EFISIENSI PENGGUNAAN ALAT PENGUPAS NENAS (Ananas comosus L.) TIPE RUMAH TANGGA BERDASARKAN CULTIVAR LOKAL DI PROVINSI ACEH Indera Sakti Nasution1, Agus A. Munawar2, Nalirah3 Jurusan Teknik Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh (Email:
[email protected]) 2 Jurusan Teknik Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh (Email :
[email protected]) 3 Mahasiswa Teknik Pertanian Unsyiah 1
Abstract Pineapple (Ananas comosus L.) is one of the tropical fruit that famous in Indonesia because of its attractive flavor and aroma, and also the prices more cheaper. The main problem for consumers in consuming pineapple is the difficulty during peeling of pineapple. This study aims to determine the efficiency of pineapple peeler by using two blades, the capacity of pineapple peeler during peeling process, yield of pineapple, and economic analysis of pineapple peeler. The results shows that the yield of peeling using pineapple peeler was 46%, while the yield using a kitchen knife reach 58%. In terms of time, pineapple peeler more efficient than using kitchen knife. Key words : pineapple, peeler, efficiency.
1. Pendahuluan Latar Belakang Nenas (Ananas Comosus L.) merupakan salah satu buah khas tropis yang banyak digemari masyarakat karena mempunyai rasa dan aroma menarik, serta harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Ditambah lagi peningkatan produksi nenas secara nasional meningkat secara tajam sejak tahun 2005 hingga tahun 2007 dengan rata-rata peningkatan sebanyak 64,3 % (Biro Pusat Statistik, 2009). Di Provinsi Aceh, produksi nenas baru mengalami peningkatan sejak tahun 2007 dengan jumlah produksi 515 ton per tahun setelah mengalami penurunan produksi sejak tahun 2004 (Biro Pusat Statistik, 2009). Selain itu nenas dapat dimanfaatkan sebagai konsumsi segar maupun olahan buah. Masalah utama bagi konsumen dalam mengkonsumsi buah nenas adalah sulitnya dalam proses pengupasan buah
nenas yang membutuhkan waktu untuk mengangkat mata-mata yang terdapat pada buah nenas tersebut. Selain itu pengupasan yang dilakukan secara manual (tanpa bantuan alat khusus) membutuhkan waktu yang lama. Menurut Fellows (2000), pengupasan buah dan sayuran adalah memisahkan material yang tidak diinginkan dan juga bagian yang tidak bisa dimakan untuk meningkatkan penampilan akhir dari produk. Kemudian, pertimbangan utama dalam pengupasan buah yaitu dengan meminimalkan biaya dan energi, tenaga kerja, serta biaya bahan seminim mungkin. Pada penelitian ini digunakan alat pengupas nenas sederhana dmenggunakan dua mata pisau. Perancangan alat ini diharapkan selain murah, cepat, peningkatan rendemen, juga akan diperoleh hasil potongan buah yang menarik. Dengan penelitian ini diharapkan akan diperoleh sebuah alat pengupas ne-
Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 1 Tahun 2010
105
nas yang mudah dan efisien dalam penggunaannya sehingga para petani dapat menjual buah nenas segar ke pasar dalam bentuk yang baik dan memudahkan konsumen dalam mengkonsumsi buah nenas yang segar. Disamping itu diharapkan dapat menambah pendapatan dan kesejahteraan para petani dari hasil penjualan nenas tersebut. 2. Metode Penelitian 2.1. Skematis Alat Pengupas Nenas Alat pengupas nenas ini terdiri dari gagang, tempat penyetelan pisau, mata pisau, dan tumpuan. Keterangan: 1.Tumpuan 2.Tempat penyetelan mata pisau pemo-
dengan gagang. Mata pisau yang memotong kulit nenas juga bisa dirubah diameter pemotongannya (tergantung besarkecilnya diameter buah nenas tersebut). Bahan yang digunakan untuk pembuatan mata pisau adalah stainless steel dengan tinggi 20 mm, dan tebalnya 1,4 mm. 2.3. Tumpuan Tumpuan ini terletak sejajar dengan mata pisau pertama. Tumpuan ini juga berfungsi untuk membantu proses pemotongan inti yang terbuat dari besi plat, dan juga sebagai penahan pada saat pemotongan kulit nenas. 2.4. Tempat Penyetelan Tempat penyetelan ini berfungsi untuk
Gambar 1. Rangka Alat Pengupas Nenas Tipe Rumah Tangga tong kulit 3. Gagang 4. Tempat penahan penyetelan 2.2. Mata Pisau Dalam penelitian ini terdapat 2 mata pisau dengan bentuk dan ukuran yang sama, pisau pertama berfungsi sebagai pengupas kulit nenas bagian luar, sedangkan pisau kedua untuk memisahkan inti buah nenas. Mata pisau ini berbentuk vertikal dan berhubungan langsung
106
menyetel mata pisau sesuai dengan besar kecilnya buah nenas berbahan besi plat. 2.5. Perancangan Alat 2.5.1. Ukuran Gagang Pengupas Nenas Gagang yang baik harus mempunyai bentuk yang ergonomis. Berat gagang dibuat ringan sehingga energi yang digunakan tidak besar. Letak daerah pegangan tangan pada gagang (bt) disesuaikan dengan rata-rata lebar telapak tangan
Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 1 Tahun 2010
(tb) manusia Indonesia. Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut: bt = tb + 100 mm Dimana : bt : Panjang gagang pada alat pengupas nenas tb : rata-rata telapak tangan manusia 2.5.2. Mata Pisau Pengupas kulit Panjang mata pisau pengupas kulit yang dirancang disesuaikan dengan panjang rata-rata hasil buah nenas yang di potong dengan pisau dapur dan ditambah 2 mm, sedangkan pisau pemotong inti nenas disesuaikan dengan pisau pemotong kulit. Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut: Pmp = DP + 2 mm Dimana : Pmp = Penjang mata pisau pengupas kulit DP = Diameter potongan nenas setelah dibagi 8 yang di potang dengan pisau dapur 2.5.3. Penyetelan Alat Pengupas Nenas Jarak penyetelan pada alat pengupas nenas yang dirancang disesuaikan dengan jari-jari rata-rata buah nenas (r). Sehingga dapat dirumuskan menjadi sebagai berikut : Jarak penyetelan = r +15 mm 2.5.4. Penancap Alat Pengupas Nenas Jarak antara mata pisau pemotong inti dengan penancap yang dirancang disesuaikan dengan diameter inti (dalam) nenas. Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
2.5.5. Penentuan Jarak antara Mata Pisau Pertama dengan Mata Pisau Kedua Jarak antara mata pisau pertama dengan mata pisau kedua didasarkan pada pengukuran diameter nenas varietas lokal Provinsi Aceh. Hasil pengukuran diameter terbesar buah nenas dijadikan sebagai acuan jarak terjauh antara mata pisau pertama dan kedua. 2.5.6. Penentuan dan Pemilihan Bahan Alat Pengupas Nenas. Alat pengupas nenas yang akan dibuat terdiri dari bagian rangka, gagang dan tempat penyetelan dibuat dari besi, sedangkan mata pisau dibuat dari stainlessteel agar tidak mudah berkarat. 2.6. Bahan Nenas yang digunakan adalah nenas yang sudah matang yang diperoleh dari pedagang dipasar Lamyong, Banda Aceh dengan tingkat kematangan yang sama, dimensi buah rata-rata tinggi nenas 160 mm dan lebarnya 110 mm. 2.7. Pengujian Alat Panelis diminta untuk mengupas nenas satu buah dengan menggunakan alat pengupas nenas yang telah dirancang dan dibandingkan dengan menggunakan pisau dapur. 2.7.1. Kapasitas Produksi Kapasitas produksi diperoleh dengan cara menghitung waktu yang diperoleh untuk mengupas nenas oleh panelis sebagaimana rumus dibawah ini:
Dimana: K = Kapasitas produksi (buah/jam)
Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 1 Tahun 2010
107
2.7.2. Rendemen Rendemen dengan menggunakan pisau dapur diperoleh dengan cara menghitung efisiensi nenas dengan persamaan sebagai berikut :
Dimana : R = Efisiensi (%), S = Massa buah nenas setelah dikupas (kg), P = Massa buah nenas sebelum dikupas (kg) 2.8. Analisis Ekonomi Analisis ekonomi dilakukan untuk mengetahui apakah ini layak digunakan untuk mengupas nenas. Analisis ekonomi dihitung berdasarkan biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan satu satuan berat bahan. Dalam penelitian ini analisis ekonomi yang dihitung adalah analisis Biaya Tetap, Biata Tidak Teta, Biaya Pokok Pengupasan. 2.8.1. Biaya Pokok Biaya pokok adalah biaya yang diperlukan oleh suatu mesin untuk setiap unit produksi. Secara garis besar biaya pokok dibagi atas biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada operasi alat, mencakup biaya penyusutan, bunga modal, pajak, bangunan, dan asuransi. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya-biaya yang bervariasi menurut pengoperasian alat, biaya ini hanya dikeluarkan apabila alat dioperasikan, yang mencakup biaya perbaikan dan perawatan, upah operator. a. Biaya Tetap (BT) per tahun (Irwanto, 1980) Biaya Penyusutan (Depresiasi) Menurut Irwanto (1980), depri-
108
siasi adalah harga pembelian dikurangi nilai sisa dengan umur teknis mesin. Nilai sisa diperkirakan sebesar 10% dari harga pembelian. Biaya penyusutan ditentukan dengan persamaan metode garis lurus (MGL) karena metode garis lurus menganggap penurunan jumlah penyusutan suatu mesin berlangsung dengan tingkat penurunan penyusutan yang tetap (linier) selama umur pemakaiannya, selain itu biaya penyusutan alat dan mesin pertanian setiap tahunnya sama dengan persamaan berikut. Biaya penyusutan dapat dihitung dengan menggunakan metode garis lurus dengan rumus :
Dimana : D = Biaya penyusutan (Rp/tahun), P = Harga awal alat (Rp), S = Harga akhir alat (Rp), N = Umur ekonomis (tahun) Bunga modal Bunga modal dihitung dengan modal dianggap divestigasikan di tempat lain dengan tingkat bunga tertentu. Irwanto (1980), menyatakan bahwa biaya modal (interest) diperhitungkan untuk mengembalikan bunga modal yang ditanam sehingga akhir umur peralatan diperoleh satu nilai uang yang Present Valuenya (nilai pemberian) sama dengan nilai modal yang ditanam. Persamaan yang digunakan dalam perhitungan biaya ini adalah:
Dimana : P = Harga awal mesin (Rp), Menurut Wijanto (1996) biaya perbaikan dan
Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 1 Tahun 2010
perawatan setiap 100 jam kerja peralatan diperkirakan 2 – 4 %. Biaya Pajak dan Garasi Biaya pajak diperkirakan 2% dari harga pembelian per tahun dan biaya garasi sebesar 1% dari harga pembelian
per tahun dengan persamaan : PG = (2%+1%) (P) Dimana: P = Harga pembelian mesin (Rp) Sehingga jumlah Biaya tetap (Bt) adalah: Bt = D + I + PG b. Biaya tidak Tetap (BTT) Rp/jam Biaya Pokok Pengupasan Dari persamaan diatas maka dapat ditentukan biaya pokok dari pengupasan, sebagai berikut: Dimana : P = Harga awal mesin (Rp) Menurut Wijanto (1996) biaya perbaikan dan perawatan setiap 100 jam kerja peralatan diperkirakan 2 – 4 %. Biaya Pokok Pengupasan Dari persamaan diatas maka dapat ditentukan biaya pokok dari pengupasan, sebagai berikut : Dimana: BP = Biaya pokok pengeringan (Rp/ jam), BT = Biaya tetap (Rp/tahun), BTT = Biaya tidak tetap (Rp/jam), KP = Ka-
pasitas pengupasan (buah/jam), X = Jam kerja/tahun (jam/tahun).
3. Pembahasan 3.1. Alat pengupas nenas Alat pengupas nenas ini dirancang untuk mengupas nenas yang berukuran kecil dan menengah. Tampilan alat pengupas nenas menggunakan tenaga manusia dapat dilihat pada Gambar 1.
Secara umum, alat pengupas nenas tipe rumah tangga terdiri dari (a) gagang, (b) tempat penyetelan mata pisau pemotong kulit dan (c) mata pisau pemotong inti (d) mata pisau pemotong kulit dan mata nenas. Selama ini pengupasan nenas dilakukan dengan memakai pisau yang membutuhkan waktu lama karena harus melalui dua proses, yaitu pengupasan kulit dan pembersihan mata. Solusi untuk masalah tersebut yaitu dengan mengganti penggunaan pisau dengan alat mekanis berupa alat pengupas nenas tipe rumah tangga. Alat pengupas nenas tipe rumah tangga ini dirancang untuk mempermudah dan mempercepat proses pengupasan nenas. Tenaga yang digunakan untuk memutar alat pengupas nenas pada saat pengupasan yaitu menggunakan tenaga manusia. 3.2. Kapasitas kerja alat Kapasitas pengupasan merupakan kemampuan pengupasan suatu mesin atau alat pengupas untuk menghasilkan produk tiap satuan waktu (buah/menit, kg/jam, ton/hari). Hasil perlakuan dengan menggunakan alat mekanis dan pisau terhadap kapasitas pengupasan nenas dengan menggunakan tenaga manusia dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Gambar 2 di atas menjelaskan bahwa kapasitas pengupasan dengan
Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 1 Tahun 2010
109
Gambar 1. Rangka Alat Pengupas Nenas menggunakan alat mekanis lebih tinggi et al. (1993), suatu mesin atau alat yang dibandingkan dengan menggunakan mampu menghasilkan kapasitas pengupisau. Hal ini dipengaruhi oleh kecepa- pasan dan rendemen yang tinggi, mesin tan pengupasan. Semakin cepat proses atau alat tersebut merupakan mesin dan pengupasan maka kapasitas alat menjadi alat yang beroperasi secara ideal. semakin tinggi pula, sebaliknya semakin Besarnya kapasitas pengupasan lambat proses pengupasan maka kapasi- dengan menggunakan alat hasil rancantas alat menjadi semakin rendah. Kapasi- gan disebabkan karena pangupasan den-
Gambar 2. Kapasitas Produksi Alat Pengupas Nenas Tipe Rumah Tangga dan Pisau Dapur tas pengupasan pada grafik di atas yaitu pada perlakuan alat mekanis (hasil rancangan) diperoleh 19 buah/jam, sedangkan terendah pada perlakuan pisau yaitu 15 buah/jam. Secara statistik kedua alat tersebut berbeda nyata, pengujian statistik dilakukan dengan uji t. Semakin banyak kapasitas pengupasan semakin baik kinerja suatu mesin atau alat. Mc. Cabe
110
gan pisau membutuhkan dua kali kerja yaitu pengupasan kulit dan pembersihan mata buah nenas, pengupasan dengan hasil rancangan hanya memerlukan sekali kerja saja. Manurut Rahmatullah (2009), telah membandingkan kapasitas pengupasa antara pengupas manual dengan pengupasan menggunakan alat. Pengupasan
Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 1 Tahun 2010
secara manual membutuhkan waktu pengupasan rata-rata 154 detik/buah, sedangakan pada pengupasan menggunakan alat hanya membutuhkan waktu pengupasan rata-rata 70,9 detik/buah atau kapasitas pengupasan dengan menggunakan alat pengupas nenas mampu mengupas nenas 50 buah /jam. Jadi proses pengupasan dengan alat lebih efisien dan lebih cepat dibandingkan dengan pengupasan secara manual. 3.3. Rendemen Rendemen pada penelitian ini menunjukkan total hasil pengupasan yang diperoleh setelah proses pengupasan. Rendemen yang dihasilkan pada alat pengupas nenas (hasil rancangan) dan pisau dapur dapat dilihat pada Gambar 3. Rendemen pada alat pengupas nenas (hasil rancangan) lebih rendah yaitu dengan hasil rendemen 46%, apabila dibandingkan dengan pisau dapur yang lebih tinggi dengan hasil rendemen sekitar 58%. Hal ini disebabkan karena, Berat buah nenas yang tidak seragam, sehingga mempengaruhi berat rendemen
yang dihasilkan antara pisau dapur dan alat pengupas nenas. Selain itu, tidak semua bentuk buah nenas itu simetris dan ada juga yang berbentuk tidak simetris. Sehingga pada saat pengupasan nenas dengan menggunakan alat mekanis (hasil rancangan) buah nenas dengan bentuk simetris banyak daging nenas yang terbuang bersama dengan kulit nenas, apabila buah nenas berbentuk bulat, daging yang terbuang menjadi sedikit. Hal ini disebabkan putaran mata pisau berbentuk lingkaran. Jadi dapat diperkirakan dagingnya tidak banyak terbuang. Secara statistik kedua alat tersebut berbeda nyata, pengujian statistik dilakukan dengan uji t. Alat hasil rancangan bisa dilakukan dengan asumsi bentuk dan ukuran nenas yang bulat dan simetris. 3.4. Perhitungan Biaya Tetap (Rp/tahun) 3.4.1. Biaya Penyusutan Biaya penyusutan yang terjadi pada alat pengupas nenas dalam sampel penelitian ini menunjukkkan bahwa biaya penyusutan adalah antara Rp 45.000 /tahun. Dari hasil survey dapat dilihat bah-
Gambar 3. Rendemen Hasil Penelitian Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 1 Tahun 2010
111
wa semakin lama umur ekonomis suatu mesin tersebut maka penyusutannya semakin kecil dan dipengaruhi juga dengan harga mesin. Wijanto (1996) menyatakan untuk menentukan nilai sisa sebuah alat penggerak yaitu dengan menghitung harga jual alat penggerak setelah mencapai umur teknisnya sebesar 10% dari harga awal pada saat pembeliannya. 3.4.2. Bunga Modal Pada saat ini tingkat bunga bank pada umumnya sebesar 9%. Bunga modal ini sangatlah dipengaruhi oleh tingkat bunga bank yang berlaku di daerah setempat. Tingkat bunga bank ini berubahubah untuk setiap tahunnya. Semakin tinggi bunga bank, maka akan semakin tinggi tingkat bunga modal yang akan dikeluarkan untuk setiap tahunnya. Dari hasil survey dapat dilihat harga mesin yang ada di pasaran, maka didapat nilai bunga modal adalah Rp 12.375.- / tahun. 3.4.3. Biaya Pajak dan Garansi Biaya pajak dan garasi harus dibebankan pada mesin/alat pertanian walaupun sukar untuk menentukanya. Biaya pajak diperkirakan 2% dari harga pembelian per tahun dan biaya garasi sebesar 1% dari harga pembelian per tahun. Dengan harga mesin yang ada di pasaran, maka didapat biaya pajak dan garasi mesin berkisar antara Rp 7.500/ tahun. Jelasnya dapat kita bayangkan bagaimana keadaan mesin/alat tanpa adanya garasi atau gudang, maka akan menyebabkan kerusakan yang berat. Hal ini akan memberikan kerugian yang besar. Adanya garasi/gedung menyebabkan biaya perbaikan menjadi lebih kecil bila dibandingkan dengan peralatan yang tidak ada garasi/gudang. Di Amerika Serikat beban garasi/gudang
112
terhadap mesin/alat persamaan diperkirakan 0,5-1% dari harga awal per tahun. Umumnya digunakan 1% P/tahun, untuk mesin/alat pertanian (Irwanto, 1980). 3.5. Perhitungan Biaya Tidak Tetap 3.5.1. Biaya Perbaikan Biaya perbaikan dan perawatan adalah biaya yang dikeluarkan untuk memberikan kondisi kerja yang baik bagi mesin dan peralatan. Pada umumnya biaya perbaikan untuk alat atau mesin diperkirakan 2-4% dari harga pembelian mesin - nilai sisa untuk setiap 100 jam kerja. Biaya perbaikan dan perawatan suatu mesin sangat dipengaruhi dengan pemakaian suatu mesin. Wijanto (1996), juga menyatakan bahwa biaya perbaikan dan perawatan setiap 100 jam kerja mesin diperkirakan 2-4% dari (harga pembelian mesin - nilai sisa). 3.6. Biaya Pokok Pengupasan Biaya pokok pengupasan merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk pengupasan nenas tiap kilogramnya. Biaya pokok pengupasan dapat dihitung setelah biaya tetap dan biaya tidak tetap dihitung dan dibagi dengan jam kerja alat selama satu tahun dan kapasitas pengupasan. Biaya pokok pengupasan yang diperoleh sebesar Rp. 0,0566 /buah. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1) Alat pengupas nenas tipe rumah tangga yang dirancang ini telah berfungsi dengan baik untuk membantu kerja manusia dalam mengupas nenas, sehingga dapat meningkatkan efisiensi kerja. 2) Kapasitas alat pengupas nenas hasil rancangan lebih efisien dari segi
Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 1 Tahun 2010
waktu. 3) Rendemen yang diperoleh setelah pengupasan dengan menggunakan alat pengupas nenas mencapai 46%, sedangkan dengan menggunakan pisau dapur mencapi 58%. 4) Biaya pokok pengupasan yang diperoleh sebesar Rp. 0,0566 /buah.
Daftar Pustaka Biro Pusat Statistik. 2009. Produksi Buahbuahan di Indonesia dan Nanggroe Aceh Darussalam. Diambil dari http:// www.hbs.go.id/Sector/agri/table8. shtml pada tanggal 8 Februari 2009. Fellows, P. 1992. Food Processing and technology principles and Practice, 2nd edition. CRC Press, Wood Publishing Limited, Cambridge-England, Hal 95. Irwanto, K. 1980. Ekonomi Enjiniring di Bidang Mekanisasi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Penerbit Gramedia, Jakarta. McCabe. W., L. 1993. Operasi Teknik Pertanian. Erlangga. Jakarta. Rahmatullah, I. 2009. Desain Alat Pengupas Nenas (Ananas comosus Merr). Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian. Unsyiah. Banda Aceh. Wijanto. 1996. Ekonomi Teknik. Penerbit Universitas Sriwijaya, Palembang.
Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 1 Tahun 2010
113