EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE TERHADAP KETUNTASAN BELAJAR PADA SISWA KELAS V MI ROUDLOTUL MUTA’ALLIMIN SAMBIREJO KEC. BRINGIN KAB. SEMARANG TAHUN 2011 SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: JIHAN HAKIM NIM 11507003
JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011
i
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id Email:
[email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara: Nama
: Jihan Hakim
Nim
: 11507003
Jurusan
: Tarbiyah
Program studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Judul
: EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE TERHADAP KETUNTASAN BELAJAR PADA SISWA KELAS V MI ROUDLOTUL MUTA’ALLIMIN SAMBIREJO KEC. BRINGIN KAB. SEMARANG TAHUN 2011
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 10 0ktober 2011 Dosen Pembimbing
Drs. Sumarno Widjadipa, M. Pd.
ii
SKRIPSI EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE TERHADAP KETUNTASAN BELAJAR PADA SISWA KELAS V MI ROUDLOTUL MUTA’ALLIMIN SAMBIREJO KEC. BRINGIN KAB. SEMARANG TAHUN 2011
DISUSUN OLEH JIHAN HAKIM NIM 11507003
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Kependidikan Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 28 Desember 2011 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji
: Drs. Bahroni, M. Pd.
Sekretaris Penguji
: M. Hafidz, M. Ag.
Penguji I
: Jaka Siswanta, M. Pd.
Penguji II
: Siti Rukhayati, M. Ag.
Penguji III
: Drs. Sumarno Widjadipa, M. Pd.
Salatiga, 28 Desember 2011 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M. Ag.
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini.
Nama
: Jihan Hakim
NIM
: 11507003
Program Studi
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 10 Oktober 2011 Yang menyatakan
Jihan Hakim NIM.11507003
iv
MOTTO
Kami berkata: "Janganlah kamu takut sesungguhnya kamulah yang paling unggul” (Q.S. Thaha: 68)
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Ayahku (Muhammad Syaifudin) dan Ibuku (Wahyu Sri Anggraeni) sebagai wujud baktiku padanya, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dan doanya. 2. Adikku tersayang (Annisa Indah Nurina, Lutfi Irza Farabi, Amalia Ulaya Atifa, Salsabila Syifa Az Zahra) yang selalu memberikan nasehat dan dukungan. 3. Teman-teman PGMI 2007 seperjuangan (Eko, Grahna, Dysa, Hariyuda, Amin, Aziz, Edi, Andar Ifa, Maryati, Maesarah, Septi, Woro, Ali, Sukriyah, Ika, Irma, Titik (Alm), Tsalis, Heru, Pratiwi, Heni, Sundari, Azmi, Silvi, Mutholingah dan Saidah). 4. Teman-teman di lingkungan kampus maupun yang diluar kampus yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahnya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAIN Salatiga. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita di dunia dan akhirat kelak. Suatu kebanggaan tersendiri, jika tugas dapat terselesaikan dengan sebaikbaiknya. Bagi penulis, penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyusunan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun akhirnya skripsi dapat terselesaikan, tentunya karena beberapa pihak yang membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, khususnya kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M Ag, selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd, selaku ketua program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAIN Salatiga dan selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, arahan dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.. 3. Miftachurrif’ah, M.Pd, selaku sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAIN Salatiga. 4. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staf karyawan di lingkungan program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. 5. Zamroni Mahbub, S.Pd. I selaku kepala MI Roudlotul Muta’allimin, Sambirejo Kec. Bringin Kab. Semarang yang telah memberikan ijin
vii
kepada penulis untuk melakukan penelitian di madrasah yang beliau pimpin. 6. Bapak/Ibu guru dan Karyawan MI Roudlotul Muta’allimin, Sambirejo Bringin yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian di madrasah tersebut. 7. Murid-murid kelas V MI Roudlotul Muta’allimin, Sambirejo Bringin yang telah mendukung dan membantu penulis dalam melakukan penelitian. 8. Bapak dan Ibu tercinta yang telah mencurahkan kasih sayang, doa dan dukungan demi keberhasilan penulis. 9. Adik-adikku tersayang yang selalu mendukung dan memberikan semangat dalam nasehat-nasehat yang bermanfaat. 10. Teman seperjuangan, PGMI 2007, yang selama ini telah berjuang bersama. 11. Sahabat-sahabat tercinta dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan kalian. 12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Atas jasa mereka, penulis hanya dapat memohon doa semoga amal mereka mendapat balasan yang lebih baik serta mendapat kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat. Penulis dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Salatiga, 10 Oktober 2011 Peneliti
viii
ABSTRAK Hakim Jihan. 2011. Efektifitas Pembelajaran IPS melalui Model Pembelajaran Word Square terhadap Ketuntasan Belajarpada Siswa Kelas V MI Roudlotul Muta’allimin Sambirejo Kec. Bringin Kab. Semarang Tahun 2011. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd. Kata kunci: Model pembelajaran word square dan ketuntasan belajar. Penelitian ini merupakan upaya dalam meningkatkan prestasi dan kriteria ketuntasan minimal (KKM) Siswa Kelas V MI Roudlotul Muta’allimin Sambirejo Kec. Bringin Kab. Semarang pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan model pembelajaran word square. Masalah utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Apakah model pembelajaran word square efektif meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran IPS kelas V MI Roudlotul Muta’allimin Sambirejo Kec. Bringin Kab. Semarang tahun 2011? (2) Apakah model pembelajaran word square efektif meningkatkan ketuntasan siswa dalam pembelajaran IPS kelas V MI Roudlotul Muta’allimin Sambirejo Kec. Bringin Kab. Semarang tahun 2011? Guna menjawab pertanyaaan tersebut peneliti melakukan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan 3 siklus. Tiap siklusnya merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari 1) Planning, untuk mengidentifikasi masalah dan merencanakan kegiatan pembelajaran, dan membuat instrumen penelitian lainnya. 2) Acting, melaksanakan pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pokok bahasan pengertian peta dan unsur-unsur peta 3) Observing, pengambilan data tentang hasil melalui tes dan lembar pengamatan, 4) Reflecting, menganalisis data hasil pengamatan. Subyek dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V MI Roudlotul Muta’allimin Sambirejo Kec. Bringin Kab. Semarang yang berjumlah 21 siswa, terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 11 siswi perempuan. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran word square pada saat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran word square mampu menarik perhatian siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Dapat dilihat dari hasil pengamatan siswa terhadap perhatian balajar siswa menunjukkan, siklus I yang nilainya memenuhi KKM (28,57%), siklus II menjadi (66,6%) dan siklus III menjadi (80,95%). Sedangkan yang kurang memperhatikan siklus I (33,4 %), siklus II menjadi (19, 04%) dan pada siklus III menjadi (23,3%). Dan yang nilainya tidak memenuhi KKM pada siklus I (71,42%) pada siklus II menjadi (33,4%) pada siklus III menjadi (19,04%) Dengan menggunakan model pembelajaran word square yang tepat akan mampu meningkatkan prestasi dan ketuntasan belajar siswa. Dalam penelitian ini prestasi dan ketuntasan belajar siswa dapat meningkat, dilihat dari hasil tes formatif pada setiap siklus yaitu siklu 28,57%, siklus II 66,6% dan siklus III 80,95%. Mengacu pada hasil penelitian, peneliti menyarankan kepada para guru atau calon guru untuk selalu meningkatkan inovasi pembelajarannya dengan menggunakan media, model, metode dan teknik pembelajaran yang bervariasi.
ix
DAFTAR ISI
JUDUL .........................................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................
iv
MOTTO .......................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ........................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................
vii
ABSTRAK ...................................................................................................
ix
DAFTAR ISI ................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Rumusan Masalah ..................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................
7
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ....................
7
E. Kegunaan Penelitian ..............................................................
8
F. Definisi Operasional ...............................................................
9
G. Metode Penelitian ...................................................................
13
H. Sistematika Penulisan .............................................................
16
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Efektifitas Pembelajaran ........................................................
19
1. Definisi efektifitas pembelajaran .....................................
19
2. Kondisi belajar mengajar yang efektif ..............................
20
a. Melibatkan siswa secara aktif .......................................
21
B. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial .................................
23
x
1. Pembelajaran ....................................................................
23
a. Definisi pembelajaran ...................................................
23
b. Tujuan pembelajaran ....................................................
24
2. Definisi Pembelajaran IPS di SD/MI ...............................
25
a. Karakteristik pembelajaran IPS di SD/MI ....................
26
b. Ruang lingkup pembelajaran IPS di SD/MI .................
27
c. Fungsi dan tujuan pembelajaran IPS di SD/MI ...........
28
C. Model Pembelajaran Word Square .........................................
28
1. Pengertian Model Pembelajaran Word Square ................
28
2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Word Square ......
30
3. Kelebihan dan Kelemahan Word Square .........................
30
D. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) .....................................
31
1. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) .............
31
2. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ....................
32
3. Mekanisme Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ...........
34
4. Langkah-Langkah dan Penetapan KKM ...........................
36
5. Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ..............
37
E. Prestasi Belajar .......................................................................
39
1. Belajar ..............................................................................
39
a. Pengertian belajar ........................................................
39
b.Ciri-ciri belajar .............................................................
39
c. Jenis-jenis belajar ........................................................
45
2. Definisi Prestasi Belajar ...................................................
46
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A.
Setting dan Pelaksanaan Penelitian .....................................
50
B.
Deskripsi Pelaksanaan Siklus ..............................................
52
1. Siklus I ...........................................................................
52
2. Siklus II ..........................................................................
55
3. Siklus III .........................................................................
59
xi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Paparan Siklus .......................................................
63
1. Siklus I ...........................................................................
63
2. Siklus II ..........................................................................
64
3. Siklus III .........................................................................
67
B. Pembahasan ............................................................................
69
1. Hasil rekapitulasi ...........................................................
69
2. Siklus I ...........................................................................
70
3. Siklus II ..........................................................................
71
4. Siklus III .........................................................................
72
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................
74
B. Saran .......................................................................................
75
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Daftar nama siswa kelas V MI Roudlotul Muta’allimin Sambirejo Kec. Bringin Kab. Semarang Tahun 2011/2012................. ............. 51 Tabel 4.1. Hasil tes formatif pada siklus I ......................................................... 63 Tabel 4.2. Hasil tes formatif pada siklus II ....................................................... 65 Tabel 4.3. Hasil tes formatif pada siklus III ...................................................... 67 Tabel 4.4. Hasil rekapitulasi nilai siswa per siklus ........................................... 69 Tabel 4.5. Hasil rekapitulasi tentang ketuntasan belajar siswa ......................... 70
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1.
Siklus penelitian ......................................................................... 14
Gambar 2.1
Skema langkah-langkah penetapan KKM ................................. 36
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus I
Lampiran 2
Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus II
Lampiran 3
Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus III
Lampiran 4
Lembar pre test siklus I
Lampiran 5
Lembar test formatif siklus I
Lampiran 6
Lembar pre test siklus II
Lampiran 7
Lembar test formatif siklus II
Lampiran 8
Lembar pre test siklus III
Lampiran 9
Lembar test formatif siklus III
Lampiran 10 Lembar hasil pengamatan terhadap guru pada siklus I Lampiran 11 Lembar hasil pengamatan terhadap guru pada siklus II Lampiran 12 Lembar hasil pengamatan terhadap guru pada siklus III Lampiran 13 Lembar hasil pengamatan terhadap perhatian siswa pada siklus I Lampiran 14 Lembar hasil pengamatan terhadap perhatian siswa pada siklus II Lampiran 15 Lembar hasil pengamatan terhadap perhatian siswa pada siklus III Lampiran 16 Hasil tes formatif siswa pada siklus I Lampiran 17 Hasil tes formatif siswa pada siklus II Lampiran 18 Hasil tes formatif siswa pada siklus III Lampiran 19 Lampiran dokumentasi Lampiran 20 Surat tugas pembimbing Lampiran 21 Lembar konsultasi skripsi Lampiran 22 Surat permohonan ijin penelitian Lampiran 23 Surat balasan ijin penelitian Lampiran 24 Nilai SKK mahasiswa Lampiran 25 Riwayat hidup penulis
xv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu (Mudyaharjo,2001: 3). Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan diluar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non formal, dan informal di sekolah, dan diluar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi.
Pertimbangan
kemampuan-kemampuan
individu,
agar
dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup yang tepat. Kematangan profesional (kemampuan menddik); yakni menaruhperhatian dan sikap cinta terhadap anak didik serta mempunyai pengetahuan yang cukup tentang latar belakang anak didik dan perkembangannya, memiliki kecakapan dalam menggunakan cara-cara mendidik (Wenstanlain, 1989: 89). Dalam Tap MPR Nomor II/MPR/1993 tentang GBHN diamanatkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah hendak meningkatkan bahwa tujuan 1
2
pendidikan nasional adalah hendak meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
mandiri,
maju,
tangguh
cerdas,
kreatif,
terampil,
berdisiplin,beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.(Ahmad Barizi, 2009:13) Pendidikan yang diinginkan oleh aliran kemasyarakatan adalah proses pendidikan yang bisa mempertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup dalam pergaulan manusia. Untuk mewujudkan cita-cita, pendidikan sangat membutuhkan bantuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk memberi petunjuk kepada guru dalam membina para siswa agar mereka bisa memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, akrab sesama teman maupun bermasyarakat yang baik. Pada jenjang MI/SD mata pelajaran IPS menjadi satu kesatuan utuh dari beberapa cabang ilmu IPS yaitu Geografi, Sejarah, Ekonomi, dan Sosiologi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, dan efektif (Standar Kompetensi MI, 2004:77). Pelajaran IPS adalah salah satu pelajaran yang dianggap oleh siswa atau guru sebagai materi hafalan saja sehingga proses pembelajaran sangat membosankan dan banyak memakan waktu. Hal ini mengakibatkan siswa kurang tertarik pada pembelajaran dan dan terkesan hanya mengejar target untuk menyelesaikan pokok bahasan saja. Agar hal itu tidak akan terjadi berlarut-larut dan mengurangi minat dan hasil belajar siswa semakin tidak
3
memuaskan, maka hendaknya guru meningkatkan keterampilan dalam mengajar. Adanya peningkatan ataupun penurunan hasil belajar siswa dapat diukur dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM adalah kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan. KKM harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai. Seberapapun besarnya jumlah peserta didik yang melampaui batas ketuntasan minimal, tidak mengubah keputusan pendidik dalam menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran (Departemen Pendidikan Nasional, 2008:4). Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran disatuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidikan atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM. Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah terget nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap. Melalui survei pada kelas V MI Roudlotul Muta‟allimin Sambirejo Kec. Bringin Kab. Semarang ditemukan bahwa kelas V pada tahun lalu, kemampuan siswa dalam menguasai konsep IPS tergolong rendah. Hal ini
4
dapat dilihat dari kriteria ketuntasan mengajar yang diterapakan untuk mata pelajaran IPS adalah 60. Dari hasil survey pada bulan Mei diketahui bahwa pada tahun ajaran sebelumnya, yang sekelasnya berjumlah sejumlah 18 siswa, 7 siswa memperoleh nilai sesuai KKM dan 11 siswa yang lain belum memenuhi KKM yang ditentukan. Hal ini dikarenakan guru hanya terpaku menggunakan metode ceramah dan masih ragu-ragu untuk mencoba menggunakan metode maupun model pembelajaran lainnya. Padahal sebagian sekolah lainnya yang menggunakan metode dan model yang variatif dan inovatif, siswa tidak tidak akan merasa jenuh, pembelajaran tidak terasa kaku, dan pembelajaran menjadi menyenangkan sehingga hasil belajar akan semakim meningkat. Beberapa ayat Al Qur‟an yang terkait secara langsung tentang dorongan untuk memilih model pembelajaran secara tepat dalam proses pembelajaran adalah diantaranya dalam surat Al Nahl ayat 125:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” Selain itu, dalam surat Ali Imran ayat 159 Allah berfirman:
5
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang bertawakkal kepada-Nya.” Dengan memahami ayat diatas yaitu suatu anjuran bahwa dalam mengajar seorang pengajar harus bisa berlaku lembut dalam arti melakukan pendekatan dulu, setelah itu guru harus dapat mencari model dan metode pada pembelaran yang tepat. Oleh karena itu guru harus mampu membuat maupun menggunakan berbagai model pembelajaran. Hal ini untuk menunjang proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai maksimal. Selain itu dengan pembelajaran word square dapat meningkatkan ketuntasan dan prestasi belajar siswa. Pembelajaran model word square merupakan model pembelajaran yang diharapkan mampu memberi inovasi dalam pembelajaran. Pembelajaran ini merupakan
pembelajaran
yang
terdapat
nuansa
bermain
dalam
6
pembejarannya. Hal ini di harapkan membuat siswa tidak jenuh selama mengikuti pembelajaran IPS di sekolah. Dengan adanya penerapan model pembelajaran word square maka pendidikan tidaklah menjenuhkan, diharapkan dengan adanya penerapan model pembelajaran ini maka anak akan merasa nyaman dalam proses pembelajaran, dengan demikian materi yang disampaikan akan mudah diterima oleh peserta didik. Dengan kemudahan dan kesesuaian penerimaan materi ajar yang disampaikan oleh pendidik maka prestasi baik akademik maupun sosial dapat di raih. Untuk menjawab probematika di atas, penulis mengangkat judul ”EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN WORD
SQUARE
IPS
MELALUI
TERHADAP
MODEL
KETUNTASAN
BELAJAR PADA SISWA KELAS V MI ROUDLOTUL MUTA‟ALLIMIN SAMBIREJO KEC. BRINGIN KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah model pembelajaran word square efektif meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran IPS kelas V MI Roudlotul Muta‟allimin Sambirejo Kec. Bringin Kab. Semarang tahun 2011?
7
2. Apakah model pembelajaran word square efektif meningkatkan ketuntasan siswa dalam pembelajaran IPS kelas V MI Roudlotul Muta‟allimin Sambirejo Kec. Bringin Kab. Semarang tahun 2011?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran word square dapat meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran IPS kelas V MI Roudlotul Muta‟allimin Sambirejo Kec. Bringin Kab. Semarang tahun 2011. 2. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran word square dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V MI Roudlotul Muta‟allimin Sambirejo Kec. Bringin Kab. Semarang tahun 2011.
D. Hipotesis Tindakan Jadi berdasarkan rumusan masalah di atas hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran word square efektif meningkatan ketuntasan belajar dan prestasi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas V MI Roudlotul Muta‟allimin Sambirejo Kec. Bringin Kab. Semarang tahun 2011.
8
E. Kegunaan Penelitian 1. Bagi guru Dalam hasil Penelitian Tindakan Kelas di
MI Roudlotul
Muta‟allimin Sambirejo Kec. Bringin Kab. Semarang
memberikan
banyak manfaat bagi guru diantaranya: a. Guru dapat mengetahui hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS melalui model pembelajaran word square b. Guru dapat mengetahui ketercapaian ketuntasan belajar siswa c. Diperoleh
model
pembelajaran
yang
sesuai
dengan
materi
pembelajaran
2. Bagi siswa Dari hasil Penelitian Tindakan Kelas ini memberikan beberapa manfaat bagi siswa yaitu: a. Siswa lebih antusias dan semangat dalam proses pembelajaran b. Meningkatkan prestasi siswa terhadap mapel IPS c. Meningkatkan ketuntasan siswa 3. Bagi lembaga pendidikan Secara umum Penelitian Tindakan Kelas ini besar sekali manfaatnya, khususnya di dunia pendidikan. Melalui Penelitian Tindakan Kelas ini kita dapat mengetahui perkembangan di dunia pendidikan. Dalam kaitanya dengan penelitian ini manfaat yang dapat kita peroleh antara lain:
9
1. Dapat meningkatkan mutu pendidikan. 2. Menciptakan pembelajaran yang efektif. 3. Menciptakan kondisi dan suasana pembelajaran yang menyenangkan. 4. Menciptakan peserta didik yang berkualitas. 5. Proses pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar lebih efektif. 6. Dapat menggali potensi-potensi pada peserta didik. 7. Meningkatkan ketuntasan belajar siswa.
F. Definisi Operasioal Untuk memudahkan dan memperjelas pemahaman serta menghindari kekeliruan, pengertian terhadap maksud yang terdapat pada judul diatas, maka terlebih dahulu perlu dijelaskan mengenai pembahasan masalah dan arti kata dalam rangkaian kalimat judul diatas. 1. Efektifitas Efektifitas berasal dari kata efektif. Dalam kamus Bahasa Indonesia, efektif berarti ada efeknya (pengaruhnya, akhibatnya, kesanya) manjur, mujarab, mempan (Purwadarminta, 2006:311). Jadi efektifitas dapat diartikan sebagai proses untuk menimbulkan pengaruh menjadi lebih baik. 2. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan. KKM harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai. Seberapapun besarnya
10
jumlah peserta didik yang melampaui batas ketuntasan minimal, tidak mengubah keputusan pendidik dalam menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran disatuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidikan atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM. Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah terget nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap. 3. Word square Word square dalam arti bahasa terdiri atas dua suku kata diantaranya word yang berarti kata dan square yang berarti pencari. Jadi menurut bahasa arti dari Word squre adalah pencari kata. Dalam model pembelajaran,
word square adalah model
pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. mirip seperti mengisi teka-teki silang, tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan
11
sembarang huruf penyamar atau pengecoh. Model pembelajaran ini sesuai untuk semua mata pelajaran. Tinggal bagaimana guru dapat memprogram sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang siswa untuk berpikir efektif. Tujuan huruf pengecoh bukan untuk mempersulit siswa namun untuk melatih sikap teliti dan kritis. Pembelajaran model word square merupakan model pembelajaran yang
diharapkan
mampu
memberi
inovasi
dalam
pembelajaran.
Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang terdapat nuansa bermain dalam pembejarannya. Word square merupakan model pembelajaran di mana dalam evaluasi pembelajaranya siswa memberikan jawaban pada kotak-kotak seperti mengisi teka-teki silang. Joyce & Weil mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model
pembelajaran merupakan
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi model pembelajaran cenderung preskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran (I Wayan, 2007: 7) 4. Pembelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD sampai perguruan tinggi. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu social. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS
12
memuat materi Geografi, Sejarah dan Ekonomi, pembelajaran tersebut disajikan di sekolah mulai dari kelas rendah sampai kelas atas(Standar Kompetensi MI, 2004:76). Bisa diartikan bahwa pembelajaran IPS adalah serangkaian kegiatan pembelajaran di sekolah yang mempelajari isu-isu sosial yang berkembang di masyarakat yang memuat keadaan geografis, perkembang sejarah dan kegiatan ekonomi masyarakat. Pembelajaran IPS akan terus berkembang karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan.
Oleh karena itu pembelajaran IPS dirancang untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis terhadapat kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Pembelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat . Pembelajaran di SD/MI merupakan suatu proses pembelajaran yang dapat memahami serta mengembangkan ilmu sosial yang dapat dipelajari di jenjang berikutnya. Pembelajaran IPS di SD/MI diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan lebih mendalam pada ilmu yang berkaiatan.
13
1.
Ruang Lingkup Pembelajaran IPS pada kelas V SD/MI Secara umum, ruang lingkup pembelajan IPS untuk SD/MI mencakup aspek-aspek sebagai berikut (Standar Kompetensi MI, 2004:78): a. Manusia, tempat dan lingkungan. b. Waktu keberlanjutan dan perubahan. c. Sistem sosial dan budaya. d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang ditetapkan adalah penelitian tindakan kelas, pada tahap ini peneliti menentukan focus peristiwa yang perlu diperhatikan khusus untuk diamati. Adapun siklus atau tahap-tahap penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut (Arikunto, 2006:16) : SIKLUS PENELITIAN
Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS II Pengamatan Perencanaan
Pelaksanaan
14
Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS III
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Pelaksanaan Gambar 1.1. Siklus penelitian
Langkah-Langkah Penelitian 1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan saat proses pembelajaran berlangsung. 3) Mempersiapkan lembar observasi untuk mengetahui kondisi siswa dalam proses pembelajaran. 4) Melakukan evaluasi. 5) Membuat simulasi perbaikan. 6) Perencanaan Tindakan.
15
7) Guru
membuat
konsep
pembelajaran
yang
inovatif
dan
menyenangkan. 2). Guru mengadakan proses pembelajaran. 8) Observasi. Pada tahap ini guru melakukan pengamatan terhadap peserta didik apakah peserta didik antusias dan berminat dalam pembelaaran IPS dengan dibantu penyajian multimedia. 9) Analisis dan Refleksi Untuk mengetahui ketercapaian dan keberhasilan tujuan penelitian. 2. Pengumpulan Data Pengumpulan data diperoleh dari hasil tes yang telah dilakukan setelah diadakanya pembelajaran IPS dengan word square di kelas V dengan cara melakukan pengamatan terhadap siswa mengenai hasil belaja siswa terhadap materi pembelajaran. 3. Analisis Data Hasil belajar dianalisis dengan membandingkan tes antar siklus maupun indikator kinerja. Nilai pre test dan pos tes di bandingkan untuk mengetahui seberapa kuat tingkat pemahaman siswa dalam mata pelajaran IPS. Untuk memperoleh nilai rata-rata tes formatif maka dapat dirumuskan:
M
∑X nN
16
Keterangan M = Nilai rata-rata ∑X = Jumlah semua nilai siswa N
= Jumlah siswa ( Djamarah, 2006:64)
Sedangkan untuk memperoleh atau menghitung presentase ketuntasan belajar siswa, digunakan rumus sebagai berikut :
F P=
X 100% N
P
= Jumlah Nilai Dalam persen
F
= Frekuensi
N
= Jumlah Keseluruhan ( Djamarah, 2006:225-226)
4. Instrumen Penelitian 1. Soal pre tes dan pos tes 2. Lembar observasi untuk mengamati peserta didik 3. Lembar pengamatan untuk rencana pembelajaran 4. Rencana pelaksanaan pembelajaran
H. Sistematika Penulisan 1. Bagian awal Yang meliputi sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan
kelulusan,
pernyataan
keaslian
tulisan,
motto
dan
17
persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar gambar, dan daftar lampiran. 2. Bab I Berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kugunaan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah,dan sistematika penulisan. Metode penelitian mencakup rancangan penelitian, subyak penelitian, langkah-langkah penelitian, instrumen penelitian, pengumpulan data, dan analisis data. 3. Bab II 4. Berisi kajian pustaka yang mencakup: Efektifitas pembelajaran yang meliputi definisi efektifitas pembelajaran dan Kondisi belajar mengajar yang efektif; Pembelajaran IPS meliputi Definisi belajar, Ciri-ciri belajar, Jenis-jenis belajar; Model Pembelajaran Word square meliputi Pengertian word square, langkah-langkah word square, kelebihan dan kelemahan word square, pengertian KKM, dan fungsi KKM Mekanisme penetapan KKM, 5. Bab III Berisi tentang deskripsi pelaksanaan siklus I meliputi rencana, pelaksanaan, pengamatan/pengumpulan data, dan refleksi. pelaksaan siklus II, Deskripsi pelaksaan III dan seterusnya.
Deskripsi
18
6. Bab IV Berisi hasil penelitian dan pembahasan meliputi deskripsi per siklus yang membahas mengenai data hasil pengamatan, refleksi keberhasilan dan kegagalan. Dan berisi pembahasan. 7. Bab V Penutup mencakup: kesimpulan dan saran.
19
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Efektifitas Pembelajaran 1. Definisi Efektifitas Pembelajaran Efektifitas berasal dari kata efektif. Dalam kamus Bahasa Indonesia, efektif berarti ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya, kesannya) manjur, mujarab, mempan (Purwadarminta, 2006:311). Jadi efektifitas dapat diartikan sebagai proses untuk menimbulkan pengaruh menjadi lebih baik. Menurut Kauchak (dalam Slamet Soewandi dkk, 2005:44) pembelajaran yang efektif merupakan kesatuan dari ketrampilan, perasaan, penguasaan materi dan pemahaman arti belajar yang bermuara pada satu prilaku, yaitu kemampuan membangun dan mengembangkan proses belajar siswa secara optimal. Metode dikatakan efektif bila dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, dan mereka dapat berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Slamet Soewandi dkk, 2005:43). Metode mengajar yang diterapkan dalam suatu pengajaran dikatakan efektif bila menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan atau dengan katalain tujuan tercapai, bila makin tinggi kekuatannya untuk menghasilkan sesuatu makin efektif metode tersebut (Lisnawaty, 1993:80). Pembelajaran efektif ialah mengajar sesuai prinsip,
20
prosedur dan desain sehingga tercapai tujuan perubahan tingkah laku anak (Syafruddin,
2005:88).
Sedangkan
menurut
Piskurich
(dalam
Syarifuddin, 2005:90) pembelajaran efektif berhubungan dengan sejumlah proses afektivitas waktu, yang menggunakan rancangan pembelajaran akan memberikan keuntungan dan pilihan dalam cara efektif untuk menghadirkan isi pembelajaran yang dapat ditafsirkan sebagai hal yang menjadi cara sangat mudah bagi pembelajar dalam mempelajarinya. Selanjutnya Syafruddin (2005:90) menyimpulkan bahwa pembelajaran efektif adalah menentukan cara terbaik bagi pembelajar untuk belajar berdasarkan atas isi yang dibutuhkannya untuk dipelajari dan apakah pembelajar akan melakukan pekerjaanya dengan pengetahuan baru setelah dia melakaukan pembelajaran. Selain itu juga penting adanya sosok guru yang efektif yaitu guru yang dapat menunaikan tugas dan fungsinya secara professional. Untuk dapat melaksanakan tugas secara professional, diperlukan berbagai persyaratan seperti: kompetensi akademik, kompetensi metodologis, kematangan pribadi, sikap penuh dedikasi, kesejahteraan yang memadahi, pengembangan karier, budaya kerja, dan suasana kerja yang kondusif (Marno, 2010: 28). 2. Kondisi Belajar Mengajar Yang Efektif Dalam menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif setidaknya ada lima jenis variabel yang menentukan keberhasilan belajar siswa, sebagai berikut (Usman, 2010:21):
21
a. Melibatkan siswa secara aktif Tugas guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai pembimbing peserta didik untuk belajar. Sehingga, peserta didik merupakan pemeran utama dalam proses pembelajaran. Ini berarti aktivitas siswa berperan penting dalam pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai
secara
maksimal.
Menurut
Uzer
Usman
(2010:22), aktivitas peserta didik dapat digolongkan ke dalam beberapa hal: 1) Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen dan demonstrasi. 2) Aktivitas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi dan menyanyi. 3) Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan penjelasan guru. 4) Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam, atletik, menari dan lukis. 5) Aktivitas menulis (writing activities) seperti mengarang, membuat makalah dan membuar surat. b. Menarik minat dan perhatian siswa Minat mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Pembelajaran yang menyenangkan akan menarik minat dan perhatian peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran. Minat dan perhatian peserta
22
didik dalam pembelajaran sangat dibutuhkan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. c. Mengembangkan motivasi siswa Guru yang kreatif dan inovatif menyajikan pembelajaran dengan menggunakan metode-metode yang dapat memberikan dorongan kepada peserta didik untuk belajar. d. Prinsip individulaitas Peserta didik merupakan sekelompok individu yang memiliki perbedaan, sehingga guru harus menyadari adanya perbedaanperbedaan tersebut. Oleh sebab itu, hendaknya guru mampu menyesuaikan proses belajar mengajar dengan kebutuhan-kebutuhan peserta didik secara individual tanpa mengajar peserta didik secara individual. Pengajaran individu bukan berarti pengajaran yang dituukan kepada seorang saja, melainkan dapat ditujukan kepada sekelompok atau kelas, namun dengan mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan
peserta
didik
sehingga
pengajaran
memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal. e. Peragaan dalam pengajaran Alat peraga merupakan alat-alat yang digunakan guru untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikan. Belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan alat peraga pengajaran.
23
Penggunaan alat peraga pegajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebgai berikut: 1) Nilai atau manfaat media pendidikan Media yang digunakan harus dapat menarik minat dan perhatian peserta didik serta dapat mendorong keaktifan peserta didik. 2) Pemilihan alat peraga Alat peraga yang digunakan harus sesuai dengan materi yang disampaikan, sesuai dengan kematangan dan pengalaman peserta didik serta perbedaan indifidual dalm kelompok, mudah digunakan serta sesuai dengan kemampuan biaya. Selain itu penggunaan alat peraga disertai kelanjutan seperti denan diskusi, analisis dan evaluasi. 3) Petunjuk penggunaan alat peraga Penggunaan alat peraga harus dipersiapkan terlebih dahulu. Guru harus menyadari bahwa tidak ada alat peraga yang dianggap paling baik.
B. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pembelajaran a. Definisi pembelajaran Menurut Mulyasa, pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.(Ismail, 2009: 10)
24
Pengertian pembelajaran adalah kegiatan belajar mengajar yaitu setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu pengetahuan, keterampilan, sikap atau nilai yang baru (Tim Sertifikasi Guru Rayon 24: 73) Dalam kegiatan belajar mengajar melibatkan unsur guru, siswa, materi, metode, dan tujuan; dimana unsur-unsur tersebut harus berjalan secara harmonis. Bila salah satu unsur tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya, tentu akan menghambat jalannya, sehingga berakibat pada ketidakpuasan pembelajaran (Abdullah: 2010: 27). b. Tujuan Pembelajaran Tujuan sebagai acuan untuk menentukansegala hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Hal-hal yang perlu dievaluasi dari tujuan adalah penjabaran tujuan, yang merupakan hirarki tujuan dari tingkat yang paling tinggi ke tingkat yang paling rendah; rumusan tujuan, dalam arti aspek-aspek yang harus ada pada tiap jenjang tujuan, semakin rendah jenjang tujuan memerlukan rumusan yang semakin spesifik; dan unsurunsur tujuan, yaitu perilaku yang diharapkan dapat dicapai, kriteria pencapaian yang ditetapkan, dan kondisi untuk membentuk perilaku yang diharapkan (Surtikanti, 2008: 27) c. Unsur dinamis pembelajaran Unsur dinamis pembelajaran, menurut Dimyati adalah sumber belajar atau komponen instruksional yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Dikatakan unsur dinamis, karena setiap komponen
25
instruksional akan mengalami dinamika/perubahan, yang kemudian akan segera diikuti oleh perubahan komponen yang lain. Misalnya: ketika terjadi perubahan pada komponen tujuan, maka akan merubah penetapan bahan, strategi yang diterapkan, bentuk evaluasi yang dikembangkan, dll. 2. Definisi Pembelajaran IPS di SD/MI Pelajaran IPS adalah salah satu pelajaran yang dianggap oleh siswa atau guru sebagai materi hafalan saja sehingga proses pembelajaran sangat membosankan dan banyak memakan waktu. Hal ini mengakibatkan siswa kurang tertarik pada pembelajaran dan dan terkesan hanya mengejar target untuk menyelesaikan pokok bahasan saja. Agar hal itu tidak akan terjadi berlarut-larut
dan mengurangi
minat siswa, maka
hendaknya
guru
meningkatkan keterampilan dalam mengajar. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD sampai perguruan tinggi. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu social. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah dan Ekonomi, pembelajaran tersebut disajikan di sekolah mulai dari kelas rendah sampai kelas atas (Standar Kompetensi MI, 2004: 76). Bisa diartikan bahwa pembelajaran IPS adalah serangkaian kegiatan pembelajaran di sekolah yang mempelajari isu-isu sosial yang berkembang di masyarakat yang memuat keadaan geografis, perkembang sejarah dan kegiatan ekonomi masyarakat.
Pembelajaran IPS
akan terus berkembang karena
kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan. Oleh karena itu
26
pembelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis terhadapat kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Pembelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat . Pembelajaran di SD/MI merupakan suatu proses pembelajaran yang dapat memahami serta mengembangkan ilmu sosial yang dapat dipelajari di jenjang berikutnya. Pembelajaran IPS di SD/MI diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan lebih mendalam pada ilmu yang berkaiatan. a. Karakteristik pembelajaran IPS di SD/MI Pembelajaran IPS di SD/MI memiliki karakteristik masing-masing sesuai dengan aspek yang menjadi pembelajaran, akan tetapi satu hal yang menjadi kesamaan yaitu ruang lingkup yang dipelajarinya adalah manusia dalam kontek sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat. Pembelajaran IPS pada umunya memiliki karakteristik, antara lain (Standar Kompetensi MI, 2004: 77) : 1) Kerangka kerja IPS lebih menekankan pada bidang praktis tentang peristiwa gejala dan masalah sosial daripada teoritis keilmuan. 2) Dalam
pembelajaran obyek
studinya,
IPS
menekankan
pada
keterpaduan aspek-aspek yang terpisah satu sama lain. 3) Kerangka kerja IPS berlandaskan ilmu-ilmu sosial sebagai induknya dan menjadikan ilmu-ilmu sosial tersebut sebagai sumber materinya.
27
4) Pada pengajaran IPS masyarakat menjadi sumber materi, obyek studi, dan sekaligus menjadi ruang lingkup pembelajarannya. 5) Dalam
melaksanakan
kerjanya
pembelajaran
IPS
menerapkan
pendekatan terhadap kehidupan sosial masyarakat. 6) Pembelajaran IPS dapat dilaksanakan mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Karakteristik pembelajaran IPS tersebut menjadi pedoman setiap guru dalam pembelajan IPS. Meskipun pada umumnya pembelajaran IPS berkaitan dengan isu-isu sosial terus berkembang sesuai arus globalisasi akan tetapi karateristik-karateristik pembelajaan IPS tersebut tidak lepas dari kontek yang dipelajari dalam pembelajaran IPS. b. Ruang lingkup pembelajaran IPS di SD/MI Secara umum, ruang lingkup pembelajan IPS untuk SD/MI mencakup aspek-aspek sebagai berikut (Standar Kompetensi MI, 2004: 78) : a. Manusia, tempat dan lingkungan. b. Waktu keberlanjutan dan perubahan. c. Sistem sosial dan budaya. d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. e. Sikap berbangsa dan bernegara. Kelima aspek tersebut merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam ruang lingkup pada pembelajaran IPS secara umum. Unsur-unsur tersebut berlaku dalam setiap pembelajaran IPS SD/MI atau jenjang di atasnya.
28
c. Fungsi dan tujuan pembelajaran IPS di SD/MI Pengetahuan Sosial di MI berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan peserta didik tentang masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Pengetahuan Sosial bertujuan ( Standar Kompetensi MI, 2007:78) : 1) Mengajarkan konsep-konsep dasar bermasyarakat melalui pendekatan pedagokik dandan psikologi. 2) Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif dalam memecahkan permasalahan sosial. 3) Membangun kesadaran nilai-nilai sosial. 4) Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetensi dalam bermasyarakat.
C. Model Pembelajaran Word square 1. Pengertian Model Pembelajaran Word square Model adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Jadi, model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran. Syarifuddin Sagala (2005:175) model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain, (2) suatu deskripsi atau analogi yang
29
dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati, (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek atau peristiwa, (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan, (5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang dimungkinkan atau imajiner, dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya. Joyce & Weil mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model
pembelajaran merupakan
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi model pembelajaran cenderung preskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran (I Wayan, 2007: 7) Word square dalam arti bahasa terdiri atas dua suku kata diantaranya word yang berarti kata dan square yang berarti pencari. Jadi menurut bahasa arti dari Word squre adalah pencari kata. Dalam
model
pembelajaran,
word
square
adalah
model
pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti mengisi teka-teki silang, tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan
30
sembarang huruf penyamar atau pengecoh. Model pembelajaran ini sesuai untuk semua mata pelajaran. Tinggal bagaimana guru dapat memprogram sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang siswa untuk berpikir efektif. Tujuan huruf pengecoh bukan untuk mempersulit siswa namun untuk melatih sikap teliti dan kritis. 2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Word Square Adapun langkah-langkah dari model pembelajaran word square ialah: (Dektorat Pembinaan TK dan SD: 2007) a. Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi. b. Guru membagikan lembar kegiatan c. Siswa disuruh menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban. d. Guru memberikan berikan poin setiap jawaban dalam kotak. 3. Kelebihan dan Kekurangan Word square Dengan penggunaan model word square ini terdapat sisi kelebihan ataupun kelemahan. Word square mempunyai kelebihan bahwa model pembelajaran ini dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, menjadikan pembelajaran inovatif, menyenangkan dan dapat melatih untuk merangkai kata, teliti dan berdisiplin. Dan model pembelajaran ini juga tidak luput dari kelemahan yaitu dalam pembelajaran siswa tinggal menerima bahan mentah dan siswa dengan mudah menjawab pertanyaan (www.rumahdesakoe.blogspot.com)
31
D. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 1. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai. Seberapapun besarnya jumlah peserta didik yang melampaui batas ketuntasan minimal, tidak mengubah
keputusan pendidik
dalam
menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan kriteria tidak diubah secara serta merta karena hasil empirik penilaian. Pada acuan norma, kurva normal sering digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar peserta didik jika diperoleh hasil rata-rata kurang memuaskan. Nilai akhir sering dikonversi dari kurva normal untuk mendapatkan sejumlah peserta didik yang melebihi niai 6,0 sesuai proporsi kurva. Acuan kriteria mengharuskan pendidik untuk mendapatkan sejumlah peserta didik yang tepat terhadap hasil penilaian, yaitu memberikan layanan remedial bagi yang belum tuntas dan atau layanan penggayaan bagi yang sudah melampaui kriteria ketuntasan minimal. Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran disatuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir
32
sama. Pertimbangan pendidikan atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM. Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah terget nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap (Diknas, 2008: 4) Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik, peserta, dan orang tua peserta. Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian disekolah berhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik dan atau orang tuanya. Kriteria ketuntasan minimal harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam dalam menyikapi hasil belajar peserta didik(Diknas, 2008: 5) 2. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Fungsi kriteria ketuntasan minimal (Diknas, 2008: 5) meliputi: 1. Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasar dapat diketahui ketercapaiannya berdasarkan KKM yang ditetapkan. Pendidik harus memberikan respon yang tepat pada
33
pencapaian kompetensi dassar dalam bentuk pemberian layanan remedial atau layanan penggayaan 2. Sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkana diri mengikuti penilain mata pelajaran. Setiap kompetensi dasar (KD) dan indikatorditetapkan KKM yang harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti penilaian agar mencapai nilai melibihi KKM. Apabila hal tersebut tidak bisa dicapai, peserta didik harus mengetahui KD-KD yang belum tuntas dan perlu perbaikan 3. Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Evaluasi keterlaksanaan dan hasil program kurikulum dapat dilihat dari keberhasilah pencapaian KKM sebagai tolok ukur. Oleh karena itu hasil pencapaian KD berdasarkan KKM yang ditetapkan perlu dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang mendapatkan informasi tentang peta KD-KD tiap mata pelajaran yang mudah atau sulit, dan cara perbaikan dalam proses pembelajaran maupun pemenuhan sarana-prasarana belajar di sekolah 4. Merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan antara satuan pendidikan dengan masyarakat. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan upaya yang harus dilakukan bersama antara pendidik, peserta didik, pimpinan satuan pendidikan, dan orang tua.
Pendidik
melakukan
upaya
pencapaian
KKM
dengan
34
memaksimalkan proses pembelajaran dan penilaian. Peserta didik melakukan upaya pencapaian KKM dengan proaktif mengikuti kegiatan pembelajaran serta mengerjakan tugas-tugas yang telah didesain pendidik. Orang tua dapat membantu dengan memberikan motivasi dan dukungan penuh bagi putra-putrinya dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan pimpinan satuan pendidikan berupaya memaksimalkan
pemenuhan
kebutuhan
untuk
mendukung
terlaksananya proses pembelajaran dan penilaian di sekolah 5. Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap mata pelajaran. Satuan pendidikan harus salah satu tolok ukur kinerja
satuan
pendidikan
dalam
menyelenggarakan
program
pendidikan. Satuan pendidikan dengan KKM yang tinggi dan dilaksanakan secara bertanggung jawab dapat menjadi tolok ukur kualitas mutu pendidikan bagi masyarakat. 3. Mekanisme Penetapan KKM Penetapan KKM (Diknas, 2008: 7) perlu mempertimbangkan beberapa ketentuan sebagai berikut: a. Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang dapat dilakukan melalui metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dapat dilakukan melalui professional judgement oleh pendidik dengan mempertimbangkan kemampuan akademik dan pengalaman
pendidik
mengajar
mata
pelajaran
disekolahnya.
35
Sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan rentang angka yang disepakati sesuai dengan penetapan kriteria yang ditentukan b. Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis ketuntasan
belajar
minimal
pada
setiap
indikator
dengan
memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi c. Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD) merupakan rata-rata dari indikator yang terdapat dalam Kompetensi Dasar tersebut. Peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar untuk KD tertentu apabila yang bersangkutan telah mendapai ketuntasan belajar minimal yang telah ditetapkan untuk seluruh indikator pada KD tersebut d. Kriteria ketuntasan minimal setiap Standar Kompetensi (SK) merupakan rata-rata KKM Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam SK tersebut e. Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari semua KKM-SK yang terdapat dalam dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran, dan dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LBH/Rapor) peserta didik f. Indikator merupakan acuan /rujukan bagi pendidik untuk membuat soal-soal ulangan, baik Ulangan Harian (UH), Ulangan Tengah Semester (UTS) maupun Ulangan Akhir Semester (UAS). Soal ulangan
ataupun
tugas-tugas
harus
mampu
36
mencerminkan/menampilkan pencapaian indikator yang diujikan. Dengan demikian pendidikan tidak perlu melakukan pembobotan seluruh hasil ulangan, karena semuanya memiliki hasil yang setara g. Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya perbedaan nilai ketuntasan minimal. 4. Langkah-Langkah Penetapan KKM Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran. Langkah penetapan KKM (Diknas, 2008: 8) adalah sebagai berikut: 1. Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya dukung, intake peserta didik dengan skema sebagai berikut: KKM Indikator
KKM Indikator
KKM MP
KKM SK
Gambar 2.1
Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga KKM mata pelajaran 2. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran disahka oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam melakukan penilaian
37
3. KKM yang ditetapkan disosialisasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan 4. KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan orang tua/wali peserta didik 5. Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Hal yang harus diperhatikan dalam penentuan kriteria ketuntasan minimal adalah tingkat kompleksitas, kesulitan/kerumitan setiap indikator, kompetensi dasar dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. (Diknas, 2008: 9) Suatu indikator dikatakan memiliki tingkat kompleksitas tinggi, apabila dalam pencapaiannya didukung oleh sekurang-kurangnya satu dari sejumlah kondisi sebagai berikut: a. Guru yang memahami dengan benar kompetensi yang harus dibelajarkan pada peserta didik b. Guru yang kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran yang bervariasi c. Guru yang menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai bidang yang diajarkan d. Peserta didik dengan kemampuan penalaran tinggi e. Peserta didik yang cakap/terampil menerapkan konsep f. Peserta didik yang cermat, kreatif dan inovatif dalam penyelesaian tugas/pekerjaan
38
g. Waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi, sehingga dalam proses pembelajarannya memerlukan pengulangan/latihan h. Tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan yang tinggi agar peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar
Contoh 1. SK 2.
: Memahami sikap menghargai keberagaman suku bangsa dan budaya di Indonesia
KD 2. 2 : Menyebutkan contoh sikap menghargai suku bangsa dan budaya di Indonesia Indikator :
Mempraktekan sikap menghargai keberagaman suku bangsa dan budaya di Indonesia
Indikator ini memiliki beberapa pemecahan, karena untuk menyebutkan keberagaman suku bangsa di Indonesia beberapa tahap yaitu mengetahui nama suku-suku di Indonesia dan menyebutkan budaya yang ada di suku-suku bangsa. Contoh 2. SK 1.
: Memahami sikap menghargai keberagaman suku bangsa dan budaya di Indonesia
KD 1.1. : Mengenal suku bangsa dan budaya di Indonesia Indikator : Menyebutkan suku bangsa dan budaya di Indonesia
39
Indikator ini memiliki kompleksitas yang rendah karena tidak memerlukan tahapan berfikir/penalaran yang tinggi.
E. Prestasi Belajar 1. Belajar a.
Pengertian belajar Menurut Baharuddin dan Esa N. W. (2007: didalam kamus besar Bahasa Indonesia, belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian ilmu. Menurut Crow and Crow dalam Educational Psychology, belajar adalah perbuatan untuk memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan, dan berbagai sikap, termasuk penemuan baru dalam mengerjakan sesuatu, usaha memecahkan rintangan, dan menyesuaikan dengan situasi baru. Menurut Syah didalam Diconary of Psycology disebutkan bahwa pengertian pertama, belajar memiliki arti suatu proses untuk memperoleh pengetahuan. Pengertian kedua, belajar berarti suatu perubahan kemampuan untuk bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat (Lilik dkk, 2009; 17). Manusia telah dikaruniai akal dan hati oleh Allah SWT. Dengan akal dan hatinya, manusia memiliki kedudukan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan makhluk lain. Akal dan hati yang dimiliki manusia harus dapat digunakan secara baik. Oleh sebab itu, setiap manusia dituntut untuk selalu belajar agar akal dan hatinya
40
dapat digunakan dengan baik dan tepat. Proses belajar yang dilakukan manusia dapat berlangsung setiap saat.(Lilik dkk, 2009: 5). Menurut Lazanov dalam buku Quantum Learning (Bobbi dkk, 2008: 65) belajar itu bertaraf ganda. Dengan kata lain, belajar terjadi baik secara sadar maupun tidak sadar dalam waktu bersamaan. Otak senantiasa dibanjiri stimulus dan otak memilih fokus tertentu saat demi saat. Disamping beberapa definisi diatas, masih ada beberapa teori tentang belajar, yaitu antara lain : (Soetomo, 1993: 120) 1) Belajar menurut teori ilmu jiwa daya Menurut ilmu jiwa daya ini bahwa manusia terdiri dari beberapa daya, yang terdiri dari daya ingat, daya fikir, daya tanggap dan daya-daya lainnya. Masing- masing daya manusia ini dapat dilatih dengan serius sehingga daya manusia terus meningkat. 2) Belajar menurut teori Ilmu Jiwa Asosiasi Dalam Ilmu jiwa asosiasi disebutkan bahwa ada dua aluran mengenai teori belajar, yaitu: a) Teori Connectionis Menurut teori ini bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respon (S dan R). Hubungan antara keduanya disebutkan bahwa semakin sering stimulus itu diberikan maka akan muncullah reaksi yang bisa menjadi
41
otomatis. Karena itu teori ini menekankan pasa bagaimana agar semua pelajaran itu dapat dimiliki anak secara otomatis. Dalam percobaannya Thorndike mempergunakan kucing dimasukkan dalam kurungan yang bertombol, kemudian diluar kurungan diberi sebuah daging. Berulang-ulang kucing itu berusaha membabi buta untuk keluar (Trial and Error), tetapi karena hal itu dilakukan terus menerus secara kebetulan kurungan dapat terbuka. Kemudian setelah dicoba-coba beberapa kali maka kurungan akan dengan mudah terbuka secara lancar. Jadi kesimpulannya bahwa dalam belajar itu tahap adalah berdasarkan trial and error atau “mencoba dan salah”. Tetapi berkat latihan dan ulangan, waktu atau lamanya trial and error maka ditemukannya cara (reaksi, jawaban) yang paling tepat terhadap perangsang yang disodorkan. b) Teori Conditioning Teori ini dipelopori oleh Ivan Petroveitch Pavlov. Dia menggunakan
percobaannya
dengan
seekor
anjing
peliharaannya sebagai obyek percobaannya itu. Setiap saat anjing diberi makanan, maka dinyalakan lampu. Melihat makanan keluar air liur anjing itu dapat dilihat karena kelenjar air liurnya dioperasi, sehingga dapat dilihat dan diukur kalau air
liurnya
keluar.
Dalam
percobaannya,
daging
itu
dikeluarkan dengan disertai dengan lampu merah. Setiap
42
daging disertai dengan lampu maka keluarlah air liur anjing itu, hal itu sering dilakukan. Akhirnya yang dikeluakan hanya lampunya saja, tapi air liur anjing tetap keluar. Kalau kita gambarkan teori Pavlov ini berupa sebagai berikut: S1
(daging diberikan)
R2
(keluarlah air liur)
S2
(lampu dinyalakan)
R2
(lampu dilihat = air liur keluar)
CR = Conditioning response (Kalau S2 dinyalakan berulang-ulang, maka RI akan keluar juga) Keadaan semacam diatas sering kita temui dalam kehidupan dimasyarakat. Misalnya anak-anak akan berkumpul bila dibunyikan lonceng oleh Bapak/Ibu guru, angkatan bersenjata akan segera melakukan tindakan begitu ada komando dari atasannya, anak akan langsung diam melihat orang
tuanya
sedang
menempelkan
jari
telunjuknya
dibibirnya, dan banyak contoh lain yang diperoleh berkat teori conditioning ini. c) Teori belajar menurut Ilmu jiwa Gestall Teori
belajar
menurut
Ilmu
jiwa
Gestall
ini
berpendidikan bahwa keseluruhan itu lebih atau lain daripada unsur-unsurnya. Dan teori ini memandang bahwa manusia
43
sebagai organisme yang aktif mencapai tujuannya, serta tindakannya itu didorongatas berbagai pengaruh baik dari dalam maupun dari luar. Belajar menurut pandangan ini adalah jika seseorang mendapat “Insight”. Dan Insight diperoleh apabila seseorang melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalam situasi itu, sehingga hubungan itu menjadi jelas baginya dan dengan demikian akan dapat memecahkan masalah itu. Belajar berhubungan dengan seluruh pengertian manusia yang disebabkan karena adanya antar aksi antara orang itu dan sekitarnya. Dan Insight bisa timbul tergantung pengalaman, kematangan, kecerdasan, sifat situasi yang dihadapi, serta faktor-faktor latihan. Ada beberapa prinsip belajar menurut aliran ini, yaitu: 1. Bahwa belajar itu berhasil apabila memiliki kematangan untuk memperoleh Insight dan belajar harus ada tujuan 2. Dalam belajar itu manusia sebagai organisme yang aktif akan bereaksi secara keseluruhan pribadinya dan selalu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. 3. Bahwa belajar itu makin lama makin luas diferensiasinya, yaitu bahwa belajar melihat buku keseluruhannya dan kemudian bagian-bagiannya.
44
4. Belajar tidak akan mungkin terjadi tanpa adanya kemauan untuk belajar dan motivasi akan merupakan dorongan yang menggerakkan seluruh organisme b. Ciri-ciri belajar Dari beberapa definisi belajar diatas, aktivitas belajar memiliki ciri-ciri tertentu, Menurut Baharuddin & Esa N. W. (Lilik dkk, 2009: 18), ciri-ciri belajar meliputi: 1)
Belajar ditandai adanya perubahan tingkah laku
2)
Perubahan perilaku dari hasil belajar itu relatif permanen
3)
Perubahan tingkah laku itu merupakan hasil latihan atau pengalaman.
4)
Pengalaman atau latihan itu dapat memberikan penguatan Syah menjelaskan bahwa perubahan sebagai hasil belajar itu
memiliki tiga ciri yaitu (Lilik dkk, 2009: 18): 1)
Perubahan intensional Berubahan intensional adalah perubahan yang terjadi dalam diri individu dilakukan dengan sengaja dan disadari. Maksudnya, perubahan sebagai hasil belajar bukanlah suatu kebetulan, akan tetapi perubahan itu disengaja dan disadari sebelum aktivitas belajar. Apabila suatu perubahan yang terdapat dalam diri individu tidak disengaja dan tidak disadari bukan disebut belajar.
2)
Perubahan itu positif dan aktif
45
Perubahan sebagai ciri belajar bersifat positif dan aktif. Bersifat positif maksudnya perubahan itu baik, bermanfaat, dan sesuai yang diharapkan oleh individu. Apabila perubahan dalam diri individu. Apabila perubahan dalam diri individu membawa kesengsaraan, maka bukanlah aktifitas belajar. Kemudian perubahan bersifat aktif, maksudnya perubahan yang terjadi secara ilmiah, seperti proses berkedipnya mata karena adanya sesuatu benda yang akan masuk ke mata bukan disebut belajar. 3)
Perubahan itu efektif dan fungsional Perubahan sebagai ciri belajar bersifat efektif dan fungsional. Perubahan bersifat efektif, artinys perubahan yang bermakna dan bermanfaat bagi diri individu. Sedangkan perubahan bersifat fungsional artinya perubahan itu relatif permanen dan siap dibutuhkan setiap saat.
c. Jenis-jenis belajar Jenis-jenis belajar menurut Gagne (dalam Bower & Hilgard, tt; Tim PPCTK, 2004): 1) Belajar informasi verbal yaitu belajar untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan bentuk bahasa lisan atau tulis yang meliputi label nama suatu objek atau menyangkut data atau fakta.
Misalnya
kita
mendengar
orang
brcerita
tentang
46
pengalaman menjadi guru atau membaca pengalaman orang menjadi gurudi sebuah surat kabar 2) Belajar kemahiran Intelektual yaitu mempelajari materi yang berhubungan dengan lingkungan sekitar, dan bentuk suatu representasi, khususnya dan berbagai lambang/simbol. Kegiatan intelektual dimulai dari persepsi, pembentukan konsep, menyusun kaidan dan menentukan prinsip 3) Belajar pengaturan kegiatan intelektual yaitu belajar bagaimana cara menangani aktivitas belajar dan berfikir sendiri misalnya dalam proses pemecahan masalah yang menuntut pendekatanpendekatan yang tepat dengan mengatur arus pikiran diri sendiri. 4) Belajar
keterampilan
motorik
yaitu
belajar
menguasai
kemampuan yang melibatkan otot, dan sendi secara langsung misalnya belajar menulis, belajar ilmu beladiri 5) Belajar sikap yaitu belajar tentang nilai-nilai, kebiasaan yang ada pada suatu komunitas dengan memberi peneladanan, nasihat, doktrinasi dan pembiasaan 2. Definisi Prestasi Belajar Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu : Prestasi dan belajar, prestasi menurut bahasa (Lukman, 1991: 797) adalah hasil belajar yang telah dicapai. Menurut Suharsini Arikunto (1993: 19) mengartikan belajar sebagai sesuatu yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri si pelaku belajar. Belajar menurut bahasa yaitu
47
berusaha memperoleh
pengetahuan atau ilmu(Lukman, 1991: 14)
Sedangkan menurut Oemar Hamalik, belajar adalah sebagai bentuk pertumbuhan dan perubahan baru dalam bertingkah laku berkat pengalaman dan latihan. Dari beberapa pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa prestasi belajar merupakan kemampuan sipelaku belajar dalam usahanya untuk mengadakan perubahan berkat pengalaman dan pelatihan sehingga mendapatkan pengalaman baru, konsep dan ketrampilan serta terbentuk sikap yang baru. Banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar atau prestasi belajar. Orangtua pun perlu untuk mengetahui apa saja faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar pada anak mereka, sehingga orangtua dapat mengenali penyebab dan pendukung anak dalam berprestasi. Berikut adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan menurut Djaali, H. dalam sebuah bukunya berjudul Psikologi Pendidikan(www.psikologizone.com) yaitu: 1) Faktor dari dalam diri a) Kesehatan Apabila kesehatan anak terganggu dengan sering sakit kepala, pilek, deman dan lain-lain, maka hal ini dapat membuat anak tidak bergairah untuk mau belajar. Secara psikologi, gangguan pikiran dan perasaan kecewa karena konflik juga dapat mempengaruhi proses belajar.
48
a) Intelegensi Faktor intelegensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar anak. Menurut Gardner dalam teori Multiple Intellegence, intelegensi memiliki tujuh dimensi yang semiotonom, yaitu linguistik, musik, matematik logis, visual spesial, kinestetik fisik, sosial interpersonal dan intrapersonal. b) Minat dan motivasi. Minat yang besar terhadap sesuatu terutama dalam belajar akan mengakibatkan proses belajar lebih mudah dilakukan. Motivasi merupakan dorongan agar anak mau melakukan sesuatu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri anak ataupun dari luar lingkungan c) Cara belajar Perlu untuk diperhatikan bagaimana teknik belajar, bagaimana bentuk catatan buku, pengaturan waktu belajar, tempat serta fasilitas belajar.
2) Faktor dari lingkungan
a) Keluarga Situasi keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan anak. Pendidikan orangtua, status ekonomi, rumah, hubungan dengan orangtua
dan
saudara,
bimbingan
orangtua,
orangtua, sangat mempengaruhi prestasi belajar anak.
dukungan
49
b) Sekolah Tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat kelas, relasi teman
sekolah,
rasio
jumlah
murid
per
kelas,
juga
mempengaruhi anak dalam proses belajar. c) Masyarakat Apabila
masyarakat
sekitar
adalah
masyarakat
yang
berpendidikan dan moral yang baik, terutama anak-anak mereka. Hal ini dapat sebagai pemicu anak untuk lebih giat belajar. d) Lingkungan
sekitar
Bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan iklim juga dapat mempengaruhi pencapaian tujuan belajar.
Dari sekian banyak faktor yang harus diperhatikan, tentu tidak ada situasi 100% yang dapat dilakukan secara keseluruhan dan sempurna. Tetapi berusaha untuk memenuhinya sesempurna mungkin bukanlah
faktor
yang
(www.psikologizone.com)
mustahil
untuk
dilakukan.
50
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Setting dan Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Akhir bulan Juli sampai pertengahan Agustus pada awal semester ganjil tahun ajaran 2010/2011 selama kurang lebih 3 minggu dalam 3 kali siklus dengan masing-masing siklus selama 1 minggu atau 2 kali pertemuan. Siklus I: hari Senin, 18 Juli 2011 . Siklus II: hari Rabu 27 Juli 2011. Karena bersamaan dengan libur awal puasa pelaksanaan siklus III dilaksanakan pada minggu kedua bulan Agustus tepatnya pada hari Kamis , 11 Agustus 2011. Penelitian ini di lakukan di ruang kelas yang biasa untuk melakukan proses belajar mengajar yaitu ruang kelas V MI Roudlotul Muta‟allimin Sambirejo Kec. Bringin Kab. Semarang tahun 2011/2012. Subyek penelitian kali ini adalah seluruh anak kelas V MI Roudlotul Muta‟allimin Sambirejo Kec. Bringin Kab. Semarang
tahun
2011/2012 yang berjumlah 21 anak, yang terdiri dari 10 murid laki-laki dan 11 murid perempuan.
Adapun secara rinci daftar kelas V MI Roudlotul
Muta‟allimin Sambirejo Kec. Bringin Kab. Semarang adalah sebagai berikut :
tahun 2011/2012
51
Tabel 3. 1 Daftar Nama Siswa kelas V MI Roudlotul Muta’allimin Sambirejo Kec. Bringin Kab. Semarang tahun 2011/2012.
No
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Pekerjaan Orang Tua
1.
Alfian Syarif
L
12 Th
Tani
2.
Hani Saputri
P
12 Th
Tani
3.
Novi Yumaroh
P
12 Th
Swasta
4.
Mista Restiyana
P
11 Th
Swasta
5.
Uswatur Rohmah
P
11 Th
Swasta
6.
Abdul Azis
L
11 Th
Swasta
7.
Danil Firmansyah
L
11 Th
Tani
8.
Ranu Kelan Putra
L
11 Th
Tani
9.
Adinda Febriyana
P
11 Th
PNS
10. Suci Indah farida
P
11 Th
Pedagang
11. Andhika
L
11 Th
Tani
12. Syilvia Putri
P
11 Th
Swasta
13. M Munirudin
L
11 Th
Tani
14. Siti Wchidatul
P
11 Th
Tani
15. Bayu Aji Saputra
L
11 Th
Tani
16. Adam Kusuma
L
11 Th
Tani
17. Ninik Yulianti
P
11 Th
Tani
18. Deni Ardiansyah
L
11 Th
Swasta
19. Asih Puji Astuti
P
11 Th
Tani
20. Zaki Azhar
L
11 Th
Tani
21. Zania Anindina
P
11 Th
Swasta
Ket
52
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1. Siklus I Menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Mata Pelajaran
: IPS
Kelas/ Semester
: V/I
Standar Kompetensi : Menghargai Keberagaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia Indikator
: Menyebutkan suku-suku yang mendiami nusantara
Tujuan Pembelajaran : a. Siswa dapat mengenal suku-suku yang mendiami nusantara b. Siswa dapat menyebutkan suku-suku yang mendiami nusantara Materi Pembelajaran: Suku-Suku yang Mendiami Nusantara Metode Pembelajaran: a.
Tanya Jawab
b.
Ceramah
c.
Word square Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada pelaksanaan
tindakan kelas adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan a. Guru menentukan sub pokok bahasan yang akan diajarkan .
53
b. Merancang rencana pembelajaran sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar c. Merancang
kegiatan
pembelajaran
word
square
dengan
mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan d. Merancang soal-soal sebagai sarana untuk mengetahui kemampuan siswa e. Merancang atau menyiapkan lembar observasi untuk guru guna mengetahui perubahan dan perkembangan f. Merancang atau menyiapkan lembar observasi untuk siswa guna mengetahui perubahan dan pengembangan 2. Tindakan a. Kegiatan Awal 1) Guru memimpin do‟a 2) Guru mengabsen siswa 3) Guru mengadakan pre tes 4) Guru menyiapkan peralatan pembelajaran word square. 5) Guru
memberi
penjelasan
tentang
jalannya
model
pembelajaran word square. b. Kegiatan Inti 1) Guru meyampaikan materi kepada siswa. 2) Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya 3) Guru menanggapi pertanyaan dari siswa 4) Guru mengadakan tanya jawab kepada siswa
54
5) Siswa menjawab satu persatu pertanyaan dari guru c. Kegiatan Akhir 1) Guru memberikan tes formatif 2) Siswa mengerjakan tes formatif 3) Guru menutup pertemuan dengan berdo‟a 3. Pengamatan Adapun dalam pelaksanaan ini mitra peneliti melakukan pengamatan. Hal-hal yang diamati adalah sebagai berikut: a. Siswa Pengamatan terhadap siswa, aspek yang diamati meliputi: 1) Kehadiran siswa 2) Perhatian siswa terhadap penjelasan guru 3) Tanggapan siswa terhadap tanya jawab yang diberikan guru 4) Siswa mengerjakan b. Guru Pengamatan terhadap guru, aspek yang diamati meliputi : 1) Kehadiran guru 2) Penampilan guru didepan kelas 3) Penyampaian materi pelajaran 4) Pengelolaan kelas 5) Pandangan dan suara guru 6) Bimbingan guru kepada siswa 7) Ketepatan waktu
55
4. Refleksi Dari
21
siswa
ternyata
banyak
siswa
yang
kurang
memperhatikan atau tidak mengerti tentang pembelajaran word square. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : 1. Model pembelajaran baru dikenal 2. Siswa tidak fokus terhadap materi yang diajarkan 3. Siswa malu masih malu untuk bertanya Pada siklus I masih menganggap bahwa penayangan materi pembelajaran word square merupakan mainan saja. Disini guru harus bisa melakukan pendekatan terhadap siswa agar bisa mengikuti. Dari 21 siswa terdapat 15 siswa atau 71,42 % yang dikategorikan belum tuntas belajar, sedangkan siswa yang tuntas ada 6 siswa atau 28,57% dengan rata-rata nilai keseluruhan 49, 42. 2. Siklus II Pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada hari rabu tanggal 27 Juli 2011 di kelas V MI Roudlotul Muta‟allimin Sambirejo Kec. Bringin Kab. Semarang tahun 2011/2012. Adapun materi yang diajarkan pada siklus II adalah sebagai berikut : Mata Pelajaran
: IPS
Kelas/ Semester
: V/I
Standar Kompetensi
: Menghargai Keberagaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia
Indikator
: Menyebutkan keragaman budaya di
56
Indonesia Tujuan Pembelajaran
: Siswa dapat menyebutkan budaya di Indonesia
Materi Pembelajaran
: Keragaman Budaya di Indonesia
Metode Pembelajaran: a.
Tanya jawab
b.
Ceramah
c.
Word square Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada pelaksanaan
tindakan kelas adalah sebagai berikut: a. Perencanaan 1.
Guru menentukan sub pokok bahasan yang akan diajarkan .
2.
Merancang rencana pembelajaran sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar
3.
Merancang kegiatan pembelajaran
word
square
dengan
mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan 4.
Merancang
soal-soal
sebagai
sarana
untuk
mengetahui
kemampuan siswa 5.
Merancang atau menyiapkan lembar observasi untuk guru guna mengetahui perubahan dan perkembangan.
6.
Merancang atau menyiapkan lembar observasi untuk siswa guna mengetahui perubahan dan pengembangan.
b. Tindakan
57
1. Kegiatan Awal a) Guru memimpin do‟a b) Guru mengabsen siswa c) Guru mengadakan pre tes d) Guru menyiapkan peralatan pembelajaran word square. e) Guru memberi penjelasan tentang jalannya pembelajaran word square. 2. Kegiatan Inti a) Guru meyampaikan materi kepada siswa. b) Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya c) Guru menanggapi pertanyaan dari siswa d) Guru mengadakan tanya jawab kepada siswa e) Siswa menjawab satu persatu pertanyaan dari guru 3. Kegiatan Akhir a) Guru memberikan tes formatif b) Siswa mengerjakan tes formatif c) Guru menutup pertemuan dengan berdo‟a
c. Pengamatan Adapun dalam pelaksanaan ini mitra peneliti melakukan pengamatan. Hal-hal yang diamati adalah sebagai berikut:
58
1.
Siswa Pengamatan terhadap siswa, aspek yang diamati meliputi: a. Kehadiran siswa b. Perhatian siswa terhadap guru c. Perhatian siswa terhadap materi melalui model word square
2.
Guru Pengamatan terhadap guru, aspek yang diamati meliputi : a. Kehadiran guru b. Penampilan guru didepan kelas c. Peyampaian materi pelajaran d. Pengelolaan kelas e. Pandangan dan suara guru f. Bimbingan guru kepada siswa g. Ketepatan waktu
d. Refleksi Pada siklus II ini jumlah siswa yang kurang memperhatikan sudah berkurang jika dibandingkan dengan siklus I, hal ini dikarenakan siswa mulai mengenal model pembelajaran word square.
Selain itu bimbingan dan motivasi dari guru cukup
membuat mereka mengerti akan materi yang disajikan. Dari hasil belajar siswa, terjadi peningkatan kemampuan pemahaman siswa dalam menyelesaikan tes formatif yang diberikan oleh guru. Dari 21 siswa hanya 14 siswa atau 66,6 % tuntas belajar,
59
sedangkan siswa yang belum tuntas belajarnya ada 7 siswa atau 33,4 % dengan nilai rata-rata 66, 6. 3. Siklus III Pelaksanaan siklus III dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 11 Agustus 2011 di kelas V MI Roudlotul Muta‟allimin Sambirejo Kec. Bringin Kab. Semarang tahun 2011/2012. Adapun materi yang diajarkan pada siklus III adalah sebagai berikut : Mata Pelajaran
: IPS
Kelas/ Semester
: V/I
Standar Kompetensi
: Menghargai Keberagaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia
Indikator
: Mempraktekkan sikap menghargai keragaman budaya suku bangsa di Indonesia
Tujuan Pembelajaran
: Siswa dapat mengaplikasikan sikap menghargai budaya antar suku bangsa
Materi Pembelajaran
: Keragaman Budaya di Indonesia
Metode Pembelajaran: a.
Tanya Jawab
b.
Demonstrasi
c.
Word square Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada pelaksanaan
tindakan kelas adalah sebagai berikut:
60
a. Perencanaan 1. Guru menentukan sub pokok bahasan yang akan diajarkan . 2.
Merancang rencana pembelajaran sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar
3.
Merancang kegiatan pembelajaran
word
square
dengan
mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan 4.
Merancang
soal-soal
sebagai
sarana
untuk
mengetahui
kemampuan siswa 5.
Merancang atau menyiapkan lembar observasi untuk guru guna mengetahui perubahan dan perkembangan.
6.
Merancang atau menyiapkan lembar observasi untuk siswa guna mengetahui perubahan dan pengembangan.
b. Tindakan 1. Kegiatan Awal a) Guru memimpin do‟a b) Guru mengabsen siswa c) Guru mengadakan pre tes d) Guru menyiapkan peralatan pembelajaran word square. e) Guru memberi penjelasan tentang jalannya pembelajaran word square. 2. Kegiatan Inti a) Guru meyampaikan materi kepada siswa. b) Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya
61
c) Guru menanggapi pertanyaan dari siswa d) Guru mengadakan tanya jawab kepada siswa e) Siswa menjawab satu persatu pertanyaan dari guru 3. Kegiatan Akhir a) Guru memberikan tes formatif b) Siswa mengerjakan tes formatif c) Guru menutup pertemuan dengan berdo‟a c. Pengamatan Adapun dalam pelaksanaan ini mitra peneliti melakukan pengamatan. Hal-hal yang diamati adalah sebagai berikut: 1. Siswa Pengamatan terhadap siswa, aspek yang diamati meliputi: a. Kehadiran siswa b. Perhatian siswa terhadap guru c. Perhatian siswa terhadap materi melalui model word square 2.
Guru Pengamatan terhadap guru, aspek yang diamati meliputi : a. Kehadiran guru b. Penampilan guru didepan kelas c. Peyampaian materi pelajaran d. Pengelolaan kelas e. Pandangan dan suara guru f. Bimbingan guru kepada siswa
62
g. Ketepatan waktu a. Refleksi Pada siklus III ini jumlah siswa yang kurang memperhatikan sudah berkurang jika dibandingkan dengan siklus II, bahkan hampir keseluruhan siswa memperhatikan jalanya pembelajaran word square dari awal sampai akhir, hanya satu atau dua orang siswa saja yang tidak fokus dan kurang memperhatikan Dari hasil belajar siswa, terjadi peningkatan kemampuan pemahaman siswa dalam menyelesaikan tes formatif yang diberikan oleh guru. Dari 21 siswa hanya 4 siswa atau 14,2 % yang belum tuntas belajar, sedangkan siswa yang tuntas belajar ada 17 siswa atau 80, 95% dengan nilai rata-rata 80.
63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Paparan Siklus 1. Siklus I Adapun dari hasil tes formatif pada siklus I ini didapatkan hasil sebagaimana terdapat pada table berikut ini : Tabel 4. 1 Hasil tes formatif pada siklus I No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Nama Alfian Syarif Hani Saputri Novi Yumaroh Mista Restiyana Uswatur Rohmah Abdul Azis Dani Firmansyah Ranu Kelan Putra Adinda Febriyana Suci Indah Farida Andhika Syilvia Putri M Munirudin Siti Wahidah Bayu Aji Saputra Adam Kusuma Ninik Yulianti Deni Ardiansyah Asih Puji Astuti Zaki Azhar Zania Anindina Rata-rata
KKM 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
Nilai 40 80 40 80 80 40 40 80 80 40 40 40 40 20 40 40 40 40 40 60 40 49, 42
Ketuntasan TT T TT T T TT T TT T TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT T TT
64
Keterangan : T untas (T)
: 6 Siswa (28, 57 %)
Tidak Tuntas (T)
: 15 Siswa (71, 42 %)
Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi pada siklus I ini, dari 21 siswa ternyata banyak siswa yang kurang memperhatikan, hal ini disebabkan selain model pembelajaran yang baru dikenal. Dari data dan uraian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada siklus I dapat diperoleh hasil sebagai berikut : a. Adanya beberapa siswa yang kurang memperhatikan, karena kurangnya sosialisasi dari guru. Adanya beberapa siswa yang belum mendapatkan nilai sesuai dengan standar ketuntasan, hal ini dikarenakan karena model pembelajaran yang baru. b. Dari guru, persiapan pembelajaran word square kurang maksimal, hal ini dikarenakan kurang adanya persiapan. Secara garis besar siklus I berjalan baik dan kondusif, walaupun hasil belajar siswa belum mencapai rata – rata 60. Hal ini harus dijadikan suatu yang harus dibenahi dalm pelaksanaan siklus II. 2. Siklus II Adapun dari hasil tes formatif pada siklus II ini didapatkan hasil sebagaimana terdapat pada table berikut ini :
65
Tabel 4. 2 Hasil tes formatif pada siklus II No
Nama
KKM
Nilai
Ketuntasan
1.
Alfian Syarif
60
60
T
2.
Hani Saputri
60
100
T
3.
Novi Yumaroh
60
40
TT
4.
Mista Restiyana
60
80
T
5.
Uswatur Rohmah
60
80
T
6.
Abdul Azis
60
40
TT
7.
Dani Firmansyah
60
80
T
8.
Ranu Kelan Putra
60
100
T
9.
Adinda Febriyana
60
80
T
10. Suci Indah Farida
60
40
TT
11. Andhika
60
60
T
12. Syilvia Putri
60
40
TT
13. M Munirudin
60
40
TT
14. Siti Wahidah
60
40
TT
15. Bayu Aji Saputra
60
80
T
16. Adam Kusuma
60
80
T
17. Ninik Yulianti
60
80
T
18. Deni Ardiansyah
60
80
T
19. Asih Puji Astuti
60
80
T
20. Zaki Azhar
60
80
T
21. Zania Anindina
60
40
TT
Rata-rata Keterangan :
66, 6
T untas (T)
: 14 Siswa (66,6 %)
Tidak Tuntas (TT)
: 7 Siswa (33,4 %)
66
Pada siklus II siswa sudah mulai memperhatikan dibandingkan pada siklus I, hal ini dikarenakan guru mempersiapkan pembelajaran multimedia secara maksimal. Dari hasil belajar siswa terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal,terbukti dari 25 siswa 14 siswa (66,6%) tuntas dan 7 siswa (33,4%) tidak tuntas. berarti ada peningkatan kemampuan siswa dalam hasil belajar siswa. Setelah adanya pengamatan dalam pembelajaran pada Siklus II didapatkan hasil sebagai berikut: a.
Siswa tidak lagi merasa bingung dengan pembelajaran word square, hal ini dikarenakan guru melakukan sosialisasi terlebih dahulu terhadap siswa.
b.
Siswa sudah banyak
memperhatikan instruksi guru dalam
pembelajaran word square sudah mulai efektif. c.
Sebagian besar siswa sudah benar dalam
menjawab soal-soal tes
formatif. d.
Dari guru, tidak ada lagi kendala dalam mempersiapkan pembelajaran multimedia karena belajar dari pengalaman pelaksanaan siklus I. Secara garis besar pelaksanaan siklus II sudah berjalan baik. Dari
hasil belajar siswa terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal, terbukti dari 25 siswa 14 siswa (66,6%) tuntas dan 7 siswa (33,4%) tidak tuntas. berati ada peningkatan kemampuan siswa dalam hasil belajar siswa. Meskipun sudah 50 % lebih siswa yang tuntas
67
dalam mengikuti tes formatif pada Siklus II akan tetapi nilai yang diperoleh belum cukup memuaskan sehingga perlu diadakan Siklus III. 3. Siklus III Tabel 4. 3 Hasil tes formatif pada siklus III No
Nama
KKM
Nilai
Ketuntasan
1.
Alfian Syarif
60
80
T
2.
Hani Saputri
60
100
T
3.
Novi Yumaroh
60
80
T
4.
Mista Restiyana
60
100
T
5.
Uswatur Rohmah
60
100
T
6.
Abdul Azis
60
100
T
7.
Dani Firmansyah
60
100
T
8.
Ranu Kelan Putra
60
100
T
9.
Adinda Febriyana
60
100
T
10. Suci Indah Farida
60
60
T
11. Andhika
60
100
T
12. Syilvia Putri
60
40
TT
13. M Munirudin
60
40
TT
14. Siti Wahidah
60
40
TT
15. Bayu Aji Saputra
60
80
T
16. Adam Kusuma
60
100
T
17. Ninik Yulianti
60
80
T
18. Deni Ardiansyah
60
80
T
19. Asih Puji Astuti
60
100
T
20. Zaki Azhar
60
80
T
21. Zania Anindina
60
40
TT
Rata-rata
80
68
Keterangan : Tuntas (T)
: 17 Siswa (80, 95%)
Tidak Tuntas (TT)
: 4 Siswa (19, 04%)
Pada siklus III hampir semua siswa fokus dan memperhatikan instruksi dari guru mengenai pembelajaran word square yang disampaikan guru, hal ini dikarenakan guru memberikan perintah dan instruksi secara maksimal. Selain itu pembelajaran word square yang dilakasanakan pada siklus III sudah tidak asing lagi bagi siswa. Setelah adanya pengamatan dalam pembelajaran pada Siklus III didapatkan hasil sebagai berikut: a.
Siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran word square.
b.
Sebagian besar siswa sudah fokus dalam mengikuti jalanya pembelajaran IPS dengan menggunakkan word square.
c.
Sebagian besar siswa sudah benar dalam
menjawab soal-soal tes
formatif. d.
Guru tidak lagi menjelasakan mengenai pembelajaran word square kepada siswa sehingga hanya fokus terhadap materi yang akan diberikan kepada siswa. Secara garis besar pelaksanaan siklus III sudah berjalan baik. Dari
hasil belajar siswa terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal,terbukti dari 21 siswa 17 siswa (80, 95 %) tuntas dan 4 siswa (19, 04 %) tidak tuntas. berati ada peningkatan yang signifikan kemampuan siswa dalam hasil belajar siswa. Pembelajaran IPS dengan
69
menggunakan word square pada siklus III ini sudah dikatakan berhasil baik dilihat dari segi ketuntasan belajar siswa. B. Pembahasan 1. Hasil Rekapitulasi Hasil rekapitulasi ketuntasan belajar IPS melalui pembelajaran word square ( hasil belajar ) Tabel 4. 4 Hasil Rekapitulasi Nilai Siswa Per Siklus No
Nama
Siklus I
Siklus II
Siklus III
a.
Alfian Syarif
40
60
80
b.
Hani Saputri
80
100
100
c.
Novi Yumaroh
40
40
80
d.
Mista Restiyana
80
80
100
e.
Uswatur Rohmah
80
80
100
f.
Abdul Azis
40
40
100
g.
Dani Firmansyah
40
80
100
h.
Ranu Kelan Putra
80
100
100
i.
Adinda Febriyana
80
80
100
j.
Suci Indah Farida
40
40
60
k.
Andhika
40
60
100
l.
Syilvia Putri
40
40
40
m. M Munirudin
40
40
40
n.
Siti Wahidah
20
40
40
o.
Bayu Aji Saputra
40
80
80
p.
Adam Kusuma
40
80
100
q.
Ninik Yulianti
40
80
80
r.
Deni Ardiansyah
40
80
80
s.
Asih Puji Astuti
40
80
100
t.
Zaki Azhar
60
80
80
u.
Zania Anindina
40
40
40
49, 42
66, 6
80
Rata-rata
70
Tabel 4. 5 Hasil Rekapitulasi Tentang Ketuntasan Belajar Siswa Pelaksanaan Siklus I
Siklus II
Siklus III
Tuntas
6 siswa (28, 57 %)
14 siswa (66,6%)
17 siswa (80.9%)
Tidak tuntas
15 siswa (71, 42%)
7 siswa (33,4%)
4 siswa (19,04%)
Ketuntasan
2. Siklus I Setelah melakukan penelitian pada siswa kelas V di MI Muta‟allimin, Sambirejo, Kec. Bringin, Kab. Semarang, peneliti dapat mengerti bahwa sebenarnya kemampuan siswa dalam mempelajari pelajaran IPS sangat tinggi. Walaupun pada siklus I terdapat kurang dari 50 % nilai siswa yang memenuhi KKM, hal itu terjadi karena siswa masih kurang mengenal model pembelajaran word square. Tetapi siswa sangat antusias dan berharap kalau pembelajaran dilanjutkan keesok harinya lagi. Dari
21 siswa terdapat 15 siswa atau 71,42 % yang
dikategorikan belum tuntas belajar, sedangkan siswa yang tuntas ada 6 siswa atau 28,57% dengan rata-rata nilai keseluruhan 49, 42. Keenam siswa yang meraih nilai tuntas yaitu Hani Saputri, Mista Restiyana, Uswatur Rohmah, Ranu Kelan Putra, Adinda Febriyana, dan Zaki Azhar. Menurut pengamatan dan wawancara dibalik keberhasilannya, mereka mempunyai latarbelakang : a. Menurut guru yang mengampu mereka dikelas sebelumnya (kelas 4), Hani Saputri, Ranu Kelan Putra, dan Uswatur Rohmah adalah siswa
71
yang mempunyai daya serap pelajaran yang lebih tinggi dari pada yang lain. Dan mereka saling berkompentisi menjadi juara kelas. b.
Mista Restiyana, Adinda Febriyana, Zaki Azhar adalah termasuk sepuluh besar siswa berprestasi.
c. Keenam siswa tersebut sangat antusias dalam memperhatikan pembelajaran sehingga paham dengan model pembelajaran yang baru ini. 3. Siklus II Pada siklus II ini jumlah siswa yang kurang memperhatikan sudah berkurang jika dibandingkan dengan siklus I, hal ini dikarenakan siswa mulai mengenal model pembelajaran word square. Guru cukup membuat mereka mengerti akan materi yang disajikan. Dari hasil belajar siswa, terjadi peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan tes formatif yang diberikan oleh guru. Dari 21 siswa hanya 14 siswa atau 66,6 % tuntas belajar, sedangkan siswa yang belum tuntas belajarnya ada 7 siswa atau 33,4 % dengan nilai rata-rata 66, 6. Pada siklus II ini menyodorkan bahwa frekuensi siswa yang mendapat nilai diatas KKM bertambah delapan siswa, yaitu Alfian Syarif, Dani Firmansyah, Andhika, Bayu Aji Saputra, Adam Kusuma, Ninik Yulianti, Deni Ardiansyah, dan Asih Puji Astuti. Menurut pengamatan dan wawancara nilai mereka dapat meningkat dan memenuhi KKM pada siklus II ini, didorong oleh: a. Motivasi yang diberikan guru
72
b. Siswa penasaran pada model pembelajaran yang mereka ikuti pada siklus I, sehingga siswa banyak yang antusias dan memperhatikan pada saat pembelajaran dimulai c. Siswa mulai paham dengan model pembelajaran ini d. Siswa juga mulai merasakan pembelajaran IPS yang tidak tegang dan kaku seperti dulu (saat guru berulang-ulang hanya menggunakan metote menghafal dan ceramah) 4. Siklus III Pada siklus III ini jumlah siswa yang kurang memperhatikan sudah berkurang jika dibandingkan dengan siklus II, bahkan hampir keseluruhan siswa memperhatikan jalanya pembelajaran word square dari awal sampai akhir, hanya dua sampai empat siswa saja yang tidak fokus dan kurang memperhatikan penyampaian materi dari guru. Dalam menyelesaikan tes formatif yang diberikan oleh guru dari 21 siswa hanya 4 siswa atau 19, 04% yang belum tuntas belajar, sedangkan siswa yang tuntas belajar ada 16 siswa atau 80, 95% dengan nilai rata-rata 80. Keempat siswa yang belum tuntas tersebut dikarenakan: a. Kurang memperhatikan guru b. Orang tua siswa kurang memperhatikan pendidikan c. Kurang konsentrasi dalam mengerjakan soal d. Malu bertanya kepada guru maupun dengan temannya yang sudah paham
73
Setelah peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran word square pada siswa kelas V di MI Muta‟allimin, Sambirejo, Kec. Bringin, Kab. Semarang, dapat diketahui bahwa: a. Siswa yang mencapai KKM individual yaitu 80, 95% b. Siswa yang mencapai KKM ideal yaitu 76, 19% Dari hasil belajar siswa diatas dapat membuktikan bahwa pembelajaran ini efektif meningkatkan ketutasan dan prestasi belajar pada siswa.
74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pada mata pelajaran IPS melalui model pembelajaran word square dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V di MI Muta‟allimin, Sambirejo, Kec. Bringin, Kab. Semarang. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil rekapitulasi nilai siswa per siklus yang menunjukkan bahwa prestasi siswa meningkat dari siklus I sampai siklus III. 2. Setelah
peneliti
melaksanakan
penelitian
tindakan
kelas
dalam
pembelajaran IPS melalui model pembelajaran word square pada siswa kelas V di MI Muta‟allimin, Sambirejo, Kec. Bringin, Kab. Semarang, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mencapai KKM dari siklus I yaitu 28, 57 % menjadi 80, 95 % pada siklus III. B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru dalam pembelajaran agar aktivitas siswa dan penguasaan materi pelajaran meningkat adalah: 1. Kepada Guru a. Gunakan metode yang tepat agar situasi di kelas tidak monoton.
75
b. Hendaknya sebelum pelaksanaan pembelajaran, guru menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan baik itu model ataupun media dengan sebaik-baiknya. 2. Kepada Siswa a. Tugas anda adalah belajar, maka belajarlah dengan sungguh-sungguh. b. Hendaknya siswa menyadari yang untung atas keberhasilan adalah dirinya sendiri. C. Kata Penutup Segala puji syukur Alhamdulillah Rabbil „Alamin kepada Allah SWT, Tuhan yang patut kita sembah, pencipta alam semesta, bahwa dengan curahan taufiq dan hidayah-Nya semata, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya kepada Allah SWT jualah tadahkan tangan serta harapan, semoga skripsi yang sederhana ini bermanfaat, khususnya bagi penulis, dan pembaca yang budiman pada umumnya, dan jika ada kesalahan semoga Allah selalu melimpahkan maghfirah-Nya. Amin Ya Robbal „Alamin.