VJIL TINGKAT PROTEKSI, DAMPAK KEBIJAKSANAAN, DAN
EFISIENSI EKONOMI BERAS
Analisis kebijaksanaan agregaw berangkat dari distorsi pasar antara pasar aktual dm pasar yang seharusnya. Tingkat Prdeksi rnenggunakan indikator proteksi nominal dm efektif, profitabilitas, subsidi ekivalen, dan efisiensi penggunaan sumberdaya (faktcr) domestlk. Perhitungan parameter telah memasukkan dampak subsidi harga pupuk, urea dan
T'SP,
dan harga beras terhadap ienggmaa.n
pupuk urea, TSP, dm tenaga kerja, serta produksi beras. 8.1. Analisis Harga Input dan Beras
Dengan menganggap pup& dan beras adalah barang tradabel maka penentuan hare sosial berdasarkan harga pelabuhan (border price). Harga sosial pa& trngkat petani produsen adalah deo,gan menambahkan biaya pemasaran yang krdiri dari biaya pengan&&m dan biaya penanganan. Harga privat adalah berdasarkan harga yang diterima oleh p t a w produsen. Tabel 8.1.1 meampdkan perbedam
kga-harga &bat kebijaksanaan harga pupuk dm beras selama tahun 1979 - 1991.
Harga urea yang dibayar oleh petani selama tahun 1979 - 1991 adasah antara Rp 72.63 - Rp 226.48 per kg dan harga TSP antara Rp 72.14 - Rp 253.86 per kg. Harga jual beras petani pada selang waktu
tersebut Rp 166.37 - Rp 517.47 per kg. Sementara itu harga-harga sosial input urea dan TSP pada selang waktu yang sama addah Rp
169.91 - Rp 353.08 per kg. Harga sosial beras pada selaog yang sarna
adalah Rp 223.9 - Rp 624.41 per kg. Perbedaan harga menunjukkan kondisi pasar yang berbeda dimana harga yang diterima oleh petani terjadi pada pasar domestik yang telah dipengaruhi oleh kebijaksanaan. Sedangkao harga sosial menunjukkan pasar bebas yang tidak dipengaruhi oleh kebijaksanaan. Dari Tabel 8.1.1 terlihat juga bahwa harga beras pada pasar bebas lebih tinggi daripada harga beras pada pasar domestik. Pada tingkat border price saja harga beras ternyata lebih tinggi daripada harga tingkat produsen. Pada tahun 1991 misalnya, harga impor CIF beras adalah Rp 575-45 per kg sementara harga tingkat petani lebih rendah, yaitu Rp
517.47 per kg dan harga beras kualitas medium tingkat eceran (konsumen) adalah Rp 562.00 per kg.
Perbedaan ini sangat
mempengarub ekonomi perberasan. Rasio harga-harga input dengan output (beras) ditampilkan oleh Tabel 8.1.2. terIihat b h a rasio h g a pupuk dengan beras seldu lebih
h 1991, misalnya, rasio harga urea - beras sebesar 0,4377 clan rasio harga TSP dan beras sebesar 0.4906. Ini berarti adanya rangsangan berprodubi karena harga beras masih lebih oinggi kecl dari satu. T
daripada harga input. Antara kondisi pasar yang terjadi dengan kondisi sosialnya terdapat perbedaan dimana rasio harga p a w privat lebih smdah dari rasio harga sosialnya. Misalnya, tahun 1991 rasio urea -
beras pada harga privat 0.4377 dan pada harga sosid 0.5655. Pada pasar privat penggunaan pupuk cenderung lebih tinggi daripada kondisi pasar sosialnya. Berbeda dengan penggunaan input pupuk, rasio upah tenaga kerja dengan harga beras selalu lebih besar dan satu. Upah seldu Iebih
;
Tabel 8.1.1. Perkembangan Harga-harga Pupuk, Upah Tenaga Kerja, dan Beras Indonesia, Tahun 1979 - 1991
1.
Urea (Rplkg)
2.
TSP (Rplkg)
3.
Tenaga kerja (RP/OH)
4.
Beras (Rplkg)
a. Tingkat petani (privat) b. Impor CIF c. Biaya pemasaran d. Tingkat petani (sosial)
135.48 34.43 169.91
167.56 43.58 211.17
152.82 44.71 197.53
237.85 64.00 301.85
278.44 74.64 353.08
a. Tingkat petani (privat) b. Impor CIF c. Biayn pemasaran d. Tingkat petani (sosial)
72.14 122.39 28.33 150.72
72.42 132.17 43.43 175.56
96.12 215.65 49.74 265.39
131.69 281.16 49.00 330.16
253.86 356.07 72.46 428.53
a. Upah
420.78
650
903
1424
1738
a. Tingkat petani (privat) b. Impor CIF c. Biaya pemasararr d. Tirlgkat petani (sosial)
166.37 21 1.90 12.00 223.90
212.16 293.02 15.00 308.02
248.81 285.49 19.00 304.49
475.48 523.92 34.00 557.92
5 17.47 575.45" 38.96" 624.41"
Keterangan: *Prediksi penulis
8
Tabel 8.1.2. Perkembangan Rasio Harga-harga Pupuk dan Upah dcngan Harga Beras Indonesia, Tahun 1979 - 1991
3 i
-
Upah tenaga kcrja beras (w = WIP)
2.5295
3.0462
Keterangan: Rsl = harga urea dengan kebijaksanaan Rol = harga urea tanpa kebijaksanaan Rs2 = harga TSP dengan kebijaksanaan Ro2 = harga TSP tanpa kebijaksanaan w = upah tenaga kerja relatif Ps = harga beras dengan kebijaksanaan Po = harga beras tanpa kebijaksanaan
3.1705
2.9979
3.3585
-
tinggi daripada harga beras. Hal ini berarti tidak ada rangsangan penggunaan tenaga kerja lebih banyak dalam usahatani beras. 8.2. Tingkat Proteksi Tingkat proteksi pup& dan penggunaan input dagangan akibat kebijaksanaan secara agregabf ditampilkan oleh Tabel 8.2.1. Tingkat proteksi beras dan penerimaan ditunjukkan oIeh
NPw dan NPRO,
yaitu selalu negatif sepmjang tahun 1979 - 1991. Tingkat proteksi negatif menunjukkan bahwa kebijaksanaan tidak protektif' terhadap harga dan penerimam petani produsen. Pada tahun 1991 misalnya, Tingkat Proteksi beras (NPRB) adalah -17.13 dm Tingkat Proteksi output (NPRO) adalab -30.16. Kebijaksanaan mengakibatkan harga
b a a s yang diterima petam lebih rendah sebesar 17.13% stmentam penerimaan petani be&urang sebesar 30.16% dari yang seharusnya teijadi bila tanpa kebijaksanaafl. Tingkat proteksi n e w terhadap
beras ini menunjukkan bahwa texjadi penekanan h a r e beras yang
m q y k a n petani produsen. Proteksi t&adap harga urea dan TSP serta penggunaan input p d k i ditwjukkan OMTarifltmpkit Urea 0, TSP 0, dm IT. Selama tahun 1979 - 1991, kebijaksmaan harga pupuk urea dan TSP memberikan insentif yang relatif tin%gi kepada petani prodwen yang ditwjukkan oleh nilai negatif ITU, KT, dan IT. Pada Tabel 8.2.1 terlihat bahwa ITU dm HTT pada tahun 1 991 adalah -35.86 dm -40.74 yang berarti harga urea dan TSP lebih rendah sebesar 35.86% dan 40.74%dari harga seharusnya bib pasar bebas. Pada waktu yang sama
IT adalah -29.68% yang berarti bahwa biaya penggunaan input barang
&gangan lebih rendah sebesar 30.16% dari biay a yang seharusnya bila pasar bebas. Proteksi terhadap penggunaan input dagangan bersumber dari kebijaksanaan harga d m residualnya. Kebijaksanaan harga pupuk d m harga beras berpengaruh sangat besar terhadap beban biaya. Tarif implisit yang berswnber dan pupuk selalu negatif sedangkan residualnya selalu positif. Oleh karena itu IT yang selalu negatif ditentukan oleh kebijaksanaan harga pupuk. Tahun 1991 misalnya, IT adalah -29:68% yang bersumber dari kebijaksanaan harga sebesar -54.27% dan residualnya 46.82%. Kebijaksanaan harga mengurangi beban biaya input dagangan sebesar 54.27% dm input dagangan iainnya menarnbah biaya sebesar 46.82%. Berbeda dengan proteksi nominal yang menjelaskan darnpak
pasar output dan input, proteksi efektif menunjdckan dampak penciptaan nilai tarnbah. EPR menunjukkan tingkat insentif yang diterima oleh sektor beras dalam penciptaan nilai tarnbah. Kebijaksanaan menjadi insentif pada produsen bila EPR > 0, dan seb-ya.
lnsentif ekonomi yang diterirna oieh produsen berasal dari
kebrjaksanm harga output, hambatan nun-tarif, pengaturan tataniaga output dan input, dan pengenaan tarif terhadap input dagangan. Pada Tabel 8.2.1 terlihat bahwa EPR sektor beras Indonesia
seiama t;thun t 979 - 1991 selalu bertanda negatif, yaitu antara -7.45% tahun 1991 dan -3 1 -98%tahu. 1984. K e b i j h a a n & subsektor beras mengalubatkan turunnya d a i tambah sektor beras sebesar 7 -36%tahun dan 3 1.98% dari yang seharusnya. Dalam penciptaan nilai tambah ini kebijaksanaan tidak protektif teihadap sektor beras.
Tabel 8.2.1. Tingkat Proteksi Subsektor Beras Indonesia, Tahun 1979 - 1991
CJ
o
Dalarn Persen
"C'
;- !zjm$ :;:"'t:'.:.:r:i
s$ri5$ia:rxa.::"~
:,,:, ::........................ .,.. <.:.:::A:,,: ,, .,: ;., ,.:...,
Tinpkat Proteksi Nominal terhadap: a. Harga beras (NPRB) b. Penerirnaan 1 output (NPRO)
025~69 -26.34
-31.12 -333 4
-18.29 -19.31
-14.78 -30.33
-17,13 -30.16
Tarif lnlplisit terhadap: a. Urea (ITU) b. TSP (ITT)
-57.25 -52.14
-65.98 -58.75
-51.41 -63b78
-43.93 40b11
-35.86 -40.76
3
Tarlf Implisit input dagangan (IT): a. Bersumber dari kebltjaksanaan harga b. Bersumber dari 'residual
-46.55 -58.60 12.05
-55.28 -68.35 13.07
39.52 -62.57 23,OS
-13.38 -48.34 34.96
-29.68 -54.27 46.82
4
Tingkat Proteksi efektif (EPR): a. Berswnber dari kebijaksanaan harga b. Bersumber dari residual
-25.39 -24.82 4,57
-31.98 -31.84 4.94
-17.40 -15.36 -2.04
-15.56 -13.32 -2.24
-7.45 -4.84 -2.61
5
Profitabilitas: a. Tingkat pengembalian privat (IRR) b, Tingkat pengenibalian sosial (SRR) c. Tingkat profitabilitas (PR)
543.91 593.40 -27.30
312.45 352.74 -35.38
313.87 326.02 -20.04
351.60 376.45 -16.67
290.88 3 19.32 -11.64
Subsidi ekivalen terhadap produsen (SRP)
-23.36
-27.57
-15.34
-13.17
-8.87
1
2
,
C
6
,
EPR yang negabf hijuga menunjukkan sumbangan sektor beras yang lebih kecil dalam perekonomian bans pada tahun 199 1 misalnya sumbangan sektor beras yang ti& c f q m t i q dalam perekonomian nasional adalah sama besarnya dmgatl d a i tambah yang hilang tersebut di atas, yaitu sebesar 7.45%. Penciptaan nilai tambah yang selalu lebih kecil pada pasar privatnya dibanciingkan dengan pasar bebas bersumber dari baik kebijaksanaan harga maupun residualnya. Pada tahun 1991 misalnya, EPR sebesar -7.45% krsumber dari kebijaksanaan hatga sebesar -4.84% dan residualnya sebesar -2.61%. Meskipun demikian, sejair tahun 1984 nilai negatif EPR cenderung turun. Hal ini berarti terjadinya perbaikan sektor beras selama selang waktu 1984 - 1991. Sejak tahun 1983 kebijaksanaan ekonomi Indonesia mengarah pada deregulasi dan debiroktratisasi yang sesmggubnya merupakan upaya pembentukan pasar bebas. Tunmnya dampak negatif penciptaan nilai tambah tampaknya sejalan dengan penciptaan pasar bebas.
Tingkat profitabilitas ditunjdth oleh PRR, SRR, dm PR. P&
Tabel 8.2 ter&at bahwa SRR s e b Bebih tinggi @ads PRR. Artinya k
e
v peggedalh terhadap pen-
input lebih tin&
pada
kondisi pasar bebas daripada pasar terdistorsi. Hal ini sejalan dengan PR yang selalu negatif sepanjang tahun 1979 - 1991. PR sebesar 1 1.45% tahun 199 1 menunjukkan penciptaan laba sektor beras ttmm
sebesar 11.45% dm laba yang sehanrsnya diperoleh pada pasar bebas. Sejak tahun 1984 nilai negatif PR cendewg tunin yang berarti laba yang hilang semakin kecil, dan hd ini juga sejalan dengan kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi perekonomian nasional.
*
Secara keseluruhan kebijaksanaan yang bemaksud melindungi produsen dinyatakan dalam setam subsidi. Rasio subsidi tahadap produsen (SRP) juga sejalan dengan arah PR dunana SRP sepanjang
tahun 1979 - 1991 selalu bertmda negatif. Tahun 1991 misafnya, SRP sebesar -8.87% menunjukkan pendapatan produsen turun s e k 8.70% dari penerirnaan yang seharusnya.
Dengan kata lain selwuh
kebijaksanaan yang diterapkan pada sektor beras memperkecil pendapatan petani prodmen. Tetapi sejak tahun 1984, nilai negatif SRP cenderung turun dari -30.81 % menjadi -8.70% yang berarti juga tejadinya perbaikan di sektor beras. 8.3. Dampak Kebijaksanaan
Dampak kebijaksanaan ditinjau dari dua sisi, pertama damp& kebijaksanaan harga pupuk dan harga beras terhadap intensitas penggunaan pupuk, penyerapan tenaga kerja, produktifitas, dan pen-
petani produsen. Kedua, dampak kebijaksanaan agregatif
pemximaan, biaya, tabs, dan nil& tam&
sektor beras. Prediksi
dampak subsidi terhadap intensitas penggumm urea dim TSP, penyerapantenagakeja,pr~-,~pendapatan~-pada
harga bem. Terlihat bahwa secara parsial subsidi meringkatkan intensitas pengslnaan pupuk dan penyerapan tenaga kexja. Tetapi Harga beras mengakibatkan t m y a intensitas tersebut. Sehingga @at dinyatakan bahwa terjadi penekanan harga beras dengan d y a kebijaksanaan. Dampak negatif harga beras ternyata relatif tinggi.
Total tambahan urea dan TSP akiiat kebijaksanaan harga masih positif tetapi tambahan positifhya kecil. Berbeda dengan penyerapan tenaga kerja, kebijaksanaan harga beras berpengaruh n e w dan cukup tin@ terhadap penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 1991, penyerapan tenaga kerja akibat kebijaksanaan harga turun sebesar 16.81 OWha. Demikian juga produktifitas turun alubat kebijaksanaan harga. Pada t a b 1991, dampak negatif adalah 57.12 kglha yang berarti turun produktifitas usahatani beras sebesar 57.12 kg/ha. Dampak negatif kebijaksanaan harga pupuk dan kebijaksanaan harga beras terhadap intensitas penggmaan urea, TSP, clan produktifitas &an searah dengan darnpak terhadap pendapatan usahatani beras. Tambahan biaya akibat peningkatan penggunaan pup& adalah positif. Tabel 8.3.2 menampilkan total tambahan biaya &bat pemggtmaan
pupuk, penerimaan, dan p e n d a m usahatani beras Indonesia. Pada tahun 1989 terlihat tambahan biaya Rp 1206.14 b tapi tahun 1991
menjadi negatif Rp 3158.51h Pada waktu yang sama tamMan
usahatani adalah negatif Rp 1 1894.93/haclan Rp 32716.40 per ha. W y a , kebi$haman haqp meqpmg-i pe-
petani
dari usahatani b r a s sebesar angka-angka tersebut di atas. Secara agregat, deagan 1uiis p e n padi sawah 7.4 juta ha pada 1991, k e b i j d hatgst j q u k dan harga beras mengaki'batkan berhrangnya penggunaan urea sebesar 1 28.17 nbu ton pup& urea, menmgkatkan penggunaan TSP 22.74 ribu ton TSP, mengurangi kesernpatan kerja 124.39 juta OH, dan mengurangi produksi beras nasional sebesar 422.69 ribu ton beras. Dampak lainnya adalah mengurangi penerimaan petani produsen sebesar Rp 218.73 miliar,
8
Tabel 8.3.1. Darnpak Kebijaksanaan Harga Pupuk dan Harga Beras pada Intensitas Penggunaan Urea, TSP,dan Penyerapan Tenaga Kerja semi Produktiff~Beras Wonesia, Tahun 1979 - 1991
a. Kebijaksanaan harga urea b. Kebijaksanaan harga TSP c. Kebijaksanaan harga beras
- Total tambahan pengguhaan TSP - Intensitas penggunaan TSP pada rejim pasar aktual - Intensitas penggunaan TSP pada rejim pasar bebas
4.07 25.24 21.17
2.51 58.64 56.13
11.13 77.40 64.27
6.65 23.10 16.45
3.01 95.50 92.49
-
. t O\
Lanjutan Tabel 8.3.1 .
a. Kebijaksanaan harga urea b. Kebijaksanaan harga TSP
- Intensitas penyerapan tenaga kerja pada rejim pasar aluual
- Total tambahan produktifitas - Produktifitas pada rejim pasar aktual
- Produktifitas pada rejim pasar bebas
-23.52 2750.79
2774.31
-89.74 2466.75 2556.49
-34.89
-22.48
-57.12
2743.60
294 1.57
2777.89
2964.05
3006.25 3061.37
Tabel 8.3 $2. Tarnbahan Biaya. Penerimaan, dan Penclapatan Usahatani Beras Indonesia Akibat Kebijaksanaan Harga Urea dan TSP semi Harga Beras, Tahun 1979 - 1991
?
harga pupuk dan beras dari : a. Urea b. TSP
565.79 393.61
137.21 181.77
382.00 1068.85
330.40 875.74
-3922.63 764.12
Total tambahan biaya
859.4
318,98
1450,85
112C)iib14
-3158.5
2
Tambahan penerimaan akibat kebijaksanaan harga pupuk dan beras
-3913
-19039
-8681
-10689
-29558
3
Tambahan pendapatan petani produsen akibat kebijaksanaan harga pupuk dan beras
-4772
-19358
-10132
-11895
-32716
Smengurangi penciapatan petani produsen beras sebesar Rp 242.10 Dampak kebijaksanaan yang negatif tersebut menunjukkan adanya transfer penerimaan, laba, nilai tambah, dan pengguuaan input barang dan faktor domestik. Tabel 8.3-3 menampilkan transfer nilai yang telah msebutkan di atas. Transfer penerimaan, laba, dan d a i tambah subsektor beras selalu bertanda negatif selarna tahun 1979 199 1. Nilai negatif menunjukkan dampak merugskan baik terhadap petani produsen maupun subsektor beras nasional. Transfer penerimaan nominal cukup tinggi, yaitu nilai negatif antaraRp 163625.55hatahun 1979 dan Rp 264104.37ha tahun 1981.
Hal ini berarti berkurangnya pemximaan produsen atau sektar bras antara Rp 163625.55ha dan Rp 264 104.37ha akibat distorsi pasar. Pada tahun 1991 Hlidya, penerimaan &or
beras yang b e r b g
mmapai Rp 164845.75h Diskmi pasar juga r n e n g a k i i M e r laba negatif; antara Rp 152531.4l/ha Cahun 1991 dan Rp 2 17783.17 h . Artinya, bahwa k e b i j h a a n merrgakibatkan bedmangnya laba atau -
pen~~ahabnisebesarRp152531.41~gadatahun1991.
-P
Ma usahartani
~~berkmmgnya kern-
p & d prodwen dalam ekspatlsi &.
Dampak positif kebijaksanaan & t t m t oleh transfer nilai ne@;atif dari input dagangan dm barang domes&. Pada tahun 1991 misabya, transfer input dagangan negatif addah Rp 48980.90ha yang
berarti berkurangilya beban biaya usahatani sebesar Rp 48980.24ha akibat kebijaksanaan. Dalam hal ini, kebiljaksanaan memberikan insentif kepada produsen akibat paggmaan pupuk M a sebesar Rp
30813.641ha.
Tabel 8.3.3. Darnpak Kebijaksanaan Agregatif Terhadap Penerimaan, Penggunaan Input, Laba, dan Nilai Tambah Subsektor Beras Indonesia, Tahun 1979 - 1991
1
Penerimaan
2
Penggunaan:
-163625.55
-264104.37
-163353.23
-255197.23
-1 64845.75
a. Input dagangan total bersumber dari pupuk non pupuk
-13057.32
-29197.43
-27124.79
-13340.37
-48980.24
-13099.24 -41.20
-29151.23 -46.20
-28250.82 1126.03
-14677.47 1337.10
-30813.64 -18166.60
b. Barang domestik total bersumber dari tenaga kerja - non tenaga kerja
-4884.81
-17845.06
-6lSS.SS
-9864.73
36665.90
-6947.08 1479.01
-19581.50 1736.73
-11600.25 5081.67
-14240.84 4376.1 1
29215.14 7450.76
-
-
3
Laba
-145100.16
-2127061.88
-129710.53
-217783.17
-152531.41
4
Nilai ta~nbah
-149984.97
-234906.94
-136229.11
-227647.9
-115865.51
Selanjutnya Tabel 8.3.3 m ~ i l k a transfer n d a i tambah sektor
beras Indonesia tahun 1979 - 1991. Transfer nilai tambah negatif adalah Kebijaksanaan mengakibatkan berkurangnya nilai tarnbah sektor beras cukup besar, yaitu sebesar Rp 114342.17b tahm 1991. Penciptaan nilai tambah sangat penting karena nilai tambah terdiri dari laba, kesempatan kerja, dan pembayaran transfer. Bila nilai tambah rendah
rnaka penciptaan a&fitas ekonomi rendah dmwa perekonomian lebih banyak menggunakan komponen input dagangan. Nilai tambah pada rejim pasar bebas s a r a nominal an-
Rp 592.50 ribuha pada tahun
1979 dan Rp 849.91 ribu per ha pada &un
pada harga sosial menurnkornponen W o r dome&
1991. Nilai tambah positif
biaya oportunitas sektor beras. Karena sebagai salah satu komponen pembentuk
nilai tambah mempakau biaya oporttmitas dalam mendapatkan atau
men&emat jmggunaan vduta as&. Ditinjau dari prkembangaanya, penciptaan nilai t;uaba.h cenderung tunm pada rejim kebijaksatmm.
Pangsa pada pmerhmm 1Isahat;ani sddu turun dari 96.72% pada tahm 1979 menjadi 8626% peda tahun 1991. W d a q m wadi modernisasi
sektor b a s
keb6-
&ahan
t b d o g i yang tenrs menem mmm
tkhk mahgkadcan penciplar nilai tan&& &tor bcrss.
Dampak k e b i j h a a n agegatif secara nasional dapat t d i b t
dari uraian bedcut. Pada tahun 1991 misainya, &ngan luas areat zpanen padi sawah 7.4 juta ha maka kebijaksmaan agregatif mengalawan
berkurangnya penerimaan produsen beras sebesar Rp 1.22 Him, berkurangnya laba atau pendapatan produsen sebesar Rp 1.11 triliun, bekmngnya nil& tambah sebesar Rp 846.13 d a r . Tetapi sebddcnya
dalam penggunaan input, kebijaksanam mengakibath b e m g n y a
Tabel 8.3.4. Nilai Penerirnaan dan Nilai Tambah Substktot b a s Indonesia, Tahun 1979 - 1991
1
Penerirnaan pada harga privat (Rp1000/ha)
457.54
523.35
781.23
1398.51
1555.64
2
Nilai Tambah pada harga privat (Rp1000fha)
442.55
449.72
739.32
13l2.16
734.04
3
Distribusi nflai tambah (%) a. Surplus b. Upahlgaji c. PaJak . d. lainnya
96.72 84.47 8.69 0.48 3.09
95.45 75.76 14.65 0.57 4.50
94.69 78.69 12.59 0.63 2.58
93.83 76.84 12.59 0.44 3.96
86.26 53.23 13.27 0.58 4.27
i
.
beban produsen cialam penggmaan input sebesar Rp 373.72 miliar dan bertambahnya beban peoggunaan faktor domestlk sebesar Rp 261.64
8.4.
Pen
aan Sumbe& Domestik, KeunggukaaKomprratif, dan rospek Ekonomi erkrasan
T
F
Distorsi pasar &pat juga ditunjukkan oleh penggunaatf sumberdaya domestik baik pada kondisi proteksi maupun tanpa proteksi. Indikatornya adalah Rasio Sumberdaya ~ r i v &(PCR) dan Rasio Sumberdaya Domestik @RCR). Berdasarkan PCR dan DRCR dapat ditentukan Biaya Surnberdaya Domestik (DPC dan DRC). PCR
dan DRCR adalah ukuran efisiensi ekonorni dan DRC &ah indikator penentu prospek ekonomi. Penggunaan sumberdaya (bacang) dm& selama tahun 1979 - 1991 ditunjukkan oleh Tabel 8.4.1. Nilai penggunaan barang domestik pada kondisi pasar aktual selama tahun 1979 - 1991 antara Rp 56.07ha tahun 1979 dan terus naik menjadi Rp 28 106ha PCR pada bhun 1991 adalah 0.1958, berarti setiap penciptaan nilai tambah pada kondisi pasar aktual s e k Rp 1. O hmembutuhkanbiaya gmggmam sumberdaya dome& sebesar Rp 0.Uba ! h x a ikmsial s e k bras masih efisiea'kilreoa DPC sebesar Rp 389.04 per $ US. Pada selang yang sama penggunaan barang domestik pada kondisi pasar tanpa kebijaksanaan sefalu lebih besar daripada kondisi pasar dengan kebijaksaoaaq yaitu sebesar Rp 61-53ribuha tahun 1979
clan teItinggi tahun 1989 s e b Rp 247.40ha. Tetapi secara ekonomi sektor beras adalah efisien yang ditunjukkan oleh DRCR. Nilai DRCR selama tahun 1979 - 1991 selalu pada selang 0 - 1 yang bermti beras merniliki keunggulan kmparatif.
Dengan DRCR tersebut dapat diketahui DRC, yaitu Rp 66.36/$ US tahun 1979 dan naik tern sampai Rp 324.576 US tahun 1991. Dengan kata lain, beras &pat menshemat devisa nasiond bila diproduksi secara domestik untuk setiap dollar US deagan biaya penggmaan sumberdaya domestik sebesar Rp 66.36 samgai Rp 324.57.
Atau, berm dapat menciptakan devisa nasional untuk setiap dollar US bila beras menjadi komoditas ekspor nasiond dengan biaya penggunaan sumberdeyadomestik sebesar angka-angka terkbut di atas.
Dengan menggunakan DRC, subsektor kras Indonesia masih memiliki prospek ekonomi tinggi dalam perdagangan. Prospek itu berarti beras mampu memasuki p a r bebas internasbd. Bahkan dengan p a w bebas akan dapat m b e r i k a n m h t yang lebih besar baik kepada petani produsen mauptm kepada p e m e ~ t a hdan negara Efisiensi ekonomi ini behitan dengan per-
maka d a i
tukar adalah W o r yang m e q q p h secara langsung t&bt efisiensi ekonomi. Perubahan nilai tukar rupiah terhadap mata uaqg asing (US m x w g b t h dayass@ bras dm aevaluasi rneqedemah daya saing.
Tahun 1991 m i d y a , bila M a d i dwduasi nili t u k se&esar 10%
mengakiian DRCR tunm mmjd 0.1438, semakin efisien. Sebaliknya, bila terjadai reMhmsi 10% m e n g a k i i DRCR naik
1.
B-mt DolllestPr (Rp~ooOfBa) a-7iP-t
b. &rga sosial :
2
56-%? (1225)
103.27 (19.73)
12339 (15.79)
237.54 (16.99)
61.53 (9.91)
121.11 (15.38)
129.91 (15.36)
247.40
W
(14.86)
(1C36)
0.1810 0.W 0.0468
0.m 8.1W @.a519
*
~ * n s i p R d a
bplrspprfvlt:
-
a.PCRdari -te~agakeTjB -=t-mkerj. b. DPC @@/US$)dari keKb
-- a o a t e m g a k e ~
3
0.1267 0.8BW) 0.01M9
0.2067 @.IS33 0.0532
0.1922 0.1532
79.Sl
U1.39 100254 3O.B
17931 164.69 14.62
321.28 242.23
7'6Z.74
5657 23.24
79.05
1w.38
0.10.0787 0.4251
0.10.U10 0 . -
0.1672 0.1413 0.0257
8.1SB 0.1225 0.0367
8.1139
66.30
S . 2 6
111.82 88.115
186.06 lSlSl
229.68
6
.
22.91
28.55
68.62
6W.W 638.69
635.m
0.0590
285.65
ransrstweCisieasip.dp bplrspsosirl:
---
a.DRataari
- -Wla
kerjll
-mt-Wkeril
dPri
b. DRC -$)
-~-iWPi=c@ t
4
C33-@3)
PYHd4d-m~
&am b. Sget
Kummgm:
67837
1875.0) ItU-18
298.64
1.805.6fl 1675.25
- PCR = Rasio Bbyr Rivat - DPC = Biaya Rhat Dam%& pPdi nibi mkar OER - DRCR = Rash Bbyr Sutnbetdaya DoDaestilr - DRC = Biiya b a b d a y a Dorntstik pala nitai tuhr SER - OER = Milai l b b r BeCfPIL11 - SBR )
= Nilai T u k Bapqan ~
=Persedaseterbdspparciimaan
Llm 6.8438
32351 233.68 89.83
D92.tlO
mi*&