e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Listrik
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
e-Learning DMP K3-L1 Study Guide Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Listrik
Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting. No portion of this text may be reprinted for other than personal use. Any commercial use of this document is strictly forbidden Contact DMP Training & Consulting to arrange for use as training document This study guide is designed to be reviewed off-line as a tool for preparation to successfully complete DMP K3-L1 Read each modul, answer the quiz questions, and submit the quiz questions online through the course webpage. You can print th post-quiz screen which will contain the correct answers to the questions. The final exam will consist of questions developed from the course content and module quizzes. We hope you enjoy the course and if you have any questions, feel free to email or call:
DMP Training & Consulting Jl. Buntu No. 18, Johar Baru, Jakarta Pusat Indonesia 10550 www.dmpgroup.co.id
[email protected] +62.81380710806
Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 2 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
I.
BAHAY A DAN DAMP AK SENG ATAN LISTRIK BAGI MANUSI A
Baha ya Sengatan Listrik Bagi Manusia Pada satu sisi, dalam menjalankan aktivitas sehari -hari kita sangat membutuhkan daya listrik. Namun pada sisi lain, listrik sangat membahayakan keselamatan kita kalau tidak dikelola dengan baik. Sebagian besar orang pernah mengalami/merasakan sengatan listrik, dari yang hanya merasa terkejut saja sampai dengan yang merasa sangat menderita. Oleh karena itu, untuk mencegah dari hal hal yang tidak diinginkan, kita perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya listrik dan jalan yang terbaik adalah melalui peningkatan pemahaman terhadap sifat dasar kelistrikan yang kita gunakan. Bahaya listrik dibedakan menjadi dua, yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer adalah bahaya -bahaya yang disebabkan oleh listrik secara langsung, seperti bahaya sengatan listrik dan bahaya kebakaran atau ledakan. Sedangkan bahaya sekunder adalah bahaya -bahaya yang diakibatkan listrik secara tidak langsung. Namun bukan berarti bahwa akibat yang ditimbulkannya lebih ringan dari bahaya primer. Contoh bahaya sekunde r antara lain adalah seluruh tubuh atau sebagian tubuh terbakar baik langsung maupun tidak langsung, jatuh dari suatu ketinggian, jatuh dari tangga, dan lain -lain.
Dampak Sengatal Listrik Bagi Manusia Dampak sengatan listrik bagi manusia antara lain adalah: -
-
Gagal kerja jantung (Ventricular Fibrillation), yaitu berhentinya denyut jantung atau denyutan yang sangat lemah sehingga tidak mampu mensirkulasikan darah dengan baik. Untuk mengembalikannya perlu bantuan dari luar. Gangguan pernafasan akibat kont raksi hebat (suffocation) yang dialami oleh paru-paru. Kerusakan sel tubuh akibat energi listrik yang mengalir di dalam tubuh, Terbakar akibat efek panas dari listrik.
Tiga Faktor Penentu Tingkat Baha ya Listrik Terdapat tiga faktor yang menentukan tingkat bahaya listrik bagi manusia, yaitu tegangan (V), arus (I) dan tahanan (R). Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi antara satu dan lainnya yang ditunjukkan dalam hukum Ohm, seperti pada gambar 1 berikut penjelasannya. Tegangan (V) dalam satuan volt (V) merupakan tegangan sistem jaringan listrik atau sistem tegangan pada peralatan. Arus (I) dalam satuan ampere (A) atau mili- ampere (mA) adalah arus yang mengalir dalam rangkaian, dan tahanan (R) Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 3 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
dalam satuan ohm, kilo ohm atau mega ohm adalah nilai tahana n atau resistansi total saluran yang tersambung pada sumber tegangan listrik. Sehingga berlaku :
π
=
π πΌ
; πΌ=
π π
dan ; π = πΌ Γ π
Bila dalam hal ini titik perhatiannya pada unsur manusia, maka selain kabel (penghantar), sistem pentanahan, dan bagian dari peralatan lain, tubuh kita termasuk bagian dari tahanan rangkaian tersebut (lihat gambar 2).
Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 4 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
Tingkat bahaya listrik bagi manusia, salah satu faktornya ditentukan oleh tinggi rendah arus listrik yang mengalir ke dalam tubuh kita. Sedangkan kuantitas arus akan ditentukan oleh tegangan dan tahanan tubuh manusia serta tahanan lain yang menjadi bagian dari saluran. Berarti perist iwa bahaya listrik berawal dari sistem tegangan yang digunakan untuk mengoperasikan alat. Semakin tinggi sistem tegangan yang digunakan, semakin tinggi pula tingkat bahayanya. Jaringan listrik tegangan rendah dan sistem tegangan yang digunakan di Indonesia adalah: fasatunggal atau satu fasa sebesar 220 V, dan tiga fasa sebesar 380 V dengan frekuensi 50 Hz. Sistem tegangan ini sungguh sangat berbahaya bagi keselamatan manusia.
Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 5 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
II.
PROSES SENG ATAN LIST RIK
Proses Terjadinya Sengatan Listrik Terdapat dua cara listrik bisa menyengat tubuh kita, yaitu melalui sentuhan langsung dan tidak langsung. Bahaya sentuhan langsung merupakan akibat dari anggota tubuh bersentuhan langsung dengan bagian yang bertegangan sedangkan bahaya sentuhan tida k langsung merupakan akibat dari adanya tegangan liar yang terhubung ke bodi atau selungkup alat yang terbuat dari logam (bukan bagian yang bertegangan) sehingga bila tersentuh akan mengakibatkan sengatan listrik. Gambar 3 dan 4 di bawah ini memberikan i lustrasi tentang kedua bahaya tersebut.
Tiga Faktor Penentu Keseriusan Akibat Sengatan Listrik Terdapat tiga faktor yang menentukan keseriusan sengatan listrik pada tubuh manusia, yaitu: besar arus, lintasan aliran, dan lama sengatan pada tubuh.
a. Besar arus listrik Besar arus yang mengalir dalam tubuh akan ditentukan oleh tegangan dan tahanan tubuh. Tegangan tergantung sistem tegangan yang digunakan (di Indonesia 220 V dan 380 V), sedangkan tahanan tubuh manusia bervariasi tergantung pada jenis, kelembaban/moistur kulit dan faktor -faktor lain seperti ukuran tubuh, berat badan, dan lain sebagainya. Tahanan kontak kulit bervariasi dari 1.000 Kilo Ohm (kulit kering) sampai 100 Ohm (kulit basah). Tahanan dalam (internal) tubuh sendiri anta ra 100β 500 Ohm. Contoh : Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 6 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
Jika tegangan sistem yang digunakan adalah 220 kemungkinan arus yang mengalir ke dalam tubuh manusia?
V,
berapakah
Kondisi terjelek : -
Tahanan tubuh adalah tahanan kontak kulit ditambah tahanan internal tubuh:
π
π = 100 πβπ + 100 πβπ = 200 πβπ
-
Arus yang men galir ke tubuh
πΌ=
π 22π π = = 1,1 π΄ π
220 πβπ
Kondisi terbaik : -
Tahanan tubuh:
π
π = 1.000 πΎπππ πβπ
-
Arus yang mengalir ke tubuh = 220 V / 1.000 KOhm = 0,22 mA
πΌ=
π 22π π = = 0,22 ππ΄ π
1000 πΎπβπ
b. Lintasan aliran arus dalam tubuh Lintasan arus listrik dalam tubuh manusia juga akan sangat menentukan tingkat akibat sengatan listrik. Lintasan yang sangat berbahaya adalah yan g melewati jantung dan pusat saraf (otak). Untuk menghindari kemungkinan terburuk apabila kita bekerja pada sistem kelistrikan, khususnya yang bersifat ONLINE adalah sebagai berikut : - Gunakan topi isolasi untuk menghindari kepala dari sentuhan listrik. - Gunakan sepatu yang berisolasi baik agar kalau terjadi hubungan listrik dari anggota tubuh yang lain tidak mengalir ke kaki agar jantung tidak dilalui arus listrik. - Gunakan sarung tangan isolasi minimal untuk satu tangan untuk menghindari lintasan aliran ke jantung bila terjadi sentuhan listrik melalui kedua tangan. Bila tidak, s atu tangan untuk bekerja sedangkan tangan yang satunya dimasukkan ke dalam saku. Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 7 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
c. Lama w aktu terkena sengatan listrik Lama waktu terkena sengatan listrik ternyata sangat menentukan kefatalan akibat sengatan listrik. Penemuan faktor ini menjadi petunjuk yan g sangat berharga bagi pengembangan teknologi proteksi dan keselamatan listrik. Semakin lama waktu tubuh dalam sengatan semakin fatal pengaruh yang diakibatkannya. Oleh karena itu, yang menjadi ekspektasi dalam pengembangan teknologi adalah bagaimana bisa membatasi sengatan ag ar dalam waktu sependek mungkin. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengaruh besar dan lama waktu arus sengatan terhadap tubuh ditunjukkan pada gambar 6. Dalam gambar tersebut diperlihatkan bagaimana pengaruh sengatan listrik terhadap tubuh, khususnya yang terkait dengan dua faktor, yaitu besar dan lama arus listrik mengalir dalam tubuh. Arus sengatan pada : - Daerah 1 (sampai 0,5 mA) merupakan daerah aman dan belum terasakan oleh tubuh (arus mulai terasa 1 mA s/d 8 mA). - Daerah 2, merupakan daerah yang masih aman walaupun sudah memberikan dampak rasa pada tubuh dari ringan sampai sedang walaupun masih belum menyebabkan gangguan kesehatan. - Daerah 3 sudah berbahaya bagi manusia karena akan menimbulkan kejang kejang/kontraksi otot da n paru-paru sehingga menimbulkan gangguan pernafasan. - Daerah 4 merupakan daerah yang sangat memungkinkan menimbulkan kematiansi penderita.
Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 8 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
Gambar: Daerah bahaya akibat lama waktu arus sengatan terhadap tubuh manusia Dalam gambar tersebut juga ditunjukkan karakteristik salah satu pengaman terhadap bahaya sengatan listrik, di mana ada batasan kurang dari 30 mA dan waktu kurang dari 25 milli detik . Hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam bagian proteksi pada pertemuan berikutnya.
Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 9 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
III.
SISTEM PENG AMAN AN TE RHAD AP BAHAY A LISTRI K
Sistem pengamanan listrik dimaksudkan untuk mencegah orang bersentuhan baik langsung maupun tidak langsung dengan bagian yang beraliran listrik. Pengamanan terhadap sentuhan langsung . Ada banyak cara / metoda pengamanan dari sentuhan langsung seperti yang akan dijelaskan berikut ini. -
Isolasi pengaman yang memadai. Pastikan bahwa kualitas isolasi pengaman baik, dan dilakukan pemeriksaan dan pemeliharaan dengan baik. Memasang kabel sesuai den gan peraturan dan standard yang berlaku.
-
Menggunakan peralatan INTERLOCKING. Peralatan ini biasa di pasang pada pintu-pintu. Ruangan yang di dalamnya terdapat peralatan yang berbahaya. Jika pintu dibuka, semua aliran listrik ke peralatan terputus (door switch).
Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 10 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
Pegaman Terhadap Tegangan Sentuh (Tidak Langsung) Pentanahan (Grounding/Earthing)Pentanahan merupakan salah satu cara konvensional untuk mengatasi bahaya tegangan sentuh tidak langsung yang dimungkinkan terjadi pada bagian peralatan yang terb uat dari logam. Untuk peralatan yang mempunyai selungkup / rumah tidak terbuat dari logam tidak memerlukan sistem ini. Agar sistem ini dapat bekerja secara efektif maka baik dalam pembuatannya maupun hasil yang dicapai harus sesuai dengan standard. Ada 2 h al yang dilakukan oleh sistem pentanahan, yaitu (1) menyalurkan arus dari bagian bagian logam peralatan yang teraliri arus listrik liar ke tanah melalui saluran pentanahan, dan (2) menghilangkan beda potensial antara bagian logam peralatan dan tanah sehing ga tidak membahayakan bagi yang menyentuhnya. Berikut ini contoh potensi bahaya tegangan sentuh tidak langsung dan pengamanannya. Tegangan sentuh (tidak langsung) Peralatan yang digunakan menggunakan sistem tegangan fasa -satu, dengan tegangan antara salura n fasa (L) dan netral (N) 220 V. Alat tersebut menggunakan sekering 200 A. Bila terjadi arus bocor pada selungkup/rumah mesin, maka tegangan/beda potensial antara selungkup mesin dan tanah sebesar 220 V. Tegangan sentuh ini sangat berbahaya bagi manusia. B ila selungkup yang bertegangan ini tersentuh oleh orang maka akan ada arus yang mengalir ke tubuh orangtersebut sebagaimana telah diilustrasikan dalam gambar : Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 11 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
Gambar: Alat Proteksi Otomatis Residual Current Device (RCD), Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB) dan Ground Fault Circuit Interruptor (GFCI)
Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 12 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
Pengaman pada peralatan portabel Metode pengamanan peralatan listrik portabel dibedakan menjadi 2 kelas, yaitu Alat Kelas I dan Kelas II. Sedangkan untuk alat -alat mainan dikategorikan Alat Kelas III. Alat Kelas I adalah alat listrik yang pengamanan terhadap sengatan listrik menggunakan saluran pentanahan (grounding). Alat ini mempunyai selungkup (casing) yang terbuat dari logam. Alat Kelas II adalah alat listrik yang mempunyai isolasi ganda, di mana se lungkup atau bagian -bagian yang tersentuh dalam pemakaiannya terbuat dari bahan isolasi. Pada alat kelas ini tidak diperlukan saluran pentanahan. Berikut ini adalah contoh alat yang termasuk Kelas I dan Kelas II.
Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 13 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
IV.
PROSEDUR KESELAMATAN KERJ A LISTRIK
Umum -
Hanya orang-orang yang berwenang, dan berkompeten yang diperbolehkan bekerja pada atau di sekitar peralatan listrik Menggunakan peralatan listrik sesuai dengan prosedur (jangan merusak atau membuat tidak berfungsinya alat pengaman) Jangan menggunakan tangga logam untuk bekerja di daerah instalasi listrik Pelihara alat dan sistem dengan baik Menyiapkan langkah -langkah tindakan darurat ketika terjadi kecelakaan Prosedur shut -down : tombol pemutus aliran listrik (emergency off) harus muda h diraih. Korban harus dipisahkan dari aliran listrik dengan cara yang aman sebelum dilakukan pertolongan pertama. Hubungi bagian yang berwenang untuk melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan. Pertolongan pertama harus dilakukan oleh orang yang berkompeten
Khusus Lockout/Tagout Prosedur ini merupakan prosedur keselamatan khusus yang diperlukan ketika bekerja untuk melakukan pemeliharaan/perbaikan pada sistem peralatan listrik secara aman. Tujuan: Mencegah adanya release baik secara elektrik maupun mekanik yang tidak disengaja yang membahayakan orang yang sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan dan atau perbaikan. -
Memisahkan/memutuskan dari aliran listrik.
-
Langkah-langkah prosedur ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
-
Buat rencana lockout/tagout
-
Beritahu operator dan pengguna lainnya rencana pemutusan aliran listrik
-
Putuskan aliran pada titik yang tepat
-
Periksa apakah tim/pekerja telah menggantungkan padlocksnya pada titik lockout
-
Letakkan tulisan βperhatianβ pada titik lockout
Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 14 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
-
Lepaskan energi sis a/tersimpan ( baterai kapasitor, per)
-
Pastikan bahwa peralatan/sistem tidak beraliran listrik
-
Semua anggota tim/pekerja mengambil padlocknya kembali setelah pekerjaan selesai
Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 15 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
V.
BAHAY A DAN PENGENDAL I AN KEBAKARAN DAN PE LEDAKAN AKIBAT LISTRIK
Penyebab Kebakaran dan Pengamanan -
Ukuran kabel yang tidak memadai. Salah satu faktor yang menentukan ukuran kabel atau penghantar adalah besar arus nominal yang akan dialirkan melalui kabel/penghantar tersebut sesuai dengan lingkungan pemasangannya, terbuka atau tertutup. Dasar pertimbangannya adalah efek pemanasan yang dialami oleh penghantar tersebut jangan melampaui batas. Bila kapasitas arus terlampaui maka akan menimbulkan efek panas yang berkepanjangan yang akhirnya bisa merusak i solasi dan atau membakar benda -benda sekitarnya.
-
Penggunaan adaptor atau stop kontak yang salah.
-
Instalasi kontak yang tidak memadai
Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 16 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
-
Percikan bunga api pada peralatan listrik atau ketika memasukkan dan mengeluarkan soket ke stop -kontak pada lingkungan kerja yang berbahaya di mana terdapat cairan, gas atau debu yang mudah terbakar Untuk daerah -daerah seperti ini harus digunakan peralatan anti percikan api. Kondisi abnormal sistem kelistrikan gambar diatas mengilustrasikan arus kesalahan (abno rmal) yang sangat ekstrim yang bisa jadi menimbulkan kebakaran dan atau peledakan, yaitu: ο· Terjadinya hubung singkat antar saluran aktif L1, L2, dan L3, ο· Hubung singkat ke tanah (hubung tanah) antara saluran aktif L1, L2, L3 dengan tanah ο· Bila ada kawat netra l bisa terjadi hubung singkat antara saluran aktif L1, L2, L3 dengan saluran netral, Untuk mencegah potensi bahaya yang disebabkan oleh kondisi abnormal semacam ini adalah pemasangan alat proteksi yang tepat, seperti sekering, CB, MCB, ELCB, dll.
Pengendalian Kebakaran dan peledakan Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 17 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
-
Penggunaan instalasi, perlengkapan dan peralatan sesuai dengan IP (indeks protection) Perlindungan terhadap masuknya benda padat Perlindungan terhadap masuknya benda cair Perlindungan pada kondisi khusus
IPXXB angka pertama diganti huruf X : tidak dipersyaratkan untuk proteksi dari masuknya benda asing padat angka kedua diganti huruf X : tidak dipersyaratkan untuk proteksi dari masuknya air. Huruf B : dipersyaratkan proteksi manusia dari sentuh langsung jari ke bagian berbah aya. -
IP2X ο·
ο· -
angka pertama (angka 2) : dipersyaratkan darimasuknya benda asing padat dengan diameter β₯ 12,5 mm dan proteksi manusia dari sentuh langsung dari jari ke bagian yang berbahaya Angka kedua diganti huruf X : tidak ada persyaratan untuk proteksi dari masuknya air
IP4X ο·
Angka Pertama (angka4) : dipersyaratakan proteksi darimasuknya benda asing padat dengan diemater β₯ 1,0 mm dan proteksi manusia dari sentuh langsung dengan kawat (berdiameter β₯ 1,0 mm) ke bagian berbahaya
ο·
Angka kedua diganti huruf X : tid ak dipersyaratakan untuk proteksi dari masuknya air.
1
2
Elem en
Angka/huruf
Kode huruf
IP
Angka Karakterist ik pertama
3
4
Artinya proteksi untuk perlengkapan
Artinya proteksi manusia
Dari masuknya benda asing padat
Dari sentuh langsung ke bagian berbahaya dengan :
0
(tanpa proteksi)
(tanpa Prot eksi)
1
diameter β₯ 50 mm
belakang telapak tangan
2
diameter β₯ 12,5 mm
jari
3
diameter β₯ 2,5 mm
perkakas
4
diameter β₯ 1,0 mm
kawat
Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 18 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
Angka karakteristrik kedua
5
debu
kawat
6
kedap debu
kawat
0
(tanpa proteksi)
1
tetesan vert ical
air
secara
tetesan (15 0 )
air
m iring
2 3 4 5 6 7 8
semprotan butiran halus
air/
semprotan air/but iran besar pancar an air pancar an air kuat perendaman sementara perendaman kontinu
Huruf tambahan (Opsi)
A
Belakang telapak tangan
B
Jari
C
Perkakas
D
kawat
Informasi suplemen khusus untuk :
Huruf suplemen (Opsi)
H M S W
Aparat tinggi
tegangan
Gerakan selama uji air Stasioner uji air
selama
Kondisi cuaca Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 19 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 20 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
VI.
KEGI ATAN K3 LISTRIK DAL AM PENERAP AN SMK3
Penetapan Kebijakan K3: -
Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko terkait listrik
-
Melakukan peninjauan terhadap kejadian yang berbahaya terkait listrik
-
Penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya listrik yang disediakan
-
Memastikan terdapat penilaian k inerja pengendalian potensi bahaya lis trik
-
Masukan pekerja/buruh terhadap pengendalian potensi bahaya litsrik selalu diperhatikan dan ditinjau.
-
Kebijakan K3 memuat pengendalian potensi bahaya listrik
manajemen
terhadap
upaya
Perencanaan K3 1. Pengusaha menyusun rencana K3 berdasarkan: a. Hasil penelaahan awal merupakan tinjauan awal kondisi K3 perusahaan yang telah dilakukan pada penyusunan kebijakan. b. Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pen ilaian risiko harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana. c. Peraturan perundang -undangan dan persyaratan lainnya Peraturan perundang -undangan dan persyaratan lainnya harus: 1) ditetapkan, dipelihara, diinventarisasi dan perusahaan; dan 2) disosialisasikan kepada seluruh pekerja/buruh. d. Sumber daya yang dimiliki
diidentifikasi
oleh
Dalam menyusun perencanaan harus mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki meliputi tersedianya su mber daya manusia yang kompeten, sarana dan prasarana serta dana. 2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran Tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan ditinjau kembali secara teratur sesuai dengan perkembangan. Tuj uan dan sasaran K3 paling sedikit memenuhi kualifikasi: 1) dapat diukur; 2) satuan/indikator pengukuran; dan Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 21 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
3) sasaran pencapaian. Dalam menetapkan berkonsultasi dengan:
tujuan
dan
sasaran
K3,
pengusaha
harus
1) wakil pekerja/buruh; 2) ahli K3; 3) P2K3; dan 4) pihak-pihak lain yang terkait. b. Skala Prioritas Skala prioritas merupakan urutan pekerjaan berdasarkan tingkat risiko, dimana pekerjaan yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi diprioritaskan dalam perencanaan. c. Upaya Pengendalian Bahaya Upaya pengendalian bahaya, dilakukan berdasarkan hasil penilaian risiko melalui pengendalian teknis, administratif, dan penggunaan alat pelindung diri. d. Penetapan Sumber Daya Penetapan sumber daya dilaksanakan untuk menjamin tersedianya sumber daya manusia yang kompe ten, sarana dan prasarana serta dana yang memadai agar pelaksanaan K3 dapat berjalan. e. Jangka W aktu Pelaksanaan Dalam perencanaan setiap kegiatan harus mencakup jangka waktu pelaksanaan. f. Indikator Pencapaian Dalam menetapkan indikator pencapaian harus ditentukan dengan parameter yang dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian tujuan penerapan SMK3. g. Sistem Pertanggung Jawaban Sistem pertanggung jawaban harus ditetapkan dalam pencapaian tujuan dan sasaran sesuai dengan fungsi dan tingkat manajemen perusahaan yang bersangkutan untuk menjamin perencanaan tersebut dapat dilaksanakan. Peningkatan K3 akan efektif apabila semua pihak dalam peru sahaan didorong untuk berperan serta dalam penerapan dan pengembangan SMK3, dan memiliki budaya perusahaan yang mendukung dan memberikan kontribusi bagi SMK3. Berdasarkan hal tersebut pengusaha harus: 1) menentukan, menunjuk, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan tanggung jawab dan tanggung gugat di bidang K3 dan wewenang untuk bertindak dan menjelaskan hubungan Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 22 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
pelaporan untuk semua tingkatan manajemen, pekerja/buruh, kontraktor, subkontraktor, dan pengunjung; 2) mempunyai prosedur untuk memantau dan mengkom unikasikan setiap perubahan tanggung jawab dan tanggung gugat yang berpengaruh terhadap sistem dan program K3; dan 3) memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi yang menyimpang atau kejadian -kejadian lainnya.
Pelaksanaan Rencana K3 Pelaksanaan rencana K3 harus dilaksanakan oleh pengusaha dan/atau pengurus perusahaan atau tempat kerja dengan: 1. menyediakan sumber daya manusia yang mempunyai kualifikasi; dan 2. menyediakan prasarana dan sarana yang memadai. 1. Penyediaan Sumber Daya Manusi a a. Prosedur Pengadaan Sumber Daya Manusia Dalam penyediaan sumber daya manusia, perusahaan harus membuat prosedur pengadaan secara efektif, meliputi: 1) Pengadaan sumber daya manusia sesuai kebutuhan dan memiliki kompetensi kerja serta kewenangan dibidang K3 yang dibuktikan melalui: a) sertifikat K3 yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang; dan b) surat izin kerja/operasi dan/atau surat penunjukan dari in stansi yang berwenang. 2) Pengidentifikasian kompetensi kerja yang diperlukan pada setiap tingkatan manajemen perusahaan dan menyelenggarakan setiap pelatihan yang dibutuhkan; 3) Pembuatan ketentuan untuk mengkomunikasikan informasi K3 secara efektif; 4) Pembuatan peraturan untuk memperoleh pendapat dan saran para ahli; dan 5) Pembuatan peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan keterlibatan pekerja/buruh secara aktif. b. Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran Dalam menunjukkan komitmennya terhadap K3, pengusaha dan/atau pengurus harus melakukan konsultasi, motivasi dan kesadaran dengan melibatkan pekerja/buruh maupun pihak lain yang terkait di dalam penerapan, pengembangan dan pemeliharaan SMK3, sehingga semua pihak merasa ikut memiliki dan merasakan hasilnya. Dalam melakukan konsultasi, motivasi dan kesadaran SMK3, pengusaha dan/atau pengurus harus memberi pemahaman kepada tenaga kerja atau Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 23 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
pekerja/buruh tentang bahaya fisik, kimia, ergonomi, radiasi, biologi, dan psikologi yang mungkin dapat menciderai dan meluk ai pada saat bekerja, serta pemahaman sumber bahaya tersebut. Pemahaman tersebut bertujuan untuk mengenali dan mencegah tindakan yang mengarah terjadinya insiden. c. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat Bentuk tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksana an K3, harus dilakukan oleh perusahaan dengan cara: 1) menunjuk, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan tanggung jawab dan tanggung gugat di bidang K3; 2) menunjuk sumber daya manusia yang berwenang untuk bertindak dan menjelaskan kepada semua tingkatan manaj emen, pekerja/buruh, kontraktor, subkontraktor, dan pengunjung meliputi: a) pimpinan yang ditunjuk untuk bertanggung jawab harus memastikan bahwa SMK3 telah diterapkan dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan oleh setiap lokasi dan jenis kegiatan dalam perusahaan; b) pengurus harus mengenali kemampuan tenaga kerja sebagai sumber daya yang berharga dan dapat ditunjuk untuk menerima pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dalam menerapkan dan mengembangkan SMK3; 3) mempunyai prosedur untuk memantau dan mengkomu nikasikan setiap perubahan tanggung jawab dan tanggung gugat yang berpengaruh terhadap sistem dan program K3; 4) memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi yang menyimpang atau kejadian -kejadian lainnya. d. Pelatihan dan Kompetensi Kerja Pelatihan dan kompetensi Kerja, dilakukan dengan melakukan pengidentifikasian dan pendokumentasian standar kompetensi kerja K3. Standar kompetensi kerja K3 dapat diidentifikasi dan dikembangkan sesuai kebutuhan dengan: 1) 2) 3) 4) 5)
menggunakan standar kompetensi kerj a yang ada; memeriksa uraian tugas dan jabatan; menganalisis tugas kerja; menganalisis hasil inspeksi dan audit; dan meninjau ulang laporan insiden.
Hasil identifikasi kompetensi kerja digunakan sebagai dasar penentuan program pelatihan yang harus di lakukan, dan menjadi dasar pertimbangan dalam penerimaan, seleksi dan penilaian kinerja. 2. Menyediakan Prasarana Dan Sarana Yang Memadai Prasarana dan sarana yang disediakan meliputi: Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 24 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
a. Organisasi/Unit yang bertanggung jawab di bidang K3 Perusahaan wajib membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat P2K3 yang bertanggung jawab di bidang K3. P2K3 adalah badan pembantu di tempat kerja yan g merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan tenaga kerja atau pekerja/buruh u ntuk mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan k eselamatan dan kesehatan kerja. Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan tenaga kerja atau pekerja/buruh yang susunannya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota. P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja. b. Anggaran Perusahaan harus mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan K3 secara menyeluruh an tara lain untuk: 1) keberlangsungan organisasi K3; 2) pelatihan SDM dalam mewujudkan kompetensi kerja; dan 3) pengadaan prasarana dan sarana K3 termasuk alat evakuasi, peralatan pengendalian, peralatan pelindung diri. c. Prosedur operasi/kerja, informasi, dan pela poran serta pendokumentasian 1) Prosedur operasi/kerja harus disediakan pada setiap jenis pekerjaan dan dibuat melalui analisa pekerjaan berwawasan K3 ( Job Safety Analysis) oleh personil yang kompeten. 2) Prosedur informasi K3 harus menjamin pemenuhan kebutuha n untuk: a) mengkomunikasikan hasil dari sistem manajemen, temuan audit dan tinjauan ulang manajemen dikomunikasikan pada semua pihak dalam perusahaan yang bertanggung jawab dan memiliki andil dalam kinerja perusahaan; b) melakukan identifikasi dan menerima in formasi K3 dari luar perusahaan; dan c) menjamin bahwa informasi K3 yang terkait dikomunikasikan kepada orang-orang di luar perusahaan yang membutuhkan. Informasi yang perlu dikomunikasikan meliputi: a) persyaratan eksternal/peraturan perundangan -undangan dan internal/indikator kinerja K3; b) izin kerja; c) hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko serta sumber bahaya yang meliputi keadaan mesin -mesin, pesawat -pesawat, alat kerja, peralatan lainn ya, bahan-bahan, lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja, dan proses produksi; d) kegiatan pelatihan K3; e) kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan; f) pemantauan data; g) hasil pengkajian kecelakaan, insiden, keluhan dan tindak lanjut; Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 25 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
h) identifikasi p roduk termasuk komposisinya; i) informasi mengenai pemasok dan kontraktor; dan j) audit dan peninjauan ulang SMK3. 3) Prosedur pelaporan informasi yang terkait harus ditetapkan untuk menjamin bahwa pelaporan yang tepat waktu dan memantau pelaksanaan SMK3 sehingga kinerjanya dapat ditingkatkan. Prosedur pelaporan terdiri atas: a) Prosedur pelaporan internal yang harus diteta pkan untuk menangani: (1) pelaporan terjadinya insiden; (2) pelaporan ketidaksesuaian; (3) pelaporan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja; dan (4) pelaporan identifikasi sumber bahaya. b) Prosedur pelaporan eksternal yang harus ditetapkan untuk menangani: (1) pelaporan yang dipersyaratkan peraturan perundang undangan; dan (2) pelaporan kepada pemegang saham atau pihak lain yang terkait. Laporan harus disampaikan kepada pihak manajemen dan/atau pemerintah. 4) Pendokumentasian kegiatan K3 digunakan untuk: a) menyatukan secara sistematik kebijakan, tujuan dan sasaran K3; b) menguraikan sarana pencapaian tujuan dan sasaran K3; c) mendokumentasikan peranan, tanggung jawab dan prosedur; d) memberikan arahan mengenai dokumen yang terkait dan menguraikan unsur-unsur lain dari siste m manajemen perusahaan; dan e) menunjuk bahwa unsur-unsur SMK3 yang sesuai untuk perusahaan telah diterapkan. Dalam pendokumentasian menjamin bahwa:
kegiatan
K3,
perusahaan
harus
a) dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian tugas dan tanggung jawab d i perusahaan; b) dokumen ditinjau ulang secara berkala dan jika diperlukan dapat direvisi; c) dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui oleh personil yang berwenang; d) dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja yang dianggap perlu; e) semua dokumen yang telah usang harus segera disingkirkan; dan dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah dipahami. d. Instruksi kerja Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 26 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
Instruksi kerja merupakan perintah tertulis atau tidak tertulis untuk melaksanakan pekerjaan dengan tujuan untuk memast ikan bahwa setiap pekerjaan dilakukan sesuai persyaratan K3 yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan rencana K3 paling sedikit meliputi: 1. Tindakan Pengendalian Tindakan pengendalian harus diselenggarakan oleh setiap perusahaan terhadap kegiatan-kegiatan, produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tindakan pengendalian dilakukan dengan mendokumentasikan dan melaksanakan kebijakan: a. Standar bagi tempat kerja; b. Perancangan pabrik dan bahan; dan c. Prosedur dan instruksi kerja untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan produk barang dan jasa. Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan melalui: a. Identifikasi potensi bahaya dengan mempertimbangkan: 1) kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya; dan 2) jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi. b. Penilaian risiko untuk menetapkan besar kecilnya suatu risiko yang telah diidentifikasi sehingga digunakan untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja. c. Tindakan pengendalian dilakukan melalui: 1) pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi, ventilasi, higienitas dan sanitasi; 2) pendidikan dan pelatihan; 3) insentif, pengha rgaan dan motivasi diri; 4) evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan etiologi; dan 5) penegakan hukum. 2. Prosedur dan Instruksi Kerja Prosedur dan instruksi kerja harus dilaksanakan dan ditinjau ulang secara berkala terutama jika terjadi perubahan peralatan, proses atau bahan baku yang digunakan oleh personal dengan melibatkan para pelaksana yang memiliki kompetensi kerja dalam menggunak an prosedur. 3. Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Perusahaan yang akan menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain harus menjamin bahwa perusahaan lain tersebut memenuhi persyaratan K3. Verifikasi terhadap persyaratan K3 tersebut dilakukan oleh personal yang kompeten dan berwenang se rta mempunyai tanggung jawab yang jelas. 4. Pembelian/Pengadaan Barang dan Jasa Sistem pembelian/pengadaan barang dan jasa harus: Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 27 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
a. Terintegrasi dalam strategi penanganan pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja; b. Menjamin agar produk barang dan jasa s erta mitra kerja perusahaan memenuhi persyaratan K3; dan c. Pada saat barang dan jasa diterima di tempat kerja, perusahaan harus menjelaskan kepada semua pihak yang akan menggunakan barang dan jasa tersebut mengenai identifikasi, penilaian dan pengendalian r isiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. 5. Produk Akhir Produk akhir berupa barang atau jasa harus dapat dijamin keselamatannya dalam pengemasan, penyimpanan, pendistribusian, dan penggunaan serta pemusnahannya. 6. Perancangan dan Rekayasa Tahap perancangan dan rekayasa meliputi : a. Pengembangan; b. Verifikasi; c. Tinjauan ulang; d. Validasi; dan e. Penyesuaian. Dalam pelaksanaan perancangan dan rekayasa harus memperhatikan unsur-unsur: a. Identifikasi potensi bahaya; b. Prosedur penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja; dan c. Personil yang memiliki kompetensi kerja harus ditentukan dan diberi wewenang dan tanggung jawab yang jelas untuk melakukan verifikasi persyaratan SMK3. 7. Upaya Menghadapi Keadaan Darurat Kecelakaan dan Bencana Industri Perusahaan harus memiliki prosedur sebagai upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri, yang meliputi: a. Penyediaan personil dan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai mendapatkan pertolongan medik; dan b. Proses pera watan lanjutan. Prosedur menghadapi keadaan darurat harus diuji secara berkala oleh personil yang memiliki kompetensi kerja, dan untuk instalasi yang mempunyai bahaya besar harus dikoordinasikan dengan instansi terkait yang berwenang untuk mengetahui kehandalan pada saat kejadian yang sebenarnya. 8. Rencana dan Pemulihan Keadaan Darurat Dalam melaksanakan rencana dan pemulihan keadaan darurat setiap perusahaan harus memiliki prosedur rencana pemulihan keadaan darurat secara cepat untuk mengembalikan pada kondisi yang norm al dan membantu pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma.
Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 28 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3 1. Melakukan pemeriksaan dan pengujian listrik 2. Mengawasi pelaksanaan riksa uji yang dilakukan oleh pihak ketiga untuk memastikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan dan standar kelistrikan yang berlaku 3. Membuat rekomendasi perbaikan
Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3 Peran Ahli K3 bidang Listrik dalam Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3 : 1. Melakukan up dating / pembaharuan pelaksanaan diterbitkannya Permen aker no 12 tahun 2015
Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
K3
lis trik
terkait
Page 29 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
VII.
KRITERI A AUDIT TERKAIT DENG AN K3 LISTRIK
Pasal 1 1.1.4 . jika terdapat pada area dan kegiatan kerja listrik yang mempunyai potensi bahaya yang berisfat khusus dan memerlukan pengendalian serta ketentuan khusus, maka perlu dibuat kebijakan khusus untuk memastikan pelaksanaan K3 dapat dilaksanakan sesuai dengan konsidi khusus tersebut. 1.2.1. yang bertanggungjawab dan wewenang dalam pekerjaan listrik perlu diinfomasikan,s ehingga jika terjadi ganguan/kecelakaan listrik mudah untuk melaporkannya 1.2.2. terkait dengan pembinaan dan pengawasan K3 listrik penunjukan terhdap Ahli K3 bidang listrik 1.2.5 pelatihan yang dimaksud hendaknay telah mencakup tanggap darurat kecelakaan listrik 1.4.2 prosedur terjadinya perubahan instalasi listrik dan perubahan daya serta beban listrik
Pasal 2 2.1.1. peosedur identifiaksi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko bahaya listrik perlu didokumentasikan 2.1.3. Rencana berdasarkan ju ga tinjauan awal, identifikasi potensi bahaya, penilaian, pengendalian risiko, dan peraturan perundang -undangan di bidang listrik 2.1.4 direncakana adanya ahli k3 bidang listrik dan Teknisi K3 listrik untuk mengendalilkan resiko listrik 2.1.5. jika ada pe rubahan terkait listrik, maka perlu direncanakan dan penetapan waktu serta sumber daya 2.2.2.. Tersedia manual khusus pekerjaan listrik 2.3.1. standar kelistrikan pemeriksaan ulang
yang
digunakan
didokumentasi
untuk
keperluan
2.3.3. prosedur dan petunjuk k erja listrik harus berdasarkan standar kelistrikan yang berlaku 2.3.4. dilakukan peninjauan / up dating terhadap standar kelistrikan yang digunakan, sehingga penerapannya mengacu pada standar yang terbaru 2.4.1. disediakan informasi mengenai kegiatan dan a rea listrik yang berbahaya
Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 30 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
Pasal 3 3.1.1. perencanaan listrik harus mempertimbangakan identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko 3.1.2. Prosedur, instruksi kerja dalam penggunaan produk, pengoperasian perlengkapan dan peralatan listri k sudah dipertimbangkan pda saat perencanaan 3.1.3. verifikasi bahwa perancangan dan/atau perubahan instalasi perlengkapan dan peralatan listrik dilakukan oleh Ahli K3 bidang listrik.
listrik,
Pasal 5 5.1.1. spesifikasi perlengkapan dan peralatan listrik yang akan dibeli, harus diperiksa kesesuaian dnegan standar kelistrikan yang berlaku. 5.1.2. Perlengkapan dan peralatan listrik harus memiliki sertifikat dari lembaga uji yang berwenang 5.1.4. pada peralatan listrik yang mempunyai potensi bahaya yang ti nggi maka perlu adanya pelatihan bagi tenaga kerja 5.2.1. perlengkapan listrik harus diperhatikan IP dan jenis penggunaan di ruan g khusus listrik 5.3.1. perlengkapan dan peralatan listrik yang dipasok pelanggan identifiaksi potensi bahaya dan dini lai resikonya
perlu
di
5.4.1 perlengkapan dan peralatan listrik yang terpasang harus dapat teridentifikasi
Pasal 6 6.1.3 Ahli K3 bidang listrik membuat petunjuk kerja untuk mengendalikan resiko 6.1.4 petunjuk kerja sesuai dengan standar kelistrikan yang berlaku 6.1.5 terdapat sistem ijin kerja listrik 6.1.6 alat pelindung diri yang digunakan pada pekerjaan listrik adalah yang dapat melindungi dari arus kejut listrik 6.2.1 Ahli K3 bidnag listrik melakukan pengawasan terhadap pekerjaan listrik 6.2.3 Ahli K3 bidang listrik melakukan identifikasi bahaya dan membuat upaya pengendalian 6.2.4 Ahli K3 listrik membantu melakukan penyelidikan dan pelaporan kecelakaan listrik 6.3.2. Petugas yang melakukan p erencanaan, pemasangan, perubahan, pemeliharaan, pemeriksaan dan pe ngujian harus dilakukan oleh Ahli K3 bidang Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 31 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
Listrik dan Petugas yang melakukan pemasangan dan pemeliharaan adalah teknisi K3 listrik 6.4.1. Ahli K3 bidang Listrik membantu pengurus melakukan penilaian risiko di area yang terdapat instalasi bertegangan ting gi 6.4.2 Area yang terdapat instalasi tegangan tinggi harus dibuat pengendalian pembatasan izin masuk. 6.4.4 Area yang terdapat potensi bahaya listrik harus dipasang rambu peringatan untuk mencegah sentuh langsung. 6.5.1 Pembuatan jadwal pemeriksaan listri k pengujian berkala 5 (lima) tahun sekali
berkala 1 (satu) tahun sekali dan
6.5.2. hasil pemeriksaan dan pengujian berkala serta rekomendasi perbaikan disimpan dan dipelihara 6.5.3 gambar perencanaan dan perubahan instalasi listrik harus ada persetujuan dari Ahli K3 bidang listrik ; pemakaian isnatalasi listrik setelah mendapat pengesahan dari Dinas setempat 6.5.5. adanya prosedur untuk perubahan listrik yang harus melalui persetujuan dari ahli K3 bidang listrik 6.5.6. Terdapat prosedur permintaan pemeli haraan instalasi listrik,perlengkapan dan peralatan listrik yang tidak memenuhi persyaratan K3 dan perlu diperbaiki 6.5.7 instalasi listrik,perlengkapan dan peralatan listrik yang tidak aman dan tidak digunakan diberi tanda 6.5.8. Pada pekerjaan listrik p erlu diterapkan penguncian pengoperasian ( lock out system) untuk mencegah agar tidak dihidupkan sebelum saatnya. 6.5.9. Adanya larangan untuk mendekati area instalasi listrik,perlengkapan dan peralatan listrik yang sedang dipasang atau diperbaiki 6.5.10. adanya prosedur bahwa instalasi listrik,perlengkapan dan peralatan listrik yang telah dipemeliharaan, dirawat, diperbaiki atau dirubah diperbolehkan diguankan kembali setelah ada persetujuan dari Ahli K3 bidang listrik. 6.6.1. Perencanaan, pemasangan, p erubahan, pemeliharaan , pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh pihak ketiga, maka pastikan dilakukan oleh PJK3 yang mempunyai Surat Penunjukan yang masih berlaku dan pelaksanaannya sesuai dengan standar yang digunakan oleh perusahaan/tempat kerja. 6.7.1. Telah dilakukan identifikasi potensi bahaya listrik dan tersedia prosedur tanggap darurat untuk kecelakaan listrik dan diinformasikan ke semua tenaga kerja. 6.7.3. Tenaga kerja yang mengoperasikan peralatan listrik mendapat instruksi dan pelatihan mengenai prosedur keadaan darurat kecelakaan listrik yang sesuai dengan tingkat risiko Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 32 of 33
e-Learing dmp K3-L1 Study Guide
Pasal 7 7.1.5. Hasil pemeriksaan dan pengujian listrik dan rekomendasi untuk tindakan perbaikan dan diajukan kepada pengurus dan P2K3. 7.1.6. Ahli K3 listrik memantau hasil laporan pemeriksaan/inspeksi listrik dipantau untuk menentukan efektifitasnya
Pasal 8 8.4.1. adanya prosedur penanganan kecelakaan listrik
Pasal 12 12.1.1. adannya anlisis bahwa setiap pekerja yang ditugaskan untuk p erencanaan, pemasangan, perubah an, pemeliharaan , pemeriksaan dan pengujian, harus dilakukan oleh Ahli K3 bidang Listrik dan pemasangan dan pemeliharaan dilakukan oleh teknisi K3 listrik 12.1.4. Pembinaan Ahli K3 bidang Listrik dan Teknisi K3 listrik dilakukan oleh PJK3 Pembinaan bidang Listrik yang mempunyai SKP yang masih berlaku. 12.3.2. dilakukan pelatihan apabila terjadi perubahan instalasi, perlengkapan dan peralatan listrik 12.4.1. Pemberian taklimat (briefing) telah mencakup inforamsi mengenai potensi bahaya listrik yang ada di a rea-area tertentu 12.5.1. Perusahaan mempunyai sistem yang menjamin kepatuhan terhadap persyaratan bahwa p erencanaan, pemasangan, perubahan, pemeliharaan , pemeriksaan dan pengujian dilakukan oleh Ahli K3 bidang listrik dan pemerliharaan dan pemasangan dila kukan oleh Teknisi K3 listrik.
Copyright Β©2016 DMP Training & Consulting
Page 33 of 33