EFEKTIVITAS SENAM DISMENORE DALAM MENGURANGI DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI PESANTREN MODERN TA’DIBAL-SYAKIRIN TITI KUNING MEDAN JOHOR TAHUN 2014
SKRIPSI
OLEH :
DESI LIANA NIM. 1001014
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA UTARA MEDAN 2014
1
EFEKTIVITAS SENAM DISMENORE DALAM MENGURANGI DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI PESANTREN MODERNTA’DIB AL-SYAKIRIN TITI KUNING MEDAN JOHOR TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
Oleh :
DESI LIANA NIM. 1001014
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA UTARA MEDAN 2014
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan atau dipublikasikan dalam bentuk apapun, termasuk dalam bentuk yang sama dengan skripsi ini untuk memperoleh gelar kesarjanaan atau menempuh pendidikan di suatu perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juli 2014
Desi Liana
ABSTRAK
Remaja putri di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Titi Kuning Medan Johor mengatakan bahwa selama mengalami dismenore mereka minum obat untuk mengatasi nyeri saat haid. Padahal penggunaan obat nyeri tersebut dapat menimbulkan gejala ketergantungan terhadap obat. Alternatif terapi yang mudah dilakukan dan tidak memerlukan biaya serta tidak memiliki efek samping bagi kesehatan adalah dengan senam dismenore. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas senam dismenore dalam mengurangi dismenore pada remaja putri di pesantren modern ta’dib Al-Syakirin Titi Kuning Medan Johor. Jenis penelitian bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain quasi eksperiment. Populasi adalah seluruh remaja putri di Pesantren Modern Ta’dib AlSyakirin Titi Kuning Medan Johor, yaitu sebanyak 65 orang, dan dijadikan sample sebanyak 19 orang. Untuk mengukur intesitas nyeri, alat ukur yang digunakan dengan skala analog visual (visual analog scale/VAS). Data yang sudah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan uji statistik Paired Sample TTest. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sebagian besar remaja putri memiliki tingkat nyeri dismenore sebelum senam dismenore adalah pada tingkat sedang (63.2%), dan remaja putri lainnya memiliki tingkat nyeri dismenore pada tingkat berat (36.8%). Sebagian besar remaja putri memiliki tingkat nyeri dismenore sesudah senam dismenore adalah pada tingkat sedang (57,9%), dan remaja putri lainnya memiliki tingkat nyeri dismenore pada tingkat ringan (42,1%). Uji Paired Sample T-Test didapatkan nilai signifikansi 0,000 (<0,05). Sehingga dapat diputuskan bahwa senam dismenore efektif dalam mengurangi nyeri dismenore pada remaja diterima. Disarankan bagi remaja putri agar melakukan senam dismenore secara serius sebagai upaya dalam mengurangi nyeri dismenore. Karena semakin serius dalam melaksanakannya maka keefektifan senam dismenore ini akan dapat nyatakan hasilnya.Senam dismenore dilakukan dengan frekuensi masing-masing gerakan sebanyak 8 sesi, total waktu yang dibutuhkan sekitar 30 menit.
Kata kunci : Senam Dismenore, Tingkat Nyeri, Remaja Putri
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Pas Photo 3x4
Nama
: Desi Liana
Tempat / Tgl.Lahir
: Banda Aceh, 09 Desember 1992
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Belum Kawin
Jumlah Anggota Keluarga
: 4 (Empat) orang
Alamat Rumah
: Kp. Wih Pesam Kec. Wih Pesam Kab. Bener Meriah
Riwayat Pendidikan 1. Tahun 1998– 2004
: SD Negeri 1 Simpang Balek
2. Tahun 2004 – 2007
: SMP Negeri 4 Bukit
3. Tahun 2007 – 2010
: MAS Nurul Islam
4. Tahun 2010 – 2014
: Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamsdulillah Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Efektivitas Senam Dismenore Dalam Mengurangi Dismenore Pada Remaja Putri Di Psantren Moden Ta’dib Al-Syakirin Titi Kuning Medan Johor Tahun 2014”. Ditujukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program SI Keperawatan bagi setiap Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesehatan Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih banyak kekurangan baik isi maupun bahasanya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pada pembaca demi untuk perbaikan di masa yang akan datang. Dalam penulisan Skripsi ini, penulis banyak mendapat arahan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Maka pada kesempatan ini dengan kesungguhan hati dan rasa tulus ikhlas, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Drs. Asman R. Karo-Karo, MM, selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara Medan. 2. Bapak Dr. H. Paul Sirait, SKM, MM, M.Kes, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara.
3. Bapak Donal Nababan, SKM, M.Kes, selaku Pembantu Ketua II Bidang Admistrasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 4. Bapak Dian Fajariadi S.Kep Ners, selaku Pembantu Ketua Bidang Akademik Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan Sumatera Utara Medan. 5. Ibu Evawani M. Silitonga, SKM, M.Si, selaku Pembantu Ketua III Bidang Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 6. Ibu Roslenni Sitepu,S.Kep, MARS, selaku Ketua Jurusan Program Studi S-I Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara Medan. 7. Ibu Agustina Boru Gultom, S.Kp., M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis demi kesempurnaan Skripsi ini. 8. Ibu Ns.Dameria Br Ginting, M.Kep, selaku penguji I yang memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan Skripsi ini 9. Bapak Arlis, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku penguji II yang memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan Skripsi ini. 10. Seluruh Staf Dosen dan Pegawai STIKes Sumatera Utara Medan yang telah banyak memberi ilmu dan masukan kepada penulis selama pendidikan. 11. Penghargaan yang sebesar-besarnya, ucapan terima kasih paling dalam serta rasa hormat yang setinggi-tingginya kepada orang tua tercinta Ayahanda Jemadi dan ibunda tercinta Elianila, yang telah memberikan doa, kasih sayang, kesabaran, dukungan moral dan material. 12. Kepada Chairoel Idris, Ayu, Yanti, Warman, Silvi Tebel, Indah Embel, Lisa Anyong, Aida, Laila, dan Marguh yang telah memberikan kasih sayang yang
tiada henti serta memberikan motivasi sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini. 13. Seluruh teman dan sahabat Program Studi SI Keperawatan Sekolah Tinggi Kesehatan Sumatera Utara, yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan pendidikan ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan dan penyusunan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini berguna bagi pembaca dan dapat di gunakan untuk menambahkan pengetahuan dan masukan bagi penulis selanjutnya.
Medan, Juli 2014 Peneliti
Desi Liana
DAFTAR ISI Halaman Halaman Persetujuan ...................................................................................... i Halaman Pengesahan ........................................................................................ ii Pernyataan Bebas Plagiat .............................................................................. iii Abstrak ............................................................................................................... iv Daftar Riwayat Hidup .................................................................................... . v Kata Pengantar ............................................................................................... . vi Daftar Isi ........................................................................................................... ix Daftar Tabel....................................................................................................... xii Daftar Gambar .................................................................................................. xiii BAB 1. PENDAHULUAN................................................................................ 1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 1.3.1. Tujuan Umum ................................................................... 1.3.2. Tujuan Khusus .................................................................. 1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................
1 1 6 6 6 6 7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 2.1. Remaja .......................................................................................... 2.1.1. Definisi Remaja ................................................................ 2.1.2. Perubahan-Perubahan pada Masa Remaja ........................ 2.1.3. Masalah-Masalah Remaja ................................................. 2.2. Menstruasi ..................................................................................... 2.2.1 Pengertian Menstruasi ....................................................... 2.2.2. Siklus Menstruasi ............................................................. 2.2.3. Fase Utama Menstruasi .................................................... 2.2.4. Masalah Menstruasi pada Remaja .................................... 2.3. Nyeri ............................................................................................. 2.3.1. Pengertian Nyeri ............................................................... 2.3.2. Fisiologi Nyeri ................................................................. 2.3.3. Teori Pengontrolan Nyeri ................................................. 2.3.4. Pengukuran Nyeri dengan /VAS ....................................... 2.4. Dismenore .................................................................................... 2.4.1. Pengertian Dismenore ...................................................... 2.4.2. Klasifikasi Dismenore ...................................................... 2.4.3. Penyebab Dismenore ........................................................ 2.4.4. Faktor Resiko Terjadinya Dismenore .............................. 2.4.5. Gejala Dismenore ............................................................. 2.5. Senam Dismenore ........................................................................ 2.5.1. Pengertian Senam Dismenore .......................................... 2.5.2. Manfaat Senam Dismenore ..............................................
8 9 9 10 12 13 13 14 14 17 18 18 18 19 20 21 21 21 22 23 23 24 24 25
2.5.3. Gerakan Senam Dismenore ............................................. 26 2.6. Kerangka Konsep ......................................................................... 27 2.7. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 28 BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................... 3.1. Jenis Penelitian ............................................................................ 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 3.2.1. Lokasi Penelitian ............................................................. 3.2.2. Waktu Penelitian ............................................................. 3.3. Populasi dan Sampel .................................................................. 3.3.1. Populasi ........................................................................... 3.3.2. Sampel ............................................................................. 3.4. Instrumen Penelitian .................................................................... 3.5. Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 3.6. Definisi Operasional ................................................................... 3.7. Etika Penelitian ........................................................................... 3.8. Pengolahan dan Teknik Analisa Data ........................................ 3.8.1. Pengelolaan Data .............................................................. 3.8.2. Analisis data .....................................................................
29 29 29 29 29 29 29 30 31 32 33 34 35 35 36
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................ 4.1. Gambaran Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin ...................... 4.1.1. Sejarah Pesantren ........................................................... 4.1.2. Program Pendidikan ........................................................ 4.1.3. Visi, Misi dan Tujuan Pesantren Modern Ta’dib AlSyakirin ........................................................................... 4.1.4. Panca Jiwa dan Motto Pesantren (Five Pillars) ............. 4.2. Hasil Penelitian ........................................................................... 4.2.1. Tingkat Nyeri Dismenore Sebelum Senam Dismenore .. 4.2.2. Tingkat Nyeri Dismenore Sesudah Senam Dismenore ... 4.2.3. Hasil Uji Paired Sample Test Efektivitas Senam Dismenore Dalam Mengurangi Dismenore ....................
38 38 38 39
BAB V PEMBAHASAN .................................................................................. 5.1. Tingkat Nyeri Dismenore Sebelum Senam Dismenore .............. 5.2. Tingkat Nyeri Dismenore Sesudah Senam Dismenore ............... 5.3. Perbedaan Tingkat Nyeri Sebelum Dan Sesudah Diberikan Senam Dismenore Pada Remaja Putri.........................................
44 44 45
40 40 41 41 42 42
46
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 48 6.1. Kesimpulan .................................................................................. 48 6.2. Saran .............................................................................................. 48 DAFAR PUSTAKA......................................................................................... . 50 LAMPIRAN 1. Panduan Gerakan Senam Dismenore
2. Gambar Senam Dismenore 3. Surat Permohonan Untuk Berpartisipasi Sebagai Responden Penelitian 4. Formulir Persetujuan Responden (Informed Consent) 5. Kuesioner Penelitian 6. Pengukuran Tingkat Nyeri 7. Master Data 8. Hasil Olahan dengan SPSS 9. Surat Izin Penelitian Dari STIKes SUMUT 10. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian 11. Dokumentasi Penelitian 12. Lembar Konsul
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Kategori Tingkat Nyeri Disminore Sebelum Senam Dismenore Pada Remaja Putri di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Titi Kuning Medan Johor ......................................................................... 41 Tabel 4.2 Kategori Tingkat Nyeri Disminore Sesudah Senam Dismenore Pada Remaja Putri di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Titi Kuning Medan Johor ......................................................................... 42 Tabel 4.3. Hasil Uji Paired Sample Test Efektivitas Senam Dismenore Dalam Mengurangi Dismenore Pada Remaja Putri di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Titi Kuning Medan Johor .................................. 42
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Visual Analog Scale/VAS .............................................................. 20 Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian .......................................................... 28
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Menurut WHO masa remaja (10-19 tahun) yang ditandai dengan adanya perubahan psikis dan fisik. Perubahan psikis yang terjadi diantarannya remaja akan mulai tertarik pada lawan jenis akan berusaha kelihatan atraktif dan lain-lain. Perubahan fisik yang terjadi diantaranya adalah mengalami kematangan organ reproduksi yang ditandai dengan datangnya menstruasi (menarche). Setiap bulan seorang perempuan melepaskan satu sel telur dari salah satu ovarium. Bila sel telur ini tidak mengalami pembuahan maka akan terjadi perdarahan (Mentruasi). Umumnya siklus mentruasi terjadi secara periodik yaitu setiap 28 hari (ada pula setiap 21 hari dan 30 hari) (Monks, dkk, 2012). Gejala yang dialami pada saat mentruasi dapat berupa gejala psikis, yaitu seperti marah, depresi lesu, malas beraktifitas dan ketegangan. Gejala lain yang dialami seperti sakit kepala, migren, pegal, pembengkakan daerah payudara serta adanya nyeri kram pada abdomen bagian bawah dan lain sebagainya. Nyeri menstruasi atau dismenore merupakan masalah kesehatan perempuan. Rasa nyeri sering digambarkan sebagai nyeri kram pada abdomen bagian bawah dan ini disebabkan oleh zat prostaglandin. Zat tersebut mempunyai fungsi yang salah satunya adalah membuat dinding rahim berkontraksi dan pembuluh darah sekitarnya terjepit yang menimbulkan iskemi jaringan. Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun seringkali dirasa mengganggu bagi perempuan yang mengalaminya. Derajat nyeri dan kadar gangguan tentu tidak sama untuk setiap
wanita. Ada yang masih bisa bekerja (sesekali sambil meringis), dan ada pula yang tidak bisa beraktifitas karena nyeri yang dirasakan sangat hebat (Schwartz, 2005). Angka kejadian dismenore nyeri menstruasi di dunia sangat besar. Ratarata lebih dari 50% perempuan di setiap Negara mengalami nyeri menstruasi. Di Amerika angka prosentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55% perempuan usia produktif yang tersisa oleh nyeri selama menstruasi angka kejadian nyeri menstruasi berkisar 45-95% di kalangan wanita usia produktif. Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun seringkali dirasa mengganggu bagi wanita yang mengalaminya. Derajat nyeri dan kadar gangguan tentu tidak sama untuk setiap wanita. Ada yang masih bisa bekerja (sesekali sambil meringis), adapula yang tidak bisa beraktifitas karena nyerinnya (Misaroh & Proverawati, 2009). Secara umum penanganan nyeri dismenore terbagi dalam dua kategori yaitu pendekatan farmakologis dan non farmakologis. Secara farmakologis nyeri dapat ditangani dengan terapi analgesik yang merupakan metode paling umum digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri dengan efektif, namun pengunaan analgesik akan berdampak ketagihan dan akan memberikan efek samping obat yang berbahaya bagi pasien. Sacara non farmakologi dapat dilakukan kompres hangat atau mandi air hangat, massase, tidur yang cukup, hipnoterapi, distraksi seperti mendengar musik, serta relaksasi seperti nafas dalam dan olahraga / senam. (Misaroh & Proverawati, 2009).
Latihan-latihan olahraga yang ringan sangat dianjurkan untuk mengurangi dismenore, olahraga atau senam merupakan salah satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri, hal ini disebabkan saat melakukan olahraga atau senam dapat melancarkan aliran darah dan oksigenisasi serta dapat meningkatkan kadar endorphin empat sampai lima kali di dalam darah. Endorphin dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang, hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak sehingga menimbulkan rasa nyaman, sehingga, semakin banyak melakukan olahraga atau senam maka akan semakin tinggi pula kadar endorphin. Ketika seseorang melakukan olahraga atau senam, maka endorphin akan keluar dan ditangkap oleh reseptor di dalam hifotalamus dan system limbic yang berfungsi untuk mengatur emosi. Peningkatan endorphin terbukti berhubungan erat dengan penurunan rasa nyeri (Harry dalam Puji, 2007). Hasil penelitian mengenai pengaruh senam dismenore dalam perubahan dismenore primer pada siswi kelas XI MA-MU Kedungpanji Magetan didapatkan bahwa responden sebelum perlakuan seluruhnya (100%) dengan dismenore (90%) mengalami penurunan dismenore kategori nyeri ringan, sebagian kecil (10%) mengalami penurunan dismenore kategori nyeri sedang, pada T-Test diperoleh hasil p < α (0,000 < 0,005), yang berarti bahwa pemberian senam dismenore berpengaruh untuk menurunkan skala dismenore (Rinawati, 2013). Menurut Jhamb, et al. (2008) latihan fisik memiliki hubungan yang signifikan dengan penurunan tingkat keletihan otot. Remaja dengan dismenore akan mengalami kram otot terutama pada abdomen bawah yang bersifat siklik
disebabkan karena kontraksi yang kuat dan lama pada dinding uterus sehingga terjadi kelelahan otot maka diperlukan senam dismenore untuk menghilangkan kram otot tersebut. Hal ini berarti dengan melakukan senam dismenore akan mengurangi keletihan/kelelahan otot terutama pada abdomen bawah, sehingga intensitas nyeri dapat menurun. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 31 Oktober 2013 di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Titi Kuning Medan Johor terhadap 65 remaja putri dari total keseluruhan. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 10 remaja 4 diantaranya menyatakan mengalami nyeri berat mereka selalu meminta ijin untuk tidak mengikuti pelajaran dan dirawat di UKS, 4 orang yang mengalami nyeri ringan mereka mengatakan tetap memaksakan diri untuk mengikuti proses pembelajarn, akan tetapi tidak dapat berkonsentrasi secara penuh karena nyeri yang dirasakan kadang teramat sakit dan 2 orang mengalami nyeri sedang hanya membiarkan rasa nyeri tersebut. Dari hasil survei pendahuluan juga diketahui bahwa pada umumnya remaja putri mengalami dismenore pada saat haid. Remaja putri dengan dismenore tingkat nyeri yang berat, mengalami keluhan badan pegal-pegal, nyeri hebat diarea suprapubik, sekitar pinggang dan punggung belakang. Sementara remaja putri dengan dismenore tingkat sedang dan ringan merasakan gejala nyeri ringgan di punggung bawah dan di area suprapubik. Diantara remaja yang mengalami
dismenore
berat
mengatakan
mengalami
kesulitan
untuk
berkonsentrasi saat belajar serta merasa lelah dan malas sepanjang hari. Pihak
sekolah mengaatakan tidak ada tindakan khusus yang biasannya dilakukan untuk membantu mengurangi rasa nyeri yang dialami para siswi pada saat menstruasi. Remaja putri di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Titi Kuning Medan Johor juga mengatakn bahwa selama mengalami dismenore mereka minum obat untuk mengatasi nyeri saat haid/dismenore. Padahal penggunaan obat nyeri tersebut dapat menimbulkan gejala ketergantungan terhadap obat, dan tentunya menjadi kekhawatiran tersendiri apakah aman ketika terlalu sering mengkonsumsi obat-obatan seperti itu. Kekhawatiran terhadap efek samping dari penggunaan obat tersebut juga menjadi masalah tersendiri yang menimbulkan pemikiran adakah cara lain untuk menghilangkan rasa nyeri pada haid dengan metode yang alami. Hasil wawancara langsung dengan salah satu guru juga menyatakan bahwa siswinya banyak yang tidak masuk ataupun ijin pulang karena dismenore, guru juga menyatakan bahwa dismenore sangat mengganggu aktivitas belajar dan mempengaruhi tingkat kehadiran prosentase siswa. Upaya penanganan dismenore yang dilakukan siswi masih sebatas penanganan yang terbatas mereka hanya mengoleskan minyak kayu putih atau balsem pada daerah yang nyeri, tiduran dan minum obat pengurang rasa sakit. Untuk itu perlu adanya alternatif lain yang bersifat preventif dalam mengatasi dismenore. Alternatif terapi yang mudah dilakukan dan tidak memerlukan biaya serta tidak memiliki efek samping bagi kesehatan adalah dengan senam dismenore. Hal tersebut mengingat di Pesantren Modern Ta’dib AlSyakirin Titi Kuning Medan Johor belum ada remaja putri yang melakukan upaya
untuk mengurangi rasa nyeri dengan melakukan olahraga atau senam dismenore. Padahal senam dismenore dirancang untuk meningkatkan kekuatan otot, daya tahan, dan fleksibilitas otot, sehingga diharapkan dapat menurunkan dismenore pada wanita. Senam dismenore adalah aktivitas fisik yang paling sederhana. Berdasarkan latar belakang dan mengacu kepada hasil studi sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “efektivitas senam dismenore dalam mengurangi dismenore pada remaja putri di Pesanteren Modern Ta’dib Al-syakirin Titi kuning Medan Johor tahun 2014”
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitiannya adalah bagaimana efektivitas senam dismenore dalam mengurangi dismenore pada remaja putri di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Titi Kuning Medan Johor tahun 2014.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui efektivitas senam dismenore dalam mengurangi dismenore pada remaja putri di pesantren modern ta’dib Al-Syakirin Titi Kuning Medan Johor Tahun 2014. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengidentifikasi skala nyeri dismenore sebelum diberikan senam dismenore pada remaja putri di pesantren modern ta’dib al-syakirin titi kuning medan johor tahun 2014.
2. Untuk mengidentifikasi skala nyeri dismenore setelah diberikan senam dismenore pada remaja putri di pesanteren modern ta’dib al-syakirin tit kuning medan johor tahun 2014. 3. Untuk menganalisa perbedaan skala nyeri dismenore sebelum dan sesudah diberikan senam dismenore pada remaja putri di pesantren modern ta’dib alsyakirin titi kuning medan johor tahun 2014.
1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi remaja putri Diharapkan dengan pemberian informasi tentang efektifitas senam dismenore sebagi upaya dismenore, sehingga remaja tetap merasa nyaman pada saat menstruasi, dengan demikian konsentrasi belajar tidak terganggu, pencegahan serta meningkatkan kualitas hidup remaja untuk bersekolah. 2. Bagi pihak pesantren Diharapkan dengan pemberian informasi tentang senam dismenore untuk mengatasi nyeri haid, sehingga selanjutnya pihak pesantren dapat lebih berperan aktif dalam mengatasi masalah pada remaja yang mengalami nyeri haid di pesantren. 3. Bagi perawat Dapat menjadi sumber informasi dalam memberikan tindakan keperawatan yang tepat untuk mengatasi nyeri pada remaja dengan senam dismenore.
4. Bagi peneliti untuk menambah pengalaman baru bagi peneliti dalam melakukan penelitian dan dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari Program Studi S-1 keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara Medan Dengan keadaan masyarakat. 5. Bagi StiKes Sumatera Utara Sebagai masukan bagi pengembangan ilmu keperawatan dalam rangka mengembangkan terapi senam dismenore untuk penatalaksanaan dismenore pada remaja putri.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Remaja 2.1.1. Definisi Remaja Masa remaja atau adolesens adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa kanak-kanan ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. Untuk tercapainya tumbuh kembang remaja yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi faktor genetik dan lingkungan biofisikopsikososial. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda memberikan ciri tersendiri pada setiap remaja (soetjiningsih, 2007). Masih terdapat berbagai pendapat tentang umur kronologis berapa seorang anak dikatakan remaja. Menurut WHO, remaja adalah bila anak telah mencapai umur 10-19 tahun. Menurut undang-undang no.4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah. Menurut undang-undang perburuhan, anak dianggap remaja bila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal sendiri. Menurut Undang-Undang Perkawinan no.1 tahun 1974, anak dianggap remaja bila sudah cukup matang untuk menikah yaitu16 tahun untuk anak perempuan dan19 tahun untuk anak laki-laki. Departemen pendidikan dan kebudayaan mengganggap remaja bila sudah berusia 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus dari sekolah menengah (Soetjiningsih, 2007). 9
Masa remaja berlangsung melalui 3 tahapan yaitu masa remaja awal (1014 tahun), menengah (15-16 tahun), dan akhir (17-20 tahun). Masa remaja awal ditandai dengan peningkatan cepat pertumbuhan dan pematangan fisik. Masa remaja menengah ditandai dengan hampir lengkapnya pertumbuhan pubertas, timbulnya keterampilan-keterampilan berpikir yang baru, peningkatan pengenalan terhadap datangnya masa dewasa, dan keninginan untuk memapankan jarak emosional dan psikologis dengan orangtua. Masa remaja akhir ditandai dengan persiapan untuk peran sebagai orang dewasa, termasuk klarifikasi tujuan pekerjaan dan internalisasi suatu sistem nilai pribadi (IDAI, 2013). Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Pernyataan ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 leh Bapak Psikologi remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih banyak dikutip orang (IDAI, 2013). 2.1.2. Perubahan-Perubahan pada Masa Remaja Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan dan ketidakwajaran. Hal ini tersebut dilihat dari banyaknya teoriteori perkembangan yang membahas ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan. Sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja, mereka juga dihadapkan pada tugas-tugas yang berbeda dari tugas pada masa kanak-kanak. Sebagaimana diketahui, dalam setiap fase perkembangan, termasuk
pada masa remaja, individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Apabila individu mampu menyelesaikan tugas perkembangan denagn baik, maka akan tercapai kepuasan, dan kebahagiaan juga akan menentukan keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya. Beberapa perubahan yang dialami remaja adalag perubahan fisik, psikis, dan social (IDAI, 2013). Remaja sering dianggap sebagai periode yang paling sehat dalam siklus kehidupan. Akan tetapi pertumbuhan sosial dan pola kehidupan masyarakat akan sangat mempengaruhi pola tingkah laku dan jenis penyakit golongan usia remaja seperti kecelakaan, kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit akibat hubungan seksual, penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang yang semuannya akan menentukan kehidupan pribadi serta dapat menjadi masalah bagi keluarga maupun bangsa dan negara di masa yang akan datang. Masalah yang dihadapi remaja terutama yang berumur antara 12-18 tahun, dalam mendapatkan pelayanan kesehatan adalah seringkali mereka dibuat bingung karena dianggap anak sudah lewat sehingga tidak dapat dilayani di bagian anank tetapi sebagi orang dewasa belum sampai. Pelayan kesehatan terhadap remaja sangat penting karena mereka harus dipersiapkan untuk menjadi produktif dan diharapkan menjadi pewaris bangsa (IDAI, 2013).
2.1.3. Masalah-Masalah Remaja Timbulnya masalah pada remaja disebabkan oleh berbagi faktor yang sangat kompleks. Secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut (Gunarsa, 2001). 1. Adannya perubahan-perubahan biologis dan psikologis yang sangat pesat pada masa remaja yang akan memberikan dorongan tertentu yang sangat kompleks. 2. Orangtua dan pendidik kurang siap untuk memberikan informasi yang benar dan tepat waktu karena ketidaktahuan. 3. Perbaikan gizi yang menyebabkan menars menjadi lebih dini. Kejadian kawin muda masih banyak terutama di pedesaan. Sebaliknya di perkotaan kesempatan untuk bersekolah dan bekerja menjadi lebih terbuka bagi wanita sehingga usia kawain bertambah. Kesenjangan antara menars dan usia kawin yang makin panjang dan disertai pergaulan yang makin bebas tidak jarang menimbulkan masalah. 4. Membaiknya sarana komunikasi dan transportasi akibat kemajuan teknologi sehingga sulit melakukan seleksi terhadap informasi dari luar. 5. Pembangunan ke arah industralisai disertai pertambahan penduduk yang menyebabkan peningkatan urbanisasi, berkurangnya sumber daya alam dan terjadi perubahan tata nilai. Ketimpangan sosial dan individualisme sering memicu terjadinya komplik perorangan maupun kelompok. Lapangan kerja yang kurang memadai dapat memberikan dampak yang kurang baik sehinnga remaja menderita frustasi dan depresi yang
menyebabkan mereka mengambil jalan pintas dengan melakukan tindkan negatif. 6. Kurangnya pemanfaatan penggunaan saran untuk menyalurkan gejolak remaja. Perlu adannya penyaluran sebagai substitusi yang positif ke arah pengembangan keterampilan yang mengandung unsur kecepatan dan kekuatan misalnya olahraga.
2.2. Menstruasi 2.2.1. Pengertian Menstruasi Mentruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. Hari pertama keluarnya darah menstruasi ditetapkan sebagi hari pertama siklus endometrium. Lama rata-rata menstruasi adalah 5 hari (rentang 3-6 hari) dan jumlah darah rata-rata yang hilang ialah 50 ml (rentang 2080 ml), namun hal ini sangat bervariasi. Sedangkan menurut progestian (2010) menstruasi/haid dikatakan normal apabila siklusnya 21-35 hari (rata-rata 28 hari), dan terjadi ovulasi. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus setelah empat belas hari dari ovulasi pada setiap bulan, dengan lama aliran perdarahan dan siklus menstruasi bervariasi (yanti, 2011) Menstruasi merupakan suatu tanda mulai matangnya organ reproduksi pada remaja. Ovulasi dan menstruasi reguler mulai terjadi pada usia antara 6-14 bulan setelah menarche. Menarche adalah menstruasi pertama yang biasanya terjadi dua tahun sejak timbulnya perubahan pada masa pubertas. Menstruasi dimulai antara
usia 12-15 tahun dan dapat menimbulkan berbagai gejala pada remaja, diantaranya nyeri perut (kram), sakit kepala terkadang disertai vertigo, perasaan cemas, gelisah, dan konsentrasi buruk. Pada sebagian remaja, menstruasi dapat terjadi sesuai dengan waktunya dan sebagian remaja lainnya, menstruasi dapat terjadi lebih awal (maju) dan atau lebih lambat (mundur) waktunya (Yanti, 2011).
2.2.2. Siklus Menstruasi Siklus menstruasi (disebut juga sebagai siklus reproduksi wanita), dan dapat didefinisikan sebagai episode perdarahan uterus dalam merespon perubahan siklus hormonal serta merupakan proses persiapan yang memungkinkan untuk konsepsi dan implantasi dari kehidupan baru. Tujuan dari siklus menstruasi adalah membawa ovum yang matur dan memperbaharui jaringan uterus untuk persiapan pertumbuhan atau fertilisasi. siklus menstruasi merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan di endometrium, kelenjar hipotalamus dan hipofisis, serta ovarium. Siklus menstruasi mempersiapkan uterus untuk kehamilan. Bila tidak terjadi kehamilan, maka akan terjadilah menstruasi (Yanti, 2011).
2.2.3. Fase Utama Menstruasi Siklus menstruasi dari hari ke hari mengalami perubahan-perubahan yang berulang, meliputi tiga fase utama yaitu sebagai berikut (Yanti, 2011): 1. Fase menstruasi Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan yang disebabkan oleh vasokonstriksi periodik pada lapisan atas
endometrium. Hanya lapisan basal (stratum basale) selalu dipertahankan dan regenerasi dimulai menjelang akhir siklus. Sel yang beregenerasi berasal dari sisa kelenjar yang tertinggal atau sel stroma yang terdapat di lapisan basalis. Darah haid yang dikeluarkan melalui vagina merupakan darah campuran yang terdiri dari darah 50-80%, hasil campuran dari peluruhan lapisan endometrium uteri, bekuan darah (stolsel), sel-sel epitel dan stroma (jaringan ikat pada organ tubuh) dari dinding uterus dan vagina yang mengalami disintegrasi dan otolisis, cairan dan lendir (terutama yang dikeluarkan dari dinding uterus, vagina, dan vulva) serta beberapa bakteri dan mikroorganisme yang senantiasa hidup di beberapa daerah kemaluan wanita (flora normal). Rata-rata fase ini berlangsung selama 5 hari. Pada fase akhir menstruasi kadar estrogen dan progesteron menurun, sehingga merangsang sekresi gonadotropinreleasing hormone (GnRH). 2. Fase proliferasi Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung hingga ovulasi, misalnya hari ke-7 siklus 21 hari, hari ke-14 siklus 28 hari, hari ke-21 siklus 35 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal dan terjadi penebalan 8-10 kali lipat, yang berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel de graaf ovarium. pelepasan ovum dari ovarium (ovulasi) terjadi antara hari kedua belas dan keempat belas. Pada fase ini hipotalamus mensekresi GnRH. Sebaliknya GnRH menstimulasi hipofisis anterior untuk mensekresi folikel stimulating hormone (FSH). FSH menstimulasi folikel de graaf ovarium dan produksi estrogen. Selanjutnya kadar estrogen menghambat produksi FSH, sehingga GnRH
hipotalamus memicu hipofisis anterior mensekresi lutenizing hormone (LH). Lonjakan LH yang tinggi dan kadar estrogen yang rendah menyebabkan terjadinya ovulasi. 3. Fase Sekresi Fase sekresi berlangsung sejak ovulasi sampai satu hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Setelah ovulasi, diproduksi lebih banyak progesteron. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya akan darah dan sekresi kelenjar. Implantasi (nidasi) ovum yang dibuahi terjadi sekitar tujuh sampai sepuluh hari setelah ovulasi. Setelah ovulasi, sel-sel stratum granulosum di ovarium mulai berproliferasi dan masuk ke ruangan bekas tempat ovum, likuor folikuli, jaringan ikat, dan pembuluh-pembuluh darah kecil yang ada sehingga menyebabkan terbentuklah korpus rubrum. Umur korpus rubrum hanya sebentar, kemudian di dalam sel-selnya timbul pigmen kuning dan korpus rubrum menjadi korpus luteum di bawah pengaruh LH. Korpus luteum mengeluarkan progesteron. Progesteron menghambat sekresi LH sehingga menurunnya kadar LH dan FSH. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum mengalami atrofi sehingga kadar estrogen dan progesteron menurun. Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai, menandai hari pertama siklus berikutnya.
2.2.4. Masalah Menstruasi pada Remaja Masa remaja merupakan suatu periode dalam rentang kehidupan manusia dan terjadi peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang. Masa ini ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan emosional. Perubahan paling awal yaitu perkembangan secara fisik/biologis, salah satunya adalah remaja mulai mengalami menstruasi/haid. Menstruasi dimulai saat pubertas dan kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak atau masa reproduksi. Menstruasi dimulai antara usia 12-15 tahun, tergantung pada berbagai faktor seperti kesehatan wanita, status nutrisi dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung sampai mencapai usia 45-50 tahun (Progestian, 2010). Menstruasi yang harus dialami para remaja wanita dapat menimbulkan masalah, salah satunya adalah dismenore. Dismenore merupakan masalah ginekologis yang paling umum dialami wanita baik wanita dewasa maupun wanita pada usia remaja. Pada penelitian ini, peneliti memilih wanita pada usia remaja, hal ini didukung oleh data dari hasil studi epidemiologi pada populasi remaja (berusia 12-17 tahun) di Amerika Serikat, Klein dan Litt melaporkan prevalensi dismenore 59,7%, dengan nyeri haid berat sebanyak 12%, nyeri sedang 37%, dan nyeri ringan 49%. (Anurogo, 2008). Hal ini didukung French (2005) menyatakan di Amerika prevalensi dismenore paling tinggi pada usia remaja dengan estimasi 20-90% dengan nyeri haid berat sebanyak 15%. Sedangkan di Malaysia, prevalensi dismenore pada remaja sebanyak 62,3% (Liliwati dkk, 2007).
2.3. Nyeri 2.3.1. Pengertian Nyeri Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan akstensinya diketahui bila seseoarang pernah mengalaminnya. Menurut Internal Association for Study O Plain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangakan yang didapat terrkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinnya kerusakan. Respon nyeri sangat subyektif tergantung dari ambang nyeri dari setiap klien, koping klien, pengalaman nyeri, ansietas, budaya dari klien serta dipengaruhi oleh gender dan usia. Oleh karena itu, untuk mengkaji nyeri, perawat dapat melakukan observasi respon dan perubahan perilaku klien diantarannya. Ada lima kelompok umum respon klien terhadap nyeri : a) motor responses; b) Vocal responses; c) Verbal responses; d) Social responses; dan e) The absence of manifest behavior (hiding of plain or suppressing external sign of plain). Respon seseorang terhadap nyeri bisa kombinasi antara beberapa respon diatas (Santosa, 2013). 2.3.2. Fisiologi Nyeri Menurut Santosa (2013), reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielien dari syaraf perifer. Berdasarkan letaknya, teori
yang mencoba menjelaskan bagaimana nyeri dapat timbul, namun teori gerbang kendali nyeri dianggap paling relevan. Toeri gate control dari Melzack dan Wall dalam Santosa (2013), mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem syaraf pusat. Toeri ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebeut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri. Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neoron delta-A dan C melepaskan substansi C melepaskan substansi P untuk mentranmisi impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor, neoron betaA yang lebih tebal, yang lebih cepat melepaskan neurotransmiter penghambat. Apabila masukan-masukan yang dominan berasal dari sebarut beta-A maka akan menutup mekanisme pertahanan (Santosa, 2013) Diyakini mekanisme penutupan ini dpat terlihat saat seseorang perawat menggosok unggung klien dengan lembut. Pesan yang dihasilkan akan menstilmulus mekanoreseptor, apabila masukan yang dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut dan klien mempersepsi sensai nyeri. Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin, suatu pembuluh nyeri alami yang berasal dari tubuh. Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat pelepasan substansi P. Tehnik
distraksi, konseling dan pemberian plasebo merupakan upaya untuk melepaskan endorfin (Santosa, 2013).
2.3.4. Pengukuran Nyeri dengan Visual analog scale/VAS Cara dimensi tunggal skala analog visual (visual analog scale/VAS) adalah cara yang paling banyak digunakan untuk menilai nyeri. Skala linier ini menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin dialami seorang pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang 10-cm, denagn atau tanpa tanda pada tiap centimeter. Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau pernyataan deskriftif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung yang lain mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi. Skala dapat dibuat vertikal atau horizontal (Rospond, 2008). Menurut Rospond (2008), manfaat utama VAS adalah penggunannya yang sangat mudah dan sederhana. Farmasis dapat segera menggunakannya sebagai penilaian cepat pada hampir semua situasi praktek farmasi. Namun, pada periode pascabedah, VAS tidak banyak bermanfaat karena VAS diperlukan koordinasi visual dan motorik serta kemapuan berkonsentrasi. VAS juga dapat diadaptasi menjadi skala hilangnya/ reda rasa nyeri. Visual analog scale/VAS dapat dilihat pada gambar 2.1. dibawah ini. Tidak ada nyeri
0
1
2
Nyeri Berat sekali
3
4
5
6
7
8
Gambar 2.1. Visual Analog Scale/VAS
9
1 0
Pengkategorian intensitas nyeri adalah sebagi berikut: 0 = Tidak Nyeri 1-3 = Nyeri Ringan 4-6 = Nyeri Sedang 7-8 = Nyeri Berat 9-10 = Nyeri Berat Sekali
2.4. Dismenore 2.4.1. Pengertian Dismenore Misaroh & Proverawati (2009), dismenore adalah menstruasi yang disertai dengan rasa nyeri. Jadi dapat disimpulkan dismenore adalah menstruasi yang disertai dengan rasa nyeri (kram) pada daerah perut dan terjadi pada hari pertama, serta merupakan maslah ginekologis yang umum terjadi pada wanita. Sedangkan mennurut Hendrik (2006) dismenore adalah nyeri (kram) pada daerah perut yang mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinnya perdarahan haid dan dapat bertahan selam 24-36 jam, meskipun pada umumnya hanya berlangsung selama 24 jam pertama saat terjadi perdarahan haid.
2.3.2. Klasifikasi Dismenore Dismenore diklasifikasikan menjadi dua menurut Misaroh & Proverawati (2009), yaitu sebagai berikut: 1. Dismenore Primer (fungsional) Dismenore primer secara langsung berkaitan dengan terjadinya ovulasi sebelumnya serta ada hubungan antara kontraksi otot uterus dan sekresi
prostaglandin. dismenore primer dapat terjadi pada siklus siklus anovulasi maupun siklus ovulasi. Dismenore primer biasanya terjadi dalam 6-12 bulan pertama setelah menarche segera setelah siklus ovulasi teratur, dan pada umumnya timbul setelah 2-3 tahun dari menarche. Pendapat lain mengatakan dismenore primer adalah nyeri pada saat pengeluaran aliran darah menstruasi yang dihubungkan dengan siklus ovulasi normal, dan tidak berhubungan dengan semua jenis penyakit patologis pada rongga panggul. 2. Dismenore Sekunder (Patologis) Dismenore sekunder adalah dismenore yang disebabkan karena adanya masalah patologis di rongga panggul. Dismenore sekunder terjadi apabila ketidaknyamanan menyertai endometriosis, infeksi, adhesi akibat peritonitis, atau penyakit pelvis lainnya. Dismenore sekunder paling sering muncul di usia 20-an atau 30-an setelah bertahun-tahun menstruasi normal atau siklus tanpa nyeri. Dismenore yang terjadi pada remaja umumya adalah dismenore primer, sehingga pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada dismenore primer pada remaja di sekolah menengah atas.
2.3.3. Penyebab Dismenore Menurut Hendrik (2006) penyebab dismenore primer karena terjadi kontraksi yang kuat atau lama pada dinding rahim, hormon prostaglandin yang tinggi, dan pelebaran leher rahim saat mengeluarkan darah haid. Pendapat lain mengatakan penyebab dismenore primer karena konstraksi otot uterus (miometrium) yang terlalu kuat ketika mengeluarkan darah haid (peluruhan lapisan endometrium uteri; bekuan darah (stolsel); sel-sel epitel dan stroma dari
dinding uterus dan vagina; serta cairan dan lendir dari dinding uterus; vagina, dan vulva), sehingga menimbulkan ketegangan otot saat berkontraksi dan terjadilah nyeri saat haid. Dismenore pada beberapa wanita dapat dipengaruhi oleh faktor sosial atau psikologis. Dismenore terjadi pada sebagian remaja salah satunya disebabkan oleh produksi prostaglandin pada endometrial dalam jumlah yang berlebihan selama fase luteal dari siklus menstruasi yang disekresi berlebihan akan berdifusi ke dalam jaringan endometrial yang selanjutnya meningkatkan amplitudo dan frekuensi kontraksi otot uterus dan menyebabkan vasospasme arteriol uterus, sehingga mengakibatkan iskemia uterus dan hipoksia jaringan uterus serta kram abdomen bawah yang bersifat siklik menurut (Hendrik, 2006).
2.4.4. Faktor Resiko Terjadinnya Dismenore Ada beberapa faktor resiko yang dapat dihubungkan dengan kejadian dismenore primer sebagai berikut: usia menarche yang terlalu dini, usia dibawah 25 tahun, periode menstruasi yang terlalu panjang, banyak darah beku (stolsel) yang keluar pada saat menstruasi, obesitas, gangguan pada hubungan sosial, merokok, dan konsumsi alkohol, riwayat keluarga dengan dismenore serta diet tinggi lemak (Misaroh & Proverawati (2009).
2.4.5. Gejala Dismenore Gejala yang paling umum terjadi pada saat dismenore adalah kram atau spasme intermiten yang biasanya berpusat di area suprapubik. Gejala lainnya berupa nyeri yang menyebar ke area punggung, kaki, dan pinggang, kehilangan
nafsu makan, lemas, pusing, depresi, iritabilitas, gugup, dan mengantuk. Selain itu dismenore juga dapat terjadi dengan beberapa gejala sistemik antara lain mual, muntah, diare, demam, nyeri kepala. Sedangkan menurut , nyeri/kram dirasakan di daerah perut bagian bawah mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya perdarahan dan dapat bertahan selama 24-36 jam (umumnya nyeri berlangsung 24 jam pertama saat terjadinya perdarahan haid), menyebar ke bagian belakang, kaki, pangkal paha, dan vulva. Rasa nyeri sering disertai dengan mual, muntah, diare, kedinginan, perut kembung, nyeri payudara, sakit kepala bahkan pingsan (Hendrik, 2006). Menurut Anurogo (2008) gejala-gejala umum dismenore primer adalah nyeri perut (kram), malaise, fatigue, mual dan muntah, diare, nyeri punggung bawah, sakit kepala terkadang disertai vertigo, perasaan cemas, gelisah, dan bahkan kolaps. nyeri abdomen dapat mulai beberapa jam sampai satu hari mendahului keluarnya darah haid. Nyeri biasanya paling kuat sekitar 12 jam setelah mulai timbulnya keluar darah haid, saat pelepasan endometrium maksimal. Dismenore juga memiliki ciri khas yaitu nyeri pelvis atau perut bawah dimulai sejak keluar haid dan berakhir 8-72 jam, nyeri punggung, nyeri paha di medial atau anterior, sakit kepala, diare, mual atau muntah serta konsentrasi buruk.
2.5. Senam Dismenore
Latihan fisik adalah aktivitas fisik untuk membuat kondisi tubuh meningkatkan kesehatannya dan mempertahankan kesehatan jasmani.
latihan
fisik memiliki hubungan yang signifikan dengan penurunan tingkat keletihan otot.
Remaja dengan dismenore akan mengalami kram otot terutama pada abdomen bawah yang bersifat siklik disebabkan karena kontraksi yang kuat dan lama pada dinding uterus sehingga terjadi kelelahan otot dan physical inactivity maka diperlukan latihan fisik untuk menghilangkan kram otot tersebut (Jham, et al., 2008). Salah satu cara untuk mengatasi dismenore adalah dengan mengambil atau melakukan posisi menungging sehingga rahim tergantung ke bawah, dan menarik napas dalam secara perlahan untuk relaksasi. Melakukan latihan fisik akan mengurangi keletihan/kelelahan otot terutama pada abdomen bawah, sehingga intensitas nyeri dapat menurun. Latihan seperti dengan menggerakkan panggul, dengan posisi lutut-dada, dan latihan pernapasa dapat bermanfaat untuk mengurangi dismenore (Jham, et al., 2008).
2.5.2. Manfaat Senam Dismenore Menurut Wong (2011), manfaat senam dismenore antara lain dapat meningkatkan kebugaran, mengoptimalkan daya tangkap, meningkatkan mental dan relaksasi fisik, meningkatkan perkembangan kesadaran tubuh, mengurangi ketegangan otot (kram), mengurangi nyeri otot, dan mengurangi rasa sakit pada saat menstruasi (dismenore). Manfaat melakukan senam dismenore adalah mengurangi ketegangan otot, memperbaiki peredaran darah, mengurangi kecemasan, perasaan tertekan, dan kelelahan, memperbaiki kewaspadaan mental, mengurangi risiko cedera, mempermudah pekerjaan, memadukan pikiran ke dalam tubuh, serta membuat perasaan lebih baik.
2.5.3. Gerakan Senam Dismenore Lakukan gerakan senam dismenore agar dapat mengurangi dismenore. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut (Wong, 2011): a). Lotus Pose (Padmasana) Duduk dengan kaki bersilah seperti orang sedang bersemedi. Tutup kedua tangan. Tarik napas dalam-dalam dan lepaskan pelan-pelan melalui mulut lakukan dalam 8 hitungan. b). Cobra Pose Tidurlah dengan posisi tengkurap dengan tangan kearah depan. Tekuklah kedua tangan kesamping dada. Angkat badan ke arah atas. Sampai otot perut terasa tertarik. Tarik napas dalam-dalam dan lepaskan pelan-pelan melalui mulut lakukan dalam 8 hitungan. c). Wind Relieving Pose (Pavanamuktasan) Tidur dengan posisi terlentang. Tekuk salah satu kaki sambil dipegang oleh kedua tangan. Boleh kepala maju dengan menyentuh lutut. Tarik napas dalam-dalam dan lepaskan pelan-pelan melalui mulut lakukan dalam 8 hitungan. Ganti dengan posisi sebelahnya. Tarik napas dalam-dalam dan lepaskan pelanpelan melalui mulut lakukan dalam 8 hitungan. Langkah selanjutnya adalah menaikkan kedua kaki kearah perut, tekuk sampai keperut. Tarik napas dalamdalam dan lepaskan pelan-pelan melalui mulut lakukan dalam 8 hitungan. d). Reclined Spinal Twist (Jathara Parivartasana) Tidur dengan posisi terlentang. Miringkan kaki kanan kearah kiri. Tarik napas dalam-dalam dan lepaskan pelan-pelan melalui mulut lakukan dalam 8 hitungan.
Lakukan juga dengan posisi sebelahnya. Tarik napas dalam-dalam dan lepaskan pelan-pelan melalui mulut lakukan dalam 8 hitungan. e.) Savasana Berbaring dengan alas yang nyaman dan tidak terlalu keras.letakkan kedua tangan disamping. Tarik napas dalam-dalam dan lepaskan pelan-pelan melalui mulut lakukan dalam 8 hitungan. Lakukan masing-masing gerakan sebanyak 8 sesi. Total waktu yang dibutuhkan sekitar 30 menit.
2.6. Kerangka Konsep Kerangka konsep pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pre Test (Nyeri Tingkat Dismenore)
Test (Senam Dismenore)
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Pre Test (Nyeri Tingkat Dismenore)
2.7. Hipotesis Penelitian Hipotesi adalah pernyataan sementara dari peneliti yang masih perlu diuji kebenarannya. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. H0 Tidak ada pengaruh pemberian senam dismenore terhadap penurunan dismenore. 2. Ha Ada
pengaruh
dismenore.
pemberian
senam
dismenore
terhadap
penurunan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain quasi eksperiment tanpa kelompok kontrol dengan metode one group pre test and post test design. Peneliti membuat perlakuan terhadap satu subjek penelitian saja, dengan melakukan tes sebelum dan tes sesudah dilaksanakannya intervensi. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian ini dilakukan di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakitin Titi Kuning Medan Johor. Adapun yang menjadi alasan peneliti memilih lokasi ini adalah belum pernah dilakukan penelitian mengenai efektivitas senam dismenore dalam mengurangi dismenore pada remaja putri. Selain itu dapat memenuhi kriteria sampel yang diteliti. 3.2.2. Waktu Penelitian ini dilakukan pada 25 januari – 30 maret 2014 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri di pesantren modern Ta’dib Al-Syakirin titi kuning medan johor tahun 2014, yaitu sebanyak 65 orang.
29
3.3.2. Sampel Sampel
adalah bagian dari populasi yang diperoleh berdasarkan
kemampuan mewakilinya (Zaluchu, 2012). Sampel pada penelitian ini adalah 19 remaja putri, teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Kriteria inklusi pada sampel penelitian ini adalah: a. Remaja putri pada usia remaja awal (12-15 tahun). b. Mengalami dismenore pada siklus menstruasi dalam 1 bulan terahir yaitu bulan januari dengan skala nyeri minimal sedang sampai dengan berat c. Tidak menggunakan terapi farmakologis seperti analgesik selama dilakukan penelitian. d. Mampu berkomunikasi yaitu berbahasa indonesia e. Bersedia menjadi responden penelitian. Rumus :
Keterangan: = Nilai Z pada derajat kemaknaan (biasannya 95%=1,96) p
= Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, bila tidak
diketahui proporsinya, ditetapkan 50% (0,50)
d
= Derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan : 5%
(0,05) Berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti maka populasi yang telah ditetapkan untuk diambil sampel adalah 19 orang.
3.4. Intrumen Penelitian Intrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data dari unit analisis sampel (Zaluchu, 2012). Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini. Intrumen penelitian yang digunakan adalah kuisioner. Kuisioner yang digunakan untuk . Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data demografi adalah kuesioner. Dari data demografi, informasi yang diperoleh adalah umur, latar belakang suku dan kelas. Sedangkan untuk mengukur intesitas nyeri, alat ukur yang digunakan pada penelitian ini dengan skala analog visual (visual analog scale/VAS). VAS adalah cara yang paling banyak digunakan untuk menilai nyeri. Skala linier ini menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin dialami seorang pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang 10-cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap centimeter. Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau peryataan deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung yang lain mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi.
3.5. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data penelitian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada institusi pendidikan yaitu Program Studi ilmu Keperawatan STIKes Sumatera Utara b. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada institusi pendidikan Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Titi Kuning Medan Johor yang digunakan peneliti sebagai lokasi penelitian. c. Peneliti menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian serta meminta persetujuan dari calon responden untuk berpartisipasi dalam penelitian. Setiap responden diberikan kebebasan untuk memberikan persetujuan atau menolak untuk menjadi subjek penelitian. Setelah calon responden menyatakan bersedia untuk mengikuti prosedur penelitian, maka responden diminta untuk menanda tangani lembar informed consent yang telah disiapkan peneliti (lampiran 4). d. Setelah mengisi lembar informed consent, kemudian responden diminta untuk mengisi data : nama responden (inisial) dan umur responden. e. Kemudian peneliti mengambil data skala nyeri disminore kepada sampel (Pre test). Dimana penentuan minimal dengan skala nyeri yang diukur minimal dengan skala nyeri sedang. Alasan penentuan minimal dengan skala nyeri sedang dkarenakan gejala pada nyeri ringan, yaitu terasa kram pada perut bagian bawah, namun masih dapat ditahan, masih dapat melakukan aktivitas, dan masih dapat berkonsentrasi belajar.
f. Selanjutnya peneliti memberikan perlakuan senam dismenore selama 10 hari sebelum haid dan dilakukan 1 kali dalam sehari. g. Setelah datang haid peneliti melakukan post test dengan memberikan kuisenor skala nyeri dismenore. 3.6. Definisi Operasional 1. Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus setelah empat belas hari dari ovulasi pada setiap bulan, dengan lama aliran perdarahan dan siklus menstruasi bervariasi. 2. Senam dismenore merupakan dan metoda yang digunakan oleh peneliti untuk menurunkan tingkat nyeri pada dismenore dengan cara melakukan kegiatan senam dismenore. 3. Intensitas nyeri adalah tingkat nyeri yang dirasakan remaja pada saat dismenore. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur intesitas nyeri dengan skala visual analog scale/VAS, yaitu : Tidak terasa nyeri 0 1 2 3 nyeri 4adalah5sebagai 6 berikut: 7 Pengkategorian intensitas 0 = tidak nyeri 1-3 = nyeri ringan 4-6 = nyeri sedang 7-8 = nyeri berat 9-10 = nyeri berat sekali
Nyeri hebat 8
9
1 0
3.7. Etika Penelitian Peneliti
menggunakan
manusia
sebagai
subjek
penelitian,
maka
hakekatnya sebagai manusia harus dilindungi dengan memperhatikan prinsipprinsip dalam pertimbangan etik. Milton dalam Notoatmodjo (2010), mengatakan bahwa secara garis besar, dalam melaksanakan sebuah penelitian ada empat prinsip yang harus dipegang teguh, yakni: 1. Menghormati harkat dan martabat manusia Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut. Disamping itu, peneliti juga memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi atau tidak memberikan informasi (partisifasi). Sebagai ungkapan, peneliti menghormati harkat dan martabat subjek
penelitian,
peneliti
seyogyanya
mempersiapkan
formulir
persetujuan subjek (inform consent). 2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu. Setiap orang berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh karena itu, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengeni identitas dan
kerahasiaan
identitas
subjek.
Peneliti
seyogyannya
cukup
menggunakan coding sebagai pegganti identitas responden. 3. Keadilan dan inklusi/keterbukaan Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu
dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan jender, agama, etis, dan sebagainya. 4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaaat semaksimal mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya. Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek. Oleh karena itu, pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress, maupun kematian subjek penelitian
3.8. Pengolahan dan Teknik Analisa Data 4.8.1. Pengelolaan Data Pengolahan data dilakukan setelah proses pengumpulan data selesai dilakukan. Tahapan pengolahan data penelitian terbagi atas 4 tahap (Notoatmodjo, 2010). Tahapan pengelolaan data yang harus dilalui adalah: a. Editing Peneliti melakukan pengecekan kelengkapan isian kuesioner, kejelasan penulisan jawaban, dan relevansi dengan pertanyaan. Setelah peneliti melakukan pengecekan pengisian kuesioner maka kuesioner yang tidak lengkap, tidak jelas, atau tidak relevan dengan pertanyaan, akan diklarifikasi kepada responden.
b. Coding Peneliti akan mengubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan berupa skor jawaban responden berdasarkan ketentuan yang ditetapkan peneliti untuk mempermudah analisis. b. Processing Peneliti memproses data dengan cara melakukan entry data dari masingmasing responden ke dalam program komputer. Data dimasukkan sesuai nomor responden pada kuesioner dan nomor pada lembar observasi dan jawaban reesponden masukkan ke dalam program komputer dalam bentuk angka sesuai dengan skor jawaban yang telah ditentukan ketika melakukan coding. d. Cleaning Peneliti mengecek kembali data yang telah dimasukkan. Setelah dipastikan tidak ada kesalahan, dilakukan tahap analisis data sesuai jenis data.
4.8.2. Analisis data Analisis data dilakukan untuk mengetahui efektivitas senam dismenore dalam mengurangi dismenore pada remaja putri. Uji statistik yang dipergunakan adalah Paired t-test, yaitu uji statistik untuk mengetahui beda mean pada dua kelompok data berpasangan, dengan rumus sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010):
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 19 responden di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Titi Kuning Medan Johor Tahun 2014 pada 25 januari – 30 maret 2014 mengenai Efektivitas senam dismenore dalam mengurangi dismenore pada remaja putri didapatkan hasil sebagi berikut: Tabel 4.1 Kategori Tingkat Nyeri Disminore Sebelum Senam Dismenore Pada Remaja Putri di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Titi Kuning Medan Johor Tingkat Nyeri Dismenore No. Sebelum Senam Dismenore 1. Berat 2.
Sedang Jumlah
Frekuensi Persentase Max. Min. Mean 7
36.8
12
63.2
19
100.0
9
5
6,42
Dari Tabel 4.1. di atas terlihat bahwa mayoritas tertinggi sebelum diberikan tindakan dismenore adalah tingkatnya sedang yaitu sebanyak 12 orang (63,2%), dan minoritas pada tingkat berat yaitu sebanyak 7 orang (36,8%), dengan tingkat nyeri maximum 9 dan tingkat nyeri minimum 5, serta memiliki nilai mean 6,42.
4.2. Tingkat Nyeri Dismenore Sesudah Senam Dismenore Tabel 4.2. Kategori Tingkat Nyeri Disminore Sesudah Senam Dismenore Pada Remaja Putri di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Titi Kuning Medan Johor Tingkat Nyeri Dismenore No. Sesudah Senam Dismenore 1. Sedang 2.
Ringan Jumlah
Frekuensi Persentase Max. Min. Mean 11
57.9
8
42.1
19
100.0
5
2
3,37
Dari Tabel 4.2. di atas terlihat bahwa mayoritas tertinggi sesudah diberikan tindakan dismenore adalah tingkatnya sedang yaitu sebanyak 11 orang (57,9%), dan minoritas pada tingkat ringan yaitu sebanyak 8 orang (42,1%), dengan tingkat nyeri maximum 5 dan tingkat nyeri minimum 2, serta memiliki nilai mean 3,37.
4.2.3. Hasil Uji Paired Sample Test Efektivitas Senam Dismenore Dalam Mengurangi Dismenore Tabel 4.3. Hasil Uji Paired Sample Test Efektivitas Senam Dismenore Dalam Mengurangi Dismenore Pada Remaja Putri di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Titi Kuning Medan Johor Tingkat Nyeri Dismenore
Mean
Std. Deviation
thitung
Sig.
Sebelum-Sesudah
3.000
.816
16.016
.000
Dari Tabel 4.3. di atas diketahui bahwa mean sebelum dan sesudah pengukuran tingkat nyeri dismenore adalah 3,00, dengan nilai standar deviasi 0,816. Hasil uji Paired Sample t-Test didapatkan nilai t
tabel
adalah 2,093, maka
daerah penerimaan Ho antara -2,093 sampai dengan 2,093. Pada penelitian ini,
nilai t hitung 16,016, maka nilai di luar daerah penerimaan Ho, artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Dari hasil uji Paired Sample t-Test juga diperoleh nilai signifikansi yaitu 0,000 (<0,05). Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini menunjukkan ada perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan senam dismenore pada remaja putri. Artinya bahwa senam dismenore efektif dalam mengurangi nyeri dismenore pada remaja putri.
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Tingkat Nyeri Dismenore Sebelum Senam Dismenore Sebagian besar remaja putri mengalami tingkat nyeri dismenore sebelum senam dismenore adalah pada tingkat sedang yaitu sebanyak 12 orang (63.2%), dan sisanya pada tingkat berat yaitu sebanyak 7 orang (36.8%). Banyaknya remaja putri yang mengalami nyeri dismenore tingkat sedang dapat disebabkan karena kegiatan di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Titi Kuning Medan Johor sangat memperhatikan kemampuan remaja dalam mengelola kecerdasan emosi secara baik. Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Titi Kuning Medan Johor juga meningkatkan kemampuan remaja putri dalam menyelesaikan permasalahan dengan baik dan kemampuan penyesuaiaan diri dengan lingkungan pesantren, sehingga terhindar dari kekacauan dalam hal kejiwaan remaja, antara lain berupa depresi baik ringan, sedang maupun berat. Hal tersebut mempengaruhi tingkat nyeri dismenore pada remaja putri. Hurlock (2007), menyebutkan bahwa pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, mudah timbul dismenore. Ketidaksiapan remaja putri dalam menghadapi perkembangan dan pertumbuhan pada dirinya tersebut, mengakibatkan gangguan psikis yang akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya, misalnya gangguan haid seperti dismenore. Wanita mempunyai emosional yang tidak stabil, sehingga mudah mengalami dismenore.
29
Remaja putri yang mengalami nyeri dismenore tingkat berat dapat disebabkan karena kegiatan yang harus dilaksanakan, terutama yang barkaitan dengan tugas-tugas pendidikan. Sehingga hal tersebut meningkatkan stress pada remaja putri dan dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri haid. Pernyataan tersebut senada dengan Handrawan (2008), yang mengatakan bahwa tubuh bereaksi saat mengalami stress. Faktor stress dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Saat stress, tubuh akan memproduksi hormon adrenalin, estrogen, progesteron serta prostaglandin yang berlebihan. Estrogen dapat menyebabkan peningkatan kontraksi uterus secara berlebihan, sedangkan progesteron bersifat menghambat kontraksi. Peningkatan kontraksi secara berlebihan ini menyebabkan rasa nyeri. Selain itu hormon adrenalin juga meningkat sehingga menyebabkan otot tubuh tegang termasuk otot rahim dan dapat menjadikan nyeri ketika haid.
5.2. Tingkat Nyeri Dismenore Sesudah Senam Dismenore o Sebagian besar remaja putri yang menjadi subjek penelitian memiliki tingkat nyeri dismenore sesudah senam dismenore adalah pada tingkat sedang yaitu sebanyak 11 orang (57,9%) hal ini disebabkan karena remaja putri stress akibat beban pikiran seperti banyaknya tugas hapalan, dan sisanya pada tingkat ringan yaitu sebanyak 8 orang (42,1%) hal ini dikarenakan kondisi remaja putri lebih rileks dan tingkat stress remaja putri lebih berkurang. Senam dismenore ini merupakan salah satu teknik relaksasi dan upaya pencegahan nyeri dismenore. Menurut Harry (2007), senam dismenore merupakan salah satu manajemen non farmakologis yang lebih aman digunakan karena menggunakan proses fisiologis.
Sehingga melalui senam dismenore, efektif untuk mengurangi dismenore pada remaja. Dengan melakukan senam dismenore tubuh akan menghasilkan endorphin. Endorphin dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini berfungsi sebagai obat penenang alami, sehingga menimbulkan rasa nyaman. Kadar endorphin dalam tubuh yang meningkat dapat mengurangi rasa nyeri pada saat kontraksi. Peningkatan endorphin terbukti berhubungan erat dengan penurunan rasa nyeri, sehingga latihan fisik dapat efektif dalam mengurangi masalah nyeri terutama nyeri dismenore. Pernyataan tersebut senada dengan Wong (2011), bahwa manfaat senam dismenore antara lain dapat meningkatkan kebugaran, mengoptimalkan daya tangkap, meningkatkan mental dan relaksasi fisik, meningkatkan perkembangan kesadaran tubuh, mengurangi ketegangan otot (kram), mengurangi nyeri otot, dan mengurangi rasa sakit pada saat menstruasi (dismenore).
5.3. Perbedaan Tingkat Nyeri Sebelum Dan Sesudah Diberikan Senam Dismenore Pada Remaja Putri Dari hasil uji Paired Sample t-Test juga diperoleh nilai signifikansi yaitu 0,000 (<0,05). Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini menunjukkan ada perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan senam dismenore pada remaja putri. Artinya bahwa senam dismenore efektif dalam mengurangi nyeri dismenore pada remaja putri. Hasil penelitian Puji (2009), pada remaja putri di SMU Negeri 5 Semarang juga memperoleh hasil bahwa senam dismenore efektif untuk mengurangi dismenore pada remaja. Demikian juga hasil penelitian Marlinda (2013), yang
juga menemukan bahwa ada pengaruh senam dismenore terhadap penurunan dismenore pada remaja putri di Desa Sidoharjo Kecamatan Pati. Jhamb, et al. (2008), menyebutkan bahwa dengan melakukan latihan fisik akan mengurangi keletihan/kelelahan otot terutama pada abdomen bawah, sehingga intensitas nyeri dapat menurun. Latihan seperti dengan menggerakkan panggul, dengan posisi lutut-dada, dan latihan pernapasan dapat bermanfaat untuk mengurangi dismenore.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Sebagian besar remaja putri memiliki tingkat nyeri dismenore sebelum senam dismenore adalah pada tingkat sedang (63.2%), dan remaja putri lainnya memiliki tingkat nyeri dismenore pada tingkat berat (36.8%). 2. Sebagian besar remaja putri memiliki tingkat nyeri dismenore sesudah senam dismenore adalah pada tingkat sedang (57,9%), dan remaja putri lainnya memiliki tingkat nyeri dismenore pada tingkat ringan (42,1%). 3. Uji Paired Sample T-Test didapatkan nilai signifikansi 0,000 yang nilainya lebih kecil α = 0,05. Sehingga dapat diputuskan bahwa senam dismenore efektif dalam mengurangi nyeri dismenore pada remaja diterima.
6.2. Saran 1. Bagi remaja putri agar melakukan senam dismenore secara serius sebagai upaya dalam mengurangi nyeri dismenore. Karena semakin serius dalam melaksanakannya maka keefektifan senam dismenore ini akan dapat nyatakan hasilnya. Senam dismenore dilakukan dengan frekuensi masing-masing gerakan sebanyak 8 sesi dan total waktu yang dibutuhkan sekitar 30 menit. 2. Bagi pesantren agar membatasi kegiatan ekstrakulikuler bagi remaja putri yang sedang mengalami dismenore agar tidak menambah tingkat nyeri dismenore. Dan mensosialisasikan secara rutin kepada remaja putri tentang
29
manfaat senam dimenore, sehingga remaja putri dapat lebih termotivasi untuk melakukan senam dismenore. 3. Bagi tenaga kesahatan agar mampu memberikan asuhan keperawatan yang tetap bagi remaja putri dengan dismenore serta dapat memberikan informasi mengenai cara yang efektif untuk menurunkan dismenore baik melalui penyuluhan maupun seminar. 4. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah responden, dan memperhatikan faktor psikis yang dapat mempengaruhi keeefektifan senam dismenore 5. Bagi STIKes Sumatera Utara agar menambah materi kuliah tentang senam dismenore dan pengaruhnya terhadap tingkat nyeri dismenore pada remaja putri, sehingga pengembangan terapi senam dismenore untuk penatalaksanaan dismenore pada remaja putri dapat terlaksana.
DAFTAR PUSTAKA
Anurogo. 2008. Segala Sesuatu Tentang Nyeri Haid (Online). Dari: http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&dn=2008061916480 (Diakses: 3 Desember 2013
French, L. 2005. Dysmenorrhea. American Family Physician; Academic Research Library (Online). Dari http://proquest.umi.com/pqdweb?index=90&did=785908271&SrchMode=1 (Diakses: 3 Desember 2013)
Gunarsa, Y.S.D. 2001. Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia Harry. 2007. Mekanisme Endorpin dalam tubuh (Online). Dari: http://www.klikharry.files.wodrpres.com/2007/02/1.doc+endorphin+dalam+tubuh (Diakses: 2 Desember 2013
Hendrawan H. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan bina pustaka Hendrik. 2006. Problema Haid: Tinjauan Syariat Islam Dan Medis. Cetakan 1. Jakarta: Tiga Serangkai. Hurlock, Elizabeth. 2007. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2013. Seputar Kesehatan Anak (Online). Dari: http://idai.or.id/public-articles/seputar kesehatan-anak/overview-adolencent-healtproblem-and-services.html (Diakses: 3 Desember 2013 Jhamb, M. Weisbord, S.D. Steel, J.L. & Unruh, M. 2008. Fatigue in Patients Receiving maintenance Dialysis : A Review Of Definitions, Measures And Contributing Factor. AMJ Kidney Dis, 52(2), 353-365. Marlinda R. Rosalina, dan Purwaningsih P. 2013. Pengaruh Senam Dismenore Terhadap Penurunan Dismenore Pada Remaja Putri Di Desa Sidoharjo Kecamatan Pati. Jurnal Keperawatan Maternitas. Volume 1, No. 2, November 2013; 118-123. Misaroh, S. Dan Proverawati, A. 2009. Menarche, Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Mutia Medika.
Monk, K.H. 2002. Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Notoadmodjo, S.2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Puji, I. 2009. Efektivitas Senam Dismenore Dalam Mengurangi Dismenore Pada Remaja Putri Di SMU N 5 Semarang. Skripsi, UNS, Semarang. Rinawati. 2013. Pengaruh Senam Dismenore Terhadap Perubahan Dismenore Primer Pada Siswi Kelas Xi Ma-Mu Kedung Panji Magetan. Skripsi, Program Studi DIII Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Rospond, M.R. 2008. Penilaian Nyeri Dari http://www.google.co.id/pemeriksaan+skala+nyeri.pdf (Diakses : 1 Desember 2013). Santosa, D. 2013. Manajemen Nyeri Dari http://www.galeripustaka.com/2013/03manajemen-nyeri.html (Diakses : 1 Desember 2013). Schwartz, M.W.2005. Pedoman Klinis Pediatri. Cetakan 1. Jakarta:EGC. Soetjiningsih. 2007. Pertumbuhan Somatik Pada Remaja. Cetakan ke-2. Jakarta: Sagung Seto. Wong, F. 2011. Acu yoga, Kombinasi Akupresur dan Yoga. Depok: Penebar Swaaya Grup Yanti. 2011. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi (Untuk Mahasiswa Kebidanan). Yogyakarta: Pustaka Rihama. Zaluchu, F. 2012. Praktis Penelitian Kesehatan. Medan: Perdana Publishing.
Lampiran 3 SURAT PERMOHONAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama : DESI LIANA NIM : 1001014 Mahasiswa : Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara No. HP : 085207290870 Dengan ini mengajukan dengan hormat kepada adik-adik untuk bersedia menjadi responden pada penelitian yang akan saya lakukan, dengan judul “Efektivitas Senam Dismenore Dalam Mengurangi Dismenore Pada Remaja Putri di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Titi Kuning Medan Johor tahun 2013”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas senam dismenore dalam menurunkan nyeri pada saat menstruasi. Manfaat penelitian tersebut bagi remaja yang mengalami nyeri pada saat menstruasi adalah mendapatkan intervensi diluar pengobatan dengan menggunakan senam dismenore. Senam dismenore dapat menurunkan nyeri pada saat menstruasi, merupakan tindakan yang aman, dan sampai saat ini belum pernah ditemukan efek sampingnya. Jika adik-adik bersedia dalam penelitian ini, maka adik-adik akan diminta untuk mengisi kuesioner tentang menstruasi. Senam dismenore dilakukan selama 5 hari sebelum haid dan dilakukan 1 kali dalam sehari. Adik-adik berhak untuk tidak bersedia ikut dalam penelitian ini. Jika selama penelitian adik-adik merasa tidak nyaman, maka adik-adik dapat tidak meneruskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Apabila ada pertanyaan lebih dalam tentang penelitian ini dapat menghubungi peneliti pada alamat dan nomor di atas. Demikian permohonan ini saya buat, atas kerjasama yang baik saya ucapkan terima kasih.
Medan, Januari 2014 Hormat saya
Peneliti
Lampiran 4 FORMULIR PERSETUJUAN RESPONDEN (Informed Consent)
Yang bertanda tangan di bawah ini saya : Nama : Umur : Menyatakan bahwa : 1. Telah mendapatkan penjelasan tentang penelitian “Efektivitas Senam Dismenore Dalam Mengurangi Dismenore Pada Remaja Putri di Pesantren Modern Ta’dib AlSyakirin Titi Kuning Medan Johor tahun 2013”.
2. Telah diberikan kesempatan untuk bertanya dan mendapatkan jawaban terbuka dari peneliti.
3. Memahami prosedur penelitian yang akan dilakukan, tujuan dan manfaat dari penelitian yang dilakukan.
Dengan pertimbangan di atas, dengan ini saya memutuskan tanpa paksaan dari pihak manapun juga, bahwa saya bersedian/tidak bersedia* berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya.
Medan, Januari 2014 Yang membuat pernyataan
Nama & Tanda tangan *Coret yang tidak perlu
Lampiran 5 Kuesioner Penelitian EFEKTIVITAS SENAM DISMENORE DALAM MENGURANGI DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI PESANTREN MODERN TA’DIB AL-SYAKIRIN TITI KUNING MEDAN JOHOR TAHUN 2013
VISUAL ANALOGUE SCALE (VAS) Dengan Skala Numerik
Tanggal
:
Kode Responden
:
Nama Responden (Inisial) : Umur
:
Petunjuk Pengisian : Tandai salah satu titik pada grafik di bawah ini pada angka yang menggambarkan tingkat nyeri yang adik-adik rasakan saat ini. Tidak terasa nyeri 0
1
Nyeri hebat 2
3
4
5
6
7
8
9
1 0
No. Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Lampiran 6 Pengukuran Tingkat Nyeri Haid Tingkat Nyeri Haid Sebelum Tingkat Nyeri Haid Sesudah Terapi Senam Dismenore Terapi Senam Dismenore
Master Data Efektivitas Senam Dismenore Dalam Mengurangi Dismenore Pada Remaja Putri Di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Titi Kuning Medan Johor Tahun 2014. No. Responden Tingkat Nyeri Haid Sebelum Tingkat Nyeri Haid Sesudah Terapi Senam Dismenore Terapi Senam Dismenore 1. 7 3 2. 6 4 3. 6 3 4. 6 3 5. 6 3 6. 6 2 7. 5 3 8. 7 4 9. 7 3 10. 6 4 11. 5 3 12. 7 4 13. 9 5 14. 8 4 15. 5 3 16. 6 3 17. 6 3 18. 8 4 19. 6 4
Efektivitas Senam Dismenore Dalam Mengurangi Dismenore Pada Remaja Putri Di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Titi Kuning Medan Johor Tahun 2014. Tingkat Nyeri Haid Berdasarkan Kategori No. Responden Tingkat Nyeri Haid Sebelum Tingkat Nyeri Haid Sesudah Terapi Senam Dismenore Terapi Senam Dismenore 1. Berat Ringan 2. Sedang Sedang 3. Sedang Ringan 4. Sedang Ringan 5. Sedang Ringan 6. Sedang Ringan 7. Sedang Ringan 8. Berat Sedang 9. Berat Ringan 10. Sedang Sedang 11. Sedang Ringan 12. Berat Sedang 13. Berat Sedang 14. Berat Sedang 15. Sedang Ringan 16. Sedang Ringan 17. Sedang Ringan 18. Berat Sedang 19. Sedang Sedang