122
EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP DHARMA BHAKTI SURABAYA
Oleh: Dede Andy Saputro IKIP Widya Darma
Abstrak: Rancangan penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika dengan model group investigation terhadap hasil belajar siswa kelas VIIA SMP Dharma Bhakti Surabaya dan untuk mendeskripsikan aktivitas guru dan siswa, respon siswa, hasil belajar dan katagori pembelajaran efektif. Melalui teknik random sampling, sampel yang diteliti adalah siswa kelas VIIA SMP Dharma Bhakti Surabaya yang berjumlah 24 siswa, terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data meliputi teknik tes, teknik observasi, teknik angket respon siswa dan dokumentasi. Teknik analisis data meliputi data hasil belajar, data guru mengelola pembelajaran di kelas, data aktivitas siswa dan guru, dan angket respon siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang tuntas belajar sebanyak 87,5%. Aktivitas siswa dan guru berada dalam waktu ideal yang sudah ditentukan sebelumnya. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran menunjukkan tingkat kemampuan guru yang baik. Respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model group investigation menunjukkan respon positif. Kata kunci: Efektivitas Pembelajaran, Model Group Investigation, Hasil Belajar
PENDAHULUAN Salah satu faktor yang paling penting bagi kehidupan adalah masalah pendidikan. Tanpa adanya pendidikan bangsa tidak akan maju, mengingat pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Untuk menempuh proses belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan seharusnya memiliki rencana untuk mengetahui karakteristik siswa, sehingga siswa dapat belajar dengan baik dan tepat pada proses pembelajaran. Dengan karakteristik yang dimiliki siswa dapat diketahui dengan dua faktor yaitu faktor formal maupun non formal. Pendidikan dapat diperoleh, baik secara formal maupun non formal. Pendidikan secara formal adalah mengajar, sedangkan inti proses pengajaran adalah siswa belajar. Sehingga, mengajar tidak dapat dipisahkan dari belajar. Sedangkan istilah kependidikan
123
dikenal dengan proses pembelajaran. Menganalisis proses pembelajaran pada intinya bertumpu pada suatu persoalan, yaitu bagaimana guru memberi kemungkinan bagi siswa agar terjadi proses belajar yang efektif serta dapat mencapai hasil sesuai tujuan. Sedangkan pendidikan secara non formal adalah pengetahuan yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari, dan berbagai pengalaman baik yang dialami atau dipelajari dari orang lain. Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada guru kelas VII pada hari kamis 21 Januari 2016, diperoleh informasi bahwa saat terjadi proses pembelajaran matematika banyak ditemui permasalahan dan didukung oleh hasil observasi yang dibuktikan oleh hasil tes tulis berdasarkan nilai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) matematika kelas VII yaitu 70, ada sekitar 60% dari siswa kelas VIIA yakni 25 siswa dan VIIB yakni 27 siswa mendapat nilai ≤ 70. Salah satu masalah yang sering dihadapi guru adalah siswa kurang percaya diri dalam menyelesaikan tugas individu maupun tugas kelompok. Terutama pada tugas individu, siswa yang selalu mengerjakan tugas individu yang diberikan guru merupakan siswa yang rajin dan memiliki kemampuan lebih dalam matematika. Namun, siswa yang tidak mengerjakan tugas individu yang diberikan guru hanya mencotek ke teman-temannya di kelas. Sedangkan dalam menyelesaikan tugas kelompok, siswa mengalami kesulitan dalam menyampaikan informasi atau pendapatnya secara pribadi kepada teman sebaya ataupun guru. Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian yaitu : a. Bagaimana aktivitas guru dalam mengelola kelas saat proses pembelajaran berlangsung ? b. Bagaimana aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan penerapan model group investigation ? c. Bagaimana respon siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika terhadap materi garis dan sudut dengan penerapan model group investigation? d. Bagaimana hasil belajar siswa pada pelajaran matematika terhadap materi garis dan sudut setelah menggunakan model group investigation ? e. Bagaimana pembelajaran dapat dikatakan efektif ?
Kajian Teori Hakikat Efektivitas Pembelajaran
124
Efektivitas secara umum menunjukkan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang ditentukan. Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan umum keefektifan pengajaran, yaitu : (1) Presentasi waktu belajar sisiwa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM. (2) Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa. (3) Ketepatan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan. (4) Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan struktur kelas yang mendukung butir (2), tanpa mengabaikan butir (4). Pembelajaran efektif menghendaki guru agar melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa mampu menemukan hubungan antara informasi yang baru dengan informasi yang dimiliki sebelumnya. Untuk mengetahui keefektifan pembelajaran dalam penelitian ini, dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara lain : (1)
Aspek ketuntasan belajar siswa Aspek ini dapat dilihat dengan memperhatikan tingkat penguasaan siswa terhadap
meteri yang diberikan oleh guru secara individu tidak kurang dari 60% tuntas belajar dan secara klasikal tidak kurang dari 75% tuntas belajar.
(2)
Aspek aktivitas
Aspek ini dapat dilihat melalui hasil pengamatan langsung pada aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan hasil dari pengamatan tersebut seluruh aktivitas siswa dan guru berada dalam rentang waktu yang sudah ditentukan. (3)
Aspek pengelolaan kegiatan pembelajaran
Aspek ini dapat dilihat dari pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung dari membuka pelajaran sampai menutup pelajaran dengan menunjukkan tingkat kemampuan guru sangat baik atau baik. (4)
Aspek respon siswa
Aspek ini dapat ditentukan dari kesesuaian respon siswa yang menunjukkan respon positif dalam menggunakan suatu metode pembelajaran. Dalam penelitian ini, pembelajaran yang diterapkan dikatakan efektif jika keempat aspek di dalamnya telah mencapai aspek 1, 2, 3 dan 4. Hakikat Matematika
125
Kata “Matematika” berasal dari kata mathema dalam bahasa yunani diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar, juga mathematikes yang diartikan sebagai suka belajar. Hakikat matematika ialah sebuah ilmu dasar yang tidak hanya diajarkan dari sekolah dasar sampai jenjang yang lebih tinggi, tapi matematika juga merupakan sebuah ilmu yang dapat digunakan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. A. Penerapan Model Group Investigation dalam proses pembelajaran Matematika Model group investigation merupakan sebuah model pembelajaran yang meningkatkan kreatifitas siswa dalam mempelajari masalah. Untuk menerapkan model group investigation secara benar dan tepat ikuti langkah-langkah dalam menjalankan model group investigation, sehingga bisa diterapkan kepada siswa dengan apa yang diharapkan. Berikut ini langkahlangkah untuk menerapkan model group investigation sebagai berikut : 1.
Guru menyampaikan materi secara singkat dari materi yang akan dibahas. Contoh : definisi materi-materi, jenis-jenis materi, dan perlu sendikit latihan contoh soal.
2.
Guru menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa akan cepat menangkap pelajaran yang diberikan guru, dan menghubungkan materi garis dan sudut dengan pemahaman siswa sehingga mudah dipelajari. Contoh : coba lihat jam dinding di depan kelas, lihatlah pangkal jarum jam dan panah jarum jam besar apa bisa dikatakan garis ? Dari dua jarum jam yang kalian lihat apakah bisa membentuk sudut ?
3.
Guru membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 sampai 6 siswa secara homogen, homogen yaitu tiap kelompok memiliki sifat, tingkah laku dan karakteristik yang sama. Contoh : guru menggelompokan siswa, caranya dengan memisahkan yang pintar jadi bisa seimbang dalam menyelesaikan LKK 1 dan LKK 2.
4.
Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus dikerjakan. Contoh : mengerjakan tugas LKK 1 dan LKK 2 pada materi garis dan sudut secara kelompok dan setiap anggota harus membagi tugas untuk mengerjakan dengan diskusi.
5.
Guru memanggil ketua-ketua kelompok untuk menggambil materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya. Contoh : memberi tugas LKK 1 dan LKK 2 tentang garis dan sudut terhadap semua kelompok.
6.
Masing-masing kelompok membahas materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya. Contoh : tiap kelompok mengerjakan tugas LKK 1 dan LKK 2 secara diskusi kelompok untuk menyelesaikan masalah tentang garis dan sudut.
126
7.
Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya. Contoh : mempresentasikan hasil kelompok tentang garis dan sudut di depan kelas.
8.
Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya. Contoh : tiap kelompok saling bertanya ke kelompok yang sedang presentasi tentang garis dan sudut.
9.
Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi kesalahan konsep dan memberikan kesimpulan. Contoh : guru memberi penjelasan bila ada kekurangan kelompok saat presentasi dan memberi masukan tentang garis dan sudut.
10. Evaluasi. Contoh : guru menggulang materi garis dan sudut yang tidak dimengerti. Dari langkah-langkah model group investigation dilaksanakan pada proses pembelajaran di kelas, sehingga mengakibatkan tuntunan/tahapan dalam pembelajaran model group investigation.
PEMBAHASAN Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIA dengan jumlah siswa 24 orang, yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Sedangkan kelas VIIB yang berjumlah 24 siswa sebagai kelas uji instrument tes hasil belajar untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrument sebelum diujikan pada sampel penelitian.
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Metode Deskriptif” karena dalam pelaksanaan penelitian ini banyak digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang sesuai dengan ketegori tertentu untuk mendeskripsikan seberapa efektifitas pembelajaran dengan menggunakan suatu metode yang digunakan terhadap hasil belajar siswa. Peneliti menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif untuk mendiskripsikan tentang efektifitas pembelajaran matematika dengan
model group investigation (Investigasi
Kelompok) terhadap hasil belajar siswa kelas VIIA. Sedangkan data kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang meliputi data hasil ketuntasan belajar siswa, data kemampuan guru mengelola pembelajaran, aktivitas siswa dan guru, dan respon siswa pada saat menggunakan model. Teknik Pengumpulan Data Keberhasilan penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang digunakan, sebab data yang diperlukan untuk pertanyaan dalam penelitian ini diperoleh melalui instrumen yang
127
diberikan kepada siswa. Dan tekhnik pengumpulan data merupakan sebuah teknik yang digunakan oleh seorang peneliti dalam memperoleh data yang dibutuhkan. Adapun teknik pengumpulan data dan isntrumen penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Teknik Tes Peneliti menggunakan tekhnik tes untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa sebagai upaya menilai ranah kognitif dari masing-masing siswa, materi tes yang diberikan adalah sesuai dengan materi yang diajarkan. Data ketuntasan belajar siswa diperoleh dengan cara memberikan tes kepada siswa sesudah model pembelajaran disampaikan. Instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah tes tulis yang tediri dari 8 soal homogenitas, 10 soal LKK 1, 9 soal LKK 2, 5 soal tes individu 1, 5 soal tes individu 2 dan 8 soal posttest soal uraian. b. Teknik Observasi Observasi disebut pula dengan pengamatan. Peneliti menggunakan tekhnik ini untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa dan aktivitas guru serta kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran selama proses pembelajaran matematika berlangsung dengan model group investigation (investigasi kelompok). Adapun teknik observasi terdiri dari : 1) Data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran Data kemampuan guru diperoleh dengan melakukan observasi terhadap kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung oleh pengamat untuk setiap kali pertemuan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan dan dilakukan dengan cara memberi skor pada setiap aspek dalam lembar observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran. 2) Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran Data aktivitas siswa diperoleh melalui pengamatan terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung oleh dua orang pengamat. Pengamatan dilakukan dengan mengamati aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran, selanjutnya pengamat mencatat kode aktivitas siswa pada kolom yang terdapat pada lembar observasi aktivitas siswa. 3) Data aktivitas guru selama proses pembelajaran Data aktivitas diperoleh dengan melakukan observasi terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung oleh pengamat untuk setiap kali pertemuan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan dan dilakukan dengan cara mencatat kode aktivitas guru pada kolom yang terdapat pada lembar observasi aktivitas guru c. Teknik Angket
128
Teknik angket digunakan untuk mengetahui seberapa besar respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model group investigation (investigasi kelompok). Angket yang dibuat berupa daftar pertanyaan sederhana yang diberikan kepada siswa setelah proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model group investigation (investigasi kelompok). Peneliti menggunakan angket respon siswa untuk menilai ranah afektif siswa. Lembar angket diisi oleh siswa dengan memberi tanda cek (√) pada jawaban yang sesuai dengan penilaian mereka terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. d. Dokumentasi Dokumentasi ini digunakan untuk mendapat keterangan tentang hasil belajar siswa terhadap model group investigation secara mulai sampai akhir pembelajaran, penerangan pengetahuan terbaru bagi siswa sehingga pembelajaran semakin menyenangkan dan didukung oleh tes wawancara yang bukti dari proses pembelajaran berlangsung dari awal sampai akhir pembelajaran
HASIL Hasil Penelitian Hasil dari analisis data yang sudah diperoleh untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika dengan model group investigation terhadap hasil belajar siswa kelas VIIA. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran ada empat aspek yang diteliti, antara lain ketuntasan belajar siswa, aktivitas siswa dan guru, kemampuan guru mengelola pembelajaran dan respon siswa. Ketuntasan Belajar Siswa Dalam penelitian ini, peneliti memberikan tes kepada 24 siswa dan hasil dari tes dihitung dengan bantuan Microsoft Excel 2007. Pada Tabel 4.12 dapat dilihat hasil perolehan skor tes yang diberikan kepada masing-masing siswa yang tuntas ada 19 siswa memperoleh skor di atas 70% atau di atas 70 dan ada 4 siswa yang tidak tuntas. Sedangkan secara klasikal dari 19 siswa yang mengikuti tes ada 80% yang tuntas.
Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran ditunjukkan pada tabel 4.13 yang dihitung dengan mencari rata-rata dari ke dua pertemuan kemudian melihat hasil rata-rata pada kriteria
129
kemampuan guru. Kriteria kemampuan guru diperoleh dari rumus sturges untuk memperoleh banyak kelas dan juga rentang penilaian. Dari ke dua pertemuan menunjukkan tingkat kemampuan guru berada pada kriteria baik. Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran adalah efektif.
Aktivitas Siswa dan guru selama mengikuti pembelajaran Aktivitas siswa dan guru diperoleh berdasarkan hasil pengamatan yang dicatat selama 5 menit sekali dalam tiap pertemuan. Adapun hasil aktivitas siswa ditunjukkan pada Tabel 4.15 yang menunjukkan setiap aktivitas siswa berada dalam rentang waktu ideal yang telah ditentukan. Dan pada Tabel 4.16 menunjukkan setiap aktivitas guru berada dalam rentang yang sudah ditentukan, Sehingga aktivitas tersebut adalah efektif.
Respon Siswa terhadap model group investigation Pada perolehan skor angket yang diberikan kepada masing-masing siswa, sebanyak 1 siswa atau 4% dari jumlah siswa beranggapan negatif dengan model group investigation. Sedangkan 23 siswa atau 96% dari jumlah siswa beranggapan positif dan sebanyak 24 siswa atau 100% dari jumlah siswa beranggapan positif terhadap suasana belajar di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa siswa merasa kegiatan pembelajaran di kelas memotivasi siswa untuk mengikuti sampai kegiatan pembelajaran tersebut berakhir. PENUTUP Simpulan yang diambil berlaku untuk subyek penelitian yaitu siswa kelas VIIA SMP Dharma Bhakti Surabaya tahun pelajaran 2016/2017 pada materi garis dan sudut. Berdasarkan analisis data penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut : 1.
Siswa yang tuntas belajar sebanyak 87.5% adalah 21 siswa yang tuntas belajar dan siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 4 siswa.
2.
Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran pada setiap pertemuan adalah baik.
3.
Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa dan guru berada dalam rentang waktu yang sudah ditentukan dan aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh siswa adalah
a. Memperhatikan penjelasan guru/teman b. Mengerjakan/menyelesaikan masalah c. Tanya jawab kepada guru/teman
130
Sedangkan aktivitas yang dilakukan siswa saat melakukan/ mempraktekkan model group investigation adalah siswa menggerjakan dengan kelompok untuk berdiskusi menyelesaikan soal dan berpresentasi di depan kelas untuk saling bertukar masalah. Aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh guru adalah a.
Memberikan latihan
b.
Menyampaikan bahan
c.
Mengamati kegiatan siswa
4.
Respon yang ditunjukkan oleh siswa adalah positif dan dapat dikatakan bahwa model group investigation membuat siswa lebih mengutamakan pendapat dan
termotivasi dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga dapat mempermudah siswa dalam menggerjakan garis dan sudut. 5. Pembelajaran dikatakan efektif jika kualitas pembelajaran yang diberikan guru harus baik, kesesuaian tingkat pembelajaran kepada siswa baik, usaha memotivasi yang diberikan dapat diterima dengan baik oleh siswa, dan waktu yang digunakan sesuai dari target pembelajaran. Berdasarkan analisis data ketuntasan belajar siswa, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, aktivitas siswa dan guru, dan respon siswa serta, maka dapat disimpulkan bahwa model group investigation efektif dalam pembelajaran matematika kelas VIIA SMP Dharma Bhakti terhadap materi garis dan sudut. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendeekatan Dengan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara Budimansyah. 2007. Belajar Kooperatif Model Kelompok dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa kelas V SD. Malang: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra SD. Ngalimun. 2012. Strategidan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Presindo. Slavin, Robert. E, 2006. Psikologi Pendidikan Teori & Praktik Jilid 2. Jakarta: PT Indeks. Susetyo, Budi. 2010. Statistik untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inofatif-Progresrif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
131
ANALISIS PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN MOJOKERTO
Oleh: M. Riadhos Solichin IKIP Widya Darma
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendidikan dan
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mojokerto serta untuk mengidentifikasi pengaruh tingkat pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mojokerto. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan sampel data pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendidikan tertinggi dari tahun 2003-2013. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik.Teknik analisis yang digunakan dengan metode analisis regresi sederhana. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mojokerto selama kurun waktu penelitian mengalami pertumbuhan meskipun pertumbuhannya mengalami fluktuatif. Pertumbuhan tamatan pendidikan tingkat SMA dan Perguruan Tinggi selama kurun waktu penelitian mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dimana TPT didominasi oleh pendidikan SMA dibanding Perguruan Tinggi. Dari hasil penghitungan pengaruh pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 64.08 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mojokerto. Kata Kunci : Tingkat pendidikan, Pertumbuhan Ekonomi.
PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu negara meningkat dalam jangka panjang. Tujuan utamanya adalah menciptakan pertumbuhan dan peningkatan sumber daya manusia (SDM), dimana secara potensial Indonesia mempunyai kemampuan sumber daya manusia yang cukup untuk dikembangkan.Pembangunan ekonomi pada hakekatnya merupakan serangkaian usaha untuk
132
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
dengan
pemerataan
pendapatan.Dengan
diberlakukannya otonomi daerah, daerah diberikan kekuasaan penuh untuk melakukan pembangunan untuk mensejahterakan masyarakatnya. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan ekonomi daerah adalah terjadinya pertumbuhan ekonomi dimana terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat. Pembangunan ekonomi di suatu daerah tidak dapat dilepaskan dari pertumbuhan ekonomi (Economic Growth), dimana pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi memperlancar pembangunan ekonomi suatu negara maupun daerah. Menurut Boediono dalam Tarigan (2007) pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto atau pendapatan nasional rill. Dalam hal ini pertumbuhan ekonomi diperlukan dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Pertumbuhan ekonomi tinggi dalam era otonomi daerah juga merupakan salah satu tujuan perekonomian suatu wilayah. Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah sumber daya manusia (pendidikan). Sektor pendidikan dianggap memainkan peran utama untuk membentuk kemampuan
sebuah
negara
berkembang
untuk
menyerap
teknologi
modern
dan
mengembangkan kapasitas produksi agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan (Todaro, 2006). Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya manusia. Menurut Sukirno (2004), “menjelaskan bahwa pendidikan merupakan satu
investasi yang sangat
berguna untuk pembangunan ekonomi”.Tidak ada satupun negara dapat mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan tanpa investasi modal manusia secara substansial. Pendidikan memperkaya pemahaman manusia dan dunia. Pendidikan juga meningkatkan kualitas hidup manusia dan manfaat sosial yang lebih luas baik untuk individu maupun masyarakat. Pendidikan meningkatkan produktivitas dan kreativitas tenaga kerja serta meningkatkan kewirausahaan dan kemajuan teknologi. Bahkan, pendidikan memainkan peran yang penting dalam menyelamatkan kemajuan sosial dan ekonomi dan meningkatkan distribusi pendapatan (Ozturk dalam Riswandi, 2009).
133
Pendidikan diposisikan sebagai sarana untuk peningkatan kesejahteraan melalui pemanfatan kesempatan kerja yang ada dan mencerminkan tingkat kepandaian atau pencapaian pendidikan formal dari penduduk karena semakin tingginya tamatan pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan kerja atau produktivitas seseorang dalam bekerja. Tujuan akhir program pendidikan adalah teraihnya lapangan kerja yang diaharapkan. Pendidikan juga mencerminkan tingkat kepandaian atau pencapaian pendidikan formal dari penduduk karena semakin tingginya tamatan pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan kerja atau produktivitas seseorang dalam bekerja. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui tamatan pendidikan diharapkan dapat mengurangi jumlah pengangguran, dengan asumsi tersedianya lapangan pekerjaan formal. Pada umumnya untuk bekerja di bidang perkotaan atau pekerjaan yang bergengsi membutuhkan orang-orang atau tenaga kerja berkualitas, profesional dan sehat agar mampu melaksanakan tugas-tugas secara efektif dan efisien. Pendidikan dapat menjadikan sumber daya manusia lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi perubahan dan pembangunan suatu negara. Pemerintah mempuayai peran aktif dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan agar SDM yang dihasilkan dapat menjadi sumber untuk pembangunan negara maupun daerah dan salah satu usaha pemerintah untuk memajukan pendidikan yaitu dengan mencanangkan program wajib belajar sembilan tahun. Pendidikan memainkan peranan utama dalam membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk menciptakan pengetahuan baru, menyerap teknologi modern, melahirkan tenaga – tenaga ahli serta mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan. Teori yang berkaitan dengan pendidikan dan pertumbuhan ekonomi adalah Teori Modal Manusia. Dalam teori ini menyebutkan bahwa pendidikan memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Apabila seseorang yang tingkat pendidikannya lebih tinggi, dan lamanya dalam menempuh pendidikan akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikannya yang lebih rendah. Apabila upah pekerja mencerminkan produktivitas, maka semakin banyak penduduk yang memiliki pendidikan tinggi, maka semakin tinggi produktivitas dan ekonomi nasional akan tumbuh dengan baik (Simanjuntak dalam Indrasari, 2009). Teori yang menempatkan modal manusia sebagai faktor kunci dan dianggap sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi (engine of growth) adalah teori pertumbuhan endogen, dimana teori berpandangan bahwa sumber-sumber pertumbuhan adalah peningkatan akumulasi modal dalam arti yang luas. Dampak investasi fisik dan kualitas sumber daya manusia serta
134
investasi dalam riset dan teknologi biasanya tidak sepenuhnya ditangkap oleh investor. Hal ini berarti kegiatan investasi yang dilakukan akan menyebabkan spill over sektor lain. Adanya stok pengetahuan maupun ide-ide baru dalam perekonomian mendorong munculnya motivasi yang dapat diwujudkan dalam kegiatan inovatif yang pada akhirnya meningkatkan produktivitas. Bagi perekonomian agregat, hal ini akan menciptakan kondisi increasing return to scale akibat dari eksternalitas perkembangan pengetahuan (Todaro dan Smith, 2006). Individu yang memperoleh pendidikan tinggi cenderung memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan. Maka semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi pula pendapatan yang diperoleh. Pendidikan dapat meningkatkan produktivitas kerja seseorang, yang kemudian akan meningkatkan pendapatannya. Peningkatan pendapatan ini berpengaruh pula terhadap pendapatan daerah yang bersangkutan, yang kemudian akan meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat yang berpendapatan rendah. Yang semua itu merupakan buah dari pendidikan yang diterima selama masa pendidikan sehingga ini menunjukan bahwa pendidikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Berdasarkan latar belakang diatas mengenai pendidikan dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mojokerto, maka penulis tertarik untuk mengkaji sejauh mana “Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Mojokerto”. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara 2 variabel yakni variabel tingkat pendidikan dengan variabel pertumbuhan ekonomi. Kemudian dianalisis menggunakan analisis linear sederhana, yang bermaksud untuk meramalkan bagaimana keadaan variabel dependen bila variabel independen dimanipulasi. Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel independen adalah tingkat pendidikan sedangkan variabel dependen adalah pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mojokerto. Subjek Penelitian Populasi atau obyek dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan dan pertumbuhan ekonomi di kabupaten Mojokerto. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah tingkat pendidikan dan pertumbuhan ekonomi di kabupaten Mojokerto tahun 2003 – 2013. Jenis data yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan bentuk time series dari
135
Tahun 2003-2013. Sumber data yang digunakan diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mojokerto dan Provinsi Jawa Timur. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data suatu obyek yang kemudian digunakan untuk menyusun hasil penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi yaitu cara pengumpulan data melalui dokumen tertulis, terutama berupa arsip dan juga termasuk buku-buku tertentu, pendapat, teori, atau hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dokumen yang diperlukan adalah data PDRB Kabupaten Kabupaten Mojokerto dan tingkat pendidikan (SMA dan Perguruan Tinggi) Kabupaten Mojokerto tahun 2003-2013. Teknik Analisis Data Untuk menyederhanakan data agar mudah dibaca serta diinterprestasikan, maka data harus dianalisis sehingga dapat diambil kesimpulan tentang obyek. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Analisis statistik deskriptif Teknik analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif adalah teknik yang digunakan untuk menjelaskan keadaan variabel tingkat pendidikan dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2003 sampai 2013. 2. Analisis Regresi Sederhana Metode analisis data yang menggunakan teknik analisis regresi linear sederhana.Menurut sugiyono (2008) regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen.Untuk mengetahui seberapa besar variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. Bentuk umum dari persamaan regresi dinyatakan dengan persamaan matematika, yaitu:: Y = a + bX + e Keterangan : X = Tingkat pendidikan Y= Pertumbuhanekonomi A= Kostanta, yaituharga Y bila X = 0
136
b = Koefisien regresi, yaitu angka yang menunjukkan peningkatan atau penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Jika b (+) maka terjadi kenaikan, jika (-) maka terjadi penurunan. e = Faktor Pengganggu
a. Uji Hipotesis Uji t Uji signifikansi parameter individual (uji t) dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak terikat secara individual
dan
menganggap
variabel
lain
konstan
(Ghozali,2007).
Pengujiantingkatsignifikandarimasing – masingkoefisienregresidigunakanuji t – test yaitu : a) Prob.t statistic < α, artinya variabel independen mempengaruhi variabel dependen. b) prob.t statistic >α, artinya variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen. Kriteriapengambilankeputusan : a) t hitung ≤ t table atau atau jika probabilitas t-hitung > tingkatα (5%), maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya secara individu tidak ada pengaruh yang berarti antara variabel independen terhadap variabel dependen. b) t hitung ≥ t table atau jika probabilitas t-hitung < tingkat α (5%), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya secara individu terdapat pengaruh yang berarti antara variabel independen terhadap variabel dependen. Uji Signifikansi Bersama – sama ( UJi F) MenurutGhozali(2007) uji F dilakukan untuk melihat apakah variabel-
variabel bebas (variabel independent) secara serempak berpengaruh nyata pada variabel terikatnya (variabel dependent).Untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama, menggunakan uji F dengan membuat hipotesis sebagai berikut :
137
Ho : b1 = 0
tidak ada pengaruh antara variabel Tingkat Pendidikan dengan Pertumbuhan Ekonomi.
Ho : b1 ≠ 0
ada pengaruh positif antara variabel Tingkat Pendidikan dengan Pertumbuhan Ekonomi.
Pada tingkat signifikasi (α) 5% kiteria pengujian yang digunakan sebagai berikut. a) Jika F-dihitung > F-tabel atau jika probabilitas F-hitung <α(5%) maka Ho di tolak, artinya variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan (hipotesis diterima). b) Jika F-dihitung < F-tabel, atau jika probabilitas F-hitung > tingkat 0,05 maka Ho di terima, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan (hipotesis ditolak). Uji R2 ( koefisien determinasi / R square ) Analisis determinasi dalam regresi digunakan untuk mengetahui prosentase sumbangan pengaruh variabel independen ( X ) terhadap variabel dependen ( Y ). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar prosentase variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variabel dependen (Ghozali,2005).
b. Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian ini juga
dimaksudkan untuk memastikan bahwa di dalam model regresi yang
digunakan tidak terdapat multikolonieritas dan heteroskedastisitas serta untuk memastikan bahwa data yang dihasilkan berdistribusi normal (Ghozali, 2007).
Uji normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat
138
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal apada grafik atau melihat histogram dari residualnya (Ghozali, 2007). Uji Heteroskedasitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan
variance
dari
residual
satu
pengamatan
ke
pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas berarti bahwa variasi residual tidak sama untuk semua pengamatan. Heteroskedastisitas bertentangan dengan salah satu asumsi dasar regresi untuk
memenuhi homoskedastisitas, yaitu
komponen error sama untuk semua pengamatan. Menurut Gujarati (2003) bahwa masalah heteroskedastisitas nampaknya menjadi lebih biasa dalam data cross section dibandingkan dengan data time series. Uji Lineritas Uji terhadap linieritas berguna untuk mengetahui kebenaran bentuk model empiris yang digunakan dan menguji variabel yang relevan untuk dimasukkan dalam model empiris.Untuk uji linieritas dalam penelitian ini digunakan Uji Ramsey (Ramsey RESET test), dimana kriterianya bila probabilitas F hitung > α (5%), maka spesifikasi model sudah benar (Rustiono,2008). Uji Autokorelasi Autokorelasi
adalah
keadaan
dimana
gangguan
pada
periode/
observasi tertentu berkorelasi dengan gangguan pada periode/ observasi lain yang berurutan, dengan kata lain gangguan tidak random. Akibat dari adanya autokorelasi adalah parameter yang diamati menjadi bias dan variannya tidak minimum, sehingga tidak efisien (Gujarati, 2003). Untuk mengetahui ada tidaknya outokorelasi dapat dilihat dari hasil estimasi, dengan melihat nilai Durbin-Watson statistik. Lolos autokorelasi jika 1,54 < DW < 2,46 (Ghozali, 2007). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Secara umum jika kita melihat kondisi perekonomian Kabupaten Mojokerto dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2013 setelah terjadinya krisis ekonomi di Indonesia mengindikasikan perekonomiannya kearah yang lebih baik dimana terjadi pertumbuhan yang terus meningkat tiap tahunnya. Jika kita melihat kebelakang ketika terjadi krisis
139
ekonomi tahun 1998 hampir disemua daerah perekonomiannya mengalami minus akibat dampak dari krisis tersebut tak terkecuali Kabupaten Mojokerto. Tabel 1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Mojokerto Tahun 2003-2013 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pertumbuhan Ekonomi (persen) 3.70 5.07 6.93 5.13 5.78 5.69 5.03 6.87 7.03 7.21 6.92
Sumber : BPS Kabupaten Mojokerto (diolah)
Jika kita melihat data diatas selama kurun waktu tahun 2003 sampai tahun 2005 perekonomian Kabupaten Mojokerto terus mengalami pertumbuhan dimana tahun 2005 pertumbuhan ekonominya mencapai 6,93 persen. Setelah itu di tahun berikutnya pertumbuhannya mengalami penurunan yang hanya 5,13 persen hal ini imbas dari kenaikan harga BBM ditahun sebelumnya. Setelah itu jika kita cermati selama kurun waktu 2007 sampai tahun 2010 pertumbuhannya mengalami fluktuatif dikisaran 5 persen ini diakibatkan dampak dari krisis global yang juga mempengaruhi perekonomian Kabupaten Mojokerto. Semakin membaiknya perekonomian nasional juga berdampak langsung terhadap perekonomian Kabupaten Mojokerto ini bisa dilihat tahun 2010 pertumbuhannya meningkat menjadi 6,87 persen dan meningkat lagi menjadi 7,14 persen sejalan perekonomian nasional yang semakin membaik. Pada tahun 2013 perekonomian kabupaten mojokerto menurun ini diakibatkan karena pemilihan bupati dimana suhu politik yang semakin panas sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi kabupaten Mojokerto.
Tabel 2 Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Yang Tamat SMA dan Perguruan Tinggi Di Kabupaten MojokertoTahun 2003-2013
140
Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
SMA (jiwa) 133.721 127.762 134.492 162.361 162.504 161.141 172.882 174.539 186.899 187.255 189.147
Perguruan Tinggi (jiwa) 20.694 23.726 27.313 25.925 37.675 21.055 45.118 26.774 24.580 25.877 26.550
Sumber : BPS Kabupaten Mojokerto (diolah)
Penduduk dengan tamatan SMA dan Perguruan Tinggi diasumsikan mempunyai keterampilan dan kemampuan yang tinggi sehingga dapat menyerap teknologi modern dan meningkatkan produkivitas produksi. Dimana dengan semakin tinggi tingkat pendidikan akan memberikan produktivitas yang tinggi karena semakin meningkatnya tambahan produk dari setiap tambahan tenaga kerja (marginal product of labour) (Knowles dalam Riswandi, 2009). Jika melihat perkembangan dan pertumbuhan penduduk dengan pendidikan minimal tamat SMA dan perguruan tinggi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan meskipun presentasenya relative
kecil. Pada tahun 2003 jumlah tamatan pendidikan SMA sebesar
133.271 jiwa mengalami peningkatan menjadi 162.361 jiwa pada tahun 2006 dan terus mengalami peningkatan meskipun peningkatanya fluktuatif menjadi 189.147 jiwa pada tahun 2013. Sedangkan jumlah tamatan perguruan tinggi lebih sedikit dibandingkan dengan lulusan SMA, pada tahun 2003 jumlah lulusan perguruan tinggi berjumlah 20.694 jiwa dan meningkat menjadi 37.675 jiwa pada tahun 2007 atau hampir tumbuh sebesar 300 persen ini menunjukan semakin tingginya minat masyarakat untuk melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi. Pada tahun 2008 jumlah penduduk yang tamat perguruan tinggi jumlahnya berkurang hampir signifikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 21.055 jiwa atau turun hampir 70 persen. Meskipun pada tahun 2009 sempat kembali meningkat secara tajam sebesar 45.118 jiwa tetapi kembali menurun pada tahun 2010 sebesar 26.774 jiwa dan sebesar 26.550 jiwa pada tahun 2011. Semakin menurunya jumlah tamatan perguruan tinggi ini mungkin disebabkan semakin tingginya biaya pendidikan sehingga banyak masyarakat yang kesulitan melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi.
141
Dalam penelitian ini pendidikan yang digunakan adalah tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan tingkat Perguruan Tinggi yang diambil dari angka tingkat pendidikan tertinggi (TPT), dimana semakin tinggi tingkat pendidikan akan memberikan produktivitas yang tinggi karena semakin meningkatnya tambahan produk dari setiap tambahan tenaga kerja (marginal product of labour). Berdasarkan hasil penelitian uji t untuk variabel pendidikan SMA diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.0433 pada α = 5%. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 (sig<0.05), maka Pendidikan SMA berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Mojokerto. Namun pada hasil penelitian untuk variabel Pendidikan Perguruan Tinggi diperoleh nilai signifikansi 0.7583 pada α=5%. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 (0.3751>0.05), maka pendidikan perguruan tinggi tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mojokerto. Sedangkan uji F untuk mengetahui tingkat pendidikan apakah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi didapatkan bahwa pendidikan
berpengaruh signifikan terhadap variabel pertumbuhan
ekonomi, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi sebesar 0.0099 pada α = 5% dimana nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 (sig<0.05) sedangkan nilai R2 sebesar 0.64 menunjukan bahwa hampir 64.08 % variabel pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mojokerto dipengaruhi oleh variabel Pendidikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini pendidikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mojokerto. Jika kita melihat pengaruh pendidikan secara parsial menunjukan bahwa tingkat pendidikan SMA memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mojokerto dengan nilai koefisien regresi sebesar 3.753333 yang artinya bahwa setiap kenaikan variabel pendidikan SMA sebesar 1%, maka pertumbuhan ekonomi akan mengalami kenaikan sebesar 3.75%. Sedangkan variabel pendidikan perguruan tinggi berpengaruh positif tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mojokerto dengan koefisien regresi sebesar 0.45406 yang artinya bahwa setiap kenaikan variabel pendidikan perguruan tinggi sebesar 1%, maka pertumbuhan ekonomi akan mengalami kenaikan sebesar 0.45%. Hasil penelitian ini juga didukung dengan hasil penelitian dari beberapa penelitian terdahulu diantaranya yang dilakukan oleh Rusmini (2012) yang meneliti tentang Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Gresik. Hasil dari penelitian ini mengatakan Tingkat Pendidikan Sekolah Dasar (SD) tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan pertumbuhan ekonomi, dan untuk Tingkat Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki hubungan positif dan kuat dengan pertumbuhan ekonomi. Untuk
142
Tingkat Pendidikan Sekolah Menengah Atas ( SMA ) memiliki hubungan positif dan kuat dengan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan untuk Tingkat Pendidikan Perguruan Tinggi memiliki hubungan positif dan sangat kuat dengan pertumbuhan ekonomi. Besarnya pengaruh pendidikan SMA daripada perguruan tinggi dalam pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mojokerto berdasarkan data BPS menunjukan bahwa jumlah lulusan dari pendidikan setingkat SMA jauh lebih banyak dibandingkan lulusan tingkat Perguruan Tinggi, hal ini menyebabkan jumlah pencari kerja maupun yang sudah bekerja di kabupaten mojokerto disumbang dari lulusan SMA sederajat daripada lulusan perguruan tinggi. Hal ini juga disebabkan lebih banyak terserapnya lulusan SMA di dunia kerja daripada lulusan perguruan tinggi ini bisa dilihat dari jumlah pengangguran yang lebih banyak disumbang dari perguruan tinggi daripada SMA sehingga produktivitas meraka bisa langsung dirasakan dalam perekonomian di Kabupaten Mojokerto. Selain itu lulusan setingkat SMA lebih banyak yang dibutuhkan oleh industri-industri di Kabupaten mojokerto dari pada lulusan perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan sektor industri lebih membutuhkan pekerja di bagian buruh dengan kualifikasi setingkat SMA sedangkan pekerja setingkat manager keatas yang kualifikasinya adalah lulusan perguruan tinggi tidak banyak lapangan kerja yang tersedia sehingga pendapatan dari para pekerja lulusan tingkat SMA memberi sumbangsih terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Mojokerto. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mojokerto. Pendidikan di kabupaten Mojokerto sangat diperhatikan oleh stake holder yang ada didalamnya termasuk hubungan dengan dunia industri. Di kabupaten Mojokerto termasuk daerah dengan tingkat industri yang cukup banyak setelah Surabaya dan Gresik. Jumlah perusahaan baik dalam negeri maupun luar negeri yang banyak membuka pabriknya di daerah Mojokerto tepatnya pada dua daerah industri yakni Ngoro Industri dan Jetis Industri. Di Mojokerto para pengusaha memiliki wadah perhimpunan personalia semua perusahaan yang dinamakan Forum Komunikasi Personalia. Pada forum tersebut sering dibahas masalah atau isu-isu terkini mengenai ketenagakerjaan maupun perekonomian. Dinas Tenaga Kerja Mojokerto melakukan hubungan yang baik dengan FKP. Salah satu program yang dilakukan oleh Disnaker dan FKP yakni mengirimkan personalia atau tenaga ahli di Perusahaan untuk mngajar pada sekolah terutama sekolah kejuruan di Mojokerto. Hal sangat menguntungkan bagi kedua pihak, bagi pihak sekolah tentunya akan sangat membantu terhadap peningkatan
143
skill dan pengetehauan siswa sehingga siswa memeiliki input yang cukup untuk diterapkan di dunia kerja. Sedangkan bagi perusahaan nantinya bisa dengan mudah mencari tenaga kerja yang baik dan kompeten karena sudah memiliki jaringan dengan sekolah-sekolah binaan. Terciptanya hubungan yang harmonis inilah juga dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian pada kabupaten Mojokerto.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Pertumbuhan tamatan pendidikan tingkat SMA dan Perguruan Tinggi selama kurun waktu penelitian mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dimana TPT didominasi oleh pendidikan SMA dibanding Perguruan Tinggi. Hal ini juga disebabkan lebih banyak terserapnya lulusan SMA di dunia kerja daripada lulusan perguruan tinggi. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mojokerto selama kurun waktu penelitian mengalamai pertumbuhan meskipun pertumbuhannya mengalami fluktuatif dimana pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 7.21 persen dan terendah pada tahun 2003 sebesar 3.70 persen. Dari penghitungan pada hasil penelitian diketahui bahwa pendidikan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mojokerto dimana tingkat pendidikan SMA berpengaruh positif signifikan sedangkan Perguruan Tinggi berpengaruh positif tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mojokerto. Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : Pemerintah lebih meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang nantinya dapat meningkatkan pendapatan riil masyarakat yang nantinya dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraannya melalui peningkatan lapangan kerja dengan jalan membuka industri baru sehingga penyerapan tenaga kerja dapat maksimal. Untuk lebih meningkatkan TPT yaitu dengan memberikan bantuan pendidikan melalui beasiswa-beasiswa dan pendidikan murah sehingga lebih banyak lagi masyarakat yang mampu menempuh pendidikan tingkat SMA bahkan Perguruan Tinggi. Serta untuk memaksimalkan peran pendidikan untuk meningkat pertumbuhan ekonomi yaitu dengan memberikan pendidikan keterampilan yang sesuai dunia kerja kepada lulusan-lulusan SMA dan Perguruan Tinggi yang nantinya dapat langsung diaplikasikan di dunia kerja yang dapat meningkatkan produktivitas mereka.
144
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS). 2014. PDRB Kabupaten/Kota Se Jawa Timur 2007-2014. Surabaya: BPS -----------------------. 2014. Data Makro Sosial Dan Ekonomi Jawa Timur 2013. Surabaya: BPS Gujarati. 2003. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga Imam, Ghozali. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Imam, Ghozali. 2007. Ekonometrika Teori, Konsep Dan Aplikasi Dengan SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Indrasari, Viki. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Tengah. (skripsi). Universitas Diponegoro, Semarang. Riswandi. 2009. Hubungan Kausalitas Jangka Panjang Investasi Pendidikan dengan Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus Provinsi Aceh melalui Analisis Vector Autoregression (VAR). (http://guruindonesia.net/admin/file/f_9235_80_Riswandi_HubunganKausalitasJangkaPanjangInve stasi.doc, diakses tanggal 20 September 2013). Rusmini. 2012. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Gresik. Skripsi dterbitkan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Rustiono, Deddy. 2008. Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa Tengah. [Tesis]. Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro, Semarang. Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo persada Tarigan, Robinson. 2007. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi (edisi revisi). Jakarta : Bumi Aksara. Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga (edisi delapan). Jakarta: Erlangga. Todaro, Michael. 2006. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
145
MAKNA MANTRA BERCOCOK TANAM DI BANYUWANGI
Oleh: Intan Kiranti Suwandi IKIP Widya Darma
Abstract: Mantra as one of the long form of poetry is a literary endangered areas. Mantra is a kind of ritual is usually done in Banyuwangi society. The purpose of this study is to describe and reveal the meaning of the mantra planting bananas, rice, and pulses in Banyuwangi. The method used in this research is descriptive qualitative approach. Data from this study are a number of words, symbols, and words in the spell to plant bananas, rice, and pulses in Banyuwangi. The conclusions of this study analyzes the meaning of mantra growing bananas, rice, and pulses are a form of mantra that is used as a form of tradition embraced by society Using and still preserved to obtain specific purposes (the success of the harvest), not only that mantra also serves as expressing expression of petition against the Creator (God) or the occult. Keywords: Meaning, Mantra, Farming
PENDAHULUAN Dalam masyarakat Banyuwangi salah satu jenis kegiatan yang sering dilakukan sebelum bercocok tanam adalah selalu memulainya dengan mantra. Penduduk setempat masih sangat akrab dengan kehidupan magis meskipun sebagian penduduk Banyuwangi beragama Islam. Tradisi ini tidak hanya dilakukan oleh dukun melainkan juga dilakukan oleh masyarakat awam. Mereka menggunakannya sesuai dengan kebutuhan mereka. Mantramantra yang digunakan lebih banyak menggunakan mantra-mantra “ringan” di antaranya mantra untuk keselamatan, kewibawaan, menambah daya tarik, dan bercocok tanam.
146
LANDASAN TEORI Mantra Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa mantra adalah kalimat yang diucapkan dengan diulang-ulang atau dilafalkan secara khusus untuk mendatangkan daya gaib(KBBI, 2005: 713). Sedangkan menurut Koentjaraningrat Mantra adalah doa yang merupakan rumusrumus, yang terdiri atas suatu rangkaian kata-kata ghaib, yang dianggap mengandung kekuatan, dan kesaktian untuk mencapai secara otomatis, apa yang dikehendaki oleh manusia. Seringkali diucapkan dalam bahasa yang tidak dipahami oleh sebagian besar orangorang didalam(Koentjaraningrat, beberapa pokok Antropologi Sosial, 1981). Jenis-Jenis Mantra Sejalan dengan pembagian jenis mantra, Rusyana (1970) membagi mantra berdasarkan tujuannya menjadi 7 bagian, yaitu jampe ‘jampi’, asihan ‘pekasih’, singlar ‘pengusir’, jangjawokan ‘jampi’, rajah ‘kata-kata pembuka ‘jampi’, ajian ‘jampi ajian kekuatan’, dan pelet ‘guna-guna’ Fungsi Mantra Takari (2009:226), mengemukakan bahwa mantra
berfungsi menyembuhkan
penyakit, menghalau makhluk halus, mencari pemanis, pengasih dan turut juga digunakan pada upacara adat istiadat. Djamaris (2002:10), menyebutkan fungsi mantra yaitu pada waktu panen padi supaya hasil panennya melimpah. Teori Formula : Milman Parry dan Albert B. Lord Menurut Lord, formula adalah kelompok kata yang secara teratur dimanfaatkan dalam kondisi
mantra
yang
sama
untuk
mengungkapkan
satu
ide
hakiki(pokok).
Dalam teori formula terdapat dua pola yaitu, formula sintaksis dan formula repetisi tautoses. Formula sintaksis adalah formula yang terdapat pada unsur judul, unsur pembuka, unsur niat, unsur tujuan, dan unsur penutup. Formula repetisi tautoses adalah pola repitisi(pengulangan) kata atau frase yang ada pada larik pertama unsur tujuan.
Mantra pertanian (bercocok tanam) Di Banyuwangi agar hasil pertanian subur masyarakat masih menggunakan mantra dalam proses pertanian. Mantra pertanian itu sendiri adalah sebuah mantra yang digunakan oleh seseorang agar pertaniannya bisa berhasil dan sukses biasanya digunakan oleh masyarakat agar pertaniannya mendapat hasil yang bagus tidak diganggu oleh hama atau binatang buas.
147
METODE PENELITIAN Metode Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Suharsimi (2010:03), pendekatan deskriptif dalah memaparkan atau menggambarkan sesuatu hal misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dll. Sedangkan pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena peristiwa. Data dan Sumber Data Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta maupun angka (Suharsimi, 2010:161). Sumber data adalah subjek darimana dapat diperoleh (Suharsimi, 2010:172). Teknik Pengumpula Data Rentang pengambilan iklan dibatasi oleh peneliti agar tidak terjadi kekacauan, sebab penayangan iklan dapat berubah setiap saat. 1. teknik simak 2. teknik rekam 3. teknik catat Teknik Analisis Data Metode analisis data merupakan cara kerja yang bersistem dalam penelitian bahasa berasal dari data yang dikumpulkan. Metode yang digunakan adalah metode identifikasi. Metode identifikasi adalah metode yang dilakukan dengan cara menetapkan suatu mantra berdasarkan jenis maknanya.
Teknik Pemaparan Hasil Analisis Penyajian hasil analisis data adalah dengan cara deskriptif kualitatif. Metode penyajian data pada penelitian ini menggunakan metode informal. Penyajian hasil analisis data secara informal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa, tidak berupa perumusan dengan dengan tanda dan lambing
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A.
Analisis Makna Mantra Menanam Pisang, Padi, dan Palawija Berdasarkan
Teori Milman Parry dan Albert B.Lord
148
Makna mantra menanam pisang, padi, dan palawija bisa dilihat dari masing-masing cuplikan yang akan disajikan pada tabel data dibawah ini: Tabel 1. Mantra Tandur Gedhang 1 (MP1) No 1.
2.
3.
4. 5. 6.
Mantra Menanam Pisang Terjemahan Beng, isun nak tandur gedhang Penunggu tanah ini, saya (sambil mencangkul) akan menanam pisang ( sambil mencangkul) Ewang-ewangono isun tandur Bantu-bantulah saya gedhang menanam pisang Bumi iki jemblango sak turukku
Bumi ini bukalah lebarlebar se alat kelamin wanitaku Witmu gedhe o sak kontole bojoku Pohonmu besarlah se alat kelamin suamiku Buahmu gedhe o sak susuku Buahmu besarlah se payudaraku Dowoho sak kontol e bojoku Panjanglah se alat Godongmu rempayak o koyok kelamin suamiku rambutku
7.
Rasae legio koyok ngguyuku
Rasanya manislah seperti tertawaku Kamu aku tanam disini
8.
Siro tak tandur nang kene
9.
Subur subur 7x, gedhe gedhe 7x Subur subur 7x, besar (sambil menghentakkan kaki ke besar 7x ( sambil tanah dan mencipratkan air) menghentakkan kaki ke tanah dan mencipratkan air)
Makna mantra pada mantra MP1 menggunakan teori formula. Dalam MP1 ini terdapat formula yakni, 1.
Formula sintaksis Dalam mantra menanam pisang 1 terdapat pada beberapa unsur. Pola formula dalam unsur tersebut berbunyi Tandur Gedhang (unsur judul), Beng isun nak tandur gedhang (unsur pembuka), Ewang-ewangono isun tandur gedhang (unsur niat), Subur subur 7x, gedhig gedhig 7x (unsur tujuan), Subur
149
subur 7x, gedhig gedhig 7x (unsur penutup) dikarenakan terdapat pada larik terakhir mantra. Formula repetisi tautoses
2.
Formula repetisi tautoses berupa pengulangan kalimat yang terdapat pada larik pertama unsur tujuan dalam masing-masing varian mantra. Makna pada mantra MP1 si pengguna mantra memohon pada penunggu tanah agar buah pisang yang dia tanam subur berbuah manis, besar, dan panjang
Tabel 2. Mantra Tandur Gedhang 3 (MP3) No 1.
Mantra menanam pisang Seng mbaurekso lemah iki
2.
Isun suwun tulung karo siro
3.
4.
5.
6.
7.
Terjemahan Penunggu tanah ini
Saya minta tolong kepadamu Isun bakal tandur gedhang susu nang Saya akan menanam lemahmu pisang susu di tanahmu Isun ugo manungso biasa, siro seng Saya hanya manusia ngerti engekno lurungmu biasa, kamu yang mengerti bukakan jalanmu Wit gedhang iki kek ono ngombe Pohon pisang ini kek ono madhyang berilah minum berilah makan Isun nak mbayar keturunanku Aku akan membayar Kabyeh nak nyirami siro, kabyeh semua keturunanku lemah, subur subur subur (sambil akan menyiramimu, menghentakkan kaki di tanah) semua tanah, subur subur subur (sambil menghentakkan kaki di tanah) Sun pacol lemahmu sak pacol Ku cangkul tanahmu (sambil mencangkul) secangkul
Makna mantra pada mantra MP3 menggunakan teori formula. Dalam MP3 ini terdapat formula yakni,
150
1.
Formula sintaksis Dalam mantra MP3 terdapat pada beberapa unsur. Pola formula dalam unsur tersebut berbunyi Tandur Gedhang (unsur judul), Seng mbaurekso lemah iki(unsur pembuka), Isun bakal tandur gedhang susu nang lemahmu (unsur niat), Wit gedhang iki kek ono ngombe kek ono madhyang(unsur tujuan), Sun pacol lemahmu sak pacol (unsur penutup) dikarenakan terdapat pada larik terakhir mantra.
2.
Formula repetisi tautoses Formula repetisi tautoses berupa pengulangan kalimat yang terdapat pada larik pertama unsur tujuan dalam masing-masing varian mantra.
Makna pada mantra MP3 si pengguna mantra memohon pada penunggu tanah agar membantunya memberikan kesuburan pada tanaman pisangnya Tabel 3. Mantra Tandur Pari (MPD) No 1.
Mantra menanam Padi Mbok sringgono mbok sringgani
2.
Sirok sun tandur ring tanah suci
3.
Oyot irok kawat, wit irok wesi
4.
Anak-anak gumanak
5.
Sirok onok ring tanah suci
6.
Woh irok dicingcing kemrincing
Terjemahan Ibu Sringgono Ibu Sringgoni Kamu ku tanam di tanah suci Akarmu kawat, pohonmu besi Anak – anak gunamak Kamu ku tanam di tanah suci Buahmu di jinjing kemerincing
Makna mantra pada mantra MPD menggunakan teori formula. Dalam MPD ini terdapat formula yakni,
151
1.
Formula sintaksis Dalam mantra MPD terdapat pada beberapa unsur. Pola formula dalam unsur tersebut berbunyi, tandur Pari (unsur judul), Mbok sringgono mbok sringgani (unsur pembuka), Sirok sun tandur ring tanah suci (unsur niat), Oyot irok kawat, wit irok wesi (unsur tujuan), Woh irok dicingcing kemrincing (unsur penutup) dikarenakan terdapat pada larik terakhir mantra.
2.
Formula repetisi tautoses Formula repetisi tautoses berupa pengulangan kalimat yang terdapat pada larik pertama unsur tujuan dalam masing-masing varian mantra.
Makna pada mantra MPD si pengguna mantra memohon pada penunggu tanah agar tanaman padinya tumbuh kuat, padinya berisi , hasil panennya subur dan melimpah. Diskusi Hasil Makna mantra menanam pisang, padi, dan palawija menggunakan beberapa mantra yang berbeda yang dipakai oleh masyarakat Banyuwangi pada daerahnya masing-masing yang masih mempercayai adanya hal-hal gaib dengan tujuan membantu dalam proses bercocok tanam. Pelafalan mantra itu tidak hanya dilakukan oleh dukun, tapi oleh siapa saja. Tetapi saat seseorang merasa tidak sanggup pelafalan mantra dilakukan oleh dukun
PENUTUP Simpulan Makna mantra menanam pisang, padi, dan palawija memilih dua pola yakni formula sintaksis dan formula repetisi tautoses. Formula merupakan kelompok kata yang secara teratur dimanfaatkan dalam kondisi mantra yang sama untuk mengungkapkan satu ide hakiki(pokok) pada mantra menanam pisang, padi, dan palawija. Adapun dua pola formula yaitu formula sintaksis dan formula repetisi taotoses. Formula sintaksis adalah formula yang terdapat pada unsur judul, unsur pembuka, unsur niat, unsur tujuan, dan unsur penutup. Sedangkan Formula repetisi adalah pola repitisi(pengulangan) kata atau frase dalam sebuah kontruksi larik. mantra menanam pisang, padi, dan palawija adalah sebuah bentuk mantra yang digunakan
152
sebagai bentuk tradisi yang dianut oleh masyarakat Using dan masih dilestarikan untuk memperoleh tujuan tertentu (keberhasilan dalam panen), tidak hanya itu mantra juga berfungsi sebagai pengungkapan ekspresi atas permohonan terhadap Sang Pencipta (Tuhan) atau pada hal-hal gaib, dengan tujuan memperoleh hasil panen yang terbaik dengan pemilihan kata yang berbeda namun dengan makna dan tujuan yang sama
DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta Kridalaksana, Harimurti, 1985, Kamus Linguistik. Jakarta : PT Gramedia. Ramlan, M., I Dewa Putu Wijaya. 2011. Semantik Teori dan Analisis. Surakarta : Yuma Pustaka Ratjoen.
(20016,
10
Juli).
Kamus
Bahasa
Using.Tersedia
http://www.ratjoen.in/2011/03/kamus-bahasa-osing-banyuwangi. (10 Agustus 2012) Suhardi. 2015. Dasar-Dasar Ilmu Semantik. Yogyakarta : Ar-ruz Media Saputra, Heru S.P. 2007. Memuja Mantra. Yogyakarta: LKIS Tarigan, Hendry Guntur. 2009. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa Yusuf, Yasri, dkk. 2001. Struktur dan Fungsi Mantra Bahasa Aceh. Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional
:
153
AN ANALYSIS OF THE USER’S INTEREST IN WRITING ENGLISH USING SOCIAL MEDIA THROUGH INSTAGRAM
Oleh: Danilla Ratnatroci Kaho IKIP Widya Darma
Abstrak : Objektifitas dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengguna media sosial yang berminat untuk menulis bahasa Inggris. Banyak orang menggunakan media sosial saat ini. Peneliti akan menganalisa minat mereka menulis dalam bahasa Inggris melalui Instagram pada bulan Juli sampai Agustus 2016. Ini adalah penelitian deskripsi kualitatif. Peneliti mencari beberapa pengguna di Instagram secara acak dan memberikan beberapa pertanyaan yang harus dijawab dalam bahasa Inggris. Pengukuran minat pengguna dalam menulis bahasa Inggris di media sosial adalah dengan cara memberikan kepada mereka pertanyaan dan menganalisa jawaban menggunakan indikator komponen menulis kalimat yang baik dari teori Glass yaitu Ide atau konten, organisasi, kosakata/pilihan kata, ketentuan struktur. Nilai dibagi kedalam beberapa skala : 4.1 – 5.0 = Baik sekali, 3.1 – 4.0 = Baik, 2.1 – 3.0 = Cukup, 1.1 – 2.0 = Lemah, 0.0 – 1.0 = Sangat lemah. Dengan menganalisa dari indikator skala, peneliti akan menemukan minat pengguna dalam menulis bahasa Inggris dan dapat menggunakan fasilitas. Kata Kunci : minat menulis bahasa Inggris, sosial media, Instagram
INTRODUCTION Today, living in an era of globalization is always associated with modernism, technological innovations and internet. Humans have started creating new products that has never existed before. Kinds of technology such as transportation, gadget, household items, and much more. The product can help them do an activity or provide a needed faster and instantly. All of these technologies will work to the maximum by internet. People who live and work in the 21st century is a highly consumerist society with the needs of the Internet. Internet is collaborated with technology such as computers, laptops, smartphone and tablet PC, television and many more product of gadget and electronics can be something very useful. In this study, the researcher want to use smartphone and the applications inside as a media of the observation’s sources. Mostly, people use their gadget to connect with the other
154
people. There are some application that has been used commonly such as Facebook, Twitter, Path, Line, Whatsapp, BBM, Snapchat, Ask.fm, Instagram and many more usually called by “Social Media”. In this research, the reseacher will use Instagram as the media to take the observation. She chooses Instagram because it is the most popular social media used nowdays. As by the first purpose, she would like to use smartphone and the application inside it. Istagram is the one of social media that special programmed for smartphone only. It can accessed everywhere easily, no ad and spam. Instagram is only for posting video and photo. The user can upload or post photo or video instantly. By using technology, the user can develop themselves not only limited to outside the region, the city, the island or national, but also international or foreign countries. They can find out and set information as much as possible as reference for their progress. The Government of Indonesia established English to be studied formally in academic or education at school as a lesson and non-academic like an English course. There are four primary aspects of skill in English : Listening, Speaking, Reading, Writing. In this study the researcher only take one aspect , it is Writing skill. Writing is an activity that used to pour the ideas, thoughts and feels of someone that presented in a form of writing language. Finally, in this study, the researcher chose the tittle “An Analysis of The User’s Interest in Writing English using Social Media through Instagram”. The researcher hope this sudy can give impact and impove their interest in learning of writing English using the facilities they have in the right way. Hence, there are two questions that support the study and will be focused on : (1) How is the user’s interest in writing English by using social media ? (2) What are the process of using social media to measure user’s interest in writing English ? These all questions will be answered in the next session.
RESEARCH METHODOLOGY According to the research questions in Chapter I, descriptive qualitative research is an appropiate design that used in this study. Qualitative research more focus on the process rather than outcomes of the phenomenon. It provides the descriptive accounts which is targeted to understand a phenomenon using data and collected in a variety of ways. Qualitative research is a descriptive study, which included qualitative research. Descriptive qualitative is study that concerned with the current situation, attitude and outlook which occur in society, opposition of two statement or more, the relationship between the variables, the
155
difference between facts, influence on a condition, and others. Shortly, descriptive of qualitative research can be used to obtain a better understanding of things which are already litle known with deep information. Qualitative method (Sugiyono.2010,13) is often named as a new method, postpositivistic, artistic, and interpretive research. Qualitative descriptive method is named as a new method because its populatiry is not so late yet. This method is well known as an artistic method because of the process of the observation is more artistic (free form) and as an interpretative method because the result of the observation most related with the interpretation of the data which found in field. In the other hand, qualitative method as by Bogdan and Taylor (L.J. Maleong, 2011:4) is an observation procedure which obtained descriptive data of written words or spoken from people and their attitude. Then, qualitative method according to Syaodih Nana (2007:60) is a method to describe and analyze a phenomenon, moment, social activity, belief, perception, 20 people thinking by individually or group.
This observation is submitted to analyze and reveal a social activity and interest of social media’s users in writting English. In collecting and reveal the process and goal in this observation, the researcher will take analytic descriptive approach. The researcher act as the instrument’s key. It means, qualitative method serves a relationship between the researcher and informan, object and subject of observation. The researcher has to take some steps in this observation that are collecting data, data analyze, composing the report and draw the conclusion in order to get the result of this observation objectively. The process of collecting data in this research is done by observation, interview. . A. Subject of Research In this study, the subject is the users of social media Instagram. The subject as the data source is chosen purposive sampling and by snowball sampling. According to Sugiyono.2010:300; Purposive sampling is a technique with a certain consideration. This certain consideration about someone who is recognized know all things about information that is expected by the researcher , so she can explore the object or social situation easily. So, the researcher go looking for the other object which can be used as a data source randomly.
B. Collecting Data Technique
156
In qualitative, collecting data is very needed in an observation. If the researcher do not know the technique, she will not get the accurate data that she needs. The collecting data should be done in setting, source, and technique. B.
1 Observation
Observation is an important element in a qualitative research, observation in a simple concept is a process or first activity that must be done by researcher in order to learn the condition and reality of research field. Observation has been done for 2 months : period of July 1st to August 13th in 2016.
B.1.1 Object of Observation Object in qualitative according to Spradley (Sugiyono,2010:314) named as social condition, that consist of : 1) Place : the researcher’s house , because the data is taken from observation in online / social media application on smartphone. The second is in one of the sample / social media user’s house in both are in Surabaya. 2) Actor : the researcher and the users of social media Instagram 3) Activity : first the researcher checks some user account who active using English writing in Instagram. Second, the researcher posted some questions in social media Instagram then answering the questions In this study, the researcher will use descriptive observation as the observation method. B.2. Interview Interview is an important part in qualitative research, observation can relate with interview as expressed by Nasution (1998:69) : “Dalam sebuah penelitian kualitatif observasi saja belum memadai, itu sebabnya observasi harus dilengkapi dengan wawancara”. Therefore, interview is needed in order to get data related to user’s interest of writing English in social media. The reseracher will use Written Structured Interview as a collecting data technique because she has certainly known about what information that she will get. All responden will be given the same questions and the researcher will make a note. She will interview some respondens that she has known well them as social media’s user by WhatsApp because to save the time of observation.
B.3. Triangulation
157
In collecting data technique, triangulation is a technique that combine from several collecting data technique and data source that has been ready. According to Patton (in Pawito, 2007:99) the researcher will use methodological triangulation, this is the combination from kind of methodology research (obeservation and interview). So, the researcher will make conclusion and new comprehension about the research taken from both method.
C. Analyzing Data Technique In qualitative research, analysis process of data has been started before the researcher went to the field. Analyzing data has been done along the process in field gather with collecting data. Analysing data for qualitative research is inductive method, this is an analysis based on the data from the research and then develop a relationship or a hypotheses. This is the process for searching and arranging data of interview result, field note and documentation sistematicaly. Therefore, analyzing data in this research is process of collect and arrange data from observation, interview and documentation that related to the user interest of writing English in social media through Instagram application. The researcher analizing the result of the user’s writing by the indicator of the component of good writing sentences by Glass (2005) as below table :
Component of Writing
Score
Indicator
5
-One idea is clear, focused and on-topic -Many interesting details and original support the idea. -All parts are integrated and appropriate
4
-One idea is clear, focused and on-topic -Interesting detail to support the idea -All parts are integrated and conform
3
-Generally, on-topic and develop a theme or message clearly -Some supporting details predictive in nature and some are common -Perhaps there are parts that are less suitable
2
-Many text repeated and as a collection of ideas that are not related -Less specific details and more common -Details are predictive and sketchy
1
-Unfocused, completely out of ideas, things are not identified, the long and not sufficiently developed -Details inconsistent, vague, or trivial
Idea or contents : Idea, topic and focus or writing
158
Organizations : The physical structure and layout posts
5
4
-The sentence is consistent -Most ideas are logically related
3
-All sentence is usually correct, except for one or two that do not fit -Trying to use a logical relationship
2
-Sentence structure tends to be less suitable -Sentences connected is less logical
1
-Lack of organization in general -Sentence not correspond -All written with complete sentences (Subject + verb + complement )
Vocabulary/word choice : The variety and types of sentences
Convention : Spelling, punctuation, convention and tidiness
-The composition of the sentences are clear and consistent with relevant supporting, and sentence of obvious conclusion.
5 -Using consistent, appropriate and creative vocabulary 4
-Usually use variation types sentence Most of the vocabulary has varied and appropriate
3
-Sometimes using varied sentence -Some variations of the vocabulary has varied and correct
2
-Just use simple and compound sentences -Slight variations and little use appropriate vocabulary
1
-Only simple sentences -All have the same initial vocabulary and almost no variation -Correct spelling even it is difficult words -Punctuation is accurate
5 -A complete understanding and consistent application of Grammar and usage properly 4
-Spelling is generally correct -Punctuation generally read correctly -Correct Grammar and usage
3
-Some words are misspelled -Usually the correct punctuation -Grammar and usage is usually correct
2
-Frequent errors in spelling -Punctuation is wrong -Grammar and usage are often wrong
1
-Posts are difficult to be read, understood and interpreted as a lot of spelling errors
159
-No punctuation -Grammar and usage almost all wrong Table 3.1 Component of writing scoring Scoring predicate :
4.1 – 5.0= Excellent
3.1 – 4.0= Good
2.1 – 3.0= Fairy
1.1 – 2.0= Poor
.0 – 1.0= Very Poor
D.
Data Coding
In this research, at the first, the researcher has chosen 20 (twenty) users of Instagram randomly. But, as long as the time of research, there were only 10 (ten) users that active and interest to write English by answering the questions. So, she make data coding to ease the writing of finding research in chapter four, as below: No.
Name
Username
Code
1
Anggi Christa
@achristask1228
AC
2
Febrianti Marta Larasati
@cece_fefe
CC
3
Fitroh Isnaniah
@isnainiaa
IS
4
Fransisca Utami Masakke
@fransiscamasakke
FR
5
Julicia Leoni Marsella
@juliacialm
JU
6
Kezia Nugrahani Siahaya
@kezians
KZ
7
Novi Puspitasari
@novi.yunianto
NV
8
Tyas Astrida Putri Widhiastuti @astridaptr
AS
9
Wahyu Suci
@wahyusucii
WS
@cusmyflojo
CU
10 Yustina Armenia Sari
Table 3.2 Instagram’s Username RESEARCH FINDING AND DISCUSSION 1. The Description of User’s Interest in Writing English by Using Social Media The first research question is about how is the user’s interest in writing English by social media. There were only 10 (ten) of Instagram’s users that were chosen by the
160
researcher. She chose it randomly for users live in Surabaya. The researcher took a written interview method to all 10 (ten) users. It was because the time of observation was close to the limit of time . Then, below are the descriptions of the users : The first user social media Instagram, AC has used Instagram since Mei 2014. AC always try to use English when she posted her photo using English because it could be understood and well known universally. AC wanted to learn English more and more. The second was CC who has used Instagram since December 2015. Learning English was an important thing for her, because it would make her as reference in good career in future. She would like to learn English more. The third was IS started sing Instagram in 2012 until now. Even there were user from Indonesia, they still use English in chatting each other in the group. FR was the fourth user FR user who started using Instagram on 2013. FR sometimes 26 the simple and easy vocabularies. The fifth use some simple of English in her posting with
user was JU who has used Instagram since October 2013. May be one day we will use English as the second language after Bahasa. So, she always try to use it in her daily. KZ was the sixth user who has used Instagram since 2014. She has a big spirit for learning English more and more, by simple thing that posts all photos with caption in English. The seventh was NV. She remembered the details of the first time when she started using Instagram, it was on October 08, 2015. Learning English is very important for her and make she has new friends more. The eighth was AS who has used Instagram since 2014. She will use English when she is in a good mood. The ninth user named WS, became a user of social media Instagram on 2014. WS likes English but the problem is she could not arrange words become a good sentence. Often, she used English in her post in social media. She thought that she would be looked smart if she used English on her posts in her social media. She has a big spirit to learn English so she join an English course and nver give up to try using English because she has a dream to go studying in University abroad. The last user was CU. She has
161
used Instagram since 2015 until now. She often used caption in English according to her mood. Using English could make her cooler. CU could practice English in her social media and made her more fluent and active in English. But She has willingness to try if any time.
2. The Description of the process of using social media to measure user’s interest in writing English In this part, the researcher would explain the process of using social media in improving user’s interest in writing English by posted only 7 (seven) questions in Instagram. She used her user @danillark. She chose Instagram as instrument to make a research about interest of social media user in writing English. Below questions would be analyze using inicator of component writing good sentence on table 3.1 Question 1 :
✈✈Pretend you are the passenger-What's your opinion about this pic? #pleasefeelfreetoCommenthere Tag your friend who likes doing #selfie -----quote----A Pilot Taking a “#Selfie” From Cockpit of Plane During Flight An image supposedly showing a pilot is making a “#Selfie” outside the cockpit window in flying airplane. It is #important that posted image is indicating various doubtable signs that
posted
image
altered
before
posting
online.
First of all, the sunglasses reflection of pilot is showing airport runway. This reflection confirms that the #pilot was hanging out from the cockpit window of his #airplane at the time of taking a “#Selfie”, but the #airplane was not in the air and on the ground at an airport. So, it is considered an altered photograph. The #picture was taken from grounded $airplane and altered by emerging another photograph of an island in order to present as a selfie during a mid-flight of a #pilot. This #photograph was basically generated by “#Instagram” page of (@.Gansooo) Daniel Centeno. This page didn’t explain that how this #photograph was created, but confirmed that this #photograph was altered. It is not the first time that Centeno used this kind of technique in the page, as this
162
#selfie capturing from outside the cockpit and mixed-up with another aerial image. It is supposed that this #trick was took place for “#Instagram” followers. By admin | News | 21 March 2016 cr:coolrocketry -----unquote----#PilotTakingaSelfie#nohate#justforfun#englishforfun#happyweekend
Answer 1 : 1.1
AC : Aah, is it okay to open up the window like that? I thought it's gonna distract plane's balance?
One idea is clear and focused on the topic. There is an interesting detail to support the idea. AS thought that pilot’s action would distract the plane’s balance (score 4) . The composition of the sentences were clear and suit with the question. (score 5). AS was using varied sentences and the type is not formal, she used slank language in writing “gonna” that should be “going to” but the vocabularies were correct (score 3). The spelling was correct, the punctuation is accurate : “it’s” which is abbreviation from “it is” and “plane’s balance” showed possessive adjective from “the balance of the plane”. It was a complete understanding and consistent application of Grammar and usage properly. First was using simple present with yes/no question format then simple future tense. (score 5)
1.2
CC : Amazinggg!!! I never dont think about it!!! Very Danger
Generally, the opinion from CC was on-topic and clear message. She amazed with the pilot’s action but some supporting details were common which was only expressions of amazement : “amazing” and “very danger” (score 3). There was a sentence which the stucture tends to be less suitable. The sentence connected in less logically (score 2). It was a simple sentence and so slight variation for vocabulary and the sentence (score 2). Post errors in spelling “amazinggg” should be “amazing”. No punctuation insted of “dont” should be “don’t”, the grammar and usage are often wrong. “I never
163
dont think about it”, must choose one using “never” or “don't” should be “I never think about it” and “I did’nt think about it” due it must use in simple past tense format” (score 1). 1.3
IS : maybe its fake. But pretending thats real, too danger for himself and the passengers. just because selfie, really crazy #lol
One idea was clear and focused on the topic of the opinion about the pilot’s action. Many interesting details suport the idea, IS was thinking that it was fake anf imagine that it was a real happening. All part were integrated and appropiate (score 5). The sentence was consistent and most of the idea were logically related about astonisment and imagination the action was being real (score 4). Sometimes using varied sentence and some variations of the vocabulary has varied and correct such as “fake”, “real”, “crazy” which all these vocabularies were expression of amazement (score 3). The usage of grammar was totally wrong and no punctuation. The first sentence should be read as “Maybe it is fake” if IS would like to use this grammar, she should add punctuation “its” become “it’s”; “ thats” become “that is” or “that’s” (score 1).
1.4
FR : I think, that is very dangerous, I dont want to get on a plane if the pilot who rides
FR answered the question generally on-topic but she develop the idea or supporting details predictive in nature (score 3) All sentence were almost correct but she was trying to use a logical relationship (score 3). Just a simple sentence and compound use appropriate vocabulariy (score 2). She thought “it was very dangerous” which is correct. But, she did not continue and cut the sentence “if the pilot who rides”, she translated it from Bahasa to English. The grammar uually correct (score 3).
1.5
JU : I think that is cool but better if he asked me to take pictures together
164
JU’s idea was clear focused on topic, many interesting details and original support the idea. All parts are integrated and appropriate. She thought the pilot’s action was so cool and she was dare to try the challenge by taking picture with him ( score 5). The composition of the wors and sentence were clear and consistent with relevant supporting and obvious conclusion, she liked to take photo with the pilot (score 5). All written in complete sentence (score 5 ). The spelling were correct even there were no punctuation used. JU made a complete uderstanding grammar, she used simple present form for main sentence and past tenses for sub sentence (score 5).
1.6
KZ : I think was grazy man . because not everyone even a guy was not necessarily dare to selfie like it
Generally on topi, KZ commented about the pilot’s action on the airplane but soome details still confusing and almost not related to the each words (score 2). Sentence’s sturture tended to be less suitable to be connected each other (score 2). Only a simple sentence and have same vocabulary, and almost no variation and had a double negative in a sentence (score 1 ). KZ’s post was difficult to be read and understood well due the sentence was not connect each other even no punctuation, frequently error in spelling “grazy man” should be “crazy man”. Grammar was often wrong (score 2) .
1.7
NV : Wow.. Thanks Dan for tagged me. That was so aweson techniques for take selfi. Really love it. Like real in the air
Generally on topic, NV loved the pilot’s action and she gave some supporting details : “really love it”; “aweson” should be awesome” (score 3). All sentences is usually correct, except for one or two that did not fit each other but NV was trying to use a logical relationship as she also loved the action (score 3). Beside, she used a complete sentence and consistent vocabulary creatively (score 5). Some word were misspelled “aweson” should be “awesome”, “selfi” should be “selfie” means self image. Even no
165
punctuation needed, the grammar usage was usually correct. Using verb 2 for simple past tense model (score 3). 1.8
AS : So Dangerous
So short answer. It was an expression insted of opinion but it focus on idea (score 4). It was ended consistenly and so simple (score 4). Only a simple sentence : “so dangerous” no variation (score 1). Correct spelling witout using grammar, because it was only an expression (score 4).
1.9
WS : It was real? Very dangerous
WS was surprised but she still focus on topic, the idea was clear. She amazed at the first time and felt scary , it was the interesting details (score 4). Even it was only a simple sentence, all were ended consistendly same expressions. WS tried to make a logically idea related to it (score 4). Some variations of the vocabulary were correct and has varied sentence. (score 3). Spelling correct generally, the puntuation read correctly “?”, Also the grammar and usage were correct. WS use form simple present tense (score 4).
1.10 CU : So, amazing for him..
The simple sentence also happened to CU, even the short sentence, the ideas was clear. She amazed of the pilot and it was on topic (score 3). Actually lack of organization in general due it just only a simple sentence (score 1). Only a simple sentence for category vocabulary and word choice. And it almost has no variation (score 1). Even the spelling was not error, the punctuation was wrong. There should not any comma after “so” for expressing amazement (score 3)
Question 2 : Answer 2 :
166
Question 3 :
Answer 3 : Question 4 : Answer 4 : Question 5 : Answer 5 :
- Discussion In the next step for this research is disscussion. The researcher has done all of the analyzing about the user interest in writing English in social media, she also has done analysis about the process of the user interest and measures it with the indicator the component of writing. So, the researcher have to make a table of analysing report to ease the discussion according to the data which have been collected as follow : From all the discussions above, the researcher would like to get the red line about user interest in writing English in social media Instagram and measure it. So, she made some tables to ease the conlusion in this research as below :
No.
Name
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
AC CC IS FR JU KZ NV AS WS CU
Indicator
Idea or content
Question No. 1 2 3 4 5 4 5 3 5 3 3 2 4 3 1 5 2 5 5 3 3 5 3 2 3 5 3 5 5 5 2 4 5 5 2 3 3 3 3 5 4 5 4 2 3 4 5 3 3 1 3 2 2 1 1
Total
Average
Predicate
20 13 20 16 23 18 17 18 16 9
4.0 2.5 4.0 3.2 4.6 3.6 3.4 3.6 3.2 1.8
Good Fair Good Good Excellent Good Good Good Good Poor
167
Table 4.11 Scoring of indicator : Idea or Content In table 4.11 for sharing about Idea or content in sentence, JU was excellent; AC,IS,FR,KZ,NV,AS and WS were good; CC was fair; CU was poor.
No.
Name
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
AC CC IS FR JU KZ NV AS WS CU
Question No. Total Average 1 2 3 4 5 4.4 5 5 2 5 5 22 1.6 2 1 2 2 1 8 3.4 4 1 5 5 4 17 3.2 3 5 4 1 3 16 4.6 5 4 5 5 4 23 Organization 3.2 2 3 5 4 2 16 3.4 3 3 3 3 5 17 2.8 4 5 2 1 2 14 3.2 4 5 2 4 1 16 1.0 1 1 1 1 1 5 Table 4.12 Scoring of indicator : Organization Indicator
Predicate Excellent Poor Good Good Excellent Good Good Fair Good Very poor
In table 4.12 for making about organization in sentence, AC and JU were excellent; IS,FR,KZ,NV and WS were good; CC was poor; CU was very poor.
No.
Name
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
AC CC IS FR JU KZ NV AS WS CU
Question No. Total Average 1 2 3 4 5 5.0 3 5 2 5 5 20 2.0 2 1 3 2 2 10 3.0 3 1 3 5 3 15 3.2 2 5 5 2 2 16 5.0 5 5 5 5 5 25 Vocabulary/ word choice 3.2 1 3 5 4 3 16 4.2 5 3 5 3 5 21 2.6 1 5 3 1 3 13 2.8 3 5 2 3 1 14 1.4 1 2 2 1 1 7 Table 4.13 Scoring of indicator : Vocabulary/word choice Indicator
Predicate Excellent Poor Fair Good Excellent Good Excellent Fair Fair Poor
In table 4.13 for using the appropriate vocabulary / word choice in sentence, AC, JU, NV were excellent; FR and KZ were good; IS, AS and WS were fair; CC and CU were poor.
No.
Name
Indicator
1
AC
Convention
Question No. 1 2 3 4 5 5 3 2 5 5
Total
Average
Predicate
20
4.0
Good
168
2 3 4 5 6 7 8 9 10
CC IS FR JU KZ NV AS WS CU
1 1 3 2 1 8 1 1 3 4 2 11 3 5 2 1 4 15 5 5 5 5 5 25 2 3 5 4 2 16 3 3 5 3 3 17 4 5 2 2 2 15 4 4 2 3 1 14 3 1 1 1 1 7 Table 4.14 Scoring of indicator : Convention
1.6 2.2 3.0 5.0 3.2 3.4 3.0 2.8 1.4
Poor Fair Fair Excellent Good Good Fair Fair Poor
In table 4.14 for using a good convention grammar and usage in sentence, JU was excellent; AC, KZ and NV were good; IS, FR, AS and WS were fair; CC and CU were poor.
Mostly the user was good in making idea or content by giving details that supported the sentence well also to have the good organization in using logical relationship in writing English. Some of vocabulary have varied sentence and some variations of the vocabulary has varied and correct. And the last indicator, convention was poor because some sentence were wrror in spelling and the punctution were wrong, also the grammar and the usage were wrong. But all of users have tried to answer the questions as well as the can do. Some of excellent users were because they has used English continually in their daily, some of good users were trying to have a good answer. Also the fair users only have a standard knowledge in English, the poor users were they who have a little skill in using English and very poor users were they who have very low skill in using English. But from that all, English is the free language that could be learnt by everypeople. The users who have skill were common if they answered the question in English well. But, for the fair, poor, even very poor users who have answered the question were the users who have effort and willingness to learn English even they were often or maybe usually wrong. They kept answering the question by did not see and think the other thinking about them. Because social media is public media which could be accessed by everyone. The reseacher gave appreciate to whom had involved in this research.
169
The researcher composed the result from observation, interview and the data were obtained that there were some user who used their facility in social media for learning English by practice their skill in posting on it and such as JU, AC, KZ, NV, IS and FR. They were able to answer the questions with an excellent and good answered. They also ever chatted with people or user in social media using English because they love English well. But for some users who got result fair and poor such as WS, AS, CC and CU were not love English so much so they still have a low skill and interest in English using it in social media and their daily posting. Even they have a friend in chatting it was over, sometimes they still shy and doubt to start chatting with English first.
CONCLUSION English was an international language that has been known as well in many country in this world. Beside, technology also use English as language for all user. The researcher used mobilephone as the media to take observation and reserach of this study. All people mostly be the user of social media for their need today. There are many kind of social media, but the researcher only take Instagram as media for take observation. She took 10 users of Instagram and gave some questions for fulfill the study. The indicator that has been used was from Glass, four component in writing good sentence in English. There were some users that have excellent, good, fair, poor and very poor skill in writing English. The reseacher that by giving some users questions for improving their skill in English, they would be able to write their post in English. Beside, may they will have spirit for learning English more and more because English is the language that is needed to be learnt everywhere. There were so many function of social media, by this study the researcher wanted the user to use ther facility well in good way not for do bad things but for learning. In this study the focused was learning writing. The researcher found so many important in writing English, it can be inferred that writing is important not only for success in college but also for solving problems working through confusion, finding new ideas and observing our surrounding. Writing as means of indirect communication is important in school, job, and daily life.
170
BIBLIOGRAPHY Glass, Kathy Tuchman. 2005. Curriculum Design for Writing Instruction. California: Corwin Press. Langan, John. 2010. Exploring Writing : Sentence and Paragraphs - 2nd Edition. New York : The McGraw-Hill Companies, Inc. Onno, W. Purbo. 2005. Buku Pegangan Internet Wireless dan Hotspot. Elexmedia Komputindo. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta http://www.englishclub.com/writing/what.htm, accessed on March 03, 2016 http://www.geniuslifetips.com/2012/04/fitur-kegunaan-dan-kelebihan-instagram html, accessed on March 03, 2016 http://www.merriam-webster.com/dictionary/social%20media, accessed on June 30, 2016 https://webtrends.about.com/od/prof4/a/What-Is-Instagram, accessed on July 05, 2016
171
APPLICATION OF LEARNING MAKE-A MATCH TO INCREASE WRITING SKILL AT 7TH GRADE SMP NEGERI 51 SURABAYA
Oleh: RIA YESI AMIASIH DARTO IKIP WIDYA DARMA
Abstrak: Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan pengaruh yang besar terhadap dunia pendidikan. Perkembangan teknologi yang cepat menyediakan fasilitas seperti sarana dan prasarana yang mendukung pengembangan pendidikan.Upaya untuk mendukung hal tersebut guru harus lebih kreatif dan inovatif dalam kegiatan pembelajaran , salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran make a match. Penerapan model pembelajaran make a match bertujuan mengetahui hasil belajaran bahasa inggris peserta didik sebelum dan setelah mendapatkan model pembelajaran make a match.Jenis penelitian ini adalah diskriptif kuantitatif dengan sampel kelas VII F dan VII G SMP Negeri 51 Surabaya. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar peserta didik melakukan pre-test dan post-test. Hasil penelitian ini menunjukkan presentase rata-rata nilai pre-test peserta didik kelas eksperimen sebesar 49,03% sedangkan presentase rata-rata post-test peserta didik sebesar 97,34%, hal ini menunjukkan kenaikan hasil belajar peserta didik sebesar 48,31%. Sedangkan kelas kontrol presentase rata-rata nilai pre-test peserta didik sebesar 41,34% dan presentase rata-rata posttest peserta didik sebesar 36,5%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, menunjukkan penerapan model pembelajaran make a match pada pelajaran bahasa inggris dapat menigkatkan hasil belajar peserta didik. Kata kunci : penerapan, model pembelajaran make a match, hasil belajar
INTRODUCTION The development of science and technology gives a great influence to the world of education. Rapid technological developments provide facilities such as facilities and infrastructure that supports the development of education. With the development of education in Indonesia is very instrumental in improving the human resources (HR) and the intellectual life of the nation, in order to compete with other countries in the era of globalization. To overcome this the role of a teacher must be able to find ideas - creative ideas for restoring the confidence of learners. So that the applied learning system is easy to understand and understood by every learner. In this case the teacher in demand to play the brain in
172
finding learning fun and does not make learners quickly bored and lazy to learn, because then in addition to increasing the quality of education, but also can improve the learning outcomes of students. Writing is an activity to create a record or information on a medium by using a script. Writing usually done on paper by using tools such as a pen or pencil. But with the development of technology such as this, writing can also be done using a computer or laptop. In the world of education, writing is one of the requirement of learning for the students to be successful learners. Almost all tasks and also test requires students to write logically and systematically. Learners including an authentic and scientific writing. Writing is 'a way of life'. It can be interpreted that most of the activities of learners, either daily tasks of a teacher, semester exams, as well as charging administrative requirements, require writing skills. Without adequate ability in writing, learners will find it hard to follow the learning process very well, may not even be able to complete his studies. Application of the method Make A Match, obtained some findings that this method can foster the cooperation of students in answering questions by matching cards in the hands of students, the learning process more interesting and looks most students are more enthusiastic to follow the learning process and student activity appears once on when students looking for a couple cards each. This is a characteristic of learning as proposed by the Lie (2010: 10) that, cooperative learning is learning that focuses on mutual cooperation and teamwork. The activities carried out is an attempt to draw attention so that teachers can ultimately create liveliness and motivation of students in the discussion. This is in accordance with the opinion Hamalik (2004: 116). Strong motivation is closely connected with the improvement of student activity that can be done with specific learning strategies, and motivation to learn can be directed towards creative activities. If the motivation of the students were given a variety of challenges, will grow creative activities. Application of this method can arouse curiosity and collaboration among students and be able to create pleasant conditions. Based on the above, researchers interested in raising these issues for research under the title "Aplication Of Learning Make A Match To Increase Of Writing Skill At 7th Grade Smp Negeri 51 Surabaya” with a research questions What is make a match model ? and How to apply make a match model at 7th Grade Smp Negeri 51 Surabaya? Based on the problems discussed, the research was conducted with the aim are to describe a make a match model and To describe how to apply make a match model at 7th Grade Smp Negeri 51 Surabaya.
173
REVIEW OF LITERATURE Learning is a process of learning to develop creativity and thinking skills of learners. Learning by Sagala in Shoim (2013) as a learning process developed by teachers to develop creative thinking of students, so as to improve the ability of thinking and the ability to construct new knowledge in order to improve good governance of the subject matter. According Dimyati and Mudjiono in Dedi (1999: 297) "Learning is programmed activities of teachers in instructional design, to make students active learning, which emphasizes the provision of learning resources. Programmatic activities undertaken by teachers should be arranged systematically. So the use of learning facilities and equipment in the learning activities can be used optimally to achieve the goal of good teaching. Essentially the same cooperative learning with group learning, so there is some opinions explain the meaning of cooperative learning. In the opinion of Nurulhayati in Rusman, (2012: 203) cooperative learning is a learning strategy that involves the participation of students in a small group to interact. In the process of learning using cooperative learning models to train the learners to listen to the opinions of others and summarize opinions or findings in writing. Group tasks can stimulate learners to work together, help each other in finding new knowledge with the knowledge he already has Suherman et al, (2003: 259) Cooperative learning according to Slavin (2005: 4-8) refers to a variety of models of learning in which the learners work together in small groups consisting of various levels of achievement, gender, and ethnic background different to help each others in learning the subject matter. In cooperative classes, the students are expected to help each other, discuss with each other, and argued to hone the knowledge that they control the time and closed the gap in the understanding of each. Cooperative learning is more than just a study group because in this model there should be encouragement structure and tasks that are cooperative and therefore caused open interaction and relationships that are effective interdependence among group members. According to Roger, et al Miftahul Huda, (2011: 29) is a cooperative learning group learning activities organized by the principle that learning should be based on information in social change among groups in which each learner's learning are responsible for their own learning and encouraged to increase learning other members. In cooperative learning has the goal of not only improving the learning process through the activities of the working group but also increase social activity.
174
From some opinions on the above it can be concluded that cooperative learning is a learning activity that promotes cooperation in solving the problems by applying the knowledge and creativity of learners So learning objectives can be achieved with good. Learners who study with cooperative learning model will have a highly motivated, driven by their peers. Learning Model Make A Match Make a Match a couple looking teaching and learning techniques developed by Lorna Curran in Huda (2013 : 251) where learners find a partner while studying a concept or a specific topic in a pleasant atmosphere. According to Agus Suprijono (2009: 94), things that need to be prepared if the learning is developed with the Make a Match is the cards. The cards consist of cards containing questions and other cards containing the answer to these questions. If each group was in a position that has been determined, then the teacher whistles as a sign that the first group or the second group moves they met each other, look for a question-answer pair that fits. Give them the opportunity to discuss. The results of discussions characterized by pairs between the card carrier group members questions and answers card carrier group members. Lorna Curran in Miftahul Huda (2011: 113). Make a Match technique is a technique of looking for a partner, students looking for a partner in the join order of the cards they hold. The advantage of this technique is the student looking for a partner while learning about a concept or topic in a pleasant atmosphere. This technique can be used in all subjects and for all ages of children. Based on the above it is concluded that the technique Make A Match is a model of learning in which learners looking for a couple of cards distributed by the teacher at the beginning of the next lesson combine questions with appropriate answers or vice versa.
Step By Step Learning Model Make A Match Steps in the application of learning models Make a Match that was developed by lorna Curran in Miftahul huda (2013: 251): a. Teachers deliver the material or give assignments to students to learn the material at home. b. Learners were divided into two groups, such as group A and group B. Both groups were asked to face to face. c. The teacher distributes cards to the group A question and answer cards to the group B.
175
d. teachers convey to students that should seek to match the card or the card held by another group. Teachers also need to deliver the maximum limit of time given to the learners. e. The teacher asks all members of the group A to find her partner in the group B. If learners already found her partner respectively, the teacher asks students to report to him. Teachers record learners on paper that has been prepared. f. If the time is up, students should be told that the time is up. Learners who have not found the couple were asked to gather himself. g. Teachers call one pair for presentation. Other couples and students who did not receive notice couples and provide feedback if the couple were suitable or not. h. Finally, the teacher confirmed the correctness and suitability of questions and answers from the couple who gave a presentation.
RESEARCH METHODOLOGY Based on the research questions and objectives that have been mentioned in chapter I, this type of research is quantitative research. Because this study are presented with figures to determine the learning outcomes of students before and after receiving the teaching models Make A Match in SMP Negeri 51 Surabaya class VII school year 2015/2016. The research was conducted in SMP Negeri 51 Surabaya are addressed in Jl. Balas klumprik no.125 Surabaya, Tel (031) 7662510. with accredited status "A". The research was conducted in the first semester of school year 2015-2016, more precisely in january and February 2016. The method used in this research is the method eksperimen.in an experimental models, experimental design, there are the experimental group and the control group, in which the experimental group was given special treatment groups (variable to be tested) is by learning type of make a match, while the control group is the group with conventional learning. Group
Pre-test
Dependent variable (Method of learning)
Post-test
Eksperiment
Y1
X
Y2
Control
Y1
-
Y2
Description : Y1 = pre-test were similar in both classes Y2 = post-test on the same end of the second class X = treatment use of the learning model make a match
176
The study population was all students of class VII SMP Negeri 51 Surabaya in academic year 2015-2016. Which consists of 7 classes from class VII A to class VII G. Taking the sample is as much a class VII (2) two classes. The first class is a class control and the second class is experimental class, each class numbered 40 students. Sampling technique used in this study is a learning model make a match, which aims to improve the learning outcomes of English at the school.
Research Procedure At this stage the researchers compiled the initial planning prior to conducting research, research planning steps include the following activities: a.
Permit application to the Principal and teachers of class VII.
b.
Discussions with the teacher tutor to determine the class that will be used in research.
c.
Hold observation in SMP Negeri 51 Surabaya in class VII.
d.
Establish a schedule of research.
e.
Prepare materials and supporting materials that are used to support the implementation of the research.
f.
Making the Learning Programme Plan (RPP).
g.
Setting up the question cards and answer cards.
h.
Conducting documentation. The study design The design of this study Pre-test and Post-test Group. According
Suharsimi (2010: 124) Pre-test design and Post-test Group with the following pattern: 01 X 02 Specification: X is a treatment or treatments 01 is the result of observation before treatment 02 is the result of observation after treatment The difference between 01 and 02 are 02-01 are assumed to be the effect of treatment or experiment, that the effects produced after the application of learning models Make A Match on writing material held. Based on the above opinion, the variables in this study are as follows: 1. The independent variable: The application of learning models Make A Match. 2. Dependent variable: Application of learning make-a match to increase writing skill class VII SMP Negeri 51 surabaya
177
In this study to determine the validity of the instrument by using the Pearson product moment correlation formula as follows:
xy
rXY
X Y 2
2
with the understanding x
: X- X
y
:Y–Y
X
: an average score of X
Y
: an average score of Y
Interpretation of the magnitude of the correlation coefficient above used the following criteria: From the explanation above it can be concluded that the post test results compared to the results of pre-test, then they can be used to measure the learning outcomes of students before and after getting cooperative learning model Make-A Match.
RESEARCH FINDING AND DISCUSSION Data of the research finding in learning outcomes based on tests given to students in SMP Negeri 51 Surabaya, the study of students obtained using instruments test through a pretest and post-test to experiment class and to check significan the researcher uses control class . Implementation Experiment Class Implementation of learning make a match in this study, conducted in the experimental class. The research was conducted in three meetings. Each meeting are measures of learning activities, namely the initial activities, the core activities and weekend activities that will be explained as follows: a. The First Meeting The learning process at the first meeting held on Tuesday 26 January 2016 starts at 16.00 – 17.30 PM, before starting the learning process research checked the attendance of learners, there are three students who did not attend. The data above is pre-test results done in class experiments on subjects describing people, the total value of the average pre-test obtained in one class in 1814 with a percentage of the average value of the pre-test students a grade of 49,03% , The results of
178
pre-test values are a result before the students acquire learning models make a match on English lessons in the material describing people. b. Second Meeting The learning activities in the classroom experiment at the second meeting held on Tuesday 02 February 2016 starting at 16.00 – 17.30 PM. As in previous meetings research checked the attendance of students. at the second meeting of students present in class. Research started learning to see the readiness of students in the learning that will be held on this day, namely checking the readiness of stationery and textbooks to be used in learning. Once students are ready to carry out the study research then start learning by communicating the learning objectives to be implemented at a meeting this second. The learning objectives by applying the model make a match so that students are able to be creative and innovative thinking in solving problems that have been granted. In this learning activity students presented the results of the answers have been found. In the present activities of learners read out the results in a voice loud and clear. To give encouragement and appreciation for having presented the results of an answer, research and students others applauded. The learning activities are carried out repeatedly until the students get a turn forward everything. c. Third Meeting Learning activities in the third meeting held on Wednesday 03 February 2016 starts at 16.00 – 17.30 PM. Attendees at this meeting 38 people on the grounds there are 2 students were absent. Researcher checked the preparation of learners asks students and asked to concentrate on implementing the learning. Before starting the lessons research recalled material that has been discussed at the meeting to the second by doing question and answer orally about the material describing people. The data above is post-test results done in class experiments on subjects describing people, the total value of the average post-test obtained in the 3699 class with a percentage of the average post-test score of students one grade of 97.34% ,
Implementation Control Class Implementation of learning in this study, conducted in the control class. The research was conducted in three meetings. Each meeting are measures of learning activities, namely
179
the initial activities, the core activities and weekend activities that will be explained as follows: a. The first meeting The data above is pre-test results done in class experiments on subjects describing people, the total value of the average pre-test obtained in one class in 1571 with a percentage of the average value of the pre-test students a grade of 41.34% , Research concluded pre-test results is less than the maximum, because it does not fit the criteria set forth completeness students in SMP Negeri 51 Surabaya. b. Second Meeting The learning activities in the classroom control at the second meeting on Monday 01 February 2016 held starting at 14.00 – 15.30 PM, As in previous meetings research checked the attendance of students. at the second meeting, there are two students who did not attend. Research started learning to see the readiness of students in the learning that will be held on this day, namely checking the readiness of stationery and textbooks to be used in learning. Once students are ready to carry out the study research then start learning by communicating the learning objectives to be implemented in both a meeting without using model. c. Third Meeting Learning activities in the third meeting of Friday 05 February 2016 starts at 14.00 – 15.30 PM, Attendees at this meeting 36 people on the grounds of two students no family interests and two students sick. Research allot about the post-test to students. Implementation of the post-test goes well, the students work individually. The data above is pre-test results done in class experiments on subjects describing people, the total value of the average pre-test obtained in one class in 1314 with a percentage of the average post-test score of students one grade of 36.5% , Research concluded post-test results is not optimal, because it does not fit the criteria set forth completeness students in SMP Negeri 51 Surabaya.
Discussion Graph pre-test learning outcomes of students experiment class and control class.
180
Graph pre-test learning outcomes of students
The graph above shows the average achievement of learning outcomes of students before being implemented treatment. Based on the graph between the experiment class and a control class has a different learning outcomes, it can be seen from the average results of experiments class learning by 49.03% while the control class learning outcomes by 41,34%. Thus, to improve learning outcomes, the researchers conducted experiments with applying the learning model make a match. 4.1.2. Graph post-test learning outcomes of students experiment class and control class
Picture 4.4.2 Graph post-test learning outcomes of students The graph above shows the average achievement of learning outcomes of students after treatment carried out. Based on the graph between the experiments
181
class and a control class has a different learning outcomes, it can be seen from the average results of experiments class learning by 97.34% while the control class learning outcomes by 36.5%. Based on the percentage of the above it can be concluded that the classes get learning models make a match experienced a progressive increase of 48.61%. 4.1.3. Hypothesis Testing a. Post-Test T- test Experiment Class and Control Class The t-test post-test experimental class and a control class aims to determine whether there is an increase in the score. Conclusion of the study was significant when t count > t table. at a significance level of 5% and a value of P <0.05. The summary of the t test post-test experimental class and a control class is shown in the following table: Group Statistics Class Name
N
Value Post Control Class Test
Exsperiment Class
Mean
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
36
36.50
20.650
3.442
38
97.34
4.657
.756
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of
t-test for Equality of Means
Variances Sig. F
Sig.
t
df
(2-tailed )
35.873
.000
-17.700
72
.000
-17.267
38.370
.000
Value Equal Post
variances
Test
assumed
Equal variances not assumed
182
t-test for Equality of Means 95% Confidence Mean
Std. Error
Interval of the
Difference
Difference
Difference Lower
Upper
Value Equal Post
variances
Test
assumed
- 60.842
3.437
- 67.695
- 53.990
- 60.842
3.524
- 67.973
- 53.711
Equal variances not assumed b. Testing independent sample t test Therefore the value of t < t table (- 17.700 < 1.994) and P value (0.000 < 0.05), then Ho is rejected, it means a difference between the average value of post test experiment class with an average value of post-test control class. In Group Statistics table looks average (mean) for the control class is 36,50 and for the experiment class is 97,34, meaning that the average results of experiment class learning is higher than the average results of classroom learning control. The average difference (mean diference) amounted to 60,84 (97,34 to 36,50), and the difference ranges from – 67.695 to – 53.990 ( see the lower and upper ). CONCLUSIONS Based on the description and discussion of research data can be concluded as follows: Learning English by applying the learning model make a match can improve learning outcomes of students in learning English on the subject of describing people. Can be seen from the percentage of the average value of the pre-test experiment class students 49,03%, while the percentage of the value of the average post-test results obtained 97.34%. The difference in the percentage of the value of the average post-test results with pre-test experiment class learners by 48.31%. So the application of learning models make a match on the subject of describing people can improve learning outcomes, while the percentage of the
183
value of the average post-test results obtained 36.5%. The difference in the percentage of the value of the average post-test results with pre-test learners control class of 4.84%. No effect of using learning model make a match to the motivation of learners on the subject of describing people. Based on the results of hypothesis testing using independent ttest obtained t count is smaller than t table (-17 700 <1.994)) with a significance level of less than 5% (0.000> 0.05). Suggestions to the authors provide in connection with the results of this study are as follows : For implementing learning make a match the need for special attention in planning the study period BIBLIOGRAPHY Arikunto, Suharsismi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Rineka Cipta. Jakarta. Dedi. 2013. Diakses pada tanggal 3 Mei
2015. Belajar dan Pembelajaran.
(http://dedi26.blogspot.com/2013/05/pengertian-pembelajaran-kooperatif. html). Harianja, Rusmaida. 2014. Diakses tanggal 1 juni 2015 Penerapan Model Make A Match Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Matematika Di Kelas
Iv
Sd
Negeri
No.
158/V
Lampisi
(http://www.e-
campus.fkip.unja.ac.id/eskripsi/data/pdf/jurnal_mhs/artikel/ GJA12 D113178. pdf)
Dimyanti dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta (http://kumpulan-contoh-ptk.blogspot.com/2014/01/pengertian-hasil-belajar
-
menurut-para-ahli.html) Hayati. 2014. Diakses tanggal 3 mei 2015. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Make
A
Match.
(http://ejournal.umpwr.ac.id/index.
php
/ekuivalen
/article/viewFile/983/938)
Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran (Isu-isu Metodis dan Paradigmatis). Pustaka Pelajar Yogyakarta.
184
Ratna. 2010. Diakses tanggal 4 mei 2015. Upaya Meningkatkan Minat Belajar ... Minat Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Jetis Bantul dengan Model pembelajaran make a match. (eprints.uny.ac.id/2155/1/cover.doc)
Raehanun. 2011. Diakses tanggal 6 Mei 2015. penerapan pendekatan pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Macth meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SDN1 Sukarara 2010/2011(http://repository.uksw.edu/bitstream/ 123456789/3881/3/T1_292009305_BAB%20II.pdf)
Ramadianti. Winda. 2010. Diakses tanggal 5 mei 2015. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Smp Negeri 14 Yogyakarta Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match (eprints.uny.ac.id/2279/1/(1)._halaman_i-xv.docx)
Rusman, 2012. Model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme guru. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Slavin, Robert. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset & Praktek. Nusa Media. Bandung. Sugiyono, 2013. Metode pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung. Sujana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Ulashoim. 2013. Diakses pada tanggal 3 mei 2015. Konsep dan Makna Belajar. (http://ulashoim.blogspot.com/2013/05/arti-penting-Pembelajaran-konsep-dan.html)
185
ANALISIS KEMAMPUAN SISWA MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DALAM BENTUK SOAL CERITA SUB POKOK BAHASAN PERBANDINGAN PADA SISWA KELAS VIII SMP YAYASAN TAMAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh: Helda Belinda IKIP Widya Darma
Abstract: Students’ ability to solve problem that shaped the story needs to get serious attention due to the fact that problem is felt by students when solving a mathematical problem presented in the form of word problem.The purpose of this research was to describe the students ability to solve problem about the story in the form of material comparison. This research is qualitative and conducted in class Grade 8 SMP Yayasan Taman, Sidoarjo. Researchers use a method of giving the test to five students in grade 8 and continued the interview. The result of this research there are three student in level 3 and two students in level 4. A description of the students ability to solve problem : The ability to understand the problem of students in level 3 and level 4 have been able to understand the problem, The ability to plan in level 3 and level 4 have been able to plan how to solve the problem, The ability to do the plan of student in level 3 have solved the problem but yet meticulous in calculation, And The student in level 4 have solved the problem correctly. The ability to recheck the answer had been reached the student in level 3 only at the end of the answer and The student in level 4 at the process of the answered. Key Words : Problem Solving, The ability of student, Story case.
PENDAHULUAN Peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi tuntutan utama demi tercapainya keberhasilan pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan nasional juga bergantung pada peran aktif masyarakat dan disiplin para penyelenggara negara. Masyarakat dengan kualitas sumber daya manusia yang tinggi akan melahirkan kemajuan dalam berbagai bidang seperti pembangunan, ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, sosial dan politik. Untuk mewujudkan masyarakat dengan kualitas sumber daya manusia yang tinggi ditentukan dari bagaimana pendidikan yang telah dicapainya.
186
Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan suatu proses yang membantu manusia untuk mengembangkan potensi diri. Melalui pendidikan, setiap individu diharapkan mampu membentuk dan mengembangkan segala kompetensi dibidangnya. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Melalui pembelajaran matematika, siswa diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir logis, sistematis dan cermat dalam memecahkan masalah. Salah satu bentuk penyajian masalah matematika adalah soal cerita. Daya nalar dan penguasaan materi diperlukan dalam menyelesaikan soal cerita. Berdasarkan pengamatan peneliti di SMP Yayasan Taman, masalah yang dirasakan oleh siswa adalah ketika memecahkan masalah matematika yang disajikan dalam bentuk soal cerita salah satunya pada materi perbandingan. Mereka merasa kesulitan dalam memahami masalah dalam soal cerita dan menafsirkan ke dalam kalimat matematika. Penyelesaian masalah matematika dalam bentuk soal cerita dengan langkah yang sistematis dan terarah dapat membantu mempermudah siswa dalam memecahkannya. Menurut Polya (1973) sistematika pemecahan masalah mengikuti empat tahap yaitu : (1) Memahami masalah (2) Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah (3) Melaksanakan rencana (4) Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh. Untuk mengetahui kemampuan siswa memecahkan masalah matematika dalam bentuk soal cerita
maka guru perlu mengadakan penilaian. Ralph Tyler (dalam
Arikunto,2012:3) mengatakan bahwa evaluasi/penilaian merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Penilaian ini dapat dilakukan dengan berpacu pada empat langkah polya dalam pemecahan masalah. Penilaian ini juga dapat digunakan siswa untuk memperbaiki setiap langkah dalam memecahkan masalah, sedangkan bagi guru dapat digunakan sebagai acuan menilai kemampuan siswa memecahkan masalah matematika dalam bentuk soal cerita. Dengan mengetahui tingkat kemampuan siswa, maka guru dapat memilih metode yang tepat yang akan digunakan dalam proses pembelajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan melihat latar belakang masalah tersebut, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Matematika dalam Bentuk Soal Cerita Sub Pokok Bahasan Perbandingan pada Siswa Kelas VIII SMP Yayasan Taman Tahun Pelajaran 2016/2017”.
187
A. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, maka dikemukakan pertanyaan penelitian sebagai berikut : “Bagaimanakah kemampuan siswa SMP Yayasan Taman memecahkan masalah matematika dalam bentuk soal cerita sub pokok bahasan perbandingan?” B. Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas, tujuan peneilitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika dalam bentuk soal cerita pada sub pokok bahasan perbandingan.
KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pemecahan Masalah Matematika Pemecahan masalah merupakan bagian dari matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimilikinya untuk diterapkan pada pemecahan masalah. Siswono (Suci & Rosyidi, 2012) mendefinisikan pemecahan masalah adalah suatu proses atau upaya individu untuk merespon atau mengatasi halangan atau kendala ketika suatu jawaban atau metode jawaban belum tampak jelas. Skemp (Tias & Wutsqa, 2015) berpendapat bahwa pemecahan masalah matematika tergantung pada pemahaman siswa mengenai variabel dalam matematika. Polya (Hamiyah & Jauhar,2014:120) mengartikan pemecahan masalah sebagai suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai. Untuk memecahkan suatu masalah seseorang memerlukan langkah-langkah atau tahapan dalam memecahkan masalah tersebut. Salah satu teori yang digunakan dalam pedoman pemecahan masalah yaitu teori Polya. Adapun langkah - langkah dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah yang diberikan oleh Polya (1973), yaitu: 1. Memahami masalah (understanding the problem). 2. Merencanakan penyelesaian (devising a plan). 3. Melaksanakan rencana (carrying out the plan). 4. Memeriksa kembali (looking back).
188
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah matematika adalah suatu aktivitas menyelesaikan masalah matematika yang dilakukan dengan empat langkah Polya yaitu memahami masalah terlebih dahulu, kemudian memikirkan cara penyelesaiannya lalu menggunakan cara tersebut untuk menyelesaikannya dan kemudian memeriksa kembali penyelesaian yang telah dilakukan.
2. Masalah Matematika Dalam Bentuk Soal Cerita Masalah merupakan suatu tantangan bagi seseorang yang harus diselesaikan dengan prosedur yang ada. Berdasarkan Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Ananda Santoso & A.R. AL Hanif:245), masalah adalah soal, sesuatu hal yang harus dipecahkan. Menurut Prayitno (Hamiyah & Jauhar,2014:99) masalah adalah sesuatu yang tidak disukai, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, dan ingin atau perlu dihilangkan. Sedangkan Suherman (Nirmalitasari, 2012) menjelaskan bahwa suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Matematika berasal dari akar kata mathema artinya pengetahuan, mathanein artinya berpikir atau belajar (Ali Hamzah & Muhlisrarini,2013:48). Beberapa definisi matematika menurut Sri Anita W dkk dalam (Ali Hamzah & Muhlisrarini,2013:47) yaitu: i. Matematika adalah cabang pengetahuan eksak dan terorganisasi. ii. Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-hubungannya. iii. Matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur, dan hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis. iv. Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan besaran, dan konsep-konsep hubungan lainnya yang jumlahnya banyak dan terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Soal
cerita
merupakan
masalah matematika yang disajikan dalam bentuk
cerita atau rangkaian kata-kata (kalimat) dan berkaitan dengan keadaan yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
menyelesaikan
soal
cerita, siswa
diharapkan dapat menuliskan serta menjelaskan secara runtut proses penyelesaian masalah. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masalah matematika dalam bentuk soal cerita adalah suatu soal atau pertanyaan matematika yang disajikan dalam bentuk
189
cerita atau rangkaian kata-kata (kalimat) yang membutuhkan pemecahan bagi yang menghadapinya.
3. Kemampuan Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti berada, dapat, kuasa (Ananda Santoso & A.R. AL Hanif:241). Kemampuan siswa yang dimaksud adalah kesanggupan atau kecakapan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika yang diukur menggunakan tes matematika berbentuk soal cerita.
4. Kemampuan Dalam Pemecahan Masalah Matematika Kemampuan dalam pemecahan masalah matematika yang dimaksud adalah kesanggupan atau kecakapan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika yang diukur menggunakan tes matematika dalam bentuk soal cerita dengan mengikuti langkah pemecahan masalah Polya.
5. Perbandingan Perbandingan adalah hubungan antara ukuran-ukuran atau nilai-nilai dua atau lebih objek dalam satu kumpulan. Ada dua macam perbandingan, yaitu perbandingan senilai dan perbandingan berbalik nilai a.
Perbandingan Senilai Perbandingan senilai adalah bentuk perbandingan yang nilainya sama. Jika besaran pertama nilainya semakin besar, maka besaran kedua nilainya juga semakin besar atau sebaliknya. Penyelesaian perbandingan senilai ada dua cara, yaitu: 1. Berdasarkan nilai satuan 2. Berdasarkan perbandingan
b.
Perbandingan Berbalik Nilai Perbandingan berbalik nilai adalah bentuk perbandingan yang nilainya berbalik. Jika besaran yang pertama nilainya semakin kecil, maka besaran yang kedua nilainya semakin besar atau sebaliknya. Penyelesaian perbandingan berbalik nilai ada dua cara, yaitu: 1. Berdasarkan hasil kali 2. Berdasarkan perbandingan
Skala
190
Skala adalah perbandingan antara ukuran pada gambar (peta/denah) dengan ukuran sebenarnya. Sehingga skala dapat dirumuskan sebagai berikut: Skala = Jarak sebenarnya
=
Jarak pada peta
= Jarak sebenarnya x skala
Secara umum, skala 1 : p artinya setiap jarak 1 cm pada gambar (peta/denah) mewakili p cm jarak sebenarnya.
PEMBAHASAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Bogdan & Biklen (dalam Sugiyono,2014:13) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1) Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Yayasan Taman yang beralamatkan di Jl. Satria No. 24 Ketegan Taman Sidoarjo. 2) Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2016 tahun ajaran 2016/2017.
C. Subjek Penelitian Subjek penelitian yang akan digunakan adalah 5 siswa kelas VIII SMP Yayasan Taman.
D. Instrumen Penelitian Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Lembar Soal Tes 2. Pedoman Wawancara 3. Lembar Indikator Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
E. Teknik Pengumpulan Data
191
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tes Jenis tes yang digunakan pada penelitian ini adalah soal cerita dalam bentuk uraian. Hasil tes pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa memecahkan masalah matematika dalam bentuk soal cerita. Wawancara dalam penelitian ini metode wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan untuk melengkapi data dari hasil tes. Triangulasi Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi waktu, yaitu menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data dalam waktu atau situasi yang berbeda. Dalam hal ini, bila hasil uji tes I dengan hasil uji tes II menghasilkan data yang berbeda, maka dapat diulang sampai diperoleh data yang konsisten.
HASIL Berdasarkan hasil analisis data, maka diperoleh: 1.
Siswa A berada pada tingkat kemampuan 3
2.
Siswa B berada pada tingkat kemampuan 4
3.
Siswa C berada pada tingkat kemampuan 3
4.
Siswa D berada pada tingkat kemampuan 3
5.
Siswa E berada pada tingkat kemampuan 4
KESIMPULAN Simpulan dari penelitian ini adalah tiga siswa pada tingkat kemampuan 3 dan dua siswa pada tingkat kemampuan 4. Kemampuan siswa kelas VIII SMP Yayasan Taman dalam memecahkan masalah matematika dalam bentuk soal cerita pada materi perbandingan adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan memahami masalah Siswa pada tingkat kemampuan 3 dan 4 sudah mampu memahami masalah dengan baik.
2. Kemampuan merencanakan penyelesaian Siswa pada tingkat kemampuan 3 dan 4 sudah mampu merencanakan penyelesaian walaupun mereka cenderung menguasai satu cara saja. Siswa pada tingkat kemampuan 3
192
menggunakan satu cara tertentu, tetapi langkah selanjutnya tidak dapat dilanjutkan atau salah langkah. Dan siswa pada tingkat kemampuan 4 menggunakan satu cara tertentu dan mengarah ke jawaban yang benar.
3. Kemampuan melaksanakan rencana Siswa pada tingkat kemampuan 3 sudah menyelesaikan masalah, tetapi kurang teliti dalam perhitungan. Sedangkan siswa pada tingkat kemampuan 4 mampu menyelesaikan masalah dengan baik.
4. Kemampuan memeriksa kembali jawaban yang diperoleh Siswa pada tingkat kemampuan 3 mengecek jawabannya diakhir saja. Siswa pada tingkat kemampuan 4 melakukan pengecekan jawaban pada prosesnya.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Hamiyah, Nur dan Muhamad Jauhar. 2014. Strategi Belajar-Mengajar Di Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka. Hamzah, Ali dan Muhlisrarini. 2013. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta Minarti. 2013. Analisis Tingkat Kemampuan Siswa SMP Negeri 2 Buduran Sidoarjo Dalam Memecahkan Masalah Bentuk Soal Cerita Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Skripsi UNESA. Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Ningrum, Lilis Setia. 2013. Analisis Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal Matematika dalam Bentuk Cerita Pokok Bahasan Barisan dan Deret pada Siswa Kelas XII SMA Al-Islam 3 Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/23172/19/NASKAH_PUBLIKASI.pdf. (diakses 19 Januari 2016) Nirmalitasari, Octa Sakti. 2012. Profil Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Berbentuk
Open-Start
Pada
Materi
Bangun
Datar.
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/mathedunesa/article/view/247/398. (diakses 30 Agustus 2016) Polya, G. 1973. How To Solve It. New Jersey. Pricenton University Ptress. Santoso, Ananda dan A.R.AL Hanif. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Alumni Suci, Ana Ari Wahyu dan Abdul Haris Rosyidi. 2012. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Pada
Pembelajaran
Problem
Posing
Berkelompok.http://ejournal.unesa.ac.id/jurnal/mathedunesa/artikel/1204/kemampuanpemecahan-masalah-matematika-siswa-pada-pembelajaran-problem-posing-berkelompok. (diakses 30 Agustus 2016)
193
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Tias, Ayu Aji Wedaring dan Dhoriva Urwatul Wutsqa. 2015. Analisis Kesulitan Siswa Sma Dalam Pemecahan
Masalah
Matematika
Kelas
Xii
Ipa
Di
Kota
Yogyakarta.file:///C:/Users/Dual/Downloads/7148-18335-1-SM.pdf. (diakses 30 Agustus 2016)
194
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII AKUNTANSI SMK KETINTANG SURABAYA TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh: Amir Saifudin IKIP Widya Darma Surabaya
Abstrak: Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor internal dan eksternal, dan salah satunya adalah kondisi sosial ekonomi yang berupa tingkat pendapatan dan pendidikan orang tua. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pendapatan dan pendidikan orang tua berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa kelas XII Akuntansi SMK Ketintang Surabaya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII Ak.1 –Ak.3 SMK Ketintang Surabaya Tahun Pelajaran 2015/2016 sebanyak 48 orang siswa. Data yang dikumpulkan melalui penyebaran angket dan data sekunder diperoleh prestasi belajar siswa semester I-V. Sedangkan analisis data menggunakan analisis regresi berganda, Uji T dan Uji F dengan taraf 5 %. Penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara tingkat pendidikan orang tua dan tingkat pendapatan orang tua terhadap prestasi belajar siswa dengan sig = 0,00 lebih kecil dari 5 %. (2) Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar dengan sig = 0,00 lebih kecil dan 5 %. (3) Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara tingkat pendapatan orang tua terhadap prestasi belajar siswa dengan sig = 0,001 lebih kecil dari 5 %. Kata kunci: Tingkat pendidikan, pendapatan orang tua, prestasi belajar.
PENDAHULUAN Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan modal sosial yang strategis dan realistis dalam pembangunan. Hal ini berkaitan dengan keberhasilan pembangunan tidak hanya dilihat dari segi ekonomi dan banyaknya material yang dimiliki,melainkan lebih ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh
karena
itu,
Indonesia
memberikan
perhatian yang serius terhadap pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai jenjang perguruan tinggi, baik sekolah negeri maupun swasta, formal maupun informal. Semua itu
195
merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusianya,
sehingga mampu mengikuti pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dapat duduk sejajar dengan bangsa lain yang sudah maju. Bagi manusia, pendidikan merupakan usaha untuk meningkatkan kualitas hidup, memperbesar pemenuhan diri dari kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan. Melalui pendidikan pula manusia dapat membuka tabir kehidupan, sekaligus menempatkan dirinya sebagai
subyek
perubahan
dari kultural maupun struktural. Dari hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa sesungguhnya pendidikan merupakan proses belajar yang tidak terbatas waktunya dan merupakan usaha untuk pencapaian kepuasan diri, harga diri serta aktualisasi diri. Keluarga merupakan lembaga sosial pertama yang dikenal oleh anak dan dalam keluarga ini dapat ditanamkan sikap-sikap yang dapat mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Keluarga bertanggung jawab menyediakan dana untuk kebutuhan pendidikan anak, Keluarga sebagai salah satu dari pusat pendidikan yang juga ikut memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan belajar. Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak, karena di lingkungan keluargalah anak pertama-tama mendapat pengaruh sadar. Tugas keluarga adalah meletakkan dasar bagi perkembangan anak berikutnya, sehingga anak dapat berkembang dengan baik. Dalam lingkungan keluarga, anak pertama kali mendapatkan
pendidikan
dan
bimbingan
serta
belajar
tentang
semua
hal,baik
pengetahuan,percakapan dan sebagainya. Oleh karena itu, orang tua harus mampu mengarahkan, membantu mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki anak sehingga anak dapat berprestasi dengan baik. Keluarga (orang tua) yang keadaan sosial ekonominya tinggi tidak akan banyak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sekolah anak, berbeda dengan orang tua yang keadaan sosial ekonominya rendah. Contohnya: anak dalam belajar akan sangat memerlukan sarana penunjang belajarnya, yang kadang-kadang harganya mahal. Bila kebutuhannya tidak terpenuhi maka ini akan menjadi penghambat bagi anak dalam pembelajaran. Sehubungan dengan hal tersebut keberhasilan suatu pendidikan ditunjang oleh beberapa faktor diantaranya kondisi sosial ekonomi yang meliputi sarana dan prasarana. Terbatasnya sarana bacaan, fasilitas belajar, dan kadang-kadang tidak terpenuhinya kebutuhan pendidikan dari orang tua siswa
sehingga kurang memperhatikan pelajaran
dengan baik, akhirnya tertinggal dalam hal prestasi. Dari pengamatan dan informasi yang diperoleh di lapangan bahwa siswa yang ada di sekolah tersebut berasal dari latar belakang
196
keadaan sosial ekonomi keluarga yang berbeda, seperti: pendapatan, kekayaan yang dimiliki dan tempat tinggal dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar. Sekolah sebagai salah satu pusat pendidikan berupaya membantu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan siswa. Akan tetapi keberhasilan proses belajar mengajar banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang akan penulis teliti adalah faktor dari luar siswa yaitu faktor tingkat sosial ekonominya dan keberhasilan proses belajar seseorang tidak mutlak bergantung di sekolah. Slameto (2010:63) Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan hasil belajar siswa. Siswa yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku- buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai dana yang cukup. Proses belajar tidak lepas dari kebutuhan sarana dan prasarana atau peralatan dan perlengkapan belajar. Kebutuhan peralatan dan perlengkapan belajar anak dapat terpenuhi dengan baik apabila keadaan ekonomi orang tua juga baik. Dengan peralatan dan perlengkapan belajar yang lengkap dan modern, maka diharapkan proses belajar siswa didik atau anak dapat berjalan dengan baik, sehingga berdampak langsung pada prestasi belajarnya. Oleh karena itu, penulis mempunyai anggapan bahwa keluarga mempunyai hubungan yang erat dalam menciptakan situasi yang dapat mendorong prestasi belajar siswa, maka akan dikaji seberapa besar pengaruh kondisi sosial ekonomi orang tua yang terhadap prestasi belajar siswa. Dari uraian tersebut diatas indikator-indikator yang digunakan sebagai pengukuran tingkat sosial ekonomi orang tua dalam penelitian adalah tingkat pendidikan dan tingkat pendatapan orang tua. Tingkat Pendidikan Orang Tua Tingkat pendidikan orang tua selain dilihat dari jenjangnya juga dapat dilihat dan tahun sukses atau lamanya orang tua sekolah. Semakin lama orang tua bersekolah berarti semakin tinggi jenjang pendidikannya.Tingkat pendidikan yang pernah ditempuh orang tua berpengaruh pada kelanjutan sekolah anak mereka. Orang tua yang memiliki pendidikan tinggi mempunyai dorongan atau motivasi yang besar terhadap pendidikan anaknya. Menurut Prof. Dr. Dedi supriadi (2006: 167) Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, maka semakin tinggi penghasilannnya dan semakin bersedia pula orang tua untuk mengeluarkan lebih banyak biaya untuk pendidikan anaknya.
197
Keberhasilan pendidikan seorang anak terutama yang menyangkut pencapaian prestasi belajar yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah bagaimana cara orang tua mengarahkan cara belajar anaknya. Zahara Idris dalam Siti Sakdiyah (2011) mengatakan mengatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang erat kaitannya dengan tingkat pengembangan potensi fisik, emosional, sosial, moral, pengetahuan dan keterampilan. Jadi tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dengan perkembangan potensi yang dimilikinya termasuk potensi emosional, pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dengan kematangan emosional, pengetahuan, sikap yang dimiliki orang tua sedikit banyaknya akan memberikan kontribusi bagi orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya. Sehingga pengertian tingkat pendidikan orang tua di sini dengan bekal ilmu serta kedewasaan yang dimiliki, lebih memungkinkan orang tua untuk bertindak lebih bijaksana dalam mengarahkan anaknya belajar, sesuai dengan taraf usia anak dan mampu menunjang keberhasilan prestasi belajar anak. Dari uraian di atas, jelas bahwa untuk membawa anak pada tujuan yang diinginkan orang tua, maka orang yang bersangkutan hendaknya memiliki sejumlah pengetahuan dan pendidikan. Tingkat Pendapatan Orang Tua Pendapatan orang tua adalah penghasilan orang tua siswa berupa uang yang diterima sebagai balas jasa dan kegiatan baik dan sektor fonnal dan informal selama satu bulan dalam satuan rupiah. Menurut Maftukhah (2007). Besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk akan berbeda antara yang satu dengan yang lain, hal ini karena dipengaruhi oleh keadaan penduduk sendiri dalam melakukan berbagai macam kegiatan sehari-hari. Sadono Sukirno berpendapat (2008:37) Pendapatan yang diterima yang diterima rumah tangga akan digunakan untuk membeli makanan, membeli pakaian, membiayai jasa pengangkutan, membayar pendidikan anak, dan lain-lain. Menurut Sumardi dalam Yenkho (2007) mengemukakan bahwa pendapatan yang diterima oleh penduduk akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya. Dengan pendidikan yang tinggi mereka akan dapat memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik disertai pendapatan yang lebih besar. Sedangkan bagi penduduk yang berpendidikan rendah akan mendapat pekerjaan dengan pendapatan yang kecil. Menurut Ahmadi (2004:56) dalam pendidikan formal, orang tua mempunyai kewajiban memenuhi segala kebutuhan yang berkaitan dengan keperluan sekolah. Hal ini tergantung dari besar kecilnya penghasilan orang tua atau keluarga. Dengan penghasilan yang cukup orang tua akan mampu menyediakan fasilitas yang di butuhkan oleh keluarga. Potensi
198
yang ada dalam diri anak dapat berkembang dan tersalurkan secara baik dan benar. Faktor ekonomi dapat mempengaruhi kelanjutan pendidikan anak. Kondisi ekonomi orang tua (keluarga) yang mapan atau mampu akan dengan mudah memenuhi kebutuhan alat-alat sekolah bagi anak-anaknya. Sebaliknya, anak-anak dari keluarga yang tidak mampu tidak dapat memenuhi kebutuhan alat-alat sekolah anak-anaknya. Dengan alat atau sarana dan prasarana yang tidak mencukupi akan membuat anak menjadi putus asa sehingga dorongan belajar mereka menjadi kurang. Pengertian Prestasi Belajar. Menurut pengertian secara psikologis, belajar adalah merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Slameto (2010:2) Pengertian belajar dapat didefinisikan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamnnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Catharina (2006:22), prestasi belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajaran setelah mengalami aktivitas belajar. Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam usaha atau kegiatan menguasai bahan-bahan pelajaran yang diberikan guru di sekolah. Prestasi belajar juga dapat digunakan sebagai acuan apakah siswa sudah atau belum dalam menguasai materi. Berdasarkan pendapat diatas, maka prestasi belajar pada hakikatnya merupakan hasil belajar yang dicapai murid dalam mata pelajaran tertentu atau semua mata pelajaran dengan mengunakan tes standar sebagai pengukuran keberhasilan belajar murid, dimana prestasi belajar ini merupakan indikator sedikit banyaknya pengetahuan yang dikuasai murid dalam mata pelajaran atau kegiatan kurikulum tertentu. Jadi, untuk mengetahui keberhasilan belajar murid, dapat dilihat melalui prestasi belajar yang dicapainya. Apabila prestasi belajar yang dicapai murid adalah baik, maka dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran yang telah berlangsung antara guru, murid dan adanya dukungan orang tua dinilai berhasil. Sebaliknya, jika prestasi belajar murid kurang atau bahkan gagal, maka proses pembelajaran dapat dikatakan kurang berhasil sehingga guru maupun orang tua perlu melakukan bimbingan terhadap murid, bahkan kegiatan konseling bagi murid yang mengalami masalah dengan belajarnya atau aspek-aspek lainnya yang mempengaruhi aktivitas belajar murid.
199
Untuk mengetahui prestasi belajar setiap siswa perlu dilakukan penilaian atau evaluasi. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses yang berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian proses dan hasil belajar bertujuan untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pendidik dan atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum, garis-garis besar program pengajaran atau dalam perangkat perencanaan kegiatan pembelajaran lainnya. Dari penjelasan di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa suatu perubahan tingkah laku dikategorikan sebagai hasil belajar, jadi hasil belajar itu harus membawa perubahan dan perubahan itu terdapat dalam keadaan sadar dan disengaja, dan bentuk dari hasil belajar itu dapat berupa pengetahuan, keterampilan ataupun nilai-nilai hidup, namun dalam penelitian ini yang dimaksud dengan “Prestasi Belajar” adalah informasi nilai yang menunjukkan tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam garisgaris program pembelajaran dalam hal ini prestasi belajar ditunjukkan dengan nilai raport mata pelajaran semester pada SMK Ketintang Surabaya kelas XII Akuntansi. Faktor faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar meliputi : Cara orang tua mendidik anak Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhankebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan atau tidak melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya. Keadaan sosial ekonomi keluarga Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat-alat tulis, buku-buku dan lain-lainnya. Fasilitas tersebut akan dapat dipenuhi jika keluarga mampu dan mempunyai uang. Suasana rumah Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Hubungan keluarga yang kurang harmonis menyebabkan anak kurang semangat untuk belajar. Suasana yang menyenangkan , akrab dan penuh kasih sayang akan memberi motivasi yang mendalam.
200
Pengertian orang tua Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Apabila anak mengalami kesulitan di sekolah diharapkan orang tua untuk membantu memecahkan kesulitan tersebut, orang tua memberi dorongan semangat kepada anaknya. Hamalik (2002 : 160) mengemukakan bahwa keadaan keluarga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak karena dipengaruhi oleh beberapa faktor dari keluarga yang dapat menimbulkan perbedaan individu seperti kultur keluarga, pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, hubungan antara orang tua, sikap keluarga terhadap masalah sosial dan realitas kehidupan. Menurut Slameto (2010) bahwa, keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan sebagainya. Terbatasnya sarana bacaan, fasilitas belajar, dan kadang-kadang tidak terpenuhinya kebutuhan pendidikan dari orang tua siswa
sehingga kurang memperhatikan pelajaran
dengan baik, akhirnya tertinggal dalam hal prestasi. Dari pengamatan dan informasi yang diperoleh di lapangan bahwa siswa yang ada di sekolah tersebut berasal dari latar belakang keadaan sosial ekonomi keluarga yang berbeda, seperti: pendapatan, kekayaan yang dimiliki dan tempat tinggal dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar. Probo Sri Sadhono (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Winong Pati Tahun 2015/2016. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kondisi sosial ekonomi orang tua siswa yang indikatornya tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan orang tua dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Keragaman latar belakang keadaan sosial ekonomi dapat berpengaruh pula pada kemampuan prestasi belajar siswa, sehingga keadaan sosial ekonomi tersebut merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pendidikan anak. Berdasarkan pertimbangan pemikiran di atas maka menarik untuk diteliti bagaimana pengaruh tingkat pendidikan dan pendapatan orang tua terhadap prestasi belajar siswa.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
201
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, karena menggunakan data yang memerlukan perhitungan dan menggunakan analisa kuantitatif untuk mendiskripsikan datadata yang sudah diperoleh sehingga akan lebih jelas data tersebut. Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelas XII jurusan Akuntansi SMK Ketintang Surabaya Tahun Pelajaran 2015/2016. Pengambilan subjek dalam penelitian adalah menggunakan sampel penelitian, untuk menentukan sampel dari suatu populasi dengan menggunakan rumus Solvin. Di dapat sampel 48 siswa dari jumlah populasi 119 siswa. Jenis Dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dapat berupa data primer dan data sekunder, yakni sebagai berikut : 1. Data Primer, data yang diperoleh langsung melalui angket yang di isi oleh siswa tentang tingkat perekonomian yang diartikan pendapatan rata-rata setiap bulannya dan pendidikan orang tua. 2. Data sekunder, data yang diperoleh langsung dari sekolahan tentang prestasi (hasil) belajar siswa yaitu berupa nilai rata-rata rapor semester 1 sampai semester V kelas XII Akuntasi ajaran 2015/2016 Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengumpulan data dengan menggunakan alat pengumpulan data yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan antara lain: Metode angket atau kuesioner Metode angket atau kuisioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk di jawabnya. Angket, pengumpulan data dengan menggunakan pertanyaan yang telah disusun untuk mengetahui tingkat perekonomian (pendapatan) dan pendidikan orang tua. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data primer, angket disusun sebagai berikut :: Tingkat Perekonomian (pendapatan) Orang Tua: a.
>= 2.500.000, diberi skor 4
b.
2.000.000 - 2.499.999, diberi skor 3
c.
1.000.000 - 1.999.999, diberi skor 2
d.
<1.000.000, diberi skor 1
Pendidikan Orang Tua : a.
Perguruan tinggi, diberi skor 4
202
b.
SMA, diberi skor 3
c.
SMP, diberi skor 2
d.
SD, diberi skor 1
Metode dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data untuk memperoleh data sekunder yaitu berupa nilai rapor. Teknik ini digunakan untuk mengungkap data tentang hasil belajar siswa.
Teknik Analisis Data Analisa yang digunakan adalah analisa kuantitatif, yakni metode yang digunakan untuk menyajikan data dalam bentuk angka. Alat ukur untuk prestasi belajar yaitu nilai raport semester 1 sampai semester V, tingkat perekonomian orang tua yaitu penghasilan orang tua perbulan dan tingkat pendidikan orang tua yaitu jenjang pendidikan yang dilalui yaitu tamat SD, SMP, SMA dan perguruan Tinggi. Untuk penelitian ini pengolahan data kualitatif menjadi kuantitatif secara deskriptif dengan menggunakan rumus persentase yaitu: Rumus persentase F P = - X 100% N Keterangan : P = Persentase F = Frekuensi jawaban N = Jumlah responden
Uji Asumsi Klasik dengan Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya hubungan linier atau variabel independen dalam model regresi. Untuk menguji ada atau tidaknya multikolinearitas pada suatu data dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) dengan ketentuan VIF lebih kecil dari 5.
Sedangkan untuk melihat pengaruh tingkat pendapatan dan pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa digunakan ramus Regresi Ganda Y= a + bi X, + b2X2
203
Untuk membuktikan hipotesis penelitian di gunakan uji statistik dengan pengujian sebagai berikut: 1.
Uji Signifikansi parsial (Uji t)
Kriteria uji t adalah : Jika t hitung > t tabel; maka Ho ditolak dan Ha diterima Jika t hitung < t tabel; maka diterima Ho dan Ha ditolak 2.
Uji signifikan simultan (Uji F)
Jika F hitung > F tabel, maka tolak Ho dan Ha diterima Jika F hitung < F tabel, terima maka Ho dan Ha di tolak 3.
Analisis dengan menggunakan bantuan komputer yaitu dengan Statistik Produck and
Service Solution (SPSS) versi 13.0
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar siswa Kelas XII Akuntansi SMK Ketintang Surabaya, berdasarkan hasil analisis data yang telah di jelaskan bahwa t hitung 6,965 > t tabel 2,014 menunjukkan bahwa ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar dengan tingkat signifikan 0,00 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, pengaruh yang positif antar variabel yakni semakin tinggi pendidikan orang tua maka semakin tinggi pula prestasi belajar siswa. Hasil penelitian ini didukung oleh Prof. Dr. Dedi Supriadi (2006 : 166) mengemukakan bahwa pengeluaran siswa menurut tingkat pendidikan orang tuanya yang berpendidikan sarjana (SI) dan pascasarjana (S2/S3) membelanjakan biaya pendidikinnya 3 kali lebih besar dari pada siswa yang orang tuanya berpendidikan SD. Dengan demikian terlihat jelas pengaruh tingkat pendidikan orang tua dalam meningkatkan pendidikan anaknya.Sesuai dengan teori dan pembuktian hasil analisis bahwasannya tingkat pendidikan orang tua memiliki pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar siswa kelas XII Akuntansi SMK Ketintang Surabaya. Pengaruh Pendapatan Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XII Akuntansi SMK Ketintang Surabaya, berdasarkan hasil analisis data yang telah dijelaskan bahwa t hitung 3,74 > t tabel 2,014 dengan tingkat signifikan 0.001 < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, serta pengaruh positif antara pendapatan orang tua terhadap prestasi belajar ekonomi siswa, semakin tinggi pendapatan orang tua maka akan semakin tinggi preastasi belajar siswa. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Drs. Slameto (2010 : 63) Mengatakan keadaan ekonomi orang tua erat hubungannya dengan prestasi belajar siswa. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya,
204
misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga kursi penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. Dengan pembuktian analisis tersebut bahwasannya tingkat pendapatan orang tua berpengaruh yang positif terhadap prestasi belajar siswa kelas XII Akuntansi SMK Ketintang Surabaya. Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Pendapatan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa kelas XII Akuntansi SMK Ketintang Surabaya, Berdasarkan hasil data yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dan pendapatan orang tua terhadap prestasi belajar siswa kelas XII Akuntansi SMK Ketintang Surabaya. Dan hasil analisis menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 146,739 > F tabel 3,20 dengan taraf signifikan 0.00 menunjukkan nilai ini dibawah 0,05, hal ini berarti bahwa tingkat keeratan hubungan antara vanabel bebas (tingkat pendidikan dan pendapatan orang tua) terhadap variabel terikat (prestasi belajar) sangat kuat. Tingkat pendidikan dan pendapatan orang tua secara simultan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa disekolah. Hal ini dapat menjadi acuan untuk lebih lagi meningkatkan prestasi belajar dan diharapkan lebih maju maju dan memiliki mutu pendidikan yang tinggi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data pengaruh variabel bebas tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan orang tua terhadap prestasi belajar siswa kelas XII Akuntansi SMK Ketintang surabaya, maka dapat disimpulkan : 1). Secara parsial ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas XII Akuntansi SMK Ketintang Surabaya Tahun Pelajaran 2015/2016. 2). Secara parsial ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendapatan orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas XII Akuntansi SMK Ketintang Surabaya tahun Pelajaran 2015/2016. 3). Secara simultan ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan orang tua terhadap prestasi belajar siswa kelas XII Akuntansi SMK Ketintang Surabaya Tahun Pelajaran 2015/2016 SARAN 1). Bagi sekolah, sekolah diharapkan mampu menyediakan referensi yang lebih banyak bagi siswa sehingga siswa tidak hanya belajar darinhasil yang disampaikan oleh guru, terutama bagi siswa yang ekonomi orang tuanya rendah karena tidak dapat membeli buku referensi dan fasilitas belajar atau sarana prasarana yang digunakan untuk sekolah. 2). Bagi orang tua, yang kondisi sosial ekonominya kurang mampu atau rendah dalam hal ini diharapkan selalu berusaha meningkatkan pendapatannya, misalnya dengan mencari
205
pendapatan tambahan lain agar dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa untuk dapat meningkatkan prestasi belajar anaknya. 3). Bagi siswa, dari hasil penelitian yang diperoleh siswa harus lebih meningkatkan prestasi belajarnya, terutama bagi siswa yang tingkat ekonomi orang tua rendah siswa tidak perlu berkecil hati. dan diharapakan sekolah bisa memberikan
beasiswa
atau
keringan
biaya
pendidikan.
Diharapkan
dapat
meningkatkanprestasi belajar yang lebih baik. 4). Bagi peneliti penelitian selanjutnya, perlu memperbanyak sampel dan menambahkan variabel yang juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa seperti tanggungan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Munib (2011:34) Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang : UPT UNNESPRES Ahmadi, Abu (2007). Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta Ahmadi, Abu (2008) Pengertian Keluarga. http;// www.sobatbaru.blogspot.com Basuki, Sulistyo. 2010. Metode Penelitian. Jakarta : Penaku Carolin. Translate.google.co.id/ translate: http// www.nccee. Chatrina Tri dkk (2006) Psikologi Belajar. Semarang : Universitas Negeri Semarang Press Dedi Supriadi (2006) Satuan Biaya Pendidikan Menengah. PT. Remaja Rosdakarya Bandung Dwi Priyatno (2008) Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta : Mediakom Gagne, R. (2010). Hasil belajar, http// www. Uangtabimgan.Blogspot. Com/ Html Gerungan, E.A. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco. Hamalik Oemar (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Hasbullali. (2009). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. PT. RajaGrafmdo Persada. Jakarta. Made.
(2010)
pengertian
perekonomian
keluarga,
http//
lustoryofindonesia.
Blogspot.com/html(2009).ttp// globalistatistik.com/ blog/ lialo-duma Maftukhah (2007). Pengaruh kondisi Sosial Ekonomi terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII di kabupaten Pemalang. Fakultas ilmu sosial universitas negeri semarang. Miuiawar, Indra. (2009). Pengertian belajar, http// www.Sblogspot.com/ Htm Probo Sri Sadhono (2015). Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Winong Pati Tahun 2015/2016 Riduwan (2007) Metode Dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: ALfabeta Sefti Wiri Febriana (2014). Pengaruh Kondisi sosial ekonomi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Purwantoro Tahun Ajaran 2013/2014.
206
Sinta Dyana Santi (2009). Pengaruh Kondisi sosial ekonomi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XII IPS SMA N 1 Karang Tengah Kabupaten Demak Tahun Ajaran 2008/2009. Siti Sakdiyah (2011) Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Anak Kelas VIII MTs Negeri Klego Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012 Slameto, Drs. (2010) Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Soelaeman , M.I. (1994). Pendidikan dalam keluarga. Bandung : Alfabeta Soerjono Soekanto. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada Sujana. 2008. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Remaja Rodakarya. Bandung. Soerjono Soekanto. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada Sugiyono, (2010) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta Suharsimi Arikunto (2010) Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka CiptaDepdiknas. 2006.
207
The Analysis of Student’s Writing Examination of Narrative Text Written by The Ninth Graders in SMP Negeri 3 Surabaya
Oleh: Afridha Kurina IKIP Widya Darma Surabaya
Abstrak: Salah satutujuanpembelajaran di SMP adalah untuk mengembangkan kompetensi siswa. Pembelajaran menulis di SMP berhubungan dengan pembelajaran teks. Dalam hal ini, siswa diharapkan mampu menghasilkan bermacam-macam jenist eks, salah satu nya adalah teks narasi. Siswaharus menguasai jenis teks tersebut, mereka harus mampu menyusun teks narasi secara benar berdasarkan struktur umum dan unsur kebahasaan. Siswa SMP kelas IX di SMP Negeri 3 Surabaya telah melakukan bagaimana cara mengatur struktur umum dan unsure kebahasaan, menggunakan teori yang berlaku, merevisi dan mengedit teks agar dapat dipahami danmenghasilkan suatu produk akhir dalam ujian praktek sekolah untuk matapelajaran Bahasa Inggris. Hasil tes menunjukkan apakah mereka mampu atau tidak dan apakah mereka sukses dalam menyusun teks narasi. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa bagaimana siswa kelas 9 mengatur struktur umum dan mengaplikasikan unsur kebahasaan kedalam teks narasi tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penerapkan unsur kebahasaan, terdapat dua belas siswa di level sangat baik, sebelas siswa di level baik untuk tingkat rata-rata, sepuluh siswa di level cukup baikdan lima siswa di level yang sangat buruk. Kesimpulannya, penulis menemukan bahwa siswa kelas IX B SMP Negeri 3 Surabaya memiliki kemampuan dalam menulis narasi dalam hal struktur umum dan unsur kebahasaan. Penulis menyarankan bahwa guru harus menjelaskan lebih lanjut tentang unsur kebahasaan, terutama dalam menerapkan Simple Past Tense dalam narasi dan siswa harus berlatih lebih lanjut tentang menulis narasi.
Kata Kunci: Analisa, Narasi, Struktur Umum, Unsur Kebahasaan
INTRODUCTION English is a nonnative language spoken or written in international event and it is used as the medium of information for sharing science, technology, and culture as well, especially
208
in Indonesia. As we are in developing country we should try to be able to use English both spoken and written in order to make relationship with other country in the world so that we can face the competition in the global era. In English learning, learner has to be able to master the four language skills, namely: listening, speaking, reading and writing. Based on Standard Competence, writing is one of the language skills presented in the teaching-learning process. In writing, students are expected to be able to express many written meanings that have purposes in communication. The learning of Curriculum 2013 emphasizes on scientific approaches in the learning process through observing, questioning, collecting information, associating, and communicating. Direct learning is a learning that develops the knowledge, thinking ability and skill to use the knowledge of students through direct interaction with learning resources designed. In addition, the curriculum also encourages students to seek out and not informed. Through this approach, learners are expected to have the competencies of attitude, skill and knowledge much better. Later, they can succeed in the face of various problems and challenges in this day, entering a better future. There are many kinds of text that can be used such as narrative, descriptive, procedure, recount, information, report, exposition, argumentation and etc. The narrative text can be fun to write because it tells a story or relate an event in order to amuse or entertain the readers. As stated by Anderson (1997:6) “The narrative text type tells a story. Its purpose is to present a view of the world that entertains or informs the reader or listener.” The narrative text has character, setting, and action. In the beginning of the story, it introduces characters and setting. In the middle, then problem or conflict comes. Finally, the ending resolves the problem or conflict. The language features of narrative text are the use of specific nouns, adjectives, time connectives and conjunctions, adverbs and adverbial phrases, action verbs. Simple past tense is the pattern that is usually used in narrative text for example: climbed, lived, screamed, went, did, and etc. In this study, the writer tries to analyze the narrative text written by ninth graders of SMP Negeri 3 Surabaya, In this case the writer wants to know how they organized the generic structures of narrative text and also the language features. By using narrative text as a material writing skill in the English school practice examination in batch 2015-2016, the students will be more interested and easy to study and produce it. Therefore, the writer wants
209
to know how to organize the generic structure of narrative text written by the ninth graders in SMP Negeri 3 Surabaya and how are the language features of narrative text written by the ninth graders in SMP Negeri 3 Surabaya? By conducting this study, the writer expects that the study will give contribution to the writing field. She hopes that it will provide a better understanding about the narrative text and its generic structures and language features. Finally, the writer also expects that the result of study will be useful both for English teacher and especially for Junior High School Students in learning writing and producing the new interesting text. This study focuses on narrative text which is written by ninth graders in SMP Negeri 3 Surabaya during the English school practice examination in batch 2015-2016. The writer only analyses the narrative texts which are written by them in terms of organization of the generic structure and the language features.
REVIEW OF RELATED LITERATURE Language is one most important thing which can support our communication in our life. Siahaan (2008:1) states “language is a set of rules used by human as a tool of their communication. It is also supported by Brown (2007:6), he explains “language is systematic; a set of arbitrary symbols are primarily vocal also visual that have conventionalized meanings and language is used for communicate. Those definitions means that language is a system of sounds, words used by people to communicate in order to express everything which they refer such as their thought, emotion, ideas, and etc. Expressing all of those feelings, people can use language in two ways, spoken and written. Therefore, in order to be successful in a process of communication, people must have a good language skill. Siahaan (2008:1) explains “the language skill is the performance of the speakers of a language in using their language as a tool of communication in their daily routines.” So that, it can be said people who have a good language skill are those who can apply the rules of their language in transferring information in their communication effectively. What is Writing? Writing skill is one of the productive skills that should be mastered in using a language. It is because writing skill has significances in improving a communicative competence of learning the language. Through writing, one can share everything that he wants freely and it is supported by Leo, et al. (2007:1) states “writing as a process of expressing ideas or thoughts in words should be done at our leisure.”It means that every person can share their
210
idea and can communicate with others in the written form. Brown (2001: 336) also claimsthat “writing is a thinking process.” Furthermore, he states that writing can be planned and given with an unlimited number of revisions before its release. In a writing process, one can make a plan first and also he can do revision as much as he needed before the writing is published. This is a chance to think as one write. Moreover Elbow (1973: 14-16) in Brown (2001: 336) explains that writing is a twostep process. The first process is figuring out the meaning and the second process is putting the meaning into language. Consider what we want to say, use an outline, then start to write. According to Laurer, et al. (1981:2) states “writing occurs as a chain of process. It is a series of interactions with words and ideas that develop and change over time.” Writing is a sequence process of interaction between words and ideas. We intend to write from words, phrases and sentences related to the concept. We read and reread of what we have written. We can also change and revise a part or even the whole until the achievement of good writing. Another definition of writing is also defined by Siahaan (2008:3), he defines writing text is a piece of written information. It is a result of writing activity. It is based on a specific kind of knowledge such as the linguistic knowledge. He also adds that writing a text refers to any meaningful linguistic unit which means full of meaning in a context. Linguistic unit can be a word, a sentence or a paragraph. From those definitions above, one can say that writing is used to communicate or give information for the reader in a written form. Writing is a sequence process from words, sentences then paragraphs that formed due to the ideas. The writer first plan, then write, then read it, then rewrite it for clarify in order to make the reader understand the writing easily. The Definition of Narrative To make the students feel enjoyable and pleasure in learning writing, teachers must select interesting writing text to teach writing.Anderson (1997:6) “The narrative text type tells a story. Its purpose is to present a view of the world that entertains or informs the reader or listener.” The narrative paragraph can be fun to write because you tell a story or relate an event that will entertain the reader. Labov in Narrative pre-construction (p.1) defines “narrative as a particular way of reporting past events, in which the order of a sequence of independent clauses is interpreted as the order of the events referred to.” In line with Labov’s definition, Pardiyono (2007:94), he defines that narrative is a kind of text that tells the past activities or events that emphasizes the problematic experience and resolution with the aim of entertaining and often are intended
211
to give moral lessons to the reader). According to Labov and Pardiyono’s explanation narrative tells the past activities or events that present sequences of the problematic experience faced by the characters, the resolution of the problem, and at the end of the story, quoting the moral lesson from the story. The Generic Structure of Narrative Labov (1997:25) mentions the structures of narrative are orientation, complication, resolution, and coda. Similar with Labov, Anderson (1997:80) also states that there are some steps for constructing a narrative which is called the generic structure. They are as follows: 1.
Orientation Labov in Narrative-pre construction (p.3) states that in the orientation section, the writer presents the information of time, place, and participants in the action. It can be a paragraph, a picture or opening chapter in which the writer tells the reader about who is in the story, when the story is taking place and where the action is happening.
2.
Complication It sets off a chain of events that influences what will happen in the story. It tells the beginning of the problems which leads to the crisis (climax) of the main participants. In other words, in this part, the writer will present how the crisis or problem arises.
3.
Sequence of events This is where the narrator tells how the character reacts to the complication. It includes their feeling and what they do. The event can be told in chronological order. Moreover,
4.
Resolution A resolution is a part in which the characters finally sort out the complication. It is the final series of the event which happens in the story. In this stage, the writer presents the explanation how the problem or the crisis is resolved, either in a happy ending or in a sad (tragic) ending. The point is that it has been accomplished by the characters.
5.
Coda A coda provides a comment or moral based on what has been learned from the story (an optional step). It can be said that a coda provides personal comment of the story from the writer and also moral value of what has been learned from the story. Bu, it is an optional part, so it means that the writer may or may not include coda in his writing of narrative text.
The Language Features of Narrative
212
Anderson (2007:8) states “the language features usually found in a narrative are: specific characters, time words that connect events to tell when they occur, verbs to show the actions that occur in the story, and descriptive words to portray the characters.” Based on Anderson’s explanation, it can be explained that the components of the language feature of narrative text are as follows: 1.
Specific nouns A noun is a word used to refer to a person, animal, place, thing, object, substance, state, event, feeling, or abstract idea. Using specific noun means as pronoun of person, animal in the story. For example: The king, the queen, the crocodile and etc.
2.
Adjective An adjective can be used to improve the description. An adjective is a word used to modify or describe a noun or pronoun. It describes the quality, state, or action that a noun refers to. For example: beautiful girl, stupid crocodile, two red apples and etc.
3.
Time connectives and conjunction (Time order signal) Kinds of words and phrases used to show time order these are called time order signals because they signal the order in which events happen. For example: a. Time order signals (words) are finally, earlier, first (second, third, etc.), later, meanwhile, next, then, soon and etc. b. Time order signals (phrases) are at last, after that, after a while, the next day, at the same time and etc.
RESEARCH METHODOLOGY The research design that used in this study is a descriptive qualitative research. This study the writer wants to analyze the students’ writing examination of narrative text that is not use quantitative measurement in terms of the generic structures and the language features. The research took place at SMP Negeri 3 Surabaya. It is located in the city center of Surabaya. SMP Negeri 3 Surabaya is one of the most favorite schools in Surabaya. Data and Sources of the Data The data are the scores or the result of the students’ writing of narrative text. The sources of the data are taken from the student’s writing of narrative text written by the ninth graders in SMP Negeri 3 Surabaya, especially class IXB. RESEARCH FINDING AND DISCUSSION
213
This sub chapter discusses the result of research which is the result of the students’ writing of narrative text in terms of its generic structure and its language features. Generic Structure (GS) The students’ writing of narrative text are analyzed and classified into four different levels. They are: excellent to very good, good to average, fair to poor, and very poor. It is based on how they organize their narrative text in terms of its generic structure. The Result of Students’ Organization of the GS in Excellent to Very Good Level The students’ narrative writing can be classified into excellent to very good level if their narrative writings are knowledgeable, ideas clearly stated, effective word choice, and minimal error of punctuation, well-organized of orientation, complication, resolution and coda. There are twelve students categorized in this level. They are as follows:
Name
Title
Orient.
Comp.
Res.
Coda
Scr.
AKP
Too TooMou
12
12
13
13
50
AAFF
Nyi RoroKidul
15
13
10
10
48
AS
The Legend of Banyuwangi
10
10
10
15
45
DDH
The Legend of Reog Ponorogo
15
10
10
15
50
DRN
Cinderella
8
15
10
15
48
IDS
The Boy Who Draw A Cat
10
10
10
15
45
IPM
JakaTarub
15
8
10
15
48
KDW
Lutung Kasarung
15
15
15
-
MAA
Beauty and the Beast
8
13
14
15
NCP
The Legend of Mount Bromo
15
10
10
15
NWA
MalinKundang
10
13
10
15
45 50
50
48
214
10 SJ
Timun Mas
10
10
15
45
Based on the above table, it shows that all students were capable in constructing narrative writing; they were orientation, resolution complication and coda. They organized the generic structures of narrative very well and they presented them effectively. Since coda is an optional, the writer found it did not give big influence to the students’ writing as long as the ideas were still clearly and coherently. In the level of excellent to very good in terms of generic structures, each of the students’ narrative writing was given maximum score that was 45 up to 50. The Result of Students’ Organization of the GS in Good to Average Level. The students’ narrative writing can be classified into good to average if their narrative writings categorized as the main ideas are clear enough, occasional errors of word choice but meaning isn’t obscured, occasional error of punctuation, organization of orientationcomplication-resolution-coda is unclear. There are nine students categorized in this level. They are as follows: Name
Title
Orient.
Comp.
Res.
Coda
Scr.
AFF
Tangkuban Perahu
8
12
15
-
35
BPS
Crying Stone
12
8
9
15
44
215
CPA
The Red Hill
8
12
8
8
36
DIA
The Legend of Kalimantan island
7
10
10
12
39
EWE
The Legend of Surabaya
12
12
12
-
36
FRH
Cindelaras
7
12
10
15
44
NA
Hansel and Gratel
10
15
10
-
35
NAG
Peter Pan
12
10
10
8
40
SAI
Kemaro Island
7
7
7
15
36
Based on the above table, the writer found that all students also put the generic structures in their narrative writings. Some of them put the generic structures were unclear but the main idea was still clear enough, and also here were a few words that were not appropriately or effectively. In the level of good to average in terms of generic structures, each of the students’ narrative writing was given score that was 35 up to 44. The Result of Students’ Organization of the GS in Fair to Poor Level. The students’ narrative writing can be classified into fair to poor level if their narratives writing in terms of ideas are confused or not interconnected frequent errors of word choice and punctuation, complicated of orientation-complication-resolution-coda. There are twelve students categorized in this level. They are as follows: Name
Title
Orient.
Comp.
Res.
Coda
Scr.
AOA
Golden Snail
8
8
8
8
32
ASPP
Pitung
8
6
8
7
29
ATE
6
7
6
10
29
AAT
Masha and The Bear AtuBelah
8
7
6
6
27
BS
Situ Bagendit
8
7
7
10
32
DAP
RoroJonggrang
6
7
7
5
25
IKP
Mahabharata
7
5
7
6
25
NADP
Pinochio
7
6
7
10
30
NR
The Legend of Bali
7
7
8
7
29
216
Strait TT
The Three Musketeers
7
6
6
10
29
FDKA
Snow White
6
6
6
10
28
DZA
Joko Dolog
6
7
6
6
25
Based on the above table, the writer found that all students also organized the generic structures in their narrative writings. But, mostly, the generic structures of their narrative writings were complicated. Even, there was a student put the coda which was not appropriate with the story. There were also many words that were not appropriated and interconnected. In the level of fair to poor in terms of generic structures, each of the students’ narrative writing was given score that was 25 up to 34. The Result of Students’ Organization of the GS in Very Poor Level. The students’ narrative writing can be classified into very poor level if their narratives writing in terms of incoherent, dominated by errors of word choice and punctuation, no organization of orientation-complication-resolution-coda. There are five students categorized in this level. They are as follows:
Name
Title
Orient.
Comp.
Res.
Coda
Scr.
NN
Toba Lake
10
10
-
-
20
DAS
Ken Arok and Ken Dedes
7
7
6
-
20
FAM
SunanAmpel
7
4
4
7
22
RA
The Dragon of Kinabalu
7
5
4
8
24
SPA
SunanKalijaga
6
4
4
10
24
217
Based on the above table, the writer found the generic structures in their narrative writings were not organized well, but some of them were quite good. The problem is that in this level, mostly, there were too many mistakes in word choice. Even, there was a student did not present a resolution of the story. Therefore, it made the story was unclear because the problem was not resolved. In the level of very poor in terms of generic structures, each of the students’ narrative writing was given score that was 20 up to 24. Langauge Features (LF) The Result of Students’ Application of the LF in Excellent to Very Good Level. In applying the language features, the students’ narrative writing can be classified in this level if there is an effective complex construction of past tense, sophisticated range and effective choice or usage of specific nouns, adjectives, time connectives and conjunctions, adverbs and adverbial phrases, action verbs, saying verbs, and thinking verbs. There are twelvestudents categorized in this level. They are as follows: Na me
Title
Spc. Nns
Adj .
Adv.& Advblphrs
9
Tm. Cnctv/ Cncjtn 9
Syng. Vrb
9
Act. Vrb in past tense 9
Scr
-
Thn kg. Vrb -
AK P AS
Too TooMou
8
The Legend of Banyuwangi
8
8
8
8
9
7
-
48
CP A
The Red Hill
8
7
7
7
8
7
6
50
DD H
The Legend of Reog Pono rogo
8
8
8
8
9
-
7
48
DI A
The Legend of Kaliman tan Island
8
8
8
8
9
-
-
41
KD W
LutungKasa rung
8
8
7
7
8
6
6
50
NA
Hansel &Gretel
8
8
8
8
9
-
-
41
NA DP
Pinoc Chio
8
8
8
8
8
8
-
48
NA
Peter Pan
7
7
8
8
9
8
-
47
44
218
G NW A
Malin Kun Dang
7
7
8
7
7
8
6
50
NC P
The Legend of Mount Bromo
7
8
8
7
8
-
7
45
FR H
Cinde laras
8
7
8
7
8
7
-
45
The above table shows that all students could apply the language features of narrative writing very well. They could construct the verbs in a past tense. The use of specific nouns, adjectives, time connectives and conjunctions, adverbs and adverbial phrases, action verbs, saying verbs, and thinking verbs were sophisticated. Although, there were students did not apply saying verb and thinking verb in their story, it was still an excellent language features. In the level of excellent to very good in terms of language features, each of the students’ narrative writing was given score that was 41 up to 50. The Result of Students’ Application of the LF in Good to Average Level. In applying the language features, the students’ narrative writing can be classified in this level if there is an effective but simple in constructions of past tense. Adequate range and occasional errors of choosing or using specific nouns, adjectives, time connectives and conjunctions, adverbs and adverbial phrases, action verbs, saying verbs, and thinking verbs. There are eleven students categorized in this level. They are as follows: Na me
Title
Spc. Nns
Adj.
Adv. &Advbl. phrs 7
Act. Vrb in past tense 7
Syng. Vrb
8
Tm. Cnctv/ Cncjtn 8
Scr.
-
Thn kg. Vrb -
AF F
Tangkuban Perahu
7
NN
Toba Lake
6
6
7
7
7
7
-
40
AA FF
NyiRoro Kidul
7
8
8
7
7
-
-
37
BP S
Crying Stone
6
6
7
7
7
7
-
40
DZ A
JokoDolog
6
5
6
5
7
7
-
36
FD KA
Snow White
7
6
6
6
7
6
-
38
IP
Jaka
7
7
8
7
7
-
-
36
37
219
M
Tarub
MA A
Beauty and the Beast
6
7
8
7
7
-
7
40
NR A
The Legend Bali Strait
6
7
7
6
7
7
-
40
SJ
Timun Mas
6
8
8
7
7
-
-
36
SP A
Sunan Kali jaga
6
6
6
6
7
7
-
38
The above table shows that all students all students could apply the language features of narrative writing quite well. The use of specific nouns, adjectives and adverbs and adverbial phrases were quite simple, less variation. Sometimes, they also made errors of time connectives and conjunctions and action verbs. In the level of good to average in terms of language features, each of the students’ narrative writing was given score that was 31 up to 40.
The Result of Students’ Application of the LF in Fair to Poor Level. In applying the language features, the students’ narrative writing can be classified in this level if there is major problems simple or complex construction of past tense. Limited range and frequent errors of choosing or using specific nouns, adjectives, time connectives and conjunctions, adverbs and adverbial phrases, action verbs, saying verbs, and thinking verbs. There are ten students categorized in this level. They are as follows: Na me
Title
Spc. Nns
Adj.
Adv. &Advbl. phrs 5
Act. Vrb in past tense 4
Syng. Vrb
6
Tm. Cnctv/ Cncjtn 6
AO A
Golden Snail
7
AS P
Pitung
AA T
Scr.
-
Thn kg. Vrb -
6
5
6
5
5
-
-
27
AtuBelah
7
6
6
5
4
-
-
28
BS
Situ Bagendit
4
5
5
6
3
4
-
27
DA S
KenArok& KenDedes
5
4
5
4
3
-
-
21
28
220
DR N
Cinderella
6
5
5
6
3
5
-
30
EW E
The Legend of Surabaya
6
4
6
6
4
4
-
30
IDS
The Boy Who Drew a Cat
6
7
6
6
3
-
-
28
SAI
Kemaro Island
6
3
6
5
3
-
6
29
RA
The Dragon of Kinabalu
7
4
4
4
4
5
-
28
The above table shows that students applied the language features of narrative writing were not quite good even they considered to the poor level. Mostly, they were lack in constructing the verbs in a past tense. The writer also found there was limitation in using time connectives, conjunction, adverbs and adverbial phrases. There was only one student who applied thinking verb. In the level of fair to poor in terms of language features, each of the students’ narrative writing was given score that was 21 up to 30. The Result of Students’ Application of the LF in Very Poor Level. In applying the language features, the students’ narrative writing can be classified in this level if there is virtually no mastery sentence construction of past tense. Essentially translation and little knowledge of English vocabulary in choosing or using specific nouns, adjectives, time connectives and conjunctions, adverbs and adverbial phrases, action verbs, saying verbs, and thinking verbs.
CONCLUSION AND SUGGESTION As the results of analysis, the writer finds that most of students are able to write narrative well. They have capability in organizing generic structure and applying language features in their writing. Furthermore, the writer can conclude students’ narrative writing in terms of its generic structure and language features: Most of the ninth graders in SMP Negeri 3 Surabaya are able to write narrative well. There are twelve students categorized in excellent to very good level and nine students in good to average level. They put the elements of generic structure which are orientation, complication, resolution, and coda coherently. But there are also students who do not apply the generic structures coherently. The major problems faced by the ninth graders are about
221
the words choices and punctuations. Some of them just simply translated the text from Indonesia to English. They seem translate word by word. Therefore, there are some stories that are difficult to be understood. About the punctuation, some students use punctuation incorrectly. The make mistake in using the punctuation comma and capital letter instead of the person name. In presenting the ideas, most of students can state it clearly enough, only few students who cannot present the ideas clearly. The ninth graders can apply the language features in their writing quite good, although there are still some students who do not apply the language features well. Almost students do not find difficulty in choosing or writing the specific nouns. They also include the adjectives to describe the characters of the story. But some of them cannot construct it correctly. Students also use time connectives and conjunctions in order to make the story sequence. They also put the adverbs and adverbial phrases. The major problem faced by the ninth graders in applying the language features is about the use of tense. Because narrative is a story tells past events, therefore the tense that is used is simple past tense. Here, the writer finds that there are many students who still find difficulty to apply the tense. Some of them write their narrative writing not only in the past but also in the present tense form. The research finding of the study shows that the ninth graders in SMP Negeri 3 Surabaya, especially in class of IXB have capability in writing narrative in terms of generic structure and language features. At the end of study, the writer gives some suggestions for both the teacher and the student. Teacher as the important part of teaching and learning process, he or she has to prepare the material and give a detail explanation in delivering the materials to the students. Here, teacher should explain about narrative writing, including the generic structure and the language features clearly.
BIBLIOGRAPHY Anderson, Mark and Kathy Anderson. 1997. Text Types in English 2. Australia: Macmillan Education. Brown, H. Douglas. 2007. Principles of Language Learning and Teaching. Fifth Edition. United States of America: Longman. Brown, H.Douglas. 2001. Teaching by Principles An Interactive Approach to Language Pedagogy. Second Edition. New York: Pearson Education Company. Creswell, John W. 2009. Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. United States of America: Sage Publications, Inc.
222
Farochi, Naf’an. 2012. The Students’ Writing Assignment of Narrative Text Written By Eleventh Graders. Unpublished S1 Thesis. UniversitasNegeri Surabaya Fergenson, Laraine and Marie-Louise Nickerson. 1992. All in One Third Edition Basic Writing, Workbook and Reader. New Jersey: Prentice Hall. Harmer, Jeremy. 2001. The Practice of English Language TeachingThird Edition. London and New York: Longman. Heaton, J.B. 1988. Writing English Language Test. London and New York: Longman. Knight, Paul and Cora Lindsay. 2006. Learning and Teaching English A Course for Teachers. New York: Oxford University Press. Labov, William. Journal ofNarrative Analysis: Oral Versions of Personal Experience, volume 7, 1-4. Leo, Sutanto. 2007. English for Academic Purpose Essay Writing. Yogyakarta: CV. Andi Offset. Mandiri Practice Your English Competence Class IX. 2014. Jakarta: PenerbitErlangga. Oshima, Alice and Ann Hogue. 2007. Introduction to Academic Writing. Third Edition. New York: Pearson Education. Oxford University Press. 1991. Oxford Learner’s Pocket Dictionary. Oxford: University Press.
Oxford
Pardiyono. 2007. PastiBisa! Teaching Genre-Based Writing MetodeMengajar Writing Berbasis Genre SecaraEfektif. Yogyakarta: CV. Andi Offset. Siahaan, Sanggam. 2008. The English Paragraph. Yogyakarta: GrahaIlmu. Sugiyono. 2015. MetodePenelitianPendidikan. Bandung:PenerbitAlfabeta. Wijayanti, Tri. 2012. Analyzing Narrative Composition Written By The Eight Grade Students Of SMP Negeri 1 Driyorejo. Unpublished S1 Thesis.UniversitasNegeri Surabaya.