2.1 Tinjauan Pustaka Keberadaan lahan sawah memberi manfaat yang sangat luas secara ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu, hilangnya lahan sawah akibat dikonversi ke penggunaan non pertanian akan mengurangi manfaat dari lahan. Namun, itu hanya dinilai secara ekonomi karena ada pasarnya (tangible and marketabel goods), sedangkan lahan sawah sulit
dinilai karena lebih
mengedepankan pada manfaat lingkungan dan sosial, bukan semata ekonomi (Sitorus, 2001). Penggunaan konversi lahan sawah tidak terlepas dari situasi ekonomi secara keseluruhan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menyebabkan beberapa sektor ekonomi tumbuh dengan cepat. Pertumbuhan sektor ekonomi akan membutuhkan lahan yang lebih luas. Apabila lahan sawah letaknya lebih dekat dengan sumber ekonomi maka akan menggeser penggunaannya kebentuk lain, untuk perumahan (real estate), industri manufaktur dan fasilitas infrastruktur. Hal ini terjadi karena land rent per satuan luas yang diperoleh dari aktivitas baru lebih tinggi daripada yang dihasilkan sawah. Namun konversi lahan sawah yang terjadi ditentukan juga oleh pertumbuhan sektor tanaman pangan (Ashari, 2003). Disini internal sektor pertanian, berbagai karakteristik dari usaha tani sendiri belum sepenuhnya mendukung kearah pelaksanaan pelestarian lahan pertanian yang ada. Sempitnya rata-rata luas lahan yang diusahakan petani karena proses pragmentasi. Sempitnya lahan berakibat pada tidak tercukupinya hasil kegiatan usaha pertanian teknologi baru untuk peningkatan produktivitas, yang terjadi kemudian bukan moderenisasi tapi penjualan lahan sawah untuk penggunaan lainnya (konversi lahan sawah). Hal ini yang memperparah adalah
Universitas Sumatera Utara
dengan adanya desentralisasi maka daerah berlomba-lomba untuk meningkatkan pertumbuhan untuk pendapatan daerah yang lebih besar. Selanjutnya daerah mengutamakan pengembangan sarana dan prasarana fisik yang juga berakibat pada penggunaan lahan sawah secara langsung atau peningkatan nilai lahan (land rent) karena penawaran yang lebih baik (Fauzi, 2002). Sektor
lain,
pertumbuhan
perekonomian
menuntut
pembangunan
infrastruktur baik berupa jalan, bangunan industri dan perumahan (real estate). Dengan kondisi demikian, diduga permintaan lahan untuk penggunaan berbagai sektor itu semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan banyak lahan sawah, terutama yang berada di sekitar perkotaan, mengalami konversi ke penggunaan lain. Di samping itu, dalam sektor pertanian itu sendiri, kurangnya insentif pada usahatani lahan sawah diduga akan menyebabkan terjadi konversi lahan ke tanaman pertanian lainnya. Permasalahan di atas diperkirakan akan mengancam kesinambungan produksi beras nasional. Karena beras merupakan bahan pangan utama, oleh karena itu isu konversi lahan perlu mendapat perhatian. Jika tidak ketergantungan pada impor akan semakin meningkat. Sementara itu pasar beras internasional sifatnya thin market. Artinya ketergantungan terhadap impor sifatnya tidak stabil dan akan menimbulkan kerawanan pangan dan pada gilirannya akan mengancam kestabilan nasional (Ilham, dkk, 2003). Tujuan pembangunan pangan adalah menyediakan pangan yang cukup bagi masyarakat baik dari segi jumlah , mutu dan keragamannya. Kecukupan tersebut juga meliputi ketersediaan pangan secara terus menerus, merata di setiap daerah dan terjangkau daya beli masyarakat. Bertitik tolak dari tujuan
Universitas Sumatera Utara
pembangunan pangan dan sifat penanganannya maka ada 4 sukses yang perlu dicapai yaitu : 1. Sukses peningkatan ketahanan pangan 2. Sukses diversifikasi konsumsi pangan 3. Sukses peningkatan keamanan pangan dan 4. Sukses pengembangan kelembagaan. Dengan demikian peningkatan ketahanan pangan merupakan salah satu sukses pembangunan pangan (Aritonang, 2000). Masalah pangan adalah keadaan kelebihan pangan, kekurangan pangan dan/atau ketidakmampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan pangan. Masih adanya penduduk miskin, daerah rawan pangan, produksi pangan dihasilkan tidak merata antar wilayah dan sepanjang waktu, potensi SDA yang berbeda di masing-masing daerah akan berpengaruh terhadap distribusi dan pasokan bahan pangan. Kondisi ini, pada akhirnya akses pangan bagi setiap individu rumah tangga akan semakin menjadi rendah apabila ketersediaan pangan setempat terbatas, pasar tidak tersedia, transportasi terbatas, pendapatan rendah, pendidikan terbatas, pengangguran tinggi, budaya setempat belum memadai. Oleh sebab itu, peranan distribusi pangan yang terjangkau dan merata sepanjang waktu kiranya akan berpengaruh terhadap peningkatan akses pangan bagi setiap rumah tangga di dalam memenuhi kecukupan pangannya (Anonimus, 2011). Pada umumnya komoditi hasil pertanian memiliki beberapa sifat lemah dilihat dari sudut ekonomi pemasaran. a. perishable goods (product)
Universitas Sumatera Utara
artinya produk yang mudah busuk, mudah rusak atau tidak tahan lama misalnya sayur-sayuran, buah-buahan, ikan yang ditangkap pada pagi hari hanya beberapa jam saja sudah akan layu, layu berarti penurunan kualitas dan efeknya, harga jual jadi turun. Itu sebabnya pada pagi hari sayur-sayuran, ikan, daging cenderung harga yang ditawarkan tinggi sebagai kompensasi penurunan harga di siang/ sore hari. Sifat mudah rusak ini pun membuat hasil-hasil pertanian didalam pengangkutan banyak mengalami kerusakan dan hal ini oleh middlemen diperhitungkan sebagai biaya susut/rusak yang disebut marketing loss. Kedalamnya termasuk juga penyusutan dalam penyimpanan. Oleh sebab itu masalah tingginya marketing loss ini sebagai akibat dari sifat produk pertanian yang mudah rusak, sehingga perlakuan atas hasil pertanian sangat penting sekali, misalnya bahan pembungkus, alat transport khusus, tempat penyimpanan khusus seperti ruang pendingin, cara menyimpan, dan sebagainya. b.
Seasonal product (Berproduksi Secara Musiman) Meskipun teknologi pemeliharaan tanaman dan teknologi klimatologi
telah demikian maju, namun pengaruh musim terhadap tumbuhan/tanaman masih belum dapat diatur sepenuhnya oleh manusia. Panjangnya masa penyinaran (fotoperodisitas) atas tanaman, banyaknya curah hujan, bulan-bulan hujan, suhu udara, kelembaban, dll, belum dapat dikuasai teknologi sekarang. Oleh sebab itu kertergantungan produksi usahatani dan tumbuhan budidaya masih terletak pada musim. Contoh, musim buah-buahan, musim panen padi yang serentak. Sehingga pada musimnya produk melimpah dan harga turun. c.
Bulky atau Voluminous product
Universitas Sumatera Utara
Yang berarti produk usaha tani/pertanian sifatnya memakan ruangan atau tempat yang relatif besar sedangkan nilai produk itu sendiri relatif rendah. ( Sihombing, 2010 ). Pengelolaan distribusi dan akses pangan pada dasarnya diarahkan kepada sistem pendistribusian bahan pangan secara efisien dan efektif guna menjamin pasokan bahan pangan, stabilitas harga, pemerataan akses pangan, serta pemberdayaan peran aktif dunia usaha dan masyarakat. Untuk itu, aspek distribusi pangan juga harus didukung oleh kelembagaan usaha ekonomi yang kuat dan ditunjang dengan sarana/prasarana yang memadai sehingga pada akhirnya dapat mendorong terwujudnya tingkat stabilitas harga bahan pangan. Dengan peran aktif kelembagan dan didukung dengan sarana yang memadai dapat mendorong bahan pangan terdistribusikan dengan tepat waktu, terakses secara merata, dan stabilitas harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat (Anonimous, 2011). Saluran distribusi/pemasaran adalah rute dan status kepemilikan yang ditempuh oleh suatu produk ketika produk ini mengalir dari penyedia bahan mentah melalui produsen sampai ke konsumen akhir. Saluran ini terdiri dari semua lembaga atau pedagang perantara yang memasarkan produk atau barang/jasa dari produsen sampai ke konsumen. Di sepanjang saluran distribusi terjadi beragam pertukaran produk, pembayaran, kepemilikan dan informasi. Saluran distribusi diperlukan karena produsen menghasilkan produk dengan memberikan kegunaan bentuk (form utility) bagi konsumen setelah sampai ke tangannya, sedangkan lembaga penyalur membentuk atau memberikan kegunaan waktu, tempat dan pemilikan dari produk itu (Dillon, 1998).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Swastha ( 2000 ) Distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau pemakai industri. Sedangkan menurut Assauri ( 2002) Distribusi adalah “ lembaga - lembaga yang memasarkan produk, yang berupa barang atau jasa dari produsen sampai ke konsumen.” Menurut Sudiyono (2002) pemasaran pertanian termasuk komoditas pangan olahan adalah proses aliran komoditi yang disertai perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu, tempat dan bentuk yang dilakukan oleh lembaga pemasaran dengan melaksanakan satu atau lebih fungsi pemasaran. Kompleksitas permasalahan pemasaran komoditas pertanian menuntut adanya suatu pendekatan (approach). Pendekatan dapat diartikan sebagai cara pandang terhadap suatu masalah dari satu sisi sudut pandang tertentu, sehingga masalah menjadi jelas dan mudah untuk diselesaikan (Sudiyono, 2002). Selanjutnya dikatakan bahwa ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mempelajari sistem pemasaran yaitu pendekatan komoditi, pendekatan lembaga, pendekatan fungsi, pendekatan ekonomi dan pendekatan sistem. Pendekatan komoditi dilakukan dengan menetapkan komoditi yang diteliti dan diikuti aliran komoditi mulai dari produsen sampai konsumen akhir (Sudiyono, 2002). Kelebihan utama dari pendekatan ini adalah proses penyederhanaan, sehingga hanya dengan menitikberatkan pada suatu komoditi saja kompleksitas pemasaran pertanian dapat disederhanakan. Pendekatan serba fungsi mempelajari pemasaran dari segi penggolongan kegiatan (jasa) atau fungsi-fungsi (Swastha, 1990). Pendekatan ini dapat
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk membahas fungsi-fungsi tertentu, seperti pengolahan, jual eceran, transportasi, konsumsi, dll. Pendekatan lembaga pemasaran mempelajari pemasaran dari segi lembaga-lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran (Swastha, 1990). Tujuan lembaga ini adalah untuk mengetahui struktur yang berdaya guna dan berpengaruh terhadap biaya-biaya yang berkaitan dengan rugi laba. Pendekatan teori ekonomi menelaah pemasaran pertanian dalam teori ekonomi yang menggunakan konsep-konsep penawaran serta permintaan, pergeseran permintaan dan penawaran dan keseimbangan pasar. Pendekatan sistem diterapkan untuk menganalisa sistem pemasaran yang memerlukan pemahaman karakteristik sistem dari yang sederhana sampai yang kompleks yang meliputi : 1). Pemasaran merupakan proses ekonomi yang sedang dan berkembang 2). Sistem mempunyai pusat kontrol guna mengendalikan aktivitas-aktivitas Aliran produk dari produsen ke konsumen disertai dengan peningkatan nilai guna. Peningkatan nilai guna ini terwujud hanya apabila terdapat lembaga pemasaran yang melaksanakan fungsi pemasaran atas komoditas tersebut. Fungsifungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh lembaga pemasaran bermacam-macam yang pada prinsipnya terdapat 3 (tiga) fungsi yaitu : 1) fungsi pertukaran, 2) fungsi fisik dan 3) fungsi penyediaan fasilitas (Sudiyono, 2002). Fungsi pertukaran dalam pemasaran produk meliputi kegiatan yang menyangkut kegiatan pengalihan pemilikan. Fungsi pertukaran ini terdiri dari fungsi penjualan dan pembelian. Fungsi fisik meliputi pengangkutan dan penyimpanan, sedangkan fungsi penyediaan fasilitas pada hakekatnya adalah
Universitas Sumatera Utara
untuk memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Fungsi penyediaan fasilitas merupakan usaha-usaha perbaikan sistem pemasaran untuk meningkatkan efisiensi operasional dan penetapan harga. Fungsi penyediaan fasilitas ini meliputi standarisasi, penanggungan resiko, informasi harga dan penyediaan dana (Sudiyono, 2002). Saluran distribusi produk-produk agroindustri terutama dibutuhkan karena adanya perbedaan yang menimbulkan celah-celah atau kesenjangan (gap) diantara produksi dan konsumsi, yang terdiri dari: 1. Geographical gap : perbedaan jarak geografis yang disebabkan oleh perbedaan tempat pusat produksi dengan lokasi konsumen yang tersebar dimana-mana, sehingga jarak yang semakin jauh menimbulkan peranan lembaga penyalur menjadi bertambah penting ; 2. Time gap : perbedaan jarak waktu yang disebabkan oleh celah waktu yang terjadi antara produksi dan konsumsi dari produk-produk yang dihasilkan secara besar-besaran. Hal ini terjadi karena pembelian dan konsumsi produk timbul dalam waktu tertentu, sedangkan produksi dilakukan secara lebih hemat dengan kegiatan produksi yang terus menerus, sehingga terdapat perbedaan waktu antara saat produksi dengan saat konsumsi atau penggunaannya ; 3. Quantity gap : dimana produksi dilakukan dalam skala besar untuk memperoleh biaya per unit/satuan rendah, sedangkan konsumsi dalam jumlah yang kecil-kecil untuk jenis produk pada saat tertentu ; 4. Variety
gap
:
sebagian
besar
produsen/perusahaan
agroindustri
menspesialisasikan dirinya dalam memproduksi produk tertentu, sedangkan
Universitas Sumatera Utara
konsumen menginginkan produk yang beraneka ragam, sesuai dengan selera atau cita rasanya. 5. communication & information gap : konsumen sering tidak mengetahui sumber-sumber produksi dari produk-produk agroindustri yang dibutuhkan, sedangkan produsen tidak mengetahui siapa dan dimana konsumen potensial berada. Akibatnya dibutuhkan fungsi distribusi yang dijalankan dalam saluran distribusi yang ada (Dillon, 1998).
2.2 Landasan Teori Pada dasarnya keseluruhan aktivitas ekonomi dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu: a. aktivitas produksi b. aktivitas konsumsi c. aktivitas distribusi dari sini terbentuk tiga sektor kegiatan ekonomi dan terjadi diseluruh kehidupan ekonomi. Sektor DISTRIBUSI
Sektor PRODUKSI
Sektor KONSUMSI
Gambar 2.1. Bagan Aktivitas Ekonomi Disektor produksi, barang-barang dan jasa dihasilkan, disektor konsumsi barang-barang dan jasa dikonsumsi oleh para konsumen. Jarak antara kedua sektor sangat relative. Ada yang jauh dan ada yang dekat. Umumnya jarak fisik produksi dan konsumsi hasil pertanian/usahatani relatif cukup jauh, karena usahatani
Universitas Sumatera Utara
berada dipelosok desa yang membutuhkan areal yang cukup luas. Oleh karena itu, jarak ini harus dijembatani agar barang-barang yang dibutuhkan oleh konsumen memenuhi azas yaitu tempat, jumlah, waktu, mutu, jenis dan pada tingkat harga yang layak dibayar konsumen. Sektor distribusilah yang merupakan jembatan penghubung tersebut. Sektor ini yang bertanggung jawab memindahkan, mengalokasikan, mendayagunakan, menganekaragamkan barang-barang yang dihasilkan disektor produksi. Bergeraknya barang-barang dari sektor produksi ke sektor konsumen akan membentuk suatu perjalanan. Jalan yang ditempuh barang tersebut akan mengalami perpindahan tangan atau hak (ownership utility), satu, dua atau sejumlah tangan. Jalan atau saluran yang dijalani/ditempuh oleh barang-barang ini disebut mata rantai saluran tata niaga (marketing channel). Sering juga disingkat dengan mata rantai tata niaga atau saluran tata niaga ( Sihombing, 2010). Tata niaga pertanian adalah proses aliran komoditi yang disertai perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu, guna tempat dan guna bentuk, yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tata niaga dengan melaksanakan satu atau lebih fungsi-fungsi tata niaga. Ditinjau dari aspek ekonomi kegiatan tata niaga pertanian dikatakan sebagai kegiatan produktif sebab tata niaga pertanian dapat meningkatkan guna waktu, guna tempat, guna bentuk, dan guna pemilikan (Sudiyono, 2004). Umumnya defenisi yang memberikan gambaran tentang saluran distribusi sebagai suatu rute atau jalur. Saluran adalah sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu. Saluran melaksanakan
Universitas Sumatera Utara
dua kegiatan penting untuk mencapai tujuan, yaitu mengadakan penggolongan produk dan mendistribusikannya (Swastha, 1999). Komoditi pertanian dipasarkan melalui suatu jalur atau rute yang disebut saluran tata niaga atau jalur distribusi. Di dalam jalur tataniaga ini terdapat pedagang perantara (middlemen) yang menyalurkan komoditas dari produsen hingga ke konsumen. Pedagang perantara (middlemen) ini melakukan fungsifungsi tata niaga. Saluran atau jalur distribusi dapat berbeda-beda menurut tingkatnya atau banyaknya perantara yang terlibat dalam suatu saluran hingga komoditas tersebut sampai kepada konsumen ( Rahardi dkk, 1993 ). Jalur tata niaga hasil pertanian adalah saluran yang digunakan petani produsen untuk menyalurkan hasil pertanian dari produsen sampai ke konsumen. Lembaga-lembaga yang ikut aktif dalam saluran ini adalah petani produsen, pedagang pengumpul, pedagang besar, pengecer dan konsumen. Setiap lembaga tata niaga ini melakukan fungsi-fungsi tataniaga seperti : membeli dari petani (produsen), menjual kepada pedagang berikutnya, mengangkut, menyortir, menyimpan dan lain-lain (Rahardi dkk, 1993). Mata rantai saluran tata niaga bagi satu-satu komoditi dapat berbeda-beda panjang pendeknya. Pengertian panjang dalam hal ini ada dua macam yaitu: a. panjang-pendek dari sudut pandang fisik, yaitu jarak antara produsen ke konsumen diukur dengan satuan jarak (meter, km,dll) b. panjang-pendek dari sudut banyaknya jumlah middlemen yang berperan sepanjang saluran. ( Sihombing, 2010 ).
Universitas Sumatera Utara
Bentuk channel tata niaga hasil pertanian dapat bervariasi menurut komoditinya, secara umum bentuk saluran tata niaga hasil pertanian adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2. Rantai Tata Niaga hasil Pertanian Bentuk bagan channel tata niaga hasil pertanian diatas tampaknya seperti bentuk X. Hal ini disebabkan karena petani berada di pelosok desa, tersebar luas sebab harus memanfaatkan lahan yang cukup luas dan petani Indonesia yang masih tergolong petani subsistance hanya menjual dalam jumlah yang relatif kecil/sedikit
sehingga dibutuhkan sejumlah pedagang pengumpul untuk
menghimpun jumlah yang relatif kecil itu lalu dijual kepada pedagang perantara. Dan seterusnya ke pedagang perantara berikutnya hingga sampai di pedagang grosier(whole sales). Dari sini barang menyebar lagi kepada pedagang perantara di daerah konsumen lalu ke pengecer dan barulah menyebar ke konsumen ( Sihombing, 2010 ).
Universitas Sumatera Utara
Saluran distribusi memegang peranan penting dalam penciptaan faedah (Utility), yakni dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen. Faedah bentuk merupakan faedah yang diciptakan oleh adanya perubahan – perubahan dalam usaha memperbaiki suatu barang. Faedah waktu merupakan faedah yang diciptakan oleh adanya waktu yang tepat untuk suatu barang dibutuhkan konsumen. Dalam hal ini penyimpanan sangat berperan. Faedah tempat memberikan nilai jual tinggi suatu produk jika berada di tempat di mana konsumen membutuhkannya. Faedah milik menciptakan kepuasan bagi pihak yang ingin memilikinya ( Royan, 2004 ). Menurut Musrid (2003), berdasarkan panjang pendeknya saluran distribusi dikenal tiga macam penyaluran suatu barang hasil produksi yaitu : 1. Penyaluran langsung yaitu penyaluran yang langsung dari produsen ke konsumen. 2. Penyaluran semi langsung yaitu penyaluran melalui satu perantara. 3. Penyaluran tidak langsung yaitu penyaluran yang menggunakan dua atau lebih perantara. Menurut Angipora (1999), saluran distribusi langsung adalah bentuk penyaluran barang-barang / jasa-jasa dari produsen ke konsumen dengan tidak melalui perantara. Bentuk saluran ini dapat dibagi empat macam, yaitu: •
Penjualan langsung dilakukan di tempat produksi (selling at the point production).
•
Penjualan yang dilakukan di tempat pengecer (selling at the producer retailer store).
Universitas Sumatera Utara
•
Penjualan yang dilakukan oleh produsen langsung ke konsumen dengan mengerahkan salesman (selling door to door).
•
Penjualan yang dilakukan dengan menggunakan jasa pos (selling through mail). Lembaga niaga adalah orang atau badan ataupun perusahaan yang terlibat
dalam proses tata niaga hasil pertanian. Di tingkat desa ada tengkulak, pedagang perantara dan pedagang pengecer. Di tingkat kecamatan juga ada pedagang perantara, pengumpul dan pengecer. Keadaan ini juga terjadi di tingkat kabupaten dan provinsi. (Daniel, 2002). Pedagang perantara (middleman) memerankan kegiatan satu atau dua atau semua kegiatan (utility) tempat, bentuk, hak milik dan waktu. Pelaksanaan kegiatan ini menimbulkan adanya biaya. Biaya tata niaga dapat dijadikan sebagai indikator efisiensi sistem tataniaga (Gultom, 1996). Secara luas, terdapat dua golongan besar lembaga-lembaga tata niaga yang mengambil bagian dalam saluran distribusi. Mereka ini disebut perantara pedagang dan perantara agen. Pedagang berhak memiliki barang-barang yang dipasarkan, meskipun pemiliknya tidak secara fisik. Agen dapat didefinisikan sebagai lembaga yang melaksanakan perdagangan dengan menyediakan jasa-jasa atau fungsi-fungsi khusus yang berhubungan dengan penjualan atau distribusi barang, tetapi mereka tidak memiliki hak untuk memiliki barang yang diperdagangkan (Swastha, 1999). Pedagang dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu produsen, pedagang besar dan pengecer. Pedagang besar adalah pedagang yang melakukan aktivitas dagang besar meliputi penjualan dan semua kegiatan yang langsung
Universitas Sumatera Utara
bertalian dengan penjualan barang-barang atau jasa-jasa kepada mereka yang membelinya dengan maksud untuk dijual kembali atau digunakan dalam usaha mereka (Saladin, 1996). Eceran meliputi semua kegiatan yang dilakukan dalam penjualan barang atau layanan secara langsung kepada konsumen akhir, yang membeli untuk kebutuhan pribadi tidak untuk dibisniskan. Pengecer adalah setiap organisasi bisnis yang sumber utama penjualannya berasal dari eceran. Secara garis besar, pengecer dapat dibedakan menjadi eceran toko (store retailing) dan eceran bukan toko (non-store retailing). Eceran toko ditandai dengan terdapatnya tempat untuk memamerkan produk secara tepat. Sedangkan dalam eceran bukan toko, produknya tidak dipajang (Simamora,2001). Menurut ( Nitisemito : 2001 ) Saluran distribusi Barang Konsumsi adalah Penjualan barang konsumsi ditujukan untuk pasar konsumen, dimana umumnya dijual melalui perantara. Hal ini dimaksudkan untuk menekan biaya pencapaian pasar yang luas menyebar yang tidak mungkin dicapai produsen satu persatu. Dalam menyalurkan barang konsumsi ada lima jenis saluran yang dapat digunakan. a) Produsen - Konsumen Bentuk saluran distribusi yang paling pendek dan yang paling sederhana adalah saluran distribusi dari produsen ke konsumen, tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual barang yang dihasilkannya melalui pos atau langsung mendatangi rumah konsumen (dari rumah ke rumah). Oleh karena itu saluran inidisebut saluran distribusi langsung.
Universitas Sumatera Utara
b) Produsen - Pengecer - Konsumen Seperti hainya dengan jenis saluran yang pertama (Produsen - Konsumen), saluran ini juga disebut sebagai saluran distribusi langsung. Disini, pengecer besar langsung melakukan pembelian kepada produsen. Adapula beberapa produsen yang mendirikan toko pengecer sehingga dapat secara langsung melayani konsumen. Namun alternatif akhir ini tidak umum dipakai. c) Produsen - Pedagang Besar - Pengecer - Konsumen Saluran distribusi semacam ini banyak digunakan oleh produsen, dan dinamakan sebagai saluran distribusi tradisional. Disini, produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar, kepada pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer. Pembelian oleh pengecer dilayani pedagang besar, dan pembelian oleh konsumendilayani pengecer saja. d) Produsen - Agen - Pengecer - Konsumen Disini, produsen memilih agen sebagai penyalurnya.la menjalankan kegiatan perdagangan besar, dalam saluran distribusi yang ada. Sasaran penjualannya terutama ditujukan kepada para pengecer besar. e) Produsen - Agen - Pedagang Besar – Pengecer - Konsumen dalam saluran distribusi, sering menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya kepedagang besar yang kemudian menjualnya kepada toko- toko kecil. Agen yang terlihat dalam saluran distribusi ini terutama agen penjualan. Dari berbagai aspek ekonomi pangan, harga merupakan salah satu aspek penting yang perlu mendapat perhatian. Pentingnya harga pangan terutama di tingkat petani-produsen (dengan tetap melindungi konsumen), dilakukan oleh
Universitas Sumatera Utara
pemerintah di berbagai negara melalui kebijakan intervensi. Beberapa instrumen kebijakan harga pangan dalam rangka melindungi petani produsen yang umum dilakukan pemerintah adalah melalui (1) penetapan harga tertinggi-terendah dan atau harga pembelian pemerintah, (2) penetapan waktu dan volume impor, (3) pengaturan volume stok pangan pemerintah dan pelepasan stok ke pasar dan (4) penetapan larangan ekspor. Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor:
65/Permentan/Ot.140/12/2010 Tanggal : 22 Desember 2010 tentang Pencapaian Standar Pelayanan minimal distribusi pangan dan akses pangan, dioperasionalkan melalui indikator ketersediaan informasi pasokan, harga dan akses pangan, dan indikator stabilisasi harga dan pasokan pangan. Harga dinyatakan stabil jika gejolak harga pangan di suatu wilayah kurang dari 25 % dari kondisi normal.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Pemikiran
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi demi kelangsungan hidupnya, untuk memenuhi kebutuhan ini maka kulitas, kuantitas dan stabilitas pangan harus tetap terjaga. Kota Medan memiliki jumlah penduduk yang besar sekitar 2.121.053 jiwa dan merupakan wilayah yang telah banyak melakukan pengalih fungsian lahan pertanian menjadi pemukiman penduduk. Dalam memenuhi kebutuhan atas pangannya, maka Kota Medan didukung oleh daerah sekitarnya dan mengimpor barang dari luar. Sehingga Kota Medan memiliki pasokan pangan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan Kota Medan. Untuk dapat dinikmati oleh konsumen dengan kualitas dan kuantitas yang terjaga, maka penyaluran pangan dari produsen harus cepat sampai kepada konsumen. Seperti yang kita ketahui bahwa produk pertanian memiliki beberapa sifat yaitu: mudah rusak dan berjumlah sangat banyak, oleh karena itu saluran distribusi yang sederhana akan memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen dengan cepat. Melalui para agen yang memiliki kekuatan untuk dapat membeli produk dari wilayah terdekat di luar Kota Medan, produk pangan yang dapat dikatakan sebagai hasil import domestic tersebut dapat di salurkan kepada konsumen yang ada di Kota Medan. Produk pangan ( cabai merah, kacang kedelai, daging sapi, daging ayam, telur dan beras ) memiliki tahapan-tahapan dalam pendistribusiannya mulai dari tingkat petani yang menjual langsung kepada pedagang pengumpul, selanjutnya dari pedagang pengumpul I, produk didistribusikan kepada pedagang pengumpul
Universitas Sumatera Utara
II, selanjutnya pengumpul II akan menjual produknya kepada pedagang besar, selajutnya pedagang besar akan menjual kepada para pedagang pengecer dan akhirnya pedagang pengecer akan menjualnya kepada konsumen akhir. Tetapi ada juga konsumen yang membeli langsung dari petani, ada juga yang langsung membeli dari pedagang pengumpul atau membeli langsung kepada agen tanpa melalui pedagang pengecer yang ada di pasar. Jumlah pasokan yang di peroleh dari Kota Medan sendiri, daerah di luar Kota Medan,
impor pangan
dan
kebutuhan akan konsumsi pangan akan
mempengaruhi stabilitas harga pangan itu sendiri. Stabilitas harga akan tercapai apabila jumlah pasokan sama dengan jumlah kebutuhan akan konsumsi, dan sebaliknya harga dikatakan tidak stabil apabila jumlah pasokan berlebih atau kurang dibandingkan dengan jumlah kebutuhan akan konsumsi pangan.
Universitas Sumatera Utara
PETANI PEMASOK DAERAH LAIN PEDAGANG PENGUMPUL
PEDAGANG PENGUMPUL
PETANI
IMPOR PANGAN
PEDAGANG PENGUMPUL II PASOKAN PANGAN PEDAGANG BESAR
STABILITAS HARGA
PEDAGANG PENGECER
KONSUMEN
KEBUTUHAN PANGAN
Keterangan : : Arah Aliran Barang : Menyatakan Hubungan : Menyatakan Pengaruh : Menyatakan Hubungan timbal balik Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Universitas Sumatera Utara
2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah dan landasan teori yang dibuat, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: 1. Harga komoditi pangan cabai merah tidak stabil. 2. Harga komoditi pangan daging sapi, daging ayam, beras, telur stabil.
Universitas Sumatera Utara