p-ISSN 2355-5343 http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar
Article Received: 03/12/2014; Accepted: 26/02/2015 Mimbar Sekolah Dasar, Vol 2(1) 2015, 80-89 DOI: 10.17509/mimbar-sd.v2i1.1334
EFEKTIVITAS DAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR Rif’at Shafwatul Anam STKIP Sebelas April Sumedang Jl. Anggrek Situ No. 19 Sumedang Email:
[email protected] ABSTRACT This purpose of this study want to know how the effectiveness and the effect inquire learning with experiment method in science lesson to elementary school. The methodology in this study use a One Group pre-test post-test design. Participant on this study isi 25 students. The instrument had a two aspect that is cognitive ability and science process skills. The result showed that inquire learning in this study has a medium efective and show the significant between before and after using the inquire learning in the two aspect in this study. Keywords: inquire learning, cognitive ability and science process skills.
ABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas dan pengaruh pembelajaran inkuiri dengan disertai metode eksperimen pada pelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD). Metode penelitian yang digunakan adalah One Group pre-tes post-test Design. Jumlah siswa yang diteliti adalah 25 orang. Instrumen yang digunakan meliputi dua aspek yaitu kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri termasuk ke dalam tingkat efektif sedang dan terdapat perbedaan signifikan antara sebelum dan sesudah belajar dengan model pembelajaran inkuiri pada kedua aspek yang diteliti. Kata kunci: model inkuiri, kemampuan kognitif, dan kemampuan proses sains.
How to Cite: Anam, R. (2015). EFEKTIVITAS DAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR. Mimbar Sekolah Dasar, 2(1), 80-89. doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbar-sd.v2i1.1334.
PENDAHULUAN ~ Ilmu Pengetahuan Alam
Pendidikan
(IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu
diperkenalkan
tentang alam secara sistematis, sehingga
Sekolah Dasar (SD), sebab IPA merupakan
IPA
penguasaan
pelajaran yang akan selalu berkaitan erat
pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
dengan kehidupan, bahkan Putri (2014)
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
menyatakan
tetapi
proses
belajar melalui IPA diharapkan dapat
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan
membentuk karakter yang positif pada
dapat menjadi wahana bagi siswa untuk
diri peserta didik sehingga kelak akan
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar
menjadi individu yang lebih bijaksana
serta prospek pengembangan lebih lanjut
dalam
dalam menerapkannya dalam kehidupan
permasalahan lingkungan maupun social.
sehari-hari (Depdiknas, 2006).
Dikarena pendidikan IPA sudah dimulai
bukan
juga
hanya
merupakan
suatu
IPA
di
pada
dengan
menyikapi
Indonesia siswa
tegas
telah
semenjak
bahwa
permasalahan-
dari SD, hendaknya membuat para siswa
[80]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
di Indonesia dapat bersaing dengan
mengembangkan
negara-negara lain. Namun, nampaknya
mengutamakan
hal tersebut tidak terjadi sesuai dengan
menghafal; 2) Kurang kontekstual dengan
yang
kehidupan
diprediksikan.
Faktanya
melalui
kreatiftasnya, pada
siswa
lebih
kemampuan
sehari-hari;
3)
beberapa temuan yang dilakukan oleh
Keterampilan
pusat statistik Internasional menunjukan
dalam pembelajaran di sekolah dengan
hasil
alasan untuk mengejar target kurikulum;
yang
kurang
memuaskan
dari
kemampuan siswa di Indonesia.
proses
belum
nampak
dan 4) Pelajaran IPA yang konvensional hanya menyiapkan peserta didik untuk
Berdasarkan
laporan
lembaga
melanjutkan studi yang lebih tinggi, bukan
internasional yang berkenaan dengan
menyiapkan SDM yang dibutuhkan oleh
tingkat
masyarakat.
sumber
daya
manusia
dan
Hal
ini
sejalan
dengan
pendidikan dunia. Seperti laporan Trends
penelitian yang dilakukan oleh Susilawati
International in Matemathics and Science
(2010), Hana (2009) dan Fahrizal (2009)
Study (TIMSS), bahwa pada tahun 2003,
dalam Ismail (2011) yang mengungkapkan
Indonesia berada pada urutan ke-36 dari
bahwa
45 negara peserta baik pada bidang
keterampilan proses sains siswa rendah
matematika maupun bidang sains (Puskur,
ketika di terapkan model pembelajaran
p.
secara
konvensional
dilaporkan Programme for International
lebih
mengutamakan
Student Assessment (PISA) tahun 2009,
kognitif saja.
2007).
Serta
hasil
temuan
yang
kamampuan
kognitif
dan
(ceramah)
yang
kemampuan
bahwa peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari 65
Rustaman
negara;
sistem
Membaca
urutan
ke-57,
(2005)
menyatakan
pendidikan
bahwa
yang
terlalu
Matematika urutan ke-61 dan IPA urutan
menekankan pada kognitif ini juga terlalu
ke-60
hasil
abstrak (tidak konkrit), dengan proses
laporan tersebut maka kemampuan yang
pembelajaran yang pasif, kaku, sehingga
diharapkan dari pelajaran IPA yang terjadi
proses
di Indonesia tidak sesuai dengan apa
menyenangkan
yang dicita-citakan. Kita selalu berada
Semua ini telah “membunuh” karakter,
pada rangking yang rendah diantara
siswa menjadi tidak kreatif, tidak percaya
negara-negara
diri,
(Elianur,
p.
2011).
lain.
Melalui
Bahkan
dengan
sesama negara ASEAN. Rendahnya nilai kemampuan
IPA
Indonesia
belajar
tertekan
menjadi dan
dan
sangat
penuh
stress,
tidak
beban.
serta
tidak
mencintai belajar.
menurut
Wuryastuti (2008) dikarenakan 1) Dalam
Salah satu metode pembelajaran yang
proses belajar mengajar di sekolah saat ini
dianggap
tidak atau belum memberi kesempatan
kemampuan IPA baik berupa konsep
maksimal
maupun keterampilan proses sains siswa
kepada
siswa
untuk [81]
mampu
meningkatkan
Rif’at Shafwatul Anam, Efektivitas dan Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry…
adalah metode eksperimen. Metode ini
dengan
cara
dapat membuat siswa terlibat secara
ceramah.
mendengarkan
melalui
langsung dalam proses pembelajaran. Mereka dapat melakukan percobaan,
Inkuiri merupakan model yang disarankan
mengamati
oleh
sesuatu,
menganalisis,
Depdiknas
membuktikan dan menarik kesimpulan
menumbuhkan
sendiri
bekerja
tentang
suatu
objek/keadaan.
(2006)
karena
dapat
kemampuan
dan
bersikap
berpikir,
ilmiah
serta
sebagai
aspek
Metode eksperimen paling tepat untuk
mengkomunikasikannya
merealisasikan
dengan
penting kecakapan hidup. Oleh karena itu
inkuiri atau penemuan. Eksperimen dapat
pembelajaran IPA di SD/MI menekankan
dilakukan di dalam laboratorium atau di
pada pemberian pengalaman belajar
luar
pekerjaan
secara langsung melalui penggunaan dan
eksperimen mengandung makna belajar
pengembangan keterampilan proses dan
untuk
sikap ilmiah, sehingga Pembelajaran inkuiri
pembelajaran
laboratorium, berbuat,
dan
karena
itu
dapat
dimasukkan dalam metode pembelajaran
dengan
(Rustaman,
eksperimen
et
al.
2005).
Pernyataan
menggunakan
metode
diprediksi
mampu
peningkatan
kemampuan
tersebut didukung oleh penelitian yang
memfasilitasi
dilakukan
kognitif dan keterampilan proses sains
oleh
(Dhewi,
mengungkapkan eksperimen
2005)
bahwa
lebih
dia
metode
siswa.
efektif meningkatkan
pemahaman siswa dibandingkan dengan
Menurut Gulo (2002), inkuiri berarti suatu
metode konvensional.
rangkaian
kegiatan
belajar
yang
melibatkan secara maksimal keseluruhan Menurut
Adisyahputra
dengan
kemampuan siswa dalam mencari dan
menggunakan metode eksperimen siswa
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
dilatih untuk menggunakan metode ilmiah
analitis,
dan
merumuskan
sikap
ilmiah
sesungguhnya.
(1992)
secara
Siswa
benar
dilatih
dan untuk
sehingga
mereka
sendiri
dapat
penemuannya
dengan
penuh
membaca data secara objektif menurut
model
pembelajaran
apa
pelajaran yang didapatkan siswa akan
hanya
adanya,
mengambil
berdasarkan
kesimpulan
diri. Dengan inkuiri,
materi
yang
lebih tahan lama, mudah diingat, lebih
menyadari
mudah diaplikasikan pada kondisi yang
keterbatasan IPA, keterbatasan ketelitian
berbeda, dapat memunculkan motivasi
suatu pengukuran, keterbatasan suatu
belajar, dapat melatih kecakapan berpikir
hukum atau teori, memahami makna dari
secara
suatu
penguasaan konsep, mengembangkan
cukup
fakta-fakta
percaya
mendukung,
teori
dan
sebaginya.
Hal-hal
semacam ini sukar untuk dimengerti hanya
sikap
terbuka, ilmiah,
pemahaman [82]
dapat
dapat siswa
meningkatkan
mengembangkan yang
mendalam
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
tentang konsep sains dan juga dapat
disebut dengan postes. Tes yang diberikan
mengembangkan
sebelum dan sesudah perlakuan ditujukan
keterampilan
berpikir
kritis (Bruner dalam Dahar, p. 1989).
untuk mengetahui hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Perbedaan antara hasil
Berdasarkan pemaparan di atas, maka
pengukuran
dapat
model
pengukuran akhir (T2) adalah merupakan
metode
pengaruh dari perlakuan yang diberikan.
mampu
Skema disain penelitian yang digunakan
dikatakan
pembelajaran
bahwa
inkuiri
eksperimen
dan
diperkirakan
dan melatihkan serta mengembangkan
METODE Metode penelitian yang digunakan dalam eksperimensemu Metode
ini
ialah
memiliki
experiment).
karakteristik
hasil
Kelompok
Pre test
Treatment
Post tes
Eksperimen
T1
X
T 1’
(Sumber: Panggabean,1996)
metode
(quasi
dengan
Tabel 1. Tabel desain penelitian One Group Pre-test, post-test Design
keterampilan proses sains siswa.
ini
(T1)
dapat digambarkan sebagai berikut:
meningkatkan kemampuan kognitif siswa
penelitian
awal
Keterangan:
yaitu
T1 : Pre Test (test awal)
mengkaji keadaan praktis suatu objek,
X : Perlakuan terhadap kelompok
yang didalamnya tidak mungkin untuk
eksperimen
mengontrol semua variabel yang relevan
menerapkan model inkuiri dan
kecuali
metode eksperimen.
variabel-variabel
(Panggabean,
1996).
yang Metode
dipandang
cocok
untuk
pendidikan,
mengingat
diteliti ini
yaitu
dengan
T1’ : Post Test (test akhir)
penelitian
banyak
faktor
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
yang diprediksi berpengaruh terhadap
kelas VII di salah satu SD Negeri di Kota
hasil penelitian yang tidak dapat atau sulit
Bandung. Data pengaruh dan kefektifan
untuk dikontrol.
siswa
saja,
soal. Kemampuan kognitif sebanyak 17
yang
soal
dinamakan kelompok eksperimen tanpa ada
kelompok
kelompok
kontrol.
pembanding Sebelum
dan
instrumen tes pilihan ganda sejumlah 45
penelitian eksperimen yang dilaksanakan kelompok
kognitif
pretes dan postes dengan menggunakan
One Group pre-tes post-test Design, yaitu satu
kemampuan
keterampilan proses sains dilihat melalui
Desain penelitian yang digunakan adalah
pada
baik
dan
keterampilan
proses
sains
sebanyak 18 soal.
atau diberi
perlakuan, sampel penelitian dites yang
Pengaruh
dalam
penelitian
ini
diuji
disebut pretes. Begitupun setelah diberi
menggunakan program statistik mini tab
perlakuan sampel penelitian dites lagi dan
16 dengan menghitung uji hipotesis hasil pretes dan postes. Namun, sebelum diuji [83]
Rif’at Shafwatul Anam, Efektivitas dan Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry…
hipotesisnya kedua data tersebut (pretes
Tabel 2. Kriteria Efektivitas Pembelajaran
dan postes). harus melalui uji normalitas dan homogenitas sebagai prasyarat uji analisis selanjutnya. Jika data yang diuji terdistribusi
normal
dan
memiliki
homogenitas varian yang sama, maka pengujian analisis
hipotesis statistik
dilakukan
(Sumber: Hake, 1998)
dengan
parametrik
dengan
HASIL
menggunakan Anova. Jika tidak, analisis
Hasil
pengujian
mengenai
dilakukan
dengan
analisis
penelitian
dan
efektivitas
pembahasan dan
pengaruh
statistik non parametrik menggunakan uji
pembelajaran
Mann-Whitney.
menggunakan metode eksperimen dibagi
Efektivitas
pembelajaran
IPA
inkuiri
dengan
menjadi dua yaitu 1) Kemampuan kognitif
dapat
dan 2) Keterampilan proses sains.
diketahui dengan cara menghitung gain skor yang ternormalisasi
. Langkah-
Kemampuan Kognitif
langkah yang ditempuh dalam melihat
1. Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Kemampuan kognitif siswa didapatkan
efektivitas pembelajaran adalah sebagai berikut:
dari skor tes pretes dan postes berupa
a. Menghitung gain skor ternormalisasi dan
menjumlahkan
ternormalisasi
untuk
nilai
gain
seluruh
siswa
pilihan ganda. Setelah didapatkan kedua skor tersebut maka didapatkan tingkat kefektifan model dengan menggunakan
menggunakan rumus:
perhitungan gain yang dinormalisasi (N-
T T f
i
gain). Skor pretes, postes, dan N-gain
i
dapat dilihat pada Tabel 3.
g SI T
dimana: = gain ternormalisasi Tf Tabel 3. Skor Rata-Rata Pretes, Postes, dan N-Gain Kemampuan Kognitif
= skor posttest; Ti = skor pretest; SI = skor ideal b. Menentukan nilai rata-rata dari skor gain ternormalisasi efektivitas
Berdasarkan hasil skor pretes dan postes
pembelajaran pada standar berikut
didapatkan skor rata-rata pretes sebesar
ini:
56 dan skor rata-rata posttes sebesar 72,9.
c. Menentukan
kriteria
Kemudian dari kedua rata-rata tersebut dihitung N-gain yang didapatkan sebesar 0,38
atau
dapat
dikatakan
bahwa
pembelajaran menggunakan model inkuiri
[84]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
terhadap kemampuan kognitif termasuk
untuk mengetahui apakah pengaruh dari
ke dalam kriteria efektif kategori sedang.
pembelajaran
model
inkuiri
tersebut
signifikan atau tidak melalui perbandingan 2. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri
antara skor pretes dan postes. Pada Tabel
Pengaruh pembelajaran inkuiri dilakukan
4 akan menampilkan hasil perhitungan uji
dengan
normalitas, homogenitas, dan hipotesis
menggunakan
perhitungan
kelas eksperimen.
statistik. Perhitungan statistik ini berguna
Tabel 4. Rekapitulasi Analisis Statistik serta Peninjauan Normalitas, Homogenitas, dan Hipotesis Kemampuan Kognitif
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel
untuk meningkatkan kemampuan kognitif
4 didapatkan bahwa skor pretes dan
siswa.
postes kelas eksperimen tersebut sebaran skornya
normal,
kemudian
hasil
Keterampilan Proses Sains (KPS)
uji
1. Efektivitas Pembelajaran Inkuiri
homogenitas menunjukkan bahwa skor
Sama
pretes dan postes menunjukan kedua
Keterampilan
data tersebut adalah homogen. Sehingga
(Anova)
pengujian
berdasarkan
hasil
berupa
parametrik
didapatkan
0,0000.
Hal
ini
metode
eksperimen
(KPS)
siswa
pilihan
ganda.
Setelah
tingkat
kefektifan
model
yang dinormalisasi (N-gain). Skor pretes,
berarti
postes, dan N-gain dapat dilihat pada
pembelajaran inkuiri melalui model inkuiri dengan
Sains
dengan menggunakan perhitungan gain
kecil dari tingkat kepercayaan 95% (0,05) sebesar
Proses
kognitif,
didapatkan kedua skor tersebut maka
pengujian
didapatkan nilai p-value (signifikansi) lebih yakni
kemampuan
didapatkan dari skor tes pretes dan postes
untuk melakukan pengujian signifikansi menggunakan
dengan
Tabel 5.
signifikan [85]
Rif’at Shafwatul Anam, Efektivitas dan Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry…
2. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri
Tabel 5. Skor Rata-Rata Pretes, Postes, dan N-Gain KPS
Pengaruh pembelajaran inkuiri pada KPS
Pretes
Postes
52,2
72,7
siswa
N-gain 0,43
juga
menggunakan
dilakukan
dengan
perhitungan
statistik.
Perhitungan statistik ini berguna untuk Berdasarkan hasil skor pretes dan postes
mengetahui
didapatkan skor rata-rata pretes sebesar
pembelajaran
52,2 dan skor rata-rata posttes sebesar
signifikan atau tidak melalui perbandingan
72,7.
rata-rata
antara skor pretes dan postes. Pada Tabel
tersebut dihitung N-gain yang didapatkan
6 akan menampilkan hasil perhitungan uji
sebesar 0,43 atau dapat dikatakan bahwa
normalitas, homogenitas, dan hipotesis
pembelajaran menggunakan model inkuiri
kelas eksperimen.
Kemudian
dari
kedua
apakah
pengaruh
model
inkuiri
dari
tersebut
terhadap KPS siswa termasuk ke dalam kriteria efektif kategori sedang. Tabel 6. Rekapitulasi Analisis Statistik serta Peninjauan Normalitas, Homogenitas, dan Hipotesis KPS Komponen Peninjau
Uji
Pretes
Postes
Jumlah siswa
25
25
Rata-rata
52,2
72,7
Normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test) dengan nilai P-value > α (α = 0.05) maka data normal Signifikansi
0,083
0,012
Interpretasi
Normal
Tidak Normal
berpasangan (Bartlett’s Test) dengan Uji Homogenitas dilakukan secara nilai
P-value > α (α = 0.05)
maka data homogen Signifikansi
0,414
Interpretasi
Homogen
Uji Hipotesis non parametrik (Mann Whitney) dengan nilai P-value < α (α = 0.05) maka terdapat perbedaan signifikan Signifikansi
0,048
Interpretasi
Terdapat Perbedaan Signifikan
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel
homogenitas menunjukkan bahwa skor
6 didapatkan bahwa sebaran skor pretes
pretes dan postes termasuk homogen.
termasuk ke dalam normal dan postes
Karena data tersebut tidak memenuhi
termasuk ke dalam sebaran skor yang
syarat pengujian parametrik, sehingga
tidak
untuk melakukan pengujian signifikansi
normal,
kemudian
hasil
uji
[86]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
menggunakan pengujian non parametrik
dari buku saja. Hal ini menyebabkan
(Mann-Whitney)
kemampuan
pengujian
berdasarkan
didapatkan
(signifikansi)
lebih
hasil
nilai
kecil
p-value
dari
kognitif
dan
KPS
siswa
digunakan
juga
meningkat.
tingkat
kepercayaan 95% (0,05) yakni sebesar
Model
0,048. Hal ini berarti pembelajaran inkuiri
membantu
dengan
pembelajaran ini sesuai dengan penelitian
metode
eksperimen
signifikan
untuk meningkatkan KPS siswa.
inkuiri
siswa
melalui
dengan
PEMBAHASAN hasil
penelitian
kesimpulan
bahwa
dalam
proses
Zacharia et al. (2008). Dia menyatakan bahwa
Dari
yang
dapat
model
pembelajaran
diambil
kegiatan
eksperimen
inkuiri
akan
dalam
menghasilkan
pembelajaran
pengalaman interaktif yang didapatkan
menggunakan model inkuiri dan metode
melalui proses yang dialami sendiri oleh
eksperimen
siswa
dapat
meningkatkan
baik
dalam
melakukan
kemampuan kognitif maupun KPS siswa.
eksperimen/praktikum.
Sehingga
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji
berdampak
hipotesis yang menyatakan bahwa kedua
pemahaman konsep dan keterampilan
variabel yang diteliti antara sebelum dan
proses sains siswa.
pada
peningkatan
sesudah perlakuan terdapat perbedaan Selain
signifikan.
siwa
lebih
yakin
dengan
hasil
temuannya sendiri pembelajaran yang Adanya kedua
perbedaan variabel
yang
pada
dilakukan dengan menggunakan model
tersebut
inkuiri dan metode eksperimen juga sesuai
signifikan diteliti
yang
dengan psikologi anak Sekolah Dasar (SD).
dilakukan membuat siswa lebih mudah
Hal ini diperkuat oleh pendapat Piaget
untuk mengerti mengenai konsep yang
dalam Arifin (2011) bahwa pada umur
dipelajari dan keterampilan siswa pun
anak SD pembelajaran yang dilakukan
dapat mengembangkan kemampuannya
harus bersifat nyata sehingga siswa dapat
untuk
dengan
dikarena
proses
pembelajaran
melakukan
belajaran
percobaan
menggunakan
model
karena
mudah
konsep/keterampilan
inkuiri
yang
diinginkan
karena
pelajaran menarik bagi siswa. Ini sesuai
sesuatu yang dia rasakan langsung oleh
dengan Adisyahputra (1992) bahwa salah
siswa bukan merupakan sesuatu yang
satu
abstrak.
metode
eksperimen
yang
menerima
dengan metode eksperimen membuat
kelebihan
apa
untuk
dilakukan
Adisyahputra
(1992)
adalah
pun
lebih
menyatakan bahwa kegiatan eksperimen
percaya atas kebenaran atau kesimpulan
memperkaya pengalaman siswa akan
berdasarkan
hal-hal yang bersifat objektif dan realistik.
adalah
dapat
membuat
siswa
percobaannya
sendiri
daripada hanya menerima dari guru atau [87]
Rif’at Shafwatul Anam, Efektivitas dan Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry…
Melalui siswa
pembelajaran
yang
mengembangkan
dilakukan
mengembangkan
kemampuan
konsep-konsep,
menerapkan
prinsip-prinsip,
hukum
sintak model inkuiri dan mereka pun
keterampilan mental, keterampilan fisik
melakukan
maupun keterampilan sosial.
sendiri. Hal
ini
teori
sains
baik
hukum-
kognitif dan KPSnya dengan mengikuti eksperimen
dan
dan
berupa
senada dengan yang sampaikan oleh SIMPULAN
Zachria dalam Saepuzaman (2011) yakni
Pertama, efektivitas pembelajaran model
dengan metode eksperimen siswa secara
inkuiri
total dilibatkan dalam melakukan sendiri,
dengan
metode
eksperimen
termasuk ke dalam kategori sedang baik
mengikuti suatu proses, mengamati suatu
untuk kemampuan kognitif maupun KPS
objek, menganalisis, membuktikan dan
siswa. Kedua, pembelajaran model inkuiri
menarik kesimpulan sendiri tentang suatu
dengan metode eksperimen berpengaruh
objek, keadaan atau proses.
secara signifikan dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan KPS siswa.
Pelajaran IPA bukan hanya pelajaran yang berisi fakta, data, konsep, hukum,
REFERENSI
postulat, dan lainnya. Namun, lebih dari itu pelajaran
IPA
kemampuan
hendaknya berpikir
Adisyahputra, M.S.; Ernawati.; dan Zachrias A.H. (1992). Strategi Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
melatihkan
tingkat
tinggi
(kemampuan kognitif) pada siswa dan keterampilan
proses
sains
(KPS).
KPS
Arifin, Zainal. (2011). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
merupakan merupakan bagian penting dari
hakikat
pelajaran
IPA,
karena
Dahar, R Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
pelajaran IPA bukan hanya pelajaran yang mengacu pada pengetahuan saja tetapi
juga
harus
keterampilan
proses
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas
mengembangkan dan
sikap
ilmiah
siswa. Hal itu sesuai dengan Dahar (dalam Ismail,
2011)
yang
menyatakan
Dhewi, Rochman, Y. (2005). Efektivitas Metode Eksperimen dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas 3 SMP pada Konsep Rangkaian Hambatan Listrik. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan
bila
seorang anak selama belajar sains hanya diberi informasi tentang sains yang sudah ada
dengan
cara
mendengarkan
Elianur, Rosita. (2011). Indonesia Peringkat 10 Besar Terbawah dari 65 Negara Peserta PISA. [online]. Tersedia: m.kompasiana.com/post/read/338464/ 3/indonesia-peringkat-10-besarterbawah-dari-65-negara-pesertapisa.html (21 April 2011)
penjelasan guru, maka sains itu sendiri akan berhenti berkembang. Pendapat ini diperkuat oleh pendapat Rustaman et al. (2005) yang mendefinisikan keterampilan proses sains sebagai keterampilan yang diperlukan
untuk
memperoleh, [88]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
understanding in heat and temperature”. Journal of Research in Science Teaching, 45, (9), 1021 – 1035.
Hake, R. R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanics Courses. Departement of Physics, Indiana University, Bloomingtoon. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IE M-2b.pdf. [7 Desember 2007] Ismail, A. (2011). Model Pembelajaran Children Learning In Science (Clis), Keterampilan Proses Sains, Penguasaan Konsep, Multimedia Dan Pokok Bahasan Fluida. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan Panggabean, L. P. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Puskur. (2007). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA. Jakarta Depdiknas Putri, S. (2014). PENGEMBANGAN DESAIN BLENDED LEARNING UNTUK PROGRAM PELATIHAN PENDALAMAN MATERI IPA BERBASIS KEBUTUHAN MAHASISWA PGSD. Mimbar Sekolah Dasar, 1(2), 153160. Rustaman, N. Y., Dirdjosoemarto, S., Yudianto. A. S., Achmad, Y., Subekti, R., Rochintawati, D., Nurjhani, M. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : UM Press Saepuzaman, D. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Kombinasi Eksperimen Nyata-Virtual Pada Materi Rangkaian Listrik Arus Searah Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Sma. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan Wuryastuti, Sri. (2008). “Inovasi Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar”. Jurnal, Pendidikan Dasar, 9. Zacharia, Z. C., Olympiou, G., & Papaevripidou, M. (2008). “Effects of experimenting with physical and virtual manipulatives on students’ conceptual [89]