EFEKTIFITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PASCA OPERASI PADA PASIEN BEDAH CAESAR DI RUMAH SAKIT NASIONAL GUIDO VALADARES PADA TAHUN 2015
ARTIKEL
Oleh IMACULADA DE FATIMA PEREIRA SALDANHA NIM. 050214A014
PROGRAM STUDI FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PASCA OPERASI PADA PASIEN BEDAH CAESAR DI RUMAH SAKIT NASIONAL GUIDO VALADARES TAHUN 2015
1
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PASCA OPERASI PADA PASIEN BEDAH CAESAR DI RUMAH SAKIT NASIONAL GUIDO VALADARES TAHUN 2015
2
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PASCA OPERASI PADA PASIEN BEDAH CAESAR DI RUMAH SAKIT NASIONAL GUIDO VALADARES TAHUN 2015 Imaculada de Fatima Pereira Saldanha Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Email:
[email protected]
ABSTRAK
Latar belakang : Sectio caesarea atau yang lebih dikenal dengan bedah caesar merupakan operasi yang memiliki potensi yang besar dalam proses kelahiran khususnya untuk kasus kelahiran yang tidak lepas dari resiko mortalitas dan morbiditas yang besar bagi ibu dan bayi. Salah satu komplikasi yang sering terjadi pada pasien pasca bedah caesar adalah infeksi. Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran efektifitas antibiotik pada pasien bedah caesar di Rumah sakit Nasional Guido Valadares tahun 2015. Metode : Penelitian dilakukan secara non eksperimental (observasional), dengan rancangan analisis yang digunakan yaitu metode deskriptif. Data yang diperoleh dari penelusuran rekam medik pasien secara retrospektif, dengan jumlah sampel 100 yang diambil secara simpel random sampling. Analisis data menggunakan program SPSS. Untuk uji univariat menggunakan distribusi frekuensi. Hasil : Berdasarkan penggunaan antibiotik pasca operasi yang digunakan di Rumah Sakit Nasional Guido Valadares tahun 2015 menunjukkan bahwa 49% terbukti efektif. Berdasarkan jenisnya, paling banyak menggunakan ampicillin dengan persentase 87%, dosis yang diberikan 1gr sebanyak 100%, frekuensi pemberiannya 12 jam sebanyak 87% dan berdasarkan lama pemberian paling banyak diberikan selama 3 hari dengan persentase 53%. Kesimpulan : Berdasarkan parameter hasil penggunaan antibiotik pasca operasi pada pasien bedah sesar di Rumah Sakit Nasional GuidoValadares tahun 2015 tidak efektif sebesar 51% dan efektif 49% Saran : Diharapkan agar pihak rumah sakit dapat mengevaluasi penggunaan antibiotik pada bedah yang digunakan agar semua antibiotik yang digunakan berdasarkan standar yang ada. Kata kunci
:
Antibiotik Pasca Operasi, Operasi Sesar, Efektifitas antibiotik
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PASCA OPERASI PADA PASIEN BEDAH CAESAR DI RUMAH SAKIT NASIONAL GUIDO VALADARES TAHUN 2015
3
ABSTRACT Background : Sectio caesarea is an operation that has great potential in the birth process especially for births that are not free from the risk of mortality and morbidity for mother and baby. One of the complications that often occur in post-surgical patients is infection. This study aims to give a description of the effectiveness of antibiotics in patients with sectio caesarea in Guido Valadares National Hospital in 2015 Method : The study was conducted in non-experimental (observational), with the draft analysis used descriptive method. Data were obtained from patients records retrospectively, with the samples of 100 taken by simple random sampling. Data analysis used SPSS. For univariate used frequency distribution. Result : Based on the use of postoperative antibiotics used in the Guido Valadares National Hospital in 2015 showed that 49% proved to be effective. Based on the type, the most widely used was ampicillin with the percentage of 87%, 1 g dose given as many as 100%, the frequency of administration for 12 hours as many as 87%. Based on the duration of the provision, the most widely administered was for 3 days with the percentage of 53%. Conclusion : Based on the results of the parameters of using postoperative antibiotics in patients with sectio caesarea at the Guido Valadares National Hospital in 2015 was ineffective by 51% and effective by 49% Suggestion : It is expected that the hospital can evaluate the use of antibiotics in surgery that is used so that all antibiotics are based on existing standards. Keywords
: Antibiotic Postoperative, Sectio Caesarea, Effectiveness of Antibiotics
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PASCA OPERASI PADA PASIEN BEDAH CAESAR DI RUMAH SAKIT NASIONAL GUIDO VALADARES TAHUN 2015
4
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sectio caesarea atau yang lebih dikenal dengan bedah caesar merupakan operasi yang memiliki potensi yang besar dalam proses kelahiran khususnya untuk kasus kelahiran yang tidak lepas dari resiko mortalitas dan morbiditas yang besar bagi ibu dan bayi. Salah satu komplikasi yang sering terjadi pada pasien pasca bedah caesar adalah infeksi (Khan, 2006)1. Bedah caesar dilakukan ketika perkembangan persalinan terlalu lambat atau ketika janin tampak berada dalam masalah, seperti ibu mengalami perdarahan vaginal, posisi melintang (tubuh janin membujur melintang), bentuk dan ukuran tubuh bayi yang besar atau persalinan dengan usia ibu yang tidak muda lagi atau sekitar 35 – 40 tahun (Janiwarty dan Pieter, 2013)2. Wanita yang melakukan persalinan secara bedah caesar memiliki resiko infeksi lebih besar 5 – 20 kali lipat dibandingkan persalinan normal. Infeksi bedah caesar yang biasanya terjadi yaitu demam, infeksi luka, endometritis dan infeksi saluran kemih (Smaill dan Hofmeyr, 2007)3. Tanda infeksi pasca bedah berupa purulent, peningkatan drainase, nyeri tekan, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih (Ayshire dan Arran, 2012)4. Menurut data survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) jumlah persalinan bedah caesar di Indonesia telah mengalami peningkatan sejak tahun 1991 hingga 2007 sebesar 1,3% – 6,8%. Berdasarkan data riskesdas tahun 2010 tingkat persalinan dengan bedah caesar dari 33 propinsi di Indonesia sebesar 15,3%. Sedangkan menurut Timor-leste Demographic Health Survey (DHS) 2010 jumlah persalinan bedah caesar di Timor-leste telah mengalami peningkatan sejak tahun 1990 hingga 2010 sebesar 2%. Antibiotik dianjurkan pada persalinan bedah caesar untuk mengurangi kejadian infeksi yang disebabkan oleh kuman pada saat operasi (Lamont et al,. 2011)5. Agen antibiotik pasca operasi yang sering digunakan dalam persalinan bedah caesar yaitu ampicillin, gentamisin dan metronidazole. Antibiotik tersebut telah terbukti efektif sebagai antibiotik pasca operasi pada bedah caesar (WHO, 2013)6. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik profilaksis terbukti efektif dalam menurunkan kejadian infeksi dan juga dapat mengurangi biaya rumah sakit (Mugford, et al., 1989)7. Di Indonesia sendiri, penelitian tentang efektifitas profilaksis pada pasien bedah caesar di rumah sakit bedah sidoarjo menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik profilaksis terbukti efektif sebesar 89,18%, tidak efektif sebesar 4,05%, yang menunjukkan adanya kejadian infeksi dan 6,75% tanpa keterangan. Antibiotik profilaksis yang digunakan yaitu seftriakson, sefitaksim dan sefotaksim (Prasetya, 2013)8. Terjadi resiko infeksi bedah tersebut mendorong peneliti untuk melakukan evaluasi tentang efektifitas penggunaan antibiotik pasca operasi yang dilihat dari persentase kejadian infeksi pasca bedah Caesar di Rumah sakit Nasional Guido Valadares.
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PASCA OPERASI PADA PASIEN BEDAH CAESAR DI RUMAH SAKIT NASIONAL GUIDO VALADARES TAHUN 2015
5
2. Tujuan Penelitian a) Tujuan umum Mendapatkan persentase data tentang keefektifan antibiotik pasca operasi yang digunakan pada pasien bedah caesar di Rumah Sakit Nasional Guido Valadares Dili tahun 2015. b) Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui keefektifan antibiotik pasca operasi yang digunakan pada pasien bedah caesar di Rumah Sakit Nasional Guido Valadares Dili tahun 2015. 2. Untuk mengetahui gambaran penggunaan antibiotik pasca operasi pada pasien bedah caesar di Rumah Sakit Nasional Guido Valadares tahun 2015, yang dilihat dari jenis antibiotik, dosis, frekuensi pemberian dan lama pemberian. B. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan secara non eksperimental (observasional), dengan rancangan analisis yang digunakan yaitu metode deskriptif. Data yang diperoleh dari penelusuran rekam medik pasien secara retrospektif dan populasi memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang mendapat tindakan bedah sesar di Rumah Sakit Nasional Guido valadares tahun 2015. Teknik pengambilan sampel secara simpel random sampling berdasarkan data rekam medik pasien bedah sesar di rumah sakit Nasional Guido Valadares tahun 2015 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yaitu sebanyak 100 pasien. Berikut kriteria inklusi dan eksklusi : 1. Kriteria inklusi a. Pasien operasi bedah caesar b. Pasien yang mendapatkan antibiotik pasca operasi 2. Kriteria eksklusi a. Pasien dengan data rekam medik kurang lengkap b. Pasien meninggal atau pulang paksa Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Nasional Guido valadares pada bulan Juli 2016. Instrumen yang digunakan dalam penggumpulan data berupa lembar pengumpulan data (LPD) yang terdiri dari: umur,status paritas, jenis bedah caesar, lama perawatan, jenis antibiotik, dosis,interval, lama pemberian dan data laboratorium(leukosit). Teknik analisa data penelitian menggunakan SPSS yaitu analisa analisa Univariat (deskriptif),Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi setiap variabel yang diteliti secara terpisah dengan cara membuat tabel frekuensi dari masing-masing variable. C. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bulan Juli 2016 tentang efektifitas penggunaan antibiotik pasca operasi pada pasien bedah caesar tahun 2015 maka didapatkan hasil yang akan dibahas dalam 2 bagian yaitu karakteristik pasien kemudian dilanjutkan dengan pola penggunaan antibiotik pasca operasi. Penelitian ini merupakan penelitian desktiptif yang hanya dapat memberikan gambaran dari faktor-faktor yang diteliti. Sehingga penelitian ini tidak dapat diberikan informasi
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PASCA OPERASI PADA PASIEN BEDAH CAESAR DI RUMAH SAKIT NASIONAL GUIDO VALADARES TAHUN 2015
6
mengenai korelasi mengenai hubungan sebab akibat dari faktor-faktor yang diteliti. Selanjutnya data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah retrospektif yaitu suatu penelitian berdasarkan rekam medis pasien, melihat kebelakang pada peristiwa yang terjadi di masa lalu, dalam hal ini dilihat dari rekam medis pasien pada tahun 2015. 1. Karakteristik Pasien Tabel 1 Umur Dan Status Paritas No Variabel Kelompok Persentase 1 Berdasarkan umur < 20 tahun 7% 20-35 tahun 81% >35 tahun 12% 2 Berdasarkan status paritas Primipara 37% Multiprara 57% Grand multipara 6% Tabel 1 menunjukkan umur yang memiliki persentase terbesar yakni pada rentang umur 20 – 35 tahun sebesar 81%. Wanita umur 20-35 tahun dianggap ideal untuk menjalani kehamilan dan persalinan (Lidyana, 2004)9. Berdasarkan status paritas pada multipara menunjukkan jumlah terbesar yakni 57%. Persalinan kedua dan ketiga merupakan kedaan yang relatif aman untuk melahirkan pada masa reproduktif, karena pada masa persalinan tersebut keadaan patologis dimana dinding uterus belum mengalami perubahan (Winkjosastro, 2006)10. Tabel 2 Berdasarkan Jenis Caesarea Sectio (SC) Jenis sc Jumlah Persentase LSCS 100 100% Tabel 2 menunjukkan bahwa bahwa dari 100 sampel, jenis SC yang dilakukan adalah LSCS ( lower segment caesarean section). Tabel 3 Berdasarkan Lama Perawatan No Lama perawatan (hari) 1. 3 2. 4 3. 5 4. 6 5. 7 6. 8 7. 9 8. 10 9 14
Persentase 25% 35% 21% 9% 5% 1% 1% 2% 1%
Tabel 3 menunjukkan bahwa lama perawatan pasien paling banyak adalah 4 hari yaitu 35%. Pada pasien bedah caesar di Rumah Sakit Nasional Guido Valadares tahun 2015, didapatkan data lama rawat inap pasien paling banyak selama 3-4 hari. Hasil pengelompokkan tersebut sesuai dengan referensi yang peneliti dapatkan, bahwa lama rawat inap pada pasien bedah caesar antara 2–4 hari, tanpa memperhatikan apakah pembedahan tersebut bersifat elektif atau tidak (Baston dan Hall, 2010)11. Pasien yang diizinkan pulang, karena secara klinis kondisinya sudah membaik dilihat dari hasil laboratorium yaitu nilai leukosit dan suhu tubuh normal.
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PASCA OPERASI PADA PASIEN BEDAH CAESAR DI RUMAH SAKIT NASIONAL GUIDO VALADARES TAHUN 2015
7
2. Pola penggunaan antibiotik pasca operasi pada pasien bedah caesar di rumah Sakit Nasional Guido valadares tahun 2015 Tabel 4. Berdasarkan jenis antibiotik No Jenis antibiotic Persentase 1. Ampicillin 87% 2. Ceftriaxone 13% Tabel 4 menunjukkan bahwa antibiotik yang paling banyak digunakan adalah ampicillin dengan persentase 87%. Penggunaan ampicillin karena memiliki efikasi yang sama dengan sefalosporin generasi 1 dan 2, serta golongan antibiotik tersebut merupakan spektrum luas yang memiliki aktifitas baik terhadap bakteri gram negatif maupun gram positif dan antibiotik ini juga merupakan antibiotik yang direkomendsikan oleh WHO Tabel 5 Berdasarkan dosis No Jenis antibiotic Dosis Persentase 1 Ampicillin 1 gram 87% 2 Ceftriaxone 1 gram 13% Tabel 5 menunjukkan bahwa dosis antibiotik pasca operasi ampicillin dan ceftriaxone yang digunakan adalah 1 gram dengan persentase 100%. Untuk menjamin kadar puncak yang tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan dengan baik, maka diperlukan antibiotik dengan dosis yang cukup tinggi. Pada jaringan target operasi kadar antibiotik harus mencapai kadar hambat minimal hingga 2 kali lipat kadar terapi (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011)12. Tabel 6 Berdaasarkan interval No Jenis antibiotik Interval Persentase 1 Ampicillin Tiap 6 jam 87% 2 Ceftriaxone Tiap 12 jam 13% Tabel 6 dapat diketahui bahwa interval pemberian antibiotik pasca operasi pada pasien bedah caesar di Rumah sakit Nasional Guido Valadares antibiotik ceftriaxone diberikan tiap 6 jam sebanyak 13% dan antibiotik ampicillin diberikan tiap 12 jam sebanyak 87%. Penggunaan obat dengan frekuensi tidak konstan dapat menyebabkan kadar obat dalam jaringan berfluktuasi tidak teratur. Pada frekuensi yang pendek, kadar obat dalam jaringan dapat meningkat, sedangkan frekuensi panjang, kadar obat menjadi rendah. Tabel 7 Berdasarkan lama pemberian No Jenis antibiotik Lama pemberian (hari) Persentase 1 Ampicillin 3 53% 2 Ceftriaxone 4 47% Tabel 7 menunjukkan bahwa lama pemberian antibiotik pasca operasi yang paling banyak adalah 3 hari dengan persentase 53%. Lama pemberian antibiotik pasca operasi di Rumah Sakit Nasional Guido Valadares antara 3–4 hari. Secara umum antibiotik pasca operasi digunakan selama 3 hari dengan hilangnya tanda infeksi.
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PASCA OPERASI PADA PASIEN BEDAH CAESAR DI RUMAH SAKIT NASIONAL GUIDO VALADARES TAHUN 2015
8
Tabel 8 Evaluasi penggunaan antibiotik pasca operasi No Efektifitas 1. Efektif 2. Tidak efektif
Persentase 49% 51%
Tabel 8 dapat diketahui bahwa efektifitas penggunaan antibiotik pasca operasi pada pasien bedah caesar di Rumah sakit Nasional Guido Valadares yang efektif ada 49% dan tidak efektif ada 51%. Hal ini dilihat dari keterangan hasil pemeriksaan laboratorium pasien yang dilihat dari angka leukosit. Leukosit merupakan salah satu sel dalam sistem imun yang berperan dalam melawan infeksi serta melindungi tubuh dengan memfagosit organisme asing dam mempreduksi atau mengangkut antibodi. Nilai normal leukosit di Rumah Sakit Nasional Guido Valadares adalah 10/L. Nilai yang mengalami peningkatan lebih dari normal disebut leukositosis (Kemenkes RI, 2011)13. Penyebab dari leukositosis antara lain karena adanya infeksi bakteri (khususnya bakteri piogenik, lokal atau generalisata), inflamasi dan nekrosis jaringan, kelainan metabolik, perdarahan akut atau hemolisis, terapi kortikosteroid (Hoffbrand et al, 2002)14. D. SIMPULAN Dari penelitian mengenai “Efektifitas Penggunaan Antibiotik Pasca Operasi Pada Pasien Bedah Caesar Di Rumah Sakit Nasional Guido Valadares Pada Tahun 2015” diperoleh hasil : 1. Berdasarkan penggunaan antibiotik profilaksis pasca operasi yang digunakandi Rumah Sakit Nasional Guido Valadares tahun 2015 menunjukkan bahwa 49% terbukti efektif. 2. Pola penggunaan antibiotik profilaksis untuk pasien yaitu a. Berdasarkan jenisnya, paling banyak menggunakan ampicillin dengan persentase 87%. b. Berdasarkan dosis pemberian, sebanyak 100% dosis yang diberikan 1 gram c. Berdasarkan frekuensi pemberiannya ada 2 yaitu tiap 6 sebanyak 13% dan 12 jam sebanyak 87%. d. Berdasarkan lama pemberian diberikan selama 3 hari sebanyak 53% dan 4 hari sebanyak 47%. E. UCAPAN TERIMA KASIH Seluruh civitas akademik STIKES Ngudi waluyo Ungaran, Ketua Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran dan kepada semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu. F. DAFTAR PUSTAKA 1. Khan, S.A., et al., 2006, Survey and evaluation of antibiotic prophylaxia usage in surgery wards of tertiary level institution before and after implimentation of clinical guideline 2. Janiwarty, B. & Pieter, H.Z., 2013, Pendidikan Psikologi untuk Bidan-Suatu teori dan Terapannya, Yogyakarta, Andi Yogyakarta, 262-263. 3. Smaill F. & Hofmeyrs G. J., 2007, AntibioticProphylaxis for Cesarean Section (Review), Jhon Wiley & Sons, Ltd EFEKTIFITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PASCA OPERASI PADA PASIEN BEDAH CAESAR DI RUMAH SAKIT NASIONAL GUIDO VALADARES TAHUN 2015
9
4. Ayrshire. & Arran., 2012, How to help prevent and detect wound infection following a Caesarean section, www.nhsaaa.net, (diakses tanggal 22 April 2016). 5. Lamont, R. F., Sobel, J., Kusanovic, J.P., Vaisbuch, E., Tovi, S.M., Kim, S. K.,et al.,2011, Current Debate on the Use of Antibiotic Prophylaxis for Cesarean Section, National Institutes Health Public Access,18 (2), 193-201 6. WHO, 2003, Managing Complications in Pregnancy and Childbirth: a Guide for Midwives and Doctors, 275-285, Geneva, World Health Organization 7. Mugford, M., Kingston, J. & Chalmers, L., 1989, Reducing the incidence of infection after caesarean section: implications of prophylaxis with antibiotics for hospital resources, BMJ, 299, 1003-1006 8. Prasetya, D.B., 2013, Efektifitas Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Pasien Sectio Caesarea Elektif Di Rumah Sakit Sidoarjo, Jurnal Ilmiah, Surabaya: Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya 9. Lidyana, V. 2004. Melahirkan di Atas Usia 30 Tahun. Jakarta: Restu Agung 10. Winkjosastro, H. 2006.Ilmu Kebidanan . Jakarta: YBP - SP 11. Baston, H. & Hall, J., 2009, Midwifery Essentials Postnatal Volume 4, Jakarta, EGC, 75-76. 12. KEMENKES RI, 2011, Pedoman Pelayanan Kefarmasian untuk Terapi Antibiotik,Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 13. PERMENKES RI, 2011,Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik,Kementrian Kesehatan RI, Jakarta, 874 14. Hoffbrand, A. V, Pettit, J. E. & Moss, P. A. H., 2002, Kapita Selekta Hematologi,diterjemahkan oleh Setiawan, L. & Mahanani, D. A. 110-111, Jakarta, EGC
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PASCA OPERASI PADA PASIEN BEDAH CAESAR DI RUMAH SAKIT NASIONAL GUIDO VALADARES TAHUN 2015
10