1
DUKUNGAN DAN PARTISIPASI SUAMI SAAT PERSALINAN Suci Juwita1, Hayuni Rahmah2 1. 2.
Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indoensia, Depok, Jawa Barat- 16424, Indonesia Dpartemen Keperawatan Maternitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indoensia, Depok, Jawa Barat16424, Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Selama proses persalinan berlangsung banyak ibu akan mengalami perasaan suka cita cemas, takut, dan panik. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa respon-respon psikologis tersebut dapat dibantu oleh dukungan suami yang hadir saat persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dukungan dan partisipasi suami saat persalinan. Disain penelitian ini adalah deskriptif, menggunakan sampel pasangan suami dan istrinya yang telah didampingi saat persalinan dengan melibatkan 94 responden yang dipilih mengunakan teknik Consecutive Sampling selama dua bulan. Hasil penelitian menunjukkan 53,2% suami telah memberikan dukungannya dengan baik selama persalinan. Selain itu, hasil pengukuran partisipasi suami saat persalinan 93,6% menunjukkan partisipasi baik. Penelitian ini memberikan implikasi keperawatan bahwa dukungan dan partisipasi suami sangat penting untuk diperhatikan dalam proses persalinan. Penelitian ini tidak mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan dan partisipasi suami saat persalinan namun dapat menjadi data penunjang untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya sehingga dapat mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi dukungan suami saat persalinan. Kata kunci dukungan, partisipasi, persalinan, suami Abstract During labour process, many mother would feel joyful, worried, fear and panic simultaneously. Some previous researchs show that those psychological responses can be helped to overcome by the support of husband who is there when his wife is in the labour. This research’s aim was to describe husband’s support and participation during labour. The research’s design was descriptive, using a group of samples consisting husbands and their wife whom been accompanied during their labour, and involving 94 respondents which were choosen using Consecutive Sampling technique in two month. The research’s result showed 53,2% of the total husbands had given their support well during labour. Besides, the result of measuring husband’s participation 93,6% of the total husbands showed well participation. This research gives a nursing implication that husband’s support and participation are very important to include during labour processes. This research does not identify the factors which affect husband’s support and participation during labour, but it can be a supportive data to accomplish the next research so that can identify the factors affecting husband’s support and participation during labour. Keywords: labour, husband, participation, support
Pendahuluan Persalinan merupakan proses alami yang akan dialami oleh hampir seluruh wanita. Menurut Verney (2006) persalinan adalah proses fisiologis yang pada umumnya dimulai dengan adanya kontraksi yang ditandai dengan perubahan progresif pada servik dan diakhiri
dengan keluarnya plasenta. Selama proses persalinan berlangsung seorang ibu akan banyak mengalami pengalaman menegangkan dan melelahkan. Cemas, gelisah, takut, nyeri, marah, mulas dan kontraksi yang bersifat progresif banyak dialami oleh ibu saat menjelang dan selama proses persalinan berlangsung. Bagi sebagian ibu pengalaman-
Dukungan dan…, Suci Juwita, FIK UI, 2014
2
pengalaman tersebut merupakan fenomena alami namun hasil penelian yang dilakukan oleh Ladewig, London, & Olds (2000) membuktikan bahwa perasaan cemas, takut pada saat persalinan dapat meningkatkan sekresi katekolamin yang dapat menurunkan efisiensi kontraksi rahim dan berpengaruh pada lamanya periode dan kelancaran proses persalinan (Saifuddin, A.B., 2002; Simkin & Ancheta, 2002) Penelitian yang dilakukan oleh Yumni (2006) menemukan bahwa dukungan dari suami akan mempengaruhi kondisi psikologis ibu dan memberikan kemajuan yang positif serta memperlacar proses persalinan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pendampingan suami akan mempermudah proses persalinan kala I. Bentuk dukungan suami yang berupa sentuhan dan motivasi secara tidak langsung dapat menstimulus terjadinya kontraksi dan mempercepat proses persalinan normal. Suami yang mendampingi istrinya saat persalinan dapat memberikan dukungan baik secara fisik, emosional maupun advokasi. Dukungan fisik yang dapat diberikan dapat berupa kontak mata, memegang tangan, dan menggosok punggung (Henderson, 2006). Dukungan emosional dapat diberikan dengan mewujudkan rasa cinta, rasa percaya, pengertian, keterbukaan serta kerelaan suami untuk membantu masalah-masalah yang dihadapi ibu pada saat persalinan (Sari, 2010). Sedangkan advokasi merupakan bentuk dukungan yang dapat diberikan suami terkait dengan pengambilan keputusan, pemberian informasi mengenai prosedur dan kemajuan persalinan (Dunne, 2012; Bowers, 2002; Adams, E.D & Bianchi, A.L., 2008). Bagi banyak suami hadir dan menyaksikan istrinya melalui proses persalinan merupakan sebuah peran besar. Kecemasan menjelang dan selama persalinan tidak hanya terjadi pada ibu, namun juga pada suami. Kecemasan suami saat proses persalinan disebebabkan oleh beberapa faktor seperti takut kehilangan
kontrol, tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan, tertekan selama propses persalinan, merasa tidak diperlakukan dengan tidak hormat, tidak menerima cukup dukungan, dan merasa perannnya secara fisik tidak efektif (Martin, 2008). Selanjutnya, perasaanperasaan yang bersifat negatif tersebut diketahui dapat berpengaruh pada partisipasi suami saat persalinan. Partisipasi merupakan bentuk nyata dari dukungan suami saat persalinan. Penelitian yang dilakukan Martin (2008) menunjukkan bahwa partisipasi suami saat persalinan dapat dilihat melalui keterlibatannya baik secara mental, emosional maupun fisik selama proses persalinan berlangsung. Semakin positif kondisi mental dan emosional (perasaan) yang dimiliki oleh suami maka semakin tergambar pula kesiapannya untuk berpartisipasi dalam persalinan. Sedangkan keterlibatan secara fisik suami selama persalinan dapat terlihat dari bagaimana perilaku suami selama hadir saat persalinan. Penelitian sebelumnya juga telah menemukan bahwa semakin baik partisipasi suami dalam perslainan maka semakin semakin baik pula keterlibatannya saat persalinan. Beberapa penelitian terdahulu telah banyak mengidentifikasi manfaat dari kehadiran dan dukungan suami saat persalinan. Di Indonesia sendiri belum seluruh rumah sakit dan pemberi pelayanan kesehatan sadar dan mendukung fenomena ini. Maka dari itu, dukungan serta partisipasi suami saat persalinan juga merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Pemberi pelayanan kesehatan sering menyimpan keraguan terhadap peran yang dapat dilakukan oleh suami sehingga partisipasi dan dukungan suami selama persalinan menjadi tidak maksimal. Melihat fenomena tersebut, penelitian mengenai dukungan dan partisipasi suami saat persalinan menjadi penting untuk dilakukan. Selain dapat mengeksplorasi mengenai gambaran dukungan yang dapat diberikan, dapat diketahui juga
Dukungan dan…, Suci Juwita, FIK UI, 2014
3
bagaimana partisipasi suami dalam berperan sebagai pendamping persalinan. Tabel 1. Karakteristik Responden
Metode Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dan pengambilan sampel menggunakan teknik Consecutive Sampling. Jumlah sampel penelitian ini adalah 94 pasangan ibu dan suaminya yang telah mendampingi saat persalinan di Kecamatan Ciledug dan Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon. Pada penelitian ini peneliti menerapkan empat prinsip utama etika penelitian, yaitu menghormati harkat dan martbat manusia, menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian, keadilan dan inklusivitas atau keterbukaan, serta memperhitungkan manfaat dan kerugian dari penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat penelitian berupa kuesioner. Kuesioner terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian pertama berisi data demografi suami responden yang meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, dan suku serta riwayat paritas istri responden. Bagian kedua berisi kuesioner Skala Partisipasi Persalinan dan Dukungan Suami saat Pendampingan Persalinan. Selanjutnya pengolahan data dilakukan menggunakan aplikasi SPSS 13.0 pada komputer dengan 4 tahap pengolahan, yaitu editing, coding, processing, dan cleaning. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat sehingga memperoleh gambaran dari dan kesimpulan dari hasil penelitian.
Hasil Hasil penyajian penelitian kuantitatif menampilkan, karakterisitik responden, variabel peneltian yaitu dukungan suami persalinan, serta partisipasi suami persalinan.
ini dan saat saat
Variabel Usia <20 tahun 20-35 tahun >53 tahun Pendidikan SD SMP-SMA Akademi/PT Pekerjaan Pegawai swasta Buruh Petani Pedagang Lainnya Suku Jawa Sunda Lainnya Paritas Istri Responden 1 2 >3
Frekuensi (n)
Presentase (%)
3 74 17
3,2 78,7 18,1
30 58 6
31,9 61,7 6,4
24 48 8 6 8
25,5 51,1 8,5 6,4 8,5
49 43 2
52,1 45,7 2,1
47 35 12
50,0 37,2 12,8
Hasil analisa tabel 5.1 terlihat bahwa distribusi karaketeristik responden tidak merata untuk beberapa data demografi. Sebagian besar responden berada pada rentang usia dewasa awal yaitu 20-35 tahun sebanyak 78,7% (n=94). Distribusi tingkat pendidikan responden paling banyak adalah tingkat pendidikan menengah yaitu SMP hingga SMA sebanyak 61,7% (n=94). Karakteristik lainnya yaitu pekerjaan responden dan sebanyak 51,1% (n=94) responden bekerja sebagai buruh. Sedangkan untuk distribusi suku asal responden, suku jawa adalah adalah suku yang terbanyak dimiliki oleh responden yaitu sebanyak 52,1% (n=94). Selanjutnya untuk riwayat paritas istri responden paling banyak adalah 1 yaitu 48,9% (n=94).
Dukungan dan…, Suci Juwita, FIK UI, 2014
4
Tabel 2. Dukungan Suami saat Persalinan
Variabel
Kategori
Dukungan Suami saat Persalinan
• Baik • Cukup • Kurang
Frekuensi (n) 50 37 7
Presentasi (%) 53,2 39,4 7,4
Hasil analisa tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menunjukkan dukungan dalam kategori baik yaitu sebesar 53,2% (n=94). Tabel 3. Partisipasi Suami saat Persalinan
Variabel
Kategori
Partisipasi Suami saat Persalinan
• Baik • Kurang
Frekuensi (n) 88 6
Presentasi (%) 93,6 6,4
Hasil analisa tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menunjukkan partisipasi yang baik selama proses persalinan dengan prosentase 93,6% (n=94).
Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden berada dalam rentang usia 20 sampai 35 tahun. Rentang usia tersebut termasuk dalam fase dewasa awal menurut klasifikasi rentang usia yang ditentukan oleh Delauner & Ladner (2002). Jumlah tersebut sesuai dengan data Badan Pusat Statistika (BPS) Kabupaten Cirebon tahun 2013 yang menunjukkan bahwa kelompok umur dari dewasa awal sampai dewasa tengah merupakan jumlah penduduk terbanyak pada tiap kecamatan di Kabupaten Cirebon. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Delauner & Ladner (2002) yang menjelaskan bahwa tugas perkembangan pada tahap usia dewasa awal (20-41tahun) adalah melangsungkan pernikahan, memiliki keturunan dan tentunya proses persalinan merupakan hal yang ditunggu-tunggu. Penelitian lain yang dilakukan oleh Adenike, O Ester, O Adefisoye, O Adeleye dan Sunday
(2013) juga menjelaskan bahwa laki-laki yang berumur 20-39 tahun dengan status reproduktif aktif memiliki kesadaran yang tinggi mengenai kesehatan maternal pasangannya. Karakteristik selanjutnya adalah tingkat pendidikan responden. Pada karakteristik ini peneliti menggolongkan tingkat pendidikan kedalam tiga klasifikasi, yaitu tingkat pendidikan dasar (SD), menengah (SMPSMA), dan pendidikan tinggi (akademi atau perguruan tinggi). Hasil penelitian menujukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan menengah. Hal tersebut juga sesuai dengan data BPS Kabupaten Cirebon pada tahun 2013 yang memperlihatkan bahwa penduduk berjenis kelamin laki-laki paling banyak memiliki tingkat pendidikan SMP hingga SMA. Dua pekerjaan yang paling banyak dimiliki responden pada penelitian ini adalah buruh dan pegawai swasta. Hanya sebagian kecil yang memiliki profesi sebagai petani, pedagang dan lain-lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden memiliki pekerjaan dan sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwaningsih (2002) yang menyebutkan bahwa suami yang memiliki pekerjaan cenderung akan memberikan dukungan maternal dibandingkan dengan suami yang tidak bekerja. Budaya merupakan salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kabupaten Cirebon merupakan wilayah perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Meskipun sebagian besar masyarakat Jawa Barat merupakan suku Sunda namun karena pengaruh letak geografis ini Cirebon memiliki dua kebudayaan besar yaitu Jawa dan Sunda. Wilayah Cirebon Barat hingga Selatan mayoritas penduduknya berasal dari suku Sunda sedangkan Cirebon Timur hingga Utara merupakan daerah dengan mayoritas penduduk dengan suku Jawa (Hafidnsyah, 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada keyakinan budaya yang dimiliki baik oleh suku Sunda maupun suku Jawa yang melarang
Dukungan dan…, Suci Juwita, FIK UI, 2014
5
suami untuk berpartisipasi dan memberikan dukungan pada istrinya saat persalinan. Berbeda dengan yang yang terjadi di Iran, Nejad (2005) menjelaskan bahwa budaya Iran memandang bahwa suami tidak sewajarnya untuk hadir di ruang bersalin, sehingga mereka tidak memiliki tradisi untuk menghadirkan suami sebagai pendamping persalinan. Pembahasan selanjutnya adalah tentang riwayat paritas istri responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada selisih yang signifikan antara jumlah responden yang baru memiliki anak dan dengan yang sudah memiliki anak sebelumnya. Namun demikian dapat diketahui juga suami dengan riwayat paritas istri 1 lebih banyak menunjukkan dukungan dalam kategori baik dibandingkan dengan yang sudah memiliki anak sebelumnya. Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chan dan Brown (2002) yang menemukan bahwa seorang suami yang menjadi ayah untuk pertama kali memiliki pandangan yang sangat positif terhadap proses persalinan sehingga ibu yang didampingi akan merasa sangat puas dengan dukungan yang diberikan oleh suaminya tersebut. Hasil pengukuran dukungan suami saat persalinan menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah memberikan dukungannya dalam kategori baik. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2010) yang dilakukan di Surakarta. ia menemukan sebagaian besar suami telah memberikan dukungan dalam kategori baik selama mendampingi istrinya selama proses persalinan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2010) adalah instrumen penelitian yang digunakan. Pengukuran dukungan suami saat pendampingan persalinan yang dilakukan oleh Sari (2010) menggunakan lembar observasi, sedangkan pada penelitian ini digunakan kuesioner Maternal Labour Social Support Questionnaire (MLSSQ) yang dikembangkan oleh Dunne (2012). Selanjutnya kuesioner
tersebut dimodifikasi kedalam bahasa Indonesia dan diperbaiki bahasannya agar sesuai dengan budaya dan karakteristik responden pada tempat penelitian. Pada penelitian ini tergambar bahwa sebagian besar responden telah memberikan dukungannya dengan baik karena ingin menjadi seorang figur ayah yang ideal. Dalam hal ini suami merasakan kejadian yang mendebarkan, kegembiraan, perasaan dibutuhkan, dan diinginkan selama kehamilan hingga persalinan berlangsung (Ekstrӧm, Arvidsson, Falkenstrӧm dan Tronkenstron, 2013). Dengan adanya perasaan-perasaan positif tersebut suami meyakini bahwa mereka memiliki peran yang penting untuk memberikan dukungannya semaksimal mungkin bagi pasangannya. Studi kualitatif yang dilakukan oleh Kaye, Dan, Nakimuli, Osinde, & Mbalinda (2014) menjelaskan bahwa sebgaian besar responden mendefinisikan seorang ayah yang ideal adalah mereka yang mampu terlibat dan memberikan dukungannya secara aktif selama perawatan atenatal dan persalinan. Dunne (2012) menemukan bahwa ibu yang menerima dukungan hanya dari satu pendamping persalinan akan menunjukkan pengalaman bersalin yang lebih positif dibandingkan oleh ibu yang menerima banyak dukungan dari beberapa orang. Dalam hal ini suami adalah orang yang memiliki tanggung jawab dan peran terpenting untuk menjadi pendamping persalinan karena ikatan emosional antara suami istri akan lebih kuat dibandingkan dengan anggota keluarga yang lain (Widyaningsih, 2012). Menurut Bianchi dan Adams (2008) terdapat 4 bentuk dukungan yang dapat diberikan saat proses persalinan, yaitu dukungan fisik, dukungan emosional, dukungan informasional serta advokasi. Sedangkan Lliadow (2012) mengemumakan bahwa dukungan emosional, dukungan fisik dan dukungan informasional merupakan tiga bentuk dukungan yang penting
Dukungan dan…, Suci Juwita, FIK UI, 2014
6
dan dibutuhkan oleh ibu sejak hamil sampai masa-masa menjelang persalinan. Pada penelitian ini, peneliti memutuskan membagi bentuk dukungan saat persalinan menjadi tiga yaitu dukungan fisik, dukungan emosional serta advokasi dengan pertimbangan bahwa dukungan informasional merupakan salah satu bentuk lain dari sebuah advokasi. Hal tersebut juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Dunne (2012) yang mengembangkan MLSSQ sebagai sebuah kuesioner yang mengukur tiga bentuk dukungan sosial saat persalinan, yaitu dukungan fisik, dukungan emosional dan advokasi. Dukungan fisik erat kaitannya dengan tindakan yang dapat meningkatkan kenyamanan ibu selama persalinan. Dukungan ini dapat diberikan dengan memberikan pijatan, mengelus wajah, menggenggam tangan, membantu mengatur nafas, membantu merubah posisi, menemani ibu berjalan-jalan ringan atau bahkan hanya dengan memberikan kontak mata saat memberikan pujian (Dunne, 2012). Bentuk dukungan ini sangat penting untuk menurunkan intensitas nyeri yang dirasakan ibu selama persalinan sehingga ibu akan merasa lebih nyaman dan menurunkan tingkat kecemasannya (Pertiwi, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Sapkota et al. (2012) yang menjelaskan bahwa unsur esensial dari kehadiran seorang pendamping persalinan adalah untuk meberikan dukungan emosional dengan selalu berada disamping ibu selama proses persalinan berlangsung. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ibu merasa bahwa suaminya selalu ada disamping mereka selama persalinan. Suami yang hadir menemani istrinya selama proses persalinan berarti secara tidak langsung telah memberikan dukungan emosionalnya tanpa ia sadari. Hadirnya suami saat persalinan akan membuat ibu merasa lebih dicintai, diperhatikan, dan dihargai. Selain itu, bentuk dukungan emosional juga dapat diberikan dalam bentuk kata-kata
penyemangat untuk menguatkan kondisi psikologis ibu selama persalinan (Dunne, 2012). Advokasi merupakan dukungan yang juga cukup penting bagi ibu bersalin. bentuk dukungan ini diperlihatkan oleh suami dengan mendukung segala keputusan dan pilihanpilihan yang dimiliki ibu selama persalinan. Dengan demikian ibu akan merasa lebih dihargai karena ia diikutsertakaan dalam pengambilan keputusan mengenai rencana kelahiran anaknya (Bowers, 2002). Selain itu, advokasi yang dapat diberikan oleh suami saat persalinan adalah dengan menyampaiakan kebutuhan dan keluhan istrinya kepada bidan atau staff kesehatan lainnya dan menyampaikan infromasi mengenai kemajuan proses persalinan. Dukungan advokasi sangat efektif diberikan oleh orang yang memiliki hubungan dekat dan dapat dipercaya oleh ibu bersalin. Meskipun suami pada umumnya memilki pengetahuan yang kurang mengenai proses dan prosedur persalinan namun ibu akan lebih percaya kepada suaminya dibanding dengan bidan atau staff kesehatan lainnya (Dlugosz, 2013). Hasil penelitian ini memperlihatkan sebagian besar responden telah memberikan dukungannya dalam bentuk fisik, emosional dan advokasi dalam kategori baik selama berperan menjadi pendamping persalinan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Chunuan, Somsap, Pinjaroen, Thitimapong, Nangham, & Ongpalanupat (2009) terdapat 3 jenis peran yang dimiliki suami selama menjadi pendamping persalinan, yaitu pelatih, teman satu tim dan saksi mata. Suami yang terlibat aktif memberikan dukungannya baik secara fisik maupun emosional selama mendampingi istrinya di ruang bersalin dapat dikatakan telah berhasil menjadi seorang pelatih. Sedangkan peran teman satu tim adalah mereka yang telah meberikan dukungannya baik secara fisik maupun emosional namun intensitasnya masih fluktuatif. Sedangkan seorang saksi mata
Dukungan dan…, Suci Juwita, FIK UI, 2014
7
memiliki keterlibatan yang sangat sedikit atau kurang memberikan dukungannya saat menjadi seorang pendamping persalinan.
yang akhirnya membentuk perasaan suami akan semakin positif setelah hadir dalam persalinan.
Pada hasil penelitian ini tergambar sebagian besar responden telah memberikan dukungannya dalam bentuk dukungan fisik, emosional dan advokasi dalam kategori baik selama berperan menjadi pendamping persalinan. Meskipun demikian, pada penelitian ini dapat diketahui juga sebagian kecil dari responden memiliki dukungan dalam kategori kurang. Studi kualitatif yang dilakukan oleh Ekstrӧm, Arvidsson, Falkenstrӧm, dan Tronkenstron (2013) menjelaskan bahwa suami yang mendampingi istrinya saat persalinan memiliki keinginan yang kuat untuk berpartisipasi secara aktif terutama dalam membantu istrinya melewati rasa sakit. Namun, ketidakjelasan mengenai perannya saat berada di ruang bersalin serta kurangnya dukungan dari bidan maupun tenaga kesehatan dapat menyebabkan suami merasa asing, kesepian sehingga tidak dapat melakukan perannya dengan maksmimal (Kaye et al., 2014).
Perasaan yang positif dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan tingkat percaya diri suami. Sedangkan perasaan yang negatif seperti ragu-ragu, canggung dan kurang percaya diri dengan kemampuannya untuk memberikan dukungan yang baik saat persalinan dapat mempengaruhi penampilan perannya saat hadir dalam persalinan (Sapkota et al., 2010). Perasaan negatif yang timbul saat hadir dalam persalinan dapat terjadi karena suami melihat istrinya mengalami proses persalinan dengan penuh kesakitan. Hal tersebut membuat suami menjadi stress, cemas, dan merasa asing, kesepian, dan tidak berdaya untuk membantu mengatasi nyeri yang dirasakan istrinya (Ekstrӧm et al., 2013).
Penelitian ini juga mengukur tentang partisipasi suami saat persalinan. Hasil pengukuran partisipasi suami saat persalinan menunjukkan sebagian responden besar menujukkan partisipasi yang baik. Berdasarkan hasil tersebut tergambar bahwa sebagian besar responden memeperlihatkan keterlibatannya baik secara mental dan emosional (perasaan) dengan positif. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Martin (2008) yang menemukan bahwa perasaan dan perilaku suami akan semakin positif setelah proses persalinan itu berlangsung. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Ekstrӧm et al. (2013) juga mendukung hasil ini penelitian ini. Ia menyebutkan bahwa suami yang telah mendampingi istrinya saat persalinan akan merasa lebih rilkes, gembira setelah kelahiran bayinya karena ketakutan dan kehawatirannya tentang sesuatu yang buruk mengenai kondisi istri dan bayinya tidak terbukti. Hal tersebut
Berdasarkan hasil pengukuran partisipasi suami saat persalinan juga dapat terlihat apakah suami benar-benar ingin hadir saat proses persalinan berlangsung. Apakah alasan atau motivasi yang mendasari suami untuk hadir saat persalinan berasal dari keinginan diri sendiri atau permintaan orang lain. Perilaku positif ditunjukkan suami yang memiliki kesadaran diri untuk hadir saat persalinan tanpa diminta oleh istri maupun anggota keluarga lainnya (Widyaningsih, 2012). Selain itu, perilaku yang positif juga dapat meningkatkan kedekatan suami dengan istrinya saat persalinan sehingga dukungan yang diberikannya akan bernilai lebih tinggi dibandingkan dengan dukungan yang diberikan oleh bidan atau staff kesehatan lainnya (Dlugosz, 2013). Namun demikian, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian kecil dari suami yang mendampingi istrinya saat persalinan menunjukkan partisipasi yang kurang. Hal tersebut dapat terejadi karena minimnya persiapan mengenai proses persalinan dan kurangnya iformasi mengenai perannya selama hadir dalam persalinan (Kaye et al., 2014).
Dukungan dan…, Suci Juwita, FIK UI, 2014
8
Perasaan dan perilaku suami saat persalinan merupakan dua komponen yang dapat mencerminkan partisipasi suami dalam memberikan dukungannya selama persalinan. Semakin baik perasaan dan perilaku yang dimiliki maka akan semakin baik pula partisipasi yang ditunjukkan oleh suami sehingga ia dapat memberikan dukungannya secara maksimal. Pernyataan tersebut juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Martin (2008) yang mengemukakan bahwa suami yang percaya diri, yakin dan siap berpartisipasi dalam persalinan dapat melakukan peran dan memberikan dengan baik selama proses persalinan. Pada penelitian ini tergambar bahwa sebagian besar suami menunjukkan partisipasi yang baik dan sejalan dengan hasil pengukuran dukungan yang menunjukkan sebagian besar suami telah memberikan dukungannya dalam kategori baik pula.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 94 orang responden diperoleh data bahwa sebagian besar suami yang menjadi responden pada penelitian ini berada pada pada rentang umur 26-35 yaitu pada fase dewasa awal, latar belakang pendidikan SMP hingga SMA, jenis pekerjaan buruh dan pegawai swasta dan berasal dari suku jawa dan sunda. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah berpartisipasi dan memberikan dukungannya dengan baik saat persalinan. Berdasarkan hasil tersebut tergambar bahwa suami telah berpartisipasi baik secara mental, emosioal dan fisik dengan baik selama hadir dalam persalinan dan memberikan dukungannya dengan maksimal. Hasil penelitian ini juga memberikan implikasi terhadap bidang keperawatan khususnya pada bidang keperawatan maternitas. Berdasarkan hasil pembahasan di atas diketahui bahwa dukungan dan partisipasi seoroang suami saat persalinan merupakan salah satu aspek yang yang penting dalam praktik keperawatan
maternitas yang berfokus pada keluarga. Oleh karena itu perawat perlu memberikan dukungan kepada suami agar dapat meningkatkan partisipasi dan dukungannya dengan lebih baik. Perawat perlu mengkaji mengenai kesiapan suami untuk menjadi pendamping persalinan. Selain itu perawat juga dapat memberikan motivasi dan pengetahuan kepada suami mengenai dukungan apa saja yang dapat suami berikan agar proses persalinan ibu dapat dilewati dengan baik.
Ucapan Terima Kasih Atas terselesaikannya laporan penelitian ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada orang tua, kakak, keluarga, bidan, kader dan tentunya respondenyang telah membantu berjalannya penelitian ini dari awal hingga akhir. Tidak lupa juga ucapan terima kasih ini peneliti berikan kepada sahabat, sekaligus keluarga yang selalu bersedia mendengarkan, menemani, dan menyemangati dengan tulus dan penuh cinta kasih selama peneliti melakukan penelitian hingga pembuatan laporan akhir ini selesai.
Referensi Adams, E, D., Bianchi, A.L. (2008). A Practical Approach to labour support. Journal of Obstetric, Gynecologyc, & Neonatal Nursing, 37: 106-115. (Diunduh tanggal 11 April 2014). Adenike, O.B., O Ester, A.O., O Adefisoye, A., A Adeleye A., dan O Sunday, O. (2013). Perception, attitude and involvement of men in maternal health care in a Nigerian community. Journal of Public Health and Epidemiologi, 5 (6): 262-270. (Diunduh tanggal 23 Maret 2014). Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon. (2013). Kabupaten Cirebon dalam angka.
Dukungan dan…, Suci Juwita, FIK UI, 2014
9
http://www.scribd.com/document_dow nloads/direct/203850390?extension=pd f&ft=1401768042<=1401771652&us er_id=31701515&uahk=H1Vf9WpvY Ed3HroIukdBmPKQ28g, (Diunduh tanggal 3 Juni 2014). Bowers, Beverly., B. (2002). Mothers experience of labour support: Exploration of qualitative research. Journal of Obstetric, Gynecologyc, & Neonatal Nursing, 31: 742-752. (Diunduh tanggal 23 Maret 2014). Chan, Karen K.L., Brown, Sara P. (2002). How do fathers feel after accompanying their partners in labour and delivery?. Journal of Obstetrics and Gynaecology, 22 (1): 11-15. Chunuan, S., Somsap, Y., Pinjaroen, S., Thitimapong, S., Nangham, S., & Ongpalanupat, F. (2009). Effect of the presence of family member, during the first stage of labour, on childbirth outcomes in a provincial hospital in Songkhla Province. Thailand. Thai J Nurs 2009; 13(1): 16-27. (Diunduh tanggal 9 Februari 2014). DeLaune, S., & Ladner, P. (2002). Fundamental of nursing: Standart and practice. USA: Delmar Thomson Learning. Dlugosz, Sarah. (2013). Women Experince of partner’s presence at childbirth. Thesis: Faculty of Health, Engineering and Science Cowan University, Australia. Dunne, Carmel,.L. (2012). A mixed-method study to investigate the relationship between the number of social support people present during labour, women’s perception and birth outcomes. Thesis: Queensland Institute of Technology School of Nursing and Midwifery. Faculty of Health.
http://eprints.qut.edu.au/52681/ (Diunduh tanggal 27 Desember). Ekstrӧm, A., Arvidsson, K., Falkenstrӧm, M., dan Tronkenstron, S. (2013). Father’s feeling and experience during pregnancy and childbirth: A qualitative study. J Nusr Care, 2 (2). (Diunduh tanggal 16 Juni 2014). Hafidnsyah, 2009. Kebudayaan Cirebon dan Indramayu. http://wiralodra.com/2009/06/kebudaya an-jawa-sunda-di-cirebon-indramayu/ (Diakses tanggal 3 Juni 2014). Henderson C. (2006). Konsep kebidanan (Essential Midwifery). Jakarta: EGC Kaye, Dan K., Nakimuli, A., Osinde, M.O., & Mbalinda, S. (2014). Male involvement during pregnancy and childbirth: men’s perception, practices, and experiences during the care for women who developed childbirth complications in Mulago Hospital, Uganda. BMC Pregnancy and Childbirth 2014, 14 (54). (Diunduh tanggal 16 Juni 2014). Ladewig, P.W., London, M.L., Moberly, S.M., & Olds, S.B. (2002). Contemporary maternal-newborn nursing care. New Jersey: Pearson Educationn, Inc. Lliadow, Maria. (2012). Supporting woman in labour. Health Science Journal, 3 (3): 385-391. (Diunduh tanggal 28 Desember 2013). Martin, Caroline J,H. (2008). A tool to measure father’s attitude and needs in relation to birth. British Journal of Midwifery, 16 (7): 432-437. (Diunduh tanggal 27 Desember 2013). Nejad, V.M. (2005). Couple’s attitudes to the husband’s presence in the delivery room during childbirth. Eastern
Dukungan dan…, Suci Juwita, FIK UI, 2014
10
Mediteranian Health Journal, 11 (4): 828-834. (Diunduh tanggal 14 Juni 2014). Pertiwi, D. (2011). Hubungan kehadiran suami sebagai pendamping istri bersalin terhadap penurunan rasa nyeri saat persalinan di Klinik Bersalin Sumiariani Medan http:// repository.usu.ac.id/bitstream/1234 56789/22991/6/Cover.pdf. (Diunduh tanggal 25 Oktober). Purwaningsih, R. (2002). Hubungan antara pengetahuan dan sikap suami dengan dukungan terhadap kesehatan maternal istrinya di kelurahan Harapan Mulia. Jakarta Pusat tahun 2002. Skripsi: Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
08201011091.pdf (Diunduh tanggal 25 Oktober). Simkin, Penny., Ancheta, R. (2002). Buku saku persalinan. Terj: Achadiat. Jakarta: EGC Widyaningsih, R. (2012). Sikap suami terhadap pendampingan persalinan. Skripsi: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok. Yumni, H. (2006). Pengaruh pendampingan suami terhadap proses persalinan kala I di empat klinik bersalin Sidoarjo & Surabaya. Tesis: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok. Verney, H. (2006). Buku ajar kebidanan. Jakarta: EGC.
Saifudin, A.B.. (2000). Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Sapkota, S., Kobayashi, T., & Takase, M..(2010). Husband’s experience of supporting their wive’s during childbirth in Nepal. Midwifery, 28 (1): 45-51. (Diunduh tanggal 15 Juni 2014). Sapkota, S., Kobayashi, T., Kakehasi, M., Baral, G., & Yoshida, I. (2012). In the Nepalese context, can a husband’s attendance during childbirth help his wife feel more in control of labour?. BMC Pregnancy and Childbirth 2012, 12:49. http://www.biomedcentral.com/14712393/12/49 (Diunduh tanggal l 5 Noember 2013). Sari, Novita. (2010). Hubungan Dukungan Suami dengan Lama Persalinan Kala II di RB Annisa Surakarta. http://eprints.uns.ac.id/9081/1/1496617
Dukungan dan…, Suci Juwita, FIK UI, 2014
asuhan