EFEKTIVITAS PENAMBAHAN SIMPLISIA DAUN SIRIH Piper betle PADA PAKAN IKAN PATIN Pangasianodon hypophthalmus TERHADAP INFEKSI Aeromonas hydrophila
INDRIYANI ANGGI PRAMESTI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Penambahan Simplisia Daun Sirih Piper betle pada Pakan Ikan Patin Pangasianodon hypophthalmus Terhadap Infeksi Aeromonas hydrophila adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014 Indriyani Anggi Pramesti NIM C14100066
ABSTRAK INDRIYANI ANGGI PRAMESTI. Efektivitas Penambahan Simplisia Daun Sirih Piper betle pada Pakan Ikan Patin Pangasianodon hypophthalmus Terhadap Infeksi Aeromonas hydrophila. Dibimbing oleh MUNTI YUHANA dan ANGELA MARIANA LUSIASTUTI. Ikan patin Pangasianodon hypophthalmus adalah salah satu jenis ikan komoditas air tawar yang sering terserang penyakit Motile Aeromonads Septicaemia (MAS). Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi penambahan simplisia sirih terhadap pertumbuhan dan aktivitas respons imun non spesifik ikan patin yang diinfeksi Aeromonas hydrophila. Perlakuan pra dan pascauji tantang terdiri dari perlakuan pemberian simplisia sirih 1,23; 2,44; 4,76; 9,09 dan 16,67% (w/w) serta perlakuan satu kontrol untuk prauji tantang dan dua kontrol untuk pascauji tantang (positif dan negatif). Hasil menunjukkan pemberian pakan seluruh dosis pada perlakuan prauji tantang tidak mempengaruhi nilai sintasan, laju pertumbuhan spesifik, dan rasio konversi pakan ikan patin. Seluruh dosis pemberian pakan sirih baik pra maupun pascauji tantang tidak mempengaruhi respons imun pada ikan patin namun diduga memiliki aktivitas bakterisidal karena sintasan perlakuan pemberian sirih 16,67% setelah dilakukan uji tantang (89,58%) tidak berbeda nyata dengan kontrol negatif (100%). Berdasarkan hasil histopatologi perlakuan pemberian pakan sirih 16,67% efektif untuk pengobatan penyakit MAS. Kata kunci: Aeromonas hydrophila, ikan patin, pakan, sirih.
ABSTRACT INDRIYANI ANGGI PRAMESTI. Efficacy of Piper betle Simplicia as Feed Supplementation in Pangasianodon hypophthalmus against Aeromonas hydrophila Infection. Supervised by MUNTI YUHANA and ANGELA MARIANA LUSIASTUTI. Pangasiidae is a popular freshwater commodity that commonly infected by Motile Aeromonads Septicaemia (MAS). The purpose of this research was to evaluate of betel simplicia supplementation in Pangasius hypophthalmus in growth performance and non specific immune respons against Aeromonas hydrophila infection. The pre and postbacterial infection treatments containing different doses of betel 1.23, 2.44, 4.76, 9.09 and 16.67% (w/w) with one control for preinfection and two controls (positive and negative). The results showed that all the pre bacterial infection treatments did not affect the SR (Survival Rate), SGR (Specific Growth Rate), and FCR (Feed Convertion Rate) in fish. All of the treatments also did not affect the non specific immune whether in pre or postbacterial infection treatments but expected has a bactericidal activity because the survival rate of 16.67% betel feed treatment was not different compared to negative control. Based on histopathological, the Piper betle 16.67% resulted good effect in medication. Keywords: Aeromonas hydrophila, feed, pangasiidae, Piper betle.
EFEKTIVITAS PENAMBAHAN SIMPLISIA DAUN SIRIH Piper betle PADA PAKAN IKAN PATIN Pangasianodon hypophthalmus TERHADAP INFEKSI Aeromonas hydrophila
INDRIYANI ANGGI PRAMESTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Budidaya Perairan
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Efektivitas Penambahan Simplisia Daun Sirih Piper betle pada Pakan Ikan Patin Pangasianodon hypophthalmus Terhadap Infeksi Aeromonas hydrophila Nama : Indriyani Anggi Pramesti NIM : C14100066
Disetujui oleh
Dr Munti Yuhana, SPi, MSi Pembimbing I
Dr drh Angela Mariana Lusiastuti, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Sukenda, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2013 ini ialah fitofarmaka, dengan judul Efektivitas Penambahan Simplisia Daun Sirih Piper betle pada Pakan Ikan Patin Pangasianodon hypophthalmus Terhadap Infeksi Aeromonas hydrophila. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr Munti Yuhana, SPi, MSi dan Dr drh Angela Mariana Lusiastuti, MSi selaku dosen pembimbing yang telah membimbing selama proses pengerjaan penelitian sampai penulisan skripsi ini. 2. Dr Ir Odang Carman, MSc selaku dosen penguji tamu dan Dr Ir Mia Setiawati, MSi selaku dosen komisi pendidikan. 3. Dr Domenico Caruso selaku pemilik proyek yang didanai oleh Institut de Recherce Pour le Developpement (IRD) Perancis dan Ethnobotany for Sustainable Therapy in Aquaaculture in Food Safety (ESTAFS) yang telah mengikutsertakan penulis dan mendanai seluruh kegiatan penelitian ini. 4. Ir Irzal Effendi, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan banyak masukan dan motivasi. 5. Bapak Ranta, bapak Marjanta, Mba Yuli, dan semua staf Departemen Budidaya Perairan. 6. Mas Wahyu, bapak Edi, bapak Bambang, bapak Mikdar, bapak Sumanta, mas Dea, serta para staf di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT) Sempur yang telah membantu selama proses penelitian berlangsung. 7. Keluarga tercinta terutama ayah Wahyudi, ibu Eka Sri Suryanti, kakak Erry, Dima Abdillah, dan adik Rifi yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis. 8. Sita Panca Rini dan Edwina Dhyani P selaku partner penelitian yang telah banyak memberikan motivasi dan kerja sama selama melakukan penelitian. 9. Dwi Cahyani sebagai sahabat terdekat penulis selama menjalani kuliah. 10. Kakak-kakak senior di LKI-BDP dan teman-teman BDP47 yang telah memberikan motivasi dan pengalaman-pengalaman yang berharga selama menempuh pendidikan sarjana di Institut Pertanian Bogor. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat sesuai dengan yang diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014 Indriyani Anggi Pramesti
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL .................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR ............................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ viii PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 Tujuan Penelitian .................................................................................. 2 METODE .................................................................................................... 2 Waktu dan Tempat ................................................................................ 2 Prosedur Penelitian................................................................................ 2 Rancangan Percobaan ........................................................................... 4 Prosedur Analisis Data .......................................................................... 5 Skema Penelitian ................................................................................... 7 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 9 Hasil ...................................................................................................... 9 Pembahasan ......................................................................................... 14 SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 17 Simpulan ............................................................................................. 17 Saran .................................................................................................... 17 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 18 LAMPIRAN .............................................................................................. 21 RIWAYAT HIDUP ................................................................................... 37
DAFTAR TABEL 1 Rancangan percobaan prauji tantang penyakit MAS .............................. 5 2 Rancangan percobaan uji tantang penyakit MAS ................................... 5 3 Hasil pengamatan kualitas air prauji tantang ........................................ 14
DAFTAR GAMBAR 1 Skema penelitian efektivitas penambahan simplisia daun sirih Piper betle pada pakan ikan patin Pangasianodon hypophthalmus terhadap infeksi Aeromonas hydrophila ................................................. 8 2 Grafik sintasan ikan patin (a) prauji tantang dan (b) pascauji tantang ..................................................................................................... 9 3 Grafik rasio konversi pakan ikan patin ................................................. 10 4 Grafik laju pertumbuhan spesifik ikan patin ......................................... 10 5 Grafik respiratory burst activity ikan patin (a) prauji tantang dan (b) pascauji tantang ............................................................................... 11 6 Grafik uji lisozim ikan patin (a) prauji tantang dan (b) pascauji tantang ................................................................................................... 11 7 Histopatologi ginjal hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-40 ..................... 12 8 Histopatologi hati hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-40 ........................ 13
DAFTAR LAMPIRAN 1 Penelitian mengenai aplikasi fitofarmaka dalam penanggulangan infeksi bakteri Aeromonas.hydrophila .................................................. 21 2 Prosedur pengamatan respiratory burst activity. .................................. 30 3 Prosedur pengamatan aktivitas lisozim. ................................................ 30 4 Prosedur pembuatan preparat histopatologi. ......................................... 30 5 Analisis lanjut statistik sintasan prauji tantang ..................................... 32 6 Analisis lanjut statistik sintasan pascauji tantang. ................................ 32 7 Analisis lanjut statistik rasio konversi pakan. ....................................... 33 8 Analisis lanjut statistik laju pertumbuhan spesifik. .............................. 33 9 Analisis lanjut statistik respiratory burst activity prauji tantang. ......... 34 10 Analisis lanjut statistik respiratory burst activity pascauji tantang. ..... 34 11 Analisis lanjut statistik uji lisozim prauji tantang ................................. 35 12 Analisis lanjut statistik uji lisozim pascauji tantang ............................. 35 13 Komposisi daun sirih ............................................................................ 36
PENDAHULUAN Serangan penyakit pada ikan budi daya merupakan salah satu kendala yang dapat mengakibatkan gagalnya suatu produksi budidaya. Salah satu jenis penyakit yang sering muncul dalam usaha budi daya ikan air tawar adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila. Menurut Roberts (2012), A. hydrophila merupakan salah satu patogen yang sering menyerang ikan air tawar. Penyakit akibat bakteri ini berkaitan dengan perkembangan penyakit bacterial hemorrhagic septicaemia atau yang dikenal dengan aeromonads septicaemia yang dapat timbul akibat kondisi ikan stress. Ikan yang terserang bakteri A. hydrophila akan mengalami perubahan warna tubuh menjadi gelap, haemoragi yang terdapat pada permukaan tubuh ikan dan sirip ventral serta ascites. Wabah bakteri A. hydrophila bersifat akut dan dapat mengakibatkan tingkat kematian yang tinggi pada ikan air tawar. Penanggulangan penyakit A. hydrophila pada umumnya mengandalkan antibiotik. Antibiotik mengandung bahan anti mikroba yang dapat menghambat atau membunuh suatu mikroorganisme yang tidak diinginkan. Menurut Serrano (2005), peningkatan aplikasi bahan anti mikroba pada manusia maupun hewan dapat mengakibatkan peningkatan resistensi terhadap bahan anti mikroba tersebut. Sehingga, penggunaan antibiotik dalam penanggulangan penyakit ikan mulai tidak diperbolehkan karena dapat menimbulkan kekhawatiran konsumen terhadap keamanan pangan yang dikonsumsi. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah penyakit akibat infeksi bakteri A. hydrophila adalah melalui aplikasi fitofarmaka. Fitofarmaka merupakan obat dari bahan alam yang khasiatnya jelas dan terbuat dari bahan baku, baik berupa simplisia maupun telah diambil zat aktifnya (Dewoto 2007). Berbagai penelitian yang telah dilakukan mengenai aplikasi fitofarmaka dalam pencegahan infeksi bakteri A. hydrophila yang disajikan pada Lampiran 1. Beberapa metode pemberian fitofarmaka yang telah digunakan dalam proses pencegahan maupun pengobatan infeksi bakteri A. hydrophila antara lain melalui perendaman (Rahman 2008), injeksi (Abdullah 2008), dan pemberian pakan yang telah dicampur dengan fitofarmaka (Angka 2005). Salah satu fitofarmaka yang potensial untuk mencegah dan menanggulangi penyakit Motile Aeromonads Septicaemia (MAS) adalah daun sirih. Beberapa penelitian yang telah dilakukan dan memberikan hasil yang positif melalui penggunaan daun sirih yang dicampur dengan pakan komersial dalam menangani penyakit MAS antara lain pengobatan penyakit MAS dengan pemberian simplisia ektsrak sirih hasil maserasi etanol yang dicampur sebanyak 0,12,44% komersial pada ikan lele patin (Giyarti 2000) dan pencegahan infeksi bakteri A. hydrophila dengan pemberian simplisia ekstrak sirih hasil maserasi akuades yang dicampur 2g/kg pakan komersial pada ikan lele dumbo (Sutama 2002). Penggunaan ekstrak daun sirih cukup efektif dalam mengatasi penyakit MAS namun kurang aplikatif apabila pembuatan ekstrak harus dilakukan oleh petani budi daya. Penelitian ini menggunakan metode pencampuran simplisia daun sirih dalam pakan tanpa melalui proses ekstraksi bahan aktif. Tujuannya adalah agar mudah diaplikasikan oleh petani dan menyederhanakan teknik pengendalian dalam penanggulangan penyakit MAS.
2
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penambahan simplisia daun sirih terhadap pertumbuhan dan aktivitas respons imun non spesifik pada pakan ikan patin yang diinfeksi Aeromonas hydrophila M26.
METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2013 di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT) Sempur, Bogor, Jawa Barat dan Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Prosedur Penelitian Persiapan Wadah Wadah pemeliharaan ikan uji untuk aklimatisasi adalah akuarium kaca yang berdimensi 99 x 50 x 60,5 cm3 sebanyak 3 buah dan wadah untuk perlakuan adalah boks plastik yang berdimensi 45 x 35 x 30 cm3 sebanyak 18 buah. Sebelum digunakan, akuarium kaca dan boks plastik dibersihkan menggunakan sabun dan didesinfeksi dengan NaHClO3 sebanyak 3,3 ml/10 liter air, lalu dibilas hingga bersih. Wadah pemeliharaan yang telah bersih diisi dengan air tandon hingga ketinggian 50 cm untuk akuarium kaca dan 25 cm untuk boks plastik, lalu diaerasi kencang selama 48 jam. Wadah yang digunakan pada perlakuan prauji tantang adalah boks plastik dengan sistem resirkulasi (debit air 1,07 L/menit) sedangkan pada perlakuan uji tantang menggunakan akuarium kaca tanpa sistem resirkulasi. Persiapan Ikan Uji Ikan uji yang digunakan untuk penelitian adalah ikan patin (Pangasianodon hypophthalmus) dengan bobot rata-rata 7,8±0,92 gram dan panjang rata-rata 10,3±0,61 cm/ekor sebanyak 396 ekor. Ikan tersebut berasal dari petani ikan patin yang berada di daerah Kemang, Bogor, Jawa Barat. Ikan dipelihara pada boks plastik yang berdimensi 45 x 35 x 30 cm3 sebanyak 22 ekor per boks plastik. Persiapan Pakan Fitofarmaka Pakan yang diberikan berupa pakan komersial dengan bobot 1 kg yang telah dicampur dengan simplisia daun sirih (Piper betle) dengan dosis simplisia sirih 1,23% (1,23%); 2,44% (2,44%); 4,76% (4,76%); 9,09% (9,09%); dan 200 gram/kg pakan (16,67%) komersial. Binder yang digunakan dalam pembuatan pelet adalah tepung tapioka sebanyak 10 g/kg pakan untuk pembuatan pakan setiap dosisnya. Pakan komersial yang digunakan mengandung protein minimal 40% dan tanaman sirih didatangkan dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITRO), Bogor.
3
Pembuatan Pakan Fitofarmaka Daun sirih hijau yang baru didatangkan di seleksi berdasarkan kondisi, bentuk, dan warna tanaman tersebut dalam kondisi normal. Setelah diseleksi, tanaman dicuci hingga bersih lalu ditiriskan hingga kering. Daun sirih dikeringkan di dalam oven dengan suhu 50 ºC selama 48 jam. Setelah 2 hari berada di dalam oven daun di giling menggunakan blender lalu diayak hingga mendapatkan ukuran bubuk 425 µm. Tahapan selanjutnya adalah repelleting pakan dengan cara mencampurkan seluruh bahan yang meliputi bubuk daun sirih, pakan komersial, dan tepung tapioka dan diaduk menggunakan air panas 400 ml secara perlahan hingga dapat dipadatkan. Kemudian bahan pakan dicetak menggunakan mesin pencetak pakan dengan diameter 0,2 cm. Pakan yang telah dicetak dimasukkan ke dalam oven suhu 50 ºC selama 24 jam dengan kondisi ventilasi oven terbuka. Pakan yang telah kering dimasukkan ke dalam wadah plastik, ditimbang bobotnya, lalu disimpan di dalam kulkas hingga siap digunakan. Pemberian Pakan Fitofarmaka Pemberian pakan herbal diberikan selama 30 hari pemeliharaan. Feeding rate yang semakin meningkat seiring peningkatan dosis simplisia daun sirih yaitu antara 3-3,5%. Pemberian pakan diberikan sebanyak 3 kali sehari pada pagi, siang, dan sore hari. Persiapan Isolat Bakteri Patogen Isolat murni Aeromonas hydrophila M26 dikultur dalam media TSA (Tryptic Soy Agar) pada cawan petri, diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 28ºC. Apabila kultur sel telah tumbuh, ditanam kembali ke dalam media TSB (Tryptic Soy Broth) pada tabung sebanyak 10 ml kemudian diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 28ºC. Setelah 24 jam, kultur sel tersebut dipanen dan digunakan sebagai isolat untuk dilakukan Postulat Koch dengan kepadatan 108 cfu/ml. Postulat Koch Postulat Koch dilakukan untuk mengaktifkan kembali patogenitas dari suatu bakteri patogen yang telah lama disimpan. Ikan digunakan untuk Postulat Koch adalah ikan patin dengan kisaran bobot 10 gram/ekor. Ikan disuntikkan dengan sel kultur Aeromonas hydrophila dengan kepadatan 108 cfu/ml dengan dosis 0,1 ml/ekor ikan dan diamati gejala klinis yang muncul selama 96 jam. Setelah terdapat ikan yang mengalami gejala klinis maka ikan tersebut diisolasi pada bagian ginjal, hati, dan luka untuk mendapatkan bakteri patogen Aeromonas hydrophila. Sel diambil dengan jarum ose yang disebar pada media agar TSA pada cawan petri dan diinkubasi selama 24 jam. Setelah 24 jam, bakteri Aeromonas hydrophila akan tumbuh koloni di media agar TSA dengan ciri-ciri berwarna kekuningan dan mengkilat lalu dipindahkan untuk ditanam kembali ke media TSB tabung sebanyak 10 ml selanjutnya diinkubasi selama 24 jam. Setelah masa inkubasi 24 jam dalam TSB, bakteri Aeromonas hydrophila yang telah tumbuh disuntikkan kembali pada ikan baru yang sehat dan diamati kembali selama 96 jam. Jika telah timbul gejala klinis pada ikan yang diinfeksi Aeromonas hydrophila maka ikan yang telah terinfeksi diisolasi pada bagian ginjal, hati, dan luka. Tahapan selanjutnya yang meliputi penanaman bakteri, penyuntikan bakteri, dan pengisolasian sama seperti sebelumnya dan diulang sebanyak 3 kali. Hasil
4 Postulat Koch bakteri Aeromonas hydrophila yang telah diulang sebanyak 3 kali akan digunakan sebagai bakteri uji tantang dalam penelitian ini. Pengambilan Darah Ikan dibius terlebih dahulu sebelum dilakukan pengambilan darah. Ikan dari akuarium diambil dan diletakkan pada air yang telah diberi minyak cengkeh dengan dosis 0,6 ml minyak cengkeh dalam 10 L air. Setelah ikan pingsan, ikan diambil dan diletakkan pada kain yang lembab. Darah ikan diambil sebanyak 1 ml menggunakan syringe ukuran 1 ml. Lalu, darah sebanyak 0,1-0,2 ml diletakkan pada eppendorf yang berisi heparin (antikoagulan) untuk uji NBT dan sisanya diletakkan pada eppendorf lain yang tidak berisi heparin untuk diambil bagian serumnya dengan cara dilakukan sentrifugasi yang akan digunakan untuk uji lisozim. Jumlah sampel darah ikan yang diambil adalah 3 ekor per akuarium. Perlakuan Uji Tantang Ikan diuji tantang dengan menyuntikan ikan hasil perlakuan pemeliharaan yang telah diberi pakan simplisia daun sirih selama 30 hari dengan dosis simplisia 1,23%; 2,44%; 4,76%; 9,09%; dan 16,67% sebanyak 17 ekor per akuarium dengan ulangan masing-masing dosis sebanyak 3 kali. Ikan dari setiap ulangan perlakuan diambil sebanyak 3 ekor untuk kontrol negatif yang akan disuntik menggunakan PBS. Ikan yang di uji tantang disuntik dengan biakan Aeromonas hydrophila M26 dengan kepadatan 3,9x108 cfu/ml dengan dosis injeksi 0,1 ml/ekor. Ikan dimasukkan ke dalam akuarium kaca tiga sekat yang berukuran total 99 x 49,5 x 60 cm3 dengan tinggi air 45cm. Pengamatan ikan uji tantang dilakukan selama 10 hari.
Rancangan Percobaan Penelitian ini terdiri dari dua tahap percobaan yaitu perlakuan pemberian pakan yang mengandung simplisisa daun sirih dengan dosis berbeda untuk prauji tantang maupun untuk uji tantang. Penelitian perlakuan prauji tantang dengan pemberian pakan mengandung simplisia daun sirih terdiri dari 6 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Rancangan perlakuan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
5 Tabel 1 Rancangan percobaan prauji tantang penyakit MAS Perlakuan Keterangan K Pemberian pakan komersial tanpa penambahan simplisia daun sirih (kontrol) (22 ekor) A Pemberian pakan komersial dengan penambahan simplisia daun sirih 1,23% (22 ekor) B Pemberian pakan komersial dengan penambahan simplisia daun sirih 2,44% (22 ekor) C Pemberian pakan komersial dengan penambahan simplisia daun sirih 4,76% (22 ekor) D Pemberian pakan komersial dengan penambahan simplisia daun sirih 9,09% (22 ekor) E Pemberian pakan komersial dengan penambahan simplisia daun sirih 16,67% (22 ekor)
Penelitian uji tantang dengan pemberian pakan mengandung simplisia daun sirih terdiri dari 7 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan penelitian uji tantang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Rancangan percobaan uji tantang penyakit MAS Perlakuan Keterangan KPemberian pakan komersial tanpa diuji tantang (10 ekor) K+ Pemberian pakan komersial dan diuji tantang (17 ekor)* A Pemberian pakan komersial dengan penambahan simplisia daun sirih 1,23% (17 ekor)* B Pemberian pakan komersial dengan penambahan simplisia daun sirih 2,44% (17 ekor)* C Pemberian pakan komersial dengan penambahan simplisia daun sirih 4,76% (17 ekor)* D Pemberian pakan komersial dengan penambahan simplisia daun sirih 9,09% (17 ekor)* E Pemberian pakan komersial dengan penambahan simplisia daun sirih 16,67% (17 ekor)* Keterangan * Ikan diinfeksi dengan kepadatan bakteri 108 cfu/ml dengan dosis 0,1 ml/ekor
Pemberian pakan dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari yaitu pada pukul 09.00, 12.00, dan 16.00 WIB. Jumlah pakan yang diberikan sesuai dengan Feeding Rate (FR) yang diterapkan yaitu sebesar 3 – 3,5%. Pemberian pakan dilakukan secara restricted feeding. Sampling bobot dilakukan setiap 7 hari sekali. Penelitian perlakuan pencegahan penyakit ikan dengan pemberian pakan herbal dilakukan selama 30 hari dan penelitian perlakuan pengobatan penyakit ikan yang dilakukan uji tantang dengan pemberian pakan herbal dilakukan selama 10 hari.
Prosedur Analisis Data Sintasan Sintasan ikan atau Survival Rate (SR) adalah persentase jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan (Effendi 2004), dirumuskan sebagai berikut:
6 Sintasan (%) = (Nt/No) x 100% Keterangan: Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor) No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor) Rasio Konversi Pakan Rasio konversi pakan atau Feed Conversion Ratio (FCR) adalah perhitungan untuk menentukan efisiensi pemberian pakan terhadap ikan (Parker 2012), dirumuskan sebagai berikut: Rasio Konversi Pakan = F/(Bt –Bo) Keterangan: F = Jumlah pakan yang diberikan (gram) Bt = Biomassa akhir (gram) Bo = Biomassa awal (gram) Laju Pertumbuhan Spesifik Laju pertumbuhan spesifik merupakan pertumbuhan spesifik ikan pada waktu tertentu, dirumuskan sebagai berikut (De Silva dan Anderson 1995): Laju Pertumbuhan Spesifik % = ((lnW1-lnW0)/(t1-t0)) 𝑥 100 Keterangan: Wo = Bobot rata-rata waktu t0 (gram) W1 = Bobot rata-rata waktu t1 (gram) t1 = Waktu akhir pemeliharaan (hari) t0 = Waktu awal pemeliharaan (hari) Respiratory Burst Activity Uji respiratory burst activity menggunakan reagen Nitro Blue Tetrazolium (NBT) berdasarkan metode Secombes (1990) yang dimodifikasi dengan metode menurut Stasiack dan Baumann (1996) dalam Singh (2013). Prosedur pengamatan respiratory burst activity tertera pada Lampiran 2. Uji Aktivitas Lisozim Aktivitas lisozim diuji menggunakan serum ikan patin menggunakan metode Ellis (1990) dalam Kafilzadeh et al. (2013) dengan sedikit modifikasi. Prosedur pengamatan aktivitas lisozim tertera pada Lampiran 3. Secara matematis aktivititas lisozim dapat dirumuskan sebagai berikut: Aktivitas lisozim (UI/ml/menit) = [(OD30s – OD4,5m) x 1000] x (1/(t x s)) Keterangan: 1000 = Konversi hasil absorbansi (OD) menjadi unit internasional (UI) t = waktu (menit) s = jumlah serum (ml) OD30s = Pembacaan densitas optikal detik ke - 30
7 OD4,5m = Pembacaan densitas optikal menit ke – 4,5 Histopatologi Sampel hati dan ginjal diambil dari ikan perlakuan pemberian simplisia 0% (K) dan 16,67% (E) masing – masing satu dari setiap ulangan. Preparat histopatologi dibuat melalui beberapa tahapan utama yaitu fiksasi dan parafinisasi, pemotongan, pewarnaan dan pengamatan jaringan sesuai dengan metode Humason (1967). Prosedur pembuatan preparat tertera pada Lampiran 4. Kualitas Air Kualitas air yang diamati adalah suhu, pH, DO, dan saturasi yang dilakukan setiap hari pada pukul 09.00 di Laboratorium Basah Patologi, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT), Sempur, Bogor.Pengukuran kualitas air total amonia nitrogen (TAN) dilakukan pada awal dan akhir perlakuan pencegahan penyakit ikan. Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan pada tahap I dan tujuh ulangan pada tahap II dengan setiap perlakuan dibagi menjadi tiga ulangan. Data yang diperoleh diolah menggunakan Microsoft Office Excel 2007 lalu diuji statistik ANOVA satu arah dan apabila berbeda nyata diuji Duncan menggunakan program PASW Statistics 18 untuk melihat adanya perbedaan antar perlakuan. Pengamatan kerusakan organ hati dan ginjal dianalisa secara deskriptif. Analisa deskriptif dilakukan dengan mengategorikan tingkat kerusakan pada sel. Kategori tingkat kerusakan pada sel yang digunakan adalah fokal, multifokal, dan difusa (Adinata 2012). Tingkat kerusakan sel fokal adalah kerusakan sel yang terdapat pada satu bagian tertentu. Kategori kerusakan sel multifokal adalah kerusakan sel yang terdapat pada beberapa bagian tertentu. Tingkat kerusakan difus adalah kerusakan sel yang terdapat menyebar hampir seluruh maupun seluruh bagian bidang pengamatan. Skema Penelitian Skema penelitian efektivitas penambahan simplisia daun sirih Piper betle pada pakan ikan patin Pangasianodon hypophthalmus yang terhadap infeksi Aeromonas hydrophila tersaji pada Gambar 1.
8 (A)
-14
(C)
-7 (B)
Keterangan: -14, -7 0, 7, 14, 21, 30 dan 40 A B C D E F G H I
(D), (G)
0 (H)
7 (B)
14 (B)
21 (B), (E)
(F)
30 (B), (E) (H), (I)
40 (E)
= Sebelum penelitian = Waktu pengamatan = Aklimatisasi ikan = Sampling pertumbuhan (bobot dan panjang total) = Adaptasi ikan dalam wadah percobaan = Perlakuan pencegahan penyakit ikan = Pengambilan darah = Perlakuan pengobatan penyakit ikan = Pengukuran kualitas air (pH, suhu, DO, dan saturasi) = Pengukuran kualitas air (TAN) = Perlakuan uji tantang
Gambar 1 Skema penelitian efektivitas penambahan simplisia daun sirih Piper betle pada pakan ikan patin Pangasianodon hypophthalmus yang terhadap infeksi Aeromonas hydrophila
9
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sintasan Data sintasan ikan patin prauji tantang diuji statistik pada Lampiran 5 dan pascauji tantang diuji statistik pada Lampiran 6. Grafik sintasan prauji tantang dan pascauji tantang disajikan pada Gambar 2.
(a)
(b)
Keterangan * Huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) ** K (kontrol), K- (kontrol negatif), K+ (kontrol positif), A (sirih 1,23%), B (sirih 2,44%), C (sirih 4,76%), D (sirih 9,09%), E (sirih 16,67%)
Gambar 2 Grafik sintasan ikan patin (a) prauji tantang dan (b) pascauji tantang Gambar 2a menunjukkan bahwa sintasan ikan prauji tantang dengan simplisia sirih B, C, D, dan E menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan kontrol setelah diuji ANOVA. Pemberian dosis simplisia sirih tidak berpengaruh terhadap sintasan prauji tantang. Gambar 2b menunjukan sintasan ikan pascauji tantang perlakuan dosis (A, B, C, dan D) dan kontrol positif menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) dengan kontrol negatif namun pemberian dosis E tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan kontrol negatif. Pemberian dosis A, B, C, dan D berpengaruh terhadap sintasan pascauji tantang. Rasio Konversi Pakan Pengaruh pemberian simplisia sirih dengan dosis yang berbeda selama perlakuan prauji tantang terhadap rasio konversi pakan diuji statistik pada Lampiran 7 dan disajikan pada Gambar 3.
10
Keterangan * Huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) ** K (kontrol), A (sirih 1,23%), B (sirih 2,44%), C (sirih 4,76%), D (sirih 9,09%), E (sirih 16,67%)
Gambar 3 Grafik rasio konversi pakan ikan patin Gambar 3 menunjukkan bahwa rasio konversi pakan ikan uji antar perlakuan dosis dengan kontrol menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Pemberian perlakuan tidak berpengaruh terhadap rasio konversi pakan ikan patin selama prauji tantang. Laju Pertumbuhan Spesifik Pengaruh pemberian perlakuan dengan dosis yang berbeda selama perlakuan prauji tantang terhadap laju pertumbuhan spesifik diuji statistik pada Lampiran 8 dan disajikan pada Gambar 4.
Keterangan * Huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) ** K (kontrol), A (sirih 1,23%), B (sirih 2,44%), C (sirih 4,76%), D (sirih 9,09%), E (sirih 16,67%)
Gambar 4 Grafik laju pertumbuhan spesifik ikan patin Gambar 4 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan spesifik antar perlakuan dosis dengan kontrol menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Pemberian perlakuan tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan spesifik ikan selama prauji tantang. Respiratory Burst Activity Data pengujian imunologi respiratory burst activity ikan prauji tantang diuji statistik pada Lampiran 9 dan pascauji tantang diuji statistik pada Lampiran 10. Grafik pengujian respiratory burst activity disajikan pada Gambar 5.
11
(a)
(b)
Keterangan * Huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) ** K (kontrol), K- (kontrol negatif), K+ (kontrol positif), A (sirih 1,23%), B (sirih 2,44%), C (sirih 4,76%), D (sirih 9,09%), E (sirih 16,67%)
Gambar 5 Grafik respiratory burst activity ikan patin (a) prauji tantang dan (b) pascauji tantang Gambar 5 menunjukkan bahwa respiratory burst activity prauji tantang perlakuan dosis A, B, C, D, dan E menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) dengan kontrol. Pemberian simplisia sirih prauji tantang berpengaruh terhadap respiratory burst activity. Respiratory burst activity pascauji tantang antar perlakuan dosis dengan kontrol negatif tidak berbeda nyata (P>0,05). Perlakuan dosis A, B, C, D dan E pascauji tantang tidak berpengaruh terhadap respiratory burst activity ikan patin. Uji Lisozim Data pengujian imunologi aktivitas lisozim pada serum ikan patin prauji tantang (tahap I) diuji statistik pada Lampiran 11 dan pascauji tantang (tahap II) diuji statistik pada Lampiran 12. Grafik pengujian uji aktivitas lisozim tahap I dan II disajikan pada Gambar 6.
(a)
(b)
Keterangan * Huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) ** K (kontrol), K- (kontrol negatif), K+ (kontrol positif), A (sirih 1,23%), B (sirih 2,44%), C (sirih 4,76%), D (sirih 9,09%), E (sirih 16,67%)
Gambar 6 Grafik uji lisozim ikan patin (a) prauji tantang dan (b) pascauji tantang
12 Gambar 6 menunjukkan bahwa aktivitas lisozim prauji tantang antar perlakuan dosis (C dan E) dengan kontrol menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Pemberian dosis C dan E prauji tantang berpengaruh terhadap aktivitas lisozim. Aktivitas lisozim uji tantang antar perlakuan dosis (A, B, dan C) dengan kontrol negatif dan kontrol positif menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Pemberian dosis A, B, dan C pascauji tantang berpengaruh terhadap aktivitas lisozim. Histopatologi Analisis histopatologi organ ginjal prauji tantang (hari ke-0 dan hari ke-15) dan pasca uji tantang (hari ke-40) disajikan pada Gambar 7. Diagnosis Ginjal Sampel Dosis E (sirih 16,67%)
Analisis
Dosis K (sirih 0%)
Analisis
Prauji tantang (Hari ke - 0)
D(++), N(+)
Prauji tantang (Hari ke - 15)
D(+++), H(++), K(+), KG(+)
D(++)
Kontrol negatif pascauji tantang (Hari ke - 40)
H(++), D(++), Hi (++)
D(++), N(+)
Kontrol positif pascauji tantang (Hari ke - 40)
IT (+), D(+++)
IT(+++), ET(+++), N(+++), He(++)
Keterangan * +: kerusakan sel fokal, ++: kerusakan sel multifokal, +++: kerusakan sel difusa ** N: nekrosis, D: degenerasi, H: hemoragi, K: kongesti, KG: kongesti pada glomerulus, IT: inti tubular menghilang, ET: kerusakan epitel tubular, Hi: hiperplasia
Gambar 7 Histopatologi ginjal hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-40
13 Berdasarkan Gambar 7, jaringan organ ginjal mengalami kerusakan paling parah yaitu pada perlakuan pemberian pakan E setelah perlakuan prauji tantang selama 15 hari. Kondisi jaringan ginjal ikan perlakuan prauji tantang yang diberi perlakuan dosis E mengalami kerusakan yang lebih besar dibandingkan yang diberi perlakuan K. Jaringan organ ginjal pascauji tantang mengalami kerusakan paling parah yaitu pada perlakuan dosis K. Analisis histopatologi organ hati prauji tantang (hari ke-0 dan hari ke-15) dan pascauji tantang (hari ke-40) disajikan pada Gambar 8. Diagnosis Hati Sampel Dosis E (16,67%)
Analisis
Dosis K (0 g/kg pakan)
Prauji tantang (Hari ke - 0)
D(+)
Prauji tantang (Hari ke - 15)
K(+), N(+)
D(++), G(++) K
G
Kontrol negatif pascauji tantang (Hari ke - 40)
Kontrol positif pascauji tantang (Hari ke - 40)
Analisis
D(++), N(+), ET(++)
ET
D(++), Hi(+)
ET ET
ET(++)
ET(+++), D(++)
Keterangan * +: kerusakan sel fokal, ++: kerusakan sel multifokal, +++: kerusakan sel difusa ** N: nekrosis, D: degenerasi, H: hemoragi, K: kongesti, G: peningkatan ukuran granular, ET: kerusakan epitel tubular, Hi: hiperplasia
Gambar 8 Histopatologi hati hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-40 Gambar 8 menunjukan kondisi jaringan hati perlakuan prauji tantang dosis E mengalami peningkatan ukuran granuloma dan degenerasi yang tersebar cukup banyak pada bagian ginjal. Jaringan organ hati pascauji tantang mengalami kerusakan paling parah yaitu pada perlakuan dosis K.
14 Kualitas Air Data pengamatan kualitas air perlakuan prauji tantang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil pengamatan kualitas air prauji tantang Parameter Perlakuan
Suhu(ºC)
DO(ppm)
pH
K
28,90-29,70
6,27-6,95
5,73-6,83
A
28,90-29,60
6,29-6,89
5,73-6,87
B
28,83-29,67
6,37-6,92
5,67-6,73
C
28,88-29,69
6,77-6,19
5,70-6,77
D
28,88-29,74
6,41-6,93
5,8-6,87
E
28,77-29,72
6,49-6,96
5,90-6,97
TAN(ppm)
Nitrit(ppm)
Nitrat(ppm)
H0
H30
H0
H30
H0
H30
0,28
0,98
0,58
0,87
1,24
2,20
Nilai kualitas air media pemeliharaan ikan patin prauji tantang untuk semua parameter antar perlakuan relatif stabil. Nilai rata-rata suhu berkisar antara 29,2829,33 ºC, DO berkisar antara 6,57-6,77 ppm, pH berkisar antara 6,25-6,40 ppm, TAN berkisar antara 0,28-0,98 ppm, nitrit 0,58-0,87 ppm dan nitrat 1,24-2,20 ppm. Pembahasan Penggunaan fitofarmaka sebagai usaha pengendalian penyakit ikan telah diuji dengan beberapa metode seperti melalui pakan maupun perendaman dalam konsentrasi yang telah ditentukan. Menurut Khan dan Kumar (2011) fitofarmaka merupakan pilihan alternatif yang tepat sebagai pengganti antibiotik untuk melawan patogen karena memiliki zat antimikroba. Salah satu fitofarmaka yang potensial menanggulangi bakteri A. hydrophila adalah daun sirih. Daun sirih memiliki berbagai macam komposisi yang tersaji pada Lampiran 13. Minyak esensial yang terdapat dalam daun sirih mengandung eugenol sebesar 25-40%. Minyak esensial lainnya yang terdapat pada daun sirih antara lain kavikol, eugenol, eter metil, kinekol, kariopilene, dan kadinen (Daniel 2006). Daun sirih memiliki kandungan sterol yang aktif mendegradasi sel bakteri dengan merubah struktur primer dan membuat lubang pada dinding sel bakteri (Pradhan et al. 2013). Sintasan prauji tantang diperoleh perlakuan dosis A (90,91%), B (93,94%), C (93,94%), D (96,97%), dan E (92,42%) tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap kontrol (98,48%). Perlakuan tanpa pemberian simplisia sirih (kontrol) memiliki nilai sintasan tertinggi. Pemberian dosis simplisia sirih tidak mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan selama pemeliharaan. Hal ini diduga faktor lingkungan yang sesuai untuk kehidupan ikan patin. Faktor lingkungan yang mempengaruhi sintasan ikan prauji tantang meliputi suhu, pH, jumlah oksigen terlarut, nitrit, nitrat dan total amonia nitrogen memiliki nilai yang cukup stabil. Sintasan pascauji tantang diperoleh bahwa perlakuan kontrol negatif (100%), A (47,06%), B (40,03%), D (36,06%) dan E (89,58%) berbeda nyata (P<0,05) terhadap kontrol positif (15,69%) dan C (17,32). Hal ini menunjukkan pemberian dosis E paling efektif dalam menanggulangi penyakit MAS pada ikan patin. Fenol
15 yang terkandung dalam sirih memiliki beberapa senyawa turunan yang memiliki kemampuan sebagai antimikroba. Fenol memiliki peranan aktif sebagai racun bagi mikroba dengan cara menghambat aktivitas enzim dan berikatan dengan gugus sulfihidril dan protein yang dapat merusak membran sel bakteri (Suliantari et al. 2008). Nilai rasio konversi pakan perlakuan pemberian dosis A (2,46), B (2,55), C (2,04), D (2,22), dan E (2,26) menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap kontrol (2,12). Pemberian seluruh dosis simplisia sirih tidak mempengaruhi rasio konversi pakan ikan patin. Pemberian pakan dengan penambahan simplisia sirih dapat tercerna dengan baik oleh tubuh ikan. Nutrien pakan yang tercerna akan semakin meningkat apabila pakan yang diberikan semakin efektif sehingga peluang nutrien termanfaatkan oleh tubuh untuk pertumbuhan ikan semakin besar dan nutrien yang terbuang semakin sedikit (Effendi 1997). Hasil laju pertumbuhan spesifik yang diperoleh menunjukkan pemberian dosis A (1,93%), B (1,97%), C (2,20%), D (2,16%), dan E (2,15%) tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap kontrol (2,14). Pemberian seluruh dosis simplisia sirih termanfaatkan baik untuk piertumbuhan. Jumlah pakan yang dikonsumsi berpengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan ikan. Pertumbuhan spesifik ikan juga dipengaruhi oleh asupan energi yang masuk ke dalam tubuh ikan. Ikan dapat tumbuh optimal apabila asupan nutrisi yang diterima terserap oleh tubuh ikan (Sartika 2011). Hasil respiratory burst activity prauji tantang (tahap I) diperoleh bahwa pemberian dosis A (0,12 OD), B (0,11 OD), C (0,15 OD), D (0,12 OD) dan E (0,17 OD) berbeda nyata (P<0,05) terhadap kontrol. Pemberian simplisia sirih menurunkan respiratory burst activity pada ikan patin perlakuan prauji tantang. Hasil penelitian respiratory burst activity pascauji tantang diperoleh bahwa perlakuan pemberian dosis A (0,13 OD), B (0,10 OD), C (0,13 OD), D (0,13 OD), dan E (0,14 OD) tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap kontrol negatif dan positif. Pemberian simplisia sirih tidak mempengaruhi respiratory burst activity pada ikan patin pascauji tantang. Ekstrak daun sirih merupakan kandidat potensial sebagai immunomodulator. Berdasarkan hasil penelitian in vivo terhadap mencit yang diinjeksikan ekstrak daun sirih hasil maserasi methanol dengan dosis 125 mg, 250 mg, dan 500 mg menunjukkan pemberian ekstrak sirih menunjukkan adanya aktivitas immunosupresif yang dapat menekan respons imun hewan uji (Kanjwani et al. 2008). Hasil pengamatan prauji tantang dan pascauji tantang relatif mengalami penurunan nilai aktivitas respiratory burst. Ikan yang terkena penyakit MAS mengalami penurunan respons nafsu makan sehingga pakan perlakuan yang diberikan kepada ikan tidak efektif karena tidak dikonsumsi oleh ikan (Utami 2009). Aktivitas lisozim prauji tantang diperoleh hasil bahwa pemberian dosis C (401,39 UI/ml/menit) dan E (150 IU/ml/menit) berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan kontrol (741,67 UI/ml/menit). Nilai aktivitas lisozim prauji tantang cenderung mengalami penurunan seiring dengan meningkatknya dosis. Hasil aktivitas lisozim pascauji tantang menunjukkan pemberian dosis A (381,94 UI/ml/menit), B (377,78 UI/ml/menit) dan C (424,31 UI/ml/menit) berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan kontrol negatif (669,75 UI/ml/menit). Nilai aktivitas lisozim pascauji tantang tidak lebih besar dibandingkan kontrol negatif maupun
16 positif. Peningkatan aktivitas lisozim berkaitan erat dengan faktor humoral yang dapat meningkatkan aktivitas fagositosis pada ikan (Veersamy et al. 2014). Penurunan aktivitas fagositosis yang dilakukan oleh makrofag dapat disebabkan adanya aktivitas immunosupresif. Aktivitas makrofag dapat menentukan suatu obat yang diberikan bersifat immunoenhancer atau immunosupressor (Bhagwat et al. 2010). Hal ini sesuai dengan hasil bahwa perlakuan dosis simplisia sirih menurunkan aktivitas lisozim karena daun sirih mengandung bahan immunosupressor yang dapat menekan aktivitas lisozim pada ikan. Jaringan ginjal perlakuan prauji tantang selama 15 hari mengalami kerusakan ginjal paling parah yaitu pada perlakuan pemberian dosis E (degenerasi, hemoragi, dan kongesti) dibandingkan dosis K. Sedangkan kondisi jaringan hati ikan yang diberi dosis E mengalami peningkatan ukuran granuloma yang tersebar cukup banyak di preparat jaringan yang teramati. Pemberian simplisia sirih sebanyak 16,67% pada perlakuan prauji tantang selama 15 hari dapat menyebabkan kerusakan jaringan pada ginjal dan hati ikan patin. Hal ini sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Hayelom et al. (2011) bahwa kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, dan fenol yang terdapat pada daun sirih dapat menyebabkan kerusakan jaringan pada organ makhluk hidup diduga adanya pengaruh salah satu atau kombinasi senyawa menimbulkan efek terhadap jaringan organ. Pengamatan histopatologi jaringan organ ginjal dan hati pada perlakuan pascauji tantang menunjukkan organ yang mengalami kerusakkan ginjal dan hati paling parah yaitu pada perlakuan pemberian dosis K yang diinfeksi bakteri A. hydrophila (nekrosis, hemoragi, kerusakan epitel tubular dan inti tubular menghilang) dibandingkan dosis E yang diinfeksi bakteri A. hydrophila, perlakuan dosis K dan E yang diinjeksikan PBS. Angka (2005) menyatakan bakteri A. hydrophila memproduksi toksin berupa eksotoksin yang ganas karena dapat menghemolisis sel darah merah maupun sel darah putih yang dapat mengakibatkan hemoragi pada ikan dengan merangsang pembentukan beberapa jenis sel darah, pembentukan limfosit dan trombosit. Proses pembentukan sel yang terjadi membuat kerja ginjal semakin besar sehingga mengakibatkan kerusakan pada sel ginjal. Nilai kualitas air yang dapat ditolerir untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan patin berkisar antara 27,1-31,9 °C (suhu); 6,79-8,75 (pH); 3,92-10,7 ppm (DO); 0,00-1,04 ppm (nitrit); dan 0,05-3,89 (nitrat) (Morales 2009). Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh bahwa kisaran kualitas air pada media pemeliharaan selama perlakuan prauji tantang layak untuk kehidupan ikan patin.
17
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perlakuan pemberian dosis simplisia sirih 1,23%, 2,44%, 4,76%, 9,09%, dan 16,67% baik prauji tantang maupun pascauji tantang tidak mempengaruhi respons imun pada ikan patin. Hasil histopatologi menunjukkan pemberian dosis simplisia sirih 16,67% efektif sebagai pengobatan penyakit A. hydrophila. Saran Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi penambahan simplisia daun sirih antara dosis 300-400 g/kg pakan pada ikan patin yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila.
18
DAFTAR PUSTAKA Abdullah Y. 2008. Efektivitas ekstrak daun paci-paci Leucas lavandulaefolia untuk pencegahan dan pengobatan infeksi penyakit MAS Motile Aeromonad Septicaemia ditinjau dari patologi makro dan hematologi ikan lele dumbo Clarias sp. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Adinata MO, Sudira IW, Berata IK. 2012. Efek ekstrak daun ashibata (Angelica keisken) terhadap gambaran histopatologi ginjal mencit (Mus musculus) jantan. Buletin Veteriner Udayana 4 (2): 55-62. Angka SL. 2005. Kajian penyakit Motile Aeromonad Septicaemia (MAS) pada ikan lele dumbo (Clarias sp.): patologi, pencegahan, dan pengobatannya dengan fitofarmaka. [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ashry N. 2007. Pemanfaatan ekstrak daun ketapang Terminalia cattapa untuk pencegahan dan pengobatan ikan patin Pangasianodon hypophthalmus yang terinfeksi Aeromonas hydrophila. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ayuningtyas AK. 2008. Efektivitas campuran meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum untuk pengendalian infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp.. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Bhagwat DP, Kharya MD, Bani S, Kaul A, Kour K, Chauhan PS, Suri KA, dan Satti NK. 2010. Immunosuppressive properties of Pluchea lanceolata leaves. Indian Journal of Pharmacology 42 (1): 21 – 26. Daniel M. 2006. Medicinal Plants: Chemistry and Properties. New Hampshire (USA): Science Publishers. De Silva SS dan Anderson TA. 1995. Fish Nutrition Aquaculture. London (UK): Chapman & Hall. Dewoto HR. 2007. Pengembangan obat tradisional Indonesia menjadi fitofarmaka. Maj. Kedokteran Indonesia 57(7): 205-211. Effendi I. 2004. 2004. Pengantar Akuakultur. Depok (ID): Penebar Swadaya. Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusantara. Faridah N. 2010.Efektivitas ekstrak lidah buaya Aloe vera dalam pakan sebagai imunostimulan untuk mencegah infeksi Aeromonas hyrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp.. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Giyarti D. 2000. Efektivitas ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.), sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f) Nees), dan sirih (Piper betle L.) terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan patin (Pangasius hypophthalmus) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hayelom K, Afework M, Makonnen E, Ergete W, dan Urga K. 2011. The effect of Clerodendrum myricoides aqueous extract on blood, liver, and kidney tissues of mice. Momona Ethiopian Journal Science 3 (2): 48-63. Humason GL. 1967. Animal Tissue Techniques: Second Edition. San Francisco (USA): W. H. Freeman and Company. Kafilzadeh R, Mousavi SM, dan Baboli MJ. 2013. Effects of Saccharomyces cerevisiae (Saccharomycetes: Saccharomycetaceae) on Astronotus ocellatus as growth promoter and immuno stimulant. AACL Bioflux 6 (6): 587 – 598.
19 Kanjwani DG, Marathe TP, Chiplunkar SV, dan Sathaye. 2008. Evaluation of immunomodulatory activity of methanolic extract of Piper betle. Scandinavian Journal of Immunology 67: 589 – 593. Khan JA dan Kumar N. 2011. Evaluation of antibacterial properties of extracts of Piper betle leaf. Journal of Pharmaceutical and Biomedical Sciences 11 (1): 1-3 Kurniawan D. 2010. Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp.. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Lesmanawati. W. 2006. Potensi mahkota dewa Phaleria macrocarpa sebagai antibakteri dan immunostimulan pada ikan patin Pangasianodon hypophthalmus yang diinfeksi dengan Aeromonas hydrophila. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Maharani D. 2009. Potensi jeruk nipis Citrus aurantifolia untuk pencegahan dan pengobatan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp.. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Morales EJ. 2009. Water quality monitoring in stripped catfish (Pangasianodon hypophthalmus) farms in the Mekong River Delta, Vietnam. Can Tho University Vietnam, forthcoming. Normalina. I. 2007. Pemanfaatan ektrak bawang putih Allium sativum untuk pencegahan dan pengobatan pada ikan patin Pangasianodon hypophthalmus yang diinfeksi Aeromonas hydrophila. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Parker R. 2012. Aquaculture Science: Third Edition. New York (USA): Delmar Cengage Learning. Periyanayagam K, Jagadeesan M, Kavimani S, dan Vetriselvan T. 2012. Pharmacognostical and phyto-physicochemical profile of the leaves of Piper betle L. var Pachaikodi (piperaceae) – valuable assessment of its quality. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine: S506 – S510. Pradhan D, Suri KA, Pradhan DK, Biswasroy P. 2013. Golden heart of the nature: Piper betle L.. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry 1(6): 147-167. Puspasari N. 2010. Efektivitas ekstrak rumput laut Gracilaria verrucosa sebagai imunostiimulan untuk pencegahan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp.. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rahman MF. 2008. Potensi antibakteri ekstrak daun papaya pada ikan gurami yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Roberts RJ. 2012. Fish Pathology: Fourth Edition. UK: Blackwell Publishing Ltd. Sartika Y. 2011. Efektivitas fitofarmaka dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Serrano PH. 2005. Responsible Use of Antibiotics in Aquaculture. Rome (Italy): Food and Agriculture Organization of the United Nations. Setyotomo K. 2011. Efektivitas campuran bubuk meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pengobatan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp.. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
20 Sholikhah EH. 2009. Efektivitas campuran meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pengendalian infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp.. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Singh SK, Tiwari VK, Chadha NK, Prakash C, Sukham M, Das P, Mandal SC, dan Chanu TI. Effect of Bacillus circulans and fructoologosaccharide supplementation on growth and haemato-immunological function of Labeo rohita (Hamilton, 1822) fingerlings exposed to sub-lethal nitrite stress. The Israel Journal of Aquaculture – Bamidgeh, IJA (64): 1-11 Suliantari, Jenie BSL, Suhartono MT, dan Apriyantono A. 2008. Aktivitas antibakteri ekstrak sirih hijau (Piper betle L) terhadap bakteri patogen pangan. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan 19 (1): 1-7. Sutama IKJ. 2002. Efektivitas ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.), sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f) Nees), dan sirih (Piper betle L.) terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophila L31 pada ikan lele dumbo (Clarias sp.). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Utami WP. 2009. Efektivitas ekstrak paci-paci Leucas lavandulaefolia yang diberikan lewat pakan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicaemia) pada ikan lele dumbo (Clarias sp.). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Veersamy R, Min LS, Mohanraj, Pauline R, Sivadasan S, Varghese C, Rajak H, dan Marimuthu K. 2014. Effect of aqueous extract of Polygonum minus leaf on the immunity and survival of African catfish (Clarias gariepinus). Journal of Coastlife Medicine 2 (3): 209 – 213. Yulita I. 2002. Efektivitas bubuk daun jambu biji (Psidium guajava L.), daun sirih (Piper betle L.), dan daun sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f) Nees) untuk pencegahan dan pengobatan ikan lele dumbo (Clarias sp.) yang diinfeksi dengan bakteri Aeromonas hydrophila. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
21
LAMPIRAN Lampiran 1 No
1
2
Penelitian mengenai aplikasi fitofarmaka dalam penanggulangan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila
Author
Giyarti (2000)
Lesmanawati (2006)
Tujuan
Pengobatan
Pencegahan
Uji Inang
Ikan patin (Pangasius hypophthalmus)
Ikan patin (Pangasianodon hypophthalmus)
Bahan Fitofarmaka
Daun jambu biji (Psidium gujava L.) , sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Ness) , dan sirih (Piper betle L.)
Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)
Dosis
Aplikasi
Ekstrak daun jambu biji (125 mg/kg pakan), ekstrak daun sambiloto (125 mg/kg pakan), dan ekstrak sirih (125 mg/kg pakan
Ekstrak tanaman dibuat melalui maserasi etanol. Ikan uji diberi pakan selama 2 hari dengan pakan obat dan pakan kontrol lalu diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila L31 galur virulen dengan cara disuntik secara intramuskuler dengan konsentrasi 0,1ml/100 g bobot tubuh ikan dengan kepadatan bakteri 104 cfu/ml.
Ekstrak mahkota dewa 12 g/l
Ekstrak mahkota dewa hail maserasi air ditambahkan pada pakan dengan metode penyemprotan 1 ml. Pemberian pakan 2 kali sehari (pagi dan sore hari) selama 8 hari.
22
Lanjutan Lampiran 1 No
3
4
Author
Sutama (2002)
Rahman (2008)
Tujuan
Pencegahan dan pengobatan
Pengobatan
Uji Inang
Ikan lele dumbo (Clarias sp.)
Ikan gurami (Osphronemus gourami Lac.)
Bahan Fitofarmaka
Daun jambu biji (Psidium gujava L.) , sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Ness) , dan sirih (Piper betle L.)
Daun pepaya (Carica papaya Linn.)
Dosis
Aplikasi
Daun sirih (0,2 g/60ml), sambiloto (2 g/60ml), dan daun jambu biji (2 g/60ml). Dosis pencegahan (1 kali dosis/100g pakan) dan dosis pengobatan (2 kali dosis/100g pakan)
Pencegahan dilakukan dengan pemberian pakan yang ditambah fitofarmaka selama 7 hari sebelum dan sesudah uji tantang. Pengobatan dilakukan dengan memberikan pakan yang telah ditambah fitofarmaka selama 14 hari mulai hari ketiga setelah uji tantang. Pakan diberikan 2 kali sehari secara ad libitum.
Ekstrak 1%, 2%, dan 3% daun pepaya hasil dari proses maserasi etanol 70%
Pengobatan dilakukan dengan metode perendaman ekstrak pada akuarium yang berisi 5 liter air yang telah diberi kan ekstrak daun pepaya selama 1 jam.
23 Lanjutan Lampiran 1 No
5
6
Author
Yulita (2002)
Setyotomo (2011)
Tujuan
Pencegahan dan pengobatan
Pengobatan
Uji Inang
Ikan lele dumbo (Clarias sp.)
Ikan lele dumbo (Clarias sp.)
Bahan Fitofarmaka
Daun jambu biji (Psidium gujava L.) , sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Ness) , dan sirih (Piper betle L.)
Campuran meniran (Phyllanthus niruri) dan bawang putih (Allium sativum)
Dosis
Aplikasi
Daun sirih (0,2 g/60ml), sambiloto (2 g/60ml), dan daun jambu biji (2 g/60ml). Dosis pencegahan (1 kali dosis/100g pakan) dan dosis pengobatan (2 kali dosis/100g pakan)
Pencegahan dilakukan dengan pemberian pakan yang ditambah fitofarmaka selama 14 hari sebelum dan sesudah uji tantang serta 21 hari setelah uji tantang. Pengobatan dilakukan dengan memberikan pakan yang telah ditambah fitofarmaka selama 14 hari mulai hari ketiga setelah uji tantang. Pakan diberikan 2 kali sehari secara ad libitum.
0,2%, 2,2%, 4,2%, dan 6,2%.
Pengobatan dilakukan dengan pemberian pakan komersial yang ditambah ekstrak fitofarmaka setelah dua hari uji tantang.
24 Lanjutan Lampiran 1 No
7
8
Author
Angka (2005)
Kurniawan (2010)
Tujuan
Pencegahan dan pengobatan
Pencegahan
Uji Inang
Ikan lele dumbo (Clarias sp.)
Ikan lele dumbo (Clarias sp.)
Bahan Fitofarmaka
Daun jambu biji (Psidium gujava L.) , sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Ness) , dan sirih (Piper betle L.)
Campuran meniran (Phyllanthus niruri) dan bawang putih (Allium sativum)
Dosis
Aplikasi
Daun sirih (0,1 g/60ml), daun jambu biji (1 g/60ml), dan sambiloto (1 g/60ml). Dosis pencegahan (2 kali dosis/100 g pakan) dan dosis pengobatan (4 kali dosis/100 g pakan)
Pencegahan dilakukan dengan pemberian pakan yang ditambah fitofarmaka selama 7 hari sebelum uji tantang. Pengobatan dilakukan dengan memberikan pakan yang telah ditambah fitofarmaka selama 12 hari mulai hari ketiga setelah uji tantang.
Meniran dan Bawang putih (0,1%, 1,1%, 2,1%, dan 3,1%)
Ikan uji diberi pakan yang telah melalui repeleting antara pakan komersial dan simplisia fitofarmaka. Perlakuan selama 14 hari sebelum uji tantang sebanyak dua kali sehari dengan FR 3%.
25 Lanjutan Lampiran 1 No
Author
9
Normalina (2007)
10
Faridah (2010)
Tujuan
Uji Inang
Bahan Fitofarmaka
Dosis
Pencegahan dan pengobatan
Ikan patin (Pangasianodon hypophthalmus)
Bawang putih (Allium sativum)
Ekstrak bawang putih 25 mg/ml sebanyak 0,1ml/ekor untuk pencegahan dan ekstrak bawang putih 50 mg/ml sebanyak 0,1 ml/ekor untuk pengobatan
Pencegahan
Ikan lele dumbo (Clarias sp.)
Lidah buaya (Aloe vera)
Ekstak lidah buaya 5, 10, dan 20 ppt
Aplikasi Ekstrak tanaman dibuat dengan maserasi air. Ikan uji diberikan ekstrak bawang putih dengan cara penyuntikan. Penyuntikan ekstrak bawang putih 25 mg/ml sebanyak 0,1ml/ekor untuk pencegahan dilakukan 7 hari sebelum uji tantang dan penyuntikan ekstrak bawang putih 50 mg/ml sebanyak 0,1 ml/ekor untuk pengobatan. Binder putih telur sebanyak 2%. Pakan diberikan 3 kali sehari dengan FR 3%. Pencegahan dilakukan dengan memberikan pakan selama 7 hari sebelum uji tantang.
26 Lanjutan Lampiran 1 No
Author
Tujuan
Uji Inang
11
Ashry (2007)
Pencegahan dan pengobatan
Ikan patin (Pangasianodon hypophthalmus)
Daun ketapang (Terminalia cattapa).
Pencegahan (60 g/l) dan pengobatan (120 g/l).
Abdullah (2008)
Pencegahan dan pengobatan
Ikan lele dumbo (Clarias sp.)
Ekstrak daun pacipaci (Leucas lavandulaefolia)
Pencegahan (4g/100ml) dan pengobatan (8 g/100ml)
12
Bahan Fitofarmaka
Dosis
Aplikasi Pencegahan dilakukan dengan cara injeksi ekstrak daun ketapang yang melalui proses maserasi air sebanyak 0,1 ml/ekor 7 hari sebelum uji tantang. Pengobatan dilakukan dengan cara injeksi ekstrak daun ketapang 0,1 ml/ ekor setelah gejala klinis muncul. Pencegahan dilakukan dengan injeksi ekstrak fitofarmaka hasil maserasi air selama 7 hari sebelum uji tantang. Pengobatan dilakukan dengan injeksi ekstrak fitofarmaka setelah gejala klinis muncul.
27 Lanjutan Lampiran 1 No
13
14
Author
Ayuningtyas (2008)
Maharani (2009)
Tujuan
Pencegahan dan pengobatan
Pencegahan dan pengobatan
Uji Inang
Ikan lele dumbo (Clarias sp.)
Ikan lele dumbo (Clarias sp.)
Bahan Fitofarmaka
Dosis
Campuran meniran (Phyllanthus niruri) dan bawang putih (Allium sativum)
Pencegahan (meniran 5 ppt + bawang putih 20 ppt) dan pengobatan (meniran 10 ppt + bawang putih 40 ppt)
Jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
Pencegahan (5% sari jeruk nipis) dan pengobatan (10% sari jeruk nipis)
Aplikasi Pencegahan dilakukan dengan cara injeksi ekstrak meniran dan bawang putih melalui proses maserasi dengan air sebanyak 0,1 ml/ekor 7 hari sebelum uji tantang. Pengobatan dilakukan dengan cara injeksi ekstrak meniran dan bawang putih 0,1 ml/ ekor 2 hari setelah uji tantang. Pencegahan dilakukan dengan cara injeksi sari jeruk nipis sebanyak 0,1 ml/ekor 7 hari sebelum uji tantang. Pengobatan dilakukan dengan cara injeksi sari jeruk nipis 0,1 ml/ ekor 2 hari setelah uji tantang.
28 Lanjutan Lampiran 1 No
15
16
Author
Sholikhah (2009)
Puspasari (2010)
Tujuan
Uji Inang
Pencegahan dan pengobatan
Ikan lele dumbo (Clarias sp.)
Pencegahan
Ikan lele dumbo (Clarias sp.)
Bahan Fitofarmaka
Dosis
Campuran meniran (Phyllanthus niruri) dan bawang putih (Allium sativum)
Pencegahan (5ppt meniran + 20ppt bawang putih) dan pengobatan (10ppt meniran+ 40ppt bawang putih). Ekstrak yang dicampur ke pakan 0,1ml/g pakan dengan binder putih telur.
Ekstrak rumput laut (Gracilaria verrucosa)
0,5g/kg pakan, 1g/kg pakan, 1,5g/kg pakan, dan 2g/kg pakan
Aplikasi Pencegahan dilakukan dengan pemberian pakan yang ditambah ekstrak fitofarmaka hasil maserasi air selama 7 hari sebelum dan sesudah uji tantang. Pengobatan dilakukan dengan memberikan pakan yang telah ditambah fitofarmaka selama 3 hari setelah uji tantang selama 7 hari. Pencegahan dilakukan dengan pemberian pakan yang ditambah ekstrak fitofarmaka hasil maserasi air selama 21 hari. Pakan diberikan 3 kali/hari.
29 Lanjutan Lampiran 1 No
17
Author
Sartika (2011)
Tujuan
Pencegahan
Uji Inang
Bahan Fitofarmaka
Dosis
Ikan lele dumbo (Clarias sp.)
Lidah buaya (Aloe vera), daun pepaya (Carcarica papaya L.), meniran (Phyllanthus niruri) yang ditambah bawang putih (Allium sativum), dan pacipaci (Leucas lavandulaefolia)
Lidah buaya 0.5%, daun pepaya 4%, meniran+bawang putih 2.1%, dan paci-paci 4%
Aplikasi Ikan uji diberi pakan yang telah melalui repeleting antara pakan komersial dan simplisia fitofarmaka. Perlakuan selama 14 hari sebanyak dua kali sehari secara at satiation, dan pada hari ke-15 dilakukan uji in vivo dengan menyuntikkan A. hydrophila (108 CFU/ml) ke ikan uji secara intramuskular dan dilakukan pengamatan selama 10 hari.
30 Lampiran 2 Prosedur pengamatan respiratory burst activity
50 µl darah
Inkubasi 37°C selama 1 jam
Supernatan dibuang dan dicuci PBS 50 µl tiga kali
KOH 60 µl + DMSO4 70 µl dan pengecekkan optical density (ELISA Reader 540nm)
Fiksasi metanol 100% (50 µl) 2-3 menit lalu bilas metanol 100% (50 µl) 3 kali.
50 µl NBT 0,2 % inkubasi 1 jam (37°C )
Lampiran 3 Prosedur pengamatan aktivitas lisozim 1
• Pencampuran bubuk M. lysodeikticus 0,2 mg/ml dalam larutan NaH2PO4 dengan konsentrasi 0,05 pada suhu 25°C (kultur cair)
2
• Pencampuran serum dan kultur cair M. lysodeikticus dengan rasio 1:19
3
• Pembacaan adsorpsi dengan ELISA Reader 530 nm pada waktu 30 detik dan 4,5 menit
Lampiran 4 Prosedur pembuatan preparat histopatologi
Pembedahan
Embedding (blocking)
Perendaman di larutan BNF 10% selama 24 jam
Dehidrasi (alkohol 70%, 80%, 90%, 95%, 100%I, dan 100% II) masingmasing 2 jam
Infiltrasi dalam larutan parafin cair (58°C)
Clearing (Alkohol:xylol, xylol I, xylol II, dan xylol III) masingmasing 30 menit
31 Lanjutan Lampiran 4
Pemotongan jaringan (5 µm)
Direndam air hangat (±53°C) dan ditata diatas gelas objek
Deparafinisasi (akohol 100%, 95%, 90%, 80%, 70%, dan 50%) masing-masing 2 menit
Dehidrasi ( alkohol 50%I, 50%II, 70%, 85%, 90%, dan 100%) masing-masing 2 menit
Pewarnaan (Hematoksilin 10 menit, cuci air kran 1 menit, eosin 3 menit, cuci air kran 1 menit)
Pencucian dengan air kran 2 menit
Xylol I dan xylol II masing-masing 2 menit
Jaringan ditetesi entelan dan dikeringkan selama 24 jam
Jaringan diamati dengan mikroskop
32 Lampiran 5 Analisis lanjut statistik sintasan prauji tantang Sum of Squares
df
Mean Square
F
Between Groups
119.376
5
23.875
Within Groups
151.515
12
12.626
Total
270.891
17
Sig.
1.891
.170
Subset for alpha = 0.05 N
dimension1
1
2
12,5 gram
3
90.9091
200 gram
3
92.4242
92.4242
50 gram
3
93.9394
93.9394
25 gram
3
93.9394
93.9394
100 gram
3
96.9697
96.9697
0 gram
3
98.4848
Sig.
.081
.081
Lampiran 6 Analisis lanjut statistik sintasan pascauji tantang Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
df
Mean Square
F
18629.714
6
3104.952
656.907
12
54.742
19286.620
18
56.720
Sig. .000
Subset for alpha = 0.05 N
1
2
3
K+
3
15.6863
50 gram
2
17.3203
100 gram
3
36.0566
25 gram
2
40.0327
12,5 gram
3
47.0588
200 gram
3
89.5833
K-
3
100.0000
d
imensi on1
Sig.
.805
.130
.133
33 Lampiran 7 Analisis lanjut statistik rasio konversi pakan Sum of Squares Between Groups
df
Mean Square
.573
5
.115
Within Groups
1.477
12
.123
Total
2.050
17
F
Sig. .931
.495
Subset for alpha = 0.05 N
1
50 gram
3
2.0381
0 gram
3
2.1195
100 gram
3
2.2172
200 gram
3
2.2631
12,5 gram
3
2.4570
25 gram
3
2.5471
Sig.
.134
Lampiran 8 Analisis lanjut statistik laju pertumbuhan spesifik Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
.188
5
.038
Within Groups
.452
12
.038
Total
.640
17
F
Sig.
1.000
.458
Subset for alpha = 0.05 N
1
12,5 gram
3
1.9283
25 gram
3
1.9747
0 gram
3
2.1358
200 gram
3
2.1531
100 gram
3
2.1573
50 gram
3
2.2026
Sig.
.143
34 Lampiran 9 Analisis lanjut statistik respiratory burst activity prauji tantang Sum of Squares
df
Mean Square
F
Between Groups
.182
5
.036
Within Groups
.018
12
.001
Total
.200
17
Sig.
24.406
.000
Subset for alpha = 0.05 N
dimension1
1
2
25 gram
3
.1126
12,5 gram
3
.1233
100 gram
3
.1244
50 gram
3
.1517
200 gram
3
.1748
0 gram
3
.4014
Sig.
.097
1.000
Lampiran 10 Analisis lanjut statistik respiratory burst activity pascauji tantang Sum of Squares
df
Mean Square
F
Between Groups
.003
5
.001
Within Groups
.007
12
.001
Total
.010
17
Sig. .882
.522
Subset for alpha = 0.05 N
dimension1
1
25 gram
3
.1044
12,5 gram
3
.1284
100 gram
3
.1290
0 gram
3
.1330
50 gram
3
.1336
200 gram
3
.1438
Sig.
.097
35 Lampiran 11 Analisis lanjut statistik uji lisozim prauji tantang Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
660028.017
5
132005.603
Within Groups
337649.236
11
30695.385
Total
997677.253
16
F
Sig.
4.301
.021
Subset for alpha = 0.05 N
dimension1
1
2
200 gram
2
150.0000
50 gram
3
350.0000
25 gram
3
401.3900
401.3900
100 gram
3
406.9433
406.9433
12,5 gram
3
704.8633
0 gram
3
741.6667
Sig.
.137
.057
Lampiran 12 Analisis lanjut statistik uji lisozim pascauji tantang Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
262910.971
6
43818.495
Within Groups
182355.537
14
13025.396
Total
445266.508
20
Lisozim H45
F
Sig.
3.364
.029
Subset for alpha = 0.05 N
1
2
25 gram
3
377.7778
12,5 gram
3
381.9444
50 gram
3
424.3056
100 gram
3
487.5000
487.5000
200 gram
3
546.5278
546.5278
K+
3
648.6111
K-
3
669.7500
dimension1
Sig.
.122
.092
36 Lampiran 13 Komposisi daun sirih No
Komposisi
Kadar
1
Air
85,4 % a
2
Protein
3,1 % a
3
Karbohidrat
6,1 % a
4
Mineral
2,3 - 3,3 % b
5
Lemak
0,8 % a
6
Serat
2,3 % a
7
Minyak esensial
0,7 - 2,6 % a
8
Tanin
0,1 - 1,3 % b
9
Alkaloid
0,1 - 1,3 % b
10
Vitamin C
5 mg a
11
Asam nikotinik
0,7 mg a
12
Vitamin A
9600 UI a
13
Tiamin
70 µg a
14
Riboflavin
30 µg a
15
Kalsium
230 mg a
16
Besi
7 mg a
17
Iodin
3,4 µg a
18
Fosfor
40 mg a
19
Potasium
0,26 - 0,42 % a
20 Glukosa 0,38 - 1,46 % a Keterangan a : menurut Periyanayagam et al. (2012), b: menurut Pradhan et al. (2013).
37
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bekasi, 20 Maret 1992 dari ayah Wahyudi dan ibu Eka Sri Suryanti. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SMAN 1 Bogor dan lulus tahun 2010. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Ujian Talenta Mandiri dengan mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan, pada tahun 2013 pernah menjadi koordinator asisten untuk mata kuliah Penyakit Organisme Akuatik dan pada tahun 2014 menjadi asisten untuk mata kuliah Manajemen Kesehatan Organisme Akuatik. Organisasi yang pernah diikuti penulis selama menjalani kuliah yaitu anggota Divisi Public Relation Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) tahun 2011/2012. Penulis pernah mendapatkan kesempatan untuk menghadiri dan mengikuti konferensi mengenai perikanan di Skotlandia, Inggris pada Mei 2012 dengan judul kegiatan Aquaculture UK 2012. Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Praktik Lapangan Akuakultur (PLA) di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT), Sempur, Bogor. Tugas akhir dalam pendidikan perguruan tinggi diselesaikan dengan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Efektivitas Penambahan Simplisia Daun Sirih Piper betle pada Ikan Patin Pangasianodon hypophthalmus Terhadap Infeksi Aeromonas hydrophila.”.