Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
EFEKTIVITAS PENERAPAN PRINSIP KOMUNIKASI ISLAM GURU DALAM PEMBINAAN KARAKTER SISWA KELAS SEPULUH SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NAMIRA MEDAN Oleh :
JUNITA Dosen Tetap STKIP Labuhanbatu Rantauprapat, Medan;
[email protected] This study aims to obtain a concrete picture of the effectiveness of the application of the principle of teacher communication in character building of students in grade ten secondary school vocational field Namira. The process of communication in education is not only understood as a process of knowledge transfer is one-way, however, there must be a genuine effort on the part of educators / teachers, as a communicator, to be able to provide good role models. Not in spite of the role of parents as the first and primary educators of their children. Factors teachers and parents failure in the educational process, among other things, due to the failure to establish communication with the child. Qualitative research methods trying to understand a phenomenon as understanding respondents surveyed, with emphasis on the subjective aspects of a person's behavior. Qualitative research provides an opportunity to researchers to understand how respondents describe the world around them by way of their thinking patterns. Researchers tried to enter into the world of conceptual subject under study to capture what and how something happened Applying the principles of Islam into a teacher's choice of communication and will not be contrary to the purpose of learning. Principles of Islamic communication becomes effective choice in learning activities, students more easily understand the material presented by the teacher. Principles of Islamic communication adopted by vocational teachers in berlahan Namira communication form the character of students, because the students will mimic how communications are implemented by teachers, although initially for students is a necessity but it berlahan will shape the character of student communication. Application of communication principles of Islam teachers in coaching students in grade twelve character communication, application of the school environment has a significant result when the application has been started since the student entered as a freshman, then gradually the character of communication leads to communication students formed Islam is speaking politely, with weak soft, clear and easily understood by teachers, peers in the school environment. Keyword : teacher, character students,school Etika, norma, moral dan akhlak memiliki banyak persamaan disamping beberapa perbedaan. Kesemuanya selalu berkaitan dengan tingkah laku atau perbuatan baik yang selayaknya diadopsi oleh masyarakat. Dilihat dari segi fungsi dan perannya, dapat dikatakan bahwa etika adalah menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan seseorang untuk di tentukan baik dan buruknya. Dengan kata lain etika menghendaki
I. PENDAHULUAN Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang islami, yaitu komunikasi yang berbingkai kepada nilai-nilai ajaran islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis.
11
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
terciptanya masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, tenteram dan sejahtera lahir dan batin. Kementerian Pendidikann Nasional (Kemendiknas) terus berupaya mensosialisasikan pendidikan karakter ke seluruh komponen masyarakat, seperti sekolah, keluarga, media massa, dan instansi terkait guna meminimalisir kenakalan yang terjadi di kalangan pelajar/ siswa. Dengan diselenggarakannya program pendidikan karakter diharapkan para lulusan SMK memiliki kualitas karakter bangsa yang baik seperti toleransi, menghormati, menghargai, kebersamaan, serta gotong royong. Istilah nation and charakter building adalah istilah klasik dan menjadi kosa kata hampir sepanjang sejarah modern Indonesia terutama sejak peristiwa Sumpah Pemuda 1928. Istilah ini mencuat kembali sejak tahun 2010 ketika pendidikan karakter dijadikan sebagai gerakan nasional pada puncak acara Hari Pendidikan Nasional 20 Mei 2010. Munculnya pendidikan karakter ini dilatar belakangi oleh semakin terkikisnya karakter sebagai bangsa Indonesia, dan sekaligus sebagai upaya pembangunan manusia Indonesia yang berakhlak budi pekerti yang mulia. Istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin “charakter”, yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak (Oxford). Sedangkan secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Definisi dari “The stamp of individually or group impressed by nature, education or habit. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata kerama, budaya, dan adat istiadat. Karakter dapat juga diartikan sama dengan akhlak dan budi pekerti, sehingga karakter
bangsa identik dengan akhlak bangsa atau budi pekerti bangsa. Bangsa yang berkarakter adalah bangsa yang berakhlak dan berbudi pekerti, sebaliknya bangsa yang tidak berkarakter adalah bangsa yang tidak atau kurang berakhlak atau tidak memiliki standar norma dan perilaku yang baik. Mengacu pengertian tersebut di atas, maka pendidikan bukanlah bersifat indokrinasi atau propaganda, akan tetapi, suatu proses yang bersifat komunikatif. Dalam hal ini, bisa digunakan prinsip-prinsip qaulan maisura, yaitu segala bentuk perkataan yang baik, lembut, dan melegakan, menjawab dengan cara yang sangat baik, benar dan tidak mengada-ada, mengucapkan dengan cara yang wajar. Secara prinsip tetap sama, yaitu melahirkan generasi yang berkarakter. Misalnya, pada saat sudah dewasa, maka yang diterapkan adalah prinsipprinsip qaulan sadida, yang diantaranya adalah tepat sasaran logis, memiliki kesesuaian antara apa yang ada didalam hati dengan yang diucapkan. Hal ini sangat memprihatinkan dalam pengamatan bila terus menerus terjadi dan berlangsung lama. Pada kenyataan banyak usaha yang dilakukan oleh para pendidik (guru) untuk menerapkan komunikasi yang baik secara islami dalam membentuk karakter komunikasi anak disekolah. Namun pada kenyataan kita para pendidik harus terus menerus memperbaiki karakter komunikasi siswa yang menyimpang dengan mengarahkan siswa kearah komunikasi yang lebih baik. Menerapkan prinsip komunikasi islam dengan mengkemasnya sebaik baiknnya. Ini merupakan tugas mulia di hadapan kita sebagai seorang pendidik yaitu bagaimana kita dapat membimbing siswa untuk mampu berkomunikasi dengan baik dilingkungan sekolah sebagai modal mereka untuk kembali kemasyarakat. A. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dirumuskan permasalahan yang berkaitan dengan efektivitas penerapan prinsip komunikasi islam guru dalam pembinaan karakter komunikasi siswa kelas sepuluh sekolah menengah kejuruan Namira Tecnologi Nusantara Medan yang disajikan 12
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: Bagaimana efektivitas penerapan prinsip komunikasi islam guru dalam membina karakter komunikasi siswa kelas sepuluh sekolah menengah kejuruan Namira Tecnologi Nusantara Medan? B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan prinsip komunikasi islam guru dalam pembinaan karakter komunikasi siswa kelas sepuluh sekolah menengah kejuruan Namira Technologi Nusantara Medan. C. Manfaat dan Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: Manfaat teoritis: 1. Hasil penelitian ini dapat menambah sumber bacaan mengenai yang berhubungan dengan (a) efektivitas penerapan komunikasi islam guru (b) pembinaan karakter komunikasi siswa. (c) efektivitas penerapan komunikasi islam guru dalam pembinaan karakter komunikasi siswa. 2. Sebagai bahan awal untuk melakukan penelitian dan kajian efektivitas penerapan prinsip komunikasi islam guru dalam pembinaan karakter komunikasi siswa. Manfaat praktis: 1. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah sendiri maupun sekolah lain terutama dalam hal efektivitas penerapan prinsip komunikasi islam guru dalam pembinaan karakter komunikasi siswa. 2. Untuk menambah wawasan bagi pembaca dan peneliti dalam hal efektivitas penerapan prinsip komunikasi islam guru dalam pembinaan karakter komunikasi siswa. 3. Khusus buat peneliti sendiri, sangat berharga sekali terutama dalam rangka menambah wawasan dan pengalaman tentang efektivitas penerapan prinsip komunikasi islam guru dalam pembinaan karakter komunikasi siswa. D. Batasan Istilah
Untuk memberikan pembahasan yang tidak meluas mengenai efektivitas penerapan prinsip komunikasi islam guru dalam pembinaan karakter komunikasi siswa maka penelitian ini dibatasi, adapun batasan tersebut yaitu: 1. Efektivitas Efektivitas merupakan wujud dari kemampuan untuk mendayagunakan sesuatu secara tepat sesuai dengan standar yang jelas dan dapat diterima secara universal. Dalam konteks ini efektivitas menunjukkan taraf mencapai tujuannya secara ideal, tarap efektivitasnya dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang akan dicapai. Pandangan ini memfokuskan bahwa efektivitas adalah kemampuan untuk mencapai suatu tujuan dengan ukuran yang pasti. 2. Komunikasi islam guru Komunikasi Islam adalah proses penyampaian pesan-pesan keislaman dengan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam. Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia telah mengatur prinsip-prinsip berkomunikasi yang baik dengan cara melakukan komunikasi yang baik, jujur, benar, penuh lemah lembut dan membekas dalam jiwa agar ajaran-ajaran Islam dapat dipahami dengan baik oleh umat. Dalam berbagai literatur tentang komunikasi Islam kita dapat menemukan setidaknya enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam, yakni (1) Qaulan Sadida yaitu berkata yang benar, (2) Qaulan Baligha, yaitu perkataan yang membekas pada jiwa (3) Qulan Ma’rufa, yaitu perkataan yang baik (4) Qaulan Karima, perkataan yang mulia (5) Qaulan Layinan, perkataan yang lembut dan (6) Qaulan Maysura perkataan yang ringan. Adapun prinsip komunikasi islam guru yang diterapkan di lingkungan sekolah menengah kejuruan Namira Tecnologi Nusantara yaitu menerapkan nilai-nilai keagamaan (mengajak siswa berdoa bersama sebelum masuk kedalam kelas), menghormati guru (mengucapkan salam 13
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
sambil bersalaman dengan guru setiap bertemu) memberikan nasehat sebelum siswa memasuki kelas (ceramah nasehat kebaikan kepada siswa baik motivasi belajar, mematuhi orang tua, mematuhi guru dan sebagainya), berbahasa santun baik dengan guru, siswa, unsur pimpinan, unsur yayasan, cleaning service,scruity, pihak kantin dan seluruh warga sekolah. 3. Karakter komunikasi siswa Karakter komunikasi yang dimaksud adalah cara berkomunikasi siswa yang tidak memilih
kata-kata yang tepat saat berkomunikasi, tidak menggunakan bahasa santun (pemilihan kata yang tepat untuk diucapkan) seperti “matamu, kepalamu itu, mulutmu, bodoh kali kau, paok (kata ganti bodoh), diam mulutmu itu” dengan intonasi tinggi (tekanan suara). Begitu tabu didengar untuk lingkungan sekolah yang berbasis keislaman, kata-kata ini digunakan saat berkomunikasi dengan teman sebaya baik itu saat bercanda dan bermain diluar jam pelajaran mengeluarkan kata-kata tersebut.
II.LANDASAN TEORI A. Kerangka Teoritik a. Pengertian Efektivitas Efektivitas merupakan suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan atau kegagalan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan. Sedangkan komunikasi adalah sebagai proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan akibat tertentu. Efektivitas merupakan wujud dari kemampuan untuk mendayagunakan sesuatu secara tepat sesuai dengan standar yang jelas dan dapat diterima secara universal. Dalam konteks ini efektivitas menunjukkan taraf mencapai tujuannya secara ideal, tarap efektivitasnya dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang agak pasti. Pandangan ini memfokuskan bahwa efektivitas adalah kemampuan untuk mencapai suatu tujuan dengan ukuran yang pasti. Efektivitas adalah “pemanfaatan sumber daya, dana, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar diterapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atau jasa dengan mutu tertentu tepat pada waktunya”. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas sebagai suatu kegiatan yang tepat sasaran, berdaya guna dan berhasil guna untuk mencapai tujuan dalam implementasi suatu kegiatan tertentu. Untuk mengetahui tingkat efektivitas sesuatu kegiatan biasanya dilakukan dengan membandingkan antara prestasi saat ini dengan prestasi yang diperoleh apabila semua sumber daya yang dimilikinya dikelola secara optimal dan objektif.
Secara teknis pengertian efektivitas merupakan suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan atau kegagalan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan. Diakui bahwa terdapat tiga dimensi yang kritis yang patut dipertimbangkan dalam mengamati tingkat efektivitas suatu organisasi atau kelompok yaitu: (a) keluaran yang dihasilkan, (b) kepuasan para anggota, dan (c) pertumbuhan dan pengembangan staf, baik yang menyangkut keterampilan dan kecerdasan individu maupun yang terkait dengan proses interaksi yang positif dalam pelaksanaan tugas. Sehubungan dengan pengertian tersebut terdapat ahli yang menekankan bahwa organisasi yang efektif adalah organisasi yang dapat menyelesaikan target atau tujuannya atau menghasilkan sesuatu yang melampaui prestasi organisasi yang melakukan hal yang sama. Berdasarkan pengertian tentang efektivitas seperti diuraikan di atas dapat di identifikasi bahwa efektivitas pada umumnya dibicarakan dalam konteks aktivitas manajemen dan kelompok atau organisasi. Efektivitas selalu mengacu kepada tujuan organisasi dan sekaligus kepada kelangsungan hidup organisasi. Oleh karena itu efektivitas harus diukur dengan produk dari suatu organisasi yang mencakup jumlah dan mutunya (seberapa banyak dan seberapa baik), diukur dengan aspek kemanusiaan baik yang menjadi unsur penggerak maupun unsur konstituen dari organisasi. Efektivitas juga diukur dengan bagaimana anggota suatu organisasi dikembangkan kemampuannya (kecerdasan
14
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
dan keterampilan) dalam melakukan tugastugas organisasi. Menurut Jalaluddin Rahmat, efek dapat terjadi pada tataran yaitu: 1. Efek Kognitif, yaitu terjadi jika ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dan dipersepsi oleh khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, kepercayaan, atau informasi. 2. Efek Afektif, yaitu timbul jika ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak yang meliputi segala yang berkaitan dengan emosi, sikap, serta nilai. 3. Efek Behavioral, yaitu merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan tindakan berperilaku. Efektivitas tidak boleh lepas dari: faktor tujuan, faktor manusia, faktor nilai-nilai dan faktor sistem organisasi itu sendiri yang dihubungkan dengan kondisi waktu, target, jumlah, dan kualitas. Dengan demikian efektivitas ternyata bersifat multidimensional, sehingg strategi yang dipilih untuk meningkatkan efektivitas tergantung pada kekhususan atau spesifikasi faktor dari permasalahan yang hendak dipecahkan. Yang perlu digaris bawahi bahwa sesuatu yang efektif belum tentu efisien, demikian sebaliknya sesuatu yang efisien belum tentu efektif, namun perlu ditegaskan kembali bahwa jika sesuatu kegiatan atau aktivitas telah terbukti ketidak efektifannya maka tidak perlu lagi mempersoalkan efisiensinya. Untuk itu efektivitas tidak boleh lepas dari: faktor tujuan, faktor manusia, faktor nilai-nilai dan faktor sistem organisasi itu sendiri yang dihubungkan dengan kondisi waktu, target, jumlah, dan kualitas. Dengan demikian efektivitas ternyata bersifat multidimensional, sehingga strategi yang dipilih untuk meningkatkan efektivitas tergantung pada kekhususan atau spesifikasi faktor dari permasalahan yang hendak dipecahkan. Yang perlu digaris bawahi bahwa sesuatu yang efektif belum tentu efisien, demikian sebaliknya sesuatu yang efisien belum tentu efektif, namun perlu ditegaskan kembali bahwa jika sesuatu kegiatan atau aktivitas telah terbukti ketidak
efektifannya maka tidak perlu lagi mempersoalkan efisiensinya. Robbins mengemukakan bahwa untuk mengukur efektivitas dapat digunakan empat model pendekatan yaitu: (a) pendekatan pencapaian tujuan (Goal attainmet), (2) pendekatan sistem yang menekankan stabilitas, (3) pendekatan konstituensi strategis yang menekankan terpenuhinya tuntutan stakeholder dan (4) pendekatan nilai-nilai bersaing yang mempertemukan tiga kriteria yaitu human relation model, open system model dan rational goad model. Untuk mengetahui tingkat efektivitas sesuatu kegiatan biasanya dilakukan dengan membandingkan antara prestasi saat ini dengan prestasi yang diperoleh apabila semua sumber daya yang dimilikinya dikelola secara optimal dan objektif. Berdasarkan pengertian tentang efektivitas seperti diuraikan di atas dapat diidentifikasi bahwa efektivitas pada umumnya dibicarakan dalam konteks aktivitas manajemen dan kelompok atau organisasi. Efektivitas selalu mengacu kepada tujuan organisasi dan sekaligus kepada kelangsungan hidup organisasi. Oleh karena itu efektivitas harus diukur dengan produk dari suatu organisasi yang mencakup jumlah dan mutunya (seberapa banyak dan seberapa baik), diukur dengan aspek kemanusiaan baik yang menjadi unsur penggerak maupun unsur konstituen dari organisasi. Efektivitas juga diukur dengan bagaimana anggota suatu organisasi dikembangkan kemampuannya (kecerdasan dan keterampilan) dalam melakukan tugastugas organisasi. Untuk itu efektivitas tidak boleh lepas dari: faktor tujuan, faktor manusia, faktor nilai-nilai dan faktor sistem organisasi itu sendiri yang dihubungkan dengan kondisi waktu, target, jumlah, dan kualitas. Dengan demikian efektivitas ternyata bersifat multidimensional, sehingga strategi yang dipilih untuk meningkatkan efektivitas tergantung pada kekhususan atau spesifikasi faktor dari permasalahan yang hendak dipecahkan. Yang perlu digaris bawahi bahwa sesuatu yang efektif belum tentu efisien, demikian sebaliknya sesuatu yang efisien belum tentu efektif, namun 15
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
perlu ditegaskan kembali bahwa jika sesuatu kegiatan atau aktivitas telah terbukti ketidak efektifannya maka tidak perlu lagi mempersoalkan efisiensinya. 1. Komunikasi Efektif Efektif tidaknya sebuah komunikasi bisa kita lihat dengan indikator sebagai berikut: (a) perbedaan persepsi, (b) reaksi emosional, emosi ini bisa dalam bentuk marah, benci, mempertahankan persepsi, malu, takut, yang akan berpengaruh dalam memahami pesan yang sedang disampaikan kepada komunikan. Pendekatan yang terbaik dalam hubungan emosi adalah menerimanya sebagai dari proses komunikasi dan mencoba untuk memahaminya ketika emosi menimbulkan masalah.(c) Ketidak-konsistenan komunikasi verbal dan nonverbal yaitu, mencakup semua stmulus dalam suatu peristiwa komunikasi baik yang dihasilkan oleh manusia maupun lingkungan. (d) Kecurigaan. Seorang komunikan mempercayai atau mencurigai suatu pesan pada umumnya merupakan fungsi kredibilitas dari pengiriman dan pemikiran dari penerima pesan. 2. Indikasi Komunikasi Efektif Steward L Tubbs, mengemukakan bahwa komunikasi dapat dikatakan efektif apabila ada lima indikasi berikut: (1) Pengertian, penerimaan yang cermat dari isi stimulasi seperti apa yang dimaksud oleh komunikator. (2) Kesenangan, komunikasi ini juga disebut dengan komunikasi fasis (phatic communication) yang dimaksud untuk menimbulkan kesenangan. Komunikasi menjadikan hubungan antar individu menjadi hangat, akrab dan menyenangkan. (3) Pengaruh pada sikap, komunikasi juga sering dilakukan untuk mempengaruhi orang lain, seperti seorang khotib yang ingin membangkitkan sikap keagamaan dan mendorong jamaah dapat beribadah dengan baik, atau seorang politisi yang ingin menciptakan citra yang baik kepada publik pemilihnya, dan lain-lain. (4) Hubungan sosial yang makin baik, komunikasi juga ditunjukkan untuk menumbuhkan hubungn sosial yang baik. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat bertahan hidup sendiri, untuk itu manusia selalu berkeinginan untuk berhubungan dengan orang lain secara positif.
(5) Tindakan, tindakan persuasi dalam komunikasi digunakan untuk mempengaruhi sikap persuasif, juga diperlukan untuk memperoleh tindakan yang dikehendaki komunikator. Dalam hal ini, efektivitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata oleh komunikan. 3. Aturan Komunikasi Efektif Komunikasi adalah suatu faktor yang penting bagi perkembangan hidup manusia sebagai makhluk sosial. tanpa mengadakan komunikasi, individu manusia tidak mungkin dapat berkembang dengan normal dalam lingkungan sosialnya. Dalam usaha mengefektifkan komunikasi, Ann Ellenson melakukan penelitian yang menghasilkan aturan bagi pelaksanaan komunikasi, yaitu; (1) Usahakan sekuat mungkin agar rintangan-rintangan yang telah stereotype adalah suatu sikap pandangan yang kaku dan tak dapat berubah terhadap aspekaspek kenyataan, khususnya terhadap seseorang atau kelompok sosial yang menghalangi komunikasi yang baik, agar dapat dilenyapkan, misalnya rintangan karena faktor usia, profesi, dan lain sebagainya. (2) Saling mengerti, yaitu antar komunikator dan komunikan berusaha mengerti satu sama lain sebaik-baiknya. (3) Menjadi pendengar yang baik dan tidak berprasangka sebelumnya. (4) Usahakan agar pikiran dan pengalaman bisa sejalan dan dapat mengambil keuntungan dari proses komunikasi tersebut. (5) Berinisiatif untuk memberikan jalan keluar penyelesaian masalah. (6) Menjadi seorang komunikator yang dapat dipercaya sehingga bisa percaya pada komunikan. (7) Memberi motivasi pada komunikan (8)Terbuka dan ramah pada pandangan atau pendapat komunikan. 4. Prinsip Komunikasi Efektif Yaitu: (a) Prinsip berbicara efektif. Sebuah komunikasi dapat dikatakan efektif apabila menarik untuk didengar, sasaran tercapai (instruktif, informatif, ajakan/himbauan, argumentatif, dan klarifikatif). Indikasinya adalah jelas artikulasinya, hemat kata-kata, bahasa yang mudah dimengerti, suara yang enak untuk didengar dan dirasakan. (b) Mendengar dengan aktif. Mendengar adalah hal yang utama dalam berkomunikasi, mendengar 16
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
dengan aktif berarti mendengar untuk mengerti apa yang dikatakan dibalik pesan tadi. Brownell menyatakan bahwa, efektifitas mendengarakan terdapat enam unsur yang dikenal dengan HURIER (Hearing, Understand, Rembering, Interpreting, Evaluating, Responding). 5. Hukum Komunikasi Efektif Yaitu: (1) Respect. Sikap hormat dan sikap menghargai terhadap lawan bicara kita. Samuel Johnson mengatakan bahwa “There will be no RESPECT without TRUST, and there is no trust without INTEGRITY” (2) Empati. Kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. (3) Audible. Dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. (4) Clarity. Kejelasan dari pesan yang disampaikan. (5) Humble. Sikap rendah hati adalah unsur sikap untuk membangun rasa mengahrgai orang lain. b. Pengertian Komunikasi Secara etimologi komunikasi berasal dari bahasa latin “Communis” yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Hal yang sama dikemukakan oleh Effendy, komunikasi atau dalam bahasa Inggrisnya “Communnication” yang berarti sama, yakni sama dalam makna. Sedangkan menurut Terminologi (istilah), para ahli komunikasi telah memberikan pengertian (batasan) komunikasi sesuai dengan sudut pandang mereka masing-masing. Dedy Mulyana memberikan beberapa definisi komunikasi yang dikemukakan beberapa pendapat para ahli komunikasi antara lain 1. Bernard Barelson dan Gary A. Steiner : Komunikasi: Transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya. Dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang disebut komunikasi. 2. Theodere M. Newcomb : Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi yang terdiri dari rangsangan yang diskriminatif dan dari sumber kepada penerima. 3. Carl. L. Hovland : Komunikasi adalah proses yang memungkin seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan
(biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah prilaku orang lain (Komunikate). 4. Gerald R. Miller : Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. 5. Everret M. Rogers : Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan dimaksdu untuk merubah tingkah laku mereka. 6. Raymond S. Ross : Komunikasi (internasional) adalah suatu proses untuk menyortir, memilih dan mengirimkan simbolsimbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna suatu proses dari pikirannya serupa dengan yang dimaksudkan komunikator. Dari beberapa defenisi di atas, maka secara sederhana komunikasi diartikan sebagai suatu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan-kegiatan penyampaian lambang-lambang komunikasi yang mengandung arti dan makna atau perbuatan penyampaian sesuatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lainnya. Lebih jelasnya suatu pemindahan atau penyampaian informasi mengenai pikiran dan perasaan-perasaan dengan berdasarkan sarana dan saluran secara etis. Komunikasi merupakan peristiwa sosial yaitu peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Hovland, Janis, dan Kelly dalam Jalaluddin, mendefinisikan komunikasi sebagai “the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (ussualy verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience)”. Komunikasi yang dilakukan melalui lambang verbal (kata-kata) hendaknya memberikan stimulus kepada audiens dalam interaksi yang dilakukannya. Bila individu-individu berinteraksi dan saling mempengaruhi, maka terjadilah : 1) proses belajar yang meliputi aspek kognitif (berfikir) dan afektif (merasa), 2) proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang atau disebut komunikasi, dan 3) mekanisme penyesuaian diri seperti sosialisasi, bermain peran, identifikasi, proyeksi, agresi, dan lain-lain. Dapat juga dilihat proses pembelajaran di kelas merupakan suatu interaksi antara guru 17
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
dengan siswa dan suatu komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam suasana edukatif untuk pencapaian tujuan belajar. Dalam proses pembelajaran ini, kedua komponen tersebut yaitu interaksi dan komunikasi harus saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal. Menurut Usman 2000, pola-pola komunikasi di kelas antara G (guru) dan S (siswa) dapat berlangsung sebagai berikut:
Situasi dalam pembelajaran terjadi dalam beberapa pola komunikasi diatas. Adanya berbagai bentuk atau pola ini dapat mengembangkan potensi siswa tetapi pemilihan jenis komunikasi yang akan digunakan guru sangat bergantung pada kondisi siswa di kelas serta kebutuhan pembelajaran. Bisa juga guru memadukan pola-pola yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Misalnya : pada tahap apersepsi guru cenderung menggunakan pola kedua. Setelah dirasa pembelajaran membosankan, beralih pada pola keempat, dan seterusnya. Belajar mengajar sebagai suatu proses komunikasi yang menekankan aspek kognitif mengandung makna bahwa guru sebagai pemberi informasi akan menyampaikan gagasan atau konsep kepada siswanya. Setelah siswa mendapatkan gagasan dari guru, siswa akan mengubahnya menjadi kode-kode di dalam pikirannya sehingga pengetahuan yang ada menjadi milik siswa. Pengetahuan yang dimiliki oleh siswa sama dengan gagasan yang dimiliki oleh guru saat menyampaikan materi. Pengetahuan yang ada pada tiap siswa dapat ditularkan kepada siswa yang lain. Jadi, dalam hal ini guru harus memberikan stimulus pada siswa secara tepat agar komunikasi guru dapat menggerakkan siswa untuk mengkomunikasikannya kembali dengan yang lain. Proses komunikasi edukatif selain untuk transfer pengetahuan (kognitif) juga merupakan suatu proses yang mentransfer sejumlah norma (afektif). Norma-norma ini harus ditransfer oleh guru kepada peserta didiknya. Oleh karena itu, wajar jika komunikasi ini tidak hanya berproses pada tingkat pemahaman siswa pada materi saja tetapi juga mengandung muatan norma-norma yang patut dan tidak patut dilakukan oleh siswa. Adanya komunikasi edukatif ini dapat 18
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
dijadikan sebagai jembatan yang mendukung pengetahuan yang diterima siswa dan perbuatan yang dilakukannya sehingga tingkah laku siswa sesuai dengan pengetahuan yang diterimanya. Pola komunikasi guru yang efektif dalam pembelajaran adalah pola pembelajaran yang didalamnya terjadi interaksi dua arah antara guru dan siswa. Artinya, guru tidak harus selalu menjadi pihak yang dominan yang berperan sebagai pemberi informasi saja tetapi guru juga harus memberikan stimulus bagi siswa agar tergerak lebih aktif. Komunikasi yang dilakukan guru harus mampu menggugah motivasi siswa untuk terlibat mengisi dan menemukan makna pembelajaran. Siswa akan menjadi lebih aktif ketika mereka memiliki rasa kebersamaan di kelas tersebut (sense of kolektive). Rasa kebersamaan ini dapat dibina dari komunikasi yang dilakukan guru ataupun siswa yang lain agar dirinya merasa di terima (Sense of membershif). Perasaan diterima inilah sebagai salah satu komponen yang dapat menumbuhkembangkan siswa. Ketika seseorang diterima, dihormati, dan disenangi orang lain dengan segala bentuk keadaan dirinya, maka mereka akan cenderung untuk meningkatkan penerimaan dirinya. Keadaan dimana siswa merasa diterima dapat menjadi modal untuk menumbuhkan motivasi diri yang dapat meningkatkan prestasi belajar. Salah satu komunikasi guru yang dapat memberikan motivasi pada siswa adalah guru peduli dan paham terhadap apa yang sedang mereka ajarkan serta mengkomunikasikannya dengan siswa bahwa apa yang sedang mereka pelajari adalah sesuatu yang penting dan bermanfaat. Dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh guru akan menimbulkan inspirasi baru bagi siswanya dan lebih meningkatkan perhatian siswa pada materi. Kenyataan di sekolah sering menunjukkan bahwa komunikasi antara guru dan siswa masih relatif kurang. Siswa dalam mempelajari materi yang diberikan guru, kebanyakan masih sulit menerima dan memahami sehingga prestasi yang dimiliki siswa masih rendah. Guru dalam memberikan materi kepada siswa tidak selalu memperhatikan tingkat pemahaman siswa, apakah siswa sudah paham, bagian manakah yang masih sulit, apakah perlu diulangi, dan
lain-lain. Sehingga dari adanya balikan (feedback) dari guru siswa merasa diterima dan tergerak lebih aktif mengikuti pembelajaran. Salah satu komunikasi yang membuat siwa tergerak untuk lebih aktif adalah dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya langsung dijawab oleh siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Piaget (dalam Dahar, 1996) bahwa perumusan pertanyaan merupakan salah satu bagian yang penting dan paling kreatif dalam pendidikan. Guru harus memberikan apresiasi terhadap segala bentuk komentar ataupun jawaban siswa dan tidak diperkenankan memberikan umpan balik yang negatif. Melihat pada pola kelima bahwa siswa tidak diperkenankan untuk mengemukakan jawaban dua kali apabila siswa lain belum mendapat giliran, maka hal ini menjadi sesuatu yang dapat dipahami bersama ketika peraturan ini dikomunikasikan di awal yaitu sebelum pertanyaan-pertanyaan diberikan. Pola semacam ini terkadang dibutuhkan agar semua siswa mendapat kesempatan yang sama. Ketika guru mendapatkan jawaban ataupun komentar siswa, maka guru harus memberikan apresiasi dengan mengatakan bahwa jawaban atau komentar yang mereka kemukakan adalah benar atau jawaban mereka bagus namun belum tepat. Jika tidak dilakukan balikan dan guru cenderung tidak peduli dengan jawaban siswa, maka siswa merasa bahwa jawaban yang mereka kemukakan adalah jawaban yang tidak bermutu. Sedangkan, guru sendiri akan kehilangan hubungannya dengan siswa. Persepsi guru terhadap siswanya akan mempengaruhi komunikasi yang mereka lakukan. Sebisa mungkin guru tetap menjaga komunikasi yang positif dikelas dan tidak memberikan suatu penghakiman (judgement) bahwa siswa ini cantik, pintar, bodoh, malas, suka membuat gaduh di kelas, dan lain sebaginya. Pandangan semacam ini akan membuat guru kurang diperhatikan oleh siswa dan menimbulkan kondisi pembelajaran yang kurang kondusif untuk peningkatan prestasi belajar siswa. Maka, guru harus memandang semua siswa dengan pandangan yang positif agar dari komunikasi yang dibina ini dapat membantu dan memberikan dukungan untuk mengembangkan potensi siswa. 19
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
Komunikasi efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Setiap kali guru melakukan komunikasi, sebenarnya bukan hanya sekedar menyampaikan isi pesan tetapi juga membangun sebuah hubungan interpersonal. Komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu tindakan. Pengertian; Komunikasi yang dilakukan guru pada siswa harus menimbulkan pengertian. Pengertian disini menyangkut penerimaan yang cermat pada isi pesan, ide, atau gagasan seperti yang dikemukankan oleh guru. Kegagalan dalam menerima isi pesan secara cermat dapat menimbulkan kesalah pahaman. Maka, ketika guru mengkomunikasikan materi, gagasan, ataupun penanaman konsep, guru harus memberikannya sejelas mungkin dan sebisa mungkin peduli pada pemahaman siswa. Kesenangan; Tidak semua komunikasi yang dilakukan guru ditujukan untuk penyampaian materi atau gagasan agar membentuk pengertian dari siswa. Tetapi juga digunakan untuk membentuk kesenangan pada siswa dalam mengikuti pembelajaran yang nantinya dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar. Guru yang berkomunikasi secara menyenangkan ini mampu memotivasi siswa dalam belajar, maka sebaiknya guru harus bersikap humoris dan luwes kepada siswa. Guru juga harus memilih kata-kata yang sekiranya sesuai dengan siswa, tidak menyindir, tidak terlalu memaksa siswa untuk melakukan hal seperti yang guru inginkan. Motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran lebih mudah terbentuk pada guru yang mengadakan komunikasi dengan menambahkan kelucuankelucuan yang wajar dalam kegiatan pembelajarannya. Mempengaruhi sikap; Guru melalui komunikasi persuasif dapat mempengaruhi siswa untuk melakukan hal-hal yang positif. Misalnya : mengajak untuk berkonsentrasi selama pembelajaran, mengajak untuk mencintai materi yang dibahas. Telah dikatakan diatas bahwa komunikasi tidak hanya untuk aspek kognitif saja tetapi juga aspek afektif.
Guru yang dapat mempengaruhi sikap siswa selama pembelajaran dapat meningkatkan perhatian dan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hubungan yang makin baik; Komunikasi interpersonal yang dilakukan dapat mempengaruhi hubungan interpersonal guru dan siswa. Dalam menumbuhkan siswa, guru harus mengadakan relasi yang lebih dekat dengan siswa. Relasi yang dekat ini dapat didukung dengan adanya komunikasi yang baik. Misalnya : guru tidak memberikan judgement bahwa siswa ini cantik, pintar, bodoh, dll. Guru harus memberikan apresiasi pada siswa ketika mereka memberikan jawaban atas pertanyaan dan tidak menolak jawaban yang dikemukakan siswa, Dengan mengetahui kebutuhan siswa bahwa mereka ingin diterima di kelas, maka guru harus menciptakan iklim yang kondusif di kelas dimana siswa yang satu harus berhubungan baik dengan siswa yang lainnya. Komunikasi inilah yang dapat menimbulkan relasi guru dan siswa menjadi lebih hangat, dekat, dan menyenangkan. Disini, komunikasi interpersonal menjadi kunci terbentuknya hubungan yang lebih baik. Tindakan; Efektivitas komunikasi guru diukur dari tindakan nyata yang dilakukan oleh siswa. Untuk menciptakan tindakan nyata pada siswa, guru harus lebih dulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap, serta menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik. Jadi, terbentuknya tindakan nyata pada siswa adalah titik akhir dari jaringan komunikasi yang dilakukan untuk menumbuh kembangkan siswa. Norma-norma yang ditanamkan pada siswa akan diaktualisasikan siswa secara nyata jika dikomunikasikan guru dengan baik. Misalnya : mengajak untuk rajin belajar, lebih rajin membaca, dan bersikap aktif saat pembelajaran. Maka, dalam hal ini siswa harus ditanamkan dulu 4 komponen diatas. Jadi, komunikasi yang dilakukan guru di kelas dapat menumbuh kembangkan siswa jika komunikasi tersebut dilakukan secara efektif dan menyenangkan, dengan memperhatikan unsur-unsur diatas, yaitu : terbentuk pengertian yang cermat, terciptanya kesenangan, mempengaruhi sikap, tercipta hubungan interpersoanal yang makin baik, dan 20
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
terbentuknya tindakan positif pada siswa. Hingga akirnya terjalin komunikasi efektif yang diciptakan oleh guru dan siswa. Melalui komunikasi yang kita lakukan akan membentuk saling pengertian menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang, menyebarkan pengetahuan, dan melestarikan peradaban. Komunikasi begitu penting, begitu meluas, dan begitu akrab komunikasi dengan diri kita. c. Hakikat Komunikasi Islam Menurut pendapat Hussein, komunikasi Islam merupakan sebagai suatu proses menyampaikan suatu proses atau informasi dari komunikator kepada komunikan dengan menggunakan prinsip dan kaedah komunikasi yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadis. Kemudian, Mahyuddin Abdul Halim menulis bahwa komunikasi Islam ialah proses penyampaian atau pengoperan hakekat kebenaran agama Islam kepada khalayak yang dilaksanakan secara terus-menerus dengan berpedoman kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah baik secara langsung maupun tidak lagnsung, melalui perantara media umum atau khusus, yang bertujuan untuk membentuk pandangan umum yang benar berdasarkan hakekat kebenaran agama dan memberi kesan kepada kehidupan seseorang dalam aspek aqidah, ibadah dan muamalah. Komunikasi dalam Bahasa Arab dikenal dengan istilah al-ittisal yang berasal dari akar kata wasola yang berarti ‘sampaikan’ seperti yang terdapat dalam Al-qur’an Suroh Al-Qasar ayat 51 yang artinya; Dan sesungguhnya Kami telah sampaikan firman-firman Kami (Alqur’an) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran (Q.S. 28: 51). Komunikasi Islam adalah proses penyampaian pesan-pesan keislaman dengan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam. Dengan pengertian demikian, maka komunikasi Islam menekankan pada unsur pesan (message), yakni risalah atau nilainilai Islam, dan cara (how), dalam hal ini tentang gaya bicara dan penggunaan bahasa (retorika). Pesan-pesan keislaman yang disampaikan dalam komunikasi Islam meliputi seluruh ajaran Islam, meliputi akidah (iman), syariah (Islam), dan akhlak (ihsan). Pesan-
pesan keislaman yang disampaikan disebut sebagai dakwah. Dakwah adalah pekerjaan atau ucapan untuk mempengaruhi manusia mengikuti islam. Sebagaimana kisah yang dirceritakan oleh sahabat, seorang laki-laki menghadap kepada Rasulullahu ‘alahi wassalam, “wahai Rasulullah aku ingin islam tetapi aku tidak bisa meninggalkan zina”. Kemudian Rasulullah bertanya kembali kepada pria tersebut “relakah bila ibu kamu dizina? Dengan lembut lelaki menjawab “tidak” lalu relakah bila putri kamu dizinai? Tanya Rasulullah kembali lelaki itu mengulang jawaban yang sama “tidak” dan relakah bila bibi kamu dizinai? Tanya Rasulullah, kembali lelaki itu menjawab “tidak”. Akhirnya Rasulullah bersabdah “Bagaimana orang lain akan rela padahal kamu sendiri tidak rela dengan hal itu”. Seketika itu juga pemuda yang bertanya tadi membahayakan sikap orang-orang ketika kerabat mereka dizinai, seperti sikapnya ketika kerabat wanitanya dizinai. Semangat ke islaman mulai menyeruak di dalam dada dan akhirnya dia berkata “aku bertaubat kepada Allah dari perbuatan zina. Perbincangan di atas disaksikan oleh para sahabat Rasulullah, dan beberapa di antara mereka sempat terpancing emosi karena mereka kesal dengan pertanyaan pemuda tersebut yang dianggap bertendensi hawa nafsu, tetapi Rasulullah adalah ahli komunikator terbaik yang dimiliki oleh ummat islam, panduan uswatun hasanah yang penuh kasih sayang dan keteladanan. Pertanyaan pemuda tersebut ditanggapi dengan berbagai pertanyaan retoris yang mampu membangkitkan kesadaran seorang pemuda yang gemar berzina untuk bertaubat kepada Allah SWT. Beliau tidak perlu meninggikan suara, marah tanpa terkontrol atau menunjukkan kekesalan dengan wajah yang merah padam dan genggaman kepalan tangan, dan ia pun tidak perlu menyampaikan dalil-dalil haramnya perbuatan zina secara eksplisit, namun Rasulullah mengemas pesan secara bijak dengan menyentuh hati pemuda tersebut agar nilai-nilai islam tersampaikan secara baik. Retorika Rasulullah disampaikan dengan cara sederhana, 21
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
tidak menggurui, cerdas, jujur, dan menggugah. Retorika yang muncul dari pancaran kepribadian yang mempesona, yang istiqomah perkataan dan perbuatannya. Rasulullah menerapkan seluruh prinsipprinsip komunikasi dalam Al-Qur’an secara konsisten sehingga tidak mengeherankan jika peradaban masyarakat Madinah pada masa awal adalah bukti konkret keberhasilan dakwah Rasulullah. Digambarkan hubungan sosial masyarakat sangat hangat dan indah, saling menghargai dan menghormati ditengah-tengah perbedaan, tidak saling memaksakan kehendak dan pendapat sendiri. Keberhasilan ini tidak lepas dari kemampuan Rasulullah dalam mengkomunikasikan ajaran-ajaran islam dengan baik yang didukung oleh kemulian budi pekerti. Dengan demikian strategi berkomunikasi yang benar mestilah merujuk kepada stratgei Rasullah dalam berkomunikasi. Dari uraian singkat diatas dapat dipahami, betapa komunikasi tidak dapat dijauhkan apalagi dipisahkan dari etika. Keduanya ibarat dua sisi mata uang yang saling melengkapi dan mempengaruhi satu sama lainnya. Etika tanpa komunikasi tidak akan berarti, sebaliknya, komunikasi tanpa etika akan tidak akan berarti juga, sembrawut yang menimbulkan kebencian, dendam dan permusuhan. Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia telah mengatur prinsip-prinsip berkomunikasi yang baik dengan cara melakukan komunikasi yang baik, jujur, benar, penuh lemah lembut dan membekas dalam jiwa agar ajaran-ajaran Islam dapat dipahami dengan baik oleh umat. Perintah komunikasi melibatkan unsur komunikator, pesan, media, komunikasi, efek agar komunikasi dapat berjalan efektif. Efektif maksudnya bahwa pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dipahami oleh komunikan sehingga menimbulkan efek yang signifkan terhadap komunikan. a. Pengertian Prinsip Komunikasi dalam Islam Menurut A. Samover “We Cannot Not Communicate” oleh karena itu, manusia tidak dapat terhindar dalam interaksi sesamanya. Soal cara (kaifiyah), dalam Al-Qur’an dan Alhadits ditemukan berbagai panduan agar komunikasi berjalan dengan baik dan efektif.
Kita dapat mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam. Kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum muslim dalam melakukan komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal, interpersonal dalam pergaulan sehari hari, berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain. b. Prinsip-prinsip Komunikasi dalam Islam Ada beberapa prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam yang akan dijelaskan berikut ini: Sadied menurut bahasa berarti yang benar, tepat. Al-Qosyani menafsirkan qaulan sadida dengan : kata yang lurus (qowiman); kata yang benar (Haqqan), kata yang betul, correct, tepat (Shawaban). Al-Qasyani berkata bahwa sadied dalam pembicaraan berarti berkata dengan kejujuran dan dengan kebenaran dari situlah terletak unsur segala kebahagiaan, dan pangkal dari segala kesempurnaan; karena yang demikian itu berasal dari kemurnian hati. Dalam lisanul A’rab Ibnu Manzur berkata bahwa kata sadied yang dihubungkan dengan qaul (perkataan) mengandung arti sebagai sasaran. Dari segi substansi, komunikasi Islam harus menginformasikan atau menyampaikan kebenaran, faktual, hal yang benar saja, jujur, tidak berbohong, juga tidak merekayasa atau memanipulasi fakta. Dari segi redaksi, komunikasi Islam harus menggunakan katakata yang baik dan benar, baku, sesuai kadiah bahasa yang berlaku. Dari segi redaksi, komunikasi Islam harus menggunakan katakata yang baik dan benar, baku, sesuai kadiah bahasa yang berlaku. Jalaluddin Rahmat menjelaskan bahwa qaulan ma’rufan adalah perkataan yang baik. Allah menggunakan frase ini ketika berbicara tentang kewajiban orang-orang kaya atau kuat terhadap orang-orang miskin atau lemah. Qaulan ma’rufan berarti pembicaraan yang bermanfaat memberikan pengetahuan, mencerahkan pemikiran, menunjukan pemecahan terhadap kesulitan kepada orang lemah, jika kita tidak dapat membantu secara material, kita harus dapat membantu psikologi. 22
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
Qaulan Ma’rufan juga bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (maslahat). Sebagai muslim yang beriman, perkataan kita harus terjaga dan terhindar perkataan yang sia-sia, apapun yang kita ucapkan harus selalu mengandung nasehat, menyejukkan hati bagi orang yang mendengarnya. Jangan sampai kita hanya mencari-cari kejelekan orang lain, yang hanya bisa mengkritik atau mencari kesalahan orang lain, memfitnah dan menghasut. “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekadar mengucapkan (kepada mereka) qaulan ma’rufan perkataan yang baik..” (QS. Al-Baqarah:235). a. Qaulan Karimah (Perkataan Yang Mulia) “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orangtuamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkatan ‘ah’ dan kamu janganlah membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka qaulan karimah ucapan yang mulia” (QS. Al-Isra: 23). Dakwah dengan qaulan karimah lebih efektif digunkan adalah kepada orang yang telah lanjut usia, pendekatan yang digunakan adalah dengan perkataan yang mulia, santun penuh penghormatan dan penghargaan tidak menggurui tidak perlu retorika yang meledakledak. Qaulan karimah terdapat dalam surat alisra ayat 23. Dalam perspektif dakwah maka perkataan qaulan karimah diperlakukan jika dakwah itu ditujukan kepada kelompok orang yang sudah masuk kategori usia lanjut. Seseorang da’i dalam menyampaikan pesan dakwahnya dengan lapisan mad’u yang sudah masuk kategori usia lanjut, haruslah bersikap seperti terhadap orang tua sendiri, yakni hormat dan tidak kasar kepadanya, karena manusia
meskipun telah mencapai usia lanjut, bisa saja berbuat salah atau melakukan hal-hal yang sasat menurut ukuran agama. Dengan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa qaulan karimah adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah lembut, dan bertata keramah. Dalam konteks jurnalistik dan penyiaran, qaulan karimah bermakna mengunakan katakata yang santun, tidak kasar, tidak vullgar, dan menghindari “bad taste”, seperti jijik, muak, ngeri, dan sadis. b. Qaulan Layyinan (Perkataan Yang Lembut) Kata qaulan layyinan tardapat dalam surah Thaha ayat 43-44 secara harfiah berarti komunikasi yang lemah lembut (layyin) “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan qulan Layinan kata-kata yang lemahlembut…” (QS. Thaha: 44). Dari ayat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa qaulan layyinan berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati maksudnya tidak mengeraskan suara, seperti membentak, meninggikan suara. Siapapun tidak suka bila berbicara dengan orang-orang yang kasar. Rasullulah selalu bertutur kata dengan lemah lembut, hingga setiap kata yang beliau ucapkan sangat menyentuh hati siapapun yang mendengarnya. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layyinan ialah kata kata sindiran, bukan dengan kata kata terus terang atau lugas, apa lagi kasar. Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara lemah-lembut, tidak kasar, kepada Fir’aun. Dengan qaulan layyinan, hati komunikan (orang yang diajak berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk menerima pesan komunikasi kita. Menerapkan prinsip komunikasi Islam, semaksimal mungkin dihindari kata-kata kasar dan suara (intonasi) yang bernada keras dan tinggi. Allah melarang bersikap keras dan kasar dalam berdakwah, karena kekerasan akan mengakibatkan dakwah tidak akan berhasil 23
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
malah ummat akan menjauh. Dalam berdoa pun Allah memerintahkan agar kita memohon dengan lemah lembut, “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lemah lembut, sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas,” (Al A’raaf ayat 55).
Meskipun konflik perbedaan pendapat semakin panas tetapi kalau metode penyampaian dapat dilakukan secara lemah lembut biasanya debat yang terjadi akan terkontrol, namun perkataan lemah lembut ini tidak muncul begitu saja melainkan harus dilatih dan diiringi dengan budi pekerti yang baik. d. Etika Komunikasi dalam Islam Esensi dari Al-Qur’an adalah etika, yang menjadi dasar pedoman bagi manusia. Jadi, seorang muslim harus memiliki etika. Menjadi seorang muslim berarti telah ada kontrak primordialisme kepatuhan kita kepadaNya, dalam melaksanakan kepatuhannya, setipa manusia harus mampu berkomunikasi dan dapat dikomunikasikan sesuai dengan norma (etika) sebagai cerminan manusia sempurna, baik mulia dan beradab. Pemikiran dan praktek etika dalam masyarakat dewasa ini, khususnya yang berhubungan dengan komunikasi, perilaku media massa, opini publik dan interkasi sosial haruslah benar-benar mencerminkan ikatan normatif religius. Dengan ikatan ini diharapkan transaksi komunikasi dapat berjalan secara baik dan konstruktif, karena danya dorongan spiritual. e. Ciri-ciri Komunikasi Islam Ciri-ciri komunikasi islam antara lain : (1) Bersifat objektif, setiap ilmu yang berdiri sendiri harus mempunyai objek formal dan material. (2) Bersifat empiris. Setiap ilmu harus dapat diuji kebenarannya dan dikembangkan dari waktu ke waktu di dunia pengalaman atau di dunia nyata yang dapat diamati dan dirasakan. (3) Bersifat sistematis. Yaitu teratur dan susunan sesuai dengan hasil pembuktian ilmiah. (4) Bersifat rasional dan logis. Sesuai dengan pemikiran yang dibangun berdasarkan secara logika. (5) Bersifat universal. Universal berarti bhwa kebenaran suatu ilmu itu harus berlaku umum dan dapat diuji kebenarannya oleh siapa pun dan dimana pun berada. f. Dasar Pembentukan Karater Siswa Dasar pembentukan karakter itu adalah nilai baik atau buruk. Nilai baik disimbolkan dengan nilai Malaikat dan nilai buruk disimbolkan dengan nilai Setan. Karakter manusia merupakan hasil tarik-menarik antara nilai baik dalam bentuk energi positif dan nilai buruk dalam bentuk energi negatif. Energi positif itu
c. Qaulan Maisura (Perkataan Yang
Ringan) ”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka qaulan maysura ucapan yang mudah” (QS. Al-Isra: 28). Istilah qaulan maisura tersebut dalam surat Al-Isra. Kalimat maisura berasal dari kata yasr, yang artinya mudah. Qaulan maisura adalah lawan dari kata ma’sura yaitu perkataan yang sulit. Sebagai bahasa Komunikasi, qaulan maisura artinya perkataan yang mudah diterima, dan ringan, yang pantas, yang tidak berliku-liku. Dakwah dengan qaulan maisura yang artinya pesan yang disampaikan itu sederhana, mudah dimengerti dan dapat dipahami secara spontan tanpa harus berpikir dua kali. Pesan dakwah model ini tidak memerlukan dalil naqli maupun argumentargumen logika. Dakwah dengan pendekatan qaulan maisura harus menjadi pertimbangan mad’u yang dihadapi itu terdiri dari: a. Orang tua atau kelompok orang tua yang merasa dituakan, yang sedang menjalani kesedihan lantaran kurang bijaknya perlakuan anak terhadap orang tuanya atau oleh kelompok yang lebih muda. b. Orang yang tergolong didzalimi haknya oleh orang-orang yang lebih kuat. c. Masyarakat yang secara sosial berada dibawah garis kemiskinan, lapisan masyarakat tersebut sangat peka dengan nasihat yang panjang, karenanya da’i harus memberikan solusi dengan membantu mereka dalam dakwah bil hal. Ucapan yang lemah lembut adalah lambang seorang muslim dalam berkomunikasi. 24
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
berupa nilai-nilai etis religius yang bersumber dari keyakinan kepada Tuhan, sedangkan energi negatif itu berupa nilai-nilai yang amoral yang bersumber dari taghut (Setan). Sebagaimana akan di gambarkan dalam konsep penerapan prinsip komunikasi islam guru dalam pembinaan karakter komunikasi siswa SMK Namira Technologi Nusantara yang dapat memberikan pemahaman dalam konsep sebagai berikut:
Gambar: 2.1 Bagan Penerapan Komunikasi Islam Guru Pembinaan Karakter Siswa
(kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data. Metode penelitian kualitatif berusaha memahami suatu gejala sebagaimana pemahaman responden yang diteliti, dengan penekanan pada aspek subjektif dari perilaku seseorang. Penelitian kualitatif memberikan kesempatan pada peneliti untuk memahami cara responden menggambarkan dunia sekitarnya berdasarkan cara pola berfikir mereka. Peneliti berusaha masuk kedunia konseptual subjek yang diteliti untuk menangkap apa dan bagaimana sesuatu terjadi. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara puposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/ kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Dalam penelitian ini kedudukan peneliti sebagai instrumen penelitian dan sebagai instrumen harus mencakup segi responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan kebutuhan, mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses data secepatnya dan memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan mengikhtisiarkan serta memanfaatkan kesempatan mencari respon yang tidak lazim. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di sekolah menengah kejuruan yaitu SMK Namira Technologi Nusantara Medan yang beralamat jalan Setia Budi Pasar 1 no 76 Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang. Alasan pertimbangan peneliti tempat tersebut memungkinkan dalam mengambil data yang sesuai dengan penelitian yaitu; SMK Namira Merupakan sekolah yang berbasis islam, semua tenaga pendidik adalah beragama islam dan siswa yang diterima seluruhnya sebagai syarat utama adalah beragama islam. Penerapan prinsip komunikasi Islam guru sudah di lakukan oleh guru, namun belum diketahui apakan penerapan komunikasi islam guru sudah efektif atau tidak disekolah tersebut.
Prinsip dalam
III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pertimbangan pilihan metode dan analisis penelitian ini adalah bahwa kajian mengenai penerapan prinsip komunikasi islam guru dalam pembinaan karakter komunikasi siswa memerlukan penggalian informasi dari sumber informan. Maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analisis, yakni metode yang menjelaskan mengenai suatu fakta atau fenomena sosial, dengan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah yang akan diteliti. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya melalui pengumpulan data sedalamdalamnya. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya poplasi atau sampling bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Disini yang ditekankan adalah persoalan kedalaman 25
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
Penelitian ini dilakukan selama dua bulan mulai dari observasi, wawancara dan studi dokumentasi pada bulan April dan Mei 2014 di SMK Namira Technologi Nusantara Medan. C. Subjek dan Obyek Penelitian Subyek penelitian ini ditentukan berdasarkan teknik sampling purposif (purposive sampling). Teknik sampling purposif adalah teknik yang mencakup orang – orang yang diseleksi atas dasar kriteria – kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan peneliti. Teknik sampling purposive dipilih untuk penelitian yang lebih mengutamakan kedalaman data. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas sepuluh SMK Namira Technologi Nusantara yang teridri dari empat kelas yaitu: kelas duabelas Teknik Komputer Jaringan (X TKJ A), kelas duabelas Teknik Komputer Jaringan (X TKJ B), kelas duabelas Rekayasa Perangkat Lunak (X RPL), kelas duabelas Otomotif (X OM). Kriteria subyek yang peneliti tentukan untuk mewakili dari masing-masing kelas yaitu berdasarkan kelas, umur, nilai pelajaran agama, nilai pelajaran PKn dan nila pelajaran Bahasa Indonesia, latar belakang keluarga pendidikan dan pekerjaan orang tua. Subjek penelitian yang terdiri dari 4 (empat) orang siswa yang diambil berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebagai berikut yaitu: Tabel: 3.1 Ciri Umum Informan
sekolah, keluarga dan masyarakat. Bahasa Indonesia proses bagaimana menyampaikan pesan secara baik dan jelas agar pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh orang lain, dalam hal ini bagaimana proses berkomunikasi dilingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Guru tersebut menjalankan proses belajar mengajar dikelas dan menerapkan prinsip komunikasi islam di lingkungan sekolah. Keriteria selanjutnya adalah umur, dan lamanya guru tersebut bekerja mengajar dilingkungan sekolah namira, berhubungan dengan bagaimana menerapkan prinsip komunikasi islam dilingkungan sekolah. Agar memudahkan pengamatan maka obyek penelitian dinyatakan sebagai informan yang memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut: Tabel: 3.2 Ciri Umum Subjek Informan
D. Sumber Data Dalam penelitian ini data dikatagorikan kedalam dua jenis yaitu: data primer dan data skunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara dengan subjek penelitian, observasi lapangan dan dokumentasi saat melakukannya pengamatan dengan menganalisis data yang didapatkan dari informan mengenai efektifitas penerapan prinsip komunikasi Islam guru dalam pembinaan karakter komunikasi siswa kelas duabelas SMK Namira Technologi Nusantara. Data primer juga diperoleh dari wawancara dengan informan siswa terkait dengan karakter komunikasi yang menyimpang yang dimiliki oleh siswa yaitu (dalam hal ini bahasa tidak santun). Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah yang didapatkan dari bahan tertulis atau kepustakaan, yakni buku-buku, jurnal ilmiah, artikel dan terbitan ilmiah yang ada hubungannya dengan pembahasan.
Obyek penelitian dalam penelitian ini dilakukan pengamatan kepada yaitu 3 (tiga) orang guru mata pelajaran yang memiliki kriteria berdasarkan mata pelajaran yang di ajarkan dikelas, terdiri dari mata pelajaran pendidikan agama pada tingkat sekolah menengah merupakan pendidikan yang paling menekankan kepada ketuhanan, akhlak dan penanaman budi pekerti. Pendidikan kewarganegaraan menanamkan pendidikan moral dan dan tingkah laku baik dilingkungan
IV. HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Penelitian 26
DAN
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
1. Deskripsi SMK Namira Technologi Nusantara Medan SMK Namira Technologi Nusantara salah satu lembaga pendidikan dalam kelompok Teknologi Informasi, dengan tujuan berupaya untuk melaksanakan kurikulum SMK Edisi 2004 dengan pendekatan Scientific, life skills Broad Based Curriculum (berbasis ganda, luas, kuat, adaptif, mendasar dan kemandirian), Competency Based Training (CBT) dan Production Based Training (PBT) dengan pengelolaan sekolah mengacu pada “peningkatan mutu sekolah berbasis potensi dan kondisi sekolah” secara multikurikulum. Penyelenggaraan prinsip life long education, sinergi dengan jenjang dan jenis pendidikan lainnya dan pelaksanaan dengan sistem ganda agar mampu membekali peserta didik untuk dapat menjalani hidup layak dan pengembanagan dirinya untuk dapat beradaptasi dalam perkembangan IPTEK. Fenomena ini telah membuktikan bahwa sumber daya manusia adalah kunci utama pembangunan bangsa, sebuah upaya regenerasi pembangunan bangsa ke depan, upaya-upaya pembangunan sarana pendidikan telah diusahakan walaupun menemui hambatanhambatan yang harus diselesaikan. Sekolah menengah kejuran Namira Technologi Nusantara yang disingkat dengan SMK Namira pada tahun ajaran 2012/2013 menerima siswa baru dengan jumlah yang cukup banyak yaitu jumlah 113 orang pada tahun ke empat SMK Namira berdiri. SMK Namira sudah berdiri sejak tahun 2008, terhitung sejak tahun itu SMK Namira telah meluluskan 16 orang lulusan angkatan pertama pada tahun 2012. Lalu pada tahun 2013 SMK namira meluluskan sebanyak 94 orang siswa sebagai lulusan ke dua. Siswa di SMK Namira dari berbagai kalangan, dan pada umumnya adalah kalangan menengah kebawah. Secara geografis SMK Namira yang terletak di Jl.Setia Budi pasar 1 nomor 76 Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Kabupaten Medan Kota dan ini merupakan daerah pinggiran kota Medan yang menjadi daerah pengembangan kota. 2. Maksud Dan Tujuan
Maksud dan tujuan mendirikan SMK Namira Technologi Nusantara adalah untuk berperan aktif dalam mensukseskan program pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia lewat jalur pendidikan agar dapat berguna bagi masyarakat dan negara serta mampu bersaing secara global. Adapun tujuan adalah sebagai berikut : 1. Melanjutkan langkah-lagkah kegiatan peningkatan mutu dan pengembanagn sekolah secara konsisten dan berkelanjutan dari tahun ke tahun, 2. Menyediakan rumusan tujuan dan metode pencapaiannya, 3. Membantu sekolah mengantisipasi permasalahan sebelum terjadi, 4. Membantu skeolah menemukan kelemahan, kekuatan, ancaman, dan peluang yang dapat diprogramkan dan dimanfaatkan seoptimal mungkin, 5. Menciptakan iklim kondusip, motivasi staf, menjaga hubungan secara kekeluargaan dan politis, menciptakan proses pelaksanaan kegiatan yang efektif dan efisien, mengalokasikan sumber dana secara efektif dan efisien, memberdayakan sarana prasarana sekolah dan sumber daya manusia, Menyiapkan bahan pertimbangan dan masukan bagi pengambil kebijakan di tingkat sekolah, institusi pasangan Dunia Usaha/ Dunia Industri (DU/DI), Majelis Sekolah, Komite sekolah, Pemerintah Daerah cq. Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara maupun masyarakat dalam keikutsertaanna mengambil peran dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan si SMK Namira Tech Nusantara. 3. Visi Dan Misi Yayasan Fajar Islam Mengacu pada pendidikan kecakapan hidup, reposisi SMK, kondisi dan potensi yang dimiliki maka menetapkan payung kebijaksanaan SMK Namira Tech Nusantara dengan : Visi : Mewujudkan SMK Namira Tech Nusantara sebagai basis pendidikan kejuruan tingkat menengah bertarap nasional untuk menghasilkan tamatan yang beriman dan 27
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha esa, berkecakapan hidup profesional berbudi luhur yang berjiwa wirausaha, berdaya saing dan beradaptasi dalam pengembangan karir. Misi : mengacu pada tingkat ketercapaian Visi maka misi Yayasan Fajar Islam SMK Namira Tech Nusantara adalah : 1. Mengembangkan program keahlian yang merpakan tuntutan pasar kerja, minat masyarakat, perkembangan IPTEK dan tamatan memiliki peluang untuk berwirausaha, menunjang hidup layak dan pengembangan karir 2. Menyajikan pembelajaran sistem Competency Based Training dengan pendekatan proruction based trainig, pembelajaran tuntas, terstandar kompetensi keterampilan jabatan kerja. 3. Memberi pengalaman kecakapan hidup melalui kegiatan ekstarkurikuler public relations berbasis produksi, kewirausahaan dan budaya kerja profesional bidang keahlian spesifik terstandar kompetensi keterampilan jabatan kerja 4. Membentuk sikap dan prilaku berbudi luhur berbasis iman dan taqwa berakar nilai-nilai luhur budaya bangsa. 5. Mengkondisikan lingkungan dan fisik sekolah yang menunjang kualitas pendidikan dan pelatihan serta memenuhi Gerakan 7 K. 4. Profil SMK Namira Tech Nusantara Medan Nama Sekolah: Smk Namira Tech Nusantara Medan, Program Studi : Teknologi Informasi bidang keahlian : (1). Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), (2) Rekayasa Perangkat Lunak. Program studi : Otomotif, bidang keahlian : (1) Sepeda Motor Alamat: Jl. Setia Budi Pasar I No. 76, Kelurahan: Tanjung Sari, Kecamatan: Medan Selayang, Kota: Medan, Provinsi: Sumatera Utara, Kode Pos: 20132, No. Telp: (061) 8217871, Hp. 0811605179, Fax : (061) 8217859, Website: www.namiraschool.com, Email:
[email protected] ,
[email protected], Tahun Berdiri : 2009, NPSN: 10261025, NSS: 324076007098, No SK Pendirian 420/12662/PPMP/09 Tgl SK : 26/8/2009,
Lembaga Pengelola: Yayasan Fajar Islam Akte No : 01.- , Tanggal 1 September 2006. 5. Penyajian Data SMK Namira Technologi Nusantara Medan Berdasarkan data dari bagian administrasi/ kepala tata usaha sekolah SMK Namira bulan Agustus 2014 dan buku informasi penerimaan siswa baru (PSB) TP. 2012/2013 hingga TP 2014/2015 jumlah keseluruhan siswa terdiri dari 222 orang, dapat dilihat seperti pada tabel berikut: Tabel : 4.1 Jumlah Total Siswa SMK Namira TP 2012/2013 s/d 2014/2015 Jumlah No Tahun Pelajaran Siswa 1 2012/2013 95 2. 2013/2014 39 3. 2014/2015 88 Jumlah Total Siswa 222 Berdasarkan data yang diperoleh dari kepala bagian tata usaha pada bulan Agustus 2014 jumlah total siswa SMK Namira 222 orang. Kelas X (sepuluh) terdiri dari 4 kelas yaitu: kelas X TKJ a berjumlah 22 orang siswa, kelas X TKJ b berjumlah 23 orang siswa, kelas X RPL berjumlah 24 orang siswa dan kelas X TSM 19 orang siswa. Kelas XI (sebelas) terdiri dari 2 kelas yaitu: XI TKJ berjumlah 18 orang siswa, kelas XI RPL dan TSM berjumlah 21 orang siswa. Kelas XII terdiri dari 4 kelas yaitu: kelas XII TKJ a berjumlah 24 orang siswa, kelas XII TKJ b berjumlah 28 orang siswa, kelas XII RPL berjumlah 24 orang siswa, kelas XII TSM berjumlah 19 orang siswa. Akan dijelaskan sesuai dengan jumlah rombongan kelas X (sepuluh), kelas XI (sebelas), kelas XII (duabelas) dengan masing-masing rincian kelas sebagai berikut: Tabel 4.2 Rombongan Belajar Siswa SMK Namira TP 2012 s/d 2014
28
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
Jumlah pegawai dan guru di lingkungan SMK Namira yang di peroleh data dari kepala tata usaha SMK Namira pada bulan Agustus 2014, tenaga pendidik (guru) yang mengajar di SMK Namira berjumlah 16 orang guru dengan rincian sebagai berikut: jumlah guru tetap yayasan (GTY) berjumlah 16 orang, staf adminstrasi sebanyak 2 orang, tenaga kebersihan 1 orang, dan satpam 2 orang, jumlah keseluruhan tenaga pendidik, staf, tenaga kebersihan dan satpam akan dirincikan sebagai berikut: Tabel : 4.3 Jumlah pegawai di SMK Namira tahun 2014
Dari berbagai informasi yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumen yang diperoleh selama penelitian di sekolah Namira menunjukkan bahwa jabatan dan struktur organisasi yang diterapkan di sekolah Namira secara umum selama ini dapat di lihat dalam bagan berikut: Gambar: 4.1 Bagan struktur organisasi SMK Namira Yayasan Fajar Dinul Islam
Tenaga pendidik/guru yang berjumlah 16 orang guru diperoleh informasi data dari kabag tata usaha sekolah pada bulan Agustus 20014 memiliki kualifikasi sarjana pendidikan dan sarjana komputer, akademik komputer dan teknik mesin. Saat ini juga guru Namira juga sedang mengikuti pendidikan program pascasajana sebagai upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia di lingkungan sekoah dan khasanah keilmuan. Guru tetap yayasan telah memenuhi syarat sebagai guru dalam bidang ilmu dan mata pelajaran yang diasuh. Guru yang memiliki kualifikasi dan keahlian dibidangnya telah memiliki Nomor Unit Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK) yang terdaftar pada situs Padamu Negeri Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, maka akan mengajar pada mata pelajaran yang menjadi asuhannya, sedangkan guru yang masih belum memiliki kualifikasi sarjana maka akan dalam binaan sekolah bidang kurikulum. Berdasarkan kualifikasi guru yang ada saat ini dapat dilihat daftar nama guru seperti dalam tabel berikut ini: Tabel: 4.4 Daftar nama guru SMK Namira Tech. Nusantara TP. 2014
Sumber : data bagan organisasi sekolah namira 2013 Selama dalam penelitian di SMK Namira Tech. Nusantara di Jl. Setia Budi Pasar I No. 76 Medan dalam pengamatan peneliti sekolah namira tidak jauh berbeda dengan sekolahsekolah swasta yang ada di medan yang berbasis islam. Sekolah Namira memiliki bangunan dengan fungsinya masing-masing tertata lebih rapi dan didukung dengan sarana prasarana yang lengkap, yaitu: gedung berlantai 4 dan berlantai 5 untuk, kantor, ruang belajar, laboratorium komputer, bengkel sepeda motor, kantor kepala program studi dan ruang peralatan laboratotium komputer, kantin sehat, 29
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
sarana olah raga, lapangan parkir, lapangan upacara. Hampir semua ruang belajar memiliki sarana pendukung yang baik dan perkantoran didukung dengan fasilitas kantor yang baik, dan tersedianya fasilitas internet hot spot (WiFi) yang dapat di akses oleh seluruh warga sekolah selama ada di lingkungan sekolah SMK Namira. 1. Kantor Kepala Sekolah dan Guru 2. Ruang Belajar 3. Laboratorium Komputer 4. Bengkel Sepeda Motor 5. Kantor Ka. Prodi dan Peralatan Laboratorium 6. Kantin Sehat Sekolah 7. Sarana Olahraga 8. Lapangan Upacara 9. Lapangan Parkir Dari hasil wawancara dengan bidang kurikulum, untuk setiap penggunaan perubahan kurikulum menejemen sekolah selalu memberikan pelatihan kepada guru-guru sebelum kurikulum baru diterapkan untuk capaian kompetensi lulusan. Pembekalan kepada guru-guru merupakan upaya memberikan pemahaman dan kesepakatan dalam menjalankan program kurikulum yang berkembang. Untuk data lebih rinci maka dapat dilihat tabel sebagai berikut ini: Tabel: 4.5 Informasi Umum Informan Guru Guru Mata Lama No Informan Pelajaran Mengajar Pelajaran 1. MZ 4 tahun Agama Pelajaran 2. SA 3 tahun PKn Pelajaran B. 3. FV 2 tahun Indonesia
kesempatan berkomunikasi, DP adalah siswa kelas sepuluh tiga yang memiliki karakter komunikasi yang kurang baik (kata-katanya yang asal becanda yang berlebihan) dengan siapapun tanpa melihat lawan bicaranya. ER adalah siswa kelas sepuluh empat yang memiliki karakter komunikasi terlalu santai (tidak ada etika) dan tidak santun yang menunjukkan ketidakhormatan kepada guru di sekolah. Untuk data lebih rinci maka dapat dilihat tabel sebagai berikut ini: Tabel: 4.6 Informasi umum Informan Siswa
6. Penyajian Data Penelitian ini dilakukan selama dua bulan mulai dari observasi, wawancara dan studi dokumentasi pada bulan April dan Mei 2014 di SMK Namira Technologi Nusantara Medan. Sebagaimana yang ditetapkan sebelumnya, subjek penelitian yang dijadikan informan tidak semua guru dan tidak semua siswa SMK Namira hanya saja untuk memenuhi kebutuhan penelitian maka peneliti memilih 3 (tiga) orang guru SMK Namira dengan masing-masing membawakan mata pelajaran berbeda yaitu: MZ sebagai guru agama Islam, SA sebagai guru Pendidikan dan Kewarganegaran, dan VF sebagai guru bahasa Indonesia. Dan memilih 4 (empat) orang siswa kelas sepuluh masing-masing mewakili dari seluruh kelas sepuluh yang terdiri dari empat kelas. HG umur 15 tahun mewakili dari kelas X 1 (sepuluh satu), DF umur 15 tahun mewakili dari kelas X 2 (sepuluh dua), DP umur 15 tahun mewakili dari kelas X 3 (sepuluh tiga) dan ER umur 15 tahun mewakili dari kelas X 4 (sepuluh empat). Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan efektifitas penggunaan prinsip komunikasi Islam yang dilakukan guru dan karakter komunikasi yang dilakukan oleh siswa. Penerapan prinsip komunikasi islam guru yang diterapkan di lingkungan sekolah
Informan selanjutnya adalah siswa sebagai informan dalam pembinaan karakter komunikasi disekolah SMK Namira. Adapun HG adalah siswa kelas sepuluh satu yang suka ketus (tidak memilih kata-kata yang tepat) dalam berkomunikasi, DF adalah siswa kelas sepuluh dua yang memiliki karakter komunikasi tidak santun (intonasi tinggi dan kata-katanya yang kasar) dalam setiap 30
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
Namira yaitu menerapkan nilai-nilai keagamaan (mengajak siswa berdoa bersama sebelum masuk kedalam kelas), menghormati guru (mengucapkan salam sambil bersalaman dengan guru setiap bertemu) memberikan nasehat sebelum siswa memasuki kelas (ceramah nasehat kebaikan kepada siswa baik motivasi belajar, mematuhi orang tua, mematuhi guru dan sebagainya), berbahasa santun baik dengan guru, siswa, unsur pimpinan, unsur yayasan, cleaning service, scruity, pihak kantin dan seluruh warga sekolah. Data diperoleh dengan melakukan wawancara semiterstruktur (semiterstructure interview) wawancara dalam katagori in-depth interview,yang dilakukan terhadap tiga orang guru dan empat orang siswa SMK Namira dengan harapan dapat menggali informasi yang peneliti perlukan dalam penelitian ini. Wawancara dilakukan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya dari informan. B. Efektifitas penerapan prinsip komunikasi islam guru dalam pembinaan karakter komunikasi siswa kelas sepuluh SMK Namira Medan Seperti telah dijelaskan pada bab I tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui efektiftas penerapan prinsip komunikasi islam guru dalam pembinaan karakter komunikasi siswa kelas sepuluh sekolah menengah kejuruan Namira Technologi Nusantara Medan. Temuan dan data penelitian dipaparkan sebagai berikut: Sikap yang paling sering muncul yang melekat padanya antara lain sikap tidak tenang dan tidak menentu. Kemudian timbul adanya sikap negatif yaitu kurang berhati-hati, gemar membicarakan orang lain, cepat tersinggung, mudah curiga dan sebagainya. Hal ini seperti yang diungkapkan informan HG siswa kelas XII-1 saat dijam istrahat peneliti lakukan wawancara; “suka bilang matamu, kemana matamu itu. Kalau gak didengarkannya juga kepalamu lah gak ada memang kepala otakmu, gitulah jadinya yang saya bilang”.
Keadaan jiwa pada masa puberitas berada dalam masa transisi dari masa remaja menuju kedewasaan, maka kesadaran beragama pada masa puberitas juga berada pada masa peralihan. Untuk penanaman nilai-nilai agama harus lebih ditekankan kepada penanaman bahasa santun yag harus dimiliki oleh siswa dilingkungan sekolah. Penanaman bahasa santun harus menjadi perhatian dengan keadaan usia remaja yang pada saat ini dalam kondisi labil. Keadaan ini juga tidak jauh berbeda dengan keaadaan remaja lainnya, kondisi labil dan dan tatanan bahasa yang tidak beraturan. Hal ini juga melanda remaja siswa SMK Namira seperti yang di ungkapkan oleh informan DF siswa kelas XII-2 sebagai berikut ini: “eh ku bilang lah dia paok, eh paok kali kau kemana kepala otakmu. Kalau gk mau diam juga ya kubilang lah diam mulutmu itu palak kali aku, pulaknya ngotot aja dia dibilangi”. Dari timbulnya perkembangan jiwa yang dialami masa puberitas tersebut mengakibatkan keadaan kehidupan beragama pada masa puberitas mudah goyah dan mulai timbulnnya keraguan dalam keimanan, kebimbangan dan konflik batin. Dari penemuan diri pribadinya tersebut, masa puberitas mengalami masa kesendirian dan terpisah dari pribadi yang lain. Inilah yang mengakibatkan masa puberitas memerlukan bimbingan, perlindungan, dorongan dan petujuk yang membangkitkan kepribadiannya untuk bisa berkembang. Dalam keadaan labil, tentunya masa puberitas mencari ketentraman jiwa dan pegangan hidup yang abadi guna menepis segala kebimbangan, kegelisahan dan konflik batin yang mereka alami. Masa puberitas juga mengalami kebimbangan dalam memilih katakata yang tepat dalam berkomunikasi dengan lawan komunikasinya dan orang-orang disekelilingnya. Seperti halnya yang dialami oleh informan DP siswa kelas XII-3 saat peneliti melakukan wawancara di jam istrahat dikantin sekolah; “wuiii, kalo palak kali ku bilang lah kepala mu, matamu soor main kita, kadang kadang kalo di kelas ada yang gk
31
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
bisa dibilang i ku bilang lah dia paok, memang lah kau paok”. Masa puberitas sering kali mengalami kegoncangan jiwa dalam kehidupan beragama. Ini lebih disebabkan karena sikap keritis yang mereka miliki. Namun kegoncangan jiwa tersebut justru akan membawanya untuk menemukan jati diri sebenarnya dan pegangan hidup. Penanaman moral dan agama menjadi perhatian khusus untuk remaja, melalu penerapan prinsip komunikasi islam yang dikemas melalui bahasa santun akan membantu siswa maupun remaja dalam menyiapkan dirinya dalam berkomunikasi. Dalam membina karakter dan menanamkan moral kepada siswa tidak terlepas dari pengawasan guru namun diluar pengawasan guru di lingkungan sekolah siswa cendrung mengekspresikan apa yang menjadi keinginannya. Seperti halnya yang dialami informan ER kelas XII-4 mengeskpresikan bahasanya saat wawancara dengan peneliti; “kalo aku palak kali kubilang matamu lah slwoo kau situ, kalo gak bisa kau dibilang paok lah kau jadi orang”. Gejala-gejala tersebut merupakan indikasi realistis yang harus dijadikan sinyal bagi pendidik dan pembimbing para siswa untuk fokus perhatian utama dalam usaha membina mental dan karakter siswa. Setiap anak berkepribadian khusus, keadaan kusus anak bisa menjadi sumber munculnnya berbagai perilaku menyimpang, untuk itu pendidik memiliki peran penting didalam membina karakter dan menanamkan moral kepada peserta didiknya. Membina karakter dan menanamkan moral menjadi peranan pentig bagi orang tua, guru dan lingkunganmsyarakat. Membina karakter melalui bahasa dan menasehati dalam kebaikan ajaran agama akan membantu memberikan pemahaman kepada siswa mengenai arah hidup yang nantinya akan dia jalani. Kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum muslim dalam melakukan komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal, interpersonal dalam pergaulan sehari hari, berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain.
Dalam berbagai literatur tentang komunikasi Islam kita dapat menemukan setidaknya enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam, yakni (1) Qaulan Sadida, (2) Qaulan Baligha, (3) Qulan Ma’rufa, (4) Qaulan Karima, (5) Qaulan Layinan, dan (6) Qaulan Maysura. Sebagai sekolah islam dibawah naung Yayasan Fazar Dinul Islam SMK Namira sudah seharusnya menerapkan kepada guru kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam karena guru sebagai sumber belajar bagi siswa. Penerpan prinsip komunikasi islam guru di sekolah Namira berkaitan dengan penyampaian materi pelajaran yang menggunakan komunikasi yang jelas dan mudah dimengerti oleh siswa dalam memahami materi. Selain dari itu dalam berkomunikasi disekolah guru sudah menerapakan salah satu prinsip komunikasi islam yang dikemas dalam bahasa santun. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan obyek penelitian yaitu guru SMK Namira pada mata pelajaran agama: “bahasa santun disini, guru harus berkata lemah lembut, jelas dan mudah dimengerti siswa, dalam proses pembelajaran guru harus bisa menyampaikan materi dengan komunikasi yang jelas dan mudah dimengerti oleh siswa. Saat berkomounikasi dengan siswa diluar jam pelajaran juga dengan bahasa yang lemah lembut sehingga tidak memberikan rasa takut atau jera saat bertemu dengan gurunya.” Berkata lemah lembut terdapat dalam Alquran yaitu kata qaulan layyinan tardapat dalam surah Thaha ayat 43-44 secara harfiah berarti komunikasi yang lemah lembut (layyin) “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan Qulan Layina-kata-kata yang lemahlembut…” (QS. Thaha: 44). Dari ayat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Qaulan Layyina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati maksudnya tidak mengeraskan suara, seperti membentak, 32
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
meninggikan suara. Siapapun tidak suka bila berbicara dengan orang-orang yang kasar. Rasullulah selalu bertutur kata dengan lemah lembut, hingga setiap kata yang beliau ucapkan sangat menyentuh hati siapapun yang mendengarnya. Dapat juga dilihat proses pembelajaran di kelas merupakan suatu interaksi antara guru dengan siswa dan suatu komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam suasana edukatif untuk pencapaian tujuan belajar. Dalam proses pembelajaran ini, kedua komponen tersebut yaitu interaksi dan komunikasi harus saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal. Kebiasaan yang dilakukan secara berulang–ulang yang didahului oleh kesadaran dan pemahaman akan menjadi karakter seseorang. Begitu juga dengan kebiasaan berulang penerapa perbuatan santun yang dicontohkan guru-guru disekolah Namira akan memberikan pemahaman kepada siswa dalam membentuk karaker siswa. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh obyek penelitian yaitu guru SMK Namira pada mata pelajaran agama; “perbuatan santun yang diterapkan disekolah ini kepada siswa, saat bertemu dengan guru wajib mengucapkan salam, sambil salam cium tangan guru, berdoa saat sebelum memulai pelajaran ataupun sesudah berakhir pelajaran”. Dalam menyampaikan materi pelajaran guru harus menyampaikannya dengan jelas dan mudah dimengerti oleh siswa, ilmu pengetahuan apapun yang disampaikan oleh guru maka akan menjadi pengetahuan baru bagi siswa. Begitu juga dengan gaya bicara atau pembicaraan guru akan menjadi perhatian siswa untuk mereka adopsi sebagai pengetahuan baru dalam berkomunikasi. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara peneliti dengan informan guru mata pelajaran PKn SMK Namira. “bahasa santun, kalau guru- guru di sekolah namira sudah menerapkan etika komunikasinya dengan berbahasa santun disini cirikhasnya begitu. Menyampaikan materi pelajaran dengan jelas dan mudah difahami siswa, gak bertele tele. Karena
disinikan sekolah berbasis islam guruguru sudah menyadari perannya sebagai pendidik, berkomunikasi dengan lemah lembut, saat menyapa siswa dan sesama guru dan orang-orang di sekitar sekolah ini”. Menyampaikan informasi dengan jelas dan mudah difaham siswa gak bertele tele juga diterangkan terdapat pada surah an-Nisa ayat 63“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha-perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.“ (QS AnNissa :63). Komunikasi yang baik dapat terjadi bila antara penutur dan mitra tutur menggunakan bahasa yang baik atau dengan kata lain menggunkan bahasa yang santun. Sekolah merupakan lembaga formal yang harus mendidik siswanya untuk berbicara santun. Bahasa yang digunakan di sekolah tentunnya bahasa resmi yaitu bahasa Indonesia. Selain menerapkan bahasa santun disekolah namira juga menerapakan perbuatan santun yang menjadi kebiasaan yang dijalani oleh siswa disekolah ini. Seperti yang diungkapkan oleh guru mata pelajaran PKn di Sekolah Namira; “bagi siswa yang bersekolah di Namira setiap bertemu dengan guru harus bersalaman dan cium tangan guru sambil mengucapkan salam, sebelum pelajaran dimulai siswa dibimbing dengan membaca doa bersama, setelah itu membaca Al-quran bergiliran satu orang setiap pagi. Dan Allhamdulillah sudah berjalan dan sebagian anak anak sudah terbiasa dengan peraturan itu”. Belajar-mengajar sebagai suatu proses komunikasi yang menekankan aspek kognitif mengandung makna bahwa guru sebagai pemberi informasi akan menyampaikan gagasan atau konsep kepada siswanya. Proses komunikasi edukatif selain untuk transfer pengetahuan (kognitif) juga merupakan suatu proses yang mentransfer sejumlah norma (afektif). Norma-norma ini harus ditransfer oleh guru kepada peserta didiknya.
33
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
Oleh karena itu, wajar jika komunikasi ini tidak hanya berproses pada tingkat pemahaman siswa pada materi saja tetapi juga mengandung muatan norma-norma yang patut dan tidak patut dilakukan oleh siswa. Adanya komunikasi edukatif ini dapat dijadikan sebagai jembatan yang mendukung pengetahuan yang diterima siswa dan perbuatan yang dilakukannya sehingga tingkah laku siswa sesuai dengan pengetahuan yang diterimanya. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia SMK Namira; “bahasa santun yang menjadi ciri khasnya disekolah ini saat berkomunikasi dan saat menyampaikan pesan pembelajaran kepada siswa dengan berintonasi rendah, juga harus memilih kata-kata yang mudah dipahami siswa. Gak semua kata-kata dalam kalimat pembelajaran yang kita sampaikan secara cepat dapat dipahami oleh siswa. Kalau saya sendiri harus memilih kata-kata sederhana dalam materi pelajaran saya, dan setiap tingakatan kelas juga berbeda-beda cara memahaminya, sehingga harus memilih kata-kata yang sederhana dalam berkomunikas dan saat menyampaikan materi pembelajaran”. Memilih kata-kata yang mudah dipahami siswa saat menyampaikan pesan pembelajaran, sesuai dalam Al-quran yaitu; ”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura –ucapan yang mudah” (QS. Al-Isra: 28). Istilah Qaulan Maisura tersebut dalam AlIsra. Kalimat maisura berasal dari kata yasr, yang artinya mudah. Sebagai bahasa Komunikasi, qaulan maisura artinya perkataan yang mudah diterima, dan ringan, yang pantas, yang tidak berliku-liku. Proses pembelajaran di kelas merupakan suatu interaksi antara guru dengan siswa dan suatu komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam suasana edukatif untuk pencapaian tujuan belajar. Dalam proses pembelajaran ini, kedua komponen tersebut yaitu interaksi dan komunikasi harus saling
menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal. Persepsi guru terhadap siswanya akan mempengaruhi komunikasi yang mereka lakukan. Sebisa mungkin guru tetap menjaga komunikasi yang positif dikelas. guru harus memandang semua siswa dengan pandangan yang positif agar dari komunikasi yang dibina ini dapat membantu dan memberikan dukungan untuk mengembangkan potensi siswa. Berlaku hormat dapat dilihat dari bahasa tubuh saat bersalaman dengan guru meletakan tangan guru di keningnya, ini merupakan penanaman nilai karakter yang selama ini menjadi binaan guru disekolah namira. Seperti yang diungkapkan oleh informan guru mata pelajaran agama; “Perbuatan santun yang diterapkan disekolah ini kepada siswa, saat bertemu dengan guru wajib mengucapkan salam, sambil salam cium tangan guru, berdoa saat sebelum memulai pelajaran ataupun sesudah berakhir pelajaran”. Bertanggung jawab pada dirinya sendiri, menunjukkan perilaku yang benar, melakukan yang terbaik, disiplin, dan menghadapi resiko dari perbuatan yang dilakukannya. Inilah bentuk tanggung jawab bagi siswa sekolah namira kesemua bentuk tanggung jaawab tersebut dalam binaan dan pengawasan guru sekolah namira. Tidak hanya membina karaker komunikasi siswa dalam berbahasa santun, guru sekolah namira juga membina perbuatan santun. Seperti halnya yang diungkapkan oleh informan guru mata pelajaran PKn dalam wawancara yang peneliti lakukan; “Bagi siswa yang bersekolah di Namira setiap bertemu dengan guru harus bersalaman dan cium tangan guru sambil mengucapkan salam, sebelum pelajaran dimulai siswa dibimbing dengan membaca doa bersama, setelah itu membaca Al-quran bergiliran satu orang setiap pagi. Dan Allhamdulillah sudah berjalan dan sebagian anak anak sudah terbiasa dengan peraturan itu”. Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan guru mata pelajaran bahasa Indonesia mengenai membina perbuatan santun yang dilakukan disekolah Namira. Saat wawancara 34
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
dengan informan mengungkapkan hal seperti berikut ini; “ada, di sekolah ini siswa wajib mengucapkan salam sambil mencium tangan guru saat berpapasan, seperti sudah menajdi tanggung jawab melakukan salam kepada guru, membaca doa sebelum memulai pelajaran, membaca doa sesudah saat jam pelajaran berakhir, mendengarkan ceramah nasehat guru saat sebelum masuk ke kelas dan itu setiap pagi rutin dilakukan disekolah ini”. Menerapkan prinsip komunikasi Islam, semaksimal mungkin dihindari kata-kata kasar dan suara (intonasi) yang bernada keras dan tinggi. Dalam berdoa pun Allah memerintahkan agar kita memohon dengan lemah lembut, “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lemah lembut, sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas,” (Al A’raaf ayat 55). Penerapan prinsip komunikasi islam dalam membina karaker komunikasi islam siswa sekolah namira dinyatakan efektif seperti yang diungkapkan oleh informan guru mata pelajaran agama berikut ini;
peneliti wawancarai mengenai kefektifan prinsip komunikasi islam guru disekolah namira; “kalau dilihat dari kesehariannya sudah lebih baik, karena begitu guru berbahasa santun dengan lemah lembut, bahasa yang mudah dimengerti siswa, sepertinya sudah lebih efektif dan dipahami oleh siswa, sehingga kedengaran suasana komunikasinya yang saling memahami”. Komunikasi Islam adalah proses penyampaian pesan-pesan keislaman dengan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam. Dengan pengertian demikian, maka komunikasi Islam menekankan pada unsur pesan (message), yakni risalah atau nilainilai Islam, dan cara (how) dalam hal ini tentang gaya bicara dan penggunaan bahasa (retorika). Efektifnya prinsip komunikasi islam guru sekolah namira seperti diungkapkan oleh informan guru bahasa indonesia saat peneliti lakukan wawancara denganya seperti berikut ini; “sepertinya sudah, karena dengan penerapan bahasa santun yang sudah dimulai dari guru ternyata membekas bagi siswa. Begitu berbahasa santun diterapkan siswa dapat meniru pada sebagian besar walaupun ada sebagian kecil lagi siswa kami masi membawa bahasa rumahannya. Dan ini tetap menjadi upaya kami untuk membina karakter komunikasinnya. Sebagi bentuk tanggunjawab membina karakter komunikasinya kami selalu mengingatkannya dengan bahasanya yang kurang tepat dalam berkomunikasi”. Komunikasi yang dilakukan guru di kelas dapat menumbuh kembangkan siswa jika komunikasi tersebut dilakukan secara efektif dan menyenangkan. Norma-norma yang ditanamkan pada siswa akan diaktualisasikan siswa secara nyata jika dikomunikasikan guru dengan baik. Misalnya : mengajak untuk rajin belajar, lebih rajin membaca, dan bersikap aktif saat pembelajaran.
”kalau dilihat dari keseharian komunikasi guru dan siswa sepertinya sudah lebih baik dan tepat karena banyak sekali manfaatnya dalam proses pembelajaran dan siswa dapat mengikuti komunikasi gurunya”. Al-qur’an sebagai pedoman hidup manusia telah mengatur prinsip-prinsip berkomunikasi yang baik dengan cara melakukan komunikasi yang baik, jujur, benar, penuh lemah lembut dan membekas dalam jiwa agar ajaran-ajaran Islam dapat dipahami dengan baik oleh umat. Perintah komunikasi melibatkan unsur komunikator, pesan, media, komunikasi, efek agar komunikasi dapat berjalan efektif. Efektif maksudnya bahwa pesan yang disampaikan oleh komunikator (guru sebagai komunikator dalam kegiatan belajara mengajar) dapat dipahami oleh komunikan (siswa) sehingga menimbulkan efek yang signifkan terhadap komunikan (siswa). Hal ini juga diungkapkan oleh informan guru mata pelajaran PKn saat
C. Pembahasan Hasil Penelitian
35
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
Dalam pembahasan temuan penelitian ini yang disusun berdasarkan pada rumusan masalah yang diajukan berkaitan dengan efektiftas penerapan prinsip komunikasi islam guru dalam membina karakter komunikasi siswa kelas sepuluh sekolah menengah kejuruan Namira Tecnologi Nusantara Medan. Seperti telah dituliskan sebelumnya dalam latar belakang masalah bahwa karakter komunikasi siswa menjadi pekerjaan rumah bagi guru disekolah untuk dapat memberikan penyelesaiannya. Dalam BAB II; penerapan prinsip komunikasi islam dalam berbagai literatur tentang komunikasi Islam kita dapat menemukan setidaknya enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam, yakni (1) Qaulan Sadida, (2) Qaulan Baligha, (3) Qulan Ma’rufa, (4) Qaulan Karima, (5) Qaulan Layinan, dan (6) Qaulan Maysura. Kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum muslim dalam melakukan komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal, interpersonal dalam pergaulan sehari hari, berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain. Komunikasi efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Setiap kali guru melakukan komunikasi, sebenarnya bukan hanya sekedar menyampaikan isi pesan tetapi juga membangun sebuah hubungan interpersonal. Komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu tindakan. Pola komunikasi guru yang efektif dalam pembelajaran adalah pola pembelajaran yang didalamnya terjadi interaksi dua arah antara guru dan siswa. Artinya, guru tidak harus selalu menjadi pihak yang dominan yang berperan sebagai pemberi informasi saja tetapi guru juga harus memberikan stimulus bagi siswa agar bergerak lebih aktif. Komunikasi yang dilakukan guru harus mampu menggugah motivasi siswa untuk terlibat mengisi dan menemukan makna pembelajaran. Prinsip-prinsip komunikasi Islam dalam pemahaman lain yang juga berhubungan
dengan etika. Diantara prinsip dalam etika komunikasi Islam juga sudah dilukiskan dalam Al-Qur’an dan hadis. disinggung oleh Syukur Kholil dalam buku antologi kajian Islam. Jadi, komunikasi yang dilakukan guru di kelas dapat menumbuh kembangkan siswa jika komunikasi tersebut dilakukan secara efektif dan menyenangkan, dengan memperhatikan unsur kata-kata yang digunakan dalam menyampikan pesan pembelajaran menyampaikan pesan dengan tepat maka akan terbentuk pengertian yang cermat, terciptanya kesenangan, mempengaruhi sikap, tercipta hubungan interpersoanal yang makin baik, dan terbentuknya tindakan positif pada siswa. Hingga akirnya terjalin komunikasi efektif yang diciptakan oleh guru dan siswa. V. PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi terhadap efektifitas penerapan prinsip komunikasi islam guru dalam pembinaan karakter komunikasi siswa kelas duabelas sekolah menengah kejuruan Namira Medan diperoleh beberapa simpulan berikut: 1. Penanaman moral dan agama menjadi perhatian khusus untuk remaja, melalu penerapan prinsip komunikasi islam yang dikemas melalui bahasa santun akan membantu siswa maupun remaja dalam menyiapkan dirinya dalam berkomunikasi. Membina karakter dan menanamkan moral kepada siswa tidak terlepas dari pengawasan guru namun diluar pengawasan guru di lingkungan sekolah siswa cendrung mengekspresikan apa yang menjadi keinginannya untuk diungkapkan. 2. Dalam menyampaikan materi pelajaran guru harus menyampaikannya dengan jelas dan mudah dimengerti oleh siswa, ilmu pengetahuan apapun yang disampaikan oleh guru maka akan menjadi pengetahuan baru bagi siswa. Begitu juga dengan gaya bicara atau pembicaraan guru akan menjadi perhatian siswa untuk mereka adopsi sebagai pengetahuan baru dalam berkomunikasi. Komunikasi yang baik dapat terjadi bila antara penutur dan mitra tutur menggunakan 36
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
bahasa yang baik atau dengan kata lain menggunkan bahasa yang santun. Belajarmengajar sebagai suatu proses komunikasi yang menekankan aspek kognitif mengandung makna bahwa guru sebagai pemberi informasi akan menyampaikan gagasan atau konsep kepada siswanya. Proses komunikasi edukatif selain untuk transfer pengetahuan (kognitif) juga merupakan suatu proses yang mentransfer sejumlah norma (afektif). Norma-norma ini harus ditransfer oleh guru kepada peserta didiknya. Oleh karena itu, wajar jika komunikasi ini tidak hanya berproses pada tingkat pemahaman siswa pada materi saja tetapi juga mengandung muatan normanorma yang patut dan tidak patut dilakukan oleh siswa. Adanya komunikasi edukatif ini dapat dijadikan sebagai jembatan yang mendukung pengetahuan yang diterima siswa dan perbuatan yang dilakukannya sehingga tingkah laku siswa sesuai dengan pengetahuan yang diterimanya. 3. Kesantunan berbahasa menjadi dasar bagi penutur untuk mencapai komunikasi yang baik dengan mitra tutur sehingga apa yang ingin disampaikan dapat tersampaikan dengan baik. Tidak hanya dapat dilihat dari bahasa santun yang digunakan perbuatan santun juga menjadi keharusan yang sudah dijalani oleh siswa di lingkungan sekolah. Menerapkan prinsip komunikasi Islam, semaksimal mungkin dihindari kata-kata kasar dan suara (intonasi) yang bernada keras dan tinggi. Komunikasi yang dilakukan guru di kelas dapat menumbuh kembangkan siswa jika komunikasi tersebut dilakukan secara efektif dan menyenangkan. Norma-norma yang ditanamkan pada siswa akan diaktualisasikan siswa secara nyata jika dikomunikasikan guru dengan baik. Misalnya : mengajak untuk rajin belajar, lebih rajin membaca, dan bersikap aktif saat pembelajaran. Berdasarkan temuan-temuan penelitian, ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan tentang efektifias penerapan prinsip komunikasi islam guru dalam pembinaan karakter siswa kelas duabelas sekolah
menengah kejuran Namira Medan sebagai berikut: 1. Penerapan prinsip komunikasi islam yang dilakukan oleh guru dipahami sebagai bahasa santun. Banyak guru yang memahami komunikasi dalam pembelajaran dengan menggunakan penerapan bahasa santun mudah dimengerti siswa dan menyampaikan dengan lemah lembut. Penerapan prinsip komunikasi Islam dalam pembelajaran sudah diterapkan disekolah SMK Namira dengan mengkemasnya dalam bentuk bahasa santun, sekolah namira juga menerpakan perbuatan santun yang menjadi bagian dari kegiatan siswa disekolah. 2. Karakter komunikasi siswa kelas duabelas yang digolongkan sebagai remaja yang masih terbawa oleh komunikasi rumahan dan lingkungannya. Guru dan sekolah merasa memiliki tanggungjawab jika komunikasi siswa sudah tidak terarah lagi, maka sekolah melakukan pembinaan karakter komunikasi siswa melalui menerapkan prinsip komunikasi islam dengan mengkemasnya dalam bahasa santun dan perbuatan santun di sekolah SMK Namira. Penerapan prinsip komunikasi islam guru dalam pembinaan karakter komunikasi siswa kelas duabelas, penerapan di lingkungan sekolah memiliki hasil yang signifikan disaat penerapan itu sudah mulai sejak siswa masuk sebagai siswa baru, maka secara perlahan karakter komunikasi siswa terbentuk mengarah ke komunikasi islam yaitu berbahasa santun, dengan lemah lembut, jelas dan mudah dipahami baik dengan guru, teman sebaya di lingkungan sekolah. B. Saran Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dan dari pernyataan-pernyataan yang diperoleh saat wawancara yang peneliti lakukan maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Kepada bapak/ibu guru SMK Namira agar terus menambah pemahaman tentang prinsip komunikasi Islam, sehingga penerapan prinsip komunikasi dan budaya ke Islaman yang ada di sekolah Namira akan semakin baik.
37
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
2. Kepada siswa agar lebih memilih kata-kata yang santun, tepat dan baik dalam berkomunikasi di lingkungan sekolah dan tidak hanya di lingkungan sekolah namun juga membawanya ke lingkungan keluarga dan masyarakat. 3. Kepada bapak/ibu guru SMK Namira penerapan komunikasi secara Islami yang dikemas dalam bahasa santun yang ada di sekolah SMK Namira sudah baik dan terus akan jauh lebih baik jika bapak/ibu lebih memperhatikan siswa/i untuk terus berbahasa santun dan memperhatikan penerapan nilai-nilai ke islaman yang sudah diterapkan di sekolah sehingga harapan terbentuknnya karakter komunikasi siswa semakin baik. Jika karakter komunikasi sudah baik maka anak akan siap terjun dimasyarakat dengan bekal komunikasi yang baik dimiliki.
Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Bandung : Pustaka Seti, 2003). H, 177. Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama (Kepribadian Muslim Pancasila), Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995. Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : PT. Rajagrafindo, 1998) Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1976) Djamaluddin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami (Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi),Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994. Efendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1997) Hussain, et.al, Dua Puluh Lima, h. 19-21. Lihat dalam buku Hasan As’ari &1 R.K. Johannensen, Ethics In Communication, Edisi Ke Empat (Prospect Heights, IL, Waveland Press, 1996) Husain Muhammad Yusuf, Etika Hubungan dengan Masyarakat Dalam Perspektif Islam, Terj. Haris Sumadiria, Audienta 1.1 (Januari-Maret, 1993). Hasan Asari & Amroeni Drajat (ed), Antologi Kajian Islam (Bandung: Citapustaka, 2004). Izutsu, Tushihiko, Ethico Religius Concep In The Qur’an. Terj, Fahri Husein dkk, (Yogyakarta : Tiara Wicana,1993). Joseph Prokopenko. Productivity Management : A Practical Handbook (geneva : ILO. 1987). Jalaluddin Rahmat, Etika Komunikasi Perspektif Religi, makalah seminar, Jakarta, perpustakaan Nasional,18 Mei 1996. Jalaluddin Rahmat, Islam Aktual.(Mizan,1996). Kholis, S. Komunikasi Islami. Bandung: Citapustaka Media. Muis. A Komunikasi Islam (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001)
DAFTAR PUSTAKA Ali anwar Yusuf, Studi Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2003). Ahmad Ghulusy, ad-Da’watul Islamiyah, Kairo : (Darul Kijab,1987) A. Husnul Hakim, IMZI , Prinsip-prinsip Komunikasi dalam Al-quran. Suatu KajianTafsirTematik.http://ww.ptiq.ac.id /index.x.php?option=com_content&task =view&id=37&itemid=34 Anonim. 2008. Hubungan Guru dan Murid. Diambil dari : http://www.uns.ac.id/data/sp5.pdf. Diakses tanggal 17 mei 2013. Amroeni Dradjat (ed), Antologi Kajian Islam (Bandung : Cita Pustaka, 2004) Al-Qur’anul-Karim Depertemen Agama, Penerbit Toha Putra A.Rahman Zainuddin, “Komunikasi Politik Indonesia : Barat, Islam dan Pancasila, Sebuah Pendekatan Teoritis” dalam Mawardi Rauf & Mappa Nasrun (ed), Indonesia dan Komunikasi Politik (Jakarta : AIPI & Gramedia Pustaka Utama, 1993).
38
Junita
J. Informatika AMIK-LB Vol.2 No.3/September/2014
Mowlana Hamid, Komunikasi Etika dan Tradisi Islam, Ter, Tatang Subarna, Audienta 1.1, (Januari-Maret 1993). Muhammad Yusuf Hussain, et al. Dua Puluh Lima soal Jawab Mengenai Komunikasi Islam (Serdang Selangor : University Pertanian Malaysia, 1990). Pujiastuti Shintya. Pentingnya Pertanyaan dalam Proses Pembelajaran. Diambil dari : http://www.sdbinatalenta.com/arsipartikel/artikel_tya.p df. 2009. Diakses tanggal : 18 Mei 2013. Rakhmat Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2008. Richard M. Steers. Gerald R. Ungson and Richard T. Mowday, Managing Effective Organizations: An Introduction (Boston. Massachusetts: Kent Publishing Company, 1993). Rahardi, Kunjana, Sosiopragatik , Yogyakarta: Erlangga, 2009. Sondang P Siagian. Filsafat Adminstrasi . Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Saodah Wok, dkk., Teori-teori Komunikasi(Kuala Lumpur: PTS Publications & Distributors SDN BHD, 2004), 214. Bandingkan dengan Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003). Stephen Robbins. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Prenhallindo, 200. Tabroni, Pendidikan Islam, Paradigma Teologis, Filosofis dan Spiritualitas, Malang: UMM Press, 2008. Tarigan, Hendry Guntur, Pengajaran Pragmatik.Angkasa Bandung, 2009. Wahyu Ilaihi, M.A., Komunikasi Dakwah, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2010, Cet. 1, Yustiana Yusi Riksa, Proses Interaksi Guru dan Siswa Dalam Proses Pembelajaran (TinjauanPsikologiPendidikan).Diambil dari:http://www.rezaevan.com/arsip/mat eri_forum_ilmu_3/forumilmu3yusiriksa. pdf . Diakses tanggal : 18 Mei 2013 Yahya Khan. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. (Semarang, Pelangi Publishing.2010) 39