EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI BAGI PETANI PADI DI KECAMATAN GANDUS KOTA PALEMBANG (Kasus Program Ketahanan Pangan)
RAHMAH AWALIAH
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Efektivitas Media Komunikasi Bagi Petani Padi Di Kecamatan Gandus Kota Palembang (Kasus Ketahanan Pangan) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
ABSTRACT AWALIAH, R. 2012. Effectiveness Of Media Communication For The Rice Farmers At Gandus District Palembang City (Case of Food Security Program). Under direction of NINUK PURNANINGSIH and DJOKO SUSANTO. Media communication is a channel or path through which messages to get to the audiences. Communication to be effective if it can have an impact that are to reach the knowledge, attitudes and actions of audience. On the cognitive effects include increased awareness, learning and additional knowledge. Affective include effects associated with emotions, feelings and attitudes. Conative include effects associated with the behavior and intentions to do something in a certain way rightly. The research was carried out in June until August 2012. The objectives of the research were : 1) to identify factors correlated to the effectiveness of media communication for the rice farmers, 2) to measure effectiveness of media communications for the rice farmers, 3) to analyze the correlation between media exposure and effectiveness of media communications, 4) to analyze the correlation between media communications evaluated and effectiveness of media communication. The location of the sample was determined purposively. The number of the farmers were 76 taken by simple random sampling. The important research findings were : 1) factors correlated to the effectiveness of media communication for the farmers rice are age, experiences, television exposure, and appropriateness of object matters given by the needs of the farmers, 2) Food security in Gandus is considered as in good category. Keywords : effectiveness, media communication, rice farmers, food security.
RINGKASAN AWALIAH, R.
2012. Efektivitas Media Komunikasi Bagi Petani Padi Di
Kecamatan Gandus Kota Palembang (Kasus Program Ketahanan Pangan). Dibimbing oleh NINUK PURNANINGSIH dan DJOKO SUSANTO. Program Ketahanan Pangan Kota Palembang dimaksudkan untuk mengoperasionalkan pembangunan dalam rangka mengembangkan sistem ketahanan pangan baik di tingkat nasional maupun di tingkat masyarakat. Ketahanan pangan diartikan sebagai terpenuhinya pangan dengan ketersediaan yang cukup, tersedia setiap saat disemua daerah, mudah diperoleh, aman dikonsumsi dengan harga yang terjangkau. Media komunikasi adalah saluran atau jalan yang dilalui pesan komunikator untuk sampai ke komunikannya. Fungsi media komunikasi adalah sebagai alat yang dipakai untuk melakukan komunikasi. Media massa adalah semua alat penyampaian pesan-pesan yang melibatkan mekanisme untuk mencapai audien yang luas dan tidak terbatas. Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang, secara tatap muka dan dalam suasana pribadi, sehingga sering disebut pula komunikasi tatap muka. Komunikasi untuk dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Pada dampak kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan. Afektif meliputi efek yang berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap. Konatif meliputi efek yang berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu Peubah bebas penelitian yang diamati terdiri dari faktor internal petani terdiri dari usia, pendidikan, pengalaman, luas lahan, dan kepemilikan lahan. Peubah bebas lain yaitu keterdedahan, penilaian petani terhadap media TV, Leaflet, Surat Kabar dan Penyuluh Pertanian. Peubah tidak bebas dalam penelitian ini adalah efektivitas komunikasi petani padi yang terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Lokasi penelitian di Kecamatan Gandus Kota Palembang yang dilakukan dengan teknik purposive sampling. Pelaksanaan penelitian berlangsung selama tiga bulan yaitu dimulai pada bulan Juni-Agustus 2012. Populasi penelitian ini adalah petani padi di Kecamatan Gandus yang mengikuti program Ketahanan Pangan Kota Palembang. Jumlah sampel responden sebanyak 76 petani padi
dengan teknik propotional probability. Data analisis dengan statistik deskriptif, uji korelasi pearson untuk menguji hubungan antara faktor internal dan efektivitas media komunikasi dan analisis korelasi rank Spearman untuk menguji hubungan antara keterdedahan dengan efektivitas media komunikasi dan menguji hubungan antara penilaian petani terhadap media komunikasi dengan efektivitas media komunikasi. Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
efektivitas
petani
padi
dalam
meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan dalam budidaya padi pada program Ketahanan Pangan Kota Palembang adalah usia, pengalaman, frekuensi menonton televisi, kejelasan materi dan kesesuaian materi dengan kebutuhan petani yang disampaikan PPL pada saat pertemuan penyuluhan pertanian. Efektivitas media komunikasi pada petani dalam budidaya padi pada program Ketahanan Pangan Kota Palembang pada kriteria tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa
pengetahuan,
sikap,
dan
tindakan
petani
dalam
membudidayakan padi tergolong baik. Terdapat hubungan antara keterdedahan petani terhadap media komunikasi dengan efektivitas komunikasi dalam peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan petani dalam budidaya padi pada program
Ketahanan Pangan di Kota Palembang signifikan pada variabel
keterdedahan terhadap televisi. Terdapat hubungan antara penilaian media komunikasi oleh petani padi dengan efektivitas komunikasi dalam peningkatan pengetahuan, sikap, tindakan petani dalam budidaya padi
pada program
Ketahanan Pangan Kota Palembang tinggi pada media interpersonal penyuluh pertanian lapangan.
© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI BAGI PETANI PADI DI KECAMATAN GANDUS KOTA PALEMBANG (Kasus Program Ketahanan Pangan)
RAHMAH AWALIAH
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Mayor Komunikasi Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Djuara P. Lubis. M.S
LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian
:
Efektivitas Media Komunikasi Bagi Petani Padi di Kecamatan Gandus Kota Palembang (Kasus Program Ketahanan Pangan)
Nama Mahasiswa
:
Rahmah Awaliah
Nomor Induk
:
I352090081
Mayor
:
Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si
Prof. (Ris). Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM
Ketua
Anggota
Diketahui
Koordinator Mayor
Dekan Sekolah Pascasarjana
Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS
Tanggal Ujian : 28 Desember 2011
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr
Tanggal Lulus :
PRAKATA Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian tesis dengan judul “Efektivitas Media Komunikasi Bagi Petani Padi di Kecamatan Gandus Kota Palembang (Kasus Program Ketahanan Pangan di Kecamatan Gandus)”. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada Mayor Komunikasi Pembangunan dan Pedesaan (KMP) Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Ungkapan terimakasih dan penghargaan yang setingi-tingginya penulis ucapkan kepada : 1. Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.S selaku ketua komisi dan Prof.(Ris). Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM. selaku anggota komisi pembimbing yang senantiasa membimbing, mengarahkan, memotivasi, memberikan saran dan masukan kepada penulis demi perbaikan dan kesempurnaan penelitian ini. 2. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, M.S sebagai Koordinator Mayor KMP dan beserta seluruh staf pengajar yang telah memberikan materi dan ilmunya selama penulis melaksanakan belajar di Institut Pertanian Bogor. 3. Penyuluh Pertanian Kota Palembang yang bertugas di Kecamatan Gandus (Mansyur, S.P., Usman, S.Tt., Novia, S.Tt., Suyatno, S.P., dan Mutmainah) yang telah membakntu dalam penelitian ini saya ucapkan terimakasih banyak. 4. Bapak Ir. Iskandar Achmad, MM selaku Kepala LPP TVRI Sumsel dan bapak Ir. Burlian selaku Kepala Bagian Berita TVRI Sumsel atas bantuan dan dukungannya. 5. Bapak Ir. Julian Junaidi, M.Si atas bimbingan dan dukungannya. 6. Kedua orang tua tercinta bapak Agustian dan ibu Sitti Haspurni yang selalu memberikan
doa
kepada
penulis
dalam melaksanakan
belajar dan
pembuatan penelitian. 7. Adik-adik saya tersayang Pupu Purnama Sani dan Ade Muhammad Rahman Affandi atas doa dan semangatnya. 8. Sahabat tersayang Eriani Fifianty dan Maria Sae Helena Sitanggang atas doa dan dukungannya. 9. Aria Nugraha Natanegara atas perhatian, dukungan dan motivasinya.
10. Teman-teman yang telah membantu dalam penelitian ini (Dimphos Silitonga, Awaluddin Rasyid, Ferly Utama, Fanandi, Ahmad Ramadhan, dan Ferry Maulana) saya ucapkan banyak terima kasih. 11. Seluruh rekan mahasiswa KMP 2009 (Mbak Ofi, Cindo, Kak Uci, Kak Asma, Enno, Yoga, Mas Sigit, Mas Sardi, Leonard, Mbak Dini, Imani, Mas Denta) atas kebersamaan, kerjasama, dan dukungannya selama kuliah di kampus IPB. 12. Rekan mahasiswa KMP 2007, 2008 dan 2010 (Mbak Dewi, Bu Dian, Bu Sitti, Bu Riko, Bu Rita, Mbak Sherly dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu per satu) atas segala dukungannya untuk terus maju serta seluruh pihak yang terkait penulis ucapkan terimakasih. 13. Staf administrasi Program Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Mbak Lia dan Mbak Desi atas bantuan dan doanya.
Bogor, Desember 2012 RAHMAH AWALIAH
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 3 Mei 1986 dari Pasangan Agustian dan Sitti Haspurni. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis pernah bersekolah di SD Negeri 1 Tangerang pada tahun 1991 sampai dengan 1995 kemudian pindah dan menamatkan pendidikan di sekolah dasar pada SD Negeri 106 Palembang pada tahun 1997, sekolah lanjutan pertama
pada SMP Negeri 24 Palembang pada tahun 2000, dan sekolah
lanjutan atas pada SMA YKPP 1 Palembang pada tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan S1 di Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya selesai pada tahun 2008 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis aktif dalam kegiatan Wahana Bola Basket Pertanian (WABAPERTA) selama kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Penulis melanjutkan studi S2 pada tahun 2009 di Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana IPB.
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN……………………………………………………. .......
1
Latar Belakang…………………………………………………… ........
1
Rumusan Masalah…………………………………………… .............
6
Tujuan Penelitian .............................................................................
6
Kegunaan Penelitian .......................................................................
7
TINJAUAN PUSTAKA
...............................................................
9
Teori Uses and Gratifications…………………………………. ..........
9
Media Komunikasi
...............................................................
10
Media Massa
...............................................................
12
Komunikasi Interpersonal ...............................................................
17
Keterdedahan Terhadap Media Massa ..........................................
19
Efektivitas Media Komunikasi ..........................................................
20
Karakteristik Petani
...............................................................
22
Program Ketahanan Pangan ...........................................................
24
KERANGKA PEMIKIRAN ...............................................................
27
HIPOTESIS
...............................................................
30
METODE PENELITIAN
...............................................................
31
...............................................................
31
Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................................
31
Populasi dan Sampel Peelitian ........................................................
31
Data dan Instrumen
...............................................................
33
Teknik Pengumpulan Data ..............................................................
33
Validitas dan Reliabilitas Instrumen.................................................
34
Pengolahan dan Analisis Data ........................................................
35
Definisi Operasional
...............................................................
36
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................
41
Keadaan Umum Wilayah Penelitian .................................................
41
Faktor Internal Petani
...............................................................
43
Keterdedahan
...............................................................
45
Penilaian Terhadap Media Komunikasi ...........................................
49
Materi Pesan Pada Televisi .............................................................
49
Desain Penelitian
Materi Pesan Media Koran ..............................................................
56
Materi Pesan pada Media Leaflet ....................................................
61
Materi Pesan pada Media Penyuluh ................................................
66
Efektivitas Media Komunikasi ..........................................................
71
Analisis Hubungan
................................................................
73
Tingkat Ketahanan Pangan petani di Kecamatan Gandus di Kota Palembang dalam Kaitannya Dengan Media Komuikasi .................
80
KESIMPULAN dan SARAN ...............................................................
83
Kesimpulan
................................................................
83
Saran
................................................................
83
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… ..
85
LAMPIRAN ……………………………………………………………… .
87
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Jumlah populasi dan sampel petani padi di Kecamatan Gandus…...
33
2. Luas wilayah menurut kelurahan di Kecamatan Gandus ......................
41
3. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di Kecamatan Gandus tahun 2010 ............................................................................................
42
4. Jumlah penduduk berdasarkan usia di Kecamatan Gandus tahun 2010 ............................................................................................
42
5. Distribusi mata pencaharian penduduk di Kecamatan Gandus tahun 2010 ............................................................................................
43
6. Distribusi tingkat pendidikan di Kecamatan Gandus tahun 2010 ..........
43
7. Karakteristik petani menurut kategori dan persentase .........................
44
8. Frekuensi petani terhadap media komunikasi berdasarkan kategori dan persentase ........................................................................
47
9. intensitas terhadap media komunikasi yang digunakan petani berdasarkan kategori dan persentase ...................................................
49
10. Kejelasan materi yang disampaikan media televisi berdasarkan kategori dan persentase ........................................................................
50
11. Kejelasan materi yang disampaikan melalui televisi berdasarkan skor rata-rata dan kriteria ......................................................................
52
12. Kesesuaian materi yang disampaikan televisi dengan kebutuhan berdasarkan kategori dan persentase ...................................................
53
13. Kesesuaian materi dengan kebutuhan yang disampaikan televisi berdasarkan skor rata-rata da kriteria ...................................................
55
14. Kejelasan materi yang disampaikan melalui koran berdasarkan kategori dan persentase ........................................................................
57
15. Kejelasan materi koran berdasarkan skor rata-rata dan kriteria............
57
16. Kesesuaian materi dengan kebutuhan yang disampaikan melalui koran berdasarkan kategori dan persentase ...................................................
59
17. Kesesuaian materi dengan kebutuhan petani yang disampaikan melalui koran berdasarkan skor rata-rata dan kriteria. ......................................
61
18. Kejelasan materi yang disampaikan melalui leaflet berdasarkan kategori dan persentase.. ......................................................................
62
19. Kejelasan materi yang disampaikan melalui leaflet berdasarkan skor rata-rata dan kriteria .................................................
62
20. Kesesuaian materi dengan kebutuhan petani yang disampaikan melalui leaflet berdasarkan kategori dan persentase ........................................
64
21. Kesesuaian materi dengan kebutuhan petani yang disampaikan melalui
leaflet berdasarkan skor rata-rata dan kriteria .......................................
65
22. Kejelasan materi yang disampaikan PPL berdasarkan kategori dan persentase.. ...........................................................................................
66
23. Kejelasan materi yang disampaikan PPL berdasarkan skor rata-rata dan kriteria .............................................................................................
67
24. Kesesuaian materi dengan kebutuhan yang disampaikan PPL berdasarkan kategori dan persentase ...........................................
68
25. Kesesuaian materi dengan kebutuhan petani pada pesa yang disampaikan melalui PPL berdasarkan skor rata-rata dan kriteria ........
70
26. Komponen efektivitas media komunikasi berdasarkan skor rata-rata dan kriteria ..............................................................................
71
27. Hubungan karakteristik petani dengan pengetahuan, sikap, dan tidakan ...................................................................................................
73
28. Hubungan frekuensi penggunaan media dengan pengetahuan, sikap, dan tidakan ............................................................................................
75
29. Hubungan intensitas penggunaan media dengan pengetahuan, sikap, dan tidakan ............................................................................................
76
30. Hubungan penilaian media TV oleh petani dengan pengetahuan, sikap, dan tidakan ............................................................................................
77
31. Hubungan penilaian media koran dengan pengetahuan, sikap, dan tidakan ...................................................................................................
77
32. Hubungan penilaian media leaflet oleh petani dengan pengetahuan, sikap, dan tidakan .................................................................................
78
33. Hubungan penilaian PPL oleh petani dengan pengetahuan, sikap, dan tidakan ............................................................................................
79
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar alur informasi budidaya tanaman padi kepada petani padi di Kecamatan Gandus Kota Palemabang ……………………………..
26
2. Gambar kerangka pemikiran efektivitas media komunikasi petani padi ………………………….. ..............................................................
29
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Kuesioner ………………………………….. ....................................
87
2. Tabel korelasi ...............................................................................
105
3. Leaflet ...........................................................................................
114
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Kuesioner ………………………………….. ....................................
87
2. Tabel korelasi ...............................................................................
105
3. Leaflet ...........................................................................................
114
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman padi merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam rangka ketahanan pangan penduduk Indonesia. Permintaan akan beras meningkat pesat seiring dengan laju pertambahan penduduk. Namun, laju permintaan tersebut ternyata belum dapat diimbangi oleh laju peningkatan produksi sehingga Indonesia harus mengimpor beras. Beras sebagai bahan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia mempunyai peran yang besar dalam mewujudkan stabilitas nasional. Oleh karena itu, perberasan selalu menjadi sorotan dan pembicaraan yang menarik bagi berbagai kalangan. Sejalan dengan makin meningkatnya kebutuhan akan beras sebagai konsekuensi logis dari meningkatnya kebutuhan konsumsi akibat pertambahan
jumlah penduduk dan kebutuhan industri, maka upaya - upaya
untuk meningkatkan produksi padi terus dilakukan. Pemenuhan konsumsi beras melalui
penyediaan
dalam
negeri
akan
menjadi
tema
sentral
dalam
pembangunan subsektor tanaman pangan. Walaupun beras mungkin lebih murah bila diimpor, pemenuhan kebutuhan beras dari produksi sendiri penting untuk mengurangi ketergantungan pada pasar dunia dan upaya
mempertahankan
martabat
bangsa
di
forum
tetap sebagai
internasional
(Departemen Pertanian, 2004). Pembangunan pertanian masih merupakan tantangan besar yang harus dihadapi. Pelaksanaannya memerlukan berbagai macam sumberdaya. Secara sederhana pembangunan adalah perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak dari suatu bangsa. Jangkauan pembangunan pertanian di Indonesia sangatlah luas mencakup tidak hanya pengembangan dan pembangunan fasilitas-fasilitas fisik atau peralatan, juga mencakup pengembangan sumber daya manusia. Dalam pembangunan pedesaan partisipatif bisa diduga akan terjadi pada masyarakat yang berdiam di daerah pedesaan. Program
Ketahanan
Pangan
pada
tataran
nasional
merupakan
kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak, aman, dan juga halal, yang didasarkan pada optimasi pemanfaatan dan berbasis pada keragaman sumberdaya lokal. Salah satu indikator untuk mengukur ketahanan pangan
2 adalah
ketergantungan
ketersediaan
pangan
nasional
terhadap
impor.
Pengembangan agrobisnis, dalam upaya mewujudkan sistem agrobisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi serta dalam rangka era perdagangan bebas sehingga menuntut produk yang berkualitas. Dalam kondisi krisis yang sedang melanda negara kita, sektor pertanian tetap mampu menjadi motor penggerak pembangunan sekaligus sebagai upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani khususnya masyarakat pada umumnya (Departemen Pertanian, 2001). Suatu program pembangunan tidak terlepas dari pembangunan pertanian secara merata. Kegiatan program juga dapat diharapkan dapat mengubah perilaku sasarannya agar dapat memiliki pengetahuan, sikap yang mau melakukan perubahan dan inovatif terhadap informasi baru. Dalam kaitan dengan
kegiatan
program
pembangunan
yang
menggunakan
media
dimaksudkan untuk menyebarkan informasi secara efektif kepada sasarannya serta sebagai perantara antara petani dan program. Tetapi penggunaan media ini bukan dimaksudkan sebagai pengganti peran penyuluh melainkan sebagai media yang membantu penyuluh dalam kegiatannya. Berbagai informasi dari pengkajian Program Ketahanan Pangan memiliki media dan khalayak yang luas, namun pada akhirnya akan bermuara kepada peningkatan kesejahteraan petani. Oleh karena itu, informasi tersebut akan sangat bermanfaat apabila dapat diterima pengguna dengan tepat, sehingga berbagai upaya untuk menyempurnakan kegiatan dan tercapainya tujuan akan dapat terlaksana. Penggunaan media komunikasi merupakan langkah-langkah yang tak terpisahkan dari upaya pembangunan pertanian. Penyebaran informasi melalui media sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat khususnya di daerah pertanian. Demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat petani Indonesia, penyebaran informasi melalui media komunikasi akan mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam pembangunan pertanian. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang cepat seiring tuntutan perubahan zaman. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terutama sejak munculnya teknologi internet telah menyebabkan perubahan besar dalam masyarakat. Produk teknologi informasi yang relatif murah dan terjangkau memudahkan akses informasi melampaui batas negara dan batas kultur/budaya. Kondisi ini telah merambah kepada semua lapisan kehidupan manusia termasuk
3 para petani di pedesaan. Kini sebagian petani sudah terbiasa mengakses informasi melalui koran, majalah, radio, televisi, bahkan internet dan handphone Menurut Effendy, O. U. (2007), komunikasi bermedia adalah komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh atau banyak jumlahnya. Komunikasi bermedia disebut juga dengan komunikasi massa, karena jumlah komunikannya yang tak terbatas. Keuntungan
komunikasi
bermedia
ini
antara
lain
dapat
menimbulkan
keserempakan (simultanity) yaitu suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlahnya relatif banyak, ratusan, ribuan, bahkan ratusan juta pada saat yang sama secara bersama-sama. Media massa
mempunyai
peran yang berarti untuk menyampaikan
pesan kepada masyarakat luas termasuk yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pembangunan dalam beberapa dasawarsa terakhir ini. Rogers (1976) menggambarkannya sebagai pengganda ajaib (magic multiplier). Media masa terdiri dari radio, televisi dan surat kabar. Media massa sebagaimana teknologi yang dapat membantuk bagaimana cara berpikir, berperilaku dalam masyarakat dan teknologi tersebut akhirnya mengarahkan manusia untuk bergerak dari satu abad teknologi ke abad teknologi yang lain. Misalnya dari masyarakat suku yang belum mengenal huruf menuju masyarakat yang memakai peralatan komunikasi cetak ke masyarakat yang memakai peralatan komunikasi elektronik. McLuhan (dalam Nurudin, 2007) menyatakan bahwa budaya dibentuk oleh bagaimana cara berkomunikasi. Paling tidak ada beberapa tahapan yang layak disimak. Pertama, penemuan dalam teknologi komunikasi menyebabkan perubahan budaya. Kedua, perubahan di dalam jenis-jenis komunikasi akhirnya membantuk kehidupan manusia. Ketiga, sebagaimana yang dikatakan McLuhan bahwa “Kita membantuk peralatan untuk berkomunikasi, dan akhirnya peralatan untuk berkomunikasi yang kita gunakan membantu atau memengaruhi kehidupan kita sendiri”. Kita belajar, merasa dan berpikir terhadap apa yang akan kita lakukan karena pesan yang diterima teknologi komunikasi menyediakan untuk itu. Artinya, teknologi komunikasi menyediakan pesan dan membantuk perilaku kita sendiri. Radio menyediakan pesan kepada manusia melalui indera pendengaran (audio), sementara televisi menyediakan pesan tidak hanya melalui pendengaran tetapi juga penglihatan (audio visual). Apa yang diterpa dari kedua media itu masuk ke dalam perasaan manusia dan mempengaruhi kehidupan
4 sehari-hari. Selanjutnya kita ingin terus menggunakannya. Bahkan McLuhan sampai pada kesimpulan bahwa media adalah pesan itu sendiri (the medium is the message). Teori
uses
and
gratification
(kegunaan
dan
kepuasan)
yang
diperkenalkan oleh Hebert Blumer dan Elihu Katz yang mengemukakan bahwa penggunaan media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya, teori uses and gratification mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya (Nurudin, 2007). Lerner
dalam
Prawiranegara
(2010)
menemukan
bahwa
media
merupakan agen modernisasi yang ampuh untuk menyebarkan informasi dan pengaruhnya kepada individu-individu dalam menciptakan iklim modernisasi. Berlo (1960) mengemukakan bahwa media sebagai salah satu dari elemen komunikasi merupakan alat atau segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber kepada penerima pesan. Penyebaran informasi melalui media merupakan mata rantai dari rangkaian kegiatan timbal balik dan tidak terpisahkan dalam upaya menyebarluaskan inovasi. Kecamatan Gandus di kota Palembang yang merupakan wilayah agropolitan di wilayah Sumatera Selatan yang terdapat di daerah pinggiran kota. Para petani khususnya petani padi dalam kegiatan Program Ketahanan Pangan tentu mendapatkan terpaan media yang lebih besar dibandingkan di daerah pedesaan. Hal ini lebih memungkinkan petani padi di wilayah tersebut untuk mengakses informasi mengenai tanaman padi dari banyak media tidak hanya informasi yang tersedia di dalam media leaflet yang sengaja dirancang oleh Dinas Pertanian kota Palembang untuk kegiatan Program Ketahanan Pangan tetapi juga petani padi dapat mengakses informasi dari media televisi. Dinas Pertanian Kota Palembang juga menunjuk petugas penyuluh sebagai media interpersonal untuk terciptanya komunikasi dua arah agar petani bisa aktif dalam diskusi untuk memahami kebutuhan informasi tentang usahatani padi. Dilihat dari segi keefektivan media dalam mempengaruhi perilaku petani padi, maka penelitian ini dilakukan untuk mengkaji keefektivitasan media komunikasi yang ada di Kecamatan Gandus dan media mana yang paling efektif atau yang paling dirasakan dan dibutuhkan oleh petani padi pada Program
5 Ketahanan Pangan dari berbagai media yang tersedia yaitu media cetak, penyuluh sebagai media interpersonal dan media elektronik. Kamudian bagaimana petani berpersepsi tentang Program Ketahanan Pangan dari pendekatan terhadap media massa yang dibahas secara deskkriptiif. Penelitian ini memposisikan media cetak leaflet dan surat kabar, media televisi sebagai media elektronik dan penyuluh sebagai media interpersonal untuk mengetahui keefektivan media komunikasi pada petani padi dalam Program Ketahanan Pangan. Penelitian ini juga mengkaji informasi yang diterima petani padi melalui organisasi-organisasi yang ada di masyarakat, kemudian hal ini dibahas secara deskriptif untuk mengetahui dari mana saja informasi yang sampai kepada petani padi tentang tanaman padi dalam rangka kegiatan Program Ketahanan Pangan di Kota Palembang. Program Ketahanan Pangan Kota Palembang mengoptimasi 200 ha lahan ketahanan pangan di kecamatan Gandus dan melibatkan 35 kelompok tani yang terdiri dari 761 orang petani padi. Program Ketahanan Pangan tersebut mencakup teknik budidaya tanaman padi, kegiatan irigasi, dan pelaksanaan kegiatan pembangunan jalan usaha tani yang bermanfaat bagi fasilitas kegiatan usaha pertanian. Informasi yang diberikan melalui leaflet mencakup teknik budidaya padi dari pembibitan hingga panen. Wilayah Kecamatan Gandus tersedia lahan pengembangan pertanian yang masih luas yaitu sekitar 1.200 Ha. Luas wilayah seluruhnya 3.820 Ha, dengan kriteria berupa lahan lebak (2.336 Ha); lahan kering (1.454 Ha). Ketersediaan
lahan
pengembangan
yang
masih
infrastruktur,
luas
ini
pengelolaan
sangat lahan
mendukung dan
air.
program
Tersedianya
infrastruktur pendukung sektor pertanian seperti : Jalan Produksi dan Jalan Usaha Tani (JUT). Tersedianya sumber daya manusia yang memadai, terutama dari segi kuantitas. Jumlah penduduk kelurahan Pulokerto tahun 2009 sebesar 11.112 jiwa terdiri dari 5.481 jiwa laki-laki dan 5.631 jiwa perempuan. Jumlah penduduk ini berpotensi sebagai Sumber Tenaga Kerja. Mata pencaharian utama penduduk sebagian besar bertani (bercocok tanam, beternak, berkebun), dengan jumlah petani sebanyak 4.722 jiwa (43,14 %). Masyarakat yang bercirikan komunitas pertanian ini merupakan modal bagi pengembangan wilayah ini menjadi kawasan agribisnis.
6 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang menarik untuk dikaji adalah sebagai berikut : 1. Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi petani padi di Kecamatan Gandus? 2. Bagaimana efektivitas komunikasi bagi petani padi di Kecamatan Gandus? 3. Bagaimana hubungan keterdedahan petani padi terhadap media komunikasi dengan efektivitas komunikasi petani padi di Kecamatan Gandus? 4. Bagaimana hubungan penilaian media komunikasi oleh petani padi dengan efektivitas komunikasi petani padi di Kecamatan Gandus? TUJUAN Berkaitan dengan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis efektivitas media komunikasi pada petani padi di Kecamatan Gandus Kota Palembang dengan berusaha menghimpun data dan informasi melalui tujuan-tujuan khusus sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi
faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
efektivitas
komunikasi petani padi di Kecamatan Gandus. 2. Mengkaji efektivitas komunikasi bagi petani padi di Kecamatan Gandus. 3. Menganalisis
hubungan
keterdedahan
petani
padi
terhadap
media
komunikasi dengan efektivitas komunikasi di Kecamatan Gandus. 4. Menganalisis hubungan penilaian media komunikasi oleh petani padi dengan efektivitas komunikasi di Kecamatan Gandus.
7 KEGUNAAN PENELITIAN Secara praktis, penelitian ini dilakukan sebagai pertimbangan bagi instansi peneilitian dan dinas pertanian serta lembaga penyuluh pertanian dalam mengambil kebijakan di sektor pertanian dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk pengembangan inovasi dan diharapkan menjadi bahan masukan dalam
upaya
perbaikan,
penyusunan
dan
perumusan
program
serta
pengembangannya terkait dengan Program Ketahanan Pangan. Secara akademik, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi informasi dan gambaran tentang efektivitas media komunikasi bagi petani padi dalam Program Ketahanan Pangan Kota Palembang. Bagi masyarakat pembaca, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber pengetahuan dan acuan dalam melakukan aktivitas penyebaran informasi melalui media yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan petani.
8
9 TINJAUAN PUSTAKA Teori Uses and Gratification Pendekatan teori uses and gratification
merupakan pendekatan dari
komunikasi tentang efek, walaupun hanya menjelaskan tentang proses penerimaan saja, tidak mencakup keseluruhan proses, pendekatan ini memiliki keuntungan antara lain dapat membantu peneliti memahami pentingnya penggunaan media (McQuail, 1991). Pendekatan uses and gratification memfokuskan pada pelanggan anggota khalayak, lebih dari sekedar pesan. Pendekatan ini mulai dengan orang sebagai pemilih media komunikasi yang aktif. Pendekatan uses and gratification memusatkan pada konsumen media dari pada pesan media dalam menentukan titik awal pembahasan dan mengungkapkan perilaku komunikasinya dalam kaitannya dengan pengalaman langsung dengan media. Pendekatan ini memandang para anggota khalayak secara aktif memanfaatkan isi media lebih dari sekedar bertindak pasif terhadap media. Dengan demikian, pendekatan ini tidak mengasumsikan suatu hubungan langsung antara pesan dan pengaruh, melainkan mendalilkan bahwa para anggota khalayak mengambil pesan untuk digunakan, dan bahwa tindakan menggunakan pesan itu sebagai variabel antara dalam proses pengaruh (Winarso, 2005). Teori uses and gratifications lebih menekankan pada pendekatan manusiawi dalam melihat media massa. Artinya pengguna mempunyai otonomi, wewenang
untuk
memperlakukan
media.
Teori
uses
and
gratifications
beroperasi dalam beberapa cara yaitu kebutuhan kognitif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan, dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan. Kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan, dan emosional. Kebutuhan pribadi secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibelitas, kepercayaan, stabilitas dan status individual. Hal itu bisa diperoleh dari hasrat akan harga diri. Kebutuhan sosial secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia (Nurudin, 2007).
10 Media Komunikasi Menurut van den Ban dan Hawkins (1999) komunikasi sebagai proses mengirim dan menerima pesan melalui saluran yang menciptakan pengertian yang sama antara sumber dan penerima. Komunikasi adalah proses di mana pesan-pesan dioper dari sumber kepada penerima.
Soekartawi (2005)
menyatakan komunikasi adalah suatu pernyataan antar manusia, baik secara perorangan maupun berkelompok, yang bersifat umum dengan menggunakan lambang-lambang
yang
berarti.
Definisi
komunikasi
bisa
berbeda-beda
tergantung dari bidang ilmu yang akan digunakannya. Menurut Effendy (2000) proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan yang timbul dari lubuk hati. Dhani dalam Prawiranegara (2010) mengemukakan saluran/media komunikasi adalah jalan yang dilalui pesan komunikator untuk sampai ke komunikannya. Terdapat dua jalan agar pesan komunikator sampai ke komunikannya yaitu tanpa media (yang berlangsung secara tatap muka) dan dengan media. Media yang dimaksud adalah media komunikasi. Media merupakan alat perantara yang sengaja dipilih komunikator untuk meghantarkan pesannya agar sampai ke komunikan. Termasuk di dalamnya media personal (penyuluh). Fungsi media komunikasi adalah sebagai alat yang dipakai untuk melakukan komunikasi, sedangkan pelaku komunikasi itu sendiri terdiri dari komunikator dan komunikan melalui pesan yang disampaikan. Memperhatikan komponen komunikasi tersebut, maka komunikator dapat mengetahui apakah tugasnya telah dinilai berhasil atau tidak, komunikator dapat melakukan suatu evaluasi. Pekerjaan evaluasi dalam proses komunikasi penting sekali. Salah satu cara yang dapat dipakai untuk melakukan evaluasi adalah mengevaluasi umpan balik (feed-back) dari komunikasi yang telah dilakukan. Umpan balik dari komunikan ke komunikator ini dapat bersifat langsung (direct feed-back) atau bersifat tidak langsung (Soekartawi, 2005). Menurut Lionberger dan Gwin (1982) kenyataan yang ada pada komunikasi yang terjadi secara berulang antara dua individu dan di antara
11 individu-individu dalam suatu kelompok dapat meningkatkan pengenalan kebutuhan dari para petani dan para peneliti.
Pada dasarnya interaksi
merupakan proses yang berkelanjutan di mana hubungan antara pengirim pesan dan penerima pesan akan terus berlanjut dalam waktu yang lebih lama. Meskipun kita tidak selalu dapat memastikan respon penerima pesan terhadap isi pesan dari pesan yang pengirim sampaikan, kita harus selalu menanamkan bahwa kita harus selalu dapat meningkatkan proses percakapan seperti berdiskusi, mendengarkan, dan bertanya. Pemikiran mengenai komunikasi sirkuler memiliki beberapa implikasi praktis untuk para agen perubahan. Para agen perubahan mungkin akan berfikir dua kali sebelum mereka menyampaikannya kepada para petani.
Dengan
memiliki pengetahuan mengenai cara atau kecenderungan seorang petani dalam merespon para agen perubahan dapat menyesuaikan diri dalam memberikan pesan-pesan pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Seperti yang dikatakan Lionberger dan Gwin (1982), “the better we understand the situation of our intended respondents and appropriately consider it, the more succesful we are likely to be.” Media menjadi penghubung semua elemen masyarakat, media memiliki arti penting dalam kehidupan bermasyarakat seperti dikemukakan oleh Althaeide dalam Wisnu (2006) media dapat menjembatani kesenjangan informasi antar pihak, mengurangi jumlah informasi asimetris. Kesenjangan informasi sendiri erat kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat. Salah satu cara memberdayakan suatu masyarakat adalah dengan membuka akses informasi seluas-luasnya, agar mereka bisa mendapatkan informasi yang sekiranya berguna dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup. Dengan kemampuan membantu masyarakat, media memiliki potensi pembebas yang meluaskan cakrawala pemikiran agar tidak terpenjara dalam batas-batas ketidaktahuan dan keterbatasan lain yang umum ditemui pada masyarakat yang belum maju terutama di pedesaan. Media diketahui memiliki kekuatan mengendalikan pengetahuan khalayaknya melalui apa-apa yang ditampilkan. Karena itu dengan mengorganisir sedemikian rupa isi pesan yang disampaikan. Media pada dasarnya dapat membantu masyarakat memusatkan perhatian pada masalah-masalah pembangunan, termasuk di dalamnya mengenai sikap-sikap baru yang diperlukan dan keterampilan yang harus dimiliki
12 untuk
mengubah
keadaan
suatu
bangsa
yang
sedang
membangun
(Nasution, 1990). Media Massa Media massa sebenarnya merupakan kependekan dari istilah media komunikasi massa, yang secara sederhana dapat diartikan sebagai alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan serentak kepada khalayak banyak yang berbeda-beda dan tersebar di berbagai tempat. Sebagai “alat penyampai pesan” dalam proses komunikasi, media massa juga disebut saluran pesan atau penyaluran pesan. Kemampuan media massa sebagai penyalur pesan kepada khalayak yang berbeda-beda, berjumlah besar dan tersebar diberbagai tempat, disebabkan oleh penggunaan mesin yang mampu menggandakan lambanglambang pesan tersebut. Lambang-lambang itu umumnya dapat ditangkap oleh panca indera telinga. Oleh karena itu, media massa sering dibedakan menjadi media massa bentuk tampak (visual), media massa bentuk dengar (audio), dan media
massa
bentuk
gabungan
tampak
dengar
atau
audio-visual
(Depdikbud, 1998). Saluran media massa adalah semua alat penyampaian pesan-pesan yang melibatkan mekanisme untuk mencapai audien yang luas dan tidak terbatas.
Surat
kabar,
radio,
film
dan
televisi
merupakan
alat
yang
memungkinkan sumber informasi menjangkau audien dalam jumlah yang besar dan tersebar luas. Pesan-pesan dalam media massa memang kurang kuat dalam merubah sikap, kecuali pesan-pesan tersebut justru memperkuat nilai-nilai dan kepercayaan audien, sedangkan pesan-pesan yang bertentangan akan disaring audien melalui tingkat selektivitas mereka. Saluran komunikasi yang tepat harus dipilih berdasarkan tujuan dari sumber komunikasi serta pesan yang akan disampaikan pada audien. Seringkali melalui pemanfaatan pel-bagai jenis media massa dan menggabungkannya dengan saluran komunikasi antar pribadi. Hal ini terjadi apabila sumber informasi bertujuan untuk mencapai audien dalam jumlah besar dan mengharapkan suatu perubahan yang meluas (Depari dan MacAndrews, 1991). Menurut Soekartawi (2005) Media massa yaitu komunikasi melalui media massa seperti koran, majalah, radio, televisi dan film. Media umum adalah komunikasi yang isi pesan dikomunikasikan kepada semua pihak, secara bebas, umum dan tidak rahasia, hanya saja sifatnya tidak massal. Dengan demikian
13 semua anggota masyarakat dapat memperoleh pesan tersebut dengan proporsi yang sama dengan anggota masyarakat yang lain. Komunikasi dengan media massa sebenarnya mirip dengan komunikasi media umum, hanya saja pada komunikasi media massa sifatnya lebih massal. Schramm dalam Jahi (1988) mengatakan bahwa media massa mencerminkan sistem kontrol sosial suatu negara, yang menentukan hubungan antara lembaga-lembaga dan individuindividu. Untuk saluran yang lebih kecil namun masih tergolong dalam saluran komunikasi massa biasanya masih menggunakan media massa tradisional seperti meneriakkan berita-berita dan pengumuman-pengumuman publik di jalanjalan dengan menggunakan juru bicara atau pendongeng. Bahkan pertunjukan boneka yang menggunakan pengisi suara juga bisa dikategorikan dalam komunikasi massa. Media sekunder adalah media yang berwujud, baik media massa, misalnya surat kabar, televisi atau radio, maupun media surat, telepon atau poster. Dalam komunikasi interpersonal, sumber informasi dapat dilihat sebagai seseorang yang bersahabat, hangat, dapat diterima, kredibel, dan berpengetahuan. Jadi, komunikator pada komunikasi interpersonal hanya menggunakan satu media saja, misalnya bahasa. Berbeda dengan situasi pada komunikasi interpersonal, mereka yang membangun pesan-pesan
untuk saluran dengan khalayak banyak, didukung
oleh organisasi tertentu yang mengumpulkan informasi-informasi, membantu dalam proses informasi tersebut sampai ke pengiriman, dan berpartisipasi dalam pemilihan materi yang akan dikomunikasikan kepada publik. Tanpa sistem yang mendukung, komunikasi massa tidak lebih dari sekedar proses perluasan tingkat kedua dari komunikasi interpersonal. Dalam saluran dengan khalayak massa yang baru, mereka yang membangun pesan jarang mengetahui atau melihat para pendengarnya, akan tetapi berusaha menarik dan memikat para khalayaknya. Untuk mencapai hal ini mereka melakukan banyak hal, mereka berusaha untuk memberikan apa yang orang-orang inginkan dalam cara-cara yang sangat menarik. Mereka banyak menggunakan gimmick untuk memikat dan menarik perhatian para audiennya. Polling dilakukan secara berkesinambungan untuk menentukan apakah orangorang membaca, mendengar, atau melihat dan apakah mereka bereaksi terhadap yang sudah disuguhkan.
14 Pada pemograman informasi, seperti pada saluran massa, pesan harus disusun agar menarik dan dapat memenuhi kebutuhan pendengar istimewa. Pesan juga harus disuguhkan pada waktu yang tepat, di mana para pendengarnya dapat mendengar atau melihat pesan tersebut. Ketertarikan khalayak sangat penting karena melihat, membaca atau mendengarkan merupakan hal yang dilakukan secara sukarela, dan juga karena kompetisi dalam hal menarik perhatian sangat ramai dilakukan, terutama di negara-negara yang dapat mengembangkan pemograman saluran. Televisi Televisi bukanlah sekedar fenomena teknologis. Bagi masyarakat modern, televisi juga merupakan fenomena sosiologis, politis, ekonomis, dan cultural yang terpenting di abad ke-20. Kehadirannya dalam masyarakat modern itu diwarnai oleh penerimaan dan penolakan sekaligus. Sebagai sebuah fenomena teknologis, ia menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari revolusi informasi setelah penemuan mesin cetak oleh Gutenberg dan penemuan teknologi radio. Televisi dapat dikatakan sebagai fenomena aktual masyarakat modern, dalam arti televisi dipersepsikan sebagai karakter khas masyarakat “modern” yang acap kali mengedepankan logika dan rasionalitas. Berkat kehadiran televisi, jarak kultural peradaban dapat teratasi (Deptan, 1995). Televisi menjadi bukti bagaimana perkembangan teknologi media komunikasi dalam masyarakat tidak pernah mengenal batas ruang dan waktu. Sebagai sebuah simbol dari kemajuan teknologi, televisi, secara diam-diam , pun memiliki hubungan yang erat dengan proses pembentukan kesadaran kultural dalam masyarakat. Televisi dianggap sebagai salah satu artefak budaya yang paling pengaruh. Sebagai media informasi, televisi diartikulasi sebagai media yang dapat semakin mendekatkan masyarakat pada permasalahan kemanusiaan diberbagai belahan penjuru dunia. Sebagai media hiburan, televisi menampilkan ruang katarsis yang lebih intim bagi para pemirsanya. Keintiman ini terjadi karena transmisi langsung yang berupa gambar.
15 Surat Kabar Di negara-negara Dunia Ketiga, surat kabar pada umumnya menunjukkan ciri urban yang kuat. Surat kabar tersebut biasanya dicetak di kota besar, ibu kota negara bagian ataupun ibu kota propinsi, dan di kota metropolitan. Sirkulasi surat kabar-surat kabar itu biasanya terbatas di daerah urban dan pinggirannya (Nwuneli, Sinha, Vilanilam dalam Jahi, 1988). Leaflet Menurut De Fleur & Dennis (dalam Prawiranegara, 2010) leaflet merupakan terbitan tidak terjilid (tidak berkulit) yang disebarkan kepada umum, biasanya untuk mempropogandakan sesuatu, selain itu leaflet biasanya satu halaman naskah tercetak berisikan pesan. Leaflet berguna untuk menyajikan informasi yang sederhana dan hal-hal yang praktis. Itulah sebabnya maka pada leaflet perlu penyajian pesan yang sesuai dengan keadaan media dan sasaran yang dituju. Bentuk penyajian pesan merupakan salah satu strategi untuk mencapai komunikasi yang efektif. Media cetak disediakan untuk memenuhi bahan kebutuhan para petani dan masyarakat lain yang memerlukan dan mengambil manfaat dari adanya informasi. Menyiapkan informasi kepada khalayak ataupun petani melalui media cetak hendaknya merencanakan pesan yang akan disampaikan tersebut untuk siapa disampaikan, apakah khalayak tersebut cocok untuk dapat menerima informasi melalui media cetak ini dan apakah media cetak tersebut cocok untuk digunakan kepada khalayak tertentu. Menurut Deptan (1995), seseorang menyiapkan informasi untuk petani melalui media cetak hendaknya bertanya pada diri sendiri tentang ; 1) untuk siapa media cetak ini disiapkan, 2) apakah calon pembaca mengetahui pokok yang dibahas, 3) informasi apa yang dapat disampaikan untuk menambah pengetahuan calon pembaca, 4) kebijaksanaan apakah yang dapat membawa perubahan, 5) apakah keputusan itu mungkin dapat diterapkan. Untuk menjawab pertanyaan ini maka perencanaan pembuatan leaflet yang baik sangat diperlukan yaitu ; 1) harus menentukan dengan pasti tingkat usia, latar belakang dan jenis kepentingan calon pembaca, 2) mempersiapkan outline termasuk rencana ilustrasinya, 3) mengumpulkan bahan yang akan disajikan, 4) mengembangkan dan mengorganisasi ide dan informasi ke dalam bentuk cetak. Media cetak tetap bertahan dalam pembangunan khususnya di Negara Asia disebabkan oleh beberapa sifat media cetak itu sendiri untuk mencapai
16 khalayak di antaranya yaitu sifat permanen pesan-pesan yang telah dicetak, keluasan pembaca mengontrol keterdedahannya (exposure), dan mudah disimpan
serta
mengakibatkan
diambil media
kembali.
cetak
tetap
Sifat-sifat
yang
menguntungkan
dianggap
sebagai
tulang
ini
punggung
komunikasi (Lozare dalam Jahi, 1988). Media yang disampaikan harus dibuat sesuai dengan kondisi dan kemampuan mereka. Hal ini karena mengingat masyarakat pedesaan dalam kehidupannya
sehari-hari
mempunyai
banyak
keterbatasan
antara
lain
pendidikan, kemampuan baca tulis yang rendah, serta berfikir yang sederhana dan sebagainya. Untuk itu media yang dibuat harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1) sederhana, mudah dimengerti dan dikenal, 2) menarik, 3) mengesankan ketelitian, 4) menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, 5) mengajak sasaran untuk memperhatikan, mengingatkan, dan menerima ide-ide yang dikemukakan (Deptan, 1995). Media cetak berfungsi sebagai bahan publikasi untuk untuk menyebarkan informasi pertanian, khusnya kepada masyarakat tani dan masyarakt ramai yang menaruh
minat
terhadap
pembangunan
pertanian.
Leaflet
atau
folder
dimaksudkan untuk mempengaruhi pengetahuan dan keterampilan sasaran pada tahap menilai, mencoba dan menerapkan (Mardikanto dalam Prawiranegara, 2010). Beberapa keunggulan media cetak yaitu (a) sifat permanen pesan-pesan yang telah dicetak, (b) keluwesan pembaca mengontrol keterdedahan dan (c) mudah disimpan serta diambil kembali. Untuk meningkatkan keefektivan media cetak disarankan agar media : (a) menyajikan topik yang sesuai dengan kebutuhan yang dianggap penting dan mendesak serta dapat diterapkan oleh masyarakat, (b) menyajikan materi yang sesuai dengan masalah, minat dan tingkat pendidikan pembaca, (c) menghindari konsep yang sukar, (d) menyusun fakta secara logis sehingga pembaca dapat mengikuti secara bertahap, (e) menggunakan ilustrasi foto dan gambar yang sesuai (Kesley dan Hearne dalam Kushartini, 2001). Selanjutnya menurut van den Ban dan Hawkins (1999) menyatakan bahwa agar publikasi teknis media cetak yang diterbitkan oleh dinas-dinas penyuluhan efektif bagi sasaran/penggunanya, media tersebut harus dikemas dalam bentuk yang mudah dimengerti, artinya dengan menggunakan bahasa yang sederhana, meyusun dan merangkaikan perbedaan pendapat dengan jelas
17 dan hal-hal pokok dinyatakan dengan singkat dan jelas. Isi pesan ditulis sesuai dengan kemampuan daya serap pembaca, bahasa yang setingkat dengan pengertian mereka, dengan pilihan pesan yang diminati dan menggunakan media yang mereka kenal dan menarik pesan. Berkaitan dengan efek dari media cetak akan sangat tergantung dari sasaran atau penggunanya. Sebab efek tidak ada seandainya sasaran atau pengguna tidak menyukai media tersebut, meskipun media itu sarat dengan informasi dan pengetahuan. Karakteristik media cetak (bahasa yang mudah dipahami, sesuai kebutuhan, dan penyajian yang menarik) merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku petani (Syarifuddin dalam Prawiranegara, 2010). Media cetak yang telah diterapkan kepada petani dalam Program Ketahanan Pangan adalah media cetak dalam bentuk leaflet, di mana media ini merupakan media yang paling banyak dalam penyebaran informasi secara luas kepada setiap petani Program Ketahanan Pangan. Berdasarkan pustaka dan hasil penelitian sebelumnya, maka dalam penelitian ini karakteristik media cetak dimaksud adalah karakteristik media leaflet dilihat dari kejelasan materi dan kesesuaian isi materi dengan kebutuhan petani. Komunikasi Interpersonal Persuasi tercapai karena karakteristik personal pembicara, yang ketika komunikator menyampaikan pembicaraannya komunikan menganggapnya dapat dipercaya. Kita lebih penuh dan lebih cepat percaya pada orang-orang yang baik daripada orang lain. Ini berlaku pada masalah apa saja dan secara mutlak berlaku ketika tidak mungkin terbagi. Ketika komunikator berkomunikasi, yang berpengaruh bukan saja apa yang ia katakan, tetapi juga keadaan dia sendiri. Ia tidak menyuruh pendengar hanya memeperhatikan apa yang ia katakan. Pendengar juga akan memperhatikan siapa yang mengatakan. Kadang-kadang siapa lebih penting dari apa (Rakhmat, 2005). Menurut Koehler, Annatol, dan Applbaum (dalam Rakhmat, 2005) ada empat
komponen
kredibilitas
seorang
komunikator
dalam
komunikasi
interpersonal yaitu: 1. Dinamisme, komunikator memiliki dinamisme bila dipandang sebagai bergairah, bersemangat, aktif, tegas dan berani. Sebaliknya komunikator
18 yang tidak dinamis dianggap pasif, ragu-ragu, lesu dan lemah. Dalam komunikasi, dinamisme memperkokoh kesan keahlian dan kepercayaan. 2. Sosiabilitas adalah kesan komunikan tentang komunikator sebagai orang yang periang dan senang bergaul. 3. Koorientasi merupakan kesan komunikan tentang komunikator sebagai orang yang mewakili kelompok yang kita senangi, yang mewakili nilai-nilai kita. 4. Karisma digunakan untuk menunjukkan suatu sifat luar biasa yang dimiliki komunikator yang menarik dan mengendalikan komunikan seperti magnet menarik dan mengendalikan benda-benda di sekitarnya. Penyuluh Pertanian Penyuluhan pertanian adalah proses komunikasi ide dan praktek di antara dan sesama orang. Termasuk di dalamnya tidak saja pengalihan informasi teknis dari sumbernya kepada petani atau penduduk pedesaan, tetapi lebih dari itu. Informasi teknis akan berguna apabila informasi itu dapat dipercaya, disesuaikan dengan keperluan penduduk dan dipraktekkan. Lagi pula penduduk mungkin saja tidak memahami informasi yang disampaikan dan ingin mengajukan pertanyaan. Atau penduduk mungkin juga menghadapi masalah yang pemecahannya ingin dibantu oleh penyuluh pertanian. Oleh karena itu komunikasi timbal balik antara penyuluh pertanian dengan petani atau penduduk pedesaan sangat diperlukan (Yayasan Pengembangan Sinar Tani, 2001). Selanjutnya,
penyuluh
pertanian
harus
selalu
menyadari
betapa
pentingnya peranan yang harus dimainkan dalam situasi belajar. Penyuluh pertanian tidak bisa menghindari dari situasi belajar, karena peranan pertama dan utamanya adalah menjadi pendidik orang dewasa. Situasi belajar adalah kesempatan untuk mengajar, tetapi kegiatan belajar tidak terjadi dengan sendirinya. Menciptakan situasi belajar yang efektif adalah tugas utama seorang penyuluh pertanian, keseluruhan program akan tetap melekat di atas secarik kertas
atau
didalam
pikirannya,
kecuali
penyuluh
pertanian
berupaya
menghidupkannya. Menghidupkan dengan menciptakan situasi belajar yang efektif. Terdapat ratusan cara menciptakan situasi belajar yang efektif. Setiap cara harus dirancang agar tujuan khusus tertentu menjadi kenyataan. Karena itu perlu memahami proses komunikasi (Yayasan Pengembangan Sinar Tani, 2001).
19 Keterdedahan Terhadap Media Massa Media memiliki kemampuan yang besar untuk menyebarkan pesan-pesan pembangunan kepada banyak orang, yang tinggal di tempat yang terpisah dan tersebar, secara serentak dan dengan kecepatan tinggi. Meskipun tingkat literasi fungsional pada banyak bangsa di Dunia Ketiga itu masih rendah, cepatnya penyebaran di transistor diharapkan dapat mengatasi rendahnya pendidikan formal sebagai suatu penghambat keterdedahan pada media massa yang lebih tinggi. Keterdedahan ini, pada dasawarsa 1960 dianggap perlu bagi khalayak di Dunia Ketiga itu karena media massa ialah faktor kunci bagi modernisasi individu dan pembangunan nasional. Media massa dapat menyediakan informasi pada khalayak dan memotivasi khalayak (Jahi, 1988). Keterdedahan adalah melihat, mendengarkan, membaca atau secara lebih umum mengalami dengan sedikitnya sejumlah perhatian minimal pada pesan media. Keterdedahan pada media massa mempunyai kolerasi yang tinggi, sehingga dapat dibuat suatu indeks keterdedahan pada media massa. Indikator keterdedahan pada media massa paling tidak dikotomikan ke dalam hal berikut : 1. Sedikitnya pernah terdedah (misalnya kebiasaan membaca surat kabar sekali dalam seminggu ) 2. Tidak terdedah Keterdedahan petani pada media komunikasi berhubungan dengan tingkat penerapan teknologi. Keterdedahan terhadap media massa mempunyai indikasi positif terhadap respon peternak guna meningkatkan produktivitasnya. Keterdedahan media komunikasi adalah intensitas masyarakat atau khalayak yang menggunakan media komunikasi. Keterdedahan terdapat dua indikator yaitu (1) Frekuensi keterdedahan, yaitu jumlah intensitas khalayak terdedah terhadap media massa (2) Lamanya keterdedahan, yaitu lamanya waktu khalayak terdedah terhadap media massa (Asmirah, 2006).
20 Efektivitas Media Komunikasi Menurut Tubbs and Moss (2001) komunikasi dikatakan efektif bila orang berhasil menyamakan apa yang dimaksud. Untuk mengukur keefektivan komunikasi tidak cukup dengan mengatakan orang tersebut telah berhasil menyampaikan maksudnya tetapi harus melalui kriteria penilaian tertentu yang benar dan jelas dalam pengukurannya. Prinsip efektif itu adalah kemampuan untuk mencapai sasaran dan tujuan akhir melalui kerja sama orang-orang dengan memanfaatkan sumber yang ada seefesien mungkin. Semakin besar kaitan antara yang dimaksud oleh komunikator dapat direspon oleh komunikan, maka semakin efektif pula komunikasi yang dilaksanakan. Menurut Jahi (1988) tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu : kognitif, afektif dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan. Efek afektif berhubungan dengan emosi, perasaan dan attitud (sikap). Efek konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu. Meskipun dimensi-dimensi efek ini berhubungan satu sama lain, ketiganya independen satu sama lain. Mereka terjadi dalam berbagai sekuen, dan perubahan dalam suatu dimensi tidak perlu diikuti oleh perubahan dalam dimensi lainnya. Menurut Stamm dan Bowes (dalam Nurudin, 2007) efek komunikasi massa dibagi menjadi dua bagian dasar. Pertama, efek primer meliputi terpaan, perhatian, dan pemahaman. Kedua, efek sekunder meliputi perubahan tingkat kognitif (perubahan pengetauan dan sikap), dan perubahan perilaku (menerima dan memilih). Menurut Bertrand (dalam Binaefsa, 2007) keefektivan komunikasi terhadap media meliputi lima komponen yaitu : 1. Daya tarik (attraction), 2. Pemahaman (comperhantion), 3. Penerimaan (acceptability), 4. Keterlibatan (self-inflovment), 5. Keyakinan (persuasion). Selanjutnya Nurudin (2007) menyatakan komunikasi untuk dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak yaitu kognitif, afektif dan behevioral. Pada dampak kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan. Pada efektif meliputi efek yang berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap. Pada konatif meliputi efek yang berhubungan
21 dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu (Jahi, 1988). Jadi, efektivitas komunikasi adalah dampak dari proses komunikasi oleh media terhadap khalayak meliputi peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan. Penjelasan dari efektivitas komunikasi tersebut adalah sebagai berikut : a. Pengetahuan pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran seseorang sebagai hasil penggunaan panca indera. pengetahuan terdiri dari sekumpulan informasi yang dipahami, yang diperoleh melalui proses belajar selama hidup dan dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri maupun lingkungannya. Individu mendapatkan pengetahuan baik melalui proses belajar, pengalaman atau media elektronik yang kemudian disimpan dalam memori individu. b. Sikap Manusia itu tidak dilahirkan dengan sikap perasaan tertentu, tetapi sikapsikap tersebut dibentuk sepanjang perkembangannya. Peranan sikap dalam kehidupan manusia berperan besar, sebab apabila sudah dibentuk pada diri manusia, maka sikap-sikap itu akan turut menentukan tingkah lakunya terhadap obyek-obyek sikapnya. Adanya sikap-sikap menyebabkan manusia akan bertindak secara khas terhadap obyek-obyeknya (Gerungan, 2009). Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap timbul dari pengalaman tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar oleh karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah (Rakhmat, 2005). Sikap terbentuk dalam perkembangan individu dan faktor pengalaman individu mempunyai peranan sangat penting dalam rangka pembentukan sikap individu yang bersangkutan. Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk mengukur sikap dapatlah digunakan pertanyaan-pertanyaan dan subyek yang diteliti akan memilih salah salah satu jawabannya. Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran dan kecenderungaan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Sikap juga adalah kecenderungan evaluatif terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki kosekuensi yakni bagaimana seseorang berhadapan dengan obyek sikap. Sikap adalah suatu reaksi evaluasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu atau seseorang yang
22 ditunjukkan
dalam
kepercayaan,
perasaan
atau
perilaku
seseorang
(van den Ban dan Hawkins, 1999). c. Tindakan Tindakan adalah hasil kumulatif dari seluruh proses komunikasi, sehingga biasanya efektivitas komunikasi diukur dari tindakan nyata (action) yang dilakukan komunikan (Rakhmat, 2005).
Karakteristik Petani Nurudin (2007) menyebutkan komunikasi
massa mepunyai efek yang
tidak bisa dibantah. Wujud efek bisa berwujud tiga hal yaitu efek kognitif (pengetahuan), afektif (emosional dan perasaan) dan behavioral (perubahan pada perilaku). Dalam perkembangan komunikasi kontemporer saat ini, sebenarnya proses pengaruh (munculnya efek kognitif, afektif dan behavioral) tidak bisa berdiri sendiri. Dengan kata lain ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhi proses penerimaan pesan. Jadi, pesan itu tidak langsung mengenai individu, tetapi disaring, dipikirkan dan dipertimbangkan, apakah seorang mau menerima pesan-pesan media
massa itu atau tidak. Menurut
Whitney dan Black (dalam Nurudin, 2007), faktor-faktor yang ikut menjadi penentu besar tidaknya faktor efek yang dilakukan media massa. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah usia, jenis kelamin, pendidikan dan pelatihan, pekerjaan dan pendapatan, agama dan tempat tinggal. Karakteristik manusia terbentuk oleh faktor-faktor biologis dan sosio psikologis. Faktor biologis mencakup genetik, sistem syaraf dan sistem hormonal. Faktor sosiopsikologis terdiri dari komponen-komponen konatif (intelektual) yang berhubungan dengan kebiasaan dan afektif atau faktor emosional (Rakhmat, 2005). Tanggapan
petani
dalam
memanfaatkan
media
sebagai
sumber
informasi, maka dilihat dari karakteristik merupakan salah satu faktor yang paling penting. Karakteristik ini dibangun berdasarkan unsur-unsur demografis, perilaku, psikografis dan geografis. Demografis merupakan salah satu peubah yang sering digunakan untuk melihat kemampuan berkomunikasi seseorang dan juga kemampuan untuk memilih media. Lionberger dan Gwin (1982) menyatakan bahwa karakteristik personal yang perlu diperhatikan adalah usia, pendidikan dan karakteristik psikologis.
23 Pendidikan, tempat tinggal, kedudukan atau status sosial, kemampuan manajemen, kesehatan, usia dan sikap mempengaruhi penerimaan individu atas suatu perubahan. Karakteristik personal yang perlu diperhatikan adalah usia, pendidikan, pengalaman, kekosmopolitan, keterampilan, persepsi, gender, motivasi, kesehatan, dan fasilitas informasi. Secara umum karakteristik invidu seseorang mempengaruhi tingkat efektivitas komunikasi. Dalam penelitian ini faktor internal yang diteliti adalah, usia, pendidikan, pengalaman, luas lahan, dan status kepemilikan lahan. a. Usia Hasil penelitian Rahmani (2006) menunjukkan bahwa faktor-faktor internal seperti usia berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi terutama pada aspek afektif dan konatif.
b. Pendidikan Pendidikan merupakan proses belajar yang dapat dijadikan sebagai cara untuk dapat membawa ke arah perubahan karena pendidikan merupakan tingkat intelejensia yang berhubungan dengan daya pikir. Menurut pendapat beberapa ilmuan bahwa pendidikan merupakan suatu faktor yang menentukan dalam mendapatkan pengetahuan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan lebih
tinggi
umumnya
menyadari
kebutuhan
akan
informasi,
sehingga
menggunakan lebih banyak jenis sumber informasi dan lebih terbuka terhadap media masa (Gonzales dalam Jahi, 1988). Menurut Rakhmat (2005), diduga orang yang berpendidikan rendah jarang membaca surat kabar, tetapi sering menonton televisi. Jahi (1988) merangkum pendapat beberapa ilmuan bahwa pendidikan merupakan suatu faktor yang menentukan dalam mendapatkan pengetahuan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi umumnya lebih menyadari kebutuhan akan informasi, sehingga menggunakan lebih banyak jenis sumber informasi dan lebih terbuka terhadap media massa. Diduga orang yang berpendidikan rendah jarang membaca surat kabar tetapi lebih sering menonton televisi. c. Pengalaman Menurut Rakhmat (2005), pengalaman merupakan salah satu cara kepemilikan pengetahuan yang dialami seseorang dalam kururn waktu yang tidak
24 ditentukan. Secara psikologis seluruh pemikiran manusia, kepribadian dan temperamen ditentukan oleh pengalaman indera. Pikiran dan perasaan, bukan penyebab perilaku tetapi disebabkan oleh penyebab masa lalu. Pengalaman adalah akumulasi dari proses belajar mengajar yang dialami oleh seseorang. Kecenderungan seseorang untuk berbuat tergantung dari pengalamannya, karena menentukan minat dan kebutuhan yang dirasakan. Seseorang yang bekerja dalam bidang tertentu pada waktu relatif lama akan semakin banyak memperoleh pengalaman. Pengalaman berupa keahlian yang dibarengi dengan lebih banyak belajar (membaca), maka pengetahuan yang diperoleh akan semakin tinggi dan hal ini akan meningkatkan kepekaan dalam menyerap sumber-sumber informasi yang dibutuhkan (Tomatala, 2004). d. Luas Lahan Lahan merupakan suatu sumberdaya alam fisik yang mempunyai peran sangat penting dalam berbagai dalam berbagai segi kehaidupan manusia. Luas lahan merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh petani. Luas lahan garapan
petani
mempengaruhi
pendapatan,
taraf
hidup
dan
derajat
kesejahteraan rumah tangga tani (Hernanto dalam Yani, 2009).
Program Ketahanan Pangan Program peningkatan ketahanan pangan kota Palembang dimaksudkan untuk mengoperasionalkan pembangunan dalam rangka mengembangkan sistem ketahanan pangan baik di tingkat nasional maupun di tingkat masyarakat. Pangan dalam arti luas mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein lemak dan vitamin serta mineral yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia. Ketahanan pangan diartikan sebagai terpenuhinya pangan dengan ketersediaan yang cukup, tersedia setiap saat di semua daerah, mudah diperoleh, aman dikonsumsi dan harga yang terjangkau. Hal ini diwujudkan dengan bekerjanya sub sistem ketersediaan, sub sistem distribusi dan sub sistem konsumsi. Tujuan Program Ketahanan Pangan adalah : a. Meningkatnya ketersediaan pangan. b. Mengembangkan diversifikasi pangan.
25 c. Mengembangkan kelembagaan pangan. d. Mengembangkan usaha pegelolaan pangan. Sasaran yang ingin dicapai dari program ini adalah : a. Tercapainya ketersediaan pangan di tingkat regional dan masyarakat yang cukup. b. Mendorong partisipasi masyarakat dalam mewujudkan ketahanan pangan, meningkatnya
keanekaragaman
konsumsi
pangan
masyarakat
dan
menurunnya ketergantungan pada pangan pokok beras melalui pengalihan konsumsi non beras. Pelaksanaan program peningkatan ketahanan pangan dioperasionalkan dalam bentuk empat kegiatan pokok sebagai berikut : a. Peningkatan mutu intensifikasi yang dilaksanankan dalam bentuk usaha peningkatan produktivitas melalui upaya penerapan teknologi tepat guna, peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dalam rangka penerapan teknologi spesifik lokasi. b. Peluasan areal tanam (ekstensifikasi) yang dilaksanakan dalam bentuk pengairan serta perluasan baku lahan dan peningkatan indeks pertanaman melalui percepatan pengolahan tanah, penggarapan lahan tidur dan terlantar. c. Pengamanan produksi yang ditempuh melalui penggunaan teknologi panen yang tepat, pengendalian organisme pengganggu tanaman dan bantuan sarana produksi terutama benih, pada petani yang tanamannya mengalami puso. d. Rehabilitas dan konservasi lahan dan air tanah dan air tanah, dilaksanakan dalam bentuk upaya perbaikan kualitas lahan kritis/marginal dan pembuatan terasering serta embung dan rorak/jebakan air. Program Ketahanan Pangan di Kota Palembang menggunakan media yang sengaja dirancang untuk menyebarkan informasi tentang ketahanan pangan. Media yang dipilih oleh Dinas Pertanian Kota Palembang untuk penyebaran informasi tentang ketahanan pangan adalah leaflet. Media leaflet memuat tentang teknik perbanyak benih yang di dalamnya terdapat informasi mengenai teknik budidaya tanaman padi. Leaflet kedua memuat tentang metode SRI (System Rice Intensification) di mana memberikan informasi tentang metode SRI yang lebih menguntungkan dibandingkan metode konvensional dalam penanaman padi. Metode SRI yang terdapat pada leaflet seperti perlakuan benih, penanaman, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit.
26 Informasi yang berkaitan dengan ketahanan pangan khususnya tanaman padi dapat pula petani dapatkan dari media lain selain media yang diberikan oleh Dinas Pertanian Kota Palembang. Media-media tersebut seperti televisi, radio, majalah, surat kabar, atau dari kelompok-kelompok masyarakat yang ada di daerah di mana Program Ketahanan Pangan dilaksanakan seperti Majlis Taklim, PKK dan Koperasi. Alur informasi budidaya tanaman padi kepada petani oleh Dinas Pertanian Kota Palembang Ke Petani dapat dilihat pada Gambar 1. DINAS PERTANIAN
INFORMASI KETAHANAN PANGAN
Media Interpersonal Interpersonal PENYULUH PERTANIAN
Media cetak (media Program) LEAFLET
Petani Padi
Media-Media Lain yang dimanfaatkan oleh petani padi di Kecamatan Gandus • Televisi • Surat kabar
Gambar 1. Alur informasi budidaya tanaman padi kepada petani padi di Kecamatan Gandus Kota Palembang.
27 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Berfikir Media dapat diartikan sebagai alat atau saluran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran baik dalam pendidikan formal, non formal, maupun informal guna meningkatkan pengetahuan petani dalam kegiatan usahatani padi dalam Program Ketahanan Pangan. Media belajar dalam penelitian ini selanjutnya disebut media. Berdasarkan perspektif pemanfaatannya, media digolongkan kedalam dua kelompok yaitu media massa dan media interpersonal. Media massa tidak dirancang secara khusus tetapi dapat dimanfaatkan secara umum untuk belajar dan mengetahui informasi. Media yang digunakan pada Program Ketahanan Pangan Kota Palembang merupakan pembelajaran yang dirancang secara khusus untuk belajar. Media interpersonal yaitu penyuluh pertanian untuk menciptakan komunikasi dua arah. Program Ketahanan Pangan sebagai salah satu program Kementrian Pertanian menggunakan media komunikasi sebagai salah satu transfer percepatan penyebaran informasi teknologi, yang diharapkan dapat diadopsi secara berkelanjutan oleh petani. Media yang digunakan dalam Program Ketahanan Pangan adalah media cetak leaflet yang dibagikan kepada para petani peserta program dan fasilitas pendampingan penyuluh pertanian dalam penerapan Program Ketahanan Pangan. Media
yang
memuat
informasi
tentang
budidaya
tanaman
padi
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan petani dalam usahatani tanaman padi. Penggunaan media leaflet dan media-media lain seperti televisi dan surat kabar diduga akan mempengaruhi tingkat efektivitas media komunikasi petani padi di Kecamatan Gandus Kota Palembang. Dalam penelitian ini, Peubah bebas pertama yang diukur adalah faktorfaktor internal
yang berhubungan dengan petani yang menggunakan media
komunikasi yang memiliki indikator usia, pendidikan, pengalaman, luas lahan, dan status kepemilikan lahan. Peubah bebas kedua yaitu keterdedahan terhadap media dengan indikator frekuensi menonton TV, frekuensi membaca surat kabar dan leaflet
serta intensitas penyuluhan. Peubah bebas selanjutnya adalah
penilaian petani padi terhadap media komunikasi yaitu televisi memiliki indikator kejelasan materi/isi pesan yang disampaikan, dan kesesuaian isi pesan yang
28 disampaikan dengan kebutuhan petani dalam membudidayakan tanaman padi. Penilaian petani padi terhadap media komunikasi surat kabar memiliki indikator kejelasan materi/isi pesan yang disampaikan, dan kesesuaian isi pesan yang disampaikan dengan kebutuhan petani dalam membudidayakan tanaman padi. Penilaian petani padi terhadap media cetak leaflet memiliki indikator kejelasan materi/isi pesan yang disampaikan, dan kesesuaian isi pesan yang disampaikan dengan kebutuhan petani dalam membudidayakan tanaman padi. Penilaian petani padi terhadap media komunikasi interpersonal yaitu PPL memiliki indikator kejelasan materi/isi pesan yang disampaikan, dan kesesuaian isi pesan yang disampaikan dengan kebutuhan petani dalam membudidayakan tanaman padi. Peubah tidak bebas adalah efektivitas media komunikasi yang memiliki indikator pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dari uraian tersebut maka dapat dilihat kerangka pemikiran seperti Gambar 2 berikut ini :
29
Faktor Internal Petani padi (X) X1. Usia X2. Pendidikan X3. Pengalaman X4. Luas Lahan X5. Kepemilikan Lahan
H1
Keterdedahan (X6) X6.1. Keterdedahan Menonton TV X6.2. Keterdedahan Membaca Koran dan Leaflet X6.3. Interaksi Bertemu PPL
H2
Media TV (X7)
X7.1. Kejelasan Materi Pesan yang Ditonton X7.2. Kesesuaian Isi Pesan yang Ditonton Dengan Kebutuhan Budidaya Padi
Media Surat kabar (X8)
X8.1. Kejelasan Materi Pesan yang Dibaca X8.2. Kesesuaian Isi Pesan yang Dibaca Dengan Kebutuhan
Efektivitas Komunikasi Petani Padi Dalam Program Ketahanan Pangan (Y1)
Petani Padi Memiliki Ketahanan
Y1.1. Pengetahuan
Pangan yang
Y1.2. Sikap
Tinggi
Y1.3. Tindakan
Media Leaflet (X9)
X9.1. Kejelasan Materi Pesan yang Dibaca X9.2. Kesesuaian Isi Pesan yang Dibaca Dengan Kebutuhan Budidaya Padi
H3
Penyuluh Pertanian (X10) X10.1. Kejelasan Materi Pesan yang Disampaikan PPL X10.2. Kesesuaian Isi Pesan yang Disampaikan Dengan Kebutuhan Petani
Keterangan : = Peubah yang diukur dalam penelitian ----------
= Peubah yang tidak diukur dalam penelitian
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Efektivitas Media Komunikasi Petani Padi.
30 Hipotesis 1. Terdapat hubungan nyata antara faktor internal yaitu usia, pendidikan, pengalaman, luas lahan, dan kepemilikan lahan dengan efektivitas komunikasi petani padi. 2. Terdapat hubungan nyata antara keterdedahan media (keterdedahan menonton TV, keterdedahan membaca koran dan leaflet, serta interaksi bertemu dengan Penyuluh Pertanian Lapangan) dengan efektivitas komunikasi petani padi. 3. Terdapat hubungan nyata antara penilaian petani padi terhadap media televisi, koran, leaflet dan penyuluh pertanian dengan efektivitas komunikasi petani padi.
31 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survai deskriptif dan korelasionel yang terkait dengan Program Ketahanan Pangan di Kecamatan Gandus. Menurut Singarimbun dan Effendy (2006), desain penelitian survai adalah penelitian yang mengambil contoh dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Data yang terkumpul meliputi data primer dan sekunder baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian ini difokuskan pada proses komunikasi di mana petani diberikan sejumlah pertanyaan terbuka dan tertutup yang menghasilkan output berupa tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan petani padi. Oleh karena itu, penelitian ini mendeskripsikan peubah-peubah seperti karakteristik individu petani, keterdedahan petani terhadap media massa dan interaksi petani bertemu penyuluh. Penilaian media komunikasi oleh petani efektivitas komunikasi usahatani padi dalam Program Ketahanan Pangan serta menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada lokasi Program Ketahanan Pangan di Kecamatan Gandus Kota Palembang. Penentuan lokasi menggunakan metode purposive sampling.
Pemilihan lokasi penelitian ditetapkan berdasarkan
beberapa pertimbangan yaitu : (1) Program Ketahanan Pangan di Kecamatan Gandus merupakan program pembangunan pertanian yang menggunakan media komunikasi, (2) Kecamatan Gandus Kota Palembang merupakan salah satu lokasi Program Ketahanan Pangan yang termasuk wilayah agropolitan di kota Palembang, (3) secara metodologis, seluruh tahapan penelitian terpenuhi dan dapat dilakukan di lokasi tersebut dan (4) secara geografis dan ekonomis, lokasi penelitian tergolong efisien, mudah dijangkau oleh peneliti. Pengumpulan data primer dan pengamatan lapangan dilaksanakan selama bulan Juni-Agustus 2011. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian adalah petani padi di Kecamatan Gandus Kota Palembang yang berperan dalam kegiatan Program Ketahanan Pangan serta menggunakan dan memanfaatkan media komunikasi lain untuk menunjang
32 pengetahuan dan informasi tentang budidaya tanaman padi selain media yang diberikan oleh Dinas Pertanian. Dari hasil survai ke lokasi penelitian diperoleh informasi bahwa di Kecamatan Gandus terdapat 761 petani padi yang tersebar di lima kelurahan yaitu Kelurahan Pulokerto, Kelurahan Gandus, Kelurahan Karang Jaya, Kelurahan Karang Anyar dan Kelurahan 36 Ilir. Seluruh petani padi di Kecamatan Gandus Kota Palembang tersebar di lima desa di Kecamatan Gandus yaitu kelurahan Pulokerto dengan jumlah petani padi sebanyak 128 petani padi, Kelurahan Gandus dengan jumlah 130 petani padi, Desa Karang Jaya 164 petani padi, Desa Karang Anyar 153 petani padi dan Desa 36 Ilir dengan jumlah 186 petani padi. Penarikan sampel menggunakan teknik propotional probability random sampling untuk menentukan jumlah sampel, agar mewakili tiap subpopulasinya. Menurut Nazir (2005) propotional probability yaitu sampel ditarik dari kelompok populasi, tetapi tidak semua anggota kelompok populasi menjadi anggota sampel, maka tiap anggota kelompok mempunyai probabilitas yang sebanding dengan
besar
relatif
dari
kelompok-kelompok
yang
dimasukkan
dalam
subsampel. Pengambilan sampel menggunakan tehnik random sampling dikarenakan populasi yang diambil adalah homogen dalam hal komoditas yang diusahakan yaitu petani padi. Menurut Arikunto (1998) bahwa apabila subyek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga hasil penelitian populasi. Selanjutnya jika subyek lebih dari 100 maka dapat diambil antara 10 sampai 15 persen atau 20 sampai 25 persen atau lebih. Berdasarkan hal tersebut dan kemampuan peneliti baik dana, waktu maupun tenaga maka untuk keperluan penelitian, penarikan sampel diambil sebesar 10 persen dari subpopulasi agar dapat mewakili populasinya. Kemudian dari subpopulasi tersebut diambil sampel secara sengaja (purposive) yaitu petani padi yang mendapatkan leaflet dan menggunakan media televisi dan koran serta berinteraksi dengan Penyuluh Pertanian Lapangan. Kerangka sampling penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
33 Tabel 1. Jumlah Populasi dan Sampel Petani Padi di Kecamatan Gandus No
Lokasi Penelitian
1 2 3 4 5
Kelurahan Pulokerto Kelurahan Gandus Kelurahan Karang Jaya Kelurahan Karang Anyar Kelurahan 36 Ilir Total
Jumlah Populasi
Jumlah Sampel
128 130 164 153 186 761
13 13 16 15 19 76
Data dan Instrumen Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan petani yang meliputi pengurus kelompok tani dan anggota kelompok tani serta hasil observasi lapangan. Data sekunder yaitu data atau informasi yang diperoleh dari kantor pemerintah setempat, kantor desa di lokasi Program Ketahanan Pangan serta petugas lapangan dan penyuluh dalam kegiatan lapangan. Instrumen adalah alat pada waktu peneliti menggunakan metode penelitian (Arikunto, 1998). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk meperoleh informasi dari petani yang berkaitan dengan topik penelitian. Interviu yaitu dialog yang dilakukan untuk memperoleh informasi dari petani. Observasi yaitu kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data melalui studi dokumentasi terhadap laporan-laporan yang berkaitan dengan sumber data sekunder. Wawancara tertutup dengan menggunakan kuesioner. Wawancara berstruktur yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan berbagai pertanyaanpertanyaan secara mendalam kepada petani secara tatap muka dengan pedoman wawancara yang sebelumnya telah disediakan, diarahkan guna memperoleh data yang belum terungkap dengan kuesioner. Survai dan observasi yaitu bentuk pengumpulan data melalui pengamatan langsung di lapangan dengan melihat secara langsung kenyataan yang ada di masyarakat.
34 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Pengujian validitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Uji validitas instrumen yang dilakukan adalah bangun pengertian construct validity yang berkenaan dengan kesanggupan alat ukur untuk mengukur pengertian-pengertian yang terkandung dalam materi yang diukur. Validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur itu telah mengukur apa yang akan diukur. Titik berat dari uji validitas adalah validitas isi, yang dapat dilihat dari : 1. Apakah instrumen tersebut telah mampu mengukur apa yang telah diukur tersebut 2. Apakah informasi yang dikumpulkan telah sesuai dengan konsep yang telah digunakan. Agar kuesioner memiliki uji validitas tinggi, maka daftar pertanyaan disusun denga cara : 1. Mendefinisikan secara operasional berbagai konsep yang diukur yang telah ditulis para ahli dalam literatur. 2. Melakukan uji coba skala pengukuran tersebut pada jumlah petani. Untuk validitas instrumen diusahakan dengan cara (a) menyesuaikan daftar pertanyaan dengan judul dan masalah penelitian, (b) memperhatikan saran-saran para ahli, khususnya komisi pembimbing dan, (c) teori-teori dan pustaka. Sebelum dilakukan pengumpulan data terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap instrumen (kuesioner) kepada petani yang memiliki ciri-ciri relatif sama dengan cirri-ciri obyek pada penelitian. Uji coba dilakukan terhadap 15 orang petani di Desa Sungai Pinang Kecamatan Sungai Pinang Kabupaten Ogan Ilir diperoleh nilai kritis dari tabel product moment pearson sebesar 0,482. Pertanyaan yang mendapatkan nilai di bawah nilai kritis tersebut dibuang sedangkan pertanyaan yang mendapatkan nilai mendekati angka kritis diganti. Sebanyak 22 pertanyaan diganti dan 12 pertanyaan dibuang. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dapat dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut tergolong handal (reliabel) (Singarimbun dan Effendi, 2006). Makin kecil kesalahan pengukuran, makin
35 reliabel alat pengukur. Sebaliknya makin besar kecilnya kesalahan pengukuran dapat diketahui dari indeks korelasi antara hasil pengukuran pertama dan kedua. Menurut Arikunto (1998) reliabilitas instrumen menunjukkan tingkatan keterpercayaan suatu alat mengumpulkan data karena instrumen tersebut sudah baik. Lebih lanjut dikatakan suatu instrumen dikatakan baik bila instrumen tersebut tidak akan bersifat tendensius mengarahkan petani untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Reliabilitas
instrumen
digunakan
dengan
cara
mengungkapkan
pertanyaan yang lugas atau tidak membingungkan, memberikan petunjuk jelas dan baku, kemudian melakukan uji coba kuesioner pada petani yang memiliki ciri-ciri relatif sama denagn obyek penelitian. Pengujian reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana kuesioner yang digunakan dapat dipercaya atau dapat memberikan perolehan hasil penelitian yang konsisten apabila alat ukur ini digunakan kembali dalam pengukuran gejala yang sama. Metode yang digunakan dalam pengujian reliabilitas ini adalah menggunakan metode alpha cronbach dengan program SPSS 15.0 for Windows. Hasil perhitungan alpha cronbach
memperoleh nilai reliabilitas keseluruhan sebesar 0,7 sampai 0,9
sehingga kuesioner yang digunakan dianggap handal sebagai instrumen penelitian. Pengolahan dan Analisis Data Data penelitian dikumpulkan, dianalisis dan disajikan secara deskriptif dalam bentuk rataan, persentase, frekuensi dan tabel distribusi frekuensi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 for windows, yaitu statistik deskriptif, Khi-kuadrat dan analisis korelasi Rank Spearman. Metode Khi-kuadrat digunakan untuk mengadakan pendekatan dari faktor internal petani padi dengan efektivitas komunikasi petani padi analisis dari responden apakah terdapat hubungan nyata atau tidak. Analisis Rank Spearman digunakan untuk mengkaji ada tidaknya hubungan antara faktor ekternal petani padi dengan efektivitas komunikasi petani padi, serta hubungan antara penggunaan media televisi, koran, leaflet, dan PPL oleh petani padi dengan efektivitas komunikasi petani padi. Rumus rank Speraman yan digunakan adalah
rs = 1
∑
36 Dengan keterangan : rs = korelasi rank Spearman n = banyaknya pasangan data di = jumlah selisih antara peringkat bagi Xi dan Yi Hipotesis statistik yang diuji : Ho : Tidak terdapat hubungan nyata antara peubah yang digunakan H1 : Terdapat hubungan nyata antara kedua peubah yang digunakan Untuk menganalisis keterdedahan petani terhadap media massa dan interaksi terhadap penyuluh pertanian lapangan, penilaian petani terhadap media komunikasi, dan menganalisis efektivitas media komunikasi. Ketiga peubah tersebut menggunakan tiga jumlah kelas yaitu tinggi, sedang, dan rendah, dengan nilai tertinggi 3 dan nilai terendah 1. Rumus yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan terhadap materi usahatani tanaman padi adalah NR
=
NST - NSR
PI
=
NR
: JIK
Di mana : NR
: Nilai Range
NST
: Nilai Skor Tertinggi
NSR
: Nilai Skor Terendah
JIK
: Jumlah Interval Kelas
PI
: Panjang Interval Definisi Operasional Untuk memudahkan penginterprestasian data yang diolah, digunakan
definisi operasional sebagai berikut : 1. Usia adalah keadaan usia petani yang dihitung dengan satuan tahun pada saat penelitian dilaksanakan, dikategorikan dengan indikator produktif dan non produktif 2. Pendidikan adalah tingkat belajar formal yang terakhir ditempuh petani, diklasifikasikan Tidak Sekolah, Tidak Tamat SD, SD, SMP, dan SMA. 3. Pengalaman adalah lamanya (tahun) terlibat langsung dalam mengolah tanah, khususnya dalam usahatani, diukur dalam tahun kerja, mulai dari awal sampai saat wawancara dilakukan. Dikategorikan di bawah sama dengan rataan dan di atas rataan.
37 4. Luas lahan adalah besarnya tanah garapan yang dimiliki oleh petani dalam satuan hektar. Dikategorikan di bawah sama dengan rataan dan di atas rataan. 5. Kepemilikan lahan adalah status dari tanah yang digarap sebagai usaha tani. Dikategorikan milik dan sewa. 6. Frekuensi adalah banyaknya penggunaan media komunikasi dihitung berapa kali per bulan 7. Intensitas adalah lamanya waktu yang digunakan dalam satu kali penggunaan media komunikasi 8. Frekuensi menonton TV adalah berapa kali petani menggunakan televisi untuk mendapatkan informasi tentang pertanian per bulan, dikategorikan dengan skala ordinal 1) rendah = 1,00 – 1,66., 2) sedang = 1,67 – 2,33., 3) tinggi = 2,34 – 3,00. 9. Intensitas menonton televisi adalah lamanya waktu yang digunakan petani dalam menggunakan media televisi untuk mendapatkan informasi tentang pertanian dilihat dari lamanya waktu yang digunakan dalam satu kali penggunaan media komunikasi, dengan skala ordinal 1) rendah = 1,00 – 1,66., 2) sedang = 1,67 – 2,33., 3) tinggi = 2,34 – 3,00. 10. Frekuensi membaca koran adalah berapa kali petani membaca koran untuk medapatkan informasi tentang pertanian perbulan, dikategorikan dengan skala ordinal 1) rendah = 1,00 – 1,66., 2) sedang = 1,67 – 2,33., 3) tinggi = 2,34 – 3,00. 11. Intensitas membaca koran adalah lamanya waktu yang digunakan petani membaca
koran
untuk
mendapatkan
informasi
tentang
pertanian
dikategorikan dengan skala ordinal 1) rendah = 1,00 – 1,66., 2) sedang = 1,67 – 2,33., 3) tinggi = 2,34 – 3,00. 12. Frekuensi membaca leaflet adalah berapa kali petani membaca leaflet untuk mendapatkan informasi tentang pertanian per bulan, dikategorikan dengan skala ordinal 1) rendah = 1,00 – 1,66., 2) sedang = 1,67 – 2,33., 3) tinggi = 2,34 – 3,00. 13. Intensitas membaca leaflet adalah lamanya waktu yang digunakan petani membaca
leaflet
untuk
mendapatkan
informasi
tentang
pertanian
dikategorikan dengan skala ordinal 1) rendah = 1,00 – 1,66., 2) sedang = 1,67 – 2,33., 3) tinggi = 2,34 – 3,00.
38 14. Frekuensi bertemu Penyuluh Pertanian Lapangan adalah berapa kali petani mengikuti kegiatan penyuluhan dan berapa kali petani bertemu penyuluh di luar kegiatan penyuluhan untuk mendapatkan informasi tentang budidaya tanaman padi dikategorikan dengan skala ordinal 1) rendah = 1,00 – 1,66., 2) sedang = 1,67 – 2,33., 3) tinggi = 2,34 – 3,00. 15. Intensitas bertemu Penyuluh Pertanian Lapangan adalah lamanya waktu yang digunakan petani dalam kegiatan penyuluhan dan bertemu penyuluh di luar kegiatan penyuluhan untuk mendapatkan informasi tentang budidaya tanaman padi dikategorikan dengan skala ordinal 1) rendah = 1,00 – 1,66., 2) sedang = 1,67 – 2,33., 3) tinggi = 2,34 – 3,00. 16. Penilaian terhadap media TV adalah tingkat kejelasan dan kesesuaian informasi yang diberikan media televisi yang digunakan petani untuk mendapatkan informasi tentang budidaya tanaman padi meliputi isi pesan dan keseuaian pesan dengan kebutuhan petani di lapangan. 17. Kejelasan materi pesan televisi adalah informasi yang disampaikan oleh media televisi yang digunakan oleh petani untuk mendapatkan informasi tentang budidaya padi dikategorikan jelas, kurang jelas, dan tidak jelas dengan menggunakan skala ordinal 1) rendah = 1,00 – 1,66., 2) sedang = 1,67 – 2,33., 3) tinggi = 2,34 – 3,00. 18. Kesesuaian isi pesan televisi dengan kebutuhan adalah informasi yang disampaikan media televisi yang digunakan petani tentang budidaya padi sesuai yang dibutuhkan di lapangan dikategorikan sesuai, kurang sesuai, dan tidak sesuai dengan menggunakan skala ordinal 1) rendah = 1,00 – 1,66., 2) sedang = 1,67 – 2,33., 3) tinggi = 2,34 – 3,00. 19. Penilaian media koran adalah tingkat kejelasan dan kesesuaian informasi yang diberikan media koran yang digunakan petani untuk mendapatkan informasi tentang budidaya tanaman padi meliputi isi pesan dan keseuaian pesan dengan kebutuhan petani di lapangan. 20. Kejelasan materi pesan koran adalah informasi yang disampaiakn oleh media koran yang digunakan oleh petani untuk mendapatkan informasi tentang budidaya padi dikategorikan jelas, kurang jelas, dan tidak jelas dengan menggunakan skala ordinal 1) rendah = 1,00 – 1,66., 2) sedang = 1,67 – 2,33., 3) tinggi = 2,34 – 3,00. 21. Kesesuaian isi pesan koran dengan kebutuhan adalah informasi yang disampaikan media koran yang digunakan petani tentang budidaya padi
39 sesuai yang dibutuhkan di lapangan dikategorikan sesuai, kurang sesuai, dan tidak sesuai dengan menggunakan skala ordinal 1) rendah = 1,00 – 1,66., 2) sedang = 1,67 – 2,33., 3) tinggi = 2,34 – 3,00. 22. Penilaian leaflet adalah tingkat kejelasan dan kesesuaian informasi yang diberikan media leaflet yang digunakan petani untuk mendapatkan informasi tentang budidaya tanaman padi meliputi isi pesan dan keseuaian pesan dengan kebutuhan petani di lapangan. 23. Isi pesan leaflet adalah informasi yang disampaikan oleh media leaflet yang digunakan oleh petani untuk mendapatkan informasi tentang budidaya padi dikategorikan jelas, kurang jelas, dan tidak jelas dengan menggunakan skala ordinal 1) rendah = 1,00 – 1,66., 2) sedang = 1,67 – 2,33., 3) tinggi = 2,34 – 3,00. 24. Kesesuaian isi pesan dengan kebutuhan adalah informasi yang disampaikan media leaflet yang digunakan petani tentang budidaya padi sesuai yang dibutuhkan di lapangan dikategorikan sesuai, kurang sesuai, dan tidak sesuai dengan menggunakan skala ordinal 1) rendah = 1,00 – 1,66., 2) sedang = 1,67 – 2,33., 3) tinggi = 2,34 – 3,00. 25. Penilaian Penyuluh pertanian Lapangan adalah tingkat kejelasan dan kesesuaian informasi yang diberikan PPL kepada petani untuk mendapatkan informasi tentang budidaya tanaman padi meliputi isi pesan dan keseuaian pesan dengan kebutuhan petani di lapangan. 26. Isi pesan PPL adalah informasi yang disampaiakn oleh PPL kepada petani untuk mendapatkan informasi tentang budidaya padi dikategorikan jelas, kurang jelas, dan tidak jelas dengan menggunakan skala ordinal 1) rendah = 1,00 – 1,66., 2) sedang = 1,67 – 2,33., 3) tinggi = 2,34 – 3,00. 27. Kesesuaian isi pesan PPL dengan kebutuhan adalah informasi yang disampaikan PPL kepada petani tentang budidaya padi sesuai yang dibutuhkan di lapangan dikategorikan sesuai, kurang sesuai, dan tidak sesuai dengan menggunakan skala ordinal 1) rendah = 1,00 – 1,66., 2) sedang = 1,67 – 2,33., 3) tinggi = 2,34 – 3,00. 28. Efektivitas media komunikasi adalah besarnya tingkat perilaku petani setelah mendapatkan terpaan dari media televisi, koran, leaflet dan Penyuluh Pertanian lapangan yang meliputi tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan. 29. Pengetahuan petani adalah tingkat penguasaan petani terhadap informasi yang berkaitan dengan budidaya padi yang disampaikan oleh media televisi,
40 koran, leaflet, dan Penyuluh Pertanian Lapangan dengan menggunakan skala ordinal 1) rendah = 1,00 – 1,66., 2) sedang = 1,67 – 2,33., 3) tinggi = 2,34 – 3,00. 30. Sikap petani adalah pendapat petani terhadap informasi budidaya padi yang disampaikan oleh media televisi, koran, leaflet, dan Penyuluh Pertanian Lapangan dengan menggunakan skala ordinal 1) rendah = 1,00 – 1,66., 2) sedang = 1,67 – 2,33., 3) tinggi = 2,34 – 3,00. 31. Tindakan petani adalah hasil komulatif dari seluruh proses komunikasi yang dilakukan oleh petani terhadap informasi yang disampaikan media televisi, koran, leaflet, dan Penyuluh Pertanian Lapangan dengan menggunakan skala ordinal 1) rendah = 1,00 – 1,66., 2) sedang = 1,67 – 2,33., 3) tinggi = 2,34 – 3,00.
41 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Gandus terletak di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Kecamatan Gandus merupakan salah satu kawasan agropolitan di mana bertumpu dengan komoditi pertanian seperti tanaman pangan, ikan dan ternak. Dilihat dari bentang alamnya secara makro Kecamatan Gandus terdiri dari 60 persen daratan dan 40 persen rawa pasang surut. Daerah Kecamatan Gandus sebagian terletak di pinggir sungai musi yang terdidri dari 5 (lima) Kelurahan dengan luas wilayah 6. 878,00 Ha. Secara geografis sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ilir Barat I dan Kabupaten Banyuasin. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Ilir Barat II. Sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Musi di Kecamatan Seberang Ulu . Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Banyuasin. Secara administratif Kecamatan Gandus terdiri dari 5 kelurahan yaitu Kelurahan Gandus, Kelurahan Karang jaya, Kelurahan Karang Anyar, Kelurahan Pulokerto dan Kelurahan 36 Ilir. Kecamatan Gandus memiliki komposisi 164 RT dan 41 RW. Luas wilayah Kecamatan Gandus adalah 6.878 Ha atau sebesar 68,78 Km2. Jumlah penduduk di Kecamatan Gandus sebanyak 62.538 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 32.021 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 30.517 jiwa. Kepadatan penduduk di Kecamatan Gandus sebesar 909 jiwa/Km2, sedangkan kepadatan penduduk di Kecamatan gandus dalam satuan hektar adalah 9 jiwa/Ha. Luas wilayah menurut kelurahan di Kecamatan Gandus dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Luas wilayah menurut kelurahan di Kecamatan Gandus. No 1 2 3 4 5
Kelurahan Pulokerto Gandus Karang Jaya Karang Anyar 36 Ilir Jumlah
Luas (Ha) 3.491,00 2.935,00 187,00 172,00 93,00 6.878,00
Persentase (%) 50,76 42,67 2,73 2,49 1,35 100,00
Sumber : Kecamatan Gandus dalam Angka, 2010.
Jumlah penduduk di Kecamatan Gandus per kelurahan yaitu untuk Kelurahan Gandus sebanyak 10.124 jiwa dengan luas 29,35 Km2 atau 2.935 hektar. Kelurahan Karang Anyar 13.458 jiwa dengan luas 1,72 Km2 atau 172 hektar. Kelurahan 36 Ilir sebanyak 13.577 jiwa dengan luas 0,93 Km2 atau 93 hektar. Kelurahan Karang Jaya sebanyak 12. 136 jiwa dengan luas wililayah 1,87
42 km2 atau 187 hektar. Kelurahan Pulo Kerto sebanyak 13.243 jiwa dengan luas wilayah 34,91 Km2 atau 3.491 hektar. Jumlah penduduk dari masing-masing kelurahan dapat dilihat dari Tabel 3. Tabel 3. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk Kecamatan Gandus tahun 2010
No
Kelurahan
Jumlah penduduk (Jiwa)
Luas wilayah (KM2)
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) Skala Kecamatan
Luas Wilayah (Ha)
1 2 3 4 5
Pulo Kerto 13.243 34,91 379 3.491 Gandus 10.124 29,35 345 2.935 Karang Jaya 12.136 1,87 6.490 187 Karang Anyar 13.458 1,72 7.824 172 36 Ilir 13.577 0,93 14.599 93 Jumlah 62.538 68,78 909 6878 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Palembang, 2010
Kepadatan penduduk (Jiwa/Ha) Skala Kecamatan 4 3 65 78 146 9
Jumlah kepadatan penduduk di Kecamatan Gandus per Kelurahan yaitu untuk Kelurahan Gandus sebesar 345 jiwa/Km2 atau sebesar 3 jiwa/Ha. Kelurahan Karang Anyar sebesar 7.824 jiwa/Km2 atau sebesar 78 jiwa/Ha. Kelurahan 36 Ilir sebesar 14.599 jiwa/Km2 atau sebesar 146 jiwa/Ha. Kelurahan Karang Jaya sebesar 6.490 jiwa/Km2
atau sebesar 65 jiwa/Ha. Kelurahan
2
Pulokerto sebesar 379 jiwa/Km atau sebesar 4 jiwa/Ha. Pembagian jumlah penduduk berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Jumlah penduduk berdasarkan usia di Kecamatan Gandus tahun 2010 No 1 2 3 4 5 6 7
Usia (tahun) Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%) 0–4 5.193 8,30 5–9 6.371 10,18 10 – 14 6.021 9,62 15 – 19 5.568 8,90 20 – 49 30.938 49,50 50 – 74 7.775 12,43 >75 670 1,07 Jumlah 62.538 100,00 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Palembang, 2010.
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa penduduk usia balita sebanyak 5.193 jiwa dengan persentase 8,30 persen, penduduk usia anak-anak sebanyak 6.371 jiwa dengan persentase 10,18 persen, penduduk usia produktif sebanyak 36.506 jiwa dengan persentase 58,49 persen sedangkan penduduk usia non produktif sebanyak 8.445 jiwa dengan persentase 13,50 persen. Mata pencaharian penduduk merupakan salah satu aspek kehidupan yang berkaitan dengan kemakmuran suatu daerah. Penduduk Kecamatan Gandus Kota Palembang memiliki mata pencaharian yang berbeda-beda, tetapi
43 sebagian besar penduduknya bekerja sebagai buruh harian lepas dengan jumlah 7.606 jiwa dengan persentase 62,70 persen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Distribusi mata pencaharian penduduk di Kecamatan Gandus tahun 2010 No
Mata Pencaharian Petani/Pekebun Peternak Buruh Harian Lepas Buruh Tani Guru Pedagang Wiraswasta Jumlah
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah (jiwa) 967 22 7.606 639 274 533 2.089 12.130
Persentase (%) 7,97 0,18 62,70 5,26 2,25 4,40 17,24 100,00
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Palembang, 2010.
Tingkat pendidikan Sekolah Dasar atau sederajat paling tinggi dengan jumlah
16.712 orang dengan persentase 26,72 persen sedangkan tingkat
pendidikan Strata II paling sedikit dengan jumlah 15 orang dengan persentase 0,02 persen. Distribusi tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Gandus Kota Palembang dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Distribusi tingkat pendidikan di Kecamatan Gandus tahun 2010 No
Tingkat Pendidikan Tidak/Belum Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD/Sederajat SLTP/Sederajat SLTA/Sederajat Diploma I/II Diploma III Strata I Strata II Strata III Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah 11.361 7.140 16.712 10.247 13.835 295 854 1.918 161 15 62.538
Persentase (%) 18,16 11,41 26,72 16,40 22,13 0,47 1,36 3,06 0,27 0,02 100,00
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Palembang, 2010.
Faktor Internal Petani Petani dalam penelitian ini adalah petani padi di Kecamatan Gandus yang tersebar di lima kelurahan yaitu Kelurahan Gandus, Kelurahan Karang anyar, Kelurahan 36 Ilir, Kelurahan Karang jaya, dan Kelurahan Pulo Kerto. Faktor internal petani yang diteliti meliputi usia, pendidikan, pengalaman, luas lahan, dan status kepemilikan lahan.
44 Tabel 7. Karakteristik petani menurut kategori dan persentase No 1 2
Karakteristik Petani Usia (tahun) Pendidikan
Kategori < 50 tahun ≥ 50 tahun Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD
3
Pengalaman
< 25 tahun ≥ 25 tahun
4
Luas Lahan
< 1,5 Ha ≥ 1,5 Ha
5
Kepemilikan Lahan
Milik Sewa
Jumlah (orang) 43 33 10 60 6 46 30 39 37 63 13
Persentase (%) 56,58 43,42 13,15 78,95 8,00 60,52 39,38 51,32 48,68 82,89 17,11
Sumber : Data primer hasil penelitian
Usia Usia petani dikategorikan berdasarkan di bawah rataan dan di atas rataan. Sebagian besar usia petani berusia di bawah 50 tahun sebesar 56,58 persen dengan jumlah 43 orang petani. Petani dengan usia di atas 50 tahun sebanyak
33 orang sebesar
43,42 persen. Petani yang berusia lebih tua
memiliki tingkat pengalaman lebih tinggi dibandingkan petani yang berusia lebih muda. Pendidikan Pendidikan petani rata-rata adalah dengan pendidikan tidak tamat sekolah dasar. Pendidikan tertinggi petani adalah sekolah dasar yang mencapai 8,00 persen dengan jumlah petani 6 orang. Petani dengan tingkat pendidikan tidak tamat sekolah dasar mencapai 78,95 persen dengan jumlah petani 60 orang. Petani yang tidak sekolah mencapai 13,15 persen dengan jumlah petani 10 orang. Meskipun pendidikan petani rendah tetapi pada umumnya petani dapat membaca dan menulis hal ini dikarenakan mereka terbiasa dalam kondisi yang mengharuskan mereka membaca dan menulis, misalnya pada kelompok organisasi majlis taqlim, masyarakat di Kecamatan Gandus yang tidak tamat SD belajar membaca dalam kegiatan pengajian. Pada acara pemilihan ketua RT masyarakat di Kecamatan Gandus yang sebagian besar petani di haruskan menulis nama calon yang dipilih pada kertas kemudian dimasukkan kedalam kotak pemilihan. Dalam hal ini meskipun petani dengan tingkat pendidikan rendah tetapi bisa menulis dan membaca. Kebiasan-kebiasaan yang tidak formal
45 inilah yang membuat petani yang tidak tamat Sekolah Dasar bisa membaca dan menulis. Pengalaman Pengalaman petani dikategorikan berdasarkan di bawah rataan dan di atas rataan. Pengalaman paling rendah adalah 3 tahun dan paling lama adalah 40 tahun, dengan skor rataan pengalaman 25 tahun. Petani yang memiliki pengalaman kurang dari 25 tahun sebanyak 46 petani dengan persentase 60,52 persen. Petani yang memiliki pengalaman lebih besar sama dengan 25 tahun sebanyak 30 petani dengan persentase 39,48 persen. Petani dengan pengalaman yang lebih tinggi memiliki pengetahuan tentang budidaya padi dari pengalamannya berusahatani padi dan dari orang tua terdahulu. Luas Lahan Luas lahan yang dimiliki petani dikategorikan berdasarkan di bawah dan di atas rataan. Luas lahan yang paling besar digarap petani seluas 2 hektar sedangkan luas lahan yang terkecil digarap petani seluas 0,5 hektar. Skor rataan yang didapat adalah 1,5 hektar. Petani dengan luas lahan kurang dari 1,5 hektar sebanyak 39 orang dengan jumlah persentase sebesar 51,32 persen. Petani yang memiliki luas lahan lebih besar sama dengan 1,5 hektar sebanyak 37 orang dengan jumlah persentase sebesar 48,68 persen. Kepemilikan Lahan Kepemilikan lahan petani dikategorikan milik dan sewa. Pada umumnya status kepemilikan lahan dalah milik sendiri dan sisanya dengan status sewa. Kepemilikan lahan petani paling banyak dengan status milik yaitu sebanyak 63 petani dengan persentase 82,89 persen, sedangkan kepemilikan lahan dengan status sewa sebanyak 13 petani dengan jumlah persentase 17,11 persen. KETERDEDAHAN Keterdedahan merupakan interaksi petani terhadap media komunikasi yaitu melihat, mendengarkan, membaca atau mengalami sedikitnya sejumlah perhatian minimal pada pesan media. Keterdedahan petani terhadap media yaitu televisi, leaflet, dan surat kabar serta media interpersonal yaitu penyuluh pertanian. Keterdedahan meliputi
frekuensi dan intensitas menonton TV,
membaca koran, membaca leaflet dan bertemunya dengan penyuluh pertanian lapangan. Keterdedahan terhadap media komunikasi terdiri dari banyaknya
46 jumlah kali per bulan dalam setiap petani menggunakan media komunikasi atau frekuensi petani bertemu dengan penyuluh pertanian. Intensitas yaitu lamanya menggunakan media komunikasi dalam hitungan menit per satu kali penggunaan media komunikasi atau lamanya waktu yang digunakan petani setiap bertemu dengan penyuluh. Frekuensi tersebut adalah banyaknya menonton tayangan televisi, membaca koran, membaca leaflet dan bertemu dengan penyuluhan dalam satu bulan. Intensitas adalah lamanya menonton tayangan televisi, membaca koran, membaca leaflet dalam satu kali penggunaan serta lamanya waktu yang digunakan setiap bertemu penyuluhan dalam satu kali pertemuan. Informasi pertanian yang disiarkan televisi yaitu stasiun TVRI Sumsel setiap hari selasa selama 30 menit. Media koran atau surat kabar yang dibaca petani adalah koran pertanian Sinar Tani yang terbit satu minggu sekali dan secara rutin diberikan petugas penyuluh pertanian kepada petani di Kecamatan Gandus. Leaflet yang dibaca petani adalah leaflet yang dirancang khusus oleh Dinas Pertanian untuk media belajar dalam peningkatan Ketahanan Pangan. Leaflet tersebut adalah leaflet mengenai perbanyakan padi dan metode SRI (System Rice Intensification) yang keduanya menginformasikan tentang teknik budidaya tanaman padi. Kegiatan pertemuan penyuluh pertanian lapangan dengan petani di Kecamatan Gandus dilakukan satu bulan sekali pada malam hari, dan satu kali per minggu setiap hari rabu petugas penyuluh datang ke rumah ketua kelompok tani untuk berdiskusi. Frekuensi Petani Menggunakan Media Komunikasi per Bulan Frekuensi menonton TV, membaca koran, membaca leaflet, dan bertemu dengan penyuluh pertanian lapangan adalah frekuensi petani menonton, membaca, dan bertemu dengan penyuluh pertanian lapangan yang digunakan atau dilakukan petani kali per bulan dikategorikan tidak pernah, kurang dari 4 kali dalam satu bulan, dan 4 kali dalam satu bulan. Data hasil penelitian keterdedahan petani terhadap media komunikasi dengan kategori banyaknya menonton televisi, membaca koran dan leaflet, serta banyaknya petani bertemu dengan penyuluh pertanian lapangan dan keikut sertaan petani dalam kegiatan penyuluhan atau pertemuan dengan penyuluh petanian untuk mendapatkan informasi tentang budidaya padi dapat dilihat pada Tabel 8.
47 Tabel 8. Frekuensi petani terhadap media komunikasi berdasarkan kategori dan persentase No 1
Frekuensi Banyaknya Menonton TV
2
Banyaknya Membaca Koran
3
Banyaknya Membaca Leaflet
4
Banyaknya petani bertemu dengab penyuluh
Kategori (Kali) Tidak pernah < 4 kali 4 kali Tidak Pernah < 4 kali 4 kali Tidak Pernah < 4 kali 4 kali Tidak pernah < 4 kali 4 kali
Jumlah (orang) 7 69 0 70 6 0 15 61 0 6 70 0
Persentase (%) 9,21 90,78 0,00 92,10 7,90 0,00 21,06 78,94 0,00 7,90 92,10 0,00
Petani umumnya menonton TV kurang dari 4 kali dalam satu bulan menonton tayangan televisi tentang pertanian. Sebanyak 69 orang dengan persentase
90,78 persen menonton tayangan televisi kurang dari 4 kali per
bulan dengan kategori sedang. Petani yang tidak pernah menonton televisi tentang informasi pertanian sebanyak 7 orang dalam satu bulan dengan kategori rendah. Petani tidak menonton televisi dikarenakan media televisi yang tersedia di rumah lebih sering digunakan oleh anak-anak untuk menonton acara lain. Petani yang tidak pernah membaca koran dalam kurun waktu satu bulan sebanyak 70 petani dengan jumlah persentase 92,10 persen. Petani yang membaca koran kurang dari 4 kali per bulan sebanyak 6 orang dengan jumlah persentase 7,90 persen. Petani yang tidak membaca koran dikarenakan tidak adanya waktu untuk membaca koran, karena ketersedian koran hanya terdapat di tempat ketua kelompok tani sehingga petani yang termasuk anggota kelompok tani tidak ada ketertarikan untuk mendatangi kediaman ketua kelompok hanya untuk membaca koran. Informasi yang didapatkan petani melalui penyuluh dirasakan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai budidaya padi. Petani yang membaca leaflet kurang dari 4 kali per bulan sebanyak 61 orang dengan jumlah persentase 78,94 persen. Petani yang tidak pernah membaca leaflet sebanyak 15 orang dengan jumlah persentase 21,06 persen. Petani tidak membaca leaflet dikarenakan petani tidak bisa membaca karena tidak sekolah sehingga tidak ada ketertarikan untuk membaca leaflet, kemudian saat pembagian leaflet pada pertemuan rutin antar kelompok tani yang juga dihadiri oleh penyuluh, petani lebih tertarik untuk menanyakan materi leaflet kepada teman sejawat.
48 Petani yang mengikuti kegiatan penyuluhan untuk secara langsung mendapatkan informasi dari petugas penyuluh pertanian sebanyak 70 orang dengan kategori sedang yaitu kurang dari 4 kali per bulan dengan jumlah persentase 92,10 persen. Petani yang tidak pernah mengikuti kegitan penyuluhan sebanyak 6 orang dengan persentase 7,90 persen dengan kategori rendah. Petani yang tidak pernah mengikuti kegiatan penyuluhan dikarenakan waktu pertemuan yang diselenggarakan untuk kegiatan penyuluhan bersamaan dengan kegiatan lain seperti kegiatan keluarga dan ada beberapa petani yang lupa jika ada pertemuan yang diadakan satu bulan satu kali. Petani dengan tingkat frekuensi rendah yaitu petani yang bertemu dengan penyuluh tetapi tidak membahas masalah teknik budidaya padi. Intensitas Terhadap Media Komunikasi Intensitas
petani
terhadap
media
komunikasi
meliputi
lamanya
menggunakan media komunikasi atau lamanya waktu yang digunakan pada saat bertemu dengan penyuluh untuk mendapatkan informasi dihitung dalam menit per satu kali penggunaan media komunikasi atau pertemuan. Petani yang menonton televisi kurang dari 30 menit sebanyak 69 orang dengan persentase 90,78 persen. Petani yang tidak pernah menggunakan media televisi sebanyak 7 orang dengan jumlah persentase 9,2 persen. Petani yang menonton informasi pertanian di televisi kurang dari 30 menit dikarenakan ketidaktertarikan petani terhadap informasi yang disiarkan melalui televisi. Hal ini dikarenakan acara pertanian di televisi jarang memberikan informasi baru mengenai teknik budidaya padi dan informasi tersebut kurang sesuai dengan kebutuhan petani dalam budidaya padi. Petani yang membaca koran kurang dari 10 menit sebanyak 6 orang petani dengan jumlah persentase 9,20 persen, sedangkan petani yang tidak pernah membaca koran sebanyak 70 petani dengan jumlah persentase 92,11 persen. Petani yang membaca leaflet kurang dari 10 menit sebanyak 61 orang dengan jumlah persentase 78,95 persen, sedangkan petani yang tidak pernah membaca leaflet sebanyak 15 petani dengan jumlah persentase 21,05 persen. Pada umumnya petani membaca leaflet kurang dari 10 menit dikarenakan tulisan yang terdapat dalam leaflet terlalu padat sehingga mengurangi ketertarikan petani untuk membaca leaflet, sehingga petani hanya membaca informasi yang dibutuhkan.
49 Kegiatan penyuluhan pertanian yang diadakan di lokasi penelitian diikuti oleh 70 petani dengan variasi lamanya waktu kurang dari 120 menit dan lebih dari sama dengan 120 menit. Petani yang bertemu penyuluh pertanian lapangan kurang dari 120 menit sebanyak 12 orang dengan jumlah persentase 15,79 persen, sedangkan petani yang bertemu penyuluh pertanian lapangan lebih dari sama dengan 120 menit sebanyak 58 orang dengan jumlah persentase 78,95 persen. Petani yang tidak pernah bertemu penyuluh pertanian lapangan sebanyak 6 orang dengan 7,89 persen. Petani tidak pernah bertemu dengan penyuluh dikarenakan petani tersebut tidak tergabung dalam kelompok tani dan lokasi rumah mereka jauh dari lokasi kegiatan penyuluhan. Lamanya menonton TV, membaca koran, membaca leaflet, dan mengikuti kegiatan penyuyluhan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 9. Intensitas terhadap media komunikasi yang digunakan petani berdasarkan kategori dan persentase no
Intensitas
1
Lamanya Menonton TV
2
Lamanaya Membaca Koran
3
Lamanya membaca Leaflet
4
Lamanya mengikuti penyuluhan
Kategori (menit) tidak pernah < 30 menit 30 menit Tidak pernah < 10 menit 10 menit tidak pernah < 10 menit 10 menit tidak pernah < 120 menit ≥ 120 menit
Jumlah (orang) 7 69 0 70 6 0 15 61 0 6 12 58
Persentase (%) 9,20 90,78 0,00 92,11 7,89 0,00 21,05 78,95 0,00 7,89 15,79 76,32
Penilaian Petani Terhadap Media Komunikasi Materi Pesan Media Televisi Kejelasan materi yang Disampaikan Melalui Televisi Materi yang disampaikan oleh media televisi dinilai cukup jelas oleh petani. Hal ini berarti bahwa informasi tentang teknik budidaya padi yang disiarkan di televisi dinilai jelas oleh petani. Kejelasan materi yang disampaikan televisi menurut petani lebih mudah dimengerti karena petani hanya cukup dengan melihat dan mendengarkan. Uraian penilaian kejelasan materi
50 berdasarkan persentase dari jumlah petani yang menilai informasi tentang budidaya padi dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Kejelasan materi yang disampaikan media televisi berdasarkan kategori dan persentase No
Materi
1
Pembibitan
2
Pengolahan Tanah
3
Pemupukan
4
Pengendalian Penyakit
5
Pengairan/ irigasi
6
Panen
Sebagian besar
Hama
Kategori
dan
Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah
Jumlah orang 38 29 9 39 25 12 46 14 16 60 0 16 60 6 10 58 0 16
Persentase (%) 50,00 38,16 11,84 51,32 32,89 15,79 60,52 18,43 21,05 78,95 0,00 17,11 78,95 7,89 13,16 76,32 0,00 23,68
informasi tentang kejelasan materi pembibitan yang
ditayangkan oleh televisi memiliki kategori tinggi yaitu dengan jumlah persentase 50,00 persen, berarti sebanyak 38 orang petani menilai bahwa materi tentang pembibitan yang ditayangkan televisi adalah jelas. Kategori sedang yang berarti kurang jelasnya materi yang disampaikan oleh televisi mendapatkan persentase 38,16 persen dengan jumlah 29 petani. Kategori rendah yang berarti bahwa petani tidak menonton acara televisi yang memberikan informasi tentang pembibitan memiliki persentase 11,84 persen dengan jumlah 9 petani. Kejelasan materi pengolahan tanah yang disampaikan televisi yang dinilai jelas oleh petani atau dengan kategori tinggi memiliki persentase 51,32 persen dengan jumlah 39 petani. Kejelasan materi dengan kategori sedang atau materi tentang pengolahan tanah yang dinilai kurang jelas oleh petani memiliki persentase 32,89 persen dengan jumlah 25 petani. Kejelasan materi dengan kategori rendah atau petani tidak menonton informasi pengolahan tanah di televisi memiliki persentase 15,79 dengan jumlah 12 petani. Kejelasan materi pemupukan dengan kategori tinggi atau
dinilai jelas
oleh petani memiliki persentase 60,52 persen dengan jumlah 46 petani. Materi
51 pemupukan dengan kategori sedang atau petani menilai materi yang disampaikan kurang jelas dengan persentase 18,43 persen dengan jumlah petani 14 orang. Materi pemupukan dengan kategori rendah yaitu petani tidak menonton acara televisi yang memberikan informasi tentang pemupukan meimiliki persentase 21,05 persen dengan jumlah 16 petani. Materi pengendalian hama dan penyakit dengan kategori tinggi atau petani menilai bahwa materi yang disampaikan tersebut jelas memiliki persentase 78,95 dengan jumlah 60 petani. Materi pengendalian hama dan penyakit dengan kategori sedang atau petani menilai materi tersebut dengan indikator kurang jelas memiliki persentase 3,94 persen dengan jumlah 3 orang petani. Materi pengendalian hama dan penyakit dengan kategori rendah atau petani tidak menonton acara televisi yang memberikan informasi tentang materi pengendalian hama dan penyakit dengan persentase 17,11 persen dengan 13 orang petani. Materi pengairan atau irigasi dengan kategori tinggi yang berarti bahwa petani menilai materi tersebut jelas memiliki persentase 78,95 persen dengan jumlah 60 petani. Materi pengairan atau irigasi dengan kategori sedang yang berarti bahwa petani menilai bahwa materi tersebut kurang jelas memiliki persentase 7,89 dengan jumlah 6 petani. Materi pengairan atau irigasi dengan kategor rendah yang berarti bahwa petani tidak menonton acara televisi yang memberikan informasi tentang materi pengairan atau irigasi memiliki persentase 13,16 persen dengan jumlah 10 petani. Materi pemanenan dengan kategori tinggi yang berarti bahwa petani menilai metri tersebut jelas memiliki persentase 76,31 persen dengan jumlah 58 petani. Materi pemanenan dengan kategori rendah yang berarti bahwa petani tidak menonton acara televisi yang memberikan informasi tentang materi tersebut memiliki persentase 23,68 persen dengan jumlah 18 petani.
Skor Penilaian Kejelasan Materi di Televisi Oleh Petani Penilaian terhadap media televisi dalam penyampaian informasi meliputi komponen isi pesan dan kesesuaian isi pesan dengan kebutuhan petani. Skor penilaian petani terhadap materi pesan tentang budidaya padi yang ditonton secara keseluruhan adalah 2,49 dengan kategori tinggi. Ini berarti bahwa materi yang disampaikan oleh televisi dinilai jelas oleh petani. Uraian tiap materi yang disampaikan dilihat pada Tabel 11.
52 Tabel
11.
Kejelasan materi yang disampaikan berdasarkan skor rata-rata dan kriteria
No
Materi
1 2 3 4 5 6
Pembibitan Pengolahan Tanah Pemupukan Pengendalian Hama dan Penyakit Pengairan/ irigasi Panen Jumlah Total rataan skor
Skor ratarata 2,38 2,35 2,39 2,61 2,65 2,57 2,49
melalui
televisi
Kriteria Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Keterangan : Rendah : 1,00 – 1,66. Sedang : 1,67-2,33. Tinggi : 2,34 – 3,00
Materi tentang pembibitan yang dinilai petani memiliki skor rata-rata 2,38 dengan kategori tinggi. Informasi mengenai pengolahan tanah memiliki skor ratarata 2,35 dengan kategori tinggi. Informasi pemupukan memiliki skor rata-rata 2,39 dengan kategori tinggi. Informasi mengenai pengendalian hama dan penyakit tanaman padi memiliki skor rata-rata 2,61 dengan kategori tinggi. Informasi pengairan atau irigasi memiliki skor rata-rata 2,65 dengan kategori tinggi serta informasi mengenai pemanenan tanaman padi memiliki skor ratarata 2,57 dengan kategori tinggi. Kesesuaian Materi Pesan dengan Kebutuhan Petani Pada Media Televisi Kesesuaian materi pesan dengan kebutuhan petani yaitu informasi yang disampaikan oleh media-media komunikasi seperti TV, Koran, Leaflet, dan Penyuluh Pertanian Lapangan kepada petani padi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan petani di lapangan. Kesesuaian materi yang disampaikan oleh media televisi dengan kebutuhan petani dinilai kurang sesuai oleh petani. Hal ini dikarenakan kondisi lahan sawah petani yang digenangi air selain itu juga petani masik kekurangan modal untuk mengikuti anjuran atau pesan yang disampaikan media khususnya media televisi. Uraian kesesuaian dengan kebutuhan petani di lapangan berdasarkan persentase dari jumlah petani yang menilai tentang kesesuaian informasi budidaya padi dengan kebutuhan petani di lapangan dapat dilihat pada Tabel 12.
53 Tabel 12. Kesesuaian materi yang disampaikan televisi dengan kebutuhan berdasarkan kategori dan persentase No
Materi
1
Pembibitan
2
Pengolahan Tanah
3
Pemupukan
4
Pengendalian Penyakit
5
Pengairan/ irigasi
6
Panen
Hama
Kategori
dan
Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah
Jumlah orang 19 48 9 8 56 12 10 50 16 13 50 13 6 60 10 57 0 18
Persentase 25,00 63,15 11,85 10,52 73,58 15,78 13,16 65,78 21,06 17,10 65,80 17,10 7,90 78,94 13,16 76,32 0,00 23,68
Sebagian besar informasi tentang kesesuaian materi pembibitan yang ditayangkan oleh televisi dengan kebutuhan petani memiliki kategori kategori sedang yang berarti materi yang disampaikan oleh televisi kurang sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan mendapatkan persentase 63,15 persen dengan jumlah 48 petani. Kategori tinggi yaitu materi tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan petani di lapangan dengan jumlah persentase 25,00 persen. Berarti sebanyak 19 orang petani menilai bahwa materi tentang pembibitan yang ditayangkan televisi sesuai dengan kebutuhan petani.. Kategori rendah yang berarti bahwa petani tidak menonton acara televisi yang memberikan informasi tentang pembibitan memiliki persentase 11,85 persen dengan jumlah 9 petani. Materi pengolahan tanah yang disampaikan televisi yang dinilai sesuai dengan kebutuhan petani dengan kategori tinggi memiliki persentase 10,52 persen dengan jumlah 8 petani. Kesesuaian materi dengan kategori sedang atau materi tentang pengolahan tanah yang dinilai kurang sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan oleh petani memiliki persentase 73,58 persen dengan jumlah 56 petani. Kesesuaian materi dengan kategori rendah petani tidak menonton
54 informasi pengolahan tanah di televisi memiliki persentase 15,78 persen dengan jumlah 12 petani. Kesesuaian materi pemupukan dengan kategori tinggi atau dinilai sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki persentase 13,16 persen dengan jumlah 10 petani. Materi pemupukan dengan kategori sedang atau petani menilai materi yang disampaikan kurang sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki persentase 65,78 persen dengan jumlah petani 50 orang. Materi pemupukan dengan kategori rendah yaitu petani tidak menonton acara televisi yang memberikan informasi tentang pemupukan meimiliki persentase
21,06
persen dengan jumlah 16 petani. Kesesuaian materi pengendalian hama dan penyakit dengan kategori tinggi atau petani menilai bahwa materi yang disampaikan tersebut sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki persentase 17,10 dengan jumlah 13 petani. Materi pengendalian hama dan penyakit dengan kategori sedang atau petani menilai materi tersebut kurang sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki persentase 65,80 persen dengan jumlah 50 orang petani. Materi pengendalian hama dan penyakit dengan kategori rendah atau petani tidak menonton acara televisi yang memberikan informasi tentang materi pengendalian hama dan penyakit dengan persentase 17,10 persen dengan 13 orang petani. Materi pengairan atau irigasi dengan kategori tinggi yang berarti bahwa petani menilai materi tersebut sesuai dengan kebutuhan petani memiliki persentase 7,90 persen dengan jumlah 6 petani. Materi pengairan atau irigasi dengan kategori sedang yang berarti bahwa petani menilai bahwa materi tersebut kurang sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki persentase 78,94 persen dengan jumlah 60 petani. Materi pengairan atau irigasi dengan kategor rendah yang berarti bahwa petani tidak menonton acara televisi yang memberikan informasi tentang materi pengairan atau irigasi memiliki persentase 13,16 persen dengan jumlah 10 petani. Materi panen dengan kategori tinggi yang berarti bahwa petani menilai materi tersebut sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki persentase 76,32 persen dengan jumlah 58 petani. Materi pemupukan dengan kategori rendah yang berarti bahwa petani tidak menonton acara televisi yang memberikan informasi tentang materi pengairan atau irigasi memiliki persentase 23,68 persen dengan jumlah 18 petani.
55 Skor Kesesuaian Materi yang Disampaikan Televisi dengan Kebutuhan Petani Kesesuaian materi yang disampaikan media televisi dirasakan petani kurang sesuai dengan kebutuhan petani. Hal ini disebabkan karena keadaan wilayah yang berbeda. Di lokasi penelitian lahan sawah pada umumnya digenangi air yang membuat petani tidak bisa melakukan pengolahan tanah seperti
menggaru
seperti
informasi
yang
disampaikan
televisi
tentang
pengolahan tanah untuk lahan sawah sebelum ditanami padi, sedangkan untuk menggunakan traktor petani kekurangan modal karena harus mengeluarkan biaya untuk menyewa hand tracktor. Uraian keseuaian materi dengan kebutuhan petani dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Kesesuaian materi dengan kebutuhan petani yang disampaikan televisi berdasarkan skor rata-rata dan kriteria No
Kesesuaian Materi
Skor rata-rata
Kriteria
1 2 3 4 5 6
Pembibitan Pengolahan Tanah Pemupukan Pengendalian Hama dan Penyakit Pengairan/ irigasi Panen Jumlah Total rataan skor
2,13 1,94 1,92 2,00 1,95 2,57 2,08
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang
Keterangan : Rendah : 1,00 – 1,66. Sedang : 1,67-2,33. Tinggi : 2,34 – 3,00
Kesesuaian materi pesan yang disampaikan media televisi dengan kebutuhan petani mendapat keseluruhan skor rata-rata sebesar 2,08 dengan kriteria sedang. Materi pembibitan memiliki skor rata-rata 2,13 dengan kriteria sedang, hal ini dimaksudkan bahwa materi pembibitan yang disiarkan oleh media televisi kurang sesuai untuk kebutuhan petani di lokasi penelitian. Informasi mengenai pembibitan yang dirasa kurang sesuai oleh petani adalah pembibitan padi yang menggunakan wadah sebelum ditanam di lahan sawah dan merendam benih padi dengan air garam. Hal ini tidak sesuai dikarenakan kurangnya modal tambahan untuk petani membeli wadah dan garam. Informasi tentang pengolahan tanah memiliki skor 1,94 dengan kriteria sedang. Petani menilai materi tentang pengolahan tanah kurang sesuai untuk tempat mereka bertani karena pada umumnya sawah digenangi air sehingga petani tidak bisa menerapkan pesan yang disampaikan media televisi. Materi pemupukan memiliki skor 1,92 dengan kriteria sedang. Petani menilai pemupukan kurang sesuai untuk keadaan mereka yang kekurangan modal untuk menggunakan pupuk organik. Pengendalian hama dan penyakit
56 memiliki skor rata-rata 2,00 dengan kriteria sedang. Rata-rata Petani menilai materi pengendalian hama dan penyakit kurang sesuai dengan kebutuhan petani. Informasi pengairan atau irigasi memiliki skor rata-rata sebesar 1,95 dengan kriteria sedang, hal ini dikarenakan lahan sawah di lokasi penelitian tergenang air sehingga petani tidak bisa melakukan kegiatan irigasi dan menilai informasi tentang pengairan atau irigasi kurang sesuai dengan kebutuhan mereka. Informasi mengenai panen memiliki skor rata-rata 2,57 dengan kriteria tinggi, hal ini menunjukkan bahwa materi tentang panen sesuai dengan kebutuhan petani di lokasi penelitian. Materi Pesan Media Koran Kejelasan Materi yang Disampaikan Media Koran Penilaian materi pesan pada media koran oleh petani adalah penilaian kejelasan informasi yang disampaikan koran kepada petani. Kategori tinggi adalah materi pesan yang dinilai jelas oleh petani, kategori sedang adalah materi pesan yang dinilai kurang jelas oleh petani, sedangkan kategori rendah adalah materi pesan yang dinilai tidak jelas oleh petani atau petani tidak membaca koran mengenai budidaya padi. Petani padi di Kecamatan Gandus sebagian besar tidak membaca koran pertanian yang memberikan informasi tentang padi. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah yaitu pendidikan paling tinggi petani adalah Tamat SD. Seperti yang di jelaskan oleh Rakhmat (2005) diduga orang yang berpendidikan rendah jarang membaca surat kabar, tetapi sering menonton televisi. Sebagian
besar
informasi
tentang
kejelasan
materi
pembibitan,
pengolahan tanah, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit. Pengairan atau irigasi, serta panen yang diberikan oleh koran memiliki kategori rendah yaitu dengan jumlah persentase 92,10 persen. Berarti bahwa sebanyak 70 orang petani tidak membaca informasi yang disampaikan koran tentang pembibitan. Kategori sedang yang berarti kurang jelasnya materi yang disampaikan oleh koran tidak dinilai oleh petani. Kategori tinggi yang berarti bahwa materi tentang teknik budidaya padi tersebut dinilai jelas memiliki persentase 7,90 persen dengan jumlah 6 petani. Uraian penilaian kejelasan materi berdasarkan persentase dari jumlah petani yang menilai informasi tentang budidaya padi dapat dilihat pada Tabel 14.
57 Tabel 14. Kejelasan Materi yang disampaikan melalui koran berdasarkan kategori dan persentase No
Materi
1
Pembibitan
2
Pengolahan Tanah
3
Pemupukan
4
Pengendalian Penyakit
5
Pengairan/ irigasi
6
Panen
Hama
Kategori
dan
Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedangn Rendah
Jumlah orang 6 0 70 6 0 70 6 0 70 6 0 70 6 0 70 6 0 70
Persentase 7,90 0,00 92,10 7,90 0,00 92,10 7,90 0,00 92,10 7,90 0,00 92,10 7,90 0,00 92,10 7,90 0,00 92,10
Skor Kejelasan Materi Pada Media Koran Informasi mengenai teknik budidaya tanaman padi melalui media koran kurang dimanfaatkan oleh petani di Kecamatan Gandus Kota Palembang. Koran yang masuk di Kecamatan Gandus Kota Palembang adalah koran Sinar Tani. Koran ini masuk melalui perantara penyuluh pertanian lapangan yang bertugas di Kecamatan Gandus atau dengan kata lain setiap kegiatan penyuluhan petugas lapangan membawa koran sinar tani untuk dibaca oleh petani di Kecamatan Gandus Kota Palembang. Sekitar 7,8 persen atau sebanyak 6 petani yang memanfaatkan koran untuk mencari informasi, tetapi keenam petani ini adalah ketua kelompok tani di wilayah Kecamatan Gandus, hal ini dikarenakan setiap ada pertemuan penyuluhan dilaksanakan di kediaman ketua kelompok tani sehingga media komunikasi termasuk koran dipegang oleh ketua kelompok tani. Uraian skor rata-rata dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Kejelasan materi koran berdasarkan skor rata-rata dan kriteria No
Materi
1 2 3 4 5 6
Pembibitan Pengolahan Tanah Pemupukan Pengendalian Hama dan Penyakit Pengairan/ irigasi Panen Jumlah Total rataan skor
Skor rata-rata
Kriteria
1,15 1,14 1,14 1,14 1,15 1,15 1,50
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Keterangan : Rendah : 1,00 – 1,66. Sedang : 1,67-2,33. Tinggi : 2,34 – 3,00
58 Materi pesan mengenai budidaya padi yang meliputi pembibitan, pengolahan tanah,pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pengairan atau irigasi, serta panen pada umumnya mendapatkan skor sebesar 1,50 dengan kriteria rendah. Hal ini menunjukkan bahwa petani pada umumnya tidak membaca koran yang disediakan penyuluh. Selain itu, petani yang juga kesulitan memahami isi pesan yang disampaikan karena bahasa yang digunakan sulit dimengerti oleh petani yang rata-rata berpendidikan tidak tamat sekolah dasar. Informasi tentang pembibitan mendapatkan skor rata-rata sebesar 1,15 dengan kategori rendah. Informasi tentang pengolahan tanah, pemupukan, serta informasi tentang hama dan penyakit tanaman mendapatkan skor rata-rata 1,14 dengan kriteria rendah. Informasi tentang pengairan atau irigasi mendapatkan skor rata-rata sebesar 1,15 dengan kriteria rendan, dan informasi tentang pemanenan mendapatkan skor rata-rata sebesar 1,15 dengan kriteria rendah. Kesesuaian Materi dengan Kebutuhan Petani Kesesuaian materi yang diberikan koran menurut petani yang membaca yaitu sebanyak 6 orang dinilai cukup sesuai. Keenam petani tersebut adalah ketua kelompok tani, mereka membaca koran karena biasanya jika penyuluh pertanian lapangan datang memberikan koran pertanian untuk disimpan dan dibaca. Tetapi kondisi di lapangan yang membaca koran adalah ketua kelompok tani kemudian pengetahuan dari koran tersebut di sebarkan kepada anggotanya pada saat pertemuan ataupun berkumpul dengan memberitahukan secara lisan bukan memberikan koran tersebut untuk dibaca. Sebagian besar informasi tentang kesesuaian materi pembibitan yang disampaikan oleh koran dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki kategori rendah yang berarti bahwa materi tentang pembibitan dinilai tidak sesuai, tetapi pada kasus ini kesesuaian materi dengan kabutuhan petani di lapangan dikarenakan petani tidak membaca koran yang memberikan informasi tentang teknik budidaya padi memiliki persentase
92,10 persen dengan jumlah 70
petani. Materi pembibitan dengan kategori sedang atau materi yang disampaikan oleh koran kurang sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan tidak dinilai oleh petani. Kategori
tinggi yaitu materi tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan
petani di lapangan dengan jumlah persentase 7,90 persen. Berarti bahwa sebanyak 6 orang petani menilai bahwa materi tentang pembibitan yang disampaikan koran sesuai dengan kebutuhan petani. Uraian kesesuaian materi
59 yang disampaikan koran dengan kebutuhan petani di lapangan dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Kesesuaian materi dengan kebutuhan yang disampaikan melalui koran berdasarkan kategori dan persentase No
Materi
1
Pembibitan
2
Pengolahan Tanah
3
Pemupukan
4
Pengendalian Hama dan Penyakit
5
Pengairan/ irigasi
6
Panen
Kategori Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah
Jumlah orang 6 0 70 3 3 70 4 2 70 4 2 70 2 4 70 6 0 70
Persentase (%) 7,90 0,00 92,10 3,95 3,95 92,10 5,26 2,64 92,10 5,26 2,64 92,10 2,64 5,26 92,10 7,90 0,00 92,10
Materi tentang pengolahan tanah dinilai sesuai dengan kebutuhan petani adalah 3,95 persen, yaitu sebanyak 3 orang petani menilai materi tersebut sesuai dengan kebutuhan petani. Materi pengolahan tanah yang dinilai kurang sesuai adalah sebesar 3,95 dengan jumlah 3 orang petani. Hal ini dikarenakan kondisi lahan sawah mereka digenangi air sehingga tidak dapat menerapkan informasi yang diberikan. Kesesuaian materi pemupukan dengan kategori tinggi atau dinilai sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki persentase 5,26 persen dengan jumlah 4 petani. Materi pemupukan dengan kategori sedang atau petani menilai materi yang disampaikan kurang sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki persentase 2,64 persen dengan jumlah petani 2 orang. Petani menilai kurang sesuai dikarenakan anjuran pemupukan yang harus dilakukan satu minggu sekali tidak bisa diterapkan karena kurangnya modal untuk membeli pupuk dengan jumlah yang banyak, sehingga mereka hanya mampu menggunakan pupuk satu kali per satu kali musim tanam. Kesesuaian materi pengendalian hama dan penyakit dengan kategori tinggi atau dinilai sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki persentase 5,26 persen dengan jumlah 4 petani. Materi pengendalian hama dan
60 penyakit dengan kategori sedang atau petani menilai materi yang disampaikan kurang sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki persentase 2,64 persen dengan jumlah petani 2 orang. Materi pengendalian hama dan penyakit dengan kategori rendah yaitu petani menilai materi yang disampaikan tidak sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan atau petani tidak membaca koran yang memberikan informasi tentang pengendalian hama dan penyakit memiliki persentase 92,10 persen dengan jumlah 70 petani. Kesesuaian materi pengairan atau irigasi dengan kategori tinggi atau dinilai sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki persentase 2,64 persen dengan jumlah petani 2 orang. Materi pengairan atau irigasi dengan kategori sedang atau petani menilai materi yang disampaikan kurang sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki persentase 5,26 persen dengan jumlah 4 petani. Materi pengairan atau irigasi dengan kategori rendah yaitu petani menilai materi yang disampaikan tidak sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan atau petani tidak membaca koran yang memberikan informasi tentang pengairan atau irigasi memiliki persentase 92,10 persen dengan jumlah 70 petani. Materi panen dengan kategori tinggi yang berarti bahwa petani menilai materi tersebut sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki persentase 7,90 persen dengan jumlah 6 petani. Materi panen dengan kategori sedang yaitu materi tersebut kurang sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan tidak dinilai oleh petani. Materi pemupukan dengan kategori rendah yang berarti bahwa petani menilai materi tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan atau tidak menonton acara koran yang memberikan informasi tentang materi pengairan atau irigasi memiliki persentase 92,10 persen dengan jumlah 70 petani. Skor Kesesuaian Materi dengan Kebutuhan Petani Kesesuaian materi yang disampaikan media koran dengan kebutuhan petani di Kecamatan Gandus mendapatkan skor rata-rata sebesar 1,13 dengan kriteria rendah. Hal ini menunjukkan bahwa petani tidak memanfaatkan koran sebagai media penyampaian pesan, sehingga kategori materi yang disampaikan koran rendah. Uraian skor rata-rata kesesuai materi dengan kebutuhan petani pada media koran dapat dilihat pada Tabel 17.
61 Tabel 17. Kesesuaian materi dengan kebutuhan petani yang disampaikan melalui koran berdasarkan skor rata-rata dan kriteria No
Materi
1 2 3 4 5 6
Pembibitan Pengolahan Tanah Pemupukan Pengendalian Hama dan Penyakit Pengairan/ irigasi Panen Jumlah Total rataan skor
Skor ratarata 1,15 1,12 1,12 1,13 1,12 1,14 1,13
Kriteria Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Keterangan : Rendah : 1,00 – 1,66. Sedang : 1,67-2,33. Tinggi : 2,34 – 3,00
Informasi tentang pembibitan mendapatkan skor rata-rata 1,15 dengan kriteria rendah. Informasi pengolahan tanah mendapatkan skor rata-rata 1,12 dengan katagori rendah. Informasi tentang pemupukan memiliki skor rata-rata 1,12 dengan kategori rendah. Informasi tentang pengendalian hama dan penyakit memiliki skor rata-rata 1,13 dengan kategori rendah. Informasi tentang pengairan atau irigasi memiliki skor rata-rata 1,12 dengan kategori rendah. Informasi tentang panen memiliki skor rata-rata 1,14 dengan kategori rendah. Materi Pesan pada Media Leaflet Kejelasan Materi pada Leaflet Persentase kejelasan materi yang disampaikan media leaflet yaitu banyaknya petani memilih jelas, kurang jelas atau tidak jelas terhadap materi yang disampaikan media leaflet terkait dengan informasi mengenai budidaya padi berdasarkan persen. Sebagian besar
informasi yang disampaikan melalui leaflet mengenai
pembibitan, pengolahan tanah, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pengairan/irigasi, serta panen memiliki kategori tinggi sebesar 80,27 persen dengan jumlah 61 petani. Kategori sedang yang berarti kurang jelasnya materi yang disampaikan oleh leaflet tidak dinilai oleh petani. Kategori rendah yaitu sebesar persentase 19,73 persen. Berarti bahwa sebanyak 15 orang petani tidak membaca informasi yang disampaikan melalui leaflet mengenai tanaman padi. Uraian presentase kejelasan materi tersebut dapat dilihat pada Tabel 18.
62 Tabel 18. Kejelasan materi yang disampaikan melalui leaflet berdasarkan materi dan persentase No
Materi
1
Pembibitan
2
Pengolahan Tanah
3
Pemupukan
4
Pengendalian Hama dan Penyakit
5
Pengairan/ irigasi
6
Panen
Kategori Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah
Jumlah orang 61 0 15 61 0 15 61 0 15 61 0 15 61 0 15 61 0 15
Persentase 80,27 0,00 19,73 80,27 0,00 19,73 80,27 0,00 19,73 80,27 0,00 19,73 80,27 0,00 19,73 80,27 0,00 19,73
Skor Kejelasan Materi Pada Leaflet Materi yang disampaikan melalui media leaflet adalah pembibitan, pengolahan tanah, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, pengairan atau irigasi, serta panen. Skor rata-rata keseluruhan materi yang disampaikan leaflet memiliki skor 2,60 dengan kriteria tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa materi yang disampaikan melalui leaflet dapat dimengerti oleh sebagian besar. Uraian skor rata-rata materi yang disampaikan dapat dilihat pada tabel 19. Tabel 19. Kejelasan materi yang disampaikan melalui leaflet berdasarkan skor rata-rata dan kriteria No
Materi
1 2 3 4 5 6
Pembibitan Pengolahan Tanah Pemupukan Pengendalian Hama dan Penyakit Pengairan/ irigasi Panen Jumlah Total rataan skor
Skor ratarata 2,60 2,60 2,60 2,60 2,60 2,60 2,60
Kriteria Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Keterangan : Rendah : 1,00 – 1,66. Sedang : 1,67-2,33. Tinggi : 2,34 – 3,00
Materi tentang pembibitan yang disampaikan melalui leaflet memiliki skor rata-rata 2,60 dengan kriteria tinggi. Hal ini berarti bahwa materi tentang pembibitan dinilai jelas oleh petani. Pengolahan tanah memiliki skor 2,60 dengan
63 kriteria tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa materi tentang pengolahan tanah dinilai jelas oleh petani. Pemupukan memiliki skor 2,60 dengan kriteria tinggi. Hali ini berarti bahwa materi pemupukan dinilai jelas oleh petani. Pengendalian hama dan penyakit memiliki skor 2,60 dengan kriteria tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa materi tentang hama dan penyakit tumbuhan dinilai jelas oleh petani. Pengairan dan irigasi memiliki skor 2,60 dengan kriteria tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa materi tentang pengairan atau irigasi dinilai jelas oleh petani. Panen memiliki skor 2,60 dengan kriteria tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa materi tentang pemanenan dinilai jelas oleh petani. Kesesuaian Materi Dengan Kebutuhan Petani Kesesuaian materi pesan yang diberikan media leaflet dengan kebutuhan petani di lapangan untuk materi tertentu cukup sesuai dengan kategori tinggi. Pada sebagian besar informasi tentang kesesuaian materi pembibitan yang disampaikan oleh leaflet dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki kategori tinggi yaitu materi tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan petani di lapangan dengan jumlah persentase 80,27 persen. Berarti bahwa sebanyak 61 orang petani menilai bahwa materi tentang pembibitan yang disampaikan leaflet sesuai dengan kebutuhan petani. Materi pembibitan dengan kategori sedang atau materi yang disampaikan oleh leaflet kurang sesuai tidak dinilai oleh petani. Kategori rendah yang berarti petani tidak membaca leaflet yang memberikan informasi tentang pembibitan memiliki persentase 19,73 persen dengan jumlah 15 petani. Materi pengolahan tanah yang disampaikan leaflet yang dinilai sesuai dengan kebutuhan petani atau dengan kategori tinggi memiliki persentase 19,73 persen dengan jumlah 15 petani. Kesesuaian materi dengan kategori sedang atau materi tentang pengolahan tanah yang dinilai kurang sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan
oleh petani memiliki persentase 60,54 persen
dengan jumlah 46 petani. Kesesuaian materi dengan kategori rendah atau petani membaca informasi pengolahan tanah di leaflet memiliki persentase 19,73 persen dengan jumlah 15 petani. Kesesuaian materi pemupukan dengan kategori tinggi atau dinilai sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki persentase 71,06 persen dengan jumlah 54 petani. Materi pemupukan dengan kategori sedang atau petani menilai materi yang disampaikan kurang sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki persentase 9,21 persen dengan jumlah petani 7 orang. Materi pemupukan dengan kategori rendah yaitu petani tidak membaca leaflet yang
64 memberikan informasi tentang pemupukan memiliki persentase 19,73 persen dengan jumlah 15 petani. Uraian persentase kesesuaian materi yang disampaikan leaflet dengan kebutuhan petani di lapangan dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Kesesuaian materi dengan kebutuhan petani yang disampaikan melalui leaflet berdasarkan kategori dan persentase No 1
Materi Pembibitan
2
Pengolahan Tanah
3
Pemupukan
4
Pengendalian Hama dan Penyakit
5
Pengairan/ irigasi
6
Panen
Kategori Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah
Jumlah orang 61 0 15 15 46 15 54 7 15 18 43 15 18 43 15 61 0 15
Persentase(%) 80,27 0,00 19,73 19,73 60,54 19,73 71,06 9,21 19,73 23,69 56,58 19,73 23,69 56,58 19,73 80,27 0,00 19,73
Kesesuaian materi pengendalian hama dan penyakit dengan kategori tinggi atau dinilai sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki persentase 23,69 persen dengan jumlah 18 petani. Materi pengendalian hama dan penyakit dengan kategori sedang atau petani menilai materi yang disampaikan kurang sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki persentase 56,58 persen dengan jumlah petani 43 orang. Materi pengendalian hama dan penyakit dengan kategori rendah yaitu petani tidak membaca leaflet yang memberikan informasi tentang pengendalian hama dan penyakit memiliki persentase 19,73 persen dengan jumlah 15 petani. Kesesuaian materi pengairan atau irigasi dengan kategori tinggi atau dinilai sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki persentase 23,69 persen dengan jumlah petani 18 orang. Materi pengairan atau irigasi dengan kategori sedang atau petani menilai materi yang disampaikan kurang sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki persentase 56,58 persen dengan jumlah 43 petani. Materi pengairan atau irigasi dengan kategori rendah yaitu
65 petani tidak membaca leaflet yang memberikan informasi tentang pengairan atau irigasi memiliki persentase 19,73 persen dengan jumlah 15 petani. Materi panen dengan kategori tinggi yang berarti bahwa petani menilai materi tersebut sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki persentase 80,27 persen dengan jumlah 61 petani. Materi panen dengan kategori sedang yaitu petani menilai bahwa materi tersebut kurang sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan tidak dinilai oleh petani. Petani yang tidak membaca leaflet dengan kategori rendah memiliki persentase 19,73 persen dengan jumlah 15 petani. Skor Kesesuaian Materi dengan Kebutuhan Petani pada Media Leaflet Kesesuaian materi pesan dengan kebutuhan petani mendapatkan skor rata-rata 2,29 dengan kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa materi pada leaflet kurang sesuai dengan kebutuhan petani. Hal ini dikarenakan keadaan lahan sawah mereka tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan budidaya sesuai dengan materi yang terdapat pada leaflet. Uraian masing-masing skor dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Kesesuaian Materi dengan kebutuhan petani yang disampaikan melalui laeflet berdasarkan skor rata-rata dan kriteria No
Materi
Skor rata-rata
1 2 3 4 5 6
Pembibitan Pengolahan Tanah Pemupukan Pengendalian Hama dan Penyakit Pengairan/ irigasi Panen Jumlah Total rataan skor
2,59 2,00 2,51 2,04 2,04 2,56 2,29
Kriteria Tinggi Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi Sedang
Keterangan : Rendah : 1,00 – 1,66. Sedang : 1,67-2,33. Tinggi : 2,34 – 3,00
Pembibitan
memiliki
skor
2,59
dengan
kategori
tinggi.
Hal
ini
menunjukkan bahwa materi tentang pembibitan sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan. Pengolahan tanah memiliki skor 2,00 dengan kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa materi tentang pengolahan tanah kurang sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan, ini dikarenakan lahan sawah kebanyakan petani contoh tergenang air sehingga mereka tidak mengikuti petunjuk yang diberikan media leaflet untuk menggaru sawah atau membajak sawahnya. Pemupukan memiliki skor 2,51 dengan kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa materi tantang pemupukan sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan. Pengendalian hama dan penyakit memiliki skor 2,04 dengan kategori sedang.hal ini
66 menunjukkan bahwa materi tentang pengendalian hama dan penyakit tanaman kurang sesuai dengan kebutuhan petani. Pengairan dan irigasi memiliki skor 2,04 dengan kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa materi pengairan atau irigasi kurang sesuai dengan kebutuhan petani. Panen memiliki skor
2,56
dengan kategori tinggi. Hal ini berarti bahwa materi pemanenan sesuai dengan kebutuhan petani. Materi Pesan pada Media Penyuluh Kejelasan Materi Pesan pada Media Penyuluh pertanian Lapangan Penyuluh pertanian lapangan sebagai media komunikasi interpersonal tidak dapat dipungkiri sebagai media yang secara langsung mendapatkan respon dari petani. Sebagai media komunikasi dua arah penyuluh tentu lebih dibutuhkan sebagai informasi bahkan sebagai sumber untuk menyelesaikan masalah di lapangan. Sama halnya dengan kondisi di Kecamatan Gandus, penyuluh pertanian lapangan sangat berperan dalam usahatani tanaman padi. Uraian persentase kejelasan materi pesan pada media penyuluh pertanian lapangan dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Kejelasan materi yang disampaikan PPL berdasarkan kategori dan persentase No
Materi
1
Pembibitan
2
Pengolahan Tanah
3
Pemupukan
4
Pengendalian Hama dan Penyakit
5
Pengairan/ irigasi
6
Panen
Kategori Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah
Jumlah orang 70 0 6 70 0 6 70 0 6 70 0 6 70 0 6 70 0 6
Persentase 92,10 0,00 7,90 92,10 0 7,90 92,10 0,00 7,90 92,10 0,00 7,90 92,10 0 7,90 92,10 0,00 7,90
Pada umumnya petani menilai informasi yang diberikan penyuluh pertanian lapangan disampaikan dengan jelas. Sebesar 92,10 persen atau sebanyak 70 petani menilai materi yang disampaikan penyuluh pertanian
67 lapangan sudah jelas. Hal ini dikarenakan penyuluh dapat menyampaiakan informasi dengan bahsa yang dipahami oleh petani setempat atau dengan menggunakan bahasa daerah Palembang. Petani yang menilai kejelasan materi yang disampaikan penyuluh pertanian lapangan dengan kategori rendah adalah petani yang tidak pernah ikut dalam kegiatan penyuluhan dan secara langsung bertemu dengan penyuluh dikarenakan lokasi kediaman petani lebih jauh. Skor Kejelasan Materi Pesan pada Media Penyuluh pertanian Lapangan Materi yang disampaikan dalam pertemuan penyuluhan meliputi teknik budidaya padi yang juga disampaikan oleh media leaflet. Teknik budidaya padi tersebut adalah pembibitan, pengolahan tanah, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pengairan atau irigasi serta panen. Materi pesan yang disampaikan oleh penyuluh pertanian lapangan memiliki skor rata-rata 2,83 dengan kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa materi yang disampaikan oleh penyuluh pertanian lapangan dapat dimengerti oleh petani padi di Kecamatan Gandus Kota Palembang. Uraian masing-masing skor dari materi teknik budidaya tanaman padi yang disampaikan oleh penyuluh pertanian lapangan di Kecamatan Gandus Kota Palembang dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Kejelasan materi yang disampaikan PPL berdasrakan skor dan kriteria No
Materi
Skor rata-rata
Kriteria
1 2 3 4 5 6
Pembibitan Pengolahan Tanah Pemupukan Pengendalian Hama dan Penyakit Pengairan/ irigasi Panen Jumlah Total rataan skor
2,84 2,82 2,82 2,81 2,84 2,84 2,83
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Keterangan : Rendah : 1,00 – 1,66. Sedang : 1,67-2,33. Tinggi : 2,34 – 3,00
Pembibitan
memiliki
skor
2,84
dengan
kategori
tinggi.
Hal
ini
menunjukkan bahwa materi tentang pembibitan dinilai jelas oleh petani. Pengolahan tanah memiliki skor 2,82 dengan kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa materi tentang pengolahan tanah dinilai jelas oleh petani. Pemupukan memiliki skor 2,82 dengan kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa materi tentang pemupukan dapat dimengerti oleh petani. Pengendalian hama dan penyakit memiliki skor 2,81 dengan kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa materi tentang pengendalian hama dan penyakit tanaman dinilai jelas oleh petani. Pengairan atau irigasi memiliki skor 2,84 dengan kategori tinggi. Hal ini
68 menunjukkan bahwa materi tentang pengairan atau irigasi dinilai jelas oleh petani.
Materi panen memiliki skor 2,84 dengan kategori tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa materi tentang panen dinilai jelas oleh petani. Kesesuaian Materi dengan Kebutuhan Petani pada PPL Kesesuaian materi tentang budidaya padi yang disampaikan PPL dinilai sesuai oleh petani. Hal ini dikarenakan penyuluh memberikan solusi untuk permasalahan di lapangan. Pertemuan dengan penyuluh ini rutin dilakukan setiap bulan sekali yaitu pada malam hari, untuk pertemuan siang hari biasanya penyuluh datang ke lokasi setiap hari rabu, tetapi tidak semua petani yang datang karena penyuluh biasanya datang ke rumah ketua kelompok tani. Uraian persentase kesesuaian materi yang disampaikan PPL dengan kebutuhan petani dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Kesesuaian materi dengan kebutuhan yang disampaikan PPL berdasarkan kategori dan persentase No
Materi
1
Pembibitan
2
Pengolahan Tanah
3
Pemupukan
4
Pengendalian Hama dan Penyakit
5
Pengairan/ irigasi
6
Panen
Kategori Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah
Jumlah orang 67 3 6 61 9 6 62 8 6 64 6 6 62 8 6 70 0 6
Persentase 88,15 3,94 7,90 80,26 11,84 7,90 81,57 10,53 7,90 84,20 7,90 7,90 81,57 10,53 7,90 92,10 0,00 7,90
Sebagian besar informasi tentang kesesuaian materi pembibitan yang disampaikan oleh PPL dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki kategori tinggi yaitu materi tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan petani di lapangan dengan jumlah persentase 88,15 persen. Berarti bahwa sebanyak 67 orang petani menilai bahwa materi tentang pembibitan yang disampaikan PPL sesuai dengan kebutuhan petani. Materi pembibitan dengan kategori sedang atau materi yang disampaikan oleh PPL kurang sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan
69 mendapatkan persentase 3,94 persen dengan jumlah 3 petani. Kategori rendah yang berarti bahwa petani tidak mengikuti kegiatan PPL atau tidak mendapatkan informasi dari PPL tentang pembibitan memiliki persentase 6 persen dengan jumlah 7,90 petani. Materi pengolahan tanah yang disampaikan PPL yang dinilai sesuai dengan kebutuhan petani atau dengan kategori tinggi memiliki persentase 80,26 persen dengan jumlah 61 petani. Kesesuaian materi dengan kategori sedang atau materi tentang pengolahan tanah yang dinilai kurang sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan
oleh petani memiliki persentase 11,84 persen
dengan jumlah 9 petani. Kesesuaian materi dengan kategori rendah atau petani tidak mengikuti kegiatan PPL atau tidak mendapatkan informasi dari PPL tentang pembibitan memiliki persentase 7,90 persen dengan jumlah 6 petani. Kesesuaian materi pemupukan dengan kategori tinggi atau dinilai sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki persentase 81,57 persen dengan jumlah 62 petani. Materi pemupukan dengan kategori sedang atau petani menilai materi yang disampaikan kurang sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki persentase 10,53
persen dengan jumlah petani 8 orang. Materi
pemupukan dengan kategori rendah yaitu petani tidak mengikuti kegiatan PPL atau tidak mendapatkan informasi dari PPL
tentang pembibitan memiliki
persentase 7,90 persen dengan jumlah 6 petani. Kesesuaian materi pengendalian hama dan penyakit dengan kategori tinggi atau dinilai sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki persentase 84,20 persen dengan jumlah 64 petani. Materi pengendalian hama dan penyakit dengan kategori sedang atau petani menilai materi yang disampaikan kurang sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki persentase 7,90 persen dengan jumlah petani 6 orang. Materi pengendalian hama dan penyakit dengan kategori rendah yaitu petani tidak mengikuti kegiatan PPL atau tidak mendapatkan informasi dari PPL tentang pembibitan memiliki persentase 7,90 perse dengan jumlah 6 petani. Kesesuaian materi pengairan atau irigasi dengan kategori tinggi atau dinilai sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki persentase 81,57 persen dengan jumlah petani 62 orang. Materi pengairan atau irigasi dengan kategori sedang atau petani menilai materi yang disampaikan kurang sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki persentase 10,53 persen dengan jumlah 8 petani. Materi pengairan atau irigasi dengan kategori rendah yaitu
70 petani tidak mengikuti kegiatan PPL atau tidak mendapatkan informasi dari PPL tentang pembibitan memiliki persentase 7,90 persen dengan jumlah 6 petani. Materi panen dengan kategori tinggi yang berarti bahwa petani menilai materi tersebut sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan memiliki persentase 92,10 persen dengan jumlah 70 petani. Materi panen dengan kategori sedang yaitu petani menilai bahwa materi tersebut kurang sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan tidak dinilai oleh petani. Kategori rendah yaitu petani tidak mengikuti kegiatan PPL atau tidak mendapatkan informasi dari PPL
tentang
pembibitan memiliki persentase 7,90 persen dengan jumlah 6 petani. Skor Kesesuaian Materi dengan Kebutuhan Petani pada PPL Kesesuaian materi yang diberikan oleh penyuluh pertanian lapangan dengan kebutuhan petani di lapangan meliputi materi tentang pembibitan, pengolahan tanah, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pengairan atau irigasi, serta panen. Uraian skor rata-rata keselurahan materi dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Kesesuaian Materi dengan kebutuhan petani pada pesan yang disampaikan PPL berdsarkan kriteria No
Materi
Skor rata-rata
Kriteria
1 2 3 4 5 6
Pembibitan Pengolahan Tanah Pemupukan Pengendalian Hama dan Penyakit Pengairan/ irigasi Panen Jumlah Total rataan skor
2,78 2,72 2,73 2,76 2,73 2,84 2,76
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Keterangan : Rendah : 1,00 – 1,66. Sedang : 1,67-2,33. Tinggi : 2,34 – 3,00
Jumlah total skor keseluruhan materi adalah 2,76dengan kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa materi tentang teknik budidaya tanaman padi sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan. Pembibitan memiliki skor 2,78 dengan kategori tinggi. Hal ini berarti bahwa materi tentang pembibitan sesuai dengan kebutuhan petani. Pengolahan tanah memiliki skor 2,72 dengan kategori tinggi. Hal ini berarti bahwa materi tentang pengolahan tanah sesuai dengan kebutuhan petani. Pemupukan memiliki skor 2,73 dengan dengan kategori tinggi. Hal ini berarti bahwa materi tentang pemupukan sesuai dengan kebutuhan petani. Pengendalian hama dan penyakit memiliki skor 2,76 dengan kategori tinggi. Hal ini berarti bahwa materi tentang pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan kebutuhan petani. Pengairan irigasi memiliki skor 2,73 dengan kategori tinggi.
71 Hal ini berarti bahwa materi tentang pengairan atau irigasi sesuai dengan kebutuhan petani.
Panen memiliki skor 2,84 dengan kategori tinggi. Hal ini
berarti bahwa materi tentang pemanenan sesuai dengan kebutuhan petani. EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI Efektivitas media komunikasi petani yang diukur adalah komponen pengetahuan, sikap, dan tindakan dalam mebudidayakan tanaman padi di Kecamatan Gandus Kota Palembang. Pengukuran ketiga komponen efektivitas komunikasi didapat jumlah total skor sebesar 2,48 dengan kategori tinggi (Tabel 26). Tabel 26. Komponen efektivitas media komunikasi berdasarkan skor rata-rata dan kriteria No 1 2 3
Komponen Pengetahuan Sikap Tindakan Jumlah Total Skor
Skor Rata-rata 2,74 2,34 2,37 2,48
Kriteria Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Keterangan : Rendah : 1,00 – 1,66. Sedang : 1,67-2,33. Tinggi : 2,34 – 3,00
Hasil pengukuran ketiga komponen efektivitas komunikasi petani (pengetahuan, sikap, dan tindakan) menunjukkan bahwa indikator perilaku petani dalam membudidayakan tanaman padi yang meliputi pembibitan, pengolahan tanah, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, pengairan atau irigasi, serta panen tergolong baik sangat baik. Skor pengetahuan petani sebesar 2,74 dengan kategori tinggi. Hal ini berarti bahwa petani contoh mengetahui teknik budidaya tanaman padi. Skor sikap petani sebesar 2,34 dengan kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa petani setuju dengan informasi yang disampaikan oleh media komunikasi. Skor tindakan petani sebesar 2,37 dengan kategori tinggi. Hal ini berarti bahwa petani umumnya melakukan tindakan untuk usahatani padi sesuai dengan informasi dari media komunikasi. Pengetahuan Pengetahuan petani adalah wawasan petani dalam mengelola usahatani padi mulai dari pembibitan sampai panen. Dalam hal ini pengetahuan petani contoh sudah sangat baik. Hal ini berarti bahwa petani contoh mengetahui dengan baik tentang teknik budidaya padi yang meliputi pembibitan, pengolahan tanah, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pengairan atau irigasi, serta panen. Sebagian besar petani contoh mengetahui teknik budidaya padi dari pengalaman mereka sendiri dan dari orang tua terdahulu, tetapi mereka
72 tetap meminta penyuluh pertanian lapangan sebagai media interpersonal untuk membantu memecahkan masalah mereka seperti misalnya keadaan lahan sawah mereka yang digenangi air apabila musim penghujan. Petani contoh juga memanfaatkan beragam media yang mereka terima pada saat kegiatan penyuluhan berlangsung seperti leaflet dan koran sinar tani. Selain itu, mereka memanfaatkan juga televisi untuk mendapatkan informasi dari acara kontak tani yang disiarkan oleh TVRI Sumsel setiap hari selasa dengan durasi 30 menit. Sikap Sikap petani adalah pernyataan petani terhadap informasi yang disampaikan media komunikasi (Televisi, Koran, Leaflet, dan PPL) dalam mengelola usahatani padi mulai dari pembibitan sampai panen. Pengukuran sikap petani contoh dalam membudidayakan tanaman padi meliputi pembibitan, pengolahan tanah, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, pengairan atau irigasi serta panen. Pengukuran skor rata-rata sikap petani contoh menunjukkan kriteria tinggi. Hal ini berarti bahwa semua petani contoh setuju dengan informasi yang disampaikan oleh media komunikasi dalam melakukan usahatani tanaman padi. Sikap setuju petani contoh terhadap informasi tentang teknik budidaya padi sangat tinggi, karena petani contoh berfikir bahwa informasi yang disampaikan oleh media komunikasi sudah pasti benar. Tetapi, petani contoh mengungkapkan bahwa kadang kala pesan yang disampaikan media tidak dapat dilaksanakan karena keadaan lahan dan keuangan petani contoh yang tidak memungkinkan. Sikap petani dipengaruhi oleh usia dan pengalaman mereka. Petani yang berusia lebih tua memiliki sikap yang cenderung kurang setuju dengan informasi-informasi baru yang disampaikan oleh media komunikasi. Hal ini dikarenakan petani yang usianya lebih tua memiliki pengalaman yang lebih lama dalam berusahatani padi, sehingga mereka lebih percaya dengan pengalaman mereka dalam usahatani padi. Karena pada dasarnya yang dibutuhkan petani adalah bantuan modal bukan hanya informasi baru mengenai tanaman padi yang tidak bisa mereka terapkan karena kurangnya modal. Tindakan Tindakan
adalah
semua
kegiatan
petani
terkait
informasi
yang
disampaikan oleh media komunikasi yang meliputi melakukan kegiatan, kurang melakukan kegiatan, dan tidak melakukan kegiatan sesuai dengan informasi
73 yang diterima. Pengukuran komponen tindakan petani contoh dalam menerapkan budidaya tanaman padi meliputi pembibitan, pengolahan tanah, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pengairan atau irigasi, serta panen. Tabel 18 menunjukkan tindakan petani contoh di Kecamatan Gandus Kota Palembang berada pada kriteria tinggi, meskipun ada beberapa komponen seperti pembibitan
menunjukkan
skor
rata-rata
pada
kriteria
sedang.
Hal
ini
menunjukkan bahwa petani contoh kurang melakukan tindakan sesuai yang disampaikan media komunikasi. Rata-rata petani tidak melakukan kegiatan pengolahan tanah yaitu dengan menggaru atau membajak sawah. Hal ini dikarenakan lahan sawah tergenang air dan petani contoh harus mengeluarkan uang tambahan untuk menyewa handtraktor. ANALISIS HUBUGAN Hubungan Faktor Internal Petani, Keterdedahan Media Komunikasi, dan Penilaian Media Komunikasi dengan Efektivitas Komunikasi. Indikator faktor internal petani (X) yang diteliti adalah usia (X1), pendidikan (X2), pengalaman (X3), luas lahan (X4), dan kepemilikan lahan (X5). Indikator Keterdedahan terhadap media komunikasi (X6) yaitu frekuensi menonton TV (X6.1), frekuensi membaca koran (X6.2), frekuensi membaca leaflet (X6.3), frekuensi pertemuan penyuluh pertanian lapangan (X6.4). Indikator penilaian petani terhadap media televisi (X7) adalah materi yang ditonton (X7.1) dan kesesuaian materi terhadap kebutuhan petani (X7.2). Penilaian petani terhadap media koran (X8) adalah materi yang dibaca (X8.1) dan kesesuaian materi terhadap kebutuhan petani (X8.2). Penilaian petani terhadap media leaflet (X9) adalah materi yang dibaca (X9.1) dan kesesuaian materi terhadap kebutuhan petani (X9.2). Penilaian petani terhadap media interpersonal PPL (X10) adalah materi yang diberikan (X10.1) dan kesesuaian materi terhadap kebutuhan petani (X10.2). Hubungan Faktor Internal Petani dengan Efektivitas Media Komunikasi Untuk mengetahui pengaruh faktor internal petani (X) dengan efektivitas komunikasi (Y) dilakukan pengujian masing-masing peubah menggunakan rumus Khi-kuadrat program SPSS 17.0 for windows. Uraian hubungan faktor internal petani dengan efektivitas media komunikasi dapat dilihat pada Tabel 27.
74 Tabel 27. Hubungan Karakteristik petani dengan pengetahuan, sikap dan tindakan No 1 2 3 4 5
Karakteristik Usia Pendidikan Pengalaman Luas lahan Kepemilikan Lahan
Pengetahuan -0.209* 0,048 0,016 0,048 0,012
Sikap -0,101 0,013 -0,122 0,112 0,520
Tindakan -0,191* 0,022 -0,251* 0,005 0,093
Keterangan : *Korelasi pada taraf nyata α = ≤ 0,05
Pada Tabel 27 faktor internal usia berhubungan negatif dengan pengetahuan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi (tua) usia semakin rendah pengetahuan petani dalam budidaya padi. Faktor usia petani juga berpengaruh negatif terhadap tindakan yang berarti bahwa semakin tinggi (tua) usia petani maka semakin rendah tindakan petani. Berdasarkan data di lapangan petani berusia tua kurang mengetahui dan kurang melakukan tindakan sesuai informasiinformasi baru tentang budidaya padi yang disampaikan oleh media-media komunikasi dibandingkan petani yang lebih muda. Informasi baru tersebut yaitu seperti benih padi sebelum ditanam direndam air garam. Hal ini dimungkinkan karena petani yang usianya lebih tua memiliki persepsi bahwa pengalaman mereka tentang budidaya padi sudah mereka dapatkan dari orang tua mereka terdahulu, sehingga mereka berpersepsi bahwa cara mereka dalam berusahatani padi sudah bisa diterapkan di lapangan. Faktor usia petani tidak berhubungan dengan sikap. Pengalaman berhubungan negatif dengan tindakan, ini berarti semakin tinggi (lama) pengalaman petani semakin rendah tindakan yang dilakukan petani terkait tentang budidaya padi yang disampaikan melalui media. Hal ini terjadi karena petani yang pengalamannya lebih tinggi dari petani lain merasakan bahwa informasi itu perlu dipikirkan dahulu besarnya untung yang mereka dapatkan jika melakukan tindakan sesuai dengan anjuran dimedia atau jika mereka tidak melakukannya. Petani dengan pengalaman yang lebih lama tidak terpengaruh oleh informasi media untuk melakukan tindakan, hal ini dikarenakan adanya kebiasaan-kebiasaan petani dalam melakukan budidaya padi secara turun menurun dan hasilnya dirasakan tidak berbeda dengan informasi baru yang disampaikan oleh media. Mereka berpikir bahwa jika melakukan tindakan sesuai informasi yang dianjurkan akan menambah biaya produksi.
75 Hubungan Keterdedahan dengan Efektivitas Komunikasi Untuk mengukur hubungan keterdedahan (X6) dengan efektivitas komunikasi (Y) digunakan analisis rank Spearman program SPSS 17.0 for windows. Keterdedahan media komunikasi diukur dengan indikator frekuensi yaitu banyaknya petani menggunakan media komunikasi per bulan dan intensitas petani yaitu lamanya waktu per menit yang digunakan petani dalam satu kali penggunaan media komunikas per bulan. Hasil uji rank Spearman (rs) tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 28.
No
Tabel 28. Hubungan frekuensi penggunaan media dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan Frekuensi Pengetahuan Sikap Tindakan
1
Frekuensi menonton
0,257*
0,037
0,199*
2
Frekuensi membaca Koran
0,018
0,034
0,144
3
Frekuensi membaca Leaflet
0,154
0,060
0,097
4
Frekuensi Pertemuan Penyuluhan
0,296**
0,034
0,253*
Pertanian Keterangan : *Korelasi pada taraf nyata α = ≤ 0,05 **Korelasi pada taraf sangat nyata α = ≤ 0,01
Berdasarkan Tabel 28 dapat dijelaskan bahwa, frekuensi menonton berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi atau memiliki korelasi yang nyata pada taraf α = 0,05. Frekuensi menonton televisi juga berhubungan nyata dengan tindakan. Ini berarti bahwa semakin tinggi frekuensi menonton petani semakin tinggi tingkat pengetahuan dan tindakan petani dalam usahatani padi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak petani menonton televisi yang menyiarkan tentang informasi pertanian akan meningkatkan tindakan petani mengenai usahatani padi. Frekuensi
membaca
koran
tidak
berhubungan
nyata
dengan
pengetahuan, sikap, dan tindakan. Hal ini dikarenakan sebagian besar petani tidak membaca koran sebagai sumber informasi untuk tanaman padi. Ini dikarenakan pendidikan sebagian besar petani rendah yaitu tidak tamat SD sehingga minat baca sangat kurang. Petani lebih sering menonton televisi dibandingkan membaca koran. Frekuensi
membaca
leaflet
tidak
berhubungan
nyata
dengan
pengetahuan, sikap, dan tindakan petani. Hal ini dikarenakan petani sebagian besar membaca leaflet hanya satu kali satu bulan dengan waktu kurang dari 10 menit sehingga leaflet tidak mempengaruhi pengetahuan petani mengenai
76 usahatani padi. Petani juga kesulitan membaca informasi dari leaflet karena pesan yang disampaikan
melalui leaflet terlalu padat, ditunjang pendidikan
petani yang rendah membuat petani sulit untuk membaca atau kurangnya keinginan untuk membaca leaflet secara keseluruhan. Frekuensi pertemuan dengan penyuluhan pertanian berhubungan sangat nyata pada taraf α ≤ 0,01 dengan pengetahuan petani. Hal ini berarti semakin tinggi tingakat pertemuan petani dengan penyuluh semakin tinggi pengetahuan petani mengenai usahatani padi. Frekuensi pertemuan dengan penyuluh pertanian berhubungan nyata dengan tindakan petani dalam usahatani padi. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pertemuan petani dengan penyuluh pertanian semakin tinggi tindakan petani melakukan kegiatan tentang budidaya padi yang disampaikan penyuluh pertanian. Hal ini dikarenakan petani lebih mempercayai penyuluh sebagai sumber informasi dan media interpersonal yang dapat menyelesaikan masalah petani di lapangan dikarenakan PPL melihat langsung kondisi lahan sawah petani padi. Frekuensi pertemuan dengan penyuluh tidak berhubungan nyata dengan sikap petani. Hal ini menunjukkan informasi yang disampaikan penyuluh tidak mempengaruhi sikap petani terhadap pesan yang disampaikan. Hal ini dikarenakan sikap petani didasari oleh pengalaman yang sudah lama mengenai usahatani padi, meskipun petani mengetahui informasi baru yang disampaikan media komunikasi petani lebih mempercayai pengalamannya sendiri.
No
Tabel 29. Hubungan intensitas penggunaan media dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan Intensitas Pengetahuan Sikap Tindakan
1
Lama menonton
0,192*
0,031
0,175
2
Lama membaca Koran
0,020
-0,034
0,142
3
lama membaca Leaflet
0,125
-0,066
0,090
4
Lama Pertemuan Penyuluhan
0,293**
0,045
0,231*
Pertanian Keterangan : *Korelasi pada taraf nyata α = ≤ 0,05 **Korelasi pada taraf nyata α = ≤ 0,01
Intensitas
petani
menonton
televisi
berhubungan
nyata
dengan
pengetahuan petani terhadap usahatani padi. Hal ini berarti semakin lama petani menonton televisi mengenai budidaya padi, maka pengetahuan petani semakin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa lamanya waktu yang digunakan petani untuk menonton televisi dapat meningkatkan pengetahuan petani. Intensitas petani
77 bertemu dengan penyuluh pertanian lapangan berhubungan sangat nyata dengan pengetahuan dan tindakan petani. Hal ini berarti semakin lama waktu yang digunakan petani untuk berdiskusi dengan penyuluh pertanian lapangan maka semakin tinggi pengetahuan dan tindakan petani terhadap usahatani padi. Hubungan Penilaian TV dengan Efektivitas Komunikasi Untuk mengukur hubungan penilaian TV (X7) dengan efektivitas komunikasi (Y) digunakan analisis rank Spearman program SPSS 17.0 for windows.
Penilaian televisi diukur dengan indikator kejelasan materi dan
keseuaian materi yang disampaikan dengan kebutuhan petani di lapangan. Analisis penilaian TV terhadap efektivitas komunikasi dapat dilihat pada Tabel 30 Tabel 30. Hubunga Penilaian media TV oleh petani dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan No
Penilaian
Pengetahuan
Sikap
Tindakan
1
Materi pesan yang ditonton
0,121
0,031
0,035
2
Kesesuaian materi dengan kebutuhan petani
0,031
0,060
0,175
Pada taraf α ≤ 0,05 materi pesan yang ditonton tidak berhubungan nyata dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan. Kesesuaian
materi dengan
kebutuhan petani tidak berhubungan dengan pengetahuan sikap dan tindakan. Hal ini menunjukkan, meskipun petani lebih banyak menonton televisi dibandingkan membaca koran dan leaflet,
Hal ini dimaksudkan bahwa tidak
semua materi yang disiarkan oleh televisi dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan petani. Materi yang disampaikan televisi juga sudah diketahui petani sebelumnya dari orang tua terdahulu. Hubungan Penilaian Koran dengan Efektivitas Komunikasi Untuk mengukur hubungan penilaian koran (X8) dengan efektivitas komunikasi (Y) digunakan analisis rank Spearman program SPSS 17.0 for windows. Hasil uji rank Spearman (rs) tersebut selengkapnya dapat dilihat pada hasil olahan data dan Tabel 31. Tabel 31. Hubungan penilaian media koran dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan No
Penilaian
Pengetahuan Sikap Tindakan
1
Materi pesan yang dibaca
0,112
0,034
0,166
2
Kesesuaian materi dengan kebutuhan petani
0,118
0,050
0,144
78 Berdasarkan Tabel 31 penilaian materi pesan yang dibaca dalam koran tidak berhubungan nyata dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan. Kesesuaian materi pesan dengan kebutuhan petani juga tidak berhubungan nyata dengan pengetahuan, sikap dan tindakan petani. Hal ini dikarenakan bahwa sebagian besar petani tidak membaca koran sebagai sumber informasi dalam usahatani padi sehingga kedua indikator tersebut tidak berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi. Hubungan Penilaian leaflet dengan Efektivitas Komunikasi Untuk mengukur hubungan penilaian Leaflet (X9) dengan efektivitas komunikasi (Y) digunakan analisis rank Spearman program SPSS 17.0 for windows. Analisis penilaian leaflet dengan efektivitas komunikasi dapat dilihat pada hasil olahan data dan Tabel 32. Tabel 32. Hubungan penilaian leaflet oleh petani dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan No
Penilaian
1 2
pengetahuan
Sikap
Tindakan
Materi pesan yang dibaca
0,172
-0,057
0,127
Kesesuaian materi dengan kebutuhan petani
0,125
-0,034
0,192
Pada taraf α ≤ 0,05 materi pesan yang dibaca tidak berhubungan nyata dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan petani. Kesesuaian materi dengan
leaflet
kebutuhan petani juga tidak berhubungan nyata dengan efektivitas
komunikasi. Hal ini dimungkinkan bahwa petani yang membaca leaflet secara jelas atau pun kurang jelas tidak secara langsung sadar atau percaya untuk mengetahui, memberikan sikap dan tindakannya karena data di lapangan menunjukkan petani lebih mendengarkan atau mempercayai penyuluh pertanian lapangan sebagai sumber informasi untuk usahatani padi. Informasi pada leaflet akan disampaikan kembali oleh penyuluh secara lisan dan dengan bahasa yang lebih demengerti oleh petani. Dengan kata lain informasi yang terdapat pada leaflet yang dibaca lebih diketahui petani setelah penyuluh memberikan informasi yang sama kepada petani. Media leaflet dalam menyampaikan informasi tidak dapat berdiri sendiri dengan kata lain harus ada media interpersonal atau PPL sebagai pihak kedua yang dapat menjelaskan secara rinci maksud dan tujuan dari informasi yang diberikan melalui leaflet.
79 Hubungan Penilaian PPL dengan Efektivitas Komunikasi Untuk mengukur hubungan penilaian PPL (X10) dengan efektivitas komunikasi (Y) digunakan analisis rank Spearman program SPSS 17.0 for windows. Analisis penilaian PPL dengan efektivitas komunikasi dapat dilihat pada tebel 33. Tabel 33. Hubungan penilaian PPL oleh petani dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan No 1
Penilaian Materi pesan yang disampaikan
2
Kesesuaian materi dengan kebutuhan petani
Pengetahuan
Sikap
Tindakan
0,293**
-0,034
0,258**
0,391**
-0,045
0,215*
Keterangan : *Korelasi pada taraf nyata α = ≤ 0,05 **Korelasi pada taraf sangat nyata α = ≤ 0,01
Materi yang disampaikan penyuluh kepada petani berhubungan sangat nyata dengan pengetahuan dan tindakan petani. Kesesuaian materi dengan kebutuhan petani juga berhubungan sangat nyata dengan pengetahuan dan tindakan petani. Berarti semakin jelas materi yang disampaikan PPL dan semakin
sesuai
materi
yang disampaikan
PPL
semakin
tinggi
tingkat
pengetahuan dan tindakan petani dalam membudidayakan tanaman padi. Hal ini berarti petani lebih mempercayai PPL sebagai sumber informasi karena penyuluh pertanian lapangan dapat melihat langsung kondisi lahan sawah sehingga dapat memberikan solusi dan informasi sesuai dengan yang dibutuhkan petani. Penilaian kejelasan materi yang disampaikan PPL dan kesesuaian materi dengan kebutuhan petani di lapangan tidak berhubungan nyata dengan sikap petani. Hal ini disebabkan oleh sikap petani relatif sama terhadap media komunikasi yang mereka gunakan. Hal ini seperti diungkapkan petani bahwa sikap petani pasti baik (setuju) dengan informasi yang disiarkan karena bisa digunakan untuk usahatani padi, tetapi jika ada informasi baru tentang budidaya padi tetapi hasil yang didapat dirasa tidak terlalu besar perbedaannya dan akan menambah biaya produksi mereka maka sikap petani akan kurang setuju dengan informasi itu, karena petani memiliki kebiasaankebiasaan yang sudah turun menurun mengenai tanaman padi karena faktor lingkungan mereka yang berbeda dengan kondisi lahan sawah biasanya yaitu lahan sawah petani di Kecamatan Gandus pada umumnya di genangi air dengan ketinggian yang relatif banyak.
80 Tingkat Ketahanan Pangan Petani Padi di Kecamatan Gandus Kota Palembang dalam Kaitannya Dengan media Komunikasi Ketahanan pangan di Kecamatan Gandus Kota Palembang tergolong baik. Hal ini terlihat di mana petani memiliki cadangan padi sampai musim tanam berikutnya, bahkan petani dapat menjual cadangan padi tersebut kepada warga sekitar. Seperti yang diungkapkan Departemen Pertanian (2001) bahwa ketahanan pangan merupakan kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak, aman dan juga halal. Dalam ruang lingkup kecil ketahanan pangan petani di Kecamatan Gandus Kota Palembang tergolong baik di mana semua petani dapat memenuhi kebutuhan makanan pokok (beras) dengan usahatani padi. Petani tidak perlu lagi membeli beras karena mereka memiliki cadangan hingga 20 karung dengan bobot satu karung 25 kilo gram sisa panen yang sudah dijual ke pabrik-pabrik beras. Ketahanan Pangan di Kecamatan Gandus cukup baik ternyata sematamata tidak dipengaruhi oleh media massa. Hal ini terlihat dari analisis terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan, di mana sikap petani cenderung negatif, meskipun media komunikasi (PPL dan televisi) berhubungan nyata dengan pengetahuan dan tindakan petani. Pengetahuan dan tindakan petani sebelumnya sudah tinggi karena didapat dari pengalaman petani dalam usahatani padi. Hal ini menunjukkan bahwa Ketahanan Pangan yang berada pada kategori cukup baik lebih dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan yang didapat secara turun menurun karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Petani padi di Kecamatan Gandus memiliki cara-cara budidaya sesuai pengalaman mereka dalam berusahatani padi yang dapat dijadikan pelajaran bagi penyuluh dalam usahatani padi sehingga informasi yang diberikan bukan hanya informasi baru yang dianjurkan untuk petani tetapi informasi yang dibutuhkan oleh petani terkait budidaya tanaman padi. Dalam hal kaitannya dengan media komunikasi ternyata informasi baru yang penyebarluasannya menggunakan media komunikasi tidak efektif untuk petani yang berusia lebih tua dan dengan pengalaman yang lebih lama. Hal ini dikarenakan petani dengan tingkat usia yang lebih tua dan pengalaman yang lebih lama memiliki sikap yang cenderung menolak terhadap informasi baru karena tidak sesuai dengan kepercayaan dan kebiasaan mereka dalam budidaya
81 tanaman padi. Kebutuhan akan media massa oleh petani yang berusia lebih tua dan pengalaman yang lebih lama akan semakin rendah dibandingkan dengan petani yang berusia lebih muda dengan pengalaman yang relatif masih baru. Petani yang lebih tua atau dengan usia tua kurang membutuhkan media komunikasi untuk mengakses informasi tentang teknik budidaya padi. Petani dengan usia tua memerlukan pendekatan media interpersonal PPL sebagai media untuk menyebarluaskan informasi-informasi baru kepada petani tersebut agar tujuan program dapat tercapai.
82
83
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1. Faktor
usia
dan
pengalaman
berhubungan
nyata
negatif
dengan
pengetahuan dan tindakan petani dalam budidaya padi. 2. Efektivitas media komunikasi pada petani dalam peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan dalam budidaya padi berada pada kriteria tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, dan tindakan petani dalam membudidayakan padi tergolong baik. 3. Keterdedahan pengetahuan
petani dan
terhadap
tindakan
televisi
petani.
berhubungan
Interaksi
petani
nyata
dengan
terhadap
PPL
berhubungan nyata dengan pengetahuan dan tindakan petani. 4. Penilaian petani terhadap Penyuluh Pertanian Lapangan berhubungan nyata dengan pengetahuan dan tindakan petani padi. 5. Ketahanan pangan di Kecamatan Gandus sudah cukup baik meski dalam sekala kecil yaitu petani padi memiliki cadangan padi sampai musim tanam berikutnya, bahkan petani dapat menjual beras kepada warga sekitar dari cadangan padi tersebut. Saran 1. Diharapkan agar instansi penelitian,
dinas pertanian, dan lembaga
penyuluhan pertanian dapat mengambil kebijakan untuk menggunakan media komunikasi dalam penyebaran informasi kepada petani yang disesuaikan dengan kebutuhan petani di lapangan berdasarkan kriteria usia dan pengalaman. 2. Diharapkan ada penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan media komunikasi yang dapat mempengaruhi kearifan lokal pada petani padi. 3. Kompetensi PPL hendaklah dapat dipertahankan dan ditingkatkan agar dapat membantu petani dalam usahatani padi. 4. Ketahanan pangan yang tergolong baik supaya dapat dipertahankan dan ditingkatkan.
84
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto S. 1998. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Cetakan ke-8. Rieneka Cipta. Yogyakarta Asmirah, D. 2006. Keterdedahan Iklan Televisi Dan Perilaku Khalayak [tesis]. Pascasarjana Institute Pertanian Bogor. Berlo, David. 1960. The Proses Of Communivation. An Introduction to Theory and Practice. Holt, Rinchard and Wilson, inc New York. Binaefsa. 2007. Efektivitas Kominikasi Melalui Media Website Untuk Materi Ajaran Fisika (Kasus Siswa Kelas 3 SMA 1 Jakarta Pusat) [tesis]. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Depari, Eduard dan Colin MacAndrews. 1991. Peranan Komunikasi Massa dalam Pembangunan : Suatu Kumpulan Karangan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Departemen Pertanian. 1995. Bunga Rampai Informasi Pertanian. Deptan. Jakarta. Departemen Pertanian. 2001. Pedoman Skim Kredit Ketahanan Pangan. Jakarta. Departemen Pertanian. Departemen Pertanian. 2004. Ekonomi Padi dan Beras Indonesia. Badan Penelitian dan Pembangunan Pertanian. Jakarta. Depdikbud. 1998. Peranan Media Massa Lokal Bagi Pmebinaan dan Pengembangan Kebudayaan Daerah. Kidang Mas. Jawa Barat. Effendy. O.U. 2007. Komunikasi Teori dan Praktek. Remaja Rosdakarya Offset. Bandung. Effendy, O.U. 2000. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Citra Aditia. Bandung Gerungan. 2009. Psikologi Sosial. Reflika Aditama. Bandung Jahi, A. 1988. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan : Di Negaranegara Dunia Ketiga. Jakarta : PT Gramedia. Kushartini, E. 2001. Keefektivan Media Cetak pada Diseminasi dan Adopsi Teknologi Jagung Bisma Di kabupaten Semarang [tesis]. Yogyakarta : pascasarjana, Universitas Gajah Mada. Lionberger, Herbert .F., and Paul H Gwin. 1982. Communication Strategis: A Guide For Agicultural Change Agents. USA : University of Missouri Columbia. McQuail, D. 1991. Teori Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Erlangga. Jakarta.
86
Nasution, Z. 1990. Prinsip-Prinsip Komunikasi Untuk Penyuluhan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor selatan. Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Prawiranegara, D. 2010. Pengaruh Media Komunikasi Terhadap Pemberdayaan Petani Pada Program Primatani Lahan Sawah Irigasi di Kabupaten Karawang [tesis]. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rahmani, A. W. 2006. Efektivitas Komunikasi dalam Pemberdayaan Kelompok Mandiri Lahan Kering. Kasus Program PIDRA di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat [tesis]. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rakhmat J. 2005. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi, Cetakan ke-24. Remaja Rosdakarya. Bandung. Rogers, M. Everett. 1976. Komunikasi dan Pembangunan Perspektif Kritis. Jakarta : LP3ES. Singarimbun dan Effendi S. 2006. Metoda Penelitian Survei. Edisi Revisi. Jakarta: LP3ES. Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia. Jakarta. Tomatala G. 2004. Pemanfaatan Media Komunikasi Perilaku Usaha Peternak Sapi Potong [tesis]. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tubb, S.L dan Moss, S. 2001. Human Communication. Prinsip-Prinsip dasar, terjemahan. Remaja Rosdakarya. Bandung. van den Ban dan Hawkins. 1999. Penyuluh Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. Winarso, H.P. 2005. Sosiologi Komunikasi Massa. Prestasi Pustaka. Jakarta. Wisnu MA. 2006. Menyoal Komunikasi Memberdayakan Masyarakat. Fispol Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Yani E. 2009. Persepsi Angota Terhadap Peran Kelompok Tani Pada penerapan Teknologi Usahatani Belimbing (Kasus Kelompok Tani Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan Kota Depok) [tesis]. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Yayasan Pengembangan Sinar Tani. 2001. Penyuluh Pertanian. Yayasan Pengembangan Sinar Tani. Jakarta.
87 Kuesioner EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI BAGI PETANI PADI DI KECAMATAN GANDUS KOTA PALEMBANG (Kasus Program Ketahanan Pangan ) No: ………………. Faktor Internal Petani Padi 1. Nama responden
: …………………..
2. Kelompok Tani
: …………………..
3. Jabatan dalam Kelompok Tani
: …………………..
4. Usia
: …………………… th
5. Pendidikan terakhir
: ……………………
6. Pendidikan non formal
: ……………………
7. Lama berushatani
: ………………….. th
8. Luas lahan
: ………………….. ha
9. Status kepemilikan lahan
: …………………..
10. Kepemilikan Media Massa •
Apakah Bapak/Ibu memiliki televisi? a. Ya
b. Tidak
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. •
Apakah Bapak/Ibu pernah membaca koran? a.
Ya
b. jarang
c. tidak
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. •
Apakah Bapak/Ibu pernah membaca leaflet? a.
Ya
b. Jarang
c. tidak
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. •
Selain ketiga media di atas, media apa lagi yang anda miliki? a. ……………………………………………… b. ……………………………………………… c. ……………………………………………… d. ……………………………………………… e. ……………………………………………… f. ……………………………………………….
88 •
Selain ketiga media di atas, media apa lagi yang pernah anda baca? a. ……………………………………………… b. ……………………………………………… c. ……………………………………………… d. ……………………………………………… e. ……………………………………………… f. ……………………………………………….
11. Status Sosial A. Isilah tabel di bawah ini sesuai dengan pengalaman dalam kelompok tani. No
Nama Kelompok
Status Keanggotaan (Pengurus/Anggota)
1 2 3 4 B. Isilah tabel di bawah sesuai dengan pengalaman organisasi Bapak/Ibu.
No
Nama Organisasi
Status keanggotaan: (Pengurus/Anggota)
1 2 3 4 II. Keterdedahan Terhadap Media Komunikasi a. Keterdedahan menonton TV 1. Berapa kali bapak/ibu menoton televisi
yang berisikan tentang pertanian
dalam seminggu ? a. Tidak pernah b. < 4 kali per bulan c. 4 kali per bulan 2. Berapa lama bapak/ibu menonton televisi yang berisikan tentang informasi pertanian dalam seminggu? a. Tidak pernah b. < 30 menit per 1 kali nonton c. 30 menit per 1 kali nonton
89 b. Keterdedahan Membaca Koran 1. Berapa kali bapak/ibu membaca koran
yang berisikan tentang informasi
pertanian dalam seminggu ? a. Tidak pernah b. < 4 kali per bulan c. 4 kali per bulan 2. Berapa lama bapak/ibu membaca koran yang berisikan tentang pertanian dalam satu kali baca? a. Tidak pernah b. < 10 menit per 1 kali baca c. 10 menit per 1 kali baca c. Keterdedahan membaca leaflet 1. Berapa kali bapak/ibu membaca leaflet yang berisikan pertanian (tanaman padi)? a. Tidak pernah b. < 4 kali per bulan c. 4 kali per bulan 2. Berapa lama bapak/ibu membaca leaflet yang berisikan tentang informasi pertanian (tanaman padi)? a. Tidak pernah b. <10 menit per 1 kali baca c. 10 menit per 1 kali baca d. Interaksi dengan Penyuluhan 1. Berapa kali ibu/bapak bertemu penyuluh pertanian lapangan dalam satu bulan pada saat membudidayakan tanaman padi? a. Tidak pernah b. < 4 kali per bulan c. 4 kali per bulan 2. Berapa lama waktu yang digunakan ibu/bapak dalam setiap kali bertemu dengan penyuluh pertanian di lapangan? a. Tidak pernah b. < 1 jam c. 1 jam atau lebih 3. Berapa kali bapak/ibu mengikuti kegiatan penyuluhan untuk mendapatkan informasi tentang budidaya padi terkait pada program ketahanan pangan?
90 a. Tidak pernah b. 1 kali per bulan 4. Berapa lama bapak/ibu mengikuti kegiatan penyuluhan untuk mendapatkan informasi tentang budidaya padi terakait dengan program kketahanan pangan? a. Tidak pernah b. < 2 jam per 1 kali pertemuan c. 2 jam per 1 kali pertemuan III. Penilaian Terhadap Media Televisi a. Isi pesan yang disampaikan media komunikasi televisi (Klinik tani TVRI Sumsel) 1. Apakah pesan mengenai pembibitan di televisi disampaikan dengan jelas? a. Ya
b. Kurang jelas
c. Tidak jelas
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. 2. Apakah pesan mengenai pengolahan tanah di televisi disampaikan dengan jelas? a. Ya
b. Kurang jelas
c. Tidak jelas
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) : ………………………………… 3. Apakah pesan mengenai pemupukan di televisi disampaikan dengan jelas? a. Ya
b. Kurang jelas
c. Tidak jelas
jika tidak mengapa (berikan alasannya) : ……………………………………. 4. Apakah pesan mengenai pengendalian hama dan penyakit di televisi disampaikan dengan jelas? a. Ya
b. Kurang jelas
c. tidak jelas
Jika tidak mengapa (berikan alasannya) : …………………………………. 5. Apakah pesan mengenai pengairan/irigasi di televisi disampaikan dengan jelas? a. Ya
b. Kurang jelas
c. Tidak jelas
Jika tidak mengapa (berikan alasannya): …………………………………….. 6. Apakah pesan mengenai panen di televisi disampaikan dengan jelas? a. Ya
b. Kurang jelas
c. Tidak tidak jelas
Jika tidak mengapa (berikan alasannya) : ……………………………………
91 b. Kesesuaian Isi Pesan dengan Kebutuhan. 7. Apakah informasi tentang pembibitan yang disampaikan oleh media televisi sesuai dengan kebutuhan bapak/ibu dalam membudidayakan padi? a. Ya
b. Kurang sesuai
c. tidak sesuai
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. 8.
Apakah informasi tentang pengolahan tanah untuk tanaman padi yang disampaikan oleh media televisi sesuai dengan kebutuhan bapak/ibu dalam membudidayakan padi? a. Ya
b . Kurang sesuai
c. Tidak sesuai
jika tidak mengapa (sebutkan alasannya)n : ……………………………….. 9.
Apakah informasi tentang pemupukan
untuk tanaman padi yang
disampaikan oleh media televisi sesuai dengan kebutuhan bapak/ibu dalam mebudidayakan padi ? a. Ya
b. Kurang Sesuai
c. Tidak sesuai
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) : …………………………………... 10. Apakah informasi tentang pengendalian hama dan penyakit untuk tanaman padi yang disampaikan media televisi sesuai dengan kebutuhan bapak/ibu dalam membudidayakan padi? a. Ya
b.Kurang sesuai
c. Tidak sesuai
jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) : …………………………………… 11. Apakah informasi tentang saluran air/irigasi untuk tanaman padi yang disampaikan media televisi sudah sesuai dengan kebutuhan bapak/ibu dalam membudidayakan tanaman padi? a. Ya
b. Kurang sesuai
c. Tidak sesuai
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. 12. Apakah informasi tentang pemanenan tanaman padi yang disampaikan oleh media televisi sesuai dengan kebutuhan bapak/ibu dalam membudidayakan padi? a. Ya
b. Kurang Sesuai
c. Tidak sesuai
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. c. Penilaian untuk media televisi mengenai jam tayang informasi pertanian 13. Apakah jam tayang untuk informasi tentang pertanian yang disiarkan televisi sesuai dengan waktu bapak/ibu? d. Ya
b. Kurang sesuai
c. Tidak sesuai
92 14. Apakah jadwal hari penayangan informasi pertanian sesuai dengan jadwal bapak/ibu untuk menonton tv? d. Ya
b. Kurang sesuai
c. Tidak sesuai
15. Pada saat kapankah seharusnya informasi tentang pertanian disiarkan oleh televisi? a. Pagi
b. Siang
c. Malam
III. Penilaian Terhadap Media Surat Kabar/Koran a. Isi pesan 1. Apakah bapak/ibu ada kebiasaan membaca? a. Ya
b. Tidak
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. 2. Apakah koran khusus pertanian yang biasa bapak/ibu baca? a. Ya
b. Tidak
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. 3. Apakah koran yang bapak/ibu baca berisikan tentang budidaya padi? a. Ya
b. Tidak
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. 4. Apakah pesan mengenai pembibitan dalam koran disampaikan dengan jelas? a. Ya
b. Kurang jelas
c. Tidak jelas
jika tidak mengapa (berikan alasannya) : ……………………………………... 5. Apakah pesan mengenai pengolahan tanah dalam koran disampaikan dengan jelas? a. Ya
b. Kurang jelas
c. Tidak jelas
jika tidak mengapa (berikan alasannya) : …………………………………… 6. Apakah pesan mengenai pemupukan dalam koran disampaikan dengan jelas? a. Ya
b. Kurang jelas
c. Tidak jelas
jika tidak mengapa (berikan alasannya) : …………………………………… 7. Apakah pesan mengenai pemberantasan hama dan penyakit dalam koran disampaikan dengan jelas? a. Ya
b. Kurang kurang jelas
c. Tidak jelas
jika tidak mebngapa (berikan alasannya) : ……………………………………. 8. Apakah pesan mengenai pengairan/irigasi dalam koran disampaikan dengan jelas? a. Ya
b. Kurang jelas
c. Tidak jelas
93 Jika tidak mengapa (berikan alasannya) : …………………………………….. 9. Apakah pesan mengenai panen dalam koran disampaikan dengan jelas? a. Ya
b. Kurang jelas
d. Tidak jelas
Jika tidak mengapa (berikan alasannya) : …………………………………… c. Kesesuaian isi pesan dengan kebutuhan petani 10. Apakah informasi tentang pembibitan
yang disampaikan oleh media koran
sesuai dengan kebutuhan bapak/ibu dalam membudidayakan padi? b. Ya
b. Kurang mengerti
c. Tidak mengerti
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. 11. Apakah informasi tentang pengolahan tanah yang disampaikan oleh media koran sesuai dengan kebutuhan bapak/ibu dalam membudidayakan padi? a. Ya
b. Kurang sesuai
c. Tidak sesuai
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. 12. Apakah informasi tentang pemupukan yang disampaikan oleh media koran sesuai dengan kebutuhan bapak/ibu dalam membudidayakan padi? a. Ya
b. Kurang sesuai
c. Tidak sesuai
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. 13. Apakah informasi tentang pengendalian hama dan penyakit pada tanaman padi yang disampaikan oleh media koran sesuai dengan kebutuhan bapak/ibu dalam membudidayakan padi? a. Ya
b. Kurang sesuai
c. Tidak sesuai
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. 14. Apakah informasi tentang saluran air/irigasi untuk tanaman
padi yang
disampaikan oleh media koran sesuai dengan kebutuhan bapak/ibu dalam membudidayakan padi? a. Ya
b. Kurang sesuai
c. Tidak sesuai
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. 15. Apakah informasi tentang pemanenan pada tanaman padi yang disampaikan media koran sesuai dengan kebutuhan bapak/ibu dalam membudidayakan padi? a. Ya
b. Kurang sesuai
c. Tidak sesuai
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) : …………………………………...
94 c. Format tulisan dalam media koran tentang informasi pertanian tanaman padi 16. Apakah kalimat (kata-kata) tentang informasi pertanian khususnya tanaman padi yang diterbitkan oleh koran telah sesuai? a. Ya
b. Kurang disesuai
c. Tidak sesuai
17. Apakah bahasa yang digunakan dalam informasi pertanian khususnya tanaman padi dapat disesuai oleh bapak/ibu? a. Ya
b. Kurang sesuai
c. Tidak sesuai
IV. Penilaian terhadap Leaflet a. Isi pesan 1
Apakah bapak/ibu ada kebiasaan membaca leaflet? a. Ya
b. Tidak
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. 2
Apakah leaflet khusus pertanian yang biasa bapak/ibu baca? a. Ya
b. Tidak
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. 3. Apakah leaflet yang bapak/ibu baca mengenai budidaya padi? a. Ya
b. Tidak
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. 4. Apakah pesan mengenai pembibitan dalam leaflet disampaikan dengan jelas? a. Ya
b. Kurang jelas
c. Tidak jelas
jika tidak mengapa (berikan alasannya) : ……………………………………... 5. Apakah pesan mengenai pengolahan tanah dalam leaflet disampaikan dengan jelas? a. Ya
b. Kurang jelas
c. Tidak jelas
jika tidak mengapa (berikan alasannya) : …………………………………… 6. Apakah pesan mengenai pemupukan dalam leaflet disampaikan dengan jelas? a. Ya
b. Kurang jelas
c. Tidak jelas
jika tidak mengapa (berikan alasannya) : …………………………………… 7. Apakah pesan mengenai pengendalian hama dan penyakit dalam leaflet disampaikan dengan jelas? a. Ya
b. Kurang jelas
c. Tidak jelas
jika tidak mebngapa (berikan alasannya) : …………………………………….
95 8. Apakah pesan mengenai pengairan/irigasi dalam leaflet disampaikan dengan jelas? a. Ya
b. Kurang jelas
c. Tidak jelas
Jika tidak mengapa (berikan alasannya) : …………………………………….. 9. Apakah pesan mengenai panen dalam leaflet disampaikan dengan jelas? a. Ya
b. Kurang jelas
c. Tidak jelas
Jika tidak mengapa (berikan alasannya) : …………………………………… b. Kesesuaian isi pesan dengan kebutuhan petani 10. Apakah informasi tentang pembibitan yang disampaikan oleh media leaflet sesuai dengan kebutuhan bapak/ibu di lapangan dalam membudidayakan padi? a. Ya
b. Kurang mengerti
c. Tidak mengerti
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. 11. Apakah informasi tentang pengolahan tanah yang disampaikan oleh media leaflet
sesuai
dengan
kebutuhan
bapak/ibu
di
lapangan
dalam
membudidayakan padi? a. Ya
b. Kurang sesuai
c. Tidak sesuai
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. 12. Apakah informasi tentang pemupukan yang disampaikan oleh media leaflet sesuai dengan kebutuhan bapak/ibu di lapangan dalam membudidayakan padi? a. Ya
b. Kurang sesuai
c. Tidak sesuai
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. 13. Apakah informasi tentang pengendalian hama dan penyakit pada tanaman padi yang disampaikan oleh media leaflet sesuai dengan kebutuhan bapak/ibu dalam membudidayakan padi? a. Ya
b. Kurang sesuai
c. Tidak sesuai
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. 14. Apakah informasi tentang pengairan/irigasi untuk tanaman
padi yang
disampaikan oleh media leaflet sesuai dengan kebutuhan bapak/ibu dalam membudidayakan padi? a. Ya
b. Kurang sesuai
c. Tidak sesuai
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :…………………………………..
96 15. Apakah informasi tentang pemanenan pada tanaman padi yang disampaikan media leaflet sesuai dengan kebutuhan bapak/ibu dalam membudidayakan padi? a. Ya
b. Kurang sesuai
c. Tidak sesuai
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) : …………………………………...
c. Format tulisan dalam media Leaflet tentang informasi pertanian tanaman padi 16. Apakah kalimat (kata-kata) tentang informasi pertanian khususnya tanaman padi yang diterbitkan oleh koran dapat dimengerti? a. Ya
b. Kurang disesuai
c. Tidak sesuai
b. Apakah bahasa yang digunakan dalam informasi pertanian khususnya tanaman padi dapat disesuai oleh bapak/ibu? a. Ya
b. Kurang sesuai
c. Tidak sesuai
IV. Penilaian terhadap penyuluh pertanian a. Kredibelitas 1. Apakah menurut bapak/ibu sikap yang ditunjukkan penyuluh sudah sesuai dalam setiap pertemuan? a. Ya
b. Kurang sesuai
c. Tidak sesuai
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. 2. Apakah menurut bapak/ibu kemampuan penyuluh sudah sesuai dalam menyampaikan pesan tentang budidaya padi? a. Ya
b. Kurang sesuai
c. Tidak sesuai
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. 3. Apakah menurut
bapak/ibu penjelasan penyuluh dapat dimengerti saat
memberikan informasi tentang budidaya padi? a. Ya
b. Kurang mengerti
c. Tidak mengerti
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. 4. Apakah menurut bapak/ibu penjelasan penyuluh tentang budidaya padi sudah sesuai? a. Ya
b. Kurang sesuai
c. Tidak sesuai
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. 5. Apakah pesan mengenai pembibitan oleh penyuluh disampaikan dengan jelas? b. Ya
b. Kurang jelas
c. Tidak jelas
97 Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. 6. Apakah pesan mengenai pengolahan tanah oleh penyuluh disampaikan dengan jelas? a. Ya
b. Kurang jelas
c. Tidak jelas
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) : ………………………………… 7. Apakah pesan mengenai pemupukan oleh penyuluh disampaikan dengan jelas? a. Ya
b. Kurang jelas
c. Tidak jelas
jika tidak mengapa (berikan alasannya) : ……………………………………. 8. Apakah pesan mengenai pengendalian hama dan penyakit oleh penyuluh disampaikan dengan jelas? a. Ya
b. Kurang jelas
c. tidak jelas
Jika tidak mengapa (berikan alasannya) : …………………………………. 9. Apakah pesan mengenai pengairan/irigasi
oleh penyuluh disampaikan
dengan jelas? a. Ya
b. Kurang jelas
c. Tidak jelas
Jika tidak mengapa (berikan alasannya): …………………………………….. 10. Apakah pesan mengenai panen oleh penyuluh disampaikan dengan jelas? a. Ya
b. Kurang jelas
c. Tidak jelas
Jika tidak mengapa (berikan alasannya) : …………………………………… b. Aksesibilitas 11. Apakah petugas penyuluh selalu aktif hadir dalam setiap kegiatan penyuluhan? a. Ya
b. Kurang aktif
c. Tidak aktif
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :………………………………….. 12. Apakah petugas penyuluh selalu dapat ditemui saat dibutuhkan oleh bapak/ibu dalam mengatasi permasalahan tentang budidaya padi? a. Ya
b. Kurang dapat ditemui
c. Tidak dapat ditemui
Jika tidak mengapa (sebutkan alasannya) :…………………………………….. c. Kesesuaian waktu pertemuan dengan waktu petani 14. apakah waktu pertemuan yang diadakan sesuai dengan waktu bapak/ibu? a. Ya
b. Kurang sesuai
c. Tidak sesuai
98 15. menurut bapak/ibu kapan waktu pertemuan yang sesuai dengan jadwal bapak/ibu? a. Pagi
B. Siang
c. Malam
V. Efektivitas Komunikasi I. a. Pengetahuan Berilah tanggapan dengan memberi tanda cek (√) pada kolom sebelah kanan terhadap pernyataan di kolom bagian kiri pada tabel di bawah dengan pilihan jawaban: •
3 (Mengetahui)
•
2 (Kurang mengetahui)
•
1 (Tidak Mengetahui)
No I 1 2 3 4 5 6 7
Pernyataan Persiapan Benih Benih diuji dalam larutan garam Benih yang baik adalah benih yang tenggelam pada saat direndam Benih yang baik direndam di air biasa selama 24 jam Benih diperam selama 2 hari Benih disemai pada wadah segi empat Media tanam pada wadah yaitu tanah dan pupuk dengan perbandingan 1:1 Benih padi siap ditanam setelah umur 7 sampai 10 hari
II 1
Pengolahan Tanah Pengolahan tanah dilakukan secara basah
2
Lahan sawah digaru atau diratakan
3
Lahan digenangi selama seminggu untuk menekan pertumbuhan gulma Saluran drainase dibuat setiap jarak 5 meter dengan lebar 50 cm dan kedalaman 30 cm Persiapan lahan dilakukan 7 hari sebelum penanaman Lahan diberi pupuk organik terlebih dahulu
4 5 6 III 1 2 3
Pemupukan dan Pengendalian Hama Tanaman padi diberikan pupuk kandang atau kompos Pupuk diberikan 1 minggu setelah tanam Pemupukan dilakukan setiap minggu sampai minggu ke 10
Tingkat Pengetahuan 1
2
3
99
No
Tingkat Pengetahuan
Pernyataan
1
2
3
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan setelah terlihat gejala yang parah Untuk hama wereng digunakan pestisida agens hayati 1 kali Takaran pestisida yaitu 10 mili per 1 liter air
4 5 6 7
Dilakukan penanaman serempak untuk menekan pertumbuhan hama wereng
IV
Pemeliharaan
1
Padi yang berumur 1 sampai 10 hari digenangi air
2
Padi umur 10 hari dilakukan penyiangan
3
Setelah penyiangan tanaman padi tidak digenangi
4
Setelah
berbunga
tanaman
padi
tidak
buah
padi
digenangi Pemanenan dilakukan sudah berwarna kuning
5
saat
I.b. Sikap Berilah tanggapan dengan memberi tanda cek (√) pada kolom sebelah kanan terhadap pernyataan di kolom bagian kiri pada tabel di bawah dengan pilihan jawaban: • 3 (setuju) • 2 (kurang setuju) • 1 (tidak setuju) No
Pernyataan
I
Persiapan Benih
1
Apakah anda setuju jika benih harus diuji dalam larutan garam Apakah anda setuju jika benih yang baik adalah benih yang tenggelam pada saat direndam Apakah anda setuju jika benih yang baik harus direndam di air biasa selama 24 jam Apakah anda setuju jika benih harus diperam selama 2 hari Apakah anda setuju jika benih padi harus disemai pada wadah segi empat
2 3 4 5
Jawaban 1
2
3
100
No 6 7
II 1 2 3 4 5 6 III 1 2 3 4 5 6 7
IV 1
Pernyataan Apakah anda setuju jika media tanam dalam wadah yaitu tanah dan pupuk dengan perbandingan 1:1 Apakah anda setuju jika benih padi yang siap ditanam harus pada saat padi berumur 7 sampai 10 hari Pengolahan Tanah Apakah anda setuju jika pada saat tanah diolah harus dalam keadaan basah Apakah anda setuju jika lahan sawah harus digaru atau diratakan Apakah anda setuju jika lahan harus digenangi selama seminggu untuk menekan pertumbuhan gulma Apakah anda setuju jika saluran drainase harus dibuat setiap jarak 5 meter dengan lebar 50 cm dan kedalaman 30 cm Apakah anda setuju jika persiapan lahan harus dilakukan 7 hari sebelum penanaman Apakah anda setuju jika lahan harus diberi pupuk organik terlebih dahulu Pemupukan dan Pengendalian Hama Apakah anda setuju jika tanaman padi harus diberikan pupuk kandang atau kompos Apakah anda setuju jika pupuk harus diberikan 1 minggu setelah tanam Apakah anda setuju jika pemupukan harus dilakukan setiap minggu sampai minggu ke 10 Apakah anda setuju jika pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan setelah terlihat gejala yang parah Apakah anda setuju jika untuk pengendalian hama wereng harus menggunakan pestisida agens hayati 1 kali Apakah anda setuju jika takaran pestisida harus tepat yaitu 10 mili per 1 liter air Apakah anda setuju jika penanaman harus dilakukan serempak untuk menekan pertumbuhan hama wereng Pemeliharaan Apakah anda setuju jika pada saat padi berumur 1 sampai 10 tanaman padi harus digenangi air
Jawaban 1
2
3
101
No 2
Pernyataan
Jawaban 1
2
3
Apakah anda setuju jika dalam penyiangan harus dilakukan pada saat padi berumur 10 hari Apakah anda setuju jika tanaman padi tidak digenangi setelah dilakukan penyiangan Apakah anda setuju jika lahan tidak digenangi air harus pada saat tanaman padi telah berbungan Apakah anda setuju jika dalam pemanenan harus melakukan pada saat buah tanaman padi sudah berwarna kuning
3 4 5
c. Tindakan Berilah tanggapan dengan memberi tanda cek (√) pada kolom sebelah kanan terhadap pernyataan di kolom bagian kiri pada tabel di bawah dengan pilihan jawaban: •
3 (Melakukan kegiatan sesuai pernyataan)
•
2 (Kurang melakukan )
•
1 (Tidak melakukan)
No
Pernyataan
I
Persiapan Benih
1
Menguji benih dalam larutan garam
2
4
Menggunakan benih yang tenggelam saat direndam sebagai bibit padi Merendam benih pada air biasa selama 24 jam Benih diperamkan selama 2 hari
5
Menyemai benih pada wadah segi empat
6
II
Menggunakan campuran tanah dan pupuk pada wadah untuk menyemai benih padi Benih padi yang sudah berumur 7 sampai 10 hari siap untuk ditanam Pengolahan Tanah
1
Tanah diolah secara basah
2
Lahan sawah digaru
3
Untuk menekan partumbuhan gulma lahan digenangi air selama 1 minggu Saluran drainase dibuat setiap jarak 5 meter dengan lebar 50 cm dan kedalaman 30 cm
3
7
4
Tingkat Tindakan 1
2
3
102
No 5
Pernyataan
Tingkat Tindakan 1
2
Persiapan lahan dilakukan 7 hari sebelum penanaman Lahan diberi pupuk organik sebelum ditanami benih padi yang siap tanam
6 III
Pemupukan dan Pengendalian Hama
1
memberikan pupuk kandang dan kompos kepada tanaman padi Memberikan pupuk 1 minggu setelah tanam Melakukan pemupukan setiap minggu sampai minggu ke 10 Melakukan pengendalian hama dan penyakit setelah terlihat gejala yang parah Menggunakan pestisida agens hayati 1 kali untuk hama wereng menggunakan pestisida dengan takaran 10 mili per 1 liter air Melakukan penanaman serempak untuk menekan pertumbuhan hama wereng
2 3 4 5 6 7 IV
Pemeliharaan
1
Melakukan penggenangan pada tanaman padi pada saat berumur 1 sampai 10 hari Melakukan penyiangan padaa saat tanaman padi berumur 10 hari
2 3
Melakukan penggenangan setelah tanaman disiangi
4
Melakukan penggenangan pada saat tanaman berbunga Melakukan pemanenan pada saat buah tanaman padi berwarna kuning
5
II. Pernyataan Mengenai Budidaya Padi Yang Berasal dari Media Massa dan Penyuluh Berilah tanggapan dengan memberi tanda cek (√) pada kolom sebelah kanan kecuali pada kolom yang bertuliskan (sebutkan) terhadap pernyataan di kolom bagian kiri pada tabel di bawah sesuai dengan sumber informasi yang anda dapatkan dengan : •
(1) PENYULUH
•
(2) TV
•
(3) KORAN
•
(4) LEAFLET
3
103 •
(5) RADIO
•
(6) MAJALAH
•
(7) TULISKAN MEDIA LAIN SELAIN YANG DISEBUTKAN PADA KOLOM JIKA MENDAPATKAN INFORMASI DARI MEDIA YANG TIDAK DISEBUTKAN PADA KOLOM
No 1
Pernyataan
1
2
3
Media 4 5
6
7 (sebutkan)
Informasi tentang pembibitan pada tanaman padi Informasi tentang pengolahan tanah pada tanaman padi Informasi tentang pemupukan pada tanaman padi Informasi tentang pengendalian hama dan penyakit tnaman padi Informasi tentang saluran air/ irigasi untuk tanaman padi Iformasi tentang pemanenan pada tanaman padi
2 3 4 5 6
III. Pertanyaan tentang Ketahanan Pangan 1. Apa yang bapak ketahui tentang program ketahanan pangan di Kota Palembang? Jawab : ………………………………………………………………………………… 2. Sebelum medapatkan informasi tentang budidaya padi dari media, berapa jumlah produksi padi per hektar dalam satu kali musim tanam? Jawab : ………………………………………………………………………………… 3. Setelah bapak/ibu mendapatkan informasi dari media tentang budidaya padi, berapa jumlah produksi padi per hektar dalam satu kali musim tanam? Jawab : ………………………………………………………………………………… 4. Dari media mana yang paling anda percaya untuk informasi i budidaya padi? a. Leaflet b. Koran c. Televisi d. Radio e. Penyuluh f.
Majlis Taklim
g. PKK h. ………………………………. (Tuliskan jika ada media lain yang tidak disebutkan di atas)
104 5. Selain padi, tanaman apa yang bapak/ibu budidayakan? Jawab : ………………………………………………………………………………… 6. Apakah bapak/ibu mengetahui tentang penganekaragaman pangan? Jawab : ………………………………………………………………………………… 7. Selain beras, apakah bapak mengkonsumsi jagung, ubi atau kentang untuk makanan pokok? (sebutkan jenis tanamannya) Jawab : ………………………………………………………………………………. (Jika tidak Mengapa (sebutkan) ………………………………………………….) 8. Apakah bapak/ibu memiliki cadangan padi yang disimpan untuk stok beras tahun berikutnya? Jawab
:
………………………………………………………………………………... 9. Jika tidak memiliki persediaan, bagaimana cara bapak/ibu mendapatkan beras? a. Membeli b. Menjual sesuatau untuk membeli beras c. ………………………………………………………………………………. (sebutkan jika ada jawaban lain)
105
Correlations Pengetahuan petani Usia Responden
Pearson Correlation Sig. (1-tailed)
Sikap
Tindakan petani
-.209*
-.101
-.191*
.035
.192
.049
76
76
76
N *. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). Correlations
Pengetahuan petani Pendidikan responden
Sikap
Tindakan petani
Pearson Correlation
.048
.013
.022
Sig. (1-tailed)
.342
.454
.426
76
76
76
N
Correlations Pengetahuan petani Pengalaman Responden Berusahatani
Sikap
Tindakan petani
Pearson Correlation
.016
-.122
-.251*
Sig. (1-tailed)
.446
.147
.014
76
76
76
N *. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). Correlations
Pengetahuan petani Luas lahan responden mebudidayakan tanaman padi
Sikap
Tindakan petani
Pearson Correlation
.048
.112
.005
Sig. (2-tailed)
.679
.333
.966
76
76
76
N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
106
Correlations Pengetahuan petani Status kepemilikan lahan responden
Sikap
Tindakan petani
Pearson Correlation
.012
.052
.093
Sig. (2-tailed)
.920
.653
.426
76
76
76
N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Correlations
Frekuensi Menonton Spearman's rho
Frekuensi Menonton
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Pengetahuan petani
Correlation Coefficient
.257*
Sig. (1-tailed)
.013 76
Correlation Coefficient
.037
Sig. (1-tailed)
.376
N Tindakan petani
. 76
N Sikap
1.000
76
Correlation Coefficient
.199*
Sig. (1-tailed)
.043
N
76
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). Correlations Frekuensi membaca koran Spearman's rho
Frekuensi membaca koran
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Pengetahuan petani
.018
Sig. (1-tailed)
.438 .034
Sig. (1-tailed)
.386 76
Correlation Coefficient
.144
Sig. (1-tailed)
.108
N **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
76
Correlation Coefficient N
Tindakan petani
. 76
Correlation Coefficient N
Sikap
1.000
76
107 Correlations Frekuensi leaflet Spearman's rho
Frekuensi leaflet
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (1-tailed)
.
N Pengetahuan petani
76
Correlation Coefficient
.154
Sig. (1-tailed)
.091
N Sikap
76
Correlation Coefficient
.060
Sig. (1-tailed)
.304
N Tindakan petani
76
Correlation Coefficient
.097
Sig. (1-tailed)
.203
N
76
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). Correlations Frekuensi PPL Spearman's rho
Frekuensi PPL
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Pengetahuan petani
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Sikap
76 .296** .091 76 .034
Sig. (1-tailed)
.304
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
.
Correlation Coefficient N
Tindakan petani
1.000
76 .253** .203 76
108 Correlations Intensitas TV Spearman's rho
Intensitas TV
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (1-tailed) N Pengetahuan petani
Correlation Coefficient
.192*
Sig. (1-tailed)
.091
N Sikap
76
Correlation Coefficient
.031
Sig. (1-tailed)
.304
N Tindakan petani
. 76
76
Correlation Coefficient
.175
Sig. (1-tailed)
.203
N
76
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
Correlations Intensitas koran Spearman's rho
Intensitas koran
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Pengetahuan petani
76 .020
Sig. (1-tailed)
.091
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Tindakan petani
.
Correlation Coefficient N
Sikap
1.000
76 -.034 .304 76
Correlation Coefficient
.142
Sig. (1-tailed)
.203
N
76
109
Intensitas leaflet Spearman's rho
Intensitas leaflet
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (1-tailed)
.
N Pengetahuan petani
76
Correlation Coefficient
.125
Sig. (1-tailed)
.091
N Sikap
76
Correlation Coefficient
-.066
Sig. (1-tailed)
.304
N Tindakan petani
76
Correlation Coefficient
.090
Sig. (1-tailed)
.203
N
76
Correlations Intensitas PPL Spearman's rho
Intensitas PPL
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Pengetahuan petani
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Sikap
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Tindakan petani
. 76 .393** .091 76 -.045 .304 76
Correlation Coefficient
.231*
Sig. (1-tailed)
.203
N *. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
1.000
76
110
Correlations Kejelasan materi yang disampaikan TV Spearman's rho
Kejelasan materi yang disampaikan TV
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Pengetahuan petani
.121
Sig. (1-tailed)
.150 76
Correlation Coefficient
.031
Sig. (1-tailed)
.396
N Tindakan petani
. 76
Correlation Coefficient N
Sikap
1.000
76
Correlation Coefficient
.035
Sig. (1-tailed)
.382
N
76
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). Correlations Keseuaian materi dengan kebutuhan (TV) Spearman's rho
Keseuaian materi dengan kebutuhan (TV)
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Pengetahuan petani
Sig. (1-tailed)
.150 76
Correlation Coefficient
.060
Sig. (1-tailed)
.396 76
Correlation Coefficient
.175
Sig. (1-tailed)
.382
N
76 .031
N Tindakan petani
.
Correlation Coefficient N
Sikap
1.000
76
111 Correlations Kejelasan materi yang disampaikan koran Spearman's rho
Kejelasan materi yang disampaikan koran
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Pengetahuan petani
76 .112
Sig. (1-tailed)
.150 76
Correlation Coefficient
.034
Sig. (1-tailed)
.396
N Tindakan petani
.
Correlation Coefficient N
Sikap
1.000
76
Correlation Coefficient
.166
Sig. (1-tailed)
.382
N
76
Correlations Kesesuaian materi dengan kebutuhan (koran) Spearman's rho
Kesesuaian materi yang disampaikan (koran)
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Pengetahuan petani
.118 .150 76
Correlation Coefficient
.050
Sig. (1-tailed)
.396 76
Correlation Coefficient
.144
Sig. (1-tailed)
.382
N
76
Sig. (1-tailed)
N Tindakan petani
.
Correlation Coefficient N
Sikap
1.000
76
112 Correlations Kejelasan materi yang disampaikan leaflet Spearman's rho
Kejelasan materi yang disampaikan leaflet
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed)
.
N Pengetahuan petani
76
Correlation Coefficient
.172
Sig. (1-tailed)
.150
N Sikap
76
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed)
-.057 .396
N Tindakan petani
1.000
76
Correlation Coefficient
.127
Sig. (1-tailed)
.382
N
76
Correlations Kesesuaian materi dengan kebutuhan (leaflet) Spearman's rho
Kesesuaian materi dengan kebutuhan (leaflet)
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Pengetahuan petani
Sig. (1-tailed)
.150
Correlation Coefficient N
76 -.034 .396 76
Correlation Coefficient
.192
Sig. (1-tailed)
.382
N
76 .125
Sig. (1-tailed) Tindakan petani
.
Correlation Coefficient N
Sikap
1.000
76
113 Correlations Kejelasan materi yang disampaikan PPL Spearman's rho
Kejelasan materi yang disampaikan PPL
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (1-tailed)
.
N Pengetahuan petani
76 .293**
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed)
.150
N Sikap
76
Correlation Coefficient
-.034
Sig. (1-tailed)
.396
N Tindakan petani
76 .258**
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed)
.382
N
76
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Correlations Kesesuaian materi dengan kebutuhan (PPL) Spearman's rho
Kesesuaian materi dengan kebutuhan (PPL)
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Pengetahuan petani
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Sikap
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Tindakan petani
. 76 .391** .150 76 -.045 .396 76
Correlation Coefficient
.215*
Sig. (1-tailed)
.382
N *. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
1.000
76