DAFTAR PUSTAKA Adams, M.E. 1988. Agricultural Extension in Developing Countries [First Edition]. Singapore: Longman Singapore Publisher Pte Ltd. Anonim. 2008. Metode Aplikasi Teknologi di Kawasan Transmigrasi. http://202.78.200.96/ hasil_penelitiantrans/Metode%20Aplikasi%20Teknologi.pdf Minggu, 08 Juni 2008 Ardiwidjaja, Roby. Menilik Kebijakan Pembangunan http://www.sinarharapan.co.id/feature/wisata/2004/0624/wis02.html
Kepariwisataan
Badan Litbang Pertanian. 2000. Penyebaran Inovasi Pertanian Era Otonomi Daerah Prosiding Lokakarya Nasional. Jakarta: Pusat Perpustakaan Dan Penyebaran Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. 2004. Rancangan Dasar: Program Rintisan Dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (PRIMA TANI). Jakarta: Badan Litbang Pertanian. Bahraini. 1984. Hubungan Dinamika Kelompok Tani Hamparan dan Penerapan Teknologi Padi Sawah pada Peserta dan Non-peserta Intensifikasi Khusus [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bandura, A.J. 1986. Social Foundations of Thought and Action: A Social Cognitive Theory. New Jersey: Prentice Hall, Inc. ______, Berita Pajak: Pajak Hotel dan Restoran Digenjot. Bisnis Indonesia, 8 April 2008 Bird, B.J. 1989. Entrepreneurial Behavior. Glenview, Illinois: Scott Foresman and Company. Boserup, Esther. 1984. Peranan Wanita dalam Perkembangan Ekonomi [terjemahan]. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Belante, D. dan M. Jackson. 1983. Ekonomi Ketenagakerjaan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Bunch, Roland. 2001. Dua Tongkol Jagung: Pedoman Pengembangan Pertanian Berpangkal pada Rakyat [edisi ke dua]. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Dahama dan Bhatnagar. 1980. Communication for Development. New Delhi – Bombay – Calcutta, India: Oxford and IBH Publishing Co. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Panduan Sadar Wisata, Jakarta. http://www.budpar.go.id/filedata/1468_1263-1468357sadarwisata.pdf http://www.budpar.go.id/filedata/1468_1264-1468362bukusakusadarwisata11.pdf Depari, E dan C.M Andrew. 1978. Peranan Komunikasi Massa dalam Pembangunan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Renstra Pembangunan Kebudayaan dan Kepariwisataan Nasional, 2004-2009 Depdikbub, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Indonesia (KBBI). Jakarta: PT. Balai Pustaka
Kamus Besar Bahasa
Deptan. 2001. Penyuluhan Pertanian. Yayasan Pengembangan Sinar Tani.
95 Dutka, Alan, 1994. AMA Hand Book for Customer Satisfaction. NTC Business Book, Lincolnwood, Illinois. Fuad, M. 2000. Pengantar Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hanafi, Abdillah. 1986. Memasyarakatkan Ide-ide Baru. Surabaya: Usaha Nasional. Hasan, M.I. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian & Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hendro dan Chandra. 2006. Be a Smart and Good Entrepreuneur. Jakarta: CLA Publishing dan Universitas Bina Nusantara. Hernanto, F. 1993. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya. Hornby, AS. 1987. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English. New York: Oxford University Press. Ife J. 1995. Community Development: Creating community alternatives-vision, analysis and practice. Melbourne: Longman House. Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: DIA FISIP UI. ______, Kajian Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pengembangan Daerah Tujuan Wisata, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan Kelompok Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan, LPPM ITB, Jakarta, 2003 Jahi, Amri. 1988. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-negara Dunia Ketiga: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia. Katz, R. L. (1974). Skills of an Effective Administrator. Harvard Business Review 52, no.5 (September-October): 90-102. Kerlinger, Fred N. 2004. Asas-asas Penelitian Behavioral. Cetakan ke-10. Penerjemah Landung R.Simatupang. Disunting oleh H.J.Koesoemanto. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Klausmeijer, Herbert J dan William Goodwin. 1966. Learning and Human Abilities, Educational Psychology. Harper & Row, Publisher, New York and London. Kottler, Philip. 1996. Marketing for Hospitality & Tourism. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall, Inc. Kottler, Philip.2002. Edisi Bahasa Indonesia: Pemasaran Perhotelan dan Kepariwisataan. Jakarta: PT Prenhallindo. Kusmayadi, dan Endar Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Lionberger, H.F. 1960. Adoption of New Ideas and Practices. The Iowa State University Press. Lionberger, H.F. dan PH Gwin. 1993. Communication Strategies: A Guide for Agricultural Change Agent. Illionis: University of Missiori. Lunandi, AG. 1986. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Gramedia.
96 Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Percetakan Sebelas Maret University. Maryani. 1995. Kreativitas Transmigrasi Berdasarkan Daerah Asal dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Mintarti. 2001. Efektifitas Buklet Makjan sebagai Media Pembelajaran untuk Meningkatkan Perilaku Berusaha bagi Pedagang Makanan Jajanan (Kasus di Kabupaten Cianjur) [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Mundy, Paul. 2000. Adopsi dan Adaptasi Teknologi Baru. PAATP3. Bogor Musyafak, A. Hazriani, Suyatno, A. Sahari, J dan Kilmanun, J.C. 2002. Studi Dampak Teknologi Pertanian di Kalimantan Barat. Pontianak: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat. Nazir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Nickel, WG. 2005. ”Understanding Business”, 7th Ed., McGraw-Hill Companies, Inc., New York, USA. Ndraha, T. 1990. Pembangunan Masyarakat: Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Bandung: Rineka Cipta. Padi. 2005. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Kewirausahaan Petani Ikan: Kasus Petani Pengelola Pusat Pelatihan dan Pertanian Swadaya Ikan Gurame, Ikan Mas, dan Ikan Hias di Kabupaten Bogor [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Padmowihardjo, S. 1994. Materi Pokok: Psikologi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka. Parsa, H.G. (2005). 'Why Restaurants Fail'. Cornell University Pitana, I Gde. 2005. Sosiologi Pariwisata. Penerbit Andi Yogyakarta. ______, Potensi Kota, Demografi, dan Letak Geografis Kotamadya Jakarta Timur, http://www.timur.jakarta.go.id/ Prawirosentono, Prawiro. 2002. Pengantar Bisnis Modern (Studi Kasus Indonesia dan Analisis Kuantitatif) ______, Presiden Republik Indonesia: Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata. ______, Profil Pariwisata Kotamadya Jakarta Timur. http://www.jaktim.beritajakarta.com/ Puspopranoto, Sawaldjo. 2006. Manajemen Bisnis: Konsep, Teori, dan Aplikasi. Jakarta : Penerbit PPM. Rahayu, Emik. 2008. Membangun pariwisata berbasis masyarakat http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content&task=view&id=21528 &Itemid=62 Rabu, 9 April 2008 Rakhmawati, Lenny dan Jeliteng Pribadi. 2003. Perbedaan Lay-out dan Desain Interior Restoran Fast Food dengan Restoran Tradisional dalam Kaitannya dengan Kepuasan
97 Konsumen di Banda Aceh [laporan penelitian]. Banda Aceh: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala. Roger, EM. and F.F. Shoemaker. 1971. Communication of Innovation: A Cross Cultural Approach. New york: The Free Press. Rogers, EM. 1983. Diffusion of Innovations [Fourth Edition]. New york: The Free Press. Rusell, B. 1993. Pendidikan dan Tatanan Sosial. S. Abadi, penerjemah. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Salam, H.B. 1997. Pengantar Pedagogi: Dasar-dasar Ilmu Mendidik. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Schoell, William., Joseph P.Guiltiman dan Laura Valvatne. 1993. Marketing Essentials: Mastering Concepts and Practice. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Schramm, W. dan Porter W. 1973. Men, Women, Message, and Media. New York: Harper and Row Publisher. Slamet, M. 1975. Psikologi Belajar Mengajar. BPLP, Ciawi Bogor. ________, 1978. Kumpulan Bahan Bacaan Penyuluhan Pertanian. Edisi ke-3 Bogor-IPB. ________, 1995. Kelompok, Organisasi dan Kepemimpinan. Bogor: IPB, tidak dipublikasikan. Siegel, S. 1992. Statistik Nonparametrik: untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT. Gramedia Utama. Padmowihardjo, S. 1978. Beberapa Konsepsi Belajar dan Aplikasinya. Tidak Dipublikasikan. Soedjana, Tjeppy D. 2007. Sistem Usaha Tani Terintegrasi Tanaman-Ternak Sebagai Respons Petani Terhadap Faktor Risiko. Jurnal Litbang Pertanian, 26(2), 2007. Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta: UI-Press. Stanton, Thomas F. 1978. Cara-cara Mengajar dengan Hasil yang Baik. J.F.Tahalele. Bandung: CV Diponegoro.
Penerjemah:
Subagiyo, Rusidi dan R. Sekarningsih. 2005. Kajian Faktor-faktor Sosial yang Berpengaruh terhadap Adopsi Inovasi Usaha Perikanan Laut di Desa Pantai Selatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 8, No.2, Juli 2005 : 300-312. Suranti, Ratna Suranti. 2005. Pariwisata Budaya dan Peran Serta Masyarakat, Workshop Wisata Budaya Bagi Kelompok Masyarakat Propinsi DKI Jakarta 12 Juli 2005. Syafruddin, 2003. Pengaruh Media Cetak Brosur dalam Proses Adopsi dan Difusi Inovasi Beternak Ayam Broiler di Kota Kendari [Tesis]. Yogyakarta: Program Studi Ekonomi Pertanian Jurusan Ilmu-Ilmu Pertanian, Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Tjiptoherijanto, dkk (1982) Sumber Daya Manusia, Kesempatan Kerja dan Pembangnan Ekonomi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. ______, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, Sekretariat Negara, Jakarta, 1990 Van den Ban, A.W. and Hawkins, H.S. 1996. Agricultural Extension [second edition]. New York: John Wiley & Son, Inc.
98 Wahyuni, S. 2000. Pemberdayaan Kelembagaan Mayarakat Tani Mendukung Percepatan Adopsi dan Keberlanjutan Adopsi Teknologi Usahatani Lahan Rawa. Makalah disampaikan pada Workshop Sistem Usahatani Lahan Pasang Surut-ISDP, Badang Litbang Pertanian, 2629 Juni 2000, Cipanas-Bogor. Winkel, W.S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo. Wiriatmadja, S. 1990. Pokok-pokok Penyuluhan Pertanian. Jakarta: CV. Yasaguna. Wiwoho, B. 1990. Pariwisata, Citra dan Manfaatnya. Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara. Yoeti, H.Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Penerbit Angkasa. Yoeti, H.Oka A. 2006. Pariwisata Budaya, Masalah dan Solusinya. Jakarta: PT Paramita.
Pradnya
Lampiran 1 LEMBAR PEDOMAN PENGUMPULAN DATA DATA NO
MASALAH
TUJUAN
I.
Ciri pribadi yaitu: umur, pendidikan, intensitas komunikasi, keanggotaan kelompok, pengalaman usaha, keberanian mengendalikan resiko, dan keterampilan teknis berhubungan langsung dengan tingkat partisipasi pengelola rumah makan tradisional kelas C dalam adopsi program Sapta Pesona di Jakarta Timur.
Mengidentifikasi ciri pribadi yaitu: umur, pendidikan, intensitas komunikasi, keanggotaan kelompok, pengalaman usaha, keberanian mengendalikan resiko, dan keterampilan teknis berhubungan langsung dengan partisipasi pengelola rumah makan tradisional kelas C dalam adopsi program Sapta Pesona di Jakarta Timur.
PEUBAH
Ciri Pribadi
DATA DIKUMPULKAN
SUMBER DATA
TEKNIK PEROLEHAN DATA
NOMOR PERTANYAAN KUESIONER
1. Umur
PrimerResponden
Wawancara
Halaman muka
2. Pendidikan
PrimerResponden
Wawancara
Halaman muka
3. Pengalaman Usaha
PrimerResponden
Wawancara
1-3
4. Intensitas Komunikasi
PrimerResponden
Pengisian Angket
4 (a) s.d (g), 5, dan 6
5. Keanggotaan Kelompok
PrimerResponden
Wawancara
7, 8 (a) s.d (c), dan 9 (a) dan (b)
6. Kemampuan Mengendalikan Resiko
PrimerResponden
Wawancara & pengisian Angket
10 (a) s.d (d) 11-13 (a) s.d (g) 14-18
7. Keterampilan Teknis
PrimerResponden
Wawancara
19 (a) s.d (d) 20-25
99
DATA NO
MASALAH
TUJUAN
II.
Ciri lingkungan usaha yaitu: kebijakan pemda, skala usaha, modal keuangan, modal tenaga kerja, sarana usaha, prasarana usaha, lokasi usaha, & kompetitor berhubungan langsung dengan tingkat partisipasi pengelola rumah makan tradisional kelas C dalam adopsi program Sapta Pesona di Jakarta Timur.
Mengidentifikasi ciri lingkungan usaha yaitu: kebijakan Pemda, skala usaha, modal keuangan, modal tenaga kerja, sarana usaha, prasarana usaha, lokasi usaha, & kompetitor berhubungan langsung dengan partisipasi pengelola rumah makan tradisional kelas C dalam adopsi program Sapta Pesona di Jakarta Timur.
PEUBAH
DATA DIKUMPULKAN 8. Kebijakan Pemda
9. Skala Usaha
Ciri Lingkungan Usaha
SUMBER DATA SekunderSudinpar & PrimerResponden SekunderSudinpar & PrimerResponden
TEKNIK PEROLEH AN DATA
NOMOR PERTANYAAN KUESIONER
Wawancara & Angket
26 (a) s.d (g)
Angket
27 (a) s.d (e)
10. Modal Keuangan
PrimerResponden
Angket
28-31
11. Modal Tenaga Kerja
PrimerResponden
Observasi & Angket
32-37 (a) s.d (g)
12. Sarana usaha
PrimerResponden
13. Prasarana Usaha
PrimerResponden
14. Lokasi usaha
PrimerResponden Sekunderpengunjung
Observasi Partisipatif & Angket
41-45
15. Kompetitor
PrimerResponden
Observasi Partisipatif & Angket
46 (a) s.d (d)
Observasi Partisipatif & Angket Observasi Partisipatif & Angket
38 (a) s.d (m) 39 40 (a) s.d (i)
100
DATA NO
MASALAH
III. Pengelola rumah makan tradisional kelas C belum mampu mengadopsi program Sapta Pesona secara menyeluruh sehingga belum maksimal dalam mengimplementasikan program Sapta Pesona pada kegiatan usaha rumah makan tradisional kelas C di Jakarta Timur
TUJUAN
Mengetahui tingkat adopsi adopsi Sapta Pesona pengelola RMT kelas C (yaitu pada tahap kesadaran, minat, penilaian, mencoba, penerimaan, konfirmasi, atau penolakan) dalam pada kegiatan usaha rumah makan tradisional kelas C di Jakarta Timur
PEUBAH
Pengelola RMT kelas C dalam adopsi program Sapta Pesona
DATA DIKUMPULKAN 16. Tahap Kesadaran 17. Tahap Kepeminatan 18. Tahap Penilaian 19. Tahap Mencoba 20. Tahap Penerimaan 21. Tahap Konfirmasi 22. Tahap Penolakan
SUMBER DATA
TEKNIK PEROLEH AN DATA
NOMOR PERTANYAAN KUESIONER 47-50 51-53 54-55
PrimerResponden
Observasi Partisipatif &Angket
56-58 59-77 78 (a) s.d (e) 79-83
101
n- N \ l! \ ll^
,11i,\ rr rf , l r N n r Rr ^ l l l r r l 0 0 l r { \ t ! r \ 1 1 r 1 \ }: ^r1l l,\,i\rRnlt,'\\ \
FFN OIGCU NG JAWAD I I
ALAMATPENANGGUNG ]AWAB USANA
KLS
,^"_"-:;:,,il".
IJal saru BundeoNo5 RT003/09
JlRaya PondokGede No r
r1or Njrr Lai
J l K u n tN o5 0 R T 0 1 / 0 5 cabe ud* (ec Pimuranq ]Pcndok lr Kram6rAsenRl00l/006
1 2
lG,eei cardenFr/r7An 0a/0, lKe, t(edoyauraraKe Kerron
t*-*-***"
RM NasiGorena a Albur
c
lxp curuoRr 01'07 KelPond.k lher4arE. Dus saw,r
2
JrKe ala Ou3 Welan ltT 03104
L r R 3 F n a n k . d R T0 ! r 0 2
I
o',,u 1.,, "*." "",u Bai Mes'.,r<ec rarres!b "-,,*,, li. k q a p e l . s e a l a nt ( e . C r a n d a k tsunu rj )nuRaras 4/?3
Ji riay3 rloa.,1 t)eDanKran,3r Jarrrrdah) ]<e KramaiJ.l
B
2
5
"l
:l
J Ba a F lsla r . r .a n n . 1 2 5
I
tunr n Poid.k liakai s.r f.:
9L . aPrang Ke. Cakurg
J R ar al, . idr r Ke: oi Rit r (
2. , i2 t r 5! 1. r 31:0314 ' : iaD5a Ke Jr.r,ior 3ar tL,c;:r iiLrz
.r 5r,L:!tr R i !.i C 1R l 005l 1i l .rr'i ,ar,,ur K i . P ordoi ceC :
2
1r..",c"- n.'. r'r: nr.r,,.
ALAI,4ATPENANGGUNG
Ksnawan lJrKahaano srdkE/r kav AqramlrndEiry outr s.h'0r1 a6r6633 lxer | Rayasror I r5 frasbL3h lJrPond.kKeraoa lJr or'ra RayaNo 73
iN!.,'
lJrKa turanq Komp3 iys,Moon lsanbanqsubardo E Bz No 0l ls ok lJMarakaRayaBrokr4iRr rD/oalMade Kflspand! M aak as t r 0r 1 366113o! lKe! I r mur123GarEr,,t6sl^..r lJlJalrneaarJ Rr 001/0,BariM*'ef 7071033 I I iJr Rayaacoo'No 40 lH Y6urA.ir:nar
iKeKmarJar]
lJr oewisanikaNo.164 iAiu umaii cfi(an 0r1 30e5877 lKer | yu.i,iar z lr ca*eo Bau No ,a Fr orrlo c em Dedak 0, 1 a5r 00, 36] 'roh lce r nano Br ok 1225lP. y f l e 'u ^ i r a y rs H lJr 3a3'Pus iabTim ur rRlko E Ker Ra.{amanqun I
l
l J Ra ya8 o a o , No 1 , xm 2 6 .
lDsa Ayadaa
i
tl
i RayaBosorrr3rrKraFarJar
iA uEir.
l.rr RayaciDayury
lsuqar3rrri
lr Rayararu. Mft rrd'6a Ke Pr d' s Rm r lrnds h 8a.arNo 35 lJr Bansunan
lAriJr re
I
lK '']K avuP urhl l.li MabestlankanrN.
l(eBamrruAnF.,"2J"-l J . Ba la Pu sr a kai n r r No 3 sr 3 !
eP,x--,Rawammqtri iRuk. tJr RayakarnarmqK3! Dx
lfa ,
A .rrmmA s
tDE p!:r. r^/rd.,o
lK e Pu rd l | x e a ,a i lJr P,usN. 34
lKa, Ai.a a BokE/7Rroir/aot T . a.er sawrKecDuren sawir I
tt"
1,,",.,"^.,.-.,,1 ;da€cnaKecJaIreqa*
lxe
|
tt'
*. I u i, n-"0"" r*",ro,oo Kcla safar Beka6Baa' "". 105/0r? 6atuRrc04/005 lJ Paangan
tt' lono**",*, *.,0.*" o* | u ]serabnK ecramboaJakbm I I R T010R W 05 l caw dnq I 6 Kebon Para(* Makasr lKd I UIMDc 10/33 lJr r.rahd6r | l0 Pon':ok Karya Ks.Pondok Aren
w R sl okcR T003/013 l K omp | 6 K4 emdokcede J fartRahavu o R roro5 l r (untrN50 I pamuarq reL I Lo i P onmr.dbeudr
l ' -' " *-1. "
" ],,",-,,^",".,",,", ] ciiranBe.'K, Kmma'Jarr lr(, I
I P . q q u n r nB : , a iN o J 6 l r a , u F u r hx { P u o c a d u n q
I moN.,3Rr07/3' lJ,
t^-'-" -**-l
t l s , no! n3nBar er Nl
lr
l
I I :s
lK e s : x a m' ] n rDl Jr KnkapRaya
|
-..".
iF. . en : i s N r n r r . s
l'. .,.,.
J orsia F.y. No 45s
t J r F ,a h d a Rd : N' d 4 ar!3r.! lKd ulai r(3y! .rr
3
t3 a
J Fra PosPeneumben Rr 01106] 6
o* i,." ,"," .o ,"K' .K"bi" "1J" *"",t"""""t'rrr"r""t,., *t i .
t'''"-*'*"^*"*"-'-l 57
l r" rr".- .s- ""
l l 'J3ra l & N . rs
:I;
| s
i K :3aro$.kecJal rcqai aI J .r3!oscrafraLesta.E r/r. Rl5/q 3 kecP rnd" ' A sK ab% nqe6el
lKeJ a' 0' 14' ] 865N1,
I
l l M L l a r rr r 4 2R r 0 0 7 1 0 1 0
tJ, .h'ftqearm!,N o
iprKPemuda 'B d 3N. -cmi ,.rD l , n" ," e " .*,,," r2 r
6
|
| lJr ( r i ! P u r hK e c P ! o c a d l r c iK! I
RayaPoidorGedeNo i
l, o* **',*-
I
ii sLiG, HFU.r6yasr23 Rro?/id ja su'i'1e'.rava K{ ra'llnq P''o'kl ix'
iJr
lKdK3! ! P! r , r 0, , ir r 54a3] lr Ray alondorc . : je No i
5
I
lJr K.rronPa]l n Rr001013 M.rar Ke. rsahAbans lKebm r caah MacaNo 2cir,
t,-","""",..""."," l^""".,""". i ** '* '"'- '""i lJ, P6' @n Ldia I ND s K e Ps$ xa i T r n u ;
I
l< a b ia n q * e o l
No 10Rl t5/05 KejJ3lKe.Plocadunol
lKe RdwanEn4f
I | 5
R Toi 3R ' ,vood , i, Ke. lrlahanran lK: Pr r.r.nam
l5
l I I
*l'l'l'
gorav no t c xerirsaan
j ( e i a k a a nr i N o 2 5 R l o r 2 r o 1 1 P.id.k AambuKec ourenSawt s e n d r n a aH n r l rN o5 R l 0 1 r r 0 0 1
a:rduiqar ll ir KecTanah ADang
Rt03i00a Kel Aa Mesr:r
J J r m b o ' s i L Cb u b r r l' r ' r tir
J l eq.ran N o 2rA R I o13 R W K r ri L Mrran K !. Mahmai (:
LltanKaY! Kec Mataman
r.i J A r.r N o )6 P L 07/06 K,! Utan Kayu S Kec MaBmai se ita Pa n r d r N.
'r
Rl Iti.3
J r Ja r wa rn q L nNo 7 R1 .4 4 r 0 5
Pelanib!'ar rG wazar Ri 05102 a:l:m!u,an (ec -lanah Aban!
Ka m .a n q Ra t: Nr 1 4 3
l r Lenpai a B .tu l l l -AR l 0r3 {'may..an Jakada Pusa{
J 1 Cn n d e l lio l3 Rl
i5 r i,:l
G,!rn GarcEn31kF r2;'ARt01/9 K-'1ia llraraK-'c Keroi.lsiuk .r Liyuf B ok Dil5 Rt0r9r06 K. Jal/Krc Puo Gaduns .f P'rri,buNanxl/32Rt 01r007 x - a r J 3rr. c P u . G a d u n o Jr o !$ a No 2 iBRr
0 r ,1 2
l l ti 3yJ J'l i eqara B a;al |75 R -l
.r Dr Paia{ afN. 27 RT r 4r r : J Fdr C- ; J r( nniPr ! 3 r r r r
P.ndok Bambu Duren Saw I J W.'akasv G3nq 4 No 136
J RawaTer.le lr/2 K ndrstrr Pu ogadunqKe rarneqaJa
P:ltrrbi,a I lG w.z.f Rt o5io2 Perambu.anKec T.nah Abanq
J r . l a r*a r n q n No 7 Rl 1 1 0 1 r 0 5
K e ! ( r a n a lJa li0 2 r
9 1 r 6 1 S6
Pulo Gadunalrade ceiierrPr C
1743007
Kel Jati 021
J InsPeki Sa urar No 9 D sawrr
P n a n o R3 n I C2 i S7 7 3 0 5 r i
J1 Peaambnaf N. 5RTo12;007 Ke Jar Xec Pul. Gaduno JL Bara PusrakaBanr N1 i
J l . l.r ' :!a r r
T | ! F i a r .z
PnaLtr fj t3l As l Ke .rn Benrr! (a.
Rf"f s.lcriudls
P.idnK G.de
ibu sr J l { ;!r n ,I..r ,
i;r l
:) 2 r ' r ;
r r R.vr Ea ir ,i i lil r lr
. M.iqea !! 1 Rl 0r)4tuv 00t .]rai KaY! Ulara K.c fialraman
r ,l
J s.u al anl l T 2i 1319 R l 10 i r5
K,, Pr o G.b.rq Kec C.kulrq
Jr Pir rawr Rev . u: N. : 5
1",."
.L I..n! nng N D 5R r0r3/009 K e K rru P !r:h(ec P 0oGadunq
KLS
NO JI H TEN NO 74
Ke.KayuPu[h Kec PuloGaduno
Jl RayaPondokKerapaabkc
K€r Rempoarr Kec Bat! R!d-.n
c
Bararabk c,7 RT JrJarrneoara 0i4/0.4KeL(ampunqMelayu
B
J PramukaJay. N. 33 ARt0r/1 Uian Kayu Ulara Kec Malraman
12
JL. Kol sugonoNo 3l .32
7
Jl wa6kas V Ganq4 No 136
Jl Se^iraPrme.BaruNo 1c
5
I r B anqkar/17 R roB R w 05 aanqka MampanoP.analan
lce.rurqPP Prezai lJrRayacedonq lKer G.donq0r1 640383e
o
I
I
r(p KarbaraRT002 RW 007
PT MdDpo ilan Dever.ome
I 1., """.,",-.,,",",".,,,,,,,,,,,,
PT NtrsanlaraSe ahteraRa
J 6.3!ku tuhmarNd 13 Rr
c
Jr rraya tsoqojKxi 21 No 1i Rawamanornkec P cadri! 0 21 3 7 7 9 3 0 f
41790937
2
lr Or sra Rayi No 92 Rl 0!/.i;
Pondor C lanllnq lFood C. J l F e
i r Jf
r r lr a a ,a r i
.r PranrukaR3ya N. 6r a
l** I
{edrrnqan I nr
Raya F,4r
i
15
l"*l ,r .
l.i r a i P!,iii,r n r Jr - ,
iL!
c
D.:t R r rr
RT 004it'Ci J Or s!. I N. '2A K. C r C.fp.ibk k.c lariDira
J T3i:i C p naiq RT ill rDo Kej C,p Mua'a K,". Ja!.€!!!L
f fi ;"s
s" d s s h" r " l, L,' p + . N r n E-q i ' o a ' s
narof rb n RM cahaya Batu
J Cendrawas,hNo 30 Deman0an
PD t as er J ay ar . sAXs lJi Rtrt. BGGI Ni 0rr'r'
K . r o !,? n sa 4 t0 2 r
3525'e! K eR aw amai qmK {P .u|!!add
J P in !l.k si,,b u Bi!r
N..r
r r'.rLi ot sadl i u S arrsN .1
J De$ S3rtka rlT 04141 Jr Tanah l\la5 selalan No4 Rl KerKay! Puth K,ccMalraman
oren raF an lhse KalelanaR.mayana PT Carefour ndof,esLa
ll Pa/ : c uubu' I r m r r 6u ' a Kercibubs
lcburn{Jmdff
Jl Rrva aolorKatrrp KJ K! Kr.malJa!
[:
Jal X.. PrL. Oadlra
1.,,".,.,,,",""-,.,,,", : l Ji .p
!a,! B ui i a. R r 02113
J l,1ans 8:ral r1?Rln302 Kr^r'ru KlyL Mai. Kec rrlalramar i ]v€y1 ir23 Rl9i! Fer.o..lan k:: K.lJto:J| sJiU Jakse L r ' .r r 1 ,{ iiir
r U Nl i l
(d RJwa Buiqa Xe. Jat rclara K.xip EFm35 20C0l)u;o Gebanq |(!. car.u,a Jakada I'rur
trr,.r fl 0,,,: xa n,.o,,w K:. c,r.as Ja?a'1;T
ur
x N3 10 RT rolal -r Pe.hlrlrqtrr (r Jrl (!. FurooaJuiq
T mrr PermaiC 29lrB B-Akas, Rl 006/012sefa Mekar_Tambun
Ke (ramarJal J Ja r i.q a .a Id ir
"qlgtorq Nr tlB
K. Ra-a Bu.qaKe. J.nneQara
xe srkarasaKr. Ianderanq
J Jl i .qarai nl rN o
sr
I ur. a Kec Mdtaman Jakrd K., aedcN (Ec P3sarR.bo
. l Rtr !.ia I a ,Jr o !J:: N
K :r,n A D xl l N .22 Fr 10/02 c,r c.n,pedrr Kec JarielraE
I
Jr iebcl Ea.al Darad lxArl
Nal6bu NiinanqR:stauranl
J Cir i3r q c ! r . , r r akr i. l
1".,
r l r , a . Dl D a s n t i T R l D t i ! 3 Kr K,r(ul Kei T:iian Saf . r R J l a c . n : r e r N .2 1 R i 0 2 0 1 trT ia/n1 " {rsenaE,rNo 1i
i rYl.n,.i.r tunr N. r' i
J q a /a Ed q .' N. - tn 7 1
Abanq arrd!nir4 fii r.Tan3h
xebpaAl (e
Fo4.bk Kekpa
K € Cb u b u r 0 2 1 3 7 7 0 3 5 d 7
soto Kldus KembanqJowo
i i""';l:i;;;;;i;;; 36e0{ 314 02 1 Pr s ou, ei s awrR 1/ sRr K. ourcr sai'r oNTroos
Ii
l
lE' r ' s l h d I
I
1",'"^'*'"
I
';"?:r*#*il:":r'" 1"^'-^-"-j::rs:r"-;":l::::: JrJa,wannq,No' Kel cumanoMer.Yu
I
tl rpdd.kxeapaB.kc,1,,y"*
#l:ill;'id;"*' * "* ' , , '
l,- * . * . . ""
lj:l;.;-ilr:,,l,lrl!:'" J r .ir
r ' r n 1 .<
^ i!,lr Jr
I
' hl::l:l:1ru:";J:::""
1i;:r";n";;i;-r'-
11 HJ 3 v 3 's L
''-
=" '--"
r,1,i,1.!a,.h-.ai
I i
.l11it"t.,ffii,k: 1i i,r;';..",,j.i.',.' '
;; ".],1l,,,
'
' "' """ l;i:1li.ii." r d.l; !!.
I
f!.
1i
air
,
ts ..
L
"--*".'.
J :'n,iii,(:a,iR.r.ti't :r.ir,.lrJar:r
llii';l:ii:::ilin"flfi^ Kr. rrc.q
KDiYaBehs
,' Nr Jj, /l r1r,.tri'.tr.,13i' '.''
1,.r...,*,,,,,.,,1rtt:::.
lli ,'."1::
";l:;h:1'j,"1':;l: i::"'
:
,
Jl Lf3tri'.trlR3F
:.-'
""; "-""''
ALAMAI PENANGGUNC
KLS
c
J PondokKeapaabk G 1 No93KeLPoDddk Kel6pa
1
lNc 13 J Ray aNus aI ndah 16
225
1
c
K3 JariKecPuroGadunq Jr sekasrT murRayaNo 1
RT 02106Ke apa Dla Kec KebonJetuk Jakana Ba6l JrKedondons46/15RT 13/r0
Jr RayaFlanksm lLlrrP$lu I Jl ianboreNj i3 RT004/014
ci buburN o 13R T.004i 014
J Ray aKanaanqNo i2 RT103/0r6l<eDu'enSawi
Pnma L'ngkarAsn A 7No 13 RT 002/04J3[ BeningKec PondokGede Kodva Bekasi
5
Lampiran 3
Lampiran 4. Kuesioner Penelitian TINGKAT ADOPSI PROGRAM SAPTA PESONA OLEH PENGELOLA RUMAH MAKAN TRADISIONAL KELAS C DI JAKARTA TIMUR
KUESIONER PENELITIAN Nomor Responden
Nama Pengelola/Manajer : ................................................................................................ (L/P) Usia
: .........................................
Pendidikan Formal
: ......................................... (SD, SLTP, SLTA, Diploma, S-1, dll.)
Pendidikan Nonformal
: 1. Tidak
2. Ya, 1 kali
3. Ya, >1 kali
......................................................................................................... Pelatihan Khusus Boga
: 1. Tidak
2. Ya, 1 kali
3. Ya, >1 kali
......................................................................................................... Nama Usaha
: .........................................................................................................
Alamat Usaha
: ......................................................................................................... .........................................................................................................
Perusahaan berdiri sejak : ......................................................................................................... Status Usaha
: a. Lokasi Bangunan
: 1. sewa
2. milik sendiri
3. kongsi
b. Kepemilikan Usaha : 1. kontrak 2. milik sendiri
3. kongsi
Nama Enumerator
: .......................................
Tanggal
: .......................................
Tanda tangan
: .......................................
* Kuesioner ini bukan merupakan ujian, jadi tidak ada jawaban benar maupun salah. Jawaban yang diberikan tidak akan berpengaruh pada pekerjaan dan status Bp/Ibu. Maka jawablah semua pertanyaan, tidak perlu ragu menjawab sesuai pekerjaan sehari-hari, karena kami akan menjaga kerahasiaannya.
Lampiran 113 Petunjuk: Isilah titik-titik atau berilah tanda (ü) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan kondisi dan jawaban responden! I. Ciri Pribadi Pengelola RMT Pengalaman Usaha 1. Berapa tahun Bp/Ibu berusaha rumah makan tradisional yang saat ini dijalani? …………............. tahun 2. Berapa tahun Bp/Ibu berusaha rumah makan sejenis sebelumnya? ................. tahun 3. Pengalaman usaha Bp/Ibu jalani selama ini diperoleh dari mana/siapa? …………………………………………………………………………………........... (warisan keluarga, teman bisnis, dan pendidikan) Intensitas komunikasi 4. Informasi tentang bisnis rumah makan tradisional diperoleh Bp/Ibu dari: No.
Sumber Informasi
a. b. c. d. e. f. g.
Penyuluh Semiloka Televisi/Radio Buku Koran/majalah Rekan bisnis Keluarga
Frekuensi (kali dlm 1 bln) ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
Lama interaksi (jam) ……………… ……………… ……………… ……………… ……………… ……………… ………………
5. Bentuk interaksi Bp/Ibu pada sumber informasi tersebut yaitu 1. Mendengarkan 2. Menonton 4. Menghadiri pertemuan 5. Bertanya langsung
3.Membaca
6. Bentuk komunikasi terkait dengan bisnis rumah makan manakah yang paling sering diikuti? 1. massa, 2. personal, 3. kelompok Alasan Bp/Ibu memilih bentuk komunikasi tersebut yaitu: ......................................... ....................................................................................................................................... Keanggotaan Kelompok 7. Apakah Bp/Ibu terdaftar sebagai anggota kelompok pengelola/pengusaha rumah makan? 1. Tidak Perlu 2. Belum ada kesempatan 3. Ya 8. Apa bentuk keterlibatan Bp/Ibu dalam kelompok tersebut? b. Status dlm kelompok c. Frekuensi Pertemuan No a. Nama kelompok Agota P’urus Ketua Per-1 bln Per-2 bln Per-3 bln
9. a. Mengapa Bp/Ibu perlu bergabung dalam kelompok tersebut? (digali lebih dalam) ...................................................................................................................................... b. Apa alasan Bp/Ibu tidak bergabung dalam kelompok? (digali lebih dalam) ......................................................................................................................................
Lampiran 114 Kemampuan Mengendalikan Risiko 10. Risiko apa yang paling sering Bp/Ibu dihadapi dalam pengelolaan usaha ini? 1. produk, 2. harga, 3. pelayanan, 4. promosi Respon/tanggapan Dampak Risiko yang Muncul Jenis No. Risiko TT SR R C T ST a. Produk b. Harga c. Pelayanan d. Promosi Ket.: TT = Tidak Tahu SR = Sangat Rendah, R = Rendah, C = Cukup, T = Tinggi, ST = Sangat Tinggi
11. Sehubungan dengan pertanyaan nomor 10, risiko mana yang dapat dihadapi sendiri? ......................................................................................................................................... 12. Pada kasus risiko yang tidak mampu Bp/Ibu hadapi, ke mana mencari penyelesaian masalah? 1. Atasi dengan keluarga 2. Atasi dengan karyawan 3. Atasi bersama kelompok lain 13. Masalah/hambatan/gangguan lain yang sering dialami Bp/Ibu? Hambatan/Gangguan
Hal yang akan dilakukan
a. Sepi pengunjung b. Sulit bahan baku
.............................................................................................................. ..............................................................................................................
c. Harga BBM d. Ketenagakerjaan e. Keamanan f. Pungutan Liar g. Pengamen
.............................................................................................................. .............................................................................................................. .............................................................................................................. .............................................................................................................. ..............................................................................................................
14. Jika usaha rumah makan ini mengalami keuntungan besar, bentuk rencana pengembangan yang akan Bp/Ibu lakukan yaitu : 1. diversifikasi usaha 2. perluasan usaha 3. pembukaan cabang usaha Respons/Tanggapan Pertanyaan No. TT TS KS S SS Keuntungan perusahaan dapat berkurang akibat: 15. a. penggunaan karyawan tetap b. penggunaan karyawan nonkontrak 16. 17. 18.
Bp/Ibu perlu menindaklanjuti setiap keluhan tamu berkaitan dengan usaha rumah makannya. Tata ruang rumah makan berpengaruh pada: a. efektivitas pelayanan b. efisiensi pelayanan Perawatan sarana dan prasarana merupakan faktor terpenting dalam usaha rumah makan.
Ket.: TT = Tidak Tahu, TS = Tidak Setuju, KS = Kurang Setuju, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Lampiran 115 Keterampilan Teknis 19. Menurut Bp/Ibu, keterampilan teknis yang terpenting dikuasai dalam pengelolaan: Jenis Keterampilan Teknis
Respons/Tanggapan TT TS KS S
SS
Keterangan
a. Produk b. Harga c. Pelayanan d. Promosi Ket.: TT = Tidak Tahu, TS = Tidak Setuju, KS = Kurang Setuju, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
20. Metode yang Bp/Ibu gunakan pada kegiatan rekrutmen karyawan adalah: 1. Keluarga/Teman 2. Iklan/Agen 3. Umum melalui pelatihan 21. Bp/Ibu menentukan kebutuhan pelatihan karyawan jika: 1. ada tawaran instansi/lembaga 2. ada keluhan pelanggan
3. rutinitas perusahaan
22. Apakah ada standar prosedur kerja yang Bp/Ibu terapkan bagi karyawan? 1. Tidak Ada 2. Ya 1 prosedur 3. Ya >1 prosedur Standar prosedur kerja tersebut yaitu tentang: ............................................................................................................................................. 23. Apakah Bp/Ibu melaksanakan penilaian kinerja karyawan? 1. Tidak Ada 2. Ya 1 kali/tahun 3. Ya >1 kali/bulan Apa alasan Bp/Ibu? ............................................................................................................ ............................................................................................................................................. 24. Apakah Bp/Ibu juga melakukan evaluasi kepuasan pelanggan? 1. Tidak Ada 2. Ya 1 kali/bulan 3. Ya >1 kali/bulan Apa alasan Bp/Ibu? ............................................................................................................ ............................................................................................................................................. 25. Bp/Ibu memperoleh umpan balik tentang kualitas dari pelanggan yaitu dengan cara: 1. Tidak ada 2. Bertanya langsung 3. Pengisian angket II. Ciri Lingkungan Usaha Kebijakan Pemerintah Daerah 26. Bagaimana pendapat Bp/Ibu tentang kebijakan Pemerintah Daerah terkait dengan keberlangsungan usaha rumah makan? Respons/Tanggapan Bentuk/Aturan Kebijakan Pemerintah Keterangan STM TM C M SM a. Pelayanan administrasi perizinan b. Pungutan pajak c. Penarikan retribusi d. Kegiatan pengawasan e. Pembinaan daya saing f. Pembinaan kualitas produk g. Pembinaan kualitas pelayanan Ket.:
STM = Sangat Tidak Memuaskan, TM = Tidak Memuaskan C = Cukup, M = Memuaskan, SM = Sangat Memuaskan
Lampiran 116 Skala usaha 27. Data skala usaha a. Luas Rumah Makan : ..................... m² b. Kapasitas : ................................kursi c. Jumlah Karyawan : .................... orang d. Pengunjung harian : ................. tamu e. Omzet per-hari : Rp. .............................................................................................. Sumber Modal Keuangan 28. Modal keuangan usaha ini berasal dari: 1. modal pinjaman 2. modal sendiri 3. modal patungan
29. Bagaimana besaran modal keuangan saat ini: 1. kurang 2. cukup 3. berlebih
30. Bagaimana besaran modal investasi saat ini: 1. kurang 2. cukup 3. berlebih
31. Lembaga/sumber keuangan yang Bp/Ibu manfaatkan sebagai modal usaha yaitu: Respons/Tanggapan Lembaga/sumber keuangan Keterangan SS S C M SM a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Koperasi d. Pegadaian e. Perorangan/kerabat f. Rentenir Ket.: SS = Sangat Sulit,
S = Sulit,
C = Cukup,
M= Mudah,
SM = Sangat Mudah
Modal Tenaga Kerja 32. Rumah makan yang Bp/Ibu kelola ini menggunakan karyawan berasal dari: 1. Keluarga dekat 4. Karang taruna 2. Teman 5. Umum (siapa saja bisa) 3. Tetangga 33. Karyawan rumah makan ini berlatar belakang: 1. Putus Sekolah 2. Siswa Aktif 3. Tamat sekolah 34. Umumnya pramusaji berlatar belakang pendidikan yaitu: 1. SD : ................................ 3. SMU/SMK: ................................ 2. SMP : ................................ 4. Diploma : ................................ 35. Status karyawan rumah makan ini yaitu : 1. Tenaga lepas 2. Tenaga harian 3. Tenaga tetap 36. Apakah Bp/Ibu memberikan pelatihan khusus bagi karyawan? 1. Tidak 2. Ya 1 kali 3. Ya > 1 kali 37. Menurut Bp/Ibu, materi pelatihan yang sesuai untuk jenis usaha ini yaitu: Respons/Tanggapan Materi Pelatihan Hasil Observasi TT TS KS S SS a. Cara produksi b. Prosedur pelayanan c. Kecepatan pelayanan d. Cara komunikasi e. Keramah-tamahan f. Keamanan Kerja g. Kebersihan & kesehatan Ket.: TT = Tidak Tahu,
TS = Tidak Setuju,
KS = Kurang Setuju,
S = Setuju,
SS = Sangat Setuju
Lampiran 117 Sarana Usaha Respons/Tanggapan TL KL CL L SL
38. Jenis Sarana
Hasil Observasi
a. Kualitas alat makan b. Kuantitas alat makan c. Kualitas alat minum d. Kuantitas alat minum e. Kualitas meja tamu f. Kualitas kursi tamu g. Kerapian Penataan Meja h. Kelengkapan Asesoris Meja i. Kualitas pakaian seragam j. Kualitas alat masak k. Kebersihan area dapur l. Kebersihan gudang kering k. Kebersihan lemari es m. Kualitas area pencucian Ket.: TL= Tidak Layak, KL = Kurang Layak, C = Cukup Layak, L = Layak, SL = Sangat Layak
39. Apakah Bp/Ibu melakukan inventarisasi peralatan: 1. Jika perlu 2. Ya, tiap 3 bln 3. Ya, tiap 1 bln 4. Ya, tiap minggu
5. Ya tiap hari
Prasarana Usaha 40. Jenis Prasarana
Respons/Tanggapan STL TL CL L SL
Hasil Observasi
a. Instalasi PLN b. Instalasi gas c. Instalasi PAM d. Bak sampah e. Saluran limbah f. Pemadam kebakaran g. Fasilitas parkir h. Toilet umum i. Fasilitas ibadah sholat Ket.: STL= Sangat Tidak Layak, TL = Tidak Layak, CL = Cukup, L = Layak, SL = Sangat Layak
Lokasi usaha 41. Menurut rekaman Bp/Ibu, bagaimana tanggapan pengunjung tentang lokasi usaha rumah makan ini? 1. Sangat sulit dijangkau 2. Sulit dijangkau 3. Cukup strategis 4. Strategis 5. Sangat Strategis
42. Apakah lokasi rumah makan ini berhubungan dengan tingkat kunjungan tamu/pelanggan? 1. Sangat kurang berpengaruh 2. Kurang berpengaruh 3. Cukup berpengaruh 4. Berpengaruh 5. Sangat berpengaruh
Lampiran 118 43. Bagaimana kondisi lingkungan sekitar rumah makan ini? 1. Sangat buruk 2. Buruk 3. Cukup baik 4. Baik 5. Sangat baik
44. Menurut rekaman Bp/Ibu, kelompok tamu yang datang ke rumah makan ini : 1. Pembisnis 2. Karyawan/Buruh 3. Mahasiswa/Pelajar 4. Ibu Rumah Tangga 5. Umum
45. Menurut rekaman Bp/Ibu rata-rata jenis pengunjung rumah makan yaitu : 1. Pengunjung tidak tetap 2. Pengunjung tetap 3.Pengunjung keduanya Kompetitor 46. Bagaimana tingkat persaingan usaha rumah makan yang Bp/Ibu kelola dengan rumah makan lainnya? Respons/Tanggapan Strategi Menghadapi Persaingan Bentuk Persaingan TT TK CK K SK a. Produk b. Harga c. Pelayanan d. Promosi Ket. TT = Tidak Tahu
TK = Tidak Ketat
CK = Cukup Ketat
K= Ketat
SK = Sangat Ketat
III. Adopsi Program Sapta Pesona Kesadaran 47. Apakah Bp/Ibu menge- 48. Apakah Bp/Ibu tahu Sapta 49. Apakah Bp/Ibu tahu tujunal program pemerintah Pesona sebagai salah satu an pelaksanaan program di bidang pariwisata? program pariwisata? Sapta Pesona? 1. Tidak Kenal 1. Tidak Tahu 1. Tidak Tahu 2. Kurang Mengenal 2. Kurang Tahu 2. Kurang Mengetahui 3. Cukup Mengenal 3. Cukup 3. Cukup Mengetahui 4. Mengenal 4. Mengetahui 4. Mengetahui 5. Sangat Mengenal 5. Sangat Mengetahui 5. Sangat Mengetahui 50. Berdasarkan rekaman Bp/Ibu sejak kapan program Sapta Pesona diperkenalkan? sekitar 1. baru-baru ini 2. 2005-an 3. 2000-an 4. 1995-an 5. 1990-an Minat 51. Dari mana Bp/Ibu mengenal Sapta Pesona? 1. Media Massa 2. Media Elektronik 4. Teman Bisnis
3. Seminar/Lokakarya 5. Penyuluh
52. Apakah Bp/Ibu dapat menyebutkan 53. Berdasarkan rekaman Bp/Ibu apakah butir-butir dalam program Sapta Pesona? program Sapta Pesona bermanfaat bagi 1. Tidak tahu 2. Tidak mampu kelangsungan usaha? 3. Cukup mampu 4. Mampu 1. Tidak tahu 2. Kurang manfaat 5. Sangat mampu 3. Cukup manfaat 4. Bermanfaat 5. Sangat bermanfaat
Lampiran 119 Penilaian 54. Bagaimana kesan Bp/Ibu pada penyuluh 55. Bagaimana Bp/Ibu berpendapat tentang Sapta Pesona? isi program Sapta Pesona? 1. Tidak tahu 2. Kurang menarik 1. Tidak tahu 2. Kurang menarik 3. Cukup menarik 4. Menarik 3. Cukup menarik 4. Menarik 5. Sangat menarik 5. Sangat menarik Mencoba 56. Apakah program Sapta Pesona dapat 57. Apakah Bp/Ibu sudah menerapkan diterapkan pada usaha rumah makan? butir-butir Sapta Pesona? 1. Tidak Tahu 2. Kurang dapat 1. Belum coba 2. Coba beberapa 3. Cukup 4. Dapat 3. Coba sebagian 4. Coba banyak 5. Sangat Dapat 5. Coba seluruhnya 58. Butir manakah dari program Sapta Pesona yang sulit untuk diterapkan? 1. keamanan 2. ketertiban 3. kebersihan 4. kenyamanan 5. keindahan 6. keramahan 7. kenangan Menerapkan 59. Pada kegiatan apakah Bp/Ibu menerapkan unsur program Sapta Pesona? 1. Tidak tahu 2. Proses produksi makanan 3. Proses pelayanan tamu 4. Proses pengelolaan lingkungan 5. Seluruh proses Intensitas Hasil Observasi Butir-butir Bentuk Aksi Responden Sapta Pesona TT TS CS S SS 60. Memelihara lingkungan aman. 61. Menjaga lingkungan dari bahaya Aman penyakit menular 62. Meminimalkan risiko kecelakaan 63. Mewujudkan budaya antre Tertib
64. Menaati peraturan yang berlaku 65. Menerapkan disiplin waktu
Bersih
Sejuk
Indah
Ramah
Kenangan
66. 67. 68. 69.
Membuang sampah di tempatnya Menyiapkan sajian higienis Menyiapkan peralatan bersih Menjaga kebersihan dan kerapian penampilan petugas 70. Memelihara lingkungan hijau 71. Menjaga kesejukan ruangan 72. Menata keserasian lingkungan sesuai karakter kelokalan. 73. Menjaga keindahan tanaman lingkungan alami 74. Membantu memberi informasi 75. Menghimbau untuk senyum dan ramah. 76. Menyajikan hidangan khas lokal 77. Menyediakan cinderamata unik / khas lokal
Ket.: TT= Tidak Tahu,
TS = Tidak Sering, CS = Cukup Sering,
S = Sering,
SS = Sangat Sering
Lampiran 120 Konfirmasi 78. Menurut rekaman Bp/Ibu penerapan Sapta Pesona berpengaruh terhadap: Faktor yang dipengaruhi
Respons/Tanggapan TT KP CP BP SP
Hasil Observasi
a. Kepuasan pengunjung b. Jumlah pendapatan (omzet) c. Citra perusahaan d. Kepuasan karyawan e. Produktivitas kerja karyawan Ket.: TT = Tidak Tahu KP= Kurang Pengaruh, CP = Cukup Pengaruh, BP = Berpengaruh, SP = Sangat Pengaruh
Penolakan 79. Apa sikap Bp/Ibu terhadap program Sapta Pesona? 1.Tidak Mendukung 2. Kurang Mendukung 4. Mendukung 5. Sangat Mendukung
3. Cukup Mendukung
80. Alasan Bp/Ibu tidak menerapkan Sapta Pesona pada kegiatan usaha ini yaitu: 1.Tidak tahu manfaat 2.Bukan keharusan 3.Butuh biaya 4.Karyawan tidak mendukung 5.Memiliki konsep/program sendiri 81. Jika mengetahui manfaatnya, apakah Bp/Ibu akan ikut serta menerapkan program Sapta Pesona pada kegiatan usaha rumah makan ini? 1. Tidak tahu 2. Tidak menerapkan 3. Ya menerapkan Alasannya: ........................................................................................................................ ........................................................................................................................................... 82. Apakah Bp/Ibu akan menghimbau orang lain dengan bisnis yang sama untuk menerapkan program Sapta Pesona? 1. Tidak tahu 2. Tidak menghimbau 3. Ya menghimbau Alasannya: ........................................................................................................................ ........................................................................................................................................... 83. Jika ada program lain bidang pariwisata dari pemerintah, apakah Bp/Ibu akan peduli? 1. Tidak tahu 2. Tidak peduli 3. Ya peduli Alasannya: .......................................................................................................................
Terima Kasih
Lampiran 5. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman
Usia Responden
Pendidikan
Pengalaman Usaha
Intensitas Komunikasi
Keanggotaan Kelompok
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
Usia Responden
Pendidikan
Pengalaman Usaha
Intensitas Komunikasi
Keanggotaan Kelompok
Kemampuan Resiko
Keterampilan Teknis
1.000
.039
.220
-.026
.031
-.173
.052
. 63
.762 63
.083 63
.842 63
.807 63
.176 63
.687 63
.039
1.000
-.181
.412(**)
.155
-.037
.008
.762 63
. 63
.157 63
.001 63
.224 63
.772 63
.950 63
.220
-.181
1.000
-.106
.055
-.121
.010
.083 63
.157 63
. 63
.406 63
.669 63
.346 63
.939 63
-.026
.412(**)
-.106
1.000
.329(**)
.037
.149
.842 63
.001 63
.406 63
. 63
.008 63
.772 63
.243 63
.031
.155
.055
.329(**)
1.000
.049
.007
.807 63
.224 63
.669 63
.008 63
. 63
.702 63
.955 63
Kemampuan Resiko
N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
-.173
-.037
-.121
.037
.049
1.000
-.002
.176 63
.772 63
.346 63
.772 63
.702 63
. 63
.989 63
Keterampilan Teknis
N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
.052
.008
.010
.149
.007
-.002
1.000
.687 63
.950 63
.939 63
.243 63
.955 63
.989 63
. 63
.314(*)
.168
.123
-.114
-.046
.041
-.163
Kebijakan Pemda
N Correlation Coefficient
121
Skala Usaha
Modal Keuangan
Modal Tenaga Kerja
Sarana Usaha
Prasarana Usaha
Lokasi Usaha
Kompetitor
Kesadaran
Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient
.012 63
.188 63
.337 63
.374 63
.721 63
.752 63
.203 63
.039
.060
.078
-.033
.086
.186
-.020
.763 63
.641 63
.542 63
.796 63
.504 63
.145 63
.877 63
.236
.154
.232
.166
.007
-.154
-.011
.063 63
.228 63
.067 63
.192 63
.958 63
.229 63
.930 63
.050
-.173
.245
.003
.176
-.058
.182
Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
.695 63
.175 63
.053 63
.978 63
.167 63
.653 63
.153 63
.212
-.004
.212
-.074
-.012
.191
.203
.095 63
.973 63
.095 63
.563 63
.924 63
.133 63
.111 63
-.127
.204
-.008
.060
.159
.131
.120
.322 63
.109 63
.952 63
.642 63
.214 63
.307 63
.348 63
-.028
.033
.171
.128
.184
.306(*)
-.009
.829 63
.799 63
.181 63
.318 63
.149 63
.015 63
.945 63
-.044
.037
.067
.067
.212
.224
-.037
.730 63
.773 63
.602 63
.601 63
.096 63
.078 63
.771 63
-.030
.208
.130
.169
.187
-.018
.053
.813
.101
.310
.185
.142
.892
.682
122
N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
63
63
63
63
63
63
63
-.080
.035
.072
-.046
.071
-.008
.012
.531 63
.788 63
.574 63
.720 63
.579 63
.953 63
.927 63
.312(*)
-.007
.424(**)
.018
.071
.025
.011
.013 63
.955 63
.001 63
.890 63
.579 63
.846 63
.931 63
-.032
.088
.142
-.099
.074
.162
-.097
.802 63
.495 63
.266 63
.441 63
.566 63
.204 63
.447 63
.025
-.137
.075
-.295(*)
-.133
.119
.196
.848 63
.285 63
.558 63
.019 63
.300 63
.352 63
.124 63
.108
-.147
.257(*)
-.328(**)
-.140
.106
-.051
.400 63
.251 63
.042 63
.009 63
.273 63
.411 63
.692 63
-.032
.041
.068
-.125
-.016
.146
-.025
.803 .750 63 63 * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.596 63
.330 63
.902 63
.253 63
.844 63
Minat
Penilaian
Mencoba
Penerapan
Konfirmasi
Penolakan
123
Kebijakan Pemda Usia Responden
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
Pendidikan
N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
Pengalaman Usaha
N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
Intensitas Komunikasi
N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
Keanggotaan Kelompok
Kemampuan Resiko
Keterampilan Teknis
Kebijakan Pemda
N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Skala Usaha
Modal Keuangan
Modal Tenaga Kerja
Sarana Usaha
Prasarana Usaha
Lokasi Usaha
Kompetitor
.314(*)
.039
.236
.050
.212
-.127
-.028
-.044
.012 63
.763 63
.063 63
.695 63
.095 63
.322 63
.829 63
.730 63
.168
.060
.154
-.173
-.004
.204
.033
.037
.188 63
.641 63
.228 63
.175 63
.973 63
.109 63
.799 63
.773 63
.123
.078
.232
.245
.212
-.008
.171
.067
.337 63
.542 63
.067 63
.053 63
.095 63
.952 63
.181 63
.602 63
-.114
-.033
.166
.003
-.074
.060
.128
.067
.374 63
.796 63
.192 63
.978 63
.563 63
.642 63
.318 63
.601 63
-.046
.086
.007
.176
-.012
.159
.184
.212
.721 63
.504 63
.958 63
.167 63
.924 63
.214 63
.149 63
.096 63
.041
.186
-.154
-.058
.191
.131
.306(*)
.224
.752 63
.145 63
.229 63
.653 63
.133 63
.307 63
.015 63
.078 63
-.163
-.020
-.011
.182
.203
.120
-.009
-.037
.203 63
.877 63
.930 63
.153 63
.111 63
.348 63
.945 63
.771 63
1.000
.359(**)
.218
.050
.050
.049
-.149
.093
. 63
.004 63
.086 63
.696 63
.700 63
.701 63
.245 63
.469 63
124
Skala Usaha
Modal Keuangan
Modal Tenaga Kerja
Sarana Usaha
Prasarana Usaha
Lokasi Usaha
Kompetitor
Kesadaran
Minat
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient
.359(**)
1.000
.108
.152
.306(*)
.470(**)
.164
.219
.004 63
. 63
.399 63
.234 63
.015 63
.000 63
.200 63
.085 63
.218
.108
1.000
.054
.175
.053
-.114
-.046
.086 63
.399 63
. 63
.676 63
.171 63
.682 63
.374 63
.721 63
.050
.152
.054
1.000
.275(*)
.091
.040
-.070
.696 63
.234 63
.676 63
. 63
.029 63
.476 63
.759 63
.588 63
.050
.306(*)
.175
.275(*)
1.000
.485(**)
.086
-.031
.700 63
.015 63
.171 63
.029 63
. 63
.000 63
.505 63
.810 63
.049
.470(**)
.053
.091
.485(**)
1.000
-.001
.006
.701 63
.000 63
.682 63
.476 63
.000 63
. 63
.996 63
.964 63
-.149
.164
-.114
.040
.086
-.001
1.000
.391(**)
.245 63
.200 63
.374 63
.759 63
.505 63
.996 63
. 63
.002 63
.093
.219
-.046
-.070
-.031
.006
.391(**)
1.000
.469 63
.085 63
.721 63
.588 63
.810 63
.964 63
.002 63
. 63
.170
.198
.034
.175
.158
.168
.228
.212
.184 63
.120 63
.792 63
.170 63
.215 63
.189 63
.072 63
.095 63
.142
.073
.216
-.043
-.019
.148
.034
-.074
125
Penilaian
Mencoba
Penerapan
Konfirmasi
Penolakan
Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
.268 63
.569 63
.090 63
.739 63
.885 63
.247 63
.792 63
.566 63
.085
.209
.056
.221
.378(**)
-.007
.226
.161
.510 63
.100 63
.662 63
.081 63
.002 63
.957 63
.075 63
.208 63
.165
.272(*)
.160
.300(*)
.166
.227
.107
.207
.195 63
.031 63
.210 63
.017 63
.194 63
.074 63
.403 63
.104 63
.134
.270(*)
.043
.080
.325(**)
.250(*)
.070
.094
.295 63
.032 63
.738 63
.535 63
.009 63
.049 63
.585 63
.462 63
.273(*)
.156
.131
.002
.291(*)
.264(*)
.020
.013
.030 63
.221 63
.305 63
.988 63
.021 63
.036 63
.875 63
.922 63
.240
.102
.008
-.015
.278(*)
.293(*)
-.043
.193
.428 63
.948 63
.908 63
.028 63
.020 63
.736 63
.129 63
.058 63 * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
126
Kesadaran Usia Responden
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
Pendidikan
N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
Pengalaman Usaha
N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
Intensitas Komunikasi
N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
Keanggotaan Kelompok
Kemampuan Resiko
Keterampilan Teknis
Kebijakan Pemda
N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Minat
Penilaian
Mencoba
Penerapan
Konfirmasi
Penolakan
-.030
-.080
.312(*)
-.032
.025
.108
-.032
.813 63
.531 63
.013 63
.802 63
.848 63
.400 63
.803 63
.208
.035
-.007
.088
-.137
-.147
.041
.101 63
.788 63
.955 63
.495 63
.285 63
.251 63
.750 63
.130
.072
.424(**)
.142
.075
.257(*)
.068
.310 63
.574 63
.001 63
.266 63
.558 63
.042 63
.596 63
.169
-.046
.018
-.099
-.295(*)
-.328(**)
-.125
.185 63
.720 63
.890 63
.441 63
.019 63
.009 63
.330 63
.187
.071
.071
.074
-.133
-.140
-.016
.142 63
.579 63
.579 63
.566 63
.300 63
.273 63
.902 63
-.018
-.008
.025
.162
.119
.106
.146
.892 63
.953 63
.846 63
.204 63
.352 63
.411 63
.253 63
.053
.012
.011
-.097
.196
-.051
-.025
.682 63
.927 63
.931 63
.447 63
.124 63
.692 63
.844 63
.170
.142
.085
.165
.134
.273(*)
.240
.184 63
.268 63
.510 63
.195 63
.295 63
.030 63
.058 63
127
Skala Usaha
Modal Keuangan
Modal Tenaga Kerja
Sarana Usaha
Prasarana Usaha
Lokasi Usaha
Kompetitor
Kesadaran
Minat
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient
.198
.073
.209
.272(*)
.270(*)
.156
.102
.120 63
.569 63
.100 63
.031 63
.032 63
.221 63
.428 63
.034
.216
.056
.160
.043
.131
.008
.792 63
.090 63
.662 63
.210 63
.738 63
.305 63
.948 63
.175
-.043
.221
.300(*)
.080
.002
-.015
.170 63
.739 63
.081 63
.017 63
.535 63
.988 63
.908 63
.158
-.019
.378(**)
.166
.325(**)
.291(*)
.278(*)
.215 63
.885 63
.002 63
.194 63
.009 63
.021 63
.028 63
.168
.148
-.007
.227
.250(*)
.264(*)
.293(*)
.189 63
.247 63
.957 63
.074 63
.049 63
.036 63
.020 63
.228
.034
.226
.107
.070
.020
-.043
.072 63
.792 63
.075 63
.403 63
.585 63
.875 63
.736 63
.212
-.074
.161
.207
.094
.013
.193
.095 63
.566 63
.208 63
.104 63
.462 63
.922 63
.129 63
1.000
.446(**)
.397(**)
.403(**)
.326(**)
.295(*)
.424(**)
. 63
.000 63
.001 63
.001 63
.009 63
.019 63
.001 63
.446(**)
1.000
.311(*)
.226
.286(*)
.512(**)
.271(*)
128
Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
.000 63
. 63
.013 63
.075 63
.023 63
.000 63
.032 63
.397(**)
.311(*)
1.000
.291(*)
.400(**)
.315(*)
.311(*)
.001 63
.013 63
. 63
.021 63
.001 63
.012 63
.013 63
.403(**)
.226
.291(*)
1.000
.331(**)
.319(*)
.344(**)
.001 63
.075 63
.021 63
. 63
.008 63
.011 63
.006 63
.326(**)
.286(*)
.400(**)
.331(**)
1.000
.620(**)
.556(**)
.009 63
.023 63
.001 63
.008 63
. 63
.000 63
.000 63
.295(*)
.512(**)
.315(*)
.319(*)
.620(**)
1.000
.485(**)
.019 63
.000 63
.012 63
.011 63
.000 63
. 63
.000 63
.424(**)
.271(*)
.311(*)
.344(**)
.556(**)
.485(**)
1.000
.001 .032 63 63 * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.013 63
.006 63
.000 63
.000 63
. 63
Penilaian
Mencoba
Penerapan
Konfirmasi
Penolakan
129
130
Lampiran 6. Foto Dokumentasi Profil RMT Kelas C di Jakarta Timur
Foto 1. Profil Bagian Depan RMT Kelas C di Jakarta Timur
Foto 2. Profil Bagian Belakang (Dapur) RMT Kelas C di Jakarta Timur
Foto 3 dan 4 Profil Ruang Pelayanan (Makan) RMT Kelas C di Jakarta Timur
SEMINAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
NAMA
: AYAT TAUFIK AREVIN
NOMOR POKOK
: I 352060031
PROGRAM STUDI
: ILMU PENYULUHAN PEMBANGUNAN
JUDUL PENELITIAN
: TINGKAT ADOPSI PROGRAM SAPTA PESONA OLEH PENGELOLA RUMAH MAKAN TRADISIONAL KELAS C DI JAKARTA TIMUR
DOSEN PEMBIMBING
: Dr. Ir. BASITA G. SUGIHEN, M.A. (Ketua) Dr. Ir. SITI AMANAH, M.Sc. (Anggota)
KELOMPOK/BIDANG ILMU : ILMU-ILMU SOSIAL HARI/TANGGAL
: SENIN, 10 NOPEMBER 2008
WAKTU
: PUKUL 09.00-10.00 WIB
TEMPAT
: AUDITORIUM B1 Lt. 1 SOSEK FAPERTA KAMPUS IPB DRAMAGA BOGOR
TINGKAT ADOPSI PROGRAM SAPTA PESONA OLEH PENGELOLA RUMAH MAKAN TRADISIONAL KELAS C DI JAKARTA TIMUR1 Adoption Level Sapta Pesona Program of Traditional Restaurant Managers in East Jakarta Ayat Taufik Arevin 2, Basita G.Sugihen 3, Siti Amanah3 ABSTRACT The sectors of transportation, telecommunication, tourism development raised since of 1980th, have been able to overcome the social problems and economics in the ASEAN countries. Tourism development represents Indonesian pledge in the effort of accelerating economics growth. Sapta Pesona is one of the programs to promote tourism development. Sapta Pesona (the Seven Amazed Program) consists of safety, cleanliness, orderliness, comfort, beauty, hospitality, and enhancing memories. The success of Sapta Pesona program will positively contribute to the tourism businesses that are majority managed by low medium levels of restaurant businesses. The study was focused on management of C-class restaurants. Management of C-class restaurants still ran in very traditional strategy. The aims of this study were (1) to learn the participatory level of the traditional restaurant managers in adoption Sapta Pesona program, (2) to identify the factors related to the participation of the managers in adoption, and (3) to find out strategic to improve participation of the managers in adoption Sapta Pesona program. The research method used was survey, supported by participatory observation technique. The populations of the study were 63 restaurants managers at the east of Jakarta. The data collection was carried out from February until September 2008. The data analysis used was correlation test of Rank Spearman. The results showed that (1) the participation of traditional restaurant managers were of medium level, (2) the personal characters (age, experience, level of educations and communication intensity) were positively related to the participatory level of the traditional restaurant managers in adoption Sapta Pesona program, (3) the business characters were closely related to the participatory level of the traditional restaurant managers in adoption Sapta Pesona program. Key words: traditional C-class restaurant managers, adoption, Sapta Pesona.
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pariwisata merupakan andalan Indonesia dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Sapta Pesona sebagai salah satu program untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mampu berpartisipasi dalam pembangunan di bidang pariwisata. Program Sapta Pesona yaitu aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah-tamah, dan kenangan merupakan kunci sukses bagi semua kegiatan bisnis di bidang pariwisata. Rumah makan salah satu sarana usaha pariwisata yang cukup berpotensi. Dari total penerimaan pajak daerah di DKI Jakarta, pajak yang berasal dari bidang usaha hotel dan restoran mampu menyumbang 12%. Pada tahun 2005 pemerintah kota Jakarta Timur berhasil mendapatkan penerimaan masing-masing dari pajak hotel sebesar Rp. 7.109.812.177, pajak restoran 1
Makalah sebagai bagian dari Tesis pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan SPs IPB
2
Mahasiswa pada Program Magister SPs IPB
3
Berturut-turut adalah Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing
2
Rp. 19.536.992.658 dan pajak hiburan Rp. 5.470.979.345. Total keseluruhan Rp. 32.117.784.180, dan penerimaan pajak ini meningkat sebesar 64,3 persen di banding tahun sebelumnya sebesar Rp. 20.810.713.117. (http://www.jaktim.beritajakarta.com/) Pengelolaan rumah makan kelas C masih tradisional, belum mampu memenuhi kepuasan pelanggan dan rendah dalam kemampuan berkompetisi. Salah satu upaya peningkatan mutu ataupun citra rumah makan tradsional yaitu perlunya pengelola rumah makan berpartisipasi dalam menerapkan unsur-unsur dalam program Sapta Pesona. Beberapa faktor penyebab kegagalan usaha kecil menurut Puspopranoto, et.al (2006) antara lain yaitu: (1) Akibat kebiasaan buruk atau kesehatan kurang baik; (2) Kehilangan pasar; (3) Kurangnya pengalaman manajerial; dan (4) Lemahnya daya saing dan lokasi kurang baik. Faktor ini juga yang menyebabkan keberadaan rumah makan tradisional semakin terdesak oleh restoran modern jenis fast food waralaba baik lokal maupun asing. Kunci keberhasilan menurut Rakhmawati, et.al (2003) antara lain restoran fast food modern tunduk pada peraturan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan frenchise-nya di kantor pusat, seperti ketetapan: standar mutu produk, standar manajemen, standar pemasaran, standar lay-out dan standar desain, dan standar kerja karyawan. Masalah Penelitian Penelitian tingkat adopsi program sapta Pesona oleh Pengelola rumah makan tradisional kelas C di Jakarta Timur ini diharapkan mampu menjawab masalah tentang: (1) Apakah program Sapta Pesona belum menjadi komitmen budaya bagi pengelola rumah makan tradisional kelas C di Jakarta Timur? (2) Ciri-ciri apa saja yang berhubungan dengan tingkat adopsi program Sapta Pesona oleh pengelola rumah makan tradisional kelas C di Jakarta Timur? (3) Bagaimana strategi percepatan adopsi program Sapta Pesona oleh pengelola rumah makan tradisional kelas C di Jakarta Timur? Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tingkat adopsi program Sapta Pesona oleh Pengelola usaha rumah makan tradisional kelas C di Jakarta Timur yaitu: (1) Mengetahui penerapan unsur-unsur Sapta Pesona oleh pengelola rumah makan tradisional kelas C di Jakarta Timur. (2) Menganalisis ciri-ciri yang berhubungan dengan tingkat adopsi program Sapta Pesona oleh Pengelola usaha rumah makan tradisional kelas C di Jakarta Timur. (3) Bahan rumusan untuk meningkatkan tingkat adopsi program Sapta Pesona oleh Pengelola usaha rumah makan tradisional kelas C di Jakarta Timur. KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Berdasarkan studi yang dilakukan Kementerian Budpar RI (2003), diperoleh fakta bahwa: “Partisipasi masyarakat dalam pengembangan daerah tujuan wisata (DTW) di Indonesia masih rendah”. Hal ini disebabkan: (1) tidak adanya ketentuan yang jelas dan rinci tentang pelibatan masyarakat dalam pengembangan DTW; (2) kebijakan tentang peran serta masyarakat dalam pengembangan pariwisata hanya berisi himbauan agar masyarakat diikutsertakan dalam upaya pengembangan tersebut tanpa adanya penjelasan persyaratan, tata cara dan tahap-tahap pelaksanaannya; dan (3) tradisi politik dan budaya Indonesia yang kurang mendukung yaitu kondisi perekonomian yang kurang baik, kurangnya keahlian di bidang kepariwisataan, kurangnya saling pengertian antara pihak-pihak yang terlibat, kualitas sumber daya manusia yang rendah, dan keterbatasan modal masyarakat.
3
Pengelola rumah makan merupakan orang terdepan dalam menjamin kepuasan kualitas produk makanan, minuman, serta pelayanan bagi pelanggannya. Pengelola juga yang bertanggungjawab atas profesionalisme dan jaminan kesejahteraan karyawannya. Pelanggan dan karyawan merupakan aset dalam menjadikan bisnis yang dikelolanya sehat dan mampu berkembang. Usaha rumah makan tradisional di kota besar sekarang ini semakin terdesak oleh restoran waralaba baik lokal maupun dari luar negeri. Kondisi ini adalah akibat rendahnya pengalaman usaha, kemampuan wirausaha, dan keterampilan manajerial bagi pengelola yang terkadang sekaligus pemilik usaha rumah makan tradisional. Maka penelitian ini ingin mengetahui tingkat adopsi program Sapta Pesona oleh pengelola rumah makan tradisional (RMT) kelas C, untuk menjadikan Sapta Pesona sebagai komitmen budaya bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) dalam bisnis yang dijalankannya. Berdasarkan kerangka pemikiran tentang hubungan antara ciri pribadi dan ciri lingkungan usaha dengan tingkat adopsi program Sapta Pesona oleh pengelola RMT kelas C dapat dilihat pada gambar berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Ciri Pribadi (X1) Umur (X1.1) Pendidikan (X1.2) Pengalaman berusaha (X1.3) Intensitas komunikasi (X1.4) Keanggotaan kelompok (X1.5) Kemampuan mengendalikan resiko (X1.6) Keterampilan teknis (X1.7) Lingkungan Usaha RMT (X2)
1. Kebijakan Pemda (X2.1) 2. Skala usaha (X2.2) 3. Modal keuangan (X2.3) 4. Modal tenaga kerja (X2.4) 5. Sarana usaha (X2.5) 6. Prasarana usaha (X2.6) 7. Lokasi usaha (X2.7) 8. Kompetitor (X2.8)
Tingkat Adopsi Program Sapta Pesona (Y): 1. Kesadaran 2. Minat 3. Penilaian 4. Mencoba 5. Penerimaan 6. Konfirmasi 7. Penolakan
Gambar 1. Kerangka Berpikir Tingkat Adopsi Program Sapta Pesona oleh Pengelola RMT kelas C Hipotesis Penelitian (1) Ciri pribadi memiliki hubungan nyata dengan tingkat adopsi program Sapta Pesona oleh Pengelola RMT Kelas C Jakarta Timur. (2) Ciri lingkungan usaha memiliki hubungan nyata dengan tingkat adopsi program Sapta Pesona oleh Pengelola RMT Kelas C Jakarta Timur. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah seluruh pengelola usaha RMT kelas C di Jakarta Timur. Populasi RMT kelas C yang ada di Jakarta Timur adalah 63 unit usaha. Setiap seorang pengelola RMT kelas C dalam penelitian ini mewakili seorang pengelola yang ada pada setiap unit usaha RMT kelas C di Jakarta Timur. Populasi penelitian ini adalah 65 pengelola dan pengumpulan data dilakukan secara sensus. Pelaksanaan penelitian ini pada bulan Februari 2008 sampai dengan September 2008.
4
HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Pribadi Pengelola RMT Kelas C Jakarta Timur Umur pengelola RMT Kelas C di Jakarta bervariasi mulai dari 22 tahun sampai dengan 75 tahun, dengan rataan 49 tahun. Sebanyak 60,3% berusia antara 40-57 tahun. Kelompok umur tersebut termasuk tenaga kerja produktif, karena berada diantara 15 sampai dengan 64 tahun (BPS, 2001). Orang yang lebih muda (25,4%) kurang mendominasi, alasan yang muncul yaitu takut untuk memutuskan menjadi wirausahawan. Ada kecenderungan mereka ingin tetap nyaman bekerja atau tetap pada posisinya, mendapat gaji, inventaris dan sebagainya. SDM pengelola RMT kelas C rata-rata SMA (46%), sekitar 10% diantaranya pernah ikut pendidikan khusus di bidang usaha katering, pendampingan oleh restoran hotel, dan dari dinas peternakan. Berbagai alasan motivasi untuk mengelola usaha rumah makan. Mereka yang berlatarbelakang pendidikan tinggi (28,6%) beralasan pensiun muda dari pekerjaan atau terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), dan memutar bekal tunjangan yang diperoleh. Hal ini membuktikan pendidikan menjadi urutan pertama dalam menentukan tingkat keinovatifan seseorang (Rogers & Shoemaker, 1971) dan seseorang yang berpendidikan tinggi lebih mudah untuk menerima informasi dan berkemampuan menganalisis masalah yang dihadapinya Maryani (1995). Konsekuensi masa depan ditentukan oleh pengalaman masa lalu, dampak dari pengalaman, serta pengamatan seseorang terhadap yang lain (Bandura 1986). Berdasarkan teori tersebut, hasil survei terhadap pengelola RMT kelas C di Jakarta Timur, yang pengalaman usaha terendah antara 0,5 hingga 16 tahun (76,2%) masih perlu menggali pengalaman. Pengalaman usaha yang dimiliki merupakan bagian dari proses belajar bagi pengelola rumah makan. Kualitas intensitas komunikasi pengelola RMT sangat rendah, sebanyak 73% mengandalkan sumber informasi bisnis dari orang tua dan keluarga dekat saja. Sesuai pendapat Schramm (1973) bahwa perilaku pencarian informasi berhubungan dengan tingkat pendidikan. Orang-orang yang berpendidikan tinggi cenderung mencari isi informasi melalui media cetak. Keterlibatan pengelola dalam organisasi kelompok rendah hanya 17,5 % yang terdaftar sebagai anggota kelompok. Mereka yang tidak terlibat (76,2%) memiliki alasan antara lain: (1) beranggapan waktu/kesempatan untuk berusaha jadi berkurang, (2) kesulitan untuk mempercayai bawahan, (3) masih harus terlibat langsung dalam pelayanan kepada pelanggannya. Sebagian lagi (6,3%) belum terlibat dalam kelompok karena belum ada waktu luang dan belum ada informasi tentang keberadaan kelompok. Pengelola RMT memiliki tingkat keberanian ambil resiko sedang (63,5%), hasil data menjelaskan bahwa: (1) resiko produksi, harga, pelayanan, dan promosi masih mampu dikendalikan pengelola RMT kelas C, (2) hambatan lain berupa sepi pengunjung, kesulitan bahan baku, kenaikan harga BBM, ketenagakerjaan, keamanan, pungutan liar, dan pengamen juga masih dapat diatasi dengan baik, (3) adanya keterlibatan keluarga dan karyawan dalam membantu menghadapi resiko dan mengatasi hambatan yang ada, (4) pengelola memiliki semangat untuk mengembangkan usaha dengan memperluas usaha di tempat lain. Kemampuan mengambil resiko merupakan bagian dari jiwa kewirausahaan, yaitu kemampuan dalam membaca peluang, berinovasi, mengelola, dan menjual (Hendro, 2006). Keterampilan teknis adalah kemampuan untuk menggunakan peralatan, prosedur atau teknik-teknik dari suatu bidang tertentu (Katz, 1974). Tingkat kemampuan dan
5
keterampilan teknis yang perlu dimiliki pengelola RMT yaitu pengelolaan produk, harga, pelayanan, promosi, pengelolaan karyawan, dan evaluasi kepuasan pelanggan. Hasil yang diperoleh menggambarkan bahwa 87,3% pengelola RMT telah memiliki kemampuan dan keterampilan teknis dalam pengelolaan aset karyawan dan pelanggan. Ciri Lingkungan Usaha RMT Kelas C Jakarta Timur Pendapat pengelola RMT kelas C tentang kebijakan Pemerintah Daerah terkait dengan keberlangsungan usaha rumah makan menunjukkan tingkat kepuasan sedang 55,6%, dan selebihnya 22,2% merasa tidak puas. Pengelola RMT cukup puas atas kebijakan Pemerintah Daerah setempat tentang pelayanan administrasi perijinan, pungutan pajak dan retribusi. Begitupula dalam hal kegiatan pengawasan, pembinaan daya saing, pembinaan kualitas produk, dan pembinaan kualitas pelayanan. Luas usaha RMT kelas C 93,7% rendah yaitu antara 50 hingga 233 meter persegi, dengan kapasitas duduk antara 10 hingga 40 (65,1%). Jumlah tenaga kerja antara 2-9 orang karyawan (82,5%). Jumlah pengunjung terendah (79,4%) yaitu berkisar antara 50 hingga 133 orang. Jumlah omzet terendah (34,9%) mampu mencapai Rp. 2.267.000,(dua juta dua ratus enam puluh tujuh ribu rupiah) perhari. Seluruh pengelola mengandalkan modal sendiri (berasal dari warisan keluarga), hanya 25% yang mencari tambahan bantuan modal dari bank pemerintah, 18% dari bank swasta, 15% dari lembaga koperasi, 15% dari pegadaian, dan 11,7% masih memanfaatkan dana pinjaman dari rentenir. Ketersedian modal dan asal modal yang telah diuraikan di atas sekaligus membuktikan bahwa rumah makan kelas C sebagai usaha kecil menengah (UKM) dengan administrasi perusahaan yang pada umumnya masih bersifat sederhana, kurang teratur, belum berbentuk badan hukum tidak mampu menyediakan jaminan (coliateral) guna mendapatkan kredit dari dunia perbankan. Hal ini menjadi penyebab investasi modal terbatas (Fuad, 2000), dan pembiayaan hanya mampu disediakan oleh seorang atau sekelompok kecil (Puspopranoto, 2006). Tenaga kerja RMT cukup berkualitas (44,4%), karena 60% pengelola memberikan pelatihan pada saat pertama kali karyawan bekerja. Bentuk materi pelatihan yang diberikan yaitu mengenai cara produksi, cara pelayanan, kecepatan pelayanan, cara komunikasi, keramahtamahan pelayanan, mengenai keutamaan keamanan, kebersihan, dan kesehatan dalam pelaksanaan kerja. Materi tersebut direspon sebagai modal utama bagi tenaga kerja dan merupakan faktor penting dalam melaksanakan kegiatan usaha rumah makan. Kuantitas dan kualitas sarana usaha yaitu 71,4% diantaranya pada tingkat sedang, dideskripsikan bahwa sebagian besar RMT kelas C di Jakarta Timur memiliki peralatan makan-minum dengan kondisi layak pakai dan jumlahnya mencukupi berdasarkan standar kebutuhan operasional harian mereka. Kualitas kebersihan peralatan memasak dan area dapur juga sudah sesuai standar di kelasnya. Namun kegiatan inventarisasi peralatan oleh 60% RMT belum dilakukan secara rutin. Kondisi prasarana usaha meliputi kelayakan instalasi listrik, gas, air bersih, tempat penampungan sampah, saluran limbah, pemadam kebakaran, area parkir, toilet umum dan tempat ibadah solat menunjukkan tingkat kelayakannya sedang (52,4%). Lokasi dan situasi lingkungan RMT berpengaruh terhadap tingkat kunjungan, kelompok tamu yang datang, dan jenis tamu yang datang. Menurut kondisi tersebut, RMT 61,9% pada tingkatan sedang. Pengelola RMT menganggap tingkat persaingan cukup ketat (74,6%) yaitu dalam hal persaingan produk, harga, pelayanan, dan promosi.
6
Tingkat Adopsi Pengelola RMT Kelas C Kesadaran Pengelola RMT rendah dengan skor 1.40, yaitu 54% tidak mengenal program Sapta Pesona, 49% tidak tahu tujuan program, dan 52% tidak tahu kapan program Sapta Pesona mulai diperkenalkan. Tabel 1. Skor Tingkat Adopsi Program Tabel 2. Persentase Kesulitan Pengelola Sapta Pesona oleh Pengelola RMT Kelas C RMT Kelas C dalam Penerapan Sapta Pesona No Tingkat Adopsi Skor 1 Kesadaran 1,40 Butir Sulit Frekuensi Persen 2 Minat 1,68 Aman 32 50,8 3 Penilaian 1,52 4 Mencoba 2,30 Tertib 17 27,0 5 Penerapan 1,78 Bersih 7 11,1 6 Konfirmasi 1,70 7 Penolakan 1,51 Sejuk 7 11,1 Rataan 1,70 Total 63 100,0 Keterangan: n = 63, skor 1 – 1,66 = rendah 1,67 – 2,33 = sedang 2,34 – 3 = tinggi
Minat pada program Sapta Pesona ditunjukkan oleh 53% pengelola memperoleh informasi melalui media massa dan elektronik, 32% dari penyuluh pariwisata, 15% mencari informasi melalui kegiatan seminar dan pertemanan bisnis. Peranan penyuluh pariwisata dalam sosialisasi program Sapta Pesona masih rendah, maka perlu dicari upaya menguatkan minat pengelola lebih memahami, sehingga mampu menerapkan dan memanfaatkan program tersebut pada kegiatan bisnisnya. Penilaian pengelola terhadap manfaat program Sapta Pesona juga rendah, 67% mengaku tidak mengenal dan tidak tahu adanya penyuluh bidang pariwisata, dan 52% mengatakan sulit memahami isi program. Meski demikian, keinginan mencoba pengelola (51%) cukup tinggi dalam menerapkan butir-butir Sapta Pesona pada kegiatan usahanya. Kesulitan yaitu untuk menerapkan butir keamanan dan ketertiban, penyebabnya bahwa usaha mereka yang berlokasi di pusat keramaian seperti lingkungan pasar, terminal, dan stasiun. Kemampuan pengelola (59%) untuk menerapkan butir-butir program Sapta Pesona cukup tinggi. Tingkat intensitas menerapkan unsur kenangan berada pada tahap menyajikan hidangan ciri khas lokal, sedangkan cinderamata yang unik khas lokal belum terpikirkan oleh mereka. Konfirmasi tentang penerapan Sapta Pesona berpengaruh tipis (51%) terhadap kepuasan pengunjung, jumlah pendapatan, citra perusahaan, kepuasan karyawan, dan produktifitas kerja. Penolakan pengelola (56%) rendah terhadap program Sapta Pesona sebagai suatu inovasi dalam kegiatan bisnisnya. Kecenderungan penolakan karena ketidaktahuan dan ketidakpahaman mereka tentang unsur-unsur yang ada dalam program Sapta Pesona. Tabel 3. Hasil Persepsi Pengelola RMT kelas C terhadap Program Sapta Pesona Persepsi Tidak Setuju Ragu Setuju Total
Sapta Pesona Aman 22 (34,9%) 27 (42,9%) 14 (22,2%) 63 (100%)
Tertib 32 (50,8%) 17 (27,0%) 14 (22,2%) 63 (100%)
Bersih 18 (28,6%) 30 (47,6%) 15 (23,8%) 63 (100%)7
Sejuk 20 (31,7%) 32 (50,8%) 11 (17,5%) 63 (100%)
Indah 23 (36,5%) 31 (49,2%) 9 (14,3%) 63 (100%)
Ramah 13 (20,6%) 38 (60,3%) 12 (19,0%) 63 (100%)
Kenangan 8 (12,7%) 48 (76,2%) 7 (11,1%) 63 (100%)
Hasil analisis persepsi program Sapta Pesona menunjukkan bahwa masih ada keraguan pengelola RMT kelas C untuk memutuskan mengadopsi dan menerapkan butir-butir Sapta pesona pada kegiatan usahanya. Keraguan tentang program Sapta Pesona akan mampu mewujudkan keamanan, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahtamahan, dan kenangan, Bahkan terdapat tidak setuju jika menerapkan program Sapta Pesona akan mampu mewujudkan ketertiban. Pengelola RMT kelas C di Jakarta Timur mengadopsi program Sapta Pesona dalam kurun waktu yang berbeda-beda. Menurut ciri-cirinya, yang disarikan dari Wiriatmadja (1978), Mardikanto (1982), dan Rogers (1983), pengelola RMT kelas C di Jakarta Timur dapat dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori adopter (gambar 1) terdiri dari: (1) 9,5% sebagai inovator; (2) 42,9% pelopor; (3) 36,5% pengikut dini; (4) 6,3% pengikut akhir; dan (5) 4,8% kelompok lamban. 50,0% 45,0%
42,9%
40,0%
36,5% 35,0% 30,0% 25,0% 20,0% 15,0%
9,5%
10,0%
6,3% 5,0%
Innovator
0,0%
Early Adopter
Early Majority
Late Majority
4,8% Laggard
Gambar 1. Persentase menurut Kategori Adopter Hubungan Ciri Pribadi dengan Tingkat Adopsi Program Sapta Pesona Hasil analisis dari uji statistik non-parametrik Rank Spearman (rs) disajikan pada tabel 4, membuktikan bahwa ciri pribadi yaitu umur, tingkatan pendidikan, pengalaman, intensitas komunikasi dan keanggotaan kelompok tidak mampu mempengaruhi tingkat kesadaran, minat, keinginan mencoba, dan tingkat penolakan pengelola untuk mengadopsi program Sapta Pesona. Tabel 4. Nilai Koefisien Korelasi (rs) antara Ciri Pribadi dengan Tingkat Adopsi Program Sapta Pesona No 1 2 3 4 5 6 7
Ciri Pribadi
Kesadaran -0,030 0,208 0,130
Minat
Penilaian 0,312* -0,007 0,424**
Mencoba -0,032 0,088 0,142
Penerapan 0,025 -0,137 0,075
Konfirmasi 0,108 -0,147 0,257*
Umur -0,080 Pendidikan 0,035 Pengalaman 0,072 Intensitas 0,169 -0,046 0,018 -0,099 -0,295* -0,328** Komunikasi Keanggotaan 0,187 0,071 0,071 0,074 -0,133 -0,140 Kelompok Pengendalian -0,018 -0,008 0,025 0,162 0,119 0,106 Resiko Keterampilan 0,053 0,012 0,011 -0,097 0,196 -0,051 Teknis n = 63 pengelola RMT kelas C ; * Berhubungan nyata pada α = 0,05 ** Berhubungan sangat nyata pada α = 0,01
8
Penolakan -0,032 0,041 0,068 -0,125 -0,016 0,146 -0,025
Hubungan sangat tipis terjadi antara tingkat pendidikan dan tingkat kesadaran pengelola RMT kelas C pada α = 0,10 dari 63 pengelola hanya 6 pengelola RMT kelas C (10%) yang tidak memiliki hubungan. Kemampuan menilai dan memahami isi program Sapta Pesona berhubungan nyata dengan umur pengelola RMT kelas C pada α = 0,01 dan berhubungan sangat nyata dengan lamanya pengalaman usaha pada α = 0,05. Maka penelitian ini mampu membuktikan bahwa tingkat adopsi program Sapta Pesona mampu dipengaruhi oleh umur dan lamanya pengalaman usaha. Hasil penelitian membuktikan adanya arah hubungan negatif (berlawanan). Hubungan negatif nyata pada α = 0,05 antara intensitas komunikasi dengan tingkat adopsi dalam penerapan program Sapta Pesona. Artinya jika tingkat intensitas komunikasi pengelola RMT kelas C naik maka keinginan menerapkan unsur-unsur dalam program Sapta Pesona akan menurun, atau juga sebaliknya jika keinginan pengelola RMT kelas C untuk menerapkan unsur-unsur Sapta Pesona semakin tinggi maka tingkat intensitas komunikasi semakin menurun. Tingkat konfirmasi tentang pengaruh penerapan program Sapta Pesona berhubungan nyata dengan pengalaman pengelola RMT kelas C pada α = 0,05. Namun berhubungan negatif (berlawanan) sangat nyata dengan intensitas komunikasi pada α = 0,01. Tanda negatif menunjukkan arah perubahan yang berlawanan, yaitu jika tingkat intensitas komunikasi naik maka kemampuan konfirmasi akan menurun, sebaliknya jika kemampuan konfirmasi semakin tinggi maka tingkat intensitas komunikasi semakin menurun. Hubungan Ciri Lingkungan Usaha dengan Tingkat Adopsi Program Sapta Pesona Berdasarkan tabel 5 terbukti bahwa tidak ada keeratan hubungan antara ciri lingkungan usaha dengan tingkat kesadaran dan minat pengelola pada program Sapta Pesona. Namun besaran modal keuangan berhubungan nyata dengan minat pengelola pada α = 0,10. Kondisi sarana usaha berhubungan dengan kemampuan penilaian sangat nyata pada α = 0,01 sedangkan komponen skala usaha dan modal tenaga kerja berhubungan dengan kemampuan menilai pada α = 0,10. Skala usaha dan modal tenaga kerja berhubungan nyata pada α = 0,05 dengan keinginan mencoba dan prasarana usaha dan persaingan usaha terjadi hubungan pada α = 0,10. Skala usaha dan kemampuan memelihara prasarana usaha berhubungan nyata dengan tingkat penerapan unsur-unsur program Sapta Pesona pada α = 0,05. Hubungan sangat nyata pada α = 0,01 terjadi antara kualitas sarana usaha dengan bentuk aksi penerapan unsur Sapta Pesona. Tabel 5. Nilai Koefisien Korelasi (rs) antara Ciri Lingkungan Usaha dengan Tingkat Adopsi Program Sapta Pesona No 1 2 3 4 5 6 7 8
Ciri Lingkungan KesaUsaha daran Kebijakan Pemda 0,170 Skala Usaha 0,198 Modal Keuangan 0,034 Modal Tenaga 0,175 Sarana Usaha 0,158 Prasarana Usaha 0,168 Lokasi Usaha 0,228 Kompetitor 0,212 n = 63 pengelola RMT kelas C ;
Penilai- MenPeneKonfirAn coba rapan masi 0,142 0,085 0,165 0,134 0,273* 0,073 0,209 0,272* 0,270* 0,156 0,216 0,056 0,160 0,043 0,131 -0,043 0,221 0,300* 0,080 0,002 -0,019 0,378** 0,166 0,325** 0,291* 0,148 -0,007 0,227 0,250* 0,264* 0,034 0,226 0,107 0,070 0,020 -0,074 0,161 0,207 0,094 0,013 * Berhubungan nyata pada α = 0,05 ** Berhubungan sangat nyata pada α = 0,01
Minat
9
Penolakan 0,240 0,102 0,008 -0,015 0,278* 0,293* -0,043 0,193
Tingkat konfirmasi berhubungan nyata pada α = 0,05 dengan kebijakan Pemda, kondisi sarana usaha, dan prasarana usaha. Tingkat penolakan terhadap program Sapta Pesona yang dilakukan pengelola RMT kelas C berhubungan nyata pada α = 0,05 dengan kondisi sarana usaha dan prasarana usaha. Perihal penolakan juga berhubungan dengan kebijakan Pemda pada α < 0,10 yaitu untuk per-seratus kasus terjadi peluang kesalahan sebesar enam kasus saja, dan hal ini masih bisa diterima sebagai suatu keeratanhubungan. Strategi Percepatan Adopsi Program Sapta Pesona Pengelola RMT Kelas C Jakarta Timur Berdasarkan bahasan hasil analisis keeratanhubungan antara ciri pribadi dan ciri lingkungan usaha terhadap tingkat adopsi program Sapta Pesona oleh Pengelola RMT kelas C di Jakarta Timur, maka berikut merupakan strategi percepatan adopsi program Sapta Pesona yaitu: (1) Program Sapta Pesona harus bersifat inovasi yang tepat guna. (a) Sapta Pesona harus dapat dirasakan sebagai kebutuhan oleh pengelola RMT kebanyakan. (b) Sapta Pesona harus memberi keuntungan secara konkrit bagi pengelola RMT. (c) Sapta Pesona harus mendayagunakan sumberdaya yang sudah ada. (d) Penerapan Sapta Pesona harus terjangkau oleh kemampuan finansial perusahaan. (e) Sapta Pesona harus sederhana, tidak rumit dan mudah dicoba. (2) Memilih metode penyuluhan Sapta Pesona yang efektif. (3) Memberdayakan agen penyuluhan pariwisata secara optimal. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan (1) Tingkat adopsi program Sapta Pesona oleh pengelola usaha rumah makan tradisional kelas C di Jakarta Timur termasuk kategori sedang. Pengelola RMT telah mengadopsi sebagian dari program Sapta Pesona. Menurut tingkat adopsi, mereka berada pada tingkat menilai dan sedang menuju proses mencoba, sehingga Program Sapta Pesona belum menjadi komitmen budaya bagi pengelola RMT kelas C di Jakarta Timur. (2) Ciri pribadi yang berhubungan positif dengan tingkat adopsi program Sapta Pesona pengelola usaha rumah makan tradisional kelas C di Jakarta Timur adalah usia, tingkat pendidikan, dan pengalaman usaha. Sedangkan intensitas komunikasi berhubungan negatif dengan tingkat adopsi program Sapta Pesona pengelola usaha rumah makan tradisional kelas C di Jakarta Timur. (3) Ciri lingkungan usaha yang berhubungan dengan tingkat adopsi program Sapta Pesona pengelola usaha rumah makan tradisional kelas C di Jakarta Timur adalah kebijakan Pemda setempat, skala usaha, modal tenaga kerja, sarana usaha, prasarana usaha, lokasi usaha, dan kompetitor. Saran (1) Usaha meningkatkan kemampuan adopsi program Sapta Pesona dilakukan dengan meningkatkan intensitas komunikasi penyuluh dengan pengelola RMT dalam upaya mengembangkan pengetahuan dan kemampuan pengelola melalui kegiatan penyuluhan maupun melalui media organisasi kelompok usaha RMT.
10
(2) Penyuluh dan petugas Sudin Kesehatan maupun Pariwisata hendaknya memotivasi pengelola supaya membentuk organisasi kelompok pengusaha RMT dan terlibat aktif dan mendinamikakan kelompok sebagai wadah belajar dengan programprogram yang dibutuhkan. (3) Kelembagaan lain, seperti sumber modal dan koperasi perlu secara bersama-sama mendukung upaya nyata peningkatan kemampuan berusaha pengelola usaha RMT kelas C di Jakarta Timur dengan memberi kemudahan dalam akses modal. DAFTAR PUSTAKA Bandura, A.J. 1986. Social Foundations of Thought and Action: A Social Cognitive Theory. New Jersey: Prentice Hall, Inc. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2001. Proyeksi Penduduk, Angkatan Kerja, Tenaga Kerja, dan Peran Serikat Pekerja dalam Peningkatan Kesejahteraan. http://www.bps.go.id [2 Jan 2008]. [Budpar]Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Panduan Sadar Wisata, Jakarta. http://www.budpar.go.id/filedata/1468_1263-1468357 sadarwisata.pdf Fuad, M. 2000. Pengantar Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hendro dan Chandra. 2006. Be a Smart and Good Entrepreuneur. Jakarta: CLA Publishing dan Universitas Bina Nusantara. Katz, R. L. (1974). "Skills of an Effective Administrator." Harvard Business Review 52, no. 5(September-October): 90-102. Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Percetakan Sebelas Maret University. Maryani. 1995. Kreativitas Transmigrasi Berdasarkan Daerah Asal dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Presiden Republik Indonesia: Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata. Profil Pariwisata Kotamadya Jakarta Timur. http://www.jaktim.beritajakarta.com/ Puspopranoto, Sawaldjo. 2006. Manajemen Bisnis. Jakarta : Penerbit PPM, P.91 Rakhmawati, Lenny dan Jeliteng Pribadi. 2003. Perbedaan Lay-out dan Desain Interior Restoran Fast Food dengan Restoran Tradisional dalam Kaitannya dengan Kepuasan Konsumen di Banda Aceh [laporan penelitian]. Banda Aceh: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala. Roger, EM. and F.F. Shoemaker. 1971. Communication of Innovation: A Cross Cultural Approach. The Free Press. New York Rogers, EM. 1983. Diffusion of Innovations. Fourth Edition. New york: The Free Press. Schramm, W. dan Porter W. 1973. Men, Women, Message, and Media. New York: Harper and Row Publisher. Wiriatmadja, S. 1990. Pokok-pokok Penyuluhan Pertanian. Jakarta: CV. Yasaguna.
11