Efektivitas Pelatihan Pewarnaan Kulit Samak Metode Batik Ikat Di Desa Sumbersekar DAU Malang Wehandaka Pancapalaga1, Wiyono2 dan Titik Ambarwati2 1
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Manajemen, Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang
2
Jl. Raya Tlogomas 246, Malang 65148 Indonesia, pwehandaka @yahoo.com
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelatihan pewarnaan kulit samak metode batik ikat dengan cara mengukur tingkat pengetahuan, ketrampilan dan sikap responden sebelum dan setelah mengikuti pelatihan. Jenis penelitian percobaan dengan teknik pengumpulan data secara observasi, dokumentasi dan wawancara. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistic non parametrik yaitu uji Wilcoxon Match Pairs Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis menggunakan uji Wilcoxon dengan membandingkan antara hasil sebelum dan sesudah pelatihan, menunjukkan peningkatan yang signifikan pada ketiga aspek yaitu aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap terhadap produk kulit samak yang diwarnai dengan metode batik ikat. Kesimpulan bahwa pelatihan pewarnaan kulit samak dengan motif batik ikat sangat efektif meningkatkan pengetahuan, ketrampilan serta sikap masyarakat di Desa Sumbersekar Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Kata Kunci : Batik Ikat, Pelatihan , Pewarnaan kulit samak, Batik Ikat 1. PENDAHULUAN Batik merupakan warisan seni budaya nenek moyang yang adiluhung dan sarat akan makna perlu untuk dilestarikan. Saat ini kerajinan batik sudah menjadi bagian dari usahadi Indonesia (Susanto, 1980)1 Peluang bisnis sektor usaha yang secara komparatif dan kompetitif mampu memanfaatkan sumber daya alam (SDA) atau potensi daerah di Indonesia. Batik bila digarap secara profesional dan dengan keterampilan yang tepat, terukur, sesuai dengan selera dan permintaan pasar, niscaya akan dapat menjadi salah satu “Soko Guru“ baru perekonomian Indonesia yang tengah terpuruk. Dalam tata ekonomi global mulai menunjukkan kecenderungan kuat pada potensi akan kreativitas pengolahan produk-produk berbasis warisan budaya dan batik diyakini dapat menjadi semacam deposite tambang baru untuk terus digali, diolah dan dikembangkan sesuai dengan selera konsumen agar dapat mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat atau bangsa Indonesia. Salah satu komoditas yang cukup potensial dikembangkan di Desa Sumbersekar Kecamatan Dau Kabupaten Malang dalam upaya meningkatkan pendapatan masyarakat adalah batik kulit samak. Memproduksi batik kulit samak yang berkualitas prima merupakan usaha yang membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan khusus disisi lain perkembangan akan kulit samak sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, hal ini menyebabkan kebutuhan kulit samak senantiasa terus berjalan sesuai kebutuhan dan perkembangan manusia. Salah satu program pemberdayaan dengan menekankan peningkatan kapasitas masyarakat dapat dilakukan melalui skill empowerment, yaitu suatu program perumusan model pelatihan ketrampilan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat. Melalui perumusan model pemberdayaan masyarakat ini akan diperoleh formula yang tepat untuk meningkatkan ketrampilan dan motivasi masyarakat (Borg et all, 2009)2. Desa Sumbersekar sangat potensi sekali untuk mengembangkan batik kulit dibandingkan dengan potensi industri keramik yang sudah berkembang di desa Sumber sekar. Hal ini disebabkan Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
383
karena desa sumbersekar merupakan daerah sentra kambing dimana jumlah pemotongan ternak kambing meningkat dari tahun ketahun, sehingga jumlah bahan baku kulit kambingpun banyak tersedia. Namun sayangnya kulit kambing ini hanya dijual mentah tanpa harus diolah. Oleh karena itu pembinaan dan pengembangan potensi ini harus terus menerus ditingkatkan khususnya dalam rangka mendukung misi yang diemban oleh sektor industri di Jawa Timur yaitu sebagai tulang punggung ekonomi nasional sekaligus untuk dapat menjadi salah satu obyek yang dapat meningkatkan nilai tambah di daerah. Untuk itu perlu dilaksanakan upaya upaya yang dapat mengoptimalkan faktor faktor yang mempengaruhi pengembangan potensi, sehingga tingkat keberhasilannya sesuai dengan yang diharapkan. Upaya untuk meningkatkan nilai tambah dan untuk menyediakan lapangan kerja yang seluas luasnya serta membuka kesempatan wirausaha baru dalam bidang usaha batik kulit dan barang barang batik kulit maka perlu diciptakan kerjasama yang berkelanjutan partipasi masyarakat desa (komunitas batik) dan perguruan tinggi yang menjadi kata kunci penting dalam mengembangkan usaha batik Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Pada intinya substansi dari program pelatihan pewarnaan kulit samak dengan motif batik ikat yang akan dilakukan adalah sebagai upaya terencana dan berkelanjutan melalui kerjasama pemerintah desa, dunia usaha, perguruan tinggi dan masyarakat sebagai ” subyek of interest ” dalam pelaksanaan pengembangan usaha kreatif batik kulit di Desa Sumbersekar untuk meningkatkan daya saing produk batik kulit dan barang-barang batik kulit, pertumbuhan ekonomi dan secara akumulatif akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Sumbersekar. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui keefektifan model pelatihan ketrampilan pewarnaan kulit samak dengan motif batik ikat di masyrakat Desa Sumbersekar Kecamatan Dau Malang 2. METODE Penelitian dilakukan dengan metode percobaan. Penelitian ini dilakukan pada masyarakat khususnya istri peternak kambing yang berlokasi di Desa Sumbersekar Dau Malang. Hal ini dikarenakan mulai berkembangnya populasi ternak kambing di Kecamatan Dau, sehingga jumlah kulit kambing hasil pemotongan cukup banyak namun tidak dimanfaatkan. Objek penelitian dilakukan pada aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap peserta terhadap produk kulit samak motif batik ikat yang di latihkan di desa Sumber sekar Dau Malang, dengan tujuan untuk menghasilkan model pelatihan ketrampilan yang efektif sebagai upaya pemberdayaan, sehingga kemampuan masyarakat dapat berkembang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi serta wawancara. Populasi penelitian ini adalah masyarakat khusunya istri peternak kambing yang ada di Desa Sumbersekar Dau Malang. Pengambilan sampel penelitian untuk istri peternak kambing dilakukan secara purposive sampling sebanyak 20 peserta. Desain penelitian ini menggunakan percobaan. Penggunaan desain ini bertujuan untuk menguji keefektifan model pelatihan keterampilan pelatihan pewarnaan kulit samak dengan metode batik ikat. Pengujian keefektifan model dilakukan terhadap model konseptual yang dikembangkan sehingga dapat menghasilkan model empirik. Desain ini dilakukan dengan membandingkan hasil sebelum dan sesudah pelatihan dari responden sebagai peserta pelatihan ketrampilan. Data dianalisis menggunakan analisis statistik nonparametrik yaitu dengan uji Wilcoxon Match Pairs Test (Siegel, 1997 dan Sugiyono, 2001). Uji ini untuk mengetahui perbedaan antara sebelum dan sesudah diberikan pelatihan. Pengujian dilakukan dengan mentransformasi data kualitatif yang berbentuk skala likert ke dalam data kuantitatif. Hasil pengujian ini untuk membuktikan keefektifan dari model pelatihan ketrampilan pewarnaan kulit samak dengan metode batik ikat
384
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Profil Peserta Pelatihan Pelatihan dilakukan pada ibu-ibu peternak kambing di Desa Sumbersekar Kecamatan Dau, sasaran ini dipilih dengan tujuan untuk memberdayakan ibu-ibu peternak kambing sehingga pendapatan dan kesejahteraan mereka meningkat. Adapun profil peserta secara lengkaapnya dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 1. Pendidikan Peserta Pelatihan N0 Pendidikan
Jumlah Peserta
Presentasi
1
Lulusan SD
1
5
2
Lulusan SMP
3
15
3
Lulusan SMA
16
80
4
Lulusan Sarjana
0
0
5
Tidak sekolah
0
0
20
100
. . . . Jumlah
Tabel 2. Usia Peserta Pelatihan N0 1 2. 3.
Umur 15 tahun kebawah 15 – 45 tahun 45 keatas Jumlah
Tabel 3. Pekerjaan Peserta Pelatihan N0 Umur 1 Ibu Rumah Tangga 2 PNS 3 Buruh Jumlah
Jumlah Peternak
Presentasi 0 18 2 20
Jumlah Peternak
0 90 10 100
Presentasi 16 3 1 20
80 15 5 100
Profil peserta pelatihan pewarnaan kulit samak dengan motif batik ikat dapat dijelaskan sebagai berikut peserta sebagian besar adalah ibu ibu peternak kambing di desa Sumbersekar dengan rata-rata umur antara 15-45 tahun sebanyak 90 %, ini menunjukkan bahwa peserta pelatihan masih masa produktif sehingga mereka sebetulnya mampu berkarya dan sebagian besar 80 % dari peserta berprofesi sebagai ibu rumah tangga, hanya ada 3 peserta yang berprofesi sebagai guru atau Pegawai Negeri Sipil (PNS), hal ini mengindikasikan bahwa pemberdayaan ibu ibu peternak kambing sangat diperlukan guna meningkatkan kreatifitas dan guna meningkatkan pendapatan keluarga peternak kambing itu sendiri. Aplikasi pelatihan ketrampilan pewarnaan kulit samak dengan motif batik ikat ini menjadi fokus utama materi pelatihan , pertimbangannya karena mudah dikerjakan, tidak memerlukan ketrampilan khusus dan tidak banyak membutuhkan banyak tenaga , dan ini sangat cocok diterapkan untuk ibu ibu peternak kambing karena waktu curah untuk pelatihan banyak tersedia bagi peserta yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga. Waktu luang yang cukup banyak dari ibu rumah tangga ini menjadi peluang dalam mengembangkan potensi yang ada di desa Sumbersekar diantara dalam pemanfaatan hasil kulit Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
385
kambing kambing dan domba. Pemanfaatan hasil peternakan ini dapat berupa olahan batik kulit menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi sehingga meningkatkan income (pemasukan) bagi istri peternak kambing, dengan bertambahnya penghasilan maka kehidupan akan lebih sejahtera. Riwayat pendidikan peserta diantaranya adalah SMP dan SMA. Lulusan SMA sebanyak 80% yaitu sebanyak 16 orang dan lulusan SMP sebanyak 15% sebanyak 3 orang. Dari data yang telah diperoleh dapat dilihat bahwa tidak ada lulusan sarjana sama sekali sehingga minim sekali ibu ibu peternak yang berasal dari sarjana, meskipun demikian dengan adanya pelatihan ini peserta masih mampu mentransfer ilmu dan ketrampilan yang diberikan. 3.2. Kefektifan Pelatihan Pewarnaan Kulit Samak Metode Batik Ikat
Aspek Pengetahuan Aspek pengetahuan tentang apa itu kulit, apa itu pewarnaan kulit, apa bahan baku batik kulit dan juga pengetahuan tentang proses batik ikat kulit samak dalam pelatihan ini menunjukkan perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pelatih. Hasil keefektifan pelatihan sebelum dan sesudah pelatihan dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 4. Hasil Pengetahuan Peserta Sebelum dan Sesudah Pelatihan Pewarnaan Kulit Samak dengan Metode Batik Ikat Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 JUMLAH RATA RATA
Sebelum 10 23 20 14 25 16 14 22 10 27 26 14 23 16 19 20 18 19 20 28 384 19,2
Pelatihan Sesudah 30 45 40 30 50 35 40 55 55 45 50 60 55 60 45 55 50 45 60 65 970 42.0
Selisih 20 22 20 16 25 19 26 33 45 18 24 46 32 44 26 35 32 26 40 37 586 29,3
Hasil data yang diperoleh di uji Wilcoxon Match Pairs Test maka hasil sebagai berikut : Sesudah = sebelum a
-3.921
z 386
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000
Dari tabel 1, terlihat nilai asymp.sig ( 2 tailed) = 0.000 Karena nilai sig 0.000<0.05, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengetahuan antara sebelum dan sesudah pelatihan. Dijelaskan bahwa pengetahuan tentang kulit, tentang bahan baku serta pengetahuan tentang batik kulit di masyarakat Desa Sumbersekar masih minim rata rata 19,2 dan sesudah penelitian menjadi 42. Dengan peningkatan rata rata sebesar 29,3 ini menunjukkan bahwa dengan model pelatihan yang dilakukan telah terjadi peningkatan pengetahuan terutama tentang kulit serta bahan baku kulit dan pengetahuan tentang batik kulit pada masyarakat Desa Sumbersekar. Terjadinya Peningkatan pengetahuan ini mungkin disebabkan karena 80 % rata rata peserta adalah berpendidikan SMA, sehingga penjelasan dengan sistem tutorial mudah dipahami oleeh mereka. Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa setelah mengikuti pelatihan dalam pewarnaan kulit samak dengan metode batik ikat, peseta semakin memahami bahan utama dalam pembuatan batik kulit yakni dari kulit samak dan cat napthopl, menurut Pancapalaga et all, ( 2014)4 bahan cat naphtol memberikan hasil cat pewarnaan yang leboh baik dibandingkan dengan pewarnaan indigozol dan remazol.
Aspek Ketrampilan Aspek ketrampilan yang di ujikan pada responden meliputi tentang bagaimana memilih bahan baku kulit, bagaimana mencampur bahan pewarna, bagaimana mendesain motif pada kulit samak, bagaimana proses batik ikat kulit samak dalam pelatihan ini menunjukkan perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pelatih. Hasil keefektifan ketrampilan sebelum dan sesudah pelatihan dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Hasil Ketrampilan Peserta Sebelum dan Sesudah Pelatihan Pewarnaan Kulit Samak dengan Metode Batik Ikat Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Sebelum 12 13 20 14 15 16 14 12 10 17 16 14 13 15 17 10 18 19 10
Pelatihan Sesudah 25 40 35 25 45 30 35 50 50 40 45 50 50 40 40 50 50 45 50
Selisih 13 27 15 11 30 14 25 38 40 23 29 26 37 25 23 40 32 26 40
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
387
20 JUMLAH RATA RATA
18 293 14.65
45 840 42
27 586 29,3
Hasil data yang diperoleh di uji Wilcoxon Match Pairs Test maka hasil sebagai berikut : Sesudah = sebelum a
z
-3.922
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000
Dari tabel 5 ditunjukkan bahwa nilai asymp.sig ( 2 tailed) = 0.000 Karena nilai sig 0.000<0.05, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan ketrampilan antara sebelum dan sesudah pelatihan, rata rata peningkatan ketrampilan lebih besar daripada peningkatan pengetahuan, rata rata peningkatan ketrampilan sebesar 37.05 sedang rata rata peningkatan pengetahuan sebesar 29.3, hal ini mengindikatorkan bahwa ketrampilan lebih mudah ditangkap oleh peserta pelatihan dibanding metode tutorial atau penjelasan dalam ruangan. Ketrampilan yang diberikan bagaimana memilih bahan baku kulit, bagaimana mencampur bahan pewarna, bagaimana mendesain motif pada kulit samak, bagaimana proses batik ikat kulit samak dapat dengan mudah di aplikasikan oleh masyarakat. Menurut Pancapalaga et all, (2014 )5 bahwa kualitas produk akhir batik kulit ditentukan dari bahan baku , desain motif dan bahan pewarnanya. Hasil produk pewarnaan motif batik ikat seperti pada tabel dibawah ini.
Gambar 1. Kulit Samak diwarnai Batik Ikat
Gambar 2. Hasil Produk Dompet Kulit
Gambar 1 merupakan hasil pewarnaan kulit samak dengan motif batik ikat yang di lakukan oleh peserta pelatihan, gambar 2 merupakan produk dompet kulit yang berbahan baku kulit samak dengan motif batik ikat. Dari kedua gambar tersebut terlihat bahwa produk yang hasilkan dari pelatihan sudah layak untuk dikembangkan sebagai usaha.
Aspek Sikap Sikap yang digali dalam pelatihan ini meliputi sikap peserta dalam menanggapi produk kulit samak dengan motif batik ikat ini sebagai usaha baru mereka, selain itu sikap 388
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
peserta terhadap produk produk barang kulit yang berbasis kulit samak dengan motif batik ikat, sikap terhadap harga produk, sikap terhadap pemasaran, Hasil keefektifan sikap sebelum dan sesudah pelatihan dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Hasil Sikap peserta Sebelum dan Sesudah Pelatihan Pewarnaan Kulit Samak dengan Metode Batik Ikat Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 JUMLAH RATA RATA
Sebelum 12 15 18 14 15 16 14 12 10 17 15 14 13 16 19 10 14 15 10 18 287 14,35
Pelatihan Sesudah 20 18 24 18 20 18 16 15 15 20 18 15 15 19 22 16 17 15 15 20 356 17.8
Selisih 8 3 6 4 5 2 2 3 5 3 3 1 2 3 3 6 3 0 5 2 69 3.45
Hasil data yang diperoleh di uji Wilcoxon Match Pairs Test maka hasil sebagai berikut : Sesudah = sebelum a
z
-3.851
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000
Dari tabel 6 ditunjukkan bahwa nilai asymp.sig ( 2 tailed) = 0.000 Karena nilai sig 0.000<0.05, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan sikap peserta antara sebelum dan sesudah pelatihan. Dari tabel 6 ditunjukkan bahwa rata rata peningkatan sikap peserta
terhadap produk kulit samak yang diberi motif batik ikat sangat rendah dibanding peningkatan pengetahuan maupun ketrampilan, rata rata peningkatan sikap sebesar 3.45 sedang rata rata peningkatan pengetahuan sebesar 29.3, dan rata rata peningkatan ketrampilan sebesar 37.05, hal ini menandakan bahwa peserta masih ragu akan produk yang dihasilkan, mereka meragukan apakah produk yang dihasilkan layak jual dan bagaimana pemasaran produk kulit samak dengan motif ikat ini masih belum paham. Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
389
Menurut Pancapalaga et all (2013)6 , keraguan akan produk ini dimungkinkan karena dalam pelatihan ini tidak memberikan motivasi yang mendalam bagi peserta untuk berjiwa wirausaha 4. KESIMPULAN
Pelatihan pewarnaan kulit samak dengan motif batik ikat sangat efektif meningkatkan pengetahuan, ketrampilan serta sikap masyarakat di Desa Sumbersekar Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. 5. SARAN Perlu adanya pelatihan yang mampu membangkitkan semagat jiwa wirausaha dan juga perlu adanya pendampingan usaha, sehingga usaha kecil menengah dengan produk kulit samak bermotif batik ikat serta produk jadinya bisa terwujud. DAFTAR PUSTAKA [1] Susanto, S. Seni Kerajinan Batik Indonesia. Balai Penelitian Batik dan Kerajinan.
Lembaga Penelitian dan pendidikan Industri. Departemen Perindustrian Republik Indonesia. 1980; 3 : 35 – 45. [2] Borg, W.R dan M.D.Gall. 2009. Educational Research. Pinancing. New York. Fraenkel, J.R.1993. How To Design and Evaluate Research in Education. McGraw- Hill. Singapura [3] Siegel, S. 1997. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta [4] Pancapalaga, W., P. Bintoro, S. Triatmojo and Y.B. Pramono. The Evaluation of
Dyeing Leather Using Batik Method. International Journal of Applied Science and Technology. 2014; 4 : 236-242. [5] Pancapalaga, W., P. Bintoro, S. Triatmojo and Y.B. Pramono. Batik Quality of Chrome Tanned Goat Leather. J.Indonesian Trop. Anim. Agric. 2014; 39: 188-193. [6] Pancapalaga, W., P. Bintoro, S. Triatmojo and Y.B. Pramono. 2013. Evaluasi Formulasi Lilin Batik untuk Kulit Samak. Proseding Seminar Nasional Akselerasi Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Menuju Kemandirian Pangan dan Energi. 2013. ISBN 978 – 602 – 14235 – 0 - 9. [7] Lollar R.M.1978. Criteria Which Define Tannage In The Chemistry and Technology of Leather. Editor By Fred O’Flaherty, W.T.Rody, R.M.Lollar. Krieger R.E. Publishing Company. Huntington. New York. 1978; 2: 97-320.
390
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk