JOURNAL OF AGRONOMY RESEARCH ISSN : 2302 - 8226
EFFECT OF ZEOLITE ADDITION TO BROWN PLANTHOPPER PRESENCE ON SOME VARIETIES OF RICE 1)
2)
Sidiq Dwi W , Sholahuddin , Ato Sulistyo 1)
2)
2)
Undergraduate Student of Study Program of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, the University of Sebelas Maret (UNS) in Surakarta Lecturer Staff at Study Program of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, the University of Sebelas Maret (UNS) in Surakarta
Contact Author: ABSTRACT Brown plant hopper (BPH) is a major pest of rice plants, it damaging directly by suck plant fluids and also infect the grassy stunt virus and rice ragged stunt virus. Various efforts still not be able to solve this problem. So we need a more precise effort to overcoming it, that effort is by increasing plant resistance through the addition of compound silicate (Si) in the soil. The Addition of zeolite silicate (Si) could induce plant resistance against BPH. This research was supposed to study the effect of zeolite addition to the presence of BPH and the effect on the growth and yield of rice plant. The research was held in Split Plot Design, conventional farming (without the addition of zeolite) and the addition of zeolite as main plot. Subplot is rice varieties, consists of four levels Inpari 13, Ciherang, Sunggal and Batang Pariaman. The results of the research showed that zeolite addition (900 kg/ha) on some rice varieties don’t give effect to the presence of imago’s BPH, but showed a trend that zeolite affect the presence of BPH’s nymphs. The highest average population of BPH’s nymphs and imagos found in the conventional cultivation without zeolite addition in Inpari 13 variety (8,56 individuals per hills), and the lowest found in the conventional cultivation with zeolite addition in Sunggal variety (4,4 individuals per hills) at 6 weeks after planting. The highest damage percentage of the crop found in the conventional cultivation with zeolite addition in Ciherang, Sunggal and Batang Pariaman varieties (90%), while the lowest damage percentage of the crop found in the conventional cultivation without zeolite addition in Inpari 13 variety (55,9%). With those conditions (BPH’s population and the percentage of damage), the conventional cultivation technique without zeolites addition in Inpari 13 variety showed the highest plant growth and best results. Keywords: rice, brown plant hopper, zeolite JOURNAL OF AGRONOMY RESEARCH Warsito SD, Sholahuddin, Sulistyo Ato (2013) Effect of zeolite addition to brown planthopper presence on some varieties of rice. J Agron Res 2(4):74-80 warsito sd, sholahuddin, sulistyo ato (2013) Pengaruh pemberian zeolit terhadap keberadaan wereng batang coklat pada beberapa varietas padi. J Agron Res 2(4): 74-80
PENDAHULUAN Tanaman
padi
Luas serangan wereng batang coklat terhadap merupakan
tanaman
areal tanaman padi pada periode Januari
pangan utama untuk memenuhi kebutuhan
hingga April 2010 mencapai 26.892 ha dengan
pokok bagi penduduk Indonesia. Akan tetapi
areal
dalam upaya budidaya tanaman padi masih
Pertanian 2010 dalam Irianto 2010).
puso
seluas
274
ha
(Kementrian
banyak menemui kendala, salah satunya yaitu
Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh
terjadinya serangan hama wereng batang
petani dan pemerintah untuk mengendalikan
coklat (WBC). WBC merupakan hama utama
hama WBC masih belum bisa benar-benar
tanaman padi. Serangan WBC sangat berarti
mengatasi permasalahan hama WBC ini.
mengurangi hasil padi bagi petani, bahkan
Sehingga perlu upaya yang lebih tepat dalam
sering juga menyebabkan gagal panen (puso).
menanggulanginya. Salah satu cara yaitu
Pada MT (musim tanam) 2005 luas serangan
dengan meningkatkan ketahanan tanaman
WBC di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa
terhadap serangan hama melalui penambahan
Barat mencapai 46.000 ha (BBPTP 2009).
senyawa
silikat (Si) dalam tanah. Secara 74
J Agron Res
umum
2(4): 74-80
pemberian
dapat
anakan, berat berangkasan, dan berat 1000
meningkatnya kekuatan jaringan tanaman,
biji. Analisis hasil penelitian menggunakan uji
kekerasan jerami, dan ketegaran daun padi
Fisher
(kekerasan
dilanjutkan dengan Uji DMRT taraf 5%.
fisik),
meningkatkan terhadap
Silikat
(Si)
sehingga
ketahanan
serangan
dapat
tanaman
hama
dan
taraf
5%.
Pada
pengaruh
nyata
padi
penyakit
HASIL DAN PEMBAHASAN Populasi wereng batang coklat (WBC)
(Yoshida 1975). Pemberian zeolit pada tanah persawahan
Nimfa dan imago WBC merupakan stadia
merupakan upaya dalam penambahan silikat
yang menyebabkan kerusakan tanaman padi
(Si).
kandungan
dan menyerang dengan cara menghisap
beberapa macam unsur hara di dalamnya
cairan tanaman pada bagian pangkal padi.
dapat meningkatkan produktivitas tanaman
Rata-rata kerapatan populasi nimfa dan imago
padi. Selain itu, kandungan silikat (Si) yang
WBC per minggu disajikan pada Gambar 1.
tinggi di dalam zeolit merupakan sifat dominan
dan Gambar 2.
yang
zeolit
berperan
dengan
sebagai
penginduksi
ketahanan tanaman padi terhadap hama dan penyakit. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh
pemberian
zeolit
terhadap
keberadaan WBC pada beberapa varietas
5 Z1V1 4.5 Z1V2 4 Z1V3 3.5 Z1V4 3 2,7 Z0V1 2.5 2 Z0V2 1.5 1,5 1,3 Z0V3 1,1 1 1,3 0.5 0,2 0,2 0,2 0 2 Umur 3 4 5Tanaman 6 7 8 (MST) 9 10 11
Rata-rata populasi Nimfa WBC (ekor per rumpun)
Peranan
tanaman padi serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Joho Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo mulai bulan Mei sampai bulan November 2012. Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dengan petak utamanya (main plot) yaitu budidaya
Keterangan : MST : Minggu Setelah Tanam Z1V1 : zeolit + Inpari 13 Z1V2 : zeolit + Ciherang Z1V3 : zeolit + Sunggal Z1V4 : zeolit + Batang Pariaman Z0V1 : tanpa zeolit + Inpari 13 Z0V2 : tanpa zeolit + Ciherang Z0V3 : tanpa zeolit + Sunggal Z0V4 : tanpa zeolit + Batang Pariaman
Gambar 1. Rata-rata kerapatan populasi nimfa WBC per minggu
Pada 2 MST populasi nimfa sudah
konvensional dengan perlakuan penambahan (tanpa
muncul di beberapa perlakuan dengan jumlah
penambahan zeolit) (Z0). Anak petak (sub
tertinggi 2,7 ekor per rumpun pada lahan
plot) adalah varietas padi yang terdiri dari
dengan pemberian zeolit varietas Ciherang
empat taraf antara lain varietas Inpari 13 (V1),
(Z1V2), nimfa yang muncul sejak 2 MST ini
Ciherang (V2), Sunggal (V3) dan Batang
diduga karena adanya telur WBC menempel
Pariaman
pada
zeolit
(Z1)
dan
(V4).
konvensional
Sehingga
terdapat
8
bibit
yang
digunakan. Telur WBC
masing-masing
menetas setelah 7-10 hari, dari telur muncul
kombinasi perlakuan diulang 9 kali. Peubah
wereng muda yang disebut nimfa. Nimfa
yang
mengalami lima kali pergantian kulit (instar)
kombinasi
diamati
perlakuan,
meliputi
populasi
WBC,
persentase kerusakan, tinggi tanaman, jumlah
75
dan
rata-rata
yang
diperlukan
untuk
Warsito et al.
Juli, 2013
menyelesaikan stadium nimfa adalah 12,8 hari
atau kondisi sudah hopperburn dan sumber
dan setelah fase ini menjadi wereng dewasa
makanan tidak mencukupi kebutuhan lagi
(Baehaki dan Widiarta 2009). Populasi nimfa
(Baehaki
mengalami penurunan sampai umur tanaman
menyerang tanaman padi pada awal musim
5-6
adanya
tanam 10 sampai 20 hari setelah tanam
pengaruh zeolit yang mengandung banyak Si
(Kisimoto 1977, Kuno 1979). Perkembangan
pada jaringan tanaman, sehingga tanaman
populasi
menjadi lebih keras yang menyebabkan nimfa
perkembangan
WBC
alat
sehingga populasinya turun pada 3 MST.
mulutnya. Lama-lama nimfa mati karena tidak
Rata-rata kerapatan populasi imago WBC
mendapatkan makanan dari tanaman padi.
pada 2 MST tertinggi sebesar 8,2 ekor per
Selain itu, adanya musuh alami Cyrtorhinus
rumpun pada lahan tanpa pemberian zeolit
lividipennis
dengan
MST
yang
tidak
diduga
mampu
juga
karena
menusukkan
menyebabkan
sedikitnya
1992).
WBC
Makroptera
ini
juga
musuh
varietas
terkadang
diikuti
alami
Ciherang
oleh
(predator)
(Z0V2)
dan
nimfa yang muncul, sebab C. lividipennis
terendah sebesar 2,5 ekor per rumpun pada
memangsa telur WBC sehingga tidak menetas
lahan
menjadi
Batang
nimfa.
Nimfa
dan
imago
C.
dengan
pemberian
Pariaman
(Z1V4)
zeolit
varietas
(Gambar
2.).
lividipennis dapat memangsa semua stadium
Populasi tersebut terus mengalami penurunan
perkembangan WBC, telur WBC merupakan
sampai 5 MST dan pada 6 MST terjadi migrasi
mangsa utama (Wheeler 2001).
lagi sehingga populasi imago WBC meningkat,
10 Rata-rata populasi Imago WBC (ekor per rumpun)
8 8.2
8.5
6 4
4.4
2 2.5
Z1V1 Z1V2 Z1V3 Z1V4 Z0V1 Z0V2 Z0V3
dengan rata-rata tertinggi pada lahan tanpa pemberian zeolit varietas Inpari 13 (Z0V1) sebesar 8,5 ekor dan terendah pada lahan dengan pemberian zeolit varietas Sunggal (Z1V3). Pada 7 MST sampai pengamatan terakhir jumlah populasi imago WBC terus
0 2 Umur 3 4 Tanaman 5 6 7 8(MST) 9 10 11
Keterangan : MST : Minggu Setelah Tanam Z1V1 : zeolit + Inpari 13 Z1V2 : zeolit + Ciherang Z1V3 : zeolit + Sunggal Z1V4 : zeolit + Batang Pariaman Z0V1 : tanpa zeolit + Inpari 13 Z0V2 : tanpa zeolit + Ciherang Z0V3 : tanpa zeolit + Sunggal Z0V4 : tanpa zeolit + Batang Pariaman
Gambar 2. Rata-rata kerapatan populasi imago WBC per minggu
menurun hingga tidak terdapat populasi imago pada akhir pengamatan. Berdasarkan uji Fisher taraf 5%, diketahui bahwa
perlakuan
yang
diberikan
tidak
berpengaruh nyata terhadap populasi imago WBC,
akan
kecenderungan
tetapi
menunjukkan
berpengaruh
terhadap
populasi nimfa WBC serta tidak memberikan interaksi antar perlakuan. Hal ini diduga
Pada 2 MST terjadi migrasi WBC dari
karena adanya musuh alami yang muncul
lahan persawahan lain sehingga populasi
pada semua perlakuan. Pertumbuhan populasi
WBC (imago) meningkat, terutama imago
WBC
WBC makroptera. Imago makroptera berperan
diantaranya : lingkungan yang ideal, makanan
untuk pemencaran saat populasi sudah padat
berlimpah, ruang yang cukup luas, iklim yang
di pertanaman atau saat tanaman sudah tua
optimal dan tidak ada gangguan lainnya
dipengaruhi
oleh
banyak
faktor,
76
J Agron Res
2(4): 74-80
(pestisida dan musuh alami) (Oka 1995).
menunjukkan
nilai
Selain itu, pertumbuhan populasi WBC tidak
kerusakan
dapat berlangsung terus tanpa batas, sebab ia
menyebabkan fuso (>85%).
yang
rerata
sangat
persentase
tinggi
dan
bisa
akan kekurangan makanan bila tanaman padi
WBC yang muncul karena migrasi dari
telah menjadi kering (hopperburn). Sebagian
lahan persawahan lain sejak 2 MST dan
besar populasi WBC akan migrasi dan juga
kemudian muncul lagi pada 6 MST (Gambar 1
ada sebagian yang ikut mati (Baehaki 1992).
dan
Kerusakan yang tampak dari serangan WBC terlihat pada tanaman berupa kelayuan, menguning
kemudian
tanaman
mengering dengan cepat (seperti terbakar) akhirnya tanaman mati. Penentuan kerusakan tanaman akibat serangan WBC memiliki 4 kriteria yaitu Ringan (0-25%), Sedang (2550%), Berat (50-85%), dan Puso (85-100%) (Ditjentan 1986), yang diamati dalam suatu hamparan
yang
menunjukkan
pola
penyebaran wereng coklat yang dimulai dari satu titik kemudian menyebar ke segala arah. Rerata persentase kerusakan serangan WBC
menularkan
virus
kerdil
terus menurun, kerusakan pada tanaman terus terjadi dan dengan ketahanan tanaman yang rendah maka pertumbuhan tanaman terganggu bahkan bisa sampai mati. Virus kerdil rumput ditandai oleh bentuk tanaman yang sangat kerdil dengan banyak anakan sehingga
menyerupai
rumput.
Daunnya
sempit, pendek, kaku, hijau pucat dan kadangkadang
mempunyai
bercak
seperti
karat
(Harahap dan Tjahjono B 1993). Selain itu, kurangnya ketersediaan air juga menjadi salah satu
faktor
utama
yang
menyebabkan
kerusakan tanaman bertambah tinggi, serta adanya penambahan pupuk Nitrogen pada 5-6
disajikan dalam Tabel 1. Tabel
diduga
sehingga walaupun jumlah populasi WBC
Persentase Kerusakan
daun
2.)
1. Rerata persentase kerusakan tanaman pada umur tanaman 6-10 MST
Lahan budidaya Konvensional (tanpa pemberian zeolit )
Persentase Varietas kerusakan Inpari 13 55.9 b Ciherang 90 a Sunggal 90 a Batang Pariaman 90 a Inpari 13 65.9 b Dengan Ciherang 85 a pemberian Sunggal 89.8 a zeolit Batang Pariaman 87.9 b angka pada kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan α = 5%
Tabel 1. memperlihatkan bahwa pada
MST. Menurut Baehaki (1992) salah satu faktor yang mendukung perkembangan WBC adalah penggunaan pupuk nitrogen yana tinggi, karena pupuk nitrogen menyebabkan tanaman menjadi sukulen dan lebih lemah jaringannya
sehingga
tanaman
rentan
terhadap serangan WBC. Menurut Yoshida (1975) pemberian Si pada
tanaman
padi
dapat
meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap serangan hama akibat
meningkatnya
kekuatan
jaringan
lahan tanpa pemberian zeolit varietas Inpari
tanaman, kekerasan jerami, dan ketegaran
13 dan pada lahan dengan penambahan zeolit
daun. Namun berdasarkan uji Fisher 5%,
varietas Inpari 13 menunjukkan kerusakan
pemberian zeolit tidak menunjukkan pengaruh
yang paling rendah dibandingkan perlakuan
nyata
yang lain dengan nilai rerata persentase
tanaman, hal itu berarti bahwa zeolit belum
kerusakan berturut-turut yaitu
mampu meningkatkan ketahanan tanaman
65,9%.
77
Sedangkan
perlakuan
55,9% dan yang
lain
terhadap
persentase
kerusakan
terhadap serangan WBC. Sedangkan pada
Warsito et al.
Juli, 2013
perlakuan
macam
varietas
memberikan
pengaruh
nyata
terhadap
persentase
menularkan virus kerdil dan tanaman tidak
kerusakan. Hal ini diduga karena ketahanan
tahan sehingga menghambat tanaman untuk
tanaman yang berbeda pada tiap varietas
menghasilkan hormon pertumbuhan, tanaman
yang digunakan. Sogawa (1982) menyatakan
kerdil dan tidak bertambah tinggi. Menurut
bahwa
akan
Takahashi (1995) pengaruh pemberian Silikat
mempengaruhi pertumbuhan dari serangga
paling nyata terlihat pada stadia generatif,
yang memakannya. Hal ini karena jumlah dan
sedangkan pada stadia vegetatif pengaruhnya
mutu makanan yang diperoleh serangga tidak
tidak begitu besar.
ketahanan
memenuhi
suatu
kebutuhan
varietas
hidupnya
sehingga
perkembangan populasi akan terhambat.
persentase kerusakan tanaman yang terjadi di 1
dan
2,
Tabel
1.),
menyebabkan pertumbuhan tanaman yang berbeda-beda
pada
beberapa
varietas
tanaman padi. Hal ini ditunjukkan pada pertumbuhan tinggi tanaman (Tabel 2.) dan pertumbuhan jumlah anakan (Tabel 3.) Tabel 2. Tinggi tanaman beberapa varietas padi pada budidaya konvensional dan dengan pemberian zeolite Teknik budidaya Konvensional (tanpa pemberian zeolite) Dengan pemberian zeolit
varietas Inpari 13 Ciherang Sunggal Batang Pariaman Inpari 13 Ciherang Sunggal Batang Pariaman
serangan
WBC
yang
faktor
yang
mempengaruhi
tinggi
tanaman padi, ketersediaan air yang minim
Dalam kondisi jumlah populasi WBC dan
(Gambar
adanya
Faktor lingkungan juga menjadi salah satu
Komponen pertumbuhan tanaman
lapang
karena
Tinggi Tanaman (cm) 59.54±16.06 b 27.67±11.31 a 28.08±14.53 b
karena kekeringan menyebabkan tanaman kekurangan
air
dan
pertumbuhannya
terhambat. Tabel 3. Tinggi tanaman beberapa varietas padi pada budidaya konvensional dan dengan pemberian zeolite Teknik budidaya Konvensional (tanpa pemberian zeolit ) Dengan pemberian zeolit
varietas Inpari 13 Ciherang Sunggal Batang Pariaman Inpari 13 Ciherang Sunggal Batang Pariaman
Jumlah anakan 10.3±3.06 b 14.23±6.9 b 7.69±4.7 a 16.9±8.43 b 12.59±5.24 b 8.35±4.38 b 6.9±4.28 a 8.85±4.21 b
Rata-rata jumlah anakan tertinggi yaitu
30.67±9.4 b
pada lahan dengan zeolit varietas Batang
51.03±10.79 b 36.06±4.68 a 30.63±16.19 a
pariaman
36.52±9.41 a
dengan
jumlah
sebesar
16,93
anakan dan terendah pada lahan tanpa pemberian zeolit varietas Sunggal sebesar 8,85
anakan.
Berbagai
perlakuan
yang
Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman
diberikan hanya mampu membentuk jumlah
padi pada lahan tanpa pemberian zeolit
anakan dibawah rata-rata jumlah anakan yang
varietas
pertumbuhan
terbentuk pada budidaya konvensional pada
tanaman yang paling tinggi dibanding dengan
umumnya (15–30 per rumpun) (Kasim 2004).
yang lain (59,54 cm). Tinggi tanaman pada
Penularan virus kerdil rumput menyebabkan
semua varietas padi yang digunakan dibawah
jumlah anakan yang sangat banyak akan
80 cm, yang berarti tidak sesuai dengan
tetapi
karakteristik tinggi tanaman semua varietas
produktif.
Inpari
13
adalah
anakan
tersebut
bukan
anakan
tersebut yaitu 100-115 cm. Hal ini diduga
78
J Agron Res
2(4): 74-80
Komponen Hasil Tanaman
menyebabkan hasil tanaman yang berbeda-
Dalam kondisi jumlah populasi WBC dan
beda pada beberapa varietas tanaman padi.
persentase kerusakan tanaman yang terjadi di
Hal ini ditunjukkan pada rata-rata berat
lapang
berangkasan dan berat 1000 biji (Tabel 4.).
(Gambar
Tabel 4.
1
dan
2,
Tabel
1.),
Berat berangkasan dan Berat 1000 biji beberapa varietas padi pada budidaya konvensional dan dengan pemberian zeolite Berat berangkasan (g)
Teknik Budidaya
Berat 1000 biji (g)
Varietas
Segar Kering Basah Kering Inpari 13 96.41±16.98 b 36.43±6.86 b 24.44±1.74 b 19.81±1.80 b Ciherang 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a Konvensional Sunggal 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a (tanpa pemberian Batang zeolit ) 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a Pariaman Inpari 13 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a Ciherang 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a Dengan pemberian zeolit Sunggal 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a Batang 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a Pariaman Rata-rata ± standar deviasi dihitung dari 9 ulangan, angka pada kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan α = 5%
Pada
lahan
budidaya
konvensional
dengan varietas Inpari 13 menunjukkan hasil yang terbaik karena masih dapat dipanen, dengan hasil berat berangkasan segar sebesar 96,47 g dan berangkasan keringnya sebesar 36,43 g serta berat 1000 biji basah sebesar 24,44 g dan mengalami penyusutan sebesar 4,63 g sehingga berat 1000 biji keringnya
19,81
g.
Sedangkan
pada
kombinasi lahan dan varietas yang lain hasilnya tidak bisa dipanen (Tabel 4.). Hal ini diduga karena adanya serangan WBC yang menularkan virus kerdil dan ketahanan tanaman tiap varietas berbeda-beda, serta penambahan zeolit pada semua varietas belum mampu meningkatkan ketahanan tanaman terhadap WBC yang menyebabkan tanaman rentan menjadi kering dan lamalama mati sehingga tidak bisa dipanen. Kurangnya air juga menyebabkan tanaman tidak tumbuh dan menghasilkan dengan baik, sebab air berfungsi sebagai bahan utama
fotosintesis
untuk
menghasilkan
karbohidrat sebagai hasil dari tanaman.
79
KESIMPULAN Hasil
penelitian
dapat
disimpulkan
bahwa: 1) Pemberian zeolit dengan dosis 900 kg/ha pada beberapa varietas tanaman padi tidak memberikan pengaruh terhadap keberadaan imago wereng batang coklat (WBC),
akan
tetapi
menunjukkan
kecenderungan berpengaruh terhadap keberadaan nimfa WBC. 2) Rata-rata populasi imago dan nimfa WBC tertinggi dijumpai di lahan tanpa pemberian zeolit dengan varietas Inpari 13 sebesar 8,56 ekor per rumpun dan terendah di lahan dengan pemberian zeolit varietas Sunggal sebesar 4,4 ekor per rumpun pada 6 MST. Persentase kerusakan tanaman paling tinggi terdapat pada lahan dengan pemberian zeolit varietas Ciherang, Sunggal dan Batang Pariaman
sebesar
90%,
sedangkan
terendah pada lahan tanpa pemberian zeolit varietas Inpari 13 sebesar 55,9%.
3) Dalam kondisi jumlah populasi WBC dan persentase kerusakan yang terjadi di lapang, pada lahan tanpa pemberian zeolit
dengan
menunjukkan
varietas pertumbuhan
Inpari
13
tanaman
paling tinggi dan hasil yang terbaik.
DAFTAR PUSTAKA Baehaki 1992. Berbagai Hama Serangga Tanaman Padi. Bandung : Penerbit Angkasa. Baehaki dan Widiarta 2009. Hama Wereng dan Cara Pengendaliannya pada Tanaman Padi. Laporan Penelitian BB Padi. BBPTP 2009. Wereng batang cokelat. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. http://www. bbpadi.litbang.deptan.go.id. Diakses 10 Agustus 2012.
Gadjah Mada Press.Yogyakarta.
University
Sogawa K 1982. The rice brown planthopper: Feeding physiology and host plant interactions. Ann Rev Entomol 27: 49-73. Takahashi E 1995. Uptake model and physiologic functions of silica. P. 420433. In: Matsuo T, K Kumazawa, R Ishii, K Ishihara and Hirata (eds). Science of Rice Plant, Volume Two, Physiology. Food and Agriculture Research Center, Tokyo. Wheeler AG 2001. Biologi of Plant Bugs (Hemiptera:Miridae): Pest, Predator, Opportunist. New York: Cornell University Press. Yoshida S 1975. The Physiology of Silicon in Rice. FFTC-ASPAC. Techn. Bull. 25. 27 hal.
Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan 1986. Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada Tanaman Padi. Jakarta: Ditjentan. Harahap IS dan Tjahjono B 1993. Pengendalian Hama Penyakit Padi. Jakarta : Penebar Swadaya. Kasim M 2004. Manajemen penggunaan air: meminimalkan penggunaan air untuk meningkatkan produksi padi sawah melalui sistem intensifikasi padi (The System of rice intensification-SRI). Pidato Pengukuhan Sebagai Guru Besar Unand. Padang 2004. Kementrian Pertanian 2010 dalam Irianto 2010. Tak terbukti Varietas Hibrida sebagai Penyebab Peledakan Wereng Coklat. Merdeka.com. Diakses pada 2 Maret 2013. Kisimoto R 1977. Brown planthopper migration. - In: Brown planthopper symposium, 18-22 April 1977, International Rice Research Institute (ed. IRRI). 15 pp. - IRRI, Manila. Kuno E 1979. Ecology of the brown planthopper in temperate regions. - In: Brown planthopper. threat to rice production in Asia (ed. IRRI). pp. 45-60. - IRRI, Manila. Oka 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia.
80