LAPORAN AKHIR
PELATIHAN PEMILIHAN DAN PENGEMBANGAN MATERI PELAJARAN BAHASA BALI BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA GURU-GURU SEKOLAH DASAR (SD) DI KECAMATAN BULELENG
OLEH DRA. SANG AYU PUTU SRIASIH, M.PD. I WAYAN GEDE WISNU, S.S., M.SI. IDA BAGUS RAI, S.S. M.PD. IDA BAGUS MADE LUDY PARYATNA, S.S., M.PD. Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor: 85/UN48.15/LPM/2014 tanggal 13 Februari 2014
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA BALI FAKULTAS BAHASA DAN SENI LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2014
1
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Judul Program : Pelatihan Pemilihan dan Pengembangan Materi Pelajaran Bahasa Bali Berorientasi Pendidikan Karakter pada GuruGuru Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Buleleng a. b. c. 1.
Jenis Program : Bidang Kegiatan: Pengabdian pada Masyarakat Identitas Pelaksana: Ketua Nama : Dra. Sang Ayu Putu Sriasih, M.Pd. NIP : 196006071986012001 NIDN : 0007066006 Pangkat/Gol : Pembina Utama Muda/IV c Alamat Kantor: Jl. Ahmad Yani 67 Singaraja Alamat Rumah: Pantai Indah III/40 Singaraja 2. Anggota 1 Nama : I Wayan Gede Wisnu, S.S., M. Si. NIP : 197712022008121001 NIDN : 0002127707 Pangkat/Gol : Penata Muda/III/b Alamat Kantor: Jl. Ahmad Yani 67 Singaraja Alamat Rumah: Jln. Jelantik Gingsir, Br. Bantang Banua, Tista Sukasada 2. Anggota 2 Nama : Ida Bagus Rai, S.S. NIP : 196802042008011009 NIDN : 0004046806 Pangkat/Gol : Penata Muda/III a Alamat Kantor: Jl. Ahmad Yani 67 Singaraja Alamat Rumah: BTN Giri Mas Asri, Blok A/12 Singaraja 3. Anggota 3 Nama : Ida Bagus Ludy Paryatna, S.S. NIP : 198306172008121004 NIDN : 0017068301 Pangkat/Gol : Penata muda/III a Alamat Kantor: Jl. Ahmad Yani 67 Singaraja Alamat Rumah: BTN Giri Mas Asri, Blok B/14 Singaraja
d. e.
Biaya yg Diperlukan: Rp 10.000.000 (Sepuluh Juta Rupiah) Lama Kegiatan : 8 (delapan) bulan
2
Singaraja, 6 September 2014 Mengetahui, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni,
Ketua Pelaksana,
Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A. NIP 196206261986032002
Dra. Sang Ayu Putu Sriasih, M.Pd. NIP 1960060719802016
Menyetujui Ketua LPM Undiksha,
Prof. Dr. I Ketut Suma, M.S. NIP 195901011984031003
3
KATA PENGANTAR Pelatihan Pemilihan dan Pengembangan Materi Pelajaran Bahasa Bali Berorientasi Pendidikan Karakter pada Guru-guru Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Buleleng ini merupakan salah satu bentuk pengabdian yang dilakukan oleh LPM Universitas Pendidikan Ganesha, khususnya oleh Jurusan Pendidikan Bahasa Bali dalam rangka turut serta memajukan pendidikan di Bumi Panji Sakti tercinta ini. Misi mulia ini ternyata mendapat sambutan yang sangat positif dari guru-guru Bahasa Bali di tingkat sekolah dasar. Dengan semangat yang penuh partisipatif seperti itu kami berharap, mudah-mudahan kegiatan ini dapat memberikan kontribusi positif yang sangat berarti bagi kemajuan pendidikan di negeri ini khususnya untuk peningkatan kualitas pembelajaran bahasa Bali yang lebih menarik dan hidup. Pelatihan ini telah berhasil dilaksanakan sesuai dengan rencana dan terselenggaranya kegiatan ini tentu saja tidak terlepas dari bantuan dan bimbinganNya. Oleh karena itulah, puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadapan-Nya. Karena atas limpahan dan karunia-Nyalah, tugas-tugas pengabdian masyarakat ini dapat kami selesaikan secara sangat memuaskan. Kami diberkahi sebuah tim yang kompak dengan kerja sama yang sangat solid sehingga kami dapat menyelesaikan pengabdian ini dengan sangat baik. Untuk itu, kepada tim yang telah turut menyukseskan pengabdian ini kami sampaikan terima kasih. Melalui kesempatan yang baik ini, kami dengan rendah hati mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada pihak-pihak terkait yang turut membantu terselenggaranya pengabdian ini. Semoga kerjasama itu tetap dapat berlanjut pada masa yang akan datang demi kemajuan pendidikan di negeri tercinta ini.
September 2014 Penyusun
4
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii KATA PENGANTAR ............................................................................. iv DAFTAR ISI .......................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1.1 Analisis Situasi ............................................................................... 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ............................................. 1.3 Tujuan Kegiatan ............................................................................. 1.4 Manfaat Kegiatan ......................................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 2.1 Hakikat dan Kedudukan Buku pelajaran ........................................ 2.2 Hakikat Materi Pelajaran terkait dengan Pendidikan Karakter ....... BAB III METODE PELAKSANAAN ....................................................... 3.1.1 Kerangka Pemecahan Masalah ............................................... 3.1.2 Realisasi Pelaksanaan Kegiatan .................................................. 3.1.3 Khalayak Sasaran ....................................................................... 3.14 Rancangan Evaluasi ....................................................................
1 3 4 5 5 7 7 8 10 10 11 12 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 14 4.1 Hasil Pelatihan ........................................................................... 14 4.2 Pembahasan .................................................................................. 17 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 19 5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 19 5.2 Saran-saran .................................................................................... 19 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... LAMPIRAN-LAMPIRAN
Jadwal kegiatan
Angket Foto-foto Cuplikan Materi
5
20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan amanat undang-undang, pendidikan merupakan salah satu modal dasar untuk pembangunan karakter bangsa. Pendidikan harus selalu bersifat inovatif sehingga akan sering terjadi perubahan. Proses perubahan ini berimplikasi pada tuntutan terwujudnya sistem pendidikan yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Pembenahan sarana dan prasarana pembelajaran, peningkatan proses pembelajaran, peningkatan hasil senantiasa diupayakan untuk memperoleh out put SDM yang benar-benar berkualitas dalam pendidikan. Salah satu uapaya ke arah pembenahan itu adalah pengadaan buku pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Apalagi terjadi perubahan kurikulum, mau tidak mau buku pelajaran yang menunjang pun akan menyesuaikan diri dan yang lebih penting adalah perlu sikapsikap positif dalam hal pemilihan, pemanfaatan, dan pengembangan buku pelajaran yang ada sehingga betul-betul dapat menunjang proses pembelajaran. Kurikulum berbasis kompetensi yang dicetuskan dan digelar sejak tahun 2004 masih menjadi roh Kurikulum 2006 (KTSP) dan juga menjdi roh Kurikulum 2013 yang sedang disosialisasikan di seluruh Indonesia. Orientasi terhadap pembentukan kompetensi pada siswa merujuk pada pentingnya pembelajaran yang bermakna, yakni pembelajaran tersebut benar-benar mengantarkan siswa pada aktivitas-aktivitas penyelesaian masalah nyata sehingga dapat digunakan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan implementasi model pembelajaran inovatif
yang bertujuan meningkatkan
proses dan produk
pembelajaran. Sehubungan dengan itu, Santyasa (2011) berpendapat bahwa pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang diterapkan berbasis teori belajar dan pembelajaran yang mengalami perubahan ke arah pembaharuan. Hal ini sebenarnya telah banyak didapatkan para guru lewat PLPG dalam sertifikasi guru. Melalui PLPG guru-guru telah mendapat informasi dan pelatihan secara intensif tentang berbagai hal baik yang terkait dengan kompetensi profesionalisme,
6
paedagogik, kepribadian, termasuk sosial. Itu berarti, guru-guru sudah semakin cerdas dalam merancang pembelajaran dan memilih materi pelajaran, termasuk juga penggunaan model-model pembelajaran inovatif. Akan tetapi, dalam hal pemilihan dan pengembangan materi pelajaran, keberadaan buku-buku pelajaran bahasa Bali, terutama terkait dengan sajian materinya di sekolah dasar (SD) perlu dicermati. Hal ini berhubungan erat dengan hasil penelitian penulis (2011) tentang keuatentikan materi pelajaran bahasa Bali dalam buku Wrdhi Sastra di tingkat sekolah dasar yang menunjukkan hasil sebagai berikut. Buku pelajaran bahasa Bali yang terdiri atas 6 jilid digunakan di SD di Kabupaten Buleleng bahkan juga digunakan di Kabupaten Gianyar. Sebagai buku pelajaran, ternyata buku ini menyajikan banyak kesalahan. Kesalahan-kesalahan itu menyangkut kesalahan (a) teknis dalam hal ejaan, juga kesalahan teknis lainnya yang mengakibatkan kesalahan prinsip. Kesalahan teknis ini menunjukkan rendahnya proses editing oleh pihak penyusun dan penerbit. Banyak kesalahan ini juga diakui oleh guru bahasa Bali melalui wawancara. (b) Buku Wrdhi Sastra menyajikan materi-materi yang tergolong autentik namun tidak disajikan dengan cara autentik. Sebagian besar materi tidak disertai dengan sumber-sumber kutipan, padahal menyertakan sumber-sumber materi secara jelas merupakan salah satu ciri keautentikan. Di samping itu, terdapat juga sajian materi pelajaran yang tidak disertai petunjuk-petunjuk atau keterampilan-keterampilan yang harus dilakukan siswa. Petunjuk-petunjuk yang jelas di awal materi menunjukkan kekomunika-tifan sebuah buku teks (BT). (c) Dalam proses penyusunan BT, tim penyusun tidak sempat saling kontrol, para penyusun bekerja sesuai dengan job masing-masing, juga mereka tidak melakukan konfirmasi dengan pakar-pakar terkait. (d) Berdasarkan sampel perbandingan (buku IV, V, dan VI), ternyata buku Wrdhi Sastra memiliki kemiripan yang cukup tinggi dengan buku Kusumasari, yakni 80100%. Dengan demikian, keautentikan (keaslian) materi pelajaran buku ini sangat diragukan. Sejalan dengan misi Lemlit Undiksha untuk menindaklanjuti hasil penelitian ke dalam bentuk P2M, pengabdian pada masyarakat ini sangat penting untuk dilakukan karena (1) hasil penelitian ini sangat tepat diimplementasikan
7
dalam bentuk pengabdian pada masyarakat terkait dengan kecerdasan guru-guru dalam hal memilih dan mengembangkan materi pelajaran yang ada dalam buku teks. P2M sebagai desiminasi hasil penelitian sangat berdampak positif karena sesuai dengan kondisi di lapangan, (2) memberikan pencerahan kepada guru-guru bahasa Bali dalam menyiasati pemilihan, pemanfaatan, dan pengembangan materi pelajaran yang ada dalam buku pelajaran, dan (3) sebagai upaya menyeimbangkan antara teori dan praktek. Dalam arti, idealnya buku pelajaran membantu dan memperlancar aktivitas guru dalam pembelajaran dan memudahkan siswa belajar, dengan kesalahan penyajian materi yang sangat minim. Namun, realitasnya banyak hal yang tidak sesuai pada materi buku teks yang diteliti sehingga kalau ini dibiarkan akan berdampak negatif terutama pembentukan konsep-konsep yang salah manakala siswa belajar secara mandiri.
1.2 ANALISIS SITUASI Sasaran P2M ini adalah guru-guru sekolah dasar (SD) yang mengajarkan bahasa Bali. Dalam proses pembelajaran guru tidak terlepas dari pemakaian buku pelajaran atau buku teks. Pada dasarnya isi buku pelajaran adalah materi pelajaran yang dapat mendukung pelaksanaan kurikulum. Buku teks yang mendukung kurikulum seharusnya memberikan kemudahan bagi guru dalam mengajar dan memberikan kemudahan pada siswa dalam belajar. Di samping itu, sesuai pandangan pakar pendidikan modern seperti Macomber, Murray, Thomas, Swartout (dalam Sriasih, 2009:75), materi pelajaran bukan tujuan akhir tetapi materi merupakan alat dan media yang memberi peluang kepada siswa untuk memperoleh pengalaman belajar. Dengan materi ini, siswa diharapkan memperoleh pengalaman yang berhubungan dengan (1) fakta-fakta dalam kehidupan, (2) model-model kehidupan, dan (3) simbul-simbul yang dipakai dalam kehidupan. Jadi, pada prinsipnya mereka menyatakan bahwa materi pelajaran harus diangkat dari beraneka ragam sumber. Satu hal yang sangat penting dan harus diingat adalah bahwa materi pelajaran itu harus memiliki daya komunikatif. Dengan demikian, materi pelajaran akan sangat menggairahkan siswa belajar, lebih lanjut dapat memotivasi belajar siswa.
8
Kenyataannya, buku teks bahasa Bali yang berjudul Wrdhi Sastra yang berlaku di sekolah dasar yang dicetak bulan Mei 2010 memiliki banyak kekurangan dan kesalahan (seperti yang diungkapkan dlam pendahuluan); sementara para guru masih memiliki kelemahan dalam hal pemilihan dan pengembangan materi pelajaran sehingga perlu pencermatan dan penangan secara, dan bila perlu para guru harus berani menyatakan sikap untuk tidak menggunakn buku-buku tersebut. Dengan demikian, para guru perlu pendampingan dan pelatihan dalam hal pemilihan dan pengembangan materi yang ada dalam buku pelajaran bahasa Bali.
1.3 IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH Buku pelajaran bahasa Bali yang berjudul Wrdhi Sastra yang berlaku di sekolah dasar yang diterbitkan tahun 2010 tidak menyajikan materi pelajaran sebagaimana hakikat buku pelajaran. Sajian materi dari buku pelajaran 1-6 untuk kelas 1 -6 SD memiliki banyak kekurangan dan bahkan terdapat kesalahan fatal, di antaranya kesalahan-kesalahan di bidang teknis dalam hal ejaan, tanda-tanda baca, kata, kalimat; juga kesalahan teknis lain yang mengakibatkan kesalahan prinsip. Contoh: gambar musang (lubak) ditulis di bawahnya dengan aksara Bali (bukal) yaitu kelelawar; jelinjingan ditulis jelinjangan untuk padanan got/kali kecil, dll.Selain itu, penyajian materi yang berupa wacana seharusnya merupakan materimateri autentik yang benar-benar komunikatif sesuai dengan kondisi dan perkembangan siswa. Sebagian besar materi tidak disertai dengan sumber-sumber kutipan, padahal menyertakan sumber-sumber materi secara jelas merupakan salah satu ciri keautentikan. Kesalahan teknis ini menunjukkan rendahnya proses editing oleh pihak penyusun dan penerbit. Di samping itu, terdapat juga sajian materi pelajaran yang tidak disertai petunjuk-petunjuk yang jelas atau keterampilanketerampilan yang harus dilakukan siswa. Petunjuk-petunjuk yang jelas menunjukkan kekomunikatifan sebuah BT. Dalam proses penyusunan BT, tim penyusun tidak sempat saling kontrol, para penyusun bekerja sesuai dengan job masing-masing, juga mereka tidak melakukan konfirmasi dengan pakar-pakar terkait. Kondisi-kondisi seperti itu sangat merugikan siswa dan guru dan proses belajar-mengajar menjadi kurang kondusif.
9
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah bahwa (1) Buku pelajaran Wrdhi Sastra memiliki kelemahan dalam hal ejaan, tanda baca, kata, dan kalimat. (2) petunjuk-petunjuk yang harus dikerjakan siswa kurang jelas, (3) materi-materi bacaan yang ada 80% tidak mencantumkan sumber dan ternyata materi itu sama dengan buku Kusuma Sari. Kenyataan semacam ini menuntut kecermatan guru-guru dalam pemilihan dan pengembangan materi pelajaran.
1.4 TUJUAN KEGIATAN Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi perubahan yang mengarah pada tujuan yang positif yakni meningkatnya wawasan dan kemampuan guru-guru dalam memilih, memanfaatkan, dan mengembangkan materi pelajaran bahasa Bali. Dengan meningkatnya wawasan dan kemampuan guru-guru bahasa Bali tingkat sekolah dasar yang terkait dengan pemilihan dan pengembangan materi pelajaran, pembelajaran bahasa Bali akan lebih hidup, lebih menarik, dan lebih dihargai siswa. Demikian pula, materi-materi yang dipilih dapat disajikan secara komunikatif dengan memperhatikan kaidah-kaidah yang benar sesuai dengan konteks berbahasa.
1.5 MANFAAT KEGIATAN Adapun manfaat kegiatan ini adalah sebagai berikut. 1) Bagi guru peserta pelatihan karena mereka akan mendapatkan bekal: a) untuk melakukan pelatihan sehingga dapat meminimais kekasalahankesalahan yang ada dalam buku pelajaran yang berlaku di sekolah. b) untuk pengembangan materi, materi yang ada dalam buku teks hanya sekadar pancingan. Materi-materi dari berbagai sumber yang relevan dan yang autentik dapat dimanfaatkan asalkan sesuai dengan tuntutan kurikulum dan etika keilmuan. c) Jika para guru memiliki kesempatan untuk menyusun buku pelajaran, mereka hendaknya dapat saling kontrol dan saling menyempurnakan, dan perlu juga mencari pakar yang sesuai dengan bidangnya untuk kesempurnaan materi pelajaran.
10
2) Bagi dosen, pelaksanaan P2M ini dapat dimanfaatkan sebagai ajang sharing untuk menambah wawasan dosen pengampu mata kuliah Telaah Buku Teks, karena guru memiliki sejumlah pengalaman dalam memanfaatkan buku pelajaran. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hakikat dan Kedudukan Buku Pelajaran Pembelajaran selalu terkait dengan buku. Di lembaga pendidikan terdapat beraneka ragam buku yang digunakan untuk memperlancar proses pembelajaran. Satu di antaranya adalah buku pelajaran yang sering dipadankan dengan istilah buku teks (text book). Buku teks adalah sama dengan buku pelajaran. Secara lebih lengkap dapat didefinisikan sebagai berikut, “Buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu, yang disusun secara cermat buat tujuan instruksional, yang dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang sesuatu program pengajaran” (Lange, Bacon, Buckhingham, Hall-Quest dalam Tarigan, 1986). Menurut Cunningworth (dalam Sumardi, 2000:6) bahwa rancangan buku pelajaran terdiri atas buku siswa, buku guru, dan buku kerja. Sementara itu, menurut Lange (dalam Tarigan, 1986:42), buku pelajaran terdiri atas perangkat buku utama dan buku suplemen. Nama lain untuk buku suplemen ialah buku pelengkap, buku tambahan, dan buku kerja. Dalam kenyataannya, yang biasa digunakan oleh para siswa sebagai buku suplemen adalah buku kerja. Sedangkan, buku utama mengacu pada buku guru dan buku siswa. Dengan demikian, tampaknya kedua pendapat tersebut memiliki unsur kesamaan fokus, yakni dalam hal istilah buku utama, yang dimaksudkan adalah buku siswa dan buku guru. Di sisi lain, mereka sama-sama menyebutkan adanya buku kerja. Buku siswa adalah buku pelajaran yang terpenting dalam kegiatan belajarmengajar (KBM) yang terutama digunakan oleh siswa. Selain digunakan oleh siswa, buku ini juga digunakan oleh guru dalam pengelolaan pembelajaran. Sementara itu, buku guru dimanfaatkan sebagai pedoman oleh guru dalam pelaksanaan KBM, yakni dalam penerapan konsep dan metodologi pengajaran
11
(Merdhana,1986:57). Di samping itu, ada juga buku kerja, yang sering dikenal dengan istilah lembar kerja siswa (LKS) yang digunakan oleh siswa untuk mengerjakan tugas-tugas atau pelatihan dalam pelaksanaan KBM. Jadi, buku kerja berfungsi sebagai perekam tugas siswa secara bertahap, berjenjang, terjadwal, dan terinci Barnhart (dalam Tarigan, 1986:43). Berdasarkan hakikat dan kedudukan seperti dipaparkan di atas, dapat dikemukakan fungsi buku pelajaran menurut Cunningworth (dalam Sumardi, 2000:7) yakni sebagai sumber bahan yang disajikan untuk pelatihan bahasa lisan dan tulis, sumber kegiatan dalam pelatihan berkomunikasi, sumber belajar pengetahuan kebahasaan, sumber gagasan dan dorongan KBM di kelas, perwujudan silabus, sumber belajar dan tugas mandiri, dan yang tidak kalah pentingnya adalah sebagai bantuan bagi guru yang kurang berpengalaman untuk mengembangkan kepercayaan dirinya. Dengan demikian, buku pelajaran mempunyai fungsi/peranan yang sangat penting mulai perencanaan, pelaksanaan, pengevaluasian, bahkan sebagai tindak lanjut tentang kegiatan-kegiatan yang harus ditempuh siswa sebagai tugas-tugas mandiri maupun tugas kelompok. Itu artinya, kegiatan tentang pelatihan dan pengembangan, dan pemilihan materi buku pelajaran (pegangan siswa) inilah yang ditekankan dalam pengabdian ini. 2.2 Hakikat Materi Pelajaran terkait dengan Pendidikan Karakter Pada dasarnya isi buku pelajaran adalah materi pelajaran yang dapat mendukung pelaksanaan kurikulum. Tentang materi pelajaran, ada berbagai pandangan antara ahli pendidikan tradisional dan yang modern. Menurut ahli pendidikan tradisional, materi pelajaran merupakan „subject matter‟. Artinya, materi inilah yang harus dipelajari dan dikuasai sebaik-baiknya oleh siswa. Penguasaan materi pelajaran dalam hal ini merupakan tujuan akhir dari pendidikan. Itu berarti, materi pelajaran sama dengan tujuan pelajaran. Sementara itu, pandangan pakar pendidikan modern seperti Macomber, Murray, Thomas, Swartout (dalam Sriasih, 2009:75) menyebutkan bahwa materi pelajaran bukan tujuan akhir tetapi materi merupakan alat dan media yang memberi peluang kepada siswa untuk memperoleh pengalaman belajar. Dengan materi ini, siswa diharapkan memperoleh pengalaman yang berhubungan dengan (1) fakta-fakta dalam kehidupan, (2) modelmodel kehidupan, dan (3) simbul-simbul yang dipakai dalam kehidupan. Jadi, pada 12
prinsipnya mereka menyatakan bahwa materi pelajaran harus diangkat dari beraneka ragam sumber. Satu hal penting yang harus diingat bahwa materi pelajaran itu harus memiliki daya komunikatif. Dalam arti, bahasa yang digunakan harus jelas, tegas, benar, memuat petunjuk-petunjuk secara jelas, dan tidak samarsamar. Buku teks Wrdhi Sastra yang diteliti memiliki daya komunikatif sangat rendah. Oleh karena itu perlu pencermatan dan pengembangan dalam pemakaiannya. Dengan demikian, materi pelajaran akan sangat menggairahkan siswa belajar, lebih lanjut dapat memotivasi belajar siswa. Pendapat yang sejalan dengan ahli pendidikan modern adalah seperti diungkapkan oleh Suyono dan Muslich (1996:15) berikut ini. Materi pelajaran itu tidak terbatas jumlah dan variasinya, baik berupa fakta, konsep, prinsip, maupun prosedur; materi itu untuk memberikan pengalaman belajar yang spesifik untuk mencapai tujuan; dan materi pelajaran mempunyai wujud yang bervariasi sehingga untuk menyampaikannya kepada siswa harus disesuaikan dengan kepentingannya. Permasalahan yang berkembang saat ini, seperti disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai pancasila, keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila, bergesernya nilai, etika dalam kehidupan berbabgsa dan bernegara...melemahnya kemandirian merupakan sebuah realitas yang harus segera disikap (Sriasih, 2012). Menghadapi realitas permasalahan yang carut-marut ini, pendidikan karakter melalui sajian materi pelajaran dalam buku pelajaran/buku teks di sekolah-sekolah termasuk di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), yang siswanya sedang mengalami akil-balik dapat dipandang sebagai solusi cerdasn untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki kepribadian unggul, berahlak mulia, dan menjunjung tinggi nilai-nilai lokal dan Nusantara secara menyeluruh. Istilah pendidikan karakter mrujuk pada nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, pikiran, sikap, perasaan, perkataan, perbuatan, dst (Aunillah, 2010:18). Dengan demikian, materi yang termuat dalam buku pelajaran seyogyanya beraneka ragam, dari berbagai sumber, serta mampu memberi peluang kepada siswa untuk melakukan berbagai aktivitas sesuai dengan konteks yang diinginkan, termasuk tuntutan sikap dan keterampilan yang mencerminkan pendidikan karakter.
13
BAB III METODE PELAKSANAAN
3.1 Metode Pelaksanaan 3.1.1 Kerangka Pemecahan Masalah Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pelaksanaan pendidikan/ pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, peningkatan mutu guru harus merupakan prioritas utama dalam pelaksanaan pelatihan. Sasaran pendidikan saat ini adalah mengarah pada menumbuhkembangkan daya tarik siswa, kreativitas, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan demikian, peningkatan mutu guru melalui pelaksanaan
kegiatan ini adalah memberikan beberapa alternatif pemecahan masalah secara individu/berkelompok yang dapat mengarah pada sasaran pendidikan di atas. Metode pelaksanaannya berupa: pertama, presentasi materi ajar yang autentik (wacana, dialog, puisi,dll) dengan memperhatikan struktur bahasa, tatapenulisan, ejaan, tanda baca, dll. Selanjutnya, peserta disuguhi beberapa wacana yang dapat dianalisis terkait dengan kelayakannya sebagai materi pelajaran yang dapat menumbuhkembangkan sikap, aktivitas, kreativitas, kecerdasan siswa terhadap eksistensi bahasa Bali, dll. Kedua, pengembangan materi pelajaran, guru secara perorangan diharapkan membuat materi pelajaran yang berupa wacana serta mengembangkannya dalam urutan-urutan tertentu. Kegiatan ini memberikan hasil berupa cuplikan materi pelajaran yang dapat disajikan kepada siswa. Dalam wawancara dengan guru-guru bahasa Bali, mereka mengaku susah sekali mendapatkan kesempatan atau informasi yang terkait dengan pemilihan dan pengembangan materi yang ada di dalam buku pelajaran. Dalam setiap pengadaan buku, pemilihan materi malahan tidak ada dan lebih banyak bersifat dropping. Apalagi latar belakang keilmuan guru-guru bahasa Bali di tingkat sekolah dasar secara umum adalah agama Hindu. Jadi dalam hal ini, mereka mengajarkan materi bahasa Bali seperti apa adanya di dalam buku teks (buku pelajaran). Mencermati kondisi seperti ini, pemberian pelatihan yang terkait pemilihan dan pengembangan materi pelajaran bahasa Bali sangat perlu dilaksanakan dan dirancang sbb.
14
Pengabdian pada masyarakat yang dirancang terhadap guru-guru bahasa Bali di sekolah dasar pelaksanaannya menggunakan model pelatihan secara terbimbing. Adapun proses kegiatannya dapat diuraikan sebagai berikut. Pertama, dilakukan presentasi makalah yang berkembang ke arah pelaksanaan Kurikulum 2013. Hal ini sangat penting karena guru-guru SD sampai saat pengabdian ini dilaksanakan (setahun pelaksnaan Kurikulum 2013 berlalu) guru-guru belum memperoleh pedoman yang setara dengan mata pelajaran lainnya, termasuk juga buku-buku penunjangnya. Jadi, pelaksanaan pengabdian ini diawali dengan penyampaian materi hanya sebagai pengantar tentang jangkauan (1) kompetensi inti, (2) kompetensi dasar pada setiap kelas, yang semula sama sekali belum diketahui guru, dan (3) format penyusunan RPP yang terkait dengan pemilihan dan pengembangan materi pelajaran. Setelah itu, dilanjutkan dengan tanya-jawab untuk pemahaman dan kejelasan arah kegiatan yang ditempuh, dilanjutkan dengan pelatihan penyusunan RPP sekaligus memilih memilih dan mengembangkan materi pelajaran. Kurikulum 2013 sudah menyiapkan buku-buku pelajaran yang memuat berbagai jenis materi, namun materi-materi yang ada perlu dicermati dan persoalannya bukan pada pemilihan materi tetapi bagaimana penerapan Kurikulum 2013. Sajian materi dilakukan secara inovatif dengan menggunakan power point.
3.1.2 Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Sejauh ini kami belum pernah melakukan sentuhan pengabdian terhadap guru-guru bahasa Bali tingkat sekolah dasar dan para guru-guru pun mengakui hal itu. Sebagai tindak lanjut hasil penelitian kami tentang materi pelajaran pada buku pelajaran Werdhi Sastra yang menunjukkan bahwa buku pelajaran bahasa Bali Werdhi Sastra untuk siswa SD banyak memiliki kelemahan dan kesalahan; dan terkait dengan hal ini guru-guru SD harus cermat dalam memilih serta mengembangkan materi ajar. Rencana kami untuk mengadakan pengabdian ini mendapat sambutan positif dari Ka-UPP kecamatan Buleleng. Sebagai tindak lanjutnya, kami mengundang para guru-guru SD untuk mengikuti pelatihan dan pengembangan materi pelajaran bahasa Bali. Dengan demikian, objek pengabdian kami ini adalah para guru bahasa Bali tingkat sekolah dasar di kecamatan Buleleng yang jumlahnya 50 orang.
15
Pelaksanaan pengabdian ini dapat dipaparkan sebagai berikut. Pertama, pembukaan, menyanyikan lagu Indonesia Raya, doa, laporan ketua panitia, sambutan dekan, sanck, presentasi makalah tentang kebijakan dan arah pelaksanaan Kurikulum Bahasa Bali 2013 oleh Prof. Dr. I Nengah Martha, M.Pd. Setelah itu, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, terakhir baru masuk ke dalam kelompok yakni praktik menyusun RPP yang disertai dengan pemilihan dan pengembangan materi ajar. Sekali lagi bahwa materi yang diberikan sama sekali belum dimiliki oleh para guru. Padahal materi itu merupakan satu-kesatuan dengan Keputusan Gubernur Bali Nomor 20 Tahun 2013 tentang Bahasa, Aksara dan Sastra Daerah Bali pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
3.1.3 KHALAYAK SASARAN Pelatihan ini menyasar guru-guru bahasa Bali tingkat Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Buleleng dengan jumlah peserta maksimal 50 orang dari 87 sekolah dasar yang ada di kecamatan Buleleng. Setelah pelatihan, para guru diharapkan dapat merancang, memilih, mengembangkan, dan menyusun RPP berorientasi pendidikan karakter untuk kebutuhan sekolahnya. Di samping itu, para peserta pelatihan dapat menjadi motor penggerak bagi teman-temannya di sekolah dan juga sebagai katalisator dalam membangkitkan suasana pembelajaran yang inovatif, lebih-lebih ada kesan pelajaran bahasa Bali sangat sulit, kurang menarik, dan dipandang dengan sebelah mata oleh para siswa.
3.1.4 Rancangan Evaluasi Untuk
mengetahui
keberhasilan
pelaksanaan
pengabdian
ini,
tim
menggunakan model evaluasi berupa penilaian terhadap hasil karya analisis materi pelajaran
dan
penilaian
terhadap
pengembangan
materi
pelajaran
yang
menggunakan indikator di antaranya materi itu harus mencerminkan tuntutan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa siswa, sikap positif, pengetahuan, penghargaan akan sesuatu, kerja sama, kejujuran, dll. Dengan kata lain, jangkauan materi itu mencakup keberimbangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang didukung oleh indikator pendidikan karakter, ketepatan kompetensi dasar dan kesesuaian dengan tema. Selanjutnya, karya mereka yang terkumpul dinilai oleh
16
tim P2M. Di samping itu digunakan juga angket untuk mengetahui repons para guru terhadap urgensi, efektivitas, kebermanfaatan pengabdian, serta harapan dan masukan-masukannya. Materi angket berkaitan dengan (1) kegiatan sejenis yang pernah diikuti selama ini, kapan, di mana; (2) manfaat yang diperolah dari kegiatan ini; (3) pendapat tentang kerelevanan materi dengan kebutuhannya; (4) hal mendasar yang diperlukan psrs guru terkait dengan Kurikulum 2013; dan (5) pendapat, masukan, kritik, saran terkait dengan kegiatan yang lebih bagus dan efektif ke depan.
17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pelatihan Pelatihan ini dilaksanakan selama 2 hari yakni pada hari Kamis, 7 Agustus 2014, mulai pk 08.30 sampai pk 13.30 Wita yang bertempat di Ruang Seminar lantai 2 Fakultas Bahasa dan Seni Kampus Bawah Undiksha, Singaraja dan hari berikutnya bimbingan ke sekolah-sekolah secara perwakilan. Jumlah peserta 51 orang dari guru-guru SD di kecamatan Buleleng dengan melibatkan 15 orang mahasiswa, dan 4 orang panitia pelaksana. Selanjutnya, para guru diharapkan melanjutkan pelatihan ini di rumah masing-masing berdasarkan informasi yang dilakukan selama pelatihan. Setelah pembukaan oleh pewara dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, doa, dan laporan ketua panitia. Kegiatan yang berupa pelatihan ini dibuka oleh Dekan FBS UNDIKSHA dengan diawali sebuah sambutan yang menarik. Dekan menegaskan bahwa pada prinsipnya pengajaran bahasa Bali saat ini hampir sama seperti pengajaran bahasa Inggris. Pengajaran bahasa Inggris sebenarnya sangat menyenangkan bagi siswa karena siswa diajak secara langsung belajar lewat menyanyi, berhitung, berkomunikasi sehingga sangat menyenangkan siswa, kemampuan dan nilai yang diperoleh pun lebih bagus dibandingkan dengan bahasa Indonesia apalagi dibandingkan dengan bahasa Bali. Pengajaran bahasa Bali sangat kurang menarik sehingga siswa pun menjadi bosan dan sesuatu yang dipelajari siswa kurang bermanfaat bagi kehidupannya dan dewasa ini ada keprihatinan yang mendalam terhadap penguasaan berbahasa Bali para remaja. Oleh karena itu, guru perlu merancang bagaimana memilih dan mengembangkan materi pengajaran bahasa Bali yang betul-betul menyenangkan dan dekat dengan siswa bukan diberikan struktur-struktur bahasa yang kering yang belum ada gunanya. Mereka diajak bernyanyi kemudian dari nyanyian ini dibahas arti katakatanya atau kalimat yang ada pada lagu-lagu itu. Kenyataan yang menyedihkan adalah nilai bahasa Bali siswa lebih kecil daripada nilai mata pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Inilah tantangan bagi guru-guru bahasa Bali di SD. Mereka harus mampu mengemas materi pelajaran, meskipun kita tahu bahwa
18
keberhasilan sebuah pengajaran tidak semata-mata ditentukan oleh pilihan materi pelajaran. Akan tetapi, materi pelajaran merupakan bekal bagi siswa dalam menunjang komunikasinya dalam berbagai konteks kehidupan. Selanjutnya,
presentasi
dari
narasumber
yang
menyoal
tentang
keprihatinannya terhadap pengajaran bahasa Bali yang dipandang dengan sebelah mata oleh pihak-pihak berwenang. Artinya, bahasa Bali perlu diajarkan sebagai alat komuniksi di daerah dan yang lebih penting sebagai upaya pelestarian unsur-unsur budaya daerah sehingga perlu diwariskan lewat pembelajaran secara formal, namun di sisi lain guru-guru yang mengajarkan bahasa Bali sebagaian besar berasal dari guru-guru agama. Artinya, guru-guru bahasa Bali yang berbesik bahasa Bali sangat sedikit karena sangat jarang dilakukan pengangkatan guru-guru bahasa Bali. Ini yang penting dilakukan yakni mengangkat guru-guru bahasa Bali. Di samping itu, kurikulum, silabus, dan buku-buku pelajaran untuk menunjang pengajaran bahasa Bali belum ada pihak-pihak yang peduli. Sampai sekarang, setelah setahun Kurikulum 2013 berlaku, ternyata guru-guru SD belum memegang Pergub Bali No 20 Tahun 2013 tentang Bahasa, Aksara dan Sastra Daerah Bali pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Padahal ini sudah ada di internet. Itu artinya, informasi atau bahan yang terkait dengan petunjuk pengajaran bahasa Bali di sekolah dasar maupun menengah sudah ada namun belum ada pihak yang berusaha mencari tahu atau menyebarluaskan terutama bagi kalangan guru-guru SD. Hal ini sangat jelas terbukti setelah diberikan materi oleh nara sumber, mereka baru pertama kali mengetahui Kompetensi Inti, kompetensi Dasar untuk pengajaran bahasa Bali meskipun itu diadaptasikan dari pengajaran bahasa Indonesia. Pemilihan dan pengembangan materi pengajaran adalah salah satu komponen penting di dalam persiapan pengajaran sebab bagaimanapun hebatnya seseorang mengajar dia tidak bisa lepas dari materi pelajaran. Oleh karena itu, pemilihan materi dan pengembangan materi pelajaran harus mendapat perhatian yang serius apalagi ada buku-buku penunjang yang susunan materinya sangat mencemaskan, terdapat banyak kesalahan teknis sehingga perlu dikritisi atau dicermati. Hal-hal penting yang harus diperhatikan guru dalam penyusunan RPP adalah bahwa ada format dari pusat yang perlu dicermati. Menurut nara sumber,
19
sesungguhnya penyusunan RPP sangat mudah karena mata pelajaran yang bersifat nasional buku-bukunya sudah disiapkan dan isinya sangat lengkap sampai rubrik penilaian. Oleh karena itu, sebenarnya RPP tidak perlu dibuat. Sekarang ini RPP dibuat karena kebutuhan administrasi. Dalam penyusunan RPP, ada empat Kompetensi Inti (KI) yang keempatnya harus ditulis lengkap, kemudian berdasarkan tema dipilih Kompetensi Dasar (KD) yang relevan, indikator dikembangkan dari KD selanjutnya tujuan dikembangkan dari indikator. Kedua yang terakhir ini (indikator dan tujuan) sejalan. Materi dan metode sejalan pula dengan tujuan dan indikator. Lalu, dalam penerapannya, apapun yang diajarkan hendaknya memberikan kemungkinan siswa dapat berkomunikasi dan memahami komunikasi yang dilakukan. Materi pelajaran bahasa Bali merupakan materi penunjang kearifan lokal. Dalam hal ini, pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang menjadi vokus materi senantiasa dikaitkan dengan nilai-nilai yang berkaitan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan yang berwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya
dan
adat-istiadat.
Dengan
demikian,
penekanan
pemilihan
dan
pengembangan materi pembelajaran bahasa Bali mengacu pada kaidah-kaidah pendidikann karakter. Sebelum pelatihan diakhiri, panitia menyebarkan angket kepada guru-guru untuk mengetahui responnya terhadap kegiatan yang diselenggarakan.
Secara
umum (85%) guru mengatakan bahwa mereka belum pernah mengikuti pelatihan yang sejenis ini; 90% mengatakan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat dan materi yang diberikan sangat bagus; 85% mereka mengatakan bahwa hal mendasar yang diperlukan adalah kurikulum (silabus, RPP, buku pelajaran bahasa Bali sebagai sumber bahan ajar, kalau bisa dosen Undiksha yang menyediakan); dan secara umum (99%) mereka sangat senang dengan diselenggarakannya kegiatan ini dan berharap kegiatan seperti ini ke depan lebih sering dilakukan karena guru-guru bahasa Bali sangat kurang mendapat sentuhan-sentuhan yang berupa pelatihan. Sebuah pengakuan jujur yang harus mendapat perhatian serius.
20
4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pelatihan di atas, guru-guru bahasa Bali secara umum berasal dari guru-guru agama Hindu. Mereka sangat antusias mengikuti kegiatan pelatihan. Para guru sangat disiplin datang pagi-pagi, pk 08.00 sudah mencapai 80% mengisi daftar hadir dan ketika acara dimulai sesuai undangan mereka yang hadir pun 100%, luar biasa. Motivasi mereka cukup tinggi. Sangat jarang sebuah kegiatan dihadiri oleh 100% undangan, bahkan kegiatan ini dihadiri oleh 101% peserta termasuk Ka-UPP juga hadir. Keantusiasan para guru mengikuti kegiatan pelatihan ini sangat beralasan. Yang pertama, mereka mempunyai latar belakang kompetensi yang berbeda yakni kompetensi agama Hindu. Keahlian dalam hal agama dan bahasa tentu sangat jauh berbeda alias kurang ada hubungan secara signifikan. Jika kaidah materi pembelajaran bahasa Bali dikaitkan dengan bahasa Indonesia tentu masih ada kaitannya. Dengan demikian, guru-guru bahasa Bali yang notabene berasal dari guru agama maka mereka harus mengapdate pengetahuannya lewat pelatihan. Kedua, hal ini sejalan dengan perubahan kurikulum baru. Dari pelatihan ini mereka mendapatkan penyegaran dan dibukakan wawasan terkait dengan Kurikulum 2013. Kondisi ini dapat dimengerti karena pada umumnya mereka sangat jarang mendapat kesempatan seperti ini. Ketiga, ada beberapa guru atau kepala sekolah yang harus mengajar 6 jam dan mata pelajaran yang diajarkan adalah mata pelajaran bahasa Bali (guru lain tidak mau memegang mata pelajaran bahasa Bali), padahal para kepala sekolah sudah terlalu lama tidak mengampu mata pelajaran bahasa Bali. Hal ini betul-betul sangat memprihatinkan. Di era sedang giat-giatnya dilakukan upaya peningkatan kualitas pendidikan dengan berbagai cara, di sisi lain kenyataan yang terjadi sangat paradoks. Bila dicermati pedoman dalam Pergub Bali No 20 Tahun 2013, KI dan KD yang ada sesungguhnya diadaptasikan dari bahasa Indonesia. Daripada tidak ada sama sekali
lebih baik ada pedoman meskipun memiliki kekurangan atau
kelemahan. Para guru pun merasa sangat beruntung karena mereka baru mendapatkan pedoman untuk pengembangan materi. Kemunculan Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran yang bersifat nasional, (IPS, IPA, Bahasa Indonesia,...) sesungguhnya memudahkan guru untuk menyusun silabus atau RPP karena
21
semuanya sudah tersedia. Guru tinggal memindahkan saja atau mencopot-copot berdasarkan pedoman, misal: KI harus disalin semua, KD disesuaikan dengan tema dan pertemuan, indikator dikaitkan dengan KD, dan tujuan dikaitkan dengan indikator, dan seterusnya. Buku pelajaran sudah memuat secara lengkapdengan petunjuk-petunjuknya. Guru tinggal mempelajari materi secara mendalami agar lebih memahami sehingga jelas dan pasti dalam pelaksanaannya. Keantusian para guru mengikuti pelatihan perlu diapresiasi, melalui angket secara tegas mereka sangat berharap kegiatan seperti ini jangan hanya satu kali saja dilakukan tetapi dilanjutkan pada topik-topik yang lain sehingga wawasan guruguru bahasa Bali semakin bertambah dan terbuka. Yang lebih penting harapan guru-guru adalah mereka mengajar dan mempersiapkan materi dengan susah payah. Di balik itu mestinya kerja keras mereka diakui. Guru-guru yang non bahasa Bali mengajarkan bahasa Bali tidak mendapat pengakuan. Hal ini akan sangat berisiko terhadap eksistensi bahasa Bali ke depan. Pemerintah hendaknya senantiasa memerhatikan dengan melengkapi sarana prasarana pembelajaran dan ini perlu uluran tangan pemerintah daerah baik dalam hal sosialisasi maupun pengadaan buku-buku pelajaran, termasuk juga penajaman pengetahuan guru melalui berbagai pelatihan.
22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN 5.1 Kesimpulan Pengabdian masyarakat dengan dana DIPA dlaksanakan dalam bentuk pelatihan pembuatan RPP dengan penekanan pada pemilihan dan pengembangan materi pelajaran bahasa Bali untuk guru-guru sekolaha dasar di kecamatan Buleleng dengan berorientasi pada pendidikan karakter. Dari pelaksanaan pelatihan ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. 1. Selama ini guru-guru bahasa Bali di SD kecamatan Buleleng sama sekali belum mendapatkan sosialisasi tentang kurikulum 2013 dan baru kali ini tahu tataan perangkat kurikulum SD yang memuat kompetensi isi (KI) dan kompetensi dasar (KD) yang dapat dikembangkan dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) termasuk juga pemilihan dan pengembangan materi pembelajaran berorientasi pendidikan karakter. 2. Pemilihan dan pengembangan materi pelajaran merupakan hal penting yang harus dilakukan dalam mengantisipasi berbagai ragam materi pelajaran yang ada dari berbagai sumber yang kurang autentik. 3. Sarana-prasarana pembelajaran untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013, termasuk juga pelatihan untuk guru-guru bahasa Bali dirasakan sangat kurang. 5.2 Saran-Saran Sehubungan dengan simpulan di atas, saran-saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut. 1.
Kegiatan pengabdian yang sifatnya memberikan pencerahan kepada guru-guru, lebih-lebih guru-guru bahasa Bali tingkat sekolah dasar seharusnya diberikan perhatian lebih karena mata pelajaran bahasa Bali sebagian besar diampu oleh guru-gur nonbahasa Bali.
2.
Dalam hal pemilihan dan pengembangan materi pelajaran bahasa Bali, guruguru harus kritis dan cermat serta lebih sering berkolaborasi dengan temanteman sejawat.
3.
Kurikulum 2013 merupakan sesuatu yang baru, oleh karena itu pemerintah daerah harus turun tangan melengkapi sarana prasarana sebagai penunjangnya
23
DAFTAR PUSTAKA
Aunillah, Nurul Isna, 2010. Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Laksana. Gubernur Bali. 2013. Peraturan Gubernur Bali Nomor 20 Tahun 2013 tentang Bahasa, Aksara dan sastra Daerah Bali pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Denpasar: Pemprov Bali. Merdhana, I Nyoman. 1986. Analisis Buku Teks. Singaraja: FKIP UNUD. Santyasa, I Wayan. 2011. Pembelajaran Inovatif. Buku Ajar. Singaraja: UNDIKSHA. Sriasih. Sang Ayu Putu. 2012. Telaah Buku Teks. Buku Ajar. Singaraja: UNDIKSHA. Sriasih. Sang Ayu Putu. 2012. Eksistensi Kekawin Nitisastra sebagai Sumber Materi Pembelajaran Sastra Berbasis Karakter. Makalah: disajikan dalam Seminar Nasional Jurusan Pendidikan bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Ganesha, 9-10 Juni. Sumardi. 2000. Buku Pelajaran Bahasa Indonesia SD ‘sebagai Sarana Pengembangan Kepribadian, Penalaran, Kreativitas, dan Keterampilan Berkomunikasi Anak‟. Jakarta: Grasindo. Suyono dan Muslich, M. 1996. Panduan Pengajaran Bahasa Indonesia. Malang: YA 3 Malang. Tarigan, Henry Guntur danTarigan Djago. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa. Undiksha. 2013. Buku Panduan: Kegiatan Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat.
24
LAMPIRAN-LAMPIRAN SUSUNAN ACARA Pelatihan Pemilihan dan Pengembangan Materi Pelajaran Bahasa Bali Berorientasi Pendidikan Karakter pada Guru- Guru Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Buleleng
1.
08-00-08-30
Presensi
2.
08.30-08.35
Pembukaan
3.
08.35-08.40
Menyanyikan Indonesia Raya
4.
08.40-08.45
Doa
5.
08.45-08.50
Laporan ketua panitia
6.
08.50-09.10
Sambutan Dekan FBS sekaligus membuka acara
7.
09.10-09.30
Snak
8.
09.30-10.30
Presentasi dan tanya-jawab
9.
10.30 -13.00 Pelatihan Pemilihan dan Pengembangan Materi Pelajaran Bahasa Bali melalui penyusunan RPP
10. 13.00-13.30
Penilaian dan Komentar
11. 13.30-14.30
Penutupan
25
LAMPIRAN 2
Angket untuk Guru dalam Pelaksanaan P2M (7-8-2014) A. Mohon dijawab sesuai petunjuk setiap no. untuk penyempurnaan P2M ke depan! 1. Apakah
Ibu/Bapak pernah mengikuti kegiatan seperti ini? Jika pernah,
kapan dan di mana? Jelaskan jawaban Ibu/Bapak! 2. Menurut Ibu/Bapak, apakah kegiatan ini cukup memberikan manfaat? Jika ya terhadap siapa saja manfaat ini? Jelaskan jawaban Anda! 3. Dari pelatihan ini, Jelaskan manfaat yang Ibu/Bapak rasakan! 4. Bagaimana pendapat Ibu/Bapak tentang sajian materi oleh nara sumber? 5. Dalam pembelajaran Bhs Bali terkait Kurikulum 2013, apa hal mendasar yang sangat Ibu/Bapak perlukan? jelaskan 6. Berikan pendapat, masukan, kritik, dan saran yang positif
terkait
pelaksanaan kegiatan ini sehingga kegiatan yang sejenis ke depan dapat dilaksanakan lebih bagus!
Dokumentasi Kegiatan:
26
Dokumentasi Pelatihan Pemilihan dan Penembangan Materi....
Pengantar Pembukaan Pelatihan oleh Pewara....
Ketua Jurusan PBB, Dekan FBS, dan Ketua Panitia Pelaksana....
27
Laporan ketua Panitia....
Sambutan Dekan FBS sekaligus membuka pelatihan .... 28
Moderator memandu sie presentasi materi dan tanya jawab....
Pemaparan Materi Pelatihan oleh Nara sumberNara Sumber ....
29
Peserta sangat antusias menyimak....
30
Sie pelatihan..., peserta serius berdiskusi.....
31
Panitia dan Tim Sukses P2M
32