B AN DIS BAHA SKUS SI DR RAFT PED DOMA AN PE ERING GATA AN DINI B BERB ASIS S MAS SYAR RAKA AT
B BADAN N NASION NAL PE ENANGG GULANGAN BE ENCAN NA (BNPB)) & MASYA ARAKA AT PENA ANGGU ULANGA AN BEN NCANA INDON NESIA (MPBI) (
FEBR RUARI 2013
Pedoman Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana September 2012
1
Kata Pengantar Bencana yang sering terjadi di Indonesia menimbulkan kerugian sekitar 80% (total 150 Triliun) dan dampak yang ditimbulkan selalu ditanggung sendiri oleh masyarakat. Karenanya, masyarakat adalah pemangku kepentingan utama dalam penanggulangan bencana. Salah satu tugas Badan Penanggulangan Bencana adalah menyediakan pedoman-pedoman atau acuan dan standarisasi dalam penanggulangan bencana, baik pada masa sebelum terjadi bencana, saat terjadi bencana maupun setelah terjadi bencana. Dalam upaya pencegahan dan kesiapsiagaan, peringatan dini merupkan komponen yang sangat penting untuk efektifitasnya upaya penanggulangan bencana, khususnya dalam memberikan peringatan kepada masyarakat agar dapat bertindak sesuai dengan jenis peringatan yang diberikan. Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi lembaga pengambil keputusan di daerah di tingkat masyarakat, khususnya bagi lembaga yang dapat menerima peringatan secara resmi dari lembaga yang berwenang maupun peringatan yang yang berasal dari gejala-gejala alam. Semoga pedoman umum ini dapat dilaksanakan oleh seluruh pemangku kepentingan di daerah dalam mengembangkan sistem peringatan dini di masyarakat. Jakarta, September 2012 Direktur Kesiapsiagaan
Ir. Medi Herlianto, CES., MM.
i
Daftar Isi Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
Daftar Gambar
iv
Daftar Tabel
v
1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang . . 1.2 Tujuan . . . . . . 1.3 Ruang Lingkup . 1.4 Landasan Hukum 1.5 Pengertian . . . .
. . . . .
1 1 2 2 2 3
. . . . . . . . . . . . . . .
5 5 6 6 6 7 7 7 8 9 10 10 11 12 12 13
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
2 Peringatan Dini dan Kesiapsiagaan 2.1 Prinsip Dasar . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.2 Unsur Peringatan Dini . . . . . . . . . . . . . 2.2.1 Pengetahuan tentang Risiko . . . . . 2.2.2 Pemantauan dan Layanan Peringatan 2.2.3 Penyebarluasan dan Komunikasi . . . 2.2.4 Kemampuan Penanggulangan . . . . . 2.3 Karakteristik Bencana . . . . . . . . . . . . . 2.3.1 Banjir . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.3.2 Longsor/Gerakan Tanah . . . . . . . . 2.3.3 Gempabumi . . . . . . . . . . . . . . 2.3.4 Tsunami . . . . . . . . . . . . . . . . 2.3.5 Letusan Gunungapi . . . . . . . . . . 2.3.6 Kekeringan . . . . . . . . . . . . . . . 2.3.7 Kebakaran Hutan dan Lahan . . . . . 2.4 Peringatan Dini dan Kesiapsiagaan . . . . . .
ii
. . . . .
. . . . . . . . . . . . . . .
. . . . .
. . . . . . . . . . . . . . .
. . . . .
. . . . . . . . . . . . . . .
. . . . .
. . . . . . . . . . . . . . .
. . . . .
. . . . . . . . . . . . . . .
. . . . .
. . . . . . . . . . . . . . .
. . . . .
. . . . . . . . . . . . . . .
2.5
Daftar Periksa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
3 Peringatan Dini Berbasis Masyarakat 3.1 Sistem Peringatan Dini di Masyarakat . . . . . . . . . . 3.1.1 Sistem Peringatan Dini Nasional . . . . . . . . . 3.1.2 Sistem Peringatan Dini di Masyarakat . . . . . . 3.2 Diseminasi Informasi dan Komunikasi . . . . . . . . . . . 3.2.1 Pengorganisasian Peringatan Dini . . . . . . . . . 3.2.2 Format Informasi Peringatan Dini . . . . . . . . 3.2.3 Diseminasi dan Rantai Informasi Peringatan Dini 3.2.4 Latihan Peringatan Dini . . . . . . . . . . . . . . 3.3 Daftar Periksa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 Respon Masyarakat 4.1 Tanggungjawab Masyarakat . . . . . . 4.2 Pengerahan dan Evakuasi Masyarakat 4.3 Peta Evakuasi . . . . . . . . . . . . . 4.4 Daftar Periksa . . . . . . . . . . . . . 5 Penutup
DAFTAR ISI
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . . . . . . .
. . . .
. . . . . . . . .
15 15 15 17 18 18 19 21 22 23
. . . .
25 25 25 26 26 29
iii
Daftar Gambar 3.1 3.2 3.3 3.4
Skema peringatan dini bencana dari Pemerintah ke masyarakat . Dasar pengambilan keputusan peringatan dini pada masyarakat . Struktur kelompok peringatan dini tingkat masyarakat . . . . . Skema peringatan dini bencana . . . . . . . . . . . . . . . . . .
iv
16 17 18 21
Daftar Tabel 2.1
Daftar periksa pengetahuan risiko bencana . . . . . . . . . . . . 13
3.1
Daftar periksa mekanisme kelembagaan dan sistem pemantauan
4.1 4.2
Level peringatan dan respon yang diharapkan . . . . . . . . . . 26 Daftar periksa kemampuan respon . . . . . . . . . . . . . . . . 27
v
23
Bab 1
Pendahuluan 1.1
Latar Belakang
Sistem peringatan dini bencana adalah elemen yang sangat penting dalam upaya pengurangan risiko bencana. Dengan adanya peringatan dini bencana, maka masyarakat dapat melakukan respon yang sesuai untuk melakukan penyelamatan dan menghindari korban jiwa serta mengurangi dampak bencana tersebut. Agar sistem peringatan dini dapat berjalan secara efektif maka dibutuhkan partisipasi aktif masyarakat yang berada di daerah berisiko, memfasilitasi kegiatan-kegatan penyadaran publik dan kesiapsiagaan masyarakat, serta penyampaian peringatan yang terpercaya. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. Masyarakat memiliki hak untuk untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap kegiatan penanggulangan bencana, khususnya yang berkaitan dengan diri dan komunitasnya serta berkewajiban untuk memberikan informasi yang benar kepada publik tentang penanggulangan bencana. Peringatan dini sebagai salah satu bagian dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi terdapat potensi bencana dilakukan untuk mengambil tindakan cepat dan tepat dalam rangka mengurangi risiko terkena bencana serta mempersiapkan tindakan tanggap darurat. Agar dapat berjalan efektif, sistem peringatan dini harus dikelola secara terpadu dan menyeluruh, serta melibatkan secara aktif masyarakat dan para pemangku kepentingan terkait. Syarat sebuah peringatan dini yang lengkap dan efektif serta berpusat pada masyarakat (people-centered) adalah terpenuhinya empat komponen yaitu pengetahuan risiko, pemantauan bahaya dan layanan peringatan, pe-
1
nyebaran dan komunikasi dan kemampuan respon. Tujuan utama sistem peringatan dini berbasis masyarakat adalah menguatkan individu dan masyarakat yang terancam bahaya untuk bertindak secara tepat waktu dan benar sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan fisik seseorang dan kematian.
1.2
Tujuan
Pedoman ini bertujuan untuk: 1. Sebagai Pedoman bagi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam mengembangkan sistem peringatan dini pada tingkat masyarakat di wilayah kerja masing-masing; 2. Sebagai panduan dalam penyusunan prosedur tetap (protap) peringatan dini di tingkat masyarakat; 3. Sebagai panduan bagi masyarakat untuk mengembangkan sitem peringatan dini di masyarakat.
1.3
Ruang Lingkup
Pedoman ini bersifat umum dalam pengembangan sistem peringatan dini di tingkat masyarakat dengan tata urut sebagai berikut: Bab Bab Bab Bab Bab
I II III IV V
: : : : :
Pendahuluan; Peringatan Dini dan Kesiapsiagaan; Peringatan Dini Berbasi Masyarakat; Respon Masyarakat; Penutup;
Petunjuk Teknis Pengembangan Sistem Peringatan Dini Bencana disusun dalam dokumen tersendiri untuk melengkapi pedoman ini.
1.4
Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika; 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah;
2
BAB 1. PENDAHULUAN
4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana; 5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 tahun 2007 tentang Sarana dan Prasarana dalam Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana; 6. Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana.
1.5
Pengertian
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun factor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis; Kemampuan adalah Penguasaan sumberdaya, cara dan kekuatan yang dimiliki penduduk, yang memungkinkan bagi mereka untuk mempersiapkan diri, mencegah, menjinakkan, menanggulangi, mempertahankan diri serta dengan cepat memulihkan diri dari akibat bencana; Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna; Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepadamasyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencanapada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang; Diseminasi adalah proses penyebaran informasi/peringatan kepada pihakpihak terkait; Masyarakat adalah perseorangan, kelompok orang dan/atau badan hukum.
1.5. PENGERTIAN
3
Bab 2
Peringatan Dini dan Kesiapsiagaan 2.1
Prinsip Dasar
Seiring meningkatnya intensitas dan frekuensi berbagai ancaman bencana yang terjadi di Indonesia, kesiapsiagaan perlu didorong agar dalam menghadapi situasi darurat masyarakat dapat berperan maksimal sesuai dengan kapasitas dan tanggungjawabnya. Hal ini mengingat masyarakat tidak selalu menerima peringatan dini yang dikeluarkan oleh lembaga terkait. Kebijakan pencegahan terlalu penting jika hanya diserahkan kepada pemerintah atau lembaga internasional saja (Koffi Annan, 1999). Masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan sarana yang ada disekitarnya sebagai sumber informasi dan komunikasi. Walaupun sesungguhnya masyarakat sebagai sumber informasi dan komunikasi. Walaupun sesungguhnya masyarakat telah memiliki pengetahuan dan kearifan lokal tentang gejala alam sebagai tanda-tanda akan terjadinya suatu bencana. Pengetahuan akan gejala alam tersebut sangat diperlukan, karena merupakan salah satu bentuk peringatan dini bagi masyarakat untuk dapat melakukan tindakan penyelamatan diri. Dalam pengantar “Pedoman WMO pada Praktek Pelayanan Cuaca Publik” dinyatakan bahwa peringatan dini hanya apabila diterima, dipahami, dipercaya, dan ditindaklanjuti. Diterima: Mudah diakses masyarakat; Dipahami: Pesan yang disampaikan harus jelas, padat, disajikan sesuai dengan konteks social dan budaya setempat; Dipercaya: Pesan dikeluarkan oleh pihak-pihak yang berwenang dan me-
5
miliki reputasi yang baik dalam memberikan informasi; Ditindaklanjuti: Pesan yang yang diterima dapat digunakan untuk melakukan tindakan yang berguna dalam menghindari maupun mengurangi risiko.
2.2
Unsur Peringatan Dini
Tujuan dari pengembangan sistem peringatan dini yang berbasis masyarakat adalah untuk memberdayakan individu dan masyarakat yang terancam bahaya untuk bertindak dalam waktu yang cukup dan dengan cara-cara yang tepat untuk mengurangi kemungkinan terjadinya korban luka, hilangnya jiwa, serta rusaknya harta benda dan lingkungan. Sistem peringatan dini yang lengkap dan efektif terdiri atas empat unsur yang saling terkait, mulai dari pengetahuan tentang bahaya dan kerentanan, hingga kesiapan dan kemampuan untuk menanggulangi. Pengalaman baik dari sistem peringatan dini juga memiliki hubungan antar-ikatan yang kuat dan saluran komunikasi yang efektif di antara semua elemen tersebut. Keempat elemen tersebut adalah:
2.2.1
Pengetahuan tentang Risiko
Risiko akan muncul dari kombinasi adanya bahaya dan kerentanan di lokasi tertentu. Kajianterhadap risiko bencana memerlukan pengumpulan dan analisis data yang sistematis serta harus mempertimbangkan sifat dinamis dari bahaya dan kerentanan yang muncul dari berbagai proses seperti urbanisasi, perubahan pemanfaatan lahan, penurunan kualitas lingkungan, dan perubahan iklim. Kajian dan peta risiko bencana akan membantu memotivasi orang, sehingga mereka akan memprioritaskan pada kebutuhan sistem peringatan dini dan penyiapan panduan untuk mencegah dan menanggulangi bencana.
2.2.2
Pemantauan dan Layanan Peringatan
Layanan peringatan merupakan inti dari sistem. Harus ada dasar ilmiah yang kuat untuk dapat memprediksi dan meramalkan munculnya bahaya, dan harus ada sistem peramalan dan peringatan yang andal yang beroperasi 24 jam sehari. Pemantauan yang terus-menerus terhadap parameter bahaya dan gejalagejala awalnya sangat penting untuk membuat peringatan yang akurat secara tepat waktu. Layanan peringatan untuk bahaya yang berbeda-beda
6
BAB 2. PERINGATAN DINI DAN KESIAPSIAGAAN
sedapat mungkin harus dikoordinasikan dengan memanfaatkan jaringan kelembagaan, prosedural, dan komunikasi yang ada.
2.2.3
Penyebarluasan dan Komunikasi
Peringatan harus menjangkau semua orang yang terancam bahaya. Pesan yang jelas dan berisi empat unsur kunci dari Sistem Peringatan Dini yang Terpusat pada Masyarakat. informasi yang sederhana namun berguna sangatlah penting untuk melakukan tanggapan yang tepat, yang akan membantu menyelamatkan jiwa dan kehidupan. Sistem komunikasi tingkat regional, nasional, dan masyarakat harus diidentifikasi dahulu, dan pemegang kewenangan yang sesuai harus terbentuk. Penggunaan berbagai saluran komunikasi sangat perlu untuk memastikan agar sebanyak mungkin orang yang diberi peringatan, guna menghindari terjadinya kegagalan di suatu saluran, dan sekaligus untuk memperkuat pesan peringatan.
2.2.4
Kemampuan Penanggulangan
Sangat penting bahwa masyarakat harus memahami bahaya yang mengancam mereka; dan mereka harus mamatuhi layanan peringatan dan mengetahui bagaimana mereka harus bereaksi.Program pendidikan dan kesiapsiagaan memainkan peranan penting di sini. Juga penting bahwa rencana penanganan bencana dapat dilaksanakan secara tepat, serta sudah dilakukan dengan baik dan sudah teruji. Masyarakat harus mendapat informasi selengkapnya tentang pilihan-pilihan untuk perilaku yang aman, ketersediaan rute penyelamatan diri, dan cara terbaik untuk menghindari kerusakan dan kehilangan harta benda.
2.3
Karakteristik Bencana
Jenis bencana yang akan dibahas pada pedoman ini adalah bencana yang memiliki karakteristik terjadinya masih dapat diprediksi dan masih memiliki waktu yang cukup untuk memberikan peringatan kepada masyarakat. Khusus untuk bencana gempabumi dan tsunami, secara nasional Indonesia sudah memiliki Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesia Tsunami Early Warning System — InaTEWS) sehingga sistem tersebut sudah langsung dapat digunakan oleh pemerintah daerah dan masyarakat.
2.3. KARAKTERISTIK BENCANA
7
2.3.1
Banjir
Ada dua pengertian mengenai banjir: 1. Aliran sungai yang tingginya melebihi muka air normal sehingga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan lahan rendah di sisi sungai. Aliran air limpasan tersebut yang semakin menainggi, mengalir dan melimpasi muka tanah yang biasanya tidak melewati aliran air; 2. Gelombang banjir berjalan kearah hilir sistem sungai yang berinteraksi dengan kenaikan muka air akibat badai. Berdasarkan sumber airnya, air yang berlebihan tersebut dapat dikategorikan dalam empat kategori: 1. Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas penyaluran sistem pengaliran air baik sistem sungai alami maupun sungai buatan; 2. Banjir yang disebabkan meningkatnya muka iar sungai akibat pasang laut maupun meningginya gelombang laut akibat badai; 3. Banjir yang disebabkan oleh kegagalan bangunan air buatan manusia seperti bendungan, tangguil, dan bangunan pengendali banjir; 4. Banjir akibat kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai akibat runtuhnya/longsornya tebing sungai. Ketika sumbatan/bendungan tidak dapat menahan tekanan air maka bendungan akan hancur, air sungai yang terbendung mengalir deras sebagai banjir bandang. Penyebab terjadinya banjir antara lain sebagai berikut: 1. Pada umunmya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas normal; 2. Berkurangnya daya tamping sistem saluran drainase dank anal penampung banjir, akibat sedimentasi, sampah serta hambatan lain; 3. Pengundulan hutan di daerah tangkapan air; 4. Berkurangnya daerah resapan air. Gejala terjadinya banjir antara lain sebagai berikut: 1. Curah hujan yang tinggi pada waktu yang lama;
8
BAB 2. PERINGATAN DINI DAN KESIAPSIAGAAN
2. Tingginya pasang laut yang disertai dengan badai mengindikasikan akan datangnya bencana banjir beberapa jam kemudian, terutama untuk daerah yang dipengaruhi pasang surut.
2.3.2
Longsor/Gerakan Tanah
Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, atau percampuran kedunya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Tanah longsor dapat disebabkan oleh: 1. Penggundulan hutan; yang biasanya akan mengakibatkan berkurangnya daya ikat tanah; 2. Getaran pada lereng akibat gempabumi ataupunledakan, penggalian, getaran alat/kendaraan; 3. Peningkatan beban yang melampaui daya dukung tanah; 4. Pemotongan kaki lereng secara sembarangan yang mengakibatkan lereng kehilangan gaya penyangga. Gejala terjadinya tanah longsor antara lain: 1. Munculnya retakan memanjang atau lengkung pada tanah atau pada konstruksi bangunan, yang biasanya terjadi setelah hujan; 2. Terjadinya penggembungan pada lereng atau tembok bangunan; 3. Tiba-tiba muncul rembesan atau mata air pada lereng; 4. Apabila pada lereng sudah terdapat rembesan air/mata air, air tersebut tiba-tiba menjadi keruh bercampur lumpur; 5. Pohon-pohon atau tiang-tiang miring searah kemiringan lereng; 6. Terdengar suara gemuruh atau suara ledakan dari atas lereng; 7. Terjadi runtuhan atau aliran butiran tanah/kerikil secara mendadak dari atas lereng.
2.3. KARAKTERISTIK BENCANA
9
2.3.3
Gempabumi
Gempabumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, aktivasi gunung api atau runtuhan batuan. Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan pergeseran pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Pergerakan relatif lempeng tektonik benua mengakibatkan terjadinya penumpukan (akumulasi) tekanan pada daerah-daerah pertemuannya. Saat elastisitas batuan tidak lagi mampu menahan tekanan ini batuan akan melenting menuju kondisi setimbang mendekati kondisi awal sebelum terkena tekanan. Lentingan ini menimbulkan energi getaran yang kuat yang dirambatkan ke segala arah dalam lempeng bumi yang disebut gempabumi. Penyebab gempabumi antara lain: 1. Proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi; 2. Aktivitas sesar di permukaan bumi; 3. Pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadinya runtuhan tanah; 4. Aktivitas gunungapi; 5. Ledakan nuklir. Gempabumi umumnya terjadi secara mendadak, dan belum ada metode untuk pendugaan secara akurat.
2.3.4
Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang: “Tsu” berarti pelabuhan serta “Nami” berarti gelombang, sehingga secara umum diartikan sebagai pasang laut yang besar di pelabuhan. Tsunami adalah gelombang laut yang terjadi karena gangguan impulsif pada laut. Penyebab tsunami antara lain sebagai berikut: 1. Gempabumi yang diikuti dengan dislokasi/perpindahan masa tanah/batuan yang sangat besar di bawah air (laut/danau); 2. Tanah longsor di bawah air/laut; 3. Letusan gunung api di bawan laut dan gunungapi pulau; 4. Letusan meteor yang jatuh ke laut.
10
BAB 2. PERINGATAN DINI DAN KESIAPSIAGAAN
Di Indonesia, gempabumi merupakan penyebab utama terjadinya tsunami. Untuk memicu tsunami, gempabumi harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Gempabumi terjadi di bawah laut; 2. Kedalaman gempabumi (episentrum) bawah laut kurang dari 100 km; 3. Gempabumi bawah laut memiliki kekuatan 7 Skala Richter (SR) atau lebih; 4. Pergerakan lempeng tektonik terjadi secara vertikal, sehingga mengakibatkan dasar laut naik dan mengangkat air di atasnya;
2.3.5
Letusan Gunungapi
Gunungapi adalah bentuk timbunan (kerucut dan lainnya) di permukaan bumi yang dibangun oleh timbunan rempah letusan, atau tempat munculnya batuan lelehan (magma/gas) yang berasal dari dalam bumi. Penyebab letusan gunungapi antara lain: 1. Pancaran magma dari dalam bumi yang berasosiasi dengan arus konveksi panas; 2. Proses tektonik dari pergerakan dan pembentukan lempeng/kulit bumi; 3. Akumulasi tekanan dan temperature dari fluida magma menimbulkan pelepasan energi. Gejala letusan gunungapi adalah sebagai berikut: Aktif-Normal (level 1); kegiatan gunungapi baik secara visual, maupun dengan instrumentasi tidak ada gejala perubahan kegiatan Waspada (level 2); berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumentasi mulai terdeteksi gejala perubahan kegiatan, misalnya jumlah gempa vulkanik, suhu kawah (sulfatara/fumarola) meningkat dari nilai normal; Siaga (level 3); kenaikan kegiatan semakin nyata. Hasil pantauan visual dan seismic berlanjut didukung dengan data dari instrumentasi lainnya; Awas (level 4); Semua data menunjukkan bahwa letusan utama segera menjelang. Letusan-letusan asap/abu sudah mulai terjadi.
2.3. KARAKTERISTIK BENCANA
11
2.3.6
Kekeringan
Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Gejala terjadinya kekeringan antara lain: 1. Menurunnya tingkat curah hujan di bawah normal dalam satu musim. 2. Terjadinya kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah.
2.3.7
Kebakaran Hutan dan Lahan
Kebakaran hutan dan lahan adalah perubahan langsung atau tidak langsung terhadap fisik atau hayati yang menyebabkan kurang berfungsinya hutan atau lahan dalam menunjang kehidupan yang berkelanjutan sebagai akibat dari penggunaan api yang tidak terkendali maupun factor alam yang dapat mengakibatkan terjadinya kebakaran hutan atau lahan. Penyebab kebakaran hutan dan lahan adalah sebagai berikut: 1. Aktivitas manusia yang menggunakan api di kawasan hutan dan lahan, sehingga menyebabkan bencana kebakaran; 2. Faktor alam yang memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan; 3. Jenis tanaman yang sejenis dan memiliki titik bakar yang rendah serta hutan terdegradasi menyebabkan semakin rentan terhadap bahaya kebakaran; 4. Api yang cukup besar sehingga memicu percepatan menjalarnya api; 5. Topografi yang terjal sehingga mempercepat api dari bawah ke atas. Gejala kebakaran hutan dan lahan adalah sebagai berikut: 1. Adanya aktivitas manusia menggunakan api di kawasan hutan dan lahan; 2. Ditandai dengan adanya tumbuhan yang merangas; 3. Kelembaban udara rendah; 4. Kekeringan akibat musim kemarau panjang; 5. Peralihan musim menuju kemarau; 6. Meningkatnya migrasi satwa keluar habitat.
12
BAB 2. PERINGATAN DINI DAN KESIAPSIAGAAN
2.4
Peringatan Dini dan Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana dan di dalam konsep pengelolaan bencana yang berkembang saat ini, peningkatan kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan pengurangan risiko bencana yang bersifat pro-aktif, sebelum terjadinya bencana. Sistem peringatan dini menjadi bagian penting dari mekanisme kesiapsiagaan masyarakat, karena peringatan dapat menjadi faktor kunci penting yang menghubungkan antara tahap kesiapsiagaan dan tanggap darurat. Secara teoritis bila peringatan dini disampaikan tepat waktu, maka suatu peristiwa yang dapat menimbulkan bencana dahsyat dapat diperkecil dampak negatifnya. Seberapa besar peringatan dapat mengurangi dampak suatu peristiwa bencana akan sangat bergantung pada banyak faktor, misalnya: 1. Ketepatan peringatan; 2. Jarak waktu yang tersedia antara keluarnya peringatan sampai datangnya peristiwa yang dapat menimbulkan bencana; 3. Seberapa siap perencanaan pra bencana dan kesiapsiagaan masyarakat, termasuk kemampuan masyarakat untuk menanggapi peringatan tersebut dan melakukan tindakan antisipasi secara tepat.
2.5
Daftar Periksa
Berikut ini daftar periksa terkait pengetahuan akan risiko bencana. Tabel 2.1: Daftar periksa pengetahuan risiko bencana Mengidentifikasi Bahaya Alam Menganalisis karaktristik bahaya alam penting (misalnya, intensitas, frekuensi dan peluang) dan mengevaluasi data historis Mengembangkan peta bahaya untuk mengidentifikasi wilayah geografis dan masyarakat yang dapat terpengaruh oleh bahaya alam Mengembangkan peta bahaya terpadu (jika mungkin) untuk melakukan asesmen terhadap interaksi antara berbagai bahaya alam
2.4. PERINGATAN DINI DAN KESIAPSIAGAAN
Melakukan Asesmen terhadap Risiko Melakukan kajian terhadap interaksi bahaya dan kerentanan untuk menentukan risiko yang dihadapi oleh setiap wilayah atau masyarakat Mengidentifikasi dan mengevaluasi kegiatan yang meningkatkan risiko Mengintegrasikan hasil assessmen risiko ke dalam rencana manajemen risiko lokal dan pesan peringatan
13
Bab 3
Peringatan Dini Berbasis Masyarakat 3.1 3.1.1
Sistem Peringatan Dini di Masyarakat Sistem Peringatan Dini Nasional
Peringatan dini di masyarakat dapat dikembangkan dengan mengacu pada skema peringatan yang ada pada tingkat nasional dimana sumber peringatan resmi berasal dari lembaga yang memiliki kewenangan untuk mengeluarkan peringatan. Lembaga-lembaga tersebut adalah: 1. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB); 2. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), bertanggungjawab untuk memberikan peringatan dini cuaca, bencana gempabumi dan tsunami; 3. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, (PVMBG), Badan Geologi bertanggungjawab untuk memberikan peringatan dini bencana Letusan gunungapi dan gerakan tanah; 4. Kementerian Pekerjaan Umum, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Air, bertanggungjawab untuk memberikan peringatan bencana banjir dan kekeringan;
15
5. Kementerian Kehutanan bertanggungjawab untuk memberikan peringatan dini bencana kebakaran hutan. Skema peringatan dini bencana pada tingkat nasional dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut:
Gambar 3.1: Skema peringatan dini bencana dari Pemerintah ke masyarakat Peringatan dini pada tingkat masyarakat harus memiliki beberapa prinsip sebagai berikut: 1. Tepat waktu; 2. Akurat; 3. Dapat dipertanggungjawabkan. Suatu sistem peringatan dini akan dapat dilaksanakan jika memenuhi ketiga syarat berikut: 1. Adanya informasi resmi yang dapat dipercaya; 2. Adanya alat dan tanda bahaya yang disepakati; 3. Ada cara/mekanisme untuk menyebarluaskan peringatan tersebut;
16
BAB 3. PERINGATAN DINI BERBASIS MASYARAKAT
3.1.2
Sistem Peringatan Dini di Masyarakat
Peringatan dini masyarakat dikembangkan dengan mengacu pada skema peringatan yang ada pada nasional yang memiliki kewenangan untuk mengeluarkan peringatan resmi (official warning). Hal ini diperlukan agar informasi peringatan dini dapat diimplementasikan di masyarakat. Pada beberapa wilayah di mana tidak dapat menerima peringatan dini bencana dari lembaga nasional, maka gejala alam akan terjadinya bencana menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan sebagai indikasi akan terjadinya bencana, sehingga hal tersebut dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan bentuk peringatan dini yang akan dikeluarkan.
Gambar 3.2: Dasar pengambilan keputusan peringatan dini pada masyarakat Dari Gambar 3.2 terlihat bagaimana tanda kejadian bencana dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk penyebaran peringatan dini bencana setelah melalui proses pemantuan dan deteksi bencana, dan dilakukan analisis singkat atas gejala-gejala yang ditimbulkan untuk menghasilkan rekomendasi keputusan peringatan yang akan dikeluarkan. Pengetahuan gejala alam akan potensi terjadinya bencana menjadi faktor utama bagi masyarakat untuk dapat mengambil tindakan yang dibutuhkan. Pengetahuan gejala alam ini dapat dikembangkan dari pengetahuanpengetahuan lokal yang sudah ada diketahui secara luas tentang bagaimana suatu benjana akan terjadi. Masyarakat sangat berperan dalam efektifitas sistem peringatan dini ini. Peran ini tercermin dari kesadaran atau kepedulian masyarakat serta pema-
3.1. SISTEM PERINGATAN DINI DI MASYARAKAT
17
haman terhadap sistem peringatan, ditambah dengan kemampuan masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan terkait (tindakan antisipatif, prosedur evakuasi dan sebagainya). Harus diperhatikan juga bahwa terlalu banyak peringatan yang salah dapat mengakibatkan kejenuhan atas peringatan yang terus menerus, sehingga akhirnya sistem peringatan menjadi tidak efektif lagi.
3.2
Diseminasi Informasi dan Komunikasi
Peringatan dini bencana harus segera disebarkan ke masyarakat umum agar masyarakat dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan isi peringatan yang diberikan.
3.2.1
Pengorganisasian Peringatan Dini
Sesuai dengan prinsipnya bahwa peringatan dini harus dapat dipertanggungjawabkan, maka pada tingkat masyarakat harus dibentuk Kelompok Peringatan Dini yang bertanggungjawab untuk melakukan proses pemantuan gejala alam, analisis serta mengeluarkan peringatan dini dan pelaporan. Kelompok ini dapat berada pada struktur Kelompok Siaga Bencana di tingkat masyarakat dan dibawah pembinaan pemerintah daerah setempat melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Gambar 3.3: Struktur kelompok peringatan dini tingkat masyarakat Kelompok Peringatan Dini ini terdiri dari empat tim, yaitu:
18
BAB 3. PERINGATAN DINI BERBASIS MASYARAKAT
1. Tim Pemantau; 2. Tim Analisis; 3. Tim Diseminasi; 4. Tim Pelaporan. Proses pemantauan dan analisis informasi merupakan fase pemanfaatan informasi. Proses ini dapat dilakukan oleh individual berdasarkan masukan dari staffnya (biasanya melalui suatu pertemuan khusus). Proses pengambilan keputusan merupakan suatu phase kritis yang mengubah informasi jadi arahan. Kegiatan ini dilakukan oleh individual/perseorangan yang bertanggung jawab penuh atas tindakannya, atau oleh seseorang yang memegang tanggung jawab tertentu atas konsultasi dengan staf atau penasihat ahlinya. Tindakan yang dilakukan berupa tindak lanjut dari keputusan yang diambil dalam bentuk serangkaian arahan, baik dinamik maupun statik. Contoh arahan dinamik : SAR, evakuasi, mobilisasi sumberdaya, peringatan/instruksi untuk masyarakat, sedangkan statik statik bisa berupa menunggu informasi lebih lanjut/stand-by, atau tidak perlu mengambil tindakan apa-apa. Anggota gugus ini berasal dari perwakilan masyarakat bisa dari perwakilan tokoh masyarakat, tokoh pemuda, ibu-ibu PKK, serta kader-kader lainnya yang memiliki latar belakang keterampilan yang sesuai dengan tugastugas tersebut. Perwakilan masyarakat ini yang akan menjadi kader-kader (avant-guard) di tingkat masyarakat untuk memberikan respon pertama jika terjadi bencana. Kelompok peringatan dini tingkat masyarakat ini harus dapat memanfaatkan dan memaksimalkan seluruh potensi dan sumberdaya yang dimiliki, sehingga tidak akan mengalami ketergantungan yang tinggi kepada lembaga atau pihak lainnya. Lembaga nasional atau lembaga lainnya hanya bersifat memberikan.
3.2.2
Format Informasi Peringatan Dini
Informasi Peringatan dini bencana mengacu pada empat level peringatan sebagai berikut:
3.2. DISEMINASI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
19
Normal: kondisi aman, kondisi keseharian rata-rata dari ancaman yang diketahui dari berbagai data ilmiah termasuk melalui pengalaman atau data sejarah perilaku fenomena ancaman tersebut; Waspada: terjadi peningkatan ancaman dan risiko yang dibuktikan dari hasil analisis data-data dan informasi ilimiah yang menunjukkan aktivitas ancaman di atas rata-rata dari kondisi normal; Siaga: terjadi peningkatan ancaman dan risiko yang signifikan tetapi masih dapat dikendalikan sehingga sewaktu-waktu jika terjadi status kedaruratan dinaikkan pada level tertinggi, maka seluruh sumberdaya dapat segera dikerahkan untuk melakukan penyelamatan dan evakuasi masyarakat serta pengamanan asset. Tindakan yang dilakukan adalah dengan mendekatkan sumberdaya ke lokasi aman terdekat dari skenario ancaman serta memastikan seluruh peralatan dan sistem pengamanan dan penyelamatan berfungsi dengan baik; Awas: tingkat ancaman dan risiko sedemikian tinggi sehingga membahayakan masyarakat. Tindakan yang diambil adalah melakukan upaya evakuasi. Berdasarkan empat level peringatan tersebut, maka informasi peringatan dini tsunami harus memiliki teks standar peringatan yang minimal berisikan informasi: 1. Lokasi kejadian bencana; 2. Besaran kekuatan bencana; 3. Potensi wilayah terdampak; 4. Rekomendasi dan atau arahan. Jika peringatan tersebut disebarkan dengan menggunakan pengeras suara, maka isi peringatan dapat disebarkan sesuai teks standar berikut: “Disini. . . . . . (sebutkan siapa pemberi peringatan), berdasarkan kondisi. . . . . . (sebutkan gejala alam), maka disampaikan kepada masyarakat bahwa situasi. . . . . . (sebutkan jenis bencana) ditetapkan pada pada status. . . . . . (sebutkan statusnya). Untuk masyarakat di sekitar. . . . . . (sebutkan nama daerah/desa) dihimbau untuk. . . . . . (sebutkan respon masyarakat). Tunggu inforimasi lanjutan dari. . . . . . (sebutkan lembaga pemberi peringatan).”
20
BAB 3. PERINGATAN DINI BERBASIS MASYARAKAT
Jika peringatan tersebut disebarkan menggunakan tanda bunyi tertentu, seperti sirine, maka disepakati alat yang digunakan dan tandabunyinya. Peringatan dini bencana yang disebarkan tidak hanya disampaikan kepada masyarakat, namun peringatan dini tersebut juga dilaporkan kepada BPBD maupun lembaga-lembaga lainnya agar mereka juga dapat merespon tindakan pertolongan yang mungkin dapat segera diberikan.
3.2.3
Diseminasi dan Rantai Informasi Peringatan Dini
Penyebaran peringatan harus dapat dilaksanakan dengan cepat dan akurat, maka peringatan dini yang dibangun harus memiliki jaringan informasi dan komunikasi secara cepat. Peringatan dini bencana harus segera diaktivasi jika gejala-gejala alam yang terjadi menunjukkan indikasi adanya potensi bencana yang lebih tinggi. Skema peringatan dapat dilihat pada Gambar 3.4 berikut:
Gambar 3.4: Skema peringatan dini bencana Sumber informasi dari peringatan bencana dapat berasal dari peringatan resmi dari pemerintah misal dari sistem peringatan dini melalui pejabat/kantor yang disepakati mempunyai wewenang (Stasiun BMKG, Pos Pantau Gunung Api, Pengamat Banjir dan sebagainya), maupun dari gejala alam yang berpotensi terjadi bencana atau dari masyarakat di tempat kejadian (misal orang yang melihat air surut setelah gempa kuat sebagai tanda awal). Tahapan diseminasi peringatan ini adalah dengan mengaktifkan sistem peringatan dini bencana. Mekanisme diseminasi ini harus ditetapkan dan
3.2. DISEMINASI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
21
disepakati oleh seluruh unsur pelaksana di masyarakat dan dilegalkan secara hukum sesuai dengan kewenangan wilayahnya. Penyebarluasan informasi ini dapat menggunakan perangkat/peralatan yang dimiliki masyarakat dan mampu menjangkau seluruh wilayah bahaya. Alat-alat tradisional seperti kentongan, lonceng, bedug dan sebagainya. Juga peralatan komunikasi lain seperti telepon/telex/fax/sms/mms dan sebagainya, atau pesan melalui jaringan internet. Radio siaran/TV, kemudian jaringan radio amatir/RAPI/HT/SSB juga dapat melakukan fungsi pengiriman pesan. Tanda alarm seperti sirene yang sudah disepakati bersama dapat menjadi alat penyampai pesan yang efektif dengan disosialisasikan tanda bunyinya.
3.2.4
Latihan Peringatan Dini
Latihan peringatan dini perlu dilaksanakan secara berkala untuk selalu melatih dan menguji sistem peringatan dini bencana yang dibuat, serta melatih kesiapan personil yang bertanggungjawab untuk memantau, menganalisis dan mengeluarkan peringatan. Latihan ini dapat dilaksanakan secara parsial internal tim saja ataupun dengan melibatkan masyarakat secara luas. Bentuk dan jenis latihan disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam rangka latihan tersebut perlu diperhatikan beberapa aspek sebagai berikut: 1. Jenis ancaman bencana; 2. Mekanisme pemantauan, analisis dan diseminasi peringatan; 3. Respon yang diharapkan; Latihan peringatan dini bencana ini juga bermanfaat bagi masyarakat untuk dapat memahami isi peringatan yang dikeluarkan serta melatih tindakan yang harus dilaksanakan oleh masyarakat sebagai suatu respon dari peringatan tersebut. Dari proses latihan tersebut dapat dilihat bagaimana efektifitas sistem peringatan dini yang sudah dibangun serta kendala-kendala yang dihadapi untuk dapat dilaksanakan proses perbaikan sistem agar peingatan dini tersebut dapat disampaikan tepat waktu dan dipahami oleh seluruh unsure yang menerima.
22
BAB 3. PERINGATAN DINI BERBASIS MASYARAKAT
3.3
Daftar Periksa
Berikut ini daftar periksa terkait mekanisme kelembagaan dan sistem pemantauan peringatan dini. Tabel 3.1: Daftar periksa mekanisme kelembagaan dan sistem pemantauan Penetapan Mekanisme Kelembagaan Menetapkan proses standar, serta peran dan tanggung jawab dari semua organisasi yang membuat dan menerbitkan peringatan, dan dimandatkan menurut hukum Membentuk protokol perjanjian dan antalembaga untuk memastikan konsistensi bahasa peringatan dan saluran komunikasi di mana bahaya yang berbeda ditangani oleh lembaga yang berbeda Pengujian dan latihan sistem peringatan di keseluruhan sistem dilakukan sekurangnya sekali dalam setahun Penetapan sistem untuk memverifikasi bahwa peringatan telah mencapai penerima yang menjadi sasarannya Pusat-pusat peringatan dijaga oleh staf sepanjang waktu (24 jam sehari, 7 hari seminggu)
3.3. DAFTAR PERIKSA
Pengembangan Sistem Pemantauan Pendokumentasian parameter pengukuran dan spesifikasi bagi bahaya yang relevan
Tersedia perlengkapan teknis yang sesuai untuk kondisi dan keadaan setempat dan petugas perlu dilatih untuk menggunakan dan memeliharanya Pembentukan Sistem Peramalan dan Peringatan
Analisis data, prediksi, dan penerbitan peringatan didasarkan kepada metodologi ilmiah dan teknis yang dapat diterima Penerbitan produk data dan peringatan sesuai dengan standar dan protokol Pembuatan dan penyebarluasan peringatan melalui cara-cara yang efisien dan tepat waktu dan dalam format yang sesuai dengan kebutuhan pengguna
23
Bab 4
Respon Masyarakat 4.1
Tanggungjawab Masyarakat
Dalam peringatan dini bencana, masyarakat memiliki tanggungjawab untuk: 1. Mengikuti arahan yang telah dikeluarkan oleh lembaga yang bertanggungjawab untuk memberikan peringatan dini bencana; 2. Berpartisipasi dalam kegiatan latihan peringatan dini di masyarakat; 3. Memberikan informasi yang tepat terkait dengan potensi bencana yang terjadi; 4. Menjaga seluruh sumberdaya dan peralatan yang terpasang untuk mendukung sistem peringatan dini bencana; 5. Terlibat aktif dalam upaya pengurangan risiko bencana.
4.2
Pengerahan dan Evakuasi Masyarakat
Berdasarkan peringatan alam dan informasi resmi lembaga pemberi peringatan dini bencana, maka masyarakat diharapakan mampu melakukan respon yang benar sesuai dengan arahan yang diberikan. Masyarakat diharapkan sudah memiliki rencana evakuasi untuk masing-masing individu dan keluarga. Pengerahan masyarakat untuk melakukan tindakan penyelamatan diri dilaksanakan sesuai dengan arahan yang diberikan oleh kelompok peringatan
25
dini. Tindakan ini sesuai dengan level peringatan yang diberikan. Hal ini bertujuan untuk menghindari kepanikan yang munngkin muncul pada saat peringatan tersebut dikeluarkan. Tabel 4.1: Level peringatan dan respon yang diharapkan Level Peringatan
Respon Masyarakat
Keterangan
Level Level Level Level
Aktivitas normal Aktivitas terbatas di daerah rawan bencana Tidak ada aktivitas di daerah rawan bencana Evakuasi Masyarakat
Tidak ada ancaman bencana Mulai Mengecek Perlengkapan Persiapan evakuasi Melaksanakan evakuasi
4.3
1- Normal 2 - Waspada 3 - Siaga 4 - Awas
Peta Evakuasi
Masyarakat perlu mengembangkan peta evakuasi suatu bencana. Peta evakuasi ini berisikan informasi tentang wilayah-wilayah mana saja yang rawan terhadap suatu bencana dan wilayah mana saja yang aman terhadap suatu bencana. Peta evakuasi ini juga berisikan jalur evakuasi yang mengarahkan masyarakat untuk menuju tempat yang aman, baik wilayah daratan maupun gedung yang dijadikan sebagai tempat evakuasi. Untuk menghindari potensi bahaya bencana yang sangat besar, masyarakat perlu menetapkan dan menyepakati jalur-jalur evakuasi. Hal ini bertujuan agar upaya penyelamatan masyarakat pada waktu yang singkat dapat dilaksanakan dengan lancar dan terorganisir dengan baik. Jalur evakuasi ini harus merupakan jalan yang memiliki akses tercepat ke tempat aman dan jauh dari potensi bahaya lanjutan serta memiliki luasan yang cukup untuk dilalui oleh masyarakat dalam jumlah banya pada waktu bersamaan. Jalur evakuasi ini sudah harus dilengkapi dengan penanda arah evakuasi, hal ini bermanfaat tidak hanya bagi masyarakat yang tingkat di wilayah sekitar, juga bagi pihak lain yang akan menggunakan jalur tersebut pada saat terjadi bencana.
4.4
Daftar Periksa
Berikut ini daftar periksa terkait penyiapan respon masyarakat akan peringatan dini.
26
BAB 4. RESPON MASYARAKAT
Tabel 4.2: Daftar periksa kemampuan respon Membangun Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana dan Rencana Respon Memberdayakan kesiapsiagaan menghadapi bencana dan rencana respons
Kesiapsiagaan menghadapi bencana dan rencana respons yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang rentan.
Menganalisis peristiwa bencana sebelumnya berikut responsnya, dan pelajaran yang dapat diambil kemudian dimasukkan ke rencana manajemen bencana Melaksanakan pengujian dan latihan secara berkala untuk memeriksa efektivitas proses penyebarluasan peringatan dini serta responsnya
4.4. DAFTAR PERIKSA
Meningkatkan Kesadaran Publik dan Pendidikan Penyebarluasan informasi sederhana tentang bahaya, kerentanan, risiko, dan cara mengurangi dampak bencana kepada masyarakat yang rentan dan kepada para pengambil kebijakan Pendidikan masyarakat tentang bagaimana peringatan akan disebarluaskan dan sumber mana yang dapat dipercaya, serta bagaimana merespons ke jenis bahaya yang berbeda setelah pesan peringatan dini diterima Melatih masyarakat dalam mengenali tandatanda bahaya hidro-meteorologis dan geofisika sehingga dapat segera memunculkan respons Pemanfaatan media massa dan media masyarakat atau media alternatif untuk meningkatkan kewaspadaan publik
27
Bab 5
Penutup Salah satu indikator meningkatnya kesiapsiagaan masyarakat dalam mengantisipasi suatu bencana adalah respon masyarakat dalam menerima peringatan bencana. Respon masyarakat yang mengikuti arahan yang dikeluarkan oleh pihak berwenang mengindikasikan berarti bawah masyarakat memiliki kepercayaan yang besar kepada pemerintah setempat. Sistem peringatan dini akan sangat bermanfaat jika peringatan yang dikeluarkan mampu dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat, dan masyarakat dapat menyelamatkan diri dari suatu potensi bencana dengan menggunakan jalur-jalur evakuasi yang telah ditetapkan. Selain peringatan resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah, masyarakat juga memiliki kemampuan untuk melakukan pengamatan potensi bencana dan meneruskan peringatan kepada masyarakat luas lainnya untuk melakukan evakuasi. Kemampuan ini hendaknya dapat terus dijaga dan dikembangkan dengan memperhatikan potensi dan pengetahuan lokal yang dimiliki serta dengan tidak mengabaikan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan.
29
Pengantar g Diskusi Pedoman Peringatan Dini Berbasis Masyarakat
BNPB| Februari 2013 11.02.2013 page Seite 1
Daftar Isi
1 Pendahuluan 1. Latar belakang Tujuan Ruang Lingkup Landasan Hukum Pengertian g
2. Peringatan Dini dan Kesiapsiagaan Prinsip Dasar Unsur peringatan Dini Karakteristik Bencana Peringatan P i t dini di i dan d kesiapsiagaan Daftar Periksa
3 Peringatan Dini 3. Berbasis Masyarakat Sistem peringatan dini di masyarakat k t Diseminasi informasi dan komunikasi Daftar D ft periksa ik
4. Respon Masyarakat Tanggung gg g jjawab masyarakat y Pengerahan dan Evakuasi masyarakat Peta evakuasi Daftar periksa
5. Penutup
BNPB| Februari 2013 11.02.2013 Seite 2
1. Pendahuluan Latar L t belakang b l k People-centered EWS Tujuan CB-EWS Menguatkan individu dan masyarakat yang terancam bahaya untuk bertindak secara tepat waktu dan benar (terhadap ( sistem peringatan dini) sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan fisik seseorang dan kematian.
Tujuan T j an Pedoman (digunakan (dig nakan sebagai) Pedoman BPBD dalam mengembangkan Sistem Peringatan Dini di tingkat masyarakat Panduan P d penyusunan prosedur d tetap t t (PROTAP) PD di tingkat ti k t masyarakat k t Panduan masyarakat dalam mengembangkan Sistem Peringatan Dini di tingkat masyarakat
Landasan L d h k hukum UU 24/2007 (ttg PB); UU 31/2009 (ttg MKG); UU 32/2004 (ttg otonomi daerah) PP 21/2008 (tt (ttg penyelenggaraan l PB) Permendagri 27/2007 (ttg sarpras penyelenggaraan PB) Perka 4/2008 (ttg Pedoman Penyusunan Rencana PB)
BNPB| Februari 2013 11.02.2013 Seite 3
2. Peringatan Dini & Kesiapsiagaan Prinsip dasar (diambil dari pedoman WMO) Diterima, dipahami, dipercaya, dan ditindaklanjuti Unsur U peringatan i t dini di i (4 komponen) k ) Melakukan pengkajian p g j risiko & mengumpulkan data secara sistematis Pemerintah P i t hP Pusatt Pemerintah Daerah Masyarakat
Pengetahuan Risiko Apakah bahaya dan kerentanan sudah dikenal dengan baik? Bagaimana pola dan tren dari faktor-faktor tersebut? Apakah data dan peta tersedia secara luas?
Pemantauan dan Layanan Peringatan Apakah parameter yang benar sudah dipantau? Adakah landasan ilmiah yang kuat untuk membuat prakiraan? Dapatkan peringatan dini yang akurat dan tepat waktu dibuat?
Membangun teknologi pemantauan dan layanan peringatan Lembaga Internasional Pemerintah Pusat
Kemampuan Respon
Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah Lembaga usaha Lembaga masyarakat
Memberi informasi, peringatan dan arahan
Penyebaran dan Komunikasi Apakah p peringatan p g dini dapat menjangkau semua orang berisiko? Apakah pesan peringatan dini dapat dimengerti? Apakah pesan peringatan jelas dan berguna?
Apakah masyarakat memahami risiko? Sudahkan S d hk rencana respon dibuat, diuji & diperbarui? Sudah tahukah masyarakat dan lembagalembaga bagaimana merespon peringatan alam dan peringatan resmi?
Pemerintah Daerah LSM Masyarakat Lembaga usaha
Membangun kesiapsiagaan masyarakat & lembaga BNPB| Februari 2013 11.02.2013 Seite 4
2. Peringatan Dini ….. (lanjutan) Karakteristik bencana (poin-poin yang dijelaskan) Jenis
Definisi
Kategori
Penyebab
Gejala
EWS
Banjir j
x
Longsor/gerakan tanah
x
x
Gempabumi
x
x
x
Tsunami
x
x
Letusan gunung berapi
x
x
Kekeringan
x
x
x
Kebakaran hutan dan lahan
x
x
BNPB| Februari 2013 11.02.2013 Seite 5
3. Peringatan Dini berbasis masyarakat Sistem peringatan dini nasional Skema peringatan tingkat nasional ke masyarakat, »Warning Service Provider, »Prinsip (tepat waktu, akurat, dapat dipertanggungjawabkan) »Syarat (Adanya informasi resmi yang dapat dipercaya; Adanya alat dan tanda bahaya yang disepakati; Ada cara/mekanisme untuk menyebarluaskan peringatan tersebut)
BNPB| Februari 2013 11.02.2013 Seite 6
3. Peringatan Dini …. (lanjutan) Sistem Si t peringatan i t dini di i di masyarakat k t Tanda kejadian bencana – gejala alam - dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk penyebaran peringatan dini setelah melalui proses pemantuan dan deteksi bencana,, dan dilakukan analisis singkat g atas g gejala-gejala j g j yang ditimbulkan untuk menghasilkan rekomendasi keputusan peringatan yang akan dikeluarkan
BNPB| Februari 2013 11.02.2013 Seite 7
3. Peringatan Dini …. (lanjutan) Diseminasi informasi dan komunikasi Pengorganisasian peringatan dini (pada tingkat masyarakat harus dibentuk Kelompok Peringatan Dini – atau KSB - yang bertanggungjawab untuk melakukan proses pemantuan gejala alam, analisis serta mengeluarkan peringatan dini dan pelaporan)
BNPB| Februari 2013 11.02.2013 Seite 8
3. Peringatan Dini …. (lanjutan) Format informasi peringatan dini (Informasi Peringatan dini bencana mengacu pada empat level peningkatan peringatan) Normal, N l waspada, d Siaga, Si A Awas
BNPB| Februari 2013 11.02.2013 Seite 9
3. Peringatan Dini …. (lanjutan) Diseminasi dan rantai informasi peringatan dini
Sumber informasi (alam dan resmi) Tahapan diseminasi Alat penyebaran Peringatan Resmi
Sumber Peringatan g
Gejala Alam Kondisi aman
Kelompok Peringatan Dini
Keluarkan peringatan
Analisis
Tidak ada peringatan
Berpotensi lanjutan Keluarkan peringatan
Level Peringatan
Waspada
Siaga
Awas
Normal
Waspada
Siaga
Awas
Respon Masyarakat
Akifitas terbatas di daerah rawan
Tidak ada aktivitas di daerah rawan
Evakuasi Masyarak at
Aktifitas normal
Akifitas terbatas di daerah rawan
Tidak ada aktivitas di daerah rawan
Evakuasi Masyarak at
Peringatan
Arahan
BNPB| Februari 11.02.2013 Seite 10 2013
4. Respon Masyarakat Tanggung jawab masyarakat dalam peringatan dini Mengikuti arahan yang telah dikeluarkan oleh lembaga yang bertanggung jawab untuk memberikan peringatan dini bencana; Berpartisipasi dalam kegiatan latihan peringatan dini di masyarakat; Memberikan informasi yang tepat terkait dengan potensi bencana yang terjadi; Menjaga seluruh sumberdaya dan peralatan yang terpasang untuk mendukung sistem peringatan dini bencana; Terlibat aktif dalam upaya pengurangan risiko bencana. Pengerahan dan evakuasi masyarakat (sesuai arahan kel. P i Peringatan) t ) Peta Evakuasi (masyarakat perlu mengembangkan peta evakuasi yang berisi zona aman dan zona bahaya, bahaya jalur & tempat evakuasi) BNPB| Februari 11.02.2013 Seite 11 2013
5. Penutup Selain peringatan resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah, daerah masyarakat juga memiliki kemampuan untuk melakukan pengamatan potensi bencana dan meneruskan peringatan kepada masyarakat luas lainnya untuk melakukan evakuasi. evakuasi Kemampuan K i i hendaknya ini h d k d dapat terus dijaga dij dan dikembangkan dengan memperhatikan potensii dan d pengetahuan h l k l yang dimiliki lokal di iliki serta dengan tidak mengabaikan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan. t h BNPB| Februari 11.02.2013 Seite 12 2013
BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA Jl. Ir. H.Juanda No. 36 Jakarta Pusat 10120 Telp.
: 021-3458400
Fax.
: 021-3458500
Email
:
[email protected]
W b it Website
: www.bnpb.go.id b b id
Facebook
: www.facebook.com/bnpb.indonesia
Twitter
: @BNPB_Indonesia @BNPB Indonesia
YouTube
: BNPBIndonesia BNPB| Februari 11.02.2013 Seite 13 2013
Sistem Peringatan Dini Diskusi Masukan Diskusi Masukan Pedoman Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat
Oleh Ol h Vidiarina, Vidi i MPBI Semarang, Jogya, Padang, Bali, Februari 2013
TUJUAN Memahami Konsep & Sistem Memahami Konsep & Sistem
Peringatan Dini Memahami syarat yang diperlukan untuk membangun sistem peringatan nt k membang n sistem peringatan dini
11/02/2013 21:12:25
Pokok Bahasan k k h Kerangka Hukum Kerangka Hukum
Definisi Peringatan Dini e s e gata Konsep Sistem Peringatan Dini dan
Peran Pemerintah Daerah (BPBD) Kesimpulan
11/02/2013 21:12:25
Kerangka Hukum
UU 24/2007
Pasal 1 (8) Pasal 1 (8)
Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera
mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yg berwenang. Pasal 46 Peringatan dini dilakukan untuk mengambil tindakan cepat dan tepat dalam rangka mengurangi risiko terkena bencana serta mempersiapkan diri tindakan tanggap darurat. Peringatan dini dilakukan melalui: Pengamatan gejala bencana Analisis hasil pengamatan gejala bencana Pengambilan keputusan oleh pihak berwenang Penyebarluasan informasi tentang peringatan bencana Pengambilan tindakan oleh masyarakat P bil i d k l h k
UU 24/2007 Pasal Pasal 12 12 (pasal 21‐b) BPBD bertugas menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana (pasal 12‐c) BNPB bertugas menyampaikan infomasi (p ) g y p kepada masarakat (pasal 21‐c) BPBD bertugas menyusun, menetapkan dan menginformasikan peta rawan bencana (pasal 21 d) BPBD bertugas menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana d b
PP no 21 2008 PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA Pasal 19. 19 (2) Peringatan dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dil k k dengan (1) dilakukan d cara: a. mengamati gejala bencana; b. menganalisa data hasil pengamatan; c. mengambil g keputusan p berdasarkan hasil analisa;; d. menyebarluaskan hasil keputusan; dan e mengambil tindakan oleh masyarakat. e. masyarakat
PP no 21 2008 PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA Pasal 19 Pasal 19 (3) Pengamatan gejala bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan oleh instansi/lembaga yang ayat (2) huruf a dilakukan oleh instansi/lembaga yang berwenang sesuai dengan jenis ancaman bencananya, dan masyarakat untuk memperoleh data mengenai gejala bencana yang kemungkinan akan terjadi, dengan memperhatikan kearifan lokal. ( ) (4) Instansi/lembaga yang berwenang sebagaimana /l b b b dimaksud pada ayat (3) menyampaikan hasil analisis kepada BNPB dan/atau BPBD sesuai dengan lokasi dan kepada BNPB dan/atau BPBD sesuai dengan lokasi dan tingkat bencana, sebagai dasar dalam mengambil p p g keputusan dan menentukan tindakan peringatan dini.
Peringatan dini (PP 21/2008) d ( / ) Pasal 19 Pasal 19
(5) Seketika itu pula keputusan disebarluaskan melalui dan wajib dilakukan oleh lembaga pemerintah, dan wajib dilakukan oleh lembaga pemerintah, penyiaran swasta dan media masa. (7)BNPB dan/atau BPBD mengkoordinir tindakan yang diambil oleh pemerintah dan masyarakat untuk menyelamatkan dan melindungi masyarakat.
UU No.31, Tahun 2009 Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Pasal 29 ayat 1. Pemerintah wajib menyediakan Pasal 29 ayat 1 Pemerintah wajib menyediakan
pelayanan MKG yang terdiri dari Informasi publik Informasi publik Peringatan dini Informasi khusus Informasi khusus
Pasal 34 ayat 1. Lembaga penyiaran publik dan
media massa milik Pemerintah dan pemerintah media massa milik Pemerintah dan pemerintah daerah harus menyediakan alokasi waktu atau ruang kolom setiap hari untuk menyebarluaskan ruang kolom setiap hari untuk menyebarluaskan informasi publik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang‐undangan peraturan perundang undangan
Definisi Peringatan Dini
Definisi Sistem Peringatan Dini UNISDR ‐ 2009 Sekumpulan kapasitas yang p p y g
dibutuhkan untuk mengeluarkan dan menyebarkan informasi b k i f i peringatan secara tepat waktu dan bisa dimengerti untuk dan bisa dimengerti, untuk memampukan individu, g y g komunitas dan organisasi yang terancam bahaya untuk bersiap‐siap dan bertindak secara benar dan tepat waktu b d k untuk mengurangi kemungkinan terluka atau kemungkinan terluka atau kehilangan
UU 24/07 – Pasal 1 & 46 Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yg tempat oleh lembaga yg berwenang Peringatan dini dilakukan untuk g mengambil tindakan cepat dan tepat dalam rangka mengurangi risiko terkena bencana serta i ik k b mempersiapkan diri tindakan tanggap darurat tanggap darurat.
Penjabaran UU 24/07 & PP 21/08 UNISDR ‐ 2009 Definisi ini mencakup Peringatan dini dilakukan g serangkaian faktor untuk melalui: mencapai respon yang efektif Pengamatan gejala terhadap peringatan Sistem terhadap peringatan. Sistem bencana peringatan dini yang people‐ Analisis hasil pengamatan centred terdiri terdiri dari empat dari empat gejala bencana j l b elemen kunci: Pengetahuan Pengambilan keputusan terhadap risiko; Monitoring, oleh pihak berwenang oleh pihak berwenang analisis dan perkiraan bahaya; Penyebarluasan informasi Komunikasi atau penyebaran tentang peringatan tentang peringatan peringatan; dan Kemampuan peringatan; dan Kemampuan bencana lokal dalam merespon Pengambilan tindakan g peringatan yang diterima p g y g oleh masyarakat
Konsep Sistem Peringatan Dini
Sikklus P Penan ngulaangan n Ben ncana
Kesiapsiagaan untuk menerima, Respon 1 memahami, dan h i d merespon Respon 1 (thd Peringatan) peringatan dini Respon 2 Respon 2 (thd Bencana) Peringatan Dini Bahaya alam & Resiko
Prakiraan
Peringatan
Reaksi
Respon Kesiap‐siagaan
Bencana
Rehabilitasi Mitigasi g
E Empat Komponen Sistem Peringatan Dini tK Si t P i t Di i
Bahaya alam & Resiko Pengetahuan, Pemetaan Resiko
Prakiraan Observasi, Interpretasi Keputusan
Peringatan P i t Isi, Keabsahan Teritorial, Transmisi
Reaksi R k i Kesiapsiagaan, Evakuasi dan Rencana C ti Contingency
Siapa yang terlibat? Siapa yang terlibat? Pemerintah Nasional Pemerintah Lokal Masyarakat
Institusi International Pemerintah Nasional Bahaya alam & Resiko Pengetahuan, Pemetaan Resiko
Peringatan g Isi, Keabsahan Teritorial, Transmisi
Pemerintah Nasional Pemerintah lokal Sektor swasta
Prakiraan Observasi, Interpretasi Keputusan
Reaksi Kesiapsiagaan, Evakuasi dan Rencana Contingency g y
Pemerintah Lokal NGO Masyarakat Sektor Swasta
Apa yang diperlukan?
Checklist
Assessment, perencanaan, monitoring
P Pemetaan t Bahaya B h “Metode – low-tech”
Ilmu pengetahuan bertemu Politik Kelompok Konsultatif di daerah
1 2 3 4 Perencanaan evakuasi
Rantai Peringatan Hub. Nasional - daerah
Berdasarkan Be d k pada d Analisa Resiko
Pengambilan Keputusan “24 / 7 lokal”
SOPs
Penyebaran Peringatan
Technology Penyebaran J i Jaringan lokal, l k l VHF, VHF FM, FM dll
Training Workshops, module TOF
Materi Penyadaran Bacaan, Komik, Poster, Video
Perencanaan Contingency Bagian dari pendekatan multi-hazard
Contoh produk elemen 1
Peta Resiko Tsunami
Peta BahayaTsunami 11/02/2013 21:12:25
Peran Pemerintahan Daerah h h Komponen 1 Komponen 1 Memastikan bahwa produk yang dihasilkan disampaikan kepada masyarakat setempat yang disampaikan kepada masyarakat setempat yang langsung berhadapan dengan bahaya dan bahwa produk tersebut bisa dimanfaatkan oleh masyarakat produk tersebut bisa dimanfaatkan oleh masyarakat bersama‐sama mereka di dalam mengembangkan strategi penganan resiko bencana. g p g
Peran Pemerintahan Daerah h h Komponen 2 Komponen 2 Disinilah sebenarnya awal dari peran penting pemerintahan daerah terhadap sistem peringatan pemerintahan daerah terhadap sistem peringatan dini. Lembaga pemantau memerlukan kontak penerima informasi di daerah, oleh karena itu penerima informasi di daerah, oleh karena itu pemerintahan daerah harus mempersiapkan & melaksanakan strategy penerimaan informasi. gy p
Peran Pemerintahan Daerah h h Komponen 3: Komponen 3: Disinilah pemerintahan daerah mulai melakukan p peran utamanya, yaitu menentukan dan y y mengkomunikasikan pesan peringatan yang dibuat oleh lembaga pemantau kepada masyarakat dan memastikan bahwa pesan dan memastikan bahwa pesan tersebut sampai, terdengar dan dimengerti masyarakat.
Tugas BPBD (Pusdalop) di dalam Peringatan Dini
1 1.
Menerima Peringatan dari BMKG, dan merujuk Peringatan dari BMKG dan merujuk pada SOP
2.
Mengambil keputusan segera
3.
Menyebarkan Peringatan & Arahan M b k P i t & A h kepada k d masyarakat
Tugas BPBD (Pusdalop) di dalam Peringatan Dini BMKG Jakarta J k t
Analisis data, Keputusan dan Penyebaran
Peringatan dan Saran
Pemerintah Daerah
Penerimaan P i Keputusan Penyebaran
Arahan untuk Reaksi
Masyarakat berisiko
Reaksi terhadap: Tanda Alam (gempa), Peringatan dan Arahan
Menerima Peringatan dari lembaga berwenang ( (BMKG) ) Perlu sebuah unit beroperasi selama 24/7 Perlu peralatan komunikasi beragam, handal
dan didukung listrik cadangan agar dapat dan didukung listrik cadangan agar dapat beroperasi tanpa kendala Perlu personil terlatih dalam mengoperasian
dan memelihara peralatan komunikasi dan memelihara peralatan komunikasi (persyaratan kemampuan, kejelasan tugas, dll)
Menerima Peringatan dari lembaga berwenang M i P i t d il b b (BMKG) Ruang/kantor yang berstruktur kuat, dilengkapi dengan peralatan komunikasi yang memadai dan handal, personil dan referensi, di bawah kewenangan lembaga yang jelas: BPBD, K b li Kesbanglinmas, dll. dll Menjalankan tugas secara resmi (dengan
payung hukum)
Unit 24/7 diinformasikan ke para pemangku
kepentingan dan masyarakat
Mengambil Keputusan Secara Cepat
Personil 24/7 harus mampu mengartikan P il 24/7 h tik Peringatan dari lembaga berwenang (BMKG),
Dengan merujuk pada Prosedur baku (SOP), secara cepat mengambil keputusan: cepat mengambil keputusan:
Menentukan bahasa arahan resmi dan jelas:
Menyebarkan Peringatan & Arahan kepada Masyarakat k
Isi Pesan Peringatan dan Arahan perlu dibakukan Isi Pesan Peringatan dan Arahan perlu dibakukan
Prosedur komunikasi dan penyebaran perlu dibakukan
Perlu Teknologi disseminasi yang dapat menjangkau seluruh P l T k l i di i i d t j k l h masyarakat, terutama di daerah berisiko Sirine Tekonologi Lokal, T k l iL k l Teknologi lain (Radio VHF/UHF, Telepon, Warning Receiver, HP) , ) Penanggung jawab perawatan sirine dan peralatan lain
Suara siapa yang dapat menyampaikan Peringatan dan Arahan kepada Masyarakat
Peran Pemerintahan Daerah h h Komponen 4 Komponen 4 Fokus kegiatan didalam komponen ke empat ini adalah peningkatan kapasitas masyarakat dan d l h i k t k it k td pemerintahan daerah di dalam kesiap‐siagaan dan respon emergensi, untuk memastikan bahwa i t k tik b h orang‐orang di daerah berisiko mendapat peringatan tepat pada waktunya dan mampu i t t t d kt d melakukan tindakan antisipatif pada waktu singkat untuk meminimalisir kerugian. t k i i li i k i
Saran untuk meningkatkan Kesiapsiagaan a)
Memiliki Payung Hukum & Kelembagaan
b)
Melakukan Kajian Risiko (Bahaya, Kerentanan) Melakukan Kajian Risiko (Bahaya Kerentanan) Sebagai dasar untuk komponen‐komponen kesiapsiagaan masyarakat kesiapsiagaan masyarakat
c)
Menyusun Perencanaan Evakuasi – Tingkat Kabupaten/Kota dan warga Masyarakat – Peta dan Strategi Evakuasi g
Saran untuk meningkatkan Kesiapsiagaan Mengembangkan Perencanaan Kontingensi
d) –
SKPD dan Lembaga‐lembaga tanggap darurat
Melaksanakan Kegiatan Peningkatan Kesadaran Masyarakat
e)
Mengenai kajian risiko bahaya, rantai peringatan, sistem penyebaran peringatan dan arahan di daerah serta skema b i t d h di d h t k reaksi, lembaga 24/7 di daerah, dan rencana evakuasi. Media pelaku dan metode Media, pelaku dan metode
Pe eta Bangu unan Eva akuasi
Peta W Waktu Evvakuasi Exposure Map
Peta R Respon
Kesimpulan
PEMDA sebagai Pelaku Kunci Dasar Hukum Dasar Hukum
UU 32/2004 ttg Pemerintahan Daerah, pasal 22 UU 32/2004 ttg Pemerintahan Daerah pasal 22 Daerah mempunyai kewajiban untuk melindungi masyarakat
UU 24/2007 ttg Penanggulangan Bencana / g gg g Mandat dan otoritas yang jelas untuk menkoordinasikan PB, menyediakan payung hukum utk usaha PRB, termasuk Sistemp Peringatan Dini
PEMDA sebagai Pelaku Kunci di dalam Proses Kesiapsiagaan dan Pelayanan Peringatan Dini Secara terus-menerus Beberapa saat sebelum bencana terjadi setelah bencana Proses Perencanaan Kesiapsiagaan
bencana
Mengkaji M k ji risiko i ik b bahaya h Meningkatkan kesadaran masyarakat Membuat peta dan strategi evakuasi di tingkat kab/kota dan komunitas atas keterlibatan masyarakat y serta ((UU 24/07, ps 21C) menyediakan sarana-prasarana evakuasi Mengembangkan kelembagaan, SDM, prosedur dan sarana-prasarana komunikasi dan penyebaran untuk Pelayanan Peringatan Dini (24/7) Membuat peraturan daerah
Reaksi terhadap gempa/peringatan Menerima peringatan Tsunami dari l b lembaga b berwenang (BMKG) Mengambil keputusan tentang tindakan Menyebarluaskan y peringatan dan arahan Menyebarluaskan pesan l j t ((mis: lanjutan i A Ancaman Tsunami Berakhir)
Syarat Kelembagaan
Kantor atau posko yang beroperasi 24 jam/ hari dan 7 hari/minggu (24/7), Mandat dan wewenang yang jelas: menerima peringatan bahaya;
mengambil keputusan (dan menyebarkan peringatan/arahan) Prosedur standar: untuk menerjemahkan peringatan dari BMKG ke dalam
tindakan yang jelas di daerah; SDM yang memadai: Jumlah, kapasitas dan tugas Pelatihan Personil: untuk pengambilankeputusan, penyebaran dan
penggunaan peralatan komunikasi Panduan Operasional Peringatan Dini Tsunami: dokumentasi prosedur dan
i f informasi i Teknologi komunikasi: untuk menerima dan menyebarkan peringatan dan
arahan kepada masyarakat dan lembaga terkait; arahan kepada masyarakat dan lembaga terkait; Ruang kantor yang berstruktur kuat: berlokasi di luar zona bahaya tsunami
dan dekat dengan otoritas daerah dan dekat dengan otoritas daerah Cadangan listrik: untuk mengganti pasokan listrik utama yang terganggu.
Kepedulian terhadap peringatan d l h d Peringatan dibuat dan disebarkan kepada mereka yang yang
terancam bencana oleh lembaga yang berwenang dipercaya. Persepsi masyarakat tentang risiko dan pemberian peringatan harus dianalisis untuk mengetahui respon masyarakat. masyarakat Strategi untuk membangun kepercayaan terhadap peringatan yg dikeluarkan (pemahaman beda antara prediksi dan peringatan). Mengurangi kesalahan peringatan dan memperbaiki komunikasi untuk menjaga kepercayaan dalam peringatan dini.
11/02/2013 21:12:25
Kontak untuk masukan: k k k 1. Anas Luthfi (
[email protected]) 1 Anas Luthfi (anasluth@gmail com) 2. HI Leman (
[email protected]) 3.
[email protected] 3 dit i b b@ il
11/02/2013 21:12:25
PERTANYAAN KUNCI Masukan M k untuk t k penyempurnaan Pedoman Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat
GIZ Indonesia 11.02.2013 page Seite| 1June 2012
1. Pendahuluan Referensi apa saja yang dipakai dalam penyusunan dokumen? Adakah landasan hukum yang membahas sistem peringatan g dini berbasis masyarakat y ((SPDBM)? ) Apakah yang membedakan tujuan (SPDBM) dan people-centered people centered EWS? Definisi (SPDBM)? Apakah Pedoman ini membahas sistem peringatan dini atau rantai peringatan? GIZ Indonesia 11.02.2013 Seite| 2June 2012
2. Peringatan Dini & Kesiapsiagaan Apakah Makna dari 4 Unsur peringatan dini? Apa Sistem Peringatan Dini yang sudah berjalan di Indonesia?
GIZ Indonesia 11.02.2013 Seite| 3June 2012
3. Peringatan Dini berbasis masyarakat Apa yang membedakan Sistem peringatan dini nasional dan Sistem peringatan dini di masyarakat Apakah semua gejala alam dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk penyebaran peringatan dini Apakah A k h tanggung jawab j b pemerintah i h bisa bi didelegasikan did l ik ke k masyarakat? Apakah A k h proses pemantauan t d deteksi dan d t k i bencana b bi bisa dilakukan oleh masyarakat? Syarat apa yg dibutuhkan? Dalam struktur organisasi peringatan dini dini, siapa yang mengambil keputusan? organisasi siapa yang memberi arahan Dalam struktur organisasi, tersebut? Apakah tingkat peringatan dapat diseragamkan untuk semua jenis bencana? GIZ Indonesia 11.02.2013 Seite| 4June 2012
4. Respon Masyarakat Tanggung jawab masyarakat dalam peringatan dini bertentangan dengan beban yg diberikan pada bab 3 g dan evakuasi masyarakat y harus Apa pengerahan bergantung pada kelompok peringatan? Apakah Peta Evakuasi = Rencana Evakuasi? Apakah
GIZ Indonesia 11.02.2013 Seite| 5June 2012
Pedoman Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat BNPB Edisi September 2012 MASUKAN DARI K/L DAN INDIVIDU Gabungan dari masukan‐masukan yang didapat pada hasil pertemuan BNPB dengan tim kecil tanggal 12 Maret 2012, 12 Mei 2012, 17 September 2012, Diskusi MPBI, masukan Chasan, masukan dari Kemkes. Letkol Agus (Mabes TNI), Heru (KPP & PA), Imran (PPKK Kemenkes), Catur (MPBI), Hariyadi (Balai Sabo PU Jogja), Gatot (Subdit DPI Kementan), Gatut (subdit Data dan Pengendalian OPT Kementan) Halaman, Alinea, Yang tertulis Masukan Baris KomentarUmum Banyak salah ketik Sebagai pedoman Isinya kurang operasional Kelompok rentan tidak dibahas Berbasis masyarakat atau di masyarakat ? Sebaiknya dijelaskan bahwa konsep di dalam pedoman ini mengacu pada prinsip bahwa system harus tetap bersifat official (resmi) mengingat bahwa pedoman ini akan dipakai olehteman2 di kabupaten yang kemudian diterjemahkan di masyarakat, akan lebih baik jika menggunakan bahasa yang lebih awam, sehingga masyarkat akan mudah memahami; Jika pedoman ini akan digunakan untuk membangun sistem di tingkat masyarakat, maka pembahasan tentang Kompilasi Masukan Pedoman Peringatan Dini Berbasis Masyarakat BNPB Edisi 2012
Page 1
setting di masyarakat dapat lebih banyak. Bahan yang ada sangat minim menggambarkan tentang bagaimana masyarakat akan terlibat; Mungkin ada baiknya jika digambarkan struktur masyarakat secara umum, misalnya mulai dari kecamatan atau kelurahan atau desa. Di dalam struktur itu dapat digambarkan bagaimana sistem peringatan dini ini akan menempati posisinya. Bagaimana kaitannya dengan camat, lurah atau kepala desa; Sistem ini akan lebih baik jika disertai dengan manual atau pedoman di tingkat penerima peringatan dini(masyarakat) dalam bentuk buku informasi atau poster yang setiap kali dapat dipelajari dan dijadikan acuan. Pada kejadian yang relative jarang, banyak informasi tidak dapat diingat atau terlupakan. Standard operating procedure(SOP) di tingkat pelaksana perlu disiapkan agar memudahkan pelaksana untuk mengikuti prosedur pelaksanaan; Hendaknya di dalam pedoman ini dapat digambarkan segmen masyarkat penerima informasi: ‐ Laki‐laki dan tempat biasanya mereka berada, peringatan dini harus dapat menjangkau mereka ‐ Para ibu yang ada di rumah, bagaimana peringatan dini dapat sampai pada mereka. Perlu asesmen kebiasaan komunikasi mereka dan tempat2 mereka berkumpul. Pada jam2 tertentu, mereka ada di rumah, atau di mesjid(pengajian) atau di pasar atau di Kompilasi Masukan Pedoman Peringatan Dini Berbasis Masyarakat BNPB Edisi 2012
Page 2
‐ ‐ ‐
‐
lading. Para orang tua(elderly) dengan kebiasaan setempat; Anak‐anak, pada saat sekolah, tempat bermain, tempat beraktifitas(sanggar dll.) Remaja (remaja mempunyai potensi penanggulangan bencana, seringkali tidak masuk dalam kategori manapun karena posisi usia mereka yang “tanggung”. Orang cacat, dengan berbagai kondisinya Akan sangat baik jika sistem peringatan dini dapat menggambarkan bagaimana mereka dapat terjangkau, walaupun beberapa dari mereka dapat dijangkau dengan cara yang sama. Pada saat pengembangan sistem, segmen‐segmen masyarakat tadi hendaknya dapat terwakili. Di dalam pedoman dapat diminta agar semua segmen dapat terwakili pada proses pengembangan sistem ini.
Kesiapan penerima informasi. Karena kondisi yang ada dalam masyarakat sesuai dengan peran sosialnya, tiap jenis kelamin dan kelompok usia mempunyai sifat‐sifat tertentu yang perlu diperhatikan pada pengembangan sistem peringatan dini. Untuk memberikan pemahaman pada masing‐masing segmen diperlukan pelatihan atau penyuluhan yang sesuai dengan ciri‐ciri mereka. Akan sangat membantu , jika pedoman ini menyertakan bagan alur(flow chart) bagaimana proses pengembangan sistem perinagatn dini berbasis masyarakat dikembangkan. Dimana dimulai dan dimana akhirnya dan bentuk konkrit apa yang akan dihasilkan. Kompilasi Masukan Pedoman Peringatan Dini Berbasis Masyarakat BNPB Edisi 2012
Page 3
Judul
“Pedoman Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat”
Kata Pengantar
Menimbulkan kerugian sebesar 80% “
Kompilasi Masukan Pedoman Peringatan Dini Berbasis Masyarakat BNPB Edisi 2012
Hendaknya pedoman ini menjadi bagian dari pedoman DRR yang lain, sehingga di lapangan semua bagian dari upaya DRR dilakukan secara utuh. Peringatan dini harus tersambung dengan tindak lanjut, yang prosedurnya akan berkaitan. Demikian pula kesiapan masyarakat, salah satu bagiannya adalah sistem peringatan dini, jadi saling terkait. Penyampaian pedoman ini akan sangat baik jika disertakan dengan pedoman lain. Jika sudah dilakuan sebelumnya dapat disampaikan bahwa pedoman‐ pedoman lain hendaknya menjadi rujukan dalam pengembangan system Judul diganti menjadi: Peringatan Dini di tingkat Masyarakat. (menghapuskan kata pedoman, system dan berbasis) (dokumen ini jika ingin menjadi pedoman, Isinya kurang operasional, Sebaiknya diganti panduan sehinggga tidak terlalu mengikat bagi daerah) apakah ini pedoman operasional peringatan dini atau pedoman pengembangan sistem peringatan dini berbasis masyarakat. Dua hal yang berbeda; 80% dari apa, tolong dijabarkan
Page 4
..dampak yang ditimbulkan selalu ditanggung sendiri oleh masyarakat”
Pernyataan ini tidak benar, karena pemerintah juga menanggung kerugian cukup besar
Hal 1 Pendahuluan Hal. 1 LatarBelakang
Siapa user pedoman ini? Tidak dijelaskan di dalam pendahuluan Prinsip ini sudah jelas, namun menjadi tidak jelas ketika dipakai menjadi latar belakang dibuatnya pedoman ini, karena yang dijelaskan dalam BAB III tidak mencerminkan people‐centered
Hal 2 LatarBelakang
Bab III Peringatan Dini Berbasi Masyarakat
Hal 2, Tujuan alinea 1, baris ke 1
Syarat sebuah peringatan dini yang lengkap dan efektif serta berpusat pada masyarakat (people‐centered) adalah terpenuhinya empat komponen
Bab III Peringatan Dini Berbasis Masyarakat
Kerusakan fisik seseorang dan kamtian
Apakah kalimat ini salah ketik atau berarti luka?, lebih baik diperbaiki kalimatnya Tujuan utama sistem peringatan dini berbasis masyarakat Tujuan utama sistem peringatan dini berbasis masyarakat adalah menguatkan individu dan masyarakat yang adalah menguatkan individu dan masyarakat yang terancam bahaya untuk bertindak secara tepat waktu dan terancam bahaya untuk bertindak secara tepat waktu dan benar sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya benar sehingga dapat meminimalisir jumlah korban dan kerusakan fisik seseorang dan kematian. kerusakan fisik.
Hal 2 Ruang Lingkup
Petunjuk teknis pengembangan system peringatan dini bencana disusun dalam documenter sendiri untuk melengkapi pedoman ini
Kompilasi Masukan Pedoman Peringatan Dini Berbasis Masyarakat BNPB Edisi 2012
BMKG berharap pedoman ini menjadi penyambung dari BMKG ke Masyarakat, jadi lebih ditekankan ke rantai penyebaran peringatan Apakah sudah ada?
Page 5
Hal 3 Pengertian
Masyarakat adalah perseorangan, kelompok orang dan/atau badan hukum
Hal 6 alinea 1
Prinsip ditindaklanjuti….
Hal 6, Unsur Peringatan Dini alinea 3
Halaman 6 Sub Bab 2.2.1. Pengetahuan tentang risiko
‐ Penjelasan ini tidak salah namun jika dikaitkan dengan EWS maka masyarakat yang dimaksud termasuk dalam konteks mana? Cakupannya apa? RT/RW? Dusun? Desa? Kabupaten? ‐ Pertimbangan ini sangat penting karena berkaitan erat dengan kewenangan dalam pengambilan keputusan
Prinsip “ditindak lanjuti” agaknya terkait dengan kesiapan menghadapi bencana yang kemudian terkait dengan kesiapan evakuasi pada tanggap darurat misalnya. Dengan demikian pada pedoman ini mungkin ada baiknya juga jika prosedur evakuasi setempat, disertakan. Peringatan dini mungkin juga dapat disertai dengan tindakan apa yang harus dilakukan pada setiap level bencana. Dapat juga pada penyuluhan dijelaskan jika peringatan dini menyampaikan level bencana tertentu, tindakan apa yg harus dilakukan; Sistem peringatan dini yang lengkap dan efektif terdiri atas Penjelasan setiap unsur sudah ada namun belum ada empat unsur yang saling terkait... dst. penjelasan tentang bagaimana keterkaitan antar unsur tersebut. Mohon untuk ditambahkan. Lebih baik jika disertai contoh. … terdiri atas empat unsur yang salingterkait
‐ Penjelasan mengenai 4 unsur ada namun tidak ada penjelasan tentang keterkaitan 4 unsur tersebut ‐ Kalimat dari 4 unsur adalah copy paste dari checklist EWS, namun BNPB tidak menyebutkan sumber tulisan Kebutuhan Sistem peringatan dini: Sebutkan saja a secara tegas dan rinci jenis EWS yang “Risiko akan muncul dari kombinasi adanya bahaya dan sesuai jenis bencana nya kerentanan di loka‐si tertentu. Kajian terhadap risiko (Lihat PW Point slide 5, Pengantar Diskusi Pedoman bencana memerlukan pengumpulan dan analisis data yang Peringatan Dini Berbasis Masyarakat oleh BNPB ) sistematis serta harus mempertimbangkan sifat dinamis
Kompilasi Masukan Pedoman Peringatan Dini Berbasis Masyarakat BNPB Edisi 2012
Page 6
Halaman 6 Sub Bab 2.2.2. Pemantauan dan layanan peringatan Hal 7, Karakteristik Bencana alinea 3
dari bahaya dan kerentanan yang muncul dari berbagai proses seperti urba‐nisasi, perubahan pemanfaatan lahan, penurunan kualitas ingkungan, dan perubahan iklim. Kajian dan peta risiko bencana akan membantu memoti‐ vasi orang, sehingga mereka akan memprioritaskan pada kebutuhan system peringatan dini dan penyiapan panduan untuk mencegah dan menanggula‐ngi bencana.” “Layanan peringatan merupakan inti dari sistem. Harus ada dasar ilmiah yang kuat untuk dapat memprediksi dan meramalkan munculnya bahaya, dan harus ada sistem peramalan dan peringatan yang andal yang beroperasi 24 jam sehari.” 2.3 Karakteristik Bencana
2.3 Tentang Karakteristik Bencana; dibatasi pada yang disebutkan dalam pedoman ini saja? Banjir, Longsor/Gerakan Tanah, Gempa Bumi, Tsunami, Letusan Gunung Api, Kekeringan, Kebakaran Hutan dan Lahan?
Kompilasi Masukan Pedoman Peringatan Dini Berbasis Masyarakat BNPB Edisi 2012
Karena EWS berbasis masyrakat, aApakah jenis EWS yang sederhana sesuai keraifan lokal yang ada tidak bisa dimasukkan. Mohon untuk ditambahkan, bagian mana dari karakteristik bencana, apakah penyebabnya atau gejalanya yang dapat menjadi bagian dari peringatan dini. Misalnya, salah satu gejala longsor adalah pohon‐pohon atau tiang‐tiang miring searah dengan kemiringan lereng. Gejala ini merupakan peringatan dini akan terjadi longsor dalam waktu dekat. Dapatkah bencana yang lain dilengkapi dengan tingkatan bahaya seperti yang ada di bencana letusan gunung api seperti di bawah ini. Aktif‐Normal (level 1); kegiatan gunungapi baik secara visual, maupun dengan instrumentasi tidak ada gejala perubahan kegiatan Waspada (level 2); berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumentasi Page 7
Hal 8
2.3.1 Banjir
Hal 8
Tambahan pengertian banjir
Halaman 9 Sub Bab 2.3.2 Tanah longsor/ Gerakan tanah
Tanah longsor dapat disebabkan oleh: 1. Penggundulan hutan; yang biasanya akan mengakibatkan berkurang‐ nya daya ikat tanah; 2. Getaran pada lereng akibat gempabumi ataupunledakan, penggalian,
Kompilasi Masukan Pedoman Peringatan Dini Berbasis Masyarakat BNPB Edisi 2012
mulai terdeteksi gejala perubahan kegiatan, misalnya jumlah gempa vulkanik, suhu kawah (sulfatara/fumarola) meningkat dari nilai normal; Siaga (level 3); kenaikan kegiatan semakin nyata. Hasil pantauan visual dan seismik berlanjut didukung dengan data dari instrumentasi lainnya; Awas (level 4); Semua data menunjukkan bahwa letusan utama segera menjelang. Letusan‐letusan asap/abu sudah mulai terjadi. Perlu dijelaskan bagaimana mekanisme peringatan dini yang sudah berlangsung saat ini di Indonesia Ditambahkan point tentang tingkat siaga (Siaga I, II, III) bagi daerah yang mempunyai pintu air, kondisi sekarang tingkat siaga pada pintu air menjadi pedoman bagi masyarakat khususnya di Jakarta Banjir adalah tergenangnya areal pertanian tanaman pangan selama periode pertumbuhan tanaman dengan kedalaman dan jangka waktu tertentu sehingga menurunkan potensi produksi tanaman untuk banjir klasifikasi penilaian : Terkena (T) dan Puso (P). Tambahan 5. Kemiringan lereng yang curam > 60 derajat 6. Intensitas hujan yang tinggi atau oleh lama hujan yang turun dapat sebagai pemicu Page 8
Halaman 9 Sub Bab 2.3.2 Tanah longsor/ Gerakan tanah
Hal 10, Gempabumi Hal 12
getaran alat/kendaraan; 3. Peningkatan beban yang melampaui daya dukung tanah; 4. Pemotongan kaki lereng secara sembarangan yang mengakibatkan le‐ reng kehilangan gaya penyangga. Gejala terjadinya tanah longsor antara lain: 1. Munculnya retakan memanjang atau lengkung pada tanah atau pada konstruksi bangunan, yang biasanya terjadi setelah hujan; 2. Terjadinya penggembungan pada lereng atau tembok bangunan; 3. Tiba‐tiba muncul rembesan atau mata air pada lereng; 4. Apabila pada lereng sudah terdapat rembesan air/mata air, air terse‐ but tiba‐tiba menjadi keruh bercampur lumpur; 5. Pohon‐pohon atau tiang‐tiang miring searah kemiringan lereng; 6. Terdengar suara gemuruh atau suara ledakan dari atas lereng; 7. Terjadi runtuhan atau aliran butiran tanah/kerikil secara mendadak dari atas lereng. ..dan belum ada metode untuk pendugaan secara akurat
Tambahan pengertian kekeringan
Kekeringan adalah tidak terpenuhinya kebutuhan air tanaman pada fase tertentu yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak optimal, sehingga
Kompilasi Masukan Pedoman Peringatan Dini Berbasis Masyarakat BNPB Edisi 2012
Tambahan 8. Sumur penduduk tiba tiba air nya kering atau hilang habis
Jika belum ada EWS untuk gempa bumi kenapa jenis bahaya tersebut dimasukkan ke dalam pedoman ini?
Page 9
Hal 12
Belum tertulis (belum ada)
Hal 12
Belum tertulis (belum ada)
Kompilasi Masukan Pedoman Peringatan Dini Berbasis Masyarakat BNPB Edisi 2012
menurunkan potensi produksi tanaman Penilaian kerusakan tanaman akibat kekeringan dan banjir berdasarkan pengamatan keliling, apabila ditemukan adanya gejala maka pengamatan di tingkatkan. Untuk penilaian kekeringan menggunakan klasifikasi penilaian : Ringan (R), sedang (S), berat (B) dan puso (P). Nomor baru. 2.3.8. Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan atau menyebabkan kematian pada tanaman, termasuk didalamnya hama, penyakit, dan gulma. Serangan OPT merupakan gangguan bahkan bencana apabila OPT menyerang suatu pertanaman dan menjadi titik atau sumber serangan (SPOT) di areal tersebut serta mengganggu produksi tanaman dan mengakibatkan petani mengalami kerugian secara ekonomis. Terlebih apabila dari SPOT tersebut, serangannya menyebar/meluas hingga ke areal pertanaman lain atau meluas ke wilayah administrasi lain disekitarnya. Gejala serangan OPT sifatnya sangat beragam. Serangan OPT dapat terjadi mendadak apabila faktor tanaman, lingkungan mendukung untuk perkembangan OPT tersebut. Nomor baru. 2.3.9. Serangan Organisme Pengganggu Hewan Page 10
Halaman 13 Sub Bab 2.5. Tabel 2.1. Daftar Periksa Pengetahuan Risiko
Identifikasi Bahaya alam ? Tabel 2.1: Daftar periksa pengetahuan risiko bencana Mengidentikasi Bahaya Alam Menganalisis karaktristik bahaya alam penting (misalnya, intensitas, frekuensi dan peluang) dan mengevaluasi data historis Halaman 13 Melakukan Assesmen … ? Sub Bab 2.5. Mengembangkan peta bahaya terpadu (jika mungkin) Tabel 2.1. Daftar untuk melakukan asesmen terhadap interaksi antara Periksa Pengetahuan berbagai bahaya alam Risiko Melakukan Asesmen terhadap Risiko Melakukan kajian terhadap interaksi bahaya dan kerentanan untuk menentukan risiko yang dihada‐pi oleh setiap wilayah atau masyarakat Mengidentikasi dan mengevaluasi kegiatan yang meningkatkan risiko Mengintegrasikan hasil assessmen risiko ke dalam rencana manajemen risiko lokal dan pesan peri‐ngatan Halaman 15 Bab 3. Peringatan Dini Berbasis Masyarakat Sub Bab 3.1 . Bab 3 Peringatan Dini ….t Peringatan Dini Berbasis Masyarakat 3.1 Sistem Peringatan Dini di Masyarakat 3.1.1 Sistem Peringatan Dini Nasional Kompilasi Masukan Pedoman Peringatan Dini Berbasis Masyarakat BNPB Edisi 2012
Agar uraian Bahaya alam yang tegas , masuk dalam sub Bab 1.5 Pengertian hal 3
Harus Konsisten pakai mBahasa Indonesia
Apakah sebaiknya cukup dengan Sub Bab 3.1 Sistem Peringatan Dini saja.. Karena ada uraian pada sub bab 3.1.1. Peringatan Dini Nasional dan pada sub bab 3.1.2 Peringatan Dini Berbasis Masyarakat
Page 11
Halaman 15 Sub Bab 3.1.1. Sistem Peringatan Dini Nasional
Butir 4 Kementerian PU 4. Kementerian Pekerjaan Umum, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Air, bertanggungjawab untuk memberikan peringatan bencana banjir dan kekeringan.
Ditambah kan banjir lahar hujan 4. Kementerian Pekerjaan Umum, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Air, bertanggungjawab untuk memberikan peringatan bencana banjir, banjir lahar hujan dan kekeringan.
Hal 15, Bab 3
Lembaga‐lembaga yang memiliki kewenangan untuk mengeluarkan peringatan
Hal 16
Belum tertulis (belum ada)
‐ Perlu diperbaiki lagi dan diperjelas mana lembaga yang memang berfungsi sebagai warning provider dan mana lembaga pendukung ‐ Perlu dijelaskan peran dan tanggung jawab masyarakat, pemerintah pusat dan pemerintah daerah di dalam kaitannya dengan EWS ‐ Perlu diperjelas BNPB mau masuk ke ranah mana (warning provider atau lembaga pendukung?) Nomor baru, 3.1.1.6. Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Hortikultura, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan bertanggungjawab untuk memberikan peringatan dini serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan dan hewan
Kompilasi Masukan Pedoman Peringatan Dini Berbasis Masyarakat BNPB Edisi 2012
Page 12
Hal 17, System Peringatan Dini Di Masyarakat alinea 4 Hal 17, System PeringatanDini Di Masyarakat alinea 5
Pengetahuan gejala alam akan potensi terjadinya bencana Sebaiknya disertai contoh. Misalnya, curah hujan yang ... dst tinggi dalam waktu lama. Gejala ini merupakan peringatan dini akan terjadi banjir.
Belum tertulis (belum ada)
Masyarakat sangat berperan dalam efektifitas sistem peringatan dini. ..Dst
Kompilasi Masukan Pedoman Peringatan Dini Berbasis Masyarakat BNPB Edisi 2012
Sebaiknya kearifan lokal yang ada ditengah masyarakat dapat menjadi bagian dari sistem peringatan dini berbasis masyarakat.Karena hal yang paling kritis pada saat terjadi bencana alam seperti gempa bumi, adalah kerusakan infrastruktur termasuk aliran listrik sehingga disseminasi informasi tidak tersampaikan ke masyarakat. Memanfaatkan dan mengembangkan kearifan lokal termasuk cerita turun temurun dan peralatan tradisional dapat membantu masyarakat memperoleh isyarat peringatan dini. ‐ Sejauh mana keterlibatan masyarkat dalam merencanakan system PD? ‐ Bagaimana menjamin ownership masyarakat? ‐ Siapa yang aktifkan peringatan? Pusat? Daerah? Masyarakat? ‐ Bagaimana kaitan peringatan komunitas dengan unsur pemerintah? Nomor 3.1.2. Sistem Peringatan Dini Serangan OPT Peringatan Dini terhadap serangan OPT disampaikan oleh petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan – Page 13
Hal 17 alinea terakhir
Hal 18, Pengorganisasian Peringatan Dini alinea 3 Hal 18, Pengorganisasian Peringatan Dini
3.2.1 Pengorganisasian peringatan dini
Kelompok Peringatan dini
Kompilasi Masukan Pedoman Peringatan Dini Berbasis Masyarakat BNPB Edisi 2012
Pengamat Hama dan Penyakit (POPT‐PHP) setiap saat apabila ditemukan SPOT tanaman terserang dan harus segera dikendalikan petani karena tingkat serangannya telah melebihi batas ambang ekonomi dan diprediksi akan menimbulkan kerugian secara ekonomis atau adanya kecenderungan serangan karena peningkatan kepadatan populasi OPT. SPOT tanaman terserang merupakan sumber serangan bagi tanaman disekitarnya. Untuk memberitahu lokasi tanaman terserang tersebut, POPT‐PHP disarankan memancangkan bendera berwarna merah di pusat tanaman terserang. Untuk “pemahaman” tentang peringatan dini, tentunya harus ada penjelasan kepada masyarakat sehingga format peringatan dini dan level bencana yang diinformasikan. Mungkin disini perlu bentuk2 pelatihan atau penyuluhan bagi masyarakat yang akan menerima dan menggunakan peringatan dini. Jika tidak, maka prinsip “dipahami” menjadi terabaikan; Belum tergambar atau belum ada penjelasan mengenai mekanisme dan hubungan kerja antar tim.
‐ Pada level mana? Perlu dijelaskan karena ini terkait dengan kewenangan terutama dalam pengambilan keputusan dan legalisasi ‐ Siapa yang membina komunitas2 SPD? ‐ Tidak ada penjeasan mengenai mekanisme dan hubungan antar tim Page 14
‐ Kesannya masyarakat dibebani tugas dan tanggung jawab yang harusnya di tanggung oleh warning provider
Hal 18, Sub Bab 3.2.1 Pengorganisasian Peringatan Dini
Gambar 3.3. Struktur Kelompok Peringatan Dini
Hal 18 gambar 3.3
Hal 19, Pengorganisasian Peringatan Dini alinea 2 Hal 19, Sub Bab 3.2.2 Format Informasi Peringatan Dini Baris pada tingkat / level
Proses pengambilan keputusan merupakan suatu phase kritis yang mengubah informasi menjadi arahan.
Format informasi peringatan dini
Kompilasi Masukan Pedoman Peringatan Dini Berbasis Masyarakat BNPB Edisi 2012
Apa mungkin kelompok tim tsb dapat bertanggung jawab penuh dengan dampak yang terjadi ? Mampukah masyarakat untuk meng Analisis secara akurat dan terpercaya dan siapa yang mengeluarkan peringatan dini ? Sebaiknya penanggung jawab yang mengeluarkan informasi adalah BPBD atau Kesbanglinmas setempat dan diteruskan ke pemerintah desa/kota agar tidak terjadi kegaduhan pada masyarakat. Peran dari bagian dalam struktur sistem perlu dijelaskan. Mungkin perlu ada prosedur tetap untuk masing‐masing komponen dari sistem dan pelakunya. Misalnya apa peran dari tim pemantau. Tim analisis dsb. Dalam struktur organisasi peringatan dini, siapa yang mengambil keputusan tersebut? Mohon ditegaskan.
Level peringatan: Normal, Waspada, Siaga, Awas mestinya disepakati bersama lintas sektoral. Berlaku untuk semua jenis bencana.
Page 15
Hal 19, Sub Bab 3.2.2 Format Informasi Peringatan Dini Baris pada tingkat / level
‐ Apakah sudah dapat berlaku di jadikan standar untuk semua jenis bencana ? Apakah status level sudah standar semua bencana?
Mengacu pada empat level peringatan dini Jika peringatan tersebut disebarkan dengan menggunakan pengeras su‐ ara, maka isi peringatan dapat disebarkan sesuai teks standar berikut: Disini. . . . . . (sebutkan siapa pemberi peringatan), ber‐ dasarkan kondisi. . . . . . (sebutkan gejala alam), maka disam‐paikan kepada masyarakat bahwa situasi. . . . . . (sebutkan jenis bencana) ditetapkan pada pada status. . . . . . (sebutkan statusnya). Untuk masyarakat di sekitar. . . . . . (sebutkan nama daerah/desa) dihimbau untuk. . . . . . (sebutkan respon masyarakat). Tunggu inforimasi lanjutan dari. . . . . . (sebutkan lembaga pemberi peringatan)." Proses pengambilan keputusan merupakan suatu phase kritis yang mengubah informasi menjadi arahan Kegiatan dilakukan oleh individual/perseorangan
Anggota gugus ini
Lembaga nasional atau lembaga lainnya hanya bersifat ‐ Maksud kalimat ini tidak jelas memberikan Tindakan yang dilakukan berupa tindak lanjut dari Dalam struktur organisasi, siapa yang memberi arahan keputusan yang diambil dalam bentuk serangkaian arahan tersebut? Mohon ditegaskan. ... dst
Hal 19, Pengorganisasian Peringatan Dini alinea 3
Kompilasi Masukan Pedoman Peringatan Dini Berbasis Masyarakat BNPB Edisi 2012
‐ Siapa yang mengambil keputusan? ‐ Siapa? Kordinator? Apa paying hukumnya dan siapa yang jamin? ‐ Istilah yang digunakan tidak konsisten (gugus atau kelompok?) ‐ Cantumkan juga ormas dan komunitas adat
Page 16
Hal 19, Pengorganisasian Peringatan Dini alinea 6
3.2.2 Format Informasi Peringatan Dini
Hal 20, Format Informasi Peringatan Dini alinea 6
“Disini. . . . . . (sebutkan siapa pemberi peringatan), ber‐ dasarkan kondisi......(sebutkan gejala alam), maka disam‐ paikan kepada masyarakat bahwa situasi. . . . . . (sebutkan jenis bencana) ditetapkan pada status......(sebutkan sta‐ tusnya). Untuk masyarakat di sekitar......(sebutkan nama daerah/desa) dihimbau untuk......(sebutkan respon ma‐ syarakat). Tunggu informasi lanjutan dari. . . . . . (sebutkan lembaga pemberi peringatan).”
Kompilasi Masukan Pedoman Peringatan Dini Berbasis Masyarakat BNPB Edisi 2012
Apakah format informasi peringatan dini ini dapat diseragamkan untuk semua jenis bencana. Dalam pengertian bahwa yang disampaikan ke masyarakat adalah bentuk peringatan yang sama untuk semua jenis bencana. Contoh, pada banjir dikenal skala siaga 1 sampai siaga 4, semakin kecil angkanya semakin besar kemungkinan terjadi banjir. Sedangkan pada gunung api dikenal skala normal, waspada, siaga dan awas. Bila format informasi peringatan dini ini disepakati seperti yang terdapat dalam draft pedoman ini (normal, waspada, siaga dan awas) maka format informasi peringatan dini pada banjir dan jenis bencana lainnya, yang disampaikan ke masyarakat harusmenyesuaikan format tersebut. “Disini. . . . . . (sebutkan siapa pemberi peringatan), ber‐ dasarkan kondisi......(sebutkan gejala alam), maka disam‐ paikan kepada masyarakat bahwa situasi. . . . . . (sebutkan jenis bencana) ditetapkan padalevel......(sebutkan levelnya). Untuk masyarakat di sekitar......(sebutkan nama daerah/desa) dihimbau untuk......(sebutkan respon ma‐ syarakat). Tunggu inforimasi lanjutan dari. . . . . . (sebutkan lembaga pemberi peringatan).”
Page 17
Normal, waspada, siaga, awas
‐ Hati‐hati dalam menjabarkan status peringatan, setiap karakter bencana berbeda pemberian status dan artinya
Empat level peringatan
‐ Apakah bisa diberlakukan untuk semua? Karena arti masing‐masing level yang tertulis dalam pedoman ini sama sekali berbeda dengan level peringatan dalam tsunami ‐ Hati‐hati karena dampakanya bisa membahayakan (menyesatkan) pembaca)
Maka informasi peringatan dini tsunami
‐ Kenapa tiba2 ada kata tsunami? Salah ketik? Bentuk peringatan agaknya perlu disepakati oleh masyarakat, apakah menggunakan alat tradisional(alat2 baru seringkali tidak dikenal, seperti sirine dsb, terlebih pada perempuan dan anak serta orang tua yang lebih sedikit terpapar oleh informasi), ataukah ada bentuk‐ bentuk lain seperti pesan di melalui handphone(di banyak tempat masyarakat sudah menggunakan HP). Apakah ada kode tertentu yg dipahami masyarakat bahwa informasi itu dapat dipercaya; Bagaimana alur informasi pada bagian2 dari sistem. Bagian dari sumber berita sampai pada “hub” penganalisis sudah digambarkan. Namun dari titik pengambil keputusan kepada masyarakat belum digambarkan. Misalnya, dari pusat sistem peringatan dini
Hal 21 alinea 1
Hal 21 Gambar 3.4
Kompilasi Masukan Pedoman Peringatan Dini Berbasis Masyarakat BNPB Edisi 2012
Page 18
Hal 22, Radio siaran/TV, kemudian jaringan radio amatir/ RAPI/ Latihan Peringatan HT/ SSB juga dapat melakukan fungsi pengiriman pesan. Dini alinea satu, baris 7
ke ketua RW, RT atau langsung ke masyarakat. Kemudian bagaimana mengukur atau melakukan verifikasi bahwa peringatan itu sudah diterima oleh masyarakat. Demikian pula kaitannya dengan “hazard map”. Siaran radio, televisi, jaringan radio*) juga dapat melakukan fungsi pengiriman pesan. *)Jaringan radio amatir (ORARI/RAPI/Radio Komunikasi), dan radio komersial. ‐ Perlu ada Persiapan masyarakat dalam merespon EWS berupa penyiapan infrastruktur (alat penyebaran peringatan), seharusnya ini yang jadi tekanan dalam pedoman ‐ Pesan bab 4 seharusnya: kapasitas masyarakat yang ngelink ke system nasional
Hal 25, Respon Masyarakat
Hal 25, Respon Masyarakat Hal 25, Pengerahan Dan Evakuasi Masyarakat
Tanggung jawab masyarakat
‐ Masyarakat level apa?
Rencana evakuasi untuk masing‐masing individu dan keluarga
‐ Pesan ini bisa menyesatkan karena seharusnya semua rencana harus mengacu pada rencana yang sama (rencana evakuasi tingkat desa)
Hal 26, PetaEvakuasi
Masyarakat perlu mengembangkan peta evakuasi
‐ Masyarakat Level yang mana?
Agar upaya penyelamatan masyarakat pada waktu yang ‐ Pesan ini benar namun tidak sesuai dengan pesan singkat dapat dilaksanakan dengan lancar dan terorganisir sebelumnya dengan baik Tabel 4.1 Level peringatan dini Penetapan status siaga lintas sektor harus diseragamkan karena kalau tidak seragam bisa berakibat fatal bagi masyarakat. Tabel 4.1 di halaman
Hal 26 Tabel 4.1 Level peringatan dini
Kompilasi Masukan Pedoman Peringatan Dini Berbasis Masyarakat BNPB Edisi 2012
Page 19
26
Hal 29 alinea satu, baris 4 Halaman 29 Setelah BAB 5. Penutup
…berarti bawah masyarakat… Tidak ada halaman Pustaka
o Level 1‐ Normal, Aktivitas normal, Tidak ada ancaman bencana o Level 2 – Waspada, Aktivitas terbatas di daerah rawan bencana, Mulai Mengecek Perlengkapan o Level 3 – Siaga, Tidak ada aktivitas di daerah rawan bencana, Persiapan evakuasi o Level 4 – Awas, Evakuasi Masyarakat, Melaksanakan evakuasi Contohnya: Siaga 1, Siaga 2, Siaga 3 untuk urusan air (banjir) mengacu pada, aman, bahaya, awas. Tetap di militer urutan ini dibalik; siaga 3, siaga 2, siaga 1 menunjukkan tingkat aman, bahaya, awas. Jika militer menyatakan siaga 1, dan penduduk terancam terbiasa dengan pola tingkatan siaga banjir, maka celakalah penduduk karena bisa jadi mereka justru akan mendatangi lokasi karena dikira aman, padahal sangat berbahaya.
…berarti bahwa masyarakat… Agar ada halaman Pustaka atau Rujukan/ Referen, Daftar Rujukan 1. ………. 2……… 3……..
Kompilasi Masukan Pedoman Peringatan Dini Berbasis Masyarakat BNPB Edisi 2012
Page 20
Pedoman Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat BNPB Edisi September 2012
Formulir Masukan Nama
:
Lembaga
:
Kontak
: (alamat, telepon, facsimile, hp, e‐mail)
Halaman, alinea, baris Yang tertulis
masukan