1
EFEKTIFITAS DAYA HAMBAT EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SEBAGAI ANTI MIKROBA Apni Noviyani Program Studi Biologi, FMIPA Universitas Pakuan Jln. Pakuan PO.BOX 452, Bogor ABSTRACT Mangosteen (Garcinia mangostana L.) is a functional plant, because most of these plants can be used as a drug, and also a natural source of xanthones which act as antioxidants, antiinflammatory, antifungal, and can be used for the prevention of chemotherapy. This study aims to determine the effectivity of mangosteen peel extract (Garcinia mangostana L.) as an antimicrobial for Bacillus cereus, Escherichia coli and Candida albicans. This method is based on Kirby Bauer, which is by observing the clear zone around the paper disc that contains a mangosteen peel extract . Paper disc cylinder (diameter 6 mm) soaked in each concentration of mangosteen peel extract for 24 – 48 hours, then dried in oven at 50°C for 15 – 30 minutes in order to fully absorbed the extract into the paper discs and placed on the media surface which had been inoculated by Bacillus cereus, Escherichia coli and Candida albicans, then incubated for 24 hours. he results showed the diameter of inhibiton for Bacillus cereus are 17,22 mm (100%), 16,36 mm (75%), 14,82 mm (50%), 13,54 mm (25%), dan 10,68 mm (10%). The inhibition diameter did not formed for Escherichia coli and Candida albicans on all treatments. Phytochemical test result in mangosteen peel extract produce group of alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, and triterpenoid compound. Key word: Garcinia mangostana L., anti microbial, Kirby Bauer 1. PENDAHULUAN Manggis merupakan tumbuhan fungsional karena sebagian besar dari tumbuhan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai obat. Bukan hanya daging buahnya saja yang dikonsumsi dan dipercaya bermanfaat bagi kesehatan, namun menurut penelitian dalam kulit buah manggis juga terdapat sejumlah besar zat kimia yang sangat bermanfaat bagi kesehatan (Darmawansyih, 2014). Garcinia mangostana L. atau yang lebih dikenal sebagai manggis, merupakan sumber alami xanthone yang bersifat sebagai antioksidan, antiinflamasi, antifungi, dan juga bisa digunakan untuk pencegahan kemoterapi. Ekstrak xanthone yang diisolasi dari Garcinia mangostana L. mengandung antioksidan, antitumor, antialegi,
antiiflamasi, antibakteri, antifungi, dan antivirus (Ragasa et al., 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Poeloengan dan Praptiwi (2010) terhadap kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai antibakteri, didapatkan simpulan bahwa kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) berpotensi menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis penyebab infeksi kulit pada Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) 2%, sedangkan berdasar penelitian yang dilakukan oleh Dahlia (2011) terhadap kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai antifungi penyebab ketombe (Pityrosporum ovale) didapatkan simpulan bahwa kulit buah manggis (Garcinia
Efektifitas Daya Hambat Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Sebagai Anti Mikroba
1
2
mangostana L.) pada konsentrasi 100% memiliki efek antifungi Pityrosporum ovale yang setara dengan Ketokonazole 2%. Dari uraian di atas, maka dilakukan penelitian terhadap ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai anti mikroba terhadap Candida albicans, Escherichia coli, dan Bacillus cereus untuk mengetahui kemampuan ekstrak kulit buah manggis tersebut dalam menghambat pertumbuhan mikroba patogen tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai anti mikroba terhadap Bacillus cereus, Escherichia coli, dan Candida albicans. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Tanaman Manggis Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman yang tergolong ke dalam suku Guttiferae, yang memiliki ciri – ciri umum diantaranya kebanyakan berupa pohon, jarang berupa terna, mempunyai saluran resin atau kelenjar minyak, yang duduknya umumnya berhadapan dengan atau tanpa daun penumpu. Bunga banci atau berkelamin tunggal, aktinomorf. Kelopak dan mahkota mempunyai susunan dan letak yang amat bervariasi, daun kelopak 2 – 6, daun mahkota sama banyaknya dengan daun kelopak, benang sari banyak, poliadelf (beberkas – berkas) dan sebagian bersifat staminodial (mandul). Bakal buah menumpang, beruang 1 – 15, kebanyakan beruang 3 – 5, bakal biji banyak, masing – masing dengan 2 integumen. Buah dengan bentuk dan struktur yang bermacam – macam, biji tanpa endosperm, seringkali bersalut, lembaga besar (Tjitrosoepomo, 2004). Menurut Meisetyowati (2012), daun pada tanaman manggis termasuk dalam jenis daun tunggal, berbentuk bulat telur sampai bulat panjang, memiliki tangkai yang
pendek, dan tidak memiliki daun penumpu (stipulae). Daun tanaman manggis memiliki panjang sekitar 14 – 17 cm dengan lebar 7,5 – 14 cm. Tiap helai pada daun manggis memiliki bersifat kaku dan tebal, permukaan daun bagian atasnya mengandung lilin dan berwarna hijau tua, serta memiliki tulang daun yang menyirip. Berbeda dengan permukaan daun bagian atas, permukaan daun bagian bawahnya berwarna hijau kekuning – kuningan atau hijau pupus. Tanaman manggis memiliki batang yang berkayu dan keras. Batang dan ranting tanaman manggis memiliki jumlah percabangan yang jumlahnya banyak sehingga dapat membentuk tajuk atau mahkota yang tinggi, rimbun, dan rindang serta memiliki lebar yang mencapai 12 m. Batang tanaman manggis dapat tumbuh dan membesar hingga mencapai ketinggian lebih dari 25 m dengan diameter hingga 60 cm. Pada kulit batangnya bertekstur tidak rata dan berwarna kecoklat-coklatan. Bunga pada tanaman manggis tumbuh pada ujung-ujung ranting. Bunganya tergolong dalam bunga yang sempurna karena dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan dan betina. Meskipun memiliki alat kelamin jantan, namun alat kelamin ini tidak mampu untuk membuahi sel telur karena sel kelamin jantan berukuran kecil dan mengalami pengeringan pada selnya sehingga buah manggis yang terbentuk pun terjadi tanpa melalui penyerbukan (apomixis). Bunga tanaman manggis terdiri dari empat helai daun kelopak yang tersusun dalam dua pasang, empat helai daun tajuk atau mahkota yang berwarna hijau kekuning-kuningan yang pada bagian pinggirnya berwarna merah, bakal buah yang mempunyai 4-8 ruangan dan 4-8 kepala putik. Bakal buah yang ada pada tanaman manggis berbentuk bulat dan mengandung 1-3 bakal biji.
Efektifitas Daya Hambat Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Sebagai Anti Mikroba
2
3
Buah manggis terbentuk tanpa melalui penyerbukan terlebih dahulu (apomixis). Buah manggis ini memiliki tipe buah buni berbentuk bulat dan bercupat yang berdiameter 4 – 7 cm dengan kelopak yang masih menempel pada buahnya. Saat masih muda kulit buah manggis berwarna hijau dan berubah menjadi merah keunguan setelah tua atau matang. Buah ini memiliki segmen dengan 5 – 8 segmen tiap buah. Daging buah yang ada berwarna putih susu, bertekstur halus dan memiliki aroma yang khas. Setiap segmen pada daging buah biasanya terdapat biji yang berukuran cukup besar. Buah manggis yang masak biasanya memiliki berat berkisar antara 30 – 140 gram, tebal kulitnya sekitar 5 mm, getah berwarna kuning, warna petal merah dan stigma halus dengan diameter 8 – 12 mm. Biji tanaman manggis berbentuk bulat agak pipih, berwarna coklat muda dan terbungkus atau dilapisi oleh arillode berwarna putih. Biji manggis ini tergolong dalam biji berkeping dua (Dicotyledonae) yang dapat digunakan untuk perkembangbiakan tanamannya dan juga bersifat polinucellus yakni dapat tumbuh lebih dari satu semaian tiap bijinya (Meisetyowati, 2012). 2.2 Kandungan Senyawa Aktif Kulit Buah Manggis Manggis begitu bermanfaat karena kanduangan senyawa xanthone di dalamnya. Xanthone merupakan antioksidan tingkat tinggi, nilainya mencapai 17.000 – 20.000 ORAC per 100 ons, lebih besar dari wortel dan jeruk yang kadarnya hanya 300 ORAC dan 2.400 ORAC. ORAC merupakan kependekan dari Oxyangen Radical Absorbance Capacity adalah kemampuan antioksidan mentralkan radikal bebas. Xanthone memiliki gugus hidroksi (OH) yang efektif mengikat radikal bebas di dalam tubuh. Selain bermanfaat sebagai
antioksidan, xanthone juga berkhasiat sebagai antibakteri, antifungi, antitumor, antikanker, antialergi, antihistamin dan antiinflamasi (Mardiana, 2013). 2.3 Antimikrobial Bahan antimikrobial diartikan sebagai bahan yang mengganggu pertumbuhan dan metabolisme mikroba. Dalam penggunaan umum, istilah ini menyatakan penghambatan pertumbuhan, dan bila dimaksudkan untuk kelompok – kelompok organisme yang khusus, maka seringkali digunakan istilah – istilah seperti antibakterial atau antifungal (Pelczar, 2009). 2.4 Bacillus cereus Bacillus cereus merupakan bakteri patogen pangan yang bersifat Gram positif. Ciri – ciri morfologi Bacillus cereus yaitu batang besar, aerobik, membentuk rantai, bergerak, membentuk spora yang terletak di tengah basil yang tidak bergerak dan tahan panas. Diameter sel 0,7 – 0,8 µm dengan panjang 2 – 3 µm, sedangkan sporanya berdiameter 0,6 – 0,9 µm dengan panjang 1,0 – 1,5 µm, dapat pula bersifat anaerobic. Bacillus cereus memiliki suhu optimum pertumbuhan berkisara antara 35o – 40oC (Granum dan Baird, 2000 dalam Fathia, 2011). 2.5 Escherichia coli Escherichia coli adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang dan tidak berkapsul. Bakteri ini umumnya terdapat dalam alat pencernaan manusia dan hewan. Sel Escherichia coli memiliki ukuran panjang 2 – 6 µm dan lebar 1,1 – 1,5 µm, tersusun tunggal, berpasangan, dan memiliki flagel (Faridz, 2007). Tidak memiliki spora dan bersifat aerob, anaerob fakultatif (Melliawati, 2009). 2.6 Candida albicans
Efektifitas Daya Hambat Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Sebagai Anti Mikroba
3
4
Pada media agar sabouraud yang diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam, spesies Candida albicans menghasilkan koloni – koloni yang halus berwarna krem dan memiliki bau khas seperti ragi. Pertumbuhan permukaaan terdiri atas sel – sel bertunas lonjong. Pertumbuhan di bawahnya terdiri atas pseudomiselium. Pada sediaan apus eksudat, Candida albicans tampak lonjong seperti ragi, kecil, berdinding tipis, bertunas, gram positif, berukuran 2 – 3 x 4 – 6 µm yang memanjang menyerupai hifa (pseudohifa) (Magdalena, 2009). 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi FMIPA UNPAK dan Laboratorium Mikrobiologi PT. Saraswanti Indo Genetech pada bulan April - Juli 2015. 3.2 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan diantaranya yaitu kertas cakram, cawan petri, tabung reaksi, mikropipet, Erlenmeyer, corong, kertas saring, oven, gelas piala, Laminar Air Flow, spirtus. Bahan yang digunakan yaitu kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.), biakan Candida albicans ATCC 10231, biakan Bacillus cereus ATCC 13061, biakan Escherichia coli ATCC 25922, media Potato Dextrose Agar (PDA), media Nutrient Agar, Ketokonazol 200 ppm, Kloramfenikol 200 ppm Tryptic Soy Broth, aquadest, alkohol 70%, larutan NaCl fisiologis. 3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Persiapan Bahan Kulit buah manggis yang digunakan berasal dari buah manggis yang telah matang, ditandai oleh kulit permukaannya berwarna ungu dan teksturnya yang tidak terlalu keras, dengan usia panen antara 106 –
114 hari. Kulit buah manggis yang digunakan adalah kulit buah bagian dalam (yang bertekstur lunak), kulit buah dipotong – potong dan dikeringkan secara alami dengan cara dijemur di bawah sinar matahari. Setelah kering, kulit buah manggis diblender hingga berbentuk serbuk. 3.3.2 Sterilisasi Alat dan Bahan Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih, dikeringkan, dan dibungkus koran, kemudian disterilisasi dengan oven pada suhu 160oC selama 2 jam. Sedangkan untuk media dan bahan (kecuali ekstrak Garcinia mangostana L. ) yang akan digunakan disterilisasi dalam autoclave selama 30 menit dengan mengatur tekanan sebesar 15 dyne/cm3 (1 atm) dan suhu sebesar 121o C (Agustine, 2009). 3.3.3 Ekstraksi Kulit Buah Manggis Kulit buah manggis yang telah dikeringkan dan dihaluskan hingga berbentuk serbuk ditimbang sebanyak 200 g. Sampel dimaserasi di dalam pelarut ethanol 70% dengan perbandingan komposisi 1:10 secara bertingkat selama 5 hari, agar zat aktifnya dapat keluar. Hasil maserasi disaring dengan menggunakan kertas saring dan bantuan vacuum flask, filtrat di tampung dalam erlenmeyer. Ekstrak dievaporasi dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 55˚C sampai tidak terjadi lagi pengembunan pelarut pada kondensor. 3.3.4 Peremajaan Isolat Bacillus cereus Sebanyak 2 – 3 beads indukan Bacillus cereus diinokulasikan ke dalam media Tryptic Soy Broth, kemudian diinkubasikan selama 3 hari pada suhu 30oC. Setelah inkubasi, dibuat seri pengenceran sampai dengan 10-8 atau tergantung dengan populasi bakteri yang diduga. Sebanyak 1 ml suspensi B. cereus pada masing – masing pengenceran dipipet ke dalam cawan petri
Efektifitas Daya Hambat Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Sebagai Anti Mikroba
4
5
lalu dituangkan media Nutrient Agar, kemudian diinkubasi pada suhu 30oC – 35oC selama 3 hari. Jumlah populasi induk bakteri dihitung dan dicatat dalam satuan koloni/ml, sehingga konsentrasi bakteri pada tabung reaksi dapat diketahui. Berdasarkan nilai koloni/ml dalam tabung tersebut dapat ditentukan konsentrasi larutan 106 koloni/ml yang akan digunakan dalam penentuan uji daya hambat Bacillus cereus. 3.3.5 Peremajaan Isolat Escherichia coli Sebanyak 2 – 3 beads indukan E. coli diinokulasikan ke dalam media Tryptic Soy Broth, kemudian diinkubasikan selama 3 hari pada suhu 30oC. Setelah inkubasi, dibuat seri pengenceran sampai dengan 10-11 atau tergantung dengan populasi bakteri yang diduga. Sebanyak 1 ml suspensi E.coli pada masing – masing pengenceran dipipet ke dalam cawan petri lalu dituangkan media Nutrient Agar, kemudian diinkubasi pada suhu 30oC – 35oC selama 3 hari. Jumlah populasi induk bakteri dihitung dan dicatat dalam satuan koloni/ml, sehingga konsentrasi bakteri pada tabung reaksi dapat diketahui. Berdasarkan nilai koloni/ml dalam tabung tersebut dapat ditentukan konsentrasi larutan 108 koloni/ml yang akan digunakan dalam penentuan uji daya hambat E.coli. 3.3.6 Peremajaan Isolat Candida albicans Sebanyak 2 – 3 beads indukan Candida albicans diinokulasikan ke dalam media Tryptic Soy Broth, kemudian diinkubasikan selama 3 hari pada suhu 30oC. Setelah inkubasi, dibuat seri pengenceran sampai dengan 10-8 atau tergantung dengan populasi jamur yang diduga. Sebanyak 1 ml suspensi candida pada masing – masing pengenceran dipipet ke dalam cawan petri lalu dituangkan media Potato Dextrose Agar, kemudian diinkubasi pada suhu 25oC selama 5 hari. Jumlah populasi induk jamur dihitung dan
dicatat dalam satuan koloni/ml, sehingga konsentrasi jamur pada tabung reaksi dapat diketahui. Berdasarkan nilai koloni/ml dalam tabung tersebut dapat ditentukan konsentrasi larutan 107 koloni/ml yang akan digunakan dalam penentuan uji daya hambat Candida albicans. 3.3.7 Persiapan Inokulasi Bacillus cereus Suspensi Bacillus cereus dengan konsentrasi 106 koloni/ml sebanyak 1 mL dipipet ke dalam cawan petri. Kemudian dituang media Nutrient Agar sebanyak 10 – 15 ml dan dihomogenkan, dibiarkan memadat. 3.3.8 Persiapan Inokulasi Escherichia coli Suspensi Escherichia coli dengan konsentrasi 108 koloni/ml sebanyak 1 mL dipipet ke dalam cawan petri. Kemudian dituang media Nutrient Agar sebanyak 10 – 15 ml dan dihomogenkan, dibiarkan memadat. 3.3.9 Persiapan Inokulasi Candida albicans Suspensi Candida albicans dengan konsentrasi 107 koloni/ml sebanyak 1 mL dipipet ke dalam cawan petri. Kemudian dituang media PDA sebanyak 10 – 15 ml dan dihomogenkan, dibiarkan memadat. 3.3.10 Pembuatan Variabel Konsentrasi Berdasarkan uji pendahuluan yang dilakukan dengan cara menguji ekstrak kulit buah manggis pada konsentrasi terpekat, yaitu 100% dalam 200 gram simplisia kulit manggis terhadap masing – masing mikroba, didapatkan zona hambat pada bakteri Bacillus cereus. Untuk itu, penulis menjadikan konsentrasi terebut sebagai acuan efektifitas ekstrak kulit buah manggis sebagai anti mikroba, konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 10%, 25%, 50%, 75% dan 100%. Hasil maserasi 200 gram
Efektifitas Daya Hambat Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Sebagai Anti Mikroba
5
6
serbuk kulit buah manggis dalam etanol 70% dianggap sebagai ektsrak dengan konsetrasi 100%. 3.3.11 Uji Efektifitas Anti Mikroba Difusi Cakram (Metode Kirby Bauer) Kertas cakram silinder (diameter 6 mm) direndam pada masing – masing konsentrasi ekstrak kulit buah manggis selama 24 – 48 jam, kemudian dikeringkan dalam oven bersuhu 50oC selama 15 – 30 menit agar ekstrak terserap sempurna dalam kertas cakram. Kertas cakram yang telah dikeringkan diletakkan di atas permukaan media Agar yang telah diinokulasikan mikroba Bacillus cereus. Escherichia coli, dan Candida albicans, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 30oC untuk Candida albicans dan suhu 35oC untuk bakteri Bacillus cereus dan Escherichia coli. Dilakukan pula perlakuan yang sama untuk kontrol uji Kloramfenikol 200 ppm dan Ketokonazol 200 ppm. 3.3.12 Uji Fitokimia Uji Alkaloid Hasil ektraksi ditambahkan 10 mL larutan 0,05 N ammonia dalam kloroform. Campuran dikocok selama 1 menit, kemudian disaring ke dalam tabung reaksi. Kedalam filtrat tambahkan H2SO4 2 N dan dikocok dengan teratur, biarkan sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan atas dipisahkan dan diuji dengan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorft. Adanya senyawa alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih dengan pereaksi Mayer, endapan kuning kecoklatan dengan pereaksi Wagner, dan endapan jingga dengan pereaksi Dragendorf (Farsnworth, 1966). Uji Flavonoid a. Uji dengan pereaksi Shinoda (campuran logam magnesium dan HCl). Contoh sebanyak 0,5 gram yang telah dihaluskan
diekstrak dengan 5 mL etanol panas selama 5 menit didalam tabung reaksi. Selanjutnya hasil ekstraksi disaring dan kepada filtratnya ditambahkan beberapa tetes HCl pekat. Setelah itu dimasukkan kurang lebih 0,2 mg logam Mg. Bila timbul warna merah tua menandakan contoh positif flavonoid. b. Uji dengan NaOH 10%. Kedalam ekstrak etanol yang diperoleh dengan cara diatas, ditambahkan 2 tetes NaOH 10%. Adanya flavonoid ditandai dengan perubahan warna kuning-orange-merah. Uji Steroid dan Triterpenoid Pemeriksaan steroid dan triterpenoid dilakukan dengan reaksi Liebermann Burchard. Larutan uji sebanyak 2 ml diuapkan dalam tabung reaksi. Residu dilarutkan dengan 0,5 mL kloroform, kemudian ditambahkan 0,5 mL asam asetat anhidrat dan 2 mL asam sulfat pekat melalui dinding tabung. Cincin kecoklatan atau violet yang terbentuk pada perbatasan larutan menunjukkan adanya triterpenoid, sedangkan bila muncul cincin biru kehijauan menunjukkan adanya sterol. Uji Saponin Ekstrak metanol kulit buah manggis sebanyak. Pembentukan busa setinggi 1–10 cm yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit menunjukkan adanya saponin0,5 gram dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan dan kemudian dikocok vertikal selama 10 detik. Pada penambahan 1 tetes HCl 2N, busa tidak hilang (Depkes RI, 1989). Uji Tanin dan Polifenol Larutan ekstrak uji sebanyak 1 ml direaksikan dengan larutan besi (III) klorida10%, jika terjadi warna biru tua atau hitamkehijauan menunjukkan adanya tanin
Efektifitas Daya Hambat Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Sebagai Anti Mikroba
6
7
danpolifenol (Robinson, 1991; Jones and Kinghorn, 2006). 3.3.13 Mengukur Zona Hambat Zona bening yang terbentuk pada media inokulasi yang telah diberi cakram ekstrak kulit buah manggis diukur dengan menggunakan jangka sorong. 3.4 Parameter Yang Diamati Diameter zona bening yang terbentuk pada masing – masing konsentrasi ekstrak kulit buah manggis. 3.5 Analisis Data Untuk mengetahui efektifitas anti mikroba ekstrak kulit buah manggis di berbagai konsentrasi ekstrak, maka data lebar diameter zona bening yang terbentuk dianalisis dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap sederhana dengan 5 perlakuan (5 macam konsentrasi) dan 4 kali pengulangan. Analisis data dilakukan pada masing – masing mikroba. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ekstraksi Sampel Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) yang dimaserasi dengan menggunakan larutan etanol 70%. Larutan etanol dipilih karena merupakan pelarut universal yang bersifat semi polar yang sering digunakan dalam proses maserasi. Maserasi dilakukan selama 5 hari, karena setelah waktu 5 hari keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan yang masuk dalam cairan telah tercapai. Keadaan diam dalam proses maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif. Untuk mencegahnya, dapat dilakukan dengan pengadukan, yang bertujuan agar keseimbangan konsentrasi bahan dalam cairan dapat tercapai. Selain itu, pengadukan
juga bertujuan untuk mempercepat kontak antara sampel dengan pelarut (Amelia, 2014). Filtrat yang diperoleh berwarna coklat, filtrat tersebut dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator dengan tujuan untuk memisahkan antara pelarut dengan senyawa aktif yang terkandung di dalam kulit buah manggis. Hasil dari pemekatan adalah ekstrak cair berwarna kuning kecoklatan. 4.2 Pengujian Daya Antimikroba dengan Difusi Cakram Dari hasil uji yang didapat (Lampiran), ektrak kulit buah manggis tidak efektif dalam menghambat pertumbuhan Escherichia coli dan Candida albicans. Ekstrak kulit buah manggis efektif dalam menghambat pertumbuhan Bacillus cereus.
(a)
(b)
(c) Gambar 1. Hasil Uji Daya Hambat Mikroba Bacillus cereus (a), Escherichia coli (b), dan Candida albicans (c).
Efektifitas Daya Hambat Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Sebagai Anti Mikroba
7
8
Ekstrak kulit manggis efektif menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus cereus, dalam penelitian ini Bacillus cereus mewakili jenis bakteri dari golongan Gram positif. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak kulit buah manggis memiliki daya anti mikroba terhadap golongan bakteri Gram positif dan tidak memiliki daya anti mikroba terhadap bakteri Gram negatif (Escherichia coli) dan fungi Candida albicans. Menurut Linuma et al (1996) dalam Putra (2010), alpha-mangostin merupakan senyawa aktif yang memiki daya anti mikroba terhadap bakteri Gram positif. Alpha-mangostin merupakan salah satu jenis xanthone yang terdapat di dalam kulit manggis (Mardiana, 2013). 4.3. Pengujian Fitokimia Ekstrak Kulit Buah Manggis Daya antimikrobial suatu zat disebabkan karena adanya kandungan fitokimia dalam zat tersebut. Dari hasil uji fitokimia ekstrak kulit buah manggis diperoleh senyawa aktif golongan alkaloid, flavonoid, triterpenoid, saponin dan tanin. Zona hambat yang dibentuk oleh bakteri Bacillus cereus menunjukkan adanya senyawa aktif dalam ekstrak kulit buah manggis yang diduga termasuk golongan tanin, yaitu pada konsentrasi 50% (14,82 mm), 75% (16,36 mm), dan 100% (17,22 mm). Sementara pada bakteri Escherichia coli dan fungi Candida albicans tidak terbentuk zona hambat dikarenakan karakteristik dari mikroba tersebut yang berbeda dengan Bacillus cereus, antara lain dinding sel bakteri E. coli yang tebal sehingga daya serap terhadap senyawa aktif dalam ekstrak sangat rendah, demikian pula dengan fungi Candida albicans yang mempunyai pseudohifa sehingga tidak dapat menyerap senyawa aktif dalam ekstrak secara efektif. Hal ini sesuai dengan pendapat Poeloengan et al (2010) bahwa
tanin dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan pada konsentrasi tinggi mampu bertindak sebagai antibakteri dengan cara mengkoagulasi atau menggumpalkan protoplasma bakteri sehingga terbentuk ikatan yang stabil dengan protein bakteri. Selain itu, pada saluran pencernaan tanin mampu mengeliminasi toksin. Tabel 1. Hasil Uji Kandungan Fitokimia Ekstrak Kulit Buah Manggis Uji Fitokimia
Alkaloid
Flavonoid
Triterpenoid dan Steroid
Saponin
Tanin dan Polifenol
Indikasi Terbentuk warna orange dengan pereaksi dragendroff dan endapan putih dengan pereaksi mayer Uji dengan pereaksi Shinoda. Bila timbul warna merah tua menandakan contoh positif flavonoid. Uji dengan NaOH 10%. Adanya flavonoid ditandai dengan perubahan warna kuningorange-merah. Cincin hijau kebiruan (steroid) Cincin kecoklatan atau violet (Triterpenoid) Ada busa yang bertahan ± 10 menit setinggi 1-10 cm dan busa tidak hilang setelah penambahan 1 tetes HCl 2N Terbentuk warna biru tua atau hijau kehitaman
Efektifitas Daya Hambat Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Sebagai Anti Mikroba
Hasil (+)
(+)
(+)
(-) (+)
(+)
(+++)
8
9
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian terhadap efektifitas ekstrak kulit buah manggis sebagai anti mikroba yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Ekstrak kulit buah manggis memiliki efektifitas paling tinggi sebagai antibakteri terhadap Bacillus cereus pada konsentarsi 100% dalam 200 gram simplisia dengan lebar diameter zona hambat sebesar 17,22 mm. b. Hasil uji fitokimia yang dilakukan secara kualitatif diperoleh golongan senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan triterpenoid, serta didominasi oleh senyawa golongan tanin. c. Ekstrak kulit buah manggis tidak memiliki efektifitas sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli dan tidak efektif sebagai antifungi terhadap Candida albicans. 5.2 Saran Berdasarkan hasil kesimpulan dari penelitian dapat ditarik beberapa saran sebagai berikut: a. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi ekstrak kulit buah manggis sebagai antimikroba terhadap Bacillus cereus. b. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menguji efektifitas ekstrak kulit buah manggis sebagai antibakteri terhadap bakteri Gram negatif dan antifungi dengan cara kombinasi pelarut ekstrak. c. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui jenis senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak kulit buah manggis(Garcinia mangostana L.).
DAFTAR PUSTAKA Agustine, Hadiati. 2009. Mikrobiologi (Teknik Aseptik). Bogor : Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor. Hal : 7 dan 11. Amelia,
Lisa. 2014. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Staphylococcus aureus Dan Pseudomonas aeroginosa. Bogor : Universitas Nusa Bangsa. Hal : 8 dan 25.
Darmawansyih. 2014. Khasiat Buah Manggis Untuk Kehidupan. Jurnal Al Hikmah. (XV). No. 1. Makassar : UIN Alauddin Makassar. Hal : 61 dan 64. Depkes RI. 1989. Materia Medika Indonesia V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 549-553. Farnworth, N. R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plant. Journal of Pharmaceutical Sciences. Hal : 55,59. Fathia, Sarah. 2011. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Jahe Terhadap Beberapa Bakteri Patogen. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Jones, W. P., Kinghorn, A. D. 2006. Extraction of Plant Secondary Metabolites. In : Sharker, S.D. Latif Z., Gray A.L, eds. Natural Product Isolation, 2nd Edition. New Jersey : Humana Press. Hal: 341 – 342. Magdalena, Maria. 2009. Candida albicans. Medan : Universitas Sumatera Utara. Hal : 3.
Efektifitas Daya Hambat Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Sebagai Anti Mikroba
9
10
Mardiana, Lina. 2013. Ramuan Dan Khasiat Kulit Manggis. Jakarta : Penebar Swadaya. Hal : 8 – 9 dan 15 – 20.
Jurnal Teknologi Dan Industri Pangan. (XXI). No.1. Bali : Universitas Udayana. Hal : 4.
Meisetyowati. 2012. Buah Manggis. 1 Desember 2012. Bogor. 12 Maret 2015. (www.msetyowati.wordpress.com).
Ragasa, Consolacion Y. dan Chien Chang Sen. 2010. Antimicrobial Xanthones From Garcinia mangostana L. The Philippine Scientist. (XLVII). University of San Carlos Press. Hal : 64.
Melliawati, Ruth. 2009. Escherichia coli Dalam Kehidupan Manusia. Bio Trends. (IV). No.1. Jakarta. Hal : 11. Paramawati, Raffi. 2010. Dahsyatnya Manggis Untuk Menumpas Penyakit. Jakarta : Agromedia Pustaka. Hal : 53. Pelczar, Michael J. dan E.C.S. Chan. 2009. Dasar – Dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta : Universitas Indonesia. Hal : 450 -456.
Robinson, T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Bandung : Penerbit ITB. P. 152196. Tjitrosoepomo, Gembong. 2004. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Hal : 266 – 267).
Pelczar, Michael J. dan E.C.S. Chan. 2006. Dasar – Dasar Mikrobiologi Jilid 1. Jakarta : Universitas Indonesia. Hal : 205. Poeloengan, Masniari dan Praptiwi. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Media Litbang Kesehatan. (XX). No.2. Jakarta. Hal : 69. Prescott, LM., JP. Harleg, dan DA. Klein. 2005. Microbiology Sixth Edition. New York : Mc Graw – Hill Co Inc. Putra, I Nengah Kencana. 2010. Aktivitas Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Serta Kandungan Senyawa Aktifnya. Efektifitas Daya Hambat Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Sebagai Anti Mikroba
10
11
Lampiran Tabel 2. Hasil Uji Daya Hambat Ekstrak Kulit Buah Manggis terhadap Bacillus cereus
Ulangan ke1 2 3 4 Rata – rata
Diameter Zona Hambat Konsentrasi Ekstrak (mm) Kontrol 10% 25% 50% 75% 100% (+) 14,72 10,98a 13,94a 15,30b 16,20b 17,26b 14,62 10,10a 13,62a 14,98b 15,78b 17,16b 14,84 10,70a 13,62a 14,52b 16,62b 17,20b a a b b 14,30 10,96 12,98 14,50 16,82 17,26b 14,62 10,68a 13,54a 14,82b 16,36b 17,22b
Keterangan : Huruf superskrip pada baris dan kolom yang sama menandakan tidak berbeda nyata. Tabel 3. Hasil Uji Daya Hambat Ekstrak Kulit Buah Manggis terhadap Escherichia coli
Ulangan ke1 2 3 4 Rata – rata
Diameter Zona Hambat Konsentrasi Ekstrak (mm) Kontrol 10% 25% 50% 75% 100% (+) 11,88 12,05 11,70 11,42 11,76 -
Tabel 1. Hasil Uji Daya Hambat Ekstrak Kulit Buah Manggis terhadap Candida albicans
Ulangan ke1 2 3 4 Rata – rata
Diameter Zona Hambat Konsentrasi Ekstrak (mm) Kontrol 10% 25% 50% 75% 100% (+) 16,98 17,15 16,88 17,02 17,01 -
Efektifitas Daya Hambat Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Sebagai Anti Mikroba
11