ABDUL GHOFUR, SKM, M.Kes (EPID) 06.01.067401. DR. TUTI SUPARYATI, M. KES NIDN 06.02.096.701 “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT SCABIES PADA SANTRI PONDOK PESANTREN”. ABSTRAK Scabies merupakan suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei. Scabies dapat menginvasi kulit pada manusia dan menyebabkan kudis sarkoptik. Adapun faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit scabies pada santri yaitu: Air, Hygiene perseorangan, Kepadatan hunian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor air, hygiene perseorangan, dan kepadatan hunian terhadap penyakit scabies pada santri di Pondok Pesantren Nurul Huda di Simbang Kulon Kabupaten Pekalongan. Jenis penelitian ini adalah Observasi analitik yaitu penelitian mencari faktor yang mempengaruhi penyakit scabies pada santri di Pondok Pesantren Nurul Huda. Hasil yang diperoleh dari penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit scabies pada santri Nurul Huda adalah air diperoleh nilai dari chi kuadrat hitung=0,533 lebih kecil dari chi kuadarat tabel=3,84 maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak ada pengaruh air dengan penyakit Scabies. Hygiene perseorangan diperolah Nilai dari chi kuadrat hitung = 7,4 lebih besar dari chi kuadrat tabel = 5,99 maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada pengaruh Hygiene Perseorangan dengan penyakit Scabies dan kepadatan hunian diperoleh nilai dari chi kuadrat hitung = 19,2 lebih besar dari chi kuadrat tabel =3,84 maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada pengaruh Kepadatan Hunian dengan penyakit Scabies. Dari 30 sampel yang diperiksa sebanyak 3 sampel (10%) positif scabies dan sebanyak 27 sampel (90%) negatif scabies. Kesimpulan dari penelitian ini dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit scabies pada santri di Pondok Pesantren Nurul Huda adalah air berdasarkan hasil perhitungan statistik. Saran kepada Pondok Pesantren Nurul Huda adalah para santri pondok pesantren Nurul Huda Simbang Kulon Kabupaten Pekalongan diharapkan bisa menjaga kebersihan kolam dan sanitasi air dengan membersihkan kolam secara rutin dan teratur.
Kata Kunci : Scabies, Santri, Pondok Pesantren
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pesantren atau Pondok Pesantren merupakan lembaga yang mengiringi dakwah Islamiyah. Di Indonesia memiliki presepsi yang plural dan memiliki karakteristik masing – masing yang berlainan. Dalam pemakaian sehari-hari, istilah pesantren bisa disebut dengan pondok saja atau kedua kata ini digabung menjadi pondok pesantren. Suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh
serta diakui di sekitar
masyarakat, dimana para santri menerima ilmu agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari leadership seseorang atau beberapa kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta indenpenden dalam segala hal.1 Pendidikan di pondok pesantren bertujuan untuk memperdalam pengetahuan tentang Al-quran dan Sunah Rosul dengan mempelajari bahasa Arab dan kaidah tata bahasa Arab sebagai institusisosial, pesantren menekankan nilai-nilai dari kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian dan pengendalian diri. Para santri dipisahkan dari orang tua dan keluarganya, agar dapat meningkatkan hubungan dengan kyai dan Tuhan.2 Selama berpisah dengan orang tua maka santri akan tinggal bersama dengan teman-teman, kehidupan di pesantren akan menghadapi berbagai macam masalah seperti pemeliharaan kebersihan yaitu kebersihan kulit,
kebersihan
tangan,
kebarsihan
kuku,
kebersihan genitalia, kebersihan
lingkungan serta kebersihan pakaian.3 Berdasarkan
Pengamatan kondisi Lingkungan Pondok Pesantren
Nurul Huda Perilaku hidup bersih dan sehat terutama kebersihan seseorang di pondok pesantren pada umumnya kurang mendapat perhatian dari santri. Tinggal bersama dengan sekelompok orang seperti di pesantren memang berisiko mudah tertular berbagai penyakit kulit, khususnya penyakit Scabies. Sebagian pesantren hidup dalam lingkungan kumuh, tempat mandi yang kotor, lingkungan yang lembab dan sanitasi yang buruk.4 Scabies disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei infestasi tungau ini mudah menyebar dari orang ke orang melalui kontak fisik dan sering menyerang seluruh penghuni dalam satu rumah. Tungau ini ukuranya sangat kecil, sehingga tungau ini tidak bisa dilihat dengan mata telanjang dan sering menular di antara orang-orang yang tidur bersama. Kadang tungau ditularkan
melalui
pakaian, seprei dan benda-benda lainnya
yang
digunakan secara bersama-sama. Masa hidupnya hanya sebentar, dengan pencucian biasa dapat menghilangkan tungau ini. Tungau membuat terowongan di bawah lapisan kulit paling atas dan menyimpan telurnya dalam lubang
beberapa hari
kemudin akan menetaskan tungau muda (larva).
Infeksi ini menyebabkan gatal-gatal hebat, menggaruk-garuk bagian yang terserang. Biasanya akan timbul bintik-bintik (rash). Meski hanya beberapa tungau yang menginfestasi tubuh.5
Berdasarkan
pemaparan
di
atas, Penulis tertarik melakukan
penelitian tentang “Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyakit Scabies pada Santri di Pondok Pesantren Nurul Huda Simbang Kulon Kabupaten Pekalongan”.
B. Rumusan masalah “ Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penyakit Scabies pada Santri di Pondok Pesantren Nurul Huda Simbang Kulon Kabupaten Pekalongan? ”
C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui Faktor-faktor penyakit Scabies pada santri di Pondok Pesantren Nurul Huda Simbang Kulon. 2. Tujuan khusus Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor air , hygine perseorangan, dan kepadatan hunian terhadap kejadian scabies pada santri di Pondok Pesantren Nurul Huda Simbang Kulon.
D. Manfaat penelitian 1. Bagi Penulis Menambah
wawasan
ilmu
pengetahuan
dan
ketrampilan
dalam
pengambilan sampel, pemeriksaan sampel dan identifikasi sampel secara mandiri.
2. Bagi Masyarakat Untuk memberikan informasi
kepada masyarakat dan santri tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit scabies.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Scabies 1. Pengertian Scabies Scabies merupakan
suatu penyakit yang banyak
terdapat di
negara kita, terutama dikenal pada masa penduduk tentara jepang, sering disebut juga Penyakit Prajurit Jepang atau “PPJ”. Di Indonesia
scabies sering disebut penyakit kudis ( Jawa Timur ),
penyakit gudik ( Jawa Tengah ), budug ( Jawa Barat ), kubusu ( Sulawesi Selatan ) atau disebut juga agogo ( disko ). 5 Scabies adalah suatu infestasi tungau Sarcoptes scabiei. Famili Sarcoptidae juga merupakan salah satu famili yang penting di bidang kedokteran karena tungau ini dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia. Sarcoptes scabiei juga dikenal dengan nama tungau gatal-gatal pada manusi (human itch mite) dapat menginfeksi kulit pada manusia, dan menyebabkan kudis sarkoptik.6 2. Klasifikasi Scabies Super famili : Sarcoptes Phylum
: Arthropoda
Class
: Arachnida
Sub class
: Acari (Acarina)
Ordo
: Astigmata
Familia
: Sarcoptidae
Genus
: Sarcoptes scabiei.7
3. Morfologi dan Siklus Hidup a. Morfologi Sarcoptes scabiei memiliki: 1) Badan berupa kapitulum anterodorsal, mempunyai empat pasang kaki yang segmenya pendek. 2) Jantan berukuran 150-200 3) Betina berukuran 300-350 4) Jantan mempunyai kaki 1 dan 2 disebut ambulakra, kaki 3 disebut bulu cambuk, kaki 4 ambulakra. 5) Betina mempunyai kaki 1 dan 2 disebut ambulakra, kaki 3 dan 4 disebut bulu cambuk. 6) Alat mulut terdiri dari selisere yang bergigi dan palpi menjadi satu dengan hypostom. 7) Stadium dewasa mempunyai 4 pasang kaki, yang 2 pasang ke depan dan 2 pasang menghadap ke belakang.8
Ambulakra
Bulu Cambuk
Gambar 2.1 Sarcoptes scabiei.8 b. Siklus Hidup Sarcoptes scabiei jantan mati dan
setelah melakukan
perkawinan
yang
betina hamil mencari tempat untuk meletakkan
telurnya di stratum korneum dari kulit dengan membuat terowongan sambil meletakkan telur 4-5 butir sehari sampai selesai 40-50 butir. Dalam waktu 5 hari, telur akan menetas dan keluar larva dengan 3 pasang kaki. Larva ini akan meneruskan membuat terowongan baru atau menembus dan mencari jalan keluar, lalu terjadi 2 stadium nimfa, menjadi dewasa. Siklus hidup berlangsung 8-17 hari dan tungau betina dapat hidup 2-3 minggu bahkan mencapai 1 bulan.9
Gambar 2.2 Siklus hidup Sarcoptes scabiei.9 4. Cara Penularan Scabies dapat ditularkan secara langsung dan tidak langsung. a. Secara langsung misalnya: kulit dengan kulit, berjabat tangan, tidur bersama. b. Tidak langsung misalnya: melalui benda seperti pakaian, handuk, sprei dan bantal.10 5. Epidemiologi Scabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Di beberapa negara berkembang prevalensi scabies sekitar 6%-27% populasi umum cenderung tinggi pada anak serta remaja. Penyakit ini ditemukan kosmopilit dan di Indonesia banyak terdapat di kampung-kampung, di rumah penjara dan di pondok pesantren yang kurang terjaga kebersihannya. Penyakit scabies dapat terjadi pada satu keluarga, tetangga yang berdekatan, bahkan bisa jadi di seluruh kampung.10
6. Gejala Klinik Gejala yang ditimbulkan oleh S.scabiei adalah gatal-gatal terutama malam hari yang disebut priritus nokturna yang mengganggu tidur. Gatal ini disebabkan sensitasi terhadap ekskret dan sekret tungau setelah terinfestasi selama 1 bulan dan didahului dengan timbulnya bintik-bintik merah.
Gambar 2.3. Tempat-tempat Scabies.9 Tempat yang sering dikenai adalah stratum kornium yang tipis seperti pergelangan tangan, sela jari, siku bagian luar, ketiak, umbilikus, daerah gluetus, genital, eksterna pada laki-laki dan areola mammae pada wanita.
Pada bayi dapat mengenai telapak tangan dan telapak kaki. Pada tempat predileksi dapat ditemukan terowongan berwarna putih abu-abu dengan panjang rata-rata 1cm, berbentuk lurus atau berkelok-kelok. Di ujung terowongan dapat ditemukan vesikel atau papel kecil. Terowongan ini bisa ditemukan jika belum terjadi infeksi sekunder. 9 7. Patogenitas Kelainan kulit disebabkan tungau Sarcoptes scabiei dapat menimbulkan gatal akibat garukan terhadap sekret dan ekskret pada kulit. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukan papul dan vesikel. Garukan dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan epitel, krusta dan infeksi skunder.9
Gambar 2.4. Scabies.9
8. Pencegahan dan Pengobatan a. Pencegahan 1) Untuk mencegah penularan penyakit scabies, semua pakaian, alas tidur dan alas bantal yang pernah digunakan oleh penderita harus dicuci secara teratur minimal 2 kali dalam seminggu. 2) Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain. 3) Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi yang cukup. 4) Penderita sebagai sumber infeksi harus diobati dengan sempurna. 5) Hindari kontak dengan penderita, baik manusia maupun hewan peliharaannya. 6) Selalu menjaga kebersihan badan dengan mandi dua kali sehari dengan sabun secara teratur dan mencuci tangan setelah bersalaman. 7) Tempat tidur harus dibersihkan dengan baik dan disemprot dengan ascarisida.7 b. Pengobatan 1) Untuk stadium larva, nimfa dan dewasa pengobatan yang efektif adalah preparat sulfur presipilatum 5-10% selama 3 hari. Obat lain yang efektif untuk semua stadium adalah gamma benzene heksaklorida tapi bersifat neurotoksik, hingga tidak digunakan untuk anak di bawah 6 tahun, obat lain yang efektif adalah benzilbenzoat 20-25% dan krotamiton, tapi obat ini relatif mahal.9
2) Diberi antibiotik sejenis penicillin intravena (melalu pembuluh darah), yaitu clocxacillin, diclocacillin atau cephalexin.
Jika
penykit ini diketahui lebih dini, bisa diberikan sediaan per-oral (melalui mulut). Pengobatan dilakukan selama 10 hari dan penyembuhan dicapai dalam waktu 5-7 hari. Untuk mencegah dehidrasi diberikan cairan melalui infus. Kulit dirawat secara hatihati, sama halnya seperti menangani kulit yang mengalami luka bakar.9
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit Scabies a. Faktor Internal 1. Hygine perseorangan Hygine perseorangan merupakan cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan, kebersihan perorangan. Seperti mandi dan mencuci pakaian. 2. Perilaku Perilaku adalah tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. 11 b. Faktor Eksternal 1. Lingkungan Sebagian pesantren tumbuh dalam lingkungan yang kumuh, tempat mandi dan WC yang kotor, lingkungan lembab dan sanitasi buruk. Kebersihan lingkungan meliputi kebersihan tempat tinggal, sarana umum dan tempat bekerja.
2. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. 3. Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. 4. Air Air merupakan zat yang memiliki peranan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dalam melakukan aktivitasnya seharihari. 5. Kepadatan Hunian Kepadatan Hunian
sangat berpengaruh terhadap kesehatan
dan menyebabkan peningkatan suhu ruangan yang disebabkan oleh pengeluaran panas badan yang meningkatan kelembaban akibat uap air dari pernafasan manusia. Menurut ketentuan WHO luas kepadatan hunian untuk kamar tidur adalah 9m 3 /orang.12
C. Kerangka Teori Scabies merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei. Penyakit ini mengakibatkan gatal-gatal pada kulit manusia dan menyebabkan kudis sarkoptik. Scabies dapat terjadi pada santri, di pondok pesantren yang kurang terjaga kebersihanya. Adapun faktor yang mempengaruhi penyakit scabies yaitu: faktor internal yaitu hygiene perseorangan dan perilaku, sedangkan faktor eksternal yang terdiri dari lingkungan, budaya, sosial ekonomi, air dan kepadatan hunian. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengidentifikasi penyakit scabies pada santri di Pondok Pesantren Nurul Huda Simbang Kulon. Sehingga tersusun kerangka teori sebagai berikut:
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit Scabies
Internal
Eksternal
1. Hygine perseorangan 2. Perilaku
1. 2. 3. 4. 5.
Lingkungan Budaya Sosial Ekonomi Air Kepadatan hunian
Sarcoptes Scabiei Pemeriksaan Laboratorium Secara Mikroskospik Scabies
Gambar 2.5. Kerangka Teori
Cara Penularan Langsung : Kulit dengan kulit misalnya : jabat tangan, tidur bersama. Tidak Langsung : Melalui benda, misalnya : pakaian, handuk, sprei, bantal.
D. Kerangka Konsep Karena penelitian ini bersifat observasi analitik, yaitu penelitian yang mencari faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit scabies pada santri di Pondok Pesantren Nurul Huda. Sehingga tersusun kerangka konsep sebagai berikut: Penyakit Scabies
Santri
Variabel Bebas
Variabel Terikat Gambar 2.6. Kerangka Konsep
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Observasi analitik. Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Nurul Huda Simbang Kulon Kabupaten Pekalongan. 2. Pemeriksaan ini dilakukan di laboratorium parasitologi Akademi Analis Kesehatan Pekalongan yang beralamat di Jln. Ade Irma Suryani No. 06 Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan. 3. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Maret sampai April 2014.
C. Populasi dan sampel 1. Populasi Populasi dari penelitian ini adalah santri di Pondok Pesantren Nurul Huda Simbang Kulon Kabupaten Pekalongan yang berjumlah 150 santri. 2. Sampel Sampel pada penelitian ini adalah santri yang dicurigai adanya scabies, dengan teknik pengambilan sampling terhadap 30 responden.
D. Definisi Operasional 1. Santri adalah murid yang belajar di pondok Pesantren Nurul Huda 2. Faktor yang mempengaruhi penyakit scabies meliputi : a. Air adalah air yang digunakan santri dalam melakukan aktivitas di pondok pesantren Nurul Huda. b. Hygiene perseorangan adalah perilaku santri dalam menjaga kebersihan diri selama di Pondok Pesantren Nurul Huda. c. Kepadatan hunian adalah jumlah santri yang berada di kamar Pondok Pesanten Nurul Huda. 3. Kerokan kulit yang diambil dalam penelitian ini adalah kulit yang sudah ditemukan gejala klinis seperti: gatal-gatal pada sela jari dan berair. 4. Pondok pesantren adalah Pesantren Nurul Huda Simbang Kulon yang terletak di Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan.
E. Teknik pengumpulan data 1. Melakukan observasi terhadap tanda gejala scabies pada para santri di Pesantren Nurul Huda Simbang Kulon. 2. Melakukan Sosialisasi tentang penyakit scabies terhadap para santri di Pondok Pesantren Nurul Huda Simbang Kulon Kabupaten Pekalongan. 3. Membagikan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai faktor-faktor yang mempengruhi kejadian scabies, dimana para santri akan mengisi pertanyaan yang telah dicantumkan. Dengan tujuan sebagai dasar indikator penelitian untuk mempermudah dalam melakukan pemeriksaan. 4. Melakukan pengambilan sampel terhadap gejala scabies.
5. Melakukan pemeriksaan di laboratorium parasitologi Akademi Analis kesehatan Pekalongan untuk mengidentifikasi adanya S.scabiei secara mikroskopik untuk melihat ada tidaknya tungau yang disebabkan oleh scabies.
F. Analisis data Setelah data dikumpulkan, ditabulasi dan dianalisis menggunakan SPSS versi 17.0.
G. Alat dan bahan 1. Alat a. Mikroskop b. Skalpel c. Pipet d. Handscoon e. Obyek glass f. Deck glass 2. Bahan a. Kerokan kulit b. Larutan KOH10% c. Kapas Alkohol 70%
H. Prosedur pembuatan KOH 10% 1. Ditimbang 10g KOH menggunakan neraca mekanik 2. Di masukkan kedalam beker glass
3. Kemudian di tambahkan 100ml aquades.
I.
Prosedur Pemeriksaan 1. Menggunakan kerokan kulit a. Bersihkan kulit yang akan dikerok dengan kapas alkohol 70% untuk menghilangkan lemak, debu dan kotoran. b. Kerok dari bagian kulit di sekitar papula yang lama maupun yang baru. Dengan menggunakan skapel harus miring membentuk sudut 45 0 dari arah atas ke bawah. c. Hasil kerokan diletakkan diatas kaca obyek dan ditetesi dengan KOH 10% diamkan selama 10 menit d. Kemudian ditutup dengan deckglass e. Di periksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 10- 40X f. Diagnosis scabies positif jika ditemukan tungau, nimfa, larva, telur, atau kotoran S. Scabiei.
DAFTAR PUSTAKA
1. Qomar, mujamil, 2007, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institudi, jilid II hal 2 – 10, Erlangga Jakarta. 2. Press, Alief, 2004, Restrukturisasi Metodologi Islamic Studies, jilid VIII hal 292, Erlangga Jakarta. 3. Zulkoni, H. Akhsin, 2010,Parasitologi, jilid V hal 136, Mulia Medika Yogyakarta. 4. T. Sembel, Dantje, 2009, Etomologi Kedokteran, jilid IX hal 191, Andi Yogyakarta. 5. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20352/5/chapter%201.pdf. Diakses tanggal 14 Maret 2013 6. T. Sembel, Dantje, 2009, Entomologi, jilid IX hal 191, Andi, Yogyakarta. 7. Safar Rosdiana, 2010, Parasitologi Kedokteran, jilid 20 hal 285 – 286, CV.Yrama Widya, Bandung. 8. Soedarto, 2009, Penyakit Menular di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 9. http://en.wikipedia.org/wiki/file:scabies lifecycle.png 10. Hadidjaja, Pinardi, 2008, Atlas Parasitologi Kedokteran, hal 154, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 11. Wawan, Dewi, 2011, Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia”, Nuha Medika, Yogyakarta. 12. World Healt Organization 1993, Detoksi penyakit Akibat kerja, Kedokteran EGC, Jakarta. 13. Riduan, Adun, Enas, 2011, Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 dan Aplikasi Statistik Penelitian, Alfabeta, Bandung.