Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan,SH,M.Hum,LLM •
• • •
•
•
•
is a Senior Lecturer at Private Law Department of Faculty of Law Universitas Udayana (FL UNUD) Teach business laws and intellectual property rights (IPR) law Participated in IPR course in UTS Sidney and IPR training in Japan Patent Office, Tokyo. Obtained bachelor of law at FL UNUD, master of laws and Doctor of Law at Universitas Diponegoro, and Master of Globalisation and Law at Maastricht University. Experienced organizing institutional and academic programs with foreign partner, including, inter alia, as Project Manager of NPT Nuffic IDN 223 cooperation between FL UNUD and Maastricht University and as an Associate Director of Centre for Commercial Law and Economics in Cooperation with San Fransisco University School of Law. Currently serve as Head of Master of Law at Postgraduate Program Universitas Udayana. Published many publications include; Global Tourism and Environment: Toward Promoting Sustainable Tourism: A Human Rights Perspective (Indonesia Law Review, Year 2 vol 1, January-April 2012), Software Copyright and Electronic Security System: Specific Issues Implementing Software Checker for Legal Writing (Academic Research International, Vol. 5, Number 6, 2014), and Sustainable Tourism and Law (Co-Editor, Eleven International Publisher: 2014).
Banyaknya karya-karya EBT Indonesia diklaim oleh pihak lain yang tidak berhak Tari Pendet, Batik, Reog Ponorogo, Tor-Tor, dll Tidak dimilikinya dokumen sebagai bukti kepemilikan Pasal 38 dan Pasal 40 U.U. No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta RUU PTEBT Penelitian tentang EBT Bali : Satue (Dongeng) Identifikasi Hasil Karya tekstil Tradisional Bali
1.
2.
Bagaimanakah perlindungan hukum atas keberadaan tenun ENDEK sebagai Ekspresi Budaya Tradisional dalam dimensi HKI? Jenis tekstil tradisional apa saja yang dimiliki, diwariskan serta berkembang sebagai wujud “Ekspresi Budaya Tradisional”pada masingmasing Kabupaten di Provinsi Bali?
Pasal 10 U.U. No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (nasional) (Lama) 1.
2.
3.
4.
Negara memegang Hak Cipta atas karya peninggalan prasejarah, sejarah, dan benda budaya nasional lainnya. Negara memegang Hak Cipta atas folklore dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama, seperti cerita rakyat, hikayat, dogeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi dan karya seni lainnya Untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaan tersebut pada Ayat (2), orang yang bukan Warga Negara Indonesia harus terlebih dahulu mendapat izin dari instansi yang terkait dalam masalah tersebut Ketentuan lebih lanjut mengenai Hak Cipta yang dipegang oleh Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini, diatur dengan Peraturan Pemerintah.
U.U. No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (nasional) Pasal 1
Pasal 38 U.U. No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (nasional) (1) Hak Cipta atas ekspresi budaya tradisional dipegang oleh Negara. (2) Negara wajib menginventarisasi, menjaga, dan memelihara ekspresi budaya tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Penggunaan ekspresi budaya tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat pengembannya. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Hak Cipta yang dipegang oleh Negara atas ekspresi budaya tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah..
Pasal 39 U.U. No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (nasional)
Pasal 40 U.U. No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (nasional)
World Intellectual Property Organization (WIPO) WIPO/GRTKF/IC/13/5/(b) Rev. Article 2 (viii) Agreement Establishing the World Intellectual Property Organization, Article 8 (j) Convention on Biological Diversity 1992, WIPO Report on Fact-finding Missions on Intellectual Property and Traditional Knowledge (1998-1999) TRIPs Agreement Article 7 dan Article 27.3 (b) (Dalam TRIPs tidak eksplesit diatur, namun terakomodir)
Ps 1 (1) RUU PT EBT: Pengetahuan Tradisional adalah karya intelektual di bidang pengetahuan dan teknologi yang mengandung unsur karakteristik warisan tradisional yang dihasilkan, dikembangkan, dan dipelihara oleh komunitas atau masyarakat tertentu. Ekspresi Budaya Tradisional : karya intelektual dalam bidang seni, termasuk ekspresi sastra yang mengandung unsur karakteristik warisan tradisional yang dihasilkan, dikembangkan, dan dipelihara oleh komunitas atau masyarakat tertentu .
Ps 2 (1) RUU PT EBT : Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional yang dilindungi mencakup unsur budaya yang: a. disusun, dikembangkan, dipelihara, dan ditransmisikan dalam lingkup tradisi; dan b. memiliki karakteristik khusus yang terintegrasi dengan identitas budaya masyarakat tertentu yang melestarikannya
Pencegahan dan/atau pelarangan terhadap: a. Pemanfaatan yang dilakukan tanpa izin akses pemanfaatan dan perjanjian pemanfaatan oleh orang asing atau badan hukum asing atau badan hukum Indonesia penanaman modal asing; b. Pemanfaatan oleh setiap orang atau badan hukum baik asing maupun Indonesia yang dalam pelaksanaan pemanfaatannya tidak menyebutkan dengan jelas asal wilayah dan komunitas atau masyarakat yang menjadi sumber Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional tersebut
Menteri wajib melakukan pendataan dan pendokumentasian mengenai Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional di seluruh Indonesia. Perguruan tinggi juga dapat melakukan pendokumentasian
IZIN PEMANFAATAN DAN PEMBAGIAN HASIL PEMANFAATAN PS 14 RUU PT EBT
Pihak asing yang ingin memanfaatkan PT dan EBT wajib meminta izin Pihak yang melakukan pemanfaatan wajib membagi sebagian dari hasil pemanfaatan kepada Kustodian Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional. Pembagian hasil pemanfaatan sebagaimana ditentukan berdasarkan kesepakatan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembagian hasil pemanfaatan diatur dengan Peratura Pemerintah.
MODEL
WIPO:
No & Kode pencatatan Kelompok EBT-B Nama Karya Tradisional Pemilik (Kustodian) Nama Orang/Kelompok Sosial yg menginformasikan Persetujuan pencatatan Uraian Sejarah Singkat Karya Tradisional Ciri Khas Dan Keunikan Fungsi, Makna Filosofis Karya Tradisional Masyarakat pendukung Guru Budaya / Maestro Lokasi Karya tradisional Kondisi Karya tradisional Upaya pelestarian Pendokumentasian
Yang diidentifikasi : TENUN IKAT ENDEK TENUN SONGKET KAIN BEBALI CEPUK DAN RANG-RANG NUSA PENIDA
Endek merupakan produk tekstil tradisional unggulan yang berbasis budaya dan kearifan lokal Di Bali keberadaan endek hampir ada di setiap Kabupaten, namun motif dan ragam hiasnya ada sedikit perbedaan. Seluruh Kabupaten menyebutnya dengan nama Kain Endek, Tenun Endek, Tenun Ikat Endek Diproduksi dengan ATBM Bahan Benang Metris, Rayon
Pemilik Kustodian : Masyarakat Tradisional Bali (Krama Bali) Lokasi :
Jembrana : Manis Tutu, Dusun Dauh Waru, Banjar Ngoneng mendoyo Dauh Tukad. Denpasar : Renon, Tohpati, Penatih, Denpasar Timur Bangli : Bangli, Susut Gianyar : Gianyar, Bona, Blahbatuh Kelungkung : Sampalan, Gelgel Karangasem : Sidemen Buleleng : Singaraja, Sinabun
Tenun Endek sudah ada sejak dulu, turun temurun. Fungsi sebagai busana upacara keagamaan atau ritual adat di Bali : kamben (wastra), saput, udeng, selendang Dikembangkan Bintek Disprindag fungsi kain tidak hanya untuk keperluan upacara keagamaan, tapi untuk pakaian seragam, busana fashion, busana pesta, pakaian sehari-hari. Ciri khas : Jembrana Endek Mekepung, Buleleng Endek Singa Ambara Raja, Denpasar Endek Denpasar padupadan dengan Songket dan Bordir
Ciri khas Motif : Ragam Hias Reringgitan Lontar sarana upacara, Flora dan Fauna Motif tradisional :
Motif Cerari, Motif Ornamen Orti Motif Kangkung, Motif Kapu-Kapu, Motif Bunga Motif Bun-Bunan, Motif Kapas, Motif Anggur, Motif Gegeringsingan, Motif Wajik, Motif Patra, Motif Bunga sesongketan, Moif Riris, Motif Anggrek, Motif Pucuk, Motif Patra Wanara, Patra Jatayu, Motif kembang Wayang, Patra punggel, Motif naga sari, Motif barong, Motif Burung, Motif Lumbung, Motif cempaka, Motif Seseh, Motif Gradasi, Motif Bunga Lotus, Motif Dobol, Motif Jepun, Motif Pucuk, Motif Singa, Motif jejumputan, Motif Motif Jalur, Motif Modifikasi
Filosofi: karena banyak berkaitan dengan reringgitan lontar utk upacara keagamaan, tumbuh-tumbuhan menyatukan kesucian hati dalam pelaksanaan upacara adat serta terwujud harmoni dgn lingkungan.
Makna dan Filosofi motif-motif yang tertuang dalam kain Endek tradisional : sebagai rasa syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala anugrah yang berlimpah tumbuh-tumbuhan dan binatang di sekitar kehidupan masyarakat, serta hubungan harmoni dengan flora dan fauna sebagimana prinsip Tri Hita Karana. Banyak berkaitan dengan reringgitan lontar utk upacara keagamaan, tumbuh-tumbuhan menyatukan kesucian hati dalam pelaksanaan upacara adat serta terwujud harmoni dgn lingkungan.
Pendokumentasian format Buku, sehingga khalayak umum dapat mengetahui keberadaan dan kepemilikan karya tradisional tersebut. Sesuatu yang terlihat sederhana, biasa-biasa saja, sudah umum pada masyarakat Bali, namun penting untuk didokumentasikan (Buku) sebagai bukti keberadaan dan kepemilikan Model pendokumentasian dan publikasi yang relevan untuk melindungi kepastian kepemilikan HKI atas karyakarya tradisional masyarakat Bali adalah dengan dokumentasi sesuai standar pendaftaran hak di Dirjen HKI serta standar WIPO
Model pendokumentasiannya sama dengan Endek Songket dibuat dengan alat : CagCag Motif-Motif Songket Bali : Moif Bulan Bintang, Motif Cerari, Motif Pucuk Rejuna, Motif Tomplokan, Motif Tabur, Motif Cangkir, Motif Bintangan, Motif Batik, Motif Loster, Motif jembatan Cinta, Motif Pot dan Bunga, Motif Pale Gunung, Motif Bunga Matahari, Motif Bun-Bunan, Motif Anggur, Motif Punya, Motif Wewintangan, Motif Kapit Yuyu, Motif kala rahu, Motif wayang, Motif Burung merak, Motif Pot Sari, Motif Bade, Motif Wayang, Motif Bulan, Motif Boma, Motif Gada, Motif Lubeng, Motif Barong, Motif Bulan Nyodog, Motif Jaga satru, Motif Naga, Motif lamak, Motif Bulan mekurung, Motif ayam, Moif Bintang, Motif kangkung, Motif Naga, Motif Kerawis Kompyong, Motif Kombinasi, Motif modifikasi
Fungsi Songket : sebagai sarana upacara maupun kepercayaan Fungsinya sekarang berkembang busana fashion, tas, dompet, taplak meja, hiasan dinding Bahan : benang metris, benang sutra, benang banyumas, perak, pewarnaan alam
Kain Bebali erat kaitannya dengan upacara spiritual keagamaan Kain Bebali ditenun oleh prempuan yang sudah tidak menstruasi, makna kesucian untuk fungsi upacara keagamaan, dominan dikaitkan dengan upacacara Manusa Yadnya sebagai sarana pakaian untuk orang yang diupacarai Fungsikesucian, pelindung, kasih sayang, penolak Bala, Penyembuh penyakit, pengendalian diri. Jenis atau Motif kain Bebali : Wastra wali sekordi, Wastra wali Keeling, Wastra wali Bias membah, Bungan tembakau, Rujak Boni, Tunggak sari, Tunggak Wareng, Kain Urab Tabu, Kain Rahine Wengi, Uyah Areng atau Uyah Sere, Dobol.
Cepuk adalah kain tenun khas Nusa Penida Desa Tanglad Kekhasan dari motif kain tenun Cepuk adalah: Ada motif Odod, yaitu motif pinggiran kain pada pinggir kanan dan kiri kain Cepuk, Ada odod pada pinggir atas dan bawah kain Cepuk Di tengah-tengah kain Cepuk ada motif Pancit Genggong, motif Pancit Genggong selalu dilingkari oleh kurung bentuknya menyerupai jajaran genjang Jumlah kurungnya umumnya 4 atau yang lebih rumit berjumlah 5 Lebar kain umumnya 1 meter 10 cm, panjangnya 2 meter.
Fungsi kain Cepuk erat kaitannya dengan upacara dan ritual keagamaan baik untuk upacara Manusa Yadnya, Pitra Yadnya maupun Dewa Yadnya Potong Gigi Motif Cepuk Liking Paku Tiga Bulanan Motif Giwangan Upacara Pitra Yadnya Ngaben Cepuk Ngawis Untuk Menolak Bala cepuk Tangi gede Untuk menghilangkan leteh Cepuk Suda Mala Kain Rang-Rang: Motif Kain Rang-Rang umumnya sig-sag dan bergelombang sehingga ada yang disebut motif Rang-Rang Gelombang Jenis kain tenun ini umumnya digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti hiasan dinding, taplak meja, bahkan sekarang mulai digunakan untuk tas dan yang lainnya.
Terima kasih