PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) PADA TIKUS HIPERTRIGLISERIDEMIA YANG DIINDUKSI ALOKSAN MELALUI PENGUKURAN UJI TOLERANSI GLUKOSA ORAL EFFECT OF MORINGA OLEIFERA LAM. LEAVES ETHANOLIC EXTRACT ON ALLOXAN-INDUCED HYPERTRIGLYCERIDEMIA RATS BY ORAL GLUCOSE TOLERANCE TEST Juni Trianto, Hadi Sunaryo dan Elly Wardani Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta.
Abstract Moringa leaves was often used traditionally for diabetes mellitus treatment. Previous study using moringa leaves aqueous extract 300mg kg−1 of doses can decreases blood glucose level of normal rats by 33,18% and 44,06% on diabetic rats. The purpose of the present study was to assess the effect of Moringa oleifera leaves ethanolic extract therapy on glycemic control, of alloxan and high fat feeding induced by oral glucose tolerance test. This study used 25 rats were divided into 5 groups. All groups was induced by alloxan and high fat feeding. Positive control was given glibenclamide (0,9mg kg-1), negative control, and group of dose was given 150, 300 and 600mg kg -1 of extract. Blood glucose levels were measured at minute 0 before glucose loading (1,3g 200g-1) and at the 30, 60, 90, and 120 minutes after glucose loading. Data is processed using two-way ANOVA test. The results showed the dose of 150mg kg−1 decreases blood glucose level, and comparable with the positive control. Keywords: Moringa leaves ethanolic extract, Antidiabetic, Blood glucose level Abstrak Daun kelor sering digunakan secara tradisional untuk pengobatan diabetes mellitus. Penelitian sebelumnya, ekstrak air daun kelor pada dosis 300mg/Kg bb dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus normal sebesar 33,18% dan 44,06% pada tikus diabetes. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun kelor terhadap penurunan kadar glukosa darah yang diinduksi aloksan dan pakan tinggi trigliserida melalui pengukuran uji toleransi glukosa oral. Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus yang dibagi menjadi 5 kelompok. Seluruh kelompok diinduksi aloksan dan pakan tinggi trigliserida. Kontrol positif diberikan glibenklamid (0,9mg/Kg bb), kontrol negatif, kelompok dosis berturut-turut diberikan ekstrak (150, 300, dan 600mg/Kg bb). Kadar glukosa darah diukur pada menit ke-0 sebelum pembebanan glukosa (1,3g/200g bb) dan menit ke-30,60,90, dan 120 setelah pembebanan glukosa. Data diolah menggunakan uji ANAVA dua arah. Hasil penelitian menunjukkan pada dosis 150mg/Kg bb ekstrak etanol daun kelor dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus, sebanding dengan kontrol positif. Kata Kunci : Ekstrak etanol daun kelor, Antidiabetes, Kadar glukosa darah.
PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolism karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Depkes RI 2006). Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan, bahwa sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes. Angka ini terus bertambah hingga 3 persen atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Dengan demikian, jumlah penderita diabetes diperkirakan akan mencapai 350 juta pada tahun 2025 dan setengah dari angka tersebut berada di Asia, terutama di India, Cina, Pakistan, dan Indonesia (Tandra Hans 2008). Di dunia saat ini, diabetes tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM tipe 1. Penderita DM tipe 2 mencapai 90-95% dari keseluruhan populasi penderita diabetes, umumnya berusia di atas 45 tahun, tetapi akhir-akhir ini penderita DM tipe 2 di kalangan remaja dan anak-anak populasinya meningkat (Depkes RI 2006). Pada abad ini telah banyak digunakan ekstrak dari sumber tanaman atau organ binatang untuk pengobatan berbagai penyakit. Jenis tanaman obat yang telah terbukti berkhasiat jumlahnya sangat banyak. Salah satu tanaman obat yang digunakan sebagai obat tradisional untuk menurunkan kadar glukosa darah adalah tanaman Moringa oleifera Lam. yang dikenal dengan nama kelor (Jaiswal, Dolly, et al. 2009). Kelor (Moringa oleifera Lam.) merupakan salah satu tanaman yang telah dimanfaatkan masyarakat dalam pengobatan tradisional. Senyawa yang terkandung dalam daun kelor (Moringa oleifera Lam.) adalah alkaloid moringin, moringinin, saponin, polifenol, dan minyak atsiri. Tanaman kelor memiliki khasiat sebagai obat sesak nafas, encok, biri-biri, mengurangi rasa nyeri (analgetik), dan obat rematik (Depkes RI 1989 ; 2001). Penelitian tentang aktivitas tanaman kelor sudah pernah dilakukan sebelumnya, yaitu ekstrak air daun kelor pada dosis 300mg/Kg bb dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus normal sebesar 33,18% dan 44,06% pada tikus diabetes (C.O, Edoga, et al. 2013). Untuk meningkatkan aktivitasnya dalam menurunkan kadar glukosa darah, maka dilakukan ekstraksi menggunakan pelarut etanol 70%. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian terhadap ekstrak etanol 70% daun kelor (Moringa oleifera Lam.) dalam menurunkan kadar glukosa darah. Pada penelitian ini dilakukan pengujian aktivitas ekstrak etanol 70% daun kelor terhadap tikus putih jantan galur Sprague dawley yang diinduksi dengan aloksan serta penambahan pakan tinggi trigliserida, yang bertujuan untuk pendekatan patologi pada penderita diabetes melitus tipe 2. Dan metode pengukuran kadar glukosa darah yang digunakan adalah uji toleransi glukosa oral. METODOLOGI PENELITIAN
Alat Alat-alat yang digunakan yaitu: sonde oral, spuit, toples maserasi, lancet steril, gelas ukur, timbangan analitik, timbangan hewan, vacuum rotary evaporator, labu ukur, cawan petri, kandang hewan, jarum suntik, dan alat suntik, kapas, beaker glass, pipet tetes, tabung reaksi, lumpang dan alu, batang pengaduk, sentrifuge, oven, dan Accu Chek Active (Roche). Bahan Daun kelor, etanol 70 %, alkohol 70 %, aquadest, Na-CMC, senyawa pembanding yang digunakan adalah glibenklamid, senyawa diabetogen berupa aloksan tetrahidrat, glukosa anhidrat, eter, dan bahan pakan tinggi trigliserida yang terdiri dari: kuning telor ayam 30 %, lemak sapi 20 %, makanan standar sampai 100 %, dan air minum. Prosedur Pembuatan ekstrak etanol daun kelor Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi yaitu dengan cara merendam serbuk simplisia dengan larutan penyari yaitu etanol 70% sampai seluruh simplisia terendam. Daun kelor tua segar sebanyak 14 kg, dibersihkan dari kotoran yang melekat kemudian dicuci dan dikeringkan. Setelah kering, haluskan sampai menjadi serbuk simplisia. Serbuk simplisia lalu diayak dengan ayakan mesh no.20. Serbuk simplisia diekstraksi dengan cara maserasi dengan menggunakan larutan penyari etanol 70 %, maserasi dilakukan sebanyak tiga kali. Untuk menentukan akhir maserasi dilakukan dengan cara organoleptis, seperti warna dan pemeriksaan zat aktif secara kualitatif pada maserat terakhir. Maserat kemudian diuapkan dengan menggunakan vacuum rotary evaporator hingga didapat ekstrak kental etanol 70 %. Ekstrak kental kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 50oC sampai kering (Depkes RI 1986 ; 2000). Pembuatan tikus hipertrigliseridemia Tikus diberi pakan tinggi trigliserida dan air minum pada perlakuan awal selama 14 hari. Makanan untuk meningkatkan kadar trigliserida darah tikus komposisinya sebagai berikut : kuning telur ayam 30%, lemak sapi 20% dan makanan standar sampai 100% (Kurniawan, D.T. 2008 ; Widyaningsih 2011) Pembuatan tikus hiperglikemia Larutan aloksan diberikan pada hari ke-7 pada perlakuan awal. Larutan aloksan disuntikkan dibagian intraperitoneal tikus dengan dosis 140 mg/Kg bb tikus pada 5 kelompok tikus yang masing-masing terdiri dari 5 ekor tikus sehat. Karena pada hari ke-10 seluruh tikus belum mengalami hiperglikemi, maka pada hari ke-11 seluruh tikus pada tiap-tiap kelompok diinduksi kembali dengan dosis yang sama dengan induksi pertama, agar tikus dalam keadaan hipergklimik yang stabil. Setelah penyuntikan tikus tetap diberi makanan tinggi trigliserida yang telah ditentukan. Penetapan dosis
Dosis daun kelor Pada penelitian sebelumnya, dosis efektif ekstrak air daun kelor adalah 300 mg/Kg bb tikus. Ekstrak air daun kelor memberikan aktivitas menurunkan kadar glukosa darah tikus normal sebesar 33,18% dan 44,06% pada tikus diabetes. Untuk mengetahui dosis efektif dalam menurunkan kadar glukosa, dibuat tiga dosis yang berbeda yaitu : 1. Dosis rendah = 150 mg/hari/Kgbb 2. Dosis sedang = 300 mg/hari/Kgbb 3. Dosis tinggi = 600 mg/hari/Kgbb Dosis glibenklamid Sebagai bahan pembanding digunakan glibenklamid. Dosis lazim glibenklamid pada manusia adalah 5 sampai 10 mg sehari. Dosis untuk tikus harus dikalikan dengan faktor konversinya, yaitu : 0,018 (berdasarkan tabel Paget and Barners). Sebagai pembanding digunakan dosis 10 mg, apabila dikonversikan untuk pemakaian pada tikus yaitu : 10 mg x 0,018 = 0,18mg/200g bb tikus atau 0,9mg/Kg bb tikus Dosis aloksan tetrahidrat dan glukosa anhidrat Larutan aloksan tetrahidrat diberikan dua kali yaitu pada hari ke-7 dan hari ke-11 dengan dosis 140 mg/Kg bb tikus secara intraperitoneal. Larutan glukosa anhidrat dengan dosis 75 g bb pada manusia dewasa dan dikonversikan untuk pemakaian pada tikus yaitu 75/200 g bb x 0,018 = 1,35 g/200 g bb tikus diberikan secara peroral (Price dan Wilson 2006). Pembuatan sediaan ekstrak kering etanol 70 % daun kelor Dalam lumpang dimasukkan ekstrak kering daun kelor yang dibutuhkan, kemudian suspensikan menggunakan Na-CMC 0,5 % dan digerus sampai terdispersi homogen. Lalu pindahkan ke dalam gelas ukur, tambahkan Na-CMC 0,5 % hingga volume yang dibutuhkan dan dikocok sampai terdispersi homogen. Pembauatan sediaan larutan aloksan dan glibenklamid Aloksan sebanyak 1,26 g dilarutkan dengan larutan fisiologis NaCl 0,9 % ad 30 ml dalam beaker glass. Glibenklamid dibuat dengan konsentrasi 0,18 mg/ml. Sejumlah 2,7 mg ditimbang dan disuspensikan dengan Na-CMC 0,5 % sampai volume 15 ml. Pengelompokan hewan uji Semua tikus dibagi menjadi 5 kelompok masing-masing 5 ekor, dengan pembagian kelompok sebagai berikut : 1. Kelompok I : Kontrol positif, diinduksi aloksan tetrahidrat dan pakan tinggi trigliserida. Serta diberi glibenklamid (0,9mg/Kg bb tikus per hari) diberikan selama 14 hari. 2. Kelompok II : Kontrol negatif, diinduksi aloksan dan pakan tinggi trigliserida. Serta diberikan Na-CMC 0,5 %.
3. Kelompok III : Diinduksi aloksan tetrahidrat dan pakan tinggi trigliserida. Serta diberi bahan uji ekstrak etanol daun kelor dosis rendah (150mg/Kg bb tikus per hari) diberikan selama 14 hari. 4. Kelompok IV : Diinduksi aloksan tetrahidrat dan pakan tinggi trigliserida. Serta diberi bahan uji ekstrak etanol daun kelor dosis sedang (300mg/Kg bb tikus per hari) diberikan selama 14 hari. 5. Kelompok V : Diinduksi aloksan tetrahidrat dan pakan tinggi trigliserida. Serta diberi bahan uji ekstrak etanol daun kelor dosis tinggi (600mg/Kg bb tikus per hari) diberikan selama 14 hari. Pemeriksaan serum darah hewan uji setelah pemberian bahan uji 1. Tikus dipuasakan selama 18 jam. 2. Darah diambil dari ekor tikus pada menit ke-0 sebelum pemberian beban glukosa 1,35 g/200 g bb dan menit ke-30, 60, 90, dan 120 setelah pemberian glukosa monosakarida. 3. Tempatkan tikus pada restrainer, darah diambil dari ekor dengan cara dibersihkan dengan alkohol 70% kemudian ambil darah tikus menggunakan lanset. 4. Teteskan darah pada glukosa tes hingga menutupi seluruh permukaan strip, tunggu 5 detik maka kadar glukosa darah akan terukur. 5. Untuk menghentikan darah dan mencegah infeksi, ekor yang tusuk lanset diberi betadine Analisis Data Data yang diperoleh sebelumnya dilakukan uji kenormalan dan uji homogenitas kemudian dianalisa secara statistik menggunakan analisis varians (ANAVA) dua arah untuk mengetahui apakah ada pengaruh perlakuan antar kelompok berdasarkan dua variabel yaitu dosis dan waktu penurunan gula darah, selanjutnya dilakukan uji Tukey untuk mengetahui perbedaan bermakna antar tiap kelompok (Trihendradi 2004). HASIL DAN PEMBAHASAN Daun kelor yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari perkebunan tanaman kelor di daerah Jakarta Barat dan dideterminasi di Herbarium Bogoriense, LIPI Bogor. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan terhadap tanaman yang akan digunakan untuk penelitian. Hasil determinasi menunjukkan bahwa adalah benar daun kelor jenis Moringa oleifera Lam. Dengan suku Moringaceae. Daun kelor tua segar sebanyak 14 kg, dibersihkan dari kotoran yang melekat kemudian dicuci dan dikeringkan dengan diangin-anginkan di udara terbuka dan terlindung dari sinar matahari langsung sambil dibolak-balik agar keringnya merata dan untuk menghindari rusaknya senyawa aktif yang terkandung dalam simplisia akibat panas sinar matahari. Daun kelor kering sebanyak 5,25 Kg dihaluskan sampai menjadi serbuk simplisia, sehingga didapat serbuk simplisia daun kelor sebanyak 4,54 Kg. Serbuk simplisia yang telah didapat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan menggunakan larutan penyari etanol 70 %. Metode maserasi dipilih karena metode ini lebih sederhana baik cara pengerjaan maupun peralatannya. Selain itu,
metode ini baik digunakan pada senyawa yang mudah terurai pada metode penyarian yang menggunakan pemanasan. Penggunaan etanol 70% pada penelitian ini karena mengandung etanol sebanyak 70% dan air 30% dimana air berfungsi untuk memecah dinding sel zat aktif sehingga terjadi pembengkakan pada sel dan menyebabkan etanol akan masuk kedalam sel sehingga zat aktif akan tertarik di dalam pelarut. Tabel 1. Hasil identifikasi golongan senyawa kimia No Senyawa Hasil 1 Alkaloid 2 Saponin 3 Flavonoid 4 Tanin 5 Triterpenoid 6 Steroid Keterangan: (+) = ada
+ + + + (-) = tidak ada
Serbuk daun kelor direndam dengan etanol 70 %, kemudian didiamkan dalam toples yang berwarna gelap. Perendaman dilakukan selama 3 hari disertai dengan pengadukan yang bertujuan untuk meratakan seluruh bagian serbuk simplisia agar terendam dengan etanol 70 %. Setelah diperoleh ekstrak etanol daun kelor, kemudian ekstrak tersebut diuapkan dengan menggunakan vacuum rotary evaporator hingga didapat ekstrak kental etanol 70 %. Ekstrak kental yang diperoleh kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 50oC sampai kering (Depkes RI 1986 ; 2000). Senyawa aktif yang terkandung pada daun kelor dalam menurunkan kadar glukosa darah belum dapat dipastikan. Melihat dari hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 70% daun kelor yang digunakan positif mengandung alkaloid, saponin, tanin, dan steroid sama-sama berpotensi menurunkan kadar glukosa darah. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang senyawa aktif dari daun kelor yang diduga memilki efek menurunkan kadar glukosa darah dan juga tentang uji toksisitas dari daun kelor. Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Penelitian ini menggunakan hewan uji tikus putih jantan dari galur Sprague dawley berusia 2-3 bulan dengan berat badan sekitar 200-300 gram. Pemilihan jenis kelamin jantan dilakukan untuk menghindari pengaruh hormonal yang umumnya terjadi pada tikus betina yang dapat mempengaruhi kadar glukosa dalam darah. Sebelum perlakuan tikus diaklimatisasi terlebih dahulu selama ± 2 minggu sebelum digunakan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Untuk membuat hiperglikemia (≥135) hewan uji dilakukan induksi dengan aloksan. Kadar glukosa normal pada tikus 50-135 mg/dl (Lu dan Jian 2010). Mekanisme aloksan pada prinsipnya terjadi melalui beberapa proses yang secara stimulant menghasilkan efek kerusakan pada sel-sel β pankreas. Pada proses yang
dimaksud diantaranya pembentukan senyawa radikal bebas, terjadinya oksidasi gugus-gugus SH, penghambatan glukokinase serta adanya gangguan homeostatis kalsium intraseluler. Faktor lain yang sangat dominan menghasilkan sifat diabetogenik aloksan adalah pembentukan senyawa oksigen reaktif yang terjadi dalam sel-sel β pankreas. Oksigen reaktif yang terbentuk dapat mengakibatkan kerusakan sel beta pankreas. Kerusakan sel beta pankreas ini dapat mengakibatkan sekresi insulin menurun (Szukudelski, T 2001). Untuk membuat tikus hipertrigliseridemia tikus diinduksi dengan pakan tinggi trigliserida dengan komposisi kuning telur ayam 30%, lemak sapi 20%, dan makanan standar sampai 100%. Lemak sapi yang telah dicairkan kemudian dicampur dengan makanan standar yang diperlukan, setelah tercampur merata sejumlah kuning telur yang diperlukan dicampurkan kedalam campuran tersebut hingga terbentuk massa yang solid dan dapat dibentuk menjadi makanan yang mudah dimakan oleh hewan coba. Induksi pakan tinggi trigliserida bertujuan untuk mendekati patologi diabetes mellitus tipe 2. Patologi diabetes mellitus tipe 2 adalah kondisi diabetes mellitus disebabkan karena obesitas. Pada penelitian ini metode pengukuran kadar glukosa darah yang digunakan adalah metode uji toleransi glukosa oral terhadap tikus yang dberi pakan tinggi trigliserida dan diinduksi aloksan. Metode ini digunakan untuk melihat sensitifitas insulin atau merangsang produksi insulin dari pankreas. Metode uji toleransi glukosa oral merupakan metode yang lebih sensitif untuk dapat mengetahui adanya kelainan dalam metabolisme glukosa dengan cara pengukuran kadar glukosa serum setelah suatu pemberian beban glukosa (Price dan Wilson 2006). Penginduksian pada penelitian ini dimaksudkan untuk menentukan diabetes pada tikus dan menentukan hari untuk pemberian sediaan uji ekstrak etanol daun kelor. Pemberian ekstrak dilakukan secara oral dengan menggunakan sonde. Pemberian ekstrak dilakukan setiap hari selama 14 hari dengan 3 variasi dosis yaitu dosis rendah (150 mg/Kg bb tikus), dosis sedang (300 mg/Kg bb tikus), dosis tinggi (600 mg/Kg bb tikus) diharapkan ekstrak daun kelor dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus sesuai dengan dosis yang diberikan sehingga dapat diketahui dosis yang lebih efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah. Sebagai pembanding digunakan glibenklamid, didasari pada mekanisme kerja obat golongan sulfonilurea yang dapat meningkatkan sekresi insulin oleh sel β ketika glukosa mulai diabsorpsi, terjadi karena influk kalsium yang mengakibatkan depolarisasi sel β pankreas, sehingga membuka kanal kalsium dan masuknya ion kalsium ke sel yang menyebabkan pelepasan insulin dari granula-granulanya (Priyanto 2009). Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada menit ke-0 sebelum pembebanan glukosa (1,35g/200g bb) dan menit ke-30, ke-60, ke-90, dan ke-120 setelah diberikan larutan glukosa. Darah diambil dari ekor tikus dan kadar glukosa diukur menggunakan alat Accu Check Active (Roche).
Hasil uji statistik
Pengujian statistik terhadap kadar glukosa darah kelompok hewan uji yang diinduksi aloksan dan pakan tinggi trigliserida, dilakukuan dengan metode Anova dua arah (two way anava), karena penelitian ini menggunakan lebih dari satu variabel, yaitu dosis dan waktu penurunan kadar glukosa darah. Dari data penurunan kadar glukosa darah menurut Kolmogorov-Smirnov data yang diperoleh terdistribusi normal dan dari uji homogenitas Levene’s diketahui bahwa data penurunan kadar glukosa darah homogen. Data dilanjutkan dengan uji ANOVA dua arah untuk mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh perlakuan terhadap penurunan kadar glukosa darah.
Tabel II. Data Penurunan Kadar Glukosa Darah Kelompok I II III IV V
Penurunan glukosa darah tikus (%) Menit 60-90 Menit 60-120 Menit 90-120 18,77% 52,03% 40,58% 8,83% 29,40% 22,93% 10,65% 53,27% 47,67% 18,88% 58,09% 48,05% 24,82% 61,05% 47,42%
Berdasarkan dosis, waktu dan interaksi dosis dan waktu terhadap penurunan kadar glukosa darah hasil anova dua arah memperlihatkan adanya pengaruh bermakna dengan hasil signifikan p<0,05. Pengujian kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey untuk melihat perbedaan bermakna pada beberapa kelompok (p<0,05). Dari hasil uji Tukey pada lampiran, data menunjukkan bahwa setiap dosis memperlihatkan dalam menurunkan kadar glukosa darah. Data menunjukan adanya perbedaan bermakna (p<0,05) antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok yang telah diberi sediaan uji dan kontrol positif. Pada kelompok dosis rendah (150mg/Kg bb), dosis sedang (300mg/Kg bb), dosis tinggi (600mg/Kg bb) dan kelompok kontrol positif tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada menit 60 hingga 90, 60 hingga 120 dan 90 hingga 120 dalam menurunkan kadar glukosa darah. Dari rata-rata penurunan kadar glukosa darah memperlihatkan bahwa kontrol negatif, dosis rendah (150mg/Kg bb), dosis sedang (300mg/Kg bb), dan kontrol positif memiliki rata-rata penurunan kadar glukosa darah lebih
rendah dibanding dengan dosis tinggi (600mg/Kg bb). Hal ini menunjukkan bahwa dosis tinggi (600mg/Kg bb) memiliki aktivitas menurunkan kadar glukosa darah yang paling tinggi, tetapi kecenderungan efektifitas penurunan kadar glukosa darah terjadi pada dosis rendah (150mg/Kg bb), karena rata-rata penurunan kadar glukosa darahnya sebanding dengan kontrol positif.
Pada uji Tukey perlakuan antar waktu antara menit 60 hingga 90, 60 hingga 120 dan 90 hingga 120 menunjukkan adanya perbedaan bermakna (p<0,05). Untuk interaksi antara dosis dengan waktu terdapat penurunan kadar glukosa darah pada menit 60 hingga 120 dibanding menit 60 hingga 90 dan 90 hingga 120. Dari hasil statistik yang diperoleh menunjukkan semua sediaan uji ekstrak etanol 70% daun kelor mampu menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan sensitivitas insulin sehingga insulin masih bisa bekerja dengan baik melalui metode uji toleransi glukosa oral pada tikus putih jantan yang diinduksi aloksan dan pakan tinggi trigliserida. Meskipun demikian, perlu dilakukan modifikasi variasi dosis yang lebih efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak etanol 70% daun kelor (Moringa oleifera Lam.) pada dosis 150mg/Kg bb, 300mg/Kg bb dan 600mg/Kg bb dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus yang diinduksi aloksan dan pakan tinggi trigliserida yang potensinya sama dengan kontrol positif (glibenklamid 0,9mg/Kg bb). Saran Perlu dilakukan uji toksisitas terhadap ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera Lam.) dan perlu dilakukan penelitian isolasi senyawa aktif yang dapat berkhasiat sebagai penurun kadar glukosa darah.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2003. Handbook of Pharmaceutical Exipient. 4th edition. Editor : Raymond C. Rowe, Paul J Sheskey dan Marian E. Quinn. Hal : 97 Departemen Kesehatan RI. 1986. Sediaan Galenik. Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan. Jakarta. Hal 3-10. Departemen Kesehatan RI. 1989. Materia Medika Indonesia Edisi V. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Jakarta. Hal. 348, 351. Departemen Kesehatan RI. 2000. Buku Panduan Teknologi Ekstrak. Dirjen POMDepkes RI, Jakarta. Hal : 3, 6, 17, 39. Departemen Kesehatan RI. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) jilid 2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta. Hal. 231-232. Departemen Kesehatan RI. 2001. Teknologi Ekstrak. Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan. Jakarta. Hal 3-6. Departemen Kesehatan RI. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Direktorat Bina Farmasi Komunitas & Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian & Alkes. C.O, Edoga et al. 2013. Blood Sugar Lowering Effect of Moringa Oleifera Lam in Albino Rats. International Journal of Science and Technology. University of Nigeria. Hal. 88-90
Jaiswal, Dolly, et al. 2009. Effect of Moringa oleifera Lam. Leaves Aqueous Extract Therapy on Hyperglycemic Rats. Journal of Ethnopharmacology. Department of Chemistry, University of Allahabad, India. Hal 392-396. Kurniawan, D.T. 2008. Uji Aktivitas Fraksi n-Heksana Akar Seledri (Apium graveolens L.) Terhadap Penurunan Kadar LDL Kolesterol Darah Tikus Putih Jantan yang Diinduksi Makanan Tinggi Kolesterol dan Indentifikasi Senyawa Aktifnya dengan GCMS. Skripsi. Jakarta. Hal : 38. Price, Sylvia A. dan Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Edisi 6. Diterjemahkan oleh Brahm U. EGC. Jakarta. Hal. 1260-1261. Priyanto. 2009. Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Leskonfi. Depok. Hal. 168, 177. Szukudelski, T. 2001. The Mecanism of Alloxan and Streptozotocin Action in B Cells of The Rat Pancreas. Journal Review, Vol. 50. Department of Animal Physiology and Biochemistry, Poland. Hal 537-540. Tandra, Hans. 2008. Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang DIABETES. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal. 2-24, 219-221. Trihendradi, C. 2004. Memecahkan Kasus Statistik : Deskriptif, Parametrik dan Nonparametrik Dengan SPSS 12. Andi, Jakarta. Hal. 106-113. Widyaningsih W. 2011. Efek Ekstrak Etanol Rimpang Temugiring (Curcuma heyneana val) Terhadap Kadar Trigliserida. Dalam : Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 1. Hlm. 60.