e-Jurnal Teknik Industri FT USU Vol 3, No.1, Juli 2014 pp. 11-16
Analisis Tingkat Penerapan Program Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Pengendalian Hazards dengan Pendekatan Risk Assessment Pada PKS Torgamba di PT. XYZ Eko Agusta Bangun1, Ir. Khawarita Siregar, MT2, Ir. Buchari, MKes3
Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater Kampus USU, Medan 20155 Email :
[email protected] Abstrak. PKS Torgamba merupakan salah satu unit produksi yang dimiliki oleh PT. XYZ yang bergerak dalam pengolahan kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan Inti. Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir telah terjadi peningkatan jumlah kecelakaan kerja pada lantai produksi di tiap tahunnya. Hal ini menjadi masalah utama mengingat sumber daya manusia merupakan aset yang paling utama bagi perusahaan sehingga perlu dilindungi dengan program K3 yang berkualitas. Untuk itu perlu dilakukan audit untuk mengukur tingkat penerapan program manajemen K3 perusahaan dan pengendalian sumber bahaya (hazards) dengan pendekatan risk assessment. Penilaian tingkat penerapan program manajemen K3 dipengaruhi 3 faktor, yaitu: Tingkat Pencapaian progam manajemen K3, Audit SMK3 berdasarkan PPRI No. 50 Tahun 2012 terhadap program manajemen K3, dan Tingkat Kehilangan/Kerugian akibat kecelakaan kerja yang terjadi dengan menggunakan metode penilaian Traffic Light System. Penilaian sumber bahaya (hazards) dilakukan dengan melakukan perankingan sumber bahaya (hazards) dengan pendekatan risk assessment. Hasil yang diperoleh dengan metode penilaian Traffic Light System untuk Tingkat Pencapaian program manajemen K3 adalah sebesar 80,7 % (Kuning), hasil Audit SMK3 perusahaan sebesar 89,1 % (Hijau), dan Tingkat Kehilangan/Kerugian dalam kategori Hijau. Hasil yang didapat berdasarkan analisis terhadap sumber bahaya (Hazards) dengan pendekatan Risk Assessment ditemukan 3 stasiun yang masuk ke dalam kategori “moderate” atau bahaya sedang yaitu Stasiun Sterillizer, Stasiun Kernel, dan Stasiun Boiler. Kata Kunci : K3, Traffic Light System, Audit SMK3, Hazards, Risk Assessment Abstract. PKS Torgamba is the production unit that belong to PT. XYZ which is engaged in production crude palm oil (CPO) and Kernel. In last 3 years had been increase work accident on production floor. This is become the major problem as known the human resources is the most important assets for the company that need to be protected with the quality OHS program. Therefore, it is necessary to measure the level of implementation OHS company program and to analize hazards control with Risk Assessment approach. The measuring level of implementation influeced by 3 factor, which is: Achievement level of OHS management program, SMK3 Audit based on PPRI No. 50 Tahun 2012 to OHS management program, and Loss Rate caused by work accident occurred by using Traffic Light System method for the assessment. Hazards assessment will be ranked with risk assessment approach. The result for the Traffic Light System method are Achievement OHS management program is 80,7% (yellow), the result for SMK3 Audit is 89,1 % (green), and loss rate is in green category. The result based on analysist for hazards sources with risk assessment approach had been found 3 station which are in moderate danger category, there are Sterilizer Station, Kernel Station, and Boiler Station Keywords : OHS, Traffic Light System, SMK3 Audit, Hazards, Risk Assessment
1
Mahasiswa, Fakultas Teknik Departemen Teknik Industri, Universitas Sumatera Utara Dosen Pembimbing, Fakultas Teknik Departemen Teknik Industri, Universitas Sumatera Utara 3 Dosen Pembimbing, Fakultas Teknik Departemen Teknik Industri, Universitas Sumatera Utara 2
11
e-Jurnal Teknik Industri FT USU Vol 3, No.1, Juli 2014 pp. 11-16
1.
PENDAHULUAN
4.
Di dalam lingkungan industri banyak terdapat berbagai potensi bahaya yang ada, resiko terjadinya kecelakaan, serta belum terukurnya secara lengkap potensi bahaya (hazards) yang ada. Potensi bahaya (hazards) adalah salah satu problematika yang ada di perusahan karena merupakan sumber resiko yang berpotensial mengakibatkan kerugian baik material, lingkungan, maupun manusia. PKS Torgamba merupakan industri yang memproduksi crude palm oil dan inti dimana pabrik ini memiliki potensi bahaya yang banyak dijumpai di lantai produksi. Dalam kurun 3 tahun telah terjadi 3 kecelakaan kerja dilantai produksi sehingga perlu diukur kembali tingkat penerapan program K3 perusahaan untuk mengetahui sejauh mana program K3 perusahaan telah diterapkan. Disamping itu perlu dilakukan identifikasi dan pengukuran bahaya (hazards) pada lantai produksi untuk mengetahui potensi-potensi bahaya yang ada serta resikonya karena belum terukurnya secara lengkap potensi bahaya yang ada di PKS Torgamba. Menurut Dedy dan Sritomo (2009) Kebijakan penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ditujukan untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Untuk mengetahui sejauh mana program K3 telah diimplementasikan maka perusahaan harus melakukan audit atau evaluasi di setiap unit kerja yang ada. Menurut Deskmukh (2006) pengukuran dan identifikasi bahaya (hazards) bertujuan untuk mereduksi ketidakpastian dalam pengukuran resiko dan biasanya berkaitan dengan pengukuran tingkat keparahan (severity) dan tingkat probabilitas (probability). Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengukur tingkat penerapan program manajemen K3 dan memberikan usulan untuk pengendalian hazards dengan pendekatan risk assessment untuk meningkatkan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) perusahaan serta mengurangi angka kecelakaan kerja yang terjadi. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Menghitung tingkat pencapaian penerapan program K3 berdasarkan persepsi karyawan terhadap program manajemen K3 2. Menghitung tingkat kerugian (Loss Rate). 3. Menghitung tingkat keberhasilan penerapan program SMK3 dengan audit SMK3 sesuai dengan PP. Republik Indonesia No.50 Tahun 2012.
Menentukan dan perankingan Hazards serta pengendaliannya dengan pendekatan risk assessment
2. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di PKS Torgamba, PT. XYZ. Penelitian dimulai pada bulan Oktober 2012 sampai dengan Juli 2013. Jenis penilitian ini adalah penelitian deskriptif (descriptive research) dimana penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan secara sitematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu. Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen yang berpengaruh terhadap penelitian antara lain: a. Tingkat Pencapaian Penerapan Program SMK3. b. Tingkat Loss Rate. c. Tingkat Keberhasilan Penerapan Program SMK3. d. Sumbar Bahaya (Hazards) yang dapat menyebabkan kecelakaan Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Disebut variabel terikat karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel dependen yang dipengaruhi terhadap perancangan penelitian adalah: 1. Tingkat penerapan program manajemen K3 dan 2. Pengendalian hazards. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa: 1. Kuesioner, dengan sampel 30 orang dari populasi 82 karyawan produksi. 2. Checklist SMK3. Metode pengumpulan data dalam penelitian dengan menggunakan beberapa cara, yaitu: 1. Observasi langsung 2. Melakukan wawancara dengan mereka yang berhubungan dengan permasalahan 3. Melakukan penyebaran kuesioner kepada karyawan produksi Metode analisis penelitian dilakukan dengan cara membandingkan setiap pernyataan dalam kuesioner dengan standar implementasi yang digunakan sebagai acuan oleh pihak manajemen untuk menerapkan program K3 dan menggunakan pendekatan risk assessment untuk mengidentifikasi dan merankingkan bahaya (hazards)
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 12
e-Jurnal Teknik Industri FT USU Vol 3, No.1, Juli 2014 pp. 11-16
1.1. Hasil 1.1.1. Perhitungan Tingkat Pencapaian Program K3 Sebelum dilakukan penilaian tingkat pencapaian, terlebih dahulu dilakukan penyusunan kuesioner penilaian tingkat penerapan program K3. Kuesioner dibuat dengan mengacu pada standar keselamatan dan kesehatan kerja dan PP. Republik Indonesia No.50 Tahun 2012. Penilaian tingkat penerapan dilakukan dengan memberi nilai 1-5, dimana dalam kuesioner penilaian dilakukan hanya dengan memberi tanda cek pada kolom penilaian kuesioner sehingga dapat diukur tingkat penerapan program K3. Terdapat 10 kategori yang menjadi indicator penilaian dalam kuesioner. Hasil penilaian kuesioner dapat dilihat pada Tabel 1.
berada dalam kategori Kuning. Ini menunjukan bahwa tingkat penerapan program K3 berdasarkan persepsi karyawan masih berada pada kategori Kuning dengan nilai tingkat pencapaian sebesar 80,7 %. 1.1.2. Perhitungan Tingkat kehilangan/ Kerugian (Loss Rate) Kerja Data berasal dari jumlah kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan dalam selang waktu 3 tahun terakhir. Kemudan setiap kecelakaan kerja yang terjadi ditentukan kategori kecelakaan kerja. Berikut adalah rekap pengkategorian kecelakaan kerja yang terjadi selang waktu 3 tahun. Tabel 2. Kategori Kecelakaan Kerja Tanggal Penjelasan Kategori Kejadian Akhir 06/03/11 Karyawan pengolahan Hijau stasiun klarifikasi terjatuh dari tangga lantai 2 pabrik 29/01/12 Karyawan stasiun boiler Hijau terkena uap panas 03/06/12 Karyawan stasiun Hijau sterilizer terkena besi panas lori
Tabel 1. Rekap Hasil Penilaian Kuesioner No 1
2
3
4
5 6
7 8
9 10
Indikator Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD) Upaya Pencegahan Terjadinya Keadaan Darurat Hubungan Koordinasi dengan Pihak Security Hubungan Koordinasi dengan Pihak Teknik Training / Pelatihan K3 Disiplin dan Pengawasan K3 Prosedur K3 Pengendalian Limbah dan Polusi Akses Jalan dan Evakuasi Publikasi Keselamatan Kerja
Normalisasi 0,768
Nilai 76,8 %
Kategori Kuning
0,907
90,7 %
Hijau
0,739
73,9 %
Kuning
Nilai Tingkat Pencapaian
0,717
71,7 %
Kuning
0,798
79,8 %
Kuning
0,778
77,8 %
Kuning
0,878 0,88
87,8 % 88%
Hijau Hijau
0,74
74 %
Kuning
0,87
87%
Hijau
0,807
80,7%
KUNING
Dari Tabel 2 dapat dilihat tingkat kerugian (loss rate) yang dialami oleh perusahaan berdasarkan kecelakaan kerja yang terjadi masih berada didalam kategori Hijau. Dimana 3 kecelakaan kerja tersebut masih dalam kategori minor yang tidak menyebabkan kerugian yang besar. 1.1.3. Hasil Audit SMK3 Hasil audit terhadap program SMK3 dengan menggunakan checklist SMK3 sesuai dengan PP. Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012, telah ditemukan sebanyak 148 dari 166 kategori yang sesuai dan 18 kategori yang tidak sesuai. Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menentukan tingkat keberhasilan dari program SMK3 pada unit PKS ABC. Dari hasil perhitungan didapat nilai dari tingkat keberhasilan yaitu sebesar 89,1 % berada pada kategori HIJAU, 1.2. Pembahasan 1.2.1. Penentuan Level Tingkat Penerapan Program K3 Akan dilakukan 3 pemetaan penentuan level tingkat penerapan K3. Hasil pemetaan antara variable tingkat penerapan Program K3, Tingkat Keberhasilan Program K3, dan Tingkat Loss Rate dapat dilihat pada Gambar 1, 2, dan 3.
Dari Tabel 4, dibuatkan radar chart yang menunjukan tingkat penerapan program SMK3 berdasarkan persepsi karyawan seperti pada Gambar 2. Dari Tabel 1 dapat dilihat hanya 4 indikator yang berada dalam kategori Hijau sedangkan 6 indikator
13
e-Jurnal Teknik Industri FT USU Vol 3, No.1, Juli 2014 pp. 11-16
Dari Gambar 1 dan 2 dapat dilihat bahwa hasil pemetaan menunjukan level penerapan program K3 perusahaan ini berada di level 2 (Cukup Aman) dan dari Gambar 3 dapat dilihat hasil pemetaan menunjukan level penerapam program K3 perusahaan berada di level 1 (Aman dan Nyaman) 1.2.2. Pengkategorian dan Perankingan Sumber Bahaya (Hazards) Dari 5 sumber bahaya yang telah di kategorikan dengan menggunakan pendekatan risk assessment, dapat dilakukan perangkingan terhadap unit atau stasiun kerja berdasarkan risk assessment codes yang di dapat, yaitu: Rank 1. Stasiun Clarification, dengan kategori pada “negligible” atau tidak perlu diperhatikan. Pada kategori ini walaupun tidak perlu diperhatikan tetapi tetap perlu penanganan lebih lanjut seperti pamakaian APD yang lebih disiplin.
Gambar 1. Pemetaan Tingkat Pencapaian Penerapan – Tingkat Loss Rate
Rank 2. Unit Hoisting Crane dan Turbin uap / power plant, dengan kategori pada“minor” atau bahaya kecil. Pada kategori ini diperlukan pemakaian APD yang lebih disiplin dan tanda peringatan yang jelas untuk penanganan lebih lanjut Rank 3. Stasiun Sterilizer, Stasiun Kernel, dan Stasiun Boiler, dengan kategori pada “moderate” atau bahaya sedang. Pada kategori ini diperlukan pengawasan langsung oleh pekerja dan perawatan yang berkala untuk menghindari terjadinya kerusakan yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja
Gambar 2. Pemetaan Tingkat Pencapaian Penerapan – Tingkat Keberhasilan Program
1.2.3. Evaluasi Sumber Bahaya (Hazards) Berdasarkan analisis terhadap sumber bahaya (hazard) pada subbab sebelumnya, maka diusulkan beberapa solusi untuk tindakan pencegahan terhadap resiko yang mungkin dapat terjadi. Solusi dari tindakan pencegahan dapat dilihat pada Tabel 10. Dari Tabel 3 dapat diketahui resiko yang mungkin dapat terjadi, sehingga dapat diambil tindakan pengendalian terhadap resiko yang bisa terjadi. Tindakan pengendalian terhadap beberapa resiko yang munkin dapat terjadi dapat dilihat pada Tabel 4.
Gambar 3. Pemetaan Tingkat Loss Rate – Tingkat Keberhasilan Program
14
e-Jurnal Teknik Industri FT USU Vol 3, No.1, Juli 2014 pp. 11-16
No. 1
2
3
4
Tabel 3. Usulan Tindakan Pencegahan Terhadap Resiko yang Mugkin Dapat Terjadi Aktifitas Sumber Bahaya Rank. Tindakan Pencegahan Bahaya Stasiun - Terkena air panas. 3 - Perbaikan pada pipa-pipa yang Clarification - Lantai yang licin akibat bocor. tumpahan minyak. - Menggunakan sepatu boot yang tidak licin. - Menyiram lantai agar tumpahanminyak dapat disingkirkan. Unit Kerja - Lori yang dapat jatuh atau 2 - Pemberian pelatihan kepada Hoisting Crane bertabrakan dengan benda operator. lain. - Penataan wilayah kerja agar - Tempat kerja operator yang ruang gerak hoisting crane berada di ketinggian >10 m. dapat lebih leluasa bergerak. - Pemberian akses jalan yang baik bagi operator dan penambahan pengaman (pegangaan tangga/jalan) bagi operator yang bekerja di ketinggian. Turbin Uap / - Mesin menghasilkan suara 2 - Pemberian earplug kepada Power Plant bising lebih dari 90 db operator. - Mesin berpotensi meledak jika - Pemberian pelatihan kepada kurang pengawasan operator dan pengawasan yang ketat dari operator. Stasiun Sterilizer - Mesin bekerja pada tekanan 1 - Dilakukan pemeriksaan dan yang tinggi dan berpotensi perawatan yang rutin meledak terhadap mesin sterilizer. - Mengeluarkan uap dan air - Pemberian pelatihan khusus panas kepada operator. - Permukaan mesin yang panas - Pemberian perlengkapanAPD (sarung tangan, safety shoes) bagi pekerja.
5
Stasiun Kernel
- Memiliki banyak mesin yang bergerak - Daerah kerja kurang terang
1
6
Stasiun Boiler
- Mesin menghasilkan uap bertekanan tinggi - Lingkungan sekitar mesin panas - Terjadi proses pembakaran dengan menggunakan api (berpotensi kebakaran)
1
No. 1.
- Pemeriksaan rutin terhadap seluruh mesin - Pemberian tanda-tanda bahaya pada mesin-mesin yang berbahaya jika dalam keadaan aktif - Pemberian alat penerangan berupa lampu - Dilakukan pemeriksaan yang rutin terhadap mesin dan pengaman mesin - Penggunaan APD (sarung tangan, masker, sepatu) - Melakukan simulasi pelatihan pengendalian bencana kebakaran
Tabel 4. Tindakan Pengendalian Terhadap Resiko yang Mungkin Dapat Terjadi Resiko yang Mungkin Terjadi Tindakan Pengendalian Terkena kena air/uap panas, Beri tindakan P3K dengan segera, bila serius bawa ke RS tersentuh dengan permukaan benda yang panas
15
e-Jurnal Teknik Industri FT USU Vol 3, No.1, Juli 2014 pp. 11-16
2. 3. 4. 5.
Terpeleset/jatuh karena lantai licin. Tertabrak lori atau tertimpa lori Operator hoisting crane jatuh dari tempat kerja Adanya tumpahan minyak dilantai
Beri tindakan P3K dengan segera, bila serius bawa ke RS, beri hari libur bila diperlukan Beri tindakan P3K dengan segera, bila serius bawa ke RS, beri hari libur bila diperlukan Beri tindakan P3K dengan segera, bila serius bawa ke RS, beri hari libur bila diperlukan Menaburkan pasir pada daerah tumpahan, jika memungkinkan dilakukan pembersihan dengan penyiraman air bersih agar tumpahan minyak tersingkir Iriani. 2010. Pengukuran Implementasi Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Pengkategorian Hazard dengan Pendekatan Risk Assessment di PT Filtrona Indonesia. Surabaya: Jurnal Internet ITS. Oktrianto, Dedy dan Sritomo W. 2009. Pengukuran Tingkat Kesiapan Perusahaan Terhadap Bahaya di Tempat Kerja dan Penanganan Hazard (Studi Kasus PT Otsuka Indonesia). Surabaya: Jurnal Internet ITS. Rochmoeljati, Rr. 2009. Analisis Implementasi Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Perangkingan Hazards Dengan Pendekatan Manajemen Resiko. Surabaya: Jurnal Internet UPN. Tisnawati, Ika dan Cahyani. 2004. Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko. Surabaya: ITS Sinulingga, Sukaria. 2012. Metode Penelitian Edisi II. Medan: Penerbit USU Press. Suma’mur. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Penerbit CV Haji Masagung. Umar, Hussein. 2008. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Penerbit Rajawali Pers. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. KESIMPULAN Hasil perhitungan terhadap persepsi karyawan menunjukan tingkat pencapaian penerapan SMK3 oleh perusahaan berada pada level KUNING dengan nilai tingkat pencapaian sebesar 80,7% dengan Tingkat loss rate yang diderita pada unit PKS ini berada pada kategori HIJAU dan tingkat keberhasilan kinerja penerapan program SMK3 perusahaan dari hasil audit SMK3 PP. Republik Indonesia No.50 Tahun 2012 menunjukan untuk unit PKS berhak untuk mendapatkan sertifikat bendera EMAS dengan nilai pencapaian 89,1%. Pemetaan yang dilakukan menunjukan penerapan program K3 perusahaan berada di level 2 (Cukup Aman) dimana perlu peningkatan lagi dalam penerapan program K3 dan disiplin K3 oleh perusahaan. Dalam indentifikasi bahaya (hazards) terdapat 3 unit/stasiun PKS yang berada pada ranking tertinggi/ranking 1 dengan kategori “moderate” atau bahaya sedang, yaitu stasiun Sterilizer, Stasiun Kernel, dan Stasiun Boiler; 2 unit/stasiun berada pada ranking 2 dengan kategori “minor” atau bahaya kecil., yaitu : Unit Hoisting Crane dan Turbin uap/power plant; dan 1 stasiun pada rangking 3 dengan kategori “negligible” atau tidak perlu diperhatikan, yaitu Stasiun Clarification.
DAFTAR PUSTAKA Deshmukh, L. M. 2006. Industrial Safety Management: Hazards Identification and Risk Control. Kanada: Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited. Ernawati, Dira. 2009. Pengukuran Implemntasi Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Pengkategorian Hazard dengan Pendekatan Risk Assessment. Surabaya: Jurnal Internet UPN. Ginting, Rosnani. 2009. Perancangan Produk. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
16