EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI MAHASISWA
MARDIYANTI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Efektivitas Program Beasiswa dalam Meningkatkan Prestasi Mahasiswa adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014 Mardiyanti NIM I351090051
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait
RINGKASAN
MARDIYANTI. Efektivitas Program Beasiswa dalam Meningkatkan Prestasi Mahasiswa. Dibimbing oleh NINUK PURNANINGSIH dan PRABOWO TJITROPRANOTO Beasiswa dalam sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia memiliki peran yang strategis. Khususnya pada upaya pemenuhan hak pendidikan bagi seluruh warga negara. Hingga kini beasiswa masih menjadi program unggulan dalam upaya pemerataan pendidikan. Hal tersebut terlihat pada banyaknya beasiswa bermunculan, baik yang berasal dari pemerintah, swasta, maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Program beasiswa yang berasal dari swasta dan LSM memiliki strategi pemberian beasiswa yang berbeda dengan pemerintah. Program beasiswa dari swasta dan LSM tidak hanya memberikan bantuan biaya, tetapi juga memberikan pembinaan. Penelitian Utomo dan Sudji (2010) pada penerima beasiswa Program Pengembangan Akademik di Universitas Negeri Yogyakarta menemukan bahwa beasiswa yang diberikan tidak berpengaruh terhadap prestasi mahasiswa. Antoni (2012) pada penelitian terhadap penerima Bidik Misi di Institut Pertanian Bogor menemukan bahwa proporsi penyaluran Bidik Misi kepada mahasiswa yang berprestasi (58.4%) hampir sama dengan proporsi penyaluran Bidik Misi kepada mahasiswa yang tidak berprestasi (41.6%). Hasil penelitian Utomo dan Sudji (2010) serta Antoni (2012) menggambarkan bahwa beasiswa dan bantuan pendidikan tidak berpengaruh terhadap prestasi mahasiswa. Tujuan penelitian ini adalah : (1) mendeskripsikan karakteristik individu penerima beasiswa; (2) menganalisis efektivitas program beasiswa, (3) mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas program beasiswa. Penelitian dilakukan pada mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos daerah Bogor dan Jakarta sebagai responden. Pemilihan Beastudi Etos sebagai tempat penelitian berdasar pada alasan bahwa Beastudi Etos telah sepuluh tahun memberikan beasiswa dengan pembinaan dan pendampingan kepada mahasiswa penerima beasiswa. Responden penelitian ini berjumlah 41 orang. Penelitian dilakukan pada bulan November-Desember 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik individu responden adalah : (1) berusia antara 18 – 22 tahun; (2) mayoritas anak sulung; (3) berasal dari sembilan provinsi di Indonesia; (4) berkuliah di Institut Pertanian Bogor dan Universitas Indonesia; (5) berkuliah di 29 program studi dengan mayoritas berkuliah pada program studi bidang ilmu sosial; (6) memiliki motivasi yang tinggi untuk kuliah; (6) memiliki interaksi yang baik dengan lingkungan akademik, lingkungan kemahasiswaan, dan lingkungan asrama. Karakteristik keluarga responden adalah : (1) jumlah anggota keluarga ratarata enam orang; (2) tingkat pendidikan ayah rata-rata adalah SMA; (3) tingkat pendidikan ibu rata-rata adalah SMP; (3) jenis pekerjaan ayah sebagian besar adalah wiraswasta (berpenghasilan tidak tetap tetapi tidak tergantung kepada orang lain); (4) pekerjaan ibu mayoritas adalah ibu rumah tangga; (5) pendapatan
keluarga rata-rata Rp 1.474.000,00; (5) pengeluaran terbesar untuk makan; dan (6) memiliki kemampuan pemenuhan kebutuhan primer yang tinggi. Efektivitas program beasiswa memperlihatkan bahwa : (1) responden memiliki tingkat kepastian penyelesaian studi yang baik, (2) prestasi akademik responden berada pada kategori baik. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas program beasiswa adalah : (1) motivasi untuk kuliah; (2) lingkungan asrama; dan (3) jumlah anggota keluarga. Efektivitas program beasiswa bisa ditingkatkan dengan cara : (1) memperhatikan ketepatan sasaran penerima beasiswa dengan tidak hanya mempertimbangkan kemiskinan keluarga tetapi perlu melihat motivasi penerima beasiswa untuk kuliah; (2) pengelolaan beasiswa perlu melakukan pendampingan intensif kepada penerima beasiswa. Pendampingan pada kasus penelitian ini lebih efektif dibanding dengan pembinaan karena pendampingan lebih bersifat partisipatif dibandingkan dengan pembinaan yang bersifat top down. Kata kunci : Efektivitas program beasiswa, prestasi mahasiswa
SUMMARY MARDIYANTI. Effectiveness of Scholarship Program to Improve Student Achievement. Supervised by NINUK PURNANINGSIH and PRABOWO TJITROPRANOTO Scholarship in the history of education in Indonesia has a strategic role. Particularly in the effort to fullfil the right of education for all citizens. Until now, the scholarship is still the flagship program in educational equity efforts. This is evident in the number of scholarships, whether from government, private, and Non Governmental Organization (NGO). Scholarship program that come from the private sector and NGOs have different strategi from government. The scholarship program of the private sector and NGO’s not only provide financial assistante, but also provide guidance. Utomo and Sudji (2010) found that Program Pengembangan Akademik (PPA) scholarships at Universitas Negeri Yogyakarta has not effect to student achievement. Antoni (2012) in a research to Bidik Misi recipients in Bogor Agricultural University found that the proportion of the distribution Bidik Misi Program to excellent student (58.4%) is almost equal to the proportion of the distribution Bidik Misi Program to students who do not perform (41.6%). Both of Utomo and Sudji’s result (2010) dan Antoni result (2012) show that scholarships and education assistance has no effect on student achievement. The purposes of this study are: (1) descript the individual characteristic of grantee; (2) analyze the effectiveness of the scholarship program; (3) measure the factors that influence the effectiveness of the scholarship program. The study was conducted on grantees Beastudi Etos Bogor and Jakarta as respondents. Selection Beastudi Etos due the fact that Beastudi Etos has been ten years provided scholarships with guidance and mentoring to grantees. Respondents of this study amounted to 41 people. The study was conducted in November-December 2013. The results showed that the individual characteristic of respondents are: (1) aged between 18-22 years, (2) a majority of the eldest son, (3) derived from nine provinces in Indonesia, (4) study at Bogor Agricultural University and the University of Indonesia; (5 ) enrolled in 29 courses with the majority enrolled in social science courses, (6) highly motivated to go to college, (6) have a good interaction with the academic environment, student environment, and the halls of residence. Family characteristic of the respondents are: (1) the amount of the average family of six persons, (2) the average of father's level education is senior high school, (3) the average of mother's education level is junior high school, (3) the type of work most of the fathers are self-employed (income is not fixed but is independent of the others), (4) the majority of the work mothers are housewives; (5) the average of family income Rp 1,474,000.00; (5) largest expenditures for eating; (6) has the ability to fullfil the primary needs. Effectiveness of the scholarship program in term of results show that: (1) respondents have a degree of certainty either the completion of the study, (2) academic performance of the respondents were in the good category. Factors that influence the effectiveness of the scholarship program are: (1) the motivation for
the study, (2) boarding environment, and (3) the number of family members. The effectiveness of the scholarship program could be improved by: (1) an accurate portrayal of target recipients by not only considering the poverty of the family but need to see the motivation for college, (2) management of scholarships need to do intensive support to scholarship recipients. Mentoring in the case of this study is more effective than guidance because mentoring is more participatory than the top-down guidance. Key words : effectiveness of scholarship program, student achievement
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
EFEKTIVITAS PROGRAM BEASISWA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI MAHASISWA
MARDIYANTI
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Basita Ginting Sugihen, M.Sc
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT atas segala karuniaNya sehingga penyusunan tesis ini berhasil diselesaikan. Tesis ini berjudul efektivitas program beasiswa dalam meningkatkan prestasi mahasiswa. Penelitian dilaksanakan terhadap mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos daerah Bogor, dan Jakarta pada bulan November sampai dengan Desember 2013. Terimakasih penulis ucapkan kepada : 1.
2.
3.
4. 5. 6.
7.
8.
9.
Ibu Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si dan Bapak Dr. Prabowo Tjitropranoto, M.Sc selaku pembimbing yang telah memberikan motivasi dan mencurahkan banyak waktu dan perhatian kepada penulis untuk penyelesaian tesis ini. Bapak Prof. Sumardjo selaku Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan, dan Dr. Siti Amanah, M.Sc selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Dr. Basita Ginting Sugihen, M.Sc selaku penguji luar komisi dan Dr. Ana Fatchiya, M.Si selaku penguji dari Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan. Bapak Dr. Pudji Mulyono, dan Ibu Irma Febrianis yang telah membantu penulis untuk mempublikasikan hasil penelitian di Jurnal Penyuluhan Mahasiswa penerima Beastudi Etos daerah Bogor dan Jakarta yang telah menjadi responden penelitian ini. Penghargaan juga penulis sampakan kepada pengelola beasiswa Beastudi Etos, dan segenap Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa yang telah banyak membantu penulis selama penyusunan tesis ini. Ibu Desiar (bagian administrasi prodi Ilmu Penyuluhan Pembangunan), segenap bagian administrasi di Fakultas Ekologi Manusia, dan Sekolah Pascasarjana IPB atas bantuan yang diberikan kepada penulis. Penghargaan dan terimakasih juga penulis haturkan kepada Ahmad Sumarta (suami), anak-anak, serta segenap keluarga atas doa dan dukungan yang tidak pernah henti. Segenap pengurus dan rekan kerja di Koperasi Insan Sejahtera atas kesempatan cuti yang diberikan. Semoga tesis ini memberikan kemanfaatan bagi banyak pihak.
Bogor, Februari 2014
Mardiyanti
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan 2 TELAAH PUSTAKA Pemberdayaan Efektivitas Program Beasiswa Proses Belajar Perkembangan Remaja Prestasi Belajar 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Hipotesis 4 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Jenis Data Definisi Oprasional Matrik Pengembangan Instrumen Uji Instrumen Analisis Data 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Program Beastudi Etos Bogor dan Jakarta Bentuk-Bentuk Beasiswa yang Diberikan oleh Beasiswa Beastudi Etos Karakteristik Individu Mahasiswa Penerima Beasiswa Karakteristik Keluarga Mahasiswa Penerima Beasiswa Beastudi Etos Motivasi Untuk Kuliah Pengelolaan Program Beasiswa Karakteristik Sosial Responden Analisis Efektivitas Program Beasiswa Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Efektivitas Beasiswa
Halaman xi xii xii 1 1 4 4 5 5 7 11 15 17 19 19 20 21 21 21 21 22 22 23 27 28 30 30 33 39 42 47 48 54 57 60
DAFTAR ISI (Lanjutan) Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kepastian Penyelesaian Studi Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Prestasi Akademik Responden 6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
60 66 72 72 72 73 78
DAFTAR TABEL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Contoh beasiswa dan jenis bantuan yang diberikan Sub peubah, indikator, dan pengukuran, peubah karakteristik individu Sub peubah, indikator, dan pengukuran peubah pengelolaan beasiswa Sub peubah, indikator, dan pengukuran peubah karakteristik sosial Sub peubah, indikator, dan pengukuran peubah efektivitas program beasiswa Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian Pendidikan dan profesi utama koordinator dan pendamping Beastudi Etos Bogor dan Jakarta Jumlah dan persentase responden menurut umur Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin Jumlah dan persentase responden menurut program studi Jumlah dan persentase responden menurut provinsi asal Jumlah dan persentase responden menurut urutan kelahiran Jumlah dan persentase responden menurut besar keluarga Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan orang tua Jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan ayah Jumlah dan persentase responden menurut pekerjaan ibu Jumlah dan persentase responden menurut jumlah pendapatan keluarga Jumlah dan persentase responden menurut jenis pengeluaran keluarga Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kemampuan pemenuhan kebutuhan primer keluarga Jumlah dan persentase responden menurut motivasi untuk kuliah Jumlah dan persentase responden menurut tingkat motivasi Jumlah dan persentase responden menurut sumber motivasi Jumlah dan persentase responden menurut kemudahan persyaratan beasiswa Jumlah dan persentase responden menurut jenis bantuan beasiswa Jumlah dan persentase responden menurut jumlah pengeluaran untuk biaya hidup per bulan Jumlah dan persentase responden menurut keteraturan penerimaan beasiswa
Halaman 8 24 25 26 27 28 33 39 40 40 41 42 42 43 44 44 45 46 46 47 47 48 49 50 50 51
DAFTAR TABEL (Lanjutan) 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kompetensi pendamping Jumlah dan persentase responden menurut lingkungan akademik Jumlah dan persentase responden menurut lingkungan kemahasiswaaan Jumlah dan persentase responden menurut lingkungan asrama Jumlah dan persentase responden menurut efektivitas program beasiswa Jumlah dan persentase responden menurut performa kuliah Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepastian penyelesaian studi Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi akademik Jumlah dan persentase responden menurut manfaat pemberian dana beasiswa
53 54 55 56 57 59 60 66 68
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4
Pandangan teori belajar sosial tentang interaksi Model ego ideal bagi pendidikan remaja Kerangka pemikiran penelitian Rumus korelasi Product Moment
Halaman 11 13 20 27
DAFTAR LAMPIRAN 1 2
Hasil uji regresi untuk peubah terikat kepastian penyelesaian studi Hasil uji regresi untuk peubah terikat prestasi akademik
Halaman 79 81
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beasiswa dalam sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia memiliki peran yang strategis. Khususnya pada upaya pemenuhan hak pendidikan bagi seluruh warga negara. Pada masa orde baru, beasiswa telah mulai diberikan. Pemerintah melalui Undang-Undang No 2 Tahun 1989 mengeluarkan kebijakankebijakan sebagai upaya memberikan kesempatan pendidikan seluas-luasnya kepada masyarakat. Kebijakan tersebut adalah: (1) membebaskan pembayaran uang sekolah di tingkat Sekolah Dasar, (2) pemberian bantuan kepada siswa yang miskin namun berprestasi cemerlang. Pemberian beasiswa sebagai strategi pemerataan pendidikan sudah mulai muncul pada saat itu. Hingga kini beasiswa masih menjadi program pilihan dalam upaya pemerataan pendidikan. Hal tersebut terlihat pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2013 (Departemen Keuangan 2013). Salah satu alokasi anggaran di bidang pendidikan adalah untuk menyediakan beasiswa terhadap sekitar 9.4 juta siswa/mahasiswa miskin. Hariyanto (2004) menyatakan bahwa tujuan utama beasiswa adalah membantu ketersediaan biaya pendidikan bagi penerima beasiswa. Bank Dunia (2006) dalam ikhtisar laporan tentang kemiskinan di Indonesia menyebutkan bahwa salah satu masalah dan kendala utama pendidikan di Indonesia adalah keterjangkauan. Uang sekolah dan biaya lain-lain yang harus dibayarkan menjadi hambatan bagi masyarakat miskin untuk mengakses pendidikan. Tindakan khusus yang direkomendasikan oleh Bank Dunia adalah melaksanakan program beasiswa yang terarah atau bantuan langsung tunai untuk meningkatkan angka bersekolah. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (2011) memberikan pembedaan antara bantuan biaya pendidikan dan beasiswa. Bantuan biaya pendidikan adalah dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang orang tua/walinya tidak mampu membiayai pendidikan. Beasiswa adalah bantuan dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang berprestasi. Contoh program pemerintah yang termasuk bantuan biaya pendidikan adalah Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM), dan program Bidik Misi. Contoh beasiswa adalah beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA). Beasiswa PPA diberikan kepada mahasiswa strata satu dari semua prodi dengan Indeks Prestasi minimal 3.0. Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) merupakan bantuan yang diberikan kepada mahasiswa strata satu semua program studi dengan Indeks Prestasi minimal 2.75 dari keluarga tidak mampu. Besar bantuan BBM adalah Rp 350.000,00 per bulan selama satu tahun, dan setelahnya bisa diperpanjang kembali. Program Bidik Misi diperuntukkan bagi peserta didik berprestasi 30 persen terbaik di sekolah yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. Harga satuan bantuan Bidik Misi adalah Rp 6.000.000,00 per mahasiswa per semester.
2 Meningkatnya gagasan tentang modal sosial dan masyarakat madani membuat tidak hanya pemerintah yang berperan aktif memberikan beasiswa. Lembaga pemberi beasiswa yang dibiayai oleh organisasi non pemerintah banyak bermunculan. Gagasan modal sosial adalah bahwa seseorang dapat melakukan investasi secara sosial yang kemudian dapat dilihat sebagai perekat masyarakat. Gagasan masyarakat madani ditandai dengan berdirinya badan-badan non pemerintah untuk menolong memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat (Ife dan Tesoriero 2006). Badan-badan non pemerintah yang memberikan beasiswa antara lain Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan perusahaan swasta. LSM yang memberikan beasiswa antara lain Dompet Dhuafa (Beastudi Etos, dan beasiswa Aktivis), serta Yayasan Karya Salemba Empat. Perusahaan swasta yang memberikan beasiswa antara lain PT. Djarum. Persamaan dalam pemberian beasiswa Beastudi Etos, beasiswa regular Yayasan Karya Salemba Empat, dan Djarum Beasiswa Plus (Beswan Djarum) yaitu adanya pelatihan softskill (pembinaan) bagi penerima beasiswa selain pemberian bantuan dana. Pemberian beasiswa bertujuan memberikan kesempatan pada mahasiswa yang memiliki keterbatasan ekonomi agar bisa mendapatkan pendidikan, maka beasiswa pada hakikatnya merupakan suatu upaya pemberdayaan di bidang pendidikan. Hal tersebut berdasarkan pada tujuan pemberdayaan yaitu meningkatkan keberdayaan dari kelompok yang kurang beruntung (the disadvantaged) (Ife dan Toseriero 2006). Pemerintah dan lembaga non pemerintah memiliki tujuan yang sama dalam pemberikan beasiswa, namun ada perbedaan strategi pengelolaan beasiswa. Pemerintah cenderung memberikan beasiswa hanya dalam bentuk bantuan dana. Hal tersebut bisa dipahami karena pemerintah sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 30 (1), pemerintah perlu memberikan hak pendidikan kepada seluruh warga negara. LSM/swasta memandang perlunya pembinaan bagi penerima beasiswa untuk mengembangkan kemampuan softskill agar selaras dengan kemampuan akademis. Paradigma pemberdayaan memandang bahwa program-program pembangunan seharusnya mampu meningkatkan keberdayaan masyarakat sasaran. Keberdayaan masyarakat sasaran dibentuk dengan menjadikan masyarakat sasaran sebagai aktor utama yang aktif membangun dan mengembangkan potensi dirinya. Beasiswa sebagai program pemberdayaan seharusnya juga mampu meningkatkan keberdayaan penerima beasiswa. Hasil penelitian terhadap 230 mahasiswa angkatan 2006 – 2009 Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta yang dilakukan oleh Utomo dan Sudji (2010) menunjukkan bahwa secara umum beasiswa belum mampu meningkatkan prestasi akademik mahasiswa penerima beasiswa. Penelitian yang dilakukan kepada mahasiswa penerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) ini juga menemukan bahwa kontribusi pemberian beasiswa belum dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang kegiatan akademik. Antoni (2012) yang melakukan penelitian terhadap mahasiswa penerima program Bidik Misi di Institut Pertanian Bogor. Antoni (2012) menemukan bahwa proporsi penyaluran beasiswa Bidik Misi kepada mahasiswa yang berprestasi sebesar 58.4 persen. Kondisi tersebut tidak jauh berbeda dengan proporsi pemberian beasiswa kepada mahasiswa yang tidak berprestasi yaitu
3 sebesar 41.6 persen. Kondisi ini diduga karena dalam proses seleksi penerimaan beasiswa Bidik Misi, faktor penghasilan orang tua merupakan syarat yang lebih diutamakan dibandingkan faktor kepemilikan prestasi. Hasil penelitian Utomo dan Sudji (2010) serta Antoni (2012) menggambarkan bahwa baik beasiswa maupun bantuan biaya pendidikan yang diberikan tidak berpengaruh terhadap prestasi mahasiswa. Kedua hasil penelitian tersebut menimbulkan pertanyaan besar tentang alasan yang mendasari beasiswa tidak berpengaruh terhadap prestasi mahasiswa. Bandura (1977) menyatakan hasil belajar dipengaruhi oleh interaksi timbal balik yang berkelanjutan antara personal, perilaku, dan lingkungan. Interaksi individu dengan lingkungan sosial tempat belajar sangat menentukan hasil belajar yang akan dicapai. Mahasiswa penerima beasiswa merupakan individu yang memiliki karakteristik pribadi. Pada proses menuntut ilmu di perguruan tinggi, mahasiswa penerima beasiswa berinteraksi dengan lingkungan sosial di kampus. Lingkungan sosial tersebut antara lain dosen, tenaga kependidikan, sistem pendidikan di kampus, teman kuliah, organisasi kemahasiswaan, maupun kegiatan-kegiatan pengembangan keilmuan yang diselenggarakan di kampus. Sejalan dengan proses menuntut ilmu, beasiswa diberikan sebagai stimulus agar penerima beasiswa mampu berprestasi. Kelompok masyarakat miskin menjadi salah satu kelompok yang perlu ditingkatkan kekuaasannya (power) (Ife 1995). Kondisi kemiskinan keluarga menjadi salah satu yang dipersyaratkan pada proses seleksi beasiswa. Lippit et al (1958) menambahkan perlunya mempertimbangkan motivasi masyarakat sasaran untuk melakukan perubahan berencana. Jenis motivasi yang paling kuat mendorong perubahan menurut Lippit (1958) adalah kebutuhan internal atau sering disebut sebagai dorongan alamiah yang berhubungan dengan perkembangan biologis maupun psikologis manusia. Karakteristik individu penerima beasiswa yang digunakan sebagai peubah bebas pada penelitian ini adalah kondisi keluarga dan motivasi untuk kuliah. Proses pemberdayaan mulai dijalankan oleh lembaga pemberi beasiswa. Beasiswa yang menjadi lokasi penelitian ini adalah beasiswa Beastudi Etos. Beasiswa Beastudi Etos merupakan beasiswa yang dikelola oleh LSM Dompet Dhuafa. Alasan utama pemilihan beasiswa Beastudi Etos pada penelitian ini adalah karena beasiswa Beastudi Etos sejak berdiri tahun 2003 telah menjalankan program pembinaan dan pendampingan terhadap penerima beasiswa. Pembinaan dijalankan melalui pembinaan rutin pekanan, sedangkan pendampingan dijalankan di asrama yang diberikan oleh beasiswa Beastudi Etos kepada penerima beasiswa. Peran dukungan kelembagaan pemberi beasiswa menjadi faktor penting penentu efektivitas program. Dukungan kelembagaan beasiswa bisa dilihat dari segi ketersediaan dana, dan sistem pengelolaan. Ketersediaan dana menjadi jaminan ketercukupan beasiswa. Sistem pengelolaan khususnya yang berkaitan dengan pembinaan dan pendampingan menggambarkan proses yang menentukan tingkat efektivitas program beasiswa. Ketika beasiswa memberikan bantuan biaya maupun pembinaan dan pendampingan, hal yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa penerima beasiswa tidak hidup di ruang kaca. Penerima beasiswa juga berinteraksi dengan lingkungan selain beasiswa. Lingkungan yang menjadi tempat interaksi mahasiswa penerima beasiswa adalah : (1) lingkungan akademik; (2) lingkungan
4 kemahasiswaan; dan (3) lingkungan asrama. Lingkungan menjadi faktor eksternal penerima beasiswa yang menurut Winkel (1996) dapat mempengaruhi prestasi mahasiswa. Efektivitas program beasiswa menjadi tema yang ingin dikaji pada penelitian ini. Kajian tentang efektivitas program akan dilakukan dengan melakukan analisis pada tiga hal yaitu : (1) ketepatan sasaran program beasiswa; (2) pengelolaan program beasiswa yang efektif; (3) kemampuan penerima beasiswa sebagai hasil dari proses yang dilaksanakan. Pengukuran efektivitas program beasiswa pada penelitian ini mengacu pada Boyle (1981). Efektivitas program pembangunan (developmental) diukur dari : (1) kualitas solusi atas permasalahan yang dihadapi, dan (2) tingkat kemampuan individu, kelompok atau masyarakat mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah.
Perumusan Masalah
1. 2. 3.
Perumusan masalah penelitian ini adalah : Bagaimana karakteristik individu penerima beasiswa? Bagaimana efektivitas program beasiswa? Faktor-faktor apa yang mempengaruhi efektivitas program beasiswa dalam meningkatkan prestasi mahasiswa?
Tujuan
1. 2. 3.
Penelitian ini bertujuan untuk : Mendeskripsikan karakteristik individu penerima beasiswa. Menganalisis tingkat efektivitas program beasiswa. Mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas program beasiswa dalam meningkatkan prestasi mahasiswa penerima beasiswa.
5
TELAAH PUSTAKA
Pemberdayaan
Suharto (2005) mengemukakan bahwa pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuasaaan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang dan jasa yang mereka perlukan; (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Menurut Dahl (Prijono dan Pranarka 1996), menyatakan pemberdayaan sebagai kemampuan pelaku untuk mempengaruhi pelaku ke-2 untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak diinginkan oleh pelaku ke-2. Pemberdayaan menurut Dahl berorientasi pada pemberdayaan individu. Konsep tersebut banyak mendapatkan kritik. Freire (Prijono dan Pranarka 1996) menyatakan bahwa pemberdayaan perlu dipikirkan dalam konteks sosial. Hulme dan Thurner (Prijoko dan Pranarka 1996) berpendapat bahwa pemberdayaan mendorong terjadinya suatu proses perubahan sosial yang memungkinkan orang-orang pinggiran yang tidak berdaya untuk memberikan pengaruh yang lebih besar di arena politik secara lokal maupun nasional. Oleh karena itu pemberdayaan sifatnya individual sekaligus kolektif. Sasaran pemberdayaan bisa berupa individu maupun kolektif. Ife (1995) menyatakan bahwa kelompok lemah yang perlu mendapat pemberdayaan adalah mereka yang masuk dalam kelompok di bawah ini : (1) Kelompok lemah secara struktural, baik lemah secara kelas, gender, maupun etnis. Contoh yang masuk pada kategori lemah secara struktural adalah kelompok miskin. (2) Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak dan remaja, penyandang cacat, gay, lesbian, dan masyarakat terasing. (3) Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami masalah pribadi dan/atau keluarga. Sennet dan Cabb (Suharto 2005) dan Conway (Suharto 2005) menyatakan bahwa ketidakberdayaan disebabkan beberapa faktor antara lain: ketiadaan jaminan ekonomi, ketiadaan pengalaman dalam arena politik, ketiadaan akses terhadap informasi, ketiadaan dukungan finansial, ketiadaan pelatihan-pelatihan, dan adanya ketegangan fisik maupun emosional. Seligman dan Larner (Suharto 2005) meyakini bahwa ketidakberdayaan yang dialami oleh sekelompok masyarakat merupakan proses internalisasi yang dihasilkan dari interaksi mereka dengan masyarakat. Mereka menganggap diri mereka lemah dan tidak berdaya, karena masyarakat menganggapnya demikian. Menurut Ife (1995) pemberdayaan dapat dijalankan melalui tiga jalur yaitu : (1) pemberdayaan melalui kebijakan dan perencanaan; (2) pemberdayaan
6 dengan jalan melakukan aksi sosial dan politis; (3) pemberdayaan melalui pendidikan dan peningkatan kesadaran. Pemberdayaan melalui kebijakan dan perencanaan dilakukan dengan cara mengembangkan atau mengubah struktur dan kelembagaan yang memungkinkan kelompok lemah untuk mengakses sumberdaya atau pelayanan, sehingga membuka kesempatan kepada kelompok lemah untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat. Pemberdayaan melalui aksi sosial dan politis dijalankan dengan cara membentuk kekuasaan yang efektif untuk memperjuangkan kelompok lemah. Pemberdayaan melalui pendidikan dan peningkatan kesadaran menekankan pada perlunya proses edukasi sehingga kelompok lemah mampu meningkatkan kekuasaannya. Peningkatan kesadaran dalam hal ini dimaksudkan untuk membantu kelompok lemah untuk memahami masyarakat dan tekanan-tekanan dalam struktur masyarakat, memberikan kosakata dan kemampuan untuk bekerja lebih efektif di masa yang akan datang. Rappaport (Lord dan Hutchison 1993) menjabarkan ada tiga tingkatan pemberdayaan. Pertama, pemberdayaan pada tingkat individu. Pemberdayaan pada tingkat individu yaitu kemampuan untuk meningkatkan kontrol pribadi dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan berpartisipasi pada komunitas yang diikuti. Kedua adalah pemberdayaan di tingkat kelompok kecil. Pemberdayaan pada tingkat ini ditandai dengan adanya saling berbagi pengalaman, analisis bersama, dan adanya pengaruh kelompok dalam menjalankan usaha bersama. Ketiga, pemberdayaan di tingkat masyarakat yang ditandai dengan penggunaan sumber daya dan strategi untuk mengatur sumber daya tersebut. Program beasiswa merupakan suatu bentuk upaya pemberdayaan. Ciri beasiswa sebagai pemberdayaan adalah : (1) sasaran program beasiswa adalah kelompok lemah yaitu mahasiswa dari keluarga miskin; (2) program beasiswa bertujuan meningkatkan kekuasaan (power) dengan cara memberikan bantuan baik biaya, fasilitas, dan pembinaan kepada sasaran program beasiswa selama kuliah ke pendidikan tinggi; (3) ada proses pembinaan dan pendampingan yang diberikan dalam program beasiswa. Program beasiswa menjalankan pemberdayaan di tingkat individu karena fokus pada peningkatan kemampuan individu mahasiswa penerima beasiswa untuk menjalani kehidupan sehari-hari dan berpartisipasi pada komunitas yang diikuti mahasiswa. Jalur pemberdayaan program beasiswa adalah melalui pendidikan dan peningkatan kesadaran mahasiswa. Upaya peningkatan kesadaran mahasiswa penerima beasiswa dilakukan melalui pembinaan dan pendampingan. Sasaran, tujuan, dan proses beasiswa mencirikan adanya proses pemberdayaan. Hasil yang diharapkan dari pemberdayaan adalah masyarakat sasaran memiliki kemampuan menyelesaikan masalahnya sendiri. Program beasiswa memberikan bantuan kepada penerima beasiswa agar dapat kuliah. Kualitas hasil kuliah dilihat dari capaian indeks prestasi akademik yang menggambarkan penilaian kemampuan mahasiswa dalam penguasaan aspek kognitif dan keterampilan materi kuliah. Mahasiswa penerima beasiswa selain perlu mendapatkan nilai indeks prestasi yang baika juga perlu mempersiapkan biaya-biaya untuk menjalani perkuliahan. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya pendidikan (SPP, biaya praktikum, dan biaya untuk mengerjakan tugas kuliah), dan biaya hidup selama kuliah (makan, sewa tempat tinggal, transportasi, komunikasi, dan pemenuhan
7 kebutuhan lain. Mahasiswa yang menerima bantuan beasiswa penuh tidak akan mendapatkan masalah terkait ketersediaan biaya-biaya karena seluruh kebutuhan biaya telah dipenuhi oleh program beasiswa. Kondisi yang berbeda terjadi pada mahasiswa yang menerima beasiswa tidak penuh. Mahasiswa penerima beasiswa tidak penuh perlu berusaha untuk memenuhi kekurangan biaya yang terjadi. Kualitas hasil belajar melalui capaian prestasi akademik, dan kemampuan memenuhi biaya selama kuliah merupakan dua hal yang menjadi indikator hasil pemberdayaan sekaligus menjadi indikator efektivitas program beasiswa dalam penelitian ini.
Efektivitas Program Beasiswa
Beasiswa adalah tunjangan yang diberikan kepada pelajar atau mahasiswa sebagai bantuan biaya belajar. Bentuk bantuan yang diberikan inipun bisa bermacam-macam, sehingga secara umum beasiswa dapat dikelompokkan sebagai berikut: (1) Beasiswa Pendidikan, dapat berupa beasiswa penuh atau hanya sebagian dari biaya pendidikan yang meliputi biaya SPP, alat tulis, fotokopi, dan buku. (2) Beasiswa biaya hidup, bantuan untuk kehidupan sehari-hari. (3) Beasiswa perjalanan, adalah bantuan biaya untuk melakukan perjalanan, misalkan perjalanan ke luar negeri. (4) Beasiswa pelatihan, merupakan bantuan biaya yang diberikan untuk pelatihan atau berupa pelatihan itu sendiri. (5) Beasiswa penelitian, beasiswa yang digunakan untuk melakukan riset/penelitian. (6) Beasiswa magang, merupakan sarana untuk melatih keterampilan siswa/mahasiswa dalam mempraktikkan ilmu yang didapat di sekolah/kuliah. (7) Beasiswa kerja, beasiswa yang diberikan kepada siswa/mahasiswa untuk bekerja secara paruh waktu. (8) Beasiswa pertukaran pelajar, biasa dilakukan antar negara yang bersahabat (Hariyanto 2004). Beberapa beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa tingkat strata satu tidak memberikan bantuan secara penuh. Beberapa contoh beasiswa yang tidak memberikan bantuan penuh adalah : beasiswa Pengembangan Prestasi Akademik (PPA) dari pemerintah, beasiswa regular dari Yayasan Karya Salemba Empat, Beasiswa Djarum, dan Beastudi Etos.
8 Tabel 1 Contoh beasiswa dan jenis bantuan yang diberikan Deskripsi kegiatan
Beasiswa PPA
Beswan Djarum
Sumber dana Besar Bantuan Biaya per Bulan Lama Beasiswa
Pemerintah Rp 350.000,00
Swasta Rp 750.000,00
Satu tahun dan bisa diperpanjang Tidak ada
Satu tahun
Tidak ada
Penerima beasiswa menjadi manusia Indonesia yang disiplin, mandiri dan berwawasan masa depan sebagai calon pemimpin bangsa
Tidak ada
Tidak ada
Adanya pembinaan Tujuan pembinaan
Adanya agen perubahan (pendamping) a
Ada
Beasiswa Beastudi Etos Karya Salemba Empat LSM LSM Rp 600.000,00 Rp 500.000,00 Satu tahun dan dapat diperpanjang Ada
Tiga tahun
Mendorong dan turut mempersiapkan penerima beasiswa menjadi lulusan yang memiliki integritas, berwawasan kebangsaan, cinta kepada tanah air, nusa dan bangsa Tidak ada
Membentuk generasi unggul dan mandiri
Ada
Ada
Beasiswa PPA adalah beasiswa Pengembangan Prestasi Akademik
Beasiswa Djarum memberikan beasiswa sebesar Rp 750.000,00 per bulan selama satu tahun. Beasiswa Beastudi Etos memberikan bantuan biaya sebesar Rp 500.000 per bulan selama tiga tahun. Beasiswa PPA memberikan bantuan biaya Rp 350.000 per bulan selama satu tahun dan setelahnya dapat diperpanjang kembali. Sedangkan beasiswa Karya Salemba Empat memberikan bantuan biaya sebesar Rp 600.000,00 per bulan selama satu tahun dan beasiswa dapat diperpanjang. Kelemahan beasiswa tidak penuh jika dibandingkan dengan beasiswa penuh adalah rasa tenang pada penerima beasiswa. Beasiswa penuh akan memberikan rasa tenang yang lebih besar karena ada keterjaminan biaya sampai dengan lulus. Lembaga pemberi beasiswa seperti Beswan Djarum, Yayasan Karya Salemba Empat dan Beastudi Etos meskipun tidak memberikan bantuan biaya penuh, tetapi memberikan pelatihan-pelatihan kepada penerima beasiswanya. Pelatihanpelatihan yang diberikan kepada penerima beasiswa baik Beswan Djarum,
9 beasiswa Karya Salemba Empat maupun Beastudi Etos disebut sebagai pembinaan. Tujuan pembinaan beasiswa Beswan Djarum adalah agar kelak penerima beasiswa Beswan Jarum bisa menjadi manusia Indonesia yang disiplin, mandiri dan berwawasan masa depan sebagai calon pemimpin bangsa. Sedangkan pembinaan beasiswa Karya Salemba Empat bertujuan untuk mendorong dan turut mempersiapkan penerima beasiswa menjadi lulusan yang memiliki integritas, berwawasan kebangsaan, cinta kepada tanah air, nusa, dan bangsa. Tujuan pembinaan Beastudi Etos bertujuan agar mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos menjadi generasi yang unggul dan mandiri. Metode pembinaan yang dilakukan antara beasiswa Beswan Djarum dan beasiswa Karya Salemba Empat hampir serupa yaitu melalui kegiatan pelatihan, seminar, workshop. Pembinaan beasiswa Beastudi Etos menggunakan metode yang hampir serupa dengan beasiswa Beswan Djarum dan beasiswa Karya Salemba Empat. Perbedaan yang dimiliki oleh beasiswa Beastudi Etos adalah adanya pendampingan di asrama. Pendampingan asrama dilakukan dengan dibimbing oleh pendamping Beastudi Etos. Pembinaan maupun pemdampingan pada hakekatnya sejalan dengan paradigma pemberdayaan yaitu melibatkan penerima beasiswa untuk menjalankan proses belajar dengan tujuan untuk merubah perilaku. Perubahan perilaku yang diharapkan menjadi hasil proses belajar meliputi perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perbedaan antara pembinaan dan pendampingan adalah pada pendekatan proses belajar. Pembinaan cenderung menggunakan pendekatan top down. Penerima beasiswa hadir sebagai peserta pembinaan yang mendapatkan materi dari narasumber. Pendampingan menggunakan pendekatan bottom up atau disebut pendekatan partisipasi dengan cara penerima beasiswa merumuskan bersama pendamping tentang program-program yang akan dijalankan di asrama. FAO (Mikkelsen 2011) , partisipasi mengandung arti : (1) Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut dalam pengambilan keputusan (2) Partisipasi adalah pemekaan (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan unttuk menanggapi proyek-proyek pembangunan (3) Partisipasi adalah suatu proses yang aktif yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu (4) Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, dan monitoring agar supaya memperoleh informasi mengenai konteks local dan dampak-dampak social (5) Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri (6) Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka. Ciri utama partisipasi adalah masyarakat menjadi aktor utama yang aktif menentukan proses belajar yang akan dilakukannya. Proses belajar dirancang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga bisa memberikan solusi atas permasalahan hidup yang dihadapi.
10 Proses belajar pada mahasiswa penerima beasiswa dilakukan melalui pembinaan atau dengan pendidikan non formal. Pendidikan non formal menekankan pada upaya menunjukkan arah perubahan, merangsang terjadinya perubahan, dan mengembangkan perubahan yang diharapkan berdasarkan potensi warga belajar. Pendidikan non formal pada pelaksanaanya perlu memperhatian hal-hal sebagai berikut: (1) dilandasi oleh suasana demokratis, (2) komunikasi dan interaksi yang akrab baik antar warga belajar maupun warga belajar dengan agen perubahan. Hasil yang didapat dari proses belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku jangka pendek dilihat dari adanya peningkatan pengetahuan, sikap mental dan keterampilan. Peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan masyarakat sasaran tersebut kemudian diharapkan mampu meningkatkan kemandirian pada masyarakat sasaran. Perubahan perilaku yang diharapkan muncul pada penerima beasiswa berbeda-beda, tergantung pada tujuan pembinaan yang dilakukan lembaga pemberi beasiswa. Prijono dan Pranarka (1996) mengemukakan bahwa pemberdayaan memandang perubahan perilaku yang terjadi diharapkan relevan untuk memenuhi kebutuhan sasaran pemberdayaan. Kebutuhan mahasiswa penerima beasiswa adalah dapat lulus dengan prestasi akademik yang baik. Syarat kelulusan tidak hanya ditentukan oleh nilai akademik, tetapi juga kemampuan menyediakan dana pendidikan. Beasiswa yang diterima tidak memberikan bantuan penuh, maka penerima beasiswa juga membutuhkan sumber pendapatan selain beasiswa. Rogers (2003) menyatakan bahwa efektivitas adalah tingkat kemampuan suatu program mencapai tujuannya. Boyle (1981) telah menjabarkan beberapa standar efektivitas berdasarkan jenis program. Efektivitas program pembangunan (developmental) diukur dari : (1) kualitas solusi atas permasalahan yang dihadapi; dan (2) tingkat kemampuan individu, kelompok atau masyarakat mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah. Efektivitas program yang bersifat institusional diukur dari: (1) kompetensi yang dimiliki; dan (2) penilaian konsumen atau pihak yang memanfaatkan lembaga tersebut. Efektivitas program yang bersifat informatif diukur dari: (1) keterjangkauan program; dan (2) berapa banyak informasi tersebar. Beasiswa merupakan suatu program yang bertujuan memberikan bantuan biaya bagi siswa/mahasiswa miskin agar dapat menikmati pendidikan. Oleh karena itu pengukuran efektivitas program beasiswa pada penelitian ini akan mengacu pada efektivitas program pembangunan. Efektivitas program beasiswa pada penelitian ini dilihat dua indikator hal yaitu : (1) kepastian penyelesaian studi yang berhubungan dengan kemampun mahasiswa penerima beasiswa mengembangkan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan biaya-biaya selama kuliah, (2) prestasi akademik sebagai indikator kualitas hasil perkuliahan.
11 Proses Belajar
Belajar adalah rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka merubah perilakunya melalui pengalaman belajar. Setiap individu memiliki pengalaman belajar yang didapat dari interaksi keseharian. Pengalaman belajar dimaknai sebagai interaksi seseorang dengan materi belajar sehingga memiliki kesempatan untuk bereaksi. Pengalaman belajar seseorang tidak selalu identik dengan isi ajaran. Seorang individu dipenuhi oleh pengalaman belajar yang didapatkannya dari interaksi sehari-hari. Rogers (1969) menyampaikan ada 10 prinsip belajar yaitu (1) setiap manusia memiliki potensi untuk belajar; (2) belajar menjadi bermakna jika selaras dengan tujuan yang ingin dicapai warga belajar; (3) belajar melibatkan adanya perubahan dalam diri individu; (4) belajar akan lebih mudah jika disesuaikan dengan kondisi diri warga belajar; (5) kenyamanan belajar akan menentukan keberlanjutan proses belajar; (6) belajar dengan praktek langsung akan memberikan hasil yang lebih signifikan; (7) belajar pada hakikatnya adalah memfasilitasi respon dari warga belajar; (8) belajar yang berdasarkan inisiatif warga belajar akan lebih efekti;, (9) evaluasi hasil belajar dilakukan secara mandiri, kreatif, dan berdasar pada kondisi warga belajar; dan (10) manfaat terbesar belajar adalah keberlanjutan dari perubahan perilaku seseorang. Hubungan antara individu dengan pengalaman belajar yang didapatkannya dari kehidupan sangat erat, sehingga proses belajar tidak bisa mengabaikan peran lingkungan belajar untuk mendukung capaian hasil belajar. Salah satu teori belajar yang melihat belajar sebagai proses yang tidak bisa dilepaskan dari keterkaitan antara subjek belajar dan lingkungan adalah Teori Belajar Sosial yang dikemukakan oleh Albert Bandura. Teori belajar sosial melihat fungsi psikologis sebagai interaksi timbal balik yang berkelanjutan antara personal, perilaku, dan lingkungan. Bandura (1977) menyatakan bahwa faktor pribadi, perilaku, dan lingkungan beroperasi pada hubungan yang saling mempengaruhi.
P B
E
Gambar 1 Pandangan Teori Belajar Sosial tentang Interaksi
Implikasi dari teori ini adalah memandang perubahan perilaku dalam proses belajar tidak hanya terjadi dengan menunjukkan respon dan pengalaman terhadap efek respon tersebut. Perubahan perilaku terjadi sebagai sesuatu hal yang kompleks yaitu: (1) belajar pada fenomena yang merupakan hasil pengalaman pribadi; (2) belajar dengan mengamati pengalaman perilaku orang lain dan konsekuensi yang ditimbulkan kepada orang tersebut.
12 Kemampuan belajar dengan pengamatan akan memungkinkan seseorang untuk mendapatkan pengalaman yang lebih banyak, menghubungkan pola perilaku tanpa perlu mencoba benar dan salah yang membosankan. Bahkan beberapa perilaku yang komplek bisa dihasilkan hanya melalui peniruan. Salah satu sumbangan teori belajar sosial terhadap pendidikan adalah perlunya penyusunan dorongan lingkungan, memberikan dukungan kognitif secara umum, dan menghasilkan konsekuensi dari setiap tindakan sehingga setiap orang memiliki kemampuan untuk melatih beberapa ukuran kontrol dari perilaku mereka. Bandura (Yusuf 2001) mengungkapkan bahwa proses kognitif yang mengantarkan perubah perilaku dipengaruhi oleh pengalaman yang mengarahkan untuk menuntaskan keterampilan. Mekanisme sosial yang memfasilitasi harapanharapan pribadi remaja dipengaruhi oleh empat sumber, yaitu : (1) Pengembangan keterampilan yang kondusif bagi perubahan tingkah laku, yaitu remaja diberi kesempatan berperilaku, mengobservasi orang lain yang menampilkan perilaku yang layak secara berhasil, atau diberikan pengalaman instruksi/mengajar sendiri. (2) Pengalaman yang beragam, yang mana remaja mendapat kesempatan untuk memandang model-model simbolis yang memberikan sumber informasi penting yang dapat meningkatkan harapan-harapan dirinya. (3) Persuasi verbal, seperti sugesti, dan teguran. (4) Penciptaan situasi yang dapat mengurangi dorongan emosional yang mempunyai nilai-nilai informatis bagi kompetensi pribadi. Pengamatan terhadap model, akan memberikan dampak berupa: (1) Pola-pola respon baru, ketika dia berfungsi sebagai pengamat. (2) Memperkuat atau memperlemah respon-respon yang tidak diharapkan. (3) Mengamati tingkah laku orang lain dapat mendorong remaja untuk melakukan kegiatan yang sama. Sumbangan teori belajar sosial terhadap pendidikan adalah menyatakan perlunya penyusunan dorongan lingkungan dalam pendidikan. Ketika lingkungan disusun untuk memberikan dorongan positif, maka akan memberikan hasil belajar yang positif. Sebaliknya jika lingkungan tidak memberikan dorongan positif, maka akan memberikan hasil belajar yang negatif pula. Senada dengan Bandura yang menyatakan perlunya model simbolis yang memungkinkan terjadinya belajar dengan peniruan, Boyd (tahun tidak diketahui) memaparkan lebih rinci tentang metode belajar yang bisa dikembangkan bagi warga belajar pada usia remaja. Boyd (tahun tidak diketahui) menyebutnya sebagai model ego – ideal. Model ego-ideal adalah metode belajar dengan terlebih dulu memaparkan profil yang ingin dicapai dari suatu proses belajar. Profil tersebut memiliki standar performa yang diinginkan sebagai hasil belajar. Keberadaan profil model akan memudahkan remaja untuk membayangkan tujuan yang ingin dicapai dari proses belajar. Jika guru atau fasilitator mampu menampilkan diri sebagai sosok profil model ideal bagi warga belajar remaja, maka proses belajar akan menjadi lebih mudah. Perlunya profil model (contoh) pada pendidikan remaja didasari pada perkembangan kondisi psikologis remaja. Khususnya pada semakin meningkatnya ego-ideal pada usia remaja. Remaja akan mengidentifikasi siapa dirinya berdasarkan sosok model yang diidolakannya. Proses belajar bisa dilakukan
13 dengan terlebih dahulu menghadirkan persepsi visual tentang seperti apa profil yang akan dicapai dari proses belajar yang dijalani. Setelah itu barulah materimateri belajar disampaikan. Gambar model ego-ideal dapat dilihat pada gambar berikut :
Youth Identifies with
a model provides standar of performance
Subject matter
Teacher amploys and encourages the use of model
Gambar 2 Model Ego-Ideal Bagi Pendidikan Remaja
Remaja mulai melepaskan ketergantungan kepada orang tua. Kedekatan remaja akan beralih kepada teman sebaya ataupun orang dewasa yang berada di lingkungan tempat dia berada. Teman sebaya bagi mahasiswa antara lain teman mahasiswa di kampus, teman dalam organisasi, maupun teman di tempat tinggal baik berupa asrama, kos, ataupun rumah sewa. Orang dewasa yang berada di lingkungan kampus antara lain dosen, asisten dosen, petugas laboratorium, dan petugas di layanan akademik. Mahasiswa penerima beasiswa juga berinteraksi dengan teman sebaya. Mahasiswa penerima beasiswa akan mengamati perilaku teman sebaya secara langsung. Pengamatan akan diikuti dengan pemilahan, perilaku apa yang baik atau buruk, cocok atau tidak cocok dengan dirinya. Pada akhirnya akan ada proses peniruan terhadap perilaku yang sesuai dengan individu mahasiswa penerima beasiswa. Interaksi mahasiswa penerima beasiswa dengan orang dewasa di kampus diantaranya dengan dosen, asisten dosen, ataupun petugas-petugas di lingkungan kampus. Orang dewasa berperan penting dalam pengembangan keterampilan dan pengembangan pengalaman belajar mahasiswa penerima beasiswa. Selain itu, orang dewasa juga dapat melakukan kontrol terhadap perilaku mahasiswa penerima beasiswa. Bentuk kontrol dapat melalui pendekatan persuasif ataupun teguran apabila terjadi perilaku yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku di kampus. Lembaga pemberi beasiswa merupakan salah satu lingkungan bagi mahasiswa penerima beasiswa. Pemberian beasiswa dijalankan menurut prosedur yang ditetapkan oleh lembaga pemberi beasiswa. Termasuk di dalamnya adalah
14 interaksi antara lembaga pemberi beasiswa dengan mahasiswa penerima beasiswa, dan hak serta kewajiban penerima beasiswa. Pada pengelolaan beasiswa Beastudi Etos, proses belajar disebut sebagai pembinaan dan pendampingan. Pembinaan (coaching) merupakan proses pembelajaran untuk mengembangkan kapasitas seseorang (Thorne, 2005). Pada sebuah organisasi, pengembangan individu memiliki arti yang sama penting dengan mengembangkan organisasi itu sendiri. Pembinaan digunakan sebagai langkah awal menularkan pengetahuan (berbagi pengetahuan), kearifan, dan pengalaman untuk membantu mengembangkan perilaku, sikap, dan keterampilan yang baru. Pengembangan pembinaan lebih lanjut akan menghasilkan kondisi yang mana pembinaan dapat membantu proses perubahan, dapat diterima dan dihargai (Thorne, 2005). Pembinaan (coaching) tidak semata merupakan upaya pemecahan masalah. Pembinaan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kapasitas. Pembinaan juga mengandung upaya pencarian, kesadaran, dan pilihan-pilihan yang akan diambil. Pembinaan menjadi salah satu upaya pemberdayaan yang efektif bagi seseorang untuk menemukan sendiri jawaban-jawaban, membangkitkan keingintahuan, dan mendorong mereka untuk memilih pilihan-pilihan penting dalam hidupnya (Whitworth et al, 2007). Pembinaan (coaching) merupakan suatu cara membangun hubungan. Pembina (coach) adalah seseorang yang peduli yang kemudian mampu membuat orang mengatakan apa yang dia inginkan, dan kemudian mampu menggerakkan mereka untuk menempuh jalan seperti pilihan yang mereka buat (Whitworth et al, 2007). Pembina merupakan salah satu jenis agen perubahan yang mampu menjadi katalis yang mempercepat proses perubahan yang terjadi. Thorne (2005) mengungkapkan ada lima prinsip yang diperlukan untuk mengubah performa seseorang yaitu : (1) menilai secara akurat kesiapan untuk berubah; (2) menyatakan dengan jelas arah strategi keseluruhan; (3) mengidentifikasi tahapan-tahapan kunci dari perjalanan yang akan dilalui dalam melakukan perubahan; (4) mendapatkan komitmen terhadap tujuan umum; (5) membangun proses untuk belajar dan berkembang. Sebagaimana proses belajar, pembinaan juga memiliki kurikulum yang disusun sebagai panduan pembelajaran. Kurikulum adalah suatu proses mengorganisasikan pengalaman belajar untuk membentuk beberapa jenis program yang memiliki kesatuan sehingga menghasilkan efek perubahan pada orang yang belajar (Tyler, 1949). Tyler (1949) mengungkapkan tiga kriteria dalam membentuk bangunan kurikulum yaitu keberlanjutan (continuity), urutan (sequence), dan integrasi. Keberlanjutan menunjukkan adanya pengulangan elemen-elemen kurikulum pada tingkatan yang semakin tinggi. Urutan adalah adanya pemecahan dari elemenelemen kurikulum utama tetapi masih pada tingkat yang sama sehingga bisa mengembangkan pemahaman atau kemampuan atau sikap atau beberapa factor lain. Integrasi menunjukkan adalah hubungan horizontal atau sejajar antara berbagai pengalaman. Mardikanto (2009) menyatakan bahwa kurikulum merupakan pernyataan tertulis tentang perencanaan pendidikan yang memuat : (1) tujuan pendidikan; (2) kegiatan yang akan dilakukan oleh pendidik dan peserta didik; (3) daftar mata
15 pelajaran dan urutan pokok-pokok bahasan yang memuat isi dan prosesnya; dan (4) rencana evaluasi. Whitworth (2007) mengungkapkan bahwa terdapat empat pondasi dalam membangun pembinaan adalah : (1) kelayan pada dasarnya kreatif, banyak akal; (2) agenda datang dari kelayan; (3) pembina berdansa pada saat berlangsungnya pembinaan (setiap respon dari kelayan mengandung informasi tentang kemana arah pembinaan selanjutnya); (4) pembinaan ditujukan kepada kehidupan kelayan. Proses belajar yang terjadi pada mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos meliputi kegiatan pembinaan dan pendampingan yang dilakukan dengan cara : (1) Pembinaan merujuk pada kegiatan pertemuan berkala dengan materi yang sudah ditentukan dan menghadirkan nara sumber untuk menyampaikan materi. Narasumber tersebut bisa berasal dari internal Beastudi Etos maupun eksternal Beastudi Etos (2) Pendampingan merujuk pada kegiatan rutin sehari-hari yang terorganisir dan melibatkan pendamping asrama dan mahasiswa penerima beasiswa. Kegiatan yang terorganisir memiliki arti bahwa kegiatan tersebut disusun berdasarkan perencanaan, adanya pembagian tugas, adanya laporan pelaksanaan, dan adanya monitoring dan evaluasi.
Perkembangan Remaja
Konopka (Yusuf 2001) membagi remaja menjadi tiga tahap yaitu remaja awal (12-15 tahun), remaja madya (15-18 tahun), dan remaja akhir (18-22 tahun). Remaja mulai mengembangkan kebebasan dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Remaja mulai belajar untuk bekerja sama pada minat-minat tertentu, dan menjaga jarak dengan orang yang berbeda (Havighurst 1974). Salzman (Yusuf 2001) mengemukakan bahwa remaja merupakan fase perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral. Havighurst (1974) menjabarkan tugas-tugas perkembangan pada remaja meliputi : (1) Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya Keberhasilan remaja dalam tugas perkembangan ini akan mengantarkannya ke dalam kondisi penyesuaian sosial yang baik dalam keseluruhan hidupnya. Sebaliknya, jika gagal maka remaja akan mengalami ketidakbahagiaan atau kesulitan dalam kehidupannya di masa dewasa. Indikator bahwa remaja berhasil menjalankan tugas perkembangan ini diantaranya adalah : (1) memiliki teman dekat dua orang atau lebih; (2) dipercaya oleh teman sekelompok dalam posisi tanggung jawab tertentu; (3) memiliki penyesuaian sosial yang baik; (4) mau bekerjasama dengan orang lain meskipun tidak disenanginya; (5) berpartisipasi dalam acara-acara teman sebaya.
16 (2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Menerima dan belajar memposisikan diri pada peran maskulin dan feminin; Remaja dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Indikator bahwa remaja berhasil menjalankan tugas perkembangan ini adalah : (1) remaja pria matang seksualnya, menyenangi acara yang diadakan kelompok, menyenangi lawan jenis, aktif berolah raga, memiliki minat untuk mempersiapkan diri dalam pekerjaan, mencari pengalaman kerja, dan menampilkan sisi maskulin; (2) remaja wanita memiliki fisik yang matang dan bersifat feminin dalam penampilan, menunjukkan sikap mau menerima pernikahan, menunjukkan minat dan sikap untuk memelihara bayi. Memberikan penilaian secara fisik Pada tugas perkembangan ini remaja merasa bangga, atau bersikap toleran terhadap fisiknya, menggunakan dan memelihara fisiknya secara efektif dan merasa puas dengan fisiknya. Indikator remaja berhasil pada tugas perkembangan ini adalah : (1) mampu mengarahkan diri dalam memelihara kesehatan secara rutin; (2) memiliki keterampilan dalam berolahraga; (3) merasa senang untuk menerima dan memanfaatkan fisiknya; (4) memiliki pengetahuan tentang reproduksi; dan (5) memelihara dirinya secara hati-hati. Melepaskan ketergantungan emosional dari orang tua maupun orang dewasa lainnya Hakikat tugas remaja pada bidang ini adalah : (1) membebaskan diri dari sikap dan perilaku kekanak-kanakan atau tergantung kepada orang tua; (2) mengembangkan afeksi (cinta kasih) kepada orang tua dan tanpa bergantung kepada orang tua; (3) mengembangkan sikap respek kepada orang dewasa lainnya tanpa merasa bergantung kepadanya. Ketika remaja mampu memenuhi tugas ini ditunjukkan dengan : (1) memiliki tujuan hidup yang realistik; (2) mengembangkan persepsi positif kepada orang lain; (3) mengembangkan kemampuan berpendapat dan mempertahankan pendapat; (4) ikut berpartisipasi dengan orang dewasa dalam kegiatan kemasyarakatan; (5) menerima konsekuensi dari perbuatan tanpa mengeluh; (6) berani bepergian sendiri; (7) meminta nasehat dari orang tua/orang dewasa hanya ketika mengalami masalah yang rumit. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi Remaja mampu menciptakan suatu mata pencaharian. Tugas ini sangat penting bagi remaja pria namun tidak begitu penting bagi remaja wanita. Mempersiapkan pernikahan dan kehidupan keluarga Remaja pada tugas ini mulai mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan serta mendapat pengetahuan tentang keluarga dan pemeliharaan anak. Memilih dan mempersiapkan pekerjaan (karir) Tugas perkembangan ini adalah bahwa remaja mulai memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan mempersiapkan diri untuk memasuki pekerjaan tersebut. Hurlock (Yusuf 2001) mengemukakan bahwa remaja laki-laki biasanya lebih bersungguh-sungguh dalam hal pekerjaan. Sedangkan remaja perempuan memandang pekerjaan sebagai pengisi waktu sebelum menikah.
17 (8)
(9)
Menunjukkan perilaku tanggung jawab sosial. Hakikat tugas perkembangan ini adalah : (1) berpartisipasi sebagai orang dewasa yang bertanggungjawab sebagai masyarakat, (2) memperhitungkan nilai-nilai sosial dalam tingkah laku dirinya. Beberapa kegiatan sosial remaja yang umum dilakukan adalah perkumpulan permainan olah raga, perkumpulan sosial, dan perkumpulan sosial. Mengembangkan seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam bertingkah laku Hakikat tugas ini adalah : (1) membentuk seperangkat nilai yang mungkin dapat direalisasikan; (2) mengembangkan kesadaran untuk merealisasikan nilai; (3) mengembangkan kesadaran akan hubungan dengan sesama manusia, memiliki gambaran hidup dan nilai-nilai yang dimilikinya sehingga dapat hidup selaras dengan orang lain. Konopka (Yusuf 2001) memandang masa remaja sebagai fase yang sangat penting bagi pembentukan nilai karena pembentukan nilai ini merupakan suatu proses emocional dan intelektual tingkat tinggi yang dipengaruhi oleh interaksi manusiawi. Nilai (value) pada diri individu berkembang dengan cara : (1) kepuasan pemenuhan dorongan fisiologis; (2) kepuasan pengalaman emosional; (3) pengalaman nyata dalam mendapatkan reward dan punishment; (4) pemberian cinta kasih dan persetujuan terhadap perbuatan yang diharapkan; (5) otoritas seseorang. (6) berpikir reflektif.
Prestasi Belajar
Proses belajar akan menghasilkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Opit 1996 dan Hawadi 2001 (Simanjuntak 2010) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan output sekolah yang sangat penting dan merupakan alat pengukur kemampuan kognitif siswa. Prestasi belajar menggambarkan penguasaan siswa terhadap materi belajar yang diberikan. Menurut Hawadi (Simanjuntak 2010), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat berasal dari dalam dirinya (faktor internal) maupun dari faktor eksternal. Faktor internal meliputi : (1) Kemampuan intelektual, berdasarkan penelitian ditemukan adanya korelasi positif dan cukup kuat antara taraf intelegensi dengan prestasi seseorang, yaitu berkisar 0.70. (2) Minat. Seseorang akan merasa senang melakukan sesuatu jika sesuai dengan minatnya. (3) Bakat merupakan kapasitas untuk belajar dan karena itu baru terwujud jika sudah mendapat latihan (4) Sikap Seseorang akan menerima atau menolak sesuatu berdasarkan penilaiannya terhadap obyek yang dinilainya berguna atau tidak.
18
(5)
Motivasi berprestasi Semakin tinggi motivasi berprestasi seseorang, maka akan semakin baik prestasi yang diraihnya. (6) Konsep diri, Konsep diri menunjukkan bagaimana seseorang memandang dirinya serta kemampuan yang dimiliki. (7) Sistem nilai. Sistem nilai merupakan keyakinan yang dimiliki seseorang tentang cara bertingkah laku dan kondisi akhir yang diinginkannya. Sistem nilai yang dianut dapat mempengaruhi dan menentukan motivasi, gaya hidup, dan tindakan seseorang. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar meliputi : (1) lingkungan sekolah, (2) lingkungan keluarga, (3) lingkungan masyarakat. Lingkungan sekolah yang mempengaruhi prestasi belajar adalah hubungan antara siswa dengan guru, keadaan fisik sekolah, disiplin sekolah, dan metode belajar mengajar. Lingkungan keluarga yang mempengaruhi prestasi belajar adalah hubungan dengan keluarga, besar keluarga, pendidikan orang tua, dan keadaan ekonomi keluarga. Lingkungan masyarakat yang mempengaruhi prestasi belajar adalah kegiatan-kegiatan yang diikuti oleh siswa.
19
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran
Pemberian beasiswa bertujuan memberikan kesempatan pada mahasiswa yang memiliki keterbatasan ekonomi agar bisa mendapatkan pendidikan. Penerima beasiswa secara personal memiliki faktor internal berupa umur, kondisi keluarga dan motivasi untuk kuliah. Beasiswa melalui pemberian bantuan biaya, pembinaan, dan pendampingan berupaya meningkatkan keberdayaan mahasiswa penerima beasiswa. Dukungan kelembagaan beasiswa terhadap mahasiswa penerima beasiswa terlihat dari sistem pengelolaan beasiswa. Pengelolaan beasiswa yang diukur dalam penelitian ini meliputi : (1) kemudahan persyaratan; (2) ketercukupan beasiswa; (3) keteraturan beasiswa; dan (4) kompetensi pendamping. Keberadaan lingkungan eksternal penerima beasiswa juga memiliki peran penting karena menjadi tempat interaksi penerima beasiswa. Lingkungan yang tempat interaksi mahasiswa penerima beasiswa yang diukur dalam penelitian ini adalah : (1) lingkungan akademik; (2) lingkungan kemahasiswaan; dan (3) lingkungan asrama. Pengukuran efektivitas program beasiswa dilakukan pada dua hal yaitu : (1) kepastian penyelesaian studi; dan (2) prestasi akademik. Kepastian penyelesaian studi pada penelitian ini dikaitkan dengan ketersediaan dana untuk membiayai pendidikan. Prestasi akademik merupakan gambaran capaian indeks prestasi akademik dan prestasi mahasiswa penerima beasiswa dalam bidang karya ilmiah.
20
Kerangka pemikiran penelitian ini adalah : Karakteristik Mahasiswa Penerima Beasiswa (X𝟏) X1.1 X1.2 X1.3
Umur Kondisi keluarga Motivasi
Pengelolaan Program Beasiswa (X𝟐) X2.1 Kemudahan persyaratan beasiswa X2.2 Ketercukupan beasiswa X2.3 Keteraturan beasiswa X2.4 Kompetensi pendamping
Efektivitas Program Beasiswa (Y) Y1 Y2
Kepastian penyelesaian studi Prestasi akademis
Karakteristik social penerima beasiswa (X𝟑) X3.1 X3.2 X3.3
Lingkungan akademik Lingkungan kemahasiswaan Lingkungan asrama
Gambar 3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Hipotesis
Efektivitas program beasiswa dalam meningkatkan prestasi mahasiswa dipengaruhi oleh karakteristik individu penerima beasiswa (X1), pengelolaan program beasiswa (X2), dan karakteristik sosial penerima beasiswa (X3).
21
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian dengan metode deskriptif. Metode deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang situasi sosial dan kemungkinan adanya pengaruh yang signifikan antar variabel (Nasution, 2007).
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan kepada mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos Bogor dan Beastudi Etos Jakarta sebagai responden. Mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos Bogor berkuliah di Institut Pertanian Bogor, sedangkan mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos Jakarta berkuliah di Universitas Indonesia. Pengambilan data dilakukan di asrama tempat tinggal penerima beasiswa Beastudi Etos. Asrama mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos Bogor beralamat Jl Babakan Raya, Dramaga. Asrama mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos Jakarta di Kukusan, dan Beji Depok. Pengambilan data primer dilakukan selama bulan November – Desember 2013. Sedangkan pengambilan data sekunder dilakukan selama bulan Desember 2013 sampai dengan Januari 2014.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah unit tempat diperolehnya informasi. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa penerima Beastudi Etos di Jabodetabek yang meliputi mahasiswa Universitas Indonesia (Depok), dan Institut Pertanian Bogor (Bogor). Populasi penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria mahasiswa yang telah menerima indeks prestasi (IP). Kriteria pemilihan tersebut dilakukan untuk kebutuhan analisis data prestasi mahasiswa. Mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos yang telah mendapatkan IP adalah mahasiswa angkatan 2011 dan 2012 yang berjumlah 41 orang. Penentuan sampel dilakukan dengan cara menjadikan seluruh mahasiswa yang telah mendapatkan IP sebagai responden penelitian (sensus).
22 Jenis Data
Jenis data adalah data primer dan sekunder. Data primer yang didapat berupa data hasil kuesioner dan wawancara dengan pengelola beasiswa. Data primer menjelaskan tentang karakteristik mahasiswa penerima beasiswa, karakteristik keluarga mahasiswa penerima beasiswa, pengelolaan program beasiswa, dan lingkungan sosial yang menjadi tempat interaksi mahasiswa penerima beasiswa. Data sekunder berupa dokumen-dokumen pendukung yang memberikan informasi terkait kurikulum belajar mahasiswa penerima beasiswa, pelaksanaan proses belajar mahasiswa penerima beasiswa, dan gambaran kondisi asrama.
Definisi Operasional
Penelitian ini membatasi konsep peubah dan sub peubah sebagaimana di bawah ini : (1) Karakteristik mahasiswa penerima beasiswa adalah ciri yang melekat pada responden yang menggambarkan kondisi responden pada saat penelitian dilakukan. (2) Umur adalah usia responden yang dihitung dari pertama responden dilahirkan hingga penelitian ini dilakukan. (3) Kondisi keluarga adalah gambaran kondisi keluarga responden saat penelitian ini dilakukan. Kondisi keluarga meliputi : (1) jumlah pendapatan keluarga; (2) jumlah anggota keluarga; (3) pekerjaan orang tua responden; dan (4) kemampuan keluarga responden untuk memenuhi kebutuhan primer. (4) Motivasi untuk kuliah merupakan alasan yang mendasari mahasiswa penerima beasiswa untuk kuliah. Kuatnya motivasi dalam penelitian ini dilihat dari berapa banyak alasan responden untuk kuliah. (5) Kemudahan persyaratan beasiswa adalah persepsi responden tentang persyaratan-persyaratan beasiswa Beastudi Etos yang dianggap mudah oleh responden. Hal ini berkaitan dengan konsep kemudahan akses program pemberdayaan bagi kelompok sasaran. (6) Ketercukupan beasiswa adalah penilaian responden tentang jenis dan jumlah beasiswa yang diberikan oleh beasiswa Beastudi Etos dalam memenuhi kebutuhan penerima beasiswa. (7) Keteraturan beasiswa adalah persepsi mahasiswa penerima beasiswa tentang ketepatan waktu dan jumlah beasiswa yang diterima. (8) Kompetensi pendamping adalah persepsi responden tentang sikap pendamping dalam menjalankan fungsi dan peran pendampingan. (9) Karakteristik sosial adalah kondisi eksternal di sekitar mahasiswa penerima beasiswa yang menjadi tempat interaksi responden selama kuliah. (10) Lingkungan akademik merupakan kondisi interaksi mahasiswa penerima beasiswa dengan sivitas akademika kampus yang berorientasi pada kegiatan akademik seperti interaksi dengan dosen, petugas akademik, dan kegiatankegiatan pengembangan keilmuan.
23 (11) Lingkungan kemahasiswaan adalah kondisi interaksi mahasiswa penerima beasiswa dengan mahasiswa lain secara personal maupun dalam organisasi kemahasiswaan. (12) Lingkungan asrama adalah kondisi fisik asrama dan interaksi responden dengan sesama mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos dan pendamping (13) Kepastian penyelesaian studi pada penelitian ini dilihat dari kemampuan responden memenuhi kebutuhan biaya-biaya baik biaya pendidikan, maupun biaya hidup selama menjalani perkuliahan. Dasar penentuan sub peubah ini adalah karena beasiswa yang diterima responden adalah beasiswa tidak penuh, sehingga ketersediaan biaya bisa menjadi indikator peluang kepastian penyelesaian studi lebih besar. (14) Prestasi akademik adalah capaian hasil belajar responden yang ditandai dengan Indeks Prestasi dan prestasi di bidang karya ilmiah. (15) Efektivitas program beasiswa merupakan tingkat kemampuan program beasiswa membentuk penerima beasiswa yang berprestasi baik secara akademik, dan kepastian penyelesaian studi.
Matriks Pengembangan Instrumen
Matriks pengembangan instrumen menjelaskan secara rinci mengenai peubah, sub peubah, indikator, cara pengukuran, dan skala data. Matriks pengembangan instrumen berdasarkan peubah pada penelitian ini sebagai berikut :
24
Tabel 2 Sub peubah, indikator, dan pengukuran peubah karakteristik individu Sub peubah Indikator Pengukuran Analisis Deskriptif Umur (X1.1)
Karakteristik umur
Distribusi frekuensi berdasarkan data usia responden (tahun)
Kondisi Keluarga (X1.2)
1.
Pendapatan keluarga
2.
Kemampuan pemenuhan kebutuhan primer
Distribusi frekuensi berdasarkan data jumlah pendapatan total keluarga responden (Rp) 1. Rendah (1-3) 2. Sedang (4-6) 3. Tinggi (7-9)
3.
Jumlah anggota keluarga reponden Pekerjaan Ayah
4.
Motivasi untuk kuliah (X1.3)
Alasan yang mendasari responden untuk kuliah
Distribusi frekuensi berdasarkan jumlah anggota keluarga responden (orang) Jenis pekerjaan ayah 1. Sangat rendah (tidak berpenghasilan) 2. Rendah (buruh : berpenghasilan tidak tetap dan tergantung kepada orang lain), 3. Sedang (wiraswasta : berpenghasilan tidak tetap tapi tidak tergantung kepada orang lain) 4. Tinggi ( pegawai berpenghasilan tetap Distribusi frekuensi berdasarkan data total skor alasan-alasan yang mendasari responden untuk kuliah (1 alasan dihitung 1 skor)
Uji Regresi Tidak digunakan untuk uji regresi karena usia responden masih dalam satu kelompok remaja Data jumlah pendapatan total keluarga responden (Rp) Skor yang didapat pada analisis deskriptif ditransformasi dari data ordinal menjadi data interval menggunakan stat97.xla. Data jumlah anggota keluarga responden (orang). Skor yang didapat pada analisis deskriptif ditransformasi dari data ordinal menjadi data interval menggunakan stat97.xla.
Total skor alasan-alasan yang mendasari responden untuk kuliah (1 alasan dihitung 1 skor)
25 Tabel 3 Sub peubah, indikator, dan pengukuran peubah pengelolaan beasiswa Sub peubah Indikator Pengukuran Analisis Deskriptif
Uji Regresi
Kemudahan Dukungan Distribusi frekuensi persyaratan kelembagaan berdasarkan data total skor persyaratan beasiswa yang beasiswa (X2.1) beasiswa dianggap mudah oleh responden (1 persyaratan dihitung 1 skor)
Total skor persyaratanpersyaratan beasiswa yang dianggap mudah oleh responden untuk kuliah (1 persyaratan dihitung 1 skor)
Ketercukupan beasiswa (X2.2)
Dukungan Jenis bantuan beasiswa: kelembagaan 1. Rendah : 0 jenis beasiswa 2. Sedang : 1 – 2 jenis 3. Tinggi : 3 – 4 jenis 4. Sangat Tinggi : > 4 jenis Kesenjangan jumlah beasiswa dengan kebutuhan 1. Rendah : kesenjangan > Rp 250.000 2. Sedang : kesenjangan Rp 1 – 249.900 3. Tinggi : tidak ada kesenjangan 4. Sangat tinggi : beasiswa berlebih
Total skor yang didapat dari penjumlahan skor jenis bantuan beasiswa, dan kesenjangan beasiswa yang didapat pada analisis deskriptif ditransformasi dari data ordinal menjadi data interval menggunakan stat97.xla.
Keteraturan penerimaan beasiswa (X2.3)
Dukungan Waktu penerimaaan kelembagaan beasiswa beasiswa 1. Tinggi : Tanggal 1 – 10 2. Sedang : Tanggal 11 – 20 3. Rendah : Tanggal > 20 Tingkat pengurangan beasiswa 1. Tinggi : Tidak pernah 2. Sedang : 1 – 5 kali 3. Rendah : > 5 kali
Total skor yang didapat dari penjumlahan skor waktu penerimaan beasiswa dan tingkat pengurangan beasiswa ditransformasi dari data ordinal menjadi data interval menggunakan stat97.xla.
Kompetensi Pendamping (X2.4)
Sikap agen perubahan
Total skor jawaban responden tentang kompetensi pendamping
1. Iya : skor 1 2. Tidak : skor 0 Total skor didapat dengan menjumlahkan seluruh skor
26 Tabel 4 Sub peubah, indikator, dan pengukuran peubah karakteristik sosial penerima beasiswa Sub peubah Indikator Pengukuran Analisis Deskriptif Uji Regresi Lingkungan Hubungan sosial Jumlah dosen yang Total skor yang akademik responden dikenal baik didapat dari dengan 1. Rendah : 1 – 5 penjumlahan skor(X3.1) lingkungan 2. Sedang : 6 – 10 skor jawaban pada akademik 3. Tinggi : > 10 analisis deskriptif Jumlah tenaga ditransformasi dari kependidikan yang data ordinal menjadi dikenal baik data interval 1. Rendah : 1 – 5 menggunakan 2. Sedang : 6 – 10 stat97.xla. 3. Tinggi : > 10 Akses terhadap Keikursertaan dalam kegiatan kegiatan pengembangan seminar/workshop/pel kapasitas atihan 1. Rendah : 1 – 2 kali 2. Sedang : 3 – 4 kali 3. Tinggi : > 4 kali Keikursertaan dalam kompetisi ilmiah 1. Rendah : 1 – 2 kali 2. Sedang : 3 – 4 kali 3. Tinggi : > 4 kali Lingkungan Hubungan Keterlibatan dalam Total skor yang kemahasisw responden organisasi didapat dari dengan teman kemahasiswaan penjumlahan skoraan (X3.2) sebaya 1. Rendah : 1 – 2 kali skor pada analisis 2. Sedang : 3 – 4 kali deskriptif 3. Tinggi : > 4 kali ditransformasi dari Jumlah teman dekat data ordinal menjadi 1. Rendah : 1 – data interval 2. Sedang : 6 – 10 menggunakan 3. Tinggi : > 10 stat97.xla. Lingkungan Lingkungan Jarak asrama ke Total skor yang asrama fisik asrama kampus didapat dari yang 1. Rendah : > 2 km penjumlahan skor(X3.3) mempengaruhi 2. Sedang : 1-2 km skor jawaban dalam prestasi belajar 3. Tinggi : < 1 km analisis deskriptif Manfaat Distribusi frekuensi ditransformasi dari pendampingan manfaat-manfaat data ordinal menjadi pendampingan (1 data interval dengan manfaat = 1 skor) stat97.xla.
27 Tabel 5 Sub peubah, indikator, pengukuran efektivitas program beasiswa Sub peubah Indikator Pengukuran Analisis Deskriptif Uji Regresi Kepastian Efektivitas Sumber pendapatan Total skor yang Penyelesaian beasiswa untuk 1. Rendah : 0 didapat dari memenuhi 2. Sedang : 1-2 penjumlahan Studi (Y1) kebutuhan biaya 3. Tinggi : 3-4 skor-skor jawaban 4. Sangat Tinggi : >4 dalam analisis Frekuensi menabung deskriptif dalam satu semester ditransformasi 1. Rendah : < 2 kali dari data ordinal 2. Sedang : 2 – 3 kali menjadi data 3. Tinggi : > 3 kali interval dengan stat97.xla. Prestasi Efektivitas Indeks prestasi akademik Total skor yang akademik beasiswa dilihat 1. Rendah : < 2. didapat dari (Y2) dari kualitas hasil 2. Tinggi : 3.0-3.49 penjumlahan belajar 3. Sedang : 2.0-3.0 skor-skor jawaban 4. Sangat Tinggi : dalam analisis 3.5–4.0 deskriptif Frekuensi kenaikan ditransformasi Indek Prestasi dari data ordinal 1. Tinggi : 3 – 4 kali menjadi data 2. Sedang : 1 – 2 kali interval dengan 3. Rendah : 0 kali stat97.xla. Prestasi di bidang karya ilmiah 1. Tinggi : > 4 kali 2. Sedang : 3 – 4 kali 3. Rendah : 1 – 2
Uji Instrumen Validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan validitas sejalan (concuren validity). Validitas sejalan mempertanyakan apakah kemampuan dan atau karakteristik subjek penelitian dalam suatu bidang sesuai dengan kemampuan dan atau karakteristiknya terhadap bidang-bidang lain yang sejenis (Nurgiantoro et al 2004). Validitas sejalan dianalisis dengan teknik korelasi product moment. N (∑XY) – (∑X ∑Y) r= √ [N∑X2 – (∑𝑋)2] [N∑Y2 – (∑Y)2]
Gambar 4 Rumus Korelasi Product Moment Sumber : Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1987
28
Reliabilitas instrumen adalah ketetapan alat evaluasi dalam mengukur atau ketetapan dalam menjawab. Jika alat tes reliabel, maka hasil dari dua kali atau lebih pengevaluasian dengan dua atau lebih alat evaluasi yang ekivalen pada masing-masing pengetasan akan sama (Ruseffendi, 1994). Pengukuran reliabilitas instrument menggunakan Alpha Cronbach. Reliabilitas Alpha Cronbach dapat dipergunakan dapat dipergunakan baik untuk instrument yang jawabannya berskala maupun yang bersifat dikotomis (Nurgiantoro et al 2004). Analisis dengan Alpha Cronbach menggunakan program SPSS 16. Pada penelitian ini, validitas diukur dengan cara melakukan uji kuesioner terlebih dahulu terhadap 27 orang mahasiswa penerima Beastudi Etos daerah Semarang. Angka kritis yang digunakan dalam uji reliabilitas instrumen ini adalah angka kritis untuk taraf nyata sepuluh persen dan n = 27 yaitu sebesar 0.311. Tabel 6 Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian No
1 2 1 2 3 1 2 3 1 2
Validitas (r-hitung)
Peubah penelitian
Karakteristik individu Kondisi keluarga (X1.2) Motivasi (X1.3) Pengelolaan program beasiswa Ketercukupan beasiswa (X2.2) Keteraturan penerimaan beasiswa (X2.3) Kompetensi pendamping (X2.4) Karakteristik sosial Lingkungan akademik (X3.1) Lingkungan kemahasiswaan (X3.2) Lingkungan asrama (X3.3) Efektivitas program beasiswa Kepastian penyelesaian studi (Y1) Prestasi akademik (Y2)
0.390 0.457 0.476 0.701
Reliabilitas (Cronbach alpha) 0.505
0.815
0.236 0.639 0.391
0.220
0.946 0.897 0.638
0.466
Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan tiga metode, yaitu : (1) analisis deskriptif; (2) analisis pengaruh melalui uji regresi; dan (3) analisis kualitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan peubahpeubah yang digunakan dalam penelitian ini. Peubah-peubah pada penelitian ini terdiri dari karakteristik individu responden, pengelolaan program beasiswa, lingkungan sosial, kepastian penyelesaian studi, dan prestasi akademis. Analisis regresi digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian ini menyatakan tentang adanya pengaruh peubah-peubah bebas
29 terhadap peubah terikat. Penelitian ini menggunakan tiga peubah bebas dan satu peubah terikat. Oleh karena itu analisis data menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan jika peubah bebas yang digunakan lebih dari satu. Analisis regresi berganda pada penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan yang diharapkan sebesar 90 persen. Analisis regresi mensyaratkan bahwa data harus berskala interval atau rasio. Data-data penelitian yang masih berupa data ordinal ditransformasi terlebih dahulu agar menjadi data interval dengan menggunakan method of successive interval (MSI). Penghitungan MSI menggunakan program excel khususnya program tambahan stat97.xla. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis efektivitas program beasiswa. Analisis kualitatif dilakukan dengan cara melakukan sintesa berdasarkan data-data kualitatif yang didapatkan pada penelitian ini.
30
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Program Beastudi Etos Bogor dan Jakarta Visi dan Misi Beastudi Etos Beastudi Etos adalah lembaga pemberi beasiswa yang memfokuskan pemberian beasiswanya kepada mahasiswa yang berprestasi, tapi memiliki keterbatasan secara ekonomi. Beastudi Etos merupakan salah satu program di bawah divisi pendidikan Dompet Dhuafa. Dompet Dhuafa adalah LSM yang pengelola Zakat, Infak, Shodaqoh, dan Wakaf (ZISWAF). Sumber dana pengelolaan beasiswa Beastudi Etos berasal dari dana zakat masyarakat yang dikumpulkan oleh Dompet Dhuafa. Zakat merupakan sebagian pendapatan yang wajib dikeluarkan apabila wajib zakat (muzaki) telah mencapai batas wajib dikeluarkannya zakat. Salah satu golongan yang berhak menerima zakat adalah golongan miskin. Seseorang disebut miskin jika memiliki pendapatan, namun pendapatan tersebut tidak mencukupi kebutuhan hidup orang tersebut. Beastudi Etos berdiri sejak tahun 2003. Hingga saat ini total alumni penerima beasiswa Beastudi Etos adalah 1.172 orang. Visi Beastudi Etos adalah terdepan dalam membentuk generasi unggul dan mandiri. Penjelasan dari visi tersebut adalah : (1) Terdepan, artinya berada paling depan, menjadi pelopor program investasi Sumber Daya Manusia (SDM) dan tidak tertinggal dalam penerapan sistem pengelolaan program. (2) Dalam membentuk, artinya dalam upaya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan guna menghasilkan output yang sesuai dengan potensi per individu, tidak harus seragam dalam pola dan output namun tetap ada perencanaan yang jelas dan kultur kedisiplinan. (3) SDM unggul, artinya SDM yang memiliki nilai lebih dalam hal kepedulian, prestasi dan produktivitas dalam ruang lingkup agama, akademis, kepribadian dan sosial. (4) SDM mandiri, artinya SDM yang dapat berdiri sendiri, tidak tergantung orang lain, baik secara finansial, pemikiran maupun sikap, serta berdaya dan mampu memberdayakan. Beastudi Etos menjabarkan visi ke dalam 4 misi yaitu : (1) menerapkan manajemen mutu; (2) menerapkan kurikulum pembinaan Beastudi Etos yang berbasis kompetensi; (3) membangun dan mengoptimalkan jaringan Beastudi Etos; dan (4) mengoptimalkan peran sumber daya manusia (SDM) Beastudi Etos dalam pemberdayaan masyarakat.
31
Pengelola beasiswa Pengelola Beastudi Etos terdiri dari pengelola pusat, dan pengelola daerah. Pengelola pusat berlokasi di Bumi Pengembangan Insani, Jl Parung Bogor Km 42 Bogor. Pengelola daerah berlokasi di 12 kota tempat mahasiswa penerima beasiswa tinggal. Pengelola pusat dipimpin oleh seorang supervisor Beastudi Etos dan dibantu oleh koordinator pembinaan serta koordinator keuangan. Pengelola daerah dipimpin oleh seorang koordinator daerah (korda). Koordinator daerah membawahi pendamping-pendamping mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos. Persyaratan menjadi koordinator daerah Beastudi Etos adalah : (1) muslim; (2) memiliki minat pada pengelolaan mahasiswa; (3) memiliki kemampuan leadership, manajemen SDM strategis, dan komunikatif; (4) lulusan dari perguruan tinggi yang terdapat mahasiswa penerima beasiswa penerima Beastudi Etos; (5) memiliki jaringan dengan kampus yang menjadi tempat kuliah mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos; (6) memiliki jaringan eksternal yang luas; (7) bersedia mengembangkan kedermawanan dalam mengelola Beastudi Etos; (8) masih berhubungan dengan/beraktifitas di kampus yang sama dengan mahasiswa penerima Beastudi Etos yang akan didampingi (sumber : Standar Operasional Prosedur Beastudi Etos, 2011) Ruang lingkup pekerjaan koordinator daerah Beastudi Etos adalah : (1) Mempelajari dan memahami tentang Dompet Dhuafa. (2) Melakukan proses seleksi sesuai ketentuan Beastudi Etos dan membantu proses advokasi peserta seleksi Beastudi Etos dalam hal : (1) bekerja sama dengan pihak perguruan tinggi; (2) menyediakan sekretariat selama proses seleksi; (3) bekerja sama dengan seluruh pihak yang menunjuang proses seleksi; (4) melaporkan hasil proses seleksi. (3) Mempersiapkan akomodasi awal peserta Beastudi Etos (rumah kontrakan, dan papan nama). (4) Mengajukan kelengkapan awal berdasarkan hasil inventaris. (5) Melakukan kegiatan pengelolaan alumni beastudi Etos (berkoordinasi dengan koordinator alumni). (6) Mengkoordinasikan setiap kegiatan dengan Beastudi Etos pusat. (7) Melakukan perluasan komunikasi eksternal melalui kerjasama dengan berbagai pihak. (8) Melakukan proses pembinaan sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan Beastudi Etos. (9) Membuat perencanaan pembinaan dan melaporkan pelaksanaannya. (10) Berkoordinasi dengan pendamping untuk melakukan evaluasi berkala terhadap mahasiswa penerima Beastudi Etos. (11) Memonitor dan merespon perkembangan dan permasalahan mahasiswa penerima Beastudi Etos. (12) Melaporkan kegiatan khusus yang dilaksanakan daerah. Pendamping beasiswa Beastudi Etos adalah fasilitator yang ditempatkan di asrama. Pendamping putra akan ditempatkan di asrama Beastudi Etos putra, sedangkan pendamping putri ditempatkan di asrama Beastudi Etos putri. Pendamping Beastudi Etos diangkat dari mahasiswa dengan kriteria sebagai berikut : (1) memiliki pengalaman membina atau mendampingi sumber daya
32 manusia; (2) sehat fisik; (3) muslim; (4) bersedia tinggal di asrama; dan (5) bersedia mematuhi aturan Beastudi Etos. Beasiswa Beastudi Etos merumuskan profil pendamping beasiswa Beatudi Etos adalah : (1) energik; (2) optimis; (3) spesialis dan berwawasan luas; (4) pemimpin; (5) mandiri; (6) peduli; (7) Islami; (8) teladan; (9) bersih dan rapi; dan (10) disiplin (sumber : dokumen revitalisasi pendamping Beastudi Etos, 2014). Ruang lingkup pekerjaan pendamping, adalah : (1) Mempelajari dan memahami tentang Dompet Dhuafa. (2) Melakukan proses seleksi sesuai ketentuan Beastudi Etos dan membantu proses advokasi peserta seleksi Beastudi Etos, diantaranya : (1) bekerja sama dengan pihak perguruan tinggi; (2) bekerja sama dengan seluruh pihak yang menunjang proses seleksi; (3) mempersiapkan perlengkapan seleksi, spanduk, berkas-berkas seleksi; dan (4) membantu proses seleksi. (3) Membantu koordinator daerah dalam menyusun laporan pembinaan. (4) Mengkoordinir, memotivasi, membantu mahasiswa penerima Beastudi Etos dalam membuat tulisan ke media. (5) Membuat laporan pelaksanaan pembinaan (rutin dan asrama) secara tertulis dan dokumentasi kegiatan pembinaan, berkoordinasi dengan koordinator daerah. (6) Membuat laporan pengelolaan dana dan berkoordinasi dengan koordinator daerah. (7) Melaporkan etos counter (daftar pemotongan beasiswa karena adanya pelanggaran yang dilakukan oleh penerima beasiswa. (8) Memeriksa tugas – tugas mahasiswa penerima Beastudi Etos. (9) Membuat laporan perkembangan mahasiswa penerima Beastudi Etos kepada koordinator wilayah. (10) Mempersiapkan pembinaan rutin. (11) Memantau dan merespon perkembangan mahasiswa penerima Beastudi Etos dalam empat domain. (12) Melaksanakan pembinaan asrama. (13) Mendampingi dan merespon masalah setiap mahasiswa penerima Beastudi Etos. (14) Membantu koordinator wilayah dalam membuat laporan kegiatan khusus yang dilaksanakan wilayah. (Sumber : Standar Operasional Prosedur Beastudi Etos 2011) Koordinator daerah Beastudi Etos disyaratkan memiliki pendidikan minimal lulus strata satu dari perguruan tinggi yang sama dengan mahasiswa penerima Beastudi Etos yang didampingi. Pertimbangan akan hal tersebut adalah agar koordinator daerah paham tentang lingkungan akademik kampus tempat mahasiswa penerima Beastudi Etos berada. Pendamping juga disyaratkan berasal dari perguruan yang sama dengan mahasiswa penerima Beastudi Etos. Pendamping tidak disyaratkan sudah lulus strata satu. Mahasiswa tingkat akhir dimungkinkan untuk menjadi pendamping mahasiswa penerima Beastudi Etos, tapi pendamping harus minimal satu angkatan lebih tua dari penerima beasiswa. Koordinator daerah dan pendamping mahasiswa penerima Beastudi Etos merupakan profesi semi relawan, artinya profesi sebagai koordinator daerah beasiswa Beastudi Etos bukan pekerjaan utama. Begitu pula dengan pendamping.
33 Hal tersebut sebagai upaya Beastudi Etos membuka kesempatan kepada masyarakat umum untuk melakukan kerelawanan. Tabel 7 di bawah ini menggambarkan pendidikan dan profesi utama koordinator daerah dan pendamping mahasiswa penerima Beastudi Etos daerah Bogor dan Jakarta.
Tabel 7 Pendidikan dan profesi utama korda dan pendamping Beastudi Etos Bogor dan Jakarta Pengelola Beastudi Pendidikan Profesi utama Etos Pengelola Beastudi Etos Bogor 1. Koordinator daerah S1 Wiraswasta di bidang bimbingan belajar 2. Pendamping Putra Mahasiswa IPB Mahasiswa IPB 3. Pendamping Putri 1 S1 Karyawan IPB 4. Pendamping Putri 2 S1 Mahasiswa Pascasarjana IPB Pengelola Beastudi Etos Jakarta 1. Koordinator daerah S3 2. Pendamping putra 1 Mahasiswa UI 3. Pendamping putra 2 Mahasiswa UI 4. Pendamping putri 1 S1 5. Pendamping putri 2 S1
Dosen Universitas Indonesia(UI) Mahasiswa UI Mahasiswa UI Fresh Graduate UI Mahasiswa Pascasarjana UI
Bentuk-Bentuk Beasiswa yang Diberikan oleh Beasiswa Beastudi Etos Beastudi Etos memberikan beasiswa kepada mahasiswa sejak pertama masuk perguruan tinggi hingga tiga tahun kemudian. Periode pemberian beasiswa dimulai sejak bulan Agustus pada tahun pertama mahasiswa masuk kuliah hingga bulan Juli pada tiga tahun setelahnya. Beastudi Etos memberikan beasiswa dalam bentuk : (1) Biaya masuk perguruan tinggi Biaya masuk perguruan tinggi merupakan biaya yang harus dibayarkan oleh mahasiswa baru kepada perguruan tinggi pada saat registrasi setelah dinyatakan lolos masuk perguruan tinggi tersebut. Jumlah dan komponen biaya di tiap-tiap perguruan tinggi biasanya berbeda-beda. Beastudi Etos tidak selalu membayarkan sejumlah tagihan yang didapatkan oleh mahasiswa penerima Beastudi Etos. Beastudi Etos mendorong mahasiswa penerima Beastudi Etos untuk melakukan advokasi keringanan biaya masuk perguruan tinggi. Pelaksanaan advokasi ini dilakukan oleh mahasiswa penerima Beastudi Etos dengan adanya pendampingan dari pendamping Beastudi Etos, atau mahasiswa penerima Beastudi Etos lain. Dasar pertimbangan Beastudi Etos mendorong mahasiswa penerima Beastudi Etos melakukan advokasi keringan biaya masuk perguruan tinggi adalah agar mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos memiliki keberanian memperjuangkan nasibnya sendiri. Proses
34
(2)
(3)
(4)
advokasi keringanan biaya masuk perguruan tinggi tidak selalu berhasil. Jika proses advokasi keringanan tersebut tidak berhasil, Beastudi Etos tetap akan membayarkan biaya masuk sejumlah tagihan dari perguruan tinggi. SPP semester satu dan dua Komponen beasiswa yang juga diberikan kepada mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos adalah bantuan SPP semester satu dan dua. Hasil penelitian ini menemukan bahwa besaran biaya SPP yang harus dibayarkan oleh mahasiswa penerima Beastudi Etos di daerah Bogor dan Jakarta berkisar antara Rp 0 Sampai Rp 7.500.000,00. Beberapa mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos jumlah biaya SPP Rp 0 atau dengan kata lain tidak diwajibkan membayar SPP. Hal tersebut disebabkan adanya keringanan biaya dari perguruan tinggi. Biaya hidup Bantuan biaya hidup adalah komponen beasiswa yang dibayarkan kepada mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos secara rutin satu bulan satu kali selama tiga tahun. Bantuan biaya hidup yang diberikan adalah sebesar Rp 500.000,00. Prosedur pengiriman biaya hidup yang dijalankan oleh beasiswa Beastudi Etos adalah : (1) biaya hidup dikirimkan maksimal tanggal 10 setiap bulan ke masing-masing rekening penerima beasiswa, (2) jika tanggal 10 jatuh pada hari Sabtu maka pengiriman maju satu hari yaitu di hari Jum’at, namun jika tanggal 10 jatuh di hari Minggu maka pengiriman mundur satu hari yaitu di hari Senin, (3) jumlah bantuan biaya hidup yang diberikan dimungkinkan berkurang dari Rp 500.000,00 karena ada pemotongan uang saku sebagai sanksi atas pelanggaran yang dilakukan penerima beasiswa. Asrama Asrama Beastudi Etos tersebar di setiap daerah dan terbagi menjadi asrama putra dan putri. Fungsi asrama, selain sebagai tempat tinggal adalah sebagai media pembinaan dan pendampingan. Beastudi Etos daerah Bogor memiliki satu asrama putra dan satu asrama putri. Asrama putra Beastudi Etos daerah Bogor beralamat di Jalan Babakan Tengah no 24 Dramaga. Asrama putri Beastudi Etos daerah Bogor beralamat di Jalan Babakan Raya gang Bara 4. Beastudi Etos daerah Jakarta memiliki satu asrama putra dan satu asrama putri. Asrama putra Beastudi Etos daerah Jakarta beralamat di Jalan Bambon Raya No 9 Beji Timur. Asrama putri Beastudi Etos daerah Jakarta beralamat di Jl M Alif 3 no 2 Kukusan. Asrama Beastudi Etos didapatkan dengan cara menyewa kepada pemilik asrama dengan jangka waktu sewa tahunan, dan bisa diperpanjang kembali bila diperlukan. Kriteria sebuah rumah bisa dijadikan asrama Beastudi Etos adalah : (1) kondisi rumah permanen; (2) jumlah kamar representatif untuk menampung etoser (minimal 1 angkatan), dan satu kamar untuk pendamping asrama; (3) Setiap kamar berukuran sedang (3 x 4 m) dapat digunakan oleh maksimal 2 orang mahasiswa penerima Beastudi Etos, sedangkan kamar dengan ukuran kecil (kurang dari 3 x 4 m) hanya dapat digunakan oleh satu orang mahasiswa penerima Beastudi Etos; (4) rumah memiliki sarana penerangan listrik (minimal daya 900 watt), ketersediaan air bersih, ventilasi udara yang cukup, dan sanitasi yang sehat; (5) rumah memiliki satu ruangan besar yang memungkinkan untuk pelaksanaan
35
(5)
pembinaan, dan atau digunakan sebagai mushala asrama; (6) memiliki kamar mandi dengan jumlah yang memadai untuk digunakan (rasio 1 kamar mandi maksimal digunakan oleh 6 orang mahasiswa penerima Beastudi Etos); (7) diutamakan memiliki dapur, (8) diutamakan yang berada dekat dengan jalan raya; (9) berada dekat dengan kampus tempat belajar mahasiswa penerima Beastudi Etos, diutamakan yang dapat dicapai dengan berjalan kaki; (10) berada dalam lingkungan yang kondusif untuk belajar, pengembangan potensi mahasiswa penerima Beastudi Etos, dan pemberdayaan pengabdian masyarakat; (11) papan nama asrama dipasang sebagai identitas sekaligus media publikasi Beastudi Etos. Beastudi Etos memberikan sarana penunjang asrama yang meliputi (1) alat-alat kebersihan; (2) alat penunjang kerapihan; dan (3) alat-alat untuk fasilitas umum. Sarana penunjang asrama diberikan oleh Beastudi Etos berdasarkan pengajuan kebutuhan dari pengelola daerah. Biaya pengembangan diri Komponen biaya pengembangan diri merupakan komponen beasiswa Beastudi Etos yang tidak diberikan kepada mahasiswa penerima Beastudi Etos. Biaya pengembangan diri diberikan dalam bentuk pembiayaan untuk pelaksanaan pembinaan setiap bulan. Biaya pengembangan diri terbagi menjadi dua komponen yaitu biaya pembinaan, dan biaya operasional asrama. Biaya pembinaan meliputi (1) honor untuk narasumber pembinaan; dan (2) biaya operasional pembinaan misal untuk konsumsi, sewa tempat, perlengkapan yang dibutuhkan dalam kegiatan pembinaan. Biaya operasional asrama meliputi : (1) biaya untuk membayar listrik dan air; (2) iuran kebersihan dari Rukun Tangga (RT) setempat.
Seleksi beasiswa Beastudi Etos Proses pengelolaan Beastudi Etos dimulai sejak pelaksanaan seleksi calon penerima Beastudi Etos. Seleksi dilaksanakan ketika pendaftar Beastudi Etos masih duduk di kelas XII. Persyaratan umum bagi pendaftar Beastudi Etos adalah lulusan SMA atau sederajat yang akan masuk Perguruan Tinggi melalui jalur seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) jalur reguler dan lolos pada jurusan-jurusan yang direkomendasikan Beastudi Etos (Standar Operasional Prosedur Beastudi Etos, 2011). Persyaratan khusus bagi calon pendaftar Beastudi Etos antara lain : (1) berasal dari keluarga tidak mampu yang dibuktikan dengan melampirkan surat keterangan tidak mampu dan slip gaji/surat keterangan penghasilan orang tua; (2) mengisi daftar riwayat hidup; (3) menyerahkan fotokopi raport SMA sejak semester 1 sampai dengan semester 5; (4) Fotokopi Kartu Keluarga; (5) Fotokopi KTP atau kartu pelajar; (6) Fotokopi Ijazah dan STTB bagi yang telah lulus SMA/sederajat; (7) melampirkan foto terbaru 4 x 6, 2 lembar; (8) melampirkan foto rumah (tampak keseluruhan, ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi, dapur) ; (9) membuat tulisan tentang kisah perjalanan hidup sepanjang minimal 2 halaman folio (tulis tangan).
36 Proses seleksi Beastudi Etos dijalankan berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) seleksi Beastudi Etos. Proses seleksi dijalankan melalui beberapa tahapan yaitu (1) seleksi administrasi; (2) tes tulis dan wawancara; (3) homevisit; (4) ranking nasional. Pada setiap tahapan seleksi dilaksanakan dengan menggunakan sistem gugur, sehingga pendaftar yang tidak lolos pada satu tahapan seleksi tidak dimungkinkan untuk mengikuti seleksi tahap selanjutnya. Seleksi administrasi dilakukan untuk menilai kelayakan finansial dan kemampuan akademik pendaftar Beastudi Etos. Dokumen yang menjadi acuan penilaian seleksi administrasi adalah biodata pendaftar, surat keterangan penghasilan orang tua, fotokopi raport, dan dokumen pendukung lain seperti sertifikat maupun piagam penghargaan. Tes tulis dan wawancara adalah tahapan lanjutan setelah seleksi administrasi. Pada tes tulis dan wawancara akan ada dua bentuk tes yaitu tes tulis dan tes wawancara. Tes tulis bertujuan untuk menguji wawasan, kemampuan analisis, dan kemampuan menyelesaikan masalah (problem solving) pendaftar Beastudi Etos. Tes wawancara bertujuan untuk melakukan cek data pribadi pendaftar serta untuk menggali motivasi pendaftar Beastudi Etos. Tahap home visit dilakukan setelah tahap tes tulis dan wawancara. Home visit dilakukan dengan cara panitia seleksi Beastud Etos melakukan kunjungan langsung ke rumah pendaftar Beastudi Etos. Hal tersebut bertujuan untuk melakukan pengecekan data langsung berdasarkan dokumen yang diserahkan pendaftar Beastudi Etos. Home visit dilakukan oleh panitia seleksi daerah. Setelah pengumuman SNMPTN, panitia pusat seleksi Beastudi Etos akan melakukan ranking nasional. Ranking nasional ini bertujuan untuk memilih calon pendaftar yang benar-benar memenuhi kualifikasi sesuai kriteria Beastudi Etos. Ranking nasional dilakukan dengan cara mengurutkan nilai terbesar di setiap daerah. Hasil ranking tersebut disesuaikan dengan kuota masing-masing daerah sehingga didapatkan jumlah dan data calon penerima Beastudi Etos di setiap daerah.
Pembinaan Beastudi Etos Pembinaan Beastudi Etos dijalankan berdasarkan kurikulum pembinaan Beastudi Etos. Kurikulum Beastudi Etos disusun sebagai kurikulum berbasis kompetensi untuk mengembangkan prestasi. Kurikulum pembinaan Beastudi Etos memiliki kandungan yaitu : (1) pemaparan profil yang diharapkan dari pembinaan yang dijalankan; (2) aspek pada setiap profil yang diharapkan yang berisi tentang perilaku yang diharapkan ada pada profil, metode pembinaan, indikator keberhasilan, dan cara pengukuran; (3) materi pembinaan (Beastudi Etos 2013). Pembinaan dilakukan dengan cara menghadirkan narasumber yang memberikan materi pembinaan. Sosok narasumber bisa menjadi contoh bagi mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos. Teori belajar sosial memandang bahwa belajar bisa dilakukan dengan mengamati pengalaman perilaku orang lain dan konsekuensi yang ditimbulkan kepada orang tersebut. Belajar dengan pengamatan akan memungkinkan seseorang untuk mendapatkan pengalaman yang lebih banyak, menghubungkan pola perilaku tanpa perlu mencoba terlebih dahulu. Pemilihan narasumber pembinaan menjadi penting untuk dilakukan. Narasumber
37 yang sukses akan mampu menghadirkan contoh nyata kesuksesan dan dapat membagi pengalaman kesuksesannya kepada penerima beasiswa. Pembinaan dilakukan pada empat domain yaitu spiritual, akademik, pengembangan diri, dan sosial. Pemilihan empat domain pembinaan tersebut didasarkan pada kebutuhan sebagai mahasiswa. Pembinaan agama bertujuan memberikan penguatan dari sisi ruhiyah. Pembinaan akademik bertujuan membekali penerima beasiswa dengan kemampuan softskill yang menunjang kegiatan perkuliahan. Pembinaan pengembangan diri bertujuan menanamkan karakter-karakter positif yang bermanfaat untuk pengembangan diri setelah lulus dari perkuliahan. Sedangkan pembinaan sosial dilakukan dengan cara memberikan satu daerah binaan untuk menjadi tempat pengabdian penerima beasiswa kepada masyarakat. Lokasi daerah binaan mahasiswa beasiswa Beastudi Etos Bogor adalah di Galuga, sedangkan daerah binaan mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos Jakarta di Situ Pladen.
Pendampingan terhadap Mahasiswa Penerima Beastudi Etos Pelaksanaan pendampingan dilakukan di asrama Beastudi Etos. Pendampingan dijalankan oleh pendamping asrama. Kegiatan dalam pendampingan dimulai di waktu pagi hari yaitu sejak waktu sholat Subuh hingga jam 06.00. Kegiatan yang dilakukan pada pagi hari adalah sholat subuh berjamaah (untuk penerima beasiswa laki-laki harus melaksanakan sholat subuh di masjid), dzikir harian, nasihat pagi, dan bedah buku. Bentuk dan jadwal kegiatan keagamaan pagi disusun bersama antara pendamping dan penerima beasiswa. Setiap mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos akan mendapatkan jadwal menjadi petugas yang dilakukan secara bergantian. Kegiatan rutin pagi yang dilakukan di asrama beasiswa Beastudi Etos adalah piket harian. Pada setiap hari ada 2-3 orang yang mendapat giliran piket harian. Penerima beasiswa maupun pendamping sama-sama memiliki kewajiban melaksanakan piket harian. Petugas piket harian harus menjalankan tugas menyapu lantai, mengepel lantai, membuang sampah, dan membersihkan halaman. Kegiatan-kegiatan kebersamaan yang dikelola mandiri oleh penerima beasiswa antara lain : piket menanak nasi, piket memasak, membeli beras, dan membeli air minum. Mahasiswa penerima beasiswa khususnya yang berjenis kelamin perempuan terbiasa untuk menanak nasi bersama-sama. Sistemnya adalah iuran membeli beras, kemudian mengatur jadwal petugas piket menanak nasi. Petugas piket penanak nasi biasanya menjalankan tugasnya di pagi hari agar ketika nasi matang bisa untuk sarapan. Sedangkan lauk dan sayur biasanya didapatkan dari membeli dari warung di sekitar kampus. Menurut penerima beasiswa, dengan memasak nasi bersama bisa lebih berhemat. Apalagi jika ditambah dengan memasak bersama. Memasak bersama jarang dilakukan. Memasak hanya dilakukan jika ada waktu luang (sumber : observasi lapangan, 18 November 2013). Asrama beasiswa Beastudi Etos memiliki peraturan-peraturan yang mengikat pendamping dan penerima beasiswa. Aturan-aturan tersebut ada yang berasal dari Beastudi Etos pusat dan ada juga yang dibuat berdasarkan
38 kesepakatan antara pendamping dan penerima beasiswa. Aturan yang diterapkan di asrama Beastudi Etos antara lain : (1) aturan tinggal di asrama; (2) aturan jam malam bagi penerima beasiswa perempuan; (3) aturan 5R; dan (4) aturan penggunaan barang-barang milik umum seperti televisi, setrika, dan kamar mandi. Teori belajar sosial memandang perlunya pengembangan keterampilan yang kondusif bagi perubahan tingkah laku yaitu dengan cara remaja diberi kesempatan berperilaku, mengobservasi orang lain yang menampilkan perilaku yang layak secara berhasil, atau diberikan pengalaman instruksi/mengajar sendiri. Asrama beasiswa jika dikelola dengan baik memiliki potensi untuk pengembangan keterampilan mahasiswa penerima beasiswa. Keterampilan-keterampilan yang bisa didapatkan dari pendampingan di asrama antara lain : (1) keberanian dan keterampilan mengelola suatu forum yang didapatkan ketika mahasiswa penerima beasiswa menjadi petugas di kegiatan keagamaan pagi; (2) kedisiplinan didapatkan dari pembiasaan untuk bangun pagi, dan menjalankan rangkaian kegiatan keagamaan pagi; (3) tanggung jawab yang didapatkan ketika harus menjadi petugas piket, dan menjalankan aturan-aturan asrama; (4) keterampilan mengelola waktu agar bisa menyelaraskan kesibukan belajar di kampus dengan mengerjakan tugas-tugas di asrama; (5) keterampilan sosialisasi melalui hubungan interpersonal dengan sesama penerima beasiswa dan pendamping.
Monitoring dan Evaluasi Monitoring pengelolaan beasiswa dilakukan melalui laporan bulanan pengelola Beastudi Etos daerah kepada Beastudi Etos pusat. Laporan bulanan meliputi: (1) laporan pelaksanaan pembinaan; (2) laporan keuangan; dan (3) laporan perkembangan penerima beasiswa. Monitoring dan evaluasi (monev) rutin beasiswa Beastudi Etos dilakukan dua kali dalam satu tahun, yaitu pada bulan April-Mei dan November-Desember. Monev dilakukan dengan cara Beastudi Etos pusat akan berkunjung ke Beastudi Etos daerah. Tujuan Agenda monev diantaranya : (1) laporan pengelola Beastudi Etos daerah kepada Beastudi Etos pusat; (2) training value dan coaching yang dilakukan Beastudi Etos pusat kepada penerima beasiswa; (3) evaluasi pengelolaan Beastudi Etos daerah menurut penerima beasiswa. Monitoring dan evaluasi beasiswa Beastudi Etos merupakan laporan pengelola daerah kepada pengelola pusat Beastudi Etos. Laporan-laporan yang diberikan berupa laporan administratif, termasuk laporan perkembangan masingmasing penerima beasiswa. Hal yang dilaporkan pada laporan perkembangan mahasiswa penerima beasiswa meliputi laporan capaian Indeks Prestasi, aktivitas organisasi di kampus, aktivitas ekonomi mandiri yang dilakukan, dan prestasi yang dicapai (jika ada).
39 Karakteristik Individu Mahasiswa Penerima Beasiswa
Umur Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2011 dan 2012 dengan umur tersebar dari 18 – 22 tahun. Rata-rata usia responden adalah 19.7 tahun. Mengacu kepada Konopka (Yusuf, 2001), maka rata-rata responden berada pada tingkat remaja akhir.
Tabel 8. Jumlah dan persentase responden menurut umur No Umur (tahun) Jumlah (n) Persentase (%) 1 18 2 19 3 20 4 21 5 22 TOTAL Rata-rata Kisaran (min – max)
2 18 13 7 1 41 19.7 18 – 22
4.9 43.9 31.7 17.1 2.4 100.0
Masa remaja merupakan fase penting dalam tahapan hidup manusia. Erickson dalam Boyd (tahun tidak diketahui) menyatakan bahwa hal itu dikarenakan pada masa remaja terjadi krisis antara identity dan role confusion. Woolfolk dalam Yusuf (2001) mengartikan identity sebagai suatu pengorganisasian dorongan-dorongan (drives), kemampuan-kemampuan (abilities), keyakinan-keyakinan (beliefs), dan pengalaman individu ke dalam citra diri (image of self) yang konsisten. Kegagalan dalam menegaskan identity akan mengakibatkan kerancuan peran (role confusion). Dampak dari role confusion adalah berkembangnya perilaku menyimpang, melakukan kriminalitas atau menutup diri dari masyarakat. Keberhasilan remaja dalam memenuhi tugas perkembangannya juga akan berhubungan dengan capaian prestasi belajar. Camp dan Vives (2013) dalam penelitian terhadap 232 siswa berusia 14-19 tahun di Spanyol menemukan bahwa kematangan psikologis remaja memiliki hubungan dengan capaian prestasi akademik yang diraih. Kematangan psikologis yang mempengaruhi capaian prestasi akademik adalah kemampuan orientasi pada tugas (work orientation). Work orientation adalah kemauan dan kemampuan seseorang untuk memenuhi tanggung jawab. Semakin baik tingkat kematangan siswa maka akan menunjukkan performa akademik dan kognitif yang lebih baik. Hal itu karena siswa yang bertanggungjawab akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk kegiatan akademik dan tugas-tugas mandiri (homework).
40 Jenis Kelamin Responden berjenis kelamin perempuan dalam penelitian ini lebih banyak jumlahnya dibanding responden laki-laki. Meskipun perbedaan jumlah tidak terlalu mencolok. Hal tersebut berarti bahwa beasiswa Beastudi Etos memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki dan perempuan untuk mendapatkan beasiswa.
Tabel 9 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin Jumlah Persentase No Jenis Kelamin (n) (%) 1 2
Laki – Laki Perempuan TOTAL
20 21 41
48.8 51.2 100.0
Program Studi Responden dalam penelitian ini kuliah di dua perguruan tinggi yaitu Universitas Indonesia, dan Institut Pertanian Bogor. 21 orang responden kuliah di Universitas Indonesia dan 20 responden kuliah di Institut Pertanian Bogor. 41 orang responden kuliah di 29 program studi. Data program studi responden kemudian dikelompokkan berdasarkan tiga tipe keilmuan yaitu ilmu sosial (social science), keteknikan (technical science), dan ilmu alam (natural science).
Tabel 10 Jumlah dan persentase responden menurut program studi Program studi berdasarkan Jumlah Persentase No keilmuan (n) (%) 44.0 1 Social Science 18 17.1 2 Technical Science 7 36.5 3 Natural science 15 100.0 TOTAL 41
Sebaran responden berdasarkan program studi berkaitan dengan sebaran responden berdasarkan jenis kelamin. Responden penelitian ini mayoritas adalah perempuan (51.2%), sehingga program studi terbanyak ada pada tipe keilmuan sosial dan ilmu alam. Hasil penelitian Halpen (Linver et al 2002) menyatakan bahwa laki-laki lebih menyukai bidang studi yang berkaitan dengan spasial (perputaran atau ruang tiga dimensi), sedangkan perempuan lebih menyukai bidang studi yang berhubungan dengan kemampuan verbal. Perbedaan jenis kelamin bisa menjadi salah satu alasan pemilihan program studi yang disukai.
41 Provinsi Asal Responden berasal dari sembilan provinsi di Indonesia. Responden paling banyak berasal dari Jawa Barat, karena lokasi Universitas Indonesia dan Institut Pertanian Bogor berada di Jawa Barat. Sebagian besar responden berasal dari provinsi-provinsi di pulau Jawa. Responden yang berasal dari luar pulau Jawa yaitu berasal dari provinsi Sumatera Barat, Jambi, dan Sulawesi Selatan.
Tabel 11 Jumlah dan persentase responden menurut provinsi asal No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Asal Provinsi DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Sumatera Barat Jambi Sulawesi Selatan Jawa Timur TOTAL
Jumlah (n) 7 11 6 7 1 5 1 1 2 41
Persentase (%) 17.1 26.8 14.6 17.1 24.4 12.2 2.4 2.4 4.9 100.0
Soekanto sebagaimana diacu oleh Syahyuti (2003) menyatakan bahwa nilai (value) merupakan konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Norma adalah aturan sosial, patokan berperilaku yang pantas, atau tingkah laku rata-rata yang diabstraksikan. Beragamnya asal provinsi responden menunjukkan beragam pula sistem nilai (values) dan norma yang dianut. Peran pendamping menjadi penting untuk menyelaraskan mahasiwa-mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos yang berasal dari provinsi yang berbeda-beda tersebut agar bisa hidup bersama dalam keharmonisan.
Urutan kelahiran Responden berdasarkan urutan kelahiran dibagi menjadi tiga, yaitu : (1) anak sulung, (2) anak tengah, (3) anak bungsu. Responden sebagai anak sulung jika terlahir sebagai anak pertama. Responden sebagai anak tengah jika memiliki kakak dan adik. Responden sebagai anak bungsu jika terlahir sebagai anak terakhir dalam keluarga.
42 Tabel 12 Jumlah dan persentase responden menurut urutan kelahiran No Urutan kelahiran Jumlah (n) Persentase (%) responden 1 Sulung 18 43.9 2 Tengah 14 34.2 3 Bungsu 9 21.9 TOTAL 41 100.0
Karakteristik Keluarga Mahasiswa Penerima Beasiswa Beastudi Etos
Jumlah anggota keluarga Jumlah anggota keluarga adalah jumlah anggota keluarga responden yang terdiri dari ayah, ibu, kakak, adik dan responden sendiri. Sebaran jumlah anggota keluarga responden memiliki kisaran antara 4 – 15 orang, dengan rata-rata jumlah anggota keluarga responden adalah 6.1 orang.
Tabel 13 Jumlah dan persentaase responden menurut jumlah anggota keluarga No Jumlah anggota keluarga Jumlah (n) Persentase (%) (orang) 1 4 4 9.6 2 5 16 39.0 3 6 11 26.8 4 7 4 9,6 5 8 1 2.4 6 9 3 7.3 7 10 1 2.4 8 15 1 2.4 TOTAL 41 100.0 Rata-rata ± standar deviasi 6.1 ± 1.9 Kisaran (min – max) 4 - 15
Besar keluarga pada beberapa kasus memiliki hubungan dengan capaian hasil belajar anak. Puar (Widayati 2009) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan anak mengalami kemerosotan prestasi adalah keluarga dengan banyak anggota keluarga. Hal tersebut dikarenakan kegaduhan yang timbul oleh anggota keluarga dalam satu rumah menyebabkan anak-anak yang akan mengerjakan pekerjaan rumah atau mengulang pelajaran di rumah menjadi sulit berkonsentrasi. Terlebih jika anak tidak memiliki kamar terpisah dan tidak ada sarana pendukung belajar.
43 Pendidikan Orang Tua Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan ayah adalah SMA (42.1%). Tingkat pendidikan ayah dengan persentase bessar selanjutnya adalah SD (28.9%), dan perguruan tinggi (15.8%). Rata-rata pendidikan ayah responden adalah SMA. Hampir sama dengan pendidikan ayah, data pendidikan ibu pada penelitian ini juga mayoritas berada pada tingkat SMA (41.0%). Pendidikan ibu pada urutan kedua dan ketiga adalah di tingkat SD (30.8%) dan SMP (20.5%). Rata-rata pendidikan ibu responden adalah SMP. Kondisi tersebut menandakan bahwa ratarata pendidikan ibu responden lebih rendah dibandingkan rata-rata pendidikan ayah responden.
Tabel 14 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan orang tua No Jenjang Ayah Ibu pendidikan Jumlah Persentase Jumlah Persentase (n) (%) (n) (%) 1 Tidak Sekolah 1 2.4 2 4.9 2 SD 11 26.8 12 39.3 3 SMP 5 12.2 8 19.5 4 SMA 17 41.5 16 39.0 5 Perguruan 7 17.1 3 7.3 Tinggi TOTAL 41 100.0 41 100.0
Gunarsa dan Gunarsa (2008) menyatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi komunikasi antara orang tua dan anak dalam lingkungan keluarga. Alsa dan Bachroni (Nurani 2004) menyatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua punya korelasi positif dengan cara mendidik anak. Pendidikan orang tua yang tinggi akan lebih memberikan stimulasi lingkungan (fisik, sosial, emosional, psikologis) bagi anakanaknya dibandingkan dengan orang tua yang pendidikannya lebih rendah.
Jenis Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan orang tua dalam penelitian ini meliputi pekerjaan ayah dan ibu responden. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat 10 jenis pekerjaan ayah. Penelitian ini mengelompokkan jenis pekerjaan ayah menjadi empat tingkatan yaitu : (1) berpenghasilan tetap; (2) berpenghasilan tidak tetap namun tidak bergantung kepada orang lain; (3) berpenghasilan tidak tetap dan bergantung kepada orang lain; dan (4) tidak berpenghasilan.
44 Tabel 15 Jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan ayah No Jenis pekerjaan ayah Jumlah (n) Persentase (%) 1 Berpenghasilan tetap 6 2.4 2 Berpenghasilan tidak tetap tetapi tidak tergantung kepada orang lain 19 14.6 3 Berpenghasilan tidak tetap dan tergantung kepada orang lain 6 14.6 4 Tidak bekerja 10 14.6 TOTAL 41 100.0
Pekerjaan dengan penghasilan yang tetap akan mendatangkan perasaaan tenang karena ada kepastian mendapat pendapatan. Pekerjaan dengan penghasilan tetap juga akan memudahkan dalam pengelolaan keuangan keluarga. Berbeda halnya dengan penghasilan tidak tetap. Ketidakpastian akan penghasilan yang didapatkan membuat keluarga perlu membuat pengelolaan keuangan yang lebih ketat untuk mengantisipasi kondisi pada saat tidak ada pendapatan atau pendapatan menurun.
Tabel 16 Jumlah dan persentase responden menurut pekerjaan ibu No Pekerjaan Ibu Jumlah (n) Persentase (%) 1 Ibu Rumah Tangga 24 58.5 2 Buruh 4 9.8 3 Guru non PNS 3 7.3 4 Petani 1 2.4 5 Pedagang 5 12.2 6 Karyawan swasta 2 4.9 7 Pegawai negeri 2 4.9 TOTAL 41 100.0
Mayoritas pekerjaan ibu responden adalah ibu rumah tangga. Hal tersebut memberikan informasi bahwa peran terbesar ibu adalah pada pengelolaan keluarga. Hanya sebagian kecil ibu responden yang berperan membantu pendapatan keluarga sehingga penelitian ini hanya menggunakan jenis pekerjaan ayah yang digunakan sebagai sub peubah dalam uji regresi.
Pendapatan Keluarga Pendapatan keluarga dalam penelitian ini merupakan pendapatan total keluarga. Hasil yang didapat adalah tersebar mulai terendah Rp 0, sampai dengan tertinggi Rp 6.000.000. Pendapatan keluarga responden jika dikaitkan dengan
45 jumlah anggota keluarga responden menunjukkan bahwa beban rumah tangga keluarga responden cukup berat.
Tabel 17 Jumlah dan persentase responden menurut jumlah pendapatan keluarga No Jumlah pendapatan Jumlah (n) Persentase (%) keluarga (Rp) 1 4.9 0 2 2 2.4 300.000 1 3 4.9 450.000 2 4 7.3 500.000 3 5 2.4 600.000 1 6 2.4 750.000 1 7 4.9 800.000 2 8 2.4 900.000 1 9 22.0 1.000.000 9 10 2.4 1.150.000 1 11 2.4 1.300.000 1 12 14.6 1.500.000 6 13 2.4 1.700.000 1 14 2.4 1.750.000 1 15 2.4 2.000.000 1 16 4.9 2.500.000 2 17 4.9 2.750.000 2 18 2.4 3.500.000 1 19 4.9 4.000.000 2 20 2.4 6.000.000 1 TOTAL 100.0 41 Rata-rata 1.474.000 Kisaran (min – max) 0 – 6.000.000
Nurani (2004) menyatakan bahwa pendapatan keluarga berhubungan positif dengan prestasi belajar anak. Menurut Djamarah dalam Nurani (2004), keluarga yang memiliki pendapatan tinggi akan dapat membantu menyediakan fasilitas belajar untuk anak sehingga akan membantu prestasi belajar anak.
Jenis Pengeluaran Rumah Tangga Jenis pengeluaran rumah tangga yang terbanyak dijawab adalah : (1) makan (100%); (2) pendidikan (97.6%); dan (3) kesehatan (75.6%). Posisi pendidikan dalam urutan ke-2 menunjukkan bahwa keluarga responden menjadikan pendidikan sebagai salah satu prioritas pengeluaran rumah tangga. Winkel (1996) menyatakan bahwa keadaan sosio kultural merupakan faktor yang mempengaruhi
46 proses belajar siswa. Salah satu faktor sosio kultural adalah pandangan keluarga mengenai pendidikan.
Tabel 18 Jumlah dan persentase responden menurut jenis pengeluaran keluarga No Jenis pengeluaran keluarga Jumlah (n) Persentase responden (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Makan Pendidikan Kesehatan Sandang Tabungan Sewa Rumah Bayar Hutang Bayar listrik dan air Perabotan rumah tangga Perawatan motor
41 40 31 26 20 11 5 2 1 1
100.0 97.6 75.6 63.4 48.8 26.8 12.2 4.9 2.4 2.4
Kemampuan pemenuhan kebutuhan primer Keluarga miskin menurut BKKBN adalah keluarga yang tidak dapat memenuhi satu dari enam indicator penentu kemiskinan yaitu : (1) seluruh anggota makan minimal 2 kali sehari; (2) anggota keluarga memiliki pakaian berbeda untuk di rumah bekerja/sekolah dan bepergian; (3) bagian lantai yang terluas bukan dari tanah; (4) paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging/ikan/telor; (5) setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stell pakaian baru; dan (6) luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi untuk tiap penghuni.
Tabel 19 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kemampuan pemenuhan kebutuhan primer keluarga No Tingkat kemampuan pemenuhan Jumlah (n) Persentase (%) kebutuhan primer (skor) 1 Tinggi (7-9) 22 53.7 2 Sedang (4-6) 17 43.9 3 Rendah (1-3) 1 2.4 Total 41 100.0
Pola makan memiliki hubungan dengan capaian prestasi mahasiswa. Thoha (2006) berdasarkan penelitiannya menyatakan bahwa konsumsi protein berpengaruh nyata terhadap prestasi mahasiswa di bidang kemampuan verbal, kemampuan abstraksi, kemampuan kognitif, dan kemampuan keterampilan.
47 Kebiasaan makan tiga kali sehari atau lebih juga merupakan kebiasaan makan yang baik. Nasoetion dan Khomsan (Thoha 2006) menyatakan bahwa frekuensi konsumsi yang makin sering diharapkan akan semakin besar kemungkinan untuk dapat memenuhi kebutuhan gizinya. . Motivasi Untuk Kuliah
Motivasi untuk Kuliah Motivasi berasal dari kata movere dan actions. Motivasi didefinisikan sebagai usaha atau dorongan/kekuatan dari dalam diri seseorang yang mendorong untuk bertingkah laku dalam usaha pemenuhan kebutuhan (Sabri dalam Gunarsa, 2004). Motivasi merupakan salah satu prasyarat yang paling penting dalam belajar. Motivasi dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Tabel 20 Jumlah dan persentase responden menurut motivasi untuk kuliah No Motivasi untuk kuliah 1 Tidak puas dengan kondisi keluarga 2 Ingin dihargai 3 Ingin menuntut ilmu 4 Ingin mendapatkan pekerjaan yang lebih baik setelah lulus 5 Disuruh oleh orang lain
Jumlah (n) Persentase %) 25 61.0 25 35 33
61.0 85.4 80.5
7
17.1
Rata-rata responden memiliki lebih dari satu motivasi untuk kuliah. Penghitungan tingkat motivasi pada penelitian ini dilakukan dengan cara memberi skor satu pada tiap motivasi yang dimiliki responden. Semakin banyak skor menunjukkan tingkat motivasi semakin tinggi. Lippit et al (1958) menyatakan bahwa motivasi yang dimiliki kelayan bisa digunakan sebagai sumber informasi tingkat kesiapan kelayan untuk melakukan perubahan berencana. Tabel 21 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat motivasi No Tingkat Motivasi (skor) 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 Total Kisaran (min – max)
Jumlah (n) 4 5 11 11 10 41 1-5
Persentase (%) 9.8 12.2 26.8 26.8 24.4 100.0
48 Winkel (1996) mengemukakan bahwa motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar untuk mencapai suatu tujuan. Bintarti (2003) menyatakan bahwa besar kecil IPK dari sisi perilaku komunikasi belajar dipengaruhi oleh perilaku mengerjakan tugas mandiri. Mahasiswa yang sering, jarang, dan tidak pernah mengerjakan tugas mandiri cenderung memiliki IPK lebih rendah.
Sumber motivasi Sedangkan sumber motivasi responden terbesar adalah orang tua (97.6%). Sumber motivasi responden selanjutnya adalah diri sendiri (87.8%). Ketergantungan responden pada sumber motivasi yang berada di luar diri responden merupakan suatu kondisi yang wajar. Pada tahap remaja, selain keluarga, peran teman sebaya juga memberikan pengaruh pada motivasi.
Tabel 22 Jumlah dan persentase responden menurut sumber motivasi No 1 2 3 4
Sumber motivasi Diri sendiri Orang tua Teman Lain-lain :
Jumlah (n) 36 40 26 11
Frekuensi (%) 87.8 97.6 63.4 26.8
Pengelolaan Program Beasiswa
Kemudahan persyaratan beasiswa Persyaratan beasiswa meliputi persyaratan akademik, persyaratan administrasi, dan persyaratan kelolosan di tiap proses seleksi. Persyaratan akademik berhubungan dengan nilai raport di tingkat sekolah menengah atas. Nilai raport yang disyaratkan oleh Beastudi Etos adalah: (1) rata-rata raport adalah 7.0; (2) minimal nilai 7 di bidang studi agama, matematika, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris; (3) tidak ada nilai di bawah 6.0 (Sumber : Standar Operasional Prosedur Beastudi Etos 2011). Persyaratan administrasi meliputi kelengkapan berkas-berkas pendaftaran yaitu: (1) fotokopi kartu keluarga; (2) surat keterangan tidak mampu; (3) slip gaji atau surat keterangan penghasilan orang tua; (4) fotokopi ktp/kartu pelajar pendaftar; (5) foto rumah; (6) tulisan tentang perjalanan hidup pendaftar. Persyaratan kelolosan proses meliputi: (1) lolos di tiap tahap seleksi Beastudi Etos; (2) lolos di perguruan tinggi rekomendasi Beastudi Etos; (3) lolos di perguruan tinggi rekomendasi Beastudi Etos melalui jalur regular.
49 Penilaian kemudahan persyaratan beasiswa diberikan dengan cara menghitung berapa banyak persyaratan yang dianggap mudah oleh responden. Masing-masing persyaratan yang dipilih diberi skor satu. Semakin banyak persyaratan yang dipilih maka menunjukkan semakin tinggi tingkat kemudahan persyaratan beasiswa.
Tabel 23 Jumlah dan persentase responden menurut kemudahan persyaratan beasiswa No Kemudahan persyaratan Jumlah (n) Persentase (%) beasiswa (skor) 1 1 12 29.3 2 2 14 34.1 3 3 4 9.8 4 4 4 9.8 5 5 7 17.0 TOTAL 41 100.0 Kisaran (min – max) 1-5
Mayoritas responden menyatakan bahwa persyaratan seleksi Beastudi Etos tergolong sulit karena hanya 1-2 persyaratan pendaftaran yang dianggap mudah. Persyaratan yang dianggap mudah oleh responden adalah persyaratan akademik yang ditunjukkan dengan nilai raport SMA (83%), dan persyaratan administrasi (70.7%). Alasan responden memilih persyaratan akademik (nilai raport) dianggap persyaratan yang paling mudah karena capaian nilai raport responden di tingkat SMA memenuhi persyaratan Beastudi Etos. Persyaratan administrasi mudah dipenuhi karena : (1) kondisi keluarga memenuhi persyaratan karena tergolong tidak mampu, (2) berkas administrasi bisa difotokopi. Persyaratan yang dianggap sulit karena : (1) untuk lolos di setiap tahap seleksi Beastudi Etos harus bersaing dengan pendaftar lain yang jumlahnya banyak, (2) untuk lolos di perguruan tinggi rekomendasi Beastudi Etos dan melalui jalur regular juga harus bersaing melalui SNMPTN.
Ketercukupan beasiswa Pada suatu program pemberdayaan, bantuan yang diberikan harus sejalan dengan kebutuhan masyarakat sasaran. Ketercukupan jumlah beasiswa dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat kesesuaian beasiswa yang diterima dengan kebutuhan penerima beasiswa. Ketercukupan beasiswa dilihat dari segi jenis beasiswa yang diterima dan jumlah kebutuhan responden. Jenis bantuan beasiswa yang diterima oleh sebagian besar respoden adalah biaya hidup (100%) dan biaya masuk perguruan tinggi (85.4%). Tidak seluruh responden menerima komponen biaya masuk perguruan tinggi. Hal itu sebagai hasil dari advokasi keringanan biaya yang dilakukan responden kepada pihak kampus.
50 Beastudi Etos memberikan beasiswa tidak hanya dalam bentuk dana, ada beasiswa yang tidak diberikan dalam bentuk dana. Beasiswa yang diberikan dalam bentuk bukan dana adalah asrama dan biaya pengembangan diri. Asrama adalah fasilitas yang diberikan oleh Beastudi Etos sebagai tempat tinggal penerima beasiswa Beastudi Etos. Biaya pengembangan diri diberikan dalam bentuk biaya operasional asrama dan biaya pembinaan.
Tabel 24 Jenis dan persentase responden menurut jenis bantuan beasiswa No 1 2 3 4 5
Jenis bantuan beasiswa Biaya masuk PTN SPP Biaya hidup Biaya Pengembangan Diri Lain-Lain :
Jumlah (n) 35 22 41 26 0
Persentase (%) 85.4 53.7 100.0 63.4 0.0
Jumlah kebutuhan biaya dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu kebutuhan biaya pendidikan (SPP) dan biaya hidup. Biaya SPP responden tersebar dari Rp 0 sampai dengan Rp 7.500.000,00 dengan rata-rata Rp 1.672.200. Kebutuhan biaya SPP responden sebagian besar berkisar antara Rp 0 – kurang dari Rp 2.500.000,00 (85.4%). Beastudi Etos memberikan bantuan SPP pada semester 1 dan 2. Pada semester-semester berikutnya, mahasiswa penerima Beastudi Etos membayar SPP dari dana pribadi.
Tabel 25 Jumlah dan persentase responden menurut jumlah pengeluaran untuk biaya hidup per bulan No Jumlah pengeluaran (Rp) Jumlah (n) Persentase (%) 1 400.000 3 7.3 2 450.000 1 2.4 3 500.000 4 9.8 4 550.000 1 2.4 5 600.000 9 22.0 6 700.000 4 9.8 7 750.000 5 12.2 8 800.000 6 14.6 9 900.000 1 2.4 10 1.000.000 5 12.2 TOTAL 41 100.0 Rata-rata ± Standar Deviasi 686.600±170.700 Kisaran (min – max) 400.000 – 1.000.000
Kesenjangan terjadi pada bantuan uang saku untuk biaya hidup responden. Pengeluaran hidup responden rata-rata adalah Rp 686.600,00 setiap bulan. Beastudi Etos memberikan bantuan biaya hidup sebesar Rp 500.000,00 setiap bulan, maka bantuan biaya hidup yang diberikan Beastudi Etos tidak mencukupi
51 kebutuhan hidup sebagian besar responden karena hanya memenuhi sekitar 72.8 persen dari rata-rata kebutuhan hidup sebulan. Jenis pengeluaran terbesar yang dijawab responden adalah konsumsi (100%), kebutuhan akademik (100%), dan transportasi dan komunikasi (97.6%). Selain pengeluaran untuk hal-hal yang bersifat konsumtif, 70.7 persen responden memiliki pengeluaran berupa tabungan, artinya ada kesadaran menabung pada mahasiswa penerima Beastudi Etos. Kesenjangan antara kebutuhan hidup dan bantuan biaya hidup yang diberikan oleh Beastudi Etos membuat responden aktif melakukan kegiatan ekonomi mandiri. 78.0 persen responden responden bekerja/berwirausaha dengan bekerja pengajar bimbel, pengajar privat, berdagang, menjadi pelaksana event organizer.
Keteraturan penerimaan beasiswa Keteraturan penerimaan beasiswa dalam penelitian ini dilihat dari dua segi yaitu dari segi waktu dan jumlah. Keteraturan dari segi waktu untuk melihat apakah penerima beasiswa tepat waktu dalam menerima beasiswa. Keteraturan dari segi jumlah untuk melihat apakah jumlah beasiswa yang diterima oleh penerima beasiswa sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan.
Tabel 26 Jumlah dan persentase responden menurut keteraturan penerimaan beasiswa No Keteraturan penerimaan beasiswa Jumlah (n) Persentase (%) 1 Tanggal penerimaan beasiswa a. 1 s/d 10 27 65.9 b. 11 s/d 20 14 34.1 c. 21 s/d 31 0 0.0 Total 41 100 .0 Frekuensi terjadinya pengurangan 2 jumlah beasiswa (kali) a. Tidak pernah 7 17.1 b. 1 - 5 31 75.6 c. > 5 3 7.3 Total 41 100.0
Sebanyak 65.9 persen responden menjawab menerima beasiswa di tanggal 1-10. Kondisi tersebut memberikan informasi bahwa pengelola beasiswa menjalankan program berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Beastudi Etos. SOP Beastudi Etos menyatakan bahwa uang saku dikirim maksimal tanggal 10 setiap bulan berjalan. Sebanyak 75.6 persen responden menyatakan bahwa terjadi pengurangan jumlah beasiswa antara 1 – 5 kali dalam satu tahun. Alasan pengurangan beasiswa sebagian besar adalah karena adanya sanksi yang diberikan kepada mahasiswa.
52 penerima Beastudi Etos. Sanksi pemotongan uang saku diberlakukan jika penerima beasiswa Beastudi Etos melakukan pelanggaran kedisiplinan dalam pembinaan dan pendampingan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden pernah melakukan pelanggaran kedisiplinan dalam pembinaan maupun pendampingan. Manfaat terbesar dari pemberian beasiswa yang dirasakan responden adalah memenuhi kebutuhan hidup selama kuliah (97.6%), bisa membeli sarana penunjang kuliah (63.4%), menenangkan hati karena ada jaminan biaya kuliah (53.7%), bisa membantu orang tua dengan mengirimkan sebagian dana beasiswa (53.7%), dan membuat jadi tidak minder (36.6%). Meskipun sebagian besar responden memiliki sumber pendapatan lain, namun keterlambatan beasiswa tetap memberikan dampak negatif bagi responden. Hal tersebut karena beasiswa menyumbang 72.8 persen dari rata-rata pengeluaran bulanan. Keterlambatan beasiswa akan memberi dampak diantaranya : (1) kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokok; (2) terlambat membayar iuran kelas; (3) harus mencari pinjaman ke orang lain; (4) mengubah menu makan; (5) puasa; (6) menghambat pembayaran akademik; (7) mobilitas menurun; (8) harus membongkar tabungan; (9) tidak bisa menghubungi orang tua.
Kompetensi pendamping Pendamping dalam penelitian ini adalah orang yang bertugas mendampingi penerima beasiswa di asrama Beastudi Etos. Pendamping merupakan agen perubahan. Keberadaan agen perubahan menurut kajian penyuluhan memiliki peran yang penting. Rogers (2003) menyatakan bahwa arti penting agen perubahan adalah bahwa agen perubahan sebagai penghubung yang memfasilitasi inovasi perubahan dari lembaga yang ingin mengadakan perubahan kepada kelayan. Rogers (2003) menjabarkan bahwa keberhasilan agen perubahan ditentukan oleh : (1) usaha yang sungguh-sungguh dari agen perubahan khususnya dalam aktivitas komunikasi dengan kelayan; (2) berorientasi pada kelayan; (3) sesuai dengan kebutuhan kelayan; (4) memiliki empati; (5) homophily atau kontak agen perubahan yang menunjukkan kesetaraan dengan kelayan. Havelock (1973) mengajukan empat hal yang harus dilakukan agen perubahan untuk menjalin hubungan dengan kelayan yaitu : (1) memiliki sikap bersahabat; (2) kesamaan dengan kelayan; (3) menciptakan manfaat bagi kelayan; (4) responsif. Penelitian ini berusaha mengukur kompetensi pendamping dengan mengacu kepada Havelock (1973). Alasan yang mendasari peneliti memilih konsep Havelock adalah karena pendamping beasiswa Beastudi Etos tinggal bersama mahasiswa penerima beasiswa, sehingga perilaku keseharian pendamping menjadi penting karena bisa diamati langsung oleh mahasiswa penerima beasiswa selaku kelayan.
53
Tabel 27 Jumlah dan persentase responden menurut kompetensi pendamping No Kompetensi Pendamping Jumlah (n) Persentase (%) (skor) 1 5 2 4.9 2 6 1 2.4 3 9 4 9.8 4 10 6 14.6 5 11 11 26.8 6 12 17 41.5 Total 41 100.0 Kisaran (min – max) 5 - 12
Pendamping beasiswa Beastudi Etos direkrut baik dari dalam maupun luar sistem. Pendamping yang berasal dari dalam sistem artinya berasal dari mahasiswa yang telah selesai menerima beasiswa Beastudi Etos. Pendamping yang berasal dari luar sistem direkrut dari orang yang tidak pernah menerima beasiswa Beastudi Etos. Pada Beastudi Etos Bogor terdapat satu pendamping dari dalam sistem, dan dua pendamping dari luar sistem. Sedangkan pada Beastudi Etos Jakarta, seluruh pendamping berasal dari luar sistem. Havelock (1973) menjelaskan bahwa keuntungan agen perubahan dari dalam sistem adalah : (1) memahami sistem sosial karena berasal dari sistem sosial yang sama dengan kelayan; (2) mengerti norma-norma yang berlaku; (3) dapat mengidentifikasi kebutuhan dan aspirasi dari sistem sosial kelayan; (4) telah dikenal oleh kelayan; dan (5) dapat berbicara dengan bahasa yang sama baiknya dengan kelayan. Kerugian agen perubahan dari dalam sistem adalah : (1) kurang memiliki perspektif karena dia menjadi bagian dari sistem; (2) mungkin tidak memiliki basis kekuasaan yang cukup (kecuali bila agen perubahan tersebut berada di puncak kekuasaan dari sistem sosialnya). Keuntungan agen perubahan dari luar sistem adalah : (1) tidak dibebani dengan stereotype yang negatif; (2) memiliki perspektif lebih luas; (3) independen. Kerugian agen perubahan dari luar sistem adalah: (1) dianggap orang asing oleh kelayan; (2) kurang memahami keadaan kelayan; dan (3) kurang mampu mengidentifikasi kebutuhan kelayan. Hasil wawancara dengan pendamping, menunjukkan pendamping dari dalam sistem merasa : (1) lebih menikmati tugasnya menjadi pendamping karena sejak menjadi mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos sudah berinteraksi dengan mahasiswa penerima beasiswa saat ini; (2) lebih memahami akan tugas pendampingan. Pendamping dari luar sistem menyatakan kesulitan ketika awal menjadi pendamping. Hal tersebut terjadi karena ketika terjadi pergantian pendamping, orientasi bagi pendamping baru lebih menekankan pada tugas administratif, teknis penyusunan kurikulum, dan teknis pelaksanaan pembinaan (sumber : wawancara dengan pendamping, 20 Januari 2014)
54 Karakteristik Sosial Responden
Bandura (Salkind 1981) mengemukakan bahwa individu merupakan mediator yang aktif mengoperasikan lingkungan untuk suatu harapan tertentu. Teori belajar sosial mengungkapkan konsep efikasi yang ada dalam diri manusia. Efikasi merupakan kepercayaan akan kemampuan diri untuk melakukan sesuatu dalam upaya mencapai tujuan. Efikasi tinggi jika bertemu dengan lingkungan yang responsif akan membuat seseorang menjadi sukses dan mampu melaksanakan tugas sesuai kemampuannya. Efikasi tinggi jika bertemu dengan lingkungan yang tidak responsif maka akan menimbulkan keinginan untuk mengubah lingkungan menjadi responsif. Efikasi rendah jika bertemu dengan lingkungan yang responsif akan mencetak seseorang menjadi apatis dan merasa tidak mampu. Efikasi rendah jika bertemu dengan lingkungan yang tidak responsif dapat membuat seseorang menjadi depresi.
Lingkungan akademik Lingkungan akademik dipilih untuk melihat interaksi responden dengan dosen, tenaga kependidikan, dan keterlibatan mahasiswa penerima beasiswa dalam kegiatan pengembangan keilmuan selain kuliah. Tabel 28 Jumlah dan persentase responden menurut lingkungan akademik No Lingkungan akademik Jumlah Persentase (n) (%) 1 Jumlah dosen yang dikenal (orang) > 10 13 31.7 6 - 10 14 34.1 <6 14 34.1 Total 41 100.0 2 Jumlah tenaga kependidikan yang dikenal (orang) > 10 9 22.0 6 - 10 13 31.7 <6 19 46.3 Total 41 100.0 3 Frekuensi keikutsertaan dalam acara pengembangan keilmuan > 4 kali 27 65.9 3 - 4 kali 11 26.8 < 3 kali 3 7.3 Total 41 100.0 4 Frekuensi keikutsertaan dalam kompetisi ilmiah > 4 kali 8 19.5 3 - 4 kali 10 43.5 < 3 kali 23 56.1 Total 41 100.0
55
Tabel 28 memberikan informasi bahwa interaksi responden dengan lingkungan akademik berada pada kategori sangat baik (26.8%), baik (46.4%), kurang baik (26.8%), dan tidak baik (0.0%). Dosen dan tenaga kependidikan merupakan orang dewasa yang bisa menjadi sumber belajar responden. Kegiatan keilmuan bisa menambah pengetahuan, sikap dan keterampilan responden selain dari kegiatan perkuliahan.
Lingkungan kemahasiswaan Lingkungan kemahasiswaan menggambarkan interaksi mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos dengan teman sebaya dan keterlibatan dalam organisasi kemahasiswaan di kampus. Pada masa remaja, keberhasilan hubungan yang baik dengan teman sebaya merupakan salah satu indikator ke arah pencapaian self realization. Keberhasilan tersebut ditandai dengan : (1) memiliki satu atau lebih sahabat dekat; (2) dipercaya oleh teman sekelompok dalam posisi tanggung jawab tertentu (Havigurst 1961).
Tabel 29 Jumlah dan persentase responden menurut lingkungan kemahasiswaan No Lingkungan kemahasiswaan Jumlah (n) Persentase (%) 1 Jumlah organisasi kemahasiswaan yang diikuti >4 14 34.1 3 s/d 4 16 39.0 <3 11 26.8 Total 41 100.0 2 Jumlah teman dekat > 10 orang 24 58.5 6 - 10 orang 9 22.0 1 - 5 orang 8 19.5 Total 41 100.0
Hasil kategorisasi dari tabel 29 mendapatkan hasil bahwa responden memiliki hubungan dengan lingkungan kemahasiswaan pada kategori baik (56.1%), sedang (31.7%), dan rendah (12.2%). Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa responden telah dapat memenuhi salah satu tugas perkembangan remaja menurut Havigurst (1961).
56 Lingkungan Asrama Asrama beasiswa Beastudi Etos merupakan tempat tinggal mahasiswa responden. Responden tinggal bersama pendamping di asrama. Lingkungan asrama pada penelitian ini dilihat dari : (1) jarak asrama ke kampus; (2) kemanfataan pendampingan di asrama. Aspek jarak merupakan aspek lingkungan fisik yang bisa mempengaruhi proses belajar. Kemanfaatan pendampingan mengukur manfaat yang dirasakan responden tentang pendampingan yang dilakukan beasiswa.
Tabel 30 Jumlah dan persentase responden menurut lingkungan No Lingkungan Asrama Jumlah (n) Persentase (%) 1 Jarak asrama ke kampus < 1 km 31 75.6 1 - 2 km 9 22.0 > 2 km 1 2.4 Total 41 100.0 2 Sarana transportasi untuk ke kampus Jalan kaki 24 58.5 Jalan kaki dan atau kendaraan lain 10 24.4 Kendaraan 7 17.1 3
Total
41
100.0
Manfaat Pendampingan (skor) 1 2 3 4 5 Total
18 13 4 4 2 41
44.0 31.7 9.8 9.8 4.9 100.0
Sebanyak 75.6 persen responden menyatakan bahwa jarak antara asrama dengan kampus kurang dari 1 km. Jarak antara asrama dengan kampus yang dekat membuat sebagian besar mahasiswa penerima beasiswa berjalan kaki untuk ke kampus (58.5%). Hal tersebut membuat pengeluaran biaya untuk transportasi bisa ditekan. Jarak yang dekat juga membuat responden tidak perlu mengeluarkan tenaga berlebih untuk ke kampus, sehingga tidak menyebabkan kelelahan pada fisik responden. Berjalan kaki ke kampus justru bisa menjadi cara responden berolah raga sehingga bisa menyehatkan badan responden. Sarana prasarana asrama dan jenis hal yang diatur di asrama beasiswa Beastudi Etos Bogor dan Jakarta menunjukkan kesamaan di setiap asrama. Sarana prasarana yang relatif sama terlihat pada : (1) satu kamar dihuni oleh 1-2 orang mahasiswa penerima beasiswa; (2) fasilitas dalam kamar adalah tempat tidur/kasur, lemari pakaian, dan meja belajar; (3) adanya ruangan yang cukup luas
57 yang dijadikan tempat berkumpul; (4) kamar mandi 2; (5) adanya papan nama yang menunjukkan identitas asrama. Pada pengelolaan asrama, terdapat aturan-aturan yang disepakati bersama antara pendamping dan mahasiswa penerima beasiswa. Berdasarkan pengelompokan data dari kuesioner, secara garis besar ada lima peraturan utama di asrama yaitu : (1) kebersihan dan kerapihan; (2) kesopanan; (3) saling menghormati; (4) disiplin; (5) tanggung jawab. Peraturan tentang kebersihan dan kerapihan berkaitan dengan jadwal piket asrama yang meliputi piket harian dan piket pekanan. Kesopanan berkaitan dengan aturan jam malam, dan aturan peminjaman barang antar sesama penghuni asrama. Saling menghormati berhubungan dengan interaksi antar mahasiswa penerima beasiswa. Disiplin berkaitan dengan adanya peraturan sanksi bagi yang melanggar. Tanggung jawab berkaitan dengan peraturan pemakaian fasilitas umum di asrama seperti kamar mandi, dapur, dan jemuran.
Analisis Efektivitas Program Beasiswa
Rogers (2003) menyatakan bahwa efektivitas adalah tingkat kemampuan suatu program mencapai tujuannya. Boyle (1981) membagi ada tiga jenis program yaitu developmental programs, institutional programs, dan informational programs. Ciri utama developmental programs adalah ditandai dengan adanya proses identifikasi permasalahan utama yang dihadapi kelayan dan kemudian mengembangkan pendidikan untuk membantu individu atau masyarakat kelayan menyelesaikan masalahnya. Institutional programs fokus pada pengembangan kemampuan orang-orang di dalam program terkait dengan kemampuan menyelesaikan tugas (kompetensi). Informational programs berkaitan dengan mengidentifikasi informasi baru yang kemudian didistribusikan. Program beasiswa memiliki ciri developmental programs, maka beasiswa termasuk kategori developmental programs. Analisis tentang efektivitas program beasiswa perlu memandang program beasiswa sebagai suatu sistem yang holistik. Efektivitas tidak hanya diukur melalui hasil dari program beasiswa. Efektivitas program beasiswa perlu melibatkan analisis input dan proses yang mendasari tercapainya hasil yang didapat. Input program beasiswa berkaitan dengan ketepatan pemilihan sasaran penerima beasiswa. Proses beasiswa selain berupa pengelolaan beasiswa, juga sinergisitas pengelolaan beasiswa dengan lingkungan sosial mahasiswa penerima beasiswa. Efektivitas adalah tingkat kemampuan suatu program memenuhi tujuannya (Rogers, 2003). Dalam upaya mengukur efektivitas beasiswa sebagai program pemberdayaan, Boyle (1981) telah menjabarkan beberapa standar efektivitas berdasarkan jenis program. Beasiswa merupakan suatu program yang bertujuan memberikan bantuan biaya bagi siswa/mahasiswa miskin agar dapat menikmati pendidikan. pemberdayaan, sehingga analisis efektivitas program beasiswa pada penelitian ini akan mengacu pada standar efektivitas program pembangunan. Efektivitas program pembangunan (developmental) diukur dari : (1) kualitas
58 solusi atas permasalahan yang dihadapi, dan (2) tingkat kemampuan individu, kelompok atau masyarakat mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah. Tujuan utama pemberian beasiswa Beastudi Etos adalah agar mahasiswa penerima beasiswa yang berasal dari kelompok tidak mampu bisa mendapatkan pendidikan. Sehingga kualitas hasil kuliah diukur melalui capaian prestasi akademis. Permasalahan utama yang dihadapi mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos adalah keterbatasan dana. Sehingga solusi dari permasalahan tersebut adalah terpenuhinya kebutuhan dana. Sebagai program pemberdayaan beasiswa Beastudi Etos juga bertujuan menumbuhkan kemandirian. Hal itu tercermin pada beasiswa Beastudi Etos yang tidak memberikan bantuan penuh dengan dasar pemikiran agar mahasiswa penerima beasiswa mampu mengembangan potensi-potensi kemandirian. Sehingga pengukuran terhadap tingkat kemampuan mengembangkan penyelesaian masalah pada penelitian ini dilakukan dengan cara melihat kesiapan dana yang dimiliki oleh penerima beasiswa untuk biaya menyelesaikan kuliah
Tabel 31 Jumlah dan persentase responden menurut efektivitas program beasiswa Jumlah Persentasi No Efektivitas program beasiswa (n) (%) 1 Kepastian penyelesaian studi (skor) 23 56.1 Baik (5-6) 18 43.9 Sedang (3-4) 0 0.0 Rendah (< 3) 41 100.0 Total 2 Prestasi akademik 2 4.9 Sangat baik (10-12) 33 80.5 Baik (7-9) 6 14.6 Kurang baik (4-6) 0 0.0 Tidak baik (< 4) 41 100.0 Total
Pada sub peubah kepastian penyelesaian studi, mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos berada pada kategori baik (56.1%) dan sedang (43.0%). Kepastian penyelesaian studi merupakan sub peubah yang bertujuan melihat kemampuan individu mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos dalam menyiapkan dana untuk biaya kuliah. Mayoritas responden (56.1%) memiliki kepastian penyelesaian studi yang baik karena didasari oleh kondisi bahwa 78% mahasiswa penerima beasiswa memiliki aktivitas ekonomi mandiri. Aktivitas ekonomi yang dilakukan antara lain menjadi pengajar bimbel, mengajar privat, berdagang, dan menjadi pengelola event organizer. Selain menjalankan aktivitas ekonomi mandiri, mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos memiliki kesadaran menabung. Kesadaran menabung mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos tercermin dalam hasil yang menunjukkan bahwa : (1) sebanyak 51.2% responden menyatakan menabung
59 lebih dari 3 kali dalam satu semester, (2) sebanyak 24.4% menabung 2-3 kali dalam satu semester, dan (3) sebanyak 24.4% menabung kurang dari 2 kali dalam satu semester. Hasil prestasi akademik mayoritas mahasiswa penerima beasiswa menunjukkan bahwa : (1) sebanyak 80.5 persen responden tergolong baik, (2) sebanyak 14.6 persen responden memiliki prestasi akademik yang kurang baik, dan (3) 4.9 persen responden memiliki prestasi yang sangat baik. Hasil prestasi akademik mahasiswa penerima beasiswa dalam kategori baik terutama ditopang oleh capaian indeks prestasi yang mana 73.2% mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos memiliki Indeks Prestasi 3.0 – 3.49. Sebanyak 22 persen responden memiliki Indeks Prestasi 2.0 – 2.99, dan 4.8 persen memiliki Indeks Prestasi 3.5 – 4.0. Selain capaian Indeks Prestasi yang baik, prestasi akademik responden juga terlihat dari adanya kenaikan Indeks Prestasi. Sebanyak 87.8 responden responden mengalami kenaikan Indeksi Prestasi 1 – 2 kali. Penelitian ini mengungkap data bahwa prestasi akademik responden yang berada pada kategori baik diduga karena responden memiliki performa kuliah yang baik. Kehadiran responden dalam perkuliahan sebagian besar (61.0%) lebih dari 90%. Kondisi tersebut membuat responden berada pada standar aman untuk kegiatan perkuliahan. Responden juga memiliki semangat belajar mandiri seperti berkunjung ke perpustakaan, dan belajar mandiri di asrama. Hal tersebut tergambar dari data sebagai berikut :
Tabel 32 Jumlah dan persentase responden menurut performa kuliah No Tingkat partisipasi dalam perkuliahan Jumlah Persentase (n) (%) 1 Tingkat kehadiran dalam perkuliahan > 90 % 25 61.0 80 - 90 % 15 36.6 < 80% 1 2.4 TOTAL 41 100.0 2 Rata-rata berkunjung ke perpustakaan > 6 kali 30 73.2 4 - 6 kali 5 12.2 1 - 3 kali 6 14.6 TOTAL 41 100.0 3 Rata-rata lama belajar mandiri > 4 jam 6 14.6 2 - 4 jam 18 43.9 < 2 jam 17 41.5 TOTAL 41 100.0
60
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Efektivitas Beasiswa
Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas beasiswa dilakukan dengan melalui uji regresi dengan delapan peubah bebas, dan dua peubah terikat. Peubah bebas yang digunakan adalah : (1) pendapatan keluarga; (2) besar keluarga; (3) pekerjaan ayah; (4) kemampuan pemenuhan kebutuhan primer; (5) persepsi tentang pengelolaan beasiswa; (6) lingkungan akademi; (7) lingkungan kemahasiswaan; (8) lingkungan asrama. Efektivitas beasiswa sebagai peubah bebas diukur melalui : (1) kepastian penyelesaian studi; (2) prestasi akademik. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik parametrik yaitu uji regresi linier berganda dengan tingkat akurasi hasil yang diharapkan 90 persen.
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kepastian Penyelesaian Studi Kepastian penyelesaian studi dalam penelitian ini dilihat dari kemampuan responden memenuhi kebutuhan biaya pendidikan. Dasar pemikian pemilihan sub peubah kepastian studi adalah karena beasiswa Beastudi Etos tidak memberikan beasiswa secara penuh, sehingga responden perlu memiliki ketersediaan dana untuk menjamin keberlangsungan kuliah. Hipotesis : Kepastian penyelesaian studi (Y1) dipengaruhi oleh karakteristik individu (X1), pengelolaan beasiswa (X2), dan karakteristik sosial (X3) responden. Hasil uji regresi menunjukkan hasil :
Tabel 33 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepastian penyelesaian studi No Sub peubah Koefisien Regresi α 1 Konstanta 4960 0.144 2 Pendapatan keluarga 4.490E-8 0.810 3 Jumlah anggota keluarga 0.000 0.998 4 Pekerjaan ayah -0.205 0.372 5 Pemenuhan kebutuhan primer 0.004 0.981 6 Motivasi untuk kuliah -0.508 0.070* 7 Pengelolaan beasiswa 0.035 0.720 8 Lingkungan akademik 0.066 0.537 9 Lingkungan kemahasiswaan -0.197 0.235 10 Lingkungan asrama 0.527 0.055*
Pendapatan Keluarga Pendapatan keluarga berpengaruh tidak signifikan terhadap kepastian penyelesaian studi karena nilai signifikansi 0.0810 > 0.10. Pada kasus mahasiswa penerima beasiswa, kebutuhan biaya sebagian besar dipenuhi oleh beasiswa. Ratarata pengeluaran mahasiswa penerima beasiswa adalah Rp 686.000,00 per bulan.
61 Beasiswa yang diterima sejumlah Rp 500.000,00 per bulan. Beasiswa mampu memenuhi 73 persen dari kebutuhan biaya hidup responden selama sebulan. Kondisi responen juga menunjukkan bahwa 78.0 persen responden sudah memiliki penghasilan tambahan dari kegiatan ekonomi mandiri. Terpenuhinya kebutuhan finansial dari beasiswa dan kegiatan ekonomi mandiri menyebabkan berkurangnya ketergantungan mahasiswa penerima beasiswa kepada orang tua dalam hal pengadaan biaya untuk pendidikan. Hasil ini serupa dengan hasil penelitian Nurhayati (2011). Faktor yang mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa penerima Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Institut Pertanian Bogor adalah kecerdasan emosional dan kematangan sosial. Faktor usia, kegiatan kemahasiswaan, pendapatan keluarga, dan besar keluarga tidak berpengaruh. Standar kemiskinan menurut Bank Dunia (World Bank 2011) adalah berdasarkan pendapatan per kapita per hari. Ada dua ukuran yang digunakan, yaitu : (1) US$ 1 per kapita per hari, dan (2) US$ 2 per kapita perhari. Penghitungan dengan menggunakan nilai kurs dari Bank Indonesia pada tanggal 21 Januari 2014, yakni Rp 12.122, maka garis kemiskinan untuk US$ 1 per hari yaitu sebesar Rp 363.660,00. Garis kemiskinan untuk standar pendapatan US$ 2 per hari yaitu sebesar Rp 727.320,00. Hasil yang didapat adalah bahwa berdasarkan standar kemiskinan Bank Dunia untuk pendapatan US$ 2, maka ada sembilan (22%) keluarga mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos yang masuk kelompok miskin, sedangkan 78 persen tidak masuk kelompok miskin. Beastudi Etos mengukur kemiskinan dari standar kedhuafaan yang dirumuskan dan digunakan di Dompet Dhuafa. Prinsip dasar penentuan standar kedhuafaan yang digunakan pada Dompet Dhuafa adalah berdasarkan golongan yang berhak menerima zakat. Mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos masuk kepada golongan miskin. Pengertian miskin dalam terminologi zakat adalah memiliki pekerjaan namun tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Standar kedhuafaan Dompet Dhuafa dilihat dari penghasilan, jumlah anggota keluarga, Upah Minimum Kota/Kabupaten yang berlaku pada saat seleksi dilaksanakan (Standar Operasional Prosedur Beastudi Etos 2011).
Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga berpengaruh tidak signifikan terhadap kepastian penyelesaian studi karena nilai signifikansi 0.998 > 0.10. Puar dalam Widayati (2009) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan anak mengalami kemerosotan prestasi adalah keluarga dengan banyak anggota keluarga. Kegaduhan yang timbul oleh anggota keluarga dalam satu rumah menyebabkan anak-anak yang akan mengerjakan pekerjaan rumah atau mengulang pelajaran di rumah menjadi sulit konsentrasi. Terlebih jika anak tidak memiliki kamar terpisah dan tidak ada sarana pendukung sederhana apapun, seperti meja kecil untuk baca tulis. Responden tidak lagi tinggal bersama orang tua. Sarana kamar di asrama beasiswa Beastudi Etos juga kondusif bagi proses belajar karena : (1) satu kamar besar (lebih dari ukuran 3 x 3 m) dihuni oleh maksimal dua orang; (2) terdapat fasilitas meja untuk masing-masing mahasiswa penerima Beastudi Etos; (3)
62 beberapa penerima beasiswa sudah memiliki sarana penunjang seperti laptop yang semakin mendukung proses belajar. Hasil ini serupa dengan hasil penelitian Nurhayati (2011). Faktor yang mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa penerima Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Institut Pertanian Bogor adalah kecerdasan emosional dan kematangan social. Faktor usia, kegiatan kemahasiswaan, pendapatan keluarga, dan besar keluarga berpengaruh tidak signifikan terhadap prestasi akademik penerima beasiswa PBSB.
Pekerjaan Ayah Pekerjaan ayah berpengaruh tidak signifikan terhadap kepastian penyelesaian studi (nilai signifikansi 0.372 > 0.10). Pekerjaan ayah memiliki keterkaitan dengan dengan pendapatan. Pekerjaan yang semakin baik diharapkan mampu memberikan pendapatan yang lebih baik pula. Hanum (Widayati 2009) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa secara statistik, semakin baik status ekonomi keluarga tidak secara nyata diikuti dengan semakin baiknya prestasi belajar anak. Kenyataan ini menunjukkan bahwa prestasi belajar juga tergantung pada kemampuan intelektual anak dan kemampuan anak dalam memanfaatkan fasilitas dan kesempatan yang ada.
Pemenuhan Kebutuhan Primer Pemenuhan kebutuhan primer berdasarkan hasil uji regresi menunjukkan pengaruh tidak signifikan terhadap kepastian penyelesaian studi (nilai signifikansi 0.981 > 0.10). Pemenuhan kebutuhan primer tidak berpengaruh signifikan terhadap kepastian penyelesaian studi diduga karena responden sudah tidak tinggal bersama keluarga responden.
Motivasi untuk kuliah Motivasi untuk kuliah pada penelitian ini berpengaruh signifikan terhadap kepastian penyelesaian studi dengan nilai signifikansi 0.07 < 0.10. Kepastian penyelesaian studi menilai kesiapan mahasiswa penerima beasiswa dalam memenuhi kebutuhan biaya untuk keberlanjutan kuliah. D. Katz dalam Havelock (1973) membagi fungsi motivasi terhadap perilaku yang ditampilkan menjadi empat tipe yaitu : (1) the adjusted-utilitarian function, (2) ego defensive function, (3) the value expressive function, (4) knowledge function. Tipe The adjusted-utilitarian function memandang bahwa perilaku yang nampak adalah untuk memenuhi kebutuhan. Tipe ego defensive menunjuk pada perilaku yang berusaha melindungi diri dari konflik internal dan bahaya dari eksternal. Tipe the value expression menunjukkan perilaku sebagai alat untuk menjaga identitas pribadi atau citra diri. Tipe knowledge function menunjuk pada kebutuhan individu untuk memahami sesuatu.
63 Motivasi responden adalah sesuai dengan tipe the adjusted-utilitarian function yang memandang bahwa perilaku yang nampak adalah untuk memenuhi kebutuhan. Motivasi terbesar responden untuk kuliah adalah keinginan untuk menuntut ilmu (85.4%), dan ingin mendapatkan pekerjaan yang lebih baik setelah lulus (80.5%). Kondisi yang terjadi adalah beasiswa yang diterima tidak memberikan bantuan hingga lulus. Responden memerlukan sumber pendapatan lain untuk memenuhi kekurangan dana dari beasiswa. Hal tersebut yang mendorong responden untuk melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi mandiri. Winkel (1996) menyatakan bahwa kondisi sosio kultural dapat mempengaruhi proses belajar. Sosio kultural merupakan pandangan keluarga mengenai pendidikan. Penelitian ini menemukan bahwa menurut responden, keluarga responden menempatkan pendidikan sebagai prioritas kedua dalam pengeluaran keluarga. Prioritas pertama adalah makan. Berdasarkan pendapat Winkel (1996) maka keluarga yang menempatkan pendidikan anak-anak sebagai prioritas akan mampu memberikan dukungan terhadap perkembangan belajar anak. Lippit (1958) menambahkan perlunya memperhatikan motivasi kelayan untuk menjalankan perubahan berencana. Terdapat empat motivasi yang ditemukan pada kelayan, yaitu : (1) kelayan merasa tidak puas dengan situasi yang terjadi, (2) kelayan merasa ada kesenjangan antara apa yang terjadi dengan apa yang seharusnya terjadi, (3) ada tekanan dari luar, (4) kebutuhan internal. Menurut Lippit (1958), adanya kebutuhan internal merupakan motivasi yang paling siap untuk segera melakukan perubahan berencana. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa karakteristik individu yang berpengaruh signifikan terhadap efektivitas program beasiswa adalah motivasi untuk kuliah. Kondisi keluarga tidak berpengaruh terhadap efektivitas program beasiswa kecuali jumlah anggota keluarga. Rata-rata jumlah anggota keluarga responden adalah enam orang, dengan mayoritas responden adalah anak sulung. (43.9%). Sumber motivasi responden yang sebagian besar berasal dari orang tua (97.6%). Orang tua menjadi sumber motivasi karena mahasiswa penerima beasiswa ingin membahagiakan orang tua. Analisis terhadap beberapa temuan data dari hasil penelitian adalah bahwa kondisi keluarga menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi responden untuk kuliah. Hal tersebut tercermin pada adanya ketidakpuasan dalam diri responden terhadap kondisi keluarga (61.0%) sehingga menimbulkan keinginan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik setelah lulus (80.5%). Tanggung jawab terhadap keluarga juga tercermin pada pilihan responden untuk memilih bekerja/berwirausaha untuk mendapatkan pendapatan tambahan. Penjabaran tersebut memberikan informasi bahwa untuk mencapai tingkat efektivitas program yang baik, seleksi penerima beasiswa perlu mempertimbangkan motivasi untuk kuliah calon penerima beasiswa sebagai faktor penilaian utama. Faktor kondisi keluarga perlu menjadi pertimbangan, namun penekanannya lebih pada keadaan sosio kultural keluarga mahasiswa penerima beasiswa. Sosio kultural yang bisa dipertimbangkan adalah : (1) jumlah anggota keluarga; (2) urutan kelahiran penerima beasiswa dalam keluarga; dan (3) prioritas pendidikan dalam keluarga penerima beasiswa.
64 Pengelolaan beasiswa Persepsi tentang pengelolaan beasiswa menurut hasil uji regresi berpengaruh tidak signifikan terhadap kepastian penyelesaian studi (nilai signifikansi 0.720 > 0.10). Tipe motivasi yang menjadi alasan perilaku mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos untuk bekerja/berwirausaha adalah the adjusted-utilitarian function. Hal yang mendasari mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos untuk bekerja/berwirausaha adalah karena secara biaya beasiswa Beastudi Etos tidak memberikan bantuan penuh. Pemberian beasiswa yang tidak penuh pada Beastudi Etos menjadi penyebab tumbuhnya the adjusted-utilitarian function pada diri responden. Motivasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut semakin didorong dengan pembinaan yang dilakukan, khususnya pada domain pengembangan diri. Hal ini didukung dalam temuan bahwa manfaat terbesar dari pembinaan pengembangan diri menurut responden adalah : (1) menumbuhkan kemandirian (87.8%); dan (2) kepercayaan diri meningkat (87.8%). Motivasi untuk memenuhi kebutuhan biaya, diperkuat dengan pembinaan yang menumbuhkan sikap kemandirian dan kepercayaan diri membuat mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos memilih bekerja/berwirausaha untuk memenuhi kebutuhan biaya kuliah. Lingkungan akademik Lingkungan akademik berpengaruh tidak signifikan terhadap kepastian penyelesaian studi (nilai signifikansi 0.527 > 0.10). Lingkungan akademik mengukur hubungan mahasiswa penerima beasiswa dengan dosen, tenaga kependidikan, dan keikutserataan dalam kegiatan pengembangan keilmuan. Lingkungan akademik lebih berkaitan dengan perkuliahan, sedangkan kepastian penyelesaian studi tentang cara mahasiswa penerima beasiswa memenuhi ketersediaan dana untuk biaya kuliah. Hal tersebutlah yang membuat lingkungan akademik tidak berpengaruh terhadap kepastian penyelesaian studi. Aktivitas ekonomi mandiri yang dilakukan oleh mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos sebagian besar dilakukan di luar lingkungan kampus.
Lingkungan kemahasiswaan Lingkungan kemahasiswaan berpengaruh tidak signifikan terhadap kepastian penyelesaian studi (nilai signifikansi 0.235 > 0.10). Alasan yang mendasarinya adalah karena lingkungan kemahasiswaan tidak berkontribusi dalam upaya mahasiswa penerima beasiswa menyiapkan ketersediaan dana untuk penyelesaian studi. Lingkungan kemahasiswaan yang ditandai dengan keterlibatan organisasi justru bisa menambah pengeluaran responden, misal untuk mobilitas mengikuti acara organisasi maupun iuran-iuran organisasi. Hasil ini serupa dengan hasil penelitian Nurhayati (2011). Faktor yang mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa penerima Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Institut Pertanian Bogor adalah kecerdasan emosional dan kematangan social. Faktor usia, kegiatan kemahasiswaan, pendapatan keluarga, dan besar keluarga berpengaruh tidak signifikan.
65
Lingkungan asrama Lingkungan asrama berpengaruh signifikan terhadap kepastian penyelesaian studi dengan nilai signifikansi 0.055 < 0.10. Dua hal yang mendasari lingkungan asrama berpengaruh terhadap kepastian penyelesaian studi yaitu lokasi asrama, dan interaksi di dalam asrama. Berdasarkan data deskriptif, lokasi asrama mahasiswa penerima Beastudi Etos berjarak kurang dari 1 km dari kampus. Jarak yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki bisa memperkecil pengeluaran dana responden. Interaksi remaja menurut Martin dan Stendler (1959) dalam Maryam terdapat tiga bentuk kelompok teman sebaya, yaitu : (1) bentuk good kid atau remaja kutu buku merupakan kelompok teman sebaya yang datang ke sekolah hanya untuk belajar tanpa melakukan kegiatan lain, (2) bentuk elite yaitu kelompok sebaya yang dipimpin dan dibimbing oleh orang dewasa. Kelompok ini biasanya senang melakukan kegiatan sekolah dan juga senang melakukan kegiatan di luar sekolah (3) bentuk gank yaitu remaja yang dibentuk dan dipimpin oleh remaja sendiri tidak suka beraktivitas yang berhubungan dengan sekolah atau melakukan aktivitas anti sosial. Kehidupan responden di asrama menunjukkan interaksi bentuk elit. Kehidupan responden di asrama didampingi oleh pendamping asrama. Selain itu juga dipantau oleh korda yang rutin mengunjungi setiap satu pekan sekali. Pendamping dan korda merupakan orang dewasa yang bertugas membimbing mereka. Aktivitas yang dilakukan diarahkan menuju hal yang positif dalam rangka peningkatan kemampuan agama, akademik, pengembangan diri, dan sosial responden. Aktivitas keagamaan yang dilakukan di asrama memberikan manfaat diantaranya : (1) menambah pengetahuan keagamaan; (2) membuat lebih rajin beribadah; (3) lebih menjaga hubungan baik dengan orang lan; (4) lebih menjaga diri dari perbuatan tidak bermanfaat. Peraturan-peraturan di asrama membuat mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos lebih disiplin dan bertanggung jawab. Penerima Beastudi Etos memiliki beberapa kegiatan sosial yang berorientasi ke masyarakat. Aktivitas sosial yang dilakukan responden ada yang bersifat berkesinambungan, tapi ada juga yang hanya berupa satu kali kegiatan selesai. Kegiatan sosial berkesinambungan yang dikelola oleh mahasiswa penerima Beastudi Etos adalah Sekolah Desa Produktif. Sekolah Desa Produktif merupakan konsep desa binaan berbasis sekolah yang dikelola oleh mahasiswa penerima Beastudi Etos (sumber : wawancara dengan direktur Beastudi Indonesi). Kegiatan sosial berupa satu kali kegiatan selesai yang dilakukan oleh mahasiswa penerima Beastudi Etos antara lain : (1) Festival Anak Sholeh; (3) Tebar Hewan Kurban; (3) Etos Expo. Festival Anak Sholeh merupakan acara perlombaan keagamaan untuk anak-anak tingkat Taman Kanak-Kanak (TK), dan Sekolah Dasar (SD). Tebar Hewan Kurban adalah kegiatan kepanitian yang dibentuk oleh mahasiswa penerima Beastudi Etos untuk membagikan hewan kurban pada saat Idul Adha. Hewan kurban yang dibagikan berasal dari masyarakat melalui program Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa. Etos
66 Expo adalah kegiatan try out (percobaan tes masuk) Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Etos Expo dilaksanakan bersamaan dengan seleksi penerimaan mahasiswa Beastudi Etos. Pendampingan asrama berpengaruh signifikan terhadap efektivitas program beasiswa. Pendampingan asrama yang dilakukan kepada responden secara harian pada penelitian ini terbukti dirasakan bermanfaat oleh responden. Responden terlibat secara aktif pada proses pendampingan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Pendamping yang mampu menunjukkan sikap bersahabat, menunjukkan kesamaan dengan responden, dirasakan kemanfaatannya oleh responden, dan responsif menjadi faktor yang membuat responden merasa nyaman menjalani pendampingan.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi akademik responden
Prestasi akademik dalam penelitian ini dilihat dari nilai indeks prestasi responden serta keterlibatan dan prestasi responden dalam kompetisi ilmiah. Hipotesis : prestasi akademik mahasiswa penerima beasiswa dipengaruhi oleh karakteristik individu (X1), pengelolaan beasiswa (X2), dan karakteristik sosial mahasiswa penerima beasiswa (X3). Tabel 34 Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap prestasi akademik No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sub peubah Konstanta Pendapatan Jumlah anggota keluarga Pekerjaan ayah Pemenuhan kebutuhan primer Motivasi untuk kuliah Pengelolaan beasiswa Lingkungan akademik Lingkungan kemahasiswaan Lingkungan asrama
Koefisien Regresi 4.446 -1.831E-7 0.224 0.298 -0.331 -0.159 0.083 0.172 0.105 -0.095
α 0.224 0.368 0.064* 0.233 0.116 0.637 0.435 0.141 0.556 0.742
Pendapatan Pendapatan berpengaruh tidak signifikan dengan prestasi akademik karena nilai signifikansi yang dihasilkan 0.368 > 0.10. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Widayati (2009) yang menyatakan bahwa pendapatan tidak berhubungan dengan prestasi belajar. Pada penelitian ini, kondisi tersebut dapat dipahami karena ketergantungan mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos terhadap dukungan dana dari orang tua sudah mulai berkurang. Sumber pendapatan mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos adalah dari beasiswa dan kegiatan ekonomi mandiri yang dilakukan.
67
Jumlah anggota keluarga Jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap prestasi akademik. Hal tersebut ditandai dengan nilai signifikansi 0.064 < 0.10. Hasil penelitian ini menemukan bahwa rata-rata jumlah anggota keluarga reponden adalah enam orang. Dugaan bahwa besar keluarga berpengaruh terhadap prestasi akademik adalah karena rasa tanggung jawab dalam diri responden terhadap masa depan keluarga. Rasa tanggung jawab tersebut membuat responden berusaha mencapai prestasi akademik yang baik, agar bisa lulus dengan nilai yang baik. Lulus dengan nilai yang baik akan membuka kesempatan yang lebih luas di dunia kerja. Dugaan ini didasarkan pada salah satu motivasi untuk kuliah pada diri responden adalah agar mendapatkan pekerjaan yang baik setelah lulus. Lepper et al (2005) menyatakan bahwa capaian prestasi akademik dipengaruhi oleh jenis motivasi, tingkat capaian prestasi akademik yang baik kemudian akan mampu membangkitkan motivasi kembali, dan begitu seterusnya. Siswa yang berprestasi akan menikmati proses belajar, merasa mampu untuk menghadapi tantangan, yang pada akhirnya akan mendapat nilai yang baik dan mendapatkan respon yang positif.
Pekerjaan ayah Pekerjaan ayah berpengaruh tidak signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa penerima beasiswa. Hal itu ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0.233 > 0.10. Pekerjaan ayah berhubungan dengan jumlah pendapatan yang akan didapatkan. Kemampuan mahasiswa penerima beasiswa untuk menjalankan kegiatan ekonomi mandiri yang mampu menghasilkan menjadi faktor berkurangnya ketergantungan kepada orang tua. Tempat tinggal yang terpisah dengan orang tua semakin menjauhkan ketergantungan kepada orang tua. Segala aktivitas belajar yang dilakukan lebih didominasi oleh kontrol diri responden.
Pemenuhan kebutuhan primer Pemenuhan kebutuhan primer berpengaruh tidak signifikan terhadap prestasi akademik karena nilai signifikansi 0.116 > 0.10. Hasil ini bertolakbelakang dengan hasil penelitian Thoha (2006) yang menyatakan bahwa konsumsi protein berpengaruh nyata terhadap prestasi mahasiswa di bidang kemampuan verbal, kemampuan abstraksi, kemampuan kognitif, dan kemampuan keterampilan. Tempat tinggal yang terpisah dengan orang tua semakin menjauhkan ketergantungan kepada orang tua, termasuk dalam pemenuhan kebutuhan primer. Segala aktivitas belajar yang dilakukan lebih didominasi oleh kontrol diri responden.
68 Motivasi untuk kuliah Motivasi untuk kuliah berhubungan tidak signifikan dengan prestasi akademik responden (nilai signifikansi 0.637 > 0.10). Hal ini menjadi temuan yang menarik karena mayoritas mahasiswa penerima beasiswa menyatakan motivasi awal kuliah adalah ingin menuntut ilmu (85.4%). Jika motivasi adalah menuntut ilmu, maka prestasi akademik yang baik seharusnya menjadi orientasi utama. Tetapi karena mahasiswa penerima beasiswa membutuhkan dana untuk biaya kuliah, maka motivasi the adjustment-utilitarian function lebih kuat dibanding motivasi the knowledge function. Kondisi tersebut membuat mahasiswa penerima beasiswa mahasiswa penerima beasiswa membagi fokus belajar dengan bekerja mencari sumber pendapatan lain.
Pengelolaan beasiswa Pengelolaan beasiswa berpengaruh tidak signifikan terhadap prestasi akademik, karena nilai signifikansi 0.435. Hipotesis penelitian ini, pengelolaan beasiswa dengan adanya pembinaan dan pendampingan berpengaruh terhadap prestasi akademik. Hasil uji menunjukkan hipotesis tersebut ditolak. Beastudi Etos memberikan pembinaan pada empat domain yaitu agama, akademik, pengembangan diri, dan sosial. Dugaan penyebab pengelolaan beasiswa Beastudi Etos tidak berpengaruh signifikan kepada prestasi akademik responden adalah karena pembinaan yang dilakukan tidak fokus pada pencapaian prestasi akademik. Pembinaan Beastudi Etos dilakukan pada empat domain. Materi pembinaan yang diberikan setiap pekan berganti-ganti untuk memenuhi profil yang diharapkan tercapai dari pembinaan. Dugaan kedua, beasiswa tidak secara langsung berpengaruh terhadap prestasi mahasiswa. Menurut Winkel (1996), faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa diantaranya adalah : (1) keadaan sosio ekonomis yang menunjuk pada kemampuan financial dan perlengkapan material yang dimiliki sisiwa, (2) perasaan senang dalam belajar.
Tabel 35 Jumlah dan persentase responden menurut manfaat pemberian dana beasiswa No Manfaat pemberian dana beasiswa Jumlah Persentase (n) (%) 1 Membuat jadi tidak minder 15 36.6 Menenangkan hati karena ada jaminan 2 biaya kuliah 22 53.7 Bisa membantu orang tua dengan 3 mengirimkan sebagian dana beasiswa 22 53.7 Memenuhi kebutuhan hidup selama 4 kuliah 40 97.6 Bisa membeli sarana penunjang kuliah 5 seperti laptop, handphone 26 63.4
69
Perasaan senang dalam belajar pada diri penerima beasiswa mampu dibentuk dengan dukungan pengelolaan beasiswa. Misal : beasiswa yang selalu tepat waktu akan mampu menenangkan hati penerima beasiswa karena tidak perlu terlambat membayar iuran-iuran kelas. Keterlambatan membayar iuran kelas bisa memberikan dampak negatif yaitu penerima beasiswa tidak bisa mendapatkan fotokopi materi kuliah. Keterlambatan membayar iuran kelas juga berpotensi membuat mahasiswa penerima beasiswa menjadi minder. Minder/tidak percaya diri merupakan bentuk efikasi yang rendah yang jika tidak didukung dengan lingkungan yang responsif bisa menumbuhkan depresi atau sikap apatis. Hambatan besar bagi lulusan SMA/sederajat dari keluarga miskin yang telah lolos seleksi penerimaan mahasiswa untuk masuk perguruan tinggi adalah ketika harus membayar biaya masuk perguruan tinggi. Ketika calon mahasiswa tidak sanggup membayar biaya masuk perguruan tinggi, maka akan hilang kesempatan untuk kuliah. Ketika beasiswa mampu memberikan keterjaminan biaya sejak calon mahasiswa dari keluarga miskin harus membayar biaya masuk perguruan tinggi, maka itulah peran pertama program beasiswa yaitu menumbuhkan harapan untuk kuliah. Berdasarkan dari hasil uji statistik ditemukan fakta bahwa pengelolaan beasiswa tidak menunjukkan pengaruh signifikan baik terhadap kepastian penyelesaian studi maupun prestasi akademik. Pemberian beasiswa dalam bentuk bantuan biaya berperan membangkitkan motivasi untuk kuliah. Peran tersebut sebagaimana ditemukan dalam penelitian ini bahwa manfaat pemberian beasiswa adalah : (1) memenuhi kebutuhan hidup selama kuliah; (2) bisa membeli saran penunjang kuliah; (3) menenangkan hati karena ada jaminan biaya kuliah; (4) bisa membantu orang tua; (5) membuat tidak minder. Manfaat yang dirasakan dengan adanya bantuan besiswa berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan fisiologis dan psikologis yang secara tidak langsung mempengaruhi hasil belajar. Hal yang menarik dari hasil penelitian tentang pengelolaan beasiswa adalah terkait pembinaan. Pembinaan yang dilakuan oleh lembaga pemberi beasiswa tidak berpengaruh terhadap efektivitas program beasiswa. Terdapat beberapa temuan data lapangan yang bermanfaat untuk menjelaskan penyebab mengapa pengelolaan beasiswa tidak berpengaruh terhadap prestasi mahasiswa. Pertama, berdasarkan data tingkat keaktifan responden mengikuti pembinaan rutin ditemukan data bahwa mayoritas responden (87.8%) tidak hadir dalam pembinaan 1-5 kali dalam satu semester. Tingkat keterlambatan mayoritas responden (80.5%) pada kegiatan pembinaan adalah 1 – 5 kali dalam satu semester. Artinya dari tingkat keaktifan, mayoritas responden hadir lebih dari 75 persen (satu semester = 24 pekan). Kedua adalah 87.8 persen responden menyatakan bahwa pengelola beasiswa yang dominan menyusun rencana pembinaan. Ketiga, pembinaan rutin yang dilakukan beasiswa Beastudi Etos dilakukan pada empat domain yaitu : (1) agama, (2) akademik, (3) pengembangan diri, (4) sosial. Hasil temuan pertama dan kedua jika dikaitkan dengan teori belajar orang dewasa maka penyebab pengelolaan program beasiswa tidak efektif meningkatkan prestasi mahasiswa adalah diduga karena pembinaan yang dirancang tidak sesuai dengan kebutuhan mahasiswa penerima beasiswa. Bentuk ideal sebuah program pemberdayaan adalah tingginya tingkat partisipasi masyarakat sasaran. Pretty dan Guijt (Mikkelsen 2011) menjelaskan
70 bahwa pendekatan pembangunan partisipastif harus dimulai dengan orang-orang yang paling mengetahui tentang sistem kehidupan mereka sendiri. Pendekatan ini harus menilai dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka, dan memberikan sarana yang perlu bagi mereka supaya dapat mengembangkan diri. Kurangnya pelibatan mahasiswa penerima beasiswa pada perencanaan pembinaan juga diakui oleh oleh pendamping. Pada wawancara, pendamping menyatakan bahwa : …Pernah kami coba untuk memberi kesempatan kepada etoser untuk mengusulkan apa materi yang dibutuhkan dalam pembinaan. Namun hasilnya, usulan terlalu banyak. Karena etoser mengusulkan apa yang mereka inginkan bukan apa yang mereka butuhkan…(sumber : wawancara dengan pendamping, 20 Januari 2014) Pendekatan ilmu penyuluhan memandang bahwa tahapan pertama proses perubahan berencana adalah kebutuhan untuk berubah (Lippit et al, 1958). Pada tahap ini masyarakat sasaran tidak secara otomatis menyadari masalah yang dihadapinya. Seringkali masyarakat sasaran tidak bisa membedakan kebutuhan dan keinginan. Tiga hal yang bisa dilakukan agen perubahan adalah : (1) menganalisa kesulitan yang dihadapi kelayan dan memberikan bantuan secara langsung atau bertahap untuk menumbuhkan kesadaran pada masyarakat sasaran (peran agen perubahan lebih dominan; (2) menghubungi kembali kelayan dan merumuskan bersama dengan kelayan, (3) jika masyarakat sasaran telah menyadari kebutuhannya, maka proses perubahan berencana bisa dilakukan. Perubahan berencana akan sesuai dengan kebutuhan masyarakat sasaran jika agen perubahan memilih cara kedua dan dilanjutkan dengan cara ketiga. Pendamping Beastudi Etos memilih opsi yang pertama, dengan memberikan peran yang lebih dominan pada pendamping. Hal tersebut pada akhirnya mengurangi peran responden untuk menentukan kebutuhannya. Mikkelsen(2011) menyatakan bahwa partisipasi menghasilkan pemberdayaan yakni setiap orang berhak menyatakan pendapat dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupannya. Kesadaran masyarakat sasaran akan kebutuhannya untuk berubah menandakan bahwa tahap pertama perubahan berencana sudah dilakukan. Tahapan perubahan selanjutnya akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan agen perubahan. Narasumber pembinaan sesungguhnya dapat berfungsi menjadi profil yang memudahkan proses belajar dengan pengamatan pada responden. Pemilihan narasumber pembinaan penting dilakukan. Narasumber pembinaan seharusnya dipilih orang yang berpengalaman langsung terhadap materi yang disampaikan.
Lingkungan akademik Nilai signifikansi lingkungan akademik adalah 0.141. Hasil tersebut menunjukkan bahwa lingkungan akademik tidak berpengaruh signifikan terhadap efektivitas program beasiswa untuk meningkatkan prestasi mahasiswa. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Yusniati (2008) yang menyatakan bahwa tidak ada
71 hubungan antara lingkungan sosial (mahasiswa-dosen), (mahasiswa-teman), mahasiswa-keluarga, mahasiswa-komunitas di asrama dengan prestasi akademik mahasiswa.
Lingkungan kemahasiswaan Lingkungan kemahasiswaan pada penelitian ini tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa penerima beasiswa (nilai signifikansi = 0.556 > 0.1). Soekanto (Widayati 2009) menyatakan model konseptual alokasi waktu remaja meliputi kegiatan pribadi, kegiatan sekolah, kegiatan perjalanan, dan kegiatan waktu luang. Hubungan responden dengan mahasiswa lain di kampus lebih banyak berorientasi pada keterlibatan organisasi mahasiswa dibandingkan dengan kegiatan akademik.
Lingkungan asrama Lingkungan asrama tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi akademik. Hal tersebut ditandai dengan nilai signifikansi 0.742 > 0.10. Kegiatan di asrama Beastudi Etos yang dominan adalah pelaksanaan kegiatan keagamaan, dan keterampilan hidup. Sejak bangun pagi, mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos melaksanakan kegiatan keagamaan pagi yaitu dimulai dari menjalankan sholat subuh berjamah, dilanjutkan dengan tausiyah (nasihat) pagi, dan dzikir harian. Petugas piket kebersihan akan menjalankan tugas piket setelah aktivitas keagamaan pagi. Responden yang tidak bertugas piket akan menjalankan aktivitas pribadi seperti mencuci, menyetrika, dan mandi. Responden memiliki aktivitas masing-masing di siang dan sore hari. Aktivitas yang dilakukan responden terutama kuliah, praktikum, aktivitas organisasi, dan aktivitas ekonomi hingga sore hari. Responden akan kembali ke asrama di sore hingga malam hari. Aktivitas responden yang sudah pulang sebelum petang antara lain : (1) menjalankan sholat Maghrib; (2) membaca Al Qur’an; (3) makan malam bersama yang biasanya dilakukan di ruangan umum; (4) sholat Isya; (5) kadangkala ada beberapa responden yang mengerjakan tugas atau belajar bersama sambil menyaksikan televise, Batas jam malam masuk asrama adalah jam 21.00. Jika responden pulang ke asrama lewat dari jam 21.00, harus mendapat ijin dari pendamping untuk dapat masuk asrama. Pelanggaran jam malam akan masuk ke dalam sanksi pemotongan uang saku (sumber : observasi lapangan di asrama Beastudi Etos). Aktivitas belajar responden lebih banyak dilakukan di kamar masing-masing dan lebih bersifat pribadi . Sebaran program studi tempat responden berkuliah juga diduga menjadi salah satu penyebab tidak optimalnya pendampingan di bidang akademik. Responden berkuliah di 29 program studi. Keragaman program studi responden yang tinggi membuat pendamping lebih menekankan pada pendampingan yang bersifat dukungan psikologis, dan pendampingan teknis belajar.
72
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1.
2.
3.
Karakteristik individu mahasiswa penerima beasiswa pada penelitian ini ditandai dengan : (1) berusia antara 18 – 22 tahun; (2) mayoritas adalah anak sulung; (3) berkuliah di Institut Pertanian Bogor dan Universitas Indonesia; (4) berkuliah di 29 program studi dengan mayoritas berkuliah di bidang ilmu sosial; (5) berasal dari sembilan provinsi di Indonesia; (6) memiliki motivasi yang tinggi untuk kuliah; (7) memiliki interaksi yang baik dengan lingkungan akademik, lingkungan kemahasiswaan, dan lingkungan asrama. Beasiswa efektif sebagai program pemberdayaan karena mampu meningkatkan kepastian penyelesaian studi dan prestasi akademik penerima beasiswa dengan cara menumbuhkan motivasi untuk kuliah, dan adanya pendampingan harian yang dilakukan di asrama penerima beasiswa. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap efektivitas program beasiswa untuk meningkatkan prestasi mahasiswa adalah : (1) motivasi untuk kuliah, (2) besaran keluarga, (3) lingkungan asrama.
Saran
Upaya untuk meningkatkan efektivitas program beasiswa dapat dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut : 1. Pada proses seleksi penerima beasiswa, penilaian tentang motivasi untuk kuliah dan kondisi sosio kultural keluarga perlu menjadi pertimbangan utama karena motivasi yang tinggi pada calon penerima beasiswa akan menjadi pendorong untuk mencapai prestasi tinggi. 2. Lembaga pemberi beasiswa perlu memberi perhatian pada kemudahan persyaratan, ketercukupan beasiswa, keteraturan beasiswa dalam rangka meningkatkan kondisi fisiologis dan psikologis yang menunjang mahasiswa penerima beasiswa dalam mencapai prestasi akademik. 3. Lembaga pemberi beasiswa perlu meningkatkan pelibatan mahasiswa penerima beasiswa dalam perencanaan pembinaan. Hal itu penting dilakukan agar pembinaan yang dijalankan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa penerima beasiswa. 4. Apabila skema pemberian beasiswa tidak memberikan bantuan secara penuh, maka program beasiswa bisa memilih jenis pemberian bantuan non tunai, seperti asrama yang dekat dengan kampus dan dilakukan pendampingan terhadap penerima beasiswa.
73
DAFTAR PUSTAKA
Abidin R, Andi. 2011. Analisis Gender Pada Gaya Pengasuhan, Proses Pembelajaran di Kelas, Perilaku Sosial dan Prestasi Belajar Siswa SMA di Kota Bogor [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Antoni, Ferry. 2012. Analisis IPK Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidik Misi dengan Pendekatan Metode Chad [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Bandura, Albert. 1977. Social Learning Theory. New Jersey (US): Prentice Hall [Beastudi Etos]. 2011. Standar Operasional Prosedur. Bogor (ID): Beastudi Etos [Beastudi Indonesia]. 2014. Revitalisasi Pendamping. Bogor (ID): Beastudi Indonesia Bintarti, Arifah. 2003. Pola Komunikasi dan Prestasi Belajar Mahasiswa Universitas Terbuka di Unit Program Belajar Jarak Jauh Bogor [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Boyle G, Patrick. 1981. Planning Better Programs. Wisconsin (US): Mc Graw Hill Book Company Boyd D, Robert. Tahun tidak diketahui. A Psychological Definitian of Adult Education. Wisconsin (US): University of Wisconsin Gunarsa S, Gunarsa Y. 2008. Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta (ID): BPK Gunung Mulia Hariyanto, Bambang. 2004. Direktori Beasiswa Pendidikan Dasar, Menengah, dan Tinggi Dalam dan Luar Negeri tahun 2004-2005. Jakarta (ID) : www.rajaraja.com Havelock G, Ronald. 1971. Planning for Innovation through Dissemination and Utiization of Knowledge. Michigan (US): The University of Michigan Havigurst, J Robert. 1974. Development Task and Education. New York (US): David Mc Kay Company Inc Ife, Jim dan Tesoriero, Frank. 2006. Community Development. Volume ke-3. Manullang S, Yakin N, Nursyahid M, penerjemah. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar. Terjemahan dari: Community Development: CommunityBased Alternatives in an Age of Globalisation
74 Ife, Jim. 1995. Community Development Creating Community AlternativesVision, Analysis dan Practice. Melbourne (AU): Longman Lippit R, Watson J, Westley B. 1958. The Dinamic of Planned Change : a Comparative Study of Principle and Techniques. New York (US) : Hardcourt, Brace and World Inc Mardikanto,Totok. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Surakarta (ID) : UNS Press Mikkelsen, Britha. 2011. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya Pemberdayaan: Panduan Bagi Praktisi Lapangan. Volume ke-5. Nalle M, penerjemah. Jakarta (ID): Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia (ID). Terjemahan dari: Methods for Development Work and Research: A Guide for Practitioner Nasution, S. 2007. Metode Research Penelitian Ilmiah. Jakarta (ID): Bumi Aksara Nurani S. Atat. 2004. Pengaruh Kualitas Perkawinan, Pengasuhan Anak, dan Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Anak [Tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Nurgiantoro B, Gunawan, Marzuki. 2004. Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press Nurhayati, Suci. 2011. Analisis kecerdasan emosionel, kematangan social, self esteem, dan prestasi akademik pada mahasiswa penerima program beasiswa santri berprestasi (PBSB) Institut Pertanian Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Program Studi Ilmu Keluarga dan Konsumen Institut Pertanian Bogor Prijono, S Onny dan Pranarka, AMW. 1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta (ID): Centre for Strategic and International Studies [Beastudi Etos]. Profil Beastudi Etos. 2011. Bogor (ID): Lembaga Pengembangan Insani Rogers M, Everett. 2003. Diffusion of Innovation Fifth Edition. New York (US): Free Press Rogers R, Carl. 1969. Freedom to Learn. Ohio (US) : Charles E Merrill Publishing Company Ruseffendi. 1994. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Semarang (ID) : IKIP Semarang Press Salkind J, Neil. 1985. Theories of Human Development. Kansas (US) : John Wiley & Sons, Inc
75 Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu Sarwono, Jonathan. 2009. Statistik Itu Mudah. Yogyakarta (ID) : Penerbit Andi Simanjuntak, Megawati. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga dan Prestasi Belajar Anak pada Keluarga Penerima Program Keluarga Harapan (PKH) [Tesis]. Bogor (ID) : Sekolah Pascsarjana Institut Pertanian Bogor Singarimbun, Masri dan Effendi, Sopian. 1987. Metode Penelitian Survey, Jakarta (ID): LP3ES Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung (ID): Reflika Aditama Syahyuti. 2003. Bedah Konsep Kelembagaan Strategi Pengembangan dan Penerapannya dalam Penelitian Pertanian. Bogor (ID) : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Thoha. 2006. Hubungan Pola Konsumsi Pangan, Pola Aktivitas, Status Gizi dan Anemia Dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Putri Diploma III Kebidanan Yayasan Madani dan Asyifa di Kota Tangerang [Tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Thorne, Kaye. 2005. The Art of Training: Coaching for Change. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama Tyler, W Ralp. 1949 .Basic Principles of Curriculum and Instruction. Chicago (US): The University of Chicago Press Whitworth, Laura et al.2007. Co-active Coaching. California (US): Davies-Black Publishing Widayati, Wiwik. 2009. Analisis Pola Aktivitas, Tingkat Kelelahan dan Status Anemia Serta Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Siswa [Tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Winkel, WS. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta (ID) : Grasindo Yusniati, Renny. 2008. Lingkungan Social dan Motivasi Belajar dalam Pencapaian Prestasi Akademik Mahasiswa (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor TA 2007/2008 [Skripsi]. Bogor (ID) : Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
76 Yusuf, Syamsu. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung (ID) : PT Remaja Rosdakarya
Acuan Situs Website
[Bank Dunia]. 2006. Ikhtisar Laporan Bank Dunia tentang Kemiskinan di Indonesia tahun 2006, [diunduh 2014 Feb 19] Tersedia di http://www. sofian.staf.ugm.ac.id [Beasiswa Djarum] Tentang Program Beasiswa Beswan Djarum. [diunduh 2014 Feb 20]. Tersedia di http://djarumbeasiswaplus.org/beswandjarum Camps E, Vives MF. 2013. The Contribution of Psychological Maturity and Personality in The Prediction of Adolescent Academic Achievement. International Journal of Educational Psychology [Internet]. [diunduh 2014 Feb 8]; Vol 2 no 3. Tersedia pada: http://www.ijep.hipatiapress.com Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2013. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2013, [diunduh 2014 Feb 19]. Tersedia pada http:// www.anggaran.depkeu.go.id [Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan]. 2011. Beasiswa dan Bantuan Pendidikan [diunduh 2014 Feb 21]. Tersedia di http://www.perpustakaan.kemdiknas.go.id Hasan S, Hamid. Perkembangan Pendidikan Dasar dan Menengah (Naskah pada buku Indonesia dalam Arus Sejarah [diunduh 2014 Feb 19]. Tersedia pada http://www.file.upi.edu [Karya Salemba Empat]. Program beasiswa. [diunduh dari 2014 Feb 20]. Tersedia di http://www.karyasalemba4.org/node/74 Lepper, R.M. Iyengar, S.S. Corpus, H.J. 2005. Intrinsic and Extrinsic Motivational Orientations in the Classroom: Age Differences and Academic Correlates. Journal of Educational Psychology [Internet]. (diunduh 2014 Mar 1]; Vol 97 No 2. Tersedia pada academic.reed.edu Linver, M.R., Davis-Kean, P., & Eccles, J.E. 2002. Influences of Gender on Academic Achievement. Presented at the biennial meetings of the Society for Research on Adolescence [internet]. New Orleans (US): ITWF Award. [diunduh 2012 Mar 1]. Tersedia pada http://www.rcgd.isr.umich.edu Lord J, Hutchison P. 1993. The Process of Empowerment: Implications for Theory and Practice. Canadian Journal of Community Mental Health [Internet]. [diunduh 2014 Feb 21]: Volume 12:1 Spring 1993. Tersedia pada http:// www.education.miami.edu/isaac/public.../chapfive.ht
77
Utomo P, Sudji M. 2010. Analisis Kontribusi Pemberian Beasiswa Terhadap Peningkatan Prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. [diunduh 2013 Feb 27]. Tersedia di http:// www.staff.uny.ac.id [World Bank]. 2011. Poverty Line [diunduh 2014 Mar 3]. Tersedia di http://www.worldbank.org
78
LAMPIRAN
79 Lampiran 1 Hasil uji regresi untuk peubah terikat kepastian penyelesaian studi b
Model Summary Adjusted R Model
R
1
.491
R Square a
Std. Error of the Estimate
Square
.241
.021
Durbin-Watson
1.23071
2.522
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
14.949
9
1.661
Residual
46.954
31
1.515
Total
61.902
40
Coefficients
Model (Constant)
B
Sig.
1.097
.394
a
a
Unstandardized Coefficients 1
F
Std. Error
.242
.810
.108
.000
.002
.998
-.205
.226
-.169
-.906
.372
.004
.189
.004
.024
.981
-.580
.309
-.321
-1.880
.070
Pengelolaan beasiswa
.035
.097
.064
.362
.720
Lingkungan akademik
.066
.105
.110
.625
.537
-.197
.162
-.206
-1.212
.235
.527
.264
.342
1.994
.055
Pemenuhaan kebutuhan primer Motivasi untuk kuliah
Lingkungan kemahasiswaan Lingkunganasrama
.000
.000
Sig.
.044
Pekerjaan ayah
4.490E-8
t
.144
Jumlah anggota keluarga
3.305
Beta
1.501
Pendapatan
4.960
Standardized Coefficients
a. Dependent Variable: kepastianpenyelesaianstudi
80
81 Lampiran 2 Hasil uji regresi untuk peubah terikat prestasi akademik
b
Model Summary
Model
R
1
.501
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.251
.034
Durbin-Watson
1.33319
1.929
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
18.462
9
2.051
Residual
55.099
31
1.777
Total
73.561
40
Coefficients
Model
B
(Constant)
Sig.
1.154
.357
a
a
Unstandardized Coefficients 1
F
Std. Error 4.446
3.580
-1.831E-7
.000
Jumlah anggota keluarga
.224
Pekerjaanayah
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
1.242
.224
-.163
-.913
.368
.117
.316
1.921
.064
.298
.245
.225
1.217
.233
Pemenuhaan kebutuhan primer
-.331
.205
-.273
-1.615
.116
Motivasi untuk kuliah
-.159
.334
-.081
-.477
.637
Pengelolaan beasiswa
.083
.105
.139
.791
.435
Lingkungan akademik
.172
.114
.264
1.510
.141
.105
.176
.101
.594
.556
-.095
.286
-.057
-.332
.742
Pendapatan
Lingkungan kemahasiswaan Lingkungan asrama a. Dependent Variable: prestasiakademik
82
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Mardiyanti. Lahir di Kebumen Jawa Tengah, 18 Desember 1981 dari pasangan orang tua Sumardi dan Suwarti. Pendidikan Sekolah Dasar dijalani di SDN 1 Jatiluhur. Pendidikan menengah ditempuh di SMP Negeri 2 Gombong dan SMA Negeri 1 Gombong. Setelah lulus SMA, penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Sebelas Maret dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2007, penulis menikah dengan Ahmad Sumarta. Pernikahan tersebut dikaruniai dua putra yaitu Muhammad Kamal Abdurrahman (5 tahun 9 bulan) dan Muhammad Bilal Abdullah (1.5 tahun). Saat ini penulis tinggal di kota Bogor. Riwayat pekerjaan penulis dimulai sejak menjadi staf administrasi di Mathematic Study Club (MSC) di Dramaga, Bogor. Pada tahun 2006, penulis bekerja di Beastudi Etos Dompet Dhuafa. Pilihan untuk melanjutkan studi ke jenjang magister, membuat penulis memutuskan cuti dan akhirnya keluar dari Beastudi Etos. Pekerjaan penulis saat ini adalah pengelola Koperasi Insan Sejahtera di Bogor.