EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA Oleh: Erny Untari ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Manakah model pembelajaran yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik, model pembelajaran kooperatif tipe STAD atau model pembelajaran kooperatif tipe NHT. (2) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik, siswa yang mempunyaisikapterhadap matematika tinggi, sedang, atau rendah. (3) Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan sikap siswa terhadap matematika pada prestasi belajar matematika. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Ngawi, dan subyek penelitiannya siswa kelas VIII Tahun Pelajaran 2013/2014. Pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik variansi dua jalan dengan sel tak sama dengan taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian adalah : (1) Prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD. (2) Prestasi belajar siswa yang memiliki sikap terhadap matematika tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki sikap terhadap matematika sedang maupun rendah, dan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki sikap terhadap matematika sedang lebih baik daripada siswa yang memiliki sikap terhadap matematika rendah. (3) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan sikap siswa terhadap matematika. Kata kunci: STAD, NHT, Sikap, Prestasi Belajar.
LATAR BELAKANG Dalam praktik pelajaran di kelas, banyak dijumpai siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika. Upaya memahami tentang kesulitan belajar, adalah upaya bantuan yang dapat diberikan, yaitu bagi siswa yang memiliki prestasi rendah melalui berbagai model pembelajaran yang terutama pada mata pelajaran matematika di sekolah. Usaha meningkatkan prestasi belajar siswa dibantu dengan banyak diberi latihan dengan bimbingan di dalam menghadapi materi pelajaran di sekolah serta memberikan motivasi. Di samping itu perlu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga dapat merangsang kreativitas siswa dalam belajar dan siswa
dapat semakin berkembang serta hambatan berupa kesulitan belajar yang dialami siswa berkurang. Akhirnya siswa dapat mencapai tujuan yang optimal. Guna meningkatkan hasil belajar matematika perlu juga dilakukan metode baru dalam pembelajarannya, diantaranya melalui model pembelajaran kooperatif. Menurut Isjoni (2010 : 13), beberapa ahli menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman. Dalam cooperative learning, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran, sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individual ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih banyak meningkatkan hasil belajar daripada pembelajaran tradisional. Balfakih, Nagib M.A (2003) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa mode STAD lebih efektif dibandingkan model tradisional. Prestasi belajar seorang siswa dalam proses pembelajaran ditentukan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal adalah sikap pada diri siswa yaitu sikap siswa pada matematika, sebagai reaksi afektif pada diri siswa dan diketahui sebagai kecenderungan mendekati atau menghindar dari matematika, dan diwarnai oleh unsur senang atau tidak senang terhadap matematika. Sikap siswa terhadap matematika merupakan faktor yang mempengaruhi dalam prestasi belajar siswa. Dengan demikian, pembelajaran yang berlangsung hendaknya dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap matematika, sehingga akan diperoleh hasil yang optimal. Mengingat pentingnya kemampuan matematika bagi siswa dalam proses belajar selanjutnya, maka masalah rendahnya hasil belajar matematika siswa SMP perlu diupayakan pemecahannya. TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar
1. Pengertian prestasi Belajar Menurut Herman Hudoyo (1990:139) hasil belajar matematika adalah kemampuan menampilkan pemahaman dan penguasaan setelah mempelajari matematika. Nana Sudjana (1995 : 22) mengemukakan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memperoleh
pengalaman
belajarnya.
Mulyono
Abdurrahman
(1996:35)
mengemukakan bahwa prestasi atau hasil belajar dipengaruhi oleh faktor
yang
berasal dari diri siswa dan faktor yang berasal dari lingkungannya. 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Menurut Slameto (2003 : 72), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah: a. Faktor-faktor internal yaitu yang ada dalam individu yang sedang belajar. Faktor internal ini meliputi: 1) faktor jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh) 2)faktor psikologis (intelegensia, perhatian, minat, sikap, bakat, motivasi, kematangan, kesiapan) 3)faktor kelelahan. b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu yang sedang belajar. Faktor eksternal meliputi: 1) Faktor keluarga 2) Faktor sekolah 3) Faktor masyarakat. B. Sikap Terhadap Matematika a. Pengertian sikap terhadap matematika Menurut Thurstone dalam Saifudin Aswar (2009:4), sikap diartikan sebagai derajat afek positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis. Sikap juga dapat diartikan sebagai kecenderungan individu untuk merasa senang atau tidak senang terhadap suatu obyek. Gerungan dalam Abdul Hadis dan Nurhayati (2010:38),
menyatakan sikap sebagai kecenderungan individu untuk merasa senang dan tidak senang terhadap suatu objek. Menurut Abdul Hadis dan Nurhayati (2010:38) sikap belajar ialah kecenderungan peserta didik untuk bereaksi terhadap materi pelajaran di sekolah atau kecenderungan peserta didik untuk merasa senang dan tidak senang dalam melakukan aktivitas belajar. Hasil belajar seoarang siswa dalam proses pembelajaran ditentukan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal adalah sikap pada diri siswa, yaitu sikap terhadap matematika sebagai reaksi afektif pada diri siswa yang merupakan hasil belajar dan diketahui sebagai kecenderungan mendekati atau menghindar, dan diwarnai unsur senang atau tidak senang terhadap matematika. C. Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menurut Slavin (2005:143) STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Menurut Isjoni (2010:51), STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, dimana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling bantu. Skor kuis para siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka sebelumnya, dan kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan
mendapatkan sertifikat atau penghargaan lainnya. Seluruh kegiatan , termasuk presentase yang disampaikan guru, praktik tim dan kuis biasanya memerlukan waktu 3-5 periode kelas (Slavin, 2008 : 11-12). Model pembelajaran STAD paling sesuai untuk mengajarkan bidang studi yang telah terdefinisikan dengan jelas, seperti matematika (Slavin, 2008 : 12). Menurut Slavin dalam Isjoni (2010 : 51), tahapan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah : a. Tahap penyajian materi, dimana penyajian materi dilakukan secara langsung dan klasikal. Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memberi motivasi bagi siswa, menyajikan materi pokok pelajaran, memantau pemahaman tentang materi yang disampaikan. b. Tahap kerja kelompok, di mana siswa mempelajari materi yang telah disajikan, sekaligus membantu teman sekelompok yang belum menguasai materi tersebut. Kemudian siswa mengerjakan lembar kegiatan yang diberikan guru. Lembar kegiatan itu harus dikerjakan dan berdiskusi di dalam kelompok, jika ada pertanyaan yang belum terjawab di dalam kelompok maka dapat ditanyakan kepada guru. c. Tahap tes individual, yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan siswa d. Tahap penghitungan skor perkembangna individu, yang bertujuan untuk member hasil akhir setiap siswa e. Tahap pemberian penghargaan kelompok, yang didasarkan pada perolehan ratarata perkembangan individu dalam kelompok tersebut. 2. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Menurut Kagan,S. dalam Anita Lie (2008), Numbered Heads Together (NHT) adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)
kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward. Menurut Anita Lie (2008:48) supaya pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat berjalan lancar serta efektif, maka perlu ditanamkan unsur pembelajaran yang harus diterapkan dan perlu ditanamkan kepada siswa agar hasil pembelajaran maksimal diantaranya: 1)Saling ketergantungan positif 2)Tanggung jawab perseorangan 3)Tatap muka 4)Komunikasi antar anggota 5)Evaluasi proses kelompok Implementasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT). Ada enam tahap pembelajaran kooperatif tipe numbered-heads together (NHT) yaitu Tahap 1. Pembagian Kelompok dan Penomoran. Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggota 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5. Tahap 2. Mengajukan pertanyaan. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. Tahap 3. Berpikir. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya. Tahap 4. Menjawab. Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangan dan melaporkan hasil kerjasama kelompok mereka. Tahap 5. Tanggapan. Tangggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain. Tahap 6. Kesimpulan. (Guru membuat kesimpulan dari hasil presentasi dan tanggapan)
METODE PENELITIAN Tempat dan Subyek Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kabupaten Ngawi, dan subyek penelitiannya adalah siswa kelas VIII Tahun Pelajaran 2013/2014. B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi yang peneliti gunakan sebagai sumber pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri se-Kabupaten Ngawi. 2. Sampel Dari seluruh SMP Negeri di Kabupaten Ngawi akan dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok tinggi, sedang dan rendah. Penggolongan kelompok berdasarkan peringkat hasil Ujian Akhir Nasional Tahun 2013. Berdasarkan 3 kelompok tersebut, masing-masing diambil satu sekolah sebagai sampel penelitian. 3. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini untuk menentukan sampel penelitian, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel dengan teknik random sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara acak/random yang semua individu dalam populasi baik secara sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dengan cara pengundian akan diambil 3 SMP Negeri, yang terdiri satu SMP Negeri dari kelompok tinggi, satu SMP Negeri dari kelompok sedang dan satu SMP Negeri dari kelompok rendah. Di setiap SMP Negeri yang terpilih sebagai sampel, dipilih 2 kelas secara random, Yakni 1 kelas dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan 1 kelas dikenai model pembelajaran tipe NHT.
HASIL PENELITIAN 1. Terdapat perbedaan efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD prestasi belajar matematika
2. Terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara tingkat sikap terhadap matematika tinggi, sedang dan rendah 3. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan sikap siswa terhadap matematika pada prestasi belajar matematika KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2. Prestasi belajar matematika siswa yang memiliki sikap terhadap matematika tinggi lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki sikap terhadap matematika sedang maupun rendah, dan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki sikap terhadap matematika sedang lebih baik dibandingkann prestasi belajar matematika siswa yang memiliki sikap terhadap matematika rendah. 3. Siswa yang memiliki sikap terhadap matematika tinggi, sedang, dan rendah, prestasi belajar matematika yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dibandingkan yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 4. Pada pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD, siswa yang memiliki sikap terhadap matematika tinggi, prestasi belajar matematikanya lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki sikap terhadap matematika sedang maupun rendah, dan siswa yang memiliki sikap terhadap matematika sedang, prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki sikap terhadap matematika rendah. B. Saran a. Hendaknya guru melibatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga guru berperan sebagai motivator, fasilitator, dengan harapan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. b. Guru harus kreatif dalam memilih metode atau model pembelajaran yang akan diterapkan di kelas, sehingga sesuai dengan materi yang akan disampaikan
DAFTAR PUSTAKA Abdul Hadis & Nurhayati. 2010. Psikologi dalam Pendidikan. Bandung : Alfabeta Anita Lie. 2008. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo Balfakih, Nagib M.A: 2003: “The Effectiveness of Student Team-Achievement Division (STAD) for Teaching High School Chemistry in the United Arab Emirates”. Herman Hudoyo. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta Robert E. Slavin. 2008. Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media Saifuddin Azwar. 2005. Sikap Manusia teori dan Pengukurannya. Yokyakarta : Pustaka Belajar Slameto. 2003. Belajar dan Fakto-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka