EFEK TAYANGAN SULANJANA DI MEGASWARA TV DALAM PELESTARIAN KEBUDAYAAN LOKAL (Kasus Desa Babakan RW. 01 Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor)
DIONITA KRISTI NAPITUPULU
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
ABSTRACT
The purpose of this research is to investigate the effects produced by the show aired Sulanjana program in MEGASWARA TV for the preservation of local culture. The effects that seen in this case is the effect of cognitive, affective, and conative based on individual characteristics, Sulanjana program’s aspects and factors of acceptance media messages. The study was conducted in the village of Babakan RW 01, sub Dramaga, district Bogor, West Java who affordable MEGASWARA TV broadcast. The number of respondents as many as 94 people selected by simple cluster sampling from four RT in RW 01. Data was collected by distributing questionnaires to respondents and interviews to the village officials and MEGASWARA TV officer. Keywords: program effects, preservation of local culture, sulanjana program
RINGKASAN DIONITA KRISTI NAPITUPULU. EFEK TAYANGAN SULANJANA DI MEGASWARA TV DALAM PELESTARIAN KEBUDAYAAN LOKAL. Kasus Desa Babakan RW 01 Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor (Di bawah bimbingan AMIRUDDIN SALEH). Kehadiran media massa membawa pengaruh di dalam kehidupan manusia, karena setiap hari media massa menghadirkan berbagai informasi dari seluruh dunia. Media massa yang paling banyak dimiliki dan diminati oleh masyarakat adalah televisi. Kenyataan yang ada saat ini adalah tayangan-tayangan yang ditayangkan di televisi, khususnya televisi nasional sebagian besar mengandung tayangan yang kurang mendidik. Tayangan yang memiliki porsi jam tayang yang tinggi adalah tayangan hiburan, musik, sinetron, reality show, dan tayangan berita kriminal yang dapat memberikan dampak yang buruk bagi masyarakat. Televisi lokal menjadi salah satu solusi dalam mengurangi dampak buruk akibat tayangan kurang mendidik dari televisi nasional. Selain mengangkat informasi seputar daerah tempat televisi lokal berdiri juga menyuguhkan tayangan yang sarat dengan pendidikan, kebudayaan, dan agama. Megaswara TV adalah televisi lokal yang ada di kota Bogor. Program acara yang disuguhkan pun lebih banyak mengandung unsur kebudayaan, agama, dan pendidikan. Salah satu tayangan yang mengangkat tema kebudayaan adalah tayangan acara Sulanjana yang berisi video klip lagu-lagu Sunda. Tujuan pertama penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik individu yang dapat mempengaruhi penayangan program acara Sulanjana di Megaswara TV. Karakteristik individu yang dilihat dalam penelitian adalah usia, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan, pendidikan dan pendapatan. Tujuan kedua adalah untuk mengetahui karakteristik individu yang menghasilkan efek tayangan acara Sulanjana di Megaswara TV dalam pelestarian kebudayaan lokal. Efek tayangan berupa efek kognitif, afektif, dan konatif. Tujuan ketiga adalah untuk menganalisis hubungan antara aspek tayangan acara Sulanjana dengan faktor penerimaan pesan pada individu dalam menghasilkan efek kognitif, afektif, dan konatif untuk pelestarian kebudayaan lokal. Aspek tayangan yang dimaksud adalah jam tayang, durasi tayang dan isi tayangan Sulanjana. Sedangkan faktor penerimaan pesan media yaitu selective attention, selective perception, selective retention, penyesuaian diri, dan motivasi. Responden penelitian ini terdiri dari 94 orang yang berasal dari keempat RT yang ada di RW 01 Desa Babakan. Penentuan jumlah responden menggunakan rumus Slovin dan diambil dengan teknik simple cluster sampling sehingga responden mewakili masing-masing RT yang ada di RW 01. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa data hasil pengisian kuesioner oleh responden dan hasil wawancara dengan aparat desa serta pihak
Megaswara TV. Data sekunder berupa monografi desa, profil Megaswara TV dan berbagai literature lainnya. Sebelum kuesioner disebar kepada responden terlebih dahulu diuji coba tingkat validitas dan reliabilitas instrumentasinya di Desa Babakan RW 03. Data yang diperoleh terlebih dahulu diinput ke dalam Microsoft Excel kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS 17. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan nyata antara karakteristik individu dengan aspek tayangan Sulanjana yaitu usia dengan durasi tayang (memiliki hubungan nyata yang negatif), jenis kelamin dengan durasi tayang dan isi tayangan, pendidikan dan pendapatan dengan jam tayang dan durasi tayang. Karakteristik individu yang menghasilkan efek tayangan Sulanjana yaitu kecuali usia dengan efek kognitif dan konatif serta suku dan agama dengan ketiga aspek efek yaitu efek kognitif, afektif, dan konatif. Faktor penerimaan pesan media yang mempengaruhi efek tayangan terhadap responden adalah faktor selective attention dengan efek kognitif, selective perception dengan ketiga aspek efek tayangan (kognitif, afektif, dan konatif), selective retention dengan efek afektif serta motivasi dengan efek kognitif. Untuk aspek tayangan yang memiliki hubungan dengan faktor penerimaan pesan media adalah jam tayang dengan selective attention, selective perception, dan selective retention Responden yang terkena efek kognitif yaitu apabila setelah menonton tayangan Sulanjana terjadi penambahan pengetahuan akan lagu-lagu Sunda. Efek afektif yang dirasakan responden yang menonton tayangan Sulanjana merupakan tumbuhnya rasa suka atau tidak suka terhadap tayangan Sulanjana, sedangkan efek konatif berupa perubahan perilaku yaitu mau menyanyikan lagu Sunda serta mengajak orang lain untuk menonton tayangan Sulanjana. Apabila dalam diri responden terjadi penambahan pengetahuan akan lagu-lagu Sunda serta mulai menyukai lagu-lagu Sunda dan mau menyanyikannya setelah menonton tayangan Sulanjana, maka responden tersebut telah terkena efek tayangan dan dengan demikian dapat dikatakan telah turut melestarikan kebudayaan lokal, dalam hal ini kebudayaan Sunda. Penelitian ini memberikan saran supaya Megaswara TV sebagai media lokal yang dapat melestarikan kebudayaan lokal sebaiknya merubah jam tayang tayangan Sulanjana yang di malam hari agar masyarakat yang memiliki kesibukan di pagi hari dapat menontonnya. Masyarakat merupakan kunci keberhasilan kebudayaan lokal. Oleh sebab itu, sebaiknya masyarakat aktif mencari tontonan yang mengandung unsur kebudayaan lokal seperti tayangan Sulanjana di Megaswara TV.
EFEK TAYANGAN SULANJANA DI MEGASWARA TV DALAM PELESTARIAN KEBUDAYAAN LOKAL (Kasus Desa Babakan RW. 01 Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor)
Oleh DIONITA KRISTI NAPITUPULU I34063299
Skripsi Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh: Nama
: Dionita Kristi Napitupulu
NRP
: I34063299
Program Studi
: Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Judul Skripsi
: Efek Tayangan Sulanjana di Megaswara TV dalam Pelestarian Kebudayaan Lokal (Kasus Desa Babakan RW. 01 Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor)
dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS NIP. 19611113 198811 1 001 Mengetahui, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Ketua,
Dr. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003
Tanggal Lulus: _________________________
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “EFEK TAYANGAN SULANJANA DI MEGASWARA TV DALAM PELESTARIAN KEBUDAYAAN LOKAL” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHANBAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, April 2011 Dionita Kristi Napitupulu I34063299
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 02 Desember 1988. Penulis merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Arnoldus Napitupulu dan Ibu Erisa Situmorang. Semenjak memasuki usia sekolah penulis tinggal di kawasan Pematangsiantar. Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar di SD R.K. Budi Mulia 1 Pematangsiantar tahun 2000, lulus dari SMP Negeri 1 Pematangsiantar tahun 2003 dan SMA Negeri 2 Pematangsiantar tahun 2006, kemudian pada tahun 2006 juga penulis diterima menjadi Mahasiswa IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama kuliah, penulis juga tergabung dalam organisasi kampus di antaranya menjadi pengurus Himpunan Profesi Departemen Sains KPM yaitu Himasiera
(Himpunan
Mahasiswa
Pencinta
Ilmu-ilmu
Komunikasi
dan
Pengembangan Masyarakat) divisi Broadcasting serta Tim Pendamping Mahasiswa Katolik IPB dan menjabat sebagai Sekretaris periode 2008-2009. Penulis juga aktif menjadi panitia acara yang diselenggarakan BEM-I Fakultas Ekologi Manusia yaitu dalam kepanitiaan acara Kemah Riset 2008 dan Let’s CSR on Campus 2009.
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan karuniaNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini mengangkat judul “Efek Tayangan Sulanjana di Megaswara TV dalam Pelestarian Kebudayaan Lokal.” Penulisan skripsi ini dibantu oleh banyak pihak. Penulis juga dapat menyelesaikan skripsi ini di bawah bimbingan Dosen Pembimbing yang senantiasa memberikan saran dan kritikan selama proses penulisan. Oleh sebab itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan saran dalam penyelesaian skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Bogor, April 2011
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan anugerah, kekuatan, kesehatan, serta perlindungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini juga dapat selesai atas bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihakpihak yang telah membantu, baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu antara lain: 1. Kedua orangtuaku yang telah memberikan segalanya yang tidak terhitung lagi dan mencurahkan kasih sayang serta dukungan dan semangat selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS selaku Dosen Pembimbing Skripsi atas bimbingan dan perhatiannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr. Arif Satria selaku Dosen Pembimbing Akademik yang sudah memberikan perhatian dan membantu saat penulis mendapatkan masalah dalam perkuliahan. 4. Bapak Sudaryono dan Mujiyana dari PT. Cipta Megaswara TV yang telah banyak membantu mengenalkan tayangan Sulanjan dan memberikan kemudahan dalam memperoleh data sekunder mengenai Megaswara TV. 5. Aparat Desa Babakan yang memberikan izin melakukan penelitian. 6. Kakakku Evarista, adik-adikku Patritia, Lucia, Victor, Petronella, dan Felix yang menjadi motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. 7. Benny yang sangat banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Quadrapop Princess (Siti Sari Puspita, Nur Dinna Utami, Erna Puji Purwanti dan Karunia Wisdaningtyas) yang telah setia menjadi sahabat terbaikku selama di bangku kuliah dan tak henti-hentinya memberikan keceriaan, semangat dan saran selama penulisan skripsi ini. 9. Fucolosswee (Dosma, Jondi, Margeth dan Junet) sahabatku sejak SMA yang selalu memberikan semangat meskipun melalui dunia maya. 10. Keluargaku di Tim Pendamping IPB yang telah membantu penulis menjadi orang yang berguna dan berkembang dalam banyak hal yang positif. 11. Keluargaku di Pendampingan Kamis Tiga tahun 2006, St. Krisostomus, St. Martinus, St. Sir Van Duynhoven dan St. Gregorius. Kalian motivasi aku. Terimakasih sudah mau menjadi keluarga-keluarga kecilku di kampus.
DAFTAR ISI Halaman
DAFTAR ISI…………………………………………………………...
xi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………..
1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………...
1
1.2 Perumusan Masalah………………………………………………
3
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………
4
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………….....
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………
6
2.1 Komunikasi Massa……………………………………………….
6
2.2 Media Massa……………………………………………………..
6
2.3 Efek Media Massa………………………………………………..
8
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Efek Pesan Media Massa…………..
11
2.5 Televisi…………………………………………………………...
14
2.6 Televisi Lokal…………………………………………………....
16
2.7 Kebudayaan………………………………………………………
19
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS……………..
21
3. 1 Kerangka Pemikiran………………………………………………
21
3.2 Hipotesis Penelitian……………………………………………….
23
3.3 Definisi Operasional………………………………………………
24
BAB IV METODE PENELITIAN……………………………………..
28
4.1 Desain Penelitian…………………………………………………..
28
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………………
28
4.3 Penetapan Populasi dan Sampel Penelitian……………………….
29
4.4 Data dan Instrumentasi……………………………………………
30
4.4.1 Data…………………………………………………………
30
4.4.2 Instrumentasi Penelitian…………………………………….
31
4.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi………………………….
31
4.5.1 Validitas Instrumentasi……………………………………..
31
4.5.2 Reliabilitas Instrumentasi…………………………………..
34
4.6 Pengumpulan Data……………………………………………….
36
xii
4.7 Teknik Analisis Data………………………………………….
36
BAB V EFEK TAYANGAN SULANJANA DI MEGASWARA TV DALAM PELESTARIAN KEBUDAYAAN LOKAL…
37
5. 1 Gambaran Umum Desa Babakan………………………….......
38
5.2 Gambaran Umum Megaswara TV…………………………….
39
5.3 Gambaran Umum Responden…………………………………
41
5.4 Aspek Tayangan Acara Sulanjana………………………………
44
5.5 Faktor Penerimaan Pesan Media………………………………..
45
5.6 Efek Tayangan Acara Sulanjana………………………………...
46
5.7 Hubungan Karakteristik Individu dengan Aspek Tayangan Acara Sulanjana………………………………………………....
47
5.8 Hubungan Karaktersitik Individu dengan Efek Tayangan Acara Sulanjana………………………………………………….
51
5.9 Hubungan Aspek Tayangan Sulanjana dengan Faktor Penerimaan Pesan Media…………………………………………
54
5.10 Hubungan Faktor Penerimaan Pesan Media dengan Efek Tayangan Sulanjana…………………………………………
56
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN……………………………….
59
6.1 Kesimpulan………………………………………………………..
59
6.2 Saran………………………………………………………………
59
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………
61
LAMPIRAN……………………………………………………………..
63
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman Teks
Tabel 1. Populasi warga RW 01 Desa Babakan …………………….
30
Tabel 2. Hasil uji validitas aspek tayangan acara Sulanjana …….….
32
Tabel 3. Hasil uji validitas faktor penerimaan pesan media …………
33
Tabel 4. Hasil uji validitas efek acara tayangan acara Sulanjana ……
34
Tabel 5. Waktu tayang program acara Sulanjana di Megaswara TV …………………………………………….
41
Tabel 6. Jumlah responden menurut karakteristik individu ………....
42
Tabel 7. Rataan skor aspek tayangan ………………………………..
45
Tabel 8. Rataan skor faktor penerimaan pesan media ……………….
46
Tabel 9. Rataan skor efek tayangan Sulanjana ………………………
47
Tabel 10. Hubungan karakteristik individu dengan aspek acara tayangan Sulanjana …………………………………………
48
Tabel 11. Hubungan karakteristik individu dengan efek tayangan acara Sulanjana …………………………………..
52
Tabel 12. Hubungan aspek tayangan acara Sulanjana dengan faktor penerimaan pesan media …………………………….
55
Tabel 13. Hubungan faktor penerimaan pesan dengan efek tayangan acara Sulanjana …………………………………..
56
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi massa mengalami perkembangan yang pesat ditandai dengan kehadiran berbagai macam media massa yang semakin hari semakin kompleks. Media massa berfungsi sebagai perantara dalam penyampaian informasi dalam komunikasi massa. Informasi yang disampaikan ditujukan kepada khalayak yang sangat luas dan sangat heterogen serta disampaikan secara serempak dan selintas, sehingga sebuah informasi yang disampaikan oleh media massa memiliki tanggapan dan pemaknaan yang berbeda-beda dari setiap khalayak yang menerimanya. Media massa memiliki peranan yang sangat besar dalam kehidupan manusia saat ini. Media massa menghadirkan berbagai informasi dari seluruh penjuru dunia hanya dalam waktu yang sesaat. Setiap hari kehidupan manusia dipenuhi informasi-informasi yang berasal dari media massa. Disadari atau tidak, dipercaya atau tidak, media massa memiliki pengaruh dalam kehidupan manusia. Ada lima jenis media massa yang sering disebut sebagai “The Big Five of Mass Media” yaitu televisi, radio, film, surat kabar dan majalah. Salah satu media massa yang banyak dimiliki dan diminati oleh masyarakat adalah televisi. Hal ini dikarenakan
televisi
memiliki
kelebihan
pada
audio-visualnya
dalam
menyampaikan pesan kepada khalayak. Sifat audio-visual tersebut berupa penayangan gambar-gambar dan warna-warna yang dilengkapi dengan suara. Melalui tayangan audio-visual tersebut, siaran televisi dinilai sangat komunikatif dalam menyampaikan pesan. Oleh sebab itulah televisi sangat bermanfaat sebagai
2
upaya pembentukan sikap, keterampilan sekaligus perubahan pola berpikir khalayak. Hal ini juga yang menyebabkan lebih kuatnya pengaruh yang diberikan televisi terhadap khalayak dibandingkan dengan media massa lainnya. Pengaruh yang ditimbulkan oleh televisi tersebut berasal dari program-program acara yang ditayangkan. Berdasarkan survei dari AGB Nielsen1, selama tahun 2009 siaran yang mendominasi televisi Jakarta (swasta nasional) lebih banyak menyuguhkan program-program tayangan hiburan, reality show, musik, sinetron, dan tayangan berita kriminal. Tayangan hiburan mencapai porsi jam tayang sebanyak 21 persen, sedangkan porsi jam tayang untuk tayangan pendidikan dan agama hanya satu persen dari total jam tayang televisi swasta nasional. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian
Kemenkominfo
(Kementerian
Komunikasi
dan
Informatika)
menunjukkan sekitar 13,3 persen atau 10 dari 75 tayangan televisi di Indonesia bermasalah. Tayangan-tayangan seperti ini dinilai dapat merusak moral bangsa. Media sebagai kekuatan strategis dalam menyebarkan informasi merupakan salah satu otoritas sosial yang berpengaruh dalam membentuk sikap dan norma sosial suatu masyarakat. Media massa bisa menyuguhkan teladan budaya yang bijak untuk mengubah perilaku masyarakat. Hal ini dapat terwujud dengan adanya televisi-televisi lokal yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi TV Lokal Indonesia yang bernaung di bawah UU Penyiaran No.32 Tahun 2002. Dengan adanya televisi lokal ini, maka setiap daerah dapat mengenalkan potensi dan kekayaan budaya daerah melalui program-program
1
Rosdiana, 2010, Porsi Edutainment TV Lokal Berjaringan. http://www.waspada.co.id/ index.php?option=com/porsi-edutainment-tv-lokal-berjaringan:artikel, [diakses 15 Maret 2010], hal 1.
3
acara yang bisa dikemas lebih menarik dan mendidik khalayak yang menontonnya. Salah satu televisi lokal yang ada yaitu Megaswara TV Bogor. Megaswara TV menyiarkan program-program acara yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan kebudayaan. Salah satu program acara yang ditayangkan oleh Megaswara TV adalah “Sulanjana” yaitu tayangan yang berisi penayangan video klip lagu-lagu Sunda. Penelitian dilakukan untuk melihat sejauh mana efek yang dihasilkan acara “Sulanjana” yang ditayangkan Megaswara TV. Efek media massa yang dilihat dalam hal ini adalah efek yang dihadirkan berdasarkan pesan yang disampaikan. Menurut Steven M. Chaffe dalam Taqiyuddin (2007) efek pesan tersebut memiliki tiga dimensi perubahan behavioral yaitu efek kognitif, afektif, dan konatif.
1.2
Perumusan Masalah Program-program
yang
ditayangkan
televisi
nasional
yang
lebih
menonjolkan aspek hiburan tidak sesuai dengan kondisi dan keragaman budaya daerah dan dapat menimbulkan pengaruh negatif bagi masyarakat yang menonton. Kehadiran televisi lokal di bawah naungan UU Penyiaran No.32 Tahun 2002 memberikan warna baru dalam industri pertelevisian dan berusaha menghadirkan tayangan-tayangan yang dapat membantu pelestarian budaya lokal. Berdasarkan hal tersebut, maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini antara lain: 1. Karakteristik individu apa saja yang mempengaruhi penayangan program acara Sulanjana di Megaswara TV?
4
2. Karakteristik individu apa saja yang menghasilkan efek tayangan acara Sulanjana di Megaswara TV? 3. Sejauh mana hubungan antara aspek tayangan acara Sulanjana dan faktor penerimaan pesan media menimbulkan efek pada individu yang menonton dalam pelestarian kebudayaan lokal?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan dari
penelitian ini antara lain: 1. untuk
mengetahui
karakteristik
individu
yang
dapat
mempengaruhi
penayangan program acara Sulanjana di Megaswara TV; 2. untuk mengetahui karakteristik individu yang menghasilkan efek tayangan acara Sulanjana di Megaswara TV dalam pelestarian kebudayaan lokal; dan 3. untuk menganalisis hubungan antara aspek tayangan acara Sulanjana dengan faktor penerimaan pesan pada individu dalam menghasilkan efek kognitif, afektif dan konatif untuk pelestarian kebudayaan lokal.
1.4
Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka kegunaan yang dapat diberikan adalah
antara lain bagi: 1. Bidang Keilmuan Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangsih berupa referensi untuk penelitian lebih lanjut khususnya dalam bidang pemanfaatan televisi lokal untuk melestarikan kebudayaan lokal.
5
2. Masyarakat Penelitian diharapkan agar masyarakat semakin menyadari dan memahami bahwa nilai-nilai kebudayaan lokal dan potensi sumberdaya lokal dapat dilestarikan dan disebarluaskan melalui program-program tayangan televisi lokal yang pada akhirnya dapat membantu melestarikan kebudayaan lokal. 3. Pemerintah Penelitian diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada Pemerintah bahwa televisi lokal dapat membantu pelestarian kebudayaan lokal, sehingga pemerintah dapat menetapkan kebijakan mengenai tayangan televisi dan semakin menggalakkan sosialisasi menonton tayangan televisi lokal. 4. Bagi Pengelola TV Lokal Penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan motivasi untuk semakin mengembangkan program-program tayangan yang bermutu dan mampu melestarikan kebudayaan lokal.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Komunikasi Massa DeVito (1997) dalam Nurudin (2009) menjelaskan bahwa komunikasi
massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa atau khalayak yang luar biasa banyaknya dan disalurkan oleh pemancar-pemancar audio dan atau visual. Menurut Meletzke dalam Ardianto et al. (2009) komunikasi massa diartikan sebagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran pada publik yang tersebar, pihak penerima pesan tidak berada di suatu tempat, tetapi tersebar di berbagai tempat. Menurut Palapah dan Syamsudin (1983) dalam Baksin (2006) komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen. Pesanpesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, dan sepintas (khususnya media elektronik)2.
2.2
Media Massa Menurut Romli (2005), media massa (mass media) adalah channel,
media/medium, saluran, sarana, atau alat yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa, yakni komunikasi yang diarahkan kepada orang banyak 2
Askurifai Baksin, 2006, “Produksi Siaran Televisi: Televisi Media Komunikasi Massa dan Perkembangan dari Masa ke Masa,” http://www.googlesearch.com/ produksi_siaran_televisi [diakses pada 20 Maret 2010], hal 1.
7
(channel of mass communication). Komunikasi massa sendiri merupakan kependekan dari komunikasi melalui media massa (communicate with media) 3. Menurut Cangara (2003) dalam Petra (2008), karakteristik media massa sendiri adalah4: 1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola terdiri dari banyak orang yakni mulai dari proses pengumpulan, pengelolaan, sampai pada penyajian informasi; 2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau pun terjadi reaksi dan umpan balik biasanya memerlukan waktu dan tertunda; 3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan di mana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama; 4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio dan televisi; dan 5. Bersifat terbuka, artinya dapat diterima oleh siapa saja dan di mana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin dan suku bangsa. Media massa bersifat melembaga artinya bahwa pihak yang mengelola media bersifat institusi dan bukan individu. Bersifat satu arah maksudnya, karena menggunakan suatu media maka respons khalayak tidak dapat diketahui secara langsung sehingga komunikasi hanya satu arah dari komunikator kepada komunikan. Meluas dan serempak maksudnya, media massa ditujukan kepada khalayak yang jumlahnya banyak dan berlangsung secara bersamaan. Selain itu 3
Asep Syamsul M. Romli, 2005, “Jurnalistik Terapan,” http://www.romeltea.com_ media massa// [diakses pada 14 Mei 2010], hal 1. 4 Petra UK, 2008, Peran Iklan Layanan Masyarakat Pepsodent Versi Gosok Gigi terhadap Pembentukan Sikap Pemirsa Surabaya, http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/ikom/2008 /jiunkpe-nss1-2008-51403153-8727-pepsodent-chapter2.pdf [diakses pada 1 Juni 2010], hal 7.
8
juga media massa juga menggunakan peralatan teknis atau mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan lain sebagainya.
2.3
Efek Media Massa Menurut Steven M. Chaffee dalam Taqiyuddin (2007), efek media massa
dapat dilihat dari pendekatan yang berkaitan dengan pesan ataupun media itu sendiri serta pendekatan dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa yang berupa perubahan pengetahuan, sikap, perasaan, dan konatif. Menurut Steven M. Chaffee (Taqiyuddin, 2007), ada lima jenis efek kehadiran media massa sebagai benda fisik, yaitu: a. Efek ekonomi, kehadiran media massa memberikan berbagai usaha produksi, distribusi, dan konsumsi jasa media massa. b. Efek sosial, berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial sebagai akibat dari kehadiran media massa. c. Efek penjadwalan kegiatan sehari-hari, kehadiran media massa membuat aktivitas sehari-hari berpengaruh. d. Efek hilangnya perasaaan tidak nyaman, orang menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan psikologisnya dengan tujuan untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman, perasaan kesepian, marah, kesal, kecewa, dan sebagainya. e. Efek menumbuhkan perasaan tertentu, terkadang seseorang akan mempunyai perasaan positif atau negatif terhadap media tertentu. Tumbuhnya perasaan senang atau percaya pada suatu media massa tertentu erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut.
9
Media massa juga memberikan efek berdasarkan pesan yang disampaikan oleh media tersebut. Menurut Steven M. Chaffee dalam Ardianto et al. (2009) ada tiga dimensi efek pesan media massa dalam komunikasi massa, yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan pemahaman. Efek afektif berhubungan dengan emosi, perasaan, dan attitude (sikap). Sedangkan efek konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu. 1. Efek kognitif Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa seseorang dapat memperoleh informasi tentang benda, orang, atau tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya. Dalam efek kognitif dikenal juga istilah efek prososial kognitif. Ardianto et al. (2009) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan efek prososial kognitif adalah bagaimana suatu media massa memberikan manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. 2. Efek afektif Efek afektif memiliki kadar yang lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan media massa antara lain:
10
a. Suasana emosional, menonton sebuah sinetron di televisi atau membaca novel akan dipengaruhi oleh suasana emosional kita. Adegan-adegan lucu akan menyebabkan kita tertawa terbahak-bahak, apabila kita menontonnya dalam keadaan senang. b. Skema kognitif, merupakan naskah yang ada dalam pikiran kita yang menjelaskan tentang alur peristiwa. c. Suasana terpaan (Setting Exposure), tayangan misteri di televisi, membuat kita berpikir bahwa kehidupan mahluk itu adalah sebagaimana yang kita lihat dalam film atau sinetron tersebut. d. Predisposisi individual, mengacu pada karakteristik khas individu. Orang yang melankolis cenderung menanggapi tragedi lebih emosional daripada orang yang periang. Orang yang periang akan senang bila melihat adeganadegan lucu atau film komedi daripada orang yang melankolis. Acara yang sama bisa ditanggapi berlainan oleh orang-orang yang berbeda. e. Faktor identifikasi, menunjukkan sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditonjolkan dalam media massa. Melalui identifikasi, penonton, pembaca atau pendengar menempatkan dirinya dalam posisi tokoh tersebut. 3. Efek konatif Efek konatif merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Efek konatif media massa dapat dijelaskan melalui teori belajar sosial yang mengatakan bahwa orang cenderung meniru perilaku yang diamati. Menurut Jahja dan Irvan (2006) efek pesan media massa pada tahap konatif meliputi:
11
a. Exposure (jangkauan pengenaan), jika sebagian besar masyarakat telah terekspos oleh media massa. b. Kredibilitas, jika pesan media massa mempunyai kredibilitas tinggi di mata masyarakat. c. Konsonansi, jika isi informasi yang disampaikan oleh beberapa media massa sama atau serupa. d. Signifikansi, jika materi pesan media massa signifikan, dalam arti berkaitan langsung dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat. e. Sensitif, jika materi dan penyajian pesan menyentuh hal-hal yang sensitif. f. Situasi kritis, jika ada ketidakstabilan struktural yang menyebabkan masyarakat berada dalam situasi kritis. g. Dukungan komunikasi antar pribadi, jika informasi melalui media massa menjadi topik pembicaraan karena didukung oleh komunikasi antar pribadi.
2.4
Faktor yang Mempengaruhi Efek Pesan Media Massa Efek yang dihasilkan media massa dalam bentuk efek kognitif, afektif dan
konatif dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Nurudin (2009) terdapat dua faktor utama yang menjadi penentu besar tidaknya efek yang dihasilkan oleh media massa yaitu karakteristik individu dan faktor sosial dalam penerimaan pesan media. Black dan Whitney (1988) dalam Nurudin (2009) menyatakan karakteristik individu yang ikut mempengaruhi penerimaan pesan dari media massa antara lain usia, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan.
12
Karakteristik individu ini juga turut mempengaruhi pengelola televisi lokal (dalam hal ini Megaswara TV) dalam membuat suatu program acara. Acara yang ditayangkan oleh Megaswara TV disesuaikan dengan karakteristik individu yang menonton. Lebih lanjut lagi, berdasarkan karakteristik individu ini juga dapat dilihat bahwa seorang individu dapat terkena efek suatu tayangan. Lebih lanjut oleh Black dan Whitney (1988) dalam Nurudin (2009), faktor sosial yang mempengaruhi penerimaan pesan dari media massa dilihat dari segi sosiologi yang melihat individu sebagai gejala sosial. Dalam hal ini proses efek yang terjadi dilihat dari hubungan atau interaksi yang terjadi antara individu dengan individu lainnya. Adapun faktor-faktor sosial yang mempengaruhi penerimaan pesan dari media massa antara lain selective attention, selective perception dan selective retention, penyesuaian diri, dan motivasi. Menurut Nurudin (2009) selective attention merupakan terpaan yang dirasakan oleh individu dalam menerima pesan media yang sesuai dengan pendapat dan minatnya. Menurut Alexis S. Tan (1981) dalam Nurudin (2009) selective attention mempunyai prinsip-prinsip, yaitu: 1. Perbedaan individu merupakan hasil dari struktur kognitif seseorang yang berbeda dalam menerima pesan-pesan media dan individu memiliki kemampuan untuk selektif hanya pada pesan-pesan yang menarik perhatian. 2. Keanggotaan sosial pada berbagai kelompok sosial ikut mempengaruhi pesan yang dipilih oleh seseorang. Lebih lanjut oleh Nurudin (2009), selective perception merupakan suatu kecenderungan individu untuk menerima pesan media massa yang mendorong kecenderungan dirinya dan memperkuat keyakinan dirinya. Selective retention
13
merupakan kecenderungan individu untuk mengingat pesan yang sesuai dengan kebutuhan dan pendapatnya. Menurut McQuail (2005) terdapat sejumlah motivasi penggunaan media atau fungsi media bagi individu, yaitu: 1. Informasi, pengguna dikatakan memiliki motif informasi apabila mereka: a. Dapat mengetahui berbagai berita tentang kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat b. Dapat mengetahui berbagai informasi mengenai peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan keadaan dunia c. Dapat mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah, pendapat dan halhal yang berkaitan dengan penentuan pilihan d. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum e. Dapat memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan 2. Identitas pribadi, pengguna dikatakan memiliki motif identitas pribadi apabila mereka: a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi b. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri 3. Integrasi dan interaksi sosial, pengguna dikatakan memiliki motif integrasi dan interaksi sosial apabila mereka: a. Memperoleh pengetahuan yang berkenaan dengan empati sosial b. Memperoleh pengetahuan mengenai berbagai kepentingan c. Dapat memelihara rasa persatuan dan kesatuan d. Mengidentifikasi diri dengan orang lain e. Meningkatkan rasa memiliki
14
f. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial dengan orang lain di sekitarnya g. Dapat menjalankan peran sosial h. Keinginan untuk dekat dengan orang lain i. Keinginan untuk dihargai oleh orang lain 4. Hiburan, pengguna dikatakan memiliki motif hiburan apabila mereka: a. Dapat melepaskan diri dari permasalahan b. Dapat bersantai dan mengisi waktu luang c. Dapat memperoleh hiburan dan kesenangan d. Dapat menyalurkan emosi
2.5
Televisi Menurut Hoffmann (1999) tugas media komunikasi adalah untuk membuat
orang-orang yang terbelakang menjadi modern. Hoffmann (1999) juga menyebutkan teori lima fungsi dari televisi, yaitu: 1. Pengawasan situasi masyarakat dan dunia Fungsi ini sering disebut informasi. Fungsi televisi yang sebenarnya adalah mengamati kejadian di dalam masyarakat dan kemudian melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ditemukan. 2. Menghubungkan satu dengan yang lain Menurut
Neil
Postman
dalam
Hoffmann
(1999)
televisi
tidak
berkesinambungan. Akan tetapi televisi yang menyerupai mosaik dapat saja menghubungkan hasil pengawasan lain secara jauh lebih gampang daripada sebuah dokumen tertulis. Apabila televisi berfungsi sesuai dengan
15
kepentingan masyarakat yang ditangkap oleh pembuat program, televisi sangat ampuh untuk membuka mata pemirsa. 3. Menyalurkan kebudayaan Fungsi ini dilihat sebagai pendidikan. Namun, istilah “pendidikan” sengaja dihindari karena di dalam kebudayaan audio-visual tidak ada yang namanya kurikulum atau target tertentu yang dirancang oleh seorang pendidik. Kebudayaan yang diperkembangkan oleh televisi merupakan tujuan tanpa pesan khusus di dalamnya. 4. Hiburan Kebudayaan audio-visual paling sedikit memiliki unsur hiburan. Kalau tidak menghibur umumnya sebuah tayangan tidak akan ditonton. Sekarang ini hiburan semakin diakui sebagai kebutuhan manusia. Tanpa hiburan manusia tidak dapat hidup wajar. Hiburan ini merupakan rekreasi, artinya berkat hiburan manusia menjadi segar untuk kegiatan-kegiatan yang lain. 5. Pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat Fungsi ini mudah disalahgunakan oleh seorang penguasa, akan tetapi dalam situasi tertentu ini cukup masuk akal. Misalnya kalau terjadi wabah penyakit di suatu daerah, televisi bisa saja memberitakan berdasarkan fungsinya sebagai pengawas. Berita ini kemudian dapat dihubungkan dengan keterangan tentang vaksinasi. Tentu saja dalam keadaan darurat ini tidak cukup. Televisi harus proaktif memberi motivasi dan menganjurkan supaya orang mau dibantu secara preventif.
16
2.6
Televisi Lokal Amanat undang-undang penyiaran Nomor 32 tahun 2002 pada Bagian
Keempat tentang Lembaga Penyiaran Publik, Pasal 14 ayat (3) di daerah provinsi, kabupaten, atau kota dapat didirikan Lembaga Penyiaran Publik Lokal. Televisi (TV) Lokal5 adalah lembaga pemberitaan televisi komersial yang mengemban dua misi utama, yaitu visi idealisme untuk menunjang mutu pemberitaan dan visi komersialisme untuk menopang kehidupan institusi. Kedua visi itu sama-sama membutuhkan loyalitas penonton sebagai sasaran utama informasi. Untuk memperoleh dan mempertahankan loyalitas pemirsa, perlu menyajikan suatu berita dan layanan informasi yang akurat, dapat dipercaya, obyektif dan dapat diandalkan. Semakin baik dan konsisten kualitas laporan dan berita, semakin ada kemungkinan untuk mengembangkan sekelompok pendukung yang loyal yang dibutuhkan
institusi,
baik
untuk
misi
idealismenya
maupun
misi
komersialismenya. Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran juga menjadi payung hukum bagi keberadaan televisi lokal, sebagai paradigma baru dan menunjang proses demokratisasi penyiaran. Sejumlah televisi lokal pada tanggal 26 Juli 2002 mencoba untuk menyatukan visi dan misinya dalam sebuah wadah perhimpunan yang dinamakan Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI), sebuah wadah tempat bernaungnya sejumlah stasiun televisi yang berdaya jangkau siar lokal (daya jangkau siaran maksimum dalam satu provinsi/kota). Tugas ATVLI adalah menjalankan program kerja ATVLI, yang antara lain intinya adalah di bidang advokasi media, membangun kemitraan dengan semua pihak, mensosialisasikan anggota baik 5
Dewan Pengurus Asosiasi Televisi Lokal Indonesia, 2005, “Profil ATVLI,” http://www.atvli.com/ #index. php/cprofilatvli/read/4 [diakses 20 Maret 2010], hal 5-6.
17
untuk kepentingan bisnis maupun non bisnis, dan beberapa program yang tak kalah penting lainnya. Pertama kali lahir (pada 2002) dengan beranggotakan tujuh stasiun televisi lokal, saat ini ATVLI telah memiliki anggota sebanyak 29 stasiun televisi lokal komersial, yang berada dari ujung barat hingga timur Indonesia. Stasiun-stasiun televisi swasta lokal tersebut adalah: Riau TV, Batam TV, SriJunjunganTV-Bengkalis, JAKTV-Jakarta, Jogja TV, TV Borobudur-Semarang, JTV-Surabaya, Bali TV, Lombok TV, Publik Khatulistiwa TV-Bontang, Gorontalo TV, Makassar TV, Terang Abadi TV-Surakarta, Bandung TV, O’ Channel-Jakarta, Space Toon TV Anak-Jakarta, Cahaya TV-Banten, Megaswara TV-Bogor, Cakra TV-Semarang, Cakra Buana Channel-Depok, Pal TVPalembang, Kendari TV, Tarakan TV, Manajemen Qolbu TV-Bandung, Ratih TV-Kebumen, Ambon TV, Sriwijaya TV-Palembang, Aceh TV, dan Padjadjaran TV-Bandung (DP-ATVLI, 2005). Megaswara TV merupakan satu-satunya televisi lokal yang berada di Kota Bogor di bawah pimpinan perusahaan PT. Cipta Megaswara Televisi. Megasawara TV didirikan dan mulai mengudara sejak tahun 2005 pada channel 25 UHF. Megaswara TV juga memiliki komitmen kepada para pemirsanya, yaitu: 1. Tayangkan program yang digemari, 2. Tayangkan program yang dibutuhkan, 3. Tayangkan program yang ditunggu, dan 4. Tayangkan program yang selalu diingat. Berdasarkan pada komitmen tersebut, Megaswara TV selalu menyemangati diri dengan sebutan TV URANG BOGOR6. Megaswara TV membuat, menyusun, 6
Megaswara TV Bogor, 2010, “Kami Antar Produk Anda ke 4 Juta Penduduk Bogor,” divisi Marketing Cipta Megaswara TV Bogor, hal 2.
18
dan menayangkan program-program hiburan dan informasi positif yang dibutuhkan oleh masyarakat Kota dan Kabupaten Bogor dengan mengangkat dan mengedepankan potensi-potensi
lokal
yang ada, baik budaya
maupun
masyarakatnya. Program-program yang ditayangkan dikategorikan ke dalam berita lokal, program religi, hiburan lokal, pendidikan (khususnya untuk membantu para pelajar menghadapi ujian akhir dan persiapan masuk perguruan tinggi), program interaktif, program dari sponsor yang berasal dari pemerintah dan swasta, program khusus wanita, talk shows, dan variety shows (Megaswara TV, 2010). Salah satu program acara dari Megaswara TV yang mengangkat kebudayaan Sunda adalah Sulanjana. Program ini dibuat karena dalam kehidupan di tanah Sunda tidak lepas dari musik. Selain untuk menghibur masyarakat, acara Sulanjana ini juga memiliki tujuan untuk melestarikan kebudayaan Sunda di masyarakat. Program acara Sulanjana merupakan suatu program acara yang berisi penayangan video klip lagu-lagu Sunda. Video klip yang ditayangkan dalam acara ini tentu saja mengangkat hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan Sunda, yaitu antara lain syair lagu yang menggunakan bahasa Sunda, lokasi video klip yang diambil di tanah Sunda (Jawa Barat) serta pakaian yang digunakan penyanyi kerap kali merupakan pakaian adat Sunda yang diperindah dengan aksesori Sunda juga. Sulanjana ditayangkan setiap hari di pagi hari (kecuali Jumat) pukul 08.0008.30 WIB dan malam hari pukul 22.00-23.00 WIB (hari Senin) serta 23.00-24.00 WIB (di hari Selasa-Sabtu).
19
2.7
Kebudayaan Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah budidaya
rakyat Indonesia secara seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju arah kemajuan adab, budaya dan persatuan. Penyerapan unsur budaya luar dan inovasi yang muncul dari dalam akan membuat kebudayaan yang merupakan salah satu sumber utama atau tata nilai masyarakat, berubah dan berkembang. Menurut Wallace (1966) dalam Taryati et al. (1994), yang dimaksud dengan kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Sedangkan Koentjaraningrat (1980) masih dalam Taryati et al. (1994) merumuskan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar. Koentjaraningrat (1990) dalam Taryati et al. (1994) mengemukakan wujud kebudayaan itu paling sedikit ada tiga: pertama, kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan lain sebagainya; kedua, kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuanberpola dari manusia dan masyarakat; dan ketiga, kebudayaan sebagai bendabenda hasil karya manusia. Menurut Ralp Luton (1984) dalam Taryati et al. (1994), bentuk pembinaan budaya dalam keluarga inti dipengaruhi oleh faktorfaktor kebudayaan yang mendukungnya, antara lain: latar belakang pendidikan,
20
mata
pencaharian,
keadaan
ekonomi,
lingkungan hidup, dan adat istiadat.
sistem
kekerabatan,
kepercayaan,
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 3. 1 Kerangka Pemikiran Kebijakan Pemerintah dengan mengeluarkan UU Penyiaran No.32 Tahun 2002 memberikan warna baru dalam industri pertelevisian terutama bagi televisi lokal. Salah satu televisi lokal yang ada di Indonesia adalah Megaswara TV yang terletak di kota Bogor. Megaswara TV menghadirkan tayangan-tayangan yang meliputi potensi-potensi lokal (Kota dan Kabupaten Bogor) serta keadaan dan kebudayaan yang ada. Salah satu program acara yang ditayangkan di Megaswara TV adalah Sulanjana, yaitu acara yang menayangkan video klip lagu-lagu Sunda. Tayangan Sulanjana berisi lagu-lagu yang menggunakan bahasa Sunda, lokasi video klip yang berada di Jawa Barat serta busana dan aksesoris yang digunakan penyanyi juga menghadirkan kebudayaan Sunda. Tayangan Sulanjana hadir hampir setiap hari di pagi dan malam hari dengan durasi sekali penayangan selama satu jam. Aspek tayangan Sulanjana yang berupa jam tayang, durasi tayang serta isi tayangan (bahasa Sunda, lokasi video klip dan busana penyanyi) dipengaruhi oleh karakteristik individu. Karakteristik individu dalam hal ini berupa usia, jenis kelamin, agama,
suku,
pendidikan, pekerjaan,
dan pendapatan.
Selain
mempengaruhi aspek tayangan, karakteristik individu juga menghasilkan efek pada individu yang menonton tayangan Sulanjana. Efek yang dihasilkan meliputi tiga dimensi efek dalam komunikasi massa yaitu efek kognitif, afektif, dan konatif.
22
Efek yang dihasilkan tayangan Sulanjana juga dipengaruhi oleh aspek tayangan dan faktor penerimaan pesan pada individu. Faktor dalam penerimaan pesan media dalam hal ini antara lain selective attention, selective perception, selective retention, penyesuaian diri, dan motivasi. Aspek tayangan dan faktor penerimaan pesan saling mempengaruhi sehingga menghasilkan efek kognitif, afektif, dan konatif pada individu yang menonton tayangan Sulanjana. Setelah seorang individu memutuskan untuk menonton tayangan Sulanjana, maka individu tersebut akan terkena efek komunikasi massa yang ditimbulkan oleh tayangan media massa yang dalam hal ini adalah tayangan Sulanjana pada Megaswara TV. Efek yang ditimbulkan berupa efek kognitif, afektif, dan konatif. Apabila setelah menonton individu menjadi lebih mengetahui dan memahami kebudayaan Sunda dikatakan individu tersebut terkena efek kognitif. Individu akan terkena efek afektif jika setelah mengetahui dan memahami individu tersebut menjadi memiliki rasa suka akan kebudayaan Sunda. Individu akan terkena efek konatif apabila individu tersebut dapat menerapkannya dalam kehidupan seharihari dan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada pelestarian kebudayaan Sunda. Hal ini lebih jelasnya ditunjukkan dalam Gambar 1 berikut.
23
Karakteristik Individu: ▪ Usia ▪ Jenis Kelamin ▪ Agama ▪ Suku ▪ Pendidikan ▪ Pekerjaan ▪ Pendapatan
Aspek Tayangan Sulanjana: ▪ Jam Tayang ▪ Durasi Tayang ▪ Isi Tayangan (Bahasa Sunda, Lokasi video klip, Busana penyanyi)
Faktor dalam Penerimaan Pesan Media: ▪ Selective attention ▪ Selective perception ▪ Selective retention ▪ Penyesuaian diri ▪ Motivasi
Efek Tayangan Sulanjana: ▪ Kognitif ▪ Afektif ▪ Konatif
Keterangan: Mempengaruhi Saling mempengaruhi Tidak diuji
Pelestarian Kebudayaan Lokal
Gambar 1. Kerangka pemikiran
3.2
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, dapat disusun hipotesis penelitian
sebagai berikut: H1= Terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu dengan aspek tayangan Sulanjana di Megaswara TV.
24
H2= Terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu dengan efek yang dihasilkan tayangan Sulanjana di Megaswara TV. H3= Terdapat hubungan nyata antara aspek tayangan Sulanjana dan faktor penerimaan pesan pada individu dengan efek yang dihasilkan oleh tayangan Sulanjana dalam pelestarian kebudayaan lokal.
3.3
Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan beberapa istilah operasional yang digunakan
untuk mengukur berbagai peubah. Setiap peubah terlebih dahulu diberi batasan sehingga dapat ditentukan indikator pengukurannya. Istilah-istilah tersebut yaitu: 1. Karakteristik Individu adalah suatu keadaan yang berkaitan langsung dengan diri seorang individu, dan dapat diukur dengan: a. Umur merupakan lamanya seseorang hidup yang dihitung sejak seseorang tersebut lahir sampai penelitian ini dilaksanakan dan diukur dengan skala rasio dalam satuan tahun. b. Jenis kelamin merupakan status biologis individu yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, diukur dengan skala nominal. c. Agama merupakan ajaran, sistem yang mengatur keimanan (kepercayaan) seseorang kepada Tuhan yang Maha Kuasa yang terdiri dari Islam, Katolik, Kristen, Hindu, dan Budha yang diukur dengan skala nominal. d. Suku merupakan golongan bangsa yang dimiliki individu berdasarkan keturunan seperti suku Sunda, Jawa, Batak dan sebagainya yang diukur dengan skala nominal.
25
e. Pendidikan dalam hal ini merupakan tingkatan atau jenjang yang diperoleh seseorang di dunia sekolah formal sampai pada saat penelitian dilakukan yang diukur dengan skala ordinal dan dikategorikan dalam tiga kelompok yaitu rendah (tidak tamat SD – SD), sedang (SMP – SMA), tinggi (Diploma – Sarjana). f. Pekerjaan merupakan macam kegiatan yang dilakukan individu sebagai pokok penghidupannya dan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti
karyawan
swasta,
PNS
(Pegawai
Negeri
Sipil),
wiraswasta/pedagang, petani, pelajar/mahasiswa, ibu rumah tangga dan lainnya yang diukur dengan skala nominal. g. Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh individu dari kegiatan yang dilakukan dalam satu bulan terakhir saat penelitian dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya dalam satuan rupiah yaitu Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00; di atas Rp 1.000.000,00 – Rp 1.500.000,00; di atas Rp 1.500.000 – Rp 2.000.000,00; di atas Rp 2.000.000,00 – Rp 2.500.000,00 serta di atas Rp 2.500.000,00 dan diukur dengan skala interval. 2. Aspek tayangan Sulanjana merupakan hal-hal yang terkandung dalam tayangan Sulanjana dan dapat diukur dengan skala nominal, meliputi: a. Jam tayang merupakan waktu tayangan Sulanjana mengudara sehingga dapat dinikmati oleh pemirsa yang terjangkau oleh siaran Megaswara TV. b. Durasi tayang merupakan lamanya waktu yang digunakan untuk menayangkan Sulanjana dalam sekali tayang.
26
c. Isi tayangan merupakan hal-hal yang terdapat dalam tayangan Sulanjana yang dapat menimbulkan efek kepada individu yang menontonnya yaitu lirik lagu berbahasa Sunda, lokasi video klip dan juga busana penyanyi. 3. Faktor dalam penerimaan pesan media merupakan hal-hal yang mempengaruhi individu dalam menerima pesan tayangan di media yang dalam hal ini adalah tayangan Sulanjana di Megaswara TV yang diukur dengan skala ordinal, yang meliputi: a. Selective attention merupakan kecenderungan yang dilakukan individu dalam menerima pesan yang sesuai dengan pendapat dan minatnya. b. Selective perception merupakan kecenderungan yang dilakukan individu dalam memerhatikan dan menerima terpaan media massa yang bisa mendorong keyakinan, pendapat dan sikapnya. c. Selective retention merupakan kecenderungan yang dilakukan individu dalam mengingat pesan media yang sesuai dengan pendapat dan kebutuhan dirinya. d. Penyesuaian diri merupakan kemampuan individu dalam menyesuaikan diri di suatu lingkungan yang baru. Penyesuaian diri dalam hal ini dilihat dari mudah atau sulitnya seseorang menyesuaikan diri dalam lingkungan, pergaulan sehari-hari dan terpaan media massa. e. Motivasi merupakan suatu dorongan yang dirasakan individu dari dalam dirinya untuk menonton suatu tayangan televisi lokal yang sesuai dengan kebutuhannya. Motivasi individu untuk menggunakan media massa (menonton tayangan televisi) dikategorikan dalam informasi, identitas pribadi, integrasi, dan interaksi sosial serta hiburan.
27
4. Efek yang ditimbulkan akibat penerimaan pesan yang disampaikan oleh Megaswara TV berwujud efek kognitif, afektif dan konatif yang diukur berdasarkan hasil pengukuran peubah karakteristik individu, aspek tayangan dan faktor dalam penerimaan pesan media. Diukur dengan menggunakan skala ordinal. a. Efek kognitif adalah efek yang berupa penambahan pengetahuan pada diri individu setelah menonton mengenai kebudayaan lokal yang terkandung dalam tayangan Sulanjana di Megaswara TV. b. Efek afektif merupakan efek pada perubahan perasaan (timbul perasaan suka atau tidak suka) yang dirasakan individu saat atau setelah menonton tayangan Sulanjana. Efek afektif meliputi suasana emosional, suasana terpaan dan faktor identifikasi. c. Efek konatif merupakan efek yang terlihat dengan perubahan tingkah laku individu setelah menonton tayangan Sulanjana di Megaswara TV.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1
Desain Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif
(quantitative research) dengan desain survei deskriptif korelasional. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Penelitian kuantitatif adalah definisi, pengukuran data kuantitatif dan statistik obyektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dalam survei. Unit analisis dengan menggunakan teknik survei adalah individu. Melalui penelitian survei ini, peneliti mengumpulkan data tertentu dengan memilih sampel dari populasi dengan menggunakan kuesioner.
4.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di RW 01 Desa Babakan Kecamatan Dramaga
Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan pertimbangan, antara lain karena secara geografis dekat dan mudah dijangkau oleh peneliti untuk mempermudah pengambilan data. Selain itu, lokasi ini dipilih karena Desa Babakan terjangkau oleh siaran Megaswara TV. Penelitian dilakukan di bulan Desember 2010 - Januari 2011. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada para responden. Waktu penelitian ditetapkan berdasarkan pertimbangan peneliti.
29
4.3
Penetapan Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang, benda-
benda, dan ukuran lain yang menjadi obyek perhatian atau kumpulan seluruh obyek yang menjadi perhatian. Berdasarkan populasi yang ada, maka dilakukan penarikan sampel atau sampling penelitian. Sampel adalah suatu bagian dari populasi tertentu yang menjadi perhatian atau dengan kata lain sampel merupakan himpunan bagian dari suatu populasi yang memberikan gambaran yang benar tentang populasi. Populasi penelitian adalah warga RW 01 Desa Babakan untuk kemudian diambil sejumlah warga untuk dijadikan sebagai sampel penelitian atau responden penelitian. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Simple Cluster Sampling (pengambilan sampel gugus sederhana) dengan menggolongkan unit-unit analisa dalam populasi ke dalam gugus-gugus yang disebut cluster. Sampel penelitian dari populasi RW 01 digolongkan ke dalam gugus berdasarkan RT (rukun tetangga) sehingga responden yang menjadi sampel penelitian mewakili setiap RT yang ada di RW 01. Penentuan jumlah sampel (responden) dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin dengan presentase kesalahan 10% (Singarimbun dan Effendi, 2006).
n=
N 1 + Ne2
Keterangan: n = jumlah sampel N = populasi E = batas error 10%
Jumlah responden dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus perhitungan di atas. Populasi dalam penelitian ini adalah warga yang berada di RW 01 Desa Babakan yang berjumlah 1.337 orang. Penarikan jumlah sampel dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
30
Tabel 1. Populasi warga RW 01 Desa Babakan
Jumlah Penduduk (orang) 192 349 440 356 1.337
RW 01 RT 1 RT 2 RT 3 RT 4 TOTAL
Jumlah Sampel (orang) 13 26 31 24 94
Sumber: Monografi Desa Babakan 2010
Jumlah sampel diperoleh dengan menggunakan rumus (Walpole, 1995), yaitu:
ni =
n
Keterangan: N = jumlah populasi ni = ukuran sampel per RT Ni = jumlah populasi per RT dengan i = 1, 2, …., k n = jumlah sampel keseluruhan
Berdasarkan rumus perhitungan di atas maka dapat ditentukan responden penelitian berjumlah 94 orang yang meliputi empat RT yang berada di RW 01 Desa Babakan.
4.4
Data dan Instrumentasi
4.4.1 Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian berupa data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil wawancara dengan informan dan responden serta berupa jawaban responden pada kuesioner sebagai instrumentasi penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini berupa data monografi desa dan data Megaswara TV yang berupa profil dan program acara Megaswara TV serta berbagai literatur yang digunakan untuk menunjang penelitian.
31
4.4.2 Instrumentasi Penelitian Instrumentasi penelitian merupakan sarana atau alat dalam penelitian yang digunakan memeroleh data sebagai bahan untuk pengolahan data penelitian. Instrumentasi penelitian berupa kuesioner yang berisi seperangkat pertanyaan dan pernyataan yang diberikan kepada responden penelitian. Kuesioner penelitian terdiri atas empat bagian. Bagian pertama berupa pertanyaan yang berkaitan dengan karakteristik individu yang dalam hal ini adalah profil responden. Bagian kedua pernyataan mengenai aspek-aspek tayangan Sulanjana yang berkaitan dengan jam tayang, durasi tayang, dan isi tayangan acara Sulanjana. Bagian ketiga berupa pernyataan yang berkaitan dengan faktor dalam penerimaan pesan media dan bagian keempat berisi tentang pernyataan yang berhubungan dengan efek tayangan Sulanjana.
4.5
Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi Sebelum kuesioner digunakan sebagai instrumentasi penelitian, kuesioner
terlebih dahulu diuji coba untuk dianalisis tingkat validitas dan reliabilitas alat ukur tersebut. Kuesioner diuji coba di Desa Babakan RW 03. Pemilihan lokasi uji coba validitas dan reliabilitas kuesioner ini karena warga RW 03 dianggap homogen dengan sampel penelitian yaitu warga RW 01. 4.5.1 Validitas Instrumentasi Instrumen penelitian yang baik adalah instrumen penelitian yang valid. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi sedangkan instrumen yang kurang valid berarti memilili validitas
32
rendah. Untuk mengetahui validitas instrumen dalam penelitian ini digunakan rumus korelasi product moment Pearson (Singarimbun dan Effendi, 2006) sebagai berikut: N(
XY )(
X
Y)
r [N
X
2
(
2
X ) ][ N
Y
2
(
2
Y) ]
Keterangan: r = nilai koefisien validitas N = jumlah responden X = skor pertanyaan pertama Y = skor total
Menurut Priyatno (2009), validitas item adalah kecermatan suatu item atau instrumen data dalam mengukur apa yang ingin diukur. Instrumen dikatakan valid apabila nilai corrected item-total correlation (nilai r hitung) lebih besar dari nilai r tabel. Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 15 orang (n=15) untuk uji validitas dan reliabilitas instrumen. Nilai r tabel untuk n=15 dan α=5% adalah sebesar 0,514. Hasil uji validitas instrumen untuk aspek tayangan dinyatakan valid karena semua item/pernyataan mengenai aspek tayangan memiliki nilai r hitung lebih besar dari 0,514. Hasil uji validitas untuk aspek tayangan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil uji valliditas aspek tayangan acara Sulanjana Item Aspek Tayangan 1 Aspek Tayangan 2 Aspek Tayangan 3 Aspek Tayangan 4 Aspek Tayangan 5 Aspek Tayangan 6 Aspek Tayangan 7 Aspek Tayangan 8 Aspek Tayangan 9 Aspek Tayangan10 Aspek Tayangan 11 Aspek Tayangan 12 Aspek Tayangan 13 Aspek Tayangan 14 Aspek Tayangan 15
Corrected ItemTotal Correlation 0,694 0,624 0,847 0,728 0,790 0,847 0,551 0,551 0,700 0,700 0,775 0,780 0,780 0,657 0,780
Nilai r tabel (n=15, α=5%)
Kesimpulan
0,514
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
33
Hasil uji validitas instrumen untuk faktor penerimaan pesan media dinyatakan valid karena semua item/pernyataan mengenai aspek tayangan memiliki nilai r hitung lebih besar dari 0,514. Hasil uji validitas untuk faktor penerimaan pesan media disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil uji validitas faktor penerimaan pesan media Item Faktor Penerimaan No.1 Faktor Penerimaan No. 2 Faktor Penerimaan No. 3 Faktor Penerimaan No. 4 Faktor Penerimaan No. 5 Faktor Penerimaan No. 6 Faktor Penerimaan No. 7 Faktor Penerimaan No. 8 Faktor Penerimaan No. 9 Faktor Penerimaan No. 10 Faktor Penerimaan No. 11 Faktor Penerimaan No. 12 Faktor Penerimaan No. 13 Faktor Penerimaan No. 14 Faktor Penerimaan No. 15 Faktor Penerimaan No. 16 Faktor Penerimaan No. 17 Faktor Penerimaan No. 18 Faktor Penerimaan No. 19 Faktor Penerimaan No. 20 Faktor Penerimaan No. 21 Faktor Penerimaan No. 22 Faktor Penerimaan No. 23 Faktor Penerimaan No. 24 Faktor Penerimaan No. 25 Faktor Penerimaan No. 26 Faktor Penerimaan No. 27 Faktor Penerimaan No. 28 Faktor Penerimaan No. 29 Faktor Penerimaan No. 30
Corrected ItemTotal Correlation 0,521 0,561 0,665 0,587 0,688 0,609 0,691 0,587 0,783 0,605 0,591 0,521 0,661 0,609 0,521 0,688 0,609 0,587 0,521 0,520 0,724 0,609 0,661 0,520 0,661 0,700 0,700 0,520 0,661 0,521
Nilai r tabel (n=15, α=5%)
Kesimpulan
0,514
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Hasil uji validitas instrumen untuk faktor penerimaan pesan media dinyatakan valid karena semua item/pernyataan mengenai aspek tayangan
34
memiliki nilai r hitung lebih besar dari 0,514. Hasil uji validitas untuk faktor penerimaan pesan media disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil uji validitas efek tayangan acara Sulanjana Item Efek Tayangan No. 1 Efek Tayangan No.2 Efek Tayangan No.3 Efek Tayangan No.4 Efek Tayangan No.5 Efek Tayangan No.6 Efek Tayangan No.7 Efek Tayangan No.8 Efek Tayangan No.9 Efek Tayangan No.10 Efek Tayangan No.11 Efek Tayangan No.12 Efek Tayangan No.13 Efek Tayangan No.14 Efek Tayangan No.15 Efek Tayangan No.16 Efek Tayangan No.17 Efek Tayangan No.18 Efek Tayangan No.19 Efek Tayangan No.20 Efek Tayangan No.21 Efek Tayangan No.22 Efek Tayangan No.23 Efek Tayangan No.24 Efek Tayangan No.25
Corrected ItemTotal Correlation 0,698 0,838 0,564 0,838 0,838 0,846 0,797 0,698 0,623 0,670 0,846 0,710 0,698 0,627 0,780 0,849 0,777 0,797 0,651 0,838 0,822 0,780 0,822 0,626 0,838
Nilai r tabel (n=15, α=5%)
Kesimpulan
0,514
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
4.5.2 Reliabilitas Instrumentasi Reliabilitas adalah instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen itu sudah baik. Instrumen yang reliable berarti instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkap data yang bias dipercaya. Dalam penelitian ini untuk mengukur reliabilitas instrumen digunakan rumus split-half reliability test- Spearman-Brown sebagai berikut:
35
r .tot
2 1
( r .tt ) r .tt
Keterangan: rtot = angka reliabilitas keseluruhan item rtt = angka korelasi belahan pertama dan kedua Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun dan Effendi, 2006). Instrumen yang dipercaya atau yang reliabel akan menghasilkan data yang dipercaya pula. Menurut Sekaran (1992) dalam Priyatno (2009) mengatakan bahwa kriteria keputusan dalam uji reliabilitas yaitu jika nilai koefisien reliabilitas Cronbach Alpha kurang dari 0,6 adalah kurang baik, 0,7 cukup baik, dan ≥ 0,8 adalah baik. Setelah dilakukan uji validitas instrumen, maka dilakukan juga uji reliabilitas instrumen penelitian. Hasil uji reliabilitas aspek tayangan diperoleh nilai sebesar 0,916 yang menandakan bahwa instrumen penelitian ini dapat dipercaya karena nilai reliabilitasnya ≥ 0,8. Sedangkan untuk uji reliabilitas faktor penerimaan pesan media diperoleh nilai sebesar 0,800 yang menandakan bahwa instrumen penelitian ini dapat dipercaya karena nilai reliabilitasnya ≥ 0,8. Hasil uji reliabilitas aspek tayangan diperoleh nilai sebesar 0,909 yang menandakan bahwa instrumen penelitian ini dapat dipercaya karena nilai reliabilitasnya ≥ 0,8. Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa instrumen penelitian valid dan reliabel atau dapat dipercaya. Oleh karena itu, maka pengumpulan data penelitian dapat dimulai.
36
4.6
Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan bentuk data
yang dikumpulkan. Data primer dikumpulkan melalui teknik wawancara kepada informan di kantor desa, di Megaswara TV dan juga kepada responden penelitian serta dari jawaban-jawaban responden di kuesioner penelitian. Data sekunder dikumpulkan dengan meminta data monografi desa ke kantor desa dan meminta data Megaswara ke pihak Megaswara TV. Data sekunder lain yang berupa studi literatur dikumpulkan dengan membaca buku dan skripsi orang lain serta mencari literatur di internet.
4.7
Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian kuantitatif dilakukan setelah seluruh data
dikumpulkan. Menurut Sugiyono (2006) dalam Rahmawan (2009) kegiatan dalam analisis data kuantitatif adalah mengelompokkan data berdasarkan peubah dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan peubah dari seluruh responden, menyajikan data tiap peubah yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis statistik deskriptif yang disajikan dalam tabel frekuensi, grafik, ukuran pemusatan ukuran penyebaran; dan analisis statistik inferensial dengan menggunakan uji korelasi Chi-Square untuk melihat hubungan yang nyata antara peubah dengan data berbentuk nominal dan uji korelasi rank Spearman digunakan untuk melihat
37
hubungan nyata antar peubah dengan data berbentuk ordinal. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS for Windows versi 17.0.
BAB V EFEK TAYANGAN SULANJANA DI MEGASWARA TV DALAM PELESTARIAN KEBUDAYAAN LOKAL 5. 1 Gambaran Umum Desa Babakan Desa Babakan merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Desa Babakan memiliki luas wilayah yang mencapai ± 334.384 hektar, terdiri dari empat dusun, sembilan RW, dan 35 RT dengan batas-batas sebagai berikut: sebelah utara
: Desa Cikarawang
sebelah timur
: Kelurahan Balumbang Jaya
sebelah selatan : Desa Dramaga sebelah barat
: Desa Cibanteng Kecamatan Ciampea
Berdasarkan registrasi kependudukan tahun 2009 yang ada di kantor desa, jumlah penduduk Desa Babakan tercatat sebanyak 10.898 jiwa dengan rincian laki-laki sebanyak 5.197 jiwa dan perempuan sebanyak 5.701 jiwa. Adapun jumlah kepala keluarga yang ada di desa Babakan sebanyak 2.430 kepala keluarga. Sebagian besar penduduk Desa Babakan beragama Islam dan bersuku Sunda. Pada dasarnya kondisi perekonomian di Desa Babakan telah berjalan dengan cukup baik karena masyarakat banyak yang memiliki usaha kontrakan bagi mahasiswa dan usaha perdagangan. Letak RW 01 sendiri berada di sebelah selatan dan berbatasan langsung dengan Desa Dramaga. Masyarakat yang berada di RW 01 mayoritas beragama Islam dan bersuku Sunda. Hal ini terlihat dari semua yang menjadi responden dalam penelitian ini beragam Islam dan bersuku Sunda. Selain itu juga,
39
berdasarkan wawancara dengan ketua RW 01 menyebutkan bahwa hampir seluruh warganya beragama Islam dan sebagian besar bersuku Sunda.
5.2
Gambaran Umum Megaswara TV Megaswara TV adalah sebuah media informasi elektronik yang mengudara
pada channel 25 UHF. Megaswara TV juga tergabung di dalam Asosiasi Televisi Lokal Indonesia. PT Cipta Megaswara TV terletak di Jl. Suryakencana No. 228230 Bogor, Jawa Barat. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 18 Agustus 2004 berdasarkan izin dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor. Megaswara TV menayangkan program-programnya dari pukul 05.00-24-00 WIB. Materi siaran yang ditayangkan mencakup 70 persen lokal dan 30 persen universal. Visi dari Megaswara TV adalah membuat, menyusun, dan menayangkan program-program informasi positif dan hiburan yang dibutuhkan masyarakat kota dan kabupaten Bogor dengan mengangkat dan mengedepankan potensi lokal yang ada, baik budaya maupun masyarakatnya. Misi Megaswara TV berupa misi perusahaan mengingat Megaswara TV merupakan salah satu unit usaha dari Universitas Gunadarma, antara lain: 1.
Menumbuhkembangkan dan melestarikan seni budaya Jawa Barat pada umumnya dan Bogor pada khususnya.
2.
Menayangkan
program-program
religi
yang
menyejukkan
dengan
menampilkan tokoh agamis yang cukup dikenal di Bogor. 3.
Mempromosikan daerah wisata Bogor yang belum terekspos dan dikenal oleh masyarakat luas.
40
4.
Membantu dan menjadi mitra kerja yang seimbang dengan pemerintah daerah dalam mensosialisasikan kebijakan-kebijakan yang dibuat serta menjadi media promosi yang efektif bagi pelaku bisnis baik lokal maupun nasional.
5.
Menjadi ujung tombak dalam memberikan informasi dan berita sosial, budaya, ekonomi, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di wilayah Bogor secara tajam dan aktual, sesuai dengan kaidah jurnalistik media elektronika. Tidak hanya memiliki visi dan misi, Megaswara TV juga memiliki motto
yang berbunyi “Televisi kebanggaan Bogor, berideologi dan berbudaya Sunda, semangat dan tekad yang tinggi, inovatif dan variatif.” Megaswara TV juga telah menjadi icon bagi masyarakat kota Bogor yang haus akan hiburan dan informasi melalui tayangan televisi, sehingga pihak Megaswara TV menyemangati diri dengan sebutan “TV URANG BOGOR.” Segmentasi dari program acara yang ditayangkan Megaswara TV berdasarkan umur dibagi menjadi tiga yaitu kurang dari 15 tahun, 16 sampai 45 tahun dan di atas 45 tahun. Program acara yang ditayangkan dapat ditonton oleh laki-laki dan perempuan dan dari berbagai kalangan baik pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, pejabat, karyawan dan lainnya. Megaswara TV memiliki komposisi program acara yang terdiri dari entertainment (hiburan) sebesar 50 persen, informasi 37 persen, religi sembilan persen, sport dua persen, dan children dua persen. Beberapa program unggulan yang ditayangkan Megaswara TV yaitu Dinamika Bogor, Sulanjana dan Gorobog. Dinamika Bogor merupakan program acara berita yang menginformasikan
41
peristiwa yang terjadi di Bogor. Program Dinamika Bogor ini ditayangkan di pagi hari pukul 05.30-06.00 WIB dan di malam hari pukul 21.00-21.30 WIB. Program acara hiburan khususnya musik yaitu acara Sulanjana yang merupakan program acara yang menayangkan video klip lagu-lagu Sunda. Program acara Sulanjana memiliki waktu tayang yang cukup banyak dalam satu minggu karena ditayangkan setiap hari di pagi dan malam hari. Total banyaknya waktu tayang acara Sulanjana di Megaswara TV mencapai 12 jam dalam satu minggu. Berikut disajikan dalam Tabel 5 tentang waktu tayang acara Sulanjana dalam satu minggu. Tabel 5. Waktu tayang program acara Sulanjana di Megaswara TV Pukul
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
Minggu
08.00-09.00
√
√
√
√
-
√
√
22.00-23.00
√
-
-
-
-
-
-
23.00-24.00
-
√
√
√
√
√
√
Sumber: Pola Siar November 2010 (Megaswara TV, 2010)
√ = ditayangkan
Gorobog merupakan program acara lawak Sunda yang menampilkan cerita kehidupan masyarakat Bogor sehari-hari. Gorobog ditayangkan pada hari Sabtu pukul 19.30-20.00 WIB. Adapun program acara yang lain yaitu cooking star, TV Edukasi, Megaswara Musik, Lintas Mancanegara, Bingkai Sedekah, Tembang Sono, Wulan Kencana, Mutiara Indonesia dan lainnya.
5.3
Gambaran Umum Responden Responden dalam penelitian ini berasal dari penduduk yang berada di Desa
Babakan RW 01. Penduduk yang berada di RW 01 ini terbagi ke dalam empat RT dan dari masing-masing RT diambil responden penelitian secara acak. Jumlah
42
populasi di RW 01 adalah 1.337 jiwa dan diambil responden sebagai sampel penelitian sebanyak 94 orang dari keempat RT yang ada. Setiap penduduk yang menjadi responden dalam penelitian ini diberikan kuesioner yang berisi pertanyaan dan pernyataan yang harus dijawab. Seluruh responden yang terpilih merupakan orang-orang yang pernah menonton tayangan acara “Sulanjana” di Megaswara TV. Setiap responden memiliki karakteristik yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Karakteristik individu terdiri dari usia, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan, pendidikan dan pendapatan. Tabel 6 berikut ini menampilkan informasi mengenai karakteristik individu yang menjadi responden dalam penelitian ini. Tabel 6. Jumlah responden menurut karakteristik individu Karakteristik Individu
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
16 62 16
17,0 66,0 17,0
43 51
45,7 54,3
94 0 0 0 0
100 0 0 0 0
94 0 0
100 0 0
0 56 38
0 59,6 40,4
14 12 35 8 1 24
14,9 12,8 37,2 8,5 1,1 25,5
40 39 15
42,6 41,5 16,0
Usia Dewasa Awal (18-30 tahun) Dewasa Pertengahan (31-50 tahun) Tua (>50 tahun) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Agama Islam Katolik Protestan Hindu Budha Suku Sunda Jawa Batak Pendidikan Rendah (tidak tamat SD-SD) Sedang (SMP-SMA) Tinggi (Diploma-Sarjana) Pekerjaan Karyawan Swasta PNS Wiraswata Petani Pelajar/Mahasiswa Ibu Rumah Tangga Pendapatan Rendah (Rp 500.000,00-Rp1.500.000,00) Sedang (>Rp 1.500.000,00-Rp 2.500.000) Tinggi (>Rp 2.500.000,00)
n = 94
43
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 94 orang responden dibagi ke dalam tiga kelompok umur (usia) yaitu dewasa awal yang berkisar pada usia 1830 tahun, dewasa pertengahan yang berkisar pada usia 31-50 tahun dan usia tua yang berkisar di atas usia 51 tahun. Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada usia pertengahan yaitu sebanyak 66,0 persen. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden didominasi oleh perempuan yaitu mencapai 54,3 persen. Perbedaan ini dapat disebabkan karena jumlah penduduk total di desa Babakan dan di RW 01 lebih banyak perempuan daripada laki-laki. Secara keseluruhan, yang menjadi responden dalam penelitian ini beragama Islam dan bersuku Sunda. Berarti yang menonton tayangan Sulanjana adalah penduduk yang beragama Islam dan Sunda, karena sebelum responden mengisi kuesioner peneliti menanyakan terlebih dahulu pernah tidaknya menonton tayangan Sulanjana. Berdasarkan tingkat pendidikan, dapat dilihat bahwa responden penelitian ini memiliki pendidikan sedang dan tinggai. Pendidikan sedang berada pada kriteria tamat SMP sampai dengan SMA yaitu sebanyak 59,6 persen dan yang pendidikan tinggi pada kriteria Diploma dan Sarjana yaitu sebanyak 40,4 persen. Oleh sebab itu hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menonton tayangan acara Sulajana lebih banyak responden yang memiliki tingkat pendidikan antara SMP dan SMA. Apabila dilihat dari segi pekerjaan, responden yang menonton tayangan acara Sulanjana lebih didominasi oleh para wiraswastawan (yang dalam hal ini juga termasuk pedagang dan pengusaha kontrakan) sebesar 37,2 persen dan ibu
44
rumah tangga sebesar 25,5 persen. Hal ini dikarenakan oleh para wiraswastawan memiliki waktu luang untuk menonton tayangan Sulanjana di pagi hari karena sebagian besar mulai berdagang di malam hari. Sedangkan para ibu rumah tangga kebanyakan berada di dalam rumah sehingga dapat menonton tayangan Sulanjana di pagi hari. Responden lain yang memiliki pekerjaan sebagai PNS, karyawan swasta, petani dan pelajar menonton tayangan Sulanjana hanya pada waktu luang dan waktu libur saja. Hal di atas juga berkaitan dengan tingkat pendapatan responden. Hasil penelitian membagi tingkat pendapatan responden ke dalam tiga tingkatan yaitu rendah (memiliki pendapatan Rp 500.000 sampai dengan Rp 1.500.000), sedang (memiliki pendapatan lebih dari Rp 1.500.000 sampai dengan Rp 2.500.000) dan tinggi (memiliki pendapatan di atas Rp 2.500.000). Responden yang memiliki pendapatan rendah dan sedang yang mendominasi yaitu masing-masing 42,6 persen dan 41,5 persen dan hanya berbeda satu orang responden saja. Hal ini disebabkan oleh responden yang memiliki pendapatan rendah dan sedang kebanyakan berasal dari responden yang memiliki pekerjaan wiraswasta dan ibu rumah tangga yang memiliki waktu lebih untuk menonton tayangan Sulanjana.
5.4
Aspek Tayangan Acara Sulanjana Aspek tayangan acara Sulanjana dalam penelitian terdiri dari jam tayang,
durasi tayang dan isi tayangan Sulanjana. Tabel 7 menunjukkan bahwa rataan skor untuk jam tayang adalah 1,51. Artinya, tinggi rendahnya pengetahuan responden akan jam tayang memiliki hubungan yang kuat dalam kaitannya dengan efek tayangan. Sama halnya dengan durasi tayang yang memiliki rataan skor yang
45
tinggi yaitu masing-masing 2 dan 1,91 yang artinya pengetahuan responden akan jam tayang memiliki hubungan yang kuat dalam kaitannya dengan efek tayangan. Rataan skor aspek tayangan tersaji pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan skor aspek tayangan Aspek Tayangan Sulanjana Jam Tayang Durasi Tayang Isi Tayangan Total Rataan Skor
Rataan Skor* 1,51 2,00 1,91 1,80
Keterangan: *Kisaran skor 1-1,50 = lemah; 1,51-2 = kuat
Pengetahuan yang tinggi akan jam tayang, durasi tayang, dan isi tayangan menjadikan reponden terkena efek tayangan yang tinggi juga, karena apabila responden mampu mengingat jam tayang, durasi tayang, dan isi tayangan berarti responden sudah terkena efek kognitif. Artinya, responden telah bertambah pengetahuannya akan aspek tayangan Sulanjana setelah menonton tayangan. Untuk efek yang lebih tinggi lagi yaitu efek konatif, responden akan terkena efek konatif apabila responden memahami, menyukai, dan melakukan apa yang disampaikan oleh tayangan Sulanjana.
5.5
Faktor Penerimaan Pesan Media Faktor penerimaan pesan media menggambarkan hal-hal yang dapat
mempengaruhi responden untuk menonton tayangan Sulanjana. Faktor-faktor tersebut antara lain selective attention, selective perception, selective retention, penyesuaian diri, dan motivasi. Rataan skor faktor penerimaan pesan media disajikan dalam Tabel 8.
46
Tabel 8. Rataan skor faktor penerimaan pesan media Faktor Penerimaan Pesan Media Selective Attention Selective Perception Selective Retention Penyesuaian Diri Motivasi Total Rataan Skor
Rataan Skor* 2,10 2,47 2,90 1,60 2,14 2,42
Keterangan: *Kisaran skor 1-2,50 = lemah; 2,51-4 = kuat
Tabel 8 menunjukkan bahwa rataan skor selective attention, selective perception, penyesuaian diri, dan motivasi memiliki pengaruh yang lemah untuk mempengaruhi responden menonton tayangan Sulanjana. Sedangkan untuk selective retention yang memiliki rataan skor 2,90 artinya memiliki hubungan yang kuat untuk mempengaruhi responden menonton tayangan Sulanjana. Hal ini disebabkan karena responden yang menonton tayangan Sulanjana karena faktor selective retention, maka responden tersebut akan mengingat pesan yang disampaikan melalui tayangan Sulanjana, sehingga dengan demikina responden akan terkena efek tayangan Sulanjana.
5.6
Efek Tayangan Acara Sulanjana Efek tayangan dalam penelitian dilihat berdasarkan wujudnya yaitu efek
kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif merupakan penambahan pengetahuan pada responden setelah menonton tayangan Sulanjana. Berdasarkan Tabel 9 ditunjukkan bahwa pengaruh efek kognitif tergolong rendah yaitu sebesar 2,3. Artinya, apabila responden terkena efek kognitif masih rendah pengaruhnya dalam pelestarian kebudayaan. Rataan skor untuk efek afektif dan konatif tergolong tinggi yaitu sebesar 2,57 yang berarti apabila responden sudah terkena
47
efek afektif dan konatif maka pengaruhnya tergolong tinggi dalam pelestarian kebudayaan lokal. Tabel 9. Rataan skor efek tayangan Sulanjana Efek Tayangan Sulanjana Efek Kognitif Efek Afektif Efek Konatif Total Rataan Skor
Rataan Skor* 2,30 2,57 2,57 2,48
Keterangan: *Kisaran skor 1-2,50 = rendah; 2,51-4 = tinggi
Responden dikatakan terkena efek kognitif apabila setelah menonton tayangan Sulanjana pengetahuannya akan lagu-lagu Sunda bertambah. Responden dikatakan terkena efek afektif apabila setelah menonton tayangan Sulanjana timbul suatu perasaan suka/tidak suka atau senang/tidak senang terhadap lagulagu Sunda. Sedangkan untuk efek konatif apabila setelah menonton tayangan Sulanjana, responden mampu menghafal lirik lagu, mengajak orang lain menonton tayangan Sulanjana serta mau menyanyikan lagu Sunda dalam kehidupan sehari-hari. Rataan skor untuk efek kognitif tergolong rendah, sedangkan untuk rataan skor efek afektif dan konatif tergolong tinggi. Artinya, pelestarian kebudayaan akan semakin terlihat apabila responden terkena efek afektif dan khusunya konatif. Rataan skor efek afektif dan konatif tergolong tinggi juga dikarenakan responden menonton tayangan Sulanjana untuk memenuhi kebutuhan hiburannya.
5.7
Hubungan Karakteristik Individu dengan Aspek Tayangan Acara Sulanjana Karakteristik individu responden diduga berhubungan nyata dengan
pengetahuannya akan aspek tayangan acara Sulanjana. Karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan.
48
Aspek tayangan acara Sulanjana meliputi jam tayang, durasi tayang, dan isi tayangan. Hasil penelitian mengenai hubungan karakteristik individu dengan pengetahuan akan aspek tayangan acara Sulanjana berdasarkan nilai koefisien korelasinya disajikan pada Tabel 10 dan dalam penelitian ini korelasi memiliki hubungan nyata pada nilai p<0,1. Tabel 10. Hubungan karakteristik individu dengan aspek tayangan acara Sulanjana
Karakteristik Individu
Nilai Koefisien Korelasi Aspek Tayangan Sulanjana
Korelasi
Jam Tayang Usia Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan Pendapatan
rs x2 x2 rs rs
0,182 0,455 0,451 -0,278** -0,486**
Durasi Tayang - 0,113** 0,002* 0,142 0,030* 0,079*
Isi Tayangan 0,124 0,008* 0,279 -0,027 0,027
Keterangan: *Berhubungan nyata pada p<0,1; **Berhubungan sangat nyata pada p<0,01; x2=koefisien chi square; rs=koefisien rank Spearman
Berdasarkan Tabel 10, terlihat bahwa karakteristik individu berupa usia memiliki hubungan yang tidak nyata (p>0,01) dengan ketiga aspek tayangan, baik berupa jam tayang, durasi tayang, dan isi tayangan. Walaupun demikian, terlihat bahwa usia responden dengan durasi tayang memiliki hubungan yang negatif, yang
mengekspresikan
bahwa
semakin
tinggi
usia
responden,
maka
pengetahuannya akan durasi tayang Sulanjana semakin rendah. Hal ini sejalan dengan daya ingat manusia yang semakin menurun dengan semakin meningkatnya usia. Usia yang tinggi dalam penelitian ini meliputi usia tua yang berkisar di atas 51 tahun. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang memiliki usia di atas 51 tahun mengatakan bahwa dalam menonton acara Sulanjana mereka tidak memperhatikan lamanya tayangan tersebut. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jenis kelamin memiliki hubungan yang nyata dengan durasi tayang acara dan isi tayangan (p<0,1). Artinya, tinggi
49
dan rendahnya pengetahuan responden terhadap jam tayang Sulanjana memiliki hubuangan dengan jenis kelaminnya. Responden penelitian ini sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 51 orang. Responden perempuan lebih banyak memiliki pengetahuan tinggi akan durasi tayang dan isi tayangan acara Sulanjana dibandingkan dengan responden laki-laki. Berdasarkan penuturan responden yang laki-laki mengatakan sering mengabaikan hal-hal kecil dan lakilaki dalam menonton suatu tayangan lebih menikmati tayangan yang ada daripada mengingat hal-hal seperti durasi tayang. Menurut Gamble dan Gamble (2001) dalam Ardianto et al. (2009) menyatakan bahwa banyak orang khususnya ibu-ibu menghabiskan waktunya sekitar tujuh jam untuk mengonsumsi media massa ditengah kesibukan pekerjaannya. Agama dan suku dalam penelitian ini tidak dapat dilihat hubungannya dengan aspek tayangan berupa jam tayang, durasi tayang, dan isi tayangan karena memiliki nilai yang konstan atau dengan kata lain data agama dan suku dari seluruh responden dalam penelitian ini homogen. Seluruh responden dalam penelitian ini beragama Islam dan bersuku Sunda sehingga dalam pengolahan data tidak menghasilkan nilai signifikansi karena datanya konstan dan homogen. Pekerjaan memiliki hubungan yang tidak nyata (p<0,1) dengan ketiga aspek tayangan acara Sulanjana, baik jam tayang, durasi tayang, dan isi tayangan. Artinya, apapun jenis pekerjaanya tidak ada hubungannya akan tinggi dan rendahnya pengetahuan responden tentang durasi tayang dan isi tayangan. Berbeda halnya dengan tingkat pendidikan responden. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hubungan yang sangat nyata (p<0,01) antara tingkat pendidikan responden dengan jam tayang acara Sulanjana. Walaupun demikian,
50
pendidikan memiliki hubungan yang negatif dengan jam tayang tersebut. Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan responden, maka semakin rendah pilihan akan jam tayang acara Sulanjana. Hal ini menyebabkan berkorelasi negatif pula tingkat pendidikan dengan isi tayangan dari program Sulanjana. Responden yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi sebagian besar memiliki jenis pekerjaan seperti karyawan dan PNS yang pada jam tayang Sulanjana sedang bekerja sehingga jarang menonton tayangan acara Sulanjana tidak seperti responden yang memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan wiraswasta/pedagang. Untuk tingkat pendidikan dengan durasi tayang memiliki hubungan nyata (p<0,1) sedangkan tingkat pendidikan dengan isi tayangan memiliki hubungan yang negatif.
Artinya,
semakin
tinggi
tingkat
pendidikan
semakin
rendah
pengetahuannya tentang isi tayangan acara Sulanjana. Hal ini dipengaruhi oleh faktor intensitas menonton. Berdasarkan hasil penelitian, responden yang tingkat pendidikannya sedang (SMP-SMA) dengan pekerjaan wiraswasta/pedagang dan ibu rumah tangga memiliki intensitas menonton tayangan Sulanjana yang cukup tinggi, sehingga memiliki pengetahuan yang tinggi akan isi tayangan Sulanjana yaitu lirik lagu, objek wisata Jawa Barat, dan juga busana penyanyi. Hasil penelitian untuk pendapatan dengan jam tayang diperoleh hubungan sangat nyata yang negatif (p<0,01). Sama halnya dengan pekerjaan dan tingkat pendidikan, responden yang memiliki pendapatan yang tinggi juga merupakan responden yang memiliki pekerjaan PNS dan karyawan yang bekerja saat penayangan acara Sulanjana, sehingga pilihannya akan jam tayang rendah. Untuk pendapatan dengan durasi tayangan diperoleh hubungan yang nyata (p<0,1). Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendapatan responden ada hubungannya
51
terhadap pengetahuannya tentang durasi tayang Sulanjana. Responden yang pendapatannya rendah dan memiliki intensitas menonton yang tinggi mengetahui lamanya tayangan Sulanjana setiap kali tayang, berbeda dengan yang pendapatannya tinggi dan intensitas menontonnya rendah. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis pertama yang berbunyi “terdapat hubungan nyata antara karakterstik individu dengan aspek tayangan Sulanjana di Megaswara TV” diterima untuk hubungan usia dengan durasi tayang (memiliki hubungan nyata yang negatif), jenis kelamin dengan durasi tayang dan isi tayangan serta pendidikan dan pendapatan dengan jam tayang dan durasi tayang. Hipotesis ditolak untuk hubungan usia dengan jam tayang dan isi tayangan Sulanjana, pekerjaan dengan ketiga aspek tayangan Sulanjana, pendidikan dam pendapatan dengan isi tayangan serta agama dan suku dengan seluruh aspek tayangan baik jam tayang, durasi tayangan maupun isi tayangan.
5.8
Hubungan Karaktersitik Individu dengan Efek Tayangan Acara Sulanjana Karakteristik individu responden diduga memiliki hubungan nyata dengan
efek tayangan Sulanjana. Karakteristik individu berupa usia, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan, pendidikan serta pendapatan. Sedangkan efek tayangan Sulanjana dilihat berdasarkan wujudnya yaitu efek kognitif, afektif, dan konatif. Hasil penelitian mengenai hubungan antara karakteristik individu dengan efek tayangan Sulanjana berdasarkan nilai korelasi rank Spearman disajikan dalam Tabel 11.
52
Tabel 11. Hubungan karakteristik individu dengan efek tayangan acara Sulanjana
Karakteristik Individu
Usia Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan Pendapatan
Korelasi
rs x2 x2 rs rs
Nilai Koefisien Korelasi Efek Tayangan Sulanjana Efek Kognitif 0,149 0,609** 0,540** -0,397** -0,606**
Efek Afektif 0,295** 0,419** 0,394** -0,299** -0,602**
Efek Konatif 0,127 0,354** 0,340** -0,323** -0,572
Keterangan: **Berhubungan nyata pada p<0,01; x2= uji chi square; rs=koefisien rank Spearman
Berdasarkan Tabel 11, terlihat bahwa hampir di setiap aspek karaktersitik individu memiliki hubungan yang sangat nyata (p<0,01) dengan efek tayangan. Artinya, efek tayangan yang dirasakan individu sesuai dengan karakteristik individu yang dimiliki. Hubungan karakteristik individu berupa usia dengan efek kognitif dan konatif memiliki hubungan yang tidak nyata (p>0,1), artinya penambahan pengetahuan akan lagu-lagu Sunda
serta
kemauan untuk
menyanyikan lagu-lagu Sunda setelah menonton tayangan Sulanjana tidak ada hubungannya dengan faktor usia. Terlihat pada efek afektif bahwa semua karakteristik individu memiliki hubungan yang sangat nyata (p<0,01) dengan efek afektif. Artinya, bahwa responden menonton tayangan Sulanjana karena ingin memenuhi kebutuhan akan hiburan sehingga muncullah efek afektif pada diri responden yaitu perasaan suka terhadap lagu-lagu Sunda. Rasa suka atau senang yang dirasakan oleh responden yang menonton tayangan Sulanjana dirasakan oleh setiap responden apapun karakteristik individu yang melekat pada dirinya. Walaupun demikian, pendidikan dan pendapatan memiliki hubungan nyata yang negatif dengan ketiga aspek efek. Artinya, bahwa semakin tinggi pendidikan maka efek yang dirasakan semakin
53
rendah dan sebaliknya responden yang memiliki pendidikan yang rendah terkena efek kognitif, afektif, dan konatif yang tinggi. Hal ini dikarenakan oleh responden yang memiliki pendidikan rendah dan sedang serta pendapatan rendah kebanyakan berasal dari responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan wiraswasta/pedagang, di mana responden inilah yang intensitasnya dalam menonton tayangan Sulanjana terbilang tinggi atau sering. Berbeda halnya dengan responden yang pendidikan tinggi yang juga memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta dan PNS yang juga memiliki pendapatan lebih tinggi, di mana responden ini dapat menonton tayangan Sulanjana hanya di waktu-waktu tertentu seperti hari libur. Oleh sebab itulah, efek yang dirasakan juga rendah pada responden yang memiliki pendapatan dan pendidikan tinggi. Responden dikatakan terkena efek kognitif apabila setelah menonton tayangan Sulanjana pengetahuan responden akan lagu-lagu Sunda bertambah. Responden dikatakan terkena efek afektif berarti terjadi perubahan perasaan suka terhadap lagu-lagu dan kebudayaan Sunda setelah menonton tayangan Sulanjana. Efek yang lebih tinggi lagi yaitu efek kognitif yang berarti terlihat perubahan tingkah laku pada responden yang telah menonton tayangan Sulanjana, seperti mengajak orang lain untuk menonton tayangan Sulanjana dan menyanyikan lagulagu Sunda dalam kehidupan sehari-hari. Apabila responden sudah sampai pada efek konatif yaitu mau dan mampu menyanyikan lagu-lagu Sunda dalam kehidupan sehari-hari, maka responden tersebut dapat dikatakan telah turut melestarikan kebudayaan lokal. Karakteristik individu berupa agama dan suku dalam penelitian ini tidak dapat dilihat adanya hubungan dengan efek tayangan Sulanjana. Hal ini
54
dikarenakan datanya konstan dan homogen. Artinya, semua responden dalam penelitian ini beragama Islam dan bersuku Sunda, sehingga dalam pengolahan data tidak diperoleh nilai korelasinya. Secara keseluruhan, data yang diperoleh menunjukkan bahwa dengan menonton tayangan Sulanjana, responden terkena efek tayangan Sulanjana yaitu efek kognitif, afektif, dan konatif. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, maka hipotesis kedua yang berbunyi “terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu dengan efek yang dihasilkan tayangan Sulanjana di Megaswara TV” diterima, kecuali untuk hubungan usia dengan efek kognitif dan konatif serta suku dan agama dengan ketiga aspek efek yaitu efek kognitif, afektif, dan konatif hipotesis ditolak.
5.9
Hubungan Aspek Tayangan Sulanjana dengan Faktor Penerimaan Pesan Media Aspek tayangan Sulanjana diduga memiliki hubungan nyata dengan faktor
penerimaan pesan media. Aspek tayangan Sulanjana meliputi jam tayang, durasi tayangan, dan isi tayangan. Faktor penerimaan pesan media meliputi selective attention, selective perception, selective retention, penyesuaian diri, dan motivasi. Hasil penelitian mengenai hubungan antara aspek tayangan Sulanjana dengan faktor penerimaan pesan media berdasarkan nilai korelasi rank Spearman disajikan dalam Tabel 12.
55
Tabel 12. Hubungan aspek tayangan acara Sulanjana dengan faktor penerimaan pesan media
Aspek Tayangan Sulanjana Jam Tayang Durasi Tayang Isi Tayangan
Nilai Koefisien Korelasi (rs) Faktor Penerimaan Pesan Media Selective Attention 0,338** -0,073 0,097
Selective Perception 0,342** -0,115 0,022
Selective Retention 0,242* 0,061 -0,077
Penyesuaian Diri -0,006 -0,075 -0,026
Motivasi 0,170 -0,127 0,035
Keterangan: *Berhubungan nyata pada p<0,1; **Berhubungan nyata pada p<0,01; rs=koefisien rank Spearman
Berdasarkan Tabel 12, terlihat bahwa jam tayang memiliki hubungan yang sangat nyata (p<0,01) dengan selective attention dan selective perception serta berhubungan nyata (p<0,1) dengan selective retention. Artinya, responden yang menonton tayangan Sulanjana karena sesuai dengan minat dan kebutuhannya akan hiburan sehingga memiliki pengetahuan akan jam tayang Sulanjana. Sama halnya dengan responden yang menonton tayangan Sulanjana karena tayangan mendorong keyakinan, minat, dan pendapatnya sehingga akan mengetahui jam tayang Sulanjana. Hal ini juga selaras dengan responden yang pengetahuannya tinggi akan jam tayang karena menonton tayangan Sulanjana responden tersebut mengingat pesan yang disampaikan tayangan termasuk jam tayangnya. Durasi tayang dan isi tayangan memiliki hubungan yang tidak nyata (p>0,1) dengan semua faktor penerimaan pesan media. Artinya, responden yang menonton tayangan Sulanjana karena kebutuhannya akan hiburan, tayangan mendorong kecenderungan dirinya, menonton karena
untuk mengingat pesan
yang disampaikan melalui tayangan Sulanjana, menonton karena menyesuaikan diri dengan orang-orang di sekitarnya tidak terpengaruh berdasarkan tingi atau rendahnya pengetahuan seorang responden akan durasi tayang dan isi tayangan acara Sulanjana.
56
Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis ketiga yang berbunyi “terdapat hubungan nyata antara aspek tayangan Sulanjana dan faktor penerimaan pesan pada individu dengan efek yang dihasilkan oleh tayangan Sulanjana dalam pelestarian kebudayaan lokal” diterima untuk hubungan jam tayang dengan selective attention, selective perception, dan selective retention.
5.10 Hubungan Faktor Penerimaan Pesan Media dengan Efek Tayangan Sulanjana Faktor penerimaan pesan diduga berhubungan dengan efek yang ditimbulkan oleh tayangan Sulanjana kepada penonton. Efek tayangan yang dihasilkan dapat dilihat berdasarkan wujudnya yaitu efek kognitif, afektif dan konatif. Hasil penelitian mengenai hubungan antara faktor penerimaan pesan media dengan efek tayangan Sulanjana berdasarkan nilai korelasi rank Spearman disajikan dalam Tabel 13. Tabel 13. Hubungan faktor penerimaan pesan dengan efek tayangan Sulanjana
Faktor Penerimaan Pesan Media Selective Attention Selective Perception Selective Retention Penyesuaian Diri Motivasi
Nilai Koefisien Korelasi (rs) Efek Tayangan Sulanjana Efek Kognitif 0,298** 0,492** 0,191 -0,010 0,275**
Efek Afektif 0,126 0,437** 0,275** 0,183 0,179
Efek Konatif 0,131 0,302** 0,123 0,051 0,090
Keterangan: *Berhubungan nyata pada p<0,1; **Berhubungan nyata pada p<0,01; rs=koefisien rank Spearman
Berdasarkan Tabel 13, terlihat bahwa faktor penerimaan pesan media selective attention memiliki hubungan yang sangat nyata (p<0,01) dengan efek kognitif. Artinya, setelah menonton tayangan Sulanjana responden terkena efek kognitif berupa penambahan pengetahuan akan lagu-lagu Sunda karena responden
57
tersebut menonton tayangan Sulanjana untuk memenuhi kebutuhannya akan hiburan dan tayangan Sulanjana sesuai dengan minatnya. Faktor selective perception memiliki hubungan yang sangat nyata (p<0,01) dengan ketiga efek tayangan. Artinya, responden yang menonton tayangan Sulanjana terkena efek kognitif berupa penambahan pengetahuan akan lagu-lagu Sunda dan menjadi suka dengan lagu Sunda serta mau menyanyikan lagu-lagu Sunda dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan responden menonton tayangan Sulanjana karena menurutnya tayangan Sulanjana dapat
mendorong
kecenderungan
dirinya
yaitu
minat,
pendapat,
dan
keyakinannya. Faktor selective retention memiliki hubungan yang sangat nyata (p<0,01) dengan efek afektif tayangan. Artinya, responden menjadi suka terhadap lagu-lagu Sunda karena pesan yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan dan pendapatnya. Untuk faktor penyesuaian diri terdapat hubungan yang tidak nyata dengan ketiga aspek efek baik efek kognitif, afektif, dan konatif yang dihasilkan oleh tayangan Sulanjana. Motivasi memiliki hubungan yang sangat nyata dengan efek kognitif. Artinya, responden yang terkena efek kognitif berupa penambahan pengetahuan tentang lagu-lagu Sunda disebabkan karena responden memiliki motivasi menonton untuk memperoleh informasi. Berdasarkan analisis di atas, maka hipotesis yang ketiga berbunyi “terdapat hubungan nyata antara aspek tayangan Sulanjana dan faktor penerimaan pesan pada individu dengan efek yang dihasilkan oleh tayangan Sulanjana dalam pelestarian kebudayaan lokal” diterima untuk hubungan faktor selective attention
58
dengan efek kognitif, selective perception dengan ketiga aspek efek tayangan (kognitif, afektif, dan konatif), selective retention dengan efek afektif serta motivasi dengan efek kognitif.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1
Kesimpulan Karakteristik individu yang mempengaruhi penayangan program acara
Sulanjana di Megaswara TV adalah usia dengan durasi tayang (memiliki hubungan nyata yang negatif), jenis kelamin dengan durasi tayang dan isi tayangan, pendidikan dan pendapatan dengan jam tayang dan durasi tayang. Karakteristik individu yang menghasilkan efek tayangan Sulanjana yaitu kecuali usia dengan efek kognitif dan konatif serta suku dan agama dengan ketiga aspek efek yaitu efek kognitif, afektif, dan konatif. Selain karakteristik individu, faktor penerimaan pesan media yang mempengaruhi efek tayangan terhadap responden adalah faktor selective attention dengan efek kognitif, selective perception dengan ketiga aspek efek tayangan (kognitif, afektif, dan konatif), selective retention dengan efek afektif serta motivasi dengan efek kognitif. Sedangkan untuk aspek tayangan yang memiliki hubungan dengan faktor penerimaan pesan media adalah jam tayang dengan selective attention, selective perception, dan selective retention
6.2
Saran
1.
Megaswara TV sebagai media lokal yang dapat melestarikan kebudayaan
lokal sebaiknya merubah jam tayang tayangan Sulanjana yang di malam hari. Kebanyakan responden yang memiliki kesibukan di pagi hari tidak dapat menonton tayangan Sulanjana di pagi hari dan yang di malam hari jam tayangnya terlalu larut malam.
60
2.
Masyarakat adalah kunci keberhasilan akan lestarinya kebudayaan lokal.
Oleh sebab itu, masyarakat seharusnya aktif mencari tontonan yang mengandung unsur kebudayaan lokal seperti tayangan Sulanjana di Megaswara TV.
DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala dan Siti Karlinah. 2009. Komunikasi massa: suatu pengantar [Ed.Rev]. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Baksin, Askurifai. 2006. “Produksi siaran televisi: televisi media komunikasi massa dan perkembangan dari masa ke masa.” http://www.googlesearch. com/produksi_siaran_televisi [diakses pada 20 Maret 2010]. Desa Babakan. 2010. “Data monografi desa.” Bogor: Kantor Desa Babakan. [DP-ATVLI] Dewan Pengurus Asosiasi Televisi Lokal Indonesia. 2005. Profil ATVLI. http://www.atvli.com /#index.php/cprofilatvli/read/4 [diakses 20 Maret 2010]. Hoffmann, Ruedi. 1999. Dasar-dasar apresiasi program televisi: menjadikan televisi budaya rakyat. Jakarta: Grasindo. Jahja, Rusfadia Saktiyanti dan Irvan, Muhammad. 2006. Menilai tanggungjawab sosial televisi. Depok: Piramedia. McQuail D. 2005. Teori komunikasi massa. Jakarta: Erlangga. Megaswara TV. 2010. Station Profile. Bogor: Cipta Megaswara Televisi. Nurudin. 2009. Pengantar komunikasi massa. Jakarta: Rajawali Pers. Petra UK. 2008. “Peran iklan layanan masyarakat pepsodent versi gosok gigi terhadap pembentukan sikap pemirsa Surabaya.” http://digilib.petra.ac.id/ jiunkpe/ s1/ ikom/ 2008/ jiunkpe-ns-s1-2008 -51403153-8727- pepsodent chapter2.pdf [diakses pada 1 Juni 2010]. Priyatno, Duwi. 2009. “5 jam belajar olah data dengan SPSS 17.” Yogyakarta: Andi Offset. Rahmawan, Tizar. 2009. “Selayang teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif.” http://tizarrahmawan.wordpress.com/2009/11/24/selayang-teknik-analisa-datakuantitatif-dan-kualitatif/ [diakses 28 September 2010].
Romli, Asep Syamsul M. 2005. “Jurnalistik terapan.” http:www.romeltea.com/ mediamassa// [diakses pada 14 Mei 2010]. Rosdiana. 2010. “Porsi edutainment TV lokal berjaringan.” http ://www.waspada. co.id/index.php? option= com/ porsiedutainment-tv-lokal berjaringan:artikel [diakses 15 Maret 2010]. Singarimbun M dan Sofian Effendi. 2006. Metode penelitian survei. Jakarta: Pustaka LP3ES.
62
Taryati, Harnoko, Darto, Mudjijono dan Suhatno. 1994. Pembinaan budaya dalam lingkungan keluarga Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan DIY. Taqiyuddin, Muhammad. 2007. “Efek komunikasi massa: kognitif, afektif dan behavioral.” http://www.yudintaqiyuddin/efek_komunikasi_massa/ .wordpres .com [diakses 02 April 2010]. Walpole, Ronald E. 1995. Pengantar statistika (Edisi ke-3). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
LAMPIRAN
64
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
KUESIONER Nomor Kuesioner
:..........
Tanggal Pengisian
:.......................
Peneliti bernama Dionita Kristi Napitupulu dan merupakan mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Saat ini peneliti sedang menyusun skripsi yang berjudul “Efek Tayangan Sulanjana di Megaswara TV dalam Pelestarian Kebudayaan Lokal” sebagai salah satu syarat kelulusan studi dalam mencapai gelar sarjana (S1). Peneliti berharap Anda bersedia meluangkan waktu sejenak untuk mengisi kuesioner ini dengan lengkap dan jujur. Jawaban Anda dalam kuesioner ini sangat membantu peneliti dalam memperoleh data penelitian. Identitas dan jawaban Anda sepenuhnya dijamin kerahasiaannya dan digunakan hanya untuk penulisan skripsi ini saja. Terimakasih atas bantuan dan partisipasi Saudara/i untuk pengisian kuesioner ini.
Data Diri Responden Nama
:............................................
Tempat/Tanggal Lahir: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Alamat Rumah
: Desa Babakan RT . . . . . . . . . . ./ RW . . . . . . . . . . . . .
No. HP
:............................................
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor 2010
65
Bagian I Karakteristik Individu 1. Berapa usia Anda saat ini? Sebutkan! _______ tahun. 2. Sebutkan jenis kelamin Anda dengan memberi tanda silang [x] pada pilihan yang tersedia di bawah ini! a. Laki-laki b. Perempuan 3. Sebutkan apa agama yang Anda anut saat ini dengan memberi tanda silang [x] pada pilihan yang tersedia di bawah ini! a. Islam b. Katolik c. Kristen Protestan d. Hindu e. Budha 4. Sebutkan suku bangsa Anda dengan memberi tanda silang [x] pada pilihan yang tersedia atau tuliskan pada tempat yang disediakan! a. Sunda b. Jawa c. Batak d. Lainnya _______________________ 5. Apa pekerjaan Anda saat ini? Berikan tanda silang [x] pada pilihan yang tersedia atau tuliskan pada tempat yang telah disediakan. a. Karyawan swasta b. Pegawai Negeri Sipil (PNS) c. Wiraswasta d. Petani e. Pelajar/Mahasiswa f. Ibu Rumah Tangga g. Lainnya ________________________ 6. Apa pendidikan formal terakhir Anda? Sebutkan dengan memberi tanda silang [x] pada pilihan yang tersedia! a. Tidak tamat SD b. SD c. SMP d. SMA e. Diploma f. Sarjana 7. Berapa pendapatan yang Anda peroleh dalam satu bulan? Sebutkan dengan memberi tanda silang [x] pada pilihan yang tersedia di bawah ini! a. Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00 b. > Rp 1.000.000,00 – Rp 1.500.000,00 c. > Rp 1.500.000,00 – Rp 2.000.000,00 d. > Rp 2.000.000,00 – Rp 2.5000.000,00 e. > Rp 2.500.000,00, Sebutkan! Rp_______________________
66
Bagian II Aspek Tayangan Sulanjana Berikan jawaban Anda dengan membubuhkan tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia. Benar (B) jika menurut Anda pernyataan tersebut benar dan Salah (S) jika menurut Anda pernyataan tersebut salah. B S No. Pernyataan (2) (1) 1. Sulanjana merupakan tayangan yang berisi lagu-lagu Sunda 2. Sulanjana merupakan singkatan dari Suguhan Lagu-lagu Sunda Jaman Ayeuna 3. Sulanjana tayang setiap hari di pagi hari 4. Sulanjana tayang setiap hari selain hari Jumat di pagi hari 5. Sulanjana tayang pukul 08.00 WIB 6. Sulanjana tayang selama satu jam 7. Sulanjana juga tayang di malam hari 8. Sulanjana tayang di malam hari setiap hari kecuali hari Sabtu 9. Sulanjana memberi tambahan wawasan tentang lagu-lagu Sunda 10. Menjadi tahu jenis busana adat yang dipakai penyanyi. 11. Lokasi video klip menambah pengetahuan tentang objek wisata di Jawa Barat 12. Syair bahasa Sunda menambah kefasihan dalam berbahasa Sunda 13. Mengerti arti lirik lagu yang dinyanyikan 14. Menonton Sulanjana karena sesuai dengan minat/hobi 15. Lirik lagu mengandung makna yang relevan dengan kehidupan budaya Sunda Bagian III Faktor Penerimaan Pesan Media Pilihlah jawaban dengan memberikan check list (√) pada kolom jawaban yang paling sesuai dengan pilihan Anda. Sangat Tidak Setuju Sangat Tidak Tidak Setuju Sangat No. Pernyataan Setuju Setuju Setuju Setuju (1) (2) (3) (4) 1. Tayangan Sulanjana dapat memenuhi kebutuhan akan hiburan 2. Menonton Sulanjana karena menyukai lagu-lagu Sunda 3. Lagu Sunda yang ditayangkan menyampaikan pesan yang sesuai dengan kebutuhan
67
4. 5. 6. 7.
8. 9. 10. 11.
12.
13. 14. 15. 16. 17.
18.
19.
20.
21.
22.
Menonton Sulanjana karena bersuku Sunda Menonton Sulanjana karena tertarik pada budaya Sunda Tayangan Sulanjana merupakan cerminan budaya Sunda Semakin menghayati kebudayaan Sunda melalui lagu-lagu Sunda yang ditayangkan pada acara Sulanjana Menonton Sulanjana karena anggota keluarga yang lain menonton Menonton Sulanjana agar diterima di acara adat Menonton Sulanjana karena ingin menghabiskan waktu luang Menonton Sulanjana karena waktu penayangannya di jam-jam yang tidak sibuk Lagu-lagu Sunda mampu bersaing dengan lagu yang sedang trend saat ini Menonton tayangan Sulanjana karena ingin mengusir kesepian Menonton tayangan Sulanjana agar digunakan dalam kegiatan adat Menonton tayangan Sulanjana karena terpaksa Menonton tayangan Sulanjana karena channel jernih Menonton tayangan Sulanjana karena ingin mencari bimbingan yang menyangkut pendapat Menonton tayangan Sulanjana karena ingin memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan tentang lagu Sunda Menonton tayangan Sulanjana agar memiliki bahan percakapan dengan orang lain Menonton tayangan Sulanjana dapat membantu dalam menjalankan peran sosial Menonton tayangan Sulanjana dapat meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri Menonton tayangan Sulanjana dapat meningkatkan pemahaman tentang
68
23. 24.
25.
26. 27. 28.
29. 30.
budaya Sunda Lagu-lagu Sunda yang ditayangkan dapat menunjang nilai-nilai pribadi Menonton tayangan Sulanjana dapat memelihara rasa persatuan dan kesatuan Menonton tayangan Sulanjana dapat meningkatkan rasa memiliki terhadap kebudayaan Sunda Menonton tayangan Sulanjana agar dapat dekat dengan orang lain Menonton tayangan Sulanjana agar dihargai orang lain Menonton tayangan Sulanjana agar dapat melepaskan diri dari permasalahan Menonton tayangan Sulanjana agar memperoleh kesenangan jiwa Menonton tayangan Sulanjana untuk menyalurkan emosi
Bagian IV Efek Tayangan Sulanjana Pilihlah jawaban dengan memberikan check list (√) pada kolom jawaban yang paling sesuai dengan pilihan Anda. Sangat Tidak Sanagt Tidak Tidak Tidak Sangat No. Pernyataan Setuju Setuju Setuju Setuju (3) (1) (2) (4) 1. Mengetahui banyak lagu Sunda dari tayangan Sulanjana 2. Menjadi lebih mengenal lokasilokasi wisata di Jawa Barat 3. Memperoleh tambahan pengetahuan mengenai kebudayaan Sunda 4. Mengetahui jenis dan nama busana adat yang digunakan penyanyi 5. Pakaian/busana yang dikenakan penyanyi menjadi acuan dalam berbusana saat acara adat 6. Mampu menangkap pesan yang disampaikan lagu Sunda yang ditayangkan 7. Lagu-lagu yang ditayangkan membuat perasaan menjadi senang atau gembira
69
8. 9. 10. 11.
12.
13.
14.
15.
16.
17. 18. 19. 20. 21.
22.
23. 24.
25.
Lirik lagu yang lucu menimbulkan tawa Lirik lagu yang sedih menimbulkan perasaan sedih Merasa senang melihat tingkah laku pengisi video klip Menjadi suka terhadap lagu Sunda setelah menonton tayangan Sulanjana Tayangan Sulanjana mampu menumbuhkan rasa cinta pada kebudayaan Sunda Lagu-lagu Sunda yang ditayangkan mengangkat pesan moral yang berguna dalam kehidupan seharihari Merasa bangga menjadi orang Sunda saat dan setelah menonton tayangan Sulanjana Mengajak orang lain dan anggota keluarga lainnya untuk menonton tayangan Sulanjana Merekomendasikan/menyarankan orang lain untuk menonton tayangan Sulanjana Menjadi mampu menyanyikan lagulagu Sunda Mampu menghafal lirik lagu dan mengerti makna lagu Menyanyikan lagu Sunda di setiap kesempatan Malu menyanyikan lagu Sunda di depan orang lain Menjadikan tayangan Sulanjana sebagai tayangan wajib yang ditonton oleh anggota keluarga Mampu menanamkan nilai moral yang terkandung dalam lagu di kehidupan sehari-hari Dapat meningkatkan rasa memiliki kebudayaan Sunda Menyanyikan lagu Sunda merupakan salah satu wujud pelestarian kebudayaan Tayangan Sulanjana menjadi pertanda bahwa budaya Sunda masih tetap eksi di media massa
70
Lampiran 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen A. Variabel Aspek Tayangan Sulanjana Validitas: Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Aspek Tayangan 1 Aspek Tayangan 2 Aspek Tayangan 3 Aspek Tayangan 4 Aspek Tayangan 5 Aspek Tayangan 6 Aspek Tayangan 7 Aspek Tayangan 8 Aspek Tayangan 9 Aspek Tayangan10 Aspek Tayangan 11 Aspek Tayangan 12 Aspek Tayangan 13 Aspek Tayangan 14 Aspek Tayangan 15
Cronbach's Alpha if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted Total Correlation
23.47 25.13 23.67 25.27 23.60 23.67 25.67 25.67 23.33 23.33 25.33 23.40 23.40 25.07 23.40
19.981 4.552 18.952 4.210 19.257 18.952 4.810 4.810 20.667 20.667 4.095 19.971 19.971 4.638 19.971
.694 .624 .847 .728 .790 .847 .551 .551 .700 .700 .775 .780 .780 .657 .780
.920 .786 .915 .775 .917 .915 .793 .793 .921 .921 .769 .918 .918 .783 .918
Reliabilitas: Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Part 1
Value
.916 a
N of Items Part 2
Spearman-Brown Coefficient
Value
8
.925 b
N of Items
7
Total N of Items
15
Correlation Between Forms
.507
Equal Length Unequal Length Guttman Split-Half Coefficient
.673 .673 .653
a. The items are: Aspek Tayangan 1, Aspek Tayangan 2, Aspek Tayangan 3, Aspek Tayangan 4, Aspek Tayangan 5, Aspek Tayangan 6, Aspek Tayangan 7, Aspek Tayangan 8. b. The items are: Aspek Tayangan 8, Aspek Tayangan 9, Aspek Tayangan10, Aspek Tayangan 11, Aspek Tayangan 12, Aspek Tayangan 13, Aspek Tayangan 14, Aspek Tayangan 15.
71
B. Faktor Penerimaan Pesan Media Validitas: Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Faktor Penerimaan No.1 Faktor Penerimaan No. 2 Faktor Penerimaan No. 3 Faktor Penerimaan No. 4 Faktor Penerimaan No. 5 Faktor Penerimaan No. 6 Faktor Penerimaan No. 7 Faktor Penerimaan No. 8 Faktor Penerimaan No. 9 Faktor Penerimaan No. 10 Faktor Penerimaan No. 11 Faktor Penerimaan No. 12 Faktor Penerimaan No. 13 Faktor Penerimaan No. 14 Faktor Penerimaan No. 15 Faktor Penerimaan No. 16 Faktor Penerimaan No. 17 Faktor Penerimaan No. 18 Faktor Penerimaan No. 19 Faktor Penerimaan No. 20 Faktor Penerimaan No. 21 Faktor Penerimaan No. 22 Faktor Penerimaan No. 23 Faktor Penerimaan No. 24 Faktor Penerimaan No. 25 Faktor Penerimaan No. 26 Faktor Penerimaan No. 27 Faktor Penerimaan No. 28 Faktor Penerimaan No. 29 Faktor Penerimaan No. 30
81.33 81.20 81.33 81.00 81.00 80.53 80.87 81.00 80.53 81.53 81.87 81.33 81.20 80.53 81.33 81.00 80.53 81.00 81.33 81.67 81.73 80.53 81.67 81.67 81.67 81.93 81.93 81.67 81.67 81.33
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted Total Correlation 28.381 28.457 28.952 28.571 27.286 27.124 27.695 28.571 26.981 28.124 27.695 28.381 28.457 27.124 28.381 27.286 27.124 28.571 28.381 27.381 26.352 27.124 26.667 27.381 26.667 26.924 26.924 27.381 26.667 28.381
.521 .561 .665 .587 .688 .609 .691 .587 .783 .605 .591 .521 .661 .609 .521 .688 .609 .587 .521 .520 .724 .609 .661 .520 .661 .700 .700 .520 .661 .521
Cronbach's Alpha if Item Deleted .798 .800 .803 .802 .796 .792 .797 .802 .796 .800 .797 .798 .800 .792 .798 .796 .792 .802 .798 .795 .786 .792 .789 .795 .789 .789 .789 .795 .789 .798
72
Reliabilitas: Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Part 1
Value N of Items
Part 2
Value N of Items Total N of Items
Spearman-Brown Coefficient
.800 15
a
.737 15
b
30
Correlation Between Forms
.568
Equal Length Unequal Length Guttman Split-Half Coefficient
.724 .724 .724
a. The items are: Faktor Penerimaan No.1, Faktor Penerimaan No. 2, Faktor Penerimaan No. 3, Faktor Penerimaan No. 4, Faktor Penerimaan No. 5, Faktor Penerimaan No. 6, Faktor Penerimaan No. 7, Faktor Penerimaan No. 8, Faktor Penerimaan No. 9, Faktor Penerimaan No. 10, Faktor Penerimaan No. 11, Faktor Penerimaan No. 12, Faktor Penerimaan No. 13, Faktor Penerimaan No. 14, Faktor Penerimaan No. 15. b. The items are: Faktor Penerimaan No. 16, Faktor Penerimaan No. 17, Faktor Penerimaan No. 18, Faktor Penerimaan No. 19, Faktor Penerimaan No. 20, Faktor Penerimaan No. 21, Faktor Penerimaan No. 22, Faktor Penerimaan No. 23, Faktor Penerimaan No. 24, Faktor Penerimaan No. 25, Faktor Penerimaan No. 26, Faktor Penerimaan No. 27, Faktor Penerimaan No. 28, Faktor Penerimaan No. 29, Faktor Penerimaan No. 30.
73
C. Efek Tayangan Sulanjana Validitas: Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Efek Tayangan No. 1 Efek Tayangan No.2 Efek Tayangan No.3 Efek Tayangan No.4 Efek Tayangan No.5 Efek Tayangan No.6 Efek Tayangan No.7 Efek Tayangan No.8 Efek Tayangan No.9 Efek Tayangan No.10 Efek Tayangan No.11 Efek Tayangan No.12 Efek Tayangan No.13 Efek Tayangan No.14 Efek Tayangan No.15 Efek Tayangan No.16 Efek Tayangan No.17 Efek Tayangan No.18 Efek Tayangan No.19 Efek Tayangan No.20 Efek Tayangan No.21 Efek Tayangan No.22 Efek Tayangan No.23 Efek Tayangan No.24 Efek Tayangan No.25
Cronbach's Alpha if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted Total Correlation
73.40 73.53 73.33 72.87 73.53 73.20 73.80 73.40 73.67 73.20 73.20 73.00 73.40 72.67 73.93 74.00 73.67 73.80 73.93 72.87 73.87 73.93 73.87 73.07 72.87
87.543 79.838 89.952 86.695 79.838 82.886 85.457 87.543 88.238 88.171 82.886 87.429 87.543 90.238 86.924 86.143 86.810 85.457 86.495 86.695 86.838 86.924 86.838 88.210 86.695
.698 .838 .564 .838 .838 .846 .797 .698 .623 .670 .846 .710 .698 .627 .780 .849 .777 .797 .651 .838 .822 .780 .822 .626 .838
.959 .959 .960 .958 .959 .958 .958 .959 .960 .959 .958 .959 .959 .960 .958 .958 .958 .958 .960 .958 .958 .958 .958 .960 .958
Reliabilitas: Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Part 1
Value N of Items
Part 2
Value N of Items Total N of Items
Spearman-Brown Coefficient
.909 13
a
.954 12
b
25
Correlation Between Forms
.848
Equal Length Unequal Length Guttman Split-Half Coefficient
.918 .918 .917
74
a. The items are: Efek Tayangan No. 1, Efek Tayangan No.2, Efek Tayangan No.3, Efek Tayangan No.4, Efek Tayangan No.5, Efek Tayangan No.6, Efek Tayangan No.7, Efek Tayangan No.8, Efek Tayangan No.9, Efek Tayangan No.10, Efek Tayangan No.11, Efek Tayangan No.12, Efek Tayangan No.13. b. The items are: Efek Tayangan No.13, Efek Tayangan No.14, Efek Tayangan No.15, Efek Tayangan No.16, Efek Tayangan No.17, Efek Tayangan No.18, Efek Tayangan No.19, Efek Tayangan No.20, Efek Tayangan No.21, Efek Tayangan No.22, Efek Tayangan No.23, Efek Tayangan No.24, Efek Tayangan No.25.
75
Lampiran 3. Hasil Uji Korelasi rank Spearman untuk Hubungan Usia dengan Aspek Tayangan Sulanjana Correlations Usia Spearman's rho Usia
Correlation
Jam Tayang Durasi Tayang Isi Tayangan
1.000
.182
-.113
.124
.
.079
.276
.234
94
94
94
94
.182
1.000
-.092
-.029
.079
.
.380
.780
94
94
94
94
-.113
-.092
1.000
.106
.276
.380
.
.307
94
94
94
94
.124
-.029
.106
1.000
.234
.780
.307
.
94
94
94
94
Coefficient Sig. (2-tailed) N Jam Tayang
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Durasi Tayang Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Isi Tayangan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
76
Lampiran 4. Hasil Uji crosstab Chi-Square untuk Jenis Kelamin dengan Aspek Tayangan Sulanjana Jenis Kelamin * Jam Tayang Jam Tayang Pengetahuan Rendah Jenis Kelamin
Pengetahuan Tinggi
Total
Laki-laki
33
10
43
Perempuan
13 46
38 48
51 94
Total
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.000
22.518
1
.000
25.726
1
.000
24.526 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (1sided)
.000
Linear-by-Linear Association
24.265
N of Valid Cases
1
.000
.000
94
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.04. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.455 94
.000
Jenis Kelamin * Durasi Tayang Durasi Tayang Pengetahuan Rendah Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
Total
Pengetahuan Tinggi
Total
5
38
43
6 11
45 83
51 94
77
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.984
.000
1
1.000
.000
1
.984
.000 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
1.000
Linear-by-Linear Association
.000
N of Valid Cases
1
Exact Sig. (1sided)
.620
.984
94
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.03. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.002 94
.984
Jenis Kelamin * Isi Tayangan Isi Tayangan Pengetahuan Rendah Jenis Kelamin
Pengetahuan Tinggi
Total
Laki-laki
4
39
43
Perempuan
5 9
46 85
51 94
Total
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.934
.000
1
1.000
.007
1
.934
.007 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
1.000
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
.007
1
.935
94
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.12. b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
.008 94
Approx. Sig. .934
Exact Sig. (1sided)
.608
78
Lampiran 5. Hasil Uji crosstab Chi-Square untuk Agama dengan Aspek Tayangan Sulanjana Agama * Jam Tayang Jam Tayang Pengetahuan Rendah Agama Total
Islam
Pengetahuan Tinggi
46 46
Total
48 48
94 94
Chi-Square Tests Value a
Pearson Chi-Square N of Valid Cases
. 94
a. No statistics are computed because Agama is a constant. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
.
a
94
a. No statistics are computed because Agama is a constant.
Agama * Durasi Tayang Durasi Tayang Pengetahuan Rendah Agama Total
Islam
Pengetahuan Tinggi
11 11
Total
83 83
94 94
Chi-Square Tests Value a
Pearson Chi-Square N of Valid Cases
. 94
a. No statistics are computed because Agama is a constant. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
a. No statistics are computed because Agama is a constant.
a
. 94
79
Agama * Isi Tayangan Isi Tayangan Pengetahuan Rendah Agama Total
Islam
Pengetahuan Tinggi 9 9
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square N of Valid Cases a. No statistics are computed because Agama is a constant.
a
. 94
85 85
Total 94 94
80
Lampiran 6. Hasil Uji crosstab Chi-Square untuk Suku dengan Aspek Tayangan Sulanjana
Suku * Jam Tayang Jam Tayang Pengetahuan Rendah Suku Total
Sunda
Pengetahuan Tinggi
46 46
Total
48 48
94 94
Chi-Square Tests Value a
Pearson Chi-Square N of Valid Cases
. 94
a. No statistics are computed because Suku is a constant. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
a
Contingency Coefficient
. 94
a. No statistics are computed because Suku is a constant.
Suku * Durasi Tayang Durasi Tayang Pengetahuan Rendah Suku Total
Sunda
Pengetahuan Tinggi
11 11
Total
83 83
94 94
Chi-Square Tests Value a
Pearson Chi-Square N of Valid Cases
. 94
a. No statistics are computed because Suku is a constant. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
a. No statistics are computed because Suku is a constant.
a
. 94
81
Suku * Isi Tayangan Isi Tayangan Pengetahuan Rendah Suku Total
Sunda
Pengetahuan Tinggi 9 9
85 85
Total 94 94
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square N of Valid Cases
a
. 94
a. No statistics are computed because Suku is a constant. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
a. No statistics are computed because Suku is a constant.
a
. 94
82
Lampiran 7. Hasil Uji crosstab Chi-Square untuk Pekerjaan dengan Aspek Tayangan Sulanjana Pekerjaan * Jam Tayang Jam Tayang Pengetahuan Rendah Pekerjaan
Karyawan Swasta
Pengetahuan Tinggi
11
PNS
Total 3
14
7
5
12
21
14
35
Petani
4
4
8
Pelajar
1
0
1
2 46
22 48
24 94
Wiraswasta
Ibu Rumah Tangga Total Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df a
23.940 27.451 20.140 94
5 5 1
.000 .000 .000
a. 4 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .49. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.451 94
.000
Pekerjaan * Durasi Tayang Durasi Tayang Pengetahuan Rendah Pekerjaan
Pengetahuan Tinggi
Total
Karyawan Swasta
1
13
14
PNS
1
11
12
Wiraswasta
4
31
35
Petani
2
6
8
Pelajar
0
1
1
3 11
21 83
24 94
Ibu Rumah Tangga Total
Chi-Square Tests
83
Value a
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
1.932 1.810 .329 94
5 5 1
.858 .875 .566
a. 7 cells (58.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .12. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.142 94
.858
Pekerjaan * Isi Tayangan Isi Tayangan Pengetahuan Rendah Pekerjaan
Pengetahuan Tinggi
Total
Karyawan Swasta
4
10
14
PNS
0
12
12
Wiraswasta
2
33
35
Petani
1
7
8
Pelajar
0
1
1
Ibu Rumah Tangga
2 9
22 85
24 94
Total Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df a
7.936 7.458 1.039 94
5 5 1
.160 .189 .308
a. 7 cells (58.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .10. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
.279 94
Approx. Sig. .160
84
Lampiran 8. Hasil Uji Korelasi rank Spearman untuk Hubungan Pendidikan dengan Aspek Tayangan Sulanjana Correlations Pendidikan Jam Tayang Durasi Tayang Isi Tayangan Spearman's rho Pendidikan
Correlation
**
.030
-.027
.
.007
.773
.799
94
94
94
94
**
1.000
-.092
-.029
.007
.
.380
.780
94
94
94
94
.030
-.092
1.000
.106
.773
.380
.
.307
94
94
94
94
-.027
-.029
.106
1.000
.799
.780
.307
.
94
94
94
94
1.000
-.278
Coefficient Sig. (2-tailed) N Jam Tayang
Correlation
-.278
Coefficient Sig. (2-tailed) N Durasi Tayang Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Isi Tayangan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
85
Lampiran 9. Hasil Uji Korelasi rank Spearman untuk Hubungan Pendapatan dengan Aspek Tayangan Sulanjana
Correlations Durasi Pendapatan Jam Tayang Spearman's rho Pendapatan
Correlation
Tayang
Isi Tayangan
**
.079
.027
.
.000
.446
.798
94
94
94
94
**
1.000
-.092
-.029
.000
.
.380
.780
94
94
94
94
.079
-.092
1.000
.106
.446
.380
.
.307
94
94
94
94
.027
-.029
.106
1.000
.798
.780
.307
.
94
94
94
94
1.000
-.486
Coefficient Sig. (2-tailed) N Jam Tayang
Correlation
-.486
Coefficient Sig. (2-tailed) N Durasi Tayang Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Isi Tayangan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
86
Lampiran 10. Hasil Uji Korelasi rank Spearman untuk Hubungan Karakteristik Individu dengan Efek Tayangan Sulanjana Correlations Jenis Kelamin
Usia Spearman's rho
Usia
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Jenis Kelamin
Efek kognitif
Efek Afektif
1.000
.037
.
.
.183
-.037
-.203
*
.149
.
.726
.
.
.078
.722
.049
94
94
94
94
94
94
**
-.201
**
.127
.151
.004
.222
94
94
94
94
**
**
**
.726
.
.
.
.000
.052
.000
.000
.000
.000
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
Correlation Coefficient
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sig. (2-tailed)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
Correlation Coefficient
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sig. (2-tailed)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
Correlation Coefficient
.183
**
.
.
1.000
**
**
**
**
Sig. (2-tailed)
.078
.000
.
.
.
.000
.000
.000
.000
.001
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
.
**
1.000
**
**
**
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
.
-.769
-.750
.636
.609
.540
-.397
.419
**
Sig. (2-tailed)
-.769
-.466
.295
.
.430
.430
Efek Konatif
.
N Pendidikan
Pendapata n
1.000
N Pekerjaan
Pekerjaan Pendidikan
.037
N Suku
Suku
Correlation Coefficient N
Agama
Agama
.394
-.299
.354
**
.340
**
-.037
-.201
-.323
.722
.052
.
.
.000
.
.000
.000
.003
.001
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
87
Pendapatan Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Efek kognitif Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Efek Afektif
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Efek Konatif Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.1 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
**
.
.
**
1.000
.049
.000
.
.
.000
.000
.
.000
.000
.000
94
94
94
.149
**
94
94
94
94
94
94
94
.
.
**
**
**
1.000
**
.151
.000
.
.
.000
.000
.000
.
.000
.001
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
**
**
.
**
**
**
**
1.000
-.203
*
.295
-.466
.609
.419
.
**
-.750
.540
.394
.636
-.397
-.299
-.606
-.620
-.606
.561
**
-.620
.561
**
**
-.572
**
.339
**
.425
.004
.000
.
.
.000
.003
.000
.000
.
.000
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
.127
**
.
**
**
**
**
**
1.000
.354
.
.340
-.323
-.572
.339
.425
.222
.000
.
.
.001
.001
.000
.001
.000
.
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
88
Lampiran 11. Hasil Uji Korelasi rank Spearman untuk Hubungan Aspek Tayangan Sulanjana dengan Faktor Penerimaan Pesan Media Correlations Durasi Jam Tayang Spearman's
Jam Tayang
rho
Correlation
Tayang
Isi Tayangan
Selective
Selective
Selective
Penyesuaian
Attention
Perception
Retention
Diri *
-.006
.170
.001
.019
.957
.101
94
94
94
94
94
.106
-.073
-.115
.061
-.075
-.127
.
.307
.484
.270
.558
.472
.224
94
94
94
94
94
94
94
94
-.029
.106
1.000
.097
.022
-.077
-.026
.035
.780
.307
.
.352
.831
.460
.802
.741
94
94
94
94
94
94
94
94
**
-.073
.097
1.000
**
-.072
.121
.001
.484
.352
.
.000
.003
.489
.244
94
94
94
94
94
94
94
94
.338
**
1.000
-.092
-.029
.
.380
.780
.001
94
94
94
-.092
1.000
.380
**
Motivasi
.342
.242
Coefficient Sig. (2-tailed) N Durasi Tayang
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Isi Tayangan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Selective Attention Correlation
.338
**
.357
.303
Coefficient Sig. (2-tailed) N
89
Selective
Correlation
Perception
Coefficient Sig. (2-tailed) N
Selective
Correlation
Retention
Coefficient Sig. (2-tailed) N
Penyesuaian Diri
Correlation
**
-.115
.022
**
1.000
.132
.121
.137
.001
.270
.831
.000
.
.204
.244
.186
94
94
94
94
94
94
94
94
.242
*
.061
-.077
**
.132
1.000
-.183
.099
.019
.558
.460
.003
.204
.
.078
.342
94
94
94
94
94
94
94
94
-.006
-.075
-.026
-.072
.121
-.183
1.000
.199
.957
.472
.802
.489
.244
.078
.
.055
94
94
94
94
94
94
94
94
.170
-.127
.035
.121
.137
.099
.199
1.000
.101
.224
.741
.244
.186
.342
.055
.
94
94
94
94
94
94
94
94
.342
.357
.303
Coefficient Sig. (2-tailed) N Motivasi
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.1 level (2-tailed).
90
Lampiran 12. Hasil Uji Korelasi rank Spearman untuk Hubungan Faktor Penerimaan Pesan Media dengan Efek Tayangan Sulanjana Correlations
Spearman's rho Selective Attention Correlation
Selective
Selective
Selective
Penyesuaian
Attention
Perception
Retention
Diri
1.000
**
.357
Motivasi Efek kognitif Efek Afektif Efek Konatif
**
-.072
.121
.303
.298
**
.126
.131
Coefficient Sig. (2-tailed) N Selective
Correlation
Perception
Coefficient Sig. (2-tailed) N
Selective Retention Correlation
.
.000
.003
.489
.244
.004
.227
.208
94
94
94
94
94
94
94
94
**
1.000
.132
.121
.137
.000
.
.204
.244
.186
.000
.000
.003
94
94
94
94
94
94
94
94
**
.132
1.000
-.183
.099
.191
**
.123
.003
.204
.
.078
.342
.065
.007
.239
94
94
94
94
94
94
94
94
-.072
.121
-.183
1.000
.199
-.010
.183
.051
.489
.244
.078
.
.055
.923
.078
.623
94
94
94
94
94
94
94
94
.357
.303
.492
**
.437
.275
**
**
.302
Coefficient Sig. (2-tailed) N Penyesuaian Diri
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
91
Motivasi
Correlation
**
.179
.090
.
.007
.085
.389
94
94
94
94
**
1.000
.923
.007
.
.000
.001
94
94
94
94
94
94
**
.183
.179
**
1.000
.121
.137
.099
.199
1.000
.244
.186
.342
.055
94
94
94
94
**
.191
-.010
.004
.000
.065
94
94
.275
Coefficient Sig. (2-tailed) N Efek kognitif
Correlation
**
.298
.492
.275
.561
**
**
.339
Coefficient Sig. (2-tailed) N Efek Afektif
Correlation
.126
**
.437
.275
.561
**
.425
Coefficient Sig. (2-tailed) N Efek Konatif
Correlation
.227
.000
.007
.078
.085
.000
.
.000
94
94
94
94
94
94
94
94
**
.123
.051
.090
**
1.000
.208
.003
.239
.623
.389
.001
.000
.
94
94
94
94
94
94
94
94
.131
.302
.339
**
.425
Coefficient Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).