EFEKTIVITAS PEMBERIAN REWARD MELALUI METODE TOKEN EKONOMI UNTUK MENINGKATAN KEDISIPLINAN ANAK USIA DINI
SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh Umri Mufidah 1601408001
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya menyatakan bahwa ini skripsi tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya yang diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis dirujuk dalam skripsi dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Semarang,
Umri Mufidah NIM. 1601408001
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “Ef ektivitas Pemberian Reward Melalui Metode Token Ekonomi Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Anak Usia Dini” telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Hari
:
Tanggal
:
Panitia Ujian Skripsi, Ketua,
Sekretaris,
Drs. Hardjono, M.Pd NIP. 19510801 197903 1 007
Edi Waluyo, S.Pd., M.Pd NIP. 19790425 200501 1 001 Penguji I,
Wulan Ardiati, M.Pd NIP. 19810613 200501 2 001 Penguji II,
Penguji III,
Edi Waluyo, S.Pd., M.Pd NIP. 19790425 200501 1 001
Drs. Khamidun, M.Pd NIP. 19671216 199903 1 002
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO : Disiplin didahulukan, akademik diutamakan.
PERSEMBAHAN : karya ini kupersembahkan untuk: ALLAH SWT yang selalu ada setiap detik untuk menemaniku Ayahku (almarhum) yang selalu menjadi semangat dalam hidupku Ibu dan kakakku, terima kasih atas doa, kasih sayang sepenuh hati dan dukungannya Om dan tante, pak de dan bu de serta semua keluarga besar mbah H. Abdul Kodir dan mbah H. Ahmad Khudori yang selama ini sudah membiayaiku sekolah sampai sekarang ini. Teman-temanku rempongers PG PAUD 2008
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang senantiasa melimpahkan hidayah dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Pemberian Reward Melalui Metode Token Ekonomi Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Anak Usia Dini di TK Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang”, dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam menempuh studi jenjang strata 1 (S1) dan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Semarang. Penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada : 1. Drs. Hardjono, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. 2. Edi Waluyo, S.Pd., M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini UNNES yang telah memberikan izin dalam penyusunan skripsi ini. 3. Edi Waluyo, S.Pd., M.Pd, pembimbing I dan Drs. Khamidun, M.Pd pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan penulisan untuk menyelesaikan skripsi ini. 4. Segenap dosen Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini yang telah menyampaikan ilmunya kepada penulis 5. Hj. Fadlilah, S.Pd selaku Kepala Sekolah dan segenap guru TK Hj Isriati Baiturrahman 1 Semarang yang telah memberikan izin penelitian 6. Ibu dan kakakku tersayang yang tidak pernah berhenti menyayangi dan mengasuhi lahir dan batin, ayahku yang sudah di Surga yang selalu menjadi motivasiku serta sanak saudara tersayang yang selalu memberiku dukungan.
v
7. Teman-teman Jurusan PG PAUD UNNES 2008 8. Teman-teman di kos MHC gang goda yang memberikan semangat, terlebih Dinta Intan Widiasti yang sudah menjadi inspiratorku selama ini, dan temanku Imul Puryanti yang selalu menjadi sahabatku baik susah maupun senang. 9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penelitian dan penusunan skripsi ini. 10. Alamaterku tercinta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Meskipun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pembaca.
Semarang, 2012
Penulis
vi
ABSTRAK Mufidah, Umri. 2012. Efektivitas Pemberian Reward Melalui Metode Token Ekonomi untuk meningkatkan Kedisiplinan Anak Usia Dini. Skripsi, Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: 1. Edi Waluyo, M.Pd, 2. Drs. Khamidun, M.Pd Kata Kunci: reward, token ekonomi, kedisiplinan, anak usia dini Disiplin merupakan suatu cara untuk memperbaiki tingkahlaku yang salah. Disiplin juga mendorong, membimbing dan membantu anak agar memperoleh perasaan puas karena kesetiaan, kepatuhan, dan mengajarkan kepada anak bagaimana berpikir secara teratur. Reward juga merupakan salah satu alat pendidikan untuk mendidik anak supaya dapat merasa senang, karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Hurlock menyatakan bahwa sepanjang masa kanak-kanak, penghargaan mempunyai nilai edukatif yang penting. Untuk itu setiap kali anak menunjukkan sikap disiplin mereka maka akan mendapatkan sebuah imbalan atau token ekonomi yang dapat dikumpulkan dan ditukarkan dengan sesuatu yang berharga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui token ekonomi efektif atau tidak dalam meningkatkan kedisiplinan anak usia dini. Penelitian ini jenis penelitian eksperimen kuasi Nonequivalent Control Group Design. Pengambilan sample menggunakan teknik Nonprobability Sampling. Sedangkan jenis sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yang menyebutkan bahwa penentuan sampel dilakukan dengan pertimbangan tertentu. Uji t paired antara pretest dan posttest kelompok eksperimen menghasilkan nilai significant (2-tailed) < 0,05 yaitu 0,000 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Berdasarkan nilai thitung 5,872 > dari nilai ttabel 2,069 menunjukkan bahwa ada perbedaan antara pretest dan posttest kelompok eksperimen. Hasil perhitungan uji t paired antara pretest dan posttest kelompok kontrol menghasilkan nilai significant (2-tailed) > 0,05 yaitu 0,071 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Berdasarkan nilai thitung 1,899 < dari nilai ttabel 2,069 menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan antara hasil pretest dan posttest kelompok kontrol. Hasil uji t paired posttest kelompok eksperimen dan kontrol adalah ada perbedaan yang signifikan karena memiliki nilai significant (2-tailed) < 0,05 yaitu 0,000 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan. Berdasarkan nilai thitung 9,470 > dari nilai ttabel 2,069 menunjukkan bahwa ada perbedaan antara hasil posttest kelompok kontrol dan eksperimen, dimana kelompok eksperimen menghasilkan nilai posttest yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Ada perbedaan tingkat kedisiplinan pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberikan token ekonomi dan terlihat perbedaan tingkat kedisiplinan pada kelompok eksperimen dan kontrol setelah diberikan perlakuan. Maka token ekonomi efektif digunakan untuk meningkatkan kedisiplinan anak usia dini.
vii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv KATA PENGANTAR ...................................................................................... v ABSTRAK ........................................................................................................ vii DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1
Latar Belakang .......................................................................................... 1
2.1
Rumusan Masalah ..................................................................................... 6
3.1
Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
4.1
Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
4.1.1 Manfaat Teoritis ........................................................................................ 7 4.1.2 Manfaat Praktis ......................................................................................... 7 5.1
Batasan Istilah ........................................................................................... 7
5.1.1 Pengertian Reward .................................................................................... 7 5.1.2 Pengertian Token Ekonomi ....................................................................... 8
viii
5.1.3 Pengertian Kedisiplinan ............................................................................ 8 5.1.4 Pengertian Anak Usia Dini ........................................................................ 8
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ............................................................................ 9 2.1
Reward ...................................................................................................... 9
2.1.1 Pengertian Reward .................................................................................... 9 2.1.2 Komponen-kompenen Penerapan Reward ................................................ 12 2.1.3 Syarat-syarat Reward ................................................................................ 14 2.1.4 Tujuan Reward ......................................................................................... 16 2.1.5 Fungsi dan Peranan Reward ..................................................................... 16 2.2
Token Ekonomi ........................................................................................ 18
2.2.1 Konsep Metode Token Ekonomi .............................................................. 18 2.2.2 Tujuan Token Ekonomi ............................................................................ 21 2.2.3 Komponen Token Ekonomi ...................................................................... 23 2.2.4 Langkah-langlah Pelaksanaan Token Ekonomi ........................................ 25d 2.2.5 Kriteria Pemilihan Token Ekonomi .......................................................... 26 2.2.6 Kebaikan dan Kelemahan Token Ekonomi .............................................. 27 2.3
Kedisiplinan .............................................................................................. 27
2.3.1 Konsep Kedisiplinan ................................................................................. 27 2.3.2 Tujuan Disiplin ......................................................................................... 32 2.3.3 Pengaruh Disiplin pada Anak ................................................................... 33 2.3.4 Faktor Kedisiplinan .................................................................................. 35
ix
2.3.5 Karakteristik Perkembangan Disiplin Anak Usia Dini ............................. 36 2.3.6 Unsur-unsur Disiplin ................................................................................ 38 2.3.7 Indikator Disiplin ...................................................................................... 41 2.4
Anak Usia Dini ......................................................................................... 42
2.4.1 Pengertian Anak Usia Dini ....................................................................... 42 2.4.2 Karakteristik Anak Usia Dini ................................................................... 45 2.4.3 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Perkembangan AUD ................. 46 2.5
Kerangka Berfikir ..................................................................................... 47
2.6
Hipotesis ................................................................................................... 48
BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................... 49 1.1
Jenis dan Desain Penelitian ...................................................................... 49
1.1.1 Jenis Penelitian ......................................................................................... 49 1.1.2 Desain Penelitian ...................................................................................... 50 1.2
Variabel Penelitian .................................................................................... 52
1.2.1 Identifikasi Variable ................................................................................. 52 1.2.2 Definisi Operasional Variabel .................................................................. 53 1.2.3 Hubungan Antar Variabel ......................................................................... 53 1.3
Populasi dan Sampel ................................................................................. 54
1.3.1 Populasi .................................................................................................... 54 1.3.2 Sampel ...................................................................................................... 54 1.4
Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 55
1.5
Validitas dan Reliabilitas .......................................................................... 57
x
1.5.1 Validitas .................................................................................................... 57 1.5.2 Reliabilitas ................................................................................................ 60 1.6
Analisis Data ............................................................................................. 62
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 71 4.1
Persiapan Penelitian .................................................................................. 71
4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian ...................................................................... 71 4.1.2 Proses Perijinan ......................................................................................... 72 4.1.3 Penentuan Subjek Penelitian ..................................................................... 73 4.1.4 Persiapan Instrumen Penelitian ................................................................. 76 4.2
Pelaksaan Penelitian .................................................................................. 79
4.2.1 Pengumpulan Data .................................................................................... 79 4.2.2 Pelaksanaan Skoring ................................................................................. 81 4.3
Data Hasil Penelitian ................................................................................. 81
4.3.1 Hasil Penelitian pada Kelompok Eksperimen ........................................... 81 4.3.2 Hasil Penelitian pada Kelompok Kontrol ................................................. 83 4.3.3 Perbandingan Data Pretest dan Posttest ................................................... 84 4.4
Analisi Data ................................................................................................ 84
4.4.1 Uji Normalitas ........................................................................................... 84 4.4.2 Uji Homogenitas ....................................................................................... 85 4.5
Uji Hipotesis .............................................................................................. 86
4.5.1 Uji Hipotesis Kelompok Kontrol .............................................................. 88
xi
4.5.2 Uji Hipotesis Kelompok Eksperimen ........................................................ 89 4.5.3 Uji Hipotesis Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen ...................... 89 4.6
Pembahasan dan Analisis .......................................................................... 90
4.6.1 Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................... 90 4.6.2 Analisis Hasil Penelitian ........................................................................... 91 BAB 5 PENUTUP ............................................................................................. 96 5.1
Simpulan ................................................................................................... 96
5.2
Saran .......................................................................................................... 96
5.3
Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 97
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 98 LAMPIRAN ...................................................................................................... 100
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 3.1
Rancangan Penelitian Pretest-Posttest Control Group Design ............... 52
3.2
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Peningkatan Kedisiplinan Anak Usia Dini Melalui Metode Token Ekonomi .............................................................. 57
3.3
Hasil Uji Validitas .................................................................................... 59
3.4
Hasil Uji Reliasbilitas Item pada Uji Coba Instrumen .............................. 61
4.1
Subjek Penelitian ...................................................................................... 73
4.2
Subjek Penelitian Kelompok Eksperimen dan Kontrol ........................... 75
4.3
Pemberian Token Ekonomi pada Kelompok Eksperimen ....................... 79
4.4
Jadwal Pemberian Perlakuan .................................................................... 80
4.5
Hasil Pretest Tingkat Kedisiplinan Kelompok Eksperimen .................... 82
4.6
Hasil Posttest Tingkat Kedisiplinan Kelompok Eksperimen ................... 82
4.7
Hasil Pretest Tingkat Kedisiplinan Kelompok Kontrol ........................... 83
4.8
Hasil Posttest Tingkat Kedisiplinan Kelompok Kontrol ......................... 83
4.9
Hasil Rata-rata Pretest dan Posttest ......................................................... 84
4.10 Hasil Uji Normalitas ................................................................................ 85 4.11 Hasil Uji Homogenitas ............................................................................. 86 4.12 t-test Kelompok Kontrol .......................................................................... 87 4.13 t-test Kelompok Eksperimen .................................................................... 88 4.14 t-test posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen .................................. 89
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1.
Tabulasi Data Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian .................................... 100
2.
Validitas Dan Reliabilitas Data Hasil Uji Coba Instrumen ......................... 101
3.
Instrumen Penelitian ................................................................................... 102
4.
Tabulasi Data Hasil Penelitian .................................................................... 103
5.
Uji Normalitas Data Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen .............. 104
6.
Uji Homogenitas Data Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen .......... 105
7.
Uji Perbedaan Data Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen .................................................................................................. 106
8.
Uji Perbedaan Data Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen ............. 107
9.
Dokumentasi ............................................................................................... 108
10. Surat Ijin Penelitian ..................................................................................... 109
xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan salah satu kebutuhan dasar anak dalam rangka
pembentukan dan pengembangan wataknya secara sehat. Tujuannya ialah agar anak dapat secara kreatif dan dinamis dalam mengembangkan hidupnya di kemudian hari. Tentu saja kasih sayang dan disiplin harus berjalan bersama-sama secara seimbang. Dengan kata lain kasih sayang tanpa disiplin mengakibatkan munculnya rasa sentimen dan ketidakpedulian sebaliknya disiplin tanpa kasih sayang merupakan tindakan kejam. Oleh karena itu, bahasan mengenai disiplin ini amat perlu karena hal ini dapat menjadi sumber masukan dalam pelayanan sebagai guru, sehingga guru memiliki pemahaman yang benar mengenai disiplin. Selain itu dapat menjadi alat refleksi bagi guru, sehingga guru dapat bersikap yang benar dalam mendisiplinkan anak didiknya. Orangtua dan guru selalu memikirkan cara yang tepat dalam menerapkan disiplin bagi anak sejak balita hingga masa kanak-kanak dan sampai usia remaja. Tujuan disiplin adalah mengarahkan anak agar belajar mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa dewasanya, dimana anak sangat bergantung kepada disiplin diri dan pembentukkan perilaku sedemikian rupa hingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya tertentu, tempat individu itu
1
2
diidentifikasikan. Karena tidak ada pola budaya tunggal, tidak ada pula satu falsafah pendidikan yang menyeluruh untuk mempengaruhi cara menanam disiplin. Bakwin dan bakwin (Wantah 2005: 141) telah memberi beberapa alasan terjadinya perubahan dalam sikap sosial terhadap disiplin yakni, hilangnya pengaruh agama, popularitas psiko-analisis dengan penekanan pada pengaruh buruk, penekanan emosi, pemusatan perhatian pada perkembangan emosional, perkembangan spiritual, doktrin palsu yang menyatakan bahwa kesalahan dalam pendidikan anak berbekas secara permanen pada jiwa anak, hilangnya kepercayaan diri orang tua yang menyebabkan wibawa mereka merosot. Selanjutnya banyak orang tua tidak berusaha untuk menanamkan disiplin sehingga akan menyebabkan rasa benci yang akan membuat hubungan orang tua dengan anak yang lebih besar sulit dan tidak menyenangkan. Spock (Wantah 2005: 142) Konsep positif dari disiplin ialah sama dengan pendidikan dan bimbingan karena menekankan pertumbuhan didalam disiplin diri dan pengendalian diri. Ini kemudian akan melahirkan motivasi dari dalam. Disiplin negatif
memperbesar
ketidakmatangan
individu,
sedangkan
disiplin
positif
menumbuhkan kematangan. Fungsi pokok disiplin ialah mengajarkan anak menerima pengekangan yang diperlukan dan membantu mengarahkan energi anak ke dalam jalur yang berguna dan diterima secara sosial. Oleh sebab itu disiplin positif akan membawa hasil yang lebih baik dari pada disiplin negatif. Ironisnya fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan mengisyaratkan masih banyak terjadi perilaku kurang disiplin seperti kehidupan sex bebas,
3
keterlibatan dalam narkoba, geng motor, dan berbagai tindakan yang menuju ke arah kriminal lainnya, yang tidak hanya dapat merugikan diri sendiri tetapi juga merugikan masyarakat umum. Di lingkungan internal sekolahpun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang merentang dari pelanggaran ringan sampai pelanggaran berat, seperti kasus bolos sekolah, perkelahian, nyontek, pemalakan, dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya. Tentu saja semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangan, maka disinilah arti penting penanaman disiplin sejak dini yaitu untuk mencegah dan menanggulangi adanya ketidakdisiplinan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di Taman Kanakkanak Hj. Isriati Baiturahman 01 Semarang, di masing-masing kelas yang ada di sekolah tersebut menunjukkan masih saja ada anak yang menunjukkan perilaku kurang disiplin hal ini terlihat dari ada beberapa siswa yang datang terlambat ke sekolah, dan pada saat proses pembelajaran berlangsung seperti pada saat kegiataan pembukaan yaitu pada saat berdoa masih ada anak yang bercanda dan berbicara dengan temannya yang lain, pada saat mencuci tangan ada anak yang tidak mau antri, atau pada saat bermain anak berebut mainan dengan temannya dan lain sebagainya. Hal ini berarti bahwa anak belum mematuhi dan memahami adanya aturan yang berlaku dalam proses pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah kurang disiplin yang terjadi di sekolah tersebut, maka ada salah satu metode yang sering digunakan di sekolah untuk penguatan perilaku positif pada anak yaitu pemberian reward (penghargaan), yang pertama reward
4
verbal yang berupa pujian dari guru. Dimana pujian diberikan ketika siswa dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan tertib. Reward (penghargaan) tidak hanya berupa verbal, tetapi ada juga yang berupa non verbal salah satunya yaitu dengan metode token ekonomi. Token ekonomi merupakan suatu wujud modifikasi perilaku yang dirancang untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan dengan pemakaian token (tanda-tanda). Individu menerima token dengan cepat setelah mempertunjukkan perilaku yang diinginkan. Token itu kemudian dikumpulkan dan dapat dipertukarkan dengan suatu obyek atau kehormatan yang penuh arti. Secara singkatnya token ekonomi merupakan sebuah sistem penguatan untuk perilaku yang dikelola dan diubah, seseorang mesti dihadiahi atau diberikan penguatan untuk meningkatkan atau mengurangi perilaku yang diinginkan. Tujuan utama token ekonomi adalah untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Boniecki (2003: 225) mengenai penggunaan token ekonomi sebagai penguatan dalam meningkatkan partisipasi siswa dalam kelas menunjukan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan setelah penggunaan token ekonomi, terlihat bahwa siswa lebih antusias dan ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran berlangsung. Hasil ini menunjukkan bahwa token ekonomi memotivasi siswa dalam menanggapi setiap pertanyaan yang disampaikan dalam pembelajaran.
5
Berdasarkan hasil penelitian di atas mengidentifikasikan bahwa token ekonomi dapat digunakan dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada proses pembelajaran berlangsung. Token ekonomi yang digunakan untuk siswa ini berupa point atau permen. Token ekonomi ini juga dapat digunakan pada anak usia dini, jika pada siswa yang lebih besar token ekonomi yang digunakan berupa poin atau permen, sedangkan untuk anak usia dini dapat berupa sesuatu yang lebih menarik seperti kartu, koin, dan lain-lain. Dibidang pendidikan Abikoff dan Hecttman (Davison 2006: 685) menyatakan bahwa yang diperlukan dalam penanganan perilaku anak dapat didasarkan pada prinsip pengkondisian operant. Program-program tersebut minimal menunjukkan keberhasilan jangka pendek dalam memperbaiki perilaku sosial dan akademik. Dalam penanganan tersebut, perilaku anak dipantau di rumah dan di sekolah, mereka diberi penguatan untuk berperilaku sesuai harapan, contohnya tetap duduk di kursi dan mengejarkan tugas-tugas mereka. Sistem poin dan papan bintang merupakan komponen umum dalam program-program tersebut. Anak-anak yang menjelang remaja mendapatkan poin dan anak-anak yang lebih muda mendapatkan bintang karena berperilaku tertentu, anak-anak kemudian dapat menukar poin dan bintang mereka dengan hadiah. Fokus program operant ini adalah meningkatkan karya akademik, menyelesaikan tugas-tugas rumah atau belajar keterampilan sosial spesifik. Sungguh merupakan harapan bersama kedisiplinan dapat terwujud dalam keseharian masyarakat yang dimulai sejak dini. Oleh karena itulah peneliti tertarik
6
untuk mengadakan penelitian mengenai “Efektivitas Pemberian Reward Melalui Metode Token Ekonomi Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Anak Usia Dini”.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat
ditarik rumusan masalah sebagai berikut : 1.2.1
Apakah pemberian reward melalui metode token ekonomi dapat diterapkan pada anak usia dini?
1.2.2
Bagaimana bentuk media token ekonomi yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak usia dini?
1.2.3
Apakah pemberian reward melalui metode token ekonomi efektif dalam meningkatkan kedisiplinan anak usia dini?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.3.1
Untuk mengetahui apakah pemberian reward melalui metode token ekonomi ini sesuai untuk anak usia dini.
1.3.2
Untuk mengetahui bentuk media token ekonomi yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak usia dini.
1.3.3
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemberian reward melalui metode token ekonomi dalam meningkatkan kedisiplinan anak usia dini.
7
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat diadakannya penelitian ini adalah : 1.4.1
Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasanah penelitian ilmiah
terutama pada bidang pendidikan anak usia dini mengenai efektivitas pemberian reward melalui metode token ekonomi sebagai peningkatan kedisiplinan siswa di sekolah. 1.4.2
Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi penulis dapat menambah pengetahuan dan pengalaman 1.4.2.2 Sebagai masukan bagi tenaga pengajar di TK sebagai bahan kajian dalam meningkatkan kedisiplinan siswa sehingga siswa lebih siap melanjutkan ke jenjang pendidikan sekolah dasar. 1.4.2.3 Dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai pemberian reward melalui metode token ekonomi sebagai peningkatan kedisiplinan siswa.
1.5
Batasan Istilah
1.5.1
Reward (Penghargaan) Reward berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik.
Penghargaan itu akan memberi motivasi kepada anak untuk meningkatkan dan memperkuat perilaku yang sesuai dengan aturan dan norma-norma, serta memperkuat
8
anak untuk menghindarikan dirinya dari tindakan-tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat. 1.5.2
Metode Token Ekonomi Token Ekonomi merupakan suatu wujud modifikasi perilaku yang dirancang
untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan dengan pemakaian token (tanda-tanda). Individu menerima token dengan cepat setelah mempertunjukkan perilaku yang diinginkan. Token itu dikumpulkan dan dipertukarkan dengan suatu obyek atau kehormatan yang penuh arti. 1.5.3
Kedisiplinan Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses
dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban yang diajarkan disekolah. 1.5.4
Anak Usia Dini Anak usia dini adalah anak yang berusia nol tahun atau sejak lahir sampai
berusia kurang lebih delapan tahun atau dari lahir sampai usia SD kelas awal (The National Association Education of Young Children). Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar), intelegensi (daya piker, daya ciptaa, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa komunikasi yang khusus
sesuai
dengan
tingkat
pertumbuhan
dan
perkembangan
anak.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Reward
2.1.1 Pengertian Reward Reward merupakan suatu bentuk teori penghargaan positif yang bersumber dari aliran behavioristik yang dikemukakan oleh Watson, Ivan Pavlov dan kawankawan dengan teori stimulus-responnya. Reward atau penghargaan merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulang kembalinya tingkah laku tersebut. Reward menurut bahasa, berasal dari bahasa inggris reward yang berarti penghargaan atau hadiah. Sedangkan menurut istilah, banyak sekali pendapat yang mengemukakan, diantaranya reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Menurut Maslow (Wantah 2005: 164) penghargaan adalah salah satu dari kebutuhan pokok yang mendorong seseorang untuk mengaktualisasi dirinya. Sedangkan menurut Goodman & Gurian (Wantah 2005: 164) pemberian penghargaan harus didasarkan kepada prinsip bahwa penghargaan itu akan memberi motivasi kepada anak untuk meningkatkan dan memperkuat perilaku yang sesuai dengan aturan dan norma-norma, serta memperkuat anak untuk menghindarkan dirinya dari
9
10
tindakan-tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat. Dalam pelaksanakannya pemberian penghargaan perlu memperhatikan mutu perilaku, jenis tindakan, usia, tingkat perkembangan anak, serta situasi dan kondisi dimana penghargaan itu diberikan. Reward adalah salah satu alat pendidikan untuk mendidik anak supaya dapat merasa senang, karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Hal ini bertujuan agar anak lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau memningkatkan prestasi yang telah dicapainya. Dengan kata lain, anak menjadi lebih keras kemauannya untuk bekerja atau berbuat yang lebih baik lagi. Reward merupakan sesuatu yang disenangi dan digemari oleh anak-anak, dapat diberikan kepada siapa saja yang mampu memenuhi harapan, yakni mencapai tujuan yang ditentukan, atau bahkan melebihinya. Besar kecilnya reward yang diberikan bergantung kepada banyak hal, terutama ditentukan oleh tingkat pencapaian yang telah diraih. Penghargaan yang diberikan kepada anak tidak harus berbentuk materi, tetapi dapat juga berupa kata-kata pujian dan senyuman pada anak. Penghargaan beda dengan imbalan. Penghargaan merupakan sesuatu hal positif yang diraih anak, sedangkan imbalan merupakan suatu janji untuk memberikan sesuatu apabila anak menampilkan suatu perbuatan yang diinginkan. Penghargaan diberikan setelah suatu tindakan baik dilakukan, sedangkan imbalan adalah janji yang diberikan sebelum suatu tindakan baik dilakukan.
11
Bentuk dan cara penghargaan yang diberikan kepada anak harus sesuai dengan tingkat perkembangannya. Bentuk penghargaan yang diberikan oleh pendidik untuk anak kecil tentunya berbeda dengan penghargaan yang diberikan kepada anak yang lebih besar. Penghargaan yang diberikan kepada anak kecil jangan hanya verbal karena mereka belum mengetahui apa yang dikatakan pendidik. Penghargaan yang diberikan kepada anak kecil harus kongkrit diikuti dengan perbuatan seperti ciuman, pelukan, dan senyuman. Peranan reward dalam proses mengajar cukup penting terutama sebagai faktor eksternal dalam mempengaruhi dan mengarahkan perilaku siswa. Hal ini berdasarkan atas berbagai pertimbangan logis, diantarnya reward dapat menimbulkan motivasi belajar siswa. Penghargaan dapat juga berbentuk hadiah. Hadiah dapat diberikan sebagai suatu tanda bahwa anak telah meraih suatu kesuksesan seperti berbagai prestasi yang baik di sekolah. Thomson (Wantah 2005: 166) mengatakan bahwa hadiah yang baik adalah hadiah yang dijanjikan dan menarik dari pada langsung menerima hadiah tetapi tidak menarik. Hadiah yang sangat menarik akan meningkatkan motivasi belajar anak atau paling tidak mempertahankannya agar pada waktu yang akan datang anak masih boleh menerima hadiah. Schaefer (Wantah 2005: 166) mengemukakan bahwasannya penghargaan dalam bentuk hadiah disamping memberi motivasi juga akan meningkatkan rasa percaya diri anak. Dengan hadiah yang diterima, anak merasa yakin dan percaya diri
12
terhadap semua perbuatan yang dilakukannya. Ia tidak ragu-ragu, bimbang, dan merasa aman terhadap perilakunya sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa reward adalah suatu cara yang dilakukan oleh seseorang untuk memberikan suatu penghargaan kepada seseorang karena sudah mengerjakan suatu hal yang benar, sehingga seseorang itu bisa semangat lagi dalam mengerjakan tugas tersebut. 2.1.2
Komponen-Komponen Penerapan Reward Menurut Usman (1992: 73) menyebutkan bahwa keterampilan dasar
penerapan reward terdiri atas beberapa komponen, diantaranya: 2.1.2.1 Reward Verbal (pujian): 1) Kata-kata: bagus, ya benar, tepat, bagus sekali, dan lain-lain. 2) Kalimat: pekerjaan anda baik sekali, saya gembira dengan hasil pekerjaan anda. 2.1.2.2 Reward Non Verbal: 1) Reward berupa gerakan mimik dan badan antara lain: senyuman, acungan jari, tepuk tangan dan lain-lain. 2) Reward dengan cara mendekati, guru mendekati siswa untuk menunjukkan perhatian, hal ini dapat dilaksanakan dengan cara guru berdiri disamping siswa, berjalan menuju kearah siswa, duduk dekat seorang siswa atau kelompok siswa, berjalan disisi siswa. Guru dapat mengira-ngira berapa lama ia berada didekat seorang atau kelompok siswa, sebab bila terlalu lama akan menimbulkan suasana yang tidak baik di kelas.
13
3) Reward dengan cara sentuhan, guru dapat menyatakan persetujuan dan penghargaan terhadap siswa dengan cara menepuk pundak atau menjabat tangan. 4) Reward berupa symbol atau benda, reward simbol ini dapat berupa surat-surat tanda jasa atau sertifikat-sertifikat. Sedangkan yang berupa benda dapat berupa kartu bergambar, peralatan sekolah, pin, dan lain sebagainya. 5) Kegiatan yang menyenangkan. Guru dapat menggunakan kegiatan atau tugas yang disenangi oleh siswa. Misalnya, seorang siswa yang memperlihatkan kemajuan dalam pelajaran musik ditunjuk untuk menjadi pemimpin paduan suara sekolah atau diperbolehkan menggunakan alat-alat musik pada jam bebas. 6) Reward dengan memberikan penghormatan. Reward yang berupa penghormatan tersebut juga dibagi lagi menjadi dua macam. Pertama, berbentuk semacam penobatan yaitu anak yang mendapat penghormatan diumumkan dan ditampilkan dihadapan teman sekelasnya, teman-teman sekolah atau mungkin juga dihadapan para orang tua murid. Kedua penghormatan yang berbentuk pemberian kekuasaan untuk melakukan sesuatu. 7) Reward dengan memberikan perhatian tak penuh. Diberikan kepada siswa yang memberikan jawaban kurang sempurna. Misalnya, bila seorang siswa hanya memberikan jawaban sebagian sebaiknya guru menyatakan, “Ya, jawabanmu sudah baik, tetapi masih perlu disempurnakan”, dengan begitu siswa tersebut mengetahui bahwa jawabannya tidak seluruhnya salah, dan ia mendapat dorongan untuk menyempurnakannya.
14
Dengan banyaknya macam reward diatas, maka dari itu guru dapat memilih reward yang relevan untuk siswa disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa. 2.1.3
Syarat-Syarat Reward Dalam memberikan reward seorang guru hendaknya dapat mengetahui siapa
yang berhak mendapat reward, seorang guru harus selalu ingat akan maksud dari pemberian reward tersebut. Seorang siswa yang pada suatu ketika menunjukkan hasil lebih baik dari biasanya, mungkin sangat baik bila diberi reward. Seorang guru hendaknya bijaksana, jangan sampai reward menimbulkan iri hati pada siswa lain yang merasa dirinya lebih pandai, tetapi tidak mendapatkan reward. Kalau kita perhatikan apa yang diuraikan tentang maksud ganjaran, bila mana dan siapa yang perlu mendapat reward, serta reward apakah yang baik untuk diberikan kepada seseorang. Purwanto (1985: 233) menyebutkan bahwa ada beberapa syarat yang harus diperhatikan oleh pendidik dalam memberikan reward diantaranya: 1) Untuk memberi ganjaran yang pedagogis perlu sekali guru mengenalkan betul murid-muridnya dan dapat menghargai dengan tepat. Reward yang tidak tepat dapat membawa akibat yang tidak diinginkan. 2) Ganjaran yang diberikan kepada seorang anak janganlah menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi anak yang lain yang merasa pekerjaannya juga lebih baik, tetapi tidak mendapat reward. 3) Memberi reward hendaknya hemat, terlalu kerap atau terus menerus memberi reward menjadi hilang arti reward tersebut sebagai alat pendidikan.
15
4) Janganlah memberi reward dengan menjanjikan dahulu sebelum anak-anak menunjukkan prestasi kerjanya, reward yang telah dijanjikan dahulu akan membawa kesukaran bagi beberapa anak yang kurang pandai. 5) Pendidik harus berhati-hati dalam memberi reward, jangan sampai reward yang diberikan kepada anak dianggap sebagai upah dari jerih payah yang telah dilakukan. Ada beberapa pendapat yang berbeda-beda dari para ahli pendidikan tentang reward sebagai alat pendidikan. Sebagian menyetujui dan menganggap reward dipakai sebagai alat untuk membentuk kata hati siswa. Sebaliknya ada pula para ahli pendidikan yang tidak suka sama sekali. Mereka berpendapat bahwa reward itu dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat pada siswa. Menurut pendapat mereka, seorang guru hendaklah mendidik siswa supaya mengerjakan dan berbuat yang baik dengan tidak mengharapkan imbalan atau pujian, tetapi semata-mata karena pekerjaan atau perbuatan itu memang kewajibannya. Sedangkan pendapat yang terakhir terletak diantara keduanya, sebagai seorang pendidik hendaklah menyadari bahwa yang dididik adalah siswa yang masih lemah kemauannya dan belum mempunyai kata hati seperti orang dewasa. Mereka belumlah dapat dituntut supaya mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk atas kemauannya sendiri. Perasaan kewajiban mereka masih belum sempurna. Untuk itu, reward sangat diperlukan dan berguna bagi pembentukan kata hati dan kemauan.
16
2.1.4
Tujuan Reward Mengenai masalah reward, perlu dibahas tentang tujuan yang harus dicapai
dalam pemberian reward. Hal ini dimaksudkan, agar dalam berbuat sesuatu bukan karena perbuatan semata, namun ada sesuatu yang harus dicapai dengan perbuatannya, karena dengan adanya tujuan akan memberi arah dalam melangkah. Tujuan yang harus dicapai dalam pemberian reward adalah untuk lebih mengembangkan motivasi yang bersifat intrinsik dari motivasi ekstrinsik, dalam artian siswa melakukan suatu perbuatan, maka perbuatan itu timbul dari kesadaran siswa itu sendiri. dan dengan adanya reward diharapkan dapat membangun suatu hubungan yang positif antar siswa, karena reward itu adalah bagian dari pada rasa cinta kasih sayang seorang guru kepada siswa. Jadi, maksud dari reward yang penting bukanlah hasil yang dicapai seorang siswa, tetapi dengan hasil yang dicapai, guru bertujuan membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih keras pada siswa. Seperti halnya disinggung diatas, bahwa reward disamping merupakan alat pendidikan represif yang menyenangkan, juga dapat mejadi pendorong atau motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik. 2.1.5
Fungsi dan Peranan Reward Menurut Hurlock (1978: 90) pemberian penghargaan mempunyai fungsi dan
peranan penting dalam mengembangkan perilaku anak sesuai dengan cara yang disetujui masyarakat, diantaranya:
17
2.1.5.1 Penghargaan mempunyai nilai mendidik Penghargaan yang diberikan kepada anak menunjukkan bahwa perilaku anak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Dari pemberian penghargaan itu anak belajar bahwa melaksanakan perbuatan yang sesuai dengan harapan masyarakat akan memperoleh penghargaan yang mendatangkan rasa senang dan puas. Penghargaan yang diberikan pada anak bervariasi intensitasnya tergantung pada tingkah laku yang ditunjukkan anak dan menurut standar yang disetujui secara sosial. Dari variasi penghargaan itu anak belajar bahwa nilai penghargaan yang diberikan oleh pendidik tergantung kepada nilai tingkah laku sosial yang diperlihatkan anak. 2.1.5.2 Penghargaan berfungsi sebagai motivasi Penghargaan memotivasi anak untuk mengulangi atau mempertahankan perilaku yang disetujui secara sosial. Pengalaman anak mendapatkan penghargaan yang menyenangkan akan memperkuat motif untuk bertingkahlaku baik, dan menghindari tingkah laku yang dicela oleh orang tua dan masyarakat. Dengan adanya penghargaan, di masa mendatang anak akan berusaha sedemikian rupa untuk berperilaku lebih baik agar mendapatkan penghargaan. 2.1.5.3 Penghargaan berfungsi memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial Apabila anak menampilkan tingkah laku yang diharapkan oleh masyarakat secara berkesinambungan dan konsisten, ketika perilaku itu dihargai, anak merasa bangga. Kebanggaan itu akan menjamin anak untuk terus mengulangi dan bahkan meningkatkan kualitas penampilan perilaku itu.
18
2.2
Token Ekonomi
2.2.1
Konsep Metode Token Ekonomi Motivasi adalah harapan seseorang untuk mencapai tujuan atau kombinasi
dari semangat berusaha untuk mencapai tujuan. Salah satu cara membangkitkan motivasi siswa ialah melalui pemberian penghargaan. Dari berbagai penelitian terbukti bahwa penghargaaan yang diberikan secara berulang-ulang akan mengubah perilaku yang diharapkan sehingga menjadi kebiasaan. Penghargaan juga dapat meningkatkan kepuasan dan kesenangan. Rasa puas dan rasa senang merupakan bagian penting yang dapat membangkitkan suasana belajar yang lebih efektif. Jika dorongan tumbuh dari dalam diri siswa sendiri maka kekuatan itu dapat menjadi kekuatan sebagai motivasi internal. Motivasi internal dapat berkembang sebagai hasil aktivitas seseorang karena hobi atau karena adanya keyakinan bahwa dirinya dapat mencapai tujuan. Sepanjang masa kanak-kanak, penghargaan mempunyai nilai edukatif yang penting. Imbalan mengatakan pada mereka bahwa perilaku mereka sesuai dengan harapan sosial, dan memotivasi mereka untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial ini. Jadi penghargaan merupakan pendorong untuk perilaku yang baik (Hurlock 1978: 91). Sesuai dengan teori operant conditioning atau instrumental conditioning yang dikembangkan oleh E.L. Thordike (Alwisol 2009: 323) reinforser (penguatan) tidak diasosiasikan dengan stimulus yang dikondisikan, tetapi diasosiasikan dengan respon
19
karena respon itu sendiri beroperasi memberi reinforsemen (pengutan). Skinner (Alwisol 2009: 323) menyebut respon itu sebagai tingkahlaku operan (operant behavior) Teknik yang didasarkan pada prinsip operant conditioning, didisain untuk mengubah tingkah laku klien. Hadiah dalam bentuk kartu berharga diberikan kepada klien setiap kali klien memunculkan tingkah laku yang dikehendaki, misalnya memakai pakaian sendiri, makan sendiri, mangatur tempat tidur, menyapu lantai, belajar, dan lain sebagainya. Pemberian reinforsemen diatur dalam interval atau rasio, bisa divariasikan dengan memberi hukuman, yakni mengambil kartu yang sudah dimiliki kalau melakukan kesalahan. Sesudah kartu di tangan klien mencapai jumlah tertentu, dapat ditukar dengan reinforsemen primer yang disukai. Token ekonomi merupakan suatu wujud modifikasi perilaku yang dirancang untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan dengan pemakaian token (tanda-tanda). Individu menerima token dengan cepat setelah mempertunjukkan perilaku yang diinginkan. Token itu dikumpulkan dan dapat dipertukarkan dengan suatu obyek atau kehormatan yang penuh arti. Token ekonomi adalah sebuah program dimana sekelompok individu dapat menghasilkan beberapa token (tanda) untuk bermacam-macam perilaku yang diinginkan, dan dapat menukar token yang didapat untuk penguatan cadangan (Martin 1996: 300). Istilah program token ekonomi merujuk pada sembarang sistem ketika seseorang dibayar atas tindakan positifnya dan didenda jika melakukan tindakan
20
negatif. Pembayaran dapat dilakukan dalam bentuk koin atau poin, yang digunakan untuk membeli imbalan boleh berupa barang atau hak istimewa (Edward 2006: 160). Token ekonomi merupakan suatu prosedur dimana beberapa token (kupon) (misal kepingan poker, atau stiker) diberikan ketika muncul perilaku yang dikehendaki dan dapat ditukar dengan benda-benda atau aktivitas yang diinginkan (Davison 2004: 68). Prinsipnya penghargaan mendorong untuk berprestasi. Bentuk penghargaan berupa uang telah terbukti baik dapat meningkatkan motivasi siswa. Pada banyak peristiwa uang telah efektif menjadi media pemicu prestasi. Itu sebabnya pada banyak perlombaan menggunakan uang sebagai salah satu hadiah. Pada kegiatan yang berbeda hadiah dapat berbentuk pemberian makanan, buku pelajaran, pulsa telepon, media hiburan, dll. Uang bisa membuat mereka lebih memperkuat semangat dan bersedia melaksanakan kerja keras dalam mendapatkan sesuatu yang diharapkan. Baik itu uang yang sebenarnya mata uang atau uang sekolah yang mungkin dapat ditukar dengan barang tertentu, stiker yang memiliki arti tertentu atau kartu yang memperlihatkan sejumlah kompetensi misalnya stiker bintang yang menggambarkan sejumlah prestasi siswa. Yang paling penting perlu diperhatikan adalah perhatikan prestasi sekecil apa pun harus diberi penghargaan sebagai bentuk dari peningkatan perilaku baik yang telah dilakukan. Penghargaan akan membangkitkan semangat berkompromi, berkolaborasi, rivalitas dan kompetisi sehingga membangkitkan semangat daya belajar siswa dalam
21
kelas. Salah satu strategi yang dapat sekolah terapkan melalui aplikasi metode ini ialah penghargaan dalam bentuk beasiswa yang dapat siswa peroleh pada setiap bulan atau pada setiap semester. Siswa berkompetisi untuk memperolehnya dengan cara mengumpulkan token sebanyak-banyaknya dalam proses kegiatan belajar mengajar. Secara singkatnya token ekonomi merupakan sebuah sistem reinforcement atau penguatan
untuk
perilaku
yang
dikelola
dan
diubah,
seseorang
mesti
dihadiahi/diberikan penguatan untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan. Tujuan yang utama suatu token ekonomi ialah untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Bagaimanapun, tujuan yang lebih utama dari token ekonomi adalah untuk mengajarkan perilaku yang sesuai dan ketrampilan-ketrampilan sosial yang dapat digunakan dalam satu lingkungan yang alami (wajar). Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa token ekonomi adalah sistem perlakuan kepada tiap individu untuk mendapatkan bukti target perilaku setelah mengumpulkan sejumlah perilaku tertentu sehingga mencapai kondisi yang diharapkan, dengan cara subyek mendapat penghargaan setelah menunjukkan perilaku yang diharapkan. Hadiah dikumpulkan selanjutnya setelah terkumpul hadiah dapat ditukar dengan penghargaan yang bermakna. 2.2.2
Tujuan Token Ekonomi Tujuan pelaksanaan token ekonomi adalah sebagai bukti ekonomi dapat
digunakan untuk memenuhi berbagai tujuan pendidikan dalam membangun perilaku
22
siswa. Menurut Rahmat (2004: 02) penggunaan metode token ekonomi memiliki tujuan diantaranya: 1) Meningkatnya kepuasan dalam mendorong peningkatan kompetensi siswa melalui penghargaan yang kongkrit atau visual sehingga tingkat kesenangan siswa melakukan sesuatu prestasi benar-benar tampak. 2) Meningkatnya efektivitas waktu dalam pelaksanaan pembelajaran. Belajar yang efektif adalah yang menggunakan waktu yang pendek dengan hasil yang terbaik dan terbanyak. Siswa harus menyadari berapa lama mereka telah belajar dan berapa banyak waktu yang telah mereka gunakan secara efektif untuk melaksanakan aktivitas belajar. 3) Berkurangnya kebosanan, suasana belajar yang kolaboratif, rivalitas, kompetitif yang diberi penguatan oleh pendidik dapat menurunkan tingkat kebosanan sehingga siswa dapat berpartisipasi dalam jangka waktu yang yang lama. 4) Meningkatnya daya respon suasana belajar yang kompetitif akan meningkatkan kecepatan siswa dalam memberikan respon. Setiap respon yang sesuai dengan tujuan akan segera mendapat penguatan sehingga suasana belajar menjadi cair, komunikatif dan lebih menyenangkan. 5) Berkembangnya penguatan yang lebih alami, melalui pemberian penguatan yang tepat waktu dan disesuaikan dengan tingkat prestasi setiap siswa atau setiap kelompok siswa. 6) Meningkatnya penguatan sehingga motivasi belajar setiap siswa berkembang atau setiap kelompok siswa di kelas selalu dalam keadaan terpacu, untuk mewujudkan
23
daya pacu ini akan semakin berkembang jika siswa juga mendapat layanan untuk mengabadikan daya kompetisinya seperti dengan dukungan rekaman video. Token ekonomi merupakan suatu modifikasi perilaku yang dirancang untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan, sehingga beberapa tujuan adanya token ekonomi yang disebutkan diatas adalah token ekonomi diharapkan efektif dalam meningkatkan perilaku yang diingikan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. 2.2.3
Komponen Token Ekonomi Rahmat (2004: 04) menyebutkan sebelum kegiatan belajar dilaksanakan
pendidik menyiapkan beberapa komponen yang dibutuhkan, diantaranya: 1) Token atau simbol praktis dan atraktif untuk memicu tumbuhnya motivasi belajar. Token yang dapat digunakan sebagai simbol penghargaan yaitu seperti stiker, guntingan kertas, simbol bintang atau uang mainan. Token sendiri tidak selalu dalam bentuk yang berharga, namun setelah siswa mengoleksinya dengan cara menunjukkan perilaku yang diharapkan mereka dapat menukarkan token itu dengan suatu yang berharga. Dengan demikian setelah satu rentang waktu tertentu guru harus menyediakan barang penukar token yang berharga untuk siswa. Barang yang paling mudah seperti permen, alat tulis atau benda berharga yang dapat dibiayai sekolah. 2) Definisi target perilaku jelas. Hal itu berarti guru maupun siswa perlu memahami dengan baik perilaku yang diharapkan. Siswa memahami benar perilaku seperti apa yang harus ditunjukkannya sebagai hasil belajar. Penjelasan harus singkat
24
namun cukup sebagai dasar pemahaman siswa mengenai hadiah yang dapat diperolehnya setelah menunjukkan prestasi. 3) Dukungan penguatan (reinforcers) dengan barang yang berharga. Dukungan itu dapat dalam bentuk barang, hak istimewa, atau aktivitas individu yang dapat ditukar dengan makanan, seperangkat permainan atau waktu ekstra untuk bermain. 4) Sistem penukaran token atau symbol. Sukses penyelenggaraan token ekonomi sangat bergantung pada sukses dalam memberikann penguatan yang dapat ditukarkan dengan nilai yang sebanding dengan prestasi yang dicapai. 5) Sistem dokumentasi atau perekam data. Pemberian penghargaan yang tepat sangat bergantung pada ketepatan menghimpun data. Oleh karena itu alat perekam dapat membantu meningkatkan proses ini sehingga informasi dari proses pembelajaran dapat dikelola dengan tingkat akurasi yang tinggi. 6) Konsistensi dalam implementasi untuk menjunjung konsistensi itu sebaiknya terdapat panduan teknis yang tertulis sebagai pegangan pelaksanaan tugas sehingga apa yang direncanakan itulah yang dilaksanakan. Program token ekonomi merupakan satu sistem pengukuhan secara simbolik. Murid diberi token apabila menunjukkan tingkahlaku yang diinginkan. Program ini dipanggil sebagai sistem ekonomi karena berasaskan sistem keuangan, yaitu token yang diterima mempunyai nilai ekonomi dan boleh ditukar dengan benda atau aktivitas yang dikenal pasti sebagai pengukuhan kepada murid.
25
2.2.4
Langkah-Langkah Pelaksanaan Token Ekonomi
Dalam memberikan token ada beberapa langkah utama yang harus dipersiapkan, Kurniawati (2010: 90) menyebutkan beberapa langkah tersebut diantaranya: 2.2.4.1 Menentukan perilaku target Semakin homogeny individu kelompok yang dikenai token ekonomi, maka akan semakin mudah menstandarisasikan aturan-aturan yang berlaku dalam token ekonomi. 2.2.4.2 Mencari garis basal Yakni memperoleh data sebelum melakukan penanganan, biasanya melalui pengamatan selama dua minggu terhadap perilaku target. Sesudah program dimulai, kita bisa membandingkan data dengan yang diperoleh saat menentukan garis basal, sehingga dapat menentukan efektivitas program. 2.2.4.3 Memilih back up reinforcer Perlu diperhatikan bagaimana karakteristik peserta program dan apa saja kira-kira barang yang dibutuhkan. Barang yang menjadi pengukuh haruslah barang yang dapat digunakan atau consumable. Perlu diperhatikan pula tempat penyimpanan, dan dana yang dibutuhkan untuk melaksanakan program. 2.2.4.4 Memilih tipe token yang akan digunakan Secara umum, tipe token haruslah menarik, ringan, mudah dipindahkan, tahan lama, mudah dipegang, dan tidak mudah dipalsukan. Beberapa contoh yaitu: stiker,
26
keping logam, koin, check-mark, poin, poker chip, stempel yang dicap dibuku, tanda bintang, kartu, dan lain-lain. 2.2.4.5 Mengidentifikasikan lokasi yang terpat Token dapat diberikan dimana saja, asal diberikan setelah perilaku target muncul. 2.2.5
Kriteria Pemilihan Token: Dalam pemilihan token setidaknya disesuaikan dengan kondisi anak,
Kurniawati (2010: 91) beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pemilihan token diantaranya: 1) Disukai atau menarik perhatian anak. 2) Mencukupi bila diperlukan. 3) Praktis tidak menyusahkan. 4) Dalam bentuk yang tidak boleh dihimpunkan, dilihat, disentuh, dan dibilang. 5) Tidak mudah diperoleh di tempat lain atau tidak mudah dipalsukan. 6) Tahan lama. Beberapa kriteria pemilihan token yang disebutkan diatas dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam memilih token yang sesuai untuk anak. 2.2.6
Kebaikan dan Kelemahan Metode Token Ekonomi: Suatu metode pasti mempunyai kebaikan dan kelemahandalam penerapannya,
Kurniawati (2010: 92) dalam hal ini menyebutkan beberapa kebaikan dan kelemahan token ekonomi diantaranya:
27
2.2.6.1 Kebaikan 1) Membantu murid yang memiliki gangguan fisik (cacat) di dalam ruang kelas. 2) Menangani anak-anak dengan masalah antisocial. 3) Menurunkan tingkat absent dan meningkatkan performa akademik. 4) Mengurangi perilaku agresif anak. 5) Mengelola perilaku anak dalam keluarga. 2.2.6.2 Kelemahan 1) Kurangnya pembentukan motivasi intrinsik, karena token merupakan dorongna dari luar diri. 2) Dibutuhkan dana lebih banyak untuk penyediaan pengukuhan pendukung/back reinforce. 3) Adanya beberapa hambatan dari orang yang memberikan dan menerima token. Dengan adanya metode token ekonomi, anak menjadi lebih bisa memotivasi diri untuk ikut berpartisipasi dalam mengikuti setiap proses pembelajaran berlangsung, akan tetapi apabila token tersebut terlalu sering digunakan maka anak akan melakukan perilaku perilaku bukan karena kesadaran dari diri mereka akan tetapi atas dasar adanya pemberian token tersebut.
28
2.3
Kedisiplinan
2.3.1
Konsep Kedisiplinan Secara umum disiplin mengarah pada sikap taat dan tertib terhadap peraturan
yang ada. Artinya bila seseorang berperilaku disiplin maka ia akan taat dan patuh pada peraturan yang ada pada lingkungannya. Kata disiplin sering diungkapkan orang bilamana seorang melihat orang tua yang keras dan penuh peraturan dalam mendidik anaknya, atau melihat suatu sekolah yang menerapkan tata tertib sekolah secara ketat dan tanpa kompromi. Banyak anggota masyarakat yang sering salah mengartikan arti disiplin dalam kehidupan sehari-hari, disiplin sering diartikan bilamana salah harus dihukum dengan hukuman fisik, misal: dipukul, dicambuk, dan lain-lain. Disiplin berasal dari kata disciple artinya orang yang belajar secara sukarela mengikuti seorang pemimpin, apakah itu orang tua, guru, atau orang dewasa lainnya yang berwenang mengatur kehidupan bermasyarakat. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (Sujiono 2005: 28) disiplin adalah tata tertib yang umumnya terjadi di sekolah atau di pedidikan militer. Menurut Riberu (Wantah 2005: 139) Istilah disiplin diturunkan dari kata latin disciplina yang berkaitan dengan langsung dua istilah lain, yaitu discere (belajar) dan discipulus (murid). Disciplina dapat berarti apa yang disampaikan oleh seorang guru kepada murid. Disiplin diartikan sebagai penataan perilaku, dan peri hidup sesuai dengan ajaran yang dianut. Penataan perilaku yang dimaksud yaitu kesetiaan dan
29
kepatuhan seseorang terhadap penataan perilaku yang umumnya dibuat dalam bentuk tata tertib atau peraturan harian. Menurut Anonimous (Wantah 2005: 140) disiplin adalah suatu cara untuk membantu
anak
agar
dapat
mengembangkan
pengendalian
diri.
Dengan
menggunakan disiplin anak dapat memperoleh suatu batasan untuk memperbaiki tingkahlaku yang salah. Disiplin juga mendorong, membimbing, dan membantu anak agar memperoleh perasaan puas karena kesetiaan, kepatuhan dan mengajarkan kepada anak bagaimana berpikir secara teratur. Konsep populer dari disiplin adalah sama dengan hukuman. Menurut konsep ini, disiplin digunakan hanya bila anak melanggar peraturan dan perintah yang diberikan orang tua, guru atau orang dewasa yang berwenang mengatur kehidupan bermasyarakat, tempat anak itu tinggal. Keyakinan bahwa anak-anak memerlukan disiplin dari dulu sudah ada, tetapi terdapat perubahan dalam sikap mengenai mengapa mereka memerlukannya. Pada masa lampau dianggap bahwa disiplin perlu untuk menjamin anak menganut standar yang ditetapkan masyarakat dan yang harus dipatuhi anak agar tidak ditolak masyarakat. Sekarang telah diterima bahwa anak membutuhkan disiplin, bila mereka ingin bahagia, dan menjadi orang yang baik maka melalui disiplinlah mereka dapat berperilaku dengan cara yang diterima masyarakat. Disiplin perlu untuk perkembangan anak, karena memenuhi beberapa kebutuhan tertentu, dengan demikian disiplin memperbesar kebahagiaan dan penyesuaian pribadi anak dengan sosial anak. Bila disiplin diharapkan mampu
30
mendidik anak untuk berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial maka mereka harus mempunyai unsur-unsur pokok dalam kedisiplinan. Adapun cara mendisiplinkan yang digunakan yaitu peraturan sebagai pedoman dalam berperilaku, konsisten dalam peraturan tersebut, hukuman untuk pelanggaran peraturan dan hadiah atau penghargaan untuk perilaku baik yang sejalan dengan peraturan yang berlaku (Hurlock 1978: 82). Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai–nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Kedisiplinan dalam proses pendidikan sangat diperlukan karena bukan hanya untuk menjaga kondisi suasana belajar dan mengajar berjalan dengan lancar, tetapi juga untuk menciptakan pribadi yang kuat bagi setiap siswa. Konsep disiplin berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam kehidupan bersama yang melibatkan orang banyak. Menurut Moeliono (1993: 208) disiplin artinya adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib, aturan, atau norma, dan lain sebagainya. Sedangkan pengertian siswa adalah pelajar atau anak (orang) yang melakukan aktifitas belajar (Ibid: 849). Dengan demikian disiplin siswa adalah ketaatan (kepatuhan) dari siswa kepada aturan, tata tertib atau norma di sekolah yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar. Dari pengertian tersebut, kedisiplinan siswa dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan jam belajar di sekolah, yang meliputi jam masuk sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa
31
dalam berpakaian, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain sebagainya. Semua aktifitas siswa yang dilihat kepatuhannya adalah berkaitan dengan aktifitas pendidikan di sekolah, yang juga dikaitkan dengan kehidupan di lingkungan luar sekolah. Pengertian disiplin seringkali dikacaukan dengan pengertian tertib. Meskipun keduanya sama-sama menunjukkan keberaturan, namun muatan geneologisnya berbeda. Kalau disiplin adalah perilaku manusia yang muncul atas dasar justifikasi moralitas, ini berarti disiplin merupakan hasil proses kebudayaan (civilas dei), maka sebaliknya, tertib adalah perilaku manusia yang dibangun atas dasar justifikasi kemasyarakatan. Dengan demikian ketertiban adalah produk peradaban atau hasil kontrak sosial dalam kebersamaan. Secara filosofis, perilaku disiplin muncul karena hasil proses penyadaran dan kesadaran yang hakiki melalui proses perenungan kemanusiaan sehingga mustahil jika dalam komunitas religius muncul perilaku tidak disiplin. Sebaliknya, perilaku tertib adalah hasil proses inteleklualitas manusia melalui proses berpikir tesis, sintesis dan antitesis, untuk mengatur hubungan kemasyarakatan yang mengandung dimensi sosiologis bukan humanitis. Maka dari itu, sanksi yang diberikan pada mereka yang tidak disiplin biasanya merupakan sanksi moral lantaran mereka melanggar kaidah moralitas bukan sanksi hukum. Sebaliknya pada mereka yang tidak tertib diberikan sanksi hukum karena mereka melawan kontrak-kontrak sosial yang telah disepakati bersama sebagai aturan main dalam kemasyarakatan. Proses kesadaran dan penyadaran manusia untuk
32
menghasilkan perilaku disiplin juga dipengaruhi oleh faktor ekologis atau tata ruang kewilayahan di mana mereka tinggal. Konsep disiplin sekarang ini cenderung berkembang dan memiliki cakupan yang amat luas, meliputi disiplin dalam dimensi yang merupakan faktor penyebab munculnya perilaku tidak disiplin. Melalui metode eksplanatori yang serba terbatas rnenemukan bahwa sekalipun anak-anak tinggal di wilayah yang kumuh didukung pekerjaan, pendidikan dan penghasilan orang tuanya yang rendah, tetap saja ini menunjukkan mereka berperilaku disiplin. Anak berperilaku disiplin pada kenyataannya tidak ditentukan oleh bekerjannya variabel-variabel tersebut, tapi rnelalui proses internalisasi yang berlangsung dalam keluarga. Sekalipun orang tua rendah dalam pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan yang tidak menentu, tapi ia bersedia memberikan contoh perilaku yang baik dalam kesehariannya, maka inilah yang mempengaruhi proses pembentukan kesadaran untuk berperilaku disiplin. Dari pengertian disiplin diatas dapat disimpulkan bahwa pokok utama disiplin adalah peraturan. Adapun yang dimaksud dengan peraturan adalah pola tertentu yang ditetapkan untuk mengatur perilaku seseorang. Agar peraturan dapat berlangsung dengan efektif, maka peraturan harus dapat dimengerti, diingat, dan diterima oleh anak. 2.3.2
Tujuan Disiplin Orang tua atau guru sebagai pemimpin di keluarga atau sekolah dalam
menerapkan disiplin ada maksud dan tujuannya. Hurlock (Sujiono 2005: 31)
33
menyebutkan tujuan disiplin adalah membentuk perilaku sedemikian hingga akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya atau tempat individu itu diidentifikasikan. Melalui pendisiplinan tanpa paksaan atau dengan kesadaran akan kegunaan dan manfaat disiplin untuk hidup yang lebih baik. Seorang anak atau anggota masyarakat menjadikan disiplin karena adanya kebiasaan dalam kehidupan. Schaefer (Sujiono 2005: 32) membagi tujuan disiplin menjadi dua yaitu, pertama tujuan jangka pendek dari disiplin ialah membuat anak-anak terlatih dan terkontrol, dengan mengajarkan mereka bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas dan tidak pantas atau yang masih asing bagi mereka. Sedangkan yang kedua tujuan jangka panjang disiplin ialah perkembangan pengendalian diri sendiri (self control dan self direction) yaitu dalam hal mana anak-anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh dan pengendalian dari luar. Untuk itu orang tua atau guru yang akan menerapkan disiplin atau tata tertib hendaknya memberitahukan terlebih dahulu kepada anak atau siswa tentang kegunaan, manfaat dan resiko dalam menjalani disiplin. Melalui pemberitahuan penjelasan terlebih dahulu anak atau siswa akan menyadari kegunaan peraturan atau disiplin yang akan dilakukan, sehingga tidak ada rasa beban atau dipaksa. Penerapan disiplin bagi anak atau siswa yang konsisten akan mendatangkan manfaat bagi orang tua dan guru karena dengan disiplin, anak atau siswa dalam jangka pendek akan dapat mengontrol segala tingkah laku dan perbuatannya. Setelah sikap disiplin sudah menjadi kebiasaan dalam hidup anak atau siswa nantinya akan
34
membentuk watak dan karakter bagi anak dan siswa tersebut. Untuk jangka panjang anak atau siswa akan menjadikan manusia yang tertib, dapat membedakan serta memilih hal yang positif dalam hidupnya. 2.3.3
Pengaruh Disiplin Pada Anak Menurut Hurlock (1999: 97) disiplin dapat berpengaruh pada perilaku, sikap
dan kepribadian anak, diantaranya: 2.3.3.1 Pengaruh pada perilaku Anak yang orang tuanya lemah dalam membimbing disiplin, akan menyebabkan anak menjadi mementingkan diri sendiri, tidak menghiraukan hak-hak orang lain, agresif dan tidak sosial. Anak yang mengalami disiplin yang keras atau otoriter, akan sangat patuh dihadapan orang-orang dewasa, namun agresif dalam hubungannya dengan teman-teman sebayanya. Anak yang dibesarkan dibawah disiplin yang demokratis mengendalikan perilaku yang salah dan mempertimbangkan hak-hak orang lain. 2.3.3.2 Pengaruh terhadap sikap Anak yang orang tuanya melaksanakan disiplin otoriter maupun disiplin yang lemah cenderung membenci orang-orang yang berkuasa. Anak yang mengalami disiplin yang otoriter merasa diperlakukan tidak adil, anak yang orang tuanya lemah merasa bahwa seharusnya memperingatkan tidak semua orang dewasa mau menerima perilaku yang tidak disiplin. Disiplin yang demokratis dapat menyebabkan kemarahan sementara tapi bukan kebencian. Sikap-sikap yang terbentuk sebagai akibat dari
35
metode pendidikan anak cenderung menetap dan bersifat umum, tertuju kepada semua orang yang berkuasa. 2.3.3.3 Pengaruh terhadap kepribadian Penerapan disiplin harus memperhatikan banyak hal semakin banyak hukuman fisik digunakan, dapat membentuk anak menjadi cemberut. Ini menguatkan penyesuaian pribadi dan sosial yang buruk, yang juga merupakan ciri khas dari anak yang dibesarkan dengan disiplin yang lemah. Anak yang dibesarkan dibawah disiplin yang demokratis akan mempunyai penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial yang baik. 2.3.4
Faktor Kedisiplinan Menurut Gunarsa (2008: 86) dalam usaha menanamkan disiplin pada anak,
ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, diantaranya : 1) Menyadari adanya perbedaan tingkat kemampuan kognitif anak. Dengan azas perkembangan aspek kognitif, maka cara yang dilakukan perlu disesuaikan dengan tingkat kemampuan kognitif anak. 2) Menanamkan disiplin anak harus dimulai sejak dini yakni sejak anak mulai mengembangkan pengertian-pengertian dan mulai bisa melakukan sendiri. 3) Mempergunakan teknik demokratis sebanyak mungkin dalam usaha menanamkan disiplin. Pendekatan yang berorentasi pada kasih sayang harus dipakai sebagai dasar untuk menciptakan hubungan baik dengan anak.
36
4) Penggunaan hukuman harus diartikan sebagai bentuk sikap tegas, konsekwensi dan konsisten dangan dasar bahwa yang dilakukan bukan di anak atau perasaan anak, melainkan perbuatannya yang melanggar aturan. 5) Menanamkan sikap disiplin secara berkelanjutan, menanamkan disiplin bukanlah kegiatan “sekali jadi” melainkan harus bekali-kali, mendorong anak untuk bersikap disiplin juga perlu dilakukan berulang-ulang sampai tercapai keadaan dimana anak bisa melakukan sendiri sebagai kebiasaan. 2.3.5
Karakteristik Perkembangan Disiplin Anak Usia Dini Salah satu konsep penting yang harus ditanamkan pada masa kanak-kanak
adalah harus menyesuaikan diri melalui proses perkembangan sesuai usia dirinya. Disiplin tidak tertanam begitu saja, akan tetapi perkembangan disiplin terbagi sesuai dengan karakteristik perkembangan anak dari usia 0-8 tahun, adapun karakteristik perkembangan disiplin tersebut diantaranya: 2.3.5.1 Perkembangan Disiplin pada Masa Bayi (0-3 Tahun) Sepanjang masa bayi, bayi harus belajar melakukan reaksi-reaksi yang benar dengan berbagai situasi tertentu di rumah dan disekelilingnya. Salah haruslah selalu dianggap salah, terlepas siapa yang mengasuhnya apabila bayi bingung dan tidak mengetahui apa yang diharapkan darinya Hurlock (Sujiono 2005: 40) Sama halnya sebagai satu inovasi yang mengandung suatu perubahan fisik saja dalam kerutianan sehari-hari, akan menimbulkan rasa enggan yang sungguhsungguh pada diri anak. salah satu hal yang paling membingungkan anak adalah perubahan tempat secara tiba-tiba.
37
Sebagai seorang bayi, anak tidak menunjukkan suatu kecemasan ketika dipindahkan ke suatu ruang baru, tapi kemudian apabila ia telah terbiasa pada suatu ruang tertentu, ia akan merasa ketika dipindahkan dari satu kamar ke kamar lain. Durkheim (Sujiono 2005:41) Dengan disiplin yang ketat, meliputi pemberian hukuman atas tindakan yang salah, bayi muda sekalipun dapat dipaksa mengikuti suatu pola yang tidak menyulitkan bagi orang tua selama tahun ke 2 pada saat menjelajahi dan kecenderungan mambantah kehendak orang tua mempersulitnya untuk diatur daripada tahun pertama Hurlock (Sujiono 2005:41). Fenomena yang tampak pada usia 0-3 tahun adalah disiplin berdasarkan pembentukan kebiasaan dari orang lain terutama ibunya, misalnya: 1) Menyusui tepat pada waktunya 2) Makan tepat pada waktunya 3) Tidur tepat pada waktunya 4) Berlatih buang air seni (toilet training) 5) Dapat mengikuti pola yang menyulitkan orang tua pada perilaku menjelajah mempersulitnya untuk diatur daripada tahun pertama 2.3.5.2 Perkembangan Disiplin dalam Masa Kanak-Kanak (Usia 3-8 Tahun) Fenomena yang tampak diantaranya: 1) Disiplin melalui cerita fiktif maupun sebenarnya 2) Dapat diajak bertukar pikiran, konsekwensi yang harus diterima apabila berbuat salah dan apabila berbuat benar
38
3) Disiplin melalui kegiatan sehari-hari 4) Anak mulai patuh terhadap tuntutan atau aturan orang tua dan lingkungan sosialnya 5) Dapat merapikan kembali mainan yang habis dipakai 6) Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan 7) Membuat peraturan/tata tertib dirumah secara menyeluruh.
2.3.6
Unsur-unsur Disiplin Hurlock (1999: 84) menyatakan lima unsur pokok mendisiplinkan anak, yaitu:
2.3.6.1 Peraturan Salah satu unsur pokok disiplin adalah peraturan. Peraturan adalah ketentuanketentuan yang telah ditetapkan untuk menata tingkah laku seseorang dalam suatu kelompok, organisasi, institusi atau komunitas. Tujuanya adalah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu (Hurlock 1999: 85). Peraturan mempunyai dua fungsi yaitu pertama, peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui anggota masyarakat. Misalnya anak belajar dari peraturan tentang memberi dan mendapat bantuan dalam tugas sekolahnya. Bahwa menyerahkan tugas yang dibuatnya sendiri merupakan satu-satunya metode yang dapat diterima sekolah untuk menilai prestasi. Kedua, peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Bila peraturan tersebut merupakan peraturan sekolah bahwa tidak seorang anakpun boleh
39
mengambil mainan milik temannya tanpa sepengetahuan dan izin si pemilik, anak segera belajar bahwa hal ini dianggap perilaku yang tidak diterima karena mereka dimarahi atau dihukum bila melakukan tindakan terlarang ini. Agar peraturan dapat memenuhi kedua fungsi tersebut di atas, peraturan itu harus dimengerti, diingat dan diterima oleh anak.
2.3.6.2 Kebiasaan-kebiasaan Kebiasaan ada yang bersifat tradisional dan ada pula yang bersifat modern. Kebiasaan tradisional dapat berupa kebiasaan menghormati dan memberi salam kepada orang tua. Sedangkan yang bersifat modern berupa kebiasaan bangun pagi, menggosok gigi, dan sebagainya. 2.3.6.3 Hukuman Hukuman terjadi karena kesalahan, perlawanan atau pelanggaran yang disengaja. Ini berarti bahwa orang itu mengetahui bahwa perbuatan itu salah namun masih dilakukan. Dalam hal anak kecil, kita tidak dapat berasumsi bahwa mereka dengan sengaja melakukan tindakan terlarang, kecuali jika terdapat bukti bahwa mereka telah mengerti peraturan kelompok sosial yang diajarkan orang tua atau guru. Tetapi dengan meningkatnya usia, wajarlah bila mereka dianggap telah belajar tentang yang benar dan yang salah. Hukuman mempunyai tiga peran penting yakni menghalangi, mendidik, dan memotivasi. Fungsi yang pertama menghalangi, hukuman menghalangi pengulangan
40
tindakan yang tidak diinginkan. Bila anak menyadari bahwa tindakan tertentu akan dihukum, mereka biasannya urung melakukan tindakan tersebut karena teringat akan hukuman yang dirasakan di waktu lampau akibat tindakan tersebut. Fungsi kedua dari hukuman ialah mendidik. Sebelum anak mengerti peraturan, mereka dapat belajar bahwa tindakan tertentu benar dan yang lain salah dengan mendapat hukuman karena melakukan tindakan yang salah dan tidak menerima hukuman bila mereka melakukan tindakan yang diperbolehkan. Dengan meningkatnya usia, mereka belajar mengenai peraturan terutama lewat pengajaran verbal. Tetepai mereka juga belajar dari pengalaman bahwa jika mereka gagal mematuhi peraturan sudah barang tentu mereka akan dihukum. Memberi motivasi ini merupakan fungsi ketiga dari hukuman. Pengetahuan tentang akibat-akibat tindakan yang salah perlu sebagai motivasi untuk menghindari kesalahan tersebut. Bila anak mampu mempertimbangkan tindakan alternatif dan akibat masing-masing alternatif, mereka harus belajar memutuskan sendiri apakah suatu tindakan yang salah cukup menarik untuk dilakukan. Jika mereka memutuskan tidak, maka mereka akan mempunyai motivasi untuk menghindari tindakan tersebut. (Hurlock 1978: 87). 2.3.6.4 Penghargaan Penghargaan adalah unsur disiplin yang sangat penting dalam pengembangan diri dan tingkah laku. Penghargaan tidak harus berupa materi tetapi dapat juga berupa kata-kata pujian atau senyuman. Penghargaan mempunyai tiga peranan penting dalam mengajar anak berperilaku sesuai dengan aturan yang berlaku. Pertama, penghargaan
41
mempunyai nilai mendidik. Bila suatu tindakan disetujui, anak merasa bahwa hal itu baik. Kedua, penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui. Karena anak bereaksi positif terhadap persetujuan yang dinyatakan dengan penghargaan, dimasa mendatang mereka berusaha untuk berperilaku dengan cara yang akan banyak memberinya penghargaan. Ketiga, penghargaan berfungsi untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial. Bila anak harus belajar berperilaku secara sosial, ia harus merasa bahwa berbuat demikian cukup menguntungkan baginya. Karenanya penghargaan harus digunakan untuk membentuk asosiasi yang menyenangkan dengan perilaku yang diinginkan. 2.3.6.5 Konsistensi Unsur kelima dari disiplin adalah konsistensi dalam berbagai aturan dan pelaksanaannya. Konsistensi menunjukkan kesamaan dalam isi dan penerapan sebuah aturan. Konsistensi terhadap aturan harus ada diantara semua pihak yang menjalankan aturan tersebut. Konsistensi dalam disiplin mempunyai dua peran penting. Pertama, mempunyai nilai mendidik yang besar. Bila peraturannya konsisten, maka akan memacu proses belajar yang disebabkan karena nilai pendorongnya. Kedua, konsistensi mempunyai nilai motivasi yang kuat. Anak yang menyadari bahwa penghargaan selalu mengikuti perilaku yang disetujui dan hukuman selalu mengikuti perilaku yang dilarang, maka anak akan mempunyai keinginan yang jauh lebih besar untuk menghindari tindakan yang dilarang dan melakukan tindakan yang
42
disetujui daripada anak yang merasa ragu mengenai bagaimana reaksi terhadap tindakan tertentu. 2.3.7
Indikator Kedisiplinan Berdasarkan pedoman pendidikan karakter pada pendidikan anak usia dini
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional Tahun (2012: 20) menyebutkan bahwa terdapat 7 indikator disiplin diantaranya: 1. Selalu datang tepat waktu. 2. Dapat memperkirakan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sesuatu. 3. Menggunakan benda sesuai dengan fungsinya. 4. Mengambil dan mengembalikan benda pada tempatnya. 5. Berusaha mentaati aturan yang telah disepakati. 6. Tertib menunggu giliran. 7. Menyadari akibat bila tidak disiplin.
2.4
Anak Usia Dini
2.4.1
Pengertian Anak Usia Dini Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus
dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis, antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan, mereka seolah-olah tak pernah berhenti bereksplorasi dan belajar. Anak bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu secara
43
ilmiah, merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan fantasi, memilliki daya perhatian yang pendek, dan merupakan masa yang paling potensial untuk belajar. Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia (Nurani 2009: 6) Anak usia dini adalah anak yang berusia nol tahun atau sejak lahir sampai berusia kurang lebih delapan tahun atau dari lahir sampai usia SD kelas awal (The National Association Education of Young Children). Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan karena itu usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang berharga dibanding usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik dengan karakteristik khas, baik secara fisik, psikis, sosial dan moral. Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar), intelegensi (daya piker, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Berdasarkan keunikan dalam pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia dini terbagi dalam tiga tahapan, yaitu masa bayi
44
sampai 12 bulan, masa toddler (batita) usia 1-3 tahun, masa prasekolah usia 3-6 tahun, dan masa kelas awal SD 6-8 tahun (Mansur 2005: 88) Anak pada usia dini memiliki kemampuan belajar luar biasa khususnya pada masa awal kanak-kanak. Keinginan anak untuk belajar menjadikan anak aktif dan eksploratif. Anak belajar dengan seluruh panca inderanya untuk memahami sesuatu dan dalam waktu singkat anak beralih ke hal lain untuk dipelajari. Lingkunganlah yang terkadang menjadi penghambat dalam mengembangkan kemampuan belajar anak dan sering kali lingkungan mematikan keinginan anak untuk bereksplorasi. Hurlock (Wantah 2005: 33) membagi masa kanak-kanak dalam dua periode yang berbeda yaitu awal dan akhir masa kanak-kanak. Yang termasuk dalam periode awal adalah dari usia 2 tahun sampai 6 tahun, sedangkan periode akhir berkisar antara 6 tahun sampai sekitar 12-13 tahun. Dengan demikian masa kanak-kanak dimulai pada masa akhir bayi, di mana masa ketergantungan penuh pada orang dewasa mulai beralih secara bertahap kepada tumbuhnya kemandirian, dan berakhir pada usia masuk SD. Martha B. Bronson (Ahmad 2005: 7) membagi rentang masa anak usia dini berdasarkan pada penelitian perkembangan motorik halus, motorik kasar, sosial, dan kognitif serta terhadap perkembangan perilaku bermain dan minat permainan, menjadi empat tahap, yaitu: young infants (lahir hingga usia 6 bulan); older infants (7 hingga 12 bulan); young toddlers (usia satu tahun); older toddlers (usia 2 tahun); prasekolah dan kindergarden (usia 3 hingga 5 tahun); dan anak sekolah dasar kelas rendah atau primary school (usia 6 hingga 8 tahun).
45
Pada usia prasekolah dan kindergarden (3 hingga 5 tahun), anak sering diperlukan secara utuh, secara keseluruhan atau a whole dan disebut tahun-tahun prasekolah. Walaupun kemampuan motorik, kognitif, bahasa, dan emosional mereka itu tumbuh dan berubah selama periode ini, perubahan itu tidak semata-mata sedramatis atau terputus seperti halnya pada tiga tahun sebelumnnya. Anak usia 5 tahun, termasuk pada rentang ini, didasarkan pada bukti-bukti bahwa perubahan perkembangan ini pada umumnya terjadi pada periode antara 5 dan 7 tahun. Sebelum peralihan ini, anak-anak bertindak sebagai anak prasekolah lebih dari bertindak anak usia sekolah dalam arti perkembangan sosial dan berpikir mereka. Kelas-kelas dengan pengelompokan bergaris ke atas kadang-kadang mencakup anak usia 5 tahun dengan usia 3 dan 4 tahun, dan kadang-kadang dengan usia 6 dan 7 tahun. 2.4.2
Karakteristik Anak Usia Dini Kartono (1995: 109-112) mendeskripisikan karaktetistik anak usia dini
sebagai berikut: 1) Bersifat Egosentris Naif Anak memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dengan pengetahuan dan pemahamannya sendiri, dibatasi oleh perasaan dan pikirannya yang masih sempit. Maka anak belum mampu memahami arti sebenarnya dari suatu peristiwa dan belum mampu menempatkan diri kedalam kehidupan orang lain. 2) Relasi Sosial yang Primitif Relasi sosial primitif merupakan akibat dari sifat egosentris naif. Ciri ini ditandai oleh kehidupan anak yang belum dapat memisahkan antar dirinya dengan
46
keadaan lingkungan sosialnya. Anak pada masa ini hanya memiliki minat terhadap benda-benda atau peristiwa yang sesuai dengan daya fantasinya. Anak mulai membangun dunianya dengan khayalan dan keinginannya sendiri. 3) Kesatuan Jasmani-Rohani yang Hampir Tidak Terpisahkan Anak belum dapat membedakan antara dunia lahiriah dan batiniah. Isi lahiriah dan batiniah masih merupakan kesatuan yang utuh. Penghayatan anak terhadap sesuatu dikeluarkan atau diekspresikan secara bebas, spontan dan jujur, baik dalam mimik, tingkah laku maupun pura-pura, anak mengekspesikannya secara terbuka karena itu janganlah mengajari atau membiaskan anak untuk tidak jujur. 4) Sikap Hidup yang Fisiognomis Anak bersikap fisiognomis terhadap dunianya, artinya secara langsung anak memberikan atribut atau sifat lahiriah atau sifat kongkrit, nyata terhadap apa yang dihayatinya. Kondisi ini disebabkan karena pemahaman anak terhadap apa yang dihadapinya masih bersifat menyatu (totaliter) antara jasmani dan rohani. Anak belum dapat membedakan antara benda hidup dan benda mati. Segala sesuatu yang ada disekitrnya dianggap memiliki jiwa yang merupakan makhluk hidup yang memiliki jasmani dan rohani sekaligus, seperti dirinya sendiri. 2.4.3
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Perkembangan Anak Usia Dini Sujiono (2009: 7-8) memaparkan hal-hal yang perlu diperhatikan orang tua
dan orang dewasa dalam perkembangan anak usia dini diantaranya:
47
1) Memberi kesempatan dan menujukkan permainan serta alat permainan tertentu yang dapat memicu munculnya masa peka/menumbuhkembangkan potensi yang sudah memasuki masa peka. 2) Memahami bahwa anak masih berada pada masa egosentris yang ditandai dengan seolah-olah dialah yang paling benar, keinginannya harus selalu dituruti dan sikap mau menang sendiri, dan sikap orang tua dalam menghadapi masa egosentris pada anak usia dini dengan memberi pengertian secara bertahap pada anak agar dapat menjadi makhluk sosial yang baik. 3) Pada masa ini, proses peniruan anak terhadap segala sesuatu yang ada disekitarnya tampak semakin meningkat. Peniruan ini tidak saja pada perilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang disekitarnya tetapi juga terhadap tokoh-tokoh khayal yang sering ditampilkan di televisi. Pada saat ini orang tua atau guru haruslah dapat menjadi tokoh panutan bagi anak dalam berperilaku. 4) Masa berkelompok untuk biarkan anak bermain di luar rumah bersama temannya, jangan terlalu membatasi anak dalam pergaulan sehingga anak kelak akan dapat bersosialisasi dan beradaptasi sesuai dengan perilaku dengan lingkungan sosialnya. 5) Memahami pentingnya eksplorasi bagi anak. Biarkan anak memanfaatkan bendabenda yang ada disekitarnya dan biarkan anak melakukan trail and error, karena memang anak adalah penjelajah yang ulung. 6) Disarankan agar tidak boleh selalu memarahi anak saat ia membangkang karena bagaimanapun juga ini merupakan suatu masa yang akan dilalui oleh setiap anak.
48
2.5 Kerangka Berfikir Reward merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menguatkan atau meningkatkan kedisiplinan anak. Terdapat dua bentuk reward yakni reward yang berupa non fisik seperti senyuman, pujian atau ucapan terima kasih, dan reward fisik yang dalam hal ini disebut metode token ekonomi. Bentuk dari token ekonomi sendiri misalnya bintang, poin, koin, pin, dll, yang dapat ditukar dengan hadiah atau hak-hak istimewa tertentu sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati. Diharapkan dengan metode token ekonomi tersebut, dapat merubah perilaku anak usia dini menjadi semakin disiplin.
2.6 Hipotesis Menurut Arikunto (2006: 68) hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian terbukti melalui data yang tekumpul. Berdasarkan landasan teori diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu : Hipotesis nol (Ho): a. Tidak terdapat perbedaan tingkat kedisiplinan antara sebelum dan sesudah diberikan reward melalui token ekonomi pada kelompok eksperimen. b. Tidak terdapat perbedaan tingkat kedisiplinan antara kelompok kontrol dan eksperimen setelah diberikan reward melalui metode token ekonomi. c. Pemberian reward melalui metode token ekonomi tidak efektif dalam meningkatkan kedisiplinan anak usia dini. Hipotesis alternatif (Ha)
49
a. Adanya perbedaan tingkat kedisiplinan antara sebelum dan sesudah diberikan reward melalui metode token ekonomi pada kelompok eksperimen. b. Adanya perbedaan tingkat kedisiplinan antara kelompok kontrol dan eksperimen setelah diberikan reward melalui metode token ekonomi. c. Pemberien Reward melalui metode token ekonomi efektif unutk meningkatkan kedisiplinan anak usia dini.
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji suatu kebenaran pengetahuan dengan menggunakan cara-cara ilmiah. Halhal yang harus diperhatikan dalam penelitian adalah metode yang digunakan harus sesuai dengan objek penelitian dan tujuan yang akan dicapai. Sehingga penelitian akan berjalan lancar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yang mempunyai tata cara, pengambilan keputusan, interpretasi data, dan kesimpulan berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analisis statistik.
3.1
Jenis dan Desain Penelitian
3.1.1
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif dengan metode eksperimen. Menurut Azwar (2005: 5) pendekatan kuantitatif menekankan analisis pada data-data numerical (angka) yang diolah menggunakan metode statistik. Penelitian eksperimen menurut Latipun (2004: 8) merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi yang bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu yang diamati. Manipulasi yang dilakukan dapat berupa situasi atau tindakan tertentu yang diberikan kepada individu atau kelompok, dan setelah itu dilihat pengaruhnya. Dengan kata
50
51
lain, dalam penelitian eksperimen ini hasilnya berupa pengaruh dari satu atau lebih perlakuan yang dapat diukur secara kuantitatif. Alasan peneliti menggunakan metode ini adalah karena peneliti ingin melakukan manipulasi terhadap perilaku individu yang diamati. Penelitian manipulasi ini dilakukan pada kegiatan pembelajaran yang diintegrasikan dengan pemberian reward melalui metode token ekonomi, dan akan dilihat pengaruhnya setelah diberikan perlakukan berupa pemberian token ekonomi tersebut, sedangkan pengukurannya dilakukan sebelum (pretest) dan setelah perlakuan (posttest). 3.1.2
Desain Penelitian Desain penelitian adalah semua proses yang diperlakukan dalam perencanaan
dan pelaksanaan penelitian. Desain atau perencanaan diperlukan sebelum kita melakukan atau membuat sesuatu agar hasilnya sesuai dengan keinginan dan harapan. Dengan desain yang baik, maka pengaturan variabel-variabel dan kondisi-kondisi eksperimen dapat dilakukan secara seksama dan tertib. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan desain eksperimen kuasi (quasi expeimental) dengan jenis desain eksperimen Nonequivalent Control Group Design. Menurut Sugiono (2009: 116) merupakan desain eksperimen yang tidak dilakukan randominasi untuk membentuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Subjek dimasukkan kedalam kedua kelompok yang berbeda, yaitu kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan berupa pemberian reward melalui metode
52
token ekonomi dan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan, melalui metode acak dengan mengontrol variabel tiap kelompok. Pretest adalah pengujian awal sebelum eksperimen dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kedisiplinan anak pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Setelah pretest dilakukan, kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa pemberian reward melalui metode token ekonomi, selanjutnya dilakukan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Posttest merupakan pengujian akhir yang dilakukan dengan observasi setalah perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen selesai dilaksanakan. Posttest berfungsi untuk mengetahui apakah hasil pemberian perlakuan berupa pemberian reward melalui metode token ekonomi dapat meningkatkan kedisiplinan anak pada kelompok eksperimen dan hasil tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perlakuan terhadap tingkat kedisiplinan pada subjek penelitian. Pretest dan posttest haruslah merupakan tes yang sama agar hasilnya dapat diperbandingkan. Pengaruh perlakuan dapat dilihat dari hasil pretest dan posttest yang kemudian dibandingkan dari kedua kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Apabila ada perbedaan skor pretest dan posttest lebih besar secara signifikan, maka dapat disimpulkan pemberian reward melalui metode token ekonomi terbukti dapat meningkatkan kedisiplinan anak usia dini.
53
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Pretest-Posttest Control Group Design Subjek
Pretest
Perlakuan
Posttest
Control Group Design KE
T1
X (Token Ekonomi)
T2
Control Group Design KK
T1
T2
Keterangan: KE
= kelompok eksperimen
KK
= kelompok kontrol
T1
= pengukuran kedisiplinan anak sebelum diberikan perlakuan pemberian reward melalui metode token ekonomi
T2
= pengukuran kedisiplinan anak setelah diberi perlakuan pemberian reward melalui metode token ekonomi.
3.2
Variabel Penelitian
3.2.1
Identifikasi Variabel Variabel merupakan konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat pada
subjek penelitian yang dapat bervariasi secara kuantitatif maupun kualitatif (Azwar 2009: 59). Sebelum menguji hipotesis penelitian, penulis akan mengidentifikasi variabel-variabel yang akan digunakan yaitu: 1) Variabel Bebas
: Pemberian reward melalui metode token ekonomi
2) Variabel Terikat : Kedisiplinan anak usia dini
54
3.2.2
Definisi Operasional Variabel Setelah mengindentifikasi variabel penelitian, langkah selanjutnya adalah
merumuskan definisi operasional dari variabel penelitian, yaitu: 1) Pemberian reward melalui metode token ekonomi metode token ekonomi dalam penelitian ini dapat dioperasionalkan sebagai suatu wujud modifikasi perilaku yang dirancang untuk meningkatkan kedisiplinan anak usia dini dengan pemakaian token (tanda-tanda). Individu menerima token segera setelah mempertunjukkan perilaku yang diinginkan. Token itu dikumpulkan dan yang dipertukarkan dengan suatu obyek atau kehormatan yang penuh arti. 2) Kedisiplinan anak usia dini Kedisiplinan dalam penelitian ini dapat dioperasionalkan sebagai suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai – nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. 3.2.3
Hubungan Antar Variabel Menurut Latipun (2010: 45) bahwa variabel-variabel dalam penelitian
eksperimen pada dasarnya memiliki hubungan satu dengan yang lainnya. Hubungan antar variabel itu sangat kompleks karena variabel-variabel itu saling berinteraksi. Dapat dijelaskan secara teoritis bahwa hubungan antar variabel bersifat interaksi dimana X merupakan variabel bebas dan Y merupakan variabel terikat, yang memiliki pola hubungan variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian reward melalui metode token ekonomi dan kedisiplinan anak sebagai variable terikat.
55
Dalam penelitian ini, pemberian reward melalui metode token ekonomi sebagai variabel bebas yang bertujuan untuk mengetahui efektivitasnya dalam meningkatkan kedisiplinan anak usia dini. Dengan demikian pemberian reward melalui metode token ekonomi mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat yaitu meningkatkan kedisiplinan anak usia dini.
3.3
Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Menurut Arikunto (1998: 115), populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa TK Hj Isriati Baiturahman 1 Semarang yang berada di tingkatan kelompok A pada tahun ajaran 2012/2013 dimana dalam pelaksanann penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang akan dikenai perlakuan (kelompok eksperimen) dan kelompok yang tidak dikenai perlakuan (kelompok kontrol). 3.3.2
Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti Arikunto (2002:
109). Adapun pengertian yang dikemukakan oleh Azwar (2005: 79) adalah “sebagian dari populasi”. Dalam pengambilan sampel apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika populasinya lebih dari 100 maka dapat diambil 10% - 15%, atau 20% - 25% atau lebih.
56
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 46 orang. Subjek tersebut adalah siswasiswi TK Hj Isriati Baiturahman 1 Semarang, yang memiliki karakteristik diantaranya ialah siswa-siswi kelompok A dan berusia 4-5 tahun. Pengelompokkan subjek kedalam
kelompok
eksperimen
dan
kelompok
kontrol
dilakukan
dengan
menggunakan Nonprobability Sampling. Sedangkan jenis sampelnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling, Sugiono (2009: 124) menyebutkan bahwa sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Adapun beberapa pertimbangan yang dilakukan dalam pemilihan subjek dalam penelitian ini yaitu dengan cara: 1) Subjek dipilih berdasarkan karakteristik yang telah ditentukan yaitu kelas A, dan berusia 4-5 tahun. 2) Kemudian dipilih berdasarkan kesamaan jenis kelamin dan jumlah saudara kandung. 3) Subjek sebelumnya belum pernah mendapatkan reward dengan jenis token ekonomi
3.4
Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi.
Sutrisno Hadi (Sugiyono 2009: 145) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantar yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Metode pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian
57
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidah terlalu besar. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah observsi berperanserta, dalam observasi ini, peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang diguanakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan leih lengkap, tajam, dan sampai mengetahuinpada tingkat makna dari setiap perilaku yang Nampak. Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan ialah checklist. Menurut Riduwan (2007: 27-28) menyebutkan bahwa checklist atau daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati. Bermacam-macam aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan alam daftar cek sehingga pengamat tinggal memberi cek (√) pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan hasil pengamatannya.
58
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian yang diperlukan untuk Mengukur Peningkatan Kedisiplinanan Anak Usia Dini Melalui Metode Token Ekonomi Variabel Penelitian Meningkatkan kedisiplinan anak usia dini
Aspek
Indikator
Nilai yang 1. Selalu datang berkaitan tepat waktu dengan 2. Dapat ketertiban dan memperkirakan keteraturan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sesuatu 3. Menggunakan benda sesuai dengan fungsi 4. Mengambil dan mengembalikan benda pada tempatnya 5. Berusaha menaati aturan yang telah disepakati 6. Tertib menunggu giliran 7. Menyadari akibat bila tidak disiplin
Total
Item F UF 1, 3, 5 2, 4, 6
Jumlah
7, 9, 11
6 butir
8, 10, 12
6 butir
13, 15, 14, 16, 6 butir 17 18 19, 21, 20, 22, 6 butir 23 24
25, 27, 29, 31, 33 35, 37, 39 41, 43, 45
26, 28, 10 butir 30, 32, 34 36, 38, 6 butir 40 42, 44, 6 butir 46 46 butir
3.5
Validitas Dan Reliabilitas
3.5.1
Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau yang sahih
59
mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto 2002: 144) Penelitian ini menggunakan tes yang mempunyai jawaban setiap soal “ya” atau “tidak”, dengan jawaban “ya” diberikan nilai 1 dan jawaban tidak diberikan nilai 0. Azawar (2011) menyatakan bahwa angka 1 dan 0 sama saja dengan kategori benar dan salah (dikotomi). Kasus yang salah satu variabelnya hanya terdiri atas dua macam, yaitu 1 dan 0, perhitungan koefisien korelasinya dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi point-biserial atau koefisien korelasi biserial.
rpbis =
Mp -Mt St
p q
Keterangan: Rxy
= Koefisien antara skor item dengan skor total
Mp
= Rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal
Mt
= Rata-rata skor total
St
= Standart deviasi skor total
P
= Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal
Q
= Proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal
60
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Aspek
Indikator
Item F
Nilai yang berkaitan dengan
1. Selalu datang
1, 3, 5
Item gugur
Item valid
UF 2, 4, 6
1, 2, 3, 4, 5,
tepat waktu
6
2. Dapat
7, 9, 11
ketertiban
memperkirakan
dan
waktu yang
keteraturan
diperlukan untuk
8, 10,
8
12
7, 9, 10, 11, 12
menyelesaikan sesuatu 3. Menggunakan benda sesuai
13, 15,
14, 16,
16
13, 14, 15,
17
18
17, 18
19, 21,
20, 22,
19, 20, 21,
23
24
22, 23, 24
dengan fungsi 4. Mengambil dan Mengembalikan benda pada tempatnya 5. Berusaha menaati 25, 27,
26, 28,
29, 32, 33
25, 26, 27,
aturan yang telah
29, 31,
30, 32,
28, 30, 31,
disepakati
33
34
34
35, 37,
36, 38,
39
40
41, 43,
42, 44,
45
46
6. Tertib menunggu giliran 7. Menyadari akibat tidak disiplin Jumlah item yang tidak valid = 7 Jumlah item yang valid
= 39
40
35, 36, 37, 38, 39
45
41, 42, 43, 44, 46
61
3.5.2
Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto 2002; 154). Bila ingin mengetahui sejauh mana tes itu mengungkap atau menyediakan apa yang hendak diselidiki, maka perlu disusun suatu tes yang telah mencantumkan faktor-faktor apa saja yang akan diungkap didalam tes tersebut. Ada beberapa cara untuk menguji reliabilitas, cara yang digunakan peneliti dalam penelitian ini untuk menghitung reliabilitas instrumen yaitu menggunakan rumus Alpha sebagai berikut: 2 k b r 11 = 1 t 2 k - 1
Keterangan: = koefisien reliabel k
= banyaknya butir soal
1
= bilangan konstan = jumlah varian skor dari masing-masing butir soal = varian total Sebelum masuk kerumus alpha, maka perlu di cari varian tiap butir
instrumen dengan rumus: ∑
(∑ )
62
Varian total dapat dicari dengan rumus ∑
(∑ )
Setelah diperoleh nilai varian butir dan varian total kemudian dimasukan ke dalam rumus alpha, harga r 11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan r tabel dengan = 5%. Jika
> rtabel, maka instrumen dikatakan reliabel dan jika
< rtabel maka
instrumen dikatakan tidak reliabel Perhitungan
validitas
dan
reliabilitas
instrumen
penelitian
dapat
menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS 16.0 For Windows. Apabila r11 > r tabel, maka instrumen tersebut reliabel. Adapun hasil uji reliabilitas instrumen penelitian dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut: Tabel 3.4 Hasil uji reliabilitas item pada uji coba instrumen Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items
.905
.905
46
Pada a = 5% dengan n = 20 diperoleh r tabel = 0,456 tabel di atas menunjukkan bahwa Cronbach Alpha lebih dari rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel.
63
3.6
Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Dalam hal ini hipotesis yang diajukan adalah “Ada pengaruh antara pemberian reward melalui metode token ekonomi dengan peningkatan kedisipinan anak usia dini”. Dalam penelitian yang dilaksanakan, analisis data terbagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap analisis data populasi, tahap awal, dan tahap akhir yang mencakup instrumen. 1)
Analisis Data Populasi Analisis data populasi dilakukan sebelum penelitian. Analisis ini bertujuan
untuk mengetahui adanya kesamaan kondisi awal populasi. 2)
Uji Normalitas Populasi Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis
berdistribusi normal atau tidak. Adapun rumus yang digunakan untuk normalitas data adalah rumus chi-kuadrat yaitu: ∑
(
)
Keterangan : = harga chi-kuadrat = frekuensi hasil pengamatan = frekuensi yang diharapkan
64
2
2
Jika x hitung < x tabel dengan derajat kebebasan dk = 6-3= 3 maka data berdistribusi normal (Sudjana, 2005: 273). a) Uji Homogenitas Populasi Uji ini untuk mengetahui seragam tidaknya varians sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. Dalam penelitian ini jumlah kelas yang diteliti ada dua kelas. Uji kesamaan varians dari k buah kelas (k>2) populasi dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett. Hipotesis yang digunakan adalah: Ho: Ha: paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku (Sudjana: 2005:261). Langkah-langkah perhitungannya sebagai berikut: 1. Menghitung s2 dari masing-masing kelas 2. Menghitung varians gabungan dari semua sampel dengan rumus: ∑( ∑(
) )
3. Menghitung harga satuan B dengan rumus: (
)∑(
)
4. Menghitung nilai statistik chi kuadrat (X2) dengan rumus: ( Keterangan:
){
∑(
)
}
65
2
s = variansi masing-masing kelompok i
2
s = variansi gabungan B = koefisien Bartlet n = jumlah siswa dalam kelas i
Kriteria pengujian : Ho diterima jika (
)(
)
≤
(
)(
),
dimana
diperoleh dari daftar distribusi chi kuadrat dengan peluang (1- ) dan dk =
(k-1) (Sudjana, 2005:263). 2.) Analisis tahap awal
Analisis data awal dilakukan pertama kali sebelum penelitian dilakukan. Analisis tahap awal adalah analisis pre test instrumen kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diambil pada awal pertemuan. Analisis ini bertujuan untuk membuktikan bahwa rata-rata pre test instrumen antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak ada perbedaan yang signifikan atau dapat dikatakan kedua kelompok berawal dari titik tolak yang sama. Hal-hal yang dianalisis pada tahap ini adalah: a) Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Digunakan rumus Chi-Kuadrat.
Keterangan:
66
𝝌2
: Chi Kuadrat
Ei
: frekuensi yang diharapkan
Oi
: frekuensi pengamatan
k
: banyaknya kelas interval
i
: panjang kelas
(Sudjana, 2005: 273). Jika 𝝌2 hitung < 𝝌2 tabel dengan derajat kebebasan dk = 3 maka data berdistribusi normal. b) Uji kesamaan dua varians
Uji varians dilakukan untuk mengetahui apakah varians data angket kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol. Hipotesis yang digunakan adalah : Ho
: (12 = 22) berarti kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varians yang sama
Ha
: (12 22) berarti kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varians yang berbeda.
Rumus yang digunakan adalah:
(Sudjana, 2005: 250). Peluang yang digunakan ½ ( adalah signifikasi dalam hal ini adalah 5%). dk untuk pembilang n1-1 dan dk untuk penyebut n2-1. Kriteria yang digunakan, terima Ho jika Fhitung F1 2 n1 -1n2 -1 . c) Uji perbedaan dua rata-rata
67
Uji perbedaan dua rata-rata ini bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok 1 dan kelompok 2 mempunyai rata-rata yang berbeda atau tidak.
x1 - x2 1 1 s n1 n2
t=
2 ; s =
n1 - 1s12 n2 - 1s22 n1 n2 - 2
Keterangan:
x1 = nilai rata-rata kelompok kontrol x2 = nilai rata-rata kelompok eksperimen 2
s1
s2
= variansi data pada kelompok kontrol 2
= variansi data pada kelompok ekperimen
s 2 = variansi gabungan
n1 = banyak subyek pada kelompok kontrol n2 = banyak subyek pada kelompok ekperimen (Sudjana, 2005: 239) Derajad kebebasan (dk ) untuk tabel distribusi t yaitu (n 1 + n2 -2) dengan peluang (1-1/2), =5%. Kriteria yang digunakan yaitu jika t hitung ttabel, maka Ha diterima.
68
Jika diperoleh simpulan bahwa kedua varians tidak sama, maka rumus yang digunakan:
x1 - x2
t'=
2
2
s1 s 2 n1 n2
Kriteria yang digunakan, tolak Ho jika:
t'
w1t1 w1
w2 t 2 w2
dengan 2
s w1 = 1 , t1 = t (1-1/ 2 ),( n1 n1
- 1)
dan
2
s w2 = 2 , t 2 = t (1-1/ 2 ),( n 2-1) n2 = taraf signifikan (5 %) (Sudjana, 2005: 239-243) 3) Analisis Tahap akhir Setelah kedua kelompok mendapat perlakuan yang berbeda kemudian diadakan tes akhir (post test). Dari tes akhir diperoleh data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian, apakah H0 yang diterima atau Ha yang diterima. Tahapan analisis tahap akhir pada dasarnya sama dengan analisis tahap awal namun data yang digunakan adalah data hasil tes setelah diberi perlakuan. Tahapan tersebut adalah:
69
a. Uji Normalitas Langkah-langkah pengujian normalitas pada tahap ini sama dengan langkahlangkah uji normalitas pada tahap awal. Uji normalitas sampel dimaksudkan untuk mengetahui apakah sebaran data hasil penelitian yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. b. Uji Kesamaan Varians Langkah-langkah pengujian pada tahap ini sama dengan langkah-langkah uji kesamaan dua varian pada tahap awal. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kedua sampel mempuyai varian yang sama atau tidak. c. Uji Hipotesis Uji hipotesis digunakan untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis dalam penelitian yang akan dilakukan menggunakan uji dua pihak . Uji dua pihak ini menggunakan uji t dengan menggunakan data yang berdistribusi normal. Uji Dua Pihak Uji dua pihak digunakan untuk membuktikan hipotesis yang menyatakan ada perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hipotesis yang diajukan adalah Ho : (1 = 2)= berarti nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen sama dengan nilai rata-rata kelompok kontrol.
70
Ha : (1 ≠ 2)= berarti nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen tidak sama dengan nilai rata-rata kelompok kontrol Hipotesis tersebut dianalisis dengan menggunakan uji t. Uji t ini dipengaruhi oleh hasil uji kesamaan dua varians. Jika varians kedua kelompok sama maka rumus uji t yang digunakan:
t=
x1 - x2 1 1 s n1 n2
; s
2
2 2 n1 - 1s1 n2 - 1s2 =
n1 n2 - 2
Keterangan:
x1 = nilai rata-rata kelompok kontrol x2 = nilai rata-rata kelompok eksperimen 2
s1
s2
= variansi data pada kelompok kontrol 2
= variansi data pada kelompok ekperimen
s 2 = variansi gabungan
n1 = banyak subyek pada kelompok kontrol n2 = banyak subyek pada kelompok ekperimen (Sudjana, 2005: 239) Derajat kebebasan (dk) untuk tabel distribusi t yaitu (n1 + n2 -2) dengan peluang (1-1/2), =5%. Kriteria yang digunakan yaitu jika t hitung ttabel, maka Ha diterima.
71
Jika diperoleh simpulan bahwa kedua varians tidak sama, maka rumus yang digunakan:
x1 - x2
t'=
2
2
s1 s 2 n1 n2
Kriteria yang digunakan, tolak Ho jika: t '
dengan 2
s w1 = 1 , t1 = t (1-1/ 2 ),( n1 n1 2
- 1)
s w2 = 2 , t 2 = t (1-1/ 2 ),( n 2-1) n2 = taraf signifikan (5 %) (Sudjana, 2005: 239-243)
dan
w1t1 w1
w2 t 2 w2
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Suatu penelitian diharapkan akan memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam penelitian. Maksud dari hasil penelitian ini adalah data dari insrumen yang kemudian dianalisis dengan teknik dan metode yang telah ditentukan. Pada bab ini akan disajikan beberapa hal yang berkaitan dengan proses, hasil dan pembahasan hasil penelitian yang meliputi beberapa tahap yaitu: 1.
Persiapan penelitian
2.
Pelaksanaan penelitian
3.
Deskripsi data hasil penelitian
4.
Analisis data
5.
Pembahasan hasil penelitian
4.1
Persiapan Penelitian
4.1.1
Orientasi Kancah Penelitian Penelitian ini mengambil tempat pelaksanaan di TK Hj. Isriati Baiturrahman
01 Semarang, Jl. Pandanaran no. 126 Semarang, Kelurahan Pekunden, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang. TK Hj. Isriati Baiturrahman 01 Semarang diresmikan pada tanggal 22 Desember 1976. TK Hj. Isriati Baiturrahman 01 Semarang tersebut berdiri dalam satu komplek dengan SD Hj. Isriati Baiturrahman
72
73
dan Masjid Raya Baiturrahman. Sekolah ini bernaung dibawah yayasan Masjid Raya Baiturrahman Semarang. Status sekolah adalah swasta. Selaras dengan visi dan misi bidang pendidikan yayasan Masjid Raya Baiturrahman Semarang maka TK Hj. Isriati Baiturrahman 01 Semarang menetapkan visi dan misi sebagai harapan ke depan yakni: Terwujudnya Anak Cerdas, Terampil, Shaleh, dan Salehah. Sedangkan untuk mewujudkan visi sekolah tersebut di atas, maka TK Hj. Isriati Baiturrahman 01 Semarang memiliki misi sebagai berikut : 1) Menanamkan akhlakulkarimah sejak dini 2) Mendidik anak menjadi mandiri 3) Melatih anak bersosialisasi 4) Membiasakan hidup beribadah sejak dini Pada tahun ajaran 2012/2013 ini TK Hj. Isriati Baiturrahman 01 Semarang memiliki delapan kelas, yang terdiri dari satu kelompok KB, tiga kelompok A dan empat kelompok B. Masing-masing kelas memiliki siswa untuk kelompok KB 20 siswa, 23 siswa untuk kelompok A dan 18 siswa untuk kelompok B. Setiap kelas diampu oleh dua orang guru. Sekolah ini memiliki beberapa ruangan yakni ruang kelas, ruang guru, administrasi, ruang komputer, perpustakaan, tempat bermain, halaman, gudang, UKS, kamar mandi guru dan kamar mandi siswa. 4.1.2
Proses perijinan Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan beberapa
tahap untuk mempersiapkan perijinan penelitian. Pertama, peneliti meminta surat permohonan ijin penelitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
74
Semarang yang ditanda tangani oleh Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, dengan nomor: 3790/UN.37.1.1/PP/2012 dan ditujukan pada kepala sekolah TK Hj. Isriati Baiturrahman 01 Semarang. Setelah mendapatkan ijin dari pihak sekolah langkah selanjutnya adalah melakukan study pendahuluan dilanjutkan dengan melakukan penelitian, yang terdiri dari observasi pretest, perlakuan dan observasi posttest. Penelitian dilakukan dalam rentang waktu kurang lebih 20 hari, yaitu dimulai pada tanggal 20 September – 9 Oktober 2012. Setelah melaksanakan penelitian, peneliti mendapatkan surat keterangan telah melaksanakan penelitian dari TK Hj. Isriati Baiturrahman o1 Semarang, dengan nomor surat 095/TK/TK.IS/X/2012. 4.1.3
Penentuan Subjek Penelitian Teknik penentuan subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non
Probability Sampling. Sedangkan jenis sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling, Sugiono (2009: 124) menyebutkan bahwa sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Tabel 4.1 Subjek Penelitian No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nama
Adrian Kevin Ramadhan L Alif Rasyad Arissetyo S Allena Diva Steryanti Aprilia Bethari Saraswati W Danis Sastra Wijaya Evda Gayatri Yuliantina P Ezra Yuvammar Hafiz Rafi Anggoro W Kayla Dewari
Jenis Kelamin
Usia
L L P P L P L L P
4 th 1 bln 4 th 4 bln 4 th 4 th 6 bln 4 th 8 bln 4 th 3 bln 4 th 4 th 4 th 1 bln
Jumlah Saudara Kandung 1 0 1 1 2 2 1 2 0
75
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46.
Keenan Hasan Kukuh Dani Wicaksono Muhammad Abrar Ibnu R Muhammad Fadhil Diaz P Muthia Aufa Marsya Nadhifa Annora Hidayat Najwa Kaisaura Aqilah Rafif Ardana Adriansyah Raja Putra Sanjaya Rattu Shandina Aurelya Reyhan Arbal Yulian N.A.D Ryan Rosyid Ramadhany Syah Rheza Baihaqhi Violita Aulia Purnama Achmad Al-Fachry Arga M Athiya Rara Kusumastuti Aulia Dewi Nuraini Bramastyo Wibowo N.J Chesta Aryasatya Gitiananda Bunga Adya Sakina Triana Deavirana Salsabiela Kusuma Dewangga Rakha Perwira Faiz Rakha Jati Hilal Abiyu Ramadhan Keisha Atasya Yumna Kevin Chandrawinata A.S Khamila Safina Anggraini Mandriva Pasha Bachtiar Mohammad Iqbal Agustian Muhammad Rafi Qson B Muhammad Tsany Akbar Nabila Assalma Nizar Muhammad Iksan Raya Azalia Zalma Rayyan Adhi Nugroho R Reno Pradipta Berill
L L L L P P P L L P L L L P L P P L L P P L L L P L P L L L L P L L L L P
4 th 2 bln 4 th 8 bln 4 th 6 bln 4 th 9 bln 4 th 9 bln 4 th 6 bln 5 th 5 th 4 th 1 bln 4 th 5 bln 4 th 3 bln 4 th 4 th 4 th 9 bln 4 th 4 th 4 th 7 bln 4 th 3 bln 4 th 4 th 2 bln 4 th 7 bln 4 th 9 bln 4 th 5 th 4 th 6 bln 4 th 5 bln 4 th 4 th 2 bln 4 th 5 bln 4 th 4 bln 4 th 4 th 1 bln 4 th 4 th 9 bln 4 th 9 bln 4 th 8 bln 5 th
1 0 0 2 0 2 2 0 0 1 3 0 1 1 0 2 0 2 0 2 2 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1
76
Subjek dibagi menjadi dua kelompok sama besar yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, yang dipilih berdasarkan kesamaan jenis kelamin dan jumlah saudara kandung. Terpilihlah 23 subjek sebagai kelompok eksperimen dan 23 subjek sebagai kelompok kontrol. Tabel 4.2 Subjek Penelitian Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Kel. Eksperimen
Adrian Kevin Ramadhan L (Kevin) (L) Alif Rasyad Arissetyo S (Rasyad) (L) Allena Diva Steryanti (Allena) (P) Aprilia Bethari Saraswati W (Thari) (P) Danis Sastra Wijaya (Danis) (L) Evda Gayatri Yuliantina P (Evda) (P) Ezra Yuvammar (Ezra) (L) Hafiz Rafi Anggoro W (Rafi) (L) Kayla Dewari (Kayla) (P) Keenan Hasan (Keenan) (L) Kukuh Dani Wicaksono (Kukuh) (L) Muhammad Abrar Ibnu R (Abrar) (L) Muhammad Fadhil Diaz P (Diaz) (L) Muthia Aufa Marsya
Jumlah saudara kandung 1 0 1 1 2 2 1 2 0 1 0 0 2 0
Kel. Kontrol
Achmad Al-Fachry Arga M (Arga) (L) Athiya Rara Kusumastuti (Rara) (P) Aulia Dewi Nuraini (Aulia) (P) Bramastyo Wibowo N.J (Bram) (L) Chesta Aryasatya Gitiananda (Tian) (L) Bunga Adya Sakina Triana (Bunga) (P) Deavirana Salsabiela Kusuma (Devi) (P) Dewangga Rakha Perwira (Dewa) (L) Faiz Rakha Jati (Rakha) (L) Hilal Abiyu Ramadhan (Abi) (L) Keisha Atasya Yumna (Keke) (P) Kevin Chandrawinata A.S (Kevin) (L) Khamila Safina Anggraini (Khamila) (P) Mandriva Pasha Bachtiar
Jumlah saudara kandung 0 2 0 2 0 2 2 0 0 1 0 0 0 1
77
15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
4.1.4
(Marsya) (P) Nadhifa Annora Hidayat (Nora) (P) Najwa Kaisaura Aqilah (Keisya) (P) Rafif Ardana Adriansyah (Rafif) (L) Raja Putra Sanjaya (Raja) (L) Rattu shandina Aurelya (Rattu) (P) Reyhan Arbal Yulian N.A.D (Alfarisi) ( L) Ryan Rosyid Ramadhany (Ryan) (L) Syah Rheza Baihaqhi (Rheza) (L) Violita Aulia Purnama (Violeta) (P)
2 2 0 0 1 3 0 1 1
(Pasha) (L) Mohammad Iqbal Agustian (Iqbal) (L) Muhammad Rafi Qson B (Rafi) (L) Muhammad tsany Akbar (Akbar) (L) Nabila Assalma (Nabila) (P) Nizar Muhammad Iksan (Nizar) (L) Raya Azalia Zalma (Aya) (P) Rayyan Adhi Nugroho R (Rayyan) (L) Reno Pradipta (Reno) (L) Berill (Beril) (P)
Persiapan Instrumen Penelitian
4.1.4.1 Menyusun instrumen Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam membuat instrumen pada penelitian ini adalah: a. Menyusun Lay Out Penelitian
Pengembangan instrumen dilakukan dengan cara menentukan variabel penelitian terlebih dahulu untuk kemudian dikembangkan menjadi aspek yang ingin diketahui keadaannya. Instrumen penelitian kedisiplinan anak usia dini berasal dari pedoman pendidikan karakter pada pendidikan anak usia dini yang terdapat dalam konsep pengembangan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, NonFormal dan InFormal Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2012.
1 0 1 0 1 1 1 1 1
78
Setelah menentukan aspek yang akan diketahui, kemudian aspek tersebut dijabarkan menjadi indikator. Indikator-indikator tersebut disusun menjadi beberapa butir aitem dalam skala Guttman kedisiplinan anak usia dini, yang digunakan pada saat observasi pretest dan posttest. b. Menentukan Karakteristik Jawaban yang dikehendaki Pertanyaan yang ada pada butir aitem dalam skala Guttman ini memiliki dua alternatif pilihan jawaban, yaitu YA dan TIDAK. Jawaban untuk masing-masing aitem diberikan skor tertentu, yaitu 1 untuk jawaban YA dan 0 untuk TIDAK. c. Menyusun Format Instrumen Format skala Guttman kedisiplinan anak usia dini ini disusun secara jelas untuk memudahkan responden dalam mengisi. Adapun format skala Guttmannya terdiri dari: 1) Identitas subjek penelitian Identitas responden meliputi: nama anak, kelas/kelompok, tanggal observasi dan nama observer. 2) Petunjuk pengisian Petunjuk pengisian memberikan penjelasan kepada observer mengenai cara mengisi angket yang benar. Petunjuk pengisian meminta observer untuk membaca dengan seksama, memberikan jawaban yang tidak dibuat-buat saat melakukan observasi tingkahlaku anak, dan memberikan penilaian dengan beberapa pedoman yang telah ditentukan. 3) Butir-butir aitem
79
Butir-butir instrumen ini berupa pernyataan mengenai kedisiplinan anak usia diniyang ditunjukkan anak sebelum dan sesudah memperoleh token ekonomi. Butirbutir pertanyaan ini terdiri dari 39 aitem pertanyaan. 4.1.4.2 Penyusunan
Metode
Token
Ekonomi
sebagai
Perlakuan
dalam
Eksperimen Penelitian ini menggunakan metode token ekonomi dalam melakukan perlakuan pada kelompok eksperimen. Sebelum melakukan perlakuan, peneliti memilih jenis token yang sesuai dengan usia anak dan dapat menumbuhkan kesenangan pada diri anak ketika mendapatkan token tersebut. Secara umum tipe token haruslah menarik, ringan, mudah dipindahkan, tahan lama, mudah dipegang, dan tidak mudah dipalsukan. Beberapa contoh token tersebut yaitu stiker, keping logam, koin, check-mark, poin, poker chip, stempel yang dicap dibuku, tanda bintang, kartu, dan lain-lain. Peneliti menggunakan stiker sebagai media token ekonomi dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan stiker merupakan benda yang dapat menarik perhatian anak, ringan, tahan lama dan tidak mudah dipalsukan. Perlakuan dalam penelitian ini diberikan sebanyak 9x perlakuan dengan pemberian jumlah token yang berbeda kepada setiap subjek sesuai dengan sikap kedisiplinan yang telah ditunjukkan. Setelah beberapa kali melakukan observasi dan adanya masukan dari guru kelas tentang waktu pemberian token, maka jumlah token yang diberikan pada setiap sikap disiplin yang ditunjukkaan adalah sebagai berikut:
80
Tabel 4.3 Pemberian Token Ekonomi Pada Kelompok Eksperimen No
Kegiatan
Jumlah Token
1.
Berbaris pada saat masuk kelas
1 buah stiker
2.
Berdoa (circle time)
1 buah stiker
3.
Mengerjakan tugas
2 buah stiker
4.
Membereskan mainan
2 buah stiker
5.
Mengantri pada saat cuci tangan
2 buah stiker
6.
Mengantri pada saat bersalaman dengan guru
2 buah stiker
Prinsip pemberian token ini ialah bagaimana membuat metode yang menarik agar dapat menumbuhkan sikap kedisiplinan pada diri anak.
4.2
Pelaksanaan Penelitian
4.2.1
Pengumpulan Data Pengambilan data eksperimen dilakukan sebanyak dua kali, yaitu observasi
pretest dan posttest yang dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan. Observasi dilakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebanyak 23 siswa pada masing-masing kelompok sehingga seluruhnya berjumlah 46 orang, dan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai observer. Pretest dilakukan dua hari pada tanggal 20-21 September 2012, dan posttest dilakukan pada tanggal 8-9 Oktober 2012. Pretest dan posttest melibatkan semua sample yaitu 46 siswa. Eksperimen dilakukan dengan memberikan token ekonomi pada kelompok eksperimen sebanyak 23 siswa.
81
Pemberian perlakuan berupa token ekonomi ini dilakukan setiap hari, karena pemberian token ini sesuai dengan sikap disiplin siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Perlakuan ini dilakukan berulang-ulang sebanyak 9 kali perlakuan, yang dipimpin oleh peneliti dengan bantuan guru yang ada. 4.4 Jadwal Pemberian Perlakuan Tanggal
Hari
20-Sep
Kamis
21-Sep
Jumat
22-Sep 24-Sep 25-Sep 26-Sep 27-Sep 28-Sep 29-Sep 01-Okt 02-Okt 03-Okt 04-Okt 05-Okt 06-Okt 08-Okt
Sabtu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Senin
09-Okt
Selasa
Perlakuan yang dilakukan Observasi (pretest kelompok eksperimen) Observasi (pretest kelompok kontrol) Pelajaran seperti biasa Perlakuan Perlakuan Perlakuan Perlakuan Perlakuan Pelajaran seperti biasa Perlakuan Perlakuan Perlakuan Perlakuan Perlakuan Pelajaran seperti biasa Observasi (posttest kelompok eksperimen) Observasi (posttest kelompok kontrol)
Perlakuan ke-
Tempat Kelas Kelas
1 2 3 4 5 5 6 7 8 9
Outdoor Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Outdoor Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas
Perlakuan dilakukan didalam kelas pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, sesuai dengan jadwal kegiatan kelompok eksperimen.
82
4.2.2
Pelaksanaan Skoring Setelah melakukan pengumpulan data penelitian baik pretest maupun posttest,
peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Memberikan kode subjek dan skor pada masing-masing jawaban yang telah diisi oleh observer, dengan memberikan skor 1 untuk jawaban “ya” dan 0 untuk jawaban “tidak”, kemudian mentabulasi data berdasarkan jumlah item. b. Mengelompokkan kelompok subjek penelitian, baik kelompok eksperimen maupun kontrol, masing-masing untuk data kelompok eksperimen pretestposttest, dan kelompok kontrol pretest dan posttest. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti melakukan tabulasi dan perhitungan. c. Melakukan olah data yang menggunakan metode SPSS 16.0 For Windows.
4.3
Data Hasil Penelitian
4.3.1
Hasil Penelitian pada Kelompok Eksperimen Penelitian di kelas eksperimen dilakukan di TK HJ Isriati Baiturrahman 01
Semarang pada kelompok A (Ta) dengan rata-rata usia empat sampai lima tahun. Jumlah siswa yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 23 anak. Pretest dilakukan ketika awal bertemu dengan siswa, yaitu berupa angket yang langsung diobservasikan kepada anak, observasi yang dilakukan peneliti pada penelitian ini adalah menggunakan metode observasi berperanserta (participant observation). Observasi partisipan yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
83
melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Pretest dilakukan untuk mengukur pemahaman awal siswa. Tabel 4.5 Hasil Pretest Tingkat Kedisiplinan Kelompok Eksperimen Rentang Kelas
Jumlah Prosentase
13-14 1 4,34% 15-16 3 39,13% 17-18 3 13,04% 19-21 9 39,13% 22-24 7 30,43% Prosentase dari 23 siswa
Kriteria Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
Perlakuan diberikan berupa pemberian token ekonomi yang berupa stiker. Setiap anak diberi sejumlah token sesuai dengan perilaku disiplin yang mereka tunjukkan selama sembilan hari. Pemberian token ekonomi dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Tabel 4.6 Hasil Posttest Tingkat Kedisiplinan Kelompok Eksperimen Rentang Kelas Jumlah Prosentase 20 2 8,69% 21 2 8,69% 22 4 17,39% 23 2 8,69% 24 2 8,69% 25 8 34,78% 26 3 13,04% Prosentase dari 23 siswa
Kriteria Sangat rendah sekali Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi sekali
84
4.3.2
Hasil Penelitian pada Kelompok Kontrol Penelitian di kelas eksperimen dilakukan di TK HJ Isriati Baiturrahman 01
Semarang pada kelompok A (Alif) dengan rata-rata usia empat sampai lima tahun. Jumlah siswa yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 23 anak. Pretest dilakukan ketika awal bertemu dengan siswa, yaitu berupa angket yang langsung diobservasikan kepada anak, pretest dilakukan untuk mengukur pemahaman awal siswa. Tabel 4.7 Hasil Pretest Tingkat Kedisiplinan Kelompok Kontrol Rentang Kelas Jumlah Prosentase 14-15 1 4,43% 16-17 2 8,69% 18-19 11 47,82% 20-21 7 30,43% 22-24 2 8,69% Prosentase dari 23 siswa
Kriteria Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
Kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan berupa oken ekonomi seperti yang dilakukan kepada kelas eksperimen. Tabel 4.8 Hasil Posttest Tingkat Kedisiplinan Kelompok Kontrol Rentang Kelas Jumlah Prosentase 18 2 8,69% 19 7 30,34% 20 8 34,78% 21 3 13,04% 22 2 8,69% 23 1 4,34% Prosentase dari 23 siswa
Kriteria Sangat rendah sekali Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
85
4.3.3
Perbandingan Data Pretest dan Posttest Tabel 4.9 Rata-rata Hasil Pretest dan Posttest Kelompok
Hasil 19,17 49,16% 19,34 49,60%
Kontrol Eksperimen
Pretest Kriteria Pemahaman Sedang Sedang Posttest
19,95 51,17% 23,56 60,42%
Kontrol Eksperimen
Sedang Sedang
Jawaban benar dari 45 soal % = Prosentase menjawab benar
4.4
Keterangan : < 30%
= rendah
30% ≤ p ≥ 70%
= sedang
>70%
= tinggi
Analisi Data Pengujian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini menggunakan metode
uji beda uji-t. Sebelum dilakukannya uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi berupa uji normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat dalam penggunaan analisi uji-t. 4.4.1
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah kedua kelompok
berdistribusi normal atau tidak. Penelitian menggunakan uji normalitas dengan cara
86
kolmogrof (uji K-S satu sample) pada SPSS 16.0. Hasil dari uji normalitas dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic
Df
Shapiro-Wilk Sig.
Statistic
Df
Sig.
pre_test_kelompok_kontrol
.162
23
.123
.935
23
.144
pre_test_kelompok_eksperimen
.149
23
.200*
.958
23
.415
Ho: Sample berasal dari populasi berdistribusikan normal Ha: Sample berasal dari populasi berdistribusikan tidak normal Data dikatakan normal jika tingkat sig pada kolmogrov-smirnov lebih dari maka data didistribusikan normal, jika kurang dari normal. Nilai
maka data didistribusikan tidak
yang digunakan adalah 0,05. Nilai sig pada kelas kontrol sebesar
0,123 dan nilai sig pada kelas eksperimen sebesar 0,200. Nilai tersebut menujukkan bahwa Sig > 4.4.2
maka Ho diterima, data tersebut berdistribusi normal.
Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas) Pengujian homogenitas dimaksudkan untuk memberikan keyakinan bahwa
sekumpulan data yang dimanipulasi dalam serangkaian analisi memang berasal dari populasi yang tidak jauh berbeda keragamannya. Analisi homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji chi-square test dengan bantuan program SPSS 16.0. Kolom yang dilihat pada printout ialah kolom Sig. Jika nilai pada kolom Sig >0,05 maka Ho diterima.
87
Ho: varians homogen (σ12 = σ22) Ha: varians homogen (σ12 ≠ σ22) Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas Test Statistics pre_test_kelompok_kontrol Chi-Square
pre_test_kelompok_eksperimen 12.130a
7.000b
7
9
.096
.637
Df Asymp. Sig.
Berdasarkan tabel 4.11 diatas diperoleh nilai Asymp Sig kelas kontrol 0,096 dan kelas eksperimen 0,637 yang berarti lebih besar dari 0,05 maka
diterima.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok homogen atau mempunyai varians yang sama. Hasil perhitungan lengkapnya terdapat dalam lampiran halaman (Komputasi menggunakan software SPSS).
4.5
Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode t-test untuk
melihat perbedaan pada masing-masing test pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dan untuk melihat seberapa besar pengaruh metode token ekonomi terhadap peningkatan kedisiplinan pada anak usia dini. Data dikatakan mengalami peningkatan yang signifikan jika sig < 0,05. Jika sig > 0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak dan sebaliknya jika sig < 0,05 maka Ho ditolak, Ha diterima. Data dikatakan mengalami perbedaan jika nilai t hitung > ttabel. ttabel yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 2,069.
88
Ha = data mengalami peningkatan secara signifikan Ho = data tidak mengalami peningkatan secara signifikan
4.5.1 Uji Hipotesis Kelompok Kontrol Tabel 4.12 t-test Kelompok Kontrol Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Mean Deviation Pair 1
Std. Error Mean
Difference Lower
Sig. (2-
Upper
t
df
tailed)
pretest_kelompo k_kontrol postest_kelompo
-.783
1.976
.412
-1.637
.072
-1.899
22
.071
k_kontrol
Tabel 4.12 menunjukkan perbedaan rata-rata sebesar 0,783. Angka tersebut menunjukkan perubahan yang tidak signifikan, terlihat dari nilai sig (2 tailed) sebesar 0,071. Nilai 0,071 > 0,05 maka Ho diterima yang artinya perbedaan nilai kelompok kontrol tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan nilai thitung sebesar 1,899 menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan antara hasil pretest dan posttest pada kelompok kontrol.
89
4.5.2
Uji Hipotesis Kelompok Eksperimen Tabel 4.13 t-test Kelompok Eksperimen Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the
Mean Pair 1
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
Difference Lower
Upper
Sig. (2T
Df
tailed)
pre_test_kelompok _eksperimen post_test_kelompo
-4.217
3.825
.798
-5.872
-2.563
-5.287
22
.000
k_eksperimen
Tabel 4.13 menunjukkan perbedaan rata-rata sebesar 4,217. Angka tersebut menunjukkan perubahan yang signifikan, terlihat dari nilai sig (2 tailed) sebesar 0,00. Nilai sig 0,00 < 0,05 maka Ha diterima yang artinya perbedaan nilai kelompok eksperimen mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan nilai t hitung sebesar 5,287 menunjukkan bahwa ada perbedaan antara hasil pretest dan posttest pada kelompok eksperimen.
90
4.5.3
Uji Hipotesis Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen Tabel 4.14 t-test Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the
Mean Pair 1
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
Difference Lower
Sig. (2-
Upper
t
df
tailed)
post_test_ko ntrol post_test_ek
-3.609
1.828
.381
-4.399
-2.818
-9.470
22
.000
sperimen
Tabel 4.14 menunjukkan perbedaan rata-rata sebesar 3,609. Angka tersebut menunjukkan perubahan yang tidak signifikan, terlihat dari nilai sig (2 tailed) sebesar 0,00. Nilai sig 0,00 < 0,05 maka Ha diterima yang artinya perbedaan nilai kelompok eksperimen mengalami peningkatan yang signifakan. Berdasarkan nilai t hitung sebesar 9,470 menunjukkan bahwa ada perbedaan antara hasil posttest kelompok kontrol dan eksperimen. Kelompok eksperimen menghasilkan nilai posttest yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.
91
4.6
Pembahasan dan Analisis
4.6.1
Pembahasan Hasil Penelitian Perubahan tingkah laku yang merupakan hasil dari pengalaman disebut
dengan belajar. Perubahan tersebut salah satunya dapat dilihat dari sikap dan nilai. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode token ekonomi memberikan perubahan sikap disiplin pada diri anak, dengan adanya token ekonomi ini sikap disiplin anak semakin meningkat. Uji hipotesis diperoleh hasil bahwa Ho ditolak maka Ha diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa sikap disiplin kelompok eksperimen mengalami peningkatan yang signifikan dengan metode token ekonomi ini dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata hasil posttest setelah diberi perlakuan. Pada kelompok eksperimen memiliki rata-rata hasil posttest sebesar 60,42% dari 39 soal sedangkan nilai rata-rata kelompok kontrol sebesar 49,60% dari 39 soal, sehingga dapat dikatakan bahwa metode token ekonomi pada kelompok eksperimen dapat meningkatkan kedisiplian pada anak usia dini. Hal ini juga ditunjukkan dengan perubahan perilaku disiplin yang anak tunjukkan seperti anak sudah mulai baris dengan rapi pada saat masuk kelas, pada saat berdoa juga anak mengikutinya dan tidak lagi berbicara atau becanda dengan temannya, selalu antri pada saat mencuci tangan, anak juga sudah mulai berbagi mainan dengan temannya serta merapikan mainan setelah mereka memainkannya,dan lain-lain. Dengan adanya beberapa pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan
92
bahwasannya metode token ekonomi dalam penelitian ini efektif digunakan untuk meningkatkan kedisiplinan pada anak usia dini. 4.6.2
Analisis Hasil Penelitian Eksperimen yang dilakukan pada anak usia dini ini merupakan kegiatan yang
menggunakan materi didasarkan pada sikap disiplin anak ketika berada disekolah, meliputi selalu datang tepat waktu, dapat memperkirakan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sesuatu, menggunakan benda sesuai dengan fungsinya, mengambil dan mengembalikan benda pada tempatnya, berusaha menaati aturan yang telah disepakati, tertib menunggu guliran dan menyadari akibat bila tidak disiplin. Tujuannya adalah supaya anak dapat mengembangkan pengendalian diri, karena dengan disiplin anak dapat memperoleh suatu batasan untuk memperbaiki tigkah laku yang salah. Disiplin diperlukan dalam proses perkembangan anak karena disiplin memenuhi beberapa kebutuhan tertentu yang diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku sesuai dengan standar. Adapun menurut Hurlock (1978:82) cara mendisiplinkan yang digunakan yaitu peraturan sebagai pedoman berperilaku, konsisten dalam peraturan, hukuman untuk pelanggaran dan hadiah atau penghargaan untuk perilaku baik yang sejalan dengan peraturan yang berlaku. Kedisiplinan awal anak usia dini ditunjukkan oleh hasil pretest yang dilakukan oleh kelompok kontrol dan eksperimen. Kelompok kontrol memiliki prosentase 49,10% jawaban “YA”. Kelompok eksperimen memiliki prosentase 49,60% jawaban “YA”. Kedua kelompok tergolong dalam kriteria yang sedang.
93
Kedisiplinan anak usia dini pada kelompok eskperimen ini dapat terbentuk karena token ekonomi yang diberikan pada kelompok eksperimen ini selama 9x perlakuan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan anak berasal dari menyadari adanya perbedaan tingkat kemampuan kognitif anak, penanaman sikap disiplin yang dimulai sejak dini, teknik disiplin demokratis, penggunaan hukuman harus diartikan sebagai bentuk sikap tegas dan penanaman sikap disiplin secara berkelanjutan. Menurut Moeliono (1993:208) disiplin artinya ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib, aturan, atau norma. Sedangkan pengertian siswa adalah pelajar atau anak (orang) yang melakukan aktivitas belajar. Dengan demikian dapat diartikan bahwa disiplin siswa adalah ketaatan (kepatuhan) dari siswa kepada aturan, tata tertib, atau norma yang ada di sekolah yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar. Kedisiplinan siswa dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan jam belajar disekolah, dan semua aktifitas siswa yang dilihat kepatuhannya dalam aktifitas pendidikan disekolah yang juga dikaitkan dengan kehidupan dilingkungan luar sekolah. Perlakuan ini dilakukan berulang-ulang dengan tujuan subjek terbiasa dengan pengkondisian ini dan dapat secara otomatis meneruskan apa yang menjadi kebiasaannya. Konsep token ekonomi secara psikologis siswa memiliki reaksi kognitif dan perilaku terhadap materi perlakuan yang diberikan. Token ekonomi ini berfungsi sebagai reward dari perlaku baik atau sikap disiplin yang siswa tunjukan
94
dan pada akhirnya menanamkan pemahaman baru dalam benak anak sebagai motifasi untuk selalu bersikap disiplin. Setelah mendapatkan token ini, kedisiplinan yang dimiliki anak meningkat atau berkembang jika dibandingkan dengan kelompok kontrol yang dapat dilihat melalui observasi pretest dan posttest. Hal ini menunjukkan bahwa metode token ekonomi yang diberikan memiliki pengaruh positif dalam meningkatkan kedisiplinan anak usia dini. Pemberian reward melalui metode token ekonomi yang dilakukan peneliti bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan anak usia dini di TK Hj Isriati Baiturahman 01 Semarang, dengan memberikan sejumlah token yang berupa stiker kepada anak yang menunjukkan sikap disiplin mereka pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Token yang diberikan kepada kelompok eksperimen disesuaikan denga usia mereka, karena subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia dini maka token yang sesuai untuk anak usia dini ini berupa striker. Stiker dapat menarik perhatian anak untuk bisa mereka miliki, karena stiker bersifat ringan, tahan lama, mudah dipegang dan tentunya tidak dapat dipalsukan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dalam hal ini, kedisiplinan anak dapat ditingkatkan melalui metode token ekonomi. Setelah subjek mendapatkan token dalam kurun waktu dua minggu perlakuan, ada perubahan tingkahlaku positif yang terjadi pada kelompok eksperimen, perubahan yang terjadi ialah anak dapat datang kesekolah tepat waktu, berbaris rapi saat masuk kelas, tenang pada saat berdoa maupun mengerjakan tugas, sabar
95
menungu giliran, antri pada saat mencuci tangan dan pada saat bersalaman dengan guru. Perlakuan ini terbukti efektif dalam meningkatkan kedisiplinan anak usia dini, hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Hurlock (1978: 91) sepanjang masa kanak-kanak, penghargaan mempunyai nilai edukatif yang penting. Imbalan mengatakan pada mereka bahwa perilaku mereka sesuai dengan harapan sosial, dan memotivasi mereka untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial. Jadi penghargaan merupakan pendorong untuk perilaku yang baik. Kegiatan perlakuan ini tidak luput dari kelemahan dan kekurangan meski sudah dilakukan pengendalian, kadang-kadang instruksi yang diberikan peneliti tidak dapat dilaksanakan dengan baik oleh siswa, instruksi tersebut harus diberikan berkalikali. Pengawasan pun harus selalu dilakukan agar siswa tidak salah dalam mengikuti aturan main dalam pemberian reward melalui token ekonomi ini. Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa meningkatnya kedisiplinan pada kelompok eksperimen adalah benar-benar karena perlakuan yang diberikan yaitu token ekonomi. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan berbagai penelitian sebelumnya. Menurut Boniecki (2003: 225) mengenai penggunaan token ekonomi sebagai penguatan dalam meningkatkan partisipasi siswa dalam kelas menunjukan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan setelah penggunaan token ekonomi, terlihat bahwa siswa lebih antusias dalam ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran berlangsung. Hasil ini menunjukkan bahwa token ekonomi memotivasi siswa dalam menanggapi setiap pertanyaan yang disampaikan dalam pembelajaran.
96
Berdasarkan hasil penelitian di atas mengidentifikasikan bahwa token ekonomi dapat digunakan dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada proses pembelajaran berlangsung. Token ekonomi yang digunakan untuk siswa ini berupa point atau permen. Token ekonomi ini juga dapat digunakan pada anak usia dini, jika pada siswa token ekonomi yang digunakan berupa poin atau permen, sedangkan untuk anak usia dini dapat berupa sesuatu yang lebih menarik seperti kartu, koin, dll. Hasil penelitian ini dapat mendukung penelitian sebelumnya
yang
menyebutkan bahwa token ekonomi dapat menjadi motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Jadi dapat di simpulkan bahwa pemberian reward melalui metode token ekonomi efektif untuk meningkatkan kedisiplinan anak usia dini di TK Hj Isriati Baiturrahman 1 Semarang. Nantinya, hasil yang akan dicapai oleh subjek penelitian akan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah apakah perlakuan ini akan berlanjut dan teratur atau tidak oleh sekolah.
BAB V PENUTUP 5.1
Simpulan Hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil
test tingkat kedisiplinan siswa TK Hj Isriati Biaturrahman 1 Semarang pada kelompok eksperimen dengan pemberian reward melalui token ekonomi ini memiliki rata-rata 60,42% dari 100% kebenaran. Jika dibandingkan dengan ratarata hasil posttest kelompok kontrol maka ada perbedaan yang cukup signifikan. Kelompok eksperimen memiliki tingkat kedisiplinan yang lebih baik dari kelompok kontrol yang memiliki rata-rata sebesar 51,17% dari 100% kebenaran. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian reward melalui token ekonomi dalam penelitian ini efektif digunakan untuk meningkatkan kedisiplinan anak usia dini.
5.2
Saran Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan diatas, maka peneliti
memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi guru sebaiknya pemberian reward melalui token ekonomi ini dapat diteruskan sesuai dengan kebutuhan dan dikembangkan sebagai sarana untuk meningkatkan kedisiplinan anak usia dini. 2. Bagi peneliti dan penelitian selanjutnya agar memilih tipe token yang akan digunakan lebih menarik dan sesuai dengan karakter anak usia dini agar penelitian lebih menarik. Studi literatur dan studi pendahuluan yang lebih
97
98
mendalam agar penelitian lebih untuk menemukan dan mengungkapkan fenomena baru terkait dengan tingkat kedisiplinan.
5.3
Keterbatasan Penelitian Penelitian Efektivitas Pemberian Reward Melalui Metode Token Ekonomi
Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Anak Usia Dini dilakukan sesuai dengan prosedur penelitian yang seharusnya, namun terdapat keterbatasan dalam pelaksanaannya antara lain: 1. Keterbatasan waktu dalam pelaksaan penelitian, dengan waktu yang lebih lama maka token ekonomi akan lebih berpengaruh terhadap peningkatan kedisiplinan anak. Harapan bagi peneliti selanjutnya dapat melaksankan penelitian dengan tipe token yang sesuai karekter anak dan waktu penelitian yang lama sehingga penelitian diharapkan leboh efektif. 2. Desain penelitian yang sederhana sehingga hanya mengukur efektivitas pemberian token ekonomi namun kurang mengidentifikasi sejauh mana tingkat kedisiplinannya.
99
DAFTAR PUSTAKA Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian “Suatu Pendekatan Praktek”. Jakarta: Rineka Cipta Azwar, Saifuddin. 2009. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Boniecki, Kurt dan Stacy Moore. 2003. Breaking the Silence: Using a Token Economy to Reinforce Classroom Participation. Teaching Of Psychology, vol. 30, no. 3. http://apadiv2.org/ebooks/tips2011/I-1203Boniecki2003.pdf. (28 april 2012) Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama Davidson, Gerald, dkk. 2010. Psikologi Abnormal. Jakarta: Rajawali Press Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia dini, Nonformal, dan Informal. 2012. Pedoman Pendidikan Karakter Pada Pendidikan Anak Usia Dini. Edwards, Drew. 2006. Ketika anak sulit diatur: panduan bagi para orang tua untuk mengubah masalah perilaku anak. Bandung: Kaifa Gunarsa, Singgih dan Yulia Singgih. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Anak (Psikologi Perkembagan). Bandung : Mandar Maju. Kurniawati, Yuli. 2010. Modifikasi Perilaku Anak Usia Dini. Semarang: UNNES Latipun. 2010. Psikologi eksperimen. Malang: UMM press Martin, Garry Joseph P. 1978. Behavior Modifiction: what it is and how to do it. New Jersey: Prentice hall International, Inc Ngalim, Purwanto. 1685. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: Remadja karya Rahmat, firlia. 2004. Token Ekonomi. http://lib.uinmalang.ac.id/thesis/chapter_ii/07620004-firlia-rachmat.ps (28 april 2012) Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. 2009. Bandung: Penerbit Alfa Betha
100
Sujiono, Yuliani Nurani. 2005. Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini Panduan Bagi Orang Tua Dalam Membina Perilaku Anak Usia Dini. Jakarta: Elex media komputindo Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks Usman, Uzer 1992. Menjadi Guru Profesional. Bansung: Remaja Rosda Karya Wantah, Maria J. 2005. Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. Zainah . 2004. Reward and punishment. (http://lib.uinmalang.ac.id/thesis/chapter_ii/07110178-sy-zainah.ps) (28 april 2012)
101
LAMPIRAN 1 (TABULASI DATA HASIL UJI COBA INSTRUMEN PENELITIAN)
TABULASI DATA HASIL UJICOBA INSTRUMEN PENELITIAN BUTIR SOAL Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0
2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0
3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1
4 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
5 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1
6 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0
7 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0
8 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0
10 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1
11 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0
12 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1
13 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1
14 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0
16 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0
17 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0
18 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
19 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0
20 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
21 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0
22 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1
23 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0
BUTIR SOAL
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
24 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
25 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0
26 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1
27 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1
28 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0
29 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
30 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
31 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1
32 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0
33 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0
34 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1
35 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1
36 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
37 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0
38 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1
39 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1
40 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0
41 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0
42 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1
43 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
44 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1
Jumlah 45 46 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1
102
LAMPIRAN 2 (VALIDITAS DAN RELIABILITAS DATA HASIL UJI COBA INSTRUMEN)
Perhitungan Validitas Butir Soal Rumus
rpbis =
Mp -Mt St
p q
Mp
= Rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal
Mt
= Rata-rata skor total
St
= Standart deviasi skor total
P
= Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal
Q
= Proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal
Hasil Uji Validitas
1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
8
Pearson Correlation
Total .572(**) .008 20 .583(**) .007 20 .524(*) .018 20 .577(**) .008 20 .499(*) .025 20 .528(*) .017 20 .505(*) .023 20 -.168
Sig. (2-tailed) N 9
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
10
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
11
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
12
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
13
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.479 20 .508(*) .022 20 .554(*) .011 20 .474(*) .035 20 .608(**) .004 20 .587(**) .007
N 20 14
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
15
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
16
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
17
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
18
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
19
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
20
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
21
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
22
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
23
Pearson Correlation
.738(**) .000 20 .540(*) .014 20 -.277 .237 20 .637(**) .003 20 .713(**) .000 20 .470(*) .036 20 .691(**) .001 20 .474(*) .035 20 .487(*) .030 20 .511(*)
Sig. (2-tailed) N 24
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
25
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
26
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
27
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.021 20 .540(*) .014 20 .485(*) .030 20 .520(*) .019 20 .559(*) .010
N 20 28
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
29
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
31
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
32
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
33
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
34
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
35
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
36
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
37
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.475(*) .034 20 -.207 .380 20 .596(**) .006 20 .509(*) .022 20 -.284 .226 20 -.323 .165 20 .617(**) .004 20 .472(*) .035 20 .557(*) .011 20 .508(*) .022 20
38
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
39
20 .124
Sig. (2-tailed)
.601 20
Pearson Correlation
.086
Sig. (2-tailed)
.719
N 41
.021
Pearson Correlation N
40
.512(*)
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
20 .517(*) .020
N 20 42
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
43
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
44
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
45
20 .732(**) .000 20 .552(*) .012 20 .049
Sig. (2-tailed)
.838
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Total
.018
Pearson Correlation N
46
.522(*)
Pearson Correlation
20 .608(**) .004 20
1 N 20 Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil Uji Reliabilitas Rumus 2 k b r 11 = 1 - 2 k - 1 t
Keterangan: = koefisien reliabel k
= banyaknya butir soal
1
= bilangan konstan = jumlah varian skor dari masing-masing butir soal = varian total
Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
% 100.0 .0 100.0
20 0 20
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Re liability Statistics
Cronbach's Alpha .905
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .905
N of Items 46
Scale Statistics Mean 24.0500
Variance 92.050
Std. Deviation 9.59427
N of Items 46
103
LAMPIRAN 3 (INSTRUMEN PENELITIAN)
INSTRUMEN PENELITIAN
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian yang Diperlukan untuk Mengukur Kedisiplinan Anak Usia Dini Variabel
Aspek
Indikator
Penelitian Meningkatkan
Nilai yang berkaitan
8. Selalu datang tepat waktu
kedisiplinan
dengan ketertiban
9. Dapat memperkirakan waktu yang
anak usia dini
dan keteraturan
diperlukan untuk menyelesaikan sesuatu 10. Menggunakan benda sesuai dengan fungsi 11. Mengambil dan mengembalikan benda pada tempatnya 12. Berusaha menaati aturan yang telah disepakati 13. Tertib menunggu giliran 14. Menyadari akibat bila tidak disiplin
PETUNJUK PENGISIAN ANGKET TINGKAT KEDISIPLINAN ANAK USIA DINI 1. Observer menuliskan identitas anak 2. Observer memberi tanda cek (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan, pilihan-pilihan jawaban tersebut adalah: ya dan tidak jika anda merasa jawaban yang dipilih kurang tepat maka beri tanda (=) pada jawaban yang kurang tepat, selanjutnya berikan tanda cek (√) pada jawaban yang ibu anggap sesuai. Contoh: No
Pernyataan
Jawaban Ya
1.
Anak terlambat datang kesekolah
√
Tidak √
3. Semua jawaban yang diberikan sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer. 4. Observer meneliti kembali apakah ada pernyataan yang belum diberi jawaban. 5. Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya.
ANGKET TINGKAT KEDISIPLINAN ANAK USIA DINI NAMA ANAK
:
KELAS
:
USIA
:
JENIS KELAMIN
:
No. 1. 2. 3. 4. 5.
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
14.
15.
Pernyataan Anak selalu datang lebih awal dibandingkan dengan teman-temannya yang lain Anak terlambat datang kesekolah Anak berbaris rapi ketika masuk kelas Ketika masuk kelas anak selalu berlarian dengan temannya Ketika mengikuti kegiatan ekstrakulikuler seperti: drumband, komputer, tari, dll anak selalu datang tepat waktu Anak terlambat datang pada saat kegiatan ekstrakulikuler sudah berlangsung Mengerjakan tugas dengan tekun tanpa banyak bicara Mampu menyelesaikan tugas tepat pada waktu yang ditentukan Tugas anak belum selesai padahal waktu pembelajaran telah usai Anak tidak menunda dalam menyelesaikan tugasnya Pada saat mendapatkan tugas anak menunda mengerjakannya dengan cara bermain sendiri Menggunakan alat tulis sesuai tempatnya, misal: di buku atau di papan tulis Anak menggunakan alat tulis untuk mengotori ruangan seperti: mencorat-coret diding kelas, meja atau kursi Tidak menggunakan mainan atau untuk melukai temannya dengan sengaja seperti: melempar mainan kearah temannya dengan sengaja Menggunakan air sesuai kebutuhan misal: tidak bermain air mencuci tangan
Alternatif Jawaban YA TIDAK
No 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Pernyataan Pada saat mencuci tangan atau wudlu anak justru bermain air dengan temannya Meletakkan tas dan sepatu di rak dan loker yang telah disediakan Anak membiarkan tas dan sepatunya berserakan dilantai Mengembalikan mainan pada tempatnya setalah usai bermain Selesai bermain anak tidak membereskan mainannya Anak merapikan tempat makannya setelah selesai makan
22.
Selesai makan anak membiarkan peralatan makannya berantakan
23.
Anak tenang pada saat berdoa
24.
Pada saat berdoa anak justru bercanda dengan teman yang lain
25.
Memperhatikan ketika guru menjelaskan materi
26.
Anak tidak membuat kegaduhan pada saat KBM berlangsung Pada saat KBM berlangsung anak selalu menjahili temannya Anak mampu mengikuti materi sesuai tema pada hari itu Ketika megerjakan tugas, anak berlarian dikelas Mengantri pada saat bersalaman dengan guru Anak berebut pada saat bersalaman dengan guru Mengantri saat mencuci tangan sebelum makan Anak saling berdesakan ketika mencuci tangan
27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.
Alternatif Jawaban Ya Tidak
No
Pernyataan
34.
Anak sabar menunggu giliran pada saat mengambil lembar kerja Anak meminta maaf ketika melakukan kesalahan atau melanggar peraturan Ketika melakukan kesalahan atau melanggar peraturan, anak tidak menyadari atas perbuatan telah yang dilakukannya Menerima hukuman ketika melakukan kesalahan misal: tidak menyelesaikan tugas tepat waktu Anak tidak mau menerima resiko atas perbuatan yang telah dilakukan Ketika melakukan kesalahan atau melanggar peraturan, anak tidak memperdulikan perbuatan yang telah dilakukannya
35. 36.
37. 38. 39.
Alternatif Jawaban Ya Tidak
Semarang,
Observer
(
)
104
LAMPIRAN 4 (TABULASI DATA HASIL PENELITIAN)
HASIL PRETEST KELOMPOK KONTROL Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
4 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0
5 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1
8 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1
9 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0
10 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0
11 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
16 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
17 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
18 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
19 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1
20 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
21 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1
22 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0
23 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
24 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
25 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
26 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0
27 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
29 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0
30 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
31 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0
32 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
33 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
35 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1
36 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0
37 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0
38 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0
39 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0
Jumlah 17 21 18 20 21 19 19 19 22 18 20 19 20 19 19 14 24 20 19 20 18 18 17
HASIL PRETEST KELOMPOM EKSPERIMEN Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0
2 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
3 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
4 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0
5 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
8 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1
9 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0
10 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1
11 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0
14 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1
15 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1
18 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0
19 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
20 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
21 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
22 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1
23 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1
24 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0
25 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
26 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
27 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1
29 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0
30 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1
31 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0
32 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0
33 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0
34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
35 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0
36 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0
37 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0
38 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0
39 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0
Jumlah 23 20 22 20 19 19 17 23 21 19 17 16 24 13 15 17 19 20 22 19 23 22 15
HASIL POSTTEST KELOMPOK KONTROL Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
3 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1
7 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
10 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
11 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
12 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
16 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
20 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
21 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1
22 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
23 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1
24 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
26 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
27 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1
29 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0
30 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1
31 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
35 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0
36 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
37 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
38 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
39 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0
Jumlah 20 23 20 19 20 21 19 20 22 18 20 20 21 20 19 20 19 19 21 22 19 19 18
HASIL POSTTEST KELOMPOK EKSPERIMEN Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
2
1
0
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
3
0
1
0
1
0
1
0
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
4
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
5
0
1
1
0
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
6
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
7
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
8
0
0
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
9
0
1
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
10
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
11
0
0
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
12
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
13
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
14
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
15
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
16
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
17
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
18
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
19
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
0
1
20
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
21
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
22
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
23
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
20 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0
24 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
26 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0
27 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
29 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
31 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0
32 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
33 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1
34 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1
35 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1
36 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
37 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
38 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
39 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
Jumlah 26 26 22 21 25 25 25 25 24 25 26 26 23 25 22 25 20 21 24 23 20 22 23
105
LAMPIRAN 5 (UJI NORMALITAS DATA PRETEST KELOMPOK KONTROL DAN EKSPERIMEN)
HASIL UJI NORMALITAS DATA PRETEST KELOMPOK KONTROL DAN EKSPERIMEN Komputasi SPSS 16.0 for Windows
Explore Case Processing Summary Cases Valid N
Missing Percent
N
Total
Percent
N
Percent
pre_test_kelompok_kontrol
23
100.0%
0
.0%
23
100.0%
pre_test_kelompok_eksperimen
23
100.0%
0
.0%
23
100.0%
Descriptives Statistic pre_test_kelompok_kontrol
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Std. Error
19.17 Lower Bound
18.33
Upper Bound
20.02
5% Trimmed Mean
19.19
Median
19.00
Variance
3.787
Std. Deviation
1.946
Minimum
14
Maximum
24
Range
10
Interquartile Range
.406
2
Skewness
-.105
.481
Kurtosis
2.375
.935
19.35
.618
pre_test_kelompok_eksperimen Mean 95% Confidence Interval for
Lower Bound
18.07
Mean
Upper Bound
20.63
5% Trimmed Mean
19.43
Median
19.00
Variance
8.783
Std. Deviation
2.964
Minimum
13
Maximum
24
Range
11
Interquartile Range
5
Skewness
-.361
.481
Kurtosis
-.581
.935
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic
df
Shapiro-Wilk Sig.
Statistic
df
Sig.
pre_test_kelompok_kontrol
.162
23
.123
.935
23
.144
pre_test_kelompok_eksperimen
.149
23
.200*
.958
23
.415
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
106
LAMPIRAN 6 (UJI HOMOGENITAS DATA PRETEST KELOMPOK KONTROL DAN EKSPERIMEN)
HASIL UJI HOMOGENITAS PRETEST KELOMPOK KONTROL DAN EKSPERIMEN Komputasi SPSS 16.0 for Windows
NPar Tests Chi-Square Test Frequencies pre_test_kelompok_kontrol Observed N
Expected N
Residual
14
1
2.9
-1.9
17
2
2.9
-.9
18
4
2.9
1.1
19
7
2.9
4.1
20
5
2.9
2.1
21
2
2.9
-.9
22
1
2.9
-1.9
24
1
2.9
-1.9
Total
23
pre_test_kelompok_eksperimen Observed N
Expected N
Residual
13
1
2.3
-1.3
15
2
2.3
-.3
16
1
2.3
-1.3
17
3
2.3
.7
19
5
2.3
2.7
20
3
2.3
.7
21
1
2.3
-1.3
22
3
2.3
.7
23
3
2.3
.7
24
1
2.3
-1.3
Total
23
Test Statistics pre_test_kelompok pre_test_kelompo _kontrol Chi-Square df Asymp. Sig.
k_eksperimen
12.130a
7.000b
7
9
.096
.637
a. 8 cells (100,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 2,9. b. 10 cells (100,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 2,3.
107
LAMPIRAN 7 (UJI PERBEDAAN DATA PRETEST DAN POSTTEST KELOMPOK KONTROL DAN EKSPERIMEN)
UJI PERBEDAAN DATA PRETEST DAN POSTTEST KELOMPOK EKSPERIMEN Komputasi SPSS 16.0 for Windows
T-Test Paired Samples Statistics Mean Pair 1
pre_test_kelompok_eksperimen post_test_kelompok_eksperime n
N
Std. Deviation
19.35
23
2.964
.618
23.57
23
1.950
.407
Paired Samples Correlations N Pair 1
Correlation
Sig.
pre_test_kelompok_eksperimen & post_test_kelompok_eksperime n
Std. Error Mean
23
-.177
.419
Paired Samples Correlations N Pair 1
Correlation
Sig.
pre_test_kelompok_eksperimen & post_test_kelompok_eksperime
23
-.177
.419
n
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Pair 1
pre_test_kelompok_eksperimen post_test_kelompok_eksperimen
-4.217
Std. Deviation 3.825
Std. Error Mean .798
Lower
Upper -5.872
t -2.563
df -5.287
Sig. (2-tailed) 22
.000
UJI PERBEDAAN DATA PRETEST DAN POSTTEST KELOMPOK KONTROL Komputasi SPSS 16.0 for Windows
T-Test Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
pretest_kelompok_kontrol
19.17
23
1.946
.406
postest_kelompok_kontrol
19.96
23
1.261
.263
Paired Samples Correlations N Pair 1
Std. Error Mean
pretest_kelompok_kontrol & postest_kelompok_kontrol
Correlation 23
.300
Sig. .165
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Pair 1
pretest_kelompok_kontrol postest_kelompok_kontrol
-.783
Std. Deviation 1.976
Std. Error Mean .412
Lower
Upper -1.637
t .072
df -1.899
Sig. (2-tailed) 22
.071
108
LAMPIRAN 8 (UJI PERBEDAAN DATA POSTTEST KELOMPOK KONTROL DAN EKSPERIMEN)
UJI PERBEDAAN DATA POSTTEST KELOMPOK EKSPERIMEN Komputasi SPSS 16.0 for Windows
T-Test Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
post_test_kontrol
19.96
23
1.261
.263
post_test_eksperimen
23.57
23
1.950
.407
Paired Samples Correlations N Pair 1
Std. Error Mean
post_test_kontrol & post_test_eksperimen
Correlation 23
.417
Sig. .048
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Pair 1
post_test_kontrol post_test_eksperimen
-3.609
Std. Deviation 1.828
Std. Error Mean .381
Lower
Upper -4.399
t -2.818
df -9.470
Sig. (2-tailed) 22
.000
109
LAMPIRAN 9 (DOKUMENTASI)
Gambar 1 Kartu Token Ekonomi
Gambar 2 Jenis Token (Stiker)
Gambar 3 Menu Hadiah Token
110
LAMPIRAN 10 (SURAT IJIN PENELITIAN)
111
112