Jurnal Keperawatan & Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto
EFEKTIFITAS KUMUR AIR GARAM TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PENDERITA NYERI GIGI Sutomo Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Dian Husada Mojokerto Email :
[email protected]
ABSTRAK Nyeri gigi merupakan suatu gejala nyeri yang dapat timbul ketika terkena bermacam-macam rangsangan. Beberapa keluhan yang biasa dikemukakan pasien bersifat subjektif dan bervariasi berupa keluhan gatal, ngilu, nyeri yang kadangkadang timbul jika ada rangsang seperti dingin atau panas, dan nyeri yang berdenyut-denyut. Penelitian ini ditujukan bagi penderita nyeri gigi untuk mengetahui efektifitas kumur air garam terhadap penurunan nyeri gigi. Desain penelitian ini menggunakan metode Pre-Eksperimental jenis One-group pra-post test design. Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Variable independen dalam penelitian ini adalah kumur air garam sedangkan variabel dependennya adalah penurunan nyeri gigi. Sampel yang diambil sebanyak 14 responden yaitu penderita nyeri gigi (karies gigi) yang bertempat tinggal di Sumolepen Kelurahan Balongsari Kota Mojokerto, pada bulan Maret- April 2010. Responden didapatkan dengan cara menyebarkan leaflet dan data diambil dengan menggunakan lembar observasi skala nyeri Wong Beker. Setelah ditabulasi data yang ada dianalisis dengan menggunakan uji Wilcoxon dengan nilai signifikan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 14 responden didapatkan nilai rata-rata tingkat nyeri sebelum diberikan kumur air garam adalah 6 (Mengganggu aktivitas). Kemudian tingkat nyeri setelah dilakukan kumur air garam adalah 2 (Sedikit sakit). Dan dari 14 responden, 12 responden mengalami penurunan nyeri gigi, 1 responden nyerinya tetap dan 1 responden lagi mengalami peningkatan nyeri gigi. Dari hasil uji statistik diperoleh adanya efektifitas kumur air garam terhadap penurunan nyeri gigi dimana nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,003 dengan nilai signifikan p value (< 0,05). Melihat hasil penelitian ini maka kumur air garam dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pengobatan dalam mengurangi nyeri pada penderita nyeri gigi.
Kata kunci : kumur air garam, nyeri gigi
Halalaman | 64
Jurnal Keperawatan & Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto
PENDAHULUAN Nyeri gigi merupakan suatu gejala nyeri yang dapat timbul ketika terkena berbagai macam rangsangan, rangsangan tersebut dapat berupa makanan atau minuman yang terlalu panas atau terlalu dingin, terlalu manis atau makanan-makanan yang bersifat lengket. Keluhan nyeri yang dikemukakan oleh setiap individu bersifat subyektif, yaitu ngilu, nyeri yang kadang timbul atau berdenyut. Nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh dan timbul apabila ada jaringan yang rusak (Prabowo, 2010). Mekanisme nyeri berawal dari rangsang berbahaya yang diubah menjadi impuls nyeri sampai persepsi nyeri gigi, dimana impuls nyeri dihantarkan melalui impuls serabut saraf (Dovgan, 2002). Untuk mengatasi nyeri gigi dapat diberikan obatobatan pereda nyeri atau analgesik tetapi sebagian masyarakat justru menggunakan cara tradisional untuk mengatasi nyeri gigi, salah satunya dengan melakukan kumur air garam. Sebagian masyarakat Sumolepen, Balongsari Mojokerto percaya bahwa air garam dapat mengurangi nyeri gigi sehingga mereka melakukan kumur air garam ketika mengalami nyeri gigi. Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah tangga (SKRT) pada tahun 2001 dalam Survey Kesehatan Nasional (Sukesnas) menyebutkan bahwa penyakit gigi dikeluhkan penduduk Indonesia telah menurun sekitar 60 %. Meskipun demikian angka 60% masih terlampau tinggi. Dan masalah gigi yang paling banyak dikeluhkan adalah karies gigi (gigi berlubang) dan hal ini terlihat dari prevalensi karies gigi pada penduduk usia 10 tahun ke atas sebesar 70% yakni pada usia 12 tahun sebesar 43,9%, usia 15 tahun mencapai 37,4%, usia 18 tahun 51,1%, usia 35- 44 tahun 80,1% dan usia 65 tahun ke atas mencapai 96,7% sedangkan berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2004 dilaporkan bahwa prevalensi karies telah mencapai 90,05% yang berarti hampir seluruh penduduk Indonesia menderita karies gigi. Masalah tingginya angka penyakit gigi dan mulut saat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya dari perilaku masyarakat sendiri. Hal ini terlihat dari 22,8% penduduk Indonesia tidak menyikat gigi dan dari 77,2% yang menyikat gigi hanya 8,1% yang menyikat gigi tepat waktu. Kesadaran masyarakat untuk
datang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan masih rendah. Hal ini terlihat dari 87% masyarakat yang mengeluh sakit gigi tetapi tidak berobat, 12,3% masyarakat yang mengeluh sakit gigi datang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan gigi sudah dalam keadaan terlambat sehingga dari rata-rata 6,4% gigi yang rusak 4,4% gigi sudah dicabut dan 0,7% lebih memilih mencari pengobatan tradisional (Herijulianti, 2001). Sedangkan di daerah Sumolepen Mojokerto sendiri jumlah penderita nyeri gigi di Puskesmas Gedongan kurang lebih 15-24 orang perbulan dari sekitar 2.678 penduduk yang datang ke puskesmas untuk berobat pada periode bulan November hingga Desember. Dan dari hasil study pendahuluan di Desa Sumolepen Kelurahan Balongsari dengan cara melakukan wawancara dari rumah ke rumah dari 15 orang warga desa, 9 diantaranya menyatakan bahwa mereka mengatasi nyeri gigi dengan melakukan kumur air garam untuk mengurangi nyeri gigi. Hal ini disebabkan karena kepercayaan, pengalaman dan anggapan masyarakat bahwa di dalam air garam terdapat antibakteri yang dapat membunuh kuman penyebab nyeri sehingga nyeri gigi dapat berkurang. Sebagian masyarakat tidak berkunjung ke dokter gigi atau pelayanan kesehatan, bahkan ketika datang rasa sakit yang menyengat, masyarakat justru mengambil tindakan penyembuhan sendiri, dengan melakukan kumur air garam karena masyarakat percaya bahwa di dalam air garam terdapat antibakteri yang dapat membunuh kuman penyebab nyeri gigi sehingga nyeri gigi dapat berkurang. Di mana hal ini sudah dilakukan secara turun temurun berdasarkan pengalaman dan mitos yang ada di masyarakat. Kepercayaan masyarakat ini menyebabkan minat masyarakat untuk berkunjung ke pelayanan kesehatan ketika nyeri gigi relatif rendah. Padahal jika dibiarkan, gigi yang bermasalah dapat menimbulkan infeksi, dimana bakteri di dalam gigi yang terinfeksi dapat masuk ke aliran darah melalui persarafan gigi sehingga dapat memicu berbagai penyakit seperti kanker, jantung, reumatik, diabetes bahkan kelainan pada otak (Tomoko, 2010). Sampai saat ini telah banyak diupayakan untuk mengurangi atau mengatasi rasa nyeri. Berbagai obat anti nyeri telah Hal 65
Jurnal Keperawatan & Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto
banyak dikembangkan termasuk penggunaan dalam gigi dan iodium di dalam garam dapat bahan herbal. Penggunaan obat ini menurunkan ngilu pada gigi (Wahyudi, 2008). memegang peranan penting dalam dunia Tujuan penelitian ini adalah untuk kedokteran gigi. Selain penggunaan obat- menganalisa efektifitas kumur air garam obatan adapula cara tradisional yang dapat terhadap penurunan nyeri gigi pada penderita digunakan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri gigi di Sumolepen Kelurahan Balongsari rasa nyeri pada gigi yakni dengan Mojokerto. Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan garam makan yang adalah kumur air garam efektif terhadap dicampurkan dengan air lalu dikumur oleh penurunan nyeri pada penderita nyeri gigi di penderita sakit gigi. Garam mengandung Sumolepen, Kelurahan Balongsari Mojokerto antibakteri yang mampu mengurangi bakteri di . METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini penulis menggunakan rancangan penelitian Pre-Eksperimental jenis One-group pra-post test design. Subjek Pra Perlakuan Post K
O Waktu 1
I Waktu 2
OI Waktu 3
Keterangan : K : Subjek nyeri gigi O : Observasi tingkat nyeri sebelum kumur air garam I : Perlakuan kumur air garam OI : Observasi tingkat nyeri setelah kumur air garam Dalam penelitian ini populasinya adalah penderita nyeri gigi yang bertempat tinggal di Sumolepen, Kelurahan Balongsari, Kecamatan Magersari Kota Mojokerto. Besar populasi sebanyak 14 orang selama periode bulan Maret-April 2010. Sampel dari penelitian ini didapatkan 14 responden. Sampel ini diambil dari penderita nyeri gigi yang bertempat tinggal di Sumolepen Kelurahan Balongsari Kecamatan Magersari Kota Mojokerto dengan mempertimbangkan kriteria Inklusi dan Eksklusi dan digunakan teknik pengambilan sampling Purposive Sampling. Dalam penelitian ini variabel independennya adalah kumur air garam dan variabel dependennya adalah penurunan nyeri gigi. Instrument pengumpulan data menggunakan lembar observasi. Dalam proses pengumpulan data peneliti melakukan observasi skala nyeri kepada sampel penelitian setelah itu melakukan intervensi dengan memberikan kumur air garam dan dilakukan observasi skala nyeri kembali untuk mengetahui perubahan (penurunan) tingkat skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dengan menggunakan skala nyeri Ekspresi Wajah (Wong Beker). Hasil data yang diperoleh ditabulasi dalam bentuk tabel, dengan mengurangkan angka dari tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan kumur air garam. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah dilakukan kumur garam, maka dilakukan uji signifikan dengan menggunakan uji Wilcoxon dengan tingkat kemaknaan ρ < α ( α = 0,05) HASIL PENELITIAN 1. Identifikasi tingkat nyeri gigi sebelum diberikan kumur air garam Sebelum Kumur Air Kategori No. Responden Garam (Skala nyeri Wong Beker) 1 4 Agak Mengganggu 2 6 Mengganggu Aktifitas 3 8 Sangat Mengganggu 4 8 Sangat Mengganggu 5 4 Agak Mengganggu 6 4 Agak Mengganggu 7 10 Tak Tertahankan 8 6 Mengganggu Aktifitas 9 2 Sedikit Sakit 10 6 Mengganggu Aktifitas Halalaman | 66
Jurnal Keperawatan & Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto
Sebelum Kumur Air Kategori Garam (Skala nyeri Wong Beker) 11 4 Agak Mengganggu 12 4 Agak Mengganggu 13 4 Agak Mengganggu 14 2 Sedikit Sakit Mean 5.1429 Standar Deviasi 0.61891 Dilihat dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 14 responden didapatkan nilai rata-rata tingkat nyeri sebelum diberikan kumur air garam adalah 5.1429 atau 6 (Mengganggu aktivitas) dengan standart deviasi sebesar 0.61891. TINGKAT KATEGORI FREKUENSI PROSENTASE NYERI 0 Tidak Sakit 0 0% 2 Sedikit Sakit 2 14,3 % 4 Agak Mengganggu 6 42,9 % 6 Mengganggu Aktivitas 3 21,4 % 8 Sangat Mengganggu 2 14,3 % 10 Tak Tertahankan 1 7,1 % JUMLAH 14 100 Identifikasi tingkat nyeri gigi setelah diberikan kumur air garam Setelah Kumur Air Kategori No. Responden Garam (Skala nyeri Wong Beker) 1 0 Tidak Sakit 2 2 Sedikit Sakit 3 4 Agak Mengganggu 4 2 Sedikit Sakit 5 2 Sedikit Sakit 6 2 Sedikit Sakit 7 0 Tidak Sakit 8 0 Tidak Sakit 9 2 Sedikit Sakit 10 2 Sedikit Sakit 11 2 Sedikit Sakit 12 2 Sedikit Sakit 13 6 Mengganggu Aktifitas 14 0 Tidak Sakit Mean 1.8571 Standar Deviasi 0.44298 Dilihat dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 14 responden didapatkan nilai rata-rata tingkat nyeri setelah diberikan kumur air garam adalah 1.8571 atau 2 (Sedikit sakit) dengan standart deviasi sebesar 0.44298. TINGKAT NYERI KATEGORI FREKUENSI PROSENTASE 0 Tidak Sakit 4 28,6 % 2 Sedikit Sakit 8 57,2 % 4 Agak Mengganggu 1 7,1 % 6 Mengganggu Aktivitas 1 7,1 % 8 Sangat Mengganggu 0 0% 10 Tak Tertahankan 0 0% JUMLAH 14 100 No. Responden
2.
Hal 67
Jurnal Keperawatan & Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto
3.
Efektifitas Kumur Air Garam Terhadap Penurunan Nyeri Gigi TINGKAT NYERI 0 2 4 6 8 10
KATEGORI Tidak Sakit Sedikit Sakit Agak Mengganggu Mengganggu Aktivitas Sangat Mengganggu Tak Tertahankan JUMLAH
SEBELUM
PROSENTASE
SETELAH
PROSENTASE
0 2
0% 14,3 %
4 8
28,6 % 57,2 %
6
42,9 %
1
7,1 %
3
21,4 %
1
7,1 %
2
14,3 %
0
0%
1
7,1 %
0
0%
14
100 %
14
100%
Dari gambar diatas menunjukkan bahwa dari 14 responden 12 (85,8%) diantaranya mengalami penurunan nyeri gigi PEMBAHASAN 1. Identifikasi Tingkat Nyeri Gigi Sebelum Kumur Air Garam Berdasarkan hasil penelitian sebelum diberikan kumur air garam, telah didapatkan hasil bahwa tingkat nyeri pada tiap-tiap responden bervariasi. Data menunjukkan nilai rata-rata tingkat nyeri sebelum diberikan kumur air garam adalah 6 (Mengganggu aktivitas) dengan standart deviasi sebesar 0.61891. Variasi tingkat nyeri tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor Usia, Jenis Kelamin, Ras, Makna Nyeri, Lokasi dan Tingkat Keparahan Nyeri, Perhatian, Ansietas (Kecemasan), Keletihan, Pengalaman Sebelumnya, Dukungan Keluarga dan Sosial, Pendidikan dan pekerjaan (Sigit Nian Prasetyo, 2010). Dari faktor jenis kelamin, telah didapatkan data dari gambar 4.1 didapatkan data bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yakni sejumlah 10 orang (71,4 %). Sebenarnya secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam berespon terhadap nyeri. Akan tetapi dari penelitian terakhir memperlihatkan bahwa hormon seks pada mamalia berpengaruh terhadap tingkat toleransi nyeri. Hormon seks testosteron menaikkan ambang nyeri pada testosteron binatang, sedangkan estrogen meningkatkan sensitifitas tehadap nyeri (Sigit Nian Prasetyo, 2010). Sedangkan dari gambar diatas di dapatkan hasil bahwa mayoritas
responden yaitu sebanyak 4 orang (28,6 %) berusia 36-45 tahun. Usia merupakan variabel yang penting dalam mempengaruhi nyeri pada individu. Dengan bertambahnya usia, ambang reaksi nyeri akan meninggi (Prabowo, 2010). Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan dalam memahami nyeri dan prosedur pengobatan yang dapat menyebabkan nyeri (Sigit Nian Prasetyo, 2010). Tetapi dari hasil penelitian ini faktor usia tidak menjadi pengaruh terhadap tingkat nyeri yang di rasakan responden. Dari gambar diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan SD sejumlah 6 orang (42,9 4), kemudian SMP sejumlah 4 orang (28,6 %) dan SMA sejumlah 4 orang (28,6 %). Dan tidak satu pun responden yang berpendidikan perguruan tinggi. Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuannya, pada umumnya tingkat pengetahuan yang tinggi akan memudahkan seseorang untuk memecahkan informasi dan kemudian dapat menentukan pilihan dalam pelayanan kesehatan dan menerapkan hidup yang sehat dikemudian hari. Sedangkan dari gambar diatas menunjukkan bahwa 5 orang responden (35,7 %) tidak bekerja, dan tidak satupun responden sebagai pensiunan. Hal ini di sebabkan berat ringannya pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi nyeri yakni seseorang yang terbiasa bekerja memiliki persepsi nyeri yang lebih rendah Halalaman | 68
Jurnal Keperawatan & Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto
2.
karena mengganggap nyeri adalah sesuatu yang biasa. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa pada penderita nyeri gigi sebelum dilakukan kumur air garam merasakan tingkat nyeri yang berbeda-beda sehingga peneliti menyimpulkan bahwa karakteristik nyeri yang dirasakan individu berbeda sesuai dengan latar belakang usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Identifikasi Tingkat Nyeri Gigi Setelah Kumur Air garam Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik tingkat nyeri yang dirasakan responden setelah melakukan kumur air garam rata-rata adalah 2 (sedikit sakit) artinya responden mengalami penurunan tingkat nyeri. Hal ini terbukti dari hasil penelitian bahwa dari 14 responden, 12 responden mengalami penurunan nyeri gigi, 1 responden nyerinya tetap dan 1 responden lagi mengalami peningkatan nyeri gigi setelah kumur air garam. Nyeri gigi merupakan suatu gejala nyeri yang dapat timbul ketika terkena bermacam-macam rangsangan, antara lain : rangsang termis yang ditandai dengan perubahan suhu, minum minuman yang panas atau dingin, mekanis terjadi melalui masuknya makanan yang manis dan lengket, ataupun juga elektris yaitu rasa nyeri pada saat gigi dikenai tindakan perawatan. Selain adanya rangsangan, nyeri juga dapat timbul secara spontan. Nyeri gigi ditimbulkan oleh rangsang yang diterima melalui struktur gigi yaitu email, kemudian diteruskan ke dentin, sampai ke hubungan pulpa-dentin, yang mengandung reseptor nyeri dan akhirnya ke pulpa. Reseptor nyeri tersebut merupakan nosiseptor. Pada nosiseptor terjadi proses perubahan rangsang menjadi impuls saraf. Rangsang pada nosiseptor akan menimbulkan impuls nyeri. Impuls nyeri dari gigi akan dihantarkan melalui serabut saraf cabang saraf maksilaris dan mandubularis yang keduanya merupakan cabang dari saraf trigeminus. Saraf maksilaris manghantarkan impuls nyeri dari gigi bagian rahang atas, sedangkan impuls
3.
nyeri dari gigi bagian rahang bawah dihantarkan oleh saraf mandibularis (Prabowo, 2010). Untuk mengurangi nyeri tersebut dapat menggunakan garam makan yang dicampurkan dengan air lalu dikumur oleh penderita sakit gigi. Garam mengandung antibakteri yang mampu mengurangi bakteri di dalam gigi dan iodium di dalam garam dapat menurunkan ngilu pada gigi (Wahyudi, 2008). Sebagian besar responden mengalami penurunan nyeri setelah melakukan kumur air garam, hal ini karena kandungan yang terdapat di dalam garam itu sendiri yakni iodium dan anti bakteri di mana iodium dapat menekan impuls nyeri ke reseptor email sehingga rangsangan dentin berkurang dan impuls tidak sampai ke reseptor pulpa sehingga impuls nyeri berkurang dan nyeri menurun, selain itu karena garam juga mengandung anti bakteri, maka bakteri yang terdapat pada gigi yang bermasalah dapat berkurang. Meskipun demikian juga ada responden yang mengalami peningkatan nyeri hal ini disebabkan karena pada saat penelitian selain mengalami nyeri gigi responden juga mengalami peradangan pada gusi sehingga terasa nyeri saat dilakukan kumur air garam. Efektifitas Kumur Air Garam Terhadap Penurunan Nyeri Gigi Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 14 responden didapatkan nilai rata-rata tingkat nyeri sebelum diberikan kumur air garam adalah 6 (Mengganggu aktivitas) dengan standart deviasi sebesar 0.61891 sedangkan nilai rata-rata tingkat nyeri setelah diberikan kumur air garam adalah 2 (Sedikit sakit) dengan standart deviasi sebesar 0.44298. Dari hasil observasi tingkat nyeri antara sebelum dan setelah kumur air garam tersebut kemudian dilakukan uji normalitas dan diketahui hasilnya dari tabel Shapiro-Wilk untuk data Skala nyeri sebelum kumur air garam didapatkan nilai sebesar 0,120 dan data Skala nyeri setelah kumur air garam didapatkan nilai sebesar 0,004 maka dapat disimpulkan bahwa salah satu data tidak berdistribusi normal, sehingga tidak dapat dilakukan uji statistik dengan uji Hal 69
Jurnal Keperawatan & Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto
Paired T test (uji komparasi 2 sampel berpasangan). Karena data tidak berdistribusi normal maka dilakukan uji Wilcoxon Match Pairs Test dengan derajat kemaknaan p ≤ 0,05. Dari hasil uji Wilcoxon Match Pairs Test didapatkan 12 responden mengalami penurunan nyeri gigi, 1 responden nyerinya tetap dan 1 responden lagi mengalami peningkatan nyeri gigi setelah kumur air garam. Dengan uji Wilcoxon diperoleh angka Asymp. Sig. (2-tailed) 0,003 karena nilai p value (< 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya Kumur air garam efektif terhadap penurunan nyeri pada penderita nyeri gigi di Sumolepen Kelurahan Balongsari Mojokerto. Sampai saat ini telah banyak diupayakan untuk mengurangi atau mengatasi rasa nyeri. Berbagai obat anti nyeri telah banyak dikembangkan termasuk penggunaan bahan herbal. Penggunaan obat ini memegang peranan penting dalam dunia kedokteran gigi. Selain penggunaan obat-obatan ada pula cara tradisional yang dapat digunakan untuk mengatasi atau mengurangi rasa nyeri pada gigi yakni dengan menggunakan kumur air garam oleh penderita sakit gigi. Garam mengandung antibakteri yang mampu mengurangi bakteri di dalam gigi dan iodium di dalam garam dapat menurunkan ngilu pada gigi (Wahyudi, 2008). Dalam penelitian ini sebelum diberikan kumur air garam, terlebih dahulu peneliti mengobservasi tingkat nyeri gigi responden. Di mana responden yang akan menjadi subjek penelitian tidak diperkenankan menggunakan obat-obatan nyeri gigi selama penelitian, hal ini dimaksudkan agar obat pereda nyeri tersebut tidak mempengaruhi efektifitas kumur air garam itu sendiri. Kemudian peneliti memberikan air garam kepada responden dengan komposisi air 100 ml dan garam 24 gram( 1 sendok makan penuh ) diaduk hingga tercampur, lalu anjurkan responden untuk melakukan kumur air garam berulang-ulang selama 5 menit dan pada saat kumur tahan air garam di dalam mulut kurang lebih selama 1 menit dan tunggu hasilnya ± 10 menit. Setelah itu observasi kembali tingkat nyeri gigi responden untuk mengetahui perubahan
tingkat nyeri yang dialami responden. Dimana peneliti mengambil 14 responden dengan latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang berbeda, dari 14 responden tersebut sebagian besar mengalami penurunan nyeri gigi. Oleh karena itu, penanganan nyeri gigi selain dengan terapi pengobatan (farmakologis) juga harus didukung dengan terapi non farmakologis seperti kumur air garam, karena relatif mudah dan murah sehingga dengan kumur air garam diharapkan penanganan nyeri gigi bisa lebih efektif. Tetapi bagaimanapun juga apabila nyeri gigi tidak berkurang setelah diberikan kumur air garam sebaiknya memeriksakan ke Dokter gigi karena apabila terlambat banyak sekali komplikasi yang dapat ditimbulkan, selain itu perawatan gigi sebagai pencegahan masalah gigi juga sangat penting seperti menggosok gigi setelah makan dan sebelum tidur. SIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa kumur air garam efektif terhadap penurunan nyeri pada penderita nyeri gigi. DAFTAR PUSTAKA Admin.b (2007). Macam, jenis, manfaat dan bahaya garam.www/http : ubb.ac.id Alimul, Aziz. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika Amirta, Yolanda. (2007). Sehat Murah Dengan Air. Purwokerto : Kelurga Dokter Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineke Cipta Dovgan, J.E.(2002). Tootache and Tooth Pain Guide.www/http: endodovgan.com Fatmawati, Renika.(2010). Rumus Cerdas Kimia SMP. Yogyakarta : Andra Publishing Herijulianti, Eliza. (2001). Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta : EGC Halalaman | 70
Jurnal Keperawatan & Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto
Masaro, Emoto. (2006). The True Power Of Water. Jakarta : Gramedia M. D, Batmanghelidj. (2007). Air Untuk Menjaga Kesehatan Dan Menyembuhkan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Potter. (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta : EGC. Halaman 1502-1533 Prasetyo, Prabowo. Et all. (2010). Cara Cepat Menguasai Hypno Healing. Yogyakarta : Leutika Prasetyo.(2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Graha Ilmu Republika Newsroom. (2009). Gigi Sehat Berkat Garam dan Sirih. www/http : koran.republika.co.id
Sulaiman, Subhi. (2009). Terapi Penyembuhan Dengan Air. Jakarta : Zitad Visi Media Setiadi. (2007). Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta. Graha Ilmu Sweetspe. (2010). Penyebab Sakit Gigi Dan Cara Penanganannya. www/http: sweetspearls.com Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC Tomoko.(2010). Sakit Gigi Sumber Penyakit kronis. www/http : roemah-imut.com Nury, Nusdwinuriningtyas.(2008). Kala Nyeri Harus Terukur.www/http : wikumu.com Wahyudi, Eva.(2008). Dari Dasar Laut.www/http : duniawanita.com Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. (2010). Sifat Kimia Dan Fisika Air. http//id.wikipedia.org Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. (2010). Karies Gigi. www/http : id.wikipedia.org
Hal 71