Mereka mengatakan bahwa "kata 'Aal' dapat berarti "pengikut ". Kata kerja "Ya-uu-lu" (fi'il mudhari) yang berasal dari kata kerja "Aa-la" (fi'il madhi) dapat be1makna kembali, yakni kembali kepada yang diikutinya sebagai pemimpin. Ini adalah pendapat dari lbnu 'Abdul Bar dan sebagian ulama. Orang yang pertama mengemukakan pendapat di atas adalah Jabir ibn 'Abdullah sebagaimana yang terdapat dalam kitab "as-Sunan al-Ku bra" al-Baihaqi:
Telah mengabarkan kepada kami Abu Sa 'ad al-lvfalini telah mengabarkan kepada kami Ahmad ibn 'Adi telah menceritakan kepada kami Muhammad ibn Ibrahim al'Aqili telah menceritakan kepada kami Ahmad ibn al-Furat telah menceritakan 73
H.M.H. al-Hamid al-Husaini, op.cit., h. 440.
74
al-Baihaqi, foe. cit .• h. 152.
54
kepada kami Abu Dmn1d telah menceritakan kepada kami 'Abd ar-Rahman ibn Mahdi dari al-Hasan ibn Shalih dari 'Abdullah ibn Muhammad ibn 'Aqil dari Jabir ibn 'Abdullah dia berkata: Keluarga Muhammad saw. adalah umatnya. Di samping itu mereka juga menggunakan dalil haclis yang berasal dari Watsilah ibn al-Ashqa' yang mana beliau dimasukkan oleh Nabi saw. ke dalam kelompok ahlul baitnyan Dan sebagaimana diketahui beliau adalah seorang dari kabilah Bani Laits bin Bakr bin Abdi Manaf, ia bukan kerabat Nabi saw. melainkan hanya pengikut atau umat beliau saja76 . Selain dua hadis di atas mereka juga berhujah dengan fim1an Allah swt.:
Kemudian kami se!amatkan dia (Luth) dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). (al-A 'raj/7: 83).
Yang dimaksud "ahluhu" adalah para pengikut Nabi Luth as. Akan tetapi pendapat di atas telah menyimpang dari makna yang sesungguhnya. Karena adanya sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dalam
"Shahih "-nya yang berasal dari 'Aisyah yang menuturkan: "Pada suatu hari ketika Rasulullah saw. siap menyembelih seekor kambing beliau berucap: Ya Allah
75
Lihat Muhammad lbn 'Ali asy-Syaukani, op.cit., h. 279-280.
76
H.M.H. al-Hamid al-Husaini, op.cit., h. 434.
55
terimalah dari Muhammad, dari keluarga Muhammad, dan dari umat Muhammad Setelah itu barulah kambing disembelih .m. Hadis tersebut menyebutkan kedudukan yang berbeda antara keluarga (ahlul bait) Muhammad saw. dan umat Muhammad saw. Umat behau adalah umum dan ahlul bait beliau adalah khusus. Di samping itu, lebih tidak tepat lagi mengartikan kata "aal Muhammad" dalam shalawat tasyahud (tahiyyat) dalam shalat diartikan sebagai umat Muhammad saw. Rasulullah saw. telah menetapkan bahwa dalam tasyahud ada kata "salam" dan kata "shalawat ". "Salam" ditujukan kepada Rasulullah saw., kepada orang yang shalat itu sendiri, dan kepada hamba-hamba Allah yang shalih. Sedangkan kata "shalawat" hanya tertuju kepada beliau sendiri beserta segenap keluarganya (aal Muhammad saw.)78 .
f) Orang-orang yang bertaqwa.
Pendapat lain mengenai ahlul bait adalah semua umat Nabi Muhammad saw. yang bertaqwa. Pendapat ini diketengahkan oleh al-Qadhi Husain dan ar-Raghib bersama jama' ahnya. Hal ini ditunjukkan oleh sebuah hadis Nabi saw.:
77
Imam Muslim, op.cit., Juz 6, Jilid 3, h. 78.
18
/bid., h. 442.
56
Te/ah mengabarkan kepada kami Abu 'Ali ar-Rudzbari telah mengabarkan kepada kami Abu Bala- Muhammad ibn Mahdawaih ibn 'Abbas ar-Razi telah menceritakan kepada kami 'Ali ibn al-Hasan ibn Ziyad telah menceritakan kepada kami Ahmad ibn 'Abdullah ibn Yunus telah menceritakan kepada kami Naji' Abu Hurmuz dia berkata: aku mendengar Anas ibn Malik berkata: Rasulullah saw. ditanya tentang keluarga Muhammad, maka beliau saw. berkata: Setiap orang yang bertaqwa.
Akan tetapi menurut al-Baihaqi dan ath-Thabrani, hadis di atas tidak dapat dijadikan hujjah, karena dalam sanadnya terdapat Nafi' Abu Hurmuz yang menurut Yahya ibn Ma'in ia adalah pembohong dan Ahmad ibn Hanbal sendiri men-dha'ifkannya80 al-Qasimi sendiri dalam kitab tafsimya "Mahasin at-Ta 'wil" mengatakan bahwa hadis tersebut maudhu' (palsu) 81 .
g) Setiap orang yang dekat dengan Rasulullah saw. dan mendapat perhatian khusus
dari beliau.
Ada suatu penafsiran kata ahlul bait yang lebih bersifat umum, yaitu sebagaimana yang dikatakan oleh imam al-Khatib dalam tafsimya yang mengatakan: "Banyak perbedaan pendapat mengenai arti ahlul bait dan yang terbaik adalah yang
79
Jbid.
80
Jbid.
"Muhammad Jamal ad-Din al-Qasimi, Mahasin at-Ta '>vii, (Beirut: Dar al-Fikr, 1978), Jilid ke-8, Juz ke-13, h. 254.
57
dikatakan oleh al-Buqa 'i, yaitu setiap orang yang dekat dengan Rasulullah saw. dan mendapat perhatian khusus dari beliau atau yang selalu menyertai beliau baik dari pihak /aki-laki, perempuan, istri-istri, budak-budak, dan kerabat, maka orang itu berhak dan patut disebut ahlul bait". 82
Dari beberapa pendapat para ulama di atas seputar penafsiran kata "ahlul
bait" dalam surat al-Ahzab ayat 33, dapat penulis simpulkan bahwa pendapat yang /ebih tepat dan lebih bisa diterima tentangnya adalah pendapat para ulama tafsir pada umumnya (jumhur al-nu!fassirin) yaitu ahlul bait adalah ahlul aba' atau ahlul kisa' (Rasulullah saw.; 'Ali bin Abi Thalib ra.; Fathimah ra.; al-Hasan ra.; dan al-Husain ra.) dan para istri Nabi Muhammad saw disusul kemudian dengan pendapat bahwa
ahlul bait adalah Bani Hasyim (orang-orang yang diharamkan menerima shadaqah). Adapun pendapat lain yang mengartikan ahlul bait adalah semua pengikut (umat) Nabi Muhammad saw.; orang-orang yang bertaqwa; dan semua orang yang dekat dengan Rasulullah saw. dan mendapat perhatian khusus adalah sangat lemah sekali karena sangat jauh dari permasalahan yang sebenamya. Penulis sendiri dalam ha! ini berpegang dengan pendapat para ulama tafsir pada umumnya (jumhur al-11111.fassirin) dan memuji sikap mereka karena telah mengambil jalan pertengahan (wasath) sebagai jalan yang paling baik dan adil yaitu dengan cara mengkompromikan dalil-dalil daii al-Qur'an dan hadis Nabi Muhammad
82
Yusufbin lsrna'il an-Nabhani, toe.cit., h. 22-23. Ahmad Mushthafa al-Maraghi, foe.cit.
58
saw. dalam upaya mencari problem solution seputar penafsiran kata ahlul bait dalam surat al-Ahzab ayat 33 sehingga terhindar dari kesan ta 'ashub terhadap suatu golongan atau kelompok tertentu.
2. Asbab an-Nuzul Para mufassirin juga berikhtilaf dalam masalah sebab turunnya ayat ini. Hal itu disebabkan mereka juga berikhtilaf mengenai siapa yang dimaksud ahlul bait dalam ayat 33 surat al-Ahzab. Maka perkataan para ulama 11111/assirin dalam ha! sebab turun ayat tersebut terbagi menjadi tiga: a. Abu Sa'id al-Khudri, Anas ibn Malik, 'Aisyah, dan Ummu Salamah radhiyallahu 'anhum meriwayatkan bahwa ayat ini hanya turun kepada Nabi Muhammad saw., 'Ali ibn Abu Thalib as., Fathimah binti Muhammad saw., al-Hasan ibn 'Ali as, dan al-Husain ibn 'Ali as 83 .
83
Lihat tulisan sebclnmnya h. 33-38.
59
Te/ah mengabarkan kepada kami Abu Bakr al-Haritsi dia berkata: Te/ah mengabarkan kepada kami Abu Muhammad ibn Hayyan dia berkata: Te/ah mengabarkan kepada kami Ahmad ibn 'Amru ibn Abu 'Asyim dia berkata: Te/ah mengabarkan kepada kami Abu ar-Rabi' az-Zahrani dia berkata: Te/ah mengabarkan kepada kami 'Amma1' ibn Muhammad ats-Tsauri dia berkata: Te/ah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Abu al-Hajjaf dari 'Athiyyah dari Abu Sa 'idSesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian hai ahlul! bait dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya, dia berkata: Turun kepada lima orang: Nabi saw, 'Ali, Fathimah, al-Hasan, dan al-Husain. b. Ibnu Abbas dan Ikrimah menyatakan bahwa ayat ini turun hanya kepada istri-istri Nabi saw 85 .
•
<)
......
A'•..., .., .....
s6
84
85
r .'.. i_-: ·_t'
Abi al-Hasan ·Ali ibn Ahmad al-Wahidi an-Naisaburi, foe.cit.
Telah mengabarkan kepada kami Abu al-Qasim 'Abd ar-Rahman ibn Muhammad asSiraj dia berkata: Te/ah mengabarkan kepada kami Muhammad ibn Ya'qub dia berkata: Telah mengabarkan kepada kami al-Hasan ibn 'Ali ibn 'Affan dia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Abu Yahya al-Hamani dari Shalih ibn Musa alQurmyi dari Khashif dari Sa 'id ibn Jabir dari Ibn 'Abbas dia berkata: Ayat ini diturunkan untuk istri-istri Nabi saw- Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian hai ahlul bait! Dan membersihkan kalian sebersihbersihnya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma, bahwa beliau mengatakan: "Ayat ini turun khusus kepada istri-istri Nabi smv saja ". Ibnu Jaiir ath-Thabari meriwayatkan dari 'Ikrimah bahwa beliau menyeru di pasar: "Ayat ini turun tentang istri-istri Nabi smv saja ". Bahkan beliau mengatakan:
"Barang siapa yang mau aku tantang dia mubahalah, ayat-ayat ini turun tentang istri-istri Rasulullah smv saja ". 87 Imam asy-Syaukani mengatakan: "Pendapat inilah yang benar, karena ayat
ini dan ayat sebelum dan sesudahnya turun kepada mereka (istri-istri Nabi saw) dan karena dalam ayat-ayat itu sedikitpun tidak disinggung tentang Ali, Fathimah, dan anak-anaknya radhiyallahu 'anhum ". 88
c. Pendapat yang mengatakan bahwa ayat itu turun kepada istri-istri Nabi saw, Ali, Fathimah, Hasan dan Husain. Di antara para ulama mufassiiin yang berpendapat demikian adalah: I. Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya Tqfsir al-Qur 'an al- 'Azhim, beliau berkata: 87
Ibn al-Katsir, foe.cit; Muhammad bin Ali asy-Syaukani, op.cit., h 279.
88
Muhammad ibn 'Ali asy-Syaukani, op.cit., h. 278.
61
"Ka/au yang dimaksud bahwa istri-istri Nabi saw adalah sebab turunnya ayat ini, bukan yang lainnya maka itu benar. Tetapi kalau yang dimaksud bahwa istri-istri Nabi saw. adalah yang dimaksud dengan ahlul bait dalam ayat ini bukan yang lainnya, maka itu perlu dilihat kembali karena adanya riwayat-riwayat yang menunjukkan bahwa yang dimaksud ahlul bait di sini ada!ah umum ''. 89
2. Abu 'Abdillah al-Qurthubi, beliau mengatakan: "Zahir ayat ini menunjukkan
bahwa ayat ini umum mencakup semua ahlul bait, istri-istri Nabi sm11, Ali, Fathimah, Hasan dan Husain ". 90 Dan dalam kaidah ilmu nahwu disebutkan:
"Bila mudzakkar (lald-!aki) dan mu 'annals (perempuan) berkumpul maka didominankan mudzakkar .m
3. al-' Allamah Muhammad Amin asy-Syanqithi dalam kitab tafsirnya "Adwa' ,,92
alBayan.
Dan pendapat yang ketiga ini merupakan pendapat para ulama tafsir pada umumnya (jumhur al-mujassirin) dan dianggap lebih kuat serta dapat dijadikan
89
Ibn al-Katsir, toe.cit.
90
Abu Abdillah al-Qurthubi, toe.cit.
91
/bid.. h. 183.
92
Muhammad Amin asy-Syinqithi, Adwa' al-Bayan, (Beimt: Dar al-Fikr, 1995), Juz 6, h.
237.
62
pegangan (mu 'tamad) ditinjau dari dalil-dalil yang ada dalam al-Qur'an dan haditshadits Nabi saw.
3. Munasabah Ayat
Pada ayat-ayat sebelum dan sesudahnya yaitu mulai ayat 28-34 surat alAhzab adalah membicarakan tentang istri-istri Nabi saw., yaitu mengenai ketentuanketentuan Allah terhadap mereka, seperti larangan untuk tunduk dalam berbicara, perintah untuk mengucapkan perkataan yang baik, perintah untuk tetap tinggal di rumah, larangan untuk berhias ala orang-orang jahiliyyah
masa dahulu, perintah
untuk mendirikan shalat; menunaikan zakat; dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan pada akhir ayat 33 dari surat al-Ahzab di atas adalah menjelaskan mengenai maksud dan tujuan Allah swt. memberlakukan ketentuan-ketentuan tersebut di atas terhadap para istri Nabi saw., yaitu bahwasanya Allah hendak menghilangkan dosa dari mereka para istri Nabi saw. -yang merupakan ahlul baitnyadan membersihkan mereka sebersih-bersihnya.
4. Penafsiran Para Ulama Terhadap Surat al-Ahzab Ayat 3.3
Muhammad Ali ash-Shabuni mengatakan: "Sesungguhnya Allah bermaksud
membersihkan kalian (istri-istri Nabi) dari kotoran maksiat, dan membersihkan kalian (istri Nabi) dari noda-noda kotor yang biasa diperbuat oleh manusia seperti
64
kepada Allah akan dihilangka11 rijs dari dirinya dan Allah akan membersihkannya dari perbuatan dosa dengan sebersih-bersihnya ". 97 Al-Alusi
mengatakan:
"Sesungguhnya
Allah
bermaksud
hendak
menghilangkan dosa-dosa dari kalian dan perbuatan-perbuatan maksiat dalam apaapa yang dilarang-Nya untuk kalian, dan menempatkan kalian dalam derqjat ketaqwaan yang tinggi dalam apa yang diperintahkan-Nya untuk kalian, ringkasnya yang dimaksud di sini adalah pe1!jagaan (pemeliharaan). 98 Abdullah Yusuf Ali menafsirkan: "Allah hendak menghilangkan segala yang
nista dari kamu, hai ahlul bait, dan membuat kamu benar-benar suci bersih ". 99 lbnu Hajar dalam "Shawa 'iq al-Muhriqah" seperti yang dikutip Ihsan Ilahi Zhahir mengatakan:
"Surat al-Ahzab ayat 33 me11w1jukkan kelebihan ahlul bait karena Allah menyatakan secara khusus keinginan membersihkan mereka daripada dosa syak dalam perkara-perkara yang berkaitan dengan iman, dan juga membersihkan mereka daripada akhlaq yang keji. Setengan riwayat mengatakan, maksud "thathhir" ialah mengharamkan mereka dari api neraka yaitu de11gan ilham dari Allah kepada mereka untuk bertaubat dan mengerjakan amal shaleh. Selain daripada itu pengharaman zakat ke atas mereka adalah sebagai maksud pembersihan dalam ayat di atas karena zakat atau shadaqah wajib adalah sisa-sisa pembersiha11 manusia (ausakh an-nas). Sebagai gantinya mereka diberi harta "khumus" (115 harta rampasan perang) atau harta negara".1°0
97
al-'Alamah Muhammad Amin asy-Syanqithi, op.cit., h. 238.
98
al-Alusi, op.cit., h. 321.
99
Abdullah Yusuf Ali, lac. cit.
100
Prof. Dr. Ihsan llahi Zhahir, op.cit., h. 53.
65
Demikian beberapa penafsiran dari para mufassirin seputar surat al-Ahzab ayat 33.
B. Keutamaan dan Kekhususan Ahlul Bait Nabi Muhammad SAW. Banyak sekali hadis Nabi Muhammad saw. yang menginformasikan akan keutamaan dan kekhususan para ahlul bait-nya yang telah disusun oleh para ulama hadis dalam berbagai kitab hadis. Berikut ini penulis kutipkan sebagian dari keutamaan dan kekhususan para
ahlul bait Rasulullah saw. dari kitab "asy-Syaraf al-Mu 'abbad Li Ali Muhammad saw.··· buah karya Yusuf bin Isma'il an-Nabhani 101 . I . Diharamkan shadaqah atas mereka sebagai orang-orang yang telah disucikan oleh Allah swt. karena shadaqah adalah kotoran manusia dan sebagai gantinya mereka berhak mendapatkan 1/5 atas harta rampasan perang (ghanimah). 2. Disandangkannya kata "syar/f", "sayyid", "habbib" secara khusus atas mereka. 3. Dituntut
atas
kaum
muslimin
dimana
saja
berada
untuk
memuliakan,
menghormati, dan mengutamakan mereka. 4. Syafa 'at Nabi saw. di hari kiamat akan diberikan kepada empat golongan, yaitu orang yang memuliakan keturunannya, orang yang memenuhi kebutuhan-
101
Yusuf Ibn Isma'il an-Nabhani, op.cit., h. 67-97. Lihat jnga Muhauuuad Ali Shabbau, Teladan Suci Ke/uarga Nabi; Akhlak dan Keajaiban-keajaibannya, (Bandung: al-Bayan,1996), Tcrj. Idrus H. AlKaf, Cct. Ke-7, h. 93-98.
66
kebutuhannya, orang yang berusaha membantu urusan-urusan mereka pada waktu diperlukan, dan orang yang mencintai mereka dengan hati dan lisannya. 5. Mereka adalah makhluk yang paling mulia nasabnya. 6. Barang siapa yang berbuat kebajikan terhadap mereka, maka Nabi saw. akan membalasnya di hari kiamat kelak. 7. Putra-putra Fathimah dan keturunan mereka dinamakan putra-putra Nabi saw. dan dinisbatkan kepada beliau.
C. Apakah Ahlul Bait Masih Ada?
Sebagian orang masih ada yang meragukan eksistensi ahlul bait di tengah kaum muslimin di masa sekarang ini. Jika yang dimaksud ahlul bait adalah pribadipribadi yang hidup sebagai keluarga Rasulullah saw., tentu s
102
Dalam ash-Shihah discbutkau bahwa makua kata dzurriyyah adalah auak cucu tsaqa/ain. al-Mundziri di dalam hawasyi (uraian yang tcrtulis pada pinggiran halaman-halaman kitab kuno) mcncrangkan bahwa makna kata dzurriyyah ialah anak cucu dari lelaki clan perempuan. Alas dasar pengcrtian itu maka kata dzurriyyah berarti anak-auak lelaki seorang dan anak cucu lelaki kelnnman mereka. Lihat H.M.H. al-Hamid a-Husaini, op. cit., h. 499-500.
67
Tidak ada alasan sama sekali untuk meragukan masih beradanya keturunan Nabi Muhammad saw. hingga zaman mutakhir dewasa ini, bahkan akan senantiasa berada di tengan umat manusia hingga akhir zaman. Keyakinan akan ha! itu didasarkan pada tiga dalil pembuktian, dua diantaranya berasal dari al-Qur' an dan hadis, sedang pembuktian yang satunya adalah kenyataan yang ada (waqi ').
Dali/ pertama adalah firman Allah dalam surat al-Kautsar ayat tiga:
:a.
.:'I\ ii ..).Y-") •'~ ~'U\ -..r ~Ll . ( 1 .. y I•Y'"' - •·(.)_1
Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang te1putus. (Qs. alKautsar: 3).
Menurut para ulama sabab nuzul ayat di atas aclalah ketika itu putra Rasulullah saw. yang bemama Qasim wafat dalam usia masih kecil. Mendengar peristiwa itu salah seorang tokoh musyrikin Quraisy bernama 'Ash ibn Wa'il berkata bahwa Rasulullah saw. tidak akan mempunyai keturunan. Ucapan 'Ash ibn Wa'il itulah yang menjadi sebab turu1111ya ayat di atas sebagai jawaban tegas dan sanggahan terhadapnya.
103
Kecuali bersifat jawaban tegas dan sanggahan ayat tersebut di atas juga merupakan isyarat yang sangat jelas bahwa Nabi Muhammad saw. bukan orang yang putus ketmunan. Justru pembenci beliaulah yang terputus keturunannya clan terputus dari rahmat Allah swt.
103 Abi al-Hasan 'Ali ibn Ahmad al-Wahidi an-Naisaburi, Asbab an-Nuzul, (Beirut: alMaktabah ats-Tsaqafah, 1991), h. 260.
68
Dali! kedua adalah hadis Rasulullah saw. yang antara lain beliau menegaskan:
Fathimah adalah bagian dariku barang siapa memusuhinya sama seperti memusuhiku dan barang siapa membencinya sama seperti membenciku dan sesungguhnya segala hubungan nasab (ketunman) dan sabab (kerabat) akan terputus pada hari kiamat kecuali nasab (keturunan)ku dan sabab (kerabat)ku.(HR. Ahmad). Sekaitan dengan makna hadis di atas Rasulullah saw. dalam hadis tsaqalain juga telah menegaskan:
104
05
Ahmad ibn Hanbal. op.cit., Jilid I. h. 323.
Ibid.• Juz 3, h. l 7. Lihat pula imam Muslim, op.cit., Juz 7, Jilid 4, h. 122-123; at-Tirmidzi, op.cit., Juz 5, h. 434. '
69
Te/ah menceritakan kepada kami Abu an-nasr, telah menceritakan kepada kmni Muhammad yakni lbn Talhah dari al-A 'masy dari 'Atiah al- 't4ufa dm·i Abi Sa 'id alKhudri dari Nabi Sallallahu 'alaihi wa sallam beliau berkata: Bahwasanya a/cu merasa hampir dipanggil dan a/cu akan memenuhi panggilan itu. Sesungguhnya aku telah meninggalkan kepada kalian dua be/cal, kitabullah 'azza wa jalla dan keturunanku. Kitabullah adalah tali yang terentang dari langit sampai ke bumi, dan keturunanku adalah ahlul bait/cu. Bahwasanya Allah Ym1g Maha Lembut lagi Maha Mengetahui telah memberitahu kepadaku bahwa kedua-duanya itu tidak akan terpisah hingga kembali kepadaku di haudh (sorga). Perhatikanlah dua hal itu dalam kalian meneruskan kepemimpinm1ku.
Hadis tersebut menerangkan sejelas-jelasnya kaitan antara kitabullah alQur'an al-Karim dan 'ithrah (keturunan) ahlu bait beliau saw. Pertama adalah kaitan kelestarian antara kitabullah dan 'ithrah (keturunan) Rasulullah saw. Dan kedua adalah kaitan antara kitabullah dan 'ithrah (keturunan) beliau yang keduanya akan kembali (pertanggungjawabannya) kepada Rasulullah saw. di akhirat kelak. Kaitan itu demikian erat sehingga oleh beliau dinyatakan "tidak akan berpisah" hingga saat keduanya kembali kepada beliau di surga kelak. Dengan perka.taan lain adalah selama al-Qur'an masih terdapat di muka bumi selama itu pula 'ithrah (keturunan) Rasulullah saw. akan tetap ada di dunia dan sebaliknya selama masih terdapat 'ithrah (keturunan) Rasulullah saw. di muka bumi kitabullah al-Qur'an akan tetap ada di dunia.
Dali! ketiga adalah kenyataan bahwa di berbagai pelosok di dunia -terutama dunia Islam- banyak terdapat orang-orang yang berpredikat "sayyid" dan "syarif". Yang berpredikat sayyid adalah mereka yang silsilahnya berpuncak pada al-Husain ra. dan yang berpredikat syarif ialah mereka yang silsilahnya berpuncak pada al-
70
Hasan ra. Keduanya merupakan cucu Rasulullah saw. dari pasangan suami istri 'Ali ibn Abi Thalib ra. dan Fathimah binti Muhammad saw. Akan tetapi pertanyaan selanjutnya adalah apakah anak-anak lelaki keturunan dari anak perempuan termasuk dalam pengertian dzurriyyah? Menurut mazhab Syafi'i dan Maliki berdasarkan riwayat dari Alunad ibn Hanbal, bahwa anak lelaki keturunan anak perempuan termasuk dalam pengertian
dzurriyyah. Pengertian demikian di dasarkan pula pada ijma' al-Muslimin (kebulatan pendapat kaum muslimin) bahwa anak-anak lelaki Fathimah termasuk dzurriyyah Nabi Muhammad saw sebab tidak ada putri Rasulullah saw. selain Fathimah ra. dikaruniai keturunan yang hidup hingga dewasa. Oleh sebab itu wajarlah jika Rasulullah saw. menyebut al-Hasan ra. dan al-Husain ra. sebagai putra-putra beliau. Banyak hadis yang memberitakan pemyataan beliau: "Putraku ini (.mmbil melihat
kepada al-Hasan) adalah seorang sayyid. Mudah-mudahan Allah melalui dia akan mendamaikan dua golongan (yang bertikai) dari kaum muslimm ". 106 Pada ayat mubahalah surat al-Imran ayat 61 Allah swt. berfirman:
Barang siapa membantahmu tentang kisah 'Isa setelah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), ma/ca katakanlah (kepadanya): "Mari/ah kita memanggil anakanak kami dan anak-anak kamu ............. kepada orang yang dusta. (Qs. Ali Imran: 61). 106
Imam al-Bukhari, op.cit., Juz 3, Jilid 2, h. 110.
71
Para ulama tafsir menjelaskan bahwa yang dimaksud "anak-anak kami" ialah al-Hasan dan al-Husain
107
yang keduanya merupakan cucu Rasulullah saw. dan putra
Fathimah ra. Sehubungan dengan hal di alas syaikh al-Islam lbn al-Qayyim al-Jauziyah dalam Jala' al-Afham --seperti dikutip oleh al-Hamid al-Husaini-- telah meajelaskan firman Allah swt. surat al-An'am ayat 84 mengenai keturunan Ibrahim as.:
Dan dari keturunannya (Ibrahim) Dawud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun. Demikianlah Kami beri balas kebajikan kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan (dari keturunan Ibrahim juga) Zakariya, Yahya, 'Isa, dan Ilyas........ (Qs. alAn'am: 84).
Menurut beliau Nabi 'Isa putra Maryam as. tidak mempunyai hubungan silsilah dengan Nabi Ibrahim as. selain dari bundanya Maryam. 108 Dengan demikian jelaslah bahwa keturunan seorang anak perempuan termasuk dalam pengertian "dzurriyyah ".
107
108
Abi al-Hasan 'Ali ibn A11mad al-Wahidi an-Naisaburi, op.cit.. h. 59. Lihat H.M.H. al-Hamid al-Husaini, op.cit., h. 445.
72
Dan dengan demikian pula --berdasarkan keterangan-keterangan di atas-dzurriyyah (keturunan) Nabi Muhammad saw. adalah termasuk ahlul baitnya.
BAB IV PANDANGAN IMAM A TH-THABARI TERHADAP AHLUL BAIT NABI MUHAMMAD SAW. DALAM KITAB TAFSIRNYA
A. Tafsir Surat al-Ahzab Ayah 33. Mengenai penafsiran imam ath-Thabari seputar ayat 33 surat al-Ahzab dapat kita temukan literaturnya dalam kitab tafsir karangannya sendiri yaitu "Jami' al-
Bayan Fi Tafsir a!-Qur 'an" atau "Jami' al-Bayan 'an Ayy al-Qur 'an". 1
1. Makua Lafaz a. ( L>'-i')1)
Menurut imam ath-Thabari makna kata "ar-rijs" ( L>'-i')1) adalah:
4) Perbuatan syirik (.tJy';JI). Untuk keterangan nomor dua dan liga merupakan pendapat yang beliau kutip dari Ibn Zaid.
1
Muhammad ibn Jarir ath-Thabari, Jami · a/-Bayan Fi Tajsir al-Qur 'an, (Beirut: Dar al-Fila, 1988), Juz ke-12, h. 5-8. Dengan nama yang lain yailu Jami' al-Bayan 'an Ta'wi/ Ayy al-Qur'an (Beirut: Dar al-Fikr, 1995). Jilid 13, h. 8-13 penulis mendapati hadis-hadis seputar penafsiran kata ah/ul bait dalam surat al-Ahzab ayat 33 telah di-takhrij oleh Shidqi Jamil al-'Aththar deugan uomor hadis 21725-21740.
73
74
b. (~IJAI)
Yaitu ahlu bait Nabi Muhammad saw.
2. Penafsiran Imam ath-Thabari Terhadap Ayat 33 Surat al-Ahzab. Dari keterangan-keterangan di atas imam ath-Tahabari menafsirkan ayat 33 surat al-Ahzab yaitu: "Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dari
kalian kejelekan (•_,...,!!) dan kekejian
(•Lli.ill)
wahai ahlul bait Muhammad, dan
Allah bermaksud hendak membersihkan kalian sebersih-bersihnya dari noda dan kotoran yang dapat ditimbulkan oleh perbuatan maksiat terhadap Allah swt ". Dengan sanad dari Sa'id bin Qatadah ath-Thabari mengatakan juga bahwa kata "ahlul bait" dalam ayat tersebut adalah ahlul bait yang Allah swt. telah sucikan dari setiap keburukan dan kepada mereka telah dilimpahkan rahmat khusus.
B. Makua Ahlul Bait dan Dalil-dalilnya Imam ath-Thabari dalam kitab tafsirnya membagi penafsiran para ulama mengenai "ahlul bait" menjadi dua kelompok penafsiran, yaitu:
l. Ahlul Bait adalah Rasulullah saw.,' Ali, Fathimah, al-Hasan, dan al-Husain. Kelompok pertama adalah mereka yang menafsirkan kata "ah!ul bait" dengan Rasulullah saw., 'Ali, Fathimah, al-Hasan, dan al-Husain radhiyallahu 'anhum. Mereka menguatkan pendapatnya dengan mencantumkan lima belas buah riwayat hadis, yaitu:
75
.(I~ Telah menceritakan kepadaku Muhammad al-Matsani dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Bakr ibn Yahya ibn Zaban al- 'Anzi dia berkata: Te/ah menceritakan kepada kami Mandala dari al-A 'masy dari 'Athiyyah dari Abi Sa 'id alKhudri dia berkata: Berkata Rasulullah saw: Ayat ini tunm untuk lima orang; aku, Ali ra, Hasan ra, Husain ra, dan Fathimah ra. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian hai ahlul bait dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya.
2
Imam Muslim telah meriwayatkannya dalam (Fadha'il ash-Shahabah) hadis nomor 61 dengan lafaz J,. y yaitu dengau ~I .w1 dan imam Ahmad ibn Hanbal dalam al-lvfusnad hadis nomor 25350 yaitu dengan c-JI ~I.
76
Te/ah menceritakan kepada kami Jbn Walci' dia berkata: Te/ah menceritakan kepada kami Muhammad ibn Basyar dari Zakariya dari Mush 'ab ibn Syaibah dari Shafiyah binti Syaibah dia berkata: Berkata 'Aisyah: Pada suatu pagi Rasulullah saw keluar membawa mantel bulu hitam, kemudian datang Hasan, maka beliau memasukkannya, kemudian berkata: Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dari kalian dosa wahai ahlul bait dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya.
Telah menceritakan kepada kami Jbn Waki' dia berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad ibn Bakr dari Hammad ibn Salamah dari 'Ali ibn Zaid dari Anas. Sesungguhnya Rasulullah saw selalu melewati rumah Fathimah selama enam bulan dan setiap kali ke!uar untuk shalat beliau mengatakan: Shala! wahai ahlul bait, sesungguhnya Allah bermaksud menghilangkan dari kalian dosa dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya.
3
at-Tirrnidzi telah rnctiwayatkan hadis ini dalarn (Tafsir snrat al-Ahzab bab 8).
77
Te/ah menceritakan kepadaku Musa ibn 'Abd ar-Rahman al-Masruqi dia berkata: Te/ah menceritakan kepada kami Yahya ibn Ibrahim ibn Suwaid an-Nakh 'i dari Hi/al ya/mi lbn Maqlash dari Zubaid dari Syahr ibn Hausyab dari Ummu Salamah dia berkata: Adalah Nabi Muhammad smv, Ali, Fathimah, Hasan, dan Husain di sisiku, maka kubuatkan untuk mereka khuzairah (.Yejenis makanan yang terbuat dari tepung dan daging) mereka makan dan tertidur, kemudian beliau membentangkan kain dan berkata: Ya Allah mereka ada!ah ahlul baitku, hilangkanlah dari mere/ca dosa dan bersihkanlah sebersih-bersihnya.
Telah menceritakan kepada kami lbn Waki' dia berkata: Te/ah menceritakan kepada kami Abu Na 'im dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Yunus ibn Abi lshaq dia berkata: Telah mengabarkan kepadaku Abu Daud dari Abi al-Hamra' dia berkata: Aku tinggal di Madinah tujuh bulan di masa Nabi smv, aku menyaksikan Nabi smv bi/a terbit fqjar mendatangi 'Ali dan Fathimah dan berkata: Shalat, shalat sesungguhnya Allah bemwksud hendak menghilangkan dar·i kalian dosa wahai ahlulbait da11111embersihka11 kalian sebersih-bersihnya.
4
at-Tinnidzi tclah mcriwayatkan hadis ini dalam (Tafsir surat al-Ahzab bab 8) dan imam Ahmad ibn Hanbal dalam al-Musnad hadis nomor 26570.
78
Te/ah menceritakan kepadaku 'Abd al-A 'la ibn Washil dia berkata: Te/ah menceritakan kepada kami al-radhl i bn Dakin dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Yunus ibn Abi Ishaq dengan sanadnya dari Nabi saw, seperti bunyi hadis di atas.
Te/ah menceritakan kepada kami 'Abd al-A 'la ibn Washil dia berkata: Te/ah menceritakan kepada kami al-l•adhl ibn Dakin dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abd as-Salam al-Harb dari Kultsum al-Maharibi dari Abi 'Ammar dia berkata: Sesungguhnya aku duduk bersama Watsilah ibn al-Asqa' ketika mereka membicarakan 'Ali ra dan mengumpatnya, maka ketika merelw bangun dia berkata: Duduk!ah sehingga aku khabarkan kepadamu mengenai orang yang kalian umpat tadi. Sesungguhnya aku disisi Rasulullah saw ketika itu datang 'Ali, Fathimah, Hasan, dan Husain, maka beliau membentangkan kepada mereka kain kemudian 5
Aluuad ibn Hanbal telah meriwayatkan hadis ini dalam al-lvlusnad hadis nomor 16985.
79
berkata: Ya Allah, mereka adalah ahlu baitku, ya Allah hilangkan bagi mereka dosa dan bersihkanlah mereka sebersih-besihnya. Aku berkata: Ya Rasulullah dan aku? Berkata beliau: Dan engkau. Dia berkata: Demi Allah se.sungguhnya ini adalah benar terjadi.
6
"'tr.,
• -~..)
Telah menceritakan kepadaku 'Abd al-Karim ibn Abi 'Amir dia berkata: Te/ah menceritakan kepada kami al-Walid ibn Muslim dia berkata: Te/ah menceritakan kepada kami Abu 'Amru dia berkata: Te/ah menceritakan kepadaku Syaddad Abu 'Ammar dia berkata: Aku mendengar Washilah ibn al-Asqa' bercerita dan berkata: Aku bertanya mengenai 'Ali ibn Abi Thalib di rumahnya, maim berkata Fathimah: 6
Jbid
80
Dia telah pergi menemui Rasulullah saw. Tiba-tiba dia datang. Maka Rasulullah masuk dan aku pun masuk. Rasulullah duduk di atas kasur dan mendudukkan Fathimah disisi kanannya, 'Ali disisi kirinya, Hasan dan Husain diantara kedua tangannya, kemudian beliau menyelubungi mereka dengan bajunya dan berkata: Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dari kalian dosa hai ahlul bait dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya. Ya Allah mereka adalah keluargaku, ya Allah keluargaku adalah lebih berhaq. Watsilah berkata: lvfaka aku bertanya dari pojok rumah: Dan aku dari keluargamu wahai Rasulullah? Beliau berkata: Dan engkau dari keluargaku. Berkata Watsilah: Sesungguhnya aku tidak membutuhkan yang selain itu.
Telah menceritakan kepadaku Abu Kuraib dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Waki' dari 'Abd al-Hamid ilm Bahram dari Syahr ibn Hawsyab dari Fadhil ibn Marzuq dari 'Athiyyah dari Abi Sa 'id al-Khudri dari Ummu Salamah dia berkata: Ketika ayat ini turun (Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dari kalian dosa wahai ahlul bait dan hendak membesihkan kalian sebersih-bersihnya) Rasulullah memanggil 'Ali, Fathimah, Hasan, dan Husain di:m membentangkan di atas mereka kain khaibar dan berkata: Ya Allah mereka adalah ahlu baitku, ya Allah 7
at-Tinnidzi tclah meriwayatkan hadis Ummu Salamah ini dalam (Tafsir surat al-Al1zab bab 8) dan imam Ahmad ibn Haubal dalam a/-Musnad hadis nomor 26570.
81
hilangkanlah dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya. Berkata Ummu Salamah: Bukankah aku dari mereka? Beliau berkata: Engkau mem!ju kebaikan.
-.J -4.'~.JC .:&I ~
~t r_ . . ·<.:JUI\,· . ~
11
(.$',
o.,.w ,,'~ '' '. iT .-Jra ,-.::..W11 ~ •
•
-
•••
Te/ah menceritakan kepada kami Abu Kuraib dia berkata: Te/ah menceritakan kepada kami Mush 'ab ibn al-Maqdam dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sa'id ibn Zarbi dari Muhammad ibn Sirin dari Abu Hurairah dari Ummu Salamah dia berkata: Fathimah mendatangi Rasulullah saw, dan aku buatkan makanan dalam periuk dan ku letakkan di depannya. Kemudian beliau berkata: Di mana suamimu dan anak-anakmu? Maka Fahimah menjawab: Di mmah. Berkata Rasulullah: Panggillah mereka. Maka Fathimah mendatangi 'Ali dan berkata: Nabi saw memanggi/11111 dan anak-anakmu. Berkata Ummu Salamah: Ketika beliau melihat 8
26612.
Ahmad ibn Hanbal telah meriwayatkan hadis ini dalam al-Mus11ad hadis nomor 26570 dan
82
mereka maka disambut dengan memanjangkan kain ke atas mereka dan mendudukkan mereka dekatnya. Kemudian beliau mengambil keempat l{jung kain dengan tangan /drinya dan meletakkan di alas kepala mereka sambil mengangkat tangannya yang kanan kepada Tuhannya dan berkata: Mereka adalah ahlul bait, maka hilangkanlah dari mereka dosa dan bersihkanlah mere/ca sebersih-bersihnya.
9
, , ,,
-~
2iil - . - '· .'.' ·'- ~\ - '·: :_ 1\ -
~_)~ .J~ .J
:.t:.J,,t; -
Te/ah menceritakan kepada kami Abu Kuraib dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Hasan ibn 'Athiyyah dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Fadhil ibn Marzuq dari 'Athiyyah dari Abu Sa 'id dari Ummu Salamah istri Nabi saw, sesungguhnya ayat ini turun di rumahnya (Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dari kalian dosa hai ahlul bait dan membersihkan kalian sebersihbersihnya). Berkata Ummu Salamah: Dan aku duduk di pintu rumah, maka aku berkata: Aku ya Rasulullah, bukankah aim dari ahlul bait? Beliau berkata: Sesungguhnya engkau menuju kebaikan, engkau termasuk istri Nabi saw. Berkata Ummu Salamah: Dan di nimah Rasulullah saw, 'Ali, Fathimah, al-Hasan, dan a/Husain radhiyallahu 'anhum.
9
!hid
83
Te/ah menceritakan kepada kami Abu Kuraib dia berkata: Te/ah menceritakan kepada kami Khalid ibn Makh!ad dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Musa ibn Ya 'qub dia berkata: Telah menceritakan kepadaku Hasyim ibn Hasyim ibn 'Athiyyah ibn Abu Wqfas dari 'Abdullah ibn Wahab ibn Zum 'ah dia berkata: Telah mengabarkan kepadaku Ummu Salamah sesungguhnya Rasulullah saw mengumpulkan 'Ali, Hasan dan Husain kemudian memasukkan mereka ke bawah bqjunya dan berdo 'a kepada Allah. Kemudian berkata: Mereka adalah ahlu baitku. Berkata Ummu Salamah: Ya Rasulullah masukkan aku bersama mereka. Berkata beliau: Sesungguhnya engkau termasuk ahli (keluarga) ku.
- ' ,• - '" -_ , • W::>C. UC f UC
y>C
,_, • , - , - ,• - ~· iY. ~ UC
-~\ ..\.\JC
-
~-,
r...r• .
"I '1' u . ,L.4J.l..ul I
i.J ~
' • , ,~ . - '
iY.
84
.10~
Te/ah menceritakan kepadaku Ahmad ibn Muhammad ath-Thusi dia berkata: Telah menceritakan kepada kami 'Abd ar-Rahman ibn Shalih dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibn Sulaiman al-Ashbahani dari Yahya ibn 'A bid al-Maki dari 'Atha' dari 'Umar ibn Abu Salamah dia berkata: Ayat ini turun kepada Nabi saw dan beliau berada di rumah Ummu Sa!amah (Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dari kalian dosa wahai ahlul bait dan hendak membersihkan kalian sebersih-besihnya). Maka beliau memanggil Hasan, Husain, Fathimah dan mendudukkan mereka di depannya. Kemudian beliau memanggil 'Ali dan mendudukkannya di belakangnya. A1aka menyatulah beliau dengan mereka dalam satu kain kemudian berkata: Mereka adalah ahlu baitku, hilangkanlah dari mereka dosa dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya. Berkata Ummu Salamah: Aku termasuk istri Nabi saw dan aku menuju kebaikan.
Te/ah menceritakan kepadaku Muhammad ibn 'Ammarah dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Jsma 'ii ibn Abban dia berkata: Te/ah menceritakan kepada kami ash-Shabah ibn Yahya a!-Marriyyi dari as-Sadi dari Abu ad-Dailami dia berkata: Berkata 'Ali ibn al-Husain kepada seseorang dari negeri Syam. Sudahkah engkau membaca dalam surat al-Ahzab (,Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dari kalian dosa wahai ahlul bait dan hendak membersihkan
0
at-Tinnidzi telah meriwayatkan hadis ini dalam (Tafsir surat al·Ahzab bab 7 dan Manaqib bab 31) dengan lafaz ( _;,;;.. _,.b WJI J .ilits. _,.b WJI :JI.' ~.i!il ;:,.;J l,i ~ Lll J ::W... rl wlll.......... ). '
85
kalian sebersih-bersihnya). Berkata orang itu: Bukankah engkau itu termasuk mereka? Dia berkata: Ya.
Te/ah menceritakan kepada kami Jbn al-Matsani dia berkata: Te/ah menceritakan kepada kami Abu Bala· al-Hanafi dia berkata: Te/ah menceritakan kepada kami Bakir ibn Masmar dia berkata: Aku mendengar 'Amir ibn Sa 'ad dia berkata: Berkata Sa 'ad: Berkata Rasulullah saw ketika turun wahyu kepadanya: Jvfaka beliau memasukkan 'Ali, kedua anaknya (Hasan dan Husain), dan Fathimah ke bawah baju beliau, kemudian berkata: Ya Tuhan, mereka ahliku dan ahlu baitiku.
86
Telah menceritakan kepada kami Ibn Hamid dia berkata: Te/ah menceritakan kepada kami 'Abdullah ibn 'Abd al-Quddus dari al-A 'masy dari Hakim ibn Sa 'ad dia berkata: Kami membicarakan 'Ali ibn Abu 17ialib ra ketika Ummu Salamah berkata: Kepadanya Umm (Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian wahai ahlul bait dan hendak membersihkan kalian sebersih-bersihnya). Berkata Ummu Salamah: Rasulullah saw datang ke nimahku dan berkata: Jangan engkau beri izin masuk kepada siapa pun. Maka datang fathimah dan aku tidak dapat menghalanginya kepada ayahnya. Kemudian datang al-Hasan dan aku tidak dapat melarangnya untuk masuk menemui kakek dan ibunya. Kemudian datang a/Husain dan aku tidak dapat menghalanginya. Maka berkumpullah di sekitar Nabi saw dalam kamar. Maka Nabi smv menyelubungi mereka dengan kain, kemudian berkata: Mereka adalah ahlu baitku, maka hilangkanlah dari mereka dosa dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya. Ayat ini turun ket1ka mereka berkumpul dalam kamar. Berkata Ummu Salamah: Maka aku berkata: Y.2 Rasulullah dan aku? Belim1 berkata: Demi Allah beliau tidak berkata 'ya" dan berkata: Engkau menuju kebaikan.
2. Ahlul bait adalah para istri Nabi saw.
Kelompok kedua adalah mereka yang mengatakan bahwa makna kata "ahlul
bait" adalah para istri Nabi saw. Mereka menguatkan pendapatnya dengan sebuah hadis dari 'Ikrimah, yaitu:
87
Te/ah menceritakan kepada kami Ibn Hamid dia berkata: Te/ah menceritakan kepada kami Yahya ibn Wadhih dia berkata: Te/ah menceritakan kepada kami al-Ashbagh dari 'Alqamah dia berkata: Ada/ah 'Ikrimah berteriak di pasar (Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian wahai ahlul bait dan membersihkan kalian sebersih-bersilmya). Dia berkata: Tunm khusus kepada istriistri Nabi saja.
Demikianlah penafsiran imam ath-Thabari seputar surat al-Ahzab ayat 33 dalam kitab tafsirnya. Dalam
keterangannya di atas imam ath-Thabari menyatakan adanya
perbedaan (ikhtilaj) di kalangan ahli ta 'wit (tafsir) dalam mengartikan kata "ahlul
bait". Dan beliau ternyata hanya mengetengahkan dua penafsiran yang berbeda dari para ulama tafsir seputar kata "ahlul bait" dari berbagai macam penafsiran yang ada sebagaimana yang telah penulis ungkapkan u
Beliau sendiri ternyata tidak
mengomentari perbedaan (ikhtilqf) tersebut dengan memilih pendapat yang Iebih benar atau memberikan penafsiran beliau sendiri. Begitu juga terhadap para perawi hadis (sanad) di dalaimiya yang bersih dari kritikan beliau. 12 Dai·i sini penulis berkesimpulan bahwa malma kata "ahlul bait" menurut imam ath-Thabari terbagi menjada dua pendapat. Yang pertama adalah terdiri dari Rasulullah saw., 'Ali bin 11
Lihat tulisan penulis dalam bab III halaman 33-57.
12
Dalam mctode pembahasan tafsimya ath-Thabari mcnuturkan riwayat-riwayat yang berkaitan dengan pcnafsiran ayat, baik riwayat yang shahih atau yang tidak shahih. la terkadang mengkritiknya tetapi terkadang pula membiarkannya. Sctelah itu ia menjelaskan penafsirannya scndiri tanpa mengikatnya, kecuali bila penafsiran itu sudah pasti benar.
88
Abi Thalib ra., Fathimah ra., al-Hasan ra., dan al-Husain ra. dan yang kedua adalah para istri Nabi Muhammad saw.
BABV
PE NUT UP
A. Kesimpulan 1. Imam
at-Thabari
adalah
seorang
figur
ulama generasi
tabi ' at-tabi 'in
multidisipliner yang tidak dimiliki oleh ulama semasanya, syaikh al-mufassirin (guru para ahli tafsir), ahli hadis, ahli fiqh, ahli tarikh Islam (sejarah Islam), ahli
qira 'ah (bacaan), ahli tata bahasa, dan berbagai disiplin ilmu yang lain sehingga tiada bandingan di zamannya. 2. Penafsiran kata "Ahlul Bait" dalam surat al-Ahzab ayat 33 yang paling tepat dan
selamat adalah sebagaimana yang dikeluarkan oleh Jumhurul al-mujassirin dan imam ath-Thabari sendiri dalam kitab tafsimya yang monumental "Jami' al-
Bayan Fi Ta/sir al-Qur 'an" yaitu terdiri dari dua pihak: a) Rasulullah saw., 'Ali ibn Abi Thalib ra., Fathimah ra., al-Hasan ra., dan alHusain ra. (Ahlul Kisa' atau "Ahlul Aba '). b) Ummahat al- Mu'minin (istri-istri Rasulullah saw).
B. Saran-saran
1. Perlunya diberikan pengetahuan kepada kaum muslim yang masih awam mengenai siapakah yang dimaksud dengan "ahlul bait" Nabi Muhammad saw.
89
90
dalam surat al-Ahzab ayat 33 dan keutamaan-keutamaan mereka disisi Allah swt. dan Rasulullah saw. 2. Kepada masyarakat muslim hendaknya tidak terperosok dalam sikap kultus individu berlebihan terhadap ahlu bait Nabi saw. dan keturunannya -sebagaimana golongan Syi 'ah rajidlah yang menganggap mereka ma 'sum (bebas dari dosa)karena sesungguhnya mereka adalah manusia biasa yang kemungkinan bisa berbuat salah dan dosa hanya yang berbeda mereka adalah keturunan langsung dari sang manusia suci Rasulullah saw. dan berasal dari darah dagingnya. 3. Adanya perbedaan pandangan dalam menafsirkan kata ahlul bait Nabi saw. hendaknya
tidak
menjadikan
perpecahan dikalangan umat
Islam namun
sebaliknya ha! itu hendaknya dijadikan sebagai penambah kekayaan khazanah intelektualitas muslim. 4. Kepada para orang tua muslim diwajibkan menanamkan pendidikan sejak usia dini kepada anak-anaknya untuk mencintai Rasulullah saw. dan keluarganya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur 'an dan Te1.1emahnya, al-Madinah al-Munawwarah: Mujamma' Khadim alHaramain asy-Syarifain al-Malik Fahd Ii thiba'at al-Mush-haf asy-Syarif, Terj. Depag RI, 1990 Afriqi, Ibn al-Manzur al-, Lisan al-Arab, Beirut: Dar as-Sadr, 1994, Juz 11 Albani, Muhammad Nashiruddin al-, Silsilah al-Hadits ash-Shahihah, Beirut: Dar alFikr, 1996, Jilid 4 Ali,
Abdullah Yusuf, Qur 'an Terjemahan dan Firdaus,1994, Terj. Ali Audah, Cet. ke-1
Tafsirnya,
Jakarta:
Pustaka
Alusi, al-, Ruh al-Ma 'ani, Beirut: Dar al-Fikr, 1994, Juz 21 Amanah, Siti, Dra. Hj., Pengantar Ilmu al-Qur 'an dan Tcifsir, Semarang: CV asySyifa' 1993, Cet. ke-3 Anwar, Rosihan Drs., M.ag., Melacak Unsur-unsur Jsra 'ili;yat Dalam Ta/sir ath7habari dan Tqfsir Jbn Katsir, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999 Baghawi, al-, Ma'alim at-Tanzi/, Fi at-Tqfsir wa at-Ta'wil, Beirut: Dar al-Fikr, 1985, Jilid 4 Baghdadi, al-, Tarikh al-Baghdad, Madinah: al-Maktabah as-Salafiyah, t.t., Jilid 2 Baghdadi, Muhammad al-Jauzi al-Quraisyi al-, Zaad al-Masir Fi 'Jim at-Ta/sir, Beirut: Dar al-Fikr, 1987, Cet. ke-6 Baihaqi, al-, as-Sunan al-Kubra, Beirut: Dar al-Fikr, t.t., Jilid 2 Hamawi, Yaqut al-, "ath-Thabari", Mu 'jam al-Udaba ', Beirut: Dar al-Fikr, 1980, Jilid 18 Hanbal, Ahmad Ibn, al-Musnad, Beirut: Dar al-Fikr, t.t., Jilid 6 Hanbali, Abi al-Falah Abd al-Hafi ibn al-Imad al-, Syazarat az-Zahabi Fi Akhbar Man Zahab, Beirut: Dar al-Fikr, t.t., Jilid 3 Hasan, Ibrahim, Tarikh Islam, Mesir: Maktabah an-Nadlah, 1979 Hanafi, az-Zabidi al-, Taj al- 'Urus Min Jawahir a!-Qamus, Beirut: Dar al-Fikr, 1994 91
92
Hamn, Salman, Prof Dr. H., (ed.), "Ahl", Ensik/opedi a/-Qur'an, Jaka1ia: Yayasan Bimantara, 1997 Hayyan, Abu, al-Bahr al-Muhith, Beirut: Dar al-Ji!, 1995, Jilid 4 Hibban, Ibn, Shahih Jbn Hibban, Beirut: Dar al-Fikr, 1997, Jilid 15 Hufi, Ahmad Muhammad al-, ath-Thabari, Kaira: al-Majlis al-A'la Lisyuni alIslamiyah, 1970 Husaini, H.M.H. al-Hamid al-, Pembahasan Tuntas Perihai Khilafiyah, Bandung: Yayasan al-Hamidy, 1997, Cet. ke-2 Isma'il, Muhammad Bakr, Jbn Jarir ath-T'habari wa Manhajuh Fi at-Tafsir, Kaira: Dar al-Manar, 1991 Jalal, Abdul, Sejarah Perkembangan Tafsir, Bandung: IAIN Sunan Gunung Jati Press, 1991 Katsir, Ibn, Tafsir al-Qur 'an al- 'Azhim, Beirut: Dar al-Fikr, t.t , Jilid 3 Khatib, Muhammad 'Ajjaj al-, Ushul al-Hadits wa Mushthalahu, Beirut: Dar al-Fikr, 1989 Khazin, al-, Lubab at-Ta 'ivil, F'i Ma 'ani at-Tanzi!, Dar al-Fikr, 1979, Jilid 3 Mahalli, Jalaluddin as-Suyuti dan Jalaluddin al-, Tafsir Jalalain, Surabaya: Piramid, t.t., Juz 2 Makhluf, Hasanain Muhammad, Kamus al-Qur 'an, Terj. Drs. Heri Noer Aly, Bandung: Gema Risalah Press, 1996, Cet. ke- 2 Maraghi, Ahmad Mushthafa al-, Tqfsir al-Maraghi, Beirut: Dar al-Fikr, t.t., Jilid 8 Mawardi, Abu al-Hasan al-, Tqfsir al-Mawardi, Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, t.t., Jilid 4 Muhdlar, Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum, 1996, Cet. ke-1 Muhdlar, Hamid Abu Bakar al-, Pandangan Ibn Taimiyah dan Ibn Qayyim Terhadap Ahli Bait Nabi saw., Terj. Samsuri, Bandar Lampung: al-Iman, 1987
93
Munawwir, Ahmad Warsan, Kamus al-Munawwir, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997 Muslim, Imam, al-Jami' ash-Shahih, Beirut: Dar al-Fikr, t.t., Jilid 4, Juz 7 Nabhani, Yusuf Ibn Isma'il an-, Syarqf al-Mu 'abbad Li Ali !Muhammad saw., Kaira: Mushthafa al-Babi al-Halbi, 1973, Cet. ke-2 Naisaburi, Abu al-Hasan Ali ibn Ahmad al-Wahidi an-, Asbab an-Nuzul, Beirut: Dar al-Fikr, 1991 Naisaburi, al-Hakim an-, al-Mustadrak 'Ala ash-Shahihain, Beirut: Muhammad Amin Ramj, t.t., Juz 3 Namr, Abd al-Mun'in al-, 'Jim at-Tafsir; Kaif Nasya'a aw Tatawwara Ila 'Ashrina al-Hadits, Beirut: Dar al-Kitab al-Libanoni, 1985 Nasfi, Ibn al-Barakat Abdullah an-, Madarik at-Tanzi/ wa Haqa 'iq at-Ta 'wit, Beirut: Dar al-Filer, t.t., Jilid 3 Nasution, Harun, Prof Dr. (ed.), "Ahlul Bait", Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1992 Nuh, K.H. Abdullah Bin, Keutamaan Keluarga Rasulullah saw., Semarang: CV Toha Putra, 1989, Cet. ke-1 Qasimi, Muhammad Jamaluddin al-, Mahasin at-Ta \vii, Beirut: Dar al-Fikr, 1978, Jilid 8, Juz 13 Qattan, Manna' IG1alil al-, Studi Ilmu-ilmu Qur 'an, Terj. Drs. Mudzakir AS., Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1996, Cet. ke-3 Qurthubi, Abu 'Abdillah al-, al-Jami' al-Ahkam al-Qur'an, Beirut: Dar al-Fila, 1987, Juz 14 Razi, al-Fakhr ar-, Majatih al-Ghaib, Beirut: Dar al-Filer, 1994, Jilid 13 Sawi, Mushthafa as-, Manahij at-Taj~ir, Iskandariyah: Mansya'ah al-Ma'arif, t.t. Shabban, Muhammad Ali, Teladan Suci Keluarga Nabi; Akhlak dan Keajaibankeqjaibannya, Terj. Idrus H. alKaf, Bandung: al-Mizan, 1996, Cet. ke-7 Shabuni, Muhammad Ali ash-, Shqfiv at-Tajasir, Kaira: Dar ash-Shabuni, t.t., Jilid 2
94
Shadeqi, Ali Akbar, Dr., Pesan Terakhir Rm11l11llah saw.; Terjemah Lengkap Khutbah Nabi smv. di Ghadir Khum (18 Dzulhijiah JO H), Terj. Husen Shahab, Jakarta: Lembaga Duta llmu, 1998 Shihab, Quraish, "Ibn Jarir ath-Thabari", Ufumuf Qur 'an, (Vol. I, 1989), h. 44 Suyuthi, Jalaluddin as-, al-!tqanFi 'Ulum al-Qur'an, Beirut:Dar al-Fikr, 1991, Jilid 2
___,1habaqat al-Mufassirin, Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, 1982 ___ ,ad-Durr al-Mantsur, Beirut: Dar al-Fikr, 1990, Juz 22 Syaibah, lbn, Mushannaf !bn Syaibah, Beirut: Dar al-Fikr, t. t., Jilid 12 Syarif, Mahmud asy-, ath-7habari wa Manhajuh Fi 1984
at-Taj~ir,
Jeddah: Dar al-Ukaz,
Syaukani, Muhammad Ibn Ali as-, Fath al-Qadir, Beirut: Dar al-Fikr, t.t., Jilid 4 Syinqithi, Muhammad Amin asy-, Adwa' al-Bayan, Beirut: Dar al-Fikr, 1995, Juz 6 Syirbashi, Alunad asy-, Sejarah Ta/sir Qur 'an, Terj. Pustaka Firdaus, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996, Cet. ke-4 Taftazani, Abu al-Wafa al-Ghunaimi at-, S1!fi Dari Zaman ke Zaman, Bandung: Pustaka, 1985 Thabarani, ath, al-Mu jam al-Kabir, Beirut: Dar al-Fikr, t.t., Cet. ke-2, Juz 22 Thabari, Muhammad Ibn Jarir ath-, Jami' al-Bayan Fi Ta/sir al-Qur 'an, Beirut: Dar al-Fikr, 1988, Juz 12
, Tarikh al-Umam wa al-Mulk, Beirut: Dar al-Fikr, t. t., Jilid 1 Thabathaba'i, Muhammad Husain, al-Mizan, Beirut: Dar al-Fikr, 1973, Jilid 16 Thabrasi, imam ath, Mqjma' al-Bayan 1'1 Jilid 16
Taj~ir
al-Qur 'an, Beirut: Dar al-Fikr, 1994,
Tirmidzi, Imam at-, Sunan at-Tirmidzi, Beirut: Dar al-Fikr, 1994, Juz 5 Yu nus, Abdul Hamid, (ed.), "ath-Thabari", Dairatul Ma 'arif al-.fslamiyah, t. t., Juz 13
95
Yunus, Mahmud, Prof Dr., Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1989 Zahab, Muhammad Husen az-, Dr., at-Tqf~ir wa al-Mufassimn, Mesir: Dar alMaktabah al-Haditsab, 1976, Jilid l Zarqani, Muhammad 'Abd al-'Azhim az-Zarqani, Manahil al- 'Iifan Fi 'Ulum alQur 'an, Beirut: Dar al-Fikr, 1990, Jilid 2 Zhahir, Ihsan Ilahi, Prof Dr., Sy'iah Berbohong Atas Nama Ahlul Bait, Terj. Bey Arifin dan Mu'ammal Hamidy, Surabaya: PT Bina llmu . 1988, Cet. ke-2